141

Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Volume 7, Nomor 1, Februari 2016 MALIA Jurnal Ekonomi Syariah UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN DAFTAR ISI M. Fahmul Iltiham Dian Wahyuni Strategi Agen Asuransi Syariah dalam Meningkatkan Jumlah Nasabah 1-26 Abdillah Mundir Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Madrasah 27-40 Muhammad Nizar Strategi Pengembangan Marketing di BPRS Adil Makmur Malang 41-58 Sukamto Kontektualitas Institusi Hisbah dalam Perekonomian Indonesia Prespektif Maqashid Syariah 59-80 Aang Kunaifi Implementasi Pemasaran Syari’ah Berbasis Human Spirit dalam Islamic Finance 81-94 Binti Nur Asiyah Sustainability Pinjaman Bergulir UPK PNPM Perkotaan, Peluang Chaneling Bank Syariah 95-112 Ana Nurwahida Manajemen Infaq Secara Sektoral di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Cabang Malang 113-128 M. Khoirul Malik Ekonomi Suriah Pra-Revolusi Politik: Sistem Sosialis di Bawah Rezim Duo-Assad 129-130 Nomor ISSN : 2087-9636

Citation preview

Page 1: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016
Page 2: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

MALIA Jurnal Ekonomi Syariah

UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN

Jurnal Melia terbit sejak 2010, setiap enam bulan sekali bulan Januari dan

Juli, merupakan jurnal ekonomi dan perbankan syariah yang menyajikan

artikel hasil penelitian (empiris) serta isu-isu yang mencakup ekonomi

syariah, keuangan syariah dan perbankan syariah

Penanggungjawab:

Asrul Anan

Pimpinan Redaksi

Muhammad Fahmul Iltiham

Penyunting:

Ahmad Ma’ruf

Amang Fathurrahman

Mitra Bestari:

Ali Samsuri (STAIN Kediri)

Fatikul Himami (UIN Sunan Ampel Surabaya)

Editor Pelaksana:

Sukamto

Muhammad Nizar

Administratur:

Alimatul Farida

Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Program Studi Ekonomi Syariah

Fakultas Agama Islam Universitas Yudharta Pasuruan. Jl. Yudharta 07

(Pesantren Ngalah) Sengonagung Purwosari Pasuruan Jawa Timur

Indonesia 67162. Telp (0343) 611186, Fax (0343) 611186, e-mail:

[email protected]

Page 3: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

MALIA

Jurnal Ekonomi Syariah

UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN

Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

DAFTAR ISI

Muhammad Fahmul Iltiham Dian Wahyuni

(Universitas Yudharta Pasuruan)

Strategi Agen Asuransi Syariah dalam Meningkatkan Jumlah Nasabah Asuransi Syariah

1-29

Abdillah Mundir (Universitas Yudharta Pasuruan)

Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Madrasah

30-43

Muhammad Nizar (Universitas Yudharta Pasuruan)

Strategi Pengembangan Marketing

44-62

Sukamto (Universitas Yudharta Pasuruan)

Kontektualisasi Institusi Hisbah dalam Perekonomian Indonesia praspektif Maqashid Syariah

63-86

Aang Khunaifi (Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)

al-Khairat, Pamekasan)

Implementasi Pemasaran syari’ah Berbasis Human Spirit Dalam Islamic Finance (Studi Kasus Strategi Pemasaran di Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) Bhakti Sumekar Kabupaten Sumenep)

87-102

Binti Nur Asiyah (STAIN Telungagung)

Sustainability Pinjaman Bergulir UPK PNPM Perkotaan, Peluang Chaneling Bank Syariah

103-121

Ana Nurwahida (STAI Raden Rahmad Kepanjen

Malang)

Manajemen Infaq Secara Sektoral di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Cabang Malang

122-137

Nomor ISSN : 2087-9636

Page 4: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 1

STRATEGI AGEN ASURANSI SYARIAH

DALAM MENINGKATKAN JUMLAH NASABAH ASURANSI SYARIAH

(Studi kasus di PT. Asuransi Takaful Indonesia Malang)

Oleh: Muhammad Fahmul Iltiham & Dian Wahyuni

Abstraksi: Dalam penelitian ini, penulis mengangkat suatu

permasalahan yaitu Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan

jumlah nasabah asuransi syariah dan bagaimana strategi agen dalam

meningkatkan jumlah nasabah pada PT. Asuransi Takaful Cabang

Malang.

Hasil penelitian ini mengungkapkan strategi agen dalam

meningkatkan jumlah nasabah antara lain dengan cara seorang agen

mempunyai strategi memperluas pasar terutama untuk masyarakat

yang belum menggunakan jasa asuransi syariah melalui sosialisasi

secara langsung, mempertahankan dan meningkatkan pasar yang

sudah ada dengan berupaya untuk selalu menjaga komunikasi dengan

pelanggan dalam rangka memberikan layanan terbaiknya,

mengenalkan perencanaan keuangan dan pengelolaan resiko dalam

asuransi syariah, menyeleksi resiko atas diri peserta dengan cara

mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko yang dihadapi

peserta, mengevaluasi dan mengukur besarnya resiko yang mungkin

terjadi dan menentukan metode yang terbaik untuk menangani resiko

yang telah diidentifikasi tersebut.

Kata Kunci: Strategi Agen, Asuransi Syariah, Meningkatkan

Pendahuluan

Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat dan

berkembang pesat, tujuan tersebut akan dapat tercapai apabila perusahaan

sudah mampu untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil penjualannya

dengan mencari dan membina para konsumennya.

Dengan keadaan ekonomi yang cenderung mengalami penurunan yang

mencolok tajam akibat pengaruh krisis ekonomi memberikan dampak buruk

terhadap sektor-sektor rill perekonomian Indonesia. Pertumbuhan dunia usaha

khususnya dunia usaha asuransi merupakan salah satu bidang usaha yang

sangat potensial untuk dikembangkan dimasa yang akan datang. Selama ini

pun bidang jasa ini sudah cukup berkembang, seiring dengan kebutuhan

masyarakat akan jaminan resiko terhadap kegiatan mereka.

Page 5: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 2

Persoalan yang dihadapi oleh industri asuransi di tanah air salah

satunya adalah sumber daya manusia yang belum memadai dan rendahnya

pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya arti asuransi bagi kehidupan

masyarakat. Jumlah agen asuransi di Indonesia pada akhir tahun 2005 menurut

data DAI (Dewan Asuransi Indonesia) baru sekitar 80.000 orang, jumlah itu

begitu kecil dibandingkan dengan potensi pasar yang tersedia. Keterbatasan

sumber daya manusia yang terjadi pada gilirannya berujung pada kekecewaan

konsumen.1

Untuk menghindari kekecewaan, salah satu faktor yang mempengaruhi

antara perusahaan jasa dengan konsumen adalah pelayanan yang dilakukan

oleh agen selaku bagian sumber daya manusia yang menawarkan produk

secara langsung pada masyarakat atau konsumen.2 Tanpa peran agen tersebut,

prospek bisa kesulitan mendapatkan pelayanan jasa asuransi. Bagi perusahaan

tertentu, apabila agen asuransi tidak berperan optimal, produktivitas penjualan

menjadi rendah.3

Dalam perusahaan asuransi yang menjadi tenaga penjual untuk

memberikan wawancara langsung kepada konsumen dilakukan oleh seorang

agen. Menurut M. Wahyu Prihartono, agen merupakan ujung tombak

keberhasilan pencapaian tujuan organisasi.4 Dimana agen sangatlah berperan

terhadap penawaran produk baru pada asuransi syariah saat ini, dimana agen

memberikan pelayanan dalam menawarkan jasa perlindungan terhadap

kebutuhan finansial baik individu maupun kelompok, baik kebutuhan

kesehatan maupun harta benda. Seorang agen asuransi dalam memberikan

pelayanan kepada konsumen agar sukses dan memuaskan, sangat dibutuhkan

komitmen atas pekerjaan dengan senantiasa berlatih secara konsisten dan harus

memiliki pengetahuan yang cukup tentang asuransi.5

Dalam berhubungan dengan calon pemegang polis, seorang agen di

tuntut mampu menjaga kepercayaan.6 Agen lah yang berperan dalam

memberikan pelayanan dengan membawa visi dan misi dalam memasarkan

asuransi terhadap masyarakat. Hal itu dapat dipahami dengan

1 Arba’iyah Satriani, Peluang di Tengah Persaingan, (Jakarta: Harian Republika, 2005), hal. 4. 2 Perusahaan Jasa adalah perusahaan yang kegiatannya menjual jasa atau dapat dikatakan menjual barang yang tidak terlihat (tidak berwujud). Misalnya: penjahit, perawat, dan usaha perhotelan, dll. Bambang Widjajanta dan Aristanti Widyaningsih, Mengasah Kemampuan Ekonomi, (Bandung: Citra Praya, 2007), Cet-1, hal. 2. 3 Sugeng Widodo, Mindset Sukses Agen Asuransi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011), hal. 54. 4 M. Wahyu Prihartono, Manajemen Pemasaran dan Tata Usaha Asuransi, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal. 6. 5 Surjono Soerono, Penuntun ke Agenan Asuransi jiwa edisi IV, (Jakarta: Dewan Asuransi Indonesia, 1998), hal. 8. 6 Superwanto MB, Rahasia Sukses Agen Top Bumiputera, (Tangerang: Lembaga Studi Informasi, LSI, 2005), hal. 9.

Page 6: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 3

membandingkan masalah yang dihadapi oleh konsumen dalam membeli polis

asuransi.7

Konsumen dapat menerima bantuan yang sangat berharga dari agen

saat terjadinya kerugian. Seorang agen akan membantu konsumen dengan

memberikan data yang mengenai kerugian yang diterima dan akan menjadi

pembela, apabila ternyata perusahaan tidak mau mengakui kerugian tersebut.

Disamping itu, agen akan dapat membantu konsumen untuk membuat

perencanaan secara menyeluruh mengenai program asuransi yang

dibutuhkan.8 Sesuai dengan firman Allah Swt di dalam Al-Quran untuk saling

tolong menolong dan bekerjasama dalam QS. al-Maidah ayat 2 sebagai berikut:

Tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. al-Maidah: 2)9

Hal inilah yang melatar belakangi penulis meneliti tentang peranan agen

dalam meningkatkan nasabah yang dikelola oleh PT. Asuransi Takaful

Indonesia. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan, apa faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan

jumlah nasabah asuransi syariah di PT. Asuransi Takaful Cabang Malang, dan

bagaimana strategi agen dalam meningkatkan jumlah nasabah pada PT.

Asuransi Takaful Cabang Malang.

Pengertian Asuransi Syariah

PT Syarikat Takaful Indonesia merupakan asuransi syariah yang

pertama kali berdiri di Indonesia pada tanggal 24 Februari 1994. Pendirian

asuransi syariah yang dimotori oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia ini,

7 Polis Asuransi pada ketentuan yang bermaktub dalam pasal 225 KUHD, disebut bahwa perjanjian asuransi hendaknya dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang kemudian disebut polis, yang keberadaannya memuat mengenai kesepakatan, syarat-syarat khusus, serta janji-janji khusus yang kemudian dijadikan sebagai dasar dalam pemenuhan hak sekaligus kewajiban pihak-pihak yang terkait dalamnya yaitu pihak penanggung dan tertanggung dalam rangka mencapai tujuan asuransi. Zian Farodis, Buku Pintar Asuransi, Mengenal dan Memilih Asuransi yang Menguntungkan Nasabah, (Yogyakarta: Laksana, 2014), hal. 15. 8 Muhammad Syakir Sula, Asuransi (life dan general) Konsep dan Sistem Asuransi Syariah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hal. 25. 9 Anshori,H.Abdul Ghofur, Asuransi Syariah di Indonesia, regulasi dan perasionalisasinya di dalam kerangka hukum Positif di Indonesia, (Yogyakarta: UII Press, 2007), hal. 30.

Page 7: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 4

mendorong perkembangan asuransi syariah selanjutnya di Indonesia hingga

mencapai 44 perusahaan asuransi pada tahun 2012 (dakwatuna, 2012).10

Di Indonesia sendiri, asuransi Islam sering dikenal dengan istilah

takaful. Kata takaful berasal dari takafala yatakafulu yang berarti meminjam

atau saling menanggung.11 Muhammad Syakir Sula mengartikan takaful

dalam pengertian muamalah adalah saling memikul resiko diantara sesama

orang, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas

resiko yang lainnya.12

Ahli fikih kontemporer, Wahbah az-Zuhaili mendefinisikan asuransi

berdasarkan pembagiannya. Ia membagi asuransi dalam dua bentuk, yaitu at-

ta’min at-ta’awuni dan at-ta’min bi qist sabit. At-ta’min at-ta’awuni atau asuransi

tolong menolong adalah “Kesepakatan sejumlah orang untuk membayar

sejumlah uang sebagai ganti rugi ketika salah seorang diantara mereka

mendapat kemudaratan.” At-ta’min bi qist sabit atau asuransi dengan

pembagian tetap adalah akad yang mewajibkan seseorang membayar sejumlah

uang kepada pihak asuransi yang terdiri atas beberapa pemegang saham

dengan perjanjian apabila peserta asuransi mendapat kecelakaan, ia memberi

ganti rugi.13

Dewan Syariah Nasional pada tahun 2001 telah mengeluarkan fatwa

mengenai asuransi syariah. Dalam Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001

bagian pertama mengenai ketentuan umum angka 1 disebutkan pengertian

asuransi syariah (ta’min, takaful, atau tadhamun) adalah usaha saling

melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui

investasi dalam bentuk aset dan tabarru’ yang memberikan pola pengembalian

untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan

syariah.14

Landasan Hukum Asuransi Syariah

1. Al-Qur’an

Apabila dilihat sepintas keseluruhan ayat Al-Qur’an, tidak terdapat

satu ayat pun yang menyebutkan istilah asuransi seperti yang kita kenal

sekarang ini, baik istilah “al-ta’min” ataupun “al-takaful”. Namun demikian,

walaupun tidak menyebutkan secara tegas terdapat ayat yang menjelaskan

tentang konsep asuransi dan yang mempunyai muatan nilai-nilai dasar

10 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akutansi Syariah Di Indonesia, (Jakarta: Selemba Empat, 2014), Cet-3, hal. 365. 11 Muhammad Syakir Sula, Ibid, hal.32. 12 Muhammad Syakir Sula, Op.cit, hal.33. 13 Abdul Azis Dahlan, et al, ed, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2000), cet-4, hal. 138 14 Wirdyaningsih, Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), cet-1, hal. 223-224.

Page 8: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 5

yang ada dalam praktik asuransi. Di antaranya ayat-ayat Al-Qur’an tersebut

antara lain:15

a. QS. Al-Hasyr ayat 18

.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

b. QS. Yusuf ayat 47-49

Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang Amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur."

c. QS. Al-Maidah ayat 2

Tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

2. As-Sunnah16

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, dia berkata: “Berselisih dua orang

wanita dari suku Huzail, kemudian salah satu wanita tersebut melempar batu ke

wanita yang lain sehingga mengakibatkan kematian wanita tersebut beserta janin

yang dikandungnya. Maka ahli waris dari wanita yang meninggal tersebut

mengadukan peristiwa tersebut kepada Rasulullah SAW, maka Rasulullah SAW

memutuskan ganti rugi dari pembunuhan terhadap janin tersebut dengan

pembebasan seorang budak laki-laki atau perempuan, dan memutuskan ganti rugi

kematian wanita tersebut dengan uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh aqilah-

nya (kerabat dari orang tua laki-laki).” (HR. Bukhari)

15 Wirdyaningsih, Ibid, hal. 236-238. 16 Hasan Ali, Ibid, hal. 113-124.

Page 9: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 6

Hadis diatas menjelaskan tentang praktik aqilah yang telah menjadi

tradisi di masyarakat Arab. Aqilah dalam hadis diatas dimaknai dengan

ashabah (kerabat dari orang tua laki-laki) yang mempunyai kewajiban

menanggung denda (diyat) jika ada salah satu anggota sukunya melakukan

pembunuhan terhadap anggota suku lain. Penanggungan bersama oleh

aqilah-nya merupakan suatu kegiatan yang mempunyai unsur seperti yang

berlaku pada bisnis asuransi. Kemiripan ini didasarkan atas adanya prinsip

saling menanggung (takaful) antar anggota suku.

3. Ijtihad17

a. Fatwa Sahabat

Praktik sahabat berkenaan dengan pembayaran hukuman (ganti

rugi) pernah dilaksanakan oleh Khalifah kedua, Umar bin Khattab.

Beliau berkata, “Orang-orang yang namanya tercantum dalam diwan

tersebut berhak menerima bantuan dari satu sama lain dan harus

menyumbang untuk pembayaran hukuman (ganti rugi) atas

pembunuhan (tidak disengaja) yang dilakukan oleh salah seorang

anggota masyarakat mereka.” Umar-lah orang yang pertama kali

mengeluarkan perintah untuk menyiapkan data secara professional

perwilayah, dan orang-orang yang terdaftar diwajibkan saling

menanggung beban.

b. Ijma

Para sahabat telah melakukan ittifaq (kesepakatan) dalam hal

aqilah yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Adanya ijma atau

kesepakatan ini tampak dengan tidak adanya sahabat lain yang

menentang pelaksanaan aqilah ini. Aqilah adalah iuran darah yang

dilakukan oleh keluarga dari pihak laki-laki (ashabah) dari si pembunuh

(orang yang menyebabkan kematian orang lain secara tidak sewenang-

wenang). Dalam hal ini, kelompok-lah yang menanggung

pembayarannya, karena si pembunuh merupakan anggota dari

kelompok tersebut. dengan tak adanya sahabat yang menentang

Khalifah Umar, bisa disimpulkan bahwa telah terdapat ijma di kalangan

sahabat Nabi SAW mengenai persoalan ini.

c. Qiyas

Yang dimaksud dengan Qiyas adalah metode ijtihad dengan

menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat ketentuan di dalam

Al-Quran dan as-Sunnah atau al-Hadits dengan hal lain yang hukumnya

disebut dalam Al-Quran dan as-Sunnah/al-Hadits karena persamaan

17 Widyaningsih, Op.cit, hal. 242-243.

Page 10: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 7

illat (penyebab atau alasannya).18 Dalam kitab Fathul Bari, disebutkan

bahwa dengan datangnya Islam sistem aqilah diterima Rasulullah SAW

menjadi bagian dari hukum Islam. Ide pokok dari aqilah adalah suku

Arab zaman dahulu harus siap untuk melakukan kontribusi finansial

atas nama si pembunuh untuk membayar ahli waris korban. Kesiapan

untuk membayar kontribusi keuangan ini sama dengan pembayaran

premi pada praktik asuransi syariah saat ini.19 Jadi, apabila

dibandingkan permasalahan asuransi syariah yang ada pada saat ini

dapat di-Qiyas-kan dengan sistem aqilah yang telah diterima di masa

Rasulullah.

d. Istihsan

Istihsan adalah cara menentukan hukum dengan jalan

menyimpang dari ketentuan yang sudah ada demi keadilan dan

kepentingan sosial.20 Dalam pandangan ahli Ushul Fiqh adalah

memandang suatu itu baik.21 Kebaikan dari kebiasaan aqilah dikalangan

suku Arab kuno terletak pada kenyataan, bahwa sistem aqilah dapat

menggantikan atau menghindari balas dendam berdarah yang

berkelanjutan.

4. Undang-Undang Pemerintah dalam Asuransi

Sedangkan undang-undang dan peraturan pemerintah yang

mengatur asuransi dan perusahaan asuransi di Indonesia merupakan

produk hukum pemerintah yang harus ditaati oleh ummat islam selama

tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadist Nabi, diantaranya:

a. Peraturan perasuransian telah diatur dalam pasal 1774 kitab undang-

undang hukum perdata. Asuransi digambarkan secara umum dalam

persetujuan untung-untungan yaitu suatu perbuatan yang hasilnya,

mengenai untung ruginya baik untuk semua pihak maupun beberapa

pihak, tergantung pada suatu kejadian yang belum tentu.22

b. Undang-undang No.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian,

dijelaskan bahwa : Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian

antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung

mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi

asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung, karena

kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita

18 Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 120. 19 Muhammad Syakir Sula, Op.cit, hal. 31. 20 Daud Ali, Op.cit, hal. 122. 21 Hasan Ali, Op.cit. 22 R Subekti dan R Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan Undang-Undang Kepailitan, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1992), Cetakan 25, hal. 380.

Page 11: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 8

tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau

untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas

meninggalnya atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.23

c. Peraturan Pemerintah RI No. 73 tahun 1992 tentang penyelenggaraan

usaha perasuransian adalah sebagai berikut: (pasal 1 ayat 1 dan 2)

1) Perusahaan asuransi adalah perusahaan asuransi kerugian dan

perusahaan asuransi jiwa.

2) Perusahaan penunjang asuransi adalah perusahaan pialang asuransi,

perusahaan pialang reasuransi, perusahaan agen asuransi,

perusahaan penilaian kerugian asuransi, dan perusahaan konsultan

aktuaria.

d. Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 224/KMK.017/1993. Tentang

kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi

yaitu pasal 3 ayat 1: kekayaan yang diperkenankan sebagaimana

dimaksudkan dalam pasal 11 ayat 2 PP No. 73 tahun 1992 adalah

kekayaan yang memiliki dan dikuasai oleh perusahaan asuransi.24

e. Surat keputusan MUI No. Kep-754/MUI/11/99 Tanggal 10 Februari

1999 tentang pembentukan Dewan Syariah Nasional MUI.

f. Surat depkeu RI Ditjen Lembaga Keuangan No. S.6005/LK/2000

Tanggal 1 Desember 2000 perihal laporan program asuransi jiwa baru.

Perbedaan Pendapat Ulama Tentang Asuransi Syariah25

Asuransi yang dalam bahasa Arab disebut “al-ta’min”, yaitu perjanjian

antara dua pihak untuk menanggung resiko dengan memperoleh imbalan

berupa premi, pada intinya merupakan pengalihan finansial untuk

mengantisipasi berbagai bahaya yang mungkin terjadi. Dilihat dari sifat

manfaat yang dihasilkan dari perjanjian asuransi ini, maka dapat dibagi

menjadi 3 (tiga) macam.26

23 Dari rumusan diatas baik yang terdapat dalam pasal 246 KUH dagang maupun Pasal 1 ayat 1 undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 terdapat suatu perbedaan dalam pengertian asuransi, dimana Pasal 246 KUH Dagang hanya mencakup pengertian asuransi kerugian saja, sedangkan pengertian asuransi yang tercantum Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992, mencakup pengertian asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Oleh karena itu, pengertian yang diberikan oleh Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 lebih lebih luas dapat mengikuti perkembangan. Advendi Simangunsong dan Elsi Kartika Sari, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,2007), Edisi II, hal. 103. 24 Arif Djohan Tunggal, Peraturan Perundang-undangan Perusahaan Asuransi di Indonesia Tahun 1992-1997, (Jakarta: Harvarindo, 1998), Cetakan 1, hal. 3. 25 Wirdyaningsih, Op.cit, hal. 243-251 26 Mustiko Djati, Manajemen Asuransi Syariah: Keberhasilan Menjual Asuransi Syariah Dunia dan Akhirat, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, tanpa tahun), hal. 34.

Page 12: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 9

1. Asuransi yang Bersifat Bisnis

Pada asuransi ini, terdapat dua pihak yang terpisah kepentingannya,

yaitu antara pihak penanggung (perusahaan) dan pihak tertanggung

(peserta). Pihak penanggung menghendaki uang premi yang dibayarkan,

sedangkan pihak tertanggung menghendaki pembayaran ganti rugi atas

resiko yang dipertanggungkan. Semua pembayaran premi yang telah

diberikan menjadi pemilik penanggung sebagai imbalan dari bisnis

pertanggungan dalam jangka waktu yang telah disepakati.

2. Asuransi yang Bersifat Kolektif

Asuransi ini disebut juga sebagai asuransi timbal balik atau

kooperatif, yaitu pihak pemberi pertanggungan (perusahaan) dan menerima

jasa (peserta) seluruhnya berada dalam satu pihak sebagai pengelola

asuransi. Caranya adalah dengan mengadakan perjanjian bersama sejumlah

orang yang biasa menghadapi hal-hal yang berbahaya dengan komitmen

akan memberikan sejumlah uang sebagai kompensasi kepada setiap

anggota yang tertimpa bahaya (musibah). Bahaya yang dimaksud sudah

dimasukkan ke dalam daftar tanggungan asuransi. Jika terdapat kelebihan

jumlah yang disetorkan dari yang telah dibayarkan ke peserta, maka akan

diberikan kepada penerima jasa asuransi lainnya. Jika kurang, maka secara

kolektif mereka harus menanggung untuk menutupinya.

3. Asuransi Sosial

Jenis ini biasanya dilakukan oleh pihak pemerintah dengan tujuan

memberikan manfaat untuk masa depan rakyatnya, yaitu dengan cara

memotong sebagian gaji para pegawai dan pekerja. Contoh dari jenis

asuransi ini, misalnya asuransi dana pensiun, asuransi kesehatan dan

keselamatan kerja, dan lain sebagainya.

Dari ketiga macam asuransi diatas, apabila dilihat manfaat yang

diperoleh masing-masing pihak, para ulama umumnya memberi penilaian

sebagai berikut. Untuk asuransi yang bersifat bisnis, terdapat keberatan para

ulama dikarenakan hal-hal berikut ini:

1. Asuransi bisnis tergolong perjanjian kompensasi finansial spekulatif yang

mengandung unsur “untung-untungan” (maysir) dan “ketidakjelasan”

(gharar). Hal ini dikarenakan pihak yang akan menerima manfaat asuransi

pada saat perjanjian tidak mengetahui jumlah uang yang akan ia berikan

dan akan ia terima.

2. Asuransi bisnis mengandung unsur riba, yaitu riba fadhal dan riba nasi’ah.

Jika perusahaan asuransi membayar kepada pihak penerima jasa (ahli

waris) lebih dari jumlah uang yang telah disetorkan, berarti tergolong riba

fadhal. Tetapi jika perusahaan asuransi membayar kepada pihak nasabah

Page 13: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 10

sebesar yang dia setorkan saja dan dibayar setelah beberapa waktu, berarti

tergolong riba nasi’ah.

3. Termasuk mengambil harta orang tanpa imbalan dan mengandung unsur

pemaksaan terhadap hal yang tidak disyaratkan. Hal ini bertentangan

dengan QS. An-Nisa (4): 29.

Sedangkan untuk asuransi yang bersifat kolektif, sesuai Keputusan

Majelis dengan ketetapan secara mufakat dari Ha’ah Kibrar al-Ulama di Saudi

Arabia Nomor 51 tanggal 4/4/1397 Hijrah tentang diperolehkannya

menyelenggarakan asuransi kooperatif berdasarkan dalil-dalil berikut:27

1. Adanya perjanjian amal kebajikan berdasarkan gotong-royong dalam

menghadapi bahaya, serta bekerja sama memikul tanggung jawab ketika

terjadi musibah. Caranya adalah dengan memberikan andil atau saham dari

beberapa orang dengan jumlah uang tertentu yang secara khusus diberikan

kepada orang yang tertimpa musibah.

2. Tidak mengandung unsur riba, baik riba fadhal ataupun riba nasi’ah

(perjanjian orang-orang yang memberikan saham uang itu bukanlah riba).

3. Kelompok pemberi saham (orang yang mewakili mereka) berusaha

melakukan pengembangan modal dari semua saham yang terkumpul untuk

merealisasikan tujuan dari kerja sama tersebut.

Mengenai asuransi sosial yang dikoordinir oleh Negara, meskipun ada

unsur pemaksaan dengan jalan pemotongan gaji para peserta yang biasanya

sebagai pegawai pemerintah, namun mengingat manfaat dari asuransi sosial

tersebut di masa mendatang maka sebagian ulama memperbolehkan. Hal ini

dikarenakan pemotongan gaji di muka untuk diambil pada saat para pegawai

pensiun atau meninggal dunia dapat disamakan dengan tabungan untuk hari

tua.

Bila dilihat bisnis asuransi pada umumnya, mengingat praktik asuransi

yang terjadi sekarang ini adalah merupakan hasil dari proses perkembangan

zaman yang diawali oleh kebutuhan akan penanggulangan resiko dengan jalan

kesepakatan mengalihkan resiko ke pihak lain yang menyanggupi untuk

menanggung resiko tersebut, para ulama berbeda pendapat dalam menentukan

keabsahan praktik hukum dari asuransi ini. Secara garis besar, kontroversi

pendapat ulama terhadap masalah ini dapat dipilah menjadi dua kelompok

besar. Yaitu ulama yang mengharamkan asuransi, dan ulama yang

memperbolehkan asuransi.28 Masing-masing kelompok ini mempunyai hujjah

27 Mustiko Djati, Ibid, hal. 40. 28 Walaupun pada kenyataannya apabila dijabarkan, maka terdapat 4 (empat) macam mendapat mengenai Hukum Asuransi Konvensional ini. Ada ulama yang mengharamkan semua macam asuransi, ada yang menghalalkan semua macam asuransi, ada yang memperbolehkan asuransi yang bersifat sosial dan mengharamkan asuransi yang semata-mata

Page 14: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 11

(dasar hukum) dan memeberikan alasan-alasan hukum sebagai penguat

terhadap pendapat yang disampaikannya.

Pemilihan terhadap kedua kelompok diatas yang dilakukan Masjfuk

Zuhdi dapat menggambarkan secara tegas mana ulama yang mengharamkan

asuransi dan mana ulama yang memperbolehkan asuransi.29 Di antara ulama

yang mengharamkan asuransi adalah; Sayid Sabiq (pengarang Fiqh al-Sunnah),

Abdullah al-Qalqili (Mufti Yordan), Muhammad Yusuf al-Qardhawi

(pengarang al-halal wa al-Haram fi al-Islam), dan Muhammad Bakhit al-

Muth’I, mufti Mesir. Alasan utama pengharaman asuransi, masih menurut

Masjfuk, yaitu premi-premi yang telah dibayarkan oleh para pemegang polis

diputar dalam praktik riba.

Dalam literatur lain, Warkum Sumitro menuliskan beberapa alasan dari

kelompok yang mengharamkan asuransi dengan enam alasan, sebagai

berikut:30

1. Asuransi mengandung unsur perjudian yang dilarang di dalam Islam.

2. Asuransi mengandung ketidakpastian.

3. Asuransi mengandung unsur riba yang dilarang dalam Islam.

4. Asuransi termasuk jual-beli atau tukar-menukar mata uang yang secara

tidak tunai.

5. Asuransi obyek bisnisnya digantungkan pada hidup matinya seseorang,

yang berarti mendahului takdir Allah SWT.

6. Asuransi mengandung unsur eksploitasi yang bersifat menekan.

Sedangkan para ulama yang membolehkan praktik asuransi diwakili

oleh beberapa ulama, di antaranya adalah: Ibnu Abidin, Abdul Wahab Khallaf

(pengarang Ilmu Ushul al-Fiqih), Mustafa Ahmad Zarqa (Guru Besar Hukum

Islam pada Fakultas Syariah Universitas Syiria), Muhammad Yusuf Musa

(Guru Besar Hukum Islam pada Universitas Cairo Mesir), Syekh Ahmad asy-

Syarbashi (Direktur Asosiasi Pemuda Muslim), Syeh Muhammad al-Madani

(Dekan Universitas al-Azhar), Syeh Muhammad Abu Zahrar, dan

Abdurrahman Isa (pengarang al-Muamalat al-Haditsah wa Ahkamuha).

Argumentasi yang mereka pakai dalam membolehkan asuransi menurut

Fathurrahman Djamil adalah sebagai berikut:31

1. Tidak terdapat nash al-Quran atau Hadits yang melarang asuransi.

2. Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara dua belah pihak.

3. Asuransi menguntungkan kedua belah pihak.

bersifat komersial. Dan ada yang menganggapnya sebagai sesuatu yang syubhat. Lihat Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1993), hal. 128. 29 Disarikan dari AM, Hasan Ali, Asuransi dalam perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 128. 30 Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 166. 31 Hasan Ali, Ibid, hal. 144.

Page 15: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 12

4. Asuransi mengandung kepentingan umum, sebab premi-premi yang

terkumpul dapat diinvestasikan dalam kegiatan pembangunan.

5. Asuransi termasuk akad mudharabah antara pemegang polis dengan

perusahaan asuransi.

6. Asuransi termasuk syirkah at-ta’awuniyah, usaha bersama yang didasarkan

pada prinsip tolong-menolong.

Dari kontroversi pandangan ulama antara yang mengharamkan dan

yang menghalalkan, penting juga kiranya melihat ulama yang menyeleksi di

antara macam-macam jenis asuransi dan yang menganggap bahwa asuransi

merupakan suatu yang bersifat syubhat, yaitu sesuatu yang meragukan

hukumnya.

Abu Zahrah (Guru Besar Hukum Islam Universitas Cairo Mesir)

berpendapat bahwa, “Asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan karena jenis

asuransi sosial tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang didalam Islam.

Sedangkan asuransi yang bersifat bisnis komersial (tijary) tidak diperbolehkan

karena mengandung unsur-unsur yang dilarang Islam.32 Masjfuk Zuhdi

berkomentar tentang pendapat Abu Zahrah tersebut bahwa alasan utama yang

membolehkan asuransi sosial dan mengharamkan asuransi komersial adalah:

“Asuransi sosial pada garis besarnya sama dengan alasan pendapat kedua,

yang menghalalkan, sedangkan alasan yang mengharamkan asuransi yang

bersifat komersial pada garis besarnya sama dengan pendapat pertama yang

mengharamkan.”33

Sedangkan kelompok lain yang berpendapat bahwa praktik operasional

asuransi adalah sesuatu yang syubhat (tidak jelas hukumnya) beralasan karena

tidak ditemukan dalil-dalil syar’i yang secara jelas mengharamkan atau

menghalalkan asuransi. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati di dalam

berhubungan dengan asuransi. Yang menganggap asuransi sebagai sesuatu

yang syubhat juga menganggap bahwa ada sisi positif dan negativ dalam

asuransi yang tidak pernah dipraktikkan sebelumnya di zaman Nabi

Muhammad SAW tersebut.

Dengan masih adanya pandangan yang mengharamkan praktik asuransi

dan ada pula yang menganggap bahwa asuransi merupakan sesuatu yang

syubhat sehingga harus dihindarkan, maka kemudian dicarilah jalan keluarnya

dengan memberikan alternatif bentuk asuransi yang sesuai dengan syariat

Islam yang sekarang dikenal dengan at-Takaful. Di Indonesia jenis asuransi

takaful ini sudah berdiri sejak tahun 1994. Kini telah banyak perusahaan

asuransi konvensional yang membuka cabang syariah yang mempraktikkan

prinsip-prinsip Hukum Islam. Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 16

32 Hasan Ali, Op.cit, hal, 144. 33 Masjfuk Zuhdi, Op.cit, hal. 129.

Page 16: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 13

Desember tahun 2003 telah mengeluarkan fatwa haramnya bunga yang ditarik

oleh perusahaan asuransi yang mengelola dana premi melalui deposito di bank

konvensional. Untuk mendukung penerapan operasional syariah di Indonesia

Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI telah mengeluarkan fatwa No. 21/DSN-

MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.

Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah

Allah SWT memiliki dan menguasai seluruh harta kekayaan. Allah

berhak penuh untuk memberikan rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-

Nya. Dia yang telah menetapkan seorang hamba menjadi kaya dan dia pula

yang memutuskan seseorang menjadi miskin.34 Oleh karena itu didalam

asuransi syariah ada beberapa prinsip, diantaranya :

1. Prinsip Kepentingan yang Dapat Diasuransikan (Insurable Imterest)

Maksudnya adalah setiap perjanjian asuransi harus mempunyai

kepentingan. Jika suatu kejadian dapat menimbulkan kerugian atas

seseorang, berarti ia mempunyai suatu kepentingan yang dapat

diasuransikan.35 Kepentingan yang dapat diasuransikan adalah setiap pihak

yang bermaksud mengadakan perjanjian asuransi harus mempunyai

kepentingan yang dapat diasuransikan, artinya bahwa tertanggung harus

mempunyai keterlibatan sedemikian rupa dengan akibat dari suatu

peristiwa yang belum pasti terjadi dan yang bersangkutan menderita akibat

dari peristiwa itu.36

Adapun mengenai wujud dari kepentingan yang dapat

diasuransikan tersebut dapat berupa harta benda maupun jiwa atas

seseorang. misalnya saja seseorang memiliki tempat usaha, dan suatu ketika

orang tersebut mengalami kerugian karena tempat usaha yang ia miliki

mengalami kebakaran, maka dalam hal ini orang tersebut memiliki

kepentingan yang dapat diasuransikan.

2. Prinsip Itikad baik

Dalam perjanjian asuransi unsur saling percaya antara penanggung

dengan tertanggung akan memberikan keterangan dengan benar. Dilain

pihak tertanggung juga percaya kalau terjadi peristiwa, penanggung akan

membayar ganti rugi. Saling percaya ini dasarnya adalah itikad baik.37

Dalam KUHD pasal yang mengandung prinsip itikad baik dapat dilihat

dalam pasal 251 KUHD yang berbunyi :

34 Abdullah Amrin, Asuransi Syariah Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional, Ibid, hal. 83. 35 A. Hasyim Ali, Pengantar Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke-2, hal. 184. 36 Elsi Kartika Sari dan Advendi Simanunsong, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta: rasindo, 2010), hal. 107. 37 Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Perlindungan Asuransi Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, (Bandung: PT Alumni, 1997), hal. 56-57.

Page 17: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 14

“Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun itikad baik ada padanya yang demikian sifatnya, sehingga seandainya si penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup dengan syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan”.38

3. Prinsip Keseimbangan

Menurut pasal 246 KUHD, asuransi merupakan perjanjian

penggantian kerugian. Yang dimaksud dengan ganti rugi disini adalah

bahwa penggantian kerugian yang dikeluarkan oleh penanggung haruslah

seimbang dengan beban kerugian yang dialami oleh tertanggung.

Keseimbangan yang demikian itulah yang dimaksud dengan prinsip

keseimbangan. Prinsip keseimbangan ini dapat dilihat dalam pasal 252

KUHD yang berbunyi :

“Kecuali dalam hal-hal yang disebutkan dalam ketentuan undang-undang, maka tidak diadakan suatu pertanggungan kedua, untuk jangka waktu yang sudah dipertanggungkan untuk harganya penuh, dan demikian itu atas ancaman batalnya pertanggungan yang kedua tersebut”.39 Dari ketentuan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa asuransi

diancam batal jika diadakan asuransi yang kedua atas kepentingan yang

telah diasuransikan dengan nilai penuh, pada saat perjanjian asuransi yang

kedua itu diadakan.

4. Prinsip Suborgasi

Prinsip suborgasi ini biasanya timbul apabila suatu peristiwa yang

tidak diharapkan akan menimpa tertanggung, akan tetapi peristiwa tersebut

disebabkan oleh pihak ketiga. Maka penanggung dapat menggantikan

kedudukan tertanggung untuk melaksanakan hak-haknya terdapat pihak

ketiga tersebut. Prinsip suborgasi ini telah diatur dalam pasal 284 KUHD

yang berbunyi:

“Seorang penanggung yang telah membayar kerugian sesuatu barang yang

dipertanggungkan, menggantikan si tertanggung dalam segala hak yang

dapat diperolehnya terhadap orang ketiga berhubung dengan penerbitan

kerugian tersebut, dan si tertanggung adalah betanggung jawab untuk

setiap perbuatan yang dapat merugikan si penanggung terhadap orang

ketiga tersebut”.40

Jadi suborgasi berdasarkan undang-undang tersebut hanya dapat

diberlakukan apabila ada dua faktor, yaitu :

a. Apabila tertanggung disamping mempunyai hak-hak terhadap

penanggung juga mempunyai hak-hak terhadap pihak ketiga.

38 R. Subekri dan R.Tjitrosudibio, Op.cit, hal. 74-75. 39 R. Subekri dan R.Tjitrosudibio, Ibid, hal. 75. 40 Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Op.cit, hal. 58.

Page 18: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 15

b. Hak-hak itu adalah karena timbulnya kerugian.

5. Prinsip Kontribusi

Prinsip kontribusi ini biasanya terjadi pada asuransi berganda, yaitu

apabila dalam suatu polis itu ditandatangani oleh beberapa penanggung.

Prinsip kontribusi berarti bahwa apabila penanggung telah membayar

penuh ganti rugi yang menjadi hak tertanggung, maka penanggung berhak

menuntut perusahaan-perusahaan lain yang terlibat pertanggungan untuk

membayar bagian kerugian masing-masing yang besarnya sebanding

dengan jumlah pertanggungan yang ditutupnya.41

6. Prinsip Sebab Akibat

Timbulnya kewajiban penanggung untuk mengganti kerugian

kepada tertanggung apabila peristiwa yang menjadi sebab timbulnya

kerugian itu disebutkan dalam polis.42 Jadi, apabila tertanggung mengalami

suatu peristiwa yang tidak diinginkan, akan tetapi peristiwa tersebut tidak

terdapat dalam suatu polis, maka penanggung tidak berkewajiban untuk

mengganti kerugian tersebut, begitu juga jika sebab terjadinya peristiwa

tersebut terjadi karena tertanggung melakukan kesalahan sendiri (pasal 276

KUHD). Kecuali jika polis tersebut merupakan polis yang menanggung

semua resiko. Dengan demikian berdasarkan sebab itulah penanggung

berkewajiban untuk mengganti kerugian.

Akad yang sesuai dengan syariah adalah akad yang tidak

mengandung unsur gharar (ketidakjelasan), maisyir (judi atau untung-

untungan), dan riba (bunga).43 Dalam asuransi syariah dikenal dua jenis

akad, yakni : yang pertama adalah akad tijarah (semua bentuk akad yang

dilakukan untuk tujuan komersial), dan yang kedua adalah akad tabarru’

(semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong

menolong, bukan semata untuk tujuan komersial).44

Demikian pula halnya dalam asuransi, akad antara perusahaan dan

peserta harus jelas. Apakah akadnya jual beli (aqd tabaduli) atau akad tolong

menolong (aqd takafuli) atau akad lainnya.45dalam asuransi biasa

(konvensional) terjadi kerancuan atau ketidakjelasan dalam masalah akad.

Pada asuransi konvensional akad yang melandasinya semacam akad jual-

beli (aqd tabaduli). Karena akadnya adalah akad jual-beli, maka syarat-syarat

dalam akad tersebut harus terpenuhi dan tidak melanggar ketentuan-

ketentuan syariah.46

41 AM. Hasan Ali, Op.cit, hal. 82. 42 Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang, Op.cit, hal. 60-61. 43 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), hal. 85. 44 Definisi tabarru’ menurut Fatwa DSN-MUI, No.21/DSN-MUI/X/2001. 45 Muhammad Syakir Sula, Ibid, hal. 40. 46 Muhammad Syakir Sula, Ibid, hal. 41.

