Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Embed Size (px)

DESCRIPTION

volume 1

Citation preview

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    1/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 1

    EDITORIAL

    Seluruh komponen Dewan Redaksi Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes memanjatkanrasa syukur yang begitu besar ke hadirat yang Maha Kuasa. Berkat kemurahan-Nya, impian

    untuk menampilkan sebuah media informasi penelitian kesehatan dapat terwujud padatriwulan pertama tahun 2010 ini.

    Pada penerbitan perdana ini, ditampilkan limabelas judul penelitian kesehatan dalam berbagaitema antara lain pendidikan kesehatan, manajemen kesehatan, kebidanan, keperawatan,kesehatan lingkungan serta kesehatan masyarakat. Mudah-mudahan pada penerbitan-penerbitan berikutnya jangkauan tema yang ditampilkan menjadi semakin meluas kepadatema-tema kesehatan lainnya.

    Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada para penulis artikel yang telah mengisi ruangilmiah jurnal yang sedang berada dalam masa perintisan ini. Rasa terimakasih juga kamisampaikan kepada para pembaca yang telah memberikan kepercayaan kepada jurnal inisebagai sumber informasi penelitian kesehatan. Semoga kepercayaan ini akan terus tumbuhdan meluas hingga volume-volume penerbitan berikutnya.

    Redaksi

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    2/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 2

    DAFTAR ISI

    Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak Sesuai Usia oleh Orang Tua BalitaSubagyo, Nurwening Tyas Wisnu

    1-6

    Perbandingan Antara Pengaruh Layanan Informasi dan Konseling Kelompok TerhadapSikap Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

    Ayesha Hendriyana Ngestiningrum

    7-15

    Aplikasi Balanced Scorecard di Rumah Bersalin Al Hikmah Serangan Sukorejo PonorogoSubagyo

    16-24

    Pengaruh Pemberian Pocari Sweat Terhadap Kualitas His PersalinanErma Kumarawati, Sunarto, Nurlailis Saadah

    25-29

    Hubungan Antara Sikap Terhadap Penggunaan Garam Beryodium dengan KejadianGondok Pada Wanita Usia Subur

    Hariyanti, Nurwening Tyas Wisnu, Hery Sumasto

    30-34

    Penurunan Kesadahan Menggunakan Zeolit (Tinjauan Lama Waktu Kontak Dengan IonCa2+)

    Hery Koesmantoro

    35-40

    Hubungan Antara Usia Menikah dan Paritas dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUDDr. Suroto Ngawi

    Suhartini, Tutiek Herlina

    41-46

    Hubungan Antara Defisiensi Yodium Dengan Prestasi BelajarAnis Nurwidiawati, Rahayu Sumaningsih

    47-50

    Hubungan Antara Peran Orang Tua Dengan Fobia Sekolah Pada Anak PrasekolahMeilina Awwalin Rokhmayanti, Nana Usnawati, Sulikah

    51-57

    Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Masa KlimakteriumVollyn Afuanti, Siti Widajati, Nana Usnawati

    58-63

    Hubungan Antara Waktu Pemberian ASI Pertama Dengan Involusi Uterus Pada Ibu PostPartum Normal

    Nurlailis Saadah

    64-67

    Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Nutrisi Masa Hamil Dengan Sikap

    Dalam Memenuhi NutrisiRahayu Sumaningsih, Nurlailis Saadah, Teta Puji Rahayu

    68-72

    Hubungan Antara Frekuensi Pelatihan Kader Dengan Kemampuan Mendeteksi ResikoTinggi Ibu Hamil

    Endang Wahyuningsih, Sukardi, Siti Widajati

    73-76

    Pemanfaatan Kulit Batang Jambu Biji (Psidium Guajava) Untuk Adsorpsi Kadar ChromiumLimbah Industri Kulit

    Handoyo, Trimawan Heru Wijono

    77-82

    Pengaruh Larutan Sereh Wangi dan Daun Tembelekan Terhadap Daya Tolak Gigitan

    Nyamuk Aedes AegyptiTuhu Pinardi, Hery Koesmantoro, Moch. Yulianto

    83-87

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    3/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 1

    PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK SESUAI USIAOLEH ORANG TUA BALITA

    Subagyo*, Nurwening Tyas Wisnu*

    *=Prodi Kebidanan Magetan Jurusan Kebidanan Poltekkes Depkes Surabaya

    ABSTRACT

    Stimulation which is given by parents are believed to have effect as reinforcement thatis usefull for childrens development based on the potency they have so that the better ofgiving stimulation, the better of development task children should have. The purpose of thisresearch is to get the description about stimulation which is done by parent, of the children inthe age range of 12 to be 60 months that consist of gross motoric aspect, fine motoric aspect,language and utterance aspect, personal social and independency aspect. This research isconducted in eight village in Takeran district area of Magetan regency, from July to September

    2007. Type of research is descriptive which survey, with the population is the childrens parentwho stay at home with their childrens and spend most of the time caring them. Sample size is254 people who are taken as stratified sample random sampling based on childrens ages. Theresult of research show that stimulation on gross motoric aspect says that almost 70% ofchildrens parents did well development stimulation respectively that is in 18 to 24monthschildrens. The giving stimulation on fine motoric aspect to the age 48 to 60 months withgood criteria shows the highest level, that is 47,22%. At the aspect of language and utterancedevelopment, aspect shows 65,52% in giving stimulation which good criteria when children arein the age of 36 to 48 months. Based on the researchs result, stimulation which is done by

    parent with the less criteria on each group mostly on fine motoric aspect.

    Key word: development stimulation, baby, gross motoric aspect, fine motoric aspect, languageand utterance aspect, personal social and independency aspect.

    Phone: 081335718040, e-mail: [email protected]

    PENDAHULUAN

    Gambaran pola perkembangan yang tepat merupakan dasar untuk memahami anak-anak, sehingga diperlukan pengetahuan tentang penyebab adanya variasi dalamperkembangan, untuk memahami setiap anak secara individu. Pieget dan Kohberg dalamHurlock (1999), mengatakan bahwa selain kematangan faktor keturunan dan lingkungan,perkembangan anak juga terjadi karena interaksi antara keduanya. Lebih lanjut dikatakanbahwa, rangsangan atau stimulasi adalah sebagai upaya dalam membantu memperkuatperkembangan anak seoptimal mungkin, sesuai dengan potensi yang dimiliki anak. Stimulasimerupakan suatu rangsangan yang datang dari lingkungan luar individu anak, dan merupakanhal yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak (Soetjiningsih, 1998);karena dengan memberi stimulasi secara bertahap, terus-menerus sesuai dengan tingkat usiaanak diyakini dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Menurut penelitian yang dilakukan

    oleh Blasco (1991), bahwa pada perkembangan anak sering didapatkan kelainanperkembangan, antara lain sebesar 3% terjadi retardasi mental; satu di antara 200 anak

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    4/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 2

    menderita palsi serebralis, kesulitan belajar dan sindrom yang menyangkut konsentrasi danperhatian anak sebesar 5-7% (Soetjiningsih, 1998).

    Pada tahun-tahun pertama, sangat penting untuk memberikan stimulasi dalam bentukstimulasi visual, verbal, auditif, taktil, dan lain-lain. Belaian, ciuman, mengajak bercakap-

    cakap, mengajak bermain, bercerita dan sebagainya, adalah sebagai upaya yang dapatmembentuk anak mengenal dunia luar; lebih memperkaya imajinasi dan kreativitas anak.Sebagai sarana untuk memberikan rangsangan pada anak antara lain berupa alat permainanedukatif (APE), yang berfungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak,antara lain motorik, bahasa, kecerdasan, dan sosialisasi. Berbagai macam dan bentuk APEdimungkinkan memberi stimulasi secara efektif, apabila dilakukan dengan penuh perhatian,kesabaran, dan sesuai dengan usia anak.

    Pada pengkajian awal penelitian ini, diperoleh data sebesar 87% dari 20 orang tua balitadi empat desa di wilayah Puskesmas Takeran Magetan, belum melakukan stimulasiperkembangan sesuai usia anak dengan baik hingga sangat baik. Tujuan umum penelitianadalah mengetahui gambaran pemberian stimulasi perkembangan yang dilakukan oleh orangtua kepada anak balita berdasarkan usia anak di wilayah Kecamatan Takeran Magetan.Tujuan khusus yaitu, pertama mengidentifikasi karakteristik orang tua, kedua mengidentifikasistimulasi perkembangan pada sektor/aspek motorik kasar, ketiga mengidentifikasi stimulasiperkembangan pada aspek motorik halus, keempat mengidentifikasi stimulasi perkembanganpada aspek bahasa dan bicara, dan kelima adalah mengidentifikasi stimulasi perkembanganpada aspek personal sosial dan kemandirian anak, di wilayah Kecamatan Takeran Magetan.

    BAHAN DAN METODE

    Jenis penelitian adalah deskriptif bentuk survei, populasi yaitu orang tua balita di delapandesa di wilayah Kecamatan Takeran Magetan. Sampel diambil berdasarkan kriteria yaitu, anakusia 12-60 bulan, orang tua sehat jasmani dan rokhani, orang tua tinggal serumah dengananak, setiap hari mengasuh anak. Besar sampel 254 orang tua balita, yang mengguna-kanteknik stratified random sampling. Variabel penelitian adalah stimulasi perkembangan anak,meliputi stimulasi aspek motorik kasar, aspek motorik halus, aspek bahasa dan bicara, aspekpersonal sosial dan kemandirian. Data penelitian ini berupa data primer tentang hasil isiankuesioner oleh orang tua balita, yang dikumpulkan pada saat kegiatan posyandu, antara bulan

    Juli sampai September 2007. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis secaradeskriptif yang dirumuskan dalam bentuk persentase untuk masing-masing aspekperkembangan yang dilakukan stimulasi; kemudian ditarik kesimpulan.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Hasil penelitianData umum penelitian meliputi tingkat pendidikan orang tua, yaitu rata-rata setingkat

    SMP sebesar 40,94%. Pekerjaan orang tua balita paling banyak adalah petani yaitu sebesar

    60,63%. Orang tua balita yang memiliki satu anak sebesar 34,25%, dan 31,1% memiliki duaanak, dan sisanya memiliki lebih empat anak. Selisih usia anak terkecil dengan saudara

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    5/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 3

    sebelumnya paling banyak antara 4-5 tahun, sebesar 21,65%. Data stimulasi perkembanganbalita pada usia 12-60 bulan oleh orang tua sebagai berikut. Pada usia 12-15 bulan, aspekperkembangan motorik kasar yaitu sebesar 64% orang tua memberikan stimulasi sangat baik,dan sebesar 20% dengan kriteria baik. Pada aspek motorik halus, sebesar 40% kriteria sangat

    baik, dan 28% kriteria kurang baik. Stimulasi pada aspek bahasa dan bicara, diperoleh hasilsebesar 40% sangat baik, dan 20% kriteria baik. Pada aspek perkembangan personal sosialdan kemandirian sebesar 20% kriteria kurang baik, dan 52% kriteria sangat baik. Pemberianstimulasi pada usia 15-18 bulan adalah, pada aspek perkembangan motorik kasar sebesar66,67% dalam kriteria sangat baik, aspek motorik halus sebesar 30,56% kriteria baik. Padaaspek perkembangan bahasa dan bicara diperoleh data 47,22% kriteria sangat baik, dan padaaspek perkembangan personal sosial dan kemandirian sebesar 25% kriteria sangat baik.

