15

Jokowi Di balik Citra dan Bukti Nyata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sepak terjang Joko Widodo begitu fenomenal. Sejak awal karirnya menjadi Walikota Solo hingga langkahnya menuju RI 1, pria yang dijuluki "Si Kerempeng" oleh Megawati ini selalu menyita perhatian publik. Lalu apa sebenarnya yang tersembunyi di balik citra sang fenomenal ini?

Citation preview

Page 1: Jokowi Di balik Citra dan Bukti Nyata
Page 2: Jokowi Di balik Citra dan Bukti Nyata

JOKOWI DI BALIK CITRA DAN BUKTI NYATA

oleh:Rengga Satria

Jakarta 2014

Page 3: Jokowi Di balik Citra dan Bukti Nyata

Jokowi di Balik Citra dan Bukti Nyata 3

JOKOWI - Presiden terpilih, Bapak Ir. Joko Widodo saat menghadiri acara Syukuran Rakyat dan Konser Salam 3 Jari di kawasan Monumen Nasional Jakarta Pusat, Senin (20/10). Acara tersebut merupakan bentuk apresiasi atas dilantiknya pasangan Jokowi-JK sebagai Presiden Republik Indonesia ke 7. (Rengga Satria)

Page 4: Jokowi Di balik Citra dan Bukti Nyata

Jokowi di Balik Citra dan Bukti Nyata 4

Citra adalah pesan dan pernyataan sikap yang tersirat, baik itu dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Biasanya sebuah citra kerap hadir dalam diri seorang manusia lewat gekstur, mimik ataupun atribut yang mereka kenakan. Namun lazimnya manusia kerap menggunakan atribut -- pakaian, dandanan, atau asesoris-- untuk menonjolkan citranya. Sebagaimana dijelaskan dalam buku Semiotika Visual Semantika Produk (2009:16) semua produk manufaktur , sengaja atau tidak, membuat pernyataan melalui rupa dan bentuknya.; produk-produk tersebut tidak pernah bisa netral secara kontekstual. Karena itu pertanyaannya adalah tentang salah satu pernyataan yang dibuat oleh desainer melalui perantaraan produk, dan apa yang lebih penting, makna yang dipahami oleh pengguna.

Pakaian merupakan media yang paling lazim untuk membangun sebuah citra diri. Lewat, bentuk, warna, jenis bahan, atau pernak-pernik yang menempel di pakaian tersebut, orang bisa menggiring opini publik tentang siapa dirinya. Lewat cara berpakaian asumsi bisa terbangun tentang latar belakang subyek, sifat, tingkat pendidikan, kelas sosial, pekerjaan, atau bahkan jumlah pendapatan orang tersebut.

Meskipun begitu membangun citra tidak sama halnya dengan memakai topeng dan menutupi kebenaran tentang siapa pribadi sebenarnya. Membangun citra adalah usaha untuk menonjolkan potensi yang dimiliki dan sedemikian rupa menyamarkan kekurangan yang ada.

SALAM 3 JARI - Presiden terpilih, Bapak Ir. Jokowi mengacungkan salam 3 jari saat menghadiri acara Syukuran Rakyat dan Konser Salam 3 Jari di kawasan Monumen Nasional Jakarta Pusat, Senin (20/10). Salam 3 Jari merupakan seruan Jokowi bagi masyarakat Indonesia agar bersatu kembali sejak terpecah menjadi dua kubu pasca Pemilihan Presiden silam.(Rengga Satria)

Page 5: Jokowi Di balik Citra dan Bukti Nyata

Jokowi di Balik Citra dan Bukti Nyata 5

Anang Y.B menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Kerja di Rumah Emang Napa?” bahwa personal branding adalah diri anda dalam bungkus satu merek yang nyata-nyata yang mewakili kopetensi dan keunggulan anda.

