Upload
aditya-dian-tjokroatmodjo
View
11
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
12 Sri Usmiati dan Adi Sudono
PENGARUH STARTER KOMBINASI BAKTERI DAN KHAMIR
TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI KEFIR
Sri Usmiati1, dan Adi Sudono2
1Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian2Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Kefir merupakan salah satu jenis susu fermentasi yang dibuat dengan menggunakan starter granula kefir. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sifat fisikokimia dan daya penerimaan panelis terhadap kefir yang menggunakan starter
kombinasi bakteri dan khamir. Bahan yang digunakan adalah susu skim dengan total padatan terlarut 9,5%, dipanaskan pada
suhu 85oC selama 30 menit, dan didinginkan pada suhu 22oC untuk menumbuhkan starter berbagai kombinasi Lactobacillus
acidophilus P155110 (a), Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus NCIMB 11778 (b), Lactococcus lactis P155610 (c),
Leuconostoc mesenteroides subsp. dextranicum NCIMB 3350 (d), Acetobacter aceti P154810 (e), Bifidobacterium longum
BF1 (f), dan Saccharomyces cerevisiae P156252 (g) yang dikombinasikan menjadi P1= tanpa (b); P2= tanpa (b) dan (f);
P3= tanpa (a); P4= tanpa (a) dan (f); P5= menggunakan (a) sampai (g); dan P6= tanpa (f). Peubah yang diamati pada
percobaan pertama adalah kadar asam laktat, pH, kekentalan, kadar laktosa, nilai organoleptik, dan intensitas atribut
sensori berdasarkan Quantitative Descriptive Analysis. Pada percobaan kedua, kefir terpilih pada percobaan pertama diuji
hedonik dengan kefir (Y1), yoghurt (Y2) dan susu fermentasi yang menggunakan starter L. casei (Y3). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kefir P1 yang mempunyai keasaman dan kekentalan yang tinggi, nilai pH dan kadar laktosa yang
rendah, serta intensitas atribut warna putih krem dan konsistensi kental secara umum dapat diterima oleh konsumen.
Percobaan kedua menunjukkan bahwa susu fermentasi Y1, Y2 dan Y3 secara umum disukai oleh konsumen dengan intensitas
yang tinggi pada rasa asam. Kefir Y1 lebih disukai oleh konsumen dengan intensitas warna putih krem, halus dengan kental,
serta aroma spesifik kefir yang tinggi. Starter P1 belum dapat digunakan sebagai starter untuk menghasilkan produk yang
dapat diterima oleh konsumen bila produk dibuat menggunakan bahan baku susu skim bubuk yang dicairkan hingga total
padatan terlarut 9,5%, suhu inkubasi 22oC selama 45 jam, dan penyimpanan selama satu hari pada 5°C.
Kata kunci: kefir, starter, sifat fisikokimia dan sensori
PENDAHULUAN
Kefir merupakan jenis susu fermentasi asal
pegunungan Kaukasus (Duitschavaer et al., 1987) yang
memiliki rasa asam beralkohol, konsistensi seperti krim
dan sedikit berbuih (Bottazzi, 1983). Produk ini telah banyak
dikonsumsi di beberapa negara Asia dan Scandinavia.
Zourari dan Anifantakis (1988) menyatakan bahwa kefir
mudah dicerna oleh individu lactose intolerant karena
laktosa telah dicerna menjadi glukosa dan galaktosa oleh
laktase dari mikroba starter.
Susu fermentasi sebagai bahan pangan asal susu
dikelompokkan oleh Orihara et al. (1992) menjadi dua
golongan utama yaitu : (1) melalui fermentasi asam laktat,
seperti yoghurt dan susu fermentasi menggunakan starter
bakteri asam laktat, dan (2) melalui fermentasi asam laktat
dan alkohol, seperti kefir dan koumiss.
J. Pascapanen 1(1) 2004: 12-21
ABSTRACT. Sri Usmiati and Adi Sudono. 2004. Effect of bacteria and yeast starter combination on
physicochemical and sensory characteristic of kefir. Kefir is one kind of fermented milk that has been made from
kefir grains starter. The objective of this research was to find out the consumer acceptability and physico-chemical of kefir
that was made using combination bacteria and yeast starter. Material used was skim milk TS 9,5% which was heated on 85oC
for 30 minutes and cooled on 22oC to cultivate the starter. Microorganism used were Lactobacillus acidophilus P155110,
Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus NCIMB 11778, Lactococcus lactis P155610, Leuconostoc mesenteroides
subsp. dextranicum NCIMB 3350, Acetobacter aceti P154810, Bifidobacterium longum BF1, and Saccharomyces cerevisiae
P156252. The treatments consist of P1= without (b); P2= without (b) dan (f); P3= without (a); P4= without (a) and (f);
P5= used (a) until (g); dan P6= without (f). Parameters identified on first step were lactic acid percentage, pH, viscosity,
lactose percentage, organoleptic test, and intensity of sensory attributes based on Quantitative Descriptive Analysis.
Prefered product resulted from the first step was compared to kefir (Y1), yoghurt (Y2) and fermented milk used L. casei
starter (Y3). The research result indicated that kefir resulted from P1 starter has high acidity and viscosity, low pH and
lactose percentage, and high intensity on creamy-white color attribute, softness and consistency, kefir specific aroma could
be accepted by consumers. Result of hedonic test showed that consumers accepted fermented milk Y1, Y2 and Y3 which
high intensity on sourness. Kefir Y1 was more accepted by consumers. Based on these result, P1 starter hasn’t been used as
starter to make kefir which was accepted by consumers if made from TS 9,5% skim milk solution, incubation on 22oC for
45 hours, and aging on 5oC for a day.
