24
Gangguan Fungsi Seksual Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Disusun oleh: Dewi A’isyah 01.208.528 Pembimbing: dr. H. Ahmadi NH, Sp.KJ BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Jiwa Dr.ahmadi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jiwa Dr.ahmadi

Citation preview

Page 1: Jiwa Dr.ahmadi

Gangguan Fungsi Seksual

Diajukan untuk

Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat

Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa

Disusun oleh:

Dewi A’isyah

01.208.528

Pembimbing:

dr. H. Ahmadi NH, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2014

1

Page 2: Jiwa Dr.ahmadi

Disfungsi Seksual

Definisi

Meliputi permasalahan yang mengenai masalah seksual yang

mengganggu kenikmatan seksual yang wajar dalam perjalanan hidup

banyak orang. Empat fase dalam siklus respons seksual manusia dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Keinginan (Appetitive), tahap ini merujuk minat atau nafsu seksual,

yang berhubungan dengan fantasi yang menimbulkan gairah

seksual,

2. Kegairahan (Excitement), merupakan tahap awal dalam konsep

Masters dan Johnson, yaitu suatu pengalaman subjektif tentang

kenikmatan seksual yang dihubungkan dengan perubahan fisiologis

yang disebabkan meningkatnya aliran darah ke alat kelamin dan

pada perempuan ke payudara. Pembengkalan tersebut, yaitu

mengalirnya darah ke jaringan-jaringan, terlihat dalam bentuk

ereksi penis pada laki-laki dan pada perempuan pembesaran

payudara dan perubahan dalam vagina, seperti meningkatnya

lubrikasi,

3. Orgasme, merupakan fase kenikmatan seksual mencapai puncak.

Pada laki-laki ejakulasi dirasakan tidak terhindarkan dan pada

perempuan tepi-tepi bagian luar ketiga pada vagina mengalami

kontraksi. Pada kedua jenis kelamin mengalami ketegangan otot

2

Page 3: Jiwa Dr.ahmadi

pada umumnya dan sentakan pada panggul yang terjadi dengan

sendirinya.

4. Resolusi, merupakan tahap akhir yang merujuk pada relaksasi dan

rasa nyaman. Perempuan sering kali hampir secara langsung

mampu kembali merespons kenikmatan seksual, yang

memungkinkan terjadinya orgasme ganda.

Empat kategori Disfungsi Seksual

1. Gangguan nafsu seksual, dibedakan atas dua jenis:

a. Gangguan nafsu seksual hipoaktif,

Merujuk kepada kurang atau tidak adanya fantasi dan

dorongan seksual.

Kriteria gangguan nafsu seksual hipoaktif dalam DSM-IV-TR:

Kurangnya atau tidak adanya fantasi dan nafsu seksual

yang berlangsung secara terus menerus,

Menyebabkan distress mendalam atau masalah

interpersonal,

Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali

disfungsi seksual lain) atau efek fisiologis langsung dari

suatu obat atau penyakit medis umum.

b. Gangguan keengganan seksual,

Mencerminkan gangguan ini yang lebih ekstrim, di

mana sesorang secara aktif menghindari hampir semua kontak

genital dengan orang lain.

3

Page 4: Jiwa Dr.ahmadi

Kriteria gangguan keengganan seksual dalam DSM-IV-TR:

Penolakan secara terus-menerus terhadap (hampir) semua

kontak seksual,

Menyebabkan distress mendalam atau masalah

interpersonal,

Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali

disfungsi seksual lainnya).

2. Gangguan gairah seksual

Beberapa orang jarang atau tidak mengalami kesulitan nafsu

seksual, namun mengalami kesulitan untuk mencapai atau

memepertahankan gairah seksual.

a. Gangguan gairah seksual perempuan

Kriteria gangguan gairah seksual perempuan dalam DSM-IV-

TR:

Ketidakmampuan yang terus-menerus untuk mencapai

atau mempertahankan kenikmatan seksual (lubrikasi dan

pembengkalan genital) yang diperlukan untuk

menyelsaikan aktivitas seksual,

Menyebabkan distress mendalam atau masalah

interpersonal,

Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali

disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung

dari suatu obat atau penyakit medis umum.

