10
Hilda Amanda:Mahasiswa FKIPUniversitas Jambi Page 1 ARTIKEL ILMIAH Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Fenolik Dari Tumbuhan Patikan Cina (Euphorbia thymifolia Linn) Oleh : Fitrie Wulandini A1C108031 PRODI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Januari 2013

Isolasi Dan Karakterisasi Fenolik Dari Patikan Cina

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yo kui

Citation preview

Page 1: Isolasi Dan Karakterisasi Fenolik Dari Patikan Cina

Hilda Amanda:Mahasiswa FKIPUniversitas Jambi Page 1

ARTIKEL ILMIAH

Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Fenolik Dari Tumbuhan

Patikan Cina (Euphorbia thymifolia Linn)

Oleh :Fitrie Wulandini

A1C108031

PRODI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

Januari 2013

Page 2: Isolasi Dan Karakterisasi Fenolik Dari Patikan Cina

Hilda Amanda:Mahasiswa FKIPUniversitas Jambi Page 2

Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Fenolik Dari Tumbuhan Patikan Cina(Euphorbia thymifolia Linn)

Oleh“Hilda Amanda”

Pembimbing : Afrida, S. Si, M, Si dan Drs Faizar Farid. M, SiProgram Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamFakultas Keguuan dan Ilmu Kependidikan Universitas Jambi

ABSTRAK

Patikan Cina (Euphorbia Prostrata Linn) masih satu famili dengan PatikanKerbau, yaitu dalam keluarga Euphorbiaceae yang masih perlu untuk dikembangkankarena memiliki banyak khasiat. Salah satu upaya untuk memanfaatkan tanamantersebut secara maksimal dapat dilakukan kajian-kajian kandungan senyawa aktif daritanaman tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi senyawafenolik dari ekstrak metanol patikan cina.

Serbuk patikan Cina sebanyak 400 gram maserasi menggunakan pelarutmetanol. ekstrak hasil maserasi kemudian dievaporasi untuk menguapkan pelaruthingga diperoleh ekstrak pekat bebas pelarut. Ekstrak pekat metanol dipartisi denganmetanol : etil asetat (1:1), sehingga diperoleh ekstrak metanol dan etil asetat. Ekstraketil asetat hasil partisi kemudian dievaporasi diperoleh ekstrak kering etil asetat (10, 02gram). Ekstrak etil asetat dikromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi vakun cair(KVC) dan kromatografi kolom gravitasi (KKG) sehingga diperoleh noda palingsederhana atau noda tunggal.

Pemisahan ekstrak pekat etil asetat dengan KVC menggunakan fasa diam silikagel Merck 60 (0.040 – 0.063 mm) dan fasa gerak n-heksan:etil asetat dari hasil KVCdiperoleh 16 fraksi . Fraksi-fraksi tersebut di KLT, kemudian di KKG denganmenggunakan fasa diam silika gel Merck Merck 60 60 (0.2 - 0.5 mm) mesh dan fasagerak n-heksan : etil asetat menghasilkan 5 fraksi dimana bedasarkan hasil KLT fraksi 3menunjukkan noda tunggal. Untuk menentukan gugus struktur isolat tersebut dilakukandengan spektroskopi UV dan IR. Data spektrum UV mempunyai maks 409,01 nm. DataIR menunjukkan adanya gugus O – H (asam karboksilat) terdapat pada bilangangelombang 3521.38, yang terdapat pada bilangan gelombang 2362.37, Sedangkan C - H(alkana) terdapat pada bilangan gelombang 2926.45 dengan diperkuat denganmunculnya 5 serapan C – H (alkana) lainnya pada daerah bilangan gelombang 2857.99,1447.31, 1370.18, 868.774, dan 757.887. Terdapat juga gugus C = O (karbonil) padadaerah bilangan gelombang 1693.19, dan C – O (alkohol, eter, asam karboksilat, ester)pada daerah bilangan gelombang 1098.26.

Identifikasi struktur berdasarkan data spektrum UV dan IR menunjukkan bahwaisolat tersebut merupakan senyawa fenolik.

