40

Click here to load reader

Kabar UGM Edisi Mei 2011

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kabar UGM Edisi mei 2011

Citation preview

Page 1: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabarugmedisi : 4 - Mei 2011

Jawara Kontes Robot

Menjadi Dokter gara-gara di marahi DokterWisata Pendidikan Kampus BiruBeckham Es Krim

MANAJEMEN KAMPUS UGM MENEROPONG MASA DEPAN

Page 2: Kabar UGM Edisi Mei 2011

2. Mei - 2011 - kabar ugmThe Ninth ASEAN Youth Cultural Forum di UGM. 23 - 27 Mei 2011

Page 3: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .3

PELINDUNGRektor UGM

PENANGGUNG JAWABDjoko Moerdiyanto

PEMIMPIN REDAKSISuryo Baskoro

REDAKSIGusti Grehenson, Agung Nugroho, Satria Ardhi

Nugraha, Kurnia Ekaptiningrum

EDITOR BAHASAFarida Yuliani

PHOTOGRAPHERBudi Hardjana

PEMASARAN / IKLANDiah Listianingsih

KEUANGANSudarmana

SIRKULASISuharno, Artha Wahana

Kabar UGMAlamat Redaksi :

Humas UGM Gedung Pusat Lantai 1 Sayap Selatan,Bulaksumur, Sleman Yogyakarta 55281Telp / Fax : (0274) 649 1936

Barangkali, Anda yang membaca Kabar UGM sejak edisi pertama dalam format baru akan menjumpai sejumlah perubahan menyangkut desain majalah ini. Ya, kami memang tengah berbenah, memperbaiki bagian demi bagian isi majalah.

Dengan begitulah, kami akan menemukan format yang paling tepat nantinya.

Pembaca yang budiman, tentu saja kami akan menerima jika Anda bersedia memberikan berbagai masukan. Kami meyakini jika perbaikan yang dilakukan didasarkan atas masukan-masukan tersebut, majalah ini akan sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan Anda sebagai pembacanya. Ke depan, di samping desain, kami juga akan terus melakukan perbaikan isi, rubrikasi, tema-tema tulisan, dan sisi-sisi lain dari sebuah majalah. Catatan besar dari kami, semua perubahan yang kami lakukan tidak lain adalah demi kepuasan Anda sebagai pembaca kami.

Jadi, jika Anda mempunyai saran, silakan disampaikan kepada kami melalui [email protected].

Kami tunggu

Page 4: Kabar UGM Edisi Mei 2011

4. Mei - 2011 - kabar ugm

daftar isi

18. Liputan 1

22. Civitas

32. Peristiwa

34. Tamu

36. Gelanggang

38. TempoDoeloe

Page 5: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .5

laporan utama

Ajakan di atas setidaknya telah dua kali digaungkan oleh Universitas Gadjah Mada. Pertama, dalam pengumuman seperempat halaman di harian Kedaulatan Rakyat, 2 Mei

2011; dan kedua, pada Sambutan Wakil Rektor Senior Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM saat Wisuda Program Sarjana dan Diploma Periode III, 19 Mei 2011 yang lalu.

Ajakan itu disampaikan karena UGM memiliki solusi bagi siswa SMA dan yang sederajat yang berkemampuan akademik tinggi dan yang kurang mampu secara ekonomi, jika lolos seleksi dan diterima menjadi mahasiswa UGM. Solusinya adalah beasiswa. Dana beasiswa yang dikelola oleh UGM amat besar, yakni total 33,1 miliar rupiah pada tahun 2010. Jumlah ini

adalah beasiswa yang diperuntukkan bagi mahasiswa jenjang Diploma dan S-1. Jumlah ini tentunya menjadi jauh lebih banyak lagi jika ditambahkan dengan dana kelolaan beasiswa bagi mahasiswa S-2 dan S-3, mengingat lebih dari 80% mahasiswa S-2 dan S-3 di UGM mendapat akses beasiswa.

Ajakan itu disampaikan seiring dengan meningkatnya jumlah dana beasiswa yang dikelola UGM dari tahun ke tahun. Pada 2007, tercatat angka sebesar 16,1 miliar

rupiah, meningkat menjadi 21,8 milyar rupiah pada tahun 2008, dan melonjak menjadi 25,1 miliar rupiah pada 2009. Dana beasiswa berasal dari puluhan sumber, yakni Kemdiknas, lembaga/institusi, dan perusahaan-perusahaan yang menjadi mitra UGM dan yang memiliki komitmen tinggi untuk turut memajukan pendidikan di Indonesia. Dana beasiswa juga berasal dari anggaran yang disediakan oleh UGM sendiri serta yang didonasikan oleh civitas akademika UGM melalui pola zakat, infak, dan sedekah. Beasiswa diperuntukkan bagi sekitar 10.000 mahasiswa atau lebih dari 28% dari seluruh mahasiswa jenjang Diploma dan S-1.

Ajakan itu disampaikan agar siswa yang cerdas dan yang kurang mampu secara ekonomi tidak memiliki keraguan untuk dapat melanjutkan pendidikan mereka, sekaligus menyongsong masa depan yang lebih baik bersama dengan UGM. Jika lolos seleksi, UGM telah menyiapkan beasiswa bagi mereka. Hal ini sekaligus menjadi bukti atas komitmen UGM yang tidak akan membiarkan calon-calon pemimpin bangsa tersebut gagal kuliah hanya karena tidak mempunyai uang.

Ajakan kepada segenap siswa SMA/SMK/MA/MAK yang cerdas dan kurang mampu itu hanya bermuara pada satu makna: Tunggu apa lagi?

UGM, Mei 2011.

Page 6: Kabar UGM Edisi Mei 2011

6. Mei - 2011 - kabar ugm

laporan utama

Page 7: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .7

laporan utama

KAMPUS SELALU BERGERAK,

BAIK SISI FISIK MAUPUN NON-

FISIK. GERAK ITU ADALAH

TUNTUTAN ZAMAN. KARENA

APA YANG IDEAL DI TAHUN 70-

AN, MISALNYA, BISA JADI TIDAK

AKAN MEMENUHI SYARAT DI

ABAD 21 INI. KARENA ITULAH,

SELALU ADA PERENCANAAN

JANGKA PANJANG DALAM

MANAJEMEN KAMPUS, YANG

DIHARAPKAN MENJADI ARAH

PENGEMBANGAN UGM.

Page 8: Kabar UGM Edisi Mei 2011

8. Mei - 2011 - kabar ugm

laporan utama

Semua gerak yang terencana ini dikelola di Direktorat Perencanaan dan Pengembangan UGM. Direktorat yang biasa disebut sebagai Renbang ini berfokus pada perencanaan yang bersifat makro konseptual. Sejauh ini, UGM telah memiliki haluan dalam Rencana

Induk Pengembangan Kampus, yang merupakan sambungan dari rencana-rencana induk sebelumnya yang akan habis pada 2015. Setelah itu, sedang disusun rencana pengembangan jangka panjang sampai dengan tahun 2050.

Direktur Perencanaan dan Pengembangan UGM, Ir. Adam Pamudji Rahardjo, M.Sc., Ph.D., mengatakan salah satu program yang ditetapkan ialah mewujudkan visi kampus educopolis, bahkan beyond educopolis, yang mempelopori pengelolaan kawasan yang selalu meningkatkan mutu lingkungan. Visi ini memiliki arti menciptakan kampus yang nyaman untuk kegiatan akademik. Kondisi tersebut terkait dengan banyak aspek, misalnya dari sisi lingkungan pembelajaran mensyaratkan kegiatan pendidikan yang didukung oleh lingkungan. “Lingkungan ini harus secara ideal dapat mendukung pembelajaran. Kita memikirkan bagaimana kampus nyaman secara komprehensif. Untuk mentransformasi itu semua, masih diperlukan masa yang panjang,” tutur Adam.

Kegiatan ini diaplikasikan, antara lain, dengan penambahan hijauan, peningkatan tata air dan pengurangan tapak bangunan. Terdapat kebijakan operasional di UGM bahwa pembangunan gedung baru tidak boleh sama luasnya dengan tapak baru, namun berkurang hingga 75% dari luas sebelumnya. Renbang bersama Komisi Perencanaan yang dimotori oleh Ir. Ika Putra, M.Eng. Ph.D. saat ini juga tengah berkonsentrasi mengatur block zoning, yang direncanakan ada pola di dalam interaksi antarkluster.

Penggunaan ruang kuliah juga harus fleksibel. Sebuah gedung tidak boleh hanya untuk keperluan satu jurusan saja. Renbang juga berfokus pada jalan lingkar. Tahun ini mulai digarap desain jalan timur-barat. Aplikasinya, fungsi Jalan Kaliurang sedikit demi sedikit akan dikurangi dan dipindahkan keluar. “Jadi, di dalam ini dibuat nyaman, tidak terganggu, hubungan perkuliahan antarkluster mudah, tidak terganggu polusi, baik dari sisi fisik maupun pikiran,” imbuhnya.

Dijelaskan Adam, Renstra UGM 2008-2012 memiliki dua tujuan utama. Pertama, menjadi universitas riset kelas dunia yang beridentitas kerakyatan dan berakar pada sosio-budaya Indonesia. Sasaran dari tujuan ini ialah terwujudnya pembelajaran berbasis riset; tercapainya peningkatan reputasi dan akreditasi internasional di bidang pendidikan, riset, dan pengabdian kepada masyarakat; tercapainya peningkatan jejaring kerja sama internasional; dan terwujudnya peningkatan peran UGM dalam penyelesaian masalah bangsa dengan pendekatan kerakyataan dan sosio-budaya Indonesia, mencakup advokasi keunggulan lokal ke tingkat dunia.

Tujuan kedua adalah menjadi universitas yang mandiri dan bertata kelola baik (good university governance). Sasaran dari tujuan ini ada tiga, yakni tuntas status dan transfer aset tetap, tuntas penyiapan sistem manajemen dan tahapan menuju pengelolaan SDM perguruan tinggi BHMN, dan tercapainya good governance dalam sistem manajemen.Selain itu, menilik manajemen kampus dari sisi fisik, tidak dapat dilupakan peran Direktorat Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset (DPPA). Direktorat ini bertanggung jawab atas, antara lain, pengelolaan dan pemeliharaan bangunan gedung, lahan, jalan, taman, dan persampahan.

Page 9: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .9

laporan utama

Dalam rangka pengembangan lingkungan educopolis, DPPA mengubah pengelolaan sampah dari pola pembuangan ke tempat pembuangan akhir (TPA) menjadi daur ulang sampah organik dengan pemilahan sampah sejak dari sumbernya. Di samping itu, juga dilakukan perubahan dalam pengelolaan layanan sepeda kampus agar dalam sehari, setiap sepeda dapat digunakan oleh banyak orang secara bergantian.

Mustofa, S.I.P., M.P.A., Kepala Seksi Jalan, Pertamanan, dan Persampahan-DPPA, menjelaskan layanan pengelolaan sampah terpadu dengan pemilahan sampah sudah mulai dilaksanakan pada Maret 2011. Sarana pendukung yang diperlukan, misalnya bak sampah terpisah di ruang kerja, selasar, dan halaman telah tersedia di berbagai unit kerja. Penampungan sampah yang disebut Depo Sampah Kluster telah dibangun pada 13 lokasi di lingkungan kampus. Sementara itu, prasarana pengolahan sampah, yakni Laboratorium Daur Ulang Sampah (LDUS) telah dibangun di KP4 Kalitirto, Berbah, Sleman.

"Manfaat riil yang dapat dirasakan dalam bidang pengelolaan sampah terpadu adalah kondisi lingkungan kampus yang lebih tertata rapi, lebih bersih, dengan pengelolaan sampah yang sudah terpilah sesuai dengan jenisnya. Pengelolaan sampah tersebut memberikan nilai

ekonomis, bermanfaat bagi pengembangan pertanian terpadu, dan berguna untuk membelajarkan kesadaran mengenai pengelolaan sampah yang benar," terang Mustofa.

Untuk mengurangi transportasi sampah, DPPA tengah merencanakan pembangunan sarana pengolah serasah daun sederhana di dalam lingkungan kampus yang diharapkan dapat mengolah menjadi pupuk kompos padat dan cair (lindi).

Diakui Mustofa, kendala yang dihadapi dalam pengelolaan sampah terpadu adalah masih rendahnya kesadaran warga UGM untuk mau membuang sampah secara terpilah sesuai dengan jenisnya pada bak sampah yang telah disediakan. Selain itu, belum optimalnya pelaksanaan pemilahan sampah dalam depo kluster oleh para petugas persampahan fakultas/unit kerja. "Nah, hal ini perlu komitmen dan kesadaran bersama akan pentingnya pengelolaan lingkungan dan kepedulian seluruh warga UGM pada masalah persampahan," kata Mustofa.

Terkait dengan pengelolaan sepeda kampus, Drs. Supriyanto, M.P.A. selaku Kasubdit Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Ketertiban Lingkungan, dan Pengelolaan Parkir-DPPA mengatakan penggunaan kendaraan bermotor pribadi di lingkungan kampus berdampak pada polusi udara, polusi suara, peningkatan suhu udara, dan berkurangnya lahan taman karena digunakan untuk keperluan parkir. "Untuk mendukung pengurangan arus kendaraan bermotor di dalam kampus telah disiapkan layanan sepeda kampus. Sepeda merupakan moda transportasi yang ramah lingkungan

dan relatif bebas dari kemacetan," ujar Supriyanto.

Sepeda kampus hanya boleh digunakan di dalam kampus untuk perjalanan antarstasiun sepeda. Pengguna nantinya dapat meminjam dan mengembalikan sepeda di stasiun sepeda yang disediakan. Dalam waktu dekat, kurang lebih 200 sepeda kampus sumbangan PT Gama Multi Usaha Mandiri (GMUM) akan siap dioperasikan untuk mendukung layanan.

Penggunaan sepeda antarstasiun sepeda dibatasi hanya untuk lama waktu peminjaman maksimal 30 menit. Maksud pembatasan waktu pinjam ini agar setiap sepeda dapat digunakan untuk memberikan layanan kepada banyak orang. Layanan peminjaman sepeda kampus akan dilengkapi dengan sistem informasi yang dikembangkan oleh Pusat Pelayanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPTIK). Dengan demikian, informasi antarstasiun sepeda dapat diolah secara online. "Waktu layanannya yaitu Senin-Kamis dari jam 06.30-16.00 dan Jumat dari jam 06.30-15.00," kata Supri.

