178

Click here to load reader

JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

  • Upload
    ngocong

  • View
    282

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU

(Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung)

AGENG RARA CINDOSWARI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 2: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

32

Page 3: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Jaringan Komunikasi dalam

Penerapan Teknologi Produksi Ubi Kayu” adalah karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2012

Ageng Rara Cindoswari

NRP. I352090121

Page 4: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

32

Page 5: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

ABSTRACT

CINDOSWARI, A.R. 2012. Communication Network in The Implementation of Cassava Production Technology (Case in Cassava Farmers In The Village of Suko Binangun, Sub Way-Seputih, District of Centeral Lampung, Lampung Province). Under Supervision DJUARA P. LUBIS and RICHARD W.E. LUMINTANG

In order to increase cassava production, farmers need an adequate and trusted information to gain their purpose. Fulfilling their information requirement of cassava production technology, farmers establish a communication network among farmers. The objectives of this research were: (1) to describe communication network among farmers (2) to analyze the relationship between personal characteristics of farmer and the communication network (3) to analyze the relationship between communication network and the implementation of cassava production technology. The unit of analysis were cassavas farmer. A hundred farmers were taken as sample by using sampling intact system.This research resulted several outputs i.e : (1) communication network about seeds, fertilizer, pets and diseases were radial personal network and communication network about harvest was interlocking personal network (2) there was a significant relationship between income, group involvement, mass media ownership, arable land area with local centrality. There was also a significant correlation between educational level, revenue, group involvement, mass media ownership with global centrality. (3) there was a significant relationship between local centrality, global centrality and the implementation of cassavas production technology.

Keywords: communication network, cassava farmers, implementation of cassava production technology

Page 6: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

32

Page 7: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

RINGKASAN

CINDOSWARI, A.R. 2012. Jaringan Komunikasi Dalam Penerapan Teknologi Produksi Ubi Kayu (Kasus Pada Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung). Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS Sebagai Ketua dan RICHARD W.E. LUMINTANG Sebagai Anggota.

Beberapa program pertanian seperti ketahanan pangan, diversifikasi pangan, desa mandiri pangan merupakan salah satu contoh program yang mengedepankan pengembangan pangan alternatif selain tanaman padi. Di antara sekian tanaman pangan yang dikembangkan selain padi, komoditas utama yang kerap kali di kembangkan menjadi pangan alternatif adalah tanaman pangan ubi kayu (Manihot utilisima). Tingginya permintaan akan produksi ubi kayu mengakibatkan tuntutan pada para petani untuk dapat meningkatkan produksi mereka agar mampu memasok keseluruhan kebutuhan semua sektor. Peningkatan produksi bagi petani ubi kayu memerlukan suplai informasi-informasi yang memadai dan dipercaya dalam mencapai tujuannya.

Penelitian jaringan komunikasi dalam penerapan teknologi produksi ubi kayu ini mengacu pada konsep model komunikasi konvergensi oleh Rogers dan Kincaid (1981). Model komunikasi konvergensi mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana partisipan-partisipan komunikasi menciptakan dan membagi informasi satu sama lain untuk mencapai kesamaan makna. Menurut Kincaid (1979) dalam Rogers dan Kincaid (1981) komponen utama pada model ini adalah informasi, ketidakpastian, konvergen, pengertian bersama, persetujuan bersama, aksi kolektif dan keterhubungan jaringan. Dalam penelitian ini, aspek kajian jaringan komunikasi meliputi peranan individu dan indikator jaringan komunikasi. Peranan individu di tunjukkan dengan peranannya sebagai bintang, jembatan, penghubung, atau pencilan dalam sistem sosial. Indikator jaringan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pengukuran menurut Freeman (1979) dalam Scott (2000) yang terdiri sentralitas lokal dan sentralitas global.

Penelitian ini bertujuan untuk (1). mendeskripsikan jaringan komunikasi yang terbentuk diantara petani ubi kayu, (2). mengetahui hubungan antara karakteristik personal petani ubi kayu dengan jaringan komunikasi, dan (3). mengetahui hubungan jaringan komunikasi dengan penerapan teknologi produksi ubi kayu.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dan korelasional. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu petani ubi kayu. Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang petani ubi kayu yang ditentukan dengan menggunakan metode sampling intact system (sensus). Lokasi penelitian ini adalah di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung yang ditentukan secara purposive. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2011. Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis sosiometri, analisis mengenai indikator jaringan dengan software UCINET VI serta analisis korelasi Pearson dan korelasi Rank Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan jaringan komunikasi petani ubi kayu yang merupakan jaringan personal menyebar (radial personal network) adalah jaringan komunikasi mengenai bibit, jaringan komunikasi mengenai pupuk dan jaringan komunikasi mengenai panen, sedangkan jaringan komunikasi mengenai hama dan penyakit merupakan jaringan personal yang memusat (interlocking personal network). Petani ubikayu berkomunikasi dengan intens pada orang-orang yang memiliki kesamaan tempat tinggal dalam sebuah wilayah tertentu. Individu yang memiliki nilai sentralitas lokal tertinggi atau yang berperan menjadi star pada jaringan komunikasi mengenai bibit, hama dan penyakit adalah petani berpengaruh yang memiliki sikap

Page 8: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

terbuka tentang informasi teknologi produksi kepada petani ubi kayu lainnya. Star dalam jaringan komunikasi mengenai pupuk adalah Ketua Gapoktan dan penjual saprotan di desa tersebut. Star dalam jaringan komunikasi megenai panen adalah petani yang merupakan penyedia jasa tenaga kerja untuk memanen dan transportasi pengangkut hasil panen ke pabrik ubi kayu. Individu yang memiliki nilai sentralitas global terendah atau yang berperan sebagai kunci penyebar informasi pada jaringan komunikasi mengenai bibit dan pupuk adalah Ketua Gapoktan dan penjual saprotan di desa tersebut dan pada jaringan komunikasi mengenai hama dan penyakit serta panen adalah petani berpengaruh yang memiliki sikap terbuka tentang informasi teknologi produksi kepada petani ubi kayu lainnya.

Penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan antara karakteristik personal petani ubi kayu dengan jaringan komunikasi. Karakteristik personal petani ubi kayu yang berhubungan sangat nyata dengan sentralitas lokal adalah pendapatan, keikutsertaan dalam kelompok dan kepemilikan media massa; sedangkan yang berhubungan nyata adalah luas lahan. Karakteristik personal petani ubi kayu yang berhubungan sangat nyata dengan sentralitas global adalah pendidikan, pendapatan, keikutsertaan dalam kelompok dan kepemilikan media massa. Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang sangat nyata antara jaringan komunikasi dengan penerapan teknologi produksi ubi kayu. Indikator jaringan yang berhubungan sangat nyata dengan penerapan teknologi produksi ubi kayu adalah sentralitas lokal dan sentralitas global.

Page 9: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,

penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam

bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 10: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

32

Page 11: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU

(Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung)

AGENG RARA CINDOSWARI

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 12: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo Agung, M.S

Page 13: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

Judul Tesis : Jaringan Komunikasi Dalam Penerapan Teknologi Produksi Ubi

Kayu (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan

Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung)

Nama : Ageng Rara Cindoswari

NRP : I 352090121

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.S Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA Ketua Anggota

Diketahui Koordinator Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.S Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr Tanggal Ujian : 25 Januari 2012 Tanggal Lulus :

Page 14: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

32

Page 15: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT, hanya karena kehendak dan hidayah-Nya penulis

dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Jaringan Komunikasi dalam Penerapan

Teknologi Produksi Ubi Kayu (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun,

Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung)”. Tesis ini

disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor

Komunikasi Pembangunan dan Pedesaan (KMP) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor. Ungkapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

penulis ucapkan kepada :

1. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.S selaku ketua komisi pembimbing serta Ir. Richard W.E

Lumintang, MSEA selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan

pengarahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam proses penyelesaian

tesis ini.

2. Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, M.S dan Dr. Ir. Amiruddin Saleh, M.S selaku penguji luar

komisi dalam ujian tesis yang telah memberikan kritik dan saran untuk

penyempurnaan tesis ini.

3. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.S sebagai Koordinator Mayor Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan dan beserta seluruh staf pengajar yang telah memberikan

limpahan ilmu dan pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan di Institut

Pertanian Bogor.

4. Kedua orang tua penulis Ir. R. Sudjioto dan Ir. Begem Viantimala, M.Si yang tak

henti-hentinya memberikan cinta, kasih sayang, dukungan, semangat, dan doa

yang tulus. Adik-ku Muhammad Gilang Bhagaskoro dan Btari Rara Cindo Mazaya

serta Kakak-ku Elly Sustiana yang telah memberikan doa dan motivasi dalam

penyelesaian tesis ini.

5. Kepala Desa dan seluruh staf pemerintahan Desa Suko Binangun yang telah

memberikan izin serta membantu peneliti dalam melakukan penelitian di desa

tersebut.

6. Bapak I Gusti Made selaku penyuluh pertanian dan Bapak Suparyanto selaku

Ketua Kelompok Tani Berkah Jaya serta masyarakat Desa Suko Binangun yang

telah membantu dan memfasilitasi peneliti dalam mengumpulkan data dan

informasi selama proses penelitian berlangsung.

Page 16: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

7. Sahabat-ku Verlianita, SP dan Freddy Agusta, S.Pi yang selalu siap membantu

dalam pengumpulan informasi dan data yang berkaitan dengan penelitian serta

semangat dan dorongan kepada penulis dalam penyelesaian tesis.

8. Saudara sepupu-ku Aditya Nugroho, SE, MSc Eng yang telah membantu

mendapatkan literatur terkait dengan kepentingan penelitian dan seluruh keluarga

besar-ku yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas perhatian, doa dan

dorongan pada penulis.

9. Teman-Teman KMP 2009 (Enno, Yoga, Rahmah, Kak Uci, Kak Asma, Teh Dini,

Leonard, Mbak Ofi, Imani, Mas Sardi, Mas Sigit, Mas Denta) atas segala bantuan,

kerjasama dan dukungannya terhadap penulis dalam menyelesaikan penelitian dan

menjalankan studi di Institut Pertanian Bogor.

10. Rekan-Rekan KMP S2 2007, 2008, 2010 dan S3 2009, 2010 (Mbak Dewi, Bu Dian,

Bu Retno, Bu Siti, Mbk Serly, Bu Rita, Bu Riko, Pak Edi, Pak Zul, Pak Iwan dan

semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu) atas semangat dan

doronganya kepada penulis.

11. Semua pihak yang telah memotivasi dan memberikan bantuan baik moril maupun

materil dan spirituil kepada peneliti yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Bogor, Januari 2012

Ageng Rara Cindoswari

Page 17: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 September 1985 sebagai anak

pertama dari tiga bersaudara dari ayah Ir. Sudjioto dan ibu Ir. Begem Viantimala, M.Si.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak PTPN VII Bandar Lampung

pada tahun 1991 dan pada tahun yang sama melanjutkan ke SDN 09 Pulo Gadung

Jakarta Timur dan lulus pada tahun 1997. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 4

Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2000. Kemudian Penulis melanjutkan

pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMUN 9 Bandar-Lampung dan lulus pada

tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor

melalui Ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Program Studi

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Selama menjadi mahasiswa Program

Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, penulis pernah menjadi pengurus

Unit Kegiatan Mahasiswa ASPECT (Association For Agricultural Studies and

Community Empowerment) 2004-2006. Penulis juga aktif dalam Organisasi Mahasiswa

Daerah KEMALA (Keluarga Mahasiswa Lampung) 2005-2006. Selanjutnya, Penulis

juga aktif dalam organisasi Forum Komunikasi Rohis Jurusan sebagai anggota pada

Departemen Fikom. Penulis pernah menjadi asisten dosen dalam Mata Kuliah

Sosiologi Umum tahun 2006-2007.

Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan di sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiwa S2 pada Program Studi

Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP).

Page 18: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

32

Page 19: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

DAFTAR ISI Halaman

PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

Latar Belakang Penelitian .............................................................................. 1 Rumusan Masalah Penelitian ......................................................................... 5 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 6 Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 7 Pengertian dan Perkembangan Komunikasi Pembangunan .......................... 7 Pembangunan Pertanian dan Komunikasi Pembangunan ............................. 10 Pengertian dan Konsep Jaringan Komunikasi ............................................... 13 Analisis Jaringan Komunikasi ......................................................................... 17 Adopsi (Penerapan) Inovasi dan Jaringan Komunikasi .................................. 21 Produksi dan Teknologi Budidaya Ubi Kayu .................................................. 23 Karakteristik Personal Petani Ubi Kayu .......................................................... 24

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ........................................................... 27 Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 27 Hipotesis ......................................................................................................... 31

METODE PENELITIAN ........................................................................................... 33 Desain Penelitian ........................................................................................... 33 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 33 Populasi Penelitian ......................................................................................... 33 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 34 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ............................................................... 35 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................... 36 Definisi Operasional ....................................................................................... 38

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 41 Gambaran Umum Desa Suko Binangun ........................................................ 41

Keadaan Geografi dan Topografi Desa Suko Binangun ......................... 41 Tata Guna Lahan di Desa Suko Binangun .............................................. 42 Keadaan Sarana dan Prasarana Desa Suko Binangun .......................... 42 Keadaan Demografi Desa Suko Binangun .............................................. 46 Keadaan Ekonomi Desa Suko Binangun ................................................ 50 Keadaan Budaya Desa Suko Binangun .................................................. 51 Keadaan Pertanian di Desa Suko Binangun ........................................... 52

Profil Petani Ubi Kayu Desa Suko Binangun .................................................. 55 Usia ........................................................................................................ 56 Tingkat Pendidikan .................................................................................. 57 Tingkat Pendapatan ................................................................................ 58 Luas Lahan .............................................................................................. 58 Pengalaman Berusahatani ...................................................................... 59 Keikutsertaan Dalam Kelompok ............................................................. 59 Kepemilikan Media Massa ....................................................................... 60

Penerapan Teknologi Produksi Ubi Kayu ....................................................... 61 Penyiapan Lahan..................................................................................... 63 Pembibitan............................................................................................... 64 Penanaman ............................................................................................. 66 Pemeliharaan .......................................................................................... 68 Panen ...................................................................................................... 72

Page 20: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

Jaringan Komunikasi Petani Ubi Kayu ........................................................... 74 Jaringan Komunikasi Mengenai Bibit ...................................................... 75 Jaringan Komunikasi Mengenai Pupuk ................................................... 81 Jaringan Komunikasi Mengenai Hama dan Penyakit .............................. 86 Jaringan Komunikasi Mengenai Panen ................................................... 92

Analisis Jaringan Komunikasi Di Tingkat Individu .......................................... 100 Sentralitas Lokal ...................................................................................... 101 Sentralitas Global .................................................................................... 102

Deskripsi Jaringan Komunikasi Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun ..... 104 Hubungan Karakteristik Personal Petani Ubi Kayu dengan Jaringan Komunikasi ...................................................................................... 115 Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Penerapan Teknologi Produksi Ubi Kayu .......................................................................................... 122

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 130 Kesimpulan ..................................................................................................... 130 Saran .............................................................................................................. 131

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 132

LAMPIRAN .............................................................................................................. 136

Page 21: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Produktivitas tanaman ubi kayu menurut kabupaten/kota, 2005-2009........ 3

2.  Luas areal dan persentase tata guna lahan, Desa Suko Binangun, tahun 2010................................................................................................... 42

3.  Jumlah dan jenis sarana dan prasarana di Desa Suko Binangun, tahun 2010............................................................................................................. 43

4.  Jumlah ruang kelas, murid dan guru berdasarkan tingkat sarana pendidikan di Desa Suko Binangun, tahun 2010......................................... 44

5.  Jumlah penduduk dan persentase berdasarkan jenis kelamin dan tempat tinggal, Desa Suko Binangun, tahun 2010................................................... 46

6.  Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan usia, Desa Suko Binangun, tahun 2010.................................................................................. 47

7.  Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis pekerjaan, Desa Suko Binangun, tahun 2010......................................................................... 48

8.  Jumlah dan presentasi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, Desa Suko Binangun, tahun 2010......................................................................... 49

9.  Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tahapan keluarga sejahtera, Desa Suko Binangun, tahun 2010............................................... 49

10.  Persentase petani berdasarkan kategori karakteristik personal di Desa Suko Binangun............................................................................................. 56

11. Distribusi skor petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi ubi kayu berdasarkan kategori...........................................................................

62

12. Jumlah dan persen petani ubi kayu di Desa Suko Binangun berdasarkan tingkat penerapan teknologi produksi...........................................................

62

13. Persentase petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi untuk indikator penyiapan lahan berdasarkan kategori..........................................

64

14. Pengaruh macam (bagian) setek terhadap daya tumbuh dan hasil produksi ubi kayu.........................................................................................

65

15. Persentase petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi untuk indikator pembibitan berdasarkan kategori..................................................

66

16. Pengaruh cara penanaman setek terhadap hasil ubi kayu (ton/ha ubi kupas)...........................................................................................................

67

17. Persentase petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi untuk indikator penanaman berdasarkan kategori.................................................

68

18. Tabel 18. Komponen PHPT pada tanaman ubi kayu.................................... 69

19. Persentase petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi untuk indikator pemeliharaan berdasarkan kategori..............................................

71

Page 22: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

20. Persentase petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi untuk indikator panen berdasarkan kategori..........................................................

73

21. Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai bibit...............................................................................................................

76

22. Karakteristik peran star pada setiap klik dalam jaringan komunikasi mengenai bibit...............................................................................................

79

23. Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai pupuk............................................................................................................

82

24. Karakteristik peran star pada setiap klik dalam jaringan komunikasi mengenai pupuk...........................................................................................

84

25. Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai pengendalian hama dan penyakit................................................................

89

26. Karakteristik peran isolate pada setiap klik dalam jaringan komunikasi mengenai hama dan penyakit.......................................................................

91

27. Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai panen...........................................................................................................

94

28. Nilai rata-rata, maksimum dan minimum sentralitas lokal dan sentralitas global petani ubi kayu di Desa Suko Binangun berdasarkan topik jaringan komunikasi mengenai bibit, pupuk, hama & penyakit dan panen.................

100

29. Deskripsi jaringan komunikasi petani ubi kayu di Desa Suko Binangun...... 105

30. Hubungan antara karakteristik personal dengan sentralitas lokal............ 116

31. Hubungan antara karakteristik personal dengan sentralitas global.......... 119

32. Hubungan antara sentralitas lokal dan sentralitas global dengan tingkat penerapan teknologi produksi.......................................................................

123

33. Hubungan antara sentralitas lokal dan sentralitas global dengan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan panen.......

123

34. Daftar responden yang berperan sebagai star dalam lingkungan terdekat dan rata-rata skor total penerapan teknologi produksi ubi kayu yang diperoleh.......................................................................................................

124

Page 23: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Komponen dasar model komunikasi konvergensi........................................ 14

2. Kerangka pemikiran....................................................................................... 30

3. Jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai bibit.................................... 77

4. Jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai pupuk................................. 83

5. Jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai hama dan penyakit............ 88

6. Jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai panen................................. 93

Page 24: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

32

Page 25: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1.  Kuesioner penelitian........................................................................................ 136

2. Hasil uji reliabilitas kuesioner.......................................................................... 144

3. Hasil uji korelasi Pearson hubungan antara karakteristik personal dengan sentralitas lokal dan global......................................................................................

145

4. Hasil uji korelasi Rank Spearman hubungan antara sentralitas lokal dan sentralitas global dengan penerapan teknologi produksi................. 146

5. Hasil uji korelasi Rank Spearman hubungan antara sentralitas lokal dan global dengan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan panen.......................................................................................................

147

6. Nama responden berdasarkan nilai sentralitas lokal dan sentralitas global............................................................................................................... 148

7. Gambar lokasi penelitian................................................................................. 150

 

Page 26: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

32

Page 27: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan nasional. Pertanian

memberikan kontribusi besar dalam ekonomi bangsa Indonesia terutama pada saat

terjadi krisis moneter di tahun 1998. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting

dalam perekonomian Indonesia karena mempunyai peranan yang strategis dalam

pembangunan nasional. Beberapa peranan strategis tersebut adalah sebagai:

(1) pemasok bahan makanan pokok penduduk, (2) pemasok bahan baku industri,

(3) penyedia lapangan kerja terbesar penduduk, (4) pencipta nilai tambah atau produk

domestik buto (PDB) dan (5) penghasil atau sumber devisa. Sektor pertanian juga

berperan dalam mengentaskan kemiskinan karena penduduk miskin dominan ada di

pedesaan (Kusnandi dkk, 2009).

Berbagai kebijakan di bidang pertanian terus diciptakan guna meningkatkan

kesejahteraan hidup petani. Sejak masa reformasi hingga saat ini, telah sering kali

mendengar program-program pengembangan pangan untuk meningkatkan produksi

pangan. Beberapa program pertanian seperti ketahanan pangan, diversifikasi pangan,

desa mandiri pangan merupakan salah satu contoh program yang mengedepankan

pengembangan pangan alternatif selain tanaman padi. Di antara sekian nama tanaman

pangan yang dikembangkan selain padi, komoditas utama yang kerap kali di

kembangkan menjadi pangan alternatif adalah tanaman pangan ubi kayu (Manihot

utilisima).

Menurut BPS (2005) produksi ubi kayu nasional sekitar 19,5 juta ton ubi segar. Di

sisi lain, komoditas pangan alternatif seperti ubi kayu dalam berbagai program pangan

yang di inisiasi oleh pemerintah menyebabkan permintaan yang tinggi akan produksi

tanaman pangan ubi kayu. Terlebih lagi, sejak tahun 2006 komoditas ubi kayu

dinobatkan menjadi salah satu bahan baku pembuatan bioetanol. Bioetanol merupakan

salah satu produk keluaran dari program bahan bakar nabati yang digalakkan oleh

pemerintah Indonesia sebagai program nasional. Melihat kondisi di atas, tidak

mengherankan terjadi lonjakan yang besar akan kebutuhan ubi kayu untuk memenuhi

kebutuhan di berbagai sekor seperti pertanian, industri, dan energi. Menurut BPS

(2005) untuk keperluan pangan, pakan, industri non-bioetanol, dan industri bioetanol

dibutuhkan pasokan ubi kayu masing-masing 12,5 juta ton, 0,34 juta ton, 2,01 juta ton,

dan 8,93 juta ton ubi kayu segar dengan demikian, total kebutuhan ubi kayu sekitar

Page 28: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

2

23,78 juta ton. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka terjadi defisit suplai ubi kayu

sekitar 4,28 juta ton.

Tingginya permintaan akan produksi ubi kayu mengakibatkan tuntutan pada para

petani untuk dapat meningkatkan produksi mereka agar mampu memasok keseluruhan

kebutuhan semua sektor tersebut. Permasalahan utama dalam pengembangan ubi

kayu di Indonesia adalah rendahnya produktivitas, meskipun dari tahun ke tahun

terdapat tendensi peningkatan. Menurut BPS (2005) produksi ubi kayu nasional pada

sebesar 19,5 juta ton. Jumlah ini relatif kecil dibandingkan dengan penelitian berbagai

lembaga penelitian yang menyatakan bahwa produktivitas ubi kayu dapat mencapai 30

sampai 40 ton per ha. Meskipun di lahan kering produktivitas ubi kayu tahun 2011 di

tingkat petani 15 sampai 19 ton per ha, penanaman ubi kayu dilaporkan memiliki

keunggulan komparatif dibandingkan dengan padi gogo dan palawija lain. Menurut

Wargiono (2006) dalam Prihandana dkk (2008) menyatakan bahwa agar

menguntungkan, produkivitas ubi kayu sebesar 20 sampai 25 ton per ha, dengan B/C

rasio lebih dari 1,0 dengan harga ubi di tingkat petani Rp.250 sampai Rp.300 per kg.

Provinsi Lampung adalah daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia (24

persen), diikuti Jawa Timur (20 persen), Jawa Tengah (19 persen), Jawa Barat (11

persen), Nusa Tenggara Timur (4,5 persen), dan DI Yogyakarta (4,2 persen)

(Prihandana, dkk, 2008). Sejak tahun 2003, produksi ubi kayu di Provinsi Lampung

meningkat dari sekitar 4.984.616 ton pada tahun 2003 dan terus meningkat hingga

pada tahun 2010 produksinya mencapai 7. 927.764 (BPS, 2010). Salah satu pemasok

produksi ubi kayu terbesar di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Lampung Tengah.

Petani di Kabupaten Lampung Tengah, khususnya Desa Suko Binangun, merupakan

petani-petani transmigran yang menggeluti usaha ini belasan bahkan puluhan tahun

yang lalu. Kondisi lahan yang luas dan subur mengakibatkan wilayah ini cocok untuk

ditanami berbagai komoditas pertanian dan perkebunan seperti padi, ubi kayu, tebu

hingga karet. Diversifikasi pekerjaan yang dilakukan oleh petani di Kabupaten

Lampung Tengah terjadi sejak masuknya pabrik-pabrik tebu, tapioka, nanas dan

bioetanol ke wilayah mereka. Selain sebagai petani ubi kayu mereka juga bekerja

sebagai buruh pada sejumlah pabrik-pabrik di atas. Pekerjaan mereka sebagai buruh

pabrik ternyata bersifat musiman. Salah satu alasan mereka bekerja sebagai buruh

pabrik dikarenakan tidak memiliki atau kurang memiliki lahan yang cukup untuk dapat

mengusahakan ubi kayu.

Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu penghasil ubi kayu tertinggi

di Provinsi Lampung. Menurut statistik daerah Kabupaten Lampung Tengah (2010)

Page 29: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

3

menyatakan bahwa produksi ubi kayu terbesar di Provinsi Lampung pada tahun 2009

adalah Kabupaten Tulang Bawang dengan produksi 2.594.100 ton per tahun,

kabupaten Lampung Tengah dengan produksi 2.493.900 ton per tahun dan kabupaten

lampug utara dengan produksi 2.421.800 ton per tahun. Selanjutnya, data produksi ubi

kayu di Provinsi Lampung dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produktivitas tanaman ubi kayu menurut kabupaten/kota, 2005-2009 Kabupaten/Kota 2005

(Ton) 2006 (Ton)

2007 (Ton)

2008 (Ton)

2009 (Ton)

Lampung Barat 1.751.200 1.791.300 1.845.700 1.873.100 1.920.400 Tanggamus 1.825.500 1.848.600 1.931.900 1.891.900 1.971.600 Lampung Selatan 1.843.200 1.888.700 1.958.200 1.983.300 2.014.200 Lampung Timur 1.878.000 1.935.500 2.011.800 2.379.100 2.421.100 Lampung Tengah 1.905.400 1.940.500 2.003.900 2.446.400 2.493.900 Lampung Utara 1.902.700 1.947.200 2.032.100 2.398.800 2.421.800 Way Kanan 1.880.200 1.931.200 2.000.900 2.233.000 2.216.400 Tulang Bawang 1.918.600 1.947.900 2.024.400 2.547.400 2.594.100 Pesawaran - - - 1.972.400 1.999.100 Bandar Lampung 1.843.400 1.893.900 1.989.800 1.973.300 2.030.100 Metro 1.725.200 1.784.900 1.867.300 1.916.800 1.956.100

Sumber: BPS Kabupaten Lampung Tengah, 2010

Meski Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten pemasok

ubi kayu terbesar di Indonesia, pada praktiknya kondisi ini sangat bertolak belakang

dengan kesejahteraan petani ubi kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan

Wayseputih, Kabupaten Lampung Tengah. Petani ubi kayu di daerah tersebut hanya

dapat memproduksi ubi kayu sekitar 16 sampai 20 ton per ha, selain itu mereka

mengeluhkan kurangnya informasi yang memadai terkait dengan teknologi budidaya

yang berguna untuk meningkatkan produksi usahatani mereka. Di samping itu, mereka

juga mengeluhkan akses pasar secara langsung dan harga jual yang tidak stabil

sehingga pendapatan petani relatif sedikit.

Peningkatan produksi bagi petani ubi kayu memerlukan suplai informasi-

informasi yang memadai dan dipercaya dalam mencapai tujuannya. Merujuk pada

Kaniki (1992) yang dikutip oleh Ihsaniyati (2010) informasi dirumuskan sebagai ide,

fakta, karya imajinatif pikiran, data yang berpotensi untuk pengambilan keputusan,

pemecahan masalah serta jawaban atas pertanyaan yang dapat mengurangi

ketidakpastian. Peningkatan produksi tanaman pangan ubi kayu memerlukan informasi

yang mengurangi ketidakpastian dan membangun struktur komunikasi di antara petani-

petani ubi kayu tersebut. Informasi diperlukan untuk menghindari entropi.

Menggunakan pendekatan sistem umum dan teori informasi, semakin besar

ketidakpastian, semakin banyak informasi yang diperlukan (Littlejohn, 1992). Informasi

akan memberikan pilihan atau alternatif untuk komponen-komponen dari sistem.

Page 30: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

4

Komponen sistem akan mencari informasi untuk mengatasi kesulitan mereka atau

memecahkan masalah mereka. Dengan kata lain, mereka memerlukan informasi

sebagai negentropi untuk mengatasi situasi entropi mereka (Flor dan Matulac, 1994

yang dikutip oleh Lubis, 2000).

Petani ubi kayu di Desa Suko Binangun mengeluhkan minimnya informasi

mengenai bibit unggul, penanganan hama dan penyakit serta dosis pupuk yang tepat.

Di samping itu, mereka juga mengeluhkan harga ubi kayu yang tidak stabil di pasar

yang selama ini mereka akses. Kondisi ini merupakan salah satu kendala bagi petani

untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ubi kayu di Desa Suko Binangun.

Permintaan akan pasokan ubi kayu segar terus meningkat guna memenuhi kebutuhan

berbagai sektor pembangunan. Kondisi di atas mendesak petani untuk bertindak kreatif

untuk memenuhi kebutuhan informasi sehingga, dapat meningkatkan produksi

usahatani ubi kayu mereka. Dalam rangka mencapai produktivitas yang tinggi

diperlukan suplai informasi yang memadai dan terpercaya. Hal ini, memotivasi peneliti

untuk menelaah bagaimana upaya mereka dalam memperoleh informasi yang petani

ubi kayu butuhkan didekati dengan pendekatan jaringan komunikasi. Hal ini bertujuan

untuk melihat bagaimana upaya petani dalam mencari, mendapatkan dan membagi

informasi yang berkaitan dengan aspek produksi usahatani ubi kayu. Menelaah arus

informasi dengan menggunakan jaringan komunikasi bertujuan untuk mengetahui

gambaran struktur komunikasi yang di bangun oleh petani ubi kayu di Desa Suko

Binangun.

Masyarakat membutuhkan informasi sebagai bahan masukan untuk menghadapi

ketidakpastian yang mereka hadapi (Flor and Matulac,1994 yang dikutip oleh Lubis,

2000). Berdasarkan teori jaringan komunikasi, dalam pencarian informasi petani harus

membangun strukur jaringan dengan tetangga dan sumber informasi lainnya

(Littlejohn,1992). Jaringan komunikasi menurut Rogers and Kincaid (1981) adalah

suatu jaringan yang terdiri atas individu-individu yang saling berhubungan, yang

dihubungkan oleh arus komunikasi yang terpola. Struktur komunikasi dapat dipelajari

melalui analisis jaringan komunikasi. Analisis jaringan komunikasi merupakan metode

penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data

hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa tipe

hubungan interpersonal sebagai unit analisis. Lebih lanjut, salah satu tujuan penelitian

komunikasi dengan menggunakan analisis jaringan komunikasi adalah untuk

memahami gambaran umum mengenai interaksi manusia dalam suatu sistem. Struktur

Page 31: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

5

komunikasi adalah susunan dari unsur-unsur komunikasi yang berbeda yang dapat

dikenali melalui pola arus komuniksi dalam suatu sistem (Rogers and Kincaid, 1981).

Menurut Rogers (2003) hakekat dari suatu jaringan komunikasi adalah

hubungan-hubungan yang bersifat homofili (homophilus), yakni kecenderungan

manusia untuk melakukan hubungan atau kontak sosial dengan orang-orang yang

memiliki atribut sama atau yang lebih tinggi sedikit dari posisi dirinya. Tetapi dapat juga

terjadi antar orang-orang yang memiliki atribut yang tidak sama. Setiap jenis jaringan

komunikasi mempunyai kecepatan perkembangan yang berbeda-beda. Semakin

penting suatu jenis informasi bagi suatu anggota sistem sosial, makin cepat

perkembangan dan luas jangkauan jaringan komunikasinya. Jaringan komunikasi yang

berhubungan dengan informasi tentang kebutuhan primer akan mempunyai jangkauan

yang tercepat dan terjauh (Rogers, 2003).

Beberapa pondasi kuat yang menyokong kemajuan peningkatan produksi hasil

pertanian diantaranya adalah ketersediaan teknologi dan pemasaran yang memadai.

Hal ini merujuk pada apa yang dikatakan Mosher (1970) mengenai syarat utama dan

syarat pelancar yang diperlukan jika menginginkan pembangunan pertanian yang terus

berjalan. Dengan demikian ketersediaan teknologi yang memadai dapat meningkatkan

produksi dan juga meningkatkan pendapatan petani ubi kayu. Konteks meningkatkan

produksi terkait dengan ketersediaan informasi teknologi produksi dan juga terkait

dengan penerapan teknologi produksi. Informasi yang tersedia dengan baik akan

memudahkan petani ubi kayu untuk menerapkan teknologi produksi dengan baik dan

optimal. Sehingga, ketersediaan informasi yang baik mengenai teknologi produksi akan

berhubungan dengan penerapan yang dilakukan oleh para petani terhadap teknologi

produksi. Pada konteks lain, petani ubi kayu di Desa Suko Binangun mengakses

informasi teknologi produksi dengan membentuk jaringan komunikasi. jaringan

komunikasi yang terbentuk diasumsikan sebagai sumber informasi yang dimanfaatkan

oleh petani ubi kayu tersebut. Melihat keterhubungan antara ketersediaan informasi

dalam mengakses jaringan komunikasi dengan penerapan teknologi produksi ubi kayu

sehingga dalam penelitian ini juga perlu untuk melihat keterhubungan antara jaringan

komunikasi dengan tingakat penerapan teknologi produksi ubi kayu.

Page 32: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

6

Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah jaringan komunikasi petani ubi kayu yang terbentuk di Desa

Suko Binangun?.

2. Bagaimanakah hubungan karakterisrik personal petani ubi kayu dengan

jaringan komunikasi di Desa Suko Binangun?.

3. Bagaimanakah hubungan antara jaringan komunikasi petani ubi kayu

dengan penerapan teknologi produksi ubi kayu di Desa Suko Binangun?.

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan jaringan komunikasi yang terbentuk di antara petani ubi

kayu di Desa Suko Binangun

2. Mengetahui hubungan antara karakteristik personal petani ubi kayu dengan

jaringan komunikasi di Desa Suko Binangun.

3. Mengetahui hubungan jaringan komunikasi petani ubi kayu dengan

penerapan teknologi produksi ubi kayu Desa Suko Binangun.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Memberi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

disiplin Ilmu Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.

2. Diharapkan dapat dipakai sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut bagi

pihak yang tertarik untuk meneliti masalah yang berkaitan dengan jaringan

komunikasi secara umum dan jaringan komunikasi pada penerapan

teknologi budidaya ubi kayu secara khusus.

3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu perumus kebijakan dan

pelaksana program pembangunan pertanian dengan memberikan informasi

tentang pola atau struktur jaringan komunikasi yang dapat digunakan dalam

diseminasi informasi di kalangan petani ubi kayu.

Page 33: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

7

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan Perkembangan Komunikasi Pembangunan

Komunikasi menurut Rogers dan Shoemaker (1971) adalah suatu proses dimana

suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud

untuk mengubah tingkah laku. Menurut William I. Gorden, Judy C.Pearson dan Pail E.

Nelson yang dikutip oleh Tubbs dan Moss (2009) menyatakan bahwa komunikasi

sebagai kegiatan yang selalu ditandai dengan tindakan, pertukaran, perubahan dan

perpindahan terhadap pemaknaan isi pesan dengan implikasi terbangunnya

hubungan-hubungan. Menurut Tubbs dan Moss (2009) sendiri menganggap

komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih.

Menurut Mulyana (2000) terdapat tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi,

yakni komunikasi sebagai tindakan, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi

sebagai transaksi, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi dimaknai

sebagai sebuah proses, peristiwa dan tindakan mempengaruhi melalui pesan atau

makna secara sengaja. Pengertian komunikasi yang sederhana ialah suatu proses

untuk mengurangi ketidakpastian dengan jalan berbagi tanda-tanda informasi

(Shannon dan Weaver, 1949; Schramm, 1973 dalam Jahi, 1988).

Pembangunan menurut Inayatullah (1976) yang dikutip oleh Dilla (2007)

merupakan perubahan menuju pola-pola masyarakat yang lebih baik dengan nilai-nilai

kemanusiaan yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih

besar terhadap lingkungan dan tujuan politiknya, juga memungkinkan warganya

memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri. Menurut Rogers dan

Shoemaker (1971) pembangunan sebagai suatu jenis perubahan sosial, di mana ide-

ide baru diperkenalkan pada suatu sistem sosial untuk menghasilkan pendapatan per

kapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang lebih

modern dan organisasi sosial yang lebih baik. Artinya, pembangunan adalah

modernisasi pada tingkat sistem sosial. Selanjutnya, Dissaynake (1984) yang dikutip

oleh Dilla (2007) mendefinisikan pembangunan sebagai proses perubahan sosial yang

bertujuan meningkatkan kualitas hidup dari seluruh atau mayoritas masyarakat tanpa

merusak lingkungan alam dan kultural tempat mereka berada dan berusaha

melibatkan sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam usaha ini dan menjadikan

mereka penentu dari tujuan mereka sendiri. Pembangunan dalam arti yang sangat

sederhana diungkapkan oleh Haryadi (2001) yang dikutip oleh Dilla (2007) sebagai

perubahan yang terencana dari kondisi tidak baik menuju kondisi baik.

Page 34: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

8

Komunikasi pembangunan dalam arti sempit adalah segala upaya, cara dan

teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak

yang memprakarsai pembangunan kepada masyarakat yang menjadi sasaran, agar

dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan. Komunikasi

pembangunan dalam arti luas yakni meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai

suatu akivitas pertukaran pesan secara timbal balik di antara masyarakat dan

pemerintah, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan

(Dilla, 2007).

Komunikasi pembangunan merupakan proses penyebaran informasi,

penerangan, pendidikan, keterampilan, rekayasa sosial dan perubahan perilaku.

Sebagai proses perubahan perilaku, komunikasi pembangunan dipandang sebagai

proses psikologis, proses sebagai tindakan komunikasi yang berkesinambungan,

terarah dan bertujuan. Proses ini berhubungan dengan aspek pengetahuan,

keterampilan dan sikap mental dalam melakukan perubahan. Kredibilitas sumber, isi

pesan, dan saluran komunikasi sangat berpengaruh dan menentukan perubahan

perilaku. Selain itu, manfaat dari ide, gagasan atau inovasi pun ikut mempengaruhi

perubahan perilaku (Dilla, 2007).

Pada tataran konseptual komunikasi pembangunan bersumber dari teori

komunikasi dan teori pembangunan yang saling menopang. Teori komunikasi

digunakan untuk menjembatani arus informasi (ide dan gagasan) baru dari pemerintah

kepada masyarakat atau sebaliknya. Artinya, melalui proses komunikasi pesan-pesan

pembangunan dapat diteruskan dan diterima khalayak untuk tujuan perubahan.

Sementara teori pembangunan digunakan sebagai karakteristik bentuk perubahan

yang diinginkan secara terarah, dan progresif, dari satu kondisi ke kondisi yang lain,

atau dari satu keadaan menuju keadaan yang lebih baik.

Komunikasi dan pembangunan memang dua konsep yang berbeda namun

penggabungan keduanya menjadikan mereka sebagai pendekatan yang sangat

penting dalam proses perubahan sosial. Pembangunan didefinisikan sebagai

perubahan yang terencana dan komunikasi merupakan media yang digunakan untuk

merubah sikap, keterampilan, dan perilaku baik individu, kelompok maupun massa.

Menurut Jahi (1988) dalam praktek komunikasi pembangunan dimana aliran informasi

di setiap negeri yang sering dipersoalkan orang, sesungguhnya diatur oleh ideologi

pembangunan negeri tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa cara berkomunikasi yang

digunakan dalam suatu sistem sosial ialah fungsi struktur sosial dan kepercayaan yang

ada dalam sistem tersebut.

Page 35: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

9

Teori modernisasi yang merupakan ideologi pembangunan yang dominan,

kemudian dijabarkan dengan lebih jelas dalam model “tetesan-ke bawah”. Menurut

pandangan ini, manfaat program-program intervensi di negara-negara Dunia Ketiga

akan menetes ke bawah kepada setiap orang. Mulai dari mereka yang berada dalam

kelompok-kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi, dan selanjutnya diteruskan

kepada mereka yang berada dalam kelompok-kelompok sosial ekonomi yang lebih

rendah. Komunikasi pembangunan juga menggunakan pendekatan “tetesan ke bawah”

ini (cf. Lerner, 1958; Pye, 1963; Schramm,1964 dalam Jahi, 1988). Menurut model ini,

informasi dan pengaruh mengalir dalam satu arah, dari pengirim ke penerima. Sifat ini

menyebabkan pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan dari “atas ke bawah”,

“pipa”, atau “pusat dan daerah” (Fett dan Schneider, 1973; Galtung, 1971;

Thiesenhusen, 1978 dalam Jahi, 1988).

Pada era orde baru, pemerintahan Indonesia menerapkan kebijakan

pembangunan yang berdasarkan teori modernisasi. Penerapan kebijakan ini

dipengaruhi oleh aliran pemikiran ekonom klasik dan neoklasik. Menurut teori

modernisasi pemupukan modal dan sistem kapitalis begitu kental terasa sebagai motor

penggerak perubahan sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia melalui

pembangunan. Dalam konteks ini komunikasi dalam pembangunan dianggap sebagai

suatu prasarana (infrastructure) dalam proses pembangunan. Artinya, komunikasi

dipandang sebagai suatu prakondisi untuk pertumbuhan ekonomi. Model pemikiran ini

menganggap arus informasi yang bebas dan komunikasi diantara penjual dan pembeli

sebagai suatu syarat mutlak bagi persaingan yang sempurna. Penggunaan media

secara besar-besar dianggap mampu untuk mentransfer informasi satu arah dari

pemerintah ke masyarakat. Dalam konteks seperti ini komunikasi dianggap sebagai

proses pertukaran satu arah yang semata-mata hanya berjalan dari sumber “source”

(pemerintah) ke penerima “receiver” (masyarakat) tanpa adanya proses umpan balik

sehingga bentuk komunikasi menjadi monolog.

Seiring dengan berjalannya waktu penerapan teori modernisasi banyak menuai

kritik dan sebagai gantinya, banyak ahli mengusulkan pendekatan pembangunan yang

berpusat pada rakyat “people centered development” yang menekankan pendekatan

partisipatif. Artinya, proses pembangunan tidak saja menumbuhkan dan

mengembangkan nilai tambah ekonomis, tetapi juga nilai tambah sosial secara adil

(equity), setara (equality) dan partisipatif sebagai upaya pengembangan kapasitas

manusia baik individu dan kelompok sebagai kekuatan civil society. Dalam hal

komunikasi, kegagalan banyak proyek pembangunan di negara-negara Dunia Ketiga

Page 36: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

10

yang menggunakan model satu arah, dalam batas tertentu, memberikan kontribusi

pada evolusi tumbuhnya suatu model komunikasi interaktif dua arah (cf. McAnany,

1980, 1981; Schramm dan Lerner, 1976 dalam Jahi 1988). Dalam perspektif ini,

komunikasi dianggap sebagai suatu proses, yang partisipan-partisipannya bertukar

tanda-tanda informasi untuk mengurangi ketidakpastian (Schramm, 1971; Rogers and

Kincaid, 1981). Pendekatan ini menunjukkan bahwa dalam komunikasi terdapat

transaksi atau saling tukar informasi di antara para partisipan, yang dengan caranya

sendiri telah memberikan kontribusi pada proses tumbuhnya pengertian yang dapat

disebut sebagai komunikasi model konvergen (Rogers and Kincaid, 1981).

Pembangunan Pertanian dan Komunikasi Pembangunan

Pembangunan pertanian diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untuk

mengembangkan kapasitas masyarakat pertanian, khususnya memberdayakan petani,

peternak dan nelayan, agar mampu melaksanakan kegiatan ekonomi produktif secara

mandiri dan selanjutnya mampu memperbaiki kehidupannya sendiri. Pelaku utama

pembangunan adalah petani, peternak dan nelayan yang jumlahnya berjuta-juta

dengan penguasaan sumberdaya yang relatif terbatas. Peran mereka dalam

pencapaian tujuan pembangunan nasional sangat vital, terutama dalam pencapaian

ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, kebijakan, strategi, dan program

pembangunan dirancang dengan pendekatan pemberdayaan mereka agar mampu

mandiri dalam melaksanakan usaha pertaniannya serta dijiwai oleh keberpihakan pada

kepentingan petani. Dengan demikian, tujuan akhir dari pembangunan pertanian

adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani, peternak dan

nelayan. Pencapaian akhir tujuan tersebut, yaitu meningkatnya pendapatan dan

kesejahteraan petani, dapat dilakukan melalui : (a) peningkatan produksi dan

produktivitas dan (b) mengkondisikan pasar agar dapat menentukan harga yang wajar

bagi produk-produk pertanian. Upaya peningkatan produksi dan produktivitas

dilaksanakan dengan meningkatkan efisiensi usaha melalui penerapan teknologi petani

tepat guna dan spesifik lokasi (Solahuddin, 2009).

Komunikasi pembangunan dalam konteks pembangunan pertanian dapat

berperan sebagai katalisator perubahan sosial bagi masyarakat luas yang meliputi

perubahan pada tahap pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang dari yang kurang

baik menjadi lebih baik. Jika dikaitkan dengan tujuan pembangunan pertanian,

sehingga konteks perubahan yang dapat dilakukan melalui komunikasi dapat

mengarah pada perubahan budidaya produksi usaha pertanian. Perubahan budidaya

Page 37: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

11

merupakan perubahan perilaku pada pelaku pembangunan (baca : petani) dalam

menggunakan teknologi tepat guna dan spesifik lokasi. Berbagai peran komunikasi

pembangunan yang dikemukakan oleh Hedebro (1979) dalam Nasution (2007) yakni :

1. Komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan membujukkan

nilai-nilai, sikap mental dan bentuk perilaku yang menunjang modernisasi.

2. Komunikasi dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan baru, mulai dari

baca tulis ke pertanian, keberhasilan lingkungan, hingga reparasi mobil.

3. Media massa dapat bertindak sebagai pengganda sumber-sumber daya

pengetahuan.

4. Media massa dapat mengantarkan pengalaman-pengalaman yang seolah-olah

dialami sendiri, sehingga mengurangi biaya psikis dan ekonomis untuk

menciptakan kepribadian yang mobile.

5. Komunikasi dapat meningkatkan aspirasi yang merupakan perangsang guna

bertindak nyata.

6. Komunikasi dapat membantu masyarakat menemukan norma-norma baru dan

keharmonisan dari masa transisi.

7. Komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk berpartisipasi dalam

pembuatan keputusan di tengah kehidupan masyarakat.

8. Komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat yang

bercirikan tradisional, dengan membawakan pengetahuan kepada massa.

Mereka memperoleh informasi akan menjadi orang yang berarti, dan para

pemimpin tradisional akan tertantang oleh kenyataan bahwa ada orang-orang

lain yang juga mempunyai kelebihan dalam hal memiliki informasi.

9. Komunikasi dapat menciptakan rasa kebangsaan sebagai sesuatu yang

mengatasi kesetiaan-kesetiaan lokal.

10. Komunikasi dapat membantu mayoritas populasi menyadaari pentingnya arti

mereka sebagai warga negara, sehingga dapat membantu meningkatkan

aktivitas politik.

11. Komunikasi memudahkan perencanaan dan implementasi program-program

pembangunan yang berkaitan dengan kebutuhan penduduk.

12. Komunikasi dapat membantu pembangunan ekonomi, sosial dan politik menjadi

suatu proses yang berlangsung sendiri (self-pertuating).

Penerapan komunikasi pembangunan sudah sejak lama dilaksanakan pada

sektor pertanian. Bahkan dapat dikatakan bahwa penerapan yang pertama kali sekali

Page 38: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

12

justru pada sektor ini, meskipun pada masa itu belum dikenal istilah “komunikasi

pembangunan”. Proyek Masagana 99 merupakan salah satu contoh penerapan

komunikasi pembangunan untuk sektor pertanian, dimana tujuan proyek ini untuk

meningkatkan produksi beras dengan memberikan kredit, pinjaman, sarana pertanian

dan informasi mutakhir mengenai konsep dan praktek pertanian di Filipina pada tahun

1973. Media yang digunakan dalam proyek ini adalah televisi, radio, komik, brosur,

selebaran, bulletin, majalah berbahasa lokal, surat kabar dan komunikasi antar pribadi

(Nasution, 2007)

Menurut Dilla (2007) di Indonesia komunikasi pembangunan diterapkan pada

program swasembada pangan melalui proyek BIMAS, INMAS, dll di tahun sekitar

1980-an. Tujuan dari program tersebut adalah meningkatkan produksi beras setinggi-

tingginya sehingga mampu menyediakan cadangan makanan yang cukup bagi seluruh

penduduk Indonesia. Dalam hal ini, infrastruktur komunikasi dibangun sebaik mungkin

yakni dengan dibuatnya Televisi Republik Indonesia dan Radio Republik Indonesia

yang memuat acara mengenai program ini. Mengikuti konsep ini, maka lahirlah

program atau siaran seperti koran masuk desa, siaran pedesaan (RRI), dari desa ke

desa (TVRI) yang bertujuan untuk mempromosikan, menyebarkan, membujuk,

mendukung dan meyakinkan masyarakat terhadap rencana program pembangunan.

