Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    1/22

    UNIVERSITAS GUNADARMA

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    CITRA DIRI PADA PENDERITA SYRINGOMA

    Disusun oleh :

    Nama : Sorta Marisi Margaretha Nababan

    NPM : 10507232

    Jurusan : Psikologi

    Dosen Pembimbing : Mahargyantari Purwani Dewi, Msi

    Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat

    Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

    Depok

    2011

    Citra Diri Pada Penderita Syringoma

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    2/22

    Sorta Marisi Margaretha Nababan

    10507232

    Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

    ABSTRAKSI

    Kulit terutama pada bagian wajah, sangat menjadi perhatian ketika

    seesorang menjalin komunikasi sosial dengan orang lain. Kekurangan pada

    kulit wajah terkadang membuat seseorang menjadi tidak percaya diri.

    Syringoma adalah tumor saluran keringat yang biasanya terdapat di sekitar

    kelopak mata dan pipi. Penderita Syringoma sering khawatir karenaberpengaruh pada kecantikan wajah. Citra diri adalah cara seseorang

    individu memandang dirinya sendiri. Termasuk juga caranya memandang

    diri secara fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

    bagaimana citra diri pada penderita Syringoma dan faktor faktor yang

    berperan di dalam citra diri penderita Syringoma. Selain itu, penelitian ini

    juga bertujuan untuk memberikan pengertian lebih mengenai citra diri pada

    penderita Syringoma. Pada penelitian ini, penulis menggunakkan penelitian

    yang berbentuk studi kasus. Teknik wawancara yang dipakai adalah

    wawancara terstruktur. Subjek penelitian ini adalah seorang wanita yangmemiliki penyakit Syringoma.Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa

    subjek memiliki citra diri yang positif. Hal ini disimpulkan dari

    kepercayaan diri, ketegasan, kejujuran, produktifitas, dan sikap optimis

    subjek sehari hari. Selain itu, faktor faktor yang berperan penting dalam

    citra diri subjek adalah keluarga, tetangga, lingkungan tempat subjek

    beraktivitas, dan juga self-talk positif yang sering dilakukan subjek.

    Kata kunci : Citra Diri, Syringoma, Wanita.

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    3/22

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang MasalahKulit merupakan cermin

    kesehatan seseorang. Kulit bisa

    menjadi petunjuk terhadap apa

    yang terjadi di dalam tubuh

    seseorang. Pucat, sehat, segar,

    berjerawat, bercahaya, semuanya

    ini adalah ungkapan yang umum

    untuk menggambarkan kesehatan

    melalui penglihatan pada kulit.

    Jika seseorang berada di dalam

    suatu tekanan, kulitnya akan

    terlihat pucat dan letih (Scrivner,

    2004). Kulit menutupi dan

    melindungi permukaan

    tubuh.Selain sebagai indera

    peraba, kulit juga membantu

    mengatur suhu dan

    mengendalikan hilangnya air dari

    tubuh. Kulit sedemikian erat

    berhubungan dengan mekanisma

    psikis seseorang, sehingga dapatmenjadi cermin emosinya.

    Penyakit kulit atau gangguan pada

    kulit dapat disebabkan oleh

    banyak hal.

    Keadaan fisik seseorang

    meliputi kesehatan kulit wajah,

    kesehatan di dalam tubuhnya, dan

    banyak aspek lainnya. Tetapi yang

    menjadi perhatian di sini adalah,

    mengenai kesehatan kulit wajah

    yang berpengaruh pada perasaan

    dan pikiran seseorang. Kulit,

    terutama pada bagian wajah,

    sangat menjadi titik perhatian

    ketika seseorang menjalin

    komunikasi sosial dengan orang

    lain. Tidak jarang, kekurangan

    pada kulit wajah, mulai dari

    bentuk jerawat, tompel, parutan

    luka, hingga keropeng terkadang

    membuat seseorang menjadi tidak

    percaya diri.

    Citra diri adalah cara

    seorang individu memandang

    dirinya sendiri. Termasuk juga

    caranya memandang diri secara

    fisik atau pendapatnya mengenai

    siapa dan apadirinya, dan apa

    yang dia ketahui tentang dirinya.

    Citra diri terbentuk ketika

    seseorang mencerna umpan balik

    yang diterimanya dari sekeliling(Lama & Cutler, 2004). Banyak

    manusia menginginkan dan

    mengupayakan agar ia memiliki

    citra diri yang baik serta mampu

    bertahan dan berkembang di

    antara manusia lainnya

    (Dwikomentari, 2005).

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    4/22

    Di zaman sekarang ini,

    begitu banyak iklan dan tayangan

    komersial televisi yang

    menonjolkan kecantikan. Hal ini

    membuat pandangan sosial bahwa

    kecantikan cenderung dilihat

    sebagai yang superior. Maka,

    kekurangan sepertinya sesuatu

    yang harus dihilangkan agar dapat

    diterima di mana saja dengan

    mudah. Hal kebohongan ini

    menjamur hingga kepada semua

    masyarakat, terutama kalangan

    wanita, di mana kecantikan wajah

    sering diidentikkan dengan modal

    utama pergaulan sosial.

    Kulit wajah berpengaruh

    kuat pada kesan pertama (first

    impression) seseorang terhadap

    lawan bicaranya. Kulit wajah

    tidak jarang juga disebut sebagai

    modal utama dalam pergaulan dan

    mempengaruhi rasa percaya diri

    seseorang. Kekurangan

    kekurangan yang terdapat di kulitwajah, sedikit banyak

    mempengaruhi bagaimana orang

    memandang dirinya sendiri, yaitu

    citra dirinya. Terdapat beberapa

    kasus kelainan maupun

    kekurangan di kulit wajah, seperti

    jerawat parah, tompel, bekas

    cacar, dan juga syringoma.

