8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Repelan Repelan adalah bahan-bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk menjauhkan serangga dari manusia sehingga dapat dihindari gigitan serangga atau gangguan oleh serangga terhadap manusia. Repelan digunakan dengan cara menggosok pada tubuh atau menyemprotkan pada pakaian. Oleh karena itu, penolak nyamuk harus memenuhi beberapa syarat, yaitu antara lain : tidak mengganggu pemakainya, tidak lengket, tidak menimbulkan iritasi, tidak beracun, tidak merusak pakaian dan mempunyai daya pengusir terhadap serangga yang bertahan cukup lama (Soedarto, 1992). Repelan dikenal sebagai salah satu pestisida rumah tangga yang digunakan untuk melindungi tubuh (kullit) dari gigitan nyamuk. Sekarang ini, orang lebih mengenalnya sebagai lotion anti nyamuk. Sebenarnya produk repelan tidak hanya berbentuk lotion, ada juga yang berbentuk spray (semprot). Sehingga cara penggunaannya adalah dengan mengoleskan atau menyemprotkan bahan tersebut ke kulit (POM, 2009). DEET merupakan bahan aktif yang paling banyak dan sering digunakan untuk repelan di Indonesia. DEET merupakan amida aromatic yang efektif untuk digunakan pada produk repelan, juga dikenal sebagai N,N-diethyl-meta- toluamide atau m-DET. Konsentrasi DEET pada sebuah produk mengindikasikan seberapa lama waktu efektifnya produk tersebut. Konsentrasi yang lebih tinggi tidak berarti produk tersebut akan bekerja lebih baik. Hal ini berarti menunjukkan produk tersebut efektif untuk periode waktu yang lebih lama (POM, 2009). Penggunaan DEET dapat menimbulkan berbagai efek samping antara lain dapat mengiritasi mata dan juga dapat menimbulkan reaksi kulit. Selain itu, penggunaan DEET jangka panjang juga dapat menimbulkan kanker. Sebagai tindakan pencegahan, produsen produk menyarankan agar DEET tidak boleh digunakan di bawah pakaian atau pada kulit yang terluka. DEET (N,N-diethyl- 4

jhptump-a-dwihastuti-377-2-babii

  • Upload
    aldibae

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Page 1: jhptump-a-dwihastuti-377-2-babii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Repelan

Repelan adalah bahan-bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk

menjauhkan serangga dari manusia sehingga dapat dihindari gigitan serangga

atau gangguan oleh serangga terhadap manusia. Repelan digunakan dengan

cara menggosok pada tubuh atau menyemprotkan pada pakaian. Oleh karena

itu, penolak nyamuk harus memenuhi beberapa syarat, yaitu antara lain : tidak

mengganggu pemakainya, tidak lengket, tidak menimbulkan iritasi, tidak

beracun, tidak merusak pakaian dan mempunyai daya pengusir terhadap

serangga yang bertahan cukup lama (Soedarto, 1992).

Repelan dikenal sebagai salah satu pestisida rumah tangga yang digunakan

untuk melindungi tubuh (kullit) dari gigitan nyamuk. Sekarang ini, orang lebih

mengenalnya sebagai lotion anti nyamuk. Sebenarnya produk repelan tidak

hanya berbentuk lotion, ada juga yang berbentuk spray (semprot). Sehingga

cara penggunaannya adalah dengan mengoleskan atau menyemprotkan bahan

tersebut ke kulit (POM, 2009).

DEET merupakan bahan aktif yang paling banyak dan sering digunakan

untuk repelan di Indonesia. DEET merupakan amida aromatic yang efektif

untuk digunakan pada produk repelan, juga dikenal sebagai N,N-diethyl-meta-

toluamide atau m-DET. Konsentrasi DEET pada sebuah produk

mengindikasikan seberapa lama waktu efektifnya produk tersebut. Konsentrasi

yang lebih tinggi tidak berarti produk tersebut akan bekerja lebih baik. Hal ini

berarti menunjukkan produk tersebut efektif untuk periode waktu yang lebih

lama (POM, 2009).