Page 19: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 16

Perbandingan Antara Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional

No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah

1. Konsep Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan pergantian kepada tertanggung

Sekumpulan orang yang saling membantu, saling menjamin, dan bekerja sama dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’

2. Asal-usul Dari Masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian Hammurabi. Dan tahun 1668 M di Coffe House London berdirilah Lloyd of London sebagai cikal bakal asuransi konvensional

Dari Al-Aqilah, kebiasaan suku Arab jauh sebelum Islam datang. Kemudian disahkan oleh Rasulullah menjadi hukum islam, bahkan telah tertuang dalam konstitusi pertama di dunia (Konstitusi Madina) yang dibuat langsung Rasulullah

3. Sumber Hukum

Bersumber dari pikiran manusia dan kebudayaan. Berdasarkan hukum positif, hukum alami, dan contoh sebelumnya

Bersumber dari wahyu Ilahi, Sumber hukum dalam syariah Islam adalah Al-Qur’an, Sunnah atau kebiasaan rasul, Ijma’, Fatwa Sahabat, Qiyas, Istihsan, Urf (tradisi), dan Mashalih Mursalah

4. “Maghrib” (Maisir, Gharar, dan Riba)

Tidak selaras dengan Syariah Islam karena adanya Maisir, Gharar, dan Riba. Hal yang diharamkan dalam Muamalah

Bersih dari adanya praktik Gharar, Maisir, dan Riba

5. DPS (Dewan Pengawas Syariah)

Tidak ada, sehingga dalam banyak praktiknya bertentangan dengan kaidah-kaidah syara’

Ada, yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan operasional perusahaan agar terbebas dari praktik-praktik muamalah yang bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah

6. Akad Akad jual-beli (akad mu’awadhah, akad idz’aan,

Akad tabarru’ dan akad tijarah (Mudharabah,

Page 20: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 17

akad gharra, dan akad mulzim)

wakalah, wadiah, syirkah, dan sebagainya)

7. Jaminan/Risk (Risiko)

Transfer of Risk, dimana terjadi transfer risiko dari tertanggung kepada penanggung

Sharing of Risk, dimana terjadi proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya (ta’awun)

8. Pengelolaan Dana

Tidak ada pemisahan dana, yang berakibat pada terjadinya dana hangus (untuk produk saving life)

Pada produk-produk saving life terjadi pemisahan dana, yaitu dana tabarru’ (derma) dan dana peserta, sehingga tidak mengenal istilah dana hangus.sedangkan untuk term insurance (life) dan general insurance semuanya bersiat tabarru’

9. Investasi Bebas melakukan investasi dalam batas-batas ketentuan perundang-undangan, dan tidak terbatasi pada halal dan haramnya objek atau sistem investasi yang digunakan

Dapat melakukan investasi sesuai ketentuan perundang-undangan, sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah Islam. Bebas dari riba dan tempat-tempat investasi yang terlarang

10. Kepemilikan Dana

Dana yang terkumpul dari premi peserta seluruhnya menjadi milik perusahaan. perusahaan bebas menggunakan dan menginvestasikan kemana saja

Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi, merupakan milik peserta (shohibul mal), asuransi syariah hanya sebagai pemegang amana (mudharib) dalam mengelola dana tersebut

11. Unsur Premi Unsur premi terdiri dari tabel mortalita (mortality tables), bunga (interest), biaya-biaya asuransi (cost of insurance)

Iuran atau kontribusi terdiri dari unsur tabarru’ dan tabungan (yang tidak mengandung unsur riba). Tabarru’ juga dihitung daritabel mortalita, tetapi tanpa perhitungan bunga teknik

12. Loading Loading pada asuransi konvensional cukup besar terutama diperuntukkan

Pada sebagian asuransi syariah, loading (komisi agen) tidak dibebankan

Page 21: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 18

untuk komisi agen, bisa menyerap premi tahun pertama dan kedua. Karena itu, nilai tunai pada tahun pertama dan kedua biasanya belum ada (masih hangus)

pada peserta tapi dari dana pemegang saham. Namun, sebagian yang lainnya mengambil dari sekitar 20-30 persen saja dari premi tahun pertama. Dengan demikian, nilai tunai tahun pertama sudah terbentuk

13. Sumber Pembayaran Klaim

Sumber biaya klaim adalah dari rekening perusahaan, sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung. Murni bisnis dan tidak ada nuansa spiritual

Sumber pembayaran klaim diperoleh dari rekening tabarru’, yaitu peserta saling menanggung. Jika salah satu peserta mendapat musibah, maka peserta lainnya ikut menanggung bersama risiko

14. Sistem Akuntansi

Menganut konsep akuntansi accrual basis, yaitu proses akuntansi yang mengakui terjadinya peristiwa atau keadaan nonkas. Dan mengakui pendapatan, peningkatan aset, expenses, liabilities dalam jumlah tertentu yang baru akan diterima dalam waktu yang akan datang

Menganut sistem akuntansi cash basis, mengakui apa yang benar-benar telah ada, sedangkan accrual basis dianggap bertentangan dengan syariah karena mengakui adanya pendapatan, harta, beban, atau utang yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sementara apakah itu benar-benar dapat terjadi hanya Allah yang tahu

15. Keuntungan (Profit)

Keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan perusahaan

Profit yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi, bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan, tetapi dilakukan bagi hasil (mudharabah) dengan peserta

16. Misi dan Visi Secara garis besar misi utama dari asuransi konvensional adalah misi ekonomi dan misi sosial

Misi yang diemban dalam asuransi syariah adalah misi aqidah, misi ibadah (ta’awun), misi ekonomi

Page 22: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 19

(iqtishold), dan misi pemberdayaan umat (sosial)

Faktor-Faktor Agen Dalam Meningkatkan Jumlah Nasabah

Terjadinya peningkatan agen terhadap nasabah menimbulkan

persaingan yang semakin ketat di dalam dunia asuransi syariah. Persaingan ini

menyebabkan agen harus berfikir bagaimana caranya agar asuransi tetap

menjadi pilihan masyarakat dan tidak ditinggalkan nasabahnya. Diantaranya

dengan berusaha memahami dan memenuhi kebutuhan nasabah, sehingga

agen dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.

Dalam dunia asuransi pelayanan merupakan hal yang penting karena produk

utama dari agen adalah jasa untuk melayani transaksi keuangan nasabah atau

pelanggannya. Tanpa pelayanan berkualitas tinggi maka agen akan

ditinggalkan pelanggannya.

Penyusunan strategi pelayanan agen itu merupakan salah satu elemen

nyata yang perlu dibuat untuk dapat mewujudkan keunggulan para agen

dapat meningkatkan jumlah nasabah. Sedangkan persepsi konsumen terhadap

nilai dan mutu suatu produk (barang atau jasa) banyak dipengaruhi oleh

pelayanan nasabah sebagai suatu atribut yang melekat pada produk itu sendiri.

Oleh karena itu, bagi dunia keagenan kualitas nasabah perlu mendapat

perhatian khusus dan di nomor satukan agar agen terus menerus

meningkatkan jumlah nasabah yang lainnya.

Berdasarkan tabel 1 dibab 4 dijelaskan pertumbuhan nasabah baru

Periode 2012-2014. Berikut pada Periode pada Tahun 2012:

No Bulan 2012

Jumlah Polis Pendapatan Premi (rp)

1 Januari 50 39,887,500.00

2 Februari 19 6,971,588.00

3 Maret 28 19,256,650.00

4 April 8 3,093,230.00

5 Mei - .00

6 Juni 1 300,000.00

7 Juli 38 21,242,000.00

8 Agustus 147 116,809,018.00

9 September 4 1,349,800.00

10 Oktober 10 3,873,000.00

11 November 44 29,442,000.00

12 Desember 38 24,641,983.00

JUMLAH 387 266,867,069.00

Page 23: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 20

Pada tabel 1 tahun 2012 terungkap bahwa “jumlah pertumbuhan

pemegang polis pada bulan April, Mei, Juni yang fluktuatif cenderung

menurun, jadi angka pertumbuhan meningkat itu di tahun 2013 dan 2014.

Meskipun jumlah pemegang polis di tahun 2012 pada bulan April, Mei, Juni

cenderung paling rendah dibandingkan tahun-tahun sesudahnya. Hal ini

antara lain disebabkan karena nilai premi dari pelanggan baru itu cenderung

meningkat dan akhirnya nasabah kita yang baru pun juga ikut turun”.47

Bpk. Uut Sugianto mengatakan bahwa “nasabah kita itu selalu memberikan

rekomendasi kepada keluarga, kerabat atau teman-temannya untuk

menggunakan asuransi Takaful jika ingin membeli asuransi. Nasabah kita juga

menjelaskan keungulan-keunggulan menggunakan asuransi mbk, meskipun

diantara mereka ada yang belum pernah melakukan klaim. Selain itu, nasabah

kita juga memiliki keinginan untuk membelikan anggota keluarganya (pasangan

atau anaknya) di asuransi Takaful ini mbk”.48

Hasil wawancara tersebut mengungkapkan alasan-alasan dari nasabah

dalam mengambil keputusan membeli polis asuransi Takaful Indonesia, yaitu:

1. Merasa asuransi Takaful memiliki nilai tambah dibandingkan asuransi lain,

banyak fitur menarik (yang utamanya menjual asuransi plus investasi), dan

biaya kompetitif.

2. Kompetensi tenaga penjual, seperti kemampuan prestasinya jelas, menarik,

mampu memberikan jawaban yang logis, memuaskan, dan cepat

dihubungi.

Berikut Tabel 1 Periode 2013-2014:

No Bulan

2013 2014

Jumlah Polis

Pendapatan Premi (Rp)

Jumlah Polis

Pendapatan Premi (Rp)

1 Januari 38 31,915,500.00 19 18,295,000.00

2 Februari 44 22,012,743.00 47 85,505,500.00

3 Maret 42 28,096,540.00 63 90,415,000.00

4 April 31 21,443,000.00 31 17,083,200.00

5 Mei 40 34,274,601.00 47 25,000,000.00

6 Juni 44 50,195,300.00 46 24,935,000.00

7 Juli 52 41,460,000.00 50 39,891,300.00

8 Agustus 36 33,171,300.00 47 43,541,700.00

9 September 34 33,171,300.00 58 175,375,000.00

10 Oktober 33 43,665,505.00 34 31,383,150.00

11 November 39 77,725,000.00 33 34,628,000.00

12 Desember 19 9,108,467.00 40 23,538,119.00

JUMLAH 442 431,142,956.00 515 609,590,969.00

47 Hasil Wawancara dengan Bpk. Mashudi Hari Senin, 25-05-2015 jam 10.25. 48 Wawancara dengan Bpk.Uut Sugianto Pada Hari Kamis, 30-04-2015 jam 10.00.

Page 24: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 21

Pada tabel 1 diatas Bpk. Zainul Hasan menjelasakan bahwa “Tahun

2013-2014 penjualan polis terus meningkat ini dikarenakan usaha dari

perusahaan ini sendiri mbg untuk membenahi semua kekurangan yang

dirasa pada tahun-tahun sebelumnya masih kurang baik dan kurang

maksimal dalam meningkatkan jumlah polis pada setiap tahunnya”.49

Dari pembicaraan diatas dapat disimpulkan ada beberapa penghambat

dan pendukung dari meningkatnya jumlah polis asuransi takaful antara lain:

1. Penghambat:

a. Persaingan premi antara asuransi syariah dengan konvensional.

b. Pemahaman masyarakat masih rendah dalam hal asuransi, masyarakat

masih menganggap asuransi bukanlah kebutuhan pokok.

c. Persaingan produk antara asuransi syariah dengan konvensional.

d. Profil asuransi syariah belum banyak dilirik masyarakat, ini mungkin

kurangnya promosi media.

e. Menganggap kemampuan tenaga penjual biasa saja.

2. Pendukung:

a. Promosi yang dilakukan tidak hanya door to door tetapi juga melalui

media cetak dan ada tenaga pemasarannya.

b. Memiliki sejumlah prestasi yang baik.

c. Berpegang teguh pada etos kerja yang amanah dan professional yang

fokus terhadap nasabah dan kesempurnaan dalam menciptakan

keberhasilan kinerja yang berkelanjutan.

Bpk. Hasan mengatakan “menjadi seorang agen itu ada cara

pengembangannya dan ada kebijakannya juga. Menjadi agen itu tidak

gampang loh mbk, yang pertama agen harus di training dulu seperti

Training BOSS, Basic Training, Intermediate Training, Advance Training.

Seumpama ada agen yang baru itu juga perlu ditemani atau bisa dikatakan

belajar dulu sama senior yang sudah berpengalaman, dan setiap harinya

agen itu juga harus punya tempat mana yang akan dikunjunginya.”50

Kebijakan yang dilakukan agen dalam mengembangkan bisnis

asuransi syariah di PT. Asuransi Takaful Indonesia yaitu dengan:

a. Mengadakan training-training untuk agen diantaranya:

1) Training BOSS (Basic Opportunity Seminar Syariah) yaitu yang

merupakan training pemahaman dasar-dasar asuransi syariah.

2) Basic Training yaitu mencakup pengetahuan dasar tentang produk,

sejarah asuransi, perbandingan asuransi syariah dan konvensional,

kode etik keagenan, dan pengetahuan dasar lainnya.

49 Wawancara dengan Bpk. Zainul Hasan selaku Kepala Cabang Asuransi Takfaul Malang Pada Hari Kamis, 30-04-2015 jam 11.00. 50 Wawancara dengan Bpk. Muhammad Hasan pada hari Senin, 25-05-2015 jam 12.05.

Page 25: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 22

3) Intermediate Training yaitu lebih menekankan tentang pengembangan

agen mulai dari teknik penjualan sampai teknik closing hingga

pengembangan jenjang karir.

4) Advance Training yaitu tingkat lanjut bagi para agen leader dan

Branch Manager untuk lebih meningkatkan selling skill dan merekrut

agen dibawahnya.

b. Agen senior lebih membina agen dibawahnya, bila perlu mendampingi

agen dibawahnya ketika mengadakan prospekting ke nasabah.

c. Menyusun jadwal prospekting ke nasabah, bila perlu dicatat dengan

rapih dalam agenda kerja.

“Menjadi seorang agen itu harus bisa memutuskan dan mengambil

keputusan yang cocok untuk setiap nasabah, saya yaqin dari setiap rumah

yang kita datangi nanti itu ekonominya pasti berbeda-beda. Agen kan juga

manusia biasa ya mbk jadi perlu diberikan penghargaan juga kalau sudah

mencapai target yang perusahaan inginkan biar apa mereka lebih giat lagi

untuk mencari calon nasabah baru. Jadi untuk mengembangkan bisnis

asuransi ini mbk ada faktor dari dalam perusahaan dan ada faktor dari luar

perusahaan, itu yang harus difahami juga kalau jadi agen”.51

Hal-hal yang mendukung agen dalam mengambil keputusan, ada

dua hal yang mendukung agen untuk melakukan keputusan

pengembangan bisnis asuransi yaitu:

a. Faktor Internal

1) Kondisi ekonomi agen.

2) Kondisi perusahaan dan persaingan antar agen dalam suatu

perusahaan.

3) Adanya sistem remunerasi yang menarik dan award yang diberikan

oleh perusahaan jika agen dapat mencapai target.

4) Adanya pembinaan yang baik dari agen leader.

b. Faktor Eksternal

1) Persaingan antar agen asuransi dari perusahaan yang berbeda.

2) Adanya peluang untuk mengembangkan pasar asuransi di

masyarakat.

3) Dukungan yang dari pemerintah terhadap prospek bisnis asuransi.

Strategi Agen Dalam Meningkatkan Jumlah Nasabah

Perusahaan Asuransi Syariah seringkali bertindak sebagai agen atau

perantara dari pemilik perusahaan dari pada memiliki secara langsung saham

perusahaan. Secara teoritis para agen memiliki kemampuan yang sangat besar

untuk melakukan kebijakan perusahaan yang dimilikinya melalui pendekatan

51 Wawancara dengan Bpk. Mashudi pada Senin, 25-05-2015 jam 11.00.

Page 26: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 23

atau kunjungan terhadap nasabah dan memberikan servis supaya nasabah

merasa puas dan merasa aman dengan pelayanan yang ramah tersebut.

Menjadi kepercayaan umum bahwa peran agen harus memiliki kemampuan

untuk secara aktif memantau kinerja perusahaan yang dimiliki oleh

nasabahnya.

“Kesuksesan penjualan produk asuransi itu ya bergantung pada agen mbk,

karena apa nasabah itu dapat mengetahui produk yang ada di asuransi itu ya

lewat agen tapi bukan berarti promosi lewat media cetak itu tidak perlu lho ya,

media cetak itu juga penting !! jadi banyak hal yang harus dipersiapkan kalau

jadi agen itu salah satunya harus menguasai pasar dan produk yang sekiranya

cocok dari setiap nasabah yang akan kita prospek. Jadi datang kerumah nasabah

itu jangan cuma mau menawarkan produk saja tapi yang pertama itu ada niat

silaturrahmi dengan berbicara yang ramah dan menyenangkan buat nasabah”.52

Sebagai seorang agen juga harus menguasai pasar dan produk yang

dimiliki oleh perusahaan, langkah yang harus dipersiapkan oleh agen antara

lain:

1. Melakukan survey ke masyarakat kira-kira asuransi apa yang dibutuhkan

saat ini dan melakukan sosialisasi pentingnya asuransi bagi masyarakat.

2. Melakukan perluasan pasar dengan melihat segmentasi pasar.

3. Agen harus mempunyai planning setiap harinya dan tempat yang akan

dikunjungi.

4. Agen harus mempunyai data lengkap dan valid tentang nasabah.

5. Mendalami produk lebih baik lagi dan menguasai cara-cara prospekting

yang baik sampai terjadinya closing.

6. Harus mempunyai tujuan agen datang bukan hanya ingin menawarkan

produk asuransi tetapi tujuan yang paling utama adalah cuma sekedar

silaturrahmi dengan berbicara yang baik dan ramah, tidak ada unsur

memaksa dalam memasarkan produk asuransi tersebut.

7. Bagi agen leader, lebih membina agen dibawahnya dan membekali

pengetahuan yang cukup dalam hal selling skil.

Dengan cara diatas apabila agen melakukannya dengan baik maka tidak

mungkin tidak ada yang berasuransi, misalnya dari 100 rumah yang didatangi

akan ada yang berasuransi meskipun cuma 20 nasabah atau lebih, Semua

tergantung dari usaha agen yang menjalankannya.

“Usaha yang harus dilakukan agen buat meningkatkan jumlah nasabah itu tidak

hanya melakukan kunjungan langsung saja mbk tapi harus melakukan

pendekatan juga, karena mengambil hati nasabah itu sangat sulit mbk

bayangkan saja kalau ada orang yang belum kita kenal tetapi sudah

menawarkan produk yang belum pasti itu sangat sulit toh iya kalau kita ndak

52 Wawancara dengan Bpk. Mashudi Selasa, 12-05-2015 jam 09.50.

Page 27: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 24

dibohongi kalau dibohongi kan kita bisa rugi besar !! setelah kita berhasil

melakukan pendekatan kita akan menyerahkan polis asuransi kepada nasabah

dan itu juga membutuhkan kesabaran untuk melayaninya. Jangan sampai kita

berdebat dengan nasabah, anggap saja nasabah itu sebagai saudara kita sendiri

jadi lebih gampang. Lha itu semua akan mempermudah kita buat mendapatkan

nasabah baru, mungkin itu mbk”.53

Usaha-usaha yang dilakukan agen dalam meningkatkan jumlah nasabah

yaitu dengan melakukan:

1. Kunjungan langsung

Kunjungan langsung merupakan kegiatan mengunjungi prospek

tanpa membuat janji sebelumnya. Kegiatan ini adalah kegiatan yang sangat

sulit dilakukan dan hanya para agen yang berpengalamanlah yang mampu

melaksanakannya. Kunjungan langsung akan memberikan kemudahan

apabila berdasarkan referensi. Umumnya kegiatan ini dilakukan para agen

untuk mengisi waktu luang guna mengasah kemahirannya dalam

melakukan teknik pendekatan.

2. Pendekatan

Kegiatan agen asuransi dalam tahap awal ini adalah dengan

melakukan kegiatan dengan menghubungi prospek atau assetnya sebab

tanpa prospek yang cukup, berarti tidak ada pasar yang dikelola atau

dimilikinya. Konsep kerangka penjualan sangat besar perannya dalam

membentuk keterampilan untuk melakukan pendekatan. Adapun metode

agen untuk menghubungi prospek dalam melakukan pendekatan dapat

dilakukan dengan cara, yaitu:

Pendekatan langsung yaitu agen langsung mendatangi prospek

tanpa membuat perjanjian lebih dahulu. Upayakan agar nasabah

mendapatkan kesan yang baik dalam pertemuan tersebut, karena kesan

pertama tehadap nasabah agen sangat berhasil atau tidaknya penjualan.

3. Penyerahan polis

Pelayanan secara aktual dimulai dari sejak polis diserahkan kepada

nasabah. Oleh karena itu, seorang agen asuransi harus berani mengeluarkan

berbagai biaya untuk membangun hubungan yang baik kepada nasabah.

Berikut ini kunci keberhasilan seorang agen agar dapat menjadi pelayanan

yang baik kepada nasabah, yaitu:

a. Layani dan jawab dengan jujur semua pertanyaan serta keluhannya atas

produk dan pelayanan yang diberikan.

b. Hindari perdebatan dengan nasabah perihal konsep asuransi, sebab

mereka akan selalu bertanya karena belum memahami fungsi dan

manfaat asuransi.

53 Wawancara dengan Bpk. Ahmad Rizal pada Jum’at, 08-05-2015 jam 10.00.

Page 28: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 25

c. Berikan perhatian dan pemahaman akan resiko, masa depan, cita-cita

dan harapan untuk nasabah.

d. Senantiasa bersikap optimis terhadap nasabah dan lakukan pelayanan

secara pribadi seperti saudara sendiri.

“Peran sebagai agen asuransi dalam menjual asuransi jiwa bukan hanya

sekedar pelengkap, tapi sejumlah kegiatan yang berhubungan dengan

kedudukannya sebagai penjual jasa asuransi. Jadi kalau tidak ada agen tidak

mungkin masyarakat akan mengetahui apa itu asuransi mbk, tanpa peran

agen prospek akan mengalami kesulitan buat mendapatkan pelayanan jasa

asuransi. Lha disini tak beritahu sedikit ya kalau agen Takaful itu harus

menjadi inisiator buat nasabahnya, yang kedua menjadi konektor, yang

ketiga menjadi komunikator, menjadi motivator itu juga sangat penting,

trus menjadi edukator, trus menjadi administrator untuk nasabahnya juga.

Ya wes itu mbk yang byasa saya lakukan”.54

Peran agen asuransi sesungguhnya banyak, namun setidaknya terdapat

enam peran yang penting dan berpengaruh langsung terhadap produktivitas

penjualan asuransi. Berikut ini adalah enam peran agen asuransi tersebut:

1. Inisiator

Inisiator adalah orang yang berinisiatif melakukan segala sesuatu

tanpa diminta atau diperintah orang lain. Dalam menjalankan pekerjaannya,

seorang agen asuransi dituntut untuk menjadi inisiator. Berinisiatif dalam

banyak hal, seperti mencari prospek, membuat janji, melakukan kunjungan,

presentasi dan menutup penjualan. Berinisiatif sangat penting untuk

mendukung keberhasilan agen asuransi dalam profesinya sebagai penjual.

2. Konektor

Konektor adalah orang yang membangun hubungan jangka panjang

dengan orang lain untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan,

khususnya dalam bentuk bisnis. Hubungan tersebut dibangun atas dasar

pengenalan, pemahaman, penerimaan, rasa hormat, kepercayaan, dan

ikatan.

3. Komunikator

Komunikator adalah orang yang menyampaikan suatu pesan atau

informasi kepada orang lain untuk suatu tujuan tertentu. Dalam hal ini,

agen asuransi dituntut memiliki keterampilan mengomunikasikan produk

maupun informasi lain untuk meyakinkan prospek agar membeli produk

asuransi dari dirinya.

Komunikasi dapat berjalan dengan baik apabila antara agen asuransi

dengan prospek terjalin hubungan yang baik dan saling percaya. Karena itu,

54 Wawancara dengan Bpk. Uut Sugianto Hari Selasa, 12-05-2015 jam 11.00.

Page 29: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 26

keterampilan membangun hubungan dan kepercayaan dengan prospek

sangat penting bagi seorang agen asuransi.

4. Motivator

Peran agen asuransi sebagai motivator menjadi tatkala ia meminta

atau mendorong prospek untuk mengambil keputusan membeli produk

yang ditawarkan. Sebagai motivator seorang agen asuransi harus mampu

meyakinkan bahwa produk asuransi tersebut merupakan solusi atas

masalah yang dihadapi dan sesuai dengan kebutuhan atau keinginan

prospek.

5. Edukator

Dalam proses penjualan, seorang agen asuransi tidak bisa memaksa

prospek untuk membeli produk asuransi yang ditawarkan. Yang bisa

dilakukan agen asuransi adalah menunjukkan adanya masalah menyangkut

nilai ekonominya. Selain membantu prospek mengenali masalah dibidang

keuangannya, sebagai edukator agen asuransi juga memberikan nasihat,

saran, maupun rekomendasi untuk menggunakan produk asuransi yang

ditawarkan sebagai solusinya.

6. Administrator

Agen asuransi adalah orang yang melaksanakan peraturan, prosedur

maupun kebijakan dari perusahaan yang diwakili dalam penjualan

asuransi. Kegiatan agen asuransi sebagai administrator misalnya membantu

prospek melengkapi data isian formulir Surat Permintaan Asuransi Jiwa,

melakukan seleksi resiko baik administrativ atau finansial, penyerahan

polis, dan hal-hal lain yang diperlukan untuk kelengkapan administrasi

penutupan penjualan asuransi jiwa. Peran administrator agen asuransi juga

dapat berarti mengelola kegiatannya dalam administrasi yang baik.

Agen asuransi syariah sangat berperan sekali dalam pengembangan

bisnis asuransi syariah. Salah satunya adalah dalam perencanaan keuangan dan

pengelolaan resiko pada para nasabahnya. Untuk mengatasi persaingan yang

ketat antar agen asuransi syariah dengan konvensional, maka dibutuhkan kiat-

kiat khusus yaitu dengan memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah

dengan menawarkan jasa Takaful yang dikelola secara professional, adil, tulus,

dan amanah.

Pelayanan bagi konsumen adalah bukan sekedar kemampuan

memberikan servis yang ramah. Tetapi, pelayanan dalam ragam produk yang

dapat membantu nasabah menyelesaikan urusannya dalam hal bertransaksi

dan menyimpan uang. Untuk itu, agen harus lebih kreatif dalam menciptakan

produk-produk inovatif dan harus menguasai pasar.

Kualitas pelayanan sebagai salah satu faktor utama dalam menciptakan

pada loyalitas pada nasabah, diharapkan sebuah Takaful Indonesia harus

Page 30: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 27

benar-benar dalam mempraktekkannya. Seandainya Takaful Indonesia kurang

fokus terhadap salah satu saja, maka jangan berharap akan berhasil

mendapatkan atau mempertahankan nasabahnya.

Untuk itu, Takaful Indonesia harus lebih jeli dalam mempelajari perilaku

nasabahnya. Tiap-tiap karakter nasabah perlu disikapi secara berbeda. Artinya,

jika segmen pasar yang dituju berbeda maka strategi pemasar (marketing) yang

diterapkan pun berbeda. Setelah menerapkan segmentasi kepada nasabah,

maka Takaful Indonesia akan lebih terarah dalam membuat peran agen yang

tepat sasaran.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah penulis kemukakan pada bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Faktor-faktor agen dalam meningkatkan jumlah nasabah

Faktor-faktor agen dalam meningkatkan jumlah nasabah asuransi

syariah, antara lain:

a. Penyusunan strategi pelayanan agen itu merupakan salah satu elemen

nyata yang perlu dibuat untuk dapat mewujudkan keunggulan para

agen dapat meningkatkan jumlah nasabah.

b. Berusaha memahami dan memenuhi kebutuhan nasabah, sehingga agen

dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.

c. Menjadi seorang agen harus bisa mengambil keputusan yang tepat

untuk setiap nasabah dan menyesuaikan dengan segmentasi pasarnya.

d. Menyusun jadwal prospekting ke nasabah, bila perlu dicatat dengan

rapih dalam agenda kerja.

2. Strategi agen dalam meningkatkan jumlah nasabah

Agen mempunyai strategi yang sangat penting dalam meningkatkan

jumlah nasabah asuransi syariah, diantaranya yaitu:

a. Seorang agen mempunyai strategi memperluas pasar, terutama untuk

masyarakat yang belum menggunakan jasa asuransi syariah melalui

sosialisasi secara langsung.

b. Agen juga harus mempertahankan dan meningkatkan pasar yang sudah

ada dengan berupaya untuk selalu menjaga komunikasi dengan

pelanggan dalam rangka memberikan layanan terbaiknya. Dengan

demikian agen berperan dalam meningkatkan jumlah penjualan, baik

melalui pasar baru, maupun dengan pasar yang sudah ada dengan

menciptakan “repeat order”.

c. Selain itu agen juga melakukan kegiatan pendidikan kepada masyarakat

dengan mengenalkan perencanaan keuangan dan pengelolaan resiko

dalam asuransi. Langkah yang dapat dilakukan agen dalam memberikan

Page 31: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 28

pendidikan masyarakat, diantaranya mengadakan pelatihan, ceramah

dan seminar, sehingga dengan sendirinya masyarakat mempunyai

kesadaran yang tinggi dan mampu menumbuhkan informasi tentang

asuransi syariah.

d. Seorang agen juga harus menyeleksi resiko atas diri peserta dengan cara

mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko yang dihadapi peserta,

mengevaluasi dan mengukur besarnya resiko yang mungkin terjadi dan

menentukan metode yang terbaik untuk menangani resiko yang telah

diidentifikasi tersebut. Dengan demikian, agen membantu dalam

meminimalkan resiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi syariah.

Daftar Pustaka

Abdul Anshori, Ghofur,H.. Asuransi Syariah di Indonesia, regulasi dan

operasionalisasinya di dalam kerangka hukum Positif di Indonesia,

(Yogyakarta: UII Press,2007).

Amrin, Abdullah. Asuransi Syariah, Keberadaan dan kelebihannya ditengan Asuransi

Konvensional, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006).

Ali, AM, Hasan, Asuransi dalam perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis

Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana, 2004).

Ali, A. Hasyim, Pengantar Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995).

Djati, Mustiko, Manajemen Asuransi Syariah: Keberhasilan Menjual Asuransi

Syariah Dunia dan Akhirat, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, tanpa tahun).

Farodis, Zian. Buku Pintar Asuransi, Mengenal dan Memilih Asuransi yang

Menguntungkan Nasabah, (Yogyakarta: Laksana, 2014).

J.Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2002).

Karyanto, Deddy, Cara Cepat Jadi Agen Asuransi Hebat, Membongkar Rahasia

Punya Income Puluhan Juta Rupiah Hingga Tak Terbatas Setiap Bulan Sejak

Tahun Pertama, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2010).

MB, Superwanto. Rahasia Sukses Agen Top Bumiputera, (Tangerang: Lembaga

Studi Informasi, LSI, 2005).

Nurhayati, Sri dan Wasilah, Akutansi Syariah Di Indonesia, (Jakarta: Selemba

Empat, 2014).

Prihartono, M. Wahyu. Manajemen Pemasaran dan Tata Usaha Asuransi,

(Yogyakarta: Kanisius, 2001).

Putra, Nusa dan Dwilestari, Ninin, Penelitian Kualitatif; Pendidikan Anak Usia

Dini, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012).

R Subekti dan R Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

dan Undang-Undang Kepailitan, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1992),

Cetakan 25.

Page 32: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Fahmul Iltiham 29

Soerono, Surjono. Penuntun ke Agenan Asuransi jiwa edisi IV, (Jakarta: Dewan

Asuransi Indonesia, 1998).

Syafri Harahap, Sofyan. Akutansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997).

Sigma, Jurus Pintar Asuransi, Agar Anda Tenang, aman dan Nyaman, (Yogyakarta:

G-Media, 2011).

Satriani, Arba’iyah. Peluang di Tengah Persaingan, (Jakarta: Harian Republika,

2005).

Syakir Sula, Muhammad. Asuransi (life dan general) Konsep dan Sistem Asuransi

Syariah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004).

Sumitro, Warkum, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait di

Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997).

Sukardja, Ahmad, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta: UI-

Press, 1995).

Sari, Elsi Kartika dan Simanunsong, Advendi, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta:

rasindo, 2010).

Sastrawidjaja, Man Suparman dan Endang, Hukum Perlindungan Asuransi

Tertanggung Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, (Bandung: PT

Alumni, 1997).

Sendra, Ketut, Panduan Sukses Menjual Asuransi, (Jakarta: PPM, 2002).

Susanto, Heru, Menjadi Agen Asuransi itu Gampang, (Jakarta: Elex Media

Komputindo, 2011).

Sumantoro, Hukum Ekonomi, (Jakarta: UIP, 1986).

Siagian, Dergibson dan Sugiarto, Metode Statistika Untuk Bisnis Dan Ekonomi,

(Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama, 2006).

Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1997).

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2012).

Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur’an, (Jakarta: Mizan Pustaka, 1996).

Tunggal, Arif Djohan, Peraturan Perundang-undangan Perusahaan Asuransi di

Indonesia Tahun 1992-1997, (Jakarta: Harvarindo, 1998), Cetakan 1.

Wirdyaningsih, Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005).

Widjajanta dan Aristanti Widyaningsih, Mengasah Kemampuan Ekonomi,

(Bandung: Citra Praya, 2007).

Widodo, Sugeng. Mindset Sukses Agen Asuransi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2011).

Yusof, M.Fadzli. Takaful Sistem Insurans Islam, (Malaysia: Publication and

Distributor SDN BHD,1996).

Zuhdi, Masjfuk, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1993).

Page 33: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Abdillah Mundir 30

STRATEGI PEMASARAN JASA PENDIDIKAN MADRASAH

Oleh: Abdillah Mundir

Abstrak: Saat ini paradigma dalam memandang pendidikan mulai

bergeser, yang awalnya pendidikan dilihat dan dikaji dari aspek sosial,

sekarang orang melihat pendidikan lebih pada sebuah corporate.

Artinya, lembaga pendidikan dipahami sebagai suatu organisasi

produksi yang menghasilkan jasa pendidikan yang dibeli oleh para

konsumen. Produk dalam kontek jasa pendidikan madrasah adalah

jasa yang ditawarkan kepada pelanggan berupa reputasi, prospek, dan

variasi pilihan. Lembaga pendidikan yang mampu bertahan dan

mampu memenangkan persaingan jasa pendidikan adalah lembaga

yang dapat menawarkan reputasi, prospek, mutu pendidikan yang

baik, dan peluang yang cerah bagi para siswa untuk menentukan

pilihan-pilihan yang diinginkannya. Pemasaran yang digunakan

secara khusus pada sekolah, yaitu analisis, perencanaan, pelaksanaan,

dan pengendalian program yang dirumuskan secara hati-hati, yang

dirancang untuk menghasilkan pertukaran nilai secara sukarela

dengan pasar sasaran/ pasar target (target market) jasa pendidikan

untuk mencapai tujuan sekolah. Sekolah harus mempunyai strategi

pemasaran jasa pendidikan karena sekolah adalah sektor jasa yang

membutuhkan orientasi pemasar khusus.

Kata Kunci: Strategi Pemasaran Jasa, Pendidikan Madrasah

Pendahuluan

Hidup dalam iklim kompetisi seperti saat ini, sulit bagi organisasi untuk

dapat hidup dengan baik jika tidak memiliki kemampuan mengubah diri

dengan cepat dan mampu berkembang seiring dengan berbagai tuntutan

stakeholder. Kondisi ini berlaku hampir pada seluruh organisasi yang bersifat

profit maupun non profit termasuk juga lembaga pendidikan madrasah.

Didalam dunia pendidikan, meskipun lembaga pendidikan tidak termasuk

lembaga profit, namun pengelolaannya tidak dapat dilakukan secara

tradisional akan tetapi membutuhkan kemampuan khusus sehingga output

pendidikan memiliki daya saing tinggi untuk dapat bersaing di tingkat global.

Apalagi saat ini paradigma dalam memandang pendidikan mulai

bergeser, yang awalnya pendidikan dilihat dan dikaji dari aspek sosial,

sekarang orang melihat pendidikan lebih pada sebuah corporate. Artinya,

lembaga pendidikan dipahami sebagai suatu organisasi produksi yang

Page 34: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Abdillah Mundir 31

menghasilkan jasa pendidikan yang dibeli oleh para konsumen. Apabila

produsen tidak mampu memasarkan hasil produksinya, dalam hal ini jasa

pendidikan disebabkan mutunya tidak dapat memuaskan konsumen, maka

produksi jasa yang ditawarkan tidak laku. Ini sudah terjadi, di beberapa

madrasah yang tidak merespon perubahan paradigma ini kurang diminati dan

sulit mendapatkan siswa baru.

Strategi tersebut diadopsi dari dunia bisnis, dimana istilah marketing

terfokus pada sisi kepuasan konsumen dengan memakai dasar pemikiran yang

logis: jika konsumennya tidak puas, berarti marketingnya gagal. Dengan kata

lain, jika lembaga pendidikan yang memproses jasa pendidikan tidak mampu

memuaskan users educations sesuai dengan need pasar, maka lembaga

pendidikan tersebut tidak akan eksis dan bisa mengakibatkan lembaga

pendidikan madrasah karena tidak mampu menjaring siswa baru dalam jumlah

yang cukup, dan setiap tahun kecenderungannya mengalami penurunan

jumlah siswa.

Jika logika corporate ini dipakai dalam dunia pendidikan, maka lembaga

pendidikan dapat dimaknai sebagai sebuah lembaga yang bergerak dibidang

layanan jasa pendidikan yang kegiatannya melayani konsumen, yaitu siswa,

mahasiswa, maupun masyarakat umum yang dikenal sebagai stakeholder.

Sebab, pemasaran dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan

intelektual dan pembentukan watak secara menyeluruh.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban dari pemasaran, sekolah harus

berupaya semaksimal mungkin untuk mengelola serta meningkatkan kualitas

layanannya sehingga apa yang dipromosikan bisa dipertanggungjawabkan.

Karena pendekatan marketing menuntut mereka untuk menganalisis kegiatan

belajar mengajar, intra dan ekstrakulikuler, fasilitas pendidikan, dan suasana

belajar mengajar sehingga kegiatan mereka selalu terpusat pada perbaikan

mutu pelayanan.

Menurut Alma, perubahan paradigma pendidikan tersebut, harus dapat

menciptakan: (1) Makes regular repeat purchases yaitu pelanggan yang selalu

membeli atau memakai secara teratur program yang diluncurkan oleh lembaga,

misalnya siswa menyelesaikan studi sampai akhir tetap pada lembaga yang

sama; (2) Purchases across product and service lines, pelanggan membeli diluar

lini produk/jasa, misalnya ketika Madrasah mengeluarkan program lain yaitu

pelatihan Bahasa Arab maka banyak siswa sekolah lain yang mengikuti

pelatihan tersebut; (3) Refers other yaitu merekomendasikan produk lain,

misalnya siswa Madrasah merekomendasikan kepada keluarga, teman ataupun

masyarakat atas program layanan pendidikan, baik merekomendasikan jurusan

yang diambil maupun layanan lainnya (training, seminar, loka karya dan

sebagainya); (4) Demonstrates an immunity to the full of the competition yaitu

Page 35: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Abdillah Mundir 32

menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing, misalnya

selain Madrasah banyak lembaga lain yang menawarkan pendidikan serupa,

akan tetapi sebanyak dan semenarik apapun yang dilakukan oleh lembaga lain,

siswa tetap teguh memilih Madrasah sebagai lembaga layanan pendidikanya.

Konsep bisnis dan pemasaran sudah saatnya diterapkan dalam lembaga

pendidikan sehingga memiliki Competitive advantage. Sebuah lembaga

pendidikan harus berusaha mencapai keunggulan memberikan layanan prima

dengan superior customer service dan menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Karena kualitas layanan lembaga pendidikan berbanding lurus dengan

kepercayaan peminat layanan jasa pendidikan. Semakin bagus layanan

pendidikan yang diberikan, maka semakin banyak pula peminat yang akan

memanfaatkan jasa yang diberikan.

Konsep Strategi

Dalam wikipedia, definisi strategi adalah pendekatan secara keseluruhan

yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi

sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik

terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor

pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara

rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan

secara efektif.

Secara historis, kata strategi dipakai untuk istilah dunia militer. Strategi

sendiri berasal dari bahasa yunani „stratogos‟, yang berarti jendral/ komandan

militer. Maksudnya adalah strategi berarti seni para jendral, yaitu cara

menempatkan pasukan atau menyusun kekuatan tentara di medan perang agar

musuh dapat dikalahkan.

Namun, istilah ini tidak hanya digunakan dalam konteks militer saja,

bisnis juga menggunakan istilah strategi ini. Dalam konteks bisnis, strategi

adalah rencana yang disatukan, luas, dan terintegrasi yang menghubungkan

keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang

dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai

melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.

Ansoff mendefinisikan strategi sebagai “a set of decision making rules

for guidance of organizayional behafior”, apabila dikaitkan dengan pemasaran,

maka strategi diartikan sebagai pengambilan keputusan mengenai pemakaian

faktor-faktor pemasaran yang dapat dikendalikan untuk mencapai tujuan-

tujuan yang telah ditentukan.

Tujuan utama dari sebuat strategi adalah agar perusahaan dapat melihat

secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan

dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat

Page 36: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Abdillah Mundir 33

dibedakan secara jelas fungsi manajemen, konsumen, distributor, dan pesaing.

Jadi, perencanan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan

memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan

yang optimal dari sumber daya yang ada.

Menurut Agus Rahayu, strategi memiliki dua model, yaitu: a) Model-

based, menyatakan bahwa kondisi dan karakteristik lingkungan eksternal

merupakan input utama dan penentu strategi untuk mencapai tujuan

organisasi. Artinya, pencapaian tujuan organisasi lebih banyak ditentukan oleh

karakteristik lingkungan eksternal daripada lingkungan internal atau

sumberdaya internal organisasi. b) Resource-based, menyatakan bahwa

lingkungan internal atau sumber daya internal merupakan input utama dan

penentu strategi untuk mencapai tujuan organisasi.

Pada dasarnya, kedua model tersebut bertujuan untuk menciptakan

tingkat kinerja yang tinggi, kedua model si atas juga menujukkan bahwa

persaingan yang berhasil mensyaratkan organisasi untuk memahami kondisi

eksternal dan internal. Dalam kerangka manajemen stratejik, ke dua model

tersebut merupaka model yang terintegrasi, tidak terpisah antara yang satu

dengan yang lain.

Menurut Mintzberg, konsep strategi itu sekurang-kurangnya mencakup

lima arti yang saling terkait, dimana strategi adalah suatu:

a. Perencanaan untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh organisasi

secara rasional dalam mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya.

b. Acuan yang berkenaan dengan penilaian konsistensi ataupun inkonsistensi

perilaku serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi.

c. Sudut yang diposisikan oleh organisasi saat memunculkan aktivitasnya.

d. Suatu perspektif yang menyangkut visi yang terintegrasi antara organisasi

dengan lingkungannya yang menjadi batas bagi aktivitasnya.

e. Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk mengelabui

para pesaing.

Pemasaran Pendidikan

Pada dasarnya, pemasaran (marketing) merupakan istilah dalam dunia

bisnis. Dalam konteks bisnis, pemasaran adalah suatu proses sosial dan

manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan

pertukaran.16 Pemasaran juga dapat dimaknai suatu proses sosial dan

manajerial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan

individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan melalui

pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan

pertukaran.

Page 37: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Abdillah Mundir 34

Pemasaran juga di artikan sebagai kegiatan manusia yang diarahkan

untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses

pertukaran. Adapun sasaran dari pemasaran adalah menarik pelanggan baru

dengan menjanjikan nilai superior, menetapkan harga menarik,

mendistribusikan produk dengan mudah, mempromosikan secara efektif, serta

mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan tetap memegang prinsip

kepuasan pelanggan.

Namun pada perkembangannya, istilah pemasaran tidak hanya dipakai

oleh organisasi/lembaga profit saja, akan tetapi dipakai pula oleh lembaga non

profit. Artinya, penggunaan istilah marketing saat ini sudah berkembang

disegala sektor kegiatan manusia. Kenyataan ini diungkapkan oleh Morris,

bahwa dewasa ini tidak ada organisasi baik itu bisnis atau non bisnis yang

dapat terlepas dari pemasaran (marketing), organisasi tersebut dapat memilih

untuk mengerjakannya demi kebaikan organisasi atau meninggalkannya untuk

kemundurannya. Sehingga pendidikan pun juga menggunakan istilah

pemasaran untuk memasarkan jasa pendidikannya.

