130
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kondisi ekonomi dan keuangan Provinsi Jambi Triwulan IV Tahun 2014

Citation preview

Page 1: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Provinsi Jambi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi

Triwulan IV 2014

Page 2: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741 - 62445 Fax : 0741 – 62112 Webiste : http://www.bi.go.id

Page 3: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.

Page 4: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 5: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

K A T A P E N G A N T A R

Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jambi

triwulan IV 2014 dapat diselesaikan dengan baik. KEKR merupakan salah satu terbitan periodik

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi

dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun

eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan

terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh

masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KEKR mencakup

beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan dan

sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini

juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah.

Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi tahun 2014 tumbuh

sebesar 7,9% (ctc), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2013 yang sebesar 6,7% (ctc)

dan diatas pertumbuhan ekonomi nasional 2014 sebesar 5.0% (ctc). Secara tahunan,

perekonomian Jambi pada 2014 menghasilkan output Rp153,8 triliun atau 1,5% dari

perekonomian Indonesia (Rp10.542,7 triliun) dan tumbuh sebesar 7,5% (yoy), lebih tinggi dari

pertumbuhan ekonomi nasional triwulan IV 2014 yang tercatat sebesar 5,0% (yoy) serta jauh lebih

tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,6% (yoy). Dari sisi harga,

kota Jambi mengalami inflasi 8,72% (yoy) lebih tinggi dari triwulan lalu 4,31% (yoy) dan inflasi

nasional 8,36% (yoy).Sementara itu inflasi Bungo pada triwulan IV 2014 tercatat sebesar 8,99%

(yoy). Perkembangan perbankan sedikit mengalami perlambatan akibat penurunan dana pihak

ketiga sementara kredit mengalami pertumbuhan sehingga aset menurun. Loan to Deposits Ratio

(LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor berada pada posisi yaitu sebesar 119,4% yang

mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi. Kualitas kredit bank umum

juga masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL)

sebesar 2,5%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi

penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi.

Dalam penyusunan KEKR triwulan IV 2014 kami banyak memperoleh support dari dinas-

dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu,

kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga

kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.

Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam

meningkatkan kualitas KEKR ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk

kemakmuran masyarakat Jambi.

Jambi, Februari 2015

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI JAMBI

V. Carlusa

Kepala Perwakilan

Page 6: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 7: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

i

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... ............................................................................................... i

Daftar Tabel ......................................................................................... iii

Daftar Grafik ......................................................................................... v

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih ..................................................................... viii

Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... 1

BAB I. Ekonomi Makro Regional ........................................................ 7

A. Umum ............................................................................. 7

B. PDRB Sisi lapangan Usaha .................................................. 9

1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan..................................................................... 10

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian....................... ... 14

3. Sektor Industri Pengolahan........................................ .. 15

5. Sektor-sektor Lain .................................................... ... 16

C. PDRB Sisi Penggunaan ....................................................... 18

1. Pengeluaran Konsumsi ............................................. ... 20

2. Investasi ................................................................... ... 21

3. Perdagangan Eksternal.............................................. ... 23

3.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi ....................... .. 23

3.2 Impor Luar Negeri Provinsi Jambi......................... 26

Boks 1 Perubahan Tahun Dasar Perhitungan PDRB Menjadi 2010=100 27

BAB II. Inflasi ....................................................................................... 31

A. Kajian Umum ................................................................. 31

B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang ............... 33

1. Kelompok Bahan Makanan....................................... ... 36

2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan

Tembakau ........... ....................................................... 40

3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan

Bakar....................................................................... .... 40

4. Kelompok Sandang.................................................. .... 41

5. Kelompok Kesehatan ............................................... ... 41

6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga............ .. 42

7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 42

C. Inflasi Kota Bungo ............................................................... 43

Boks 2 Dampak Perubahan Harga BBM terhadap inflasi Provinsi Jambi.. 49

BAB III. Perbankan Dan Sistem Pembayaran .......................................... 55

A. Perkembangan Kelembagaan .......................................... 56

Page 8: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV 2014

ii

B. Bank Umum ................................................................... 57

1. Perkembangan Aset Bank ........................................ ... 57

2. Perkembangan Dana Masyarakat............................... .. 58

3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana........................ . 62

4. Undisbursed Loan...................................................... .. 66

5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing

Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi............... 67

6. Perkembangan Kredit UMKM ................................... .. 69

C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ........................................... 70

D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai ....... 71

1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi....... . 72

2. Penyediaan Uang Layak Edar..................................... .. 73

3. Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan.. .. 73

4. Perkembangan Kliring Lokal...................................... ... 74

5. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS).............. . 74

Boks 3 GNNT sebagai solusi Transaksi Ekonomi ................................... 77

BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 83

A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan IV Tahun 2014 ......... 83

B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan IV Tahun 2014 ................ 84

C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ............................... 86

D. Keuangan Pemerintah Daerah ...................................... ..... 89

BAB V Ketenagakerjaan Daerah Dan Kesejahteraan ......................... 91

A. Upah Minimum Provinsi .................................................... 91

B. Kemiskinan ........................................................................ 92

C. Kesejahteraan............................................................... ..... 94

BAB VI Prospek Perekonomian ............................................................. 97

A. Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 98

B. Proyeksi Inflasi ................................................................... 100

C. Rekomendasi Kebijakan .................................................. .. 103

Lampiran

Glosary

Page 9: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI

JAMBI

iii

DAFTAR TABEL

1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy) 8

1.2 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang 15

1.3 Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan (yoy) 19

1.4 Indeks Tendensi Konsumen 20

2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 34

2.2 Sumbangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi

Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 35

2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi

Periode Triwulan IV 2014 36

2.4 Perkembangan Inflasi Kota Bungo 44

2.5 Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Bungo berdasarkan

kelompok dan sub kelompok barang dan jasa 44

2.6 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo berdasarkan komoditi

periode triwulan IV - 2014 47

3.1 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi 57

3.2 Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi 59

3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 61

3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek 61

3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 62

3.6 Perkembangan Kredit Berdasarkan Lokasi di Proyek Provinsi Jambi 66

3.7 Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan

Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 67

3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi

Jambi 68

3.9 Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi

Jambi 72

3.10 Perkembangan Transaksi RTGS 75

4.1 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan IV 2014 84

4.2 Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan IV Tahun 2014 85

4.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 86

4.4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 87

5.1 Perbandingan UMP wilayah Sumatera 91

Page 10: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV 2014

iv

5.2 Garis Kemiskinan Provinsi Jambi 93

5.3 Jumlah Penduduk Miskin 93

5.4 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor 96

6.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha 99

Page 11: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI

JAMBI

v

DAFTAR GRAFIK

1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 7

1.2 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Usaha Triwulan III Tahun 2014 10

1.3 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Usaha Triwulan IV Tahun 2014 10

1.4 Produksi Padi 11

1.5 Produksi Jagung 11

1.6 Produksi Kedelai 11

1.7 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 12

1.8 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi 13

1.9 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 14

1.10 Perkembangan Produksi Karet Jambi 15

1.11 Tingkat Hunian Hotel 16

1.12 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 17

1.13 Perkembangan Jumlah Pelanggan PLN 17

1.14 Perkembangan Total Pemakaian Air Bersih 17

1.15 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 18

1.16 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat barang 18

1.17 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran

Triwulanan IV Tahun 2013 19

1.18 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran

Triwulanan IV Tahun 2014 19

1.19 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 21

1.20 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 22

1.21 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 22

1.22 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 23

1.23 Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 24

1.24 Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama 24

1.25 Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi 24

1.26 Nilai Ekspor, Volume, Indikasi Harga dan Harga CPO Internasional 24

1.27 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan 25

1.28 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 26

1.29 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 26

2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 31

2.2 Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (yoy) 32

2.3 Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau

Sumatera per Desember 2014 33

2.4 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 36

2.5 Perkembangan Harga Jagung 37

2.6 Perkembangan Harga Beras 37

2.7 Perkembangan Harga Tepung Terigu 38

2.8 Perkembangan Harga Daging 39

2.9 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 39

2.10 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 41

Page 12: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV 2014

vi

2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 43

2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo Tahun 2014 43

3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 58

3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 59

3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi 67

3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito

Bank Umum di Provinsi Jambi 69

3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 69

3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 70

3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi

Jambi 73

3.8 Perkembangan Transaksi Kliring 74

4.1 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 87

4.2 Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi 87

4.3 Pangsa (share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 88

4.4 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 89

5.1 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 94

6.1 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2011

s.d Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2015 101

6.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2011

s.d Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2015 101

6.3 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun

2011 s.d Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2015 101

Page 13: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

a. Inflasi dan PDRB

TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV 2014 TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV

MAKRO

Indeks Harga Konsumen Kota Jambi 110.41 142.02 144.61 149.71 110.41 110.41 111.51 112.09 113.91 120.04

Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4)

110.62 110.63 113.13 119.06

Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 8.74 6.06 5.24 7.95 8.74 8.74 7.51 6.47 4.31 8.72

Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4)

6.28 4.58 5.21 8.99

PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1)

######### 26,633,836 28,438,144 28,682,759 29,057,847 ######### 29,568,071 30,064,713 30,888,154 #########

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 28,767,048 6,383,223 7,604,251 7,304,336 7,475,238 32,509,321 7,928,701 8,010,637 8,237,761 8,332,223

Pertambangan dan Penggalian 30,601,149 7,241,637 7,508,507 7,967,823 7,883,183 31,808,635 7,697,413 7,840,131 8,180,838 8,090,252

Industri Pengolahan 12,543,761 3,060,013 3,131,704 3,109,797 3,242,247 13,130,435 3,233,516 3,294,254 3,312,883 3,289,782

Pengadaan Listrik, Gas 52,315 12,849 13,031 13,139 13,296 56,581 13,165 13,789 13,974 15,653

Pengadaan Air 157,962 40,479 39,852 39,515 38,116 160,471 39,210 39,683 40,235 41,343

Konstruksi 7,908,273 1,908,268 1,968,504 1,995,231 2,036,269 8,661,217 2,124,821 2,158,461 2,170,639 2,207,296

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,669,182 2,341,302 2,397,988 2,451,865 2,478,027 10,661,963 2,543,492 2,580,777 2,676,617 2,861,077

Transportasi dan Pergudangan 3,382,940 811,654 831,619 864,123 875,544 3,669,444 896,697 909,096 924,770 938,881

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,033,110 251,328 257,495 259,915 264,373 1,226,622 298,494 303,159 310,095 314,874

Informasi dan Komunikasi 3,622,360 882,325 893,838 915,730 930,468 3,876,302 942,422 955,154 979,937 998,789

Jasa Keuangan 2,665,645 660,094 668,313 674,820 662,418 2,772,481 673,188 686,360 692,399 720,535

Real Estate 1,695,495 421,022 424,594 428,306 421,574 1,732,795 425,585 430,236 436,359 440,616

Jasa Perusahaan 1,171,835 291,119 292,167 294,719 293,830 1,230,408 298,975 304,466 310,600 316,366

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,652,560 858,686 922,508 866,097 1,005,270 4,141,157 984,346 1,028,688 1,044,349 1,083,775

Jasa Pendidikan 3,685,007 938,377 940,292 952,179 854,158 3,694,199 875,384 909,678 943,625 965,511

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,102,954 260,830 270,458 267,833 303,834 1,269,477 308,834 313,943 320,742 325,957

Jasa lainnya 1,100,990 270,629 273,024 277,333 280,005 1,162,075 283,829 286,203 292,330 299,714

Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2)

1,143,206 261,826 295,320 302,121 283,939 1,020,560 263,619 278,279 223,628 255,033

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 4,113,979 814,244 1,161,680 1,144,006 994,049 3,814,802 860,882 1,107,025 840,332 1,006,563

Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) 3)

253,035 16,689 39,052 82,238 115,056 184,980 71,736 53,767 38,560 20,918

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 170,252 41,980 32,722 48,091 47,459 115,977 26,274 31,946 33,758 23,999

Catatan

1)

Tahun dasar 2010 angka sangat sementara, sumber : BPS Provinsi Jambi

2)

Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang

berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku.

3)

Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2

digit

4)

Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi

Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara

Bungo

20142013INDIKATOR

2013

vii

Page 14: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

TERPILIH

b. Perbankan

TAHUN 2014

Tw.IV-11Tw.II-12 Tw.III-12 Tw.IV-12 Tw.I-13 Tw.II-13 Tw.III-13 Tw.IV-13 Tw.I-14 Tw.II-14 Tw.III-14 Tw.IV-14

PERBANKAN

A. Bank Umum :

Total Aset (Rp Juta) 23,780,624 24,163,959 24,475,084 26,618,428 27,833,632 28,538,630 28,676,080 29,691,060 34,853,104 34,345,898 32,675,144

DPK(Rp Juta) 17,611,536 17,917,502 17,945,194 18,376,298 19,154,658 19,520,974 19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903

- Tabungan 9,207,801 9,141,330 10,132,421 9,492,101 9,646,142 10,070,264 3,343,467 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008,463

- Giro 3,373,061 3,687,655 3,762,667 3,753,003 4,120,387 3,744,864 11,429,775 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044,292

- Deposito 5,030,674 5,088,518 4,050,106 5,131,194 5,388,129 5,705,847 4,641,773 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912,149

23,116,929 23,608,285 25,707,902 26,471,507 28,211,297 29,925,232 26,955,932 31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124,108

- Modal Kerja 9,761,212 9,281,782 9,935,402 10,115,811 9,822,930 10,124,382 8,103,793 10,158,229 10,671,200 11,084,121 11,419,932

- Konsumsi 4,211,014 9,574,000 10,289,952 10,543,228 11,256,968 11,816,000 8,410,345 9,527,809 9,164,037 9,187,047 9,439,228

- Investasi 9,144,703 4,752,503 5,482,548 5,812,468 7,131,399 7,984,850 10,441,794 12,260,417 12,622,800 12,986,343 13,264,947

- Dana 17,236,728 17,075,570 17,799,606 18,732,803 19,527,917 19,916,444 19,898,809 20,473,410 22,719,313 22,958,027 22,508,985

- LDR 134.11 138.26 144.43 141.31 144.47 150.25 135.47 156.04 142.87 144.86 151.60

16,843,087 17,951,066 19,287,676 20,162,558 22,223,927 23,138,260 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475

- Modal Kerja 7,075,722 6,914,923 7,326,502 7,484,277 7,365,449 7,453,703 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472

- Konsumsi 6,921,191 7,784,459 8,237,555 8,644,788 9,376,743 9,931,771 10,207,932 5,959,299 10,762,104 6,134,277 6,430,084

- Investasi 2,846,175 3,251,684 3,723,619 4,033,494 5,481,736 5,752,786 5,864,182 10,409,402 6,071,136 11,050,256 11,281,919

- LDR (%) 95.64 100.19 107.48 109.72 116.02 118.53 121.66 119.22 111.48 112.63 119.42

- NPL Gross nominal 301,173 319,845 328,384 454,021 473,625 521,247 466,983 492,240 612,619 620,912 654,329

- NPL Gross % 1.79 1.78 1.70 2.25 1.93 2.25 1.98 2.06 2.46 2.45 2.49

Kredit MKM (Rp Juta)

3,118,341 3,439,722 3,388,031 3,389,186 3,729,806 3,537,483 3,302,277 3,289,142 3,368,912 3,306,533 3,279,728

- Kredit Modal Kerja 1,266,632 1,464,483 1,464,794 1,498,112 1,313,147 1,309,646 1,260,845 1,317,572 1,415,511 1,376,943 1,424,349

- Kredit Investasi 226,438 246,076 265,709 282,423 623,343 608,907 597,628 618,466 638,798 636,627 647,195

- Kredit Konsumsi 1,625,270 1,729,163 1,657,528 1,608,652 1,793,316 1,618,930 1,443,804 1,353,104 1,314,602 1,292,963 1,208,184

8,169,666 8,582,895 9,193,184 9,738,670 10,428,595 11,175,062 11,642,097 11,946,461 12,445,976 12,807,687 13,124,113

- Kredit Modal Kerja 2,324,547 2,014,978 2,084,917 2,147,246 1,827,369 1,887,664 1,914,038 1,895,776 1,949,111 2,015,340 2,020,090

- Kredit Investasi 952,979 1,028,456 1,117,634 1,203,160 1,714,598 1,782,084 1,829,234 1,853,755 1,912,349 1,925,125 1,990,458

- Kredit Konsumsi 4,892,140 5,539,461 5,990,633 6,388,264 6,886,628 7,505,314 7,898,825 8,196,931 8,584,516 8,867,222 9,113,566

3,252,103 3,368,116 2,588,797 3,874,659 4,259,169 4,451,803 4,563,050 4,488,941 4,669,116 4,743,308 4,945,156

- Kredit Modal Kerja 2,237,132 2,235,693 1,655,435 2,515,038 2,762,995 2,810,877 2,853,406 2,808,005 3,038,812 3,096,118 3,226,807

- Kredit Investasi 613,395 654,497 452,035 748,131 831,987 879,018 899,870 876,907 814,947 808,236 836,608

- Kredit Konsumsi 401,576 477,927 481,328 611,490 664,187 761,909 809,774 804,029 815,357 838,954 881,741

Total Kredit MKM (Rp Juta) 14,540,110 15,390,733 15,170,012 17,002,515 18,417,570 19,164,348 19,507,424 19,724,544 20,484,004 20,857,528 21,348,998

NPL MKM gross (%) 3.85 1.30 2.13 2.45 2.30 2.70 2.31 2.43 2.90 2.95 2.78

- NPL MKM Gross Nominal 559,480 200,255 322,875 416,426 423,813 516,557 450,912 480,211 595,039 614,782 593,170

B. BPR :

Total Aset (Rp Juta) 534,589 622,101 644,378 685,560 691,959 760,030 739,510 742,646 731,857 739,748 758,995

DPK (Rp Juta) 410,115 431,198 481,763 501,520 506,701 551,278 532,417 541,824 539,797 550,872 566,501

- Tabungan (Rp Juta) 69,101 71,206 80,701 80,242 76,783 81,355 86,236 82,543 83,869 84,072 84,864

- Deposito (Rp Juta) 341,013 359,992 401,062 421,278 429,918 469,923 446,181 459,281 455,928 466,800 481,637

Kredit (Rp Juta) 410,499 463,125 487,782 520,039 554,233 567,445 545,175 544,849 541,885 535,557 524,672

- Modal Kerja 102,479 114,570 123,865 127,272 141,934 156,969 172,919 164,194 171,394 178,183 180,501

- Investasi 87,528 98,433 95,547 101,531 110,867 111,650 94,718 104,588 105,345 107,637 107,056

- Konsumsi 220,492 250,123 268,370 291,236 301,432 298,826 277,538 276,067 265,146 249,737 237,115

Kredit UMKM (Rp Juta) 190,007 213,003 219,412 228,803 218,597 233,076 202,844 227,858 237,051 245,608 248,842

Rasio NPL Gross (%) 3.69 3.63 2.82 4.37 5.01 5.96 6.30 7.99 10.09 11.13 12.21

- NPL Gross (Nominal) 15,131 16,822 13,762 22,726 27,743 33,804 34,367 43,534 54,692 59,612 64,046

LDR (%) 83.22 81.00 80.71 80.43 87.12 81.21 84.26 82.57 85.60 84.13 79.40

TABEL INDIKATOR EKONOMI

INDIKATORTAHUN 2012 TAHUN 2013

Kredit Menengah (Rp500 juta

< x ≤ Rp5 miliar) ((Rp Juta)

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan

lokasi kantor cabang

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan

lokasi proyek

Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp

Juta)

Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500

juta) (Rp Juta)

viii

Page 15: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

c. Sistem Pembayaran

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Kliring

Nilai Kliring (juta Rp) 2,548,121 2,519,686 2,800,410 2,577,906 2,714,032 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965

Volume Kliring (lembar warkat) 70,972 72,639 76,559 71,104 70,456 68,552 74,520 70,240 69,012

Cek dan BG Kosong

Lembar 1,134 1,463 1,811 1,837 1,635 1,472 1,974 1,847 1,783

Nominal (juta Rp) 35,192 83,121 64,290 56,120 63,174 56,789 83,457 71,186 99,967

RTGS

RTGS dari Jambi (miliar Rp) 18,270 15,535 19,666 20,189 22,181 19,684 26,992 38,703 40,778

RTGS ke Jambi (miliar Rp) 29,431 22,244 22,658 26,876 33,327 22,514 40,455 53,698 49,646

RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 4,702 4,032 4,695 7,422 6,521 5,072 11,033 12,937 4,833

Transaksi Tunai

Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 393,685 846,548 1,031,722 1,453,196 810,929 880,393 976,622 1,948,349 921,379

Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1,565,493 1,034,718 1,682,989 2,605,130 2,836,373 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258

Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (1,171,808) (188,170) (651,267) (1,151,935) (2,025,444) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878)

Uraian2012 2013 2014

ix

Page 16: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 17: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

1

RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI

I. Ekonomi Makro Regional

Perekonomian Jambi pada tahun 2014 menghasilkan output Rp 121,76

triliun atau tumbuh sebesar 7,9%1

, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

ekonomi 2013 yang sebesar 6,7% dan diatas pertumbuhan ekonomi nasional

2014 sebesar 5.0%. Bila dihitung secara tiwulanan, Perekonomian Jambi pada

triwulan IV 2014 tumbuh sebesar 7,5% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan

ekonomi nasional triwulan IV 2014 yang tercatat sebesar 5,0% (yoy) serta jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar

6,6% (yoy).

Secara tahunan, perekonomian Jambi pada 2014 menghasilkan output

Rp153,8 triliun atau 1,5% dari perekonomian Indonesia (Rp10.542,7 triliun).

Struktur perekonomian Jambi pada triwulan IV 2014 menunjukkan bahwa sektor

primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 51,0%,

diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 37,3% dan sektor sekunder sebesar 11,7%.

Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 3,6%(yoy) di tahun 2014

memberikan andil sebesar 2,5% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi

2014, disusul kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 5,1%(yoy) yang

memberikan andil sebesar 2,1%(yoy) dan kenaikan konsumsi pemerintah sebesar

20,5%(yoy) dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Jambi 2014 sebesar

1,8% (yoy).

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi di triwulan

laporan sejalan dengan tingginya pertumbuhan pada sektor penyediaan

akomodasi dan makan minum sebesar 19,1% (yoy) diikuti sektor pengadaan listrik

dan gas sebesar 17,7% (yoy) dan sektor perdagangan besar, eceran, reparasi

mobil dan sepeda motor sebesar 15,5%(yoy). Secara umum semua sektor

perekonomian di Provinsi Jambi mengalami pertumbuhan positif.

II. Inflasi

Pada triwulan IV 2014, inflasi kota Jambi tercatat 8,72%(yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya (4,31%(yoy)), dan lebih tinggi dari inflasi

1

Mulai Triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk

menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar

2010 berbasis SNA (System of National Account) 2008.

Perekonomian Provinsi Jambi

tahun 2014 mengalami

peningkatan yaitu dari 6,7

menjadi 7,9%....