Keywords: kefir, starters, physicochemical and sensory characteristic
Pengaruh Starter Kombinasi Bakteri dan Khamir 13
Kefir memiliki kadar asam laktat 0,8-1,1%, alkohol 0,5-
2,5%, CO2, kelompok vitamin B dan rasio diasetil-
asetaldehid 3.1 (Rahman et al., 1992 ; Honer, 1993).
Komposisi dan kadar nutrisi kefir adalah air 89,5%, lemak
1,5%, protein 3,5%, abu 0,6%, laktosa 4,5%, dan pH 4,6
(Rahman et al., 1992). Komponen dan komposisi kimia
kefir bervariasi, di antaranya dipengaruhi oleh jenis mikroba
starter, suhu dan lama fermentasi, serta bahan baku yang
digunakan.
Kefir diperoleh melalui proses fermentasi terhadap
susu sapi, kambing atau domba untuk menghasilkan asam
dan alkohol oleh bakteri asam laktat dan khamir yang
hidup bersimbiosis dan tumbuh dalam granula kefir
(Kosikowski, 1982; Bottazzi, 1983). Granula kefir berbentuk
seperti kembang kol berwarna putih atau kekuning-
kuningan (Kosikowski, 1982), diameter tiap granula antara
2-15 mm (Harper and Hall, 1981) dengan berat beberapa
gram (Bottazzi, 1983). Setelah fermentasi selesai, granula
kefir didapatkan kembali melalui penyaringan. Dari
metabolisme pentosa selama fermentasi, bakteri kelompok
homofermentatif menghasilkan asam laktat hampir 90%
dan sedikit asam asetat (Schlegel and Schmidt, 1994),
sedangkan dari metabolisme heksosa bakteri heterofer-
mentatif memproduksi asam laktat, CO2 dan etanol, dan
menghasilkan komponen flavor susu fermentasi diasetil
dan asetaldehid (Jay, 1978). Di Indonesia sampai saat ini,
granula kefir masih relatif sulit didapatkan karena jum-
lahnya terbatas dan belum dipasarkan secara komersial,
padahal ditinjau dari segi kesehatan kefir memiliki potensi
untuk dikembangkan seperti halnya yoghurt yang telah
lebih dulu dikenal dan disukai oleh masyarakat. Kesulitan
ini perlu diatasi dengan menyediakan starter alternatif di
antaranya yang dipersiapkan seperti starter dalam pem-
buatan yoghurt.
Salah satu faktor penting dalam penerimaan susu
fermentasi oleh konsumen adalah upaya modifikasi produk
untuk mendapatkan flavor yang disukai. Rasa suka ter-
hadap bahan pangan adalah hasil interaksi secara kimia
yang rumit dan kompleks antara makanan dengan reseptor
rasa, sehingga diketahui kesukaan seseorang terhadap
bahan pangan yang dikonsumsi melalui persepsinya
(Nagodawithana, 1994), sehingga seleksi flavor me-
rupakan teknik pembatas dalam pengembangan produk.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sifat
fisikokimia dan daya penerimaan konsumen terhadap kefir
yang menggunakan starter kombinasi bakteri dan khamir.
Diharapkan kefir yang dihasilkan dari penelitian ini dapat
disukai oleh konsumen dan masyarakat dapat membuatnya
dengan mudah karena starter dipersiapkan dalam bentuk
kultur cair.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor pada
laboratorium Fakultas Peternakan, Fakultas Teknologi
Pangan, dan Pusat Antar Universitas, pada tahun 1998.
Bahan yang digunakan adalah susu skim bubuk merk
dagang “Tri Cows” produksi Agri-Best-Holland, se-
dangkan kultur mikroba untuk starter pembuatan kefir
yaitu : (1) Bakteri asam laktat: (a) Lactococcus lactis
P155610, Lactobacillus acidophilus P155110 bentuk
kultur cair dari Carolina Biological Supply Company,
Amerika Serikat; (b) Lactobacillus delbrueckii subsp.
bulgaricus NCIMB 11778, Leuconostoc mesenteroides
subsp. dextranicum NCIMB 3350 bentuk kultur kering
beku dari The National Collection of Industrial and Marine
Bacteria, Inggris; (c) Bifidobacterium longum BF1 bentuk
kultur kering beku dari Dr. R.K. Robinson University of
Reading, Inggris. (2) Bakteri asam asetat: Acetobacter
aceti P154810 bentuk kultur agar miring dari Carolina
Biological Supply Company, Amerika Serikat. (3) Khamir/
Yeast: Saccharomyces cerevisiae P156252 bentuk kultur
biakan agar plate dari Carolina Biological Supply Company,
Amerika Serikat. Sedangkan pembuatan kefir komersial
(pembanding) digunakan starter granula kefir dari
Laboratorium Produksi Ternak Perah, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Mikroba tersebut selanjutnya
dikombinasikan menjadi 6 perlakuan, yaitu: P1= tanpa L.
bulgaricus, P2= tanpa L. bulgaricus dan B. longum; P3=
tanpa L. Acidophilus; P4= tanpa L. acidophilus dan B.
longum; P5= seluruh mikroba yang digunakan; dan P6=
tanpa B. Longum (Tabel 1). Rancangan percobaan
menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) (Steel dan
Torrie, 1993) dengan jumlah perlakuan 6 dan kelompok 4
hari waktu pembuatan kefir.
Setiap kelompok mikroba tersebut mempunyai peranan
masing-masing, yaitu :
1. Kelompok bakteri asam laktat, yang terdiri atas:
a. Bakteri asam laktat homofermentatif sebagai penghasil
asam laktat yang utama (Jay, 1978). Dalam penelitian
ini digunakan bakteri L. lactis, L. acidophilus, L.
bulgaricus dan B. longum.
b. Bakteri asam laktat heterofermentatif yang diwakili oleh
bakteri L. dextranicum sebagai penghasil asam sitrat,
CO2, polisakarida, etanol dan komponen lain
pembentuk flavor (Jay, 1978).