Layanan sepeda kampus tidak saja diperuntukkan bagi mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan, tetapi juga tamu.Kurnia Ekaptiningrum , Satria Nugraha SS

Mustofa(Kepala Seksi Jalan, Pertamanan, dan Persampahan-DPPA)

Adam Pamuji Rahardjo(Direktur Perencanaan dan Pengembangan)

Supriyanto(Kasubdit Keselamatan dan Kesehatan Kerja,Ketertiban Lingkungan, dan Pengelolaan Parkir-DPPA )

Page 10: Kabar UGM Edisi Mei 2011

10. Mei - 2011 - kabar ugm

laporan utama

Salah satu yang cukup penting dalam pengelolaan perguruan tinggi adalah masalah beasiswa. Program ini memberi ketenangan bagi mahasiswa dari keluarga tidak mampu agar dapat berkonsentrasi kuliah dan berprestasi. Harapannya, selepas kuliah nanti, mereka dapat menjadi simpul penting untuk menaikkan derajat ekonomi keluarga.

Fakta ini meyakinkan kita bahwa beasiswa adalah jalan keluar strategis untuk mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Karena itulah, UGM berkonsentrasi penuh dalam pengelolaan beasiswa sebagai salah satu aplikasi falsafah kampus kerakyatan. Salah satu yang dilakukan ialah menyediakan beasiswa Bidik Misi, khusus bagi mahasiswa tidak mampu yang berprestasi. Setiap tahun, beasiswa ini tersedia bagi 500 mahasiswa. Tahun lalu, setiap mahasiswa penerima Bidik Misi mendapatkan 5 juta rupiah per semester dan tahun ini naik menjadi 6 juta rupiah tiap semester. Untuk uang bulanan, tiap penerima beasiswa memperoleh 500 ribu rupiah per

bulan di tahun 2010 dan meningkat menjadi 600 ribu rupiah pada tahun ini.

Direktur Kemahasiswaan UGM, Drs. Haryanto, M.Si., mengatakan seleksi penerima beasiswa Bidik Misi relatif sederhana. Pria yang lebih akrab dipanggil Sentot ini menyebutkan satu hal yang pasti ialah harus dari keluarga miskin dan berprestasi. Prestasi dilihat dalam dua hal, satu yang wajib ialah nilai raport sejak kelas satu, dua, dan tiga. Kemudian, ada prestasi-prestasi lain yang mendukung, misalnya menjadi juara di bidang

Page 11: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .11

laporan utama

olahraga atau seni, yang dianggap sebagai nilai plus. Persyaratan miskin juga harus terpenuhi. “Karena itu, syarat-syarat tersebut beserta rekomendasinya dikirim ke pusat. Kemudian, pusat akan mengelompokkan di mana mendaftarnya. Apakah daftarnya di UI, ITB, UNY, atau perguruan tinggi lain? Mereka akan dipisahkan dan akan dikirimkan ke perguruan tinggi masing-masing. Setelah itu, kita akan melihat dari aspek persyaratan administrasi lolos. Yang kedua, syarat prestasinya dan yang ketiga, syarat penghasilan,” urai Sentot.

Tahun ini, terdapat sekitar 350 mahasiswa yang memenuhi syarat untuk menerima beasiswa ini. Kuota sisanya akan dipersiapkan untuk calon mahasiswa yang mengikuti SNMPTN karena ada yang mengikuti melalui program Bidik Misi. Semua proses seleksi penerima beasiswa ada di pusat, tetapi dipastikan akan terkelola dengan baik dengan kecanggihan sistem teknologi informasi.

UGM sendiri mengelola beasiswa lebih dari 30 miliar rupiah per tahun untuk 8.000 hingga 9.000 penerima beasiswa. Angka ini sudah di atas plafond pemerintah karena undang-undang menetapkan minimal 20% dari jumlah mahasiswa sebuah perguruan tinggi menerima beasiswa. Secara rata-rata, penerima beasiswa di UGM kini sudah di atas 20%, bahkan di beberapa fakultas ada yang sampai 25-30%.

Di luar angka 30 miliar itu, masih ada dana-dana sumber beasiswa lain. “Di sejumlah fakultas, banyak beasiswa yang berasal dari dosen pribadi, perkumpulan-perkumpulan, alumni, dan ada semacam zakat di fakultas. Itu banyak yang belum dilaporkan. Jadi, kalau semua dilaporkan bisa lebih dari 30 miliar rupiah untuk 8.000-9.000 mahasiswa dari 62 sumber beasiswa,” tambah Sentot.

Salah satu penerima beasiswa di UGM ialah

Novita Nur Diarini, mahasiswi Fakultas Farmasi angkatan 2010 yang lolos masuk UGM melalui jalur Penelusuran Bibit Unggul Tidak Mampu (PBUTM). Novita mengaku sangat bersyukur dapat diterima di UGM. Dulu, ia bahkan tidak berani membayangkan dapat berkuliah di UGM karena berasal dari keluarga miskin.

Harapan untuk menempuh studi di UGM sudah ada di benak Novita sejak duduk di kelas satu SMA. Kebetulan, kakaknya juga berkesempatan untuk berkuliah di kampus ini, juga melalui jalur PBUTM. Dari situlah, Novita kemudian terus belajar dan berprestasi masuk tiga besar dari semester satu hingga

enam. “Lalu, saya dicalonkan oleh sekolah masuk UGM lewat jalur PBUTM dengan pilihan Fakultas Farmasi. Selain prestasi, yang tidak kalah penting adalah dukungan dari orang tua dan keluarga tentu saja,” kata Novita.

Tidak heran jika Novita merasa sangat bersyukur. Karena melalui jalur PBUTM, ia dapat kuliah di fakultas favoritnya, Farmasi. Novita memang bercita-cita menjadi apoteker. Beasiswa Pendidikan bagi Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidik Misi) diperolehnya sehingga ia bebas dari membayar SPP dan Biaya Operasional Pendidikan (BOP), serta mendapatkan bantuan 600 ribu rupiah/bulan hingga empat tahun. Dana ini biasa ia gunakan untuk uang saku dan membeli buku atau bahan kuliah lainnya. Dengan begitu, ia dapat mengurangi beban orang tua. Setelah masuk pun banyak bimbingan dan pembinaan yang diberikan oleh para dosen.

Secara pribadi, Novita berharap program ini terus dijalankan oleh UGM. Jika memungkinkan, kuota atau jumlah mahasiswa yang dapat masuk melalui jalur ini terus ditambah. Novita menyatakan ingin berprestasi lebih baik lagi di tingkat UGM, nasional, bahkan lebih dari itu. Paling tidak, prestasi belajar Novita di UGM kini sudah cukup memuaskan, dengan IPK yang mencapai 3,16 di semester satu lalu. Novita juga aktif di organisasi kemahasiswaan yang memberinya kesempatan untuk berprestasi lebih luas lagi.Agoeng Nugroho, SatriaArdhi Nugraha, SS

Drs. Haryanto, M.Si.(Direktur Kemahasiswaan UGM)

Novita Nur Diarini

Page 12: Kabar UGM Edisi Mei 2011

12. Mei - 2011 - kabar ugm

laporan utama

Seberapa rumitkah manajemen sebuah universitas?

Me-manage universitas tidak mudah karena tantangannya. Yang kita kelola bukan hanya produk dan jasa. Variasinya sangat luas; dari hal-hal yang bisa dilihat sampai yang tidak bisa diobservasi, misal hasil penelitian dan pengetahuan. Nilai hal-hal yang tidak dapat dilihat itu sangat besar, melebihi hal-hal dapat dilihat.

Selain itu, yang dikelola lebih banyak aspek manusianya, sebagai unsur yang sangat penting untuk kita perhatikan. Manajemen SDM bukan mengurusi aspek fisik semata, melainkan juga nilai-nilai, cara berpikir, dan pengetahuan mereka. Bagaimana cara kita meningkatkan kontribusi ilmuwan kita dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi? Bagaimana mereka bisa menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi universitas? Itulah sebabnya manajemen universitas tidak mudah dan sangat kompleks.

Sebagai WRS AKSM, apa yang sudah dicapai?

Yang jelas, kita ingin me-manage administrasi, keuangan, dan SDM ini sesuai dengan nilai-nilai UGM. Kita kan punya nilai Pancasila, nilai ke-UGM-an, semangat gotong royong, kekeluargaan, kerohanian, kerakyatan, dan membela kepentingan masyarakat yang kurang beruntung. Itu yang kita gunakan sebagai dasar pengelolaan.

Secara operasional, bagaimana kita mengelola aset ini sesuai dengan asas keadilan, berangkat dari fakta bahwa aset yang kita miliki merupakan aset publik yang harus digunakan sesuai dengan visi universitas. Salah satu contoh penerapan asas keadilan adalah pembenahan utilisasi asrama. Mengingat besarnya manfaat tinggal di asrama, maka asrama kita atur agar memiliki fasilitas yang nyaman, aman, harga terjangkau, dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semakin banyak mahasiswa UGM. Itulah sebabnya mahasiswa yang tinggal di sana hanya dibatasi satu tahun.

Selain itu, kita mendorong sumber daya yang ada agar utilisasinya tinggi dalam semua aspek, SDM dan aset. Kita juga mengintegrasikan proses utilisasi aset itu - bangunan, laboratorium, dan juga dana - agar mudah untuk di-share. Kita jadi tahu betul berapa nilai aset kita, bagaimana menggunakannya secara bersama antarunit dalam universitas. Total nilai aset kita sekitar 8,4 triliun, di luar nilai SDM karena SDM itu lebih dari aset.

Universitas, jika tidak punya pendidik yang bagus, tidak akan bisa bekerja dengan baik. Padahal, mengembangkan tenaga pendidik itu tidak mudah dan murah, sementara kalau kita rekrut pendidik yang selesai S-3 tidak selalu tersedia. Makanya kita harus merekrut mulai dari asisten. Untuk tahun ini, kita akan merekrut jumlah dosen lebih banyak dan

Mengelola perguruan tinggi bukan persoalan yang mudah, apalagi untuk lembaga sebesar UGM. Kabar UGM mewawancarai Wakil Rektor Senior Bidang Administrasi, Keuangan, dan Sumber Daya Manusia (WRS AKSM), Prof. Ainun Na’im, Ph.D. untuk mengetahui lebih banyak mengenai manajemen kampus UGM. Berikut petikannya.

Prof. Ainun Na’im, Ph.D.(Wakil Rektor Senior Bidang Administrasi, Keuangan, dan Sumber Daya Manusia (WRS AKSM))

Page 13: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .13

laporan utama

mengangkat yang selama ini masih menjadi honorer, total menjadi 300-an orang. Tentu harus melalui kualifikasi tertentu.

Hasil semua pengelolaan ini, dilihat dari aspek keuangan, kita buat laporannya secara teratur setiap tahun dan diaudit oleh auditor independen. Dan selama empat tahun kita membuat laporan tahunan, kita mendapat opini yang wajar. Opini ini bisa kita pertahankan sampai saat ini.

Bisa saya katakan, itu adalah capaian bersama. Saya hanya sebagian. Yang sangat berperan adalah partisipasi dan kontribusi pimpinan yang lain, direktur, fakultas, dan lembaga-lembaga lain dalam pengelolaan fisik dan SDM.

Bagaimana pengelolaan tenaga kependidikan (nondosen)?

Kita terus tingkatkan kualifikasinya. Kita berikan beasiswa untuk studi lanjut, termasuk di universitas ternama di luar negeri atau mengikuti program studi lapangan di berbagai universitas di luar negeri. Supaya mereka punya benchmark. Ada tenaga kependidikan kita yang lulusan S-2 luar negeri. Kita juga meningkatkan kualifikasi dalam hal kemampuan berpikir. Dalam pengangkatan, kita menguji kemampuan TPA dan TOEFL. Mengapa TOEFL sangat penting? Visi kerakyatan, kebangsaan, dan visi dunia. Sangat kurang apabila mereka tidak menguasai bahasa internasional. Kita juga menyediakan career plan system untuk tenaga kependidikan sesuai dengan bidangnya. Seperti tenaga pendidik, nanti tenaga kependidikan mempunyai sistem karir berjenjan.

Bagaimana tingkat utilisasi semua aset UGM?

Saya kira utilisasinya sampai 95 persen. Aset, baik dana, investasi, maupun fasilitas meningkat dari waktu ke waktu. Kita memiliki perencanaan yang semakin matang. Kita semakin terbiasa memiliki plan, apa yang akan dilakukan, targetnya apa, dengan tatakelola yang semakin baik.

Dana kita alokasikan seoptimal mungkin sesuai dengan program dan anggarannya yang dibuat secara partisipatif. Setiap periode, informasi dan masukan dari semua unit tentang capaian dan rencana kita buat menjadi program dalam bentuk RKAT yang dibahas pimpinan universitas dan fakultas, dan disahkan oleh Majelis Wali Amanat. Sistem ini semakin mapan. Bagaimanapun kinerja suatu lembaga, bagian yang penting adalah perencanaan dan pengendalian program.

Kita mengalokasikan dana sesuai dengan program fakultas. Tidak semua fakultas sama. Kalau nilai keilmuannya, semua sama, artinya, semua ilmu di UGM penting. Tetapi, tidak semua fakultas memiliki sumber daya finansial yang tinggi jika diukur dengan uang. Ada fakultas yang dari sisi nilai ekonomi

tinggi, tapi biaya juga tinggi. Ada fakultas yang nilai ekonominya tinggi, namun biayanya rendah. Ada fakultas yang memiliki nilai ekonomi rendah, biaya juga rendah. Kita harus punya kebijakan sehingga ada sistem realokasi. Melalui komunikasi dan koordinasi dengan semua unit, telah ada kesepakatan dan mekanisme bahwa untuk fakultas yang mempunyai sumber daya finansial tinggi, maka kontribusi universitas untuk pengembangan SDM kecil, yakni 10 persen. Untuk fakultas dengan biaya tinggi dan finansial rendah, maka kontribusi universitas mencapai 90 persen. Ini adalah capaian bersama antara pimpinan universitas dan fakultas.

Pengelolaan aset pasca-BHMN?

Kita punya sistem pengelolaan yang semakin baik; dan harus ada perbaikan secara menerus. Bagaimana skemanya? Kalau dulu, skemanya otonomi. Otonomi ini kita pertahankan lewat pengelolaan Badan Layanan Umum. Kita usulkan ke Pemerintah, harus ada skema BLU yang khusus untuk perguruan tinggi supaya kita tetap mendapatkan otonomi, terutama dalam hal penentuan program dan anggaran, lebih khusus lagi program dan anggaran yang didanani oleh dana masyarakat. Porsi dana masyarakat ini bisa mencapai 2/3; sisanya dari pemerintah.

