jiwa

  • Upload
    gusti

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kesehatan

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSetiap individu memiliki kemampuan menjalin hubungan sosial, mulai dari hubungan intim biasa sampai hubungan saling ketergantungan . Hubungan sosial tersebut diperlukan individu dalam rangka menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan hidup.Maka dari itu seorang manusia perlu membina hubungan interpersonal yang memuaskan.Kepuasan hubungan akan tercapai bila individu terlibat aktif dalam melakukan interaksi peran serta yang tinggi , disertai respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerja sama , hubungan timbal balik yang harmonis (Stuart and Sundeen ,1995)Pemutusan hubungan akan terjadi apabila terdapat ketidakpuasan individu dalam menjalin interaksi,juga adanya respon lingkungannya yang negatip.Kondisi ini akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak percaya dengan orang lain dan keinginan untuk menghindar dari orang lain .

1.2 TujuanTujuan Umum:Mahasiswa dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada klien dengan masalah gangguan isolasi sosial: menarik diri.

Tujuan Khusus :Mengetahui pengertian perilaku menarik diriMengidentifikasi factor-faktor penyebab perilaku menarik diriMengidentifikasi tanda-tanda penyebab perilaku menarik diriMengidentifikasi masalah keperawatan yang mungkin munculMenetapkan diagnosa keperawatanMemberikan tindakan keperawatan sesuai rencanaMelaksanakan evaluasi dan pencatatan

1.3 Batasan MasalahPerilaku menarik diri dapat menyertai pada kasus-kasus gangguan jiwa. Pada makalah ini pembahasan masalah menarik diri dibatasi pada seorang klien dengan Skizofrenia Simplek , yang dirawat diruang Jiwa C RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Pemberian Asuhan Keperawatan dilaksanakan tanggal 18 Februari sampai dengan 20 Februari 2002.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Isolasi SosialIsolasiSosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorangkarenaorang lain menyatakan sikap yang negatip dan mengancam (Twondsend,1998)Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin,1993 dikutip budi keliat,2001)Terjadinya dipengaruhi factor predisposisi dan antara lain perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah,pesimis,putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan.2.2 Konsep Dasar Skizofrenia SimpleksSkizofrenia simpleks merupakan salah satu jenis dari Skizofrenia. Gangguan jiwa jenis ini timbul pertama kali pada masa pubertas dengan gejala utama kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan (Maramis, 1998). Diagnosis Skizofrenia simpleks sulit secara meyakinkan karena tergantung kepada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan-lahan dan progresif dari gejala negatif yang khas dari skizofrenia, tanpa didahului oleh riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik. Disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup dan penarikan diri secara sosial. ( PPDGJ 3,2001 ) Skizofrenia simpleks kurang jelas psikotiknya dibandingkan dengan sub tipe skizofrenia jenis lainnya.

EtiologiPenyebab Skizofrenia simpleks secara umum sama sebagaimana skizofrenia, yakni meliputi beberapa faktor :1. Keturunan2. Sistem endokrin3. Sistem metabolisme4. Susunan syaraf pusat5. Teori Adolf Meyer6. Teori Sigmund Freud7. Eugen Bleuler.8. Skizofrenia sebagai suatu sindroma9. Skizofrenia suatu gangguan psikosomatik.Gejala - gejala Gejala gejala Skizofrenia simpleks yang khas adalah adanya kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat, timbulnya perlahan-lahan sekali.

PrognosaPrognosa secara umum mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :1.Kepribadian pre psikotik2.Timbulnya serangan Skizofrenia, akut lebih baik.3.Jenis : Skizofrenia jenis hebefrenik dan simpleks sama jelek, penderita menuju ke arah kemunduran mental.4.umur : makin muda permulaan, makin jelek.5.Pengobatan : makin cepat makin baik.6.Faktor pencetus : adanya faktor pencetus lebih baik.7.Keturunan : dalam keluarga ada penderita lebih jelek.PengobatanPrinsip pengobatan Skizofrenia simpleks mengacu pada pengebotan penyakit Skizofrenia, yang meliputi :1. Psikofarmaka2. Terapi elektro konvulsi3. Terapi koma insulin4. Psikoterapi dan rehabilitasi5. Lobotomi prefrontal2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Isolasi sosial : Menarik Diri

A.Pengkajian1. IdentitasSering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa pubertas.2. Keluhan UtamaKeluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya akibat adanya kumunduran kemauan dan kedangkalan emosi.3. Faktor PredisposisiFaktor predisposisi sangat erat terkait dengan faktor etiologi yakni keturunan, endokrin, metabolisme, susunan syaraf pusat, kelemahan ego.4. Psikososiala. GenogramOrang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-16 % skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68 %, saudara tiri kemungkinan 0,9-1,8 %, saudara kembar 2-15 %, saudara kandung 7-15 %.b. Konsep DiriKemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan mempengaruhi konsep diri pasien.c. Hubungan SosialKlien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam diri.d. SpiritualAktifitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.5. Status Mentala. Penampilan DiriPasien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resliting tak terkunci, baju tak diganti, baju terbalik sebagai manifestasi kemunduran kemauan pasien.b. PembicaraanNada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.c. Aktifitas MotorikKegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia).d. EmosiEmosi dangkale. AfekDangkal, tak ada ekspresi roman muka.f. Interaksi Selama WawancaraCenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara, diam.g. PersepsiTidak terdapat halusinasi atau waham.h. Proses BerfikirGangguan proses berfikir jarang ditemukan.i. KesadaranKesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan dengan dan pembatasan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif).j. MemoriTidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu, orang baik.k. Kemampuan penilaianTidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau tidak tepat.l. Tilik diriTak ada yang khas.6. Kebutuhan Sehari-hariPada permulaan penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya, makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sangat menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, intirahat tidur.

Pohon MasalahPenampilan diri terganggu

Kerusakan Komunikasi Sindroma Perawatan diri Verbal kurang

Isolasi Sosial : Kemauan Menurun Menarik diri

Harga diri rendah

Koping keluarga Kegagalan Perpisahan/kehilangan Tidak efektif

B.Diagnosa Keperawatan1. Isolasi sosial yang berhubungan dengan :Kurangnya rasa percaya kepada orang lainPanikRegresi ke tahap perkembangan sebelumnyaSukar berinteraksi dengan orang lain pada masa lampauPerkembangan ego yang lemahRepresi rasa takut

Dibuktikan oleh :Menyendiri dalam ruanganTidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mataSedih, afek datarPerhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianyaBerfikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna.Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain.

2. Kerusakan komunikasi verbal, yang berhubungan dengan :Ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lainPanikRegresi ke tahap perkembangan sebelumnyaMenarik diriDibuktikan oleh :Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnyaMenggunakan kata-kata simbolik (neologisme)Menggunakan kata yang tak berartiKontak mata kurang / tidak mau menatap lawan bicara.

3. Sindroma kurang perawatan diri, yang berhubungan dengan :Menarik diriRegresiPanikKetidakmampuan mempercayai orang lainDibuktikan oleh :Kesukaran mengambil makanan atau ketidakmampuan membawa makanan dari wadah ke mulut.Ketidakmampuan membersihkan tubuh atau bagian-bagian tubuh.Kurangnya minat dalam memilih pakaian , kelainan kemampuan dalam berpakaian, mempertahankan penampilan yang memuaskan.Tidak adanya kemauan untuk melakukan defekasi atau berkemih tanpa bantuan.

C.Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa 1Tujuan jangka pendek :Pasien siap masuk dalam terapi aktifitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayainya dalam 1 minggu.Tujuan jangka panjang :Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama pasien lain dan perawat dalam aktifitas kelompok di unit rawat inap.Kriteria hasil yang diharapkan :1.Pasien dapat mendemontrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain.2.Pasien dapat mengikuti aktifitas kelompok tanpa disuruh.3.Pasien melakukan pendekatan interaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang sesuai / dapat diterima.Intervensi Keperawatan :1.Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi singkat.Rasional : Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri pasien dan memfasilitasi rasa percaya kepada orang lain.2.Perlihatkan penguatan positif pada pasien.Rasional : Pasien merasa menjadi orang yang berguna.3.Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktifitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar bagi pasien.Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercaya akan memberikan rasa aman bagi pasien.4.Jujur dan menepati semua janji.Rasional : Kejujuran dan rasa saling membutuhkan menimbulkan suatu hubungan saling percaya.5.Orientasikan pasien pada orang, waktu, tempat sesuai kebutuhannya.6.Berhati-hatilah dengan sentuhan.Rasional : Pasien yang curiga dapat menerima sentuhan sebagai suatu yang mengancam..7.Diskusikan dengan pasien tanda-tanda peningkatan anxietas dan teknik untuk memutus respon (latihan relaksasi, berhenti berfikir).Rasional : Perilaku menarik diri dan curiga dimanifestasikan selama terjadi peningkatan anxietas.8.Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.Rasional : Penguatan akan meningkatkan harga diri pasien dan mendorong pengulangan perilaku tersebut.9.Berikan obat-obat penenang sesuai program pengobatan pasien.Rasional : Obat-obat anti psikosis menolong untuk menurunkan gejala psikosis pada seseorang sehingga memudahkan interaksi dengan orang lain.

2. Diagnosa 2Tujuan jangka pendek :Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada 1 topik, menggunakan ketepatan kata, melakukan kontak mata intermiten selama 5 menit dengan perawat selama 1 minggu.Tujuan jangka panjang :Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan komunikasi verbal dengan perawat dan sesama pasien dalam suatu lingkungan sosial dengan cara yang sesuai / dapat diterima.Kriteria hasil yang diharapkan :1.Pasien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat dimengerti dan diterima orang lain.2. Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya.3. Pasien dapat mengakui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainan komunikasi verbal terjadi pada saat adanya peningkatan anxietas.Intervensi Keperawatan :1. Gunakan teknik validasi dan klarifikasi untuk mengerti pola komunikasi pasien..Rasional : Teknik ini menyatakan kepada pasien bagaimana ia dimengerti oleh orang lain, sedangkan tanggung jawab untuk mengerti ada pada perawat.2. Pertahankan konsistensi perawat yang bertugasRasional : Memudahkan rasa percaya dan kemampuan untuk mengerti tindakan dan komunikasi pasien.3. Jelaskan kepada pasien dengan cara yang tidak mengancam bagamana perilaku dan pembicaraannya diterima dan mungkin juga dihindari oleh orang lain.4. Jika pasien tidak mampu atau tidak ingin bicara (autisme), gunakan teknik mengatakan secara tidak langsung.Rasional : Hal ini menyampaikan rasa empati, mengembangkan rasa percaya dan mendorong pasien mendiskusikan hal-hal yang menyakitkan dirinya.5. Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola komunikasi yang memuaskan kembali.Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas keperawatan.