Page 18: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANI IV 2014

2

nasional (8,36%(yoy)) dan dari rata-rata inflasi triwulan IV dalam tiga tahun

terakhir (7,23%(yoy)). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 8,99% (yoy)

dan berada di atas inflasi nasional2

.

Faktor utama inflasi kota Jambi disebabkan oleh inflasi administered price

yang mencapai 16,20% (yoy). Sumber utama inflasi administered price adalah

meningkatnya harga BBM bersubsidi yang mulai diterapkan pada 18 November

2014 yang diikuti oleh kenaikan tarif angkutan. Kenaikan tersebut diikuti oleh

kenaikan biaya transportasi dan distribusi sehingga mengakibatkan kenaikan

harga bahan pangan dan beberapa komoditas lainnya. Inflasi volatile food berada

berada pada level yang cukup tinggi yaitu 11,77% (yoy). Sementara itu inflasi inti

cenderung stabil di level 3,71% (yoy).

Perkembangan harga di Kota Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar

5,38% (qtq), melonjak tajam dibandingkan triwulan sebelumnya (1,62% (qtq)).

Pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Oktober, November dan

Desember 2014 masing-masing sebesar 0,51%, 2,18% dan 2,61%. Sementara

itu, perkembangan harga di Bungo tercatat sebesar 5,24% (qtq), lebih tinggi

dibanding triwulan sebelumnya (2,26% (qtq)) namun sedikit lebih rendah

dibandingkan kota Jambi dengan pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada

bulan Oktober, November dan Desember 2014 masing-masing sebesar 0,80%,

2,29% dan 2,07%.

III. Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kinerja perbankan pada triwulan IV 2014 secara umum

menunjukkan sedikit perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Secara triwulanan, total aset bank umum di Provinsi Jambi sedikit menurun

(4,9% (qtq)) dari Rp34,3 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp32,6

triliun pada periode laporan. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan

berdasarkan bank pelapor mengalami peningkatan sebesar 679 bps

menjadi sebesar 119,42%. Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi

Jambi meningkat Rp857,0 miliar (3,4% (qtq)) menjadi Rp26,2 triliun. Jumlah

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum sebesar Rp21,9 triliun,

menurun 2,5% (qtq) (Rp562,2 miliar) dari triwulan sebelumnya (Rp22,5 triliun).

Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (2,49%),

2

Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya hanya Kota

Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota.

Pada triwulan IV 2014, Kota

Jambi mengalami inflasi

sebesar 8,72%

(yoy) dan Kota Bungo 8,99%

(yoy)..........

Kinerja perbankan sedikit

melambat ditandai dengan

menurunnya jumlah aset

dan DPK, meskipun

penyaluran kredit sedikit

kenaikan....

Page 19: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF

TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

3

meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya (rasio NPL

2,45%).

Pada periode triwulan IV 2014, aktivitas pembayaran mengalami

peningkatan yang tercermin dari meningkatnya transaksi Kliring dan RTGS

meskipun nilai transaksi kas mengalami penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan

laporan, untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp2,3 triliun, turun 17,2%

(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara aliran kas masuk (cash inflow)

sebesar Rp921,3 miliar, menurun signifikan 52,7% (qtq). Pada triwulan laporan,

Provinsi Jambi tetap mengalami net outflow sebesar Rp1,3 triliun atau meningkat

sebesar 65,2% (qtq) dibandingkan triwulan III 2014.

Untuk pembayaran non tunai, Nilai kliring sedikit naik sebesar 1,5% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp2,5 triliun. Nilai RTGS dari Jambi

meningkat 5,4% sedangkan RTGS ke serta dari dan ke Jambi mengalami

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 7,5% dan

62,6%.

IV. Keuangan Pemerintah Daerah

Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan triwulan IV

2014 mencapai Rp3,21 triliun (terealisasi sebesar 102,61% dari APBD-P 2014),

sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi dari triwulan sebelumnya,

dari Rp1,76 triliun pada triwulan III 2014 menjadi Rp3,21 triliun pada triwulan IV

2014 (terealisasi 88,21%). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun

lalu, nilai realisasi pendapatan dan belanja mengalami peningkatan masing-masing

sebesar 20,24% (yoy) dan 8,72% (yoy).

Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk

pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi

pada APBD-P 2014 hanya sebesar 25,25%, jauh lebih kecil dibandingkan share

belanja operasi yang mencapai 60,38%. Share belanja modal pada tahun ini pun

lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2013 dan 2012 (31,5% dan 26,14%).

Seiring dengan hal tersebut, realisasi belanja modal pemerintah pusat pada

triwulan IV-2014 hanya sebesar 34,05% (menurun dibandingkan triwulan IV-2013

yang mencapai 43,07% dan triwulan IV 2012 yang mencapai 49,01%)

Aktivitas pembayaran

mengalami peningkatan yang

tercermin dari meningkatnya

transaksi Kliring dan nilai

RTGS dibandingkan triwulan

sebelumnya.....

Realisasi pendapatan

triwulan IV 2014 telah

mencapai 102,61% dari

APBD sementara realisasi

belanja mencapai

88,21%...

Page 20: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANI IV 2014

4

V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

UMP provinsi Jambi pada tahun 2015 meningkat 13,83% yaitu dari

Rp1.502.230,- menjadi Rp1.710.000. Sementara itu pada September 2014 garis

kemiskinan Provinsi Jambi mengalami kenaikan 3,4% menjadi Rp329.181 per

kapita per bulan yang diikuti dengan peningkatan persentase penduduk miskin

dari 7,92% menjadi 8,39%. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan

mengalami penurunan yaitu menjadi 95,06 dari 96,21 pada triwulan lalu

VI.Prospek Perekonomian

Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi

Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 1,7%-2,2%(qtq),

tumbuh relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan (1,1% qtq). Sementara

itu, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan I 2015 diperkirakan

akan tumbuh pada kisaran 7,9%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan

yang tumbuh 7,5% (yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2015

diperkirakan berada pada kisaran 7,7%-8,2%.

Berdasarkan analisis sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi rumah tangga

menjadi sumber utama perekonomian di triwulan mendatang. Penurunan harga

BBM bersubsidi, tren kenaikan harga komoditas kelapa sawit dan kenaikan Upah

Minimum Provinsi (UMP) 2015 menjadi faktor yang menaikkan daya beli masyarakat

dalam rangka mendorong konsumsi rumah tangga. Sejalan dengan konsumsi

rumah tangga, konsumsi pemerintah diperkirakan juga semakin meningkat seiring

dengan kenaikan pengeluaran pemerintah dalam rangka penyelenggaraan

pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Provinsi Jambi disamping realisasi beberapa

proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Ekspor diperkirakan tumbuh terbatas

seiring mulai membaiknya permintaan dan harga CPO global.

Inflasi pada triwulan I 2015 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan

triwulan IV 2014 yaitu berada pada kisaran 6,2%-6,7% (yoy) dari sebelumnya 8,7%

(yoy) pada triwulan laporan. Penurunan laju inflasi ini utamanya dipengaruhi oleh

kelompok administered price dan volatile food.

Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan

mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)

adanya rencana penyesuaian tarif batas bawah angkutan udara oleh pemerintah

2.) tekanan dari sektor eksternal berupa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap

dollar amerika serikat yang berpotensi meningkatkan inflasi inti (core inflation) dan

3.) kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta

terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan

UMP Provinsi Jambi

meningkat 13,83%, akan

tetapi Nilai Tukar Petani (NTP)

Laju pertumbuhan PDRB

triwulan I 2015 diperkirakan

berkisar 1,7%-2,2% (qtq).....

Inflasi pada triwulan I 2015

diperkirakan berada pada

kisaran 6,2%-6,7% (yoy)

Page 21: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF

TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

5

transportasi barang dan jasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan menjadi

pemicu meningkatnya angka inflasi pada triwulan I tahun 2015.

Menyikapi kondisi perekonomian triwulan IV 2014 serta proyeksi ekonomi

triwulan I 2015, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah:

1. Meningkatkan dan mempertahankan kinerja perkebunan dan industri

karet sebagai komoditas utama Provinsi Jambi.

2. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID

Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi.

3. Peningkatan kualitas infrastruktur untuk menekan biaya distribusi dan

meningkatkan konektivitas antar daerah.

4. Reformasi struktural belanja APBD Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kota)

di seluruh wilayah Provinsi Jambi.

5. Pembangunan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah.

Page 22: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 23: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

7

BAB I

EKONOMI MAKRO REGIONAL

A. Umum

Perekonomian Jambi pada triwulan IV 2014 menghasilkan output Rp38,6 triliun1

dan tumbuh sebesar 7,5% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional triwulan

IV 2014 yang tercatat sebesar 5,0% (yoy) serta jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan sebelumnya (6,6% (yoy)) (Grafik 1.1). Namun demikian, secara

triwulanan, perekonomian Jambi pada triwulan laporan tumbuh melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya dari 2,3% (qtq) menjadi 1,1% (qtq).

Secara keseluruhan, perekonomian Jambi pada tahun 2014 menghasilkan output

Rp153,8 triliun atau 1,5% dari perekonomian Indonesia (Rp10.542,7 triliun) dan tumbuh

sebesar 7,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2013 (6,7% (yoy))

dan di atas pertumbuhan ekonomi nasional 2014 (5.0% (yoy)).

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (yoy)

Dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan

menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi Jambi tahun 2014 sebesar

3,3% (yoy) diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan besar

dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor, sektor konstruksi serta sektor industri

pengolahan masing-masing sebesar 1,1% (yoy), 0,9% (yoy), 0,7% (yoy) dan 0,5% (yoy).

1 Mulai triwulan IV 2014, perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk menghitung

pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi oleh BPS menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA (System of

National Account) 2008.

30.5 32.7

33.4 35.435.8

38.640.9

38.6

9.3

10.7

5.1

2.5

11.0

5.7

7.77.5

(6.0)

6.8

0.9 1.3

1.8

1.7

2.7 1.1

-10

-5

0

5

10

15

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14

Sumber: BPS (diolah)

%

Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan Jambi (yoy) Pertumbuhan Jambi (qtq)

Page 24: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

8

Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, 5 (lima) sektor yang mengalami pertumbuhan

cukup tinggi pada tahun 2014 adalah sektor penyediaan akomodasi dan makan minum

yang mencapai 18,7% (yoy) disusul oleh sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar

15,1% (yoy), sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib

sebesar 13,4% (yoy), sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 13,0% (yoy) serta

sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 10,3% (yoy)

(Tabel 1.1).

Dari sisi penggunaan, kenaikan ekspor sebesar 3,6%(yoy) di tahun 2014 memberikan

andil sebesar 2,5% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi 2014, disusul kenaikan

konsumsi rumah tangga sebesar 5,1% (yoy) yang memberikan andil sebesar 2,1% (yoy) dan

kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 20,5%(yoy) dengan andil terhadap pertumbuhan

ekonomi Jambi 2014 sebesar 1,8% (yoy). (Tabel 1.1).

Struktur perekonomian Jambi pada triwulan IV 2014 menunjukkan bahwa sektor

primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 51,0%, diikuti sektor

jasa-jasa (tersier) sebesar 37,3% dan sektor sekunder sebesar 11,7%.

I II III IV I II III IV Growth Andil

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3.6 3.7 2.9 2.9 4.7 4.4 5.6 5.5 5.1 2.1

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT 8.5 8.8 2.5 7.6 13.9 21.4 13.4 8.6 14.2 0.1

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (0.8) (21.8) (20.5) 49.2 45.0 24.0 30.8 8.9 20.5 1.8

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (0.8) 12.4 17.2 25.0 31.5 10.6 (7.4) (21.7) 0.3 0.1

Perubahan Inventori (25.6) 5.0 (205.4) (229.2) 91.2 (280.7) 47.5 65.6 2365.0 1.6

Ekspor 13.3 8.8 3.0 (17.4) 0.4 (4.8) (1.9) 24.7 3.6 2.5

Impor 1.4 (2.9) 11.0 (10.3) 5.6 4.2 (9.8) 3.7 0.5 0.2

9.3 10.7 5.1 2.5 11.0 5.7 7.7 7.5 7.9 7.9

2013 2014 Tahun 2014

JENIS PENGELUARAN

PDRB

Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy)

I II III IV I II III IV Growth Andil

Pertanian, Kehutanan & Perikanan -0.7 15.2 3.7 5.8 24.2 5.3 12.8 11.5 13.0 3.3

Pertambangan dan Penggalian 7.6 4.1 8.1 -1.2 6.3 4.4 2.7 2.6 3.9 1.1

Industri Pengolahan 19.4 10.6 -0.3 1.3 5.7 5.2 6.5 1.5 4.7 0.5

Pengadaan Listrik Dan Gas 10.8 10.4 8.9 3.9 2.5 5.8 6.4 17.7 8.2 0.0

Pengadaan Air 11.0 8.9 5.6 -2.4 -3.1 -0.4 1.8 8.5 1.6 0.0

Konstruksi 27.1 27.5 18.7 10.1 11.3 9.6 8.8 8.4 9.5 0.7

Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8.0 7.6 6.1 5.6 8.6 7.6 9.2 15.5 10.3 0.9

Transportasi dan Pergudangan 9.4 7.6 9.3 4.5 10.5 9.3 7.0 7.2 8.5 0.3

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.5 6.8 5.9 6.4 18.8 17.7 19.3 19.1 18.7 0.2

Informasi dan Komunikasi 6.7 7.6 5.8 6.0 6.8 6.9 7.0 7.3 7.0 0.2

Jasa Keuangan 19.2 15.4 11.9 3.5 2.0 2.7 2.6 8.8 4.0 0.1

Real Estate 6.1 5.7 5.4 2.6 1.1 1.3 1.9 4.5 2.2 0.0

Jasa Perusahaan 3.0 2.2 2.7 0.3 2.7 4.2 5.4 7.7 5.0 0.1

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 56.6 22.7 -21.4 -7.9 14.6 11.5 20.6 7.8 13.4 0.4

Jasa Pendidikan 12.2 12.1 5.5 -8.9 -6.7 -3.3 -0.9 13.0 0.2 0.0

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.6 7.2 4.5 15.7 18.4 16.1 19.8 7.3 15.1 0.1

Jasa Lainnya 0.2 4.2 5.9 9.2 4.9 4.8 5.4 7.0 5.5 0.1

9.3 10.7 5.1 2.5 11.0 5.7 7.7 7.5 7.9 7.9

LAPANGAN USAHA

PDRB

2013 2014 Tahun 2014

Sumber: BPS (diolah)

Page 25: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

9

B.PDRB Sisi Lapangan Usaha

Dari sisi lapangan usaha, sumber utama pertumbuhan Jambi pada triwulan IV 2014

adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan kontribusi 2,9%, diikuti sektor

perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 1,3% dan sektor

pertambangan dan penggalian sebesar 0,7%. Sementara dari sisi tingkat pertumbuhan,

pertumbuhan tahunan tertinggi pada triwulan IV 2014 terjadi pada sektor penyediaan

akomodasi dan makan minum sebesar 19,1% (yoy) diikuti sektor pengadaan listrik dan gas

sebesar 17,7% (yoy) dan sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda

motor sebesar 15,5% (yoy) (Tabel 1.1). Tingginya pertumbuhan 3 (tiga) sektor tersebut

utamanya didorong oleh peningkatan aktivitas perdagangan dan penyediaan akomodasi

perhotelan dan makan minum selama momen liburan akhir tahun 2014 dan hari raya

keagamaan (Tahun Baru Islam, Idul Adha, Natal) yang mampu meningkatkan konsumsi

masyarakat.

Namun demikian, secara triwulanan, perekonomian Jambi pada triwulan laporan

tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 2,3% (qtq) menjadi 1,1% (qtq).

Sektor pengadaan listrik dan gas mencatat pertumbuhan triwulanan tertinggi yaitu 12,0%

(qtq) disusul oleh sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor

sebesar 6,9% (qtq) serta sektor jasa keuangan sebesar 4,1%. Namun kontraksi yang dialami

oleh sektor pertambangan dan penggalian (-1,1% (qtq)) serta sektor industri pengolahan

(-0,7% (qtq)) merupakan faktor penahan laju pertumbuhan Provinsi Jambi.

Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku pada triwulan IV 2014

tercatat sebesar Rp38,6 triliun, dan secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan sebesar 26,7%, pertambangan dan penggalian sebesar 20,5%

serta sektor industri pengolahan sebesar 10,8% (Grafik 1.3). Dengan demikian, struktur

ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan

triwulan III 2014 (Grafik 1.2).

Page 26: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

10

Grafik 1.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha Triwulan III Tahun 2014

Grafik 1.3. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha Triwulan IV Tahun 2014

1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Produksi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan IV 2014

mengalami pertumbuhan sebesar 11,5% (yoy) atau 1,1% (qtq). Secara tahunan sektor ini

mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan

triwulan IV 2013 (5,8% (yoy)). Akan tetapi secara triwulanan mengalami perlambatan

pertumbuhan jika dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2014 (2,8% (qtq)).

Pertumbuhan sektor pertanian tersebut utamanya disebabkan oleh kenaikan

produksi tanaman bahan makanan padi yang mengalami kenaikan sebesar 1,5% (yoy)

dibandingkan tahun 2013. Pertumbuhan produksi tanaman bahan makanan yang terjadi di

Provinsi Jambi tersebut terkonfirmasi dalam ARAM (angka ramalan) II BPS yang menyatakan

bahwa pada tahun 2014, produksi padi Jambi secara total diperkirakan akan naik sebesar

1,5% dibandingkan tahun 2013 sejalan dengan peningkatan produktivitas sebesar 4,2%.

Namun demikian, pertumbuhan produktivitas yang tidak diikuti dengan luas panen yang

justru mengalami penurunan dari 153.243 ha pada tahun 2013 menjadi 149.291 ha pada

tahun 2014 menyebabkan pertumbuhan produksi padi menjadi kurang maksimal (Grafik

1.4).

PERTANIAN, KEHUTANAN

DAN PERIKANAN,

29,8%

PERTAMBANGAN DAN

PENGGALIAN, 22,4%

INDUSTRI PENGOLAHAN,

10,1%

PERDAGANGAN BESAR,ECERAN DAN REPARASI MOBIL,SEPEDA MOTOR, 8,6%

KONSTRUKSI, 6,4%

LAINNYA, 22,8%

PERTANIAN, KEHUTANAN

DANPERIKANAN,

26,7%

PERTAMBANGAN DAN

PENGGALIAN, 20,5%

INDUSTRI PENGOLAHAN,

10,8%

PERDAGANGAN BESAR, ECERAN DAN REPARASI

MOBIL DAN SEPEDA

MOTOR, 9,3%

KONSTRUKSI, 7,2%

LAINNYA, 25,5%

Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)

Page 27: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

11

Grafik 1.4. Produksi Padi

Grafik 1.5. Produksi Jagung Grafik 1.6. Produksi Kedelai

Namun demikian, pertumbuhan sektor pertanian sedikit tertahan dengan

menurunnya sub sektor perkebunan yang didominasi tanaman kelapa sawit dan karet alam

sejalan dengan tren menurunnya harga komoditas Crude Palm Oil (CPO) dan karet

internasional seiring dengan melemahnya permintaan global terhadap komoditas

perkebunan utama Provinsi Jambi tersebut yang berimbas pada tren penurunan harga CPO

dan karet alam di tingkat lokal.

Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun pada triwulan

laporan tercatat sebesar Rp1.631,2/kg, turun 2,8% (qtq) dari harga triwulan lalu. Sementara

itu harga CPO di Jambi sebesar Rp7.530,2/kg atau turun 0,62% (qtq). Sejalan dengan hal

tersebut, harga rata-rata CPO di tingkat internasional juga turun 5,61% (qtq) dari

USD693,5/metric ton pada Triwulan III 2014 menjadi USD654,6/metric ton pada Triwulan IV

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des

(ha)

2010 2011 2012 2013 2014 (ARAM II)

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des

(ha)

20102011201220132014 (ARAM II)

0

1,000

2,000

3,000

4,000

Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des

(ha)2010 20112012 20132014 (ARAM II)

Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)

Sumber: BPS (diolah)

Page 28: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

12

2014 (Grafik 1.7). Tren penurunan harga kelapa sawit disebabkan oleh beberapa hal: 1.)

turunnya permintaan negara importir sawit sejalan dengan perlambatan pertumbuhan

ekonomi, 2.) tren penurunan harga minyak mentah dunia yang berimbas pada menurunnya

harga CPO untuk bahan bakar nabati dan 3) melimpahnya stok minyak nabati lain (soybeen,

rapeseed, dan bunga matahari) sebagai produk substitusi CPO.

Grafik 1.7. Perkembangan Harga CPO Internasional dan lokal,

Harga Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi

Sejalan dengan harga kelapa sawit, harga bahan olah karet (bokar) di Jambi juga

mengalami penurunan dari rata-rata Rp16.632/kg menjadi Rp15.127/kg (turun 9,0% (qtq))

(Grafik 1.8). Penurunan harga bokar tersebut mengikuti tren penurunan harga karet di

tingkat internasional sebesar 14,9% (qtq) dari USD226,4/cent per kg menjadi

USD192,7/cent per kg (Grafik 1.8). Apabila dibandingkan dengan rata-rata harga pada

Triwulan IV tahun 2013, harga bokar di Jambi turun cukup signifikan mencapai 38,6%

(yoy). Tren menurunnya harga karet internasional utamanya disebabkan antara lain oleh: 1.)

masih lemahnya permintaan global serta isu tingginya persediaan stok karet di negara

konsumen, utamanya Tiongkok, 2.) tren penurunan harga minyak mentah dunia sebagai

bahan baku karet sintetis yang merupakan produk substitusi karet alami.

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2012 2013 2014

Harga (Rp)

CPO INTI TBS 10 TAHUN CPO Int'l

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi dan Bloomberg

Page 29: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

13

Grafik 1.8. Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi

Sementara itu, di tengah melambatnya kinerja perkebunan kelapa sawit dan karet,

kinerja tanaman pinang justru menunjukkan kinerja positif seiring dengan masih tingginya

permintaan global dan tren harga yang semakin tinggi. Selain itu, penggunaan teknologi

tepat guna rumah pengering pinang2

mampu meningkatkan harga jual pinang sehingga

memberikan insentif bagi petani pinang.

Kurang optimalnya kinerja sektor pertanian pada triwulan IV 2014 disertai juga

dengan penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) yang tercatat sebesar 95,42 atau sedikit

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 97,19. Penurunan NTP

terjadi karena meskipun terjadi kenaikan indeks diterima petani namun kenaikan indeks

dibayar petani jauh lebih tinggi terkait kenaikan BBM, seperti terlihat pada grafik 1.9.

Selain NTP yang menurun3

, ketergantungan petani hanya pada satu sumber

pendapatan saja, juga menjadi faktor risiko yang perlu diperhatikan karena penurunan

harga komoditas yang disertai dengan penurunan tingkat produksi akan berdampak pada

penurunan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada

petani untuk memulai menjalankan program pertanian terpadu.

