15
islaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : http://jurnal.stesislamicvillage.ac.id/index.php/JURNAL 23 | Page Vol. 9 No. 1 (Januari) 2019 ISSN: 2087-9202 MANAJEMEN LABA, TINDAKAN PAJAK AGRESIF, DAN PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN: STUDI PADA PERUSAHAAN DI JAKARTA ISLAMIC INDEX Bayu Seno Pitoyo 1 Nurmala Ahmar 2 Suyanto 3 , 1 Master of Accounting UniversitasPancasila Jakarta 2 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya 3 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI Jakarta [email protected], nurmalaahmar@gmail.com, [email protected] Abstract This study examines the efffect of earnings Management on Aggressive Tax action with The Audit Committee, Institutional Ownership and Independent Commissioners are positioned as moderating variables. The sample data of this research are 96 companies in the time of 2012-2017 obtained from JII (Jakarta Islamic Index). The descriptive statistics were analyzed using Wrap PLS 0.6 program. Hypothesis testing is eximined by Structural Equation Model - Partial Least Square (SEM-PLS) using Wrap PLS 0.6 program.The finding of this study proves that earning management has an effect on aggressive tax action. Institutional ownership can moderate the effect of earnings management on aggressive tax action. Independent board commissioners can moderate the effect of earnings management on aggressive tax action. The audit committee cannot moderate the effect of earnings management on aggressive tax Action. Keywords :Earnings management, institutional ownership, independent board commissioners, the audit committee, and aggressive tax action. PENDAHULUAN Indonesiasebagai negara berkembang sebenarnya memiliki berbagai macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Namun, kenyataannya bangsa ini belum mampu memanfaatkan berbagai potensi ekonomi yang ada untuk maju berkembang, seperti pajak di Indonesia bila dekelola dengan baik akan memberikan solusi pembangunan ekonomi di masa mendatang. Hal ini dikarenakan pajak merupakan potensi penerimaan terbesar dalam negeri. Karena pajak merupakan penerimaan langsung yang segera bisa diolah guna untuk pembiayaan berbagai macam keperluan negara (Listyaningtyas, 2012). Tindakan pajak agresif adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk menurunkan laba kena pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong atau tidak tergolong tax evasion (Frank et al.2009). Agresifitas pajak dapat timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara wajib pajak dan pemerintah. Pemerintah memerlukan dana untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintah yang berasal dari pajak. Namun, di sisi lain perusahaan sebagai wajib pajak menganggap pajak sebagai biaya karena dengan membayar pajak berarti mengurangi jumlah laba bersih yang akan diterima (Sabrina dan Soepriyanto, 2013). Tindakan Pajak Agresif juga dapat menimbulkan konsekuensi biaya lain, yaitu biaya akibat dari masalah yang timbul akibat adanya masalah keagenan(agency problem)(Sari dan Martani, 2010). Untuk mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus ditanggung pemegang saham akibat pendelegasian wewenangnya kepada manajemen, maka Penerapan Good Corporate Governance diperlukan(Indonesian Institute for Corporate Governance, 2014) dalm (Pamungkas, 2014).

islaminomicsrepository.ubharajaya.ac.id/3243/1/ARTIKEL BAYU SENO.pdfislaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : 23 | P a g e Vol. 9 No. 1

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: islaminomicsrepository.ubharajaya.ac.id/3243/1/ARTIKEL BAYU SENO.pdfislaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : 23 | P a g e Vol. 9 No. 1

islaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance

Tersedia online : http://jurnal.stesislamicvillage.ac.id/index.php/JURNAL

23 | P a g e

Vol. 9 No. 1 (Januari) 2019 ISSN: 2087-9202

MANAJEMEN LABA, TINDAKAN PAJAK AGRESIF, DAN PERAN

TATA KELOLA PERUSAHAAN: STUDI PADA PERUSAHAAN DI

JAKARTA ISLAMIC INDEX

Bayu Seno Pitoyo1

Nurmala Ahmar2

Suyanto3, 1Master of Accounting UniversitasPancasila Jakarta 2Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya

3Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI Jakarta [email protected], [email protected], [email protected]

Abstract This study examines the efffect of earnings Management on Aggressive Tax action with The Audit Committee,

Institutional Ownership and Independent Commissioners are positioned as moderating variables. The sample

data of this research are 96 companies in the time of 2012-2017 obtained from JII (Jakarta Islamic Index). The

descriptive statistics were analyzed using Wrap PLS 0.6 program. Hypothesis testing is eximined by Structural

Equation Model - Partial Least Square (SEM-PLS) using Wrap PLS 0.6 program.The finding of this study

proves that earning management has an effect on aggressive tax action. Institutional ownership can moderate

the effect of earnings management on aggressive tax action. Independent board commissioners can moderate

the effect of earnings management on aggressive tax action. The audit committee cannot moderate the effect of

earnings management on aggressive tax Action.

Keywords :Earnings management, institutional ownership, independent board commissioners, the audit committee, and aggressive tax action.

PENDAHULUAN

Indonesiasebagai negara berkembang sebenarnya memiliki berbagai macam potensi untuk

menjadi negara yang lebih maju. Namun, kenyataannya bangsa ini belum mampu memanfaatkan

berbagai potensi ekonomi yang ada untuk maju berkembang, seperti pajak di Indonesia bila dekelola

dengan baik akan memberikan solusi pembangunan ekonomi di masa mendatang. Hal ini dikarenakan

pajak merupakan potensi penerimaan terbesar dalam negeri. Karena pajak merupakan penerimaan

langsung yang segera bisa diolah guna untuk pembiayaan berbagai macam keperluan negara

(Listyaningtyas, 2012).

Tindakan pajak agresif adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk menurunkan laba kena pajak

melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong atau tidak tergolong tax evasion

(Frank et al.2009). Agresifitas pajak dapat timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara wajib

pajak dan pemerintah. Pemerintah memerlukan dana untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan

pemerintah yang berasal dari pajak. Namun, di sisi lain perusahaan sebagai wajib pajak menganggap

pajak sebagai biaya karena dengan membayar pajak berarti mengurangi jumlah laba bersih yang akan

diterima (Sabrina dan Soepriyanto, 2013).

Tindakan Pajak Agresif juga dapat menimbulkan konsekuensi biaya lain, yaitu biaya akibat dari

masalah yang timbul akibat adanya masalah keagenan(agency problem)(Sari dan Martani, 2010).

Untuk mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus ditanggung pemegang saham akibat

pendelegasian wewenangnya kepada manajemen, maka Penerapan Good Corporate Governance

diperlukan(Indonesian Institute for Corporate Governance, 2014) dalm (Pamungkas, 2014).

