85
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 ii Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, yaitu sebagai economic intelligence dan research unit diwilayah kerjanya dalam rangka memberikan data, informasi dan rekomendasi kepada stakeholdernya di daerah. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survey), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian Ekonomi Regional secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan Daerah Sulawesi Selatan. Dalam perkembangannya, sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 materi kajian untuk Provinsi Sulawesi Barat dibuat dan dicetak terpisah dari kajian Provinsi Sulawesi Selatan sebagai bentuk dukungan kepada Provinsi Sulawesi Barat untuk tumbuh dan berkembang. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Selain dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah, seperti Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, dunia usaha, media massa dan kalangan masyarakat Iainnya, kajian ini juga akan disampaikan kepada kantor pusat Bank Indonesia sebagai salah satu bahan masukan dalam formulasi kebijakan moneter, perbankan dan sistem pembayaran. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung dimasa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini. Makassar, Mei 2008 BANK INDONESIA MAKASSAR Ttd. Rizal A. Djaafara Pemimpin K P ata engantar

K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

  • Upload
    ngohanh

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

ii

Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank.

Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, yaitu sebagai economic intelligence dan research unit diwilayah kerjanya dalam rangka memberikan data, informasi dan rekomendasi kepada stakeholdernya di daerah. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survey), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala.

Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian Ekonomi Regional secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan Daerah Sulawesi Selatan. Dalam perkembangannya, sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 materi kajian untuk Provinsi Sulawesi Barat dibuat dan dicetak terpisah dari kajian Provinsi Sulawesi Selatan sebagai bentuk dukungan kepada Provinsi Sulawesi Barat untuk tumbuh dan berkembang. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi.

Selain dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah, seperti Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, dunia usaha, media massa dan kalangan masyarakat Iainnya, kajian ini juga akan disampaikan kepada kantor pusat Bank Indonesia sebagai salah satu bahan masukan dalam formulasi kebijakan moneter, perbankan dan sistem pembayaran.

Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung dimasa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.

Makassar, Mei 2008

BANK INDONESIA MAKASSAR

Ttd. Rizal A. Djaafara

Pemimpin

K Pata engantar

Page 2: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 iii

KATA PENGANTAR ~ i DAFTAR ISI ~ iii RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1 INDIKATOR EKONOMI PEKDA-IV 2007 ~9 BAB1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 11 1.1. Rermintaan Daerah ~ 11 a. Konsumsi ~ 13

b. Investasi ~ 15 c. Net Ekspor Impor ~ 16 1.2. Penawaran Daerah ~ 18 a. Sekotor Pertanian ~ 20

b. Sektor Listrik-Gas-Air Besih ~ 22 c. Sektor-Sektor Lainnya ~ 23

BAB 2 Perkembangan Perbankan ~ 26 2.1. Perkembangan Uang Giral dan Uang Kuasi ~ 26 2.2. Perkembangan Perbankan ~ 27 a. Penghimpunan Dana Masyarakat oleh Bank Umum ~ 29 b. Perkembangan Kredit dan Kategorinya pada Bank Umum ~31 c. Perkembangan Intermediasi di wilayah Sulawesi Barat ~ 33

d. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah (BPRS) ~ 35 BOKS : PERKEMBANGAN DPK BANK UMUM SULBAR ~ 37 BAB 3 KEUANGAN DAERAH ~ 40 BAB 4 PROSPEK EKONOMI ~ 43

1. Prospek Ekonomi Makroregional ~ 43

2. Prospek Perbankan ~ 44

LAMPIRAN 1 ~ 45

D Iaftar si

Page 3: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 iv

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 4: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

1

I

GAMBARAN UMUM

Kinerja makroekonomi regional Sulawesi Selatan pada

triwulan I-2008 mengalami pertumbuhan sebesar 10,67%

(y.o.y), sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan

tahunan triwulan sebelumnya sebesar 10,36% (y.o.y), namun

lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2007 yang sebesar 2,54%

(y.o.y).

Dari sisi penawaran (sektoral), seluruh sektor mengalami

pertumbuhan positif dengan sektor pertanian sebaga

penyumbang utama pertumbuhan. Dari sisi permintaan, laju

pertumbuhan regional secara umum masih didukung oleh

kinerja konsumsi.

Laju inflasi tahunan di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel)1

tercatat sebesar 7,96% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan

dengan laju inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

5,71% (y.o.y) namun lebih rendah dibandingkan laju inflasi

nasional yang tercatat sebesar 8,17% (y.o.y). Sementara secara

triwulanan, laju inflasi pada periode laporan mengalami

peningkatan yaitu dari deflasi 0,53% (q.t.q) pada triwulan IV-

2007 menjadi 4,45% (q.t.q), yang juga lebih tinggi bila

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar 2,28% (q.t.q).

Kinerja intermediasi perbankan di Sulsel berdasarkan

indikator rasio kredit/pembiayaan dibanding DPK (LDR) pada

triwulan laporan tercatat sebesar 96,70% untuk bank umum,

170,48% untuk BPR/S dan secara total adalah sebesar 96,98%.

1 Laju inflasi Sulsel di proxi dengan menggunakan laju inflasi kota Makassar (BPS Prov. Sulsel)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kinerja makroekonomi regional Sulawesi Selatan pada triwulan I-2008 tumbuh 10,67% (y.o.y) ……

Page 5: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

2

LDR tersebut mencatat kenaikan dibanding periode sebelumnya

yang tercatat sebesar 91,46%.

Sementara itu, pangsa kredit/pembiayaan MKM

dibandingkan total kredit/pembiayaan adalah 55,03% atau

sebesar Rp12,99 triliun (Bank Umum dan BPR/S).

Kredit/pembiayaan UMKM tersebut meningkat 5,98% dari

Rp12,25 triliun pada triwulan lalu.

Inflow uang kartal ke kas KBI Makassar pada triwulan I-

2008 dibandingkan triwulan sebelumnya meningkat 15,8% dari

Rp2.017,7 miliar menjadi Rp2.336,4 miliar. Kemudian aliran

uang kartal yang keluar (outflow) tercatat mengalami

peningkatan sebesar 45,6% (y.o.y), yaitu dari Rp410 miliar

menjadi Rp597,2 miliar pada periode laporan. Berdasarkan data

tersebut, perkasan BI Makassar mencatat aliran bersih (net-

inflow) sebesar Rp1.739,2 miliar.

Realisasi keuangan daerah untuk triwulan I-2008 masih

sangat kecil mengingat persetujuan anggaran (APBD) baru

diberikan pada bulan Februari 2008. Namun dari sisi alokasi

DAK dan DAU untuk Sulsel, baik untuk propinsi maupun

kabupaten/kota, terdapat peningkatan .

Adapun outlook kondisi perekonomian pada triwulan II-

2008 dari sisi penawaran, diperkirakan sektor pertanian akan

mengalami penurunan produksi sehubungan dengan makin

berkurangnya daerah yang panen dan secara dominan beberapa

daerah akan memasuki masa tanam. Sektor perdagangan-hotel-

restotan dan sektor angkutan-komunikasi diperkirakan akan

menjadi pendorong utama pertumbuhan sejalan dengan

masuknya masa liburan sekolah. Sementara, dari sisi permintaan

kinerja konsumsi tetap akan mendorong pertumbuhan ekonomi

Sulsel pada triwulan II-2008.

Untuk outlook inflasi, pada triwulan mendatang

diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Laju inflasi akan

didorong oleh kenaikan harga BBM yang diperkirakan akan

Kredit UMKM meningkat 5,98% dari menjadi Rp12,99 triliun ………

Page 6: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

3

dilakukan oleh pemerintah pada akhir triwulan mendatang.

Berdasarkan kelompoknya, laju inflasi akan terjadi di semua

kelompok dengan kelompok bahan makanan diperkirakan akan

menjadi penyumbang inflasi tertinggi. Berdasarkan disagregasi

inflasi, inflasi kelompok administered goods akan menjadi

pendorong utama laju inflasi daerah.

PERKEMBANGAN KONDISI MAKROEKONOMI

Laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada

triwulan I-2008 tercatat sebesar 10,67% (y.o.y), sedikit

melambat dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan

triwulan sebelumnya sebesar 11,26% (y.o.y), namun lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu (triwulan I-

2007) yang sebesar 2,54%.

Dari sisi penawaran (sektoral), hampir seluruh sektor

mengalami perlambatan pertumbuhan, kecuali terdapat 3 (tiga)

sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yakni sektor

pertambangan dan galian, sektor industri dan sektor

perdagangan-hotel-restoran. Berdasarkan sumbangan

sektoralnya, sektor pertanian tercatat sebagai penyumbang

tertinggi pertumbuhan, diikuti oleh sektor bangunan dan sektor

industri pengolahan.

Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan regional secara

umum didukung oleh meningkatnya kinerja ekspor (antar

propinsi dan antar negara), dengan pertumbuhan tahunan

tertinggi pada ekspor antar propinsi yang tercatat sebesar

75,47% (y.o.y), sedangkan pertumbuhan triwulan tertinggi

adalah pada kinerja investasi yang tercatat sebesar 6,45%

(q.t.q).

Sementara itu secara triwulanan, laju pertumbuhan

ekonomi di wilayah Sulsel tercatat mengalami perlambatan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan,

Page 7: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

4

pertumbuhan triwulanannya tercatat sebesar 0,61% (q.t.q),

sedangkan triwulan sebelumnya sebesar 2,63% (q.t.q).

Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan

pada konsumsi, khususnya konsumsi pemerintah, dan

perlambatan pada kinerja ekspor. Sementara kinerja investasi

secara triwulanan tercatat meningkat.

Kinerja investasi pada triwulan I-2008 tercatat mengalami

pertumbuhan sebesar 19,30% (y.o.y) yang memberikan

sumbangan terhadap pertumbuhan tahunan ekonomi Sulsel

sebesar 3,38% (y.o.y). Angka pertumbuhan tahunan kinerja

investasi pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,41%

(y.o.y) maupun triwulan I-2007 yang tercatat sebesar 7,52%

(y.o.y).

PERKEMBANGAN INFLASI

Laju inflasi tahunan di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel)

tercatat sebesar 7,98% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan

dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 5,71% (y.o.y) namun masih lebih rendah dibandingkan

laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,17% (y.o.y).

Berdasarkan kelompoknya, laju inflasi tahunan tertinggi

terjadi pada kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar

14,75% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 11,27% (y.o.y). Sedangkan laju inflasi

tahunan terendah terjadi pada kelompok transportasi yaitu

sebesar 0,74% (y.o.y). Berdasarkan sumbangannya, kelompok

bahan makanan masih merupakan penyumbang inflasi tertinggi

tercatat sebesar 4,35% (y.o.y) lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yaitu sebesar 3,19% (y.o.y) sedangkan

penyumbang inflasi terendah adalah kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan yang tercatat sebesar 0,14%

Laju inflasi di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat sebesar 7,98% (y.o.y) …..

Page 8: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

5

(y.o.y).

Sementara secara triwulanan (yang juga berarti secara

kumulatif/tahun kalender), laju inflasi pada periode laporan

mengalami peningkatan yaitu dari deflasi 0,53% (q.t.q) pada

triwulan IV-2007 menjadi inflasi 4,45% (q.t.q), yang juga lebih

tinggi bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya

yang tercatat sebesar 2,28% (q.t.q).

Peningkatan inflasi pada triwulan ini terutama didorong

oleh peningkatan laju inflasi kelompok bahan makanan dan

makanan jadi yang diperkirakan karena terdapat kenaikan

harga beberapa komoditas yang mengikuti kenaikan harga

pasar dunia dan juga karena faktor keterbatasan pasokan. Inflasi

triwulanan (juga tahun kalender) tertinggi masih terjadi pada

kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar 9,94% (q.t.q

dan y.t.d.), sedangkan inflasi terendah masih pada kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 0,09% (q.t.q

dan y.t.d.).

Pada triwulan I-2008, determinan inflasi terutama

berasal dari sisi penawaran (cost push inflation), yaitu

meningkatnya biaya produksi sebagai konsekuensi dari kenaikan

harga bahan baku dan bahan penolong serta faktor musiman.

Inflasi volatile foods masih tercatat mendominasi perkembangan

IHK Sulsel pada triwulan laporan bila dibandingkan dengan

kelompok barang/jasa yang harganya diatur pemerintah

(administreted) maupun inflasi inti (core-inflation).

Berdasarkan kelompok barang, penyumbang laju inflasi

tahunan tertinggi adalah kelompok bahan makanan yang

tercatat sebesar 14,75% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar

4,35%. Setelah itu adalah kelompok makanan jadi-minuman-

rokok yang tercatat sebesar 8,14% (y.o.y.) dengan sumbangan

sebesar 1,27%. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,

faktor pendorong laju inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan

Page 9: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

6

harga beberapa komoditas di pasar dunia dan adanya

kelangkaan barang.

Inflasi tertinggi pada kelompok bahan makanan terjadi

pada subkelompok kacang-kacangan yang tercatat sebesar

73,98% (y.o.y) terutama pada komoditas tempe yang tercatat

sebesar 118,33% (y.o.y). Kenaikan harga komoditas tersebut

disebabkan oleh kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku

tempe yang sampai saat ini masih diimpor dari luar negeri.

Kemudian disusul oleh sub kelompok bumbu-bumbuan yang

tercatat inflasi 46,17% dengan komoditas inflasi tertinggi

adalah bawang merah. Kenaikan harga bawang merah lebih

disebabkan oleh kelangkaan barang (faktor musiman).

PERKEMBANGAN PERBANKAN

Kinerja perbankan pada triwulan I-2008 mencatat

peningkatan dari sisi kredit yang disalurkan, namun dari sisi

asset dan DPK, tercatat mengalami penurunan kinerja.

Sementara dari sisi kelembagaan, pada triwulan laporan

terdapat satu unit usaha syariah yang membuka kantor cabang

di Sulsel, yaitu Bank Permata Syariah. Selain itu juga terdapat

penambahan satu BPR, yakni BPR Pesisir Tanadoang di

Kabupaten Takalar.

Meskipun terdapat penambahan jumlah

kelembagaan, namun sejalan dengan penurunan kinerja

kredit/pembiayaan, total asset perbankan pada triwulan I-2008

menurun. Pada triwulan laporan, total aset perbankan menurun

sebesar 0,23% dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan

asset terutama disumbang oleh penurunan asset perbankan

pemerintah yang turun sebesar 2,30%. Sementara asset

perbankan swasta dan BPR/S tercatat meningkat, masing-

masing sebesar 3,28% dan 8,12% dibandingkan dengan akhir

tahun 2007.

Dari sisi penghimpunan dana, DPK yang dihimpun

Kinerja perbankan pada triwulan I-2008 belum sepenuhnya memperlihatkan peningkatan ……….

Page 10: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

7

oleh perbankan (bank umum dan BPR) pada triwulan laporan

tercatat menurun sebesar 1,53% yaitu dari Rp24,71 triliun pada

triwulan sebelumnya menjadi Rp24,34 triliun pada triwulan

laporan. DPK bank umum menurun sebesar 1,55% dari

Rp24,59 triliun menjadi Rp24,22 triliun. Penurunan DPK bank

umum terutama disebabkan oleh penurunan tabungan dan

giro.

Kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan

Sulsel (Bank Umum dan BPR/S) tercatat meningkat, yaitu sebesar

4,41% dari Rp22,60 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi

Rp23,60 triliun pada triwulan laporan.

Berdasarkan segmentasi kredit/pembiayaannya,

sebagian besar kredit/pembiayaan perbankan Sulsel

diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan

Menengah (MKM) dengan pangsa terhadap total

kredit/pembiayaan adalah 55,03% atau sebesar Rp12,99 triliun

(Bank Umum dan BPR/S). Kredit/pembiayaan MKM tersebut

meningkat 5,98% dari Rp12,25 triliun pada triwulan lalu.

Jika dilihat Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian

besar portofolio kredit/pembiayaan didominasi oleh

kredit/pembiayaan produktif (modal kerja dan investasi), yakni

sebesar 55,36%, sementara kredit konsumsi memiliki pangsa

sebesar 44,64%. Namun dari sisi pertumbuhannya, kredit

konsumsi tumbuh tertinggi, yakni sebesar 6,61% (q.t.q), dari

Rp9,88 triliun menjadi Rp10,54 triliun. Adapun kredit modal

kerja dan investasi masing-masing meningkat sebesar 2,66%

dan 2,84%, dari Rp9,39 triliun dan 3,33 triliun pada akhir tahun

2007 menjadi Rp9,64 triliun dan Rp3,43 triliun.

Pada triwulan laporan, jumlah kredit bermasalah

(NPLs) di wilayah Sulsel tercatat sebesar Rp2,21 trilyun (bank

umum), meningkat 3,27% dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar Rp2,14 triliun. Namun berdasrkan rasio NPLs

dibandingkan dengan total kredit/pembiayaan NPLs (gross)

Page 11: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

8

perbankan Sulsel mencatat penurunan, yaitu dari 9,53% pada

triwulan IV-2007 menjadi 9,43% pada triwulan laporan.

Sementara rasio NPLs net menurun dari 3,58% pada triwulan

lalu menjadi 2,41%.

Berdasarkan kinerja DPK dan penyaluran

kredit/pembiayaan di atas, maka indikator rasio kredit dibanding

DPK (LDR) pada triwulan laporan tercatat sebesar 96,70% untuk

bank umum, 170,48% untuk BPR/S dan secara total adalah

sebesar 96,98%. LDR tersebut mencatat kenaikan dibanding

periode sebelumnya yang tercatat sebesar 91,46%.

Kinerja perbankan syariah di Sulsel pada periode laporan

mencatat peningkatan. Dari sisi pendanaan, DPK perbankan

syariah pada triwulan laporan meningkat sebesar 10,07% dari

Rp530,92 miliar menjadi Rp584,39 miliar. Dari sisi pembiayaan,

pada triwulan I-2008 tercatat sebesar Rp909,58 miliar,

meningkat sebesar 5,97% dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp858,30 miliar.

Bertambahnya jumlah bank syariah yang beroperasi di

Sulsel dan ekspansi pembiayaan secara langsung maupun

melalui Festival Ekonomi Syariah (FES) telah meningkatkan

perkembangan asset perbankan syariah sebesar 16,05% dari

Rp1027,41 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp1192,26 miliar

pada triwulan laporan (lihat grafik 3.8). Dengan demikian

pangsa perbankan syariah terhadap total perbankan sempai

triwulan I-2008 adalah sebesar 3,81%. Pada akhir tahun 2008

ditargetkan pangsa asset perbankan syariah mencapai 5% dari

total asset perbankan

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Pada triwulan laporan, posisi perkasan KBI Makassar

kembali mengalami posisi net-inflow dalam jumlah yang cukup

besar setelah pada triwulan sebelumnya mengalami ouflow.

Inflow uang kartal ke kas KBI Makassar pada triwulan I-2008

Page 12: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

9

dibandingkan triwulan I-2007 meningkat signifikan yaitu

sebesar 15,8% (y.o.y) dari Rp2.017,7 miliar menjadi Rp2.336,4

miliar. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan IV-2007 yang tercatat menurun sebesar -

41,73% (y.o.y). Sementara aliran uang kartal yang keluar

(outflow) tercatat mengalami peningkatan menjadi sebesar

45,6% (y.o.y) yaitu dari Rp410,0 miliar pada triwulan I-2007

menjadi sebesar Rp597,2 miliar pada triwulan laporan.

Dengan memperhitungkan selisih antara inflow dan

outflow tersebut, posisi perkasan KBI Makassar mencatat aliran

bersih (net-inflow) sebesar Rp1.739,2 miliar setelah pada

triwulan sebelumnya mengalami net outflow yang tercatat

sebesar Rp491,6 miliar. Kondisi tersebut bersifat seasonal, yaitu

terjadi peningkatan inflow setelah pada periode sebelumnya

terdapat perayaan Hari Besar Keagamaan (Hari Raya Natal, Idul

Fitri, Idul Adha dan Tahun Baru) yang pada tahun 2007 jatuh

pada triwulan IV (lihat Grafik 4.1).

KEUANGAN DAERAH

Secara umum tiap kabupaten/kota tercatat mengalami

peningkatan DAK, dimana kabupaten/kota yang menerima DAK

terbesar se-Sulsel adalah Kabupaten Bone yaitu sebesar 5,99%

dari total DAK tahun 2008, diikuti Kabupaten Luwu (5,29%)

dan Kabupaten Sinjai (5,23%). Ditinjau dari pertumbuhannya,

Kota Makassar mengalami peningkatan tertinggi yaitu sebesar

134,25%. Hal ini selaras dengan perkembangan kota Makassar

yang terus menerus meningkat mengingat posisinya yang

merupakan ibukota provinsi.

Apabila ditinjau per bidang pembangunan,

pembangunan dibidang pendidikan menjadi prioritas

pembangunan di Sulsel dengan alokasi sebesar 33,73% dari

total DAK, yang meningkat 35,58% dari DAK 2007. Kondisi

tersebut dimaksudkan untuk menjalankan program pemerintah

Page 13: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

10

dalam upaya peningkatan mutu pendidikan masyarakat. Selain

itu, bidang infrastruktur juga menjadi prioritas pembangunan di

Sulsel yaitu sebesar 31,90% dari total DAK, yang meningkat

17,24% dari DAK 2007, terutama untuk pembangunan jalan

dan irigasi. Pada tahun 2008 tersebut, terdapat bidang baru

yang mendapatkan dana pembangunan dari pemerintah pusat

yaitu bidang kehutanan dan kependudukan.

Akibat peningkatan aliran uang kartal masuk (inflow) ke

Bank Indonesia, menyebabkan jumlah uang yang tidak layak

edar yang dimusnahkan (Pemberian Tanda Tidak Berharga

(PTTB)) selama triwulan laporan meningkat 39,6% dibandingkan

dengan triwulan I-2007 yaitu dari Rp949,4 miliar menjadi

Rp1.325,1 miliar. Sementara apabila dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp870,38 miliar,

jumlah uang yang dimusnakan mengalami peningkatan 52,2%.

Adapun selisih antara jumlah uang yang dimusnahkan

dengan jumlah aliran uang masuk (inflow) pada triwulan

laporan tercatat sebesar 56,7% atau menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 66,2%. Kondisi ini

menunjukkan bahwa uang yang beredar di Sulawesi Selatan

dan disetorkan oleh bank umum relatif terjaga kebersihan dan

fisiknya.

