Issengko 04-Syatra-j.-pasca

  • Upload
    rijn82

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 Issengko 04-Syatra-j.-pasca

    1/5

    J. Sains & Teknologi, Desember 2005, Vol. 5 No.3: 142-146 ISSN 1411-4674

    142

    PENGARUH KULTUR FILTRAT Gliocladium sp.TERHADAP Rhizoctonia

    solani  UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT

    DAMPING – OFF PADA JAGUNG

    SyatrawatiDosen pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

    ABSTRACT

    The objective of the research was observed the effect of filtrate culture of Gliocladium sp to control R. solani as cause damping-off disease on maize. Methods of this research was extraction of filtrate culture

    and thin layer chromatography of Gliocladium sp.

    The result showed that the highest percentage of filtrate culture of Gliocladium sp effective to pressuredevelopment of  R. solani  was 10

    6 konidia/ml and value fraction retention as 0,05 was showed in the

    chromatography paper.

    Key words : Filtrate culture , Gliocladium sp.,  R. solani, damping-off disease, maize

    PENDAHULUAN

    Pengembangan jagung memiliki

     prospek yang sangat cerah mengingat

    semakin meningkatnya permintaanterhadap produksi jagung dari tahun

    ke tahun. Kebutuhan jagung nasional

    untuk pakan ternak dan industrimakanan olahan mencapai 1,7 juta

    ton. Potensi tanaman jagung diSulawesi – Selatan seluas 417.500 ha

    meliputi daerah sentra produksi

    337.500 ha dan daerah pengem-

     bangan 80.000 ha. Rata-rata realisasitanam seluas 301.618 ha dengan

    demikian masih terdapat peluang

     pengembangan 115.882 ha (Anonim2002).

    Dalam usaha pengembangan

    tanaman jagung terdapat berbagai

    kendala, salah satunya yang cukup berperan dalam menurunkan produksi

     jagung adalah serangan penyakitdamping – off yang disebabkan oleh

     Rhizoctonia solani  yang merupakan

     patogen tular tanah (Semangun,1993)

    Serangan penyakit damping off diSulawesi-Selatan khususnya  R.ceae 

    menyerang jagung di Kabupaten

    Bantaeng pada musim tanam 1995 – 1996kerusakan 3,50 ha (kategori ringan),

     R.solani  yang menyerang padi pada

    musim tanam 1997 kerusakan 0,50 ha(kategori tinggi) di Kabupaten Tator,

    musim tanam 1997-1998 kerusakan 1 ha(kategori ringan) di Kabupaten Soppeng,

    musim tanam 2000 kerusakan 4 ha di

    Kabupaten Enrekang dan 11 ha di

    Kabupaten Tator,musim tanam 2001kerusakan 1 ha di Kabupaten Luwu

    (Anonim,1998;1999;2000;2001)

    Selama ini pengendalian yangdilakukan untuk penyakit damping-off

    hanya dengan menggunakan fungisida

    (Mao et al,1998) Namun akibat berbagai

     pengaruh negarif pengedalian secarakimia antara lain terjadinya resistensi dan

    dampak negatif terhadap mahluk hiduplainnya, maka pengendalian saat ini

    mencoba mencari alternatif lain yang

    lebih aman dan efektif yaitu pengendalian

     penyakit tanaman secara hayati.

  • 8/16/2019 Issengko 04-Syatra-j.-pasca

    2/5

    Syatrawati ISSN 1411-4674

    143

    Mekanisme pengendalian terha-dap patogen umumnya adalah dengan

    cara berkompetisi dengan tanaman

    inang dan kemampuannya dalammemproduksi antibiotik (Baker danCook,1989). Sedangkan menurut

    Renwick et al (1991) dengan cara

    menghasilkan enzim β-glukanase.Papavizas (1985) melaporkan

     bahwa G.roseum  bersifat mikoparasit

    terhadap  R.solani  sedang G.virens  bersifat antibiosis dan hiperparasit

    karena dapat menghasilkan beberapa

    macam toksin yaitu Gliotoxin dan

    Gliovirin. Dinding sel R.solanitersebut tersusun atas campuran yang

    kompleks dari polisakarida dan

     protein. Khitin (β-1,4 –N acetylglucosamine ) dan β  -1,3-glukosa

    atau β-1,6-glukosa merupakan bagian

    terbesar dalam cendawan tersebut.Dengan memberikan enzim sellulase

    yang diekstraksi dari kultur

    Gliocladium tersebut dengan kondisi pH yang berbeda mak dinding sel

     R.solani  akan hancur. Sinaga (1986)mengevaluasi lima isolat Gliocladium 

    sp. yang dikoleksi dari berbagaitempat di Filipina untuk

    mengendalikan patogen soilborne

     pada tanaman kedelai. Hasil pengujiannya pada medium PDA

    menunjukkan bahwa isolat – isolat 

    Gliocladium  bersifat antagonistikterhadap  P.aphanidermatum,

     R.solani, S.rofsii  dan  F.oxysporumi.