    Pemberian stimulasi perkembangan pada usia 18-24 bulan diperoleh gambaran, sebesar69,77% dengan kriteria sangat baik, dan 11,63% kriteria cukup pada aspek motorik kasar.Pada aspek perkembangan motorik halus sebesar 48,84% kriteria kurang, sedangkan padaaspek bahasa dan bicara sebesar 62,78% kriteria sangat baik. Pada aspek perkembanganpersonal sosial dan kemandirian sejumlah 48,84% dalam kriteria baik, dan masing-masing20,93% kriteria sangat baik dan cukup. Stimulasi yang diberikan oleh orang tua balita usia 24-36 bulan yaitu, sebesar 64,28% memberi stimulasi sangat baik, dan sebesar 17,86% kriteriakurang pada aspek perkembangan motorik kasar; pada aspek perkembangan motorik halussebesar 32,14% kriteria kurang, dan 28,57% kriteria sangat baik. Pada aspek bahasa danbicara diperoleh 57,07% kriteria sangat baik, dan masing-masing 16,07% kriteria baik dankurang. Pada aspek personal sosial dan kemandirian yaitu sebesar 53,57% pemberianstimulasi sangat baik, dan 17,86% kriteria kurang.

    Stimulasi perkembangan pada seluruh aspek yang dilakukan oleh orang tua masing-masing sebesar 65,52% dalam kriteria sangat baik, masing-masing sebesar 22,14% kriteriabaik pada stimulasi aspek motorik kasar, dan bahasa dan bicara. Sebesar 31,03% stimulasipada aspek motorik halus dalam kriteria sangat baik, dan sebesar 29,31% kriteria kurang.Stimulasi pada aspek perkembangan personal sosial dan kemandirian diperoleh sebesar18,97% kriteria baik, dan 12,06% kriteria kurang. Stimulasi perkembangan pada usia 48-60bulan menunjukkan hasil, sebesar 52,78% orang tua balita telah memberi stimulasi secarabaik, dan sebesar 44,64% kriteria sangat baik pada aspek motorik kasar. Pada aspek motorikhalus diperoleh sebesar 47,22% memberi stimulasi sangat baik; pada aspek bahasa dan

    bicara sebesar 30,56% memberi stimulasi dengan kriteria cukup, dan sebesar 27,78% kriteriabaik. Adapun pada aspek perkembangan personal sosial dan kemandirian, sebesar 58,33%orang tua telah memberi stimulasi dengan kriteria sangat baik, dan sebesar 25% kriteria baik.

    PembahasanTingkat pendidikan kurang memadai memungkinkan pemahaman tentang stimulasi

    kurang efektif dan kurang terlaksana, sebaliknya tingkat pendidikan yang relatif tinggi,kemungkinan banyak memperoleh pengalaman tentang perawatan anak yang diperoleh darireferensi dan dari hasil pendidikannya; sehingga orang tua memiliki pengetahuan yang terkait

    dengan perkembangan anak, pada akhirnya dapat diaplikasikan untuk memahami kebutuhanperkembangan anak.

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    6/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 4

    Pekerjaan orang tua yang banyak menyita waktu, sehingga kurang berinteraksi dengananak memungkinkan perkembangan anak mengalami hambatan; anak hanya bermain dengandirinya sendiri, tanpa ada yang memberi pengawasan, perhatian dan memberi contoh perilakupositif. Orang tua yang sibuk mencari nafkah melupakan kebutuhan fisik maupun psikologis

    anak, sehingga anak tidak memahami hal baik dan buruk, boleh atau tidak; hal ini dapatberakibat buruk pada kondisi anak yang berupa bentuk interaksi kurang sehat dengan temansebaya, anak sulit diatur, dan sebagainya.

    Keluarga yang memiliki anak relatif banyak, dan jarak anak yang relatif dekat, apabilapengawasan yang dilakukan kurang intensif, sering terjadi pertengkaran, berebut perhatianorang tua terutama ibu, dapat berdampak pada perkembangan emosional dan perilaku anakbalita. Apabila sebuah keluarga memiliki lebih dari satu balita; maka semakin mengurangiperhatian kebutuhan setiap anak, sehingga lebih banyak timbul persaingan antar saudara.

    Monks (1998) mengatakan bahwa, stimulasi yang adekuat berpengaruh terhadap tingkahlaku sosial dan emosional. Stimulasi mempunyai peranan paling efektif pada saat suatukemampuan sedang berkembang secara normal (Hurlock, 1999). Mengutip pernyataanSoetjiningsih (1998), pada prinsipnya bahwa stimulasi harus dilakukan secara berjenjang, danberkesinambungan mengikuti tahapan perkembangan anak, serta mencakup seluruh aspekperkembangan. Narendra (2002) menyatakan bahwa stimulasi yang diberikan setidaknyamengandung unsur untuk meningkatkan kemampuan bahasa, konseptual, persepsi, sosial,estetika, dan nilai-nilai moral. Berdasarkan pokok acuan stimulasi tersebut, diperlukan waktuyang cukup dari orang tua untuk menyertai dan menemani anak selama mungkin. Ataspendapat dan teori yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, anak memerlukan stimulasisedini mungkin, seefektif mungkin dan terpenuhi kebutuhan perkembangan sesuai usia.

    Stimulasi perkembangan yang dilakukan oleh orang tua balita untuk masing-masingaspek perkembangan belum semuanya maksimal, terutama pada aspek motorik halus.Stimulasi oleh orang tua pada aspek motorik kasar, meskipun pada hakekatnya stimulasi yangseharusnya dilakukan lebih mudah apabila dibandingkan dengan aspek yang lain, dan kurangtergantung pada ketersediaan sarana; namun masih tergolong rendah. Faktor yang mungkinterkait dengan pemberian stimulasi ini antara lain kondisi fisik anak (kesiapan alat tubuh) untukmelakukan latihan/aktivitas, lingkungan fisik biologis, yang memberi rangsangan aspektersebut. Stimulasi pada motorik kasar persentase terbanyak dilakukan pada anak yangsedang belajar berjalan dan memerlukan gerakan aktif, daripada anak usia lebih muda dan

    pada usia anak lebih tua, sehingga orang tua sering mengikuti gerak anak ke mana-mana.Keingintahuan dan mencoba anak sangat tinggi; sehingga pemberian stimulasi cenderungbermacam-macam. Stimulasi ditujukan pada aspek motorik kasar, tidak hanya untuk mengisiwaktu luang, namun menurut Monks (1998) adalah lebih ditujukan pada adanya proses belajardan peningkatan cara mengendalikan dan mengkoordinasikan otot yang yang melibatkanemosi dan pikiran. Demikian pula Soetjiningsih (1998), mengatakan bahwa stimulasi yangsesuai untuk membentuk rangsangan pada aktivitas otot yaitu jenis stimulasi sensorik, yangberarti menimbulkan respon bagi anak untuk melakukan gerakan otot-otot besar.

    Pada aspek perkembangan motorik halus, bahasa dan bicara, dan aspek personal sosial

    dan kemandirian lebih rumit. Stimulasi yang perlu dilakukan pada aspek tersebut relatifmemerlukan banyak sarana atau alat bantu, memerlukan kajelian dan variatif permainan atau

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    7/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 5

    rangsangan, serta membutuhkan banyak waktu. Sebagaimana stimulasi yang dilakukan olehorang tua pada aspek perkembangan motorik halus, yang sebagian besar tergolong kriteriacukup dan kurang, terutama pada usia relatif lebih muda (kurang 48 bulan), hal ini disebabkanoleh kurangnya kesabaran orang tua dalam membimbing anak, pada umumnya anak tidak

    jenak duduk untuk mengikuti petunjuk atau bimbingan. Sesuai dengan pernyataanSoetjiningsih (1998), bahwa stimulasi memerlukan alat bantu stimulasi, dan suasana yangsegar, menyenangkan dan bervariasi. Selain hal-hal tesebut, diperlukan alat permainan sepertijenis permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya, dan diperlukan temanbermain. Pada usia yang lebih tua (prasekolah ke atas), umumnya anak dapat diajak belajar;mudah mengerti penjelasan dan tidak banyak bergerak ke mana-mana, anak sudah mampumengkoordinasikan fungsi motorik halus secara baik, ditunjang oleh pemahaman psikologis.

    Pada usia 24-36 bulan, orang tua masih belum maksimal cara pemberian stimulasi aspekbahasa dan bicara kriteria sangat baik, hal ini dikarenakan pada usia tersebut anak masihbanyak bergerak (latihan berjalan), sehingga orang tua kurang memperhatikan stimulasi aspekbahasa dan bicara. Pada umumnya setelah anak kecapaian beraktivitas, mereka cenderungistirahat (tidur), sehingga interaksi dengan orang tua relatif menurun. Demikian juga pada anakyang usianya lebih tua pada dasarnya anak sudah dapat merangkai kata dan kalimat secaramandiri, sehingga pengajaran oleh orang tua kurang intensif, anak sudah dianggap pandaibicara secara lancar. Normalitas perkembangan bahasa dan bicara dapat ditentukan olehintensitas dan kualitas stimulasi yang diberikan, dan diperlukan pemahaman kemampuanpenerimaan anak terhadap stimulasi bahasa. Pada aspek sosial dan kemandirian, masihterdapat hampir tigapuluh persen orang tua balita yang belum memberi stimulasi sesuaidengan usia anak, terutama pada anak yang relatif usia lebih muda (kurang dari 18 bulan),

    dan pada anak prasekolah. Pada anak yang lebih tua, kemungkinan stimulasi sudah diperolehdari lingkungan bermain (Playgroupatan Taman Kanak Kanak), sehingga para orang tua tidakbanyak memberikan stimulasi.

    Mencermati stimulasi yang diberikan oleh orang tua balita pada keempat aspekperkembangan, pada umumnya dalam kriteria cukup; terbanyak dilakukan pada usia anak 15hingga 36 bulan, kecuali pada aspek bahasa dan bicara terbanyak dilakukan pada anak usiahingga 60 bulan. Mengingat pada rentang usia kurang dari 48 bulan tersebut, pada umumnyaanak jarang berada di rumah atau kemungkinan sulit diajak belajar dengan tenang, karenakebanyakan anak selalu bergerak atau bermain sendiri, banyak menggunakan aktivitas otot.

    Guna meningkatkan dan membentuk kepribadian anak, meningkatkan kemampuanketangkasan, ketrampilan taktil, bahasa dan bicara, sosialisasi dan kemandirian, adalahmemahami kebutuhan anak dan tugas perkembangan anak sesuai dengan usianya. Namunorang tua pada umumnya belum memperhatikan hal stimulasi pada anak, hal ini dimungkinkanterkait dengan keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh orang tua.

    SIMPULAN DAN SARANSimpulan yang dapat ditulis yaitu, orang tua balita di wilayah Kecamatan Takeran

    Magetan terbanyak berpendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama, sebagian besar

    mereka bekerja sebagai petani, setiap keluarga rata-rata memiliki dua anak, dan selisih usiaanak terkecil dengan saudara sebelumnya terbanyak 4 sampai 5 tahun. Pemberian stimulasi

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    8/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 6

    perkembangan oleh orang tua pada aspek motorik kasar, pada kelompok usia 18-24 bulanmenunjukkan hampir 70% kriteria sangat baik. Pemberian stimulasi oleh orang tua pada aspekmotorik halus, hampir 50% kriteria sangat baik, pada saat anak usia 18-24 bulan. Pada aspekbahasa dan bicara, diperoleh sebesar 65,52% orang tua balita sudah memberikan stimualasi

    sangat baik, ketika anak berusia 36-48 bulan, dan sebesar 25% kriteria kurang ditunjukkanterbanyak pada usia antara 15-18 bulan. Pemberian stimulasi perkembangan pada aspekpersonal sosial dan kemandirian, pada kelompok usia 36-48 bulan sebesar 18,97% kriteriabaik; dan persentase tertinggi (20%) dilakukan oleh orang tua ketika anak berusia 12-15 bulan.

