92
BAB II KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah ‘keselamatan dan kesehatan kerja’, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science). Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.( Rijanto, 2010 ) 2.1 Pengertian Keselamatan Kerja Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007).

DocumentK3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Enjoy

Citation preview

Page 1: DocumentK3

BAB II

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat

populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan

K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah

‘keselamatan dan kesehatan kerja’, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian.

Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific

approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu

program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja

dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan

ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko

(risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang

mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko

kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.( Rijanto, 2010 )

2.1 Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu

dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau

nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan

keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan

pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007).

Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139) menyatakan

keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak

5

Page 2: DocumentK3

selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan sedangkan kesehatan kerja yaitu

terhindarnya dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai pekerjaannya.

Sedangkan pendapat Leon C Meggison yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara

(2000:161) bahwa istilah keselamatan mencakup kedua istilah yaitu resiko keseamatan dan

resiko kesehatan. Dalam kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu Keselamatan

kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau

kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja

yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar,

keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering

dihubungan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-

tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah suatu

usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan sehingga manusia dapat

merasakan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau

kerugian terutama untuk para pekerja konstruksi. Agar kondisi ini tercapai di

tempat kerja maka diperlukan adanya keselamatan kerja.

Keselamatan kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan

upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun

rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil

budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan

dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan

dan penyakit akibat kerja (Purnama, 2010).

Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat

berjalan dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan bekerja

secara maksimal dan semangat.Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang

6

Page 3: DocumentK3

bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja yang mencakup

tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi

pekerja (Simanjuntak, 1994).

Menurut Suma’mur pada tahun 1993 keselamatan kerja adalah keselamatan

yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya,

landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.

Kemudian pada tahun 2001 Suma’mur memperbaharui pengertian dari keselamatan

kerja yaitu rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram

bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

Pengertian di atas hampir sama dengan pengertian yang dikemukakan oleh

Mangkunegara (2002), bahwa secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai

ilmu dan penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan

proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan

pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar

dari kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan Alat

Pelindung Diri (APD), perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi.

Slamet (2012) juga mendefinisikan tentang keselamatan kerja. Keselamatan

kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan

pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang

harus dilakukan selama bekerja, karena tidak yang menginginkan terjadinya

kecelakaan di dunia ini. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk,

dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.

Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a)Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja

b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.

c) Teliti dalam bekerja

7

Page 4: DocumentK3

d)Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan

kesehatan kerja.

Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja

karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas

keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja seperti

pernyataan Jackson (1999) bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan

terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.

2.2 Kesehatan Kerja

Selain faktor keselamatan , hal penting yang juga harus diperhatikan oleh

manusia pada umumnya dan para pekerja konstruksi khususnya adalah faktor

kesehatan. Kesehatan berasal dari bahasa Inggris ‘health’, yang dewasa ini tidak hanya

berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna

sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Dengan demikian pengertian

sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well-being). Kesehatan sebagai

suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis juga berupaya mempelajari

faktor-faktor yang dapat menyebabkan manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya

untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar manusia

tidak menderita sakit, bahkan menjadi lebih sehat (Mily, 2009).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan

bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan

sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”.

Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan,

mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah “sumber daya bagi kehidupan

sehari-hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep positif menekankan

sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.

Menurut Undang- Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang –

Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran bahwa kesehatan adalah keadaan

8

Page 5: DocumentK3

sejahtera dari badan, jiwa, sosial dan mental yang memungkinkan setiap orang

hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pada dasarnya kesehatan itu

meliputi empat aspek, antara lain :

1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan

mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara

objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal

atau tidak mengalami gangguan.

2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran,

emosional, dan spiritual.

a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.

b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang

untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira,

kuatir, sedih dan sebagainya.

c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam

mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan

sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan

Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari

praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat

spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan

ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.

3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan

dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan

ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan

sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif,

dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat

9

Page 6: DocumentK3

menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.

Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut

(pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu,

bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial,

yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti,

misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial,

keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.

Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal 2,

Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja

memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial,

dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan

yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.

Selain pendapat diatas, ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang

kesehatan yaitu Parkins (1938) mendefinisikan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan

seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang

berusaha mempengaruhinya. Hal yang sama diutarakan oleh sedangkan Pepkin’s

(1978) menguraikan bahwa sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis

antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat

mengatasi gangguan dari luar. Sedangkan menurut White (1977) menjelaskan bahwa

sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai

keluhan apapun atau tidak ada tanda – tanda suatu penyakit dan kelainan.

Kondisi kesehatan pekerja haruslah menjadi perhatain karena pekerja adalah

penggerak atau aset perusahaan konstruksi. Jadi kondisi fisik harus maksimal dan

sehat agar tidak mengganggu proses kerja seperti pernyataan ILO/WHO (1995) bahwa

kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat

kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua

jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh

10

Page 7: DocumentK3

kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat

faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja

dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi

dan psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia

dan setiap manusia kepada jabatannya.

Suma’mur (1976) memberikan definisi kesehatan kerja sebagai : “Spesialisasi

dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar

pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi- tingginya, baik

fisik atau mental maupun sosial dengan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor

pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum”.

Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar

masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik

jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan

terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan

dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.

Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja tidak

hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang

Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, Bab I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai

kesempurnaan keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan (Slamet, 2012).

Mia (2011) menyatakan bahwa kesehatan kerja disamping mempelajari

faktor-faktor pada pekerjaan yang dapat mengakibatkan manusia menderita

penyakit akibat kerja (occupational disease) maupun penyakit yang berhubungan

dengan pekerjaannya (work-related disease) juga berupaya untuk mengembangkan

berbagai cara atau pendekatan untuk pencegahannya, bahkan berupaya juga

dalam meningkatkan kesehatan (health promotion) pada manusia pekerja tersebut.

2.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

11

Page 8: DocumentK3

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas

dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan

lingkungan. OHSAS 18001:2007 mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai

kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan

kesehatan pekerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di

tempat kerja. Dari definisi keselamatan dan kesehatan kerja di atas serta definisi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan OHSAS

dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu program yang

menjamin keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat kerja.

Mangkunegara (2002) menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan

kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan

dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya

dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat

makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu

ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan

kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri .

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu upaya pelindungan

yang diajukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya. Hal

tersebut bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja

selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat

digunakan secara aman dan efisien (Suma’mur, 2006).

Menurut Ridley (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000), mengartikan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan

aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan

sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Sama halnya dengan Jackson (1999),

12

Page 9: DocumentK3

menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada

kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh

lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,

perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan

kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3

bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero

accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya

(cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka

panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan

datang (Prasetyo, 2009).

Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan

kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Maka menurut Mangkunegara

(2002) tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan

kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-

baiknya selektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan gizi pegawai.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

lingkungan atau kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

13

Page 10: DocumentK3

Sedangkan menurut Suma’mur (2006) tujuan dari keselamatan dan

kesehatan kerja yaitu :

1. Agar setiap pekerja mendapat jaminan keselamatan dan

kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-

baiknya dan seefektif mungkin.

3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan perlindungan

kesehatan gizi pekerja.

5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.

6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

lingkungan atau kondisi kerja.

7. Agar setiap pekerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Tujuan dari penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Satria

(2008 ) adalah sebagai berikut:

1. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja

2. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien

3. Menjamin proses produksi berjalan lancar.

Sedangkan menurut Rachman (1990) tujuan umum dari K3 adalah menciptakan

tenaga kerja yang sehat dan produktif.

Tujuannya dapat dirinci sebagai berikut :

1. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam

keadaan sehat dan selamat.

2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya

hambatan.

2.4Kecelakaan Kerja

14

Page 11: DocumentK3

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998 tentang

Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan

kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula

yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada saat seseorang

melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja merupakan peristiwa yang tidak direncanakan

yang disebabkan oleh suatu tindakan yang tidak berhati-hati atau suatu keadaan yang

tidak aman atau kedua-duanya. (Sheddy Nagara, 2008:177-180)

Menurut Silalahi (1995) kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap

perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja

yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan

meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan mengadakan pengawasan yang ketat.

Foressman (1973) mendefinisikan bahwa kecelakaan kerja adalah terjadinya

suatu kejadian akibat kontak antara ernegi yang berlebihan (agent) secara akut

dengan tubuh yang menyebabkan kerusakan jaringan/organ atau fungsi faali.

Sedangkan definisi yang dikemukakan oleh Frank E. Bird Jr.(1980) kecelakaan

adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa

serta kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya kontak

dengan sumber energi yang melebihi ambang batas atau struktur.

Salah satu teori tentang penyebab kecelakaan kerja diuraikan oleh

Thompkin (1982) yang disebut dengan teori Domino (domino sequence theory)

memberikan gambaran di dalam teori domino Henirich yang intinya adalah :

1. Luka-luka disebabkan

kecelakaan

2. Kecelakaan disebabkan oleh unsafe

condition dan unsafe action

Page 12: DocumentK3

5. Kebiasaan yang

buruk menyebabkan cedera

3. Tindakan dan kondisi berbahaya disebabkan oleh kesalahan manusia

4. Kesalahan manusia

disebabkan oleh

lingkungan atau

diperoleh dari kebiasaan

Gambar 2.1 Diagram Teori Domino (domino sequence theory)

2.5 Proyek Konstruksi

Proyek adalah sebuah kata yang sering digunakan untuk sebuah

pekerjaan didalam sebuah program kegiatan, akan tetapi kata ini

mempunyai arti dimana sebuah pekerjaan besar yang berkemungkinan

besar tidak akan terulang kembali pada jangka waktu tertentu dimasa yang

akan dating. Setiap proyek harus memiliki start dan finish yang jelas,

sekumpulan aktivitas yang berurutan diantara dua kejadian itu, berikut

adanya suatu sasaran tertentu. Suatu proyek adalah suatu usaha

sementara yang dilaksanakan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa

yang unik. Setiap proyek memiliki tanggal mulai dan selesai yang tertentu.

Unik diartikan bahwa produk atau jasa yang dihasilkan adalah berbeda dari

produk atau jasa sejenis lainnya. Tidak ada dua proyek yang 100% sama

(Evha, 2010).

Proyek adalah suatu kegiatan investasi yang menggunakan faktor-

faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang diharapkan

dapat memperoleh keuntungan dalam suatu periode tertentu (Bappenas

TA-SRRP, 2003).

Page 13: DocumentK3

Menurut D.I Cleland dan W.R. King (1987), proyek adalah gabungan

dari berbagai sumber daya, yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi

sementara untuk

16

Page 14: DocumentK3

mencapai suatu sasaran tertentu. Kegiatan atau tugas yang dilaksanakan pada proyek

berupa pembangunan/perbaikan sarana fasilitas (gedung, jalan, jembatan, bendungan

dan sebagainya) atau bisa juga berupa kegiatan penelitian, pengembangan. Dari

pengertian di atas, maka proyek merupakan kegiatan yang bersifat sementara (waktu

terbatas), tidak berulang, tidak bersifat rutin, mempunyai waktu awal dan waktu akhir,

sumber daya terbatas/tertentu dan dimaksudkan untuk mencapai sasaran yang telah

ditentukan. Pengertian proyek dalam pembahasan ini bidatasi dalam arti proyek

konstruksi, yaitu proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan)

Proyek konstruksi menurut Soetrisno (1985) adalah setiap usaha yang

direncanakan sebelumnya yang memerlukan sejumlah pembiayaan seta

penggunaan masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan

dalam waktu tertentu juga.

Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang sifatnya hanya

dilakukan satu kali. Pada umumnya proyek konstruksi memiliki jangka waktu yang

pendek. Didalam rangkaian kegiatan proyek kontstruksi tersebut, biasanya terdapat

suatu proses yang berfungsi untuk mengolah sumber daya proyek sehingga dapat

menjadi suatu hasil kegiatan yang menghasilkan sebuah bangunan (Soeharto, 2001).

Sedangkan menurut Gould (2002) mendefinisikan proyek konstruksi

sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendirikan suatu bangunan yang

membutuhkan sumber daya baik biaya, tenaga kerja, material, dan peralatan.

Proyek konstruksi dilakukan secara detail dan tidak berulang

Dari pengertian dan batasan di atas, maka dapat dijabarkan beberapa

karakteristik proyek sebagai berikut :

1. Waktu proyek terbatas, artinya jangka waktu, waktu mulai (awal proyek

dan waktu finish (akhir proyek) sudah tertentu.

17

Page 15: DocumentK3

2. Hasilnya tidak berulang, artinya produk suatu proyek hanya sekali, bukan

produk rutin/berulang (Pabrikasi).

3. Mempunyai tahapan kegiatan-kegiatan berbeda-beda, dengan pola di

awal sedikit, berkembang makin banyak, menurun dan berhenti.

4. Intensitas kegiatan-kegiatan (tahapan, perencanaan, tahapan perancangan

dan pelaksanaan).

5. Banyak ragam kegiatan dan memerlukan klasifikasi tenaga beragam pula.

6. Lahan/lokasi proyek tertentu, artinya luasan dan tempat proyek sudah

ditetapkan, tidak dapat sembarang tempat.