Dalam kontek lembaga pendidikan, pemasaran adalah pengolahan

yang sistematis dari pertukaran nilai-nilai yang sengaja dilakukan untuk

mempromosiklan misi-misi sekolah berdasarkan pemuasan kebutuhan nyata

baik itu untuk stakeholder ataupun masyarakat sosial pada umumnya

(Kriegbahum). Pengertian lain mengatakan bahwa sebuah proses sosial dan

manajerial untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui

penciptaan (creation) penawaran, pertukaran produk yang bernilai dengan

pihak lain dalam bidang pendidikan.

Fungsi pemasaran di lembaga pendidikan adalah untuk membentuk

citra baik terhadap lembaga dan menarik minat sejumlah calon siswa. Oleh

karena itu, pemasaran harus berorientasi kepada “pelanggan” yang dalam

konteks sekolah disebut dengan siswa. Di sinilah perlunya sekolah untuk

mengetahui bagaimanakah calon siswa melihat sekolah yang akan dipilihnya.

Unsur utama dalam pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga

unsur, yaitu:

1. Unsur strategi persaingan, meliputi:

a. Segmentasi pasar, yaitu tindakan mengidentifikasi dan membentuk

kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing

konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran

pemasaran tersendiri.

b. Targetting, yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang

akan dimasuki.

Page 38: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Abdillah Mundir 35

c. Positioning, yaitu penetapan posisi pasar. Tujuannya adalah untuk

membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk

yang ada di pasar ke dalam benak konsumen.

2. Unsur taktik pemasaran, meliputi:

a. Differensiasi, yang terkait dengan cara membangun strategi pemasaran

di berbagai aspek perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran

inilah yang membedakan differensiasi yang dilakukan suatu perusahaan

dengan perusahaan lainnya.

b. Bauran pemasaran (marketing mix), terkait dengan kegiatan mengenai

produk, harga, promosi, dan tempat atau yang lebih dikenal dengan

sebutan 4P, yaitu Product, Price, Promotion, dan Place.

3. Unsur nilai pemasaran, yang berkaitan dengan: nama, termin, tanda simbol,

atau desain, atau kombinasi dari semuanya, yang ditujukan untuk

mengidentifikasikan barang atau jasa sebuah/sekelompok penjual dan

membedakannya dengan para pesaing. Merek mempunyai banyak arti

penting buat konsumen, yaitu:

a. Sebagai identifikasi untuk membedakan antara satu produk dengan

produk lain. Identifikasi ini diperlukan agar konsumen mempunyai

kebebasan memilih produk dan merek mana yang memenuhi

kebutuhannya;

b. Sebagai garansi atas kualitas dan kinerja dari produk yang akan dibeli.

Merek akan memberikan rasa percaya diri kepada konsumen bahwa;

c. Merek memberi status dan image pada seseorang. Dengan membeli

merek tertentu, sudah menunjukkan bagaimana status sosial seseorang;

d. Merek memberi arti emosional. Seorang fans sebuah klub sepakbola

misalnya, akan rela membeli berbagai macam merchandise yang dijual

dengan atribut klub tersebut.

Konsep pemasaran tidak hanya berorientasi pada logika “asal barang

habis “ tanpa memperhatikan sesudah itu, tetapi juga berorientasi jangka

panjang yang lebih menekankan pada kepuasan pengguna, dimana pemasaran

itu sendiri adalah suatu usaha bagaimana memuaskan, memenuhi needs and

wants dari konsumen, needs itu merupakan kebutuhan akan hal yang

dirasakan kurang oleh konsumen yang harus segera dipenuhi, sedangkan

wants adalah keinginan suatu kebutuhan yang sudah dipengaruhi oleh

berbagai faktor, seperti daya beli, pendidikan, agama, keyakinan, famili dan

sebagainya.

Jadi, pengguna konsep marketing memberikan dasar pemikiran yang

logis dalam pencapaian tujuan, yaitu memuaskan konsumen dengan

mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimiliki oleh lembaga. Adapun

Page 39: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Abdillah Mundir 36

menurut David W. Cravens sebagaimana dikutip oleh Minarti, Konsep

marketing pendidikan memiliki tiga dasar, yaitu:

1. Dimulai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen sebagai dasar tujuan

bisnis.

2. Mengembangkan pendekatan organisasi untuk memuaskan kebutuhan dan

keinginan ini.

3. Mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan memberikan kepuasan kepada

konsumen.

Jika lembaga pendidikan mencoba melaksanakan kegiatan marketing

yang berorientasi pada konsumen, maka seluruh personel staff, baik guru

maupun tenaga administrasi harus menghayati betul apa misi mereka dan apa

bisnis mereka. Pendekatan marketing juga akan menuntut mereka untuk terus

berupaya memperbaiki diri dan jasa yang ditawarkannya dalam memberikan

layanan yang bermutu, sehingga stakeholder akan terus menggunakan jasa

yang diberikan.

Marketing Mix Pendidikan Madrasah

Menurut Lupioadi dan hamdani sebagaimana, bauran pemasaran

merupakan alat bagi pemasar yang terdiri atas berbagai unsur suatu program

pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran

dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses. Dalam konteks

pendidikan bauran pemasaran (marketing mix) adalah unsur-unsur yang

sangat penting dan dapat dipadukan sedemikan rupa sehingga dapat

menghasilkan strategi yang dapat digunakan untuk memenangkan persaingan.

Zeithaml & Bitner mengatakan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam

bauran pemasaan ada tujuh hal yang biasa disingkat dengan 7P yaitu terdiri

dari 4P tradisional yang digunakan dalam pemasaran barang dan 3P sebagai

perluasan bauran pemasaran jasa. Unsur 4P yaitu product (produk); jasa seperti

apa yang ditawarkan, price (harga); strategi penentuan harga, place

(lokasi/tempat); dimana tempat jasa diberikan, promotion (promosi);

bagaimana promosi dilakukan. Sedangkan unsur 3P adalah people (SDM);

kualitas, kualifikasi, dan kompetensi yang dimiliki oleh orang-orang yang

terlibat dalam pemberian jasa. Physical evidence (bukti fisik); sarana-prasarana

seperti apa yang dimilki, dan process; manajemen layanan pembelajaran yang

diberikan. Ketujuh unsur bauran tersebut secara ringkas dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Produk Jasa Pendidikan Madrasah

Menurut Kotler, produk adalah segala sesuatu yang dapat

ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan

atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar

Page 40: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Abdillah Mundir 37

yang bersangkutan. Sedangkan Lupioadi dan Hamdani mendefinisikan

produk sebagai keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan

sejumlah nilai kepada konsumen. Lebih spesifik, Keegan menjelaskan

bahwa produk adalah koleksi sifat- sifat fisik, jasa, dan simbolik yang

menghasilkan kepuasan, atau manfaat, bagi seorang penguna atau pembeli.

Produk dalam kontek jasa pendidikan madrasah adalah jasa yang

ditawarkan kepada pelanggan berupa reputasi, prospek, dan variasi pilihan.

Lembaga pendidikan yang mampu bertahan dan mampu memenangkan

persaingan jasa pendidikan adalah lembaga yang dapat menawarkan

reputasi, prospek, mutu pendidikan yang baik, dan peluang yang cerah bagi

para siswa untuk menentukan pilihan-pilihan yang diinginkannya. Atau

dengan kata lain produk pendidikan merupakan segala sesuatu yang dapat

ditawarkan kepada masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginannya.

2. Price (harga)

Merupakan elemen yang berjalan sejajar dengan mutu produk,

dimana apabila mutu produk baik, maka calon siswa/mahasiswa berani

membayar lebih tinggi sepanjang dirasa dalam batas kejangkauan

pelanggan pendidikan. Salah satu strategi yang sekarang dikembangkan

oleh beberapa perguruan tingggi adalah skiming price artinya adalah

memasang harga yang setinggi-tingginya pada saat mulai dipasarkan

dengan jaminan bahwa produk yang ditawarkan memang berkualitas tinggi

sehingga tidak mengecewakan konsumennya.

Akan tetapi ketika hendak menetapkan harga sebaiknya lembaga

pendidikan memperhatikan sasaran yang hendak dicapai yaitu: (1) sasaran

yang berorientasi pada keuntungan yang bertujuan untuk mencapai target

pengembalian investasi, untuk memperoleh laba maksimum; (2) sasaran

yang berorientasi pada penjualan yang bertujuan meningkatkan volume

penjualan, mempertahankan/meningkatkan market share, dan (3) sasaran

yang berorientasi status quo yang bertujuan untuk menstabilkan harga dan

menghadapi pesaing.

3. Place (lokasi/tempat)

Place adalah letak lokasi sekolah mempunyai peranan yang sangat

penting, karena lingkungan dimana jasa disampaikan merupakan bagian

dari nilai dan manfaat jasa yang dipersepsikan cukup berperan sebagai

bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan. Dalam hal ini penyedia

jasa perlu mempertimbangkan faktor-faktor: (1) akses yaitu kemudahan

mencapai lokasi; (2) vasibilitas yaitu lembaga tersebut dapat terlihat dengan

jelas keberadaan fisiknya; (3) lalu lintas dalam arti tingginya tingkat

kemacetan akan mempengaruhi minat customer terhadap jasa tersebut; (4)

Page 41: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Abdillah Mundir 38

tempat parkir yang luas; (5) ketersediaan lahan untuk kemungkinan

perluasan usaha; (6) persaingan yaitu dengan memperhitungkan lokasi

pesaing kita; (7) ketentuan pemerintah tentang peruntukan lahan sesuai

dengan standar pelayanan minimum yang harus di anut oleh setiap

lembaga pendidikan.

1. Promotion (promosi)

Promotion merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yaitu

aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,

mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas

lembaga dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal

pada produk yang ditawarkan oleh lembaga tersebut. aktivitas tentang

bagaimana memberitahu pelanggan tentang keberadaan produk/jasa.

Aspek yang harus dipertimbangkan adalah bentuk komunikasi,

khususnya iklan (advertising), penjualan personal (personal selling),

promosi penjualan (sales promotion) dan publisitas penyedia jasa

tersebut, (4) membujuk customer untuk membeli dan menggunakan jasa

tersebut. Promosi ini lebih diarahkan pada penyedia jasa pendidikan

sehingga pengaruh image tersebut berperan penting terhadap

penjatuhan pilihan customer. promosi yang berlebihan mempunyai

hubungan korelatif yang negatif terhadap daya tarik peminat.(publicity).

Tujuan promosi dalam konteks pemasaran adalah: (1) membangun

kepedulian dan ketertarikan terhadap produk jasa dan lembaga

penyedia jasa, (2) membedakan jasa yang ditawarkan dan lembaga dari

pesaing, (3) mengkomunikasikan dan menggambarkan kelebihan dari

jasa yang tersedia.

2. People / SDM

Menurut Zeithaml and Bitner sebagaimana dikutip oleh Ratih

Hurriyati, people adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam

penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen-

elemen dari people adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan

konsumen lain dalam lingkungan jasa. Semua sikap dan tindakan

karyawan, bahkan cara pakaian karyawan dan penampilan karyawan

mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen atau keberhasilan

penyampaian jasa (Service Encounter).

Adapun SDM adalah semua orang atau pelaku yang terlibat

dalam proses penyampaian jasa konsumen serta mempengaruhi

persepsi konsumen, seperti para personal penyedia jasa, pelanggan, dan

para pelanggan lain yang terkait dengan jasa tersebut. Sumber daya

manusia dalam sebuah lembaga sekolah dikelompokkan menjadi tiga,

yaitu administrator, guru, dan pegawai. Ketiganya perlu memiliki

Page 42: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Abdillah Mundir 39

kompetensi yang tinggi. Karena pada pelaksanaannya merekalah yang

secara langsung menyampaikan jasa kepada para siswa, sehingga puas

tidaknya siswa tergantung bagaimana jasa tersebut tersampaikan

kepada mereka.

3. Physical Evidence (bukti fisik)

Physical evidence, merupakan sarana dan prasarana yang

mendukung proses penyampaian jasa pendidikan sehingga akan

membantu tercapainya janji lembaga kepada pelanggannya. Sarana fisik

ini merupakan suatu hal yang secara nyata turut mempengaruhi

keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan prosuk jasa

yang ditawarkan. Unsur-unsur yang termasuk di dalam sara fisik antara

lain lingkungan fisik, dalam hal ini bangunan fisik, peralatan,

perlengkapan, logo, warna, dan barang-barang lainnya yang disatukan

dengan service yang diberikan seperti tiket,sampul, label, dan lain

sebagainya.

4. Process (proses)

Dengan demikian proses penyampaian jasa pendidikan

merupakan inti dari seluruh pendidikan, kualitas dalam seluruh elemen

yang menunjang proses pendidikan menjadi hal yang sangat penting

untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran sekaligus sebagai

bahan evaluasi terhadap pengelolaan lembaga pendidikan dan citra

yang terbantuk akan membentuk sirkulasi dalam merekrut pelanggan

pendidikan.

Jasa Pendidikan

Untuk memahami pengertian jasa pendidikan, ada baiknya kita

mempelajari dahulu beberapa pendapat para ahli. Kotler, seorang ahli

pemasaran mengemukakan pengertian jasa adalah “a service is any act or

performance that one party can offer to another that is essentially intangible

and does not result in the ownership of anything. Its production may or may

not be tied to a physical product”.37 Maksudnya jasa adalah setiap tindakan

atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang

secara prinsip intangibel dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan

apapun. Produksinya bisa terkait dan bisa juga tidak terikat pada suatu produk

fisik.

Kemudian Adrian Payne mendifinisikan, jasa adalah aktivitas ekonomi

yang mempunyai sejumlah elemen (nilai atau manfaat) intangibel yang

berkaitan dengannya, yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen

atau dengan barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan transfer

Page 43: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Abdillah Mundir 40

kepemilikan. Perubahan daiam kondisi bisa saja muncul dan produksi suatu

jasa bisa memiliki atau bisa juga tidak mempunyai kaitan dengan produk fisik.

Berdasarkan definisi di atas maka kita dapat mengambil kesimpulan

bahwa pendidikan sebagai produk jasa merupakan sesuatu yang tidak

berwujud akan tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang diproses

dengan menggunakan atau tidak menggunakan bantuan produk fisik dimana

proses yang terjadi merupakan interaksi antara penyedia jasa pendidikan harus

selalu melakukan up date pada sisi kualitas (kompetensinya). Tujuan utama

proses ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan,

terus menerus, dan terpadu sehingga bisa menciptakan output yang

berkualitas.

Merujuk pengertian tersebut, ada lima ciri utama dalam setiap jasa yang

diikutip dari pernyataan bitner dkk sertanTadepali dan Hayes, yaitu:

1. Tidak berwujud (intangibility), sehingga konsumen tidak dapat melihat,

mencium, meraba, mendengar dan merasakan hasilnya sebelum mereka

membelinya. Untuk mengurangi ketidakpastian, maka konsumen mencari

informasi tentang jasa tersebut. Sesuatu yang bisa dilihat itu bisa berupa

kinerja guru, tata usaha, karyawan, sarana prasarana, peralatan pendidikan

sekolah, simbol-simbol yang digunakan sekolah, juga biaya yang bisa

mereka bayar ke sekolah.

2. Tidak terpisahkan (inseparability), dimana jasa tidak dapat dipisahkan dari

sumbernya yaitu perusahaan jasa; 3) Bervariasi (variability), dimana jasa

sering kali berubah-ubah tergantung siapa , kapan dan dimana

menyajikannya;

3. Mudah musnah (perishability), jasa tidak dapat di jual pada masa yang akan

datang.

4. Kepemilikan (ownership), karakteristik ini adalah karakteristik yang paling

menantang. Siswa membayar biaya pendidikan di muka, dimana pada

awalnya mereka tidak mendapat kepemilikan investasi pendidikan apapun.

Akan tetapi mereka dapat menerima salah satufasilitas, yaitu kartu

perpustakaan. Dengan demikian siswa memiliki hak untuk mengakses

perpustakaan ketika menunjukkan kartu perpustakaan kepada petugas

perpustakaan.

Di samping itu, ada juga yang mengemukakan bahwa jasa mengandung

delapan karakteristik, yaitu:

1. Jasa tidak dapat disimpan dan dikonsumsi pada saat dihasilkan;

2. Jasa tergantung pada waktu

3. Jasa bergantung pada tempat

4. Konsumen merupakan bagian integral dari proses produksi jasa;

Page 44: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Abdillah Mundir 41

5. Setiap orang atau apapun yang berhubungan dengan konsumen

mempunyai andil dalam memberikan peranan;

6. Perubahan pada konsep kemanfaatan;

7. Karyawan penghubung merupakan bagian dari proses produksi jasa;

8. Kualitas jasa tidak dapat diperbaiki pada saat proses produksi karena

produksi jasa terjadi secara real time.

Berdasarkan ciri dan karakteristik tersebut, maka jasa pendidikan

mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) Lebih bersifat tidak berwujud dari

pada berwujud ( more intangible than tangible); 2) Produksi dan konsumsi

bersamaan waktu (simultananeous production and consumption); 3) Kurang

memiliki standar dan keseragaman (less standardized and uniform).

Dalam dunia pendidikan, bahan baku untuk menghasilkan jasa ialah

orang, yang memiliki ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Pepatah mengatakan bahwa tidak ada manusia yang memiliki persamaan

bahkan anak kembar sekalipun. Hal itulah yang menjadikan dasar bahwa

pelayanan jasa pendidikan antara satu dengan yang lainnya berbeda. Dengan

melihat karakteristik tersebut, maka jasa pendidikan diterima setelah

melakukan interaksi dengan penghubung yang sangat dipengaruhi oleh siapa,

kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal itu menjelaskan bahwa

keberhasilan pendidikan akan sangat tergantung pada siapa, kapan dan

dimana proses tersebut terlaksana.

Beberapa hal yang akan dilakukan lembaga pendidikan untuk

meningkatkan calon pengguna jasa pendidikan adalah:

1. Meningkatkan visualisasi jasa yang tidak berwujud menjadi berwujud.

2. Menekankan pada manfaat yang akan diperoleh (lulusan lembaga

pendidikan)

3. Menciptakan atau membangun suatu nama merek lembaga pendidikan

(education brand name).

Pemasaran Jasa Pendidikan

Menurut Lockhart sebagaimana dikutip oleh David, pemasaran jasa

pendidikan adalah cara untuk melakukan sesuatu dimana siswa, orang tua,

karyawan sekolah, dan masyarakat menganggap sekolah sebagai institusi

pendukung masyarakat yang berdedikasi untuk melayani kebutuhan

pelanggan jasa pendidikan.

Kemudian Kotler dan Fox, mengemukakan definisi pemasaran yang

digunakan secara khusus pada sekolah, yaitu analisis, perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendalian program yang dirumuskan secara hati-hati,

yang dirancang untuk menghasilkan pertukaran nilai secara sukarela dengan

Page 45: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Abdillah Mundir 42

pasar sasaran/ pasar target (target market) jasa pendidikan untuk mencapai

tujuan sekolah.

Kotler dan Fox lalu mendefinisikan tujuan utama pemasaran jasa

pendidikan adalah untuk :

1. Memenuhi misi sekolah dengan tingkat keberhasilan yang besar;

2. Meningkatkan kepuasan pelanggan jasa pendidikan;

3. Meningkatkan ketertarikan terhadap sumber daya pendidikan;

4. Meningkatkan efisiensi pada aktifitas pemasaran jasa pendidikan.

Sekolah membutuhkan strategi pemasaran jasa pendidikan karena

sekolah adalah sektor jasa yang membutuhkan orientasi pemasar khusus,

sehingga dapat diidentifikasi lebih lanjut. Gray menjelaskan lima tahap penting

dalam menerapkan pemasaran jasa pendidikan, yaitu:

1. Mengidentifikasi kebutuhan atau masalah pemasaran jasa pendidikan

2. Melakukan riset atau audit pemasaran jasa pendidikan

3. Melakukan perencanaan pemasaran jasa pendidikan

4. Menentukan bauran pemasaran jasa pendidikan

5. Menentukan strategi dan taktik pemasaran jasa pendidikan.

Faktor Pendukung dan Penghambat Srategi Pemasaran Jasa Pendidikan

Madrasah

Faktor Pendukung dalam penerapan Strategi Pemasaran Jasa

Pendidikan pada Madrasah adalah sebagai berikut: (1) Madrasah adalah

sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan yang lebih mandiri, (2)

Memiliki segmen yang jelas, (3) Kepercayaan masyarakat dan alumni masih

tergolong tinggi, (4) Madrasah berada di lokasi yang dekat dengan masyarakat.

Faktor penghambat dalam penerapan Strategi Pemasaran Jasa

Pendidikan pada Madrasah adalah sebagai berikut: (1) Tidak memiliki TIM

khusus promosi, (2) Madrasah belum memiliki konsep yang sistematis dalam

hal pemasaran jasa pendidikan, (3) Tidak ada data evaluasi sebagai bahan

perbaikan dalam menyusun strategi tahun berikutnya, (4) Strategi Pemasaran

seringkali dianggap tidak penting.

Kesimpulan

Pemasaran jasa adalah hal yang sangat penting bagi suatu organisasi

pendidikan. Sebaik apapun kualitas pendidikan madrasah akan mengalami

masalah apabila tidak memiliki strategi pemasaran yang baik. Lembaga

Pendidikan Madrasah sebaiknya memiliki tim marketing yang memikirkan

khusus bagaimana langkah-langkah strategis yang akan ditempuh secara

sistematis dan terencana. Lembaga Pendidikan Madrasah sebaiknya punya

data-data perkenaan peta persaingan, data calon konsumen dan data data

Page 46: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Abdillah Mundir 43

perilaku konsumen sebagai bahan untuk mengambil keputusan berkenaan

dengan strategi marketing yang akan dijalankan.

Daftar Pustaka

Hidayat, Ara, & Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan (Konsep, Prinsip, dan

Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah). Yogyakarta:

Kaukaba. 2012.

Jauch, Lawrence R., and William Gluech, Bussiness Policy and Strategic

Manajement, New York: McDraww-Hill, 1998.

Kotler, Philip. Marketing Management. The Millennium Edition. New Jesrey:

Prentice-Hall International Inc., 2003.

Kotler, Philips, Manajemen Pemasaran, Jakarta: SMTG Desa Putra, 2002.

Minarti, Sri, Manajemen Sekolah (Mengelola Lembaga Pendidikan Secara

Mandiri), Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011.

Muhaimin, Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana

Pengembangan Sekolah/Madrasah),cet. Ke-4 Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2012.

Susanto, Hery, & Khaerul Umam, Manajemen Pemasaran Mank Syariah,

Bandung: CV Pustaka Setia, 2003.

Tjipto, Fandy, Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2008.

Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2008).

Zuhdi, Masjfuk, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1993).

Page 47: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 44

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

STRATEGI PENGEMBANGAN MARKETING

(Studi Kasus di BRPS Adil Makmur Karangploso Malang)

Oleh: Muhammad Nizar

Abstrak: Penelitian ini mengungkapkan tentang setrategi

pengembangan marketing yang ada di PT. BRPS Adil Makmur

Karangploso Malang. Dengan hasil penelitian Pengetahuan yang

dimiliki oleh marketing belum maksimal, terbukti banyaknya

marketing yang dimiliki masih belum memenuhi target yang di

tetapkan oleh perusahaan. Saingan antar sesame marketing juga

sangat ketat, sehingga tak jarang antar para marketing berebut

nasabah. Hal ini lah yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, yang

akibatnya nasabah merasa bingung, aa yang membedakan bank

syariah dengan konvensional.

Srategi pemasaran yang seharusnya dilaksanakan oleh manajemen

PT. BPRS Adil Makmur Karangploso Malang untuk meningkatkan

posisi mereka adalah meningkatkan strateginya secara eksplisit kepada

seluruh karyawan perusahaan, sehingga tujuan perusahaan lebih

muda tercapai.

Kata Kunci: Starategi, Marketing

Pendahuluan

Tak kurang dari ribuan bahkan jutaan pengusaha yang gagal dalam

menjalnkan usaha di dunia ini, mungkin salah satu faktornya adalah

kurangnya manajemen pemasaran (marketing). Di samping itu cepatnya

informasi yang masuk akibat majunya teknologi sektor informasi seperti

televise, radio, koran, atau majalah telah menjadikan masyarakat semakin

cerdas dan masyarakat sudah semakin sulit untuk dibohongi.

Dampak lain bagi produsen adalah ketatnya pesaing antar produsen

untuk memanfaatkan kemajuan teknologi ini. Produsen berusaha dengan

sekuat tenaga untuk merebut konsumen pesaingnya. Supaya cepat siapa dapat

atau konsumen harus dikejar dan direbut bukan ditunggu, demikiann istilah

berbagai produsen yang ikut meramaikan dunia persaingan. Oleh karena itu,

kemajuan teknologi ini dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk merebut hati

konsumen agar membeli dan mengonsumsi produknya hanya melalui

pemahaman pemasaran secara utuh dengan menjalankan strategi pemasaran

yang tepat.

Page 48: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 45

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Dalam memasarkan produknya, seorang pemasar harus pandai

membaca situasi pasar sekarang dan dimasa yang akan datang. Artinya,

pemasar harus cepat tanggap apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen,

kemudian kapan dan dimana dibutuhkannya. Dalam hal ini produsen harus

mampu menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan

konsumen secara cepat waktu. Di samping itu , seorang pemasar hrus mampu

mengkomunikasikan keberadaan dan kelebihan produk dibandingkan produk

lainnya dari pesaing. Produsen juga harus pandai menarik minat dan merayu

konsumen untuk terus membeli dan mengkonsumsi produk yang ditwarkan

melalui berbagai strategi.1

Bank sebagai lembaga keuangan yang menghasilkan jasa keuangan juga

membutuhkan strategi pemasaran untuk memasarkan produknya. Dampak

dari perubahan teknologi juga brdampak positif terhadap perkembangan dunia

perbankan. Produk yang ditawarkan kepada nasabahnya menjadi lebih cepat

dan efisien. Sebagai contoh untuk melakukan pengiriman uang (transfer) dapat

dilakukan pada saat itu dan tiba di tempat tujuan pada saat itu juga dengan

sistem online komputer. Padahal sebelumnya untuk mengirim uang dari satu

bank ke lokasi lainnya memerlukan waktu beberapa hari. Demikian juga dalam

hal penagihan (inkaso), waktu yang dibutuhkam begitu cepat. Di sisi lain untuk

melakukan penarikan uang saat ini tidak perlu dilakukan ke bank tapi cukup

dapat ditarik di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang terbesar di

berbagai tempat strategis (Kasmir) Disamping itu, ATM juga memberikan

kelebihan seperti informasi saldo serta melakukan berbagai pembayaran dalam

waktu yang sangat singkat melalui pendebetan.

Dampak negatif bagi bank adalah tingginya biaya untuk membeli

teknologi tersebut. Belum lagi masalah keamanan menjadi prioritas utama.

Oleh karena itu, dalam era teknologi yang berkembang demikian cepat ini

saatnya bank menjemput bola dengan nasabahnya bukan menunggu nasabah

seperti jaman dahulu. Kemudian bank juga harus pandai membaca keinginan

dan kebutuhan nasabahnya melalui berbagai cara seperti melalui riset

pemasaran. Tanpa riset pemasaran yang handal jangan harapkan bank dapat

mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabahnya secara cepat. Bahkan bukan

tidak mungkin bank akan ketinggalan infomasi dibandingkan dengan pesaing.

Pihak bank juga harus dapat mengetahui lingkungan pemasaran.

Lingkungan pemasaran akan sangat berpengaruh tehadap pemasaran yang

bahkan dijalankan. Lingkungkungan pemasaran yang juga terdiri dari

lingkungan intern dan lingkungan ekstern. Dengan mengetahui lingkungan

pemasaran, maka dengan mudah bank akan dapat menentukan langkah

selanjutnya.

1 Heri Sudarsono. 2004. Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar. Yogyakarta: Ekonisia. Hlm. 10.

Page 49: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 46

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Dengan diketahuinya keinginan dan kebutuhan nasabah serta

lingkungan pemasaran yang mempengaruhinya memudahkan bank untuk

melakukan strategi guna merebut hati nasbah. Strategi yang dilakukan meliputi

penentuan strategi produk, strategi harga, strategi lokasi dan lay out, dan

strategi promosi. Strategi ini kita kenal dengan nama Marketing Mix Bauran

pemasaran.

Dalam strategi produk misalnya bank harus dapat memodifikasi produk

yang sudah ada menjadi lebih menarik. Atau bank pun dapat menciptakan

produk baru. Strategi produk biasanya dimulai dari penciptaan logo dan moto

yang dibuat semenarik mungkin. Kemudian menciptakan merek tehadap

produk yang diciptakan.

Berangkat dari asumsi di atas, maka peneliti ingin mengetahui sekaligus

mendalami tentang pengembangan “Marketing” PT.BPR3 Syariah Adil

Makmur Karangploso Malang dalam menarik minat nasabah. Karena dalam

pengamatan peniliti empat tahun terahir ini bank-bank syari’ah di Indonesia

mengalami perkembangan yang sangat pesat, bahkan mampu bersaing dengan

bank konvensional. Hal ini jelas membutuhkan strategi pemasaran yang

matang dan mampu bertahan di tengah-tengah masyarakat.

Selain pengembangan pemasaran, peneliti juga ingin mengetahui

produk-produk apa saja yang ditekankan terhadap nasabah oleh PT.BPRS Adil

Makmur Karangploso Malang. Karena produk ditawarkan PT.BPR Syariah Adil

Makmur kepada nasabah cukup berfariasi. Seperti: tabungan, deposito,

pembiayaan dan sebagainya. Diantara beberapa produk yang ditawarkan

PT.BPRS mestinya ada yang ditekankan atau produk yang dinanti nasabah.

Pemasaran Bank

1. Pengertian Pemasaran Bank

Pengertian pemasaran bagi setiap perusahaan tidak ada perbedaan

hanya yang menjadi msalah adalah penerapan masalah untuk setiap jenis

perusahaan memiliki karateristik tersendiri. Misalnya, pemasaran yang

dijalankan untuk perusahaan untuk perusahaan yang menghasilkan produk

berupa barang tentu akan sangat berbeda dengan perusahaan yang

memiliki produk jasa seperti perusahaan keuangan. Bank sebagai

perusahaan yang bergerak dibidang keuangan. Oleh karena itu, perlakun

pemasaran terhadap dunia perbankan pun berbeda dengan perusahaan

lainnya.

3 BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dikuti dari Moh. Ramly Faud dan M. Rustan DM. 2005. Akuntansi Perbankan Petunjuk Praktis Operasional Bank. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hlm. 15

Page 50: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 47

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Kasmir menambahkan secara umum pengertian pemasaran bank

adalah: “Suatu proses untuk menciptakan dan mempertukarkan produk atau jasa

bank yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah dengan

cara memberikan kepuasan”.

Dari definisi ini beberapa beberapa pengertian yang perlu untuk kita

ketahui adalah sebagai berikut: Produk bank adalah jasa ynag ditawarkan kepada

nasabah untuk mendapatkan perhatian, untuk dimiliki, digunakan atau dikonsumsi

untuk memnuhi kebutuhan dan keinginan nasabah.

Produk bank terdiri dari produk simpanan (giro, tabungan,

deposito), pinjaman (kredit) atau jasa-jasa bank lainnya seperti transfer,

kliring, inkaso, safe deposito bok, kartu kredit, leteer of credit, bank garansi,

traveler cheque, bank draf, dan jasa-jasa bank lainnya

Kemudian pengertian permintaan suatu keinginan manusia yang

didukung oleh daya belinya. Artinya, sesuatu akan terjadi permintaan

apabila konsumen memiliki sejumlah dana atau barang pengganti untuk

memperoleh barang-barang yang lain. Besarnya permintaan nasabah

tergantung daya beli nasabah tersebut disamping harus didukung oleh

minat dan akses untuk mendapatkannya.

Pertukaran adalah tindakan untuk memperoleh suatu arang yang

diinginkan dari seseorang untuk menawarkan sesuatu sebagai

penggantinya. Sebagai contoh nasabah memperoleh kredit dari bank, maka

nasabah akan menunjukkan dengna jaminan kredit berupa benda-benda

berharga atau surat-surat berharga yang dinilai oleh bank layak atau setara

dengan kredit yang diberian.

Pasar adalah himpunan nasabah (pembeli nyata dan pembeli

potensial) atas suatu produk, baik barang baik jasa. Pasar dapat diartikan

pula sebagai tampat penjual dan pembeli melakukan transaksi. Arti lain

dapat pula pasar tidak memiliki tempat pertemuan, akan tetapi lewat alat-

alat lain seperti telepon, televise atai internet.

Pengertian pasar potensial adalah himpunan nasabah yang

menyatakan ada minat pada suatu produk atau jasa bank, akan tetapi belum

memiliki pendapatan atau akses. Artinya, untuk sementara waktu nasabah

belum membeli produk bank walaupun ada minat dan akses, akan tetapi

jika nasabah sudah memiliki uang maka besar kemungkinan nasabah akan

membeli produk bank yang ia inginkan.

Pasar nyata (tersedia) adalah himpunan nasabah yang mempunyai

minat, pendapatan dan akses pada suatu produk atau jasa bank. Dalam hal

ini nasabah hampir dipastikan akan melakukan transaksi, mengingat

syarat-syrat diatas sudah dipenuhi.

Page 51: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 48

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Pengertian kebutuhan nasabah bank adalah suatu keadaan yang

dirasakan tidak ada dalam diri seseorang. Sebagai contoh kebutuhan

nasabah bank adalah:

a. Kebutuhan akan produk atau jasa bank.

b. Kebutuhan rasa aman berhubungan dengan bank.

c. Kebutuhan kenyamanan berhubungan dengan bank.

d. Kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh karyawan bank.

e. Kebutuhan untuk persahabatan dan keakraban.

f. Kebutuhan untuk diberi perhatian oleh seluruh karyawan bank.

g. Kebutuhan status atau prestise.

h. Kebutuhan aktualisasi diri.

Keinginan nasabah bank adalah merupakan kebutuhan yang

dibentuk oleh kultur dan kepribadian individu. Keinginan nasabah bank

adalah sebagai berikut:

a. Ingin meperoleh pelayanan yang tepat.

b. Ingin agar bank dapat memnylesaikan masalah yang sedang dihadapi.

c. Ingin memperoleh komitmen bank.

d. Ingin meperoleh pelayana yang bermutu (cepat dan memasukkan).

e. Ingin memperoleh kepuasan nasabah atas pelayanan yang diberikan.

f. Ingin dihargai dan dihormati oleh seluruh karyawan bank.

g. Ingin meperoleh perhatian oleh seluruh karayawan bank

h. Ingin meperoleh status atau prestise.

i. Ingin meperoleh keamanan dari setiap transaksi yan berhubungan

dengan bank.

2. Tujuan Pemasaran Bank

Setiap tindakan yang dilakukan apakah oleh perusahaan atau badan

usaha tentu mengandung suatu maksud dan tujuan tertentu. Penetapan

tujuan ini disesuaikan dengan keinginan pihak menejemen perusahaan itu

sendiri.

Dalam praktiknya tujuan suatu perusahaan dapat bersifat jangka

pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek biasanya hanya

bersifat sementara dan juga dilakukan sebagai langkah untuk mencapai

tujuan jangka panjang. Demikian pula dalam hal menjalankan kegiatan

pemasaran suatu perusahaan memilki banyak kepentingan untuk mencapai

tujuan yang diharapkan. Secara umum tujuan pemasaran bank adalah

untuk:

a. Memaksimumkan konsumsi atau dengan kata lain memudahkan dan

merangsang konsumsi sehingga dapat menarik nasabah untuk membeli

produk yang ditawarkan bank secara berulang-ulang.

Page 52: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 49

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

b. Memaksimumkan kepuasan pelanggan melalui berbagai pelayanan yang

diinginkan. Nasabah yang puas akan menjadi ujung tombak pemasaran

selanjutnya, karena kepuasan ini akan ditularkan kepada nasabah

lainnya melalui ceritanya(getuk tular).

c. Memaksimumkan pilihan(ragam produk) dalam arti banyak

menyediakan berbagai jenis produk bank sehingga nasabah memilki

beragam pilihan.

d. Memaksimumkan mutu hidup dengan memberikan berbagai

kemudahan kepada nasabah dan menciptakan iklim yang efisien.

Kepuasan pelanggan dalam dunia perbankkan harus diartikan secara

menyeluruh, jangan sepotong-potong. Artinya, nasabah akan merasa sangat

puas bila komponen kepuasan tersebut dapat terpenuhi secara lengkap.

Berikut ini kepuasan nasabah dalam dunia perbankkan sebagai

berikut:

a. Tangibles

Merupakan bukti fisik yang harus dimiliki oleh karyawan bank,

seperti gedung, perlengkapan kantor, daya tarik karyawan, sarana

komunikasi, dan sarana fisik lainnya. Bukti fisik ini akan terlihat secara

langsung pada nasabah. Oleh karena itu, bukti fisik ini harus menarik

dan modern.

b. Responsivitas

Yaitu adanya keinginan dan kemauan karyawan bank dalam

memberikan pelayanan kepada pelanggan. Untuk itu pihak manajement

bank perlu memberikan motivasi yang besar agar seluruh karyawan

bank mendukung kegiatan pelayanan pada nasabah tanpa pandang

bulu. Akan lebih baik jika motivasi yang diberikan kepada karyawan

akan memperoleh imbalan yang sesuai dengan kemampuannya.

c. Assurance

Adanya jaminan bahwa karyawan memilki pengetahuan,

kompetensi, kesopanan, dan sifat atau perilaku yang dapat dipercaya.

Hal ini penting agar nasabah yakin akan transakasi yang mereka benar

dan tepan sasaran.

d. Reliabilitas

Yaitu kemampuan bank dalam memberikan pelayanan yang telah

dijanjikan dengan cepat, akurat serta memuaskan pelanggannya. Guna

mendukung hal ini, maka setiap karyawan bank sebaiknya diberikan

pelatihan dan pendidikan guna meningkatkan kemampuannya.

e. Empati

Yaitu mampu memberikan kemudahan serta menjalin hubungan

dengan nasabah secara efektif. Kemudian juga mampu memahami

Page 53: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 50

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

kebutuhan individu setiap nasabahnya secara cepat dan tepat. Dalam

halini masalah prosedur kerja dan dihubungkan dengan tingkat

pelayanan kepada nasabah.

3. Konsep Pemasaran

Dalam kegiatan pemasaran terdapat beberapa konsep yang mana

masing-masing memiliki tujuan yang berbeda. Konsep ini timbul dari satu

periode keperiode yang lainnya akibat perkembangan pengetahuan baik

produsen maupun konsumen. Penggunaan konsep ini tergantung pada

perusahaan yang juga dikaitkan dengan jenis usaha dan tujuan perusaahn

yang bersangkutan.

Saat ini terdapat lima konsep dalam pemasaran dimana masing-

masing konsep saling bersaing satu sama lain. Tiap konsep dijadikan

landasan pemasaran oleh masing-masing perusahaan untuk menjalankan

kegiatan pemasarannya.

Adapaun konsep-konsep yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Konsep konsumen

konsep ini menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk

yang tersedia dan selaras dengan kemampuan mereka dan oleh

karenanya manajemen harus berkonsentrasi pada peningkatan efisiensi

produksi dan efisiensi distribusi. Konsep produksi merupakan salah satu

falsafah tertua yang menjadi penuntut para penjual. Konsep ini menekan

kepada volume produksi atau distribusi yang seluas-luasnya dengna

harga ditekan serendah mungkin.konsep produksi

b. Konsep produk

konsep produk berpegang teguh bahwa konsumen akan

menyenangi produk yang menawarkan mutu kinerja yang paling baik

serta memiliki keistimewaan yang mencolok. Oleh karena itu,

perusahaan harus mencurahkan upaya terus menerus dalam perbaikan

produk. Konsep ini menimbulkan adanya marketing nyopia

(pemandangan yang dangkal terhadap pemasaran). Secara umum

konsep produk menekankan kepada kualitas, penampilan, dan ciri-ciri

yang terbaik.

c. Konsep penjualan

kebanyakan konsumen tidak akan membeli cukup banyak

produk. Terkecuali perusahaan menjalankan suatu usaha promosi dan

penjualan yang kokoh. Oleh karena itu, perusahaan harus menjalankan

usaha-usaha promosi dan penjualan dalam rangka mempengaruhi

konsumen. Konsep penjualan biasanya diterapkan pada produk-produk

asuransi atau ensikloipedia juga untuk lembaga nirlaba seperti parpol.

Page 54: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 51

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Dalam konsep ini kegiatan pemasaran ditenkankan lebih agresif melalui

usaha-usaha promosi yang gencar.

d. Konsep pemasaran

konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk memcapai

sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan

pasar sasaran. Kemudian kunci yang kedua adlah pemberian kepuasan

seperti yang diinginkan oleh konsumen secara efektif dan lebih efisien

dari yang dilakukan pesaing.

Menurut Philip Kotler konsep ini menekankan kedalam beberapa

pengertian dibawah ini:

1) Menemukan keinginan pelanggan dan berusaha untuk memenuhi

keinginan tersebut

2) Membuatlah apa yang anda dapat jual, dari pada menjual apa yang

anda buat

3) Cintailah pelangan

4) Andalah yang menentukan

5) Berhenti memasarkan produk yang dapat anda buat dan mencoba

membuat produk yang dapat anda jual.

e. konsep pemasaran kemasyarakatan

konsep pemasaran kemasyarakatan menyatakan bahwa tugas

perusahaan adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan minat pasat

sasaran dan memberika kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif

dan fisien dibandingkan para pesaing sedemikian rupa, sehingga dapat

mempertahankan dan mempertinggi kesejahteraan masyrakat. Konsep

pemasaran kemasyarakatan merupakan konsep yang bersifat

kemasyarakatan, konsep ini menekankan kepada penentuan kebutuhan,

keinginan, dan minat pasar serta memberikan kepuasan, sehingga

memberikan kesejahteraan konsumen masyarakat.

Bagi dunia perbanka konsep yang paling tepat untuk

diaplikasikan adalah konsep pemasaran yang bersifat kemasyarakatan

atau paling tidak menggunakan konsep pemasaran. Dalam kedua

konsep itu jelas tertuang bahwa pelanggan benar-benar harus

diperhatikan. Tujuan adalah agar pelanggan tetap setia menggunakan

produk atau jasa-jasa yang dihasilkan oleh bank.

Menurut Philip Kotler terdapat beberapa perbedaan konsep

penjualan dengan konsep pemasaran, yaitu:

No Yang diinginkan Konsep penjualan Konsep pemasaran

1 2

Sasaran Fokus

Pabrikan Produk yang ada

Pasar Kebutuhaan pelanggan

Page 55: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 52

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

3 4

Sarana Tujuan Akhir

Penjualan dan promosi Laba melalui volume penjualan

Pemasaran terpadu Laba melaui kepuasan pelanggan

Lingkungan Pemasaran Bank

1. Pengertian Lingkungan Pemasaran Bank

Dalam merencanakan dan menjalankan kegiatan pemasaran dunia

perbankan juga setia dengan kegiatan pemasaran diperusahaan lainnya.

Salah satunya adalah harus memperhatikan lingkungan pemasaran yang

akan dimasuki. Lingkungan pemasaran ini sangat menentukan strategi

yang akan dijalankan, karena lingkungan pemasaran sangat mempengaruhi

sukses tidaknya pemasaran yang akan dijalankan nantinya. Lingkungan

pemasaran diartikan sebagai kekuatan yang ada didalam dan diluar

perusahaan yang mempengaruhi kemampuan manajemen pemasaran untuk

mengembangkan dan mempertahankan produk-produk bank yang ada.