    Saran penulis pertama, perlu adanya gerakan oleh masyarakat yang berbentuk gerakanmenuju pemantauan dan peningkatan perkembangan anak melalui gerakan sayang balita.Kedua, perlu diperkenalkan pedoman cara-cara stimulasi secara dini yang sederhana danmudah dipahami, dan dilaksanakan oleh setiap orang tua balita. Ketiga, sebaiknya diciptakanalat permainan (APE) yang mudah didapat dengan harga yang relatif murah. Keempat, perludilakukan evalusi perkembangan anak secara berkala, melalui fasilitas kesehatan yangmangacu pada pokok-pokok deteksi dini tumbuh kembang, seperti Posyandu, Pos kesehatan,atau pada saat petugas melakukan kunjungan rumah.

    DAFTAR PUSTAKA

    Departemen Kesehatan RI, 1998. Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita, Ed. 10:Depkes RI, Jakarta

    --------------------------------, 2005. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dini dan IntervensiDini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar: Depkes RI,

    JakartaHurlock, Elizabeth B., 1997. Perkembangan Anak Jilid I: Erlangga, Jakarta--------------------------------, 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

    Rentang Kehidupan, Ed. S., Cet. 7: Erlangga, JakartaMarkum, A.H., 1996. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I: FKUI Press, JakartaMonks, F.J., 1998. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam berbagai Bagiannya:

    Gadjahmada University Press, JogyakartaNarendra, B., M., et.al., 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Ed.i: Sagung

    Seto, Jakarta

    Nazir, Moh., 2005. Metode Penelitian: Ghalia Indonesia, BogorNotoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Cet.2: Rineka Cipta, JakartaNursalam dan Pariani, S., 2001. Metodologi Riset Keperawatan: Sagung Seto, JakartaSacharin, Rosa M., 1998. Prinsip Perawatan Pediatri, Ed.2: EGC, JakartaSastroasmoro, S., 1995. Dasar dasar Metodologi Penelitian Klinis, Cet.1: Bina Rupa Aksara,

    JakartaSoetjiningsih, 1998. Tumbuh Kembang Anak, Cet.2: EGC, JakartaSuryanah, 1996. Keperawatan Anak Untuk SPK, Cet.1: EGC, Jakarta

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    9/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 7

    PERBANDINGAN ANTARA PENGARUH LAYANAN INFORMASI DAN KONSELINGKELOMPOK TERHADAP SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

    Ayesha Hendriana Ngestiningrum*

    *=Prodi Kebidanan Magetan, Poltekkes Depkes Surabaya

    ABSTRAK

    Siswa SMP memerlukan informasi yang benar dan terarah mengenai KesehatanReproduksi Remaja (KRR). Terdapat beberapa metode penyampaian informasi KRR diantaranya adalah layanan informasi dan konseling kelompok. Tujuan penelitian ini adalahmengetahui perbandingan antara layanan informasi dan konseling kelompok terhadap sikaptentang KRR.

    Jenis penelitian ini adalah Quasy Experiment menggunakan pretest and posttest groupdesign. Populasi penelitian adalah seluruh siswa Kelas VIII SMPN 2 Kauman Ponorogo.Sampel adalah siswa Kelas VIII SMPN 2 Kauman ponorogo yang bersedia diteliti danmengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Dengan teknik cluster, diperoleh sampel sebesar 120siswa. Data didapatkan dari nilai pretest dan posttest masing-masing kelompok denganmenggunakan instrumen berupa kuesioner. Teknik analisis data untuk mengetahui pengaruhlayanan informasi dan konseling kelompok terhadap sikap tentang KRR menggunakan PairedSample T-Test. Perbandingan pengaruh antara layanan informasi dengan konseling kelompokterhadap sikap tentang KRR diuji dengan Independen Sample T-Test.

    Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi p=0,000 berarti bahwa ada pengaruhlayanan informasi terhadap sikap tentang KRR, demikian halnya dengan konseling kelompok

    nilai signifikansi p=0,410, berarti tidak ada perbedaan signifikan di antara kedua perilakutersebut.

    Kesimpulan dari hasil penelitian adalah ada pengaruh layanan informasi terhadap sikaptentang KRR, ada pengaruh konseling kelompok terhadap sikap tentang KRR, dan tidak adaperbedaaan pengaruh layanan informasi dan konseling kelompok terhadap sikap tentang KRRpada siswa Kelas VIII SMPN 2 Kauman Ponorogo.

    Kata Kunci : Layanan Informasi, Konseling Kelompok, Sikap, KRR.Telepon: 081556432775, e-mail: [email protected]

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang MasalahDi Indonesia, remaja masih sering menemui kesulitan untuk mendapatkan hak

    reproduksi mereka, yaitu hak akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi,termasuk informasi mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Bukti ketidaktahuanremaja tentang KRR ini dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan seputar organ reproduksi,perilaku seks saat pacaran, Infeksi Menular Seksual (IMS), Kehamilan Tak Dikehendaki

    (KTD), kontrasepsi, pelecehan seksual, homoseksual sampai masalah kepercayaan diri,seringkali dilontarkan remaja kepada Youth Center milik Perkumpulan Keluarga Berencana

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    10/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 8

    Indonesia (PKBI). Yahya Mashum (2005), Humas PKBI, menyatakan bahwa isi pertanyaantersebut merefleksikan kurangnya akses remaja pada informasi kesehatan reproduksi.

    Pada bulan September 2004, Synovate Research mengadakan penelitian serupa di 4kota (Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan) melibatkan 450 responden usia 15-24 tahun,

    hasilnya 65% informasi seks mereka dapatkan dari kawan, sedangkan 35% dari film porno(Kartika, 2005). Tahun 1998 responden survei remaja di empat provinsi memperlihatkan sikapyang sedikit berbeda dalam memandang hubungan seks di luar nikah. Ada 2,2% respondensetuju apabila laki-laki berhubungan seks sebelum menikah. Angka ini menurun menjadi 1%bila ditanya sikap mereka terhadap perempuan yang berhubungan seks sebelum menikah.Jika hubungan seks dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai, maka responden setujumenjadi 8,6%. Jika mereka berencana menikah, responden setuju kembali bertambah menjadi12,5% (LDFEUI & NFPCB, 1999 dalam Darwisyah, 2005).

    Sejauh ini berbagai upaya yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif telahdilakukan untuk mengatasi masalah remaja ini. Upaya Komunikasi Informasi dan Edukasi(KIE) merupakan komponen promotif dan preventif. Pelayanan KRR khususnya pelayananmedik dan rujukannya merupakan komponen kuratif (Depkes RI, 1995). Perlu kerjasama lintasprogram dan lintas sektoral untuk menangani masalah ini. Sebenarnya akses informasi KRRdapat diperoleh remaja melalui pendidikan formal di sekolah maupun informal melalui orangtua, teman bergaul, media dan sebagainya (BKKBN, 2003).

    Selain dari guru maupun dari orang tua, informasi KRR ini juga dapat diperoleh siswadari tenaga kesehatan. Bidan bisa memberikan layanan informasi atau bahkan memberikankonseling kelompok terhadap para siswa. Kedua teknik penyampaian informasi ini masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dimungkinkan kedua teknik ini mempunyai

    pengaruh yang berbeda terhadap siswa.

    Tujuan Penelitian1.Mengetahui pengaruh layanan informasi terhadap sikap tentang KRR2.Mengetahui pengaruh konseling kelompok terhadap sikap tentang KRR pada siswa Kelas

    VIII di SMPN 2 Kauman Ponorogo.3.Mengetahui perbandingan pengaruh layanan informasi dengan konseling kelompok

    terhadap sikap tentang KRR pada siswa Kelas VIII di SMPN 2 Kauman Ponorogo.

    BAHAN DAN METODEPenelitian yang dilaksanakan pada tanggal 13-17 Mei 2008 di SMPN 2 Kauman

    Ponorogo ini merupakan penelitian quasy experimentmenggunakanpretest and postest groupdesign. Populasi penelitian adalah semua siswa SMPN 2 Kauman Ponorogo Kelas VIII,dengan sampel siswa Kelas VIII SMPN 2 Kauman Ponorogo yang bersedia diteliti danmengikuti seluruh rangkaian kegiatan (pretest, layanan informasi/konseling kelompok,posttest). Dengan teknik cluster diperoleh sampel sebesar 120 siswa dengan perincian 60siswa diberikan intervensi berupa layanan informasi dan 60 siswa diberikan intervensi berupakonseling kelompok. Intervensi tersebut dilaksanakan masing sebanyak 3 kali pertemuan

    dengan durasi 60 menit tiap pertemuan.

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    11/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 9

    Data didapatkan dari nilai pretest dan posttest masing-masing kelompok denganmenggunakan instrumen berupa kuesioner berupa pertanyaan tertutup mengenai sikaptentang KRR yang telah melalui uji validitas dan reabilitas. Teknik analisis data untukmengetahui pengaruh layanan informasi terhadap sikap tentang KRR menggunakan Paired

    Sample T-Test.Demikian juga pengaruh konseling kelompok terhadap sikap tentang KRR diujidengan Paired Sample T-Test. Sedangkan perbandingan pengaruh antara layanan informasidengan konseling kelompok terhadap sikap tentang KRR diuji dengan Independen Sample T-Test.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Pengaruh Layanan Informasi terhadap Sikap tentang KRR.

    PreLayin

    90.1088.2086.8086.6085.5084.9084.2083.5082.9082.2081.6080.9080.3079.6078.9077.6076.9076.3075.0074.3073.7072.4070.4067.1066.40

    Frequency

    6

    4

    2

    0

    PreLayin

    Gambar 1. Nilai PretestSikap tentang KRR pada Kelompok Layanan InformasiSiswa SMPN 2 Kauman Tahun 2008

    Sikap tentang KRR sebelum dilakukan layanan informasi sebagai berikut: respondendengan nilai 82,90 sebanyak 7 siswa (11,7%), nilai 74,30 sebanyak 6 siswa (10,00%), nilai77,60 sebanyak 5 siswa (8,3%), yang selengkapnya tampak pada Gambar 1. Sedangkansikap tentang KRR sesudah dilakukan layanan informasi sebagai berikut: responden dengannilai 91,40 sebanyak 6 siswa (11,7%), nilai 84,80 sebanyak 4 siswa (6,7%), nilai 83,50sebanyak 4 siswa (6,7%), yang selengkapnya tampak pada Gambar 2. Paired Sample T-Testmenghasilkan nilai signifikasi 0,000 (

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    12/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 10

    PostLayin

    96.7092.7090.8090.1088.2086.8084.9084.2082.9081.6080.3078.9076.9075.0072.40

    Frequency

    6

    5

    4

    3

    2

    1

    0

    PostLayin

    Gambar 2 Nilai PosttestSikap tentang KRR pada Kelompok Layanan Informasi

    Siswa SMPN 2 Kauman Tahun 2008

    Prayitno dan Erman Amti (2004) menyatakan bahwa layanan informasi dapat membekaliindividu dengan pengetahuan dan memungkinkan individu tersebut dapat menentukan arah

    hidupnya sebab dengan berdasarkan informasi tersebut individu diharapkan dapat membuatrencana dan keputusan serta bertanggung jawab terhadap keputusan dan rencana yangdibuat itu. Jadi dengan adanya layanan informasi tentang KRR ini, bekal informasi siswaberupa pengetahuan tentang KRR ini dapat membantunya menentukan rencana dankeputusan yang tepat perihal KRR serta dapat bertanggung jawab terhadap keputusan yangdibuatnya itu.

    Penelitian serupa dilakukan oleh Fransisca Iriani dan M. Nisfiannor (2004) dalamAmiruddin (2007). Penelitian tersebut menyatakan bahwa ada perbedaan sikap terhadaphubungan seks pranikah antara remaja yang diberi penyuluhan dan yang tidak diberi

    penyuluhan kesehatan reproduksi remaja (KRR). Pratama (2006) mengatakan bahwa remajaharus diberikan penyuluhan (layanan informasi) tentang kesehatan reproduksi yangmenyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi agar mereka memiliki pengetahuan, sikapdan perilaku positif terhadap kesehatan reproduksinya. Sedangkan Een Sukaedah (2001)dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap terhadap KRRmenyatakan bahwa faktor pengetahuanlah yang paling dominan berhubungan dengan sikapKRR.

