34
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor . Farmakologi terutama terfokus pada 2 subdisplin yaitu farmakodinamik dan farmakokinetik. Farmakokinetik ialah apa yang dialami obat yang diberikan pada suatu makhluk yaitu absorpsi, distribusi, biotransformasi, dan eksresi. Subdisiplin farmakologi ini erat sekali hubungannya dengan nilmu kimia dan biokimia. Farmakodinamik menyangkut pengaruh obat terhadap sel hidup, organ atau makhluk secara keselurah erat berhubungan dnegan fisologi, biokomia dan patologi . Salah satu golongan obat yang dipelajari dalam farmakologi adalah golongan diuretik. Dieuretika adalah senyawa yang dapat menyebakan eksresi urin yang lebih banyak . Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai golongan obat diuretik. Diuretika adalah senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urin yang lebih banyak. Jika pada peningkatan ekskresi garam-garam, maka diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretika dalam arti sempit). DIURETIK 1

Isi Makalah.docx

  • Upload
    nurani

  • View
    235

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor . Farmakologi terutama terfokus pada 2 subdisplin yaitu farmakodinamik dan farmakokinetik. Farmakokinetik ialah apa yang dialami obat yang diberikan pada suatu makhluk yaitu absorpsi, distribusi, biotransformasi, dan eksresi. Subdisiplin farmakologi ini erat sekali hubungannya dengan nilmu kimia dan biokimia. Farmakodinamik menyangkut pengaruh obat terhadap sel hidup, organ atau makhluk secara keselurah erat berhubungan dnegan fisologi, biokomia dan patologi .Salah satu golongan obat yang dipelajari dalam farmakologi adalah golongan diuretik. Dieuretika adalah senyawa yang dapat menyebakan eksresi urin yang lebih banyak . Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai golongan obat diuretik. Diuretika adalah senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urin yang lebih banyak. Jika pada peningkatan ekskresi garam-garam, maka diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretika dalam arti sempit).Walaupun kerjanya pada ginjal,diuretika bukan obat ginjal,artinya senyawa ini tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal,demikian juga pada pasien insufisiensi ginjal jika diperlukan dialysis,tidak dapat ditangguhkan dengan penggunaan senyawa ini. Beberapa diuretika pada awal pengobatan justru memperkecil ekskresi zat-zat penting urin dengan mengurangi laju filtrasi glomerulus sehingga memperburuk insufisiensi ginjal2 .Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini, misalnya zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran), atau merintangi sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol)3 .1.2 Rumusan Masalah1. Apa saja interaksi obat yang terjadi pada penggunaan obat-obat diuretik?2. Bagaimana farmakokinetik dari obat-obat diuretik?3. Bagaimana farmakokinetik dari obat-obat diuretik ?4. Bagaimana kontarindikasi dari obat-obat diuretik?5. Bagaimana indikasi dari obat-obat diuretik?6. Dan bagaimana efek samping dari obat-obat diuretik?

1.3 Tujuan Makalah1. Untuk mengetahui defenisi dan fungsi dari golongan obat diuretik.2. Untuk mengetahui farmakokinetik dari obat diuretik.3. Untuk mengetahui farmakodinamik dari obat diuretik.4. Untuk mengetahui indikasi dari obat diuretik.5. Untuk mengetahui kontraindiksi dari obat diuretik.6. Untuk mengetahui efek samping dari obat diuretik.

Anatomi Ginjal

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 PengertianDiuretik adalah suatu obat yang dapat meningkatkan jumlah urine (diuresis) dengan jalan menghambat reabsorpsi air dan natrium serta mineral lain pada tubulus ginjal. Dengan demikian bermanfaat untuk menghilangkan udema dan mengurangi free load. Kegunaan diuretik terbanyak adalah untuk antihipertensi dan gagal jantung. Pada gagal jantung, diuretik akan mengurangi atau bahkan menghilangkan cairan yang terakumulasi di jaringan dan paru paru . di samping itu berkurang nya volume darah akan mengurangi kerja jantung.Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik.1. Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yangbekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akanmemberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.2. Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasijantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akanmemberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.3. Interaksi antara obat dengan reseptor.Kebanyakan bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan juga air diperbanyak.

