22
Portofolio Nama Peserta dan No.ID : dr. Nurhanifah Tamad Nama Wahana : RSI PKU Muhammadiyah Singkil Kab. Tegal Topik : Kasus Bedah Tanggal (kasus) : 11 Agustus 2013 Nama Pasien : Sdr.A. No. RM : 130778 Tanggal Presentasi : 21 November 2013 Pendamping : dr. Lukito H.Prasetya,M.MR Tempat Presentasi : RSI PKU Muhammadiyah Kab. Tegal Obyektif Presentasi : o Keilmuan o Ketrampilan o Penyegaran o Tinjauan Pustaka √ o Diagnost ik o Manajemen o Masalah o Istimewa o Neonatus o Bay i o Anak o Remaja o Dewasa o Lansi a o Bumil Deskripsi (alloananamnesis ibu pasien): IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. J Usia : 30 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. RTA Milono Km. 6 RT 1 RW 5 Palangkaraya Pendidikan : lulusan SMA Pekerjaan : Ibu rumah tangga Agama : Islam Suku : Banjar Bangsa : Indonesia

Portofolio jiwa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jiwa

Citation preview

Page 1: Portofolio jiwa

Portofolio

Nama Peserta dan No.ID : dr. Nurhanifah TamadNama Wahana : RSI PKU Muhammadiyah Singkil Kab. TegalTopik : Kasus BedahTanggal (kasus) : 11 Agustus 2013Nama Pasien : Sdr.A. No. RM : 130778

Tanggal Presentasi : 21 November 2013Pendamping : dr. Lukito H.Prasetya,M.MR

Tempat Presentasi : RSI PKU Muhammadiyah Kab. TegalObyektif Presentasi :o Keilmua

no Ketrampilan o Penyegaran

o Tinjauan Pustaka

√o Diagnosti

ko Manajemen o Masalah o Istimewa

o Neonatus o Bayi o Anak o Remajao Dewas

ao Lansia o Bumil

Deskripsi (alloananamnesis ibu pasien):IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. JUsia : 30 tahunJenis Kelamin : PerempuanAlamat : Jl. RTA Milono Km. 6 RT 1 RW5 PalangkarayaPendidikan : lulusan SMAPekerjaan : Ibu rumah tanggaAgama : IslamSuku : BanjarBangsa : IndonesiaStatus Perkawinan : MenikahRMK : 152047Tanggal kunjungan ke IGD jiwa : 19 Februari 2012A. KELUHAN UTAMA

Lemas

Page 2: Portofolio jiwa

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien baru datang dengan keluhan utama lemas sejak 1 minggu yang lalu. Pasien

mengalami gangguan tidur. Pasien sering terbangun jam 00.00 dan tidak bisa tidur

kembali. Pasien merasa banyak orang yang ingin membawanya jalan – jalan di tengah

malam ke kebun sebelah rumah. Padahal menurut keluarga pasien, tidak ada siapapun

di sekitarnya.

Lima bulan sebelumnya pasien bertengkar dengan salahsatu anaknya. Anak pasien

memukul pasien dengan sapu saat pertengkaran tersebut. Pasien mengatakan bila

sedang bertengkar sering memukul pasien dengan sapu. Sejak pertengkaran tersebut,

pasien menjadi lebih pendiam dan pemurung namun masih bisa mengerjakan pekerjaan

rumah tangga sehari-hari.

Dua bulan setelah pertengakaran tersebut, pasien juga mengeluh adanya gangguan

tidur, pasien sering terbangun tengah malam lalu tidak bisa tidur lagi. Sehingga pasien

merasa kelelahan di pagi hari. Pasien juga sering tidak mau makan, jika makan sering

tidak habis dan merasa selalu kenyang.

Menurut anak pasien yang lainnya, pasien tidak mau mengatakan apa saja penyebab

pertengkarannya dengan kakaknya. Saat kakaknya sedang berkunjung ke rumah,

pasien juga nampak tidak suka apabila duduk bersampingan bahkan tidak mau

menemuinya.

Pasien menyangkal pernah mendengar bisikan. Pasien menjadi jarang mandi, pasien

baru mandi apabila disuruh keluarganya. Pasien tidak ada niat untuk menyakiti dirinya

sendiri maupun orang lain. Pasien juga tidak bisa melakukan pekerjaan rumah

tangga sehari-hari seperti memasak, mencuci, menyetrika.