2. Kelompok bakteri asam asetat digunakan A. aceti
sebagai penghasil polisakarida (Koroleva, 1991) dan
untuk mengurangi kadar etanol yang dihasilkan oleh
khamir dengan cara mengubahnya menjadi asam asetat
(Dwidjoseputro, 1978). Jenis asam ini merupakan salah
14 Sri Usmiati dan Adi Sudono
Susu skim cair (TS 9,5%)
Liquid skim milk (TS 9,5%)
Pasteurisasi (85oC, 30 menit)
Pasteurization (85oC, 30 minutes)
Pendinginan (22oC)
Cooling (22oC)
Inokulasi starter Tabel 1
Inoculation the starter of table 1
Inkubasi pada 22oC (sampai terkoagulasi)
Incubation on 22oC ( it has been coagulated)
Kefir percobaan
Kefir treatment
Pematangan (10oC, 1-3hari)
Aging (10oC, 1-3days)
Pengujian parameter dan uji organoleptik
Chemical analysis and organoleptic test
(a)
Gambar 1.Skema pembuatan (a) kefir percobaan; dan (b) kefir komersial menggunakan metode Bottazzi (1983).
Figure 1. Scheme of product making (a) treatments kefir; and (b) commercial kefir used methods from Bottazi (1983).
Susu skim cair (TS 11%)
Liquid skim milk (TS 11%)
Pasteurisasi (85oC, 30 menit)
Pasteurization (85oC, 30 minutes)
Pendinginan (37oC)
Cooling (37oC)
Inokulasi granula kefir
Inoculation the kefir granules
Inkubasi (37oC, 20 jam)
Incubation on 22oC ( it has been coagulated)
kefir komersial
Commercial kefir
Pematangan (5oC, 3 hari)
Aging (5oC, 3 days)
Pengujian parameter dan uji organoleptik
Chemical analysis and organoleptic test
(b)
satu senyawa yang dapat diubah menjadi komponen
yang berkontribusi terhadap flavor kefir seperti
asetaldehid, diasetil dan asetoin (Kempler and McKay,
1981) selain diubah menjadi CO2 dan air (Dwidjo-
seputro, 1978).
3. Kelompok khamir digunakan S. cerevisiae untuk meng-
hasilkan etanol sebagai senyawa yang berkontribusi
terhadap ciri khas kefir (Kosikowski, 1982). Diharapkan
senyawa etanol dapat dihasilkan dalam konsentrasi
yang rendah dengan mengkombinasikannya bersama
A. Aceti.
Metode penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
penelitian pendahuluan: persiapan bahan baku, peng-
aktifan dan perbanyakan kultur, serta penentuan dosis
kultur starter; percobaan I: pengaruh starter kombinasi
bakteri dan khamir terhadap sifat fisikokimia dan sensori
kefir; dan percobaan II: pembandingan nilai hedonik susu
fermentasi, yaitu membandingkan secara organo-leptik
kefir hasil percobaan I dengan kefir komersial (Y1) yang
dibuat menggunakan starter granula kefir, yoghurt (Y2)
dan susu fermentasi komersial yang menggunakan starter
L. casei (Y3), untuk mengetahui daya penerimaan
konsumen terhadap kefir hasil percobaan I.
Tabel 1. Enam kombinasi mikroba dalam starter pembuatan kefir percobaan (Koroleva, 1991)
Table 1. Six combination of microbes starter for making treatments kefir
Perlakuan SLTHo LLTHo SLMHt BAA Khamir Bifido
10o-109cfu/ml 105 cfu/ml0 107-108cfu/ml 105-106cfu/ml 105-106cfu/ml 108-109cfu/ml
Treatments HTLS HTLL HMLS AAB Yeast Bifido
P 1 LL LA LD AA SC BL
P 2 LL LA LD AA SC
P 3 LL LB LD AA SC BL
P 4 LL LB LD AA SC
P 5 LL LA + LB LD AA SC BL
P 6 LL LA + LB LD AA SC
Keterangan:
SLTHo = Streptokoki Laktat Termofilik Homofermentatif; LLTHo = Laktobasili Laktat Termofilik Homofermentatif; SLMHt = Streptokoki
Laktat Mesofilik Heterofermentatif; BAA = Bakteri Asam Asetat
LL = L. lactis; LA = L. acidophilus; LB = L. bulgaricus; LD = L. dextranicum; AA = A. aceti; SC = S. cerevisiae dan BL = B. longum
HTLS = Homofermentative Thermophilic Lactic Streptococci ; HTLL = Homofermentative Thermophilic Lactic Lactobacilli;
HMLS = Heterofermentative Mesophilic Lactic Streptococci ; AAB = Acetic Acid Bacteria
Pengaruh Starter Kombinasi Bakteri dan Khamir 15
Pengukuran parameter meliputi: keasaman (%) melalui
pengukuran asam laktat, nilai pH, kekentalan (cP), dan
kadar laktosa (g/100 ml). Pembuatan kefir percobaan dan
kefir (Y1) dilakukan berdasarkan metode Bottazzi (1983)
(Gambar 1), sedangkan dosis dan kombinasi mikroba
starter menurut Koroleva (1991).
Uji organoleptik terdiri atas uji hedonik dan uji
intensitas atribut sensori (Soekarto, 1982), meliputi warna,
aroma, konsistensi, rasa, dan penilaian umum. Skala he-
donik yang digunakan adalah : 1 = sangat tidak suka; 2 =
tidak suka; 3 = agak tidak suka; 4 = biasa; 5 = agak suka;
6 = suka; dan 7 = sangat suka, yang dilakukan oleh 30
orang panelis semi terlatih berdasarkan rata-rata dari
jumlah panelis terlatih (15-25 orang) dan jumlah panelis
tidak terlatih (25-100 orang) serta mampu membedakan dan
mengingat citarasa dan aroma, mampu membedakan
derajat konsentrasinya.