7. Spesifikasi proyek tertentu, artinya persyaratan yang berkaitan dengan

bahan, alat, tenaga dan metoda pelaksanaannya yang sudah ditetapkan

dan harus memenuhi prosedur persyaratan tersebut.

Secara umum (garis besar) klasifikasi/jenis proyek konstruksi dapat dibagi

menjadi :

1. Proyek konstruksi bangunan gedung (Building Construction)

Proyek konstruksi bangunan gedung mencakup bangunan gedung perkantoran,

sekolah, pertokoan, rumah sakit, rumah tinggal dan sebagainya. Dari segi biaya

dan teknologi terdiri dari yang berskala rendah, menengah, dan tinggi. Biasanya

perencanaan untuk proyek bangunan gedung lebih lengkap dan detail. Untuk

proyek-proyek pemerintah (di Indonesia) proyek bangunan gedung ini dibawah

pengawasan/pengelolaan DPU sub Dinas Cipta Karya.

2. Proyek bangunan perumahan/pemukiman (Residential Contruction/Real Estate)

Di sini proyek pembangunan perumahan/pemukiman (real estate) dibedakan

denganproyek bangunan gedung secara rinci yang didasarkan pada klase

pembangunannya serempak dengan penyerahan prasarana-prasarana

penunjangnya, jadi memerlukan perencanaan infrastruktur dari perumahan

tersebut (jaringan transfusi, jaringan air, dan fasilitas lainnya). Proyek

18

Page 16: DocumentK3

pembangunan pemukiman ini dari rumah yang sangat sederhana sampai

rumah mewah, dan rumah susun. Di Indonesia pengawasan di bawah

Sub Dinas Cipta Karya.

3. Proyek konstruksi teknik sipil/proyek

Konstruksi rekayasa berat (Heavy Engineering Construction) umumnya

proyek yang masuk jenis ini adalah proyek-proyek yang bersifat

infrastruktur seperti proyek bendungan, proyek jalan raya, jembatan,

terowongan, jalan kereta api, pelabuhan, dan lain-lain. Jenis proyek ini

umumnya berskala besar dan membutuhkan teknologi tinggi.

4. Proyek konstruksi industri (Industrial Construction)

Proyek konstruksi yang termasuk dalam jenis ini biasanya proyek industri

yang membutuhkan spesifikasi dan persyaratan khusus seperti untuk

kilang minyak, industri berat/industri dasar, pertambangan, nuklir dan

sebagainya. Perencanaan dan pelaksanaannya membutuhkan ketelitian

dan keahlian/ teknologi yang spesifik.

2.6 Peraturan tentang K3 Proyek Konstruksi

Sejak awal tahun 1980-an pemerintah telah mengeluarkan suatu peraturan

tentang keselamatan kerja khusus untuk sektor konstruksi, yaitu Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-01/Men/1980. Peraturan mengenai

keselamatan kerja untuk konstruksi tersebut, walaupun belum pernah diperbaharui

sejak dikeluarkannya lebih dari 20 tahun silam, namun dapat dinilai memadai untuk

kondisi minimal di Indonesia. Hal yang sangat disayangkan adalah pada penerapan

peraturan tersebut di lapangan. Rendahnya kesadaran masyarakat akan masalah

keselamatan kerja, dan rendahnya tingkat penegakan hukum oleh pemerintah,

mengakibatkan penerapan peraturan keselamatan kerja yang masih jauh dari

optimal, yang pada akhirnya menyebabkan masih tingginya angka kecelakaan kerja.

19

Page 17: DocumentK3

Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan

tenaga kerja, yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

Sesuai dengan perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan

UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang undang ini mencakup berbagai hal

dalam perlindungan pekerja yaitu upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga kerja,

dan termasuk juga masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi, diatur melalui

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 Tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. Peraturan ini

mencakup ketentuan-ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara

umum maupun pada tiap bagian konstruksi bangunan.

Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut,

pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan

Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan

dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya

disingkat sebagai ”Pedoman K3 Konstruksi” ini merupakan pedoman yang dapat

dianggap sebagai standar K3 untuk konstruksi di Indonesia. Pedoman K3 Konstruksi ini

cukup omprehensif, namun terkadang sulit dimengerti karena menggunakan istilah-

istilah yang tidak umum digunakan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar

yang memadai. Kekurangan-kekurangan tersebut tentunya sangat menghambat

penerapan pedoman di lapangan, serta dapat menimbulkan perbedaan pendapat dan

perselisihan di antara pihak pelaksana dan pihak pengawas konstruksi.

Dalam rangka terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja pada

penyelenggaraan konstruksi di Indonesia, terdapat pengaturan mengenai K3 yang

bersifat umum dan yang bersifat khusus untuk penyelenggaraan konstruksi yakni:

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

20

Page 18: DocumentK3

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1980 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05/Men/1996 tentang Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

4. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum

masing-masing Nomor Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

Pada proyek konstruksi , kecelakaan kerja yang terjadi dapat menimbulkan

kerugian terhadap pekerja dan kontraktor, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Kecelakaan kerja tersebut dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor

manusia, faktor peralatan, dan faktor lingkungan kerja. Beberapa hasil penelitian

menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan faktor paling dominan menjadi

penyebab kecelakaan kerja. Hal ini sering kali disebabkan oleh kurangnya

kesadaran pekerja akan pentingnya keselamatan kerja. Selain itu, faktor peralatan

seperti crane ataupun faktor lingkungan kerja juga dapat menyebabkan kecelakaan

kerja jika tidak dikelola dengan benar (Ikmal, 2010).

Tingginya kecelakaan kerja yang banyak terjadi pada proyek konstruksi

bisa menyebabkan dampak secara langsung terhadap perusahaan dan penyedia

jasa. Maka sangatlah penting adanya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan

kerja pada proyek konstruksi. Dampak yang terjadi berupa kerugian yang akan

dialami oleh perusahaan yang tidak menerapkan keselamatan dan kesehatan

kerja , meskipun sudah dikeluarkan suatu peraturan perundang – undangan oleh

pemerintah akibat kelalaian dalam pelaksanaan K3.

Menurut Rijanto (2010) bahwa dalam suatu aktivitas / kegiatan biasanya ditemukan

kesulitan – kesulitan untuk mengidentifikasikan bahaya atau kecelakaan kerja

21

Page 19: DocumentK3

yang mungkin timbul sehingga pada akhirnya juga sulit untuk memprioritaskan tindakan

– tindakan pencegahan dan peralatan yang digunakan. Maka Rijanto membuat

sebuah penilaian (assessment) yaitu tingkat kemungkinan ( Probability ) dan tingkat

keparahan (Hazard effect) yang diakibatkan oleh kecelakaan yang terjadi.