2

Sejak tahun 2013, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melalui Program Sosial Bank Indonesia

(PSBI) memberikan bantuan rumah pengering pinang kepada kelompok tani di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat. 3

Untuk tanaman perkebunan rakyat, nilai NTP yang rendah karena indeks diterima turun akibat turunnya

harga komoditas

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi dan Bloomberg

Page 30: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

14

Grafik 1.9. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian yang pada triwulan IV 2014

menyumbangkan nilai tambah sebesar Rp7,9 triliun (pangsa 20,5%), merupakan sektor

kedua terbesar di Provinsi Jambi. Secara tahunan, sektor ini mampu tumbuh sebesar 2,6%

(yoy), lebih tinggi daripada triwulan yang sama pada tahun lalu yang terkontraksi sebesar -

1,2% (yoy). Akan tetapi, secara triwulanan, kinerja sektor ini relatif memburuk dan

mengalami penurunan atau kontraksi sebesar 1,1% (qtq), dibandingkan triwulan III 2014

yang mempu membukukan pertumbuhan sebesar 4,3% (qtq).

Berdasarkan informasi yang disampaikan BPS, pada triwulan laporan terjadi

peningkatan lifting minyak bumi yang berasal dari sumur-sumur di wilayah Provinsi Jambi.

Namun demikian, pertumbuhan kenaikan tersebut merupakan recovery dari penurunan

lifting minyak bumi yang cukup dalam pada tahun 2013. Apabila dibandingkan dengan

produksi minyak bumi di tahun 2012, produksi minyak bumi Provinsi Jambi 2014 relatif

stabil.

Sementara itu, kinerja sub sektor pertambangan non migas di Provinsi Jambi pada

triwulan laporan cenderung mengalami perlambatan yang utamanya disebabkan oleh

melemahnya harga batu bara internasional sebagai dampak tidak langsung penurunan

harga minyak dunia. Selain itu, implementasi Undang-Undang Minerba serta adanya Perda

yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai turut

menjadi penyebab turunnya produksi.

90

95

100

105

110

115

120

125

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2013 2014

Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100

indeks terima indeks bayar NTP

Sumber: BPS (diolah)

Page 31: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

15

3. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan yang menyumbang output terhadap perekonomian Jambi

sebesar Rp4,2 triliun (10,8%), meningkat sebesar 1,5% (yoy). Namun demikian, secara

triwulanan, sektor industri pengolahan mengalami penurunan atau kontraksi sebesar 0,7%

(qtq).

Penurunan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan laporan utamanya

didorong oleh penurunan pertumbuhan produksi pada sub sektor industri pengolahan karet

sebesar 12,4% (qtq) atau 11,5% (yoy) sejalan dengan melemahnya permintaan karet global

dan kondisi cuaca yang kurang mendukung perkebunan karet (Tabel 1.2).

Tabel 1.2. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Penurunan kinerja

Industri pengolahan karet

tersebut juga

dikonfirmasi oleh data

Gapkindo (Gabungan

Pengusaha Karet

Indonesia) cabang Jambi,

yang menyatakan bahwa

produksi karet dalam

triwulan IV 2014 sebesar 73.974 ton (Grafik 1.10), menurun cukup signifikan sebesar

15,54% (qtq) dibandingkan triwulan lalu dan turun 2,0% (yoy) dibandingkan triwulan IV

20134

.

4

Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo

Trw III-13 Trw IV-13 Trw I-14 Trw II-14 Trw III-14 Trw IV-14 Trw III-13 Trw IV-13 Trw I-14 Trw II-14 Trw III-14 Trw IV-14

Industri Makanan 4.4 8.1 -21.8 24.0 -1.5 1.9 1.0 7.1 -6.4 17.6 9.3 0.47

Industri Minuman -1.1 -0.3 -2.8 3.5 -5.2 -7.5 7.7 2.0 -1.1 -7.0 -10.6 -17.80

Industri Karet dan Barang dari

Karet dan Barang dari Plastik

4.4 1.2 -1.1 14.5 -10.5 -12.4 2.6 7.7 4.3 17.1 0.5 -11.45

I B S 1.70 0.74 -6.57 10.34 -5.44 -0.02 4.58 0.19 -0.76 8.66 2.05 -1.95

Sumber: BPS Provinsi Jambi

Jenis Industri q-t-q y-on-y

Pertumbuhan

Grafik 1.10. Perkembangan Produksi Karet Jambi

Sumber: Gapkindo Cabang Jambi

88,713 85,867

81,805

68,679 74,585

77,418

76,065

75,165

74,563

94,647 92,488

75,504

91,329 93,439

87,584

73,974

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

Tw I Tw II Tw III Tw

IV

Tw I Tw II Tw III Tw

IV

Tw I Tw II Tw III Tw

IV

Tw I Tw II Tw III Tw

IV

2011 2012 2013 2014

Volume Produksi Bokar (Ton) Pertumbuhan (%qtq)

Page 32: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

16

4. Sektor-sektor Lain

Pada triwulan IV 2014, sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil dan

sepeda motor menyumbangkan output perekonomian sebesar Rp3,6 triliun (pangsa 9,3%).

Pertumbuhan sektor ini mencapai 15,5% (yoy), dengan andil pertumbuhan 1,3% yang

utamanya didukung oleh tingginya perkembangan sub sektor perdagangan besar dan

eceran di Jambi. Peningkatan aktivitas perdagangan sejalan dengan meningkatnya konsumsi

masyarakat sehubungan dengan momen liburan akhir tahun, serta adanya momen hari raya

keagamaan (tahun baru islam, idul adha dan natal).

Sektor penyediaan

akomodasi dan makan minum

tumbuh 19,1% (yoy) seiring

momen libur akhir tahun dan hari

raya keagamaan di triwulan IV

2014 yang berdampak pada

peningkatan aktivitas Meeting

Incentive Converence Exhibition

(MICE) di Provinsi Jambi meskipun

di sisi lain tingkat hunian hotel mengalami penurunan (Grafik 1.11). Rata-rata tingkat

hunian hotel di triwulan laporan sebesar 44,4%, lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan lalu (45,7%), serta triwulan yang sama tahun lalu (51,4%). Jumlah tamu menginap

pada triwulan laporan juga turun signifikan sebesar 30,5% (yoy) atau 22,1% (qtq) menjadi

46.402 orang.

Sektor pengadaan listrik dan gas serta sektor pengadaan air masing-masing

tumbuh sebesar 17,7% (yoy) dan 8,5% (yoy). Secara triwulanan, sektor pengadaan listrik

dan gas tumbuh cukup signifikan sebesar 12,0% (qtq), jauh lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya (1,3% (qtq)). Sementara itu, sektor pengadaan air tumbuh 2,8% (qtq),

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (1,4% qtq).

Meningkatnya sub sektor pengadaan listrik tercermin dari meningkatnya jumlah

konsumsi listrik serta jumlah pelanggan di Jambi masing-masing sebesar 7,9% (yoy) atau

Grafik 1.11. Tingkat Hunian Hotel

50,821

57,930

47,293

58,288 55,338

72,902

62,409

66,748 65,742

81,909

59,533

46,402

0

10

20

30

40

50

60

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2012 2013 2014

Jumlah Tamu Menginap T. Hunian Hotel (RHS)

Sumber : BPS (diolah)

Page 33: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

17

858

852

863 857 853

867 854

847 837

844

833 830

-1.6

-0.7

1.3

-0.7 -0.5

1.7

-1.5-0.9 -1.1

0.8

-1.3

-0.3

(3)

(1)

1

3

5

700

720

740

760

780

800

820

840

860

880

900

Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4

2012 2013 2014

Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2014

ribu M3

Total Konsumsi Air (LHS) Pertumbuhan (RHS)

1,4% (qtq) dan 7,5% (yoy) atau 2,4% (qtq). Jumlah konsumsi listrik di Jambi selama

triwulan laporan mencapai 268,4 MWH (Grafik 1.12) dengan jumlah pelanggan mencapai

371.170 rekening (Grafik 1.13). Berdasarkan penggunanya, mayoritas pelanggan PLN di

Jambi adalah kelompok rumah tangga yang mencapai 554.063 rekening (91,9%) dengan

konsumsi daya listrik mencapai 244,3 MWH (64,9%).

Grafik 1.12. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.13. Perkembangan Jumlah Pelanggan PLN

Pertumbuhan sektor

pengadaan air sedikit

tertahan dengan penurunan

pemakaian air bersih yang

dicatat oleh PDAM Tirta

Mayang (Grafik 1.14). Pada

triwulan laporan pemakaian

air bersih menunjukkan

penurunan (1,4% (yoy)) atau

0,3% (qtq). Rata-rata konsumsi air bersih bulanan melalui PDAM Kota Jambi pada triwulan

laporan sebesar 830,0 ribu M3

, lebih rendah dari triwulan lalu (832,7 ribu M3

). Secara

tahunan, pemakaian air bersih juga mengalami penurunan 1,9% (yoy).

Sektor transportasi dan pergudangan tumbuh sebesar 7,2% (yoy) dengan andil

pertumbuhan 0,5%, meningkat dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (7,0%

yoy). Pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan oleh pertumbuhan sub sektor

transportasi sejalan dengan momen liburan akhir tahun 2014.

200 210 225 220 230

242 240 249 244 260 265 268

-

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

KWH

(dal

am ju

ta)

Sumber: PLN Cabang Jambi (diolah)

295 302 308 318 324 331 338 345 352 357 362 371

-

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

ribu

pel

angg

an

Sumber: PLN Cabang Jambi (diolah)

Grafik 1.14. Perkembangan Total Pemakaian Air bersih

Page 34: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

18

Meskipun mengalami pertumbuhan positif, jumlah penumpang, baik yang datang

maupun berangkat dari bandara Sultan Thaha Jambi, menunjukkan penurunan

dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Jumlah penumpang (total berangkat dan

datang) di bandara Sultan Thaha Jambi sebanyak 334.194 orang, menurun 4,2% (yoy)

dibandingkan periode yang sama di tahun lalu (Grafik 1.15). Secara umum, jumlah

penumpang yang meninggalkan Jambi sedikit lebih tinggi dibandingkan yang datang ke

Jambi. Berdasarkan perkembangan jumlah bongkar dan buat barang di bandara Sultan

Thaha Jambi, terjadi kenaikan jumlah barang yang dimuat sebesar 0,8% (qtq) dibandingkan

triwulan sebelumnya meskipun untuk barang yang dibongkar dari kargo pesawat

mengalami penurunan sebesar 8,1% (qtq) (Grafik 1.16)

Sektor lain yang tumbuh cukup pesat pada Triwulan IV 2014 adalah sektor jasa

pendidikan sebesar 13,0% (yoy) dan jasa keuangan sebesar 8,8% (yoy).

C. PDRB Sisi Penggunaan

Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan

laporan utamanya didorong oleh meningkatnya konsumsi pemerintah yang melonjak cukup

tinggi hingga mencapai 69,0% (qtq) dengan andil pertumbuhan sebesar 6,7% (Tabel 1.3).

Diikuti dengan pertumbuhan ekspor barang dan jasa sebesar 4,1%(qtq) dengan andil

pertumbuhan 2,6%. Namun melambatnya pertumbuhan konsumsi (0,2% (qtq)) disertai

kontraksi pertumbuhan pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) yang

Grafik 1.15. Perkembangan Keberangkatan dan

Kedatangan Penumpang

Grafik 1.16. Perkembangan Jumlah Bongkar dan

Muat Barang

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

Sumber: PT Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi

ribu orang

Kedatangan Penumpang Keberangkatan Penumpang

0

500

1000

1500

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

Sumber: PT.Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi

ton

Jumlah Bongkar Jumlah Muat

Page 35: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

19

mencerminkan investasi (-2,8% (qtq)) menyebabkan pertumbuhan ekonomi Jambi relatif

terbatas.

Berdasarkan strukturnya, 44,7% perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi

rumah tangga, diikuti dengan investasi fisik (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto)

22,1%, Net Ekspor 21,4% dan konsumsi pemerintah 16,5% (Grafik 1.18). Pangsa struktur

tersebut cenderung tidak mengalami perubahan berarti dari waktu ke waktu. Pada tahun

2013, pangsa konsumsi rumah tangga, investasi fisik dan konsumsi pemerintah masing-

masing sebesar 40,9%, 30,6%, dan 16,5% (Grafik 1.17).

Tabel 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan terhadap Pertumbuhan (yoy)

I II III IV I II III IV Growth Andil

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3.6 3.7 2.9 2.9 4.7 4.4 5.6 5.5 5.1 2.1

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT 8.5 8.8 2.5 7.6 13.9 21.4 13.4 8.6 14.2 0.1

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (0.8) (21.8) (20.5) 49.2 45.0 24.0 30.8 8.9 20.5 1.8

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (0.8) 12.4 17.2 25.0 31.5 10.6 (7.4) (21.7) 0.3 0.1

Perubahan Inventori (25.6) 5.0 (205.4) (229.2) 91.2 (280.7) 47.5 65.6 2365.0 1.6

Ekspor 13.3 8.8 3.0 (17.4) 0.4 (4.8) (1.9) 24.7 3.6 2.5

Impor 1.4 (2.9) 11.0 (10.3) 5.6 4.2 (9.8) 3.7 0.5 0.2

9.3 10.7 5.1 2.5 11.0 5.7 7.7 7.5 7.9 7.9

2013 2014 Tahun 2014

JENIS PENGELUARAN

PDRB

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 1.17. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Penggunaan Triwulan IV tahun 2013

Grafik 1.18. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Penggunaan Triwulan IV tahun 2014

Sumber : BPS (diolah)

Page 36: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

20

1. Pengeluaran Konsumsi

Pengeluaran konsumsi rumah tangga berdasarkan harga berlaku mencapai Rp17,1

triliun atau 44,1% dari total PDRB Jambi. Pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat

5,5% (yoy), melambat dibandingkan triwulan III 2014 (5,6% (yoy)). Secara triwulanan,

konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan hanya tumbuh 0,2% (qtq), jauh melambat

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (2,9% (qtq)) maupun rata-rata tiga tahun

sebelumnya (1,38% qtq), sejalan dengan melemahnya daya beli masyarakat yang

disebabkan oleh turunnya pendapatan akibat rendahnya harga komoditas kelapa sawit dan

karet serta meningkatnya harga barang/jasa paska kenaikan harga BBM bersubsidi.

Melemahnya kinerja konsumsi rumah tangga juga tercermin dari angka indeks

tendensi konsumen (ITK) pada triwulan IV 2014 yang hanya sebesar 104,85

(Tabel 1.4).

Angka indeks tingkat konsumsi komoditas makanan dan bukan makanan juga mengalami

penurunan pada level 110,1, lebih rendah dari sebelumnya yaitu sebesar 115,1.

Tabel 1.4. Indeks Tendensi Konsumen

Sementara itu, penyaluran kredit real estate juga menunjukkan perlambatan

pertumbuhan dari sebesar 5,6%(yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 3,6% (yoy) pada

triwulan IV 2014 (Grafik 1.19). Hal ini seiring dengan belum kunjung membaiknya kinerja

kredit di sektor tersebut yang tercermin dari nilai NPL kredit kepada sub sektor pemilikan

rumah tinggal sampai dengan tipe 21 yang mengalami kenaikan (memburuk) dari 3,4%

menjadi 5,1%.

5

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan

Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan

kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang.Angka yang

masih diatas 100, menunjukkan bahwa masyarakat masih optimis memandang perekonomian Jambi.

Variabel PembentukTriwulan

I - 2013

Triwulan

II - 2013

Triwulan

III - 2013

Triwulan

IV - 2013

Triwulan

I - 2014

Triwulan

II - 2014

Triwulan

III - 2014

Triwulan

IV - 2014

Pendapatan rumah tangga kini 101.7 106.9 112.2 108.4 104.5 117.1 117.6 101.5

Pengaruh inflasi terhadap tingkat

konsumsi 106.9 108.5 109.1 105.2 105.2 107.4 108.9 106.9

Tingkat konsumsi beberapa komoditi

makanan dan bukan makanan 100.7 104.2 116.8 106.2 109.0 106.2 115.1 110.1

Indeks Tendensi Konsumen 102.9 106.7 112.3 107.1 105.7 112.2 114.7 104.8

Sumber : BPS (diolah)

Page 37: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

21

Grafik 1.19. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi

Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan laporan

mencapai Rp6,4 triliun meningkat 8,9%(yoy) atau 69,0% (qtq). Hal ini sejalan dengan

realisasi belanja APBD yang meningkat pada triwulan IV 2014 seiring selesainya pelaksanaan

proyek pemerintah. Realisasi belanja APBD provinsi Jambi triwulan IV 2014 sebesar Rp3,2

triliun (sebesar 88,2% dari APBD-P 2014) meningkat tajam dibandingkan realisasi pada

triwulan III 2014 (sebesar Rp1,8 triliun).

2. Investasi

Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) triwulan IV 2014 yang

mencerminkan nilai investasi di Provinsi Jambi mencapai Rp8,5 triliun dengan pangsa 22,1%

dari total PDRB Jambi (Grafik 1.18). Pangsa investasi triwulan IV 2014 relatif lebih rendah

dibandingkan dengan pangsa pada triwulan yang sama tahun 2013 (30,6%). Secara

tahunan, PMTDB / investasi mengalami penurunan sebesar 21,7% (yoy) dan menjadi faktor

penahan laju pertumbuhan provinsi Jambi.

Secara triwulanan, investasi juga mengalami penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 2,8% (qtq). Penurunan investasi disebabkan beberapa faktor

diantaranya : 1.) realisasi belanja APBD-P 2014 yang <90% sehingga penyaluran investasi

fisik pemerintah belum optimal dan 2.) penurunan sektor keuangan real estate terutama

pada perumahan sederhana.

16.5

5.2

11.3

40.3

40.1

49.8

27.115.416.8 16.0

33.4

28.2

26.4

22.0

5.63.6

0

10

20

30

40

50

60

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

Tw I Tw II Tw III Tw

IV

Tw I Tw II Tw III Tw

IV

Tw I Tw II Tw III Tw

IV

Tw I Tw II Tw III Tw

IV

2011 2012 2013 2014

Rp

Milia

r

Kredit Real Estate Pertumbuhan (% yoy)

Sumber : Laporan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia

Page 38: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

22

Adapun penurunan investasi juga dikonfimasi oleh data indikator ekonomi konsumsi

semen yang tumbuh sebesar 20,54% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

34,5%(yoy). (Grafik 1.20).

Grafik 1.20.Konsumsi Semen Provinsi Jambi

Penurunan investasi, juga sejalan dengan pendapat pengusaha yang tercermin dari

hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV 2014 dimana terjadi penurunan

kegiatan usaha di Provinsi Jambi yang tercermin dari nilai SBT negatif (-12,98%).

Perlambatan investasi tersebut dikonfirmasi dengan pertumbuhan kredit investasi di

Provinsi Jambi yang hanya sebesar 9,65% (yoy) jauh melambat dibandingkan periode yang

sama di tahun 2013 yang mampu tumbuh 57,5% (yoy) (Grafik 1.21). Secara triwulanan,

kredit investasi tumbuh sebesar 4,8% (qtq), relatif meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,0% (qtq).

Grafik 1.21.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi

12.8

6.6

46.9

41.3

43.2

33.2

41.9

48.949.8

92.6

76.9

57.5

47.7

10.8

6.6

9.65

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

-

1

2

3

4

5

6

7

TW I TW II TW III TW

IV

TW I TW II TW III TW

IV

TW I TW II TW III TW

IV

TW I TW II TW III TW

IV

2011 2012 2013 2014

Rp

Triliu

n

Kredit Investasi (juta Rp) Pertumbuhan (%)

Sumber : LBU Bank Indonesia

Page 39: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

23

3. Perdagangan Eksternal

Ekspor Provinsi Jambi baik ke negara maupun daerah lain pada triwulan IV 2014

mencapai Rp25,8 triliun. Nilai ekspor tersebut (keluar daerah dan luar negeri) meningkat

tajam sebesar 24,7% (yoy) atau 4,1% (qtq). Meningkatnya nilai ekspor tersebut utamanya

disebabkan oleh meningkatnya ekspor pertambangan dari Provinsi Jambi khususnya migas

dan hasil perkebunan.

Impor provinsi Jambi pada triwulan IV 2014 mencapai Rp17,6 triliun atau lebih

rendah dari ekspor provinsi Jambi. Dengan demikian, Provinsi Jambi mengalami net eskpor

sebesar Rp8,2 triliun. Kinerja impor (dari luar daerah dan luar negeri) mengalami

peningkatan 3,7% (yoy) dan terjadi pada kelompok mesin dan alat angkutan seiring dengan

adanya impor mesin industri pulp & paper.

3.1. Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi

Berdasarkan indikator

ekspor impor lainnya, khususnya

ekspor impor non migas,

meskipun kinerja ekspor

mengalami penurunan namun

net ekspor Provinsi Jambi pada

triwulan laporan mengalami

kenaikan. Berdasarkan dokumen

pemberitahuan ekspor barang

(PEB), ekspor luar negeri Provinsi Jambi pada triwulan laporan sebesar USD255,0 juta, turun

10,2% (yoy) dari triwulan yang sama tahun 2013 (USD283,9 juta). Sementara itu, impor

luar negeri sebesar USD20,9 juta. Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi mengalami net

ekspor sebesar USD234,1 juta (Grafik 1.22).

Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh komoditas karet

mentah (crude rubber) sebesar USD110,6 juta atau 46% dari total ekspor non migas Jambi,

diikuti oleh fixed vegetable oil dan pulp and paper masing-masing USD46,9 juta dan

USD29,3 juta (Grafik 1.23 dan 1.25). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat

Grafik 1.22. Perkembangan Ekspor dan Impor Non

Migas Provinsi Jambi

(dalam satuan juta USD)

561 550

489

398

330

380

285 295262

295 302284

264 278

223255

21

83

28 39 3417 26 31 17

39 82115 72

54 3921

539

467 462

359

296

363

259 265245

256

220 169192

225

184

234

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Trw I Trw II Trw III Trw

IV

Trw I Trw IITrw III Trw

IV

Trw I Trw II Trw III Trw

IV

Trw I Trw II Trw III Trw

IV

2011 2012 2013 2014

Ekspor Impor Net Ekspor

Sumber : SEKDA Bank Indonesia

Page 40: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

24

bahwa ekspor produk primer masih mendominasi baik untuk hasil perkebunan maupun

pertambangan.