Ada indikasi dana masyarakat dikelola pemerintah?

Prinsip keuangan dan kebendaharaan negara adalah semua cashflow terkait dengan aset negara atau lembaga negara dikelola secara sentralistik oleh Kementerian Keuangan. Pada skema BLU, dana masyarakat diakui sebagai penerimaan negara bukan pajak. Penggunaannya harus melalui program dan anggaran yang disahkan oleh Menteri Keuangan. Yang kita usulkan, pengesahannya tidak perlu sampai ke Menteri Keuangan karena prosesnya akan sangat panjang. Karena itu, kita usulkan agar ada pelimpahan dari Kementerian Keuangan kepada Universitas. Aset kita tetap menjadi aset negara. Konsepnya sedang kita susun dan akan didiskusikan dengan Kementerian Keuangan.

Bagaimana status pegawai UGM dalam konsep ini?

Nanti, ada pegawai yang menggunakan skema PNS, ada juga non-PNS. Melihat pengalaman, alokasi PNS tidak cukup memenuhi kebutuhan kita. Sekarang, sebagian pekerja

kita non-PNS.

Untuk mengatasi potensi kebocoran anggaran dan ketepatan penggunaan RKAT?

Kita punya sistem anggaran. Kita susun berdasarkan basis kinerja. Kalau ada program yang dilakukan, harus dicek sudah direncanakan atau belum. Pengecekan bisa dilakukan secara online juga. Ada proses re-audit dan post-audit. Kita punya mekanisme audit oleh Satuan Audit Internal, yang tugasnya mengecek sejauh mana kita taat pada program dan anggaran. Tapi, ini juga tidak berarti program dan anggaran tidak boleh berubah, masih boleh berubah.

Anggaran UGM mencapai Rp 1,8 triliun. Bagaimana tingkat penyerapannya?

Kita bisa melihat berdasarkan kegiatan dari Tri Darma Perguruan Tinggi, pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Berapa dosen, berapa penelitian yang dihasilkan, berapa jumlah akreditasi, berapa jumlah beasiswa? Termasuk juga dana untuk dosen yang menyajikan hasil penelitian dalam forum internasional.

Anggaran kita cenderung meningkat tiap tahun. Proses integrasi dan konsolidasi memacu semua unit memberikan laporan pertanggungjawaban sehingga kita tahu semua kegiatan UGM. Selain itu, memang aktivitas kita juga kian meningkat. Kita juga berhasil meningkatkan kualifikasi dosen, melaksanakan program sertifikasi. Hampir semua dosen kita mendapatkan alokasi untuk sertifikasi.

Jumlah hasil penelitian yang dipresentasikan di luar negeri juga meningkat. Tahun lalu, tidak kurang 150 paper dosen dipresentasikan. Jumlah dosen yang menempuh S-3 juga meningkat, jumlah guru besar meningkat. Ini juga berdampak pada kinerja mahasiswa yang juga meningkat, misalnya pemenang lomba robot dan bermacam-macam kompetisi. Artinya, pengakuan internasional juga semakin nyata.

Kalau kita ringkas, yang kita sudah capai adalah kualitas pengelolaan manajemen yang lebih baik, terbukti dari sistem dan pelaksanaan perencanaan; bagaimana merencanakan kegiatan, menentukan target, penganggaran, dan juga proses implementasi dan pertanggungjawaban; di samping pengawasan intern yang diaudit oleh pihak lain dengan hasil wajar. Gusti Grehenson

MELALUI KOMUNIKASI DAN KOORDINASI DENGAN SEMUA UNIT, TELAH ADA KESEPAKATAN DAN MEKANISME BAHWA UNTUK FAKULTAS YANG MEMPUNYAI SUMBER DAYA FINANSIAL TINGGI, MAKA KONTRIBUSI UNIVERSITAS UNTUK PENGEMBANGAN SDM KECIL, YAKNI 10 PERSEN

Page 14: Kabar UGM Edisi Mei 2011

14. Mei - 2011 - kabar ugm

sosok sosok

Page 15: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .15

sosok sosok

Walikota Yogyakarta, Herry Zudianto, S.E., Akt., M.M., dikenal sebagai sosok pemimpin yang sederhana. Banyak kalangan menilai kebersahajaan Herry dalam memimpin menjadi modal utama kedekatannya dengan masyarakat. Bagi Herry sendiri, menjadi walikota tidak ubahnya menjalani peran sebagai seorang pelayan, yang harus memberikan sesuatu, tetapi rela untuk tidak menerima. Herry Zudianto dilahirkan di Yogyakarta , 31 Maret 1955. Ia menikahi Dyah Suminar dan dikaruniai tiga anak. Herry sempat menempuh pendidikan di Fakultas Teknik UGM meskipun hanya dua semester. Setelah itu, ia mengambil Jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi, universitas yang sama. Kabar UGM mewawancarai Herry Zudianto untuk merefleksikan masa jabatannya menjadi Walikota Yogyakarta selama sepuluh tahun. Berikut ini petikan wawancara Gusti Grehenson dengan pemimpin daerah penuh prestasi itu.

Bagaimana perasaan Anda setelah sepuluh tahun menjabat sebagai walikota?

Tentunya mudah-mudahan apa yang dilakukan ini diterima Allah Swt. sebagai amal ibadah. Karena konsep saya, kekuasaan sebagai wakaf politik di mana pekerjaan ini bagian dari rentetan panjang penyempurnaan shalat. Memosisikan diri sebagai kepala pelayan, apa yang saya lakukan ini dapat diterima oleh masyarakat sebagai bagian dari apa yang telah saya perbuat. Mudah-mudahan ada sesuatu yang dapat saya tinggalkan di masyarakat. Saya juga lega meninggalkan ini karena saya kira sepuluh tahun sesuatu yang pas untuk suatu jabatan. Ada pepatah nabi mengatakan makanlah sebelum kenyang. Satu sisi ada paradigma, power tends to corrupt, kekuasaan yang lama sekali dapat mengurangi kepekaan.

Sudah ada bayangan alih profesi setelah tidak menjadi walikota?

Saya itu seperti air mengalir. Saya lahir dan besar di Jogja. Kemudian, sebelum jadi walikota, dapat istri di Jogja. Tampaknya saya akan berkiprah di Jogja. Cita-cita saya yang utama, ini jangan dianggap guyon ya, saya ingin jadi ketua RW, ha..ha..ha…. Artinya, dalam substansinya, saya merasa pengalaman selama sepuluh tahun ini, saya menangkap daya sosial masyarakat itu semakin tinggi. Tapi, kita kekurangan orang-orang yang mampu menggerakkan daya sosial, kekurangan inspirator, kekurangan motivator, dan koordinator yang mampu menyinergikan daya sosial masyarakat.

Sebelum jadi walikota, saya pernah menjadi bendahara RW di Kampung Golo, Umbulharjo. Waktu itu, saya memiliki kenangan manis, kebutuhan masyarakat yang menunggu pemerintah tidak tahu kapan bisa dipenuhi dan di satu sisi, merasa tidak berdaya. Waktu itu, saya mencoba jadi motivator, inovator, dan koordinator untuk mengumpulkan sumber daya sosial masyarakat di kampung saya. Ternyata, apa yang dianggap tidak mungkin, ternyata bisa. Menurut saya, Indonesia memang membutuhkan itu. Pemimpin-pemimpin yang entah di wilayahnya, di profesinya, di manapun dia berada harus mampu menggerakkan energi masyarakat.

Selama jadi walikota, Anda memperoleh lebih dari 50 penghargaan nasional dan internasional. Apa arti semua itu?

Penghargaan itu bagi saya sebagai kompas bahwa apa yang sudah kita lakukan sesuai on the track. Penghargaan itu bagian dari prestasi, mungkin kita sudah lebih baik dari yang lain meski bukan satu titik yang ideal. Namun, perbaikan tidak ada batas atas. Saya lebih

Page 16: Kabar UGM Edisi Mei 2011

16. Mei - 2011 - kabar ugm

sosok sosoksosok sosok

menangkap apa yang dilakukan sudah on the track ke arah yang benar. Dengan percepatan yang lebih dibanding dari daerah lain.

Anda dikenal sebagai sosok yang dekat dengan rakyat. Apa resepnya?

Selalu menempatkan posisi sebagai pelayan. Walikota itu bukan penguasa, bukan kemuliaan, bukan juga pejabat yang harus dilayani, tapi walikota harus memberikan sesuatu dengan tidak meminta. Saya menempatkan saya sebagai pelayan. Mereka harus saya layani.

Apa filosofi sebagai kepala pelayan itu?

Saya jadi pelayan, ini memiliki dua prinsip. Pertama, jangan sombong. Artinya, kalau ada pendapat yang sama atau berbeda harus semua didengar. Telinganya harus lebar. Lebih banyak mendengar daripada ngomong. Kedua, jangan jadi penakut dalam mengambil keputusan karena keputusan itu tidak ada yang sempurna. Setiap keputusan itu pasti ada pro dan kontra. Selama ini, saya selalu ambil keputusan karena sudah banyak mendengar. Insya Allah, keputusan yang kita ambil merupakan yang terbaik dari pilihan yang sudah ada.

Konsep ini juga Anda transformasikan ke bawahan?

Saya terus mencoba untuk mentransformasikan nilai-nilai ini. Pemerintahan yang baik dan bersih itu fondasinya ada dua, yakni pertama, nilai

organisasi dan sistem. Kedua, mekanisme pengawasan, laporan, dan aturan. Kedua hal ini harus sinkron terus. Tentang nilai-nilai individu, kalau itu dikumpulkan akan menjadi nilai-nilai organisasi. Kalau kita bicara aturan tanpa membangun nilai, maka aturan itu akan rapuh sekali. Karena aturan itu yang menjalankan adalah orang.

Dalam membangun pemerintahan Jogja, aturan saya naikkan satu langkah. Lalu, berhenti. Kemudian, value dinaikkan. Kemudian, aturan dan sistem dinaikkan lagi dengan menaikkan standarnya. Karena kalau kita bicara aturan dengan meningkatkan setinggi-tingginya tanpa nilainya kita bangun, ya susah. Tapi, membangun nilai bukan sesuatu yang sangat mudah. Hal itu terkait dengan konsistensi.

Barangkali orang berpikir, apa yang dikehendaki oleh Pak Herry ternyata dijalankan oleh Pak Herry. Itu sangat penting sebagai konsistensi.

Anda relatif bersih dari isu KKN di tengah kasus-kasus yang menimpa kepala daerah di tempat lain. Apa resep Anda?

Saya memulai dengan ingin mewakafkan politik. Saya ingin memberi, bukan meminta, sehingga waktu saya ingin mencalonkan diri jadi walikota pun, itu erat hubungannya dengan biaya. Saya dari awal sudah komit, wakaf ingin saya berikan dengan hati yang tulus. Segala sesuatu yang sudah saya keluarkan harus semua diikhlaskan. Dimulai dari itu. Kalau tidak, kita akan berpikir untuk bagaimana mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan. Konsep wakaf ini tidak bisa dimulai dengan setengah hati. Konsep wakaf harus dimulai dari awal saat saya menjabat.

Ada banyak keberhasilan yang Anda raih. Masihkah ada yang dirasakan belum tercapai?

Kalau keberhasilan, biarlah masyarakat yang menilai. Saya tidak mau menilai. Kalau kekurangan, bagi saya apapun yang saya peroleh seharusnya bisa ditingkatkan lagi. Misalnya, pendidikan lebih ditingkatkan. Sekarang, pendidikan sudah baik. Saya bercita-cita pendidikan Jogja memiliki ciri khas karakter kebangsaan. Ide saya ini mungkin nanti bisa dilanjutkan. Artinya, pendidikan kita harus punya karakter khas karena orang lebih banyak bicara IQ, tapi kurang bicara EQ. Ini hubungannya dengan kebangsaan. Hal itu menurut saya sangat perlu. Bangsa ini terlalu banyak orang pandai secara intelektual, tapi masih kurang dalam nilai emotional quotient.

Selain pendidikan?

Ya, mungkin sarana fisik, tapi fisik juga banyak yang belum dilakukan. Bagi saya, itu gampang dan mudah dilaksanakan. Artinya, banyak hal fisik yang sudah saya rencanakan mudah-mudahan ditindaklanjuti walikota berikutnya. Tapi, yang justru saya inginkan adalah partisipasi masyarakat. Makanya, kalau ditanya apa yang susah membangun Jogja? Bangun nilai-nilai peradaban yang sesuai dengan tantangan zaman.

Bagaimana dengan good governance?

Saya membangun good governance bukan tujuan akhir. Ini hanya sarana. Tujuan akhir saya adalah membangun kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan dibuktikan partisipasi masyarakat, apresiasi masyarakat. Ada trust antar-stakeholder sehingga terjadi partisipasi yang aktif dalam menjalankan serta memenuhi hak dan kewajiban.

Menurut saya, keharusan melaksanakan good governance menggelinding dengan sendirinya seperti bola salju yang datang dengan bola yang semakin besar. Tidak

ada yang bisa menghentikan, akan datang ke semua lini pemerintahan. Tinggal dua pilihan, menerima dengan terpaksa atau melakukan antisipasi. Karenanya, mari kita antisipasi. Karena pemenang adalah orang yang mampu mengantisipasi perubahan.

Menurut Anda, apakah latar belakang sebagai pengusaha mempengaruhi gaya kepemimpinan Anda?

Pengusaha itu lebih diasah dalam mengukur setiap keputusan dengan menghitung semua risiko. Jadi, lebih berani mengambil keputusan secara terukur, tapi berani mengambil risiko. Saya menganggap orang bisnis, pemikirannya harus out of the box karena harus berlomba, berinovasi, berbeda, dan bagaimana lebih baik. Misalnya, konsumen sudah jenuh, lalu bagaimana lagi ya? Mungkin itu yang membangun saya berpikir out of the box, tidak biasanya.

Herry Zudianto, S.E.,Akt., menamatkan pendidikan menengah di SMA Negeri 3 Yogyakarta pada tahun 1973 dan kemudian melanjutkan studi di Teknik Sipil UGM. Hanya dua semester, ia lantas pindah ke Fakultas Ekonomi hingga meraih gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1981. Menikah dengan Dyah Suminar, S.E., ia dikaruniai tiga putra dan putri, Alfita Ratna Hapsari, S.K.G., Arief Nur Wibawanta, dan Annisa Rahma Herdyana.

