70
2015 Penyunting: Devan Firmansyah Komunitas Pecinta Ilmu Sosial & Budaya 4/26/2015 - Kamus Istilah Benda Cagar Budaya -

Istilah BCB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kamus BCB

Citation preview

Page 1: Istilah BCB

2015

Penyunting: Devan Firmansyah

Komunitas Pecinta Ilmu Sosial & Budaya

4/26/2015

- Kamus Istilah Benda Cagar Budaya -

Page 2: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 2 Kamus Arkeologi

- Istilah BCB (Benda Cagar Budaya) -

Abu, Partikel halus hasil pembakaran sempurna bahan-bahan organik (hewan, tumbuh-

tumbuhan, dan manusia) atau bahan anorganik mirip debu hasil letusan gunung berapi (lihat

Arang)

Adobe (Ing.), Bahan bangunan terbuat dari tanah liat yang tidak dibakar melainkan

dikeringkan di bawah sinar matahari. (lihat: Bata dan Pise)

Air Mancur, Bangunan air yang memiliki pancuran, biasanya dilengkapi dengan kolam.

(Lihat: Kolam)

Alas, Benda atau struktur yang menjadi kedudukan atau tumpuan bagi benda atau struktur

lain di atasnya. Misalnya alas pada arca disebut lapik, sedang pada piring, gelas, atau cangkir

disebut tatakan. (Lihat: Arca, Bangunan, Cangkir, dan Selasar)

Alas Kaki, Pelindung telapak kaki. Berdasarkan atas jenisnya dapat dibedakan menjadi

sepatu dan terompah. Sepatu adalah alas kaki yang membungkus jari jemari hingga mata kaki

secara keseluruhan. Sedangkan terompah adalah alas kaki terbuka dengan sepasang atau lebih

tali sebagai pengikat. Terdapat jenis terompah lain yang tidak menggunakan tali melainkan

batang kayu mirip payung atau logam pendek yang dijepitkan di antara jemari kaki. Alas kaki

disebut juga kasut.

Alat, Artefak atau ekofak yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Alat

dapat terbuat dari bahan-bahan organik maupun anorganik. (Lihat: Artefak, Ekofak, dan

Perkakas).

Di antara jenis-jenis alat dapat disebutkan, misalnya:

Page 3: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 3 Kamus Arkeologi

Alat bunyi-bunyian, semua alat yang dapat menghasilkan bunyi. Alat bunyi-bunyian tidak

harus berupa alat musik. Kentongan atau kerincingan misalnya, tidak dibuat sebagai alat

musik seperti halnya terompet, piano, atau rebab karena tidak dapat menghasilkan nada-nada

yang berbeda.

Alat musik, alat bunyi-bunyian yang dapat menghasilkan nada dan irama. Berdasarkan

penggunaannya, alat musik dibedakan atas alat pukul (tambur atau kolintang), alat tiup

(suling atau terompet), alat gesek (biola atau rebab), alat goyang (angklung), dan alat petik

(gitar atau kecapi). Perbedaan nada pada gitar misalnya, dihasilkan melalui perbedaan ukuran

panjang atau ketebalan dawai.

Alat ukur, semua alat yang digunakan untuk mengetahui nilai berat, dimensi, kadar, tekanan,

lentur, kecepatan, waktu, volume, dan jenis ukuran lainnya.

Alat transportasi, alat atau kendaraan yang digunakan untuk memindahkan barang atau

manusia dari suatu tempat ke tempat lain. Keranjang pikul, kereta dorong, mobil, sepeda, atau

pesawat terbang adalah contoh alat transportasi.

Alat pertukangan, semua alat yang digunakan misalnya untuk membuat peralatan, bangunan,

atau perabot, dapat berupa alat pukul (palu), alat untuk menyambung (las), alat untuk

melubangi (bor), alat memotong (gergaji), alat untuk memahat dan mengukir (pahat), alat

mengikat (tali), dsb.

Altar, Bangunan, komponen bangunan, atau mebel berbentuk mirip meja yang digunakan

sebagai tempat untuk penyelenggaraan upacara keagamaan. Altar biasanya dijumpai pada

tempat-tempat yang dianggap suci. (Lihat: Mebel)

Alu, Alat penumbuk terbuat dari kayu, logam, atau batu. Berbentuk silindrik memanjang,

salah satu ujungnya dibentuk membulat. Alu pada umumnya digunakan bersama lumpang

atau lesung. (Lihat: Gandik, Lesung, dan Lumpang)

Ambang Pintu, Komponen bingkai pintu yang terletak di bagian atas dan bawah, digunakan

sebagai kedudukan daun pintu. (Lihat: Pintu)

Page 4: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 4 Kamus Arkeologi

Ampora, Jenis botol berbahu lebar yang bagian dasarnya mengecil sehingga sering tidak

dapat berdiri tegak. Biasanya terbuat dari keramik, memiliki satu atau dua tangkai

melengkung yang berpangkal di bagian bahu dan mulut botol. (Lihat: Botol)

Anak Panah, Senjata penusuk yang dilontarkan dengan busur panah. Anak panah terbuat

dari tangkai kayu, rotan, atau bambu berujung runcing. Anak panah terdiri atas tiga bagian,

yaitu mata panah, tangkai panah, dan sirip. Tidak semua anak panah memiliki tiga komponen

ini, misalnya ada jenis anak panah dari kayu atau rotan yang ujungnya ditajamkan sebagai

pengganti mata panah. Mata panah bisa terbuat dari batu, kayu, tulang, atau logam. Selain

meruncing, sisi-sisinya sering dibuat tajam agar memudahkan penetrasi ke bidang sasaran.

Alat untuk melontarkan anak panah disebut busur panah, umumnya terbuat dari bahan kayu

atau bambu. (Lihat: Busur)

Antefiks, Unsur bangunan yang berfungsi sebagai hiasan bagian luar. Sering ditemukan pada

bangunan candi dalam bentuk segitiga meruncing. Karena merupakan bagian dari struktur

maka antefiks tidak dapat dipisahkan dari bangunan itu sendiri.

Anting-anting, Perhiasan telinga yang dipakai dengan cara digantungkan pada cuping

telinga. Pada umumnya memiliki bandul. (Lihat: Giwang)

Antropomorfik, Gambar-gambar atau benda-benda yang bentuknya menyerupai manusia.

Dibuat secara abstrak atau tidak nyata, tetapi tetap memperlihatkan unsur-unsur yang dapat

dikenali sebagai bagian dari tubuh manusia. Adapun bentuk-bentuk lain menyerupai hewan

disebut zoomorfik. (Lihat: Hiasan)

Anyaman, Benda yang terbuat dari ikatan serat, benang, kayu, daun, atau bambu yang

susunannya dibuat bersilangan dan bertumpuk satu di atas lainnya.

Arang, Bahan organik yang tidak terbakar sempurna, umumnya berwarna hitam. Arang

didominasi oleh unsur karbon (C), tetapi karena masih menyimpan energi, arang sering

digunakan sebagai bahan bakar pengganti kayu. Sisa pembakaran arang akan berupa abu.

(Lihat: Abu)

Arca, Artefak yang dibentuk menyerupai manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, atau bentuk

lain yang dibuat secara tiga dimensi. Arca dapat dihasilkan melalui teknik bentukan tangan,

pahat, cetak, dan ukir. Bahan yang digunakan dapat berupa batu, kayu, tanah liat, atau logam.

Page 5: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 5 Kamus Arkeologi

Arca yang dibuat untuk memperingati seorang tokoh yang telah wafat dengan menambahkan

ciri-ciri kedewaan disebut arca perwujudan.

Artefak, Semua benda yang diubah (modified) atau dibuat (made) oleh manusia dari bahan-

bahan alam. Kacamata, paku, buku, cincin, kipas, sandal atau celengan adalah contoh artefak.

(Lihat: Citra, Ekofak, Fitur, dan Paleolanskap)

Atap, Bagian atas bangunan yang berfungsi sebagai penahan sinar matahari, angin, dan

hujan. Atap mempunyai penutup yang bisa terbuat dari bahan-bahan organik seperti daun,

kayu, atau bambu. Juga bahan-bahan anorganik seperti keramik, batu, atau logam. Jenis atap

yang dibuat bertumpuk satu di atas lainnya disebut atap susun atau atap tumpang. Bagian tepi

bawah atap disebut cucuran atap, bagian menyudut yang manjadi pertemuan dua bidang atau

lebih atap disebut bubung atap atau bubungan. Adapun sudut yang berada di bagian paling

atas atap disebut puncak atap. (Lihat: Bubung, Genteng, dan Sirap).

Atrium (Ing.), Halaman terbuka di bagian dalam bangunan, biasanya terhubung dengan jalan

masuk utama. (Lihat: Halaman)

Badong (Jw.), Benda logam yang digunakan sebagai penutup kelamin wanita. Umumnya

membentuk pola segitiga. Pada setiap sudut, atau setidaknya dua sudut di antaranya, memiliki

lubang yang dapat dihubungkan dengan rantai atau tali pengikat.

Bahan, Sumber daya alam atau sintetik yang digunakan oleh manusia untuk membuat benda-

benda atau bangunan.

Baju, Pakaian penutup badan bagian atas. Biasanya mempunyai lubang pada setiap sisinya

untuk memasukkan tangan pemakainya, sebuah lagi di bagian tengah atas untuk memasukkan

kepala. Dapat terbuat dari tekstil, kulit kayu, atau kulit hewan. Sering disebut sebagai kemeja.

(Lihat: Pakaian, Kancing, dan Tekstil)

Page 6: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 6 Kamus Arkeologi

Bak, Unsur bangunan atau bangunan penampungan air, terbuat dari susunan tembok yang

membentuk wadah terbuka. Biasanya bak dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah atau

lantai. (Lihat: Kolam)

Balai, Bangunan beratap tanpa dinding. Atapnya disangga oleh sejumlah tiang. Balai tidak

digunakan sebagai tempat tinggal seperti halnya rumah, melainkan sebagai tempat pertemuan

sehingga konstruksinya dibuat untuk menampung banyak orang. Nama lainnya adalah

pendopo.

Bandul, Benda yang dibuat untuk digantungkan pada seutas tali atau media lain berukuran

panjang. Bandul dapat berfungsi sebagai pemberat (jaring), pemukul (lonceng), perhiasan

(kalung), atau anting-anting.

Bangku, Tempat duduk tanpa sandaran. Sejenis bangku berukuran relatif kecil dan berkaki

pendek disebut dingklik. (Lihat: Mebel, Kursi, dan Tempat Duduk)

Bangunan, Semua struktur yang dibuat untuk menampung kegiatan manusia atau

berhubungan dengan kegiatan manusia, umumnya berukuran besar. Sifat bangunan umumnya

selain berpola juga tidak dapat dipindah-pindahkan tanpa mengakibatkannya rusak.

Jembatan, rumah, jalan, parit, sumur, tanggul, atau terowongan dapat digolongkan sebagai

bangunan.

Berdasarkan susunannya, secara vertikal semua bagian bangunan yang berbentuk rumah atau

gedung dari bawah hingga atas dapat dibedakan menjadi fondasi, kaki, badan, dan atap.

Untuk bangunan bukan rumah atau gedung sistem pembagiannya dapat dinyatakan dengan

dasar, tengah dan puncak. Khusus untuk bangunan candi pembagian itu dinyatakan dengan

bhurloka, bhuwarloka, dan swarloka. (Lihat: Fitur, Fondasi, dan Struktur).

Bangunan itu sendiri dapat dibedakan menjadi bagian bangunan, komponen bangunan, dan

unsur bangunan. Bagian bangunan adalah elemen terbesar dari sebuah bangunan, seperti

ruang dapur, mihrab, atap, fondasi, kamar mandi, kamar tidur, atau gudang yang secara

keseluruhan memberi bentuk khas pada bangunan. Komponen bangunan adalah elemen

kedua yang hampir selalu ditemukan pada bangunan dan menjadi bagian dari bangunan,

misalnya jendela, pintu, lubang angin, cerobong asap, lantai, bak mandi, atau dinding.

Adapun unsur bangunan adalah elemen terkecil dari bangunan yang merupakan rincian dari

Page 7: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 7 Kamus Arkeologi

komponen bangunan, misalnya daun jendela, bingkai pintu, ubin pada lantai, keran air, dan

sebagainya.

Sebuah bangunan dapat mengambil bentuk bagian bangunan atau komponen bangunan.

Misalnya, masjid yang berbentuk atap kubah sehingga sukar dibedakan antara kaki, badan,

dan atap.

Dilihat dari segi kesuciannya, bangunan dapat dibedakan atas bangunan sakral, yaitu

bangunan suci yang berhubungan dengan ritual keagamaan, dan bangunan profan atau

bangunan biasa yang tidak digunakan atau berhubungan dengan keagamaan.

Di bawah ini tercantum berbagai jenis bangunan berdasarkan fungsi dan nama khusus yang

diberikan kepadanya:

Bangunan air, bangunan yang dibuat untuk keperluan menampung, mengendalikan, dan

mendapatkan air. (Lihat: Bendungan, Kolam, Perigi, atau Waduk)

Bangunan apung, bangunan yang dibuat di atas air dan selalu dalam keadaan terapung.

Umumnya merupakan rumah tinggal tepian sungai, danau, atau laut.

Bangunan bawah tanah, bangunan yang seluruh strukturnya berada di bawah permukaan

tanah.

Bangunan berundak, bangunan yang dibuat menyerupai susunan anak tangga, berteras,

meninggi ke atas atau ke belakang. (Lihat: Punden)

Bangunan bertingkat, bangunan berlantai dua atau lebih yang disusun ke atas satu di atas

lainnya.

Bangunan kubur, bangunan yang dibuat sebagai kuburan. (Lihat: Moselium)

Bangunan kolonial, bangunan bergaya arsitektur Eropa yang dibuat pada masa penjajahan.

Bangunan pertahanan, bangunan yang dibuat untuk kepentingan pertahanan dan tempat

menghimpun kekuatan militer, misalnya benteng. (Lihat: Benteng atau Bunker)

Page 8: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 8 Kamus Arkeologi

Bangunan tradisional, bangunan bercorak khas yang dibuat oleh kelompok etnik atau

sukubangsa tertentu. Sering diasosiasikan dengan bangunan-bangunan yang terbuat dari

bahan kayu atau bambu.

Bangunan tempat tinggal, bangunan yang dibuat dan dipakai sebagai tempat tinggal manusia,

dapat berupa rumah atau gedung. (Lihat: Gedung dan Rumah)

Barbotin (Ing), Hiasan pada gerabah berupa lapisan slip yang tebal. (Lihat: Keramik dan

Slip)

Bastion (Ing.), Bagian meruncing dari benteng yang menjorok keluar, atau bangunan

pertahanan berukuran kecil sejenis benteng. (Lihat: Benteng)

Bata, Tanah liat bakar yang digunakan sebagai bahan bangunan, umumnya berbentuk segi

empat dan digolongkan sebagai keramik. (Lihat: Adobe dan Keramik)

Batu Asah, Batu yang digunakan untuk mengasah benda-benda logam atau batuan.

Batu Inti, Batu kerakal atau serpihan besar yang menjadi bahan pembuat alat batu. (Lihat:

Serpihan)

Batu Kandang, Bangunan tradisi megalitik terbuat dari susunan batu-batu besar tanpa atap

yang membentuk denah persegi empat atau mendekati lingkaran. Nama lainnya yaitu stone

circle. (Lihat: Bilik Batu)

Batu Kenong, Batu berbentuk membulat dengan tonjolan di puncaknya, menyerupai alat

musik kenong. Peninggalan ini berasal dari tradisi megalitik dan masih dibuat hingga masa

klasik. (Lihat: Kenong)

Batu Kunci, Batu-batu berbentuk khusus yang berfungsi sebagai penyambung blok-blok

batu. Gunanya untuk menjaga agar blok batu yang disambung tidak bergeser dari kedudukan-

nya. Sering ditemukan pada bangunan-bangunan candi. (Lihat: Blok Batu)

Batu Martil, Alat penetak yang dipakai dalam pembuatan perkakas batu. Biasanya

mempunyai bidang membulat dan dapat digenggam tangan. (Lihat: Serpih)

Page 9: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 9 Kamus Arkeologi

Batu Saji, Altar batu peninggalan tradisi megalitik. Konstruksinya terbuat dari sebuah batu

datar berukuran besar yang ditopang oleh beberapa batu berukuran lebih kecil. Batu saji

sering dihubungkan dengan pemujaan. (Lihat: Altar dan Dolmen)

Batu Tegak, Peninggalan tradisi megalitik berupa tiang batu yang ditancapkan dalam posisi

tegak. Sering diasosiasikan dengan bangunan pemujaan, walaupun bukan sebagai objek yang

dipuja seperti halnya menhir. (Lihat: Menhir)

Batur, Bagian bawah bangunan balai yang terbuat dari susunan blok-blok batu atau bata.

Biasanya berdenah segi empat, rendah, dengan permukaan datar. Banyak ditemukan pada

kompleks candi atau pura. (Lihat: Balai)

Bejana, Wadah yang berfungsi sebagai tempat menyimpan atau menampung sesuatu. Bejana

umumnya berbentuk silindrik, lingkar mulutnya sama atau mendekati sama dengan lingkar

bagian dasar. (Lihat: Wadah)

Bekal Kubur, Benda-benda organik dan anorganik yang ditempatkan di dalam kubur sebagai

penyerta jenazah. Bekal kubur dapat berupa barang-barang yang menjadi milik pribadi si

mati atau sesuatu yang diasosiasikan secara simbolik sebagai bekal perjalanan arwah menuju

alam baka. (Lihat: Persembahan Kubur)

Belanga, Wadah tertutup berbentuk membulat dengan leher rendah dan mulut terbuka lebar.

Bagian dasar belanga pada biasanya cembung dan tidak memiliki kaki. Belanga umumnya

terbuat dari tembikar. (Lihat: Buyung dan Kendil)

Belencong (Jw.), Pelita gantung yang ditempatkan di belakang layar sebagai penerang pada

pertunjukan wayang kulit, disebut juga damar.

Beliung, Alat batu atau logam mirip kapak yang digunakan secara melintang untuk kegiatan

membongkar tanah atau membelah batang kayu. Beliung memiliki penampilan ramping

dengan bagian tajaman terletak secara melintang di salah satu ujungnya. Sejenis beliung yang

berpunggung tinggi dan tebal disebut belincung. (Lihat: Kapak)

Benang, Serat hasil pemintalan serabut tumbuh-tumbuhan atau bulu hewan. Umumnya

benang dipakai sebagai bahan dasar tekstil. (Lihat: Serat dan Tekstil)

Page 10: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 10 Kamus Arkeologi

Benda Kubur, Benda-benda yang memiliki hubungan dengan bangunan kubur atau tradisi

penguburan, seperti nisan atau arca. Bekal kubur dapat digolongkan sebagai benda kubur.

(Lihat: Kuburan dan Bekal Kubur)

Bendungan, Bangunan air yang dibuat melintang pada batang sungai atau parit. Bendungan

berfungsi untuk menahan, mengumpulkan, dan mengendalikan air dalam jumlah banyak.

(Lihat: Tanggul dan Waduk)

Benteng, Bangunan pertahanan dengan tembok-tembok tinggi, atau berupa gundukan tanah

yang kuat dalam posisi memanjang atau melingkar. Kadang-kadang benteng dilengkapi

dengan parit yang mengelilinginya. Selain untuk kepentingan pertahanan, benteng acapkali

digunakan pula sebagai tempat tinggal atau bahkan menjadi batas sebuah kota. Nama lain

dari benteng adalah kuto, kuta, koto, atau kota. (Lihat: Bastion dan Bunker)

Bia (Mdn.), Alat tiup sejenis terompet yang terbuat dari cangkang siput berukuran besar.

Banyak digunakan di Indonesia Wilayah Timur.

