Upload
nhyabasy
View
5
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lapsus
Citation preview
STATUS PASIEN
EPISODE DEPRESI SEDANG TANPA GEJALA SOMATIK (F32.10)
Disertai
GANGGUAN ANXIETAS YTT (F41.9)
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Pegawai Toko
Datang ke Poliklinik Psikiatri RSUD Daya Provinsi Sulawesi Selatan
untuk pertama kalinya pada tanggal 09 Juni 2015, bersama saudaranya.
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari :
Nama : Nn. R
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : D3
Pekerjaan : Karyawati
Alamat : BTN Bukit Hartako Indah
Hubungan dengan pasien : Saudara kandung
A. Keluhan Utama
Susah tidur
1
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Susah tidur dialami sejak sekitar 1 bulan yang lalu. Pasien selalu
memikirkan perkara-perkara buruk yang mungkin terjadi pada keluarga
dan pekerjaannya. Dalam 1 hari pasien mengaku hanya bisa tidur 2 jam
saja. Pasien juga mengeluh jantungnya berdebar-debar dan berkeringat
dingin yang terkadang dialaminya dan tidak terus menerus semenjak
pasien mengalami sulit tidur. Menurut keluarga pasien juga tampak sering
melamun. Pasien dulunya suka bermain bola namun sekarang sudah tidak
berminat lagi. Pasien juga mengeluh malas bekerja, kurang konsentrasi
dalam bekerja sehingga sering dimarahi oleh bosnya karena melakukan
kesalahan. Pasien juga mengaku sering mimpi buruk dan cepat capek.
Awal keluhan dialami sejak kira-kira 2 tahun yang lalu dimana pasien
menjadi lebih gampang sedih apalagi bila memikirkan tentang ekonomi
keluarganya, belum lagi pasien merupakan anak pertama dari keluarga
tersebut. Pasien mengaku bahwa dirinya merasa tidak berguna karena tak
dapat membahagiakan orangtuanya dan membantu perekonomian
keluarga. Pasien merasa bersalah karena tak dapat mencari pekerjaan
dengan gaji yang lebih besar. Saat ini pasien belum meiliki teman dekat
wanita karena pasien merasa tak percaya diri dengan gajinya yang kecil
serta takut jika tak dapat membahagiakan wanita tersebut.
Pasien pertama kali datang ke Poli Psikiatri RSUD Daya dan belum
pernah menjalani terapi sebelumnya.
1. Hendaya dan disfungsi
Hendaya sosial (-)
Hendaya pekerjaan (-)
Hendaya gangguan waktu senggang (-)
2. Faktor stress psikososial
Pasien hanya memiliki gaji yang kecil.
3. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat fisik sebelumnya
2
Trauma (-)
Infeksi (-)
Kejang (-)
NAPZA
(-)
3
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Pasien tidak pernah mengalami gangguan yang sama sebelumnya.
D. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal di Rumah Sakit Bersalin di Makassar dan
ditolong oleh dokter pada tanggal 18 April 1982. Lahir cukup bulan
dan tidak ditemukan adanya cacat lahir ataupun kelainan bawaan.
Pasien merupakan anak yang diinginkan. Selama kehamilan, ibu
pasien dalam keadaan sehat. Pada saat bayi, pasien tidak pernah
mengalami panas tinggi dan kejang. Pasien mendapatkan ASI.
2. Riwayat Kanak Awal
Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya. Pertumbuhan dan
perkembangan pasien pada masa anak-anak awal sesuai dengan
perkembangan anak seusianya. Tidak ada masalah perilaku yang
menonjol.
3. Riwayat Kanak Pertengahan
Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya dan cukup mendapatkan
perhatian dan kasih sayang. Pada usia 6 tahun pasien masuk SD di
Makassar.
4. Riwayat Kanak Akhir dan Remaja
Pasien melanjutkan pendidikannya di SMP Kabupaten Pangkep
kemudian setelah itu pasien melanjutkan lagi sekolahnya di SMA
di Makassar. Pasien memiliki banyak teman.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat pekerjaan
Sejak tamat SMA pasien melanjutkan studinya hingga selesai
ke jenjang perkuliahan. Setelah menyelesaikan studi S1 nya di
Universitas Negeri Makassar jurusan ekonomi, pasien
melanjutkan bekerja di salah satu toko di Makassar.