Berbagai penghargaan yang berhasil diraih selama memimpin Yogyakarta, antara lain, adalah Penghargaan Widya Krama untuk keberhasilan menuntaskan Program Wajib Belajar 9 Tahun (Bidang Pendidikan) Tingkat Nasional, Penyelenggaraan Sanitasi (Bidang Permukiman) Terbaik Tingkat Nasional, Penghargaan Adipura Bangun Praja (Bidang Lingkungan) Terbaik Tingkat Nasional, Penghargaan Kota Bersih (Bidang Lingkungan) Terbaik Tingkat Nasional, Otonomi Award (Bidang Pemerintahan), Grand Category Region in Leading Profile on Political Performance, dan Special Category Region in a Leading Innovative Breakthrough on Public Accountability.

Sebagai alumnus, apa ada nilai-nilai UGM yang membuat Anda bisa sesukses sekarang?

Ya, nilai-nilai kegadjahmadaan. Sampai sekarang terkenal lulusan UGM yang tidak high profile. Saya kira nilai-nilai kampus

UGM tidak lepas dari suasana Jogjakarta sehingga value-nya lebih banyak lulusan yang memiliki idealisme.

Ada pengalaman menarik selama kuliah dulu?

Ya, sukanya, dapat istri di UGM. Lalu, SPP-nya murah. Dapat ilmu, SPP murah, dan dapat istri. Saya masuk UGM tahun 1974. Pernah kuliah

sebentar di Teknik Sipil karena menuruti kehendak orang tua. Mereka lebih bangga bila saya jadi insinyur. Setelah 1,5 tahun, hati saya berontak. Saya merasa lebih senang di ekonomi. Akhirnya, tahun 1975 saya daftar Ekonomi (jurusan akuntansi). Saya nggak sempat bilang ke orang tua. Jalan satu semester, saya baru berani bilang ke mereka kalau saya sudah pindah ke Ekonomi. Saya lulus tahun '81, tapi saya sudah menikah setahun sebelumnya. Makanya setelah selesai teori, saya sempat kerja sambil kuliah. Saya nyambi kerja di Danarhadi (toko batik). Karena sebagai suami, saya harus bekerja menafkahi istri.

Hobi sekarang?

Salah satunya sepeda. Dulu, saya hobi motor gede. Sewaktu mahasiswa semester satu masih jadi pembalap. Katanya dulu, saya dikatakan salah satu pembalap andal. Bahkan, saat awal jadi walikota, kebetulan ada balap gokart, saya langung beli gokart. Terus, SIM saya dicabut sama istri karena pas main gokart tangan saya patah.

Saya juga suka film sebagai tempat refreshing. Di rumah, saya pasang home theatre di ruang sendiri. Kalau lagi suntuk, saya masuk ke situ, cari film yang saya senang. Mungkin sudah saya lihat berkali-kali.

Film seperti apa?

Pokoknya film yang memberikan nilai pesan. Dari perang hingga silat, yang penting ada pesan. Bagian dari olah pikir.

Sering cari inspirasi di mana, Pak?

Saya dapat inspirasi dalam menentukan kebijakan sebagian besar bukan dari saya loh. Tapi, dari saya baca koran, terutama dari rubrik pikiran pembaca karena banyak memuat keluhan masyarakat. Karena itu tadi, saya coba mendengar.

Banyak yang mengkritisi (kebijakan) saya, bukan malah saya marah-marah. Bagi saya, pujian dan kritikan sama nilainya. Karena pujian itu menempatkan saya berada on the track, sedangkan kritikan berarti ada sesuatu yang salah dan perlu diperbaiki. Prinsip saya, orang yang mengkritisi kita janganlah dianggap musuh. Dari berbagai kritik itu, kita ambil substansi. Apa yang dikeluhkan itu memang benar adanya karena bisa jadi saya tidak pernah melihat tentang hal itu. Itulah pentingnya kita mendengar orang dari posisi yang bebeda.

Apa pesan buat calon walikota yang dua-duanya alumni UGM?

Harapan saya, mudah-mudahan keduanya memiliki niat mewakafkan politik. Harus lebih baik dari saya karena masih banyak yang perlu diperbaiki.

Buat UGM?

Harus tetap jadi kampus kerakyatan!

Page 17: Kabar UGM Edisi Mei 2011

sosok sosok

kabar ugm - 2011 - Mei .17

sosok sosok

menangkap apa yang dilakukan sudah on the track ke arah yang benar. Dengan percepatan yang lebih dibanding dari daerah lain.

Anda dikenal sebagai sosok yang dekat dengan rakyat. Apa resepnya?

Selalu menempatkan posisi sebagai pelayan. Walikota itu bukan penguasa, bukan kemuliaan, bukan juga pejabat yang harus dilayani, tapi walikota harus memberikan sesuatu dengan tidak meminta. Saya menempatkan saya sebagai pelayan. Mereka harus saya layani.

Apa filosofi sebagai kepala pelayan itu?

Saya jadi pelayan, ini memiliki dua prinsip. Pertama, jangan sombong. Artinya, kalau ada pendapat yang sama atau berbeda harus semua didengar. Telinganya harus lebar. Lebih banyak mendengar daripada ngomong. Kedua, jangan jadi penakut dalam mengambil keputusan karena keputusan itu tidak ada yang sempurna. Setiap keputusan itu pasti ada pro dan kontra. Selama ini, saya selalu ambil keputusan karena sudah banyak mendengar. Insya Allah, keputusan yang kita ambil merupakan yang terbaik dari pilihan yang sudah ada.

Konsep ini juga Anda transformasikan ke bawahan?

Saya terus mencoba untuk mentransformasikan nilai-nilai ini. Pemerintahan yang baik dan bersih itu fondasinya ada dua, yakni pertama, nilai

organisasi dan sistem. Kedua, mekanisme pengawasan, laporan, dan aturan. Kedua hal ini harus sinkron terus. Tentang nilai-nilai individu, kalau itu dikumpulkan akan menjadi nilai-nilai organisasi. Kalau kita bicara aturan tanpa membangun nilai, maka aturan itu akan rapuh sekali. Karena aturan itu yang menjalankan adalah orang.

Dalam membangun pemerintahan Jogja, aturan saya naikkan satu langkah. Lalu, berhenti. Kemudian, value dinaikkan. Kemudian, aturan dan sistem dinaikkan lagi dengan menaikkan standarnya. Karena kalau kita bicara aturan dengan meningkatkan setinggi-tingginya tanpa nilainya kita bangun, ya susah. Tapi, membangun nilai bukan sesuatu yang sangat mudah. Hal itu terkait dengan konsistensi.

Barangkali orang berpikir, apa yang dikehendaki oleh Pak Herry ternyata dijalankan oleh Pak Herry. Itu sangat penting sebagai konsistensi.

Anda relatif bersih dari isu KKN di tengah kasus-kasus yang menimpa kepala daerah di tempat lain. Apa resep Anda?

Saya memulai dengan ingin mewakafkan politik. Saya ingin memberi, bukan meminta, sehingga waktu saya ingin mencalonkan diri jadi walikota pun, itu erat hubungannya dengan biaya. Saya dari awal sudah komit, wakaf ingin saya berikan dengan hati yang tulus. Segala sesuatu yang sudah saya keluarkan harus semua diikhlaskan. Dimulai dari itu. Kalau tidak, kita akan berpikir untuk bagaimana mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan. Konsep wakaf ini tidak bisa dimulai dengan setengah hati. Konsep wakaf harus dimulai dari awal saat saya menjabat.

Ada banyak keberhasilan yang Anda raih. Masihkah ada yang dirasakan belum tercapai?

Kalau keberhasilan, biarlah masyarakat yang menilai. Saya tidak mau menilai. Kalau kekurangan, bagi saya apapun yang saya peroleh seharusnya bisa ditingkatkan lagi. Misalnya, pendidikan lebih ditingkatkan. Sekarang, pendidikan sudah baik. Saya bercita-cita pendidikan Jogja memiliki ciri khas karakter kebangsaan. Ide saya ini mungkin nanti bisa dilanjutkan. Artinya, pendidikan kita harus punya karakter khas karena orang lebih banyak bicara IQ, tapi kurang bicara EQ. Ini hubungannya dengan kebangsaan. Hal itu menurut saya sangat perlu. Bangsa ini terlalu banyak orang pandai secara intelektual, tapi masih kurang dalam nilai emotional quotient.

Selain pendidikan?

Ya, mungkin sarana fisik, tapi fisik juga banyak yang belum dilakukan. Bagi saya, itu gampang dan mudah dilaksanakan. Artinya, banyak hal fisik yang sudah saya rencanakan mudah-mudahan ditindaklanjuti walikota berikutnya. Tapi, yang justru saya inginkan adalah partisipasi masyarakat. Makanya, kalau ditanya apa yang susah membangun Jogja? Bangun nilai-nilai peradaban yang sesuai dengan tantangan zaman.

Bagaimana dengan good governance?

Saya membangun good governance bukan tujuan akhir. Ini hanya sarana. Tujuan akhir saya adalah membangun kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan dibuktikan partisipasi masyarakat, apresiasi masyarakat. Ada trust antar-stakeholder sehingga terjadi partisipasi yang aktif dalam menjalankan serta memenuhi hak dan kewajiban.

Menurut saya, keharusan melaksanakan good governance menggelinding dengan sendirinya seperti bola salju yang datang dengan bola yang semakin besar. Tidak

ada yang bisa menghentikan, akan datang ke semua lini pemerintahan. Tinggal dua pilihan, menerima dengan terpaksa atau melakukan antisipasi. Karenanya, mari kita antisipasi. Karena pemenang adalah orang yang mampu mengantisipasi perubahan.

Menurut Anda, apakah latar belakang sebagai pengusaha mempengaruhi gaya kepemimpinan Anda?

Pengusaha itu lebih diasah dalam mengukur setiap keputusan dengan menghitung semua risiko. Jadi, lebih berani mengambil keputusan secara terukur, tapi berani mengambil risiko. Saya menganggap orang bisnis, pemikirannya harus out of the box karena harus berlomba, berinovasi, berbeda, dan bagaimana lebih baik. Misalnya, konsumen sudah jenuh, lalu bagaimana lagi ya? Mungkin itu yang membangun saya berpikir out of the box, tidak biasanya.

Herry Zudianto, S.E.,Akt., menamatkan pendidikan menengah di SMA Negeri 3 Yogyakarta pada tahun 1973 dan kemudian melanjutkan studi di Teknik Sipil UGM. Hanya dua semester, ia lantas pindah ke Fakultas Ekonomi hingga meraih gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1981. Menikah dengan Dyah Suminar, S.E., ia dikaruniai tiga putra dan putri, Alfita Ratna Hapsari, S.K.G., Arief Nur Wibawanta, dan Annisa Rahma Herdyana.

Berbagai penghargaan yang berhasil diraih selama memimpin Yogyakarta, antara lain, adalah Penghargaan Widya Krama untuk keberhasilan menuntaskan Program Wajib Belajar 9 Tahun (Bidang Pendidikan) Tingkat Nasional, Penyelenggaraan Sanitasi (Bidang Permukiman) Terbaik Tingkat Nasional, Penghargaan Adipura Bangun Praja (Bidang Lingkungan) Terbaik Tingkat Nasional, Penghargaan Kota Bersih (Bidang Lingkungan) Terbaik Tingkat Nasional, Otonomi Award (Bidang Pemerintahan), Grand Category Region in Leading Profile on Political Performance, dan Special Category Region in a Leading Innovative Breakthrough on Public Accountability.

Sebagai alumnus, apa ada nilai-nilai UGM yang membuat Anda bisa sesukses sekarang?

Ya, nilai-nilai kegadjahmadaan. Sampai sekarang terkenal lulusan UGM yang tidak high profile. Saya kira nilai-nilai kampus

UGM tidak lepas dari suasana Jogjakarta sehingga value-nya lebih banyak lulusan yang memiliki idealisme.

Ada pengalaman menarik selama kuliah dulu?

Ya, sukanya, dapat istri di UGM. Lalu, SPP-nya murah. Dapat ilmu, SPP murah, dan dapat istri. Saya masuk UGM tahun 1974. Pernah kuliah

sebentar di Teknik Sipil karena menuruti kehendak orang tua. Mereka lebih bangga bila saya jadi insinyur. Setelah 1,5 tahun, hati saya berontak. Saya merasa lebih senang di ekonomi. Akhirnya, tahun 1975 saya daftar Ekonomi (jurusan akuntansi). Saya nggak sempat bilang ke orang tua. Jalan satu semester, saya baru berani bilang ke mereka kalau saya sudah pindah ke Ekonomi. Saya lulus tahun '81, tapi saya sudah menikah setahun sebelumnya. Makanya setelah selesai teori, saya sempat kerja sambil kuliah. Saya nyambi kerja di Danarhadi (toko batik). Karena sebagai suami, saya harus bekerja menafkahi istri.

Hobi sekarang?

Salah satunya sepeda. Dulu, saya hobi motor gede. Sewaktu mahasiswa semester satu masih jadi pembalap. Katanya dulu, saya dikatakan salah satu pembalap andal. Bahkan, saat awal jadi walikota, kebetulan ada balap gokart, saya langung beli gokart. Terus, SIM saya dicabut sama istri karena pas main gokart tangan saya patah.

Saya juga suka film sebagai tempat refreshing. Di rumah, saya pasang home theatre di ruang sendiri. Kalau lagi suntuk, saya masuk ke situ, cari film yang saya senang. Mungkin sudah saya lihat berkali-kali.

Film seperti apa?

Pokoknya film yang memberikan nilai pesan. Dari perang hingga silat, yang penting ada pesan. Bagian dari olah pikir.

Sering cari inspirasi di mana, Pak?

Saya dapat inspirasi dalam menentukan kebijakan sebagian besar bukan dari saya loh. Tapi, dari saya baca koran, terutama dari rubrik pikiran pembaca karena banyak memuat keluhan masyarakat. Karena itu tadi, saya coba mendengar.

Banyak yang mengkritisi (kebijakan) saya, bukan malah saya marah-marah. Bagi saya, pujian dan kritikan sama nilainya. Karena pujian itu menempatkan saya berada on the track, sedangkan kritikan berarti ada sesuatu yang salah dan perlu diperbaiki. Prinsip saya, orang yang mengkritisi kita janganlah dianggap musuh. Dari berbagai kritik itu, kita ambil substansi. Apa yang dikeluhkan itu memang benar adanya karena bisa jadi saya tidak pernah melihat tentang hal itu. Itulah pentingnya kita mendengar orang dari posisi yang bebeda.

Apa pesan buat calon walikota yang dua-duanya alumni UGM?