Kata Kunci : Euphorbia thymifolia Linn, isolasi dan karakterisasi, fenolik.

Page 3: Isolasi Dan Karakterisasi Fenolik Dari Patikan Cina

Hilda Amanda:Mahasiswa FKIPUniversitas Jambi Page 3

I. Pendahuluan

Tanaman obat adalah tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisionaluntuk mengobati berbagai penyakit. Sejak dahulu, tanaman obat telah digunakanmasyarakat Indonesia untuk mengobati berbagai jenis penyakit yang dideritanya, baikbagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat tersebutlebih banyak dipilih masyarakat sebagai bahan alternatif pengganti obat-obatan kimiayang relatif mahal harganya. Dalam pengobatan secara tradisional sebagian besarramuan berasal dari tumbuh-tumbuhan baik berupa akar, kulit batang, kayu, daun, ataubijinya. Agar pengobatan secara tradisional dapat dipertanggung jawabkan makadiperlukan penelitian ilmiah seperti penelitian dibidang farmakologi, toksikologi,identifikasi, dan isolasi zat kimia aktif yang terdapat dalam tumbuhan.

Indonesia yang beriklim tropis memiliki persediaan tanaman obat yang cukupmelimpah. Banyak sekali tumbuhan yang telah dimanfaatkan sebagai obat untukmenyembuhkan berbagai jenis penyakit, salah satunya adalah tumbuhan Patika Cina(Euphorbia thymifolia Linn). Tanaman ini merupakan genus Eophorbia dari familiEuphorbiaceae dan kingdom plantae (http://id.wikipedia.org/wiki/Euphorbiaceae),dengan ciri terna kecil merayap, kadang-kadang setengah tegak, berambut, terdapat dimana-mana diantara rumput - rumput, pada tempat-tempat yang agak basah sampaiketinggian 1.400 m dari permukaan laut. Batang dan daunnya agak kemerah-merahan,bila dipatahkan mengeluarkan getah. Daunnya bersirip genap, kecil-kecil, bulat telur,berhadapan, baunya wangi. Bunga berwarna merah muda dan tanaman memiliki rasaagak asam.( http://www.iptek.net.id)

Keberadaan tanaman tersebut di alam terkesan masih kurang mendapat perhatiandari masyarakat. padahal selain berperan sebagai tanaman liar, tanaman ini jugaberpotensi untuk dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat daerah pedesaan sebagianterbiasa menggunakan seluruh bagian tumbuhan patikan cina untuk Obat disentribasiler, thypus, herpes zoster, enteritis, diare, wasir berdarah, eksim, dan dermatitis(Utami, 2008)

Euphorbiaceae yang berpotensi sebagai bahan obat-obatan telah seringdiungkapkan, akan tetapi dengan makin bertambahnya penelitian di bidang taksonomiyang mengungkapkan data dasar dari setiap jenis tumbuhan, maka makin bertambahpula informasi jenis-jenis yang belum pernah dilaporkan sebelumnya. ( Djarwaningsih )

II. Tinjauan Pustaka

Marga Euphorbia merupakan salah satu marga yang mempunyai anggotaterbesar dari suku Euphorbiaceae, yaitu sebanyak 1000 jenis dan terbesar hampir diseluruh daerah tropik di dunia. Anggota marga Euphorbia mempunyai bentuk yangbervariasi dari herba, sukulen, perdu dan pohon dimana kegunaan dari tumbuhan inipunbervariasi pula diantaranya sebagai tanaman obat, hias, tanaman pagar meskipun masihbanyak juga yang tumbuh meliar (Munawaroh dan Astuti).

Patikan Cina (Euphorbia Prostrata Linn) masih satu famili dengan PatikanKerbau, yaitu dalam keluarga Euphorbiaceae. Patikan cina merupakan terna kecil yangmerayap atau kadang-kadang setengah tegak. Batang dan daunnya berwarna agakkemerahan dan jika dipatahkan akan mengeluarkan getah. Daun berbentuk bulat telur,bersirip genap, berukuran kecil, letak berhadapan, dan baunya wangi. Bunga berwarnamerah muda (Utami, 2008).