    Hubungan layanan informasi, sikap dan remaja dapat digambarkan sebagai berikut:respon batin terhadap suatu objek dalam penelitian adalah sikap dan pemahaman terhadappentingnya KRR yang diperoleh dari penginderaan. Upaya ini diteruskan ke otak untukditeruskan ke otak untuk diproses melalui impuls-impuls saraf. Stimulus akan terus diingat danmemorinya lama bila stimulus tersebut diberikan berulang-ulang. Stimulus yang dimaksud

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    13/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 11

    berupa layanan informasi. Layanan informasi memberikan informasi yang seluas-luasnyasehingga peserta memiliki pengetahuan yang memadai dan kemudian bersikap positifterhadap obyek yang dibicarakan (KRR). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa stimulasiberupa layanan informasi mampu meningkatkan pemahaman terhadap sikap tentang KRR.

    Pengaruh Konseling Kelompok terhadap Sikap tentang KRR

    Sikap tentang KRR sebelum dilakukan konseling kelompok sebagai berikut: respondendengan nilai 82,20 sebanyak 4 siswa (6,7%), nilai 78,30 sebanyak 4 siswa (6,7%), nilai 76,30sebanyak 4 siswa (6,7%), yang lebih lengkap tampak pada Gambar 3. Sedangkan sikaptentang KRR sesudah dilakukan konseling kelompok sebagai berikut: responden dengan nilai84,80 sebanyak 5 siswa (8,3%), nilai 88,80 sebanyak 4 siswa (6,7%), nilai 95,39 sebanyak 3siswa (5%), yang selengkapnya tampak pada Gambar 4.

    Paired Sample T-Test menghasilkan nilai signifikasi 0,000 (

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    14/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 12

    preKons

    94.7092.7690.1087.5086.6084.2082.9081.6080.3078.9078.3076.3075.0073.7071.0069.7062.50

    Frequency

    4

    3

    2

    1

    0

    preKons

    Gambar 4 Nilai PosttestSikap tentang KRR pada Kelompok Konseling KelompokSiswa SMPN 2 Kauman Tahun 2008

    Ada beberapa alasan pemberian konseling kelompok mampu memberikan pengaruhterhadap sikap. Pertama, konseling KRR membantu remaja membuat keputusan ataumemecahkan masalah mengenai dirinya melalui pemahaman tentang fakta-fakta yangberkaitan dengan KRR (BKKBN, 2003). Pada konseling kelompok ini, para remaja diharapkanakan mengubah cara pandang dan pola pikirnya terhadap masalah seputar KRR sehinggaremaja merasa lebih mampu untuk menemukan sikap dan tindakan yang tepat baginya.Kedua, metode konseling kelompok mengupayakan perubahan sikap dan perilaku secaratidak langsung melalui penyajian informasi yang menekankan pengolahan kognitif oleh parapeserta sehingga mereka dapat menerapkan sendiri serta mengupayakan perubahan sikapdan perilaku secara langsung dengan membicarakan topik-topik tertentu pada pengolahankognitif dan penghayatan afektif (Winkel, 1991). Ketiga, setiap anggota dalam konselingkelompok mengeksplorasi masalah dan perasaannya antara yang satu dengan yang lainnya

    dengan bantuan konselor berusaha untuk mengubah sikap dan nilai-nilainya (Sukardi, 1988).Pada penelitian ini, peserta diberi kesempatan untuk mengemukakan masalahnya sedangkanteman lain dan konselor membantu memberikan masukan alternatif pemecahan masalah.

    Konseling mengandung unsur kognitif dan afektif karena konselor dan para klien berpikirbersama. Konseling ini mengarah pada perubahan dalam diri klien. Berkat komunikasi antarpribadi diharapkan klien akan berubah ke arah yang positif mengenai pandangan sertasikapnya dalam mengambil keputusan maupun tindakan yang berkaitan dengan KRRdibanding saat sebelum konseling kelompok dimulai.

    Hubungan antara konseling kelompok, sikap dan remaja dapat digambarkan sebagai

    berikut: respon batin terhadap suatu objek dalam penelitian adalah sikap dan pemahamanterhadap pentingnya KRR yang diperoleh dari penginderaan. Upaya ini diteruskan ke otak

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    15/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 13

    untuk diteruskan ke otak untuk diproses melalui impuls-impuls saraf. Stimulus akan terusdiingat dan memorinya lama bila stimulus tersebut diberikan berulang-ulang. Stimulus yangdimaksud berupa konseling kelompok. Konseling kelompok mengupayakan hubunganinterpersonal antara konselor dan para konseli untuk mendapatkan informasi yang benar. Oleh

    karenanya konselor harus benar-benar memahami perihal KRR. Hasil penelitian inimembuktikan bahwa stimulasi berupa konseling kelompok mampu meningkatkan pemahamanpara peserta terhadap sikap tentang KRR.

    Perbandingan Pengaruh Layanan Informasi dan Konseling Kelompok terhadap Sikaptentang KRR.

    Analisis perbandingan antara pengaruh layanan informasi dan konseling kelompokterhadap sikap tentang KRR menggunakan Independent Sample T-Test. Uji tersebutmenghasilkan nilai signifikasi 0,410 (>0,05), berarti Ho diterima artinya tidak ada perbedaanyang signifikan antara pengaruh layanan informasi dengan konseling kelompok terhadap sikaptentang KRR. Pengukuran posttest pada kedua kelompok menunjukkan hasil yang tidaksignifikan. Ini berarti layanan informasi maupun konseling kelompok sama-sama efektif dalammemberikan pengaruh positif terhadap sikap tentang KRR.

    Hal di atas mungkin disebabkan oleh materi KRR yang menarik bagi siswa SMP. Ini bisadilihat dari antusiasme para siswa saat mengikuti layanan informasi maupun konselingkelompok. Rasa senang dan rasa tertarik terhadap materi KRR ini mempermudahpemahaman siswa terhadap nformasi KRR. Ini berpengaruh terhadap peningkatanpengetahuan mereka terhadap KRR.

    Pada masing-masing jenis layanan memungkinkan para responden mendapatkan

    informasi KRR yang memadai. Bedanya, layanan informasi diberikan melalui metodeceramah, dan tanya jawab sehingga peserta pada kelompok ini dapat secara langsungmenanyakan informasi yang belum jelas maupun yang belum dimengerti. Sedangkan padakonseling kelompok, para peserta dapat memperoleh informasi dari pendapat, masalah-masalah beserta alternatif pemecahan masalahnya dari peserta lain maupun dari konselor.Informasi baru yang memadai dapat memberikan kontribusi besar dalam perubahan sikap.

    Teori Rosenberg yang dikenal dengan teori affective-cognitive consistencymenyatakanbahwa hubungan komponen afektif dan kognitif bersifat konsisten, maka apabila komponenafektif berubah maka komponen kognitif juga berubah. Sebaliknya bila komponen kognitif

    berubah maka komponen afektif juga berubah (Walgito, 2003). Menurut Azwar (2003), paraahli psikologi sosial banyak yang beranggapan bahwa ketiga komponen sikap (cognitive,affective, conative) selaras dan konsisten, karena apabila dihadapkan pada satu obyek sikapyang sama maka ketiga komponen itu harus mempolakan sikap yang seragam. Dan apabilasalah satu saja di antara ketiga komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain, maka akanterjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya perubahan sikap sedemikian rupasehingga konsistensi itu tercapai kembali. Prinsip ini banyak dimanfaatkan dalam manipulasisikap guna mengalihkan bentuk sikap tertentu menjadi bentuk yang lain. Adapun manipulasiyang dimaksud dalam penelitian ini adalah layanan informasi dan konseling kelompok.

    Berdasarkan hasil eksperimen Hovland dan Weiss dalam Gerungan (2002) yangmenyelidiki pengaruh penyebaran berita yang isinya sama oleh sumber pemberitaan yang

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    16/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 14

    berbeda, maka walaupun isi komunikasi sama apabila sumbernya dianggap lebih dapatdipercaya maka pemberitaan itu lebih dapat diterima daripada apabila dikomunikasikan olehsumber yang dianggap tidak dapat dipercayai. Dalam penelitian ini intervensi baik yang berupalayan informasi maupun konseling kelompok dilakukan oleh peneliti yang juga berprofesi

    sebagai bidan. Siswa-siswi SMPN 2 Kauman Ponorogo memiliki rasa percaya pada penulis.Hal ini ditunjukkan dengan antusiasme kedua kelompok terhadap materi yang dibicarakan danketerbukaan mereka untuk menanyakan hal-halyang belum dimengerti dan keberanianmereka mengungkapkan masalah KRR yang sedang dihadapi.

    Eksperimen dari Murphy dan Newcomb dalam Gerungan (2002) menyatakan bahwaperubahan sikap yang paling berhasil terjadi pada orang-orang yang mempunyai sikap awalbimbang dan ragu-ragu terhadap obyek sikap tersebut dan kemudian orang-orang tersebutdiberi komunikasi tertentu. Dalam penelitian ini, sebelum dilakukan intervensi, siswa-siswiSMPN 2 Kauman Ponorogo memiliki sikap yang masih ragu-ragu terhadap KRR, yang terlihatdari hasil pretest sikap. Selain itu sebelum melakukan intervensi, peneliti juga menanyakansikap mereka terhadap KRR secara lisan. Dari pertanyaan lisan ini, sebagian dari merekamalu untuk membicarakan masalah KRR terlebih bila harus membicarakannnya dengan orangtua atau guru. Sebenarnya mereka suka dan ingin tahu lebih jauh tentang KRR tapi tidak tahumenyakannnya kepada siapa. Pemberian intervensi berupa layanan informasi dan konselingkelompok memberikan komunikasi yang jelas dan tegas mengenai obyek sikap (KRR). Objekyang dahulu dipandang dengan sikap yang bimbang kini menjadi lebih jelas. Sikap yang belummendalam relatif tidak bertahan lama sehingga akan mudah berubah (Walgito, 2003).

    Pada kelompok layanan informasi, siswa langsung menanyakan hal-hal yang tidak iaketahui pada peniliti. Bahkan ada siswa yang membuat kesimpulan sendiri bahwa ia

    menajwab kurang tepat pertanyaan sikap yang ada dalam kuesioner setelah ia mendapatpengetahuan tentang materi tersebut. Pernyataan siswa yang diungkapkan secara terbukadalam forum layanan informasi ini dapat mempengaruhi sikap siswa yang lain.Pada kelompokkonseling kelompok penekanannya adalah pada pemecahan masalah KRR. Masalah-masalahyang diungkapkan siswa belum mencakup seluruh materi KRR. Hal ini dimungkinkan dapatberpengaruh terhadap sikap terhadap keseluruhan materi KRR.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa layanan informasi dan konseling kelompok memberikanefektifitas yang sama dalam merubah sikap tentang KRR disebabkan oleh beberapa hal yaitu:1) materi KRR yang menarik bagi kedua kelompok, 2) kedua metode samasama menambah

    pengetahuan sehingga mengakibatkan perubahan sikap, 3) kedua metode dapat memberikankejelasan dan ketegasan tentang KRR, 4) kedua metode diberikan oleh peneliti yangberprofesi sebagai bidan yang dipercaya oleh siswa, yang mempermudah perubahan sikap, 5)pada kelompok layanan informasi ada pernyataan sikap siswa secara terbuka, yang dapatmempengaruhi siswa lain, 6) pada kelompok konseling kelompok, masalah yang diungkapkanbelum mencakup seluruh materi KRR sehingga berpengaruh terhadap sikap tentang KRR.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh layanan informasi dan konseling kelompokterhadap sikap tentang KRR pada siswa Kelas VIII di SMPN 2 Kauman Ponorogo. Akan tetapi

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    17/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 15

    tidak ada perbedaan antara pengaruh layanan informasi dan konseling kelompok terhadapsikap tentang KRR. Hal ini menunjukkan bahwa layanan informasi dan konseling kelompoksama-sama efektif untuk meningkatkan sikap tentang KRR pada siswa.