3. Diagnosa 3Tujuan jangka pendek :Pasien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1 minggu.Tujuan jangka panjang :Pasien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemontrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.Kriteria hasil yang diharapkan :1.Pasien makan sendiri tanpa bantuan.2.Pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian merawat dirinya tanpa bantuan.3.Pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi setiap hari dan melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa bantuan.Intervensi keperawatan :1.Dukung pasien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai tingkat kemampuan pasien.Rasional : Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam melakukan aktifitas akan meningkatkan harga diri.2.Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak dapat melakukan beberapa kegiatan. Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas dalam keperawatan.3.Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya mandiri.Rasional : Penguatan positif akan meningkatkan harga diri dan mendukung pengulangan perilaku yang diharapkan.4.Perlihatkan secara konkret, bagaimana melakukakn kegiatan yang menurut pasien sulit melakukannya.Rasional : Penjelasan harus sesuai dengan tingkat pengertian yang nyata.5.Buat catatan secara terinci tentang makanan dan cairan.Rasional : Informasi yang penting untuk mendapatkan gambaran nutrisi yang adekuat.6.Berikan makanan kudapan dan cairan diantara waktu makan.Rasional : Pasien mungkin tidak mampu mentoleransi makanan dalam jumlah besar pada saat makan dan membutuhkan penambahan diluar waktu makan.7.Jika pasien tidak makan karena curiga dan takut diracuni, berikan makanan kaleng dan biarkan pasien sendiri yang membukanya, atau disajikan dalam kekeluargaan.Rasional : Pasien dapat melihat setiap orang makan dari hidangan yang sama.8.Tetapkan jadwal defekasi dan berkemih, bantu pasien ke kamar mandi sesuai jadwal, sampai pasien mampu melakukan tanpa bantuan orang lain.Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasie

Jr Patrick Gaskins BloggerJumat, 13 Juli 2012ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. A DENGAN ISOLASI SOSIAL DIRUANG ELANG RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK) PROVINSI KALIMANTAN BARAT PONTIANAK

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. A DENGAN ISOLASI SOSIAL DIRUANG ELANG RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK)PROVINSI KALIMANTAN BARATPONTIANAK

Laporan Kasus

Diajukan sebagai persyaratan untukMenyelesaikan Pendidikan D-III Keperawatan

OLEH :HERMAN PETRIKNIM 09.946

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI(STIKES YARSI) PONTIANAKTAHUN 2012

Diterima dan disetujui untuk dipertahankan laporan kasus dengan judul:Asuhan Keperawatan Pada Tn.A. DenganIsolasi Soaialdi Ruang Elang Rumah Sakit Khusus (RSK)Provinsi Kalimantan Barat

Pembimbing,

(Ns. Masmuri, S. Kep. )

Mengetahui,Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanYayasan Rumah Sakit Islam Pontianak

Ketua

( Ridwan, M. Kep.)KetuaProdi D-III Keperawatan

(Jamel Djawi, M. Kes)

Diperiksa dan disyahkan oleh penguji Jenjang Pendidikan TinggiDiploma IIIKeperawatanBagianLaporanKasusTinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Pontianak

Penguji I

(Ridwan, M. Kep)

Penguji II

(Ns. Florensa, S. Kep)

Penguji III

(Ns. Masmuri, S. Kep)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil studi kasus dengan judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Isolasi Sosial di Ruang Elang Rumah Sakit Khusus (RSK) Provinsi Kalimantan Barat.Penulis menyadari bahwa dalam laporan kasus ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan baik materi, tata bahasa maupun isi, namun dengan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya dapat terselesaikan.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:1.Ibu dr. Jendariah Tarigan, Sp. Kj, selaku direktur Rumah Sakit Khusus Provinsi Kalimantan Barat, atas izin dalam praktik klinik keperawatan.2.Bapak Ridwan, M. Kepselakuketua STIKES YARSI Pontianak.3.Bapak Jamel Djawi,M.Kes. selakuketua Prodi D-III Keperawatan STIKES YARSI Pontianak.4.Ibu Ns. Masmuri, S. Kep selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan laporan kasus ini hingga selesai.5.Bapak Ridwan, M. Kep dan ibu Ns. Florensa, S. Kep selaku tim penguji dalam sidang laporan kasus ini.6.Kepala Ruang Melati beserta staf dan dokter diruangan perawatan Rumah Sakit Khusus Provinsi Kalimantan Barat.7.Bapak dan Ibu Dosen serta StafSTIKESYARSI Pontianak yang telah banyak memberikan dorongan dan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.8.Bapak, Ibu, Abang, Adik, sertakeluarga tercinta yang telah memberikan doa dan dorongan semangat serta materil dalam menyelesaikan laporan kasus ini.9.Semua rekan-rekan seangkatan dan adik-adik kelasku tersayang yang telah memberikan dorongan dan motivasi dalam penyusunan laporan kasus ini.10.Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang juga telah banyak membantu baik support maupun doa.Penulis menyadari bahwa laporan kasus yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan agar penyusunan laporan kasus ini lebih baik lagi dimasa yang akan datang.Penulis berharap semoga amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak diatas mendapat imbalan yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Esa. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi profesi keperawatan agar bisa menjadi perawat yang lebih profesional. Amin.Pontianak,Juli2012 PenulisDAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................iHALAMAN PERSETUJUAN....................................................................iiHALAMAN PENGESAHAN......................................................................iiiKATA PENGANTAR.................................................................................vDAFTARSKEMA....................................................................................... viiiDAFTAR TABEL........................................................................................ixDAFTARLAMPIRAN................................................................................x

BAB I PENDAHULUANA.Latar Belakang....................................................................... 1B.Tujuan Penulisan.................................................................... 3C.Manfaat Penulisan................................................................. 5D.Ruang Lingkup Penulisan..................................................... 6E.Metode Penulisan.................................................................. 6F.Sistematika Penulisan............................................................ 7

BAB IITINJAUAN PUSTAKA AKonsep Dasar Isolasi Sosial................................................... 91.Pengertian Isolasi Sosial................................................... 102.Proses Terjadinya Isolasi Sosial........................................ 12 BPenatalaksanaan Isolasi Sosial............................................... 201.Penatalaksanaan Keperawatan......................................... 202.Penatalaksanaan Medis.................................................... 30

BAB III LAPORAN KASUS A Pengkajian .............................................................................34 B Analisa Data.......................................................................... 49C Daftar Diagnosa Keperawatan..............................................52 D Rencana Keperawatan...........................................................53 E CatatanTindakanKeperawatan............................................57 F Catatan Perkembangan..........................................................57

BAB IV PEMBAHASAN KASUSA Pengkajian..............................................................................63 B Diagnosa Keperawatan..........................................................68 CRencanaKeperawatan...........................................................70 D Implementasi .........................................................................72 E Evaluasi..................................................................................73

BAB V PENUTUP A Kesimpulan............................................................................75 B Saran......................................................................................77

DAFTAR PUSTAKADAFTAR SKEMADAFTAR TABELLAMPIRAN-LAMPIRANDAFTARSKEMASkema2.1Model adaptasi stress................................................................ 12Skema2.2Rentang respon isolasi sosial.................................................... 18Skema 2.3Pohon masalah isolasi social.................................................... 23

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Tugasperkembangan berhubungan denganpertumbuhaninterpersonal

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Strategi Pelaksanaan 1 Isolasi SosialLampiran 2 Strategi Pelaksanaan 2 Isolasi SosialLampiran 3 Strategi Pelaksanaan 3 Isolasi SosialLampiran 4 Daftar Riwayat Hidup

BAB I\

PENDAHULUAN

A.Latar BelakangKesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik positif yang menggambarkan kesalahan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. (WHO dalam Yosep, 2009, hlm. 1). Pengertian seseorang tentang gangguan jiwa berasal dari apa yang orang tersebut yakini sebagai faktor penyebab. (Stuart, 2007, hlm. 26)

Secara umum gangguan jiwa yang sering muncul adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah. (Stuart, 2007, hlm 240)

1

Skizofrenia biasanya terdiagnosis pada masa remaja awal dan dewasa awal. Insiden puncak awitannya adalah 15 sampai 35 untuk pria dan 25 sampai 35 untuk wanita. Menurut WHO dalam Videbeck (2008, hlm. 348) prevalensi skizofrenia diperkirakan sekitar 1 % dari seluruh penduduk di dunia. (Videbeck, 2008, hlm. 348). Berdasarkan data dari Rumah Sakit Khusus Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2011 jumlah penderita gangguan jiwa khususnya skizofrenia yang dirawat inap berjumlah 686 atau 84,4 % dari 839 kunjungan.

Perilaku yang muncul pada pasien skizofrenia adalah isolasi dan menarik diri dari hubungan sosial, harga diri rendah, ketidaksesuaian sosial, tidak tertarik dengan aktivitas rekreasi, kerancuan identitas gender, menarik diri dari orang lain yang berhubungan dengan stigma, penurunan kualitas hidup. (Stuart, 2007, hlm. 241)

Hasil rekam medik menunjukkan adanya kecenderungan pasien yang dirawat di ruang Elang Rumah Sakit Khusus Provinsi Kalimantan Barat adalah dengan isolasi sosial yaitu sekitar 40 % dari jumlah penderita gangguan jiwa yang ada di ruangan tersebut. Jika masalah ini tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori : halusinasi dan resiko tinggi mencederai orang lain serta dapat menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri secara mandiri. (Fitria, 2011, hlm. 31)

Untuk menyikapi masalah diatas, perawat yang berhubungan langsung dengan pasien harus melaksanakan perannya secara profesional serta dapat mempertanggungjawabkan asuhan keperawatan yang diberikannya secara alamiah. Prinsip penatalaksanaan asuhan keperawatan tersebut antara lain: membina hubungan saling percaya, membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial, melatih pasien cara-cara berkenalan dengan orang lain secara bertahap, inventarisir kelebihan pasien yang dapat dijadikan motivasi untuk membangun kepercayaan diri pasien dalam bergaul, libatkan pasien dalam interaksi dan terapi kelompok secara bertahap. (Yosep, 2009, hlm 232-234)

Berdasarkan kerangka berfikir diatas maka penulis tertarik untuk menelaah lebih dalam tentang penanganan pasien dengan isolasi sosial dan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada pasien khususnya di ruang Elang Rumah Sakit Khusus (RSK) Provinsi Kalimantan Barat dengan harapan asuhan keperawatan yang diberikan dapat membantu pasien untuk memulai kembali berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain.

