36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperbaikan oleh dokter yang bekerja pada kesehatan primer di Indonesia karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang di timbulkannya. Perjalanan penyakit hipertensi sangatlah perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukan gejala selama bertahun-tahun, masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit, sampai terjadi kerusakan organ yang penting. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik. Misalnya sakit kepala atau pusing, apabila hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak dirawat mengakibatkan kelemahan karena stroke atau gagal ginjal mekanis. (Sylvia Anderson, 2006) Penyakit jantung hipertensi ditegakan bila dapat dideteksi hipertrofi ventrikel kiri sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh ferifer dan beban aktif ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastolik. Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas. (Mansjoer, 2001) 1

Isi Hipertensi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Page 1: Isi Hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperbaikan oleh

dokter yang bekerja pada kesehatan primer di Indonesia karena angka

prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang di timbulkannya.

Perjalanan penyakit hipertensi sangatlah perlahan. Penderita hipertensi

mungkin tidak menunjukan gejala selama bertahun-tahun, masa laten ini

menyelubungi perkembangan penyakit, sampai terjadi kerusakan organ yang

penting. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik. Misalnya

sakit kepala atau pusing, apabila hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak

dirawat mengakibatkan kelemahan karena stroke atau gagal ginjal mekanis.

(Sylvia Anderson, 2006)

Penyakit jantung hipertensi ditegakan bila dapat dideteksi hipertrofi

ventrikel kiri sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan

pembuluh ferifer dan beban aktif ventrikel kiri. Faktor yang menentukan

hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastolik.

Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas. (Mansjoer, 2001)

Oleh karena itu, seorang perawat perlu memberikan penyuluhan

informasi mengenai penyakit hipertensi kepada penderita hipertensi dan bagi

perawat sendiri dapat dijadikan pedoman dalam pembuatan asuhan

keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar hipertensi?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien hipertensi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui konsep dasar hipertensi.

2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada klien hipertensi.

1

Page 2: Isi Hipertensi

1.4 Manfaat Penulisan

Memberikan gambaran mengenai penyakit hipertensi dalam pembuatan

konsep asuhan keperawatan.

2

Page 3: Isi Hipertensi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Hemoroid

2.1.1 Pengertian

Ilmu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu

peningkatan kronis (yaitu meningkat secara berlahan-lahan, bersifat

menetap) dalam tekanan darah arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh

berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya mengikuti suau

pola yang khas.

Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah

sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90

mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi “ringan” dan “sedang”

gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit

kardiovaskular. (Anderson, 2006)

Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan

darah seseorang berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan

keadaan ini adalah timbulnya penyakit yang menggangu tubuh

penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan dan

memerlukan penanggulangan dengan baik.

Hipertensi adalah faktor penyebab utama kematian karena stroke

dan faktor yang memperberat infark miokard (serangan jantung).

Kondisi tersebut merupakan gangguan yang paling umum pada tekanan

darah. Hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang sering

terjadi dengan peningkatan tekanan darah secra persisten.diagnosa

hipertensi pada orang dewasa dibuat saat bacaan diastolic rata-rata dua

atau lebih,paling sedikit dua kunjungan berikut adalah 90mmHg atau

lebih tinggi atau bila tekanan darah multiple sistolik rerata pada dua

atau lebih kunjungan berikutnya secara konsisten lebih tinggi dari

140mmHg. (Potter & Perry, 2005)

3

Page 4: Isi Hipertensi

2.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7

Klasifikasi Sistolik Diastolik

Normal <120 <80

Prehipertensi 120 - 139 80 - 89

Hipertensi stage I 140 - 150 90 - 99

Hipertensi stage II >150 >100

Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal <120 <80

Normal <130 <85

Tingkat I (hipertensi ringan) 140 - 159 90 - 99

Sub group: Perbatasan 140 - 149 90 - 94

Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160 - 179 100 - 109

Tingkat 3 (Hipertensi Berat) >180 >110

Hipertensi Sistol terisolasi >140 <90

Sub group: Perbatasan 140 - 149 <90

Adapun Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun

keatas menurut Joint National Committee on Prevenion, Detectoion,

Evaluation, and Treatment of High Blood pressure, dalam buku

Brunner dan suddarth (896, 2002).