Karakteristik sensori meliputi intensitas atribut rasa
(asam, manis, pahit), aroma (spesifik kefir, menyerupai:
susu skim, mentega, roti, tape), penampakan (warna,
sineresis, kekompakan) dan konsistensi (kekentalan,
kehalusan) diuji dengan Quantitative Descriptive
Analysis (QDA) (Zook dan Pearce, 1988) oleh 15 orang
panelis semi terlatih yang diseleksi dari 30 orang panelis
pengujian hedonik yang dilatih lebih lanjut. Analisis uji
QDA dianalisis dengan menggunakan diagram Spider
Webb.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Pendahuluan: Penentuan dosis kultur starter
berdasarkan jumlah populasi mikroba
Dari pengamatan laju pertumbuhan dihasilkan jumlah
populasi mikroba saat fase logaritmik. Waktu inkubasi saat
itu dijadikan sebagai waktu pencampuran satu jenis
mikroba dengan mikroba lainnya sebagai starter dalam
proses pembuatan kefir percobaan. Banyaknya starter
cair yang akan dipakai untuk membuat kefir percobaan
ditentukan berdasarkan jumlah populasi mikroba dan
waktu inkubasi saat fase logaritmik (Tabel 2) dengan dosis
dan kombinasi mikroba starter dalam penelitian
berdasarkan Tabel 1.
Percobaan I : Pengaruh starter kombinasi bakteri dan
khamir terhadap sifat fisikokimia dan sensori kefir
Keasaman dan Nilai pH
Rataan nilai kadar asam laktat kefir antara 0,54 - 0,60%,
sedangkan rataan nilai pH kefir percobaan antara 5,03 -
5,32 (Gambar 1.a dan b). Kisaran keasaman kefir percobaan
ini ternyata lebih rendah dengan pH lebih tinggi
dibandingkan dengan kefir komersial (Y1) yang memiliki
keasaman 0,76% dan pH 4,06. Pada percobaan ini, kadar
asam laktat kefir P1 lebih tinggi dibandingkan kefir P3 dan
P5 tetapi tidak lebih tinggi dari kefir P2, P4 dan P6.
Berdasarkan persentase kadar laktosa, kefir P5
mempunyai kadar laktosa 0,146 g/100 ml mendekati kadar
laktosa kefir P1 (0,147 g/100 ml). Kefir P5 dengan produksi
asam laktat sebesar 0.54% lebih rendah dari kefir P1
(0,60%) menghasilkan kekentalan sebesar 366,25 cP sedikit
lebih rendah dari kekentalan kefir P1 (421,25 cP), tampaknya
ada mekanisme lain dalam pemanfaatan laktosa. Kadar
laktosa kefir P4 0,180 g/100 ml, diduga dimanfaatkan untuk
produksi asam laktat yang disertai terjadinya wheying-off
(sineresis) dengan adanya peran enzimatik proteolisis
mikroba (misalnya: enzim lisozim, khimosin, salmin dan
lain-lain) yang turut mempercepat proses koagulasi protein
(Adda et al., 1988) dan waktu inkubasi 45 jam
menyebabkan proses koagulasi berlebihan sampai terjadi
pemisahan antara koagulan yang telah terbentuk dengan
cairan whey. Penggunaan starter kombinasi bakteri dan
khamir mempengaruhi nilai pH sejalan dengan tingkat
keasamannya. Menurut Foster et al. (1957), pH
didefinisikan sebagai nilai logaritma perbandingan terbalik
dari konsentrasi efektif ion-ion hidrogen.
Tabel 2. Jumlah populasi mikroba starter, lama inkubasi, dan jumlah starter cair yang ditambahkan dalam pembuatan kefir (n=3).
Table 2. Amount of starter microbes population, length of incubation and ammount of liquid starter which added to make kefir (n=3).
Miroba starter Populasi sebelum inkubasi Lama Inkubasi sebelum Populasi Sebelum akhir Penambahan
t0 (x106 cfu/ml) akhir fase log (jam) Fase Log t
n (x109 cfu/ml) Starter Cair (ml)
Microbes of starter Population before incubation Length of incubation before Population before log phase addition the liquid
t0 (x106 cfu/ml) the end of log phase (hours) t
n (x109 cfu/ml) starter (ml)
L. lactis 0,90 9 1,33 400
L. dextranicum 0,10 7 0,99 100
L. acidophilus 17,2 7 1,49 1
L. bulgaricus 1,40 9 1,60 1
B. longum 3,60 8 2,37 100
A.aceti 4,70 14 0,53 1
S. cerevisiae 7,60 5 0,55 1
16 Sri Usmiati dan Adi Sudono
Kekentalan
Nilai rataan kekentalan kefir percobaan berkisar antara
117,50 - 421,25 cP (Gambar 2 c), sedangkan kefir
pembanding nilai kekentalannya lebih tinggi (616,50 cP).
Perbedaan tingkat kekentalan diantaranya disebabkan
oleh perbedaan suhu dan lama inkubasi, serta total padatan
bahan baku yang mempengaruhi ketersediaan kasein dan
laktosa susu (Cross dan Overby, 1988). Dalam percobaan
ini, kefir P1 mempunyai kekentalan lebih tinggi dari kefir
P2, P3 dan P4, namun tidak berbeda dengan kefir P5 dan
P6.
Pada kefir P5 yang memiliki keasaman lebih rendah
dari P1 diduga ada pemanfaatan laktosa yang diwujudkan
pada kekentalan. Kefir P4 mengalami wheying off
(sineresis) karena lamanya waktu inkubasi dan adanya
peran enzimatik, sedangkan kefir P3 yang masih berkadar
laktosa tinggi (0,196 g/100 ml) proses fermentasinya lambat
dan belum sempurna sehingga diduga proses koagulasi
protein susu belum optimal.
