26
LAPORAN DISKUSI KELOMPOK BLOK RESPIRATORY SISTEM SEMESTER IV NAMA : AIDA NIM : 070100155 KELAS TUTORIAL : A-11 FASILITATOR : dr. M. AZHARI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jurnal Fisologi kardiovaskuler

  • Upload
    akhoman

  • View
    1.334

  • Download
    7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

opopopopop

Citation preview

Page 1: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK

BLOK RESPIRATORY SISTEM

SEMESTER IV

NAMA : AIDA

NIM : 070100155

KELAS TUTORIAL : A-11

FASILITATOR : dr. M. AZHARI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009

Page 2: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN

I. Pendahuluan………………………………..………….………………………………….…….3

II. Pemicu………………………………………………………………………………………...…4

III. Daftar pertanyaan.………………………………………………………..…………………….7

IV. Isi…………………………………………………………………………………………………8

- Anatomi sistem kardiovaskular……………………………….……….…………………12

- embriologi sistem kardiovaskular ……..………………………………………………14

- Fisiologi sistem kardiovaskular …………………………….…… ………………………16

- Kontrol sistem kerja dan kontraksi jantung……………………………………………17

- Faktor-faktor yang memepengaruhi kerja jantung…………………………………….18

- Aktivitas kelistrikan jantung…..…………………………………………………..………18

- Pemeriksaan penunjang sistem kardiovaskular………………………………………18

- Pencegahan dan edukasi………………………………………………………..………19

V. Ulasan…………………………………………………………………………………………..20

VI. Kesimpulan…………………………………………………………………………………….20

VII. Daftar Pustaka………………………………………………………………………………....20

2

Page 3: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

PENDAHULUAN

Penyakit kardiovaskular di Indonesia semakin meningkat jumlahnya. Survey

kesehatan rumah tangga pada tahun (SKRT) tahun 1995 melaporkan penyakit ini

menduduki rangking ke tiga. Penyakit kardiovaskular tidak hanya sebagai

penyebab angka kematian yang utama, tetapi juga penyebab angka kesakitan.

Selain peningkatan insidens terlihat kecenderungan perobahan pola penyakit

kardiovaskular itu sendiri. Pada tahun sebelumnya valvular heart disease

menempati peringkat pertama. Juga terlihat kecenderungan prevalensi penyakit

jantung koroner meningkat pada usia yang semakin muda.

Kemajuan penatalaksanaan penyakit kardiovaskular mulai dari diagnostic,

terapi madik, terapi surgical dan rehabilitasi menyebabkan jumlah penderita

penyakit kardiovaskular yang ditangani semakin baik yang meningkatkan harapan

hidup penderita. Meskipun demikian, hal ini tidak menyelesaikan masalah karena

adakalanya meningkatkan sekuele pada penderita sehingga mengurangi

produtivitas kerja dan kualitas hidup. Selain itu semuanya memerlukan biaya yang

sangat besar, sumber daya manusia yang terampil dalam penatalaksanaanya.

3

Page 4: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

PEMICU

Pemicu :

A, seorang pria, usia 56 tahun, pensiunan pegawai administrasi USU beberapa

bulan sebelumnya dan B anak dari A berusia 25 tahun bekerja sebagai staf

di bagian pemasaran alat rumah tangga, sejak beberapa minggu ini sering

terlihat melakukan olahraga lari pada hari minggu pagi di kampus USU

medan. A yang sebelumnya jarang berolahraga, merasakan debar jantung

didadanya dan frekuensi nadinya meningkat cepat pada saat berlari,

terutama saat awal berlari. Hal ini diceritakannya pada B, sehingga B

memutuskan untuk memeriksakan ayahnya pada dokter langganannya.

Dokter memutuskan untuk dilakukan pemeriksaan treadmill test dan

laboratorium. Ketika A diberi surat pengantar untuk diperiksa ke SMF

Kardiologi RS H.Adam Malik Medan, B juga meminta untuk dilakukan

pemeriksaan tersebut.

Masalah apa yang ditemukan pada kasus diatas?

