19
  Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9 , No.1 2011 The Habibie Center 105 KESIAP AN USAHA KECIL MENENGAH DI INDONESIA DALAM MENGHADAPI ACFTA DAN PASAR TUNGGAL  ASEAN 2015 Dean Y. Affandi Staf Pengajar, Universitas Indonesia Email: bpkdean@gmail.com  Abstract The contribution of small scale industries (SMEs) to the national development of Indonesia is signi   icant. The SMEs’ role is sometimes vital, so it is necessary for the government to support their business. The government has to take the role of issuing policies and building infrastructure that support the industries in general, and particularly the SMEs. The 2015 ASEAN single market would be a good opportunity  for Indonesia to develop strong er and more competitive SMEs, but, the  government is still to wor k hard from now on to c onvert the opportunity into bene   its for the SMEs. Kata Kunci: Perdagangan Bebas, UKM, infrastruktur, masyarakat ekonomi ASEAN  Pendahuluan I. Liberalisasi Perdagangan telah meningkatkan interpendensi dan intensitas kerjas ama antar negara, namun pada saat yang sama juga meningkatk an iklim kompetisi secara global. Selama beberapa dekade terakhir ini, tren regionalisme semakin meningkat, terutama dalam kerangka kerjasama ekonomi.Integrasi ekonomi regional ASEAN

Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

  • Upload
    raj

  • View
    213

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

indonesia dalam ACFTA

Citation preview

Page 1: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 1/19

 

  Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center  105

KESIAPAN USAHA KECIL MENENGAH DI INDONESIA

DALAM MENGHADAPI ACFTA DAN PASAR TUNGGAL

 ASEAN 2015

Dean Y. Affandi

Staf Pengajar, Universitas Indonesia

Email: [email protected]

 Abstract 

The contribution of small scale industries (SMEs) to the national 

development of Indonesia is signi  icant. The SMEs’ role is sometimes

vital, so it is necessary for the government to support their business.

The government has to take the role of issuing policies and building

infrastructure that support the industries in general, and particularly 

the SMEs. The 2015 ASEAN single market would be a good opportunity  for Indonesia to develop stronger and more competitive SMEs, but, the

 government is still to work hard from now on to convert the opportunity 

into bene  its for the SMEs.

Kata Kunci: Perdagangan Bebas, UKM, infrastruktur, masyarakat 

ekonomi ASEAN

PendahuluanI.

Liberalisasi Perdagangan telah meningkatkan interpendensi dan

intensitas kerjasama antar negara, namun pada saat yang sama juga

meningkatkan iklim kompetisi secara global. Selama beberapa dekadeterakhir ini, tren regionalisme semakin meningkat, terutama dalam

kerangka kerjasama ekonomi.Integrasi ekonomi regional ASEAN

Page 2: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 2/19

 

106

diharapkan dapat meningkatkan kondisi perekonomian kawasan

secara menyeluruh.

Sebagai stabilisator perekonomian nasional maupun regional,

sektor UKM akan menghadapi tantangan yang lebih berat, terutama

dari kalangan pengusaha asing. Dalam pembahasan tentang UKM,

kesuksesan Cina dalam mengembangkan sektor UKM-nya secara

global tidak dapat dikesampingkan, integrasi ekonomi ASEAN juga

tidak terpisahkan dari peran Cina. Di satu sisi, integrasi ekonomi akan

meningkatkan iklim kompetisi regional, namun di sisi lain integrasi

ekonomi juga perlu direalisasikan untuk menghadapi pengaruh

ekonomi Cina di kawasan terutama sejak dimplementasikannyaperjanjian ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) sejak Januari

2010.

 

Dalam rencana penerapan Pasar Tunggal ASEAN, terdapat empat 

karakterisitik utama, yaitu kebebasan arus barang dan jasa,

kebebasan arus tenaga kerja dan kebebasan arus modal. Penerapan

pasar tunggal ini dapat dipandang sebagai peluang (bertambahnya

pangsa pasar) sekaligus ancaman (banjirnya produk asing yang lebih

kompetitif) bagi kalangan usaha domestik, terutama sektor UKM.

 

Apabila dilihat dari sudut pandang kebijakan, daya saing sektorUKM Indonesia secara regional masih lebih rendah dibanding

sektor UKM Thailand dan Malaysia. Jika ingin bertahan dalam

kompetisi regional maka Pemerintah Indonesia dapat mengikuti

pengembangan sektor UKM Cina yang didukung penuh oleh negara,

Indonesia perlu merumuskan cetak biru dan strategi pengembangan

UKM yang lebih selaras dengan prinsip liberalisasi perdagangan.

Sekilas Mengenai UKM NasionalII.

Banyak kalangan di Inonesia yang menyatakan sikap pesimis terhadap

peluang dan daya saing Indonesia dalam liberalisasi perdagangan,

khususnya dalam menghadapi Cina dan Pasar Tunggal ASEAN 2015.Pada umumnya, usaha besar sudah memiliki akses terhadap sarana

Page 3: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 3/19

 

  Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center  107

dan prasarana industri yang kondusif, sehingga lebih berpeluang

untuk meraih keuntungan dari mekanisme Pasar Tunggal. Nilai

ekspor non-migas dari sektor usaha besar mencapai 79,72 persen

pada tahun 2005 (BPS, 2007). Dengan demikian, peran usaha besar

dalam perdagangan internasinal Indonesia cukup signiikan. Namun,

perlu digarisbawahi bahwa jumlah perusahaan yang tergolong usaha

besar di Indonesia hanya 0,02 persen dari total usaha domestik.

