4
1 Jika muslimah berobat ke dokter laki-laki Islam mensyari’atkan, jika seseorang tertimpa suatu penyakit, maka ia harus berusaha untuk mengobatinya. Dan pada saat ini keberadaan dokter memang sangat memberi manfaat, yaitu memelihara jiwa, yang merupakan satu hal yang sangat ditekankan syari’at Islam. Akan tetapi timbul suatu permasalahan. Yaitu bagaimana hukumnya seorang muslimah berobat kepada dokter laki-laki? Hal ini sedikit banyak menjadi ganjalan bagi para wanita dan keluarganya. Apalagi jika menyangkut pada hal-hal yang bersifat sangat pribadi, seperti masalah kandungan dan persalinan, atau keluhan lain, yang memaksa wanita harus membuka auratnya. Pada edisi ini kami mencoba untuk mengulas tentang permasalahan ini. Silahkan menyimak,... PANDANGAN ISLAM TENTANG IKHTILATH Yang dimaksud ikhtilath, adalah campur baurnya antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya dalam suatu tempat. Di dalam syari’at Islam hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur dengan batasan-batasan syar’i, untuk membentengi gejolak fitnah yang membahayakan. Karenanya Islam mengharamkan pergaulan dan hubungan muamalah yang dipenuhi dengan ikhtilath. Dalam hadits dibawah ini Rasulullah J memperingatkan kaum laki-laki untuk berhati-hati dalam masalah wanita: . : : "Waspadalah kalian dari masuk kepada para wanita, Berkatalah seseorang dari Anshar; "Wahai rasulullah bagaimana pendapatmu tentang ipar?" Rasulullah bersabda; "Ipar adalah maut" (Riwayat Bukhari 5232 Muslim 2172) Imam Ibnul Qoyyim memperingatkan masalah ikhtilath ini dengan pernyataannya; “Ikhtilath yang terjadi antara laki-laki dan perempuan menjadi penyebab banyaknya perbuatan zina” (Ath Thuruq Hukmiyah, hal.407) Lihatlah fenomena yang terjadi disekitar kita saat ini. Nyaris dimana-mana kita lihat bercampur baurnya laki-laki dan perempuan, maka tidaklah heran jika saat ini zina telah merajalela, bahkan nyaris dianggap sebagai sesuatu yang lumrah oleh masyarakat kita. PERINTAH MENJAGA AURAT DAN MENJAGA PANDANGAN Allah telah berfirman: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,

Jika Muslimah Berobat Ke Dokter Laki Lakii

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    Jika muslimah berobat ke dokter laki-laki

    Islam mensyariatkan, jika seseorang tertimpa suatu penyakit, maka ia harus berusaha untuk mengobatinya. Dan pada saat ini keberadaan dokter memang sangat memberi manfaat, yaitu memelihara jiwa, yang merupakan satu hal yang sangat ditekankan syariat Islam. Akan tetapi timbul suatu permasalahan. Yaitu bagaimana hukumnya seorang muslimah berobat kepada dokter laki-laki? Hal ini sedikit banyak menjadi ganjalan bagi para wanita dan keluarganya. Apalagi jika menyangkut pada hal-hal yang bersifat sangat pribadi, seperti masalah kandungan dan persalinan, atau keluhan lain, yang memaksa wanita harus membuka auratnya. Pada edisi ini kami mencoba untuk mengulas tentang permasalahan ini. Silahkan menyimak,... PANDANGAN ISLAM TENTANG IKHTILATH Yang dimaksud ikhtilath, adalah campur baurnya antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya dalam suatu tempat. Di dalam syariat Islam hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur dengan batasan-batasan syari, untuk membentengi gejolak fitnah yang membahayakan. Karenanya Islam mengharamkan pergaulan dan hubungan muamalah yang dipenuhi dengan ikhtilath. Dalam hadits dibawah ini Rasulullah J memperingatkan kaum laki-laki untuk berhati-hati dalam masalah wanita:

    . ! "# $%& '(: *+,-! .+/0(/ 1 +2 3:4,! ,-!