Perkembangan transaksi transfer masuk via RTGS pada

triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 15,0%

dibanding triwulan I-2007 yaitu dari 7,6 triliun menjadi Rp8,8

triliun. Persentase pertumbuhan inflow tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan IV-2007

yang tercatat sebesar 16,6%. Sementara apabila dibandingkan

dengan triwulan IV-2007, transfer masuk pada triwulan laporan

mengalami penurunan sebesar -26,6% yaitu dari Rp11,9 miliar

pada triwulan IV-2007

OUTLOOK PEREKONOMIAN DAERAH

Page 14: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

11

Perekonomian Sulsel pada triwulan mendatang tetap

akan mencatat pertumbuhan positif, namun melambat

dibandingkan dengan triwulan I-2008. Dari sisi penawaran,

pada triwulan II-2008 diperkirakan sektor pertanian akan

mengalami penurunan produksi sehubungan dengan makin

berkurangnya daerah yang panen dan secara dominan beberapa

daerah akan memasuki masa tanam. Sementara sektor

perdagangan-hotel-restoran akan menjadi pendorong utama

pertumbuhan sejalan dengan masuknya masa liburan sekolah.

Selain itu sektor angkutan juga diperkirakan menjadi pendorong

pertumbuhan. Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi

diperkirakan tetap akan menjadi pendorong utama

pertumbuhan. Pengeluaran pemerintah akan mulai

direalisasikan sejalan dengan program kerja pemerintah daerah.

Sementara laju investasi yang sudah mulai membaik pada

triwulan I-2008 akan terus berlanjut sesuai dengan komitmen

pemerintahan baru untuk terus mengembangkan komoditas

unggulan di Sulsel.

Untuk outlook inflasi, pada triwulan mendatang

diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Laju inflasi akan

didorong oleh kenaikan harga BBM yang diperkirakan akan

dilakukan oleh pemerintah pada akhir triwulan mendatang.

Berdasarkan kelompoknya, laju inflasi akan terjadi di semua

kelompok dengan kelompok bahan makanan diperkirakan akan

menjadi penyumbang inflasi tertinggi. Berdasarkan disagregasi

inflasi, inflasi kelompok administered goods akan menjadi

pendorong utama laju inflasi daerah. Laju inflasi tahunan Sulsel

pada triwulan mendatang diperkirakan akan mencapai kisaran

13%-15% dengan asumsi pemerintah menaikan harga BBM.

Kinerja perbankan pada triwulan mendatang

diperkirakan akan semakin membaik sejalan dengan begeraknya

perekonomian daerah yang sudah memiliki kepemimpinan hasil

Pilkada yang lalu. Aliran dana APBD dari pemerintah pusat ke

Perekonomian daerah pada triwulan mendatang akan tetap tumbuh positif, sementara laju inflasi akan meningkat …......

Page 15: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

12

daerah dan bergeraknya sektor riil akan mendorong

pertumbuhan Dana Pihak Ketiga di Sulsel. Sementara

kredit/pembiayaan yang disalurkan juga akan semakin

meningkat, meskipun terdapat penyesuaian bunga kredit

sejalan dengan dampak inflasi daerah yang diperkirakan akan

terjadi pada triwulan mendatang.

Dari sisi kelembagaan, pada triwulan mendatang

diperkirakan akan terdapat satu bank umum yang akan

beroperasi di Makassar dan beberapa bank yang sudah ada

akan membuka kantor baru, baik kantor cabang maupun kantor

cabang pembantu. Bank Indonesia juga akan terus berupaya

mendorong kinerja perbankan dengan menyelenggarakan

kembali Banking Expo yang diharapkan mampu menjembatani

perbankan dengan masyarakat.

Page 16: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Tabel Indikator Ekonomi dan Moneter

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

13

2008Trw-4 Trw-1 Trw-2 Trw.-3 Trw.-4 Trw.-1 *)

- Total (y-o-y) 7,21 6,68 5,11 6,98 5,71 7,96

- Bahan makanan (y o y) 16,07 14,52 10,53 16,84 11,27 14,75

- Makanan jadi (y o y) 5,72 4,98 3,28 3,75 4,03 8,14

- Perumahan (y o y) 3,26 2,89 2,55 2,45 3,01 3,85

- Sandang (y o y) 4,79 5,49 3,38 6,37 9,29 12,42

- Kesehatan (y o y) 3,33 2,85 2,71 4,08 4,39 5,31

- Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (y o y) 13,12 12,99 12,12 8,50 8,25 8,28

- Trasnport dan komunikasi (y o y) 0,98 0,54 0,48 0,35 0,27 0,74

- % pertumbuhan, triwulanan -0,83 1,01 4,72 2,39 2,59 0,74

Sisi Permintaan (% pertumbuhan, q-t-q)

- Konsumsi Total 3,51 1,36 2,82 2,78 2,45 -5,60

- Investasi Total 2,62 3,58 4,40 3,66 1,23 8,27

- Ekspor 5,11 -18,06 16,73 1,16 10,12 -1,27

- Impor 16,59 -19,02 14,24 2,27 10,45 -9,88

Sisi Produksi (% pertumbuhan, q-t-q)

1. Pertanian -7,68 1,24 8,79 2,06 -1,00 0,62

2. Pertambangan dan Penggalian 2,91 -2,69 4,83 -1,42 3,48 2,28

3. Industri Pengolahan -2,36 -0,09 3,77 3,23 3,34 1,74

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,91 2,23 3,22 3,67 5,89 0,46

5. Konstruksi/Bangunan 1,54 -1,74 1,37 5,72 12,63 -2,75

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,72 1,10 2,70 3,65 4,02 1,43

7. Angkutan dan Komunikasi 1,80 -0,03 3,35 6,13 5,06 -1,25

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,37 0,50 3,03 1,28 3,10 1,30

9. Jasa-jasa 4,81 7,25 1,65 0,66 2,14 0,19

- % pertumbuhan, tahunan 2,90 2,42 3,79 7,41 11,12 10,81

Sisi Permintaan (% pertumbuhan, y o y)

- Konsumsi Total 9,39 8,82 9,15 10,88 9,75 2,21

- Investasi Total 3,59 8,15 11,60 15,02 13,47 18,61

Nilai Ekspor-Impor (dalam Ribuan USD)

- Ekspor 2.018.758 580.224 895.989 701.841 688.062 374.909

- Impor 333.867 85.323 80.677 112.203 87.126 92.746

Sisi Produksi (% pertumbuhan, y o y)

1. Pertanian -3,24 -3,11 2,02 4,51 11,29 10,60

2. Pertambangan dan Penggalian 4,78 5,53 7,60 3,41 4,06 9,38

3. Industri Pengolahan 1,60 1,12 2,72 4,50 10,60 12,62

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 3,95 5,57 3,63 10,38 15,83 13,83

5. Konstruksi/Bangunan 1,11 4,23 3,52 6,92 18,60 17,38

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,96 6,68 8,49 10,54 11,94 12,30

7. Angkutan dan Komunikasi 7,11 5,78 7,69 11,62 15,20 13,80

9. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 15,76 13,43 10,62 9,46 8,13 8,98

10. Jasa-jasa 5,18 1,99 -4,48 15,01 12,07 4,70

20072006INDIKATOR

PDRB Triwulanan (q t q)

INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN - PROPINSI SULAWESI SELATAN

Laju Inflasi tahunan

PDRB Tahunan (y o y)

TABEL INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN - PROPINSI SULAWESI SELATAN

Page 17: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Tabel Indikator Ekonomi dan Moneter

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

14

2008

Trw-4 Trw-1 Trw-2 Trw.-3 Trw.-4 Trw.-1 *)

- Uang Giral 5.007,94 4.301,35 4.710,53 4.933,21 5.060,05 4.730,08

- Uang Kuasi 15.925,71 16.299,90 17.149,70 17.769,75 19.539,49 19.488,70

- Jumlah Bank Umum 26 32 33 35 35 36

- Jumlah Kantor Bank Umum (Termsk. BRI Unit) 511 561 562 564 581 585

- Jumlah BPR 27 27 27 27 27 28

- Jumlah Kantor BPR 39 45 45 45 45 46

- Giro 5.007,94 4.301,35 4.710,53 4.933,21 5.060,05 4.730,08

- Deposito 6.444,69 6.881,48 6.942,20 6.929,73 6.718,81 7.208,57

- Tabungan 9.481,02 9.418,42 10.207,50 10.840,02 12.820,68 12.280,13

- Total 20.933,65 20.601,25 21.860,23 22.702,96 24.599,54 24.218,77

- Kredit (miliar Rp) ^ 17.909,42 18.303,23 19.871,45 21.218,35 22.444,37 23.420,26

- UMKM (% Kredit) 51,74 53,78 54,45 54,20 54,08 54,68

- LDR 85,55 88,85 90,90 93,46 91,24 96,70

- Posisi Kas 263,69 1.649,47 259,06 1.584,06 300,62 1.485,65

- Inflow (kumulatif triwulan) 2.255,79 2.017,68 498,84 840,78 1.314,40 2.336,38

- Outflow (kumulatif triwulan) 2.601,93 410,03 1.190,21 386,49 1.806,04 597,17

- PTTB (kumulatif triwulan) 881,14 949,41 474,28 468,29 870,38 1.325,10

- Jumlah Uang Palsu (lbr.) 127 352 179 233 157 168

- RTGS - incoming (miliar Rp) 10.252,70 7.282,38 8.207,83 2.987,42 7.137,14 8.776,22

- RTGS - outgoing (miliar Rp) 11.639,71 10.564,19 8.069,47 3.282,37 5.552,41 6.889,81

- Nominal Kliring (miliar Rp) 5.417,37 4.306,76 5.397,16 6.056,61 6.432,80 6.346,97

- Jumlah Warkat (ribuan lembar) 185,05 169,83 204,29 220,99 231,43 233,99

- Jumlah Cek/BG ditolak dgn. Alasan kosong (%) 0,63 0,46 0,54 0,62 0,86 1,95

- Nominal Cek/BG ditolak dgn. Alasan kosong (%) 0,72 0,56 0,63 0,64 0,93 0,92

Keterangan:y - o - y = tahunany - t - d = year to dateq t q = triwulananKUK = Kredit Usaha KecilNPL = Non Performing LoanDPK = Dana Pihak KetigaPTTB = Pemberian Tanda Tidak BerhargaRTGS = Real Time Gross Settlement (untuk nominal transaksi di atas Rp100 juta)^ = Hanya disalurkan oleh Bank di Sulsel

Besaran Moneter (miliar Rp)

20072006INDIKATOR

Kredit Bank Umum

Cash Flow KBI (miliar Rp)

Transaksi Non Tunai (Kliring & RTGS: kumulatif)

Jumlah Bank dan Kantor Bank

Dana Pihak Ketiga Bank Umum (miliar Rp)

Laju Inflasi tahunan

Page 18: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

13

Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan I-2008 mengalami

pertumbuhan sebesar 10,81% (y.o.y), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya sebesar 11,12% (y.o.y), namun lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu (triwulan I-2007) yang

sebesar 2,42% (y.o.y).

Dari sisi penawaran (sektoral), hampir seluruh sektor mengalami perlambatan

pertumbuhan, kecuali terdapat 4 (tiga) sektor yang mengalami peningkatan

pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yakni sektor

pertambangan dan galian, sektor industri, sektor perdagangan-hotel-restoran dan

sektor keuangan. Berdasarkan sumbangan sektoralnya, sektor pertanian tercatat

sebagai penyumbang tertinggi pertumbuhan, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel

dan restoran serta sektor industri pengolahan.

Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan regional secara umum didukung oleh

meningkatnya kinerja ekspor (antar propinsi dan antar negara) yang tumbuh sebesar

28,39% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 11,64%, selain itu kinerja investasi juga

turut mendorong pertumbuhan dengan tumbuh sebesar 18,61% (y.o.y).

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Sulawesi Selatan

7,41

1,01 0,74

2,42

3,79

10,81

11,12

2,59

4,72

2,39

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

y.o.y

q.t.q

Sumber : KBI Makassar & BPS SulselCatt : Triwulan I-2008 : angka perkiraan KBI Mks

BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI

MAKROEKONOMI

Page 19: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

14

1.1 Permintaan Daerah

Laju pertumbuhan tahunan ekonomi Sulsel pada triwulan I-2008 masih

mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi di setiap sisi permintaan, terutama pada

kinerja ekspor (baik ekspor antar propinsi maupun antar negara) yang menjadi

pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada periode laporan, kemudian diikuti

oleh investasi yang juga mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Sementara konsumsi mengalami perlambatan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sesuai dengan faktor musiman.

Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y)

I'07 II'07 III'07 IV'07 I'08 *

1 Konsumsi 8,82 9,15 10,88 9,75 2,21a. Konsumsi Rumah Tangga 6,51 7,10 9,65 8,64 4,35b. Konsumsi Nirlaba 4,41 6,41 10,51 17,53 7,83

c. Konsumsi Pemerintah 17,45 16,58 15,20 13,28 -5,072 Investasi 8,15 11,60 15,02 13,47 18,61

a. Pembentukan Modal 5,38 8,04 12,67 15,16 17,57b. Perubahan Stok 94,00 119,84 86,99 -44,01 36,04

3 Net Ekspor Impor -17,32 1,26 23,52 111,54 27,91a. Ekspor 27,91 3,14 1,70 6,55 28,39b. Impor 65,67 17,89 10,31 4,49 16,29

2,42 3,79 7,41 11,12 10,81

1 Konsumsi 6,40 6,58 8,01 7,49 1,70a. Konsumsi Rumah Tangga 3,67 3,96 5,47 5,10 2,55b. Konsumsi Nirlaba 0,03 0,04 0,06 0,11 0,05

c. Konsumsi Pemerintah 2,70 2,59 2,48 2,28 -0,902 Investasi 1,36 1,90 2,50 2,32 3,29

a. Pembentukan Modal 0,87 1,27 2,04 2,54 2,93b. Perubahan Stok 0,49 0,62 0,46 -0,22 0,36

3 Net Ekspor Impor -5,34 -4,69 -3,10 1,31 5,82a. Ekspor 9,16 1,45 0,81 3,31 11,64b. Impor 14,51 6,14 3,91 2,00 5,82

2,42 3,79 7,41 11,12 10,81Sumber : KBI Makassar dan BPS SulselCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar

PERIODEKETERANGAN

KETERANGAN

Sumbangan Total (%, y.o.y)

Pertumbuhan Total (%, y.o.y)

Sementara itu secara triwulanan, laju pertumbuhan ekonomi di wilayah Sulsel

tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan

laporan, pertumbuhan triwulanannya tercatat sebesar 0,74% (q.t.q), sedangkan

triwulan sebelumnya sebesar 2,59% (q.t.q). Perlambatan tersebut terutama

disebabkan oleh perlambatan pada konsumsi (sesuai faktor musiman), khususnya

Page 20: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

15

konsumsi pemerintah, dan perlambatan pada kinerja ekspor. Sementara kinerja

investasi secara triwulanan tercatat meningkat.

Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (q.t.q)

I'07 II'07 III'07 IV'07 I'08 *

1 Konsumsi 1,36 2,82 2,78 2,45 -5,60a. Konsumsi Rumah Tangga 0,53 2,58 2,96 2,32 -3,44b. Konsumsi Nirlaba 1,68 3,31 4,12 7,46 -6,71

c. Konsumsi Pemerintah 4,23 3,59 2,15 2,71 -12,662 Investasi 3,58 4,40 3,66 1,23 8,27

a. Pembentukan Modal 0,66 3,65 4,90 5,22 2,77b. Perubahan Stok 102,60 16,97 -14,88 -72,25 392,31

3 Net Ekspor Impor 46,59 37,54 -68,22 44,31 -11,36a. Ekspor -18,06 16,73 1,16 10,12 -1,27b. Impor -19,02 14,24 2,27 10,45 -9,88

1,01 4,72 2,39 2,59 0,74

1 Konsumsi 1,05 2,17 2,10 1,86 -4,25a. Konsumsi Rumah Tangga 0,31 1,52 1,70 1,34 -1,99b. Konsumsi Nirlaba 0,01 0,02 0,03 0,05 -0,04

c. Konsumsi Pemerintah 0,73 0,64 0,38 0,47 -2,222 Investasi 0,62 0,78 0,64 0,22 1,45

a. Pembentukan Modal 0,11 0,61 0,81 0,88 0,48b. Perubahan Stok 0,51 0,17 -0,16 -0,66 0,97

3 Net Ekspor Impor -0,65 1,77 -0,36 0,50 3,53a. Ekspor -9,13 6,86 0,53 4,57 -0,61b. Impor -8,48 5,09 0,89 4,07 -4,14

1,01 4,72 2,39 2,59 0,74Sumber : KBI Makassar dan BPS SulselCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar

Pertumbuhan Total (%, q.t.q)

Sumbangan Total (%, q.t.q)

KETERANGAN

PERIODEKETERANGAN

a. Konsumsi

Kinerja konsumsi mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 2,21% (y.o.y),

melambat dibanding pertumbuhan tahunan triwulan IV-2007 yang tercatat sebesar

9,75% (y.o.y). Pertumbuhan konsumsi tersebut juga melambat jika dibandingkan

dengan pertumbuhan triwulan yang sama tahun lalu yang sebesar 8,82% (y.o.y).

Perlambatan tersebut tercatat pada semua komponen konsumsi, bahkan

pengeluaran (belanja) pemerintah pada periode laporan tercatat mengalami

kontraksi.

Secara tahunan, kinerja konsumsi rumah tangga di Sulsel tercatat tumbuh

sebesar 4,35% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 2,55% (y.o.y). Angka

pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan angka pertumbuhan tahunan

Page 21: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

16

triwulan IV-2007 yang tercatat sebesar 28,64% (y.o.y) yang memberikan sumbangan

sebesar 5,10% (y.o.y). Pertumbuhan laju konsumsi rumah tangga ini juga melambat

jika dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat tumbuh sebesar

6,51% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 3,67%.

Salah satu indikator yang sejalan dengan penurunan konsumsi rumah tangga

terlihat dari data konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sulsel selama triwulan

laporan tercatat menurun dibandingkan dengan triwulan lalu, terutama konsumsi

premium dan solar. Pertumbuhan konsumsi BBM Sulsel untuk triwulan I-2008

tercatat 7,5% (y.o.y), lebih rendah dibanding pertumbuhan konsumsi BBM pada

triwulan lalu yang tercatat sebesar 44,8%.

Grafik1.2. Konsumsi BBM di Sulawesi Selatan (dalam ribuan liter)

-

50

100

150

200

250

300

350

400

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2005 2006 2007 2008

Rib

u Lt

r

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%Sumber : Pertamina

Premium Minyak Tanah Solar q.t.q Total y.o.y Total

Sementara dari sisi kredit/pembiayaan perbankan untuk keperluan konsumsi,

khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Motor (KPM), masih

tercatat peningkatan nominal outstanding kredit sebesar 32,87% (y.o.y).

Pertumbuhan ini sedikit lebih dibandingkan triwulan sebelumnya tercatat sebesar

30,97% (y.o.y).

Page 22: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

17

Grafik1.3. Pertumbuhan Kredit Konsumsi (Nominal dalam Rp triliun)

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

Q IV-2005

Q I-2006

Q II-2006

Q III-2006

Q IV-2006

Q I-2007

Q II-2007

Q III-2007

Q IV-2007

Q I-2008

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

Kredit Konsumsi

Pertumbuhan q-t-q

Pertumbuhan y-o-y

Penurunan laju konsumsi juga disebabkan oleh kinerja konsumsi (belanja)

pemerintah yang pada triwulan laporan tercatat kontraksi sebesar 5,07% (y.o.y)

dengan sumbangan negatif terhadap total pertumbuhan sebesar 0,90%.

Pertumbuhan tahunan kinerja konsumsi pemerintah tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan IV-2007 yang tercatat tumbuh sebesar 13,28% (y.o.y)

dengan sumbangan sebesar 2,28% (y.o.y) terhadap pertumbuhan tahunan kinerja

konsumsi. Konsumsi pemerintah ini juga tercatat meningkat dibandingkan dengan

triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat kontraksi 2,89% (y.o.y) dengan

sumbangan negatif sebesar 0,45%.

Berdasarkan data konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sulsel selama

triwulan laporan tercatat peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama

tahun lalu, namun jika dibandingkan dengan triwulan IV-2007 konsumsi BBM

tercatat menurun. Penurunan konsumsi BBM terutama terjadi pada konsumsi

premium dan solar. Sementara konsumsi minyak tanah cenderung tetap.

Page 23: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

18

Grafik1.3. Konsumsi BBM di Sulawesi Selatan (dalam ribuan liter)

-

50

100

150

200

250

300

350

400

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1*

2005 2006 2007 2008

Rib

u Lt

r

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%Sumber : Pertamina

Premium Minyak Tanah Solar q.t.q Total y.o.y Total

Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan di Kota Makassar dan

sekitarnya pada triwulan laporan masih menunjukkan adanya keyakinan masyarakat

bahwa pada saat ini (triwulan I-2008) adalah waktu yang tepat untuk melakukan

pembelian barang tahan lama (durable goods) yang ditandai dengan indeks

keyakinan masih di atas 100 yaitu sebesar 109,33. Indeks tersebut mengalami

peningkatan dibanding triwulan sebelumnya (106,67). Hal tersebut diperkirakan

menjadi indikasi adanya kecenderungan pembelian barang tahan lama oleh

masyarakat untuk mengantisipasi kenaikan harga yang mereka ekspektasikan terjadi

di masa yang akan datang (6 bulan ke depan).

Grafik1.4. Indeks Keyakinan Pembelian Barang Tahan Lama

85

90

95

100

105

110

115

120

125

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2006 2007 2008Ind

eks

Ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahanlama

Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen

Page 24: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

19

b. Investasi

Kinerja investasi pada triwulan I-2008 tercatat mengalami pertumbuhan

sebesar 18,61% (y.o.y) yang memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan

tahunan ekonomi Sulsel sebesar 3,29% (y.o.y). Angka pertumbuhan tahunan kinerja

investasi pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 13,47% (y.o.y) maupun triwulan I-2007 yang

tercatat sebesar 8,15% (y.o.y). Tentunya hal tersebut relative menggambarkan makin

membaiknya iklim investasi di Sulsel pada triwulan laporan.