Sebagian besar unit usaha di Indonesia (99,98 persen) tergolong

jenis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) (BPS, 2007).

 

Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor UKM Indonesia tahun2010, mencapai 95,53 persen terhadap jumlah total lapangan

kerja yang tersedia. Pada tahun 2010, sektor UKM Indonesia

menyumbangkan 54,2 persen dari total PDB (produk Domestik Bruto)

nasional, sementara sisanya, yaitu sekitar 46,7 persen merupakan

kontribusi sektor Usaha Besar. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

pemberdayaan UKM merupakan salah satu faktor yang signiikan

bagi perekonomian nasional, terutama dalam menjaga kestabilan

sosial dalam negeri. Potensi UKM dalam menyediakan lapangan

pekerjaan dan peran UKM dalam pembagunan perekonomian

nasional merupakan beberapa aspek penting yang melatarbelakangi

perlunya pengembangan dan pemberdayaan UKM di Indonesia. 

Stiglitz (2005) mengemukakan bahwa usaha kecil seringkali berperan

sebagai tulang punggung masyarakat, maka keberadaan dan

perkembangannya layak mendapatkan perhatian pemerintah. Dalam

hubungan antara UKM nasional dan perdagangan internasional,

Pasar Tunggal ASEAN 2015 dapat dilihat sebagai peluang sekaligus

tantangan tersendiri bagi sektor UKM dalam negeri.

 

Peluang, karena konsep Pasar Tunggal ASEAN 2015 sebagai single

market  dan single production base memberikan kesempatan bagi

sektor UKM untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas

melalui perusahaan-perusahaan multinasional. Hal ini berarti,Pasar Tunggal ASEAN memberikan kesempatan bagi UKM nasional

Page 4: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 4/19

 

108

untuk meningkatkan peran, bukan hanya sebagai produsen tunggal,

tetapi juga sebagai supplier  dan mitra kerja bagi perusahaan-

perusahaan multinasional. Selain kebutuhan terhadap berbagai

fasilitas pendukung, faktor utama yang menetukan keberhasilan

pengembangan UKM adalah negara dengan mengupayakan kebijakan

pemerintah yang mampu meningkatkan daya saing UKM dalam

negeri.

 

Dalam pembahasan mengenai UKM sebagai aktor ekonomi (Non-State

Enterprise) internasional, success story  Cina dalam pemberdayaan

UKM tidak dapat dikesampingkan. Pada tahun 2005 kontribusi sektorUKM Cina terhadap perolehan ekspor mencapai 68,3 persen, yang

meliputi industri pakaian jadi, kerajinan dan mainan anak (Danmex

China Business Resource, 2006). Masih terbatasnya akses modal,

teknologi dan informasi merupakan sebagian kecil hambatan yang

masih dihadapi oleh sektor UKM nasional dalam persaingan dengan

Cina dan negara ASEAN lainnya.

Dalam hal ini, upaya peningkatan nilai tambah dan daya saing sektor

UKM, kebijakan dan insentif yang dikeluarkan oleh pemerintah

merupakan faktor yang paling berpengaruh. Seiring dengan komitmen

pemerintah untuk turut serta dalam wacana penerapan Pasar Tunggal

ASEAN dan pelaksanaan ACFTA, sebenarnya sudah sampai manakahkesiapan sektor UKM nasional dalam menghadapi tantangan global ini?

Kebijakan Pemerintah Indonesia dan Peran Sektor UKMIII.

dalam Perekonomian Nasional

 

Dari tahun ke tahun, peran UKM Indonesia terhadap perolehan

PDB nasional cenderung stagnan, bahkan pada tahun 2009 sempat 

mengalami sedikit penurunan. Kontribusi sektor UKM pada PDB

nasional tahun 2010 tercatat 53,85 persen sementara pada tahun

2009 tercatat sebesar 53,67 persen. Dalam perolehan PDB nasional,

kelompok usaha kecil memberikan kontribusi yang lebih besar

dibandingkan dengan usaha menengah, yaitu 37,62 persen untuk usaha kecil dan 15,55 persen untuk usaha menengah. Selebihnya,

Page 5: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 5/19

 

  Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center  109

yaitu 46,83 persen merupakan kontribusi kelompok usaha besar.

Dalam perolehan nilai ekspor nasional tahun 2010, sektor UKM

memberikan kontribusi sebesar 15,70 persen dengan perincian 3,89

persen dari kelompok usaha kecil dan 11,81 persen dari kelompok 

usaha menengah. Selebihnya yaitu sekitar 84 persen disumbangkan

oleh kelompok usaha besar (Kemenneg KUKM, 2011).