Lingkungan pemasaran juga diartikan sebagai kemampuan

manajemen pemasaran untuk mengembangkan dan mempertahankan

transaksi-transaksi yang berhasil dengan nasabah sasarannya.

Dalam prakteknya secara umum lingkungan pemasaran dibagi

menjadi dua yaitu lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan

makro adalah kekuatan yang dekat dengan bank yang mempengaruhi

kemampuan bank yang bersangkutan dalam melayani pelanggannya.

Adapun komponen-komponen lingkungan mikro adalah sebagai

berikut:

a. Manajemen bank itu sendiri

b. Pemasok

c. Perantara pemasaran bank

d. Nasabah

e. Pesaing

f. Public

Kemudian lingkungan makro merupakan kekutan yang lebih luas

dari lingkungan mikro yang mempengaruhi bank secara keseluruhan.

Komponen-komponen lingkungan makro adalah sebagai berikut:

a. Lingkugan demografis

b. Lingkunan ekonomis

c. Llingkungan alam

d. Lingkugan teknologi

e. Lingkungan politik dan undang-undang

f. Lingkugan cultural

Page 56: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 53

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Dilihat dari segi produk, bank sebagai lembaga keuangan memiliki

lingkungan yang unik, jika dibandingkan dengan industri lain. Disamping

lingkungan mikro dan lingkingan makro, dunia perbankan juga dapat

dilihat dari lingkungan yang langsung mempengaruhi pemasarannnya

melalui produk yang langsung dihasilkan lingkungan yang langsung

artinya lingkungan yang mempengaruhi bank yaitu perusahaan yang sama

dengan dunia perbankan.sedangkan lingkungan langsung yang lainnya

adalah lingkungan yang memiliki produk yang mirip dengan perbankan

seperti yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan lainnya.

Adapun yang memiliki produk yang sama adalah sebagai berikut:

a. Bank umum

b. Bank Pembiayaan Rakyat

c. Bank Pemerintah dan Swasta

d. Bank Asing

e. Bank Devisa

f. Bank Non Devisa

g. Bank Syariah

Sedangkan lingkungan yang memiliki kesamaan atau kemiripan

produk adalah sebagai berikut:

a. Pegadaian

b. Kantor pos dan giro

c. Leasing

d. Asuransi

e. Money changer

f. Anjak piutang

g. Lembaga pembiayaan

h. Modal ventura

i. Dana pension

j. Lembaga informal seperti rentenir

Analisis lingkungan pemasaran sangat penting bagi bank dalam

rangka merencanakan kegiatan pemasarannya sekarang dan dimasa yang

akan datang. Dengan diketahuinya lingkungan pemasaran bank pada

akhirnya akan memudahkan bank untuk mencapai tujuan pemasaran secara

keseluruhan.

2. Lingkungan Mikro

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa lingkungan mikro

adalah kekuatan yang dekat dengan bank, sehingga mempengaruhi

kemampuan bank dalam melayani para pelanggannya. Lingkungan mikro

diartikan juga sebagai lingkungan yang dekat dengan bank dan langsung

Page 57: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 54

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

mempengaruhi kegiatan bank yang bersangkutan. Untuk lebih jelasnya

komponen-komponen lingkungan mikro tersebut dalah sebagai berikut:

a. Manajemen bank itu sendiri

Manajemen bank itu sendiri maksudnya adalah kemampuan dari

masing-masing fungsi manajemen yang ada didalam bank untuk bekerja

sama. Misalnya, devisi atau bagian atau departemen keuangan dengan

departemen pemasaran atau departemen operasi dan departemen

sumber daya manusia yang ada dibank tersebut. Kerja sama yang baik

akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan,

demikian sebaliknya. Artinya, masing-masing fungsi saling mendukung

kegiatan pemasaran lainnya.

b. Pemasok

Pemasok merupakan perusahaan yang menyediakan sumber

daya yang dibutuhkan oleh perusahaan maupun pesaing untuk

menghasilkan barang dan jasa, seperti peralatan kantor, tenaga kerja,

bahan baku, bahan baker atau listrik.

c. Perantara pemasaran

Perantara pemasaran merupakan perusahaan yang membantu

perusahaan mempromosikan, menjual, dan mendistribusikan barang-

barang ke pembeli akhir, seperti perusahan distribusi, biro jasa

pemasaran, dan perantara keungan (pedagang grosir atau pedagang

eceran).

d. Nasabah (pelanggan)

Nasabah atau pelanggan merupakan konsumen yang membeli

atau menggunakan produk yang dijual atau ditawarkan oleh bank. Jenis-

jenis nasabah (pelanggan) terdiri dari:

1) Pasar konsumen, yaitu konsumen rumah tangga dan perorangan

yang membeli produk bank untuk di produksi pribadi, misalnya

tabungan perorangan, depposito perorangan, dan lainnya.

2) Pasar industri merupakan organisasi yang membeli produk

digunakan dalam proses produksi industri.

3) Pasar pemerintah merupakan badan pemerintah seperti departemen

atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang membeli produk yang

ditawarkan bank.

4) Pasar Peseller yaitu: organisasi yang membeli dan jasa untuk

dijualnya kembali dengan mendapatkan laba tertentu.

5) Pasar Internasional merupakan pembeli yang berasal dari luar negeri

seperti konsumen, produsen, reseller, dan pemerintah asing.

Page 58: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 55

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

e. Pesaing

Pesaing bank merupakan lawan bank kita yang memproduksi

atau menjual barang yang sejenis diwilayah tertentu. Pesaing terdiri dari

pesaing yang sama atau sejenis yaitu bank-bank yang ada baik bank

umum, BPR, bank asing, bank swasta, atau bank pemarintah. Pesaing

bank juga diklasifikasikan antara pesaing dekat dengan pesaing jauh.

Kemudian pesaingyang jauh atau pesaing yang menjual produk yang

mirip dijual produk bank seperti asuransi, pegadaian, leasing, atau

lembaga keuangan lainnya.

f. Publik

Publik merupakan kelompok maupun yang mempunyai minat

nyata atau minat potensial atau dampak terhadap kemampuan sebuah

organisasi mencapai sasarannya. Publik terdiri dari:

1) Publik keuangan, merupakan public yang mempengaruhi

perusahaan untuk memperoleh dana seperti bank atau lembaga

keuangan lainnya.

2) Publik media, merupakan organisasi yang memberikan layanan

berupa liputan berita surat kabar, majalah televisi, radio, dan media

lainnya.

3) Publik Pemerintah, merupakan pemerintah yang mempengaruhi

dunia perbankan

4) Publik Umum, yaitu masyarakat yang ada disuatu lingkungan

tertentu.

5) Publik lokal, merupakan masyarakat yang ada disekitar lokasi.

6) Publik Intern, merupakan karyawan perusahaan yang bersangkutan

yang terlihat.

3. Lingkungan Makro

Lingkungan makro merupakan kekuatan yang lebih luas dari

lingkungan mikro dan mempengaruhi pemasaran bank. Sering juga

diartikan lingkungan makro merupakan lingkungan jauh dari dunia

perbankan. Sama seperti lingkungan mikro, lingkungan makro juga

memiliki komponen-komponen sebagai berikut:

a. Lingkungan Demokrafis

Lingkungan demokrafis merupakan lingkungan yang

menyangkut mengenai kedudukan seperti:

1) Jumlah penduduk di suatu wilayah

2) Kepadatan penduduk di suatu wilayah

3) Lokasi penduduk

4) Usia penduduk

5) Jenis kelamin

Page 59: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 56

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

6) Pendidikan

Dan pergeseran penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain

seperti urbanisasi dan transmigrasi.

b. Lingukungan ekonomis

Lingkungan ekonomis merupakan factor-yang mempengaruhi

daya beli dan pola pembelanjaan konsumen. Daya beli ini dapat diukur

dari tingkat pendapatan masyarakat dan perkembangan tingkat harga-

harga umum. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan daya beli

nasabah adalah perubahan pendapatan harga-harga produk dan jasa

dipasar.

c. Lingkungan alam

Lingkungan alam merupakan sumber daya alam yang

dibutuhkan seperti kebutuhan bahan baku, biaya energi, meningkatkan

tingkat polusi, campur tangan pemerintah dalam lingkungan sumber

daya alam.

d. Lingkungan teknologi

Lingkungan teknologi merupakan kekuatan-kekuatan yang

menciptakan teknologi baru, menciptakan inovasi baru melalui

pengembangan produk baru serta menangkap peluang-peluang yang

ada. Lingkungan teknologi juga diukur melalui laju pertumbuhan

penelitian dan pengembangan (litbang).

e. Lingkungan politik dan undang-undang

Lingkungan politik dan undang-undang maksudnya adalah

lembaga yang mengawasi perusahaan seperti badan pemerintah,

kelompok penekan yang mempengaruhi dan membatasi ruang gerak

organisasi dan individu dalam suatu masyarakat seperti badan

tumbuhnya lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang ikut mengawasi

perusahaan baik langsung maupun tidak langsuns.

f. Lingkungan kultural

Lingkungan kulturalmeripakan lembaga-lembaga atau kekuatan

slain yang mempengaruhi nilai dimasyrakat seperti resepsi, preferensi,

dan prilaku masyarakat, terhadap produk dan jasa yang dihasilkan oleh

suatu perusahaan.

Pembahasan

Strategi ditetapkan setelah dilakukan analisis terhadap lingkungan

eksternal dan internal. Penetapan strategi alternatif dilakukan untuk

mempertimbangkan alternatif strategi yang akin dipilih sebagai strategi PT.

BPR Syari'ah Adil Makmur Karangploso Malang. Dalam hal ini, alternatif

Page 60: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 57

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

strategi umum yang digunakan dalam pemasaran yang semua mengarah pada

keunggulan kompetitif (Competitif Adventage), adalah sebagai berikut:

1. Penetrasi Pasar

Strategi ini digunakan bila masih banyak calon konsumen/nasabah yang

belum terjangkau di daerah pemasaran Bank Syari’ah. Hal ini disebabkan

karena:

a. Produk Bank Syari'ah belum banyak dikenal.

b. Pesaing lebih intensif menggarap konsumen/ pembeli sehingga tertarik

pada produk mereka.

c. Konsumen tidak mengetahui kelebihan/ keunggulan produk Bank

Syari'ah.

Upaya yang dapat dilakukan guna melakukan penetrasi pasar:

a. Low Price High Volume

b. Menambah lokasi (blocking area) atau menamba staf penjualan.

c. Meningkatkan pelayanan yang cepat.

d. Meningkatkan upaya pengiklanan produk Bank Syari'ah.

e. Melakukan promosi penjualan: hadiah, bonus untuk anggota/nasabah

berprestasi.

2. Pengembangan Pasar

Strategi ini dilakukan bila konsumen/ nasabah yang telah ada

dianggap jenuh, atau sasaran konsumen lama sudah tidak dapat ditambah

lagi sehingga perlu dicarikan konsumen/ nasabah baru yang secara

geografis/ demografis berbeda dengan pasar yang lama. Upaya yang dapat

dilakukan guna melakukan pengembangan pasar:

a. Menambah lokasi atau kantor cabang didaerah lain.

b. Strategi jemput bola pada konsumen atau calon nasabah yang selama ini

dianggap bukan merupakan pangsa pasar Bank Syari'ah.

c. Pengembangan Produk Strategi ini menyangkut perubahan/

penyempurnaan dan penambahan produk yang ditawarkan. kepada

konsumen/ nasabah.

Hal ini dimaksudkan untuk memperpanjang usia produk yang

ditawarkan. Upaya yang dapat dilakukan guna melakukan pengembangan

produk:

a. Melakukan riset mengenai produk atau kebutuhan latent dari konsumen

yang dapat dikembangkan dan menjadi produk yang dibutuhkan oleh

konsumen atau nasabah yang akan datang.

b. Melakukan modifikasi produk baik dari sisi pelayanan yang lebih cepat

dan administrasi yang tidak menghambat kelancaran pelayanan.

Page 61: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 58

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

3. Diversifikasi Produk

Strategi ini merupakan pengembangan produk baru tetapi masih

berhubungan dengan produk lama dan ditawarkan kepada pasar baru.

Upaya yang dilakukan guna melakukan diversifikasi produk:

a. Melakukan riset mengenai produk pasar/ konsumen baru.

b. Membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

4. Penetapan Strategi

Perubahan situasi yang terjadi pada lingkungan yang ada, sering

menyebabkan perubahan strategi yang sedang diterapkan pada sebuah

perusahaan. Begitu pula dengan strategi yang diterapkan pads PT. BPR

Syari'ah Adil Makmur Karangploso Malang tentunya akan mengalami

perubahan sesuai dengan berubahnya kondisi lingkungan.

Sebagai pertimbangan atas berubahnya kondisi lingkungan yang ada,

serta berdasarkan analisa SWOT yang penulis lakukan, maka strategi yang

tepat untuk diterapkan pada PT. BPR Syari'ah Adil Makmur Karangploso

Malang, adalah:

a. Strategi Penetrasi Pasar. Strategi ini digunakan karena masih banyak calon konsumen/nasabah yang belum terjangkau di daerah pemasaran PT. BPR Syari'ah Adil Makmur Karangploso Malang. Hal ini disebabkan karena: 1) Produk yang dimiliki belum banyak dikenal. 2) Pesaing lebih intensif menggarap konsumen/ pembeli sehingga

tertarik pada produk mereka. 3) Konsumen tidak mengetahui kelebihan/ keunggulan produk yang

dimilikinya. b. Pengembangan Pasar. Strategi ini dilakukan karena konsumen/ nasabah

yang telah ada dianggap jenuh, atau sasaran konsumen lama sudah tidak dapat ditambah lagi sehingga perlu dicarikan konsumen/ nasabah barn yang secara geografis/ demografis berbeda dengan pasar yang lama.

c. Pengembangan Produk. Strategi ini menyangkut perubahan/ penyempumaan dan penambahan produk yang ditawarkan kepada konsumen/ nasabah. Hal ini dimaksudkan untuk memperpanjang usia produk yang ditawarkan.

5. Implementasi Strategi

Strategi induk yang telah ditetapkan, harus diimplementasikan ke

dalam kebijakan-kebijakan yang lebih konkrit sesuai dengan fungsionalnya

yang diperlukan sebagai acuan dalam pengambilan sebuah keputusan.

Kebijakan-kebijakan tersebut akan menunjang bagaimana Sumber Daya

Insani harus dialokasikan dan bagaimana tugas yang diberikan dalam

organisasi harus dihasilkan, sehingga dapat diterapkan strategi yang tepat

guna tercapainva tujuan perusahaan.

Page 62: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 59

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Arus pada proses pelaksanaan strategi ditentukan secara bebas,

artinya kegiatan yang akan dilakukan oleh PT. BPR Syari'ah Adil Makmur

Karangploso Malang tidak harus dilaksanakan secara berurutan, tetapi yang

terpenting adalah arus pelaksanaan mengalir dari dan kedalam penentuan

strategi. Kebijakan fungsional yang dimaksud meliputi: kebijakan

pemasaran, Sumber Daya Insani, operasional, dan keuangan.

a. Kebijakan dalam Bidang Pemasaran

1) Menggidentifikasi pasar yang paling menguntungkan sekarang dan

di masa yang akan datang.

2) Menciptakan sasaran pengembangan bisnis dan membuat rencana

untuk mencapai sasaran tersebut.

3) Memambah lokasi (blocking area) dan menambah staf penjualan.

4) Melakukan riset mengenai kebutuhan pasar/ nasabah baru.

5) Strategi jemput bola pada nasabah atau calon nasabah yang selama

ini dianggap merupakan pangsa pasar.

6) Selain memperluas pangsa pasar, kebijakan promosi yang efektif juga

harus terus dilakukan untuk mencapai sasaran dan meningkatkan

peluang yang ada. PT. BPR Syari'ah Adil Makmur Karangploso

Malang dapat menggunakan beberapa macam sarana promosi

seperti: periklanan (advertising), promosi penjualan (sales

promotion), publisitas (publicity), dan penjualan pribadi (personal

selling) dengan aktif di berbagai media komunikasi, tidak hanya di

satu media saja, dengan tujuan menginformasikan, menarik,

mempengaruhi caloh. nasabahnya, dan agar dapat membangun

image di masyarakat terhadap produk-produk yang dihasilkan.

7) Peningkatan jaringan kerja melalui pola kerjasama dengan lembaga-

lembaga keuangan lain guna mendekati para pengusaha kecil,

menengah, dan koperasi di wilayah sekitar sesuai dengan tujuan

pengembangan sektor riil.

Adapun kebijakan pemasaran yang berkaitan dengan

pengembangan produk adalah:

1) Low price high volume.

2) Meningkatkan upaya pengiklanan produk.

3) Melakukan reset mengenai produk atau kebutuhan latent dari

konsumen yang dapat dikembangkan dan menjadi produk yang

dibutuhkan oleh konsumen/ nasabah.

4) Melakukan modifikasi produk baik dari sisi pelayanan yang lebih

5) Yang cepat dan administrasi yang tidak menghambat kelancaran

pelayanan.

Page 63: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 60

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

b. Kebijakan dalam Bidang Operasional

1) Menyusun dan menyempurnakan berbagai sarana dan prasarana

guna memungkinkan tampil sesuai dengan ciri-ciri syari'ah yang

memiliki (sistem yang benar dan penguasaan produk-produk

syari'ah serta pendukung baik itu software/ sistem yang sesuai

dengan syari'ah dan sistem akuntansi).

2) Meningkatkan kualitas pelayanan yang baik dan cepat terhadap

nasabah dengan meningkatkan sistem kerja dan kemampuan

teknologi yang lebih baik untuk mendukung proses administrasi dan

data processing.

c. Kebijakan dalam Bidang SDI

1) Lebih memperhatikan peranan SDI dengan memberikan

pelatihanpelatihan secara intern maupun ekstern guna meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan di bidang perbankan dan bidang

usaha lainnya di sekitar wilayah.

2) Melakukan penyesuaian-penyesuaian di samping pelatihan-pelatihan

dan pengembangan karyawan, seperti: pemberian kompensasi yang

adil termasuk berbagai fasilitas kesejahteraan terhadap karyawan,

perencanaan karier secara transparan dan jelas terhadap karyawan.

3) Mengelola SDI agar lebih berkualitas dengan merancang analisis

jabatan (job analysis) perusahaan. Karena analisis jabatan akan

rnembantu dalam rangka penempatan karyawan sesuai dengan

bidang dan kemampuannya.

4) Membuat perencanaan kerja menyangkut jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan berikut persyaratan-persayaratan lainnya agar sesuai

dengan job description yang ada.

5) Dalam melakukan rekruitmen tenaga baru, terlebih dahulu harus

mengetahui sumber-sumber rekruitmen SDI yang ada, sehingga

dapat dilakukan rekruitmen ke sumber-sumber tersebut.

d. Kebijakan dalam Bidang Keuangan

1) Pemilihan sumber dana sangat menentukan besar kecilnya biaya

yang ditanggung. Oleh karena itu, pemilihan sumber dana harus

dilakukan, secara tepat.

2) Dalam penyusunan Rencana Ker a dan Anggaran Biaya, manajemen

seoptimal mungkin meningkatkan hasil yang lebih balk dari tahun

sebelumnya untuk mencapai target pencapaian.

3) Meningkatkan penyaluran dana/ pembiyaan pada aktiva produktif

4) Penempatan dana pada Bank lain.

5) Menentukan arch penggunaan dana yang tersedia untuk mendukung

strategi yang ditetapkan.

Page 64: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 61

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

6) Mengembangkan informasi manajemen di bidang keuangan.

7) Menerapkan sistem PSAK '59 IAI.

e. Evaluasi strategi

Evaluasi strategi merupakan tahapan akhir dari proses

manajemen, dimana manajer puncak/ Direksi mencoba menjamin atau

menentukan bahwa dari strategi yang mereka pilih terlaksana dengan

tepat dan dapat mencapai tujuan perusahaan dari strategi yang

dipilihnya. Proses evaluasi strategi dapat dilakukan oleh PT. BPR

Syari'ah Adil Makmur Karangploso Malang dengan melalui beberapa

langkah:

1) Menetukan standart untuk mengukur kinerja perusahaan dan

membuat

2) Batas toleransi yang dapat diterima untuk tujuan, sasaran dan

strategi.

3) Menghitung dan mengukur hasil kinerja yang telah dicapai.

4) Membandingkan antara standart dengan hasil yang dicapai dan jika

melampaui batas toleransi harus dianalisa penyebabnya.

5) Mengambil tindakan perbaikan jika diperlukan.

Kesimpulan

Pengetahuan yang dimiliki oleh marketing belum maksimal, terbukti

banyaknya marketing yang dimiliki masih belum memenuhi target yang di

tetapkan oleh perusahaan. Saingan antar sesame marketing juga sangat ketat,

sehingga tak jarang antar para marketing berebut nasabah. Hal ini lah yang

tidak sesuai dengan prinsip syariah, yang akibatnya nasabah merasa bingung,

aa yang membedakan bank syariah dengan konvensional.

Srategi pemasaran yang seharusnya dilaksanakan oleh manajemen PT.

BPRS Adil Makmur Karangploso Malang untuk meningkatkan posisi mereka,

langkahnya adalah menemukan strateginya secara eksplisit kepada seluruh

karyawan perusahaan, sehingga tujuan perusahaan lebih muda tercapai.

Produk-produk kelembagaan syariah yang di promosikan juga masih

belum menggugah selera para nasabah. Sehingga lembaga harus membuat

produk baru yang unik dan dapat menggugah selera masyarakat.

Dari keterangan diatas maka penulis menyimpulkan strategi-strategi

pilihan yang dapat dijadikan strategi bahan pertimbangan oleh manajemen PT.

BPRS Adil Makmur Karangploso Malang dalam pengambilan keputusan

strateginya. Diantara strategi-strategi tesebut yaitu:

1. Menigkatkan kualitas produk dengan memanfaatkan teknologi yang lebih

modrn.

2. Menambah aktifitas promosi melalui media-media lainnya.

Page 65: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Muhammad Nizar 62

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

3. Menigkatkan kualitas produk yang lebih baik.

Daftar Pustaka

Adiwarman Karim, Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan.) Rajawali; Jakarta,

2003.

Al Qur’an Q.S; 4 ; 160-161. Semarang. Toha Putra. 2002

Amin Abdullah, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah. PT. Grasindo. Jakarta; 2007.

Ascarca, Akad dan Produk Bank Syariah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.

Bashu swasta dhammesta, Manajemen Pemasaran (Analisa Perilaku Konsumen )

BPFE, Yogyakarta

Chapra, M Umer, Islam Dan Tantangan Ekonomi; Islamisasi Ekonomi Kontemporer,

1999, Surabaya; Risalah Hati.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, cet.8 (Jakarta: PT

Bumi Aksara,2007.

Dr. Basrowi, Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Rineka Cipta, Jakarta,

2008.

Hasan Ali, Manajemen Bisnis Syariah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009.

________, Marketing Bank Syariah, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010.

Iskandar Indranata, Pendekatan Kualitatif Untuk Pengendalian Kualitas, UIP,

Jakarta,2008.

Kasmir. Pemasaran Bank; Kencana; Jakarta. 2004

Makhluul ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta;

UII Press.

M. Nur Rianto, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, Alfabeta, Bandung, 2010.

MODAL, 23 November, 2003. The biggest and the fastest growing Islamic banking in

the world,

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, 2002, Yogyakarta; UPP.

Rodoni Ahmad, Lembaga keuangan Syariah, Zikrul, jakarta , 2008

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2008.

Page 66: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 63

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

KONTEKTUALISASI INSTITUSI HISBAH DALAM

PEREKONOMIAN INDONESIA PRASPEKTIF MAQASHID SYARIAH

Oleh: Sukamto

Abstraksi: Kajian ini akan membahas institusi Hisbah dalam konteks

perekonomian Indonesia, mengingat kehadiran lembaga ini sangat

dibutuhkan guna menjamin keberlangsungan aktifitas perekonomian.

Dalam khazanah ekonomi Islam, peranan Hisbah telah dimainkan oleh

peran negara dalam mengatur berjalannya mekamisme pasar. Bahwa

harga yang berlaku di pasar harus semata-mata berdasarkan kekuatan

permintaan dan penawaran dan terhindar dari distorsi pasar. Ketika

pasar mengalami ketidakseimbangan antara jumlah permintaan dan

penawaran yang menyebabkan harga barang-barang menjadi naik

atau turun maka kehadiran institusi Hisbah mutlak diperlukan untuk

menjamin harga stabil. Lembaga Hisbah dijalankan untuk

memastikan bahwa transaksi-transaksi yang ada di pasar tidak

menyimpang dari nilai-nilai ajaran Islam dalam kegiatan-kegiatan

ekonomi. Lembaga Hisbah memiliki wewenang untuk

memperingatkan, dan memberikan sanksi administratif terhadap

pelaku ekonomi yang melakukan praktek-praktek yang merugikan

konsumen. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan inspeksi-

inspeksi ke dalam pasar atau pengawasan. Dalam konteks

perekonomian Indonesia bila ditinjau dari segi maqasid syariah

institusi BULOG memiliki fungsi dan peran sebagaimana pada

institusi Hisbah. Fungsi dan peran BULOG yang utama adalah

menjamin tercukupinya pangan, menjaga stabilitas harga-harga di

pasar dan pengawasan pasar dengan berbagai kebijakannya.

Kata Kunci: Hisbah, Mekanismisme, Distorsi, Maqasit Syariah,

BULOG

Pendahuluan

Hisbah adalah salah satu instrument pengawasan yang dikenalkan oleh

Islam. Untuk lebih menjamin berjalannya mekanisme pasar secara sempurna

peran pemerintah sangat penting. Rasulullah SAW sendiri telah menjalankan

fungsi sebagi market supervisor atau hisbah, yang kemudian dijadikan sebagai

peran negara terhadap pasar. Rasulullah SAW sering melakukan inspeksi ke

pasar untuk mengecek harga dan mekanisme pasar, seringkali dalam

Page 67: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 64

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

inspeksinya beliau menemukan praktik bisnis yang tidak jujur sehingga

menegurnya.1

Hisbah adalah lembaga yang berfungsi untuk memerintahkan kebaikan

sehingga menjadi kebiasaan dan melarang hal yang buruk ketika hal itu telah

menjadi kebiasaan umum. Sementara, tujuan dari hisbah menurut Ibn Taimiah

adalah untuk memerintahkan kebaikan (al-makruf) dan mencegah keburukan

(al-munkar) di dalam wilayah yang menjadi kewenangan pemerintah untuk

mengaturnya.

Hisbah tetap banyak didirikan sepanjang bagian terbesar dunia Islam,

bahkan di beberapa negara institusi ini tetap bertahan hingga awal abad ke 20-

M. Di Mesir, al-Hisbah tetap bertahan sampai masa pemerintahan Muhammad

Ali (1805-1949 M). Di Romawi Timur, yang telah melakukan kontak dengan

dunia Islam melalui perang Salib, lembaga serupa telah diadopsi. Adopsi

lembaga ini tampak jelas dengan nama yang mirip, yaitu Mathessep yang

berasal dari kata muhtasip. Terakhir al-Hisbah masih berjalan dengan baik

sampai hancurnya kerajaan Turki Usmani tahun 1922. Negara yang masih

melestarikan institusi ini adalah Arab Saudi yang ditetapkan berdasarkan

keputusan kerajaan tanggal 3-9-1396 H. Di Maroko lembaga ini masih

ditemukan sampai awal abad ke-202 yang ditetapkan berdasarkan Undang-

undang No. 20/82 tanggal 21 Juni 1982.3

Para ekonom muslim kontemporer, mengkaitkan eksistensi Hisbah

sebagai acuan bagi fungsi negara terhadap perekonomian, khususnya dalam

pasar. Beberapa ekonom berpendapat bahwa Hisbah akan diperankan oleh

negara secara umum melalui berbagai institusinya. Dengan demikian, Hisbah

melekat pada fungsi negara dalam menjaga keseimbangan pasar ketika terjadi

distorsi pasar dalam bentuk lembaga khusus, di mana dalam teknis

operasionalnya akan dijalankan oleh kementerian, departemen, dinas, atau

lembaga yang terkait.

Melihat pentingnya pasar dalam Islam bahkan menjadi kegiatan yang

terakreditasi serta berbagai problem yang terjadi seputar berjalannya

mekanisme pasar dan pengendalian harga, maka pembahasan tentang institusi

hisbah perspektif maqashid menjadi sangat menarik dan urgen.

1 Diriwayatkan dari Abu Hurairah, pada suatu hari Rasul berjalan ke pasar dan menghampiri penjual makanan dan memasukkan tangannya ke dalam tumpukan makanan tersebut. Beliau terkejut mendapati tangannya basah. Rasul berkata,” Wahai penjual makanan apa ini? Ia menjawab,”Makanan ini kena hujan wahai Rasulullah,” Nabi berkata:.”kenapa tidak engkau letakkan makanan yang basah diatas sehingga orang dapat melihatnya, siapa yang melakukan penipuan bukan termasuk golonganku. Imam Muslim, Shahih Muslim (Beirut: Dar Ihya al-Turats Al-Arabi, tt), Juz I Hadist ke 102, 99. 2 Abdul Azhim Islahi, Economic Concepts of Ibn Taimiyah, (London: The Islamic Foundation, 1824), 187. 3 Abdul Azis Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam 6, wilayah al-Hisbah (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Houve, 1997), 1941.

Page 68: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 65

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Makna Hisbah

Secara etimologi, hisbah adalah masdar dari kata kerja – yang

berarti menghitung atau mengira. Hisbah juga mempuyai pengertian upah,

balasan dan pahala yang diharapkan dari Allah SWT. di samping itu, hisbah

juga berarti pengaturan yang baik. Secara terminologi, Al- Mawardi dan Ibn

Taimiyah mendifinisikan Hisbah sebagai lembaga yang mempunyai

wewewang untuk menegankkan amar ma‟ruf nahy munkar yang bukan

termasuk wewenang umara‟ (penguasa). 4 Ibn Khaldun menyatakan hisbah

merupakan institusi keagamaan yang termasuk bagian dari amar makruf nahy

munkar yang merupakan kewajiban bagi seluruh kaum muslimin.5 Definisi ini

sangat umum terkait dengan masalah sosial ekonomi dan agama. Namun

definisi yang lebih spesifik dikemukakan oleh Rofiq Yunus al-Mishri, Hisbah

adalah petugas yang bertugas mengawasi pasar serta tingkah laku masyarakat.

Berdasarkan definisi ini, setidaknya ada tiga poin penting mengenai

Hisbah6, yaitu: a) Hisbah adalah institusi atau lembaga yang secara khusus

dibentuk oleh pemerintah; b). Tugas utama hisbah adalah amar ma‟ruf nahi

munkar; c) Tugas khusu hisbah adalah mengawasi berbagai kegiatan ekonomi

di pasar, menjaga mekanisme pasar supaya berjalan normal, dan tidak

terdistorsi7 serta melakukan tindakan korektif ketika terjadi distorsi pasar.

Dalam ekonomi Islam, ketetapan harga di pasar ditentukan oleh operasi

bebas kekuatan pasar. Nabi Muhammad SAW tidak menganjurkan campur

tangan apa pun dalam proses penetuan harga oleh negara atau individual. Di

samping menolak untuk mengambil aksi langsung apa pun, beliau melarang

praktek-praktek bisnis yang dapat membawa kepada kekurangan pasar.

Dengan demikian, Nabi Muhammad SAW menghapus pengaruh kekuatan

ekonomi atas mekanisme harga. Dalam hal penentuan harga, pada masa

pemerintahan Nabi Muhammad SAW ditentukan melalui mekanisme pasar.

Diriwayatkan dari Anas bahwa ia mengatakan harga pernah mendadak naik

pada masa Rasulullah SAW. Para sahabat mengatakan: “Wahai Rasulullah,

tentukanlah harga (ta‟sir) untuk kita. Beliau menjawab: “Allah SWT itu sesungguhnya

adalah penentu harga, penahan dan pencurah serta pemberi rizki. Aku mengharap

dapat menemui Tuhanku dimana salah satu diantara kalian tidak menuntutku karena 4 Hafas Furqoni, Hisbah: Institusi Pengawas Pasar Dalam Sistem Ekonomi Islam (Kajian Sejarah dan Konteks Kekinian), Proseding Simposium Nasional Ekonomi Islam II, Malang 28-29 2004.167. 5 Abdurrahman Ibn Khaldun, Muqaddimah (Beirut: Dar Fikr, tt), 132. 6 Secara khusus Ibn Taimiah membahas kajian tentang institusi Hisbah. Lihat dalam Ibn Taimiah, Al-Hisbah fi al-Islam (Riyadh, :Mansyurat al-Muassasah al-Sa‟idiyah, tt), 46. 7 Distorsi adalah gangguan yang menyebabkan kondisi keseimbangan pasar menjadi terancam.

Gangguan itu meliputi 1. Rekayasa penawaran dan rekayasa permintaan. 2. Tadlis

(penipuan).3. Taghrir (dari kata ghoror = uncertainty, kerancuan). Lihat dalam Adiwarman

Karim,. Ekonomi Mikro Islam . Ed.3. Jakarta: PT RajaGraindo Persada,2007), 185.

Page 69: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 66

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

kezaliman dalam hal darah dan harta.” Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah

SAW melarang adanya intervensi harga dari siapapun juga. Praktek-praktek

dalam mengintervensi harga adalah perbuatan yang terlarang. Selain melarang

adanya intervensi harga, ada beberapa larangan yang diberlakukan Rasulullah

SAW untuk menjaga agar seseorang tidak dapat melambungkan harga

seenaknya seperti larangan menukar kualitas mutu barang dengan kualitas

rendah dengan harga yang sama serta mengurangi timbangan barang

dagangan.

Pandangan Ekonom Muslim Tentang Mekanisme Pasar

Konsep mekanisme pasar dalam Islam dibangun atas prinsip-prinsip

sebagai berikut:

Pertama, al-Ridha, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah atas

dasar kerelaan antara masing-masing pihak (freedom contract). Hal ini sesuai

dengan Qur‟an Surat an Nisa‟ ayat 29:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku

dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”(Qs: Annisa‟ 29)

Kedua, berdasarkan persaingan sehat (fair competition). Mekanisme pasar

akan terhambat bekerja jika terjadi penimbunan (ihtikar) atau monopoli.

Monopoli dapat diartikan, setiap barang yang penahanannya akan

membahayakan konsumen atau orang banyak.

Ketiga, kejujuran (honesty), kejujuran merupakan pilar yang sangat

penting dalam Islam, sebab kejujuran adalah nama lain dari kebenaran itu

sendiri. Islam melarang tegas melakukan kebohongan dan penipuan dalam

bentuk apapun. Sebab, nilai kebenaran ini akan berdampak langsung kepada

para pihak yang melakukan transaksi dalam perdagangan dan masyarakat

secara luas.

Keempat, keterbukaan (transparancy) serta keadilan (justice). Pelaksanaan

prinsip ini adalah transaksi yang dilakukan dituntut untuk berlaku benar

dalam pengungkapan kehendak dan

Keempat prinsip tersebut merupakan konsep Islam yang memahami

bahwa pasar dapat berperan aktif dalam kehidupan ekonomi, yaitu apabila

prinsip persaingan bebas dapat berlaku secara efektif, pasar tidak

mengharapkan adanya intervensi dari pihak manapun termasuk Negara dalam

hal intervensi harga atau private sector dengan kegiatan monopolistic dan

lainya. Karena pada dasarnya pasar tidak membutuhkan kekuasaan yang besar

untuk menentukan apa yang harus dikonsumsi dan diproduksi. Sebaliknya,

biarkan tiap individu dibebaskan untuk memilih sendiri apa yang dibutuhkan

dan bagaimana memenuhinya. Pasar yang efisien akan tercapai apabila

Page 70: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 67

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

termasuk investor (jika dalam pasar modal) dan seluruh pelaku pasar lainnya

memperoleh akses dan kecepatan yang sama

1. Abu Yusuf

Abu Yusuf (113-182 H/731-798 M) hidup semasa pemerintahan

khalifah Bani Umayyah mulai dari Khalifah Hisyam (105 H/742 M). Beliau

merupakan fukaha pertama yang secara eksklusif menekuni masalah tentang

kebijaksanaan ekonomi. Salah satu diantaranya adalah beliau

memperhatikan peningkatan dan penurunan produksi dalam kaitannya

dengan perubahan harga. Pemahaman masyarakat pada zaman Abu Yusuf

tentang hubungan antara harga dan kuantitas hanya memperhatikan kurva

permintaan saja dimana pada saat barang yang tersedia sedikit maka harga

barang tersebut akan menjadi mahal dan sebaliknya, bila barang yang

tersedia banyak maka harga barang tersebut akan menjadi turun atau

murah.8 Pemahaman masyarakat itu kemudian dibantah oleh Abu Yusuf

dan menyatakan sebagai berikut, karena pada kenyatannya terkadang pada

saat persediaan barang hanya sedikit tidak membuat harga barang tersebut

menjadi naik/mahal. Sebaliknya, pada saat persediaan barang melimpah,

harga barang tersebut belum tentu menjadi murah. Dari pernyataan

tersebut dapat dilihat bahwa Abu Yusuf menyangkal pendapat umum

mengenai hubungan terbalik antara persedian barang (supply) dan harga.

Karena pada kenyataannya harga tidak bergantung kepada permintaan saja

tetapi juga bergantung pada kekuatan penawaran. Oleh karena itu,

peningkatan-penurunan harga tidak selalu berhubungan dengan

peningkatan-penurunan permintaan ataupun penurunan- peningkatan

dalam produksi. Abu Yusuf mengatakan bahwa tidak ada batasan tertentu

tentang murah ataupun mahal. Harga barang atau makanan murah bukan

dikarenakan melimpahnya jumlah barang atau makanan. Begitu pula,

mahalnya harga barang atau makanan tidak disebabkan karena kelangkaan

jumlah barang atau makanan. Murah dan mahal harga suatu barang

merupakan ketentuan Allah.9 Abu Yusuf menegaskan bahwa ada beberapa

variabel lain yang mempengaruhi naik turunnya harga barang atau

makanan, tetapi dia tidak menjelaskan lebih rinci variabel tersebut. Namun

demikian, pernyataan Abu Yusuf tersebut tidak menyangkal pengaruh

permintaan dan penawaran dalam penentuan suatu harga.10

2. Ahmad bin Hambal (164-241 H / 780-855 M)

Imam Hambali adalah imam dari mazhab ke-4 yang terbesar.

Beberapa hal yang dibahas secara rinci oleh beliau adalah mengenai

8 Abu Yusuf Ya‟kub, Kitab al-Kharaj (Beirut : Dar Ma;rifah, 1989), 48 9 Ibid., 54 10 Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Prespektif Islam (Yogyakarta: BPFE, 2004), 354

Page 71: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 68

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

mashlahah, tujuan syariah dan kebebasan menerima cara-cara untuk

mencapai tujuan syariah tersebut.

Salah satu pandangan Imam Hambali adalah pendekatan islami

untuk memelihara persaingan yang adil di pasar. Imam Hambali mencela

pembelian dari seorang penjual yang menurunkan harga barang untuk

mencegah orang membeli barang yang sama dari saingannya. Alasan beliau

adalah jika penurunan harga barang seperti ini dibiarkan, maka akan

menempatkan penjual yang menurunkan harga tersebut pada posisi

monopoli yang akhirnya dapat mendikte harga semaunya. Imam Hambali

menghendaki campur tangan pemerintah dalam kasus seperti ini untuk

mencegah terjadinya monopoli.

3. Imam Al-Ghazali (451-505 H / 1055-1111 M)

Al-Gahzali hidup semasa khalifah Al-Qa‟im (422 H/1031 M) sampai

khalifah Al-Mustazhhir (487 H/1094 M). Al-Ghazali mengutuk penimbunan

uang dengan alasan bahwa uang dirancang untuk memudahkan pertukaran

dan praktek penimbunan uang dapat menghalangi proses pertukaran

tersebut. Sumbangan Al-Ghazali terhadap ilmu ekonomi adalah beliau telah

berhasil menyajikan penjabaran yang rinci tentang peranan aktivitas

perdagangan dan timbulnya pasar yang harganya bergerak sesuai dengan

kekuatan permintaan dan penawaran. Bagi Al-Ghazali, pasar merupakan

bagian dari “keteraturan alami”. Secara rinci ia juga menerangkan

bagaimana evolusi terciptanya pasar, yaitu:

Dapat saja petani hidup ditempat alat-alat pertanian tidak tersedia.

Sebaliknya, pandai besi dan tukang kayu hidup dimana lahan pertanian tidak ada.

Namun secara alamiah,mereka akan saling memenuhi kebutuhan masing -

masing.dapat pula terjadi tukang kayu membutuhkan makanan.tetapi petani tidak

membutuhkan alat-alat tersebut atau sebaliknya.keadaan ini menimbulkan

masalah.oleh karena itu,secara alami pula orang akan akan terdorong untuk

menyediakan tempat penyimpanan alat-alat disatu pihak dan tempat penyimpanan

hasil pertanian diphak lain. Tempat inilah yang kemudian didatangi oleh pembeli

sesuai kebutuhannya masing masing sehingga terbentuklah pasar.petani,tukang

kayu,dan pandai besi yang tidak dapat langsung melakukan barter,juga terdorong

pergi kepasar ini.bila dipasar juga tidak ditemukan orang yang mau melakukan

barter,ia akan menjual pada pedagang dengan harga yang relative murah untuk

kemudian disimpan sebagai persedian.pedagang kemudian menjualnya dengan

suatu tingkat keuantung.hal ini berlaku untuk setiap jenis barang.11

Al-Ghazali tidak menolak kenyataan bahwa labalah yang menjadi

motif perdagangan. Pada saat lain, ia menjabarkan pentingnya peran

pemerintah dalam menjamin keamanan jalur perdagangan demi kelancaran

11 Abu Hamid Al-Ghazali, Al-Ihya Ulumuddin, (Beirut: Dar Nadwah,tt), 227

Page 72: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 69

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

perdagangan dan pertumbuhan ekononomi.Walaupun Al-Ghazali tidak

menjelaskan permintaan dan penawaran dalam terminologi modern,

beberapa paragraf dalam tulisannya jelas menunjukkan bentuk kurva

penawaran dan permintaan. Kurva penawaran yang “naik dari kiri bawah

ke kanan atas” dinyatakannya sebagai “jika petani tidak mendapatkan

pembeli dan barangnya maka ia akan menjualnya pada harga yang lebih

murah. Yang lebih menarik, konsep yang sekarang disebut elastisitas

permintaan ternyata telah dipahami oleh Ghazali. Hal ini tampak jelas dari

perkataannya bahwa mengurangi margin keuntungan dengan menjual

harga yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan, dan ini

pada gilirannya akan meningkatkan keuntungan.12

4. Ibnu Taimiah (661-728 H / 1263-1328 M)

Ibnu Taimiyyah mendiskusikan norma-norma islami untuk perilaku

ekonomi individual dan lebih banyak memberikan perhatian kepada

masalah-masalah kemasyarakatan seperti perjanjian dan upaya

mentaatinya, harga-harga, pengawasan pasar dan lain sebagainya.13

Masyarakat pada masa Ibnu Taimiyyah beranggapan bahwa

peningkatan harga merupakan akibat dari ketidakadilan dan tindakan

melanggar hukum dari pihak penjual atau mungkin sebagai akibat

manipulasi pasar. Anggapan ini dibantah oleh Ibnu Taimiah.dengan tegas.

