14
KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT B3 DI RUMAH SAKIT TNI ANGKATAN LAUT DR RAMELAN EVALUATION ON HOSPITAL SOLID HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT IN TNI AL Dr RAMELAN HOSPITAL ARDIANSYAH WIDHIATMOKO dan YULINAH TRIHADININGRUM Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya [email protected] ABSTRAK Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr Ramelan adalah rumah sakit pemerintah dengan kualifikasi kelas A. Jumlah pasien yang dirawat pada tahun 2008 adalah sebanyak 24.094 orang yang menghasilkan limbah padat cukup banyak. Hasil pengamatan pengelolaan limbah padat B3 menunjukkan bahwa limbah padat di rumah sakit ini belum terkelola dengan baik. Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 menyebutkan bahwa setiap orang yang menghasilkan limbah B3 harus mengelola limbahnya mulai dari sumber hingga pemusnahannya secara khusus. Saran pengelolaan limbah B3 untuk perbaikan adalah: (i) Limbah B3 harus ditempatkan pada wadah 30 L, terbuat dari HDPE, dan dilengkapi dengan pegas pembuka. (ii) Wadah harus sesuai dengan warna dan simbol yang diatur pada Kepmenkes nomor 1204 tahun 2004. (iii) Pengumpulan limbah B3 harus terpisah dengan limbah padat non B3. Alat pengumpul yang digunakan adalah gerobak dorong dengan volume 400 L. (iv) Alat pengumpul menggunakan gerobak dorong yang terbuat dari metal, berwarna merah, dan dilengkapi dengan simbol limbah B3 campuran. Efisiensi pengumpulan ditentukan dengan 3 trip/shift dengan waktu kerja 8 jam/hari. (v) Pengolahan limbah padat B3 menggunakan insinerator tipe DBC 1.5 dengan suhu 1200 0 C untuk memusnahkan limbah sitotoksis. Estimasi total biaya untuk pengadaan pengelolaan yang dipilih adalah Rp 721.708.800,00 , sedangkan estimasi biaya pengoperasian per bulan membutuhkan biaya sebesar Rp 8.736.996,00. Kata kunci: Limbah Padat B3, Pengelolaan, RSAL Dr Ramelan Abstract TNI Angkatan Laut Dr. Ramelan Hospital is a government hospital with class A qualification. It has various medical facilities. The number of medical patients in 2008 was 24.094, who generated high amount of solid waste. Observation on solid hazardous waste management in this hospital concluded that the solid waste had not been well managed. The Government Decree No. 18/1999 states that every generator of hazardous waste must manage their waste, started from the source to the disposal site. This research evaluated solid hazardous waste management in TNI AL Dr. Ramelan Hospital. The recommended management system is as the following: (i) the hazardous waste should be placed in 30 L container, which is made from HDPE, and equipped with spring opener, (ii) the container should also be equipped with color and symbol according to the Minister of Health Decree No. 1204/ 2004. (iii) hazardous waste should be collected separately from non-medical waste, using a collection cart of 400L capacity. (iv) the cart is made from metal, red painted, and equipped with a symbol of hazardous waste mixture. The collection efficiency is 3 trips/shift, with working duration of 8 hours/day. (iv) the hazardous waste is treated using DBC 1,5 incinerator type, with 1200 0 C temperature for destroying cytotoxic waste. The estimated total cost of this management option is Rp. 721.708.800, whereas the estimated operation cost is Rp.8.736.996,00/month. Keywords : hazardous waste, management, TNI AL Dr Ramelan Hospital 1. Pendahuluan Latar Belakang Marinkovic et al (2007) melakukan survey terhadap sebuah rumah sakit di Kroasia mendapatkan kenyataan bahwa dari 10.064 ton limbah padat per tahun, 86% berupa limbah domestik dan 14% adalah limbah B3. Sementara itu hasil penelitian Djaja (2006) di Indonesia menyebutkan bahwa sebanyak 648 rumah sakit dari 1.476 rumah sakit yang ada, yang memiliki insinerator baru 49%. Padahal menurut Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 setiap orang

ITS Undergraduate 15460 3307100091 Paper

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fhdhh

Citation preview

  • KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT B3 DI RUMAH

    SAKIT TNI ANGKATAN LAUT DR RAMELAN

    EVALUATION ON HOSPITAL SOLID HAZARDOUS WASTE

    MANAGEMENT IN TNI AL Dr RAMELAN HOSPITAL

    ARDIANSYAH WIDHIATMOKO dan YULINAH TRIHADININGRUM

    Jurusan Teknik Lingkungan

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

    [email protected]