Penggunaan DEET dapat menimbulkan berbagai efek samping antara lain

dapat mengiritasi mata dan juga dapat menimbulkan reaksi kulit. Selain itu,

penggunaan DEET jangka panjang juga dapat menimbulkan kanker. Sebagai

tindakan pencegahan, produsen produk menyarankan agar DEET tidak boleh

digunakan di bawah pakaian atau pada kulit yang terluka. DEET (N,N-diethyl-

4

Page 2: jhptump-a-dwihastuti-377-2-babii

m-toluamide) merupakan salah satu contoh repelan yang tidak berbau, tetapi

dapat menimbulkan rasa terbakar jika mengenai mata, luka, atau jaringan

membranous, selain itu DEET dapat merusak benda-benda yang terbuat dari

plastik dan bahan sintetik lain (Soedarto, 1992).

B. Gel

Gel adalah suatu sediaan semipadat yang jernih dan tembus cahaya yang

mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut (Lachman, 1994). Gel secara

luas digunakan pada berbagai produk obat-obatan, kosmetik dan makanan,

juga pada beberapa proses industri. Dalam bidang pengobatan, gel dapat

digunakan sebagai bahan dasar (pembawa) dalam pembuatan sediaan topikal.

Keuntungan dari gel dibandingkan dengan bentuk sediaan topikal lainnya

yaitu memungkinkan pemakaian yang merata dan melekat dengan baik,

mudah digunakan, mudah meresap, dan mudah dibersihkan oleh air.

Penyimpanan gel harus dalam wadah yang tertutup baik terlindung dari

cahaya dan ditempat sejuk (Herdiana, 2007).

Dalam sediaan farmasi, gel digunakan untuk sediaan oral sebagai gel

murni, atau sebagai cangkang kapsul yang dibuat dari gelatin, untuk obat

topikal yang langsung dipakai pada kulit, membran mukosa atau mata,

ataupun untuk sediaan dengan kerja yang lama yang disuntikkan secara

intramuskular. Zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat dalam

granulasi, koloid pelindung dalam suspensi, pengental untuk sediaan oral dan

sebagai basis supositoria. Dalam kosmetik, gel digunakan dalam berbagai

ragam dan aneka produk seperti: shampo, sediaan pewangi, pasta gigi dan

sediaan untuk perawatan kulit dan rambut (Herdiana, 2007).

Penampilan gel adalah transparan atau berbentuk suspensi partikel

koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak

membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi. Terbentuknya

gel dengan struktur tiga dimensi disebabkan adanya cairan yang terperangkap,

sehingga molekul pelarut tidak dapat bergerak. Sifat gel yang sangat khas

(Agoes & Darijanto. 1993) yaitu :

Page 3: jhptump-a-dwihastuti-377-2-babii

(l) Dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorsi

larutan yang mengakibatkan terjadi penambahan volume.

(2) Sineresis, suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi dalam masa

gel. Gel bila didiamkan secara spontan akan terjadi pengerutan dan cairan

dipaksa keluar dari kapiler meninggalkan permukaan yang basah.

(3) Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi atau aliran

viskoelastis. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari

komponen pembentuk gel.

1. Karakteristik

Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik

ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen farmasi lain.

Pemilihan bahan pembentuk gel dalam setiap formulasi bertujuan

membentuk sifat seperti padatan yang cukup baik selama penyimpanan

yang dengan mudah dapat dipecah bila diberikan daya pada sistem.

Misalnya, dengan pengocokan botol, memencet tube atau selama aplikasi

topikal (Agoes & Darijanto. 1993).

2. Klasifikasi

Klasifikasi gel didasarkan pada pertimbangan karakteristik dari

masing-masing kedua fase gel dikelompokkan pada gel organik dan

anorganik berdasarkan sifat fase koloidal. Magma bentonit merupakan

contoh dari gel anorganik, sedangkan gel organik sangat spesifik

mengandung polimer sebagai pembentuk gel. Selanjutnya dibagi-bagi

berdasarkan sifat-sifat kimia molekul organik yang terdispersi.

Kebanyakan gom alam seperti gom arab, karagen dan gom xantan adalah

polisakarida anionik sejumlah selulosa yang merupakan hasil sintesa,

merupakan pembentuk gel yang efektif seperti hidroksipropil selulosa dan

metilhidroksipropil selulosa. Sifat pelarut akan menentukan apakah gel

merupakan hidrogel (dasar air) atau organo gel (dengan pelarut bukan air).

Sebagai contoh adalah magma bentonit dan gelatin merupakan hidrogel,

sedangkan organo gel adalah plastibase yang merupakan polietilen

berbobot molekul rendah yang dilarutkan dalam minyak mineral dan

Page 4: jhptump-a-dwihastuti-377-2-babii

didinginkan secara cepat. Gel padat dengan konsentrasi pelarut rendah

dikenal sebagai xero gel, sering dihasilkan dengan cara penguapan pelarut,

sehingga menghasilkan kerangka gel (Agoes & Darijanto. 1993).