    "Waspadalah kalian dari masuk kepada para wanita, Berkatalah seseorang dari Anshar; "Wahai rasulullah bagaimana pendapatmu tentang ipar?" Rasulullah bersabda; "Ipar adalah maut" (Riwayat Bukhari 5232 Muslim 2172) Imam Ibnul Qoyyim memperingatkan masalah ikhtilath ini dengan pernyataannya; Ikhtilath yang terjadi antara laki-laki dan perempuan menjadi penyebab banyaknya perbuatan zina (Ath Thuruq Hukmiyah, hal.407) Lihatlah fenomena yang terjadi disekitar kita saat ini. Nyaris dimana-mana kita lihat bercampur baurnya laki-laki dan perempuan, maka tidaklah heran jika saat ini zina telah merajalela, bahkan nyaris dianggap sebagai sesuatu yang lumrah oleh masyarakat kita. PERINTAH MENJAGA AURAT DAN MENJAGA PANDANGAN Allah telah berfirman: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,

  • 2

    atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (An Nuur : 30-31) Larangan melihat aurat tidak hanya tertuju pada lawan jenis, tetapi Islam pun menetapkan larangan melihat aurat sesama jenis. Rasulullah J telah bersabda: Janganlah seorang laki-laki melihat kepada aurat laki-laki (yang lain), dan janganlah seorang wanita melihat kepada aurat wanita (yang lain) (Riwayat Muslim) Imam An Nawawi berkata; Diantara kandungan hadits diatas yaitu larangan seorang laki-laki melihat kepada aurat laki-laki (yang lain), dan seorang wanita melihat kepada aurat wanita (yang lain). Dikalangan Ulama larangan ini tidak diperselisihkan. Sedangkan laki-laki melihat aurat wanita dan sebaliknya, maka berdasarkan ijma perbuatan ini merupakan perkara yang diharamkan. Rasulullah J mengarahkan dengan penyebutan, Janganlah seorang laki-laki melihat kepada aurat laki-laki (yang lain) yang berarti lelaki yang melihat aurat wanita (tentu) lebih tidak diperbolehkan (Syarh Shahih Muslim) Selain itu juga untuk mengantisipasi terjadinya perbuatan buruk lainnya. Yaitu saling bersentuhannya antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Rasulullah J telah bersabda:

    5 6%-7 89/0# :;, !@=A,B C%& D!/ E( "F!G !

  • 3

    Kenyataan yang ada saat ini, yaitu sangat sedikitnya jmlah dokter wanita, terutama dokter spesialis. Keadaan ini memang sangat menyulitkan, dan sedikit banyak akan menimbulkan rasa risih dari kalangan muslimah ketika ia harus berobat ke dokter laki-laki. Syeikh Abdullah bin Baaz memandang permasalahan ini sebagai persoalan penting untuk diketahui, sekaligus menyulitkan. Akan tetapi, ketika Allah telah memberi karunia ketaqwaan dan ilmu kepada seorang wanita, maka ia harus bersikap hati-hati untuk dirinya, benar-benar memperhatikan masalah ini, dan tidak menyepelekannya. Seorang wanita memiliki kewajiban untuk mencari dokter wanita terlebih dahulu. Bila mendapatkannya, Alhamdulillah, dan ia pun tidak membutuhkan dokter laki-laki (Al Fatawa Al Mutaalliqah Bith Thibbi wa Ahkamil Mardha, hal 228-229) Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang membolehkan untuk menggunakan cara yang awalnya tidak diperbolehkan. Selama hal itu membawa mashlahat seperti untuk pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan raganya. Seorang muslimah yang keadaannya benar-benar dalam kondisi terhimpit dan tidak ada pilihan, maka ia boleh pergi ke dokter laki-laki, baik karena tidak adanya seorang dokter muslimah yang mengetahui penyakitnya maupun memang belum ada yang ahli. Allah berfirman:

    5= 70GI # J K= L:0? # K %:M( 3 padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya(Al Anam: 119) Meskipun diperbolehkan dalam kondisi darurat, akan tetapi harus mengikuti rambu-rambu yang harus ditaati. Tidak berlaku secara mutlak. Keberadaan mahram wanita tersebut adalah suatu keharusan. Sehingga tatkala seorang muslimah terpaksa harus bertemu dan berobat kepada dokter laki-laki ia harus didampingi mahram saat pemeriksaan. Tidak hanya berduaan dengan dokter di ruang prakteknya. Syarat ini disebutkan oleh Syeikh Bin Baaz untuk pengobatan pada pada bagian tubuh yang nampak, seperti kepala, tangan dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat wanita (meskipun sudah ada perawat wanita) maka keberadaan mahram (suami) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari kecurigaan.(Al Fatawa Al Mutaalliqah Bith Thibbi wa Ahkamil Mardha, hal 228-229) Ketika Lajnah Daimah menjawab sebuah pertanyaan tentang syarat-syarat yang harus terpenuhi bagi dokter laki-laki yang menangani pasien perempuan, maka di jawab; (syarat-syaratnya) yaitu jika tidak dijumpai dokter muslimah yang sanggup menangani penyakitnya, dan dokter (laki-laki) tersebut harus seorang muslim lagi bertaqwa, dan pasien wanita tersebut harus didampingi mahramnya (Fatawa Lajnah Daimah No. 3507) Begitu pula bagi wanita yang akan menghadapi persalinan. Ada sebuah pertanyaan mengenai hukum wanita yang memasuki rumah sakit untuk menjalani persalinan. Sedangkan dokter-dokter di rumah sakit tersebut adalah laki-laki. Lajnah Daimah memberikan jawaban; Dokter laki-laki tidak boleh menangani persalian wanita, kecuali dalam kondisi darurat, seperti membahayakan kondisi wanita tersebut, sementara tidak ada dokter wanita yang mampu mengambil alih pekerjaan tersebut (Fatawa Lajnah Daimah No.17000) KESIMPULAN Sebagaimana hukum asalnya, bila ada dokter wanita yang ahli, maka dialah yang wajib menjalankan pemeriksaan atas pasien wanita. Bila tak ada maka dokter wanita non muslim yang dipilih. Jika masih belum ditemukan maka barulah ditangani oleh dokter laki-laki. Diutamakan memilih dokter laki-laki muslim yang bertaqwa.

  • 4

    Akan tetapi harus diperhatikan, dokter laki-laki hanya boleh melihat tubuh pasien wanita tersebut sesuai dengan kebutuhannya saja, yaitu saat menganalisa penyakitnya, serta harus menjaga pandangannya. Dan juga pasien wanita tersebut harus ditemani mahramnya. Dalam semua kondisi diatas, tidak boleh ada laki-laki lain yang menyertai dokter laki-laki tersebut, kecuali jika memang diperlukan peranannya. Selanjutnya dokter laki-laki tersebut harus menjaga kerahasiaan pasien. (ketetapan Mujma Fiqh Islami No. 85/12/85 yang bermuktamar pada 1-7 Muharram 1414H, dan dikukuhkan lagi pada muktamar 20 Syaban 1415H) Bertolak dari keterangan diatas, bagaimanapun keadaannya, sangat di pelukan kejujuran dari wanita muslimah dan keluarganya dalam masalah ini. Hendaklah terlebih dahulu beritikad untuk mencari dokter wanita, walaupun dengan biaya yang lebih mahal, atau bukan pada Rumah sakit rujukan perusahaan atau instansi tempat suaminya bekerja. Dan hendaklah tidak membuat berbagai macam alasan dikarenakan malas berusaha dan enggan sedikit berkorban materi. Semua harus dilandasi dengan taqwa dan takut kepada Allah , kemudian berusaha untuk mewujudkan tujuan-tujuan mulia diatas. Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah , niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. Wallahu Alamu Bish Shawwab

    Kontribusi: Mas Heru Yulias Wibowo Redaktur Buletin Dawah An Nashihah Cikarang Baru, - Bekasi. Untuk berlangganan bulletin An Nashihah hubungi bag. Sirkulasi: Mas Arifin 08156094080