    Syringoma adalah tumor

    saluran keringat tidak berbahaya

    biasanya ada di sekitar kelopak

    mata atau di pipi tetapi juga dapat

    ditemukan di aksila, vulva, dan

    penis, berukuran 1 - 3 mm, kulit

    bundar - papula berwarna atau

    kuning, tidak ada pengobatan

    yang diperlukan tetapi bisa

    dihapus untuk alasan kosmetik

    menggunakan terapi laser (Wiles

    dkk, 2011). Syringoma tidak

    menunjukkan gejala. Penderita

    sering khawatir karena

    berpengaruh pada kecantikan

    wajah (Frankel, 2006). Syringoma

    adalah tumor jinak yang berasal

    dari struktur saluran keringat.

    Lebih sering terlihat pada wanita,

    biasanya muncul pada masa

    remaja, meskipun mereka dapat

    muncul pada usia berapapun.

    Syringoma itu jinak, berbentuklesi yang tetap, dan biasanya

    pengobatannya dikhususkan untuk

    alasan kecantikan (Katowitz,

    2002).

    Dalam kasus penderita

    dengan penyakit kelainan kulit

    wajah seperti Syringoma,

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    5/22

    diperlukan penelitian lebih lanjut

    mengenai apakah penyakit

    Syringoma ini berpengaruh atau

    tidak pada nilai diri si penderita.

    Nilai diri di sini berarti cermin

    seseorang mengenai dirinya

    sendiri (Covey, 2008). Nilai diri

    inilah yang menjadi titik awal

    suatu citra diri.

    Berdasarkan informasi

    yang telah diperoleh tersebut dan

    oleh karena alasan alasan yang

    telah diuraikan sebelumnya, maka

    penulis tertarik untuk meneliti

    tentang gambaran citra diri pada

    penderita syringoma.

    B. Pertanyaan Penelitian1. Bagaimanakah citra diri pada

    penderita syringoma?

    2. Faktor faktor apa yang berperanpenting dalam citra diri seorang

    penderita syringoma?

    3. Bagaimana proses pemebentukancitra diri pada penderitasyringoma ?

    C. Tujuan PenelitianPenulis melakukan penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui

    bagaimana Penderita Syringoma

    berpikir tentang citra dirinya.

    D. Manfaat PenelitianManfaat yang didapatkan

    dari penelitian ini antara lain :

    1. Manfaat TeoritisHasil penelitian ini diharapkan

    dapat memberikan masukan dan

    sumbangan pemikiran yang lebih

    luas lagi bagi perkembangan Ilmu

    Psikologi, khususnya bidang

    Psikologi Klinis dan Psikologi

    Sosial.

    2. Manfaat PraktisMemberikan pengertian lebih

    mengenai gambaran citra diri dan

    bagaimana hal itu mempengaruhi

    pikiran dan perasaan seseorang,

    guna membantu Individu yang

    mempunyai penyakit ini

    memperbaiki citra dirinya ke arah

    yang positif.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Citra Diri1. Pengertian Citra Diri

    Citra merupakan kesan atau

    impresi seseorang terhadap

    sesuatu. Citra merupakan persepsi

    yang terbentuk dalam benak

    manusia. Citra diri adalah

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    6/22

    imajinasi yang dimiliki seseorang

    atas dirinya sendiri, imajinasi

    tersebut seperti rekaman video

    seseorang mengenai dirinya

    sendiri (Leo, 2006). Profesor

    Hembing(dalam Sutoyo, 2000)

    mengatakan citra diri akan

    menentukan apa jadinya

    seseorang nanti. Jika citra diri

    adalah citra diri inferioritas,

    kekurangcakapan, dan kegagalan,

    citra diri itu dapat diubah. Ketika

    citra diri itu diubah, orang itupun

    akan berubah. Penemuan yang

    terbesar, adalah bahwa manusia

    dapat mengubah hidup mereka

    dengan mengubah sikap mental

    dan pikiran mereka. Citra diri

    merupakan gambaran seseorang

    mengenai dirinya sendiri,

    identitasnya, kemampuannya, dan

    keberhargaannya.

    Berdasarkan pengertian -

    pengertian yang telah dijelaskan

    di atas, maka ditarik sebuahkesimpulan bahwa citra diri

    adalah gambaran mental

    seseorang mengenai dirinya

    sendiri yang secara keseluruhan

    mempengaruhi keyakinannya

    mengenai dirinya sendiri.

    2. Karakteristik Citra DiriCitra diri seseorang berpengaruh

    pada kehidupan sehari

    hari.Kehidupan seseorang saat ini

    berada di sekitar citra dirinya

    sendiri. Citra diri seseorang

    memainkan peranan terbesar di

    dalam kehidupan orang tersebut.

    Jika setiap manusia dikendalikan

    oleh gambar mental yang

    dikembangkan mengenai dirinya

    sendiri, maka ia dapat mengambil

    langkah - langkah untuk

    mewujudkan gambaran itu

    menurut cara yang sesehat

    mungkin (Holden, 2005).Di samping itu, citra diri

    merupakan mekanisme otomatis

    dari gambaran mental seseorang.

    Jika citra dirinya sehat maka ia

    dapat mencapai kebahagiaan

    sebaliknya jika citra dirinya buruk

    maka ia akan terlihat sebagai

    orang yang tidak percaya diri dan

    tidak mampu. Citra diri ataugambaran yang dimiliki seseorang

    haruslah realistis. Citra terletak

    pada akar dari sebagian besar

    perangai (Darmaputera, 2005).

    Sebelumnya, sudah

    dibahas terlebih dahulu mengenai

    faktor faktor pembentukan citra

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    7/22

    diri yang membuat seseorang

    memiliki citra diri yang negatif

    maupun citra diri yang positif.