4

Page 5: Jiwa Dr.ahmadi

b. Gangguan ereksi laki-laki

Kriteria gangguan ereksi pada laki-laki dalam DSM-IV-TR:

Ketidakmampuan yang terus-menerus untuk mencapai

atau mempertahankan ereksi yang diperlukan untuk

menyelsaikan aktivitas seksual,

Menyebabkan distress mendalam atau masalah

interpersonal,

Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali

disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung

dari suatu obat atau penyakit medis umum.

3. Gangguan Orgasme

Tipe jenis gangguan orgasme tercantum dalam DSM-IV-TR,

satu jenis terdapat pada perempuan dan dua jenis pada laki-laki.

a. Gangguan orgasme perempuan,

Sebelumnya disebut hambatan pada perempuan, gangguan

ini merujuk pada ketiadaan orgasme setelah satu periode

kenikmatan seksual normal.

Kriteria gangguan orgasme perempuan dalam DSM-IV-TR:

Tertundanya atau tidak terjadinya orgasme secara terus-

menerus setelah periode gairah seksual normal. Dengan

5

Page 6: Jiwa Dr.ahmadi

mempertimbangkan umur, pengalaman seksual, dan

keadekuatan stimulasi seksual yang diterimanya,

Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal,

Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi

seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat

atau penyakit medis umum.

b. Gangguan orgasme laki-laki dan Ejakulasi premature (dini)

a) Gangguan orgasme laki-laki merupakan kesulitan

mengalami ejakulasi, relatif jarang. Diantara penyebabnya

antara lain takut pasangan hamil, menyembunyikan rasa

cinta, mengekspresikan kekasaran, cedera saraf tulang

belakang atau penggunaan obat tertentu.

Kriteria gangguan orgasme laki-laki dalam DSM-IV-

TR:

Tertundanya atau tidak terjadinya orgasme secara terus-

menerus setelah periode gairah seksual normal. Dengan

mempertimbangkan umur dan keadekuatan stimulasi

seksual yang diterimanya,

Menyebabkan distress mendalam atau masalah

interpersonal,

Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali

disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung

dari suatu obat atau penyakit medis umum.

6

Page 7: Jiwa Dr.ahmadi

b) Ejakulasi dini, merupakan disfungsi seksual yang paling

banyak terjadi pada laki-laki. Ejakulasi kadang terjadi

sebelum penis dimasukkan ke vagina, namun lebih sering

terjadi dalam beberapa detik setelah kontak kelamin.

Ejakulasi dini berhubungan dengan kecemasan yang

tinggi.

Kriteria ejakulasi dini dalam DSM-IV-TR:

Selalu mengalami ejakulasi setelah stimulasi minimal

dan sebelum orang yang bersangkutan

menginginkannya. Dengan mempertimbangkan factor-

faktor yang memengaruhi durasi fase kegairahan,

seperti umur, masih awam dengan situasi atau

pasangan, dan frekuensi hubungan seksual dalam

beberapa waktu terakhir,

Menyebabkan distress mendalam atau masalah

interpersonal,

Tidak semata-mata disebabkan oleh efek fisiologis

langsung dari suatu obat.

4. Gangguan nyeri seksual

a. Dispareunia

Didiagnosis bila rasa sakit selalu atau berulang kali dialami

ketika melakukan kontak kelamin. Beberapa perempuan

menuturkan bahwa rasa nyeri terjadi ketika penis mulai

7

Page 8: Jiwa Dr.ahmadi

memasuki vagina, sedangkan yang lain menuturkan bahwa

rasa sakit hanya terjadi setelah penetrasi.

Kriteria dispareunia dalam DSM-IV-TR:

Rasa nyeri berulang pada kelamin yang berhubungan

dengan kontak kelamin dalam hubungan seksual,

Menyebabkan distress mendalam atau masalah

interpersonal,

Tidak disebabkan semata-mata oleh vaginismus atau

kurangnya lubrikasi vaginal atau gangguan aksis I lain

(kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis

langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum.

b. Vaginismus

Ditandai dengan kejang yang terjadi dengan sendirinya

pada bagian luar ketiga pada vagina hingga ke tingkat yang

tidak memungkinkan terjadinya kontak kelamin. Rasa sakit

genital yang berhubungan dengan kontak kelamin

berhubungan oleh masalah medis, seperti infeksi pada vagina,

kandung kemih, atau rahim, atau ukuran penis.