Informasi apa yang diharapkan dari pemeriksaan tersebut?

More Info :

1. Dari anamesa diketahui Tn. A saat ini berusia 56 thn ; TB 165cm, BB 70kg Laporan treadmill tuan A. metode Bruce

Target HR : 140

WAKTU DENYUT NADI

TEKANAN DARAH

SEGMEN ST

IRAMA EKG

Istirahat 80x/min 130/80mmHg Isoelektris Sinus

3 min 112x/min 140/80mmHg Isoelektris Sinus

6 min 130x/min 160/90mmHg Isoelektris Sinus

7 min 20 sec 141x/min 170/95mmHg Isoelektris Sinus

8 min 90x/min 135/80mmHg Isoelektris Sinus

4

Page 5: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

Kesimpulan : negative iskemic respons

Laporan laboratoruim tuan A

TEST HASIL

Hemoglobin 14 gr/dL

Leukosit 5000/mm3

Hematokrit 42 vol%l

Ureum 40 mg/dL

Kreatinin 1.4 mg/dL

Kolesterol total 187 mg/dL

Kolesterol LDL 127 mg/dL

Kolesterol HDL 46 mg/dL

Trigliserida 150 mg/dL

Asam urat 6.5 mg/dL

KGD puasa 80 mg/dL

KGD 2 jam post prandial 125 mg/dL

2. Tn. B, laki-laki 25 thn, TB 170cm, BB 63kg

Laporan Treadmill tuan B, metode Bruce. Target HR 165

WAKTU DENYUT NADI

TEKANAN DARAH

SEGMEN ST

IRAMA EKG

Istirahat 78x/min 120/75mmHg Isoelektris Sinus

3 min 114x/min 140/80mmHg Isoelektris Sinus

6 min 140x/min 160/90mmHg Isoelektris Sinus

9 min 156x/min 170/90mmHg Isoelektris Sinus

9 min 58 sec 166x/min 170/95mmHg

Pemulihan 6 min 90x/min 125/80mmHg Isoelektris Sinus

5

Page 6: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

Kesimpulan : negative ischemic respons

Laporan laboratorium tuan B

TEST HASIL

Hemoglobin 15 gr/dL

Leukosit 6500/mm3

Hematokrit 45 vol%l

Ureum 31 mg/dL

Kreatinin 0.9 mg/dL

Kolesterol total 185 mg/dL

Kolesterol LDL 127 mg/dL

Kolesterol HDL 45 mg/dL

Trigliserida 148 mg/dL

Asam urat 5.5 mg/dL

KGD puasa 78 mg/dL

KGD 2 jam post prandial 125 mg/dL

6

Page 7: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

DAFTAR PERTANYAAN

Anatomi Sistem Cardiovascular

Fisiologi Sistem Cardiovaskular

Sirkulasi system kardiovaskular

Kontrol Sistem dalam kerja dan kontraksi jantung

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja jantung

Aktivitas kelistrikan jantung

Pemeriksaan penunjang dlm sist.kardiovaskular

Pencegahan dan edukasi

7

Page 8: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

ISI

Tema blok :

Kardiovaskular System.

Blok yang berisi tentang jantung, pembuluhdarah, dan peredaran sekitarnya.

Tutor :

dr. ISMA A. Sp.KK

Data pelaksanaan :

a. Tanggal tutorial : 3 Maret 2009, 6 Maret 2009 dan 7 Maret 2009

b. Pemicu I, pemicu II, dan pleno pakar

c. Pukul : 07.00-09.30 WIB, 07.00-09.30 WIB dan 07.00-09.30 WIB

d. Ruangan : ruang diskusi Fisika-6

Pemicu :

A, seorang pria, usia 56 tahun, pensiunan pegawai administrasi USU beberapa

bulan sebelumnya dan B anak dari A berusia 25 tahun bekerja sebagai staf

di bagian pemasaran alat rumah tangga, sejak beberapa minggu ini sering

terlihat melakukan olahraga lari pada hari minggu pagi di kampus USU

medan. A yang sebelumnya jarang berolahraga, merasakan debar jantung

didadanya dan frekuensi nadinya meningkat cepat pada saat berlari,

terutama saat awal berlari. Hal ini diceritakannya pada B, sehingga B

memutuskan untuk memeriksakan ayahnya pada dokter langganannya.