4
b. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah.
c. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama islam dan menjalankan kewajiban
dengan baik.
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien anak pertama dari lima bersaudara (♂, ♂, ♂, ♀, ♂)
Hubungan dengan keluarga baik
Riwayat keluarga dengan keluhan sama tidak ada.
F. Situasi Sekarang
Pasien sekarang tinggal di Makassar bersama orangtua dan dua orang
saudaranya.
G. Persepsi Pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien merasa bahwa dirinya sakit dan butuh pengobatan.
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki memakai sweater hitam dengan celana jeans
hitam, perawakan sedang, perawatan diri baik.
2. Kesadaran
Baik
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Tenang
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
5
B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati, dan Perhatian
1. Mood : Sedih
2. Afek : Depresi
3. Empati : Dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Sesuai taraf pendidikan
2. Daya konsentrasi : Cukup
3. Orientasi
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
4. Daya ingat
Jangka panjang : Baik
Jangka pendek : Baik
Jangka segera : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak diketahui
7. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
Produktivitas : Baik
Kontuinitas : Relevan, koheren
Hendaya berbahasa : Tidak ada
6
2. Isi Pikiran
Preokupasi : Tidak ada
Waham : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls
Tidak terganggu
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : Tidak terganggu
2. Uji daya nilai : Tidak terganggu
3. Penilaian realitas : Tidak terganggu
H. Tilikan (Insight)
Derajat 6 (pasien menyadari dirinya sakit dan butuh pengobatan).
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI
1. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, kesadaran komposmentis, tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 84x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36,50C,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus, jantung, paru, abdomen
dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
2. Status Neurologis
Kesadaran saat datang berada pada GCS 15 (E4M6V5). Gejala
rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), kernig’s sign (-), pupil bulat dan
isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik
keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks
patologis.
7
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien datang dengan keluhan susah tidur yang dialami sejak sekitar 1
bulan yang lalu. Pasien juga kehilangan minat pada hobi bermain bola yang
disenanginya, merasa cepat lelah saat bekerja. Pasien malas bekerja, kurang
konsentrasi saat bekerja. Pasien juga merasa tidak berguna dan bersalah
karena tidak dapat membahagiakan orangtuanya dan membantu ekonomi
keluarga karena hanya memiliki gaji yang kecil. Pasien juga merasa tidak
percaya diri terhadap wanita serta merasa pesimis untuk dapat
membahagiakan wanita. Pasien juga mengeluhkan jantung berdebar-debar
serta berkeringat dingin yang terkadang dialami dan tidak terus menerus
semenjak pasien mengalami susah tidur.
Dari pemeriksaan status mental tampak seorang laki-laki memakai
sweater hitam dengan celana jeans hitam, perawakan sedang, perawatan diri
baik, mood sedih dan afek depresi. Fungsi intelektual baik, tidak ada
gangguan persepsi, tidak ada gangguan isi pikir dan pengendalian impuls
tidak terganggu. Norma sosial, uji daya nilai dan penilaian realitas tidak
terganggu. Tilikan derajat 6. Dapat dipercaya.
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis dan pemeriksaan
status mental ditemukan gejala klinis yang bermakna yaitu berupa malas
beraktivitas, kehilangan semangat, mudah lelah, konsentrasi terganggu,
dan kurang percaya diri. Terdapat juga rasa bersalah dan tidak berguna,
terasa masa depan suram, pesimis, serta tidur terganggu. Ditemukan gejala
otonomik berupa jantung berdebar-debar dan keringat dingin. Keadaan ini
menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien dan keluarga serta
terdapat disabilitas (dissability) pada pasien sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien menderita gangguan jiwa.
8
Dari pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya dalam
menilai realita sehingga digolongkan kedalam gangguan jiwa non-
psikotik.
Berdasarkan status internus, neurologis, dan riwayat penyakit tidak
ditemukan adanya kelainan sehingga gangguan mental organik dapat
disingkirkan dan pasien digolongkan pada gangguan jiwa non-psikotik
non organik.
