Click here to load reader
Upload
lazuardi-cahya-a
View
25
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN
KULTUR JARINGAN
ISOLASI, KULTUR PROTOPLAS, DAN HIBRIDISASI
Oleh:Lazuardi Cahya Abadi, S.P
131520101002
MAGISTER AGRONOMI
PROGRAM STUDI PASCASARJANA
UNIVERSITAS JEMBER
2013
ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS
Salah satu cara untuk mengatasi masalah dalam pengembangan tanaman
padi unggul adalah dengan merakit varietas baru yang berproduksi tinggi dan
tahan terhadap hama, penyakit serta cekaman abiotik. Beberapa cara yang dapat
diterapkan untuk mendapatkan varietas baru antara lain melakukan persilangan
dengan spesies tertentu, melakukan mutasi buatan, penerapan metode transformasi
atau melakukan fusi protoplas (Anonim, 2012).
Protoplas adalah sel telanjang tanpa dinding yang hanya dilindungi oleh
membran plasma. Isolasi protoplas pertama kali dilakukan oleh Klercher pada
tahun 1892. Protoplas dapat diisolasi dari hampir semua bagian tanaman, seperti
akar, daun, nodul akar, koleoptil, kultur kalus dan daun in vitro (Husni et al.
2003).
Bahan tanaman yang biasanya digunakan sebagai sumber protoplasma
adalah daun muda, kalus, atau agregat sel dalam kultur suspensi sel. Jaringan
mesofil pada daun merupakan jaringan yang paling mudah diisolasi karena sel-
selnya tersusun secara renggang sehingga enzim-enzim mudah mencapai dinding
sel. Daun muda atau pucuk dari biakan in vitro merupakan sumber yang lebih
disukai karena sudah dalam keadaan steril. Kultur sel yang akan digunakan
sebagai sumber protoplasma harus berasal dari kultur yang berumur muda antara
3-5 hari. Protoplasma membutuhkan tekanan osmotik yang sesuai sampai dinding
selnya terbentuk kembali baik dalam proses isolasi maupun selama periode kultur
(Deden Sukmadjaja, 2008).
Kultur protoplas dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh
genom dari spesies yang sama (intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang
sama (inter-spesies), atau antargenus dari satu famili (inter-genus). Penggunaan
fusi protoplas memungkinkan diperolehnya hibrida-hibrida dengan tingkat
heterosigositas yang tinggi walaupun tingkat keberhasilannya sangat ditentukan
oleh genotipenya. Teknologi kultur protoplas juga dapat dilakukan untuk
mendapatkan sifat-sifat tertentu seperti sifat ketahanan terhadap hama dan
penyakit serta cekaman abiotik.
Prosedur Kultur Protoplasma
Kultur ptotoplasma dilakukan melalui secara bertahap mulai dari persiapan
eksplan dan isolasi protoplasma diikuti dengan penanaman. Mutasi protoplasma
dapat dilakukan dengan menambahkan senyawa mutagen ke dalam media tanam
atau dengan memperlakukan protoplasma dengan senyawa mutagen tersebut.
Silangan somatik dilakukan dengan cara penggabungan dua buah protoplama
segera setelah isolasi kemudian ditumbuhkan. Prosedur kultur protoplasma secara
umum adalah sebagai berikut (fatihah, 2012):
1. Persiapan eksplan
Jaringan tanaman yang digunakan untuk isolasi protoplasma ini beragam,
umumnya jaringan yang lebih muda dan berasal dari tanaman yang mempunyai
umur fisiologis muda, seperti pucuk muda (seperti dari kecambah, bibit, plantlet),
pucuk adventif hasil pangkasan. Protoplasma dari sel jaringan tersebut lebih
mudah diisolasi protoplasmanya karena dinding selnya masih sederhana dan
hanya terdiri dari dinding sel primer saja dan jaringannya masih memiliki sel-sel
parenchyma (dindingnya belum berlignin). Selain itu, ada juga yang
menggunakan jaringan yang telah dewasa, namun media untuk isolasi
protoplasma dari jaringan ini lebih kompleks karena dinding selnya telah
berlignin, telah memiliki dinding sel primer dan dinding sel sekunder.
2. Sterilsasi eksplan
Bagian tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan terlebih dahulu
dicuci kemudian disterilakan, umumnya menggunakan sodium hypoklorit 1 – 2 %
selama 10 – 30 menit tergantung jenis eksplan yang digunakan. Eksplan tersebut
selanjutnya dicuci dengan air steril (3 – 4 kali) untuk mencuci sisa sodium
hipoklorit pada eksplan.
