ITS Undergraduate 17691 Paper 970429

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Paper

Citation preview

  • 1

    Analisa Pengaruh Penambahan Stern Flap Pada Kapal Planing Hull Dalam Usaha Untuk

    Menguranggi Tahanan Kapal

    Dosen Pembimbing : Irfan Syarif Arief ST.,MT. (1969 1225 1997 02 1001)

    Dosen Pembimbing : Edi Jatmiko ST.,MT. (1978 0706 2008 01 1012)

    Mahasiswa Pelaksana : M. Novan H.A (42 06 100 040)

    Jurusan Teknik Sistem Perkapalan - Fakultas Teknologi Kelautan

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember

    Surabaya, 2011

    Abstrak

    Seorang Marine Engginer mempunyai tanggung jawab untuk ikut serta dalam usaha

    memerangi krisis energy saat ini. Pada dasarnya system propulsi pada kapal yang terdiri dari

    propulsor, power plant dan ship hull diusahakan seeffisien mungkin, sehingga kebutuhan energy untuk

    propulsi kapal sekecil mungkin. Hal ini tengah menjadi tujuan utama dalam usaha untuk menggurangi

    pemakaian energy disaat krisis energy melanda dunia. Penghematan pemakaian bahan bakar dan

    energy pada kapal dapat dilakukan dengan cara perancangan yang tepat pada hidrodinamis dan

    propulsinya.

    Pemakaian bahan bakar tidak akan lepas dari dunia perkapalan. Dan disaat krisis energi

    saat ini, perlu adanya suatu inovasi atau usaha yang perlu dikembangkan. Oleh karena itu dalam

    penelitian Analisa Pengaruh Penambahan Stern Flap Pada Kapal Planing Hull Dalam Usaha

    Untuk Menguranggi Tahanan Kapal. Peneliti berusaha untuk melakukan study ilmiah tentang

    penambahan stern flap yang dikatakan dapat memberi pengaruh dalam mengurangi tahanan kapal

    berkurangnya tahanan dari kapal, diharapkan dapat menggurangi pemakaian bahan bakar sehingga

    dapat menjadi salah satu inovasi dalam usaha memerangi global warming.

    Dari hasil analisa yang telah dilakukan menunjukan dengan adanya penambahan stern flap

    dapat mengurangi besarnya tahanan pada kapal planning hull. Hasi paling besar didapatkan pada

    model stern flap dengan panjang chord 2.5% Lpp, 100% B, dan sudut flap 0. Hasil analisa

    menunjukkan pengurangan paling besar 2.70 % pada kecepatan 30 knot, dan rata-rata pengurangan

    sebesar 2.40%.

    Keyword : Marine Engginer, krisis energi, stren flap, tahanan, planning hull.

    1.1. Latar Belakang

    Disaat seluruh dunia mengalami isu akan

    energi berbagai cara dilakukan untuk

    menggurangi pemakaian energi. Penggunaan

    energi memang tidak bisa dipisahkan dalam

    dunia industry perkapalan. Didunia perkapalan

    sendiri telah banyak perkembangan yang telah

    dilakukan untuk menangapi masalah itu. Para

    enginer belomba-lomba untuk melakukan suatu

    terobosan yang diharapkan dapat salah satu cara

    untuk memeranginya. Keinginan untuk

    meningkatkan efisiensi propulsi karena tingginya

    biaya bahan bakar untuk operasional sebuah

    kapal mempunyai pengaruh yang sangat besar

    dalam perencanaan sebuah kapal. Meskipun

    harga harga minyak saat ini lebih rendah dari

    tahun lalu, namun masih ada perkiraan bahwa

    harga itu akan kembali naik ke tingkat yang lebih

    tinggi dimasa depan. Karena itu keinginan untuk

    menghemat masih sangat tinggi dan tetap

    mengusahakan setiap cara yang memungkinkan

    untuk menurunkan biaya operasional bahan

    bakar.

  • 2

    Salah satu hal yang paling berpengaruh

    dalam pemakaian energi dari kapal adalah

    tahanan kapal tersebut. Seperti yang telah kita

    ketahui kapal merupakan benda yang komplek

    dan rumit, dikarenakan kapal dapat bergerak

    dengan kecepatan tertentu di melalui fluida air

    baik diatas maupun dibawah permukaaan air. Hal

    ini menyebabkan kapal mengalami gaya hambat

    (resistance) oleh air. Oleh karena itu kapal

    membutuhkan energi tertentu untuk dapat

    melawan tahanan tersebut. Besar kecilnya

    tahanan tergantung akan kecepatan dari kapal.

    Dengan mengurangi tahanan yang dialami kapal

    maka akan berpengaruh dalam pemakaian energi.

    Salah satu usaha yang dikatakan mampu

    mengurangi tahanan adalah dengan penambahan

    stern flap pada buritan kapal

    Pada penelitian ini akan diuji pengaruh

    penambahan stern flap pada kapal jenis planning

    hull agar dihasilkan suatu tahanan yang optimum

    dari kapal. Analisa aliran fluida dilakukan dengan

    metode CFD (Computational Fluid Dinamics).

    Atas dasar itu penulis mengangkat judul

    Analisa Pengaruh Penambahan Stern Flap

    Pada Kapal Planing Hull Dalam Usaha Untuk

    Menguranggi Tahanan Kapal. Diharapkan

    dari penelitian ini akan didapatkan pembuktian

    adanya pengaruh stern flap dalam pengurangan

    tahanan kapal.