D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Penderita menyangkal mengalami gejala serupa sebelumnya, riwayat kejang,

trauma kepala penyakit darah tinggi, penyakit jantung, penyakit gula, riwayat mondok di

rumah sakit, riwayat pengobatan jangka panjang dan alergi obat tertentu.

E. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

Sebelum sakit, pasien termasuk orang yang aktif sehingga memilikibanyak teman.

Pasien aktif dalam kegiatan PKK, arisan RT dan kegiatan senam lansia. Saat masih

sekolah, pasien tidak pernah bolos sekolah dan bukan termasuk remaja yang mudah

terpengaruh pergaulan bebas ataupun mengkonsumsi obat-obatan terlarang maupun

alkohol, juga tidak merokok. Pasien tidak senang bersolek dan tidak pernah

Page 3: Portofolio jiwa

melukai diri sendiri.

3. Riwayat Pendidikan

Pasien mulai sekolah pada usia 6 tahun di sekolah dasar dan lulus dengan nilai yang

cukup. Selama sekolah penderita tidak pernah tinggal kelas, prestasi belajar biasa

saja. Kemudian pasien melanjutkan sekolah ke tingkat SLTP dan tdak melanjutkan ke

SLTA karena keterbatasan biaya.

4. Riwayat Sosial ekonomi

Saat ini pasien tinggal dengan anak bungsunya Pasien saat ini bekerja sebagai ibu

rumah tangga. Pasien berobat sebagai pasien umum.

5. Riwayat Perkawinan

Pasien telah menikah selama 30 tahun dan telah memiliki 2 orang anak dan 4 orang

cucu. Suami pasien sudah meninggal 6 tahun yang lalu karena penyakit jantung.

F. RIWAYAT KELUARGA

Penderita merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Tidak ada

riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit serupa dengan pasien

maupun penyakit kejiwaan lainnya.

o Tujuan : Mempelajari kasus dan membahas definisi, morfologi, klasifikasi,

etiologi cedera kepala, perdarahan intrakranial, penegakkan diagnosis, patofisiologi, terapi dan komplikasi cedera kepala berat.

Bahan Bahasan:

o Tinjauan

Pustaka √o Riset oKasus √ o Audit

Cara Membahas:

o Diskusi

o Presentasi Kasus

√o Email o Pos

Data Pasien:

Nama : Sdr. A, laki – laki, 27 tahun

No. Registrasi : 130778

Nama Klinik: RSI PKU Muhammadiyah Kab. Tegal

Telepon :(0283) 443531Terdaftar Sejak : 11 Agustus 2013

Data utama untuk bahan diskusi :1. Diagnosis / gambaran klinis :

Pasien kiriman dari Puskesmas Bumijawa datang dengan keluhan penurunan

Page 4: Portofolio jiwa

kesadaran sejak 6 jam SMRS setelah kecelakaan lalu lintas motor menabrak tembok

rumah, terjatuh dan bagian kepala penderita membentur benda keras. Pasien

mengalami kejang 1 x, selama 15 menit, sebelum, saat dan setelah kejang: tidak sadar,

kelojotan dan kaku di anggota gerak. Pasien juga muntah menyemprot berisi darah 1 x,

terdapat luka terbuka di atas mata kiri, nyeri kepala hebat, luka lecet di pipi kanan dan

atas bibir. Keluar darah dari kedua telinga dan hidung (+), berwarna merah segar. BAB

(+) normal. BAK (+) normal. Terapi dari Puskesmas Bumijawa: hecting dan wound

toilet, IVFD RL + NS 1 amp. 20 tpm, Inj. dexamethasone, Inj. kalnex dan Inj.

diazepam.

Riwayat penyakit dahulu:

Ibu pasien menyangkal ada keluhan serupa sebelumnya, penyakit darah tinggi,

penyakit ayan, penyakit jantung, penyakit gula, riwayat mondok di rumah sakit, riwayat

pengobatan jangka panjang dan alergi obat tertentu.

Riwayat penyakit keluarga:

Ibu pasien menyangkal ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa

dengan pasien.

Riwayat sosial dan ekonomi:

Pasien tinggal serumah dengan bapak, ibu dan kedua adik pasien. Pasien bekerja

sebagai buruh tani. Pasien merupakan pasien umum.