 

Sebanyak 99,98 persen jumlah usaha di Indonesia berasal dari sektor

UKM, pada tahun 2010, sektor UKM menyerap 96,18 persen dari total

angkatan kerja nasional. Sektor pertanian, perikanan, perhutanan

dan peternakan memberikan kontribusi terbesar dalam penyediaan

lapangan kerja dikelompok usaha kecil.Sementara itu dari kelompok 

usaha menengah, kontribusi terbesar bagi penyediaan lapangan kerja

berasal dari sektor industri pengolahan (Kemenneg KUKM, 2011).

 

Pada tahun 2009, kontribusi sektor UKM terhadap perolehan investasi

nasional mencapai Rp. 303,52 triliun atau sebesar 45,99 persen dari

total nilai investasi. Pada tahun 2010, peran sektor UKM dalam nilai

investasi nasional mengalami kenaikan sebesar Rp. 67,68 triliun,

sehingga kontribusi UKM terhadap pembentukan investasi nasional

mencapai 46,22 persen dari total nilai investasi. Sektor industri yang

memberikan kontribusi terbesar dalam perolehan nilai total investasi

di Indonesia adalah usaha pengangkutan dan komunikasi (KemennegKUKM, 2011).

 

Secara umum, pengembangan sektor UKM di Indonesia tidak 

terpisahkan dari koperasi. Pemerintah membentuk Kementerian

Negara Koperasi dan UKM pada tahun 2001. Tugas utama

Kementerian Negara UKM adalah membantu Presiden dalam

merumuskan kebijakan dan koordinasi kebijakan dibidang koperasi

dan UKM. Dalam merumuskan Renstra Kementerian Negara UKM

(Tabel 1), pemerintah sudah menyadari bahwa sektor UKM memiliki

peranan penting dalam ketahanan ekonomi nasional. Sektor UKM

menyediakan lapangan pekerjaan bagi segala lapisan masyarakat,

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan dapat membantu tercipatanya pemerataan distribusi pendapatan.

Page 6: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 6/19

 

110

Tabel 1. Arah Kebijakan Rencana Strategis

Kementerian Koperasi dan UKM Periode 2009-2014Arah Kebijakan Indikator Kebijakan

1. Mengembangkan sektor

UKM dan usaha mikro

Kontribusi sektor UKM yang•

signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi, penciptaan lapangan

kerja dan peningkatan daya saing

Kontribusi usaha mikro dalam•

meningkatkan pendapatan

pada kelompok masyarakat

berpendapatan rendah

2. Memperkuat aspek kelembagaan dengan

menerapkan prinsip good

governance dan berwawasan

gender

Memperluas akses kepada sektor•

perbankan

Memperbaiki lingkungan usaha•

dan menyederhanakan prosedur

perizinan

Memperluas dan meningkatkan•

kualitas institusi pendukung

3. Memperluas basis dan

kesempatan usaha untuk 

mendorong peningkatan

ekspor dan lapangan kerja

Meningkatkan kolaborasi antara•

tenaga tenaga kerja terampil

dan terdidik melalui penerapan

teknologi

Mengembangkan sektor UKM•

agribisnis dan agroindustri melalui

pendekatan cluster

Meningkatkan peran UKM dalam•

industrialisasi, linkage antar

industri, percepatan alih teknologi

dan peningkatan kualitas SDM

4. Meningkatkan peran UKM

sebagai produsen

Memenuhi kebutuhan masyarakat dan

bersaing dengan produk impor

Page 7: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 7/19

 

  Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center  111

5. Membangun lembaga

koperasi

Membenahi tatanan kelembagaan•

koperasi di tingkat makro,

meso, mikro untuk menciptakan

lingkungan usaha yang kondusif 

bagi koperasi

Melindungi koperasi dari iklim•

persaingan yang tidak sehat

Meningkatkan pemahaman dan•

kepedulian stakeholders terhadap

kemajuan koperasi

Meningkatkan kemandirian•

koperasi

Sumber: Menneg KUKM. Rencana Strategis Kementerian Koperasi

dan UKM 2009-2014

Sejak tahun 1994, setidaknya 16 kebijakan yang berhubungan

dengan KUKM telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Kebijakan-

kebijakan tersebut dirumuskan dalam bentuk peraturan pemerintah,

keputusan presiden, peraturan presiden dan instruksi presiden.

Dalam Rencana Strategis Kementerian Koperasi dan UKM 2009-2014,

tercantum puluhan kebijakan dan program pengembangan KUKM,

namun Renstra tersebut belum dapat dikategorikan sebagai cetak 

biru pengembangan UKM. Tidak adanya petunjuk teknis pelaksanaankebijakan yang jelas dan terarah merupakan salah satu permasalahan

yang dihadapi oleh sektor UKM.

 

Perumusan Renstra tersebut tidak secara otomatis mendorong

koordinasi antar departemen, karena sifatnya eksklusif dan

tidak mengindikasikan adanya pembagian tugas yang jelas

antar departemen, baik pusat maupun daerah. Kondisi tersebut 

menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia pada dasarnya, belum

memiliki grand strategy  dalam pengembangan UKM.

 

Dari sudut pandang makro ekonomi UKM, kinerja sektor UKM

Indonesia dapat dikatakan cukup baik dalam perolehan PDB nasional,

namun belum optimal dalam kegiatan perdagangan internasional.