    ABSTRAK Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr Ramelan adalah rumah sakit pemerintah dengan kualifikasi kelas A. Jumlah pasien yang dirawat pada tahun 2008 adalah sebanyak 24.094 orang yang menghasilkan limbah padat cukup banyak. Hasil pengamatan pengelolaan limbah padat B3 menunjukkan bahwa limbah padat di rumah sakit ini belum terkelola dengan baik. Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 menyebutkan bahwa setiap orang yang menghasilkan limbah B3 harus mengelola limbahnya mulai dari sumber hingga pemusnahannya secara khusus. Saran pengelolaan limbah B3 untuk perbaikan adalah: (i) Limbah B3 harus ditempatkan pada wadah 30 L, terbuat dari HDPE, dan dilengkapi dengan pegas pembuka. (ii) Wadah harus sesuai dengan warna dan simbol yang diatur pada Kepmenkes nomor 1204 tahun 2004. (iii) Pengumpulan limbah B3 harus terpisah dengan limbah padat non B3. Alat pengumpul yang digunakan adalah gerobak dorong dengan volume 400 L. (iv) Alat pengumpul menggunakan gerobak dorong yang terbuat dari metal, berwarna merah, dan dilengkapi dengan simbol limbah B3 campuran. Efisiensi pengumpulan ditentukan dengan 3 trip/shift dengan waktu kerja 8 jam/hari. (v) Pengolahan limbah padat B3 menggunakan insinerator tipe DBC 1.5 dengan suhu 12000C untuk memusnahkan limbah sitotoksis. Estimasi total biaya untuk pengadaan pengelolaan yang dipilih adalah Rp 721.708.800,00 , sedangkan estimasi biaya pengoperasian per bulan membutuhkan biaya sebesar Rp 8.736.996,00. Kata kunci: Limbah Padat B3, Pengelolaan, RSAL Dr Ramelan

    Abstract TNI Angkatan Laut Dr. Ramelan Hospital is a government hospital with class A qualification. It has various medical facilities. The number of medical patients in 2008 was 24.094, who generated high amount of solid

    waste. Observation on solid hazardous waste management in this hospital concluded that the solid waste had not

    been well managed. The Government Decree No. 18/1999 states that every generator of hazardous waste must

    manage their waste, started from the source to the disposal site. This research evaluated solid hazardous waste

    management in TNI AL Dr. Ramelan Hospital.

    The recommended management system is as the following: (i) the hazardous waste should be placed in 30

    L container, which is made from HDPE, and equipped with spring opener, (ii) the container should also be

    equipped with color and symbol according to the Minister of Health Decree No. 1204/ 2004. (iii) hazardous waste

    should be collected separately from non-medical waste, using a collection cart of 400L capacity. (iv) the cart is

    made from metal, red painted, and equipped with a symbol of hazardous waste mixture. The collection efficiency is

    3 trips/shift, with working duration of 8 hours/day. (iv) the hazardous waste is treated using DBC 1,5 incinerator

    type, with 12000C temperature for destroying cytotoxic waste. The estimated total cost of this management option is

    Rp. 721.708.800, whereas the estimated operation cost is Rp.8.736.996,00/month.

    Keywords : hazardous waste, management, TNI AL Dr Ramelan Hospital

    1. Pendahuluan Latar Belakang

    Marinkovic et al (2007) melakukan survey terhadap sebuah rumah sakit di Kroasia mendapatkan kenyataan bahwa dari 10.064 ton limbah padat per tahun, 86% berupa limbah domestik dan 14% adalah limbah B3. Sementara itu hasil penelitian Djaja (2006) di Indonesia menyebutkan bahwa sebanyak 648 rumah sakit dari 1.476 rumah sakit yang ada, yang memiliki insinerator baru 49%. Padahal menurut Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 setiap orang

  • yang menghasilkan limbah B3 harus mengelola limbahnya mulai dari sumber penghasil hingga pemusnahannya.

    Hasil pengamatan pengelolaan limbah padat B3 di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr Ramelan menunjukkan bahwa limbah padat B3 di rumah sakit tersebut belum terkelola dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa limbah B3 pengelolaannya masih tercampur dengan limbah padat non B3 dari sistem pewadahan hingga pengolahan. Wadah hanya terpisah antara limbah medis dan non medis. Alat pengumpul berupa gerobak kuning tanpa tutup. Wadah dan alat pengumpul ini belum sesuai dengan Kepmenkes 1204 tahun 2004, sehingga Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr Ramelan Surabaya harus melakukan pengelolaan limbah padat B3 ini secara khusus dan sesuai dengan peraturan yang ada. Perumusan Masalah

    Dari latar belakang permasalahan di dapatkan suatu perumusan masalah yaitu pengelolaan limbah padat B3 yang sesuai dengan peraturan yang berlaku serta biaya yang dibutuhkan untuk penerapan strategi tersebut di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr Ramelan Surabaya Tujuan

    Tujuan dari tugas akhir ini adalah menyusun pengelolaan limbah padat B3 yang sesuai dengan peraturan yang berlaku termasuk biaya yang dibutuhkan untuk penerapan strategi tersebut di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr Ramelan Surabaya.

    Landasan Teori

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 menyebutkan bahwa Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain;

    Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian (Bapedal, 1995).