Tabel 1. Tingkat Kemungkinan (Probability)

HIGH Suatu kejadian yang terjadi berulang – ulang (setiap hari, setiap shift) dan

diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan

masalah. Kemungkinannya lebih dari 1 dalam 10 kejadian

MEDIUM Suatu kejadian yang sering terjadi tetapi dengan kekerapan yang lebih

jarang (setiap bulan, kwartal) dan diidentifikasikan sebagai sesuatu

yang dapat menimbulkan masalah. Kemungkinannya 1 dalam 10

sampai dengan 1 sampai 1000 kejadian, kadang – kadang terjadi

LOW Suatu kejadian yang sangat jarang terjadi (setiap tahun atau bahkan

kurang) tetapi tetap diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dapat

menimbulkan masalah. Kemungkinannya 1 dalam lebih dari 1000

kejadian.

Sumber : Rijanto, 2010

Kecelakaan kerja pada proyek konstruksi berdampak ekonomis yang cukup

signifikan. Setiap kecelakaan kerja dapat menimbulkan berbagai macam kerugian. Di

samping dapat mengakibatkan korban jiwa, biaya-biaya lainnya adalah biaya pengobatan,

kompensasi yang harus diberikan kepada pekerja, premi asuransi, dan perbaikan fasilitas

kerja. Terdapat biaya-biaya tidak langsung yang merupakan akibat dari suatu kecelakaan

kerja yaitu mencakup kerugian waktu kerja (pemberhentian sementara), terganggunya

kelancaran pekerjaan (penurunan produktivitas), pengaruh psikologis yang negatif pada

pekerja, memburuknya reputasi perusahaan, denda dari pemerintah, serta kemungkinan

berkurangnya kesempatan usaha (kehilangan pelanggan pengguna jasa). Tingkat

keparahan kecelakaan kerja dapat dilihat dalam tabel berikut :

22

Page 20: DocumentK3

Tabel 2. Tingkat Keparahan (Hazard Effect)

VERY - Fatal banyakHIGH - Kerusakan besar fasilitas > $5000.000

- Pencemaran lingkungan 1000-10.000 bbl cairan

HIGH - Fatal tunggal- Kerusakan besar fasilitas > $ 500000-$ 5000.000- Pencemaran lingkungan 100 bbl cairan

MEDIUM - Cacat permanen- Kerusakan besar fasilitas > $ 100000 - $ 5000.000- Pencemaran lingkungan 15 -100 bbl cairan

LOW - Cedera ringan- Kerusakan besar fasilitas > $ 10.000 - $ 100.000- Pencemaran lingkungan 1-15 bbl cairan

VERY - Pertolangan pertama ringanLOW - Kerusakan besar fasilitas > $ 10.000

- Pencemaran lingkungan < 1 bbl cairanSumber : Rijanto, 2010

2. 7 Jenis – jenis kecelakaan kerja

Menurut Purnama (2010) jenis- jenis kecelakaan yang sering terjadi pada

proyek konstruksi adalah sebagai berikut :

1. Jatuh

2. Tertimpa benda jatuh

3. Menginjak, terantuk

4. Terjepit,

5. Gerakan berlebihan

6. Kontak suhu tinggi

7. Kontak aliran listrik

8. Kontak dengan bahan berbahaya/radiasi

Kecelakaan kerja adalah hal yang tidak diinginkan dan diharapkan sehingga

dapat mengacaukan suatu proses aktivitas yang telah diatur, merugikan terhadap

manusia, dan merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Menurut Haris

(2008), jenis – jenis kecelakaan dapat diklasifikasikan seperti diagram berikut :

23

Page 21: DocumentK3

First Aid

Minor AccidentMedical

Aid

Berdasarkan tingkat Serious Accident /

Light Duty

Lost Timekeseriusan akibat Accident (LTA)

Fatality Accident

Gambar 2. 2 Jenis kecelakaan menurut Haris (2008)

Bentuk kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi bermacam-

macam dan merupakan dasar dari penggolongan atau pengklasifikasian jenis

kecelakaan. Macam– macam kecelakaan kerja dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa jenis menurut Thomas (1989) yaitu:

• Terbentur (struck by)

Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tidak diduga ditabrak atau

ditampar sesuatu yang bergerak atau bahan kimia. Contohnya: terkena pukulan

palu, ditabrak kendaraan, benda asing misal material.

• Membentur (struck against)

Kecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja yang bergerak terkena

ataubersentuhan dengan beberapa objek atau bahan-bahan kimia.Contohnya:

terkena sudut atau bagian yang tajam, menabrak pipa–pipa.

• Terperangkap (caught in, on, between)

Contoh dari caught in adalah kecelakaan yang akan terjadi bila kakipekerja

tersangkut di antara papan–papan yang patah di lantai. Contohdari caught on

adalah kecelakaan yang timbul bila baju dari pekerja terkena pagar kawat,

sedangkan contoh dari caught between adalahkecelakaan yang terjadi bila

lengan atau kaki dari pekerja tersangkut bagian mesin yang bergerak.

• Jatuh dari ketinggian (fall from above)

24

Page 22: DocumentK3

Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebih tinggike tingkat

yang lebih rendah. Contohnya jatuh dari tangga atau atap.

• Jatuh pada ketinggian yang sama (fall at ground level)

Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali berupa tergelincir,

tersandung, jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.

• Pekerjaan yang terlalu berat (over-exertion or strain)

Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang dilakukan pekerja

seperti mengangkat, menaikkan, menarik benda atau material yang dilakukan di

luar batas kemampuan.

• Terkena aliran listrik (electrical contact)

Luka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan anggota badan

dengan alat atau perlengkapan yang mengandung listrik.

• Terbakar (burn)

Kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalami kontak dengan

percikan, bunga api, atau dengan zat kima yang panas

2.8 Faktor-faktor penyebab kecelakaan konstruksi

Kasus-kasus kecelakaan yang terjadi di luar negeri umumnya adalah

metode pelaksanaan konstruksi yang kurang tepat mengakibatkan gedung

runtuh yang menewaskan banyak korban.

Sedangkan kasus yang terjadi di Indonesia umumnya terjadi karena

lemah nya pengawasan pada proyek konstruksi. Kurang disiplin nya tenaga kerja

dalam mematuhi ketentuan K3 dan kurang memadainya kuantitas dan kualitas

alat perlindungan diri di proyek konstruksi.