Page 8: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 8/19

 

112

Tabel 2 ini menunjukkan perbandingan penyerapan tenaga kerja oleh

sektor UKM, kontribusi UKM terhadap PDB nasional dan kontribusi

UKM terhadap perolehan ekspor nasional di Cina, Thailand, Malaysia

dan Indonesia. Di antara keempat negara tersebut, sektor UKM

Indonesia merupakan penyedia lapangan kerja terbesar, namun

memiliki kontribusi yang paling rendah terhadap nilai perdagangan

(ekspor) internasional. Kondisi tersebut menunjukkan rendahnya

produktiitas sektor UKM Indonesia. Sektor UKM Indonesia juga

masih sangat mengandalkan pasar dalam negeri sebagai target 

pemasaran utama. Sementara itu sektor UKM Cina, merupakan

sektor UKM dengan kinerja terbaik dalam aktiitas perdaganganinternasional. Di kawasan Asia Tenggara, kinerja UKM Thailand dan

Malaysia dapat dikatakan masih lebih baikd dibandingkan dengan

sektor UKM Indonesia.

 

Tabel 2. Perbandingan Indikator Makro UKM

Cina, Thailand, Malaysia dan Indonesia

Sektor

UKM

Proporsi

UKM

terhadap

Total Unit

UsahaNasional

Penyerapan

Tenaga Kerja

Persentase

terhadap

PDB

Nasional

Persentase

terhadap

Nilai

Ekspor

Nasional

China 99% 75% 60% 68.3%

Thailand 99.5% 80.4% 37.8% 29%

Malaysia 60% s/d 70% 56% 32% 19%

Indonesia 99.98% 96.18% 53.3% 15.70%

Selain kenyataan diatas, tingkat daya saing Indonesia baik di level

regional maupun dalam system internasional belum dapat menyamai

daya saing Thailand dan Malaysia. Tabel 3 menunjukkan daya saing

Thailand, Malaysia dan Indonesia dalam kurun waktu 2001 hingga

2006.  

Page 9: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 9/19

 

  Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center  113

Tabel 3. Global Competitiveness Index Thailand, Malaysia

dan Indonesia periode 2001-2006

Negara Tahun

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Thailand 38 37 32 34 33 35

Malaysia 37 30 29 31 25 26

Indonesia 55 69 72 69 69 50

 

Sumber: World Economic Forum. http://www.weforum.org

(diakses tanggal 3 Mei 2011)

Hambatan Politis dalam Pengembangan UKM diIV.

Indonesia

 

Timberg (2000) menyatakan bahwa hambatan pengembangan UKM

di Indonesia justru disebabkan oleh sistem birokrasi dan situasi

ekonomi politik dalam negeri yang kurang kondusif. Tidak adanya

cetak biru pengembangan UKM yang konsisten membuat setiap kali

terjadi pergantian kabinet dapat menciptakan kebijakan-kebijakan

baru yang menyebabkan return to zero starting point , tidak ada

kesinambungan kebjiakan antar periode pemerintahan. Timberg(2000) dalam artikelnya kembali menyatakan bahwa penyusunan

kebijakan pengembangan UKM di Indonesia dipenuhi dengan

kompetisi dan kepentingan-kepentingan politik yang melibatkan

partai politik, interest group, akademisi dan institusi-institusi.

Disebabkan sektor UKM belum memiliki wadah organisasi atau

himpunan yang solid, para praktisi UKM mengandalkan organisasi-

organisasi ini sebagai sarana aspirasi. Namun lebih lanjut, organisasi

atau institusi-institusi yang mewakili UKM tersebut juga saling

berkompetisi untuk menggolkan kepentingannya masing-masing

(Timber, 2000). Dengan kata lain, kebijakan pengembangan UKM

di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai pihak dengan kepentingan

politik yang terpecah-belah. Konsentrasi untuk mengamankankekuasaan mengakibatkan depolitisasi kebijakan sulit dicapai.

Page 10: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 10/19

 

114

Hasil penelitian Timberg mengindikasikan bahwa setiap institusi

(organisasi) mengadakan program pemberdayaan UKM dengan

tujuan untuk mendapatkan jatah dana APBN, dana perbankan,

publisitas dan client baru dalam pelaksanaan proyek. Setiap institusi

saling berkompetisi untuk mendapatkan persentase keuntungan

material dan dukungan politik. Pemerintah pusat melalui beberapa

instansinya telah berupaya meningkatkan koordinasi antar institusi

terkait, namun karena tidak ada “keuntungan” yang dapat diperoleh

institusi (secara individu) melalui koordinasi, ada semacam

keengganan untuk meningkatkan kolaborasi dan kerjasama internal.

Penelitian lain yang dilakukan oleh ADB ( Asian Development Bank )tahun 2002 juga mengungkapkan hal yang sama, yaitu terdapat 

banyak program promosi peningkatkan ekspor produk UKM yang

saling tumpah tindih antar institusi dan lembaga pemerintah (Sandee

dan Ibrahim, 2002). Hal tersebut merupakan salah satu penghambat 

utama dalam peningkatan daya saing sektor UKM dalam negeri.