3. Isolasi Protoplasma
Isolasi protoplasma dapat dilakukan dengan dua cara:
3.1 Metode mekanikal
Isolasi protoplasma menggunakan metode ini dikenalkan pertama kali oleh
Klercker pada tahun 1892. Isolasi protoplasma dilakukan dengan cara mengupas
dinding sel menggunakan alat bedah mikro. Metode ini telah berhasil mengisolasi
protoplasma dari daun Saintpaulia ionantha dan dikulturkan hingga tumbuh kalus.
Kelebihan dari metode ini adalah bila sel yang digunakan mempunyai vakuola sel
yang relatif besar sedangkan kelemahannya adalah: 1) Keberhasilannya rendah; 2)
Pekerjaan yang membutuhkan tenaga banyak dan membosankan; 3) Viabilitas
protoplasma rendah, karena sering terjadi kerusakan protoplasma selama proses
pengupasan dinding sel.
3.2 Metode enzimatik
Isolasi protoplasma dilakukan dengan menggunakan enzim yang dapat
mengahancurkan dinding sel. Enzim yang digunakan bervariasi jenis dan
konsentrasinya tergantung kondisi fisologis eksplan, terutama umur jaringan yang
erat kaitannya dengan komposisi dinding selnya. Enzim yang digunakan untuk
mengancurkan dinding sel tumbuhan umumnya ada 3 yaitu: Cellulase untuk
menghancurkan sellulose, Hemicellulase untuk menghancurkan hemisellulose,
Pectinase untuk menghancurkan pektin.
Alat dan Bahan Isolasi Kultur Protoplasma
Alat yang digunakan untuk isolasi dan kultur ptotoplasma adalah sebagai
berikut :
1. Laminar air flow cabinet
2. Centrifuge
3. Inverted microscope
4. Gyratory shaker
5. Magnetic stirrer + hot plate
6. pH meter
7. Saringan stainless stell (lubang 60 - 70 m)
8. Bacterial filter
9. Nalgene filter unit 0,22 m
10. Millex filter unit 0,45 m
11. Spet dan jarum
12. Piset dg ujung runcing + pisau kultur
13. Pipet 5 ml berujung lebar
14. Pipet pastur 2 ml
15. Petri dish
16. Gelas beker
17. Parafilm/plastic wrapp
Bahan- bahan yang digunakan untuk isolasi protoplasma adalah sebagai berikut:
1.Eksplan
Protoplasma yang telah berhasil diisolasi berasal dari organ-organ seperti:
daun, tangkai daun, pucuk, akar, buah, koleoptil, embrio dan mikrospora. Diantara
organ tersebut sel yang paling mudah dan bagus untuk diisolasi protoplasmanya
adalah berasal dari jaringan mesofil daun, karena: Bentuk selnya relatif seragam,
tidak perlu membunuh tanamannya, dinding sel mudah terkelupas oleh enzim.
2.Ethanol 70 %
3. Larutan isolasi protoplasma
Tahapan Pengerjaan Isolasi Protoplasma
a. Jaringan tanaman seperti daun tembakau disterilkan terlebih dahulu dengan cara
merendamnya dalam alkohol 70% selama 30 detik selanjutnya di rendam kedalam
larutan pemutih (misalnya bayklin) 20% yang ditambah beberapa tetes Tween
selama 15 menit. Selanjutnya daun tembakau tersebut dibilas menggunakan
aquadest steril sebanyak tiga kali.
b. Jaringan tanaman steril, diiris halus dan dikupas eidermis serta dihilangkan urat
daunnya dengan menggunakan mata skalpel runcing steril, untuk lebih
memudahkan isolasi protoplasmanya. Contoh campuran dan konsentrasi enzim
yang digunakan untuk isolasi protoplasma beragam dan tergantung dari jenis
jaringan yang digunakan sebagai eksplan, seperti:
1. Medium enzim untuk jaringan akar
a. 2 % rhozyme
b. 2 % meicellase
c. 0,03 % macerozyme R10
2. Medium enzim untuk daun Serealia
a. 2 % cellulysin
b. 0,2 % macerozyme R10
c. 0,5 % hemicellullase
d. 11 % mannitol
3. Medium enzim untuk Daun Tembakau:
a. 0,5 % Onozuka R10 cellulase
b. 0,1 % Onozuka R10 macerozyme R10
c. 13,0 Mannitol
d. pH 5,8
Untuk mengurangi daya tarik menarik (adhesi) antara sitoplasma dengan
dinding selnya, Larutan enzim biasanya ditambahkan senyawa osmoticum.
Senyawa osmoticum yang dapat digunakan antara lain: Mannitol, Sorbitol,
Glukosa, Fruktosa, Galaktosa, Sukrosa. Setelah dinding sel lepas, selanjutnya
eksplan direndam ke dalam 20 ml larutan media preplasmolisis selama 1-8 jam.