Biara, Bangunan tempat tinggal pendeta pada lingkungan kompleks keagamaan Hindu,

Buddha, atau Katolik. (Lihat: Candi)

Bilik, Ruangan kecil yang terdapat pada bangunan atau bisa berarti dinding anyaman yang

terbuat dari bambu. Nama lain untuk dinding anyaman ini adalah gedek, tepas, atau sasak

sedangkan untuk kata ganti ruangan ialah kamar. (Lihat: Bangunan)

Bilik Batu, Bangunan kubur tradisi megalitik berbentuk bilik dengan dinding-dinding terbuat

dari batu. Bilik batu ditempatkan di dalam tanah dan biasanya memiliki pintu masuk khusus

di bagian depan, disebut juga stone chamber. (Lihat: Dolmen dan Peti Kubur)

Bingkai, Pembatas yang digunakan untuk membedakan suatu bidang permukaan dengan

bidang permukaan lain, atau rangka yang dipasang mengelilingi suatu benda dan berfungsi

sebagai penguat. Bingkai dapat berupa susunan kayu atau batu, bisa pula merupakan pahatan,

goresan, atau garis yang membatasi suatu permukaan. Pada bangunan candi, pengertian

bingkai dapat dihubungkan dengan bentuk batu-batu atau bata-bata yang tersusun menjadi

bagian kaki. Setiap bingkai dapat memiliki bentuk berbeda dalam susunan itu sehingga secara

keseluruhan akan membentuk profil kaki candi. (Lihat: Pelipit)

Page 11: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 11 Kamus Arkeologi

Blok Batu, Batu-batu bahan bangunan yang dibentuk persegi, terutama segi empat. Banyak

digunakan pada bangunan candi atau benteng. (Lihat: Batu Kunci)

Boat (Ing.), Wadah cairan berbentuk mirip cangkir tetapi lebih panjang dan memiliki bentuk

mulut yang lonjong. Sisi dihadapan tangkai dibuat meninggi dan menyempit sehingga

membentuk saluran. Boat, atau sauce boat, umumnya dibuat berkaki rendah dan tidak

dilengkapi tutup. (Lihat: Cangkir)

Bokor, Wadah keramik atau logam sejenis mangkuk berukuran besar. Bokor dapat memiliki

kaki dapat pula tidak, umumnya memiliki mulut yang diameternya mendekati diameter

bagian kaki. Sejenis bokor yang dipakai sebagai wadah penginangan disebut cerana. (Lihat:

Mangkuk dan Penginangan)

Bola, Barang bulat atau barang yang bentuknya menyerupai bulatan yang dibuat dari karet

dan sebagainya untuk bermain-main.

Boneka, Benda mainan dalam bentuk manusia, hewan, atau yang menyerupai keduanya.

Boneka umumnya berukuran kecil, ringan, dan mudah dibawa, disebut juga golek atau

golekan.

Botol, Wadah kaca atau keramik berleher tinggi dengan mulut mengecil. Botol digunakan

untuk menyimpan cairan atau benda-benda lain berukuran kecil. Untuk keperluan itu, botol

sering dilengkapi dengan tutup atau sumbat pada bagian mulut. (Lihat: Ampora)

Bros, Perhiasan yang disematkan atau disangkutkan pada pakaian. (Lihat: Pin)

Bubungan, Sejenis genteng pada bagian atap yang menyudut, yaitu pada pertemuan antara

sisi-sisi yang berlawanan. Selain fungsi praktisnya untuk menghindari masuknya air dan sinar

matahari pada bagian ini, bubungan juga sering dimanfaatkan sebagai hiasan untuk

meningkatkan keindahan bangunan, yaitu dengan membuatnya menjadi bentuk-bentuk

dekoratif yang khas. (Lihat: Atap dan Genteng)

Bukit Kerang, Gundukan sampah dapur berupa cangkang kerang dan siput yang membukit

sebagai hasil penimbunan selama ratusan tahun. Nama lain bukit kerang adalah

kjökkenmoddinger. Dari dalam bukit kerang sering ditemukan alat-alat purbakala seperti

Page 12: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 12 Kamus Arkeologi

kapak batu, sudip, atau tulang binatang darat hasil buruan atau tulang berbagai jenis ikan.

(Lihat: Kapak dan Sampah)

Buli-buli, Wadah sejenis tempayan berukuran tinggi kurang dari 30 cm. (Lihat: Tempayan)

Bullion (Ing.), Batangan logam yang dipakai sebagai bahan pembuatan uang logam. Pada

masa lalu, bullion juga dipakai sebagai alat tukar seperti halnya uang. (Lihat: Ingot)

Bunker (Ing.), Bangunan pertahanan terdiri dari ruang-ruang tertutup yang sebagian atau

seluruh strukturnya tertanam dalam tanah. Pada dinding bunker terdapat sejumlah jendela

berukuran kecil sebagai lubang pengintaian dan tempat untuk melakukan penembakan.

Hubungan keluar hanya dilayani oleh satu atau dua pintu. Bunker banyak didirikan pada

Perang Dunia Kedua, umumnya terbuat dari konstruksi beton atau balok-balok kayu yang

ditimbun tanah. (Lihat: Benteng)

Busur, Senjata terbuat dari kayu atau logam berbentuk lengkung, ujung-ujungnya

dihubungkan dengan tali atau dawai untuk melontarkan anak panah. Busur yang digunakan

untuk melontarkan anak panah disebut busur panah. (Lihat: Anak Panah)

Buyung, Wadah tertutup untuk membawa air yang memiliki dasar membulat. Bagian leher

buyung pada umumnya meninggi dan diakhiri dengan mulut berukuran besar. Kebanyakan

buyung terbuat dari tembikar, ada pula yang terbuat dari logam. (Lihat: Periuk dan

Tempayan)

Cakram, Benda pipih berbentuk lingkaran dengan bagian tengah menebal.

Calon Kapak, Kapak yang belum jadi. Pengerjaannya kasar dan baru memperlihatkan

bentuk dasarnya. (Lihat: Kapak)

Candi, Bangunan suci agama Hindu atau Budha. Sebagai sebuah sistem, pada candi biasanya

dapat dijumpai bangunan-bangunan seperti gapura, biara, bangunan perwara, bangunan

Page 13: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 13 Kamus Arkeologi

induk, bangunan apit, pagar keliling, dan arca penjaga pintu. Di Bali candi disebut pura/pure,

di Jawa Timur juga disebut cungkup, sedangkan candi di Sumatera Barat dan Sumatera Utara

ada yang menyebutnya sebagai biaro. Bangunan induk adalah bangunan utama pada candi

yang menjadi pusat kesucian kompleks. Pada bangunan ini dapat ditemukan arca dewa-dewa

utama yang menjadi objek pemujaan. Bangunan perwara adalah bangunan-bangunan

berukuran lebih kecil yang menjadi pelengkap atau penyerta bangunan induk. Bangunan yang

berada di samping kiri-kanan bangunan induk disebut bangunan apit. (Lihat: Biara, Cungkup,

Dwarapala, Gapura, dan Kompleks)

Candrasa, Kapak upacara bertangkai terbuat dari perunggu, yang hanya digunakan untuk

kepentingan upacara. Sebagai benda upacara, candrasa sering diberi hiasan sehingga tidak

mencerminkan lagi fungsi praktisnya. (Lihat: Kapak)

Candrasengkala, Sistem pertanggalan yang dinyatakan dengan gambar, kalimat, atau huruf

berdasarkan rumus tertentu. Nama lainnya kronogram.

Cangkir, Wadah minum mirip mangkuk berukuran relatif kecil dengan sebuah tangkai

berbentuk melingkar menempel di bagian badannya. Cangkir umumnya terbuat dari keramik

atau kaca. (Lihat: Gelas dan Mangkuk)

Cap, Hasil cetak pada sebuah media yang dibuat melalui metode tekan dengan menggunakan

stempel atau benda-benda lain untuk keperluan itu. (Lihat: Stempel dan Cetakan)

Cawan, Wadah terbuka serupa mangkuk tanpa kaki. (Lihat: Mangkuk)

Celana, Pakaian yang digunakan untuk menutup tubuh bagian pinggang ke bawah. Celana

umumnya memiliki pembungkus tungkai kaki yang terpisah antara bagian kanan dan kiri.

Berdasarkan panjangnya, celana dapat dibedakan atas celana pendek dan celana panjang.

Celana pendek memiliki pembungkus tungkai sampai dengan batas lutut, sedangkan celana

panjang pembungkus tungkainya sampai dengan pergelangan kaki. (Lihat: Pakaian dan

Sarung)

Celupak, Pelita sederhana tanpa gagang dan tutup maupun lubang sumbu. Sumbu pada

celupak diletakkan pada bagian tepian yang menjorok keluar dan menyempit. Biasanya

terbuat dari tembikar. (Lihat: Pelita)

Page 14: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 14 Kamus Arkeologi

Cepuk, Wadah penyimpanan berukuran kecil yang memiliki tutup. Ukuran tutup cepuk sama

besar atau mendekati ukuran mulut wadah di bawahnya. Cepuk dapat terbuat dari kayu,

keramik, atau logam. (Lihat: Wadah)

Cermin, Benda kaca atau logam yang mengkilat, dipakai untuk memantulkan citra objek-

objek yang berada di hadapannya.

Cerobong, Bangunan, bagian, atau unsur bangunan berbentuk pipa menjulang ke atas yang

berfungsi sebagai saluran pembuangan udara atau asap. (Lihat: Pipa)

Cetakan, Alat untuk mencetak. Cetakan dipakai untuk membentuk benda-benda lunak, tipis,

atau cair dengan teknik cor, tekan, atau tempa. Ada dua jenis cetakan, yaitu cetakan positif

dan cetakan negatif. Cetakan positif akan menghasilkan permukaan benda yang cekung,

sedangkan cetakan negatif menghasilkan permukaan benda yang cembung. (Lihat: Cap dan

Stempel)

Ceting (Jw.), Wadah tempat menghidangkan nasi. Bentuknya mirip bokor, bermulut lebar,

dan berbadan tambun. Biasanya memiliki permukaan yang berlubang-lubang. (Lihat: Bokor)

Chopper (Ing.), Kapak sederhana dari masa paleolitik yang dihasilkan melalui proses

pemangkasan pada salah satu sisinya, dengan tetap meninggalkan sebagian permukaan batu

dalam keadaan asli untuk digenggam. Bagian tajaman chopper umumnya membentuk garis

lengkung.

Cincin, Jenis perhiasan yang dikenakan pada jari tangan. Umumnya memiliki lubang di

bagian tengah dan berbentuk melingkar. (Lihat: Perhiasan)

Citra, Goresan atau gambar yang tidak dapat dipindahkan dari media tempatnya berada.

Fresko atau pahatan yang dibuat pada tebing batu dapat disebut pula sebagai citra. (Lihat:

Fitur dan Fresko)

Cobek (Jw.), Alat pelumat ramuan berupa wadah dengan permukaan cekung terbuat dari

keramik, kayu, atau batu. Cobek digunakan bersama alat lain bernama ulekan dan pada

umumnya memiliki denah membulat atau lonjong. Nama lainnya batu lado, batu base, atau

cowek. Nama lain untuk ulekan, yaitu anak batu lado atau pengulakan. (Lihat: Pipisan)

Page 15: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 15 Kamus Arkeologi

Cordon (Ing.), Tonjolan melingkar pada wadah keramik atau logam yang merupakan

tambahan. Cordon selain bersifat dekoratif juga berguna untuk memudahkan pemegangan

wadah saat dipindahkan.

Corong, Alat penyalur suara, udara, atau cairan berbentuk kerucut, bermulut lebar yang

diakhiri dengan sebuah pipa pendek. Salah satu ujungnya berukuran lebih besar dibandingkan

lainnya. (Lihat: Cerobong)

Cungkup, Bangunan pelindung mirip balai atau rumah. Sering ditemukan pada makam.

(Lihat: Balai, Candi, dan Rumah)

Dadu, Alat permainan bersisi enam, setiap sisinya memiliki cekungan rendah atau gambar

berbentuk bulat, berjumlah satu sampai dengan enam. Bentuknya bermacam-macam, ada

yang kubus dan ada pula yang berupa batangan.

Dapur, Ruang di dalam dan di luar bangunan yang berfungsi sebagai tempat dilakukannya

kegiatan memasak.

Dawai, Sejenis tali terbuat dari logam, serat, sutra, atau bahan-bahan sintetik sejenis. Nama

khusus untuk dawai logam adalah kawat, sedangkan yang terbuat dari bahan sintetik atau

serat disebut senar. Dawai bersifat lentur dan toleran terhadap daya tarik. Oleh karena itu,

sering dimanfaatkan sebagai kelengkapan alat musik petik (gitar atau kecapi) dan gesek

(biola atau rebab) karena kemampuannya menghasilkan bunyi.

Debitase, Limbah industri pembuatan alat batu yang tidak terpakai. (Lihat: Detritus dan

Limbah)

Dermaga, Bangunan yang menjorok ke laut, danau, atau sungai tempat berlabuhnya kapal.

Bentuknya seperti jembatan dan biasanya tidak beratap, walaupun kadang-kadang di bagian

ujung atau pangkal dermaga terdapat bangunan beratap tempat orang menunggu.

Page 16: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 16 Kamus Arkeologi

Detritus (Ing.), Pecahan-pecahan kecil sebuah benda yang terjadi akibat proses pelapukan

atau erosi. (Lihat: Debitase)

Dinding, Struktur bangunan yang berfungsi sebagai penyekat ruang. (Lihat: Tembok)

Dingklik (Jw.), Sejenis bangku berukuran kecil dan pendek, pada umumnya terbuat dari

kayu atau rotan. Nama lainnya adalah jojodog, dadampar.

Dipan, Sejenis tempat duduk berukuran besar dan panjang yang dapat dipakai berbaring.

Nama lainnya balai-balai atau amben. (Lihat: Tempat Duduk dan Tempat Tidur)

Dolmen, Bangunan kubur tradisi megalitik terbuat dari susunan batu tegak berukuran besar

tanpa dinding sehingga membentuk sebuah ruang semu. Batu-batu tegak ini menopang tutup

yang juga terbuat dari batu. Sejenis dolmen yang penyangganya terbuat dari lempengan-

lempengan batu disebut pandusa. Dolmen umumnya didirikan di atas permukaan tanah.

(Lihat: Kuburan dan Bilik Batu)

Dompet, Sejenis kantong untuk menyimpan uang berukuran relatif kecil yang dapat dilipat.

Dompet berbentuk pipih dan memiliki satu atau lebih tempat penyimpanan. (Lihat: Pundi-

pundi)

Dormer (Ing.), Jendela yang diletakkan pada atap bangunan. Jendela ini merupakan bagian

dari ruangan di bawah atap, dibuat menjorok keluar dalam posisi tegak lurus dan sering

memiliki atap tersendiri.

Dulang, Alat untuk memisahkan bijih logam dari pasir atau batu-batuan. Dulang dapat

berbentuk seperti piring cekung atau wadah datar dengan sisi-sisi yang tinggi. Umumnya

terbuat dari kayu, walaupun ada juga yang terbuat dari logam.

Dupa, Getah tumbuh-tumbuhan (misalnya kemenyan) atau ramuan (misalnya ratus atau hio)

yang dibakar untuk menghasilkan bau-bauan tertentu. Dupa umumnya digunakan pada

upacara-upacara yang berhubungan dengan peribadatan. (Lihat: Hio dan Pedupaan)

Dwarapala, Arca penjaga pintu atau gapura berwujud raksasa yang menakutkan. Sering

ditemukan pada kompleks candi atau istana di Jawa. Arca yang berfungsi sebagai penolak

Page 17: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 17 Kamus Arkeologi

bala ini biasanya digambarkan dalam posisi jongkok, mata melotot, dan salah satu tangannya

memegang gada. Dwarapala disebut juga raksasa penjaga pintu, reco pentung, atau gupolo.

Ekofak, Komponen biota dan abiota yang tidak dibentuk ataupun diubah oleh manusia tetapi

berhubungan langsung dengan aktivitas manusia. (Lihat: Artefak dan Fitur)

Enamel (Ing.), Bahan sejenis kaca yang digunakan untuk melapisi permukaan keramik atau

logam. Enamel adalah pigmen yang terbuat dari campuran mineral (seperti emas, mangan,

atau kuningan), glasir, dan minyak yang dioleskan pada benda sebelum pembakaran. Enamel

membutuhkan panas tinggi dan memiliki sifat seperti glasir yang kedap air. Umumnya tidak

tembus cahaya. (Lihat: Glasir dan Slip)

Ewer (Ing.), Sejenis kendi yang memiliki tangkai. Ewer dapat memiliki corot dan dapat pula

tidak. Pada umumnya memiliki mulut yang berukuran kecil, tutup, dan berleher tinggi.

(Lihat: Kendi dan Jug)

Fitur, Sruktur atau sisa kegiatan manusia yang karena ukuran dan kondisinya tidak dapat

dipindahkan serta diangkat dari lingkungannya tanpa mengakibatkannya rusak. Fitur dapat

berupa bangunan, perbedaan rona pada tanah, atau lanskap hasil bentukan manusia. (Lihat:

Bangunan, Artefak, Paleolansekap, dan Siluet)

Fosil, Organisme yang telah membatu, tetapi masih memperlihatkan ciri fisik aslinya. Fosil

terjadi di daerah-daerah yang tanahnya mengandung banyak mineral seperti kalsit, limonit,

pirit, dan terutama silika. Mineral-mineral ini dalam jangka waktu ratusan tahun hingga

Page 18: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 18 Kamus Arkeologi

ribuan tahun menggantikan unsur-unsur bahan organik yang tertanam tersebut dengan

material baru. Proses pembentukan fosil disebut petrifikasi (menjadi batu).

Fresko, Lukisan dinding yang dibuat pada saat lepa masih basah. Bahan pewarna yang

digunakan umumnya berupa pigmen yang tidak mengandung minyak. (Lihat: Lepa, Lukisan

Dinding, dan Pigmen)

Gacuk (Jw.), Sejenis alat permainan berbentuk lingkaran terbuat dari tembikar. Gacuk

biasanya berukuran kecil, pipih, dan memiliki permukaan datar dan tidak berhias.

Gada, Senjata pemukul bertangkai. Bagian ujungnya berukuran lebih besar dan lebih berat

dibandingkan bagian pangkal.

Gandik (Jw.), Alat penggiling yang dipakai sebagai pelumat ramuan bersama pipisan.

(Lihat: Alu dan Pipisan)

Gapura, Bangunan yang mewakili fungsi sebagai pintu pada suatu kompleks. Umumnya

menyatu dengan pagar, walaupun ada juga yang berdiri sendiri. Jenisnya ada dua, yaitu

beratap dan tidak beratap. Gapura pada kompleks candi yang tidak beratap disebut tipe bentar

mirip bangunan candi terbelah dua (split gate). Jenis yang kedua disebut tipe paduraksa,

bentuknya mirip bangunan candi dengan sebuah pintu berada di tengah. (Lihat: Pintu dan

Pintu Gerbang)

Gayung, Alat pendulang air berupa wadah bergagang. Umumnya gayung berukuran kecil,

gagangnya ada yang terpasang pada sisi wadah dan ada pula yang melintang di tengah-tengah

mulut wadah.

Gedung, Bangunan mirip rumah berukuran besar dan permanen. (Lihat: Rumah)

Gelang, Perhiasan berbentuk cincin yang dikenakan pada pergelangan tangan atau kaki.

(Lihat: Cincin dan Kelat Bahu)

Page 19: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 19 Kamus Arkeologi

Gelas, Alat minum terbuat dari kaca atau keramik. Bentuknya bermacam-macam, umumnya

tinggi dan ukuran mulut mendekati sama dengan ukuran bagian dasar. Gelas yang berukuran

besar sering dilengkapi dengan tangkai dan tidak berkaki (gelas bir), sedangkan yang

berukuran kecil ada yang memiliki kaki (gelas sampanye) dan ada pula yang tidak (gelas

biasa). (Lihat: Cangkir dan Tankard)

Genta, Disebut juga bel atau lonceng. Bentuknya bermacam-macam, ada yang menyerupai

stupa, kubah, atau pipa. Genta memiliki rongga di bagian dalam yang menghasilkan gema,

dan mulut terbuka di bagian bawahnya sebagai jalan keluarnya suara.

Berdasarkan jenisnya genta dapat dibedakan atas genta gantung dan genta bertangkai. Genta

gantung adalah genta yang ditambatkan pada suatu media dengan menggunakan rantai atau

tali, bisa memiliki bandul bisa juga tidak. Genta yang memiliki bandul dibunyikan dengan

cara menggoyangkannya. Sedang yang tidak berbandul dibunyikan dengan cara dipukul.

Ukuran genta gantung bervariasi dari kecil hingga besar. Genta bertangkai adalah genta yang

mempunyai tangkai di bagian puncak, umumnya memiliki bandul dan berukuran kecil.

(Lihat: Kerincingan)

Genteng, Penutup atap bangunan bagian luar. Genteng bisa terbuat dari keramik, batu, atau

metal. (Lihat: Atap, Langit-langit, dan Sirap)

Gereja, Kompleks bangunan keagamaan Kristen. Gereja dapat dicirikan dari atapnya yang

meruncing atau kubah yang dihiasi salib dan lonceng. Ruangan di bagian dalam gereja pada

umumnya memiliki mimbar, altar, dan salib.