Kadar Laktosa
Nilai rata-rata kadar laktosa kefir percobaan berkisar antara
0,146 - 0,196 g/100 ml (Gambar 2 d). Total padatan yang
berbeda pada bahan baku pembuatan produk
menunjukkan perbedaan kadar laktosa di dalamnya. Total
padatan 11% mengandung kadar laktosa lebih tinggi (0,30
g/100 ml) dibandingkan dalam total padatan 9,5% (0,23 g/
100 ml). Besarnya kadar laktosa berkaitan dengan produksi
asam laktat dan kekentalan produk. Pada percobaan ini
kadar laktosa kefir P1 lebih rendah dibandingkan kadar
laktosa kefir P3, namun tidak berbeda dengan kefir P2, P4,
P5 dan P6. Secara statistik, kadar laktosa kefir P1 yang
tidak berbeda dengan kefir P4 sejalan dengan keasaman
kefir P1 yang tidak beda dengan keasaman kefir P4.
Intensitas Atribut Sensori Kefir Percobaan
Hasil uji deskripsi atribut sensori untuk mengetahui
pengaruh intensitas setiap atribut kefir percobaan disajikan
pada Tabel 3 dan Gambar 3.
Kefir P1 mempunyai warna, kekompakan, kekentalan
dan kehalusan yang tinggi dengan nilai masing-masing
7,9; 7,3; 7,1; dan 6,9. Atribut sensori yang mempengaruhi
kefir P5 adalah aroma spesifik kefir (4,7) dan rasa manis
(5,7), kefir P6 ditandai dengan aroma menyerupai susu
skim (4,7), kefir P2 lebih dipengaruhi oleh intensitas aroma
menyerupai roti (3,6), sedangkan kefir P3 lebih dipengaruhi
aroma menyerupai mentega (2,7). Kefir P4 memiliki
intensitas sineresis dan rasa pahit yang tinggi (7,5 dan
3,0) dan konsistensi kasar bergumpal-gumpal serta grainy.
Sineresis dan rasa pahit tersebut menurunkan kualitas kefir
P4, terbukti dengan uji hedonik penilaian umum kefir P4
dipilih pada taraf yang rendah (agak tidak suka).
Nilai pH kefir percobaan
5,03
5,13
5,32
5,165,21
5,12
4,80
4,90
5,00
5,10
5,20
5,30
5,40
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Perlakuan
pH pH
Kekentalan kefir percobaan
421,25
243,75217,5
117,5
366,25328,75
0
100
200
300
400
500
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Perlakuan
Keken
tala
n (
cP
)
kekentalan (cP)
Ka da r laktosa kefir percobaa n
421,25
243,75217,5
117,5
366,25328,75
0
100
200
300
400
500
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Pe r lakuan
Ka
da
r la
kto
sa
(g
/10
0 m
l)
Kadar laktosa (g/100 ml)
Gambar 2.Pengaruh starter kombinasi bakteri dan khamir
terhadap: (a) keasaman, (b) pH, (c) kekentalan dan
(d) kadar laktosa kefir
Figure 2. The effect of combination starter of bacteria and
yeast on: (a) acidity, (b) pH, (c) viscosity, and (d)
lactose concentration of kefir
Keterangan :
Mikroba yang digunakan dalam kombinasi adalah : L.
acidophilus (a), L. bulgaricus (b), L. lactis (c), L. dextranicum
(d), A. aceti (e), B. longum (f), dan S. cerevisiae (g).
Kombinasi perlakuan : P1= tanpa (b); P2= tanpa (b) dan (f);
P3= tanpa (a); P4= tanpa (a) dan (f); P5= menggunakan (a)
sampai (g); dan P6= tanpa (f).
Kadar asam laktat kefir percobaan
0,6
0,56
0,54
0,56
0,54
0,57
0,50
0,52
0,54
0,56
0,58
0,60
0,62
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Perlakuan
Kad
ar
as
am
lkata
t (%
)
Asam laktat (%)
Pengaruh Starter Kombinasi Bakteri dan Khamir 17
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Warna
Sineresis
Kekompakan
Spesifik kefir
Seperti susu skim
Seperti tape
Seperti rotiSeperti mentega
Asam
Manis
Pahit
Kental
Halus
P1
P2
P3
P4
P5
P6
Gambar 3.Hubungan antara kefir percobaan dengan intensitas atribut sensori
Figure 3. Relationship between treatments kefir and sensory attributes intensity
Atribut sensori Perlakuan (Treatments)
(Sensory Attributes) P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6
PENAMPAKAN (APPEARANCE)
Warna (color) 7,9 5,0 5,1 2,4 6,8 6,0
Sineresis (Syneresis) 2,6 5,2 5,0 7,5 4,1 4,0
Kekompakan (compactness) 7,3 3,8 3,5 2,2 6,1 4,9
AROMA (AROMA)
Spesifik kefir (Kefir specific) 3,8 3,1 3,9 2,1 4,7 4,1
Menyerupai susu skim (skim milk like) 3,8 4,2 3,9 3,7 3,9 4,7
Menyerupai roti (bread-like) 3,0 3,6 3,0 2,9 3,2 3,1
Menyerupai mentega (Margarine like) 2,5 2,6 2,7 2,6 2,9 2,9
Menyerupai tape (tape-like) 3,9 3,6 2,9 3,6 2,5 2,7
RASA (TASTE)
Asam (Sourness) 4,1 4,0 3,4 3,1 3,1 3,7
Manis (Sweetness) 3,8 4,4 4,1 4,5 5,7 4,4
Pahit (Bitterness) 1,7 1,6 1,8 3,0 1,4 1,6
KONSISTENSI (CONSISTENCY)
Kental (Viscosity) 7,1 3,1 2,5 2,2 6,0 5,2
Halus (Softness) 6,9 2,7 3,3 2,8 5,7 4,8
Tabel 3. Intensitas atribut sensori kefir percobaan (n=15 panelis semi terlatih)
Table 3. Sensory attribute intensity of treatments kefir (n=15 semi trained panels)
Keterangan:
Mikroba yang digunakan dalam kombinasi adalah : L. acidophilus (a), L. bulgaricus (b), L. lactis (c), L. dextranicum (d), A. aceti (e), B.
longum (f), dan S. cerevisiae (g). Kombinasi perlakuan : P1= tanpa (b); P2= tanpa (b) dan (f); P3= tanpa (a); P4= tanpa (a) dan (f);
P5= menggunakan (a) sampai (g); dan P6= tanpa (f).