Dari kasus-kasus diatas ada beberapa faktor penyebab terjadinya

kecelakaan kerja konstruksi adalah akibat dari beberapa hal berikut:

25

Page 23: DocumentK3

1. Tidak dilibatkannya tenaga ahli K3 konstruksi dan penggunaan metode

pelaksanaan yang kurang tepat.

2. Lemahnya pengawasan K3

3. Kurang memadainya kualitas dan kuantitas ketersediaan peralatanpelindung diri

4. Kurang disiplinnya para tenaga kerja dalam mematuhi ketentuan mengenai K3.

Kondisi tersebut mengakibatkan sering terjadi kecelakaan kerja yang

pada umumnya disebabkan oleh kesalahan manusia atau human error baik

aspek kompetensi para pelaksana maupun pemahaman arti penting

penyelenggaraan K3. Hambatan pelaksanaan K3 tersebut antara lain:

1. Terbatasnya persepsi tentang K3

2. Kurang perhatian dan pengawasan

3. Ada anggapan K3 menambah biaya

4. Tanggung jawab K3 hanya pada kontraktor saja

5. Kurang aktifnya perusahaan asuransi terhadap K3.

Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yangmemiliki risiko

kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebabutama kecelakaan kerja pada

proyek konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek

konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi

cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang

tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih.Ditambah dengan

manajemen keselamatan kerja yang sangat lemah,akibatnya para pekerja bekerja

dengan metoda pelaksanaan konstruksi yang berisiko tinggi.

26

Page 24: DocumentK3

Menurut Arianto (2010 ) penyebab kecelakaan kerja pada proyek konstruksi

dapat ditinjau dari 3 aspek :

1. Manusia

Mengingat semakin meningkatnya persyaratan kerja dan kerumitanhidup,

manusia harus meningkatkan efisiensinya, dengan bantuanperalatan dan

perlengkapan, semakin canggih peralatan yang digunakanmanusia,

semakin besar bahaya yang mengancamnya.Hal-hal yang berpengaruh

terhadap tindakan manusia yang tidakaman (kecerobohan) serta kondisi

lingkungan yang berbahaya dilokasi proyek:

a. Pembawaan diri

b. Persoalan pribadi

c. Usia dan pengalaman kerja

d. Perasaan bebas dalam melaksanakan tugas

e. Keletihan fisik para pekerja

2. Lingkungan dan alat kerja

Lingkungan dan alat kerja. Kondisi lingkungan juga perludiperhatikan

dalam mencegah kecelakaan kerja, terutama yangdisebabkan oleh:

a. Gangguan-gangguan dalam bekerja, misalnya: suara bisingyang

berlebihan yang dapat mengakibatkan terganggunyakonsentrasi pekerja

b. Debu dan material beracun, mengganggu kesehatan

kerja,sehingga menurunkan efektivitas kerja

c. Cuaca (panas, hujan)

3. Peralatan keselamatan kerja

Peralatan keselamatan kerjaBerfungsi untuk mencegah dan melindungi

pekerja dari kemungkinanmendapatkan kecelakaan kerja. Macam-macam

dan jenis peralatankeselamatam kerja dapat berupa:

a. Helm pengaman (safety helmet)

b. Sepatu (safety shoes)

27

Page 25: DocumentK3

c. Pelindung mata (eye protection)

d. Pelindung telinga (ear plugs)

e. Penutup lubang (hole cover )

Pelaksana proyek harus memperhatikan ketiga faktor tersebut,

dimana ketiga faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain.

Menurut Marihot Tua Efendi (2005 : 316) ada beberapa penyebab

kecelakaan kerja yaitu :

1. Faktor manusia

Manusia memiliki keterbatasan diantaranya lelah, lalai, atau

melakukan kesalahan-kesalahan. Yang disebabkan oleh persoalan

pribadi atau keterampilan yang kurang dalam melakukan pekerjaan.

2. Faktor peralatan kerja

Peralatan kerja bisa rusak atau tidak memadai, untuk itu perusahaan

senantiasa harus memperhatikan kelayakan setiap peralatan yang

dipakai dan melatih pegawai untuk memahami peralatan kerja tersebut.

3. Faktor lingkungan

Lingkungan kerja bisa menjadi tempat kerja yang tidak aman, sumpek

dan terlalu penuh, penerangan dan ventilasinya yang tidak memadai.

Selain hal diatas menurut Abdurrahmat Fathoni ( 2006:110 ) penyebab terjadi

kecelakaan yaitu :

1. Berkaitan dengan system kerja yang merupakan penyebab utama

dan kebanyakan kecelakaan yang terjadi pada suatu organisasi.

Diantaranya tempat kerja yang tidak baik, alat atau mesin-mesin

yang tidak mempunyai system pengamanan yang tidak sempurna,

kondisi penerangan yang kurang mendukung, saluran udara yang

tidak baik dan lain-lain.

28

Page 26: DocumentK3

2. Berkaitan dengan pekerjaannya selaku manusia bisa yang dalam hal akibat

dan sistem kerja, tetapi biasa juga bukan dari kelalaian manusianya

selaku pekerja. Seperti malas, ceroboh, menggunakan peralatan

yang tidak aman dan lain-lain.

Tindakan berbahaya (unsafe act/tindakan-tindakan yang tidak standard)

adalah tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan

kecelakaan, misalnya (Budiono, Sugeng, 2003) :

a)Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang.

b) Gagal untuk memberi peringatan.

c) Gagal untuk mengamankan.

d) Bekerja dengan kecepatan yang salah.

e)Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi.

f) Memindahkan alat-alat keselamatan.

g) Menggunakan alat yang rusak.

h) Menggunakan alat dengan cara yang salah.

i) Kegagalan memakai alat pelindung/keselamatan diri secara benar

2.9 Aspek Safety Management (Manajemen Keselamatan )

Memiliki Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi

ini, sudah merupakan suatu keharusan untuk sebuah perusahaan dan telah menjadi

peraturan. terutama pada proyek konstruksi. Organisasi Buruh Sedunia (ILO)

menerbitkan panduan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Di

Indonesia panduan yang serupa dikenal dengan istilah SMK3, sedang di Amerika

OSHAS 1800-1, 1800-2 dan di Inggris BS 8800 serta di Australia disebut AS/NZ 480-1.

Secara lebih rinci lagi asosiasi di setiap sektor industri di dunia juga menerbitkan

panduan yang serupa seperti misalnya khusus dibidang transportasi udara, industri

minyak dan gas, serta instalasi nuklir dan lain-lain sebagainya. Bahkan dewasa ini

organisasi tidak hanya dituntut untuk memiliki sistim manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang terintegrasi, lebih dari itu organisasi diharapkan memiliki budaya

29

Page 27: DocumentK3

sehat dan selamat (safety and health culture) dimana setiap anggotanya

menampilkan perilaku aman dan sehat (Milyandra, 2009).