Beliau cenderung mendukung ilmu ekonomi positif dimana harga

ditentukan berdasarkan permintaan dan penawaran yang terbentuk karena

faktor yang komplek.14

Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa naik dan turunnya harga tidak

selalu disebabkan oleh tindakan tidak adil dari sebagian orang yang terlibat

transaksi, tapi bisa jadi penyebabnya adalah supply yang menurun akibat

produksi yang tidak efisien, penurunan jumlah impor barang-barang yang

diminta atau juga tekanan pasar. Karena itu, jika permintaan terhadap

barang meningkat, sedangkan penawaran menurun maka harga barang

tersebut akan naik. Begitu pula sebaliknya, kelangkaan dan melimpahnya

barang mungkin disebabkan oleh tindakan yang adil atau mungkin

tindakan yang tidak adil.

Penawaran bisa datang dari produksi domestik dan impor.

Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai peningkatan atau

12 Dalam teori konvensional terdapat penjelasan bahwa barang-barang kebutuhan pokok, misalnya makanan, memiliki kurva permintaan yang inelastic. Al-Ghazali menyadari hak ini sehingga ia menyarankan agar penjualan barang pokok tidak dibebani keuntungan yang besar agar tidak terlalu membebani masyarakat. Lihat dalam Muhammad al-Hamsyari, al-Nidham Al-Iqtishad al-Islamy (Beirut:: Dar Staqafah, tt), 559. 13 Ibn Taimiyyah, Majmu‟ Fatawa Shaikh al-islam Ahmad Ibn Taimiiyyah (Riyadh: al-Riyadh Press, 1381) Vol 8, Dalam PEEI UII, Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2008), 307, 14 Abdul Azhim Islahi, Economic Concepts….., 98.

Page 73: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 70

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

penurunan dalam jumlah barang yang ditawarkan, sedangkan permintaan

sangat ditentukan oleh selera dan pendapatan. Besar kecilnya kenaikan

harga bergantung pada besarnya perubahan penawaran dan atau

permintaan. Bila seluruh transaksi sudah sesuai aturan, maka kenaikan

harga yang terjadi merupakan kehendak Allah SWT.

Dibedakan pula dua faktor penyebab pergeseran kurva penawaran

dan permintaan,yaitu tekanan pasar yang otomatis dan perbuatan

melanggar hukum dari penjual, misalnya penimbunan. Faktor lain yang

mempengaruhi permintaan dan penawaran antara lain adalah intensitas

dan besarnya permintaan, kelangkaan ataupun melimpahnya barang.15

Permintaan terhadap barang acapkali berubah. Perubahan tersebut

bergantung pada jumlah penawaran, jumlah orang yang menginginkannya,

kuat-lemahnya dan besar-kecilnya kebutuhan seseorang terhadap barang

tersebut. Ibnu Taimiyyah telah mengasosiasikan harga tinggi dengan

intensitas kebutuhan sebagaimana kepentingan relatif barang terhadap total

kebutuhan pembeli. Bila kebutuhan kuat dan besar, harga akan

naik.demikian pula sebaliknya.16

Menarik untuk dicatat bahwa tampaknya Ibnu Taimiyyah

mendukung kebebasan untuk keluar-masuk pasar. Beliau juga mengkritik

adanya kolusi antara pemebli dan penjual, menyokong homogenitas dan

standarisasi produk dan melarang pemalsuan produk serta penipuan

pengemasan produk yang dijual.

Selain itu, Ibnu Taimiyyah menentang peraturan yang berlebihan

ketika kekuatan pasar secara bebas bekerja untuk menentukan harga yang

kompetitif. Dengan tetap meperhatikan pasar yang tidak sempurna, ia

merekomendasikan bahwa bila penjual melakuakan penimbunan dan

menjual pada harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga normal

padahal orang-orang membutuhkan barang-barang ini, maka para penjual

diharuskan menjualnya pada tingkat harga ekuivalen dan secara kebetulan

konsep ini bersamaan artinya dengan apa yang disebut sebagai harga yang

adil. Selanjutnya, bila ada elemen-elemen monopoli (khususnya dalam

pasar bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya), pemerintah harus

turun tangan melarang kekuatan monopoli.

5. Ibnu Khaldun (732-808 h / 1332-1404 M)

Ibnu Khaldun hidup pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mustakfi

sampai Khalifah Al-Musta‟in. Pemikirannya dituangkan dalam kitabnya

yang berjudul Muqaddimah. Dalam bukunya tersebut, Ibnu Khaldun

menjelaskan mekanisme permintaan dan penawaran dalam menentukan 15 Rozalinda, Ekonomi Islam Teorindann Aplikasinya pada Aktifitas Ekonomi (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014), 78. 16 Ibn Taimiyah, Majmu‟ Fatawa….583.

Page 74: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 71

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

harga keseimbangan. Secara lebih rinci ia menjabarkan pengaruh

persaingan diantara konsumen untuk mendapatkan barang pada sisi

permintaan. Selanjutnya ia menjelaskan pula pengaruh meningkatnya biaya

produksi karena pajak dan pungutan-pungutan lain pada sisi penawaran

tersebut.17 Ia mengatakan bahwa bea cukai biasa dan bea cukai lainnya

dipungut atas bahan makanan di pasar-pasar dan di pintu-pintu kota demi

raja, dan para pengumpul pajak menarik keuntungan dari transaksi bisnis

untuk kepentingan mereka sendiri. Karenanya, harga dikota lebih tinggi

daripada di padang pasir.18

Pada bagian lain bukunya, Ibnu Khaldun menjelaskan pengaruh naik

dan turunnya penawaran terhadap harga. Ia mengatakan bahwa ketika

barang-barang yang tersedia sedikit, maka harga-harga dari barang tersebut

akan naik. Namun, bila jarak antar kota dekat dan aman untuk melakukan

perjalanan, maka akan banyak barang yang diimpor sehingga ketersediaan

barang akan berlimpah sehingga harga-harga pun akan turun. Ketika

menyinggung masalah laba, Ibnu Khaldun menyatakan bahwa keuntungan

yang wajar akan mendorong tumbuhnya perdagangan. Sebaliknya,

keuntungan yang sangat rendah akan membuat lesu perdagangan

dikarenakan pedagang kehilangan motivasi. Demikian pula dengan sebab

yang berbeda, keuntungan yang sangat tinggi akan melesukan perdagangan

karena permintaan konsumen akan melemah.19

Fenomena Hisbah Dalam Distorsi Pasar (Market Imperfection)

Arti dari kata distorsi dalam kamus Bahasa Indonesia, adalah sebuah

gangguan yang terjadi atau pemutar balikan suatu fakta, aturan dan

penyimpangan dari fakta yang seharusnya terjadi, sedangkan pasar secara

umum dapat dikatakan sebagai suatu tempat bertemunya antara penjual

dengan pembeli.20

Dari kedua pengertan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwasanya

maksud dari Distorsi pasar ialah sebuah ganguan yang terjadi terhadap sebuah

mekanisme pasar yang sempurna menurut prinsip Islam. Ataupun bisa juga

dikatakan bahwasanya distorsi pasar ialah suatu fakta yang terjadi pasar. Fakta

tersebut tidak sesuai dengan kondisi yang seharusnya terjadi didalam sebuah

mekanisme pasar.

17 Muhammad Abdul Mannan, Islamic Economic Theory and Practice, (Islamabad: , 1970), 206, 18 Zainab al-Khudury, Filsafat Sejarah Ibn Khaldun penj. Ahmad Rafi‟ Usmani (Bandung: Pustaka, 1998), 9. 19 Abdurrahman Ibn Khaldun, Muqaddimah…143. 20 Adiwarman Karim, Mikro Ekonomi….., 186

Page 75: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 72

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Bentuk-Bentuk Distorsi Pasar

Pada garis besarnya distorsi pasar dalam ekonomi Islam diidentifikasi

dalam tiga bentuk distorsi, yakni sebagai Berikut:

1. Rekayasa Permintaan dan Rekayasa Penawaran

Dalam bagian ini dijelaskan bahwa distorsi dalam bentuk rekayasa

pasar dapat berasal dari dua sudut yakni permintaan dan penawaran.

a. Ba‟i Najasy (false demand)21

Transaksi ba‟i najasy diharamkan karena si penjual menyuruh

orang lain memuji barangnya atau menawar dengan harga tinggi agar

orang lain tertarik pula untuk membeli. Si penawar sendiri tidak

bermaksud untuk benar-benar membeli barang tersebut. Ia hanya ingin

menipu orang lain yang benr-benar ingun membeli. Sebelumnya orang

ini telah mengadakan kesepakatan dengan penjual untuk membeli

dengan harga tinggi agar ada pembeli yang sesungguhnya dengan harga

yang tinggi pula dengan maksus untuk ditipu. Akibatnya terjadi

permintaan palsu (false demand).22.

Pada awalnya, permintaan terhadap barang X digambarkan

dengan kurva Do. Titik keseimbangan terjadi pada saat Q sebesar Qo, dan

P sebesar Po. Kemudian pelaku ba‟I najasy sengaja menciptakan

permintaan palsu misalnya seorang penjual menyuruh orang lain untuk

pura-pura membeli barang dagangannya (misalkan X) dengan harga

diatas harga P0 sehingga orang-orang tertarik untuk membeli barang X

tersebut. Penjelasan mengenai ba‟i najasy dapat terlihat seperti kurva

dibawah ini.23

b. Ihktikar (false supplay)

Dari Said bin al-Musayyab dari Ma‟mar bin Abdullah al-Adwi

bahwa Rasulullah Saw bersabda, “ tidaklah orang yang melakukan ihtikar

itu kecuali ia berdosa.” Ihktikar ini seringkali diterjemahkan sebagai

monopoli atau penimbunan. padahal sebenarnya ikhtikar tidak identik

dengan monopoli atau penimbunan. Dalam Islam siapapun boleh

berbisnis tanpa peduli apakah satu-satunya penjual atau ada penjual

lain. Menyimpan stok barang untuk keperluan persediaaan pun tidak

dilarang dalam Islam. Dalam istilah ekonomi disebut monopoly‟s rent-

seeking.24

21Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi 2 (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2004), 31. 22 Ibid., 23 Ibid,. 24 Sebenarnya ada dua pendapat tentang pengharaman al-ihtikar. Pendapat pertama adalah yang mengharamkannya. Mereka adalah Jumhur imam Syari‟I dan pengikut Maliki, Hambali, Dhahiriyah dan Zaidiyah. Sedangkan pendapat kedua mengatakan karahah (dibenci) ihtikar dalam makanan manusia. Mereka adalah sebagian pengikut Syafiidan para pengikut Hanafi.

Page 76: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 73

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Lalu, bagaimana perilaku industri yang melakukan ikhtikar? Pada

kurva diatas kita dapat mengetahui lebih lanjut dampak ikhtikar

terhadap penentuan harga, jumlah kuantitas, dan keuntungan yang

dapat diperoleh produsen. Hakikat ikhtikar adalah memproduksi lebih

sedikit dari kemampuan produksinya, untuk mendapatkan keuntungan

yang lebih.

Keuntungan yang dapat diambil oleh industri yang berperilaku

ikhtikar, ia akan memilih tingkat produksinya ketika MC=MR, dengan

jumlah Q sebesar Qm, dan P sebesar Pm. dengan demikian, pelaku

ikhtikar memproduksi lebih sedikit dan menjual pada harga yang lebih

tinggi. Profit yang dinikmati adalah sebesar kotak PmXYZ. Hal inilah

yang dilarang dalam Islam. Karena produsen (pelaku ikhtikar) tersebut

dapat memproduksi dengan tingkat output yang lebih tinggi, yaitu S=D,

atau ketika MC=AR. Pada tingkat ini, jumlah barang yang diproduksi

lebih banyak, yaitu sebesar Qi, dan harganya pun lebih murah, yaitu

sebesar Pi. Secara otomatis profit yang dihasilkan lebih sedikit, yaitu

sebesar kotak ABCD. Selisih profit antara kotak PmXYZ dengan kotak

ABCD inilah yang merupakan monopoly‟s rent yang diharamkan.

c. Tallaqi Rukban

Transaksi ini dilarang karena mengandung dua hal pertama

rekayasa penawaran yaitu mencegah masuknya barang ke pasar. Kedua

mencegah penjual dari luar kota untuk mengetahui harga pasar yang

berlaku. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang berberbunyi :

)(. .”

Dalam Ika Yunia Fauzia, Prinsip Dasar Ekonomi Islam prespektif Maqashid Syariah (Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2014), 207.

Page 77: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 74

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Diriwayatkan dari Thaawus bin „Abbas r.a berkata : Rasulullah SAW

telah bersabda, Janganlah kalian mencegat kendaraan pembawa barang

(barang dagangan) dan jangan pula orang kota bertransaksi dengan

orang desa !. . . ”Muttafaqun „Alaih”

Mencari barang dengan harga yang lebih murah tidaklah

dilarang, namun apabila transaksi jual beli antara dua pihak dimana

yang satu memiliki informasi yang lengkap dan yang satu tidak tahu

berapa harga pasar yang sesungguhnya dan kondisi demikian

dimanfaatkan untuk mencari keuntungan yang lebih, maka terjadilah

penzaliman oleh pedagang kota terhadap petani di luar kota tersebut.

dan inilah inti mengapa dilarangnya tallaqi rukban, karena unsur

ketidakadilan yang dilakukan oleh para pedagang kota yang tidak

menginformasikan harga pasar yang sebenarnya.

2. Tadlis (Unknow To One Party)

Kondisi ideal dalam pasar adalah apabila penjual dan pembeli

mempunyai informasi yang sama tentang barang akan diperjual belikan.

Apabila salah satu pihak tidak mempunyai informasi seperti yang dimiliki

oleh pihak lain, maka salah satu pihak akan merasa dirugikan dan terjadi

kecurangan dan penipuan.25

Adapun macam-macam tadlis diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Tadlis dalam Kuantitas

Tadlis (penipuan) dalam kuantitas termasuk juga kegiatan

menjual barang kuantitas sedikit dengan harga barang kuntitas banyak.

Misalnya menjual baju sebanyak satu container karena jumlah banyak

dan tidak mungkin untuk menghitung satu, persatu penjual berusaha

melakukan penipuan dengan mengurangi jumlah barang yang dikirim

kepada pembeli.

Perlakuan penjual yang tidak jujur selain merugikan pihak

penjual juga merugikan pihak pembeli. Apa pun tindakan penjual

maupun pembeli yang tidak jujur akan mengalami penurunan utility.

Begitu pula dengan pembeli yang mengalami penurunan utility.

b. Tadlis dalam Kualitas

Tadlis (penipuan) dalam kualitas termasuk juga

menyembunyikan cacat atau kualitas barang yang buruk yang tidak

sesuai dengan yang disepakati oleh penjual dan pembeli.26 Contoh tadlis

dalam kualitas adalah pada pasar penjualan computer bekas. Pedagang

25 Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khattab, ter. Asmuni Solihan

Zamakhsyari, (Jakarta: Khalifa, 2006), 596 26] Muhammad,Etika Bisnis Islami. (Yogyakarta:UPP AMP YKPN.2004), 176.

Page 78: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 75

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

menjual computer bekas dengan kualifikasi Pentium III dalam kondisi

80% baik dengan harga Rp. 3.000.000,- pada kenyataanya tidak semua

penjual menjual computer bekas dengan kualifikasi yang sama. Sebagian

penjual menjual computer dengan kualifikasi yang lebih rendah tetapi

menjualnya dengan harga yang sama, pembeli tidak dapat membedakan

mana computer dengan kualitas rendah mana computer dengan kulaitas

yang lebih tinggi, hanya penjual saja yang mengetahui dengan pasti

kualifikasi computer yang dijualnya.

c. Tadlis dalam Harga (Ghaban)

Tadlis (penipuan) dalam harga ini termasuk menjual harga yang

lebih tinggi atau lebih rendah dari harga pasar karena ketidaktahuan

pembeli atau penjual. Dalam fiqih di sebut Ghaban.

Telah terjadi di zaman Rasulullah SAW terhadap tadlis dalam

harga yaitu: diriwayatkan oleh Abdullah Ibnu Umar “kami pernah keluar

mencegat orang-orang yang datang membawa hasil panen mereka dari luar

kota, lalu kami mmembelinya dari mereka. Rasulullah SAW melarang kami

membelinya sampai nanti barang tersebut dibawa ke pasar”.

d. Tadlis dalam waktu penyerahan

Seperti juga pada Tadlis (penipuan) dalam kuantitas, kualitas, dan

harga, Tadlis dalam waktu penyerahan pun dilarang. Contoh tadlis

dalam hal ini ialah bila sipenjual tahu persis bahwa ia tidak akan dapat

menyerahkan barang tepat pada waktu yang dijanjikan, namun ia sudah

berjanji akan menyerahkan barang pada waktu yang telah dijanjikan.

Seperti yang teraktub dalam hadits Nabi SAW, yang berbunyi :

Dalam Hadits yang diriwiyatkan oleh Abdullah bin „Abbas r.a,

Bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda: Barang siapa menjual

makanan, maka jangganlah engkau menjualnya sehingga kamu mampu

menyempurnakan penjualan tersebut.

Walaupun konsekuensi tadlis dalam waktu tidak berkaitan

secara langsung dengan harga ataupun jumlah barang yang

ditransaksikan, namun masalah waktu adalah sesuatu yang sangat

penting.

3. Taghrir (Uncertain To Both Parties)

Taghrir berasal dari bahasa arab gharar, yang berarti akibat, bencana,

bahaya resiko dan ketidakpastian. Dan dalam istilah fiqih Muamalah,

taghrir berarti melakukan sesuatu secara membabi buta tanpa pengetahuan

yang mencukupi, atau mengambil resiko sendiri dari suatu perbuatan yang

mengandung resiko tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya, atau

Page 79: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 76

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

memasuki kancah resiko tanpa memikirkan konsekuensinya. Dalam ilmu

ekonomi, taghrir ini lebih dikenal sebagai uncertainty (ketidakpastian) atau

resiko.27

Menurut Ibnu Taimiyah, taghrir akan terjadi apabila seorang tidak

tahu apa yang tersimpan bagi dirinya pada akhir suatu kegiatan jual-beli.

Adapun macam-macam taghrir adalah sebagai berikut:

a. Taghrir dalam kuantitas

Contoh taghrir dalam kuantitas adalah sistem ijon, misalnya

petani sepakat menjual hasil panennya (beras dengan kualitas A) kepada

tengkulak dengan harga Rp. 750.000,- padahal pada saat kesepakatan

dilakukan sawah petani belum dapat di panen. Dengan demikian,

kesepakatan jual beli dilakukan tanpa menyebutkan spesipikasi

mengenai berapa kuantitas yang di jual (berapa ton, berapa kuintal

misalnya) padahal harga sudah ditetapkan. Dengan demikian terjadi

ketidakpastian menyangkut kuantitas barang yang ditransaksikan.

b. Taghrir dalam Kualitas

Contoh taghrir dalam kualitas adalah menjual anak sapi yang

masih di dalam kandungan induknya.

c. Taghrir dalam Harga28

Taghrir dalam harga terjadi ketika, misalnya seorang penjual

menyatakan bahwa ia akan menjual satu unit baterai merk ABC seharga

Rp. 10.000,- bila dibayar tunai, atau Rp. 50.000,- bila dibayar kredit

selama lima bulan, kemudian si pembeli menjawab setuju.

Ketidakpastian muncul karena adanya dua harga dalam satu akad.

Tidak jelas harga mana yang berlaku, yang Rp.10.000,- atau yang

Rp.50.000,-. Apabila pembeli membayar lunas pada bulan ke-3, berapa

harga yang berlaku? atau satu hari setelah penyerahan barang, berapa

harga yang berlaku? Ekstrem lainnya adalah bagaimana menentukan

harga bila dibayar lunas sehari sebelum akhir bulan ke-5? Dalam kasus

ini, walaupun kuantitas dan kualitas barang sudah ditentukan, tetapi

terjadi ketidakpastian dalam harga barang karena si penjual dan si

pembeli tidak mensepakati satu harga dalam satu akad.

Tugas dan Wewengan al-Hisbah

Ajaran Islam tidak hanya mengatur tentang mekanisme pasar, transaksi

dan perdagangan, namun Islam juga menyediakan mekanisme pengawasan

(pengawasan pasar) agar tercipta law enforcement terhadap aturan-aturan

tersebut. Lembaga yang bertugas dalam mengawasi pasar adalah Hisbah. 27 M. Nur Rianto Al Arif, Teori Mikroekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), 288. 28 Ibid.,

Page 80: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 77

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Hisbah menurut Imam Mawardi dan Abu Ya‟la Merupakan sistem untuk

memerintahkan yang baik dan adil jika kebaikan dan keadilan secara nyata

dilanggar atau tidak dihormati, selain itu lembaga ini juga melarang

kemungkaran dan ketidakadilan ketika hal tersebut secara nyata sedang

dilakukan. Hisbah mulai dilembagakan secara resmi pada masa pemerintahan

Ummar bin Khattab dengan cara “menunjuk seorang perempuan untuk

mengawasi pasar dari tindakan-tindakan penipuan”.29 Para intelektual muslim

membagi pengawasan pasar ini dalam dua jenjang, yaitu internal yang

berpusat dari pemahaman personal terhadap syari‟at terkait dengan transaksi,

perdagangan dan segala hal berkenaan dengan mekanisme pasar yang

bersumber dari Al Qur‟an, al Hadith dan pendapatan pemeliharaan kualitas

dan standar perdagangan berkaitan administrasi dan pemeliharaan kualitas

dan standar produk.30 Ia secara rutin melakukan pengecekan atas ukuran,

takaran, dan timbangan, kualitas barang, menjaga jual beli yang jujur dan

menjaga agar harga senantiasa stabil.

Seorang yang diangkat untuk memegang peran sebagai muhtasib harus

memiliki inttergritas moral tinggi dan kompeten dalam masalah hukum, pasar

dan urusan perindustrian. Melalui Hisbah negara menggunakan lembaga ini

untuk mengontrol kondisi sosio-ekonomi secara komprehensif atas kegiatan

perdagangan dan praktek-praktek ekonomi. Yang lebih penting adalah

mengawasi industri, jasa professional, standarisasi produk, mengecek dan

penimbunan barang

Institusi Hisbah pada dasarnya memiliki beberapa fungsi, yaitu;31

1. Fungsi Ekonomi

Hisbah adalah sebuah institusi ekonomi yang berfungsi melakukan

pengawasan terhadap ke kegiatan ekonomi di pasar, seperti mengawasi

harga, takaran dan pertimbangan, praktek jual beli terlarang, dan lain-lain.

Institusi ini juga berfungsi meningkatkan produktivitas cedan pendapatan.

Secara khusus, Ibn Taimiyyah menjelaskan fungsi muhtasib sebagai berikut:

a. Memastikan tercukupinya kebutuhan pokok, Muhtasib harus selalu

mengecek ketersediaan barang-barang kebutuhan pokok. Dalam kasus

ini terjadi kekurangan dalam penyediaan kebutuhan jasa muhtasib

memiliki kekuasaan dalam kapasitasnya sebagai institusi negara untuk

memenuhi kebutuhan secara langsung.

b. Pengawasan terhadap produk. Dalam industri, tugas utama muhtasib

adalah mengawasi standarisasi produk. Ia juga mempunyai otoritas

menjatuhkan sangsi terhadap industri yang merugikan konsumen.

29 Ibn Taimiah, al-Hisbah…..,79 30 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam….., 1941 31 Rozalinda, Ekonomi Islam Teori…., 180.

Page 81: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 78

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

c. Pengawasan tehadap jasa. Muhtasip memeliki wewenang untuk

mengecek apakah seorang dokter, ahli bedah, dan sebagainya telah

melaksanakan tugasnya dengan baik atau belum

d. Pengawasan atas perdagangan. Muhtasib mengawasi pasar secara

umum. Mengawasi takaran, timbangan, dan ukuran seta kualitas

produk. Menjamin seorang pedagang dan agennya untuk tidak

melakukan kecurangan kepada konsumen atas barang dagangannya.

2. Fungsi Sosial

Fungsi intitusi al-hisbah adalah mewujudkan keadilan sosial dan

keadilan distribusi dalam masyarakat. Lewat tugasnya memberikan

informasi kepada para pedagang dan konsumen, memberikan kesempatan

yang sama kepada semua orang dan menghilangkan penguasaan sepihak

terhadap jalur produksi dan distribusi di pasar. Kemudian menghilangkan

distorsi pasar dan melakukan intervensi pasar dalam keadaan tertentu,

sehingga dapat nemperkecil ketimpangan distribusi di pasar dengan

menciptakan harga yang adil.

3. Fungsi Moral

Istitusi hisbah adalah lembaga pengawas berlangsungnya moral dan

akhlak islami dalam berbagai transaksi dan perilaku konsumen dan

produsen di pasar. Tugas utamanya adalah mewujudkan perekonomian

yang bermoral berdasarkan al-Quran dan Sunah. Pasar merupakan sasaran

utama pengawasan Hisbah, karena disana sering terjadi penipuan,

kecurangan, ihktikar, pemaksaan dan praktek-praktek kesewenang-

wenangan.

Hisbah & Intervensi Harga

Harga dari sebuah komoditas baik barang maupun jasa ditentukan oleh

kualitas dan kuantitas penawaran dan permintaan.32 Hal ini sesuai dengan

hadith yang diriwayatkan dari Anas Bahwasannya suatu hari terjadi kenaikan

harga yang luar biasa di masa Rasulullah SAW, maka sahabat meminta nabi

untuk menentukan harga pada saat itu, lalu nabi bersabda: Artinya, “Bahwa

Allah adalah Dzat yang mencabut dan memberi sesuatu, Dzat yang memberi

rezeki dan penentu harga..” (HR. Abu Daud). Dalam hal ini umat Islam harus

memiliki pengalaman, kemampuan, sarana, dan prasarana, yang membuat

32 Harga yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran ini adalah realisasi dari harga adil dalam prespektif ekonomi Islam. Ada beberapa terminology terkait dengan harga adil: si‟I mithl, thaman al-mithl dan qimah al-adhl. Lihat dalam Ekonomi Islam Oleh Pusat Pengkajian dan pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (Yogyakarta: Rajagrafindo, 2010), 331.

Page 82: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 79

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

mereka mampu berproduksi, distribusi dengan baik dan benar dalam rangka

meraih izzah (kemandirian, kekuatan atau harga diri)33

Dari hadith itu, dapat disimpulkan bahwa pada waktu terjadi kenaikan

harga, Rasulullah SAW meyakini adanya penyebab tertentu yang sifatnya

darurat. Oleh karena itu, sesuatu yang bersifat darurat akan hilang seiring

dengan hilangnya penyebab dari keadaan itu. Di lain pihak, Rasulullah juga

meyakini bahwa harga akan kembali normal dalam waktu yang tidak terlalu

lama. Penetapan harga menurut Rasul merupakan suatu tindakan yang

menzalimi kepentingan para pedagang, karena para pedagang di pasar akan

merasa terpaksa untuk menjual barangnya sesuai dengan harga patokan, yang

tentunya tidak sesuai dengan keridlaannya. Dengan demikian, pemerintah

tidak mewakili wewenang untuk melakukan intervensi terhadap harga pasar

dalam kondisi normal. Ibnu Taimiyah mengatakan, jika masyarakat melakukan

transaksi jual beli dalam kondisi normal tanpa ada distorsi atau penganiayaan

apapun dan terjadi perubahan harga karena sedikitnya penawaran atau

banyaknya permintaan, maka ini merupakan kehendak Allah.

Harus diyakini bahwa intervensi terhadap pasar hanya dapat dilakukan

dalam keadaan yang darurat. Keadaan darurat disini dapat diartikan jika pasar

tidak terjadi dalam keadaan sempurna, yaitu terdapat kondisi-kondisi yang

menghalangi kompetisi secara fair (market failure). Beberapa contoh klasik dari

kondisi market failure antara lain: informasi yang tidak simetris, biaya transaksi,

kepastian institusional, masalah eksternalitas (termasuk pencemaran

lingkungan dan kerusakan lingkungan) serta masalah dalam distribusi. Jika

kondisi demikian ini terjadi, maka akan terjadi pasar tidak sempurna atau

disebut dengan istilah Market Imperfection.34

Menurut Islam negara memiliki hak untuk melakukan intervensi dalam

kegiatan ekonomi baik itu dalam bentuk pengawasan, pengaturan maupun

pelaksanaan kegiatan ekonomi yang tidak mampu dilaksanakan oleh

masyarakat. Intervensi harga oleh pemerintah bisa karena faktor alamiah

maupun non alamiah. Pada umumnya intervensi pemerintah berupa intervensi

kebijakan dalam regulasi yang berhubungan dengan permintaan dan

penawaran dan intervensi dalam menentukan harga. Intervensi dengan cara

membuat kebijakan yang dapat mempengaruhi dari sisi permintaan maupun

dari sisi penawaran (market intervention) biasanya dikarenakan distorsi pasar

karena faktor alamiah. Bila distorsi pasar terjadi karena faktor non alamiah,

maka kebijakan yang ditempuh salah satunya dengan dengan intervensi harga

di pasar.

33 Baca secara lengkap pada penjelasan Yusuf Qardlawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam (Kairo: Dar al-Syuruq, 1997), 211-215..

Page 83: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 80

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Menurut Ibnu Taimiyah,35 keabsahan pemerintah dalam menetapkan kebijakan

intervensi dapat terjadi pada situasi dan kondisi sebagai berikut:

1. Produsen tidak mau menjual produk-nya kecuali pada harga yang lebih

tinggi daripada harga umum pasar, padahal konsumen membutuhkan

produk tersebut.

2. Terjadi kasus monopoli (penimbunan), para fuqoha‟ untuk memberlakukan

hak hajar (ketetapan yang membatasi hak guna dan hak pakai atas

kepemilikan barang) oleh pemerintah.

3. Terjadi keadaan al hasr (pemboikotan), dimana distribusi barang hanya

terkonsentrasi pada satu penjual atau pihak tertentu. Penetapan harga disini

untuk menghindari penjualan barang tersebut dengan harga yang

ditetapkan sepihak dan semena-mena oleh pihak penjual tersebut.

4. Terjadi koalisi dan kolusi antar penjual (kartel) dimana sejumlah pedagang

sepakat untuk melakukan transaksi diantara mereka, dengan harga diatas

ataupun dibawah harga normal.

5. Produsen menawarkan produk-nya pada harga yang terlalu tinggi menurut

konsumen, sedangkan konsumen meminta pada harga yang terlalu rendah

menurut produsen.

6. Pemilik jasa, misal tenaga kerja, menolak untuk bekerja kecuali pada harga

yang lebih tinggi dari pada harga pasar yang berlaku, padahal masyarakat

membutuhkan jasa tersebut.

Sementara itu tujuan adanya intervensi pasar yang dilakukan oleh

pemerintah menurut Ibnu Qudamah al Maqdisi 1374 M adalah sebagai berikut:

1. Intervensi harga menyangkut kepentingan masyarakat

2. Untuk mencegah ikhtikar dan ghaban.

3. Untuk melindungi kepentingan masyarakat yang lebih luas.

Bagi Mannan36, Regulasi harga (bagian dari intervensi Pemerintah)

memiliki 3 fungsi:

1. Fungsi ekonomi: berhubungan dengan peningkatan produktivitas dan

peningkatan pendapatan masyarakat miskin melalui alokasi dan relokasi

sumber daya ekonomi.

2. Fungsi sosial: mempersempit kesenjangan antara masyarakat kaya dan

masyarakat miskin.

3. Fungsi moral : Upaya menegakkan nilai-nilai Islami dalam aktivitas

perekonomi

35 Ibn Taimiah, al-Hisbah…. 46 36 Muhammad Abdul Mannan, Islamic Economic Theory….,210

Page 84: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 81

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

BULOG Sebagai Salah Satu Institusi Hisbah dalam Maqashid Syariah

Sesuai dengan tugas utama institusi hisbah sebagai fungsi ekonomi,

sosial dan akhlak, maka kehadiran lembaga BULOG setidaknya adalah untuk

mendukung fungsi-fungsi tersebut. Tugas publik Perum BULOG merupakan

amanat dari Inpres No. 3 tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan

Gabah/Berita dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, yang merupakan

pengejawantahan intervensi pemerintah dalam perberasan nasional untuk

memperkuat ketahanan pangan. Tugas publik BULOG saling terkait dan

memperkuat satu sama lain sehingga dapat mewujudkan ketahanan pangan

rumah tangga maupun nasional yang lebih kokoh.

Berikut adalah ilustrasi fungsi dan peran BULOG dalam menjamin

ketahanan pangan dan menjaga stabilitas harga:

skema perjalanan BULOG dapat dilih

Kaidah fiqhiyyah yang dipakai dalam aplikasi Bulog adalah sebagai

berikut:

Berdasarkan kaedah fikih yang telah disampaikan berkaitan dengan

lembaga BULOG dan aplikasinya pada sendi kehidupan adalah boleh

dilakukan dan bahkan mendekati wajib untuk melakukan, karena sesuai

dengan prinsip syariah Islam. Sehubungan dengan itu, lembaga BULOG adalah

lembaga yang memiliki tiga tugas dan fungsi utama. Adapun tiga tugas dan

fungsi publik BULOG tersebut adalah pertama, melaksanakan kebijakan

pembelian gabah/beras dalam negeri dengan ketentuan Harga Pembelian

3. pengadaaan beras produk

dalam negeri Petani Masyarakat luas

5. menjaga

stabilitas harga

beras

Operasi Pasar

4.menyediakan dan

menyalurkan beras

bagi yang berhak

1.Negosiasi harga beras

dengan kriteria 2.pemesanan beras dan bayar

tunai oleh BULOG

BULOG

Page 85: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 82

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Pemerintah (HPP). Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk pengadaan gabah

dan beras dalam negeri oleh Perum BULOG. Tugas kedua, menyediakan dan

menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan

rendah yang diwujudkan dalam pelaksanaan program RASKIN. Sedangkan

tugas ketiga, menyediakan dan menyalurkan beras untuk menjaga stabilitas

harga beras, menanggulangi keadaan darurat, bencana, dan rawan pangan.

Kegiatan ketiga dilaksanakan Perum BULOG dalam bentuk pengelolaan

Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

1. Pengadaan Gabah dan Beras DN Memperkuat Pilar Ketersediaan

Konsep pengadaan gabah dan beras dalam negeri dilakukan

pemerintah sebagai intervensi dari sisi produsen pada saat suplai melimpah

karena panen raya. Untuk melindungi petani dari tingkat harga yang

rendah karena kurang kuatnya nilai tawar petani saat panen, pemerintah

menggunakan instrumen HPP - sebelumnya Harga Dasar (HD). Dengan

instrumen HPP ini, diharapkan pasar akan menjadikan HPP sebagai

patokan dalam membeli gabah dan beras petani sehingga petani menjadi

terlindungi.

Selain itu, pengadaan BULOG juga dapat menjadi salah satu alternatif pasar

bagi produksi petani dalam negeri. Dengan demikian, pengadaan dalam

negeri akan mampu menjadi jaminan pasar dan harga bagi produksi dalam

negeri sehingga petani masih tetap bersemangat untuk memproduksi

pangan (beras) dalam negeri untuk menjaga ketersediaan pasokan pangan

nasional.

Page 86: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 83

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Melalui pengadaan gabah dan beras dalam negeri, pilar ketersediaan

ketahanan pangan dapat diwujudkan. Selama ini, pengamanan HPP

dilakukan Perum BULOG melalui pembelian gabah/beras dalam negeri

terutama saat panen raya. Mengikuti perkembangan produksi yang naik

tajam dalam tiga tahun terakhir ini, maka penyerapan pemerintah melalui

pengadaan dalam negeri oleh Perum BULOG menjadi salah satu hal

penting. Suplai yang melimpah terutama saat panen raya, mengakibatkan

terjadinya marketed surplus di pasar yang perlu penyerapan. Keberhasilan

Perum BULOG dalam menghimpun stok dari pengamanan HPP membantu

dalam memperkuat stok beras nasional, juga membantu peningkatan

pendapatan jutaan petani yang tersebar di berbagai tempat di tanah air dan

sekaligus dapat mendorong stabilitas harga beras.

Pembelian (pengadaan) yang dilakukan Perum BULOG selama ini

rata-rata mencapai sekitar 5%-9% dari total produksi beras nasional setiap

tahunnya atau sekitar 1,5-3 juta ton setara beras per tahun. Dengan besarnya

pembelian ini, maka HPP dapat menjadi patokan bagi pembelian gabah dan

beras di pasar umum. Hal ini terlihat dari perkembangan harga gabah dan

beras di pasar yang selalu di atas Harga Pembelian Pemerintah. Dana

pengadaan dalam negeri yang mengalir ke pedesaan mencapai Rp. 6-7

trilyun selama 4-5 bulan periode pengadaan. Berbagai kajian menyebutkan

bahwa multiplier effect dari kegiatan pengadaan gabah dan beras dalam

negeri diantaranya adalah mampu menggerakkan perekonomian pedesaan

dan mendorong pembangunan pedesaan dengan mengalir sekitar Rp. 19

triliun melalui peningkatan pendapatan dan perluasan lapangan kerja.

Pengadaan juga berfungsi mendorong harga produsen agar memberi

keuntungan dan insentif bagi usaha tani padi, yang juga berarti

meningkatkan kesejahteraannya.

2. RASKIN Untuk Memperkuat Pilar Keterjangkauan (Accessibilty)

Pengadaan beras dalam negeri diantaranya disalurkan kepada

Rumah Tangga Miskin (RTM) yang menjadi sasaran dalam program

penanggulangan kemiskinan. Dengan nama program RASKIN (Beras untuk

Rumah Tangga Miskin) diharapkan setiap Rumah Tangga Sasaran (RTS)

mampu memperoleh ketahanan pangannya tidak lagi dengan membeli

beras di pasar, sehingga hal ini akan mengurangi permintaan beras ke

pasar. Dari sisi RTM, RASKIN telah membuka akses secara ekonomi dan

fisik terhadap pangan, sehingga dapat melindungi rumah tangga rawan

pangan.. Kekurangan tersebut dapat berakibat buruk terhadap kecerdasan

anak-anak, rendahnya produktivitas SDM, dan kematian sebagai akibat

penyakit infeksi karena lemahnya daya tahan tubuh.

Page 87: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 84

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

RASKIN saat ini telah menjadi program perlindungan sosial (social

protection programme) bukan lagi program darurat. Dengan demikian

RASKIN telah diakui memiliki dampak dalam perkonomian dan perberasan

nasional. Raskin merupakan program yang multi objektif yaitu disamping

untuk menjaga ketahanan pangan keluarga miskin juga berfungsi sebagai

pendukung bagi peningkatan kualitas SDM dan secara tidak langsung juga

berperan dalam menjaga stabilitas ekonomi.

RASKIN memiliki dampak langsung terhadap harga beras di pasar.

Hal ini terlihat saat RASKIN hanya diberikan 10 atau 11 bulan pada tahun

2013 dan 2014, harga beras di akhir tahun melonjak lebih tajam. Umumnya

akhir tahun adalah musim paceklik, sehingga suplai ke pasar berkurang.

Dari sisi permintaan, RTS yang biasanya menerima RASKIN, tidak lagi

mendapat RASKIN sehingga belasan juta rumah tangga menambah

permintaan beras ke pasar. Kekurangan suplai di satu sisi dan peningkatan

permintaan di sisi lain mengakibatkan harga beras naik.

3. Cadangan Beras Pemerintah Memperkuat Pilar Stabilitas

CBP diperlukan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga

dalam situasi darurat, seperti bencana alam (banjir/kekeringan, serangan

hama/ penyakit, gunung meletus, dan sebagainya) dan bencana yang

dibuat oleh manusia (konflik sosial) serta kondisi rawan daya beli akibat

gejolak harga. Di Indonesia, pemerintah memiliki stok untuk keperluan

darurat dan stabilisasi harga yang disebut CBP, dikelola oleh Perum

BULOG dan menjadi bagian dari stok operasional Perum BULOG yang

tersebar di seluruh Indonesia. Dengan menyatunya stok CBP secara fisik

(secara administrasi terpisah), pemerintah akan mudah untuk

memanfaatkan beras tersebut apabila diperlukan setiap saat setiap tempat

sehingga rumah tangga masih tetap memiliki akses terhadap pangan.

Dengan CBP yang tersedia setiap saat, di setiap tempat, maka stabilitas

pangan (beras) nasional dapat terwujud. Rumah tangga pada situasi darurat

dan saat terjadi kenaikan harga pangan yang tinggi dapat mengharapkan

stabilitas pasokan dan harga dari CBP ini. Dengan demikian CBP dapat

menjadi salah satu alat untuk memperkuat pilar stabilitas ketahanan

pangan.

Kesimpulan

Dari uraian diatas yang menjadi titik pentingnya adalah bahwa regulasi

pasar dalam Islam adalah dimaksudkan agar terjaganya hak dari semua pihak,

baik pembeli maupun penjual. Kehadiran institusi Hisbah pada pasar adalah

untuk menjamin mekanisme pasar berjalan normal terhindar dari diskriminasi.

Karena seringkali pasar menjadi wadah untuk melakukan kecurangan,

ihktikar, pemaksaan dan praktek-praktek kesewenang-wenangan atau tindakan

Page 88: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 85

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

distorsi pasar. Upaya guna miminimalkan dan menghadang distorsi pasar

adalah dengan mengoptimalkan tugas institusi Hisbah dalam bidang ekonomi,

sosial dan moral. Fungsi dalam bidang ekonomi melakukan pengawasan

terhadap ke kegiatan ekonomi di pasar, seperti mengawasi harga, takaran dan

pertimbangan, praktek jual beli terlarang, dan lain-lain. Institusi ini juga

berfungsi meningkatkan produktivitas dan pendapatan. Dalam konteks ke

Indonesiaan institusi Hisbah menjelma menjadi beberapa lembaga pengawasan

mekanisme pasar diantaranya adalah BULOG.

Daftar Pustaka

Al-Ghazali, Abu Hamid, Al-Ihya Ulumuddin. Beirut: Dar Nadwah,tt.

al-Hamsyari, Muhammadi, al-Nidham Al-Iqtishad al-Islamy. Beirut:: Dar

Staqafah, tt.

al-Haritsi, Jaribah bin Ahmad, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khattab, ter. Asmuni

Solihan Zamakhsyari. Jakarta: Khalifa, 2006

Dahlan, Abdul Azis, ed., Ensiklopedi Hukum Islam 6, wilayah al-Hisbah. Jakarta:

PT. Ikhtiar Baru Van Houve, 1997.

Fauzia, Ika Yunia, Prinsip Dasar Ekonomi Islam prespektif Maqashid Syariah.

Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2014.

Furqoni, Hafas, Hisbah: Institusi Pengawas Pasar Dalam Sistem Ekonomi Islam

(Kajian Sejarah dan Konteks Kekinian), Proseding Simposium Nasional

Ekonomi Islam II, Malang 28-29 2004.

Ibn Khaldun, Abdurrahman, Muqaddimah. Beirut: Dar Fikr, tt.

Ibn Taimiyah, al-Hisbah fi al-Islam. Riyadl: Mansyurat al-Muassasah al-

Sa‟idiyah, tt.

___________, Majmu‟ Fatawa Shaikh al-islam Ahmad Ibn Taimiiyyah. Riyadh: al-

Riyadh Press, 1381) Vol 8, Dalam PEEI UII, Ekonomi Islam. Jakarta:

Rajawali Press, 2008,

Imam Muslim, Shahih Muslim. Beirut: Dar Ihya al-Turats Al-Arabi, tt, 99.

Islahi, Abdul Azhim, Economic Concepts of Ibn Taimiyah. London: The Islamic

Foundation, 1824.

Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi 2 Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, 2004.

_________________. Ekonomi Mikro Islam . Ed.3. Jakarta: PT RajaGraindo

Persada,2007.

Muhammad Abdul Mannan, Islamic Economic Theory and Practice. Islamabad: ,

1970.

Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Prespektif Islam. Yogyakarta: BPFE, 2004.

Qardlawi, Yusuf Qardlawi, Min Fiqh al-Daulah fi al-Islam. Kairo: Dar al-Syuruq,

1997.