Dokter memutuskan untuk dilakukan pemeriksaan treadmill test dan

laboratorium. Ketika A diberi surat pengantar untuk diperiksa ke SMF

Kardiologi RS H.Adam Malik Medan, B juga meminta untuk dilakukan

pemeriksaan tersebut.

Masalah apa yang ditemukan pada kasus diatas?

Informasi apa yang diharapkan dari pemeriksaan tersebut?

8

Page 9: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

More Info :

1. Dari anamesa diketahui Tn. A saat ini berusia 56 thn ; TB 165cm, BB 70kg Laporan treadmill tuan A. metode Bruce

Target HR : 140

WAKTU DENYUT NADI

TEKANAN DARAH

SEGMEN ST

IRAMA EKG

Istirahat 80x/min 130/80mmHg Isoelektris Sinus

3 min 112x/min 140/80mmHg Isoelektris Sinus

6 min 130x/min 160/90mmHg Isoelektris Sinus

7 min 20 sec 141x/min 170/95mmHg Isoelektris Sinus

8 min 90x/min 135/80mmHg Isoelektris Sinus

Kesimpulan : negative iskemic respons

Laporan laboratoruim tuan A

TEST HASIL

Hemoglobin 14 gr/dL

Leukosit 5000/mm3

Hematokrit 42 vol%l

Ureum 40 mg/dL

Kreatinin 1.4 mg/dL

Kolesterol total 187 mg/dL

Kolesterol LDL 127 mg/dL

Kolesterol HDL 46 mg/dL

Trigliserida 150 mg/dL

Asam urat 6.5 mg/dL

KGD puasa 80 mg/dL

KGD 2 jam post prandial 125 mg/dL

9

Page 10: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

2. Tn. B, laki-laki 25 thn, TB 170cm, BB 63kg

Laporan Treadmill tuan B, metode Bruce. Target HR 165

WAKTU DENYUT NADI

TEKANAN DARAH

SEGMEN ST

IRAMA EKG

Istirahat 78x/min 120/75mmHg Isoelektris Sinus

3 min 114x/min 140/80mmHg Isoelektris Sinus

6 min 140x/min 160/90mmHg Isoelektris Sinus

9 min 156x/min 170/90mmHg Isoelektris Sinus

9 min 58 sec 166x/min 170/95mmHg

Pemulihan 6 min 90x/min 125/80mmHg Isoelektris Sinus

Kesimpulan : negative ischemic respons

Laporan laboratorium tuan B

TEST HASIL

Hemoglobin 15 gr/dL

Leukosit 6500/mm3

Hematokrit 45 vol%l

Ureum 31 mg/dL

Kreatinin 0.9 mg/dL

Kolesterol total 185 mg/dL

Kolesterol LDL 127 mg/dL

Kolesterol HDL 45 mg/dL

Trigliserida 148 mg/dL

Asam urat 5.5 mg/dL

KGD puasa 78 mg/dL

10

Page 11: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

KGD 2 jam post prandial 125 mg/dL

Tujuan pembelajaran :

a. Memahami system anatomi dan histology kardiovaskuler

b. Memahami bagaimana system kardiovaskuler dalam berbagai kondisi

fisiologis

c. Memahami dan dapat menginterpretsikan hasil laboratorium dan pemeriksaan

penunjang

d. Dapat membedakan berbagai respon fisiologis

e. Mengetahui sirkulasi kardiovaskular

Pertanyaan yang muncul dalam curah pendapat :

Anatomi Sistem Cardiovascular

Embrilogi kardiovaskular

Fisiologi Sistem Cardiovaskular

Sirkulasi system kardiovaskular

Kontrol Sistem dalam kerja dan kontraksi jantung

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja jantung

Aktivitas kelistrikan jantung

Pemeriksaan penunjang dalam sistem kardiovaskular

Pencegahan dan edukasi

11

Page 12: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

JAWABAN ATAS PERTANYAAN

1. Anatomi Sistem Kardiovaskular

Transportasi bahan vital antara lingkungan eksternal dan cairan internal tubuh yang terdiri dari jantung dan pembuluh darah.

