3
( u;:;;;;;; ) \ ,,9CI'l.!lN UNPAD ) ~~=---~ •••••• ••••• •••• _ ••• _._. •• •••••• •• .M ••••••••• __ • __ •••• __ •• _ •••• '" •••••••••• _. • ••••••••••••••••••••••••••••••••••• __ • __ ••••••••••• _ •••••• __ •••••••••• __ •••• _••••••••••••••••••••••• _ ••••••••••••••••• _ •• ._ ••••••••••• _ •• M ••••••••••••••••• __ ••• _. _ L- .()~eflin Seies» 0 Rebu '":) Kamis 0 gt C) Sabl~1 0 Minggu (17 1 1~ ~9 4 20 5 21 6 2~ ~3 9 24 10 25 11 26 1227 13 28 14 29 15 30 16 31 ~ r - - ---- -- - - - - ----.-.-.;;:.~- --~ ..-..---- - ----- ..-.-.---- .. -;:;;.-- - --- '-.J Jan 0 Peb 0 Mar 0 Apr 0 Mei U Jun \...) Jul 0 Ags • Sep 0 Okt UNov 0 Des .. . _._-_._--_._--_._---------_._._ .. _------------"-"-""''''''--- IWAN G TEJAKUSUMA Alat Pendeteksi Bencana untuk Selamatka yawa Melalui alat ciptaannya, banjir bandang dan tanah longsor dapat dideteksi lebih awal. Dengan begitu, nyawa bisa diselamatkan. THALATIE K YANI B ERBAGAI bencana alam terjadi di Indonesia bela- kangan. Tidak hanya gu- nung api, tapi juga banjir bandang dan longsor menghantui. Terutama mereka yang tinggal di kawasan dengan jenis tanah muda seperti Pulau Jawa dan sebagian Sumatra. "Bencana ini sayangnya sering kali mendatangkan korban jiwa yang tak sedikit," ujar Kepala Pe- neliti Badan Pengkajian dan Pe- nerapan Teknologi (BPPT) Iwan G Tejakusuma. Saat ditemui di sela-sela kesi- bukannya di Jakarta, Kamis (6/8), ilmuwan ini tampil bersahaja. Me- ngenakan kemeja biru dan celana pan talon hitam, Iwan menuturkan denganlugasdedikasinyaterhadap ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapannya sebagai solusi persoalan kemanusiaan. "Sejak awal bidang saya adalah geologi, saya yakin ada yang bisa saya la- kukan untuk banyak orang lewat bidang yang saya tekuni selama bertahun-tahun ini," kata lulusan doktor Universitas Greifswald, [er- man, ini. Intensitas banjir bandang dan longsor di Indonesia membuat Iwan fokus mendedikasikan 22 tahun kariernya kepada hal itu. "Kebetul- an juga pas dengan bidang saya," ujar Iwan. Kedua bencana itu dirasa Iwan unik dan berbeda dengan bencana lainnya. Terutama karena sifat bencana itu yang tiba-tiba dan memakan banyak korban. Berbagai riset dilakukan Iwan, bersama mitra kerjanya di Kedepu- tian Pusat Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Lahan, Wilayah, dan Mitigasi Bencana BPPT terkait de- ngan bencana banjir dan longsor, Soperiyono. Riset yang mereka lakukan selama 10 tahun terakhir berhasil membuat alat peringatan dini banjir bandang dan longsor. "Sistem kerja alat ini relatif se- derhana, yaitu mengukur kadar kejenuhan tanah dan air di aliran sungai serta tingkat curah hujan di udara. Bila ini semua sudah sampai level tertentu, masyarakat di suatu wilayah bisa bereaksi dengan tepat," .jelas Iwan. Cara kerja alat itu sangat seder- hana. Terdiri dari panel surya untuk penangkap cahaya matahari sebagai sumber energi, sensor curah hujan, sensor kelembaban atau kejenuhan tanah, sensor kemiringan lereng, dan sensor banjir di sungai. "Karena menggunakan panel surya, alat ini bekerja hemat biaya I<liping Humas Unpad 2012 dan energi. Energi dari matahari di- simpan dalam sebuah baterai yang berfungsi mengaktifkan berbagai sensor pendeteksi tanda-tanda ban- jir dan longsor yang ditanam di da- lam tanah, ditempatkan di sungai, dan udara terbuka," jelas Iwan. Bila sampai tingkat tertentu, ma- syarakat di daerah sekitar sungai ataupun rawan longsor dan banjir bandang mendapat peringatan un- tuk mengungsi. alat ini masih-diimpor. Hal itu menjadi kendala untuk produksi massal. Purwarupa alat pendeteksi itu sudah ditempatkan di beberapa daerah. Seperti, Kabupaten Agam di Aceh, Kecamataan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, dan di Kecamatan Cilengkrang, Bandung. Sejauh ini, menurut Iwan, pene- muannya sudah bisa memberikan peringatan dini terhadap bencana banjir dan longsor di tiga daerah rawan bencana tersebut. Sayangnya, komponen utama alat ini masih diimpor. Hal itu menjadi kendala untuk produksi