Kondisi di atas ditandai dengan adanya beberapa rencana investasi yang akan

mendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2008, diantaranya adalah akan

dimulainya pembangunan PLTU Punagaya di Jeneponto oleh Bosowa Group yang

pada bulan Februari 2008 telah mendapatkan kredit sekitar Rp 600 miliar untuk

membangun PLTU dengan kapasitas 2 x 100 MW tersebut. Selain itu terdapat pula

investasi agribisnis di Luwu Timur dari PT. Bio Synergy Fuel yang membuka lahan

seluas 10.000 hektar untuk menanam pohon jarak sebagai bahan baku produksi

bahan bakar alternatif. Kemudian terdapat pula rencana eksplorasi minyak bumi di

perairan Kabupaten Pangkep oleh PT. East Esco Sepanjang yang diperkirakan akan

memberikan tambahan APBD sebesar Rp 2 triliun dalam setahun bagi pemerintah

daerah. Beberapa mega proyek di Makassar juga menjadi indikasi meningkatnya laju

investasi, yakni proyek Bosowa dan Kalla Tower, Revitalisasi Karebosi dan

pembangunan kawasan wisata / arena hiburan terbesar di kawasan timur oleh Trans

Corporation di wilayah Tanjung Bunga.

Prompt indikator pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan laporan

menunjukkan perkembangan seiring dengan pertumbuhan kinerja investasi. Pada

triwulan laporan, kredit produktif (modal kerja dan investasi) yang diperuntukkan

untuk investasi (baru atau menambah kapasitas) menunjukkan peningkatan sebesar

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2006 2007 2008Inde

ks

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Ketersediaan lapangan kerja saat ini

Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen

95

100

105

110

115

120

125

130

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2006 2007 2008Inde

ks

Indeks Keyakinan Konsumen

Page 25: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

20

32,87% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

30,97%.

Grafik 1.5. Pertumbuhan Kredit Produktif

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

Q IV-2005

Q I-2006

Q II-2006

Q III-2006

Q IV-2006

Q I-2007

Q II-2007

Q III-2007

Q IV-2007

Q I-2008

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3Kredit Produktif

Pertumbuhan q-t-q

Pertumbuhan y-o-y

c. Net Ekspor Impor

Kinerja perdagangan eksternal Sulsel pada triwulan I-2008 tercatat mengalami

peningkatan, khususnya pada perdagangan antar propinsi yang mencatat

pertumbuhan tertinggi, namun arus barang masuk dari propinsi lain ke Sulsel masih

jauh lebih tinggi dibandingkan dengan arus barang keluar. Secara keseluruhan,

perdagangan ke luar Sulsel (baik antar negara maupun antar propinsi) tumbuh

sebesar 28,39% (y.o.y), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 6,55%, maupun dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tumbuh

27,91%. Pertumbuhan perdagangan eksternal yang cukup tinggi ini memberikan

sumbangan sebesar 11,64% terhadap total pertumbuhan Sulsel pada periode

laporan.

Peningkatan kinerja perdagangan ke luar Sulsel pada triwulan laporan

terutama disumbang oleh perdagangan ke luar propinsi yang tumbuh 113,15%

(y.o.y) dengan sumbangan sebesar 9,06%. Kemudian kinerja ekspor antar negara

juga mencatat perbaikan dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat kontraksi

0,30% (y.o.y) menjadi tumbuh 7,82% pada periode laporan. Peningkatan

pertumbuhan PDRB ekspor ini terjadi baik disebabkan oleh meningkatnya volume

ekspor maupun oleh peningkatan harga komoditas di pasar internasional.

Page 26: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

21

Pertumbuhan ekspor antar negara pada triwulan laporan lebih rendah

dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor pada periode yang sama tahun lalu. Hal

ini sejalan dengan perkembangan nilai nominal ekspor sampai dengan triwulan I-

2008 (Januari-Februari), yang tercatat mengalami penurunan sebesar 1,90% (y.o.y)

dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini tercermin dari penurunan nilai

ekspor sebesar USD7,26 juta, yaitu dari sebesar USD382,17 juta menjadi sebesar

USD374,91 juta pada triwulan laporan. Terjadinya penurunan nilai ekspor ini

disebabkan adanya penurunan produksi bijih nikel yang merupakan komoditas

utama ekspor Sulsel, dengan nilai ekspor sebesar USD399,46 juta selama triwulan

laporan, menurun sebesar 13,56% dibandingkan dengan nilai ekspor pada periode

yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar USD462,12 juta.

Grafik 1.6. Ekspor Non Migas Sulawesi Selatan

0

50

100

150

200

250

300

Jan06

Feb06

Mar06

Apr06

Mei06

Jun06

Jul06

Aug06

Sep06

Okt06

Nov06

Des06

Jan07

Feb07

Mar07

Apr07

Mei07

Jun07

Jul07

Aug07

Sep07

Okt07

Nov07

Des07

Jan08

Feb08

Ribu Ton

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Juta US $

Volume Nilai

Berdasarkan komoditasnya, hampir semua komoditas unggulan Sulsel

mengalami penurunan, kecuali ikan yang meningkat 28,51%, dari USD 6,94 juta

pada triwulan yang sama tahun lalu menjadi USD 8,92 juta pada triwulan laporan.

Kenaikan harga komoditas pertanian/perkebunan di pasar global tidak dapat

dimanfaatkan dengan baik oleh sektor pertanian Sulsel. Nilai ekspor kakao bahkan

tercatat menurun 2,02% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu.

Page 27: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

22

Tabek 1.6. Nilai Ekspor Komoditas Utama Sulsel (FOB juta USD)

Komoditas TRW I-07 TRW I-08 Pertumbuhan

Nikel 462,12 399,46 -13,56%

Kakao 58,17 56,99 -2,02%

Udang 17,84 17,41 -2,41%

Kopi 1,64 1,36 -16,98%

Ikan 6,94 8,92 28,51%

Udang 17,84 17,41 -2,41%sumber: Bank Indonesia

Kegiatan impor juga tercatat tumbuh sebesar 17,89% (y.o.y), lebih rendah

dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan IV-2007 yang tercatat

kontraksi sebesar 65,57% (y.o.y). Pertumbuhan impor tersebut disumbang oleh

impor antar propinsi yang tumbuh sebesar 25,48% (y.o.y) dan juga impor antar

negara yang tercatat meningkat 14,05%.

Grafik 1.7. Impor Non Migas Sulawesi Selatan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Jan06

Feb06

Mar06

Apr06

Mei06

Jun06

Jul06

Aug06

Sep06

Okt06

Nov06

Des06

Jan07

Feb07

Mar07

Apr07

Mei07

Jun07

Jul07

Aug07

Sep07

Okt07

Nov07

Des07

Jan08

Feb08

Ribu Ton

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

Juta US $

Volume Nilai

Seiring dengan nilai PDRB impor antar negara, berdasarkan nilai nominal

transaksi impor non migas Sulsel antar negara selama triwulan laporan (data sampai

posisi Februari 2008) juga tercatat mengalami peningkatan sebesar USD41,19 juta

(83,47%) sehingga menjadi sebesar USD92,75 juta dari USD50,55 juta pada triwulan

sebelumnya.

Page 28: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

23

Beberapa komoditas yang cukup mempengaruhi peningkatan nilai impor

antara lain adalah komoditas gandum dan olahan gandum; mesin industri dan

perlengkapannya serta mesin listrik, aparat dan alat-alatnya. Peningkatan nilai impor

gandum diperkirakan karena kenaikan harga gandum di pasar internasional.

Berdasarkan realisasi ekspor-impor antar negara, tercatat mengalami net

ekspor (surplus) sebesar USD282,16 juta pada triwulan laporan atau meningkat

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat net ekspor

(surplus) sebesar USD226,75 juta.

Untuk kegiatan perdagangan barang dan jasa antar provinsi, pada triwulan

laporan secara netto (net keluar – masuk) masih mengalami defisit (perdagangan

masuk lebih besar dibanding perdagangan keluar) yang tercatat sebesar Rp1,70

triliun atau meningkat 31,85% (y.o.y) dibandingkan dengan defisit pada triwulan

yang sama tahun lalu. Peningkatan defisit tersebut disebabkan terjadinya

peningkatan nilai perdagangan masuk ke Sulsel yang secara tidak langsung

menggambarkan tingkat ketergantungan daerah Sulsel terhadap pasokan barang

dari daerah lain.

Grafik 1.8. Perkembangan PDRB Perdagangan Antar Propinsi (Rp triliun)

(3,00)

(2,00)

(1,00)

-

1,00

2,00

3,00

4,00

I'05 II'05 III'05 IV'05 I'06 II'06 III'06 IV'06 I'07 II'07 III'07 IV'07 I'08

Keluar ke Prop. Lain Masuk dr Prop. Lain Net Keluar (Masuk)

1.2 Penawaran Daerah

Dari sisi penawaran, secara tahunan tercatat semua sektor relatif mengalami

pertumbuhan positif dengan pertumbuhan tertinggi tercatat pada sektor bangunan

(konstruksi). Sementara sektor penyumbang pertumbuhan terbesar adalah sektor

pertanian yang dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya

Page 29: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

24

tumbuh 10,60% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 23,08% terhadap total

pertumbuhan tahunan. Peningkatan pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan

laporan sejalan dengan masuknya musim panen padi pada bulan Februari dan Maret

2008.

Tabel 1.5. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y)

I'07 II'07 III'07 IV'07 I'08 *

1 Pertanian -3,11 2,02 4,51 11,29 10,602 Pertambangan & Penggalian 5,53 7,60 3,41 4,06 9,383 Industri Pengolahan 1,12 2,72 4,50 10,60 12,624 Listrik, Gas dan Air Bersih 5,57 3,63 10,38 15,83 13,835 Bangunan 4,23 3,52 6,92 18,60 17,386 Perdagangan, Hotel & Restoran 6,68 8,49 10,54 11,94 12,307 Angkutan dan Komunikasi 5,78 7,69 11,62 15,20 13,808 Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 13,43 10,62 9,46 8,13 8,989 Jasa-jasa 1,99 -4,48 15,01 12,07 4,70

Pertumbuhan Total (%, y.o.y) 2,42 3,79 7,41 11,12 10,81

1 Pertanian -0,95 0,62 1,40 3,28 3,082 Pertambangan & Penggalian 0,54 0,74 0,34 0,43 0,953 Industri Pengolahan 0,16 0,38 0,64 1,49 1,764 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,05 0,03 0,10 0,15 0,135 Bangunan 0,19 0,16 0,32 0,88 0,806 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,99 1,22 1,56 1,83 1,897 Angkutan dan Komunikasi 0,43 0,57 0,89 1,19 1,078 Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 0,77 0,62 0,57 0,52 0,579 Jasa-jasa 0,24 -0,56 1,58 1,35 0,56

Sumbangan Total (%, y.o.y) 2,42 3,79 7,41 11,12 10,81Sumber : BPS Sulsel, Bidang Neraca Wilayah dan Analisis StatistikCatatan: * angka sementara

Pertumbuhan (%, y.o.y)

Sumbangan (%, y.o.y)

PERIODE

LAPANGAN USAHA

LAPANGAN USAHA

Secara triwulanan (q.t.q), terdapat dua sektor yang mencatat kontraksi, yakni

sektor bangunan dan sektor angkutan dan komunikasi. Secara keseluruhan

pertumbuhan triwulanan Sulsel tercatat menurun dari 2,59% pada triwulan lalu

menjadi 0,74% pada periode laporan. Sektor pertambangan-galian tercatat

mengalami pertumbuhan triwulanan tertinggi yaitu sebesar 2,28% (q.t.q) kemudian

diikuti sektor industro sebesar 1,74% (q.t.q) dan sektor perdagangan-hotel-restoran

sebesar 1,43% (q.t.q). Berdasarkan sumbangannya, sektor industri pengolahan

sebesar tercatat sebagai penyumbang utama pertumbuhan ekonomi daerah dengan

sumbangan terhadap total pertumbuhan sebesar 0,24% (q.t.q) diikuti sektor

perdagangan-hotel-restoran dan sektor pertambangan-galian yang sama-sama

menyumbang 0,22% terhadap total pertumbuhan triwulanan.

Page 30: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

25

Tabel 1.6. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (q.t.q)

I'07 II'07 III'07 IV'07 I'08 *

1 Pertanian 1,24 8,79 2,06 -1,00 0,622 Pertambangan & Penggalian -2,69 4,83 -1,42 3,48 2,283 Industri Pengolahan -0,09 3,77 3,23 3,34 1,744 Listrik, Gas dan Air Bersih 2,23 3,22 3,67 5,89 0,465 Bangunan -1,74 1,37 5,72 12,63 -2,756 Perdagangan, Hotel & Restoran 1,10 2,70 3,65 4,02 1,437 Angkutan dan Komunikasi -0,03 3,35 6,13 5,06 -1,258 Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 0,50 3,03 1,28 3,10 1,309 Jasa-jasa 7,25 1,65 0,66 2,14 0,19

Pertumbuhan Total (%, q.t.q) 1,01 4,72 2,39 2,59 0,74

1 Pertanian 0,36 2,56 0,62 -0,30 0,182 Pertambangan & Penggalian -0,28 0,49 -0,14 0,34 0,223 Industri Pengolahan -0,01 0,52 0,45 0,46 0,244 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,02 0,03 0,03 0,06 0,005 Bangunan -0,08 0,06 0,26 0,58 -0,146 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,17 0,41 0,55 0,61 0,227 Angkutan dan Komunikasi 0,00 0,26 0,47 0,40 -0,108 Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 0,03 0,19 0,08 0,19 0,089 Jasa-jasa 0,81 0,20 0,08 0,24 0,02

Sumbangan Total (%, q.t.q) 1,01 4,72 2,39 2,59 0,74Sumber : BPS Sulsel, Bidang Neraca Wilayah dan Analisis StatistikCatatan: * angka sementara

Pertumbuhan (%, q.t.q)

Sumbangan (%, q.t.q)

PERIODELAPANGAN USAHA

LAPANGAN USAHA

a. Sektor Pertanian

Pada triwulan laporan, kinerja sektor pertanian tercatat mengalami

pertumbuhan positif sebesar 10,60% (y.o.y) sedikit lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,29% (y.o.y). Sedangkan pertumbuhan

triwulanannya sebesar 0,62% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat kontraksi sebesar 1,00% (q.t.q). Pertumbuhan yang dialami oleh sektor

pertanian tersebut relatif didominasi oleh pertumbuhan sub sektor tanaman bahan

makanan (tabama).

Tabel 1.7. Produksi dan Luas Panen Tanaman Bahan Makanan di Sulsel (produksi dalam satuan ton, luas panen dalam satuan hektar)

Produksi Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi Luas Panen1 Padi 670.547 138.370 1.002.465 193.083 3.697.990 766.511 2 Jagung 371.998 105.382 108.244 8.151 123.095 9.222 3 Ubi Jalar 7.146 680 13.607 1.269 18.559 2.132 4 Ubi Kayu 75.998 4.210 65.819 6.989 71.743 7.610 5 Kacang Tanah 20.336 17.352 5.623 5.059 5.372 4.846 6 Kedelai 5.529 3.554 5.071 2.038 5.531 2.222 7 Kacang Hijau 7.558 6.160 10.533 8.300 12.108 9.541

1.159.112 275.708 1.211.362 224.889 3.934.398 802.084 488.565 137.338 208.897 31.806 236.408 35.573

**): Aram (angka ramalan)

2007-1

JUMLAH TOTALPALAWIJA

No.Komoditi/ Kabupaten

2008-1 **)2007-4 *

Page 31: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

26

Pada triwulan I-2008, pendorong utama pertumbuhan di sub sektor tanaman

bahan makanan (tabama) adalah tanaman padi dan jagung sebagai penggerak dan

komoditas utama sub sektor tabama. Produksi tanaman padi yang panen pada bulan

Februari dan Maret 2008 tercatat meningkat 22,22% dibandingkan triwulan

sebelumnya dari 1.002 ton pada triwulan lalu menjadi 1.225 ton pada triwulan

laporan. Sementara produksi jagung tercatat meningkat 13,72% dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya, dari 108,24 ton menjadi 123,09 ton pada triwulan

laporan.

b. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar

12,62% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 10,60% (y.o.y). Angka pertumbuhan tersebut

disumbangkan oleh subsektor industri makanan-minuman-tembakau dan industri

semen Kedua subsektor industri pengolahan tersebut merupakan industri

pengolahan yang mendominasi kegiatan ekonomi di Sulsel. Pertumbuhan industri

semen tersebut menggambarkan adanya geliat kegiatan pembangunan, terlebih

dengan makin gencarnya pembangunan proyek-proyek baik pemerintah maupun

swasta terutama untuk konstruksi.

Tabel 1.14. Produksi Semen di Sulsel

y.o.y q.t.qI'08 - I'07 I'08 - IV'07

Produksi Semen 283.897 284.806 323.511 13,95% 13,59%*) Data proyeksiSumber : Asosiasi Semen Indonesia

I'08 *)KETERANGAN I'07 IV'07

c. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran

Sektor perdagangan-hotel-restoran pada triwulan laporan tercatat mengalami

pertumbuhan sebesar 12,30% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap total

pertumbuhan sebesar 1,89%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,94% (y.o.y) dengan sumbangan

sebesar 1,83%. Sumbangan tertinggi terhadap pertumbuhan sektor perdagangan-

hotel-restoran diberikan oleh subsektor perdagangan besar dan eceran yang tercatat

sebesar 12,49% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 1,73%.

Page 32: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

27

Pertumbuhan sektor perdagangan-hotel-restoran sejalan dengan

pertumbuhan konsumsi masyarakat pada periode laporan. Selain itu, arus bongkar

muat di Pelabuhan Makassar juga memperlihatkan peningkatan.

Grafik 1.9. Arus Barang Melalui Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2005 2006 2007 2008Rib

u T

on

-1200%

-1000%

-800%

-600%

-400%

-200%

0%

200%

Sumber : Pelindo IV

Muat (E) Bongkar (I) q.t.q y.o.y

d. Sektor Jasa-jasa

Pada triwulan laporan sektor jasa-jasa mencatat pertumbuhan sebesar 4,70%

(y.o.y) dengan sumbangan terhadap total pertumbuhan adalah sebesar 0,56%,

melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 12,07% (y.o.y)

dengan sumbangan terhadap total pertumbuhan sebesar 1,35%.

Tabel 1.8. Perkembangan PDRB Riil : Sektor Jasa-jasa (%, y.o.y)

I'07 II'07 III'07 IV'07 I'08 *a Pemerintahan Umum 1,49 -5,39 15,64 12,36 4,40b Swasta 9,00 9,19 7,57 8,50 8,62

1. Sosial Kemasyarakatan 13,07 12,47 9,25 10,25 9,972. Hiburan dan Rekreasi 5,41 5,29 5,80 5,60 5,333. Perorangan dan Rumah tangga 4,93 6,01 5,81 6,87 7,58

1,99 -4,48 15,01 12,07 4,70a Pemerintahan Umum 0,17 -0,63 1,52 1,28 0,48b Swasta 0,07 0,07 0,06 0,07 0,07

1. Sosial Kemasyarakatan 0,05 0,05 0,04 0,04 0,042. Hiburan dan Rekreasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,003. Perorangan dan Rumah tangga 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03

0,24 -0,56 1,58 1,35 0,56Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolahCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar

SUBSEKTOR

Pertumbuhan Tahunan (y.o.y)

Sumbangan Tahunan (y.o.y)

Pendorong kinerja sektor jasa-jasa adalah subsektor Jasa Pemerintahan Umum,

yang pada triwulan I-2008 mengalami pertumbuhan sebesar 4,70% (y.o.y). Hadirnya

Penjabat Gubernur Sulsel pada awal tahun untuk mengisi kekosongan pemerintahan

daerah mampu mendorong kinerja jasa pelayanan publik dari pemerintah daerah.

Page 33: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

28

e. Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan tercatat mengalami

pertumbuhan sebesar 13,80% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB daerah

sebesar 1,07% (y.o.y). Angka pertumbuhan ini melambat jika dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 15,20% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB daerah

sebesar 1,19% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini didorong oleh subsektor

pengangkutan yang tercatat tumbuh sebesar 14,17% (y.o.y) dengan sumbangan

sebesar 0,87% (y.o.y). Apabila ditinjau lebih rinci lagi, pendorong utama subsektor

angkutan terdapat pada kinerja angkutan udara yang yang memberikan sumbangan

0,49% (y.o.y) terhadap pertumbuhan total pertumbuhan, namun pertumbuhannya

tercatat melambat dari 32,01% (y.o.y) pada triwulan lalu menjadi 28,21%.

Dihentikannya izin penerbangan Adam Air sebagai salah satu maskapai penerbangan

yang melayani jalur Makassar diperkirakan menjadi faktor perlambatan pertumbuhan

subsektor angkutan udara tersebut.

Sementara itu subsektor komunikasi juga tercatat meningkat sebesar dengan

sumbangan sebesar 0,20%. Semakin maraknya jaringan telepon seluler yang

beroperasi di Makassar diperkirakan menjadi faktor pendorong pertumbuhan.

Tabel 1.9. Perkembangan PDRB Riil : Sektor Angkutan-Komunikasi (%, y.o.y)

I'07 II'07 III'07 IV'07 I'08 *a Pengangkutan 4,06 6,54 11,61 16,21 14,17

1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,002. Angkutan Jalan raya 3,98 5,47 7,55 10,27 9,713. Angkutan Laut/sungai 0,50 3,66 8,55 5,94 3,474. Angkutan Udara 7,65 11,09 20,61 32,01 28,215. Jasa Penunjang Angkutan 1,35 3,54 9,04 16,45 16,85

b Komunikasi 12,98 12,43 11,66 11,20 12,345,78 7,69 11,62 15,20 13,80

a Pengangkutan 0,25 0,39 0,71 1,01 0,871. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,002. Angkutan Jalan raya 0,11 0,14 0,20 0,28 0,263. Angkutan Laut/sungai 0,01 0,04 0,11 0,07 0,044. Angkutan Udara 0,13 0,19 0,36 0,59 0,495. Jasa Penunjang Angkutan 0,01 0,01 0,04 0,07 0,07

b Komunikasi 0,19 0,18 0,18 0,18 0,200,43 0,57 0,89 1,19 1,07

Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolahCatatan: * angka perkiraan KBI Makassar

Pertumbuhan Tahunan (y.o.y)

SUBSEKTOR

Sumbangan Tahunan (y.o.y)

f. Sektor Keuangan-Sewa-Jasa Perusahaan

Pertumbuhan sektor keuangan-sewa-jasa perusahaan tercatat sebesar 8,98%

(y.o.y), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

8,13% (y.o.y). Penyumbang utama kinerja sektor ini adalah subsektor Bank dengan

Page 34: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

29

pertumbuhan sebesar 10,48% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap perrtumbuhan

sebesar 0,29%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,59% (y.o.y)

dengan sumbangan terhadap pertumbuhan sebesar 0,45%. Kinerja perbankan yang

belum optimal pada awal tahun diperkirakan menjadi penyebab perlambatan

pertumbuhan sektor ini.