    Saran yang diajukan bagi profesi bidan khususnya dan tenaga kesehatan lainnya,

    layanan informasi dan konseling kelompok ini dapat digunakan sebagai alternatif mediapromosi kesehatan untuk meningkatkan sikap tentang KRR pada para siswa. Selain itu perlujuga kerjasama antara pihak sekolah dan tenaga kesehatan untuk menyelenggarakanpelatihan bagi guru BK (Bimbingan Konseling) mengenai KRR, yang bertujuan agar guru BKdapat memberikan layanan informasi dan konseling mengenai KRR dengan lebih baik lagi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Amiruddin, 2007. Tabel Sintesa: Analisis Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja.http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/05/05/tabel-sintesa/

    Arikunto, S., 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.Azwar, S., 2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar

    Offset.BKKBN, 2003. Petunjuk Teknis Pengembangan Advokasi Kesehatan Reproduksi Remaja dan

    Hak-hak Reproduksi. SurabayaDepkes RI dan WHO, 2003. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).JakartaDepkes RI, 1995. Pola Pembinaan Kesehatan Reproduksi Remaja dalam Pembinaan

    Kesehatan Keluarga. JakartaGhozali, 2001.Aplikasi Analisis Multivariat dengan SPSS. Semarang: Undip.

    Henderson, 2005. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.Kurniasari, 2006. Pengaruh Konseling Kelompok Kesehatan Reproduksi Remaja terhadap

    Sikap Remaja dalam Menghitung Siklus Menstruasinya. Karya Tulis Ilmiah untukDiploma Kebidanan Prodi Kebidanan Magetan Poltekkes Surabaya.

    Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsi-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.Nurihsan dan Sudianto, 2005. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP. Jakarta:

    Grasindo.

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    18/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 16

    APLIKASI BALANCED SCORECARDDI RUMAH BERSALIN AL-HIKMAHSERANGAN, SUKOREJO, PONOROGO

    Subagyo**=Prodi Kebidanan Magetan Jurusan Kebidanan Poltekkes Depkes Surabaya

    ABSTRAK

    Perusahaan jasa kesehatan belum banyak yang melakukan evaluasi terhadapperusahaannya, seperti halnya suatu rumah bersalin. Balanced scorecard sebuah pengukurankinerja perusahaan melalui empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan,perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Penelitian inibertujuan menggambarkan strategi operasionl yang dilaksanakan di Rumah Bersalin Al-Hikmah Serangan, Sukorejo, Ponorogo; melalui pengukuran Balanced scorecard sebagaistrategi operasional perusahaan. Jenis penelitian adalah deskriptif, dengan populasipelanggan rawat jalan dan rawat inap, karyawan, serta pengelola rumah bersalin. Sampelpelanggan diambil secara purposive sampling, sedangkan karyawan dan pengelola diambilsecara total populasi. Pengumpulan data primer melalui kuesioner, dan wawancara terpimpin;adapun data sekunder diambil dari registrasi pelanggan dan catatan manajerial. Data masing-masing atribut pada perspektif balanced scorecard dikelompokkan ke dalam kelompok faktorinternal dan faktor eksternal, kemudian dilakukan teknik analisis SWOT; dan digambarkandalam keseimbangan scorecard. Hasil penelitian didapatkan nilai analisis terhadap faktorinternal sebesar 1,55 (gambaran pada sumbu X), dan analisis faktor eksternal sebesar 0,79(menggambarkan sumbu Y). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kondisi Rumah Bersalin Al-

    Hikmah berada pada daerah strategi bertumbuh (ketegori pertumbuhan cepat).

    Kata kunci: Balanced scorecard, pengukuran kinerja, keuangan, pelanggan, proses bisnisinternal, pertumbuhan dan pembelajaranTelepon: 081335718040, e-mail: [email protected]

    PENDAHULUAN

    Rumah Bersalin sebagai unit usaha jasa kesehatan, di masa mendatang semakin

    tertantang dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Sebagai usaha jasa sangatmemerlukan pengelolaan strategik bisnis yang sesuai. Rumah Bersalin sebagai pemberilayanan kesehatan perlu menggunakan berbagai mekanisme manajemen untuk dapat hidupdan berkembang. Berbagai teori menyatakan bahwa pada akhirnya lembaga pelayanankesehatan tidak hanya bersandar pada norma dan etika profesi, tetapi perlu lebih mengarahpada suatu lembaga yang harus hidup secara bermutu, berkembang dan mempunyai etikabisnis (Trisnantoro, 2004). Teori lain menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembanganperusahaan yang menuju kemenangan persaingan diperlukan keseimbangan dalampengelolaan unit bisnis; hal ini perlu adanya alat ukur yang bisa membantu terlaksananya misi

    dan strategi perusahaan sebagai suatu unit bisnis. Selanjutnya para ahli cenderungberasumsi bahwa pelanggan (customer) bagi sebuah perusahaan adalah segalanya. Dalam

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    19/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 1

    dunia kompetisi, saat pemilihan menjadi tidak terbatas, kekuasaan akan berpindah dariprodusen ke konsumen; maka sangat perlu mencipta ulang hubungan antara perusahaandengan konsumen (Kaplan dan Norton, 2000). Untuk mencapai kompetitif, lingkungan abadinformasi menyaratkan adanya kemampuan untuk memobilisasi dan mengeksploitasi aktiva

    tak berwujud (Kaplan dan Norton, 2000). Balanced Scorecardmerupakan suatu model yangakan memberi pandangan secara transparans, sehingga terdapat bauran yang seimbang darihasil (indicator logging) dan faktor pendorong kinerja (indicator leading) strategi suatu bisnis(Kaplan dan Norton, 2000). Untuk mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan. Balancedscorecard merupakan suatu pengukuran yang berisikan serangkaian tujuan yang salingberkaitan konsisten dan saling mendukung; dan merupakan keterkaitan sebagai sebab akibat.Mangkunegara (2005) menyatakan bahwa, Balanced Scorecard mengukur kinerja melaluiempat perspektif, yaitu perspektif finansial, pelanggan, proses bisnis internal, danpertumbuhan dan pembelajaran. Meskipun demikian masih banyak organisasi maupunperusahaan yang belum menyadari, bahwa mereka hanya dengan melakukan evaluasi danperhitungan pada nilai finansial, yang dimungkinkan belum memberi arah strategisperencanaan yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sebuah perusahaanpelayanan jasa, seperti Rumah Bersalin yang bergerak dalam pelayanan kesehatan,senantiasa menuntut suatu perubahan dan inovasi, untuk menjadi yang terbaik di masa depanyang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih maksimal.

    Tujuan penelitian yaitu, pertama mengetahui gambaran kinerja keuangan (perspektiffinansial); kedua, mengetahui gambaran perspektif pelanggan; ketiga, menggambarkan kinerjapelayanan/perspektif bisnis internal; keempat, menggambarkan kondisi pertumbuhan danpembelajaran; kelima, mengukur keseimbangan masing-masing perspektif.

    BAHAN DAN METODE

    Jenis penelitian adalah deskriptif, yang menggambarkan mengenai situasi atau kejadiandan menerangkan hasil kajian dengan cara memaparkannya sesuai dengan hasil yangdiperoleh. Variabel penelitian adalah perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspsektifbisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Populasi terdiri dari karyawanRumah Bersalin Al-Hikmah dan pelanggan/pasien yang berkunjung (rawat jalan dan rawatinap) selama 3 bulan. Sampel pelanggan diambil secara purposive sampling, dan karyawan

    diambil secara total/jenuh. Data yang dipergunakan meliputi data primer dan sekunder, yangdijabarkan menjadi beberapa atribut dimensi/perspektif finansial, pelanggan, bisnis internal,dan pertumbuhan dan pembelajaran. Data primer dikumpulkan melalui pengisian kuesioner,dan wawancara terstruktur kepada pengelola Rumah Bersalin; sedangkan data sekunderpenelitian diambil berdasarkan registrasi. Metode analisis data melalui beberapa tahapan.Tahap awal analisis yaitu mempersiapkan data untuk dilakukan analisis faktor; masing-masingatribut dari masing-masing dimensi/perspektif (empat perspektif) dikelompokkan menjadievaluasi faktor internal (IFE) dan evaluasi faktor eksternal (EFE). Tahap berikutnya yaitumenganalisis kedua faktor (IFEdan EFE); kemudian melakukan penghitungan terhadap faktor

    kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (analisis SWOT). Terakhir menggambarkan

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    20/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 18

    hasil analisis ke dalam suatu diagram keseimbangan scorecard, yaitu yang memperlihatkanempat kuadran, kemudian ditarik suatu kesimpulan.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Pada perspektif keuangan diperoleh gambaran bahwa sumber pendapatan tetap,berasal dari kunjungan pelanggan rawat jalan dan rawat inap, serta sumber pendapatan tidaktetap lainnya. Secara finansial Rumah Bersalin Al-Hikmah terdapat keseimbangan cukupstabil, hal ini dapat dilihat dari pengembalian modal, laba operasional, imagedan reputasi; danperusahaan tidak mengalihkan modal sendiri untuk kecukupan perusahaan. Meskipun belumtercatat secara detail, dimensi keungan memperlihatkan nilai surplus, sehingga belum pernahterjadi penangguhan hutang piutang dengan rekanan. Kajian perspektif pelangganmenunjukkan bahwa, trend kunjungan rawat jalan semakin meningkat pada tiga bulan terakhir(Agustus sampai Oktober); yaitu adanya peningkatan kunjungan baru rata perbulan sekitar 5-10%. Pelanggan lama secara jelas menyatakan akan kembali berkunjung pada kesempatanlain, untuk memperoleh layanan yang sama; hal ini menunjukkan kesetiaan pelanggan kepadaperusahaan, terutama rawat inap (sebesar 71,11%). Kedua kelompok pelanggan (lama danbaru), menyatakan sangat puas terhadap jenis dan mutu layanan yang diberikan perusahaan(rawat jalan sebesar 66-80%, dan rawat inap sebesar 73,33%). Perspektif proses bisnisinternal menunjukkan pada atribut informasi akurat dan efisiensi waktu pelayanan cukup baik.Gambaran perspektif pertumbuhan dan pembelajaran pada atribut kapabilitas karyawansebesar 76,923% kapabel, retensi pekerja sangat bagus, dan kinerja sistem manajemensudah bagus. Hasil kajian tingkat keseimbangan scorecard berdasarkan analisis SWOT

    bahwa nilai evaluasi faktor internal sebesar 1,55 (sumbu X), dan evaluasi faktor eksternalsebesar 0,79 (sumbu Y); hasil pemetaan analisis SWOT menunjukkan bahwa RumahBersalin Al-Hikmah berada pada kuadran dua (strategi bertumbuh), yaitu pertumbuhansecara cepat. Hasil kajian masing-masing dimensi/perspektif selengkapnya terdapat padaTabel 14, Tabel 56, dan keseimbangan scorecarddalam diagram Kartesius.