Page 2: islaminomicsrepository.ubharajaya.ac.id/3243/1/ARTIKEL BAYU SENO.pdfislaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : 23 | P a g e Vol. 9 No. 1

Penulis, Judul

Tersedia online : http://jurnal.stesislamicvillage.ac.id/index.php/JURNAL

24 | P a g e

Vol. 9 No.1 (Januari) Tahun 2019 ISSN: 2087-9202

Seno, Bayu, at al, Manajemen Laba, Tindakan Pajak Agresif, Dan Peran Tata Kelola

Perusahaan

Menurut Chen, et.al (2010), setidaknya ada tiga keuntungan yang diperoleh dari

tindakan pajak agresif , baik keuntungan yang didapat pemilik atau pemegang saham maupun

manajer. Keuntungan pertama adalah adanya penghematan pajak yang dibayarkan

perusahaan kepada negara, sehingga porsi yang dinikmati pemilik atau pemegang saham menjadi

lebih besar. Kedua, adanya bonus atau kompensasi yang mungkin diberikan pemilik atau

pemegang saham kepada manager atas tindakan pajak agresif yang telah dilakukannya dan menjadi

keuntungan tersendiri bagi pemilik atau pemegang saham. Ketiga, adanya kesempatan bagi

manager untuk melakukanrent extration. Rent extration adalah tindakan manajer yang dilakukan

tidak untuk memaksimalkan kepentingan pemilik, melainkan untuk kepentingan pribadi.

Tindakan ini dapat berupa penyusunan laporan keuangan agresif atau melakukan transaksi

dengan pihak istimewa.

Penyusunan laporan keuangan secara agresif dapat dilakukan salah satunya melalui manajemen

laba. Menurut Scott (2009) salah satu motivasi manajer melakukan manajemen laba adalah

motivasi pajak. Pada prinsipnya manajemen laba merupakan metode yang dipilih dalam

menyajikan informasi laba kepada publik yang sudah disesuaikan dengan kepentimgan dari pihak

manajer itu sendiri atau menguntungkan perusahaan dengan cara menaikkan ataupun menurunkan

laba perusahaan.

Scott (2000) juga menyatakan bahwa salah satu motivasi manajer melakukan manajemen laba

adalah motivasi pajak. Manajemen laba pun menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

agresivitas pajak menurut Suryanto dan Supramono (2012) dengan manajemen laba perusahaan

akan melakukan income decreasing untuk mengurangi penghasilan kena pajak. Semakin agresif

melakukan manajemen laba maka dapat dikatakan tingkat agresivitas pajak perusahaan juga tinggi

karena beban pajak semakin kecil.

Suryanto (2012) menyatakan bahwa pengaruh manajemen laba terhadap agresivitas pajak

mempunyai koefisiensi positif (0,015) sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen laba

berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh

Arief (2016), Sari (2016), serta Tiaras dan Heryanto (2015) yang menyatakan bahwa manajemen laba

memiliki pengaruh signifikan terhadap agresifitas pajak. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian

yang dilakukan oleh Amril, dkk (2015), Putri (2014), dan Cahyani (2016) yang menyatakan bahwa

manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan agresifitas pajak.

Mekanisme dalam pengawasan corporate governance ada internaldan eksternal. Mekanisme

internaladalah cara untuk pengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses

internal seperti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), komposisi dewand, dewan komisaris dan

pertemuan dengan board of director. Sedangkan mekanisme eksternal adalah seperti pengendalian

oleh perusahaan, struktur kepemilikan, dan pengendalian pasar. Pada penelitian ini, penerapan

corporate governance akan dilihat dari mekanismenya dengan proksi komite audit, kepemilikan

institusional dan dewan komisaris.

Tugas komite audit diantaranya adalah menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, kebijakan

pengendalian risiko, anggaran tahunan, dan rencana usaha menilai sistem penetapan remunerasi para

pejabat yang memegang posisi kunci memantau dan mengatasi konflik kepentingan dan memantau

proses keterbukaan dan efektivitas komunikasi dalam perusahaan. (Warsono dkk, 2010.

Amanda (2015) menyatakan bahwa komite audit memiliki koefisiensi positif sebesar (0,029) dan

signifikansi sebesar (0,046) yang menunjukan bahwa komite audit berpengaruh positif signifikan

terhadap agresifitas pajak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas

(2014), Sabrina dan Soepriyanto (2012). Hasil ini berbeda dengan penelitan yang dilakukan dengan

Winarsih, dkk (2011) yang menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh positif signifikan

terhadap agresifitas pajak.

Page 3: islaminomicsrepository.ubharajaya.ac.id/3243/1/ARTIKEL BAYU SENO.pdfislaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : 23 | P a g e Vol. 9 No. 1

Penulis, Judul

Tersedia online : http://jurnal.stesislamicvillage.ac.id/index.php/JURNAL

25 | P a g e

Vol. 9 No.1 (Januari) Tahun 2019 ISSN: 2087-9202

Seno, Bayu, at al, Manajemen Laba, Tindakan Pajak Agresif, Dan Peran Tata Kelola

Perusahaan

Penerapan corporate governance juga dilatarbelakangi oleh masalah struktur kepemilikan. Pada

penelitian kali ini, struktur kepemilikan perusahaan akan difokuskan pada struktur kepemilikan

institusional. Hal ini karena dengan adanya kepemilikan institusional maka akan ada kontrol yang

lebih baik. Kepemilikan institusional berperan penting dalam mengawasi kinerja manajemen yang

lebih optimal. Dengan tingginya tingkat kepemilikan institusional maka semakin besar tingkat

pengawasan kepada manajerial sehingga mengurangi konflik kepentingan manajemen. Investor

institusional dapat mengurangi biaya hutang dengan mengurangi masalah keagenan, sehingga

mengurangi peluang terjadinya penghindaran pajak. (Fadhilah, 2014)

Amanda (2015) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki koefisiensi positif sebesar

(0,080) dan signifikansi sebesar (0,008) yang menunjukan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh positif signifikan terhadap agresifitas pajak. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitan yang

dilakukan dengan Sabrina dan Soepriyanto (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional

tidak berpengaruh positif signifikan terhadap agresifitas pajak.

Kehadiran komisaris independen juga diprediksi akan memengaruhi agresivitas pajak

perusahaan. Menurut Fama & Jensen (1983) dalam Wulandari (2005), semakin banyak komisaris

independen maka pengawasan terhadap kinerja manajer dianggap akan lebih efektif. Dengan adanya

pengawasan yang ketat dari komisaris independen maka akan mengurangi kesempatan manajer untuk

berlaku agresif terhadap pajak perusahaan. Manajer melakukan agresivitas pajak perusahaan karena

adanya kepentingan untuk meningkatkan laba perusahaan dengan cara mengurangi beban perusahaan

termasuk beban pajak.