    Dan sekarang peneliti hendak

    menguraikan, berdasarkan teori

    teori, ciri ciri orang dengan citra

    diri yang negatif maupun citra diri

    yang positif, seperti dibawah ini:

    a. Orang dengan Citra Diri Positif

    Individu yang memiliki

    citra diri yang positif merasa

    dirinya berharga di mata orang

    lain. Seperti citra tentang

    kejujuran, ketegasan, wibawa, dan

    sikap adil. Citra diri yang positif

    ditandai dengan kepercayaan diri

    individu bahwa mereka memiliki

    lebih banyak kualitas positif bila

    dibandingkan dengan kualitas

    negatif dari dirinya sendiri Orang

    yang memiliki citra diri positif

    mudah untuk mencapai tujuan

    yang diinginkannya, simpati

    orang lain selalu tertuju padanya,

    dan citra dirinya itu memicuantusias hidupnya

    (Mangkuprawira, 2008).

    b. Orang dengan Citra Diri

    Negatif

    Kandani (2010)

    menguraikan orang dengan citra

    diri yang buruk, yaitu: minder

    (tidak percaya diri), sombong

    (takut gagal, takut tertolak,

    pembuktian diri), rasa tidak aman

    (ingin menjadi orang lain), merasa

    tidak mampu (menyerah pada

    situasi ataupun keadaan), mudah

    tersinggung.

    Selanjutnya Maxwell (2007)

    menjelaskan citra diri yang

    negatif pada seseorang akan

    menghambat orang tersebut untuk

    berhasil.

    Citra yang dimiliki

    seseorang atas dirinya sendiri

    mempengaruhi perilakunya. Jika

    seseorang melihat dirinya sendiri

    sebagai seseorang yang buruk

    sekali, maka itulah yang akan

    terjadi. Dan jika citra diri

    seseorang itu sebagai orang

    rendahan, orang lainpun akan

    memperlakukan dia sebagai orang

    rendahan (Suprajitno, 2009).

    3. Faktor faktor yang berperandalam pembentukan Citra

    Diri

    Citra diri terbentuk dari sejak

    masa kecil dimana pengalaman

    hidup di masa lalu dan juga

    penilaian mengenai masa lalu

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    8/22

    tersebut membuat suatu gambaran

    mental tentang diri di masa

    sekarang. Citra diri seseorang

    terbentuk dari perjalanan

    pengalaman masa lalu,

    keberhasilan dan kegagalan,

    pengetahuan yang dimiliki, dan

    penilaian orang lain secara

    objektif.

    Leo (2006) mengemukakan

    tiga faktor yang berperan dalam

    pembentukan citra diri seseorang,

    antara lain:

    1) Orang TuaKatakata yang dianggap

    seseorang anak dari orang tuanya

    dapat dianggap sebagai suatu

    kebenaran. Anak itu percaya pada

    apa yang dia masukkan ke dalam

    imajinasinya. Misalkan ayahnya

    berkata ia seorang anak bodoh,

    anak itu dapat memasukkan

    informasi tersebut ke dalam

    gambaran mentalnya sebagai

    suatu kebenaran dan akhirnyaberpikir bahwa ia adalah seorang

    anak yang bodoh.

    2) Lingkungan sekitarSuatu lingkungan mempunyai

    nilainilai budaya yang dapat

    dimasukkan ke dalam imajinasi

    seseorang. Baik itu nilai yang

    buruk atau yang bagus. Seperti

    kulit hitam itu jelek dan kulit

    putih itu cantik. Orang kulit hitam

    yang mendengar ini akan merasa

    dirinya jelek dan berpikir bahwa

    temannya yang berkulit putih

    cantik adanya. Sehingga muncul

    citra diri yang negatif terhadap

    dirinya sendiri.

    3) Diri SendiriHal ini berhubungan dengan

    self talk(pembicaraan dengan diri

    sendiri). Pada saat seseorang

    sedang mengalami tekanan

    tekanan, self talk akan muncul.

    Apa yang akan dikatakan kepada

    diri sendiri akan membuat gambar

    diri yang dapat menipu atau

    mendukung diri orang tersebut.

    Dari sinilah dapat muncul

    kepercayaan yang benar ataupun

    kepercayaan yang salah di dalam

    diri.

    B. Syringoma1. Definisi Syringoma

    Tumor jinak kulit adalah

    benjolan pada kulit yang bersifat

    jinak, tidak berhubungan dengan

    keganasan kulit. Karena sifatnya

    jinak, tumor jinak kulit tidak

    membutuhkan terapi. Namun bila

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    9/22

    secara kosmetis mengganggu

    penampilan, disarankan

    mendatangi dokter spesialis kulit

    untuk menghilangkan tumor jinak

    kulit tersebut. Umumnya dokter

    akan melakukan tindakan berupa

    bedah listrik atau bedah laser.

    Jenis tumor jinak antara lain

    serperti Syringoma, yaitu tumor

    kelenjar keringat yang biasanya

    terdapat di kulit wajah.

    Syringoma berasal dari

    kata yunani Syrinx yang berarti

    pipa. Syringoma adalah tumor

    kulit jinak yang berasal dari sel

    sel yang berhubungan dengan

    kelenjar keringat. Syringoma

    biasanya lebih rentan pada

    perempuan dan memang memiliki

    dasar genetika dalam beberapa

    kasus. Syringoma biasanya

    berbentuk benjolanbenjolan kecil

    berwarna sama dengan kulit

    wajah dan bisa berada di kelopak

    mata, sekitar mata, lengan, perutbagian bawah, dan vulva (Elsayed

    & Assaf, 2009).

    Syringoma adalah tumor

    kecil jinak saluran keringat yang

    muncul terutama pada wanita dan

    sering turun termurun. Umumnya

    pertama muncul sekitar pubertas.

    Sering ditemukan dalam kelopak

    mata tetapi juga ada kemungkinan

    timbul di tempat lain di kulit

    wajah (Goodheart, 2011).

    Syringoma adalah jenis tumor

    jinak yang terkadang mirip

    dengan komedo atau jerawat.

    Karakteristik khasnya berupa

    papulpapul multipel di bawah

    mata atau daerah kulit yang

    banyak mengeluarkan keringat.

    Penyakit syringoma ini tidak

    terlalu berbahaya tetapi secara

    kosmetik mungkin mengganggu

    penampilan.