Gerobak, Kendaraan beroda tanpa atap untuk mengangkut barang dengan cara ditarik atau

didorong. Biasanya terbuat kayu, logam, atau keduanya. Untuk menggerakan gerobak

dibutuhkan tenaga manusia atau hewan. (Lihat: Kereta)

Gloss (Ing.), Sejenis slip pada keramik. Pada dasarnya, gloss tidak berbeda dengan slip,

tetapi campurannya banyak mengandung mineral silika sehingga setelah dibakar pada suhu

tinggi akan menghasilkan lapisan mengkilap tipis yang mirip glasir. (Lihat: Slip)

Gong, Alat bunyi-bunyian berbentuk lingkaran terbuat dari logam. Gong umumnya

berukuran besar dan harus ditempatkan dalam posisi tergantung untuk bisa menghasilkan

gaung. Ada dua jenis gong yang dikenal, yaitu yang tidak memiliki tonjolan dan yang

Page 20: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 20 Kamus Arkeologi

memiliki tonjolan. Bentuk gong dengan tonjolan ini mirip kenong, yaitu mulut rongga bagian

belakangnya yang mengecil sehingga mampu menghasilkan gaung yang kuat. Gong tanpa

tonjolan jarang ditemukan di Indonesia kecuali di kawasan Asia Daratan. (Lihat: Kenong)

Gua, Lubang atau rongga alamiah pada formasi tebing batu maupun kapur. Gua sering

dimanfaatkan sebagai tempat tinggal manusia purba. Ceruk dalam pada dinding tebing

disebut sebagai gua payung, nama lainnya abbris sous roche. Gua payung semacam ini sering

dimanfaatkan sebagai tempat tinggal manusia purba (Lihat: Terowongan)

Guci, Wadah sejenis tempayan yang memiliki tinggi kurang dari 50 sentimeter, terbuat dari

tembikar, batuan, atau porselen. (Lihat: Tempayan)

Gurdi, Alat untuk membuat lubang pada kayu atau logam dengan cara memutarnya. Nama

lainnya bor. Komponen untuk membuat lubang yang ditempatkan di bagian ujung gurdi

disebut mata gurdi atau mata bor.

Halaman, Sebidang bidang tanah di sekitar bangunan yang menjadi bagian dari ruang

aktivitas manusia. Halaman biasanya memiliki batas, baik berupa pagar maupun batas-batas

lain yang menunjukkan keluasannya.

Hiasan, Disebut juga ornamen. Pola-pola dalam bentuk gambar ataupun relief yang dibuat

untuk memperindah atau meningkatkan nilai estetis objek yang menjadi tempatnya.

Berdasarkan jenisnya, hiasan dapat dibedakan atas bentuk-bentuk manusia atau

antropomorfik, hewan (fauna) atau zoomorfik, tumbuh-tumbuhan (vegetatif/floral),

pemandangan (scenery), geometrik (geometric), dan abstrak (abstract). Hiasan dapat pula

menjadi bagian integral dari benda secara fungsional sehingga merupakan kesatuan yang tak

terpisahkan dari konsep bentuk benda itu sendiri, misalnya cordon. (Lihat: Cordon)

Page 21: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 21 Kamus Arkeologi

Hio (Cin.), Sejenis dupa terbuat dari ramuan tumbuh-tumbuhan yang dilekatkan pada sebuah

batang bambu. Banyak digunakan oleh masyarakat Cina pada upacara-upacara pemujaan

mereka. (Lihat: Dupa dan Kelenteng)

Histogram, Gambar-gambar yang dihubungkan dengan peristiwa sejarah, misalnya gambar

bambu runcing yang mengingatkan bangsa Indonesia pada masa-masa perjuangan

kemerdekaan. Histogram biasanya hanya dikenali oleh masyarakat atau bangsa yang terlibat

dalam peristiwa sejarah itu. (Lihat: Candrasengkala dan Piktograf)

Huruf, Simbol-simbol atau bentuk-bentuk yang mewakili bunyi tertentu dalam bahasa, baik

secara kesatuan ataupun bersama-sama dalam kalimat. Huruf disebut juga aksara. Kumpulan

huruf disebut kata dan kumpulan kata disebut kalimat. (Lihat: Piktograf)

Idol (Ing.), Benda-benda berbentuk manusia atau diberi hiasan antropomorfik yang

digunakan sebagai objek pemujaan. (Lihat: Antropomorfik)

Ingot, Batangan logam yang dicetak dalam ukuran dan berat tertentu. (Lihat: Bullion)

Ikat, Tekstil tenun yang dibuat dengan cara menjalin benang-benang berwarna yang lebih

dahulu diberi pola hias. Kain gringsing dari Bali atau selimut di Nusa Tenggara Timur

keduanya termasuk kelompok ikat. (Lihat: Songket dan Tekstil)

Ikat Kepala, Tekstil atau kulit hewan yang digunakan sebagai penutup kepala. Bentuk ikat

kepala tidak pernah tetap karena hanya merupakan lilitan pada kepala yang sewaktu-waktu

dapat dilepas dan dibentuk kembali menurut model yang dikehendaki. (Lihat: Topi)

Ikat Pinggang, Disebut juga sabuk. Sejenis tali yang digunakan untuk mengencangkan

pakaian di sekitar pinggang. Kepala ikat pinggang disebut timang atau gesper, biasanya

terbuat dari logam. (Lihat: Perhiasan)

Page 22: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 22 Kamus Arkeologi

Inskripsi, Tulisan, pahatan, atau guratan huruf-huruf yang mengandung pesan pada

permukaan benda atau bangunan. (Lihat: Prasasti)

Istana, Kediaman resmi kepala pemerintahan, khususnya raja dan ratu. Istana dapat berupa

gedung atau rumah berukuran besar, dapat pula berbentuk kompleks yang terdiri dari

beberapa bangunan atau sebuah bangunan tunggal. Istana yang dibentuk menyerupai benteng

disebut puri. (Lihat: Keraton)

Jalan, Bidang tanah atau bangunan yang digunakan sebagai prasarana transportasi. Jalan

dikategorikan sebagai bangunan karena merupakan struktur yang terbuat dari berbagai jenis

bahan, kecuali jalan yang terbuat dari tanah. (Lihat: Bangunan)

Jam, Mesin penunjuk waktu. Jam memiliki dua jarum berbeda ukuran: jarum pendek untuk

menunjuk waktu dalam hitungan pukul dan jarum panjang untuk waktu dalam hitungan

menit. Pada sisi luar bagian dalam terdapat angka-angka 1 sampai dengan 12 atau simbol-

simbol lain yang mewakili angka-angka tersebut. Tenaga yang diperoleh jam untuk bekerja

berasal dari daya lentur pegas, daya tarik bandul, atau listrik. Jam berukuran kecil yang

dipakai pada pergelangan tangan disebut arloji. Jam termasuk kelompok kronometer

digunakan untuk menghitung waktu.

Jambangan, Vas berukuran besar dan tinggi. Karena ukurannya yang besar, jambangan lebih

sering diletakkan di lantai dari pada di meja. (Lihat: Vas)

Jangkar, Alat pemberat berbentuk kait yang ditenggelamkan ke dasar sungai, laut, atau

danau untuk menahan posisi kapal. Jangkar dapat terbuat dari besi, batu, kayu, atau campuran

antara keduanya. (Lihat: Kapal)

Jaring, Alat penangkap atau penahan, berupa jalinan serat atau tali yang jarak antar

simpulnya relatif besar. Jaring disebut juga jala, sedangkan pukat adalah sejenis jaring yang

digunakan untuk menangkap ikan. (Lihat: Bandul)

Page 23: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 23 Kamus Arkeologi

Jarum, Alat penusuk berukuran relatif kecil dan runcing yang terbuat dari logam, tulang,

cangkang kerang atau siput, dan kayu. Atas dasar fungsinya, jarum dapat dibedakan menjadi

tiga tipe, yaitu jarum Jjahit, jarum suntik, dan jarum penunjuk. Jarum jahit memiliki lubang

pada bagian pangkal atau ujungnya sebagai tempat memasukkan benang. Jarum ini

digunakan untuk membuat lubang pada tekstil atau kulit. Sedangkan jarum suntik sebenarnya

adalah pipa berukuran kecil yang ujungnya dibuat runcing untuk menyalurkan cairan. Jarum

yang digunakan pada kompas, timbangan, atau jam adalah dari jenis jarum penunjuk. (Lihat:

Jam dan Timbangan).

Jembatan, Bangunan atau bukan bangunan berfungsi sebagai jalan yang menghubungkan

dua sisi atau tepi yang terpisah. Jembatan berupa bangunan dibuat dari konstruksi batu, kayu,

bambu, besi, beton, atau campuran di antaranya. Sedang jembatan yang bukan bangunan

dibuat dari batang-batang pohon yang dirubuhkan secara melintang tanpa digarap lebih jauh

bentuk maupun konstruksinya. (Lihat: Bangunan)

Jendela, Komponen bangunan berupa lubang pada dinding sebagai jalan keluar masuknya

udara dan sinar matahari ke dalam ruangan. Pengaturannya dapat dilakukan dengan

pertolongan daun jendela melalui mekanisme buka dan tutup, atau sarana lain yang mewakili

fungsi tersebut.

Jimat, Disebut juga aji-aji. Benda alam atau artefak berukuran kecil yang dipercaya

mengandung kekuatan magis untuk melindungi keselamatan atau memberikan kekuatan

supranatural bagi pemiliknya. Bentuknya bermacam-macam, dapat menyerupai manusia,

hewan, tumbuh-tumbuhan, bagian-bagian dari ketiganya, gabungan dari dua atau ketiga unsur

itu, sampai dengan yang sama sekali tidak mencirikan bentuk ketiganya. Pada jimat biasanya

bisa ditemukan benda-benda tanda kesucian dalam bentuk gambar, tulisan, huruf, atau

bentuk-bentuk abstrak.

Jobongan (Jw.), Benda berbentuk silindrik yang digunakan sebagai dinding perigi dengan

cara menumpuk satu di atas lainnya. Biasanya terbuat dari tembikar. (Lihat: Perigi)

Jubah, Baju panjang yang menutup badan mulai dari leher hingga kaki. (Lihat: Baju)

Page 24: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 24 Kamus Arkeologi

Jug (Ing.), Wadah penyimpan air berbadan tinggi dan melebar, berleher pendek, bermulut

besar serta bertangkai. Umumnya tidak memiliki corot dan ukuran dasarnya lebih besar dari

pada mulut. Jug banyak dibuat di Eropa. (Lihat: Ewer)

Kacamata, Kaca dengan permukaan cekung atau cembung yang ditempatkan di muka mata

sebagai alat bantu penglihatan. Kacamata umumnya terdiri dari sepasang kaca yang dijepit

oleh bingkai bertangkai, dipakai dengan cara mengaitkannya pada daun telinga. Ada pula

jenis kacamata yang hanya memiliki satu kaca yang digunakan dengan cara menjepitkannya

di antara tulang alis dengan tulang pipi.

Kacip, Alat pemotong buah pinang berbentuk gunting bertangkai panjang dengan engsel

berada di bagian muka. Alat ini merupakan perlengkapan penginangan untuk menyirih.

Disebut juga kalakati atau caket. (Lihat: Penginangan)

Kail, Alat sejenis kait untuk menangkap ikan. Pada bagian pangkal terdapat lubang atau

celah menyempit untuk mengikatkan tali. Kail dapat dibuat dari logam, tulang, atau cangkang

kerang. (Lihat: Kait)

Kail, Alat dengan ujung melengkung untuk menambat, menangkap, menahan, atau

menggantungkan sesuatu.

Kala, Hiasan berbentuk kepala raksasa dengan ekspresi menakutkan: mata melotot, gigi

bertaring, dan mulut menganga. Penggambaran kala sering dilengkapi pula dengan telapak

bercakar dan semacam tanduk di bagian atas kepala. Hiasan ini dimaksudkan sebagai penolak

bala, pada umumnya ditempatkan di tengah bingkai bagian atas pintu masuk bangunan candi.

Di Jawa Timur kala disebut juga banaspati. Penggambaran Kala yang dikombinasikan dengan

hiasan makara disebut kala-makara, sedangkan penggambaran kala yang dikombinasikan

dengan hiasan mrga (kepala kijang) disebut kala-mrga. Kala-mrga juga merupakan hiasan

bagian atas kepala seorang tokoh yang dimaksudkan untuk memberikan sifat magis atau

super pada tokoh yang dinaunginya. (Lihat: Makara)

Page 25: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 25 Kamus Arkeologi

Kalamba, Kubur batu berbentuk silindrik dengan tutup di atasnya. Peninggalan ini banyak

ditemukan di Sulawesi Tengah dan beberapa daerah di Sumatera Utara. (Lihat: Peti Kubur)

Kaligrafi, Pahatan atau susunan huruf yang dibentuk dan disusun membentuk suatu pola

sehingga terlihat indah.

Kalung, Perhiasan yang ditempatkan atau diikatkan melingkar pada leher.

Kancing, Benda yang digunakan untuk menutup baju, biasanya di tempatkan di bagian muka

baju. Fungsi praktisnya mirip dengan kait, namun di lain pihak kancing juga memiliki fungsi

estetis sehingga sering dibuat sebagai asesori atau perhiasan untuk meningkatkan tampilan

baju. (Lihat: Baju dan Pakaian).

Kapak, Alat batu atau logam bermata tajam yang digunakan untuk keperluan membelah dan

memotong. Bentuk kapak umumnya melebar dan menipis di bagian tajaman serta memiliki

pangkal yang lebih tebal dan menyempit. Sejenis kapak logam yang memiliki rongga untuk

memasukkan batang kayu disebut kapak corong. Kapak disebut juga kampak. (Lihat: Beliung

dan Candrasa)

Kapal, Alat transportasi air sejenis perahu berukuran besar yang ditenagai dengan mesin atau

angin. Kapal biasanya dipergunakan pada perairan dalam.

Menurut komponen atau bagian-bagiannya, kapal dapat memiliki:

1. Lunas, batang-batang kayu atau logam yang berada di bagian tengah yang merupakan inti

struktur kerangka kapal tempat bersatunya rusuk dan lambung. Lunas pada umumnya dibuat

lebih menonjol sehingga memiliki kemampuan untuk membelah air, panjang lunas

menentukan pula panjang kapal secara keseluruhan.

2. Lambung, bagian sisi kanan-kiri yang membentuk badan kapal.

3. Rusuk, disebut juga gading-gading, yaitu batang-batang kayu atau logam yang membentuk

sisi-sisi kapal

4. Sirip, lembaran kayu atau logam di bagian bawah belakang kapal yang berfungsi sebagai

pengarah

Page 26: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 26 Kamus Arkeologi

5. Kemudi, alat pengendali arah yang dihubungkan ke sirip

6. Tiang, batang kayu atau logam yang berdiri di tengah kapal sebagai tempat menambatkan

layar. Banyak kapal yang memiliki tiang layar lebih dari satu. Pada jenis kapal ini, tiang yang

paling tinggi disebut tiang utama, sedangkan tiang-tiang lain yang lebih pendek dan kecil

ukurannya disebut tiang pembantu.

7. Layar, tekstil atau tikar yang ditambatkan pada tiang untuk menangkap angin.

8. Jangkar, pengait yang dibenamkan ke dasar sungai, danau, atau laut berfungsi sebagai

penahan gerak kapal saat berhenti. Jangkar diikat dengan tali atau rantai yang ditambatkan

pada haluan, umumnya terbuat dari logam atau kayu yang diberi pemberat batu.

9. Anjungan, disebut juga anjung-anjung, bagian yang berbentuk ruangan beratap pada dek

tempat juru mudi mengendalikan kapal.

10. Haluan, bagian depan kapal. Biasanya pada bagian ini jangkar ditempatkan. Kapal-kapal

yang dibuat untuk berlayar di laut memiliki haluan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

buritan. Kapal-kapal yang hanya melayari sungai, rawa, atau danau, haluannya dibuat sama

tinggi atau sedikit lebih tinggi dari buritan. Bagian haluan yang dibuat melengkung disebut

linggi.

11. Dek, lantai penutup ruang kapal bagian atas

12. Palka, ruang penyimpanan barang yang berada di bagian dalam kapal.

13. Buritan, bagian belakang kapal.

(Lihat: Perahu, Rakit, dan Sampan)

Kelat Bahu, Perhiasan berbentuk gelang yang dikenakan pada lengan atas. (Lihat: Gelang)

Kelenteng, Bangunan pemujaan masyarakat Cina yang diperuntukan bagi dewa-dewa agama

Kong Hu Cu (Kongfucu atau Confucius), Tao (Taoisme), dan Budha. Kelenteng dapat

dikenali dari bentuk atap pelananya yang sering dihiasi relief atau arca dua ekor naga

memperebutkan mutiara di bagian puncak. Kelenteng juga hampir selalu memiliki tungku

pembakaran di halaman muka, sejenis balai bertiang tinggi di hadapan bangunan induk,

Page 27: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 27 Kamus Arkeologi

tambur besar, sebuah altar, genta, dan wadah-wadah pembakaran hio. (Lihat: Genta, Hio, dan

Tambur)

Kelereng. Alat permainan berbentuk bundar terbuat dari kaca atau keramik. Dikenal pula

dengan nama lain seperti keneker, neker, eker, nekal, guli, atau gundu.

Kemudi, Alat pengendali arah pada kendaran darat, udara atau air. Bentuknya menyerupai

lingkaran atau tangkai. Pada kendaraan udara atau air kemudi dihubungkan dengan sirip,

sedangkan pada kendaraan darat dihubungkan ke roda.

Kemuncak, Unsur bangunan atap berupa menara-menara kecil yang mengelilingi puncak.

Sifatnya dekoratif dan tidak mewakili fungsi tertentu. (Lihat: Mahkota Atap)

Kendaraan, Alat transportasi untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat lain, baik yang

bertenaga manusia, hewan, mesin, maupun arus (angin dan air).

Kendi, Wadah penyimpan air minum. Memiliki badan yang membulat dengan leher relatif

tinggi sebagai pegangan yang sekaligus berfungsi sebagai saluran air. Bagian dasar kendi

rata, baik yang membentuk kaki maupun tidak. Pada umumnya kendi dibuat dari keramik.

Ada dua jenis kendi, yaitu kendi bercorot dan kendi tanpa corot. Kendi bercorot adalah semua

kendi yang memiliki saluran air mirip pipa berukuran kecil pada bagian bahu, jumlahnya bisa

satu atau lebih. Pada kendi tanpa corot fungsi pipa sebagai jalan keluarnya air digantikan oleh

bagian leher yang berdiameter lebih besar. (Lihat: Teko)

Sejenis kendi dengan corot satu atau lebih, tetapi hanya salah satunya yang memiliki lubang

disebut kendi maling (a). Air tidak dimasukkan melalui leher melainkan melalui corong di

bagian dasar kendi, yaitu dengan cara merendamnya. Kendi maling banyak ditemukan di

Jawa Tengah.

Kendi partolo (b) adalah kendi bercorot meninggi yang letaknya berdampingan dengan leher

dan dihubungkan dengan tangkai yang berfungsi sebagai pegangan. Leher kendi ini ada yang

bermulut lebar sebagai jalan masuknya air tetapi ada juga yang dibuat mengecil sehingga

mirip dengan corot. Corotnya sendiri juga bisa berjumlah lebih dari satu. Banyak ditemukan

di Sumatera, khususnya Sumatera bagian selatan.

Page 28: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 28 Kamus Arkeologi

Kendi susu (c), nama khusus yang diberikan pada semua kendi yang corotnya dibuat

menggelembung, pada umumnya bercorot satu.

Sejenis kendi dengan corot pendek yang berdiri tegak pada bagian bahu dekat leher disebut

kundika (d). Kundika umumnya memiliki badan yang langsing mirip vas.