Oleh sebab itu, perusahaan harus melakukan berbagai cara untuk dapat

mewujudkan terlaksananya keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja.

Menurut Abdurrahmat Fathoni (2006:106) seluruh tenaga kerja harus mendapat

pendidikan dan pelatihan serta bimbingan dalam keselamatan dan kesehatan

kerja dengan ketentuan yang dibuat sebagai berikut :

1. Mengeluarkan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan

keselamatan dan kesehatan kerja para pegawai.

2. Menerapkan program kesehatan kerja bagi para pegawai.

3. Menerapkan sistem pencegahan kecelakaan kerja pegawai.

4. Membuat prosedur kerja.

5. Membuat petunjuk teknis tentang pelaksanaan kerja termasuk

penggunaan sarana dan prasarananya.

Menurut Su’mamur (1981) cara pencegahan terjadinya kecelakaan pada proyek

konstruksi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yang antara lain sebagai

berikut :

a. Membuat daftar resiko kecelakaan yang mungkin terjadi disetiap item pekerjaan

misalnya pada pekerjaan galian tanah akan memungkinkan terjadi kelongsoran

tanah, pekerja terkena cangkul, sehingga diketahui upaya pencegahanya seperti

pembuatan tembok sementara dari bamboo untuk menahan tanah serta

memasang rambu-rambu hat-hati pada lokasi galian tanah

b. Melakukan penyuluhan kepada pekerja dengan cara membuat jadwal

sebelumnya seperti waktu pagi hari sebelum bekerja dapat dibunyikan suara

speaker “Selamat bekerja, gunakan alat pelindung diri, hat-hati dalam

bekerja karena keluarga menunggu dirumah atau kata-kata lain yang dapat

mengingatkan setiap pekerja proyek untuk berhati-hati dalam bekerja.

30

Page 28: DocumentK3

c. Membuat rambu-rambu kecelakaan kerja, memasang pagar pengaman

pada void yang memungkinkan adanya resiko jatuh, memasang tabung

pemadam kebakaran pada area rawan kebakaran.

d. Menjaga kebersihan proyek dapat membuat lingkungan kerja nyaman

sehingga emosi negatif yang mungkin timbul saat bekerja dapat dikurangi

karena hal tersebut dapat menyebabkan kecelakaan proyek akibat pikiran

sedang tidak fokus terhadap pekerjaan.

e. Menjalin kerjasama dengan pelayan kesehatan atau rumah sakit terdekat dari

lokasi proyek sehingga sewaktu-waktu terjadi kecelakaan dapat ditangani secara

cepat untuk mencegah hal-hal selanjutnya yang tidak diinginkan.

f. Penyediaan perangkat pengaman kecelakaan kerja dari mulai personil

sampai peralatan mungkin terlihat mahal namun biaya tersebut akan lebih

murah jika tidak mengadakanya sehingga terjadi kecelakaan sehingga

dapat menghentikan jalannya pekerjaan atau pengalihan aktifitas

pekerjaan pada upaya menyelamatkan korban kecelakaan.

2.9.1 Perlengkapan dan Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri selanjutnya disebut APD adalah seperangkat alat yang

digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh dan atau sebagian tubuh dari

adanya kemungkinan potensi bahaya dan kecelakaan kerja (Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia NomorPer.08/MEN/VII/2010).

1. Pakaian Kerja

Gambar 2.3 Pakaian Kerja

31

Page 29: DocumentK3

Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap

pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Mengingat

karakter lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang

keras maka selayakya pakaian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian

yang dikenakan oleh karyawan yang bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti betul

masalah ini umumnya menyediakan sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya.

2. Sepatu Kerja

Gambar 2.4 Sepatu Kerja

Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki.

Setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya

bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau

kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup

keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.

3. Kacamata Kerja

Gambar 2.5 Kacamata Kerja

Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu, atau

serpih besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran

sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu

32

Page 30: DocumentK3

diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata

adalah mengelas.

4. Sarung Tangan

Gambar 2.6 Sarung Tangan

Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan

utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda

keras dan tajam selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan yang

memerlukan sarung tangan adalah mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan

yang sifatnya berulang seperti mendorong gerobak cor secara terus-menerus dapat

mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan dengan besi pada gerobak.

5. Helm

Gambar 2.7 Helm

Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah

merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakannya dengan

benar sesuai peraturan. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang

berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi

yang jatuh dari atas. Memang, sering kita lihat kedisiplinan para pekerja untuk

menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat membahayakan diri sendiri.

33

Page 31: DocumentK3

6. Sabuk Pengaman

Gambar 2.8 Sabuk Pengaman

Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada

ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali

pengaman atau safety belt. Fungsi utama tali pengaman ini adalah menjaga

seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja, misalnya saja kegiatan

erection baja pada bangunan tower.

7. Penutup Telinga

Gambar 2.9 Penutup Telinga

Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh

mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Terkadang efeknya buat

jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini.

8. Masker

Gambar 2.10 Masker

34

Page 32: DocumentK3

Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi

mengingat kondisi lokasi proyek itu sediri. Berbagai material konstruksi berukuran

besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya

serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong, mengamplas, mengerut kayu.

9. Tangga

Gambar 2.11 Tangga

Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan.

Pemilihan dan penempatan alat ini untuk mecapai ketinggian tertentu dalam

posisi aman harus menjadi pertimbangan utama.

10. P3K

Gambar 2.12 P3K

Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat

pada pekerja konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di

proyek. Untuk itu, pelaksana konstruksi wajib menyediakan obat-obatan yang

digunakan untuk pertolongan pertama.

Demikianlah peralatan standar K3 di proyek yang memang harus ada dan

disediakan oleh kontraktor dan harusnya sudah menjadi kewajiban. Tindakan

preventif jauh lebih baik untuk mengurangi resiko kecelakaan.