Harapan saya, mudah-mudahan keduanya memiliki niat mewakafkan politik. Harus lebih baik dari saya karena masih banyak yang perlu diperbaiki.

Buat UGM?

Harus tetap jadi kampus kerakyatan!

Page 18: Kabar UGM Edisi Mei 2011

18. Mei - 2011 - kabar ugm

liputan 1

Gama Giri Mandiri (GGM) merupakan area hutan seluas 153 hektar dengan lanskap lembah dan perbukitan indah yang telah dikelola secara

lebih menarik. Kawasan ini dibagi dalam beberapa lokasi, mulai dari hutan rakyat, agrobisnis, bumi perkemahan, wisata kerajinan keris, hingga batik kayu.

Lokasi GGM berada tidak jauh dari makam raja-raja keraton. Dari puncak bukit perkemahan GGM, dapat disaksikan dengan jelas bangunan makam raja-raja yang persis berada di seberangnya. Untuk mencapai bukit yang kerap digunakan sebagai tempat berkemah dan outbound ini, puluhan tangga yang berkelok-kelok harus ditaklukkan. Menaiki satu persatu tangga cukup menguras tenaga.

Namun, rasa lelah seolah-olah terbayarkan setelah tiba di puncak bukit. Di sana, panorama keindahan lembah nan hijau terhampar di depan mata. Pemandangan yang sungguh menyejukkan. Di tempat itu pula terdapat prasasti peresmian penanaman pohon oleh Rektor UGM yang dilakukan pada tahun 2009. Anda sempat membayangkan tentang peresmian yang dilakukan di atas bukit? Bahkan untuk mencapai puncaknya saja harus menempuh perjalanan yang menguras tenaga.

Tak puas hanya menyaksikan lokasi outbound, perjalanan dilanjutkan dengan mengelilingi area hutan. Kami meluncur berkendara motor trail yang biasa dipakai penjaga malam, Suradi (26), untuk memonitor keamanan. Ia menawarkan untuk menyaksikan air terjun yang berada di sisi tenggara perbukitan. Awalnya, Suradi

Ada banyak lokasi wisata yang menarik untuk dikunjungi di bagian selatan

Yogyakarta. Salah satunya ialah kawasan hutan Gama Giri Mandiri (GGM) di

Desa Girirejo, Imogiri, Bantul, yang dikelola PT GMUM .

mengajak untuk berjalan kaki. Dengan berjalan kaki diperlukan waktu setengah jam untuk sampai ke lokasi. Namun, keputusan akhirnya adalah naik kendaraan.

Beruntung, hari tidak hujan sehingga jalan relatif kering. Jalan yang dilalui penuh dengan bebatuan dan tanah liat. Ternyata, sepeda motor hanya dapat mengantarkan setengah perjalanan. Motor

terpaksa diparkir. Selanjutnya, kami harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang dipenuhi tanah liat becek berada persis di bibir jurang. Perjalanan pun dilakukan dengan ekstra hati-hati. Bila tidak, bisa-bisa terjatuh ke jurang yang penuh dengan semak belukar.

Tidak terbayangkan akan melalui perjalanan yang cukup melelahkan demi

Page 19: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .19

liputan 1

menjawab rasa penasaran untuk menengok lokasi air terjun. Guna menghindari jalan becek, Suradi kemudian meretas untuk membuat jalan di semak belukar. Sebuah ranting kayu digunakannya untuk menyibak ilalang dan menghindari ular berbisa.

Akhirnya, kami melewati jalan setapak dan menyaksikan air terjun yang berada tak jauh di depan mata. Berharap dapat berada di bawah lokasi air terjun, justu jalan setapak yang dilalui membawa kami berada di lokasi atas air terjun. Meskipun air terjun hanya setinggi 6 meter, kami merasa terpuaskan dapat menyaksikannya di balik perbukitan.

Gama Giri Mandiri (GGM) didirikan pada 1960. Ketika itu, GGM dikelola oleh Persatuan Seksi-seksi Pembangunan Masyarakat (PSPM) UGM. Tujuan didirikannya adalah dalam rangka melaksanakan tri dharma perguruan

tinggi untuk mendukung pembangunan masyarakat pedesaan.

Dalam perjalanannya, GGM sempat dikelola Bipemas pada 1968-1974. Kemudian, pengelolaan berpindah ke Lembaga Pengembangan Masyarakat selama empat tahun, 1974-1978. Lembaga ini lantas berganti nama atas persetujuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kala itu, GGM dikelola oleh Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) UGM. Pengelolaan ini berlangsung hingga tahun 2000.

Berbeda dengan periode sebelumnya, setelah bergabung dengan PT GMUM, sejak tahun 2000 GGM menjadi sebuah unit usaha yang profitable tanpa meninggalkan kepedulian terhadap masyarakat.

Manajer GGM, Endhy Dwi Hartome, S.P., menuturkan terdapat lima kegiatan usaha utama yang dilakukan. Pertama, bidang peternakan berupa ternak ayam broiler

komersial dan ternak ayam jantan. Kedua, bidang pertanian dan perkemahan. Ketiga, bidang pengelolaan hasil pertanian dan supplier yang meliputi penyulingan kayu putih dan pupuk organik. “Terakhir, GGM memiliki usaha kerajinan keris dan batik kayu,” ujarnya.

Tahun 2010, GGM merangkul masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Tani Ngudirejo membuat kerja sama pengelolaan hutan rakyat dengan menanam pohon jati sebanyak 30 ribu pohon. “Tahun ini sudah dirancang budidaya pohon jabon sebanyak 3.000 bibit dan hutan rakyat II 50 ribu bibit,” katanya.

Endhy menambahkan GGM juga membuka peluang bagi para investor yang berniat mengembangkan usaha di bidang agrobisnis. Sampai saat ini, sudah ada tiga investor ayam potong yang bekerja sama. Sedikitnya terdapat 9 kandang ayam yang berkapasitas 16 ribu ekor. Gusti Grehenson

Akhirnya, kami melewati jalan setapak dan menyaksikan air terjun yang berada tak jauh di depan mata...

Page 20: Kabar UGM Edisi Mei 2011

20. Mei - 2011 - kabar ugm

essay photo essay photo

Page 21: Kabar UGM Edisi Mei 2011

essay photo essay photo

kabar ugm - 2011 - Mei .21

Wisuda adalah sebuah pintu. Tempat mahasiswa keluar dari satu tempat dan menuju ke tempat yang lain. Ini adalah saat-saat yang begitu membahagiakan, sekaligus penuh tanya, apa yang bisa diperbuat setelahnya. Tetapi bagaimanapun, hari wisuda menjadi wahana bagi semua untuk bersyukur. Satu periode dalam hidup telah selesai, dan

masing-masing menuju ke periode yang baru. Semua bahagia. Semua bangga. Dan hari wisuda selalu penuh warna.

Page 22: Kabar UGM Edisi Mei 2011

22. Mei - 2011 - kabar ugm

civitas

Bukan faktor umur yang membuat Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc. berhasil menjadi dekan, melainkan sepak terjangnya dalam membidani dan mengelola GMC,

yang kini keberadaannya semakin dirasakan manfaatnya oleh civitas akademika UGM. GMC itu pula yang menjadi cikal bakal adanya jamkesmas dan jamkesda, yang diadopsi oleh pemerintah pusat dan daerah saat ini. “Kita ikut membidani jamkesmas, jamkesda, sebagai bentuk kontribusi. Aslinya konsep ini dari GMC itu,” katanya.

Menjadi dekan selama hampir tiga tahun, Ghufron mengakui beban pekerjaan di fakultasnya cukup besar. Kendati begitu, ia

menikmati tugas yang dilakoni. Tidak jarang, ia bersama dengan pengurus fakultas lainnya harus rela pulang setelah hari gelap.

Diakui Ghufron, besarnya muatan pekerjaan di FK UGM cukup beralasan karena program studi (prodi) yang dikelola fakultasnya mencapai 19 prodi dengan jumlah dosen hampir 700 orang. Kondisi ini berbeda dengan UI, yang dengan jumlah prodi hampir sama, tetapi terbagi menjadi tiga fakultas. Dengan tetap menjadi satu fakultas, justru memberi keuntungan tersendiri dalam proses manajemen FK UGM, yakni dalam pengelolaan administrasi, keuangan, dan pengembangan keilmuan yang bersifat multidisiplin. “Tantangannya pada load

Page 23: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .23

civitas

pekerjaan tinggi. Kami jarang pulang di bawah jam 5. Tidak hanya saya, hampir semua karyawan di sini,” imbuhnya.

World Class Research Faculty

Sebagai dekan, Ghufron menyampaikan tiga misi utama. Pertama, menjadikan FK UGM sebagai world class faculty, world class research faculty, dan menerapkan good governance. Kedua, menjadikan fakultas lebih transparan, akuntabel, dan partisipatif. Ketiga, mengembangkan peningkatan terobosan kesejahteraan bagi dosen dan karyawan. Misi yang terakhir ini menjadi perhatian serius Ghufron. Bahkan, ia sengaja mengangkat wakil dekan yang khusus menangani bidang ini. “Bagi dosen dan karyawan yang belum punya rumah, kita berikan bantuan yang digunakan sebagai DP bila ingin KPR atau beli tanah. Kita juga punya koperasi yang bisa untuk membantu memenuhi kebutuhan mereka karena koperasi kita sudah kerja sama dengan bank. Bagi mereka yang mau sekolah lagi, akan kita berikan bantuan. Misalnya, yang dosen ambil doktor diberikan bantuan 20 juta rupiah dari fakultas. Semua karyawan dan dosen mendapat jaminan kesehatan dan jaminan kematian,” katanya.

Tidak cukup hanya itu, para lulusan doktor dan profesor baru akan mendapat penghargaan dan uang tali kasih. Selain itu, honor tutorial juga telah dinaikkan tiga kali lipat dari sebelumnya.

Untuk memudahkan, Ghufron mentransformasi rencana strategis yang ingin dijalankan dalam pengembangan FK.

Ia pun tak segan-segan berkunjung atau beranjangsana ke seluruh unit/bagian dan prodi. Padahal, ada sekitar 19 bagian dan 25 prodi di FK UGM. Dengan kunjungan itu, Ghufron ingin mengetahui lebih jauh permasalahan yang dihadapi masing-masing bagian. “Kita jadwal acara kunjungan rutin dan bergiliran. Tujuannya jelas, untuk menyelesaikan masalah riil di lapangan,” tambahnya.

Target yang ingin dicapai Ghufron usai bertugas sebagai dekan juga jelas. “Saya ingin meninggalkan fondasi sebuah sistem. Kita bikin SOP untuk pendidikan, aset, keuangan yang bersifat transparan. Karena sistem berkontribusi 80 persen pada mutu dan kinerja pada sebuah institusi, sedangkan individu atau figur hanya 15 persen. Setelah tidak jadi dekan, sistem ini sudah tertata dengan baik. Perlu diingat, sistem tidak bisa dibangun dalam waktu singkat,” tegasnya.

Dimarahi Dokter

Ghufron dibesarkan di Kota Blitar. Meski kedua orang tuanya berasal dari Klaten, Jawa Tengah, Ghufron menamatkan pendidikan dasar dan menengah di Blitar. Sejak kecil, Ghufron hidup prihatin bersama dengan lima saudaranya. Orang tuanya hanya petani penggarap. Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan mendorong Ghufron untuk terbiasa sekolah sambil bekerja guna membiayai pendidikannya. Saat duduk di bangku SMP, ia pernah menjadi buruh pengrajin berlian.

Karier pria kelahiran Blitar, 17 Mei 1962 ini cukup fenomenal. Setelah dikukuhkan sebagai guru besar pada tahun 2004, ia diserahi tugas menjadi Ketua Pengelola Gama Medical Center (GMC). Belum selesai tugas tersebut, ia mencoba-coba mendaftar menjadi dekan pada 2008. Pendaftaran itu dilakukannya dua jam sebelum ditutup. Ternyata, ia justru terpilih menjadi dekan di usia 46 tahun, dekan termuda sepanjang sejarah Fakultas Kedokteran (FK) UGM.

Sejak kecil, Ghufron sudah bercita-cita menjadi dokter. Menjadi dokter, pada awalnya bukan keinginan kuat dari dalam dirinya. Namun, kemauan itu muncul setelah ia mendapat pengalaman pahit dimarahi seorang dokter karena tidak membawa uang saat berobat. “Waktu kecil, kelas lima SD, saya kena demam panas lalu berobat ke dokter praktik yang letaknya jauh dari rumah. Saya datang sendiri. Lalu dimarahi, diminta uang suruh bayar Rp500,00. Saya pikir sudah dimarahi kok malah diminta uang, mahal lagi. Kalau begitu, kapan-kapan aku juga harus jadi dokter. Kelihatannya jadi dokter kok enak gitu,” kenangnya.

Usai lulus dari SMAN 1 Blitar tahun 1982, Ghufron kuliah di FK UGM. Setelah dilantik menjadi dokter, ia sebenarnya berencana mengambil pendidikan spesialis. Namun, keinginan itu tidak kesampaian. “Dulu ingin jadi dokter spesialis, tapi saya ini kan tidak sabaran. Kalau (dokter) spesialis menolong satu orang-satu orang sampai lama sekali. Saya pikir bagaimana efisien dan hasilnya besar. Saya lalu bikin sistem jamkesda yang bisa membantu jutaan orang tertolong dalam waktu tidak terlalu lama,” katanya.

Ghufron mengaku mendapat kepuasaan batin telah ikut menciptakan jamkesmas dan jamkesda. “Ya, semoga menjadi amal yang tidak terputus. Apalagi semua daerah sekarang punya jamkesda. Bersyukur diberi kesempatan untuk melakukan hal seperti itu,“ ujarnya merendah.Gusti Grehenson

Page 24: Kabar UGM Edisi Mei 2011

24. Mei - 2011 - kabar ugm

suara

Saat ini, masih terdapat kesenjangan gender dan pemenuhan hak anak, termasuk di bidang pendidikan. Penyebab hal tersebut, antara lain, adalah

masalah geografis, perekonomian, dan ketidakseimbangan konstruksi sosial budaya laki-laki dan perempuan.

Kebijakan dan penyediaan fasilitas yang responsif gender dan peduli anak untuk peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan, serta pemenuhan hak tumbuh kembang dan perlindungan anak dari tindak kekerasan sangat diharapkan.

Keinginan ini tentu tidak berlebihan jika muncul dari dalam kampus. Tidak dapat

dipungkiri, ketika orang tua tengah bekerja, anak sering dititipkan di tempat penitipan anak, baik yang berada di dalam maupun luar kampus.