Persoalan lainnya yang perlu dikaji lebih lanjut adalah desentralisasi

dan implikasinya bagi upaya pengembangan sektor UKM nasional.

Di satu sisi, penerapan otonomi daerah memungkinkan pemerintah

daerah setempat untuk merumuskan kebijakan pengembangan UKM

yang lebih spesiik, disesuaikan dengan karakteristik industri UKMyang beroperasi di wilayah tersebut. Namun, di sisi lain, desentralisasi

dapat mempersulit upaya konsolidasi dan kooordinasi antar institusi,

karena akan semakin banyak lembaga dan kepentingan politik yang

terlibat dalam pemberdayaan UKM. Mengenai hal tersebut, Timberg

(2000) berpendapat bahwa otonomi daerah dapat mendorong politisi

untuk lebih memperhatikan kepentingan masyarakat setempat,

namun desentralisasi juga dikhawatirkan dapat mendorong

pemerintah daerah untuk lebih mengambil “keuntungan” dari sektor

UKM.

Sementara itu, hasil penelitian lainnya mengindikasikan bahwa

secara umum, kebijakan inansial yang dikeluarkan oleh pemerintah

kota dan kabupaten tidak mempengaruhi pengembangan sentraUKM di daerah tersebut secara signiikan (Deputi Bidang Pengkajian

Page 11: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 11/19

 

  Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center  115

Sumberdaya UKMK, 2006). Dengan demikian, upaya pemberdayaan

UKM di daerah masih sangat dipengaruhi oleh peran dan strategi

pemerintah pusat. Sementara itu program dekonsentrasi kebijakan

juga masih perlu dikaji lebih lanjut, karena untuk mewujudkan

sektor UKM domestik yang berdaya saing regional dibutuhkan grand 

strategy  yang jelas, serta kolaborasi dan koordinasi yang sinergis

antara pemerintah pusat dan daerah.

Terwujudnya Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Kebangkitan

Ekonomi Cina: Saatnya bagi Sektor UKM Nasional Mengambil

Kesempatan? 

Rencana penerapan Pasar Tunggal ASEAN selain memberikan

peluang yang lebih luas dalam memperoleh pangsa pasar, akses

terhadap teknologi dan kemudahan pengembangan usaha, Pasar

Tunggal ASEAN juga membawa tantangan tersendiri bagi sektor

UKM dalam negeri. Berhasil atau tidaknya pemerintah Indonesia

dalam menghadapi tantangan ini akan berdampak langsung terhadap

keberlangsungan sektor UKM dalam negeri.

 

Tantangan pertama, meningkatnya iklim kompetisi regional karena

pada dasarnya negara-negara di kawasan memiliki produk-produk unggulan yang bersifat non-komplementer. Kondisi tersebut 

menyebabkan kalangan industri dan usaha di ASEAN memperebutkan

pangsa pasar yang sama.

 

Kedua, dengan prinsip kebebasan arus barang dan jasa, Pasar

Tunggal ASEAN juga berpotensi mendorong banjirnya produk impor

di pasar domestik, bukan hanya dari negara-negara kawasan ASEAN

tetapi juga produk impor dari Cina. Apabila sektor usaha domestik 

mengeluarkan produk yang kalah saing, mekanisme Pasar Tunggal

justru akan mengancam keberlangsungan industri dalam negeri.

Ketiga, Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar di

ASEAN, sehingga bertambahnya pangsa pasar bagi Indonesia dalamPasar Tunggal ASEAN kurang signiikan bila dibandingkan dengan

Page 12: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 12/19

 

116

potensi petumbuhan pangsa pasar bagi Negara anggota lainnya.

Proyeksi pertumbuhan pasar bagi Indonesia merupakan yang

terendah di ASEAN, yaitu sebesar 134 persen, sementara Malaysia

2000 persen, Thailand 717 persen dan Singapura 14.600 persen

(Koesoema, 2002).

 

Dari simulasi tersebut, tampak bahwa peluang Indonesia untuk 

menguasai pangsa pasar regional menjadi lebih sulit, terutama bila

dibandingkan dengan pemain regional dengan GDP per kapita yang

lebih besar seperti Singapura, Thailand dan Malaysia. Kurangnya daya

saing kalangan usaha dalam negeri menjadikan Indonesia sebagaisasaran empuk pemasaran produk dan jasa-jasa di ASEAN.

 

Ketiga tantangan tersebut, mengharuskan sektor usaha untuk 

mulai mengarahkan kebijakan yang bersifat  outward looking 

dan mempelajari perilaku konsumen dalam mendesain produk-

produknya, baik konsumen domestik maupun konsumen regional.

 

Keempat,berhubungan dengan akses inansial dan teknologi informasi

dan komunikasi (ICT). Akses inansial merupakan salah satu kunci

terpenting dalam kesuksesan UKM, namun sektor UKM Indonesia

masih mengalami hambatan memperoleh akses modal, terutama dariinstitusi pemerintah dan perbankan nasional. Rendahnya akses UKM

terhadap lembaga formal bukan hanya disebabkan oleh factor lokasi

namun juga terbentur pada aspek legalitas usaha dan administrasi.