Vital sign : TD 120/80 mmHg, N 96 x/mnt, RR: 18 x/mnt, T 36,70 C

Diagnosis :

Cedera Kepala Berat

Vulnus Laseratum regio supraorbital sinistra

Vulnus Excoriatum regio zygomaticus dextra et superior labia

Daftar Pustaka :

1.American College Surgeon. (2004): Advanced Trauma Life Support Edisi Ketujuh.

United States of America, p: 167-185.

2.Ariwibowo Haryo et all, 2008, Art of Therapy: Sub Ilmu Bedah. Yogyakarta:

Pustaka Cendekia Press of Yogyakarta.

3.Bernath, David. (2009). Head Injury. Available from: www.e-medicine.com.

4.Ghazali, Malueka. (2007). Radiologi Diagnostik, Yogyakarta: Pustaka Cendekia.

5.Hafid. (2007). Buku Ajar Ilmu Bedah: edisi kedua, Jong W.D. Jakarta: penerbit

buku kedokteran EGC.

6.Riyanto, Budi. (2006). Penatalaksanaan Fase Akut Cedera Kepala. Available from:

Page 5: Portofolio jiwa

http://www.kalbe.co.id/files/cdk.

7.Tim Neurotrauma RSU Dr .Soetomo,. (2007). Guideline or Management of

Traumatic Brain Injury. Fakultas Kedokteran Airlangga. Surabaya.

Hasil Pembelajaran :1. Definisi, morfologi, klasifikasi dan etiologi cedera kepala2. Perdarahan intrakranial3. Patofisiologi cedera kepala berat4. Penegakkan diagnosis cedera kepala berat5. Terapi cedera kepala berat6. Komplikasi cedera kepala berat

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio1. Subyektif :

Pasien kiriman dari Puskesmas Bumijawa datang dengan keluhan

penurunan kesadaran sejak 6 jam SMRS setelah kecelakaan lalu lintas motor

menabrak tembok rumah, terjatuh dan bagian kepala penderita membentur benda

keras. Pasien mengalami kejang 1 x, selama 15 menit, sebelum, saat dan setelah

kejang: tidak sadar, kelojotan dan kaku di anggota gerak. Pasien juga muntah

menyemprot berisi darah 1 x, nyeri kepala hebat, terdapat luka terbuka di atas mata

kiri, luka lecet di pipi kanan dan atas bibir. Keluar darah dari kedua telinga dan

hidung (+), berwarna merah segar. BAB (+) normal. BAK (+) normal. Terapi dari

Puskesmas Bumijawa: hecting dan wound toilet, IVFD RL + NS 1 amp. 20 tpm,

Inj. dexamethasone, Inj. kalnex dan Inj. diazepam.

Riwayat penyakit dahulu:

Ibu pasien menyangkal ada keluhan serupa sebelumnya, penyakit darah

tinggi, penyakit ayan, penyakit jantung, penyakit gula, riwayat mondok di rumah

sakit, riwayat pengobatan jangka panjang dan alergi obat tertentu.

Riwayat penyakit keluarga:

Ibu pasien menyangkal ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa

dengan pasien.

Riwayat sosial dan ekonomi:

Pasien tinggal serumah dengan bapak, ibu dan kedua adik pasien. Pasien

bekerja sebagai buruh tani. Pasien merupakan pasien umum.

Dari anamnesis didapatkan peningkatan tekanan intra kranial yang terdiri dari

penurunan kesadaran, nyeri kepala hebat dan muntah proyektil. Di samping itu,

Page 6: Portofolio jiwa

terdapat suspek fraktur basis craniii dibuktikan dengan keluarnya darah dari lubang

hidung dan telinga.

2. Obyektif :

Hasil pemeriksaan fisik :

A. Status Generalis

Keadaan umum : tampak lemah

Kesadaran : GCS: 7 (E2M3V2)

Vital sign

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 96 kali/ menit, regular, isi cukup, equal.

Respirasi Rate : 18 kali/ menit

Suhu : 36,7 ºC

Tinggi badan : 158 cm

Berat badan : 67 kg

BMI = 67= 26,84

(1,582)

Kulit : warna sawo matang, turgor kulit cukup, tidak ada

petekie.

Kepala : mesosefal, hematom (-)

Mata : Racoon eye (-), CA +/+, SI -/- , pupil anisokor (Φ 2 mm/

3 mm) refleks cahaya (-/+)

Telinga : otorheae berupa darah (+).

Hidung : epistaksis (+), deviasi septum (+).

Mulut : tidak ada gusi berdarah, sianosis (-).