B.Tujuan PenulisanTujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah:1.Tujuan UmumMemberikangambaran tentangasuhan keperawatan isolasi sosial dan membandingkan asuhan keperawatan isolasi sosial secara teori dan kenyataan khususnya di ruang Elang RSK Provinsi Kalimantan Barat.

2.Tujuan Khususa.Memberikan gambaran tentangasuhan keperawatan baik secara teori maupun pada pasien denganisolasi sosial.

b.Membandingkan antara konsep dasar yang terkait dengan fakta yang ada di lapangan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial khususnya di ruang Elang Rumah Sakit Khusus (RSK) Provinsi Kalimantan barat.

c.Mengetahui gambaran faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial khususnya di ruang Elang RSK Provinsi Kalimantan Barat.

d.Memberikan saran dan alternatif penyelesaian masalah dalam menyelesaikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial khususnya diruang Elang RSK Provinsi Kalimantan Barat.

e.Memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program pendidikan D- III Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Pontianak.

C.Manfaat PenulisanManfaat penulisan dari studi kasus ini dapat dibagi menjadi dua yaitu: manfaat teoritis dan manfaat praktis.1.Manfaat TeoritisDapat menjadi salah satu referensi bagi mahasiswa keperawatan khususnya mahasiswa D-III keperawatan untuk membandingkan antara asuhan keperawatan secara teoritis dengan kenyataan.

2.Manfaat Praktisa.Rumah SakitMengetahui metode keperawatan yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan isolasi sosial.

b.PerawatMengetahui bagaimana cara membuat asuhan keperawatan yang komprehensif dan memberikan perawatan yang optimal pada pasien dengan isolasi sosial

c.Institusi PendidikanDijadikan contoh laporan kasus dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial.

d.Bagi PenulisMenambah pengalaman dan wawasan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial dan bisa membandingkan antara teori dengan kenyataan.

e.KeluargaKeluarga lebih mengetahui tanda dan gejala pasien dengan isolasi sosial dan dapat mengetahui bagaimana cara merawat pasien dengan isolasi sosial.

D.Ruang Lingkup PenulisanRuang lingkup penulisan ini membahas tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Isolasi di ruang Elang RSK Provinsi Kalimantan Barat yang dimulai dari tanggal 14Juni2012-16Juni2012.

E.Metode PenulisanPenulisan laporan kasus ini dengan metode deskriptif yaitu dengan mengungkapkan fakta-fakta sesuai dengan data yang didapat. Cara pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:1.Wawancara atau interview, dimana wawancara dilakukan pada pasien, dan tenaga kesehatan lainnya serta keluarga jika memungkinkan untuk mendapatkan data dari kasus tersebut.2.Pemeriksaan, pengamatan dan observasi sehingga penulis mendapatkan pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan keperawatan dengan melakukan pendekatan proses keperawatan.3.Studi kepustakaan, yaitu mempelajari buku dan sumber lainnya untuk mendapatkan dasar ilmiah yang berhubungan dengan permasalahan dalam laporan kasus.4.Studi dokumentasi, penulis melakukan studi dokumentasi terhadap status pasien untuk melengkapi data-data yang penulis butuhkan serta melihat catatan keperawatan agar menentukan tindak lanjut dalam melakukan intervensi keperawatan pada pasien.

F.Sistematika PenulisanLaporan kasus ini terdiri dari V (lima) bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.BAB II : Landasan teoritis yang terdiri dari konsep dasar isolasi sosial dan penatalaksanaan isolasi sosial.BAB III : Laporan kasus yang terdiri dari Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasiBAB IV : Pembahasan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, daftar diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.BAB V : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan dasar ilmu pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap individu sebagai pemberian pelayanan keperawatan agar tercapai hasil yang seoptimal mungkin. Bab ini penulis menguraikan tentang konsep dasar Isolasi sosial dan penatalaksanaan pada klien dengan Isolasi sosial secara teoritis.

A.Konsep Dasar Isolasi SosialSkizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu. Skizofrenia tidak ada didefinisikan sebagai penyakit tersendiri, melainkan diduga sebagai suatu sindrom atau proses penyakit yang mencakup banyak jenis dengan berbagai gejala seperti halnya jenis kanker. (Videbeck, 2008, hlm. 348)

Gejala atau perilaku yang berhubungan dengan skizofrenia dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu kategori negatif dan positif. Gejala positif yang dialami adalah waham, halusinasi, gangguan pikiran, bicara kacau, dan perilaku aneh. Sedangkan gejala negatif yang dialami adalah afek datar, alogia, avolisi/apati, anhedonia/asosial, dan defisit perhatian. (Stuart, 2007, hlm. 241)

Salah satu jenis skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Skizofrenia hebefrenik disebut jugadisorganizedtypeatau kacau balau yang ditandai dengan gejala-gejala seperti inkoherensi, alam perasaan, perilaku atau tertawa seperti anak-anak, waham tidak jelas, halusinasi, serta perilaku aneh. (Hawari, 2006, hlm. 64-65)

Menarik diri merupakan salah satu gejala negatif dari skizofrenia dan juga merupakan salah satu tanda dan gejala dari isolasi sosial. Dari uraian diatas penulis akan menjelaskan tentang konsep isolasi sosial.

1.Pengertian Isolasi SosialSuatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain. (Balitbang, dalam Fitria, 2010, hlm. 29)

Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. (Keliat dan Akemat, 2009, hlm. 93)

Selain itu isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman. (Yosep, 2009, hlm. 229)

Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif. Klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri.

2.Proses Terjadinya Isolasi SosialProses terjadinya masalah dapat gambarkan dalam bentuk skema 2.1 dibawah ini:

Skema 2.1 Model adaptasi stres. (Stuart dan Laraia, 2005, hlm. 434)

a.Faktor PredisposisiMenurut Fitria (2009, hlm. 33-35) ada empat faktor predisposisi yang menyebabkan Isolasi Sosial, diantaranya:1)Faktor Tumbuh KembangPada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugas perkembangan tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah sosial.

Dibawah ini akan dijelaskan tahap perkembangan serta tugas perkembangan, lihat tabel 2.1 dibawah ini:Tahap PerkembanganTugas

Masa BayiMenetapkan rasa percaya.

Masa BermainMengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri

Masa PrasekolahBelajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung jawab, dan hati nurani

Masa SekolahBelajar berkompetisi, bekerja sama, dan berkompromi

Masa PraremajaMenjalin hubungan intim dengan teman sesama jenis kelamin

Masa Dewasa MudaMenjadi saling bergantung antara orang tua dan teman, mencari pasangan, menikah, dan mempunyai anak

Masa Tengah BayaBelajar menerima hasilkehidupan yang sudah dilalui

Masa Dewasa TuaBerduka karena kehilangan dan mengembangkan perasaan keterkaitan dengan budaya

Tabel 2.1 Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal (Erik Erikson dalam Stuart, 2007, hlm. 346)

2)Faktor Sosial BudayaIsolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga di mana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti lanjut usia, penyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.

3)Faktor BiologisFaktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel sel dalam limbik dan daerah kortikal.

4)Faktor Komunikasi dalam KeluargaGangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk dalam masalah berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersama atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.

b.Faktor Presipitasi (pencetus)Menurut Stuart (2007, hlm. 280) faktor presipitasi atau stresor pencetus pada umumnya mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres seperti kehilangan, yang memenuhi kemampuan individu berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Faktor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu sebagai berikut:1)Stresor Sosiokultural. Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti.2)Stresor Psikologi. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan.c.Penilaian Terhadap StressorRasa sedih karena suatu kehilangan atau beberapa kehilangan dapat sangat besar sehingga individu tidak tidak mau menghadapi kehilangan dimasa depan, bukan mengambil resiko mengalami lebih banyak kesedihan. Respon ini lebih mungkin terjadi jika individu mengalami kesulitan dalam tugas perkembangan yang berkaitan dengan hubungan. (Stuart, 2007, hlm. 280).

d.Sumber KopingMenurut Stuart (2007, hlm. 280) sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif adalah sebagai berikut :1)Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman.2)Hubungan dengan hewan peliharaan yaitu dengan mencurahkan perhatian pada hewan peliharaan.3)Penggunaan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal (misalnya: kesenian, musik, atau tulisan)

Menurut Stuart & Laraia (2005, hlm. 432) terkadang ada beberapa orang yang ketika ada masalah mereka mendapat dukungan dari keluarga dan teman yang membantunya dalam mencari jalan keluar, tetapi ada juga sebagian orang yang memiliki masalah, tetapi menghadapinya dengan menyendiri dan tidak mau menceritakan kepada siapapun, termasuk keluarga dan temannya.

e.Mekanisme KopingMenurut Stuart (2007, hlm. 281) individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas.

Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik yaitu sebagai berikut:1)Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosiala)Proyeksi merupakan keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri. (Rasmun, 2004, hlm. 35)b)Splitingatau memisah merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk. (Rasmun, 2004, hlm. 36)2)Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambanga)Splittingb)Formasi reaksic)Proyeksid)Isolasi merupakan perilaku yang menunjukan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain. (Rasmun, 2004, hlm. 32)e)Idealisasi orang lainf)Merendahkan orang laing)Identifikasi proyeksi

f.Rentang ResponBagan rentang respon pada pasien dengan isolasi sosial dapat dilihat pada skema 2.2 dibawah ini:

Respon adaptif Respon maladaptif

Menarik diriKetergantunganManipulasicuriga

Merasa sendiriDependensicuriga

MenyendiriOtonomiBekerjasamainterdependen

Skema 2.2 Rentang respon isolasi sosial(Townsend dalam Fitria, 2009, hlm.32)Berdasarkan bagan diatas respon sosial pada pasien dengan isolasi sosial dibagi menjadi respon adaptif dan respon maladaptif :1)Respon AdaptifRespon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Menurut Fitria (2009, hlm. 32) yang termasuk respon adaptif adalah sebagai berikut:a)Menyendiri, merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah terjadi dilingkungan sosialnya.b)Otonomi, merupakan kemampuan individu untuk menentukan dab menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.c)Bekerja sama, merupakan kemampuan individu yang saling membutuhkan orang lain.d)Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

2)Respon MaladaptifRespon yang diberikan individu menyimpang dari norma sosial. Yang termasuk kedalam rentang respon maladaptif adalah sebagai berikut:a)Menarik DiriSeseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.

b)KetergantunganSeseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain.c)ManipulasiSeseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat menerima hubungan sosial secara mendalam.d)CurigaSeseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