A. Pembuluh darah

Fungsi , sebagai transport darah ke paru-paru, yaitu CO2 out dan O2 in. Transport intestinal yaitu,absobsi nutrisi cair. Transport endokrin yaitu, hormone. Sekresi yaitu, ginjal, paw, dan kulit.

Tipe pembuluh darah :

a. Arteri Membawa darah dari jantung kebagian tubuh lainnya, mempunyai dinding yang lebih kuat dan tebal dari vena. Dibedakan manjadi tiga jenis antara lain,• Arteri Elastik

Arteri terbesar, dinding terdiri dari serat elastic yang menghilangkan tekanan dan menurunkan kecepatan aliran darah.Contoh : aorta, arteri pulmonalis, arteri anonima, carotis communis dan arteri subclavia.

• Arteri MuscularisUkuran medium, dinding terdiri dari serat otot polos, dikontrol system saraf otonom

• ArteriolPembuluh darah yang terkecil. Lumen relative sempit dan otot nya tebal. Tekanan diatur oleh derajat tonus otot polos pada dindingnya.

b. Vena Berfungsi untuk mengembalikan darah ke jantung. Dinding yang lebih tipis dan arteri yang membawa darah venosa berwarna kehitaman, kecuali vena pulmonalis. Mempunyai klep atau valvula yang berdampinga dengan erat sebagai pasang – vena komitas.

c. KapilerAdalah jaringan anstomosis (selimut kapiler). Distribusi seluruh tubuh dan bersentuhan langsung dengan jaringan yang menghubungkan arteriol dengan venula, tempat pertukaran difusi melintang dinding endotel arteriol ke laur jaringan. Tidak dijumpai pada kornea epidermis dan kartilago hyaline.

d. Sinusoidal

12

Page 13: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

Pembuluh darah dengan permukaan yang lebih luas dari kapiler dan sedikit tidak beraturan. Dinding terutama terdiri dari sel fagosit. Bagian dari rekuloendotelial yang berhubungan dengan pembentukan fagositosis dan antibodi.

B. Jantung

Organ berongga dan berotot yang memompakan darah melalui sirkulasi pulmonal dan sistemik. Menerima darah venosa kedalam atrium kanan disalurkan ke ventrikel kanan kemudian menuju paru-paru dan terjadilah pertukaran O2. Kemudian darah yang telah bertukar dengan O2 akan menuju ke atrium kiri kemudian disalurkan ke ventrikel kiri dan beredar keseluruh tubuh.Puncak apex berada pada lateral kiri depan, basis berada pada bagian posterior jantung, berat jantung kurang lebih 300gr, dan memiliki kapasitas volume sekitar 300cc yang dapat berkontraksi sekitar 12.5 × 3.5 × 2.5 cm.

Terdiri dari:

a. Ruang jantungAtrium kanan dan kiri, ventrikel kanan dan kiri.

b. Batasan miokardiumAtrium dan ventrikel yang disebut sulcus coronarius

c. Myocardium atriumLuar : transversalDalam : sirkular

d. Myocardium ventrikelLuar : longitudinalTengah : mengandung banyak sel silindrisDalam : longitudinal

e. Dinding jantungEpicardium , myocardium, endocardium.

Mempunyai 2 katup diantara atrium dan vetrikel,

- Valvula tricuspidalis (kanan)

- Valvula bicuspidalis/mitral (kiri)Mempunyai otot jantung yang terhubung dengan valvula melalui corda tinea. Sekat jantung yaitu septum interventrikulorum yang memisahkan jantung bagian kiri dan kanan. Dan mempunyai selaput pembungkus yaitu perikardium.

13

Page 14: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

2. Embriologi kardiovaskular

Mencakup perkembangan kardiovaskular janin pada masa fetus, yang meliputi pembentukan saluran jantung, sekat jantung, katup jantung, dan system konduksi.