Page 89: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Sukamto 86

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Rozalinda, Ekonomi Islam Teorindann Aplikasinya pada Aktifitas Ekonomi. Jakarta:

Rajagrafindo Persada, 2014.

Ya‟kub, Abu Yusuf, Kitab AlKharaj .Beirut : Dar Ma;rifah, 1989.

Zainab al-Khudury, Filsafat Sejarah Ibn Khaldun penj. Ahmad Rafi‟ Usmani

(Bandung: Pustaka, 1998), 9.

Page 90: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Aang Kunaifi 87

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

IMPLEMENTASI PEMASARAN SYARI’AH BERBASIS HUMAN SPIRIT

DALAM ISLAMIC FINANCE

(Studi Kasus Strategi Pemasaran di Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah

(BPRS) Bhakti Sumekar Kabupaten Sumenep)

Oleh: Aang Kunaifi

Abstrak: Kegiatan bisnis sebagai bagian dari kegiatan ekonomi

memiliki anatomi yang unik dan kompleks. Pengelolaan bisnis harus

dilakukan secara serius dengan menerapkan strategi pemasaran yang

baik, terarah dan berorientasi kepada costumer satisfaction. Penelitian

ini ditujukan untuk mengetahui dan menganalisis dua hal yaitu;

implementasi strategi pemasaran berbasis human spirit di Bank

Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) Bhakti Sumekar Kabupaten

Sumenep dan selanjutnya mengetahui tingkat keberhasilan

implementasi strategi pemasaran tersebut berdasarkan perspektif

pemasar dan nasabah.

Untuk mengetahui dan menganalisis kedua hal tersebut penelitian ini

dilakukan dengan metode kualitatif dan strategi studi kasus. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan eksplorasi data

dari informan yang kompeten seperti direktur, manajer pemasaran,

manajer personalia, tenaga pemasar dan nasabah. Untuk menguatkan

sekaligus sebagai teknik validasi data, penulis juga menggunakan

instrumen kuesioner yang didistribusikan kepada 100 nasabah dan 10

pemasar. Penulis juga melakukan cross chek data yang didapatkan

tersebut dengan informasi resmi perusahaan yang terdapat dalam

situs resmi perusahaan, dokumen resmi perusahaan dan media massa.

Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa BPRS Bhakti

Sumekar Kabupaten Sumenep telah mengimplementasikan dengan

baik strategi pemasaran berbasis human spirit dalam substansi

aktivitas pemasarannya. Bentuk implementasi yang dimaksud berupa:

Komunikasi horisontal antara sesama karyawan, penyediaan produk

jasa keuangan yang terjangkau, pengaturan kegiatan ibadah,

penyediaan sarana dan kegiatan ibadah yang representatif dan

berbagai kegiatan nonmaterial. Berdasarkan angket yang disebar

kepada 10 karyawan dan 100 nasabah BPRS Bhakti Sumekar, kedua

stakeholder tersebut menyatakan dan merasakan keberadaan human

spirit dalam kegiatan pelayanan BPRS Bhakti Sumekar. Secara

statistik deskriptif tingkat keberhasilannya dinyatakan dengan tingkat

diatas 88% versi pemasar di lingkungan perusahaan dan 93% versi

nasabah.

Page 91: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Aang Kunaifi 88

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Dengan demikian strategi pemasaran syari’ah berbasis human spirit

dalam sebuah Islamic Finance sangat prospektif. Sebab secara faktual

didapatkan bahwa strategi ini mampu meningkatkan pertumbuhan

nasabah melalui penciptaan trust yang didasarkan pada nilai-nilai

spiritual Islam. Di dalam kultur masyarakat yang religius, strategi ini

sangat produktif untuk diterapkan demi pencapaian sustainability

suatu perusahaan, khususnya islamic finance.

Kata Kunci: Pemasaran Syari’ah, Human Spirit, Islamic Finance

Pendahuluan

Setiap organisasi memiliki harapan sekaligus tanggungjawab untuk

menjalankan aktivitasnya secara berkesinambungan. Sebab kesinambungan

aktivitas organisasi merupakan salah satu inidikasi pengelolaan yang benar

sesuai dengan standar operasional. Demikian halnya dengan entitas bisnis

kesinambungan operasional merupakan keniscayaan untuk setidaknya

mengembalikan modal yang telah diinvestasikan (mencapai titik break even

point). Kesinambungan dalam bisnis sering diistilahkan dengan sustainability

menjadi tolak ukur waktu dan volume pencaian laba usaha. Sehingga sangat

wajar jika pengelola bisnis harus melakukan effort untuk menaklukkan berbagai

kompetisi pasar.

Salah satu instrumen memenangkan market competition adalah strategi

pemasaran. Melalui strategi pemasaran, perusahaan membuat berbagai

program-program pemasaran yang focus, effective, dan effecient. Strategi

pemasaran yang baik akan menjadikan program-program pemasaran berjalan

dengan sistematis, mendapatkan respon positif dari pasar, dan meminimalisasi

cost of operation. Sebuah hasil penelitian menguatkan kongklusi di atas, yaitu

mengenai penyebab rendahnya daya saing pebisnis UMKM (usaha mikro, kecil,

dan menengah) adalah tidak memiliki perencanaan pemasaran yang baik.1

Hasil penelitian lainnya juga menyebutkan setidaknya ada 3 kelompok

penyebab kegagalan usaha yaitu: Kegagalan dalam produk dan pasar,

kegagalan dalam masalah finansial, dan kegagalan dalam masalah manajemen.2

Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa pemasaran merupakan hal

yang paling urgen dalam dunia bisnis. Oleh karena itu bisa diambil suatu

pemahaman bahwa kesuksesan bisnis menunjukkan keberhasilan pemasar

dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Sebaliknya, kesuksesan dalam

menjalankan startegi pemasaran akan memberikan kepastian bagi suksesnya

bisnis.

1 Ipan Pranashakti (anggota KADIN Sleman) dari www.ipan.web.id, diakses tanggal 5 Januari 2015. 2 Muhammad Ismail Yusanto, Menggagas Bisnis Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), 58.

Page 92: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Aang Kunaifi 89

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Salah satu perusahaan di bidang keuangan syari’ah yang berada di

pulau Madura yaitu Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) Bhakti Sumekar

bisa dijadikan contoh dalam menerapkan strategi pemasaran. Bank yang

berkategori Rural Bank ini berkantor pusat di Kabupaten Sumenep. BPRS

Bhakti Sumekar tidak hanya memiliki kemampuan sustainability, tetapi juga

growthability yang tinggi. Hal itu dibuktikan dengan perkembangan nasabah

dan diraihnya berbagai penghargaan bergengsi oleh perusahaan tersebut.

Sehingga menarik untuk dilakukan penelitian bagaimana strategi pemasaran

yang diterapkan oleh BPRS Bhakti Sumekar? Serta bagaimana tingkat

keberhasilan strategi tersebut dalam pandangan pemasar dan nasabah BPRS

Bhakti Sumekar?

Terminologi Human Spirit

Human Spirit adalah bagian dari konsep marketing 3.0 (pemasaran

generasi ke-3) yang digagas oleh pakar pemasaran Hermawan Kartajaya dan

Philip Kotler di awal tahun 2010. Gagasan pemasaran berbasis human spirit ini

sudah diseminarkan di beberapa negara dan bukunya sudah diterjemahkan

dalam 23 bahasa dunia.3 Konsep utama pemasaran berbasis human spirit adalah

paradigma pemasar dalam memandang pelanggan sebagai manusia seutuhnya

dengan pikiran, hati dan spirit, bukan hanya obyek penjualan produk atau

pengguna jasa perusahaan. Dalam konsep marketing 3.0 tersebut perusahaan

diharapkan tidak hanya menawarkan manfaat materi dari produk dan jasanya

sebagai pemenuhan kebutuhan, tetapi juga mampu memenuhi nilai-nilai

spiritual para pelanggannya. Konsep tersebut kemudian diimplementasikan

perusahaan dengan melakukan collaborative marketing, cultural marketing, dan

human spirit. Nilai-nilai spiritualitas yang dimaksud dalam marketing 3.0

adalah: the valuing of the nonmaterial aspects of life and intimations of an enduring

reality (memberikan nilai aspek-aspek nonmateri dalam kehidupan dan isyarat

kenyataan yang kekal).4 Realisasi spiritualitas dalam pemasaran akan

memunculnya etos dan kreativitas pemasar dalam melayani para

pelanggannya. Sebab tolak ukur setiap tugas dan pekerjaannya bukan hanya

besarnya materi, namun nilai-nilai nonmateri seperti kepuasan, tantangan,

kebahagiaan, kehalalan, memberikan manfaat yang seluas-luasnya, dan lain

sebagainya.

3 Lihat: Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Seiawan, “Marketing 3.0 Mulai dari Produk ke Pelanggan ke Human Spirit, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010). Lihat juga: Hermawan Kartajaya dan Stephanie Hermawan, Marketing with Heart, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013). 4 Dikuti dari pendapat Charles Handi dalam The Hungry Spirit: Beyond Capitalism, A Quest for Purpose in the Modern World. Lihat: Kotler, Marketing 3.0, 20-21.

Page 93: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Aang Kunaifi 90

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Sedangkan human spirit dalam perspektif Islam adalah bekal yang

diberikan oleh Allah SWT terhadap setiap manusia yang terdiri dari naluri

malaikat dan naluri hewani. Manusia adalah makhluk yang ahsanu taqwim

karena dibekali oleh Allah SWT dengan dua naluri yang menunjukkan

kesempurnaannya, yaitu naluri malaikat dan naluri hewani sekaligus. Akal

yang akan membuat dua hal yang bertolak belakang ini menjadi bersinergi.5

Penjelasan lain mengenai human spirit dapat juga diintepretasikan sebagai

potensi kehidupan yang dimiliki oleh manusia; bahwa manusia memiliki

keistimewaan atau sifat-sifat alamiah yang mendorong manusia melakukan

aktivitas. Keistimewaan manusia terdiri dari tiga hal yaitu: kebutuhan jasmani,

naluri, dan akal (pikiran).6

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa human spirit

merupakan sifat kemanusiaan yang dimiliki oleh manusia secara alamiah dan

merupakan sifat-sifat universal. Sifat yang komprehensif antara nilai materi

dan non materi, yang mendorong suatu aktivitas pemenuhan kebutuhan

manusia (ekonomi) secara sempurna. Pemenuhan yang mampu memuaskan

kebutuhan jasmani, naluri, pikiran, dan spiritual. Aplikasi konsep tersebut akan

melahirkan sebuah produk yang memiliki utility maksimum (rasional) dan

menentramkan hati (emosional dan spiritual).

Jika konsep human spirit dibreakdown ke dalam Islamic value, maka akan

menjadi sebuah strategi pemasaran syari’ah. Yaitu pemasaran yang dilakukan

berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.

Hal ini sudah menjadi permakluman bagi umat Islam akan kesempurnaan dan

komprehensifnya ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan, yaitu

mengenai aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlaq. Allah SWT berfirman dalam Al-

Qur’an surat Al-Maidah ayat 3:

...pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-

cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama

bagimu...”

Company Profile

Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) Bhakti Sumekar yang

berkantor pusat di Jl. Trunojoyo No. 137 Sumenep-Jawa Timur, merupakan

lembaga keuangan syari’ah milik Pemerintah Kabupaten Sumenep, melalui

kepemilikan modal mayoritas sebesar Rp 245.000.000 dari total modal awal

5 Abdullah Munir, Spiritual Teaching: Agar Guru Senantiasa Mencintai Pekerjaan dan Anak Didiknya (Depok: Pustaka Insan Madani, cet. III, 2007), 15. 6 Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual (Bogor: Al-Azhar Press, 2007), 48-55.

Page 94: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Aang Kunaifi 91

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

sebesar Rp 250.000.000.7 Adapun profil ringkas BPRS Bhakti Sumekar dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Sejarah Pendirian BPRS Bhakti Sumekar

Diberlakukannya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

dan Peraturan Pemerintah No.25 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom, memacu Pemerintah

Kabupaten Sumenep melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan

pendapatan asli daerah (PAD). Untuk merealisasikan tujuan tersebut

Pemkab melakukan akuisisi salah satu BPR di Sidoarjo, yaitu PT. BPR Dana

Merapi. Kemudian dibuatlah Memorandum of Understanding (MoU) dan

surat perjanjian kerjasama pendirian Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah

(BPRS) di Kabupaten Sumenep Nomor 910/608b/435.304/200-

1011/BMI/PKS/XII/2001 yang ditandatangani oleh Bupati Sumenep dan

PT. Bank Syari’ah Muamalat Indonesia, Tbk., pada tanggal 27 Desember

2001.8 Setelah mengalami beberapa proses birokrasi, akhirnya PT. BPRS

Bhakti Sumekar menjalankan operasinya dengan prinsip syari’ah secara

resmi mulai tanggal 22 Oktober 2004 berdarkan ijin perubahan kegiatan

usaha dari Gubernur Bank Indonesia No. 6/74/KEP.GBI/2004.

2. Visi dan Misi BPRS Bhakti Sumekar

Visi PT. BPRS Bhakti Sumekar adalah: “Terwujudnya masyarakat

yang makin sejahtera dengan dilandasi nilai-nilai agama dan budaya”.

Sedangkan salah satu misinya adalah”Menjadi Mitra Masyarakat

Bermuamalah dengan Syariah”.

3. Kantor Pelayanan dan Produk

Sampai saat ini BPRS Bhakti Sumekar telah memiliki 1 Kantor

Cabang dan 14 Kantor Kas. Adapun produk jasa perbankan yang

disediakan oleh BPRS Bhakti Sumekar, antara lain: simpanan dan

pembiayaan, berupa: Rahn/Gadai Emas, Talangan Haji, Modal Kerja dan

Investasi, Usaha Kecil Menengah (UKM), Pembiayaan Konsumtif

(Kendaraan, Rumah dan Pensiunan) dan Al Qardul Hasan.

4. Kinerja Keuangan

Per 1 Januari 2014 jumlah nasabah (debitur) baik konsumtif maupun

yang produktif mencapai 17. 612 orang dan jumlah nasabah tabungan

mencapai 27.272 orang, jika dijumlah maka nasabah keseluruhan yang aktif

adalah 44.884 orang. Jika dilihat perkembangan jumlah nasabah BPRS

Bhakti Sumekar dalam 5 tahun terakhir dapat ditunjukkan dalam tabel

berikut ini:

7 Diolah dari sumber resmi/arsip BPRS Bhakti Sumekar Kabupaten Sumenep. 8 Arsip/dokumen BPRS Bhakti Sumekar, lihat juga di www.bhaktisumekar.co.id (tentang kami). Adapun PT. Bank Muamalat Indonesia berperan sebagai pelaksana dan bertanggungjawab terhadap konsultasi perijinan, rekrutmen, pelatihan dan pembinaan.

Page 95: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Aang Kunaifi 92

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Tabel 1. Perkembangan Nasabah BPRS Bhakti Sumekar

Nasabah 2010 2011 2012 2013 2014

Debitur 10.515 11.191 11.194 14.739 17.612

Simpanan 11.742 15.531 17.607 20.837 27.272

Jumlah 22.257 26.722 28.801 35.576 44.884

Perkembangan jumlah nasabah BPRS Bhakti Sumekar menunjukkan

2 hal penting, yaitu keberhasilan BPRS Bhakti Sumekar memberikan

pelayanan yang baik terhadap para nasabahnya dan hal yang kedua bahwa

animo masyarakat terhadap keberadaan lembaga keuangan yang berprinsip

syari’ah (dalam hal ini bank pembiayaan rakyat syari’ah) sangat positif.

Sehingga bisa menjadi stimulus bahwa bisnis di sektor keuangan syari’ah

masih sangat menjanjikan. Untuk kasus BPRS Bhakti Sumekar, selama 5

tahun jumlah nasabah keseluruhan mengalami peningkatan sebesar

101,66%.

Tabel 2. Kinerja Keuangan BPRS Bhakti Sumekar9

Keterangan 2010

(x 1.000)

2011

(x 1.000)

2012

(x 1.000)

2013

(x 1.000)

2014

(x 1.000)

Asset 154.349.813 174.470.322 228.051.051 317.486.372 412.436.639

Laba Kotor 10.859.151 11.096.869 12.512.964 15.466.813 15.674.527

ROA 7,43% 6,82% 6,24% 5,63% 3,80%

5. Prestasi dan Penghargaan

Berikut ini beberapa prestasi sekaligus penghargaan yang diraih

BPRS Bhakti Sumekar selama 5 tahun terakhir, yaitu:

a. Penerima penghargaan dari Infobank atas kinerja keuangan tahun 2011

dengan predikat sangat bagus. Penghargaan ini diterima pada tanggal 4

Oktober 2012 dalam acara Sharia Finance Award 2012;

b. Penerima penghargaan dari Infobank atas kinerja keuangan tahun 2012

dengan predikat sangat bagus. Penghargaan ini diterima pada tanggal 6

Nopember 2013 dalam acara Sharia Finance Award 2013;

c. Penerima penghargaan dari Infobank atas kinerja keuangan tahun 2013

dengan predikat sangat bagus. Penghargaan ini diterima pada tanggal 30

September 2014 dalam acara Sharia Finance Award 2014;

d. Penerima penghargaan dari Karim Consulting atas the best islamic rural

bank peringkat ke-2. Penghargaan diterima pada tanggal 22 Februari

2013 dalam acara The 9th Islamic Finance Award 2013;

e. Penerima penghargaan Karim Consulting sebagai the most profitable

islamic rural bank peringkat ke-1 sekaligus the best islamic rural bank

9 Data diolah dari Company Profile BPRS Bhakti Sumekar (data keuangan yang sudah diaudit tahun 2010 s.d tahun 2013), untuk data laporan keuangan tahun 2014 diolah dari laporan keuangan yang diperoleh penulis dari data manajemen dan cross chek dengan publikasi website.

Page 96: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Aang Kunaifi 93

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

peringkat ke-2. Kedua penghargaan ini diterima pada tanggal 24

Februari 2014.

Strategi Pemasaran BPRS Bhakti Sumekar

Keberhasilan BPRS Bhakti Sumekar meraih penghargaan sebagai bank

pembiayaan rakyat syari’ah terbaik secara nasional dapat dikatakan sebagai

bukti keberhasilan strategi pemasaran yang diterapkannya. Mengingat,

indikator penghargaan yang diraih tersebut diukur dari kinerja keuangan atau

perolehan laba perusahaan selama 3 tahun terakhir. Yang hasilnya

menunjukkan bahwa pertumbuhan nasabah BPRS Bhakti Sumekar

berpengaruh secara signifikan terhadap produktifitas perusahaan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dapat dianalisis strategi

pemasaran yang telah dilakukan oleh BPRS Bhakti Sumekar, antara lain:

1. Menjadikan data historis berupa laporan keuangan dan update

perkembangan nasabah setiap tahunnya, bahkan laporan keuangan dibuat

setiap 3 bulan sekali (triwulan);

2. Melakukan market research secara masif oleh setiap tenaga pemasar baik

yang ada di kantor pusat, kantor cabang maupun kantor kas untuk

mengetahui selera nasabah. Selanjutnya informasi diakomodasi dan

didiskusikan dengan sesama pemasar yang dipimpin oleh Kepala Divisi

Pemasaran. Koordinasi antara sesama pemasar biasanya dilakukan untuk

memantau perkembangan target pasar sekaligus memonitor kemampuan

perusahaan dalam pencapaian Segmentation, Targetting & Positioning (STP);

3. Market share biasanya dirilis setiap tahun bersama dengan laporan

pertanggungjawaban direksi kepada RUPS. Jika menggunakan acuan data

tahun 2014, jumlah nasabah simpanan sebanyak 27.272 nasabah pemilik

simpanan di BPRS Bhakti Sumekar, maka market share pada tahun tersebut

sekitar 40%. Analisis market share tersebut berdasarkan data berikut:

Tabel 3. Rasio Pemilik Tabungan di Indonesia Tahun 2014

Keterangan Jumlah (Jiwa)

RASIO

Jumlah Penduduk 252.164.80010 100%

Jumlah Pemilik Akun di Bank 70.000.00011 27,76%

Jumlah Pemilik Akun di Bank Syari’ah

13.400.00012 5,31%

Rasio Pemilik Akun di Bank Syari’ah terhadap Jumlah Pemilik Akun di Bank

19,14%

10 www.bps.go.id diakses tanggal 21 April 2015 pukul 08.00wib. 11 www.kompas.com, diakses tangga 21 April 2015 pukul 08.20 wib, sebagaimana disampaikan Budi Gunadi Sadikin (Dirut Bank Mandiri) tahun yang sama yaitu 2014. 12 www.dream.co.id diakses tanggal 21 April 2015 pukul 08.30 wib. Data per akhir tahun 2013.

Page 97: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Aang Kunaifi 94

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Tabel 4. Jumlah Pemilik Simpanan di Kabupaten Sumenep

Keterangan Jumlah (Jiwa) Rasio

Penduduk 1.051.763 100%

Pemilik Simpanan di Bank 294.49413 28%

Pemilik Simpanan di Bank

Syari’ah

56.36714 5,3%

4. Dengan pertimbangan ketiga unsur diatas, pihak manajemen bisa

menyusun dan menetapkan sebuah strategi pemasaran yang harus

dijalankan.15 Sebagaimana data dari hasil observasi, informasi dari manajer

pemasaran, asisten personalia dan tenaga pemasar BPRS Bhakti Sumekar

strategi pemasaran yang telah dijalankan antara lain:

a. Product

Strategi produk yang dilakukan adalah menyediakan produk jasa

keuangan yang beragam sehingga mampu mengakomodasi berbagai

keinginan dan kebutuhan masyarakat yang sesuai bagi profesi,

kepentingan dan kondisi sosial masyarakat. Untuk simpanan, BPRS

Bhakti Sumekar memiliki 3 pilihan untuk nasabah antara lain deposito

berjangka mudharabah 1 sampai 12 bulan, tabungan barokah wadiah

dan tabungan qur’ban mudharabah. Sedangkan untuk produk

pembiayaan ada 6 produk yang ditawarkan kepada nasabah yaitu;

rahn/gadai emas, talangan haji, modal kerja dan investasi, UKM,

pembiayaan konsumtif dan al qardh al hasan (pinjaman kebajikan). Tiga

produk simpanan dan enam produk pembiayaan tersebut sudah mampu

memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat terhadap jasa keuangan

dengan sistem syari’ah. Nasabah BPRS Bhakti Sumekar yang terdiri dari

Pegawai Negeri Sipil (PNS), nelayan, petani, pedagang UKM, kalangan

profesional, mahasiswa dan pelajar menjadi indikasi bahwa produk

yang disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

b. Price

Untuk produk simpanan yang terdiri dari 3 produk jasa

keuangan, BPRS Bhakti Sumekar menetapkan nisbah dan biaya

administrasi sebagai berikut:

1) Deposito berjangka 1, 3 dan 6 bulan nisbah 55% untuk nasabah

13 Dihitung berdasarkan rasio kepemilikan akun di Bank secara nasional (28% dari jumlah penduduk) 14 Dihitung berdasarkan rasio kepemilikan akun di Bank Syari’ah secara nasional (5,31% dari jumlah penduduk) atau (19,14% dari jumlah pemilik akun di Bank secara keseluruhan) 15 Ismail Nawawi dalam bukunya Manajemen Perbankan Syari’ah menjelaskan bahwa keputusan yang bersifat strategis dalam organisasi perusahan merupakan tanggung jawab manajemen lini atas (Top Management). Dalam hal ini, manajemen lini atas BPRS Bhakti Sumekar adalah Direksi yang terdiri dari Direktur Utama, Direktur Bisnis dan Direktur Operasional. Lihat Ismail Nawawi Uha, Manajemen Perbankan Syari’ah (Jakarta: VIV Press, 2014), 78.

Page 98: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Aang Kunaifi 95

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

2) Deposito berjangka 12 bulan nisbah 45% untuk nasabah

3) Tabungan barokah wadiah tidak diberikan nisbah bagi hasil, tetapi

ada bonus

4) Tabungan qurban mudharabah, nisbah 55% untuk nasabah

5) Semua jenis simpanan tersebut tidak dikenakan biaya administrasi

6) Semua jenis pembiayaan BPRS Bhakti Sumekar menetapkan harga

angsuran dan ijaroh yang bervariasi dengan nilai maksimum 15% per

tahun. Berdasarkan tabel harga angsuran pembiayaan konsumtif

misalnya untuk kendaraan dan perumahan, perusahaan menetapkan

angsuran yang relatif lebih rendah dari lembaga pembiayaan lain

ditambah dengan fasilitas lainnya seperti; bebas biaya finalti dan

bebas biaya administrasi. Jangka waktu pengembalian untuk

perumahan bisa 240 bulan dan 120 bulan untuk kendaraan roda 4.

c. Place

Strategi distribusi dan sebaran pelayanan dilakukan dengan

cermat, yaitu menempatkan lokasi kantor kas di setiap kecamatan yang

prospek. Dari 27 kecamatan yang ada di Kabupaten Sumenep, BPRS

Bhakti Sumekar sudah memiliki kantor kas di 12 kecamatan. Keberadaan

12 kantor kas tersebut memudahkan akses nasabah untuk mendapatkan

jasa keuangan dari BPRS Bhakti Sumekar.

d. Promotion

Perkembangan sarana dan media promosi saat ini menuntut

kemampuan pemasar untuk memilih atau mengkombinasi media

tersebut dengan tepat supaya mendapatkan hasil yang efektif dan

efesien. Penentuan bauran promosi (promotional mix) harus disesuaikan

dengan sasaran pasar untuk jenis produk tertentu. Bauran promosi yang

dimaksud antara lain:16

1) Periklanan; berupa penggunaan media massa dan media elektronik

sebagai alat komunikasi dengan publik. Dalam hal ini BPRS Bhakti

Sumekar hanya memanfaatkan untuk mengiklankan produknya di

stasiun TV lokal, Radio FM, dan koran lokal. Pengiklanan di ketiga

media tersebut sangat efektif mengingat jangkauannya sangat tepat

sasaran;

2) Publisitas; merupakan komunikasi perusahaan dengan komunitas

atau sasaran pasar tertentu. Dalam hal ini BPRS Bhakti Sumekar

menerapkannya dalam bentuk merilis profil dan perkembangan

perusahaan dan mempresentasikannya di kalangan tertentu seperti

jajaran Muspida, Muspika, komunitas nelayan, komunitas pedagang,

kalangan akademisi, mahasiswa, guru, pesantren dan lain

16 Ali Hasan, Marketing..., 160.

Page 99: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Aang Kunaifi 96

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

sebagainya. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan informasi

yang lengkap kepada masyarakat atau calon nasabah.17 Publisitas

dilakukan dalam berbagai bentuk seperti presentasi, acara seminar

kewirausahaan dan dalam bentuk branding dalam pameran

pembangunan, festival dan lain sebagainya;

3) Promosi penjualan, merupakan peromosi khusus untuk mengenalkan

produk atau layanan baru bisa juga untuk meningkatkan penjualan

produk tertentu;

4) Personal selling, dilakukan oleh BPRS Bhakti Sumekar dengan

mengoptimalkan kinerja pemasar yang tersebar di setiap kantor kas;

Analisis Strategi Pemasaran Berbasis Human Spirit di BPRS Bhakti Sumekar

BPRS Bhakti Sumekar telah melakukan program-program pemasaran

terhadap kedua strategi tersebut antara lain:

1. Collaborative Marketing

a. Memiliki website sebagai media informasi resmi perusahaan yang

mudah diakses.

b. Membuka akses secara langsung antara pihak manajemen perusahaan

dengan nasabah, untuk setiap persoalan seperti pengaduan, koreksi,

kesan terhadap layanan dan lain sebagainya melalui email dan sms

center.

c. Secara individual staff pemasaran yang tersebar di 12 kantor kas

sebagian besar telah memanfaatkan media sosial seperti facebook,

tweeter dan BBM untuk melakukan komunikasi dengan para nasabah.

Pemasar memanfaatkan komunikasi dengan nasabah melalui media

sosial terkait transaksi di BPRS Bhakti Sumekar. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemasar merasa terbantu dengan pemanfaatan

media sosial tersebut.

2. Cultural Marketing

Penggunaan instrumen kedaerahan sebagai daya tarik dan

komunikasi dengan nasabah merupakan upaya untuk menciptakan citra

bahwa perusahaan ada dan peduli terhadap masyarakat setempat. Hal

tersebut akan menciptakan kerekatan hubungan emosional dan

menghilangkan gap. Nasabah akan merasa semakin akrab, menjadi bagian

dari perusahaan tanpa sedikitpun kesan asing saat berada dalam

lingkungan perusahaan dan pada saat berinteraksi dengan perusahaan.

Beberapa instrumen kedaerahan yang bisa dijadikan indikator antara lain:

17 Berdasarkan observasi penulis selama penelitian mulai tanggal 18 Februari s.d 22 April 2015, diperkuat dengan informasi yang didapat penulis dari informasi Cahya Wiratama (Direktur Operasional BPRS Bhakti Sumekar).

Page 100: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Aang Kunaifi 97

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

a. Bahasa, merupakan alat komunikasi utama. Bahasa yang mudah

dimengerti dan dipahami sangat membantu kelancaran transaski bisnis.

88% pemasar BPRS Bhakti sumekar menggunakan multi bahasa yaitu

bahasa nasional dan bahasa daerah (Jawa dan Madura) dalam

berkomunikasi baik kepada nasabah maupun dengan sesama karyawan

di perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa nasional masih

menjadi bahasa utama dalam berkomunikasi. Keterbatasan kosakata

bahasa daerah di bidang perbankan bisa berakibat: simpang makna

(missunderstanding), terkesan tidak sopan, tidak elegan dan lain

sebagainya. Tetapi untuk perusahaan multinasional (Multinational

Corporate) bahasa sebagai salah satu instrumen cultural marketing tetap

dibutuhkan, yaitu bahasa lokal dalam arti bahasa bangsa, misalnya;

bahasa Indonesia, bahasa Melayu, Tagalog, Sansekerta, Urdu dan lain

sebagainya.

b. Pakaian Khas

Karyawan BPRS Bhakti Sumekar selama lima hari kerja, mengenakan

dua jenis seragam, yaitu company dresscode dan batik. Batik yang

digunakan rata-rata batik tulis yang diproduksi di Madura, selain

motifnya yang ekslusive harganya juga terjangkau.

Gambar 1. Lukisan Karapan Sapi Sebagai Visualisasi

Cultural Marketing Terdapat dalam Brosur BPRS Bhakti Sumekar

c. Lainnya

Selain bahasa dan seragam, ternyata pemasar BPRS Bhakti Sumekar

beranggapan bahwa upaya perusahaan menampilkan kesan nilai

budaya madura adalah dengan:

1) Partisipasi dalam setiap pameran dan festival budaya

2) Partisipasi dalam tugu keris yang merupakan icon budaya madura

3) Doa bersama saat apel pagi dan sore sebagai budaya madura yang

relijius

3. Pemasaran Berbasis Human Spirit di BPRS Bhakti Sumekar

a. Hubungan komunikasi horisonal bukan vertikal

Page 101: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Aang Kunaifi 98

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Kepercayaan nasabah terhadap perusahaan akan semakin tinggi jika

dibangun secara horisontal, yaitu adanya kenyataan bahwa nasabah

akan tertarik untuk bertransaksi di lembaga keuangan tertentu jika

mendapatkan informasi yang baik atau menguntungkan dari nasabah

lain. Jika informasi yang baik tersebut berasal dari pihak perusahaan,

tingkat kepercayaan yang dibangun tidak lebih dari 60%. Nasabah akan

berguman dalam hati: “ahh, biasa...namanya perusahaan, pasti dibuat

baik supaya produknya laku...” Namun jika yang menyampaikan

informasi adalah nasabah yang sudah pernah bertransaksi, maka

biasanya calon nasabah tersebut pasti akan mengatakan: “saya akan

mencobanya...”. Komunikasi nasabah vis a vis nasabah merupakan

wujud komunikasi horisontal, sedangkan komunikasi pemasar atau

perusahaan dengan calon nasabah merupakan bentuk komunikasi

vertikal. Oleh karena itu, berusaha menciptakan atau membangun

komunikasi horisontal sangat dibutuhkan oleh pemasar, sebab dengan

jalan demikian tingkat trust akan semakin tinggi. Komunikasi horisontal

bisa dibangun dengan cara:

1) Mendesain gaya komunikasi pemasar dari menggurui atau

memberitahu beralih kepada bercerita atau berbagi

2) Melakukan komunikasi dengan bahasa keakraban (bahasa lokal)

yang santun dan tidak berlebihan

3) Memberikan informasi yang jujur dan berimbang, tidak memojokkan

produk lain

b. Menciptakan persona, yaitu tokoh fiktif yang diambil dari pengalaman

bertransaksi dengan perbankan dan menceritakan testimoninya

c. Senantiasa konsisten memberikan saran dan solusi terhadap nasabah

yang merasa kesulitan dalam bertransaksi

d. Untuk implementasi dalam lingkungan pemasar dan pihak manajemen

berupa suasana keakraban, terjadinya sharing, memberikan perintah

secara persuasif. Inilah yang diterapkan atau setidaknya dirasakan oleh

pemasar di BPRS Bhakti Sumekar, bahwa berdasarkan data responden

(tenaga pemasar), 89% merasakan adanya bimbingan atau bantuan dari

pimpinan dan rekan kerja untuk menyelesaikan tugas mereka serta rasa

nyaman mereka terhadap komunikasi diluar pekerjaan seperti

membicarakan masalah keluarga dan kegiatan lainnya di luar pekerjaan.

Itulah yang dimaksuk dengan sharing atau komunikasi horisontal.

e. Pujian dan penghargaan

Pujian dan penghargaan merupakan manifestasi atas kebutuhan ego

atau aktualisasi diri (gharizah al-baqa’). Pujian dan penghargaan akan

menstimulus etos dan semangat kerja sehingga produktifitas meningkat.

Page 102: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Aang Kunaifi 99

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Hampir seluruh tenaga pemasar di perusahaan ini pernah mendapatkan

penghargaan dari perusahaan dalam bentuk hadiah dan promosi

jabatan. Bahkan ada yang menyatakan pernah mendapatkan pujian

langsung saat berhasi menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

f. Hubungan kerja yang harmonis

Hubungan kerja yang harmonis akan memberikan energi kepada setiap

pemasar dan karyawan secara umum untuk memberikan yang terbaik.

Sebab melalui hubungan yang harmonis, teamwork yang solid akan

tercipta, sehinga sebesar apapun kendala yang dihadapi pemasar dalam

merealisasikan tujuan (yaitu mendapatkan kepuasan dan loyalitas

nasabah) dapat segera diatasi dengan baik. Pemasar di perusahaan ini

mengungkapkan bahwa hubungan sesama rekan kerja berjalan akrab.

g. Kegiatan spiritual

Kegiatan spiritual merupakan kegiatan nonmaterial namun berperan

penting dalam proses pencapaian tujuan suatu kegiatan. Jika dipandang

dari aspek kebutuan, maka spiritual merupakan bagian dari naluri

manusia, yaitu naluri mensucikan sesuatu (gharizah al-tadayyun) yang

manifestasinya adalah ibadah atau penghambaan kepada al-khaliq.

Aktivitas spiritual yang tinggi akan meningkatkan penjualan

perusahaan, khususnya dalam pasar spiritual. Sebagaimana penjelasan

Ali Hasan bahwa pangsa pasar syariah ada 3 macam, yaitu pasar

rasional, pasar emosional dan pasar spiritual. Ketiga pasar tersebut

merupakan aspek penting bagi nasabah dalam kalkulasi pemenuhan

kebutuhan mereka di bidang jasa keuangan untuk bisa memberikan

manfaat bagi pribadi, keluarga dan masyarakat serta sebagai jembatan

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (falah)18.

Kegiatan spiritual di lingkungan BPRS Bhakti Sumekar dapat di uraikan

sebagai berikut:

1) Pihak perusahaan menyediakan tempat ibadah (mushalla) yang

representatif.

2) Shalat berjamaah (dhuhur dan ashar) diatur supaya diikuti dan

dilaksanakan seluruh karyawan. Biasanya salah satu direktur yang

menjadi imam shalat.

3) Pimpinan perusahaan menetapkan waktu istirahat untuk karyawan

laki-laki istirahat pada saat shalat Jum’at, mulai jam 11.00 s.d

13.00wib.19

18 Ali Hasan,Marketing Bank Syariah, 11. 19 Penjadwalan istrirahat shalat Jum’at bagi karyawan laki-laki (muslim) merupakan kebijakan yang sangat dibutuhkan. Sebab keleluasaan dalam menjalankan shalat Jum’at merupakan pemenuhan terhadap gharizah tadayyun yang berdampak menciptakan suasana ketenangan dalam jiwa karyawan. Hal tersebut merupakan sesuatu yang urgen mengingat banyaknya

Page 103: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Aang Kunaifi 100

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

4) Melaksanakan secara rutin peringatan hari besar Islam, serta kajian

rutin untuk karyawan.

5) Informasi dari karyawan menyebutkan kajian dilaksanakan 1

bulanan dan dwimingguan.

6) Penetapan pembebasan biaya administrasi, biaya penalti dan biaya

pembuatan surat keterangan penjaminan/agunan.

7) Peran aktif perusahaan dalam setiap kegiatan organisasi ke-Islaman

seperti pesantren, ormas dan lembaga pendidikan dengan

memberikan dana sponsor.

8) Memberikan bantuan langsung kepada para guru ngaji di pedalaman

dan para dhuafa.

Strategi pemasaran syari’ah berbasis human spirit telah memberi

pengaruh signifikan terhadap tingkat kepuasan nasabah. Hal tersebut

dibuktikan berdasarkan hasil olah kuisioner yang diberikan kepada 100

nasabah mengenai kepuasan para nasabah BPRS Bhakti Sumekar terhadap

pelayanan perusahaan bahwa sebesar 84% menyatakan puas, 5%

menyatakan tidak puas, dan 11% menyatakan tidak tahu.

Tingkat Keberhasilan Implementasi Pemasaran Berbasis Human Spirit di

BPRS Bhakti Sumekar Kabupaten Sumenep

1. Opini keberhasilan perpektif pemasar atau karyawan

Secara umum yaitu hampir semua responden dari karyawan di

bagian pemasaran (account officer) BPRS Bhakti Sumekar sepakat

menyatakan bahwa penggunaan media sosial sebagai alat komunikasi

kolaboratif, kesan kedaerahan dan gaya komunikasi khas daerah yang

memunculkan kesan keakraban (horizontal communication) dan penerapan

strategi pemasaran berbasis human spirit telah membantu dan memudahkan

bagian pemasaran untuk menjalankan tugasnya. Kemudahan yang

dimaksudkan tentunya berupa tercapainya target penjualan melalui deal-

deal atau transaksi yang jelas dan bermanfaat serta kemudahan dalam

menyelesaikan kendala transaksi terhadap nasabah, tagihan dan lain

sebagainya. Hal tersebut ditegaskan dalam hasil angket terhadap karyawan

bagian pemasar mengenai pertanyaan: “Apakah pemanfaatan media sosial,

kesan kedaerahan dan berbagai kegiatan human spirit tersebut membantu

Anda dalam menyelesaikan tugas di BPRS Bhakti Sumekar?” Hasilnya 8

orang (88%) menjawab “Ya” dan 1 orang tidak menjawab.

kasus ketidakharmonisan antara atasan dan bawahan dalam suatu perusahaan hanya karena dipicu oleh persoalan istrirahat shalat Jum’at. Seperti diberitakan dalam situs berita online suara andalas mengenai pemecatan satpam Bank Danamon hanya karena pelaksanaan shalat Jum’at. Lihat www.suaraandalas.com diakses tanggal 14 Mei 2015 jam 16.00wib.

Page 104: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Aang Kunaifi 101

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

2. Opini keberhasilan perpektif nasabah

Sebanyak 74 responden memberikan jawabannya dari 100 angket

yang didistribusikan oleh penulis untuk nasabah di beberapa kantor

pelayanan BPRS Bhakti Sumekar, yaitu di Kantor Pusat Sumenep, Kantor

Cabang Pamekasan, 6 Kantor Kas/Unit di Sumenep dan 2 Kantor Kas/Unit

di Pamekasan. Penulis mengajukan pertanyaan akhir, “Apakah Anda

merasa puas dengan pelayanan BPRS Bhakti Sumekar?”. Hasilnya 69

responden (93%) menjawab “Ya”, 1 responden menjawab “Tidak” dan 4

sisanya menjawab “Tidak Tahu”. Sehingga secara umum dapat disimpulkan

bahwa penerapan strategi pemasaran berbasis human spirit membuahkan

hasil dan dapat dirasakan oleh pemasar dan nasabah BPRS Bhakti Sumekar.

Kesimpulan

1. BPRS Bhakti Sumekar Sumenep telah menerapkan strategi pemasara

syari’ah berbasis human spirit mealalui program collaborative marketing,

cultural marketing dan human spirit yang bekerja secara simultan sebagai

konsep sekaligus strategi pemasaran. Strategi tersebut sangat relevan

dengan kegiatan jasa keuangan yang seharusnya memang dibangun atas

kepercayaan (trust) akan memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan.

Lebih-lebih kepercayaan tersebut berbasis human spirit atau spiritual, sebuah

nilai nonmateri yang benar-benar menempatkan nasabah sebagai manusia

seutuhnya dengan pikiran, hati dan jiwa.

2. Tingkat keberhasilan sangat tinggi, yaitu 88% versi pemasar dan 93% versi

nasabah. Hal ini menunjukkan efektivitas strategi pemasaran yang telah

diaplikasi dalam program-program pemasaran secara berkesinambungan.

Daftar Pustaka

Abdurrahman, Hafidz, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, Bogor: Al-Azhar

Press, 2007.

Hasan, Ali, Marketing Bank Syari’ah, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010.

Ismail, Muhammad Yusanto dan Karebet Wijaya Kusuma, Menggagas Bisnis

Islami, Jakarta: Gema Insani Press, 2002.

Kartajaya, Hermawan, Marketing with Heart, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2013.

Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran Edisi 13, Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2013.

Kotler, Philip, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan, Marketing 3.0 Mulai

dari Produk ke Pelanggan ke Human Spirit, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010.

Munir, Abdullah, Spiritual Teaching: Agar Guru Senantiasa Mencintai Pekerjaan

dan Anak Didiknya, Depok: Pustaka Insan Madani, 2007.

Nawawi, Ismail Uha, Manajemen Perbankan Syari’ah, Jakarta: VIV Press, 2014.

Page 105: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Aang Kunaifi 102

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

www.bhaktisumekar.co.id

www.bps.go.id

www.dream.co.id

www.ipan.web.id

www.kompas.com

www.suarandalas.com

Page 106: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 103

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

SUSTAINABILITY PINJAMAN BERGULIR UPK PNPM PERKOTAAN,

PELUANG CHANELING BANK SYARIAH

Oleh: Binti Nur Asiyah

Abstraksi: Penelitian ini bertujuan mengetahui Sustainability

pinjaman bergulir UPKPNPM Perkotaan, peluang chaneling Bank

syariah. Tulisan ini menggunakan metode penelitian

denganpendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.

Pertumbuhan Aset Bank Syariah cenderung melambat sampai dengan

tahun 2014, pertumbuhan hanya sebesar 12% dibanding tahun 2013.

Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi kita mencapai 6,3%. Fokus

masalah dari penelitian ini adalah pertama, Bagaimana Perkembangan

pinjaman Bergulir di Tulungagung? Kedua, Bagaimana

perkembangan LAR, PAR, ROI, CCr pada Pinjaman Bergulir di

Tulungagung? Ketiga, Apa dampak pinjaman bergulir bagi

perekonomian masyarakat desa setempat? Keempat, Bagaimana

peluang sumber dana perguliran pasca pendampingan PNPM

Perkotaan berakhir? Kelima, Persentase UPK yang memungkinkan

chaneling dengan Lembaga Keuangan Syariah?