Kendil (Jw.), Wadah tertutup berbadan cembung, berleher rendah dengan bagian dasar

membulat atau rata. Kendil yang dasarnya rata biasanya memiliki ukuran mulut yang

mendekati sama dengan ukuran bagian dasar. Umumnya berukuran kecil dan terbuat dari

tembikar, dapat pula dilengkapi dengan tutup. (Lihat: Guci dan Belanga)

Kenong, Disebut juga keromong atau talempong. Alat musik berbentuk silindrik tertutup

dengan tonjolan di bagian atas. Kenong terbuat dari logam. Bahan yang digunakan biasanya

kuningan, besi, atau perunggu. Kenong memiliki rongga di bagian dalam sebagai ruang gema

yang diakhiri dengan mulut mengecil. Alat bunyi-bunyian ini ditempatkan secara melintang

dan ditabuh dengan memukul tonjolannya menggunakan pemukul. Nada yang dihasilkan

kenong bersifat tunggal atau monoton karena tidak memiliki fasilitas pengatur nada, oleh

karenanya harus dimainkan bersama dengan kenong lain. (Lihat: Gong)

Kentongan, Disebut juga slit drum. Alat bunyi-bunyian terbuat dari kayu, bambu, atau logam

yang memiliki rongga di bagian dalamnya. Kentongan berbentuk memanjang dengan sebuah

celah yang dibuat memanjang pula. Kentongan dibunyikan dengan cara memukul-mukulkan

tongkat pada bagian badan dekat mulut celah. (Lihat: Tambur)

Keramik, Semua benda yang terbuat dari tanah liat bakar. Ada tiga jenis bahan keramik yang

selama ini dikenal yaitu tembikar, bahan batuan, dan porselen.

Bahan batuan disebut juga stoneware, berwarna agak keabuan dan banyak mengandung

feldspar, alumina, silikat, sedikit soda dan kaolin. Bahan batuan memiliki sifat keras karena

dibakar pada suhu lebih dari 1200o C dan bila pecah dapat menghasilkan pecahan dengan

tepian yang tajam. Tembikar terbuat dari tanah liat biasa, pada umumnya agak lunak karena

hanya dibakar pada suhu 500o s.d 800o C sehingga mudah pecah. Warna tembikar berkisar

dari kehitaman, coklat sampai dengan merah. Oleh masyarakat Jawa, tembikar disebut

gerabah, masyarakat Sunda menyebutnya tarawengkar dan oleh masyarakat Melayu disebut

periuk belanga. Masyarakat Batak menyebutnya hudun tano.

Page 29: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 29 Kamus Arkeologi

Di antara ketiga bahan keramik itu porselen merupakan yang terbaik, umumnya berwarna

putih karena banyak mengandung kaolin, yaitu tanah liat yang terbentuk dari hasil pelapukan

batuan yang didominasi oleh unsur silika dengan campuran feldspar dan alumina dalam

konsentrasi yang lebih rendah. Porselen dibakar pada suhu lebih tinggi dibandingkan dengan

bahan batuan, yaitu lebih dari 1300o C sehingga memiliki tingkat kebeningan dan

kekompakan yang lebih baik. Bahan batuan dan porselen keduanya sama-sama memiliki sifat

kedap air, sedangkan gerabah cenderung menyerap air karena memiliki pori-pori relatif lebih

besar.

Bahan campuran dalam pembuatan gerabah yang bukan berasal dari tanah liat disebut

temper. Temper dapat berupa sekam, jerami, rumput, potongan-potongan kayu, pasir, dsb.

Temper yang terbuat dari bahan keramik disebut grog. Grog dihasilkan dengan cara

menumbuk atau memecah-mecah keramik yang tidak dipakai lagi atau merupakan limbah.

Bahan campuran berupa batu-batu kerikil, pecahan karang, atau pecahan-pecahan cangkang

moluska seperti kerang maupun siput disebut grit. Nama khusus untuk pecahan keramik

tembikar disebut kereweng. (Lihat: Glasir, Gloss, Slip, dan Wadah)

Keranda, Alat transportasi berbentuk kereta atau tandu yang dipakai untuk mengangkut

jenazah.

Kerangka, Tulang belulang manusia atau hewan yang relatif lengkap. (Lihat: Tengkorak)

Keranjang, Wadah yang terbuat dari anyaman bambu, kayu atau serat. Keranjang dapat

digunakan sebagai tempat penyimpanan atau alat transportasi/ pengangkut bergantung pada

pemakaiannya. (Lihat: Alat transportasi dan Anyaman)

Keraton, Berasal dari kata “ke-ratu-an” yang berarti kompleks tempat tinggal raja. Pada

kenyataannya, keraton bukan hanya merupakan rumah kediaman raja melainkan juga sanak

saudara dekatnya, para pejabat istana dan pegawai istana yang bekerja demi kepentingan raja.

Di dalam kompleks keraton dapat ditemukan pula bangunan-bangunan lain yang

berhubungan dengan pertahanan serta fasilitas-fasilitas pendukung kebutuhan raja. Keraton

merupakan pusat pemerintahan dan pusat kesucian seluruh wilayah kerajaan. Oleh karena itu

sering pula disebut kedaton yang berasal dari kata “ke-datu-an”. (Lihat: Istana)

Page 30: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 30 Kamus Arkeologi

Kereta, Kendaraan darat beroda dua sampai dengan empat pengangkut manusia atau barang.

Kereta adalah alat transportasi yang umumnya memiliki atap; terbuat dari kayu atau logam.

Kereta dapat digerakkan manusia, hewan, atau mesin. (Lihat: Gerobak )

Kerincingan (Jw.), Alat bunyi-bunyian terbuat dari logam berbentuk bundar. Kerincingan

memiliki rongga di bagian tengah berisi bola logam yang dapat bergerak bebas. Benturan

bola logam pada dinding-dinding rongga tersebut menghasilkan bunyi yang keluar melalui

sebuah celah pada salah satu sisinya. Nama lain kerincingan ialah kliningan atau slit bell.

(Lihat: Genta)

Keris, Senjata tusuk genggam asal Asia Tenggara, bentuknya meruncing dengan tajaman

pada kedua sisi bilahnya. Keris ada yang berlekuk dan ada pula yang lurus. Lekukan keris

disebut luk. Senjata ini biasanya dibuat dengan mencampurkan beberapa jenis logam, tapi

dengan unsur logam besi (Fe), baja, nikel, atau logam-logam asal batu meteor sebagai bahan

utamanya. Pada permukaan keris didapati pola-pola hias yang disebut pamor. Pamor terjadi

sebagai akibat proses pelipatan dan penempaan logam yang terus menerus atau sengaja

dibubuhkan pada permukaan keris melalui metode menggambar atau menulis. (Lihat: Pisau).

Keris dibagi dalam beberapa bagian yang setiap bagiannya dibagi oleh beberapa bagian lagi.

Bagian-bagian yang terdapat pada keris secara umum adalah:

(a) ukiran (hulu/pegangan keris),

(b) wilah (bilah keris), dan

(c) wrangka (sarung keris).

Kincir, Sejenis kipas berbilah atau roda bersirip yang digerakkan dengan memanfaatkan

tenaga angin atau air. (Lihat: Kipas)

Kipas, Alat pengibas untuk menghasilkan angin. Dibedakan atas dua jenis, yaitu jenis yang

berbilah dan lembaran. Kipas berbilah memiliki penampilan mirip kincir, umumnya

digerakkan dengan bantuan mesin. Kipas lembaran digerakkan dengan tangan, terbuat dari

helaian kulit, kertas, atau daun-daunan berukuran lebar yang dijepit atau ditempelkan pada

tangkai sehingga mudah digenggam. (Lihat: Kincir)

Kolam, Bangunan berupa lubang pada permukaan tanah yang berfungsi sebagai tempat

meyimpan atau menampung air, bukan untuk keperluan menghimpun atau membendung.

Page 31: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 31 Kamus Arkeologi

Sebagai tempat penampungan, kolam memiliki dinding-dinding dan dasar yang kedap air.

(Lihat: Bak, Bendungan, dan Waduk)

Kompas, Alat bantu pencari arah. Kompas memiliki jarum atau lempengan besi bermuatan

magnet yang dapat berputar sebagai penunjuk arah. Kutub-kutubnya selalu menghadap ke

utara dan selatan. Tiap-tiap mata angin memiliki simbol: N (north untuk utara), E (east untuk

timur), S (south untuk selatan), dan W (west untuk barat). Selain itu terdapat pula skala bujur

derajat yang mengelilingi bidang perputaran jarum dengan menempatkan titik 0o atau 360o

pada arah utara.

Kompleks, Sekelompok bangunan (misalnya candi) atau benda (misalnya menhir) yang

ditata berdasarkan pola tertentu dan mencerminkan hubungan fungsional di antaranya.

Kompleks pada umumnya memiliki batas-batas yang jelas, seperti pagar atau parit buatan.

(Lihat: Pagar dan Parit)

Kompor, Alat masak sejenis tungku berukuran kecil yang dapat dipindah-pindahkan.

Pengertian kompor sering dihubungkan dengan adanya fasilitas ruang penyimpanan bahan

bakar cair, gas, atau padat yang menjadi satu dengannya. (Lihat: Tungku)

Koprolit, Kotoran (feces) hewan atau manusia yang menjadi fosil atau mengering. Koprolit

digunakan sebagai bahan studi lingkungan dan pola makan. (Lihat: Fosil)

Kotak, Benda berbentuk persegi dengan ruang di bagian tengah sebagai tempat menyimpan

sesuatu. Kotak pada umumnya terbuat dari logam atau kayu.

Kubah, Pengertiannya lebih mendekati bentuk benda atau bangunan, tetapi sering digunakan

untuk mengacu kepada jenis atap bangunan berbentuk membundar dengan rongga di bagian

dalam. Denah dasar kubah dapat berbentuk persegi, bulat, atau lonjong.

Kubu, Bangunan pertahanan berukuran relatif kecil dan bersifat sementara, kebanyakan

terbuat dari susunan tanah dan batang-batang kayu. Kubu tidak pernah digunakan sebagai

tempat bermukim, seperti benteng, karena itu sewaktu-waktu dapat ditinggalkan oleh

pemakainya. (Lihat: Benteng dan Bunker)

Kuburan, Disebut juga makam, yaitu lubang tempat mengubur jenazah manusia pada

permukaan tanah atau dapat pula berupa bangunan yang dibuat untuk keperluan itu. Kuburan

Page 32: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 32 Kamus Arkeologi

pada gua-gua disebut kubur gua, sedangkan kuburan pada ceruk-ceruk disebut kubur ceruk.

Jenis lain dari kuburan ialah kubur bilik, yaitu penempatan jenazah manusia pada bilik-bilik

yang terbuat dari batu atau kayu. Cara ini berlainan dengan kubur peti yang menempatkan

jenazah di dalam peti kayu atau batu. Tempat menyimpan jenazah tersebut disebut gua kubur,

ceruk kubur, bilik kubur, atau peti Kubur. Bangunan atau struktur yang menandai sebuah

makam disebut kijing atau jirat (a), dan pada umumnya di atas kijing/jirat terdapat tonggak

pendek yang disebut nisan (b). Bangunan kubur mirip punden yang dibuat berundak dengan

sisi-sisi terjal disebut kubur berundak atau makam berundak. Kubur tempayan adalah

kuburan yang memanfaatkan tempayan sebagai wadah penyimpanan jenazah manusia. (Lihat:

Moseleum, Punden, Nisan, dan Peti Kubur)

Kursi, Tempat duduk bersandaran. Biasanya berkaki tinggi dan sering memiliki tempat untuk

meletakkan tangan. (Lihat: Bangku, Dipan, Mebel, dan Tempat Duduk)

Lumpang, Alat tumbuk berupa benda yang memiliki lubang berbentuk bulat cekung pada

permukaannya. Lumpang dibuat dari batu atau kayu dan digunakan bersama dengan alu.

Khusus lumpang yang lubangnya lebih dari satu sering disebut batu dakon. (Lihat: Alu dan

Lesung)

Lumbung, Bangunan khusus untuk menyimpan padi atau bahan pangan lainnya. Pada

umumnya terbuat dari kayu atau bambu dan berdiri di atas tiang-tiang berjumlah empat atau

lebih. Lumbung hanya memiliki satu pintu yang letaknya berada dekat atau menjadi bagian

dari atap. Di daerah-daerah tertentu ada lumbung yang tidak berupa bangunan melainkan

hanya berupa ruangan yang menyatu dengan rumah tinggal pemilik, yaitu pada bagian atap di

bawah genteng.

Lukisan Dinding, Lukisan yang dibuat pada permukaan dinding tebing atau bangunan.

Lukisan dinding sering dijumpai pada gua, ceruk, tebing atau ruangan-ruangan dalam

kuburan dan gedung. Bahan pewarna yang digunakan dapat terbuat dari oker, cat, arang, atau

Page 33: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 33 Kamus Arkeologi

pigmen. Bentuk-bentuk yang digambarkan pada umumnya manusia, hewan, tumbuh-

tumbuhan, lambang, bentuk-bentuk abstrak, pemandangan, atau benda-benda tertentu.

Lukisan dinding yang digambarkan pada gua disebut lukisan gua, sedangkan yang dilukiskan

pada dinding bangunan disebut mural. (Lihat: Fresko, Mosaik, Oker, dan Pigmen)

Lubang, Cekungan dalam pada permukaan tanah, formasi alam, atau benda yang tidak

diikuti dengan penembusan. Nama lainnya liang.

Lorong, Jalan sempit yang diapit oleh tembok atau tebing formasi alam. Lorong juga dipakai

untuk menyebut jalan yang terletak di antara deretan rumah. (Lihat: Pagar)

Lontar, Tanaman dari keluarga palem (Borasus flabellifer) yang daunnya dimanfaatkan

sebagai media tulis (seperti halnya kertas) yang digunakan dengan cara mengguratnya.

Naskah pada daun lontar disebut keropak. Lontar dikenal juga dengan nama rontal atau

siwalan.

Lochet (Ing.), Hiasan kepala yang disisipkan di antara ikatan rambut. Bentuknya memanjang

berupa batang berujung runcing.

Lintel, Batang kayu atau blok batu yang terletak di bagian atas ambang pintu. Pada bangunan

candi biasanya berupa relief yang ditempatkan di bagian atas pintu atau penampil bangunan

candi. (Lihat: Pintu)

Lingga, Lambang dewa Siwa dalam agama Hindu berbentuk kemaluan lelaki (phallus).

Lingga terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian dasar berupa segi empat disebut brahmabhaga,

bagian tengah berbentuk segi delapan disebut wisnubhaga dan bagian puncak berbentuk bulat

panjang disebut siwabhaga. Walaupun jarang ditemukan, pada lingga acapkali dipahatkan

juga wajah dewa Wisnu, Brahma, Siwa, atau dewa-dewa lain yang berhubungan dengan

pemujaan Siwa. Dari jumlah wajah yang dipahatkan, lingga dapat dibedakan atas lingga

ekamukha, berwajah satu; lingga dwimukha, berwajah dua; lingga trimukha, berwajah tiga;

atau lingga caturmukha, berwajah empat. Pada umumnya lingga terbuat dari batu dan

diletakkan di atas yoni pada ruang dalam bangunan induk candi. Lingga yang hanya

mempunyai dua bagian saja, yaitu wisnubhaga dan siwabhaga serta tidak dilengkapi dengan

yoni disebut lingga semu. Lingga semu tidak pernah ditemukan bersama yoni, tetapi lebih

Page 34: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 34 Kamus Arkeologi

banyak digunakan sebagai tanda batas atau tanda suatu kawasan yang disucikan. (Lihat:

Yoni)

Limbah, Sampah sisa industri atau kegiatan manusia yang tidak digunakan lagi. (Lihat:

Sampah)

Liang Lahat, Lubang tempat menguburkan manusia.(Lihat: Kuburan)

Lesung, Perkakas menumbuk yang memiliki lubang lonjong memanjang di bagian atas.

(Lihat: Lumpang dan Palung)

Lepa, Disebut juga plester, yaitu lapisan pelindung dinding yang terbuat dari campuran

semen, kapur, atau pasir. Sejenis lepa yang ditemukan pada bangunan candi sebagai

pelindung relief disebut bajralepa. Lepa yang terbuat dari tanah disebut daub.

Lencana, Hiasan dada berupa kalung yang digantungkan pada leher atau dikaitkan pada baju.

Lencana biasanya dibuat untuk memperingati suatu peristiwa, mewakili simbol-simbol

keagamaan, atau tanda dari anggota kelompok tertentu bagi pemakainya. (Lihat: Lambang

dan Medali)

Lembing, Senjata penusuk mirip tombak berupa tongkat kayu berujung runcing yang dipakai

dengan cara melempar. Lembing terdiri dari batang lembing dan mata lembing, tingginya

tidak melebihi ukuran tinggi manusia. Lembing yang panjangnya melebihi tinggi manusia

disebut tombak. Mata lembing atau tombak dapat terbuat dari batu, kayu, logam, atau tulang

yang diikatkan pada bagian ujung sebagai penusuk. Bilah mata lembing umumnya memiliki

dua tajaman bahkan sering dibuat bergerigi atau berkait. Lembing yang dihubungkan dengan

tali disebut harpun.

Lapisan Pengerasan, Lapisan tanah buatan pada bagian bawah pondasi bangunan berupa

tanah campuran yang dipadatkan untuk meningkatkan daya dukung terhadap bangunan.

Campuran ini bisa terdiri dari pasir, pecahan bata, lempung, atau batu-batuan. Disebut juga

tanah pengerasan. (Lihat: Pondasi)

Lapik, Alas suatu benda, disebut juga pedestal. Lapik pada arca yang berhiaskan pahatan

kelopak bunga teratai sebagai simbol kesucian dalam agama Budha dan Hindu disebut

padmasana. (Lihat: Alas).

Page 35: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 35 Kamus Arkeologi

Lantai, Permukaan tanah atau alas bangunan yang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan

manusia. Lantai bisa berupa sebidang tanah tanpa batas yang jelas, seperti lantai pada

bengkel pertukangan logam; sebuah bangunan seperti pelataran tempat menjemur padi; atau

susunan komponen bangunan dengan batas-batas yang dapat dilihat, seperti halnya ubin.

(Lihat: Maaiveldt, Ruang, dan Ubin)

Langit-langit, Penutup bagian atas ruangan yang merupakan bagian bawah atap. (Lihat:

Atap)

Lancipan, Alat dari batu atau tulang berbentuk runcing yang digunakan sebagai mata panah

atau penusuk.

Lampu, Alat penerangan yang menggunakan listrik atau gas sebagai sumber energi. (Lihat:

Pelita)

Lambang, Benda-benda, gambar, atau pahatan dari bentuk tertentu, huruf atau kata yang

mengandung makna. Lambang dapat berwujud susunan huruf atau kata, manusia, hewan,

tumbuh-tumbuhan, unsur alam gunung, sungai, bulan, matahari, dsb., atau bentuk-bentuk

abstrak yang hanya dimengerti oleh masyarakat dan budaya pendukungnya. Nama lainnya

logo. (Lihat: Histogram)

Mumi, Jasad manusia yang diawetkan atau terawetkan sehingga masih memperlihatkan

wujud aslinya tanpa mengalami kerusakan yang berarti (tidak mengalami proses

pembusukan). Proses menjadikan mumi disebut mumifikasi.

Mumifikasi dapat berlangsung melalui serangkaian tindakan yang disengaja oleh manusia:

misalnya melalui pembalsaman, pengasapan, pengeringan, atau cara-cara lain yang

dimaksudkan untuk mengeluarkan cairan dari dalam tubuh serta mencegah proses penguraian

jaringan otot dan daging. Sedangkan mumifikasi secara alamiah biasanya terjadi pada

lingkungan yang panas dan dingin yang ekstrim dengan tingkat kelembaban rendah. Namun

Page 36: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 36 Kamus Arkeologi

dalam kondisi istimewa di mana kadar oksigen dalam air sangat rendah, proses mumifikasi

dapat pula terjadi pada jasad-jasad organik yang tersimpan di dalamnya, seperti halnya pada

lingkungan rawa gambut yang sepanjang tahun tergenang air dan memiliki tingkat keasaman

(pH) di atas rata-rata sehingga tidak memungkinkan hidupnya bakteri pengurai.

Moseleum, Bangunan mirip rumah atau gedung tempat menyimpan jenazah. Moseleum

dapat berfungsi pula sebagai monumen, baik dalam hubungannya dengan keluarga orang

yang dimakamkan, kelompok sosial, atau negara. (Lihat: Kuburan dan Monumen)

Mosaik, Hiasan bidang yang tersusun dari kepingan-kepingan batu, kaca, atau keramik

berwarna. Susunan ini membentuk gambar dan pola tertentu.

Monumen, Ada dua pengertian yang dapat dihubungkan dengan monumen, yaitu relik

sejarah dan bangunan peringatan. Monumen sebagai relik sejarah dapat berupa benda-benda

bergerak atau tidak bergerak yang memiliki nilai sejarah bagi umat manusia. Dalam

pengertian ini situs sering pula disebut sebagai monumen. Adapun monumen sebagai

bangunan peringatan ialah bangunan-bangunan baru yang dibuat untuk memperingati suatu

peristiwa sejarah. Bangunan tersebut bisa berupa tugu, batu berukuran besar, tembok, atau

bentuk-bentuk lainnya. Jadi, pengertian dasar monumen harus dikaitkan dengan nilai

kesejarahannya.