Perlambatan pada sub sektor Bank tercermin dengan adanya penurunan Nilai

Tambah Bruto (NTB) perbankan pada triwulan laporan sebesar -78,72% jika

dibandingkan dengan NTB pada triwulan IV-2007. Kinerja perbankan pada awal

tahun pada umumnya masih menunggu beraktivitasnya kembali perekonomian,

khususnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang menyerap kredit setelah banyaknya

pelunasan kredit pada akhir tahun.

Grafik 1.10. Laba Rugi Perbankan Sulawesi Selatan

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2005 2006 2007 2008

R M

iliar -500%

0%

500%

1000%

1500%

2000%

2500%NTB Bank Umumq.t.qy.o.y

g. Sektor Lainnya

Sektor listrik-gas-air bersih pada triwulan laporan tercatat mengalami

pertumbuhan sebesar 13,83% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB daerah

sebesar 0,13% (y.o.y). Angka pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 15,83% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini didominasi oleh

sumbangan subsektor listrik yaitu sebesar 0,12% (y.o.y) dengan pertumbuhan

tahunan sebesar 14,69% (y.o.y) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 17,14% (y.o.y).

Sektor pertambangan-penggalian pada triwulan laporan tercatat

mengalami pertumbuhan sebesar 9,29% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB

daerah sebesar 0,94% (y.o.y). Pertumbuhan ini disumbang oleh subsektor penggalian

Page 35: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

30

yang tumbuh sebesar 16,71% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 0,13%.

Pertumbuhan subsektor penggalian ini menjadi indikasi perbaikan kinerja penggalian

semen dan marmer di wilayah Maros dan Pangkep selama triwulan laporan

Sektor bangunan, pertumbuhan pada sektor ini sejalan dengan dengan

pertumbuhan pada sektor industri pengolahan yang mengalami peningkatan

dibanding dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2008,

sektor bangunan tumbuh sebesar 17,38% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB

daerah sebesar 0,80% (y.o.y). Angka pertumbuhan sektor ini tidak terlepas dari

peranan subsektor industri semen meskipun tidak seluruh hasil produksi semen

digunakan secara penuh di daerah ini. Salah satu faktor yang turut memicu

pertumbuhan sektor ini adalah berbagai proyek pembangunan gedung kantor

bertingkat (tower), revitalisasi Lapangan Karebosi dan pembangunan pusat hiburan di

kawasan Tanjung Bunga, Makassar.

Page 36: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

31

Laju inflasi tahunan di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel)1 pada triwulan I-2008

tercatat sebesar 7,96% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,71% (y.o.y) dan juga laju inflasi periode

yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,68% (y.o.y). Namun laju inflasi tahunan

Sulsel masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar

8,17% (y.o.y). Peningkatan tersebut diperkirakan karena pengaruh kenaikan harga

komoditas di pasar dunia dan keterbatasan pasokan beberapa bahan makanan.

Laju inflasi tahunan tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yang

tercatat sebesar 14,75% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 11,27% (y.o.y). Sedangkan laju inflasi tahunan terendah terjadi pada

kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yaitu sebesar 0,74% (y.o.y).

Berdasarkan sumbangannya, kelompok bahan makanan masih merupakan

penyumbang inflasi tertinggi tercatat sebesar 4,35% (y.o.y) lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yaitu sebesar 3,19% (y.o.y) sedangkan penyumbang inflasi terendah

adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang tercatat sebesar

0,14% (y.o.y).

Sementara secara triwulanan (yang juga berarti dibandingkan dengan akhir

tahun 2007), laju inflasi pada periode laporan mengalami peningkatan yaitu dari

deflasi 0,53% (q.t.q dan y.t.d.) pada triwulan IV-2007 menjadi 4,45% (q.t.q), yang

juga lebih tinggi bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar 2,28% (q.t.q). Peningkatan inflasi pada triwulan ini terutama

didorong oleh peningkatan laju inflasi kelompok bahan makanan dan makanan jadi

yang diperkirakan karena terdapat beberapa harga komoditas yang mengikuti

kenaikan harga pasar dunia dan juga keterbatasan pasokan. Inflasi triwulanan (juga

tahun kalender) tertinggi masih terjadi pada kelompok bahan makanan yang tercatat

1 Laju inflasi Sulsel di proxi dengan menggunakan laju inflasi kota Makassar (BPS Prov. Sulsel)

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

Page 37: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

32

sebesar 9,94% (q.t.q dan y.t.d.), sedangkan inflasi terendah masih pada kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga yaitu sebesar 0,09% (q.t.q dan y.t.d.).

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan (y.o.y)

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

QI-04 QII-04 QIII-04 QIV-04 QI-05 QII-05 QIII-05 QIV-05 QI-06 QII-06 QIII-06 QIV-06 QI-07 QII-07 QIII-07 QIV-07 QI-08

%

q.t.qy.o.yy.t.d

Sumber : BPS, diolah

Determinan inflasi pada triwulan laporan terutama diperkirakan berasal dari

sisi penawaran (cost push inflation), yaitu meningkatnya biaya produksi akibat

kenaikan harga bahan baku dan bahan penolong serta adanya keterbatasan pasokan.

Inflasi volatile foods masih tercatat mendominasi perkembangan IHK Sulsel pada

triwulan laporan bila dibandingkan dengan kelompok barang/jasa yang harganya

diatur pemerintah (administreted) maupun inflasi inti (core-inflation).

Jika dilihat dari Inflasi Inti (core inflation) dan non inti, secara tahunan laju

inflasi Sulsel masih didominasi oleh inflasi non inti khususnya inflasi pada volatile

foods yang tercatat inflasi sebesar 15,27% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar

3,77% (y.o.y). Komoditas yang diperkirakan menjadi penyumbang inflasi adalah

minyak goreng dan daging ayam yang masing-masing memberikan sumbangan

inflasi sebesar 0,56% (y.o.y) dan 0,40% (y.o.y), sementara itu tekanan terhadap

stabilitas harga dari komoditas bukan makanan disumbang oleh emas perhiasan yang

memberikan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,56% (y.o.y)

Page 38: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

33

Grafik 2.2. Disagregasi Inflasi Sulsel (y.o.y)

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

QI-04 QII-04 QIII-04 QIV-04 QI-05 QII-05 QIII-05 QIV-05 QI-06 QII-06 QIII-06 QIV-06 QI-07 QII-07 QIII-07 QIV-07 QI-08

%

Inflasi IHKInflasi Inti (Core)Inflasi AdministeredInflasi Volatile Food

Sumber : BPS, diolah

Selanjutnya, inflasi inti Sulsel mencatat andil sebesar 3,49% (y.o.y) dengan

laju inflasi 6,83% (y.o.y), sementara kelompok administered mencatat sumbangan

sebesar 0.70% (y.o.y) dengan laju inflasi pada triwulan laporan sebesar 2,88%

(y.o.y). Secara umum harga-harga komoditi yang termasuk dalam kelompok

administered mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya, namun terdapat

dua komoditas yang tercatat mengalami peningkatan harga selama triwulan I-2008,,

yaitu rokok kretek filter akibat kenaikan cukai rokok dan harga elpiji yang sebenarnya

disebabkan oleh kelangkaan barang.

Kenaikan inflasi pada volatile foods yang cukup tinggi diperkirakan akan

terus berlanjut sejalan dengan tren harga komoditas di pasar dunia. Kenaikan harga

akan lebih tinggi lagi jika terjadi kelangkaan barang akibat spekulasi. Oleh karena itu

pemerintah daerah diharapkan memiliki kebijakan yang jelas dalam mengantisipasi

kelangkaan barang kebutuhan pokok.

2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

Berdasarkan kelompok barang, penyumbang laju inflasi tahunan tertinggi

terjadi pada kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar 14,75% (y.o.y) dengan

sumbangan sebesar 4,35%. Kemudian diikuti oleh kelompok makanan jadi-

minuman-rokok yang tercatat sebesar 8,14% (y.o.y.) dengan sumbangan sebesar

1,27%. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, faktor pendorong laju inflasi

terutama disebabkan oleh kenaikan harga beberapa komoditas di pasar dunia dan

adanya kelangkaan barang.

Page 39: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

34

Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y)

KETERANGAN QI-05 QI-06 QI-07 QII-07 QIII-07 QIV-07 QI-08

Bahan Makanan 5,88 16,96 14,52 10,53 16,84 11,27 14,75 Makanan Jadi 7,22 11,44 4,98 3,28 3,75 4,03 8,14 Perumahan 7,16 10,16 2,89 2,55 2,45 3,01 3,85 Sandang 4,22 7,2 5,49 3,38 6,37 9,29 12,42 Kesehatan 2,48 5,48 2,85 2,71 4,08 4,39 5,31 Pendidikan 16,53 8,31 12,99 12,12 8,5 8,25 8,28 Transpor 16,51 29,99 0,54 0,48 0,35 0,27 0,74

Bahan Makanan 1,63 4,59 3,99 2,97 4,78 3,19 4,35 Makanan Jadi 1,19 1,87 0,79 0,52 0,59 0,63 1,27 Perumahan 1,72 2,41 0,65 0,57 0,54 0,67 0,84 Sandang 0,27 0,45 0,32 0,20 0,37 0,54 0,71 Kesehatan 0,08 0,17 0,08 0,08 0,11 0,12 0,15 Pendidikan 0,93 0,50 0,74 0,68 0,52 0,51 0,50 Transpor 2,69 5,24 0,11 0,09 0,07 0,05 0,14UMUM / TOTAL 8,52 15,23 6,68 5,11 6,98 5,71 7,96

Sumber : BPS, diolah

INFLASI (%, y.o.y)

Sumbangan terhadap Inflasi Umum (%, y.o.y)

Kelompok Bahan Makanan pada triwulan I-2008 tercatat sebesar 14,75%

(y.o.y) dengan sumbangan sebesar 4,35%, lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 11,27% (y.o.y.) dengan sumbangan sebesar

3,19%. Penyumbang tertinggi laju inflasi pada kelompok bahan makanan terutama

disebabkan oleh sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok minyak, masing-

masing dengan sumbangan 0,84% dan 0,70%.

Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan

-5

0

5

10

15

20

25

QI-04

QII-04

QIII-04

QIV-04

QI-05

QII-05

QIII-05

QIV-05

QI-06QII-0

6QIII-0

6QIV-

06QI-0

7

QII-07

QIII-07

QIV-07

QI-08

%

m.t.m

q.t.q

y.o.y

y.t.d

Sumber : BPS, diolah

Page 40: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

35

SUB KELOMPOK % KOMODITAS %

Padi-padian 2,11 Tepung Terigu 75,68 Daging & Hasilnya 27,29 Daging Ayam Ras 41,19 Ikan Segar 2,91 Katamba 25,78 Ikan Diawetkan 20,46 Ikan Asin Belah 47,12 Telur, Susu & Hslnya 24,52 Telur Ayam Ras 47,05 Sayur-sayuran 22,92 Buncis 81,08 Kacang-kacangan 73,98 Tempe 118,33 Buah-buahan 8,15 Jeruk 15,45 Bumbu-bumbuan 46,17 Bawang Merah 114,49 Lemak & Minyak 40,47 Minyak Goreng 56,96 Bahan Makan Lainnya 8,82 Bahan Agar-agar 10,43

Padi-padian 0,17 Tepung Terigu 0,13 Daging & Hasilnya 0,54 Daging Ayam Ras 0,40 Ikan Segar 0,25 Cakalang 0,14 Ikan Diawetkan 0,05 Ikan Asin Belah 0,052 Telur, Susu & Hslnya 0,49 Telur Ayam Ras 0,32 Sayur-sayuran 0,70 Tomat Sayur 0,21 Kacang-kacangan 0,47 Tempe 0,31 Buah-buahan 0,10 Pisang 0,04 Bumbu-bumbuan 0,84 Bawang Merah 0,31 Lemak & Minyak 0,70 Minyak Goreng 0,56 Bahan Makan Lainnya 0,01 Krupuk Udang 0,004Sumber : BPS, diolah

SUMBANGAN TERTINGGI

INFLASI TERTINGGI

Inflasi tertinggi pada

kelompok ini terjadi pada

subkelompok kacang-

kacangan yang tercatat

sebesar 73,98% (y.o.y)

terutama pada komoditas

tempe yang tercatat

sebesar 118,33% (y.o.y).

Kenaikan harga komoditas

tersebut selain karena

kenaikan harga kedelai

sebagai bahan baku tempe

yang sampai saat ini masih

diimpor dari luar negeri.

Kemudian disusul oleh sub

kelompok bumbu-

bumbuan yang tercatat

inflasi 46,17% dengan

komoditas bawang merah

yang mencatat laju inflasi tertinggi. Kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh

kelangkaan barang (faktor musim).

Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau mengalami inflasi

tahunan sebesar 8,14% (y.o.y) dengan sumbangan 1,27%, lebih tinggi dibanding

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,03% (y.o.y.), maupun dibandingkan

dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,98% (y.o.y).

Sub kelompok penyumbang inflasi tertinggi adalah sub kelompok tembakau dan

minuman beralkohol, terutama komoditas rokok kretek filter yang tercatat inflasi

sebesar 0,18%. Kenaikan ini disebabkan adanya kenaikan tarif cukai rokok yang

berlaku mulai tanggal 1 Maret 2008 dengan kenaikan bervariatif mulai dari Rp3 –

Rp7 per batang menjadi Rp30 – Rp35 per batang rokok.

Tabel 2.3. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas

di Kelompok Bahan Makanan

Page 41: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

36

SUB KELOMPOK % KOMODITAS %

Makanan Jadi 3,09 Gado-gado 14,88 Minuman Tdk Beralkohol 1,81 Minuman Kesegaran 5,18 Tembakau & Min. Beralkohol 7,47 Rokok Kretek 10,69

Makanan Jadi 0,26 Mie 0,06 Minuman Tdk Beralkohol 0,06 Gula Pasir 0,02 Tembakau & Min. Beralkohol 0,32 Rokok Kretek Filter 0,18Sumber : BPS, diolah

SUMBANGAN TERTINGGI

INFLASI TERTINGGI

Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi

Inflasi tertinggi pada

kelompok ini adalah sub

kelompok tembakau yang

tercatat inflasi 7,47%, terutama

didorong oleh rokok kretek.

Jika dilihat dari sumbangannya

sub kelompok tembakau juga

mencatat sumbangan tertinggi

(0,32%). Selain itu juga tercatat

inflasi yang cukup tinggi pada komoditas mie. Hal ini disebabkan meningkatnya

harga tepung terigu sebagai bahan baku pembuatan mie.

Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar tercatat mengalami

pertumbuhan laju inflasi sebesar 3,85% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap total

inflasi sebesar 0,84% (y.o.y). Berdasarkan komoditasnya, besi beton tercatat

mengalami inflasi yang tertinggi (40,85%), sementara gas elpiji tercatat sebagai

komoditas dengan sumbangan inflasi yang tertinggi (0,21%).

Tabel 2.4. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas

di Kelompok Makanan Jadi

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

QI-04QII-0

4QIII-0

4QIV-

04QI-0

5QII-0

5QIII-0

5QIV-

05QI-06

QII-06

QIII-06

QIV-06

QI-07QII-0

7QIII-0

7QIV-

07QI-08

%

m.t.m

q.t.q

y.o.y

y.t.d

Sumber : BPS, diolah

Page 42: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

37

SUB KELOMPOK % KOMODITAS %

Biaya Tempat Tinggal 2,99 Besi Beton 40,85 Bhn Bkr, Penerangan & Air 4,39 Korek Api Kayu 25,63 Perlengkapan Rumah Tangga 2,42 Sapu 9,60 Penyelenggaraan RT 7,45 Abu Gosok 19,05

Biaya Tempat Tinggal 0,31 Semen 0,06 Bhn Bkr, Penerangan & Air 0,34 Gas Elpiji 0,21 Perlengkapan Rumah Tangga 0,05 Air Conditioner (AC) 0,00 Penyelenggaraan RT 0,15 Abu Gosok 0,01Sumber : BPS, diolah

SUMBANGAN TERTINGGI

INFLASI TERTINGGI

Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan

Berdasarkan

subkelompoknya,

penyumbang tertinggi

adalah sub kelompok

bahan bakar, terutama gas

elpiji yang mencatat inflasi

17,14% (y.o.y) dengan

sumbangan terhadap total

inflasi sebesar 0,21%.

Kelangkaan gas elpiji pada

periode laporan diperkirakan menjadi faktor pendorong kenaikan harga gas elpiji

untuk rumah tangga (kemasan 12 kg) yang pada bulan Januari 2008 di kota

Makassar sempat mencapai harga Rp90.000 – Rp 100.000 per kg, naik sebesar 70%

- 90% dibandingkan harga resminya Rp51.000 per kg. Rencana pemerintah untuk

memulai program substitusi minyak tanah dengan gas elpiji di Makassar juga

diperkirakan ikut mendorong perilaku spekulan untuk menimbun gas elpiji.

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

QI-04QII-0

4QIII-0

4QIV-

04QI-05

QII-05

QIII-05

QIV-05

QI-06QII-0

6QIII-0

6QIV-

06QI-07

QII-07

QIII-07

QIV-07

QI-08

%

m.t.m

q.t.q

y.o.y

y.t.d

Sumber : BPS, diolah

Tabel 2.5. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas

di Kelompok Perumahan

Page 43: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

38

SUB KELOMPOK % KOMODITAS %

Jasa Pendidikan 11,59 SLTA 19,30 Kursus-kursus/Pelatihan 0,00 Bimbingan Belajar 0,00 Perlengkapan/Peralatan Pendd 1,86 Pulpen/Bollpoint 15,85 Rekreasi 0,12 Pita Kaset 0,48 Olahraga 0,09 Sepatu Olah Raga Pria 0,12

Jasa Pendidikan 0,48 Akademi/Perguruan Tinggi0,19 Kursus-kursus/Pelatihan 0 Kursus Menjahit 0,000 Perlengkapan/Peralatan Pendd 0,01 Pulpen/Bollpoint 0,01 Rekreasi 0,0009 Televisi Berwarna 0,0008 Olahraga 0,0001 Sepatu Olah Raga Pria 0,0001Sumber : BPS, diolah

SUMBANGAN TERTINGGI

INFLASI TERTINGGI

Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga pada periode laporan tercatat

mengalami inflasi sebesar 8,28% (y.o.y.) dengan sumbangan terhadap total inflasi

daerah sebesar 0,50%. Sub kelompok jasa pendidikan tercatat sebagai penyumbang

inflasi tertinggi pada kelompok ini, terutama untuk biaya akademi/perguruan tinggi.

Sementara yang tercatat mengalami inflasi tertinggi dalam kelompok ini adalah biaya

untuk SLTA, yakni sebesar 19,30% (y.o.y). Kenaikan harga pada komoditas dimaksud

diperkirakan karena terjadi kenaikan biaya masuk sekolah/perguruan tinggi dan biaya

bulanan pendidikan sekolah pada tingkat pendidikan dimaksud.

Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

QI-04QII-0

4QIII-0

4QIV-

04QI-05

QII-05

QIII-05

QIV-05

QI-06QII-0

6QIII-0

6QIV-

06QI-07

QII-07

QIII-07

QIV-07

QI-08

%

m.t.m

q.t.q

y.o.y

y.t.d

Sumber : BPS, diolah

Selain sebagai

subkelompok yang

mengalami inflasi

tahunan tertinggi,

subkelompok jasa

pendidikan juga

sebagai subkelompok

penyumbang inflasi

tahunan tertinggi juga,

yang pada triwulan

laporan menyumbang

sebesar 0,48%. Dalam subkelompok ini, biaya Akademi/Perguruan Tinggi masih

Tabel 2.6. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas

di Kelompok Pendidikan

Page 44: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

39

SUB KELOMPOK % KOMODITAS %

Sandang Laki-laki 3,71 Bahan Baju Katun 8,28 Sandang Wanita 3,42 Mukena 8,37 Sandang Anak-anak 2,69 Pakaian Bayi 8,33 Barang Pribadi & Sandang Lainnya 42,06 Emas Perhiasan 52,03

Sandang Laki-laki 0,06 Celana Panjang Jeans 0,02 Sandang Wanita 0,06 Baju Muslim 0,01 Sandang Anak-anak 0,02 Seragam Sekolah Anak 0,01 Barang Pribadi & Sandang Lainnya 0,56 Emas Perhiasan 0,55Sumber : BPS, diolah

SUMBANGAN TERTINGGI

INFLASI TERTINGGI

menjadi penyumbang tertinggi inflasi daerah yaitu sebesar 0,19%. Hal ini

menunjukan bahwa biaya pendidikan juga melakukan penyesuaian dengan laju inflasi

secara umum untuk dapat mempertahankan kualitas pendidikannya.

Kelompok

Sandang pada

periode laporan

mengalami inflasi

sebesar 12,42%

(y.o.y) dengan

sumbangan 0,71%

(y.o.y). Laju inflasi ini

merupakan yang

tertinggi dalam

empat tahun terakhir

untuk kelompok sandang. Sub kelompok yang menjadi pendorong laju inflasi adalah

sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya, terutama komoditas emas

perhiasan yang tercatat inflasi 52,03% (y.o.y.) dengan sumbangan sebesar 0,55%.

Harga emas perhiasan di kota Makassar terus meningkat mengikuti tren harga emas

di pasar dunia yang juga terus meningkat sejak tahun lalu.

Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

QI-04

QII-04

QIII-04

QIV-04

QI-05

QII-05

QIII-05

QIV-05

QI-06QII-0

6QIII-0

6QIV-

06QI-07

QII-07

QIII-07

QIV-07

QI-08

%

m.t.m

q.t.q

y.o.y

y.t.d

Sumber : BPS, diolah

Tabel 2.7. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas

di Kelompok Sandang

Page 45: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

40

SUB KELOMPOK % KOMODITAS %

Jasa Kesehatan 1,16 Dokter Umum 6,59 Obat-obatan 3,64 Obat Gosok/Balsem 13,78 Jasa Perawatan Jasmani 6,33 Tarip Gunting Rambut Wnt6,98 Perawatan Jasmani & Kosmetika 7,02 Sabun Mandi 16,73

Jasa Kesehatan 0,01 Dokter Umum 0,0046 Obat-obatan 0,01 Obat Gosok/Balsem 0,006 Jasa Perawatan Jasmani 0,02 Tarip Gunting Rambut Pria0,011 Perawatan Jasmani & Kosmetika 0,11 Sabun Mandi 0,05Sumber : BPS, diolah

SUMBANGAN TERTINGGI

INFLASI TERTINGGI

Tabel 2.8. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas

di Kelompok Kesehatan

Kelompok Kesehatan pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan laju

inflasi tahunan sebesar 5,31% (y.o.y) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,15%,

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun

lalu, yakni 4,39% (Trw IV-07) dan 2,85% (Trw I-07). Secara kumulatif (y.t.d.) laju

inflasi kelompok kesehatan sampai Maret 2008 tercatat sebesar 1,48%.

Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

QI-04QII-0

4QIII-0

4QIV-

04QI-05

QII-05

QIII-05

QIV-05

QI-06QII-0

6QIII-0

6QIV-

06QI-07

QII-07

QIII-07

QIV-07

QI-08

%

m.t.m

q.t.q

y.o.y

y.t.d

Sumber : BPS, diolah

Diantara

empat sub kelompok

dalam kelompok ini,

sub kelompok

perawatan jasmani

dan kosmetika

mencatat laju inflasi

tertinggi yaitu

sebesar 7,02%

(y.o.y), terutama

komoditas berupa sabun mandi (16,73%, y.o.y). Demikian pula jika dilihat dari

sumbangannya, sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika memiliki

Page 46: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

41

SUB KELOMPOK % KOMODITAS %

Transpor 0,39 Tarip Sewa Becak 4,76 Komunikasi & Pengiriman 0,00 Telepon Seluler 0,06 Sarana & Penunjang Transpor 6,11 Accu 42,73 Jasa Keuangan 2,36 Kartu ATM 19,64

Transpor 0,05 Tarip Sewa Becak 0,03 Komunikasi & Pengiriman 0,0 Telepon Seluler 0,0001 Sarana & Penunjang Transpor 0,06 Tarip Parkir 0,03 Jasa Keuangan 0,03 Kartu ATM 0,03Sumber : BPS, diolah

SUMBANGAN TERTINGGI

INFLASI TERTINGGI

Tabel 2.9. Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas

di Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

sumbangan sebesar 0,11% dari total inflasi tahunan, terutama komoditas sabun

mandi.

Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan pada triwulan

laporan mencatat pertumbuhan laju inflasi sebesar 0,74% (y.o.y) dengan sumbangan

inflasi sebesar 0,14% (y.o.y). Laju inflasi tahunan kelompok ini pada periode laporan

didorong oleh sub kelompok sarana dan penunjang transpor, khususnya tarip jalan

tol dan tarip parkir yang masing-masing mencatat inflasi sebesar 32,50% dan

15,00% (y.o.y.)

Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

QI-04QII-0

4QIII-0

4QIV-

04QI-05

QII-05

QIII-05

QIV-05

QI-06QII-0

6QIII-0

6QIV-

06QI-07

QII-07

QIII-07

QIV-07

QI-08

%

m.t.m

q.t.q

y.o.y

y.t.d

Sumber : BPS, diolah

Diantara empat sub

kelompok dalam kelompok

ini, sub kelompok sarana

dan penunjang transpor

masih tercatat mengalami

laju inflasi tertinggi yaitu

sebesar 6,11% (y.o.y),

terutama komoditas accu

yang mencatat 42,73%

(y.o.y.), tarip tol (32,50%) dan tarip parkir (15,00% - y.o.y.). Sementara dari sub

kelompok jasa keuangan, kenaikan biaya pembuatan kartu ATM tercatat inflasi

sebesar 19,64% (y.o.y.)

Page 47: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

42

2.2. Sumber Tekanan Inflasi dan Inflasi per Komoditas

Berdasarkan jenis barang dan jasa, sumber tekanan inflasi pada periode

laporan adalah pada kelompok bahan makanan yang disebabkan dua faktor utama,

yaitu penyesuaian harga domestik terhadap tren kenaikan harga komoditas di pasar

dunia dan faktor kelangkaan barang akibat adanya informasi bahwa harga komoditas

pangan dunia terus naik sehingga mendorong perilaku spekulasi dari para pedagang.

Selain itu kelangkaan beberapa komoditas yang mendorong inflasi juga disebabkan

faktor musiman (seperti bawang merah).

Kedua faktor utama tersebut juga menjadi pendorong laju inflasi komoditas

penyumbang inflasi tertinggi selain dari kelompok bahan makanan, yakni emas

perhiasan dan elpiji. Pergerakan harga emas di pasar dunia ikut mendongkrak harga

emas di Makassar, sementara disparitas harga elpiji antara rumah tangga dan industri

serta rencana pengalihan minyak tanah ke gas elpiji mendorong perilaku menyimpan

stock elpiji sehingga elpiji menjadi langka di Makassar.

Grafik 2.10. Perbandingan Harga Emas Dunia dan Harga Emas di Kota Makassar

2.2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar (y.o.y)

Berdasarkan data dari 7 kelompok barang dan jasa yang merupakan

kompilasi dari 774 komoditas, kenaikan harga disumbang oleh komoditas-komoditas

yang berhubungan dengan kenaikan harga bahan makanan. Komoditas minyak

goreng tercatat menjadi penyumbang inflasi tertinggi, yakni sebesar 0,56% dari total

Harga Emas Dunia

0

200

400

600

800

1000

1200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

$/Troy oz

235,156242,688

216,891199,076179,608

176,174178,970

161,113122,414133,236

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

2007 2008

Rp/grm Emas Perhiasan - 22 krt Emas Perhiasan - 24/23 krtEmas Perhiasan - Rata rata

Page 48: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

43

Tabel 2.10. Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar

(y.o.y)

Tabel 2.11. Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar

(q.t.q)

laju inflasi daerah. Beberapa komoditas penyumbang inflasi tertinggi lainnya yang

disebabkan oleh kenaikan harga di pasar dunia adalah emas perhiasan (menyumbang

0,55%), daging ayam ras (0,40%), telur ayam ras (0,32%), tempe (0,31%), nasi

(0,23%) dan mie (0,22%). Kemudian untuk komoditas penyumbang inflasi tertinggi

yang disebabkan oleh kelangkaan barang adalah bawang merah (0,31%), cabe rawit

(0,30%), tomat sayur (0,21%) dan gas elpiji (0,21%).

No. KOMODITI BOBOT Inflasi (y.o.y)Sumbangan

(y.o.y)No. KOMODITI BOBOT Inflasi (q.t.q)

Sumbangan (q.t.q)

1 Minyak Goreng 0,98 56,96 0,56 1 Tempe 0,26 111,29 0,292 Emas Perhiasan 1,06 52,03 0,55 2 Emas Perhiasan 1,32 18,27 0,243 Daging Ayam Ras 0,97 41,19 0,40 3 Cabe Rawit 0,32 74,32 0,244 Telur Ayam Ras 0,68 47,05 0,32 4 Nasi 1,42 15,74 0,225 Bawang Merah 0,27 114,49 0,31 5 Kacang Panjang 0,24 80,95 0,196 Tempe 0,26 118,33 0,31 6 Teri 0,60 31,61 0,197 Cabe Rawit 0,29 102,94 0,30 7 Minyak Goreng 1,30 14,37 0,198 Nasi 1,47 15,74 0,23 8 Bandeng 1,95 8,65 0,179 Mie 1,74 12,91 0,22 9 Tomat Sayur 0,35 45,56 0,1610 Tomat Sayur 0,31 67,95 0,21 10 Mie 1,74 9,05 0,1611 Gas Elpiji 1,21 17,14 0,21 11 Cakalang 0,98 15,53 0,1512 Rokok Kretek Filter 2,68 7,53 0,20 12 Tahu Mentah 0,14 103,23 0,1413 Kacang Panjang 0,26 70,79 0,19 13 Layang 1,29 11,11 0,1414 Akademi/Perguruan Tinggi 2,45 7,56 0,19 14 Kangkung 0,45 26,09 0,1215 Cabe Merah 0,21 85,21 0,18 15 Gas Elpiji 1,26 8,77 0,1116 Tahu Mentah 0,14 110,00 0,16 16 Cabe Merah 0,27 40,54 0,1117 SLTA 0,72 19,30 0,14 17 Beras 6,85 1,37 0,0918 Cakalang 1,03 13,33 0,14 18 Sawi Hijau 0,13 71,87 0,0919 Kelapa 0,28 46,39 0,13 19 Katamba 0,36 24,32 0,0920 Tepung Terigu 0,17 75,68 0,13 20 Kue Kering Berminyak 0,65 12,51 0,08

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

2.2.3. Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar (y.o.y)

Selain terdapat komoditas yang mayoritas sebagai penyumbang inflasi, di

kelompok bahan makanan juga terdapat beberapa komoditas yang menyumbang

deflasi terbesar. Komoditas tersebut antara lain adalah ikan layang yang tercatat

memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,14% (y.o.y) diikuti komoditas bawang

putih dan bandeng yang masing-masing memberikan sumbangan deflasi sebesar

0,78% dan 0,06% (y.o.y). Penurunan harga beberapa komoditas yang masuk dalam

penyumbang deflasi terutama disebabkan oleh membaiknya pasokan barang (faktor

penawaran), terutama karena musim panen untuk beberapa komoditas pertanian

dan perbaikan iklim untuk nelayan.

Page 49: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

44

Tabel 2.12. Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar

(y.o.y)

Tabel 2.13. Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar

(q.t.q)

No. KOMODITI BOBOT Pertumbuhan (y.o.y)

Sumbangan (y.o.y)

No. KOMODITI BOBOT Pertumbuhan (q.t.q)

Sumbangan (q.t.q)

1 Layang 1,62 -8,70 -0,1410 1 Bawang Merah 0,73 -22,30 -0,16

2 Bawang Putih 0,23 -34,44 -0,0778 2 Minyak Tanah 2,49 -3,54 -0,093 Bandeng 2,25 -2,60 -0,0584 3 Bawang Putih 0,17 -18,06 -0,034 Kembung/Gembung 0,40 -10,33 -0,0408 4 Ayam Hidup 0,25 -5,35 -0,015 Beras 7,22 -0,46 -0,033 5 Kacang Hijau 0,11 -5,71 -0,016 Daun Singkong 0,19 -16,07 -0,030 6 Lada/Merica 0,09 -5,58 -0,01

7 Wortel 0,10 -17,15 -0,018 7 Pepaya 0,15 -2,44 0,008 Kacang Hijau 0,12 -12,00 -0,015 8 Kacang Merah/Joglo 0,03 -8,16 0,009 Pepaya 0,15 -4,76 -0,007 9 Emping Mentah 0,01 -6,38 0,00

10 Kayu Lapis 0,14 -4,89 -0,01 10 Telur Ayam Kampung 0,03 -1,21 0,00

11 Telur Ayam Kampung 0,03 -4,19 0,00 11 Ayam Nuggets 0,01 0,00 0,0012 Batu Bata/Batu Tela 0,12 -0,79 0,00 12 Terasi Udang 0,01 0,00 0,0013 Kakap Merah 0,02 -3,27 0,00 13 Asam 0,23 0,00 0,0014 Tas Sekolah 0,09 0,00 0,00 14 Daging Kambing 0,01 0,00 0,0015 VCD / DVD Player 0,05 0,00 0,00 15 Kunyit 0,03 0,00 0,00

16 Pensil Hitam 0,03 0,00 0,00 16 Daun Sereh 0,03 0,00 0,0017 Compact Disk (CD) 0,02 0,00 0,00 17 Ketumbar 0,03 0,00 0,0018 CD-Tape-Rec-Radio 0,03 0,00 0,00 18 Kemiri 0,04 0,00 0,0019 Surat Kabar Harian 0,17 0,00 0,00 19 Daging Babi 0,05 0,00 0,0020 Buku Bacaan/Pelajaran 0,17 0,00 0,00 20 Sirop 0,26 0,00 0,00

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah

2.3. Inflasi di Zona Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua)

Pada triwulan laporan, sebagian besar kota besar di Sulampua mencatat laju

inflasi tahunan yang lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional (8,17 – y.o.y),

kecuali Makassar (7,96%), Manado (7,68%) dan Ambon (7,05%).

Kota Ternate tercatat mengalami inflasi tertinggi, yakni 12,94% (y.o.y),

kemudian kota Jayapura (11,99%), Palu (9,08%), Kendari (8,41%) dan Gorontalo

(8,33%). Hampir semua kota mencatat peningkatan laju inflasi dibandingkan dengan

laju inflasi triwulan sebelumnya, kecuali Manado yang turun dari 10,13% (y.o.y) pada

triwulan lalu menjadi 7,68% pada periode laporan.

Secara umum faktor pendorong laju inflasi di kota-kota tersebut juga

disebabkan oleh kelompok bahan makanan dan makanan jadi yang terkena imbas

dari kenaikan harga komoditas di pasar dunia.

Page 50: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

45

Grafik 2.11. Perbandingan Laju Inflasi Tahunan Kota-Kota di Wilayah Sulampua

02468

101214161820

QI-06 QI-07 QII-07 QIII-07 QIV-07 QI-08

Makassar Manado Gorontalo Jayapura Ambon

Palu Kendari Ternate Nasional

Sumber : BPS, diolah

Page 51: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 3 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 46

Kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Selatan pada triwulan pertama tahun

2008 memperlihatkan penurunan. Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh

perbankan maupun kredit/pembiayaan yang disalurkan tercatat mengalami

penurunan dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2007. Penurunan DPK dan

kredit/pembiayaan ini juga menyebabkan penurunan rasio kredit/pembiayaan

dibandingkan dengan DPK (LDR) Sulsel. Dari sisi kualitas, rasio kredit/pembiayaan

bermasalah terhadap total kredit/pembiayaan (rasio NPLs) perbankan Sulsel sampai

triwulan I-2008 juga mencatat sedikit peningkatan.

Penurunan kinerja perbankan Sulsel pada triwulan I-2008 ini diperkirakan

merupakan dampak dari kondisi perekonomian yang agak melesu akibat kenaikan

harga secara umum. Bank Indonesia sebenarnya sudah mengeluarkan beberapa

ketentuan baru di bidang perbankan pada awal tahun 2008 dalam rangka

mendorong kinerja perbankan. Bahkan pada tanggal 27 Januari 2008, Bank

Indonesia bersama dengan perbankan mencanangkan tahun 2008 sebagai tahun

edukasi perbankan. Selain itu khusus untuk mengembangkan perbankan syariah,

Bank Indonesia Makassar bekerja sama dengan perbankan syariah dan lembaga

keuangan syariah lainnya pada triwulan I-2008 telah melakukan Festival Ekonomi

Syariah (FES) di tiga kota, yakni Makassar, Palopo dan Maros. Melalui kegiatan ini

diharapkan pangsa perbankan syariah terhadap total perbankan akan meningkat.

3.1 Perkembangan Moneter

Sejalan dengan penurunan kinerja perbankan dalam melakukan

penghimpunan dana, komponen uang giral dan uang kuasi di masyarakat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya juga tercatat menurun. Namun demikian,

likuiditas moneter di Sulsel pada triwulan I-2008 ini masih berada pada kondisi yang

relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan perekonomian daerah.

Adapun komponen uang giral dan uang kuasi dapat diukur berdasarkan proxy

sebagaimana terlihat pada grafik 3.1.

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN

Page 52: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 3 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 47

Grafik 3.1. Uang Giral dan Uang kuasi di Sulsel (Rp Triliun)

0

5

10

15

20

25

30

Q1-03

Q2-03

Q3-03

Q4-03

Q1-04

Q2-04

Q3-04

Q4-04

Q1-05

Q2-05

Q3-05

Q4-05

Q1-06

Q2-06

Q3-06

Q4-06

Q1-07

Q2-07

Q3-07

Q4-07

Q1-08

Triliun Rp

Uang Giral Uang Kuasi

Sumber : LBU di KBI Makassar

Secara tahunan, uang kuasi mencatat kenaikan sebesar 18,98% yaitu dari

Rp16,38 triliun pada triwulan I-2007 menjadi Rp19,49 triliun pada triwulan laporan.

Sementara uang giral mencatat kenaikan sebesar 9,97% yaitu dari Rp4,3 triliun pada

triwulan I-2007 menjadi Rp4,73 triliun pada triwulan laporan. Adapun secara

triwulanan, uang kuasi mencatat penurunan sebesar 0,84%%, sementara komponen

uang giral mencatat kenaikan sebesar 6,52%.

3.2 Perkembangan Perbankan

3.2.1. Perkembangan Kelembagaan dan Asset Perbankan

Kinerja perbankan pada triwulan I-2008 mencatat beberapa peningkatan. Dari

sisi kelembagaan, pada triwulan laporan terdapat penambahan jumlah bank yang

beroperasi di Sulsel, yakni Bank Permata Syariah. Dengan pembukaan Bank Permata

Syariah ini, jumlah unit usaha syariah yang beroperasi di Sulsel menjadi 6 unit usaha

syariah (UUS). Selain itu pada triwulan I-2008 juga terdapat penambahan satu Bank

Perkredit/pembiayaanan Rakyat (BPR), yakni BPR Pesisir Tanadoang di Kabupaten

Selayar. Dengan penambahan ini jumlah bank umum dan BPR/S yang beroperasi di

Sulsel menjadi 36 bank umum dan 28 BPR/BPRS. Sementara jika dilihat dari jumlah

Page 53: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 3 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 48

kantornya, tercatat penambahan jumlah kantor dari 581 kantor pada akhir tahun

2007 menjadi 585 kantor pada periode laporan. (lihat tabel 3.1.)

Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Perbankan Sulawesi Selatan

Q-I Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I

Jumlah bank 54 59 60 62 62 64

Bank Umum 27 32 33 35 35 36

- Bank Umum Konvensional 25 26 26 27 27 27

- Bank Umum Syariah 2 2 2 3 3 3

- Unit Usaha Syariah 4 4 5 5 5 6

BPR 27 27 27 27 27 28

- BPR Kovensional 21 21 21 21 21 22

- BPR Syariah 6 6 6 6 6 6

Jumlah kantor bank 477 561 562 564 581 585

- Bank Umum 437 517 518 520 534 537 - BPR 40 44 44 44 47 48 Sumber : Bank Indonesia

Kelembagaan2006 2007 2008

Meskipun terdapat penambahan jumlah kelembagaan perbankan di Sulsel

pada triwulan I-2008, namun sejalan dengan penurunan kinerja kredit/pembiayaan,

total asset perbankan pada triwulan I-2008 menurun. Pada triwulan laporan, total

aset perbankan mencapai Rp31,25 triliun atau menurun sebesar 0,23%

dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan asset terutama disumbang oleh

penurunan asset perbankan pemerintah yang turun sebesar 2,30%. Sementara asset

perbankan swasta dan BPR/S tercatat meningkat, masing-masing sebesar 3,28% dan

8,12% dibandingkan dengan akhir tahun 2007.

Tabel 3.2. Asset Perbankan Sulsel Berdasarkan Kelompok

Q-I Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I

Total Aset (r) 18.792,97 26.417,27 27.953,57 30.743,62 31.325,06 31.252,33

- Pemerintah 12.480,88 17.593,46 18.463,29 20.305,00 19.917,42 19.459,96

- Swasta 6.227,53 8.663,98 9.314,40 10.260,05 11.199,75 11.567,59

- BPR 84,56 159,82 175,88 178,57 207,89 224,77

Sumber: Bank Indonesia

2007 20082006Uraian (dlm milyar Rp.)

*) Jumlah Kantor termasuk BRI Unit

Page 54: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 3 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 49

3.2.2. Perkembangan DPK dan Kredit/Pembiayaan Perbankan

Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh

perbankan (bank umum dan BPR) pada triwulan laporan tercatat menurun sebesar

1,53% yaitu dari Rp24,71 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp24,34 triliun

pada triwulan laporan. Untuk bank umum saja, DPK menurun sebesar 1,55% dari

Rp24,59 triliun menjadi Rp24,22 triliun. Penurunan DPK bank umum terutama

disebabkan oleh penurunan tabungan dan giro, masing-masing sebesar 6,52% dan

3,96%, dari Rp12,78 triliun dan Rp5,06 triliun pada akhir tahun 2007 (triwulan

sebelumnya) menjadi Rp12,28 triliun dan Rp4,73 triliun pada triwulan laporan.

Penurunan giro terutama didorong oleh penurunan giro pemerintah yang

diperkirakan disebabkan karena belum sepenuhnya APBD masuk ke dalam rekening

giro pemda. Sementara penurunan tabungan diperkirakan karena meningkatnya

kebutuhan masyarakat akibat kenaikan harga barang (laju inflasi).

Jika dilihat dari sisi kelompok bank, pangsa bank pemerintah masih lebih

tinggi dibanding bank swasta, yakni 64,08% dari total DPK di Sulsel. Namun untuk

penghimpunan deposito, bank swasta memiliki pangsa lebih besar dibanding bank

pemerintah, yakni sebesar 54,30% dibanding 45,70%. (Lihat Tabel 3.3.)