Meilinda (2013) menyatakan bahwa dewan komisaris independen memiliki tingkat signifikansi

sebesar (0,049) yang menunjukan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan

terhadap agresifitas pajak. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitan yang dilakukan dengan Tiaras

(2015), Sabrina dan Soepriyanto (2012) yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak

berpengaruh positif signifikan terhadap agresifitas pajak.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Reysky et al. (2016). Perbedaannya

adalah, adalah objek penelitian ini menggunakan objek perusahaan yang tergabung dalam JII (Jakarta

Islamic Index). Sementara objek pada penelitian Reysky et al. (2016), menggunakan perusahaan

batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2014. Kedua, variabel

independen yaitu manajemen laba pada penelitian ini diperkuat atau diperlemah menggunakan

variabel mederating yang meliputi komite audit, kepemilikan institusional dan dewan komisaris

independen, sedangkan penelitian Reysky et al. (2016), variabel independen yaitu manajemen laba

tidak menggunakan variabel moderating untuk memperkuat atau memperlemah.

Salah satu penelitian yang berkaitan dengan pengaruh manajemen laba terhadap agresivitas

pajak, dilakukan oleh Reysky et al. (2016) yang menunjukkan bahwa manajemen laba berpengaruh

terhadap agresivitas pajak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tiaras

dan Henryanto (2015), dan Kamila (2014). Namun hal ini berbeda pendapat dengan hasil

penelitian Amril, Dwi dan Popi (2013) dan Putri (2014) yang menunjukkan bahwa manajemen laba

tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

Mengacu pada argumentasi diatas, maka diperoleh pertanyaan penelitian (research

question)terkait manajemen laba, tindakan pajak agresif, komite audit, kepemilikan institusional, dan

dewan komisaris independen, sebagai berikut:

1. Apakah manajemen laba berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan pajak agresif?

2. Apakah manajemen laba berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan pajak ggresif

dimoderasi oleh komite audit?

3. Apakah manajemen laba berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan pajak agresif

dimoderasi oleh kepemilikan institusional?

Page 4: islaminomicsrepository.ubharajaya.ac.id/3243/1/ARTIKEL BAYU SENO.pdfislaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : 23 | P a g e Vol. 9 No. 1

Penulis, Judul

Tersedia online : http://jurnal.stesislamicvillage.ac.id/index.php/JURNAL

26 | P a g e

Vol. 9 No.1 (Januari) Tahun 2019 ISSN: 2087-9202

Seno, Bayu, at al, Manajemen Laba, Tindakan Pajak Agresif, Dan Peran Tata Kelola

Perusahaan

4. Apakah manajemen laba berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan pajak agresif

dimoderasi oleh dewan komisaris?

KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Teori Agensi (Agency Theory)

Agar bisnis berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka para pemilik perusahaan atau

pemegang saham akan mempekerjakan manajer yang menjadi bagian dari suatu manajemen untuk

menjalankan bisnis tersebut. Adanya pemisahan kepemilikan antara pemilik perusahaan dengan

manajemen yang menjalankan perusahaan ternyata menimbulkan konflik di dalam perusahaan.

Konflik ini biasanya muncul karena kedua pihak akan berpikir untuk memenuhi kepentingan masing-

masing. Pemegang saham akan fokus pada peningkatan nilai sahamnya sedangkan manajer fokus

pada pemenuhan kepentingan pribadi.

Pemisahan kepemilikan dan pengendalian menciptakan agency problem apabila seorang agent

(manajer) mengejar tujuan yang bertentangan dengan tujuan principal (pemegang saham). Principal

membangun dan menggunakan governance mechanism untuk mengendalikan masalah ini. Agency

costs adalah total dari biaya insentif, biaya monitoring, enforcement costs, dan kerugian finansial

individu yang terjadi oleh principal (pemegang saham) karena tidak mungkin menggunakan

governance mechanism untuk menjamin total compliance oleh manajer (agent). (Tunggal, 2014)

Masalah agensi tidak hanya dapat terjadi antara prinsipal dengan manajemen, namun juga dapat

terjadi antara pemegang saham mayoritas (pengendali) dengan pemegang saham minoritas.

Jika ada kepemilikan minoritas dalam perusahaan, maka akan timbul masalah agensi baru, yaitu

adanya konflik antara pemilik saham mayoritas (kepemilikan keluarga) dengan pemilik saham

minoritas (Arifin, 2003) dalam (Sari dan Martani, 2010).

Hubungan antara Theory Agency dengan Tindakan Pajak Agresif terletak pada

konflikkepentingan yang timbul antara manajer (agent) yang berkeinginan untuk memaksimalkan

laba (menurunkan laba kena pajak perusahaan) dengan pemilik (principal) yang takut nama baik

perusahaan menjadi buruk akibat tindakan penghindaran pajak yang dilakukan oleh manajer diketahui

oleh stakeholder(Sabrina dan Soepriyanto, 2013).

Pajak

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 dijelaskan tentang

Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum, pajak memiliki ciri-ciri:

a. Iuran kepada negara yang dapat dipaksakan;

b. Tidak mendapatkan kontra-prestasi langsung;

c. Digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan untuk mewujudkan

kesejahteraan umum.

Berdasarkan ketentuan diatas, bisa dilihat bahwa pajak memang bersifat memaksa. Oleh sebab

itu, pajak harus dibayar oleh semua orang. Dan itu pula sebabnya pembayar pajak disebut dengan

Wajib Pajak, artinya pihak yang harus membayar pajak atau melaksanakan kewajiban perpajakan

lainnya.

Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum, pajak mempunyai dua fungsi, yaitu: (1) Fungsi

Budgetair: Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-

Page 5: islaminomicsrepository.ubharajaya.ac.id/3243/1/ARTIKEL BAYU SENO.pdfislaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : 23 | P a g e Vol. 9 No. 1

Penulis, Judul

Tersedia online : http://jurnal.stesislamicvillage.ac.id/index.php/JURNAL

27 | P a g e

Vol. 9 No.1 (Januari) Tahun 2019 ISSN: 2087-9202

Seno, Bayu, at al, Manajemen Laba, Tindakan Pajak Agresif, Dan Peran Tata Kelola

Perusahaan

pengeluarannya. (2) Fungsi Regulerend :Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijaksaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. (Mardiasmo, 2011)

Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-asas pemungutan dalam

memilih alternatif pemungutannya, sehingga terdapat keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan

asas yang masih diperlukaan lagi, yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Asas-asas

pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith dalam buku An Inquiri into the

Nations and Causes of the wealth of nations yang telah diterjemahkan oleh Waluyo dan Wirawan

dalam buku Perpajakan Indonesia (2000 : 5), menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya

didasarkan pada:

1. Keadilan(Equity)

Pemungutan pajak harus bersifat final adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang pribadi

yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak (ability to pay) dan sesuai dengan

manfaat yang diterima.