Pada kasus ini terdapat gejala utama berupa kehilangan semangat
dan minat, mudah lelah dalam bekerja dan ditemukan afek depresi, serta
terdapat lima gejala lainnya yaitu berupa konsentrasi terganggu, kurang
percaya diri, rasa bersalah dan tidak berguna, pesimis, dan susah tidur,
sehingga dapat didiagnosis sebagai Episode Depresif Sedang Tanpa
Gejala Somatik (F32.10).
Selain gejala depresif, pada pasien juga ditemukan gejala anxietas
berupa jantung berdebar-debar dan keringat dingin sehingga dapat
didiagnosis sebagai Gangguan Anxietas YTT (F41.9).
Aksis II
Dari informasi yang didapatkan, pasien merupakan orang yang biasa-biasa
saja. Belum cukup untuk mengarahkan pasien ke salah satu ciri
kepribadian.
Aksis III
Tidak ada.
Aksis IV
Faktor stressor pasien ialah masalah ekonomi.
Aksis V
GAF (Global Assesment Functioning) Scale 60-51. Gejala sedang
(moderate) disabilitas sedang.
9
VII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik :
Tidak terdapat kelainan yang spesifik, namun diduga terdapat
ketidakseimbangan antara neurotransmitter maka pasien memerlukan
farmakoterapi.
2. Psikologi :
Tidak ditemukan hendaya dalam menilai realita tapi terdapat gejala depresi
sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.
3. Sosioligik :
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang pekerjaan, dan penggunaan
waktu senggang sehingga pasien memerlukan sosioterapi.
VIII. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmakoterapi
Fluoxetine 20 mg tab 1-0-0
Alprazolam 0,5 mg tab 0-0-1
2. Psikoterapi
Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi
pikirannya sehingga pasien merasa lega.
Suportif
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya dan memahami
cara menghadapinya, serta tetap memotivasi pasien agar tetap
minum obat secara teratur.
Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang terdekat
pasien tentang gangguan yang dialami oleh pasien, sehingga tercipta
dukungan moril dan lingkungan yang kondusif sehingga membantu
proses penyembuhan pasien.
10
IX. PROGNOSIS
Baik
Faktor Pendukung :
Keluarga mendukung penuh kesembuhan pasien
Pasien sadar dirinya sakit dan mau berobat
Faktor penghambat:
Stressor saat ini masih berlangsung
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain
itu menilai efektifitas dan kemungkinan efek samping.
XI. DISKUSI/ TAMBAHAN
Pada pasien ini, didapatkan gejala-gejala depresi berupa kehilangan
semangat dan minat, mudah lelah dalam bekerja dan ditemukan afek
depresi, serta terdapat lima gejala lainnya yaitu berupa konsentrasi
terganggu, kurang percaya diri, rasa bersalah dan tidak berguna, pesimis,
dan susah tidur. Dan semua gejala tersebut diatas sudah dialami lebih dari
dua minggu, sehingga menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa edisi ke-III (PPDGJ-III), pasien ini sudah masuk dalam
kriteria Episode Depresif.
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
edisi ke-III (PPDGJ-III), pedoman diagnostik Episode Depresif (F32)
yaitu dengan memenuhi kriteria berikut:
Gejala Utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat);
a) Afek depresif,
b) Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
c) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya rasa mudah
lelah (rasa lelah yang nyata setelah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.
11
Gejala lainnya:
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang,
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang,
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna,
d) Pandangan masa depan suram dan pesimistis,
e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri,
f) Tidur terganggu,
g) Nafsu makan berkurang.
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnyaa 2 minggu untuk penegakan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1),
dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresif tunggal
(yang pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan ke
salah satu diagnosis gangguan episode depresif berulang (F33)
Untuk lebih spesifiknya, pasien ini memiliki 3 gejala utama
depresi (afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya
energi yang menyababkan rasa udah lelah) serta 5 gejala tambahan depresi
(sulit konsentrasi, perasaan tak berguna dan bersalah, pesimis, tidak
percaya diri, dan susah tidur). Pasien juga mengalami kesulitan dalam
menjalani pekerjaannya akibat dari gejala-gejala depresi tersebut sehingga
menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-
III (PPDGJ-III), pasien ini dapat digolongkan dalam Episode Depresif
sedang.