Bapak Ir. Jokowi yang kini telah diberi amanat oleh masyarakat untuk menjadi Presiden ke 7 Republik Indonesia sadar betul akan hal di atas. Jika diamati lebih dalam, karir politik Jokowi tidak pernah lepas dari citra visual yang menjadi media komunikasi dirinya dengan publik. Hal tersebut yang kemudian membuat lelaki bertubuh ‘kerempeng’ tersebut menjadi sorotan masyarakat Indonesia maupun dunia. Tak hanya itu beliau juga berhasil merombak tatanan baku kenegaraan yang selama ini melekat pada sosok seorang birokrat.

Nama Jokowi sudah menyita perhatian sejak dirinya menjabat sebagai Walikota Solo selama dua periode. Dengan kebijakan-kebijakannya yang tak lazim untuk ukuran sebuah otoritas Negara, Jokowi membuat beberapa pihak tercengang, berdecak kagum, meskipun tidak sedikit pula yang mencibir. Di Solo, Jokowi membuat gebrakan dengan memindahkan kurang lebih 900 PKL di kawasan Taman Banjarsari di pusat Kota Solo menuju lokasi baru di Pasar Klitikan. Jokowi mematahkan mitos “bentrok” dalam usahanya memobilisasi para pedagang. Lewat “diplomasi meja makan” dia berhasil mencapai kata sepakat dengan para PKL.

Namun banyak juga yang mencibir kebijakan Jokowi yang pro rakyat di kota Solo. Bibit Waluyo, Gubernur Jawa Tengah bahkan sempat menyebut Jokowi bodoh karena menolak salah satu perintahnya. Bibit selaku Gubernur Jawa Tengah waktu itu ingin membangun pusat perbelanjaan di gedung bersejarah pabrik es Saripetojo. Namun Jokowi menolak karena

JOKOWI-AHOK - Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta, Joko Widodo dan Basuki Tjahya Purnama dengan baju kotak-kotak yang kemudian menjadi trendsetter di kalangan masyarakat. (Raka Denny/Jawa Pos)

MENUJU DKI SATU

Page 6: Jokowi Di balik Citra dan Bukti Nyata

Jokowi di Balik Citra dan Bukti Nyata 6

disekitar gedung tersebut terdapat pasar tradisional. Jokowi takut dengan berdirinya pusat perbelanjaan akan mematikan usaha pasar tradisional tersebut. Jelas hal ini membuat Bibit Waluyo berang dan menyebut Jokowi bodoh karena tidak mau menuruti perintahnya.

Dengan prestasinya tersebut lantas Jokowi “dipromosikan” untuk hijrah ke Jakarta. Jokowi sendiri paham betul bahwa prestasi saja tak cukup untuk menaklukan Jakarta dengan segala kompleksitasnya.

Jokowi sadar bahwa dia dan pasangannya Basuki Tjahya Purnama atau yang akrab dipanggil Ahok menghadapi kandidat lain yang di atas kertas jauh lebih familiar dengan Jakarta. Setidaknya ada dua pasang nama kandidat yang bisa dibilang sudah “mencuri start” dalam perebutan menuju orang nomor satu di DKI Jakarta.

Pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli misalnya, pasangan ini

diuntungkan karena Foke (panggilan akrab Fauzi Bowo) merupakan orang lama di Jakarta, beliau juga merupakan Gubernur DKI Jakarta periode 2007-2012. Disamping kedekatan Foke dengan beberapa Ormas Betawi menjadi sebuah nilai tambah dalam Pemilihan Gubernur pada 2012 silam. Sementara pasangannya Nachrowi Ramli yang merupakan putra Jakarta asli tidak bisa dipandang sebelah mata. Beliau merupakan Ketua Dewan Penasehat Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi), salah satu Ormas besar di Jakarta.