    1.1. Perumusan Masalah

    Dari urain diatas dapat dibuat rumusan

    masalah yang terjadi. Analisa akan dilakukan

    untuk penambahan stern flap pada kapal

    planning. Melakukan simulasi untuk

    memodelkan pengaruh penambahan stern flap

    terhadap tahanan pada kapal planning. Analisa

    akan dilakukan pada model-model stern flap.

    Dari analisa diharapkan akan didapatkan model

    stern flap yang optimum dalam mengurangi nilai

    tahanan.

    1.2. Batasan Masalah

    Dari permasalahan yang harus

    diselesaikan di atas maka perlu adanya

    pembatasan masalah serta ruang lingkupnya agar

    dalam melakukan analisa nantinya tidak melebar

    dan mempermudah dalam melakukan analisa,

    batasan tersebut yaitu :

    Analisa akan dilakukan terbatas pada

    model kapal fast patrol jenis planning hull

    sebagai berikut :

    Prinsiple Dimension :

    Length Over All (LOA) : 17.32 m

    Length of Hull : 16.00 m

    Length Water Line (LWL) : 13.73 m

    Length of Perpendiculer : 13.50 m

    Breadth Maximum : 4.20 m

    Breadth Moulded : 3.80 m

    Draft Design : 0.75 m

    Speed : 30 knot

    Stern Flap akan dianalisa sesuai panjang,

    sudut dan lebar yang ditentukan. Variasi stern

    flap dilakukan pada panjang (chord) antara 0.5 %

    - 2.5 % LPP dan lebar (span) antara 50%-100% B

    dan sudut 0. Penelitian dilakukan menggunakan

    simulasi computer dengan menggunakan metode

    CFD. Analisa biaya tidak diperhitungkan

    1.3. Tujuan

    Tujuan penulisan Skripsi ini adalah

    Untuk merancang suatu model penambahan stern

    flap pada kapal jenis planning hull. Mengetahui

    seberapa besar pengaruh pemberian stern flap

    terhadap tahanan kapal planning hull.

    Menentukan bentuk stern flap yang optimum

    untuk model kapal planning hull. Pembuktian

    pangaruh stern flap pada pengurangan tahanan

    kapal jenis planning hull.

    2.1. Planning Hull

    Planning hull merupakan bentuk

    lambung yang memiliki nilai perbandingan antara

    kecepatan dan panjang kapal benilai lebih dari 3.

    Sebuah kapal dikatakan berbentuk planning hull ketika nila Froude Numbernya Fn > 1.2. Tetapi,

    Fn = 1.0 juga digunakan sebagai batas terendah

    dari Planning Hull. Kapal planning hull biasanya digunakan

    pada kapal patrol, kapal penangkap ikan, kapal

    service, dan kapal-kapal kompetisi olahraga. Planning hull bias dibedakan menjadi 2 jenis

    yaitu : planning hull kecepatan tinggi dan

    planning hull chine ganda.

    Planning hull kecepatan tinggi digunakan untuk menguranggi tekanan negatif pada

  • 3

    lambung saat kapal mencapai kecepatan tinggi.

    Ini bermaksud untuk memiliki aliran separasi pada daerah transom dan sepanjang lambung.

    Aliran separasi sepanjang sisi lambung

    disempurnakan dengan adanya hard chine.

    Gambar 1. Planing hull kecepatan tinggi (Savitsky

    1992)

    Planing hull chine ganda memiliki dua

    chine yaitu : chine bawah dan chine atas. Aliran

    akan terpisah dari chine bawah pada kecepatan

    tinggi, sedangkan chine atas menyebabkan lebar

    kapal yang besar saat kecepatan rendah. Chine

    atas harus dipilih untuk menghindari aliran

    separasi dari chine bawah pada kecepatan tinggi.

    Gambar 2. Planing hull chine ganda (Savitsky 1992)

    2.1.1. Savitskys Formula

    Savitsky mengenalkan perhitungan

    empiris untuk gaya angkat, drag dan center of

    pressure coefficient. Koefisien angkat dapat

    dihitung dengan :

    dimana

    Dan

    Dimana :

    CL0 = lift coefficient untuk deadrise = 0 ( = 0)

    CL = lift coefficient

    FL0 = lift force untuk deadrise = 0 ( = 0)

    FL = lift force

    W = nilai rata rata permukaan basah

    = sudut trim dalam derajat

    = sudut dari deadrise

    B = lebar

    Cv = koefisien kecepatan = U/(gB)0.5

    U = kecepatan kapal

    Perhitungan diatas valid untuk 2

    15 dan W 4.

    Posisi longitudinal dari titik pusat gaya

    tekan dapat dihitung dengan :

    2.2. Stren Flap

    Stern flap adalah salah satu penambahan appendage yang berupa penambahan panjang

    pada buritan kapal. Interaksi dengan lambung

    terjadi pada trim kapal, mengurangi tahanan

    propulsi dan meningkatkan kecepatan kapal. Parameter paling penting dari stern flap adalah

    panjang chord (Lf), sudut flap () dan flap span sepanjang transom. Dari berbagai penelitian stern flap memiliki efek dalam performa kapal seperti

    stern wedge. Semua stern flap tergantung pada

    ukuran dan tipe dari kapal yang digunakan. Stern flap menyebabkan gaya angkat

    keatas pada transom dan merubah distribusi

    tekanan pada buritan kapal. Pada kapal planning

    hull stern flap berpengaruh pada sudut trim 4 5 derajat. Sedangkan pada displacement hull stern

    flap mengakibatkan kenaikan sudut trim 0.1-0.3

    derajat. Hal ini tidak berpengaruh signifikan pada pengurangan tahanan kapal. Keuntungan dasar

    pada kapal dengan penambahan stern flap pada

    kapal adalah perubahan alur aliran disekitar

    propeller. Aliran ini memberikan pengurangan drag pada bagian buritan dan merubah tahanan

    gelombang pada kapal.