Monolit, Batu berukuran besar yang dibentuk atau digunakan manusia untuk kepentingan

tertentu. Lumpang batu, batu tegak, peti kubur, atau arca yang terbuat dari sebuah batu

tunggal dapat termasuk monolit. (Lihat: Batu Tegak dan Megalit)

Miniatur, Tiruan bangunan atau benda yang dibuat dalam ukuran lebih kecil dibandingkan

dengan aslinya. (Lihat: Replika)

Minaret, Bagian bangunan mirip menara yang menjadi kelengkapan masjid atau gereja. Di

bagian puncaknya terdapat ruangan khusus yang digunakan untuk mengalunkan adzan pada

masjid atau menempatkan genta pada gereja. (Lihat: Menara)

Mimbar, Komponen bangunan atau mebel sejenis meja atau tempat duduk yang ditempatkan

di bagian muka ruangan. Mimbar biasanya digunakan sebagai tempat orang berpidato

Page 37: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 37 Kamus Arkeologi

Mikrolit, Alat potong, serut atau bor berukuran kecil yang terbuat dari batu dan berbentuk

geometrik (segitiga, persegi, trapesium, setengah lingkaran, dsb.).

Mihrab, Komponen bangunan berupa penampil atau relung pada masjid dan langgar yang

dihadapkan ke arah kiblat, yaitu kota Mekah tempat Kabah/Ka’bah berada. Mihrab hanya

diperuntukkan bagi imam, yaitu orang yang memimpin shalat berjamaah.

Mesiu, Bahan peledak berupa bubuk atau butiran-butiran, digunakan untuk melontarkan

peluru. Mesiu terbuat dari bahan-bahan kimia yang mudah bereaksi dengan panas atau api

sehingga menghasilkan tekanan udara berupa ledakan dalam waktu yang sangat singkat.

(Lihat: Peluru)

Meriam, Senjata berbentuk silindrik berukuran besar terbuat dari logam. Meriam kuno hanya

memiliki satu lubang untuk keluar masuknya peluru, sedangkan meriam modern memiliki

dua lubang yang salah satu di antaranya digunakan sebagai tempat untuk memasukkan

peluru, yaitu yang berada di belakang. Satu lubang lainnya yang berada di moncong dibuat

sebagai jalan keluarnyapeluru. Berdasarkan jenis peluru yang digunakan, meriam dapat

dibedakan atas meriam sulut dan meriam dengan peluru berselongsong. Meriam sulut ialah

jenis meriam kuno yang mesiu dan pelurunya dimasukkan melalui ujung laras. Peledakan

mesiu dilakukan dengan cara membakar sumbu melalui sebuah lubang kecil di bagian

pangkal meriam. Meriam sulut disebut juga meriam sundut. Adapun meriam dengan peluru

berselongsong ialah meriam yang peluru dan mesiunya telah disatukan dalam sebuah wadah

sehingga memudahkan penggantiannya. Selongsong berpeluru itu dimasukkan lewat sebuah

lubang di bagian pangkal (belakang) meriam dan diledakkan melalui pemicu. Meriam-

meriam modern termasuk jenis ini. (Lihat: Peluru dan Selongsong)

Menhir, Batu tegak berlatar tradisi megalitik yang merupakan objek pemujaan. Pada

umumnya ditancapkan dalam posisi berdiri, walau ada pula yang terlentang. Jenis menhir

terlentang ini di Sumatera disebut batu mayat, batu bedil, atau batu meriam. (Lihat: Batu

Tegak)

Menara Sudut Candi, Replika bangunan candi yang ditempatkan pada sudut-sudut atap

sebagai unsur hiasan. (Lihat: Kemuncak)

Page 38: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 38 Kamus Arkeologi

Menara, Bangunan dengan konstruksi meninggi mirip tugu. Di bagian atas menara sering

terdapat ruangan yang digunakan untuk menampung kegiatan-tertentu. (Lihat: Minaret dan

Tugu)

Menapo (Jmb.), Gundukan tanah membukit berisi reruntuhan bangunan atau tinggalan

purbakala. Nama lainnya antara lain gumuk, bukit batu, tanah tumbuh, atau unur. (Lihat:

Reruntuhan)

Megalit, Batu-batu berukuran besar yang digunakan atau dibuat oleh manusia untuk

kepentingan pemujaan pada tradisi megalitik. Batu-batu ini dapat merupakan bentukan alam

atau sengaja dibentuk menjadi menhir, kubur batu, peti batu, atau dolmen. (Lihat: Monolit)

Medali, Tanda penghargaan yang diberikan oleh negara atau organisasi kepada seseorang

atau kelompok atas jasa-jasa dan prestasinya. Medali terbuat dari lempengan logam dan

memiliki keterangan tentang negara, kerajaan, atau raja yang mengeluarkannya. Selain itu,

juga gambar, lambang, serta peristiwa yang diperingati. Kadang-kadang medali menyertakan

angka tahun, walaupun jarang. Medali berukuran besar disebut medalion, sedangkan yang

berukuran kecil disebut medalet. Istilah medalion juga digunakan untuk menamakan hiasan

berbentuk bundar berukuran besar mirip medali. Kata lain dari medali adalah bintang, medal,

pening, atau tanda jasa. (Lihat: Lencana)

Mebel, Perabot rumah tangga seperti meja, kursi, lemari, atau dipan. (Lihat: Perabot)

Masjid, Bangunan keagamaan umat Islam. Masjid berdenah segi empat bujur sangkar atau

empat persegi panjang. Biasanya memiliki serambi, mihrab, mimbar, serta tempat untuk

mengambil air wudhu. Masjid-masjid di Indonesia dan Asia Tenggara sering dilengkapi

dengan beduk. Masjid ada yang mempunyai minaret atau menara dan ada pula yang tidak.

Nama lain dari masjid adalah mesigit, masigit, meuseugit, atau mesigi. Disebut juga

mesjid.Sejenis masjid berukuran kecil untuk menampung jumlah jemaah dalam jumlah

terbatas dan tidak memiliki minaret disebut mushala. Mushala memiliki mihrab, beduk, serta

tempat mengambil air wudhu seperti halnya masjid, walaupun kadang-kadang lebih

sederhana karena hanya berupa sebuah ruangan. Di Indonesia mushala tidak pernah

digunakan sebagai tempat melakukan shalat Jumat kecuali untuk keperluan peribadatan

sehari-hari atau mengaji. Nama lain dari mushala adalah langgar atau surau. (Lihat: Mihrab,

Minaret, dan Serambi)

Page 39: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 39 Kamus Arkeologi

Mangkuk, Wadah terbuka bermulut lebar dan berbadan cembung. Bagian dasarnya

berukuran jauh lebih kecil dibandingkan bagian mulut, sering memiliki kaki rendah yang

melingkar. Mangkuk berukuran besar disebut basi. (Lihat: Pasu)

Manik-manik, Butiran-butiran kecil yang terbuat dari biji-bijian, kulit telur, merjan, kerang,

tulang, gading, kaca, logam, atau batuan yang diberi lubang dan diuntai sebagai perhiasan.

Manik-manik berwarna merah kecoklatan atau jingga kusam berukuran relatif kecil sering

disebut mutisala. (Lihat: Perhiasan)

Makara, Hiasan berbentuk ikan berkepala gajah yang dimaksudkan sebagai penolak bala.

Sering dijumpai pada bangunan candi, khususnya pada pipi tangga, gapura, pintu, relung, dan

pancuran air sebagai hiasan. (Lihat: Kala dan Pancuran)

Mahkota Atap, Puncak bangunan, sering dibentuk sebagai hiasan atau diberi hiasan.

Mahkota atap pada masjid disebut momolo, memolo, atau mustoko dan biasanya terbuat dari

gerabah. (Lihat: Kemuncak)

Mahkota, Hiasan kepala serupa topi yang dipakai oleh raja atau ratu sebagai lambang

kekuasaan, umumnya terbuat dari logam. Sejenis mahkota yang dilingkarkan pada kepala dan

terbuka bagian atasnya disebut diadem atau tiara. (Lihat: Topi)

Maaiveldt (Bld.), Lantai tanah kuno yang tertimbun di bawah permukaan tanah sekarang.

Maaiveldt dihubungkan dengan bukti kehadiran pemukiman kuno dan oleh karena itu banyak

mengandung temuan arkeologi dari masa yang diwakilinya. Nama lainnya ialah subsurface.

(Lihat: Lantai)

Nisan, Benda kubur yang diletakkan di bagian atas makam sebagai tanda. Bentuknya

bermacam-macam sesuai dengan agama dan kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan, atau

sistem klasifikasi sosial yang berlaku di dalam kelompok budaya masyarakat pembuatnya.

Pada nisan sering dicantumkan jati diri orang yang dimakamkan, seperti nama, tanggal lahir,

Page 40: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 40 Kamus Arkeologi

dan tanggal kematiannya. Nisan dapat ditancapkan dalam posisi tegak atau diletakkan secara

membujur di atas makam. (Lihat: Kuburan)

Nekara, Gendang besar terbuat dari perunggu dengan bidang pukul yang lebar dan

berpinggang mengecil (a). Nekara umumnya dibuat pada masa prasejarah, khususnya

kebudayaan Dong Son yang berkembang di Cina Selatan dan Asia Tenggara 1000 s.d. 500

tahun SM. Pada nekara sering ditemukan hiasan-hiasan berupa geometris, zoomorfik,

manusia, perahu, topeng, hewan motologis, dan sebagainya. Sebagai alat tabuh, nekara

digunakan pada upacara-upacara keagamaan yang dihubungkan dengan bunyi-bunyian.

Nekara berukuran kecil dan bertubuh ramping yang banyak ditemukan pada wilayah

Indonesia Bagian Timur disebut moko (b). Moko dibuat hingga jauh ke masa sejarah,

beberapa diantaranya dibuat di Jawa namun diperdagangkan ke wilayah itu. (Lihat: Tambur)

Naskah, Karya tulis yang tidak diterbitkan atau belum diterbitkan. Media yang digunakan

umumnya terbuat bahan-bahan organik seperti kertas, kulit, daun, tanduk, tulang, atau

bambu. Naskah dapat memuat cerita, ajaran, pernyataan-pernyataan politik, dsb. (Lihat:

Piagam dan Prasasti)

Nampan, Wadah logam atau kayu berbentuk pipih tempat meletakkan makanan dan

minuman. Bentuknya bermacam-macam, pada umumnya memiliki bidang datar di bagian

tengah dengan sisi-sisi yang meninggi. Nama lainnya ialah talam atau baki.

Obor, Sejenis pelita yang berbentuk memanjang dan dipegang di bagian pangkalnya. Obor

dapat juga berupa batang kayu atau bambu tanpa sumbu yang dibakar ujungnya, mirip lilin,

tetapi memiliki sumbu untuk dibakar. (Lihat: Lampu dan Pelita)

Oker, Sejenis tanah liat yang terjadi sebagai akibat proses oksidasi mineral logam tertentu

sehingga menghasilkan warna-warna seperti putih, cokelat, merah, atau jingga. Oker

digunakan sebagai bahan pewarna pada industri tembikar, lukisan dinding, atau gambar-

gambar pada benda etnografis. Nama lainnya limonit. (Lihat: Lukisan Dinding)

Page 41: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 41 Kamus Arkeologi

Pundi-pundi, Kantong terbuat dari tekstil atau kulit untuk menyimpan uang. Pundi-pundi

memiliki tali melingkar di bagian mulut yang berfungsi sebagai pengikat. (Lihat: Dompet)

Punden, Bangunan berundak yang terdiri dari sejumlah teras disusun bertingkat meninggi ke

atas. Bangunan pemujaan ini mulai dikenal sejak masa prasejarah, khususnya di bawah

pengaruh tradisi megalitik. (Lihat: Bangunan Berundak)

Proyektil, Benda-benda tajam yang dilontarkan. Anak sumpit, anak panah, atau peluru

senjata api dapat disebut sebagai proyektil. (Lihat: Panah, Peluru, dan Sumpit)

Profil, Bentuk samping atau sisi dari suatu benda atau bangunan. Profil pada bangunan candi

terbentuk dari rangkaian pelipit. (Lihat: Pelipit)

Prasasti, Benda bertulis berisikan pesan atau pernyataan-pernyataan yang bukan cerita.

Prasasti dapat terbuat dari batu, kayu, atau logam dan sering sehubungkan dengan peringatan

suatu peristiwa atau hal-hal yang bersifat politis. (Lihat: Piagam, Inskripsi, dan Yupa)

Pot, Wadah terbuka untuk menanam bunga. Biasanya terbuat dari keramik atau kayu dan

berukuran relatif tidak besar sehingga mudah dipindah-pindahkan. (Lihat: Vas)

Pondasi, Istilah lainnya adalah fondamen, yaitu bagian bangunan yang tertanam di dalam

tanah berfungsi sebagai penyangga dinding atau tiang. Bentuk pondasi disesuaikan dengan

denah bangunan. (Lihat: Bangunan dan Struktur)

Pistol, Senjata api genggam berlaras pendek. Mudah dibawa karena ukurannya kecil dan

ringan. Peluru pistol tersimpan dalam sebuah wadah bernama magasin yang ditempatkan di

dalam atau di luar gagang. (Lihat: Peluru, Revolver, Senapan, dan Senjata Api)

Pise (Ing.), Tembok bangunan, khususnya rumah, yang terbuat dari tanah yang tidak dibakar

atau dibentuk seperti halnya bata atau adobe. Tembok ini dihasilkan dengan cara menumpuk

Page 42: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 42 Kamus Arkeologi

campuran tanah liat basah dan dibiarkan sampai kering oleh hembusan angin dan sinar

matahari. (Lihat: Adobe dan Bata)

Pisau, Senjata atau alat genggam terbuat dari logam atau batu berbentuk pipih dengan satu

atau kedua sisinya diasah tajam. Ujungnya meruncing dan memiliki tangkai. Kegunaan ujung

yang meruncing ini untuk menusuk, sedangkan sisi tajamnya untuk memotong ataupun

menyayat. Biasanya pisau berukuran pendek dan ringan sehingga mudah dibawa-bawa.

(Lihat: Pedang dan Parang).

Piring, Wadah terbuka bermulut besar terbuat dari keramik atau kayu dengan tepian melebar

dan dasar yang rata. Umumnya piring memiliki kaki yang rendah, walaupun ada pula yang

tidak berkaki. Piring memiliki cekungan di bagian tengahnya sebagai tempat menampung

makanan.

Berdasarkan bentuknya tipe piring dapat dibedakan menjadi plate, soucer, dan dish. Dalam

Bahasa Indonesia plate disebut piring ceper. Cekungannya rendah dan datar dengan bibir

melebar yang juga dibuat mendatar. Dish lebih dikenal sebagai piring makan, permukaannya

cekung mirip mangkuk walaupun tidak terlalu dalam. Bibirnya melebar dan membentuk

sudut. Soucer lazim disebut piring buah. Jenis piring ini tingginya relatif rendah dan tidak

memiliki bibir. Soucer ada yang berkaki ada pula yang tidak. Kakinya dibuat rendah seperti

jenis-jenis piring lainnya. Piring berukuran besar disebut pinggan. Pada bagian dasar piring

sering ditemukan informasi tentang nama perusahaan pembuatnya.

Piramid, Bangunan limas berpuncak meruncing dengan bagian dasar berdenah bujur

sangkar. Sejenis piramid yang puncaknya dibuat mendatar disebut piramid terpancung.

Pipisan, Alat penghalus atau pelumat bahan ramuan, pada umumnya terbuat dari batu,

berbentuk persegi, dan memiliki permukaan cekung di bagian atasnya. Pipisan digunakan

bersama dengan gandik dalam proses penghalusan. Nama lain untuk alat ini ialah batu giling,

batu bore, atau mortar, sedangkan nama lain gandik antara lain pastle. (Lihat: Cobek dan

Gandik)

Pipa, Alat penghisap tembakau atau benda-benda berbentuk silindrik dengan lubang di

tengahnya. Pipa sebagai alat penghisap tembakau terdiri dari sebuah batang untuk menghisap

Page 43: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 43 Kamus Arkeologi

dan ruang pembakaran yang terletak di bagian ujung batang. Pipa semacam itu disebut juga

cangklong.

Pipa dalam pengertian kedua adalah alat untuk menyalurkan benda-benda padat, cair, atau

gas melalui lorong yang tidak berhubungan dengan lingkungannya.

Pintu, Komponen bangunan berupa lubang yang berfungsi sebagai jalan keluar-masuk

menuju ke ruang-ruang yang dipisahkan oleh pembatas, dapat berupa tembok, dinding, atau

pagar.

Pintu memiliki bagian-bagian yang disebut bingkai pintu dan daun pintu. Daun pintu

dipasangkan pada bingkai pintu dan berfungsi sebagai penutup lubang pada dinding sekaligus

menjadi batas antara bagian dalam dan bagian luar ruangan. Namun, ada pula pintu yang

tidak memiliki kedua unsur ini kecuali lubang pada dinding.

Pada bangunan kuno dan tradisional sering ditemukan ambang pintu sebagai tempat

kedudukan bingkai pintu. Pada bangunan tradisional yang daun pintunya tidak memiliki

engsel, ambang pintu digunakan sebagai kedudukan daun pintu.

Pintu yang tidak memiliki lubang disebut pintu semu, sifatnya hanya sebagai hiasan

walaupun memiliki ciri-ciri layaknya sebuah pintu. Pintu berukuran besar yang menjadi

bagian dari pagar disebut pintu gerbang. (Lihat: Gapura)

Pin, Alat penjepit terbuat dari logam, kayu, atau bambu berbentuk dua bilah pipih yang

menyatu pada salah satu ujungnya. Semacam jarum berhias yang disematkan pada pakaian

juga disebut pin. Lihat: Bros dan Perhiasan)

Piktograf, Gambar yang memiliki makna. Susunan piktograf tidak menghasilkan kalimat

melainkan cerita. (Lihat: Histogram dan Huruf)

Pigmen, Bahan pewarna berupa bubuk yang terbuat dari hancuran mineral sehingga hampir

tidak pernah pudar walaupun terkena pengaruh cuaca dalam jangka waktu lama. (Lihat:

Oker)

Page 44: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 44 Kamus Arkeologi

Piala, Wadah serupa tempat minum berkaki tinggi, pada umumnya terbuat dari logam.

Dalam arti sempit piala sering diartikan sebagai benda penghargaan yang dihadiahkan atas

dasar suatu pencapaian prestasi, terutama yang berkaitan dengan olahraga.

Piagam, Pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh raja, pemerintah, atau lembaga-lembaga

resmi non-pemerintah lainnya. Piagam dapat ditulis pada kayu, bambu, keramik, atau logam.

(Lihat: Prasasti)

Petirtaan, Bangunan sejenis kolam atau mata air yang dianggap sakral oleh umat Hindu dan

Buddha sebagai tempat pengambilan air suci. (Lihat: Kolam)

Peti Kubur, Peti yang digunakan sebagai tempat menyimpan jenazah manusia. Disebut juga

sarkofagus. (Lihat: Bilik batu)

Peti, Wadah terbuat dari kayu, logam, atau batu berukuran relatif besar yang digunakan untuk

menyimpan barang. Biasanya berbentuk persegi empat dan mempunyai tutup di bagian atas.

(Lihat: Bilik Batu, Kotak, dan Peti Kubur)

Pertapaan, Bangunan, bagian bangunan, ruangan atau formasi alam yang digunakan

manusia untuk melakukan meditasi.

Persembahan Kubur, Benda alam atau artefak yang diperuntukkan bagi seseorang yang

telah mati dan dikubur sebagai manifestasi hubungan batin dengan kerabat yang masih hidup.

Persembahan kubur bisa diberikan berulang kali tanpa batas waktu yang pasti, misalnya

bunga atau dupa. (Lihat: Benda Kubur)

Perkakas, Sekelompok alat yang memiliki hubungan fungsional dalam suatu sistem dan

harus digunakan secara bersamaan. Misalnya perkakas menulis yang terdiri dari pena,

penghapus, dan buku. (Lihat: Alat)

Periuk, Wadah tertutup berbentuk membulat dengan leher mengecil, mulut melebar, dan

dasar cembung tidak berkaki. Biasanya terbuat dari tembikar. Periuk berukuran besar yang

berdiameter di atas 25 cm biasanya disebut kuali.