B.Penatalaksanaan Isolasi sosialPenatalaksanaan asuhan keperawatn pada pasien isolasi sosial terdiri dari penatalaksanaan keperawatan dan penatalaksanaan medis:1.Penatalasanaan KeperawatanPenatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial meliputi metode pendekatan proses keperawatan dan terapi modalitas.a.Metode Pendekatan Proses KeperawatanProses keperawatan adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan yang sistematis dan rasional. (Kozier dalam Nurjannah, 2004, hlm. 29)

Menurut Stuart dan Sundeen dalam Nurjannah (2004, hlm. 30). Enam fase atau langkah dari proses keperawatan tersebut meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, engidentifikasianoutcame, perencanaan, implementasi dan evaluasi.1)Pengkajian Asuhan KeperawatanPengkajian merupakan tahap awal dari dasar utama dari proses keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. (Nurjannah, 2004, hlm. 30)

Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi, presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien. (Stuart dan Sundeen dalam Nurjannah, 2004, hlm. 30)

Menurut Keliat (2010, hlm.93) untuk melakukan pengkajian pada pasien dengan isolasi sosial dapat menggunakan teknik wawancara dan observasi.a)Pengkajian yang ditemukan pada teknik wawancara adalah sebagai berikut:(1)Pasien mengatakan malas bergaul dengan orang lain.(2)Pasien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta untuk sendirian.(3)Pasien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain.(4)Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.(5)Pasien merasa tidak aman dengan orang lain.(6)Pasien mengatakan tidak bisa melangsungkan hidup.(7)Pasien mengatakan merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.

b)Pengkajian yang ditemukan dari hasil observasi adalah sebagai berikut:(1)Ekspresi wajah kurang berseri(2)Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri(3)Mengisolasi diri(4)Tidak ada/kurang kontak mata(5)Aktivitas menurun(6)Asupan makanan dan minuman terganggu(7)Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan.(8)Tampak sedih, afek tumpul2)Pohon MasalahSkema pohon masalah isolasi sosial adalah sebagai berikut:

Skema 2.3 Pohon masalah isolasi sosial (Fitria, 2009, hlm.36)

3)Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan adalah interpretasi ilmiah atas data hasil pengkajian yang interpretasi ini digunakan perawat untuk membuat rencana, melakukan implementasi dan evaluasi. (NANDA, 2011, hlm. 2)a)Diagnosa utama : Isolasi sosialb)Diagnosa lain yang menyertai diagnosa isolasi sosial menurut Keliat (2006, hlm. 20 ) adalah sebagi berikut:(1)Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran(2)Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri(3)Gangguan konsep diri: harga diri rendah(4)Ketidakefektifan penatalaksanaan program teraupetik(5)Defisit perawatan diri(6)Ketidakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan keluarga merawat pasien dirumah.(7)Gangguan pemeliharaan kesehatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Fitria (2009, hlm. 36) adalah sebagai berikut:(1)Isolasi sosial(2)Harga diri rendah kronis(3)Perubahan persepsi sensori: Halusinasi(4)Koping individu tidak efektif(5)Koping keluarga tidak efektif(6)Malas beraktivitas(7)Defisit perawatan diri(8)Resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

4)Rencana Asuhan KeperawatanPerencanaan adalah kategori dari perilaku kesehatan dimana memiliki tujuan yang berpusat pada pasien dari hasil yang dapat diperkirakan dan ditetapkan, intervensi keperawatan dipilih untuk tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005, hlm. 180)

Menurut Keliat dan Akemat (2010, hlm. 98-99) intervensi keperawatan untuk pasien dengan isolasi sosial adalah:a)Tujuan(1)Pasien dapat membina hubungan saling percaya(2)Pasien dapat menyadari penyebab interaksi sosial(3)Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.(4)Pasien menunjukkan keterlibatan sosial

b)Intervensi Keperawatan untuk PasienIntervensi keperawatan untuk pasien menurut Keliat dan Akemat (2010, hlm 98-99) adalah sebagai berikut:(1)Membina hubungan saling percaya.(2)Membantu pasien untuk mengenal penyebab isolasi sosial, yaitu dengan cara:(a)Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.(b)Tanyakan penyebab pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.(3)Bantu pasien untuk mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain dengan cara mendiskusikan manfaat jika pasien memiliki banyak teman.(4)Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, yaitu dengan cara:(a)Diskusikan kerugian jika pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain.(b)Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.(5)Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap, yaitu dengan cara:(a)Memberikan kesempatan pasien memperhatikan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan dihadapan perawat.(b)Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (perawat, pasien atau keluarga).(c)Jika pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga atau empat orang dan seterusnya.(d)Berilah pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.(e)Motivasi pasien untuk terus berinteraksi dengan orang lain dan tingkatkan jadwal aktivitas pasien secara bertahap.

3)Intervensi Keperawatan untuk KeluargaIntervensi keperawatan keluarga menurut Keliat & Akemat (2010, hlm. 104) adalah sebagai berikut:(a)Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.(b)Jelaskan tentang masalah isolasi sosial dan dampaknya, penyebab isolasi sosial, cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial.(c)Peragakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.(d)Bantu keluarga mempraktekan cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan masalah yang dihadapi.(e)Susun rencana pulang bersama keluarga.

4)ImplementasiImplementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendy, dalam Nurjannah, 2004, hlm. 63). Menurut Stuart dan Sundeen dalam Nurjannah (2004, hlm. 63) menyebutkan beberapa kondisi dan perilaku perawat yang diperlukan pada saat melakukan implementasi keerawatan:(a)Kondisi perawat: memiliki pengalaman klinik, pengetahuan tentang riset, responsif dan tindakan mempunyai dimensi perawatan(b)Perilaku perawat: mempertimbangkan sumber yang tersedia, mengimlementasikan aktifitas perawatan, memunculkan alternatif, berkoordinasikan dengan petugas kesehatan yang lain

5)EvaluasiEvaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Kurniawati, dalam Nurjannah 2004, hlm. 64). Menurut Stuart (2007, hlm. 283) ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan perawat dalam mengevaluasi pasien yang mengalami respon sosial diantaranya:1)Apakah pasien menjadi kurang impulsif, manipulatif, atau narsisistik?2)Apakah pasien mengekspresikan kepuasan dengan kualitas hubungan interopersonalnya?3)Dapatkah pasien berperan serta dalam hubungan interpersonal yang akrab?4)Dapatkah pasien menggunakan kesadarannya tentang perubahan perilaku yang positif?

b.Terapi ModalitasSuatu kegiatan yang diberikan kepada seseorang secara teraupetik sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan pasien.1)Terapi IndividualTerapi individual adalah metode yang menimbulkan perubahan pada individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara berpikir dan perilakunya. Terapi ini meliputi hubungan satu-satu antara ahli terapi dan klien. Individu biasanya mencari terapi jenis ini dengan tujuan memahami diri dan perilaku mereka sendiri, membuat perubahan personal, memperbaiki hubungan iterpersonal, atau berusaha lepas dari rasa sakit hati atau ketidakbahagiaan. (Videbeck, 2008, hlm. 69)

2)Terapi KeluargaTerapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang mengikutsertakan pasien dan anggota keluarganya. Tujuannya adalah memahami bagaimana dinamika keluarga memengaruhi psikopatologi klien, memobilisasi kekuatan dan sumber fungsional keluarga, merestrukturi gaya perilaku keluarga yang maladaptif, dan menguatkan perilaku penyelesaian masalah keluarga. (Steinglass, dalam Videbeck, 2008, hlm. 70)

3)Terapi KelompokTerapi aktivitas kelompok (TAK) sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Tujuannya agar meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. (Keliat dan Akemat, 2004, hlm. 16)

4)Terapi LingkunganLingkungan berkaitan erat dengan stimulasi psikologis seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan. (Yosep, 2009, hlm. 325)

2.Penatalaksanaan MedisPenatalaksanaan medis untuk pasien dengan gangguan jiwa dibagi berdasarkan dua metode, yaitu sebagai berikut:

a.Metode BiologikMetode biologik yang digunakan pada pasien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut:

1)Terapi PsikofarmakaTerapi psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan pada gangguan fungsi neurotransmitter sehingga gejala-gejala klinis dapat dihilangkan atau dengan kata lain skizofrenia dapat diobati (Hawari,2006, hlm. 96). Obat antipsikotik terpilih untuk skizofrenia terbagi dalam dua golongan (Hawari, 2006, hlm. 97-99) yaitu antipsikotik tipikal (Klorpromazim, Trifluferazin, Haloperidol) dan antipsikotik atipikal (Klozapin, Risperidon). Antipsikotik golongan tipikal tersebut bekerja dengan memblokir reseptor dopamin terpilih, baik diarea striatal maupun limbik di otak dan antipsikoti atipikal menghasilkan reseptor dopamin dan serotonin selektif yang menghambat sistem limbik. Memberikan efek antipsikotik (gejala positif) dan mengurangi gejala negatif.

2)Menurut Doenges (2007, hlm.253) prosedur diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi fungsi otak pada penderita gangguan jiwa adalah sebagai berikut:a)Coputerized Tomografi(CT Scan)Induvidu dengan gejala negatif seringkali menunjukkan abnormalitas struktur otak dalam sebuah hasil CT scan. (Townsend, 2003, hlm. 318)b)Magnetik Resonance Imaging(MRI)Mengukur anatomi dan status biokimia dari berbagai segmen otak.c)Positron Emission TomographyMengukur fungsi otak secara spesifik seperti metabolisme glukosa, aliran darah terutama yang terkait dengan psikiatri.

3)Elektroconvulsif Therapy(ECT)Digunakan untuk pasien yang mengalami depresi. Pengobatan dengan ECT dilakukan 2 sampai 3 kali per minggu dengan total 6 sampai 12 kali pengobatan. (Townsend, 2003, hlm.316)

b.Metode PsikososialMenurut Hawari (2006, hlm. 105-111) ada beberapa terapi untuk pasien skizofrenia, diantaranya adalah sebagai berikut:1)PsikoterapiPsikoterapi pada penderita skizofrenia baru dapat diberikan apabila penderita dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. (Hawari, 2006, hlm. 105)

2)Terapi PsikososialDengan terapi psikososial ini dimaksudkan agar penderita mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak bergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat. (Hawari, 2006, hlm. 108-109)

3)Terapi PsikoreligiusTerapi keagamaan terhadap penderita skizofrenia ternyata mempunyai manfaat. Diantaranya yaitu gejala-gejala klinis gangguan jiwa lebih cepat hilang, lamanya perawatan lebih pendek, hendaya lebih cepat teratasi, dan lebih cepat dalam beradaptasi dengan lingkungan. Terapi keagamaan yang dimaksud adalah berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, shalat, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dan lain sebagainya. (Hawari, 2006, hlm. 110-111)

BAB IIILAPORAN KASUS

Pembahasan pada bab ini penulis akan menyajikan laporan kasus yaitu asuhan keperawatan jiwa pada Tn. A dengan isolasi sosial di Ruang Elang Rumah Sakit Khusus Provinsi Kalimantan Barat, penulis melakukan asuhan keperawatan selama tiga hari dimulai dari tanggal 14 Juni 2012 sampai dengan 16 Juni 2012.A.PENGKAJIAN1.Identitas PasienPasien bernama Tn. A, umur 28 tahun dan belum menikah, pendidkan terakhir STM, pasien masuk pada tanggal 1 Juni 2012 dan didiagnosa Skizofrenia Hebefrenik. Penanggung jawab pasien adalah Tn. F (adik ipar) yang berusia 27 tahun.