    Gambar 3. Gambar Lokasi Stern Flap

  • 4

    Keuntungan dasar pada penambahan

    stern flap adalah :

    Mengurangi tahanan pada powering.

    Penelitian menunjukan bahwa

    pengurangan bekisar 5 12%

    Meningkatkan kecepatan maksimum.

    Merubah sistem gelombang transom.

    Stern Flap menyebabkan aliran pada

    bawah lambung menurun pada lokasi

    penambahan panjang. Penurunan flow velocity

    akan meningkatkan tekanan pada bawah

    lambung, hal ini menyebabkan pengurangan gaya

    hisap afterbody (pengurangan bentuk drag).

    Tinggi gelombang dan energi gelombang pada

    buritan dapat dikurangi dengan adanya stern flap.

    2.2.1. Efek Hidrodinamis Pada Stern Flap a. Perubahan Aliran Buritan

    Stern flap mengurangi kecepatan aliran dan meningkatkan tekanan dinamis pada bawah

    lambung. Peningkatan daerah tekanan

    menyebabkan gaya angkat yang lebih besar yang

    menghasilkan efek positif dalam pergerakan arah kapal.

    Stern flap meningkatkan kecepatan aliran

    keluar pada trailing edge dibandingkan dengan transom tanpa flap. Peningkatan kecepatan ini

    akan mengurangi kecepatan aliran perpisahan dan

    menjadikan aliran perpisahan yang lebih bersih yang menghasilakn pengurangan pada tahanan

    viscous pressure.

    b. Perubahan Sistem Gelombang Pemindahan aliran disekitar daerah

    buritan tanpa stern flap diakibatkan oleh

    hilangnya energi seperti eddy-making, tubulensi

    dan adanya white water. Pada kecepatan yang sama stern flap mengakibatkan daerah aliran

    dengan mengurangi : tinggi, slope dan

    gelombang pecah. Dengan adanya stern flap

    dapat menguranggi tinggi gelombang pada sistem gelombang daerah dekat buritan dan daerah jauh

    buritan.

    c. Gaya Angkat dan Drag Stern flap dapat menghasilkan gaya

    angkat dan drag pada semua kecepatan dan

    kondisi. Keuntungannya adalah interaksi dengan lambung dan propeller sehingga dapat

    menguranggi tahanan kapal. Gaya angkat dan

    drag meningkat lebih besar seiring dengan

    peningkatan panjang chord, span dan sudut.

    Gambar 4. Sistem Gelombang Transom

    2.3. Tahanan Kapal Kapal harus didesain seefisien mungkin

    ketika bergerak di air dengan gaya eksternal yang seminimum mungkin. Secara garis besar antara

    Tahanan Kapal (Ship Resistance) dan Propulsi

    Kapal (Ship Propulsion) memiliki hubungan yang sangat erat, dan saling mempunyai ketergantungan diantara keduanya. Namun demikian, pada prakteknya Tahanan Kapal dan

    Propulsi Kapal dibahas terpisah. Tahanan Kapal diaplikasikan untuk mencari kebutuhan Gaya

    Dorong (Thrust) yang dibutuhkan oleh kapal,

    agar kapal dapat bergerak dengan kecepatan dinas (Service Speed) yang sesuai dengan

    perencanaannya. Sedangkan, pada Propulsi Kapal

    adalah menekankan pada bagaimana

    menyediakan besarnya Gaya Dorong (Thrust) dari system penggerak kapal, dan bagaimana

    interaksi antara alat gerak kapal tersebut terhadap

    aliran fluida yang melintasi badan kapal (Hull). Tahanan umumnya dibagi menjadi dua

    komponen yang diberikan oleh aturan yang

    berbeda :

    1. Skin friction resistance yang diberikan

    oleh Reynolds number.

    2. Residuary resistance yang diakibatkan

    adanya gelombang diberikan oleh Froude

    number.

    Kapal yang bergerak maju dengan

    kecepatan tertentu akan mengalami gaya hambat

    oleh fluida yang memiliki arah berlawanan

    dengan arah gerak kapal. Gaya hambat tersebut

  • 5

    disebabkan oleh gaya fluida, yang dalam hal ini

    cenderung mengarah pada fluida air yang dinilai

    cukup besar hambatannya terhadap gerak kapal.

    Gaya hambat yang disebabkan fluida inilah yang

    disebut sebagai resistance atau tahanan kapal.

    Resistance merupakan istilah yang biasa

    digunakan dalam hydrodinamika, sedangkan

    dalam aerodinamika benda-benda yang terbenam

    biasa digunakan istilah drag. Dalam kurva

    tahanan terdapat badan kapal yang bergerak

    diatas dan dibawah permukaan air yang

    mempunyai viskositas. Absisnya merupakan

    Froude Number.

    Oleh karena itu tahanan kapal (RT)

    didefinisikan sebagai gaya yang dibutuhkan kapal

    dengan kecepatan konstan (U). Tenaga yang

    dibutuhkan menggerakan kapal adalah :

    2.3.1. Froude Number dan Reynolds Number

    Bilangan Froude adalah sebuah bilangan tak bersatuan yang digunakan untuk mengukur

    resistensi dari sebuah benda yang bergerak

    melalui air, dan membandingkan benda-benda dengan ukuran yang berbeda-beda. Timbulnya

    panjang gelombang sama dengan panjang dari

    lambung kapal, sehingga pada kondisi kecepatan kritis ini telah ditetapkan persamaan dari Froude

    number atau jenis aliran sebagai berikut :

    Besar froude number yang diberikan

    pada persamaan di atas, merupakan batas maksimal pada kondisi displacement hull.