Tabel 3.3. Penghimpunan Dana Bank Umum (Konvensional dan Syariah) di Sulawesi Selatan

(Rp Miliar)

Trw I Trw I Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I

13.908,11 16.742,58 20.601,25 21.860,22 22.702,96 24.599,54 24.218,77- Giro 2.817 3.308 4.301,35 4.710,53 4.933,21 5.060,05 4.730,08- Deposito 3.856 6.049 6.881,48 6.953,80 6.929,73 6.753,50 7.208,57- Tabungan 7.236 7.386 9.418,42 10.195,89 10.840,02 12.785,99 12.280,13

0,57 -1,59 6,11 3,86 8,35 -1,558.600,24 10.502,78 13.103,61 14.068,96 14.712,24 15.752,11 15.518,58

- Giro 2.052 2.533 3.502 3.775 3.968 4.018 3.589- Deposito 1.582 2.668 3.017 3.135 3.149 2.670 3.295- Tabungan 4.966 5.302 6.585 7.159 7.595 9.065 8.635

3,26 -1,01 7,37 4,57 7,07 -1,485.307,88 6.239,80 7.497,64 7.791,26 7.990,73 8.847,43 8.700,20

- Giro 765 775 799 935 966 1.042 1.141- Deposito 2.273 3.381 3.865 3.819 3.780 4.084 3.914- Tabungan 2.270 2.084 2.834 3.037 3.245 3.721 3.646

-3,64 -2,57 3,92 2,56 10,72 -1,66

2007 2008

Sumber: Laporan Bank Umum - diolah

2005 2006 Bank Umum

Pertumbuhan (%)Bank Swasta

Pertumbuhan (%)

Total Bank Umum

Pertumbuhan (%)Bank Pemerintah

Page 55: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 3 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 50

Sementara itu pada periode yang sama, kredit/pembiayaan yang disalurkan

oleh perbankan Sulsel (Bank Umum dan BPR/S) tercatat meningkat, yaitu sebesar

4,41% dari Rp22,60 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp23,60 triliun pada

triwulan laporan. Peningkatan kredit dan penurunan DPK yang tercatat pada

triwulan laporan menjadi pendorong LDR perbankan Sulsel dari 91,46% pada akhir

tahun 2007 menjadi 96,98% pada periode laporan.

Grafik 3.2. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/pembiayaan Bank di Sulawesi

Selatan

96,98%91,46%93,66%91,10%89,04%

85,69%

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08

DPK & Kredit(milyar rp)

0%

20%

40%

60%

80%

100%

LDR = Kredit/DPK

DPK Kredit LDR

Berdasarkan segmentasi kredit/pembiayaannya, sebagian besar

kredit/pembiayaan perbankan Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan

Mikro, Kecil dan Menengah (MKM). Pangsa kredit/pembiayaan MKM dibandingkan

total kredit/pembiayaan adalah 55,03% atau sebesar Rp12,99 triliun (Bank Umum

dan BPR/S). Kredit/pembiayaan MKM tersebut meningkat 5,98% dari Rp12,25 triliun

pada triwulan lalu.

Page 56: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 3 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 51

Grafik 3.3. Kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum dan BPR/S di Sulawesi Selatan

-

5.000,00

10.000,00

15.000,00

20.000,00

25.000,00

TRW I TRW II TRW III TRW IV TRW I

2007 2008

0,00%

2,00%

4,00%

6,00%

8,00%

10,00%

12,00%

Kredit UMKM Kredit Total pert. Kr.UMKM-% (sb. Kanan)

Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar portofolio kredit/pembiayaan

didominasi oleh kredit/pembiayaan produktif (modal kerja dan investasi), yakni

sebesar 55,36%, sementara kredit konsumsi memiliki pangsa sebesar 44,64%.

Pertumbuhan kredit konsumsi dibandingkan akhir tahun 2007 tercatat tumbuh

tertinggi, yakni sebesar 6,61%, dari Rp9,88 triliun menjadi Rp10,54 triliun. Adapun

kredit modal kerja dan investasi masing-masing meningkat sebesar 2,66% dan

2,84%, dari Rp9,39 triliun dan 3,33 triliun pada akhir tahun 2007 menjadi Rp9,64

triliun dan Rp3,43 triliun.

Pertumbuhan kredit konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kredit

modal kerja dan investasi sejalan dengan peningkatan kebutuhan konsumsi

masyarakat akibat kenaikan harga. Selain itu bank lebih gencar dalam menyalurkan

kredit konsumsi (khususnya Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Pemilikan

Mobil/Motor) karena kredit konsumsi memiliki risiko yang lebih rendah. Sementara itu

masih rendahnya pertumbuhan dan pangsa kredit investasi sejalan dengan masih

lesunya kondisi investasi di Sulsel pada periode laporan.

Page 57: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 3 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 52

Grafik 3.4. Penyaluran Kredit/pembiayaan Bank Umum dan BPR/S di Sulawesi Selatan Berdasarkan Jenis Penggunaan (Rp Miliar)

-

2.000,00

4.000,00

6.000,00

8.000,00

10.000,00

12.000,00

Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I

2007 2008

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Sejalan dengan jenis penggunaannya, penyaluran kredit/pembiayaan menurut

sektor ekonomi yang dibiayai secara umum masih masuk dalam kategori lain-lain

(sebagian besar untuk konsumsi). Kemudian baru diikuti oleh sektor perdagangan,

hotel dan restoran serta sektor industri (31,06%). Masih tingginya pangsa sektor

perdagangan sejalan dengan tingginya konsumsi masyarakat di Sulsel dan juga

merupakan indikasi dari peran Makassar sebagai pusat perdagangan di Kawasan

Timur Indonesia. Pertumbuhan sektoral tertinggi tercatat di sektor konstruksi yang

meningkat 8,13% dari Rp915,91 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp990,34 miliar

pada triwulan laporan. Kemudian diikuti oleh sektor jasa dan angkutan yang masing-

masing meningkat sebesar 4,49% dan 3,57%. Sementara kredit sektor

pertambangan dan sektor industri menurun sebesar 12,44% dan 2,37%. Penurunan

kredit sektor pertambangan dan sektor industri ini sejalan dengan penurunan kinerja

produksi kedua sektor tersebut.

Page 58: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 3 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 53

Grafik 3.5. Pangsa Kredit/pembiayaan Bank Umum dan BPR/S di Sulawesi Selatan Berdasarkan Sektor Ekonomi

Pertambangan0,08%

Lain-lain45,81%

Pengangkutan2,02%Jasa-jasa

5,93%

Perdagangan31,06%

Konstruksi4,23%

Listrik, Gas & Air

0,48%

Perindustrian6,65%

Pertanian3,75%

Pertumbuhan kredit/pembiayaan sektor konstruksi didorong oleh

pembangunan berbagai proyek infrastruktur dan properti. Pembangunan beberapa

proyek menara perkantoran dan banyaknya perumahan yang menjamur di pinggiran

kota Makassar menjadi salah satu indikasi meningkatnya kebutuhan

kredit/pembiayaan konstruksi. Bank Indonesia sudah melakukan sosialisasi kepada

perbankan dan pihak pengembang (REI) untuk mengurangi risiko usaha di sektor

konstruksi, namun pihak REI sendiri menyatakan bahwa pembangunan banyak

perumahan di Makassar dan sekitarnya masih wajar dan sesuai dengan permintaan

pasar.

Berdasarkan kolektibilitasnya, jumlah kredit/pembiayaan bermasalah (NPLs) di

wilayah Sulsel tercatat sebesar Rp2,21 triliun (bank umum), meningkat 3,27%

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp2,14 triliun. Namun berdasrkan rasio

NPLs dibandingkan dengan total kredit/pembiayaan NPLs (gross) perbankan Sulsel

mencatat penurunan, yaitu dari 9,53% pada triwulan IV-2007 menjadi 9,43% pada

triwulan laporan. Sementara rasio NPLs net menurun dari 3,58% pada triwulan lalu

menjadi 2,41%. Dari sisi sektoral, NPLs terbesar berada di sektor industri dan

Page 59: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 3 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 54

angkutan. Sementara itu sektor jasa, sektor listrik, gas dan air serta sektor konstruksi

dan perdagangan memiliki NPLs yang relatif lebih rendah.

Grafik 3.7. Kolektibilitas Kredit/pembiayaan Bank Umum (termasuk syariah) di Sulsel (Rp Miliar)

18669,012

17.298,49

1637,098

1590,737

150,37

160,326

67,487

173,969

1920,403

1873,793

0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 20.000

1

2

3

4

5 Trw I-08

Trw IV-07

3.2.3. Intermediasi Perbankan

Kinerja intermediasi perbankan di Sulsel berdasarkan indikator rasio

kredit/pembiayaan dibanding DPK (LDR) pada triwulan laporan tercatat sebesar

96,70% untuk bank umum, 170,48% untuk BPR/S dan secara total adalah sebesar

96,98%. LDR tersebut mencatat kenaikan dibanding periode sebelumnya yang

tercatat sebesar 91,46%.

Perkembangan kegiatan intermediasi perbankan berdasarkan wilayahnya di

daerah Sulawesi Selatan, secara umum masih terpusat di daerah-daerah (kota) yang

menjadi basis perekonomian daerah dan juga daerah yang berada di sekitar Kota

Makassar (Mamminasata). Hal ini sejalan dengan peran Kota Makassar sebagai ibu

kota propinsi dan pusat pertumbuhan ekonomi daerah dan juga berkembangnya

kota-kota di sekitar Makassar.

Kredit/pembiayaan perbankan yang disalurkan di Kota Makassar pada triwulan

laporan tercatat sebesar Rp16,31 triliun (hanya kredit/pembiayaan executing),

sehingga menjadi penyerap kredit/pembiayaan terbesar (69,66% dari total

kredit/pembiayaan Sulsel), kemudian diikuti oleh Kabupaten Luwu dan Kabupaten

Bone yang memang merupakan sub-sentra perekonomian di Sulsel. Demikian pula

dana masyarakat yang dihimpun perbankan Makassar tercatat memiliki nilai tertinggi

Page 60: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 3 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 55

bila dibandingkan dengan daerah lainnya yaitu sebesar Rp14,43 triliun (63,85% dari

total DPK Sulsel). Penghimpun dana tertinggi diikuti oleh Kabupaten Luwu dan Kota

Pare-Pare.

Berdasarkan rasio kredit/pembiayaan terhadap dana yang dihimpun (Loan to

Deposit Ratio/LDR) mengindikasikan Kabupaten Takalar tercatat memiliki LDR

tertinggi yaitu sebesar 166,86%, kemudian diikuti Kabupaten Maros, Jeneponto dan

Kabupaten Gowa dengan pencapaian LDR masing-masing sebesar 141,25%,

146,89% dan 122,56%. Sementara itu nilai LDR Kota Makassar sebesar 108,11%,

meningkat dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 96,73%

Berdasarkan data LDR tersebut di atas, terlihat bahwa kota-kota di sekitar

Makassar (Metropolitan), yaitu Kabupaten Takalar, Gowa, Maros dan Jeneponto

semuanya mencatat LDR di atas 100%. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya

efek spill-over mengingat Makassar sebagai pusat keuangan/perbankan sehingga

aliran uang (kredit/pembiayaan) dari perbankan yang berpusat di Makassar relatif

lebih lancar menuju ke daerah tersebut yang memang sedang berkembang, sehingga

kebutuhan atas pembiayaan pembangunan juga relatif tinggi. Sementara itu LDR

terendah tercatat di Kabupaten Selayar sebesar 34,65%.

Tabel 3.4. Penyaluran Kredit/pembiayaan dan Dana Pihak Ketiga (DPK) per Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan (Rp miliar)

D P K Kredit LDR (%) D P K Kredit LDR (%) D P K Kredit LDR (%)

Kab. Pinrang 291,94 248,12 84,99% 367,60 332,59 90,48% 354,78 343,34 96,78%

Kab. Gowa 213,18 279,86 131,28% 306,24 385,10 125,75% 332,17 407,10 122,56%

Kab. Wajo 651,21 385,84 59,25% 828,41 534,06 64,47% 801,96 557,21 69,48%

Kab. Bone 689,75 542,38 78,63% 757,65 674,17 88,98% 768,77 697,44 90,72%

Kab. Tana Toraja 288,77 179,97 62,32% 327,84 222,51 67,87% 395,37 232,08 58,70%

Kab. Maros 173,29 234,07 135,07% 212,35 281,37 132,50% 199,12 292,49 146,89%

Kab. Luwu 903,15 756,94 83,81% 1.035,83 923,78 89,18% 1.091,29 984,20 90,19%

Kab. Sinjai 261,45 178,55 68,29% 248,81 237,04 95,27% 252,90 261,00 103,20%

Kab. Bulukumba 410,75 268,52 65,37% 536,17 359,95 67,13% 524,49 374,76 71,45%

Kab. Bantaeng 222,37 95,84 43,10% 146,43 137,08 93,62% 177,29 146,23 82,48%

Kab. Jeneponto 119,61 168,28 140,69% 150,80 228,41 151,47% 168,25 237,66 141,25%

Kab. Selayar 178,59 55,11 30,86% 191,70 66,18 34,52% 197,50 68,42 34,65%

Kab. Takalar 121,59 191,19 157,24% 161,19 251,66 156,12% 159,84 266,70 166,86%

Kab. Barru 225,24 146,10 64,86% 250,72 188,14 75,04% 280,67 199,95 71,24%

Kab. Sindenreng Rappang 217,97 176,29 80,88% 265,53 243,63 91,75% 286,52 256,07 89,37%

Kab. Pangkajene Kepulauan 302,15 210,18 69,56% 369,04 249,43 67,59% 407,11 260,39 63,96%

Kab. Soppeng 266,38 197,81 74,26% 304,59 264,35 86,79% 322,65 277,16 85,90%

Kab. Enrekang 235,98 132,46 56,13% 311,35 171,94 55,22% 328,52 178,31 54,28%

Kota Makassar 13.802,39 11.725,09 84,95% 16.195,46 15.665,81 96,73% 15.090,25 16.313,70 108,11%

Kota Pare-pare 870,07 462,18 53,12% 928,20 585,96 63,13% 893,91 603,63 67,53%

KotaPalopo 487,85 309,93 63,53% 703,65 441,20 62,70% 601,06 462,42 76,93%

* Data sampai dengan Maret 2008

2008*Kota dan Kabupaten

20072006

Page 61: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 3 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 56

3.2.4. Perkembangan Net Interest Margin dan Laba/Rugi

Salah satu indikator lain yang digunakan untuk mencermati kinerja perbankan

daerah adalah Net Interest Margin/NIM (selisih antara pendapatan bunga yang

diperoleh Bank dengan biaya bunga yang harus dibayarkan oleh Bank). Dari indikator

tersebut, kinerja perbankan daerah tercatat mengalami peningkatan dibandingkan

periode yang sama tahun lalu (triwulan I-2007). Peningkatan NIM tersebut

disebabkan oleh semakin besarnya spread antara pendapatan bunga dengan biaya

bunga terutama didorong oleh peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan

khususnya kepada sektor tertentu.

Pada periode laporan, NIM perbankan daerah tercatat sebesar Rp560,98 miliar

atau naik sekitar 40,07% dibandingkan triwulan I-2007 yang sebesar Rp400,51

miliar. Jika dilihat dari komponennya, pendapatan bunga meningkat 20,51% dari

Rp663,36 miliar menjadi Rp799,52 miliar, sementara biaya bunga menurun 9,25%

dibandingkan dengan triwulan I-2007 dari Rp261,85 miliar menjadi Rp238,53 miliar.

Sejalan dengan peningkatan NIM tersebut di atas, Laba perbankan Sulsel pada

triwulan I-2008 juga meningkat 4,84% dari Rp162,11 miliar pada triwulan I-2007

menjadi Rp479,61 miliar pada triwulan laporan.

Grafik 3.7. Net Interest Margin / NIM dan Laba/Rugi (Rp Miliar)

-

500,00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

3.000,00

3.500,00

I/06 II/06 III/06 IV/06 I/07 II/07 III/07 IV/07 I/08

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000NIM (sb. Kanan)Laba/RugiPend. Bunga (sb kiri)Biaya Bunga (sb kiri)

Page 62: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 3 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 57

3.2.4. Kinerja Perbankan Syariah

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, kelembagaan perbankan syariah

pada triwulan I-2008 bertambah dengan hadirnya Kantor Cabang Bank Permata

Syariah di Kota Makasrsar, sehingga total bank umum syariah yang beroperasi di

Sulsel menjadi 9 bank, dengan rincian 3 bank umum syariah, yaitu Bank Syariah

Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan Bank Mega Syariah dan 6 bank konvensional

yang membuka Unit Usaha Syariah (UUS) yaitu BTN Syariah, Bank Danamon Syariah,

BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Sulsel Syariah dan Bank Permata Syariah.

Dari sisi pendanaan, DPK perbankan syariah pada triwulan laporan meningkat

sebesar 10,07% dari Rp530,92 miliar menjadi Rp584,39 miliar. Dari sisi pembiayaan,

pada triwulan I-2008 tercatat sebesar Rp909,58 miliar, meningkat sebesar 5,97%

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp858,30 miliar.

Bertambahnya jumlah bank syariah yang beroperasi di Sulsel dan ekspansi

pembiayaan secara langsung maupun melalui Festival Ekonomi Syariah (FES) telah

meningkatkan perkembangan asset perbankan syariah sebesar 16,05% dari

Rp1027,41 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp1192,26 miliar pada triwulan laporan

(lihat grafik 3.8). Dengan demikian pangsa perbankan syariah terhadap total

perbankan sempai triwulan I-2008 adalah sebesar 3,81%. Pada akhir tahun 2008

ditargetkan pangsa asset perbankan syariah mencapai 5% dari total asset perbankan.

Grafik 3.8. Perkembangan Bank Syariah Sulsel

-

200,00

400,00

600,00

800,00

1.000,00

1.200,00

1.400,00

Trw-I Trw-II Trw-III Trw-IV Trw-I

2007 2008

No

min

al (

Rp

mili

ar)

0,00%

100,00%

200,00%

FDR

Asset DPK / Dana Pihak Ketiga Pembiayaan FDR

Page 63: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 3 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 58

3.2.5. Kinerja Bank Pekredit/pembiayaanan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah (BPRS)

Kinerja Bank Perkredit/pembiayaanan Rakyat di wilayah Sulsel baik

konvensional maupun syariah hingga periode laporan mencatat peningkatan kinerja,

terutama dari kinerja kredit/pembiayaan/pembiayaan yang menurun. Namun kinerja

penghimpunan dana dan laba/rugi masih mencatat peningkatan.

Dari segi kelembagaan, hingga triwulan laporan total jumlah BPR yang

beroperasi di wilayah Sulsel tercatat sebanyak 28 bank dengan bertambahnya satu

BPR di Kabupaten Selayar. Dengan demikian jumlah jaringan kantor BPR tercatat

menjadi 48 kantor, meningkat satu kantor dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Jumlah BPR yang beroperasi secara konvensional tercatat sebanyak 22

BPR dengan jumlah kantor sebanyak 35 kantor. Sementara itu, BPR yang beroperasi

secara syariah tercatat sebanyak 6 BPR dengan jumlah kantor sebanyak 13 kantor.

Total kredit/pembiayaan/pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPR/S

tercatat meningkat sebesar 13,42% dari Rp175,04 miliar menjadi Rp198,52 miliar

pada triwulan laporan. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar

dikelompokan sebagai kredit konsumsi (59,68%) atau sebesar Rp118,48 miliar.

Sementara jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi yang disalurkannya, mayoritas

kredit/pembiayaan tersebut dialokasikan pada sektor sektor perdagangan dan

pertanian masing-masing sebesar 20,97% dan 8,75%. Kualitas

kredit/pembiayaan/pembiayaan yang disalurkan oleh BPR/S mencatat perbaikan. Rasio

NPLs (gross) BPR/S pada triwulan I-2008 tercatat sebesar 6,62%, lebih rendah

dibandingkan triwulan lalu 8,07%.

Grafik 3.9. Pangsa Kredit/pembiayaan BPR/S Berdasarkan Sektor Ekonomi

industri1,08%

pertanian8,75%

perdagangan20,97%

lainnya61,95%

jasa dunia usaha7,25%

Page 64: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 3 - Perkembangan Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008 59

Dari sisi penghimpunan dana, DPK BPR/S mencatat peningkatan sebesar

2,35% dari Rp113,78 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp116,45 miliar pada

triwulan laporan. Dengan demikian rasio perbandingan

kredit/pembiayaan/pembiayaan dengan dana pihak ketiga (LDR) BPR/S pada triwulan

laporan tercatat mengalami peningkatan dari 170,48% menjadi 170,48%.

Page 65: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Box - Komitmen Pemerintahan Baru Dalam Membangun Sulsel Menuju Imperium Agribisnis

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

60

Box KOMITMEN PEMERINTAHAN BARU DALAM MEMBANGUN SULSEL MENUJU IMPERIUM AGRIBISNIS

Kelompok Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) Sulsel dilihat dari jenis lapangan usaha sebagian besar penduduk Sulsel bekerja di sektor pertanian sekitar 1,4 juta jiwa atau 55,8% dari dari jumlah penduduk yang bekerja.

Oleh karenanya fokus pemberdayaan UMKMK adalah sektor pertanian. Alasan ini didasarkan pada pertimbangan lainnya yaitu sektor pertanian merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel walaupun saat ini sedang mengalami

kelesuan. Kondisi ini dapat dilihat pada Indikator Sosial Ekonomi Sulsel yakni semakin menurun sumbangannya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari 35,68% (2002) melemah menjadi 30,40% (2006) atau rata-rata 1,1% per tahun! (BPS Sulsel, 2006). Penurunan terjadi hampir pada semua komoditi

pertanian. Produksi padi menurun dari 3,8 juta ton (2002) menjadi 3,4 juta ton (2006) atau 10,5%. Produksi kakao turut menurun drastis dari 265.992 ton (2002) hingga 157.934 ton (2006) atau 40,6%. Ternak besar (sapi, kerbau dan kuda) ikut-

ikutan berkurang dari 1.034.554 ekor (2002) menukik menjadi 879.408 ekor (2006) atau turun 15%. Oleh karenanya dibutuhkan strategi sebagai obat penambah semangat untuk proses revitalisasi pertanian Sulsel sebagai bagian dari

pemberdayaan UMKMK. Dalam dokumen visi misi pemerintahan baru (Gubernur dan Wakil Gubernur

terpilih) yang disampaikan pada Sidang Paripurna DPRD Sulawesi Selatan pada 19 Oktober 2007 khususnya implementasi ekonomi kerakyatan telah terekam fokus strategi pemberdayaan UMKMK. Basis strategi yang dikembangkan diantaranya bertumpu pada penguatan kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) melalui kemitraan dengan perbankan yang mudah diakses oleh para pengusaha UMKMK. Selain itu didukung juga dengan pemberdayaan fasilitator pada setiap kecamatan di Sulsel yang berperan memberikan konsultasi teknis kepada UMKMK sehingga layak dihubungkan dengan oleh lembaga keuangan bank dan non bank. Pemberdayaan UMKMK sektor pertanian aktivitas kegiatannya ke depan diperlukan

akselerasi melalui beberapa program berikut ini.