Perisai, Alat pertahanan terbuat dari lembaran kayu, rotan atau logam untuk melindungi

badan. Berdasarkan komponennya perisai dibagi menjadi dua unsur; yaitu tangkai, yang

Page 45: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 45 Kamus Arkeologi

terletak di bagian belakang sebagai pegangan, dan bidang pelindung yang terletak di bagian

muka untuk menahan serangan. Perisai dipergunakan dengan cara digenggam tangan. Nama

lain perisai ialah tameng.

Peripih, Wadah batu atau keramik yang ditempatkan di dasar sumuran bangunan candi

Hindu atau Budha. Wadah ini dapat berupa kotak atau bejana, di dalamnya tersimpan benda-

benda persembahan berupa batu permata, logam mulia, abu, cermin, inskripsi, atau biji-bijian

yang ditujukan untuk pemujaan dewa-dewa tertentu. Jumlah lubang pada peripih umumnya

ganjil, dari satu s.d sembilan atau bahkan lebih. Peripih berlubang sembilan disebut peripih

nawasanga. (Lihat: Candi dan Sumuran)

Perigi, Lubang yang dibuat menembus permukaan tanah hingga lapisan yang mengandung

air. Perigi tergolong sumber air artifisial. Nama lain dari perigi adalah sumur. Tepian perigi

dapat diperkuat dengan susunan bata seperti lazimnya sebuah bangunan, atau susunan bahan-

bahan berbentuk silendrik terbuat dari terrakotta atau semen. (Lihat: Jobongan dan Lubang)

Perhiasan, Benda-benda alam atau artefak yang digunakan untuk meningkatkan kecantikan

seseorang atau nilai estetika pakaian. Disebut juga aksesori.

Perekat, Bahan alam atau sintetik yang digunakan untuk melakukan perekatan. Perekat

benda sering disebut lem (glue) sedangkan pada bangunan permanen disebut semen (mortar).

Perapian, Tempat pembakaran terbuka yang berada di atas atau sedikit di bawah permukaan

tanah. Perapian tidak memiliki dinding tertutup yang dapat menghasilkan panas tinggi seperti

halnya tungku. (Lihat: Tungku)

Perahu, Alat transportasi air sejenis sampan tetapi berukuran lebih besar sehingga dapat

menampung banyak orang dan barang. Perahu dapat ditemukan baik di sungai, danau,

maupun laut dan digerakkan dengan layar, dayung, mesin, atau kombinasi di antaranya.

(Lihat: Kapal, Rakit, dan Sampan)

Komponen perahu biasanya dapat terdiri dari:

1. Lunas, batang-batang kayu atau logam yang berada di bagian tengah yang merupakan inti

struktur kerangka perahu tempat bersatunya rusuk dan lambung. Lunas pada umumnya dibuat

Page 46: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 46 Kamus Arkeologi

lebih menonjol sehingga memiliki kemampuan untuk membelah air, panjang lunas

menentukan pula panjang perahu secara keseluruhan.

2. Rusuk, batang-batang kayu atau logam yang membentuk sisi-sisi perahu. Disebut juga

gading-gading

3. Sirip, lembaran kayu atau logam di bagian bawah belakang perahu yang berfungsi sebagai

pengarah jalannya perahu

4. Tiang layar, batang kayu atau logam yang berdiri di tengah perahu sebagai tempat

menambatkan layar.

5. Layar, tekstil atau tikar yang ditambatkan pada tiang untuk menangkap angin. Terbuat dari

tekstil, anyaman kulit kayu atau rotan

6. Dayung, alat pengayuh yang digunakan untuk memberikan daya dorong kepada perahu.

Dayung memiliki dua bagian, yaitu penyibak berbentuk melebar dan tangkai yang berfungsi

sebagai gagang.

7. Dinding kapal, susunan papan kayu yang membentuk badan kapal. Susunan papan ini

disambung menggunakan pasak, paku, sekrup dan baut, atau tali.

8. Tumbuktu, tonjolan pada papan perahu kayu yang digunakan untuk mengikat papan-papan

dinding perahu atau antara dinding perahu dengan gading-gading. Hanya ditemukan pada

perahu-perahu kuno atau perahu tradisonal yang masih menggunakan sistem kuno.

Perabuan, Bangunan atau permukaan tanah yang berfungsi sebagai tempat pembakaran

jenazah, disebut juga krematorium.

Perabot, Sekelompok barang atau alat yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan dan fungsi

tertentu yang saling berhubungan. Misalnya perabot pertukangan, perabot rumah tangga,

perabot dapur, dsb. Disebut juga perlengkapan. (Lihat: Perkakas)

Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Hasil karya manusia berupa benda atau fitur yang

berumur 50 tahun atau mewakili langgam yang berumur lebih dari 50 tahun, serta dianggap

mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Termasuk di

Page 47: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 47 Kamus Arkeologi

dalamnya benda-benda alam yang berkaitan dengannya.Peninggalan sejarah dan purbakala

disebut juga sebagai benda cagar budaya.

Peninggalan purbakala masa prasejarah mempunyai sifat anhistorik, artinya tidak dapat

dikaitkan dengan peristiwa sejarah tertentu. Pengertian untuk peninggalan historik ialah

objek-objek yang dapat dikaitkan atau mempunyai kaitan langsung dengan peristiwa sejarah.

Sejarah sendiri bukanlah sekadar masa lalu tetapi lebih daripada itu, yaitu masa lalu yang

terekam –baik melalui gambar, tulisan, atau ingatan– dan merupakan sebuah rangkaian

peristiwa. (Lihat: Relik)

Penginangan, Sejenis nampan atau bokor yang berfungsi sebagai tempat meletakkan

perangkat menyirih. Terdiri dari wadah penyimpan daun sirih, wadah penyimpan kapur,

wadah penyimpan pinang, dan wadah-wadah lain yang berhubungan dengan

menginang/menyirih. (Lihat: Tempolong)

Penggiling, Perkakas yang digunakan untuk melumatkan atau menghancurkan bahan-bahan

tertentu menjadi lembut melalui proses penggilingan. Salah satu atau beberapa bagian dari

perkakas ini ada yang dapat bergerak berputar untuk melakukan penggilingan, biasanya

berbentuk bulat atau bundar. Bagian lain yang permukaannya datar digunakan sebagai tempat

menampung bahan-bahan yang digiling. Penggiling dibuat dari bahan-bahan yang keras

seperti logam, kayu, keramik, atau batu.

Pengikat Rambut, Perhiasan atau alat praktis yang berfungsi untuk mengikat rambut, terbuat

dari kulit, logam, tekstil, atau bahan asahan.

PENETAK, Alat pemukul dalam industri batu yang digunakan untuk memecah batuan.

(Lihat: Martil Batu)

Penatap, Alat pemukul terbuat dari kayu dengan permukaan datar. Dalam industri keramik

digunakan bersama pelandas untuk membentuk wadah. Pada umumnya penatap

berpenampang pipih dan memiliki tangkai. Penatap yang diberi ukiran menghasilkan

permukaan keramik yang berhias. Disebut juga paddle. (Lihat: Pelandas)

Penampil, Bagian bangunan yang menjorok keluar dari dinding. (Lihat: Mihrab)

Pemandian, Bangunan air menyerupai kolam yang dibuat untuk keperluan mandi.

Page 48: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 48 Kamus Arkeologi

Pemakaman, Sebidang tanah yang dipakai untuk menempatkan sebuah atau lebih makam.

(Lihat: Kuburan dan Moseleum)

Peluru, Alat pembunuh yang dilontarkan dengan bantuan mesiu dari senjata api. Peluru dapat

dibedakan atas dua jenis, yaitu yang berselongsong dan tidak berselongsong.Peluru

berselongsong adalah jenis peluru yang terpasang pada sebuah wadah berisi mesiu. Mesiu

meledak setelah terjadi lontaran api penggalak (fuse) akibat hantaman pemicu senjata api,

tekanan yang terjadi di dalam selongsong akan mendorong proyektil (anak peluru) lepas dari

selongsong. Peluru tak berselongsong, ialah jenis peluru yang tidak terpasang pada wadah

mesiu. Peluru tersebut dimasukkan pada laras senjata yang sebelumnya telah lebih dahulu

diisi mesiu dan diledakkan melalui pembakaran langsung. Termasuk dalam jenis ini ialah

peluru-peluru senjata angin. Proyektil dapat terbuat dari batu atau logam. Batu hanya

digunakan pada senjata api jenis meriam sundut kuno. (Lihat: Mesiu, Projektil, dan

Selongsong)

Peluit, Alat bunyi-bunyian tiup dengan nada tunggal berbentuk tabung atau pipa. Peluit

memiliki rongga pipih di bagian pangkal yang menghasilkan bunyi nyaring bila ditiup.

Tinggi rendahnya nada dipengaruhi oleh ukuran rongga kosong di bagian belakang dan lebar

sempitnya ukuran rongga pipih. (Lihat: Suling)

Pelita, Alat penerangan yang menggunakan minyak, lemak hewan, atau getah tumbuh-

tumbuhan sebagai sumber energi. Pelita biasanya dibuat berupa wadah dengan satu atau lebih

sumbu. Cahaya pelita diperoleh dengan cara membakar sumbu sehingga menghidupkan api

sebagai sumber penerangan. (Lihat: Lampu dan Obor)

Pelipit, Unsur permukaan dinding bangunan yang membentuk profil. Susunan pelipit secara

vertikal disebut perpelipitan. (Lihat: Dinding dan Profil)

Pelinggih (Bali), Susunan batu atau bangunan yang terdiri dari sebuah alas dan sebuah

sandaran mirip kursi, digunakan dalam upacara pemujaan. Pelinggih banyak ditemukan

dalam kompleks pura di Bali, baik yang berlatar agama Hindu maupun Buddha. Selain itu

pelinggih dalam bentuk sederhana juga ditemukan pada situs-situs prasejarah berupa susunan

batu mirip kursi. Disebut juga tahta batu atau stone seat. (Lihat: Kursi)

Page 49: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 49 Kamus Arkeologi

Pelataran, Bangunan datar mirip lantai dengan batas-batas yang jelas. Pelataran dapat

merupakan bagian dari halaman atau bangunan yang khusus dibuat untuk menampung suatu

aktivitas. (Lihat: Halaman)

Pelandas, Alat pembentuk wadah keramik yang digunakan bersama penatap. Bentuknya

bermacam-macam, ada yang menyerupai cendawan, bulat telur, sampai bulat. Untuk

memudahkan perajin kadang-kadang pelandas diberi tangkai agar dapat menjangkau bagian-

bagian wadah yang dalam. Pelandas terbuat dari keramik, kayu, atau batu. Disebut juga anvil.

(Lihat: Penatap)

Pelana, Tempat duduk tanpa sandaran yang ditempatkan pada punggung binatang

tunggangan. Terbuat dari kulit maupun kayu. Pelana dapat dilengkapi dengan sanggurdi

sebagai tumpuan kaki. (Lihat: Sanggurdi)

Pedupaan, Perlengkapan upacara berupa wadah untuk membakar dupa. Pembakaran dupa

pada jenis pedupaan berupa wadah terbuka bisanya dilakukan langsung di bagian atas wadah.

Sedangkan pada jenis wadah yang tertutup, terdapat ruangan khusus yang disediakan untuk

pembakaran dupa di mana asap hasil pembakaran akan keluar melalui lubang-lubang yang

disediakan pada tutup. (Lihat: Dupa)

Pedang, Senjata genggam sejenis pisau berbilah panjang, ramping, bermata runcing dengan

tajaman berada di satu atau kedua belah sisinya. Lebar bilah pedang umumnya sama, kecuali

bagian ujung yang meruncing. Bentuknya dapat lurus atau melengkung. Kegunaan utama

pedang adalah untuk menebas, memotong, dan menusuk. (Lihat: Pisau, Parang, dan Senjata)

Pecahan, Potongan atau kepingan benda padat yang terlepas dari benda asalnya sebagai

akibat dari proses pemisahan.

Patok, Pemancang atau tonggak berukuran kecil yang ditancapkan atau ditanamkan pada

tanah.

Pasu, Wadah mirip mangkuk terbuat dari keramik, kayu, atau logam. Pasu bermulut besar

dengan bagian dasar rata atau cembung dan tidak berkaki. Pasu yang berdasar rata umumnya

memiliki ukuran lingkar mendekati ukuran bagian mulut. (Lihat: Mangkuk)

Page 50: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 50 Kamus Arkeologi

Pasak, Batang bambu, kayu, atau logam yang digunakan untuk menyambung benda-benda

padat seperti halnya paku. Pasak digunakan dengan cara menghujamkannya ke dalam lubang

pada salah satu benda hingga menembus benda lain di belakangnya. Pasak tidak memilki

bidang datar melebar di bagian pangkal seperti paku dan tidak pula harus meruncing

ujungnya. (Lihat: Paku dan Patok)

Parit, Saluran air tanpa tutup yang letaknya lebih rendah dari pada permukaan tanah. Parit

yang dibuat mengelilingi suatu bidang tanah atau wilayah disebut parit keliling (moat).

(Lihat: Saluran Air)

Parang, Sejenis pisau panjang berbilah lebar, hanya satu sisinya saja yang tajam. Fungsi

utama parang dimaksudkan untuk memotong, menebas, dan membelah. (Lihat: Pedang dan

Pisau)

Panggung, Bangunan atau lantai yang letaknya lebih tinggi dibandingkan sekitarnya untuk

memudahkan orang banyak menyaksikan kegiatan-kegiatan atau orang-orang yang ada di

atasnya. Panggung disebut juga pentas. Panggung berukuran kecil untuk berpidato atau

memimpin upacara disebut podium. (Lihat: Rumah)

Panil, Bidang datar pada dinding atau tembok yang dibatasi oleh bingkai. Pada bangunan

candi, panil sering digunakan sebagai tempat dipahatkannya relief. (Lihat: Bingkai dan

Relief)

Pancuran, Bangunan atau unsur bangunan yang berfungsi untuk menyemburkan air dari

tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah. Sejenis pancuran yang bentuknya

mirip makara pada bangunan candi atau kolam air masa Hindu-Budha disebut jaladwara.

Adapun jenis pancuran yang mengambil bentuk arca disebut arca pancuran. (Lihat: Air

Mancur dan Makara)

Palung, Sejenis lesung terbuat dari batu yang memiliki lubang lonjong memanjang di bagian

atas. Palung batu merupakan peninggalan tradisi megalitik. Selain fungsi praktisnya sebagai

perkakas untuk menumbuk, palung diduga digunakan pula sebagai tempat menyimpan

tulang-tulang manusia. (Lihat: Lesung)

Paleolansekap, Bentang alam atau permukaan lahan (morfologi) kuno hasil bentukan

manusia. Teras-teras pada lereng bukit sisa sawah berundak berumur ratusan tahun dapat juga

Page 51: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 51 Kamus Arkeologi

disebut paleolansekap. Demikian pula dengan bentang alam kawasan kota dan desa yang

terbentuk sebagai hasil kegiatan manusia membuat jaringan sanitasi, perataan tanah,

penimbunan tanah, pemotongan tanah, berikut semua bangunan yang berdiri di atasnya.

Paku, Benda logam berujung runcing dengan bagian pangkal melebar sebagai bidang pukul.

Paku digunakan sebagai penyambung dan penahan kedudukan dua atau lebih benda padat

dengan cara menghunjamkannya hingga menembus benda-benda yang akan disambung.

(Lihat: Pasak)

Pakaian, Tekstil atau kulit hewan yang digunakan untuk menutup tubuh. Pakaian dapat

terdiri dari unsur-unsur yang berlainan, misalnya baju, celana, atau sarung. Ikat kepala, topi,

atau ikat pinggang tidak termasuk pakaian tetapi asesori karena hanya berfungsi sebagai

pelengkap. (Lihat: Perhiasan dan Tekstil)

Pahatan, Benda-benda yang dihasilkan melalui pemahatan. Hasilnya tidak sehalus ukiran

karena dibentuk dengan menggunakan alat-alat berukuran relatif besar dengan cara memecah

atau menyerpih kayu dan batu yang menjadi bahannya. (Lihat: Ukiran)

Pahat, Alat logam atau batu yang digunakan untuk membentuk benda-benda padat dengan

cara menetak, menyerpih, atau memahat. Biasanya pahat berbentuk persegi empat panjang

dan memiliki ujung menyempit dengan tajaman yang terjal. Untuk memudahkan

pemakaiannya, pangkal pahat biasanya diikatkan atau ditancapkan pada tangkai kayu.

Pagar, Bangunan maupun susunan bahan bangunan yang menjadi batas suatu wilayah.

Berdasarkan jenisnya pagar dapat dibedakan atas pagar halaman dan pagar keliling. Pagar

halaman ialah pagar yang dibangun pada halaman untuk membedakan ruang-ruang yang ada

di bagian dalam menurut fungsinya. Pagar keliling ialah pagar lingkar yang mengelilingi

sebidang tanah. Pada candi, fungsi pagar ialah sebagai batas antara daerah sakral (suci) dan

profan (tidak suci). Jumlahnya tidak selalu sama, ada yang memiliki satu pagar keliling saja

dan ada pula yang lebih. Pagar berbentuk tembok yang letaknya berhadapan dengan dinding

bangunan sehingga menghasilkan lorong disebut pagar langkan atau balustrade. (Lihat:

Candi)

Page 52: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 52 Kamus Arkeologi

Rumah, Bangunan tempat tinggal manusia. Dapat bersifat permanen ataupun semi

permanen. Sejenis rumah yang berdiri di atas tiang disebut rumah panggung, sedangkan yang

dibangun di atas susunan batang kayu atau bambu pada permukaan air disebut rumah apung

atau rumah rakit. Nama khusus untuk rumah yang dibuat dengan gaya arsitektur tradisional

disebut rumah tradisional. (Lihat: Bangunan)

Ruangan, Bagian bangunan yang dikelilingi dinding atau pembatas lain yang berfungsi

sebagai dinding. (Lihat: Bangunan dan Dinding)

Ruang, Sebidang tanah pada permukaan bumi atau unsur bangunan yang dapat dihubungkan

dengan aktivitas manusia. (Lihat: Lantai dan Rongga)

Rongga, Lubang pada permukaan benda, bangunan, atau formasi alam berukuran tidak

terlalu besar.

Roda Pemutar, Alat bantu dalam proses pembuatan keramik. Roda pemutar terdiri dari dua

bagian utama yaitu cakram (disc) yang berbentuk bulat pipih dan datar tempat diletakkannya

tanah liat, dan poros (pivot) yang terletak di tengah-tengah cakram. Cakram berputar pada

poros sehingga menghasilkan gerak sentrifugal yang memudahkan perajin memperoleh

bentuk membulat teratur, disebut juga pelarikan. (Lihat: Roda)

Roda, Benda berbentuk bundar melingkar pada kendaraan yang digunakan untuk

memudahkan pergerakan. Dijumpai antara lain pada sepeda, mobil,truk, atau pesawat

terbang. Roda berputar pada sebuah poros yang tetap kedudukannya. Nama lain roda adalah

jentera.

Revolver, Senjata api genggam dengan tempat peluru berbentuk silinder yang dapat berputar.

(Lihat: Pistol dan Senapan)

Page 53: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 53 Kamus Arkeologi

Reruntuhan, Sisa-sisa bangunan atau formasi alam yang runtuh dan terurai hingga

kehilangan bentuk aslinya.

Replika, Benda atau bangunan tiruan, berukuran sama, lebih kecil atau lebih besar dari pada

model yang ditiru. (Lihat: Miniatur)

Relung, Rongga pada dinding bangunan yang menjorok ke dalam.

Relik, Semua peninggalan purbakala yang berupa benda atau bangunan. (Lihat: Artefak dan

Fitur)

Relief, Bentuk manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, simbol, atau gabungan dari unsur-unsur

ini yang diukirkan atau dipahatkan pada bidang datar.

Rakit, Alat transportasi air terbuat dari batang-batang pohon atau bambu yang diikat menjadi

satu. Rakit tidak memiliki dayung, bergerak mengandalkan arus air dan tenaga dorong

manusia dengan bantuan galah panjang yang menyentuh dasar sungai atau danau. Rakit tidak

pernah dijumpai di laut. (Lihat: Sampan, Perahu, dan Kapal)

Rahat, Alat pemintal benang berbentuk roda yang dapat diputar dengan tangan. Roda ini

memiliki bagian melintang yang agak lebar dan cekung tempat benang hasil pintalan

digulung, disebut juga roda pemintal. (Lihat: Ulir)

Susuk, Benda logam atau organik yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia sebagai jimat.