    Dalam Paramitha (2007) menurut Departemen Kesehatan RI, berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, limbah medis telah digolongkan sebagai berikut: 1. Limbah benda tajam yaitu objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian

    yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet parteur, pecahan gelas, dan pisau bedah

    2. Limbah infeksius yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

    3. Limbah jaringan tubuh yang meliputi organ, anggota badan, darah, dan cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi

    4. Limbah sitotoksik yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sittoksik

    5. Limbah farmasi yaitu terdiri dari obat-obatan kadaluarsa, obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah dari proses produksi obat

    6. Limbah Kimia yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinary, laboratorium, proses sterilisasi atau riset. Dalam hal ini dibedakan dengan buangan kimia yang termasuk dalam limbah farmasi dan sitotoksik

    7. Limbah Radioaktif yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionuklida. Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan,

    pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3 Pengelolaan

  • limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai fungsinya kembali. (Anonim, 1999). Reduksi limbah B3 dapat dilakukan melalui upaya menyempurnakan penyimpanan bahan baku dalam kegiatan proses (house keeping), substitusi bahan, modifikasi proses, serta upaya reduksi limbah B3 lainnya. (Anonim, 1999). Setiap kemasan limbah B3 wajib diberi simbol dan label yang menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3. Yang dimaksud dengan kemasan adalah tempat/wadah untuk menyimpan, mengangkut dan mengumpulkan limbah B3. Simbol adalah gambar yang menyatakan karakteristik limbah B3. Label adalah tulisan yang menunjukkan antara lain karakteristik, jenis limbah B3. (Anonim, 1999). Dalam melaksanakan kegiatanya, pengangkut tidak diperkenankan untuk limbah B-3 tanpa disertai dokumen lengkap mengenai limbah yang akan diangkut. Sebelum dilakukan pengangkutan, pengangkut harus menandatangani dokumen tersebut dan menyerahkan 1 copy kepada penghasil limbah. Dokumen tersebut harus menyertai limbah ke tempat yang dituju (Bapedal, 1995). Menurut Wentz (1995) ,tujuan dari pengolahan limbah B3 adalah menurunkan kadar kontaminan yang terdapat dalam limbah, sehingga kualitas limbah mendekati tingkat kelayakan untuk dibuang ke lingkungan. Hal ini penting dilakukan sebelum pengelolaan limbah adalah mereduksi volume limbah agar biaya pengolahan dapat ditekan. Berdasarkan BAPEDAL (1995) penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) harus dilakukan secara tepat, baik tempat, tata cara maupun persyaratannya. Walaupun limbah B3 yang akan ditimbun tersebut sudah diolah (secara fisika, kimia, dan biologi) sebelumnya, tetapi limbah B3 tersebut masih dapat berpotensi mencemari lingkungan dari timbulan lindinya. 2. Gambaran Umum Rumah Sakit TNI AL Dr Ramelan

    Pada tahun 1962 1970 dilakukan peresmian RSAL Wonocolo oleh Panglima Kodamar dan dimulai kegiatan Penelitian Bawah Air bersama Fakultas Kedokteran Unair. Selain mendukung Operasi TNI AL juga digunakan untuk mendukung kesehatan anggota TNI beserta keluarganya, berdasarkan surat keputusan kasal nomor : skep/ 5401.2/ ii/ 1974 tanggal 20 pebruari 1974 tentang pemberian nama kepada R.S.A.L. surabaya menjadi Rumkital Dr. Ramelan

    Rumkital Dr Ramelan beralamat di Jalan Gadung No 1 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, memiliki luas tanah sebesar 208.250 m2, dan luas gedung sebesar 85.185 m2,

    Rumkital Dr Ramelan sebagai Rumah sakit kelas A memilik berbagai fasilitas

    pelayan.Menurut Anonim (2010) fasilitas pelayanan dalam Rumkital Dr Ramelan antara lain adalah sebagai berikut:

    1. Fasilitas Pelayanan Gawat Darurat 2. Fasilitas Rawat Jalan 3. Fasilitas Rawat Inap

  • 4. Fasilitas Penunjang Medis 5. Fasilitas Medical Check Up 6. Fasilitas Bedah

    Data statistik rumah sakit ini berdasarkan pada data yang diambil pada tahun 2008, antara lin sebagai berikut:

    1. Angka pemanfaatan tempat tidur (BOR) : 51% 2. Lama hari perawatan (LOS) : 6 hari 3. Jumlah pasien rawat inap pada tahun 2008: 24.094 orang 4. Jumlah kunjungan rawat jalan rata-rata :1.644 orang/hari 5. Jumlah kunjungan di UGD rata-rata/hari :120 orang

    3. Metodologi Metodologi penelitian adalah langkah-langkah teknis yang akan dilakukan selama

    penelitian. Dalam metodologi penelitian ini akan dibahas tentang alat, bahan, dan metode yang akan dilakukan selama penelitian serta dilengkapi dengan kisaran waktunya yang dipakai. Langkah-langkah penelitian dimulai dengan munculnya ide penelitian, studi literatur, persiapan penelitian, penentuan variabel, analisa dan pembahasan, hingga kesimpulan.

    STUDI LITERATUR

    - Limbah Rumah Sakit - Identifikasi Limbah B3 - Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 tentang

    Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun - Peraturan Pemerintah No 85 Tahun 1999 tentang Perubahan

    Atas Peraturan No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

    - Keputusan Menteri Kesehatan RI 1204 / MENKES /SK /X /2004 tentang Prasyarat Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

    - Desain Pengelolaan Limbah B3

    PERUMUSAN MASALAH

    PENGAMBILAN DATA

    IDE PENELITIAN

    Evaluasi Pengelolaan Limbah padat B3 di Rumah Sakit

    TNI AL Dr Ramelan

    A

  • A

    EVALUASI KONDISI

    - Pengelolaan Limbah padat B3 di tempat - Reduksi limbah B3 - Pengemasan limbah B3 - Pengumpulan Limbah B3

    - Pengolahan dan Pemusnahan Limbah padat B3 - Pengolahan limbah B3 - Pembuangan/pemusnahan limbah B3

    Data Primer

    Sumber limbah padat B3 rumah sakit

    Jumlah timbulan limbah padat B3 rumah sakit

    Jenis limbah padat B3 rumah sakit

    Kondisi pengelolaan Limbah B3 di Lapangan - Pewadahan - Penyimpanan - Pengumpulan - Pengolahan - Pemusnahan/penimbunan

    Data Sekunder:

    Jumlah Kamar di Rumah Sakit.

    Fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit

    Kondisi pengelolaan limbah B3 yang sudah dilaksanakan

    Struktur Organisasi

    Denah Rumah Sakit

    Spesifikasi Alat Pengolahan

    B

  • 4. Hasil dan Pembahasan Jumlah Timbulan Limbah Padat B3 Rumkital Dr Ramelan

    Pengukuran terhadap jumlah limbah padat B3 Rumkital Dr Ramelan dilakukan dengan pengambilan sampel selama 8 hari yaitu pada tanggal 30 September 2010 sampai dengan tanggal 7 Oktober 2010. Pengukuran dilakukan pada masing-masing sumber-sumber limbah padat B3 adalah sebagai berikut:

    a. Unit Laboratorium b. Ruang Operasi c. Unit Patologi d. Apotek e. Ruang Unit Gawat Darurat

    Pengambilan sampel limbah padat B3 juga dilakukan pada ruang rawat inap yang dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2010 sampai tanggal 17 Oktober 2010. Ruang rawat inap Rumkital Dr Ramelan dibedakan dalam beberapa kelas yaitu:

    a. Kelas VIP sebanyak 10 tempat tidur b. Kelas Utama sebanyak 22 tempat tidur c. Kelas I sebanyak 59 tempat tidur d. Kelas II sebanyak 137 tempat tidur e. Kelas III sebanyak 342 tempat tidur

    Pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan SNI 19-3964-1995 tentang Metoda Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Pengukuran ini dilakukan untuk menentukan nilai berat total, densitas dan volume untuk tiap komposisi limbah padat B3 di Rumkital Dr Ramelan.

    Menurut Direktorat Jendral PPM dan PL Departemen Kesehatan RI (2004), limbah Padat B3 rumah sakit memiliki 7 komposisi limbah padat B3 yaitu

    a. Limbah infeksius b. Limbah patologi c. Limbah benda tajam

    B

    SESUAI DENGAN PERATURAN

    Perbaikan dan penyempurnaan pengelolaan limbah padat B3 perencanaan yang akan datang

    TIDAK SESUAI DENGAN

    PERATURAN

    Strategi pengelolaan limbah padat B3 sesuai dengan peraturan yang ada.

    ANALISA TEKNIS DAN

    EKONOMIS

    KESIMPULAN DAN SARAN

  • d. Limbah farmasi e. Limbah sitotoksis f. Limbah kimia g. Limbah kandungan logam berat h. Wadah bertekanan

    Timbulan total limbah padat B3 didapatkan dengan melakukan penjumlahan terhadap berat dan volume limbah padat B3 pada setiap sumber untuk setiap komposisi limbah padat. Hasil perhitungan berat dan volume total limbah padat B3 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini

    Tabel 5.83 Hasil Perhitungan Berat dan Volume Limbah Padat B3 Rumkital Dr

    Ramelan

    Sumber Limbah Padat B3 Berat Rata-

    Rata (kg/hari)

    Berat Maksimal (kg/hari)

    Volume Rata-Rata

    (L/hari

    Volume Maksimal (L/hari)

    Limbah Infeksius

    Unit Laboratorium 4.08 5.30 22.00 28.00 Ruang Operasi 8.00 10.6 31.3 60.00 Unit Patologi 0.98 1.50 10.00 13.60 Unit Gawat Darurat 4.81 7.50 22.95 28.80 Ruang Inap Kelas VIP 0.11 0.14 3.60 5.20 Ruang Inap Kelas Utama 0.46 0.60 12.65 17.20 Ruang Inap Kelas I 0.83 0.98 20.95 23.20 Ruang Inap Kelas II 1.12 1.22 27.55 30.80 Ruang Inap Kelas III 1.70 1.84 48.28 53.60 Total Limbah Infeksius 22.09 29.68 199.28 260.40

    Limbah Benda Tajam

    Unit Laboratorium 6.84 9.20 24.75 28.00 Ruang Operasi 3.53 6.00 19.50 28.00 Unit Patologi 0.80 0.80 9.80 17.20 Unit Gawat Darurat 1.66 2.40 12.25 15.6 Ruang Inap Kelas VIP 0.14 0.18 4.20 4.40 Ruang Inap Kelas Utama 0.51 0.60 10.00 10.8 Ruang Inap Kelas I 0.94 0.96 17.15 18.4 Ruang Inap Kelas II 1.42 1.42 26.30 29.2 Ruang Inap Kelas III 1.95 2.12 43.25 57.2 Total Limbah Benda

    Tajam 17.79 23.68 167.20 208.80 Limbah Patologi

    Unit Laboratorium 2.66 3.50 16.35 20.00 Ruang Operasi 5.73 10.70 25.00 60.00 Unit Patologi 5.05 6.80 21.02 25.20 Total Limbah patologi 13.44 21.00 62.37 105.2