Microbes which have used as combination are : L. acidophilus (a), L. bulgaricus (b), L. lactis (c), L. dextranicum (d), A. aceti (e), B.
longum (f), and S. cerevisiae (g). The combination of treatments i.e. P1= without (b); P2= without (b) and(f); P3= without (a); P4=
without (a) and (f); P5= used (a) until (g); and P6= without (f).
Keterangan:
Mikroba yang digunakan dalam kombinasi adalah : L. acidophilus (a), L. bulgaricus (b), L. lactis (c), L. dextranicum (d), A. aceti (e), B.
longum (f), dan S. cerevisiae (g). Kombinasi perlakuan : P1= tanpa (b); P2= tanpa (b) dan (f); P3= tanpa (a); P4= tanpa (a) dan (f);
P5= menggunakan (a) sampai (g); dan P6= tanpa (f).
Microbes which have used as combination are : L. acidophilus (a), L. bulgaricus (b), L. lactis (c), L. dextranicum (d), A. aceti (e), B.
longum (f), and S. cerevisiae (g). The combination of treatments i.e. P1= without (b); P2= without (b) and(f); P3= without (a); P4=
without (a) and (f); P5= used (a) until (g); and P6= without (f).
18 Sri Usmiati dan Adi Sudono
0
2
4
6
8
10
Warna
Sineresis
Kekompakan
Spesifik kefir
Seperti susu skim
Seperti tape
Seperti rotiSeperti mentega
Asam
Manis
Pahit
Kental
Halus
P1
Y1
Y2
Y3
Gambar 4. Hubungan antara susu fermentasi dengan intensitas atribut sensori
Figure 4. Relationship between fermented milk and sensory attributes intensity
Keterangan :
P1 = kefir percobaan terpilih pada Percobaan I (tanpa L. bulgaricus) ; Y1 = kefir komersial; Y2 = yoghurt; Y3 = susu fermentasi
komersial yang menggunakan starter L. casei
P1 = treatments kefir that has been chosen on first step (without L. bulgaricus) ; Y1 = commercial kefir ; Y2 = yoghurt; Y3 =
commercial fermented milk used L. casei as starter
Atribut
Perlakuan Rasa Aroma Warna Konsistensi Penilaian Umum
Treatments Taste Aroma Color Consistency General Conclusion
P 1 4,7 4,7 6,0 5,0 5,5
P 2 3,9 4,3 3,3 3,2 3,9
P 3 3,1 3,8 3,3 2,6 3,4
P 4 3,3 3,5 2,6 2,0 2,8
P 5 4,2 5,1 4,6 4,2 4,8
P 6 4,6 4,4 4,5 4,5 4,6
Tabel 4. Rataan nilai hedonik atribut mutu dan penilaian umum kefir percobaan (n=30 panelis)
Table 4. Average of hedonic value on quality attribute and general conclusion of treatments kefir (n=30 panels)
Keterangan :
Mikroba yang digunakan dalam kombinasi adalah : L. acidophilus (a), L. bulgaricus (b), L. lactis (c), L. dextranicum (d), A. aceti (e), B.
longum (f), dan S. cerevisiae (g). Kombinasi perlakuan : P1= tanpa (b); P2= tanpa (b) dan (f); P3= tanpa (a); P4= tanpa (a) dan (f);
P5= menggunakan (a) sampai (g); dan P6= tanpa (f).
Microbes which have used as combination are : L. acidophilus (a), L. bulgaricus (b), L. lactis (c), L. dextranicum (d), A. aceti (e), B.
longum (f), and S. cerevisiae (g). The combination of treatments i.e. P1= without (b); P2= without (b) and(f); P3= without (a); P4=
without (a) and (f); P5= used (a) until (g); and P6= without (f).
Pengaruh Starter Kombinasi Bakteri dan Khamir 19
Nilai Organoleptik Kesukaan
Nilai kesukaan terhadap kefir percobaan diketahui melalui
uji hedonik (Soekarto, 1982). Hasil uji hedonik dapat
dilihat pada Tabel 4.
Kefir P1 mempunyai nilai kesukaan warna lebih tinggi
dari kefir percobaan lainnya (6,0). Pada atribut aroma,
kefir P5 lebih disukai (5,1) karena mempunyai aroma
spesifik kefir, sedangkan kefir P3 dan P4 tidak disukai oleh
panelis (3,8 dan 3,5) karena kefir P3 mempunyai aroma
menyerupai roti (3,0) dan pada kefir P4 mempunyai aroma
spesifik kefir yang rendah (2,1). Kefir P1, P5 dan P6 lebih
disukai (5,0; 4,2 dan 4,5) karena konsistensinya hampir
menyerupai konsistensi kefir yang dibuat dengan starter
granula kefir. Berdasarkan intensitas atribut sensori,
ketiganya merupakan produk yang kental (nilai masing-
masing 7,1; 6,0 dan 5,2) dan halus (nilai masing masing
6,9; 5,7 dan 4,8).