Grafik 1.23. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi

Kenaikan nilai ekspor Provinsi Jambi

utamanya disumbangkan oleh kenaikan

ekspor fixed vegetable oil sebesar 143,7%

(qtq) (Grafik 1.26). Kenaikan ini merupakan

kenaikan temporer yang permintaan CPO

global akibat bencana banjir yang melanda

perkebunan kelapa sawit di Malaysia yang

mengganggu produksi CPO Malaysia. Hal

tersebut tercermin dari kenaikan nilai dan volume ekspor yang tidak diikuti dengan

kenaikan indikasi harga. Kenaikan ekspor juga dialami komoditas pulp and paper sebesar

6,7% (qtq). Sementara itu, penurunan nilai ekspor Provinsi Jambi pada triwulan laporan

148.9

77.9

42.8

-20.3-41.1

-31.0

-41.7

-25.8

-20.7 -22.3

5.9-3.9

0.7

-5.8-26.2

-15.2

-100.0

-50.0

0.0

50.0

100.0

150.0

200.0

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Trw I Trw II Trw

III

Trw

IV

Trw I Trw II Trw

III

Trw

IV

Trw I Trw II Trw

III

Trw

IV

Trw I Trw II Trw

III

Trw

IV

2011 2012 2013 2014

Lainnya Batu Bara, Kokas dan Briket

Fixed Vegetable Oil Crude Rubber

G. Ekspor

Sumber : SEKDA Bank Indonesia

Grafik 1.24. Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditas Utama

Grafik 1.25. Volume Ekspor Non Migas

Provinsi Jambi Volume (ton)

Sumber : SEKDA Bank Indonesia Sumber : SEKDA Bank Indonesia

Grafik 1.26. Nilai Ekspor, Volume, Indikasi Harga dan

Harga CPO Internasional

Sumber : SEKDA Bank Indonesia

Page 41: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

25

utamanya terjadi pada komoditas batu bara dan karet mentah masing-masing sebesar

17,3% (qtq) dan 7,3% (qtq). Dari sisi volume, hampir semua komoditas mengalami

penurunan volume ekspor dengan penurunan tertinggi pada komoditas batu bara dan

briket sebesar 14,7%(qtq) diikuti oleh minyak dan lemak sayur (fixed vegetable oil) sebesar

13,9% (qtq) (Grafik 1.24). Melemahnya permintaan karet yang diikuti dengan merosotnya

harga karet internasional menyebabkan penurunan volume ekspor karet mentah (crumb

rubber) Provinsi Jambi sebesar 1,93% (qtq). Selain itu, rendahnya kualitas karet di Jambi

yang memiliki karakter karet kotor turut menyebabkan terbatasnya harga jual.

Sementara itu, turunnya nilai dan volume ekspor batubara Provinsi Jambi

dipengaruhi oleh turunnya volume seiring dengan melemahnya permintaan global. Tren

menurunnya harga batubara internasional dan rendahnya kualitas batubara produksi Jambi

turut menyumbang penurunan ekspor batubara tersebut. Selain itu, implementasi UU

Minerba serta adanya peraturan mengenai distribusi batu bara di Jambi juga menjadi

disinsentif bagi pengusaha untuk mengembangkan produksi batu bara di Jambi. Adanya

Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai

membuat margin keuntungan semakin menipis. Sementara dari sisi pemerintah,

pendapatan yang didapatkan dari batu bara juga relatif rendah sementara biaya yang

ditimbulkan akibat kerusakan jalan angkutan relatif lebih tinggi.

Grafik 1.27. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan

Berdasarkan negara tujuan (Grafik 1.26), ekspor Provinsi Jambi didominasi tujuan ke

negara Malaysia yang mencapai USD 64,5 juta dan diikuti oleh Amerika Serikat sebesar

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Trw I Trw II Trw III Trw

IV

Trw I Trw II Trw III Trw

IV

Trw I Trw II Trw III Trw

IV

2012 2013 2014

Lainnya India Eropa RRC Jepang Malaysia Amerika Serikat

Sumber : SEKDA Bank Indonesia

juta USD

Page 42: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

26

USD34,4 juta. Meningkatnya ekspor Jambi ke Malaysia utamanya disumbangkan oleh

ekspor komoditas CPO. Namun demikian, infrastruktur pelabuhan dan terbatasnya muatan

kapal di Jambi juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi pelaku usaha dalam

mengekspor secara langsung ke negara tujuan.

3.2. Impor Luar Negeri Provinsi Jambi

Impor non migas provinsi Jambi (Grafik 1.27) tercatat sebesar USD20,9 juta, turun

sebesar 45,7% (qtq) atau 71,1% (yoy). Berdasarkan pangsanya (Grafik 1.28), impor Jambi

didominasi oleh mesin industri tertentu/khusus (USD6,3 juta atau 30,4%).

Grafik 1.28. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi

Grafik 1.29. Lima Komoditas Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi

34

17

26 31

17

39

82

72 72

54

39

21-12.2

-50.2

53.5

17.3

-45.3

134.0

110.6

-11.9

-1.0

-25.0

-28.3

-45.8

-100

-50

0

50

100

150

200

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV

2012 2013 2014

Impor (juta USD) g. Impor (RHS)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Trw I Trw II Trw III Trw

IV

Trw I Trw II Trw III Trw

IV

Trw I Trw II Trw III Trw

IV

2012 2013 2014

Lainnya

Alat Pengangkutan Lainnya

Mesin Pembangkit Tenaga

Mesi Industri dan Perlengkapannya

Besi dan Baja

Mesin Industri Tertentu/Khusus

Impor (juta USD)

Sumber : SEKDA Bank Indonesia

Sumber : SEKDA Bank Indonesia

Page 43: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERUBAHAN TAHUN DASAR PERHITUNGAN PDRB

MENJADI 2010 = 100

TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

27

BOKS 1

PERUBAHAN TAHUN DASAR PERHITUNGAN PDRB MENJADI 2010 = 100

* Sumber Badan Pusat Statistik, Diolah

Sejak Triwulan IV 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan penyesuaian

perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB)/Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

menggunakan tahun dasar yang baru yaitu 2010=100, menggantikan tahun dasar yang

lama 2000=100.

Lantas apa yang menjadi penyebab perubahan dasar tersebut?

Dalam jangka waktu sepuluh tahun ke belakang, banyak perubahan yang terjadi

pada tatanan ekonomi global dan lokal yang sangat berpengaruh terhadap

perekonomian Indonesia maupun Provinsi Jambi. Krisis finansial global yang terjadi

pada tahun 2007 - 2008, penerapan perdagangan bebas antara China-ASEAN,

perubahan sistem pencatatan perdagangan nasional dan internasional serta meluasnya

jasa keuangan merupakan contoh perubahan yang perlu diadaptasi dalam mekanisme

pencatatan statistik nasional dan daerah. Selain itu, Perubahan tahun dasar PDB/PDRB

dilakukan untuk mengadopsi rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang

tertuang dalam 2008 System of National Accounts (SNA 2008) yang disajikan melalui

Supply and Use Tables (SUT).

Apa Manfaat Melakukan Perubahan Tahun Dasar?

BPS mencatat setidaknya ada tiga keunggulan dari perubahan tahun dasar

perhitungan tersebut:

1. Menginformasikan update perekonomian nasional seperti pergeseran struktur

dan pertumbuhan ekonomi

2. Meningkatkan kualitas data PDB/PDRB

3. Menjadikan data PDB/PDRB dapat diperbandingkan secara internasional

Mengapa Menggunakan Tahun Dasar 2010?

BPS telah melakukan perubahan tahun dasar secara berkala sebanyak 5 (lima)

kali yaitu pada tahun 1960, 1973, 1983, 1993, dan 2000.

Tahun 2010 dipilih sebagai tahun dasar baru menggantikan tahun dasar 2000 karena

beberapa alasan berikut:

Perekonomian Indonesia relatif stabil dari tahun 2000 2010. Hal ini terbukti

dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung tumbuh dan stabil dari

krisis finansial global pada tahun 2008.

Page 44: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERUBAHAN TAHUN DASAR PERHITUNGAN PDRB

MENJADI 2010 = 100

TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

28

Telah terjadi perubahan struktur ekonomi selama 10 (sepuluh) tahun terakhir

terutama dibidang informasi dan teknologi serta transportasi yang berpengaruh

terhadap pola distribusi dan munculnya berbagai macam produk dan jasa baru

Terdapat pembaharuan konsep, definisi, klasifikasi, cakupan dan metodologi

sesuai rekomendasi dalam SNA 2008

Tersedianya sumber data baru untuk perbaikan PDB seperti data Sensus

Penduduk 2010 (SP 2010) dan Indeks harga produsen (Producers Price Index

/PPI)

Tersedianya kerangka kerja SUT yang digunakan untuk

benchmarking/menetapkan PDB

Apa yang Dimaksud Dengan SNA / SNA 2008 Dalam Perhitungan PDRB?

System of National Accounts 2008 (SNA 2008) atau Sistem Neraca Nasional

(SNN) adalah rekomendasi internasional tentang bagaimana menyusun ukuran aktivitas

ekonomi yang sesuai dengan standar neraca baku yang didasarkan pada prinsip-prinsip

ekonomi. Berdasarkan data terbaru, terdapat 118 revisi di SNA 2008 dari SNA

sebelumnya dan 44 diantaranya merupakan revisi utama. Beberapa revisi yang diadopsi

dalam penghitungan PDB / PDRB tahun dasar 2010 diantaranya:

1. Konsep dan Cakupan:

Cakupan output pertanian memperlakukan Cultivated Biological Resources

(CBR)/penyertaan pertumbuhan aset alam hasil budidaya manusia yang belum

dipanen sebagai bagian dari output lapangan usaha

2. Metodologi:

Perbaikan metode penghitungan output bank dari Imputed Bank Services

Charge (IBSC) menjadi Financial Intermediation Services Indirectly Measured

(FISIM).

3. Valuasi :

Nilai tambah bruto lapangan usaha dinilai dengan Harga Dasar (Basic Price).

Harga dasar merupakan harga keekonomian barang dan jasa ditingkat produsen

sebelum adanya intervensi pemerintah seperti pajak dan subsidi atas produk.

4. Klasifikasi :

Klasifikasi yang digunakan berdasarkan Internasional Standard Industrial

Classification (ISIC) dan Central Product Classification. BPS mengadopsi kedua

klasifikasi tersebut sebagai KBLI 2009 dan KBKI 2010.

Bagaimana Membedakan Klasifikasi PDB/PDRB Tahun 2000 Dengan 2010?

Klasifikasi PDB / PDRB menurut lapangan usaha tahun dasar 2000 menggunakan

Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia 1990 (KLUI 1990) sedangkan pada PDB / PDRB

tahun dasar 2010 menggunakan KBLI 2009. Sementara klasifikasi PDB/PDRB menurut

pengeluaran tahun dasar 2010 secara garis besar tidak banyak mengalami perubahan.

Page 45: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERUBAHAN TAHUN DASAR PERHITUNGAN PDRB

MENJADI 2010 = 100

TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

29

Perbandingan keduanya pada tingkat paling agregat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1: Perbedaan Klasifikasi PDB / PDRB Menurut Pengeluaran

Tabel 2: Perbedaan Klasifikasi PDB / PDRB Menurut Lapangan Usaha

Apa Implikasi Perubahan Tahun Dasar Tersebut Bagi Bank Indonesia?

Perubahan tahun dasar ini memberikan informasi yang lebih baik bagi Bank Indonesia

untuk terus mempertajam analisis dan rekomendasi kebijakan bagi perekonomian

Provinsi Jambi dikedepannya. Penambahan jumlah sektor ekonomi dari 9 (sembilan)

menjadi 17 (tujuh belas) memberikan kondisi ekonomi yang lebih jelas dan detail akan

perkembangan yang ada. Perubahan perubahan yang ada tentu memberikan

tantangan tersendiri bagi Bank Indonesia, bilamana terjadi salah minterprestasi, maka

dapat menimbulkan error dalam melakukan proyeksi dan analisis. Dalam hal ini, Bank

Indonesia menyikapi dengan meningkatkan tools dan model ekonomi yang lebih

komprehensif dalam menyikapi perubahan yang ada agar dapat selalu memberikan

analisis dan rekomendasi kebijakan yang tepat dan akurat bagi para pemangku

kepentingan. Proyeksi akan perkembangan ekonomi yang ada berdasarkan data series

yang akurat melalui metode backcasting forecasting yang diterapkan diharapkan akan

selalu memberikan informasi yang komprehensif bagi para stakeholders.

PDB / PDRB 2000 PDB / PDRB 2010

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto

4. Prubahan Inventory 5. Perubahan Inventory

5. Ekspor 6. Ekspor

6. Impor 7. Impor

PDB/PDRB seri 2000 PDB/PDRB seri 2010

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

2. Pertambangan dan Penggalian B. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan C. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Bersih D. Pengadaan Listrik dan Gas

E. Pengadaan Air

5. Konstruksi F. Konstruksi

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran G.Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan

Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

7. Pengangkutan dan Komunikasi H. Transportasi dan Pergudangan

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

J. Informasi dan Komunikasi

8. Keuangan, Real estate, dan Jasa Perusahaan K. Jasa Keuangan

L. Real Estate

M,N. Jasa Perusahaan

9. Jasa-jasa O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib

P. Jasa Pendidikan

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

R,S,T,U. Jasa Lainnya

Page 46: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 47: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

31

BAB II

INFLASI

A. Kajian Umum

Pada triwulan IV 2014, inflasi kota Jambi tercatat 8,72%(yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya (4,31%(yoy)), dan lebih tinggi dari inflasi

nasional (8,36%(yoy)) dan dari rata-rata inflasi triwulan IV dalam tiga tahun

terakhir (7,23%(yoy)) (Grafik 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar

8,99% (yoy) dan juga berada di atas inflasi nasional6

.

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi

Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)

Berdasarkan asesmen Bank Indonesia, inflasi Kota Jambi utamanya

disebabkan oleh inflasi administered price yang mencapai 16,2% (yoy) (Grafik

2.2). Sumber utama inflasi administered price adalah meningkatnya harga BBM

bersubsidi yang mulai diterapkan pada 18 November 2014 yang diikuti oleh

kenaikan tarif angkutan. Kenaikan tersebut diikuti oleh kenaikan biaya

transportasi dan distribusi sehingga mengakibatkan kenaikan harga bahan

6

Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya

hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi

82 kota.

7.99

4.45

5.31

2.76

3.90

6.80

4.43

4.22

6.06

5.24

7.96

8.74

7.51

6.47 4.31

8.72

6.65

5.54

4.61

3.79 3.97

4.53 4.31

4.30

5.90

5.90

8.40

8.38 7.32

6.70

4.53

8.36

0

5

10

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2011 2012 2013 2014

Persen (%)

Kota Jambi Nasional

Page 48: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

32

pangan dan beberapa komoditas lainnya. Inflasi volatile food berada berada pada

level yang cukup tinggi yaitu 11,77% (yoy). Sementara itu inflasi inti cenderung

stabil di level 3,71% (yoy).

Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price(yoy)

Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Kota

Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,38% (qtq), melonjak tajam

dibandingkan triwulan sebelumnya (1,62% (qtq)). Pergerakan angka inflasi

bulanan (mtm) pada bulan Oktober, November dan Desember 2014 masing-

masing sebesar 0,51%, 2,18% dan 2,61%.

Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat sebesar 5,24%

(qtq), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (2,26% (qtq)) namun sedikit

lebih rendah dibandingkan kota Jambi dengan pergerakan angka inflasi bulanan

(mtm) pada bulan Oktober, November dan Desember 2014 masing-masing

sebesar 0,80%, 2,29% dan 2,07%.

Tingkat inflasi tahunan (yoy) di Kota Jambi berada di urutan ke-8 (delapan)

dari daftar kota dengan tingkat inflasi tertinggi di Sumatera. Sementara Bungo

menempati urutan ke-7 (tujuh). Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandan,

sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Meulaboh (Grafik 2.3).7

7

Sumber: BPS Provinsi Jambi

Page 49: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

INFLASI

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

33

Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera

per Desember 2014

Sumber : BPS Provinsi Jambi

B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang

Berdasarkan kelompoknya, sumbangan terbesar inflasi di kota Jambi pada

triwulan ini bersumber dari kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan

yang mengalami lonjakan inflasi sebesar 10,80% (qtq) atau 13,12% (yoy) dengan

sumbangan ke inflasi triwulanan mencapai 2,04% dan sumbangan ke inflasi

tahunan mencapai 2,50% (Tabel 2.1). Tingginya inflasi kelompok transpor,

komunikasi dan jasa keuangan tersebut seiring dengan kenaikan harga BBM per

tanggal 18 November 2014 yang diikuti dengan kenaikan tarif angkutan.

Kelompok bahan makanan mengalami inflasi mencapai 7,93% (qtq)

dengan kontribusi sebesar 1,94%. Inflasi kelompok bahan makanan tersebut

disebabkan oleh meningkatnya harga cabe merah seiring dengan keterbatasan

pasokan cabe merah dan beras. Jatah raskin dari Pemerintah Pusat telah habis

pada bulan Oktober, sehingga menyebabkan kenaikan harga beras pada Bulan

November dan Desember 2014 seiring dengan meningkatnya permintaan akan

beras medium dan premium. Secara tahunan kelompok tersebut mengalami

inflasi yang tinggi yaitu 12,10% (yoy) dengan kontribusi yang tinggi yaitu sebesar

2,94%.

Page 50: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

34

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau mengalami inflasi

sebesar 2,20% (qtq) dan memberikan kontribusi sebesar 0,36% yang utamanya

disumbangkan oleh sub kelompok makanan jadi berupa nasi dengan lauk dan

sate serta sub kelompok tembakau & minuman beralkohol berupa rokok kretek

filter. Secara tahunan mengalami inflasi sebesar 5,55% (yoy) dengan sumbangan

sebesar 0,91%.

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi

sebesar 4,49% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,99% yang utamanya

disumbangkan oleh sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air sejalan

dengan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) golongan Rumah Tangga dan Industri

per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014 dan harga elpiji kemasan 12

kg sejak tanggal 10 September 2014. Secara tahunan kelompok ini mengalami

inflasi sebesar 9,46% (yoy) dan memberikan kontribusi sebesar 2,05%.

Kelompok sandang mengalami deflasi sebesar 0,23% (qtq) dengan

kontribusi sebesar -0,02% namun secara tahunan mengalami inflasi sebesar

0,66% (yoy).

Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,93% (qtq) dan

memberikan kontribusi sebesar 0,04% yang disumbangkan oleh sub kelompok

obat-obatan dan secara tahunan mengalami inflasi sebesar 2,95% (yoy).

Kelompok terakhir yaitu kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga

mengalami inflasi sebesar 0,34% (qtq) dan memberikan kontribusi sebesar

0,02% yang disumbangkan oleh sub kelompok jasa pendidikan atau secara

tahunan mengalami inflasi sebesar 1,91% (yoy).

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi

Sumber : BPS Provinsi Jambi (diolah)

Page 51: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

INFLASI

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

35

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulan

an (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang

dan Jasa

Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi

terbesar pada bulan Oktober, November dan Desember 2014 adalah cabai

merah, beras, cabai rawit, rokok kretek filter, tarif listrik, bahan bakar rumah

tangga, bensin, tarif angkutan dalam kota dan tarif angkutan antar kota,

sedangkan penyumbang deflasi adalah daging ayam ras.

Page 52: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

36

Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi

Periode triwulan IV 2014

1. Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan

makanan mengalami

inflasi sebesar 7,93%

(qtq) dengan sumbangan

inflasi mencapai 1,94%

atau secara tahunan

sebesar 12,10% (yoy).

Inflasi bahan makanan

tersebut didominasi oleh

Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan

Page 53: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

INFLASI

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

37

sub kelompok bumbu-bumbuan (95,66% (qtq)) . Beberapa sub kelompok lainnya

yang juga mengalami inflasi yang cukup tinggi adalah sub kelompok bahan

makanan lainnya (6,99%(qtq)), sayur-sayuran (5,74%(qtq)), padi-padian, umbi-

umbian dan hasilnya (5,58%(qtq)) serta buah-buahan ((4,25%(qtq)). Namun

sebaliknya, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, ikan diawetkan, ikan segar

dan telur, susu dan hasil-hasilnya mengalami deflasi yaitu masing-masing sebesar

14,98% (qtq), 3,24% (qtq) 0,46% (qtq) dan 0,15% (qtq)

Bumbu-bumbuan, yaitu cabai merah, pada triwulan laporan mengalami

inflasi yang cukup tinggi. Harga cabai merah selama triwulan IV 2014

menunjukkan tren peningkatan yaitu pada Oktober 2014 sebesar Rp33.925/kg,

naik menjadi Rp95.000/kg (November 2014), dan sedikit menurun menjadi

Rp71.833/kg (Desember 2014).

Peningkatan harga, terutama yang terjadi di bulan November 2014

disebabkan oleh keterbatasan pasokan cabai merah tersebut. Selain itu,

peningkatan harga BBM bersubsidi juga turut ambil andil dalam meningkatnya

harga cabai merah seiring dengan peningkatan biaya transportasi dan distribusi.

Akan tetapi, pada bulan Desember 2014, seperti tergambar pada Grafik 2.4,

harga sudah mulai mengalami penurunan seiring dengan mulai membaiknya

jumlah pasokan cabai tersebut, meskipun belum kembali menyentuh harga

normal. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi,

Pasar Angso Duo selaku pasar induk utama mendapatkan pasokan sebanyak 20

ton pada bulan Desember 2014.

Grafik 2.5. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.6. Perkembangan Harga Beras

Page 54: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

38

Harga beras di tingkat internasional menunjukkan kecenderungan

penurunan. Secara rata-rata harga selama triwulan IV 2014 mengalami

penurunan (3,42% (qtq)) dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya dari USD

389,1/metric ton menjadi USD 375,1/metric ton. Namun demikian, penurunan

harga beras di tingkat internasional tersebut tidak sejalan dengan

perkembangan harga beras di Jambi, dimana pada triwulan laporan justru

meningkat sebesar 6,62% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebagai

akibat dari meningkatnya biaya distribusi beras tersebut seiring dengan

kenaikan BBM dan tarif angkutan. Pasokan beras Jambi sebagian besar

didatangkan dari daerah lain. Selain itu, jatah raskin dari Pemerintah Pusat telah

habis pada bulan Oktober, sehingga menyebabkan kenaikan harga beras pada

Bulan November dan Desember 2014 seiring dengan meningkatnya permintaan

akan beras medium dan premium.

Untuk harga jagung internasional, secara rata - rata cenderung

mengalami penurunan harga, dari USD 3,5/bushel menjadi USD 3,4/bushel yang

diikuti oleh penurunan harga jagung pipilan pada bulan November dan

Desember 2014.

Perkembangan harga

tepung terigu merk Segitiga

Biru pada triwulan laporan

stabil pada level harga

Rp7.500/kg meskipun terdapat

kecenderungan peningkatan

harga gandum internasional

yang disebabkan oleh

menurunnya produksi gandum

di Amerika Serikat selaku eksportir gandum terbesar di dunia.8

Bawang merah pada triwulan laporan mengalami pergerakan harga yang

cukup stabil yaitu pada September 2014 harga bawang merah berada pada level

Rp15.156/kg, naik menjadi Rp16.376/kg (Oktober 2014), Rp14.667/kg

(November 2014) lalu turun menjadi Rp15.000/kg (Desember 2014). Harga

8

Satu bushel setara dengan 27 kg.