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
edisi ke-III (PPDGJ-III), Pedoman diagnostik Episode Depresif Sedang
(F32.1).
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
pada episode depresi ringan (F30.0);
12
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala
lainnya;
Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga.
Karakter kelima : F32.10 = Tanpa gejala somatik
F32.11 = Dengan gejala somatik
Selain gejala depresif, pada pasien juga ditemukan gejala anxietas
berupa overaktiftas otonomik yakni jantung berdebar-debar dan juga
keringat dingin. Namun gejala ini tidak berlangsung terus menerus, tidak
dicetuskan oleh objek dan situasi yang jelas, dan tidak sampai
menghentikan aktifitas (tidak khas sebagai Gangguan Anxietas Fobik dan
Gangguan Anxitas Lainnya), sehingga berdasarkan PPDGJ III pasien ini
didiagnosis sebagai Gangguan Anxietas YTT.
Pada pasien ini diberikan anti-depresan golongan selective Serotonin
Reuptake Inhibitor (SSRI), yaitu Fluoxetine 20 mg sekali sehari pada pagi
hari. Gejala depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau
beberapa ‘aminergic neurotransmitter’ (noradrenaline, serotonin,
dopamine) pada celah sinaps neoron di SSP (khususnya pada sistem
limbik) sehingga aktivitas reseptor serotonin menurun. SSRI bekerja dalam
sistem saraf pusat dengan menghambat secara selektif re-uptake aminergic
neurotransmitter. Sehingga terjadi peningkatan jumlah ‘aminergic
neurotransmitter’ pada celah sinaps neuron tersebut yang dapat
meningkatkan aktivitas reseptor serotonin.
Pada dasarnya semua obat anti depresi mempunyai efek primer (efek
klinis) yang sama pada dosis ekuivalen, yang membedakan adalah efek
sekunder (efek samping). Pemilihan obat jenis SSRI dilakukan karena SSRI
memberikan efek samping sangat minimal dibandingkan obat anti
depresan golongan lainnya.
13
Selain pemberian anti-depresan, pasien ini juga obat anti-anxietas
golongan Benzodiazepine, yaitu Alprazolam 0,5 mg sekali sehari pada
malam hari. Sindrom anxietas disebabkan hiperaktivitas system limbic
SSP yang terjadi dari dopaminergic, nonadrenergic, dan serotonin neuron
yang dikendalikan oleh GABA-ergic neurons (Gamma Butiric Acid, suatu
inhibitory neurotransmitter). Obat Anti-Anxietas benzodiazepine yang
bereaksi dengan cara berikatan dengan reseptornya (benzodiazepine
receptors) akan meng-reinforce the inhibitory action of GABA-ergic
neuron sehingga hiperaktivitas tersebut mereda.
Pemilihan obat golongan benzodiazepine dilakukan karena dari semua
obat yang mempunyai efek anti-anxietas, benzodiazepin mempunyai ratio
terapeutik yang lebih tinggi dan lebih kurang menimbulkan adiksi dengan
toksisitas rendah. Selain itu, pemilihan obat alprazolam juga berdasarkan
efeknya yang bukan saja sebagai anti ansietas melainkan juga memiliki
efek sedatif. Pasien saat ini mengalami keluhan sulit tidur, sehingga efek
sedatif dari alprazolam merupakan salah satu pertimbangan penggunaan
obat alprazolam ini kepada pasien.
14
XII. LAMPIRAN WAWANCARA
AUTOANAMNESIS
Keterangan;
DM : Dokter Muda
P : Pasien
DM : Assalamualaikum pak
P : Waalaikumsalam
DM : Perkenalkan, saya Nur, dokter muda yang bertugas disini. Bisa saya
tanya- tanya ki pak?
P : Iya bisa
DM : Bapak namanya siapa?
P : A
DM : Pak A umurnya berapa?