Berikutnya adalah pasangan Faisal Basri dan Biem Benyamin. Pasangan yang berasal dari independen (non Partai) ini berhasil melenggang lolos dari verifikasi KPUD untuk meramaikan bursa Pilgub DKI Jakarta tanpa dukungan dari Partai dan murni dukungan masyarakat. Faisal Basri sendiri merupakan ekonom dan politikus yang cukup vokal dalam mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah. Ia juga merupakan salah satu pendiri Mara (Majelis Amanah Rakyat) yang merupakan cikal bakal Partai Amanat Nasional (PAN). Sementara pasangannya Biem Benyamin tidak perlu diragukan lagi popularitasnya di Jakarta. Menyandang nama belakang dari sang Ayah yang merupakan salah satu pahlawan budaya Betawi, tentu bukan hal sulit bagi Biem untuk meraih simpati masyarakat. Disamping itu pengusaha yang juga merupakan politisi ini juga terkenal akan ususlan judicial review yang memungkinkan calon independen untuk mencalonkan diri dalam pemilu daerah.

Page 7: Jokowi Di balik Citra dan Bukti Nyata

Jokowi di Balik Citra dan Bukti Nyata 7

Sementara itu nama-nama kandidat lainnya juga memiliki posisi tawar yang “mantab” dalam usaha memikat hati rakyat dan memenangkan Pilgub DKI Jakarta. Sebut saja Hidayat Nur Wahid dan Didik Junaedi Rachbini yang didukung Partai besar seperti PAN dan PKS. Atau Alex Noerdin dan Nono Sampono yang disokong oleh tiga partai yaitu Golkar, PPP, dan PDS.

Lalu siapakah Jokowi-Ahok jika dibandingkan dengan nama-nama kandidat lain di atas? Jokowi dan Ahok memang cukup populer di daerah asal mereka memuali karir Politik. Tak ada yang meragukan Jokowi dengan kebijakan yang pro rakyat di kota Solo. Apalagi dengan dukungan penuh dari PDIP sebagai partai wong cilik yang telah lama lekat dengan citra memperjuangkan rakyat kecil. Ahok sendiri merupakan Bupati dari Kabupaten Belitung Timur yang dikenal dengan kebijakannya yaitu pemusatan kantor Pemerintah. Dengan demikian, gedung Rumah Sakit Umum/Daerah, kantor bupati, DPRD, dan instansi pemerintah berada dalam satu kawasan. Hal tersebut terbukti efektif meningkatkan kinerja pemerintah kabupaten dalam hal melayani masyarakat. Namun demikian, ada dua hal fundamental yang diperkirakan akan menjadi batu penghalang dalam langkah Ahok mendampingi Jokowi menuju kursi Gubernur DKI Jakarta. Ahok keturunan Cina dan bukan Muslim. Dua hal ini merupakan permasalahan yang tabu bagi masyarakat Betawi. Meskipun mereka hidup di Negara dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika.

MONORAIL - Gubernur dan Wakili Gubernur DKI Jakarta, Jokowi-Ahok sedang meragakan sistem kerja miniatur monorail. Monorail sendiri merupakan sebuah proyek transportasi masal yang terbengkalai sejak masa pemerintahan Gubernur Fauzi Bowo. (jurnalmetro.com)

Page 8: Jokowi Di balik Citra dan Bukti Nyata

Jokowi di Balik Citra dan Bukti Nyata 8

BERKOTAK-KOTAKMARAKDalam sebuah artikel di laman majalah terkemuka Time dengan judul The Man in the Madras Shirt: An Outsider Campaigns for Jakarta’s Top Job, Jokowi mengatakan bahwa dirinya memakai kemeja bercorak biru-merah tersebut agar terlihat beda dengan kandidat lainnya. Dia juga menambahkan bahwa masyarakat mungkin bosan dengan stereotype cara berpakaian birokrat.

"Saya memilih kemeja ini karena warna-warni dan berbeda dari pejabat yang lain," kata politisi bersuara lembut tersebut.

Beda, itulah yang coba ditegaskan oleh Jokowi dalam mencitrakan dirinya dengan kandidat lainnya. Dengan kemeja madras kotak-kotak berwarna merah-biru, Jokowi ingin menyampaikan citra visual dirinya. Meskipun di beberapa kesempatan Jokowi mengaku bahwa kisah dibalik baju kotak-kotak tersebut sebenarnya adalah ketidak sengajaan. Baju itu sendiri ternyata juga bukan pilihan Jokowi langsung, namun ajudannya yang bernama Hanggo Henry.

(VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)

Page 9: Jokowi Di balik Citra dan Bukti Nyata

Jokowi di Balik Citra dan Bukti Nyata 9

“Saya menyuruhnya membeli baju satu pasang untuk pendaftaran ke KPUD yang penting kotak-kotak, cerah, dan ada merahnya,” Tukas Jokowi.

Dalam amanat tersebut, Jokowi tidak spesifik menentukan kemeja apa yang ingin ia pakai kepada sang ajudan. Lalu dengan inisiatifnya, Hanggo Henry memilih kemeja kotak-kotak dengan corak warna merah dan biru. Inisiatifnya berhasil, dua baju yang dia beli di Pasar Tanah Abang dengan harga 400 ribu tersebut kemudian menjadi begitu populer di masyarakat.

Baju kotak-kotak dengan corak berwarna atau yang biasa disebut madras merupakan pakaian yang sudah lama populer di Amerika. Madras merupakan pakaian yang biasa digunakan saat musim panas. Nama Madras adalah kependekan dari Madraspatnam, sebuah nama kota di India yang sekarang berubah menjadi Chennai. Madraspatnam merupakan desa nelayan kecil di India yang beberapa penduduknya berprofesi sebagai pengrajin kain. Barulah setelah Perusahaan dagang Inggris datang ke daerah tersebut, kain madras mulai dikenal. Produksi pakaian longgar bermotif kotak-kotak dalam warna biru, hitam dan merah itu juga mulai merambah ke luar India.

Kemeja Madras juga kerap dipakai oleh para pekerja di Amerika. Disamping harganya yang murah, bahan dari kain madras juga mudah menyerap keringat. “Seorang Pekerja”, itulah citra yang ingin ditonjolkan lewat baju kotak-kotak yang dikenakan oleh pasangan Jokowi-

Page 10: Jokowi Di balik Citra dan Bukti Nyata

Jokowi di Balik Citra dan Bukti Nyata 10

Ahok saat mendaftarkan diri ke KPUD untuk mengikuti Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Hal tersebut juga diakui oleh pasangan Jokowi di Pilgub DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok. Ahok menjelaskan bahwa dirinya dan Jokowi memang sengaja ingin menampilkan citra seorang pekerja dengan memakai kemeja tersebut.

"Baju kotak itu sebenarnya kan baju pekerja. Saya ingin, jika terpilih nanti, orang Jakarta merasa punya pembantu, orang yang bekerja untuk mereka," Ujar Ahok.

Selain itu madras juga kerap dikaitkan dengan budaya pop dan Musik di era tahun 90an. Di era tersebut banyak anak muda Amerika yang mengenakan kemeja kotak-kotak yang serupa dengan madras. Saat itu

kemeja kotak-kotak juga menjadi populer dengan hadirnya grup-grup Musik beraliran cadas yang mengenakannya. Sebut saja Pearl Jam, Alice in Chains, Weezer, dan Nirvana. Mendiang vokalis Nirvana, Kurt Cobain mengatakan bahwa alasan dirinya mengenakan kemeja kotak-kotak adalah karena pada masa itu pakaian tersebut sangat murah dan mudah ditemukan.

Hal diatas pula yang mungkin ingin di adopsi oleh sosok Jokowi. Jokowi memang dikenal sangat menggemari aliran Musik cadas. Tentu beliau sangat paham akan citra anti-kemapanan yang melekat pada Musik beraliran tersebut. Jokowi ingin tampil sebagai antitesis dari stigma pejabat yang glamor, anggun, dan mapan. Beliau juga ingin mendobrak stigma tersebut dengan citra yang menonjolkan kesederhanan, beda dan anti-kemapanan.