Dari atribut rasa, kefir P3 dan P4 tidak disukai oleh
panelis (3,1 dan 3,3) sehubungan timbulnya rasa pahit
kefir P4 dan rendahnya intensitas atribut rasa asam kefir
P3 (3,4) dan P4 (3,1). Secara umum, kefir P1 dan P5 lebih
disukai oleh panelis (5,5 dan 4,8) dengan atribut warna,
konsistensi, kekompakan dan rasa asam yang tinggi pada
kefir P1 dan aroma spesifik kefir disertai konsistensi dan
kekompakan yang baik pada kefir P5. Berdasarkan atribut
sensori dan penilaian umum, kefir P1 lebih dapat diterima
oleh panelis (5,5) dengan karakteristik rasa asam yang
sedang, kental dan halus, warna putih krem menyerupai
warna kefir komersial, serta sedikit beraroma yeasty.
Percobaan II : Intensitas Atribut Sensori Susu
Fermentasi
Hasil uji deskripsi untuk mengetahui pengaruh intensitas
setiap atribut susu fermentasi disajikan pada Tabel 5 dan
Gambar 4.
Kefir (Y1) mempunyai intensitas atribut mutu yang
tinggi pada warna, (8,2), kekompakan (8,6), kehalusan (8,2),
kekentalan (8,8), aroma spesifik kefir (7,7), rasa asam (8,1)
dan pahit (3,4), sedangkan kefir P1 dicirikan dengan atribut
aroma menyerupai susu skim (6,0), menyerupai roti (5,2)
dan menyerupai mentega (4,2). Yoghurt (Y2) mempunyai
intensitas atribut sineresis yang tinggi (4,3), namun
intensitas atribut warna dan rasa asam relatif sama dengan
kefir (Y1) yaitu 8,0 dan 8,3. Produk susu fermentasi
komersial yang menggunakan starter L. casei (Y3) lebih
dipengaruhi oleh tingginya atribut rasa manis (7,7).
Pembandingan Nilai Hedonik Susu Fermentasi
Nilai penerimaan (acceptability) konsumen terhadap kefir
P1 diketahui melalui uji hedonik bersama dengan kefir (Y1),
yoghurt (Y2) dan susu fermentasi komersial yang
menggunakan starter L. casei (Y3). Hasil uji hedonik dapat
dilihat pada Tabel 6.
Keterangan :
P1 = kefir percobaan terpilih pada Percobaan I (tanpa L. bulgaricus) ; Y1 = kefir komersial; Y2 = yoghurt; Y3 = susu fermentasi
komersial yang menggunakan starter L. casei
P1 = treatment kefir that has been chosen on first step (without L. bulgaricus) ; Y1 = commercial kefir; Y2 = yoghurt; Y3 =
commercial fermented milk used L. casei starter
Tabel 5. Intensitas atribut sensori susu fermentasi (n=15 panelis semi terlatih)
Table 5. Sensory attributes intensity of fermented milk (n=15 semi trained panels)
Atribut Sensori Perlakuan
Sensory attribute P 1 Y1 Y2 Y3
PENAMPAKAN (APPEARANCE)
Warna (Color) 6.6 8.2 8.0 0.9
Sineresis (Syneresis) 3.9 2.1 4.3 3.4
Kekompakan (Compactness) 4.3 8.6 7.6 3.4
AROMA (AROMA)
Spesifik kefir (Kefir specipic) 4.0 7.7 5.8 1.4
Menyerupai susu skim (Skim milk-like) 6.0 3.6 3.4 1.8
Menyerupai tape (tape-like) 4.4 4.9 5.4 1.0
Menyerupai roti (bread-like) 5.2 4.4 4.1 1.4
Menyerupai mentega (margarine-like) 4.2 3.6 3.7 1.0
RASA (TASTE)
Asam (Sourness) 3.2 8.1 8.3 6.0
Manis (Sweetness) 5.3 4.1 3.6 7.7
Pahit (Bitterness) 2.9 3.4 2.8 1.8
KONSISTENSI (CONSISTENCY)
Kental (Viscocity) 5.4 8.8 7.0 1.8
Halus (Softness) 3.5 8.2 6.4 6.8
20 Sri Usmiati dan Adi Sudono
Warna kefir Y1 (6,1) dan yoghurt (6,0) lebih disukai
konsumen dibandingkan kefir P1, Y2 dan Y3. Aroma kefir
Y1 (5,6) lebih disukai konsumen dibandingkan kefir P1
(4,0) diduga karena kefir P1 mempunyai intensitas atribut
aroma seperti susu skim yang lebih tinggi (6,0). Dari segi
konsistensi, kefir Y1 lebih disukai konsumen (5,6)
dibandingkan kefir P1 (3,9).
Hasil uji deskripsi intensitas atribut sensori
menunjukkan intensitas kehalusan kefir P1 yang rendah
(3,5). Dalam hal rasa, Kefir Y1, Y2 dan Y3 lebih disukai
konsumen (5,3 ; 4,9 ; 5,8) dibandingkan kefir P1 (3,4). Hasil
sidik ragam terhadap penilaian umum, konsumen lebih
memilih Y1, Y2 dan Y3 (5,2 ; 5,0 dan 5,8) dibandingkan
dengan P1 (3,7).
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kefir dengan starter kombinasi L. lactis, L. acidophilus,
L. dextranicum, A. aceti, S. cerevisiae dan B. longum
(P1) menghasilkan keasaman yang tinggi (0,60%), pH
(5,03) dan kadar laktosa yang rendah (0,147 g/100 ml),
dengan nilai intensitas warna putih krem hampir
menyerupai warna kefir yang dihasilkan dengan starter
granula kefir, halus dan kental, serta secara umum lebih
disukai oleh konsumen (5,5) dan merupakan kefir
terpilih pada percobaan tahap pertama.
2. Kefir (Y1), yoghurt (Y2) dan susu fermentasi komersial
yang menggunakan starter L. casei (Y3) dengan
karakter intensitas yang tinggi pada rasa asam masing-
masing dengan nilai 8,1; 8,3 dan 6,0 secara umum
disukai oleh oleh panelis (5,3; 4,9; dan 5,8) daripada
kefir P1 (3,4); Y1 dan Y2 keduanya disukai konsumen
dengan nilai intensitas yang tinggi pada warna putih
krem (8,2 dan 8,0), kehalusan (8,2 dan 6,4) dan
kekentalan (8,8 dan 7,0), disamping tingginya intensitas
aroma spesifik kefir (yeasty) pada Y1 (7,7).