    Syringoma adalah tumor

    jinak yang berasal dari struktur

    saluran keringat. Lebih sering

    terlihat pada wanita, biasanya

    muncul pada masa remaja,

    meskipun mereka dapat muncul

    pada usia berapapun. Syringoma

    itu jinak, berbentuk lesi yang

    tetap, dan biasanya

    pengobatannya dikhususkan untukalasan kecantikan (Katowitz,

    2002).

    Berdasarkan pengertian

    yang telah diuraikan diatas maka

    dapat ditarik sebuah kesimpulan

    bahwa syringoma adalah suatu

    penyakit tumor jinak yang

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    10/22

    disebabkan oleh kelenjar keringat

    yang terdapat di wajah dan bagian

    tubuh lainnya dan secara kosmetik

    dapat menganggu penampilan.

    2. Penyebab SyringomaTumor kulit pada wajah

    biasanya disebabkan karena

    paparan sinar matahari yang

    berlangsung lama. Penyebab lain

    tumor kulit adalah pemakaian

    bahan kimia yang tidak aman bagi

    kulit, seperti arsen, berilium,

    kadmium, mercury, plumbum dan

    berbagai jenis logam berat lainnya

    (Megasari, 2008).

    Hormon steroid dikaitkan

    dengan regulasi dari pertumbuhan

    kulit. Hormon ini mempunyai

    pengaruh atas efek biologis kulit

    melalui interaksi dengan reseptor

    afinitas-tinggi. Disimpulkan

    bahwa hormon dapat menjadi

    penyebab dari Syringoma (Fathy

    dkk, 2005). Syringomadisebabkan oleh kelenjar keringat

    yang sangat produktif. Biasanya

    muncul setelah pubertas dan

    diyakini berkaitan dengan

    genetika (Burgess, 2009).

    3. Fisiologi TreatmentSyringoma

    Diketahui, bahwa begitu

    banyak rumahrumah aesthetic

    yang ada di zaman canggih seperti

    ini. Mereka dilengkapi dengan

    begitu banyak alat peralatan laser

    maupun jenisnya yang

    menawarkan perbaikan

    kecantikan terutama dikalangan

    wanita. Tetapi pergi ke rumah

    sakit dan mencari dokter spesialis

    kulit tetap optionyang terbaik dan

    teraman. Dari berbagai macam

    medikasi yang ditawarkan, mulai

    dari kasus yang paling ringan

    hingga yang paling berat, mulai

    dari jenis salep pelembut kulit

    hingga mesin laser, peneliti

    menguraikan dua perawatan /

    pengobatan yang paling sering

    diberikan kepada penderita

    syringoma, yaitu sinar laser C02

    dan teknik cauter.

    Pengobatan Syringomabervariasi macamnya tergantung

    pada sejauh mana area yang

    terkena dan jenis kulit pasien. Ada

    dua metode dasar yang digunakan

    dan menawarkan jaringan parut

    yang minimal ketika syringoma

    dihapus. Pertama, Laser CO2,

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    11/22

    prosedur invansif minimal yang

    memerlukan anastesi lokal, tapi

    ada kesempatan bagi jaringan

    parut permanen. Kedua adalah

    dengan Electrocautery, metode

    yang lebih tepat digunakan untuk

    mengobati syringoma. Diberikan

    zat Lidocain sebelum perawatan

    dilakukan kemudian jarum

    Electrocautery dimasukkan ke

    dalam syringomas untuk

    membakar tumor. Setelah itu,

    keropeng keropeng (scabs)kecil

    akan terbentuk di atas area

    syringoma tersebut tetapi relatif

    cepat sembuh (Burgess, 2009).

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan PenelitianPendekatan yang

    digunakan dalam penulisan ini

    adalah pendekatan kualitatif.

    Penelitian kualitatif adalahpenelitian yang bertujuan untuk

    mendapatkan pemahaman yang

    mendalam tentang masalah

    masalah manusia dan sosial,

    bukan mendeskripsikan

    bagaimana subjek memperoleh

    makna dari lingkungan

    sekelilingnya dan bagaimana

    makna tersebut mempengaruhi

    perilaku mereka. Penelitian

    dilakukan dalam setting yang

    alamiah bukan hasil perlakuan

    (treatment) atau manipulasi

    variabel yang dibutuhkan.Maka,

    untuk mendapatkan pemahaman

    yang mendalam tentang suatu

    fenomena yang dialami subjek,

    peneliti memilih metode kualitatif

    (Dennzin & Lincoln, dalam

    Basuki, 2006).

    Lebih lanjut Silverman

    (2000) mendeskripsikan bahwa

    metode kualitatif sesuai

    digunakan pada masalahmasalah

    yang betujuan untuk

    mengeksplorasi kehidupan

    seseorang atau tingkah laku

    seseorang dalam kehidupannya

    seharihari, dengan menggunakan

    metode kualitatif juga diperoleh

    pemahaman yang mendalam

    tentang berbagai gejalagejalasosial yang terjadi di dalam

    masyarakat.

    B. Subjek PenelitianSarantakos (dalam

    Poerwandari, 2001) mengatakan

    bahwa prosedur penentuan subjek

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    12/22

    atau sumber data dalam penelitian

    kualitatif umumnya menampilkan

    karakteristik sebagai berikut, yaitu

    diarahkan tidak dalam jumlah

    sampel yang besar, melainkan

    pada kasuskasus tipikal sesuai

    kekhususan masalah

    penelitian,dapat berubah baik

    dalam hal jumlah maupun

    karakteristik sampelnya, sesuai

    dengan konteks pemahaman

    konseptual yang berkembang

    dalam penelitian, tidak diarahkan

    pada keterwakilan melainkan pada

    kecocokan konteks.

    Subjek Penelitan yang

    akan ditelusuri oleh peneliti

    adalah sebagai berikut:

    1. Karakteristik Subjek

    Kriteria Subjek dalam

    penelitian ini adalah seorang

    wanita yang menderita syringoma

    di wajahnya.