BLUSUKAN - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil Gubernur Basuki T. Purnama bersama-sama melakukan ‘blusukan’ dibeberapa wilayah, salah satunya adalah meninjau pembangunan Kampung Deret Petogokan.(antarafoto.com)

KURT COBAIN - Mendiang Vokalis dari grup Musik Nirvana, Kurt Cobain mengenakan kemeja kotak-kotak. Pada dekade awal 90an kemeja kotak-kotak memang sangat digemari di kalangan anak muda Amerika.(whowhatwear.com)

Page 11: Jokowi Di balik Citra dan Bukti Nyata

Jokowi di Balik Citra dan Bukti Nyata 11

Merah dan biru merupakan warna dominan yang ada di kemeja kotak-kotak Jokowi. Menurut Hanggo Henry -- ajudan Jokowi yang diperintahkan untuk membeli kemeja tersebut -- pemilihan warna merah dan biru sebagai warna dominan di kemeja kotak-kotak itu bukanlah kesengajaan.

“Waktu itu instruksi Bapak tidak spesifik, yang penting kotak-kotak dan warnanya cerah.” Ujar Hanggo Henry.

Sesampainya di Pasar Tanah Abang dirinya sempat bingung saat disodorkan berbagai jenis kemeja kotak-kotak. Penjual baju menyodorkan banyak sekali motif baju kotak-kotak. Beragam warna dan model.

“Ada yang kotaknya besar, ada yang kecil, ada yang merahnya terlalu tua bahkan yang merah muda.” Ujarnya.

Akhirnya dengan inisiatifnya, dia memilih kemeja kotak-kotak dengan dominasi warna merah dan biru. Lantas makna tersirat apa yang ingin disampaikan oleh Jokowi dengan kemejanya?. Juga citra apakah yang ingin dibangun dengan warna tersebut?.

Warna merupakan elemen penting dalam sebuah media visual. Warna sendiri merupakan perangkat komunikasi dalam bentuk komunikasi non verbal. Warna adalah sebuah isyarat untuk menyampaikan suatu maksud, menggiring opini, atau untuk menafsirkan sesuatu. Dalam bukunya “Pengantar Desain Komunikasi Visual” Adi Kusrianto menjelaskan bahwa Warna merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira, mood atau semangat.

photobucket.com

Page 12: Jokowi Di balik Citra dan Bukti Nyata

Jokowi di Balik Citra dan Bukti Nyata 12

Berdasarkan hal tersebut, jika kemeja kotak-kotak Jokowi yang dianalogikan sebagai alat personal branding dirinya, maka peran warna sebagai alfabet visual menjadi sangat penting untuk diurai. Secara global, warna merah dan biru yang dominan di kemeja Jokowi mempunyai arti sebagai berikut:

Warna merah memiliki arti kekuatan, keberanian, kehangatan, cinta, nafsu, energi,

agresi, dan bahaya.

Warna biru memiliki arti kepercayaan, muda, profesionalisme, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, dan keteraturan.

Penjelasan diatas tentu tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur tunggal tentang pesan komunikasi visual yang hendak disampaikan oleh Jokowi lewat warna kemejanya. Hal tersebut mengingat bahwa sasaran dari pesan komunikasi visual Jokowi merupakan masyarakat umum yang kerap menangkap hal-hal abstrak (umum/luas) berdasarkan kecenderungan komunal. Persepsi masyarakat akan sebuah pesan juga beragam sesuai dengan faktor budaya, wilayah, sosiologi, rentetan sejarah, dan kecenderungan-kecenderungan lainnya.

Warna merah sendiri dalam lingkup masyarakat Indonesia memang bukan hal baru. Sejarah menempatkan warnah merah dalam posisi yang agung yaitu sebagai lambang Negara. Dalam kedudukannya sebagai alfabet visual pada lambang Negara, warna merah mempunyai makna berani. Disamping itu sesuai dengan budaya Indonesia, warna merah juga mempunyai makna kekuatan.