3. Starter P1 belum dapat digunakan sebagai starter untuk
menghasilkan kefir yang disukai konsumen, bila
pembuatan produk dikondisikan pada suhu inkubasi
22oC selama 45 jam, dengan lama penyimpanan pada
suhu 5°C selama satu hari, dengan menggunakan
bahan baku susu skim bubuk yang dicairkan sampai
total padatan terlarut 9.5% karena sifat fisikokimia,
sensori produk dan nilai kesukaan masih lebih rendah
dibandingkan dengan kefir Y1, yoghurt (Y2), dan susu
fermentasi menggunakan starter L. casei (Y3).
4. Untuk mendapatkan kefir yang memiliki sifat fisikokimia
baik sehingga produk dapat diterima dan disukai oleh
konsumen serta dapat dikembangkan di Indonesia,
perlu dilakukan penelitian serupa dengan
menggunakan bahan baku susu skim bubuk yang
dicairkan sampai total padatan terlarut 11%, suhu
inkubasi 37°C, dan lama penyimpanan pada suhu 5°C
dengan waktu yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Adda, J., J. Czulak, G. Mocquot and L. Vassal. 1988. Cheese. In
World Animal Science, Disciplinary Approach: Meat Science,
Milk Science and Technology. Cross, H. R. and A. J. Overby
(ed.). Elsevier Science Publisher, B. V. Amsterdam, The
Netherlands.
Bottazzi. 1983. Other Fermented Dairy Products. In
Biotechnology. Fifth volume. H. J. Rehm and G. Reed (ed.).
G. Reed (vol. ed.). Verlag Chemie. Florida, Basel.
Duitschavaer, C. L., N. Kemp and D. Emmons. 1987. Pure
culture formulation and procedure for the production of kefir.
Milchwissenschaft (abstr.) 42(2): 80-82.
Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit
Jembatan, Jakarta.
Foster, E. M., F. E. Nelson, M. L. Speck, R. N. Doesch and J. C.
Olson. 1957. Dairy Microbiology. Prentice-Hall Inc.
Englewood Cliffs, New Jersey.
Harper, W. J. and C. W. Hall. 1981. Dairy Technology and
Engineer. Avi Publishing Co., Inc. Wesport, Connecticut.
Honer, C. 1993. Now kefir. J. Dairy Field (abstr.). 176(9): 91.
Tabel 6. Rataan nilai hedonik atribut mutu dan penilaian umum kefir P1, kefir komersial (Y1), yoghurt (Y2) dan susu fermentasi
komersial yang menggunakan starter L. casei (Y3) (n=30 panelis)
Table 6. Average of hedonic value on quality attributes and general conclusion of P1 kefir, commercial kefir (Y1), yoghurt (Y2)
and commercial fermented milk using starter L.casei (Y3) (n=30 panels)
Keterangan :
P1 = kefir percobaan terpilih pada Percobaan I ( tanpa L. bulgaricus); Y1 = kefir komersial; Y2 = yoghurt; Y3 = susu fermentasi
komersial yang menggunakan starter L. casei
P1 = treatments kefir that has been chosen on first step (without L.bulgaricus); Y1 = Commercial kefir; Y2 = yoghurt; Y3 =
Commercial fermented milk used L. casei as starter
Perlakuan Atribut (attributes)
Treatments Rasa Aroma Warna Konsistensi Penilaian Umum
Taste Aroma Color Consistency General Conclusion
P 1 3,4 4,0 4,8 3,9 3,7
Y1 5,3 5,6 6,1 5,6 5,2
Y2 4,9 4,9 6,0 4,9 5,0
Y3 5,8 5,0 3,4 4,9 5,8
Pengaruh Starter Kombinasi Bakteri dan Khamir 21
Jay, J. M. 1978. Modern Food Microbiology. Second edition.
D.Van Nostrand Co., New York.
Kempler, G.M and L.L. Mc Kay. 1981. Biochemistry and genetics
of citrate utilization in Streptococcus Lactis Sp. diacetylactis.
J. Dairy Sci. 64 : 64 1527.
Koroleva, N. S. 1991. Products Prepared with Lactic Acid Bacteria
and Yeasts. In Therapeutics Properties of Fermented Milks.
R. K. Robinson (ed.). Elsevier Applied Science, London and
New York.
Kosikowski, F. 1982. Cheese and Fermented Milk Food. Third
edition. F. V. Kosikowski and Associates, New York.
Nagodawithana, T. 1994. Flavor enhancers: Their probable mode
of action. Food Technol. 48(4): 79-85.
Orihara, O., I. Sakauchi and Y. Nakazawa. 1992. Types and
standard for fermented milks and lactic acid drinks. In Function
of Fermented Milk. Challenges for health sciences.
Y.Nakazawa and Hosono (ed.). Elsevier Applied Science,
London.
Rahman, A., S. Fardiaz, W. P. Rahayu, Suliantari dan C. C. Nurwitri.
1992. Teknologi Fermentasi Susu. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Schlegel, H. G. dan K. Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum.
Terjemahan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Soekarto, S. T. 1982. Penilaian Organoleptik. Bhratara Karya
Aksara, Jakarta.
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur
Statistika. Gramedia, Jakarta.
Zook, K. L. and J. H. Pearce. 1988. Quantitative Descriptive
Analysis. In Applied Sensory Analysis of Foods. Moskowiz,
H. (ed.). CRC Press Inc. Boca Raton, Florida.
Zourari, A. and M. Anifantakis. 1988. Kefir. Physicochemical,
microbiological and nutritional characteristics. Review. Lait
(abstr.). 68(4): 373-392.