Kategori Sistolik Diastolik

Normal

Tinggi Normal Hipertensi

Stadium 1 (ringan)

Stadium 2 (Sedang)

Stadium 3 (berat)

Stadium 4 (sangat berat)

< 130

130 – 139

140 – 159

160 – 179

180 – 209

> 210

< 85

85 – 89

90 – 99

100 – 109

110 – 119

> 120

2.1.3 Etiologi

4

Page 5: Isi Hipertensi

Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang

memerlukan penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi prevalensi hipertensi seperti umur, obesitas, asupan

garam yang tinggi adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua

golongan, yaitu :

1. Hipertensi  esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95%

kasus banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan

hiperaktivitas susunan saraf simpatis. Dalam defekekstesi Na

peningkatan Na dan Ca intra selular dan faktor-faktor yang

meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta

polisitemia.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus.

Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen,

penyakit ginjal. Hipertensi vascular renal dan hipertensi yang

berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. Beberapa penyebab

terjadinya hipertensi sekunder:

a. Penyakit Ginjal

1. Stenosis arteri renalis

2. Pielonefritis

3. Glomerulonefritis

4. Tumor-tumor ginjal

5. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)

6. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

7. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

b. Kelainan Hormonal

1. Hiperaldosteronisme

2. Sindroma Cushing

3. Feokromositoma

5

Page 6: Isi Hipertensi

c. Obat-obatan

1. Pil KB

2. Kortikosteroid

3. Siklosporin

4. Eritropoietin

5. Kokain

6. Penyalahgunaan alkohol

7. Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

d. Penyebab Lainnya

1. Koartasio aorta

2. Preeklamsi pada kehamilan

3. Porfiria intermiten akut

4. Keracunan timbal akut.

2.1.4 Patofisiologi

Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah

difusi (konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri.

Pada stadium selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi

menjadi tak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran darah koroner

menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara masa dan volume jantung

akibat peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada jantung

dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan

secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi) penigkatan

tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi

oksigen ke otot jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa

jantung. Diperburuk lagi bila disertai dengan penyakit dalam jantung

koroner.

Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan

pembumluh darah koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran

darah koroner berkurang. Perubahan hemodinamik sirkulasi koroner

pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung.

6

Page 7: Isi Hipertensi

Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah

koroner yaitu :

1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar

dalam resitensi seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan

air mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh ini dan

meningkatnya tahanan perifer.

2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan

kapiler per unit otot jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor

utama pada stadium lanjut dan gambaran hemodinamik ini.

Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat

penyakit meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari

gangguan aktivitas mekanik ventrikel kiri. (Arif Manjoer, 2001)

2.1.5 Manifestasi Klinik

Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pederita

hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2009), antara lain :

1. Sakit kepala saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan muntah,

akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.

3. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susuna saraf

pusat.

4. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerulus.

5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

Sedangkan menurut Marllyn Doengoes (2000). Tanda dari

hipertensi adalah kelemahan, napas pendek, frekuensi jantung

meningkat, ansietes, depresi, obesitas, pusing, sakit kepala, tekanan

darah meningkat.

7

Page 8: Isi Hipertensi

2.1.6 Komplikasi

1. Stroke

Suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu

bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya

aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat

merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan

otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh

jaringan itu.

2. Infark miokard

Disebabkan oleh penurunan aliran darah koroner yang tiba-tiba

atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard tanpa disertai perfusi

koroner yang adekuat. Infark terjadi karena iskemia (bersifat

reversible) dan nekrosis (tidak bersifat reversible).

3. Gagal ginjal

Suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami

penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali

dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga

keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium

di dalam darah atau produksi urine.

4. Ensefalopati

Nama umum dari gangguan fungsi otak yang mungkin

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain infeksi, toksin, kelainan

metabolik dan iskemik.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Foto dada

Untuk menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,

pembesaran jantung.

2. CT scan

Untuk mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

8

Page 9: Isi Hipertensi

3. Hemoglobin atau hematokrit

Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel - sel

terhadap volume cairan dan dapat mengindikasikan faktor - faktor

risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

4. Glukosa

Hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh peningkatan kadar ketokolamin atau meningkatkan

hipertensi.

5. Kalsium serum

Peningkatan kadar kalsium dapat meningkatkan hipertensi.

6. VMA urin (metabolit ketokolamin)

Kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma

(penyebab), VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk mengkaji

feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.

7. Asam urat

Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko

terjadinya hipertensi.

8. IVP

Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi.

9. EKG

Dapat menunjukan pembesaran jantung, pola regangan,

gangguan konduksi.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi

2.2.1 Pengkajian

2.2.1.1 Data Demografi

Identitas pasien meliputi nama, jenis kelamin, umur,

alamat, agama, bangsa atau suku, pekerjaan, status

perkawinan, ruangan, nomer bed, tanggal masuk, tanggal

pengkajian dan diagnosa.