Fungsi ginjal yaitu sebagai berikut :1. Memelihara kemurnian darah (mengeluarkan semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam darah)2. Meregulasi kadar garam dan cairan tubuh (pengaturan homeostatis; keseimbangan dinamis antara cairan intra dan ekstrasel serta volume total dan susunan cairan ekstrasel)

2.2 Proses DiuretikDimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan kapiler), yang terletak di bagian luar ginjal (cortex), yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam-garam dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari penyaringan dan berisi banyak air serta elektrolit akan ditampung dalam wadah (kapsul Bowman) dan disalurkan ke pipa kecil. Disini terjadi penarikan kembali secara aktif air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh (glukosa, ion-Na+ dll). Zat ini dikembalikan ke darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli. Sedang ampas yang tersisa dirombak melalui metabolisme protein (ureum) untuk sebagian diserap kembali. Akhirnnya, filtrat dari semua tubuli ditampung di ductus colligens (penampung) yang disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin.Ultrafiltrat yang dihasilkan perhari sekitar 180 liter (dewasa) yang dipekatkan sampai hanya tersisa lebih kurang 1 liter air kemih. Sisanya, lebih dari 99% direabsorpsi dan dikembalikan pada darah. Dengan demikian, suatu obat yang cuma sedikit mengurangi reabsorpsi tubulerm misalnya dengan 1%, mampu melipatgandakan volume kemih (menjadi Ca 2,6 liter).

2.3 Penggolongan DiuretikDiuretikdapatdibagi dalam beberapa kelompok, yakni :Tabel. DiuretikKelompokObat

Potassium-depleting diuretics

Penghambat karbonik anhidrase

Diuretik Kuat

Diuretik TiazidAsetazolamid, Diclofenamide(Dichlorphenamide), methazolamide

Bumetanide, asam Etacrynic, Furosemid, Piretanide, Torasemide

Altizide, Bemetizide, Bendroflumethiazide, Butizide, Chlorothiazide, Chlortalidone, Clopamide, Cyclopenthiazide, Cyclothiazide, Epitizide, Hydrochlorotiazide, Hydroflumethiazide, Indapamide, Mefruside, Methyclothiazide, Metolazone, Polythiazide, Teclothiazide, Trichlormethiazide, Xipamide.

Diuretik hemat kalium

Penghambat Aldesteron

LainnyaEplerenon, Kalium canrenoate, Spironolakton

Amiloride, Triamterene

1. DiuretikKuatDiuretik kuat inibekerjapada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6). Banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memiliki kurva dosis-efek curam, yaitu bila dosis dinaikkan efeknya senantiasa bertambah.Contoh obatnya adalahfurosemidayang merupakan turunan sulfonamid dan dapat digunakan untuk obat hipertensi. Mekanisme kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl di bagian ascending dari loop Henle (lengkungan Henle) dan tubulus distal, mempengaruhi sistem kontrasport Cl-binding, yang menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg, dan Ca. Contoh obat paten: frusemide, lasix, impugan.Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.

FurosemidFarmakokinetik :Obat furosemid mudah diserap melalui saluran cerna. Bioavabilitas furosemid 65% diuretik kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif sehingga tidak difiltrasi di glomerolus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport asam organik ditubuli proksimal. Dengan cara ini obat ini terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin sekali ditempat kerja didaerah yang lebih distal lagi.Mula kerja Furosemid pesat, oral 0,5 1 jam dan bertahan 4 6 jam, intravena dalam beberapa menit dan 2,5 jam lamanya reabsorbsinya dari usus 50%.IndikasiEdema pada jantung, hipertensi.Kontra indikasi Gangguan ginjal dan hati yang berat.Bentuk sediaan obatTablet, injeksi, infus.Dosis Oral , dewasa 20-40 mg pada pagi hari, anak 1-3 mg/kg bb; Injeksi, dewasa dosis awal 20-50 mg im, anak 0,5-1,5mg/kg sampai dosis maksimal sehari 20 mg; infus IV disesuaikan dengan keadaan pasien.Efek sampingGangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi seperti ruam kulit.PeringatanDapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; memperburuk diabetes mellitus; perbesaran prostat; porfiria.