Page 4: Isolasi Dan Karakterisasi Fenolik Dari Patikan Cina

Hilda Amanda:Mahasiswa FKIPUniversitas Jambi Page 4

Menurut Handayani (2003) Patikan Cina merupakan tumbuhan liar yang tumbuhdi halaman atau tempat lain yang berketinggian 1400m dpl. Di beberapa daerah disebutdengan nama kimules, krokot cina, gelang pasir, kemeniran, ruangkaan gede, useupnana, jalu-jalu tona, dan patekan cina.

Semua bagian tumbuhan Patikan Cina berkhasiat sebagi obat disentri basiler,thypus abdominalis, herpes zoster, enteritis, diare, wasir berdarah, eksim, dan dermatitis(Utami, 2008).

Daun Patikan Cina dimanfaatkan untuk mengobati disentri, wasir, kurang darah,luka, bengkak, dan darah kotor. Semua bagian tumbuhan dapat dimanfaatkan untukmengobati mencret dan cacingan akibat cacing gelang (Handayani 2003).

Menurut Handayani (2003) daun Patikan Cina mengandung zat asam tanat,alkaloida, dan damar. Selain itu tubuhan patikan cina mengandung miricyl alkohol,taraxerol, tirucalol, kamzuiol, hentriacontane, dan cosmosin ( Utami, 2008), Sedangkanmenurut hasil telaah fitokimia herba patikan cina yang dilakukan Evelin dkk di sekolahFarmasi ITB menunjukkan bahwa terdapat kandungan senyawa alkaloid, flavonoid,tanin dan steroid/triterpenoid.

Senyawa fenolik meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhanyang mempunyai ciri sama, yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau duagugus OH. Senyawa penolik di alam sangat luas, mempunyai pariasi struktur yang luas,mudah di temukan di semua tanaman, daun, bunga dan buah. Ribuan senyawa fenolikalam telah diketahui strukturnya, antara lain Flavonoid, fenol monosiklik sederhana,fenil fropanoid,polifenol(lignin, melanin, tannin), dan kuinon fenolik. Banyak senyawafenolik alami mengadung sekurang-kurangnya satu gugus hidroksil dan lebih banyakyang membentuk senyawa eter, ester, atau glioksida dari pada senyawa bebasnya.

Dalam keadaan murni, senyawa fenol berupa zat padat yang tidak berwarna, tetapijika teroksidasi akan berubah menjadi gelap. Kelarutan fenol dalam air akan bertambah,jika gugus hidroksil makin banyak. Senyawa fenolik memiliki aktivitas biologis yangberaneka ragam, dan banyak digunakan dalam reaksi enzimatik oksidasi koplingsebagai substrat donor H. Reaksi oksidasi kopling, selain membutuhkan suatu oksidatorjuga memerlukan adanya suatu senyawa yang dapat mendonorkan H. Fitokimia ataukadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrienyang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalampenggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanyadigunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidakdibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagikesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat iniberbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional,yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaanzat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalamjangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut(http://id.wikipedia.org/wiki/Fitokimia).

Yang dimaksud dengan skrining fitokimia adalah pemeriksaan kimia secarakualitatif terhadap senyawa-senyawa aktif biologis (metabolit sekunder/bahan alam).Oleh karena pada umumnya yang merupakan senyawa aktif tersebut adalah senyawa-senyawa organik, maka pemeriksaan skrining fitokimia terutama ditujukan terhadapgolongan-golongan senyawa-senyawa organik : alkaloida, steroida/terpenoida,flavonoida, fenolik, kumarin, kuinon, saponin, tannin, ligan dan glikosida,dll(Farnsworth,1966)