Dalam upaya pengembangan UKM, perlunya penerapan ICT tidak 

dapat dikesampingkan. Dengan ICT, UKM dapat meningkatkan

eisiensi dan efektivitas pemasaran secara lebih mandiri, namun

tingkat penggunaan ICT Indonesia masih merupakan salah satu yang

terendah di level ASEAN.

 

Meningkatnya kompetisi dari kalangan usaha manca negara,

masih belum diiringi oleh upaya peningkatan daya saing industri

domestik yang optimal. Ketika sektor industri negara-negara lainsudah mampu bersaing secara regional. Sektor usaha dalam negeri

Page 13: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 13/19

 

  Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center  117

masih menghadapi kesulitan dalam mempertahankan pangsa pasar

domestik yang kini juga menjadi target pasar sektor industri asing.

Pemerintah Indonesia harus dapat melihat celah pasar potensial di

tingkat domestik maupun regional, kebijakan pro aktif dan strategi

yang tepat sasaran merupakan gerbang utama yang dapat mendorong

peningkatan daya saing UKM secara regional.

Dalam menjawab tantangan diatas, sektor UKM dengan dibantu oleh

pemerintah, perlu lebih mengupayakan pengembangan usaha secara

internasional tanpa meninggalkan pasar domestik. Ada beberapa

hal yang kiranya dapat dijadikan sebagai landasan cetak birupengembangan UKM nasional. Pertama, mempromosikan potensi

yang dimiliki koperasi sebagai sumber pengadaan biaya bagi sektor

UKM di daerah-daerah pedesaan. Disamping itu, pembentukan Bank 

UKM nasional juga perlu untuk dipertimbangkan, karena institusi

perbankan lebih dapat diandalkan sebagai sumber modal bagi

kalangan usaha.

Kedua, mengembalikan kontrol pemerintah pusat terhadap

perumusan kebijakan UKM dan proses implementasi daerah. Dalam

hal ini, dekonsentrasi kebijakan UKM dalam rangka desentralisasi

(otonomi daerah) perlu ditinjau ulang, karena berdasarkanpengalaman pemerintah Cina dalam menangani UKM, peran

negara amat dibutuhkan. Ketiga, pemerintah Indonesia perlu

mempererat hubungan antara sektor swasta dan pemerintah,

serta mempublikasikan informasi mengenai kebijakan UKM

secara transparan, jelas dan komunikatif sehingga dapat dijangkau

oleh berbagai kalangan masyarakat. Keempat , pemerintah perlu

mengambil pelajaran dari strategi branding Malaysia di forum-forum

internasional, pemerintah harus secara aktif ‘memperkenalkan’ diri

khas budaya dan produk-produk Indonesia. Kelima, pemerinta perlu

merestrukturisasi program-program pengembangan sentra UKM

yang selama ini belum dikelola secara optimal.

 Cetak biru UKM nasional perlu dirancang sedemikian rupa agar

Page 14: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 14/19

 

118

dapat dijadikan sebagai acuan program pengembangan UKM bagi

seluruh instansi dan lembaga yang terkait dengan pengembangan

UKM. Blueprint  UKM yang terintegrasi juga dapat meminimalkan

resiko ‘timpang tindih’ kebijakan antar instansi pemerintah.

Kerjasama ASEAN-Cina dan implikasinya terhadapV.

Sektor UKM nasional

 

Pengaruh Cina di ASEAN semakin meningkat dengan

diimplementasikannya ACFTA, kerjasama ini dapat memberikan

kesempatan yang lebih besar bagi ASEAN dalam memperluas pangsapasarnya. Sementara itu, keberhasilan Cina dalam mengembangkan

sektor UKM-nya dapat menjadi semacam faktor pendorong dalam

pemberdayaan UKM di ASEAN. Namun demikian, faktor kekuatan

ekonomi Cina juga menghadirkan beberapa tantangan bagi negara-

negara ASEAN secara regional.

 

Pertama, Cina merupakan pesaing terberat ASEAN dalam memperoleh

FDI.Sejak tahun 1996, Cina menggeser posisi ASEAN sebagai tujuan

utama investasi asing dalam kelompok negara-negara berkembang.

Cina juga sudah tumbuh sebagai bagian dari jaringan produksi global.

Peran Cina dalam  global supply chain dan kerjasama ACFTA dapat membuka peluang bagi ASEAN untuk bersama-sama dengan Cina

berperan sebagai basis produksi regional yang berpengaruh dalam

system internasional.

 

Kedua adalah ‘perseteruan’ politik yang terjadi di ASEAN dapat 

mengurangi potensi integrasi ASEAN dan lebih jauh, mengurangi daya

tawar ASEAN secara regional, baik dalam menghadapi Cina maupun

dalam forum internasional. Kebijakan Cina dalam mengorbankan

‘ego’ politik dan perseteruan ideologinya dengan negara-negara

barat, terbukti dapat mendukung kemajuan pembangunan Cina

di tingkat domestik. Pemerintah Cina telah menyadari bahwa

untuk memperoleh manfaat dari era globalisasi, aspek-aspek yangberkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, pembangunan, kerjasama

Page 15: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 15/19

 

  Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center  119

antar negara, kemajuan teknologi dan modernisasi harus lebih

didahulukan.