Leher: pembesaran kelenjar tiroid dan limfonodi (-), JVP 5+2 cmH2O.

Paru - paru:

Inspeksi : - Bentuk dada simetris.

- Pergerakan dinding dada simetris.

- Tidak ada retraksi spatium intercostalis.

Palpasi : - Gerakan dinding dada simetris

- Vocal fremitus normal kanan dan kiri

Perkusi : - Sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi : - Suara dasar nafas vesikuler

Page 7: Portofolio jiwa

- Tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing

Jantung :

Inspeksi : - Tidak tampak pulsasi ictus cordis di dinding dada

Palpasi : Teraba ictus cordis, tidak kuat angkat di SIC V, 2 cm LMCS.

Perkusi : - Batas jantung kanan atas SIC II LPSD

- Batas jantung kanan bawah SIC IV LPSD

- Batas jantung kiri atas SIC II LMCS

- Batas jantung kiri bawah SIC V LMCS

Auskultasi : S1>S2 reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop.

Abdomen :

Inspeksi : Datar.

Auskultasi : BU (+) normal

Perkusi : Timpani

Palpasi : Supel, hepar: dbn, lien: dbn.

Extremitas:

Extremitas superior: edema -/-, sianosis -/-, akral hangat +/+

Extremitas superior: edema -/-, sianosis -/-, akral hangat +/+

Status neurologis:

Kaku kuduk: -

Brudzinsky sign I – IV: -

Kernig sign: -

Extremitas Superior

Extremitas Inferior

Tremor -/- -/-

Kekuatan Motorik 555 555

Tonus N/N N/N

Trofi N/N N/N

Refleks fisiologis +N/+N +N/+N

Refleks patologis -/- +/+ (Refleks Babinsky)

Klonus -/-

Pada survey primer, didapatkano Airway : baik, tidak ditemukan hambatan pada jalan nafas.

o Breathing: hitung nafas 18 x/menit, nafas reguler

o Circulation: tekanan darah 120/80mmHg

Page 8: Portofolio jiwa

o Disability : GCS (E2M3V2) = 7, os dalam keadaan penurunan kesadaran, maka

perlu dipikirkan penyebabnya, terutama proses perdarahan intrakranial akibat

trauma. Selain itu juga terdapat otorheae berupa darah, epistaksis perlu dipikirkan

kemungkinan fraktur basis cranii. Didapatkan pupil anisokor pada pemeriksaan

mata, refleks cahaya (-/+), yang menandakan telah terjadi proses desak ruang

dan mengarah kepada herniasi uncus sehingga menekan saraf kranial III

(n.okulomotorius).

Pada survey sekunder, didapatkano Regio supraorbita sinistra: vulnus laseratum ukuran 5 x 1 cm, krepitasi (-).

o Regio zygomaticus dekstra et labia superior: vulnus excoriatum ukuran 3 x 1 cm,

krepitasi (-).

3. Assessment :

Dari alloanamnesis dapat diketahui bahwa penderita menabrak tembok

rumah, terjatuh dan bagian kepala penderita membentur benda keras. Benturan

ini menimbulkan tekanan yang kuat dan secara tiba-tiba pada kepala penderita,

kekuatan mekanik yang mengenai kepala akan menyebabkan kerusakan langsung

pada tempat benturan.

Pada pemeriksaan fisik survei primer didapatkan airway dalam keadaan

baik, breathing dan circulation dalam batas normal. Penilaian airway didasarkan

pada ada atau tidaknya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Tanda - tanda objektif

untuk menilai jalan nafas, yaitu pada look, dimana pada penderita tidak terdapat

tanda-tanda hipoksia yaitu retraksi dinding dada, juga penggunaan otot-otot bantu

pernafasan. Sedangkan pada feel dapat dirasakan aliran udara dari hidung. Pada

listen tidak ditemukan suara berkumur (gargling), tidak ditemukan snoring (suara

mendengkur yang menunjukkan adanya sumbatan jalan nafas atas dimana lidah

jatuh ke posterior pharynx), tidak ditemukan crowing atau stridor (suara bersiul yang

menunjukkan adanya sumbatan di jalan nafas bawah terutama pada bronkus akibat

adanya benda asing), tidak ditemukan hoarness (suara parau yang menunjukkan

sumbatan pada laring yang biasa terjadi akibat edema laring).

