Upload
vandung
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Judul Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui
Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya
Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa
Pelaksana Lembaga Olah Hidup (Loh)
Fokus Area Mitigasi Berbasis Lahan
Kerangka Presentasi
1. Deskripsi Kegiatan
2. Tujuan & Output
3. Capaian Tahun Pertama
4. Dukungan Stakeholders
5. Tantangan
6. Lessons Learned & Best Practices
7. Strategi Keberlanjutan
Kunjungan Wakil Bupati Sumbawa Saat
Penanaman Areal kerja
Penyerahan IUPHKm Dari Kadir
Kehutanan Provinsi NTB Ke Ketua
Kelompok HKm Lito
Kunjungan Lapangan Team IICTF
Judul: Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk
Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa
Fokus Area: Mitigasi Berbasis Lahan.
Anggaran: Rp. 1.002.270.000,-
Lokasi: Desa Lito Kecamatan Moyo Hulu kabupaten
Sumbawa NTB
Desa lito
Latar Belakang
DAS Moyo merupakan DAS terbesar kedua di kabupaten Sumbawa,luas wilayahnya sekitar 790.37 km², sekitar 87,29% wilayahnya kritis (Study Oxfam 2013).
DAS Moyo tiap tahun selalu menghadapi ancaman bencana ( berdampak 3 – 5 kecamatan).
Alih fungsi dan penggunaan lahan/hutan untuk jagung.
Illegal logging dan perambahan hutan telah lama berlangsung.
Tutupan lahan dan vegetasi kawasan hutan yang semakin menyempit.
Desa Lito Kecamatan Moyo Hulu luas wilayah adalah 2.418 Ha, berada dibagian hulu das Moyo. jumlah KK mencapai 710. Buruh tani menempati urutan petama mencapai 750 orang, dan petaninya di urutan kedua hanya 345 orang, yang memiliki tanah pertanian 410 KK, yang tidak memiliki tanah pertanian 300 KK.
Tujuan & OutputTujuan Output Indikator
Berkembangnya tata kelola modal
ekologi secara baik dan lestari
dalam meningkatkan daya dukung
lahan/Hutan untuk menambah
sumber pendapatan ekonomi
Masyarakat secara berkelanjutan
Output 1: Adanya Peningkatan kapasitas
kelembagaan masyarakat (1 kelompok Induk
dengan 6 kelompok anggota pengelola Hkm,
dan 2 kelompok tani pengelola lahan) dalam
pengelolaan hutan dan lahan.
Sekitar 70% anggota kelompok mampu
menerapkan prinsip dan kaidah
agroforestry dan konservasi lahan dan
hutan. 8 kelompok pengelola program
dilapangan menerapkan standar
administrasi dengan baik, mulai di
hasilkan setelah semester pertama
program berjalan.
Output 2: Adanya upaya pemulihan kondisi
sumberdaya lahan dan hutan diwilayah DAS
kritis 100 ha tiap tahun, dengan menanam
minimal 10 spesies lokal keanekaragaman
hayati.
Masing-masing kelompok telah
menanam (3 jenis tanaman kayu
kehutanan, 3 jenis tanaman perkebunan
dan 4 jenis tanaman pangan dan obat),
setiap tahunnya mampu memberikan
kontribusi bagi pendapatan ekonomi
keluarga petani.
Output 3: Adanya Usaha ekonomi pengelolaan
dan pemasaran hasil panen yang berasal dari
lokasi program.
Anggota kelompok dapat memetik dan
memasarkan hasil tanaman
Sela/tumpang sari setiap tahunnya, dan
adanya pengelolaan 3 jenis usaha
ekonomi rumah tangga oleh anggota
Capaian Tahun Pertama
Berkembangnya tata kelola
Organisasi, hutan dan lahan.
Berkembangnya
Kesetaraan Gender.
.
Berjalannya koordinasi
kelompok masyarakat
dengan para pihak..
Pengadaan Bibit dan Penanaman
Bibit tanaman
rencana awal 11
Jenis >18 Jenis
Bibit, Rencana awal
65.500 >72.750
batang
>78.874 batang.
Penanaman
Luas 82 Ha (41 Ha
HKm, Lahan
Terdegradasi 41 Ha)
Lokasi
Penanaman
Panen dan Pasca Panen Tanaman Pangan
Pendapatan masyarakat
dari hasil panen tanaman
pangan
Pengelolaan
pengetahuan dari
proses programSedang
Dalam Proses
Proses Aneka Olahan
Sedang Dalam Proses
Dukungan Stakeholders
Stakeholders yang terlibat dan jelaskan perannya dalam kegiatan ini.
Dishutbun Sumbawa (Perencanaan, Fasilitasi, Nara Sumber, Monitoring/survey).
TKPSDA WS Sumbawa (Nara Sumber, Monitoring/Survey).
KPH Batu Lante & Ropang (Nara Sumber, Monitoring/Survey, Pembinaan dan Pengawasan).
BKSDA (Nara Sumber dan pembinaan).
Mahasiswa (Relawan kegiatan tertentu).
Media Pers (dokumentasi, Informasi dan Dokumentasi).
Dana in-kind dan potensial in-kind tahun berikutnya.
-
Dukungan stakeholders lainnya yang diperlukan. Lembaga riset.
Dunia Usaha.
Koperasi.
Tantangan
Tantangan atau kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan ini:
Pendekatan program pemerintah masa lalu.
Serangan hewan liar (Babi Hutan).
Perbedaan standar teknis dengan kehendak masyarakat.
Kesibukan warga dengan usaha tani lainnya.
Agenda politik Lokal.
Transisi Kewenangan Kehutanan (UU No. 23 Tahun 2014).
Lessons Learned & Best Practices
Teknis pembiaran tanaman berlindung dalam habitat alami, dengan
tidak membuka ruang yang luas di tajuk-tajuk tanaman baru.
Dimaksudkan untuk penyamaran tanaman dan perlindungan
temperatur dan kelembaman. Untuk mempertahankan tanaman dari
kekeringan saat kemarau, sehingga berdasarkan pengalaman
masyarakat, pembersihan tanaman baru akan dilakukan di awal
musim hujan yang akan datang.
Strategi Keberlanjutan
Strategi yang akan dilakukan untuk memastikan keberlanjutan kegiatan ini:
Mengedepankan strategi partisipatif dalam tahapan program.
Mengintegrasikan upaya pemulihan lingkungan, penyelamatan keaneragaman hayati,
pengurangan daya rusak bencana dalam pengelolaan Hkm.
Memperkuat kolaborasi dan koordinatif dengan para pihak.
Mengedepankan keunggulan pengetahuan tradisional (kearifan lokal).
Uji Coba Replikasi.
Identifikasi peluang untuk replikasi atau scale-up:
Kebijakan Nasional tentang redistribusi Asset.
Adanya scema pegelolaan hutan berbasis masyarakat.
Adanya keselarasan dengan kebijakan KPH Setempat.
Lampiran: Pencapaian Keuangan
0
10
20
30
40
50
60 5349
53
42
35
45
Pers
en
tase
(%
)
ITEM
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
121.100.000
219.017.000,00
35.008.000,00
20.110.000,00
847.600,00
97.681.804,00
Jum
lah
Dan
a T
ers
era
p
ITEM