14
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERBANYAKAN TANAMAN PERBANYAKAN TANAMAN KARET (hevea brasiliensis) MELALUI BIJI O L E H NAMA : M. FADLI. NST NIM : 1109008817 PRODY : AGROEKOTEKNOLOGI GRUP : GASTON LABORATORIUM TEKNOLOGI PERBANYAKAN TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

JURNAL PRAKTIKUM Perbanyakan TanamanKU

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JURNAL PRAKTIKUM Perbanyakan TanamanKU

JURNAL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PERBANYAKAN TANAMAN

PERBANYAKAN TANAMAN KARET (hevea brasiliensis) MELALUI BIJI

O

L

E

H

NAMA : M. FADLI. NST

NIM : 1109008817

PRODY : AGROEKOTEKNOLOGI

GRUP : GASTON

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERBANYAKAN TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

Page 2: JURNAL PRAKTIKUM Perbanyakan TanamanKU

JURNAL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PERBANYAKAN TANAMAN

PERBANYAKAN TANAMAN KARET (hevea brasiliensis) MELALUI BIJI

O

L

E

H

NAMA : M. FADLI. NST

NIM : 1109008817

PRODY : AGROEKOTEKNOLOGI

GRUP : GASTON

Jurnal Ini Merupakan Salah Satu Syarat Masuk Untuk Mengikuti

Pratikum Teknologi Perbanyakan Tanaman

Fakultas Pertanian Universitas Islam

Sumatera Utara Medan

ASISTEN NILAI

1) HERU PRASETYA ( )

2) SURYA AGUS IRAWAN

KOORDINATOR

( Ir. RAHMAD SETIA BUDI, MSc )

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERBANYAKAN TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

Page 3: JURNAL PRAKTIKUM Perbanyakan TanamanKU

1. JUDUL PRAKTIKUM : Perbanyakan Tanaman Karet ( Hevea

brasiliensis ) Melalui Biji.

2. TANGGAL PRAKTIKUM : 06 – 04 – 2013

3. TUJUAN PRAKTIKUM : Sebagai bahan persemaian yang nantinya akan

di jadikan batang bawah (understem) untuk

keperluan enten pada okulasi.

4. BAHAN DAN ALAT :

4.1 BAHAN : 1. Biji karet (hevea brasiliensis)

2. Pasir

3. Kompos

4.2 ALAT : 1. Parang

2. Cangkul

3. Meteran

4. Gembor

5. PROSEDUR KERJA : A. Pengolahan Lahan

1. Pemilihan tempat perkecambahan yaitu

tempat relatif datar, ternaug, dekat dengan

sumber air, sebaiknya bukan bekas kebun

karet.

2. Pembersihan lahan dengan membersihkan

gulma atau dedaunan yang ada.

3. Pengolahan lahan yaitu dengan mencangkul

dan membuat plot atau bedengan 1 meter,

panjangnya menurut keperluan yakni

tergantung dari banyaknya biji yang akan di

kecambahkan.

4. Permukaan tanah bedengan ditinggikan 10

cm.

Page 4: JURNAL PRAKTIKUM Perbanyakan TanamanKU

5. Jarak tanam tiap bedengan 1 meter.

B. Persemaian Biji

1. Pemilihan biji yang berasal dari tetua yang

telah ditanam contohnya di perkebunan.

2. Biji yang telah dipilah dengan contoh biji

tidak goncang, berat dan warna kulitnya

mengkilat, diderkan dengan bagian perut

( funniculus ) menghadap keatas dalam

posisi horizontal.

3. Biji di letakkan di dalam tanah sedemikian

rupa hingga 1/3 bagian dari biji masih

tersembul dia atas.

4. Mata lembaga (mikrofilum) atau tempat

keluarnya radikula menghadap kesatu arah.

5. Pendekatan biji di lakukan menurut timur

barat (mikrofilum menghadap ke timur).

6. Jarak antara barisan 40 cm dan jarak antar

tanaman 10 cm.

7. Setelah biji di deder dilakukan penyiraman

setiap hari kecuali hari hujan.

Page 5: JURNAL PRAKTIKUM Perbanyakan TanamanKU

6. TINJAUAN PUSTAKA :

Biji merupakan suatu organisasi yang teratur

rapi, mempunyai persediaan bahan makanan yang

cukup untuk melindungi serta memperpanjang

kehidupannya. Walaupun banyak hal yang terdapat

pada biji, tetapi baik mengenai jumlah, bentuk

maupun strukturnya, mempunyai satu fungsi dan

tujuan yang sama yaitu menjamin kelansungan

hidupnya. Dalam ilmu botani diketahui ada dua kelas

tumbuhan berbiji yaitu Angiospermae dan

Gymnospermae. Angiospermae sebagai kelas yang

lebih tinggi terdiri dari dua sub kelas yaitu

Monokotiledon dan Dikotiledon( Mugnisyah, 2000)

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi

jumlah biji biasanya tiga kadang sampai enam sesuai

dengan jumalah ruang. Ukuran biji besar dengan

kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan

bercak-bercak berpoin yang khas. Biji yang sering

menjadi mainan anak-anak sebenarnya berbahaya

karena mengandung racun( Woelan, 2006 ).