Bentuk susuk bisa bermacam-macam, diantaranya ada yang mirip jarum, batang logam

berujung tajam, atau bentuk-bentuk khusus seperti bentuk bunga, ular, dan mata.

Sumuran, Lubang vertikal di tengah ruang utama bangunan induk candi Hindu. Sumuran

terletak di bawah yoni, digunakan sebagai tempat penyimpanan peripih. (Lihat: Candi,

Peripih, dan Yoni)

Page 54: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 54 Kamus Arkeologi

Sumpit, Dalam perbendaharaan bahasa Indonesia sumpit memiliki dua arti, yaitu senjata tiup

berlaras panjang dan alat makan. Sumpit (blowpipe) sebagai senjata berbentuk pipa,

digunakan dengan cara meniupnya. Kadang-kadang dilengkapi dengan mata tombak di

ujungnya. Proyektil sumpit disebut anak sumpit, berupa bilah runcing mirip jarum, terpasang

pada sebuah benda ringan berbentuk melingkar yang berfungsi seperti sirip pada anak panah.

Sumpit (chopstick) pada pengertian kedua adalah alat makan berupa tangkai kayu atau bambu

pendek yang dipakai sebagai penjepit. Alat makan ini berasal dari Asia Timur. (Lihat: Panah

dan Proyektil)

Suling, Alat bunyi-bunyian tiup berupa pipa. Suling berbentuk memanjang dengan sejumlah

lubang pada permukaannya. Nada yang dihasilkan oleh suling diatur melalui mekanisme

buka tutup lubang-lubang ini dengan jari tangan, sedangkan peniupan dilakukan pada salah

satu bagian pangkal yang ujungnya tertutup. (Lihat: Peluit)

Sudip, alat cungkil dan tusuk terbuat dari kayu, bambu, atau tulang yang dipangkas tipis dan

meruncing.

Stupika, Replika stupa berukuran kecil. Biasanya terbuat dari tanah yang tidak dibakar dan

memiliki sebuah atau lebih tablet berisi mantra agama Buddha atau naskah di bagian

dalamnya.

(Lihat: Tablet)

Stupa, Bangunan atau bagian dari bangunan suci agama Buddha. Stupa terdiri atas tiga

bagian, yaitu bagian dasar yang berbentuk membulat disebut anda, bagian tengah yang

disebut yasti, sedang pagar yang mengelilinginya disebut harmika, dan bagian puncak yang

berupa payung disebut chatra. Stupa adalah perlambang-an dari tempat penyimpanan abu

jenazah Buddha Ghautama. (Lihat: Stupika)

Struktur, Susunan yang berpola, lazim dihubungkan dengan bangunan. Berdasarkan

letaknya struktur dapat dibedakan menjadi dua yaitu struktur bawah dan struktur atas.

Struktur bawah adalah bagian bangunan yang berada di bawah garis permukaan tanah, seperti

pondasi atau ruang di bawah tanah, sedangkan struktur atas adalah bagian bangunan yang

berada di atas garis permukaan tanah, seperti atap atau tiang-tiang penyangga bangunan.

(Lihat: Pondasi)

Page 55: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 55 Kamus Arkeologi

Stempel, Alat cetak berukuran kecil yang memiliki tangkai. Digunakan pada persuratan atau

pembuatan dokumen resmi. (Lihat: Cetakan)

Stambha (Skt.), Tiang batu mirip tugu asal masa Klasik yang bukan bagian dari bangunan.

Fungsinya untuk memperingati suatu peristiwa mirip monumen. (Lihat: Monumen dan

Tiang)

Songket, Tekstil tradisional yang pola hiasnya dibuat pada saat benang-benangnya ditenun.

Kain songket banyak menggunakan benang emas atau yang sejenis sebagai hiasan. (Lihat:

Ikat dan Tekstil)

Slip (Ing.), Lapisan berwarna yang dioleskan pada keramik. Slip terbuat dari campuran oker

dan tanah liat berwarna. Sering dijumpai pada tembikar sebagai unsur penghias sekaligus

sebagai pelapis untuk menghasilkan efek kedap air. Sejenis slip yang terbuat dari bubuk

mineral disebut pigmen. Baik slip maupun pigmen dapat dioleskan pada keramik sebelum

atau sesudah pembakaran. (Lihat: Oker dan Pigmen)

Skeuomorph (Ing.), Artefak atau bagian dari artefak yang merupakan tiruan dari artefak lain

yang bersifat fungsional. Misalnya replika keranjang bambu yang terbuat dari keramik.

(Lihat: Replika)

Situs, Sebidang tanah di permukaan bumi yang mengandung atau diduga mengandung

tinggalan purbakala.

Sirap, Genteng kayu atau bambu yang dibelah tipis dalam bentuk lembaran. Sirap terbuat

dari bahan kayu atau bambu keras yang tahan lapuk dan tahan gangguan serangga. (Lihat:

Genteng)

Siluet, Rona pada permukaan tanah yang berpola dan merupakan sisa dari benda-benda

organik yang membusuk sehingga masih dapat diketahui bentuknya tetapi tidak mungkin

diangkat dari lingkungannya. Siluet dapat diamati dari perbedaan warna pada tanah. (Lihat:

Fitur)

Serpih, Alat yang dibuat dari hasil penyerpihan batu inti. Umumnya berbentuk pipih dan

memiliki tajaman pada salah satu atau kedua belah sisinya, khususnya alat yang termasuk

Page 56: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 56 Kamus Arkeologi

kelompok serut (scrapper) atau pemotong. Alat-alat bor (hand drill) tidak memiliki tajaman

melainkan runcingan di bagian ujungnya.

Nama lain untuk alat serpih adalah flakes, sedangkan alat serpih yang memanjang dan kedua

sisi sampingnya sejajar disebut bilah (blades). Serpih dibuat dengan cara menekan atau

menetak batu inti secara langsung dengan menggunakan batu martil atau alat tulang. (Lihat:

Batu Inti)

Serbuk, Butiran halus atau partikel benda yang terurai namun masih membawa sifat-sifat

aslinya, misalnya serbuk kayu. (Lihat: Abu)

Serat, Bagian tumbuh-tumbuhan atau sintetik berupa serabut mirip benang. (Lihat: Benang)

Serambi, Bagian bangunan berupa pelataran yang tidak dikelilingi oleh dinding. Serambi

sering ditemukan pada bagian muka bangunan yang berhubungan langsung dengan pintu

masuk. Namun, ada pula bangunan yang memiliki serambi lebih dari satu, misalnya mesjid

yang memiliki tiga serambi di kiri-kanan dan bagian mukanya. Disebut juga beranda atau

teras. (Lihat: Masjid)

Senjata, Benda-benda alam atau artefak yang digunakan oleh manusia untuk melukai atau

membunuh (arm). Senjata ada yang dapat dipakai secara tunggal tanpa harus didukung oleh

alat-alat lain seperti pisau, pedang, celurit, atau tombak. Namun demikian ada yang harus

digunakan dalam satu sistem seperti busur panah dengan anak panah atau pistol dengan

peluru.

Khusus untuk senjata api dikenal dua pembagian yaitu senjata ringan dan senjata berat.

Senjata ringan adalah senjata api berukuran kecil dan berkaliber kecil. Senapan dan pistol

termasuk kelompok ini. Adapun senjata berat adalah senjata yang selain ukurannya besar dan

berat kalibernya pun besar, seperti meriam, howitzer, dan mortir.

Dari cara menggunakannya senjata dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, antara lain

senjata api (pistol, meriam), senjata lontar (panah, ketepel); senjata tiup (sumpit), senjata

lecut (cambuk), senjata ayun (gada), senjata tusuk (keris, tombak), dsb.

Masih ada istilah khusus untuk mengelompokkan senjata, misalnya senjata tumpul dan

senjata tajam, yaitu senjata yang berujung runcing atau tajam. Ada juga pengelompokkan

Page 57: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 57 Kamus Arkeologi

berdasarkan cara membawanya, misalnya senjata genggam atau senjata panggul. Khusus

untuk senjata api ringan dikenal pula istilah senjata laras pendek, yaitu semua senjata yang

larasnya pendek seperti pistol atau revolver, dan senjata laras panjang seperti senapan yang

memiliki ukuran laras relatif panjang. Panjang pendeknya ukuran laras berpengaruh pada

jangkauan peluru mencapai sasaran.

Sendok, Alat makan bertangkai dengan ujung yang melebar dan cekung.

Senapan, Jenis senjata api laras panjang, dibawa dengan cara menggantungkannya pada

bahu. (Lihat: Pistol, Revolver, dan Senjata)

Selongsong, Benda-benda pembungkus benda lain yang biasanya berbentuk silindrik. (Lihat:

Peluru)

Selendang, Unsur pelengkap pakaian berupa tekstil panjang yang disampirkan pada bahu

atau dipakai melingkari pinggang (sampur). Selendang aksesori. (Lihat: Perhiasan dan

Pakaian)

Selasar, Serambi atau beranda dari suatu bangunan (candi atau masjid), atau bagian balai

yang terendah (Lihat: Alas, Masjid, dan Serambi )

Sarung, Unsur pakaian penutup panggul dan kaki yang dilibatkan pada pinggang. Pada

umumnya terbuat dari tekstil. Sarung juga berarti benda-benda yang dibuat sebagai penutup

benda lain. Sarung dalam pengertian kedua terbuat dari tekstil, logam, kayu, bambu, atau

tulang. Contoh: sarung keris dan sarung pedang. (Lihat: Pakaian dan Selongsong)

Sanggurdi, Pijakan kaki terbuat dari besi yang menggantung pada kanan kiri pelana dan

berfungsi sebagai pengatur keseimbangan badan penunggang kuda. (Lihat: Pelana dan Taji)

Sandal, Alas kaki sejenis terompah tanpa penutup kecuali sejumlah tali yang berfungsi

sebagai penahan. (Lihat: Alas Kaki)

Sampan, Alat transportasi air terbuat dari kayu yang digerakkan dengan bantuan dayung.

Sampan ada yang memiliki rongga atas dan ada pula yang tidak, biasanya diawaki oleh satu

atau dua orang dengan menggunakan dayung. Sampan ditemukan baik di lingkungan perairan

sungai, danau, atau laut. (Lihat: Kapal).

Page 58: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 58 Kamus Arkeologi

Dilihat dari cara pembuatannya, sampan terbagi atas beberapa jenis.

1. Tipe Lesung (dugout cannoe), jenis sampan yang dibuat dengan cara melubangi sebuah

batang kayu utuh pada bagian atasnya.

2. Tipe Papan (plank cannoe), yaitu sampan yang dibuat dengan cara menggabungkan

sejumlah papan pada lunas untuk menghasilkan rongga bagian atas.

3. Tipe Kayak, terbuat dari kulit hewan atau tekstil yang dilibatkan pada kerangka kayu

berlunas. Tipe ini tidak pernah dijumpai di Indonesia

Sampah, Benda-benda atau barang-barang hasil kegiatan manusia yang dibuang.

Berdasarkan jenis bahannya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik (tanaman,

hewan) dan anorganik (kimia, batuan, logam). Berdasarkan sifatnya, sampah dapat dibedakan

menjadi sampah padat, sampah cair, atau gas. (Lihat: Debitase dan Limbah)

Menurut sumbernya sampah dapat dibedakan menjadi sampah rumah tangga dan sampah

industri. Sampah rumah tangga ialah segala jenis sampah yang dihasilkan oleh aktivitas

rumah tangga seperti sisa makanan, pakaian bekas, atau sisa perabot rumah tangga. Sampah

dapur merupakan bagian dari sampah rumah tangga yang terakumulasi sebagai akibat dari

kegiatan memasak. Sampah ini banyak mengandung sisa makanan atau bahan makanan, atau

perkakas yang ada hubungannya dengan masak-memasak. (Lihat: Bukit Kerang)

Saluran Air, Bangunan atau unsur bangunan yang berfungsi sebagai mengaliranya air. Dapat

berupa parit, pipa, atau bentuk-bentuk lain yang berhubungan dengan sanitasi. (Lihat: Parit

dan Pipa)

Salib, Benda, bangunan, unsur bangunan, gambar atau relief yang mengambil bentuk papan

bersilang dengan bagian vertikal lebih panjang dibandingkan dengan yang horizontal. Salib

sebagai lambang dihubungkan dengan agama Kristen. (Lihat: Gereja)

Page 59: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 59 Kamus Arkeologi

Tuyer (Ing.), Corong saluran angin yang ditempatkan pada tungku atau perapian dalam

industri logam. Tuyer dihubungkan dengan pipa-pipa yang berpangkal pada alat penghembus

angin atau ubub. (Lihat: Ubub)

Tureen (Ing.), Wadah keramik berbentuk mangkuk besar lonjong berkaki tinggi dan

mempunyai tutup. Tureen dipakai untuk menyimpan sup pada perjamuan makan. Tureen

mempunyai dua buah tangkai masing-masing pada sisi panjangnya. Pada bagian bawah tutup

ditambahkan sebuah lubang kecil untuk menempatkan tangkai sendok yang dimasukkan ke

dalam wadah. Kadang-kadang tureen disebut juga basi sop. (Lihat: Mangkuk)

Turap, Struktur penguat dinding bangunan tanah atau formasi alam yang dibuat untuk

menghindari kemungkinan terjadinya proses pengikisan atau longsor. Turap dapat terbuat

dari kayu, campuran kayu dan tanah, atau campuran batu, besi beton, semen, dan pasir.

(Lihat: Tanggul)

Tungku, Tempat pembakaran berdinding sehingga mampu menghimpun panas tinggi.

Biasanya tungku berukuran besar dan memiliki ruang berdinding tinggi; ada yang dilengkapi

dengan atap dan cerobong untuk mengalirkan asap dan udara panas ke luar. Tungku bersifat

permanen sehingga tidak dapat dipindahkan dari lingkungannya tanpa menyebabkan

berubahnya bentuk. Disebut juga tanur. (Lihat: Cerobong, Kompor, dan Perapian)

Tumulus, Gundukan tanah buatan yang membukit. Ditemukan pada masyarakat tradisi

megalitik. Sebuah tumulus bisa memiliki ruangan maupun tidak dan bisa berisi satu atau

lebih jenazah,. (Lihat: Menapo)

Tulisan, Himpunan huruf yang membentuk kata atau kalimat. (Lihat: Huruf dan Kata)

Tugu, Bangunan yang dibuat untuk memperingati suatu peristiwa atau tokoh. Tugu dapat

disebut monumen bila dikaitkan dengan peristiwa atau tokoh sejarah. Tugu yang bukan

monumen ialah yang pendiriannya tidak dilatari oleh alasan-alasan kesejarahan, kecuali

sebagai tanda atau hiasan. (Lihat: Menara dan Monumen)

Topi, Penutup kepala dengan bentuk yang permanen. Topi dapat dipakai dan dilepaskan

tanpa kehilangan bentuknya.

(Lihat: Ikat)

Page 60: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 60 Kamus Arkeologi

Topeng, Penutup wajah yang menggambarkan wajah manusia atau hewan dalam ekspresi

tertentu. Topeng dapat terbuat dari kayu, logam, tekstil, atau keramik dan memiliki lubang di

bagian mata untuk melihat. Topeng pada umumnya bersifat tetap, yaitu bentuknya tidak

mengalami perubahan saat dipakai. Kedok adalah topeng yang terbuat dari tekstil atau kulit

yang tidak memiliki bentuk tetap. Kedok dapat berubah bentuk menurut struktur wajah orang

yang memakainya. Baik topeng maupun kedok digunakan untuk menyembunyikan wajah

atau untuk memberikan kesan lain bagi orang yang melihatnya.

Tongkat, Batang kayu, bambu, atau logam berbentuk memanjang dan ringan yang dapat

digenggam tangan. Tongkat sering digunakan sebagai alat bantu untuk berjalan, guna

menyangga berat badan penggunanya.

Tong, Wadah berukuran besar berbentuk silindrik dengan mulut lebar. Tong dapat terbuat

dari kayu, keramik, atau logam dan pada umumnya digunakan sebagai tempat penyimpanan

atau penampungan air.

Timbangan, Alat pengukur berat; memiliki skala pengukur yang dinyatakan dalam angka,

garis-garis, dan penunjuk keseimbangan untuk mengetahui benda yang memiliki nilai berat

sama; disebut juga neraca. Berdasarkan jenisnya, timbangan dapat dibedakan atas neraca

dengan pegas dan neraca dengan anak timbangan. Nilai berat pada neraca dengan pegas

dinyatakan melalui jarum penunjuk skala, sedangkan pada neraca dengan anak timbangan

dinyatakan melalui persamaan berat benda-benda yang ditimbang dengan anak timbangan.

Tikar, Penutup lantai yang terbuat dari anyaman serat, daun, lembaran bambu atau kayu

yang dipotong tipis. (Lihat: Anyaman, Karpet, dan Tekstil)

Tiang, Komponen bangunan terbuat dari kayu, dan batu atau struktur yang berfungsi sebagai

penyangga. Tiang pada umumnya didirikan tegak lurus. Untuk menjaga agar tiang tidak

mengalami kemelesakan, sebuah umpak dapat diletakkan di bawahnya. Hiasan di bagian

puncak yang sering berukuran lebih besar daripada tiangnya disebut mahkota tiang atau

kapital.

Tiang disebut juga pilar, khususnya tiang-tiang pada bangunan rumah atau gedung yang

berukuran besar, sedangkan pilaster adalah tiang semu pada bangunan yang berfungsi sebagi

unsur dekorasi. (Lihat: Umpak)

Page 61: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 61 Kamus Arkeologi

Terowongan, Bangunan berbentuk lubang yang menembus formasi alam atau bangunan.

Terowongan dapat dibuat vertikal maupun horizontal, berfungsi sebagai jalan atau saluran.

Sejenis terowongan yang khusus digunakan untuk menyalurkan air disebut gorong-gorong.

(Lihat: Gua Alam dan Pipa)

Teropong, Alat bantu untuk melihat objek berjarak jauh. Melalui teropong, jarak pandang

orang yang menggunakan dengan objek yang dilihat dapat diperpendek sehingga tampak

dekat. Teropong berbentuk tabung dengan beberapa lensa cembung dan cekung di dalamnya.

Oleh karena ituteropong termasuk alat optik.

Terali, Batang kayu atau logam yang disusun secara vertikal, horizontal atau keduanya dalam

jarak tertentu. Terali berfungsi sebagai penghalang pintu, lubang angin atau jendela; disebut

juga jeruji.

Terak, Limbah industri yang sering ditemukan pada situs peleburan logam atau kaca. Terak

dapat digolongkan sebagai residu atau limbah, wujudnya berupa gumpalan logam atau kaca

berkualitas rendah karena tercampur bahan-bahan lain yang sukar dipisahkan.

Terak kaca terjadi sebagai akibat penggumpalan mineral silika, potas, dan soda dalam proses

peleburan logam, atau melelehnya mineral-mineral tersebut dari bahan wadah pelebur akibat

panas yang tinggi.Terak disebut juga slag. (Lihat: Limbah dan Wadah Pelebur)

Tengkorak, Bagian dari kerangka manusia atau hewan yang mewakili struktur kepala.

(Lihat: Kerangka)

Tempolong, Wadah keramik atau logam penampung air ludah. Badan wadah berbentuk

membulat dan berleher tinggi dengan mulut melebar menyerupai terompet. Nama lain dari

tempolong adalah paidon, peridon, atau peludahan.

Tempayan, Wadah bermulut besar, badan cembung, dan dasar rata tak berkaki. Ukuran

mulut lebih besar dibandingkan dengan ukuran dasar sehingga mengesankan kemampuannya

untuk menyimpan benda cair atau padat dalam jumlah banyak. Tempayan rata-rata memiliki

tinggi lebih dari 50 sentimeter.

Tempat Tidur, Mebel yang digunakan untuk berbaring atau tidur, terbuat dari kayu, bambu,

atau logam. Tempat tidur sering dilengkapi dengan kasur. (Lihat: Mebel)

Page 62: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 62 Kamus Arkeologi

Tempat Duduk, Mebel yang digunakan sebagai tempat untuk duduk. Biasanya tempat duduk

memiliki permukaan datar, dapat dilengkapi dengan sandaran ataupun tidak. Kursi dan

bangku termasuk kelompok tempat duduk. (Lihat: Bangku, Mebel, dan Kursi)

Tembok, Bangunan sejenis dinding yang bukan bagian dari gedung atau rumah. Tembok

berfungsi sebagai pembatas atau pagar. (Lihat: Dinding dan Pagar)

Tekstil, Bahan tenun atau rajut terbuat dari anyaman benang atau serat. Kulit kayu yang

dihaluskan dan digunakan sebagai pakaian dapat disebut tekstil, sedangkan kulit binatang

tidak dapat disebut sebagai tekstil. Tekstil yang terbuat dari benang atau serat disebut kain.