Grafik 2.7. Perkembangan Harga Tepung Terigu

Page 55: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

INFLASI

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

39

bawang merah yang stabil disebabkan oleh pasokan yang tercukupi dan stabilnya

permintaan akan bawang merah.

Harga daging sapi pada akhir triwulan III 2014 berada pada level harga

Rp110.000/kg (September 2014), naik menjadi Rp117.097/kg pada Oktober

2014, lalu turun kembali menjadi Rp113.000/kg (November 2014) dan

Rp110.000/kg (Desember 2014). Secara umum, harga daging sapi cenderung

bertahan pada harga Rp110.000/kg dimana dalam satu tahun, sebanyak 6(enam)

bulan tercatat mengalami harga di Rp110.000/kg.

Daging ayam ras pada triwulan IV cenderung mengalami penurunan yang

cukup dalam dengan harga 29.322/kg (September 2014), turun menjadi

Rp21.032/kg (Oktober 2014), Rp21.000/kg (November 2014), lalu sedikit

meningkat menjadi Rp23.333/kg (Desember 2014). Penurunan ini disebabkan

oleh pasokan daging ayam ras yang lebih tinggi daripada permintaan.

Grafik 2.8. Perkembangan Harga Daging

Harga rata-rata Crude Palm

Oil (CPO) di tingkat

internasional pada triwulan

laporan menurun 5,97%

(qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya, yaitu dari USD

693,5/metric ton menurun

menjadi USD 652,1/metric

ton. Namun sebaliknya,

Grafik 2.9. Perkembangan Harga CPO dan Minyak

Goreng

Page 56: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

40

harga minyak goreng lokal sedikit meningkat dari Rp10,728/liter pada triwulan

lalu menjadi Rp10.912/liter. Harga minyak goreng cenderung naik dikarenakan

minyak goreng masih membutuhkan biaya proses agar bisa dipakai oleh end

consumer dan bahan baku minyak yang digunakan dibeli pada triwulan

sebelumnya.

2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami

inflasi sebesar 2,20%(qtq) atau 5,55% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya,

urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub kelompok tembakau dan minuman

beralkohol yaitu sebesar 3,53% (qtq) atau 7,42% (yoy) yang disebabkan oleh

terusan berlakunya pajak rokok sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berlaku mulai 1 Januari

2014.

Sub kelompok nasi dengan lauk mengalami inflasi sebesar 1,28% (qtq)

disebabkan oleh meningkatnya harga beras. Sub kelompok sate mengalami inflasi

sebesar 8,13%. Inflasi yang cukup tinggi pada sub kelompok sate disebabkan

oleh kenaikan harga bumbu-bumbuan pada sate terutama kacang tanah, kecap

dan cabai. Sedangkan sub kelompok makanan jadi dan sub kelompok minuman

yang tidak beralkohol mengalami inflasi sebesar 1,68% (qtq) dan 1,97% (qtq)..

Inflasi kedua sub kelompok tersebut masih merupakan efek lanjutan kenaikan

harga bahan bakar elpiji.

3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan IV

2014 mengalami inflasi sebesar 4,49% (qtq) atau 9,46% (yoy), lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya (2,70% (qtq)). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi

tersebut disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar, penerangan, dan air

sebesar 10,52% (qtq) atau 21,11% (yoy), penyelenggaraan rumah tangga

sebesar 2,23% (qtq) atau 5,99% (yoy), biaya tempat tinggal sebesar 1,94% (qtq)

atau 4,64% (yoy), dan sub kelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 1,43%

(qtq) atau 4,39% (yoy).

Page 57: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

INFLASI

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

41

Dampak keputusan Pemerintah untuk menaikkan Tarif Tenaga Listrik

(TTL) golongan Rumah Tangga dan Industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak

tanggal 1 Juli 2014 dan harga elpiji kemasan 12 kg sejak tanggal 10 September

2014 masih terasa hingga akhir tahun 2014.

4. Kelompok Sandang

Kelompok sandang

pada triwulan IV 2014 secara

tahunan mengalami inflasi

sebesar sebesar 0,66% (yoy)

atau menurun dibanding

triwulan sebelumnya (1,42%

(yoy)).

Secara triwulanan,

kelompok sandang

mengalami deflasi sebesar

0,23% (qtq). Terjadinya deflasi pada kelompok ini terutama disumbangkan oleh

penurunan harga sandang laki-laki sebesar 0,97% (qtq), dan barang pribadi dan

sandang lainnya sebesar 0,58% (qtq)). Secara rata-rata, harga emas pada

triwulan laporan mengalami penurunan dari triwulan III 2014, yaitu turun dari

USD 1.281,85/troy ounce menjadi USD 1.199,61/troy ounce. Penurunan tersebut

disebabkan oleh beralihnya investasi pasar dunia dari emas ke saham, dimana

saham memiliki investment return yang lebih tinggi.9

5. Kelompok Kesehatan

Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami

inflasi sebesar 0,93% (qtq) atau 2,95% (yoy). Inflasi yang terjadi utamanya

bersumber dari meningkatnya permintaan akan obat-obatan dengan inflasi

1,26% (qtq) atau 5,52% (yoy) dan perawatan jasmani dan dan kosmetika

dengan inflasi 1,93% (qtq) atau 4,93% (yoy). Sementara itu sub kelompok jasa

kesehatan dan jasa perawatan jasmani cenderung stabil.

9Sumber: Bloomberg.1 (satu) troy ounce setara dengan 31,1034768 gram

(http://en.wikipedia.org)

Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar

Internasional

Page 58: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

42

6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi sebesar

0,34% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan lalu (0,94% (qtq)) atau 1,91%

(yoy). Sub kelompok jasa pendidikan dan olahraga mengalami inflasi sebesar

1,20% (qtq) dan 0,52% (qtq). Sementara itu, sub kelompok kursus/pelatihan dan

perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami deflasi masing-masing sebesar

5,09% (qtq) dan 8,19% (qtq) seiring dengan telah berlangsungnya tahun ajaran

baru. Hal yang sama juga dirasakan akan sub kelompok rekreasi yang juga

mengalami deflasi sebesar 1,12% (qtq) akibat berkurangnya permintaan rekreasi.

7. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi

sebesar 10,80% (qtq) atau 13,12% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya

mengalami inflasi yang relatif rendah yaitu sebesar 0,66% (qtq) atau 2,93%

(yoy). Kelompok ini menjadi penyebab utama inflasi pada triwulan IV 2014, jauh

lebih tinggi dari inflasi bahan makanan. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga

BBM per tanggal 18 November 2014 yang diikuti dengan kenaikan tarif

angkutan dan peningkatan biaya transportasi yang cukup tinggi.

Berdasarkan sub kelompoknya, kenaikan terutama tejadi pada subsektor

transpor yang mengalami inflasi yang sangat tinggi yaitu sebesar 15,02% (qtq)

atau 18,58% (yoy). Selain itu, penyumbang terbesar lainnya dalam kelompok ini

adalah subsektor jasa keuangan yang mengalami inflasi sebesar 16,67% (qtq)

atau 16,67% (yoy) seiring dengan adanya kenaikan biaya administrasi

perbankan yang berkisar Rp1.000 Rp2.500 untuk setiap transaksi yang

dilakukan dan kenaikan biaya transfer antar bank sebesar Rp2.500. Sementara

perkembangan harga pada dua subsektor lainnya yaitu komunikasi dan

pengiriman serta sarana dan penunjang transpor masih relatif stabil.

Sementara itu, harga rata-rata minyak di pasar internasional turun

menuju level terendah dalam empat tahun terakhir. Pada periode laporan harga

minyak dunia mengalami deflasi sebesar 2,49% (qtq) dibandingkan periode

triwulan III 2014 yaitu dari USD 97,51/barrel, menjadi USD 73,15/barrel.

Penurunan ini disebabkan oleh terus meningkatnya produksi minyak akan tetapi

Page 59: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

INFLASI

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

43

di sisi lain terjadi penurunan permintaan yang disebabkan oleh melambatnya

perekonomian beberapa negara importir minyak terbesar di dunia, antara lain

Amerika Serikat dan China

Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional

C. Inflasi Kota Bungo Berdasarkan Kelompok Barang

Sejak Januari 2014, Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di

Provinsi Jambi. Bungo berada pada urutan 7 (tujuh) dari 23 (dua puluh tiga) kota

di Sumatera yang dihitung inflasinya. Posisi inflasi Bungo di Pulau Sumatera

sampai dengan triwulan IV 2014 cenderung meningkat.

Inflasi bulanan (mtm) Bungo pada dua bulan terakhir di triwulan IV 2014

berada pada level tertinggi sejak terhitung sebagai kota indikator inflasi, dimana

pada Oktober 2014 pada level 0,80% (mtm) menjadi 2,29% (mtm) pada

November 2014 dan 2,07%(mtm) di Desember 2014. Sama seperti Kota Jambi,

peningkatan inflasi pada triwulan IV 2014 lebih disebabkan oleh terbatasnya

pasokan beberapa bahan makanan dan meningkatnya harga BBM yang

mempengaruhi pergerakan harga secara umum.

Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo tahun 2014

Sumber: BPS (diolah)

Page 60: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

44

Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Bungo

Tabel 2.5. Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Bungo Berdasarkan Kelompok dan

Sub Kelompok Barang dan Jasa

Berdasarkan kelompoknya, inflasi terbesar pada triwulan IV 2014 terjadi

pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang mencapai 12,38%

Page 61: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

INFLASI

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

45

(qtq) dengan sumbangan inflasi 1,78% atau 14,94% (yoy) dengan sumbangan

inflasi tahunan mencapai 2,18%. Inflasi kelompok tersebut didominasi sub

kelompok jasa keuangan 23,64% (qtq), transpor 17,31% (qtq), dan sarana dan

penunjang transpor 6,34% (qtq). Adapun terdapat deflasi yang relatif kecil pada

sub kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar 0,07% (qtq).

Sub kelompok transpor mengalami inflasi yang tinggi akibat kenaikan

harga BBM pada tanggal 18 November 2014 yang mengakibatkan meningkatnya

biaya transpor di Bungo. Untuk sub kelompok Jasa Keuangan, peningkatan inflasi

yang tajam diakibatkan oleh peningkatan biaya administrasi dan biaya transfer

antar Bank.

Kelompok bahan makanan merupakan kelompok kedua penyumbang

terbesar inflasi Bungo dengan inflasi sebesar 7,08% (qtq) dan memberikan

sumbangan inflasi sebesar 1,86% atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar

8,32% (yoy) dengan sumbangan mencapai 2,24%. Berdasarkan sub

kelompoknya, bumbu-bumbuan mengalami inflasi yang paling besar diantara sub

kelompok lainnya. Secara triwulanan, bumbu-bumbuan mengalami inflasi sebesar

60,77% (qtq). Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pasokan di Bungo dan

ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan dari daerah lain, sehingga harga

menjadi lebih tinggi. Bila dirincikan, penyumbang inflasi terbesar pada bumbu-

bumbuan adalah cabai merah (36,12% (qtq) dan cabai rawit (66,16% (qtq)).

Beras juga mengalami peningkatan sebesar 8,21% (qtq) dengan sumbangan

0,44% akibat telah habisnya jatah raskin dari Pemerintah Pusat. Selain itu,

meningkatnya harga juga disebabkan oleh kenaikan harga BBM yang

mengakibatkan tingginya biaya distribusi. Kelompok perumahan, air, listrik dan

bahan bakar mengalami inflasi 4,98% (qtq) atau 13,13% (yoy), dengan

sumbangan inflasi triwulanan sebesar 0,91% yang didominasi oleh sub kelompok

bahan bakar, penerangan dan air 10,41% (qtq) atau 23,69% (yoy),

penyelenggaraan rumah tangga (3,60% (qtq)), perlengkapan rumah tangga

(2,28% (qtq)) dan biaya tempat tinggal, (0,72% (qtq)). Inflasi tersebut dipicu oleh

keputusan Pemerintah untuk menaikkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) golongan

Rumah Tangga dan Industri per 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014.

Page 62: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

46

Selain itu, kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg sejak tanggal 10 September 2014

juga masih memberikan dampak yg cukup tinggi.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami

inflasi sebesar 1,23% (qtq) atau 5,22% (yoy) dengan sumbangan inflasi

triwulanan sebesar 1,06%. Inflasi kelompok ini utamanya disebabkan oleh inflasi

sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yang mencapai 3,66% (qtq)

atau 9,85% (yoy). Sebagai contoh adalah adanya kenaikan pada rokok kretek

filter yang mencapai 3,60% (qtq). Inflasi sub kelompok ini masih merupakan

terusan efek kenaikan harga bahan bakar elpiji.Kelompok pendidikan, rekreasi

dan olahraga mengalami inflasi 5,43% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,40%

atau secara tahunan sebesar 9,40% (yoy) dengan sumbangan inflasi sebesar

0,69%. Inflasi pada kelompok ini dipicu oleh sub kelompok rekreasi (14,98%

(qtq)) dan olahraga (4,05% (qtq)).

Kelompok sandang secara triwulanan mengalami deflasi sebesar 0,08%

(qtq) dengan sumbangan inflasi -0,01%. Mayoritas penyebab deflasi adalah

berkurangnya permintaan akan sandang akibat perayaan hari raya yang telah

usai. Secara sub kelompok, sandang laki-laki, barang pribadi dan sandang lainnya

dan sandang wanita mengalami deflasi sebesar 0,48% (qtq), 0,16% (qtq) dan

0,13% (qtq). Hanya sub kelompok sandang anak-anak yang mengalami inflasi

sebesar 0,36% (qtq).

Inflasi pada kelompok kesehatan pada triwulan laporan tercatat sebesar

1,15% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,05% atau secara tahunan mengalami

inflasi sebesar 3,96% (yoy). Sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika

serta sub kelompok obat-obatan mengalami inflasi sebesar 2,37% (qtq) dan

0,37% (qtq). Sementara itu, sub kelompok jasa kesehatan dan jasa perawatan

jasmani cenderung stabil.

Page 63: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

INFLASI

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

47

Tabel 2.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo Berdasarkan Komoditi

Periode triwulan IV 2014

Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.6), penyumbang pembentukan inflasi

terbesar Bungo pada triwulan IV 2014 adalah cabai merah, beras, bensin dan tarif

listrik. Sedangkan komoditi penyumbang deflasi selama triwulan IV 2014 didominasi

oleh udang basah,kentang serta daging ayam ras.

Sumber: BPS

Page 64: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 65: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI

PROVINSI JAMBI

TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

49

Boks. 2

DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI PROVINSI JAMBI

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga secara umum dan berkelanjutan

yang berkaitan dengan mekanisme pasar antara lain supply barang yang terbatas dan

peningkatan permintaan yang tinggi sehingga menimbulkan kenaikan harga. Di lain

sisi, deflasi adalah suatu keadaan dimana harga-harga mengalami penurunan, dan

merupakan kebalikan dari inflasi.

Melihat perkembangan perekonomian Indonesia yang masih mengalami defisit

neraca perdagangan akibat tingginya impor minyak, pemerintah memutuskan untuk

meningkatkan harga BBM bersubsidi yaitu premium dari Rp6.500/liter menjadi

Rp8.500/liter serta solar dari Rp5.500/liter menjadi Rp7.500/liter pada tanggal 18

November 2014. Peningkatan harga BBM bersubsidi memberikan dampak tidak hanya

pada kenaikan harga kedua komoditas tersebut namun juga berdampak signifikan pada

kenaikan harga barang dan jasa lainnya.

Bagaimana BBM mempengaruhi harga barang dan jasa secara umum? Kenaikan

harga BBM secara umum akan memberikan pengaruh terhadap inflasi melalui dua

tahap. Tahap pertama merupakan dampak langsung terhadap inflasi dari komoditas

BBM itu sendiri dan tarif angkutan. Inflasi ini merupakan dampak dari komoditas bensin

dan solar yang mengalami kenaikan dengan angka di atas serta tarif angkutan dalam

dan antar kota yang mengalami penyesuaian tarif.

Tahap kedua merupakan tahap lanjutan yang terdiri dari dua yaitu dampak

terhadap kenaikan harga komoditas dan bahan baku beserta jasa lainnya seiring

dengan meningkatnya biaya transportasi dan distribusi. Selanjutnya, peningkatan harga

barang dan jasa tersebut akan meningkatkan biaya hidup masyarakat yang pada

akhirnya akan berujung pada peningkatan upah dan gaji yang berpotensi

meningkatkan harga barang dan tarif jasa. Skema peningkatan harga ini sangatlah

terstruktur.

Page 66: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI

PROVINSI JAMBI

TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

50

Grafik 1: Skema dampak perubahan harga BBM terhadap barang dan jasa

Grafik 2. Inflasi Kota Jambi dan Nasional Saat Kenaikan dan Penurunan Harga BBM

BBM Biaya BBM Tarif

Angkutan

Harga

Bahan baku

Biaya Distribusi

Naik

Biaya Hidup

Karyawan

Kenaikan Biaya

Distribusi

Kenaikan

Upah

Kenaikan Harga

Barang / Jasa Lainnya

Kenaikan Biaya

Produksi

Page 67: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI

PROVINSI JAMBI

TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

51

Berdasarkan asesmen Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Jambi dengan

memperhatikan pola historis kenaikan

BBM bersubsidi, setiap kenaikan harga

BBM Rp1000/liter akan berdampak pada

kenaikan inflasi sebesar 1%.

Berdasarkan simulasi kenaikan harga

Rp2000/liter tersebut, diketahui bahwa

sumbangan inflasi adalah sebesar

2,07%. Tambahan inflasi tersebut

bersumber dari: 1) dampak langsung terhadap inflasi komoditas bensin dan solar; 2)

dampak tidak langsung pada tarif angkutan, bahan baku dan tarif hidup; 3) dampak

tidak langsung pada komoditas lainnya yang berujung pada kenaikan harga pada

barang dan jasa.

Tabel 2: Simulasi Perhitungan Dampak Kenaikan Harga BBM

Berdasarkan asesmen tersebut, diketahui bahwa kenaikan BBM akan memberikan

sumbangan inflasi sebesar 2,07% pada total inflasi Provinsi Jambi. Inflasi yang tinggi

akan meningkatkan biaya hidup masyarakat yang tentu mempengaruhi kenaikan tarif

dan upah, dan selanjutnya berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa. Kenaikan

harga barang dan jasa tersebut membawa dampak signifikan dalam kehidupan

masyarakat. Berbagai komoditas mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi,

diantaranya adalah biaya transportasi dan bahan baku makanan. Biaya transportasi

meningkat akibat naiknya harga BBM, sedangkan untuk bahan baku makanan

meningkat akibat naiknya biaya distribusi itu sendiri. Berdasarkan bobotnya dalam

inflasi tahun 2014, bobot transpor mencapai 19% dari total 100%.

Jambi Bungo Jambi (%)

Dampak Langsung 1.22

- Bensin 3.73 3.43 3.70 30.77 1.14

- Solar 0.21 0.31 0.22 36.36 0.08

Dampak tidak langsung ke tarif angkutan 0.25

- Angkutan Antar Kota 0.44 0.57 0.45 12.95 0.06

- Angkutan Dalam Kota 0.94 0 0.85 21.35 0.18

- Angkutan Laut (Sungai, Danau, Penyeberangan) 0.03 0 0.03 2.68 0.00

- Tarif Kendaraan Travel 0.07 0.47 0.11 10.18 0.01

Dampak Tidak Langsung ke komoditas lainnya 0.60

- Core 55.61 0.57 0.32

- Volatile Food 23.12 1.21 0.28

Total Dampak ke Inflasi IHK 2.07

Simulasi Penghitungan Bank Indonesia Jambi Terkait Dampak Kenaikan Harga BBM (Premium dan Solar)

Terhadap Inflasi

(Asumsi kenaikan Harga BBM sebesar Rp 2.000/L)

Dampak Kenaikan Harga BBM BersubsidiBobot SBH Inflasi

(%)

Sumbangan

(%)

Tabel 1. Perkembangan Harga BBM

Bersubsidi

Page 68: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI

PROVINSI JAMBI

TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

52

Pertanyaan berikutnya adalah, apakah jika harga BBM turun, maka harga-harga

barang dan jasa lainnya ikut turun?

Dalam jangka waktu tidak lebih dari dua bulan, dengan mengikuti trend

perkembangan minyak dunia yang terus mengalami penurunan dari akhir tahun 2014

hingga awal tahun 2015, Pemerintah memutuskan untuk memberikan penurunan pada

harga BBM bersubsidi. Keputusan pemerintah untuk menurunkan harga BBM

bersubsidi yaitu harga bensin premium dari sebelumnya Rp8.500/liter menjadi Rp

7.600/liter, dan solar dari Rp7.500/liter menjadi Rp 7.250/liter pada tanggal 1 Januari

2015 yang kemudian diikuti oleh penurunan harga BBM untuk kedua kalinya pada

tanggal 19 Januari 2015 dimana harga bensin premium menjadi Rp 6.600/liter, dan

solar menjadi Rp 6.400/liter diharapkan dapat memberikan dampak penurunan pada

inflasi. Akan tetapi, apakah penurunan itu akan berdampak signifikan?

Sebagai contoh, jika terdapat kenaikan harga BBM yang berujung pada kenaikan

upah tukang dan harga barang produksi pabrik, apabila harga BBM turun apakah upah

dan harga barang pabrik tersebut akan ikut turun juga? Berdasarkan pengamatan

dilapangan, beberapa harga komoditas tidak mengalami penurunan.

Hal ini dapat dianalisis dalam asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Jambi. Berdasarkan simulasi perhitungan dampak penurunan harga BBM,

penurunan sebanyak dua kali diharapkan membawa dampak penurunan sebesar

1,11% pada inflasi Provinsi Jambi.

