Upload
ahmad-ramadhanu
View
230
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ssdsd
Citation preview
Jawaban:
1.B. Bagaimana anatomi, histologi dan fisiologi dari organ yang terlibat? (vintia)
Anatomi:
Histologi:
Fisiologi:
2 B. Bagaimana mekanisme lemas?
Cairan tubuh banyak keluar akibat diare Cairan dalam darah berkurang tekanan
darah berkurangnutrrisi dan Oksigen yang dibutuhkan untuk membentuk ATP
menurunAtp yang terbentuk sedikit lemas
5. E. Berapa jumlah pengeluaran urine normal dalam sehari?
Volume urin normal 24 jam pada orang dewasa antara 750 dan 2000 ml, ini
tergantung pada masukan cairan (biasanya merupakan suatu kebiasaan) dan
kehilangan cairan melalui jalan lain (terutama keringat, yang tanpa demam,
tergantung aktifitas fisik dan suhu luar).
Urin terutama tersusun dari air. Dalam keadaan normal seluruh asupan cairan
akan diekskresikan keluar termasuk 400 hingga 500 ml yang diekskresikan ke
dalam urin. Sisanya akan diekskresikan lewat kulit, paru-paru pada saat bernapas dan
feces. Elektrolit, yang mencakup natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan ion-ion lain
yang jumlahnya lebih sedikit juga diekskresikan melalui ginjal. Kelompok ketiga
substansi yang muncul dalam urin terbentuk dari berbagi produk akhir metabolisme
protein. Produk akhir yang utama adalah ureum, dengan jumlah sekitar 25 g,
diproduksi dan diekskresikan setiap harinya. Produk lain dari metabolisme protein
yang harus dieksresikan adalah kreatinin, fosfat dan sulfat. Asam urat yang terbentuk
sebagai produk metabolisme asam nukleat juga dieliminasi ke dalam urin. (Brunner
Suddart, 2002) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24823/4/Chapter
%20II.pdf
G. Bagaimana kemungkinan hasil adaptasi pada kasus ini?
F. Apa dampak dari tiga keluhan diatas?
G. Bagaimana fisiologi dari pencernaan makanan?
4. (1). A. Mengapa 1 jam setelah makan gado-gado perutnya melilit, mual, dan ingin
BAB? Karena terjadi Intoksikasi. Keracunan pangan yang disebabkan oleh produk
toksik bakteri patogen (baik itu toksin maupun metabolit toksik) disebut intoksikasi.
Bakteri tumbuh pada pangan dan memproduksi toksin. Jika pangan ditelan, maka
toksin tersebut yang akan menyebabkan gejala, bukan bakterinya.Beberapa bakteri
patogen yang dapat mengakibatkan keracunan pangan melalui intoksikasi adalah:
Bacillus cereus. Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang, tergolong
bakteri Gram-positif, bersifat aerobik, dan dapat membentuk endospora. Keracunan
akan timbul jika seseorang menelan bakteri atau bentuk sporanya, kemudian bakteri
bereproduksi dan menghasilkan toksin di dalam usus, atau seseorang mengkonsumsi
pangan yang telah mengandung toksin tersebut.Ada dua tipe toksin yang dihasilkan
oleh Bacillus cereus, yaitu toksin yang menyebabkan diare dan toksin yang
menyebabkan muntah (emesis). Bila seseorang mengalami keracunan yang
disebabkan oleh toksin penyebab muntah, gejala yang timbul akan bersifat lebih parah
dan akut serta berhubungan dengan saluran pencernaan bagian atas, berupa mual dan
muntah yang dimulai 1-6 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar.
(http://ik.pom.go.id/v2012/wp-content/uploads/2011/11/Keracunan-Pangan-Akibat-
Bakteri-Patogen3.pdf)
B. Apa penyebab perut melilit, mual, dan ingin BAB? (amel)
Bakteri dapat menyebabkan keracunan pangan melalui dua mekanisme, yaitu
intoksikasi dan infeksi.
(http://ik.pom.go.id/v2012/wp-content/uploads/2011/11/Keracunan-Pangan-Akibat-
Bakteri-Patogen3.pdf)
C. Bagaimana mekanisme refleks BAB? (amel)
Gerakan massa di kolon tinja masuk ke dalam rectum reseptor regang
(peregangan) di dinding rectum refleks defekasi (Sherwood, 2012)
D. Bagaimana mekanisme mual? (amel)
Perasaaan yang tidak enak di belakang tenggorokan dan epigastrium meningkatnya
salivasi menurunnya tonus lambung adanya gerakan peristaltik (Price &
Wilson, 2005)
E. Bagaimana mekanisme perut melilit? (amel)
Refluks gastroesofageal pada pasien GERD terjadi melalui 3 mekanisme : 1). Refleks
spontan pada saat relaksasi LES tidak adekuat, 2). Aliran retrograd yang mendahului
kembalinya tonus lower esophageal sphincter (LES) setelah menelan, 3).