Selain itu, penyuluhan pertanian sebagai saluran komunikasi personal juga diperkuat

dengan meningkatkan intensitas penyuluhan secara terarah dan sistematis.

Menurut Soekartawi (2005) komunikasi di bidang pertanian haruslah memuat

pesan mengenai: (a) bagaimana menigkatkan produksi pertanian, (b) bagaimana

memelihara lahan agar kondisi lahan tetap subur dan terhindar dari bahaya erosi,

(c) bagaimana perlakuan pascapanen yang baik, (d) bagaimana adopsi teknologi baru

harus di lakukan, (e) bagaimana melaksanakan kerjasama kelompok, (f) bagaimana

meningkatkan pendapatan rumahtangga tani, (g) bagaimana berpartisipasi dalam

kegiatan pedesaan, dan sebagainya.

Berbicara mengenai komunikasi dengan pembangunan sudah pasti kajiannya

tidak lepas dari usaha penyebaran pesan-pesan (ide, gagasan dan inovasi) kepada

sejumlah besar orang. Bagaimana suatu ide, gagasan atau inovasi pembangunan

diperkenalkan, dijelaskan hingga menimbulkan efek tertentu sebagai sesuatu yang

bermanfaat. Secara sederhana, penyebaran pesan-pesan (ide, gagasan dan inovasi)

dapat diartikan sebagai difusi inovasi. Difusi merupakan suatu bentuk khusus

komunikasi. Menurut Rogers dan Shoemaker (1971) seperti dikutip Nasution (2007),

studi difusi mengkaji pesan-pesan yang berupa ide-ide ataupun gagasan-gagasan

Page 39: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

13

baru. Berdasarkan pada pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwasanya

terdapat kaitan yang erat antara komunikasi pembangunan dengan difusi inovasi yang

pada umumnya dipraktekan di bidang pertanian dan hal ini merupakan salah satu dari

strategi pembangunan pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan

pelaku pembangunan (petani, peternak dan nelayan).

Pengertian dan Konsep Jaringan Komunikasi

Jahi (1988) menyatakan bahwa perubahan sosial atau pembangunan sedikit

banyak bergantung pada keefektifan komunikasi dalam jaringan-jaringan sosial. Untuk

mendeteksi keberadaan suatu jaringan komunikasi dalam masyarakat digunakan

metode penelitian dengan model konvergen yang menjadikan hubungan interpersonal

sebagai unit analisis. Model komunikasi konvergen mengarah kepada suatu perspektif

hubungan komunikasi antar manusia yang bersifat interpersonal. Oleh karena itu

hubungan-hubungan yang terbentuk merupakan suatu rangkaian jalinan yang

interaktif. Model komunikasi konvergensi mendefinisikan komunikasi sebagai proses

dimana partisipan-partisipan komunikasi menciptakan dan membagi informasi satu

sama lain untuk mencapai kesamaan makna. Menurut Kincaid (1979) dalam Rogers

and Kincaid (1981) komponen utama pada model ini adalah informasi, ketidakpastian,

konvergen, pengertian bersama, persetujuan bersama, aksi kolektif dan

keterhubungan jaringan. Untuk lebih jelas, komponen dasar komunikasi konvergen

dapat diilustrasikan pada Gambar 1.

Rogers and Kincaid (1981) membedakan struktur jaringan komunikasi ke dalam

jaringan personal jari-jari (Radial Person Network) dan jaringan personal saling

mengunci (Interlocking Personal Network). Jaringan personal yang memusat

(interlocking) mempunya derajat integrasi yang tinggi. Jaringan personal yang

menyebar (radial) mempunyai derajat integrasi yang rendah, namun mempunyai sifat

keterbukaan terhadap lingkungannya. Rogers dan Kincaid menegaskan, individu yang

terlibat dalam jaringan komunikasi interlocking terdiri dari individu-individu yang

homopili, namun kurang terbuka terhadap lingkungannya.

Jaringan personal radial memiliki kepadatan yang sedikit dan lebih terbuka

terhadap pertukaran informasi pada lingkungan dan memungkinkan individu fokal

untuk bertukar informasi dengan lingkungan yang lebih luas. Jaringan radial berisikan

orang-orang yg memiliki kenalan berjarak jauh (ikatan lemah) yang berguna sebagai

saluran untuk memperoleh informasi. Ikatan yang lemah memiliki banyak bridge yang

menghubungkan dua atau lebih klik. Ikatan yg lemah memiliki peran yang sangat

Page 40: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

14

penting karena mengantarkan informasi-informasi baru. Jaringan personal radial

sangat penting dalam difusi inovasi karena link-link yang ada mencapai seluruh sistem,

sementara jaringan mengunci (interlocking) lebih tumbuh ke arah dalam secara

alamiah. Sistem yang tumbuh ke arah dalam merupakan jaringan yang sangat miskin

untuk menangkap informasi baru dari suatu lingkungan (Rogers, 2003).

Gambar 1. Komponen dasar model komunikasi konvergen (sumber : Kincaid, 1979 dalam Rogers dan Kincaid 1981).

Penelitian jaringan komunikasi merupakan penelitian komunikasi yang

menggunakan model komunikasi konvergen. Karena, dalam penelitian jaringan

komunikasi menginvestigasi dua aspek yang mengimplikasikan model konvergen yakni

(1) kealamiahan dinamika komunikasi manusia sepanjang waktu, (2) pertukaran

konten informasi. Tujuan penelitian komunikasi yang menggunakan analisis jaringan

komunikasi adalah (1) untuk memahami gambaran umum mengenai interaksi manusia

di dalam sistem sosial, (2) untuk mengidentifikasi struktur komunikasi yang ada di

dalam sistem sosial (Rogers and Kincaid, 1981).

Menurut Rogers (2003) hakekat dari suatu jaringan komunikasi adalah

hubungan-hubungan yang bersifat homofili (homophilus), yakni kecenderungan

manusia untuk melakukan hubungan atau kontak sosial dengan orang-orang yang

memiliki atribut sama atau yang lebih tinggi sedikit dari posisi dirinya. Tetapi dapat juga

PSYCHOLOGICAL REALITY  

 A 

PHYSICALREALITY

information

Collective Action 

Mutual Agreement

MUTUALUNDERSTANDING 

SOCIAL REALITY 

A & B 

PSYCHOLOGICAL REALITY  

 B

Action

perceiving interpreting 

understanding  believing 

perceiving interpreting 

believing

Action

understanding 

Page 41: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

15

terjadi antar orang-orang yang memiliki atribut yang tidak sama. Setiap jenis jaringan

komunikasi mempunyai kecepatan perkembangan yang berbeda-beda. Semakin

penting suatu jenis informasi bagi suatu anggota sistem sosial, makin cepat

perkembangan dan luas jangkauan jaringan komunikasinya. Jaringan komunikasi yang

berhubungan dengan informasi tentang kebutuhan primer akan mempunyai jangkauan

yang tercepat dan terjauh (Rogers, 2003).

Jaringan adalah struktur sosial yang diciptakan oleh komunikasi antara individu

dan kelompok (Littlejohn, 1992). Rogers and Kincaid (1981) menambahkan bahwa

analisis jaringan komunikasi merupakan metode penelitian untuk mengidentifikasi

struktur komunikasi, Di mana data relasional mengenai arus komunikasi dianalisis

dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisis.

Baginya, sistem sosial adalah satu set unit yang saling terkait yang terlibat dalam

pemecahan masalah bersama untuk mencapai tujuan. Pengertian ini menunjukkan

jaringan komunikasi hanyalah alat, bukan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu

penelitian jaringan. Hasil yang diperoleh dalam analisis jaringan komunikasi berupa

struktur dan pola komunikasi dalam suatu sistem.

Masyarakat membutuhkan informasi sebagai bahan masukan untuk menghadapi

ketidakpastian yang mereka hadapi (Flor and Matulac,1994 yang dikutip oleh Lubis,

2000). Jaringan komunikasi menurut Rogers and Kincaid (1981) adalah suatu jaringan

yang terdiri atas individu-individu yang saling berhubungan, yang dihubungkan oleh

arus komunikasi yang terpola. Begitu pula Hanneman and McEver yang dikutip oleh

Djamali (1999) menyatakan bahwa jaringan komunikasi adalah pertukaran informasi

yang terjadi secara teratur antara dua orang atau lebih. Knoke dan Kuklinski (1982)

yang dikutip oleh Setyanto (1993) melihat jaringan komunikasi sebagai suatu jenis

hubungan yang secara khusus merangkai individu-individu, obyek-obyek dan

peristiwa-peristiwa. Jaringan komunikasi adalah aspek struktural dari sebuah

kelompok, jaringan tersebut menjelaskan kepada kita bagaimana kelompok tetap

bersatu atau terikat satu sama lain (Leavitt, 1992).

Cara pengumpulan data dalam jaringan komunikasi adalah dengan mengajukan

pertanyaan sosiometri, yaitu pertanyaan dari siapa seseorang mendapatkan informasi

tertentu. Berdasarkan pengalaman agar jaringan dapat dibuat sosiogramnya sebaiknya

orang tersebut diminta untuk menunjuk paling sedikit tiga orang sumber informasinya.

Hasil yang diperoleh berupa sosiogram yang merupakan ilustrasi hubungan “siapa

berinteraksi dengan siapa” atau menggambarkan interaksi dalam suatu jaringan sosial,

sangat berguna untuk menelusuri aliran informasi ataupun difusi suatu inovasi. Rogers

Page 42: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

16

and Kincaid (1981) pun menyatakan bahwa sosiogram merupakan hasil dari analisis

data kuantitatif tentang pola komunikasi di antara orang-orang dalam sebuah sistem.

Analisis jaringan komunikasi dengan menggunakan sosiogram juga dapat

memperihatkan peran-peran individu dalam berinteraksi dengan sesamanya melalui

jaringan komunikasi. Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam

menggambarkan peran-peran individu yang terlibat dalam jaringan komunikasi yaitu:

1. Opinion leader adalah pimpinan informal dalam organisasi. Mereka ini tidaklah

selalu orang-orang yang mempunyai otoritas formal dalam organisasi tetapi

membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan

mereka.

2. Gate keepers adalah individu yang mengontrol arus informasi diantara anggota

organisasi. Mereka berada di tengah suatu jaringan dan menyampaikan pesan dari

satu orang kepada orang lain atau tidak memberikan informasi. Gate keepers dapat

menolong anggota penting dari organisasi seperti pimpinan untuk menghindarkan

informasi yang terlampau banyak dengan jalan hanya memberikan informasi yang

penting-penting saja terhadap mereka. Dalam hal ini gate keepers mempunyai

kekuasaan dalam memutuskan apakah suatu informasi penting atau tidak.

3. Cosmopolite adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan

lingkungannya. Mereka ini mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang ada

dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai organisasi kepada orang-

orang tertentu dalam lingkungannya.

4. Bridge adalah anggota kelompok atau klik dalam suatu organisasi yang

menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lain. Individu ini

membantu saling memberi informasi di antara kelompok-kelompok dan

mengkoordinasi kelompok.

5. Liaison adalah sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri bukanlah

anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan penghubung di antara satu

kelompok dengan kelompok lainnya. Individu ini juga membantu dalam membagi

informasi yang relevan di antara kelompok-kelompok organisasi.

6. Isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang

lain dalam organisasi. Orang-orang ini menyembunyikan diri dalam organisasi atau

diasingkan oleh teman-temannya.

Page 43: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

17

Analisis Jaringan Komunikasi

Analisis jaringan komunikasi dalam organisasi terdapat prosedur-prosedur yang

harus dijalankan, yaitu : (a) mengidentifikasi klik-klik yang ada dalam suatu sistem

secara keseluruhan dan menentukan bagaimana sub-sub struktural ini mempengaruhi

komunikasi individu di dalam organisasi, (b) mengidentifikasi peranan-peranan

komunikasi khusus yang dimainkan oleh opinion leader, cosmopolite, gate keepers,

liaisons, bridges, dan isolates, (c) mengukur berbagai indeks struktural (seperti

keterpaduan dan keterhubungan komunikasi dengan keterbukaan sistem) bagi individu

hingga sistem secara keseluruhan (Rogers and Kinkaid, 1981).

Sementara itu yang dimaksud dengan klik adalah bagian dari sistem (sub sistem)

dimana anggota-anggotanya relatif lebih sering berinteraksi satu sama lain

dibandingkan dengan anggota-anggota lainnya dalam sistem komunikasi. Sebagai

dasar untuk mengetahui apakah individu-individu itu dapat dimasukkan ke dalam suatu

klik, ada tiga kriteria yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi klik, yaitu :

(1) setiap klik minimal harus terdiri dari tiga anggota, (2) setiap klik minimal harus

mempunyai derajat keterhubungan 50 persen dari hubungan-hubungan di dalam klik,

dan (3) seluruh anggota klik baik secara langsung maupun tidak langsung harus saling

berhubungan melalui satu rantai hubungan dyadic yang berlangsung secara kontinyu

dan menyeluruh di dalam klik (Rogers and Kincaid, 1981).

Scott (2000) menyatakan indikator terhadap jaringan dapat dilihat dari beberapa

derajat pengukuran yakni :

1. Koneksi (connectedness)

Connectedness adalah derajat di mana anggota-anggota sistem berhubungan

dengan anggota-anggota lain dalam sistem. Nilai connectedness diukur dengan

membandingkan semua ikatan yang sedang terbentuk dengan kemungkinan hubungan

yang mungkin terjadi. Sementara itu, Hanneman and Riddle (2005) menyatakan bahwa

konektivitas menghitung banyaknya node yang harus dihilangkan agar satu individu

dapat mencapai individu lainnya. Jika ada berbagai jalur yang berbeda yang

menghubungkan dua individu maka, mereka memiliki “konektivitas” yang tinggi dalam

arti bahwa ada beberapa cara untuk mencapai dari satu individu ke individu yang lain.

Konektivitas dapat menjadi ukuran yang berguna untuk mendapatkan pengertian

tentang ketergantungan dan kerentanan individu.

Page 44: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

18

2. Keterjangkauan (reachability)

Reachability adalah jumlah hubungan yang menghubungkan seorang individu

dengan individu lain dalam jaringan. Sementara itu, Hanneman and Riddle (2005)

menyatakan bahwa seorang individu dapat dikatakan “tejangkau” jika terdapat

seperangkat hubungan untuknya yang dapat dilacak dari sumber ke individu yang

menjadi target. Reachability memberitahu kita apakah dua individu dihubungkan atau

tidak dengan cara baik langsung atau tidak langsung melalui jalur dari setiap length.

3. Resiprositas (reciprocity)

Reciprocity adalah persetujuan dua orang tentang eksistensi hubungan mereka.

Sementara itu, Hanneman and Riddle (2005) melihat hal penting dalam sebuah

hubungan dyad yang langsung adalah melihat sejauhmana sebuah hubungan saling

berbalasan. Pengukuran resiprositas pada jaringan biasanya merupakan pendekatan

yang difokuskan pada analisis dyad dengan mempertanyakan proporsi pasangan yang

memiliki ikatan yang timbal-balik diantara mereka. Tetapi dalam struktur jaringan yang

besar dengan populasi yang banyak biasanya kebanyakan individu tidak memiliki

ikatan yang langsung pada sebagian besar individu lainnya, sehingga lebih bijak jika

pengukuran difokuskan pada derajat resiprositas diantara pasangan yang memiliki

ikatan. Selain menganalisis ikatan yang berumpan balik di level individu, juga dapat

melihat seberapa banyak ikatan yang terlibat dalam struktur yang memiliki umpan-balik

(ber-resiprositas) dan ini disebut dengan dyad method.

4. Kepadatan (density)

Konsep kepadatan atau konsep density menggambarkan level umum

keterhubungan individu dalam sebuah sosiogram. Analisis kepadatan dapat dianggap

sama dengan hubungan di sekitar individu tertentu. Density adalah keseluruhan

jaringan tetapi bukan sesederhana “personal network” dari node agen. Untuk

mengukur kepadatan dapat digunakan dua rumus yakni untuk kepadatan yang

memuat hubungan tidak langsung dan kepadatan yang memuat hubungan langsung.

Kepadatan juga dapat diukur pada jenis data biner dan data yang bernilai atau multiply.

Kepadatan pada jaringan yang biner adalah proporsi sederhana dari kemungkinan

semua ikatan yang benar-benar hadir. Untuk jaringan bernilai kepadatan didefinisikan

sebagai jumlah dari ikatan yang ada dibagi dengan banyaknya ikatan yang mungkin

terjadi. Kepadatan jaringan dapat memberi kita wawasan dalam fenomena seperti

kecepatan dimana informasi berdifusi antara individu, dan sejauhmana pelaku memiliki

tingkat modal sosial atau kendala sosial (Hanneman and Riddle, 2005).

Page 45: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

19

5. Sentralitas (centrality)

Sentralitas merupakan pengukuran terhadap jaringan komunikasi yang

ditemukan dalam konsep sosiometric sebagai “star” yakni orang yang “populer” dalam

kelompoknya atau yang berdiri di pusat perhatian. Individu yang menjadi “star”

berlokasi pada pusat jika memiliki sejumlah hubungan yang besar dengan individu

lainnya dalam lingkungan yang dekat. Derajat pengukuran sentralitas terdiri dari

derajat beragam individu dalam sosiogram yang dapat menunjukkan seberapa baik

terhubungnya individu tertentu dengan lingkungan lokal mereka, sehingga sentralitas

juga dapat digunakan untuk mengukur keterungulan seseorang dalam sistem.

Sentralitas dibagi menjadi dua, sentralitas lokal (local centrality) dan sentralitas

global (global centrality). Sentralitas lokal adalah derajat dimana seorang individu

berhubungan dengan individu lain dalam sistem. Sentralitas lokal menunjukkan jumlah

hubungan yang dapat dibuat individu dengan individu lain dalam sistem. Menurut

Freeman (1979) yang dikutip oleh Scott (2000), sentralitas lokal dapat bersifat relatif.

Hal ini akan menjadi sangat penting jika ukuran kelompok tidak sama. Local centrality

atau sentralitas lokal memperhatikan keunggulan relatif dari individu fokus dalam

hubungan pertetanggaan.

Freeman (1979) yang dikutip oleh Scott (2000) telah mengusulkan pengukuran

sentralitas global berdasarkan pada istilah seputar “closeness” atau kedekatan dari

individu. Pengukuran sentralitas global Freeman diekspresikan dalam istilah “distance”

diantara beragam individu. Global centrality atau sentralitas global memperhatikan

keunggulan individu dengan keseluruhan jaringan. Nilai sentralitas global menunjukkan

jumlah ikatan yang seseorang butuhkan untuk menghubungi semua individu dalam

jaringan. Semakin kecil nilai sentralitas global menujukkan semakin mudah bagi

seseorang untuk menghubungi semua individu dalam jaringan.

6. Kebersamaan (betweeness)

Freeman (1979) yang dikutip oleh Scott (2000) mengusulkan konsep

betweenness. Konsep ini mengukur sejauh mana individu tertentu terletak diantara

individu-individu lain pada sosiogram. Betweenness dari individu mengukur

keberadaan agen yang dapat memainkan bagian potensial sebagai ‘broker’ atau

‘gatekeeper’ untuk mengukur semua titik lainnya. Pendekatan Freeman mengenai

betweenness dibangun sekitar konsep “local depedency” atau konsep “ketergantungan

lokal”. Seorang individu akan tergantung dengan lainnya jika path yang

menghubunginya pada individu lain melewati individu tersebut. Keseluruhan

“betweenness” dihitung sebagai sebagian jumlah dari nilai dalam kolom matrik.

Page 46: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

20

Penggunaan beberapa pengukuran jaringan di atas telah dilakukan oleh

beberapa peneliti jaringan seperti Levine and Kuraban (2006) yang dikutip oleh

Danowski et al., (2008) yang menteorikan bahwa kepadatan menderaskan

keuntungan-keuntungan moral termasuk memperbesar kepercayaan, mengurangi

kecurangan, dan pengawasan yang lebih efektif. Kepadatan jaringan dapat merespon

cepat untuk perubahan dalam produtivitas atau gaya kerja. Selanjutnya, Danowski et al

., (2008) juga mengatakan bahwa kepadatan sangat penting untuk produktivitas

organisasi. Selanjutnya Hiltz (1982) yang dikutip oleh Danowski et al ., (2008)

melaporkan bahwa ukuran jaringan dan kepadatan berhubungan dengan

meningkatnya peneliti yang melaporkan produktivitas yang ditandakan dengan

meningkatnya variabel “ketersediaan ide”, ketersediaan acuan dan informasi lain yang

digunakan dalam organisasi mereka.

Penelitian Lubis (2000) mengenai kemampuan adaptasi secara fisik dan sosial

dari para transmigran di Indonesia didekati dengan analisis faktor komunikasi dan

sosial-budaya. Faktor komunikasi yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah

sentralitas lokal, sentralitas global, betweenness, kepemilikan media. Perubahan

kondisi ekonomi para transmigran lima tahun kedepan ditentukan oleh sentralitas lokal

dan kondisi sosial saat ini serta lima tahun mendatang juga ditentukan oleh sentralitas

lokal dan sentralitas global.

Penelitian Wunawarsih (2005) mengenai faktor komunikasi dan sosial ekonomi

yang berhubungan dengan adaptasi nelayan menggunakan indikator jaringan

komunikasi sentralitas lokal, sentrlitas global dan kebersamaan, dari penelitiannya,

membuktikan bahwa nelayan dengan sentralitas lokal dan kebersamaan yang tinggi

lebih mudah untuk beradaptasi. Demikian pula halnya dengan nelayan yang memiliki

sentralitas global rendah relatif lebih mudah untuk melakukan adaptasi, dengan asumsi

bahwa semakin rendah nilai sentralitas global yang dimiliki nelayan maka semakin

besar kemampuan nelayan tersebut untuk menghubungi semua individu dalam sistem.

Hasil penelitian Mislini (2006) mengenai jaringan komunikasi dalam dinamika

kelompok Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) menyatakan bahwa terdapat

hubungan nyata positif antara jaringan komunikasi dengan dinamika kelompok.

Anggota KSM yang memiliki sentralitas lokal dan kebersamaan yang tinggi lebih aktif

melakukan interaksi dengan anggota KSM dan warga masyarakat lainnya sehingga

dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan kegiatan KSM.

Page 47: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

21

Adopsi (Penerapan) Inovasi dan Jaringan Komunikasi

Adopsi inovasi di bidang pertanian adalah merupakan hasil dari kegiatan suatu

komunikasi pertanian dan karena komunikasi itu melibatkan interaksi sosial di antara

masyarakat, maka proses adopsi inovasi terkait dengan pengaruh interaksi antar

individu, antar kelompok, anggota masyarakat atau kelompok masyarakat, juga

dipengaruhi oleh interaksi antar kelompok dalam masyarakat. Proses adopsi inovasi

yang terjadi pada kelompok tani pada prinsipnya adalah kumulatif dari adopsi

individual, sehingga tahapan-tahapan adopsi inovasi individual juga berlaku bagi

tahapan adopsi inovasi kelompok (Soekartawi, 2005).

Inovasi adalah suatu gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh

seseorang sejauh dihubungkan dengan tingkah laku manusia (Rogers, 2003).

Kebaruan suatu inovasi disini mempunyai pengertian yang sangat relatif. Sepanjang

suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ide tersebut dianggap sebagai inovasi.

Pengertian baru disini, mengandung makna bukan sekedar baru diketahui oleh pikiran

tetapi juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga

masyarakat dalam arti sikap dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan

dilaksanakan atau diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat. Pengertian

inovasi tidak hanya terbatas benda atau barang hasil produksi saja, tetapi mencakup

ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perlakuan atau gerakan-gerakan menuju

proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat.

Adopsi merupakan suatu keputusan untuk menggunakan sepenuhnya inovasi

sebagai cara bertindak yang paling baik. Pada tahap keputusan, seseorang

dihadapkan pada pilihan untuk menerima atau menolak inovasi. Penerimaan atau

penolakan terhadap inovasi adalah keputusan yang dibuat oleh seseorang sebagai

proses mental sejak seseorang mengetahui inovasi sampai keputusan menerima atau

menolaknya, kemudian mengukuhkannya (Rogers, 2003). Mardikanto (1993),

menyatakan bahwa adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan

sesuatu ide atau alat teknologi baru yang disampaikan berupa pesan komunikasi.

Manifestasi dari bentuk adopsi ini dapat dilihat atau diamati melalui tingkah laku,

metode, maupun peralatan atau teknologi yang dipergunakan oleh para petani atau

penerima pesan.

Soekartawi (2005) menyatakan bahwa sumber informasi sangat berpengaruh

terhadap proses adopsi inovasi. Sumber informasi dapat berasal dari media massa,

tetangga, petugas lapangan, pedagang, pejabat desa dan lain-lain. Pada tahap

kesadaran, sumber informasi terpenting adalah media massa dan tetangga yang

Page 48: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

22

tinggal disektiarnya dan teman. Pada tahap minat, diperlukan kemudahan untuk

berkomunikasi dengan sumber informasi, maka sumber informasi terpenting adalah

media massa dan tetangga yang tinggal disektiarnya dan teman. Pada tahap evaluasi,

petani memerlukan alasan yang kuat untuk melakukan adopsi, maka sumber informasi

terpenting adalah teman atau tetangga dan agen pertanian untuk membantu

meyakinkan bahwa adopsi inovasi diperlukan. Pada tahap mencoba, informasi

mengenai adopsi inovasi lebih banyak berasal dari teman atau tetangga dan agen

pertanian calon adopter. Pada tahap adopsi, mendemonstrasikan inovasi yang telah

dicoba adalah sangat penting maka sumber informasi terpenting adalah teman atau

tetangga, pengamatan pribadi, agen pertanian, media massa dan pedagang atau

salesman.

Berlo (1960) menyatakan bahwa karakteristik personal seperti pendidikan,

pengalaman, status sosial ekonomi, keanggotaan dalam suatu organisasi dan

kekosmopolitan merupakan peubah yang menentukan persepsi dan sikap terhadap

penerapan suatu teknologi. Havelock et al. (1971) menyatakan bahwa peubah-peubah

individual yang mempengaruhi penerapan informasi antara lain adalah kompetensi dan

penghargaan, kepribadian, nilai-nilai kebutuhan, pengalaman masa lalu, ancaman dan

pengaruh, pemenuhan harapan, distorsi informasi baru, proses perubahan sikap dan

pola perilaku serta perolehan informasi dan efek komunikasi.

Beberapa penelitian yang membuktikan bahwa ada hubungan positif antara

keterlibatan seseorang dalam jaringan komunikasi dengan tingkat adopsi (penerapan)

inovasi mereka. Penelitian Guimaraes (1972) yang dikutip oleh Rogers dan Kincaid

(1981) menyatakan bahwa pada 20 desa di Brasil menunjukkan bukti bahwa

keterlibatan seseorang di dalam jaringan komunikas berhubungan dengan keinovatifan

mereka di dalam pertanian. Kemudian, hasil penelitian Yadav yang dikutip oleh Rogers

dan Kincaid (1981) menemukan bahwa desa-desa yang mempunyai tingkat inovasi

tinggi di bidang pertanian, ternyata tingkat keterhubungan dalam struktur komunikasi

juga tinggi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafril (2002) mengenai hubungan

karakteristik petani dan jaringan komunikasi dengan adopsi inovasi teknologi sistem

usaha pertanian jagung menyatakan bahwa jaringan komunikasi berkorelasi nyata

dengan adopsi teknologi. Selanjutnya, penelitian Siswanto (2002) menyatakan bahwa

terdapat hubunngan nyata antara jaringan komunikasi dengan tingkat penerapan

teknologi flushing. Dengan demikian, semakin tinggi peranan individu dalam jaringan

komunikasi maka penerapan teknologi flushing menjadi semakin baik.

Page 49: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

23

Produksi dan Teknologi Budidaya Ubi Kayu

Produksi dapat dinyatakan sebagai perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi

dalam penciptaan komoditas berupa kegiatan usahatani maupun usaha lainnnya

(penangkapan dan beternak). Selanjutnya, sebelum dilakukan proses produksi di

lahan, terlebih dahulu dilakukan proses pengadaan saprodi (sarana produksi)

pertanian berupa industri agro-kimia (pupuk dan pestisida), industri agro-otomotif

(mesin dan peralatan pertanian), dan industri pembenihan dan pembibitan. Untuk

proses produksi di lahan, dapat digunakan faktor-faktor produksi seperti lahan, tenaga

kerja, modal, pupuk, pestisida, teknologi, serta manajemen. Sehingga, produksi

pertanian merupakan hasil proses dari lahan pertanian dalam arti luas berupa

komoditas pertanian (pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan

kehutanan) dengan berbagai pengaruh faktor-faktor produksi dan faktor-faktor hasil

produksi (Rahim dan Hastuti, 2008).

Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apa pun tidak dapat dilepaskan dari

kemajuan teknologi. Revolusi pertanian di dorong oleh penemuan mesin-mesin dan

cara-cara baru dalam bidang pertanian. Demikian pula “revolusi hijau” mulai tahun

1969/1970 disebabkan oleh penemuan teknologi baru dalam bibit padi dan gandum

yang lebih unggul dibanding bibit-bibit yang dikenal sebelumnya. Mosher dalam

bukunya yang berjudul “getting agricultural moving” telah disebutkan di atas

menganggap teknologi yang senantiasa berubah itu sebagai syarat mutlak adanya

pembangunan pertanian. Apabila tidak ada perubahan dalam teknologi maka

pembangunan pertanian pun terhenti kenaikannya, bahkan dapat menurun karena

merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan yang makin meningkat oleh hama

penyakit yang makin merajalela (Mubyarto, 1995).

Teknologi dalam hal ini diartikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan

keterampilan di bidang industri. Tetapi mosher mengartikan teknologi pertanian

sebagai cara-cara bertani. Sebenarnya yang lebih perlu disadari adalah pengaruh

teknologi baru pada produktivitas pertanian. Teknologi baru yang diterapkan dalam

bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas apakah ia

produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Traktor lebih produktif daripada cangkul.

Pupuk buatan lebih produktif daripada pupuk hijau dan pupuk kandang, menanam padi

dengan baris lebih produktif daripada menanamnya dengan tidak teratur. Demikianlah

masih banyak lagi “cara-cara bertani baru” dimana petani setiap waktu dapat

meningkatkan produktivitas pertanian (Mubyarto, 1995).

Page 50: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

24

Menurut Prihandana dkk (2008) budidaya tanaman pangan ubi kayu memiliki

beberapa langkah yang perlu dilewati. Yakni pembibitan, pengolahan lahan,

penanaman (pola tanam dan jarak tanam), penyulaman, pengendalian gulma,

pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan panen. Prihandana dkk (2008) juga

lebih lanjut menyatakan bahwa berbagai permasalahan yang melanda petani ubi kayu

di Indonesia akibat (a) minimnya pengetahuan petani mengenai bibit unggul dan petani

belum menerapkan varietas bibit unggul, (b) panen yang dilakukan tidak tepat waktu,

(c) dosis pupuk yang direkomendasikan tidak diterapkan, (d) kurangnya sosialisasi

perbaikan teknik budidaya dalam rangka peningkatan produktivitas, (e) terbatasnya

persediaan bibit dari kebun-kebun pemerintah dan swasta (f) pihak pemerintah dan

swasta kurang melakukan sosialisasi penggunaan bibit unggul ubi kayu nasional.

Karakteristik Personal Petani Ubi Kayu

Karakteristik personal, yang sebagian peneliti menyebutnya sebagai karakteristik

individu (individual characteristic) merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki

seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya.

Kotler yang dikutip oleh Zahid (1997) mengemukakan bahwa karakteristik individu

dapat diklasifikasikan kedalam karakteristik demografik dan karakteristik psikografik.

Karakteristik demografik mencakup umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, daur

kehidupan keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, ras, kebangsaan dan tingkat

sosial. Sedangkan karakteristik psikografik meliputi gaya hidup dan kepribadian.

Menurut Lionberger (1960), karakteristik individu merupakan aspek personal

seseorang yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologisnya. Petani kecil

menurut soekartawi dkk, (1986) yang dikutip oleh Soekartawi (2005) memiliki

karakteristik diantaranya adalah (a) pendapatan rendah yakni kurang dari 240 kg beras

per kapita per tahun, (b) berlahan sempit yakni kurang dari 0,25 ha sawah di Jawa atau

0,5 ha di luar Jawa dan berlahan sempit kurang dari 0,5 ha lahan tegal di Jawa atau 1

ha di luar Jawa, (c) kekurangan modal dan memiliki tabungan terbatas;

(d) berpengetahuan terbatas dan kurang dinamis.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa profil petani yakni umur, pendapatan,

luas lahan yang dimiliki, jumlah tanggungan keluarga, partisipasi dalam kelompok dan

jarak ke sumber informasi berhubungan dengan upaya memperoleh informasi melalui

saluran komunikasi interpersonal maupun media massa (Wardhani, 1994; Istina 1998,

dalam Aziz, 2002). Hasil penelitian Shiddeqy (2001) menyimpulkan bahwa karakteristik

individu seperti umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, jumlah tanggungan

Page 51: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

25

keluarga, tingkat pendapatan dan luas lahan garapan berhubungan nyata dengan

perilaku komunikasinya.

Penelitian Djamali (1999) memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan

antara karakteristik individu dengan keikutsertaan dalam jaringan komunikasi agribisnis

sarang burung walet. Kecenderungan yang terjadi pada seorang pewalet bahwa

semakin muda, semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pengalaman maka seorang

pewalet cenderung ikut serta dalam jaringan komunikasi. Disamping itu terpaan media

memperlihatkan ada hubungan yang signifikan dengan keikutsertaan individu dalam

jaringan komunikasi. Hal ini diperkuat oleh penelitian Sopiana (2002) yang

menunjukkan terdapat hubungan antara umur, pendidikan, luas lahan garapan dan

terpaan media terhadap perilaku (pengetahuan dan pelaksanaan) usahatani tebu.

Ciri khas masyarakat desa adalah lemahnya perkembangan kelembagaan.

Dalam rangka pembangunan masyarakat desa, pemerintah berupaya untuk

membentuk lembaga-lembaga yang berada di desa yang anggota-anggotanya dari

masyarakat itu sendiri seperti kelompok tani, kelompok nelaya maupun KUD yang

merupakan unsur pelancar modernisasi pertanian. Selanjutnya, menurut Walgito

(2007) motivasi seseorang masuk dalam kelompok dapat bervariasi, diantaranya

adalah (a) ingin mencapai tujuan yang secara individu tidak dapat atau sulit dicapai, (b)

kelompok dapat memberikan, baik kebutuhan fisiologis (walau tidak langsung) maupun

kebutuhan psikologis, (c) kelompok dapat mendorong pengembangan konsep diri dan

mengembangkan harga diri seseorang, (d) kelompok dapat pula memberikan

pengetahuan dan informasi, (e) kelompok dapat memberikan keuntungan ekonomis,

misalnya masuk dalam koperasi seperti yang telah ditemukan.

Pada konteks dinamika kelompok dapat dianalisis berdasarkan pendekatan

psikologi sosial maupun sosiologis. Analisis dinamika kelompok berdasarkan

pendekatan psikologi sosial, Cartwright menyebutkan tujuh aspek dan Beal

menambahkan aspek ke-delapan (Soedijanto,1980), yang antara lain mencakup

(1) tugas kelompok, adalah tugas yang berorientasi pada tujuan kelompok, yaitu

mempertahankan diri sebagai kebulatan untuk mencapai tujuan. Tugas kelompok

meliputi : a) satisfaction, yaitu memberikan kepuasan kepada para anggotanya

sehingga mereka masih memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan,

b) information, yaitu mencari dan memberikan keterangan sebanyak mungkin kepada

anggota mengenai apa yang sedang dan ingin dilaksanakan dalam rangka mencapai

tujuan, c) coordination, yaitu adanya pengaturan tugas dan koordinasi yang jelas untuk

mencapai tujuan, d) initiation (inisiatif), yaitu adanya inisiatif di dalam kelompok baik

Page 52: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

26

yang berasal dari para pemimpin atau anggota untuk mencapai tujuan, e) desiminasi,

yaitu penyebaran ide atau gagasan kepada seluruh anggota adalah usahha untuk

mencapai tujuan, dan f) klarifikasi, yaitu kemampuan menjelaskan semua hal atau

persoalan yang timbul kepada seluruh anggota, sehingga hal atau persoalan tersebut

menjadi jelas, (2) mengembangkan dan membina kelompok.

Dapat disimpulkan bahwa keikutsertaan petani dalam kelembagaan atau

kelompok sosial dapat menggambarkan informasi yang petani butuhkan dan petani

miliki, pola hubungan yang dimiliki (kosmopolit atau lokalit), keluasan hubungan.

Dengan demikian, dapat dilihat keterhubungan antara keikutsertaan seseorang ke

dalam kelompok dengn jaringan komunikasi dalam konteks pemenuhan kebutuhan

informasi.

Media massa merupakan salah satu sumber informasi yang penggunaannya

tergantung pada tujuan komunikasi. Penelitian komunikasi mengenai media massa di

negara-negara berkembang menunjukkan, media massa berperan secara efektif dalam

merubah pendapat dan menambah pengetahuan khalayaknya. Media adalah alat atau

sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak

(Cangara, 2000). Media komunikasi yang dimaksud adalah media massa yang terdiri

dari media elektronik dan media cetak. Media elektronik diantaranya adalah radio dan

televisi, sedangkan media cetak diantaranya adalah surat kabar, majalah, buku,

brosur, leaflet, dan lain-lain. Media elektronik seperti radio dan televisi adalah media

komunikasi moderen yang paling berhasil mensiarkan hasil pembangunan ke seluruh

penjuru negeri, dimana media tersebut mempunyai kemampuan meliputi wilayah yang

luas dan dapat melangkahi batas-batas literasi (Jahi,1988).

Pemilikan media massa oleh petani, dimaksudkan dengan berapa macam media

massa yang mereka miliki dan bagaimana pemanfaatannya sebagai sumber informasi

pertanian. Bagi mereka yang memiliki berbagai macam media massa dan lebih banyak

memanfaatkannya sebagai sumber informasi, tentu akan lebih banyak mendapatkan

pengetahuan tentang pertanian. Kepemilikan media massa merupakan salah satu

bentuk dari akses seseorang terhadap media massa, dengan memiliki akses terhadap

beberapa media massa juga dapat dikatakan mengadakan kontak dengan media

massa. Kontak media massa adalah bagian dari usaha mencari dan menyebarkan

informasi di mana individu sebagai tokoh masyarakat atau masyarakat mendapatkan

informasi melalui media massa baik media cetak, maupun media elektronik.

Page 53: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

27

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Kerangka Pemikiran

Persoalan mengenai kesejahteraan, peningkatan produksi dan peningkatan

pendapatan serta kemandirian pangan masih menjadi persoalan yang penting di

Indonesia. Persoalan-persoalan tersebut hingga kini masih belum dapat diselesaikan

dengan baik, sehingga persoalan ini masih menjadi topik kajian yang menarik. Petani

sebagai aktor penting dalam menggerakkan pembangunan pertanian pada

kenyataannya masih belum dapat memaksimalkan perannya sebagai produsen

pangan. Hal ini disebabkan oleh berbagai keterbatasan yang dialami petani, mulai dari

sulitnya mengakses bibit, kelangkaan pupuk, serangan hama dan penyakit, harga

panen yang fluktuatif, ancaman kerusakan lingkungan sampai pada teknik budidaya

yang masih konvensional. Berbagai hambatan di atas sebagian besar dapat diatasi

dengan tersedianya sistem informasi yang terpadu serta sumber-sumber informasi

yang kredibel. Hal ini akan membantu petani dalam memberikan pilihan dalam

pengambilan keputusan yang berguna untuk mengantisipasi kerugian bagi

usahataninya. Namun, pada praktiknya, petani kesulitan untuk mendapatkan informasi

yang mereka butuhkan.

Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu pemasok produksi ubi kayu

tertinggi di Provinsi Lampung. Namun, Petani ubi kayu di Desa Suko Binangun,

Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah mengeluhkan kurangnya

informasi yang memadai terkait dengan peningkatan produksi usahatani ubi kayu.

Peningkatan produksi pertanian tidak pernah lepas dari pembaharuan teknologi

sebagai inovasi dalam perubahan ke arah yang lebih baik. Teknologi merupakan

syarat mutlak dalam perkembangan usahatani agar lebih maju dan produktif. Teknologi

yang kerap diterapkan oleh petani adalah teknologi budidaya yang merupakan aspek

hulu dalam sistem agribisnis (Mosher, 1970; Mubyarto, 1995; Prihandana dkk, 2008).

Oleh karena itu, dalam meningkatkan produksi petani ubi kayu membutuhkan suplai

informasi yang tepat dan dapat dipercaya. Informasi yang diperlukan dalam konteks ini

adalah informasi mengenai teknologi produksi ubi kayu yang akan berimplikasi pada

penerapan budidaya usahatani ubi kayu. Di samping itu, suplai informasi yang mereka

butuhkan diduga dapat diperoleh dari jaringan komunikasi yang terbentuk diantara

petani tersebut, dengan demikian analisis jaringan komunikasi dalam penelitian ini

bertujuan untuk menggambarkan arus informasi dan struktur komunikasi yang

Page 54: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

28

terbentuk sebagai upaya petani ubi kayu dalam mendapatkan informasi yang mereka

butuhkan.

Penelitian jaringan komunikasi dalam penerapan teknologi produksi ubi kayu ini

mengacu pada konsep model komunikasi konvergensi oleh Rogers and Kincaid

(1981). Model komunikasi konvergensi mendefinisikan komunikasi sebagai proses

dimana partisipan-partisipan komunikasi menciptakan dan membagi informasi satu

sama lain untuk mencapai kesamaan makna. Menurut Kincaid (1979) di dalam Rogers

and Kincaid (1981) Komponen utama pada model ini adalah informasi, ketidakpastian,

konvergen, pengertian bersama, persetujuan bersama, aksi kolektif dan

keterhubungan jaringan. Model komunikasi konvergensi mengarah kepada suatu

perspektif hubungan komunikasi antar manusia yang bersifat interpersonal. Oleh

karenanya hubungan-hubungan yang terbentuk merupakan suatu rangkaian jalinan

yang interaktif.

Penelitian jaringan komunikasi merupakan penelitian komunikasi yang

menggunakan model komunikasi konvergen karena, dalam penelitian jaringan

komunikasi menginvestigasi dua aspek yang mengimplikasikan model konvergen yakni

(1) kealamiahan dinamika komunikasi manusia sepanjang waktu, (2) pertukaran

konten informasi. Tujuan penelitian komunikasi yang menggunakan analisis jaringan

komunikasi adalah (1) untuk memahami gambaran umum mengenai interaksi manusia

di dalam sistem sosial, (2) untuk mengidentifikasi struktur komunikasi yang ada di

dalam sistem sosial (Rogers and Kincaid, 1981).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan individu petani ubi

kayu dalam mengakses individu lain dan sumber informasi dalam sebuah jaringan.

Faktor tersebut dapat berasal dari dalam maupun dari luar individu yang

berkomunikasi. Pada penelitian ini diduga terdapat faktor yang berhubungan dengan

kemampuan seseorang dalam menciptakan jaringan komunikasinya. Faktor tersebut

dalam penelitian ini adalah karakteristik personal petani ubi kayu yang terdiri dari usia,

pendidikan, pendapatan, luas lahan, pengalaman berusahatani, keikutsertaan dalam

kelompok dan kepemilikan media massa. Menurut Rogers (2003) hakekat dari suatu

jaringan komunikasi adalah hubungan-hubungan yang bersifat homofili (homophilus),

yakni kecenderungan manusia untuk melakukan hubungan atau kontak sosial dengan

orang-orang yang memiliki atribut sama atau yang lebih tinggi sedikit dari posisi

dirinya. Sehingga diduga terciptanya jaringan komunikasi diantara petani ubi kayu

dipengaruhi oleh karakteristik personal atau atribut yang dimiliki masing-masing petani

ubi kayu. Dengan demikian, penelitian ini bermaksud untuk melihat hubungan antara

Page 55: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

29

karakteristik personal petani ubi kayu dengan kemampuan mereka dalam menciptakan

jaringan komunikasi baik dengan individu lain maupun dengan sumber-sumber

informasi lainnya.

Jaringan komunikasi yang dibentuk oleh petani ubi kayu dianggap sebagai upaya

petani dalam mendapatkan informasi mengenai teknologi produksi ubi kayu dengan

jalan mencari, menerima dan menyebarkan informasi guna meningkatkan penerapan

teknologi budidaya yang dapat meningkatkan produksi ubi kayu. Sehingga, dalam

penelitian ini jaringan komunikasi juga diasumsikan menjadi salah satu faktor yang

berhubungan dengan penerapan teknologi produksi yang dilakukan oleh petani ubi

kayu. Diduga semakin tinggi kemampuan individu dalam mengakses individu lain dan

berbagai sumber informasi dalam sebuah jaringan maka semakin tinggi pula tingkat

penerapan teknologi produksi yang dilakukan. Keterhubungan antara jaringan

komunikasi dengan penerapan teknologi sangat penting untuk dilihat mengingat,

informasi dalam jaringan komunikasi berfungsi untuk mengurangi penyebaran

informasi yang tidak merata yang nantinya akan terjadi kekosongan informasi (lack of

information) mengenai teknologi produksi sehingga berdampak pada penerapan

teknologi produksi yang lebih baik. Penerapan teknologi produksi dalam penelitian ini

dilihat dalam hal penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan panen.

Aspek kajian jaringan komunikasi meliputi peranan individu dan indikator

jaringan komunikasi. Peranan individu ditunjukkan dengan peranannya sebagai

bintang, jembatan, penghubung, atau pencilan dalam sistem sosial. Indikator jaringan

yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pengukuran menurut Freeman

(1979) dalam Scott (2000) yang terdiri sentralitas lokal dan sentralitas global.

Sentralitas lokal dipilih karena dapat memberikan gambaran tentang kemampuan

seseorang dalam menjalin hubungan dengan individu lain dalam sistem sosial di

lingkungan sekitar dirinya sendiri (sistem pertetanggaan). Dipilihnya sentralitas global

dipilih karena dapat menggambarkan kemampuan seseorang dalam mengakses

semua individu anggota sistem secara keseluruhan. Diduga semakin tinggi tingkat

kemampuan petani ubi kayu dalam menghubungi individu lain atau sumber informasi

lainnya baik dalam sistem pertetanggaan maupun sistem keseluruhannya maka

semakin tinggi pula tingkat penerapan teknologi produksi ubi kayu yang dilakukan oleh

petani tersebut.

Secara sederhana simpulan dari kerangka pemikiran tentang keterhubungan

antara karakteristik personal dengan jaringan komunikasi petani dan penerapan

teknologi produksi ubi kayu dapat di lihat pada Gambar 2 berikut ini :

Page 56: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

30

KARAKTERISTIK PERSONAL PETANI (X)

Keterangan

: Hubungan yang di uji dalam penelitian

Gambar 2. Keterhubungan antara karakteristik personal dengan jaringan komunikasi petani dan penerapan teknologi produksi ubi kayu

(X1) Usia

(X2) Pendidikan

(X3) Pendapatan

(X7) Kepemilikan Media Massa

(X6) Keikutsertaan Dlm Kelompok

(X5) Pengalaman Berusahatani

(X4) Luas Lahan

PENERAPANTEKNOLOGI PRODUKSI

UBI KAYU (Y2)

Penyiapan Lahan

Pembibitan

Penanaman

Pemeliharaan

Panen

JARINGAN KOMUNIKASI PETANI

(Y1) Sentralitas Lokal Sentralitas Global  

Page 57: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

31

Hipotesis

1. Terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik personal petani ubi kayu

yaitu usia, pendidikan, pendapatan, luas lahan, pengalaman berusahatani,

keikutsertaan dalam kelompok dan kepemilikan media massa dengan jaringan

komunikasi yaitu sentralitas lokal dan sentralitas global.

2. Terdapat hubungan yang nyata antara jaringan komunikasi petani ubi kayu yaitu

sentralitas lokal dan sentralitas global dengan tingkat penerapan teknologi

produksi ubi kayu.