Page 5: Isolasi Dan Karakterisasi Fenolik Dari Patikan Cina

Hilda Amanda:Mahasiswa FKIPUniversitas Jambi Page 5

Maserasi merupakan proses penyarian senyawa kimia secara sederhana dengancara merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarutyang sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut. Penyarian zat-zat berkhasiat darisimplisia, baik simplisia dengan zat khasiat yang tidak tahan pemanasan. Sampelbiasanya direndam selama 3-5 hari, sambil diaduk sesekali untuk mempercepat prosespelarutan komponen kimia yang terdapat dalam sampel. Maserasi dilakukan dalambotol yang berwarna gelap dan ditempatkan pada tempat yang terlindung cahaya.Ekstraksi dilakukan berulang-ulang kali sehingga sampel terekstraksi secara sempurnayang ditandai dengan pelarut pada sampel berwarna bening. Sampel yang direndamdengan pelarut tadi disaring dengan kertas saring untuk mendapat maseratnya.

Ekstraksi cair-cair atau lebih dikenal dengan nama partisi biasa di lakukandengan menggunakan corong pisah. Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang tidakbercampur satu sama lain atau pelarut yang mempunyai kepolaran yang berbeda. Dasarekstraksi cair-cair adalah solute (zat terlarut) terdistribusi antara dua cairan yang tidakbercampur (Sastrohamidjojo, 1985). Keberhasilan dalam suatu proses ekstraksibergantung pada kejelian dalam pemilihan pelarut yang tepat. Pemilihan pelarutbiasanya disesuaikan dengan sifat kandungan kimia yang akan di isolasi. Ekstraksiuntuk masing-masing pelarut lebih baik dilakukan beberapa kali, karena denganpengekstraksian beberapa kali akan terjadi pengekstraksi lebih sempurna(Ibrahim,1998).

Perkolasi adalah cara ekstraksi padat-cair dengan menggunakan alat percolator.Teknik pengerjaanya hampir sama dengan maserasi (Ibrahim,1998).

Pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahuikuantitasnya merupakan masalah penting dari pekerjaan di laboratorium kimia. Untuk itu,kemurnian bahan atau komposisi campuran dengan kandungan yang berbeda dapatdianalisis dengan benar. Kontrol kualitas, analisis bahan makanan dan lingkungan, tetapijuga kontrol dan optimasi reaksi kimia dan proses berdasarkan penentuan analitik darikuantitas material. Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif padacampuran bahan adalah kromatografi. Kromatografi adalah suatu teknik pemisahancampuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam mediumtertentu. Pada kromatografi komponen – komponennya akan dipisahkan antara dua faseyaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkanfase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahanpada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerakakan bergerak lebih cepat. Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansicampuran menjadi komponen – komponennya ( Gritter, 1991).

III. Prosedur Kerja

3.1 Kromatografi Lapis TipisSebelum dilakukan pemisahan, sampel terlebih dahulu dianalisis dengan

kromatografi lapis tipis (KLT). KLT ini dilakukan untuk mengetahui eluen yang tepatpada kromatografi kolom vakum dan kromatografi kolom gravitasi.

Adapun cara KLT yaitu, sediakan plat KLT lalu totolkan sampel denganmenggunakan pipa kapiler ke atas plat, biarkan beberapa saat, sediakan chember dan isidengan eluen, lalu masukakn plat tadi ke dalam chember tutup dengan kaca datar.Setelah eluen naik sampai tanda batas, lalu plat dikeluarkan dan diletakkan di bawahsinar UV untuk melihat noda. Agar nodanya lebih jelas, plat ditetesi larutan seriu sulfatdan dibiarkan beberapa saat, setelah itu dipanaskan diatas hot plat, akan terlihat warna

Page 6: Isolasi Dan Karakterisasi Fenolik Dari Patikan Cina

Hilda Amanda:Mahasiswa FKIPUniversitas Jambi Page 6

coklat jika terdapat noda. Pada kromatografi selanjutnya eluen yang digunakan adalaheluen yang menunjukkan pemisahan paling baik pada KLT.