    Aplikasi ekstrak kultur antagonistersebut ke dalam tanah dirumah kaca

     pada tujuh hari sebelum penanaman

    kedelai menunjukkan isolat

    Gliocladium  sp. dapat menekanserangan  P.aphanidermatum  sebesar

    90 %, R.solani 88,4 % dan S.rolfsii 85%.Berdasarkan hal tersebut

    dilakukanlah suatu penelitian untuk

    menguji kemampuan kultur filtrat yangdihasilkan oleh Gliocladium  sp.untukmengendalikan penyakit damping –off

    yang disebabkan oleh  R.solani 

    METODE PENELITIAN

    Pengaruh kultur filtrat Gliocladium  sp.terhadap  R.solani 1 ml kultur filtrat dari

    cendawan Gliocladium  sp. yang berasal

    dari media cair czapek dox yang berumur

    10 hari dengan konsentrasi awal 104

    , 106

    ,10

    8  konidia Gliocladium  sp/ml,disaring

    dengan kertas whatman,lalu disentrifugasi

    selama 5 menit pada kecepatan 3000 rpm.Selanjutnya supernatan difilter dengan

    saringan berdiameter 0,2 µm (Schleicher

    &Schuell,Germany). Kultur filtratdicampur dengan media PDA hangat (10

    %),kemudian dituang pada cawan petri.

    Setelah padat ditanam  R.solani  dandiikubasikan pada suhu kamar.

    Pengamatan dilakukan pada 2,4, dan 6 hsiuntuk melihat pertumbuhan radial hifa

     R.solani. Percobaan ini menggunakanRancangan acak lengkap dengan 4

     perlakuan dan 5 ulangan.

    Kromatografi Lapis Tipis danBioautografi kultur filtrat Gliocladium

    sp. terhadap R.solani 

    Kultur cendawan Gliocladium  sp. padamedia cair Czapek dox yang berumur

    2,4,6 hari disaring dengan kertas

    whatman. Ekstraksi dilakukan denganmenggunakan metode Wilthite and

    Staney (1995). 25 µl larutan hasil

    ekstraksi diteteskan pada kertas

    kromatografi type 60 F254  (Fa. Merck,Darmstadt, Germany) lalu diletakkan

     pada suatu wadah tertutup yang berisi

  • 8/16/2019 Issengko 04-Syatra-j.-pasca

    3/5

    Syatrawati ISSN 1411-4674

    144

     pelarut ethylasetat : chloroform (1 :1v/v).Bioautografi dilakukan terhadap

    cendawan uji. Plat kromatografi

    diletakkan pada cawan petri dalamkondisi lembab,kemudian disemprotdengan suspensi spora  R.solani  dan

    diinkubasikan pada suhu kamar

    selama 2 hari. Perhitungan Retensifraksi dilakukan dengan mengamati

    terjadinya zona penghambatan

    dengan rumus : Rf adalah selisihantara jarak tempuh larutan pembawa

    dengan jarak tempuh fraksi dibagi

    dengan jarak tempuh larutan pembawa.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengaruh kultur filtrat

    Gliocladium  sp. terhadap rata-rata pertumbuhan radial hifa  R.solani  pada

    Tabel 1. menunjukkan bahwa pada hari

    kedua semua perlakuan tidak

    menunjukkan perbedaan yang nyatadengan kontrol, nanti setelah hari ke -4

    dan ke-6 terlihat semua perlakuan

     berbeda nyata dengan kontrol.

    Tabel 1. Pengaruh kultur filtrat Gliocladium sp. terhadap rata-rata pertumbuhan radialhifa R.solani pada media PDA (cm).

    Pertumbuhan radial hifa pada hari ke…

    setelah inokulasiPerlakuan

    2 4 6

    Kontrol (sklerotia tanpa kultur filtrat

    Gliocladium sp.) 0,08a

    0,25a  0,72

    Sklerotia + kultur filtrat dari konsentrasi

    awal 104 konidia Gliocladium sp/ml 0,02

    a0,10

     b  0,17

     b 

    Sklerotia + kultur filtrat dari konsentrasiawal 10 6 konidia Gliocladium sp/ml 0,00

    a 0,04 b  0,06 b 

    Sklerotia + kultur filtrat dari konsentrasiawal 10

    8 konidia Gliocladium sp/ml 0,01

    a0,06

     b  0,10

     b 

    Ket:Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

     berbeda nyata pada taraf uji Duncan 0,05.