    Sedangkan untuk persamaan Froude number

    pada kondisi planning hull yang biasa digunakan ialah Volumetric Froude Number :

    31

    g

    VF

    Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vs) terhadap gaya viskos (/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya

    tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan

    jenis aliran yang berbeda, misalnya laminar dan

    turbulen. Bilangan Reynold merupakan salah satu

    bilangan tak berdimensi yang paling penting

    dalam mekanika fluida dan digunakan, seperti

    halnya dengan bilangan tak berdimensi lain, untuk memberikan kriteria untuk menentukan

    dynamic similitude. Jika dua pola aliran yang

    mirip secara geometris, mungkin pada fluida yang berbeda dan laju alir yang berbeda pula,

    memiliki nilai bilangan tak berdimensi yang

    relevan, keduanya disebut memiliki kemiripan dinamis. Reynolds number dirumuskan dengan :

    Dimana,

    : viskositas kinematis ( : viskositas r : density

    2.3.2. Jenis Tahanan Kita dapat membagi tahanan pada air

    tenang menjadi :

    1. Viscous water resistance 2. Air resistance 3. Wave resistance 4. Spray resistance 5. Residual Resistance

    2.3.2.1. Viscous Water Resistance Komponen tahanan yang utama

    disebabkan oleh gaya gesek pada permukaan basah lambung. Teori boundary layer (lapisan

    batas) digunakan untuk menjelaskan efek dari

    kecepatan fluida. Itu berarti kecepatan hanya pada permukaan lambung kapal. Dua lapisan

    batas sepanjang plat datar dapat digunakan untuk

    menjelaskan karakteristik penting dari aliran

    viskositas. Kita dapat menjadikan daerah basah lambung sebagai plat datar.

    Gambar 5. Lapisan Batas Sepanjang Plat Datar

    Rumus empiris untuk viscous water

    resistance :

  • 6

    International Towing Tank Conference

    (ITTC) memberikan rumus korelasi dari koefisien gesek (CF) untuk permukaan lambung

    halus :

    Kekasaran plat juga berpengaruh besar

    pada tahanan viscous. Nilai ini berdasarkan pada nilai AHR (Average Hull Roughnes). Pada

    bangunana kapal baru nilai AHR berkisar antara

    75-150m. Rumus empiris untuk mencari koefisien gesek kekasaran lambung (CF) :

    [ ]

    Maka nilai CF adalah :

    Dimana S adalah area permukaan basah

    dari lambung. Biasanya nilai S dapat

    diestimasikan saat kecapatan nol. Bagaimanapun nilai S sesungguhnya berubah seiring dengan

    terjadinya peninggian free surface pada lambung.

    Pada planning hull nilai S dibagi menjadi dua bagian.

    Gambar 6. Sistem Koordinat dan Symbol Kapal Planning

    Ini menyatakan bahwa separasi dari chine

    akan dimulai pada x = xs = Lk Lc , ketika xs :

    Maka

    Permukaan basah S1 dari haluan (x=0)

    sampai ketika pemukaan basah chine dimulai (x

    = xs).

    (

    (

    ) )

    Permukaan basah dari x = xs sampai

    daerah transom dirumuskan dengan :

    2.3.2.2. Air Resistance

    Tahanan udara tanpa adanya angin

    dirumuskan dengan :

    Dimana a adalah masa jenis udara dan A

    adalah luas area bangunan diatas permukaan air.

    Usaha untuk membuat design yang streamline

    pada superstructure untuk kapal cepat adalah usaha untuk memperkecil CD. Nilai CD berkisar

    antara 0.50.7. Karena nilai a hanya 1.25 kgm-3

    untuk udara kering pada 10 C sedangkan nilai untuk air laut pada 10C adalah 1026.9 kgm

    -3,

    maka tahanan udara hanya berpengaruh kecil.

    2.3.2.3. Wave Resistance Wave resistance (RW) disebabkan oleh

    gelombang yang diakibatkan oleh pergerakan

    kapal diatas air sesuai dengan kecepatan konstan (U) pada kondisi air tenang. Wave resistance

    dipengaruhi oleh luas permukaan basah lambung

    dan Froude number. Jika kapal berada pada perairan dangkal, RW sangat dipengaruhi oleh

    ketinggian air. Bagian pentting dari wave

    resistance adalah energi pada area jauh

    gelombang yang disebabkan oleh kapal.

    Gambar 6. Bentuk Gelombang Kapal

  • 7

    Area jauh gelombang pada air dalam

    dapat diklasifikasikan menjadi gelombang tranverse dan divergent (gambar 11). Panjang

    gelombang tranverse dirumuskan dengan :

    Sedangkan panjang gelombang divergent dirumuskan dengan :

    Lunde (1951) memberikan rumus wave

    resistance :

    Nilai W diberikan pada grafik, notasi WD adalah nilai koefisien pada gelombang

    divergent dan WT adalah nilai koefisien pada

    gelombang tranverse. Nilai WD dan WT

    diberikan untuk mengetahui kontribusi gelombang divergent dan gelombang traverse.

    Nilai W,WD dan WT diberikan sebagai fungsi

    dari Frouder number (Fn=U / Lg).

    2.3.2.4. Spray Resistance Spray resistance terjadi karena adanya

    tekanan yang tinggi yang tidak berubah dan besarnya tekanan gradient pada belakang

    lambung dekat dengan aliran bebas. Gaya angkat

    hidrodinamic pada spray akan mempengaruhi trim pada kapal dan tahanan lambung.