    2. Jumlah Subjek

    Penelitian kualitatif cenderungdilakukan dengan jumlah sedikit

    karna penelitian ini berfokus pada

    kedalaman dan proses. Adapun

    pada penelitian ini, subjek yang

    akan diteliti berjumlah 1 (satu)

    orang.

    C. Tahap Tahap PenelitianTahap persiapan dan

    pelaksanaan yang dilakukan

    dalam penelitian ini meliputi :

    1. Tahap Persiapan Penelitian

    Pertama, peneliti membuat

    pedoman wawancara yang

    disusun berdasarkan dari strategi

    yang relevan dengan masalah.

    Pedoman wawancara ini terdiri

    dari beberapa pertanyaan

    mendasar yang nantinya akan

    berkembang dalam wawancara.

    Pedoman wawancara yang telah

    di susun kemudian ditunjukkan

    kepada dosen pembimbing

    penelitian untuk mendapatkan

    masukan dan koreksi isi pedoman

    wawancara.

    Kedua, peneliti

    mempersiapkan semua alatalat

    yang dibutuhkan untuk

    wawancara dan observasi,

    termasuk diantaranya pedoman

    wawancara, pedoman observasi,video recording, dan alat tulis.

    Kemudian, peneliti akan

    menghubungi subjek penelitian

    dan mengatur jadwal untuk

    bertemu di waktu luang yang dia

    sediakan untuk wawancara.

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    13/22

    2. Tahap Pelaksanaan

    Penelitian

    Tahap ini merupakan

    tahap yang paling penting dari

    penelitian, yaitu peneliti akan

    melakukan metode pengambilan

    data dengan wawancara.

    Wawancara dilaksanakan di

    tempat dan waktu yang sudah

    ditentukan dan disetujui bersama,

    baik oleh subjek penelitian

    maupun peneliti. Setelah itu,

    peneliti memberikan pertanyaan

    yang terdapat di dalam pedoman

    wawancara dengan bahasa yang

    lugas dan mudah

    dipahami.Peneliti berharap bahwa

    data yang telah diperoleh dari

    wawancara merupakan informasi

    yang dapat mendukung penelitian

    ini.

    D. Teknik PengumpulanData

    1. Wawancaraa. Pengertian Wawancara

    Kartono (dalam Basuki,

    2006) menjelaskan bahwa

    wawancara adalah suatu

    percakapan yang diarahkan pada

    suatu masalah tertentu, ini

    merupakan proses tanya jawab

    lisan, dimana dua orang atau lebih

    berhadaphadapan secara fisik.

    Menurut Moleong (2005),

    wawancara adalah percakapan

    dengan maksud tertentu.

    Percakapan itu dilakukan oleh dua

    pihak, yaitu interviewer yang

    mengajukan pertanyaan dan

    terwawancara interviewee yang

    memberikan jawaban atas

    pertanyaan itu. Peneliti

    menggunakkan metode

    wawancara semi terstruktur,

    dimana pewawancara

    menggunakkan daftar pertanyaan

    sebagai penuntun selama proses

    wawancara tetapi memberikan

    pertanyaan tersebut secara acak

    kepada subjek penelitian.

    2. Observasi

    Menurut Narbuko & Achmadi

    (2003), observasi adalah teknik

    pengumpulan data yang dilakukan

    dengan cara mengamati dan

    mencatat secara sistematik tentanggejala yang diselidiki.

    E. Alat Bantu PengumpulData

    Dalam penelitian ini, alat

    bantu pengumpul data yang

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    14/22

    digunakan sebagai alat bantu

    penelitian adalah:

    1. Pedoman Wawancara

    Berupa lembaran kertas yang

    berisi daftar pertanyaan yang akan

    diajukan kepada subjek. Pedoman

    wawancara dibuat untuk

    mempermudah peneliti dalam

    menanyakan data dan informasi

    dari subjek. Pedoman ini sebagai

    acuan pertanyaan-pertanyaan

    penelitian yang akan ditanyakan

    kepada subjek.

    2. Alat Perekam

    Alat perekam berguna

    sebagai alat bantu pada saat

    wawancara, agar penulis dapat

    benar benar berkonsentrasi pada

    proses pengambilan data tanpa

    harus berhenti untuk mencatat

    jawaban jawaban dari

    responden. Dalam mengumpulkan

    data, alat perekam baru dapat

    digunakan setelah penulis

    memperoleh ijin dari subjek untukmenggunakan alat tersebut pada

    saat proses wawancara

    berlangsung.

    3. Alat Tulis

    Alat tulis yang digunakan

    adalah buku dan pulpen. Tujuan

    penggunaan alat tulis ini adalah

    untuk mencatat semua data atau

    informasi di dalam suatu

    penelitian baik ketika wawancara

    maupun observasi.

    F. Keakuratan PenelitianKeakuratan data merupakan

    bagian penting yang terdiri dari

    konsep validitasdan reliabilitas.

    1. Keabsahan (validitas).

    2. Keajegan (reliabilitas)

    G. Teknik Analisa DataTeknik analisa data

    merupakan bagian yang penting

    dalam sebuah penelitian karena

    (Boyatzis dalam Poerwandari,

    2001) mengatakan bahwa analisis

    penelitian kualitatif memerlukan

    kemampuan dan kompetensi

    tertentu, kemampuan mengenal

    pola (pattern recognition), yaitu

    kemampuan melihat pola dalam

    informasi yang terkesan acak dan

    tidak beraturan.Poerwandari (2001)

    memberikan tahapan analisis data

    meliputi:

    1. Organisasi data

    2. Koding dan analisis

    3. Analisis Tematik

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    15/22

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Orang dengan Citra Diri

    yang Positif

    1. Percaya diri

    Subjek melihat dirinya

    sebagai individu yang santai dan

    tenang sebelum penyakit

    syringoma ada di wajahnya.

    2. Ketegasan

    Setelah penyakit

    syringoma timbul, subjek tetap

    merasa bahwa dirinya adalah

    individu yang santai dan tidak

    mau dipusingkan dengan pikiran

    pikirannya.