2. Kepastian(Certainy)

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu wajib pajak harus

mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu

pembayaran.

3. Kemudahan(Convenience)

Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak

menyulitkan Wajib Pajak sebagai contoh pada saat Wajib Pajak.

4. Ekonomis(Economy)

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib

pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan justifikasi pemberian hak kepada negara untuk

memungut pajak. Menurut Mardiasmo (2011), teori-teori yang mendukung pemungutan pajak antara

lain:

1. Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu

rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena

memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

2. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya perlindungan)

masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi

pajak yang harus dibayar.

3. Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai

dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul masing-masing orang

dapat digunakan dua pendekatan, yaitu:

a. Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh

seseorang.

b. Unsur subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materil yang harus dipenuhi.

4. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Warga

negara yang berbakti harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu

kewajiban.

5. Teori Daya Beli

Page 6: islaminomicsrepository.ubharajaya.ac.id/3243/1/ARTIKEL BAYU SENO.pdfislaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : 23 | P a g e Vol. 9 No. 1

Penulis, Judul

Tersedia online : http://jurnal.stesislamicvillage.ac.id/index.php/JURNAL

28 | P a g e

Vol. 9 No.1 (Januari) Tahun 2019 ISSN: 2087-9202

Seno, Bayu, at al, Manajemen Laba, Tindakan Pajak Agresif, Dan Peran Tata Kelola

Perusahaan

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Ini maksudnya memungut pajak

berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara.

Selanjutnya negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan

kesejahteraan masyarakat.

Dalam proses pemungutan pajak, secara rinci Mardiasmo (2011), mengemukakan sistem

pemungutan pajak dapat dibagi menjadi:

1. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk

menetukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya :

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

b. Wajib Pajak bersifat pasif

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk

menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya :

a. Wewenang untuk menetukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri.

b. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri wajib pajak

yang terutang.

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan

fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menetukan besarnya pajak yang

terutang oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya:

Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain

fiskus dan Wajib Pajak.

Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Tindakan Pajak Agresif

Menurut Tiaras dan Heryanto (2015) manajemen laba adalah suatu usaha yang dilakukan

oleh perusahaan untuk memperoleh besarnya laba atau pendapatan sesuai dengan keinginan dan

tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Pajak menjadi salah satu masalah bagi

perusahaan karena membayar pajak akan menurunkan laba bersih perusahaan sehingga

menurut Badertscher et al (2009) dalam Suryanto dan Supramono (2012) perusahaan akan

melakukan manajemen laba guna mengurangi beban pajak. Perusahaan lebih mungkin

untuk menggunakan pilihan akuntansi yang mengurangi profit (income decreasing) yang dilaporkan

untuk menurunkan pendapatan kena pajak sehingga perusahaan dapat melakukan penghematan atas

beban pajak. Bila perusahaan semakin besar melakukan income decreasing maka semakin kecil

pajak yang harus dibayarkan perusahaan.

Menurut Arief (2016) secara parsial manajemen laba berpengaruh secara parsial terhadap

agresivitas pajak, begitu juga pengujian yang dilakukan oleh Suryanto dan Supramono (2012)

pengaruh manajemen laba terhadap agresivitas pajak mempunyai koefesien positif (0,015) sehingga

dapat disimpulkan bahwa manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak

perusahaan. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Kamila (2014) , Tiaras dan

Henryanto (2015), Sari (2016), dan Tang (2011) yang menunjukkan bahwa manajemen laba

Page 7: islaminomicsrepository.ubharajaya.ac.id/3243/1/ARTIKEL BAYU SENO.pdfislaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : 23 | P a g e Vol. 9 No. 1

Penulis, Judul

Tersedia online : http://jurnal.stesislamicvillage.ac.id/index.php/JURNAL

29 | P a g e

Vol. 9 No.1 (Januari) Tahun 2019 ISSN: 2087-9202

Seno, Bayu, at al, Manajemen Laba, Tindakan Pajak Agresif, Dan Peran Tata Kelola

Perusahaan

memiliki pengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis

yang diajukan pada penelitian ini adalah :

H1 : Manajemen laba berpengaruh positif terhadap tindakan pajak agresif.

Kepemilikan Institusional Memoderasi Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Tindakan

Pajak Agresif.

Pemangku kepentingan berperan dalam fungsi pematauan (monitoring function). Kepemilikan

saham suatu perusahaan lazimnya terdiri dari banyak individu/institusi. Pemegang saham inilah yang

lazimnya dapat menetukan “merah dan putih”nya perusahaan. (Amanda, 2015)

Secara umum mekanisme yang dapat mengendalikan perilaku manajemen menurut Lins dan

Warnock (2004) dalam Fala (2007) dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu internal

mechanisms dan external mechanisms. Internal mechanisms adalah cara-cara untuk mengendalikan

perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham

(RUPS), dewan komisaris, dan komite audit. Sedangkan external mechanisms adalah cara-cara

mempengaruhi perusahaan selain menggunakan internal mechanism, seperti kepemilikan institusional

dan pengendalian pasar.

Dalam penelitian Amanda (2015) dan Amril, dkk (2015) kepemilikan institusional berpengaruh

positif signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Dikarenakan kepemilikan institusional memiliki arti

penting dalam perusahaan, keberadaan mereka dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang

efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini diduga terjadi karena dengan

memiliki saham perusahaan dalam jumlah yang besar, investor institusional memiliki insentif yang

kuat dalam memastikan bahwa keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen akan berdampak

terhadap peningkatan kesejahteraan mereka.

Peningkatan kepemilikan institusional dapat menyebabkan kinerja manajer diawasi secara

optimal dan dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan

yang diambil oleh manajer. Harapan dari penelitian ini adalah semakin besar kepemilikan institusional

maka fungsi pengawasan akan semakin efektif sehingga akan menurunkan manajemen laba dan dapat

memperlemah pengaruh positif manajemen laba terhadap tindakan pajak agresif. Berdasarkan uraian

diatas, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :

H2 :Kepemilikan institusional memoderasi pengaruh positifmanajemen laba terhadap

tindakan pajak agresif.

Dewan komisarisIndependenMemoderasi Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Tindakan

Pajak Agresif.