A. Perkembangan Jantung

Sistem pembuluh darah pada fetus akan tampak pada usia kehamilan minggu ketiga. Dimana dimulai dari sel-sel endoderm yang akan menginduksi sel-sel mesoderm yang akan membentuk sel angioblast yang akan berploriferasi dan membentuk angiokista. Angiokista yang terletak disisi lateral fetus akan menyebar ke bagian kepala dan akan membentuk pleksus pembuluh darah kecil berbetuk tapal kuda. Dibagian sentral akan membentuk daerah kardiogenik, dan pada bagian atas membentuk rongga coleum intra embrional yang kemudian menjadi rongga pericardium.

B. Pembentukan Rongga Jantung

Tabung jantung terus memanjang dan membengkok, kemudian terus berlanjut sampai usia kehamilan pada hari ke-23 dimana bagian sefalik membengkok ke ventral dan kaudal ke arah kanan dan bagian atrium (kaudal) akan bergeser ke dorsokranial ke arah kiri, selesai pada usia kehamilan hari ke-28 dan siap membentuk rongga jantung.

C. Pembentukan Atrium dan Ventrikel

Atrium komunis masuk ke dalam rongga pericardium, kemudian persambungan atrium-ventrikel tetap sempit sehingga terbentuk saluran atrioventrikular yang akan menghubungkan atrium komunis dengan ventrikel embrionik awal. Bulbus kordis proximal membentuk ventrikel kanan primitif dan trabeculae. Bulbus kordis di tengah (conus cordis) membentuk aliran ke luar dari kedua ventrikel.Bulbus kordis distal (truncus arteriosus) merupakan bakal aorta dan arteri pulmonalis. Pada akhir pembentukan ruang jantung :Dinding tabung bertrabeculae (ventrikel kanan dan kiri primitif) yang dipisahkan oleh foramen Interventikularis primer.

D. Pembentukan Sinus Venosus

Pada minggu keempat, sinus venosus menerima darah dari kornu kiri dan kanan, masing-masing dari :• Vena vitellina / vena omphalomesentrica• Vena umbilical• Vena cardinal communis, posterior dan anterior

Pada minggu kelima,

14

Page 15: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

Vena umbilicalis kanan dan vena vitellina kiri menutup dan kornu sinus kiri tidak berfungsi lagi. Pada saat vena cardinalis communis sinistra juga menutup pada minggu kesepuluh,maka yang tersisa dari kornu sinus hanya vena obliqua dari atrium sinistra dan sinus coronaries.Akibat aliran pintas dari kiri maka cornu sinus kanan dan vena disisi kanan jadi melebar menyebabkan cornu sinus kanan menyatu menjadi dinding atrium. Muara kornu yaitu orifisium sinoarial diapit kiri dan kanan oleh lipatan katup vena kanan dan kiri. Sebelah atas katup menyatu membentuk septum spurium dan menjadi septum sekundum. Bagian bawah berkembang menjad katup vena cava inferior dan katup sinus coronaries.

E. Pembentukan Sekat Jantung

Sekat jantung utama terbentuk antara hari ke-27 dan ke-37 perkembangan fetus. Ada beberapa cara terbentuknya sekat yang melibatkan bantal endokardium :

a. Dua masa jaringan (bantal endokardium) tumbuh aktif saling mendekat sehingga menjadi satu lumen dan menjadi dua saluran yang terpisah

b. Pertumbuhan aktif satu masa jaringan menuju sisi lumen di

seberangnya

Cara pembentukan sekat tanpa melibatkan bantal endokardium :

a. Segaris kecil jaringan di dinding atrium/ventrikel gagal bertumbuh, daerah kanan kirinya meluas dg cepat dan terbentuk celah sempit

b. Jika kedua sisi celah tumbuh dengan pesat sehingga terbentuk sekat

Pembentukan sekat dalam atrium komunis- Akhir minggu keempat tumbuh satu rigi dari atap atrium komunis ke

dalam lumen (septum primum).- Ujung septum menyatu dengan jaringan endokardium membentuk

ostium primum.- Pertumbuhan jaringan endokardium menutup ostium primum, tetap

kematian jaringan menghasilkan lubang-lubang yang bersatu menjadi ostium sekundum.