Tabel 3: Simulasi Perhitungan Dampak Penurunan Harga BBM per 1 Januari 2015

Tabel 4: Simulasi Perhitungan Dampak Penurunan Harga BBM per 19 Januari 2015

Page 69: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI

PROVINSI JAMBI

TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

53

Berdasarkan perkembangan harga BBM yang diterapkan Pemerintah, diketahui bahwa

penurunan harga BBM bersubsidi sudah hampir menuju harga sebelumnya (sebelum

kenaikan per 18 November 2014), akan tetapi secara simulasi sumbangan inflasi dari

penurunan BBM tidaklah sedahsyat dari kenaikan BBM, dimana secara total hanya

memberikan sumbangan penurunan sebesar 1,1%. Hal ini disebut sebagai rigiditas

harga, kondisi dimana terdapat kekakuan harga yang menyebabkan harga tidak

otomatis naik atau turun ketika terdapat perubahan dalam struktur pasar yang

dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan. Dengan kata lain, dampak kenaikan dan

penurunan harga BBM tidaklah simetris. Rigiditas harga inilah yang menyebabkan

adanya biaya-biaya tertentu yang tidak akan pernah turun dan cenderung naik dan

menyebabkan inflasi di Provinsi Jambi.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Perubahan harga BBM sangatlah berdampak pada kehidupan masyarakat di

Provinsi Jambi, dikarenakan banyaknya elemen yang dipengaruhi oleh harga BBM itu

sendiri. Dampak perubahan harga BBM ini pun tentunya tidak bersifat final. Terdapat

beberapa hal yang tidak dapat dikendalikan oleh para pemangku kepentingan, tetapi

ada hal-hal yang tentu dapat dikendalikan agar inflasi di Provinsi Jambi tetap terjadi di

level yang rendah dan stabil. Banyak hal dapat mempengaruhi bahkan menahan laju

inflasi yang lebih tinggi. Kerjasama semua pihak baik Pemerintah dan TPID Provinsi

Jambi, pelaku usaha maupun masyarakat untuk menciptakan situasi kondunsif dan

mengendalikan ekspektasi inflasi merupakan kunci utama meminimalkan dampak

lanjutan perubahan harga BBM. Dengan pemahaman yang sama akan kenaikan BBM

dan pengaruhnya terhadap inflasi, diharapkan ekspektasi inflasi dapat terjaga dan

dampak kenaikan inflasi yang signifikan dapat diminimalkan.

Selain itu, untuk meminimalisir risiko perubahan harga BBM, instansi-instansi

terkait wajib memiliki strategi untuk menekan fluktuasi harga-harga yang terkena

dampak perubahan harga BBM. Salah satu strategi tersebut diantaranya melalui

pemetaan dan identifikasi potensi-potensi yang ada dalam menunjang kegiatan

perekonomian Provinsi Jambi, sehingga semua stakeholder terkait diharapkan memiliki

data dan perbaikan, antara lain sebagai berikut:

a. Neraca produksi dan konsumsi kebutuhan bahan makanan di Provinsi

Jambi. Hal ini diharapkan dapat memberikan perkembangan supply dan

demand akan beberapa komoditas utama yang paling dibutuhkan oleh

masyarakat.

b. Produksi bahan makanan dan komoditas unggulan termasuk jalur

distribusi, waktu produksi, pembeli serta kebutuhan dalam Provinsi Jambi.

Hal ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola produksi

Page 70: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

DAMPAK PERUBAHAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI

PROVINSI JAMBI

TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

54

dan bagaimana mengendalikan risiko musiman akan komoditas-komoditas

terkait.

c. Ketergantungan bahan makanan di Jambi terhadap daerah lain termasuk

jalur distribusi, asal daerah produsen, serta kebutuhan di dalam Provinsi

Jambi. Data ini akan digunakan untuk meminimalisir ketergantungan akan

suatu daerah, sehingga jika dikedepannya terdapat masalah dari daerah

asal, maka kelangkaan bahan makan tersebut dapat disubtitusi dari

daerah lain. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai pemetaan jalur

pasokan yang paling efisien dan ekonomis sehingga dapat menghemat

biaya distribusi.

d. Peta produksi, distribusi dan konsumsi bahan makanan se- Provinsi Jambi.

e. Peningkatan kualitas infrastruktur. Infratruktur yang baik dapat

meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam perdagangan dan

mengurangi biaya-biaya tidak terduga

Page 71: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

55

BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kinerja perbankan pada triwulan IV 2014 secara umum menunjukkan sedikit

perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan cenderung

mengalami penurunan (4,9% (qtq)) dan diikuti dengan penurunan dana pihak ketiga

(2,5% (qtq)). Sementara itu kredit mengalami sedikit kenaikan (3,4% (qtq)) meskipun

secara umum mengalami perlambatan yang cukup tajam dibanding 2013. Dana pihak

ketiga yang menurun sementara di sisi lain kredit mengalami pertumbuhan

menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor

mengalami peningkatan sebesar 679 bps menjadi sebesar 119,4%.

Sementara itu kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan sedikit meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya (2,1% (qtq)) dan secara tahunan mengalami

peningkatan (9,2% (yoy)), meskipun masih jauh lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan total kredit. Suku bunga simpanan DPK (dana pihak ketiga) pada

periode laporan meningkat dibandingkan triwulan III 2014. Sejalan dengan hal

tersebut, suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di

Provinsi Jambi juga menunjukkan peningkatan. Kualitas kredit masih terjaga yang

tercermin dari rasio NPL di bawah 5% (2,49%), meskipun sedikit memburuk

dibandingkan triwulan sebelumnya (rasio NPL 2,45%).

Kebutuhan pembayaran tunai mengalami penurunan baik dari sisi aliran kas

keluar (cash outflow) maupun aliran kas masuk (cash inflow). Sementara itu kinerja

pembayaran non tunai adalah sebagai berikut:

Nilai kliring sedikit naik sebesar 1,5% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya menjadi Rp2,5 triliun. Sebaliknya, volume kliring mengalami

sedikit penurunan (1,7% (qtq)) (Tabel 3.9.).

Page 72: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

56

Nilai RTGS dari Jambi meningkat 5,4% sedangkan RTGS ke serta dari dan

ke Jambi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya,

masing-masing sebesar 7,5% dan 62,6%.

A.Perkembangan Kelembagaan

Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi selama triwulan IV 2014 adalah 51 bank

seiring dengan pembukaan 1 (satu) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yaitu PT BPR

Ukabima dan penutupan PT BPR Bungo Mandiri sehingga terdapat 32 (tiga puluh

dua) bank umum dan 19 (sembilan belas) Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dari 32 (tiga

puluh dua) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi tersebut, 27 (dua puluh

tujuh) di antaranya merupakan bank konvensional dengan 3 (tiga) di antaranya

memiliki Unit Usaha Syariah (Bank Jambi Unit Usaha Syariah, Bank CIMB Niaga Unit

Usaha Syariah, dan Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah), sedangkan 5 (lima) bank

lainnya merupakan bank syariah.

Jumlah kantor bank mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya menjadi

408 (empat ratus delapan) kantor bank seiring dengan penutupan 2 (dua) unit kantor

BPR dan pembukaan 1 (satu) unit kantor BPR. Sementara itu terdapat peningkatan

status kantor PT BPD Jambi dari Kantor Kas Sengeti menjadi Kantor Cabang Sengeti

di Muara Jambi. Secara lebih rinci dari 408 kantor bank di Provinsi Jambi tersebut,

378 di antaranya merupakan kantor bank umum sementara 30 lainnya merupakan

kantor BPR.

Berdasarkan sebaran jumlah kantor bank umum dan BPR, sebagian besar yaitu

34,6% atau 141 (seratus empat puluh satu) kantor berada di Kota Jambi, diikuti oleh

Kabupaten Sarolangun sebanyak 38 (tiga puluh delapan) kantor (9,3%), dan

Merangin dan Bungo masing-masing sama sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) kantor

(9,1%) (Tabel 3.1.). Sementara kabupaten/kota yang paling sedikit jumlah kantor

banknya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kota Sungai Penuh, yaitu

masing-masing sebanyak 12 (dua belas) kantor atau sebesar 2,9%.

Page 73: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

57

Tabel 3.1. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR

Provinsi Jambi

Sumber: LBU Bank Indonesia

B.Bank Umum

1. Perkembangan Aset Bank

Secara triwulanan, total aset bank umum di Provinsi Jambi sedikit menurun

(4,9% (qtq)) dari Rp34,3 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp32,6 triliun

pada periode laporan. Penurunan tersebut seiring dengan penurunan aset bank

pemerintah dan bank syariah yaitu sebesar Rp1,8 triliun (7,8%(qtq)) dan Rp23,6 miliar

(1,1% (qtq)). Sebaliknya bank swasta mengalami peningkatan aset sebesar Rp208,9

juta (2,4%(qtq)) (Grafik 3.1.). Secara tahunan, pertumbuhan aset perbankan pada

triwulan IV 2014 (13,9%) (yoy)) mengalami perlambatan yang cukup signifikan

dibandingkan triwulan III 2014 (20,3% (yoy)).

Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah

Rp21,8 triliun (66,8%), diikuti oleh bank swasta Rp8,8 triliun (27,0%) dan bank

syariah Rp2,0 triliun (6,2%)

Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4

Kota Jambi 133 135 137 138 140 139 140 141 34.6

Sarolangun 31 31 31 31 38 38 38 38 9.3

Merangin 31 31 31 31 37 37 37 37 9.1

Bungo 36 36 36 36 37 39 39 37 9.1

Muara Jambi 36 36 36 36 36 36 36 36 8.8

Tebo 23 23 23 23 27 28 28 28 6.9

Tanjung Jabung Barat 22 22 22 22 28 27 28 28 6.9

Batanghari 24 24 24 24 25 25 25 25 6.1

Kerinci 23 23 23 20 14 14 14 14 3.4

Tanjung Jabung Timur 10 10 10 10 12 12 12 12 2.9

Sungai Penuh 5 5 5 8 11 12 12 12 2.9

T O T A L 374 376 378 379 405 407 409 408 100.0

2013 Pangsa

(%)

2014JUMLAH BANK

Page 74: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

58

Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi

(dalam satuan triliun rupiah)

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

2. Perkembangan Dana Masyarakat

Secara triwulanan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank

umum sebesar Rp21,9 triliun, menurun 2,5% (qtq) (Rp562,2 miliar) dari triwulan

sebelumnya (Rp22,5 triliun) seiring dengan penurunan giro dan deposito berjangka

masing-masing sebesar 18,9% (qtq) dan 8,2% (qtq) (Grafik 3.2. dan Tabel 3.2.).

Sebaliknya, DPK dalam bentuk tabungan mengalami peningkatan 6,7%(qtq). DPK

bank pemerintah dan bank syariah masing-masing menurun 4,7% (qtq) dan 1,0%

(qtq) sedangkan bank swasta tumbuh sebesar 3,0% (qtq).

Secara tahunan, DPK tumbuh sebesar 13,1% (sebesar Rp2,5 triliun) yang

didominasi oleh kenaikan deposito Rp2,2 triliun (48,9% (yoy)) dan tabungan sebesar

Rp614,5 juta (5,4% (yoy)). Kenaikan deposito tersebut disebabkan oleh kenaikan

suku bunga deposito seiring dengan kenaikan BI Rate dari 7,25% (September 2013),

7,50% (November 2013) dan menjadi 7,75% sejak November 2014 hingga bulan

laporan triwulan IV 2014. Sementara giro mengalami penurunan sebesar Rp335,0

juta (10,0% (yoy)) seiring dengan realisasi realisasi belanja Provinsi Jambi yang

mencapai Rp3,21 triliun atau mencapai 88,2% dari APBD-P 2014 (Rp3,6 triliun)

dibandingkan triwulan III 2014 yang hanya terealisasi 48,3%.

19

20 21 21

23 24 24 24

27 28 29

29 30

35 34 33

8.67.6

3.7

1.5

9.8

3.2

1.6 1.3

8.8

4.62.5

0.5

3.5

17.4

-1.5

-4.9

23.6

27.7

25.9

23.124.4

19.2

16.816.5

15.517.0

18.1 17.211.5

25.2

20.3

13.9

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

-

5

10

15

20

25

30

35

40

Q1-

11

Q2-

11

Q3-

11

Q4-

11

Q1-

12

Q2-

12

Q3-

12

Q4-

12

Q1-

13

Q2-

13

Q3-

13

Q4-

13

Q1-

14

Q2-

14

Q3-

14

Q4-

14

Persen

Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%) Pertumbuhan y-o-y (%)

Page 75: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

59

Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Tabel 3.2. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

3,753 4,120 3,745 3,343 3,179 4,052 3,707 3,008

5,131 5,388 5,706

4,642 6,187

7,286 7,529

6,912

9,492 9,646 10,070

11,430

10,703

10,970 11,291 12,044

18,376 19,155 19,521 19,415

20,069

22,307 22,527 21,965

-

4,000

8,000

12,000

16,000

20,000

24,000

Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14

Rp (dalam miliar)Tabungan Simp Berjangka Giro DPK

Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV q-t-q y -o-y

12,422,771 13,244,757 15,422,489 15,485,172 14,754,448 -4.7% 18.8%

1 2,459,884 2,446,629 3,253,415 2,927,275 2,170,558 -25.9% -11.8%

2 7,365,988 6,811,479 7,016,344 7,251,664 8,017,609 10.6% 8.8%

3 Simpanan Berjangka 2,596,900 3,986,649 5,152,731 5,306,234 4,566,281 -13.9% 75.8%

6,101,268 5,916,091 5,957,636 6,040,234 6,219,164 3.0% 1.9%

1 745,775 679,344 749,585 723,222 728,768 0.8% -2.3%

2 3,543,220 3,371,287 3,400,929 3,451,743 3,390,026 -1.8% -4.3%

3 Simpanan Berjangka 1,812,272 1,865,460 1,807,122 1,865,269 2,100,369 12.6% 15.9%

890,976 908,588 927,272 1,001,733 991,292 -1.0% 11.3%

1 137,808 53,510 48,589 56,845 109,137 92.0% -20.8%

2 520,567 520,620 552,542 587,554 636,657 8.4% 22.3%

3 232,601 334,458 326,140 357,334 245,499 -31.3% 5.5%

1,693,139 3,152,739

19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 -2.5% 13.1%

1 3,343,467 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008,463 -18.9% -10.0%

2 11,429,775 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044,292 6.7% 5.4%

3 4,641,773 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912,149 -8.2% 48.9%

Giro

Tabungan

Giro

Giro

Simpanan Berjangka

Simpanan Berjangka

Jumlah

Bank Syariah

Tabungan

Giro

Bank Pemerintah

Bank Konvensional

PertumbuhanURAIAN

2013

Tabungan

Bank Swasta Nasional

2014

Tabungan

Page 76: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

60

Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari

bank pemerintah dan mencapai Rp14,7 triliun (67,2%), diikuti oleh bank swasta

nasional Rp6,2 triliun (28,3%) dan bank syariah Rp991,2 juta (4,5%) (Tabel 3.2). Bank

pemerintah masih mampu mencapai pertumbuhan penghimpunan DPK mencapai

18,8% (yoy), bank syariah 11,3% (yoy) dan bank swasta nasional hanya mampu

tumbuh sebesar 1,9% (yoy).

Berdasarkan golongan pemilik, tumbuhnya DPK secara triwulanan terutama

berasal dari Bukan Lembaga Keuangan, Lembaga Keuangan Non Bank dan

perseorangan masing-masing 66,1% (qtq) menjadi Rp2,8 triliun, 17,1% (qtq) menjadi

Rp423,2 miliar dan 7,8% (qtq) menjadi Rp16,1 triliun. Kenaikan DPK pada Bukan

Lembaga Keuangan dan Lembaga Keuangan Non Bank tersebut didominasi oleh

kenaikan deposito berjangka golongan swasta nasional dan tabungan golongan

swasta nasional sedangkan untuk perseorangan lebih didorong oleh peningkatan

tabungan.

Secara tahunan, pertumbuhan DPK secara tahunan ditopang oleh golongan

pemilik BUMD (139,4% (yoy)), Lembaga Keuangan Non Bank (125,2% (yoy)), BUMN

atau Pemerintah Campuran (55,6% (yoy)), Bukan Lembaga Keuangan (25,8% (yoy)),

dan perseorangan (11,9% (yoy)) (Tabel 3.3.). Meningkatnya suku bunga simpanan

bank mengikuti kenaikan BI-rate menjadi salah satu faktor tumbuhnya DPK

khususnya deposito berjangka dimana suku bunga tertimbang deposito berjangka

yang pada triwulan IV 2013 sebesar 6,94% (BI rate 7,5%) naik menjadi 8,7% (BI rate

7,75%) pada triwulan IV 2014.

Sementara itu DPK milik Pemerintah Daerah menurun sebesar 19,5% (yoy)

menjadi Rp1,3 triliun. Penurunan DPK milik Pemerintah Daerah tersebut terjadi pada

semua komponen DPK seiring dengan meningkatnya realisasi APBD Provinsi Jambi.

Page 77: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

61

Tabel 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Berdasarkan lokasi proyek, peningkatan DPK utamanya disebabkan oleh

meningkatnya penghimpunan DPK di hampir seluruh wilayah Jambi, kecuali di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur dan Tebo (Tabel 3.4.).

Pertumbuhan penghimpunan DPK tahunan terbesar terjadi di wilayah Kabupaten

Batanghari, Merangin, Kerinci dan Kota Jambi masing-masing sebesar Rp161,0 miliar

(30,3%), Rp133,7 miliar (17,6% (yoy)), Rp174,2 miliar (15,7%(yoy)) dan Rp2,0 triliun

(15,3% (yoy)).

Berdasarkan pangsanya, mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi

dan mencapai Rp15,7 triliun (71,7%) diikuti oleh Bungo dan Kerinci masing-masing

sebesar Rp1,4 triliun (6,5%)dan 1,2 triliun (5,9%).

Tabel 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek

(dalam jutaan rupiah)

Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share yoy Andil

Penduduk/Residents

1 Pemerintah Pusat 35,692 127,212 124,323 127,570 36,967 0.2% 3.6% 0.0%

2 Pemerintah Daerah (Pemda) 1,701,695 2,967,960 4,151,802 3,889,246 1,370,397 6.2% -19.5% -1.2%

3 Badan Dan Lembaga Pemerintah 32,249 24,238 25,400 24,001 30,811 0.1% -4.5% 0.0%

4 BUMN Atau Pemerintah Campuran 553,401 997,696 1,239,891 1,235,340 860,883 3.9% 55.6% 2.2%

5 BUMD 47,010 119,318 100,426 107,854 112,541 0.5% 139.4% 0.7%

6 Lembaga Keuangan Non Bank 187,916 234,135 339,842 361,514 423,224 1.9% 125.2% 2.4%

7 Bukan Lembaga Keuangan 2,285,904 1,632,625 1,717,251 1,730,849 2,874,686 13.1% 25.8% 3.4%

8 Sektor Swasta Lainnya 113,914 110,337 74,787 37,413 75,647 0.3% -33.6% -0.1%

9 Perseorangan 14,452,207 13,850,893 14,531,744 15,011,753 16,178,221 73.7% 11.9% 8.8%

Jumlah 19,409,987 20,064,415 22,305,466 22,525,540 21,963,379

Bukan Penduduk/Non-Residents 5,026 5,022 1,931 1,598 1,525 0.0% -69.7% 0.0%

19,415,013 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 100.0% 13.1% 13.1%

Trw.IV-2014Trw .IV-2013 Trw .III-2014Trw .II-2014Trw .I-2014

Penduduk dan bukan penduduk

No. Golongan Pemilik

Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share Nominal Persen

1 Kota Jambi 13,666,724 13,886,280 15,168,952 15,518,127 15,758,165 71.7 2,091,441 15.3

2 Kab. Bungo 1,416,378 1,413,445 1,541,924 1,463,065 1,438,515 6.5 22,137 1.6

3 Kab. Kerinci 1,112,837 1,170,097 1,274,541 1,338,217 1,287,077 5.9 174,241 15.7

4 Tanjung Jabung Barat 1,159,956 1,165,207 1,428,596 1,442,128 1,127,828 5.1 (32,128) (2.8)

5 Kab. Merangin 761,310 860,365 1,003,186 951,992 895,078 4.1 133,768 17.6

6 Kab. Batanghari 532,202 596,299 656,535 636,131 693,234 3.2 161,032 30.3

7 Kab. Sarolangun 325,766 413,629 472,262 424,943 354,016 1.6 28,250 8.7

8 Kab. Tebo 243,659 308,651 349,467 368,023 209,323 1.0 (34,336) (14.1)

9 Tanjung Jabung Timur 196,183 255,464 411,933 384,511 167,343 0.8 (28,840) (14.7)

10 Kab. Muaro Jambi - - - - 34,325 0.2 34,325 #DIV/0!

19,415,015 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 100 2,549,888 13.1

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Trw . II-14 Trw . III-14 Trw . IV-14 Pertumbuhan (yoy )Trw . I-14

JUMLAH

Trw . IV-13No. Kota/Kabupaten

Page 78: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

62

3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana

Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp857,0 miliar

(3,4% (qtq)) yaitu dari Rp25,3 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp26,2 triliun

(Tabel 3.5.). Pertumbuhan kredit tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

pada triwulan sebelumnya (2,0% (qtq)). Berdasarkan liaison yang dilakukan Bank

Indonesia, peningkatan kredit tersebut seiring dengan meningkatnya optimisme dunia

usaha atas pelantikan Presiden Republik Indonesia terpilih pada triwulan IV 2014 yang

berlangsung dengan baik. Dunia usaha juga mengindikasikan pertumbuhan investasi

meskipun masih relatif terbatas.

Jika dibandingkan triwulan yang sama tahun 2013, pertumbuhan penyaluran

kredit pada triwulan IV 2014 hanya mencapai sebesar 11,0% (yoy), atau jauh

melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2013 yang dapat mencapai 22,5%

(yoy).

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami oleh bank

konvensional sebesar 3,8% (qtq) atau 12,4% (yoy), sementara bank syariah

mengalami penurunan kredit sebesar 1,0% (qtq) atau 3,4% (yoy). Pangsa kredit bank

TW IV TW I TW II TW III TW IV q-t-q y-o-y

Kelompok Bank 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 3.4% 11.0%

1 Bank Pemerintah 15,048,876 15,394,481 16,092,175 16,541,833 17,223,936 4.1% 14.5%

2 Bank Swasta*) 6,525,991 6,503,079 6,749,181 6,832,952 7,028,372 2.9% 7.7%

3 Bank Syariah 2,046,216 2,029,739 2,027,277 1,997,604 1,977,167 -1.0% -3.4%

Jenis Penggunaan 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 3.4% 11.0%

1 Modal Kerja 7,548,969 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 4.0% 12.8%

2 Investasi 5,864,182 5,959,299 6,071,136 6,134,277 6,430,084 4.8% 9.7%

3 Konsumsi 10,207,932 10,409,402 10,762,104 11,050,256 11,281,919 2.1% 10.5%

Sektor Ekonomi 23,621,083 23,927,298 24,868,632 25,371,531 26,229,475 3.4% 11.0%

1 Pertanian 4,031,009 4,231,411 4,551,324 4,623,883 4,844,114 4.8% 20.2%

2 Pertambangan dan Penggalian 96,338 114,741 136,051 149,907 137,590 -8.2% 42.8%

3 Industri 859,670 787,946 804,571 820,967 974,021 18.6% 13.3%

4 LGA 5,610 4,126 3,177 3,922 3,660 -6.7% -34.8%

5 Konstruksi 804,912 746,132 876,089 880,225 859,266 -2.4% 6.8%

6 Perdagangan Hotel dan Restoran 5,775,325 5,778,262 6,165,280 6,287,606 6,491,044 3.2% 12.4%

7 Pengangkutan dan Komunikasi 326,683 310,465 333,691 320,157 333,392 4.1% 2.1%

8

Keuangan,Real estate dan Jasa

Perusahaan 1,132,014 1,135,751 704,085 673,888 674,966 0.2% -40.4%

9 Jasa-jasa 381,591 409,063 403,233 482,693 544,056 12.7% 42.6%

10 Bukan Lapangan Usaha 10,207,932 10,409,402 10,891,132 11,128,283 11,367,367 2.1% 11.4%

2014

URAIAN

2013 Pertumbuhan

Page 79: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

63

konvensional mencapai 92,5% sementara bank syariah sebesar 7,5%. Bank

pemerintah mengalami kenaikan jumlah kredit yang signifikan secara tahunan yaitu

14,5% (yoy) sedangkan bank swasta hanya 7,7% (yoy) dimana kenaikan tersebut

didominasi kenaikan kredit jenis penggunaan konsumsi sub sektor kredit kepemilikan

rumah (KPR) dan multiguna.

Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang

mencapai 43,0%, diikuti dengan kredit modal kerja (32,5%) dan kredit investasi

(24,5%). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit investasi

(4,8% (qtq)), diikuti kredit modal kerja (4,0% (qtq)) dan kredit konsumsi (2,1% (qtq)).

Pertumbuhan kredit tersebut cenderung meningkat dibandingkan pertumbuhan

kredit triwulan III 2014 (kredit investasi (1,0% (qtq)), kredit modal kerja (1,9% (qtq)),

dan kredit konsumsi (2,7% (qtq)).

Dari liaison yang dilakukan ke dunia usaha, kenaikan kredit investasi tersebut

didorong oleh pertumbuhan investasi pada mesin dan maintenance peralatan demi

mencapai efisiensi biaya produksi. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu langkah

antisipasi dalam meredam efek kenaikan harga BBM terhadap ongkos produksi

dimana dunia usaha berusaha berhemat dengan mengoptimalkan kinerja dan

produktifitas mesin.

Secara tahunan, kredit modal kerja, kredit konsumsi dan kredit konsumsi

menunjukkan pertumbuhan masing-masing sebesar 12,8% (yoy), 10,5% (yoy) dan

9,7% (yoy), jauh melambat dibandingkan 2013.

Berdasarkan Sektor Ekonomi, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada

sektor industri (18,6% (qtq)), jasa-jasa (12,7% (qtq)), pertanian (4,8%(qtq)) dan

pengangkutan (4,1% (qtq)). Secara tahunan pertumbuhan kredit terjadi pada sektor

pertambangan dan penggalian yang mencapai 42,8% (yoy) dan diikuti oleh sektor

jasa-jasa (42,6% (yoy)), sektor pertanian (20,2% (yoy)), sektor industri ((13,3% (yoy)),

sektor perdagangan, hotel dan restoran (12,4% (yoy)) dan sektor bukan lapangan

usaha (11,4% (yoy)).

Kenaikan sektor pertambangan dan penggalian disebabkan kenaikan kredit

modal kerja sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi

batubara dan jasa pertambangan minyak dan gas bumi. Kenaikan pada sektor jasa-

Page 80: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

64

jasa disebabkan menggeliatnya sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang

mendorong peningkatan kredit modal kerja rumah sakit dan kredit investasi profesi

dokter.

Sedangkan pada sektor pertanian, kenaikan kredit didorong permintaan yang

meningkat atas kredit modal kerja dan investasi sub sektor perkebunan kelapa sawit

dan sektor industri yang ditopang kredit investasi sub sektor industri minyak goreng

dari kelapa sawit mentah. Hal ini sejalan dengan informasi yang didapat dari liaison

yang dilakukan BI, dimana dunia usaha berusaha memanfaatkan momentum

membaiknya harga jual CPO pada Oktober 2014 (menyusul meningkatnya harga

sawit dunia yang turun sejak awal tahun 2014) namun terkendala pada pasokan

bahan baku kelapa sawit yang tidak terlalu banyak. Kurangnya pasokan kelapa sawit

tersebut disebabkan oleh musim puncak buah yang telah berlalu sehingga hasil

produksi kelapa sawit dari perkebunan di sekitar Provinsi Jambi menurun dan kualitas

buah yang dihasilkan pun tidak terlalu bagus.

Kenaikan sektor bukan lapangan usaha didorong oleh kenaikan kredit rumah

tangga untuk keperluan pemilikan rumah tinggal (KPR) dan untuk keperluan

multiguna.

Sementara itu, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dan sektor

listrik, gas dan air mengalami penurunan. Penurunan kredit sektor keuangan,real

estate dan jasa perusahaan tersebut disebabkan penurunan yang signifikan

outstanding kredit sub sektor real estate perumahan sederhana perumnas yang

sebelumnya pada triwulan IV 2013 sebesar Rp134,0 milyar menjadi hanya Rp4,7

milyar. Selain itu kualitas kredit pada sub sektor tersebut juga memburuk menjadi

16,1% dari 1,4% (triwulan IV 2013) yang disumbangkan oleh kredit jenis

penggunaan investasi.

Namun berbanding terbalik dengan kredit pada sub sektor real estate

perumahan sederhana perumnas yang mengalami penurunan, kredit pada sub

sektor real estate perumahan sederhana - selain perumnas s.d. tipe 21, tipe 22 s.d.

70, dan sub sektor real estate perumahan menengah, besar atau mewah (tipe diatas

70) justru mengalami peningkatan yang signifikan masing-masing 464,5% (yoy),

516,8% (yoy) dan 320,9% (yoy). Kenaikan tersebut karena developer lebih tertarik

Page 81: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

65

membangun perumahan komersil (non subsidi) yang memberikan margin yang lebih

kompetitif dengan pangsa pembeli yang bankable.

Sementara itu sektor listrik, gas dan air mengalami penurunan sejalan dengan

penurunan kredit sub sektor pengadaan dan penyaluran air bersih dan sub sektor

ketenagalistrikan pedesaaan, namun penurunan tersebut sedikit tertahan dengan

kenaikan kredit pada sub sektor gas.

Pada triwulan laporan, pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit

kepada bukan lapangan usaha, yaitu sebesar 43,3%, diikuti oleh sektor perdagangan,

hotel dan restoran (24,7%) dan sektor pertanian (18,5%). Dominasi penyaluran kredit

pada ketiga sektor tersebut mencapai 86,6% dari total outstanding kredit.

Berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi

oleh perbankan sebesar Rp34,1 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang

disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp26,2 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat

Rp7,8 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi.

Dibandingkan triwulan lalu, terjadi peningkatan sebesar 2,6% (qtq) dari sebelumnya

Rp33,2 triliun. Sementara secara tahunan meningkat 8,7% (yoy) dari sebelumnya

Rp31,4 triliun (Tabel 3.6). Kenaikan kredit tersebut terutama disebabkan oleh

meningkatnya kredit di sektor pinjaman bukan lapangan usaha sebesar sebesar Rp1,2

triliun (10,2% (yoy)), sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp600,4 miliar

(9,9% (yoy)) dan sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan sebesar

Rp535,3 miliar (8,7% (yoy)). Pertumbuhan kredit tertinggi baik secara triwulanan dan

tahunan terjadi di Kota Sungai Penuh. Sementara pertumbuhan kredit di Kota Jambi

dan Bungo cenderung melambat.

Page 82: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

66

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah)

4. Undisbursed Loan

Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) sebesar Rp2,0 triliun,

sedikit meningkat sebesar Rp166,1 miliar (8,9%) dari triwulan sebelumnya (Rp1,8

triliun) (Tabel 3.7). Peningkatan undisbursed loan tersebut disebabkan oleh

meningkatnya kelonggaran tarik kredit konsumsi dan investasi masing-masing sebesar

Rp189,5 miliar (2.818,3% (qtq)) dan Rp53,6 miliar (117,3% (qtq)). Sementara

kelonggaran tarik kredit modal kerja menurun Rp77,0 miliar (5,0% (qtq)). Penurunan

kelonggaran tarik kredit modal kerja tersebut seiring dengan menurunnya kredit

modal kerja sektor konstruksi sub sektor konstruksi perumahan menengah, besar,

mewah (tipe diatas 70) seiring dengan peningkatan realisasi perumahan tipe diatas 70

tersebut.

Sementara itu kelonggaran tarik kredit konsumsi meningkat seiring dengan

meningkatnya persetujuan kredit konsumsi atas pemilikan rumah tinggal sampai tipe

21, 22 sd 70, diatas 70, dan pemilikan rumah toko (ruko) atau rumah kantor (rukan).

Kelonggaran tarik kredit investasi meningkat disebabkan meningkatnya pencairan

kredit pada sektor perdagangan hotel dan restoran khususnya sub sektor

perdagangan dalam negeri pupuk dan obat hama, hotel, sektor pengangkutan dan

komunikasi khususnya sub sektor jasa pengiriman dan pengepakan dan sektor

industri khususnya pada sub sektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah.

Tw I Tw I I Tw I I I TW IV Tw I Tw I I Tw I I I Tw IV qtq yoy

Batanghari 1,508,116 1,579,718 2,169,553 2,178,008 2,201,840 2,554,343 2,021,404 2,208,433 9.3 1.4

Sarolangun 1,255,087 1,336,600 1,432,189 1,464,682 1,465,886 1,461,979 1,611,055 1,601,980 -0.6 9.4

Kerinci 1,192,469 1,302,065 1,356,805 1,388,026 1,409,393 1,455,886 1,502,649 1,531,300 1.9 10.3

Muaro Jambi 2,676,342 2,574,578 2,558,954 2,587,306 2,327,113 2,341,866 2,538,992 2,788,879 9.8 7.8

Tanjung Jabung Barat 1,414,421 1,548,968 1,631,702 1,567,439 1,886,052 1,888,412 1,976,223 1,996,109 1.0 27.3

Tanjung Jabung Timur 479,297 557,052 596,913 624,633 646,870 676,988 714,146 731,542 2.4 17.1

Tebo 1,206,085 1,320,692 1,386,283 1,533,388 1,567,330 1,696,419 2,027,604 1,973,200 -2.7 28.7

Merangin 2,074,462 2,225,806 2,348,526 2,552,180 2,543,205 2,656,927 2,765,615 2,803,795 1.4 9.9

Bungo 2,890,655 3,193,794 3,324,256 3,153,216 3,173,820 3,197,338 3,248,205 3,332,761 2.6 5.7

Sungai Penuh 7,241 8,722 11,584 13,428 14,897 19,102 22,872 26,442 15.6 96.9

Jambi 11,767,331 12,563,303 13,108,469 14,341,352 14,710,048 14,508,777 14,828,745 15,129,667 2.0 5.5

T O T A L 26,471,507 28,211,298 29,925,234 31,403,658 31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124,108 2.6 8.7

Pertumbuhan2014Kabupaten/Kota

2013

Page 83: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

67

Tabel 3.7 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan

Sektor Ekonomi Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross

Bank Umum di Provinsi Jambi

Loan to Deposits Ratio (LDR)9

pada triwulan laporan mengalami peningkatan

sebesar 679 BPS dikarenakan DPK yang mengalami penurunan 2,5% (qtq) sedangkan

kredit mengalami pertumbuhan 3,4% (qtq). LDR berdasarkan bank pelapor mencapai

119,4% (Grafik 3.3.). LDR bank umum yang sudah melebihi 100% tersebut

mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi namun perlu

diimbangi dengan pemantauan terhadap risiko kredit.

Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non

Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 2,49% (Rp654,3 miliar) (di

9

LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang

dihimpun bank umum pada triwulan laporan.

TW IV TW I TW II TW III TW IV Nominal %

1 Investasi 277,568 237,033 405,173 310,246 363,863 53,617 17.3

2 Konsumsi 2,009 2,908 6,533 6,975 196,564 189,589 2,718.3

3 Modal kerja 1,862,807 1,837,862 1,711,830 1,540,901 1,463,888 (77,013) (5.0)

2,142,384 2,077,803 2,123,535 1,858,122 2,024,315 166,193 8.9

Jenis Penggunaan

Total

Kategori

Pertumbuhan (qtq)2013 2014

0.91.0

1.01.1 1.1

1.21.2

1.21.2

1.11.1

1.2

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

0

5

10

15

20

25

30

Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14

Rp triliun

Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen)

Page 84: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

68

bawah ketentuan 5%), meskipun sedikit memburuk dibandingkan triwulan lalu

(2,45% atau Rp620,9 miliar) (Tabel 3.8.).

Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor jasa-jasa,

pertambangan dan penggalian, dan LGA masing-masing sebesar 33,5%, 24,6%

dan 10,8%. Cukup tingginya NPL tersebut disebabkan kinerja kredit sub sektor

jasa kesehatan manusia (tempat perawatan/ pengobatan) dan ketenagalistrikan

pedesaan yang masih tertahan serta harga jual sektor pertambangan, dalam hal

ini batu bara yang belum membaik yang berdampak pada menurunnya

kemampuan bayar debitur di sektor tersebut. Selain itu, penerapan Undang-

Undang Mineral dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah hasil

tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang

mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai,

turut menjadi penyebab tingginya NPL sektor ini karena mengakibatkan sebagian

besar perusahaan pertambangan batubara menghentikan sementara aktivitas

kegiatan tambang.

Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi

(dalam jutaan rupiah)

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin keuntungan

(margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito)

perbankan di Provinsi Jambi kembali menurun dari 4,9% menjadi 4,7% seiring

dengan adanya tren peningkatan suku bunga simpanan dalam beberapa bulan

terakhir mengikuti kenaikan BI Rate (Grafik 3.4.). Suku bunga deposito pada periode

laporan tercatat sebesar 8,7% atau meningkat dibandingkan triwulan III 2014 (8,5%)

Kredit Nominal NPL NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%)

1. Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan 4,623,883 89,426 1.93 4,844,114 117,242 2.42

2. Pertambangan dan Penggalian 149,907 12,927 8.62 137,590 33,893 24.63

3. Industri 820,967 6,855 0.83 974,021 19,413 1.99

4. LGA 3,922 400 10.21 3,660 395 10.79

5. Konstruksi 880,225 22,436 2.55 859,266 36,196 4.21

6. Perdagangan Hotel dan Restoran 6,287,606 259,950 4.13 6,491,044 240,902 3.71

7 Pengangkutan dan Komunikasi 320,157 5,969 1.86 333,392 5,816 1.74

8. Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan 673,888 22,515 3.34 674,966 14,212 2.11

9. Jasa-jasa 482,693 19,058 3.95 544,056 182,182 33.49

10. Bukan Lapangan Usaha 11,128,283 181,377 1.63 11,367,367 4,057 0.04

25,371,531 620,912 2.45 26,229,475 654,309 2.49

TW IV-14

J U M L A H

No Sektor Ekonomi

TW II I-14

Page 85: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

69

sementara suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan pada periode

laporan tercatat cenderung stabil di level 13,40% dibandingkan triwulan sebelumnya

(13,39%).

Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan

Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi

(dalam satuan %)

6. Perkembangan Kredit UMKM

Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan menjadi Rp9,6 triliun, sedikit

meningkat (2,1% (qtq)) dibandingkan triwulan sebelumnya (Rp9,4 triliun) dan secara

tahunan mengalami peningkatan 9,2% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan total kredit (11,0% (yoy))(Grafik 3.5.).

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi

10.1

7.2 7.2 7.7 8.0 8.3 8.3 8.2 8.0 7.8 7.46.3

5.6 5.1 4.94.7

0

5

10

15

20

Trw

I

Trw

II

Trw

III

Trw

IV

Trw

I

Trw

II

Trw

III

Trw

IV

Trw

I

Trw

II

Trw

III

Trw

IV

Trw

I

Trw

II

Trw

III

Trw

IV

2011 2012 2013 2014

Margin Deposito Kredit BI-rate

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

18.6

16.6 19.0

13.0

9.9

5.0

7.2

9.2

28.3

31.9 28.9

22.5

18.7

11.9

9.7 11.0

0

5

10

15

20

25

30

35

-

2

4

6

8

10

12

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV

2013 2014

Rp

Triliu

n

Mikro Kecil Menengah Pertumbuhan UMKM (%) yoy Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy

Sumber: LBU Bank Indonesia

Page 86: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

70

Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi cenderung sedikit

menurun yaitu dari 37,2% di triwulan lalu menjadi 36,7% (Grafik 3.6.). Berdasarkan

distribusinya, kredit menengah memiliki pangsa terbesar yaitu 34,0%, kredit mikro

yaitu 33,6%, dan kredit kecil sebesar 32,3% dari total kredit UMKM. Kredit UMKM

tersebut didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa

51,5%, sektor pertanian peternakan kehutanan dan perikanan sebesar 29,6% dan

sektor konstruksi sebesar 4,9%.

Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi

Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)

C.Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami sedikit pertumbuhan dibanding

triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset dan DPK yang mengalami

peningkatan. Sementara dari sisi kredit yang diberikan mengalami sedikit

perlambatan. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi mengalami peningkatan

sebesar Rp19,2 miliar (2,6% (qtq)) dari sebesar Rp739,74 miliar menjadi Rp758,9

miliar. Dana pihak ketiga (DPK) juga sedikit meningkat sebesar Rp15,6 miliar (2,8%

(qtq)) dari sebelumnya Rp550,87 miliar menjadi Rp566,5 miliar. Peningkatan DPK

tersebut terjadi pada deposito berjangka dan tabungan masing-masing sebesar

11.9 11.4 11.3 11.1 11.1 12.5 11.8 12.4

13.9 13.8 13.6 13.8 13.7 12.0 12.6 11.9

13.9 14.2 13.0 12.5 12.0 12.6 12.8 12.5

60.3 60.6 62.1 62.6 63.2 63.0 62.8 63.3

0%

20%

40%

60%

80%

100%

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV

2013 2014

Mikro Kecil Menengah Kredit Bukan UMKM

Page 87: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

71

Rp14,8 miliar (3,2% (qtq)) menjadi Rp481,6 miliar dan Rp792,3 juta (0,9% (qtq))

menjadi Rp84,8 miliar.

Sebaliknya, jumlah penyaluran kredit mengalami penurunan sebesar Rp10,8

miliar (2,0% (qtq)) menjadi Rp524,6 miliar. Penurunan tersebut disebabkan oleh

penurunan kredit konsumsi sebesar Rp12,6 miliar (5,1% (qtq)) menjadi Rp237,1 miliar

dan kredit investasi sebesar Rp581,1 juta (0,5% (qtq)) menjadi Rp107,0 miliar.

Sedangkan kredit modal kerja mengalami peningkatan sebesar Rp2,3 miliar (1,3%

(qtq)) menjadi Rp180,5 miliar.

Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan penurunan yang

ditandai dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan (NPL) dari 11,1%

menjadi 12,2% atau semakin jauh melampaui ketentuan maksimal NPL sebesar 5%,

sehingga memerlukan perhatian khusus. Kenaikan NPL tersebut didominasi kredit

konsumsi dan kredit investasi sedangkan kredit modal kerja menunjukkan sedikit

perbaikan. Sementara itu, jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, NPL didominasi

oleh sektor bukan lapangan usaha lalu diikuti sektor pertanian, peternakan,

kehutanan dan perikanan serta sektor jasa-jasa. Kenaikan NPL tersebut disebabkan

belum pulihnya harga komoditi karet dan sawit pada harga normal sehingga

mempengaruhi kemampuan membayar debitur.

BPR cukup baik dalam menjalankan fungsi intermediasinya, yang tercermin

dari LDR BPR yang berada pada level 79,40% meskipun menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya (84,13%) sejalan dengan menurunnya pertumbuhan penyaluran

kredit.

D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai

Bank Indonesia secara berkelanjutan mendukung Gerakan Nasional Non Tunai

(GNNT) yaitu optimalisasi penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu ATM

debit, kartu kredit dan e-money. Dalam rangka mendukung GNNT, Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Jambi menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi negeri di

Provinsi Jambi untuk melaksanakan edukasi kepada mahasiswa. Edukasi GNNT

dilakukan melalui kegiatan sosialisasi dan pameran.

Page 88: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

72

Pada periode triwulan IV 2014, kebutuhan pembayaran tunai mengalami

penurunan baik dari sisi aliran kas keluar (cash outflow) maupun aliran kas masuk

(cash inflow). Sementara itu kinerja pembayaran non tunai adalah sebagai berikut:

Nilai kliring sedikit naik sebesar 1,5% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya

menjadi Rp2,5 triliun. Sebaliknya, volume kliring mengalami sedikit penurunan

(1,7% (qtq)) (Tabel 3.9.).

Nilai RTGS dari Jambi meningkat 5,4% sedangkan RTGS ke serta dari dan ke

Jambi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-

masing sebesar 7,5% dan 62,6%.

Tabel 3.9 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi

D.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi

Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan,

untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp2,3 triliun, turun 17,2% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 3.7.) Sementara aliran kas masuk (cash

inflow) sebesar Rp921,3 miliar, menurun signifikan 52,7% (qtq). Pada triwulan

laporan, Jambi tetap mengalami net outflow sebesar Rp1,3 triliun atau meningkat

sebesar 65,2% (qtq) dibandingkan triwulan III 2014. Hal tersebut menunjukkan uang

kartal yang keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow) lebih besar

dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia dari

perbankan (inflow).

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Nominal Persen

Kliring

Nilai Kliring (juta Rp) 2,714,032 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965 37,622 1.5

Volume Kliring (lembar warkat) 70,456 68,552 74,520 70,240 69,012 (1,228) (1.7)

Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 810,929 880,393 976,622 1,948,349 921,379 (1,026,970) (52.7)

Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 2,836,373 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258 (479,269) (17.2)

Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (2,025,444) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878) (547,700) 65.2

RTGS dari Jambi (miliar Rp) 22,181 19,684 26,992 38,703 40,778 2,075 5.4

RTGS ke Jambi (miliar Rp) 33,327 22,514 40,455 53,698 49,646 (4,052) (7.5)

RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 6,521 5,072 11,033 12,937 4,833 (8,104) (62.6)

Cek dan BG Kosong

Lembar 1,635 1,472 1,974 1,847 1,783 (64) (3.5)

Nominal (juta Rp) 63,174 56,789 83,457 71,186 99,967 28,781 40.4

UraianPertumbuhan (qtq)2013 2014

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi

Page 89: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

73

Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows

di Provinsi Jambi

D.2.Penyediaan Uang Layak Edar

Secara berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi

melaksanakan pemusnahan uang yang tidak layar edar (UTLE). Kegiatan ini bertujuan

untuk menjaga kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan

laporan, pemusnahan UTLE di Provinsi Jambi sebesar Rp417,1 miliar, atau mencapai

45,3% dari total inflow Provinsi Jambi dan lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya (16,9%).

Dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang tidak layak edar yang

dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat

mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang melalui pamflet dan

edukasi perbankan sehingga diharapkan usia uang dapat lebih panjang dan volume

UTLE dapat dikendalikan sehingga dapat mengurangi biaya percetakan uang baru.

D.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan

Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu yang beredar di wilayah

kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi. Dalam rangka mengantisipasi

peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Jambi secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada

seluruh lapisan masyarakat.