35

Page 33: DocumentK3

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor: Per/Men/2006 Tentang Alat Pelindung Diri, ada beberapa

tempat yang wajib menggunakan alat pelindung diri

Tempat kerja yang wajib APD (1)

Peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan,

kebakaran atau peledakan; tempat yang dikelola asbes, debu dan serat berbahaya, api,

asap, gas, kotoran, hembusan angin yang keras,dan panas matahari; dibuat, diolah,

dipakai dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau barang yang

dapat meledak, mudah terbakar, korosif, beracun, menimbulkan infeksi , bersuhu tinggi

atau bersuhu sangat rendah; dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan,

pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk

bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau

dimana dilakukan pekerjaan persiapan; dilakukan usaha: pertanian, perkebunan,

pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,

peternakan, perikanan; dilakukan usaha kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas,

klinik dan pelayanan kesehatan kerja;

Tempat kerja yang wajib APD (2)

Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan mineral dan logam, minyak bumi

dan gas alam; dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat, laut

dan udara; dikerjakan bongkar muat barang muatan di pelabuhan laut, bandar udara,

terminal, setasiun kereta api atau gudang; dilakukan penyelaman dan pekerjaan lain di

dalam air; dilakukan pekerjaan di ketinggian di atas permukaan tanah; dilakukan pekerjaan

dengan tekanan udara atau suhu di bawah atau di atas normal (ekstrem); dilakukan

pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan

benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;dilakukan pekerjaan dalam tangki,

sumur atau lubang dan ruang tertutup; dilakukan pembuangan atau

36

Page 34: DocumentK3

pemusnahan sampah atau limbah; dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan,

disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak dan air;

Tempat kerja yang wajib APD (3)

Dilakukan pekerjaan di dekat atau di atas air. Penggunaan alat pelindung diri

merupakan cara terakhir pengendalian bahaya setelah bentuk pengendalian teknis dan

administratif telah dilakukan. Penggunaan alat pelindung diri disesuaikan dengan potensi

bahaya dan jenis pekerjaan. Berdasarkan identifikasi potensi bahaya, pengusaha atau

pengurus menetapkan tempat kerja wajib menggunakan alat pelindung diri.

Lokasi wajib menggunakan alat pelindung diri harus diumumkan tertulis

dalam papan pengumuman di tempat kerja tersebut sehingga dapat dibaca oleh

pekerja atau orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut.

Pegawai pengawas atau Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat menetapkan

tempat-tempat kerja lain yang wajib menggunakan alat pelindung diri. Kewajiban

Penyediaan Alat Pelindung Diri pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma, bagi

tenaga kerja setiap orang lain yang memasuki tempat kerja. dengan ketentuan

1. Pada pekerja/ buruh yang baru ditempatkan

2. Pelindung diri yang ada telah kadaluarsa

3. Alat pelindung diri telah rusak dan tidak dapat berfungsi dengan baik

karena dipakai bekerja

Ada penetapan dan diwajibkan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan atau Ahli

Keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Pemilihan alat pelindung diri wajib

melibatkan wakil pekerja/buruh. Pengurus wajib menyediakan alat pelindung diri dalam

jumlah yang cukup dan sesuai dengan jenis potensi bahaya dan jumlah pekerja/buruh.

37

Page 35: DocumentK3

2. Slogan-Slogan K3

Gambar 2.13 Slogan K3

Gambar 2.14 Rambu - Rambu K3

Pemasangan spanduk yang berisi pesan K3 telah terbukti manfaatnya dalam

usaha untuk mencegah kecelakaan kerjadi lokasi kerja. Rangkaian kata yang tertera

dalam slogan K3 mengingatkan kepada para pekerja yang membacanya. Pekerja

38

Page 36: DocumentK3

yang melihat spanduk slogan K3 akan tersentuh hatinya untuk menjalankannya

seperti kata yang tertera dalam slogan tersebut

2.9.2 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

Setiap aktivitas/ proses pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja

mengandung resiko untuk terjadinya kecelakaan kerja (ringan sampai dengan

berat), berbagai upaya pencegahan dilakukan supaya kecelakaan tidak terjadi.

Selain itu, keterampilan melakukan tindakan pertolongan pertama tetap

diperlukan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya kecelakaan. Oleh karena

itu di setiap tempat kerja harus memiliki petugas P3K (First Aid), atau setidaknya

setiap karyawan memiliki keterampilan dalam melakukan pertolongan pertama

ketika terjadi kecelakaan kerja maupun kegawatan medik (Margaretha, 2010).

Gambar 2.15 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

Kasus-Kasus Kecelakaan Kerja Dan Pertolongan Pertamanya

Ada beberapa prinsip-prinsip dasar dalam melakukan pertolongan pada

penderita kecelakaan :

1. Jangan pindahkan atau ubah posisi orang yang terluka, terutama bila luka-

lukanya terjadi karena jatuh, jatuh dari ketinggian dengan keras atau kekerasan

lain. Pindahkan atau ubah posisi penderita hanya apabila tindakan anda adalah

untuk menyelamatkan dari bahaya lain.

39

Page 37: DocumentK3

2. Bertindaklah dengan cepat apabila penderita mengalami pendarahan,

kesulitan bernapas, luka bakar atau kejutan (syok).

3. Jangan berikan cairan apapun kepada penderita yang pingsan atau setengah

pingsan. Cairan dapat memasuki saluran pernapasan dan mengakibatkan

kesulitan bernapas bagi penderita.

4. Jangan berikan alkohol pada penderita yang mengalami luka parah.

Pertolongan pertama yang harus dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak

diinginkan yaitu sebagai berikut :

1. Penderita Syok/Terkejut

Gambar 2.16 Pertolongan Pertama Pada Penderita Syok

Seseorang mengalami syok, wajahnya akan tampak pucat, tubuhnya

dingin dan berkeringat, nafasnya cepat.

Penanganannya :

1. Usahakan untuk membaringkan dan menempatkan kakinya pada posisi yang

lebih tinggi daripada kepala, kecuali apabila terdapat luka di kepalanya.

2. Selimuti tubuhnya agar hangat, tetapi jangan sampai terlalu panas untuknya.

3. Berikan minuman gula kepada penderita apabila penderita dalam

keadaan benar-benar sadar

40

Page 38: DocumentK3

2. Bahan Kimia Atau Serangga Mengenai Mata

Penanganannya:

1. Baringkan korban dan tuangkan air steril ke dalam matanya untuk

menghilangkan bahan kimianya, kemudian kompreslah dengan kain kasa

steril dan segera ke dokter.

2. Jika serangga yang mengenai mata, ambillah dengan ujung saputangan bersih.

Namun jika masih terasa tidak enak segeralah ke dokter. Jangan sekali-kali

mengusap mata yang terkena bahan kimia atau serangga dengan tangan telanjang

3. Luka Bakar

Gambar 2.17 Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar

Penanganannya :

1. Alirkan/siram dengan air biasa/air mengalir ditempat yang terbakar, jika

lukanya masih tahap pertama, hingga rasa sakit hilang.

2. Jika lukanya sudah melepuh, bawa ke rumah sakit.

4. Luka Lecet/Gores/Tersayat

Penanganannya :

Cucilah dengan air dan tutuplah luka dengan plester atau band aid.

Namun jika luka gores/robek terlalu besar, harus segera ditangani dokter.