    3. Kejujuran

    Subjek jujur terhadap

    keadaan yang dimilikinya. Subjek

    memiliki perasaan tidak enak

    dengan kehadiran penyakitnya.

    Walaupun begitu, subjek dapat

    menerima keadaannya tersebut.

    4. Produktif

    Subjek adalah individu

    yang rajin dan pekerja keras. Hal

    ini selaras dengan pendapat dari

    orang orang dekat subjek yang

    mengatakan bahwa subjek

    merupakan seseorang yang

    kreatif, pintar mencari nafkah,

    pintar memasak, dan pintar

    berdagang.

    5. Optimis

    Subjek merasa optimis

    dengan pengobatan

    syringomanya. Jika suatu saat

    syringomanya timbul kembali di

    wajah, subjek tinggal pergi

    berkonsultasi dengan dokter lagi.

    Hal ini terungkap dari jawaban

    subjek,

    B. Faktor faktor yang

    berperan penting dalam Citra

    Diri seorang Penderita

    Syringoma

    1. Peran orang tua subjek

    Ketika subjek masih kecil

    penyakit syringomanya belum

    ada, penyakit tersebut muncul saat

    subjek sudah beranjak dewasa.

    Jadi, belum ada tanggapan dari

    orangtua. Sedangkan lingkungan

    sosial tempat subjek

    menghabiskan aktivitasnya sehari hari, menanggapi kehadiran

    penyakit tersebut dengan respon

    yang biasa.

    2. Peran lingkungan sekitar

    tempat subjek tinggal

    Orang orang terdekat

    subjek beranggapan bahwa subjek

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    16/22

    merupakan individu yang santai

    dan tidak pernah memusingkan

    permasalahan yang terjadi di

    dalam hidupnya.

    3. Peran self talk yang

    dilakukan subjek

    Subjek sering mengatakan

    hal hal yang positif kepada

    dirinya.

    4. Penilaian subjek terhadap

    pengalaman

    Subjek merasa tidak

    terlalu nyaman dengan kehadiran

    penyakitnya. Walau penyakit

    syringoma tidak membuat subjek

    menjadi kurang percaya diri,

    namun subjek tetap merasa ada

    sesuatu yang kurang dengan

    adanya penyakit syringoma di

    wajahnya.

    C. Pembahasan

    1. Gambaran Citra Diri

    Subjek

    Subjek memiliki ciri ciri

    Orang dengan Citra Diri yang

    Positif. Hal ini terungkap dari

    gambaran diri subjek yang

    merupakan individu yang optimis,

    rajin, pekerja keras, dan gigih.

    Subjek menilai dirinya sebagai

    individu yang tidak ambil pusing,

    subjek memandang dirinya secara

    keseluruhan sebagai individu yang

    rajin juga pekerja keras, walau

    subjek memiliki penyakit

    syringoma, subjek tidak

    dikhawatirkan dengan keadaan

    dirinya setelah penyakit

    syringoma itu ada. Disamping itu,

    kelebihan kelebihan yang

    dimiliki subjek membantu subjek

    untuk berpikir lebih baik lagi

    mengenai dirinya dan subjek

    merasa optimis dengan

    pengobatan syringomanya.

    Hal ini sesuai dengan

    teori yang dikemukakan oleh

    Mangkuprawira (2008) yaitu

    bahwa individu yang memiliki

    citra diri yang positif merasa

    dirinya berharga di mata orang

    lain. Seperti citra tentang

    kejujuran, ketegasan, wibawa, dan

    sikap adil. Citra diri yang positif

    ditandai dengan kepercayaan diriindividu bahwa mereka memiliki

    lebih banyak kualitas positif bila

    dibandingkan dengan kualitas

    negatif dari dirinya sendiri. Citra

    dirinya itu memicu antusias

    hidupnya. Faisal (2010) juga

    sependapat bahwa orang dengan

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    17/22

    citra diri positif termotivasi untuk

    meraih prestasi yang tinggi, lebih

    bertanggung jawab, berani

    menghadapi resiko, lebih disiplin

    dengan rencana - rencananya,

    apalagi yang sudah dinyatakan

    kepada orang lain, lebih percaya

    diri, dan lebih produktif (Faisal,

    2010).

    2. Faktor Faktor yang

    berperan penting dalam Citra

    Diri Subjek

    Faktor faktor yang

    berperan penting dalam citra diri

    subjek adalah yaitu keluarga,

    tetangga, maupun lingkungan

    tempat subjek berjualan,

    menanggapi penyakitnya dengan

    baik dengan tidak merasa aneh

    atau risih dengan penyakit subjek,

    subjek merasa penyakitnya

    memang tidak berbahaya, namun

    lebih baik dihilangkan agar

    wajahnya lebih enak dilihat,

    subjek menerima dirinya apa

    adanya setelah memiliki penyakit

    syringoma, subjek tidak terlalu

    nyaman dengan kehadiran

    penyakitnya karena ingin

    wajahnya tidak terdapat

    kekurangan, subjek belum pernah

    mengalami hal yang tidak

    menyenangkan di lingkungan

    sosial karena penyakitnya, dan

    subjek memilih anaknya yang

    paling tua sebagai tempat

    bercerita ketika ia sedih juga

    subjek termotivasi dengan

    dukungan dan semangat yang

    diberikan kepadanya.

    Uraian diatas

    mengenai subjek juga sesuai

    dengan pernyataan dari Holden

    (2005), yaitu citra diri terbentuk

    dari penilaian yang dibuat oleh

    diri sendiri maupun oleh orang

    orang lain. Citra diri terbentuk

    dari informasi, pengalaman,

    umpan balik, dan tanggapan yang

    dibuat oleh individu itu sendiri.

    Perkataan yang positif terhadap

    diri sendiri, dukungan dari

    keluarga maupun orang orang

    terdekat serta lingkungan sekitar,

    merupakan faktor faktor yang

    membangun citra diri subjeksehingga subjek tenang dan

    berpikiran positif dalam

    menanggapi penyakitnya tersebut.