9

Page 10: Isi Hipertensi

2.2.1.2 Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama

adanya pusing yang hebat. Sering menjadi alasan klien

untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sakit kepala

disertai rasa berat di tengkuk, sakit kepala berdenyut.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak

menimbulkan gejala. Gejala yang dimaksud adalah sakit di

kepala, pendarahan di hidung, pusing, wajah kemerahan,

dan kelelahan yang bisa saja terjadi pada penderita

hipertensi. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak

di obati, bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, muntah,

sesak napas, pandangan menjadi kabur karena adanya

kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang

penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran

dan bahkan koma.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat hipertensi sebelumnya, penyakit jantung

koroner, diabetes militus, penyakit ginjal, obesitas,

hiperkolesterol, merokok, penggunaan alkohol dan

penggunaan obat kontrasepsi oral, tingkat stress yang tinggi,

dan gaya hidup yang kurang beraktivitas.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat penyakit kronis atau generatif keluarga yang

ada hubungannya dengan adanya penyakit jantung, stroke.

2.2.1.3 Pola Sehat-fungsional

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

a. Adanya keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala.

b. Adanya kelelahan, dan keluhan kedinginan

c. Adanya riwayat pengobatan.

10

Page 11: Isi Hipertensi

d. Riwayat terkena zat kimia.

e. Kaji riwayat keturunan.

2. Pola nutrisi metabolik

a. Berat badan normal atau obesitas.

b. Perubahan nafsu makan.

3. Pola eliminasi

Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya:

infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).

4. Pola aktivitas dan latihan

a. Adanya kelelahan dan toleransi beraktifitas.

b. Kelemahan, letih napas pendek.

c. Gaya hidup monoton.

d. Kenaikan tekanan darah.

e. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas atau kerja.

5. Pola Istirahat-Tidur

a. Lokasi nyeri terutama di daerah tungkai, abdomen dan

kepala.

b. Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas.

6. Pola persepsi kognitif

a. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)

dan episode statis staksis.

b. Perubahan pola bicara dan proses fikir atau memori.

c. Penurunan kekuatan, genggaman tangan

d. Perubahan retinal optik: sclerosis, penyempitan arteri

ringan, edema, papiladema, exudat, hemorgi.

e. Nyeri pada tungkai, abdomen dan kepala.

f. Distress respirasi atau penggunaan otot aksesori

pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.

7. Pola persepsi diri-konsep diri

a. Letupan suasana hati, gelisah, muka tegang.

b. Penyempitan kontinu perhatian.

c. Perubahan warna kulit.

11

Page 12: Isi Hipertensi

d. Gangguan koordinasi atau cara berjalan.

e. Kurang bertenaga, penampilan tidak rapi.

8. Pola peran dan hubungan

Hubungan ketergantungan karena klien masih dapat 

melakukan aktifitasnya namun sedikit terganggu.

9. Pola koping-toleransi stress

a. Depresi

b. Emosi yang labil.

c. Gelisah

d. Factor stress multiple.

10. Pola keyakinan-Nilai

Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi

pemilihan pengobatan.

2.2.1.4 Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum

2. Kesadaran

3. Tanda-tanda vital

4. Skala Nyeri

5. Pemeriksaan anggota tubuh (secara head to toe)

dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

b. Pemeriksaan Khusus (Kardiovaskuler)

Jantung diperiksa secara langsung dengan inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi dinding dada. Pendekatan

sistemik merupakan dasar pengkajian yang seksama.

Pemeriksaan dinding dada dilakukan pada enam daerah

dibawah ini :

1. Daerah aorta - ruang interkostal kedua pada sternum

kanan

12

Page 13: Isi Hipertensi

2. Daerah pulmonal-ruang interkostal kedua pada

sternum kiri

3. Titik erb - ruang interkostal ketiga pada sternum kiri.

4. Daerah tricuspid atau ventrikel kanan - ruang

interkostal empat dan lima pada sternum kiri.

5. Daerah apeks atau ventrikel kiri - ruang interkostal

kelima pada sternum kiri.

6. Daerah epigastrik-dibawah prosesus xifoideus.

Pemeriksaan kebanyakan dilakukan dengan pasien

dalam posisi supine dan kepala sedikit dinaikkan.