Kriteria vaginismus dalam DSM-IV-TR:

Kejang berulang pada bagian luar ketiga pada vagina

hingga ke tingkat yang tidak memungkinkan terjadinya

kontak kelamin dalam hubungan seksual konvensional,

8

Page 9: Jiwa Dr.ahmadi

Menyebabkan distress mendalam atau masalah

interpersonal,

Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali

disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung

dari suatu obat atau penyakit medis umum.

Kriteria Diagnosis

A. Hambatan yg berulang dan menetap dari gairah selama aktivitas seks

yang bermanifestasi sebagai berikut :

1. Pada pria terdapat kegagalan sebagian/menyeluruh untuk

mencapai atau mempertahankan ereksi sampai akhir

aktivitasseks, atau

2. Pada wanita terdapat kegagalan sebagian/menyeluruh untuk

mencapai atau mempertahankan respon pelumasan dan

pembengkakan alat kelamin yg merupakan respon gairah seks

sehingga akhir dari aktivitas seks

B. Penilaian klinik bahwa individu itu melakukan aktivitas seks yg cukup

adekuat dalam fokus, intensitas dan lamanya

C. Faktor organik tidak ada

• Gangguan jiwa lain pada aksis I tidak ada

9

Page 10: Jiwa Dr.ahmadi

Hambatan Orgasme Wanita (inhibited orgasme 302.73)

• ta orgasme diganti dHambatan orgasme pada wanita yg berulang dan

menetap serta bermanifestasi sebagai keterlambatan atau tiodak terjadinya

orgasme setelah terjadi fase gairah yg cukup kuat dalam fokus, intensitas

dan lamanya individu itu mungkin pula memenuhi kriteria hambatan

gairah seks. Apabila pada saat-saat lain terdapat masalah selama fase

gairah dari aktivitas seks. Dalam hal demikian kedua kategori diagnosa

disfungsi psikoseksual harus dicatat

• Faktor organik dan gangguan jiwa lain pada aksis I tidak ada

Hambatan Orgasme Pria (inhibited Male Orgasme 302.74)

Kriteria diagnosis

• Sama dengan wanita kecuali kaengan ejakulasi

Ejakuasi Prematur

1. Ejakulasi yg terjadi sebelum individu itu menghendaki karena secara

berulang dan menetap tidak ada pengendalian volunter yg wajar terhadap

ejakulasi dan orgasme selama aktivitas seks (pertimbangan faktor umur,

ciri pasangan seks, frekwensi serta lamanya senggama)

2. Gangguan jiwa pada aksis I tidak ada

10

Page 11: Jiwa Dr.ahmadi

Dispareunia Fungsional (302.76)

Kriteria Diagnosis

A. Rasa nyeri berulang dan menetap pada alat kelamin pada waktu

senggama baik pada wanita maupun wanita

B. Gangguan fisik/kurang pelumasan dalam vagina/vaginismus

fungsional/gangguan jiwa lain pada aksis I tidak ada

Vaginismus Fungsional

• Dikategorikan sebagai faktor psikologik yg mempengaruhi kondisi

fisik

Kriteria diagnostik

A. Terdapat riwayat yg berulang dan menetap dari spasme involunter

otot 1/3 bagian luarvagina sehingga menghalangi senggama

B. Gagguan fisik/jiwa lain pada aksis I tidak ada

Teori – teori umum mengenai disfungsi seksual

1. Pandangan psikoanalis

Mengasumsikan bahwa disfungsi seksual merupakan simptom-

simptom dari konflik yang direpres yang mendasari masalah tersebut.

11

Page 12: Jiwa Dr.ahmadi

Penjelasan mengenai etiologi disfungsi seksual manusia yang

dikemukakan oleh Masters dan Johnson.

Model teoritis masters dan Johnson (1970); Menggunakan model

yang terdiri dari dua bagian, yaitu:

a) Penyebab di masa kini atau proksimal. Dibedakan menjadi dua, yaitu:

Takut terhadap performa,

Merujuk kepada kondisi di mana seseorang memiliki

kekhawatiran berlebihan mengenai bagaimana ia akan

“berperforma” selama berhubungan seksual.