    Limbah Sitotoksis

    Unit Laboratorium 3.56 5.40 19.13 24.00 Ruang Operasi 2.46 3.20 16.50 24.00 Total Limbah sitotoksis 6.02 8.60 35.63 48.00

  • Sumber Limbah Padat B3 Berat Rata-

    Rata (kg/hari)

    Berat Maksimal (kg/hari)

    Volume Rata-Rata

    (L/hari

    Volume Maksimal (L/hari)

    Limbah Farmasi

    Apotek 1.35 2.40 11.88 17.44 Unit Gawat Darurat 0.48 0.60 6.55 8.80 Ruang Inap Kelas VIP 0.09 0.12 3.55 4.80 Ruang Inap Kelas Utama 0.35 0.44 12.30 14.80 Ruang Inap Kelas I 0.50 0.58 17.75 22.40 Ruang Inap Kelas II 0.62 0.84 21.85 24.80 Ruang Inap Kelas III 0.83 1.04 27.33 35.20 Total Limbah farmasi 4.22 6.02 101.21 128.24

    Limbah Kimia

    Unit Laboratorium 3.46 4.20 20.25 24.00 Ruang Operasi 2.21 3.60 16.86 22.00 Unit Patologi 0.78 1.30 3.95 10.80 Unit Gawat Darurat 0.26 0.40 4.10 7.20 Total Limbah kimia 6.71 9.50 45.16 64.00 Total Limbah Padat B3 70.27 98.48 610.85 814,64

    Hasil perhitungan didapatkan bahwa limbah padat B3 Rumkital Dr Ramelan yang

    terbesar yaitu berupa limbah infeksius dengan berat total 22,09 kg/hari dan volume total 260,4 L/hari. Analisis Kondisi Pengelolaan Limbah Padat B3 Rumkital Dr Ramelan

    Dalam sub bab ini dijelaskan tentang kondisi pengelolaan limbah B3 saat ini yang digunakan sebagai bahan evaluasi pengelolaan lombah padat B3 yang sesuai untuk rumah sakit. Pengelolaan ini antara lain berupa reduksi, pewadahan, pengumpulan, pengolahan, dan penimbunan. Sistem analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan sistem pengelolaan Rumkital Dr Ramelan dengan sistem pengelolaan yang seharusnya sesuai dengan peraturan yang ada.

    Hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan di Rumkital Dr Ramelan ditemukan bahwa belum terjadi upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3, menurut SOP Rumkital Dr Ramelan (2008) dituliskan bahwa limbah medis dalam hal ini dapat dikatakan sebagai limbah padat B3 harus terpisah dengan limbah non medis, akan tetapi dalam penanganannya limbah padat medis dan non medis dalam penanganannya belum terpisah seutuhnya sehingga menyebabkan limbah padat non medis yang seharusnya non B3 menjadi B3.

    Berdasarkan Direktorat Jendral PPM dan PL Departemen Kesehatan RI (2004), rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dari sumber limbah, sehingga Rumkital Dr Ramelan memerlukan suatu upaya mereduksi limbah mulai dari sumbernya.

    Pewadahan limbah padat medis telah diatur dalam SOP Rumkital Dr Ramelan (2008) tentang penanganan sampah disebutkan bahwa sampah padat dipilah berdasarkan jenisnya yaitu limbah medis dan non medis. Jenis sampah yang termasuk limbah medis dan non medis

    Berdasarkan Direktorat Jendral PPM dan PL Departemen Kesehatan RI (2004), pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah. Sistem pewadahan harus terpilah antara jenis-jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah container bertekanan, dan limbah logam berat tinggi.

  • Sampah medis Rumkital Dr Ramelan sesuai dengan SOP Rumkital Dr Ramelan dikumpulkan dan kemudian dimusnahkan ke dalam insenerator pada waktu-waktu sebagai berikut:

    pagi hari : pukul 06.00 Sore hari : pukul 13.00 Hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan bahwa pengambilan yang dilakukan

    pukul 06.00 dan pukul 13.00 tidak dilaksanakan sebagai mestinya. Pada pukul 13.00 kadang tidak dilakukan pengumpulan sehingga pada pukul 06.00 terjadi akumulasi limbah padat B3.

    Alat pengumpulan yang digunakan adalah troli terbuka yang terbuat dari besi dengan volume 400 L. Sistem pengangkutan limbah medis dan limbah non medis diletakkan dalam satu alat pengangkut dengan petugas yang sama. Petugas hanya mengambil isi dari plastik yang melapisi wadah karena ada kebijakan dari rumah sakit untuk menghemat plastik. Kebijakan ini membuat kondisi dalam alat angkut terjadi percampuran antara limbah padat medis dan limbah padat non medis.

    Alat pelindung yang digunakan sudah sesuai dengan Kepmenkes 1204 tahun 2004. Akan tetapi berdasarkan pengamatan petugas yang bertugas hanya menggunakan topi, masker, pakaian panjang, dan pelindung kaki. Masker dan sarung tangan khusus hanya digunakan saat ingat saja.