1. Inspeksi dan palpasi

Dengan cara sistematis, setiap daerah

prekordium diinspeksi dan dipalpasi. Terdapat impuls

normal  yang jelas dan terletak tepat di atas apeks

jantung,biasanya terlihat pada orang muda atau tua

yang kurus. Impuls ini disebut impuls apical atau titik

impuls maksimal (PMI) dan normalnya terletak pada

rongga interkostal kelima kiri pada garis medio-

klavikularis. Impuls apical terkadng dapat pula

dipalpasi. Normalnya terasa sebagai denyutan ringan,

dengan diameter 1-2 cm. Teraba pada saat awitan

bunyi jantung pertama dan berlangsung hanya

setengah sistolik. Secara normal, PMI hanya teraba

pada satu ruang interkostal. Bila PMI dapat teraba

pada dua daerah yang terpisah dan gerakan denyutnya

paradoksal (tidak bersamaan) harus dicurigai adanya

aneurisma ventrikel.

2. Perkusi

Secara normal, hanya batas jantung kiri yang

dapat dideteksi pada perkusi. Memanjang dari garis

medioklavikularis diruang interkostal ketiga sampai

13

Page 14: Isi Hipertensi

kelima. Batas kanan terletak dibawah  batas kanan

sternum dan tidak dapat dideteksi. Pembesaran

jantung baik ke kiri maupun ke kanan biasanya akan

terlihat. Pada beberapa orang yang dadanya sangat

tebal atau obes atau menderita emfisema, jantung

terletak jauh di bawah permukaan dada sehingga

bahkan batas kiripun tidak jelas kecuali bila

membesar.

3. Auskultasi

Auskultasi sistem  kardiovaskuler meliputi

pengkajian dalam mendeteksi bunyi S1 dan S2

normal, mendeteksi adanya bunyi S3 dan S4 yang

tidak normal dan bunyi murmur serta bunyi gesekan,

mengidentifikasi lokasi,radiasi,intensitas, nada dan

kualitas bunyi murmur. Serta mengidentifikasi bunyi

bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen dan arteri

femoral.

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Foto dada

b. CT scan

c. Hemoglobin atau hematokrit

d. Glukosa

e. Kalsium serum

f. VMA urin (metabolit ketokolamin)

g. Asam urat

h. IVP

i. EKG

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan

afterload, vaskonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular

14

Page 15: Isi Hipertensi

2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan

vasculer serebral

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen.

4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

masukan berlebihan dengan kebutuhan metabolik.

2.2.3 Perencanaan Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan

afterload, vaskonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular

a. Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan masalah penurunan curah jantung dapat teratasi

b. Kriteria hasil

1. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang

dapat diterima.

2. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah

atau kerja jantung.

3. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam

rentang normal pasien.

c. Intervensi:

1. Pantau tekanan darah. Ukur pada kedua tangan atau paha

untuk evaluasi awal.

Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran

lebih lengkap tentang keterlibatan masalah vaskuler.

2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan parifer.

Rasional : Denyut pada tungkai mungkin menurun

mencerminkan efek dari vasokonstriksi (peningkatan SVR)

dan kongesti vena.

3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.

Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat

karena adanya hipertropi atrium (peningkatan volume atau

15

Page 16: Isi Hipertensi

tekanan atrium). Perkembangan S3 menunjukkan hipertropi

ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles

mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya

atau gagal jantung kronik.

4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian

kapiler.

Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa

pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan

vasokonstriksi atau mencerminkan penurunan curah jantung.

5. Catat edema umum atau tertentu.

Rasional : Dapat mengindikasi gagal jantung, kerusakan

ginjal atau vaskular.

6. Berikan lingkungan tenang dan nyaman. Kurangi aktivitas

atau keributan lingkungan.

Rasional : Membantu menurunkan rangsang simpatis

meningkatkan relaksasi.

7. Pertahankan pembatasan aktivitas. Bantu pasien melakukan

aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.

Rasional : Menurunkan stres dan ketegangan yang

mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan peyakit

hipertensi.

8. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman.

Rasional : Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat

menurunkan rangsang simpatis.

9. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas

pengalihan.

Rasional : Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan

stres sehingga menurunkan tekanan darah.

10. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.

Rasional : Respon terhadap terapi obat “stepped” (yang

terdiri dari atas diuretik, inhibitor simpatis dan vasodilator)

tergantung pada individu dan efek sinergis obat.

16

Page 17: Isi Hipertensi

11. Berikan obat-obat sesuai indikasi, contoh: Diuretic tiazin

[kortikosteroid (diuri), hidroklorotiazid (esidrix atau

hidroDIURIL), bendroflumentiazid (Naturetin)].

Rasional : Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur

dengan obat lain untuk menurunkan tekanan darah pada

pasien dengan fungsi ginjal yang relatif normal.