IWANGTEJAKUSUMA Alat Pendeteksi Bencana untukSelamatka …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IWANGTEJAKUSUMA Alat Pendeteksi Bencana untukSelamatka …

(u;:;;;;;; )

\ ,,9CI'l.!lN UNPAD )

~~=---~•••••• ••••• •••• _ ••• _._. •• •••••• •• .M ••••••••• __ • __ •••• __ •• _ •••• '" •••••••••• _. • ••••••••••••••••••••••••••••••••••• __ • __ ••••••••••• _ •••••• __ •••••••••• __ •••• _••••••••••••••••••••••• _ ••••••••••••••••• _ •• ._ ••••••••••• _ •• M ••••••••••••••••• __ ••• _. _L- .()~eflin • Seies» 0 Rebu '":) Kamis 0 gt C)Sabl~1 0 Minggu

(171 1~ ~9 420

521

6 2~ ~3 924 1025

1126 1227 1328 1429 1530

1631

~

·r·····-····-·----·--·-··-··-··················-··----.-.-.;;:.~- --~ ..-..---- - ----- ..-.-.---- ..-;:;;.-- - ---'-.J Jan 0 Peb 0Mar 0Apr 0Mei UJun \...) Jul 0 Ags • Sep 0 Okt UNov 0Des

.. . _._-_._--_._--_._---------_._._ .._------------"-"-""''''''---

IWAN G TEJAKUSUMA

Alat Pendeteksi Bencanauntuk Selamatka yawa

Melalui alat ciptaannya,banjir bandang dantanah longsor dapatdideteksi lebih awal.Dengan begitu, nyawabisa diselamatkan.

THALATIE K YANI

B ERBAGAI bencana alamterjadi di Indonesia bela-kangan. Tidak hanya gu-nung api, tapi juga banjir

bandang dan longsor menghantui.Terutama mereka yang tinggal dikawasan dengan jenis tanah mudaseperti Pulau Jawa dan sebagianSumatra."Bencana ini sayangnya sering

kali mendatangkan korban jiwayang tak sedikit," ujar Kepala Pe-neliti Badan Pengkajian dan Pe-nerapan Teknologi (BPPT) Iwan GTejakusuma.Saat ditemui di sela-sela kesi-

bukannya di Jakarta, Kamis (6/8),ilmuwan ini tampil bersahaja. Me-ngenakan kemeja biru dan celanapan talon hitam, Iwan menuturkandenganlugasdedikasinyaterhadapilmu pengetahuan dan teknologiserta penerapannya sebagai solusipersoalan kemanusiaan. "Sejakawal bidang saya adalah geologi,saya yakin ada yang bisa saya la-kukan untuk banyak orang lewatbidang yang saya tekuni selama

bertahun-tahun ini," kata lulusandoktor Universitas Greifswald, [er-man, ini.Intensitas banjir bandang dan

longsor di Indonesia membuat Iwanfokus mendedikasikan 22 tahunkariernya kepada hal itu. "Kebetul-an juga pas dengan bidang saya,"ujar Iwan. Kedua bencana itu dirasaIwan unik dan berbeda denganbencana lainnya. Terutama karenasifat bencana itu yang tiba-tiba danmemakan banyak korban.Berbagai riset dilakukan Iwan,

bersama mitra kerjanya di Kedepu-tian Pusat Teknologi PengelolaanSumber Daya Lahan, Wilayah, danMitigasi Bencana BPPT terkait de-ngan bencana banjir dan longsor,Soperiyono. Riset yang merekalakukan selama 10 tahun terakhirberhasil membuat alat peringatandini banjir bandang dan longsor."Sistem kerja alat ini relatif se-

derhana, yaitu mengukur kadarkejenuhan tanah dan air di aliransungai serta tingkat curah hujan diudara. Bila ini semua sudah sampailevel tertentu, masyarakat di suatuwilayah bisa bereaksi dengan tepat,". jelas Iwan.

Cara kerja alat itu sangat seder-hana. Terdiri dari panel surya untukpenangkap cahaya matahari sebagaisumber energi, sensor curah hujan,sensor kelembaban atau kejenuhantanah, sensor kemiringan lereng,dan sensor banjir di sungai."Karena menggunakan panel

surya, alat ini bekerja hemat biaya

I<liping Humas Unpad 2012

dan energi. Energi dari matahari di-simpan dalam sebuah baterai yangberfungsi mengaktifkan berbagaisensor pendeteksi tanda-tanda ban-jir dan longsor yang ditanam di da-lam tanah, ditempatkan di sungai,dan udara terbuka," jelas Iwan.Bila sampai tingkat tertentu, ma-

syarakat di daerah sekitar sungaiataupun rawan longsor dan banjirbandang mendapat peringatan un-tuk mengungsi.

alat ini masih-diimpor.Hal itu menjadikendala untuk

produksi massal.