2. Diuretik hemat kaliumDiuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida). Efek obat-obat ini lemah dan khusus digunakan terkominasi dengan diuretika lainnya untuk menghemat kalium. Aldosteron enstiulasi reabsorpsi Na dan ekskresi K, proses ini dihambat secara kompetitif oleh antagonis alosteron.Contoh obatnya adalahspironolaktonyang merupakan pengambat aldosteron mempunyai struktur mirip dengan hormon alamiah. Kerjanya mulai setelah 2-3 hari dan bertahan sampai beberap hari setelah pengobatan dihentikan. Daya diuretisnya agal lemah sehingga dikombinasikan dengan diuretika lainnya. Efek dari kombinasi ini adalah adisi. Pada gagal jantung berat, spironolakton dapat mengurangi resiko kematian sampai 30%. Resorpsinya di usus tidak lengkap dan diperbesar oleh makanan. Dalam hati, zat ini diubah menjadi metabolit aktifnya, kanrenon, yang diekskresikan melalui kemih dan tinja, dalam metabolit aktif waktu paruhnya menjadi lebih panjang yaitu 20 jam. Efek sampingnya pada penggunaan lama dan dosis tinggi akan mengakibatkan gangguan potensi dan libido pada pria dan gangguan haid pada wanita. Contoh obat paten: Aldacton, Letonal.

Antagonis AldosteronAldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat. Peranan utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli serta memperbesar ekskresi kalium. Yang merupakan antagonis aldosteron adalah spironolakton dan bersaing dengan reseptor tubularnya yang terletak di nefron sehingga mengakibatkan retensi kalium dan peningkatan ekskresi air serta natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan diuretik loop. Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya termasuk amilorida, yang bekerja pada duktus pengumpul untuk menurunkan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium dengan memblok saluran natrium, tempat aldosteron bekerja. Diuretik ini digunakan bersamaan dengan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium serta untuk pengobatan edema pada sirosis hepatis. Efek diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik kuat.

Mekanisme kerjaPenghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus renalis rektus untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+.Farmakokinetik70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik dan metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya kankrenon. Kankrenon mengalami interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif.Efek sampingEfek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan reversibel diantaranya ginekomastia, dan gejala saluran cernaIndikasiAntagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi kalium, disamping memperbesar diuresis.Sediaan dan dosisSpironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis dewasa berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau terbagi.Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg, serta antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.

Triamteren dan AmiloridKedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan klorida, sedangkan eksresi kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak mengalami perubahan. Triamteren menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalium di sel tubuli distal. Dibandingkan dengan triamteren, amilorid jauh lebih mudah larut dalam air sehingga lebih mudah larut dalam air sehingga lebih banyak diteliti. Absorpsi triamteren melalui saluran cerna baik sekali, obat ini hanya diberikan oral. Efek diuresisnya biasanya mulai tampak setelah 1 jam. Amilorid dan triameteren per oral diserap kira-kira 50% dan efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berkahir sesudah 24 jam.Efek sampingEfek toksik yang paling berbahaya dari kedua obat ini adalah hiperkalemia. Triamteren juga dapat menimbulkan efek samping yang berupa mual, muntah, kejang kaki, dan pusing.Efek samping amilorid yang paling sering selain hiperkalemia yaitu mual, muntah, diare dan sakit kepala.IndikasiBermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini akan bermanfaat bila diberikan bersama dengan diuretik golongan lain, misalnya dari golongan tiazid.SediaanTriamteren tersedia sebagai kapsul dari 100mg. Dosisnya 100-300mg sehari. Untuk tiap penderita harus ditetapkan dosis penunjangtersendiri.Amilorid terdapat dalam bentuk tablet 5 mg. Dosis sehari sebesar 5-10mg. Sediaan kombinasi tetap antara amilorid 5 mg dan hidroklortiazid 50 mg terdapat dalam bentuk tablet dengan dosis sehari antara 1-2 tablet.