    Perlakuan terbaik pada

     penghambatan pertumbuhan radial

    hifa  R.solani  adalah penggunaankultul filtrat dengan konsentrasi awal

    106  konidia Gliocladium  sp./ml pada

    hari ke -4 (0,04) dan hari ke-6 (0,06)Hal itu disebabkan oleh pengaruh

    kultur filtrat yang diproduksi oleh 

    Gliocladium  sp. melalui mediaczapek dox dapat menekan

     pertumbuhan radial hifa cendawan

     R.solani. Seperti yang dikemukakan oleh

    Papavizas (1985) bahwa bila zat toksit

    diproduksi oleh Gliocladium  sp. cepatterjadi kontak langsung dengan cendawan

     R.solani  sehingga sklerotia cepat

    membusuk disebabkan oleh Gliocladium sp. mampu menghasilkan enzim hidrolitik

    β-1,3 glukanase, kitinase dan selulase

    yang secara aktif mendegradasi dindingsel cendawan yang sebagain besar

    tersusun dari bahan β-1,3 glukan dan kitin

  • 8/16/2019 Issengko 04-Syatra-j.-pasca

    4/5

    Syatrawati ISSN 1411-4674

    145

    sehingga merusak didnding sel danmampu melakukan penetrasi ke

    dalam hifa cendawan patogen.

    Hasil kromatografi lapis tipisdan bioautografi pada Gambar 1.yang dilakukan untuk melihat fraksi

    dari kultur filtrat yang dihasilkan oleh

    Gliocladium  sp. terhadap penghambatan  R.solani, terlihat

    adanya zona penghambatan setelah

     penyemprotan suspensi R.solani pada permukaan kertas TLC yang

    ditunjukkan dengan nilai Retensi

    fraksi sekitar 0,55. Hal itu sesuai

    yang dikemukakan oleh Wilhite danStraney (1995) bahwa Gliocladium 

    sp. mampu menghasilkan zat toksik

    Gliotoksin dan Gliovirin serta zatantibiotik epidethiodiketopiperazine

    dalam menghambat patogen R.solani.

    Gambar 1. Hasil kromatografi lapis tipis

    dan bioautografi dari kultur

    filtrat Gliocladium sp. pada

    umur 2,4,6 hsi terhadap

     pertumbuhan R.solani 

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2002. Pengembangan Jagung di

    Sulawesi - Selatan. DinasPertanian Tanaman Pangan danHortikultura.Propinsi Sulawesi – 

    Selatan. Makassar

    Agrios, 1988. Plant Pathology.3rd

      ed.

    Academic Press.New York

    Baker and Cook ,1982. BiologicalControl of Soil Borne

    Pathogens.The American

    Phytopatological Society, St. Paul

    Minnesota, Pp.257 – 295

    Carling ,D.E, and Sumner,D.R,1999.Rhizoctonia  In L.L. Singleton,J.D

    Mihail and C.M. Rush

    (eds).Methodes for Research onSoil Borne Phytopathogenic

    Fungi. APS Press. St.Paul.

    Minnesota

    Howell,C.R and Stipanovic,R.D 1995.

    Menchanisme In the Biocontrol of

     Rhizoctonia solani  – InducedCotton Seeding Disease by

    Gliocladium virens: Antibiosis.

    Phytopathology.85 :469 -472.

    Mahr,S., 1994. Biocontrol of Soil Borne

    Plant Patogen. University of

    Wisconsin, Madison.125 p

    Paulitz,1992. Biological Control of

    damping-off diseases with seedtreatments.in Papavizas and Cook

    (eds). Biological Control of Plant

    Diseases,Progress and Challenges

    for the Future,P 145 – 154 PlenumPress, New York

    Papavizas, 1985. Trichoderma  andGliocladium : Biology,Ecology

    and Potential for Biocontrol.

    Annual Review of

    Phytopathology. 23 :23 -54

  • 8/16/2019 Issengko 04-Syatra-j.-pasca

    5/5

    Syatrawati ISSN 1411-4674

    146

    Semangun H, 1993. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan Di

    Indonesia. Gadjah Mada

    University Press.Yogyakarta.Sinaga,Meity, 1986. Biological

    Control of Some Soil Borne

    Fungal Pathogens of Soybean

    (Glycine max  L.) withGliocladium  spp. Disertation.

    University of The Philipines

    at Los Banos.

    Wilhite ,S.E and Straney,D.C,1995.timing of Gliotoxin Biosyntesis in

    The Fungal Biological Control

    Agent Gliocladium virens(Trichoderma virens) AppliedMicrobiology Biotechnology. 45 :

    513 – 518.