Meningkatnya tekanan intra abdomen. Dengan demikian dapat diterangkan bahwa
patogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan antara faktor defensif dari
esofagus (pemisah anti refluks, bersihan asam dari lumen esofagus, ketahanan epitel
esofagus) dan faktor ofensif dari bahan refluksat. Faktor-faktor lain yang turut
berperan dalam timbulnya gejala GERD adalah kelainan di lambung yang
meningkatkan terjadinya refluks fisiologis, antara lain dilatasi lambung atau obstruksi
gastric outlet dan delayed gastric emptying (Makmun, 2009).
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31753/4/Chapter%20II.pdf)
1. (2).
C. Bagaimana mekanisme muntah? (amel)
Rangsangan pusat muntah di postrema medulla oblongata di dasar ventrike keempat
melalui jalur syaraf aferen rangsangan nervus vagus dan simpatis atau
rangsangan emetik aktivasi (chemoreceptor trigger zone) CTZ muntah
(price and Wilson, 2005)
D. Bagaimana mekanisme BAB cair? (amel)
Motilitas usus halus isi usus masuk ke kolon (nutrient belum di absorbsi)
Gerakan massa di kolon tinja masuk ke dalam rectum reseptor regang
(peregangan) di dinding rectum refleks defekasi sfingter ani internus (otot
polos) melemas dan rektum, kolon sogmoid (berkontraksi) sfringter ani eksternus
(otot rangka) melemas defekasi feses cair (Sherwood, 2012)
F. Apa yang terjadi jika keluhan tidak diatasi & terus berulang? (BAB,
muntah) (amel)
Tubuh mengalami banyak kehilangan cairan dan asam secara normal akan
direabsorpsi. Penurunan volume plasma yang terjadi dapat menyebabkan dehidrasi
dan masalah sirkulasi. Karena tubuh kekurangan cairan, cairan yang masuk ke tubuh
sedikit atau bahkan tidak ada sehingga menyebabkan tubuh berada dalam kondisi
yang berbahaya. (Sherwood, 2012)
G. Bagaimana makna perbedaan muntah pertama, muntah ke 2 dan ke 3 dalam 24
jam? Muntah pertama yang disertai dengan makanan terjadi karena dalam waktu 24
jam, makanan yang terkontaminasi telah dicerna oleh usus dan dikeluarkan karena
adanya bahan perusak dari lambung dan tidak membiarkannya ada di lambung untuk
kemudian diserap. Sedangkan muntah ke 2 dan ke 3 merupakan perulangan siklus
muntah sampai lambung kosong yang hanya berisi cairan kekuningan yang
mengandung cairan-cairan yang berwarna kuning (isi lambung). (Sherwood, 2012)
I. Apa kandungan dari cairan kekuningan? Getah lambung
J. Bagaimana bentuk BAB yang normal? (Hasil Defekasi) (amel)
tipe 1-2 : konstipasi
tipe 3-4 : normal
tipe 5-7 : diare
sumber: Pradani, Onny Septa. 2012. Pengaruh Formula Dehidrasi Oral Berbasis
Beras Terhadap Lama Sakit Anak Diare Akut Dehidrasi Tidak Berat
(http://eprints.undip.ac.id/37719/1/Onny_Septa_P_G2A0081396_Lap.KTI.pdf)
diakses pada tanggal 10 April 2014
5. (4). D. Bagaimana hubungan antara perut mual dengan tidak mau makan dan tidak
haus? Perut mual merupakan suatu gejala terjadinya diare yang menyebabkan
hilangnya rasa nafsu makan dan terasa haus kondisi seperti ini dapat dikategorikan
dengan dehidrasi berat, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan
H. Pandangan islam tentang makan? ( Adab makan, makanan bersih)
SINTESIS
Diare
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan/tanpa darah dan lendir
dalam tinja. Diare dikatakan sebagai keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak tiga kali
atau lebih dalam dua puluh jam pertama, dengan temperatur rectal di atas 38°C, kolik,
dan muntah-muntah.
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang
encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya.
Diare dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu serangan (onset) yaitu diare akut dan
diare kronik. Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya, dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu
Diare kronik atau diare berulang adalah suatu keadaan meningkatnya frekuansi buang
air besar yang dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan- bulan baik secara
terus-menerus atau berulang, dapat berupa gejala fungsional atau akibat suatu
penyakit berat.
2.2. Etiologi Diare
Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi:
. Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus.
. Bakteri: Escherichia coli (20-30%), Shigela sp. (1-1%), Vibrio cholerae, dan lain-
lain.
. Parasit: Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lambia, Crystosporidium (4- 11%).
. Keracunan makanan
. Malabsorbsi: karbohidrat, lemak dan protein.
. Alergi: makanan, susu sapi
. Imunodefisiensi: AIDS
2.4. Mekanisme Penularan
Kuman penyebab diare dapat ditularkan melalui:
. Kontaminasi makanan atau air dari tinja atau muntahan penderita yang
mengandung kuman penyebab.
. Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat
pada tangan dan kemudian dimasukkan ke mulut atau dipake untuk memegang
makanan.
. Kontaminasi dari alat-alat rumah tangga yang tidak terjaga kebersihannya, tidak
memakai sabun pada saat mencuci alat-alat makan dan minum, mencuci
pakaian penderita di sekitar sungai dan sumber air lainnya.