Page 66: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Box - Komitmen Pemerintahan Baru Dalam Membangun Sulsel Menuju Imperium Agribisnis

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

61

Untuk mendekatkan UMKMK dengan perbankan, maka sebelumnya

diperlukan kesamaan cara pandang perbankan di Sulawesi Selatan melalui perubahan paradigma lama dari “Bank Follow the Trade” dengan paradigma baru “Bank Leading the Development” seperti yang disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah pada acara pertemuan tahunan (Bankers Dinner) di

Jakarta 12 Januari 2008. Paradigma baru mengarahkan bank sebagai inventor (penemu), pionir dan lokomotif dalam berkreasi mengembangkan berbagai bisnis yang mampu mempercepat dan memberdayakan sektor riil di daerah. Pada prakteknya di lapangan bank tetap menganut rezim suku bunga kredit/pembiayaan

komersial dan prinsip kehati-hatian bank. Perubahan tersebut misalnya dengan merevitalisasi UMKMK sektor pertanian di setiap kabupaten di Sulsel mulai merambah penyaluran kredit/pembiayaan untuk budi daya (on farming) komoditi

unggulan daerah misalnya padi, kakao, jagung, rumput laut, serta sub sektor perikanan atau peternakan.

Kredit revitalisasi pertanian dapat dikembangkan melalui pendekatan klaster

komoditi unggulan pada wilayah kabupaten tertentu. Sebagai contoh pembiayaan untuk mendukung program inovatif dari Kabupaten Luwu Utara sebagai “Kabupaten Kakao Terbaik 2010”. Sedikitnya terdapat 50.000 hektar yang dapat dipetakan dan dipilih beberapa hektar untuk dibiayai modal kerja para petani/kelompok tani kakao untuk perawatan kebun kakao.

Untuk suksesnya program ini tidak dapat dipungkiri perlu ada bank yang mampu bertindak sebagai contoh, sebagai pemimpin (leader) dan mampu sebagai local champion bank (juara di Sulsel). Dalam kondisi ini tak ada bank yang paling ideal sebagai pemimpin adalah Bank Sulsel-Bank Pembangunan Sulsel!. Bank Sulsel harus mampu menunjukkan semangat baru, semangat pemimpin, semangat sebagai lokomotif pembangunan dan pemberdayaan UMKMK pertanian Sulsel

sehingga bank lainnya turut terpacu. Pemberdayaan UMKMK pertanian difokuskan pada beberapa komoditi

unggulan daerah saja, misal dibatasi lima komoditi. Pemilihan komoditi unggulan

daerah didasarkan pada kriteria: komoditi memiliki daya saing dan berorientasi ekspor, mendorong pertumbuhan ekonomi dan banyak menyerap tenaga kerja. Selain itu komoditi tersebut masuk kategori cukup diminati dibiayai oleh bank sehingga mudah memperoleh pembiayaan. Proses percepatan pemberdayaan

difokuskan untuk memperkuat dan meningkatkan klaster komoditi pertanian yang secara geografis sudah mulai terbentuk di Sulsel misal klaster padi, kakao, rumput laut, jagung, dan perikanan tangkap.

Page 67: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Box - Komitmen Pemerintahan Baru Dalam Membangun Sulsel Menuju Imperium Agribisnis

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

62

Klaster merupakan rantai nilai UMKM dari produsen (petani, nelayan),

pemasok, pembeli/pedagang, dan pelaku lainnya yang memiliki kedekatan geografis

membangun kerjasama saling menguntungkan pada sektor pertanian untuk komoditi unggulan tertentu. Hasil akhir (outcome) klaster adalah meningkatkan nilai tambah yaitu produk primer menjadi produk sekunder pertanian. Peningkatan nilai

tambah sebagai produk sekunder pertanian mampu mendorong lebih banyak industri pengolahan sehingga akan menyerap lebih banyak tenaga kerja. Klaster yang sudah berkembang perlu diperkuat sebagai sebuah sistem industri.

Implementasi klaster komoditi unggulan dikelola dari skala kecamatan

hingga kabupaten. Setiap kecamatan terdapat fasilitator setempat yang dipilih dan dilatih khusus dalam mengembangkan klaster dan memfasilitasi UMKMK akses ke perbankan. Pengembangan klaster setiap komoditi unggulan dilakukan dengan

strategi yang berbeda disesuaikan hasil identifikasi permasalahan di setiap rantai nilai dari produsen sampai dengan industri pengolahan.

Program klaster adalah terukur, dipantau dan dievaluasi secara teratur oleh

kerja tim teknis yang telah diberi tanggungjawab dan dikomandani oleh pemerintah daerah. Pertemuan teknis secara tripartit (pemerintah daerah, perbankan dan pengusaha) dijadwalkan secara teratur yaitu triwulanan. Penilaian keberhasilan dari pengembangan klaster menjadi rapor prestasi para Kepala Dinas terkait dalam tim teknis pengembangan klaster.

Adanya program klaster akan memberi manfaat bagi perbankan untuk membiayai dengan lebih efisien. Dengan mendatangi satu klaster akan banyak yang dapat dibiayai menyerupai praktek one stop shoping untuk pemberian kredit. Bagi pemerintah daerah adanya klaster memudahkan pembinaan teknis sekaligus mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal dan meningkatkan PAD. Terakhir, yang sangat banyak menerima manfaat adalah para petani. Program klaster akan

melibatkan ribuan kepala keluarga petani dari hulu hingga hilir terintegrasi memperoleh peningkatan pendapatan, pengetahuan dan keterampilan. (N. Ika Wijaya – Konsultan PUKM BI Makassar)

Page 68: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

63

Kondisi sistem pembayaran pada triwulan I-2008 masih terjaga. Kebutuhan

masyarakat akan keamanan, kecepatan serta kemudahan melakukan transaksi

keuangan dapat terpenuhi dengan baik. Transaksi tunai menurun setelah perayaan

hari besar keagamaan (Idul Fitri, Natal, dan Idul Adha) yang jatuh pada triwulan IV-

2007. Kondisi seasonal tersebut menyebabkan terjadinya net inflow ke Bank

Indonesia. Sementara itu, transaksi non tunai via RTGS pada periode laporan

mengalami net inflow yang pada triwulan sebelumnya mengalami net outflow.

Sedangkan transaksi non tunai via kliring pada periode laporan mengalami

penurunan dibanding dengan triwulan sebelumnya.

a. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)

Pada triwulan laporan, posisi perkasan KBI Makassar kembali mengalami

posisi net-inflow dalam jumlah yang cukup besar setelah pada triwulan sebelumnya

mengalami ouflow. Inflow uang kartal ke kas KBI Makassar pada triwulan I-2008

dibandingkan triwulan I-2007 meningkat signifikan yaitu sebesar 15,8% (y.o.y) dari

Rp2.017,7 miliar menjadi Rp2.336,4 miliar. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2007 yang tercatat menurun

sebesar -41,73% (y.o.y). Sementara aliran uang kartal yang keluar (outflow) tercatat

mengalami peningkatan menjadi sebesar 45,6% (y.o.y) yaitu dari Rp410,0 miliar

pada triwulan I-2007 menjadi sebesar Rp597,2 miliar pada triwulan laporan.

Dengan memperhitungkan selisih antara inflow dan outflow tersebut, posisi

perkasan KBI Makassar mencatat aliran bersih (net-inflow) sebesar Rp1.739,2 miliar

setelah pada triwulan sebelumnya mengalami net outflow yang tercatat sebesar

Rp491,6 miliar. Kondisi tersebut bersifat seasonal, yaitu terjadi peningkatan inflow

setelah pada periode sebelumnya terdapat perayaan Hari Besar Keagamaan (Hari

Raya Natal, Idul Fitri, Idul Adha dan Tahun Baru) yang pada tahun 2007 jatuh pada

triwulan IV (lihat Grafik 4.1).

BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Page 69: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

64

Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal di Depo Kas KBI Makassar (dalam miliar rupiah)

-1,000

-500

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

Q1-05 Q2-05 Q3-05 Q4-05 Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08

Net Flow Inflow Outflow

b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Dalam rangka menjaga kualitas uang beredar di masyarakat, Bank Indonesia

secara berkala melakukan kegiatan pemusnahan terhadap uang lusuh/rusak

sehingga tidak layak lagi untuk diedarkan dan selanjutnya akan dicatat sebagai

Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Pemusnahan uang dimaksud dilakukan

dengan menggunakan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK) maupun Mesin Sortasi

Uang Kertas (MSUK).

Akibat peningkatan aliran uang kartal masuk (inflow) ke Bank Indonesia,

menyebabkan jumlah uang yang tidak layak edar yang dimusnahkan (Pemberian

Tanda Tidak Berharga (PTTB)) selama triwulan laporan meningkat 39,6%

dibandingkan dengan triwulan I-2007 yaitu dari Rp949,4 miliar menjadi Rp1.325,1

miliar. Sementara apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar Rp870,38 miliar, jumlah uang yang dimusnakan mengalami peningkatan

52,2%.

Adapun selisih antara jumlah uang yang dimusnahkan dengan jumlah aliran

uang masuk (inflow) pada triwulan laporan tercatat sebesar 56,7% atau menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 66,2%. Kondisi ini

Page 70: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

65

menunjukkan bahwa uang yang beredar di Sulawesi Selatan dan disetorkan oleh

bank umum relatif terjaga kebersihan dan fisiknya.

Grafik 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga / PTTB (dalam miliar rupiah)

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

Q1-05 Q2-05 Q3-05 Q4-05 Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08

Inflo

w &

PT

TB

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PT

TB

/ In

flow

Inflow PTTB PTTB/Inflow

c. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan

Perkembangan uang rupiah palsu yang dilaporkan oleh perbankan dan

masyarakat kepada KBI Makassar pada triwulan laporan tercatat sebesar

Rp8.170.000,00 dengan jumlah sebanyak 168 lembar, menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar Rp8.985.000,00 dengan jumlah sebanyak 157 lembar.

Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu, jumlah uang palsu yang

ditemukan menurun cukup signifikan sebesar 64,99% dari Rp23.335.000 pada

triwulan I-2007. Adapun temuan jumlah uang palsu tersebut masih relatif kecil bila

dibandingkan dengan aliran uang kartal yang keluar dari perkasan KBI Makassar

mencapai sekitar Rp2,34 trilyun. Relatif kecilnya temuan uang palsu ini sejalan

dengan kegiatan sosialisasi Bank Indonesia yang dilakukan kepada masyarakat

terkait dengan Ciri-Ciri Mengenal Keaslian Uang Rupiah.

Berdasarkan jenis pecahannya, uang palsu dengan pecahan Rp50.000,00

merupakan pecahan yang terbanyak ditemukan dengan jumlah 91 lembar.

Sementara pecahan Rp100.000,00 yang dipalsukan tercatat sebanyak 30 lembar.

Ket: Posisi kas pada triwulan I-2007 merupakan revisi dari laporan sebelumnya

Page 71: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

66

Grafik 4.3. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan

Rp. 50.00055.69%

Rp. 5.0000.24%

Rp. 10.0003.18%

Rp. 20.0004.16%

Rp. 100.00036.72%

Walaupun secara rasio, jumlah uang palsu yang ditemukan tersebut relatif

sangat kecil dibandingkan dengan jumlah perputaran uang secara umum, namun

Bank Indonesia senantiasa secara proaktif melakukan kerjasama dengan aparat yang

berwenang untuk mengatasi permasalahan uang palsu tersebut. Sedangkan langkah

yang bersifat antisipatif adalah secara terus-menerus melakukan penyuluhan

(sosialisasi) mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada seluruh lapisan

masyarakat di seluruh wilayah (Kabupaten dan Kota) di Sulsel.

d. Perkembangan Kliring dan RTGS

- Perkembangan RTGS

BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement) merupakan salah satu

penyelesaian non tunai untuk nilai transaksi transfer dana di atas Rp100 juta.

Perkembangan transaksi non tunai dengan menggunakan sarana BI-RTGS di KBI

Makassar selama triwulan I-2008 menunjukan penurunan baik transaksi masuk

maupun keluar.

Perkembangan transaksi transfer masuk via RTGS pada triwulan laporan

mengalami peningkatan sebesar 15,0% dibanding triwulan I-2007 yaitu dari 7,6

triliun menjadi Rp8,8 triliun. Persentase pertumbuhan inflow tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan IV-2007 yang tercatat sebesar

16,6%. Sementara apabila dibandingkan dengan triwulan IV-2007, transfer masuk

pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar -26,6% yaitu dari Rp11,9

miliar pada triwulan IV-2007.

Page 72: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

67

Demikian pula halnya dengan transfer keluar dari Sulsel juga tercatat

mengalami penurunan sebesar -36,2% dibandingkan dengan triwulan I-2007 yaitu

dari Rp10,8 triliun menjadi Rp6,9 triliun. Hal yang sama juga terjadi apabila

dibandingkan dengan triwulan IV-2007, transfer keluar mengalami penurunan

sebesar -17,3% dari Rp8,3 miliar pada triwulan IV-2007.

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

Q-1/06 Q-2/06 Q-3/06 Q-4/06 Q-1/07 Q-2/07 Q-3/07 Q-4/07 Q-1/08

Grafik 4.4. Transaksi Non Tunai via RTGS (dalam Rp miliar)

Incoming Outgoing Netto

- Perkembangan Kliring

Selain BI-RTGS, sistem Kliring merupakan salah satu penyelesaian non tunai

untuk nilai transaksi transfer dana/transaksi kredit kurang dari Rp100 juta maupun

transaksi debet dengan menggunakan warkat debet.

Berbeda dengan transaksi non tunai melalui BI-RTGS, perkembangan

transaksi non tunai melalui sistem kliring justru mengalami peningkatan baik dari

volume maupun nominal. Secara tahunan (y.o.y), nominal perputaran kliring tercatat

meningkat dari Rp4,3 triliun pada triwulan I-2007 menjadi Rp6,3 trilyun pada

periode laporan, atau meningkat sebesar 47,4%. Sedangkan rata-rata harian nilai

nominal perputaran kliring juga mencatat peningkatan dari Rp69,46 miliar menjadi

Rp105,78 miliar pada periode laporan. Pertumbuhan tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan pertumbuhan transaksi kliring pada triwulan I-2007 yang

tercatat sebesar 70,7% (y.o.y). Sementara itu, apabila dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, transaksi kliring pada triwulan laporan mengalami penurunan

sebesar -1,3% dari Rp6,43 triliun.

Sumber: BI-RTGS, data triwulan I-2008 masih sementara

Page 73: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

68

2008

Trw-I Trw-II Trw-I Trw-II Trw-I Trw-II Trw-I Trw-II Trw-I

Total Perputaran Kliring- Nominal (miliar rupiah) 5,293.49 4,662.62 5,699.36 6,420.80 6,093.67 6,266.30 4,306.76 5,397.16 6,346.97

- Lembar (ribuan) 281.68 289.68 285.37 330.84 299.45 310.00 169.83 204.30 233.99

- Nominal (miliar rupiah) 88.22 77.71 96.6 103.56 152.34 101.07 69.46 87.05 105.78

- Lembar (ribuan) 4.69 4.83 4.84 5.34 7.49 5.00 2.73 3.30 3.90

- Nominal (%) 0.32 0.4 0.44 0.45 0.77 0.71 0.56 0.63 0.92

- Lembar (%) 0.48 0.49 0.62 0.57 0.75 0.59 0.46 0.54 1.95

Tabel 4.1. Perputaran Kliring & Cek/BG Kosong

2007

Rata-rata Harian Perputaran Kliring

Nisbah Rata-rata Penolakan Cek/ BG Kosong

2006 Uraian

20052004

Namun, rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong hingga akhir periode laporan

tercatat juga mengalami peningkatan baik dari volume maupun nominalnya

dibandingkan triwulan I-2007. Rasio rata-rata jumlah warkat yang ditolak pada

periode laporan sebesar 1,95%, lebih tinggi dibanding triwulan I-2007 yang tercatat

sebesar 0,46%. Sementara berdasarkan nilai nominalnya, rasio rata-rata warkat

yang ditolak mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,92% dibandingkan dengan

triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,56%.

Page 74: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

69

Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama Agustus Agustus

2006 2007Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas 5,313,803 5,423,703 Angkatan Kerja 3,139,320 3,312,177

a. Bekerja 2,738,632 2,939,463 b. Pengangguran 400,688 372,714

Bukan Angkatan Kerja 2,174,483 2,111,526 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 59.1% 61.1%Tingkat Pengangguran Terbuka 12.8% 11.3%Sumber : BPS

KEGIATAN UTAMA

Bab 5

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) relatif belum berdampak yang

signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meskipun tingkat pengangguran

terbuka mengalami penurunan, namun tingkat kesejahteraan masyarakatnya masih relatif

belum mengalami perbaikan. Kondisi tersebut ditandai dengan menurunnya Indeks

Pembangunan Manusia dan masih terjadi ketimpangan pendapatan sehingga menyebabkan

jumlah penduduk miskin mengalami penurunan yang relatif minim.

Situasi ketenagakerjaan merupakan tantangan tersendiri dalam pembangunan

ekonomi di Sulsel, khususnya dalam rangka memperbaiki angka IPM, tingkat kemiskinan dan

gini indeks. Sehingga perlu upaya untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat agar

menjadi menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan ekonomi di provinsi

tersebut.

5.1. Ketenagakerjaan

Jumlah angkatan kerja di Sulsel selama Agustus 2006 – Agustus 2007

mengalami kenaikan. Pada bulan Agustus 2006, angkatan kerja tercatat 3,14 juta orang

(59,08% dari total penduduk usia kerja), sedangkan pada bulan Agustus 2007 tercatat 3,31

juta orang (61,07% dari total penduduk usia kerja).

Sejalan dengan pertumbuhan

jumlah angkatan kerja tersebut,

jumlah penduduk bekerja juga

mengalami peningkatan, yaitu

dari 2,7 juta orang pada Agustus

2006 menjadi 2,9 juta orang pada

Agustus 2007. Sektor pertanian

masih merupakan mata

pencaharian utama bagi 53,8% penduduk bekerja di Sulbar. Lapangan pekerjaan dengan

jumlah tenaga kerja kedua terbesar adalah sektor perdagangan (19,3%) diikuti oleh sektor

jasa (9,2%) dan sektor lainnya (7%). Dari sisi perbandingan komposisi per sektor

ekonominya, terjadi pergeseran komposisi tenaga kerja di sektor non pertanian ke sektor

pertanian. Diperkirakan pergeseran tersebut terjadi karena adanya musim tanam sehingga

relatif membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit. Di sektor pertanian sendiri mengalami

Page 75: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Triwulan I-2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

70

Tabel 5.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Selatan 2004 – 2005

KETERANGAN 2004 2005Angka Harapan Hidup 68.7 68.7 Angka Melek Huruf 84.5 84.6 Rata-rata Lama Sekolah 6.8 7.0 Paritas Daya Beli 615.2 616.8 IPM 67.8 68.1 Sumber : BPS

peningkatan persentase jumlah angkatan kerja yang bekerja sementara di sektor non

pertanian mengalami penurunan.

Grafik 5.1 Persentase Penduduk Usia 15 + yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Agustus 2006

5%

20%

13%47%

15%Pertanian

Industri

Perdagangan

Jasa

Lainnya

Agustus 2007

Sumber : BPS

54%

13%

9%

19%

5%

Sejalan dengan masih tingginya kontribusi sektor pertanian tersebut, maka dari sisi

status pekerjaan utama, angkatan kerja yang bekerja didominasi oleh kegiatan ekonomi

informal yaitu sebesar 74,6% dari jumlah angkatan kerja yang bekerja, sementara sisanya

pada status pekerjaan sebagai karyawan dan berusaha dibantu buruh tetap. Di sisi lain,

jumlah penduduk yang menganggur mengalami penurunan, yaitu dari 400 ribu orang

menjadi 372 ribu orang. Apabila dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja yang memiliki

tren meningkat, yaitu dari 59,08% menjadi 59,74% (naik 0,66%) maka tingkat

pengangguran di Sulsel mengalami penurunan, yaitu dari 12,8% menjadi 11,3% (turun

1,5%).

5.2. Kesejahteraan

5.2.1. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran keberhasilan pembangunan

manusia dalam suatu wilayah tertentu. Standar IPM ditentukan oleh Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) melalui UNDP (United Nation of Development Program). IPM adalah indeks

komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari (1) indeks kesehatan (2) indeks

pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan (3) indeks daya beli.

Pada tahun 2005, IPM di Sulsel adalah

sebesar 68,1 poin atau naik 0,3 poin dari

IPM 2004 yang sebesar 67,8, namun

masih tetap dibawah angka IPM nasional

yang tercatat sebesar 69,6 (2005) dan

Page 76: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I - 2008

71

Grafik 5.2 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Per Propinsi se-Sulawesi

32%

12%

14

%

7% 13

% 29

%

87

%

68

%

88%

86%

93

%

71

%

19%

27%

21%

14%

22%

11%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%Kota Desa Total

68,7 (2004). Secara nasional, angka IPM Sulsel pada tahun 2005 tersebut pada urutan 23

dari 33 provinsi yang mengalami penurunan ranking dibanding tahun sebelumnya (2004)

yang berada pada ranking 21. Dilihat dari komponennya, hanya indeks rata-rata lama

sekolah dan paritas daya beli yang mengalami perbaikan, 2 komponen lainnya relatif tetap.