    Total spray resistance dapat dihitung

    mengunakan rumus empiris :

    Dimana nilai kecepatan spray berbanding terbalik dengan kecepatan wedge.

    Dan kecepatan wedge dirumuskan

    dengan .

    Sedangkan spray sheet pada sectional ( dirumuskan .

    (

    )

    2.3.2.5. Residual Resistance 1. Added Wave Resistance

    Semua jenis tahanan yang telah

    dijelaskan diatas ditunjukan pada saat kapal

    bergerak pada kecepatan tetap pada garis lurus di air tenang. Tahanan sisa yang disebabkan oleh

    gelombang, angin dan pergerakan kapal juga

    haruss dipertimbangkan. Tahanan sisa pada gelombang sering disalah artikan sebagai tahanan

    gelombang. Tahanana sisa gelombang (RAW)

    adalah akibat dari interaksi antara peristiwa gelombang dengan kapal.

    Gambar 7. Grafik Tahanan RAW

    Ketika rasio /L sangat besar, gerakan relative antara kapal dan air menjadi nol. Itu

    berarti kapal tidak menyebabkan gelombang yang tidak tetap, dan itu berarti RAW menjadi nol.

    2. Pressure Resistance

    Gambar 8. Bentuk Prismatic Planning Hull

    Penjelasan :

    = Berat Kapal Lcg = Longitunal center of gravity

    T = Gaya Dorong

    Rv = Viscous Resistance = Trim Angle (pada radian) FL = Lift Force

    N = Gaya Normal

  • 8

    Savitsky memberikan rumus empiris dari

    pressure resistance (Rp) :

    2.4. Computational Fluid Dynamics

    Computational Fluid Dynamic (CFD)

    merupakan ilmu sains dalam penentuan

    penyelesaian numeric dinamika fluida. CFD

    adalah pendekatan ketiga dalam studi dan

    pengembangan bidang dinamika fluida selain

    pendektan teori dan eksperimen murni. Pada

    abad ke 17, dasar-dasar dinamika fluida

    eksperimental diperkenalkan di Inggris dan

    Perancis. Pada abad ke-19 memperlihatkan

    pengembangan dinamika fluida secara teoritis.

    Kemudian sepanjang abad ke-20, studi dan

    praktik dalam dinamika fluida melibatkan

    penggunaan teori murni dan eksperimen

    murni.hali ini terjadi hingga awal 1960-an. Pada

    akhirnya tahun 1970 dikembangkan CFD dengan

    berbagai keterbatasan. Adapun beberapa

    keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan

    CFD antar lain :

    Meminimumkan waktu dan biaya dalam

    mendesaign suatu produk, bila proses

    design tersebut dilakukan dengan uji

    eksperimen dengan akurasi tinggi.

    Memiliki kemampuan sistem studi yang

    dapat mengendalikan percobaan yang

    sulit atau tidak mungkin dilakukan

    dengan eksperimen.

    Memiliki kemampuan untuk studi

    dibawah kondisi berbahaya pada saat

    atau sesudah melewati titik kritis

    (termasuk studi keselamatan dan

    kecelakaan)

    Keakuratannya akan selalu dikontrol

    dalam proses design.

    2.4.1. Persamaan Dasar Dinamika CFD

    Pada dasarnya semua jenis CFD

    menggunakan persamaan dasar dinamika fluida

    yaitu persamaan kontinuitas, momentum dan

    energy. Tiga prinsip dasar fisika yang dipakai

    dalam prinsip dasar CFD yaitu.

    a) Hukum kekekalan massa

    b) Hukum kedua newton

    c) Hukum kekekalan energy

    Untuk mendapatkan persamaan dasar

    gerak fluida, dipakailah beberapa filosofi yaitu.

    a) Memilih prnsip fisika dasar dari

    hukum-hukum fisika diatas.

    b) Menerapkan prinsip-prinsip fisika di

    dalam model aliran.

    2.4.2. Teori Dinamika Fluida CFD

    Computational Fluid Dynamics (CFD)

    merupakan salah satu ilmu sains dalam

    menentukan penyelesaian numeric dinamika

    fluida dan merupakan pendekatan ketiga dalam

    pengembangan bidang dinamika fluida selain

    pendekatan secara eksperiman dan teori.

    Berikut adalah beberapa keuntungan dari

    penyelesain dengan CFD antara lain:

    1. Efisiensi waktu dan biaya dalam

    mendesain suatu produk, dengan begitu

    dapat diperoleh hasil yang baik dan

    akurasi tinggi.

    2. Memiliki kemampuan sistem studi yang

    dapat melakukan percobaan yang sulit

    dilakukan melalui eksperimen.

    3. Memilki kemampuan studi dibawah

    kondisi yang berbahaya pada saat atau

    sesudah melewati titik kritis.

    4. Keakuratannya akan selalu di control

    dalam proses desain.

    Dalam desain kerjanya problem yang ada

    perlu dideskripsikan kedalam software CFD

    dengan menggambarkan model yang akan

    dianalisa, sifat-sifat yang ada disekitar model dan

    juga menentukan kondisi batasnya. Kemudian

    dalam solver akan problem yang ada akan

    dihitung dengan persamaan yang ada. Dari hasil

    perhitungan akan didapatkan hasil output dari

    running program CFD.

    Computational Fluid Dynamics (CFD)

    merupakan analisa system yang mencakup aliran

    fluida, perpindahan panas, dan fenomena yang

    terkait, sperti reaksi kimia dengan simulasi yang

    berbasis computer. Program ini sangat berguna

    dan dapat diaplikasikan pada bidang industry dan

    non industry. Code CFD tersusun atas logaritma

    numeric, sehingga dapat digunakan untuk

  • 9

    menyelesaikan problem pada suatu aliran fluida.