Page 58: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

32

Page 59: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

33

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif dan

korelasional. Pemilihan pendekatan kuantitatif digunakan untuk lebih memahami fakta

sosial yang menjadi fokus penelitian (Singarimbun dan Effendi, 2008). Selain itu,

pendekatan kuantitatif dipilih oleh peneliti karena mampu menjelaskan hubungan antar

variabel melalui hitungan data yang dikuantifisir sehingga dapat memperlihatkan

hubungan yang jelas antar variabel tersebut. Terdapat tiga variabel yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu karakteristik personal, jaringan komunikasi dan penerapan

teknologi produksi. Tujuan penelitian ini yakni mendeskripsikan jaringan komunikasi

yang terbentuk di antara petani ubi kayu sebagai upaya untuk mendapatkan informasi

guna meningkatkan produksi ubi kayu. Jaringan komunikasi dalam penelitian ini

ditelaah berdasarkan informasi teknologi produksi ubi kayu yang terdiri dari informasi

mengenai bibit, pupuk, hama dan penyakit serta panen. Penelitian ini juga melihat

hubungan antara karakteristik personal petani ubi kayu dengan jaringan komunikasi

dan hubungan antara jaringan komunikasi dengan penerapan teknologi produksi ubi

kayu. Fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan peubah jaringan komunikasi yang

ditekankan pada struktur komunikasinya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah pada

tingkat individu.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada petani ubi kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan

Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Penelitian ini dilakukan

selama dua bulan sejak bulan Juni 2011 sampai bulan Agustus 2011. Lokasi penelitian

dipilih secara purposive (sengaja) dengan mempertimbangkan bahwa desa ini

merupakan salah satu kawasan sentra produksi ubi kayu yang memerlukan suplai

informasi mengenai teknologi produksi ubi kayu.

Populasi Penelitian

Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu petani ubi kayu. Penentuan

responden dalam penelitian ini menggunakan metode sampling intact system (sensus)

dimana responden penelitian diambil dari keseluruhan populasi. Metode ini diambil

karena mengingat merupakan penelitian jaringan komunikasi yang menekankan pada

penggambaran struktur komunikasi secara keseluruhan. Hal ini mengacu dari

pendapat Rogers and Kincaid (1981) bahwa:

Page 60: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

34

“Sampling intact system is particularry advantageous for sociometric measurement : data about the characteristic of both the respondents and the respondent’s dyadic contacs are thus available because every one is interviewed”.

Populasi penelitian ini adalah keseluruhan petani ubi kayu di Desa Suko

Binangun, Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung

yang berjumlah 100 orang petani ubi kayu sehingga, responden dalam penelitian ini

berjumlah 100 orang petani ubi kayu.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh melalui wawancara kepada responden menggunakan kuisioner dan juga

wawancara terbuka dengan beberapa informan seperti penyuluh pertanian, kepala

desa dan tokoh masyarakat setempat sebagai narasumber. Wawancara dengan

informan dapat memberikan keterangan terkait dengan kondisi setempat dan juga

memberikan keterangan yang melengkapi data penelitian sesuai dengan tujuan

penelitian. Data sekunder diperoleh dari studi literatur, buku-buku dan laporan-laporan

dari Kantor Desa Suko Binangun, Kantor Badan Pusat Statisik Provinsi Lampung,

Kantor Badan Pusat Statistik Lampung Tengah, Kantor Dinas Pertanian Provinsi

Lampung dan Kantor Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Lampung.

Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan metode penelitian

(Arikunto, 1998). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk meperoleh informasi dari

responden yang berkaitan dengan topik penelitian. Wawancara menggunakan

kuesioner dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar karakteristik

personal individu petani, jaringan komunikasi serta penerapan teknologi produksi

usahatani ubi kayu. Pertanyaan mengenai karakteristik personal individu terdiri dari

usia, pendidikan, pendapatan, luas lahan, pengalaman berusahatani, keikutsertaan

dalam kelompok dan kepemilikan media massa. Pengumpulan data mengenai

keterlibatan responden dalam jaringan komunikasi dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan sosiometri, yaitu pertanyaan dari siapa seseorang mendapatkan informasi

tertentu dan kepada siapa seseorang membicarakan informasi tertentu. Melalui

jawaban atas pertanyaan sosiometri yang telah ada dapat dibentuk sosiogram untuk

melihat pola komunikasi, arus pertukaran informasi serta peran-peran individu yang

terlibat dalam jaringan komunikasi (Rogers and Kincaid 1981).

Page 61: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

35

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Ujicoba terhadap instrumen (kuesioner) dilakukan kepada responden yang

memiliki ciri-ciri relatif sama dengan ciri-ciri obyek pada penelitian. Uji coba dilakukan

terhadap 10 orang petani di Dusun Teluk Dalam, Kecamatan Way Seputih, Kabupaten

Lampung Tengah dan diperoleh nilai kritis dari tabel product moment pearson sebesar

0,632. Dengan nilai kritis tersebut, terdapat dua butir pertanyaan yang tidak valid

sehingga dibuang dan terdapat 15 butir pertanyaan yang nilai kritisnya tidak jauh di

bawah 0,632 yang dimodifikasi tata bahasanya agar dapat lebih dipahami secara lebih

rinci oleh responden, sehingga kuesioner yang digunakan dianggap valid sebagai

instrumen penelitian.

Pengujian validitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan

tujuan penelitian. Uji validitas instrumen yang dilakukan adalah bangun pengertian

construct validity yang berkenaan dengan kesanggupan alat ukur untuk mengukur

pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang diukur. Validitas

menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur itu telah mengukur apa yang akan diukur.

Titik berat dari ujicoba validitas instrumen adalah pada validitas isi yang dapat dilihat

dari : (1) apakah instrumen tersebut telah mampu mengukur apa yang diukur,

(2) apakah informasi yang dikumpulkan telah sesuai dengan konsep yang telah

digunakan.

Kuesioner akan memiliki validitas yang tinggi, jika daftar pertanyaan disusun

dengan cara : (1) mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur,

(2) menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan responden, (3) berpedoman pada

teori-teori dan kenyataan yang telah diungkapkan pada berbagai pustaka empiris,

(4) mempertimbangkan pengalaman dan hasil penelitian terdahulu dalam kasus yang

relevan, (5) memperhatikan nasehat dan pendapat dari para ahli, terutama dari komisi

pembimbing.

Reliabilitas instrumen adalah suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan

sejauhmana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi untuk

kedua kalinya atau lebih (Singarimbun dan Effendi, 2008). Reliabilitas (keterandalan)

instrumen dilakukan dengan cara uji coba kuesioner. Upaya untuk memperkuat

keterandalan instrumen tersebut dilakukan dengan cara mengoptimalkan keragaman

kesalahan dengan mengungkapkan pertanyaan secara tepat, memberikan pertanyaan

pendukung dengan satu pertanyaan yang sama macam dan kualitasnya serta

memberikan petunjuk pengisian kuisioner secara tepat dan jelas. Uji coba kuesioner

dilakukan pada 10 orang. Pengujian reliabilitas dilakukan terhadap anggota kelompok

Page 62: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

36

tani yang bukan responden. Uji coba dilakukan untuk melihat sejauhmana pertanyaan

dan atau pernyataan dalam kuesioner dapat dipahami sehingga tidak menimbulkan

bias jawaban. Metode yang digunakan dalam pengujian reliabilitas ini adalah

menggunakan metode alpha cronbach dengan program SPSS 17.0 for Windows. Hasil

perhitungan alpha cronbach memperoleh nilai realibilitas keseluruhan sebesar 0,901

sehingga kuesioner yang digunakan dianggap handal sebagai instrumen penelitian.

Pengolahan dan Analisis Data

Data penelitian dikumpulkan, dikategorisasikan, dianalisis dan disajikan secara

deskriptif dalam bentuk rataan, persentase, dan tabel distribusi frekuensi. Data yang

dikumpulkan diolah dan dianalisis berdasarkan kepentingan penelitian. Dalam

penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah:

1. Analisis Sosiometri

Analisis sosiometri digunakan untuk melihat jaringan komunikasi yang terjadi di

antara petani ubi kayu. Cara yang digunakan adalah dengan membuat matriks yang

memuat data hubungan terlebih dahulu. Data hubungan diperoleh dari pertanyaan

sosiometris dalam kuesioner yang diajukan kepada responden. Pertanyaan

sosiometris dalam penelitian ini mencakup empat isu atau topik pembicaraan yang

dikomunikasikan di dalam jaringan komunikasi. Empat topik tersebut adalah mengenai

bibit, pupuk, hama dan penyakit serta panen. Selanjutnya data hubungan tersebut

dibuat ke dalam bentuk sosiogram. Sosiogram ini kemudian digunakan untuk melihat

peranan individu petani ubi kayu dalam jaringan komunikasi.

2. Analisis Struktur Jaringan Komunikasi

Analisis struktur jaringan komunikasi dianalisis dengan menggunakan UCINET

VI. UCINET VI adalah software yang dikembangkan Borgatti, et al (2002) yang

dirancang khusus untuk analisis jaringan komunikasi. UCINET VI dipilih karena mudah

digunakan dan menghasilkan estimasi optimum setelah tiga ulangan perhitungan

(Borgatti dan Everett yang di kutip oleh Scott, 2000). Penggunaan software UCINET VI

dalam penelitian ini untuk menghitung nilai sentralitas lokal dan nilai sentralitas global.

3. Analisis Statistik

Untuk mengetahui hubungan antara variabel karakteristik personal individu

petani ubi kayu dengan variabel jaringan komunikasi petani ubi kayu dilakukan dengan

analisis hubungan korelasi Pearson. Sedangkan Untuk mengetahui hubungan variabel

jaringan komunikasi petani ubi kayu dengan variabel penerapan teknologi produksi ubi

Page 63: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

37

kayu dilakukan dengan analisis Rank Spearman. Analisis korelasi Pearson dan rank

Spearman menggunakan program SPSS 17.0 for windows.

Untuk menganalisis penerapan teknologi produksi ubi kayu, digunakan indikator

yang terdiri dari penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan panen.

Kelima indikator tersebut menggunakan tiga jumlah kelas yaitu tinggi, sedang, dan

rendah. dan diberi skor tertinggi 3 dan skor terendah 1. Rumus yang digunakan untuk

mengukur tingkat penerapan teknologi produksi ubi kayu adalah :

NR = NST - NSR

PI = NR : JIK

Dimana : NR : Nilai Range NST : Nilai Skor Tertinggi NSR : Nilai Skor Terendah JIK : Jumlah Interval Kelas PI : Panjang Interval

Page 64: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

38

Definisi Operasional

1. Karakteristik personal individu petani merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki

seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya

yang meliputi :

a. Usia adalah lamanya hidup responden dihitung sejak yang bersangkutan lahir

sampai wawancara penelitian dilakukan. Data yang diperoleh merupakan data

skala rasio dalam satuan tahun.

b. Tingkat pendidikan adalah lama belajar secara formal yang pernah ditempuh

responden. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio dalam satuan

tahun.

c. Tingkat pendapatan adalah hasil pengurangan total penerimaan dengan total

biaya produksi usahatani ubi kayu selama satu musim tanam terakhir.

Penerimaan adalah hasil perkalian antara produksi usahatani ubi kayu dengan

harga jual. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio dan perhitungan

pendapatan usahatani ubi kayu dilakukan dengan rumus soekartawi (1995) :

Pd : Pendapatan Usahatani TR : Total Revenue (total penerimaan) TC : Total Cost (total biaya)

d. Luas lahan garapan adalah luas lahan pertanian yang digarap untuk usahatani

komoditas ubi kayu dalam satuan hektar. Data yang diperoleh merupakan data

skala rasio dalam satuan hektar.

e. Pengalaman berusahatani adalah lamanya responden menjadi petani ubi kayu,

sejak pertama kali menjadi petani ubi kayu sampai dengan wawancara

penelitian dilakukan. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio dalam

satuan tahun.

f. Keikutsertaan dalam kelompok adalah keikutsertaan responden pada suatu

kelompok sosial seperti kelompok petani, kelompok koperasi kelompok

keagamaan dan lainnya yang diukur dalam banyaknya kelompok yang diikuti

oleh responden. Data yang diperoleh merupakan data skala rasio.

g. Kepemilikan media massa adalah macam media massa (radio, televisi, surat

kabar, majalah, poster/pamflet, booklet, leaflet, brosur, folders) yang dimiliki

responden saat penelitian dilakukan. Data diukur dalam banyaknya media

Pd = TR-TC

Page 65: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

39

massa yang dimiliki responden. Data yang diperoleh merupakan data skala

rasio.

2. Jaringan komunikasi, menggambarkan interaksi antara satu petani dengan petani

lain yang berkaitan dengan upaya memperoleh dan memberikan dan menyebarkan

informasi mengenai teknologi produksi. Dari data jaringan yang diperoleh dapat

dilihat derajat sentralitas lokal (local centrality) dan derajat sentralitas global (global

centrality)

a. Sentralitas lokal adalah derajat yang menunjukkan seberapa baik terhubungnya

individu tertentu dalam lingkungan terdekat atau pertetanggaan mereka.

Derajat ini menunjukkan jumlah hubungan maksimal yang mampu dibuat

individu tertentu dengan individu lain yang berada dalam lingkungan

terdekatnya, dengan mengunakan UCINET VI, derajat sentralitas lokal

diperoleh melalui “normalized degree centrality” atau “centrality degree”. Nilai

sentralitas lokal diperoleh melalui network>centrality>degree. Data yang

diperoleh merupakan data skala rasio.

b. Sentralitas global adalah derajat yang menunjukkan berapa jarak yang harus

dilalui oleh individu tertentu untuk menghubungi semua individu di dalam

sistem. Derajat ini menunjukkan kemampuan individu untuk dapat

menghubungi semua individu dalam sistem, dengan menggunakan software

UCINET VI, nilai sentralitas global diperoleh melalui “centrality closeness”. Nilai

sentralitas global diperoleh melalui network>centrality>closeness. Data yang

diperoleh merupakan data skala rasio.

3. Penerapan teknologi produksi adalah tindakan untuk menggunakan sesuatu baik itu

ide atau alat teknologi baru yang dilakukan dengan cara bertindak yang paling baik

(Rogers, 2003). Penerapan teknologi produksi ubi kayu yang dilakukan petani

diamati dalam indikator penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan,

dan panen. Penerapan teknologi produksi ubi kayu diukur dengan skor 1 sampai 3

melalui 30 pertanyaan dan dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu rendah untuk

skor (1,00-1,66), sedang untuk skor (1,67-2,33), dan tinggi untuk skor (2,34-3,00).

Secara rinci untuk setiap aspek penerapan teknologi produksi ubi kayu yang

diterapkan oleh petani dijelaskan sebagai berikut:

a. Penyiapan lahan adalah salah satu tahapan dalam pelaksanaan budidaya

tanaman ubi kayu dengan cara mempersiapkan lahan melalui pengolahan

tanah untuk budidaya tanaman ubi kayu. Diukur dengan skor tertinggi 3 dan

terendah 1, melalui 3 pertanyaan dan dikategorisasikan menjadi rendah untuk

Page 66: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

40

skor (1,00-1,66), sedang untuk skor (1,67-2,33), dan tinggi untuk skor (2,34-

3,00).

b. Pembibitan adalah salah satu tahapan dalam pelaksanaan budidaya tanaman

ubi kayu yang berfungsi sebagai tahapan penyediaan bibit untuk pelaksanaan

penanaman. Diukur dengan skor tertinggi 3 dan terendah 1, melalui 8

pertanyaan dan dikategorisasikan menjadi tiga kategori rendah untuk skor

(1,00-1,66), sedang untuk skor (1,67-2,33), dan tinggi untuk skor (2,34-3,00).

c. Penanaman adalah salah satu tahapan dalam pelaksanaan budidaya ubi kayu

dengan cara menempatkan bibit ubi kayu di daerah dan musim yang sesuai

untuk ditanami ubi kayu serta dengan teknik yang dianjurkan dalam

membudidayakan tanaman ubi kayu. Diukur dengan skor tertinggi 3 dan

terendah 1, melalui 3 pertanyaan dan dikategorisasikan menjadi tiga kategori

yaitu rendah untuk skor (1,00-1,66), sedang untuk skor (1,67-2,33), dan tinggi

untuk skor (2,34-3,00).

d. Pemeliharaan adalah salah satu tahapan dalam pelaksanaan budidaya

tanaman ubi kayu dengan cara pengontrolan, memelihara tanaman ubi kayu

sehingga budidaya dapat berlangsung optimal. Kegiatan pemeliharaan dapat

dilakukan dengan penyulaman, pengairan, penyiangan, pemupukan susulan,

pembumbunan, pembuangan tunas dan perlindungan (proteksi tanaman).

Diukur dengan skor tertinggi 3 dan terendah 1, melalui 12 pertanyaan dan

dikategorisasikan menjadi tiga kategori rendah untuk skor (1,00-1,66), sedang

untuk skor (1,67-2,33), dan tinggi untuk skor (2,34-3,00).

e. Panen adalah salah satu tahapan dalam pelaksanaan budidaya tanaman ubi

kayu dengan cara pengambilan hasil produksi. Diukur dengan skor tertinggi 3

dan terendah 1, melalui 14 pertanyaan dan dikategorisasikan menjadi tiga

kategori yaitu rendah untuk skor (1,00-1,66), sedang untuk skor (1,67-2,33),

dan tinggi untuk skor (2,34-3,00).

Page 67: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

41

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Desa Suko Binangun

Keadaan Geografi dan Topografi

Desa Suko Binangun merupakan salah satu dari enam desa di Kecamatan Way

Seputih, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Desa ini terletak di

ketinggian dua sampai tiga meter di atas permukaan laut. Desa ini memiliki topografi

yang relatif datar. Desa ini juga terletak pada koordinat 1050,47’ sampai 1050,58’ BT

dan 040,36’ sampai 040,47’LS. Curah hujan Desa Suko Binangun rata-rata 20,05 mm

per tahun. Curah hujan terendah nol milimeter pada bulan Juni dan September. Desa

ini memiliki temperatur udara rata-rata berkisar antara 260 C sampai 280 C dan

kelembaban udara sekitar 80 sampai 88 persen. Secara administratif Desa Suko

Binangun memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Seputih Mataram

• Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Seputih Banyak

• Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Rumbia

• Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sri Budaya

Desa Suko Binangun terdiri dari empat dusun, tujuh rukun warga dan 17 rukun

tetangga. Keempat dusun tersebut yaitu Dusun Besuki, Dusun Tugu, Dusun

Sumbersari dan Dusun Wates. Desa dengan penduduk 2329 jiwa atau 690 KK ini,

memiliki kepadatan 295 jiwa per kilometer persegi. Kecamatan Way Seputih terletak di

Desa Suko Binangun, sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk menuju

pusat pemerintahan Way Seputih. Jarak Desa Suko Binangun ke Kabupaten Lampung

Tengah adalah 56 kilometer, ke kabupaten lain 58 kilometer dan jarak ke Provinsi

Lampung adalah 111 kilometer. Jarak dengan pasar terdekat yaitu pasar di Kecamatan

Seputih Banyak adalah tiga kilometer yakni selama 30 menit dengan penggunakan

kendaraan bermotor atau ojek dengan ongkos sebesar Rp.10.000. Jarak dengan

pabrik penampungan dan pengolahan ubi kayu terdekat yakni ITTARA adalah tiga

kilometer dengan waktu tempuh 30 menit dengan kendaraan bermotor atau ojek

dengan ongkos Rp. 10.000.

Tata Guna Lahan di Desa Suko Binangun

Desa Suko Binangun merupakan salah satu dari enam desa yang masuk ke

dalam wilayah Kecamatan Way Seputih yang memiliki luas ± 6.431 hektar. Desa Suko

Page 68: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

42

Binangun sendiri, memiliki luas 770 hektar. Hampir keseluruhan kepemilikan lahan di

desa ini merupakan milik pribadi warga setempat. Hanya beberapa petani ubi kayu

saja yang memiliki lahan dengan cara menyewa. Kepemilikan lahan oleh petani ubi

kayu di desa ini sebagian besar bermula dari pemberian pemerintah pada saat sedang

berlangsung program transmigrasi nasional yakni pada tahun 1961. Pada saat

pemberian lahan oleh pemerintah, lahan-lahan tersebut masih merupakan kawasan

hutan yang subur dan padat ditumbuhi oleh tanaman perkebunan. Lahan-lahan

tersebut dikelola secara perorangan maupun secara komunal sebagai lahan pertanian.

Masyarakat mulai menanam padi, ubi kayu, jagung, kacang tanah dan lain-lain. Untuk

lebih jelas mengenai penggunaan lahan di desa ini dapat di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas areal dan persentase tata guna lahan, Desa Suko Binangun, tahun 2010

Tata guna lahan Luas areal (Ha)

Persentase (%)

Sawah 259 Ha 33,63 Ladang 347 Ha 38,96 Rawa 5 Ha 6,75 Pemukiman/perkarangan/industri lainnya 148 Ha 19,22 Lainnya 11 Ha 1,42

Total 770 Ha 100% Sumber : BPS Kabupaten Lampung Tengah, 2010.

Hingga saat ini lahan yang ada di Desa Suko Binangun sebagian besar milik

warga setempat. Untuk kepemilikan lahan sewa di desa ini tidaklah terlalu terlihat,

karena kepemilikan secara pribadi diwariskan secara turun-temurun. Lain halnya

dengan pengelolaan lahan, jika pada lahan-lahan sempit yakni kurang satu hektar

banyak dikerjakan atau digarap sendiri oleh petani pemilik, namun pada lahan yang

sedang yakni berkisar satu sampai tiga hektar dan lahan luas yakni lebih tiga hektar

dikerjakan oleh petani pemilik dan juga dengan tenaga kerja buruh tani. Sebagian

besar lahan yang tersedia di Desa Suka Binangun dipergunakan untuk ladang dan

sawah.

Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sosial mutlak dibutuhkan demi menunjang pembangunan

desa. Selain untuk menunjang pembangunan desa, sarana dan prasarana juga

berguna untuk memfasilitasi masyarakat sehingga dapat memperoleh kehidupan yang

layak. Desa Suko Binangun merupakan salah satu desa yang memiliki sarana dan

prasarana yang cukup memadai dalam menunjang aktivitas kehidupan masyarakatnya.

Hal ini dapat dilihat dari tersedianya sarana pendidikan untuk taman kanak-kanak,

Page 69: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

43

sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama. Untuk sarana transportasi masih

kurang memadai, karena jalan-jalan di desa tersebut masih berupa jalan tanah yang

berbatu. Hanya sedikit saja jalan yang sudah diaspal, yakni jalan yang berada di

sekeliling kantor desa, kecamatan dan jalan menuju Dusun Besuki. Untuk lebih jelas,

rincian sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah dan jenis sarana dan prasarana di Desa Suko Binangun, tahun 2010

Sarana Dan Prasarana Jenis Jumlah/Satuan Transportasi Jalan aspal 1 km Jalan berbatu onderlagh 4,1 km Jalan hotmix 2 km Jalan tanah 42 km Olah Raga Lapangan sepak bola 1 bh Lapangan volly 1 bh Tenis meja 1 bh Kesehatan Puskesmas 1 bh Klinik bidan 1 bh Klinik KB 1 bh Pos KB 1 bh Posyandu 3 bh Pendidikan Taman kanak-kanak (Al-Hidayah) 1 bh Sekolah dasar (SDN 1, SDN 2) 2 bh Sekolah Menengah Pertama

(SMPN1) 1 bh

Peribadatan Masjid 4 bh Musholah 9 bh

Sumber: BPS Kabupaten Lampung Tengah, 2010.

Desa Suko Binangun terdiri dari empat dusun. Masing-masing dusun memiliki

kondisi sarana dan prasarana yang berbeda. Jika dilihat dari sarana yang umum yakni

sarana transportasi Dusun Besuki memiliki sebagian jalan yang sudah diaspal.

Berdasarkan tabel di atas, jalan yang sudah diaspal di Dusun Besuki sepanjang satu

kilometer. Dusun Tugu dan Dusun Sumbersari sebagian memiliki jalan berbatu

onderlagh dan hotmix, sedangkan pada Dusun Wates jalan yang dimiliki

keseluruhannya masih berupa jalan tanah.

Sarana olahraga yang tersedia di Desa Suko Binangun hanyalah lapangan bola,

lapangan volly dan tenis meja. Meski sarana olah raga yang tersedia tidak begitu

banyak, aktivitas berolahraga di desa ini berlangsung dengan dinamis dan

bekelanjutan. Hal ini terlihat dari lapangan bola dan volly yang tidak pernah sepi dari

kegiatan olahraga setiap harinya. Para pecinta volly selalu berlatih setiap sore hari

Page 70: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

44

mulai pukul 16.00-18.00 WIB. Untuk pecinta bola, setiap harinya bermain dan berlatih

bola dengan mendatangkan khusus pelatih bola. Pecinta bola tidak hanya dari

kalangan dewasa tetapi juga dari kalangan anak-anak yang berlatih dengan giat

mengikuti instruktur dari pelatih bola mereka. Beberapa penghargaan yang pernah

diraih oleh Desa Suko Binangun diantaranya adalah sepak bola juara pertama dan volli

juara pertama selama dua kali berturut-turut. Penghargaan diberikan oleh organisasi

pemuda bola voli dan sepak bola Kecamatan Way Seputih.

Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Suko Binangun ini dapat dikatakan

cukup memadai. Hal ini terlihat dari sejumlah sekolah yang sudah dimanfaatkan

dengan optimal oleh masyarakat Desa Suko Binangun. Terdapat satu buah taman

kanak-kanak, dua buah sekolah dasar dan satu buah sekolah menengah tingkat

pertama. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, terlihat bahwa masyarakat Desa

Suko Binangun memiliki minat yang tinggi dalam pendidikan. Sebagian besar warga

desa ini menamatkan sekolahnya pada jenjang sekolah dasar dan pada jenjang

sekolah menengah pertama. Tidak sedikit masyarakat desa ini yang meneruskan

pendidikannya hingga jenjang sekolah menengah umum dan bahkan hingga perguruan

tinggi meski harus bersekolah hingga ke luar wilayah Desa Suko Binangun. Tabel di

bawah ini menyajikan rincian ketersedian fasilitas dalam sarana pendidikan yang

berada di Desa Suko Binangun.

Tabel 4. Jumlah ruang kelas, murid dan guru berdasarkan tingkat sarana pendidikan di Desa Suko Binangun, tahun 2010

Tingkat Sarana Pendidikan

Ruang Kelas Murid Guru Tetap Tidak Tetap

TK 2 70 3 1 SD 12 239 8 2 SMPN 6 295 18 10

Total 20 604 29 13 Sumber: BPS Kabupaten Lampung Tengah, 2010.

Sarana Komunikasi

Sarana komunikasi merupakan salah satu sarana yang paling penting dalam

menunjang kehidupan bermasayarakat bagi masyarakat di Desa Suko Binangun.

Selain itu, ketersediaan sarana komunikasi merupakan keharusan dalam menciptakan

perubahan sosial pada masyarakat. Beberapa sarana komunikasi yang tersedia di

Desa Suko Binangun diantaranya adalah warung telekomunikasi (wartel). Terdapat

dua buah lokasi warung telekomunikasi (wartel) di desa ini yang dapat dikatakan cukup

Page 71: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

45

memadai untuk memenuhi kebutuhan komunikasi masyarakat desa. Namun, sangat

disayangkan di desa ini tidak terdapat kantor pos sebagai media dalam surat-menyurat

dalam berkomunikasi. Sebagian besar masyarakat di desa ini kerap menggunakan

handphone untuk melakukan komunikasi dengan keluarga, teman, kerabat yang

berada jauh maupun dekat dengan tempat tinggal mereka. Untuk memenuhi

kebutuhan akan hiburan dan informasi lainnya, masyarakat di desa ini sering

mengakses radio dan televisi.

Beberapa siaran radio yang mampu ditangkap disini untuk Fm adalah radio

pramudia (lampung timur), radio kartika (lampung tengah), radio ramayana (metro).

Sedangkan untuk Am adalah siaran radio elshinta dan radio omega. Untuk siaran

televisi yang mampu ditangkap di Desa Suko Binangun adalah TV LAMPUNG, TV

ONE, TRANS 7, TPI, TRANS TV, INDOSIAR, ANTV, RCTI, SCTV, GLOBAL TV,

METRO TV, TVRI, LAMPUNG TV, TEGAR TV, KROS TV (TV lampung tengah) dan

RADAR TV.

Meski hampir semua keluarga di desa ini memiliki televisi, namun penggunaan

radio tidak secara nyata ditinggalkan. Sebagian besar masyarakat di desa ini masih

seringkali mendengarkan radio untuk mencari informasi atau sekedar mencari hiburan.

Kebiasaan masyarakat yang masih sering mendengarkan tembang lagu berbahasa

jawa merupakan salah satu alasan yang membuat masyarakat di Desa Suko Binangun

masih sering mendengarkan radio. Waktu yang mereka gunakan untuk mendengarkan

siaran radio seringkali dipilih malam hari, karena waktu malam hari merupakan waktu

senggang masyarakat Desa Suko Binangun. Di waktu malam hari mereka yang

mendengarkan tembang lagu jawa bahkan seringkali didengarkan dengan alasan

untuk menemani mereka melakukan ronda ataupun untuk menemani tamu yang

datang untuk mengobrol santai.

Dalam konteks pertanian, sarana komunikasi juga merupakan alat pendukung

dalam meningkatkan usaha-usaha pertanian. Sarana komunikasi yang kerap kali

digunakan oleh petani ubi kayu adalah handphone. Penggunaan handphone di Desa

Suko Binangun telah menyebar dengan merata. Sebagian besar petani ubi kayu

memiliki dan menggunakan handphone untuk mengakses informasi mengenai harga

jual ubi kayu yang diterima oleh pabrik ubi kayu. Tidak hanya itu, mereka

menggunakan handphone untuk membantu memutuskan ke pabrik mana mereka akan

menjual hasil panen. Selain itu, petani ubi kayu menggunakan handphone untuk

mengakses tenaga kerja yang akan memanen dan juga untuk mengakses transportasi

pengangkutan untuk hasil panen.

Page 72: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

46

Sarana Peribadatan

Mayoritas penduduk Desa Suko Binangun memeluk agama islam, sehingga

tempat peribadatan merupakan sarana yang sangat dibutuhkan untuk mendukung

kehidupan bermasayarakat. Terdapat empat masjid dan 9 surau atau langgar yang

mendukung kebutuhan peribadatan masyarakat desa tersebut. Bagi pemeluk agama

kristen katolik, protestan dan hindu dapat melaksanakan ibadahnya di tempat

peribadatan yang tersedia di kecamatan lain seperti Kecamatan Seputih Raman yang

mayoritas masyarakatnya memeluk agama hindu dan kristen.

Keadaan Demografi

Berdasarkan tata guna lahan yang ada di Desa Suko Binangun, terlihat bahwa

seluas 148 ha lahan dipergunakan untuk pemukiman, dimana pemukiman yang

didirikan terbagi menjadi pemukiman permanen dan semi permanen. Pemukiman

permanen sebanyak 287 buah dan pemukiman semi permanen sebanyak 365 buah.

Dengan kepadatan penduduk 295 jiwa per km2 penduduk Desa Suko Binangun

tersebar dengan berbagai kategori, yakni berdasarkan jenis kelamin, usia, mata

pencaharian, tingkat pendidikan dan tingkat kesejahteraan.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk di Desa Suko Binangun berjumlah 2329 jiwa dan 690 KK. Jumlah

penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1178 orang atau sebesar 50,57

persen dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 1151 orang atau

sebesar 49,42 persen. Untuk lebih lengkap dapat di lihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah penduduk dan persentase berdasarkan jenis kelamin dan tempat tinggal, Desa Suko Binangun, tahun 2010

Tempat Tinggal Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase (%) Dusun 1 Besuki 326 326 652 27,99 Dusun 2 Tugu 305 284 589 25,28 Dusun 3 Sumbersari 273 274 547 23,48 Dusun 4 Wates 274 267 541 23,22

Total 1178 1151 2329 100% Sumber: BPS Kabupaten Lampung Tengah, 2010.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebanyak 652 orang atau sebesar

27,99 persen penduduk Desa Suko Binangun bertempat tinggal di dusun 1 yaitu Dusun

Besuki. Hal ini dapat dimengerti bahwa di Dusun Besuki merupakan pusat

pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan. Selain itu, sarana jalan beraspal

Page 73: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

47

dan sarana pendidikan pun sebagian besar berada di tempat tersebut. Di dusun

tersebut juga terletak lapangan sepak bola dan masjid agung. Keseluruhan sarana

tersebut tentunya akan sangat membantu masyarakat Desa Suko Binangun untuk

memenuhi kebutuhannya, sehingga menjadi hal yang sangat wajar jika Dusun Besuki

memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan dusun-dusun

yang lain.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Penduduk Desa Suko Binangun dapat dikategorikan berdasarkan usia. Usia

merupakan identitas perorangan yang melekat pada seseorang yang dapat

menunjukkan tingkat produktivitas kerja seseorang. Untuk lebih jelas, penduduk Desa

Suko Binangun berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan usia, Desa Suko Binangun, tahun 2010

Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 0-4 190 8,15 5-9 120 5,15

10-14 219 9,40 15-19 210 9,01 20-24 118 5,06 25-29 128 5,49 30-34 135 5,79 35-39 189 8,11 40-44 266 11,42 45-49 180 7,72 50-54 175 7,51 55-59 100 4,29 ≥ 59 299 12,83 Total 2329 100%

Sumber: BPS Kabupaten Lampung Tengah, 2010.

Tabel di atas menunjukan bahwa 77,28 persen dari jumlah penduduk Desa Suko

Binangun atau berjumlah 1800 jiwa termasuk dalam usia produktif dalam angkatan

kerja (15-64 tahun).

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Desa Suko Binangun terdiri atas berbagai macam

kegiatan pekerjaan. Namun demikian, mata pencaharian penduduk Desa Suko

Binangun yang paling dominan adalah mata pencaharian sebagai petani dan sebagai

buruh. Secara rinci sebaran jumlah penduduk Desa Suko Binangun berdasarkan mata

pencaharian dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 74: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

48

Tabel 7. Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis pekerjaan, Desa Suko Binangun, tahun 2010

Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%) Petani 1.236 71,65 Pegawai swasta 5 0,28 Buruh 192 11,13 Pedagang 121 7,01 Guru 42 2,43 Kontraktor 5 0,28 Penambang pasir 3 0,17 Jasa Elektronik 2 0,11 Pengrajin/industri pengolahan 47 2,72 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) 5 0,28 Transportasi dan komunikasi 25 1,44 Dukun Bayi 2 0,11 Dokter 1 0,05 Lainnya 39 2,26

Total 1725 100% Sumber: BPS Kabupaten Lampung Tengah, 2010.

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebanyak 71,65 persen atau sejumlah

1.236 orang penduduk desa Suko Binangun bekerja sebagai petani. Banyaknya

penduduk desa yang bekerja sebagai petani pada tabel di atas mencakup petani

pemilik, petani penggarap dan buruh tani. Banyaknya penduduk Desa Suko Binangun

yang bekerja sebagai buruh sebanyak 11,13 persen dan pedagang sebanyak 7,01

persen. Hal ini menunjukkan bahwa Desa Suko Binangun merupakan desa agraris,

dimana desa ini mengandalkan sektor pertanian untuk menunjang kebutuhan ekonomi

desa.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Penduduk Desa Suko Binangun jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikan formal

memiliki pendidikan yang beragam. Mulai dari sekolah dasar, sekolah lanjut tingkat

pertama, sekolah lanjut tingkat atas, dan perguruan tinggi. Secara rinci, jumlah

penduduk Desa Suko Binangun berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada

Tabel 8.

Page 75: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

49

Tabel 8. Jumlah dan presentasi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, Desa Suko Binangun, tahun 2010

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Tidak pernah sekolah 297 12,75 Belum sekolah 190 8,15 Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat 179 7,68 Tamat SD/sederajat 1000 42,93 Tamat SLTP/sederajat 334 14,34 Tamat SMU/sederajat 313 13,43 D1 2 0,08 D2 2 0,08 D3 1 0,04 Perguruan Tinggi 11 0,47

Total 2329 100% Sumber: BPS Kabupaten Lampung Tengah, 2010.

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan Desa Suko Binangun

relatif rendah. Jenjang pendidikan terbanyak berada pada sekolah dasar dengan

persentase 42,93 persen dan sekolah lanjut tingkat pertama dengan persentase 14,34

persen. Kondisi ini dapat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan desa. Salah

satu penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Desa Suko Binangun disebabkan oleh

kurangnya kesadaran penduduk desa ini dalam pendidikan, yang menjadi prioritas

mereka adalah pendidikan untuk baca tulis saja sehingga dapat mencari pekerjaan.

Oleh karena itu, pendidikan harus lebih ditingkatkan, karena pendidikan merupakan

dasar dari terciptanya potensi sumberdaya manusia yang berkualitas dan juga untuk

menciptakan kesejahteraan yang lebih baik.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan

Keadaan penduduk berdasarkan kesejahteraan dapat diklasifikasikan sebagai

keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera I, keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera

III dan keluarga sejahtera III plus. Berikut di bawah ini adalah jumlah penduduk di Desa

Suko Binangun berdasarkan tahapan keluarga sejahtera disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tahapan keluarga sejahtera, Desa Suko Binangun, tahun 2010

Tahapan Keluarga Sejahtera Jumlah Persentase (%) Keluarga Pra Sejahtera 262 37,97 Keluarga Sejahtera I 357 51,73 Keluarga Sejahtera II 47 6,81 Keluarga Sejahtera III 24 3,47 Keluarga Sejahtera III Plus - -

Total 690 100% Sumber: BPS Kabupaten Lampung Tengah, 2010.

Page 76: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

50

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa 51,73 persen atau 357 keluarga

penduduk Desa Suko Binangun merupakan keluarga sejahtera I. Hal ini menunjukkan

bahwa matapencaharian sebagai petani yang merupakan mata pencaharian yang

masih dapat diandalkan untuk memberikan kesejahteraan bagi keluarga petani,

sedangkan sebesar 37,97 persen atau 262 keluarga penduduk Desa Suko Binangun

merupakan keluarga Pra sejahtera. Meskipun jumlah ini tidak terlalu mengkhawatirkan,

tetapi ini menggambarkan bahwa masih terdapat keluarga yang hidup di bawah garis

kemiskinan. Oleh karena itu, diperlukan bantuan dari pemerintah untuk terus

melanjutkan adanya program pengentasan kemiskinan dan program pengembangan

masyarakat (community development) di desa ini.

Keadaan Ekonomi

Desa Suko Binangun memiliki potensi ekonomi yang beragam. Beberapa

potensi ekonomi yang ada bersumber dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan

perikanan, industri kecil serta usaha di sektor ekonomi. Potensi ekonomi desa di sektor

pertanian memiliki dua komoditas besar yang diandalkan oleh desa ini, yaitu ubi kayu

dan padi. Ubi kayu dan padi masing-masing mampu menghasilkan 3.771,50 ton per

tahun dan 2.446,50 ton per tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa

Suko Binangun, bagi petani yang mengandalkan kehidupannya dengan bertani ubi

kayu mereka juga tetap mengusahakan menanem padi untuk di konsumsi sendiri.

Untuk sektor perkebunan terdapat komoditas kelapa dalam, coklat dan kopi. Masing-

masing komoditas tersebut mampu menghasilkan 1,2 ton per tahun, 1,6 ton per tahun

dan 2,4 ton per tahun.

Pada sektor peternakan, ternak yang dapat diternakan adalah ayam buras, sapi

dan kambing. Dimana, saat ini terdapat 3.813 ekor ayam buras, 554 ekor sapi serta

254 ekor kambing. Sektor perikanan yang dapat di usahakan di desa ini adalah

perikanan sungai dan rawa. Perikanan sungai mampu menghasilkan 146 ton per

tahun, sedangkan pada perikanan rawa mampu menghasilkan 18 ton per tahun.

Industri kecil yang sangat potensial di desa ini adalah industri kecil makanan,

sedangkan untuk usaha di sektor ekonomi yang sangat potensial adalah toko atau

warung kelontong dan warung atau kedai makan. Untuk industri kecil makanan,

terdapat enam buah industri di desa ini. Industri kecil makanan ini memproduksi

sejumlah makananan ringan dan kue kering. Untuk usaha di sektor ekonomi, terdapat

empat buah toko/warung kelontong dan tiga buah warung atau kedai makan. Warung

kelontong dan warung makan ini sangat potensial untuk dikembangkan karena dapat

Page 77: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

51

menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit. Selain itu, keberadaannya pun kurang

menyebar dengan baik. Sebahagian besar keberadaan warung makan dan warung

kelontong terpusat pada Dusun Besuki dan Dusun Tugu dimana kedua dusun tersebut

merupakan dusun pusat pemerintahan kecamatan dan desa sekaligus. Akan tetapi,

bagi mereka yang ingin mengusahakan warung kelontong diperlukan modal yang tidak

sedikit. Oleh karena itu, hingga saat ini keberadaan warung kelontong masih terbatas.

Budaya Desa Suko Binangun

Penduduk Desa Suko Binangun sebagian besar berasal dari Pulau Jawa

khususnya daerah Madiun, Ponorogo, Banyuwangi, Tulung Agung dan Trenggalek.

Desa Suko Binangun merupakan salah satu di antara desa di Provinsi Lampung yang

dijadikan sebagai daerah sasaran program transmigrasi pada tahun 1961. Program

transmgrasi merupakan suatu program pemerintah dalam pemerataan penduduk dan

meningkatkan taraf hidup penduduk Indonesia.

Penduduk yang ditransmigrasikan ini mendapatkan binaan dari jawatan

transmigrasi selama dua tahun, selanjutnya pembinaan diserahkan sepenuhnya

kepada pemerintah daerah. Penduduk yang dipindahkan dipimpin oleh seorang ketua

rombongan yakni Bapak Sastro Suwiryo yang selanjutnya diangkat sebagai kepala

Desa Suko Binangun pertama di tahun 1961. Kemudian, penduduk pendatang

membuka hutan untuk dijadikan daerah pertanian dengan mendapatkan bimbingan

dan binaan dari pemerintah menangani cara bercocok tanam yang memakai pola

teknis modern.

Daerah pembukaan baru ini diberi nama Desa Suko Binangun yang mempunyai

arti “suko” yang artinya senang dan “binangun” artinya pembangunan, sehingga nama

“suko binangun” secara keseluruhan dapat diartikan dengan senang terhadap

pembangunan. Oleh karena itu, sampai sekarang masyarakat Desa Suko Binangun

masih terus-menerus melaksanakan pembangunan terhadap desa-nya.

Kelembagaan lokal di Desa Suko Binagun memiliki fungsi masing-masing.

Kelembagaan kematian berfungsi yaitu membantu atau meringankan keluarga yang

sedang terkena musibah. Kelembagaan ini akan segera turut membantu baik dalam

hal pendanaan maupun bantuan tenaga dalam proses pemakaman dan pengajian.

Struktur kepengurusan terdiri dari ketua, sekrataris, bendahara. Proses terbentuknya

dilakukan melalui musyawarah anggota yasinan lingkungan RT setempat.

Kelembagaan sinoman berfungsi sebagai penyedia kostum atau pakaian seragam

untuk berbagai hajatan. Hajatan dapat seperti pernikahan, syukuran ataupun khitanan.

Page 78: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

52

Kelembagaan ini juga memiliki ketua, wakil dan bendahara. Ketua dari kelembagaan

ini bertanggung jawab untuk menyediakan kostum atau pakaian melalui konveksi.

Untuk biaya pembuatan kostum atau pakaian diperoleh dari uang dari sumbangan dari

anggota kelembagaan serta pemilik hajat.

Kelembagaan seni seperti reog merupakan kelembagaan yang memenuhi

kebutuhan rekreasi masyarakat desa ini. Kelembagaan ini juga terdiri dari ketua, wakil,

bendahara dan beberapa seksi kelengkapan alat. Kesenian reog ini biasanya kerap

tampil pada acara-acara di tingkat kabupaten dan propinsi. Seperti perayaan hari jadi

Kabupaten Lampung Tengah dan hari jadi Provinsi Lampung. Secara rutin anggota

kelembagaan ini melakukan latihan setiap seminggu sekali. Latihan kerap kali

dilakukan pada malam hari karena pada waktu tersebut merupakan waktu luang dari

anggota-anggota kesenian reog ini. Untuk kerorganisasian yang terdapat di Desa Suko

Binangun diantaranya adalah kelompok tani, organisasi kepemudaan seperti sepak

bola dan bola volly, risma (remaja islam masjid), karang taruna.

Adat istiadat yang masih berlaku di kalangan masyarakat Desa Suko Binangun

ini diantaranya adalah (a) upacara tujuh bulanan usia bayi di dalam kandungan, (b)

upacara kelahiran bayi, (c) upacara perkawinan, (d) upacara kematian. Beberapa

kebiasaan yang ada di desa ini adalah mengadakan syukuran hasil panen, suran

“upacara malam suro” saat ini mulai luntur karena digantikan dengan kegiatan agama

mengaji yasin di masjid. Kehidupan bermasyarakat di desa tersebut tidak adanya

pantangan atau aturan adat istiadat yang mengikat, hanya saja terdapat beberapa

kebiasaan buruk masyarakat yang dianggap tabu. Beberapa kebiasaaan masyarakat

yang dianggap tabu yakni minum-minuman keras, perjudian, perzinahan dan

perselingkuhan. Hal ini menunjukkan ciri budaya yang masih diwarnai aturan

keagamaan, dimana mayoritas agama yang dianut merupakan agama islam yang

melarang perbuatan-perbuatan tersebut.

Keadaan Pertanian di Desa Suko Binangun

Keadaan Tanah

Desa Suko Binangun terletak di sebelah utara Kabupaten Daerah Tingkat II

Lampung Tengah, dengan keadaan tanah merupakan dataran rendah yang tidak

berbukit-bukit. Karakteristik tanah di desa ini yakni berjenis pot solide, dengan warna

merah kuning/bercampur pasir. Tanah tersebut memiliki sifat menyerap air dan pada

lapisan top soil kurang subur. Produktivitas tanah Desa Suko Binangun termasuk tanah

yang kurang subur, para petani menggunakan pupuk kandang untuk bercocok tanam.

Page 79: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

53

Masing-masing komoditas yang ditanam oleh petani memiliki kemampuan panen yang

berbeda-beda. Panen padi dilakukan satu kali dalam setahun, panen jagung dua kali

dalam setahun, panen kedelai dua kali dalam setahun serta panen ubi kayu satu kali

untuk varietas dalam dan dua kali untuk varietas genjah dalam setahun. Dewasa ini, permasalahan yang menimpa petani ubi kayu adalah tanah yang

memiliki pH basa sehingga mengakibatkan tanah rentan mengandung bakteri. Kondisi

seperti ini dapat menurunkan hasil panen para petani. Kondisi tanah seperti ini

mengakibatkan penyakit busuk akar pada tanaman ubi kayu. Ubi kayu yang sudah

terserang penyakit busuk akan habis tak bersisa, sehingga ini berdampak pada

rendahnya hasil panen petani. Kondisi seperti ini pada dasarnya dapat dikendalikan

dengan menambahkan kapur atau dolomit kedalam tanah agar tanah tidak terlalu

basa. Namun, petani sebagian besar petani ubi kayu merasa tidak mampu untuk

menambahkan kapur tersebut dikarenakan harga kapur tersebut tergolong mahal.

Lembaga Pertanian

Sebagian besar mata pencaharian Desa Suko Binangun adalah petani, dimana

mayoritas menanam komoditas ubi kayu. Dari 690 KK yang berada di Desa ini,

terdapat 71,65 persen yang bermatapencaharian sebagai petani. Guna mendukung

keberhasilan dan kemajuan serta kesejahteraan petani maka dibentuk dan disusun

sebuah lembaga yang bertujuan untuk mengorganisasikan kegiatan kelompok. Salah

satu lembaga pertanian yang terdapat di Desa Suko Binangun adalah kelompok tani.

Kelompok tani di Desa Suko Binangun terdiri dari 100 anggota petani ubi kayu

yang menggantungkan ekonominya terhadap usahatani ubi kayu. Secara

keorganisasian, kelompok ini memiliki struktur kepengurusan yang sederhana yaitu

terdiri dari ketua, wakil ketua, seketaris dan bendahara. Kelompok tani yang berada di

desa ini didirikan dengan tujuan untuk memfasilitasi petani dalam mengembangkan

usahataninya. Selain itu, kelompok tani di desa ini juga sebagai wadah atau media

komunikasi sesama anggota petani ubi kayu. Di desa ini, kelompok tani dapat

berperan sekaligus sebagai koperasi dimana, setiap anggota berhak mendapatkan

pinjaman berbagai macam input produksi usahatani seperti bibit, pupuk, pestisida.

Dalam kondisi kelangkaan pupuk, kelompok tani cukup berperan dalam penyediaan

pasokan pupuk bagi anggota-anggotanya. Aktivitas kelompok ini diantaranya adalah

pertemuan rutin kelompok sebanyak satu bulan sekali. Pertemuan kelompok rutin

dilakukan untuk menjalin komunikasi dan silaturahmi sesama anggota, selain itu juga

untuk membahas berbagai masalah yang dihadapi oleh petani ubi kayu. Selanjutnya,

Page 80: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

54

juga terdapat pertemuan kelompok yang sifatnya situasional yakni ketika ada program

atau bantuan dari pemerintah dan juga ketika ada sosialisasi inovasi baru input

produksi (bibit, pupuk, dan obat-obatan) baik dari penyuluh pertanian, dinas pertanian

atau pun dari distributor dan agen pupuk dan obat-obatan perusahaan tertentu.

Program pembangunan yang pernah masuk Desa Suko Binangun adalah BJW

(Beguai Jejamo Wawai) yakni dengan aktivitas pembangunan jalan senilai Rp.