Page 13: Jokowi Di balik Citra dan Bukti Nyata

Jokowi di Balik Citra dan Bukti Nyata 13

Jokowi dengan kemeja kotak-kotanya ingin tampil beda dan menarik perhatian masyarakat DKI Jakarta pada masa Pilgub silam. Beliau tak

mau terjerat dengan stereotype kemapanan ala pejabat konvensional atau memaksakan memakai baju koko yang akrab dengan masyarakat Betawi hanya demi meraih simpati masyarakat. Jokowi ingin lepas dari semua kebiasaan-kebiasaan lama, sebagaimana dengan apa yang pernah dia utarakan "Orang-orang bosan dengan hal yang sama berulang-ulang."

Sementara itu warna biru sendiri juga punya kedekatan historis dengan masyarakat Indoensia. Dalam budaya timur yang lekat dengan budaya hinduisme khususnya untuk wilayah di nusantara, warna biru kerap diidentikan dengan kekayaan. Warna biru merupakan representasi atas kekayaan alam seperti laut dan langit. Disamping itu warna biru juga mempunyai makna kepercayaan dan profesionalisme.

Dari apa yang telah diuraikan, maka jika ditafsirkan lewat warna sebagai alfabet visual, Jokowi ingin memberikan kesan berani lewat warna merah yang ada di kemejanya. Beliau ingin menunjukan semangat keberanian dan kekuatan yang dimilikinya untuk memimpin Jakarta. Sementara lewat warna biru Jokowi ingin menyadarkan masyarakat bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya raya dengan potensi alam yang meilmpah. Warna biru juga mengisyaratkan sebuah janji bahwa jika terpilih dirinya akan memegang amanat rakyat dan menjalankannya dengan profesional.

SYUKURAN RAKYAT - Presiden terpilih ke 7 Ir. Joko Widodo saat menghadiri Acara Syukuran Rakyat dan Konser Salam 3 Jari di kawasan Monas Jakarta Pusat, Senin (20/10). Pada acara yang digagas oleh personil Slank, Abdee Negara tersebut juga dimeriahkan oleh beberapa seniman, musisi, dan tokoh-tokoh nasional lainnya. (Rengga Satria)

Page 14: Jokowi Di balik Citra dan Bukti Nyata

Jokowi di Balik Citra dan Bukti Nyata 14

Lewat kemejanya Jokowi ingin menggiring asumsi masyarakat Jakarta, bahwa saat ini mereka tak hanya mempunyai seorang pemimpin namun juga pelayan yang bekerja untuk masyarakat. Hal itu dibuktikan lewat ‘blusukan’ yang kerap dilakukan oleh pria berumur 53 tahun tersebut. Blusukan juga menjadi bukti nyata bahwa jokowi lepas dari stigma mapan yang selama ini lekat dengan pejabat pemerintah. Dia bersentuhan langsung dengan masyarakat hingga ketingkat yang paling bawah. Jokowi mendengarkan keluhan mereka, berdialog, dan merumuskan solusi nyata atas masalah-masalah tersebut. Sebagai buktinya adalah Kartu Jakarta Pintar dan Kartu Jakarta Sehat. Dua masalah fundamental tentang pendidikan dan kesehatan memang masih menjadi sebuah momok sekaligus ironi, mengingat Jakarta merupakan kota metropolitan dan Ibu Kota Negara.

Disamping itu Jokowi lewat kemeja casualnya seolah-olah juga hendak menyiratkan jaminan bagi anak-anak muda untuk berekspresi dan mengembangkan potensi diri. Hal inilah yang kemudian menyebabkan banyak anak-anak muda Jakarta yang sebelumnya dikenal sebagai generasi ‘acuh tak acuh’ dengan skeptisme tinggi terhadap politik, suka rela berdiri mendukung dan mengawal

Jokowi. Beliau juga berhasil menarik simpati anak-anak muda dengan kerap hadir di beberapa pergelaran Musik cadas yang digelar di Jakarta. Prapancha Research (PR) juga menobatkan bahwa pasangan Jokowi-Ahok menjadi politikus dengan reputasi terbaik di mata anak muda pada Agustus 2013. Disamping itu Jokowi juga menaruh perhatian pada kegiatan seni, olahraga, hingga industri kreatif seperti animasi, pengembang software dan aplikasi.