Pada penilaian Breathing, dilakukan pemeriksaan berupa look yaitu pada

penderita tidak ditemukan tanda - tanda seperti luka tembus dada, flail chest,

gerakan otot nafas tambahan, pada feel tidak terlihat pergeseran letak trakea,

patah tulang iga, emfisema kulit, dan dengan perkusi tidak ditemukan

Page 9: Portofolio jiwa

hemotoraks dan atau pnemutoraks, sedangkan pada listentidak didapatkan suara

nafas tambahan, suara nafas menurun, dan dinilai frekuensi pernapasan yang

berada dalam batas normal dan irama nafas yang reguler.

Pada Circulation dalam batas normal dimana dinilai dari frekuensi nadi yang

dalam batas normal yaitu 96 kali/menit, dan tekanan darah 120/80 mmHg.

Melalui pemeriksaan neurologis sederhana, diperoleh nilai GCS 7 (E2M3V2).

Sementara pada pemeriksaan pupil didapatkan pupil anisokor(kiri<kanan), refleks

cahaya positif pada pupil kiri. Tanda pada pupil ini timbul paling dini pada herniasi

uncal, dimana terjadi dilatasi pupil pada sisi yang ipsilateral dengan letak lesi primer.

Dari hasil pemeriksaan fisik survei sekunder, pada regio supraorbital

sinistra terdapat vulnus laseratum sedangkan pada regio zygomaticus dextra et

labia superior didapatkan vulnus excoriatum. Hal ini terjadi karena saat jatuh

penderita membentur benda keras (aspal) menyebabkan kerusakan jaringan pada

daerah tersebut.

Diagnosis:

Cedera Kepala Berat

Vulnus Laseratum regio supraorbital sinistra.

Vulnus Excoriatum regio zygomaticus dextra et labia superior.

4.Terapi:

O2 face mask 10 liter/mnt, diberikan untuk melakukan hiperventilasi yang

berguna memperbaiki sirkulasi intrakranial dan memberi oksigen sehingga

pemenuhan oksigen dalam darah ke otak terpenuhi dengan cukup.

IVFD RL 20 tpm, dilakukan agar dengan mudah dapat memasukkan obat secara

parenteral.

Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr i.v. (skin test) untuk mengatasi infeksi sekunder.

Inj. Rantin 2 x 1 amp. i.v.

Inj. Ondansentron 2 x 4 mg i.v.untuk mengatasi mual.

Inj. Kalnex 3 x 1 amp i.v. , untuk membantu mempercepat proses pembekuan

untuk menghentikan perdarahan.

Inj. Vitamin K 2 x 1 amp. i.v.

Inj. Citicoline 2 x 1 gr i.v., berfungsi sebagai nootropik yang dapat mengurangi

kerusakan jaringan otak ketika terjadi perlukaan.

Page 10: Portofolio jiwa

• Inj. Vit. K 2 x 1 amp. i.v.

Inj. Piracetam 3 x 3 gr i.v., berfungsi sebagai nootropik yang dapat mengurangi

kerusakan jaringan otak ketika terjadi perlukaan.

Inj. Lapibal 2 x 1 amp. i.v. untuk memperbaiki gangguan metabolisme asam

nukleat dan protein di dalam jaringan saraf serta memperbaiki gangguan saraf

sensoris dan motorik.

Inj. Ketorolac 2 x 1 amp. i.v untuk mengatasi nyeri.

Inj. Manitol 3 x 100 mg i.v berfungi untuk diuresis osmotik.

Ekstra Inj. Valisanbe 1 amp. i.v. pelan-pelan, berfungsi sebagai anti-konvulsan.

Ekstra Tetagam P 1 amp i.m.

• Pemasangan Orofaringeal Airway (guedel), dilakukan pada pasien – pasien

dengan penurunan kesadaran, untuk mencegah agar lidah pasien tidak jatuh

ke belakang dan menyumbat saluran pernafasan.

• Kateterisasi uretra, untuk mengetahui jumlah output cairan, dan mengawasi tanda-

tanda syok.

Rawat ICU dengan pengawasan.

Konsul dr. Sp. S.

Pemeriksaan darah rutin, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, GDS, Foto thorax AP,

head CT – Scan

Hasil Pembelajaran:a. Definisi

Menurut Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah suatu

kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi

disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau

mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan

fungsi fisik. (Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006).

b. Morfologi

1. Cedera jaringan lunak (scalp) : Vulnus

2. Fraktur tulang :

a. Calvarium: fraktur linier/stelata, fraktur depressed, fraktur terbuka/tertutup, fraktur

diastasis.