2.Alasan MasukBerdasarkan catatan rekam medis, pada tanggal 1 Juni 2012 pasien di bawa ke RSK Provinsi Kalimantan Barat oleh keluarganya dengan alasan 2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien marah-marah dan memukul warga setempat hingga menyerang warga menggunakan senapan angin.34

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 14 Juni 2012 pasien mengatakan dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit dengan alasan pasien tidak suka melihat tetangganya yang suka omong kosong, pasien akan membentak orang tersebut dan akan meninju orang-orang yang suka omong kosong, sehingga pasien mengisolasi diri dikamar sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.

3.Faktor PredisposisiFaktor penyebab terjadinya gangguan jiwa pada Tn. A adalah kehidupan keluarganya yang kurang harmonis, membuat pasien sering marah-marah dengan keluarganya, hal ini juga didukung dengan keadaan dimana pasien tidak suka dengan keluarga maupun tetangga pasien yang suka bicara omong kosong atau bicara tinggi. Menurut catatan keperawatan pasien mempunyai riwayat putus cinta 8 bulan yang lalu sejak ia pulang dari malaysia, sejak kejadian itu klien menjadi sensitif serta mudah marah.

Pasien pernah menjadi pelaku dalam kekerasan rumah tangga, pada usia 28 tahun. Pasien mengatakan kehidupan didalam keluarganya kurang harmonis dan ini yang menyebabkan pasien sering marah-marah dirumah dan bahkan menyerang ayahnya. Didalam anggota keluarganya Tn.A, tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, hanya saja adik Tn.A yang nomor 6 mengalami retardasi mental.Pasien mengatakan, pengalaman masa lalunya yang tidak menyenangkan terlalu banyak, sehingga ia tidak ingat lagi dan ia juga tidak mau mengingatnya lagi karena akan menbuat stres, pada usia 20 tahun pasien adalah alkoholik.Masalah keperawatan: Resiko perilaku kekerasan Inefektif koping individu

4.Faktor PresipitasiSebelumnya pasien pernah mengalami gangguan jiwa. Tiga bulan yang lalu tanggal 29 Februari 2012 pasien berobat ke Rumah Sakit Khusus Kalimantan Barat dengan keluhan sering marah-marah dan terkadang mengisolasi diri dikamar tidak mau makan dan minum. Saat berada dirumah, pasien berobat jalan dipraktik dr. Ibnu, dan pasien juga mengatakan saat dirumah sering malas minum obat. Berdasarkan catatan keperawatan, pasien tidak minum obat secara teratur dan sering putus obat.Masalah Keperawatan: Inefektif regimen therapeutik

5.Pemeriksaan Fisika.Tanda - tanda vital : TD = 100/60 mmHg, N = 64 x/mnt, S = 36, 2 C dan RR = 18 x/mnt.b.Berat badan 70 kg, tinggi badan 172 cm, berat badan ideal 65 kg.

c.Pemeriksaan Fisik Head to Toe.1)Kepala, leherKepala: Pada saat diinspeksi rambut pasien lurus dan pendek, berwarna hitam, kebersihan baik, pada saat dipalpasi tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada kepala.Leher: Pada saat diinspeksi tidak terdapat pembesaran vena jugularis, tidak terdapat nyeri tekan.

2)MataBentuk mata simetris, penglihatan baik, tidak memakai alat bantu penglihatan.

3)TelingaBentuk simetris, pendengaran baik dibuktikan Tn. A dapat menjawab pertanyaan perawat, kebersihan telinga cukup dan Tn. A tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

4)HidungHidung Tn. A simetris, fungsi penciuman baik dibuktikan Tn. A dapat mencium wangi sabun, tidak terdapat polip.

5)MulutBibir Tn. A simetris, gigi Tn. A lengkap dan bersih, mukosa bibir lembab.6)IntegumenWarna kulit sawo matang, kulit tampak kering, turgor kulit cukup.

7)Dadaa)Rongga ToraxBentuk dada simetris, respirasi 18x/menit.b)AbdomenSaat diispeksi tidak terdapat lesi, tidak terdapat nyeri tekan.c)PunggungTidak terdapat kelainan pada tulang belakang.d)EkstremitasAtas: pergerakan tangan baik, turgor kulit kurang, kulit berwarna sawo matang.Bawah: pergerakan kaki baik, tidak terdapat odema pada kaki, kebersihan kaki baik.

6.Psikososiala.Genogram28

Ket : = perempuan = meninggal = tinggal serumah = laki-laki = pasien

Berdasarkan hasil pengkajian, pasien tidak mampu menjelaskan silsilah keturunan secara keseleruhun, terutama kakek dan nenek pasien, karena pasien kesulitan dalam mengingatnya, sehingga hanya didapatkan data sebanyak dua generasi (keturunan). Didalam catatan keperawatan juga tidak terdapat genogram tiga keturunan.

b.Masalah komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuhPasien mengatakan, ia anak ke-5 dari 7 bersaudara, ia hanya tinggal bersama ayah, ibu dan adiknya yang ketujuh, sedangkan saudaranya yang lain ada yang telah menikah dan bekerja. Pasien mempunyai pola asuh yang baik, hanya saja pasien mengatakan kehidupan keluarganya kurang harmonis. Semenjak ia dan keluarga lainnya pisah, dalam hal pengambilan keputusan, ayah pasien selalu memusyawarahkannya terlebih dahulu.

c.Konsep Diri1)Citra TubuhPasien mengatakan ia menyukai seluruh tubuhnya, karena pasien menyadari bahwa seluruh anggota tubuhnya ini telah diciptakan Allah SWT sesempurna mungkin, sehingga ia selalu bersyukur dengan yang diberikan allah SWT.2)Identitas DiriPasien dapat menyebutkan namanya dan pasien mengatakan bahwa pasien adalah seorang laki- laki, penampilan Tn. A sesuai dengan identitasnya sebagai seorang laki-laki. Tn. A merasa tidak puas sebagai seorang laki-laki karena belum menikah. Tn. A bekerja sebagai petani. Pasien anak kelima dari tujuh bersaudara, pasien tamatan STM.3)PeranPasien berperan sebagai anak yang belum menikah dan bekerja sebagai petani.Dirumah sakit pasien berperan sebagai pasien yang mentaati praturan rumah sakit4)Ideal DiriPasien berharap cepat sembuh dan berkumpul bersama keluarganya. Dan bisa bekerja lagi untuk membahagiakan kedua orang tuanya dan ingin segera sembuh agar segera menikah.5)Harga DiriPasien merasa sedih karena ia sekarang sakit, tidak bisa berkumpul dengan keluarganya dan menyusahkan keluarganya saja.

d.Hubungan Sosial1)Orang yang berartiPasien mengatakan orang yang berarti baginya adalah kakaknya yang nomor empat. Jika ada masalah pasien kadang menceritakan kepada kakaknya.2)Peran dalam kegiatan kelompokPasien mengatakan malas untuk bersosialisasi dengan tetangganya, karena tetangganya sring berbicara kosong.3)Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.Pasien mengatakan mengatakan malas untuk berhubungan dengan orang lain, selain karena ia malas ngobrol dengan orang lain, juga karena pasien sering lupa nama orang dan tidak ada untungnya.Masalah keperawatan: Isolasi sosial

e.Spiritual1)Nilai dan keyakinanPasien beragama Islam, dan pasien percaya dengan adanya Allah SWT. Menurut pasien, penyakitnya ini merupakan cobaan dari Allah SWT.2)Kegiatan ibadahSaat di rumah pasien shalat lima waktu, namun selama dirumah sakit pasien tidak pernah shalat, karena pasien beranggapan bahwa dirinya ini kotor dan tidak suci untuk melakukan ibadah shalat.7.Status Mentala.PenampilanPenampilan pasien rapi, pakaian bersih dan diganti setiap hari, serta pasien berpakaian sesuai.

b.PembicaraanPasien berbicara dengan nada yang pelan dan lambat, jelas dan mudah dimengerti. Namun pasien tidak mampu untuk memulai pembicaraan kepada orang lain.Masalah Keperawatan: Isolasi sosial

c.Aktivitas motorikPasien tampak lesu, malas beraktivitas, pasien lebih sering berdiam diri dan sering menghabiskan waktunya ditempat tidur.Masalah keperawatan: Isolasi sosial

d.Afek dan Emosi1)Afek pasien tumpul, berespon apabila di berikan stimulus yang kuat.2)Emosi pasien stabil. Pasienmengatakan saat ini sedih karna tidak pernahlagi dijengukkeluarganya.Masalah keperawatan: Isolasi sosial

e.Interaksi selama wawancaraSelama wawancara kontak mata pasien baik, pasien tampak ragu dalam menjawab pertanyaan perawat sehingga perawat harus mengulangi beberapa pertanyaan kepada pasien, tingkat konsentrasi pasien baik, ditandaidengan ketika wawancara, pasien terfokus kepada perawat. Selain itu pasien tidak memiliki keinginan untuk berinteraksi kecuali perawat yang memulai.Masalah keperawatan: Isolasi sosial

f.Persepsi dan sensoriPasien tidak mengalami gangguan persepsi sensoriilusi dan halusinasi, baik itu halusinasi pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan, dan penghidu. Ditandai dengan pasien mengatakan tidak pernah mendengar, melihat dan merasakan yang aneh-aneh tanpa wujud.

g.Proses pikir (arus dan bentuk pikir)1)Proses Pikir (arus dan bentuk pikiran)Saat bicara Tn. A kadang- kadang terdiam dan sulit memulai pembicaraan.Masalah keperawatan: Isolasi sosial