3. Diuretik golongan tiazidDiuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama, terutama digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Memiliki kurva dosis-efek datar yaitu jika dosis optimal dinaikkan, efeknya (diuresis dan penurunan tekanan darah) tidak bertambah.Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.hidroklorthiazidaadalah senyawa sulfamoyl dari turunan klorthiazida yang dikembangkan dari sulfonamid. Bekerja pada tubulus distal, efek diuretiknya lebih ringan daripada diuretika lengkungan tetapi lebih lama yaitu 6-12 jam. Banyak digunakan sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sedang karenadaya hipitensifnya lebih kuat pada jangka panjang. Resorpsi di usus sampai 80% dengan waktu paruh 6-15 jam dan diekskresi lewat urin secara utuh. Contoh obat patennya adalah Lorinid, Moduretik, Dytenzide.

4. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidraseDiuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat.Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat, juga Na dan K diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan air.Khasiatdiuretiknya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie maka perlu digunakan secara berselang-seling.Asetozolamidditurunkan r sulfanilamid. Efek diuresisnya berdasarkan penghalangan enzim karboanhidrase yang mengkatalis reaksi berikut:CO2+ H2O H2CO3H++ HCO3+Akibat pengambatan itu di tubuli proksimal, maka tidak ada cukup ion H+lagi untuk ditukarkan dengan Na sehingga terjadi peningkatan ekskresi Na, K, bikarbonat, dan air. Obat ini dapat digunakan sebagai obat antiepilepsi. Resorpsinya baik dan mulai bekerja dl 1-3 jam dan bertahan selama 10 jam. Waktu paruhnya dalam plasma adalah 3-6 jam dan diekskresikan lewat urin secara utuh. Obat patennya adalah Miamox. Yangtermasukgolongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.

5. Diuretik osmotikIstilah diuretic Osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diskskresi oleh ginjal. Suatuzat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat:1. Difiltrasi secara bebas oleh glomerulus.2. Tidak atau hanya sedikit direbasorbsi sel tubulus ginjal.3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert, dan4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik.Dengan sifat-sifat ini, maka diueretik osmotic dapat diberikan dalam jumlah cukup besar sehingga turut menentukan derajat osmolalitas plasma, filtrate glomerulus dan cairan tubuli.

Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja : Tubuli proksimalDiuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya. Ansa HenleDiuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun. Duktus KoligentesDiuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.Obat-obat ini direabsorpsi sedikit oleh tubuli sehingga reabsorpsi air juga terbatas. Efeknya al diuresis osmotik dengan ekskresi air tinggi dan eksresi Na sedikit.Istilah diuretik osmotik biasanya dipakaiuntuk zat bukanelektrolityang mudah dan cepat diekskresi oeh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.

2.4 Mekanisme Kerja DiuretikKebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air-diperbanyak.Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni:1. Tubuli proksimal.Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secera aktif untuk 70%, antara lain ion Na+dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsopsi belangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhap plama. Diuretik osmosis bekerja di tubulus proksimal dengan merintangi rabsorpsi air dan natrium.

2. Lengkungan Henle.Di bagian menaiknya ca 25% dari semua ion Cl-yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari Na+dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl-begitupula reabsorpsi Na+, pengeluaran air dan K+diperbanyak.

3. Tubuli distal.Di bagian pertmanya, Na+dirabsorpsi secara aktif tanpa air hingga filtrat menjadi lebi cair danlebihhipotonis. Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak eksresi Na+dan Cl-sebesar 5-10%. Pada bagian keduanya, ion Na+ditukarkan dengan ion K+atau NH4+proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron dan zat-zat penghemat kalium bekerja di sini dengan mengekskresi Na+dan retensi K+.

4. Saluran Pengumpul.Hormon antidiuretik (ADH) dan hipofise bekerja di sini dengan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.

2.5 Toksisitas DiuretikPada pengobatan hipertensi, sebagian besar efek samping yang lazim terjadi adalah deplesi kalium. Walaupun hipokalemia ringan dapat ditoleransi oleh banyak pasien , hipokalemia dapat berbahaya pada pasien yang menggunakan digitalis, pasien dengan aritmia kronis, pada infarktus miokardium akut atau disfungsi ventrikel kiri. Kehilangan kalium diimbangi dengan reabsorpsi natrium. Oleh karenanya ,pembatasan asupan natrium dapat meminimalkan kehilangan kalium. Diuretik glukosa, dan peningkatan konsentrasi lemak serum. Diuretik dapat meningkatkan konsentrasi uric acid dan menyebabkan terjadinya gout (pirai). Penggunaan dosis rendah dapat meminimalkan efek metabolik yang tidak diinginkan tanpa mengganggu efek antihipertensinya .