Komponen Medium Isolasi Protoplasma (MIP) adalah sebagai berikut:
a. CaCl2.H2O 1480,0 mg/l
b. KH2PO4 27,2 mgl
c. KNO3 101,0 mg/l
d. MgSO4.7H2O 246,0 mg/l
e. CuSO4.5H2O 0,025 mg/l
f. KI 0,16 mg/l
g. pH 5,8
Eksplan dipindah larutan medium enzim (komposisi media ini juga
berbeda-beda untuk setiap jenis eksplan yang digunakan) untuk daun tembakau
komponennya dapat dilihat di atas. Eksplan dipindah ke tabung steril dan dituangi
medium enzim sebanyak 10 ml, lalu tabung ditutup dengan aluminium foil steril
dan diisolasi menggunakan parafilm atau plastik wrap. Tabung berisi eksplan
tersebut digoyang pada shaker dengan kecepatan 40 rpm selama semalam atau 4-
16 jam.
Pemurnian protoplasma
1. Protoplasma dalam poin 5 disaring dengan filter steril, mess 63 μm,
masukkan ke dalam gelas piala volume 250 ml menggunakan pipet pastuer.
2. Medium pencuci (MIP ditambah + 10 %) sebanyak 3 ml ditambahkan ke
dalam cawan petri yang berisi debris dari daun, digoyang perlahan dan
kombinasikan dengan protoplas/ campuran enzim dalam gelas piala vol. 250
ml.
3. Protoplas yang diperoleh dicuci dengan medium pencuci dan saring.
Protoplas yang masih tercampur dengan larutan enzim disentrifuge dengan
kecepatan 50 x g selama 10 menit.
4. Pelet diresuspensi dalam medium pengapung (medium flotasi) 10 ml
ditambah medium pencuci 1 ml selanjutnya disentrifuge, protoplasma akan
melayang-layang diantara medium flotasi (MIP + 20%) dan medium pencuci.
5. Protoplasma yang melayang-layang dipindahkan ke dalam tabung ditambah
10 ml medium pencuci, selanjutnya disentrifuge maka protoplasma akan
mengendap sebagai pelet.
6. Supernatan dibuang dan pelet ditambah 10 ml medium pencuci dan diputar
lagi.
7. Supernatan dibuang sisakan suspensi protoplasma sebanyak 1 ml.
8. Kerapatan suspensi protoplasma yang dikulturkan untuk setiap spesies
tanaman berbeda-beda seperti tembakau suspensi protoplas kerapatannya
50.000 sel/ ml dan 25000 sel/ ml untuk protoplasma petunia, protoplasma
tersebut dikulturkan dalam cawan petri steril.
Perhitungan Konsentrasi dan Tes Viabilitas Protoplasma
Untuk menghitung kerapatan dapat dihitung dengan bantuan
haemocitometer: jumlah sel / grid x 10.000. Tes viabilitas protoplasma dilakukan
dengan menggunakan senyawa flourescent seperti fluresein diacetate (FDA).
Medium kultur diambil 25 tetes selanjutnya ditambah 1 tetes larutan pewarna
FDA dan 1 tetes protoplasma suspensi tersebut agar protoplas tercat dengan baik,
selanjutnya dilihat di bawah mikroskop. Protoplasma yang mati berwarna merah
dan yang viable tercat hijau.
Kultur Protoplasma
Protoplasma yang hidup diambil dalam jumlah memadai (frekuensi
protoplas viable 100 – 200 sel) selanjutnya ditanam pada media yang telah
disediakan dan dikulturkan dan disimpan tempat gelap pada temperatur 28oC
selama semalam. Kultur protoplasma dipindahkan pada cahaya rendah (10 – 20
μmol.detik-1m-2) dengan cahaya lampu putih yang dingin dan fotoperiode 16
jam, selama 2 hari (fatihah, 2012). Kultur dipindahkan pada intensitas cahaya
yang lebih tinggi (50 – 75 μmol.detik-1m-2).
Media yang digunakan untuk kultur protoplasma dapat berupa media
media cair yang diletakkan dalam cawan petri kecil atau media padat (dengan
pemadat agarose). Media yang digunakan untuk kultur protoplasma jauh lebih
kompleks dibandingkan dengan media untuk teknik kultur lainnya, karena
protoplasma belum memiliki dinding sel sehingga perlu ditanam pada media awal
yang diperkaya dengan osmotikum (misalnya sorbitol atau mannitol) untuk
menghindari plasmolisis. Salah satu contoh media kultur protoplasma tembakau.
Penanaman protoplama ke dalam media dilakukan dengan cara
mencampur protoplama dengan larutan agarose. Campuran disedot dengan pipet
pasteur steril kemudian diteteskan pada cawan petri steril (5 – 10 tetes per petri).
Cawan petri ditutup dengan parafilm selanjutnya kultur diletakkan pada ruang
kultur dengan suhu 250C dan diberikan 16 jam penyinaran. Setiap 2 minggu
ditambahkan media baru ke bagian tetesan protoplasma tersebut.