12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.

Rasional : Pembatasan ini dapat menangani retensi cairan

respon hipertensif dengan menurunkan kerja jantung.

2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan

vasculer serebral

a. Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam

diharapkan masalah nyeri teratasi.

b. Kriteria hasil

1. Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan terkontrol

2. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan

c. Intervensi

1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.

Rasional : Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan

relaksasi.

2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit

kepala.

Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular

serebral dan memperlambat atau memblok respon simpatis

efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.

3. Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang

dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejan saat

buang air besar, batuk panjang, membungkuk.

17

Page 18: Isi Hipertensi

Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokonstriksi

menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan

vaskularserebral.

4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

Rasional : Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan

dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode

hipotensi postural.

5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur

bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah

dilakukan untuk menghentikan perdarahan.

Rasional : Meningkatkan kenyamanan umum. Kompres

hidung dan mengganggu menelan atau membutuhkan napas

dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral dan menger

membran mukosa.

6. Berikan sesuai indikasi: analgesik dan antiansieta, misalnya

lorazepam (ativan), diazepam (valium).

Rasional : Menurunkan atau mengontrol nyeri, menurunkan

rangsang sistem saraf simpatis dan mengurangi tegangan dan

ketidaknyamanan diperberat oleh stres.

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen.

a. Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan masalah intoleransi aktivitas teratasi.

b. Kriteria hasil

1. Peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur

2. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi

fisiologi

3. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan atau diperlukan

18

Page 19: Isi Hipertensi

c. Intervensi

1. Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan frekuensi

nadi serta peningkatan tekanan darah selama atau sesudah

aktivitas.

Rasional : Menyebutkan parameter membantu dalam

mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila

ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan

dengan tingkat aktivitas.

2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi.

Rasional : Teknik menghemat energi mengurangi

penggunaan energi dan membantu keseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen.

3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas perawatan diri.

Berikan bantuan sesuai kebutuhan.

Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah

peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan

hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian

dalam melakukan aktivitas.

4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

masukan berlebihan dengan kebutuhan metabolik.

a. Intervensi

1. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi

prilaku

Rasional : Kesalahan kebiasaan makanan menunjang

terjadinya ateroskelrosis dan kegemukan yang merupakan

preposisi untuk hipertensi dan komplikasinya.

2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan

kemungkinan startegi untuk mengatasinya.

Rasional : Mengindikasikan kekuatan atau kelemahan dalam

menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian dan

19

Page 20: Isi Hipertensi

membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana

pasien dapat mengontrol perubahan.

3. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas tubuh.

Rasional : Motivasi untuk penurunan berat badan adalah

internal, individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat

badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil

dan memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi

kebutuhan diet individual.

2.2.4 Evaluasi

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan

afterload, vaskonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.

a. Berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah

akibat beban kerja jantung

b. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang

dapat diterima

c. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang

normal pasien

2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan

vasculer serebral.

a. Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan

b. Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur

c. Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen.

a. Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol

b. Mengungkan metode yang memberikan pengurangan

c. Mengikuti reqman farmokologi yang diresepkan

4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

masukan berlebihan dengan kebutuhan metabolik.

a. Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan

20

Page 21: Isi Hipertensi

b. Menunjukkan perubahan pola makan

c. Melakukan atau mempertahankan program olaraga yang tepat

seacar individual

21

Page 22: Isi Hipertensi

BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Faktor

yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu factor keturunan, ciri

perseorangan (jenis kelamin, umur) dan kebiasaan hidup.

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya

gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada

ginjal, mata, otak, atau jantung.

Pada tahap evaluasi dan diagnosa keperawatan tertentu memerlukan

tindakan keperawatan dalam proses penyembuhan.

4.2 Saran

1. Pendekatan yang baik pada klien hendaknya dilakukan oleh semua tim

kesehatan terutama perawatan sehari - hari, hubungan yang dekat klien

agar klien merasa diperhatikan.

2. Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan

perawat, berharap klien agar keperawatan berjalan efektif dengan

menggunakan tujuan pelaksanaan dari tindakan yang dibuat seperti hasil

dari tujuan yang diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah

dimengerti.

3. Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi

dan tindakan tersebut.

4. Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan

keluarga klien, tim medis dalam proses keperawatan.

22

Page 23: Isi Hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1. Jakarta : Media

Aesculapius.

Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8

volume 2. Jakarta : EGC.

Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 4 volume 3. Jakarta :

EGC.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan

Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.

Corwin, J Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia. A. 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC.

23