    Pengolahan limbah padat B3 Rumkital Dr Ramelan menggunakan incinerator. Kondisi dari insinerator tidak terlalu baik karena sudah tidak ada pengatur suhu pada alat insenerator sehingga suhu pada saat pembakaran bisa saja kurang dari 10000C. Pembakaran di lapangan tidak dilakukan pemanasan terlebih dahulu pada beberapa waktu awal sehingga suhu insinerator yang digunakan akan kurang dari 10000C. Berdasarkan Direktorat Jendral PPM dan PL Departemen Kesehatan RI (2004), rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam dan suhu untuk pengolahan limbah medis seharusnya memiliki suhu minimal sebesar 1.2000C. Perencanaan Strategi Pengelolaan Limbah Padat B3 di Rumkital Dr Ramelan

    Perencanaan strategi pengelolaan ini antara lain berisi tentang sistem pewadahan, sistem pengumpulan, sistem pengolahan, dan sistem pemusnahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada subbab dibawah ini. Sistem Pewadahan

    Pewadahan yang direncanakan adalah dengan menggunakan wadah yang terpisah antara komponen limbah yang ada, komponen limbah ini antara lain adalah limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimia, limbah logam berat tinggi , dan limbah wadah bertekanan.

    Sistem pewadahan harus memperhatikan kemudahan dalam sistem pengumpulan. Sistem pewadahan di Rumkital Dr Ramelan sebaiknya diberi tempat pengumpulan limbah padat B3 yang terletak diluar ruang penghasil limbah B3. Sistem pewadahan untuk mengumpulkan limbah padat B3 di Rumkital Dr Ramelan menggunakan wadah dengan volume 120 L. Sistem pewadahan yang diterapkan memiliki karakteristik pada Tabel dibawah ini.

    Tabel 5.89 Karakteristik Wadah Limbah Padat B3 Rumkital Dr Ramelan

    Karakteristik Wadah 30 L Wadah 120 L

    Dimensi Wadah

    p = 28 cm P = 45 cm l = 28 cm t = 47,5 cm

    l = 45 cm t = 63 cm

  • Bentuk Wadah

    Wadah sampah berbentuk persegi panjang dengan pegas pembuka, dan untuk wadah benda tajam menggunakan tutup geser

    Wadah sampah berbentuk persegi panjang dengan penutup diatasnya

    Jenis Wadah

    - Terbuat dari fiberglass - Terbuat dari plastik HDPE

    - Anti tusuk - Anti tusuk - Anti bocor - Anti bocor - Tidak mudah terbuka - Mudah dipindahkan

    Lokasi Dalam ruangan Luar ruangan

    Sistem Pengumpulan

    Strategi Pengumpulan

    Pengumpulan limbah medis Rumkital Dr Ramelan direncanakan dengan menggunakan Sistem Kontainer Tetap (Stationary Container System/SCS). Alat angkut yang digunakan memiliki volume yang sama dengan alat pengumpul sebelumnya. Alat angkut yang digunakan yaitu berupa gerobak dorong tertutup bervolume 400 L yang terbuat dari besi.

    Tabel Total Limbah Padat B3 Rumah Sakit TNI AL Dr Ramelan

    Sumber Limbah Padat B3

    Volume Limbah Padat B3 (L/hari) untuk Limbah

    Jumlah wadah (buah)

    Volume Rata-rata tiap

    Wadah (L)

    Volume wadah

    (L)

    % pe makai

    an Infek sius

    Benda tajam

    Farma si

    Sito toksis

    Kimia Pato logi

    Laboratorium 28.00 28.00 - 24.00 24.00 20.00 5 24.80 30.00 0.83 Ruang operasi 60.00 28.00 - 24.00 22.00 60.00 7 27.71 30.00 0.92 Apotek - - 17.14 - - - 1 17.14 30.00 0.57 Unit patologi 13.60 17.20 - - 11.20 25.20 4 16.80 30.00 0.56 Unit gawat darurat 28.80 15.60 8.80 - 7.20 - 4 15.10 30.00 0.50 Unit rawat inap

    - Kelas VIP 5.20 4.40 4.80 - - - 3 4.80 30.00 0.16 - Kelas utama 17.20 10.80 14.80 - - - 3 14.27 30.00 0.48 - Kelas I 23.20 18.40 22.40 - - - 9 7.11 30.00 0.24 - Kelas II 30.80 29.20 24.80 - - - 18 4.71 30.00 0.16 - Kelas III 53.60 57.20 35.20 - - - 42 3.48 30.00 0.12

    Faktor pemakaian wadah 0.45

    Pengumpulan limbah padat B3 Rumkital Dr Ramelan dibutuhkan 3 trip/shift dengan waktu 1,74 jam/trip. Pengumpulan limbah padat B3 Rumkital Dr Ramelan dilakukan dengan 2 shift/hari sehingga total trip dalam 1 hari adalah sebanyak 6 trip/hari. Shift 1 dilakukan pada pukul 05.30-09.30 dan shift 2 dilakukan pada pukul 13.00-17.00. Dengan jam kerja yang ada dapat dilakukan 4,5 trip/hari. Jumlah gerobak yang dibutuhkan sebanyak 2 buah sesuai dengan jumlah petugas pengumpul dan dengan 1 gerobak

  • cadangan dan 1 petugas cadangan. Petugas pengumpul harus sudah mendapatkan pelatihan dalam penanganan limbah padat B3 dan mematuhi SOP. Pengumpulan yang dilakukan secara bergantian apabila petugas 1 pada saat shift 1 mengambil limbah padat B3 sebanyak 2 trip, maka pada shift 2 petugas hanya mengambil limbah padat B3 sebanyak 1 trip saja. Gerobak dorong diberi warna merah dan diberi simbol limbah B3 campuran dibawah ini