2.6 Penggunaan Obat Diuretik1. HipertensiDengan cara mengurangi volume darah sehingga tekanan darah turun. Guna mengurangi darah seluruhnya hingga tekanan darah (tensi) menurun. Derivat thiazida digunakan untuk indikasi ini. Diuretika lengkungan pada jangka panjang ternyata lebih ringan efek antihipertensifnya. Mekanisme kerjanya berdasarkan penurunan daya-tahan pembuluh perifer. Dosis yang diperlukan untuk efek antihipertensi adalah jauh lebih rendah daripada dosis diuretis. Thiazida memperkuat efek obat-obat hipertensi beta blocker dan ACE inhibitor, sehingga sering dikombinasikan dengannya.

2. Gagal jantung Cirinya peredaran darah tidak sempurna dan terdapat cairan berlebihan pada jaringan. Contohnya : udem,paru-paru,sindrom nefrotik,cirosis hati. Cirinya adalah peredaran tak sempurna dan terdapat cairan berlebihan di jaringan, sehingga air tertimbun dan terjadi udema, misalnnya pada paru-paru. Begitu pula pada sindro nefrotis yang bercirikan udema tersebar akibat proteinuria hebat karena permeabilitas dipertinggi dari membran glomeruli. Pada busung perut dengan air tertumpuk di rongga perut akibat cirrosis hati. Untuk indikasi ini terutama digunakan diuretika lengkungan, dalam keadaan parah akut secara intravena. Thiazida dapat memperbaiki efeknya pada pasien dengan insufiensi ginjal. Thiazid juga digunakan dalam situasi di mana diuresis pesat bisa mengakibatkan kesulitan, seperti pada hipermetrofi prostat.

2.7 Masalah Yang Timbul Pada Pemberian Diuretik1. HipokalemiaTerjadinya hipokalemia pada pemberian diuretik adalah :a. Peningkatan aliran urin dan natrium di tubulus distal, meningkatkan sekresi kalium di tubulus distal.b. Peningkatan kadar bikarbonat (muatan negatip meningkat) dalam tubulus distal akibat hambatan reabsorbsi di tubulus proksimal oleh penghambat karbonik anhidrase akan me-ningkatkan sekresi kalium di tubulus distal.c. Diuretik osmotik akan menghambat reabsorbsi kalium di tubulus proksimal.d. Diuretik loop juga menghambat reabsorbsi kalium di thick ascending limb2. HiperkalemiaPemberian diuretik jenis potassium-sparing akan meningkatkan kadar kalium darah. Ada 3 jenis diuretik ini yaitu Spiro-nolakton, Amiloride, Triamterene. Kerja Spironolakton ber-gantung pada tinggi rendahnya kadar Aldosteron. Amiloride dan Triamterene tidak tergantung pada Aldosteron. Seluruhnya menghambat sekresi kalium di tubulus distal.

3. Hiponatremia Tanda-tanda hiponatremia akibat diuretika ialah kadar natrium urin > 20 mq/L, kenaikan ringan ureum dan kreatinin, hipokalemia dan terdapat alkalosis metabolik. Hiponatremia dapat memberikan gejala-gejala bahkan kematian. Cepatnya penurunan kadar natrium (kurang dari 12 jam), kadar natrium < 110 meq/L, terdapat gejala susunan saraf pusat, merupakan pertanda buruk akibat hponatremia. Keadaan ini harus di-tanggulangi secepatnya.

4. Deplesi cairanPengurangan cairan ekstraseluler merupakan tujuan utama dalam pemakaian diuretik. Keadaan ini sangat menguntungkan pada edema paru akibat payah jantung. Pada keadaan sindrom nefrotik, terutama dengan hipoal-buminemi yang berat, pemberian diuretik dapat menimbulkan syok atau gangguan fungsi ginjal.

5. Gangguan keseimbangan asam basaDiuretik penghambat karbonik anhidrase dapat menyebabkan asidosis metabolik akibat dua proses di atas. Diuretik potassiumsparing menghambat sekresi ionH se-hingga dapat menyebabkan asidosis metabolik.