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    18/22

    BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian yang

    telah dilakukan oleh peneliti maka

    dapat dijawab pertanyaan

    penelitian sebagai berikut :

    1. Bagaimanakah citra diri

    pada penderita syringoma ?

    Berdasarkan hasil

    wawancara dengan subjek dan

    significant other yang telah

    dilakukan oleh peneliti, maka

    gambaran citra diri pada penderita

    syringoma adalah dapat

    dikemukakan sebagai berikut,

    subjek memiliki citra diri yang

    positif, hal ini diketahui dari

    jawaban subjek yang memandang

    dirinya tetap sama walaupun

    penyakit itu ada di wajahnya.

    Subjek berusaha untuk tidak

    merisaukan penyakitnya dan

    mencoba pengobatan yang terbaik

    yang bisa subjek dapatkan untuk

    kesembuhan syringomanya.

    Walau setelah pengobatan yang

    pertama yang subjek dapatkan di

    Rs. Malaka, syringomanya timbul

    kembali, subjek tidak merasa

    gelisah atau kesal, sebaliknya

    subjek tetap optimis dan mencari

    pengobatan yang terbaik di tempat

    lain. Hal ini juga didukung oleh

    jawaban significant other yang

    mengatakan bahwa subjek tidak

    mengkhawatirkan tentang

    penyakitnya, memang ada sedikit

    merasa risih, tetapi subjek merasa

    penyakitnya dapat sembuh jika

    mendapatkan perawatan yang

    benar. Subjek melihat citra diri itu

    sebagai gambaran mengenai diri

    sendiri, subjek menilai dirinya

    sebagai individu tidak ambil

    pusing, dan subjek memandang

    dirinya secara keseluruhan

    sebagai individu yang rajin juga

    pekerja keras, serta subjek

    menjadi lebih percaya diri dan

    bahagia setelah dioperasi.

    2. Faktor faktor apa saja

    yang berperan penting dalam

    citra diri seorang penderita

    syringoma ?

    Berdasarkan hasil

    wawancara dengan subjek dan

    significant other, maka faktor

    faktor yang berperan penting

    dalam citra diri seorang penderita

    syringoma adalah perkataan

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    19/22

    perkataan positif yang dikatakan

    subjek kepada dirinya (self talk),

    pendapat lingkungan sekitar

    terhadap subjek setelah menderita

    syringoma, ini mencakup keluarga

    besar subjek seperti orang tua,

    suami, anak anak, kakak,

    ataupun adik subjek, juga

    lingkungan tempat subjek

    berdagang dan berbisnis sehari

    harinya. Perkataan yang positif

    terhadap diri sendiri, dukungan

    dari keluarga maupun orang

    orang terdekat serta lingkungan

    sekitar, merupakan faktor faktor

    yang membangun citra diri subjek

    sehingga subjek tenang dan

    berpikiran positif dalam

    menanggapi penyakitnya tersebut.

    B. Saran

    Berdasarkan hasil

    penelitian yang dilakukan, maka

    peneliti mencoba memberikan

    saran, yaitu sebagai berikut :

    1. Saran untuk subjek dan

    keluarga.

    a. Subjek

    Subjek diharapkan untuk

    terus optimis akan pengobatan

    syringomanya, selalu melihat hal

    yang positif di dalam dirinya

    sehingga subjek dapat fokus

    kepada kelebihan dirinya

    dibandingkan kekurangannya dan

    tetap merasa percaya diri.

    b. Keluarga Subjek

    Keluarga subjek

    diharapkan untuk tetap setia

    memberi dukungan maupun

    dorongan kepada subjek, baik di

    dalam proses perawatan ataupun

    jika penyakit syringoma itu timbul

    kembali. Hal ini dapat

    membangun semangat dan

    optimisme subjek.

    2. Saran bagi masyarakat.

    Peneliti ingin berbagi

    saran kepada masyarakat sekitar

    yang mungkin memiliki saudara,

    tetangga, kerabat, ataupun teman

    dengan penyakit syringoma untuk

    memperlakukan individu seperti

    orang pada umumnya agar

    individu tersebut tidak merasa

    dibedakan dari orang di sekitarnya

    karna memiliki syringoma.

  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    20/22

    3. Saran untuk penelitian

    selanjutnya.

    Bagi penelitianselanjutnya yang tertarik untuk

    meneliti gambaran citra diri

    terutama untuk penderita

    syringoma, peneliti menyarankan

    agar lebih lagi menggali aspek

    aspek yang terdapat pada citra diri

    yang mungkin belum secara

    lengkap dapat disajikan oleh

    peneliti di dalam penelitian ini

    serta meneliti subjek penelitian

    pasien penderita syringoma

    dengan jenis kelamin laki laki

    sehingga akan lebih banyak lagi

    informasi informasi berguna

    yang dapat diperoleh untuk

    penelitian penelitian

    selanjutnya.DAFTAR PUSTAKA

    Atwater, E. & Duffy, K. G. (1999).

    Psychology for living :

    Adjustment, Growth, andBehavior today. USA:

    Prentice-Hall Books, Inc.

    Avram, M. R., Tsao, S., Tannous, Z.,

    & Avram, M. (2007). Color

    atlas of cosmetic

    dermatology.New York :

    McGraw Hill.

    Basuki, H. (2006). Penelitian

    kualitatif untuk Ilmu Ilmu

    Kemanusiaan dan Budaya.

    Jakarta: Universitas

    Gunadarma.

    Burgess, E. (2009). How to treat

    Syringoma.http://www.eho

    w.com. 17 Maret 2010.

    Covey, S. (2001). The 7 Habits of

    Highly Effective Teens.Jakarta: Binarupa Aksara.

    Darmaputera, E. (2005). Menjadi

    pribadi yang dikehendaki

    Tuhan. Jakarta : Gunung

    Mulia.

    Dwikomentari, D. (2005).Manajemen solusi dan

    spiritual dalam Iman Islam

    Ihsan. Jakarta : Pustaka

    Zahra.