- Akibat penyatuan kornu sinus dengan atrium, maka terbentuk septum sekundum, tepi konkafnya menutupi Ostium sekundum.

- Lubang yang dibentuk septum sekundum disebut foramen ovale.

- Sisa septum primum membentuk katup foramen ovale.

- Setelah lahir, peredaran darah paru bekerja sehingga tekanan di atrium kiri meningkat dan akan menyebabkan katup foramen ovale menutup.

- 20% kasus penyatuan septum primum dan sekundum tidak sempurna,sehingga celah tetap ada (probe patency of foramen ovale), tetap pintas dalam jantung biasanya tidak terjadi.

15

Page 16: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

3. Fisiologi Sistem Kardiovaskular

Darah yang dipompakan oleh ejeksi ventrikel kiri akan mengalir keseluruh pembuluh darah oleh kerena adanya sistem perbedaan antara tekanan aorta dan sistem vena. Tekanan arteri bersifat pulsatife karena jantung memompakan darah secara intermitten.

A. Hemodinamik Tekanan Darah

Ditentukan oleh cardiac output (CO) dan resistensi perifer (TPR), gangguan pada satu faktor akan menyebabkan perubahan tekanan pada pembuluh darah.

B. Pengaturan Tekanan Darah

Tekanan darah arteri yang memadai, dibutuhkan agar sistem kardiovaskular dapat berfungsi dengan baik. Tanpa TD yang memadai, aliran darah ke otak dan jantung tidak akan adekuat, sebaliknya jika TD yang berlebihan akan meyebabkan beban pada jantung. TD secara berkesinambungan berada dibawah pengawasan dari berbagai sistem kontrol / sensor didalam tubuh.Bila TD lebih tinggi dari normal, maka reflex akan terjadi respon penyesuaian CO dan TPR yang akan mengembalikan TD menjadi normal kembali.

Cara pengaturan TD melalui berbagai sistem kontrol :

• Bekerja segera (rapidly acting pressure control)Selama beberapa detik sampai ke menit, pengaturan sistem saraf melalui baroreseptor sebagai pressure buffer system terhadap flukuasi tekanan darah. Baroreseptor lebih sedikit dari variasi peribahan TD sehari-hari yaitu 1/3 sampai ½ dari tekananyang terjadi dibandingkan ika baroreseptor tidak ada. Selain baroreseptor, pengaturan segera bias melalui hormone yaitu melalui mekanik vasokonstraktor, norephineprin, ephinefrine, rennin, angiotensin, chemoreseptor dan CNS ischemic respons yang terjadi bila TD menurun.

• Pengaturan jangka menengah (intermediate mechanism)Berlangsung beberapa menit setelah terjadi kainaikan TD dan berlangsung aktif selama 30 menit sampai beberapa jam. Sedangkan saat tersebut pengaturan melalui syaraf tidaklah efektif. Sistem pengaturan melalui :- Pegeseran cairan kapiler

TD menurun mengakibatkan banyak kehilangan cairan dari kepiler ke interstisium yang menurunka volume darahnya kemudian membuat penurunan TD menjadi normal. Besar penurunan sekitar ¾ kali lebih tinggi.

- Vascular stress relaxationJika TD menurun makan TD dalam organ akan menyimpan banyak darah seperti vena, hepar, limpa, paru-paru dan lainnya.

16

Page 17: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

4. Kontrol Sistem dalam Kerja dan Kontraksi Jantung

Sistem regulasi kardiovaskular adalah untuk :- Peningkatan suplai darah kejaringan yang aktif

- Pengurangan heat loss tubuh dengan retribusi darah

- Bila ada peredaran darah, sirkulasi ke otak dan jantung tetap dipertahankan.Dipengaruhi perubahan output pompa jantung dan perubahan diameter dari retensi pembuluh darah (arterial resistensi menurun) dan perubahan jumlah darah yang menumpuk dari vena.