6. Gangguan metabolica. HiperglikemiaDiuretik dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa (hiperglikemi). Hipokalemia akibat pemberian diuretik di-buktikan sebagai penyebab gangguan toleransi ini (respon insulin terhadap glukosa pada fase I dan fase II terganggu).

b. Hiperlipidemia Trigliserida, kolesterol, CholHDL, CholVLDL akan meningkat dan CholHDL akan berkurang pada pemberian diuretik jangka lama.

c. Antagonis Aldosteron akan menghambat ACTH, meng-ganggu hormon androgen (anti androgen). Mengakibatkan terjadinya ginekomastia atau gangguan menstruasi.

d. Hiperurikemia Penggunaan diuretik dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat. Karena terjadi pengurangan volume plasma maka filtrasi melalui glomerulus berkurang dan absorbsi oleh tubulus meningkat. Dipengaruhi juga oleh ada atau tidaknya hipo-natremi.

e. HiperkalsemiaPemberian diuretik tiasid akan meninggikan kadar kalsium darah. Ekskresi kalsium melalui urin akan berkurang. Peninggian kalsium darah ini disebutkan juga mempunyai hu-bungan dengan keadaan hiperparatiroid.f. HipokalsemiaDiuretik loop menyebabkan hipokalsemi akibat peningkatan ekskresi kalsium melalui urin.

2.8 Efek Samping Obat Diuretik1. Hipokaliemia Yaitu kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretika dengan tempat kerja di bagian muka tubuli distal memperbesar ekskresi ion K+ dan H+ karena ditukarkan dengan ion Na+. Akibatnya adalah kadar kalum plasma dapat turun di bawah 3,5 mml/liter. Keadaan ini terutama terjadi pada penanganan gagal jantung dengan dosis tinggi furosemida atau bumetamida, mungkin bersama thiazida. Gejalanya berupa kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia, kadang-kadang aritmia jantung. Pasien jantung dengan gangguan ritme atau yang diobati dengan digitalis harus dimonitor dengan seksama, karena kekurangan kalium dapat memperhebat keluhan dan meningkatkan toksisitas digoksin.

2. Hiperurikemia Akibat retensi asam urat dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali amirolida. Diduga disebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko lebih tinggi untuk retensi asam urat dan serangan encok pada pasien yang peka.

3. HiperglikemiaDapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi, akibat dikuranginya metabolisme glukosa berhubungan dengan sekresi insulin yang ditekan. Terutama thiazida dan efek antidiabetika oral diperlemah olehnya.

4. Hiperlipidemia Ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar kolesterol total dan trigliserida. Pengecualian adalah indapamida yang praktis tidak meningkatnya kadar lipid tersebut.

5. HiponatriemaAkibat diuresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretika lengkungan, kadar Na plasma dapat menurun keras dengan akibat hiponatriema. Gejalanya berupa gelisah, kejang otot, haus, letargi, dan kolaps.

6. Lain-lainGangguan lambung-usus, rasa letih, nyeri kepala, pusing, dan jarang reaksi alergis kulit. Ototoksisitas dapat terjadi pada penggunaan furosemida/bumetemida dalam dosis tinggi.

2.9 Interaksi Obat Diuretik dengan Obat LainKombinasi dari obat-obat lain bersama diuretika dapat menimbulkan interaksi yang tidak dikehendaki, seperti: Penghambat ACE, dapat menimbulkan hipotensi yang hebat, maka sebaiknya baru diberikan setelah penggunaan diuretikum dihentikan selama 3 hari. Obat-obat rema (NSAIDs) dapat agak memperlemah efek diuretis dan antihipertensif akibat retensi natrium dan airnya. Kortikosteroida dapat memperkuat kehilangan kalium. Aminoglikosida: ototoksisitas diperkuat berhubung diuretika sendiri dapat menyebabkan ketulian (reversibel). Antidiabetika oral dikurangi efeknya bila terjadi hiperglikemia. Litiumklorida dinaikkan kadar darahnya akibat terhambatnya ekskresi.