David Band merangkum keterkaitan antara agency theory dengan corporate governance di dalam

perusahaan modern. Teori agensi yang dikemukakan oleh David Band memberikan wawasan analisis

untuk mengkaji dampak hubungan antara agen dan principal atau principal dengan principal. Dalam

teori agensi ini juga menyatakan bahwa agen harus bertindak secara rasional untuk kepentingan

pricipal-nya. Agen harus mempergunakan keahlian, kebijaksanaan, itikad baik dan tingkah laku yang

wajar dan adil dalam memimpin perusahaan.

Fama & Jensen (1983) dalam Amril, et.al (2015) menyatakan kehadiran komisaris independen

dalam dewan komisaris mampu meningkatkan pengawasan kinerja direksi. Dimana dengan semakin

banyak komisaris independen maka pengawasan manajemen akan semakin ketat. Manajemen

kerapkali bersifat oportunistik dimana mereka memiliki motif untuk memaksimalkan laba bersih agar

meningkatkan bonus. Laba selama ini dijadikan indikator utama keberhasilan manajer. Salah satu cara

meningkatkan laba bersih adalah dengan menekan biaya-biaya termasuk pajak. Sehingga dapat

mendorong manajer menjadi agresif terhadap pajak.

Page 8: islaminomicsrepository.ubharajaya.ac.id/3243/1/ARTIKEL BAYU SENO.pdfislaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : 23 | P a g e Vol. 9 No. 1

Penulis, Judul

Tersedia online : http://jurnal.stesislamicvillage.ac.id/index.php/JURNAL

30 | P a g e

Vol. 9 No.1 (Januari) Tahun 2019 ISSN: 2087-9202

Seno, Bayu, at al, Manajemen Laba, Tindakan Pajak Agresif, Dan Peran Tata Kelola

Perusahaan

Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan, memiliki peranan

terhadap aktivitas pengawasan. Wewenang dewan komisaris untuk mengawasi dan memberikan

petunjuk serta arahan pada pengelola perusahaan dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk

menekan manajemen yang melakukan manajemen laba untuk melakukan tindakan pajak agresif.

Dengan tindakan pajak agresif, diyakini akan meningkatkan laba perusahaan. Dengan demikian, suatu

perusahaan yang baik akan menurunkan manajemen labayang dilakukan oleh manajer atau bahkan

manajer tidak akan melakukan manajemen laba. Peranan dewan komisaris menurut Vafeas (1998)

juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui

fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris

dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris. Sejalan dengan hal tersebut, Dwi suryanto

(2012), mengatakan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap

agresivitas pajak.

Komposisi dewan komisaris independen yang semakin besar dapat mendorong dewan komisaris

untuk bertindak objektif dan mampu melindungi seluruh stakeholder perusahaan sehingga hal ini

dapat memperlemah tindakan pajak agresif. Harapan dari penelitian ini adalah semakin besar dewan

komisaris independen maka fungsi pengawasan akan semakin efektif sehingga akan menurunkan

manajemen laba dan dapat memperlemah pengaruh positif manajemen laba terhadap tindakan pajak

agresif. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :

H3 :Dewan komisarisindependen memoderasi pengaruh positifmanajemen laba terhadap

tindakan pajak agresif.

Jumlah Anggota Komite Audit Memoderasi Pengaruh Manajemen Laba Terhadap

Tindakan Pajak Agresif. Komite audit adalah sub panitia dari board of directorsyang terdiri atas direktur independen dari

luar. Komite audit mempunyai tanggungjawab pengawasan (atas namaboard of directors dan

pemegang saham) untuk pelaporan luar perusahaan (mencakup laporan keuangan tahunan); pemonitoran risiko dan proses pengendalian; dan baik fungsi audit internal dan eksternal, komite audit

tidak secara langsung menyiapkan laporan keuangan. Namun komite audit melakukan pengecekan

independen atas manajemen dan sebagai penyokong untuk menggambarkan aktivitas ekonomi perusahaan. (Amanda, 2015)

Komite Audit dengan anggota lebih dari 3 orang memiliki perubahan positif terhadap tindakan

pajak agresif yang berarti perusahaan cenderung agresif terhadap pajak pada saat memiliki komite audit 3 orang. (Pamungkas, 2014).

Komite audit mempunyai fungsi sebagai pembantu dewan komisaris dalam melakukan

pengawasan yang efektif terhadap manajemen untuk mengurangi benturan kepentingan dan

kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu peran komite audit dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen yang melakukan manajemen laba untuk

melakukan tindakan pajak agresif. Harapan dari penelitian ini adalah semakin tinggi jumlah komite

audit maka fungsi pengawasan akan semakin efektif sehingga akan menurunkan manajemen laba dan dapat memperlemah pengaruh positif manajemen laba terhadap tindakan pajak agresif. Berdasarkan

uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:

H4 :Komite audit memoderasi pengaruh positifmanajemen laba terhadap tindakan pajak agresif.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Definisi populasi menurut Sugiyono (2013) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu, ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Page 9: islaminomicsrepository.ubharajaya.ac.id/3243/1/ARTIKEL BAYU SENO.pdfislaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : 23 | P a g e Vol. 9 No. 1

Penulis, Judul

Tersedia online : http://jurnal.stesislamicvillage.ac.id/index.php/JURNAL

31 | P a g e

Vol. 9 No.1 (Januari) Tahun 2019 ISSN: 2087-9202

Seno, Bayu, at al, Manajemen Laba, Tindakan Pajak Agresif, Dan Peran Tata Kelola

Perusahaan

Penelitian ini dilakukan di JII dengan populasi seluruh perusahaan yang terdaftar di JII selama

periode 2012-2017 yang memberikan informasi laporan keuangan pada situs resminya di

www.idx.co.id.Objek penelitian adalah rasio-rasio keuangan perusahaan yang terdaftar di JII periode

2012-2017. Perusahaan pada JII dipilih dengan pertimbangan agar data yang didapatkan homogen

sehingga menggambarkan kekhususan hasil pada satu jenis perusahaan.

Variabel Dependen

a. Definisi Konseptual Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tindakan pajak agresif. Tindakan Pajak Agresif adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk menurunkan laba kena pajak melalui

perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong atau tidak tergolong tax evasion.

(Frank, et. al. ,2009).

b. Definisi Operasional Dalam penelitian ini varibel dependennya yaitu Tindakan Pajak Agresif perusahaan. Dalam

mengukur variabel dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif perusahaan, penelitian ini mengikuti kriteria dari penelitian sebelumnya yaitu Sari dan Martani (2010) dalam Amanda

(2015), yaitu :

CETR = Cash Tax Paidit

Pre Tax Incomeit

Keterangan :

Cash Tax Paid : Pajak yang dibayarkan

Pre Tax Income : Laba Sebelum Pajak

Variable Independen

a. Definisi Konseptual

Variabel independen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba adalah

intervansi manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk

memenuhi tujuan pribadi. (Reysky, 2016).

b. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, manajemen laba akrual diukur dengan menggunakandiscretionary

accrual. Dalam menghitungdiscretionary accrual digunakan Modified Jones Model.