B. Tanaman Kemangi

Kemangi (O. basillicum L.), berupa tanaman semak, semusim, dengan

tinggi 30-150 cm. Sedangkan batangnya memiliki ciri berkayu, segi empat,

memiliki alur dan cabang, berbulu, serta berwarna hijau. Daun memiliki ciri

tunggal, ujung runcing, menyirip, lebar 3-6 mm. Tanaman berasal dari daerah

Asia tropis (Kardinan, 2008).

Klasifikasi tanaman kemangi ( Ocimum basillicum L. ) yaitu sebagai berikut

(Purwanto, 2009).

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Klassis : Dicotyledonae

Ordo : Tubiflorae

Familia : Lamiaceae

Genus : Ocimum

Species : Ocimum basillicum L

Daun Ocimum basilicum berkhasiat sebagai karminatif, laksatif,

emenegog, antipiretik, antiskorbut dan antiemetik. Bijinya berkhasiat sebagai

obat kencing nanah (Hutapea, 1994). Kemangi (Ocimum basilicum)

merupakan salah satu jenis tanaman obat yang mempunyai banyak kegunaan

diantaranya merangsang faktor kekebalan tubuh, mencegah kemandulan,

menurunkan kolesterol, mencegah ejakulasi prematur dan dapat mengatasi

masalah reproduksi (Setyadi, 2006).

Kandungan di dalam tanaman kemangi adalah saponin, flavonoida,

tanin dan minyak atsiri. Minyak atsiri yang terkandung dalam tanaman

kemangi adalah methyl eugenol, linalool, geraniol, dan methyl cavichol.

Dilihat dari kandungan minyak atsirinya yang berupa eugenol dan linalool,

Page 5: jhptump-a-dwihastuti-377-2-babii

maka kemangi juga mempunyai sifat repelan terhadap serangga (Kardinan,

2008)

C. Minyak Atsiri

Minyak atsiri atau minyak eteris adalah istilah yang digunakan untuk

minyak mudah menguap dan diperoleh dari tanaman dengan cara destilasi.

Definisi ini dimaksudkan untuk membedakan minyak lemak dengan minyak

atsiri yang berbeda tanaman penghasilnya (Guenther, 1987).

Minyak atsiri umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian

tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga dengan cara

destilasi uap. Untuk memperoleh minyak atsiri dapat juga diperoleh dengan

menggunakan cara lain seperti dengan cara ekstraksi dengan menggunakan

pelarut organik maupun dengan cara dipress atau dikempa dan secara

enzimatik (Sastrohamidjojo, 2004).

Pada waktu penyimpanan, minyak atsiri harus dipisahkan dari benda-

benda asing seperti logam, dijernihkan dan dihilangkan airnya terlebih dahulu,

karena air merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap

kerusakan minyak atsiri. Sifat minyak atsiri yang mudah menguap dan mudah

teroksidasi oleh adanya panas, udara (oksigen), kelembaban, serta dikatalisis

oleh cahaya dan beberapa kasus dikatalisis oleh logam. Oleh karena itu,

minyak atsiri harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada suhu

kamar dan terlindung dari cahaya. Penyimpanan yang baik adalah pada botol

gelas berwarna gelap (Guenther, 1987).

Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan

kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O)

serta beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan

belerang (S). Pada umumnya komponen kimia dalam minyak atsiri

digolongkan menjadi dua yaitu :

a. Hidrokarbon yang terutama terdiri dari persenyawaan terpen.

b. Hidrokarbon yang teroksigenasi.

Page 6: jhptump-a-dwihastuti-377-2-babii

Disamping itu minyak atsiri mengandung damar dan malam dan jumlah kecil

(Depkes RI. 1985).

D. Destilasi Minyak Atsiri

Metode destilasi yang digunakan adalah destilasi uap air karena

metode tersebut sangat cocok utuk ekstraksi senyawa kandungan yang mudah

menguap (minyak atsiri) dari bahan segar atau simplisia dengan uap air

berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan

fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan

kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan yang menguap ikut

terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah

sempurna atau memisah sebagian. Pada destilasi uap bahan (simplisia) benar-

benar tidak tercelup ke air yang mendidih, namun dilewati uap air sehingga

senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi (Depkes RI. 2000).