    Code CFd terdiri atas tiga elemen utama yaitu

    Pre Processor (CFX Bulid), Solver manager dan

    post processor (visualize).

    3. Metodologi Penelitian

    Untuk mendukung keberhasilan

    penelitian ini maka harus ada kejelasan metode

    yang menjadi kerangka acuan dalam pelaksanaan

    penelitian. Kerangka ini berisi tahapan-tahapan

    yang dilakukan untuk menyelesaikan

    permasalahan dari penelitian ini. Dimulai dari

    identifikasi masalah sampai dokumentasi

    Laporan Tugas Akhir, serta langkah-langkah

    dalam simulasi Maxsurf dan ANSYS CFD.

    3.1. Tahap Awal

    Pada tahap awal pengerjaan tugas akhir

    ini difokuskan pada identifikasi dan perumusan

    masalah, perumusan masalah ini terkait dengan

    desain planning hull dan stern flap,

    perkembangannya serta beberapa penelitian yang

    terkait.

    Pemahaman teori dasar mengenai

    tahanan pada kapal planning hull dan stern flap

    serta segala aspek mengenai desain stern flap

    sangatlah membantu, yang diperoleh dari

    literature, buku dan data internet.

    Selanjutnya adalah tahapan pengumpulan

    data. Data yang diperlukan adalah data dimensi

    kapal , planning hull setelah divalidasi maka akan

    ditentukan dimensi stern flap. Data kemudian

    dikelolah dan dibandingkan.

    3.2. Simulasi Model

    3.2.1. Pengambaran Model

    Simulasi model dimulai dengan

    pembuatan kapal planning yang akan dibuat

    sebagai dasar analisa. Pembuatan model kapal

    dilakukan pada software Maxsurf Pro dengan

    LOA 17m. Setelah itu dilakukan analisa tahanan

    dengan Hullspeed.Proses selanjutnya adalah

    mengimport model pada ANSYS ICEM, pada

    ANSYS ICEM akan dilakukan lagi pembentukan

    surface pada model.

    Agar dapat dianalisa maka model yang

    telah dibuat harus memiliki boundary condition

    dandomain. Boundary condition merupakan

    kondisi atau jenis batas area kerja fluida misal

    sisi masuk (inlet), sisi keluar (outlet), objek

    simulasi.Sedangkan domain menunjukkan jenis

    fluida kerja yang geometri yang telah menjadi

    permukaan (surface) selanjutnya diberi yang

    berupa susunan partikel berbentuk tetra (proses

    meshing). Pemberian volume domain

    menggunakan software ANSYS ICEM dimana

    semakin kecil ukuran tetra maka semakin tinggi

    juga keakurasian simulasi.

    Setelah dilakukan proses validasi tahanan

    dengan mengunakan 3 metode yang berbeda

    yaitu : manual (metode savitsky), HullSpeed dan

    ANSYS. Maka dapat dibuat model stern flap

    dengan variasi yang diberikan yaitu: panjang sten

    flap bernilai 0.5 %, 1.5% dan 2.5% LPP, lebar

    span bernilai 50% dan 100% B, dan sudut flap

    bernilai 0. Proses pengambaran model juga

    menggunakan cara yang sama dengan

    pengambaran lambung kapal.

    Gambar 9. Flow Chart Skripsi

  • 10

    4. Analisa Data

    4.1. Pembuatan Model Kapal

    Pada penulisan skripsi ini studi kasus

    dilakukan pada kapal planning hull dengan

    principal dimesion :

    Length Over All (LOA) : 17.32 m

    Length of Hull : 16.00 m

    Length Water Line (LWL) : 13.73 m

    Length of Perpendiculer : 13.50 m

    Length Center Grav. (LCG) : 5.183 m

    Breadth Maximum : 4.20 m

    Breadth Moulded : 3.80 m

    Draft Design : 0.75 m

    Cb : 0.41

    Sudut Deadrise () : 20

    Speed : 30 knot Kapal ini dikatakan termasuk jenis

    planning karena memiliki nilai SLR > 3.

    SLR = Vk /Lwl

    = 30 / 45.04 = 4.46

    Merancang suatu model menggunakan software Maxsurf juga mengandung unsur

    manual yakni dalam hal membuat konstruksi

    body plan sehingga sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Sehingga didapat suatu model yang

    akan dianalisa tahanannya pada software

    Hullspeed.

    Gambar 10. Model Kapal Planing Hull

    4.2. Analisa Model Setelah dilakukan pemodelan kapal yang

    akan dianalisa, maka tahap selanjutnya adalah

    proses validasi model untuk mengetahui besarnya

    nilai tahanan pada model dengan segala parameter tahanannya. Model akan dianalisa

    menggunakan 3 proses untuk mengetahui

    besarnya tahanan pada model.

    4.2.1. Analisa Tahanan Manual Perhitungan tahanan secara manual

    dilakukan dengan menggunakan metode savitsky.

    Dengan memberikan batasan bahwa kapal telah

    mengalami mode planning. Dengan parameter

    yang ada maka perhitungan tahanan dapat dilakukan. Dan hasil perhitungan tahanan

    manual.

    Vs Vs (m/s) Rt (KN)

    23 11.83 20.95

    24 12.35 20.99

    25 12.86 21.12

    26 13.38 21.09

    27 13.89 21.21

    28 14.40 21.21

    29 14.92 21.12

    30 15.43 21.25

    4.2.2. Analisa Tahanan Hullspeed Analisa tahanan pada hull speed

    dilakukan dengan 3 metode, yaitu : metode

    Savitsky Pre Planing, metode Savitsky Planing.