Page 11: Portofolio jiwa

b. Basis : tanpa/dengan kebocoran LCS tanpa/dengan paresis N.VII.

3. Lesi Intrakranial :

a. fokal : epidural, subdural, intraserebral.

b. Difus : mild concussion, classic concussion, diffuse aksonal injury

FRAKTUR TULANG KRANIUM

I. Fraktur Calvarium

a. Tipe : Liniar, stelata, depressed, diatasis.

b. Lokasi : Frontal, temporal, parietal, oksipital, kanan/kiri, terbuka/tertutup.

II. Fraktur Basis Kranii

1. Fossa anterior : rhinorrhoea

2. Fossa Media : otorrhoea

3. Fossa Posterior : battle sign

Curiga bila : Hemotympanum, periorbital ecchymosis, retroaurikuler

echymosis, paresis N.VII, gangguan pendengaran, pneumocephalus.

c. Klasifikasi:

1. Trauma Tumpul: kecepatan tinggi : kecelakaan lalu lintas dan kecepatan rendah :

jatuh/dipukul.

2. Trauma Tembus: luka tembak.

Berdasarkan Skala Koma Glasgow, berat ringan trauma kapitis dibagi atas;

1. Trauma kapitis Ringan, Skor Skala Koma Glasgow 14 – 15

2. Trauma kapitis Sedang, Skor Skala Koma Glasgow 9 – 13

3. Trauma kapitis Berat, Skor Skala Koma Glasgow 3 – 8

Trauma Kepala Berat

Dengan Skala Koma Glasgow < 9 dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit

(Torner C, Choi S, Barnes Y, 1999). Hampir 100% cedera kepala berat dan 66%

cedera kepala sedang menyebabkan cacat yang permanen. Pada cedera kepala

berat terjadinya cedera otak primer seringkali disertai cedera otak sekunder apabila

proses patofisiologi sekunder yang menyertai tidak segera dicegah dan dihentikan

(Parenrengi, 2004). Penelitian pada penderita cedera kepala secara klinis dan

eksperimental menunjukkan bahwa pada cedera kepala berat dapat disertai dengan

peningkatan titer asam laktat dalam jaringan otak dan cairan serebrospinalis (CSS)

ini mencerminkan kondisi asidosis otak (DeSalles et al., 1986). Penderita cedera

Page 12: Portofolio jiwa

kepala berat, penelitian menunjukkan kadar rata-rata asam laktat 3,25 mmol/L

(Parenrengi, 2004).

Menurut Reissner (2009), gejala klinis trauma kepala berat adalah seperti berikut:

a. Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan TIK.

b. Perubahan ukuran pupil (anisokoria).

c. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan).

d. Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau posisi

abnormal ekstrimitas.

Penyebab Trauma Kepala

Penyebab utama terjadinya trauma kepala adalah seperti berikut:

a) Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan

dengan kenderaan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan

atau kecederaan kepada pengguna jalan raya (IRTAD, 1995).

b) Jatuh

Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke

bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun

maupun sesudah sampai ke tanah.

c) Kekerasan

Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan

seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau

menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain (secara paksaan).

Perdarahan Intrakranial

1. Perdarahan Epidural

Perdarahan epidural adalah antara tulang kranial dan dura mater. Gejala

perdarahan epidural yang klasik atau temporal berupa kesadaran yang semakin

menurun, disertai oleh anisokoria pada mata ke sisi dan mungkin terjadi hemiparese

kontralateral. Perdarahan epidural di daerah frontal dan parietal atas tidak

memberikan gejala khas selain penurunan kesadaran (biasanya somnolen) yang

membaik setelah beberapa hari.

2. Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural adalah perdarahan antara duramater dan araknoid,

yang biasanya meliputi perdarahan vena. Terbagi atas 3 bagian yaitu:

a) Perdarahan subdural akut

Page 13: Portofolio jiwa

Gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan mengantuk dan kebingungan,

respon yang lambat, serta gelisah. Keadaan kritis terlihat dengan adanya

perlambatan reaksi ipsilateral pupil. Perdarahan subdural akut sering dihubungkan

dengan cedera otak

besar dan cedera batang otak.

b) Perdarahan subdural subakut

Perdarahan subdural subakut, biasanya terjadi 7 sampai 10 hari setelah

cedera dan dihubungkan dengan kontusio serebri yang agak berat. Tekanan

serebral yang terus-menerus menyebabkan penurunan tingkat kesadaran.

c) Perdarahan subdural kronis

Terjadi karena luka ringan.