Menurut Tiaras & Henryanto (2015).

Model perhitungannya adalah manajemen laba diukur melalui discreationary

accruals yang dihitung dengan cara menselisihkan total akrual dengan non discreationary

accruals. Model ini menggunakan Total Accruals (TA) yang diklasifikasikan menjadi

Discreationary Accruals (DA) dan NonDiscreationary Accruals (NDA).

TACit = NIit – CFOit

TACit/ TAit-1 = α1 (1 / TAit-1) + α2 (∆RECit / TAit-1) + α3 (PPEit / TAit -1) + 𝜀it

NDAit = α1 (1 / TAit-1) + α2 (∆REVit- ∆RECit / TAit-1) + α3 (PPEit / TAit-1)

DAit = (TACit/ TAit-1) - NDAit

Keterangan :

TACit : Total akrual perusahaan i pada periode

DAit : Discreationary accrual pada perusahaan i pada periode t

NDAit : Non discreationary accrual perusahaan i pada periode t

NIit : Net income perusahaan i pada periode t

CFOit : Cash flow operating perusahaan i pada periode t

Page 10: islaminomicsrepository.ubharajaya.ac.id/3243/1/ARTIKEL BAYU SENO.pdfislaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : 23 | P a g e Vol. 9 No. 1

Penulis, Judul

Tersedia online : http://jurnal.stesislamicvillage.ac.id/index.php/JURNAL

32 | P a g e

Vol. 9 No.1 (Januari) Tahun 2019 ISSN: 2087-9202

Seno, Bayu, at al, Manajemen Laba, Tindakan Pajak Agresif, Dan Peran Tata Kelola

Perusahaan

TAit–1 : Total aktiva pada periode t-1

∆REVit : Pendapatan pada tahun t dikurangi pendapatan pada tahun t‐1 untuk

perusahaan i

∆RECit : perubahan piutang bersih perusahaan i pada tahun t

PPEit : Nilai aktiva tetap perusahaan i pada periode t

𝜀it : Error term pada tahun t untuk perusahaan i

α1, α2, α3 : Koefisien

Variabel Moderating

1. Kepemilikan institusional

a. Definisi Konseptual

Menurut Sujoko (2007) dalam Amanda (2015), Kepemilikan institusional merupakan

proporsi kepemilikan saham oleh institusi pendiri perusahaan, bukan institusi pemegang

saham publik yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor

institusi intern.

b. Definisi Operasional

Besar kecilnya kepemilikan institusional maka akan mempengaruhi kebijakan agresif

yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam penelitian ini kepemilikan institusional diukur

menggunakan presentase (Khurana, 2009) dalam (Amanda, 2015). Kepemilikan

institusional dapat diukur dengan menggunakan rasio sebagai berikut:

Kepemilikan Institusional = Proporsi saham dimiliki institusiX

100%

Jumlah saham yang diterbitkan

2. Dewan Komisaris Independen

a. Definisi Konseptual Menurut Amril, dkk (2015),Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang

tidak berhubungan langsung dengan manajemen, pemegang pengendali serta bebas dari

hubungan bisnis perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Komisaris independen memiliki peran yang sama dengan komisaris yaitu menjamin terlaksananya

strategi perusahaan, mengawasi manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan,

serta terlaksananya akuntabilitas. b. Definisi Operasional

Pada penelitian ini komisaris independen diukur dengan membagi jumlah komisaris

independen dengan total dewan komisaris perusahaan.dalam Amril, dkk (2015) dan

Suryanto (2012).

3. Jumlah Anggota Komite Audit

a. Definisi Konseptual

Menurut Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-643/BL/2012 menyatakan

bahwa :

“Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan

Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. Dalam

Dewan Komisaris Independen =

Komisaris Independen

Total Dewan Komisaris

Page 11: islaminomicsrepository.ubharajaya.ac.id/3243/1/ARTIKEL BAYU SENO.pdfislaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : 23 | P a g e Vol. 9 No. 1

Penulis, Judul

Tersedia online : http://jurnal.stesislamicvillage.ac.id/index.php/JURNAL

33 | P a g e

Vol. 9 No.1 (Januari) Tahun 2019 ISSN: 2087-9202

Seno, Bayu, at al, Manajemen Laba, Tindakan Pajak Agresif, Dan Peran Tata Kelola

Perusahaan

rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance),

perusahaan tercatat wajib memiliki komite audit salah satunya.”

b. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, komite audit diukur dengan jumlah anggota komite audit dalam

perusahaan (Pamungkas, 2014)

0 = Jika anggota Komite Audit berjumlah 3 orang

1 = Jika anggota Komite Audit berjumlah lebih dari 3 orang

Data Komite Audit dapat dilihat dari laporan keuangan pada bagian catatan atas laporan

keuangan ataupun Annual Report.

4. Teknis Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh mekanisme pengaruh manajemen laba terhadap tindakan pajak

agresif dengan komite audit, kepemilikan institusional, dan dewan komisaris independen sebagai

variabel moderating digunakan analisis regresi dummy variabel dan untuk mempermudah

perhitungan maka penelitian ini akan menggunakan alat bantu yaitu Partial Least Square (PLS).

model regresi berganda pada penelitian ini adalah:

Pajak Agresifit= α + β1EMit + β2KIit + β3DKIit + β4KAit+ β5 (EMit*KIit) + β6(EMit*DKIit)+

β7(EMit*KAit) + e

Dimana :

EMit = Earnings Management / Manajemen Laba

α = konstanta

KIit = Kepemilikan Institusional

DKIit = Dewan Komisaris Independen

KAit = Komite Audit

β = koefisien regresi untuk masing–masing variabel independen

e = error

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum menjawab hipotesis penelitian, maka dilakukan pengujian model antara perusahaan

yang melakukan tindakan pajak agresif dan yang tidak melakukan tindakan pajak agresif. Hasil

pengujian dampak dari perusahaan yang melakukan tindakan pajak agresif dan perusahaan yang

tidak melakukan tindakan pajak agresif dilakukan dengan menggunakan aplikasi statistic

WarpPLS 6.0 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.1

Struktural model dilakukan dengan melihat R2, nilai β dan p jalur. Hasil pengujian dapat

dilihat dari gambar diatas, dan full model moderasi dalam tabel ini:

Tabel 3.1

Page 12: islaminomicsrepository.ubharajaya.ac.id/3243/1/ARTIKEL BAYU SENO.pdfislaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : 23 | P a g e Vol. 9 No. 1