2)Isi PikirTn. A tidak mengalami gangguan isi pikir. Isi pikir Tn. A sesuai dengan kenyataan saat ini. Dibuktikan Tn.A tidak memiliki keinginan yang besar sesuai dengan keadaannya saat ini.

h.Tingkat kesadaranTingkat kesadaran pasien bingung. Pasien mengalami gangguan orientasi tempat, terbukti dengan pasien mengatakan bahwa dirinya berada di rumah sakit Griya Husada. Orientasi waktu pasien baik di buktikan dengan pasien mengetahui hari dan tanggal.

i.MemoriPasien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, namun pasien tidak mengalami gangguan mengingat jangka pendek dan saat ini.Jangka panjang: Pasien tidak dapat menceritakan kejadian yang terjadi beberapa bulan yang lalu, terutama saat ia berada dimalysia.Jangka pendek: Pasien dapat menceritakan kejadian ketika pasien di bawa masuk oleh keluarganya.Saat ini: Pasien dapat mengingat nama perawat, serta janji / kontrak yang telah dibuat.

j.Tingkat konsentrasi dan berhitungPasien mampu untuk berkonsentrasi penuh, pasien mampu berhitung sederhana dibuktikan dengan pasien dapat menyebutkan perhitungan dari 1-10 dan sebaliknya dari 10-1.

k.Kemampuan penilaianPasien tidak ada masalah pada kemampuan penilaian, terbukti dengan pada saat diberi pilihan mau makan setelah mandi atau mandi setelah makan, pasien memilih makan setelah mandi.

l.Daya tilik diriPasien mengatakan ia tidak tau sedang sakit apa, ia bertanya-tanya mengapa saya diberi obat yang efek sampingnya membuat saya mengantuk dan lemah.

8.Kebutuhan Perencanaan Pulanga.Kemampuan pasien memenuhi kebutuhanPasien mampu memenuhi kebutuhan makan dan minum secara mandiri, sedangkan untuk kebutuhan lainnya seperti keamanan, perawatan kesehatan, pakaian, transportasi, tempat tinggal, keuangan dan lain-lain belum dapat dipenuhi secara mandiri.

b.Kegiatan hidup sehari hari (ADL)1)Perawatan diriPasien mengatakan mandi dua kali sehari dengan menggunakan sabun, shampo serta menggosok gigi sebanyak dua kali sehari. Setelah mandi pasien tidak menyisir rambut karena sisir tidak ada diruangan.2)NutrisiPasien makan 3x/hari, pasien tidak dapat menghabiskan 1 porsi yang telah di sediakan rumah sakit, karena terlalu banyak. Pasien makan menggunakan tangan, dan tempat yang disediakan, pasien sudah mampu membereskan makan setelah makan.3)TidurPasien tidur sehari biasanya 6 8 jam, tidur siang 1 2 jam. Pasien tidur malam mulai dari jam 21.00 dan bangun jam 05.00 pagi, pasien tidak mengalami kesulitan saat memulai tidur dan pasien bangun tidur dengan kondisi segar. Pasien belum dapat merapikan tempat tidurnya sendiri, semua masih di arahkan oleh perawat.

9.Mekanisme KopingPasien mengatakan apabila memiliki masalah lebih baik menghindar dari malasah tersebut, dan jika ada masalah, pasien akan memendam masalahnya itu dan lebih baik menyendiri dan menghindar dari orang lain.

Masalah keperawatan: Isolasi sosial Inefektif koping individu

10.Masalah Psikososial dan LingkunganPasien mempunyai masalah dengan lingkungannya, karena jarang berinteraksi dengan orang lain. Pasien lebih suka menyendiri daripada berkumpul dengan orang lain.Masalah keperawatan: Isolasi sosial

11.Pengetahuan Tentang Masalah KejiwaanPasien mengatakan ia tidak tahu ia sakit apa, dan ia juga bingung mengapa ia diberi obat yang efek sampingnya akan membuat ia menjadi mengantuk dan lemah, pasien juga mengatakan saat dirumah pernah diberi obat, namun pasien malas untuk meminum obat tersebut karena akan membuatnya mengantuk.Masalah keperawatan: Inefektif regimen therapeutik

12.Aspek MedisDiagnosa medis: F.20.1 Skizofrenia HebefrenikTerapi medis: Fluoxetin 1 x 10 mg/hariPersidal 2 x 1 mg/hariTrihexipenidil 2 x 2 mg/hariClorilex 1 x 25 mg/hariVit. B6 1 x 10 mg/hariStelazine 2 x 5 mg/hari

13.Daftar Diagnosa Keperawatana.Isolasi Sosialb.Inefektif Regimen Therapeutikc.Inefektif Koping Individu

B.ANALISA DATANoDataMasalah Keperawatan

1.

Ds:-Pasien mengatakan malas untuk berinteraksi dengan pasien lain karena tidak ada untungnya.-Pasienmengatakanselama dirumah sakit, tidak ada satupun yang pasien kenal.Do:-Pasien tampak sering menyendiri dari teman-temannya.-Pasien tampak tidak berinteraksi dengan orang lain.-Pasien tidak mampu memulai pembicaraan-Pasien banyak diam, pasien tidak mau mengikuti kegiatan-Pasien tampak lesu, afek tumpul-Pasien malas beraktivitasIsolasi Sosial

2.Ds:-Pasien mengatakan pernah masuk rumah sakit ini, tapi lupa kapan waktunya.-Pasien mengatakan saat dirumah malas minum obat.

Do:-Dari catatan keperawatan, pasien berobat jalan di dr. Ibnu dan mengalami perubahan, namun tidak minum obat secara teratur dan sering putus obat.-Pasien pernah masuk rumah sakit khusus ini pada tanggal 29 Februari 2012 dan pulang pada tanggal 09 April 2012Inefektif Regimen Therapeutik

3.Ds:-Pasien mengatakan ia punya banyak masalah masa lalu yang malas untuk diceritakan karena akan membuat stres-Pasien mengatakan lebih baik menghindari masalah-Pasienmengatakanakan memendam masalahnya tersebut dan lebih baik menyendiri dan menghindar dari orang lainDo:-Menurut catatan keperawatan, pasien mempunyai riwayat putus cinta 8 bulan sejak ia pulang dari malaysia, sejak kejadian itu klien menjadi sensitif serta mudah marah.Inefektif Koping Individu

4.Ds:-Pasien mengatakan dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit karena tidak suka melihat tetangga yang suka omong kosong, pasien akan membentak orang tersebut dan akan meninjunya.-Pasien mengatakan kehidupan didalam keluarganya kurang harmonis dan ini yang menyebabkan pasien sering marah-marah dirumah dan bahkan menyerang ayahnyaDo:-Berdasarkan catatan rekam medis, pada tanggal 1 Juni 2012 pasien dibawa ke RSK Provinsi Kalimantan Barat oleh keluarganya dengan alasan 2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien marah-marah dan memukul warga setempat hingga menyerang warga menggunakan senapan angin.-Pasien pernah menjadi pelaku dalam kekerasan rumah tangga, pada usia 28 tahun.Resiko Perilaku Kekerasan

C.POHONMASALAHDAN DIAGNOSA KEPERAWATAN1.Pohon MasalahIsolasi Sosial

Core Problem

Inefektif Koping Individu

Inefektif Regimen Therapeutik

Resiko Perilaku Kekerasan

2.Diagnosa Keperawatana.Isolasi Sosialb.Inefektif Regimen Therapeutikc.Inefektif Koping Individud.Resiko Perilaku Kekerasan

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

NoDxDiagnosaKeperawatanPERENCANAAN

TUJUANKRITERIA EVALUASIINTERVENSI

1.Isolasi sosialPasien mampu :1.Menyadaripenyebab isolasi2.Berinteraksi dengan orang lain.Setelah3 Xpertemuan pasien mampu :1.Membina hubungan saling percaya2.Menyadari penyebab isolasi social, keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain.3.Melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap.

SP 1Pasien1.Identifikasi penyebaba.Siapa yang satu rumah dengan pasien?b.Siapa yang dekat dengan pasien? apa sebabnya?c.Siapa yang tidak dekat dengan pasien dan apa sebabnya?2.Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain.a.Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.b.Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.c.Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan orang lain.d.Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain.e.Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.3.Latih berkenalana.Jelaskan kepada Pasien cara berinteraksi dengan orang lain.b.Berikan contoh cara berinteraksi dengan orang lain.c.Berikan kesempatan pasien mempraktikan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan di hadapan perawat.

SP 2 Pasien1.Evaluasi Sp 12.Latih berhubungan sosial secara bertahap3.Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.

SP 3 Pasien1.Evaluasi Sp 1 dan 22.Latih cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih3.Masukkan jadwal kegiatan pasien.3.

Setelah tindakan keperawatan, keluarga dapat merawat pasien isolasi sosial.Setelah 3 X pertemuan, keluarga mampu:1.Menjelaskan masalah keluarga dalam merawat pasien isolasi sosial2.Menegerti penyebab isolasi sosial3.Memperagakan cara merawat pasien isolasi sosial4.Mempraktikan cara merawat pasien isolai sosial5.Menyusun perencanaan pulang bersama keluargaSP 1 Keluarga1.Diskusikan masalah yang dialami keluarga dalam merawat pasien2.Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya3.Jelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial

SP 2 Keluarga1.Latih keluarga mempraktikan cara merawat pasien dengan isolasi sosial2.Latih keluarga melakukan cara merawat langsung pada pasien isolasi sosial

SP 3 Keluarga1.Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (perencanaan pulang)2.Jelaskan tindakan tindak lanjut pasien setelah pulang

E.IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari,Tanggal & waktuDiagnosa KeperawatanImplementasiEvaluasiParaf

Kamis14 Jun 2012

Isolasi Sosial

Pertemuan ke-1 SP 1 Isolasi Sosial.1.Membina hubungan saling percaya2.Mengidentifikasi penyebab isos3.Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.4.Mengajarkan cara berkenalan dengan orang lain.Sp 1 Isolasi Sosial, Pukul 13.00S:-Pasien mengatakan namanyaAbdul Jalildan senang dipanggilPak Abdul.-Pasien mengatakan malas berinteraksi dengan pasien lain karena tidak ada untungnya.-Pasien mengatakan selama dirumah sakit tidak ada satupun orang yang Pasien kenal-Pasien mengatakan jika banyak teman bisa menambah wawasan-Pasien mengatakan jika tidak ada teman merasa kesepian-Pasien mengatakan perasaan Pasien setelah belajar cara berkenalan senang dan menambah ilmu.O:-Pasien tampak menyendiri-Pasien tampak tidak berinteraksi dengan orang lain-Pasien tidak mampu memulai pembicaraan-Afek Pasien tumpul-Pasien mempraktikan cara berkenalan.A: SP1 Isolasi Sosial teratasi-Pasien mampu menyadari penyebab Isolasi Sosial-Pasien mampu menjelaskan keuntungan dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain-Pasien mampu mempraktikan cara berkenalan dengan perawat.P:PP : Evaluasi SP1 Isolasi Sosial, jika berhasil lanjut SP2 Isolasi SosialPK : latihan cara berkenalan dan masukan kedalam jadwal harian pasien

Jumat15 Jun 2012Isolasi SosialPertemuan ke-2 SP 2 Isolasi Sosial.1.Mengevaluasi Sp 12.Melatih berhubungan sosial secara bertahap3.Memasukkan kedalam jadwal kegiatan pasien.