Jakarta Baru adalah janji Jokowi bagi masyarakat Jakarta. Tentu butuh keberanian untuk mewujudkan janji tersebut, mengingat kota Jakarta yang tengah ‘amburadul’ di segala aspek, baik infrastruktur hingga birokrasinya. Keberanian yang terwakili dari warna merah di kemeja Jokowi kemudian melahirkan beberapa kebijakan di sistem birokrasi DKI Jakarta. Pergantian pejabat dinas dan wali kota, sistem lelang jabatan, dan transparansi anggaran merupakan kebjakan-kebijakan yang dinilai berhasil mengefektifkan kinerja pemerintah Kota sebagai pelayan masyarakat.

Sementara dibidang infrastruktur pasangan Jokowi-Ahok berhasil menertibkan PKL di Pasar Tanah Abang sekaligus meremajakan bangunan pasar tersebut agar layak usaha. Wilayah Pasar Tanah Abang sendiri dikenal sebagai pusat kemacetan di Jakarta Pusat. Kemacetan tersebut diakibatkan karena banyaknya PKL yang berjualan di bahu-bahu jalan. Hal ini yang

BLUSUKAN - Calon Presiden nomor urut dua, Joko Widodo membeli aneka kemeja kotak-kotak ketika mengunjungi pusat perbelanjaan ITC Depok, 4 Juli 2014. (TEMPO/Dhemas Reviyanto)

Page 15: Jokowi Di balik Citra dan Bukti Nyata

Jokowi di Balik Citra dan Bukti Nyata 15

kemudian disikapi oleh Jokowi-Ahok dengan menertibkan para PKL tersebut. Meskipun dalam usahanya itu Jokowi-Ahok harus berhadapan dengan para preman maupun birokrasi yang menolak penertiban tersebut. Jokowi-Ahok juga melakukan revitalisasi kali dan waduk untuk mengantisipasi bahaya banjir yang kerap datang menyerbu Jakarta. Salah satunya adalah dengan menggusur wilayah kumuh di bantaran Waduk Pluit Jakarta Utara. Meskipun pada awalnya berjalan alot dan mendapat tentangan dari berbagai pihak, namun akhirnya proses penggusuran dan revitalisasi di kawasan Waduk Pluit berjalan lancar. Warga pun diberikan tempat tinggal baru di Rumah Susun Marunda Jakarta Utara.

Kinerja Jokowi-Ahok selama menukangi Jakarta banyak diapresiasi oleh berbagai pihak, baik dari sesama birokrat ataupun masyarakat yang merasakan manfaat dari kebijakan-kebijakan tersebut. Jokowi-Ahok juga berhasil mengangkat potensi Kota dan sedikit banyak menyelesaikan masalah-masalah di Jakarta. Kepercayaan yang diamanatkan kepada keduanya dijalankan dengan profesionalisme. Hal tersebut kemudian yang tersirat dari warna biru di kemeja kotak-kotak Jokowi-Ahok.

Citra yang dibangun oleh Jokowi dalam upaya dirinya meraih kursi Gubernur Jakarta bisa dikatakan berhasil. Siap bekerja, anti-kemapanan, berjiwa muda, berani, dan profesional dalam melayani kebutuhan masyarakat Kota Jakarta. Namun citra hanya berperan sebagai posisi tawar atau janji. Lebih dari itu yang paling penting adalah bagaimana Jokowi-Ahok bisa merealisasikan janji-janji tersebut.

UNTUK PERUBAHAN YANG LEBIH BAIK - Seorang relawan merapihkan kemeja kotak-kotak pasangan calon gabenur dan wakil gabenur Jokowi-Ahok yang dijual di POSPERA (Posko Perjuangan Rakyat) di JI. Diponegro , Jakarta , Selasa (28/8). Sekitar 65 Pospera tersebar di Jakarta dan kemeja tersebut dijial Rp.75 ribu perpotongnya. (TEMPO/Anne Muhammad)