3.2 Kromatografi Vakum cairHal pertama yang dilakukan pada kromatografi vakum cair yaitu menyediakan

alat kolom. Silika gel bertindak sebagai fasa diam. Ketika silika gel dimasukan,pastikan kran dibawah terbuka, sehingga terjadi elusi dan agar silika gel padat sertatidak terdapat gelembung – gelembung udara. Hal ini dikarenakan gelembung udaratersebut dapat mempengaruhi elusi dan dapat menyebabkan keretakan pada silika gel.

Sampel yang telah diimpregnasi diatas silika gel dimasukan. Impregnasi yaitupraadsorpsi sampel pada fasa diam. Tujuan dilakukan impregnasi adalah meratakansampel supaya cepat terjadi elusi, pemisahannya bagus dan hasil pemisahan yang turunrata.

Pelarut yang digunakan untuk mengelusi adalah n-heksan dan etil asetat.Dimana dilakukan dengan kepolaran yang bertingkat dengan tujuan agar yang keluarterlebih dahulu adalah senyawa yang non polar hingga senyawa yang paling polar. HasilKVC ini dimasukan kedalam botol pial, kemudain dilakukan KLT dengan tujuan untukmengelompokan senyawa yang ada dimana yang mirip dapat digabungkan untukpemisahan selanjutnya.

3.3 Kromatografi Kolom GravitasiEluen yang didapat dari KLT digunakan dalam kromatografi kolom gravitasi

sebagai fasa geraknyada fasa diamnya adalah silika gel Merc 60 ( 0,2 – 0,5 mm ).Kolom yang digunakan adalah kolom dengan diameter 2cm dan panjang 18cm. Ekstrakmetanol yang telah diperoleh diimpregnasi dengan silika gel Merc 60 ( 0,2 – 0,5 mm )dengan pelarut n – heksan sampai menjadi bubur. Kemudian dituangkan perlahan-lahankedalam kolom dan dielusi dengan n – heksan untuk mendapatkan fasa diam yangbagus untuk pemisahan. Sampel yang sudah diinpregnasi dimasukan ke dalam kolomdan dielusi dengan eluen yang sudah ditentukan. Zat yang turun dimasukan ke dalambotol pial.

3.4 Spektroskopi UVSpektroskopi UV digunakan untuk menunjukan ada atau tidaknya ikatan

rangkap terkonjugasi dan untuk menentuka kromofor yang terdapat dalam senyawa.

3.5 Spektroskopi IRUntuk menentukan jenis gugus – gugus fungsional yang terdapat dalam senyawa

dioaktif yang telah diisolasi, dapat diamati dari Spektroskopi IR.

IV. Hasil dan Pembahasan4.1 Hasil Penelitian Skrinning fitokimia

Hasil dari skrinning fitokimia dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.

Uji Pereaksi Hasil Ket

AlkaloidMeyer + Terbentuk endapan putihWagner + Terbentuk endapan coklatDragendroff - Tidak terbentuk endapan

Page 7: Isolasi Dan Karakterisasi Fenolik Dari Patikan Cina

Hilda Amanda:Mahasiswa FKIPUniversitas Jambi Page 7

jinggaFlavonoid Mg/hcl + Warna merahSaponin Air - Tidak ada busaFenolik Fecl3 + Warna hitamTriterpenoid/steroid L. Burchard + (Streroid) Warna hijau

5Tabel 4.1. Hasil uji fitokimia dari tumbuhan patikan Cina

Pada uji fenolik memperoleh hasil positif adanya perubahan warna dari hijau menjadiwarna hitam4.2 Hasil Ekstraksi

Dari 2,5 L pelarut metanol yang digukan pada tahap maserasi tumbuhan patikanCina menghasilkan 1,5 L ekstrak metanol. Proses ekstraksi dilakukan dengan metodemaserasi karena pada metode ini tidak ada pemanasan, sehingga tidak merusak senyawayang terdapat dalam tumbuhan. Pada metode maserasi pelarut yang digunakan adalahmetanol, hal ini dikarenakan pelarut metanol merupakan pelarut universal yang dapatmelarutkan senyawa polar dan non polar, dan metanol memiliki titik didih yang rendahsehingga mudah diuapkan. Selain itu metanol lebih ekonomis.