Penulis, Judul

Tersedia online : http://jurnal.stesislamicvillage.ac.id/index.php/JURNAL

34 | P a g e

Vol. 9 No.1 (Januari) Tahun 2019 ISSN: 2087-9202

Seno, Bayu, at al, Manajemen Laba, Tindakan Pajak Agresif, Dan Peran Tata Kelola

Perusahaan

Path R2 Direct Effect

Β P-Value Kesimpulan

E.M - A.P

0,12

-0,24 0,007 Signifikan

Path Moderating Effect

Β P-Value Kesimpulan

E.M - K.A 0,104 0,148

Tidak

Signifikan

E.M - K.I 0,131 0,093 Signifikan

E.M - D.K.I 0,133 0,091 Signifikan

Hasil pengujian pengaruh manajemen laba terhadap tindakan pajak agresif Koefisien -0.24 membuktikan bahwa semakin tinggi manajemen laba berimplikasai terhadap

menurungnya nilai CETR, rendahnya nilai CETR mengindikasikan bahwa terjadinya tindakan pajak

agresif pada perusahaan tersebut dan hipotesis ini diperkuat dengan pengujian Mann-Whitney Test memiliki nilai mean rank sebesar 52,61 untuk prusahaan yang bernilai CETR > 25%, dibandingkan

dengan perusahaan yang memiliki nilai mean rank sebesar 41,34 untuk perusahaan yang memiliki

nilai CETR < 25%, dengan P-value 0.007 < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa menolak H0 dan tidak cukup bukti untuk menolak H1. Hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa manajemen laba

berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Nilai mean rank yang tinggi

mengindikasikan bahwa kenaikan manajemen laba berpengaruh terhadap adanya tindakan pajak

agresif. Dikarenakan manajer memiliki flesibilitas untuk memilih beberapa alternatif dalam mencatat

transaksi sekaligus memilih opsi-opsi dalam perlakuan akuntansi, terindikasi salah satu opsi yang

dipilih adalah melakukan tindakan pajak agresif. Fleksibilitas ini dimanfaatkan pihak agensi untuk mengelola laba. Hal ini dapat dimanfaatkan pihak manajemen untuk mengurangi keandalan laporan

keuangan dan berpotensi tidak mencerminkan kondisi pendapatan yang sebenarnya.

Hasil pengujian Pengaruh manajemen laba terhadap tindakan pajak agresif dengan

Kepemilikan Institusional sebagai variabel moderating

Koefisien 0.131 dengan P-value 0.093 < 0.10 maka dapat disimpulkan bahwa menolak H0 dan

tidak cukup bukti untuk menolak H1 dan kepemilikan institusional menjadi quasi moderator. Hasil

pengujian dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional dapat memoderasi pengaruh signifikan

manajemen laba terhadap tindakan pajak agresif. Koefisien positif mengindikasikan bahwa

banyaknya kepemilikan institusional mampu menurunkan manajemen laba sehingga terjadinya

penurunan terhadap tindakan pajak agresif.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan institusional maka pengawasan akan

semakin efektif sehingga akan menurunkan manajemen laba dan memperlemah tindakan pajak

agresif.

Hasil pengujian Pengaruh manajemen laba terhadap tindakan pajak agresif dengan Dewan

Komisaris Independen sebagai variabel moderating

Koefisien 0.133 dengan P-value 0.091 < 0.10 maka dapat disimpulkan bahwa menolak H0 dan

tidak cukup bukti untuk menolak H1. Hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris

independen dapat memoderasi pengaruh signifikan manajemen laba terhadap tindakan pajak agresif.

Koefisien positif mengindikasikan bahwa banyaknya dewan komisaris independen mampu menekan

manajemen laba sehingga terjadinya penurunan terhadap tindakan pajak agresif.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak proporsi dewan komisaris independen maka

pengawasan akan semakin efektif sehingga akan menurunkan manajemen laba dan memperlemah

tindakan pajak agresif.

Page 13: islaminomicsrepository.ubharajaya.ac.id/3243/1/ARTIKEL BAYU SENO.pdfislaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : 23 | P a g e Vol. 9 No. 1

Penulis, Judul

Tersedia online : http://jurnal.stesislamicvillage.ac.id/index.php/JURNAL

35 | P a g e

Vol. 9 No.1 (Januari) Tahun 2019 ISSN: 2087-9202

Seno, Bayu, at al, Manajemen Laba, Tindakan Pajak Agresif, Dan Peran Tata Kelola

Perusahaan

Hasil pengujian Pengaruh manajemen laba terhadap tindakan pajak agresif dengan komite

audit sebagai variabel moderating Koefisien 0.104 dengan P-value 0.148 > 0.10 maka dapat disimpulkan bahwa menolak H1 dan

tidak cukup bukti untuk menolak H0. Hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa dewan komite audit

tidak dapat memoderasi pengaruh signifikan manajemen laba terhadap tindakan pajak agresif. Hal ini dikarenakan kompensasi serta insentif yang diterima oleh komite audit berakibat

penghematan pajak serta rent extraction menjadi pemicu komite audit membantu manajer dalam

melakukan tindakan pajak agresif. Kondisi ini memperlihatkan bahwa perusahaan selalu berusaha mencari cara dalam mengurangi beban pajak perusahaan.

PENUTUP

Hasil penelitian ini menunjukan pada perusahaan yang tergabung dalam JII (Jakarta Islamic

Index) pada tahun 2012 samapai dengan tahun 2017, manajemen laba memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap tindakan pajak agresif. Manajer memiliki flesibilitas untuk memilih beberapa

alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi dalam perlakuan akuntansi,

terindikasi salah satu opsi yang dipilih adalah melakukan tindakan pajak agresif. Fleksibilitas ini

dimanfaatkan pihak agensi untuk mengelola laba. Hal ini dapat dimanfaatkan pihak manajemen untuk

mengurangi keandalan laporan keuangan dan berpotensi tidak mencerminkan kondisi pendapatan

yang sebenarnya.

Hal yang serupa juga terjadi pada kepemilikan institusional yang dapat memoderasi manajemen

laba terhadap tindakan pajak agresif pada perusahaan yang tergabung dalam JII (Jakarta Islamic

Index) pada tahun 2012 samapai dengan tahun 2017, bahkan variabel kepemilikan institusional dapat

menjadi variabel predictor terhadap tindakan pajak agresif, dan hal ini menunjukkan bahwa semakin

besar kepemilikan institusional maka pengawasan akan semakin efektif sehingga akan menurunkan

manajemen laba dan memperlemah tindakan pajak agresif.