(Lihat: Benang dan Serat)

Teko, Wadah keramik bercorot mirip kendi. Bentuk badannya membulat, bermulut lebar, dan

berkaki rendah. Teko memiliki tangkai yang melingkar mulai dari bahu dan berakhir dekat

dasar. Corotnya ditempatkan pada bagian badan dan mulutnya dilengkapi tutup.

Berdasarkan bentuknya teko dibedakan atas: (a) teko teh dan (b) teko kopi. Teko teh

memiliki perawakan pendek dan cenderung tambun/gemuk dengan leher pendek. Teko kopi

berperawakan lebih tinggi, lehernya memanjang , dan badan bagian bawah yang berada dekat

kaki menggelembung. (Lihat: Ewer dan Kendi)

Tatakan Lilin, Tempat menempatkan lilin berupa mangkuk kecil yang ditempatkan di atas

piringan atau dibuat dengan kaki-kaki yang tinggi. (Lihat: Pelita)

Tasbih, Benda berupa untaian manik-manik dalam jumlah tertentu yang digunakan sebagai

perlengkapan keagamaan. Tasbih dapat digunakan sebagai kalung dan dijumpai antara lain

pada tradisi agama Islam, Katholik, Yahudi, Hindu, dan Buddha. (Lihat: Manik-manik)

Tapal Kuda, Sepatu kuda atau ladam kuda terbuat dari besi pipih yang melengkung dan

dipakukan pada kuku kuda untuk mencegah pecahnya atau terkikisnya kuku. Pada bagian

tengah luar lengkung biasanya ditambahkan tonjolan untuk menjaga agar tapal kuda tersebut

tidak mudah goyah bila menerima tekanan dari arah muka.

Tankard (Ing.), Gelas berukuran besar terbuat dari keramik atau logam yang dilengkapi

dengan tangkai dan tutup. Tutup tersebut menyatu dengan bagian atas tangkai dan dapat

terbuat dari bahan yang berlainan. (Lihat: Gelas)

Page 63: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 63 Kamus Arkeologi

Tanggul, Bangunan tanah, batu, atau beton yang dibuat memanjang mengikuti tepi sungai

atau saluran. Permukaan tanggul berada lebih tinggi dari permukaan air dan permukaan tanah

di sekitarnya. (Lihat: Benteng, Turab, dan Waduk)

Tangga, Komponen bangunan atau alat yang digunakan untuk mencapai tempat yang

letaknya lebih tinggi. Tangga pada bangunan biasanya terdiri dari anak tangga dan pipi

tangga, sedangkan tangga sebagai alat pemanjat hanya terdiri dari batang tangga dan anak

tangga.

Anak tangga adalah bagian yang digunakan sebagai tempat berpijak maka disusun meninggi

ke atas. Pipi tangga adalah komponen tangga berupa dinding tegak di samping kiri-kanan

anak tangga. Tangkai yang berfungsi seperti pipi tangga dan digunakan sebagai sarana

pembantu keseimbangan disebut pegangan tangga.

Tandu, Alat transportasi berupa dipan atau tempat duduk yang dipanggul oleh manusia.

Tandu tidak memiliki roda kecuali batang-batang kayu mendatar sebagai penyangga. (Lihat:

Kereta)

Tanah Perkerasan, Lapisan tanah yang dibuat dengan mencampurkan berbagai macam

bahan ke dalam lapisan asli untuk memperoleh daya dukung dan kekerasan yang lebih baik.

Tanah pengerasan sering ditemukan dalam konteks bangunan, khususnya pada lantai atau

pondasi. (Lihat: Bangunan dan Pondasi)

Tamsir, Baju pelindung badan dari serangan senjata tajam, khususnya bagian dada dan

punggung. Tamsir dapat terbuat dari logam, kulit, atau anyaman benda organik. (Lihat: Baju)

Tambur, Alat bunyi-bunyian terbuat dari logam, bambu, atau kayu berbentuk silindrik,

dengan satu atau kedua ujungnya tertutup membran sebagai bidang pukul. Tambur dapat

dikelompokkan menurut jenisnya menjadi gendang, rebana, dan genderang.

Gendang memiliki badan memanjang dengan salah satu atau kedua ujungnya tertutup

membran; ditabuh dengan tangan atau dengan bantuan tongkat pemukul, pada umumnya

digunakan dalam posisi terbaring. Sejenis gendang yang berukuran besar disebut bedug.

Tambur besar ini dapat ditemukan pada mssjid.

Kelenteng memiliki tambur serupa, tetapi tidak pernah disebut bedug.

Page 64: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 64 Kamus Arkeologi

Semua tambur jenis rebana hanya memiliki satu bidang pukul, badannya berbentuk lingkaran,

dan digunakan dalam posisi tegak. Oleh karena ukurannya relatif kecil, rebana dapat

dipegang dengan tangan, atau diletakkan di atas pangkuan dengan cara memeluknya.

Tambur jenis genderang hampir selalu diletakkan dalam posisi berdiri. Badannya dibuat

meninggi dengan satu atau kedua ujungnya tertutup membran. Genderang, seperti juga

gendang, ditabuh dengan menggunakan tangan maupun tongkat pemukul. Sejenis genderang

logam kuno yang terbuat dari perunggu disebut nekara. (Lihat: Nekara)

Tali, Pilinan serat atau dawai yang kuat dan lentur untuk mengikat. Nama lainnya tambang.

(Lihat: Dawai)

Taji, Alat penusuk yang dikaitkan pada bagian belakang sepatu penunggang kuda. Biasanya

terbuat dari logam dengan pengikat terbuat dari kulit.

Bagian yang keras dan meruncing pada kaki ayam jantan juga disebut taji atau jalu. (Lihat:

Pelana dan Sanggurdi)

Tabung, Wadah berbentuk silindrik atau bersegi memanjang menyerupai pipa tetapi hanya

memiliki satu mulut. Tabung yang terbuat dari bambu disebut bumbung. (Lihat: Pipa)

Tablet, Lempengan tanah atau logam berukuran kecil yang sering ditemukan tersimpan di

dalam stupika. Bentuknya bulat dan memiliki inskripsi pada salah satu permukaannya. (Lihat:

Stupika)

Umpak, Landasan penyangga tiang bangunan terbuat dari batu atau susunan bata. (Lihat:

Tiang)

Ukiran, Benda-benda yang dihasilkan dengan cara mengukir. Pada umumnya ukiran

memiliki penampilan halus karena dikerjakan secara hati-hati dengan menggunakan alat-alat

Page 65: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 65 Kamus Arkeologi

berukuran kecil, walaupun di awal proses pengerjaan dipergunakan pula pemahatan untuk

memperoleh model dari bentuk yang diinginkan. (Lihat: Pahatan dan Relief).

Ulir, Alat pemintal benang terbuat dari kayu atau logam berbentuk silindrik. Ulir memiliki

tangkai yang panjang yang digunakan sebagai gagang saat memintal benang. (Lihat: Benang

dan Rahat).

Ubub, Alat penghembus udara pada tungku pembakaran industri logam tradisional. Dapat

dibedakan menjadi ubub tabung dan ubub kantongan.

Hembusan udara pada ubub tabung dihasilkan melalui pemompaan secara simultan dengan

cara menaik-turunkan piston yang dihubungkan dengan batang-batang kayu. Pada ubub

kantongan, udara dihasilkan dengan cara mengembang-kempiskan kantong udara yang

terbuat dari kulit hewan dan diikatkan pada sebuah batang kayu sebagai tangkai. Ubub

disebut juga ububan, puputan, atau pelambusan. (Lihat: Tuyer)

Ubin, Unsur bangunan penutup lantai. Ubin terbuat dari keramik, kayu, atau batu. Susunan

ubin yang membentuk permukaan datar disebut lantai. (Lihat: Lantai)

Uang, Benda alam atau artefak yang berfungsi sebagai alat pembayaran dalam kehidupan

ekonomi. Nilai uang dapat ditentukan oleh berat dan jenis bahan yang dipakai (intrinsik) atau

oleh satuan angka yang tercantum padanya (nominal). Pada uang biasanya terdapat angka

tahun, nama negara, raja atau kerajaan yang mengeluarkannya, lambang-lambang dan

gambar-gambar yang berhubungan dengan negara, kerajaan atau raja-raja di zamannya. Uang

yang tidak memiliki inskripsi disebut anepigraphic.

Menurut bahannya, uang dapat dibedakan atas uang batu, uang kertas, dan uang logam. Uang

batu jarang ditemukan di Indonesia, tetapi banyak digunakan oleh masyarakat di kepulauan

Pasifik. Bentuknya bulat, berukuran besar, dengan atau tanpa lubang di tengahnya. Uang ini

terutama muncul dan digunakan oleh masyarakat berlatar tradisi megalitik.

Uang kertas pada umumnya berbentuk segi empat dan merupakan hasil pencetakan (print).

Di antara ketiga jenis uang itu, uang logam paling banyak variasinya. Bahan yang digunakan

dapat berupa emas, perak, tembaga, perunggu, kuningan, timah, atau campuran dari bahan-

bahan itu.

Page 66: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 66 Kamus Arkeologi

Menurut jenis rupa, uang logam dapat dibedakan menurut jenisnya menjadi koin, uang

‘jagung’, uang ‘ma’, ingot, dan bonk. Koin, berbentuk pipih melingkar, segitiga s.d. segi

delapan. Ada yang mempunyai anulet, lubang bulat atau persegi di tengahnya dan ada pula

yang tidak. Nama khusus untuk koin dengan anulet ialah kepeng atau gobok. Koin biasanya

dibuat dengan teknik tempa (strike), cetak (cast), tekan (press), atau gabungan ketiganya.

Pada koin tercantum nilai nominal, tahun pengeluaran, nama atau simbol negara, raja, atau

kerajaan yang mengeluarkannya. Koin yang hanya memiliki satu muka berhias disebut

uniface. Tempat atau perusahaan pembuat koin disebut mint, tanda khusus yang menandainya

disebut mint mark.

Uang ma hanya ditemukan di Jawa, khusus pada abad VII s.d. XIV Masehi. Bentuknya

membundar mirip koin, cekung, tanpa lubang, dan relatif kecil ukurannya. Disebut uang ma

karena pada bagian cekungnya terdapat huruf Jawa Kuno berbunyi ma. Nama lain untuk uang

ma ialah uang bunga cendana (sandalwood flower coin), karena sering ditemukan jenis uang

ma yang pada bagian cekungnya tidak tercetak huruf tetapi bunga berkelopak empat mirip

bunga pohon cendana, khususnya yang berasal dari sekitar abad XIII Masehi. Biasanya uang

ma terbuat dari bahan emas atau perak dan tidak dicantumi nilai nominalnya.

Uang jagung umumnya terbuat dari emas atau perak walaupun kadang-kadang ditemukan

yang terbuat dari bahan perunggu. Uang ini diberi nama demikian karena bentuknya mirip

bulir jagung, yaitu mendekati bundar dengan cekungan rendah pada salah satu sisinya. Di

Asia Tenggara jenis uang ini dikenal pula dengan nama uang piloncito yang diambil dari

nama seorang peneliti numismatik Pilipina. Seperti juga uang ma, pada uang jagung tidak

tertera nilai nominalnya. Uang ini diduga digunakan sejak abad VII s.d. XVII di Jawa dan

Sumatera.

Bonk, bentuknya berupa potongan-potongan logam dalam ukuran dan berat tertentu tanpa

keterangan nilai nominal dan tahun pengeluarannya, kecuali nama atau simbol yang erat

hubungannya dengan negara, raja atau kerajaan yang mengeluarkan. Nilai bonk ditentukan

oleh berat dan jenis logam yang digunakan, semakin berat dan semakin mahal jenis logamnya

maka semakin tinggi nilai tukarnya.

Ingot berbentuk bongkahan. Kondisinya sama dengan bonk kecuali bentuknya yang kadang-

kadang tidak sama karena berat dan jenis logamnya yang dipentingkan.

Page 67: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 67 Kamus Arkeologi

Vas, Wadah terbuat dari keramik atau kayu tempat meletakkan bunga yang berfungsi sebagai

hiasan rumah. Vas memiliki badan yang tinggi dan ramping mirip botol, berkaki rendah

dengan mulut melebar, kadang-kadang memiliki leher panjang. Perbedaannya dengan botol

terletak pada diameter leher yang lebih besar (Lihat: Botol dan Jambangan)

Ventilasi, Lubang pada dinding mirip jendela yang tidak memiliki penutup. Ventilasi

berukuran kecil dan diletakkan pada bagian atas dinding; disebut juga angin-angin. (Lihat:

Jendela)

Wadah, Benda berongga tempat menampung atau menyimpan sesuatu. Kendi, guci, cepuk,

botol, nampan, atau mangkuk dapat dikelompokkan sebagai wadah. Menurut bagiannya

wadah dapat diuraikan atas tutup, mulut, bibir, tepian, leher, bahu, corot, badan, cuping,

pegangan, karinasi, cordon, dasar, dan kaki.

Berdasarkan posisi mulutnya, wadah dapat dibedakan atas wadah terbuka bila ukuran mulut

lebih besar dari dasar, wadah tertutup bila mulut lebih kecil dari dasar, dan wadah tegak bila

ukuran mulut sama atau mendekati sama dengan ukuran dasar.

Wadah Pelebur, Wadah yang dipakai dalam peleburan logam; berbentuk silindrik

menyerupai gelas atau mangkuk dengan bagian dasar cembung. Pada salah satu sisi tepiannya

sering dijumpai saluran terbuka tempat menuangkan cairan. Akibat pembakaran suhu tinggi,

pada bagian luar wadah sering ditemukan konsentrasi lapisan mirip kaca yang berasal dari

lelehan mineral bahan wadah, juga terak-terak logam dari jenis logam yang dicairkan. Pada

wadah pelebur yang apinya disemprotkan dari atas, keadaan semacam ini hanya dapat

Page 68: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 68 Kamus Arkeologi

ditemukan pada permukaan dasarnya bagian dalam; disebut juga kowi, musa, atau tambingka.

(Lihat: Terak)

Waduk, Bangunan air berupa kolam besar yang terjadi akibat pembendungan sungai atau

sumber air lainnya. (Lihat: Bendungan dan Kolam)

Wajra, Alat upacara terbuat dari logam, bertangkai pendek dengan salah satu atau kedua

ujungnya memiliki hiasan menyerupai kelopak bunga meruncing berhelai tiga atau lebih.

Wajra melambangkan kilat dan hanya digunakan oleh penganut agama Buddha aliran

Mahayana. Wajra bisa dikombinasikan dengan bentuk-bentuk lain, misalnya dengan genta

kecil bergagang pendek. Wajra disebut juga bajra. (Lihat: Genta)

Waruga, Sejenis peti kubur yang ditanam dalam posisi tegak. Bentuknya menyerupai kotak

dengan tutup berbentuk limas. Waruga banyak ditemukan di Sulawesi Utara. (Lihat: Kalamba

dan Peti Kubur)

Wayang, Wayang berarti bayang-bayang. Namun, pada perkembangannya wayang diartikan

sebagai cerita berlatar agama Hindu, khususnya Mahabharata dan Ramayana dari India

sebagai model. Wayang diwujudkan dalam berbagai macam bentuk, mulai dari sandiwara

hingga permainan boneka.

Boneka yang terbuat dari kulit tipis dinamakan wayang kulit, sedangkan yang terbuat dari

kayu secara tiga dimensi disebut wayang krucil. Wayang krucil dari segi penampilan mirip

dengan wayang kulit. Seluruh badan boneka digambarkan menyamping dengan

memperlihatkan seluruh unsur tubuh. Unsur yang dapat digerakkan hanya bagian tangan.

Salah satu atau dua-duanya. Kedua wayang ini dimainkan dari balik layar dengan bantuan

penerangan.

Wayang golek adalah bentuk lain dari permainan wayang; unsur bayang-bayang tidak

dominan lagi karena dimainkan pada tempat terbuka. Badan wayang golek dibuat mirip

boneka; pada umumnya secara tiga dimensi tetapi tanpa kaki. Badan, kepala, dan tangannya

dapat digerakkan untuk menghasilkan lebih banyak variasi gerak. Dari bagian pinggang ke

bawah umumnya ditutup kain.

Page 69: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 69 Kamus Arkeologi

Baik wayang kulit, wayang krucil, maupun wayang golek memiliki tangkai panjang berujung

runcing sebagai gagang. Selain untuk dipegang tangkai ini dapat ditancapkan pada media

lunak, biasanya batang pisang, yang menjadi alasnya.

Satu jenis wayang yang tidak menggunakan boneka ialah wayang beber. Bentuknya berupa

gulungan kain yang diberi gambar tokoh-tokoh wayang. Adegannya diurut menurut jalannya

cerita sehingga menyerupai komik. Dalang yang membawakan cerita menunjuk tokoh-tokoh

pada gambar sambil menggulung layar sesuai jalannya cerita.

Sandiwara atau sendratari wayang yang diperankan langsung oleh orang disebut wayang

orang.

Yoni, Landasan lingga yang melambangkan kemaluan wanita (vagina). Pada permukaan yoni

terdapat sebuah lubang berbentuk segi empat di bagian tengah -untuk meletakkan lingga-

yang dihubungkan dengan cerat melalui sebuah saluran air sempit. Cerat hanya terdapat pada

salah satu sisi dan berfungsi sebagai pancuran. Yoni dan lingga biasanya dihubungkan

dengan kehadiran candi. (Lihat: Candi, Lingga, dan Sumuran)

Yupa, Prasasti yang dipahatkan pada batu tegak. (Lihat: Menhir dan Prasasti).

Daftar Tinggalan Sejarah dan Purbakala yang Telah Ditetapkan sebagai Benda Cagar

Budaya/Situs yang Dilindungi UU-RI Nomor 5 Tahun 1992 terdiri atas 749 BCB/Situs

01. Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam berjumlah 9 BCB/Situs.

02. Provinsi Sumatera Utara berjumlah 9 BCB/Situs.

03. Provinsi Riau berjumlah 15 BCB/Situs.

04. Kepulauan Riau berjumlah 15 BCB/Situs.

05. Provinsi Jambi berjumlah 20 BCB/Situs.

06. Provinsi Bengkulu berjumlah 7 BCB/Situs.

07. Provinsi Sumatera Barat berjumlah 78 BCB/Situs.

Page 70: Istilah BCB

Kamus Istilah Benda Cagar Budaya

Page | 70 Kamus Arkeologi

08. Kepulauan Bangka Belitung berjumlah 15 BCB/Situs.

09. Provinsi Sumatera Selatan berjumlah 9 BCB/Situs.

10. Provinsi Lampung berjumlah 7 BCB/Situs.

11. Provinsi Jawa Barat berjumlah 100 BCB/Situs.

12. Provinsi Banten berjumlah 26 BCB/Situs.

13. Provinsi DKI berjumlah 80 BCB/Situs.

14. Provinsi DIY berjumlah 56 BCB/Situs.

15. Provinsi Jawa Tengah berjumlah 72 BCB/Situs.

16. Provinsi Jawa Timur berjumlah 44 BCB/Situs.

17. Provinsi Bali berjumlah 5 BCB/Situs.

18. Provinsi NTB berjumlah 10 BCB/Situs.

19. Provinsi NTT berjumlah 1 BCB/Situs.

20. Provinsi Kalimantan Barat berjumlah 12 BCB/Situs.

21. Provinsi Kalimantan Selatan berjumlah 7 BCB/Situs.

22. Provinsi Kalimantan Tengah berjumlah 3 BCB/Situs.

23. Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 7 BCB/Situs.

24. Provinsi Gorontalo berjumlah 8 BCB/Situs.

25. Provinsi Sulawesi Utara berjumlah 16 BCB/Situs.

26. Provinsi Sulawesi Tenggara berjumlah 5 BCB/Situs.

27. Provinsi Sulawesi Tengah berjumlah 5 BCB/Situs.

28. Provinsi Sulawesi Selatan berjumlah 66 BCB/Situs.

29. Provinsi Maluku berjumlah 14 BCB/Situs.

30. Provinsi Maluku Utara berjumlah 21 BCB/Situs.

31. Provinsi Papua berjumlah 7 BCB/Situs.

(purbakala.net)

Sumber: https://hurahura.wordpress.com/istilah-bcb/ Diakses 26 April 2015: 15:53 WIB