Sebanyak 1,5L Ekstrak metanol dievaporasi untuk menguapkan pelarut agarmendapatkan ekstrak pekat bebas pelarut dan hasil yang diperoleh adalah 27, 93gram.Ekstrak pekat metanol dipartisi dengan etil asetat dengan perbandingan 1 : 1, hasilpartisi etil asetat dievaporator dan mendapatkan ekstrak pekat etil asetat sebanyak10,02gr.4.3 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Untuk mendapatkan eluen yang tepat pada pemisahan ekstrak metanol dengankromatografi vakum cair (KVC), terlebih dahulu dilakukan analisis kromatografi lapistipis (KLT). Setelah menguji beberapa perbandingan eluen, Eluen yang pemisahan polanodanya sederhana yaitu perbandingan n-heksan:etil asetat (8:2).

Untuk fraksi etil asetat, Sebelum dilakukan pemisahan dengan kromatografivakum cair (KVC), hal pertama yang dilakukan juga mencari eluen yang cocok untukmemisahkan ekstrak tersebut dengan analisis kromatografi lapis tipis (KLT). Eluenyang pemisahan pola nodanya sederhana adalah n-heksan:etil asetat (1:1).4.4 Pemisahan Senyawa Ekstrak Etil Asetat Dengan Kromatografi vakum Cair(KVC)

Pemisahan senyawa ekstrak etil asetat dengan kromatografi vakum cair (KVC)dilakukan menggunakan alat KVC dengan diameter kolom BELUM dan panjang kolomBELUM dimana tinggi fasa diam yaitu BELUM, dan fasa diamnya adalah silika gelMerck 60 (0.040 – 0.063 mm) yang digunakan sebanyak 25,2gram.

Eluen yang digunakan pada KVC berdasarkan teknik peningkatan kepolaranyaitu dimulai dari 100% n-heksan, n-heksan : etil asetat dengan perbandingan(9:1),(8:2),(2:1),(1:1),dan 100% etil asetat.Hasil KVC untuk ekstrak etil asetat diperoleh 16 fraksi dan di KLT menggunakan eluenn-heksan : etil asetat (1:1).

Dari hasil KLT terlihat fraksi 10 merupakan pola noda sederhana. Selanjutnyadilakukan pemurnian dengan pemisahan kromatografi kolom gravitasi (KKG) untukmendapatkan noda tunggal.

Page 8: Isolasi Dan Karakterisasi Fenolik Dari Patikan Cina

Hilda Amanda:Mahasiswa FKIPUniversitas Jambi Page 8

4.5 Pemisahan Senyawa Ekstrak Etil Asetat Dengan Kromatografi KolomGrafitasi (KKG)

Fraksi 10 dari hasil KVC dipisahkan dengan metode KKG untuk mendapatkannoda yang noda tunggal. KKG dilakukan dengan kolom yang berdiameter 1,5cm3, danmemiliki panjang 23cm. Silika yang digunakan yaitu silika gel Merck 60 60 (0.2 - 0.5mm) sebanyak 3,5gram, dengan panjang 9cm didalam kolom. Hasil dari KKGmemperoleh 5 fraksi, kemudian dilakukan KLT pada 5 fraksi tersebut untuk melihatpola nodanya.

Dari hasil KLT diatas terlihat pada fraksi 3 merupakan pola noda palingsederhana atau noda tunggal. Kemudian dilakukan KLT pada fraksi 3 untuk melihatkemurnian noda dengan eluen n-heksan : etil asetat (1:1), (1:2) dan (1:3). Berdasarkanhasil KLT, noda tetap tunggal yang mengindikasikan bahwa fraksi tersebut telah murni.