    Hasil analisa tahanan mengunakan hullspeed adalah sebagai berikut.

    4.2.3. Analisa Tahanan Ansys CFD Pada simulasi ini metode yang digunakan

    adalah metode free surface sehingga terdapat dua

    jenis fluida yang masuk kedalam simulasi yaitu

    air laut dan udara.

  • 11

    Pada analisa ini kapal diletakan pada sebuah

    kotak dengan ukuran P x L x T = 40 x 30 x 20. Setelah

    itu memberi boundary condition pada tiap-tiap bagian

    domain. Inlet boundary pada simulasi ini metode yang digunakan adalah metode free surface sehingga

    terdapat dua jenis fluida yang masuk kedalam simulasi yaitu air laut dan udara. Parameter kecepatan yang

    diberikan divariasikan saat kapal sudah memasuki

    tahap planning yaitu pada kecepatan 23 knot sampai

    30 knot. Outlet merupakan bagian dari domain

    stationer dengan parameter yang dipakai adalah

    tekanan statis dengan ekspresi DownPres Atm yang

    bersifat relative terhadap tekanan fluida pada domain.

    Pada analisa ini kapal dijadikan boundary sebagai wall

    dengan parameter no slip yang artinya tidak terdapat

    gesekan pada model apabila dilewati fluida kerja.

    Pada part back dan front akan dijadikan boundary

    sebagai symmetry. Pada bagian top (atas) jadikan sebagi opening yang artinya aliran fluida yang bekerja

    pada percobaan dianggap tidak akan memantul lagi

    kedalam. Sedangkan pada bagian bottom (bawah)

    dijadikan sebagai boundary wall karena diibaratkan

    sebagai dasar.

    Berikut ini hasil dari simulasi pada ANSYS

    CFD.

    Hasil analisa tahanan mengunakan ANSYS

    CFD.

    Va

    (Knot)

    Vs

    (m/s)

    Va

    (m/s) Rt (N)

    Rt

    (KN)

    23 11.83 11.06 20770.94 20.77

    24 12.35 11.53 20959.92 20.96

    25 12.86 11.99 21257.53 21.26

    26 13.38 12.47 21398.11 21.40

    27 13.89 12.96 21661.18 21.66

    28 14.40 13.44 21838.15 21.84

    29 14.92 13.92 21898.52 21.90

    30 15.43 14.39 22194.03 22.19

    4.3. Validasi Tahanan Dari hasil ketiga cara analisa tahanan

    maka didapatkan nilai tahanan pada masing-

    masing cara.

    Vs (Knot)

    Resistance (kN)

    MANUAL HULL

    SPEED ANSYS

    23 20.95 22.14 20.77

    24 20.99 22.41 20.96

    25 21.12 22.64 21.26

    26 21.09 22.83 21.40

    27 21.21 22.99 21.66

    28 21.21 23.15 21.84

    29 21.12 23.30 21.90

    30 21.25 23.47 22.19

    20.00

    21.00

    22.00

    23.00

    24.00

    22 23 24 25 26 27 28 29 30

    Re

    sist

    ance

    (KN

    )

    Knot

    Manual

    Hull speed

    ANSYS

  • 12

    4.4. Pemodelan Stern Flap Parameter dari design stern flap adalah

    panjang chord, lebar (span) dan sudut (angle).

    Untuk analisa ini variasi dilakukan pada panjang

    chord dan lebar (span) dari stern flap. Parameter

    sudut ditetapkan pada 0 karena banyak penelitian yang membuktikan stern flap memiliki

    keuntungan yang lebih besar saat diberi sudut 0.

    Berikut ini tabel variasi yang akan digunakan pada analisa:

    Stern

    Flap

    #

    Chord

    (m)

    Chord

    (%

    Lpp)

    Span

    (m)

    Span

    (% B)

    Sudut

    ( )

    1 0.3375 2.5 3.8 100 0 2 0.2025 1.5 3.8 100 0

    3 0.0675 0.5 3.8 100 0

    4 0.3375 2.5 1.9 50 0

    5 0.2025 1.5 1.9 50 0

    6 0.0675 0.5 1.9 50 0

    Setelah pengambaran stern flap selesai,

    maka tahap selanjutnya yaitu pemodelan.

    Pemodelan dilakukan seperti saat pemodelan pada kapal tanpa stern flap (bare hull).

    4.5. Pembahasan Dengan data-data yang telah diperoleh

    dari analisa yang dilakukan pada ANSYS CFD, maka dibuat suatu perbandingan nilai yang

    didapatkan.Perbandingan dilakukan untuk

    mengetahui efek yang dihasilkan dengan adanya

    stern flap pada kapal.Data yang dibandingkan antara hasil analisa lambung kapal dengan model

    dari stern flap.

    Ship

    Speed

    (knot)

    Model Resistance (kN)

    Bare

    Hull

    Stern

    Flap

    1

    Stern

    Flap

    2

    Stern

    Flap

    3

    Stern

    Flap

    4

    Stern

    Flap

    5

    Stern

    Flap

    6

    23 20.77 20.34 20.45 20.68 20.53 20.65 20.83

    24 20.96 20.49 20.60 20.91 20.78 20.84 21.06

    25 21.26 20.75 20.88 21.13 20.88 20.98 21.22

    26 21.40 20.88 21.07 21.21 21.12 21.31 21.36

    27 21.66 21.13 21.36 21.58 21.39 21.50 21.59

    28 21.84 21.28 21.41 21.75 21.50 21.73 21.76

    29 21.90 21.37 21.57 21.64 21.56 21.69 21.78

    30 22.19 21.59 21.70 21.91 21.86 22.00 22.08

    Dari data dapat dibuat suatu grafik untuk

    mempermudah pembacaan dari data.Dari grafik dapat dilihat mana konfigurasi stern flap yang

    paling optimum.