    Tabel 1 Analisis Kecenderungan Dimensi Finansial ScorecardRB Al-Hikmah

    Keterangan:Balans keuangan

    Balans 0

    Defisit -2.00

    Surplus 2.00

    Dimensi finansial Bulan

    Agustus 2009 September 2009 Oktober 2009Pengembalian modal usaha 5 5 5

    Laba operasional 4 4 4Balans keuangan 2 2 2

    Kinerja sistem keuangan 2 2 2

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    21/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 19

    Tabel 2. Analisis Kecenderungan Dimensi Pelanggan Scorecard RB Al-Hikmah

    Dimensi pelanggan BulanAgustus 2009 September 2009 Oktober 2009

    Kepuasan rawat jalan 4.67 4.80 4.77Kepuasan rawat inap 4.73 4.73 4.73

    Loyalitas pelanggan rawat jalan 4.50 4.47 4.57

    Loyalitas pelanggan rawat inap 4.73 4.67 4.73

    Jumlah kunjungan baru rawat jalan 778 795 837

    Jumlah kunjungan ulang rawat jalan 453 324 370

    Jumlah kunjungan bersalin 24 17 20Imagedan reputasi 4 4 4

    Akuisi pelanggan 5 5 5

    Servis atribut 5 5 5

    Tabel 3. Analisis Kecenderungan Proses Bisnis Internal Scorecard RB Al-Hikmah

    Dimensi proses bisnis internal Bulan

    Agustus 2009 September 2009 Oktober 2009Kepuasan rawat jalan 2 3 3

    Kepuasan rawat inap 4 4 4

    Loyalitas pelanggan rawat jalan 3 4 4

    Loyalitas pelanggan rawat inap 3 4 5

    Tabel 4 Analisis Kecenderungan Pertumbuhan dan Pembelajaran Scorecard RB Al-Hikmah

    Dimensi pertumbuhan danpembelajaran

    Bulan

    Agustus 2009 September 2009 Oktober 2009Kapabilitas SDM 4.08 4.08 4.08

    Kepuasan SDM 4.31 4.31 4.31

    Retensi pekerja 5 5 5Kinerja sistem manajemen SDM 4 4 4

    Tabel 5. Matriks Analisis IFEScorecard Faktor Strength/Kekuatan Kritis RB Al-Hikmah

    No Faktor kekuatan kritis Bobot -1 Bobot -2 Skala (1-4) (Bobot -2)X(skala)1 Pengembalian modal usaha 4 0.10 4 0.40

    2 Laba operasional 4 0.10 4 0.40

    3 Balans keuangan 3 0.08 4 0.30

    4 Retansi pekerja 3 0.08 4 0.30

    5 Image dan reputasi 4 0.10 4 0.40

    6 Servis atribut 3 0.08 4 0.30

    21Skor faktor kekuatan 2.10

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    22/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 20

    Tabel 6. Matriks Analisis IFEScorecardFaktor Weakness/Kelemahan Kritis RB Al-Hikmah

    No Faktor kelemahan kritis Bobot -1 Bobot -2 Skala (1-4) (Bobot -2)X(skala)1 Pengembalian modal usaha 3 0.08 -1 -0.08

    2 Laba operasional 3 0.08 -2 -0.153 Balans keuangan 3 0.08 -1 -0.08

    4 Retansi pekerja 4 0.10 -1 -0.10

    5 Image dan reputasi 3 0.08 -1 -0.086 Servis atribut 3 0.08 -1 -0.08

    19Skor faktor kelemahan -0.55

    TOTAL SKOR IFE 1.55

    Kekuatan: Kelemahan:

    Skala 4: berskala baik/besar Skala -1: berskala sangat kecil/tidak adaSkala 3: berskala sedang Skala -2: berskala kecilSkala 2: berskala kecil Skala-3: berskala sedangSkala 1: berskala sangat kecil/tidak ada Skala-4: berskala baik/besar

    Tabel 7. Matriks Analisis EFEScorecard Faktor Opportunity/Peluang Kritis RB Al-Hikmah

    No Faktor peluang kritis Bobot -1 Bobot -2 Skala (1-4) (Bobot -2)X(skala)1 Jumlah kunjungan baru 3 0.13 4 0.50

    2 Jumlah kunjungan ulang 4 0.17 4 0.673 Akuisisi pelanggan 3 0.13 3 0.38

    10Skor faktor peluang 1.54

    Tabel 8 Matriks Analisis EFEScorecardFaktor ThreatAancaman Kritis RB Al-Hikmah

    No Faktor ancaman kritis Bobot -1 Bobot -2 Skala (1-4) (Bobot -2)X(skala)1 Loyalitas pelanggan 4 0.17 -1.00 -0.17

    2 Kepuasan pelanggan 4 0.17 -2.00 -0.333 Produk layanan baru 3 0.03 -1.00 -0.13

    4 Kepuasan pekerja 3 0.03 -1.00 -0.13

    14Skor faktor ancaman -0.76

    TOTAL SKOR EFE 0.79Peluang: Tantangan:Skala 4: berskala baik/besar Skala -1: berskala sangat kecil/tidak adaSkala 3: berskala sedang Skala -2: berskala kecilSkala 2: berskala kecil Skala-3: berskala sedang

    Skala 1: berskala sangat kecil/tidak ada Skala-4: berskala baik/besar

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    23/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 21

    Gambar 1. Hasil Analisis SWOTScorecardRB Al-Hikmah

    Mencermati kondisi pelanggan baru RB Al-Hikmah, secara kuantitatif kunjungan rawat

    jalan mengalami kenaikan pada setiap bulan. Menurut informasi yang diperoleh bahwa dalamupaya meningkatkan jumlah kunjungan, pihak RB telah melakukan berbagai upaya sepertipromosi, meningkatkan mutu pelayanan, melengkapi sarana dan prasarana, memberikansouvenir sederhana, dan menjaga komunikasi efektif. Di lain pihak kunjungan ulangmengalami penurunan, namun masih tergolong stabil; mengingat jumlah kunjungan tergantungpada beberapa faktor, seperti pergantian musim, kesibukan masyarakat yang mayoritasbertani, dan pola penyakit, serta tingkat kepuasan pelanggan. Tentang hal kepuasan, Kotlerdan Norton (2000) mengatakan bahwa citra dan reputasi terkait dengan suatu kepuasan, yaitudari kualitas produk, menanggapi keluhan pelanggan, dan sifat ingtangiblejasa. Demikian pula

    dinyatakan oleh Rangkuti (2003), bahwa kepuasan juga berkaitan dengan persepsi pelangganterhadap kualitas jasa yang berfokus pada dimensi jasa (intangible). Kunjungan rawat inap(khusus ibu bersalin atau pasca operasi kebidanan), sering mengalami perubahan (tidakstabil), hal ini terkait dengan kondisi wilayah, faktor sosial budaya masyarakat, dan faktor lainyang tidak terduga. Beberapa factor yang diperkirakan mempengaruhi antara lain, kepuasan.Imagedan reputasi, customer relationship, service atribut, maupun customer equilition, sangatberperanan terhadap kepuasan, sebagaimana dinyatakan Mangkunegara (2005) menyatakanbahwa, perusahaan perlu memperhatikan upaya menarik pelanggan melalui unsur tersebut.

    Pelayanan jasa kesehatan yang dilakukan oleh RB Al-Hikmah secara nyata (detail)

    belum dilakukan pengelolaan pelaporan keuangan; sehingga untuk mengevaluasi secaraterinci terhadap seluruh mata anggaran masih berdasar pada penghitungan secara global,

    Opportunity/STRATEGI Peluang STRATEGISTABIL BERTUMBUH

    Agressive StableMaintenance Growth

    Selective Rapid GrowthMaintenance

    (1.55; 0.79)

    Weakness/ Strength/Kelemahan Kekuatan

    Turn Arround Conglomerate

    Giurellae Diversification

    Nice ConcentricDiversification

    STRATEGI STRATEGIBERTAHAN DIVERSIFIKASIHIDUP Threat/Ancaman

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    24/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 22

    yang kurang ditunjang oleh pembukuan yang memadai. Teori menyatakan bahwa seyogyanyaperusahaan skala kecil tetap memerlukan suatu pengelolaan/pengorganisasian yang cermat(Wibowo, dkk., 2002). Gambaran tingkat kepuasan yang merupakan salah satu atributperspektif pelanggan, sebagian besar pelanggan sangat puas; dimana faktor persepsi dan

    tingkat kepentingan berperanan penting, selain keberadaan sarana dan waktu tungguterhadap pelayanan yang akan diterima. Supranto (2003) yang mengutip dari Muddied andCottan (1993), menyatakan bahwa kepuasan tidak mungkin tercapai semuanya, sekalipununtuk sementara waktu. Kepuasan akan berdampak pada perwujudan perilaku lain, yaituloyalitas/kesetiaan; pelanggan yang setia diakibatkan oleh pemenuhan keinginan danharapan, sehingga akan berdampak tidak langsung pada tingkat retensi pelanggan.

    Proses manajerial yang sempurna atas suatu produk yang dipasarkan, menjadi salahsatu kajian perspektif proses bisnis internal yang telah dilakukan oleh pihak Rumah Bersalin;yaitu terdapatnya tiga unsur penting (proses inovasi, proses operasi, dan layanan purna jual);sebagaimana dinyatakan oleh Kaplan dan Norton (2000). Tujuan dari pemberdayaan unsurorganisasi akan berdampak pada pemberian pelayanan yang bermutu, hal ini pihak RumahBersalin telah membuat suatu kajian data, perencanaan sampai dengan evaluasi yangmemadai terhadap produk jasa yang dipasarkan. Hasil perolehan kajian perspektifpertumbuhan dan pembelajaran, menggambarkan adanya pemberdayaan SDM dan penataanorganisasi yang cermat, melalui penyampaian uraian tugas oleh seorang manajer; sebagaisalah satu tugas pokok guna mencapai kompetensi karyawan dalam memberi pelayanan.Wibowo (2000) menyatakan bahwa kebiasaan perusahaan lemah di dalam membuat suatuperencanaan dan memberi tugas pendelegasian yang jelas, sehingga segalanya hanyaberada pada kewenangan pimpinan. Pimpinan Rumah Bersalin Al-Hikmah memiliki satu misi

    yaitu menjadikan karyawan mampu berkarya sesuai dengan potensi yang dimiliki. Keberadaankaryawan yang penuh tanggungjawab menyebabkan kondisi retensi pekerja di RB ini sangatbaik. Demikian halnya aktifitas manajerial yang baik memberi pengaruh pada kepuasanpekerja; sebagaimana yang diungkapkan oleh Kaplan dan Norton (2000) bahwa untukmeningkatkan kepuasan, produktifitas dan retensi pekerja merupakan tujuan penting yangharus diupayakan melalui evaluasi dan peningkatan kinerja perusahaan, denganmengomunikasikan dan mengevaluasi tujuan pengembangan kapabilitas para pekerja, sisteminformasi dan unit perusahaan.

    Melalui analisis Scorecard, RB Al-Hikmah memiliki keseimbangan yang tergolong

    strategi bertumbuh; ini memungkinkan menjadi suatu tempat pelayanan kesehatanmasyarakat yang dapat bersaing. Kaplan dan Norton (2000) menyatakan, semua ukurandalam scorecard memberi kepentingan saling menentukan, sehingga diperlukan suatukeseimbangan antara dimensi finansial dan nonfinansial. Scorecard sebagai sebuah alatmanajemen untuk memobilisasi dan menuntun perusahaan ke arah strategis yang baru danmewujudkan inovasi.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Pada dimensi/perspektif finansial, RB Al-Hikmah belum memiliki pencatan informasisecara maksimal; sehingga secara nyata belum nampak adanya pengelolaan perencanaan

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    25/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 23

    sampai dengan evaluasi anggaran/keuangan yang memadai. Ditinjau dari segi perspektifpelanggan, atribut kepuasan pelayanan yang diterima konsumen sangat baik. Kondisidemikian memungkinkan RB Al-Hikmah sangat diminati dan suatu pilihan untuk memperolehpelayanan kesehatan yang diharapkan dapat memenuhi keinginan sementara dan

    selanjutnya. Pemberdayaan unsur organisasi yang dilakukan pihak Rumah Bersalinberdampak positif pada pemberian pelayanan yang bermutu, hal ini telah disusun dalamformat menuju proses inovasi, proses operasi, dan layanan purna jual; dengan menyusunperencanaan sampai dengan evaluasi yang memadai terhadap produk jasa yang dipasarkan.Perlakuan terhadap karyawan dengan memberdayakan potensi secara bertanggungjawab,telah membawa dampak positif terhadap kapabilitas pekerja, meningkatkatnya kepuasan,produktifitas dan retensi pekerja. Keseimbangan scorecard RB Al-Hikmah telah menunjukkanstrategi yang cukup bagus, yaitu pertumbuhan cepat, yang memungkinkan menjadi suatuperusahaan pelayanan kesehatan yang mampu bersaing.