Namun, apakah hanya itu bentuk fasilitas peduli gender dan anak? Adakah bentuk lain yang diharapkan dari sekadar TPA? Berikut ini gagasan dari beberapa warga UGM sehubungan dengan kebijakan serta fasilitas peduli gender dan anak yang dirangkum dalam SUARA.

Page 25: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .25

suara

Menurut saya, UGM masih kelihatan belum serius menata fasilitas peduli gender ataupun segala sesuatu yang berhubungan

dengan itu. Yang baru saya dengar mungkin baru tempat penitipan anak, tapi kurang jelas sekarang tindak lanjutnya seperti apa. Sementara untuk ASI, seperti penyimpanan, tempat pemerasan, dan tempat menyusui, sepertinya belum tersedia dengan baik. Bagusnya lagi kalau ditambah ada kurir (petugas pengantar) ASI perasan tadi. Jadi, dosen atau pegawai memeras susu dan disimpan di lemari es di sini. Kemudian, ada kurir yang bertugas mengantar ke rumah atau penitipan untuk anak.

Dahulu bahkan ada kebijakan mahasiswa S-2 di MM tidak diperbolehkan hamil selama studi. Kurang tahu, apakah kebijakan tersebut masih diberlakukan atau tidak. Hal ini sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan saat ini, apalagi jika mengingat mahasiswi yang studi berada pada masa usia produktif untuk hamil.

Selain masalah fasilitas yang masih minim, keberadaan Pusat Studi Wanita (PSW) diharapkan dapat lebih memacu dan menjadi leader. PSW bisa memulai dengan mempublikasikan atau memberikan beasiswa kepada penulis skripsi atau tesis yang terkait peduli gender. Penelitian itu juga bisa dikorelasikan dengan pengalaman yang sudah dilakukan di lapangan. Dengan langkah itu bisa memacu lagi penelitian yang terkait peduli gender.

Yang tidak kalah penting selain fasilitas, kepedulian UGM terkait gender bisa masuk pula melalui kurikulum yang didesain dan di-match-kan dengan unit lain seperti pusat studi dll. Khusus untuk jabatan akademik, sementara ini beberapa jabatan sudah dipimpin oleh seorang perempuan, seperti Ketua Majelis Guru Besar (MGB), Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) maupun Dekan Fakultas Biologi.Satria Ardhi Nugraha, S.S.

Menurut pandangan saya, UGM sudah memberikan perhatian terhadap perempuan bekerja di UGM. Tidak ada pembatasan bagi

perempuan untuk berkarya maksimal di sini. Namun, implementasi keberpihakan dalam konteks penyediaan sarana pendukung untuk kemudahan perempuan bekerja di lingkungan UGM masih perlu ditingkatkan, seperti dengan menambah daya tampung penitipan anak karena fasilitas yang ada kapasitasnya tidak sebanding dengan pegawai UGM yang membutuhkan.

Selain itu, sebaiknya juga disediakan ruang untuk laktasi. Tidak perlu dibuat mewah, asal bersih dan tertutup, saya rasa itu sudah cukup. Lalu, disediakan lemari pendingin untuk menyimpan ASI. Apabila seorang ibu merasa nyaman karena anaknya 'terjamin', pasti dia akan lebih produktif dalam bekerja.Kurnia Ekaptiningrum

Fasilitas yang disediakan oleh UGM untuk perempuan atau ibu bekerja di lingkungan UGM masih kurang. Semisal, belum adanya tempat untuk laktasi, padahal ini sangat

penting, khususnya bagi ibu yang ingin menyusui anaknya secara eksklusif. Dari pengalaman, ada beberapa teman yang memerah ASI di kamar mandi karena tdiak ada tempat khusus yang disediakan untuk laktasi. Selain tidak higienis, ini kan juga tidak manusiawi. Sebenarnya, UGM telah mengeluarkan surat edaran untuk unit-unit kerja menyediakan ruangan untuk laktasi, tapi kok implementasinya masih belum terasa.

Saya rasa UGM juga seyogianya menyediakan ruangan kesehatan, seperti UKS bagi perempuan bekerja yang sedang hamil. Mereka tentunya butuh tempat istirahat, sekadar merebahkan badan. Apakah mereka harus izin meninggalkan pekerjaan kantor hanya untuk istirahat sejenak? Tentu tidak kan?Kurnia Ekaptiningrum

Dra. Budi Wahyuni, M.M., M.A.

Peneliti di Magister Studi Kebijakan UGM

Anindhita Prita Pradiptia, Staf Direktorat Administrasi Akademik (DAA)

Farid Ghufron Sanusi

Staf Direktorat Sumber Daya Manusia (SDM)

Page 26: Kabar UGM Edisi Mei 2011

26. Mei - 2011 - kabar ugm

prestasi

Dua tim robot UGM, yakni Koplax dan Ironfire, meraih juara pertama dan kedua dalam kontes robot

dunia, Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest and RoboWaiter Competition (TCFFHCRC), di Hartford, Connecticut, AS, 9-10 April 2011. Mereka menjadi juara pada kategori Senior Wheeled Robot. Tim UGM terdiri atas Farid Inawan, Noer Azis Ismail, Luiz Rizki Ramelan (ketiganya dari Jurusan Teknik Elektro 2009), dan Wahyu Wijayanto (Jurusan Teknik Mesin 2008).

Menurut salah satu anggota tim robot UGM, Farid Inawan, menjadi juara dalam

kontes robot dunia sama sekali tidak pernah terbayang di benaknya, juga rekan-rekan setimnya. Apalagi jika melihat para pesaing yang berasal dari beberapa negara maju, seperti Cina, Israel, Meksiko, Kanada, Portugal, dan AS. Namun, kenyataan membuktikan ketangguhan tim robot UGM. “Kalau melihat lawan-lawan yang berasal dari beberapa negara maju, seperti Cina, AS , Kanada, dan lainnya, kita memang sempat grogi dan kecil hati, tapi akhirnya dengan percaya diri dan optimis kita berhasil menjadi juara satu,” ujar Farid.

Dua hari sebelum keberangkatan, tim UGM sebenarnya belum siap sepenuhnya. Ditambah lagi sesampainya di AS, robot

Teknologi robot Indonesia terbukti tidak kalah bersaing dengan negara lain. UGM, mewakili Indonesia, baru saja menjadi juara dunia dalam kontes robot di Amerika Serikat.

Page 27: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .27

prestasi

dan barang-barang yang disimpan di bagasi pesawat kepanasan. Namun di luar dugaan, setelah dilakukan perawatan dan dirancang kembali, Koplax yang hanya beroda dua dan menggunakan sendok sayur sebagai penyeimbang justru menjadi juara satu.

Disebutkan Farid, Koplax melalui tiga kali pertandingan menghabiskan waktu sekitar 4,6 detik. Trial pertama Koplax hanya memerlukan waktu 0,8 detik. Sementara itu, lawan berat Indonesia, Cina, menghabiskan waktu 0,9 detik untuk melewati rintangan dan memadamkan api lilin. Selisih 0,1 detik saja dari tim Koplax. “Nah, kebetulan sendok ini dulu juga sempat membawa robot Ironfire menang KRCI di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tahun lalu,” imbuhnya.

Anggota tim robot UGM lainnya, Wahyu Wijayanto, juga mengaku tidak menduga akan keluar sebagai jawara. Beberapa persiapan yang telah dilakukan tim, misalnya, penyesuaian dengan kondisi cuaca di AS yang dingin. “Untuk menyesuaikan dengan iklim yang ada di AS, kita pun sempat memasukan robot ke dalam freezer,” kata Wahyu.

Fakultas Teknik pun tidak tinggal diam dengan prestasi para mahasiswa. Dekan Ir. Tumiran, M.Eng., Ph.D., memberikan penghargaan kepada mahasiswa dengan membebaskan SPP dan BOP selama tiga tahun. Penghargaan sebelumnya juga diberikan oleh Mendiknas berupa beasiswa studi S-2. “Pihak Fakultas merasa bangga dengan prestasi yang diraih mahasiswa. Prestasi yang telah melewati perjalanan panjang setelah menang pada KRCI di Malang tahun lalu,” tutur Tumiran.

Sementara itu, Direktur Kemahasiswaan UGM, Drs. Haryanto, M.Si., juga berharap prestasi yang diraih di kancah internasional ini dapat terus ditingkatkan. Menurutnya, selama tiga tahun terakhir sejak 2008, UGM memang cukup fokus untuk mengembangkan robot di kampus. “Jika mahasiswa sudah memiliki semangat untuk berkarya dan memajukan UGM, maka peran dosen untuk memberikan bimbingan juga dinantikan,” kata Haryanto.

Wakil Rektor Bidang Alumni dan

Pengembangan Usaha, Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M.Phil., Ph.D., mengatakan prestasi tim robot UGM merupakan salah satu bentuk internasionalisasi. Selain berupa karya-karya yang mendapatkan pengakuan dunia internasional, beberapa langkah menuju internasionalisasi yang perlu dilanjutkan, antara lain, adalah menciptakan kebijakan dan peraturan yang berbasis standar internasional serta memperjuangkan kearifan lokal (local

wisdom) sebagai peninggalan nenek moyang untuk student center learning. “Terus berikan karya nyata yang mendapat pengakuan dari masyarakat internasional agar kesuksesan tercapai,” kata Atyanto.

TCFFHCRC adalah kompetisi robot pemadam api yang diselenggarakan setiap tahun sejak 1994. Pada tahun ini, sebanyak 135 robot dari seluruh dunia diikutkan dalam perlombaan. Satria Ardhi Nugraha, S.S.

Page 28: Kabar UGM Edisi Mei 2011

28. Mei - 2011 - kabar ugm

feature

Beckham yang ini ialah bekatul es krim multivarian, sebuah inovasi produk olahan bekatul. Produk ini terlahir dari kreativitas sejumlah

mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM yang merasa prihatin terhadap keberadaan bekatul yang cukup melimpah, tetapi kurang begitu dimanfaatkan. Bekatul, bagi sebagian orang masih dianggap sebagai sesuatu yang tidak berguna. Pemanfaatannya pun biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak.

Di tangan Akhir Yuliana, Dyah Tri Wilujeng, Elok Pawening Maharani, Raehana Saria Gahari, dan Sari Yuslia, bekatul yang semula tidak bernilai guna disulap menjadi produk yang dapat

dikonsumsi dan bernilai ekonomis. “Kami tergerak untuk memanfaatkan dan mengolah bekatul yang selama ini keberadaannya cukup melimpah, tapi masih kurang begitu dimanfaatkan. Kebanyakan hanya dijadikan sebagai pakan unggas. Padahal, dalam bekatul kaya akan vitamin B, vitamin E, dan oryzanol yang merupakan antioksidan. Selain itu, bekatul memiliki kandungan serat pangan yang tinggi sehingga baik untuk pencernaan,” terang Elok Pawening di kampus UGM belum lama ini.

Menurut Elok, Beckham merupakan produk es krim yang kaya akan gizi dan aman untuk dikonsumsi oleh penderita laktosa intolerance. Es krim bekatul ini memang agak berbeda dengan es krim lain

Beckham. Nama ini tentunya tidak asing lagi, apalagi bagi para penggila bola. Namun, jangan salah, Beckham yang satu ini bukanlah pesepak bola yang kini memperkuat LA Galaxy di Major League Soccer, Amerika Serikat.

Page 29: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .29

feature

yang ada di pasaran. Beckham dibuat dari susu kedelai sebagai pengganti susu sapi, yang selanjutnya dikombinasikan dengan bekatul. “Di sini kami tidak menggunakan susu sapi, tapi dengan bahan nabati, yaitu susu kedelai yang rendah laktosa. Jadi, aman dikonsumsi bagi penderita laktosa intolerance,” kata mahasiswi angkatan 2009 ini

Beckham diklaim sebagai es krim nabati tidak hanya karena menggunakan susu kedelai dalam pembuatannya, tetapi juga karena tidak memakai telur dan mentega. Mentega diganti dengan margarin. “Es krim bekatul ini memang diolah sebagai es krim nabati yang sasaran konsumennya adalah para vegetarian dan masyarakat yang sadar akan pentingnya mengonsumsi bahan nabati,” jelasnya.

Cara membuat es krim ini sama seperti

membuat es krim lainnya. Untuk membuat 1 resep Beckham, digunakan bekatul 40 gram, susu kedelai 800 ml, gula pasir 150 gram, dan aroma rasa. Dari 1 resep tersebut dapat dihasilkan sekitar 18-20 cup ukuran 90 ml. “Dalam sebulan, biasanya kita bisa sampai 4 kali produksi. Sekali produksi, kita menggunakan 240-300 gram bekatul. Bekatul yang dipakai yang masih fresh,” tambah Sari Yuslia.

Dalam satu minggu, mereka mampu menjual hingga 90 cup se krim. Satu cup Beckham dibanderol Rp3.000,00. Untuk sementara, Beckham baru dipasarkan secara terbatas di Kantin FTP, Restoran Soma Yoga, dan Vihara Boedhi Cita. Rasa yang ditawarkan pun cukup bervariasi, coklat, kopi, jahe, dan gula jawa.

Tertarik untuk mencoba?Kurnia Ekaptiningrum

Page 30: Kabar UGM Edisi Mei 2011

30. Mei - 2011 - kabar ugm

feature

Wisata pendidikan beberapa waktu ini kian populer. Siswa sekolah dari berbagai daerah datang untuk mengenal lebih dekat wajah UGM. “Suasana UGM cukup asri dengan banyak pepohonan. Lingkungannya pun nyaman,

kondusif untuk berlangsungnya proses belajar-mengajar,” ujar Asep (16) siswa kelas XI SMAN I Baleendah Bandung. Asep adalah salah satu dari ribuan siswa SMA yang telah merasakan berwisata pendidikan di UGM.

Asep pun sempat menyinggung tentang kebijakan yang dikeluarkan UGM terkait dengan pelarangan membawa sepeda motor ke kampus bagi mahasiswa angkatan 2011. Menurutnya, hal itu merupakan keputusan yang cukup bijak karena akan mengurangi pemanasan global dan mendorong mahasiswa untuk lebih mencintai lingkungan. “Dengan disediakannya transportasi kampus, seperti sepeda kayuh, akan mengurangi tingkat polusi di kampus sehingga tercipta suasana yang nyaman untuk belajar,” tuturnya.