Hasil penelitian ini menunjukkan: pertama, Pinjaman bergulir UPK

berkembang bagus dilihat dari Jumlah KSM maupun realisasi

pinjaman bergulir, kedua, Pinjaman bergulir memiliki kinerja bagus

dilihat dari LAR, PAR, ROI dan CCr. Ketiga, Pinjaman bergulir

berdampak signifikan bagi perekonomian masyarakat, baik dalam

bidang perdagangan, usaha kecil, pertanian, Keempat, Diharapkan

agar UPK bisa bersinergi dengan Industri Keuangan terutama

Industri Keuangan Syariah, Kelima, Peluang UPK bermitra dengan

Industri Keuangan Syariah berkisar 52%, yakni yang memiliki

tingkat pengembalian pinjaman bagus, dan KSM yang telah purna

status miskin.

Kata Kunci: Sustainability, Pinjaman Bergulir, PNPM Perkotaan,

Bank Syariah.

Pendahuluan

Perekonomian merupakan jantung kehidupan bagi masyarakat. Semua

lapisan masyarakat berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup dan

kehidupannya dalam peradaban mencari penghidupan yang layak dengan

memperjuangkan ekonomi keluarga.Pemerintah dengan programnya hampir

Page 107: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 104

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

tiap dekade kepemimpinan negara, ekonomi merupakan satu visi utama yang

tidak tertinggal. Bahkan tidak sedikit ekonomi sebagai bahan kampanye tiap

persaingan calon pemimpin. Era kepemimpinan mantan presiden Susilo

Bambang Yudono dengan program PNPM Perkotaannyasejak tahun

1999,1menjadikan kegiatan ekonomi sebagai titik tekan diantara ketiga

programnya yaitu kegiatan sosial, ekonomi dan Lingkungan.

Ekonomi yang menjadi salah satu fokus pembangunan, tiap dekade

mengalami evaluasi, baik untuk dilanjutkan maupun sebaliknya dihentikan

atau diganti program lain. Program ekonomi tersebut fokus ke dalam program

ekonomi bergulir di masyarakat. Program tersebut mendapat suport dana dari

bantuan langsung masyarakat (BLM), oleh karena tingkat kemapanan

organisasinya sudah bisa dipastikan memiliki sifat yang kokoh di masyarakat

melalui Unit Pengelola Keuangan di bawah naungan Badan Keswadayaan

masyarakat (BKM) di masing-masing desa.Data Unit Pengelola Keuangan

(UPK) secara nasional yang menyelenggarakan perguliran sebanyak 10.435

UPK dari total 11.065 UPK.2Artinya perguliran nasional sebanyak 94,3%. Secara

teknis pemberian pinjaman perguliran diberikan kepada Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM), artinya tanggungjawab perguliran diberikan kepada

sekompok masyarakat sehingga pengawasan penuh masyarakat ikut terlibat.

Kuantitas Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang melaksanakan

perguliran mencerminkan bahwa layanan jasa keuangan secara nasional

meningkat. Kesempatan masyarakat mengakses layanan, pemahaman

masyarakat terhadap jasa keuangan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

masyarakat. Menjembatani masyarakat untuk mengembangkan bahkan

memunculkan kreativitas bisnis baru dengan terfasilitasinya kebutuhan modal.

Kemapanan organisasi yang mengelola dana bergulir masyarakat ini

mestinya menjadi peluang emas bagi pengembangan industri keuangan syariah

masa depan. Hal ini mengingat, program bantuan hibah dari APBN tidak terus

berlanjut sepanjang masa. Oleh karenanya semangat Bank Indonesia

menggalakkan inklusif keuangan mesti direspon oleh lembaga keuangan

syariah untuk merangkul organisasi masyarakat tersebut sebagai salah satu

solusi pengembangan industri keuangan.

Perkembangan perbankan syariah dewasa ini masih sebatas berada di

kantong-kantong ibu kota. Sementara, harapan untuk mengembangkan dan

menyejajarkan industri keuangan syariah dengan konvensional juga kian

gencar. Bank Indonesia telah mendeklarasikan GRES (Gerakan Ekonomi

Syariah) yang hampir di tiap Wilayah. Maka untuk bisa menjangkau ke seluruh

1 Sejarah perguliran berlangsung, diakses dari http://www.p2kp.org/pustaka/ files/Petunjuk_teknis_2012/Petunjuk_Teknis_Pinjaman_Bergulir.pdf 2 Informasi data pinjaman dan bergulir nasional diakses dari http://www.p2kp.org/ laporandetil.asp?mid=378&catid=22&menuid=4 5 Maret 2015

Page 108: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 105

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

pelosok tanah air, ke desa-desa maka tepatlah kiranya. Berdasarkan latar

belakang di atas, maka penulis menganggap perlu untuk meneliti

“Sustainability Ekonomi Bergulir PNPM Perkotaan, peluang bagi

pengembangan industri keuangan syariah di Tulungagung”.

Fokus masalah dari penelitian tersebut adalah pertama, Bagaimana

Perkembangan Pinjaman Bergulir di Tulungagung? Kedua, Bagaimana

perkembangan LAR, PAR, ROI, CCr pada Pinjaman Bergulir di Tulungagung?

Ketiga,Apa saja dampak Pinjaman bergulir bagi perekonomian masyarakat desa

setempat?Keempat, Bagaimana peluang sumber dana perguliran pasca

pendampingan PNPM Perkotaan berakhir? Kelima, Persentase UPK yang

memungkinkan chaneling dengan Lembaga Keuangan Syariah?

Pinjaman Bergulir Pnpm Perkotaan

Pinjaman bergulir PNPM Perkotaan memberikan pinjaman kepada

masyarakat untuk selanjutnya digunakan untuk meningkatkan usaha. Setelah

usaha berhasil, pinjaman dikembalikan dan akan disalurkan kepada

masyarakat lain dalam suatu desa/kelurahan. Praktik demikian adalah yang

terjadi pada Lembaga Keuangan Syariah, yakni menekankan pada intermediasi

kepada masyarakat yang membutuhkan dana untuk modal maupun untuk

keperluan lain. Yang membedakan dengan lembaga keuangan syariah pada

umumnya adalah pinjaman bergulir dampingan PNPM Perkotaan ditujukan

kepada masyarakat miskin3, sementara pada Lembaga Keuangan syariah tidak

membedakan kategori miskin, melainkan melihat peluang siapa yang

membutuhkan dan layak untuk didanai.

Dalam pelaksanannya, pengelolaan ekonomi bergulir PNPM Perkotaan

memiliki pedoman yang harus dipatuhi antara lain:

1. Pedoman teknis kegiatan tridaya (Sosial, ekonomi dan Lingkungan).

2. Petunjuk teknis keorganisasian dan pengawasan UPK.

3. Petunjuk teknis pembukuan UPK.

4. Petunjuk teknis pengukuran kinerja pembukuan Sekretariat UPK.

5. Petunjuk teknis pinjaman bergulir.4Dengan peraturan tersebut, pelaksanaan

ekonomi bergulir di masyarakat memiliki pengetahuan dan pembelajaran

yang luas. Hal ini bisa dijadikan jawaban atas upaya setiap pihak untuk

melakukan inklusif Lembaga Keuangan Syariah, agar masyarkat mengenal

dan membutuhkan adanya lembaga keuangan, perbankan maupun

perbankan syariah.

3 Sasaran utama pinjaman bergulir, dikutip dari Petunjuk teknis Pinjaman Bergulir, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta 4 Kumpulan Pedoman teknis PNPM Perkotaan tahun 2012 diakses http://www.p2kp.org/ pustakadetil.asp?mid=303&catid=1& tanggal 5 Maret 2015

Page 109: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 106

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Pengelolaan Pinjaman Bergulir

Pinjaman bergulir yang diharapkan oleh masyarakat tentunya berharap

perkembangannya terus membaik. Namun demikian perjalanan setiap usaha

tidak seperti rencana. Risiko yang dimaksud adalah risiko yang mungkin akan

terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut,

sehingga mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan

terjadinya wanprestasi dan nasabah peminjam dana, maka diadakanlah

pengikatan jaminan dan agunan.5Dengan demikian membutuhan pengelolaan

yang baik. Setiap usaha tentunya berharap keuntungan.

Pengelolaan yang baik dalam pemberian permodalan kepada

masyarakat harus memberikan keuntungan. Prinsip-prinsip dalam pelayanan

permodalan kepada masyarakat adalah acceptable: mudah diterima dan

didayagunakan; accountable, dengan pengelolaan secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan; profitable, memberikan pendapatan yang memadai

dan mendidik masyarakat untuk mengelola kegiatan secara ekonomis;

sustainable, hasilnya dapat dilestarikan oleh masyarakat sendiri dan replicable,

pengelolaan dana dan pelestarian hasil dapat dilakukan dan dikembangkan

oleh masyarakat dalam lingkungan yang lebih luas.6 Prinsip tersebut akan

mampu memberikan keberlangsungan usaha lembaga keuangan maupun

usaha masyarakat yang didanai.

Dalam pengelolaan pinjaman bergulir, memperhatikan berbagai hal

terkait kinerja pinjaman bergulir. Unsur kinerja di dalam pengengelolaan

Lembaga Keuangan termasuk perbankan diukur melalui analisis CAMEL

(Capital, Asset, Manajemen, Earning dan Likuiditas). Dalam pengelolaan

Keuangan Mikro, kinerja diukur oleh pemahaman secara komprehensif

terhadap filosofi pembiayaan usaha mikro berupa filosofi pemberdayaan usaha

mikro yaitu; pertama, masyarakat yang pendapatannya (lower midle income).

Masyarakat ini masih berpeluang untuk mengakses jasa keuangan komersial

baik simpanan maupun pinjaman. Kedua, masyarakat miskin, tetapi masih

memiliki usaha secara ekonomis (economically active poor). Ketiga, masyarakat

yang sangat miskin (extremely poor). Masyarakat belum tersentuh perbankan.

Kegiatan simpan pinjam biasa dilakukan dengan lembaga keuangan informal

seperti (rentenir, pengijon, pelepas uang lainnya) yang diperoleh dengan

mudah, cepat dan tepat, dengan tingkat bunga yang sangat tinggi.7 Hal inilah

yang dibutuhkan dalam kerangka lembaga keuangan mikro seperti halnya

5Hessel Nogi S. Tangkilisan (2003; Hal 35), Manajemen Keuangan bagi analisis kredit perbankan, mengelola kredit berbasi Good Corporate Governance, Balairung & Co, Yogyakarta. 6 Ibid, Hessel Nogi S. Tangkilisan hal 104 7 Djoko Retnadi, (2006; Hal 230), Memilih bank yang sehat: kenali kinerja dan pelayanannya, Elex media Computindo, Jakarta.

Page 110: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 107

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

peranan pinjaman bergulir yang dilakukan Unit Pengelola Keuangan (UPK)

PNPM Perkotaan.

Pertumbuhan Sektor Riil

Perekonomian merupakan jantung kehidupan bagi masyarakat. Naiknya

harga BBM jenis Bensin yang semula turun (Rp. 6.700,-) menjadi naik sebesar

(Rp. 6.900,-) di Jawa Timur berdampak pada meningkatnya harga-harga lain.

Catatan Bank Indonesia, Inflasi mencapai 6,29% pada bulan Februari

2015.8Inflasi terjadi begitu linier yang diakibatkan oleh meningkatnya harga

BBM jenis Bensin, juga tak lain disebabkan karena nilai tukar rupiah yang kian

melemah dari hari ke hari di dekade bulan Maret 2014.

Nilai Kurs Tukar rupiah yang dipublish Bank Indonesia pada kisaran

Tertinggi (Rp. 13.237,-), kisaran tengah (Rp. 13.209,-) dan kisaran terendah (Rp.

13.164,-).9Nilai tukar yang cenderung terus meningkat sangat dirasakan

dampaknya bagi perkembangan sektor riil di masyarakat. Banyak masyarakat

kesulitan untuk memenuhi bahan baku pada setiap produksinya karena harga-

harga bahan baku juga ikut naik. Hal itu terbukti bahwa pertumbuhan ekonomi

Indonesia pada mengalami penurunan dibandingkan pada triwulan ke III

tahun 2014. Pada Triwulan ke IV tahun 2014, pertumbuhan ekonomi mencapai

5,02%. Badan pusat statistik merilis penurunan ekonomi Indonesia disebabkan

karena peningkatan impor dibandingkan dengan ekspor.10Kondisi demikian

yang menyebabkan kebutuhan akan dolar semakin tinggi sehingga permintaan

rupiah yang tinggi untuk membayar dolar. Secara langsung kondisi permintaan

dolar yang banyak berdampak pada meningkatnya harga dolar dan

melemahnya nilai tukar rupiah.

Minimnya ekspor yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia perlu

mendapat perhatian serius sehingga kondisi demikian tidak memperpanjang

kondisi neraca pembayaran Indonesia kedepannya. Sektor riil yang mampu

membangkitkan semangat ekspor perlu mendapat perhatian dari segenap

pihak, mulai pemerintah selaku pengendali kebijakan fiskal dan moneter.

Dalam hal kebijakan moneter, diperlukan perhatian khusus agar masyarakat

tertarik untuk menekuni sektor riil melalui intermediasi Perbankan. Khususnya

dalam hal ini adalah peranan bank syariah dalam menggiatkan sektor riil di

masyarakat.

Pertumbuhan Ekonomi yang ditargetkan secara nasional masih

menyisakan masalah pada tataran masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang

8 Inflasi, www.bi.go.id 9 Kurs nilai tukar rupiah – USD, www.bi.go.id 10Laporan bulanan Data sosial ekonomi, edisi Maret 2015, Katalog BPS: 9199017http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Laporan-Bulanan-Data-Sosial-Ekonomi-Maret-2015.pdf

Page 111: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 108

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

terus meningkat hanya memotret pada pertumbuhan ekonomi secara makro.

Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi kita mencapai 6,3%. Namun sayang

pertumbuhan ekonomi tersebut tidak diikuti oleh pertumbuhan ekonomi

secara mikro sehingga persoalan pengangguran dan kemiskinan masih menjadi

pemandangan umum yang belum tuntas dalam negeri ini. Permasalahan

tersebut lebih disebabkan oleh peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi

belum sepenuhnya memihak sektor riil.11Pada realitasnya perbankan Indonesia

memilih kepada sektor-sektor tertentu yang menurut perbankan mimiliki risiko

kecil.Loan to deposite Ratio (LDR) Bank Konvensional hanya sebesar

Rp.1.329.941(trilyun) dari total DPK sebesar Rp.4.114.420(trilyun).12 Jika

dipersentase, peran penyaluran dana pada sektor riil hanya sebesar 32 persen.

Dana masyarakat yang dihimpun dalam Dana Pihak Ketiga disalurkan pada

Bank Lain, Bank Indonesia, Sekuritas (Surat Berharga), Penyertaan, cadangan

dan lain-lain. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan bahwa “Perbankan

konvensional masih gemar menginvestasikan dananya di sektor keuangan

terutama dalam bentuk SBI dan obligasi”.13Artinya dalam hal ini diperlukan

keberanian dari lembaga keuangan untuk memilih investasi ke sektor riil, yang

lebih dibutuhkan oleh masyarakat.

Peran Industri Keuangan Syariah

Islam sangat respek terhadap perilaku untuk mengentaskan kemiskinan.

Pada periode awal (Makiyah), Allah sudah memerintahkan umat Islam agar

memperhatikan orang miskin jika tidak termasuk pendusta agama.14Firman

Allah dalam surat Al Ma’un ayat 1-3:

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?, Itulah orang yang

menghardik anak yatim, Dan tidak menganjurkan memberi Makan orang

miskin. (QS. Al-Ma’un; 1-3)

Dalam rangka menggiatkan sektor riil di masyarakat, wujud Islam

dalam mengentaskan kemiskinan melalui implementasi lembaga keuangan

syariah. Bank syariah dalam hal ini menjadi sebuah peluang untuk menjawab

kebutuhan masyarakat. Jika dilihat dari pertumbuhan yang sedang berjalan,

Bank syariah memiliki potensi untuk terus berkembang.

11 Musthafa Kamal Rokan, (2013) Bisnis ala Nabi: Teladan Rasulullah saw dalam berbisnis., Bintang Pustaka, Yogyakarta 12 Diolah dari statiskik Perbankan Indonesi edisi Desember 2014. 13 Hadinoto dan Retnadi, (2007; 171) Micro credit challenge; Cara efektif mengatasi kemiskinan dan Pengangguran di Indonesia, Elex Media Komputindo, Jakarta 14 Ibid. Hadinoto dan Retnadi, Micro credit challenge, hal 171-172

Page 112: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 109

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Perkembangan Jumlah Bank Syariah

Perkembangan Bank Umum Syariah terus meningkat, yakni pada tahun

2010(11 Bank Umum Syariah), 2011 (11 Bank Umum Syariah), 2012 (11 Bank

Umum Syariah), 2013 (11 Bank Umum Syariah), 2014 (12 Bank Umum Syariah).

Diantara Bank yang jumlahnya fantastis adalah BPRS, yakni pada tahun 2010

(150 BPRS), 2011 (155 BPRS), 2012 (158 BPRS), 2013 (163 BPRS), 2014 (163

BPRS).Data tersebut dapat dilihat pada Grafik berikut:

Sumber: Diolah dari statistik Perbankan Syariah edisi Desember 2014

1. Perkembangan Asset Bank Syariah

Asset merupakan harta bank syariah yang telah berhasil dikelola

dalam rangka untuk meningkatkan produktifitas. Pengelolaan asset di Bank

Syariah dalam bentuk uang kas, dana yang disimpan dalam Bank Indonesia

maupun Bank Lain, Surat Berharga, Piutang, pembiayaan maupun asset

tetap. Adapun perkembangan asset di Bank Syariah sebagai berikut:

Sumber: Diolah dari statistik Perbankan Syariah edisi Desember 2014

2010 2011 2012 2013 2014

11 11 11 11 1223 24 24 23 22150 155 158 163 163

0

500

1000

1500

2000

2500Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

Data bank syariah

BUS

UUS

BPRS

2010 2011 2012 2013 2014

97519

145467

195018

242276

272343

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

1 2 3 4 5

Perkembangan Asset Bank Syariah(Trilyun)

Tahun

Total aset

Page 113: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 110

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Jika dilihat dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa,

perkembangan asset yang dikelola bank syariah terus meningkat tiap

tahunnya. Pertumbuhan aset yang tertinggi pada tahun 2011 sebesar 49%

dibanding tahun 2010. Dan pertumbuhan melambat sampai dengan tahun

2014, pertumbuhan hanya sebesar 12% dibanding tahun 2013. Lambatnya

pertumbuhan asset Bank syariah bisa disebabkan oleh faktor perekonomian.

Ketika inflasi terjadi terus menerus, maka banyak diantara nasabah bank

yang kesulitan menjalankan usahanya.

2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Syariah

Sumber dana Bank Syariah berasal dari sumber dana pihak pertama

(modal bank), sumber dana pihak kedua (pinjaman) serta sumber dana

pihak ketiga (DPK). Modal bank syariah terdiri dari modal inti, modal

pelengkap, modal pelengkap tambahan.15Sedangkan sumberdana pihak

ketiga berasal dari Giro, Tabungan (wadi’ah, Mudharabah), Deposito

mudharabah. Adapun perkembangan sumber dana pihak ketiga yang

berhasil dihimpun oleh Bank syariah antara lain:

Sumber: Diolah dari statistik perbankan syariah edisi Desember 2014

Data di atas menunjukkan perlambatan pertumbuhan DPK seperti

yang terjadi pada Aset. Pertumbuhan DPK tertinggi pada tahun 2011

sebesar 52% dibanding tahun 2010, sedangkan pada tahun 2014

pertumbuhan terlambat yakni DPK hanya tumbuh sebesar 19%

dibandingkan dengan tahun 2013. Namun demikian pertumbuhan DPK

tahun 2014 masih berada di atas pertumbuhan aset bank syariah.

3. Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah

Pembiayaan dalam istilah bank konvensional dikenal dengan sebutan

Loan. Loandiartikan sebagai a bank is an institution whose current operations

consist in granting loans and reaciving deposits form the public.16Dimaksudkan

bahwa pembiayaan merupakan fungsi intermediasi bank, dimana

15 Zainul Arifin, (2002;164) Dasar-dasar manajemen Bank Syariah, Azkia publisher, Jakarta 16 Freixas dan Rochet,( 1997; 1)Macroeconomics of Banking, Massachussets Institute of Technology, Amerika

2010 2011 2012 2013 2014

76036

115415

147512

183534

217858

0

50000

100000

150000

200000

250000

1 2 3 4 5

Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Syariah(Trilyun)

Tahun

Total DPK

Page 114: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 111

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

menyalurkan dana ke masyarakat berupa pembiayaan yang diperoleh

daridana deposito masyarakat. Sedangkan Pembiayaan atau financingdalam

bank syariah adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada

pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik

dilakukan sendiri maupun lembaga.17Yang membedakan dengan istilah

konvensional adalah bank syariah dalam memberikan pembiayaan terdapat

objek yang jelas didanai, dan dipastikan pada objek dan sistem yang halal.

Pembiayaan tersebut dimaksudkan sebagai “Pembiayaan berdasarkan prinsip

syariah adalah Penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut

setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil” dan nomor 13:

“Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank

dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau

kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiyaan

berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip

penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh

keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa

murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikian

atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijara wa iqtina).18Objek

dari pembiayaan dalam bank syariah ditentukan oleh tujuan dari masing-masing

pembiayaan, apakah untuk keperluan jual beli, investasi/bisnis, jasa. Oleh

karenanya keuntungan dari masing-masing jenis pembiayaan memiliki nilai dan

karakteristik yang berbeda.

Pembiayaan yang berhasil disalurkan Bank Syariah kepada nasabah

mengalami peningkatan secara kuantitatif selama lima tahun terakhir. Grafik

berikut menunjukkan perkembangan pembiayaan di Bank syariah:

Sumber: Diolah dari statistik Perbankan syariah edisi Desember 2014

17 Muhammad, (2005; 17), Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, YKPN, Yogyakarta, 2005 18 UU Perbankan Syariah no 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Dalam Pasal 1 nomor (12)

2010 2011 2012 2013 2014

68181

102655

147505

184122199330

0

50000

100000

150000

200000

250000

1 2 3 4 5

Perkembangan Pembiayaan di Bank Syariah(Trilyun)

Tahun

Total pembiayaan

Page 115: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 112

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Perkembangan yang bagus tersebut jika dilihat dari pertumbuhan masing-

masing tahun ternyata mengalami perlambatan pertumbuhan. Dari data tersebut

jika kita hitung dan amati lebih seksama, pertumbuhan pembiayaan tertinggi pada

tahun 2011 sebesar 51% dibanding tahun 2010. Sementara pertumbuhan yang

paling lambat ada pada tahun 2014 yakni hanya tumbuh sebesar 8% dibandingkan

tahun 2013. Potret demikian menunjukkan meskipun secara nominal bank syariah

terus meningkat, namun jika dilihat pertumbuhannya kian lambat.

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang meneliti tentang efektifitas dana bergulir bagi UKM bagi

pemberdayaan ekonomi studi pada UKM binaan Dinas Koperasi Kota

Surabaya, dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, jenis

penelitian deskriptif, menunjukkan bahwa di wilayah Surabaya, bahwa

efektifitas pelaksanaan ekonomi bergulir bagi pemberdayaan ekonomi berjalan

efektif dan merekomendasikan kepada pemerintah untuk mengoptimalkan

lembaga penyalur dana bergulir dan mensosialisasikan bahwa dana tersebut

bukan hadiah dari pemerintah.19

Penelitian yang meneliti tentang Pengaruh pinjaman dana bergulir dan

pendampingan terhadap kegiatan usaha produktif, dengan metode analisis

regresi berganda menghasilkan bahwa secara bersama-sama pinjaman dana

bergulir dan pendampingan berpengaruh terhadap kegiatan usaha produktif

sebesar 54,3% sedangkan secara parsial pinjaman dana bergulir berpengaruh

secara signifikan terhadap kegiatan usaha produktif, sementara pemberdayaan

tidak signifikan secara statitistik berpengaruh terhadap kegiatan usaha

produktif.20

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tinjuan ekonomi Islam

tentang jasa pinjaman bergulir dalam program nasional pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) Kota Pekanbaru, dengan metode

wawancara dan observasi menghasilkan bahwa system yang telah diatur

sedemikian rupa PNPM MP dalam produk pinjaman bergulir sehingga

masyarakat miskin yang seharusnya menikmati pinjaman untuk berusaha

mengentaskan kemiskinannya tetap terbebani dengan biaya jasa pinjaman

19Johan Kristanto, Efektifitas dana bergulir bagi UKM bagi pemberdayaan ekonomi studi pada UKM binaan Dinas Koperasi Kota Surabaya, Journal Publika, volume 1 no 2 (2013). Diakses dalam http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/publika/article/view/2578/baca-artikel. 20 Kaspini, Pengaruh pinjaman dana bergulir dan pendampingan terhadap kegiatan usaha produktif pada program pengembangan kecamatan (PPK) di Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Thesis, Universitas Negeri Semarang, 2009, diakses dari http://lib.unnes.ac.id/4819/

Page 116: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 113

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

meskipun sedikit, tetapi tetap saja dipandang tidak sesuai dengan ajaran Islam

dan tercederai secara moral.21

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis

penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan metode yang

berdasarkan filsafat post positivitisme digunakan untuk meneliti kondisi objek

yang alamiah, dimana peneliti sebagai elemen kunci.22 Metode pengumpulan

data dengan metode indept interview.Sedangkan dalam wawancara dibantu

oleh tim peneliti. Dimana penyampaian angket dari peneliti menjadi banyak

alternatif, diantara alternatif yang ditawarkan menggunakan jasa tenaga

lapangan (kurir). Wawancara dilakukan kepada: pertama, Koordinator kota

selaku pimpinan PNPM Perkotaan Kabupaten Tulungagung, kedua, Asisten

Koordinator Kota bidang Manajemen Keuangan selaku pendamping

Perguliran di bawah Koordinasi PNPM Perkotaan Kabupaten

Tulungagung.Tenaga lapang yang penulis pakai adalah mahasiswa semester 6

yang telah mendapat mata kuliah metodologi penelitian dan sedang

menyusun proposal skripsi. Hal ini dimaksudkan sebagai proses pembelajaran

untuk menggali data di lapangan.

Hasil Penelitian

1. Perkembangan Pinjaman Bergulir Unit Pengelola Keuangan (UPK) di

Kabupaten Tulungagung

Pinjaman bergulir yang di realisasikan oleh Unit pengelola Keuangan

kepada Kelompok Swadaya Masyarakat terus meningkat di Kabupaten

Tulungagung.Data kelompok swadaya masyarakat yang menjadi

pendampingan PNPM-Perkotaan adalah

21Muhammad Muchsin, Tinjauan ekonomi Islam tentang jasa pinjaman bergulir dalam program nasional pemberdayaan masyarakat Mandiri perkotaan (PNPM MP) Kota Pekanbaru, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2015 diakses dari http://repository.uin-suska.ac.id/1338/ 22 Sugiyono (2010;15), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, Alfabeta, Bandung.

2013

2652

2014

2823

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Tahun Jumlah Kelompok Swadaya Masyarakat

Kelompok Swadaya Masyarakat Ekonomi Bergulir

Series1

Series2

Page 117: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 114

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Sumber: Diolah dari Laporan Asisten Koordinator Kota Bidang Keuangan

PNPM Perkotaan Kabupaten Tulungagung tahun 2013-2014

Data di atas menunjukkan secara kuantitatif, Kelompok Swadaya

Masyarakat yang berhasil di danai PNPM Perkotaan terus meningkat. Jika

dilihat pertumbuhannya, tahun 2014 realisasi yang di danai meningkat

sebesar 6,4% dibanding tahun 2013. Data yang terus meningkat tersebut

menurut Askot Manajemen Keuangan: “kami menyalurkan dana sesuai

dengan kebutuhan mendasar masyarakat bu, misalnya untuk usaha kue,

jualan dll. Sedangkan melalui fasilitator Keuangan di tingkat kecamatan,

kami menerapkan agar setiap UPK menyampaikan laporan keuangan

dengan cara menempel di tempat-tempat umum yang ada didesa”.23

Indikator Kelompok Swadaya Masyarakat yang berhasil didanai

tersebut menjadi potret bahwa realisasi pinjaman bergulir juga meningkat.

Data menunjukkan bahwa:

Sumber: Diolah dari Laporan Asisten Koordinator Kota Bidang Keuangan

PNPM Perkotaan Kabupaten Tulungagung tahun 2014

Data di atas menunjukkan secara kuantitatif, Jumlah realisasi

pinjaman bergulir meningkat kepada Kelompok Swadaya Masyarakat terus

meningkat. Jika dilihat pertumbuhannya, Desember 2014 realisasi yang di

danai meningkat sebesar 21% dibanding awal tahun di bulan Januari 2014.

2. Perkembangan LAR, PAR, ROI, CCr pada Pinjaman Bergulir di

Tulungagung

LAR (Loans at Risk)= Peminjam yang menunggak; angka ini diperoleh

dari hasil membandingkan antara berapa KSM yang menunggak ≥ 3 bulan

dengan seluruh KSM peminjam yang masih memiliki saldo pinjaman.

23Wawancara dengan Ahmad Rofiqi, askot Manajemen Keuangan tgl 09 Maret 2015

9,075,995,286

10,988,737,375

-

2,000,000,000

4,000,000,000

6,000,000,000

8,000,000,000

10,000,000,000

12,000,000,000

Januari Desember

Realisasi pinjaman bergulir (Rp.)

Realisasi pinjaman bergulir (Rp.)

Page 118: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 115

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

PAR (Portfolio at Risk)= Pinjaman yang tertunggak; angka ini

diperoleh dari hasil membandingkan antara jumlah pinjaman yang

tertunggak ≥ 3 bulan dengan seluruh realisasi saldo pinjaman di UPK.

ROI (Return on Investment) = Pencapaian laba; Angka ini diperoleh

dari hasil membandingkan antara laba yang diperoleh UPK dengan modal

yang digunakan untuk pinjaman bergulir.

CCr(Cost Coverage)= Efisiensi Biaya; Angka ini diperoleh dari hasil

membandingkan antara seluruh pendapatan yang diperoleh UPK dengan

seluruh biaya yang dikeluarkan UPK.24

Kondisi Lons at Risk (LAR) pada desember 2014 dalam kondisi

memuaskan sebesar 30%25. Artinya 30% ini adalah Kelompok Swadaya

Masyarakat yang dalam kondisi bagus dan memuaskan dari total Kelompok

Swadaya Masyarakat. Sementara Port folio at Risk (PAR) sebanyak 46% dari

total realisasi pinjaman bergulir kepada Kelompok Swadaya Masyarakat.26

Artinya bahwa dana pinjaman bergulir dalam kondisi memuaskan sebesar

Rp. 5,054,819,193,-

Return on Investment (ROI) dalam kategori memuaskan pada Unit

Pengelola Keuangan (UPK) sebanyak 75%.27Artinya sebanyak 61 UPK dari

81 UPK di Kabupaten Tulungagung memiliki keuntungan yang

memuaskan. Sementara Cost of coverage (CCr) dalam kondisi memuaskan

sebanyak 94% dari total UPK.28Artinya sebanyak 76 UPK yang berhasil

memiliki CCr dalam kondisi bagus.

3. Dampak Pinjaman bergulir bagi perekonomian masyarakat desa setempat

Dampak ekonomi bergulir bagi masyarakat sebagaimana hasil

wawancara: “Kegiatan Perguliran yang dilakukan Unit Pengelola Keuangan

(UPK) berhasil menggerakkan ekonomi masyarakat di bidang Perdagangan,

Pertanian, Usaha Kecil. Sebagai contoh di UPK Mulyo Lestari.29 Hadirnya

program perguliran dari PNPM Perkotaan dapat memberikan modal bagi

masyarakat untuk usaha perdagangannya. Omset perdagangan menjadi

semakin meningkat. Dalam hal pertanian, kebutuhan pupuk dan benih

terbantu sesuai sehingga hasil panen sesuai yang diharapkan.

4. Peluang sumber dana perguliran pasca pendampingan PNPM Perkotaan

berakhir

Sumber dana perguliran pasca pendampingan PNPM Mandiri

perkotaan sebagaimana hasil wawancara: “Terkait sumber permodalan, selama

24 Monitoring administratif kegiatan pinjaman bergulir, dikutip dari Petunjuk teknis Pinjaman Bergulir, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta 25 Data Laporan Kinerja Keuangan UPK PNPM Perkotaan Kabupaten Tulungagung tahun 2014 26 Ibid 27 Ibid 28 Ibid 29 Wawancara dengan Ahmad Rofiqi, askot Manajemen Keuangan tgl 09 Maret 2015

Page 119: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 116

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

ini permodalan UPK berasal dari APBD, APBN, serta keuntungan dari

pengelolaan perguliran. Keuntungan perguliran UPK itu kembali kepada

masyarakat yang dialokasikan dalam kegiatan sosial, lingkungan serta pemupukan

modal UPK. Pasca pendampingan yang dilakukan PNPM Perkotaan, pengelolaan

fokus kepada pengelolaan dana yang sudah tersedia di masing-masing UPK. Dan

kami berharap, masyarakat mampu menghimpun atau chaneling untuk terus

berlanjutnya kegiatan perguliran di UPK.30 Mengingat program bantuan dari

APBD, APBN terus berkurang, maka upaya membangun kerjasama adalah

solusi terhadap kebutuhan perguliran yang terus berjalan. Upaya

membangun kerjasama dilakukan dengan segenap pihak mulai dari

masyarakat peduli, instansi yang memiliki kebutuhan yang sama seperti

halnya dalam proses pengabdian dan pemberdayaan. Masyarakat yang

sudah jalan dalam pengelolaan keuangan perlu didukung.

5. Persentase UPK yang memungkinkan chaneling dengan Lembaga

Keuangan Syariah

Peluang UPK yang siap chaneling dengan perbankan sebagaimana

hasil wawancara: “Jika dilihat dari tingkat pengembalian perguliran (Repayment

Rate), UPK yang memiliki RR bagus di Kabupaten Tulungagung mencapai 52%.

Dalam hal chaneling dengan perbankan atau Lembaga Keuangan Syariah, selain

yang berpotensi 52% tersebut, masih banyak KSM yang berhasil lepas dari kategori

miskin, sehingga harapannya bisa meminjam lebih banyak dibandingkan dengan

yang disediakan oleh UPK. Pinjaman di UPK itu kan hanya sebesar Rp. 500.000,-,

nanti jika bagus pengembalian selama satu masa perguliran, saat mengajukan baru

diperbolehkan Rp. 1.000.000,-. KSM-KSM yang sudah mandiri ini sebenarnya

tepat untuk bisa mendapatkan sumber dana dari Lembaga Keuangan syariah

lainnya.31 Upaya membangun kerjasama dengan lembaga keuangan syariah

merupakan salah satu dari bentuk channeling. Dimana lembaga keuangan

syariah memiliki visi terhadap fungsi intermediasi bagi masyarakat yang

membutuhkan permodalan. Tentu hal ini sesuai dengan syarat yang

diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah yakni prinsip prudential Banking.

Prosedur kehati-hatian yang dilakukan mulai dari prinsip Character,

Capacity, Collateral, Condition. Upaya studi kelayakan usaha dilakukan

terhadap calon nasabah Lembaga Keuangan syariah. Oleh karena Unit

Pengelola Keuangan bisa merekomendasikan bagi anggotanya yang

produktif dan jujur untuk bias berlanjut menggunakan jasa lembaga

keuangan syariah.

30 Wawancara dengan Ahmad Rofiqi, askot Manajemen Keuangan tgl 09 Maret 2015 31 Wawancara dengan Ahmad Rofiqi, askot Manajemen Keuangan tgl 09 Maret 2015

Page 120: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 117

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

PEMBAHASAN

1. Perkembangan Pinjaman Bergulir Unit Pengelola Keuangan (UPK) di

Kabupaten Tulungagung

Berdasarkan pada hasil penelitian, secara kuantitatif Kelompok

Swadaya Masyarakat yang berhasil di danai PNPM Perkotaan terus

meningkat. Jika dilihat pertumbuhannya, tahun 2014 realisasi yang didanai

meningkat sebesar 6,4% dibanding tahun 2013. Peningkatan tersebut dapat

diartikan sebagai sarana bagi masyarakat untuk mengentaskan diri dari

kemiskinan. Sebanyak 2.823 Kelompok, yang masing-masing kelompok

rata-rata terdiri dari 10 anggota masyarakat, artinya bahwa masyarakat

yang terfasilitasi kegiatan ekonomi bergulir sebanyak 28.230 jiwa. Mereka

berkesempatan mendapatkan dana untuk menopang setiap usaha yang

dimilikinya. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu Johan Kristanto dan

Kaspini bahwa keberadaan ekonomi bergulir berjalan efektif, dan sangat

membantu pemberdayaan ekonomi produktif di masyarakat.

Perkembangan pinjaman bergulir yang terus meningkat karena

implementasi dari pengelolaan pinjaman bergulir dilakukan dengan

accountabledanaccaptable32.Accaptable, dilakukan dengan memenuhi

kebutuhan dasar Kelompok swadaya masyarakat, dan Accountable yang

dilakukan dimana laporan keuangan pinjaman bergulir dipublikasikan

lewat papan-papan pengumuman di tempat umum di desa33.

Jika dilihat dari realisasi pinjaman bergulir ternyata tumbuh pesat.

Realisasi pinjaman bergulir pada Desember 2014 mencapai

Rp.10,988,737,375. Jumlah yang sangat fantastis dalam memerankan sebagai

objek akselerasi ekonomi di masyarakat. Dengan persyaratan yang ketat,

dimana dana perguliran dalam PNPM Mandiri Perkotaan yang difokuskan

pada masyarakat miskin, diaksesnyapun harus dengan berkelompok,

ternyata mampu membaur bersama dengan harta yang telah ada di

masyarakat. Peran ini sungguhlah impian dan harapan masyarakat. Bisa

meningkatkan omset usaha rumahtangga, meningkatkan pendapatan

keluarga. Tentu pelaksanaannya memerlukan pengawasan, mengingat dana

yang dikelola adalah dana hibah dari APBN maupun APBD, maka

pengawasannya dilakukan oleh masyarakat. Karena sejatinya itu adalah

sudah milik masyarakat setempat untuk dikelola sedemikian rupa sehingga

masyarakat merasakan hasilnya.

32 Ibid, Hessel Nogi S. Tangkilisan hal 104 33Wawancara dengan Ahmad Rofiqi, askot Manajemen Keuangan tgl 09 Maret 2015

Page 121: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 118

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

2. Perkembangan LAR, PAR, ROI, CCr pada Pinjaman Bergulir di

Tulungagung

Kondisi Lons at Risk (LAR) pada desember 2014 dalam kondisi

memuaskan sebesar 30%34. Artinya 30% ini adalah Kelompok Swadaya

Masyarakat yang dalam kondisi bagus dan memuaskan dari total Kelompok

Swadaya Masyarakat. Kategori memuaskan secara nominal sejumlah 847

KSM. Kelompok ini yang ke depannya menjadi peluang bagi

pengembangan industri keuangan syariah sebagai mitra.

Port folio at Risk (PAR) sebanyak 46% dari total realisasi pinjaman

bergulir kepada Kelompok Swadaya Masyarakat.35 Artinya bahwa dana

pinjaman bergulir dalam kondisi memuaskan sebesar Rp. 5,054,819,193,-.

Data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat itu amanah dalam

mengelola dana perguliran, dan menjadi peluang bagi industri keuangan

syariah untuk menyambut baik kehadirannya pasca pendampingan PNPM

Mandiri Perkotaan. Mengingat, sejumlah masyarakat ini tentunya

membutuhkan modal untuk meningkatkan usahanya, maka Industri

keuangan syariah menjadi solusinya.

Return on Investment (ROI) dalam kategori memuaskan pada Unit

Pengelola Keuangan (UPK) sebanyak 75%.36 Artinya sebanyak 61 UPK dari

81 UPK di Kabupaten Tulungagung memiliki keuntungan yang

memuaskan. Sementara Cost of coverage (CCr) dalam kondisi memuaskan

sebanyak 94% dari total UPK.37Artinya sebanyak 76 UPK yang berhasil

memiliki CCr dalam kondisi bagus. Hal ini lebih disebabkan karena

kesadaran mengelola di tataran Unit Pengelola Keuangan, kesadaran

masyarakat yang terfasilitasi oleh adanya program pinjaman bergulir. Oleh

karenanya pengawasan sesama masyarakat, dan rasa memiliki terhadap

lembaga kian tinggi.

3. Dampak Pinjaman bergulir bagi perekonomian masyarakat desa setempat

Sebagaimana hasil penelitian terdahulu, bahwa ekonomi bergulir

sungguh memberikan dampak signifikan bagi perekonomian masyarakat.

Penelitian Kaspini dan Johan Kristanto menunjukkan bahwa ekonomi

bergulir sangat efektif dan berpengaruh terhadap ekonomi produktif di

masyarakat. Dengan demikian yang demikian juga selaras bahwa ekonomi

bergulir menjadi peluang peluang bagi pengembangan sektor riil. Sektor

riil yang dibangun adalah berangkat dari usaha masyarakat yang kian

berkembang, menjadi miniatur perekonomian.

34 Data Laporan Kinerja Keuangan UPK PNPM Perkotaan Kabupaten Tulungagung tahun 2014 35 Ibid 36 Ibid 37 Ibid

Page 122: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 119

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

4. Peluang sumber dana perguliran pasca pendampingan PNPM Perkotaan

berakhir

Hasil penelitian memberikan arah pada upaya membangun

kerjasama yang lebih efektif dengan lembaga lain menjadi peluang bagi

lembaga keuangan syariah bekerjasama untuk mengembangkan sayap. Hal

ini menarik buat lembaga keuangan mengingat, Unit Pengelola Keuangan

telah memiliki aturan main dan pengalaman dalam menangani pinjaman

bergulir, mengenal kelompok swadaya masyarakat yang mengajukan

pinjaman. Dengan demikian, pembelajaran atas inklusifitas keuangan telah

dimiliki oleh Unit pengelola Keuangan dan Kelompok Swadaya

Masyarakat. Yang demikian memudahkan bagi lembaga keuangan syariah

untuk bermitra. Hal itu juga diungkapkan oleh Askot Manajemen

Keuangan, bahwa ke depan pasca pendampingan PNPM Mandiri

Perkotaan, UPK mampu chaneling dengan berbagai mitra.

5. Persentase UPK yang memungkinkan chaneling dengan Lembaga

Keuangan Syariah

Sebagaimana hasil penelitian dapat dilihat Kelompok Swadaya

masyarakat yang memungkinkan chaneling adalah yang memiliki tingkat

pengembalian angsuran (RR) yang bagus sebesar 52%. Selain itu banyak

KSM yang berhasil/sukses bisnis pasca mendapat pinjaman bergulir dari

UPK, sehingga tidak dikategorikan masyarakat miskin. Yang demikian ini

menjadi solusi bagi bank syariah untuk menjadikannya mitra untuk

menyalurkan pembiayaan atau bahkan menawarkan agar KSM yang sudah

bagus memasukkan simpanan/tabungannya ke bank syariah.

Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a. Pinjaman bergulir Unit Pengelola Keuangan (UPK) memiliki

perkembangan yang bagus baik dari sisi Jumlah Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) maupun dari sisi realisasi pinjaman bergulir

b. Pinjaman bergulir memiliki kinerja yang bagus baik dari sisi LAR, PAR,

ROI dan CCr.

c. Pinjaman bergulir memiliki dampak yang signifikan bagi perekonomian

masyarakat, baik dalam bidang perdagangan, usaha kecil, pertanian dll.

d. Pasca pendampingan PNPM Mandiri perkotaan, diharapkan agar UPK

bisa bersinergi dengan Industri Keuangan terutama Industri Keuangan

Syariah.

e. Peluang Unit pengelola Keuangan bermitra dengan Industri Keuangan

Syariah berkisar 52%, dimana mereka adalah UPK yang memiliki tingkat

pengembalian pinjaman bagus, dan bagi KSM yang telah purna status

menjadi orang miskin.