50.000.000,-00. Selanjutnya, Program yang pernah masuk di desa tersebut

diantaranya adalah PNPM dan RIS. Saat ini berbagai program pemerintah di bidang

pertanian yang sudah terselenggara di desa ini diantaranya adalah program bantuan

pemberian bibit padi dan jagung seperti BLBU dan SLPTT dari dinas pertanian, dimana

untuk SLPTT pemberian bibit padi dan jagung diberikan beserta dengan demplot

seluas satu hektar. Selanjutnya juga terdapat CBN yaitu singkatan dari cadangan bibit

nasional yang merupakan bantuan pemberian bibit dari pemerintah saat terjadi banjir

atau bencana alam atau kondisi darurat lainnya yang menyulitkan petani untuk

mendapatkan bibit. Program ini mulai digalakkan mulai tahun 2008 yang selanjutnya

berjalan setiap tahun. untuk program pembangunan yang bersifat umum. Saat ini ketua

kelompok sedang mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah untuk

memberikan bantuan dalam bentuk alat-alat pertanian seperti traktor, pompa air dsb.

Namun, permintaan tersebut belum diakomodir oleh pemerintah. Kendala yang sering

dialami oleh kelompok tani tersebut adalah ketidak-konsistenan dari pemerintah dalam

menyelenggarakan program-program tersebut. Hal ini terlihat dari sering terjadinya

keterlambatan dalam pemberian bantuan yang biasanya sudah terjadwal. Selain itu,

program-program yang diperuntukkan bagi petani penyebarannya tidak merata, untuk

program-program tingkat nasional hanya sampai pada tingkat kecamatan saja dan

tidak menyentuh petani di tingkat desa.

Produktivitas Komoditas Pertanian

Beberapa komoditas pertanian yang diusahakan di desa ini diantaranya adalah

padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Diantara komoditas

pertnian tersebut, ubi kayu merupakan komoditas yang paling banyak dibudidayakan

dan juga memiliki nilai produksi yang paling besar. Ubi kayu yang dihasilkan di desa ini

mencapai 3.771,50 ton per tahun, disusul oleh padi sebesar 2.446,50 ton per tahun,

jagung 191,10 ton per tahun dan kacang tanah serta kedelai yang masing-masing

sebesar dua ton per tahun. Selanjutnya, ketersediaan sarana dan alat-alat pertanian

tentunya sangat mendukung produktivitas hasil usaha tani. Beberapa alat pertanian

Page 81: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

55

yang dimiliki oleh petani di desa ini diantaranya adalah huller, traktor, mesin bajak,

bajak tradisional, sprayer, pompa air. Beberapa alat pertanian yang kerap di gunakan

oleh petani ubi kayu di desa ini sebagian besar adalah alat pertanian yang sederhana

dan manual. Diantaranya masih sering menggunakan, cangkul, linggis (alat

pengumpil), parang, spayer, bajak dengan menggunakan tenaga sapi atau kerbau.

Profil Petani Ubi Kayu Desa Suko Binangun

Petani ubi kayu Desa Suko Binangun merupakan petani yang memiliki

karakteristik personal yang beragam, baik karakteristik material maupun non-material.

Karakteristik petani pada penelitian ini meliputi (1) usia, (2) tingkat Pendidikan, (3)

pendapatan, (4) luas lahan, (5) pengalaman berusahatani, (6) keikutsertaan dalam

kelompok dan (7) kepemilikan media massa. Usia mempengaruhi kekuatan fisik petani

untuk menjalankan usaha pertaniannya. Padmowihardjo (1994) menyatakan bahwa

umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh umur

adalah faktor psikologis. Usia petani ubi kayu di kategorikan menjadi usia tua, dewasa

dan muda. Pendidikan merupakan karakteristik seseorang yang dapat menunjukkan

sejauhmana kemampuan kognitif seseorang secara formal. Menurut Soekartawi (2005)

pendidikan formal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk

berpikir lebih baik dan rasional, memilih alternatif dan cepat untuk menerima dan

melaksanakan suatu inovasi. Pendapatan merupakan karakteristik seseorang yang

menunjukkan kemampuan dalam aspek ekonomi. Pendapatan merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap skala usaha seorang petani. Tingkat pendapatan juga

berhubungan dengan kemampuan adopsi seseorang terhadap suatu inovasi. Lahan

merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam pengembangan

usaha tani. Lahan yang cukup luas memudahkan petani ubi kayu menerapkan

teknologi yang ada, sementara itu kepemilikan lahan yang sempit relatif menjadikan

petani enggan menerapkan teknologi yang ada disebabkan tidak adanya perbedaan

yang signifikan dalam menerapkan suatu teknologi.

Pengalaman berusahatani menggambarkan tingkat kepiawaian seorang petani

dalam menjalankan usahataninya. Semakin lama pengalaman seorang petani semakin

matang pola berfikir dalam pengambilan keputusan serta semakin tajam

penglihatannya dalam mengantisipasi keadaan yang dapat merugikan usahataninya.

Kelompok merupakan salah satu wadah atau alat dalam memenuhi kebutuhan hidup

setiap orang. Umumnya, petani yang banyak melibatkan diri ke dalam beberapa

kelompok akan semakin mudah untuk mengadopsi sebuah inovasi. Hal ini terjadi

Page 82: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

56

karena proses sosialisasi sebuah inovasi secara berkelompok akan jauh lebih efektif

dari pada sosialiasi secara personal. Kepemilikan media massa menggambarkan

sejauhmana seseorang dapat mengakses berbagai media massa. Informasi yang

diperoleh dari media massa dapat digunakan untuk menambah wawasan, terlebih lagi

jika informasi tersebut menyakut budidaya ubi kayu sehingga dapat dimanfaatkan

untuk memajukan usahatani ubi kayu mereka. Berdasarkan pemaparan di atas, secara

lebih rinci karakteristik personal petani ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Persentase petani berdasarkan kategori karakteristik personal di Desa Suko Binangun

Karakteristik Personal Kategori Persentase (%)

Usia Tua 18 Dewasa 44 Muda 38 Pendidikan Tidak Sekolah 14 Tidak Tamat SD 10 Tamat SD 33 Tidak Tamat SMP 3 Tamat SMP 23 Tidak Tamat SMA 1 Tamat SMA 16 Pendapatan Tinggi 2 Sedang 4 Rendah 94 Luas Lahan Luas 2 Cukup luas 6 Sempit 92 Pengalaman Berusahatani Lama 16 Cukup lama 43 Baru 41 Keikutsertaan dalam Kelompok Ikutserta dalam kelompok 68 Tidak ikutserta dalam kelompok 32 Kepemilikan Media Massa Memiliki media massa 97 Tidak memiliki media massa 3

Usia

Usia tua berkisar antara 58,6 sampai 76 tahun, usia dewasa berkisar antara 40,8

sampai 58,5 tahun dan usia muda berkisar antara usia sampai 23 sampai 40,7 tahun.

Berdasarkan Tabel 10, terdapat 44 persen petani ubi kayu yang tergolong usia dewasa

dan sebanyak 38 persen petani ubi kayu tergolong usia muda. Sedangkan petani ubi

kayu yang berusia tua hanya sebanyak 18 persen. Jumlah petani ubi kayu yang

tergolong usia tua cenderung sedikit jika dibandingkan dengan jumlah petani ubi kayu

yang tergolong usia muda dan dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani ubi kayu

Page 83: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

57

cukup menyediakan lapangan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat desa.

Ketersediaan lahan yang cukup untuk berusahatani menjadi salah satu alasan petani

muda mau berusahatani komoditas ini. Di samping itu, desa ini masuk ke dalam

wilayah produsen ubi kayu terbesar di Provinsi Lampung, sehingga pekerjaan sebagai

petani ubi kayu diwariskan secara turun-temurun pada generasi berikutnya. Usia yang

muda menunjukkan bahwa seseorang itu masih memiliki semangat yang besar,

kemauan yang keras dan kemampuan produksi yang masih tinggi untuk memajukan

usahataninya, sehingga mereka cenderung lebih mudah menerima informasi baru dan

mengadopsi sebuah inovasi. Petani yang berusia tua lebih lamban dalam proses

belajar sehingga akan lebih sulit untuk merubah perilakunya, kemampuan mereka

dalam bekerja juga tidak sekuat petani berusia muda. Petani berusia tua cenderung

tidak berani mengambil resiko dalam menerapkan teknologi baru, sehingga usahatani

mereka masih menggunakan teknologi konvensional. Petani berusia tua hanya

menyukai aktivitas bertani yang sudah biasa mereka lakukan, mereka juga enggan

meminta saran dan masukan kepada petani lain yang lebih muda. Mereka lebih

mempercayakan informasi mengenai penerapan yang berasal dari penyuluh atau

ketua kelompok tani.

Tingkat Pendidikan

Pendidikan petani ubi kayu di bedakan menjadi tujuh kategori yakni tidak

sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tidak tamat SMP, tamat SMP, tidak tamat SMA dan

tamat SMA. Rata-rata petani ubi kayu mengenyam pendidikan selama tujuh tahun

(tamat Sekolah Dasar). Berdasarkan Tabel 10 di atas sebanyak 33 persen petani ubi

kayu masuk dalam kategori tamat SD dan 23 persen masuk dalam kategori tamat

SMP. Hal ini menunjukkan bahwa petani ubi kayu di Desa Suko Binangun memiliki

kesadaran yang cukup tinggi untuk mengenyam pendidikan. Hal ini juga didukung oleh

keberadaan fasilitas pendidikan yang memadai di desa tersebut. Berdasarkan hasil

wawancara, terlihat bahwa petani yang berpendidikan tinggi biasanya lebih berani

dalam mengambil resiko dalam mengadopsi sebuah inovasi, mereka juga memiliki

akses yang lebih dekat dengan sumber-sumber informasi sehingga cenderung aktif

mencari dan menyebarkan informasi-informasi pertanian yang baru. Dalam penerapan

sejumlah teknologi produksi sebagian besar mereka melakukannya sesuai anjuran

yang diberikan oleh penyuluh, dinas pertanian, dan ketua kelompok tani. Meskipun

pengetahuan dan cara bertani mereka banyak diperoleh dari pengetahuan secara

Page 84: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

58

turun-temurun, namun mereka tetap mau mencoba menerapkan teknik budidaya yang

baru.

Tingkat Pendapatan

Pendapatan petani ubi kayu di Desa Suko Binangun digolongkan menjadi tiga

kategori yakni tinggi, sedang dan rendah. Pendapatan tinggi berkisar antara Rp

49.141.502 sampai Rp.73.530.000, pendapatan sedang berkisar antara Rp.24.753.001

sampai Rp.49.141.501, pendapatan rendah berkisar antara Rp.364.500 sampai

Rp.24.753.000. Pendapatan petani ubi kayu dihitung berdasarkan satu kali panen

terakhir yang dilakukan. Berdasarkan Tabel 10 di atas sebanyak 94 persen

pendapatan petani ubi kayu di desa tersebut masuk ke dalam kategori rendah dan 4

persen masuk dalam kategori sedang, sedangkan hanya terdapat dua persen saja

yang masuk ke dalam kategori berpendapatan tinggi. Berdasarkan kategori yang ada,

rata-rata pendapatan petani ubi kayu masuk ke dalam kategori rendah. Perbedaan

pendapatan petani yang mencolok seperti ini disebabkan adanya perbedaan

kepemilikan luas lahan yang dimiliki. Menurut hasil penelitian Hermawanto (1993),

variasi pendapatan keluarga petani tergantung oleh beberapa faktor antara lain

(a) faktor yang berhubungan dengan luas penguasaan lahan garapan, (b) status

kepemilikan lahan pertanian, (c) jenis usaha atau cabang usahat tani yang dikerjakan,

(d) macam pekerjaan tambahan, baik di sektor pertanian maupun non pertanian. Pada

umumnya, perbedaan pendapatan yang diperoleh oleh petani ubi kayu di Desa Suko

Binangun diantaranya adalah luas lahan dan keragaman serta biaya input produksi

usahatani mereka.

Luas Lahan

Lahan merupakan modal alam bagi petani dalam menjalankan usahataninya.

Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam

pengembangan usaha tani. Ketersediaan lahan yang terbatas berdampak pada

perkembangan usahatani dan juga pada pendapatan petani. Sehingga, dapat

dikatakan bahwa lahan merupakan aset utama petani untuk menggerakan moda

produksi usahataninya. Kepemilikan luas lahan petani ubi kayu dibedakan menjadi tiga

kategori yaitu luas, cukup luas dan sempit. Kategori luas berkisar antara 3,43 sampai 5

hektar, kategori cukup luas berkisar antara 1,84 sampai 3,42 hektar dan kategori

sempit berkisar antara 0,25 sampai 1,83 hektar. Berdasarkan Tabel 10 di atas

sebanyak 92 persen petani ubi kayu memiliki luas lahan yang sempit dan hanya

sebesar enam persen yang memiliki lahan cukup luas. Sedangkan kepemilikan lahan

Page 85: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

59

yang luas hanya sebanyak dua persen. Rata-rata kepemilikan luas lahan petani ubi

kayu berada pada kategori sempit. Kondisi ini yang menjadikan sebagian besar petani

ubi kayu enggan menerapkan beberapa teknologi baru. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan, salah satu kondisi ini terlihat dalam penerapan inovasi berupa

pengaturan jarak tanam. Jarak tanam yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian

setempat adalah 100 sentimeter X 50 sentimeter untuk penanaman monokultur.

Namun karena aspek keterbatasan lahan dan keinginan yang besar agar memproduksi

ubi kayu dalam jumlah banyak, mereka tidak menerapkan jarak tanam yang sesuai,

bahkan mereka menanam dengan jarak tanam hanya 50 sentimeter X 40 sentimeter.

Pengalaman Berusahatani

Secara umum petani ubi kayu ini melakukan budidaya komoditas ubi kayu secara

turun-temurun. Berdasarkan Tabel 10 pengalaman berusahatani ubi kayu

dikategorikan menjadi tiga kategori yakni lama, cukup lama dan baru. Pengalaman

berusahatani lama berkisar antara 31,8 sampai 45 tahun, pengalaman usahatani

cukup lama berkisar antara 18,4 sampai 31,7 tahun dan pengalaman berusahatani

baru berkisar antara 5 sampai 18,3 tahun. Sebanyak 43 persen petani ubi kayu masuk

ke dalam kategori memiliki pengalaman berusahatani cukup lama dan 41 persen

petani ubi kayu masuk ke dalam kategori baru memiliki pengalaman berusahatani ubi

kayu, sedangkan terdapat 16 persen petani ubi kayu yang masuk ke dalam kategori

memiliki pengalaman berusahatani yang lama. Hal ini memperlihatkan

pengelompokkan pada kategori berpengalaman cukup lama, hal ini mengindikasikan

bahwa petani-petani di desa tersebut pada dasarnya sudah memiliki cadangan

pengetahuan yang cukup memadai dalam berusahatani ubi kayu, dengan bekal

pengalaman tersebut maka segala inovasi dan sesuatu hal yang baru berkaitan

dengan budidaya ubi kayu, petani selalu membandingkan dengan pengalaman yang

dialaminya. Petani yang memiliki pengalaman yang relatif lama cenderung bersifat

kritis terhadap suatu inovasi.

Keikutsertaan dalam Kelompok

Kelompok merupakan salah satu wadah atau alat dalam memenuhi kebutuhan

hidup setiap orang. Berbagai jenis dan macam kelompok terdapat dalam kehidupan

sebuah sistem sosial, dimana setiap individu menjadi bagiannya. Umumnya kelompok

yang terbentuk di wilyah pedesaan adalah kelompok yang menyangkut kebutuhan

bersama (bersifat sosial). Berdasarkan Tabel 10, keikutsertaan petani dalam kelompok

Page 86: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

60

di bedakan menjadi dua kategori yakni ikutserta dalam kelompok dan tidak ikutserta

dalam kelompok.berdasarkan Tabel 10, sebanyak 68 persen petani ubi kayu di Desa

Suko Binangun berpartisipasi dalam kelompok dan hanya 32 persen saja yang tidak

ikut serta dalam kelompok yang terdapat di lingkungan tempat tinggal mereka Hampir

seluruh petani memilih menjadi anggota kelompok tani yang merupakan kelompok

sosial terbesar di desa ini. Keikutsertaan seorang petani dalam kelompok tentunya

akan meningkatkan kemungkinan petani terdedah oleh berbagai informasi. Umumnya,

petani yang banyak melibatkan diri ke dalam beberapa kelompok akan semakin mudah

untuk mengadopsi sebuah inovasi. Hal ini terjadi karena proses sosialisasi sebuah

inovasi secara berkelompok akan jauh lebih efektif dari pada sosialiasi secara

personal. Petani umumnya menjadikan rekan-rekan dalam satu kelompoknya sebagai

salah satu acuan dalam memutuskan untuk mengadopsi sebuah inovasi.

Kepemilikan Media Massa

Kepemilikan media massa dalam penelitian ini dibedakan menjadi media massa

elektronik dan media massa cetak. Media massa elektronik meliputi radio dan televisi.

Sedangkan media massa cetak meliputi surat kabar, majalah, poster, booklet, leaflet,

brosur dan folders. Melalui televisi dan radio, petani ubi kayu memperoleh berbagai

informasi dan berita serta hiburan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan televisi

dan radio banyak digunakan untuk menonton dan mendengarkan acara-acara hiburan

dan berita. Media ini dimanfaatkan petani untuk mengisi waktu luang dan waktu santai

saat melakukan istirahat atau pun saat menjelang tidur pada waktu malam hari.

Kepemilikan media massa dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yakni

memiliki media massa dan tidak memiliki media massa. Berdasarkan Tabel 10 di atas

sebanyak 97 persen petani ubi kayu yang memiliki banyak media massa dan hanya

terdapat tiga persen yang tidak memiliki media massa. Media massa yang paling

banyak dimiliki oleh petani ubi kayu adalah televisi dan radio. Meskipun tidak semua

petani memiliki radio tetapi, masih banyak petani yang memiliki televisi. Pada dasarnya

televisi merupakan media massa yang paling digemari oleh petani ubi kayu untuk

menonton acara hiburan dan berita, namun untuk informasi dan berita mengenai

keadaan atau kondisi di daerah mereka, petani lebih menyukai mendengarkan radio.

Petani ubi kayu yang memiliki media massa yang sedikit umumnya merupakan petani

yang memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah. Meskipun untuk memiliki koran,

majalah, leaflet atau brosur tidak membutuhkan dana sebanyak untuk memiliki televisi

dan radio, tetapi untuk mengakses media cetak tersebut harus mendapatkannya di luar

Page 87: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

61

desa tersebut, karena pemasaran koran dan majalah tidak didistribusikan ke desa

tersebut. Selain aspek ekonomi, aspek keluasan pergaulan sosial dan mobilitas

seseorang juga ikut mempengaruhi kepemilikan media cetak tersebut karena,

beberapa media cetak seperti leaflet, booklet, brosur, dan poster didapatkan dari agen

pupuk, agen obat, agen bibit, dinas pertanian, penyuluh pertanian dan pasar lokal di

daerah tertentu.

Penerapan Teknologi Produksi Ubi Kayu

Ubi kayu atau ketela pohon atau singkong merupakan bahan pangan potensial

masa depan dalam tatanan pengembangan agribisnis dan agroindustri. Sejak awal

pelita I, hingga sekarang ubi kayu berperan cukup besar dalam mencukupi bahan

pangan nasional dan dibutuhkan sebagai bahan pakan (ransum) ternak serta bahan

baku berbagai industri makanan. Di dataran rendah, tanaman ubi kayu jarang berbuah.

Biji ubi kayu dapat digunakan sebagai bahan penyerbukan generatif, terutama dalam

skala penelitian atau pemuliaan tanaman. Ubi mengandung asam sianida berkadar

rendah sampai tinggi. Berdasarkan kandungan racun asam sianida dapat dibedakan

empat kelompok jenis ubi kayu yaitu (1) jenis ubi kayu yang tidak berbahaya, ditandai

dengan kandungan HCN kurang dari 50 mg per kg ubi yang diparut, (2) jenis ubi kayu

yang sedikit beracun, ditandai dengan kandungan HCN berkadar 50 sampai 80 mg per

kg ubi yang diparut, (3) Jenis ubi kayu yang beracun, ditandai dengan kandungan HCN

berkadar 80 sampai 100 mg per kg ubi yang diparut, (4) jenis ubi kayu yang amat

beracun, ditandai dengan kandungan HCN lebih dari 100 mg per kg ubi yang diparut

(Rukmana, 1997).

Hampir semua jenis tanah pertanian cocok ditanami ubi kayu karena tanaman ini

toleran terhadap berbagai jenis dan tipe tanah. Jenis tanah yang paling ideal adalah

jenis aluvial, latosol, podsolik merah kuning, meditetan, grumosol, dan andosol.

Keadaan tanah yang paling baik untuk tanaman ubi kayu adalah tanah berstruktur

remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainase baik, serta

mempunyai pH tanah minimum 5. Tanaman ubi kayu toleran pada pH 4,5 sampai 8,0

tetapi yang paling baik adalah pada pH 5,8.

Praktek budidaya ubi kayu yang dilakukan oleh sebagian besar petani ubi kayu di

Desa Suko Binangun dilakukan dengan masa dua kali panen dalam setahun. Sedikit

sekali petani yang memanen ubi kayu mereka di atas usia enam atau tujuh bulan. Dari

aspek teknologi produksi, sebagian besar masih menggunakan teknologi yang

konvensional dan tradisional, sehingga, tingkat penerapan teknologi produksi

Page 88: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

62

cenderung rendah. Penerapan teknologi produksi adalah tindakan untuk menggunakan

sesuatu baik itu ide atau alat teknologi baru yang dilakukan dengan cara bertindak

yang paling baik (Rogers, 2003). Penerapan teknologi produksi meliputi teknologi

budidaya yang sudah ditentukan dan dianjurkan baik secara teoritis maupun praktek

oleh dinas pertanian atau penyuluh. Dalam penelitian ini, pengukuran tingkat

penerapan teknologi produksi ubi kayu terhadap sejumlah petani ubi kayu di Desa

Suko Binangun merujuk pada pedoman teknis budidaya ubi kayu yang dikeluarkan

oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Lampung dan anjuran dari dinas

pertanian setempat melalui petugas PPL yang bertugas di desa tersebut. Pada

penelitian ini, penerapan teknologi produksi yang diteliti meliputi aspek penyiapan

lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan panen. Berikut ini disajikan skor

rata-rata petani berdasarkan indikator penerapan teknologi produksi ubi kayu.

Tabel 11. Distribusi skor petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi ubi kayu berdasarkan kategori

No Penerapan Teknologi Produksi Total Skor Rata-Rata Kriteria 1 Penyiapan Lahan 2,80 Tinggi 2 Pembibitan 2,58 Tinggi 3 Penanaman 1,88 Sedang 4 Pemeliharaan 1,97 Sedang 5 Panen 2,69 Tinggi

Jumlah Total Skor Rata-Rata 2,30 Sedang Keterangan : Rentang Skor : Rendah = 1,00-1,66; Sedang = 1,67-2,33; Tinggi = 2,34-3,00

Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan penerapan teknologi

produksi ubi kayu di Desa Suko Binangun masuk ke dalam kategori sedang.

Berdasarkan tabel tersebut juga terlihat bahwa terdapat tiga indikator yang masuk ke

dalam kategori tinggi yakni penyiapan lahan, pembibitan dan panen namun, terdapat

dua indikator penerapan teknologi produksi yang masuk ke dalam kategori sedang,

yakni penanaman dan pemeliharaan. Tabel 12 di bawah ini menyajikan persentase

petani ubi kayu berdasarkan kategori penerapan teknologi produksi ubi kayu untuk

semua indikator.

Tabel 12. Jumlah dan persen petani ubi kayu di Desa Suko Binangun berdasarkan tingkat penerapan teknologi produksi

Kategori Interval Penerapan Teknologi Produksi Jumlah Persen (%) Tinggi 2,34-3,00 34 34 Sedang 1,67-2,33 66 66 Rendah 1,00-1,66 0 0

Page 89: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

63

Berdasarkan Tabel 12 di atas separuh seluruh petani ubi kayu di Desa Suko

Binangun masuk dalam kategori sedang dalam menerapkan teknologi produksi. Selain

itu, tidak ada satupun petani ubi kayu yang menerapkan teknologi produksi ubi kayu

yang masuk ke dalam kategori rendah. Sebanyak 66 persen petani ubi kayu memiliki

skor rata-rata penerapan teknologi antara 1,67 sampai 2,33 dimana skor rata-rata yang

paling sering muncul adalah 2,30, sedangkan untuk kategori penerapan teknologi

produksi yang tinggi sebesar 34 persen. Kondisi ini menggambarkan bahwa meski

penerapan teknologi yang dilakukan oleh petani ubi kayu di Desa Suko Binangun tidak

tergolong tinggi, akan tetapi terlihat masih terdapat usaha dari petani-petani tersebut

untuk memajukan usahatani mereka dengan meningkatkan produksi melalui

penerapan sejumlah teknologi produksi yang telah dianjurkan. Dalam hal ini, kondisi

pertanian bagi petani ubi kayu berada pada masa transisi menuju pertanian yang

modern dan kontemporer.

Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan adalah salah satu tahapan dalam pelaksanaan budidaya

tanaman ubi kayu dengan cara mempersiapkan lahan melalui pengolahan tanah untuk

budidaya tanaman ubi kayu. Penyiapan lahan untuk penanaman ubi kayu amat

berbeda dengan penyiapan lahan yang akan ditanami tanaman pangan atau palawija

yang lain. Hasil yang di pungut dari tanaman ubi kayu berada di dalam tanah sehingga

pengolahan tanah amat menentukan terhadap hasil yang diperoleh. Penyiapan lahan

dapat dilakukan dengan tiga cara pengolahan tanah sebagai berikut :

1. Guludan yakni dengan membuat guludan-guludan, terutama untuk daerah-daerah

yang sistem drainasenya kurang baik atau untuk penanaman pada musim hujan.

2. Hamparan yakni dengan dibajak atau dicangkul satu sampai dua kali, kemudian

tanah tersebut di rotor (dicampur dan diratakan) pada seluruh hamparan lahan

yang tersedia. Pengolahan tanah cara hamparan cocok dipraktikan di daerah-

daerah kering atau daerah yang sistem drainasenya baik.

3. Bajang yakni dengan membuat lubang tanam, misalnya ukuran 100 cm X 100 cm

X 50 cm, kemudian tiap lubang tanam diisi dengan pupuk organik (kotoran ternak,

kompos). Pengolahan tanah cara bajang disebut sistem mukibat.

Tanaman ubi kayu membutuhkan struktur tanah yang gembur agar

perkembangan ubi dapat tumbuh dengan leluasa. Tanah berat atau miskin hara perlu

diperbaiki dengan cara pengolahan tanah yang baik dan menambahkan pupuk organik.

Pengolahan tanah di lahan kering biasanya dilakukan pada akhir musim kemarau agar

Page 90: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

64

nantinya waktu tanam bertepatan dengan saat mulai turun hujan. Hal yang harus

diperhatikan pada saat penyiapan lahan (pengolahan tanah) adalah menghindari

pengerjaan tanah saat masih becek atau berair.

Penyiapan lahan dengan cara guludan merupakan teknologi yang paling sering

di terapkan oleh petani ubi kayu di Desa Suko Binangun. Sebanyak 94 persen petani

ubi kayu menerapkan teknologi penyiapan lahan dengan cara ini. Petani ubi kayu

tersebut melakukan pengolahan tanah pada akhir musim kemarau dimana, saat musim

hujan tiba mereka sudah siap untuk mulai menanam bibit ubi kayu. Tingkat penerapan

teknologi produksi dalam penyiapan lahan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Persentase petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi untuk indikator penyiapan lahan berdasarkan kategori

Kategori Interval Skor Persentase (%) Tinggi 2,34-3,00 88 Sedang 1,67-2,33 10 Rendah 1,00-1,66 2

Berdasarkan Tabel 13 di atas sebanyak 88 persen petani ubi kayu masuk ke

dalam kategori tinggi untuk menerapkan teknologi produksi dalam penyiapan lahan.

Artinya, sebanyak 88 petani memiliki skor rata-rata antara 2,34 sampai 3,00 dimana

skor rata-rata 3,00 adalah skor yang paling sering muncul. Petani ubi kayu yang masuk

ke dalam kategori rendah hanya dua persen. Hal ini menunjukkan bahwa dalam aspek

penyiapan lahan, petani-petani ubi kayu di Desa Suko Binangun telah menerapkan

teknologi produksi dengan baik. Produksi usahatani yang baik dimulai dari tahapan

penyiapan lahan yang baik pula, sehingga penyiapan lahan yang tepat dan sesuai

dengan anjuran yang telah diberikan oleh penyuluh lapang setempat membantu dalam

menghasilkan produksi yang tinggi pula.

Pembibitan

Pembibitan adalah salah satu tahapan dalam pelaksanaan budidaya tanaman

ubi kayu yang berfungsi sebagai tahapan penyediaan bibit untuk pelaksanaan

penanaman. Perbanyakan tanaman ubi kayu dapat dilakukan dengn cara generatif

(biji) dan vegetatif (stek batang). Perbanyakan secara generatif (biji) biasanya

dilakukan pada skala penelitian (pemuliaan tanaman) untuk menghasilkan varietas

baru. Untuk tujuan usahatani pada tingkat petani, biasanya dipraktikkan teknik

perbanyakan vegetatif lain yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas

pertanaman pada skala kecil. Penyiapan bibit ubi kayu dapat dilakukan dengan cara

Page 91: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

65

sambungan (okulasi) antara batang bawah jenis ubi kayu dengan batang atas jenis ubi

kayu karet.

Ukuran panjang stek batang ubi kayu yang baik adalah 20 sampai 25 cm. Bagian

batang yang paling baik sebagai bibt adalah bagian pangkal. Alternatif lain bahan bibit

(setek) adalah bagian tengah. Hasil penelitian para pakar pertanian menunjukkan

bahwa penggunaan setek pangkal dan tengah batang memberikan hasil lebih tinggi

daripada setek ujung batang, seperti dapat disimak pada Tabel 14.

Tabel 14. Pengaruh macam (bagian) setek terhadap daya tumbuh dan hasil produksi ubi kayu

No Macam (bagian) setek

Jumlah yang tumbuh (%)

Hasil ubi (ton/ha)

Hasil tepung (ton/ha)

1. Pangkal batang 82,7 19,7 2,11 2. Tengah batang 77,8 19,0 2,13 3. Ujung batang 41,4 13,2 1,54

Sumber: Wargiono (1979) dalam Rukmana (1997)

Setek yang terlalu pendek atau kurang dari 20 cm tidak baik dijadikan bibit

karena akan mudah kering. Sebaliknya, setek yang terlalu panjang merupakan

pemborosan bahan tanaman, dan menyebabkan pertumbuhan akar-akar lebih

diarahkan untuk pertumbuhan tunas daripada akar sehingga bibit tumbuh tidak

seimbang. 99 persen petani ubi kayu di Desa Suko Binangun menggunakan bibit

unggul UJ-3 atau disebut sebagai “singkong thailand” dan bibit unggul UJ-5 atau

disebut sebagai “cassesart” oleh masyarakat setempat. Tetapi dapat dipastikan

penanaman bibit thailand jauh lebih tinggi karena masa tanam yang singkat dan

produksi yang cukup menguntungkan.

Seluruh petani ubi kayu di Desa Suko Binangun menggunakan cara vegetatif

untuk melakukan perbanyakan tanaman ubi kayu. Dimana, sebanyak 97 persen petani

menggunakan setek dengan panjang 20 sampai 25 cm dan 70 persen petani memilih

bagian tengah pangkal sebagai bibit ubi kayu, serta 94 persen petani memilih bibit

dengan diameter setek dua sampai tiga cm. Selanjutnya, sebanyak 100 persen petani

ubi kayu tidak lakukan penyimpanan terhadap bibit ubi kayu dan 81 persen petani ubi

kayu mendapatkan bibit dengan melakukan pembibitan sendiri, serta 51 persen petani

ubi kayu menanamkan 10.000 sampai 15.000 batang per ha bibit ubi kayu.

Selanjutnya, tingkat penerapan teknologi produksi dalam pembibitan dapat dilihat pada

Tabel 15.

Page 92: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

66

Tabel 15. Persentase petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi untuk indikator pembibitan berdasarkan kategori

Kategori Interval Skor Persentase (%) Tinggi 2,34-3,00 97 Sedang 1,67-2,33 3 Rendah 1,00-1,66 0

Berdasarkan Tabel 15 di atas, sebanyak 97 persen petani ubi kayu di Desa Suko

Binangun masuk ke dalam kategori tinggi untuk menerapkan teknologi produksi dalam

pembibitan. Skor 2,63 adalah skor rata-rata yang paling sering muncul. Terdapat tiga

persen petani ubi kayu yang masuk ke dalam kategori sedang untuk menerapkan

teknologi produksi dalam pembibitan. Selain itu, pada tabel tersebut juga

memperlihatkan bahwa tidak terdapat petani ubi kayu yang menerapkan teknologi

produksi pembibitan yang tergolong dalam kategori rendah. Hal ini menggambarkan

dalam hal pembibitan, petani ubi kayu sudah menerapkan dengan baik beberapa

inovasi yang dapat meningkatkan hasil produksi ubi kayu mereka. Kondisi seperti ini

merupakan potensi dimana pertanian tanaman ubi kayu masih dapat terus

berkembang, sehingga perhatian dan pendampingan yang menyeluruh dari berbagai

pihak pemerintahan yang terkait harus tetap diteruskan guna mendukung kesadaran

petani untuk melakukan usaha tani yang maju, inovatif dan berkelanjutan

Penanaman

Penanaman adalah salah satu tahapan dalam pelaksanaan budidaya ubi kayu

dengan cara menempatkan bibit kayu di daerah dan musim yang sesuai untuk

ditanami ubi kayu serta dengan teknik yang dianjurkan dalam membudidayakan

tanaman ubi kayu. Waktu tanam ubi kayu harus mempertimbangkan musim atau curah

hujan. Tanaman ubi kayu membutuhkan air yang memadai pada stadium (fase) awal

tanam hingga fase pertumbuhan vegetatif umur empat sampai lima bulan. Penanaman

setek ubi kayu dapat dilakukan secara tegak lurus (vertikal), miring (condong) dan

mendatar (ditidurkan). Hasil penelitian para pakar pertanian menunjukkan bahwa

penanaman tegak cenderung memberikan produksi lebih tinggi daripada penanaman

miring dan mendatar, seperti disajikan pada Tabel 16.

Page 93: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

67

Tabel 16. Pengaruh cara penanaman setek terhadap hasil ubi kayu (ton/ha ubi kupas)

No Cara Penanaman Hasil Panen Pada Umur 10 Bulan 13,5 Bulan

1. Tegak lurus 26,16 33,98 2. Miring 450 26,91 32,45 3. Mendatar 26,32 33,50

Sumber: Wargiono (1979) dalam Rukmana (1997).

Jarak tanam berpengaruh terhadap produksi ubi kayu. Tingkat kesuburan tanah

berpengaruh terhadap penentuan jarak tanam. Pada tanah yang kurus (kurang subur),

jarak tanam ubi kayu cenderung harus rapat. Sebaliknya, tanah subur dan gembur

menggunakan jarak tanam lebar, biasanya 100 cm x 100 cm. Menurut Sundari (2010)

jarak tanam yang digunakan dalam pola monokultur ada beberapa macam,

diantaranya adalah :

1. 1 meter x 1 meter (10.000 tanaman per hektar).

2. 1 meter x 0,8 meter (12.500 tanaman per hektar).

3. 1 meter x 0,75 meter (13.333 tanaman per hektar).

4. 1 meter x 0,5 meter (20.000 tanaman per hektar).

5. 0,8 meter x 0,7 meter (17.850 tanaman per hektar).

6. 1 meter x 0,7 meter (14.285 tanaman per hektar).

Pemilihan jarak tanam ini tergantung dari jenis varietas yang digunakan dan

tingkat kesuburan tanah. Untuk tanah-tanah yang subur digunakan jarak tanam 1 m x 1

m; 1 m x 0,8 m; 1 m x 0,75 m maupun 1 m x 0,7 m. Sedangkan untuk tanah-tanah

miskin digunakan jarak tanam rapat yaitu 1 m x 0,5 m, 0,8 m x 0,7 m (Sundari, 2010).

Bersamaan waktu tanam juga dilakukan pemupukan dasar. Jenis dan dosis pupuk

yang tepat untuk tanaman ubi kayu harus didasarkan pada hasil analisis tanah di

daerah setempat. Penggunaan pupuk yang dianjurkan oleh dinas pertanian dan

penyuluh setempat untuk Desa Suko Binangun dengan dosis urea 100 kg per ha,

SP36 200 kg per ha, dan KCL 50 kg per ha serta pupuk kandang dua ton per ha.

Petani ubi kayu di Desa Suko Binangun melakukan usahatani budidaya ubi kayu

dengan sistem monokultur yakni sebanyak 87 persen petani. Sebanyak 98 persen

petani ubi kayu melakukan penanaman setek ubi kayu dengan posisi tegak lurus

(vertikal). Sebanyak 72 persen petani ubi kayu menggunakan jarak tanam yang tidak

sesuai dengan anjuran dan juga 43 persen petani ubi kayu tidak melakukan

pemupukan dasar. Tingkat penerapan teknologi produksi dalam penanaman dapat

dilihat pada Tabel 17.

Page 94: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

68

Tabel 17. Persentase petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi untuk indikator penanaman berdasarkan kategori

Kategori Interval Skor Persentase (%) Tinggi 2,34-3,00 8 Sedang 1,67-2,33 22 Rendah 1,00-1,66 70

Berdasarkan Tabel 17 di atas, sebanyak 70 persen petani ubi kayu di Desa Suko

Binangun masuk ke dalam kategori rendah untuk menerapkan teknologi produksi

dalam penanaman. Skor 1,67 adalah skor rata-rata yang paling sering muncul.

Terdapat delapan persen petani ubi kayu yang masuk ke dalam kategori tinggi untuk

menerapkan teknologi produksi dalam penanaman. Hal ini menunjukkan dalam aspek

penanaman petani ubi kayu di desa tersebut sedikit sekali yang melakukan sesuai

dengan anjuran oleh dinas pertanian atau penyuluh pertanian setempat. Hal ini terlihat

jelas terutama dalam hal pengaturan jarak tanam dan pemupukan dasar. Sebagian

besar petani menggunakan jarak tanam yang sangat rapat, dimana jarak tanam terapat

hampir mencapai 45 cm X 50 cm dan jarak tanam terjarang adalah 80 cm X 70 cm.

Pemupukan dasar yang dilakukan oleh sebagian besar petani ubi kayu hanya

menggunakan pupuk kandang saja dan dalam situasi tertentu penggunaaan pupuk

kandang pun berlebihan sehingga tidak sesuai dengan dosis yang telah dianjurkan.

Kondisi seperti ini yang dapat mengurangi hasil produksi ubi kayu. Oleh karena itu,

dalam aspek penanaman ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai

instansi guna meningkatkan kesadaran petani untuk melakukan penanaman sesuai

dengan anjuran yang telah diberikan.

Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah salah satu tahapan dalam pelaksanaan budidaya tanaman

ubi kayu dengan cara pengontrolan, memelihara tanaman ubi kayu sehingga budidaya

dapat berlangsung optimal. Kegiatan pemeliharaan dalam penelitian ini meliputi

kegiatan penyulaman, pengairan, penyiangan, pemupukan susulan dan perlindungan

(proteksi tanaman). Waktu penyulaman sebaiknya dilakukan seawal mungkin, yaitu

pada umur satu sampai empat minggu setelah tanam. Bila keadaan cuaca kering atau

pada musim kemarau keadaan tanah kering, seusai menyulam sebaiknya dilakukan

pengairan. Tanaman ubi kayu tidak membutuhkan air banyak, tetapi untuk

pertumbuhan dan produksi yang optimal tanah harus cukup lembab (basah). Periode

cukup air adalah awal pertumbuhan hingga umur empat sampai lima bulan setelah

tanam.

Page 95: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

69

Penyiangan sebaiknya dilakukan paling sedikit dua kali selama pertumbuhan

tanaman ubi kayu, yaitu pada umur tiga sampai empat minggu dan dua sampai tiga

bulan setelah tanam. Tanaman ubi kayu amat tanggap (respons) terhadap

pemupukan. Jenis dan dosis pupuk susulan yang tepat untuk tanaman ubi kayu harus

didasarkan pada hasil analisis tanah di daerah setempat. Pupuk yang dianjurkan oleh

dinas pertanian dan penyuluh setempat untuk Desa Suko Binangun terdiri dari

pemupukan susulan I dan pemupukan susulan II. Pupuk susulan I pada waktu

tanaman ubi kayu berumur 1 bulan dengan dosis urea 100 kg per ha, KCL 50 kg per

ha. Pupuk susulan II dilakukan pada waktu tanaman ubi kayu berumur 3 bulan dengan

pupuk urea 100 kg per ha. Organisme pengganggu (OP) tanaman ubi kayu biasanya

berupa hama dan penyakit. Strategi perlindungan (proteksi) tanaman yang dianjurkan

adalah Pengendalian Hama Dan Penyakit Terpadu (PHPT). PHPT merupakan

perpaduan teknik pengendalian hama dan penyakit, dengan memperhitungkan

dampaknya yang bersifat ekologis, ekonomis, dan sosiologis, sehingga secara

keseluruhan diperoleh hasil yang terbaik. Komponen PHPT pada tanaman ubi kayu

yang dapat disimak pada Tabel 18.

Tabel 18. Komponen PHPT pada tanaman ubi kayu. No Komponen PHPT Teknik Pengendalian 1. Kultur teknis a. Pergiliran (rotasi) tanaman

b. Sanitasi (kebersihan) c. Penghancuran inang d. Pengerjaan tanah e. Pengelolaan air f. Pemberaan (pemberoan) lahan g. Penanaman serentak h. Penetapan jarak tanam i. Pemupukan berimbang j. Penanaman varietas tahan

2. Biologi (hayati) a. Jasa paradit (parasitoid) b. Predator c. Bakteri atau virus yang mematikan hama

dan penyakit 3. Fisik a. Perlakuan panas

b. Penggunaan lampu perangkap c. Penghalang (barrier)

4. Mekanik a. Gropyokan b. Memasang perangkap c. Pengusiran

5. Kimiawi

a. Insektisida b. Bakterisida c. Herbisida d. Nematisida

Sumber : Rukmana (1997)

Petani di Desa Suko Binangun melakukan penyulaman sesuai dengan anjuran

sebanyak 81 persen petani ubi kayu melakukan penyulaman pada umur tanaman satu

Page 96: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

70

sampai empat minggu setelah tanam. Namun, hampir seluruh petani ubi kayu tidak

melakukan pengairan pada tanaman ubi kayu mereka. Sebanyak 98 persen petani ubi

kayu tidak mengairi lahan mereka, karena sulitnya memperoleh air dan ketiadaan

sistem irigasi. Pada aspek penyiangan 45 persen petani ubi kayu melakukan

penyiangan pada waktu yang kurang sesuai dengan anjuran. Penyiangan yang

dilakukan oleh petani ubi kayu di desa tersebut tidak secara mekanik melainkan secara

kimiawi, yakni dengan memberikan obat pembasmi atau obat pembeku rumput

sehingga rumput-rumput liar (gulma) tidak tumbuh di sekitar tanaman ubi kayu.

Penggunaan herbisida kurang sesuai dengan waktu yang dianjurkan dimana, 69

persen petani ubi kayu menggunakan herbisida kurang dari umur tanaman tiga bulan.

Pemupukan susulan yang dilakukan oleh petani ubi kayu di Desa Suko Binangun

adalah pemukupan susulan I dan susulan II. Pada pemupukan susulan I sebanyak 78

persen petani ubi kayu melakukan pemupukan namun tidak sesuai dengan anjuran.

Biasanya petani ubi kayu hanya menambahkan pupuk urea saja tanpa menambahkan

pupuk KCL, hal ini disebabkan harga pupuk kcl yang sulit terjangkau oleh petani ubi

kayu pada umumnya di desa tersebut. Untuk pemupukan susulan II sebanyak 35

persen petani ubi kayu melakukan pemupukan sesuai dengan ajuran yakni

menggunakan pupuk urea dan diberikan pada saat umur tanaman 3 bulan, namun 34

persen petani tidak melakukan pemupukan susulan II. Hal ini juga disebabkan oleh

perbedaan kemampuan ekonomi petani masing-masing dalam menyediakan input

produksi usahtani mereka. Petani yang tidak memiliki cukup biaya produksi umumnya

hanya melakukan pemupukan hingga sampai pemupukan susulan I saja.

Perlindungan (proteksi tanaman) yang dilakukan oleh petani ubi kayu di Desa

Suko Binangun dapat dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi. Sebanyak 66

persen petani ubi kayu melakukan proteksi tanaman dengan mengkombinasikan kedua

cara tersebut. Perlindungan dengan mekanik dilakukan dengan cara memetik serta

membuang daun-daun pada tanaman ubi yang mulai terserang penyakit. Selain itu

perlindungan juga dilakukan dengan menggunakan arit untuk membersihkan rumputan

atau tanaman lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman ubi kayu. Terdapat 48

persen petani ubi kayu yang melakukan perlindungan tanaman dengan cara kimiawi.

Penggunaan berbagai obat-obatan kimiawi terutama digunakan untuk membasmi

gulma atau membekukan rumput sehingga tidak mengganggu perkembangan tanaman

ubi kayu. Berbagai obat-obatan yang dipergunakan oleh petani untuk membasmi

gulma diantaranya adalah brish, paratox, gramason, sistemik, klinuk yang diberikan

setelah umur tanaman tiga bulan, sedangkan untuk membekukan rumput petani

Page 97: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

71

menggunakan sidaron atau karmex yang diberikan saat umur tanaman tiga hari. Petani

ubi kayu juga sesekali menggunakan skor yaitu obat yang dapat memperbesar umbi

dan DMA sebagai bahan tambahan dalam campuran obat-obat pembasmi rumput atau

gulma Sangat jarang sekali ditemukan obat-obatan kimiawi yang diperuntukkan untuk

membasmi penyakit. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan petani mengenai obat

yng mengobati penyakit “leles” atau busuk akar yang hampir dialami oleh semua petani

ubi kayu umumnya di Desa Suko Binangun.

Sebanyak 64 persen petani ubi kayu mendapatkan pengetahuan dalam memilih

berbagai jenis obat-obatan yang akan mereka pergunakan diperoleh dari penjual atau

pedagang obat-obatan dan teman-teman sesama petani ubi kayu lainnya. Untuk dosis

dan cara penggunaan obat-obatan tersebut, sebanyak 39 persen petani ubi kayu

memberikannya berdasarkan petunjuk yang tertera pada label kemasan. Sebanyak 37

persen petani ubi kayu memberikannya berdasarkan petunjuk yang tertera pada label

kemasan serta menyesuaikan dengan saran atau anjuran yang dari penyuluh

setempat. Waktu penyemprotan obat-obatan dilakukan oleh 64 persen petani ubi kayu

saat setiap kali tanaman terserang dan tidak sesuai anjuran. Tingkat penerapan

teknologi produksi dalam pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Persentase petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi untuk indikator pemeliharaan berdasarkan kategori

Kategori Interval Skor Persentase (%) Tinggi 2,34-3,00 12 Sedang 1,67-2,33 68 Rendah 1,00-1,66 20

Berdasarkan Tabel 19 di atas 68 persen petani ubi kayu di Desa Suko Binangun

masuk ke dalam kategori sedang untuk menerapkan teknologi produksi dalam

pemeliharaan. Skor 2,08 adalah skor rata-rata yang paling sering muncul. Terdapat 12

persen petani ubi kayu yang masuk ke dalam kategori tinggi untuk menerapkan

teknologi produksi dalam pemeliharaan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa

penerapan produksi dalam aspek pemeliharaan cukup baik, dimana hampir separuh

dari petani ubi kayu di desa tersebut melakukan berbagai kegiatan perlindungan

tanaman ubi kayu dengan cukup baik. Aspek pemeliharaan merupakan tahapan yang

sangat penting dalam budidaya usahatani ubi kayu dimana, semakin baik

pemeliharaan yang dilakukan akan semakin baik produksi ubi kayu. Adapun yang

menjadi kendala adalah kurangnya kesadaran diantara petani ubi kayu dalam

melakukan pemeliharaan secara mekanik, pemberian pupuk susulan I dan susulan II

Page 98: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

72

sesuai dengan anjuran, dan penggunaan obat-obatan atau herbisida dengan tepat

serta dosis dan cara penggunaan yang sesuai dengan anjuran penyuluh setempat.

Panen

Panen adalah salah satu tahapan dalam pelaksanaan budidaya tanaman ubi

kayu dengan cara pengambilan hasil produksi. Waktu panen ubi kayu yang paling

tepat adalah saat karbohidrat per satuan luas tanah (hektar) mencapai kadar maksimal

dimana, umur tanaman telah mencapai enam sampai delapan bulan (varietas genjah)

atau 9 sampai 12 bulan (varietas dalam). Penundaan panen ubi kayu sampai umur

lebih dari 12 bulan dapat menurunkan kualitas ubi. Makin tua umur tanaman ubi kayu,

makin meningkat kadar air, tetapi kadar protein, tepung dan HCN-nya turun secara

drastis pada umur 13 bulan.