41

Page 39: DocumentK3

Gambar 2.18 Luka Tergores/Lecet

5. Pendarahan

Penanganannya :

1. Hentikan pendarahan dengan cara menekan luka atau sekitar luka. Tekan

terus-menerus. Jangan melepas tekanan tiap sebentar hanya untuk

melihat apakah pendarahan sudah berhenti.

2. Apabila setelah diberikan tekanan pendarahan masih belum berhenti, mungkin

nadi atau pembuluh darah balik terputus, tekan nadi yang di dekat luka, untuk

menghentikan aliran darah dari jantung ke tempat lain. Segera bawa ke dokter.

6. Patah Tulang

Gambar 2.19 Patah Tulang

Penanganannya :

1. Jangan mencoba mengangkat atau memindahkan badan korban jika

belum mahir melakukannya.

42

Page 40: DocumentK3

2. Jika tulang belakang yang patah, korban hanya boleh diusung dengan

hati-hati dalam posisi terbaring di atas alas keras.

3. Untuk patah tulang rahang, angkatlah rahang bawah hingga gigi atas dan

bawah bersatu, lalu diikat dan dibawa ke dokter.

4. Untuk patah tulang tangan atau kaki, gunakan tongkat atau setumpuk Koran

guna menyangga, dan balutlah sebelum memperoleh pertolongan dokter.

7. Terkilir

Gambar 2.20 Terkilir

Penanganannya :

Letakkan bagian tubuh terkilir lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya, untuk

mencegah pembengkakan, lalu segera meminta pertolongan ahli atau dokter.

Khusus untuk lutut yang terkilir, segera bawa ke dokter, karena jika ditangani

oleh yang kurang professional, akan berakibat buruk di kemudian hari.

8. Gangguan nafas atau bahkan sampai henti nafas

Untuk mengenal gangguan pada sistem pernapasan digunakan tahap

pemeriksaan dan penanganan sebagai berikut :

43

Page 41: DocumentK3

1. Penolong mengetahui apakah penderita masih bernapas atau tidak.

Tindakan ini dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu LDR

(Lihat,Dengar,Rasakan hembusan nafas korban).

2. Bila sulit bernapas/bahkan tidak bernapas segera cari bantuan/telepon

ambulance. lakukan pemeriksaan jalan napas, apakah terdapat sumbatan

atau tidak(pangkal lidah, muntahan, kotoran dalam mulut.)

3. Tindakan pertolongan pertama yang dilakukan adalah membebaskan

jalan napas dengan menarik lidah ke luar, mengeluarkan benda asing

dalam rongga mulut (gunakan kedua jari)

Gambar 2. 21 Pertolongan Peratama Pada Gangguan Pernafasan

9. Bila nafas berhenti dan jantung berhenti

Penanganannya :

1. Maka harus dilakukan pemberian pernapasan buatan dari mulut ke mulut

(mouth-to-mouth) dan kompresi dada.

Baringkan penderita dalam posisi terlentang. Buka mulut penderita dengan cara

menguakkan rahangnya. Jaga agar selama dilakukan pernafasan buatan mulut

selalu dalam keadaan terbuka. Tutup lubang hidung penderita. Tiup mulut

penderita dan lepaskan mulut anda dari mulut penderita serta perhatikan apakah

mulut penderita mengeluarkan kembali udara yang anda tiupkan. Jika tidak,

periksa sekali lagi barangkali masih terdapat sesuatu yang menghalangi

pernafasan di dalam mulut penderita. Berikan 2x napas bantuan

44

Page 42: DocumentK3

2. Pijat Jantung

Lakukan pengurutan/pijat jantung. Letakkan kedua telapak tangan anda

dalam posisi saling bertumpuk di bagian paling bawah dada penderita. Tekan

dengan telapak tangan bawah sedalam kurang lebih 5 cm. Ulangi tekanan.

Lakukan dengan rasio 30:2 (30 kompresi/pijat : 2 tiupan nafas buatan)

Selain itu, bermacam-macam usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

keselamatan kerja diperusahaan-perusahaan atau tempat-tempat kerja, yaitu dengan

membuat dan mengadakan:

1. Peraturan-peraturan, yaitu peraturan perundangan yang berhubungan

dengan syarat-syarat kerja umum, perencanaan, konstruksi, perawatan,

pengawasan, pengujian dan pemakaian peralatan industri, kewajiban

pengusaha dan pekerja, latihan, pengawasan kesehatan kerja,

pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan pengujian kecelakaan.

2. Standarisasi : menyusun standar-standar yang bersifat resmi, setengah

resmi atau tidak resmi yang berhubungan dengan konstruksi yang

aman dari peralatan industri, keselamatan dan kesehatan kerja, atau

alat-alat pelindung diri.

3. Pengawasan : pengawasan terhadap pelaksanaan dan peraturan

perundangan yang berlaku

4. Technical research : meliputi hal-hal seperti penyelidikan kandungan

dan karakteristik dari bahan-bahan berbahaya, mempelajari

pengamanan mesin, pengujian respirator, penyelidikan tentang cara

pencegahan gas dan debu yang mudah meledak, menyelidiki bahan

dan desain yang cocok untuk bahan baku yang digunakan.

5. Medical Research : meliputi hal-hal yang khusus mengenai penyelidikan

pengaruh psikologis dan fisiologis dari faktor-faktor lingkungan dan

teknologi serta keadaan fisik yang menjurus kepada kecelakaan.

45

Page 43: DocumentK3

6. Psychological Research : misalnya penyelidikan mengenai pola-pola

psikologis yang menjurus kepada kecelakaan.

7.Statistic Research : untuk menentukan berbagai macam dari kecelakaan

yang terjadi, jumlah, jenis orang-orangnya, operasinya dan sebab-

sebabnya.

8.Pendidikan : meliputi pengajaran dan pendidikan keselamatan kerja sebagai

mata pelajaran disekolah-sekolah teknik dan pusat-pusat latihan.

9. Training : misalnya memberikan instruksi atau petunjuk-petunjuk

praktek kepada para pekerja dan pekerja-pekerja yang baru masuk,

mengenai hal keselamatan dan kesehatan kerja.

10. Penerangan : misalnya menanamkan pengertian dan kesadaran

keselamatan dan kesehatan kerja kepada para pekerja dengan cara

pembinaan dan penertiban dan lain-lain.

11. Asuransi : misalnya memberikan insentif keuangan untuk

meningkatkan usaha pencegahan kecelakaan, umpamanya dalam bentuk

pemberian reduksi terhadap premi yang dibayar oleh pihak pengusaha,

apabila ternyata tingkat kecelakaan dalam pabriknya menurun.

Gambar 2.22 Model 5 Prinsip Penerapan Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)

46

Page 44: DocumentK3

5