Page 123: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 120

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

2. Saran

a. Bagi Industri Keuangan Syariah

Penelitian ini adalah sebuah realitas, dibutuhkan keberanian dari

Industri keuangan syariah untuk mengembangkan sayap dengan

bekerja sama dengan masyarakat banyak, sesuai dengan skim yang ada

dan kebutuhan masyarakat.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya hal-

hal yang belum tercantum dalam penelitian ini, maka menjadi bahan

dan kesempatan bagi peneliti yang akan datang untuk

menyempurnakan.

Daftar Pustaka

Data Laporan Kinerja Keuangan UPK PNPM Perkotaan Kabupaten

Tulungagung tahun 2014

Djoko Retnadi, 2006, Memilih bank yang sehat: kenali kinerja dan pelayanannya,

Elex media Computindo, Jakarta

Freixas dan Rochet, 1997,Macroeconomics of Banking, Massachussets Institute of

Technology, Amerika

Inflasi, www.bi.go.id

Informasi data pinjaman dan bergulir nasional diakses dari

http://www.p2kp.org/laporandetil.asp?mid=378&catid=22&menuid=4

5 Maret 2015

Johan Kristanto, Efektifitas dana bergulir bagi UKM bagi pemberdayaan

ekonomi studi pada UKM binaan Dinas Koperasi Kota Surabaya, Journal

Publika, volume 1 no 2 (2013). Diakses dalam

http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/publika/article/view/2578/bac

a-artikel.

Kaspini, Pengaruh pinjaman dana bergulir dan pendampingan terhadap

kegiatan usaha produktif pada program pengembangan kecamatan

(PPK) di Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Thesis, Universitas

Negeri Semarang, 2009, diakses dari http://lib.unnes.ac.id/4819/

Kumpulan Pedoman teknis PNPM Perkotaan tahun 2012 diakses

http://www.p2kp.org/pustakadetil.asp?mid=303&catid=1& tanggal 5

Maret 2015

Kurs nilai tukar rupiah – USD, www.bi.go.id

Laporan bulanan Data sosial ekonomi, edisi Maret 2015, Katalog BPS: 9199017

http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Laporan-Bulanan-Data-

Sosial-Ekonomi-Maret-2015.pdf

Muhammad, 2005, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, YKPN, Yogyakarta

Page 124: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Binti Nur Asiyah 121

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Muhammad Muchsin, Tinjauan ekonomi Islam tentang jasa pinjaman bergulir

dalam program nasional pemberdayaan masyarakat Mandiri perkotaan

(PNPM MP) Kota Pekanbaru, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sultan

Syarif Kasim Riau, 2015 diakses dari http://repository.uin-

suska.ac.id/1338/

Musthafa Kamal Rokan, 2013, Bisnis ala Nabi: Teladan Rasulullah saw dalam

berbisnis., Bintang Pustaka, Yogyakarta

Petunjuk teknis Pinjaman Bergulir, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan

Umum, Jakarta

Sasaran utama pinjaman bergulir, dikutip dari Petunjuk teknis Pinjaman

Bergulir, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta

Sejarah perguliran berlangsung, diakses dari

http://www.p2kp.org/pustaka/files/Petunjuk_teknis_2012/Petunjuk_

Teknis_Pinjaman_Bergulir.pdf

Soetanto Hadinoto, Djoko Retnadi, 2007, Micro credit challenge; Cara efektif

mengatasi kemiskinan dan Pengangguran di Indonesia, Elex Media

Komputindo, Jakarta

Statistik Perbankan Indonesi edisi Desember 2014.

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, Alfabeta, Bandung

UU Perbankan Syariah no 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Wawancara dengan Ahmad Rofiqi, askot Manajemen Keuangan tgl 09 Maret

2015

Zainul Arifin, 2002, Dasar-dasar manajemen Bank Syariah, Azkia publisher,

Jakarta.

Page 125: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 122

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

MANAJEMEN INFAQ SECARA SEKTORAL

DI BAITUL MAAL HIDAYATULLAH (BMH)

CABANG MALANG

Oleh: Ana Nurwahida

Abstrak: Menurut aturan Islam, mekanisme peran pemerintah dalam

menggerakkan sector riil dalam upayanya melindungi masyarakat

miskin diimplementasikan dalam kebijakan dengan zakat, Infaq dan

Shadaqah (ZIS), ZIS dapat berperan dalam pengembangan

perekonomian, apalagi dapat dikelola dengan lembaga professional

kemudian disalurkan secara tepat khususnya untuk perekonomian

sector riil. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

manajemen infaq secara sektoral pada BMH cabang Malang,

menganalisis kendala dalam pengelolaan Infaq secara sektoral pada

BMH cabang Malang, dan menganalisis langkah-langkah BMH

cabang Malang dalam mengantisipasi kendala yang dihadapinya.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif denagn pendekatan

deskriptif. Dalam penelitian ini menggambarkan Manajemen Infaq

Secara Sektoral di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) cabang Malang.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan manajemen

infaq secara sektoral di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) cabang

Malang adalah dengan menerapkan ciri-ciri manajemen yang islami,

yaitu : manajemen berdasarkan akhlak yang luhur, manajemen

terbuka, manajemen demokratis, manajemen berdasarkan tolong-

menolong, dan manajemen berdasarkan perdamaian, dan menjalankan

fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,

tindakan, dan pengawasan. Fungsi-fungsi manajemen dilakukan

dengan baik sehingga penghimpunan dana, dan penyaluran dana

infaq secara sektoral, berjalan dengan baik dan tepat sasaran, namun

demikian fungsi pengawasan perlu ditingkatkan baik dalam segi

penghimpunannya maupun penyalurannya ke berbagai sektornya.

Kata Kunci: Manajemen Infaq, Sektoral

Pendahuluan

Krisis ekonomi sejak 1997 belum menunjukan kepulihan berarti

khususnya bagi kondisi perekonomian. Kemiskinan masih menjadi

permasalahan terbesar bangsa ini. Sampai saat ini, pemulihan ekonomi berjalan

lambat. Sebagaimana yang terjadi di berbagai daerah, angka pencari kerja

meningkat dari tahun ke tahun. Namun, pertambahan kesempatan kerja tidak

meningkat dengan signifikan. Sehingga angka pengangguran dan juga

Page 126: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 123

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

kemiskinan terus bertambah secara signifikan dan meluas. sementara upaya

penanggulangan kemiskinan yang dilakukan pemerintah hampir tidak

memberikan dampak pengurangan terhadap proporsi rakyat yang hidup

dibawah garis kemiskinan.

Agar gelembung kemiskinan tidak semakin membesar khususnya

berikut dampak multidimensi yang menyertainya, maka tindakan-tindakan

rescue (penanganan) untuk pemulihan dan pemupukan basis ekonomi pada

lapisan bawah telah menjadi syarat mutlak bahkan menjadi fardhu kifayah.

Pengembangan sektor riil menjadi agenda yang sangat penting, mengingat hal

ini sangat erat kaitannya dengan daya saing kompetitif dan komparatif suatu

bangsa.

Ukuran produktivitas suatu bangsa dapat dilihat dari kemampuan

sektor riil-nya di dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Menurut

aturan Islam, mekanisme peran pemerintah dalam menggerakkan sector riil

dalam upayanya melindungi masyarakat miskin di implementasikan dalam

kebijakan dengan zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) sebagai instrument utama.

Sejarah membuktikan zakat sebagai sebuah system fiskal (fiscal system) mampu

menjaga kestabilan perekonomian, dapat melindungi si lemah dari

ketidakadilan jalannya sistem perekonomian.

Pada masa hijrah Rasulullah, dimana kaum anshor menawarkan kepada

kaum muhajirin kemudian Abdurrahman bin Auf tidak serta merta menerima

semua tawaran yang diberikan bahkan sahabat tersebut malah mencari pasar

sebagai pusat perekonomian yang mengembangkan. Dari sini merupakan

cerminan bahwa ZIS dapat berperan dalam pengembangan perekonomian,

apalagi dapat dikelola dengan lembaga yang profesional kemudian disalurkan

secara tepat khususnya untuk perekonomian sektor riil.

Mengingat begitu strategis dan besarnya pengelolaan dana Zakat, Infaq,

dan Shadaqoh sudah sepantasnya diperlukan upaya strategis pula dalam

mengoptimalkan pengelolaan dan ZIS sebagai dana ummat untuk

menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Meskipun sudah terbentuk Badan

Amil Zakat Nasional (Baznas) berdasarkan PP No. 8 Tahun 2001 Tentang

Badan Amil Zakat Nasional namun implementasi dilapangan pengelolaan

Zakat masih belum optimal (www.google.co.id. Diakses tanggal 24 Januari

2010).

Salah satu upaya strategis lainnya adalah dengan mendirikan Baitul

Maal sebagai salah satu wadah penyaluran dana baik zakat, infaq, dan

shadaqoh. Lembaga ini berdiri sebagai salah satu wujud kepedulian akan

sesama. Salah satunya dengan menyalurkan dana infaq bagi kaum yang

membutuhkan. Banyak sekali ayat al-qur’an dan hadits Nabi yang mengajarkan

kepada kita untuk beramal dan berinfaq. Dan hendaknya pengelolaan dana

Page 127: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 124

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

infaq tidak hanya sekedar konsumtif, tetapi produktif, dan sumber dana umat

islam dapat digunakan untuk membangun keduniaan yang berkonsekuensi

akhirat dan pengeloalaannya agar dapat produktif dan kompetitif.

Manusia dalam Islam bukan pemilik hakiki yang boleh menggunakan

hartanya sesukanya. Sekali-kali tidak. Karena harta adalah harta Allah.

Kosekuensi pernyataan ini adalah bahwa harta tersebut merupakan harta

masyarakat, atau dengan ungkapan al-Qur’an bahwa manusia “diberi kuasa”

terhadap harta, seperti yang telah tercantum dalam surat al-Hadid ayat 7:

Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. (QS. al-Hadid: 7) Jadi, kepemilikan adalah tugas sosial. Orang kaya dituntut

melaksanakan kewajiban-kewajibannya terhadap masyarakatnya, minimal

berupa infaq. Adalah Baitul Maal Hidayatullah (BMH), salah satu lembaga

yang mengelola dana infaq yang bukan sekedar untuk konsumtif tetapi juga

mengelola secara produktif. Baitul Maal Hidayatullah (BMH) adalah lembaga di

bawah Hidayatullah yang mempunyai fungsi untuk mengelola dana zakat,

infaq, shadaqah, wakaf ataupun hibah ummat. Sebagai wujud kepercayaan

masyarakat dan pemerintah terhadap Hidayatullah, Baitul Maal Hidayatullah

(BMH) mendapat pengukuhan sebagai lembaga amil zakat nasional melalui

Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 538 tahun 2001. BMH

mengelola dana ummat untuk disalurkan bagi pemberdayaan ummat,

memajukan lembaga-lembaga pendidikan maupun sosial, memajukan dakwah

Islam, mengentaskan kaum dhuafa (lemah) maupun mustadh’afin (tertindas).

Kini Baitul Maal Hidayatullah telah memiliki 30 kantor perwakilan dan

144 jaringan pos peduli (mitra). Sebagai komitmen layanan sosial, BMH juga

telah mendirikan klinik-klinik IMS (Islamic Medical Service) di berbagai lokasi.

Eksistensi BMH tidak diragukan lagi, dalam kiprahnya BMH menghimpun

dana dari masyarakat (pemerintah, BUMN, swasta, perorangan, dll.) berupa

zakat, infaq, waqaf, hibah dll. Selanjutnya BMH menyalurkan kepada yang

berhak menerimanya sesuai dengan program-progran yang dicanangkan. Pada

BMH dana infaq di berikan secara sektoral, yaitu ke sector pendidikan,

kesehatan, dakwah, dll. Manajemen yang baik merupakan salah satu kunci

berhasilnya program-program yang dicanangkan, untuk itu semua dana yang

masuk terutama dana infaq benar-benar di kelola dan disalurkan kepada orang

Page 128: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 125

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

yang berhak menerimanya, dan dalam mengelola dana infaq setiap lembaga

memiliki cara yang beda meskipun terlihat ada kesamaannya.

Di BMH cabang Malang ini infaq terdiri dari dua yaitu infaq secara

umum dan infaq secara khusus. Pemisahan ini bukan karena tanpa alasan, hal

ini karena para donator pada waktu menyerahkan dana infaqnya kepada pihak

BMH ada yang menginginkan atau sudah meniatkan dana yang ia infaqkan

tersebut digunakan untuk beasiswa, kesehatan (pengobatan massal), dan

dakwah, inilah yang dimaksudkan dengan infaq khusus, sedangkan infaq yang

dikeluarkan tanpa ada niat sebelumnya digunakan untuk apa itulah yang

dimaksud dengan infaq umum, seperti dalam tabel:

Dengan adanya pemisahan ini mengharuskan adanya manajemen yang

baik dan solid serta penyaluran ke berbagai sektornya yang tepat sasaran, agar

tujuan pemberdayaan ummat, memajukan lembaga-lembaga pendidikan

maupun sosial, memajukan dakwah Islam, mengentaskan kaum dhuafa

(lemah) maupun mustadh’afin (tertindas) dapat terwujud, melihat kejadian

diatas maka peneliti tertarik untuk memahami lebih jauh tentang hal tersebut,

dan mengambil judul “Manajemen Infaq Secara Sektoral di Baitul maal

Hidayatullah (BMH) Cabang Malang”.

Manajemen Dasar

Dalam bukunya Karebet Widjajakusuma (2002:13-14) menyebutkan

manajemen berasal dari bahasa Inggris: management dengan kata kerja to

manage, yang diartikan secara umum sebagai mengurusi. Selanjutnya definisi

manajemen berkembang lebih lengkap. Laurent A. Aply seperti yang dikutip

Tanthowi (1983) misalnya, menerjemahkan manajemen sebagai “The art of

getting think done though people“. Stonner (1986) mengartikan manajemen sebagai

proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-

usaha dari anggota organisasi dan dari sumber-sumber organisasi lainnya

untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sementara Follet

Page 129: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 126

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

(1868-1933) mendefinisikan manajemen sebagai seni untuk melakukan sesuatu

melalui orang lain. Manajemen merupakan suatu hal yang fungsional dan

bebas nilai.

Manajemen kemudian diartikan sebagai suatu rentetan langkah yang

terpadu untuk mengembangkan suatu organisasi sebagai suatu system yang

bersifat sosio-ekonomi teknis; dimana sistem adalah suatu kesatuan dinamis

yang terdiri dari bagian-bagian yang berhubungan secara organic; dinamis

berarti bergerak, berkembang kearah suatu tujuan; sosio (sosial) berarti yang

bergerak didalam dan yang menggerakkan sistem itu adalah manusia; ekonomi

berarti kegiatan dalam sistem bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia;

dan teknis berarti dalam kegiatan dipakai harta, alat-alat dan cara-cara tertentu.

Manajemen dalam Islam (Karebet Widjajakusuma, 2002:14) adalah

manajemen yang memiliki cirri khas yang membedakan dengan pengertian

manajemen yang telah dikenal umum. Islam membagi manajemen dalam dua

pengertian: (1) sebagai ilmu dan (2) sebagai aktivitas. Sebagai ilmu, manajemen

dipandang sebagai salah satu ilmu yang tidak berkaitan dengan nilai,

paeradaban (hadlaharah) manapun, sehingga hukum mempelajarinya adalah

fardlu kifayah. Sedangkan sebagai aktivitas, ia terikat pada aturan syara’, nilai

atau hadlaharah Islam. Manajemen Islami berpijak pada aqidah Islam.

Aqidah islam adalah dasar ilmu pengetahuan atau tsaqofah Islam.

Menurut Mochtar Effendy (1986:280-292) dalam bukunya menyebutkan

beberapa ciri dari manajemen menurut ajaran Islam, yaitu:

1. Manajemen berdasarkan akhlak yang luhur (akhlakul karimah). Setiap

muslim di mana pun dia berada harus mempunyai akhlak yang luhur

(akhlakul karimah). Al-Qur’an dan Hadits menjadi dasar dan sumber

akhlak yang mulia. Oleh karena akhlak yang mulia membedakan orang

Islam dan bukan Islam, maka tidak ada pilihan lain lagi setiap pemimpin

atau seorang manajer Islam wajib mempunyai, menghargai,

mempraktekkan akhlak ini. Perusahaan atau lembaga masyarakat milik

muslim harus dikelola berdasarkan prinsip akhlak yang luhur.

2. Manajemen terbuka. Fungsi atau tugas pimpinan atau manajer adalah

memegang amanat, karena dia bukan mengurus atau mengelola harta

benda miliknya sendiri, akan tetapi harta benda milik orang lain, yaitu harta

pemegang saham atau rakyat. Oleh karena itu, ia harus mengelolanya

menurut system manajemen terbuka. Manajemen terbuka seharusnyalah

diterapkan oleh pimpinan atau manajer dan bersedia untuk diminta

keterangan mengenai pengelolaannya.

3. Manajemen yang demokratis. Manajemen demokratis artinya, semua harus

dimusyawarahkan bersama semua peserta, partisipan, dan pemegang

Page 130: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 127

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

saham. Mereka harus diberi hak untuk menyampaikan pendapatnya. Ini

adalah ciri khas Islam berdasarkan perintah Allah dan Rasul-Nya.

Pengertian Infaq

Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta)

untuk kepentingan sesuatu. Menurut terminologi syariat, infaq berarti

mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu

kepentingan yang diperintahkan Islam. Jika zakat ada nishabnya, infaq tidak

mengenal nishab. Infaq dikeluarkan setiap orang yang beriman, baik yang

berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia di saat lapang maupun

sempit (QS. 3:134). Jika zakat harus diberikan pada mustahik tertentu (8 asnaf),

maka infaq boleh diberikan kepada siapapun. Misalnya, untuk kedua orang

tua, anak-yatim, dan sebagainya (QS. 2:215).

Infaq adalah pengeluaran suka rela yang di lakukan seseorang, setiap

kali ia memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya. Menurut bahasa

infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan harta untuk

kepentingan sesuatu. Sedangangkan menurut islilah syari'at, infaq adalah

mengeluarkan sebagian harta yang diperintahkan dalam islam. Infaq berbeda

dengan zakat, infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang ditentukan

secara hukum. Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu,

melainkan kepada siapapun misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang

miskin, atau orong-orang yang sedang dalam perjalanan.

Dalil naqli yang mendasari infaq sebagaimana firman Allah dalam al-

qur'an (al-Imran: 4). Adapun urgensi infaq bagi seorang muslim antara lain:

1. Infaq merupakan bagian dari keimanan dari seorang muslim.

2. Orang yang enggan berinfaq adalah orang yang menjatuhkan diri dalam

kebinasaan.

3. Di dalam ibadah terkantung hikmah dan manfaat besar.

Infaq menurut Gusfahmi (2007:101) berasal dari kata anfaqa yang berarti

mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut

istilah, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan untuk

satu kepentingan yang diperintahkan ajaran islam. Infaq dikeluarkan oleh

setiap orang yang beriman baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah,

apakah ia dalam kondisi lapang atau sempit. (Ana Ni’matur Rosyidah, 2009:25)

Infaq menurut Sahri Muhammad (2006:37) adalah mengeluarkan

sebagian harta kita untuk kemaslahatan umum. Infaq menurut M. Syafe’ie El-

Bantanie (2009:2) adalah mengeluarkan sebagian harta benda yang dimiliki

untuk kepentingan yang mengandung kemaslahatan.

Page 131: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 128

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Infaq menurut al-Jurjani dalam buku Gisfahmi (2007:102) adalah

penggunaan harta untuk memenuhi kebutuhan (shorful mal ilal hajah), dengan

demikian infaq mempunyai cakupan yang lebih luas dibanding zakat.

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa infaq merupakan salah

satu bentuk keadilan dalam mendistribusikan kekayaan, dimana dalam islam

tujuan dari distribusi kekayaan (Afzalur Rahman, 1995:82) adalah agar

kekayaan tidak menumpuk pada segolongan kecil masyarakat. Karena dalam

harta itu ada hak-hak orang miskin seperti yang tertuang dalam surat adz-

Dzariyat ayat 19 yang berbunyi:

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan

orang miskin yang tidak mendapat bagian. (QS. Dzariyat: 19)

Sekalipun jumlah yang diinfakkan sedikit sesungguhnya Allah akan

membalasnya, hal ini sesuai dengan surat al-Baqarah ayat 272 yaitu:

Artinya: Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan

tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang

dikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan

Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu

membelanjakan sesuatu melainkan Karena mencari keridhaan Allah. dan apa

saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya

dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).

(QS. al-Baqarah: 272)

Jaminan yang diberikan dalam ayat ini yaitu bahwa infaq yang

dikeluarkan tidak akan disia-siakan. Kita dilarang berfikiran bahwa apa saja

yang telah kita berikan itu akan sia-sia, itu adalah pemikiran yang salah,

disamping itu infaq tersebut akan menghapus ketidakmerataan kekayaan dan

menegakkan prinsip keadilan didunia.(Afzalur Rahman,1995:146-147).

Anjuran Berinfaq

Dalam bukunya Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi (2006:308-317)

menyebutkan bahwa infaq dibagi menjadi:

1. Nafkah Wajib

Page 132: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 129

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Sistem nafkah dalam syari’at islam merupakan salah satu factor jaminan

keluarga, dan merupakan system yang unik yang dapat merealisasikan

tugas keluarga dalam kepemilikan dalam ruang lingkup keluarga dan

kerabat. Nafkah wajib ini diberlakukan oleh islam adalah dalam rangka

menghadapi kekikran, menguatkan ikatan kerabat, dan menjaga kecintaan

dan keeratan keluarga, karena keluarga merupakan sel utama dalam

masyarakat; sehingga dengan kuatnya keluarga akan menjadikan kuatnya

masyarakat dan selamat bangunannya.

Fuqaha’ sepakat tentang wajibnya kerabat yang memiliki kemudahan untuk

menafkahi kerabatnya yang berkesulitan. Sesungguhnya fikih ekonomi

Umar Radhiyallahu Anhu mencakup beberapa sisi penting tentang system

nafkah, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Umar Radhiyallahu Anhu memperluas ruang lingkup kerabat yang yang

diambil dari system nafkah, dimana beliau mewajibkan menafkahi orang

yang miskin terhadap kerabat lelakinya yang kaya, meski apa pun

tingkatannya, selama mereka adalah ashabah (saudara) yang mewarisi

orang miskin ini.

b. Umar Radhiyallahu Anhu tidak meremehkan sikap orang-orang kaya

yang tidak menafkahi kerabat mereka. Perintah berinfaq datang setelah

perintah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Hal demikian

menunjukkan dengan jelas bahwa perintah tersebut sebagai suatu

keharusan (kewajiban) bukan sekedar sebagai bimbingan atau himbauan

(Yusuf Qardawi,2001:212). Dalam al-qur’an perkataan iman banyak

digabungkan dengan infaq, sepeti firman Allah dalam suran an-Nisa’

ayat 39 yaitu:

.

Apakah kemudharatannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan

hari Kemudian dan menafkahkan sebahagian rezki yang Telah diberikan Allah

kepada mereka ? dan adalah Allah Maha mengetahui keadaan mereka.

(QS. an-Nisa’: 39)

2. Nafkah Sunnah

Islam menilai bahwa nafkah sunnah merupakan salah satu sumber

jaminan social yang terpenting, dan nash-nash Al-Qur’an dan As-Sunnah

menghimbau dan menganjurkannya lebih banyak daripada dihitung,

dimana infaq sunnah merupakan pemberian secara sukarela kepada yang

membutuhkan terlepas dari apakah dia keluarga, kerabat atau bukan.

Dibedakannya infaq, akan memperjelas maksud dari penelitian ini,

karena infaq yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nafkah/infaq

Page 133: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 130

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

sunnah. Dalam prakteknya infaq sunnah diberi batasan, karena

sesungguhnya orang yang beriman karena melihat pahala, maka terkadang

dia menginfakkan hartanya dalam bentuk-bentuk kebajikan sampai habis

seluruhnya atau mayoritasnya, sehingga hal itu berdampak pada

kehancuran, dan selanjutnya akan berdampak pada proses distribusi dan

sistem jaminan keluarga.

Fuqaha’ berbeda pendapat tentang batas-batas infaq sunnah. Tapi

pendapat yang dinyatakan oleh sebagian ulama muhaqqiq, bahwa

seseorang tidak boleh menyedekahkan sesuatu yang dibutuhkan untuk

kecukupan dirinya sendiri dan kecukupan orang yang wajib dinafkahinya.

Sedangkan selebihnya itu, maka disunnahkan baginya untuk bersedekah.

Terkait dengan infak ini Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang

diriwayatkan Bukhari dan Muslim yaitu yang berbunyi:

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ ada malaikat yang senantiasa

berdo'a setiap pagi dan sore : "Ya Allah SWT berilah orang yang berinfak,

gantinya. Dan berkata yang lain : "Ya Allah jadikanlah orang yang

menahan infak, kehancuran". (muttafaqun ‘alaih, Bukhori dan Muslim).

Manajemen Infaq Secara Sektoral

Sektoral (Dahlan dan Sofyan, 2003:695) adalah yang berhubungan

dengan sektor, dimana sektor adalah satu bidang usaha/lingkungan suatu

usaha, bagian daerah/wilayah tugas (penjagaan, pertempuran dsb). Sedangkan

sektoral dalam kamus besar bahasa indonesia sektoral adalah terbagi dalam

sektor; bersektor-sektor (www.google.co.id. Diakses tanggal 31 Januari 2010).

Dari pengertian diatas dapat di gambarkan maksud peneliti dalam

penelitian manajemen infaq secara sektoral, adalah pengelompokkan infaq

dalam berbagai sektor yang berhubungan dengan kebutuhan mustahiq, yaitu

seperti sektor pendidikan, dakwah, kesehatan dan ekonomi. Hal ini sesuai

dengan hadits nabi, yaitu yang berbunyi:

Abu Umamah berkata bahwa Rasullullah SAW bersabda,” Sedekah yang

paling utama adalah kemah untuk berteduh di jalan Allah, atau pemberian

kepada pembantu untuk berteduh di jalan Allah, atau unta betina dengan

anaknya di jalan Allah”. (Ahmad dan Tirmidzi).

Hadits ini (Yusuf Qardhawi,2002:123) menunjukkan pemberian infaq

(sedekah) secara sektoral kepada para mustahiq, karena mempunyai manfaat

yang panjang, seperti contoh lainnya sedekah kambing yang hampir beranak

atau unta yang diikuti anaknya agar dengan demikian yang menerima sedekah

itu dapat memanfaatkan susunya untuk anak-anaknya.

Page 134: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 131

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

Manajemen Infaq Secara Sektoral Di BMH Cabang Malang

Berbicara tentang jenis infaq dan manajemen infaq secara sektoral di BMH,

pihak BMH memaparkan bahwasannya di BMH pengaturan (memanage) infaq

dengan membedakannya menjadi dua yang di BMH disebut dengan infaq

umum dan infaq khusus (Sumber: Hasil Wawancara). Infaq umum adalah infaq

yang diberikan oleh donatur tanpa meniatkan atau menginginkan diinfaqkan

kesektor apa dan dalam penyalurannya dinilai fleksibel karena dana dari infaq

umum disalurkan ke berbagai sektor yang membutuhkan dana, sedangkan

infaq khusus atau infaq secara sektoral adalah infaq yang diberikan oleh

donatur dengan meniatkan atau mengakadkan dana infaq yang diberikannya

tersebut disalurkan ke sektor apa, dan dalam penyalurannya benar-benar di

jalankan sesuai dengan niat donator tanpa mengurangi nilai dari infaq tersebut.

Infaq khusus disalurkan pada sektor:

1. Sector social

a. Kesehatan gratis. Kesehatan gratis rutin dilakukan setiap bulannya di

wilayah Tumpang, Donomulyo dan Kesembon, sedangkan yang tidak

rutin pernah dilakukan di daerah poncokusumo dan Kucur.

b. Khitanan missal.

c. Tanggap bencana.

Penyaluran infaq khusus pun disalurka saat adanya bencana dalam

berbagai skala, seperti:

a. Skala Nasional. Seperti Tsunami di Aceh, Gempa Yogyakarta dan

Padang, serta Bantuan ke Palestina, dalam hal ini BMH cabang Malang

bekerjasama dengan BMH pusat.

b. Skala Regional. Seperti banjir di Bojonegoro, dan Situbondo

c. Skala Lokal

2. Sector ekonomi

a. Ternak kambing

Dalam ternak kambing, BMH tidak bekerja sendiri tetapi dibentuk

koordinator yang bertugas melaporkan hal-hal yang terjadi selama

proses ternak dan bertugas sebagai pendamping. Dalam ternak kambing

BMH tidak menggunakan system bagi anak tetapi dengan system

penggemukkan, maksudnya kambing hanya dipelihara sampai gemuk

dan kemudian dijual, dengan system bagi hasilnya yang diterapkan

yaitu 45 : 5: 50 dimana BMH mendapat 45% dari hasil penjualannya, 5%

untuk coordinator dan 50% untuk peternaknya.

Dimana bagian dari BMH yang sebesar 45% tersebut di gunakan untuk

pembelian kambing kembali untuk diternakkan. Hasil dari ternak

kambing ini juga disalurkan kepada para umat disetiap hari raya Idul

Adha, selain menyalurkan kambing sebagai hewan kurba, BMH juga

Page 135: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 132

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

menyalurkan sapi, dimana setiap tahunnya mengalami peningkatan

seperti yang terlihat dalam tabel dan grafik berikut ini:

Jumlah Penyaluran Kurban

Tahun 2014-2015

Dari tabel tersebut, dapat dilihat peningkatannya dalam grafik berikut ini:

b. Penyaluran bantuan modal usaha

Dalam bantuan ini BMH bekerjasama dengan BSM (Bank Syari’ah

Mandiri), yang dalam beberapa tahun ini baru menyalurkan bantuan

kepada satu orang yang berbisnis dalam bidang kripik.

3. Sector dakwah

a. Sekolah da’i.

b. Operasional da’i.

4. Sector pendidikan

Beasiswa dhuafa. Seperti yang diutarakan oleh MARKOM (Marketing

Komunikasi) BMH dari beberapa pilihan diatas yang paling banyak dipih

para donatur adalah program beasiswa untuk para dhuafa. Dalam program

ini setiap donatur memiliki beberapa pilihan seperti: memilih calon anak

asuhnya siapa saja, atau tidak memilih calon anak asuh.

Program beasiswa di BMH ini menurut penuturan dari Manager

Pendayagunaannya Bapak Humam mengatakan beasiswa bagi kaum

Page 136: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 133

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

dhuafa di BMH beda dari instansi lainnya (Sumber: Hasil Wawancara), ada

tiga hal yang membedakannya yaitu:

a. Syarat calon Penerima Beasiswa adalah: yatim, piatu, dhuafa, masih aktif

sekolah, mau mengaji, dan berprestasi.

b. Tempo, dilihat dari pencairan dananya di BMH tidak menunggu waktu

lama karena jika awal bulan, pertengahan bulan maupun akhir bulan

mendapatkan dana awal berikutnya sudah bisa dicairkan dan di

salurkan.

c. Pola distribusi, pola yang diterapkan adalah beasiswa tidak diberikan

secara cash tetapi dalam bentuk barang-barang yang diperlukan saat itu

oleh anak asuhnya, karena dalam hal ini BMH mempunyai prinsip

“haram hukumnya” memberikan uang cash, hal ini dilihat dari segi

amanah karena jika disalurkan dalam bentuk cash dari beberapa

pengalaman tahun sebelumnya banyak uang beasiswa tidak digunakan

sebagaimana mestinya dan jika diambil oleh para orang tuanya, sebagian

besar dana tersebut tidak tersampaikan kepada si anak untuk urusan

sekolahnya tetapi digunakan untuk biaya hidup, melihat fenomena

seperti inilah BMH tidak memberikan beasiswa dalam bentuak uang

cash, tetapi dalam bentuk barang-barang keperluan sekolah yang

dibutuhkan anak asuh pada waktu itu. Beasiswa ini diberikan kepada

kaum dhuafa diberbagai jenjang pendidikan seperti:

1) SD, mendapatkan Rp. 35.000/bulannya.

2) SMP, mendapatkan Rp. 40.000/bulannya.

3) SMA, mendapatkan Rp. 50.000/bulannya.

Kendala Yang Dihadapi dalam Pengelolaan Infaq Secara Sektoral Di BMH

Cabang Malang

Semua yang dilakukan dan dikerjakan sehari-harinya oleh BMH

diyakini sebagai ibadah, oleh karena itu seperti yang telah dikatakan oleh

bapak Sudarman pastinya kendala itu ada, sekecil apapun itu, tetapi dengan

adanya kendala tidak membuat mereka putus asa, ada beberapa kendala yang

dihadapi, terutama dalam pencarian donatur baru seperti (Sumber: Hasil

Wawancara):

1. Mendapat sambutan yang kurang baik oleh pemilik rumah saat BMH

menawarkan programnya.

2. Tiba-tiba semangat saat bertugas dalam penggalangan dana infaq maupun

waktu penyalurannya menurun, hal ini biasanya karena faktor fisik, seperti

lelah, dan alam, seperti dalam bertugas kehujanan dan kepanasan

3. Diutarakan oleh Bapak Humam, Manager pendayagunaan secara umum

kendala yang dihadapi adalah terkait dengan laporan infaq yang telah

terpakai, baik itu laporan keuangan maupun laporan lainnya seperti

Page 137: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 134

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

laporan terselenggaranya program-program, laporan terkait dokumentasi-

dokumentasi, maupun pelaporan bukti transaksi (Sumber: Hasil

Wawancara).

4. Diutarakan juga oleh divisi MARKOM, Bapak Sudarman, pernah terjadi

beberapa donatur rutin dan donatur untuk dana beasiswa yang merupakan

pemasukan dana untuk dana infaq umum dan khusus tidak lagi

mennyalurkan dananya ke BMH.

Langkah-langkah BMH Cabang Malang Dalam Mengantisipasi Kendala

Yang Dihadapi

Dalam menyikapi dan mengantisipasi kendala yang dihadapi dari BMH

melakukan beberapa cara seperti dalam hal:

1. Mendapat sambutan yang kurang baik oleh pemilik rumah, mereka

menyikapinya dengan beristigfar, dan mereka selalu berfikir positif bahwa

orang tersebut berkelakuan seperti itu karena mereka belum mengenal

BMH, dan untuk mengantisipasi agar hal serupa tidak terulang sebelum

datang ke rumah calon donatur, pihak BMH sudah mempunyai data-data

dan informasi tentang calon donaturnya, yang didapat dari pihak tertentu

yang bisa dipercaya, dengan bekal data, dan informasi tersebut BMH dapat

menyiapkan cara atau metode dalam menyampaikan maksud

kedatangannya dan dapat meminimalkan kejadian serupa.

2. Tiba-tiba semangat berkurang, agar para karyawan bersemangat kembali,

BMH setiap satu bulan sekali mendatangkan motivator, dan setiap

karyawan diminta mengeluarkan pendapat, dan hal-hal apa saja yang

membuat semangat mereka kendur, dan dalam acara ini juga sebagai

moment saling tukar pengalaman dan saling membantu antar divisi yang

lain. Diharapkan dengan mendatang motivator dapat membangkitkan

semangat para pegawai kembali untuk bekerja menggalang dana dan

menyalurkan dana infaq.

3. Dalam hal laporan keuangan yang bermasalah, BMH menawarkan jalan

keluar yaitu dengan menyeragamkan bentuk maupun format laporan

keuangan setiap wilayah, hal ini di maksudkan untuk memudahkan kedua

pihak dalam pelaporan dan pengecekannya, serta dapat memahami dengan

mudah berapa pemasukan dan pengeluaran dari infaq.

4. Untuk menyikapi berhentinya para donatur rutin menyalurkan dananya ke

BMH, pihak BMH tidak berdiam diri saja, tetapi dari BMH mendatangi

donatur tersebut dan menanyakan alasan mereka berhenti menjadi donatur

rutin, apakah karena alasan keuangan mereka yang mulai menipis atau

karena mereka tidak lagi menetap di Malang, dan sebagian besar mengakui

alasan mereka berhenti karena para donatur tidak lagi menetap dimalang,

disini BMH menjalankan perannya yaitu dengan menjelaskan tentang

Page 138: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 135

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

keberadaan BMH tidak hanya didaerah Malang saja, sehingga mereka

meskipun berhenti menjadi donatur rutin di BMH cabang Malang dengan

penjelasan tersebut diharapkan mereka menjadi donatur di BMH cabang

lainnya.

Kesimpulan

Dari paparan data yang didapat oleh peneliti dan dari pembahasan

tersebut, sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan manajemen

infaq secara sektoral di BMH cabang Malang, menganalisis kendala yang

dihadapi dan menganalisis langkah-langkah solusinya, dapat disimpulkan

bahwa sebagai LAZNAS, BMH cabang Malang menerapkan manajemen yang:

1. Manajemen berdasarkan akhlak yang luhur (akhlakul karimah).

2. Manajemen terbuka.

3. Manajemen yang demokratis.

4. Manajemen berdasarkan ilmiah.

5. Manajemen berdasarkan tolong-menolong (ta’awun).

6. Manajemen berdasarkan perdamaian.

Dengan memiliki ciri manajemen seperti ini manajemen infaq di BMH

cabang Malang berjalan dengan baik, seperti pada perencanaan,

pengorganisasian, tindakan, dan pengawasan:

1. Planning

Planning yang dibuat dan di jalankan sesuai dengan tujuan

organisasi seperti:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

kepada yang berhak meenrimanya.

b. Menggali berbagai potensi umat untuk diberdayakan guna mengatasi

berbagai problematika umat sebagai bentuk kepedulian sesama muslim

Perencanaan merupakan aktivitas manajemen yang paling krusial,

bahkan ia adalah langkah awal untuk menjalankan manajemen sebuah

pekerjaan. Perencanaan merupakan kebutuhan setiap Divisi sebelum

menjalankan tugasnya, perencanaan juga dibuat dalam jangka pendek

(harian dan mingguan) dan jangka panjang (bulanan, dan tahunan).

2. Organizing

Pengorganisasian dan pengelompokkan yang dijalankan seperti

mengelompokkan jenis infaq khusus dan infaq umum agar dapat

tersalurkan dengan baik ke berbagai sector, dan untuk membantu

penyaluran tersebut agar merata BMH cabang Malang membentuk KPM3

(Konsorsium Pemberdayaan Masyarakat Muslim Malang) yang

beranggotan 2 orang tiap wilayahnya.

Page 139: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 136

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

3. Actuating

Untuk menjalankan perencanaan yang telah dibuat, agar segenap jajaran

yang ada di BMH Malang baik itu para Manajer maupun karyawannya

bekerja dengan baik dan solid, BMH menerapkan motivasi berupa reward

bagi karyawan yang mendapatkan dana infaq sesuai dengan target atau

melebihi target dan punishment bagi karyawan yang belum bisa

mendapatkan dana infaq sesuai dengan target, menjaga komunikasi yang

baik antar divisi, kepada para donaturnya dan masyarakat sekitarnya, yang

berguna sebagai salah satu cara menjaga para donatunya.

4. Controlling

Setelah merencanakan, mengorganisasikan, dan menjalankan beberapa

rencana yang telah dibuat, BMH melakukan pengawasan agar berjalan

sesuai dengan yang direncanakan. Pengawasan dengan bantuan dari pihak

lain juga dilakukan seperti pengawasan yang di lakukan oleh KPM3 dalam

menyalurkan dana infaq ksusus dan melaporkan segala sesuatunya yang

terjadi kepada BMH cabang Malang. Di BMH pengawasan yang

ditanamkan adalah pengawasan dari diri sendiri, karena dengan demikian

pengawasan dari luar dengan sendirinya akan ada. Adapun kendala yang

dihadapi BMH dalam manajemen infaq secara sektoral adalah:

a. Mendapat sambutan yang kurang baik dari calon donatur, saat

memperkenalkan BMH dan penggalangan dana infaq.

b. Para karyawan tidak semangat lagi menjalankan tugasnya, sehingga jika

biarkan akan mengurangi pemasukan dana infaq ke BMH.

c. Para koordinator kesulitan dalam melaporkan pengeluaran dana infaq.

d. Berhentinya donatur menyalurkan dana infaqnya kepada BMH cabang

Malang.

Dari kendala tersebut berikut adalah langkah BMH mengantisipasinya,

yaitu:

1. Agar tidak mendapat sambutan yang sama untuk hari berikutnya, jauh

hari sebelum ke rumah calon donatur BMH sudah memiliki data dan

informasi tentang calon donaturnya sehingga akan dengan mudah

mempersiapkan diri dalam memeperkenalkan BMH dan menggalang

dana.

2. Agar semangat bekerja para karyawannya kembali, BMH mendatang

motivator, mengadakan sharing terkait dengan mengapa semangat

bekerja mereka berkurang, sehingga dengan mendatangkan motivator

dapat membangun semangat mereka lagi untuk lebih giat bekerja.

3. Untuk mengatasi kesulitan dalam hal laporan keuangan, BMH

menerapkan penyeragaman bentuk laporan keuangan ditiap daerah

koordinator, sehingga dapat memudahkan kedua belah pihak.

Page 140: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 137

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016

4. Untuk mengatasi donatur yang berhenti, BMH melakukan kunjungan ke

rumah atau kantor donatur tersebut dan menanyakan alasan berhenti

menjadi donatur, jika mereka berhenti karena tidak bertempat tinggal

didaerah Malang lagi, maka BMH akan menyarankan donaur tersebut

untuk menjadi donatur BMHdi wilayah luar Malang, itu pun jika

mereka menyetujuinya.

Daftar Pustaka

Al-Barry, M. Dahlan, dan Lya Sofyan Yacub. 2003. Kamus Induk Istilah Ilmiah

Seri Intelektual. Surabaya: Target Press.

Al-Bugha, Mushthafa. 1987. Nuzhatul Muttaqin: Syarhun Riyadush Shalihin.

Cet. Ke 15. Beirut, Muassasah Ar-Risalah. Ibnu Sunarto dan Aunur Rafiq

Shaleh Tamhid (penterjemah). 2005. Nuzhatul Muttaqin-Syarhun

Riyadush Shalihin, Cet. 1, Jakarta: Robbani Press.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azwar, Saefudin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Effendi, Ek. Mochtar. 1986. Manajemen Suatu Pendekatan Berrdasarkan Ajaran

Islam. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

El-Bantanie, M. Syafe’ie. 2009. Zakat Infaq dan Sedekah. Bandung: Salamadani.

Hasan, M. Ali. 2006. Zakat dan Infaq. Jakarta: Prenada Media Group.

Hafidhuddin, Didin. Dan Hendri Tanjung. 2005. Manajemen Syari’ah Dalam

Praktek. Jakarta: Gema Insani.

Nawawi, Imam. 2005. Nuzhatul Muttaqin, Jilid 1, Beirut, Muassasah Ar-

Risalah,

Muhil dan Farid (penterjemah). 2007. Syarah dan Terjemah Riyadush Shalihin,

Cetakan Ketiga, Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat.

Nii’matur Rosyidah, Ana.2009. Analisis Penyaluran Dana Hibah dan Infak pada

Usaha Mikro. Skripsi. Malang: FE-UIN.

Qardhawi, Yusuf. 2001. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam. Jakarta:

Robbani Press.

Page 141: Jurnal malia vol 7, no 1, januari 2016

Ana Nurwahida 122

Jurnal MALIA, Volume 7, Nomor 1, Januari 2016