Saat panen ubi kayu yang tepat amat dipengaruhi oleh iklim, varietas, jarak

tanam, dan kesuburan tanah. Ubi kayu dipanen dengan dicabut, menggunkaan tangan,

terutama pada tanah ringan dan gembur. Ubi yang tertinggal di dalam tanah dapat

segera diambil dengan cangkul atau garpu. Panen ubi kayu pada tanah yang berat

perlu dibantu dengan alat pengungkit berupa bambu atau kayu, yang diikat dengan tali

melingkari pangkal batang. Ujung kayu atau bambu diletakkan pada tanah dan pangkal

kayu diangkat ke atas dengan tangan hingga terkuak ubi ke permukaan tanah. Hal

yang penting diperhatikan pada waktu panen ubi kayu adalah panen dilakukan pada

waktu cuaca cerah (kering) dan secara hati-hati, jangan sampai ubi memar dan hasil

panen harus segera dikonsumsi atau diolah.

Sebanyak 84 persen petani ubi kayu di Desa Suko Binangun melakukan tata

cara panen sesuai dengan anjuran. Petani ubi kayu di desa tersebut melakukan panen

pada saat tanaman ubi kayu berumur enam sampai delapan bulan (varietas genjah)

atau 9 sampai 12 bulan (varietas dalam). Pada saat panen sebanyak 91 persen petani

ubi kayu memperhatikan tanaman ubi kayu yang dipanen tidak terlalu tua, pemanenan

dilakukan pada waktu cuaca cerah/kering dan secara hati-hati, jangan sampai ubi

memar, dicabut menggunakan tangan terutama pada tanah ringan dan gembur, dan

pada tanah yang berat perlu dibantu alat pengungkit berupa bambu atau kayu yang

diikat dengan tali melingkari pangkal batang. Pemanenan oleh 75 persen petani ubi

kayu tidak dilakukan secara serentak dengan petani ubi kayu lainnya. Hal ini

dikarenakan transportasi pengangkutan dari lokasi panen ke pabrik pengolahan sedikit

terbatas, namun justru keadaan seperti ini ikut membantu dalam perolehan produksi

yang lebih tinggi karena, ubi kayu yang sudah dipanen jika tidak langsung diolah ke

Page 99: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

73

pabrik maka akan menurunkan kualitas ubi kayu dalam aspek berat dan kadar pati.

Sehingga sistem panen secara bergiliran merupakan upaya yang tepat dalam

mencegah hal seperti ini.

Pemanenan oleh 58 persen petani ubi kayu terkadang tidak sesuai dengan waktu

yang seharusnya. Umumnya mereka memanen tanaman ubi kayu mereka tidak sesuai

dengan varietas bibit dikarenakan perbedaan status ekonomi petani ubi kayu masing-

masing. Mereka yang terdesak oleh kebutuhan dan memiliki status ekonomi yang

rendah akan cenderung lebih cepat memangkas masa tanam yang seharusnya dan

langsung memanen tanaman ubi kayu mereka, sebaliknya mereka yang masih dapat

memenuhi kebutuhan mereka dan memiliki status ekonomi yang lebih tinggi cenderung

dapat menunda panen dan menyesuaikan pemanenan dengan usia tanam tanaman

ubi kayu yang seharusnya. Tingkat penerapan teknologi produksi dalam pemanenan

dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Persentase petani ubi kayu dalam penerapan teknologi produksi untuk indikator panen berdasarkan kategori

Kategori Interval Skor Persentase (%) Tinggi 2,34-3,00 87 Sedang 1,67-2,33 13 Rendah 1,00-1,66 0

Berdasarkan Tabel 20 di atas 87 persen petani ubi kayu di Desa Suko Binangun

masuk ke dalam kategori tinggi untuk menerapkan teknologi produksi dalam

pemanenan. Skor 2,75 adalah skor yang paling sering muncul.Terdapat 13 persen

petani ubi kayu yang masuk ke dalam kategori sedang untuk menerapkan teknologi

produksi dalam pemanenan, sedangkan tidak terdapat petani ubi kayu yang tergolong

pada kategori rendah untuk menerapkan teknologi produksi ubi kayu dalam aspek

panen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani ubi kayu di desa tersebut

telah menerapkan teknologi dalam aspek pemanenan dengan sangat baik. Berbagai

detail aspek panen diiterapkan sesuai dengan anjuran yang telah diberikan oleh

penyuluh pertanian setempat. Aspek panen merupakan hal yang sangat menentukan

dalam besaran produksi yang dihasilkan sehingga, semakin tinggi penerapan teknologi

dalam panen semakin tinggi produksi yang dihasilkan.

Resume Praktek budidaya ubi kayu yang dilakukan oleh sebagian besar petani ubi kayu di

Desa Suko Binangun dilakukan dengan masa dua kali panen dalam setahun. Sedikit

sekali petani yang memanen ubi kayu mereka di atas usia enam atau tujuh bulan.

Page 100: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

74

Kondisi ini disebabkan oleh desakan ekonomi yang dialami oleh sebagaian besar

petani ubi kayu di desa tersebut, sehingga memaksa mereka untuk melakukan panen

lebih cepat dari seharusnya. Pada aspek teknologi produksi sebagian besar masih

menggunakan teknologi yang tradisional dan kurang sesuai dengan anjuran yang telah

diberikan oleh penyuluh setempat. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata yang

diperoleh untuk masing-masing indikator penerapan teknologi produksi yang terdiri

atas penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan panen. Untuk

indikator penyiapan lahan, pembibitan dan panen skor rata-rata yang diperoleh masuk

dalam kategori tinggi. Namun, untuk indikator penanaman dan pemeliharaan skor rata-

rata yang diterima masuk dalam kategori rendah. Untuk indikator penanaman, kendala

yang dihadapi oleh petani ubi kayu adalah menyesuaikan jarak tanam yang harus

dipergunakan baik untuk penanaman monokultur maupun tumpang sari, selanjutnya

pemilihan posisi penanaman stek ubi kayu masih banyak yang dilakukan dengan cara

condong. Untuk indikator pemeliharaan petani ubi kayu sulit untuk menyesuaikan

anjuran penyuluh dalam hal pengairan, pemberian pupuk sesuai dengan dosis dan

waktu, pemberantasan gulma dan penyakit tanaman.

Berdasarkan pemaparan di atas memperlihatkan bahwa perlu adanya proses

pendampingan dan penyuluhan yang lebih intens kepada petani, dan ini dapat

memanfaatan petani ubi kayu yang berperan sebagai star atau opinion leader

(pemimpin pendapat) dan bridge (jembatan) pada setiap klik yang berada dalam

jaringan komunikasi mengenai pupuk dan jaringan komunikasi mengenai panen untuk

menguatkan sesama rekan dan tetangganya untuk dapat melakukan praktek budidaya

sesuai dengan anjuran penyuluh. Implikasi terhadap dunia pertanian atas kondisi ini

adalah perlu adanya penyesuaian hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di

bidang pertanian khususnya tanaman pangan terhadap kendala yang menghambat

petani ubi kayu menerapkan teknologi produksi yang sesuai dengan anjuran. Peneliti

perlu untuk mengembangkan inovasi yang berkaitan dengan indikator penanaman dan

pemeliharaan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi pertanian yang tepat

guna dan spesifik lokasi.

Jaringan Komunikasi Petani Ubi Kayu

Penyebaran informasi teknologi produksi pertanian diantara petani ubi kayu di

Desa Suko Binangun terdistribusi tidak merata pada semua petani ubi kayu. Kondisi ini

mengakibatkan terjadinya kelangkaan informasi yang dikeluhkan oleh petani ubi kayu

di desa tersebut. Peneliti menduga praktek penyebaran informasi yang tidak merata

Page 101: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

75

disebabkan oleh perbedaan kemampuan petani ubi kayu untuk mengakses

sumberdaya informasi sehingga menyebabkan perbedaan posisi dan peranan petani

ubi kayu dalam struktur jaringan komunikasi. Untuk mengatasi masalah penyebaran

informasi yang tidak merata ini maka digunakan analisis struktur jaringan komunikasi

yang dalam penelitian ini dikaitkan dengan isu teknologi produksi. Identifikasi terhadap

struktur jaringan komunikasi membantu dalam melacak kepada siapa iformasi tersebut

berpusat sehingga mengakibatkan distribusi informasi tidak berjalan lancar. Dalam

konteks ini analisa terhadap beberapa peran yang muncul dalam sebuah jaringan

komunikasi menjadi penting sebagai penjelasan dari penyebaran informasi teknologi

produksi yang tidak merata.

Petani ubi kayu di Desa Suko Binangun membentuk jaringan komunikasi sebagai

upaya dalam mengatasi kelangkaan informasi mengenai teknologi produksi ubi kayu.

Jaringan komunikasi yang mereka bentuk bertujuan untuk membantu mereka dalam

memenuhi berbagai kebutuhan informasi mereka. Jaringan komunikasi yang terbentuk

diantara petani ubi kayu merupakan bentuk interaksi petani ubi kayu yang

menunjukkan perilaku komunikasi mereka dalam memberi, menerima dan

menyebarluaskan sebuah informasi. Analisis terhadap jaringan komunikasi

menghasilkan sosiogram yang menggambarkan struktur komunikasi yang terjalin

diantara petani ubi kayu. Sosiogram tersebut dapat menggambarkan siapa

berhubungan dengan siapa, bagaimana informasi terdistribusi ke semua anggota

sistem dan juga menggambarkan peran-peran dari petani ubi kayu dalam struktur

jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi yang dianalisis berdasarkan informasi

mengenai pembibitan, pemupukan, hama dan penyakit serta panen.

Jaringan Komunikasi Mengenai Bibit

Sosiogram yang menggambarkan struktur jaringan komunikasi diantara petani

ubi kayu mengenai bibit dapat dilihat pada Gambar 3. Struktur jaringan komunikasi

mengenai bibit cenderung lebih terbuka dengan lingkungannya. Hal ini terlihat dari

masih terdapat celah pada klik-klik tertentu yang memungkinkan adanya pertukaran

informasi sesama partisipan yang berkomunikasi. Struktur komunikasi diantara sesama

partisipan yang berkomunikasi seperti ini disebut oleh Rogers and Kinkaid (1981)

sebagai jaringan personal yang menyebar (radial personal network). Jaringan personal

yang menyebar (radial personal network) mempunyai derajat integrasi yang rendah,

namun mempunyai sifat keterbukaan terhadap lingkungannya. Identifikasi terhadap

sosiogram jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai bibit menunjukkan terdapat

Page 102: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

76

enam klik dalam jaringan tersebut. Masing-masing klik memiliki jumlah point (node)

yang berbeda. Keterangan selanjutnya mengenai identifikasi klik dalam jaringan

komunikasi mengenai pembibitan dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai bibit

Klik Anggota Klik Jumlah Anggota Klik

I 13,10,1,6,11,7,8,12 8 II 28,35,83,56,23 5 III 34,59,92,94,79,64,63,29,78,60,38,86,82,31,

90,27,91,50 18

IV 2,3,93,97,95 5 V 20,5,21,49,37,33,47,75,46,36,24,58,15 13 VI 66,40,26,32,69,54,68 7

Di luar Klik 19,57,44,4,14,9,25,17,53,76,65,52,100,77,4,72,41,88,87,74,80,61,30,98,81,42,43

27

Masing-masing klik dalam jaringan komunikasi dapat terhubung satu sama

lainnya melalui peran individu dalam jaringan komunikasi sebagai bridge (jembatan).

Individu yang berperan sebagai bridge merupakan individu yang menghubungkan satu

klik dengan klik yang lainnya, dimana ia merupakan anggota dari salah satu klik yang

dihubungkan tersebut. Dalam sosiogram peran sebagai bridge dapat ditunjukkan oleh

node yang berbeda-beda untuk setiap klik yang dihubungkannya.

Klik I berhubungan dengan klik III melalui node 1 dan 13. Klik I berhubungan

dengan klik IV melalui node 13. Klik I berhubungan dengan klik V melalui node 11, 7, 6

dan 13. Klik II berhubungan dengan klik III melalui node 23 dan 28. Klik II berhubungan

dengan klik V melalui node 28 dan klik II berhubungan dengan klik VI melalui node 35.

Klik III berhubungan dengan klik V melalui node 50, 79 dan 94. Klik III berhubungan

dengan klik VI melalui node 29 dan 34. Klik IV berhubungan dengan klik VI melalui

node 93 dan 95. Klik V berhubungan dengan klik VI melalui node 20 dan 46.

Page 103: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

Gam

bar 3

.Jar

inga

n ko

mun

ikas

i pet

ani u

bi k

ayu

men

gena

i bib

it

77

Page 104: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

78

Peran-peran lain yang dapat diidentifikasi dalam sebuah sosiogram diantaranya

adalah peran sebagai liaison (penghubung), cosmopolite, gatekeeper (penjaga

gawang), star (bintang) dan isolate (pencilan). Peran sebagai liaison pada dasarnya

adalah sama peranannya dengan bridge, tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota

dari satu klik tetapi dia merupakan penghubung di antara satu klik dengan klik lainnya.

Individu ini juga membantu dalam membagi informasi yang relevan di antara klik-klik

dalam sebuah sistem. Individu yang berperan sebagai liaison dalam sosiometri

jaringan komunikasi pembibitan pada Gambar 3 ditunjukkan oleh node 73, 62, 16, 67,

18, 51, 96, 48, 70. Node 73 merupakan liaison yang berperan dalam menghubungkan

klik I dan klik V, sedangkan node 62 menghubungkan klik I, III dan V. Node 16

merupakan liaison yang berperan menghubungkan kllik I dan klik II, sedangkan node

67 dan 18 menghubungkan klik III dan klik V. Selanjutnya, node 51 merupakan liaison

yang berperan menghubungkan klik II dan klik VI sedangkan, node 96

menghubungkan klik IV, V dan VI. Node 48 menghubungkan klik V dan VI, sedangkan

node 70 merupakan penghubung antara klik III, IV dan VI.

Peran individu sebagai cosmopolite ditunjukkan dari perilaku individu yang

menghubungkan klik atau sistem dengan lingkungannya. Ia mengumpulkan informasi

mengenai sistem dari sumber-sumber dan juga menyebarkan informasi kepada

individu-individu lain atau klik lain yang ada dalam lingkungannya. Peran individu

sebagai gatekeeper ditunjukkan dalam perilaku individu yang membatasi keluar dan

masuknya informasi ke dalam sebuah sistem. Dalam hal ini, gatekeeper berhak untuk

menseleksi, menyaring dan kemudian meyebarluaskan informasi mana saja yang

layak untuk diteruskan atau dihentikan. Gatekeeper berfungsi dalam mengontrol arus

informasi yang terjadi dalam sebuah sistem. Selain itu, gatekeeper memiliki kekuasaan

untuk menilai apakah sebuah informasi itu penting atau tidak bagi anggota-anggota

sistem. Peran gatekeeper mencegah terhadinya “overloading information” (informasi

berlebih) yang dialami oleh anggota-anggota dalam sistem. Pada sosiogram jaringan

komunikasi petani ubi kayu mengenai pembibitan di Gambar 3 teridentifikasi bahwa

Individu yang berperan sebagai sebagai cosmopolite maupun gatekeeper ditunjukkan

oleh node 13.

Node 13 merupakan individu yang berperan menjadi cosmopolite dan

gatekeeper. Hal ini terlihat bahwa individu tersebut memiliki konektivitas yang tinggi

terhadap sumber-sumber informasi mengenai pembibitan. Selain itu, individu 13 juga

merupakan individu yang memiliki konektivitas yang cukup tinggi terhadap sejumlah

anggota klik dan anggota sistem. Dalam perbincangan mengenai bibit baru, bantuan

Page 105: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

79

bibit dan perlakuan terhadap bibit individu 13 memiliki kewenangan dalam

menyampaikan maupun tidak meneruskan informasi tersebut. Keadaan ini disebabkan

posisi strategis individu 13 sebagai ketua kelompok tani petani ubi kayu yang

memungkinkan ia mengakses sejumlah informasi dan juga memiliki kekuasaan untuk

mengontrol arus informasi dalam sistem jaringan komunikasinya.

Individu petani ubi kayu yang memiliki peran sebagai star dalam sosiogram

jaringan komunikasi ditunjukkan oleh node yang memiliki derajat konektivitas tertinggi.

Artinya, individu-individu tertentu yang paling banyak terhubung dengan individu lain

merupakan individu yang dapat memainkan peran sebagai star. Umumnya star

merupakan pimpinan informal dalam sebuah sistem. Mereka bukan selalu orang-orang

yang mempunyai otoritas formal dalam sistem, tetapi membimbing tingkah laku

anggota sistem dan mempengaruhi keputusan mereka. Dalam sosiogram jaringan

komunikasi pembibitan di Gambar 3, menunjukkan pada setiap klik memiliki star atau

tokoh sentral masing-masing. Peran sebagai star pada klik I adalah node 13, star pada

klik II adalah node 28, star pada klik III adalah node 34, star pada klik IV adalah node

2, star pada klik V adalah node 20, star pada klik VI adalah node 66. Selanjutnya,

karateristik star dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Karakteristik peran star pada setiap klik dalam jaringan komunikasi mengenai bibit

Klik Star Pendidikan (Th)

Pengalaman (Th)

Keikutsertaan Kelompok

(Bh)

Kepemilikan Media (Bh)

I 13 12 15 6 6 II 28 0 30 1 2 III 34 6 40 3 1 IV 2 9 20 1 2 V 20 11 15 4 3 VI 66 12 5 1 1

Node 13, 28, 34, 2, 20, 66 merupakan individu-individu yang menjadi star dalam

sistem jaringan komunikasi mengenai bibit. Node 13 adalah Pak Sugito yang

berprofesi sebagai petani ubi kayu sekaligus sebagai penjual pupuk di Desa Suko

Binangun. Pupuk yang ia jual didapatkan dari distributor pupuk. Berbagai jenis pupuk

yang ia jual diantaranya adalah Urea, TSP, Ponska, KCL dan lain-lain. Dalam

kehidupan bermasyarakat, Pak Sugito memiliki posisi sosial sebagai ketua Gapoktan

(Gabungan Kelompok Tani). Selain itu, Pak Sugito juga merupakan orang yang aktif

dengan berbagai kelompok dan organisasi sosial baik di dalam lingkungan tempat

tinggalnya maupun di luar tempat tinggal, salah satunya ia menjadi partisipan partai

politik. Node 28 adalah Pak Wiji yang berprofesi sebagai petani ubi kayu. Pak Wiji

Page 106: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

80

merupakan salah satu anggota dari Kelompok Tani Berkah Jaya, dimana kelompok

tersebut merupakan kelompok yang menaungi petani ubi kayu yang berada di Dusun

Wates. Selain sebagai angota, Pak Wiji juga berperan sebagai sekretaris Kelompok

Tani Berkah Jaya. Sebagai orang yang memiliki posisi sosial cukup strategis, Pak Wiji

cukup aktif berhubungan dengan petani ubi kayu lainnya. Node 34 merupakan individu

petani yang menunjukkan identitas Pak Saryo. Pak Saryo merupakan ketua kelompok

tani surya tani. Ia dianggap sebagai petani senior yang cukup dihormati oleh petani ubi

kayu lainnya, sebagai petani ubi kayu, beliau memiliki pengalaman yang lama.

Kelompok Tani Surya Tani yang dipimpin oleh Pak Saryo merupakan kelompok petani

ubi kayu yang pertama kali terbentuk sehingga memiliki pola komunikasi yang cukup

intens dengan sesama anggotanya.

Node 20 merupakan individu petani yang menunjukkan identitas Pak Suparyanto.

Pak Suparyanto berprofesi sebagai petani ubi kayu yang juga memiliki usaha

sampingan reparasi televisi dan radio. Pak Suparyanto adalah ketua Kelompok Tani

Berkah Jaya. Kelompok ini masih terhitung baru terbentuk pada tahun 2009. Sebagai

ketua kelompok, Pak Suparyanto merupakan individu yang sangat aktif, ia memiliki

pergaulan yang luas yang sangat dikenal baik oleh seluruh petani ubi kayu yang ada di

Desa Suko Binangun. Dalam berinteraksi, Pak Suparyanto berkomunikasi tidak hanya

pada rekan, teman, tetangga yang berada dalam satu teritorial tempat tinggalnya,

namun ia juga berkomunikasi dengan lainnya yang bertempat tinggal di daerah

lainnya. Pak Suparyato terhubung dengan beberapa sumber informasi yang berasal

dari dalam lingkungan seperti ketua gapoktan dan ketua kelompok tani lainnya

sedangkan, untuk sumber informasi yang berasal dari luar lingkungan Pak Suparyanto

terhubung sangat baik dengan penyuluh lapang setempat. Pak Suparyanto memiliki

hubungan yang dekat dengan penyuluh setempat, beberapa informasi seperti bantuan,

bibit, bantuan pupuk, sosialisasi inovasi baru yang datang dari penyuluh dan dinas

pertanian dapat diketahui melalui Pak Suparyanto.

Individu-individu yang memiliki peran sebagai star yang sebagian besar memiliki

kesamaan ciri atau karakteristik. Kesamaan ciri dan karaktiristik yang dimiliki oleh

individu-individu tertentu menciptakan sebuah hubungan yang disebut sebagai

hubungan homofili (homophillus). Rogers (2003) hakekat dari suatu jaringan

komunikasi adalah hubungan-hubungan yang bersifat homofili (homophilus), yakni

kecenderungan manusia untuk melakukan hubungan atau kontak sosial dengan orang-

orang yang memiliki atribut sama atau yang lebih tinggi sedikit dari posisi dirinya.

Tetapi dapat juga terjadi antar orang-orang yang memiliki atribut yang tidak sama.

Page 107: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

81

Sebagian besar individu yang menjadi star dalam jaringan komunikasi mengenai

pembibitan merupakan individu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Terlihat

pada Tabel 22 bahwa sebanyak empat individu dari enam individu yang berperan

sebagai star memiliki pendidikan 9 tahun hingga 12 tahun atau sekitar tamat SMP dan

tamat SMU individu tersebut ditunjukkan oleh node 13, 2, 20 dan 66. Pengalaman

berusahatani ubi kayu cukup lama. Minimal pengalaman yang mereka miliki adalah

lima tahun. Pada pengalaman lima tahun tersebut, petani telah banyak merasakan

bagaimana menjadi petani ubi kayu dengan semua masalah, hambatan, tantangan

yang mereka alami beserta berbagai solusi yang mereka lakukan untuk mengatasi hal

tersebut. Selain itu, tiga dari enam individu yang berperan sebagai star merupakan

individu-individu yang memiliki tingkat partisipasi yang tinggi pada kelompok atau

organisasi sosial di lingkungan mereka. Individu tersebut ditunjukkan oleh node 13, 34

dan 20. Dapat disimpulkan bahwa individu-individu yang berperan sebagai star

merupakan individu yang berpendidikan tinggi, memiliki pengalaman berusahatani

yang cukup lama dan memiliki tingkat keikutsertaan yang tinggi dalam berbagai

kelompok atau organisasi sosial di lingkungan mereka. Artinya, semakin tinggi

pendidikan, semakin lama pengalaman usahatani dan semakin tinggi tingkat partisipasi

dalam kelompok maka semakin tinggi pula tingkat kemampuan seseorang itu dalam

mempengaruhi perilaku orang-orang yang berhubungan dengan dirinya.

Peran sebagai Isolate adalah individu yang tidak memiliki hubungan dengan

siapapun dalam sebuah sistem jaringan komunikasi. Ia tidak menerima ataupun

memberi dan menyebarkan informasi yang ada di lingkunganya. Individu-individu ini

menyembunyikan diri dalam sebuah sistem atau diasingkan oleh anggota-anggota lain

dalam sistem. Pada jaringan komunikasi mengenai pembibitan terdapat delapan

individu yang dianggap sebagai isolate. Individu yang berperan sebagai isolate dalam

sosiogram di Gambar 3 ditunjukkan oleh node 99, 85, 22, 55, 84, 89, 71 dan 39.

Jaringan Komunikasi Mengenai Pupuk

Jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai aspek pupuk dapat diamati pada

Gambar 4 yang terlihat bahwa jaringan komunikasi yang terbentuk diantara petani ubi

kayu memiliki struktur jaringan personal menyebar (radial persoal network). Meskipun

celah yang ada tidak sebanyak jaringan komunikasi mengenai bibit, tetapi pada

jaringan komunikasi ini juga terlihat celah pada masing-masing klik dimana, diantara

partisipannya dapat berkomunikasi dengan partisipan klik lainnya. Struktur komunikasi

seperti ini sangat tepat digunakan pada saat terjadinya kelangkaan pupuk, dengan

Page 108: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

82

struktur seperti ini masing-masing anggota klik dalam sistem dapat mengetahui dengan

cepat terjadinya isu kelangkaan pupuk serta informasi ketersediaan stok pupuk berapa

banyak dan dimana tempat untuk mendapatkannya. Pada sosiogram jaringan

komunikasi mengenai pupuk pada Gambar 4 dapat diidentifikasi adanya sembilan klik.

Selanjutnya, karakteristik klik dapat diamati pada Tabel 23.

Tabel 23. Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai pupuk

Klik Anggota Klik Jumlah Anggota Klik

I 20,50,62,36,21,49,22,15,98,72,1,53 12 II 28,27,24,23,83,33 6 III 73,76,44,61,30,75,87 7 IV 82,29,67,85,60 5 V 13,2,7,12,6,8,5,10,9 9 VI 93,96,3,18,97,40 9 VII 69,68,17,11,70 5 VIII 34,48,31,38,54,55 6 IX 46,89,52,77 4

Di luar Klik 74,51,32,92,26,78,41,88,99,45,80,37,14,4, 100,63,16,19,39

21

Individu petani ubi kayu yang berperan sebagai liaison dalam jaringan

komunikasi pupuk pada sosiogram di Gambar 4 ditunjukkan oleh node 66, 95, 25, 47

dan 94. Node 66 merupakan penghubung bagi klik II, IV, VI dan VIII. Node 95 juga

berperan sebagai liaison yang menghubungkan klik V, VI dan VII. Selanjutnya node 25

menghubungkan klik II dan klik VI, sedangkan node 47 menghubungkan klik I dan klik

III. Klik I, III, V, VI, VII dihubungkan oleh node 94. Pada jaringan komunikasi mengenai

pupuk ini terlihat semua klik terhubung satu sama lain. Masing-masing liaison berperan

sekali dalam menghubungkan klik-klik dalam sistem. Sehingga, klik yang satu dengan

klik yang lainnya saling berinteraksi dalam sebuah sistem.

Individu petani ubi kayu yang berperan sebagai bridge dapat dilihat pada node-

node yang berbeda yang menghubungkan berbagai klik dalam sosiogram jaringan

komunikasi di Gambar 4. Klik I berhubungan dengan klik II melalui node 20 dan 49.

Klik I berhubungan dengan klik III melalui node 49, 50, 62 dan 15. Klik I berhubungan

dengan klik V melalui node 20. Klik I berhubungan dengan klik VI melalui node 62.

 

Page 109: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

G

amba

r 4. J

arin

gan

kom

unik

asi p

etan

i ubi

kay

u m

enge

nai p

upuk

83

Page 110: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

84

Klik I berhubungan dengan klik VII melalui node 20. Klik I berhubungan dengan

klik VIII melalui node 50, 15 dan 20. Klik I berhubungan dengan klik IX melalui node

21, 20 dan 62. Klik II berhubungan dengan klik IV melalui node 23. Klik II berhubungan

dengan klik VI melalui node 24 dan 23. Klik II berhubungan dengan klik VIII melalui

node 27 dan 28. Klik III berhubungan dengan klik V melalui node 73 dan 87. Klik III

berhubungan dengan klik VIII melalui node 76. Klik IV berhubungan dengan klik VIII

melalui node 29 dan 67. Klik V berhubungan dengan node VI melalui Node 12 dan 2.

Klik V berhubungan dengan klik VII melalui node 2, 5, dan 12. Klik VI berhubungan

dengan klik VII melalui node 3 dan 93.

Individu yang berperan sebagai star dalam jaringan komunikasi merupakan

individu yang memiliki hubungan total maksimal kepada seluruh anggota sistem.

Individu yang berperan sebagai star dalam jaringan komunikasi mengenai pupuk

ditunjukkan oleh node-node yang berbeda. Partisipan jaringan komunikasi yang

berperan sebagai star pada klik I yaitu node 20. Star pada klik II ditunjukkan oleh node

28 dan star pada klik III ditunjukkan oleh node 73. Individu lain yang berperan sebagai

star pada klik IV ditunjukkan oleh node 82 dan star pada klik V yaitu node 13. Pada klik

VI yang partisipan yang berperan sebagai star yaitu node 93, pada klik VII yaitu node

69, pada klik VIII yaitu node 34 dan pada klik IX yaitu node 46.

Tabel 24. Karakteristik peran star pada setiap klik dalam jaringan komunikasi mengenai pupuk

Klik Star Pendidikan (Th)

Pengalaman (Th)

Keikutsertaan Kelompok

(Bh)

Kepemilikan Media Massa (Bh)

I 20 11 15 4 3 II 28 0 30 1 1 III 73 6 33 1 2 IV 82 8 9 1 1 V 13 12 15 6 6 VI 93 6 29 6 2 VII 69 9 40 1 1 VIII 34 6 40 3 1 IX 46 9 13 2 1

Individu yang ditunjukkan oleh node 93 adalah Pak Cipto. Pak Cipto adalah

petani ubi kayu yang dianggap sebagai petani yang berhasil dengan tingkat

pendapatan yang tinggi serta kepemilikan lahan garapan ubi kayu yang luas. Luas

lahan yang diusahakan oleh Pak Cipto adalah lima hektar yang terbilang sangat luas

untuk ukuran petani ubi kayu di Desa Suko Binangun. Keberhasilan Pak Cipto dalam

berusahatani ubi kayu tidak hanya karena faktor luas lahan tetapi juga dari kondisi

lahan yang menguntungkan serta input produksi yang mencukupi dan memadai yang

Page 111: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

85

sesuai dengan anjuran. Selain sebagai petani ubi kayu, Pak Cipto merupakan

wirausaha yang membuka kios pertanian di rumahnya. Tersedia berbagai input

pertanian seperti bibit, pupuk urea, TSP, SP-36 ponska, KCL dan berbagai obat-

obatan yang dipergunakan oleh petani untuk membasmi gulma dan rumput. Individu

yang ditunjukkan oleh node 46 adalah Pak Rahmat. Pak Rahmat merupakan petani ubi

kayu yang tergolong masih muda dan dianggap sebagai panutan bagi pemuda tani di

Desa tersebut. Sebagai tokoh pemuda yang menjadi panutan, Pak Rahmat sering kali

aktif dalam kelompok dan organisasi kepemudaan sehingga, beliau terkenal sebagai

pribadi yang ramah, mudah bergaul, dekat dengan pemuda desa sehingga dapat

mengayomi dan mengarahkan mereka kegiatan yang positif. Selain berprofesi sebagai

petani ubi kayu, Pak rahmat juga memiliki usaha sampingan sebagai agen pupuk dan

obat-obatan untuk tanaman ubi kayu. berbeda dengan Pak Cipto, Pak Rahmat tidak

memuka kios sebagai sarana berusaha, ia cukup memiliki gudang kecil di rumahnya

untuk meletakkan dan menyimpan produk-produk yang ia jual.

Umumnya mereka-mereka yang menjadi star dalam jaringan komunikasi

merupakan individu yang memiliki karakteristik yang sama. Dari sembilan individu yang

menjadi star, terdapat empat individu yang berpendidikan tinggi yang ditunjukkan oleh

node 20, 13, 69 dan 46 serta terdapat pula empat individu yang berpendidikan cukup

tinggi yang ditunjukkan oleh node 73, 82, 93 dan 34. Dari sembilan individu yang

menjadi star terdapat 3 individu yang memiliki pengalaman usahatani terlama yakni

individu 73, 69 dan 34 dan terdapat dua orang individu yang berpengalaman cukup

lama yang ditunjukkan oleh node 28 dan 93. Selain itu, terdapat empat individu dari

sembilan individu yang menjadi star yang memiliki tingkat keikutsertaan dalam

kelompok sosial yang cukup tinggi. Individu ini ditunjukkan oleh node 20, 13, 93 dan

34. Dapat disimpulkan bahwa individu-individu yang berperan sebagai star merupakan

individu yang berpendidikan tinggi, memiliki pengalaman berusahatani yang cukup

lama dan memiliki tingkat keikutsertaan yang tinggi dalam berbagai kelompok atau

organisasi sosial di lingkungan mereka. Dengan karakteristik seperti itu, mereka

memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang yang berhubungan

dengan dirinya, sehingga informasi mengenai teknologi produksi budidaya ubi kayu

akan cepat tersebar jika menghubungi individu yang menjadi star pada klik dalam

sistem jaringan komunikasi.

Pada analisis jaringan komunikasi yang menggunakan sosiometri, selain

identifikasi peran-peran individu sebagai liaison, bridge, dan star juga terdapat

identifikasi peran individu sebagai gatekeeper, cosmopolite dan isolate. Individu yang

Page 112: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

86

berperan sebagai gatekeeper merupakan individu yang memiliki kekuasaan untuk

mengontrol arus informasi dalam sistem jaringan komunikasi. Ia memiliki kemampuan

untuk dapat menentukan apakah sebuah informasi tersebut dianggap penting atau

tidak untuk diteruskan kepada anggota sistem atau tidak. Umumnya, individu yang

berperan sebagai gatekeeper merupakan pemimpin informal atau pemimpin kedua

selain pemimpin utama yang juga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku

individu-individu lain yang terhubung dengan dirinya. Individu petani ubi kayu yang

berperan sebagai gatekeeper dalam sosiogram jaringan komunikasi mengenai pupuk

ditunjukkan oleh node 13 dan 94.

Node 94 merupakan individu yang memiliki hubungan maksimal dengan

sejumlah klik yang terdapat dalam sistem, kondisi ini memungkinkan mereka

menempati posisi yang strategis sebagai gatekeeper. Kondisi seperti ini

menggambarkan node 94 menjadi frame of reference oleh sejumlah klik sehingga

dapat mempengaruhi perilaku sejumlah anggota yang terhubung dengan dirinya. Node

13 bukan saja merupakan individu yang juga memiliki hubungan maksimal pada

beberapa klik, tetapi node 13 juga merupakan individu yang paling sering bersentuhan

dengan individu di luar sistem. Individu ini memiliki kemampuan untuk mengakses

sejumlah informasi dari sumber-sumber informasi di luar klik dan juga

menyebarkannya kepada individu anggota klik lainnya dalam sistem. Dengan kondisi

seperti ini, node 13 merupakan individu yang bukan hanya berperan sebagai

gatekeeper tetapi juga berperan sebagai cosmopolite.

Individu yang memiliki jumlah hubungan paling sedikit dengan anggota sistem

lainnya merupakan individu yang berperan sebagai isolate (pencilan). Individu ini

merupakan individu yang tidak terlibat dalam pertukaran informasi yang terjadi di

lingkungannya. Mereka tidak menerima dan juga tidak menyebarkan informasi yang

beredar di lingkungannya. Pada sosiogram jaringan komunikasi mengenai pupuk di

Gambar 4, individu ini ditunjukkan oleh node 86, 84, 35, 58, 59, 71, 90, 64, 65, 79, 91,

81, 56 dan 57.

Jaringan Komunikasi Mengenai Hama dan Penyakit

Jaringan komunikasi mengenai hama dan penyakit petani ubi kayu merupakan

jaringan komunikasi yang penting untuk digambarkan. Hal ini disebabkan oleh

penyebaran informasi yang dialami tidak merata di antara petani ubi kayu dalam

menanggulangi penyakit “leles”. Penyakit ini merupakan sejenis penyakit busuk akar

yang menimpa hampir semua petani ubi kayu. Dampak dari penyakit ini adalah

Page 113: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

87

penurunan hasil panen yang cukup signifikan. Pada beberapa varietas tertentu,

penyakit ini tidak terdeteksi pada usia tanaman dini namun, ketika hendak melakukan

panen barulah terlihat umbi-umbi telah habis akibat membusuk hingga ke akar batang

umbi. Dalam mengatasi permasalahan ini, petani ubi kayu membutuhkan sejumlah

informasi penanganan penyakit ini dengan membentuk jaringan komunikasinya sendiri

secara alamiah.

Jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai hama dan penyakit digambarkan

dalam sosiogram pada Gambar 5. Pada gambar tersebut terlihat struktur jaringan

komunikasi mereka merupakan struktur jaringan personal memusat (interlocking

personal network). Menurut Rogers dan Kincaid (1981) jaringan personal yang

memusat (interlocking) mempunyai derajat integrasi yang tinggi. Selanjutnya Rogers

dan Kincaid menegaskan, individu yang terlibat dalam jaringan komunikasi interlocking

terdiri dari individu-individu yang homopili, namun kurang terbuka terhadap

lingkungannya. Kondisi ini terlihat pada sosiogram di Gambar 5, dimana terjadi

pemusatan arus informasi pada satu individu yang memiliki hubungan total maksimal

pada semua individu yang menjadi anggota di dalam sistem. Pemusatan juga terjadi di

setiap klik dimana, individu anggota klik cenderung berkomunikasi pada satu individu.

Individu ini merupakan individu yang dianggap memiliki berbagai informasi yang

berguna untuk mengatasi masalah hama dan penyakit yang menyerang tanaman ubi

kayu. Strukur jaringan komunikasi yang memusat inilah yang menyebabkan sulitnya

petani ubi kayu untuk mendapatkan informasi mengenai penanganan penyakit “leles”

yang diderita oleh usahatani mereka. Mereka cenderung tertutup dengan informasi

baru akibat minimnya jumlah ikatan lemah, sehingga tidak ada yang dapat

menjembatani petani ubi kayu yang minim informasi dengan lingkungan di luar sistem

Oleh karena itu, dalam jaringan komunikasi mengenai hama dan penyakit jumlah

petani ubi kayu yang berperan sebagai isolate lebih banyak dibandingkan dengan

jumlah jaringan komunikasi mengenai topik lainnya. Identifikasi terhadap klik dalam

jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai hama dan penyakit menghasilkan

empat klik yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 25.

 

 

Page 114: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

G

amba

r 5. J

arin

gan

kom

unik

asi p

etan

i ubi

kay

u m

enge

nai h

ama

dan

peny

akit

88

Page 115: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

89

Tabel 25. Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai pengendalian hama dan penyakit

Klik Anggota Klik Jumlah Anggota Klik

I 34,60,27,59,48,86,29,83,35,23,28,88,82,31,92,63,64,73,38,85,94,91,30,77,1,99,84

27

II 20,15,22,5,21,32,26,24 8 III 2,96,3,93,17,97,16,18,25,70,95,68,69 13 IV 46,8,87,75,77,54 6

Di luar Klik 51,56,36,90,80,61,44,78,4,49,100,72,41,45,67,58,98,39,62,47,7,12,6,55,11,42,43

28

Pada jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai aspek penanganan hama

dan penyakit di Gambar 5 terdapat sejumlah individu yang memilki peran-peran yang

berbeda. Peran individu petani ubi kayu dalam jaringan komunikasi mengenai

penanganan hama dan penyakit sebagai bridge digambarkan dari kemampuan ia

menghubungkan antara klik yang menjadikan ia sebagai anggotanya dengan satu klik

yang lainnya. Individu yang berperan sebagai bridge pada sosiogram di Gambar 5

ditunjukkan oleh node 94, 28 dan 73 yang menghubungkan klik I dan klik II. Node 23

dan juga 94 merupakan bridge yang menghubungkan klik I dengan klik III. Node 35,

48, 73 dan juga node 88 menghubungkan klik I dengan klik IV. Klik II berhubungan

dengan klik III melalui bridge yang ditunjukkan oleh node 24, sedangkan klik II

berhubungan dengan klik IV melalui bridge yang ditunjukkan oleh node 21. Node 19,

13, 66 merupakan liaison yang menghubungkan beberapa klik dalam sistem jaringan

komunikasi petani ubi kayu mengenai hama dan penyakit. Node 19 merupakan liaison

yang menghubungkan klik I dan III, sedangkan node 13 merupakan penghubung bagi

klik I dan klik II. Klik II dan klik III dihubungkan oleh liaison yang ditunjukkan oleh node

66.

Jaringan komunikasi mengenai penanganan hama dan penyakit memiliki

partisipan yang berperan sebagai gatekeeper dan cosmopolite. Individu petani ubi

kayu pada sosiogram di Gambar 5 yang berperan sebagai gatekeeper sekaligus

berperan sebagai cosmopolite ditunjukkan oleh node 20. Node 20 adalah Pak

Suparyanto yang merupakan individu yang memiliki hubungan dengan sejumlah

sumber informasi di luar sistem. Sumber informasi yang berhubungan dengan node 20

ditunjukkan oleh node 101, 102 dan 105. Node 101 menunjukkan PPL (Penyuluh

Pertanian Lapang), node 102 adalah UPTD dan node 106 merupakan distributor

pupuk. Selain itu, node 20 juga merupakan individu yang paling banyak dihubungi oleh

anggota sistem lainnya dalam pembicaraan mengenai hama dan penyakit. Node 20

merupakan individu yang aktif dalam menyebarkan berbagai informasi yang dianggap

Page 116: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

90

penting terkait dengan kemajuan usahatani anggota sistem lainnya. Selain dikenal

sebagai orang cukup berhasil dalam usahatani ubi kayu, individu ini pun dikenal

sebagai orang yang ramah dan aktif pada beberapa kelompok sosial yang terdapat di

lingkungannya. Oleh karena itu, node 20 merupakan individu yang memiliki peran

sebagai gatekeeper dan juga sebagai cosmopolite sekaligus.

Individu yang memiliki peran gatekeeper dan cosmopolite yang ditunjukkan oleh

node 20 juga menjadikan dirinya sebagai star pada klik II dalam sistem jaringan

komunikasi. Pada setiap klik memiliki tokoh sentral masing-masing. Pada klik I yang

berperan sebagai star ditunjukkan oleh node 34, dan pada klik II yang berperan

sebagai star ditunjukkan oleh node 20. Pada klik III peran sebagai star ditunjukkan oleh

node 2 dan pada klik IV ditunjukkan oleh node 46. Pada dasarnya terdapat berbagai

hal yang menyebabkan individu tertentu berperan sebagai star. Salah satunya adalah

perbedaan karakteristik tiap individu. Individu yang menjadi star dalam sebuah klik

umumnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, pengalaman berusahatani yang

terbilang lama, serta memiliki tingkat partisipasi terhadap kelompok sosial dan

kepemilikan media massa yang tinggi. Node 20 merupakan individu yang berperan

sebagai star dimana, ia merupakan individu yang memiliki tingkat pendidikan, tingkat

keikutsertaan dalam kelompok sosial dan akses terhadap media massa yang tinggi.

Node 34 juga merupakan individu yang memiliki tingkat pengalaman berusahatani dan

keikutsertaan dalam kelompok sosial yang tinggi. Individu star yang ditunjukkan oleh

node 2 merupakan individu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi serta

pengalaman berusahatani yang lama.

Jaringan komunikasi mengenai hama dan penyakit memiliki jumlah individu yang

berperan sebagai isolate lebih banyak dari pada jenis jaringan komunikasi lainnya.

Berbeda dengan star, individu yang berperan sebagai isolate merupakan individu yang

memiliki kontak minimal dengan anggota lainnya dalam sistem. Umumnya individu ini

menyendiri dan tidak terlibat dalam interaksi sesama anggota dalam sistem. Individu

yang berperan sebagai isolate pada sosiogram di Gambar 5 ditunjukkan oleh node 50,

74, 10, 40, 76, 53, 71, 57, 65, 79, 33, 81, 89, 9 dan 52. Suatu jaringan komunikasi tidak

akan efektif menjalankan fungsinya jika terdapat isolate berada dalam jumlah yang

banyak. Namun, keberadaan isolate dalam sebuah jaringan komunikasi tidak

sepenuhnya merupakan kegagalan dari jaringan komunikasi yang terbentuk. Hal ini

terjadi karena beberapa hal yang menyebabkan seseorang tidak terlibat dalam jaringan

komunikasi. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya tingkat partisipasi mereka

dalam kelompok sosial yang tersedia di lingkungan mereka sehingga, mereka sulit

Page 117: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

91

untuk terjangkau dari pergaulan sosial dan arus pertukaran informasi. Rendahnya

kondisi ekonomi dan keberhasilan usaha menyebabkan rasa “minder” untuk dapat

berbagi pengetahuan dan pengalaman pada sesama anggota sistem. Selain itu,

kurangnya rasa kebersamaan dalam diri individu tertentu untuk menanggulangi

berbagai masalah yang menimpa sesama sehingga, mereka cenderung bersikap

“apatis” terhadap anggota sistem yang lainnya. Karakteristik lain dari individu yang

menjadi isolate dalam jaringan komunikasi mengenai hama dan penyakit dapat di lihat

pada Tabel 26.

Tabel 26. Karakteristik peran isolate pada setiap klik dalam jaringan komunikasi mengenai hama dan penyakit

Isolate Pendidikan (Th)

Luas Lahan (Ha)

Keikutsertaan Kelompok

(Bh)

Kepemilikan Media Massa

(Bh)

Pendapatan Per musim

(Rp) 50 6 1 2 0 9.180.000 74 4 0,5 2 1 5.500.000 10 9 0,75 1 3 3.039.000 40 9 1,5 1 1 10.544.000 76 3 1 1 1 2.458.000 53 0 2 1 1 20.160.000 71 9 1,5 1 0 11.870.000 57 0 2 1 0 16.656.000 65 0 0,25 0 0 364.500 79 6 0,25 2 0 4.763.000 33 6 0,25 1 1 3.029.000 81 6 0,5 0 1 4.871.000 89 6 0,5 1 0 2.477.000 9 6 0,75 1 2 6.352.000 52 0 0,25 1 0 2.614.000

Berdasarkan Tabel 26 sebanyak 11 orang dari 14 orang yang menjadi isolate

memiliki pendidikan tidak sekolah, tidak tamat SD dan tamat SD. Pada karakteristik

individu mengenai kepemilikan luas lahan terlihat keseluruhan individu yang menjadi

isolate memiliki lahan yang tergolong sempit. Pada karakteristik yang lain, seperti

tingkat keikutsertaan dalam kelompok, tingkat kepemilikan media massa dan tingkat

pendapatan menunjukkan keseluruhan individu petani yang berperan sebagai isolate

tergolong pada tingkat yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa individu yang berperan

sebagai isolate sebagian besar merupakan individu yang memiliki tingkat pendidikan

yang rendah, luas lahan yang sempit, keikutsertaan dalam kelompok yang rendah,

kepemilikan media massa yang sedikit serta pendapatan per musim yang rendah jika

dibandingkan dengan pendapatan rata-rata petani ubi kayu.

Page 118: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

92

Jaringan Komunikasi Mengenai Panen

Jaringan komunikasi dalam aspek panen merupakan jaringan komunikasi yang

essensial dalam arus pertukaran informasi petani ubi kayu. Dalam budidaya komoditas

ubi kayu, panen juga merupakan komponen terpenting usahatani ubi kayu. Selain itu,

informasi mengenai panen merupakan topik pembicaraan yang tidak pernah

dilewatkan oleh seluruh petani ubi kayu di Desa Suko Binangun. Pada jaringan

komunikasi ini, berputar beragam informasi mengenai panen seperti informasi

mengenai harga jual, lokasi pabrik ubi kayu, permintaan pasar, dan lain-lain. Pada

sosiogram jaringan komunikasi mengenai panen yang dibentuk oleh petani ubi kayu di

Desa Suko Binangun terlihat terpusatnya setiap individu yang menjadi anggota klik

pada satu individu yang menjadi tokoh sentral. Setiap klik dalam sistem memiliki pola

komunikasi yang sama, dimana setiap anggotanya berkomunikasi pada satu individu

yang menjadi starnya.

Proses panen di desa tersebut memerlukan koordinasi sesama petani ubi kayu

dengan baik. Pada saat akan melakukan panen diperlukan jasa pembongkaran dan

jasa pengangkutan ubi kayu untuk dipasarkan ke pabrik ubi kayu. Jasa pembongkaran

dalam hal ini memerlukan tenaga kerja untuk memanen ubi kayu dan jasa

pengangkutan membutuhkan sarana transportasi seperti truk pengangkut dengan

kapasitas besar. Umumnya, penyedia jasa pembongkaran dan jasa pengangkutan

merupakan satu orang yang sama. Ia menyediakan buruh pembongkar sekaligus truk

pengangkut ubi kayu menuju pabrik terdekat. Kondisi yang ada adalah keterbatasan

orang-orang yang menyediakan jasa seperti ini di desa tersebut. Penyedia jasa seperti

ini merupakan orang yang menguasai informasi mengenai panen seperti waktu yang

tepat untuk melakukan panen “membongkar” dan mengangkut tanaman ubi kayu serta

informasi mengenai harga yang diterima oleh pabrik ubi kayu. Oleh karena itu, para

petani ubi kayu sangat menggantungkan pertukaran informasi dalam sistem jaringan

komunikasi terhadap orang tersebut. Sehingga, konteks seperti ini yang

mengakibatkan pola komunikasi yang petani ubi kayu memusat pada satu individu

yang berperan sebagai pemimpin.

Jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai panen digambarkan dalam

sosiogram pada Gambar 6. Pada gambar tersebut terihat struktur jaringan komunikasi

mereka merupakan struktur personal yang menyebar (radial personal network).

Struktur seperti ini juga dibentuk petani ubi kayu dalam perbincangan mengenai bibit

dan juga pupuk. Dalam struktur radial seperti ini, memungkinkan setiap anggota dalam

klik dan individu lainnya dalam sistem untuk berinteraksi satu sama lainnya.