Sistem regulasi berlangsung dengan cara :

A. Mekanisme pengaturan lokalKemampuan dari pembuluh darah untuk mengatur aliran darah secara lokal. Terjadi vasodilatasi bila O2 tension dan pH menurun, CO2 meningkat dan terjadi injuri artery dan atreriol yang menyebabkan serotonin dibebaskan dari platelet dan terjadi vasokontriksi.

B. Zat yang dihasilkan endhoteliumProstaglandine thromboksane A2 yaitu prostaglandin, endhotelium derivated relaxing factor (EORP) yang menghasilkan nitrid oxide (NO).

C. Regulasi sistemik oleh sistem sarafPada pembuluh darah arteri (kecuali kapiler) dan vena mempunyai otot polos dan menerima serabut saraf motorik simpatis dan saraf otonom. Mengatur aliran darah dari jaringan dan TD. Rangsangan syaraf simpatis non adrenergic ke jantung akan mempercepat denyut jantung (efek kronortropik) dan kekuatan kontraksi jantung (efek inotropik). Perangsangan kolinergik (parasimpatis; vagus) memperendah denyut jantungAktivitas syaraf diatur dan dikordinasikan oleh otak. Otak menerima informasi sensoris dari reseptor perifer yang disirkulasi diluarnya.Tiga elemen yaitu, afferent fiber, central fiber, efferent fiber.Dua grup sensor yang penting yaitu, pressure reseptor pada dinding pembuluh arteri sistemik, pressure reseptor dinding pembuluh jantung.

D. Regulasi sistemik oleh hormonVasodilator : kinin, ANP (catrial natriuretik peptide)Vasokonstriktor : vasopressin, norephineprin, ephinefrin, angiotensin II.

E. Regulasi tekanan darahPengaturan syaraf pusat vasomotorik pada medulla otak mengatur TD. Pusat vasomotor stimulasi tingkat terendah yang terus menerus pada serabut otot polos dinding pembuluh tonus ini pertahankan tekanan darah melalui vasikonstriktor. Pertahanan ini dilangsungkan melalui impuls dari serabut saraf.Vasomotorik, serabut eferen saraf simpatisVasodilator, karena penurunan impuls vasokonstriktor kecuali pada pembuluh darah di otak dan jantung.

17

Page 18: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja jantung

Hormonal secara kimiawi

a. Norephinefrin dan ephinefrinVasodilator maupun vasokstriktor tergantung jenis reseptor otot polos pada pembuluh darah organ.

b. Antidiuretik vasopressin dan oxitosinVasokstriktor, dari kelenjar hipofisis anterior.

c. AngiotensinPeptide darah dalam bentuk aktif, bekerja sebagai vasokstriktor kuat.

d. Berbagai amina dan peptideHistamine, glucagon, rennin, bradikinin, termasuk zat kimia vasoaktif.

e. ProstaglandinMampu bertindak sebagai vasokonstriktor maupun vasodilator.

6. Aktivitas Kelistrikan Jantung

Jantung memiliki kemampuan membentuk depolarisasi spontan dan potensial aksi sendiri yaitu sebagai sistem penghantar khusus (sel autoritmis).

Sifat sistem penghantar khusus :

- Otomatis, kemampuan menghasilkan impuls secara spontan

- Ritmis, keteraturan membangkitkan impuls

- Daya penerus, kemampuan menghantarkan impuls

- Peka tangsangan, kemampuan respons terhadap rangsangan.

Mekanisme kontraksi jantung :

- Pembentukan potensial aksi pada otot jantung kontraktil hampir sama dengan pada otot rangka

- Pada otot jantung, maka reftaker memanjang untuk mencegah terjadinya kontraksi tetanik.

Potensial aksi di cardiac kontraktil sel menyebabkan T tubule menurun yang mengakibatkan penurunan Ca++ dari ECF dan peningkatan Ca++ dari sarcoplasmic reticulum yang akan menaikkan cycosolityc Ca++ menyebabkan kompleks troponin-tropomiosin difilamen akan berkaitan membentuk cross bridge cycling antara filament tipis dan tebal yang akan bergeser dengan filament tebal berturut-turut dan menyebabkan kontraksi.