Dewan komisaris independen menjadi pure moderating, sehingga dapat memoderasi manajemen

laba terhadap tindakan pajak agresif pada perusahaan yang tergabung dalam JII (Jakarta Islamic

Index) pada tahun 2012 samapai dengan tahun 2017, Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak

proporsi dewan komisaris independen maka pengawasan akan semakin efektif sehingga akan

menurunkan manajemen laba dan memperlemah tindakan pajak agresif.

Nilai R2 mengindikasikan seberapa besar pengaruh variabel eksogen dapat menjelaskan variabel

endogen. Pada penelitian ini didapat R2 sebesar 0.12, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel

eksogen manajemn laba dengan moderasi kepemilikan institusional, dewan komisaris indepanden,

dan komite audit bisa menjelaskan sebesar 12% variabel endogen tindakan pajak agresif.

DAFTAR PUSTAKA

Amanda, Okky Wahyu (2015). ”Pengaruh Komite Audit, Kepemilikan Institusional, dan Kualitas Audit Terhadap Tindakan Pajak Agresif”. Universitas Islam 45: Bekasi. Hal 40-52

Amril, Alfred, Dwi, dan Pop. (2015). “Pengaruh Manajemen Laba dan Corporate Governance terhadap Agresivitas Pajak.” Jurnal Penelitian Universitas Bung Hatta. Jakarta. Hal 5-13.

Arief, Reysky Aisyah. 2016 ”Pengaruh manajemen laba terhadap agresivitas pajak”. e-Proceeding of Management : Vol.3. Hal66-73.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2012. Teori Akuntansi. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.

Page 14: islaminomicsrepository.ubharajaya.ac.id/3243/1/ARTIKEL BAYU SENO.pdfislaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : 23 | P a g e Vol. 9 No. 1

Penulis, Judul

Tersedia online : http://jurnal.stesislamicvillage.ac.id/index.php/JURNAL

36 | P a g e

Vol. 9 No.1 (Januari) Tahun 2019 ISSN: 2087-9202

Seno, Bayu, at al, Manajemen Laba, Tindakan Pajak Agresif, Dan Peran Tata Kelola

Perusahaan

Cahyani, Risma. (2016). “Pengaruh Manajemen Laba dan Corporate Social Responsibility terhadap Agresivitas Pajak.” Jurnal Penelitian Universitas Syarif Hidayatullah : Jakarta. Hal 56-82.

Dechow, P. & Dichev, I. (2002). “The Quality of Accruals and Earnings: The Role of Accrual Estimation Error”. The Accounting Review, 77, 35–59.

Fahriani, Melinda. (2016) “Pengaruh good corporate governance terhadap tindakan pajak agresif pada perusahaan maufaktur.“Jurnal Ilmu Riset dan Riset Akuntansi : Volume 5 nomor 7. Hal 18-19.

Fama, E.F. & Jensen, M.C. 1983. Separation of Ownership and Control. Journal of Law and Economics, 26: 301–325.

Frank M, Lynch L, dan Rego S. (2009). “ Tax Reporting Aggressiveness and Its Relation to Aggressive Financial Reporting”. The Accounting Review. Hal 467-496.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Kamila, Putri Almainda dan Dwi Martani. (2014). “Analisis Hubungan Agresivitas Pelaporan

Keuangan dan Agresivitas Pajak”. Simposium Nasional Akuntansi 17 Mataram, Lombok. Hal 17-18.

Lietz, Gernit 2013. “Tax Avoidance vs. Tax Aggressiveness: A Unifying Conceptual Framework”. Working Paper University of Munster. Hal 5-10.

Mardiasmo. (2011). Perpajakan. Yogyakarta : Penerbit Andi

Meilinda, Maria. (2013). “Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Pajak”. Universitas Diponegoro : Semarang. Hal 39-43.

Pamungkas, Agus Catur. (2014). “Pengaruh Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance

dan Reputasi Auditor terhadap tindakan Pajak Agresivitas”. Jurnal Penelitian Universitas Pembangunan Nasional : Jakarta. Hal 77-85.

Putri, Lucy Y.P. (2014). “Pengaruh Likuiditas, Manajemen Laba dan Corporate Governance Terhadap

Agresivitas Pajak Perusahaan”. Jurnal Akuntansi Universitas Negeri Padang Vol.2 No.1. Hal 12-15.

Sabrina, Anita dan Gatot Soepriyanto (2013). “Analisis Karakteristik Corporate Governance terhadap Tindakan Pajak Agresif”. Jurnal Penelitian Universitas Bina Nusantara : Jakarta. Hal 8-9.

Sari, Nadya Winda (2016). “The Influence Of Earning Management To Tax Aggressiveness.” e-Proceeding of Management : Vol.3. Hal 1530-1534.

Scott, W.R. 2000. Financial Accounting Theory. International Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Suryanto, Krisnata Dwi dan Supramono. (2012). ”Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen, dan

Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan”. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Hal. 167-177.

Suyono, Eko. (2017). “Berbagai Pengukuran Earning Management: Mana yang Paling Akurat”. Sustainable Competitive Advantage -7. FEB UNSOED. Hal 308-312.

Tang, Tanya. (2011). “Can Book-Tax Differences Capture Earnings Management and

TaxManagement ? Empirical Evidence From China”. The International Journal Of Accounting. Volume 46. Hal 22-23.

Page 15: islaminomicsrepository.ubharajaya.ac.id/3243/1/ARTIKEL BAYU SENO.pdfislaminomics Journal of Islamic Economics, Business and finance Tersedia online : 23 | P a g e Vol. 9 No. 1

Penulis, Judul

Tersedia online : http://jurnal.stesislamicvillage.ac.id/index.php/JURNAL

37 | P a g e

Vol. 9 No.1 (Januari) Tahun 2019 ISSN: 2087-9202

Seno, Bayu, at al, Manajemen Laba, Tindakan Pajak Agresif, Dan Peran Tata Kelola

Perusahaan

Tiaras, Irvan dan Wijaya, Henryanto. (2015). “Pengaruh Likuiditas, Leverage, Manajemen Laba, Komisaris Independen dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak”. Jurnal Akuntansi Volume XIX. Hal 387-394.

Tunggal, Amin Widjaja. 2014. Internal Audit, Enterprise Risk Management dan Corporate Governance. Jakarta :Harvarindo

Waluyo dan Ilyas, Wirawan B. 2000. ”Perpajakan Indonesia”. Cetakan Kedua. Jakarta : Salemba Empat.

Warsono, Sony dkk. 2010. CGCG UGM’s Corporate Governance Rating Model. Yogyakarta :GCGC UGM

Winarsih, Rina, dkk. (2014). “Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility Terhadap Tindakan Pajak Agresif”. Simposium Nasional Akuntansi 17 Mataram, Lombok. Hal 1-2