Page 119: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

 

93

G

amba

r 6. J

arin

gan

kom

unik

asi p

etan

i ubi

kay

u m

enge

nai p

anen

Page 120: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

94

Pada jaringan komunikasi ini dapat membantu petani dalam mengatasi

kelangkaan informasi. Informasi mengenai panen tidak menjadi suatu masalah bagi

petani ubi kayu di Desa Suko Binangun, hal ini disebabakan setiap petani mampu

untuk mengakses sumber informasi baik yang berada di dalam sistem maupun di luar

sistem. Selain itu, adanya rasa saling percaya antara sesama petani ubi kayu dan

orang yang menyediakan jasa panen dan transportasi juga menjadikan proses

komunikasi yang lancar sehingga petani ubi kayu mudah untuk mengetahui

perkembangan informasi panen terkini. Identifikasi terhadap jaringan komunikasi petani

ubi kayu mengenai aspek panen dilakukan dengan menggunakan sosiogram.

Sosiogram yang ditampilkan pada Gambar 6 menunjukkan terdapat lima klik yang

menyusun jaringan komunikasi mengenai panen. Adapun identifikasi lebih lanjut

mengenai klik dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Identifikasi klik dalam jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai panen

Klik Anggota Klik Jumlah Anggota Klik

I 62,59,77,66,81,54,26,25,29,47,75,65,48,74,76,72,64,27,28,53,63,78,52,61,73,31,51,60,87,89,49,50,55,15,46,79,33,30

38

II 8,9,68,6,7,11,3,4,5,58,95,2,97,12,96,18,10 17 III 37,35,57,39,56,41,67,99,88,100,98,83,80 13 IV 34,85,92,91,86,82,38,23 8 V 20,22,32,21,24 5

Di luar Klik 70,42,43,40,69,16,17,90,14,19,13,94,71,93 14

Pada sosiogram di Gambar 6 berbagai individu anggota sistem jaringan

komunikasi mengenai panen memiliki beberapa peran yang dapat diidentifikasi.

Individu petani ubi kayu yang berperan sebagai liaison dalam jaringan komunikasi

mengenai aspek panen di Gambar 6 ditunjukkan oleh node 84 dan node 44. Node 84

merupakan liaison yang menghubungkan klik III dan klik IV, sedangkan node 44

merupakan liaison yang menghubungkan klik I dan IV. Liaison merupakan individu

yang menghubungkan klik yang satu dengan klik lainnya dimana dirinya bukanlah

anggota dari salah satu klik yang ia hubungkan. Berbeda dengan liaison, bridge

merupakan individu yang menghubungkan klik yang satu dengan klik dimana ia

merupakan anggota salah satu klik yang ia hubungkan. Pada jaringan komunikasi ini,

individu yang berperan sebagai bridge ditunjukkan oleh node 66, 78, 87, 29, 59, 62,

46, 6, 5,100.

Page 121: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

95

Node 66, 78 dan 87 menghubungkan klik I dengan klik II sedangkan node 72 dan

48 menghubungkan klik I dan III. Klik I berhubungan dengan klik IV melalui node 29, 62

dan 59 dan Klik I berhubungan dengan klik V melalui node 62 dan node 46. Pada klik II

yang berhubungan dengan klik III individu yang berperan sebagai bridge ditunjukkan

oleh titk 6 dan klik II yang berhubungan dengan klik V ditunjukkan oleh node 5. Klik III

berhubungan dengan kllik IV melalui individu yang berperan sebagai bridge yang

ditunjukkan oleh node 100. Pada jaringan komunikasi mengenai panen berbeda

dengan jaringan komunikasi lainnya yang membicarakan topik tertentu. Pada jaringan

komunikasi ini terdapat satu individu yang berperan sebagai gatekeeper sekaligus

sebagai cosmopolite. Individu yang berperan menjadi gatekeeper dan cosmopilte pada

sosiogram di Gambar 6 ditunjukkan oleh node 62.

Node 62 adalah Pak Sunarto yang menyediakan jasa tenaga kerja untuk

melakukan panen dan juga menyediakan jasa transportasi untuk mengangkut hasil

panen menuju pabrik ubi kayu. Pak Sunarto merupakan individu yang memiliki

kemampuan untuk mengakses sejumlah sumber informasi penting yang berada di luar

sistem. Node 62 berhubungan dengan node 101, 111, dan 112. Node 101 merupakan

PPL (Penyuluh Pertanian Lapang), node 111 adalah pabrik ubi kayu yang berada di

Desa SB 9 yang sering disebut sebagai Pabrik ITTARA dan node 112 merupakan

pabrik ubi kayu yang berada di Dusun Teluk Dalam. Pabrik ITTARA merupakan pabrik

yang memiliki kapasitas penampungan ubi kayu 100 ton ubi kayu per hari dan pabrik di

Dusun Teluk Dalam memiliki kapasitas 50 ton ubi kayu per haari. Semua ubi kayu yang

diterima di pabrik tersebut diproses mulai dari pencucian, pemotongan, pengambilan

pati hingga pengeringan menjadi tepung tapioka. Selain berhubungan dengan sumber

informasi diluar sistem, Pak Sunarto juga menyebarkan informasi tersebut kepada

individu-individu lain yang terhubung dengannya. Informasi yang terpenting yang

disebarkan adalah terkait dengan harga yang diterima di pabrik setempat. Oleh karena

itu, Pak Sunarto memiliki kemampuan untuk mengontrol arus informasi yang terjadi di

lingkungannya. Ia memiliki kekuasaan untuk menentukan apakah informasi tersebut

penting atau tidak untuk diteruskan pada semua individu anggota sistem Pak Sunarto

juga mampu menghubungi semua klik yang ada pada sistem lewat perannya sebagai

bridge yang menghubungkan klik I dengan klik II dan IV. Oleh karena itu, Pak Sunarto

dapat berperan sebagai gatekeeper juga merangkap sebagai cosmopolite dalam

sistem jaringan komunikasi petani ubi kayu mengenai panen.

Pada sosiogram di Gambar 6 dapat diidentifikasi beberapa node yang

memerankan sebagai star. Pada klik I individu yang berperan sebagai star ditunjukkan

Page 122: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

96

oleh node 62. Pada klik II individu yang berperan sebagai star ditunjukkan oleh node 8.

Pada klik III individu yang berperan sebagai star ditunjukkan oleh node 37. Star pada

klik IV ditunjukkan oleh node 34 dan pada klik V ditunjukkan oleh node 20. Individu-

individu yang berperan menjadi star pada jaringan komunikasi petani ubi kayu

mengenai panen merupakan individu yang memiliki jumlah total hubungan maksimal

dengan individu-individu lain dalam sistem.

Node 8 adalah Pak Sudaryanto dan node 37 adalah Pak Mujio. Baik Pak

Sudaryanto maupun Pak Mujio merupakan orang-orang yang memiliki akses terhadap

sumber informasi mengenai panen. Mereka adalah orang-orang yang menyediakan

jasa tenaga kerja untuk melakukan panen dan memiliki alat transportasi untuk

mengangkut hasil panen. Pak Sudaryanto umumnya dihubungi oleh petani ubi kayu

yang ingin memakai jasanya yang berada satu wilayah tempat tinggal dengan dirinya

yaitu di Dusun Besuki, Pak Sudaryanto juga termasuk orang yang aktif dalam kegiatan

kelompok, ia merupakan anggota dari Kelompok Tani Suka Maju. Pak Mujio umumnya

dihubungi oleh petani ubi kayu yang ingin memakai jasanya yang berada satu wilayah

tempat tinggal dengan dirinya yaitu di Dusun Sumbersari. Pak mujio juga termasuk

orang yang aktif dalam kelompok, ia merupakan anggota dari Kelompok Tani Sido

Makmur. Seperti penjelasan sebelumnya node 20 adalah Pak Suparyanto dan node 34

adalah Pak Saryo. Kedua orang ini memang bukanlah orang yang menyediakan jasa

tenaga kerja dan pengangkutan hasil panen, namun kedua orang ini memiliki informasi

dan pergaulan yang cukup luas sehingga dapat diajak berbicara mengenai topik atau

isu-isu yang berkaitan dengan panen. Informasi yang diperbincangkan bukan hanya

sekedar informasi harga jual yang berlaku tetapi juga terkait informasi teknik

pemanenan, perlakuan ubi kayu setelah panen, dan juga pemilihan batang umbi untuk

dijadikan bibit pada penanaman selanjutnya.

Terdapat beberapa penyebab yang mengakibatkan individu tertentu menjadi star

dalam jaringan komunikasi panen. Pada aspek pendidikan pengalaman usahatani,

keikutsertan dalam kelompok sosial, kepemilikan media massa, luas lahan dan

pendapatan bukan merupakan penyebab yang signifikan, akan tetapi kempemilikan

moda transportasi dan kemampuan menyediakan jasa tenaga kerja merupakan salah

satu penyebab utama dalam menjadikan individu tertentu menjadi star. Selain itu,

kemampuan mengakses sejumlah sumber-sumber informasi di luar sistem jaringan

komunikasi, juga merupakan faktor lainnya yang menyebabkan seseorang dapat

berperan sebagai star. Analisis terhadap jaringan komunikasi petani ubi kayu

mengenai aspek panen di Desa Suko Binangun menunjukkan terdapat individu tertentu

Page 123: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

97

yang menjadi isolate. Individu yang berperan sebagai isolate ditunjukkan oleh node 1,

45, dan 36. Keberadaan peran isolate dalam jarigan komunikasi mengenai aspek

panen kali ini hanya sedikit saja. Pada dasarnya seluruh petani ubi kayu akan menjual

hasil usahtaninya ke pabrik dengan mengandalkan kemampuan individu yang

berperan sebagai star, sehingga kecil sekali kemungkinan individu anggota sistem

untuk tidak berkomunikasi dengan individu lainnya mengenai aspek panen. Kondisi

seperti ini dilandasi oleh pentingnya informasi panen untuk mempermudah petani ubi

kayu dalam menjalankan usahataninya dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

Resume

Terbentuknya klik-klik pada setiap jenis jaringan komunikasi yang memuat

informasi mengenai teknologi produksi merupakan hasil dari interaksi dalam proses

komunikasi dengan basis teritorial tempat tinggal. Dalam berkomunikasi baik dalam

konteks mencari, menerima dan menyebarkan informasi petani ubi kayu cenderung

berkomunikasi dengan intens pada orang-orang yang memiliki kesamaan tempat

tinggal dalam sebuah wilayah tertentu. Orang-orang yang tergabung didalam sebuah

klik adalah individu yang memiliki kesamaan tempat tinggal sebagai batasan dalam

berkomunikasi dan memiliki derajat keterhubungan yang tinggi dengan anggota klik

yang lainnya. Perbedaan jumlah klik dalam sebuah jaringan komunikasi yang memuat

informasi produksi seperti bibit, pupuk, hama dan penyakit serta panen berimplikasi

pada perbedaan struktur jaringan personal pada setiap isu jaringan komunikasi.

Semakin banyak jumlah klik yang dimiliki oleh sebuah jaringan komunikasi semakin

menggambarkan bahwa distribusi informasi tidak memusat pada individu fokal tertentu,

melainkan informasi tersebut tersebar dengan merata. Distribusi informasi yang merata

pada setiap anggota sistem jaringan komunikasi dibahas dalam konsep struktur radial

personal network (menyebar) sedangkan, distribusi informasi yang memusat hanya

pada individu fokal tertentu dibahas dalam konsep interlock personal network

(memusat). Jaringan komunikasi yang cenderung radial ditunjukkan dengan

banyaknya jumlah klik dan bridge sosiogram jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi

yang memiliki struktur radial personal network adalah jaringan komunikasi mengenai

bibit, pupuk dan panen sedangkan yang memiliki struktur radial personal network

adalah jaringan komunikasi mengenai hama dan penyakit. Kesimpulan yang dapat

diambil adalah untuk jenis informasi yang bersifat umum dan tidak menemukan

kesulitan dalam mengaksesnya seperti bibit, pupuk dan panen, jaringan komunikasi

yang terbentuk cenderung terbuka dengan lingkungan sehingga memungkinkan

Page 124: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

98

anggota sistemnya untuk menerima input berupa sumberdaya seperti materi, energi,

informasi dan ide ke dalam sistem jaringan komunikasi mereka. Untuk jenis informasi

yang bersifat spesifik dan memerlukan upaya yang besar dalam mengaksesnya seperti

informasi hama dan penyakit jaringan komunikasi yang terbentuk cenderung tertutup

dan memusat pada satu individu fokal.

Keberadaan berbagai peran yang dimainkan oleh petani ubi kayu di Desa Suko

Binangun yang digambarkan dalam sosiogram membuktikan kebenaran asumsi dari

teori jaringan yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki kemampuan yang

berbeda-beda dalam mengakses sumberdaya yang ada. Hal ini terlihat dalam analisa

jaringan komunikasi yang menunjukkan perbedaan kemampuan dalam mengakses

sumberdaya terlihat dari munculnya berbagai posisi dan peran yang berbeda pada

sistem jaringan komunikasi sehingga memperlihatkan kemampuan yang berbeda

dalam mengakses sumberdaya informasi. Selain munculnya peran yang berbeda

dalam jaringan komunikasi juga faktanya orang-orang yang memiliki peran-peran

tertentu akan memiliki peran yang berbeda pada jaringan komunikasi yang lain,

contohnya node 13 yaitu Pak Sugito yang menjadi star di suatu klik dalam jaringan

komunikasi mengenai bibit, pada jaringan komunikasi mengenai pupuk dapat berperan

sebagai cosmopolite dan gatekeeper. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

keberadaan peran yang paling penting dalam sebuah jaringan komunikasi mengenai

informasi teknologi produksi ubi kayu di Desa Suko Binangun adalah peran sebagai

star, bridge dan kunci penyebar informasi. Keberadaan petani ubi kayu yang berperan

seperti ini membantu dalam mengatasi kelangkaan iinformasi mengenai teknologi

produksi ubi kayu akibat terjadinya penyebaran informasi yang tidak merata dari

sumber informasi hingga ke semua anggota sistem jaringan komunikasi. Distribusi

informasi akan berjalan dengan baik jika petani ubi kayu yang memiliki peran-peran

tersebut dapat menjalankan peran mereka disertai dengan sikap terbuka dengan

petani ubi kayu anggota sistem jaringan komunikasi lainnya.

Penelitian ini merupakan penelitian mengenai struktur komunikasi yang dianalisis

dengan jaringan komunikasi dan dikaitkan dengan empat isu teknologi produksi ubi

kayu menghasilkan perbedaan basis kecenderungan komunikasi dalam pembicaraan

mengenai informasi bibit, pupuk, hama dan penyakit serta panen. Dalam pembicaraan

mengenai bibit, pupuk dan panen petani ubi kayu cenderung berkomunikasi dengan

orang yang dianggap memiliki informasi yang mereka butuhkan, mudah untuk diakses

secara fisik dan memiliki sikap terbuka dengan sesama. Untuk pembicaraan mengenai

hama dan penyakit petani ubi kayu cenderung berkomunikasi dengan orang yang

Page 125: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

99

memiliki selain dapat mudah dijangkau secara fisik dan memiliki informasi yang

dibutuhkan tetapi juga pada orang yang dapat dipercaya sebagai sumber informasi

yang kredibel. Rasa kepercayaan ini timbul seiring dengan lamanya seorang sumber

informasi menjalani usahatani ubi kayu seperti node 34 yaitu Pak Saryo yang dianggap

sebagai petani ubi kayu senior dan pemimpin pendapat dalam hal budidaya ubi kayu.

Pada pengorganisasian petani ubi kayu dalam konteks pelaksanaan program

pembangunan harus dilakukan dalam basis teritorial tempat tinggal agar memudahkan

petani ubi kayu untuk berpartisipasi ke dalam program pembangunan, selanjutnya

untuk penyebaran informasi yang bersifat bersifat spesifik dan memerlukan upaya

yang besar dalam mengaksesnya seperti informasi hama dan penyakit perumus

kebijakan atau penggagas program pembangunan perlu mendekati petani ubi kayu

yang tidak hanya menjadi star atau opinion leader dalam sistem komunikasinya tetapi

juga petani ubi kayu yang dianggap sebagai sumber informasi terpercaya yang ada di

lingkungan tempat tinggal mereka.

Pemanfaatan sumber informasi yang berada di luar sistem jaringan komunikasi

oleh petani ubi kayu diakses secara berbeda untuk setiap jenis jaringan komunikasi.

Pada jaringan komunikasi mengenai bibit sumber informasi yang paling banyak

diakses oleh petani ubi kayu adalah penyuluh pertanian, pada jaringan komunikasi

mengenai pupuk sumber informasi yang paling sering diakses adalah penyuluh dan

distributor pupuk, pada jaringan komunikasi mengenai hama dan penyakit sumber

informasi yang paling sering diakses adalah penyuluh pertanian, UPTD dan distributor

pupuk, pada jaringan komunikasi mengenai panen yang sumber informasi yang paling

sering diakses adalah pabrik ubi kayu di Desa Teluk Dalam dan pabrik ubi kayu di

Desa SB 9 yaitu pabrik ubi kayu ITTARA.

Sifat yang melekat pada petani ubi kayu yang berperan sebagai star umumnya

orang-orang yang memiliki derajat keterhubungan yang paling tinggi dengan individu

lainnya. Petani ubi kayu yang berperan sebagai star dalam jaringan komunikasi

mengenai bibit dan pupuk umumnya memiliki karakteristik personal berpendidikan

tinggi, memiliki pengalaman berusahatani yang cukup lama dan memiliki tingkat

keikutsertaan yang tinggi dalam berbagai kelompok. Pada jaringan komunikasi

mengenai hama dan penyakit petani ubi kayu yang berperan sebagai star adalah

orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, pengalaman berusahatani yang

terbilang lama, serta memiliki tingkat keikutsertaan yang tinggi dalam kelompok dan

kepemilikan media massa yang tinggi. Petani ubi kayu yang berperan sebagai star

dalam jaringan komunikasi mengenai panen adalah orang yang memiliki moda

Page 126: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

100

transportasi dan kemampuan menyediakan jasa tenaga kerja, sedangkan karakteristik

personal seperti pendidikan, pengalaman usahatani, keikutsertan dalam kelompok

sosial, kepemilikan media massa, luas lahan dan pendapatan bukan merupakan

landasan utama seseorang dapat berperan sebagai star dalam pembicaraan mengenai

panen.

Sifat yang melekat pada petani ubi kayu yang berperan sebagai isolate

merupakan orang yang memiliki kontak paling minmal dengan individu lainnya dalam

sistem jaringan komunikasi. Peran isolate juga diberikan pada petani ubi kayu yang

tidak mampu mengakses sumber informasi baik yang berada dalam sistem maupun di

luar sistem jaringan komunikasi. Karakteristik personal yang dimiliki isolate sebagian

besar merupakan individu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, luas lahan

yang sempit, keikutsertaan dalam kelompok yang rendah, kepemilikan media massa

yang sedikit serta pendapatan per musim yang rendah jika dibandingkan dengan

pendapatan rata-rata petani ubi kayu di Desa Suko Binangun.

Analisis Jaringan Komunikasi di Tingkat Individu

Analisis jaringan komunikasi di tingkat individu dalam penelitian ini untuk melihat

ukuran sentralitas lokal dan sentralitas global individu petani ubi kayu di Desa Suko

Binangun. Menurut Scott (2000), Derajat pengukuran sentralitas terdiri dari derajat

beragam individu dalam sosiogram yang dapat menunjukkan seberapa baik

terhubungnya individu tertentu dengan lingkungan mereka. Sentralitas juga dapat

digunakan untuk mengukur keterungulan seseorang dalam sistem. Nilai rata-rata,

maksimum, minimum sentralitas lokal dan sentralitas global responden berdasarkan

topik pembicaraan dalam jaringan komunikasi secara jelas dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Nilai rata-rata, maksimum dan minimum sentralitas lokal dan sentralitas global petani ubi kayu di Desa Suko Binangun berdasarkan topik jaringan komunikasi mengenai bibit, pupuk, hama & penyakit dan panen

Indeks Jaringan Komunikasi

Isu atau Topik Jaringan Komunikasi Seluruh Isu/TopikBibit Pupuk Hama dan

Penyakit Panen

Sentralitas Lokal Rata-Rata 3,4 2,9 2.4 2,7 6,4 Maksimum 21 14 18 38 45 Minimum 0 0 0 0 1 Sentralitas Global Rata-Rata 6938 8615 9301 8392 4430 Maksimum 99.000 99.000 99.000 99.000 9900 Minimum 1948 2908 5020 1934 387

Page 127: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

101

Sentralitas Lokal

Sentralitas lokal adalah derajat dimana seorang individu berhubungan dengan

individu lain dalam sistem. Sentralitas lokal menunjukkan jumlah hubungan yang dapat

dibuat individu dengan individu lain dalam sistem. Menurut Freeman (1979) yang

dikutip oleh Scott (2000), sentralitas lokal dapat bersifat relatif. Hal ini akan menjadi

sangat penting jika ukuran kelompok tidak sama. Local centrality atau sentralitas lokal

memperhatikan keunggulan relatif individu yang menjadi star dalam hubungan

lingkungan terdekat (pertetangaan). Nilai sentralitas lokal menunjukkan jumlah

hubungan yang mampu dibuat individu dalam lingkungan terdekatnya . Individu yang

memiliki nilai sentralitas lokal terbesar dibahas dalam konsep “star” (bintang) dan

individu yang memiliki nilai sentralitas lokal terkecil dibahas dalam konsep “isolate”

(pencilan).

Berdasarkan Tabel 28 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata sentralitas lokal petani

ubi kayu untuk seluruh topik menunjukkan angka 6,4. Artinya, petani ubi kayu rata-rata

mampu menghubungi 6 orang mengenai teknologi produksi ubi kayu baik mengenai

aspek bibit, pupuk, hama dan penyakit serta mengenai panen. Secara lebih rinci untuk

rata-rata petani ubi kayu mampu menghubungi tiga orang mengenai bibit, tiga orang

mengenai pupuk, dua orang mengenai hama & penyakit dan tiga orang mengenai

panen. Nilai maksimum sentralitas lokal keseluruhan isu/topik jaringan komunikasi

menunjukkan 45 dan minimum 1. Berarti petani ubi kayu paling banyak mampu

menghubungi 45 orang dan paling sedikit mampu menghubungi satu orang petani

dalam sebuah sistem. Nilai maksimal sentralitas lokal petani ubi kayu untuk setiap

topik yang berbeda. Untuk topik mengenai bibit, petani ubi kayu mampu menghubungi

petani lainnya dalam lingkungan terdekatnya paling banyak berjumlah 21 orang,

sedangkan untuk topik mengenai pupuk, hama & penyakit dan panen masing-masing

berjumlah 14, 18, 38 orang. Nilai sentralitas lokal tertinggi untuk semua topik

pembicaraan dalam jaringan komunikasi dimiliki oleh node 62, sedangkan nilai

sentralitas lokal tertinggi untuk topik mengenai bibit, pupuk, hama dan penyakit

tanaman serta panen berturut-turut dimiliki oleh node 34, 13, 34 dan 62.

Individu yang memiliki nilai sentralitas lokal terendah merupakan individu yang

memiliki kontak minimal dengan individu lain dalam lingkungan terdekatnya. Individu ini

disebut sebagai pencilan atau isolate. Dalam interaksi sesama anggota kliknya,

individu ini tidak terjangkau atau tersentuh oleh pertukaran informasi. Pada jaringan

komunikasi petani ubi kayu mengenai bibit, pupuk, hama dan penyaki serta panen

terdapat lima individu yang menjadi isolate yang ditunjukkan oleh node 22, 42, 43, 45

Page 128: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

102

dan 71. Node 22, 42, 43 dan 45 merupakan individu petani ubi kayu yang memiliki

pendapatan bersih per musim tanam dibawah rata-rata, yakni berkisar Rp.2 490.000

hingga Rp.3.226.000. Selain itu, mereka juga memiliki tingkat pendidikan, tingkat

keikutsertaan dalam kelompok serta kepemilikan media massa yang rendah. Lahan

pertanian yang mereka garap merupakan lahan milik pribadi yang tergolong sempit

yakni berkisar antara 0,25 sampai 0,5 ha. Kondisi seperti ini yang menyebabkan

mereka tidak percaya diri untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan individu

lainnya. Akibatnya mereka tidak terlibat jaringan komunikasi dan tidak tersentuh oleh

pertukaran informasi yang berada di lingkungan mereka. Hal ini juga yang

menyebabkan mereka enggan dijadikan sebagai sumber informasi atau pusat

perhatian dalam interaksi sesama petani ubi kayu di lingkungan mereka.

Sentralitas Global

Pengukuran sentralitas global diekspresikan dalam istilah “distance” diantara

beragam individu. Global centrality atau sentralitas global memperhatikan keunggulan

aktor dengan keseluruhan jaringan. Nilai sentralitas global menunjukkan jumlah ikatan

yang seseorang butuhkan untuk menghubungi semua individu dalam jaringan.

Sentralitas global dapat memberikan gambaran kemampuan akses individu didalam

sistem. Sentralitas global diperlukan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih orang

yang tepat sebagai kunci penyebar informasi. Semakin kecil nilai sentralitas global

yang dimiliki individu maka semakin besar kemampuan individu tersebut untuk

menghubungi semua orang dalam sistem (Scott, 2000).

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan software UCINET VI pada

Tabel 28, diperoleh nilai maksimum sentralitas global menunjukkan 9900 dan nilai

minimum sentralitas global 387 sedangkan, nilai rata-rata sentralitas global adalah

4431 untuk semua topik jaringan komunikasi yakni bibit, pupuk, hama dan penyakit

serta panen. Individu yang memiliki nilai sentralitas global terbesar untuk seluruh topik

jaringan komunikasi adalah individu yang ditunjukkan oleh node 1, 4, 21, 22, 25, 26, 30

, 31, 35, 44, 45, 50, 57, 59, 63, 64, 65, 71, 77, 81, 83, 84, 86, 89, 92 dan 99. Artinya

untuk seluruh topik pembicaraan mengenai teknologi produksi dalam jaringan

komunikasi, terdapat sebanyak 26 node yang merupakan individu yang paling sulit

untuk menghubungi seluruh individu yang menjadi anggota dalam sistem jaringan

komunikasi.

Individu yang memiliki nilai sentralitas global yang rendah masih merupakan

individu yang sama yang memiliki nilai sentralitas lokal yang tinggi. Artinya nilai

Page 129: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

103

sentralitas global yang rendah menunjukkan sedikitnya distance yang harus ditempuh

atau dilalui oleh seseorang untuk menghubungi semua individu lain dalam sebuah

sistem. Dalam arti lain, seseorang yang hanya memerlukan distance yang pendek

untuk menghubungi individu lainnya adalah seseorang yang memiliki kemampuan

yang besar untuk dapat menjangkau semua individu dalam sistem jaringan

komunikasinya. Oleh karena itu, orang tersebut dapat berperan sebagai kunci

penyebar informasi. Melalui orang-orang inilah informasi-informasi baru dapat diterima

dan disebarluaskan kepada seluruh anggota sistem. Pada setiap jenis informasi dapat

muncul individu yang berbeda untuk berperan sebagai kunci informasi, untuk informasi

yang menyangkut teknologi produksi seperti bibit dan pupuk individu yang berperan

sebagai kunci penyebar informasi adalah node 13 dan untuk informasi teknologi

produksi seperti hama dan penyakit serta panen yang berfungsi sebagai kunci

penyebar informasi adalah node 34. Untuk jenis informasi mengenai teknologi produksi

secara keseluruhan yaitu bibit, pupuk, hama dan penyakit serta panen individu yang

berperan sebagai kunci penyebar informasi adalah node 34. Perbedaan aktor yang

berperan untuk setiap jenis informasi yang berbeda menandakan adanya perbedaan

karakteristik informasi dan juga karakteristik aktor tersebut.

Resume

Petani ubi kayu yang memiliki nilai sentralitas lokal untuk seluruh topik adalah

node 62 yaitu Pak Sunarto sedangkan petani ubi kayu yang memiliki nilai sentralitas

global terendah adalah node 34 yaitu Pak Saryo. Node 34 bukan merupakan individu

yang berperan sebagai star dalam penerapan teknologi produksi usahatani ubi kayu,

hal ini menunjukkan bahwa tidak selalu star mempunyai nilai sentralitas global

terendah. Artinya individu yang menjadi star tidak selamanya mampu mengakses

seluruh indvidu dalam sistem. Hal ini terjadi karena perbedaan karakter informasi yang

dipertukarkan dalam sistem jaringan komunikasi. Pada jenis informasi mengenai panen

individu dengan node 62 menjadi star dalam lingkungan terdekatnya, namun

pembicaraan mengenai aspek penerapan teknologi yang lainnya yaitu jenis informasi

mengenai bibit, pupuk serta hama dan penyakit node 34 merupakan orang yang paling

banyak dicari dan dijadikan sumber informasi oleh individu anggota sistem. Selain itu,

node 34 memiliki pengalaman berusahatani ubi kayu yang lebih lama, luas lahan

garapan yang lebih luas dan tingkat keikutsertaan dalam kelompok sosial yang lebih

tinggi dari node 62. Hal ini yang menjadikan node 34 mudah dalam mengakses seluruh

individu anggota sistem.

Page 130: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

104

Deskripsi Jaringan Komunikasi Petani Ubi kayu di Desa Suko Binangun

Pada dasarnya proses komunikasi yang terjalin diantara petani ubi kayu di Desa

Suko Binangun dilandasi atas kedekatan teritorial tempat tinggal dan kedekatan letak

ladang mereka. Meskipun terdapat hal-hal lain yang mempengaruhi petani ubi kayu

dalam memilih pasangan komunikasinya dalam membicarakan informasi tertentu,

namun unsur kedekatan tempat tinggal dan letak ladang adalah hal yang paling utama.

Untuk memilih sumber informasi di dalam sistem jaringan komunikasi yang akan

mereka akses dilakukan atas dasar kedekatan jarak tempat tinggal, kepercayaan dan

kenyamanan dalam berkomunikasi. Mereka cenderung berkomunikasi dengan orang

yang dianggap memiliki informasi yang mereka butuhkan, mudah untuk diakses secara

fisik dan memiliki keterbukaan dengan sesama. Selain itu, mereka juga cenderung

berkomunikasi dengan orang yang memiliki permasalahan yang sama dengan yang

mereka alami, proses komunikasi seperti ini terjadi dalam bentuk “sharing” dengan

tujuan untuk menghibur sesama. Pemilihan sumber informasi yang berada di luar

sistem jaringan komunikasi dipilih berdasarkan kemudahan akses sumber informasi

dengan masing-masing sumber informasi, selain itu pemilihan juga didasarkan atas

dasar kepercayaan dan kemampuan sumber informasi dalam memberikan informasi

yang akurat dan relevan.

Kecenderungan yang terjadi pada petani ubi kayu untuk mencari, menerima dan

menyebarluaskan informasi melalui proses komunikasi menimbulkan struktur jaringan

komunikasi yang berbeda-beda pada setiap topik teknologi produksi yang dibicarakan

dalam jaringan komunikasi. Pada jaringan komunikasi yang membicarakan mengenai

bibit, pupuk dan panen struktur komunikasi adalah jaringan personal yang menyebar

(radial personal network) sedangkan, pada jaringan komunikasi mengenai hama dan

penyakit tanaman struktur komunikasi adalah jaringan personal yang memusat

(interlock personal network). Pada setiap jaringan komunikasi yang berbeda terdapat

perbedaan individu yang berperan sebagai star dalam lingkungan terdekat dan sebagai

kunci penyebar informasi dalam sistem jaringan komunikasi. Selain peran-peran

tersebut, juga terdapat peran sebagai cosmopolite dan gatekeeper yang berperan

penting dalam sebuah sistem jaringan komunikasi agar dapat terus bertahan dan

merespon segala perubahan yang menjadikan sistem jaringan komunikasi menjadi

dinamis. Uraian lebih rinci mengenai jaringan komunikasi petani ubi kayu berdasarkan

masing-masing topik penerpan teknologi dapat di lihat pada Tabel 29.

Page 131: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

105

Tabel 29. Deskripsi jaringan komunikasi petani ubi kayu di Desa Suko Binangun Analisis Jaringan Komunikasi Isu/Topik Jaringan Komunikasi

Bibit Pupuk Hama dan Penyakit

Panen

Struktur Komunikasi Radial Radial Interlock Radial Jumlah Klik 6 9 4 5 Node Sentralitas Lokal Tertinggi 34 13 34 62 Node Sentralitas Global Terendah 13 13 34 34 Node Cosmopolite 13 13 20 62 Node Gatekeeper 13 13, 94 20 62 Jumlah Node Bridge 17 20 9 10

Perbedaan struktur jaringan yang terjadi pada setiap jaringan menunjukkan

bahwa petani ubi kayu di Desa Suko Binangun memiliki pola komunikasi yang berbeda

pada informasi yang berbeda. Hal ini juga menggambarkan bagaimana bentuk

distribusi informasi yang terjadi pada proses pertukaran informasi mengenai teknologi

produksi. Jaringan personal yang menyebar (radial) terdiri dari sekumpulan individu-

individu yang terhubung pada individu fokal tetapi tidak berinteraksi dengan satu sama

lainnya. Jaringan personal radial memiliki kepadatan yang sedikit dan lebih terbuka

terhadap pertukaran informasi pada lingkungan dan memungkinkan individu fokal

untuk bertukar informasi dengan lingkungan yang lebih luas. Jaringan radial berisikan

orang-orang yg memiliki kenalan berjarak jauh (ikatan lemah) yang berguna sebagai

saluran untuk memperoleh informasi. Ikatan yang lemah memiliki banyak bridge yg

menghubungkan 2 atau lebih klik. Ikatan yg lemah memiliki peran yang sangat penting

karena mengantarkan informasi-informasi baru. Jaringan personal radial sangat

penting dalam difusi inovasi karena link-link yang ada mencapai seluruh sistem,

sementara jaringan mengunci (interlocking) lebih tumbuh ke arah dalam secara

alamiah. Sistem yang tumbuh ke arah dalam merupakan jaringan yang sangat miskin

untuk menangkap informasi baru dari suatu lingkungan (Rogers, 2003). Pada

pembicaraan mengenai hama dan penyakit tanaman struktur komunikasi merupakan

jaringan personal yang memusat, dimana orang-orang cenderung berkomunikasi

dengan orang-orang yang memiliki jarak komunikasi yang dekat sehingga ikatan yang

ada menjadi kuat. Kondisi ini yang menyebabkan sulitnya pendistribusian informasi

mengenai penanganan penyakit “leles” sehingga, kelangkaan informasi yang terjadi di

tingkat petani sulit untuk diatasi.

Berdasarkan Tabel 29 dapat terlihat bahwa masing-masing jaringan komunikasi

teknologi produksi memiliki individu yang berperan sebagai star yang berbeda. Pada

pembicaraan mengenai bibit, pupuk, hama dan penyakit serta panen individu yang

memiliki nilai sentralitas lokal tertinggi dan berperan menjadi star berturut-turut adalah

Page 132: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

106

34, 13, 34 dan 62. Individu yang memiliki nilai sentralitas global terendah dan berperan

sebagai kunci penyebar informasi bibit dan pupuk adalah node 13 dan individu yang

berperan sebagai unci penyebar informasi hama dan penyakit serta panen adalah

node 34.

Node 34 merupakan individu petani yang menunjukkan identitas Pak Saryo. Pak

Saryo merupakan ketua Kelompok Tani Surya Tani. Ia dianggap sebagai petani senior

yang cukup dihormati oleh petani ubi kayu lainnya, sebagai petani ubi kayu, beliau

memiliki pengalaman yang lama. Kelompok surya tani yang dipimpin oleh Pak Saryo

merupakan kelompok petani ubi kayu yang pertama kali terbentuk sehingga memiliki

pola komunikasi yang cukup intens dengan sesama anggotanya. Pak saryo

merupakan orang yang populer dalam perbincangan mengenai informasi bibit serta

informasi mengenai hama dan penyakit. Untuk informasi mengenai bibit, Pak Saryo

adalah salah satu orang yang pertama kali memperkenalkan dan mempopulerkan bibit

ubi kayu UJ-3 atau yang sering disebut sebagai singkong thailand. Penerapan

teknologi produksi dalam hal bibit yang dilakukan hingga saat ini merupakan salah satu

pengaruh dari peran Pak Saryo sebagai petani ubi kayu senior di lingkungannya. Bibit

ubi kayu UJ-3 masih diadopsi hingga sekarang oleh petani ubi kayu lainnya di Desa

Suko Binangun, bahkan ketika ada inovasi baru mengenai bibit ubi kayu yakni bibit UJ-

5 atau sering disebut sebagai singkong kasesa, petani ubi kayu yang mengadopsinya

masih kalah jumlah dengan petani ubi kayu yang mengadopsi bibit UJ-3. Mengenai

hama dan penyakit yang menyerang tanaman ubi kayu mereka, Pak Saryo juga salah

satu orang yang ikut mempopulerkan pertama kali obat penghambat pertumbuhan

rumput dan pembeku rumput (gulma). Pak Saryo merupakan orang yang pertama kali

menerapkan inovasi mengenai bibit UJ-3 dan obat penghambat gulma. Konteks

seperti ini dapat dikatakan bahwa Pak Saryo merupakan opinion leader dan star yang

menjadi pusat perhatian bagi petani ubi kayu yang lain dan mampu mempengaruhi

tindakan atau perilaku petani ubi kayu lainnnya dalam menerapkan teknologi produksi.

Peran sebagai opinion leader dan star tidak lepas dari gambaran karakteristik yang

melekat pada diri Pak saryo. Pak Saryo memilik usia yang masuk dalam kategori tua

yakni 60 tahun, pendidikan yang ia tempuh lamanya 6 tahun dan masuk ke dalam

kategori sedang, luas lahan yang dimiliki tergolong sempit yakni 1,5 ha dan

pendapatan yang masuk ke dalam kategori rendah yakni Rp. 6.982.000 untuk satu kali

panen dengan masa tanam 6 sampai 8 bulan untuk varietas genjah namun, Pak Saryo

memiliki pengalaman berusahatani yang paling lama diantara petani ubi kayu lainnya

yakni selama 40 tahun. Selain itu, ia memiliki akses yang cukup baik dengan sejumlah

Page 133: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

107

media massa seperti televisi, leaflet dan koran. Karakteristik personal seperti inilah

yang menjadikan Pak Saryo sebagai star dalam jaringan komunikasi mengenai bibit

dan mengenai hama dan penyakit dalam lingkungan terdekatnya.

Node 20 adalah Pak Suparyanto yang memiliki peran sebagai cosmopolite dan

sekaligus gatekeeper dalam jaringan komunikasi mengenai hama dan penyakit. Pak

Suparyanto yang merupakan individu yang memiliki hubungan dengan sejumlah

sumber informasi di luar sistem. Sumber informasi yang berhubungan dengan Pak

Suparyanto ditunjukkan oleh node 101, 102 dan 105. Node 101 menunjukkan PPL

(Penyuluh Pertanian Lapang), node 102 adalah UPTD dan node 106 merupakan

distributor pupuk. Sebagai individu yang memiliki dua peran penting sekaligus, Pak

Suparyanto memiliki keunikan karakteristik personal. Usia Pak Suparyanto cukup tua

yakni berusia 41 tahun, pendidikan yang dimiliki masuk dalam kategori tinggi dimana ia

menempuh pendidikan selama 11 tahun, pengalaman berusahatani yang ia miliki

masih tergolong baru yaitu selama 15 tahun, luas kepemilikan lahan tergolong sempit

yaitu hanya sekitar 1,25 hekar, kepemilikan media massa masuk ke dalam kategori

sedang dengan memiliki empat jenis media massa yaitu televisi, radio, leaflet dan

brosur. Keikutsertaan dalam kelompok juga masuk kedalam kategori sedang dengan

mengikutsertai tiga jenis kelompok yaitu kelompok tani, kelompok yasinan, dan

kelompok kesenian yaitu reog ponorogo. Selanjutnya, pendapatan yang diperoleh oleh

Pak Suparyanto tergolong rendah jika dibandingkan dengan rata-rata pendapatan

petani ubi kayu lainnya, namun nominal ini juga tidak terlalu rendah jika diandingkan

dengan pendapatan petani ubi kayu di lingkungan terdekatnya, yaitu sebesar

Rp.13.410.000. berdasarkan uraian tersebut, dapat diakatakan bahwa pendidikan,

keikutsertaan dalam kelompok dan kepemilikan media massa merupakan karakteristik

personal yang menonjol yang nelekat di diri Pak Suparyanto. Selain itu, Pak

Suparyanto merupakan individu yang aktif dalam menyebarkan berbagai informasi

yang dianggap penting terkait dengan kemajuan usahatani anggota sistem lainnya.

Selain dikenal sebagai orang cukup berhasil dalam usahatani ubi kayu, individu ini pun

dikenal sebagai orang yang ramah dan aktif pada beberapa kelompok sosial yang

terdapat di lingkungannya. Oleh karena itu, Pak Suparyanto merupakan individu yang

memiliki peran sebagai gatekeeper dan juga sebagai cosmopolite sekaligus.

Node 94 adalah Pak Edi yakni petani ubi kayu yang dianggap sebagai petani

yang berhasil dengan tingkat pendapatan yang tinggi serta kepemilikan lahan garapan

ubi kayu yang luas. Luas lahan yang diusahakan oleh Pak Edi adalah lima hektar yang

terbilang sangat luas untuk ukuran petani ubi kayu di Desa Suko Binangun.

Page 134: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

108

Keberhasilan Pak Edi dalam berusahatani ubi kayu tidak hanya karena faktor luas

lahan tetapi juga dari kondisi lahan yang menguntungkan serta input produksi yang

mencukupi dan memadai yang sesuai dengan anjuran. Selain sebagai petani ubi kayu,

Pak Edi merupakan wirausaha yang membuka kios pertanian di rumahnya. Tersedia

berbagai input pertanian seperti bibit, pupuk urea, TSP, SP-36 ponska, KCL dan

berbagai obat-obatan yang dipergunakan oleh petani untuk membasmi gulma dan

rumput. Selain itu, Pak Edi juga merupakan salah satu petani ubi kayu yang memiliki

truk sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil panen usahatani ke pabrik ubi

kayu terdekat. Bagi petani ubi kayu yang bertempat tinggal satu wilayah dengan Pak

Edi cenderung untuk berkomunikasi dengan dirinya agar dapat mengakses alat

transportasinya untuk mengangkut hasil panen mereka. Penggunaan truk milik Pak Edi

tidak cuma-cuma, petani ubi kayu membayarkan sejumlah uang untuk mengakses

kendaraannya yakni Rp.40.000 per ton ubi kayu yang diangkut. Pak Edi berama

dengan Pak Sugito memiliki peran sebagai gatekeeper dalam jaringan komunikasi

mengenai pupuk. Pak Edi memiliki kemampuan untuk mengontrol informasi mengenai

pupuk yang akan disebarluaskan atau tidak pada petani ubi kayu di desa tersebut.

Kemampuan ini tidak terlepas dari karakteristik personal dan keterlibatannya dalam

jaringan komunikasi. Karakteristik personal yang menonjol dari diri Pak Edi diantaranya

adalah pendidikan yang tinggi yakni selama 12 tahun menempuh pendidikan formal,

kepemilikan luas lahan yaitu lima hektar, kepemilikan media massa sebanyak enam

buah seperti televisi, radio, leaflet, koran, majalah dan poster serta tingkat pendapatan

yang dicapai sangat tinggi yaitu Rp.73.530.000. Sebagai orang yang berperan sebagai

gatekeeper, Pak Edi memiliki nilai sentralitas lokal 10, artinya terdapat 10 orang petani

ubi kayu yang berhubungan dengan Pak Edi dalam pembicaraan mengenai pupuk di

lingkungan terdekatnya. Pak Edi memiliki akses terhadap sumber informasi yang

berada di luar ssitem jaringan komunikasi yakni dengan node 105 yang merupakan

distributor pupuk dari perusahaan pupuk tertentu.

Node 13 adalah Pak Sugito yang berprofesi sebagai petani ubi kayu sekaligus

sebagai penjual pupuk di Desa Suko Binangun. Pupuk yang ia jual didapatkan dari

distributor pupuk. Berbagai jenis pupuk yang ia jual diantaranya adalah Urea, TSP,

Ponska, KCL dan lain-lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, Pak Sugito memiliki

posisi sosial sebagai ketua Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani). Selain itu, Pak

Sugito juga merupakan orang yang aktif dengan berbagai kelompok dan organisasi

sosial baik di dalam lingkungan tempat tinggalnya maupun di luar tempat tinggal, salah

satunya ia menjadi partisipan partai politik. Sebagai orang yang paling populer di

Page 135: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

109

lingkungan terdekatnya yang membicarakan soal pupuk, Pak Sugito juga merupakan

sumber informasi yang sering di akses oleh petani ubi kayu sekitar. Dirinya kerap

menjadi penghubung dan penyebar informasi-informasi baru yang tidak hanya berkisar

mengenai pupuk tetapi juga pada informasi yang berkaitan dengan program

pembangunan, bantuan pemerintah dan sosialisasi dan pelatihan-pelatihan yang

datang dari instansi dinas-dinas terkait. Oleh karena itu, Pak Sugito juga berperan

sebagai gatekeeper dan juga cosmopolite dalam sistem jaringan komunikasi mengenai

bibit dan pupuk. Sebagai individu yang memiliki banyak peran penting, Pak Sugito

memiliki karakteristik personal yang cukup berbeda dengan petani ubi kayu lainnya.

Usia Pak Sugito tergolong muda, memiliki pengalaman berusahtani ubi kayu yang

tergolong baru dan Luas lahan yang dimiliki tergolong sempit yaitu 1,5 ha, namun

keikutsertaan dalam kelompok dan kepemilikan media massa masuk dalam kategori

tinggi, dimana Pak Sugito masuk ke dalam kelompok sosial seperti kelompok tani,

kelompok yasinan, kelompok pemuda, kelompok sinoman, kelompok karang taruna

dan partai politik. Media massa yang dimiliki adalah televisi, radio, leaflet, koran,

majalah dan poster. Selanjutnya, tingkat pendapatan yang dimiliki oleh Pak Sugito

terbilang cukup tinggi jika dibandingkan dengan pendapatan petani ubi kayu lainnya.

Pendapatan yang diperoleh oleh Pak Sugito adalah Rp. 40.490.000,-00 untuk satu kali

panen dalam masa tanam enam sampai delapan bulan untuk ubi kayu dengan varietas

genjah (singkong thailand).

Individu yang memiliki nilai sentralitas lokal tertinggi merupakan individu yang

memiliki hubungan total maksimal dengan individu lainnya dalam lingkungan

terdekatnya. Individu ini dapat disebut sebagai star dalam konsep sosiogram dan

merupakan individu yang paling “populer” pada lingkungan terdekatnya seperti

lingkungan pertetanggaan. Star yang ditunjukkan oleh node 62 adalah Pak Sunarto

yang menyediakan jasa tenaga kerja untuk melakukan panen dan juga menyediakan

jasa transportasi untuk pengangkutan hasil panen ke pabrik ubi kayu setempat. Pak

Sunarto merupakan orang yang memiliki jumlah hubungan total paling banyak dengan

petani ubi kayu yang lain dalam pembicaraan mengenai teknologi produksi ubi kayu

yang menyangkut panen. Pada aspek pendidikan, Pak Sunarto tidak tergolong dalam

individu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, dalam menjalankan usahatani ia

pun masih terbilang baru, adapun luas lahan garapan yakni 1,25 hektar, namun

pendapatan yang ia peroleh selama satu musim tanam lebih tinggi dibandingkan

dengan petani ubi kayu pada umumnya di lingkungan terdekatnya yakni Rp.15.235.000

dan kepemilikan media massa yang dimilki adalah radio dan televisi, namun yang

Page 136: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

110

menjadikan individu ini sebagai star adalah tingkat keikutsertaan ia kedalam tiga

kelompok sosial yang terdapat di lingkungannya. Kelompok sosial yang diakses oleh

Pak Sunarto adalah kelompok tani, kelmpok pemuda dan keloahragaan, serta

kelompok yasinan atau pengajian. Keikutsertaan seseorang ke dalam kelompok sosial

tertentu mendukung seseorang untuk mengakses berbagai sumber informasi baik itu

yang berada di dalam sistem maupun di luar sistem jaringan komunikasi melalui

pergaulan sosial yang tercipta dalam kelompok sosial. Hal ini mengakibatkan

seseorang memiliki keterbukaan dengan informasi baru dan terhubung oleh individu

lainnya sehingga, menjadikan individu tersebut sebagai pusat perhatian di lingkungan

terdekatnya. Selain berperan sebagai star dalam jaringan komunikasi mengenai

panen, Pak Sunarto juga memiliki peran sebagai cosmopilite sekaligus sebagai

gatekeeper. Sama halnya dengan Pak Sugito yang juga berperan sebagai cosmopolite

dan gatekeeper, Pak Sunarto juga memiliki indikator keterlibatan dalam jaringan

komunikasi dimana ia memliki nilai sentralitas lokal sebesar 38 yang artinya, terdapat

38 oang petani ubi kayu yang berhubungan dengan dirinya untuk membicarakan

persoalan panen dalam lingkungan terdekatnya. selain itu juga, sebagai perannya

sebagai cosmopolite, Pak Sunarto memiliki akses yang cukup luas dengan sejumlah

sumber informasi di luar sistem yaitu pabrik ubi kayu yang ditunjukkan leh node 111

dan 112. Node 111 menunjukkan pabrik ubi kayu yang berada di Desa SB 9 yakni

Pabrik Ubi kayu ITTARA dan node 112 menunjukkan pabrik ubi kayu yang berada di

Dusun Teluk Dalam yang berlokasi dekat dengan Desa Suko Binangun.