Mulanya perdarahan kecil memasuki ruang subdural.

Beberapa minggu kemudian menumpuk di sekitar membran vaskuler dan secara

pelan-pelan meluas.

Gejala mungkin tidak terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan.

Pada proses yang lama akan terjadi penurunan reaksi pupil dan motorik.

d) Perdarahan Subaraknoid

Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan antara rongga otak dan lapisan

otak yaitu yang dikenal sebagai ruang subaraknoid (Ausiello, 2007).

e) Perdarahan Intraventrikular

Perdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pada ventrikel

otak. Perdarahan intraventrikular selalu timbul apabila terjadi perdarahan

intraserebral.

f) Perdarahan Intraserebral

Perdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada jaringan otak.

Di mana terjadi penumpukan darah pada sebelah otak yang sejajar dengan

hentaman, ini dikenali sebagai counter coup phenomenon. (Hallevi, Albright,

Aronowski, Barreto, 2008).

Patofisiologi cedera kepala:

Page 14: Portofolio jiwa

Terapi umum

a.Untuk kesadaran menurun

• Lakukan resusitasi

• Bebaskan jalan nafas (airway), jaga fungsi pernafasan (breathing), circulation

(tidak boleh terjadi hipotensi), nadi, suhu (tidak boleh terjadi pireksia).

• Keseimbangan cairan dan elektrolit dan nutrisi cukup, dengan kalori 50% lebih

dari normal.

Jaga keseimbangan gas darah.

Jaga kebersihan kandung kemih, jika perlu pasang kateter.

Jaga kebersihan dan kelancaran jalur intravena.

Rubah-rubah posisi untuk mencegah decubitus.

Posisi kepala ditinggikan 30 derajat.

Pasang NGT pada hari kedua, kecuali kontraindikasi yaitu pada fraktur basis

kranii.

Infus cairan isotonis.

Berikan oksigen sesuai indikasi

b. Terapi khusus

Page 15: Portofolio jiwa

Mengatasi tekanan darah tinggi intrakranial: manitol 20 %.

Simtomatis : analgetik, antiemetik, antiepileptik. Antiepilepsi diberikan jika terjadi

bangkitan epilepsi paska cedera.

Antibiotika atas indikasi.

Anti stress ulcer jika ada perdarahan lambung.

Operasi jika ada indikasi

C. Rehabilitasi

Mobilisasi bertahap dilakukan secepatnya setelah keadaan klinik stabil

Neurorestorasi dan neurorehabilitasi diberikan sesuai kebutuhan.

Komplikasi Cedera Kepala

Komplikasi yang sering dijumpai dan berbahaya menurut (Markam, 1999)

pada cedera kepala meliputi

a. Koma

Penderita tidak sadar dan tidak memberikan respon disebut koma. Pada

situasi ini secara khas berlangsung hanya beberapa hari atau minggu, setelah

masa ini penderita akan terbangun, sedangkan beberapa kasus lainnya

memasuki vegetatife state. Walaupun demikian penderita masih tidak sadar

dan tidak menyadari lingkungan sekitarnya. Penderita pada vegetatife state

lebih dari satu tahun jarang sembuh.

b. Kejang/Seizure

Penderita yang mengalami cedera kepala akan mengalami

sekurangkurangnya sekali kejang pada masa minggu pertama setelah cedera.

Meskipun demikian, keadaan ini berkembang menjadi epilepsi.

c. Infeksi

Fraktur tulang tengkorak atau luka terbuka dapat merobekkan membran

(meningen) sehingga kuman dapat masuk infeksi meningen ini biasanya

berbahaya karena keadaan ini memiliki potensial untuk menyebar ke sistem saraf

yang lain.

d. Hilangnya kemampuan kognitif.

Berfikir, akal sehat, penyelesaian masalah, proses informasi dan memori

merupakan kemampuan kognitif. Banyak penderita dengan cedera kepala

mengalami masalah kesadaran.

Page 16: Portofolio jiwa

e. Penyakit Alzheimer dan Parkinson.

Pada khasus cedera kepala resiko perkembangan terjadinya penyakit

Alzheimer tinggi dan sedikit terjadi Parkinson. Resiko akan semakin tinggi

tergantung frekuensi dan keparahan cedera .