7. Pemeriksaan Penunjang Sistem Kardiovaskular

18

Page 19: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

Tes toleransi latihan adalah merekam aktivitas kelistrikan jantung selama latihan fisik yanf dampak terhadap pangingkatan kebutuhan oksigen oleh jantung. Latihan fisik yang dilakukan pasien dapat berupa berjalan pada ban berjalan atau dikenal sebagai treadmill test, bersepeda statis, naik turun tangga, dll. Pasien dilatih dengan meningkatkan kecepatan berjalan dan mencondongkan ban berjalan atau meningkatkan bebab sepeda statis bertahap.

Bertujuan untuk menegakkan diagnosa dini sehingga pencegahan dapat dilakukan fokus utama adalah terhadap curah jantung pada perubahan EKG. Cura jantung yang nenurun akan menyebabkan jumlah oksigen ke jaringan manurun juga, sehingga merangsang saraf simpatik untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan menurunkan metabolisme dan menyebabkan kelelahan.

8. Edukasi untuk Pencegahan Penyakit Jantung

A. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik mingguan apapun disamping kegiatan hidup rutin sehari-hari mempunyai daya proteksi terhadap kematian kardiovaskuler. Aktivitas fisik mingguan yang bersifat ringan (denyut jantung meningkat sampai 10 kali permenit) sudah memberi dampak proteksi, hanya harus dilakukan hampir setiap hari, sedangkan aktivitas fisik mingguan yang bersifat sedang atau berat cukup dilakukan 2-3 kali seminggu, yang terpenting adalah keteraturan. Olahraga yang murah dan mudah seperti jalan kaki 6 kilometer per jam, senam erobik beban sedang (senam jantung sehat), menari, olahraga bela diri (pencak silat karate dan lain-lain). Melakukan kegiata setara seperti naik tangga dua tingkat, membawa barang 10kg, mencangkul dan kegiatan berkebun sudah cukup bermanfaat dalam upaya pencegahan kardiovaskuler.

Dengan demikian aktivitas fisik sedang dalam bentuk apapun, asalkan mampu meningkatkan frekuensi nafas yang tidak sampai terengah-engah sudah cukup baik untuk mencegah penyakit jantung dan stroke

B. Berhenti merokok

Menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang, sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri, dan meningkatkan faktor pembekuan

C. Kurangi minuman beralkohol

Alkohol dapat menaikan tekanan darah, memperlemah jantung, mengentalkan darah dan menyebabkan kejang arteri.

D. Makanan bergizi

Hindari makanan berelemak jenuh tinggi seperti daging kambing dan jeroan (usus, otak, dll). Perbanyak makan makanan yang mengandung omega 3 yang tinggi seperti suplemen Salmon, Omega 3 nya nutrilite, minyak Ikan, telur ber-omega 3, ikan air tawar dan air asin, Virgin Coconat Oil, Agar-agar, buah-buahan, sayuran, susu kedelai, tahu, tempe.

19

Page 20: Jurnal Fisologi kardiovaskuler

Ulasan :

Ada beberapa hal yang masih belum jelas dalam hal ini karena keterbatasan

kepustakaan dan kesulitan materi. Setelah mendapat penjelasan dari narasumber

dalam pleno pakar, disimpulkan bahwa terdapat macam-macam perbedaan fisiolgis

kerja jantung antara pada saat istirahat dan pada saat beraktivitas berat.

Kesimpulan :

Tuan A mengalami respos fisiologis berupa denyut jantung yang meningakat pada

saat berolahraga.

Daftar Pustaka :

Guyton, C. Arthur, M,D. / John E. Hall, Ph.D: Buku Ajar: Fisiologi

Kedokteran.Jakarta, EGC, 1997.

Rilianto, L. Dkk: Buku Ajar Kardiologi. Jakarta, FKUI, 1996

Aru, ws. Bambang, S. et al: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta, FKUI, 2007.

20