    Guna mempertahankan eksistensi sebagai Rumah Bersalin yang diminati pelanggan,maka saran pertama adalah diperlukan proses manajerial modern dengan melakukan evaluasiyang cermat terhadap masing-masing perspektif; terutama evaluasi perspektif finansial secaralebih transparans/real. Kedua, senantiasa menyusun rencana pengelolaan yang lebih terarah,efektif dan efisien terhadap aktiva tak berwujud/intangible. Ketiga, melakukan evaluasikecenderungan keseimbangan scorecardsecara terus-menerus.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aditama, Tjandra Yoga, 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit Edisi kedua: UI Press,

    JakartaAfan, A.M., 2002, Penerapan BSC pada evaluasi kinerja, RS Swadana dr. Soetomo

    Surabaya,Buletin Penelitian vol.4 no.3, Juli-September 2002Bungin, Burhan, 2005. Analisis data penelitian kwalitatif: Raja Grafindo Persada, JakartaChristina. Ellen, et.al., 2001. Anggaran perusahaan - suatu pendekatan praktis: Gramedia

    Pustaka Utama, JakartaDepkes RI, 1987. SK. Dirjen Bidnakes No. 664/Bidnakes/DJ/U/1987 Tentang juklak upaya

    Yankes swasta di bidang yan medik dasar: Depkes, Jakarta_____ __, 1994. Kumpulan Undang undang tentang pelayanan kesehatan, Depkes, Jakarta

    ________, 2002. Kep.Menkes RI No. 900/Menkes/SK/VI/2002 Tentang Registrasi dan praktekbidan: Depkes, Jakarta

    Gaspers, Vincent, 2002. Metode analisis untuk peningkatan kualitas: Gramedia, Jakarta________, Manajemen kualitas dalam industri jasa: Gramedia, JakartaHandoko, T., Hani, 2001. Manajemen personalia dan sumber daya manusia, edisi 2: BPFP,

    YogyakartaKaplan, Robert S. dan Norton, David P., 2000. Balanced scorecard menerapkan strategi

    menjadi aksi, alih bahasa Peter R. Yosi Pasla, Yati Sumiharti, Wisnu Chandra Kristiaji(edit): Erlangga, Jakarta

    Kotler, Philip dan Amstrong, Gary, 1997. Dasar dasar pemasaran edisi Bahasa Indonesia:Prenhallindo, Jakarta

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    26/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 24

    Karjono, 2002. Aplikasi BSC di Seksi Diklat tenaga medis RSUD dr. Soetomo, Surabaya,Buletin Penelitian RSU dr. Soetomo Surabaya, vol.4 no 3, Juli-September 2002

    Maarif, M. Syamsul dan Tanjung, Hendri , 2003. Manajemen operasi: Gramedia WidiasaranaIndonesia, Jakarta

    Mangkunegara, Anwar Prabu AA., 2005. Evaluasi kinerja SDM: Refika Aditama, BandungMulyadi dan Setyawan, 1999. Sistem perencanaan dan pengendalian manajemen: Bunga Artdan graphic, Yogyakarta

    Nazir, Moh., 2005. Metodologi penelitian: Ghalia Indonesia, Bogor SelatanPrawirosentono, Suyadi, 2005. Filosofi baru tentang manajemen mutu terpadu TQM abad

    21, Studi kasus dan analisis kiat membangun bisnis kompetitif bernuansa market leader:Bumi Aksara, Jakarta

    Rangkuti, Freddy, 2003. Measuring customer satisfaction Teknik mengukur dan strategimeningkatkan kepuasan pelanggan: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

    Simamora, Bilson, 2001. Remarketing for business recovery Sebuah pendekatan riset:Gramedia Pustaka Utama, JakartaSiagian, Sondang P., 2003. Manajemen SDM: BumiAksara, Jakarta

    Sugiyarso G, dan Winarni, F., 1999. Manajemen keuangan: Media Pressindo, YogyakartaTjiptono, Fandy, 2000. Strategi bisnis: Andi Offset, Yogyakarta________, 2002. Manajemen jasa: Andi Offset, YogyakartaWibowo, Singgih, dkk., 2002. Pedoman mengelola perusahaan kecil: Penebar Swadaya,

    Depok, Jakarta

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    27/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 25

    PENGARUH PEMBERIAN POCARI SWEAT TERHADAPKUALITAS HIS PERSALINAN

    Erma Kumarawati*, Sunarto**, Nurlailis Saadah***=Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun

    **=Prodi Kebidanan Magetan Jurusan Kebidanan Poltekkes Depkes Surabaya

    ABSTRACTMain problem of this research is some prolong active phase stage I in childbirth. The aim

    research is analyze different his quality between supplementary pocari sweat and not tochildbirth. The design research used pre-experiment, with static group comparison. Thepopulation is all pregnant women planning in public health center Gemarang Madiun.Independent variable is supplementary pocari sweat, dependent variable is his quality activephase stage I in childbirth. Sample size is 26 respondent. Data of his quality observed by

    partograf. Data were analyzed by using independent t test and significant level of p

    0,05.The result showed that supplementary pocari sweat increased intensity his ( p=0,01), theconclusion of the research is that there the suplemantary pocari sweat quickly process stage Iin childbirth.

    Key word : supplementary pocari sweat, his quality, childbirth.Phone: 08125917292, e-mail: [email protected]

    PENDAHULUAN

    Latar BelakangKala I fase aktif umumnya berlangsung selama enam jam (Mochtar,1998:94). Pada fase

    ini kontraksi his timbul secara teratur dengan peningkatan frekuensi dan durasi sehinggamenyebabkan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm/jam (Saifuddin, 2002:N-13).Permasalahannya adalah banyak kasus ibu bersalin primipara, fase aktif dialami lebih darienam jam dan percepatan pembukaan serviks kurangd ari 1 cm/jam. Penyebab utama darikasus ini adalah his inadekuat.

    Banyak upaya untuk mengefektifkan his antara lain; teknik ambulasi, perubahan posisi,mengosongkan kandung kemih, stimulasi putting, dan pemberian makan dan minum (Anonim,

    2000:3-24). Mengurangi stressor dan kelelahan ibu juga efektif meningkatkan frekuensi his(Saifuddin, 2002). Akhir-akhir ini banyak bidan menganjurkan ibu bersalin mengkonsumsisuplemen minuman pocari sweat, ternyata hasilnya baik, namun sampai saat ini kajianteorinya belum diketahui secara jelas. Pemberian pocari sweat pada saat persalinanmerupakan terobosan baru, namun pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas his masihmemerlukan suatu pembuktian ilmiah.

    Besarnya kasus persalinan dengan his inadekuat di wilayah Puskesmas GemarangMadiun dalam satu tahun terakhir 40% dari seluruh persalinan normal. Dampak masalah bilatidak diatasi adalah terjadinya perpanjangan kala I, angka kasusnya mencapai 80%,

    persalinan macet (5%), perdarahan post partum (10%), anemia masa nifas (5%). Untuk

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    28/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 26

    mengatasi hal ini berdasarkan hasil diskusi komunitas kebidanan di Madiun, diperbolehkanuntuk melakukan terobosan baru dengan pemberian pocari sweat pada ibu saat bersalin.

    Beberapa faktor penyebab his inadekuat karena faktor sekunder antara lain; kandungkencing penuh, pengaruh obat-obatan, posisi berbaring, kurangnya asupan makanan dan

    minuman menjelang proses persalinan, kelelahan dan dehidrasi.

    Rumusan Masalah1.Bagaimanakah gambaran kualitas his persalinan setelah pemberian pocari sweat?2.Apakah ada perbedaan kualitas his persalinan pada ibu bersalin dengan pemberian pocari

    sweat dan tanpa pocari sweat ?

    Tujuan Penelitian1.Mengidentifikasi kualitas his persalinan ibu bersalin dengan pemberian pocari sweat2.Mengidentifikasi kualitas his persalinan ibu bersalin tanpa pemberian pocari sweat3.Menganalisis perbedaan kualitas his persalinan pada ibu bersalin dengan pemberian pocari

    sweat dan tanpa pocari sweat.

    BAHAN DAN METODEJenis penelitian adalah pra-eksperimen dengan rancangan static group comparison.

    Populasi dalam penelitian adalah ibu hamil usia kehamilan 38 minggu di wilayah PuskesmasGemarang Madiun. Kriteria populasi, primipara, usia ibu 21-25 tahun, TBJ 2500-3300 gram,kehamilan fisiologis, tidak ada penyakit penyerta, belum pernah minum pocari sweat selamakehamilan, ANC 4 x, TB > 145 cm, tidak pernah senam hamil berdosis. Besar sampel 26 ibu

    hamil yang diambil secara simple random sampling.Variabel independen adalah pemberian pocari sweat, variabel dependen adalah kualitas

    his persalinan, yang dikumpulkan melalui Partograf yang diobservasi tiap 30 menit sekali.Dosis pemberian pocari sweat ditentukan sebanyak 15 gram/200 ml/jam, diberikan saat faseaktif kala I. Kelompok kontrol hanya diberi teh manis atau air mineral.

    Analisa data untuk mengetahui perbedaan kualitas his kedua kelompok menggunakan uji

    independent sample T-testdengan tingkat kemaknaan p0,05.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Rata-rata frekuensi observasi his persalinanHasil penelitian menunjukkan bahwa ibu bersalin yang mendapat intervensi pocari sweat

    mempunyai rata-rata frekuensi observasi his 7,54 kali, sedangkan kelompok control 9,77 kali,lebih jelas lihat Tabel 1.

    Tabel 1. Rata-Rata Frekuensi His Persalinan Kedua Kelompok

    Karakteristik Ibu Hamil Rata-rata frekuensi observasi Keterangan

    Kelompok perlakuan 7,54 kali Observasi his dilakukansetiap30 menit sekaliKelompok kontrol 9,77 kali

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    29/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 2

    Rata-rata lama his persalinanRata-rata lama his setiap observasi pada kelompok perlakuan selama 39,5 detik,

    sedangkan kelompok control rata-rata his setiap observasi selama 35,08 detik. Perbedaanrata-rata lama his kedua kelompok seperti Tabel 2.

    Tabel 2. Rata-Rata Lama His Persalinan Kedua Kelompok

    Karakteristik Ibu Hamil Rata-rata lama his sekali observasi Keterangan

    Kelompok perlakuan 39,5 detik 40 detik = his baik

    Kelompok kontrol 35,08 detik

    Perbedaan kualitas his Persalinan

    Gambaran perbedaan kualitas his persalinan kedua kelompok sebagaimana Gambar 1.

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    obs

    1

    obs

    2

    obs

    3

    obs

    4

    obs

    5

    obs

    6

    obs7

    obs

    8

    obs

    9

    obs10

    obs11

    obs12

    0bs13

    Perlakuan

    Kontrol

    Gambar 1. Perbedaaan Kualitas his Persalinan Kedua Kelompok

    Lama kala I Fase AktifLama kala I fase aktif kelompok perlakuan adalah 3,7 jam lebih cepat dibanding

    kelompok kontrol yaitu 4,9 jam. Gambaran perbedaan tersebut sebagaimana Tabel 3.