5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin

Jumlah penduduk miskin di

Sulsel per Maret 2007 tercatat

sebesar 14,11% dari jumlah

penduduknya. Dari persentase

tersebut, 14,1% berada di daerah

perkotaan sedangkan sisanya

berada di daerah pedesaan. Kondisi

tersebut sejalan dengan hasil

pengukuran Gini Ratio, dimana

40% dari penduduknya

berpendapatan rendah hanya menguasai 18,57% dari pendapatan di Sulsel. Apabila

dibandingkan dengan provinsi se-Sulawesi, tingkat kemiskinan di Sulbar tersebut relatif lebih

baik dibanding daerah lainnya, kecuali dengan propinsi Sulawesi Utara yang jumlah

penduduk miskinnya tercatat sebesar 11,42% dari jumlah penduduknya. Selain itu, jumlah

penduduk miskin Sulsel pada Maret 2007 tersebut relatif mengalami penurunan bila

dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin per Maret 2005 yang tercatat sebesar

14,98% dari jumlah penduduknya. Apabila ditinjau dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

pada tahun 2005 dan 2007, seharusnya terjadi penurunan yang cukup tinggi pada jumlah

penduduk miskin di Sulsel mengingat terjadi penurunan persentase penurunan TPT yang

cukup tinggi yaitu dari 15,7% pada tahun 2005 menjadi 11,3%. Namun apabila ditinjau dari

angka Gini Ratio, terjadi peningkatan angka Gini Ratio dari tahun 2005 ke tahun 2007 yaitu

dari 0,35 pada tahun 2005 menjadi 0,37. Dari dua indikator tersebut menggambarkan

bahwa jumlah pengangguran yang terserap di lapangan kerja masih relatif berpendapatan

yang rendah yang dimungkinkan masih dibawah angka garis kemiskinan.

5.2.3. Gini Ratio

Distribusi pendapatan di Sulsel masih relatif kurang merata. Pada tahun 2007,

sebagian besar pendapatan di Sulsel masih didominasi oleh 20% dari jumlah penduduk yang

berpendapatan tinggi, yaitu sebesar 44,52%. Sementara 40% dari jumlah penduduk yang

berpendapatan rendah tercatat hanya memiliki share sebesar 18,47%, sisanya didominasi

oleh 40% dari total penduduk yang berpendapatan menengah. Dari kondisi tersebut maka

Page 77: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Triwulan I-2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

72

Tabel 5.3 Gini Indeks Tahun 2007

Propinsi

40 % populasi dengan

pendapatan terendah

40 % populasi dengan

pendapatan menengah

20 % populasi dengan

pendapatan tertinggi

Gini Ratio

Sulbar 21.97 36.15 41.88 0.31 Sulsel 18.57 36.91 44.52 0.37 Nasional 19.10 36.11 44.79 0.36 Sumber : BPS

angka Gini Indeks Sulbar tercatat sebesar 0,37. Angka tersebut relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan Gini Indeks provinsi Sulbar maupun secara nasional. Semakin tinggi

angka Gini Ratio tersebut semakin menggambarkan ketidakmerataan pemerataan

pendapatan.

Distribusi pendapatan yang kurang

merata tersebut, dimungkinkan karena

angkatan kerja yang bekerja tersebut

masih didominasi di sektor pertanian

yaitu sebesar 53,8% (2007) yang relatif

memiliki daya beli yang relatif rendah,

dimana sektor pertanian tersebut lebih

banyak terdapat di daerah pedesaan.

Apabila ditinjau dari Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulsel, pada tahun 2008 terjadi

peningkatan UMP sebesar 10,0% dari Rp673.200 per bulan menjadi Rp740.520,- per bulan.

Nilai Gini Indeks Sulsel pada tahun 2008 diperkirakan akan semakin tinggi mengingat UMP

Sulsel pada tahun 2008 masih lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan hidup layak

yaitu sebesar Rp754.884,- (2008) atau UMP setara dengan 98,1% kebutuhan hidup layak.

Terlebih lagi dengan adanya tekanan inflasi pada tahun 2008 yang diperkirakan akan

mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi tahun 2007. Sementara

nilai Gini Indeks pada tahun 2007 pada kondisi UMP setara dengan 99,4% kebutuhan hidup

layak (Rp677.333,-).

Page 78: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I-2008

83

Bab 6

Keuangan Daerah

Keuangan daerah pada triwulan I-2008 belum banyak dapat dianalisa mengingat

APBD baru disetujui pada bulan Februari 2008. Jika dilihat dari alokasi anggaran pemerintah

pusat kepada daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus

(DAK) untuk tahun anggaran 2008 telah ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan Peraturan

Presiden No. 110 tanggal 6 Desember 2007, pemerintah telah membagi Dana Alokasi Umum

kepada provinsi dan kota. Adapun DAU untuk provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dan 23

kabupaten/kota di Sulsel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 6.1. Perkembangan DAU Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah)

No. BIDANG 2007 2008 Growth1 Prop. Sulsel 599,508 656,710 9.54%2 Kab. Bantaeng 206,737 224,668 8.67%3 Kab. Barru 229,246 248,995 8.61%4 Kab. Bone 494,234 529,055 7.05%5 Kab. Bulukumba 332,719 363,390 9.22%6 Kab. Enrekang 230,254 252,233 9.55%7 Kab. Gowa 379,657 417,799 10.05%8 Kab. Jeneponto 280,676 296,146 5.51%9 Kab. Luwu 289,606 318,300 9.91%

10 Kab. Luwu Utara 268,664 303,618 13.01%11 Kab. Maros 286,004 312,182 9.15%12 Kab. Pangkep 266,302 326,056 22.44%13 Kab. Pinrang 313,755 340,756 8.61%14 Kab. Selayar 217,506 242,377 11.43%15 Kab. Sidrap 265,277 296,496 11.77%16 Kab. Sinjai 255,440 284,002 11.18%17 Kab. Soppeng 292,386 317,481 8.58%18 Kab. Takalar 264,008 294,665 11.61%19 Kab. Tana Toraja 362,625 396,159 9.25%20 Kab. Wajo 305,940 336,188 9.89%21 Kota Pare Pare 208,125 228,255 9.67%22 Kota Makassar 583,842 643,328 10.19%23 Kota Palopo 202,459 226,221 11.74%24 Kab. Luwu Timur 216,885 241,003 11.12%

TOTAL 7,351,855 8,096,082 10.12%Sumber : www.sikd.djapk.go.id

DAU untuk wilayah Sulsel meningkat sebesar 10,12% dari Rp7,35 triliun pada tahun

2007 menjadi Rp8,10 triliun pada tahun 2008. Kabupaten/kota yang mengalami

peningkatan DAU tertinggi yaitu Kabupaten Pangkep yang tercatat sebesar 22,41%,

Page 79: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

84

sementara pemerintah Provinsi Sulsel menerima alokasi dana yang terbesar dari seluruh DAU

yang dialokasi ke wilayah Sulsel.

Sementara untuk DAK tahun 2008, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.

142/PMK.07/2007 tentang Penetapan Alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2008, rata-

rata nilai DAK yang akan dialokasi ke kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan selama tahun 2008

adalah sebesar Rp1,18 triliun. Besar alokasi DAK untuk tahun 2008 tersebut mengalami

peningkatan sebesar 20,30% dibanding DAK tahun 2007. Kondisi ini menunjukkan bahwa

selama tahun 2008 diperkirakan akan terdapat peningkatan pembangunan di Sulsel yang

secara otomatis akan berdampak pada pertumbuhan perekonomian daerah.

Tabel 6.2. Perkembangan DAK Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah)

No. KABUPATEN / KOTA 2007 2008 Growth1 Takalar 44,979 55,819 24.10%2 Pangkep 41,866 53,756 28.40%3 Gowa 50,874 59,973 17.89%4 Maros 49,634 61,655 24.22%5 Parepare 32,399 39,708 22.56%6 Sidrap 43,606 53,586 22.89%7 Barru 37,003 45,317 22.47%8 Pinrang 41,652 51,781 24.32%9 Enrekang 37,202 44,443 19.46%

10 Bone 57,838 70,831 22.46%11 Soppeng 40,100 46,023 14.77%12 Wajo 44,938 55,531 23.57%13 Tana Toraja 46,041 56,873 23.53%14 Sinjai 53,769 61,839 15.01%15 Selayar 41,089 47,395 15.35%16 Bantaeng 39,875 46,248 15.98%17 Bulukumba 45,519 54,692 20.15%18 Jeneponto 41,391 48,509 17.20%19 Kota Palopo 32,080 40,268 25.52%20 Luwu 52,413 62,561 19.36%21 Luwu Utara 55,983 56,360 0.67%22 Luwu Timur 44,098 49,221 11.62%23 Makassar 8,535 19,993 134.25%

TOTAL 982,884 1,182,382 20.30%Sumber : www.sikd.djapk.go.id

Secara umum tiap kabupaten/kota tercatat mengalami peningkatan DAK, dimana

kabupaten/kota yang menerima DAK terbesar se-Sulsel adalah Kabupaten Bone yaitu sebesar

5,99% dari total DAK tahun 2008, diikuti Kabupaten Luwu (5,29%) dan Kabupaten Sinjai

(5,23%). Ditinjau dari pertumbuhannya, Kota Makassar mengalami peningkatan tertinggi

yaitu sebesar 134,25%. Hal ini selaras dengan perkembangan kota Makassar yang terus

menerus meningkat mengingat posisinya yang merupakan ibukota provinsi.

Page 80: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan I-2008

85

Apabila ditinjau per bidang pembangunan, pembangunan dibidang pendidikan

menjadi prioritas pembangunan di Sulsel dengan alokasi sebesar 33,73% dari total DAK.

Kondisi tersebut dimaksudkan untuk menjalankan program pemerintah dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan masyarakat. Selain itu, bidang infrastruktur juga menjadi

prioritas pembangunan di Sulsel yaitu sebesar 31,90% dari total DAK, terutama untuk

pembangunan jalan dan irigasi. Pada tahun 2008 tersebut, terdapat bidang baru yang

mendapatkan dana pembangunan dari pemerintah pusat yaitu bidang kehutanan dan

kependudukan.

Ditinjau dari pertumbuhannya, bidang pendidikan mengalami peningkatan alokasi

DAK sebesar 35,58%, sementara untuk infrastruktur terjadi peningkatan alokasi sebesar

17,24%. Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah alokasi bidang pertanian di

wilayah Sulsel yang tercatat mengalami penurunan 12% dibanding alokasi DAK 2007.

Kondisi ini cukup memprihatinkan mengingat sektor tersebut merupakan sektor unggulan

Sulawesi Selatan. Namun sharenya terhadap total Produk Domestik Regional Bruto terus

mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Tabel 6.3. Perkembangan DAK per-Bidang Pembangunan Se-Sulawesi Selatan Tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah)

No. BIDANG 2007 2008 Growth1 Pendidikan 294,159 398,834 35.58%2 Kesehatan 172,210 187,688 8.99%3 Infrastuktur 321,728 377,205 17.24%

a. Jalan 183,352 224,090 22.22%b. Irigasi 83,884 94,949 13.19%c. Air bersih 54,492 58,166 6.74%

4 Prasarana Pemerintahan 13,469 6,793 -49.57%5 Kelautan dan Perikanan 76,545 76,645 0.13%6 Pertanian 87,330 87,222 -0.12%7 Lingkungan Hidup 17,443 17,443 0.00%8 Kehutanan - 9,304 100.00%9 Kependudukan - 21,248 100.00%

TOTAL 982,884 1,182,382 20.30%Sumber : www.sikd.djapk.go.id

Page 81: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007

87

Bab 7

Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

7.1 Outlook Kondisi Makroregional

Kinerja perekonomian daerah secara tahunan pada triwulan laporan mengalami

pertumbuhan kinerja yang positif meski melambat dibandingkan akhir tahun 2007. Kondisi

perlambatan tersebut tercermin dari kinerja sektor-sektor ekonomi daerah seperti sektor

pertanian, listrik-gas-air, bangunan, angkutan dan komunikasi, keuangan-persewaan-jasa

perusahaan serta jasa. Adapun sektor-sektor ekonomi yang mencatat kinerja yang meningkat

diantaranya sektor pertambangan, industri pengolahan dan perdagangan-hotel-restoran.

Di sisi permintaan, laju pertumbuhan regional, secara umum masih tetap didukung oleh

kinerja konsumsi terutama konsumsi rumah tangga dan pemerintah, yang merupakan motor

penggerak pertumbuhan ekonomi daerah.

Dari sisi penawaran, pada triwulan II-2008 diperkirakan terdapat perlambatan

pertumbuhan terutama pada sektor pertanian. Kondisi ini lebih disebabkan siklus kegiatan

produksi yang pada triwulan depan telah memasuki musim tanam. Dorongan pertumbuhan

pada sektor ini diperkirakan akan berasal dari subsektor tanaman bahan pangan (terutama

komoditas tertentu seperti jagung dan kacang-kacangan yang akan memasuki musim

panen). Selain subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perikanan diperkirakan akan

turut mendorong sektor pertanian terutama perikanan laut mengingat kondisi cuaca yang

kondusif.

Di sektor pertambangan dan penggalian, peningkatan kinerja diperkirakan masih

akan didorong oleh kinerja pertambangan non-migas dengan komoditas unggulan daerah

antara lain nikel dan marmer yang pada awal tahun ini telah meningkatkan target

produksinya. Namun demikian, kontribusi sektor ini diperkirakan masih terbatas dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah di triwulan mendatang.

Pada sektor industri pengolahan, tekanan pada subsektor makanan-minuman-

tembakau masih berpotensi untuk terjadi sebagai akibat masih tingginya harga bahan baku

terigu (gandum) di pasar internasional. Untuk subsektor semen-barang galian non logam

diperkirakan akan mengalami pertumbuhan terutama untuk memenuhi stok komoditas

tersebut setelah terjadinya kelangkaan di pertengahan triwulan laporan, meski dengan

peningkatan kinerja yang relatif terbatas.

Pada triwulan depan, sektor perdagangan-hotel-restoran diperkirakan akan menjadi

faktor penggerak pertumbuhan ekonomi di Sulsel. Peningkatan kinerja diperkirakan akan

Page 82: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

88

terjadi pada subsektor hotel dan restoran mengingat adanya periode libur sekolah. Selain itu,

meski akan mengalami tekanan, subsektor perdagangan masih akan menunjukkan

pertumbuhan yang positif selaras dengan pola konsumsi masyarakat terhadap berbagai

komoditas yang ada.

Sektor bangunan diperkirakan akan turut mendorong laju pertumbuhan ekonomi

daerah pada triwulan depan seiring dengan mulai bergulirnya pelaksanaan proyek-proyek

daerah yang telah direncanakan dan dianggarkan baik oleh Pemerintah Pusat maupun

Daerah. Khusus untuk subsektor konstruksi, dilanjutkannya beberapa proyek pembangunan

jalan poros nasional Maros -Pinrang diperkirakan akan berdampak positif terhadap kinerja

subsektor ini hingga akhir semester pertama tahun ini.

Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi diperkirakan masih akan menjadi motor

penggerak perekonomian Sulsel pada triwulan II-2008, khususnya bersumber pada konsumsi

pemerintah. Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga masih berpotensi untuk terealisasi

meski diperkirakan akan berada dalam jumlah yang relatif minim mengingat terdapat

kecenderungan adanya peningkatan harga-harga beberapa komoditas, terutama pada bahan

makanan. Selanjutnya, potensi peningkatan harga akibat penyesuaian biaya energi

diperkirakan akan mempengaruhi ekspektasi pelaku usaha untuk merealisasikan kenaikan

harga barang-barang. Kondisi ini dapat menimbulkan kecenderungan masyarakat untuk

menahan konsumsi selain untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Untuk konsumsi oleh pemerintah daerah, kinerjanya diperkirakan akan memberikan

sumbangan yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan

mendatang dan lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan terakhir tahun 2007

maupun triwulan I-2008. Kondisi ini seiring dengan mulai bergulirnya dana kegiatan

pembangunan/pemeliharaan infrastruktur daerah yang secara kumulatif akan meningkatkan

belanja Pemda pada triwulan lalu yang relatif hanya didorong oleh pembiayaan rutin.

Peningkatan nilai ekspor pada triwulan mendatang diperkirakan masih berpotensi

untuk membaik dan diperkirakan akan memberikan kontribusi positif, terutama pada

subsektor ekspor antar propinsi. Di sisi lain, ekspor antar negara diperkirakan juga akan

tumbuh secara positif dan meningkat seiring dengan adanya perbaikan harga beberapa

komoditas ekspor Sulsel di pasar internasional meski dengan besaran yang relatif terbatas.

Selanjutnya, kinerja impor diperkirakan akan mengalami pertumbuhan dengan besaran yang

terbatas seiring dengan adanya masih besarnya tekanan terhadap kemampuan impor daerah

seiring dengan kecenderungan belum menurunnya harga-harga komoditas yang sering

diimpor oleh Sulsel.

Pada triwulan mendatang, faktor-faktor yang perlu diwaspadai adalah kondisi sosial

politik yang masih relatif dapat memberikan dampak negatif terhadap terciptanya stabilitas

Page 83: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007

89

perekonomian Sulsel. Konstelasi politik menjelang Pilkada di tingkat Kabupaten/Kota di

beberapa daerah di wilayah Sulsel (seperti di Kota Makassar, Sidrap, Sinjai, Pinrang dan

Parepare) masih berpotensi untuk menimbulkan ketidakpastian kegiatan usaha sehingga

menyebabkan para pelaku usaha maupun investor untuk mengambil posisi wait and see

dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.

Berdasarkan alasan tersebut di atas dan dengan asumsi tidak ada kejadian yang

cukup mengganggu proses kinerja pembangunan, seperti bencana alam, maka diperkirakan

perekonomian Sulsel pada triwulan mendatang, secara tahunan diperkirakan akan sedikit

meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu pada kisaran 5% ± 1%

(y-o-y), yang masih sejalan dengan perkirakan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun

2008 yaitu sebesar 5,3% ± 1% (y-t-d).

7.2 Outlook Inflasi

Laju inflasi di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan laporan tercatat

mengalami percepatan dibandingkan laju inflasi pada periode yang sama tahun lalu maupun

triwulan lalu. Percepatan laju kenaikan harga-harga ini cenderung disebabkan oleh masih

terdapatnya tekanan harga dari harga komoditas pangan serta ekspektasi masyarakat

terhadap adanya kebijakan terkait dengan komoditas energi (seperti konversi minyak tanah

kepada penggunaan gas serta peningkatan harga BBM dunia yang kerap menimbulkan

kebijakan penyesuaian harga oleh Pemerintah). Selanjutnya, peningkatan konsumsi rumah

tangga menjelang dan pada saat masa liburan sekolah diperkirakan akan turut memberi

tekanan terhadap harga-harga barang secara umum di Sulsel.

Pada triwulan mendatang, dorongan inflasi diperkirakan masih akan terjadi pada

kelompok makanan jadi, sandang serta bahan makanan dan dipicu oleh peningkatan harga

berbagai komoditas internasional (komoditas primer dan harga minyak) serta permasalahan

distribusi dan efek musiman. Pada kelompok makanan jadi, inflasi cenderung akan

berpotensi terjadi pada komoditas minyak goreng mengingat masih belum stabilnya harga

CPO internasional. Untuk kelompok sandang, harga emas yang relatif masih cukup tinggi

memicu terjadinya inflasi pada komoditas emas perhiasan di Sulsel. Kondisi ini sejalan dengan

pilihan investasi masyarakat Sulsel secara umum yang cenderung lebih memilih komoditas

emas perhiasan sebagai instrumen investasi. Pada kelompok bahan makanan, faktor

musiman dan distribusi sangat mempengaruhi harga komoditas di kelompok ini seperti

sayur-sayuran, bawang merah dan ikan-ikanan. Lebih lanjut, kelangkaan minyak tanah dan

gas elpiji yang sempat terjadi pada awal tahun, penundaan program konversi minyak tanah

ke gas elpiji, serta dinamika yang muncul dan membentuk ekspektasi masyarakat akan

adanya kemungkinan terjadinya penyesuaian harga BBM paska ketidakmenentuan harga

Page 84: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Triwulan IV-2007 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

90

minyak dunia diperkirakan akan turut memberi andil terhadap kecenderungan pelaku

ekonomi untuk menahan supply dari komoditas-komoditas tersebut yang tentunya akan

memberikan tekanan inflasi baik secara langsung kelompok perumahan-gas-listrik-air-bahan

bakar maupun tidak langsung berupa penyesuaian harga jual oleh para pelaku usaha. Akibat

tekanan harga pada komoditas-komoditas tersebut di atas di atas maka diperkirakan laju

inflasi akan cenderung mengalami peningkatan. Sehubungan dengan hal tersebut, pada

triwulan mendatang laju inflasi tahunan diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan dengan

laju inflasi triwulan II-2007 yaitu pada kisaran 7% ± 1% (y-o-y). Adapun inflasi daerah secara

kumulatif pada akhir tahun 2008 diperkirakan adalah sebesar 6%-8% (y.t.d).

Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

180,00

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

2007 2008

Indeks Perubahan Harga Umum 3 bulan y.a.d.

Perkiraan tersebut sejalan dengan hasil Survei Konsumen di Kota Makassar yang

mengindikasikan bahwa secara umum responden berpersepsi bahwa terjadi kenaikan harga

barang dan jasa dalam periode 3 bulan ke depan akan mengalami peningkatan.

7.3. Prospek Perbankan

Pada triwulan laporan, kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Selatan memperlihatkan

peningkatan yang cukup signifikan. Namun demikian, terdapatnya potensi perlambatan

pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh percepatan laju inflasi diperkirakan akan

mempengaruhi stance kebijakan moneter ke depan. Tingginya ketidakpastian dalam jangka

pendek serta potensi terjadinya kenaikan harga dapat mempengaruhi laju penurunan suku

bunga Bank Indonesia (BI-rate) memasuki akhir semester I-2008. Berdasarkan perkiraan

tersebut maka pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan perbankan diperkirakan masih

akan tumbuh meski akan mengalami perlambatan. Di sisi lain, simpanan masyarakat,

khususnya deposito, berpotensi untuk terus menurun. Namun demikian, kondisi tersebut

Page 85: K atPaengantar - bi.go.id filetentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang ... dan memelihara kestabilan nilai ... sejak terbentuknya Provinsi Sulawesi

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2007

91

menuntut perbankan daerah untuk lebih kreatif dalam memberikan jasa pelayanannya

kepada masyarakat.

Selanjutnya perkiraan kondisi sosial politik di Sulsel ke depan yang diprediksikan

untuk tetap stabil diharapkan mampu untuk meningkatkan keyakinan masyarakat dan

pelaku usaha untuk tetap mempertahankan kegiatan usahanya pada level yang ada pada

triwulan I-2008. Dengan demikian, meski penyaluran kredit cenderung untuk mengalami

perlambatan, namun perlambatan tersebut diharapkan tetap dapat mendorong terciptanya

pertumbuhan ekonomi regional sebagaimana yang diharapkan.