4.6 Analisis Spektroskopi UltravioletHasil analisis isolat dengan spektroskopi ultraviolet diperoleh spektrum pada

gambar 4.1 berikut ini:

Gambar 4.2 Spektrum ultraviolet PC 2

Dari hasil spektrum ultraviolet menunjukkan bahwa pada isolat PC 2 yaituisolat dari fraksi etil asetat diperoleh puncak serapan panjang gelombang 409,01 nm.

4.7 Analisis Spektroskopi InfraredHasil analisis isolat dengan spektroskopi infrared diperoleh spektrum pada

gambar 4.2 berikut ini:

Gambar 4.3 Spektrum infrared PC 3

Page 9: Isolasi Dan Karakterisasi Fenolik Dari Patikan Cina

Hilda Amanda:Mahasiswa FKIPUniversitas Jambi Page 9

V. Kesimpulan dan Saran KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah

sebagai berikut :Pada tumbuhan patikan Cina kemungkinan mengandung senyawafenolik. Dari spektrum UV diperoleh puncak serapan panjang gelombang 409,01 nm.Dari spektrum IR diduga isolat yang diperoleh mengandung gugus O-H, C-H alifatik,C=O karbonil, C-Oalkohol.

SaranPerlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi isolat aktif dengan

menggunakan analisis NMR, dan GC-MS sehingga dapat ditetapkan suatu strukturusulan dari isolat aktif tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Coll JC, Bowden BF. 1986. The Application Vacuum Liquid Chromatography to theSeparation of Terpene Mixtures. J Nat Prod 49 : 943 – 936.

Djarwaningsih, Tutie. Jenis-Jenis Euphorbiaceae (Jarak-Jarakan) Yang BerpotensiSebagai Obat Tradisional. Bogor : LIPI

Farnsworth, N.R. (1996). Biological and Phytochemical screening of Plants. Journal ofPharmaceutical Science. Chicago : Rheins Chemical Company.

Fessenden dan Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta : Erlangga.Fessenden dan Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.Gritter, R J.1991. pengantar Kromatografi. Bandung .ITBHandayani, Lestari. 2003. Tanaman Obat untuk Masa Kehamilan dan Pasca

Kehamilan. Jakarta : Agromedia Pustaka.Harbone, JB. 1996. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisa

Tumbuhan. Bandung : ITB.Harizon. 2003. Penuntun Pratikum Kimia Organik II. Jambi : UNJA.Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP Semarang Press.Hostetman.1986. Preparatitive Chromatography Techniques, Springer Verlag Berlin

Heidelberg.Ibrahim. S. 1998. Teknik Laboratorium Kimia Organik. Padang : UNAND.Kantasubrata.J. 1990. Perbedaan Pokok Antara Kromatografi Kolom Dengan

Kromatografi Lapis Tipis, disampaikan pada kursus Metode Analisis KimiaInstrumental dan Aplikasi di Bandung, 17-26 september.

Lenny, S. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktivitas Kandungan Kimia Utama Puding Merahdengan Metode Uji Brine Shrimp. Medan : USU.

Lingga, Lenny. 2006. Kastuba Tanaman Penyemarak Hari Raya. Jakarta : AgromediaPustaka.

Munawaroh, Esti dan Astuti, Inggit Puji. UPT balai pengembangan Kebun raya – LIPI.Bogor

Permadi, Adi. 2006. Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Jakarta : Penebar Swadaya.Sastrohamidjojo, Hardjono. 1985. Kromatografi. Yogyakarta : Liberty.Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Kasinius. Yogyakarta.Supandiman, I., Muchtan dan Sidik., 2000, Keamanan Pemakaian Obat Tradisional

dalam Pelayanan Klinik. Prosiding Kongres Nasional Obat Tradisioanl Indo-nesia (Simposium Penelitian Bahan Obat Alami X). Menuju Pemanfaatan ObatTradisional dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya.

Utami, Prapti. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat 431 Jenis Tanaman PenggempurAneka Penyakit. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Page 10: Isolasi Dan Karakterisasi Fenolik Dari Patikan Cina

Hilda Amanda:Mahasiswa FKIPUniversitas Jambi Page 10

Wijaya. R. 1994. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. PMIPA. Jambi.