    Tabel 3. Perbedaan Lama Persalinan Kedua Kelompok

    Karakteristik Ibu Hamil Lama persalinan Keterangan

    Kelompok perlakuan 3,7 jam

    Kelompok kontrol 4,9 jam

    Dari hasil independent sample T-testdisimpulkan terdapat perbedaan kualitas his persalinanpada ibu bersalin dengan pemberian pocari sweat dan tanpa pocari sweat dengan p=0,01,artinya pemberian suplemen pocari sweat mempercepat proses persalinan kala I fase aktif.

    Hasil pemantauan pada kelompok intervensi menunjukkan rata-rata frekuensi his 4 kali

    dalam 10 menit dengan intensitas yang baik selama 39,58 detik sedangkan pada kelompokcontrol rata-rata frekuensi his 3 kali dalam 10 menit dengan intensitas his selama 35,08 detik.

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    30/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 28

    Perbedaan ini disebabkan karena kondisi ibu dengan intervensi pocari sweat jauh lebih baikdengan asupan cairan dan penyerapan yang cukup dibandingkan dengan ibu yang hanyamengkonsumsi minuman mineral atau teh manis. Sejak awal lamanya his belum melebihi 40detik, namun sebenarnya kedua kelompok lama his dikategorikan cukup baik.

    Menurut Wiknjosastro (2005:174) jika persalinan dimulai, maka frekuensi dan amplitudehis meningkat sampai 60 mmHg pada akhir kala I dan his 2-4 kontraksi tiap 10 menit. Lamahis meningkat dari hanya 20 detik pada awal inpartu menjadi 60 detik pada akhir kala I. Hisyang sempurna dan efektif adalah bila ada koordinasi dari gelombang kontraksi sehinggakontraksi otot polos uterus simetris dengan dominasi di fundus uteri. Amplitudo berkisar antara40-60 mmHg dan berlangsung selama 60 detik dengan jangka waktu 2-4 menit. Fase relaksasiamplitude kurang dari 12 mmHg. Jika frekuensi dan amplitude his tinggi maka akanmengurnagi pertukaran oksigen antara uterus dan plasenta sehingga janin akan kekuranganoksigen. Janin akan mengalami hipoksia dan timbullah gawat janin.

    Frekuensi observasi his pada kelompok perlakuan jauh lebih besar dibanding kelompokcontrol. Keadaan ini sangat menguntungkan karena stressor persalinan akan berkurangsehingga menambah kenyamanan saat bersalin bagi ibu dan keluarga (pendamping). Hisyang efektif memberikan perasaan nyaman pada ibu karena nyeri akibat proses persalinanberkurang. Menurut Saiffudin (2002) peran penolong sangat dibutuhkan untuk memberikanperasaan nyaman tersebut. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kala I fase katif padakelompok perlakuan lebih cepat (3,76 jam : 4,96 jam). Waktu persalinan lebih cepat tidakmenyebabkan kelelahan, sehingga proses metabolisme untuk menghasilkan energi masihmenggunakan jalur fosforilasi oksidatif. Jalur ini memungkinkan energi (ATP) yang dihasilkanlebih banyak dibanding saat ibu mengalami fase kelelahan.

    Menurut Klein dalam Prichard (1993), persalinan merupakan pekerjaan berat yangbanyak menggunakan cairan dalam tubuh. Cairan yangd apat membuat ibu merasa lebih baiksaat persalinan antara lain; air kelapa, air gula, madu, jus buah, pepermin. Kondisi dehidrasimembuat persalinan berjalan lambat dan lebih menyakitkan. Seorang ibu saat bersalinmemerlukan dukungan secara fisik dan psikis. Dukungan tersebut salah satunya adalahpemberian minuman untuk memenuhi kecukupan energi. Pocari sweat ternyata dapatmeningkatkan proses metabolisme sekaligus mengganti ion tubuh yang hilang. Prosesmetabolisme melalui jalur pompa natrium-kalium di dalam sel otot polos. Proses kontraksi ototpolos dipercepat dengan kecukupan ion kalsium yang tersedia dari minuman pocari sweat.

    Kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan kelelahan otot. Proses ini terjadiakibat ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolisme sel otot. Apabila kekurangan ATP,maka potensial aksi otot dan syaraf menjadi lemah, bila hal ini terjadi di otot polos miometriummengakibatkan his melemah dan inadekuat. Hambatan aliran darah yang menuju oto yangsednag kontraksi juga mengakibatkan kelelahan otot. Kelelahan ini diakibatkan oleh produkasam laktat. Produk ini dihasilkan dari proses an-aerob. Oleh karena itu pada saat prosespersalinan selain perlunya minuman untuk pengganti ion, maka diusahakan jalur metabolismeuntuk menghasilkan ATP bersifat aerob. Hal demikian perlu latihan selama perawatankehamilan. Senam hamil yang berdosis bila ditunjang dengan pemberian pocari sweat dan

    proses pendampingan yang bermutu mampu mengurangi stressor persalinan sehingga prosespersalinan menjadi nyaman dan menyenangkan karena rasa sakit dan nyeri akan berkurang.

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    31/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 29

    SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan1.Kualitas his persalinan pada kelompok dengan pemberian pocari sweat menunjukkan rata-

    rata frekuensi dan intensitas baik dibanding kelompok tanpa pemberian pocari sweat.2.Frekuensi observasi his persalinan pada kelompok dengan pemberian pocari sweat lebihseedikit dibanding kelompok tanpa pemberian pocari sweat.

    3.Lama kala I fase aktif pada pada kelompok dengan pemberian pocari sweat menunjukkanrata-rata lebih cepat dibanding kelompok tanpa pemberian pocari sweat.

    SaranHasil penelitian membuktikan bahwa pemberian pocari sweat memperbaiki kualitas his,

    maka bagi Bidan sebaiknya dalam merawat ibu bersalin pada kala I fase aktif mengharuskanibu untuk mengkonsumsi pocari sweat sesuai dosis.

    DAFTAR PUSTAKA

    Astawan, M, 2007. Menilai Pocari Sweat Secara Biokimia. www.kaltimpost.web.id , ditulis 25Desember 2007, akses 11 januari 2008.

    Clark&Nancy, 1996. Petunjuk Gizi untuk Setiap Cabang Olahraga. Raja Grafindo Persada,Jakarta.

    Guyton, 1992. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. EGC, Jakarta.Klein Susan, 1998. A Book For Midwives Amanual For Traditional Birth Attendants and

    Community Midwives. California The Hesperian Foaundation.Mochtar R, 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I, EGC, Jakarta.Prichard, Mac Donald, Gant, 1991. Obstetri Williams. Alih bahasa Hariadi, Airlangga University

    Press, Surabaya.Saiffudin, AB, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

    Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.Silverton, Louise, 1993. The Art and Science of Midwifery. Prentice Hall, Siangpore.Wiknjosastro, H, 2002. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi pertama, YBPSP, Jakarta.Wiknjosastro, H, 2002. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga, YBPSP, Jakarta.

    Zainudin, 2002. Metodologi Penelitian. Airlangga University Press, Surabaya.

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    32/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 30

    HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN GARAM BERYODIUMDENGAN KEJADIAN GONDOK PADA WANITA USIA SUBURHariyanti*, Nurwening Tyas Wisnu**, Hery Sumasto**

    *=Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun

    **=Prodi Kebidanan Magetan Jurusan Kebidanan Poltekkes Depkes Surabaya

    ABSTRACT

    This research is executed in Tempursari, Wungu, because thyroid occurence number still behigh, so that the inclusive of thyroid area endemis. The objective of this study was to look forthe relation of use iodine salt attitude with the thyroid occurence at Fertile Age Woman (WUS).This study type were using observasional analytic research with the Simple Random Samplingof 80 people as responder. The population was a Fertile Age Woman, with age 16-45, non jobor government staff, merried, had child under 5 ages, and handle about their eatable.The independent variabel was use iodine salt attitude, data were collected by 20 question ofquestioner. The dependent variabel was thyroid occurrence at The Fertile Age Woman, datawere collected with thyroid directly inspection. Result of research presented in the form ofdiagram and tables. Data were analyzed using SpearmanS rank, to know the relation both ofresearch variable.The result showed that equal to 16% from 80 WUS who positive suffer the goitre, while atgrade IB, II, and III was not found. Result of study about use iodine salt attitude was 21% wellattitude, 25% less attitude and 54 % enough attitude.The result from this research showed there is significantly relation of between iodized salt use

    attitude with the thyroid occurence at Fertile Age Woman (p 0,013). By expected to beFurthermore research of analysis to all independent variable.

    Keyword : Attitude, thyroid occurence, Fertile Age Woman (WUS)

    PENDAHULUAN

    Latar BelakangKekurangan yodium termasuk kekurangan unsur gizi yang berpengaruh pada kualitas

    manusia sebagai sumber daya pembangunan. Kekurangan yodium bisa mengakibatkangangguan pertumbuhan, hambatan perkembangan mental, gangguan pendengaran (tuli) dangangguan bicara.

    Suatu daerah disebut daerah kekurangan yodium bila tanah dan airnya sangatkekurangan yodium karena sering terjadi erosi, hujan lebat atau banjir. Dari studi awalterhadap 10 ibu di Desa Tempursari Wungu Madiun didapatkan 80% cara menyimpan garamdapur dan cara memasak yang salah. Dari 10 ibu yang diperiksa terdapat 20% menderitagondok.

    Faktor-faktor yang menyebabkan GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yidium) antara

    lain keadaan geografis dan lingkungan, ketersediaan bahan pangan sumber yodium terbatas,

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    33/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 31

    daya beli masyarakat, pengetahuan, sikap, konsumsi pangan sumber yodium terbatas danterdapat peningkatan kebutuhan tubuh.

    Rumusan masalah

    Apakah ada hubungan antara sikap terhadap penggunaan garam beryodium dengankejadian Gondok Pada Wanita Usia Subur.

    Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap penggunaan

    garam beryodium dengan kejadian Gondok Pada WUS.

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian analitik observasional yang dilaksanakan pada bulan Juni 2008 sampaidengan Februari 2009 di Desa Tempursari, Wungu, Madiun ini menggunakan rancangan crosssectional.Populasi penelitian adalah wanita usia subur di Desa Tempursari, dengan kriteria 1)usia 16-45; 2) ibu rumah tangga atau pegawai, 3) menikah, 4) mempunyai Balita, 5)menyediakan makan sendiri. Besar populasi 100 WUS dan besar sampel 80 WUS yangdiambil dengan teknik simple random samplingdengan pendekatan proporsi untuk 1 desa.

    Variabel independen yaitu sikap terhadap penggunaan garam beryodium, yang diukurdengan kuesioner. Variabel dependen adalah kejadian gondok, yang diukur denganpemeriksaan palpasi. Analisis data menggunakan Spearmans rank test dengan derajatkemaknaan p 0,05.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Karakteristik WUSDistribusi karakteristik usia, tingkat pendidikan dan paritas WUS secara berurutan

    ditampilkan pada Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3.

    2, 3%

    25, 31%

    25, 31%

    9, 11%

    19, 24%

    < 20 tahun

    21-25 Tahun

    26-30 Tahun

    31-35Tahun

    >36 Tahun

    Gambar 1. Distribusi Usia WUS

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    34/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 32

    24, 30%

    22, 28%

    34, 42% SD

    SMP

    SMA

    Gambar 2. Distribusi Tingkat Pendidikan WUS

    50, 62%

    30, 38%Paritas 1

    Paritas-2

    Gambar 3. Distribusi Paritas WUS

    Hubungan Antara Sikap Terhadap Penggunaan Garam beryodium dan Kejadian GondokDistribusi sikap dan kejadian gondok ditampilkan pada Gambar 4 dan Gambar 5. Hasil

    uji hipotesis menunjukkan nilai probabilitas 0,013 (

  • 5/20/2018 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

    35/89

    Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098

    Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 33

    dalam Nursalam (2001) bahwa makin tinggi tingkat pendidikan, makin mudah menerimainformasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Masih banyak WUS yangmasih merencanakan kehamilan. Kekurangan yo