Purwarupa alat pendeteksi itusudah ditempatkan di beberapadaerah. Seperti, Kabupaten Agamdi Aceh, Kecamataan BabakanMadang, Kabupaten Bogor, dan diKecamatan Cilengkrang, Bandung.Sejauh ini, menurut Iwan, pene-muannya sudah bisa memberikanperingatan dini terhadap bencanabanjir dan longsor di tiga daerahrawan bencana tersebut.Sayangnya, komponen utama

alat ini masih diimpor. Hal itumenjadi kendala untuk produksi

Page 2: IWANGTEJAKUSUMA Alat Pendeteksi Bencana untukSelamatka …

BiodataNama lengkap:Iwan Gunawan Tejakusuma

Tempat dan tanggal lahir:Bandung, 29 Maret 1965

Pendidikan:

1. $-3 EMA Universitas Greifswald,Jerman, 2004

2. S-2 University of Auckland, Auckland,Selandia Baru, 1998

3. S-l Universitas Padjadjaran Bandung,Indonesia, 1989

Riwayat pekerjaan:

2012 Leader aplikasi teknologi per-ingalan dini lonqsor dan banjirbandang di Kecamatan Malalak,Kabupaten Agam, Sumatra Bara!.

2011 Leader aplikasi teknologi per-mqatan dini longsor di KecamatanCilengkrang, Jawa Bara!.

2010 Leader studi pemodelan kenaikanmuka laut akibat pemanasan globaldan analisis risiko kawasan pesislrwilayah pantai utara Pulau Jawa.

2009 Leader studi pemodelan kenaik-an muka laut akibat pemanasanglobal dan analisis risikokawasan pesisir wilayah KotaMakassar, Sulawesi Selalan.

Kepala Program Sistem Reduk-si Risiko Mullibencana (Sirrma)

2001 . .'.eader studi pemodelankenaikan muka laut akibatpemanasan global dan miligasikawasan pesisir.

Kepala Program Sirrma.

• Leader pengkajian bencanalongsor dan aplikasi sistem per-ingatan dini longsor (landslideearly warning system/LEWS)

Jurnal:

1. Tsunami di Wilayah Pesisir ProvinsiL.ampung Bagian Selatan, penulis per-tarna, Jurnal Sains dan Teknologi MitigasiBencana Vol 5, No 1, Juni 2010

2. Dissolved and Particulate Carbon inJakarta Bay, Indonesia, penulis ketiga,Marine Research in Indonesia, Vol 34,No 1, 2009, Jurnal L1PI lerakreditasi

3. Kerentanan Sosial Ekonomi lerhadapBencana Pesisir di Wilayah Kola Makas-sar, penulis tunggal, Jurnal Alami Vol 14,No 3, Tahun 2009

4. Analisis Kerentanan Wilayah Pesisir KotaMakassar, penulis tunggal, Jurnal AlamiVol 14 No 3, 2009, jurnal terakreditasi

5. Earthquake of 30th September 2009,Padang, Indonesia, buku ilmiah, penulispendamping,2011~------------~

massal. "Sebenarnya tidak bisadibilang kita hanya merakit, ka-rena kita juga melakukan risetpanjang selama kurang lebih 10tahun untuk memproduksi alat ini.Tapi tidak bisa dimungkiri berbagikomponen pentingnya memangkita harus impor karena tidak adadi dalam negeri," tutur Iwan.

Kurang perhatian pemerintah. Selain terkendala bahan baku,

Iwan juga mengalami kendala pen-danaan dan perhatian pemerintah."Kalau pendanaan di bidang riseteke, yang saya maksud kurang disini pendanaan dan perhatian pe-merintah sendiri untuk produksidan penempatan massal alat inidi daerah rawan bencana," tegasIwan.

Meski demikian, Iwan mengakutidak akan menyerah. "Saya sihakan terus mendorong kesadaran ,deteksi dinibencana dengan berba-gai cara kepada pemerintah," tuturIwan. Melalui berbagai seminardan presentasi ilmiah, Iwan ber-usaha menjentik kesadaran parapemangku kebijakan.

"Memang jalannya agak berlikukarena sifatnya orang Indonesia,terlebih pemangku kebijakannya,lebih suka mengobati ketimbangmencegah," kata Iwan lagi. Namun,Iwan optimistis upaya preventifbisaterlaksana suatu saat.