Tanda dan Gejala
Adapun tanda-tanda dan gejala-gejala yang ditimbulkan akibat diare:
. Diare dengan dehidrasi ringan, dengan gejala sebagai berikut: 1) Frekuensi buang
air besar 3 kali atau lebih dalam sehari 2) Keadaan umum baik dan sadar3)
Mata normal dan air mata ada4) Mulut dan lidah basah 5) Tidak merasa haus
dan bisa minum
. Diare dengan dehidrasi sedang, kehilangan cairan sampai 5-10% dari berat badan,
dengan gejala sebagai berikut :
1) Frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan sering
2) Kadang-kadang muntah, terasa haus
3) Kencing sedikit, nafsu makan kurang
4) Aktivitas menurun
5) Mata cekung, mulut dan lidah kering
6) Gelisah dan mengantuk
7) Nadi lebih cepat dari normal, ubun-ubun cekung
Diaredengan gejala:
1) Frekuensi buang air besar terus-menerus
2) Muntah lebih sering, terasa haus sekali
3) Tidak kencing, tidak ada nafsu makan
4) Sangat lemah sampai tidak sadar dengan dehidrasi berat, kehilangan cairan
lebih dari 10% berat badan,
5) Mata sangat cekung,
6) mulut sangat kering
7) Nafas sangat cepat dan dalamNadi sangat cepat, lemah atau tidak teraba
8) Ubun-ubun sangat cekung
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20108/4/Chapter%20II.pdf)
Diare merupakan BAB dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair/padat,
kandungan air tinja >200 gr atau 200 ml/hari. Atau BAB encer >3 x/hari. BAB
encer bisa disertai lendir dan darah. (Marcellus S. K dan Daldiyono, 2007)
Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. 2007. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
1. Fisiologi Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai 60
mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10- 14 mEq/L) berada
dalam cairan intrasel. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan
oleh garam yang mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida
(NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan tekanan osmotik pada
cairan ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi natrium.
Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan interstitial disebabkan oleh keseimbangan
Gibbs- Donnan, sedangkan perbedaan kadar natrium dalam cairan ekstrasel dan
intrasel disebabkan oleh adanya transpor aktif dari natrium keluar sel yang bertukar
dengan masuknya kalium ke dalam sel (pompa Na+
K+
)2,4,9-10
. Kadar natrium
dalam cairan ekstrasel dan cairan intrasel dapat dilihat pada Tabel 1.
Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara natrium yang
masuk dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet
melalui epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui
ginjal atau saluran cerna atau keringat di kulit. Pemasukan dan pengeluaran natrium
perhari mencapai 48-144 mEq.
Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan kulit kurang dari 10%.
Cairan yang berisi konsentrasi natrium yang berada pada saluran cerna bagian atas
hampir mendekati cairan ekstrasel, namun natrium direabsorpsi sebagai cairan pada
saluran cerna bagian bawah, oleh karena itu konsentrasi natrium pada feses hanya
mencapai 40 mEq/L.
Keringat adalah cairan hipotonik yang berisi natrium dan klorida. Kandungan natrium
pada cairan keringat orang normal rerata 50 mEq/L. Jumlah pengeluaran keringat
akan meningkat sebanding dengan lamanya periode terpapar pada lingkungan yang
panas, latihan fisik dan demam.
Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini dilakukan
untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat diperlukan untuk
mempertahankan volume cairan tubuh. Natrium difiltrasi bebas di glomerulus,
direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus proksimal bersama dengan H2O dan
klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya direabsorpsi di lengkung henle (25-
30%), tubulus distal (5%) dan duktus koligentes (4%). Sekresi natrium di urine <1%.
Aldosteron menstimulasi tubulus distal untuk mereabsorpsi natrium bersama air
secara pasif dan mensekresi kalium pada sistem renin-angiotensin-aldosteron untuk
mempertahankan elektroneutralitas.
Penyebab Hipernatremia
Peningkatan konsentrasi natrium plasma karena kehilangan air dan larutan ekstrasel
(dehidrasi hiperosmotik pada diabetes insipidus) atau karena kelebihan natrium dalam
cairan ekstrasel seperti pada overhidrasi osmotik atau retensi air oleh ginjal dapat
menyebabkan peningkatan osmolaritas & konsentrasi natrium klorida dalam cairan
ekstrasel.
Kepustakaan lain menyebutkan bahwa hipernatremia dapat terjadi bila ada defisit
cairan tubuh akibat ekskresi air melebihi ekskresi natrium atau asupan air yang
kurang. Misalnya pada pengeluaran air tanpa elektrolit melalui insensible water loss
atau keringat, diare osmotik akibat pemberian laktulose atau sorbitol, diabetes
insipidus sentral maupun nefrogenik, diuresis osmotik akibat glukosa atau manitol,
gangguan pusat rasa haus di hipotalamus akibat tumor atau gangguan vaskular.
Rismawati Yaswir, Ira Ferawati. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium,
Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium.
(http://jurnal.fk.unand.ac.id/articles/vol_1no_2/80-85.pdf) diakses pada tanggal
8 April 2014