    Elfiky, I. (2009). Terapi Berpikir

    Positif. Jakarta : Penerbit

    Zaman.

    Elsayed, M., & Assaf, M. (2009).

    Familial Eruptive Syringoma.

    Egyptian Dermatology Online

    Journal, 5 (1), 1 2.

    Faisal, A. (2010). Menang melawan

    diri sendiri. Jakarta : PT. Elex

    Media Komputindo.

    http://www.ehow.com/http://www.ehow.com/http://www.ehow.com/http://www.ehow.com/
  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    21/22

    Fathy, H., Aziz, A. M. A,, Elhanbly, S.,

    El-Hawary, A. K., & Amin, M.

    M. (2005). Is Syringoma

    hormonally dependent?. J Egypt

    wom Dermatil Soc.2 (1) 2 3.

    Frankel, D. H. (2006). Field guide to

    clinical dermatology. Philadelphia

    : Lippincott Williams & Wilkins.

    Goodheart, H. P. (2011). Goodhearts

    same-site differential diagnosis :

    A rapid method of diagnosing and

    treating common skin disorders.Philadelpiha : Lippincott Williams

    & Wilkins.

    Holden, R. (2005). Success Intelligence.

    Bandung : Penerbit Mizan.

    Lama, D., & Cutler, H. C. (2004). Seni

    Hidup Bahagia. Jakarta : PT.

    Gramedia Pustaka Utama.

    MacGregor, S. (2000). Piece of mind :

    Mengaktifkan kekuatan pikiran

    bawah sadar untuk mencapai

    tujuan. Jakarta : PT. Gramedia

    Pustaka Utama.

    Mangkuprawira, S. (2008). Citra Diri 2.

    http://ronawajah.wordpress.com/2008/04/21/citra-diri-2/. 12 Maret

    2010.

    Medical Dictionary.(1999). Syringoma.

    http://medterms.com/.17 Maret

    2010.

    Moleong, L. (2005). Metode

    Penelitian Kualitatif.

    Bandung: PT. Remaja Rosda

    Karya.

    Narbuko, C. & Achmadi, A. (2003).

    Metodologi Penilitian.

    Jakarta: PT. Bumi Aksara.

    Nopijaf.(2009). Sibling rivalry pada

    anak kembar yang berbeda

    jenis kelamin. Skripsi. (tidak

    diterbitkan). Depok :

    Universitas Gunadarma.

    Nugroho, G., & Intan, N. (2009).

    Who Is God?. Yogyakarta :

    Penerbit Pustaka Grhatama.

    Kandani, H. (2010). The achiever :

    Pencapaian sukses anda

    berawal di sini. Jakarta: PT.

    Elex Media Komputindo.

    Katowitz, J. A. (2002). Pediatric

    Oculoplastic surgery. New

    York : Springer Verlag.

    Komsiah, S. (2009). Definisi Citra

    dan Kompetensi PR.

    http://pksm.mercubuana.ac.id

    /new/learning. 16 April 2010.

    Leo, E. (2006). Kesembuhan

    Emosional.Jakarta: Metanoia

    Publishing.

    Lieberman, D. J. (2005). Agar siapa

    saja mau melakukan apa saja

    http://ronawajah.wordpress.com/2008/04/21/citra-diri-2/http://ronawajah.wordpress.com/2008/04/21/citra-diri-2/http://medterms.com/http://pksm.mercubuana.ac.id/new/learninghttp://pksm.mercubuana.ac.id/new/learninghttp://pksm.mercubuana.ac.id/new/learninghttp://pksm.mercubuana.ac.id/new/learninghttp://medterms.com/http://ronawajah.wordpress.com/2008/04/21/citra-diri-2/http://ronawajah.wordpress.com/2008/04/21/citra-diri-2/
  • 7/22/2019 Jurnal Sorta Marisi Margaretha Nababan

    22/22

    untuk anda. Jakarta : PT.

    Serambi Ilmu Semesta.

    Maxwell, J. C. (2007). Winning with

    people. Jakarta : PT. Gramedia

    Pustaka Utama.

    Megasari, A. (2008). Tumor Kulit Jinak.

    http://arniamegasari.blogspot.com

    /. 16 April 2010.

    Pearce, E. (1995). Anatomi dan Fisiologi

    untuk paramedis. Jakarta: PT.

    Gramedia Pustaka Utama.

    Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan

    Kualitatif dalam Penelitian

    Psikologi. Jakarta: Lembaga

    Pengembangan Sarana

    Pengetahuan dan PendidikanPsikologi (LPSP3) Fakultas

    Psikologi Universitas Indonesia.

    Rizkiana, U. (2008). Penerimaan diri

    terhadap penyakit pada penderita

    kanker darah.Penelitian Ilmiah.

    (tidak diterbitkan). Depok:

    Universitas Gunadarma.

    Scrivner, J. (2004). Cantik, sehat, dan

    bugar dengan program detox.

    Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

    Utama.

    Shields, J. A., & Shields, C. L.

    (2008).Eyelid, Conjunctival, and

    Orbital tumors : An atlas and

    textbook. Philadelphia : Lipincott

    Williams & Wilkins.

    Silverman, D. (2000). Doing

    qualitative research.A

    practical handbook. London:

    Sage Publication.

    Suprajitno, A. (2009).

    Transformation code The

    best in you. Jakarta : PT. Elex

    Media Komputindo.

    Sutoyo, A. (2000). Kiat sukses Prof.

    Hembing. Jakarta: Prestasi

    Insan Indonesia.

    Wiles, M. R, Williams, J., & Ahmad,

    K. A. (2011) Essentials of

    dermatology for

    chiropractros. MA : Jones

    and Bartlett Publishers.

    Wikipedia.(2010). Syringoma.

    http//:en.wikipedia.org. 12

    Maret 2010.

    http://arniamegasari.blogspot.com/http://arniamegasari.blogspot.com/http://arniamegasari.blogspot.com/http://arniamegasari.blogspot.com/