Lain lagi yang dikemukakan Nur Kamila (18), siswa kelas XI SMA Negeri 5 Tangerang Selatan. Menurutnya, selain gedung-gedung yang luas, kampus UGM juga berhawa segar dan bersuasana nyaman untuk tempat berjalan-jalan. Kamila juga menilai UGM merupakan salah

satu perguruan tinggi di Indonesia yang cukup populer dan unggul dalam berbagai program studi. “Awalnya, selepas SMA ingin langsung bekerja, tapi setelah mengikuti sosialisasi tentang UGM ini saya jadi berminat untuk kuliah. Kalau bisa, ya diterima di UGM. Saya ingin ambil Teknik Arsitektur,” akunya.

UGM memang menjadi salah satu tujuan wisata pendidikan di Yogyakarta yang ramai dikunjungi para pelajar, terutama saat musim liburan sekolah. “UGM sudah lama jadi tujuan wisata pendidikan. Kita ingin lebih banyak menyosialisasikan adanya atmosfer pembelajaran di kampus,” kata Kepala Bidang Humas dan Keprotokolan UGM, Drs. Suryo Baskoro, M.S.

Tidak tanggung-tanggung, setiap tahun terdapat sekitar 130 siswa yang berwisata pendidikan di kampus ini, baik yang berasal dari Jawa maupun luar Jawa. Di samping untuk memberikan sosialisasi tentang atmosfer pembelajaran di kampus, adanya wisata pendidikan diharapkan dapat memberikan penyadaran kepada para siswa untuk lebih keras lagi dalam belajar karena ketatnya persaingan untuk dapat masuk UGM. “Biasanya kalau pas musim liburan, setiap bulan ada 40-an SMA yang melakukan wisata pendidikan di UGM,” kata Suryo.

Berwisata pendidikan di UGM ternyata cukup menjadi daya tarik bagi para guru dan siswa SMA, apalagi selama ini sudah ada alumni sekolah-sekolah tersebut yang berhasil kuliah di kampus ini. Hal tersebut

Suatu pagi di awal Mei 2011, suasana seputar Grha Sabha Pramana (GSP) UGM hiruk pikuk. Ratusan pelajar berseragam putih abu-abu memadati jalan-jalan kampus. Tawuran? Bukan! Mereka bukan hendak tawuran, tapi berwisata pendidikan.

Dr. M. Baiquni, M.A.Kepala Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM

Page 31: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .31

feature

tergambar dari penuturan Ani Suryani, guru Bimbingan Konseling SMA N I Baleendah, ketika mendampingi siswa-siswanya berkunjung ke UGM. “Ada beberapa siswa yang sudah diterima di UGM. Tahun ini, siswa kita yang mendaftar melalui jalur SNMPTN Undangan ada 130 orang. Dengan melakukan kunjungan seperti ini harapannya dapat memotivasi para siswa untuk lebih giat belajar agar bisa masuk di universitas-universitas favorit seperti UGM ini,” harapnya.

Ditambahkan Ani bahwa ketika berkunjung di UGM, para siswa juga dapat langsung memperoleh berbagai informasi terbaru mengenai cara masuk UGM, biaya studi, hingga fakultas atau program studi favorit.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMAN 5 Tangerang Selatan, Dra. Yuliani, menyebutkan kunjungan ini merupakan yang pertama kali

dilakukan sekolahnya. Dengan kunjungan ini, ia berharap para siswanya dapat lebih mengenal UGM dari dekat. “Langsung berkunjung ke UGM ini harapannya bisa menjadi daya tarik bagi para siswa untuk meneruskan studi ke UGM. Kunjungan ini juga merupakan salah satu cara kami untuk jemput bola. Semoga hasilnya akan banyak siswa yang bisa diterima di sini,” ucapnya.

Menilik potensi wisata pendidikan yang kian diminati, Kepala Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM, Dr. M. Baiquni, M.A., berharap agar ke depan berbagai kegiatan kunjungan dapat dikemas dengan lebih bagus karena selama ini belum begitu tertangani dengan baik, tidak hanya sekadar datang, melihat, dan mendengarkan sosialisasi tentang cara masuk dan program studi (prodi) yang dimiliki UGM. “Alangkah lebih baik jika dikemas dengan

lebih menarik, profesional dengan value dan nilai tambah. Semisal, Pusat Koesnadi dijadikan sebagai study center. Para siswa yang berkunjung bisa diarahkan ke sana, diputarkan film tentang tokoh-tokoh dan prestasi UGM, diberikan semacam training motivasi serta diajak berkeliling sejumlah museum yang kita miliki, seperti Museum Geospasial, Museum Paleantropologi, dan yang lainnya,” urainya.

Dikatakan Baiquni, pengembangan wisata pendidikan secara profesional akan menjadikan UGM bukan sekadar sebagai objek wisata, tetapi juga tempat berwisata dan sekaligus menjadi knowledge based tourism. “Menjadi tempat wisata yang mampu meningkatkan pengetahuan dan motivasi itu harapannya,” ujarnya.Kurnia Ekaptiningrum.

Page 32: Kabar UGM Edisi Mei 2011

32. Mei - 2011 - kabar ugm

Pemerintah Provinsi DIY, UGM, Pemkab Sleman, dan TV One bersama-sama melakukan peresmian 1.017 hunian sementara (huntara) bagi korban erupsi Merapi di Desa Gondang, Cangkringan, Sleman. Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., Bupati Sleman, Drs. H. Sri Purnomo, dan Direktur News Sport TV One, Nurjaman Mochtar. Agung

Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., melantik 165 ketua dan sekretaris jurusan/bagian di UGM. Pelantikan berlangsung di Balai Senat UGM, Jumat (8/4), ditandai dengan penandatanganan naskah secara simbolis oleh 36 ketua dan sekretaris jurusan/bagian. Kurnia Ekaptiningrum

Keprihatinan dan solidaritas terhadap korban gempa bumi dan tsunami di Jepang yang terjadi pada 11 Maret lalu terus mengalir. Kali ini, rasa keprihatinan dan solidaritas disampaikan oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) UGM bekerja sama dengan Pusat Studi Jepang (PSJ). Acara yang mengangkat tema 'Meneladani Semangat Kartini untuk Lebih Peduli dan Berbagi' ini dilaksanakan di University Club (UC) UGM. Satria AN

Dalam rangka menjaring masukan guna mengantisipasi perubahan iklim terhadap sektor pertanian dan peternakan, Wakil Menteri Pertanian RI, Dr. Ir. Bayu Krisnamurti, melakukan kunjungan ke UGM. Rombongan diterima Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., didampingi para Dekan Agrokompleks, Rabu (13/4). Dalam pertemuan terungkap keinginan pemerintah untuk memperoleh berbagai masukan dari para pakar UGM terkait dengan teknologi sederhana, praktis, dan inovatif untuk meningkatkan produksi pangan dan pertanian di tengah perubahan iklim. Agung

Page 33: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .33

Rektor UGM meresmikan grand opening Rumah Sehat dan Apotek UGM yang terletak di Jalan Prof. Dr. Sardjito 25 Yogyakarta, Jumat (29/4). Peresmian secara simbolis ditandai dengan pemukulan gong, penandatanganan prasasti, dan pengguntingan pita oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., yang didampingi Dekan Fakultas Farmasi UGM, Dr. Marchaban, DESS., Apt., dan Manajer Apotek UGM, Bondan Ardiningtyas, M.Sc., Apt.Kurnia Ekaptiningrum

UGM dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Senin (25/4), menandatangani nota kesepahaman bersama tentang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di bidang kepemudaan dan keolahragaan. Penandatanganan naskah kerja sama dilakukan oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng, Ph.D., dan Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, Prof. Dr. Djoko Pekik Irianto, M.Kes., mewakili Menpora Dr. Andi A. Mallarangeng, bertempat di Ruang Multimedia UGM. Satria AN

Tanpa politik keilmuan yang jelas, kebijakan pemerintah mendorong universitas-universitas di Indonesia agar go international sangatlah riskan, apalagi ilmu sosial di Indonesia boleh jadi masih terbelit krisis pengembangan. Hal tersebut diutarakan oleh Prof. Drs. Purwo Santoso, M.A., Ph.D., dalam orasi pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Isipol di Balai Senat UGM, Selasa (19/4). Orasi pengukuhan Purwo Santoso mengambil judul Ilmu Sosial Transformatif. Satria AN

Page 34: Kabar UGM Edisi Mei 2011

34. Mei - 2011 - kabar ugm

tamu

Setelah tak lagi menjadi Ketua Badan Intelijen Negara (BIN), Dr. Hendropriono mempunyai kesibukan lain. Salah satunya, ia mencoba berbisnis retail dan berkongsi dengan pengusaha Chairul Tanjung. Hendro menolak menyebutkan jumlah modal yang ditanamkannya untuk bisnis tersebut. “Yang jelas, saya pegang yang kecil, dia (Chairul Tanjung) yang besar-besar,” ujar Hendropriyono merendah saat ditemui di sebuah acara diskusi pakar di UGM.

Kedekatannya dengan Chairul Tanjung menjadikan alumnus Fakultas Filsafat UGM ini tertarik untuk mencoba profesi sebagai pebisnis. Dimatanya, Chairul Tanjung adalah pengusaha nasionalis yang mampu merangkul usaha kecil dalam ekonomi pasar terbuka. “Saya kira dia ini orang yang sangat nasionalis dan pengusaha yang memiliki kepekaan sosial,” tuturnya memuji.

Menegaskan ucapannya tersebut, Hendropriyono mengaku pernah memberi tawaran kepada Chairul Tanjung untuk membuka usaha tambang. Namun, hal itu ditolak mentah-mentah dengan alasan usaha tambang lebih banyak mengeksploitasi sumber daya alam, tetapi tidak menyejahterakan masyarakat sekitarnya. Mendengar jawaban tersebut, Hendropriyono menyadari dan meyakini bahwa Chairul Tanjung memegang prinsip sebagai nasionalis.

Kedekatan dengan Chairul Tanjung pula yang mendorong Hendro mengundang pengusaha itu untuk menularkan konsep ekonominya kepada civitas akademika UGM. Chairul pun menyempatkan hadir meskipun acara harus mundur sekitar dua jam karena ia harus rapat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait dengan tugas sebagai Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN).Gusti Grehenson

Memimpin Golkar pada saat sulit pascareformasi membuat Akbar Tanjung diidentikkan dengan partai berlambang pohon beringin ini. Bahkan, hingga kini kesibukannya belum beranjak, masih politik dan tentu saja mengurus Golkar. Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar 2009-2015 ini kini lebih banyak berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia untuk memberikan pelatihan kepada kader-kader muda Golkar. "Termasuk bisa memberikan support kader-kader Golkar di daerah yang ingin maju dalam pilkada," ujar Akbar usai menghadiri pengukuhan Prof. Purwo Santoso sebagai Guru Besar UGM beberapa waktu lalu. Purwo Santoso merupakan salah satu anggota tim penguji ketika Akbar Tanjung

posisi Wakil Ketua PAH II Badan Pekerja MPR.

Akbar Tanjung adalah doktor ke-860 yang diluluskan UGM. Disertasinya berjudul 'Partai Golkar dalam Pergolakan Politik Era Reformasi: Tantangan dan Respon'. Dalam disertasinya, Akbar Tanjung menjelaskan kasus Partai Golkar yang menunjukkan partai ini mampu beradaptasi dengan lingkungan politik yang sedang mengalami proses transisi menuju demokrasi. Sejak awal, Golkar memosisikan diri sebagai kekuatan politik yang terbuka (catch-all party) dan tidak menganut ideologi politik ekstrim (baik kiri atau kanan) atau dapat juga disebut sebagai “partai tengah”.

Akbar Tanjung menilai Golkar dalam era Orde Baru telah berhasil membangun kelembagaan politik yang kuat. Hal itu tercermin dalam jaringan kesisteman dan organisasi yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. Golkar yang berdiri pada 20 Oktober 1964, memosisikan diri sebagai kekuatan politik alternatif dari sistem kepartaian yang bersifat sektarian pada awal-awal Orde Baru.

Dalam perkembangannya, Golkar menjadi kepanjangan tangan rezim yang berkuasa sehingga selalu mendapatkan kemenangan di setiap pemilu. Meski begitu, Golkar bukan merupakan "partai yang memerintah" (the ruling party), tetapi "partainya orang-orang yang berkuasa" (the ruler’s party).

Jadi, tetap Golkar, Pak Akbar?Satria Ardhi Nugraha, S.S.

menjalani ujian doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, 1 September 2007 silam.

Pria kelahiran Sibolga, Sumatera Utara, 14 Agustus ini memang jago berorganisasi. Sejak muda, ia terlibat dalam organisasi KAMI-UI, HMI, KNPI, dan AMPI. Kariernya juga menanjak dengan menjabat Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (1988-1993), Menteri Negara Perumahan Rakyat (1993-1998), Menteri Negara Perumahan dan Pemukiman (1998), dan Menteri Sekretaris Negara (1998-1999).

Sebelum menjadi Ketua DPR RI masa bakti 1999-2004, ia juga pernah dipercaya sebagai Wakil Ketua FKP MPR. Pada 1997-1999, ia menjabat posisi tersebut, juga diberi amanah

Page 35: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .35

tamu

Menteri Kesetaraan Perempuan Timor Leste, Idelta Maria Rodriges, berkunjung ke Universitas Gadjah Mada. Tidak sendirian, ia ditemani Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Timor Leste, Lorindo Pereira. Kali ini, yang dilakukannya bukan kunjungan kenegaraan, melainkan untuk menghadiri wisuda 40 warga Timor Leste pada program pascasarjana.

Salah satu yang diwisuda ialah suami Idelta Maria Rodriges, Gastar Policarpu Dasilva, yang lulus program Magister Ekonomi Pembangunan. “Kebetulan, suami saya juga yang ikut diwisuda,” kata Idelta, yang ditemui di sela-sela acara wisuda di Grha Sabha Pramana.

Idelta yang sudah empat tahun menjabat menteri ini mengaku bangga karena banyak

warga Timor Leste yang berkesempatan kuliah di UGM. Menurutnya, hal itu akan semakin membantu peningkatan kualitas SDM aparatur negaranya. Terlebih lagi, Timor leste sedang giat-giatnya membangun negara yang baru tebentuk pada tahun 1999 itu.

Mumpung sedang di UGM, Idelta tidak menyia-nyiakan kesempatan bertemu dengan Rektor UGM untuk membahas kerja sama pengembangan peranan wanita di Timor Leste. “Hampir di seluruh dunia, sekarang gender mainstreaming sudah menjadi isu penting. Program itu juga saya lakukan di kementerian saya,” kata ibu empat anak ini.