P : 33 tahun
DM : Pak A tinggal dimana? sama siapa?
P : Disini ji dok, BTN Hartaco Indah, sama orangtua dan saudaraku dok.
DM : Oh iye, Pak A apa kegiatan ta sekarang, ada kerja ta?
P : Iye kerja ka dok. Saya bekerja sebagai karyawan toko.
DM : Kalau boleh tau kenapa bapak datang ke berobat?
P : Susah sekali ka tidur dok.
DM : Sejak kapan ki rasa itu susah tidur, pak?
P : Kira-kira sudah 1 bulan mi, dok.
DM : Kalau tidur ki itu pak berapa lama biasanya durasi tidur ta?
P : Biasanya ta’ 2 jam ja tidur, dok. Itupun susah ka juga tidur karena biasa
ka pikir macam-macam.
DM : Maksudnya pikiran yang macam-macam itu seperti bagaimana pak?
P : Biasa kupikir ki bagaimana kalau ada bencana datang ke keluargaku,
baru takutka juga diberhentikan kerja dok.
15
DM : Kenapa ki berpikir seperti itu pak? Ada masalah sama keluarga ta atau
pekerjaan ta?
P : Itumi dok, nda bisa ka kurasa bahagiakan ki orangtua ku, belum lagi anak
pertama ka dok, baru gaji ku tidak banyakji. Tidak banyak bisa kubantu
keluargaku, dok. Coba bisa ka dapat kerja lain yang lebih bagus gajinya
dok.
DM : Boleh tau orangtua ta masih bekerja atau sudah pensiun pak?
P : Kalau ibu nda kerja, tapi kalau bapak ada usahanya.
DM : Oh begitu pak, kalau dikantor ta sendiri nda adaji masalah selain gaji ta?
P : Ada iya dok. Sering ka dimarahi sama bosku ditempat kerjaku, memang
karena saya juga biasa salah dok.
DM : Apa memang kesalahan ta pak?
P : Biasaka memang salah-salah sortir barang dok, nda konsen ka dok. Kalau
didapat mi sama bosku kena marah ma, dok.
DM : Tapi bapak pernah ceritakan tentang ini ke keluarga ta?
P : Tidak dok.
DM : Kenapa bapak tidak cerita ke keluarga ta?
P : Tidakji dok, nda mau ja cerita. Nanti tambah kubebani ji orangtua ku.
Tambah jadi bebanmi saya rasa dok.
DM : Oh iye pak. Selain itu ada lagi yang biasa kita rasa tidak seperti dulu pak?
P : Malas jka kurasa biasa pergi kantor dok. Kayak cepatka capek juga kalau
kerja.
DM : Jadi biasa kita rasa cepat capek ditempat kerja ta, pak?
P : Iye dok.
DM : Oh iye pak. Katanya adek ta dulu suka ki main bola kalau sore-sore, tapi
sekarang tidak pernah meki lagi main bola, betul begitu pak?
P : Iye dok.
DM : Kenapa itu pak?
P : Malas ja dok.
DM : Oh iye pak. Selain itu ada lagi yang kita rasa selain susah tidur pak?
P : Iye dok biasa berdebar-debar ki jantung ku sama keringat dingin ka.
16
DM : Sejak kapan kita rasa itu, pak?
P : Itu dok sejak susah meka tidur.
DM : Setiap hari kah kita rasa, dan terus menerus kah kita rasa, pak?
P : Kadang-kadang ji dok, nda setiap hari.
DM : Oh iye pak. Kan bapak sekarang sudah umur 33 tahun, kalau boleh tau
bapak sudah menikah?
P : Belumpi dok. Jangankan menikah, nda beranika saya dekati cewe.
DM : Tidak berani kenapa pak?
P : Takut ka kecewakanki.
DM : Kecewakan bagaimana itu pak?
P : Kan tidak banyak gajiku kodong, bagaimana ka bisa bahagiakan
ki nanti? Nda PD ka dok.
DM : Oh begitu pak. Masih ada lagi kita mau kita cerita pak?
P : Tidak adami dok.
DM : Kalau begitu terimakasih banyak di’ pak informasinya
P : Iye dok.
.
17