"Dalam beberapa presentasi danpameran keilmuan yang diseleng-garakan BPPTsudah banyak peme-

rintah daerah yang tertarik memi-liki alat di daerah rawan bencanamereka," jelas Iwan. Pemanfaatanalat buatannya itu tak berhentihanya pada proses pembelian danpengoperasian, tapi juga aspek pe-rawatan harus diperhatikan. '

"Selama ini kebanyakan orangrajin membeli tapi malas merawat.Padahal kunci beroperasinya alatini secara maksimal adalali pera-watan," terang Iwan. Perawatanyang dimaksud seperti penggantianbaterai, pembersihan panel surya,dan pengecekan sensor secaraberkala dan kepastian semuanyaberoperasi dengan baik dan sem-purna. Bila tidak, alat rusak ataucacat tidak akan bisa maksimalkerjanya.

"Karena ini alat pendeteksi, tidakjuga langsung menemukan bencanaketika baru dipasang. Toh, alat inijuga harus bekerja secara maksi-mal sampai lama di kemudian hari.Karena bencana kan sifatnya tiba-tiba," kata Iwan.

Karena itu, menurut Iwan, peker-jaan lainnya ialah menggugah peranserta masyarakat. "Seperti yangsudah kita lakukan di KabupatenAgarn, Aceh, masyarakat ikut aktifdalam perawatan alat pendeteksibencana yang ditanam di desa me-reka. Alat pendeteksi bencana inipun bisa bekerja secara maksimaldalam menyelamatkan nyawa ma-syarakat," ujarnya. (*/M-l)

[email protected]

v

Page 3: IWANGTEJAKUSUMA Alat Pendeteksi Bencana untukSelamatka …

Mempelajari Bahaya TsunamiTIDAl<hanya berkonsentrasi padapenanganan prabencana ban-jir bandang dan longsor, Iwan GTejakusuma juga meneliti perihalkecenderungan tsunami berbagaidaerah di Indonesia. "Sebenarnyaini jadi semacam obsesi pascatsu-namiAceh, 2004. Banyaknya korbanmembuat saya berpikir untuk mem-buat penanganan prabencana," ujarIwan.

Karena itu, beberapa tahun kebelakang Iwan bersama timnyakerap meneliti bencana yang ber-asal dari lautan itu. "Salah satunyaproyek yang saya pimpin Studi Pa-leotsunami Kawasan Pesisir Pantai

Barat Provinsi Banten, Kalianda,Provinsi Lampung, dan Pangan-daran, [awa Barat," ujar Iwan. Pe-nelitian Iwan tersebut bekerja samadengan Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia (LIPO dan United StatesGeological Survey (USGS).

Dari hasil penelitiannya diketa-hui, daerah pesisir Indonesia amatrentan diterjang tsunami. "Bentukmuka daratan dan muka lautnyamembuat daerah pesisir Indonesiarentan disapu gelombang tsunami,dari skala kecil sampai yang masifseperti yang terjadi memakan kor-ban ratusan ribu jiwa diAceh, 2004,"tuturIwan.

Karena itu, ia dan timnya gencarmeneliti dan membangun per-ingatan dini di daerah pesisir. Atasdedikasinya, mereka didaulat Per-tamina meneliti keamanan kiIangminyak dan infrastruktur di kawa-san lepas pantai.

"Syukurlah penelitian ten tangini sudah .rampung dan memulaitahapan baru," ujar Iwan.

Basil riset itu juga menyebutkanmeningkatnya bahaya tsunamimendatang. Ada kenaikan permu-kaan air laut. Dari Studi PemodelanKenaikan Muka Laut akibat Pe-manasan Global dan Analisis RisikoKawasan Pesisir Wilayah Pantai .

Utara Pulau [awa pada 2010 danAnalisis Risiko Kawasan Pesisir Wi-layah Kota Makassar, Sulawesi Sela-tan, pada 2009, Irwan menemukanpotensi bahaya tambahan itu.

"Volume air laut yang sema-kin besar memungkinkan luasansapuan air laut di wilayah pesisiryang semakin besar, menyebabkankerusakan akibat tsunami semakinmasif," jelasnya.

Salah satu yang masih berlang-sung ialah tanda erupsi GunungAnak Krakatau di Selat Sunda.Menurut Iwan, potensi gempa dantsunami amat besar di sepanjangpesisir Selat Sunda.

Mengingat besar ancaman bencana di pesisir sama dengan didaerah aliran sungai, Iwan meng-aku semakin fokus terhadap pene-litian tsunami.

"Karena potensi bahayanyasernakin meningkat, tak hanya u-paya peringatan dini, tapi berbagaiupaya lainnya seperti sosialisasi ke-pada masyarakat di daerah pesisi;tetap harus dilakukan. Karena itu,saya akan tetap mendedikasikandiri melakukan penelitian ter-hadap ancaman bencana dan u-paya menghindarinya sepanjangsaya masih mampu," tegas Iwan.(*/M-S)