Idelta menceritakan baru-baru ini ia berkunjung ke Kementerian Peranan Wanita RI. Hasilnya, muncul kesepakatan agar staf Idelta dapat menempuh kuliah di Indonesia. “Saya akan mengirim staf saya. Satu di UI dan UGM,” pungkasnya.Gusti Grehenson

Jeffrey Winters, pengamat politik dari Universitas Northwestern AS ini dikenal karena pandangan politiknya yang keras, khususnya menyangkut Orde Baru dan mantan Presiden Soeharto.

Namun, ada fakta yang mungkin belum banyak orang tahu. Ternyata, Jeffrey Winters mempunyai pengalaman dan kenangan dengan kota Yogyakarta. Di kota ini, ia

memiliki banyak teman dan sahabat. Karena sudah berhubungan dekat, tidak heran jika ia 'pulang kampung' ke Yogyakarta, teman-temannya menyempatkan waktu untuk menemui. Hal itu yang terlihat ketika dirinya mengisi diskusi publik di Fakultas Hukum beberapa waktu lalu. "Senang rasanya bisa kembali ke Yogya. Hallo teman-teman saya! Ada Pak Alex Horo Rambadeta, Bu Tukiyem, Pak Suyatno, dan Bu Niken Sawitri," ujar

Winters menyapa satu per satu teman-temannya yang hadir dalam diskusi tersebut.

Teman-teman yang disebutkan itu ternyata juga meluangkan waktu sebaik mungkin untuk bernostalgia dengan Winters. Mereka tampak mengikuti diskusi hingga usai. Sebelum acara dimulai pun, mereka menyempatkan untuk melepas kangen dengan Winters sambil mengobrol santai. Di kalangan teman-temannya, ia mempunyai julukan khas Indonesia, "Jupri".

Di Fakultas Hukum UGM, Winters tidak dapat terlepas untuk memberikan kritik terhadap pemerintah. Ia mengkritik Indonesia yang dinilainya sebagai negara demokrasi tanpa hukum karena pasca jatuhnya rezim Soeharto, sistem demokrasi di negara ini justru beralih pada sistem oligarki. Akibatnya, hukum yang diharapkan dapat membatasi dan mengawal pemerintahan tidak berfungsi sama sekali. "Demokrasi tanpa hukum dampaknya adalah demokrasi kriminal. Hukum di sini justru tunduk kepada penguasa," kata Winters.

Meski selama ini Indonesia cukup dikenal sebagai negara demokrasi, bahkan pada beberapa hal lebih demokratis dibandingkan dengan AS, ironisnya gelar 'negara terkorup' masih disandangnya. Bukti demokrasi di Indonesia, misalnya, dalam sistem pemilu presiden yang dilakukan secara langsung. Selain itu, jumlah partai politik juga lebih banyak daripada AS.Satria A.N.

Page 36: Kabar UGM Edisi Mei 2011

36. Mei - 2011 - kabar ugm

gelanggang

Teater Gadjah Mada tak

hanya aktif berkesenian

secara kritis. Lewat

seni, mereka mampu

mempersembahkan

sederet prestasi nasional

yang membanggakan,

tak kalah dengan raihan

prestasi lainnya di bidang

akademik.

Teater Gadjah Mada (TGM) UGM kembali menorehkan prestasi di tingkat nasional. Kali ini, predikat juara umum dan sejumlah piala diboyong dari ajang Festival Teater

Mahasiswa Nasional (Festamasio) V, yang dihelat di Universitas Sriwijaya, Palembang, 18-24 April lalu.

Pada Festamasio V ini, TGM menampilkan cerita berjudul aDolanan Anak (permainan anak tradisional-red), sebuah cerita yang diangkat dari pengalaman dan kenangan masa kecil para pemain TGM. Lakon ini berkisah tentang permainan anak tradisional yang semakin tergerus oleh perubahan zaman, tergusur kapitalisme dan modernisasi.

TGM sukses menyisihkan sembilan kelompok teater mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Beberapa di antaranya adalah Teater Nol-Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Teater Sisi-UMSU Medan, Teater Lakon-UPI Bandung, Teater Tiyang Alit-Institut Sepuluh Nopember Surabaya, dan Teater Talas-Universitas Muhammadiyah Makassar. “Setelah melalui serangkaian kurasi, dari 125 peserta disaring menjadi 50 besar lalu 10 besar. Akhirnya, dewan juri memilih kami sebagai yang terbaik. Dewan juri menilai tim kami unggul karena berhasil melampaui hal-hal teknis saat menyuguhkan pementasan,” kata Adi Rahmadi, Ketua TGM.

Dalam kompetisi bergengsi ini, TGM berhasil memboyong 11 piala dari berbagai kategori. Berbagai penghargaan yang diraih adalah sebagai grup terbaik I, juara umum, aktor terbaik ( Tatag Waruju Wikan Priangga/

umum. Sementara pada Festamasio III kita menjadi tuan rumah dan Festamasio IV kebetulan tidak ikut kompetisi,” jelasnya.

Direktur Kemahasiswaan UGM, Drs. Haryanto, M.Si., mengapresiasi prestasi TGM. Menurutnya, keberhasilan yang diraih merupakan hasil dari proses latihan softskill mahasiswa dalam bermain peran. “Hasil ini merupakan hal yang cukup membanggakan,” ucap pria yang akrab dipanggil Sentot ini.

Sentot menyebutkan mahasiswa yang tergabung dalam TGM mampu menggarap ide dengan baik saat pementasan aDolanan Anak. Mereka mengkritisi modernisasi yang menjadikan manusia semakin individual. “Padahal, manusia tidak hidup dengan egoisme, tetapi hidup bersama dengan penuh kreativitas,” tuturnya.

TGM merupakan unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang berkecimpung dalam bidang seni, khususnya seni peran. TGM terbentuk pada tahun 1973 yang diprakarsai oleh Mochtar Pabottinggi. Hingga saat ini, TGM telah melahirkan banyak seniman, seperti Landung Simatupang, Heru Sambawa, Mirkoean Awali, dan Drs. Suharyasa.

Dalam setiap pementasan, TGM selalu berpijak pada konsep kreatif, salah satunya adalah dengan melakukan eksplorasi terhadap kesenian tradisional kethoprak lesung. Untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman, UKM ini melakukan berbagai proses kreatif, mulai dari riset naskah, eksplorasi keaktoran, hingga inovasi teknologi dalam hal artistik dan tata panggung.

Geografi), aktor pendukung terbaik (Muhammad Hifdzi Khoir/FIB), aktris terbaik (Vera Prifatamasari/Filsafat), dan aktris pendukung terbaik (Happyta Queenamilza/Fisipol).

Penghargaan yang lain adalah sutradara terbaik (Adi Rahmadi/Fisipol), penata cahaya terbaik (Firdaus Tegar Firmanto/ FIB), penata panggung terbaik (Taufiq Nurachman, Ismail, dan Khamdan Primandaru), penulis naskah terbaik (Gading Narendra Paksi/Fisipol), serta penata rias dan busana terbaik (Vera Prifatamasari/Filsafat).

TGM kala itu membawa 9 aktor/aktris, 3 tim artistik, 1 stage manager, dan 1 sound manager ke Palembang . “Untuk menghadapi kompetisi ini kami melakukan latihan setiap harinya selama 2,5 bulan,” tutur Adi.

Ditambahkan oleh Vera Prifatamasari, kemenangan TGM dalam Festamasio V mengulangi prestasi TGM sebelumnya. “Kemenangan ini merupakan ketiga kalinya yang diraih TGM dalam Festamasio. Sebelumnya, pada Festamasio I (2001) dan Festamasio II (2003), kita juga menjadi juara

Page 37: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .37

mereka

Menjaga hutan dari ancaman penjarahan dan pencurian bukanlah perkara gampang. Risikonya bisa sampai ke soal nyawa. Namun, itulah yang dihadapi Sugiyanto (43), yang bertugas menjaga Hutan Wanagama di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul.

Bapak tiga anak ini masih ingat kala tahun 2001 dirinya hampir terbunuh saat seorang diri bertarung melawan 8 orang pencuri. Tubuhnya penuh dengan darah akibat luka bacokan. Beruntung, ia masih selamat. “Cobaan paling banyak, saya pikir bidang keamanan Wanagama,” tuturnya saat ditemui di sela-sela menjalankan tugas di Wanagama.

Pria yang akrab dipanggil Gianto ini menuturkan pada tahun-tahun itu ia kerap menghadapi sekawanan pencuri yang bermaksud mengambil kayu di Wanagama. Penjarahan itu bahkan dilakukan secara massal. Apa sebab? Ternyata bermula dari pernyataan Presiden Abdurrahman Wahid ketika itu yang menyebutkan istilah hutan untuk rakyat. Rupanya masyarakat salah menanggapi dan menganggap semua hutan diperuntukkan bagi rakyat sehingga mereka dapat dengan seenaknya menebang kayu untuk diambil. "Banyak yang tidak tahu hutan untuk apa. Tahunya hutan untuk rakyat, yang menafsirkan semua hutan dimanfaatkan untuk rakyat. Kemudian, muncullah berbagai penjarahan. Sampai terjadi di Wanagama,” kenangnya.

Gianto mulai bekerja di Wanagama sejak 1996. Pertengahan tahun 2000, ia sempat selama enam bulan ditempatkan di Fakultas Kehutanan. Namun, selama itu justru kasus penjarahan semakin meningkat. Akhirnya, ia pun ditugaskan kembali ke Wanagama.

Sepanjang menjadi petugas keamanan, Gianto mengaku tidak tergesa-gesa memproses kasus pencurian di Wanagama. Bagi mereka yang baru pertama kali kedapatan mencuri kayu, akan diberi peringatan dan pengarahan. Namun, apabila melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya, akan dibawanya si pelaku ke kantor untuk menandatangani surat perjanjian. “Kita selalu memberi pengarahan dan pengertian bagi yang menjarah. Pertama, diperingatkan secara baik-baik di TKP. Kedua, diajak ke kantor untuk dibuat perjanjian. Bila dibuat lagi, maka akan di bawa ke yang berwajib karena saya merasa gagal membina orang tersebut,” katanya.

Yang menarik, kepada orang yang kedapatan mencuri, Gianto tidak segan-segan menanyakan asal-usul dan motif mereka mengambil kayu di Wanagama. Kebanyakan mereka mengaku atas inisiatif sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Namun, Gianto tidak akan

mudah terharu dengan jawaban yang diberikan. Kepada mereka, Gianto tetap selalu memberi pengarahan. “Kadang saya merasa berdosa, hampir 20-an orang yang sudah saya laporkan ke berwajib. Bahkan, dengan sepupu saya pun saya terpaksa saya laporkan. Sampai keluarganya memutuskan hubungan silaturahmi,” kisahnya.

Kecintaan pada Wanagama ditunjukkan dari kesediaan Gianto untuk tinggal di Hutan Wanagama selama 10 tahun bersama dengan keluarganya. “Baru lima tahun ini saya pindah di sekitar Wonosari. Tiap hari saya nglaju dari Wonosari ke sini,” katanya.

Pengalaman selama bertahun-tahun selama menjaga Wanagama menjadikan Gianto mengerti jam-jam rawan yang kerap terjadi penjarahan kayu. Pencurian kerap terjadi menjelang subuh, tengah hari, dan menjelang magrib. Tidak hanya jam rawan, ia juga mengetahui daerah-daerah mana saja yang sering disatroni pencuri.

Saat melakukan kontrol keliling lapangan, Gianto hanya berjalan kaki dengan mengandalkan golok dan borgol. Biasanya, sepeda motor diparkirnya agak jauh dari lokasi agar tidak mengundang kecurigaan kawanan pencuri. “Sekarang penjarahan sudah mulai berkurang. Di awal-awal dulu, cukup berat. Biasanya, minimal lima pohon ditebang, jati, mahoni, cendana, akasia. Tapi, yang namanya hutan seluas ini betul-betul aman dari pencuri tentunya tidak bisa,” pungkasnya. Gusti Grehenson

Untuk mengasah kemampuan para anggotanya dalam berseni peran, diadakan latihan secara rutin tiga kali dalam seminggu, pada Senin, Rabu, dan Jumat pukul 16.00-21.00 di Gelanggang Mahasiswa UGM. Bentuk latihan yang dijalankan adalah latihan fisik berupa olah tubuh, gerak badan Bangau Putih, dan olah rasa yang meliputi reading, pernafasan, vokal, serta eksplorasi gerak.

TGM selalu mengembangkan kegiatan yang dilandasi dengan semangat intelektual bernafaskan kebudayaan. Berkesenian secara kritis terhadap keadaan zaman selalu terlihat dalam setiap pementasannya.

TGM pernah berpentas, antara lain, dalam Festival Teater Jogjakarta (FTJ) 2010. Kala itu, dibawakan naskah Leng karya Bambang Widoyo S.P., yang bercerita tentang perlawanan masyarakat terhadap pembangunan pabrik yang akan menggusur makam Kyai Bakal. Selain itu, dipentaskan aDolanan Anak, yang berupaya mengembalikan keceriaan bermain dengan permainan tradisional di antara serbuan modernitas.

Sejumlah prestasi yang telah diraih sebelumnya adalah juara I Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) 2010 serta juara umum Festamasio I dan II. Kurnia Ekaptiningrum

Page 38: Kabar UGM Edisi Mei 2011

38. Mei - 2011 - kabar ugm

tempo doeloe

Dalam rangka ikut membantu menciptakan perdamaian dunia, pada tahun 1978 UGM mengirim 5 mahasiswa Anggota Menwa untuk

bergabung dengan Tim Garuda VIII berangkat ke Egypt (Mesir). Lima mahasiswa tersebut yakni: (1). Sudarmanu dari Fakultas Peternakan; (2). Bambang Supriyo dari Fakultas Kedokteran; (3). Sujianto dari Fakultas Kedokteran Gigi; (4). Djoko Prasetyo dari Fakultas Ekonomi; dan (5). Handri Ari dari Fakultas Sastra dan Kebudayaan.

Selama satu tahun lima mahasiswa tersebut bergabung dengan Tim Unet PBB,masing-masing dengan tugas: Sudarmanu membantu tugas tim komunikasi/perhubungan; Bambang Supriyo dan Sujianto bergabung dengan tim kesehatan; Djoko Prasetyo bergabung dengan staf umum, sedangkan Handri Ari membantu tugas-tugas tim logistik. (Sumber: 60 Tahun Sumbangsih UGM Bagi Bangsa).

Page 39: Kabar UGM Edisi Mei 2011

kabar ugm - 2011 - Mei .39

Page 40: Kabar UGM Edisi Mei 2011

40. Mei - 2011 - kabar ugm