Teknik Kultur Protoplasma
Protoplasma yang telah dimurnikan biasanya dikulturkan dengan dalam
medium agar semisolid dan liquid. Protoplasma sering dikulturkan dalam media
liquid untuk meregenerasi dinding sel terlebih dahulu, sebelum dikulturkan ke
media agar. Media semisolid agar, agar yang digunakan untuk kultur protoplasma
adalah khusus: yaitu gel agar lunak, salah satunya agarose.
Teknik media liquid biasanya digunakan pada fase awal kultur, karena
mudah larut dan diserap, beberapa spesies, protoplasmanya tidak dapat membelah
dalam media agar, tekanan osmotik media direduksi secara efektif, kerapatan sel-
sel dapat direduksi setelah beberapa hari dikulturkan, kelemahan dari teknik ini
tidak boleh diisolasi dari turunan koloni tunggal yang berasal dari sel induk satu.
Teknik media liquid dapat dibedakan menjadi dua metode (fatihah, 2012):
a. Metode liquid tetes
Dengan menggunakan pipet ukuran 100-200 μl, suspensi protoplasma
dalam media diteteskan pada cawan petri ukuran 60mx15m sebanyak 5-7 tetes.
Cawan petri ditutup dan direkatkan dengan parafilm atau plastik wrap selanjutnya
diinkubasikan. Setiap 5-7 hari tambahkan medium segar baru dengan cara
meneteskan langsung pada tetesan suspensi protoplasma yang telah mengalami
pertumbuhan. Metode ini biasanya baik untuk keperluan pengamatan dengan
mikroskop. Kelemahan dari metode ini adalah tetesan-tetesan suspensi menyatu
menjadi satu tetesan di pusat.
b. Metode tetes menggantung
Dengan menggunakan pipet volume 40-100 μl, suspensi protoplasma
diteteskan di dalam tutup cawan petri, selanjutnya cawan petri, ditutup dengan
menggunakan tutup yang telah ditetesi suspensi protoplasma, sehingga tetesan
suspensi tersebut akan menggantung di dalam tutup cawan petri tersebut.
Proses yang terjadi setelah kultur protoplas dilakukan:
1. Fusi protoplasma
Peleburan protoplasma dari 2 genom yang berbeda dapat diperoleh baik
secara spontan ataupun dengan teknik pemacuan peleburan.
a. Metode peleburan spontan
Peleburan protoplasma secara spontan biasanya terjadi karena membran
protoplas yang sangat tipis dan lunak sehingga mudah sobek atau pecah yang
dapat mengakibatkan peleburan protoplasma. Biasanya terjadi pada protoplasma
yang diisolasi dari kalus. Perleburan protoplasma dengan teknik ini biasanya
terjadi pada protoplasma yang mempunyai asal tanaman yang sama sehingga tidak
bernilai untuk perbaikan tanaman.
b. Metode pemacuan peleburan
Untuk mencapai peleburan protoplasma diperlukan adanya agensia untuk
memacu terjadinya peleburan protoplasma (dikenal sebagai fusagen) yang
berbeda jenis tanamannya.
2. Pembentukan Dinding Sel
Perkembangan protoplasma diawali dengan regenerasi atau terbentuknya
dinding sel diikuti terbentuknya koloni sel menyerupai kalus. Pada beberapa
spesies, protoplasma membentuk kalus dan beregenerasi melalui organogenesis
atau embriogenesis.
3. Regenerasi Protoplasma
Regenerasi protoplasma membentuk koloni sel kemudian tanaman lebih
sulit dibandingkan dengan teknik kultur jaringan jaringan lain. Salah satu teknik
yang digunakan untuk merangsang regenerasinya adalah menggunakan sel-sel lain
(sebagai perawat) sehingga tekniknya disebut dengan teknik “Nurse Culture”.
Untuk kultur satu protoplasma, “nurse cells” diletakkan berdekatan dengan kultur
protoplasmanya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan protoplasma.
Sumber:
Anonim. 2012. Kultur Protoplasma. http:// apotikmakassar .wordpress.com/ 2012/01/13/ kultur-protoplasma/. Diakses tanggal 23 September 2013.
Fatihah. 2012. Teknik Kultur Jaringan Melalui Protoplasma. http://fatihahfiqia. blogspot.com/2012/01/kultur-jaringan.html. diakses tanggal 25 September 20113.
Husni A., I. Mariska, G.A. Wattimena, dan A. Purwito. 2003. Keragaan Genetik Tanaman Terung Hasil Kultur Protoplas. Jurnal Bioteknologi Pertanian.
Sukmadjaja, Deden dan Ika Mariska. 2008. Perbanyakan Bibit Jati Melalui Kultur Jaringan. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.