Pembibitan karet adalah salah hal penting yang

perlu diperhatikan benar pelaksanaannya. Jenis

klon karet akan sangat mempengaruhi banyaknya

getah yang akan dihasilkan nantinya apabila tanaman

sudah mulai besar. Tanaman karet sendiri dapat

diperbanyak dengan cara vegetatif maupun secara

generatif( Hasan, 1991)

Page 6: JURNAL PRAKTIKUM Perbanyakan TanamanKU

Perbanyakan secara seksual atau generatif

adalah proses perbanyakan dengan menggunakan

salah satu bagian dari tanaman, yaitu biji. Biji adalah

organ tanaman yang terbentuk setelah terjadinya

proses fertilisasi (menyatunya/ meleburnya gamet

jantan dan gamet betina) ( Andoko, 1997 ).

Untuk mengetahui tanaman yang unggul dapat

dilihat dari pertumbuhan pada saat tanaman belum

menghasilkan, bila tanaman itu tumbuh dengan baik

maka bisa dikatakan itu unggul. Untuk mendapatkan

bibit yang unggul itu harus dilakukanya

pemeliharaan yang intensif sehingga bibit itu bisa

berkembang dengan baik dan terhindar dari hama

penyakit (Heru,2008).

Page 7: JURNAL PRAKTIKUM Perbanyakan TanamanKU

7. HASIL PRATIKUM

Areal penanaman biji karet (hevea brasiliensis)

Page 8: JURNAL PRAKTIKUM Perbanyakan TanamanKU

8. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini berjudul perbanyakan tanaman karet melalui biji.

Praktikum ini bertujuan Sebagai bahan persemaian yang nantinya akan di jadikan

batang bawah (understem) untuk keperluan enten pada okulasi. Perbanyakan tanaman

sangat banyak kegunaannya, mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Ada

tingkat keberhasilan yang tinggi ada pula yang rendah.

Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai

wilayah di Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah

tanaman karet (lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke-5. Produk dari

penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet),

bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku

industri karet

Ada beberapa jenis klon tanaman karet yang ada di Indonesia yaitu: klon karet

penghasil lateks misalnya: BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260,

dan PR 255, selain penghasil lateks ada juga klon karet penghasil kayu misalnya: IRR

70, IRR 71, IRR 72, IRR 78 dan ada juga klon karet penghasil kayu dan lateks

misalnya: BPM 1, PB 330, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 21, IRR 32, IRR

39, IRR 42, IRR 118.

Perbanyakan tanaman dengan melakukan pembibitan Merupakan pekerjaan

yang tidak terlalu rumit. Usaha ini sekarang banyak diminati orang karena pekerjaan

ini menjanjikan keuntungan yang lumayan bagi para penangkar bibit. Apalagi daerah

kita ini daerah perkebunan, maka sangatlah cocok untuk melakukan perbanyakan

tanaman dengan cara pembibitan.

Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang,

akar ini mampu menampang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar

sedangkan Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki perimbangan yang

tinggi di atas. Di bebrapa perkebunan karet ada kecondongan arah tumbuh

tanamannya agak miring ke utara. Batang ini mengandung getah yang dikenal dengan

nama Lateks.

Page 9: JURNAL PRAKTIKUM Perbanyakan TanamanKU

9. KESIMPULAN

1. Perbanyakan tanaman karet melalui biji sama dengan perbanyakan genratif.

2. Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus,

dimana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai

sekarang Asia merupakan sumber karet alami.

3. Tanaman karet dapat diperbanyak dengan cara vegetatif maupun secara

generatif

4. Batang pada tanaman karet mengandung getah yang dikenal dengan nama

Lateks.

5. Perbanyakan tanaman dapat dialakukan dengan biji, batang, daun, umbi.

Page 10: JURNAL PRAKTIKUM Perbanyakan TanamanKU

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, A dan Setawan. 1997. Petujuk Lengkap Budidaya Karet. Penebar Swadaya,Jakarta.

Hasan Basri Jumin. 1991. Dasar – Dasar Agronomi. Rajawali. Jakarta.

Heru, A.  2008.  Petunjuk lengkap budidaya karet.  Jakarta. 166 hal.

Mugnisyah, W. 2000. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Press, Jakarta.

Woelan S, Suhendry l, 2006. Pengenalan klon karet penghasil lateks dan lateks kayu, Balai penelitian sungai  putih, Medan.