Penyulingan dengan uap air dibuat dengan cara bahan diletakkan diatas

rak atau saringan berlubang, ketel suling diisi air sampai permukaan air berada

tidak jauh di bawah saringan, air dipanaskan dengan berbagai cara yaitu

dengan uap jenuh basah dan bertekanan rendah. Ciri khas metode ini adalah

uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman

hanya berhubungan dengan uap, tidak dengan air panas (Guenther, 1987).

Cara destilasi dengan air dan uap ini baik untuk simplisia basah atau

kering yang rusak pada pendidihan. Untuk simplisia kering harus dimaserasi

lebih dahulu, sedangkan untuk simplisia segar yang baru dipetik tidak perlu

dimaserasi. Cara destilasi ini sudah banyak dilakukan sebagai industri rumah,

karena peralatan mudah didapat dan hasil yang diperoleh cukup baik (Depkes

RI. 1985).

E. Uraian Bahan

Page 7: jhptump-a-dwihastuti-377-2-babii

1. Carboxymethilcellulose natrium (CMC Na)

CMC Na merupakan garam natrium dari asam selulosaglikol dan

dengan demikian berkarakter ionik (Voigt. 1995). CMC Na digunakan secara

luas untuk formulasi sediaan farmasi oral dan topikal, terutama karena tingkat

viskositas yang dimilikinya. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, biasanya 3-

6%, digunakan sebagai basis dalam pembuatan gel dan pasta, glikol sering

kali di masukkan untuk mencegah penguapan. Bobot molekul CMC Na adalah

90.000-700.000 (Wade & waller, 1994).

2. Gliserin

Pada sediaan topikal dan kosmetik, gliserin digunakan terutama

sebagai humektan dan emolient (Wade & waller, 1994).

3. Metil paraben (Nipagin)

Mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

C8H8O3. Digunakan zat tambahan, zat pengawet (Anonim. 1979). Pengunaan

metil paraben digunakan antara 0,02 – 0,3 % (Wade & waller, 1994).

F. Aedes aegypti

Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue dan vektor utama DB adalah Aedes aegypti, sedangkan vektor

potensialnya adalah Aedes albopictus. Nyamuk Aedes aegypti, badannya

berwarna hitam berbintik-bintik putih, lebih kecil dibandingkan dengan

nyamuk biasa. Nyamuk betina menggigit manusia dan nyamuk jantan hanya

tertarik pada cairan mengandung gula seperti pada bunga. Aedes aegypti

biasanya menggigit pada siang hari saja. Malam harinya lebih suka

bersembunyi disela-sela pakaian yang tergantung atau gorden, terutama di

ruang gelap atau lembab. Mereka mempunyai kebiasaan menggigit berulang

kali. Nyamuk ini memang tidak suka air kotor seperti air got atau lumpur

kotor. Bertelur serta pembiakannya di atas permukaan air pada dinding yang

bersifat vertikal dan terlindung pengaruh matahari langsung (Srisasi

Gandahusada,dkk, 2000).

Page 8: jhptump-a-dwihastuti-377-2-babii

Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Afrika, khususnya Ethiopia.

Penyebaran nyamuk Aedes aegypti ke seluruh dunia terjadi pada abad ke-19,

yang disebabkan oleh meningkatnya penggunaan kapal dagang dalam

perdagangan antar benua. Nyamuk Aedes aegypti pada awalnya hanya hidup

di daerah tepi pantai, tetapi kemudian menyebar ke daerah pedalaman

(Sumarmo, 1988).

Klasifikasi nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut (Srisasi

Gandahusada,dkk, 2000)

Divisi : Arthropoda

Classis : Insecta

Ordo : Diptera

Sub-Ordo : Nematocera

Superfamili : Culicoidea

Famili : Culicidae

Sub-Famili : Culicinae

Genus : Aedes

Species : Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes aegypti berukuran lebih kecil dibandingkan dengan

spesies nyamuk lain. Badan, kaki dan sayapnya berwarna dasar hitam dengan

bintik-bintik putih. Jenis kelamin nyamuk Aedes aegypti dibedakan dengan

memperhatikan jumlah probosis. Nyamuk betina mempunyai probosis

tunggal, sedangkan nyamuk jantan mempunyai probosis ganda (Srisasi

Gandahusada, dkk, 2000).