Sp 2 Isolasi Sosial, Pukul 09.00S :-Pasien mengatakan cara-cara berkenalan itu tahap-tahapnya: jabatkan tangan, perkenalkan diri, nama lengkap, nama panggilan, alamt dan hobby.-Pasien mengatakan nama saya Abdul Jalil senang dipanggil Jalil alamat saya dari Kubu Raya hobby saya berolahraga dan memancing-Pasien mengatakan senang bisa berkenalan dengan suster E-Pasien mengatakan terasa lega sudah bisa berkenalan.-Pasien mengatakan ingin berkenalan 1X saja pada jam 12 siang.O :-Pasien tampak berkenalan dengan suster E-Pasien bersama perawat menyusun jadwal harian pasien-Pasien tampak berkenalan dengan Tn. I dikamarnya-Pasien masih ingat dengan SP 1 Isolasi sosialA: SP2 Isolasi Sosial teratasi-Pasien mampu menjelaskan kembali cara berkenalan dengan orang lain-Psien mampu berkenalan dengan orang pertama.P:PP : evaluasi SP 1, SP 2 Isolasi sosial, jika berhasil lanjut SP 3PK: praktikkan cara berkenalan dengan perawat / pasien lain dan masukkan kedalam jadwal harian pasien.

Sabtu16 Jun 2012Isolasi SosialPertemuan ke-3 SP 3 Isolasi Sosial.1.Mengevaluasi Sp 1 dan 22.Melatih cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih3.Memasukkan kedalam jadwal kegiatan pasien.Sp 3 Isolasi Sosial, Pukul 09.00S :-Pasien mengatakan sudah berkenalan dengan 2 orang yaitu Amsyah dan Irhas.-Pasien mengatakan cara berkenalan itu pertama-tama jabatkan tangan, perkenalkan diri, alamat dan hobby, setelah itu baru tanyakan kembali-Pasien mengatakan kemarin berkenalan dengan suster E-Pasien mengatakan perasaan hari ini senang sudah banyak teman-Pasien mengatakan senang bisa berkenalan dengan Rahmat Ramadhan.-Pasien mengatakan ingin latihan berkenalan 2X jam 09.00 pagi dan jam 12.00 siang.O :-Pasien tampak berkenalan dengan Tn. R-Pasien tampak sedang berbicara dengan Tn. R didalam kamar-Pasien bersama perawat menyusun jadwal harian pasien-Pasien tampak ceria setelah berkenalan dengan Tn. RA : SP 3 Isolasi Sosial teratasi-Pasien mampu menjelaskan kembali cara-cara berkenalan-Pasien mampu berkenalan dengan orang keduaP :PP : evaluasi SP 1, SP 2, dan SP 3 Isolasi Sosial, jika berhasil lanjut intervensi selanjutnyaPK: terus berkenalan dan berbincang-bincang dengan pasien / perawat lain diruangan dan masukan kedalam jadwal harian pasien.

BAB IVPEMBAHASAN

Bab ini penulis membahas tentang laporan kasus yang telah di uraikan pada bab sebelumnya yaitu tentang asuhan keperawatan pada Tn. A dengan isolasi sosial di ruang Elang Rumah Sakit Khusus Provinsi Kalimantan Barat. Dalam hal ini penulis membahas tentang sejauh mana kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus yaitu dengan melalui tahapan proses keperawatan. Tahapan proses keperawatan ini terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penyususnan rencana keperawatan serta evaluasi keperawatan. Selain itu faktor pendukung dan penghambat juga dipaparkan penulis guna mengatasi masalah yang muncul selama penyusunan laporan kasus pada Tn. A di ruang Elang Rumah Sakit Khusus Provinsi Kalimantan Barat. Asuhan keperawatan ini dilakukan selama tiga hari yaitu dari tanggal 14 Juni sampai 16 Juni 2012.

A.Pengkajian

63

Pengkajian dimulai pada tanggal14 Juni2012di ruangElangRumah SakitKhusus Provinsi Kalimantan Barat. Penulis mengumpulkan data dengan tehnikwawancara dan observasi. Wawancara ditujukan kepada pasien dan perawatruangan, serta mengobservasi secara langsung keadaan pasien. Penulismengumpulkaninformasi secara sistematis mengenaiTn. Adenganmenggunakan pendekatan teoritis yang terkait mulai dari faktor predisposisi,presipitasi, mekanisme koping, dan status mental pasien.

Berdasarkan catatan rekam medis pasien didiagnosa skizofreniahebefrenik(F 20.2).Menurut teori skizofreniahebefrenikdisebut jugadisorganizedtypeatau kacau balau yang ditandai dengan gejala-gejala seperti inkoherensi, alam perasaan, perilaku atau tertawa seperti anak-anak, waham tidak jelas, halusinasi, serta perilaku aneh Hawari (2006, hlm. 64-65). Keadaan pasien atau status mentalpasien sangat berbeda dengan teori yang ada. Pasien lebih menunjukan perilakumengisolasi diri,sertaafektumpul. Tanda dan gejala yang ditunjukan lebih mengarahpada skizofreniatipe residualsebagaimana tinjauan teoritis.

Setelah mengetahui diagnosa medis pada Tn. A, penulis memulai pengkajiandengan menggali faktor predisposisi yang merupakan faktor pendukungterjadinya gangguan jiwa pada Tn. A. Berdasarkan keterangan pasien, pasien pernah menjadi pelaku dalam kekerasan rumah tangga, pada usia 28 tahun. Kehidupan rumah tangga didalam keluarganya kurang harmonis dan ini yang menyebabkan pasien sering marah-marah dirumah dan bahkan menyerang ayahnya.Menurut catatan keperawatan pasien mempunyai riwayat putus cinta 8 bulan yang lalu sejak ia pulang dari malaysia, sejak kejadian itu klien menjadi sensitif serta mudah marah.Hal inisesuai dengan teori komunikasi dalam keluarga menurut Fitria (2009,hlm. 33-35), bahwa dalam teori ini yang termasuk dalam masalah berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersama atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.

Faktor presipitasi berdasarkan catatan keperawatan, tiga bulan yang lalu tanggal 29 Februari 2012 pasien berobat ke Rumah Sakit Khusus Kalimantan Barat dengan keluhan sering marah-marah dan terkadang mengisolasi diri dikamar tidak mau makan dan minum. Saat berada dirumah, pasien berobat jalan dipraktik dr. Ibnu, dan pasien juga mengatakan saat dirumah sering malas minum obat. Berdasarkan catatan keperawatan, pasien tidak minum obat secara teratur dan sering putus obat. Faktor ini sesuai dengan pendapat Stuart (2007,hlm. 280)bahwafaktor presipitasi atau stresor pencetus pada umumnya mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres. Hal ini yang menyebabkan klien menarik diri dari lingkungan.

Pengkajian terhadap mekanisme kopingyang digunakan Tn. A menggunakan mekanisme koping yang maladaptif,ia mengatakan apabila memiliki masalah lebih baik menghindar dari malasah tersebut, dan jika ada masalah, pasien akan memendam masalahnya itu dan lebih baik menyendiri dan menghindar dari orang lain. Telah dibahas pada tinjauan teoritis menurut Rasmun (2004,hlm. 32)isolasi merupakan perilaku yang menunjukan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain.Kasus ini membuktikan bahwa mekanisme yang maladaptif dapat menjadi faktor pendukung terjadinya gangguan jiwa.Sumber koping juga berperan sebagai pertahanan terhadapstres. Tn. Atergolong dalam keluarga tingkat ekonomi rendah, kurangdukungan dalam keluarga, dan belum menikah. Pasien lebih senang menyendiri dan jika ada masalah, klien hanya mendiamkan masalah tersebut, sehingga sumber koping ini tidak mampu menjadi pertahananterhadap stressor sebagaimana faktor predisposisi dan presipitasi diatas yangmenjadi faktor terjadinya gangguan jiwa. Telah dijelaskanMenurut Stuart dan Laraia(2005,hlm. 432) bahwa yang termasuk kedalam sumber koping antara lain, keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman, serta hubungan dengan hewan peliharaan yaitu dengan mencurahkan perhatian pada hewan peliharaan dan penggunaan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal (misalnya: kesenian, musik, atau tulisan) hanya saja, pasien tidak mempunyai sumber koping tersebut.

Berdasarkan pengkajian terhadap status mental, penulis mendapatkan data isolasi sosialseperti afek tumpul, pembicaraan dengan nada yang pelan dan lambat, pasien tidak mampu memulai pembicaraan, pasien tampak lesu, malas beraktivitas, pasien lebih sering berdiam diri dan sering menghabiskan waktunya ditempat tidur. Hal ini sesuai denganpengkajian teoritis menurut Keliat (2010,hlm. 93) bahwa pengkajian status mental pada pasien isolasi sosial akan didapatkan data bahwa, pasien mengatakan malas bergaul dengan orang lain, pasien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta untuk sendirian, pasien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain, pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain, pasien merasa tidak aman dengan orang lain, pasien mengatakan tidak bisa melangsungkan hidup, pasien mengatakan merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.

Beberapa data ada yang tidak ditemukan oleh penulis pada Tn. A sesuai dengantinjauan teoritis antara lainpasien merasa tidak aman dengan orang lain, pasien mengatakan tidak bisa melangsungkan hidup. Tidak munculnya data tersebutdikarenakan pasien sudah empat belas hari berada di rumah sakit, dan telahmendapatkanterapi baik terapi medis maupun terapi keperawatan.