1. Asetazolamid dengan NSAIDAsetazolamid dengan NSAID serupa dengan akibat OAINS yang meningkatkan risiko gagal ginjal akut.

2. Asetazolamid dengan TimololPenggunaan tablet acetazolamide dengan tetes mata timolol mengakibatkan asidosis pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik.

3. Cyclothiazide/Pravastatin dengan triamterenpravastatin meningkatkan potensi Hiperkalemia dari diuretik thazide pada titik di mana terus terang diabetes berkembang. Hal ini merupakan tampaknya akan menjadi alasan normal untuk menghindari penggunaan obat ini secara bersaman.

4. EplerenoneCYP3A4inhibitorKetokonazol secara nyata meningkatkan AU Ceplerenone, dan kontraindikasi penggunaanbersamaan. Demikian pula, penggunaan bersamaan inhibitor dari CYP3A4 harus dihindari. Ringan sampai sedang inhibitor CYP3A4 (termasukdiltiazem, flukonazol, saquinavirdanverapamil) meningkatkan AU Ceplerenone hingga hampir tiga kali lipat. Jus jeruk memiliki efek kecil tapi penting.

5. Resinmengikatfurosemide dengan Asam-EmpeduColestyramine dan colestipol nyata mengurangipenyerapan dan diuretik efek furosemide.

6. Furosemide dengan CloralhydratInjeksi intravena furosemide setelah pengobatan dengan cloralhidrat menyebabkan berkeringat, muka memerah, tekanan darah variabel dan takikardia .

7. Furosemide dengan FenitoinEfek diuretik furosemide dapat dikurangi sebanyak 50 % jika fenitoin juga diberikan.

8. Diuretik Kuat dengan H2-Antagonis ReseptorRanitidin dan Cimetidin dapat menyebabkan cukup peningkatan dalam bioavaiabilitas furosemid tetapi tidak terakait dengan peningkatan terhadap efek diuretik.Cimetidin muncul tidak untuk berinteraksi dengan Torasemid.

9. Diuretik Kuat dengan ProbenesidProbenesid mengurangi klirens ginjal oleh furosemid, tetapi tidak menurunkan keseluruhan efek diuretik.Probenesid menurunkan efek natriuretik piretanid tetapi hubungan klinis ini tidak diketahui.Probenesid tidak secara signifikan mempengaruhi diuresis bumetanid.

10. Kalium-sparing diuretik NSAIDPenggunaan bersamaan triamterene dan indometasin telah, dalam beberapa kasus, dengan cepat menyebabkan gagal ginjal akut.Sebuah kasus yang terisolasi dari gangguan ginjal dengan diklofenak telah dilaporkan pada pasien mengambil.

BAB IIIKESIMPULAN

3.1 Kesimpulan1. Diuretik adalah suatu obat yang dapat meningkatkan jumlah urine (diuresis) dengan jalan menghambat reabsorpsi air dan natrium serta mineral lain pada tubulus ginjal.2. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal.3. Penggunaan obat diuretik adalah pada penyakit hipertensi dan penyakit gagal ginjal.4. Indikasi dari obat diuretik yaitu gagal jatung, edema refrakter, asites dan edema akibat gagal ginjal serta menurunkan kadar kalsium plasma, dll.5. Kontraindikasi dari obat diuretik adalah jangan berikan pada keadaan gagal ginjal yang disertai anuria, dll.6. Efek samping yang diakibatkan oleh obat ini yaitu ototoksitas, hiperurisemi, hiporolemia akut dan kekurangan kalium, dll.

3.2 SaranUntuk mengetahui lebih lanjut mengenai obat diuretik maka para pembaca maupun penyusun harus lebih banyak lagi menggunakan refrensi yang jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan dan Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: UI.Mutschler, Ernst. 2007. Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi Edisi 5: ITB.Tim Penyusun. 2011. Diuretika. Samarinda: Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.Neal,M.J, 2006.At a Glance FARMAKOLOGI MEDIS Edisi kelima. : Jakarta :ErlanggaKatzung, Bertram G., 1986, Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : Salemba Medika.Siregar, P., W.P., R. Oesman, R.P. Sidabutar. (2008). Masalah Penggunaan Diuretika.www.kalbe.co.id.Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

DIURETIK 22