    Gambar Simbol Limbah Campuran Sistem Pengolahan

    Menurut Direktorat Jendral PPM dan PL Departemen Kesehatan RI (2004), limbah padat B3 tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik. Cara dan teknologi atau pemusnahan limbah padat B3 sesuai dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah padat B3 yang ada, dengan pembakaran menggunakan insinerator. Sistem pengolahan yang disarankan yaitu dengan insinerator yang sudah ada akan tetapi perlu adanya modifikasi terhadap suhu insinerator menjadi 12000C sehingga dapat memusnahkan semua limbah padat B3 yang ada di Rumkital Dr Ramelan atau dengan menggunakan insinerator dengan spesifikasi sebagai berikut

    1. Jenis : Insinerator DBC 1.5 2. Dimensi : Panjang 250 cm lebar 165 cm tinggi 160 cm 3. Suhu : 7000 C 12000 C 4. Panjang cerobong : 7 m 5. Kapasitas ruang bakar : 1,5 m3 6. Bahan bakar kerosis/diesel 7. Konsumsi bahan bakar 16-17 l / jam 8. Burner : G 10 dan G 20 type Riello 9. Blower 1 buah 10. Filter jenis water spray

    Gambar Insinerator DBC 1,5

  • Total Biaya Strategi Perencanaan Pengelolaan Limbah Padat B3

    Total biaya strategi yang di dapatkan ada dua macam yaitu biaya pengadaan dan biaya operasional. Total biaya pengadaan perencanaan pengelolaan limbah padat B3 Rumkital Dr Ramelan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini

    Total Biaya Pengadaan Perencanaan Pengelolaan Limbah Padat B3

    Aspek Biaya Total Biaya

    (Rp) Pengadaan wadah 19.008.000 Pengadaan alat pengumpul 2.700.800 Pengadaan Insinerator 700.000.000 Total biaya 721.708.800

    Hasil perhitungan didapatkan total biaya pengadaan adalah Rp 730.445.796,00, sedangkan untuk total biaya operasional setiap bulan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

    Total Biaya Pengoperasian Strategi Perencanaan Pengelolaan Limbah Padat B3

    Aspek Biaya Total Biaya

    (Rp) Biaya Operasional 5.550.000 Biaya Perawatan 3.186.996 Total biaya 8.736.996

    Hasil perhitungan didapatkan total biaya operasional adalah Rp 8.736.996,00. 5. Kesimpulan dan Rekomendasi

    Kesimpulan yang didapatkan dari pembahasan pengelolaan limbah padat B3 Rumkital Dr Ramelan adalah sebagai berikut: 1. Timbulan limbah padat B3 di Rumkital Dr Ramelan adalah limbah infeksius (22,09

    kg/hari), limbah benda tajam (17,79 kg/hari), limbah patologi (13,44 kg/hari), limbah sitotoksis (6,02 kg/hari), limbah farmasi (4,22 kg/hari), dan limbah kimia (6,71 kg/hari).

    2. Pengelolaan limbah padat B3 di Rumkital Dr Ramelan belum sesuai dengan Keputusan Menteri Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

    3. Timbulan limbah padat B3 terbesar dihasilkan oleh Ruang Operasi Rumkital Dr Ramelan dengan timbulan rata-rata 21,93 kg/hari dengan volume 109,16 L/hari.

    4. Komposisi limbah padat B3 terbesar yang dihasilkan di Rumkital Dr Ramelan adalah limbah infeksius dengan timbulan rata-rata sebesar 22,09 kg/hari.

    5. Strategi pengelolaan yang disarankan adalah pemisahan limbah padat B3 mulai dari sumber hingga ke insinerator. Pewadahan dan pengumpulan dilakukan terpisah dengan alat tersendiri.

    6. Pewadahan yang disarankan menggunakan simbol dan warna yang sesuai dengan Keputusan Menteri Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

    7. Pewadahan dilakukan secara terpisah mulai dari sumber. Limbah padat B3 yang dihasilkan Rukital Dr Ramelan adalah limbah infeksius, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah benda tajam, limbah patologi, dan limbah kimia

    8. Pengumpulan limbah padat B3 menggunakan gerobak berwarna merah dengan simbol. Petugas yang dibutuhkan sebanyak 2 petugas dengan 2 gerobak dorong.

  • 9. Untuk meningkatkan efisiensi pengumpulan maka pengumpulan dilakukan 3 trip/shift dengan waktu kerja 8 jam/hari

    10. Perlu adanya pengarahan atau peraturan terhadap pasien dalam membuang limbah padat B3, karena ditemukan timbulan limbah padat B3 di rauang rawat inap sebesar 0,8 % dalam limbah padat non B3

    11. Biaya yang dibutuhkan dalam pengadaan strategi yang disarankan adalah Rp 721.708.800,00

    12. Biaya yang dibutuhkan dalam pengoperasian strategi yang disarankan adalah Rp 8.736.996,00 Rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

    1. Perlu adanya penerapan strategi pengelolaan limbah padat B3 di Rumkital Dr Ramelan, karena pengelolaan limbah padat B3 yang ada belum sesuai dengan peraturan yang ada.