Ketiga, dalam menghadapi ASEAN, Cina tidak hanya menggagas

pembentukan ACFTA, namun juga merencanankan FTA bilateral

dengan beberapa anggota ASEAN. Selama integrasi ekonomi belum

terwujud, kerjasama bilateral yang lebih menguntungkan bagi

negara-negara ASEAN secara individu, tentu dapat dengan mudah

diprioritaskan. Keempat, deisit perdagangan Cina dengan negara-

negara ASEAN+5 telah meningkatkan kepentingan ASEAN untuk 

‘mempertahankan’ Cina. Kondisi tersebut dapat mendorong negara-

negara ASEAN untuk berjalan ‘sendiri-sendiri’ dan mengedepankankepentingan individu karena adanya ‘persaingan’ untuk menguasai

‘pasar’ Cina. Di sisi lain, ketergantungan ASEAN terhadap ‘pasar’ Cina

juga dapat memperkuat dominasi Cina di kawasan.

 

Hubungan perdagangan Cina-ASEAN bersifat non-komplementer,

hal ini membawa kita pada tantangan kelima, produk-produk Cina

pada umumnya bersifat  labor intensive, low value added part of 

 production dan low prices. Tantangan-tantangan yang ada ini perlu

dijawab oleh ASEAN dengan mendukung pengembangan UKM

sebagai salah satu upaya untuk dapat berhadapan dengan Cina.

Dominasi ekonomi CIna perlu diantisipasi dengan memperkuat komitmen negara-negara ASEAN dalam integrasi ekonomi. ASEAN

juga perlu mempersiapkan strategi yang lebih bersifat praktis,

dalam hal ini konsep perencanaan dan mekanisme implementasi

Regional Production Network  (RPN) perlu diupayakan secara

maksimal dalam rangka mengupayakan komplementerisasi

kawasan dalam menghadapi dominasi ekonomi Cina. Indonesia

bersama-sama dengan Thailand dan Malaysia dapat berperan

sebagao pelopor dalam upaya merealisasikan Jaringan Produksi

Regional (RPN) UKM yang terintegrasi di kawasan Asia Tenggara.

Langkah ke Depan bagi UKM Nasional dalam menghadapiVI.

Regionalisme 

Page 16: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 16/19

 

120

Dalam menghadapi liberalisasi perdagangan, seperti Pasar Tunggal

ASEAN, dominasi ekonomi Cina dan tantangan untuk mengedepankan

kepentingan nasional, Indonesia masih perlu meningkatkan daya

saingnya. Sektor UKM belum mendapatkan prioritas dalam cetak 

biru perekonomian nasional. Perekonomian Indonesia belum

memiliki visi pembangunan yang berkesinambungan dan mandiri,

sehingga terus menerus mengalami ketergantungan terhadap

investasi asing. Sebagai perbandingan, Malaysia dan Thailand telah

memiliki strategi pembangunan yang jelas dan terarah, sehingga

lebih siap dalam menghadapi Pasar Tunggal ASEAN. Indonesia juga

perlu memanfaatkan ASEAN sebagai sarana yang efektif dalammembendung kekuatan ekonomi Cina, Indonesia dapat berperan aktif 

sebagai ‘leader’ ASEAN seperti yang dilakukan selama tahun 2011 ini.

Hubungan perdagangan intra-ASEAN yang bersifat komplementer

dapat dimanfaatkan untuk menghadapi produk-produk unggulan

Cina yang bersifat non-komplementer terhadap ASEAN.

 

Kesempatan Indonesia untuk meraih kesuksesan dari liberalisasi

perdagangan di level regional ASEAN, akan sangat tergantung pada

kemampuan pemerintah dalam meningkatkan daya saing sektor

usaha domestik, terutama kalangan usaha kecil dan menengah.

Dengan demikian, cetak biru UKM nasional perlu segera dirumuskanagar tercipata koordinasi yang berkesinambungan antar institusi

pemerintah baik pusat maupun daerah. Selanjutnyam diperlukan

benchmark nasional untuk menyeragamkan dan meningkatkan daya

saing produk domestik agar sesuai dengan standarisasi regional dan

internasional.

Dalam perumusan konsep pembangunan nasional, diperlukan

cara pandang secara holistik, yaitu dengan merubah paradigma

pembangunan tradisional menjadi lebih pragmatis. Paradigma

pembangunan nasional (ND) tradisional yang secara umum

merupakan fungsi dari MNCs (M), Industri Minyak dan Gas Bumi (MG),

International Institution seperti IMF dari World Bank (II), Political Gain(PG), Kepentingan Kelompok (GI), Desentralisasi dan Dekonsentrasi

Page 17: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 17/19

 

  Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center  121

Kebijakan (DD), dan Ego Politik / Konfrontasi Regional (RC); perlu

ditinjau ulang dengan mempertimbangkan aspek-aspek praktis dan

pragmatis, sehingga paradigma baru pembangunan nasional. Secara

umum ND merupakan fungsi dari Pengembangan UKM dan Usaha

Berbasis Masyarakat (UKM), Industri Non-Migas (NMG), Fokus pada

Regional Institution (RI), Political Reliance / Clean Government (PR),

Kesejahteraan Sosial / Kepentingan Nasional (NI). Sentralisasi dan

Konsentrasi Kebijakan (SK), Political Will  / Kerjasama Regional

(RCo), Perbaikan Infrastruktur (PI), Peningkatan Pendidikan (E),

Law Enforcement  (LE), Perbaikan Akses Teknologi Informasi dan

Komunikasi (ICT). Dengan kata lain, perlu ada perubahan paradigmapembangunan perekonomian nasional dari formula matematika:

NDt = t (M, MG, II, PG, GI, DD, RC) (1)

menjadi:

ND = t (UKM, NMG, RI, PR, NI, SK, Rco, PI, E, LE, ICT) (2)

 

Cara pandang holistik dan pragmatis tersebut dapat dikatakan lebih

relevan dan sinergis dengan kepentingan pembangunan nasional dan

keikutsertaan negara dalam liberalisasi ekonomi. Dalam menghadapi

perkembangan pembangunan ekonomi China dan Pasar Tunggal

ASEAN 2015, Indonesia perlu mengejar ketertinggalannya dari

negara – negara, terutama dalam hal peningkatan daya saing. Belajardari kesuksesan China, Thailand, dan Malaysia, upaya pengembangan

sektor usaha domestik bukan merupakan persoalan teknis semata,

namun juga sangat dipengaruhi oleh factor kepemimpinan serta

stabilitas social-ekonomi-politik dalam negeri.

-oooOooo-

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik dan Kementerian Negara Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah. 2007. Indikator Makro UKM 2007. BRS  

No.17/03/Th.X (16 Maret 2007)Danmex China Business Resource. 2011. China SMEs Crucial to

Page 18: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 18/19

 

122

Transnational Corporation’s World Industrial Chain. http://

www.danmex.org (diakses tanggal 2 Mei 2011)

Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. 2006. Pengkajian

Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menengah yang Berbasis

Pengembangan Ekonomi Lokal. Jurnal Pengkajian Koperasi dan

UKM Nomor 2 Tahun I-2006

Koesoma, Bambang Warih. 2002. Indonesia dalam Proses

Globalisasi Berkaitan dengan Kesiapan Menghadapi AFTA,

Strategi Pemberdayaan UKM (Usaha Kecil dan Menengah)

dan Penegakan Sistem Hukum (ekonomi)/Law Enforcement. 

dalam Dialog Publik Strategi Pemberdayaan Usaha KecilMenengah dalam Menghadapi AFTA melalui Penegakan Sistem

Hukum Ekonomi Indonesia. Dies Natalis Universitas Airlangga

Surabaya, 2002.

Menneg KUKM.2011. Revitalisasi Koperasi dan UKM Sebagai Solusi

Mengatasi Pengangguran dan Kemiskinan: Tahun Ketiga Kinerja

Kementerian Negara Koperasi dan UKM 2007  http://www.

depkop.go.id (diakses tanggal 2 Mei 2011)

Sandee, Henry dan Buddy Ibrahim. 2002. Evaluation of SME Trade

and Export Promotion in Indonesia: Background Report. (ADB

Technical Assistance 2002)

Stiglitz, Joseph. 2005. Making Globalization Work: The Next Step to

Global Justice. England: Penguin Group.

Timberg, Thomas A. 2000. The Political Economy of SME Development 

Policy in Indonesia-the Policy Process, the Facts, and Future

Possibilities. Paper presented at USAID Retreat, Bogor,

Indonesia, 2000

World Economic Forum. 2011. http://www.weforum.org (diakses

tanggal 3 Mei 2011)

Page 19: Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011

5/13/2018 Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol9 No1 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-demokrasi-dan-ham-vol9-no1-2011 19/19

 

  Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 The Habibie Center  123

Resensi Buku

 ASEAN DI TENGAH DINAMIKA REGIONAL

 DAN GLOBAL 

Bawono Kumoro

Peneliti the Habibie Center

Email: [email protected]

Judul Buku : Ekonomi Politik Kemitraan ASEAN: Sebuah

Potret Kerjasama

Penulis : Rahadhian T Akbar (ed)

Penerbit : Pustaka Pelajar dan Pusat Penelitian Politik (P2P)

LIPI

Cetakan : Pertama, Maret 2011Halaman : xxii + 234 halaman

Negara-negara  Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)

baru saja menggelar hajatan besar berupa konferensi tingkat

tinggi (KTT) di Indonesia. Penyelenggaraan KTT ASEAN ke-18

di Jakarta, tanggal 7-8 Mei lalu, turut mendapatkan perhatian luas

dunia internasional, tidak hanya dari masyarakat Asia Tenggara.

Memang, ASEAN kini tengah menjadi poros baru yang memikat

negara-negara maju, terutama Amerika Serikat, Jepang, dan negara-

negara Uni Eropa untuk menjalin kerjasama yang lebih erat.

Di samping itu, asosiasi negara-negara Asia Tenggara ini sedang