Selama proses pengkajian pada Tn. A penulis merasakan adanya faktorpendukung dan penghambat. Faktor pendukung dari proses pengkajian adalahsikap pasien yang kooperatif sehingga memudahkan penulis dalam menggali data-data masalah yang sedang dihadapi pasien. Faktor penghambat dalammelakukan pengkajian yaitu tidak adanya keluarga pasien saat dilakukannya pengkajian sehingga penulis tidak dapat melakukan validasi data yang didapatdari pasien. Selain itu tidak adanya pemeriksaan penunjang yang spesifikterhadap faktor biologis penyebab terjadinya isolasi sosial juga merupakanfaktor penghambat bagi penulis, sehingga pemberian obat pun menjadi tidakspesifik, hanya berdasarkan gejala yang muncul. Oleh karena itu, jadwal berkunjung keluarga harusnya dibuat, agar keluarga dapat berkunjung ke rumah sakit sesuai jadwal, dan segala fasilitas yang menyangkut pemeriksaan diagnostik agar segera difasilitasi.

B.Diagnosa KeperawatanData yangtelah diperoleh dari pengkajian, kemudian dilakukan proses analisadan pengelompokkan data berdasarkan respon pasien terhadap masalah tersebut.Akhirnya penulis merumuskan empat diagnosa keperawatan pada Tn. A, antaralain: isolasi sosial, inefektif regimen therapeutik,dan inefektif koping individu dan resiko perilaku kekerasan. Keempat diagnosa tersebut disusunmembentuk pohon masalah yang terdiri penyebab,core problemdan akibat,sebagaimana landasan teori menurut Fitria (2009, hlm. 36).

Penulis menyusun pohon masalah disesuaikan dengan diagnosa yang munculpada pasien. Diagnosa isolasi sosial menjadicore problempadamasalah Tn. A, karena data yang didapat sangatlah aktual. Pasien tampak sering menyendiri dari teman-temannya, pasien tampak tidak berinteraksi dengan orang lain, pasien tidak mampu memulai pembicaraan, pasien banyak diam, pasien tidak mau mengikuti kegiatan, pasien tampak lesu, afek tumpul serta, pasien malas beraktivitas. SelainCore problem,di dalam pohon masalahterdapat diagnosa penyebab yaitu, inefektif kopingindividu dan inefektif regimen therapeutik.

Penulis mengangkat diagnosa inefektif koping individu sebagai diagnosa penyebabkarena didapatkan data bahwa menurut catatan keperawatan, pasien mempunyai riwayat putus cinta 8 bulan sejak ia pulang dari malaysia serta pasien mempunyai masalah dalam hal menyelesaikan masalah.

Sedangkan diagnosa untuk akibat dari inefektif regimen therapeutik adalah resiko perilaku kekerasan, penulis mengangkat diagnosa resiko perilaku kekerasan karena pasien masuk dengan riwayat perilaku kekerasan. Namun, pada saat penulis melakukan pengkajian terhadap pasien, penulis tidak menemukan data-data yang terkait perilaku kekerasan seperti tangan mengepal, mata melotot dll.

Berdasarkan diagnosa yang dirumuskan, ada empat diagnosa teoritis menurut Fitria(2009,hlm. 36) yangtidak muncul pada kasus, yaitu koping keluarga tidak efektif, intoleransi aktivitas, defisit perawatan diri, harga diri rendah kronis dan perubahan persepsi sensori: halusinasi. Sedangkan menurutKeliat (2006, hlm. 20)ada empat diagnosa yang tidak muncul yaitugangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran, gangguan konsep diri: harga diri rendah, defisit perawatan diri, ketidakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan keluarga merawat pasien dirumah, serta gangguan pemeliharaan kesehatan. Masalah-masalah tersebuttidak muncul karena pasien telah mendapatkan terapi selama empat belas hari, sehinggagejala psikotik pasien telah berkurang.Pada proses penegakkan diagnosa keperawatan, penulis tidak menemukan faktorpenghambat. Kerjasama yang baik antara perawat dan pasien, serta data yangsangat mendukung merupakan faktor pendukung bagi penulis untuk mengangkatdiagnosa-diagnosa tersebut .C.Rencana KeperawatanPenyusunan rencana keperawatan pada Tn. A telah sesuai dengan rencanaperawatan teoritis menurut Keliat dan Akemat (2010,hlm. 98-99), namun tetap disesuaikankembali dengan kondisi pasien. Sehingga tujuan dan kriteria hasil diharapkandapat tercapai. Penulis juga mengikuti langkah-langkah perencanaan yang telahdisusun mulai dari menentukan prioritas diagnosa, tujuan, sampai kriteria hasil yang akan diharapkan. Merencanaan satu diagnosa dalam perencanaan yaitu isolasi sosial, sedangkan diagnosa lainnya telahtercakup dalam tindakan satu diagnosa tersebut.Penulismerencanakanbagaimana cara membina hubungan saling percaya, membantu pasien untuk mengenal penyebab isolasi sosial, bantu pasien untuk mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain dengan cara mendiskusikan manfaat jika pasien memiliki banyak teman, serta membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap. Tindakanberinteraksidenganorang laindapat membantu dalam mengatasi masalah keperawatan inefektif koping individu, karena jika pasien sudah mengenal bahkan berinteraksi dengan orang lain pasien dapat menceritakan masalah yang dialaminya.Untuk diagnosa keperawatan inefektif regimen therapeutik tidak dibuat intervensi karena diagnosa inefektif regimen therapeutik akan teratasi jika diagnosa resiko perilaku kekerasan dan juga isolasi sosial teratasi.Hal ini merupakanalasan penulis tidak mencantumkan rencana tersendiri untuk diagnosa inefektifregimen therapeutik dan inefektif koping individu.Apabilaisolasi sosialteratasi maka pasienakan lebih aktif baik didalam maupun diluar rumah sakit.Sementara itu, untuk diagnosa resiko perilaku kekerasan tidak penulis buat intervensi karena ketika penulis melakukan pengkajian terhadap pasien, penulis tidak menemukan tanda-tanda perilaku kekerasan seperti tangan mengepal, mata melotot dan lain sebagainya, hanya saja pasien masuk dengan riwayat perilaku kekerasan sehingga penulis mengangkat diagnosa tersebut.

Keterlibatan keluarga dalam merawat pasien juga sangat diperlukan dalam prosespenyembuhan pasien. Oleh karena itu, penulis merencanakan beberapa tindakanterhadap keluarga sesuai diagnosa yang muncul pada pasien, penulis tetap merencanakan intervensi isolasi sosial terhadap keluarga karena penulis ingin mengantisipasi kedatangan keluarga yang tidak terjadwal sehingga memudahkan penulis dalam memberikan intervensi. Penulis mencobamenggali masalah keluarga dalam merawat pasien serta merencanakanbagaimana cara merawat pasienisolasi sosial.

Sebagaimana pada tahap sebelumnya, pada tahap ini penulis tidak merasakanadanya hambatan. Kesamaan antara konsep teoritis terhadap kondisi dankebutuhan pasien merupakan faktor pendukung bagi penulisserta tersedianyaliteratur yang memudahkan penulis dalam perumusan rencana keperawatan padaTn. A.

D.ImplementasiPenulis melakukan implementasi keperawatan mulai dari tanggal14Junisampai dengan16Juni2012.Secara umum semua implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat pada tahap sebelumnya.

Penulis melaksanakan implementasi keperawatan menggunakan tahapan strategipelaksanaan. Tahapan ini digunakan agar mempermudah perawat dalammemberikan terapi secara sistematis dan tetap memperhatikan kebutuhan pasien.Untuk mengatasi masalahisolasi sosial, penulis terlebih dahulumembina hubungan saling percaya, membantu pasien untuk mengenal penyebab isolasi social, bantu pasien untuk mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain dengan cara mendiskusikan manfaat jika pasien memiliki banyak teman, membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.

Penulis tidak hanya fokus terhadap masalah isolasi sosial, melainkanpenulis juga menggali sejauh mana pasien mampu mengeksplorasikan perasaannya kepada orang lain, diharapkan apabilapasien dapat mengeksplorasikan perasaanya dapat membuat pasien terbuka, sehingga jika ada masalah klien dapat menceritakannya kepada orang lain dan tidak memendamnya lagi.Sebagaimanapohon masalah menurut Fitria (2009,hlm.36)bahwaisolasi sosialdapatterjadi akibatkoping indidvidu inefektif.

Berbeda pada tahap sebelumnya, pada tahap implementasi penulis menemukanhambatan dalam pelaksanaannya, yaitu tidak adanya keterlibatan keluarga dalampemberian implementasi, sehingga intervensi keluarga belum bisadilaksanakan.Faktor pendukung yang penulis rasakan pada pada tahap ini yaitu sikap pasien yang sangat kooperatif, sehingga implementasi dapat dilaksanakan sesuai perencanaan.Oleh karena itu, kunjungan keluarga sangatlah dibutuhkan untuk membantu penyembuhan pasien.

E.Evaluasi

Tahap ini penulis menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai dalampemberian asuhan keperawatan dan membandingkannya dengan tujuan dankriteria hasil yang telah dibuat.Penulis menggunakan komponen proses evaluasi mulai dari mengidentifikasikriteria hasil, mengumpulkan data perkembangan pasien, mengukur danmembandingkan perkembangan pasien dengan kriteria evaluasi. Selain itupenulis juga menggunakan dua metode evaluasi, yaitu evaluasi formatif (evahnasiproses) dan evaluasi sumatif (evaluasi tahap akhir). Dari satu diagnosa yangdidokumentasikan, diagnosa isolasi sosial dapat diatasi.Diagnosa isolasi sosial dapat teratasi dibuktikan dengan penilaianpenulis terhadap perkembangan pasien selama tiga hari yaitu pasien mampumempraktikan cara berkenalan dengan perawat, pasien mampu berkenalan dengan orang pertama, pasien mampu berkenalan dengan orang kedua.Dariketigacara diatas, sebagian besar pasien dapat mempraktekkannya secaramandiritanpa harus diingatkan.Penulis menyadari bahwa proses keperawatan tidak dapat berakhir dalam satuperiode, melainkan membutuhkan waktu yang lebih panjang dan tindakan yangberkelanjutan. Perkembangan yang ditunjukan olehTn. A masih perlu dilakukanobservasi lebih lanjut, karena evaluasi yang diharapkan belum tercapaisepenuhnya, maka diperlukan adanya modifikasi secara khusus dalam menyusunrencana keperawatan agar tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun dapattercapai.

Sikap kooperatif dan kerja sama dari pasien merupakan faktor pendukung bagipenulis dalam menilai perkembangan pasien. Pasien selalu memperlihatkanjadwal hariannya dan mengisinya dengan baik, akan menjadiindikasilayakatau tidaknya pasien untuk dirawat dirumah. Maka dari itu, perlunya operan antarshift yang jelas serta pemantauan terhadap jadwal harian pasien dan didukungoleh pendokumentasian yang rapi sesuai dengan