    2. Perlu adanya kajian terhadap insinerator yang ditawarkan dan jumlah oksigen yang diperlukan dalam melakukan pembakaran sempurna

    3. Perlu adanya perhitungan jumlah abu sisa insinerator yang dihasilkan untuk menghitung jumlah drum dan luas tempat penyimpanan yang dibutuhkan

    6. Daftar Pustaka

    Anonim, 1999. Peraturan Pemerintahan RI No. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. .Jakarta

    Anonim, 1999. Peraturan Pemerintahan RI No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintahan RI No. 18/1999 tentang pengelolaan Limbah

    Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta

    Anonim, 2007. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit akan (Perlu) Diawasi. (URL:http://technologyindonesia.com/pengelolaanlimbahrumahsakit.html). Diakses : 5 Agustus 2010

    Aqarwal, A.K. 2005. Limbah Medis: Batasan. School of health Sciences. Indira Gandhi National Open University, New Delhi.

    Askarian, M., Vakili, M., Kabir, G. 2004. Result of a hospital waste survey in private hospital in Fars province, Iran. Waste Management 24 (2004) 347 352. journal homepage: www.elsevier.com/locate/wasman. Diakses : 10 Agustus 2010

    BAPEDAL, 1995. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-01/BAPEDAL/09/1995 tentang tata-cara dan persyaratan teknis penyimpanan teknis penyimpanan dan

    pengumpulan limbah B3

    BAPEDAL, 1995. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

    BAPEDAL, 1995. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Persyaratan Teknis Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan

    Lokasi Bekas Pengolahan, Dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Bahan

    Berbahaya dan Beracun.

    BAPEDAL. 1995. Keputusan Kepala Bapedal No Kep-05/BAPEDAL/09/1995 tentang tata cara pemberian label dan symbol limbah B3.

    Departemen Pekerjaan Umum. 1995. SNI 19-3964-1995 tentang Metoda Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Yayasan LPMB. Bandung

  • Direktorat Jendral PPM dan PL Departemen Kesehatan RI. 1996. Pedoman Teknis Pengelolaan Limbah Klinis dan Disinfeksi & Sterilisasi di Rumah Sakit.

    Departemen Kesehatan, Jakarta

    Direktorat Jendral PPM dan PL Departemen Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 228/MENKES/SK/III/2002 tentang

    Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang Wajib

    Dilaksanakan Daerah. Departemen Kesehatan, Jakarta Direktorat Jendral PPM dan PL Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Sanitasi

    Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta. Bakti Husada Direktorat Jendral PPM dan PL Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri

    Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang

    Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Departemen Kesehatan, Jakarta

    Ditjen Pelayanan Medik & Ditjen Instalasi Medik. 1993. Pedoman Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit. Departemen Kesehatan, Jakarta

    Djaja.I.M dan Dwi Maniksulistya. 2006. Gambaran Pengelolaan Limbah Cair Di Rumah Sakit X Jakarta Februari 2006. Makara Kesehatan, VOL. 10, NO. 2, Desember 2006: 60-63

    Djunaedi, H. 2007. Kajian Efektivitas Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit (Studi Kasus Rumah Sakit di Wilayah DKI Jakarta). Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana IPB, Bogor.

    Hasyim, H. 2005. Manajemen Hiperkes Dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (Tinjauan Kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di institute Sarana

    Kesehatan). Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Vol.08/No.02/Juni/2005 61-65

    LaGrega, M.D., P.L. Buckingham, dan J.C.Evans, 1994. Hazardous waste management. McGraw-Hill International Editions, New York

    Marinkovic, N., Vitale, K., Holcer, N.J., Dzakula, A., Pavic, T. 2007. Management of hazardous medical waste in Croatia. Waste Management 28 (2008) 1049 1056. journal homepage: www.elsevier.com/locate/wasman. Diakses : 2 Agustus 2010

    Paramita, N. 2007. Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Jurnal Presipitasi Vol. 2 No.1 Maret 2007, ISSN 1907-187X

    Pristiyanto, D. 2000. Berita Lingkungan : Limbah Rumah Sakit Mengandung Bahan Beracun Berbahaya. (URL://kompas.com/ kompas-cetak/ 0005 /13 /IPTEK /limb10 .html). Diakses: 2 Agustus 2010.

    Sawalem M., Selic E., Herbell J.D. 2009. Hospital waste management in Libya : A case study. Waste Management 29 (2009) 1370 1375. journal homepage : www .elsevier.com/locate/wasman. Diakses : 10 Agustus 2010

    SOP. 2008. Standard Operating Procedure Penanganan Limbah Padat (Sampah). Bagian Urusan Dalam Rumkital Dr Ramelan Surabaya

    Tsakona, M., Anagnostopoulou, E., Gidarakos, E. 2007. Hospital waste management and toxicity evaluation: A case study. Waste Management 27 (2007) 912 920. journal homepage: www.elsevier.com/locate/wasman. Diakses : 2 Agustus 2010

    Wentz, C.A., 1995. Hazardous Waste Management. Mc Graw-Hill Inc., New York

    Visvanathan C., 1996. Hazardous Waste Disposal. Resource, Conservation, and Recycling 16 (1996) 201-212. journalhomepage: www .elsevier.com/locate /resourcesconservationandrecycling. Diakses : 10 Agustus 2010