Mengambil peran pengamat,

Merujuk pada seseorang yang menjadi pengamat dan

bukannya sebagai peserta dalam pengalaman seksual.

b) Penyebab Historis

kekolotan dalam beragama,

trauma psikoseksual,

kecenderungan homoseksual,

konseling yang tidak adekuat,

konsumsi alkohol yang berlebihan,

penyebab biologis,

faktor-faktor sosiokultural.

2. Pandangan kontemporer lain

Penyebab dalam disfungsi seksual, dapat dikarenakan bahwa

individu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang kurang

12

Page 13: Jiwa Dr.ahmadi

mengenai masalah seksual, komunikasi yang buruk antara kedua pihak

dan kekhawatiran tertular suatu penyakit.

Diagnosis Differensial

• Depresi berat

• Gangguan kepribadian

• Gejala sementara akibat robekan selaput dara à hambatan gairah seks

• Keadaan sementara dari kegagalan ereksi penis oleh karena kelelahan,

kecemasan, alkohol dan obat-obatan

• Problem perkawinan atau problem hubungan interpersonal lainnya

• Keadaan dengan stimulus seks tidak adekuat, baik dalam fokus,

intensitas atau lamanya stimulus

Terapi Disfungsi Seksual

Mengurangi kecemasan,

Para terapis perilaku memahami bahwa para klien disfungsi

seksual membutuhkan pemaparan bertahap dan sistematis pada aspek-

aspek situasi seksual yang memicu kecemasan.

Masturbasi Terarah,

Merupakan suatu terapi multi langkah, di mana langkah pertama, si

perempuan mengamati dengan teliti tubuhnya tanpa busana, termasuk

alat kelaminnya, dan mengidentifikasikan berbagai bagian dengan

bantuan diagram. Langkah berikutnya, ia diinstruksikan untuk

13

Page 14: Jiwa Dr.ahmadi

menyentuh kelaminnya dan menemukan bagian yang menghasilkan

kenikmatan. Setelah itu, ia meningkatkan intensitas masturbasinya

dengan fantasi erotis. Jika orgasme belum dicapai, ia diminta membeli

vibrator dan diajari bagaimana menggunakannya dalam masturbasi.

Berikutnya, pasangan terlibat untuk mengamati pasangannya melakukan

masturbasi, kemudian melakukan pada pasangannya apa yang

sebelumnya dilakukan sendiri , dan terakhir melakukan kontak kelamin.

Prosedur untuk mengubah sikap dan pikiran, pelatihan keterampilan dan

komunikasi.

Klien didorong untuk merasakan sensasi menyenangkan yang

menyertai gairah seksual sejak dari permulaan. Para terapis memberikan

bahan-bahan tertulis dan menunjukkan kepada klien rekaman video dan

film yang secara eksplisit mendemonstrsikan teknik-teknik seksual. Dan

mendorong pasangan untuk saling mengkomunikasikan apa yang mereka

sukai dan tidak disukai.

Terapi pasangan, Teknik dan Perspektif psikodinamika.

Memberikan terapi non seksual kepada klien dan menekankan

terhadap kebutuhan untuk menghindari perkawinan yang bermasalah.

Pandangan psikodinamika menyatakan bahwa klien sering kali tidak

mampu meyampaikan dengan jelas masalah-masalah yang benar-benar

mengganggu mereka sehingga terapis dapat membantu pengukuran dan

perencanaan yang tepat.

Prosedur medis dan fisiologis

14

Page 15: Jiwa Dr.ahmadi

Pertimbangan terhadap faktor-faktor somatik sangat penting dalam

gangguan disperunia dan disfungsi ereksi penuh.

Disfungsi Psikoseksual Tidak Khas (302.70) kategori sisa

• Terapi disfungsi seksual: bila ada cemas/depresi à beri antisiolotik/anti

depresan

– Konseling pernikahan

– Psikoterapi individual à untuk pasien dengan kepribadian

neurotik

– Terapi tingkah laku : sex therapy – Master dan Johnson

Prognosis : baik bila mempunyai fungsi seksual yg adekuat sebelumnya

Eduksasi

Melakuka kegiatan yang positif

Mengikuti kegiatan keagamaan

Konsultasi

15

Page 16: Jiwa Dr.ahmadi

Referensi

Davidson, Gerald C. 2010. Psikologi Abnormal Edisi Ke-9. Rajawali Pers:

Jakarta.

16