Pada umumnya karakteristik personal seperti pendapatan, pendidikan, luas lahan

menjadi tolak ukur tingginya posisi atau status sosial seseorang. Dalam penelitian

mengenai jaringan komunikasi, justru orang-orang yang memiliki karakter kosmopolit

merupakan orang-orang yang yang menempati posisi sebagai opinion leader. Hal ini

terjadi karena tidak selalu seseorang yang memiliki akses terhadap sumberdaya fisik

berperan sebagai opinion leader melainkan orang-orang yang memiliki sumberdaya

informasi adalah orang-orang yang menjadi pusat perhatian dengan memiliki jumlah

kontak maksimum dengan sejumlah orang lain atau sumber informasi sehingga

mampu mempengaruhi tindakan orang lain lewat perannya sebagai star dan opinion

leader. Seseorang yang memiliki kekayaan sumberdaya fisik tidak selalu memiliki

kekayaan sumberdaya informasi, begitu pula sebaliknya seseorang yang memiliki

akses yang besar terhadap informasi tidak selalu adalah orang yang memiliki

kekayaan sumberdaya fisik seperti pendapatan yang tinggi, luas lahan garapan yang

luas dan pendidikan formal yang tinggi. Dalam konteks penelitian jaringan komunikasi,

Page 137: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

111

orang-orang yang memiliki pergaulan sosial yang luas serta didukung dengan sikap

atau karakter pribadi yang terbuka, mau belajar sesuatu yang baru dan giat dalam

berusaha adalah salah satu aspek yang berpengaruh terhadap posisi atau peran

seseorang dalam jaringan komunikasi.

Penelitian ini menemukan bahwa karakteristik personal yang menunjukkan

kekayaan sumberdaya informasi seperti keikutsertaan dalam kelompok dan

kepemilikan media massa menentukan peran seseorang dalam jaringan komunikasi.

Seseorang yang memiliki keikutsertaan yang tinggi dalam kelompok dan banyak

memiliki media merupakan seseorang yang memiliki keterlibatan yang tinggi dalam

jaringan komunikasi dan memiliki kontak hubungan yang maksimal petani individu

lainnya baik dalam lingkungan terdekat atau lingkungan sistem. Orang-orang-orang

yang memiliki kontak hubungan yang maskimal dengan individu lainnya memiliki peran

sebagai star, opinion leader atau kunci penyebar informasi. Berdasarkan hasil

penelitian node 34 merupakan individu yang berperan sebagai kunci penyebar

informasi. Node 34 adalah Pak Saryo yang merupakan ketua dari salah satu kelompok

tani yang ada di Desa Suko Binangun. Dari karakteristik personal yang menunjukkan

kekayaan sumberdaya fisik seperti pendapatan, luas lahan dan pendidikan

memperlihatkan bahwa Pak Saryo memiliki pendapatan, luas lahan dan pendidikan

yang tidak lebih tinggi atau lebih luas dari pada rata-rata petani ubi kayu yang lain,

namun atas dasar kepiawaiaan dalam berusahatani dan kekayaan informasi

merupakan salah satu hal yang menjadikan Pak Saryo sebagai sumber informasi yang

terhubung dengan banyak petani ubi kayu yang lain. Kekayaan informasi yang

diperoleh oleh Pak Saryo didapatkan dari keikutsertaan dirinya di berbagai kelompok

serta akses media massa yang dimiliki sehingga dirinya memilki pergaulan sosial yang

luas. Pergaulan sosial yang luas tersebut menjadikan dirinya sebagai kerangka acuan

dalam bertindak dan mampu mempengaruhi tindakan orang lain lewat perannya

sebagai opinion leader dan star baik dalam lingkungan terekat maupun sistem jaringan

komunikasi.

Telah disebutkan bahwa node 34 dan node 13 merupakan salah satu tokoh

penting pada arus pertukaran informasi dalam hal teknologi produksi kepada petani ubi

kayu lainnya. Node 13 dan 34 juga merupakan individu yang memiliki nilai sentralitas

lokal tertinggi, artinya kedua individu tersebut juga merupakan star dalam lingkungan

terdekatnya. Pada sisi yang lain, kedua individu ini juga merupakan kunci penyebar

informasi yang memiliki akses yang tinggi pada semua individu anggota sistem

jaringan komunikasi sesuai dengan jenis informasi yang diperbincangkan. Node 13

Page 138: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

112

adalah Pak Sugito yang berperan sebagai kunci penyebar informasi mengenai bibit

dan pupuk, sedangkan node 34 adalah Pak Saryo yang berperan sebagai kunci

penyebar informasi mengenai hama dan penyakit serta panen. Berdasarkan

karakteristik personal yang melekat pada diri kedua individu ini terdapat beberapa

perbedaan, diantaranya adalah dari usia, pendidikan, pendapatan, pengalaman

berusahatani dan keikutsertaan dalam kelompok. Usia Pak Sugito masih tergolong

muda yakni berusia 33 tahun dan Pak Saryo berusia 60 tahun, pendidikan Pak Sugito

tergolong tinggi dimana ia menempuh pendidikan formal selama 12 tahun dan Pak

Saryo selama enam tahun, pendapatan Pak Sugito tergolong tinggi jika dibandingkan

dengan pendapatan petani ubi kayu lainnya yakni Rp.40.490.000 dan Pak Saryo

memiliki pendapatan yang relatif rendah dan berada dibawah rata-rata pendapatan

petani ubi kayu di Desa Suko Binangun yakni sebesar Rp.6.982.000. Pengalaman

berusahatani Pak Saryo lebih lama dari pada Pak Sugito yakni selama 40 tahun dan

Pak Sugito baru selama 15 tahun, tingkat keikutsertaan dalam kelompok terlihat Pak

Sugito lebih tinggi daripada Pak Saryo dimana Pak Sugito ikut serta ke dalam enam

kelompok dan Pak Saryo hanya ikut serta pada satu kelompok, kepemilikan media

massa yang ditunjukkan oleh kedua tokoh tersebut sama-sama dalam kategori tinggi

dimana Pak Sugito memiliki enam buah media massa dan Pak Saryo memiliki tiga

buah media massa. Kondisi ini menggambarkan bahwa kedua tokoh ini terdedah

cukup baik dengan informasi-informasi yang berasal dari luar sistem komunikasi

mereka.

Pak Sugito merupakan orang yang paling mudah untuk mengakses seluruh

petani ubi kayu lainnya dalam sistem jaringan komunikasi dalam pembicaraan

mengenai bibit dan pupuk. Artinya, Pak Sugito memiliki kemampuan untuk dapat

menjangkau dan mengakses seluruh petani ubi kayu dalam pembicaraan mengenai

bibit dan pupuk dalam usahtani ubi kayu. Oleh karena itu, dengan mendekati individu

ini sebagai media atau saluran komunikasi interpersonal merupakan cara yang efektif

dalam menyebarluaskan informasi-informasi atau inovasi terkait dengan penerapan

teknnologi produksi seperti bibit dan pupuk kepada petani ubi kayu di Desa Suko

Binangun. Dengan melakukan penyebaran (difusi) informasi melalui Pak Sugito,

informasi akan tersebar secara merata dan tidak terjadi kesenjangan informasi diantara

sesama petani ubi kayu. Banyaknya petani ubi kayu yang terhubung dengan Pak

Sugito terkait informasi bibit dan pupuk terkait dengan posisi sosial, peran dalam

jaringan komunikasi serta karakterisik personal yang melekat pada diri Pak Sugito.

Dalam perbincangan mengenai bibit kerap kali informasi yang diperbincangkan

Page 139: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

113

menyangkut sosialisasi bibit baru, pemberitahuan bantuan bibit dari pemerinntah serta

program pembangunan lainnya. Dalam proses penyampaian informasi ini kerap

disampaikan oleh Pak Sugito yang berperan sebagai ketua Gapoktan di Desa Suko

Binangun, ini juga terkait dengan perannya sebagai kunci penyebar informasi dalam

pembicaraan mengenai bibit. Sebagai kunci penyebar informasi, Pak Sugito memiliki

akses yang cukup luas dengan sumber informasi yang berasal di luar sistem jaringan

komunikasi. Berdasarkan Gambar 3, Pak Sugito mampu mengakses node 101, 102,

103 untuk informasi mengenai bibit. Node 101 adalah penyuluh, node 102 adalah

UPTD dan node 103 adalah dinas pertanian. Informasi mengenai bibit yang

disampaikan juga terkait dengan karakteristik personal Pak Sugito yang memiliki

tingkat pendidikan, tingkat keikutsertaan dalam kelompok dan tingkat kepemilikan

media massa yang tinggi. Dengan karakteristik personal yang seperti itu memudahkan

Pak Sugito untuk mendapatkan atau mengakes informasi yang dibutuhkan serta

dengan mudah mendistribusikan informasi tersebut dengan petani ubi kayu lainnya.

Mengenai permbicaraan tentang informasi pupuk, informasi yang kerap di

sebarluaskan terkait dengan jenis pupuk yang baru, dosis dan cara pakai pupuk sesuai

dengan jenisnya, bantuan pupuk dari pemerintah dan harga jual yang berlaku di pasar

lokal atau di agen-agen setempat. Sama halnya dengan penjelasan pembicaraan

mengenai bibit, dalam proses penyampaian informasi mengenai pupuk yang

disampaikan oleh Pak Sugito terkait dengan perannya sebagai ketua Gapoktan di

Desa Suko Binangun dan memiliki karakteristik personal yang masuk ke dalam

kategori tinggi, ditambah lagi ia memiliki pekerjaan sampingan sebagai penjual pupuk

yang mendapatkan pasokan pupuk langsung dari distributor pupuk yang berasal dari

perusahaan pupuk. Berdasarkan Gambar 4 Pak Sugito sebagai kunci penyebar

informasi mampu mengakses node 105 yaitu distributor puuk dari perusahaan pupuk

tertentu. Oleh karena itu, Pak Sugito memiliki informasi yang penting mengenai pupuk

sehingga menjadi kunci penyebar informasi dalam jaringan komunikasi mengenai

pupuk.

Dalam pembicaraan mengenai hama dan penyakit serta panen Pak Saryo

merupakan orang yang paling mudah untuk mengakses seluruh petani ubi kayu

lainnya dalam sistem jaringan komunikasi. Artinya, Pak Saryo memiliki kemampuan

untuk dapat menjangkau dan mengakses seluruh petani ubi kayu dalam pembicaraan

mengenai hama dan penyakit serta panen dalam usahtani ubi kayu. Pendekatan difusi

informasi melalui Pak Saryo sangat tepat dilakukan dalam konteks tujuan sosialisasi

atau penyuluhan yang berkaitan dengan penanganan hama dan penyakit yang

Page 140: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

114

menyerang tanaman ubi kayu serta proses panen yang baik dan benar. Umumnya,

pembicaraan mengenai hama dan penyakit adalah seputar hama dan penyait apa

yang saat ini menyerang tanaman ubi kayu, bagaimana cara untuk mengatasi hama

dan penyakit dan bagaimana cara untuk mendapatkan obat atau sejenisnya agar dapat

menangani hama dan penyakit. Pak Saryo sebagai petani ubi kayu yang memiliki

pengalaman berusahatani cukup lama memiliki nilai tersendiri dimata petani ubi kayu

lainnya sebagai salah satu sumber informasi yang berada di dalam sistem jaringan

komunikasi. Berdasarkan analisis sosiometri pada sosiogram di Gambar 5, terlihat

bahwa Pak Saryo memiliki akses terhadap sumber informasi di luar sistem yaitu UPTD.

UPTD merupakan unit pelaksana teknis daerah yang berfungsi untuk mengawasi dan

mengontrol kondisi pertanian di wilayah binaannya, dengan akses terhadap sumber

informasi tersebut sudah dapat menjadikan Pak Saryo menjadi orang yang paling

banyak dihubungi oleh semua petani ubi kayu di desa tersebut. Hal ini

menggambarkan bahwa petani ubi kayu cenderung lebih percaya terhadap informasi

yang dibawakan oleh Pak Saryo sebagai sumber informasi yang berada di dalam

sistem jaringan komunikasi dari pada oleh sumber informasi di luar sistem seperti

penyuluh. Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa petani ubi kayu yang menghubungi

penyuluh hanya enam orang dan yang menghubungi Pak Saryo sebanyak 20 orang

petani ubi kayu. Hal ini disebabkan oleh posisi sosial Pak Saryo sebagai ketua

kelompok tani tertua di Desa Suko Binangun dan juga karena Pak Saryo salah satu

orang yang ikut mempopulerkan beberapa inovasi pertanian dengan ikut menerapkan

juga inovasi tersebut. Hal tersebut menggambarkan tingkat kredibilitas Pak Saryo

sebagai sumber informasi.

Pembicaraan mengenai panen yang digambarkan oleh sosiogram pada Gambar

6 memperlihatkan hasil analisis bahwa Pak Saryo merupakan kunci penyebar

informasi mengenai panen. Hal ini tentunya menjadi suatu tanda tanya mengapa

seseorang yang menjadi star dalam lingkungan terdekatnya atau yang memiliki nilai

sentralitas lokal yang tinggi seperti ditunjukkan oleh node 62 yaitu Pak Sunarto tidak

juga merangkap sebagai kunci penyebar informasi dalam pembicaraan mengenai

panen. Berbeda dengan jenis informasi yang diperbincangkan dalam jaringan

komunikasi mengenai panen, informasi yang kerap diakses oleh petani ubi kayu ke

Pak Sunarto lebih bersifat aspek ekonomis seperti harga jual yang diberlakukan oleh

beberapa pabrik setempat, harga ubi kayu yang berlaku di pasar lokal dan pasar

nasonal, kebutuhan produksi ubi kayu di tingkat lokal dan nasional serta isu-isu

berkaitan dengan pendirian pabrik bioetanol yang berkaitan dengan meningkatnya

Page 141: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

115

suplay ubi kayu dan perubahan harga jual ubi kayu yang menyertai pembangunan

pabrik tersebut. Jenis informasi yang kerap diakses oleh petani ubi kayu ke Pak Saryo

terkait pada informasi domestik seperti tata cara panen yang baik dan benar, pemilihan

stek ubi kayu hasil panen untuk dijadikan bibit kembali, kuantitas produksi panen saat

ini, waktu pemanenan yang tepat sesuai varietas yang di tanam. Umumnya petani ubi

kayu yang berkomunikasi dengan Pak Saryo dilakukan pada saat yang tidak formal,

proses komunikasi terjadi dalam konteks santai dan berlokasi di ladang, rumah,

pengajian atau pertemuan kelompok tani yang sifatnya tidak formal. Kondisi seperti ini

yang menjadikan perbedaan antara Pak Saryo dan Pak Sunarto sebagai sumber

informasi yang diakses oleh petani ubi kayu dalam pembicaraan mengenai panen.

Oleh karena itu, untuk sosialisasi yang sifatnya ke aspek teknis dapat memanfaatkan

peran Pak Saryo sebagai kunci penyebar informasi, sedangkan untuk penyebaran

informasi yang bersifat ekonomis dapat memanfaatkan peran Pak Sunarto sebagai star

dalam lingkungan terdekatnya.

Hubungan Karakteristik Personal Petani Ubi Kayu dengan Jaringan Komunikasi

Penelitian ini menguji hubungan antara karakteristik personal petani ubi kayu

dengan jaringan komunikasi menggunakan uji korelasi Pearson. Penggunaan uji

korelasi Pearson disebabkan variabel karakteristik personal merupkan data rasio dan

variabel jaringan komunikasi merupakan data rasio. Adapun, karakteristik personal

yang diuji adalah usia, pendidikan, pendapatan, luas lahan, pengalaman berusahatani,

keikutsertaan dalam kelompok dan kepemilikan media massa sedangkan, pada

variabel jaringan komunikasi yang diuji adalah sentralitas lokal dan sentralitas global.

Sentralitas Lokal

Sentralitas lokal adalah derajat yang menunjukkan seberapa baik terhubungnya

individu tertentu dalam lingkungan terdekat atau pertetanggaan mereka. Derajat ini

menunjukkan jumlah hubungan maksimal yang mampu dibuat individu tertentu dengan

individu lain yang berada dalam lingkungan terdekatnya. Menurut Freeman (1979)

yang dikutip oleh Scott (2000) Local centrality atau sentralitas lokal memperhatikan

keunggulan relatif individu yang menjadi star dalam hubungan pertetanggaan.

Penelitian ini melihat bagaimana hubungan antara karakteristik personal individu petani

ubi kayu dengan sentralitas lokal. Hasil uji korelasi pearson terhadap kedua variabel

tersebut dapat dilihat pada Tabel 30.

Page 142: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

116

Tabel 30. Hubungan antara karakteristik personal dengan sentralitas lokal Karakteristik Personal Sentralitas Lokal

Usia - 0,139 Pendidikan 0,181 Pendapatan 0,286** Luas Lahan 0,231* Pengalaman Berusahatani -0,125 Keikutsertaan Dalam Kelompok 0,347** Kepemilikan Media Massa 0,407** 

Keterangan : ** Korelasi sangat nyata pada taraf 0,01 (uji dua arah) * Korelasi taraf nyata pada taraf 0,05 (uji dua arah)

Pendapatan

Berdasarkan Tabel 30 hasil uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan

antara tingkat pendapatan dengan jaringan komunikasi. Tingkat pendapatan

berhubungan sangat nyata dan positif dengan nilai sentralitas lokal dimana, r=0,286**.

Artinya, semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka semakin tinggi

kemampuan orang tersebut untuk menghubungi orang lain dalam lingkungan terdekat.

Tingkat pendapatan seseorang menjadikan acuan bagi orang lain sebagai sumber

untuk mencari informasi dari dirinya, sehingga memungkinkan banyaknya individu lain

yang terhubung dengan dirinya. Semakin tinggi tingkat pendapatan petani ubi kayu

semakin memungkinkan dirinya memiliki hubungan yang maksimal dengan petani ubi

kayu lainnya sehingga dapat berperan sebagi star dalam lingkungan terdekatnya. Hal

ini disebabkan karena individu petani yang memiliki pendapatan yang besar cenderung

memiliki kemandirian terhadap informasi yang jauh lebih luas, sumber informasi yang

dapat mereka akses tidak terbatas pada sumber informasi yang ada di sekitar

lingkungan mereka. Oleh karena itu mereka dapat memperoleh informasi yang lebih

beragam dan lebih banyak sesuai dengan apa yang mereka butuhkan selain informasi

yang tersedia di lingkungan mereka. Kondisi inilah yang menjadikan petani ubi kayu

berpendapatan tinggi memiliki kecukupan informasi mengenai teknologi produksi ubi

kayu sehingga menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian dalam arus komunikasi

sesama petani ubi kayu di lingkungan terdekatnya.

Luas Lahan

Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam

pengembangan usaha tani. Ketersediaan lahan yang terbatas berdampak pada

perkembangan usahatani dan juga pada pendapatan petani. Tabel 30 menunjukkan

luas lahan berhubungan nyata dan positif dengan nilai sentralitas lokal dimana,

r=0,231*. Artinya, semakin luas lahan garapan petani ubi kayu maka semakin banyak

Page 143: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

117

dirinya terhubung dengan individu lain dalam lingkungan terdekatnya. Semakin luas

lahan garapan yang dimiliki petani ubi kayu semakin memungkinkan petani tersebut

untuk berperan sebagai star atau pusat perhatian dalam lingkungan terdekatnya. Hal

ini berkaitan dengan luasnya lahan garapan petani ubi kayu yang memungkinkan untuk

melakukan ujicoba berbagai teknologi produksi baru pada lahannya, sehingga

mendorong individu tersebut untuk aktif berinteraksi dengan sesama dalam mencari,

memberi dan meyebarkan sebuah informasi. Kondisi seperti ini yang juga

memungkinkan petani ubi kayu untuk lebih aktif terlibat dalam aktifitas sosial dan

berkomunikasi dengan sumber informasi yang tersedia di lingkungannya. Selain itu,

individu yang berlahan luas dijadikan sebagai tempat petani ubi kayu lainnya untuk

bertanya mengenai informasi teknologi baru yang sedang diujicobakan. Hal inilah yang

menjadikan petani ubi kayu yang berlahan luas dapat dijadikan sebagai sumber

informasi atau pusat perhatian atau berperan sebagai star dalam lingkungan lokalnya.

Keikutsertaan dalam Kelompok

Karakteristik personal petani ubi kayu lainnya yang diuji hubungannya dengan

variabel jaringan komunikasi lainnya adalah keikutsertaan dalam kelompok.

Keikutsertaan dalam kelompok menunjukkan tingkat partisipasi petani ubi kayu dalam

aktifitas sosial yang berada di lingkungannya. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson

dinyatakan bahwa terdapat hubungan sangat nyata dan positif antara tingkat

keikutsertaan seseorang ke dalam kelompok dengan nilai sentralitas, dimana r=0,347**.

Artinya tingkat keikutsertaan petani ubi kayu ke dalam kelompok berhubungan sangat

nyata dengan banyaknya individu lain yang terhubung dengan dirinya dalam

lingkungan terdekatnya. Tinggi atau rendahnya keikutsertaan petani ubi kayu ke dalam

kelompok yang ada sangat berhubungan dengan kemampuan dirinya dalam

menghubungi petani lain di lingkungan terdekatnya. Semakin tinggi keikutsertaan

petani dalam kelompok maka semakin banyak terhubung dengan individu lain dalam

lingkungan terdekat/lokalnya. Semakin tinggi tingkat keikutsertaan petani ubi kayu ke

dalam kelompok semakin memungkinkan dirinya berperan sebagai star dalam

lingkungan terdekatnya. Peran sebagai star merupakan peran yang dijalankan oleh

individu tertentu yang memiliki jumlah hubungan maksimal dengan individu lainnya

dalam lingkungan terdekatnya. Individu yang berperan sebagai star dalam lingkungan

terdekatnya merupakan orang yang menjadi pusat perhatian dalam interaksi

sesamanya, mereka juga merupakan sumber informasi yang paling sering diajak

berkomunikasi dengan individu lain yang berada di lingkungan terdekat mereka. Ikut

Page 144: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

118

serta pada banyak kelompok menjadikan petani ubi kayu terdedah oleh berbagai

informasi yang dipertukarkan oleh sesama anggota dalam kelompok tersebut, selain itu

hal tersebut juga dapat menjadikan petani ubi kayu bersosialisasi sehingga memiliki

pergaulan yang luas. Hal ini menjadikan mereka banyak terhubung dengan petani ubi

kayu lainnya. Oleh karena itu, semakin tinggi keikutsertaan petani ubi kayu ke dalam

kelompok-kelompok yang tersedia di lingkungan mereka semakin besar kemungkinan

mereka menjadi sumber informasi bagi petani ubi kayu yang lain di lingkungan terdekat

mereka.

Kepemilikan Media Massa

Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson menyatakan bahwa terdapat hubungan

positif sangat nyata antara kepemilikan media massa dengan jaringan komunikasi.

Dengan kata lain, terdapat hubungan sangat nyata dan positif antara jumlah media

massa yang dimiliki petani ubi kayu dengan nilai sentralitas, dimana r=0,407**. Artinya

semakin banyak jumlah media massa yang dimiliki petani ubi kayu maka semakin

mampu petani ubi kayu tersebut mmenghubungi petani lainnya dalam lingkungan

terdekatnya sehingga, semakin besar kemungkinan petani tersebut menjadi sumber

informasi dan berperan sebagai star dalam lingkungan terdekatnya. Banyaknya

kepemilikan terhadap sejumlah media massa memungkinkan petani ubi kayu memiliki

informasi yang cukup banyak mengenai hal-hal baru termasuk teknologi produksi ubi

kayu, sehingga petani lainnya cenderung mencari informasi dengan berkomunikasi

dengan dirinya. Kepemilikan media massa menunjukkan seberapa banyak media

massa yang dapat diakses oleh seseorang. Kepemilikan media massa petani ubi kayu

menunjukkan sejauhmana petani ubi kayu tersebut terdedah dengan informasi dari

luar. Kepemilikan media massa pada petani ubi kayu juga menunjukkan seberapa

besar kemampuan mereka dalam mencari informasi yang berkaitan dengan usahatani

ubi kayu yang mereka jalani. Informasi yang diperoleh dari media massa dapat

digunakan untuk menambah wawasan yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan

usahatani ubi kayu. Semakin banyak media massa yang dimiliki petani ubi kayu maka

semakin banyak petani ubi kayu terhubung dengan petani ubi kayu yang lain dalam

lingkungan terdekat/lokalnya.

Sentralitas Global

Sentralitas global merupakan derajat yang menunjukkan berapa jarak yang harus

dilalui oleh individu tertentu untuk menghubungi semua individu di dalam sistem.

Derajat ini menunjukkan kemampuan individu untuk dapat menghubungi semua

Page 145: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

119

individu dalam sistem. Derajat sentralitas global dapt memberikan petunjuk mengenai

siapa-siapa saja di dalam sebuah sistem yang dapat menjadi kunci penyebar

informasi. Selanjutnya, Hubungan antara karakteristik personal individu petani ubi kayu

dengan sentralitas global dapat dilihat pada Tabel 31 di bawah ini.

Tabel 31. Hubungan antara karakteristik personal dengan sentralitas global. Karakteristik Personal Sentralitas Global

Usia 0,102 Pendidikan -0,280** Pendapatan -0,226** Luas Lahan -0,157 Pengalaman Berusahatani 0,145 Keikutsertaan Dalam Kelompok -0,263** Kepemilikan Media Massa -0,272** 

Keterangan : ** Korelasi sangat nyata pada taraf 0,01 (uji dua arah)

Pendidikan

Pada Tabel 31 terdapat hubungan yang sangat nyata dan negatif antara

pendidikan dengan nilai sentralitas global dimana r= -0,280**. Artinya, semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang maka semakin rendah nilai sentralitas global orang

tersebut. Semakin rendah nilai sentralitas global menunjukkan semakin pendek

“distance” yang harus dilalui untuk menghubungi semua individu dalam sistem

sebaliknya, semakin tinggi nilai sentralitas global menunjukkan semakin panjang

“distance” yang harus dilalui untuk menghubungi semua individu dalam sistem (Scott,

2000). Sehingga, semakin tinggi pendidikan petani ubi kayu, maka semakin pendek

“distance” yang harus dilalui oleh petani ubi kayu tersebut untuk menghubungi seluruh

individu dalam sistem. Dalam arti lain, semakin tinggi pendidikan petani ubi kayu, maka

semakin besar kemampuan petani ubi kayu tersebut untuk menghubungi seluruh

petani ubi kayu lainnya dalam sistem.

Petani ubi kayu yang memiliki pendidikan yang tinggi cenderung menjadi

pimpinan dalam sebuah kelompok sosial atau organisasi tertentu di lingkungan mereka

sehingga memudahkan diri mereka dalam menghubungi seluruh individu dalam

sebuah sistem. Selain itu, pendidikan yang tinggi juga memungkinkan untuk

mengakses sumber informasi melebihi petani ubi kayu dengan pendidikan pada

umumnya. Dengan akses yang lebih tinggi pada beragam sumber informasi lainnya

memungkinkan untuk terhubung dengan banyak individu tidak hanya yang berada

dalam lingkungan terdekatnya namun juga pada lingkungan yang lebih luas seperti

pada batasan sebuah sistem.

Page 146: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

120

Pendapatan

Berdasarkan uji korelasi Pearson yang disajikan pada Tabel 31 di atas, terlihat

bahwa pendapatan berhubungan sangat nyata dan negatif dengan nilai sentralitas

global dimana r= -0,226**. Artinya, semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka

semakin pendek “distance” yang harus dilalui untuk menghubungi semua individu

dalam sistem. Semakin tinggi pendapatan petani ubi kayu, maka semakin pendek jarak

atau “distance” yang harus dilalui oleh petani ubi kayu tersebut untuk menghubungi

seluruh individu dalam sistem. Dalam arti lain, semakin tinggi pendapatan petani ubi

kayu, maka semakin besar kemampuan petani ubi kayu tersebut untuk menghubungi

seluruh petani ubi kayu lainnya dalam sistem. Hal ini terjadi karena, petani ubi kayu

yang memiliki pendapatan lebih tinggi memilik kemandirian dalam mengakses sumber

informasi yang dibutuhkan. Mereka mampu mengakses informasi apa saja yang

mereka butuhkan baik yang berada di dalam lingkungan terdekatnya maupun di

lingkungan yang lebih luas atau di luar sistem sekalipun. Dengan kondisi seperti ini

memungkinkan mereka memiliki “distance” atau jarak yang singkat untuk menghubungi

petani ubi kayu lainnya dan sekaligus juga mempermudah petani ubi kayu tersebut

menghubungi seluruh individu yang berada dalam sistem.

Keikutsertaan dalam Kelompok

Keikutsertaan dalam kelompok meggambarkan sejauhmana keluasan individu

dalam bergaul dengan sesamanya. Melalui indikator ini dapat ditunjukkan sejauhmana

individu tersebut mampu mengakses berbagai sumber informasi yang tersedia dan

sejauhmana individu tersebut dapat terjangkau oleh informasi yang beredar. Indikator

ini juga menggambarkan bagaimana inidividu tertentu dapat terhubung dengan

berhubungan dengan individu lainnya baik dalam lingkungan terdekat maupun dalam

lingkungan yang jauh lebih luas yaitu sebuah sistem. Berdasarkan hasil uji Pearson

terdapat hubungan antara keikutsertaan petani dalam kelompok dengan jaringan

komunikasi. Keikutsertaan petani ubi kayu dalam kelompok sosial berhubungan sangat

nyata dan negatif dengan nilai sentralitas global dimana r= -0,263**. Artinya, semakin

tinggi tingkat keikutsertaan petani ubi kayu dalam kelompok maka semakin pendek

“distance” yang harus dilalui untuk menghubungi semua individu dalam sistem.

Sehingga, semakin tinggi tingkat keikutsertaan petani ubi kayu dalam kelompok, maka

semakin pendek “distance” yang harus dilalui oleh petani ubi kayu tersebut untuk

menghubungi seluruh individu dalam sistem.

Page 147: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

121

Hal ini terjadi karena dengan mengikuti sejumlah kelompok yang ada tentunya

memberikan peluang petani ubi kayu untuk berhubungan dengan banyak individu.

Oleh karena itu, semakin banyak petani ubi kayu mengikuti kelompok yang ada di

lingkungannya semakin mudah bagi dirinya untuk menghubungi seluruh petani ubi

kayu lainnya dalam sistem jaringan komunikasi. Keikutsertaan petani ubi kayu ke

dalam sejumlah kelompok yang ada akan membuat mereka terdedah terhadap

berbagai informasi dan juga beragam sumber informasi yang ada, sehingga semakin

memudahkan petani ubi kayu tersebut dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan

untuk meningkatkan produksi usahataninya.

Kepemilikan Media Massa

Berdasarkan uji korelasi pearson pada Tabel 31 di atas menunjukkan terdapat

hubungan antara kepemilikan media massa dengan nilai sentralitas global.

Kepemilikan media massa berhubungan sangat nyata dan negatif dengan nilai

sentralitas global dimana r= -0,272**. Artinya, semakin banyak media massa yang

dimiliki petani ubi kayu maka semakin pendek “distance” yang harus dilalui oleh petani

ubi kayu tersebut untuk menghubungi seluruh individu dalam sistem. Semakin banyak

media massa yang dimiliki petani ubi kayu maka semakin mampu petani ubi kayu

tersebut untuk menghubungi seluruh individu dalam sistem jaringan komunikasi.

Kepemilikan media massa menunjukkan seberapa banyak media massa yang dapat

diakses oleh seseorang. Kepemilikan media massa petani ubi kayu menunjukkan

sejauhmana petani ubi kayu tersebut terdedah dengan informasi dari luar. Mengakses

sejumlah media massa dapat menigkatkan wawasan dan pengetahuan yang jauh lebih

luas dari pada hanya mengakses sedikit media massa. Petani ubi kayu yang memiliki

wawasan dan pengetahuan yang lebih luas akan sangat dengan mudah dihubungi oleh

petani lainnya untuk dijadikan sumber informasi. Karena wawasan dan pengetahuan

yang dimiliki oleh individu tersebut dapat bersifat umum, maka tidak menutup

kemungkinan seluruh petani ubi kayu dalam sistem menjadikan petani tersebut

sebagai sumber informasi mereka. Kondisi seperti ini juga menunjukkan semakin

banyak individu yang berhubungan dengan petani ubi kayu tersebut sehingga, semakin

pendek “distance” yang harus dilalui sehingga semakin mudah bagi petani ubi kayu

tersebut untuk menghubungi seluruh individu yang berada dalam sistem jaringan

komunikasi.

Page 148: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

122

Resume

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan petani ubi kayu dalam

jaringan komunikasi mengenai teknologi produksi berhubungan dengan beberapa

karakteristik personal yang melekat pada diri petani ubi kayu. Karakteristik personal

seperti pendapatan, luas lahan, keikutsertaan dalam kelompok dan kepemilikan media

massa berhubungan positif nyata dengan kemampuan petani ubi kayu dalam

menghubungi petani ubi kayu lainnya dalam lingkungan terdekatnya. Karakteristik

personal petani seperti pendidikan, pendapatan, keikutsertaan petani dalam kelompok

dan kepemilikan media massa berhubungan negatif dengan jarak yang harus dilalui

oleh petani ubi kayu dalam menghubungi seluruh petani ubi kayu lainnya dalam

sistem. Artinya, karakteristik personal berhubungan positif dengan kemampuan petani

ubi kayu dalam menghubungi seluruh petani lain dalam sistem jaringan komunikasi.

Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Penerapan Teknologi Produksi Ubi Kayu

Petani ubi kayu di Desa Suko Binangun membentuk jaringan komunikasi dengan

sesamanya agar dapat memenuhi kebutuhan informasinya dalam meningkatkan

produksi usahatani mereka. Peningkatan produksi ubi kayu merupakan salah satu

kondisi yang dapat dicapai dengan menerapkan teknologi produksi yang telah

dianjurkan oleh lembaga yang berkewajiban atau berwenang. Dalam penelitian ini

acuan penerapan teknologi produksi berdasarkan teknik atau cara budidaya ubi kayu

berdasarkan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan panen

yang dianjurkan oleh Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Lampung

dan juga oleh penyuluh pertanian yang diinstruksikan oleh dinas pertanian setempat.

Petani ubi kayu yang menerapkan teknologi produksi dengan tepat dan sesuai anjuran

maka dapat meningkatkan produksi usahatani ubi kayu. Pada sisi lain, penerapan

teknologi produksi yang tepat dan sesuai dengan anjuran tentunya memerlukan suplai

informasi yang baik dari aspek kuantitas maupun kualitasnya, dan juga diperlukan

ketersediaan sumber informasi mengenai teknologi produksi yang memadai agar

petani ubi kayu mampu mencapai tujuannya.

Pembentukan jaringan komunikasi yang dilakukan oleh petani ubi kayu di Desa

Suko Binangun akan membantu anggota jaringan dalam memenuhi kebutuhan

informasi mengenai penerapan teknologi produksi. Penelitian ini dilakukan untuk

membuktikan adanya hubungan antara jaringan komunikasi petani ubi kayu dengan

penerapan teknologi produksi ubi kayu. Semakin luas jaringan komunikasi yang dimiliki

Page 149: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

123

oleh petani ubi kayu maka semakin tinggi tingkat penerapan teknologi produksi yang

dilakukan. Pengukuran jaringan komunikasi dalam penelitian ini menggunakan dua

jenis pengukuran yaitu sentralitas lokal dan sentralitas global. Pengujian hubungan

antara sentralitas lokal dan sentralitas global dengan penerapan teknologi produksi

menggunakan korelasi Rank Spearman. Pemilihan analisis korelasi Rank Spearman

dikarenakan variabel data penerapan teknologi merupakan data skala ordinal

sedangkan data variabel jaringan komunikasi merupakan data skala rasio. Selanjutnya,

hasil uji korelasi Rank Spearman terhadap kedua variabel tersebut dapat dilihat pada

Tabel 32.

Tabel 32. Hubungan antara sentralitas lokal dan sentralitas global dengan tingkat penerapan teknologi produksi

Jaringan Komunikasi Penerapan Teknologi Produksi Sentralitas Lokal 0,280**

Sentralitas Global -0,292**

Keterangan : ** Korelasi sangat nyata pada taraf 0,01 (uji 2 arah)

Pengujian lebih rinci mengenai hubungan antara sentralitas lokal dan

sentralitas global dengan tingkat penerapan produksi dalam hal pengolahan lahan,

pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan panen dapat dilihat pada Tabel 33 berikut

ini.

Tabel 33. Hubungan antara sentralitas lokal dan sentralitas global dengan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan panen

Jaringan Komunikasi

Penerapan Teknologi Produksi (rs) Peng. Lahan

Pembibitan Penanaman Pemeliharaan Panen

Sentralitas Lokal 0,191 0,088 0,216* 0,207* -0,092 Sentralitas Global -0,226* -0,050 -0,195 -0,275** 0,135

Keterangan: * Korelasi nyata pada taraf 0.05 (uji dua arah). ** Korelasi sangat nyata pada taraf 0.01 (uji dua arah).

Sentralitas Lokal

Berdasarkan Tabel 32, pengukuran sentralitas lokal dan sentralitas global

berhubungan sangat nyata dengan penerapan teknologi produksi. Artinya, keterlibatan

petani ubi kayu dalam jaringan komunikasi yang terbentuk diantara sesama mereka

berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi produksi secara keseluruhan yang

mereka lakukan. Berdasarkan hasil uji korelasi peringkat Spearman pada Tabel 32 di

atas terlihat bahwa nilai sentralitas lokal berhubungan sangat nyata dan positif dengan

tingkat penerapan teknologi produksi ubi kayu, dimana rs=0,280**. Artinya, semakin

banyak petani ubi kayu terhubung dengan individu lain dalam lingkungan

terdekat/lokalnya maka, semakin tinggi tingkat penerapan teknologi produksi yang

Page 150: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

124

dilakukan oleh petani ubi kayu tersebut. Petani yang memiliki nilai sentralitas lokal

yang tinggi akan berperan sebagai star di lingkungan terdekat/lokalnya. Petani ubi

kayu yang berperan sebagai star merupakan individu yang memiliki kontak maksimal

dengan individu yang lain dalam lingkungan terdekatnya. Petani ubi kayu yang

berperan sebagai star merupakan individu yang mampu terlibat lebih sering dalam

arus pertukaran informasi sehingga kerap dijadikan sebagai sumber informasi bagi

petani ubi kayu lainnya dalam lingkungan terdekatnya. Individu ini memiliki kemudahan

dalam mengakses berbagai informasi teknologi produksi melalui interaksi dengan

sesama petani ataupun dengan sumber informasi lainnya. Oleh karena itu, individu ini

dapat memenuhi kebutuhan informasinya dalam menerapkan teknologi produksi,

sehingga ia akan menerapkan teknologi produksi lebih banyak dan lebih baik, tepat

dan sesuai dengan anjuran yang telah diberikan. Beberapa individu petani ubi kayu

yang menjadi star dalam lingkungan terdekatnya memiliki nilai skor penerapan

teknologi produksi yang relatif lebih tinggi. Selanjutnya, daftar node yang berperan

sebagai star dan rata-rata skor total penerapan teknologi dapat dilihat pada Tabel 34.

Tabel 34. Daftar responden yang berperan sebagai star dalam lingkungan terdekat dan rata-rata skor total penerapan teknologi produksi ubi kayu yang diperoleh

Node Star Rata-Rata Skor Penerapan Teknologi Produksi Kategori 13 2,80 Tinggi 34 2,47 Tinggi 62 2,70 Tinggi

Keterangan : Rendah = 1,00-1,66. Sedang = 1,67-2,33. Tinggi = 2,34-3,00

Berdasarkan Tabel 34, seluruh individu petani ubi kayu yang berperan sebagai

star dalam lingkungan terdekatnya memiliki nilai skor total penerapan teknologi

produksi yang tinggi, sehingga mereka pun masuk kedalam kategori tinggi dalam

menerapkan teknologi produksi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa petani ubi

kayu yang memiliki nilai sentralitas lokal yang tinggi atau yang menjadi star dalam

lingkungan terdekatnya cenderung untuk menerapkan teknologi produksi ubi kayu

dengan baik, tepat dan sesuai dengan anjuran, sehingga mereka masuk kedalam

kategori tinggi untuk menerapkan teknologi produksi ubi kayu. Kondisi inilah yang

menyebabkan adanya hubungan yang sangat nyata antara sentralitas lokal dengan

penerapan teknologi produksi.

Berdasarkan Tabel 33 mengenai hubungan antara sentralitas lokal dengan

tingkat penerapan produksi berdasarkan tahapan teknologi produksi, terlihat bahwa

nilai sentralitas lokal berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi produksi dalam

penanaman dan pemeliharaan.Terdapat hubungan nyata dan positif antara nilai

Page 151: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

125

sentralitas lokal dengan tingkat penerapan teknologi produksi dalam penanaman

dimana, rs=0,216*. Artinya, semakin tinggi nilai sentralitas lokal atau semakin populer

petani ubi kayu dalam lingkungan terdekat semakin tinggi menerapkan teknolgi

produksi dalam penanaman. Menerapkan teknologi produksi ubi kayu dalam

penanaman adalahi serangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dalam

budidaya ubi kayu yang sesuai dengan anjuran sehingga dapat meningkatkan hasil

produksi ubi kayu. Pada tahap penanaman macam penerapan teknologi produksi

berkisar sistem pertanian monokultur atau tumpang sari, posisi penanaman setek ubi

kayu, penggunaan jarak tanam, dan pemupukan dasar. Petani ubi kayu yang memiliki

nilai sentralitas lokal yang tinggi atau yang berperan sebagai star dalam lingkungan

terdekatnya akan menerapkan teknologi produksi dalam hal penanaman sesuai

dengan anjuran. Hal ini terjadi karena petani ubi kayu yang terdedah dengan informasi

dan sering terlibat dalam pertukaran informasi di dalam lingkungan terdekat,

cenderung memiliki pasokan informasi budidaya lebih baik daripada petani ubi kayu

yang sedikit terlibat dalam jaringan komunikasi. Oleh karena itu, dalam menerapkan

teknologi produksi, mereka tidak menemukan hambatan dalam bentuk kelangkaan

informasi sehingga memperlancar proses penerapan teknologi yang nantinya akan

meningkatkan hasil produksi usahatani mereka.

Berdasarkan Tabel 33, nilai sentralitas lokal berhubungan dengan tingkat

penerapan teknologi produksi dalam pemeliharaan. Terdapat hubungan nyata dan

positif antara nilai sentralitas lokal dengan tingkat penerapan teknologi produksi dalam

penanaman dimana, rs=0,207*. Artinya, semakin tinggi nilai sentralitas lokal atau

semakin populer petani ubi kayu dalam lingkungan terdekat semakin tinggi

menerapkan teknologi produksi dalam pemeliharaan. Penerapan teknologi produksi ubi

kayu dalam pemeliharaan adalah melakukan aktivitas atau kegiatan budidaya tanaman

ubi kayu dengan cara pengontrolan, memelihara tanaman ubi kayu sehingga budidaya

dapat berlangsung optimal yang sesuai dengan anjuran sehingga dapat meningkatkan

hasil produksi ubi kayu. Kegiatan pemeliharaan dalam penelitian ini meliputi kegiatan

penyulaman, pengairan, penyiangan, pemupukan susulan dan perlindungan (proteksi

tanaman). Petani ubi kayu yang memiliki nilai sentralitas lokal yang tinggi atau yang

berperan sebagai star dalam lingkungan terdekatnya akan menerapkan teknologi

produksi dalam hal pemeliharaan sesuai dengan anjuran. Hal ini terjadi karena

kebutuhan informasi mengenai penerapan teknologi produksi tersedia dengan baik

pada petani ubi kayu yang memiliki keterhubungan dengan petani ubi kayu lainnya

yang berada pada lingkungan terdekat. Selain itu, keterlibatan petani ubi kayu dalam

Page 152: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

126

sebuah jaringan komunikasi dapat mempengaruhi tindakan atau penerapan teknologi

produksi karena terdpat petani ubi kayu yang berperan sebagai opinion leader atau

star. Keberadaan peran sebagai opinion leader atau star dalam sebuah jaringan

komunikasi dapat mengarahkan atau mempengaruhi tindakan seseorang sebagai hasil

dari proses komunikasi yang terpola di dalam jaringan komunikasi.

Sentralitas Global

Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman pada Tabel 32 di atas, terdapat

hubungan antara nilai sentralitas global dengan penerapan teknologi produksi.

Terdapat hubungan yang sangat nyata dan negatif antara nilai sentralitas global

dengan tingkat penerapan teknologi produksi ubi kayu dimana, rs= -0,292**. Artinya,

semakin rendah nilai sentralitas global petani ubi kayu maka semakin tinggi tingkat

penerapan teknologi produksi yang dilakukan oleh petani ubi kayu tersebut. Semakin

rendah nilai sentralitas global menunjukkan semakin pendek “distance” yang harus

dilalui untuk menghubungi semua individu dalam sistem sebaliknya, semakin tinggi

nilai sentralitas global menunjukkan semakin panjang “distance” yang harus dilalui

untuk menghubungi semua individu dalam sistem (Scott, 2000). Semakin pendek

“distance” yang harus dilalui oleh petani ubi kayu untuk menghubungi seluruh individu

dalam sistem, semakin tinggi tingkat penerapan teknologi produksi yang dilakukan oleh

petani ubi kayu tersebut. Dalam arti lain, semakin besar kemampuan petani ubi kayu

tersebut untuk menghubungi seluruh petani ubi kayu lainnya dalam sistem maka,

semakin tinggi tingkat penerapan teknologi produksi yang dilakukan oleh petani ubi

kayu.

Sentralitas global menunjukkan kemampuan konektivitas individu dengan

individu lain dalam satuan sistem tertentu sehingga dapat berperan sebagai kunci

penyebar informasi. Individu yang berperan sebagai kunci informasi adalah orang yang

memiliki keberdayaan informasi yang dapat disebarluaskan kepada individu lain.

Kekayaan informasi ini menggambarkan bahwa ia sering terlibat dalam arus

pertukaran informasi yang terjadi dalam sistem jaringan komunikasi. Berdasarkan hasil

uji Rank Spearman pada Tabel 32, semakin banyak petani ubi kayu berhubungan

dengan individu lain dalam sistem, maka petani ubi kayu tersebut akan menerapkan

teknologi produksi jauh lebih tinggi daripada petani ubi kayu lain yang terhubung

dengan sedikit individu. Hal ini disebabkan karena tingkat keterhubungan seseorang

dengan banyak individu lain memungkinkan terjadinya proses pertukaran informasi

dalam peristiwa komunikasi yang jauh lebih sering dibandingkan dengan orang yang

hanya berhubungan dengan sedikit individu. Frekuensi pertukaran informasi yang

Page 153: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

127

dialami oleh seseorang dalam proses komunikasi menjadikan seseorang memiliki

pengetahuan dan cadangan wawasan yang memadai dalam menerapkan teknologi

produksi ubi kayu. Semakin sering petani ubi kayu melakukan pertukaran informasi

dengan petani ubi kayu lainnya di dalam sistem maka semakin banyak informasi yang

ia terima sehingga, semakin tinggi ia menerapkan teknologi produksi ubi kayu. Selain

itu juga, semakin tinggi keterhubungan petani ubi kayu dengan semua petani ubi kayu

lainnya dalam sebuah sistem memudahkan dirinya untuk terhubung dengan sumber

informasi yang berasal di luar sistem.

Node 13 dan node 34 merupakan individu yang memiliki peran sangat penting

dalam proses pertukaran dan penyebaran informasi mengenai teknologi produksi.

Node 13 adalah Pak Sugito yang merupakan ketua Gapoktan di Desa Suko Binangun.

Pak Sugito merupakan kunci penyebar informasi teknologi produksi ubi kayu untuk

informasi bibit dan pupuk. Node 34 adalah Pak Saryo yang merupakan ketua kelompok

tani untuk petani ubi kayu yang berdomisili di Dusun Wates. Kedua aktor ini

merupakan petanii ubi kayu yang memiliki jarak atau distance terpendek untuk dapat

berhubungan dengan petani lainnya dalam sistem jaringan komunikasi. Selain memiliki

karakteristik personal, sumberdaya informasi dan kepribadian yang kosmopolit, kedua

aktor ini juga memiliki akses yang cukup luas dengan sumber informasi di luar sistem.

Kemampuan untuk mengakses berbagai sumber informasi inilah yang menyediakan

informasi apa saja yang mereka butuhkan untuk menerapkan teknologi produksi yang

nantinya dapat meningkatkan produksi usahatani mereka. Ketersediaan informasi yang

cukup pada kenyataannya dapat mebimbing, mengarahkan dan membantu mereka

dalam menerapkan taknologi produksi sesuai dengan anjuran. Berdasarkan Tabel 34,

node Pak Sugito (node 13) dan Pak Saryo (node 34) memiliki rata-rata skor totol

penerapan teknologi ubi kayu yang masuk ke dalam kategori tinggi. Mereka

menerapkan banyak jenis teknologi produksi yang dianjurkan dan melakukan

penerapan tersebut sesuai dengan apa yang sudah dianjurkan oleh penyuluh

pertanian setempat.