    4.5.1. Performa Model Stern Flap Dari data tabel maka dapat dibuat suatu

    analisa seberapa besar pengaruh penambahan

    stern flap pada pengurangan tahanan kapal. Dari data-data yang telah didapatkan dari

    masing-masing model stern flap, maka dapat

    disimpulkan pengaruh dari tiap-tiap model terhadap pengurangan tahanan. Dengan

    membandingkan pengaruh dari masing-masing

    model maka akan didapatkan model stern flap yang paling optimum.

    20.00

    21.00

    22.00

    22 23 24 25 26 27 28 29 30

    Rt (kN)

    Knot

    Bare Hull

    Stern Flap 1

    Stern Flap 2

    Stern Flap 3

    Stern Flap 4

    Stern Flap 5

    Stern Flap 6

  • 13

    Dari data yang dihasilkan terlihat stern flap

    1 memberikan pengaruh yang paling besar dalam penggurangan tahanan dibandingkan dengan

    model-model stern flap yang lain.

    Performa Model Stern Flap 1

    Panjang Chord 0.3375 m

    Lebar Span 3.8 m

    Sudut 0

    Rata-rata Pengurangan

    Tahanan 2.40%

    Pengurangan Tahanan Maksimum

    2.71% @ 30 knot

    5. Kesimpulan Setelah melakukan semua perhitungan

    dan simulasi model yang direncakan, dan

    berdasarkan hasil analisa serta pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

    berikut :

    1. Dari grafik perbandingan nilai tahanan model kapal tanpa stern flap (bare hull)

    dengan model kapal dengan stern flap

    (gambar 4.23) terlihat bahwa dengan

    adanya penambahan stern flap pada kapal besarnya nilai tahanan dapat dikurangi.

    2. Hasil simulasi menunjukkan pada model stern flap 1 dengan panjang chord 0.3375

    m (2.5% Lpp), lebar span 3.8 m (100% B)

    memberikan pengurangan tahanan terbesar 0.6 kN (2.71 %) pada kecepatan 30 knot.

    3. Hasil simulasi menunjukkan pada model stern flap 2 dengan panjang chord 0.2025 m (1.5% Lpp), lebar span 3.8 m (100% B)

    memberikan pengurangan tahanan terbesar

    0.49 kN (2.22 %) pada kecepatan 30 knot.

    4. Hasil simulasi menunjukkan pada model stern flap 3 dengan panjang chord 0.0675

    m (0.5% Lpp), lebar span 3.8 m (100% B)

    memberikan pengurangan tahanan terbesar

    0.28 kN (1.28 %) pada kecepatan 30 knot.

    5. Hasil simulasi menunjukkan pada model stern flap 4 dengan panjang chord 0.3375 m (2.5% Lpp), lebar span 1.9 m (50% B)

    memberikan pengurangan tahanan terbesar

    0.34 kN (1.53 %) pada kecepatan 29 knot.

    6. Hasil simulasi menunjukkan pada model stern flap 5 dengan panjang chord 0.2025

    m (2.5% Lpp), lebar span 1.9 m (50% B) memberikan pengurangan tahanan terbesar

    0.21 kN (0.96 %) pada kecepatan 29 knot.

    7. Hasil simulasi menunjukkan pada model

    stern flap 4 dengan panjang chord 0.0675

    m (2.5% Lpp), lebar span 1.9 m (50% B) memberikan pengurangan tahanan terbesar

    0.12 kN (0.53 %) pada kecepatan 29 knot.

    8. Dari semual model stern flap, model stern flap 1 adalah yang paling optimum dalam

    mengurangi tahanan pada kapal dengan

    2.40% pengurangan, dan pengurangan paling besar 2.70 % pada kecepatan 30

    knot.

    6. Daftar Pustaka

    1. Tupper Eric, Introduction to Naval Architecture, 3rd Ed, 2002, Great Britain.

    2. Eric Tupper & K.J.Rawson, Basic Ship Theory Volume 2, Ship Dynamic and

    Design, 5th

    Edn ; 2001; India

    3. Savistky, Daniel., On the Subject Of High Speed Monohull ; 2003; Athens

    4. Lord, Lindsay, Naval Architect Of Planning Hull, 3

    rd Edn ; 1963 ;

    Maryland

    5. Faltinsen,ODD.M., Hydrodinamic Of High-Speed Marine Vehicle, 1

    st Edn ;

    2005 ; USA

    6. Savitsky, Daniel., Hydrodinamic Design Of Planning Hull ; 1964.

  • 14

    7. Thomas C. Gillmer & Bruce Johnson, Introduction To Naval Architecture, 1987, Naval Institute Press.

    8. Cumming, D., Overview of Hydrodynamic Research Effort to

    Derive a New Stern Design for the

    HALIFAX Class Frigates , 2007; Canadian Marine Hydromechanics and

    Structures Conference. 9. Salas M, Rosas J. & Luco R.,

    Hydrodinamic Analysis of The Performance Stern Flap in a Semi

    Displacement Hull; 2003; Chile.

    10. ITTC Recommended Procedure 7.5-

    02-03-01.4, 1978 ITTC Performance Prediction Method,1999

    11. www.ansys.com/cfxtoturial