Berdasarkan Tabel 33 mengenai hubungan antara sentralitas lokal dengan

tingkat penerapan produksi berdasarkan tahapan teknologi produksi, terlihat bahwa

nilai sentralitas global berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi produksi

dalam aspek pengolahan lahan dan pemeliharaan. Terdapat hubungan nyata dan

negatif antara nilai sentralitas global dengan tingkat penerapan teknologi produksi

dalam pengolahan tanah dimana, rs= -0,226*. Artinya, semakin rendah nilai sentralitas

global atau semakin mampu petani ubi kayu untuk menghubungi petani ubi kayu yang

Page 154: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

128

lain dalam sebuah sistem jaringan komunikasi maka, semakin tinggi menerapkan

teknolgi produksi dalam aspek pengolahan tanah. Pengolahan lahan adalah salah satu

tahapan dalam pelaksanaan budidaya tanaman ubi kayu dengan cara mempersiapkan

lahan untuk budidaya tanaman ubi kayu. Tanaman ubi kayu membutuhkan struktur

tanah yang gembur agar perkembangan ubi dapat tumbuh dengan leluasa. Adapun

cara penyiapan lahan terdiri atas guludan, hamparan, bajang tergantung pada jenis

tanah yang akan ditanami tanaman ubi kayu. Petani ubi kayu yang memiliki

kemampuan dalam mengakses seluruh individu dalam sistem jaringan komunikasi

memiliki frekuensi pertukaran informasi yang lebih sering daripada petani ubi kayu

yang hanya terhubung dengan sedikit individu dalam sistem. Dengan melakukan

pertukaran informasi kedua partisipan komunikasi akan memiliki banyak alternatif

tindakan untuk memutuskan jenis teknologi yang akan diterapkan dan juga memiliki

kecukupan informasi yang dibutuhkan untuk menerapkan teknologi produksi sesuai

dengan yang telah dianjurkan.

Berdasarkan Tabel 33, nilai sentralitas global berhubungan dengan tingkat

penerapan teknologi produksi dalam pemeliharaan. Terdapat hubungan sangat nyata

dan negatif antara nilai sentralitas global dengan tingkat penerapan teknologi produksi

dalam penanaman dimana, rs= -0,275**. Artinya, semakin rendah nilai sentralitas global

atau semakin mampu petani ubi kayu untuk menghubungi petani ubi kayu yang lain

dalam sebuah sistem jaringan komunikasi maka, semakin tinggi menerapkan teknolgi

produksi dalam aspek pemeliharaan. Dalam arti lain, petani ubi kayu yang memiliki

nilai sentralitas global terendah akan menerapkan banyak jenis teknologi produksi

mengenai pemeliharaan dan melakukan penerapan teknologi produksi dalam aspek

pengolahan lahan sesuai dengan apa yang telah dianjurkan oleh petugas penyuluhan

setempat. Kemampuan petani ubi kayu yang memiliki nilai sentralitas global terendah

berdampak pada pendeknya jarak yang harus ditempuh oleh individu untuk

menjangkau petani ubi kayu lainnya dalam sistem. Kondisi ini berdampak pada

kemudahan petani ubi kayu untuk memiliki kecukupan informasi dalam menerapkan

teknologi produksi. Kecukupan informasi diperoleh dengan akses yang dimiliki baik

kepada sumber informasi yang berada di dalam sistem maupun di luar sistem.

Resume

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan petani ubi kayu di Desa

Suko Binangun berhubungan dengan tingkat penerapan teknologi produksi yang

dilakukan. Kemampuan petani ubi kayu dalam menghubungi petani ubi kayu lainnya

Page 155: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

129

dalam lingkungan terdekatnya berhubungan dengan penerapan teknologi produksi

yang ia lakukan, demikian halnya dengan kemampuan petani ubi kayu dalam

menghubungi seluruh petani ubi kayu dalam sistem jaringan komunikasi yang juga

berhubungan dengan penerapan teknologi produksi yang ia lakuan. Pada pengujian

lebih rinci, kemamapuan petani ubi kayu untuk menghubungi petani ubi kayu lainnya

dalam lingkungan lokal berhubungan dengan penerapan teknologi produksi pada

aspek penanaman dan pemeliharaan sedangkan, kemampuan petani ubi kayu dalam

menghubungi seluruh petani ubi kayu lainnya dalam sebuah sistem berhubungan

dengan aspek penyiapan lahan dan pemeliharaan.

Page 156: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

32

Page 157: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

130

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Struktur jaringan komunikasi diantara petani ubi kayu di Desa Suko Binangun

terbentuk berdasarkan kedekatan tempat tinggal antar anggotanya. Struktur

jaringan komunikasi mengenai informasi bibit, pupuk dan panen merupakan radial

personal network (menyebar) sedangkan struktur jaringan komunikasi mengenai

informasi hama dan penyakit merupakan interlock personal network (memusat).

Ciri yang melekat pada petani ubi kayu yang berperan sebagai star umumnya

orang-orang yang memiliki derajat keterhubungan yang paling tinggi dengan

individu lainnya. Kecenderungan petani ubi kayu untuk berkomunikasi dengan star

didasarkan pada pertimbangan kedekatan jarak tempat tinggal, kepercayaan dan

kenyamanan dalam berkomunikasi. Individu yang memiliki nilai sentralitas lokal

tertinggi atau yang berperan menjadi star pada jaringan komunikasi mengenai

bibit, hama dan penyakit adalah petani berpengaruh yang memiliki sikap terbuka

tentang informasi teknologi produksi kepada petani ubi kayu lainnya. Star dalam

jaringan komunikasi mengenai pupuk adalah Ketua Gapoktan dan penjual

saprotan di desa tersebut. Star dalam jaringan komunikasi megenai panen adalah

petani yang merupakan penyedia jasa tenaga kerja untuk memanen dan

transportasi pengangkut hasil panen ke pabrik ubi kayu. Individu yang memiliki

nilai sentralitas global terendah atau yang berperan sebagai kunci penyebar

informasi pada jaringan komunikasi mengenai bibit dan pupuk adalah Ketua

Gapoktan dan penjual saprotan di desa tersebut dan pada jaringan komunikasi

mengenai hama dan penyakit serta panen adalah petani berpengaruh yang

memiliki sikap terbuka tentang informasi teknologi produksi kepada petani ubi kayu

lainnya.

2. Petani ubi kayu yang terlibat dalam jaringan komunikasi dan memiliki kemampuan

untuk menghubungi petani ubi kayu yang lain dalam lingkungan terdekatnya

adalah orang-orang yang memiliki pendapatan tinggi, keikutsertaan dalam

kelompok dan kepemilikan media massa yang tinggi serta memiliki lahan garapan

yang luas. Petani ubi kayu yang terlibat dalam jaringan komunikasi dan memiliki

kemampuan untuk menghubungi seluruh petani ubi kayu di dalam sistem jaringan

komunikasi adalah orang-orang yang memiliki adalah pendidikan dan pendapatan

yang tinggi serta keikutsertaan dalam kelompok dan kepemilikan media massa

yang tinggi.

Page 158: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

131

3. Petani ubi kayu yang terlibat dalam jaringan komunikasi dan memiliki kemampuan

untuk menghubungi petani ubi kayu yang lain baik dalam lingkungan terdekat

maupun dalam sistem jaringan komunikasi merupakan petani ubi kayu yang

menerapkan teknologi produksi paling tinggi.

Saran

1. Penyebaran informasi baru mengenai teknologi produksi ke petani ubi kayu di

Desa Suko Binangun dapat dilakukan dengan mendekati petani ubi kayu yang

memiliki kemampuan menghubungi seluruh petani ubi kayu dalam sistem jaringan

komunikasi yang berperan sebagai kunci penyebar informasi sesuai dengan jenis

informasi yang akan di sebarluaskan. Sosialisasi secara intensif dapat dilakukan

dengan mendekati petani ubi kayu yang memiliki kemampuan menghubungi petani

ubi kayu lainnya dalam lingkungan terdekat atau berperan sebagai star pada

setiap klik dalam sistem jaringan komunikasi sesuai dengan jenis informasi yang

akan disebarluaskan. Untuk jenis informasi yang spesifik dan sulit untuk diakses

oleh banyak petani ubi kayu perlu mendekati orang-orang yang tidak hanya

menjadi star tetapi juga memiliki nilai kepercayaan dari petani ubi kayu lainnya

sebagai sumber informasi yang kredibel.

2. Agar dapat terlibat dalam jaringan komunikasi, petani ubi kayu yang berperan

sebagai isolate atau pencilan perlu untuk meningkatkan akses mereka terhadap

beragam media massa dan mengikutsertakan diri ke dalam kelompok di

lingkungan mereka.

3. Petani ubi kayu yang masuk kedalam kategori rendah dan sedang dalam

menerapkan teknologi produksi ubi kayu perlu untuk terlibat ke dalam jaringan

komunikasi yang telah terbentuk agar dapat menerapkan teknologi ubi kayu

dengan baik dan benar.

Page 159: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

132

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. 1998. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Cetakan ke-8. Rieneka Cipta. Yogyakarta

Aziz, A. 2002. Analisis jaringan komunikasi dalam masyarakat tradisional kampung naga (Kasus dalam usahatani padi). Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Berlo, D. K. 1960. The process of communication. New York: Holt, Rinehart, & Winston.

Boorgati, Everett and Freeman. 2002. UCINET VI Version 6.216 Reference Manual. Natric MA: Analitic Technologies.

BPS. 2005. Statistik Indonesia. Jakarta: Biro Pusat Statistik.

BPS. 2010. Statistik Indonesia. Jakarta: Biro Pusat Statistik.

BPS Kabupaten Lampung Tengah. 2010. way seputih dalam angka. Metro: BAPPEDA dan BPS Kabupaten Lampung Tengah.

Cangara H. 2000. Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Danowski, James., Riopelle, Ken., Gluesing, Julia., Blow, Scott., Ferencz, Mark., Hallway, Fred., Henry, Mark. and McClain, Shawn. 2008. Communication Networks and Productivity: Rewiring Low Productivity Units' Networks to Match High Productivity Units' Networks. Paper presented at the annual meeting of the International Communication Association, TBA, Montreal, Quebec, Canada, May 22. http://www.allacademic.com/meta/p228778_index.html. [Diakses tanggal 10 April 2011].

Djamali RA. 1999. Analisis jaringan komunikasi dalam bisnis sarang burung walet di Kabupaten Jember Jawa Timur. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Dilla, Sumadi. 2007. Komunikasi pembangunan: pendekatan terpadu. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Hanneman, Robert A. and Mark Riddle. 2005. Introduction to social network methods. Riverside, CA: University of California, Riverside http://faculty.ucr.edu/~hanneman/. [Diakses tanggal 6 April 2011].

Havelock, R.G., A. Guskin, M. Frohman, M. Havelock, M. Hill, and J. Huber. 1971. Planning for innovation: through dissemination and utilization of knowledge. Ann Arbor: The University of Michigan.

Hermawanto, V.R. 1993. Hubungan karakteristik petani yang menanam varietas padi unggul lokal dan persepsi mereka tentang varietas tesebut di Desa Gledek Kabupaten Klaten Jawa Tengah dan di Desa Jambudipa, Kabupaten Cianjur. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Ihsaniyati, Hanifah. 2010. Kebutuhan dan perilaku pencarian informasi petani gurem (Kasus Desa Rowo Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung). Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Page 160: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

133  

Jahi A. 1988. Komunikasi massa dan pembangunan pedesaan di negara-negara dunia ketiga: suatu pengantar. Jakarta: Gramedia.

Kusnandi, N., Fariyanti, A., Rachmina, D., Jahroh, S. 2009. Bunga rampai agribisnis seri pemasaran. Bogor: IPB Press.

Leavitt, Harold. 1992. Psikologi manajemen. Diterjemahkan Oleh Muslichah Zarkasi. Jakarta: Erlangga.

Lionberger, Herbert .F., and Paul H Gwin. 1982. Communication Strategis: A Guide For Agicultural Change Agents. USA : University of Missouri Columbia.

Littlejohn, Stephen W. 1992. Theories of human communication. California: Wadsworth Publishing Company.

Lubis DP. 2000. Communication and socio-cultural determinants of social and physical adaptability among indonesian transmigrant (Disertasi). Los Banos: University of The Philippines.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan pembangunan pertanian. Cetakan Kedua. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Mislini, Laisa. 2006. Analisis jaringan komunikasi pada kelompok swadaya masyarakat (Kasus KSM di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor). Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Mosher, A.T. 1970. Getting agricultural moving. New York: Prager.

Mubyarto. 1995. Pengantar ekonomi pertanian. Jakarta: LP3ES.

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu komunikasi: suatu pengantar. Bandung: Rosda.

Nasution, Zulkarimen. 2007. Komunikasi pembangunan: pengenalan teori dan penerapannya. (Edisi Revisi). Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Padmowihardjo S. 1994. Psikologi belajar mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Prihandana, Rama.,dkk. 2008. Bioetanol ubi kayu: bahan bakar masa depan. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Rahim dan Hastuti. 2008. Pengantar, teori, dan kasus ekonomika pertanian. Depok: Penebar Swadaya.

Rogers, E.M., and F.F Shoemaker. 1971. Communication of innovations : a cross cultural approach. Second Edition. New York : The Free Press.

Rogers, E.M and L. Kincaid. 1981. Communication network: toward a new paradigm for research. London: Collier Macmillan Publisher.

Rogers, E. M. 2003. Diffusion of innovations. 5th ed. New York: Free Press.

Rukmana, Rahmat. 1997. Ubikayu: budi daya dan pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.

Scott. 2000. Social network analysis: a hand book. Second Edition. California: SAGE Publications Inc.

Setyanto E. 1993. Hubungan karakteristik petani dan keterlibatannya dalam jaringan komunikasi dengan adopsi paket teknologi supra insus di Desa Pandeyan,

Page 161: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

134  

Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Shiddieqy M. 2001. Perilaku komunikasi anggota kelompok tani penghijauan dalam berpartisipasi terhadap sistem pemberian dana langsung (Kasus penerapan SPKS di kabupaten Cianjur). Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Singarimbun M., dan S. Effendi. 2008. Metode penelitian survai. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Siswanto, T.J. 2002. Hubungan karakteristik individu dan jaringan komunikasi peternak sapi perah dengan penerapan teknologi “flushing” (Kasus di Cangkringan Kabupaten Sleman. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Soedijianto. 1980. Organisasi, kelompok dan kepemimpinan pendidikan guru pertanian. Bogor: Institut Pendidikan Latihan dan Penyuluhan pertanian Ciawi.

Soekartawi. 2005. Prinsip dasar komunikasi pertanian. Jakarta: UI Press.

Solahuddin. 2009. Pembangunan pertanian awal era reformasi. Jakarta: PP Mardi Mulyo.

Sopiana. 2003. Hubungan karakteristik petani dan jaringan komunikasi dengan perilaku usahatani tebu (Studi kasus di lokasi transmigrasi Desa Tanah Abang Kecamatan Bunga Mayang, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung). Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sundari, Titik. 2010. Pengenalan varietas unggul dan teknik budidaya ubi kayu. Malang: Balai penelitian kacang kacangan dan umbi umbian.

Syafril, D. 2002. Hubungan karakteristik petani dan jaringan komunikasi dengan adopsi inovasi teknologi sistem usaha pertanian jagung (kasus di Kecamatan Rambah Hilir, Riau).Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Tubb, S.L dan Moss, S. 2009. Human communication. prinsip-prinsip dasar. (Terjemahan). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Walgito, Bimo. 2007. Psikologi kelompok. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Winawarsih, I.A. 2005. Faktor komunikasi dan sosial ekonomi yang berhubungan dengan adaptasi nelayan (Kasus relokasi nelayan di Desa Bajo Indah, Kecamatan Soropia, Kabupaten Kendari). Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Zahid, A. 1997. Hubungan karakteristik peternak sapi perah dengan sikap dan perilaku aktual dalam pengelolaan limbah peternakan. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Page 162: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

135  

Page 163: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

136  

LAMPIRAN

Page 164: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

135  

Page 165: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

136

Lampiran 1. Kuesioner penelitian

JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PRODUKSI UBI KAYU ( Kasus Pada Petani Ubi Kayu Di Desa Suko Binangon, Kecamatan Way Seputih, Kabupaten Lampung

Tengah, Provinsi Lampung)

MAYOR KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Nama Responden : .............................................................................................

Nama Kelompok Tani : .............................................................................................

Alamat Responden : .............................................................................................

Tanggal Wawancara : .............................................................................................

Nama Enumerator : .............................................................................................

No. Responden : ....................

Page 166: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

137  

BAGIAN I

A. Karakteristik Individu Petani Ubikayu

1. Berapa tahun umur anda saat ini?...... Tahun

2. Apa jenjang pendidikan formal apa anda yang terakhir?

Tidak Sekolah (...............Tahun) Tidak tamat SD (...............Tahun) Tamat SD (...............Tahun) Tidak tamat SLTP (...............Tahun) Tamat SLTP (...............Tahun) Tidak Tamat SLTA (...............Tahun) Tamat SLTA (...............Tahun) Tidak Tamat PT (...............Tahun) Tamat PT (...............Tahun)

3. Sudah berapa lamakah anda memulai usahatani ubikayu ini?.............Tahun

4. Berapa luas lahan yang anda usahakan untuk usahatani ubikayu dalam satu musim tanam terakhir?.............Ha

5. Apa status kepemilikan lahan yang anda garap dalam satu musim tanam terakhir ini?

Milik pribadi Menyewa Bagi hasil Lainnya, sebutkan........................................................................................

6. Jenis varietas ubikayu apa saja yang anda tanam dalam satu musim tanam

terakhir?..........................

7. Berapakah hasil produksi ubikayu anda dalam satu musim tanam terakhir?................. 8. Berapakah rata-rata pendapatan yang anda peroleh dari usahatani ubikayu dalam satu musim tanam

terakhir ini?

Keterangan Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp) Sarana Produksi

i. Benih ii. Pupuk ii. Pestisida v. Alat-alat produksi v. .......... vi. ..........

Tenaga Kerja 1. Penyiapan lahan 2. Pembenihan 3. Penanaman 4. Pemeliharaan 5. Pengendalian HPT 6. Panen dan pascapanen

Perhatian ! Mohon Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan sebenar-benarnya. Beri tanda check list (√ )pada kolom yang anda anggap merupakan jawaban anda.

Page 167: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

138

Transportasi Sewa lahan Biaya Total (Rp) ................. Produksi (Kg) .................... Harga (Rp/Kg) ................... Penerimaan .................. Total Pendapatan ..................

9. Selama melakukan usaha ini masalah apa sajakah yang kerap anda alami?

a. Bercocok tanam b. Hama penyakit c. Pemasaran d. Modal e. Lain-lain (sebutkan!...............................................................................)

10. Selain tanaman ubikayu apakah anda mengusahakan tanaman lain?

a.Ya b. Tidak. 11. Bila Ya, tanaman apa yang anda usahakan?

Jenis Tanaman Luas (Ha) Produksi Musim

Tanam Terakhir Pendapatan Musim

Tanam Terakhir

12. Apakah anda memiliki beberapa media massa dibawah ini ?

Televisi Radio Surat Kabar Majalah Poster/pamflet Booklet Leaflet Brosur Folders 13. Tuliskan daftar kelompok sosial yang anda dan keluarga anda ikuti

Nama Kelompok Posisi Kegiatan

BAGIAN II Jaringan Komunikasi Teknologi Produksi Ubikayu 14. Tuliskan orang-orang yang anda hubungi terkait dengan hal pembibitan, pemupukan, hama dan

penyakit serta panen. orang-orang tersebut bisa saja seorang penyuluh, teman, keluarga, tetangga, tengkulak, pengumpul. Sebutkan nama dan alamat tempat tinggal orang-orang tersebut.

Aspek Teknologi “Dari Siapa” “Kepada Siapa” Alamat (Desa,Dusun,RT)

Nama Orang Nama Orang Pembibitan a. a. b. b. c. c. d. d. e. e. Pemupukan a. a. b. b. c. c. d. d. e. e. hama dan penyakit a. a.

Page 168: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

139  

b. b. c. c. d. d. e. e. Panen a. a. b. b. c. c. d. d. e. e.

15. Diantara orang-orang yang anda ajak diskusi, sebutkanlah orang yang paling asering anda ajak

diskusi serta Berilah tanda check list pada satuan frekuensi komunikasi anda dengan orang tersebut

Aspek Teknologi Nama Orang Frekuensi komunikasi Pembibitan Harian Mingguan

Bulanan Tahunan Pemupukan Harian Mingguan

Bulanan Tahunan Hama dan penyakit Harian Mingguan

Bulanan Tahunan Panen Harian Mingguan

Bulanan Tahunan 16. Kapan biasanya anda membicarakan ubikayu (isi tabel dengan tanda check list dan sebutkan jenis

pertemuannya) Topik Pembicaraan Pertemuan

Kelompok

Di Luar Pertemuan Kelompok

Budidaya : Pupuk Pestisida Hama penyaki t tanaman Panen

Pemasaran: Harga Jual Mutu ubikayu Permintaan ubikayu

Hambatan dan masalah : Pengairan Hama penyakit tanaman Permodalan Perkreditan

Transportasi pengangkutan

Pengembangan produksi ubikayu: Penerapan Inovasi teknologi

17. Jenis sumber informasi apa saja yang sering Anda butuhkan dalam menjalankan usahatani ini?

Budidaya (pupuk, pestisida &obat, hama & penyakit) Pemasaran (harga ditingkat petani, pengumpul, pedagang,pabrik, dll) Pembeli (contohnya ke pedagang pengumpul, agen, pabrik, pengecer) Modal usaha Kredit usaha Lain-lain ............................................................................................

Page 169: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

140

BAGIAN III

Penerapan Teknologi Produksi Ubi Kayu

NO PERTANYAAN ALTERNATIF JAWABAN SKOR I PENGOLAHAN TANAH (18)

1. Apakah anda melakukan pengolahan tanah sebelum ditanami ubikayu dengan membuat guludan sesuai anjuran?

a. ya, melakukan pengolahan tanah sesuai anjuran (dibajak/dicangkul, dibuat guludan dan diberi pupuk)

b. ya, tetapi tidak sesuai anjuran. c. tidak melakukan pengolahan tanah.

3 2 1

2. Apakah anda melakukan pengolahan tanah untuk ditanami ubikayu dengan cara hamparan sesuai anjuran?

a. ya, sesuai anjuran dibajak atau dicangkul 1-2 kali, kemudian di rotor (dicampur dan ratakan)

b. ya, tetapi tidak sesuai anjuran c. tidak dengan cara hamparan

3 2 1

3. Apakah anda melakukan pengolahan tanah untuk ditanami ubikayu pada tanah agak berat/keras sesuai anjuran?

a. ya, sesuai anjuran dibajak atau dicangkul 1-2 kali sedalam 25 cm-30 cm hingga gembur, kemudian buat bedengan-bedengan atau petakan disesuaikan dengan keadaan lahan

b. ya, tetapi tidak sesuai anjuran c. tidak mengolah tanah pada tanah yang berat

3 2 1

II PEMBIBITAN (54)

4. Varietas apa yang anda pergunakan? a. klon unggul yang dilepas oleh departemen pertanian (adira-4,malang-6,uj-3,uj-5,)

b. unggul lokal (barokah,manado,klenteng) c. diluar jawaban a dan b

3 2 1

5. Darimana asal benih yang anda pergunakan?

a. beli (melalui kud /kios) b. beli dari penangkar/pedagang benih c. benih sendiri

3 2 1

6. Berapa jumlah benih yang anda pergunakan ?

a. 10.000 -15.000 batang/ha b. < 10.000 batang/ha c. < 5.000 batang/ha

3 2 1

7. Bagaimanakah cara anda melakukan perbanyakan tanaman ubikayu?

a. cara vegetatif ( stek) b. cara generatif (biji) c. tidak dengan cara vegetatif maupun generatif

3 2 1

8. Berapakah ukuran panjang stek batang yang anda gunakan dalam melakukan perbanyakan tanaman ubikayu?

a. sesuai anjuran 20-25cm b. < 20 cm dan > 25 cm c. Diluar jawaban a dan b

3 2 1

9. Bagian batang yang manakah yang anda pilih sebagai bibit dalam melakukan perbanyakan tanaman ubikayu?

a. bagian pangkal b. tengah batang c. bagian ujung /pucuk batang

3 2 1

10. Berapa lamakah anda melakukan penyimpanan bibit dalam memperbanyak tanaman ubikayu?

a. sesuai anjuran, 0-1 minggu b. 4 minggu c. 8 minggu

3 2 1

11. Berapakah diameter stek/batang bibit ubikayu yang anda gunakan?

a. sesuai anjuran (2-3 cm) b. < 2 cm dan > 3cm c. Diluar jawaban a dan b

3 2 1

III PENANAMAN (24)

12. Penanaman usahatani ubikayu anda, di lakukan dengan cara apa saja?

a. Monokultur dan tumpangsari serta sesuai anjuran dari penyuluh dan ahli tanaman

b. Tumpangsari saja c. Monokultur saja

3 2 1

13. Posisi manakah yang anda gunakan dalam melakukan penanaman stek

a. posisi tegak lurus (vertikal) b. posisi miring (condong)

3 2

Page 170: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

141  

ubikayu? c. posisi mendatar (ditidurkan) 1 14. Berapakah jarak tanam yang anda

gunakan dalam penanaman stek ubikayu?

a. 100 cm x 50 cm b. 80 cm x 70 cm c. Di luar jawaban a dan b

3 2 1

IV PEMELIHARAAN (72)

15. Apakah anda melakukan penyulaman dalam pemeliharaan tanaman ubikayu sesuai anjuran?

a. ya, sesuai anjuran pada umur 1-4 minggu setelah tanam

b. ya, tetapi tidak sesuai anjuran c. tidak sama sekali

3 2 1

16. Apakah anda melakukan pengairan terhadap lahan yang ditanami ubikayu dalam pemeliharaan tanaman ubikayu?

a. Ya, sesuai anjuran pada awal pertumbuhan hingga umur 4-5 bulan setelah tanam

b. tidak teratur dan dilakukan asalan c. tidak melakukan pengairan

3 2 1

17. Apakah anda melakukan penyiangan(“ngoret”atau ”dangir”) dalam pemeliharaan tanaman ubikayu sesuai anjuran?

a. ya, sesuai anjuran dilakukan paling sedikit dua kali selama pertumbuhan tanaman ubi kayu, yaitu pada umur 3-4 minggu setelah tanam dan 3-4 bulan setelah tanam

b. ya, tetapi tidak sesuai anjuran c. tidak sama sekali

3 2 1

18. Apakah anda melakukan pemupukan dasar sesuai anjuran?

a. ya, dengan dosis (urea 100kg/ha, SP36 200 kg/ha, dan kcl 50 kg/ha)

b. hanya menggunakan pupuk kandang dengan dosis yang tepat (2 ton/ha)

c. tidak melakukan pemupukan dasar

3 2 1

19. Apakah anda melakukan pemupukan pertama (susulan 1) sesuai anjuran?

a. ya, sesuai anjuran dilakukan pada waktu tanaman ubikayu berumur 1 bulan dengan dosis (urea 100kg/ha, kcl 50kg/ha)

b. ya, tetapi kurang sesuai anjuran c. tidak sesuai anjuran

3

2 1

20. Apakah anda melakukan pemupukan kedua (susulan 2) sesuai anjuran?

a. ya, sesuai anjuran dilakukan pada waktu tanaman ubi kayu berumur 3 bulan dengan pupuk urea 100 kg/ha

b. ya, tetapi kurang sesuai anjuran c. tidak sama sekali

3

2 1

21. Apakah anda menggunakan herbisida untuk pengendalian gulma (“suket”) sesuai anjuran?

a. ya, sesuai anjuran, pada saat tanaman berumur 3 bulan pertama dan 2-3 minggu sebelum panen

b. ya, tetapi tidak sesuai anjuran (< 3 bulan) c. tidak melakukan pengendalian gulma/”suket”

3 2 1

22. Apakah anda melakukan perlindungan (proteksi) tanaman ubikayu untuk mengurangi resiko terkena gangguan produksi ubikayu sesuai anjuran?

a. ya, sesuai anjuran penyuluh dengan pengendalian hama dan penyakit terpadu (HPT)

b. ya, tetapi tidak sesuai anjuran c. tidak dilakukan sama sekali

3 2 1

23. Bagaimana cara anda mengendalikan hama dan penyakit serta tanaman pengganggu lainnya pada ubikayu?

a. secara manual (mekanik) dan kimiawi b. secara manual (mekanik) saja c. secara kimiawi saja

3 2 1

24. Jika secara kimiawi, apakah bapak menggunakan pestisida dan obat-obatan yang sesuai dengan anjuran?

a. sesuai hama/penyakit yang menyerang yang telah dianjurkan oleh penyuluh/ahli tanaman

b. sesuai dengan anjuran penjual pestisida dan obat-obatan serta petani lain yang usahataninya terserang hama/penyakit yang sama.

c. tidak memperhatikan kesesuaian antara pestisida dengan hama/penyakit yang menyerang ubikayu

3 2 1

25. Jika bapak menggunakan pestisida obat-obatan, apakah bapak memberikan dosis yang sesuai dengan anjuran?

a. sesuai dengan petunjuk di label pestisida dan anjuran dari penyuluh/ahli tanaman

b. sesuai dengan petunjuk label c. berdasarkan perkiraan diri sendiri saja

3 2 1

Page 171: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

142

26. Berapa kali anda melakukan penyemprotan pestisida dan obat-obatan?

a. sesuai anjuran (usia 3 bln, 2-3 minggu sebelum panen)

b. setiap kali pada saat tanaman terserang, tetapi tidak sesuai anjuran

c. tidak melakukan penyemprotan pestisida dan obat-obatan

3 2 1

V PANEN (30)

27. Kapankah anda melakukan panen tanaman ubikayu anda?

a. sesuai anjuran, pada saat tanaman berumur 6-8 bulan (varietas genjah) atau 9-12 bulan (varietas dalam)

b. kurang sesuai anjuran > 8 bulan (var. genjah) dan > 12 bulan (var dalam)

c. tidak sesuai anjuran < 6 bulan (var. genjah) dan < 9 bulan (var dalam)

3 2 1

28. Bagaimanakah anda melakukan panen pertama dari tanaman ubikayu?

a. sesuai anjuran, tanaman ubi kayu dipanen tidak terlalu tua, pemanenan dilakukan pada waktu cuaca cerah/kering dan secara hati-hati, jangan sampai ubi memar, dicabut menggunakan tangan terutama pada tanah ringan dan gembur, dan pada tanah yang berat perlu dibantu alat pengungkit berupa bambu atau kayu yang diikat dengan tali melingkari pangkal batang

b. kurang sesuai anjuran (tidak menggunakan alat pengungkit pada tanah yang berat)

c. tidak sesuai anjuran

3 2 1

29. Apakah anda memanen pada waktu yang seharusnya, sesuai dengan tiap jenis bibit?

a. ya, sesuai dengan varietas bibit yang ditanam

b. ya, terkadang sesuai dengan waku yang seharusnya

c. tidak sesuai dengan waktu yang seharusnya

3 2 1

30. Apakah anda memanen ubikayu anda pada waktu yang bersamaan dengan petani-petani lainnya?

a. Tidak b. ya, kadang-kadang c. ya, saat setiap masa panen tiba

3 2 1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 172: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

143 

Lampiran 2. Hasil uji reliabilitas kuesioner

Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.901 32

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

PT1 69.3000 121.567 .499 .898PT2 69.3000 121.567 .499 .898PT3 69.1000 124.767 .318 .900PT4 69.7000 124.011 .266 .900PT5 69.7000 122.011 .243 .902PT6 69.2000 123.067 .413 .899PT7 69.5000 123.611 .275 .900PT8 70.1000 113.656 .680 .893PT9 70.0000 114.667 .674 .893PT10 70.1000 113.656 .680 .893PT11 70.1000 113.656 .680 .893PT12 70.1000 113.656 .680 .893PT13 70.1000 113.656 .680 .893PT14 69.8000 127.289 -.040 .905PT15 70.7000 124.011 .176 .902PT16 70.1000 113.656 .680 .893PT17 70.5000 127.167 -.035 .906PT18 69.5000 115.389 .602 .895PT19 69.6000 114.711 .554 .896PT20 69.4000 118.489 .534 .896PT21 69.7000 116.900 .536 .896PT22 69.3000 122.011 .311 .900PT23 69.2000 123.067 .260 .901PT24 69.8000 118.400 .393 .899PT25 70.4000 123.156 .322 .900PT26 70.4000 123.156 .322 .900PT27 69.3000 125.344 .142 .902PT28 70.1000 113.656 .680 .893PT29 69.3000 121.567 .499 .898PT30 69.1000 124.100 .413 .899PT31 69.6000 120.489 .561 .897PT32 69.9000 113.433 .599 .895

 

Page 173: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

  

  

  

  

  

    

  Lam

pira

n 3.

Has

il uj

i kor

elas

i Pea

rson

hub

unga

n an

tara

kar

akte

ristik

per

sona

l den

gan

sent

ralit

as lo

kal d

an g

loba

l C

orre

latio

ns

S

entra

litas

_Lok

al

Sen

tralit

as_

Glo

bal

Pend

idik

anPe

ng_B

erus

hata

ni

Luas

_Lah

an Ke

p_M

edia

mas

sa

Kei

kuts

erta

an_

Kel

Pe

ndap

atan

U

sia

Sen

tralit

as_L

okal

P

ears

on C

orre

latio

n 1

-.459

**.1

81-.1

25.2

31*

.407

**.3

47**

.286

**-.1

39

Sig

. (2-

taile

d)

.0

00.0

72.2

14.0

21

.000

.000

.004

.168

N

100

100

100

100

100

100

100

100

100

Sen

tralit

as_G

loba

l P

ears

on C

orre

latio

n -.4

59**

1-.2

80**

.145

-.157

-.2

72**

-.263

**-.2

26*

.102

Sig

. (2-

taile

d)

.000

.0

05.1

50.1

18

.006

.008

.024

.313

N

100

100

100

100

100

100

100

100

100

Pend

idik

an

Pea

rson

Cor

rela

tion

.181

-.280

**1

-.523

**.0

34

.242

*.2

28*

.128

-.537

**

Sig

. (2-

taile

d)

.072

.005

.0

00.7

35

.015

.023

.203

.000

N

100

100

100

100

100

100

100

100

100

Peng

_Ber

usah

atan

i P

ears

on C

orre

latio

n -.1

25.1

45-.5

23**

1.0

69

-.114

-.180

-.064

.860

**

Sig

. (2-

taile

d)

.214

.150

.000

.4

98

.258

.072

.526

.000

N

100

100

100

100

100

100

100

100

100

Luas

_Lah

an

Pea

rson

Cor

rela

tion

.231

*-.1

57.0

34.0

691

.595

**.1

68.9

06**

.054

Sig

. (2-

taile

d)

.021

.118

.735

.498

.0

00.0

95.0

00.5

91N

10

010

010

010

010

0 10

010

010

010

0Ke

p_M

edia

mas

sa

Pea

rson

Cor

rela

tion

.407

**-.2

72**

.242

*-.1

14.5

95**

1.3

67**

.711

**-.1

76S

ig. (

2-ta

iled)

.0

00.0

06.0

15.2

58.0

00

.0

00.0

00.0

80N

10

010

010

010

010

0 10

010

010

010

0K

eiku

tser

taan

_Kel

P

ears

on C

orre

latio

n .3

47**

-.263

**.2

28*

-.180

.168

.3

67**

1.2

33*

-.138

Sig

. (2-

taile

d)

.000

.008

.023

.072

.095

.0

00

.020

.172

N

100

100

100

100

100

100

100

100

100

Pend

apat

an

Pea

rson

Cor

rela

tion

.286

**-.2

26*

.128

-.064

.906

**

.711

**.2

33*

1-.0

72S

ig. (

2-ta

iled)

.0

04.0

24.2

03.5

26.0

00

.000

.020

.4

78N

10

010

010

010

010

0 10

010

010

010

0U

sia

Pea

rson

Cor

rela

tion

-.139

.102

-.537

**.8

60**

.054

-.1

76-.1

38-.0

721

Sig

. (2-

taile

d)

.168

.313

.000

.000

.591

.0

80.1

72.4

78

N

100

100

100

100

100

100

100

100

100

**. C

orre

latio

n is

sig

nific

ant a

t the

0.0

1 le

vel (

2-ta

iled)

. *.

Cor

rela

tion

is s

igni

fican

t at t

he 0

.05

leve

l (2-

taile

d).

144

Page 174: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

  

  

  

  

  

    

  Lam

pira

n 4.

Has

il uj

i kor

elas

i Ran

k S

pear

man

hub

unga

n an

tara

sen

tralit

as lo

kal d

an s

entra

litas

glo

bal d

enga

n pe

nera

pan

tekn

olog

i pro

duks

i N

onpa

ram

etric

Cor

rela

tions

Cor

rela

tions

Sen

tralit

as_G

loba

l Pe

nera

pan_

Tekn

olog

i S

entra

litas

_Lok

al

Spea

rman

's rh

o S

entra

litas

_Glo

bal

Cor

rela

tion

Coe

ffici

ent

1.00

0-.2

92**

-.737

**

Sig

. (2-

taile

d)

..0

03

.000

N

100

100

100

Pene

rapa

n_Te

knol

ogi

Cor

rela

tion

Coe

ffici

ent

-.292

**1.

000

.280

**

Sig

. (2-

taile

d)

.003

. .0

05

N

100

100

100

Sen

tralit

as_L

okal

C

orre

latio

n C

oeffi

cien

t-.7

37**

.280

**

1.00

0

Sig

. (2-

taile

d)

.000

.005

.

N

100

100

100

**. C

orre

latio

n is

sig

nific

ant a

t the

0.0

1 le

vel (

2-ta

iled)

.

    

145

Page 175: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

Lam

pira

n 5.

Has

il uj

i kor

elas

i Ran

k S

pear

man

hub

unga

n an

tara

sen

tralit

as lo

kal d

an g

loba

l den

gan

peng

olah

an la

han,

pem

bibi

tan,

pen

anam

an,

pem

elih

araa

n da

n pa

nen

C

orre

latio

ns

Sen

tralit

as_

Loka

l S

entra

litas

_G

loba

l P

engo

laha

n_La

han

Pem

bibi

tan

Pen

anam

anP

emel

ihar

aan

Pan

en

Spe

arm

an's

rho

Sent

ralit

as_

Loka

l C

orre

latio

n C

oeffi

cien

t1.

000

-.737

**.1

91

.088

.216

*.2

07*

-.092

S

ig. (

2-ta

iled)

.

.000

.057

.3

85.0

31.0

38.3

61

N

100

100

100

100

100

100

100

Sent

ralit

as_

Glo

bal

Cor

rela

tion

Coe

ffici

ent

-.737

**1.

000

-.226

* -.0

50-.1

95-.2

75**

.135

S

ig. (

2-ta

iled)

.0

00.

.024

.6

20.0

52.0

06.1

82

N

100

100

100

100

100

100

100

Pen

gola

han_

La

han

Cor

rela

tion

Coe

ffici

ent

.191

-.226

*1.

000

.111

-.074

.003

-.041

S

ig. (

2-ta

iled)

.0

57.0

24.

.270

.462

.975

.688

N

10

010

010

0 10

010

010

010

0 P

embi

bita

n C

orre

latio

n C

oeffi

cien

t.0

88-.0

50.1

11

1.00

0-.2

35*

.079

-.068

S

ig. (

2-ta

iled)

.3

85.6

20.2

70

..0

19.4

34.5

02

N

100

100

100

100

100

100

100

Pen

anam

an

Cor

rela

tion

Coe

ffici

ent

.216

*-.1

95-.0

74

-.235

*1.

000

.310

**-.2

01*

Sig

. (2-

taile

d)

.031

.052

.462

.0

19.

.002

.045

N

10

010

010

0 10

010

010

010

0 P

emel

ihar

aan

Cor

rela

tion

Coe

ffici

ent

.207

*-.2

75**

.003

.0

79.3

10**

1.00

0-.0

05

Sig

. (2-

taile

d)

.038

.006

.975

.4

34.0

02.

.961

N

10

010

010

0 10

010

010

010

0 P

anen

C

orre

latio

n C

oeffi

cien

t-.0

92.1

35-.0

41

-.068

-.201

*-.0

051.

000

Sig

. (2-

taile

d)

.361

.182

.688

.5

02.0

45.9

61.

N

100

100

100

100

100

100

100

**. C

orre

latio

n is

sig

nific

ant a

t the

0.0

1 le

vel (

2-ta

iled)

.

*. C

orre

latio

n is

sig

nific

ant a

t the

0.0

5 le

vel (

2-ta

iled)

.

 

146

Page 176: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

147 Lampiran 6. Nama Responden berdasarkan nilai sentralitas lokal dan sentralitas global

No Responden Sentralitas Lokal Sentralitas Global

Bibit Pupuk HP Panen Bibit Pupuk HP Panen1 Wardoyo 2,000 1,000 1,000 0,000 9900 9900 9900 99002 Lamidi 6,000 8,000 7,000 7,000 2544 3244 8427 94063 Misdi 5,000 7,000 4,000 3,000 2621 9900 8441 99004 Riyakin 1,000 1,000 1,000 2,000 9900 9900 9900 99005 Suparlan 6,000 5,000 4,000 6,000 9604 9801 9801 26476 Suan 6,000 5,000 3,000 5,000 2367 9310 9900 26467 Bondan 4,000 4,000 3,000 3,000 2344 9313 9604 27208 Sudaryanto 6,000 5,000 1,000 15,000 2397 9703 7215 85739 Marsuji 1,000 1,000 0,000 2,000 9900 9960 9900 264710 Rianto 5,000 3,000 0,000 9,000 2169 9214 9900 253611 Samirin 4,000 4,000 2,000 4,000 9703 9900 9900 990012 Supani 4,000 4,000 1,000 1,000 9801 9606 9900 264713 Sugito 10,000 13,000 4,000 2,000 1948 2908 8148 262314 Langgeng 4,000 3,000 2,000 0,000 9604 9801 9311 990015 Thalib 3,000 3,000 1,000 3,000 9604 3332 9900 990016 Suwarno 3,000 2,000 2,000 1,000 2245 9801 9900 990017 Sarno 4,000 3,000 3,000 2,000 9900 9703 9801 980118 Suratno 5,000 4,000 3,000 2,000 9406 9603 9702 990019 Samingan 1,000 2,000 2,000 0,000 2326 9900 9801 990020 Suparyanto 14,000 14,000 8,000 6,000 2403 3289 6032 259621 A. Jumani 2,000 2,000 2,000 2,000 9900 9900 9900 990022 Katiman 0,000 1,000 1,000 1,000 9900 9900 9900 990023 Bibit 1 5,000 4,000 4,000 2,000 9801 9900 9900 980124 Murdiono 5,000 5,000 3,000 2,000 9801 9801 9801 990025 Soimin 2,000 2,000 2,000 1,000 9900 9900 9900 990026 Z. Arifin 4,000 1,000 1,000 1,000 9900 9900 9900 990027 Mardia 2,000 2,000 2,000 2,000 8824 9215 9312 960528 Wiji 9,000 6,000 6,000 4,000 8814 9209 9307 970229 Satiman 5,000 1,000 2,000 2,000 2368 3244 5068 263230 Suwito 3,000 2,000 3,000 3,000 9900 9900 9900 990031 Jasmani 1,000 1,000 1,000 1,000 9900 9900 9900 990032 Lahuri 4,000 3,000 3,000 1,000 2473 9801 9801 990033 Jaedi 2,000 2,000 0,000 1,000 9900 9801 9900 990034 Saryo 21,000 8,000 18,000 8,000 2294 3230 5020 193435 Sabari 2,000 0,000 2,000 1,000 9900 9900 9900 990036 Sumardi 6,000 3,000 3,000 0,000 9211 9801 9702 990037 Mujio 4,000 3,000 2,000 14,000 9703 9801 9801 264938 Salim 4,000 6,000 2,000 4,000 2368 3268 5068 200839 Mariman 0,000 1,000 1,000 1,000 9900 9801 9801 990040 Seno aji 3,000 2,000 1,000 3,000 9900 9900 8256 990041 Sadi 3,000 3,000 3,000 1,000 9702 9702 9702 990042 Anwar 1,000 1,000 1,000 1,000 9801 9900 9801 980143 Purnomo 1,000 1,000 1,000 1,000 9801 9801 9801 980144 Kusnandar 2,000 1,000 1,000 2,000 9900 9900 9900 990045 Santo 1,000 1,000 1,000 0,000 9900 9900 9900 990046 Rahmat 6,000 10,000 8,000 5,000 2839 7453 6524 262747 Dasimin 2,000 3,000 1,000 2,000 2842 7472 9801 980148 A.kurniawan 5,000 3,000 4,000 2,000 2716 9604 9506 272049 Muji 6,000 3,000 1,000 1,000 2673 9703 9900 990050 Suyoto 4,000 3,000 0,000 1,000 9900 9900 9900 990051 Supri 4,000 2,000 1,000 1,000 2537 9604 9801 9900

Page 177: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

148  

52 Suparno 4,000 1,000 0,000 1,000 9604 9900 9900 990053 Banjir 2,000 1,000 0,000 1,000 9606 9900 9900 990054 Sono 4,000 2,000 3,000 2,000 9801 9900 9801 990055 Katimin 0,000 2,000 0,000 1,000 9900 3375 9900 990056 Sugianto 3,000 1,000 1,000 1,000 9801 9801 9900 990057 Sonosetu 1,000 1,000 1,000 1,000 9900 9900 9900 990058 S. Ds 3 1,000 0,000 1,000 1,000 9900 9900 9703 990059 Isnaini 3,000 0,000 1,000 2,000 9900 9900 9900 990060 Noto 3,000 1,000 2,000 1,000 9801 9801 9801 990061 Jumangin 2,000 1,000 2,000 2,000 9801 9900 9801 980162 Sunarto 10,000 8,000 2,000 38,000 2393 9115 7116 255863 Da'um 2,000 1,000 1,000 1,000 9900 9900 9900 990064 S. Ds 4 1,000 0,000 1,000 1,000 9900 9900 9900 990065 Dalimin 1,000 0,000 0,000 1,000 9900 9900 9900 990066 Suryanto 9,000 6,000 4,000 3,000 2319 3312 7762 271567 Ranimun 2,000 2,000 2,000 2,000 2326 3238 9801 980168 Siswanto 2,000 1,000 2,000 3,000 2553 3288 8452 980169 Marseno 4,000 9,000 3,000 2,000 2480 3222 8250 980170 Darto 5,000 4,000 6,000 2,000 2407 3306 8339 980171 Darsono 0,000 0,000 0,000 1,000 9900 9900 9900 990072 Samsudin 1,000 2,000 1,000 2,000 9900 9606 9509 970373 Gianto 9,000 10,000 6,000 5,000 2386 7480 6918 262674 Bibit 2 1,000 0,000 0,000 1,000 9900 9900 9900 263275 A.sodiq 4,000 3,000 3,000 4,000 2787 7496 9900 990076 Kuryanto 1,000 4,000 0,000 1,000 2695 9801 9900 990077 Supriono 0,000 1,000 1,000 1,000 9900 9900 9900 990078 Slamet 5,000 1,000 3,000 3,000 2696 9801 9603 970279 Bani 3,000 0,000 0,000 1,000 2611 9900 9900 990080 Sutris 3,000 2,000 2,000 1,000 9801 9900 9900 990081 Nur ngalim 1,000 0,000 0,000 1,000 9900 9900 9900 990082 Margi 4,000 5,000 6,000 3,000 2438 3085 9505 960483 A. Soleh 1,000 1,000 1,000 1,000 9900 9900 9900 990084 Ponijan 0,000 0,000 2,000 2,000 9900 9900 9900 990085 Senun 0,000 2,000 3,000 3,000 9900 9900 9801 980186 N.chaerudin 1,000 0,000 5,000 4,000 9900 9900 9900 990087 Sukadi 5,000 5,000 7,000 4,000 2444 9801 7287 990088 Suwandi 3,000 1,000 4,000 1,000 2378 9605 9115 990089 Mukminim 0,000 1,000 0,000 1,000 9900 9900 9900 990090 Roni 2,000 0,000 2,000 1,000 2513 9900 9408 980191 Katimun 1,000 0,000 2,000 2,000 9900 9900 9801 990092 Pingi 2,000 1,000 1,000 1,000 9900 9900 9900 990093 Cipto 4,000 8,000 8,000 5,000 2618 7940 8429 930794 Edi 6,000 10,000 8,000 7,000 9801 3202 9505 221195 Bambang 5,000 6,000 5,000 4,000 2478 3270 8438 990096 Samsuri 3,000 4,000 3,000 2,000 2574 7954 8443 980197 Saimin 2,000 1,000 2,000 1,000 2620 9900 8442 990098 Wanto 2,000 2,000 2,000 1,000 9801 9900 9900 990099 Suyono 0,000 2,000 2,000 1,000 9900 9900 9900 9900100 Prawoto 3,000 2,000 2,000 3,000 2363 9703 9605 9801

Page 178: JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI … · JARINGAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI UBI KAYU (Kasus Petani Ubi Kayu di Desa Suko Binangun, Kecamatan Way Seputih,

149  Lampiran 7. Gambar lokasi penelitian