(2,500,000)

(2,000,000)

(1,500,000)

(1,000,000)

(500,000)

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2014

Rp (juta)

Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp)

Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp)

Page 90: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

74

D.4.Perkembangan Kliring Lokal

Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan

tercatat sebesar Rp2,57 triliun, sedikit meningkat (1,5% (qtq)) dibandingkan triwulan

sebelumnya (Rp 2,53 triliun) (Grafik 3.8.). Sementara volume kliring mengalami

penurunan sebesar 1,7% (qtq), yaitu dari 70.240 lembar warkat menjadi 69.012

lembar warkat. Penurunan volume pembayaran non tunai melalui kliring tersebut

disebabkan oleh menurunnya aktivitas transaksi setelah hari Raya Idul Fitri 1435H.

Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring

Seiring dengan aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring, nilai cek dan

BG kosong pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya yaitu dari Rp71,1 miliar menjadi Rp99,9 miliar sedangkan dari sisi jumlah

lembar sedikit menurun dari 1.847 lembar menjadi 1.783 lembar.

D.5.Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)10

Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross

Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi nominal

secara total (keluar dan masuk/dari dan ke) menurun sebesar sebesar Rp10,0 triliun

(9,6% (qtq)) menjadi Rp95,2 triliun. Sementara volume transaksi meningkat dari

10

Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang

penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika(real time).

60,000

80,000

2,400,000

2,600,000

2,800,000

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2014

Perkembangan Transaksi Kliring

Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat)

Page 91: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

75

41.754 transaksi menjadi 44.672 transaksi. Penurunan nominal RTGS tersebut seiring

dengan lewatnya perayaan Idul Fitri 2014.

Sementara itu, secara tahunan nominal RTGS meningkat sebesar Rp33,2

triliun (53,6%) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu dari Rp62,0 triliun

menjadi Rp95,2 triliun (Tabel 3.10.). Aliran transfer masuk ke Provinsi Jambi

merupakan yang terbesar dan mencapai Rp49,6 triliun, diikuti oleh transfer ke luar

Jambi Rp40,7 triliun dan transfer di dalam Provinsi Jambi Rp4,8 triliun. Aliran RTGS

menunjukkan bahwa uang masuk ke Jambi lebih tinggi daripada yang keluar.

Tabel 3.10 Perkembangan Transaksi RTGS

(dalam miliar rupiah)

Nilai Nilai Nilai Nilai

(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)

Tw 1 - 11 12,383 16,923 23,289 19,391 2,756 5,487 38,428 41,801

Tw 2 - 11 11,499 17,064 19,826 19,311 2,768 5,570 34,093 41,945

Tw 3 - 11 14,353 18,840 22,515 20,637 3,291 6,009 40,159 45,486

Tw 4 - 11 14,986 21,865 23,761 21,639 3,723 6,665 42,470 50,169

Tw 1 - 12 10,339 16,644 51,804 17,758 2,653 4,966 64,796 39,368

Tw 2 - 12 15,139 19,391 54,010 19,519 3,543 5,720 72,692 44,630

Tw 3 - 12 15,677 19,313 29,104 19,344 3,350 5,662 48,131 44,319

Tw 4 - 12 18,270 21,580 29,431 20,622 4,702 6,449 52,403 48,651

Tw 1 - 13 15,535 16,648 22,244 17,183 4,032 4,973 41,811 38,804

Tw 2 - 13 19,666 18,860 22,658 18,685 4,695 5,773 47,019 43,318

Tw 3 - 13 20,189 18,663 26,876 17,988 7,422 5,691 54,487 42,342

Tw 4 - 13 22,181 22,643 33,327 21,351 6,521 6,711 62,029 50,705

Tw 1 - 14 19,684 19,031 22,514 22,854 5,072 5,347 47,269 47,232

Tw 2 - 14 26,992 17,544 40,455 18,347 11,033 5,322 78,480 41,213

Tw 3 - 14 38,703 18,758 53,698 17,401 12,937 5,595 105,337 41,754

Tw 4 - 14 40,778 20,307 49,646 18,365 4,833 6,000 95,257 44,672

Periode

TOTAL

Volume

Dari Provinsi Jambi Ke Provinsi Jambi

Volume Volume

Dari dan Ke Provinsi

Jambi

Volume

Page 92: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 93: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI

TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

77

Boks 3. GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI

I. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Sistem pembayaran, baik tunai maupun non tunai, adalah urat nadi perekonomian setiap

negara. Efektivitas dan kelancaran perekonomian sangat dipengaruhi oleh mekanisme sistem

pembayaran yang dimiliki. Pelaksanaan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan

moneter yang dilakukan Bank Indonesia, antara lain melalui pengendalian jumlah yang yang

beredar dan penetapan suku bunga, memerlukan dukungan sistem pembayaran yang efisien,

cepat, aman, dan handal.

Kegiatan pembayaran non tunai di Jambi menunjukkan peningkatan yang signifikan

dalam 5 tahun terakhir. Jumlah bank peserta kliring yang pada awalnya berjumlah 28 bank

pada tahun 2009 bertambah menjadi 46 bank pada tahun 2014 atau meningkat sebesar

64,29%. Peningkatan ini diikuti dengan rata-rata transaksi harian yang pada tahun 2009

sebanyak 978 transaksi per hari atau sebesar Rp25,96juta per transaksi/hari menjadi 1.109

transaksi per hari atau sebesar

Rp40,94juta per transaksi/hari, atau

meningkat 57,76% dalam 5 tahun

terakhir. Namun demikian,

perkembangan instrumen non tunai di

Jambi masih terbatas, yakni pada cek giro

dan beberapa jenis APMK seperti kartu

debet dan kartu kredit. Sementara itu,

pemanfaatan uang elektronik juga masih

terbatas, yaitu baru tersedia di beberapa

outlet/merchant saja.

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

2,000

2,200

2,400

2,600

2,800

3,000

TwI

TwII

TwIII

TwIV

TwI

TwII

TwIII

TwIV

TwI

TwII

TwIII

TwIV

2012 2013 2014

Mili

ar R

p

Grafik 1. Perkembangan Transaksi Kliring

Nilai Kliring Volume Kliring (lembar warkat)

(2,500)

(2,000)

(1,500)

(1,000)

(500)

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

TwI

TwII

TwIII

TwIV

TwI

TwII

TwIII

TwIV

TwI

TwII

TwIII

TwIV

2012 2013 2014

Rp (miliar) Grafik 2. Perkembangan Uang Kartal

Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp)Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp)

-50%

0%

50%

100%

-

10

20

30

TrwI

TrwII

TrwIII

TrwIV

TrwI

TrwII

TrwIII

TrwIV

TrwI

TrwII

TrwIII

2012 2013 2014

Grafik 3. Perkembangan Net Outflows

Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan PDRB

Pertumbuhan DPK Pertumbuhan Aliran Uang Keluar

Page 94: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI

TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

78

Berbeda dengan pertumbuhan instrumen non tunai, penggunaan uang tunai

menunjukan tren outflow yang terus meningkat. Selain itu, Data Euromonitor tahun 2012

menunjukkan bahwa sekitar 92,5 persen dari transaksi di tahun 2011 dilakukan menggunakan

uang tunai.

Sejalan dengan tantangan perekonomian terkini yang membutuhkan mekanisme

settlement dan pengelolaan likuiditas yang lebih efisien, near-zero time transaction, dan

berbiaya rendah, perlu upaya switching mekanisme sistem pembayaran dari tunai ke non tunai.

Hal ini memerlukan inovasi-inovasi baru dalam penciptaan alat pembayaran non tunai,

khususnya didukung oleh perkembangan teknologi informasi dewasa ini. Tentu saja hal ini

dapat dicapai ketika aspek paling mendasar sudah terpenuhi terlebih dahulu, yaitu

terhubungnya masyarakat ke lembaga keuangan.

II. SISTEM PEMBAYARAN DAN INKLUSI KEUANGAN

Keuangan inklusif merupakan suatu kegiatan menyeluruh yang bertujuan untuk

meniadakan hambatan terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa

keuangan, salah satunya adalah sistem pembayaran non tunai. Isu yang muncul selanjutnya

adalah bagaimana menjembatani segmen masyarakat tertentu yang juga membutuhkan

layanan jasa pembayaran tapi belum bersentuhan dengan dunia perbankan (unbanked people).

Golongan ini belum tersentuh oleh dunia perbankan karena beberapa faktor, yaitu lokasi

geografis yang jauh dari perbankan, atau mereka belum mengetahui fungsi lembaga

keuangan.

Masyarakat yang masuk dalam kategori ini sangat besar. Survei World Bank tahun 2010

menunjukan sekitar 62% masyarakat Indonesia masuk dalam golongan tersebut. Artinya

dengan perkiraan penduduk saat ini yang berjumlah kurang lebih 250 juta, 150 juta belum

tersentuh perbankan, apalagi menggunakan produk bank khususnya sistem pembayaran non

tunai.

Survei neraca rumah tangga yang dilakukan Bank Indonesia pada tahun 2012

menunjukkan hanya 48% dari total rumah tangga di Indonesia yang memiliki tabungan dan

simpanan di bank, lembaga keuangan non bank, dan non lembaga keuangan. Dengan kata

lain, 52% rumah tangga di Indonesia belum memiliki tabungan sama sekali.

Sementara itu, hasil financial literacy baseline survei yang dilakukan BI Jambi

menunjukkan hasil yang serupa meskipun sedikit lebih baik, yakni 53% dari total rumah tangga

sudah memiliki tabungan dan simpanan di bank. Sementara, 47% sisanya tidak pernah

menggunakan layanan/produk bank.

Page 95: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI

TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

79

Menilik berbagai hasil survei ini, masih banyaknya penduduk yang belum terjangkau

layanan jasa keuangan menunjukkan sistem keuangan belum berjalan dengan optimal.

Bayangkan benefit yang bisa didapat perekonomian Indonesia bila kita bisa membuat 80

persen populasi ini terhubung dengan pembayaran elektronik, seperti misalnya mobile

branchless banking.

III. POTENSI PENGEMBANGAN

Potensi unbanked people yang sedemikian besar tersebut dapat digarap oleh perbankan

bekerja sama dengan lembaga yang memiliki basis jaringan distribusi luas sampai ke pelosok

seperti Kantor Pos Indonesia. Pola kolaborasi ini juga dapat dikembangkan lagi dengan

perusahaan yang memiliki basis infrastruktur teknologi informasi, seperti penyedia jaringan

seluler. Harapannya, perlahan-lahan tingkat awareness unbanked people akan meningkat

terhadap produk maupun jasa pembayaran.

Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan kebijakan yang dapat memfasilitasi perluasan

dan penyebaran produk dan jasa keuangan secara lebih merata, melalui edukasi dan diseminasi

informasi, khususnya pada masyarakat berpendapatan menengah ke bawah. Kebijakan

tersebut harus dapat dilakukan secara customized, menyesuaikan dengan karakteristik sosial,

ekonomi, demografi, dan keberadaan serta jarak bank ke tempat tinggal. Untuk itu, diperlukan

inovasi produk dan jasa perbankan yang bersifat mudah, murah, dan aman.

IV. GNNT

Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) adalah Gerakan Nasional untuk mendorong

masyarakat menggunakan sistem dan instrumen pembayaran non tunai dalam melakukan

transaksi pembayaran. Pencanangan GNNT itu sendiri telah dilaksanakan pada tanggal 14

Agustus 2014 lalu yang dihadiri oleh Presiden RI. Banyak manfaat yang didapat masyarakat

dengan melakukan pembayaran secara non tunai. Secara nasional akan meningkatkan efisiensi

perekonomian, meningkatkan akuntabilitas dan transparansi, meningkatkan keamanan dan

kecepatan dalam bertransaksi.

Salah satu contoh permasalahan sederhana dalam melakukan pembayaran secara tunai

adalah pembayaran lebih dari jumlah nominal transaksi yang kita lakukan. Nilai transaksi yang

seharusnya kita bayar sebesar Rp. 125.385,00 akan dibulatkan menjadi Rp. 125.400,00 atau

bahkan lebih dari itu.

Selain masalah pembulatan, salah satu persoalan yang selama ini membelenggu

perekonomian nasional untuk dapat bersaing di era globalisasi adalah fenomena ekonomi biaya

Page 96: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI

TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

80

tinggi, misalnya praktek pungutan liar, suap, korupsi, dan lemahnya layanan serta tata kelola

birokrasi. Ini semua dapat mempengaruhi efisiensi perekonomian nasional. Permasalahan itu

sejatinya dapat diatasi dengan penggunaan transaksi non tunai yang memungkinkan seluruh

transaksi tercatat secara elektronis dan lebih efisien dari sisi waktu, media, dan biaya transaksi.

Gerakan Nasional Non Tunai ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

terhadap penggunaan instrumen non tunai, sehingga berangsur-angsur terbentuk suatu

komunitas atau masyarakat yang lebih menggunakan instrumen non tunai (Less Cash

Society/LCS).

V. UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN

Dalam mewujudkan masyarakat Less Cash Society (LCS), dibutuhkan upaya dan

sinergisitas antara Bank Indonesia, Pemerintah, institusi, dan lembaga terkait lainnya. Beberapa

upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga teknis antara lain inisiatif

Bukan Pajak (PNBP) di seluruh kementerian teknis, pembayaran pajak secara non tunai,

pembayaran retribusi non tunai, penyaluran bantuan siswa miskin melalui rekening bank

Semua upaya tersebut selain akan meningkatkan efisiensi pembayaran juga

meningkatkan governance pengelolaan keuangan negara. Berbagai potensi kebocoran dapat

dihindari, pencatatan dan rekonsiliasi bisa lebih cepat dan tepat. Pada gilirannya perencanaan

dan eksekusi anggaran menjadi lebih efekif, transparan dan memenuhi tata kelola yang baik.

Secara makro, negara yang sudah mengarah ke non tunai paling tidak memiliki tiga

keuntungan. Pertama efisiensi transaksi ekonomi. Pastinya perputaran uang akan lebih cepat,

yang pada akhirnya aktivitas ekonomi masyaratnya di segala aspek akan lebih bergairah. Kalau

ini merata, tentunya pendapatan nasional akan meningkat, karena tingkat konsumsi meningkat

yang tentunya akan menggerakan permintaan negara tersebut.

pada tahun 2013 menghasilkan temuan bahwa tumbuhnya penggunaan produk pembayaran

elektronik seperti kartu kredit dan debit berkontribusi sebesar US$6,4 miliar (Rp80 triliun)

terhadap PDB Indonesia. Studi yang dilakukan di 56 negara termasuk Indonesia tersebut, yang

merepresentasikan 93% dari total PDB global, menyimpulkan bahwa penggunaan kartu

pembayaran dapat lebih meningkatkan efisiensi serta memberikan kontribusi yang signifikan

dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Secara global, pembayaran elektronik

berkontribusi sebanyak US$ 983 milyar terhadap PDB di 56 negara dalam kurun waktu 2008-

2012. Dalam kurun waktu yang sama, PDB di negara-negara tersebut rata-rata tumbuh sebesar

1.8%.

Page 97: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

GNNT SEBAGAI SOLUSI TRANSAKSI EKONOMI

TRIWULAN IV 2014| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

81

Meskipun lebih praktis dan aman, tidak semerta-merta membuat masyarakat begitu saja

beralih ke instrumen non tunai. Perlu ada upaya mengubah mindset masyarakat melalui

regulasi yang tepat, kampanye berkesinambungan, dan pemberian berbagai insentif atas

penggunaan alat pembayaran non tunai. Misal dengan adanya diskon atas penggunaan

prepaid card untuk pembayaran ongkos bis atau kereta dll. Sementara bagi mereka yang tetap

menggunakan uang tunai akan membayar biaya normal yang tentunya lebih mahal.

Dengan kepraktisan dan kecanggihannya, instrumen non tunai juga mampu membuka

peluang tumbuhnya industri-industri baru, antara lain e-commerce yang saat ini sedang

tumbuh dengan pesat di Indonesia. Bahkan pada tanggal 12 Desember 2014 ada perayaan Hari

Belanja Online Nasional (Harbolnas) dimana berbagai toko online besar di Indonesia secara

serentak memberikan promo dan diskon besar-besaran selama satu hari saja. Untuk

bertransaksi di toko online, dibutuhkan instrumen non tunai seperti transfer uang, kartu debet,

dan kartu kredit untuk melakukan pembayaran.

Potensi pasar non tunai ini juga sejalan dengan hasil penelitian oleh Redwing Asia pada

eCommerce in Indonesia a big bang waiting to happen Para ahli industri

memperkirakan bahwa potensi eCommerce di Indonesia akan bernilai sekitar US$10-12 miliar

pada tahun 2015. Hal ini didorong oleh meningkatnya penggunaan smartphone serta

pertumbuhan pengguna internet di Indonesia. Tingkat penetrasi internet di Indonesia juga

diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dari 55 juta pengguna di tahun 2012 menjadi 125

juta pengguna di tahun 2017. Sementara itu, tingkat kepemilikan smartphone juga

diperkirakan akan naik sebanyak 20 persen pada tahun 2012, menjadi 52 persen di tahun

2017.

Sebagai bentuk komitmen atas

perluasan penggunaan instrumen non tunai,

Bank Indonesia menjadikan GNNT sebagai

gerakan tahunan yang didukung dengan

berbagai kegiatan untuk mendorong

meningkatkan pemahaman masyarakat akan

penggunaan instrumen non tunai dalam

melakukan transaksi pembayaran. Tahun 2014

lalu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

mendorong kerjasama antara Universitas

Jambi dan Bank Rakyat Indonesia melalui penggunaan Kartu Mahasiswa yang terintegrasi

dengan produk electronic money BRIZZI. Kini seluruh mahasiswa Universitas Jambi yang

berjumlah lebih dari 10.000 orang dapat berbelanja hanya berbekal kartu mahasiswa mereka.

Page 98: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 99: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

83

BAB IV

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan triwulan IV

2014 mencapai Rp3,2 triliun (terealisasi sebesar 102,6% dari APBD-P 2014),

sementara itu realisasi belanja melonjak cukup tinggi dari triwulan sebelumnya,

dari Rp1,8 triliun pada triwulan III 2014 menjadi Rp3,2 triliun pada triwulan IV

2014 (terealisasi 88,2%). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun

lalu, nilai realisasi pendapatan dan belanja mengalami peningkatan masing-

masing sebesar 20,2% dan 8,7%.

Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk

pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi

pada APBD-P 2014 hanya sebesar 25,3%, jauh lebih kecil dibandingkan share

belanja operasi yang mencapai 60,4%. Share belanja modal pada tahun ini pun

lebih kecil dibandingkan pada APBD-P 2013 dan 2012 (31,5% dan 26,1%).

Seiring dengan hal tersebut, realisasi belanja modal pemerintah pusat

pada triwulan IV 2014 hanya sebesar 34,1% (menurun dibandingkan triwulan IV

2013 yang mencapai 43,1% dan triwulan IV 2012 yang mencapai 49,0%)

A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan IV Tahun 2014

Pada Triwulan IV tahun 2014, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar

Rp3,2 triliun atau mencapai 102,6% dari APBD-P tahun 2014 (Rp3,1 triliun).

Berdasarkan jenisnya, pendapatan terbesar masih tergantung dari transfer

pemerintah pusat yang mencapai Rp1,9 triliun (58,7% dari total pendapatan).

Adapun proporsi terbesar dalam pendapatan transfer dari APBN tersebut adalah

dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp948,3 miliar (29,6%

dari total pendapatan Jambi) (Tabel 4.1).

Page 100: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

84

Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui

pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah dan lainnya mencapai Rp1,3

triliun (41,3% dari total pendapatan). Angka pendapatan tersebut meningkat

32,7% dibanding triwulan IV 2013. Pendapatan terbesar disumbangkan oleh,

pajak daerah yang mencapai Rp1,0 triliun pada akhir tahun 2014 (31,5% dari

total pendapatan), lebih besar dari DAU yang didapatkan dari Pemerintah Pusat.

Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan IV Tahun - 2014

(dalam miliar rupiah)

Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)

B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan IV Tahun 2014

Pada triwulan IV 2014, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai Rp3,2

triliun atau mencapai 88,2% dari APBD-P 2014 (Rp3,6 triliun). Nilai realisasi

tersebut meningkat Rp257,6 miliar atau 8,7% dibanding triwulan yang sama

tahun sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja operasional masih

menjadi yang terbesar, yaitu sebesar Rp1,9 triliun atau 60,0% dari total belanja

tahun 2014 (terealisasi sebesar 87,6% dari APBD-P 2014) (Tabel 4.2). Komponen

belanja operasional terbesar adalah untuk belanja barang yang mencapai

Rp812,9 miliar (terealisasi 85,9% dari APBD-P 2014) dan diikuti oleh belanja

pegawai Rp570,4 miliar (terealisasi sebesar 86,7% dari APBD-P 2014). Kedua

jenis komponen belanja tersebut merupakan belanja rutin.

Page 101: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan

Pemerintah Dareah

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

85

Sementara itu, realisasi belanja modal yang bertujuan untuk

pembangunan infrastruktur terealisasi sebesar Rp821,0 miliar (mencapai 89,3%

dari APBD-P 2014). Terdapat lonjakan yang cukup tinggi dalam realisasi belanja

modal dari triwulan III 2014 dengan triwulan IV 2014 (meningkat Rp375,2 miliar)

yang disebabkan oleh banyaknya proyek pembangunan yang selesai pada akhir

tahun 2014, sehingga pembayaran penuh dapat dilakukan pada triwulan IV

2014. Alokasi belanja modal dalam APBD-P 2014 hanya sebesar 25,3%, lebih

rendah dibandingkan alokasi pada APBD-P 2013 yang mencapai 31,5%.

Nilai realisasi belanja modal terbesar adalah belanja jalan, irigasi dan

jaringan dengan total Rp547,1 miliar (dapat terealisasi 92,6% dari APBD-P).

Belanja ini digunakan untuk membangun infrastruktur yang paling berdampak

pada kehidupan masyarakat Provinsi Jambi. Dari segi penyerapan anggaran,

belanja bangunan dan gedung, yang mengindikasikan pembangunan yang pesat

yang didorong oleh kondisi ekonomi yang kondusif di Provinsi Jambi,

membukukan penyerapan anggaran terbesar jika dibandingkan dengan APBD-P

nya (terealisasi 94,7% dari APBD-P 2014). Infrastruktur yang dibangun beserta

sarana dan prasarananya tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan

ekonomi yang lebih tinggi di tahun 2015.

Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi S.d Triwulan IV Tahun -2014

(dalam miliar rupiah)

Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)

Page 102: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

86

C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah

Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi selama tahun 2014 mencapai

Rp3,2 triliun, meningkat 4,7% (yoy) dibandingkan akhir tahun 2013 (Rp3,1

triliun) (Tabel 4.3). Peningkatan tersebut disebabkan oleh naiknya Pendapatan

Pajak Dalam Negeri (4,6%(yoy)) seiring dengan naiknya pendapatan Pajak

Penghasilan (PPh) (13,0%(yoy)) sejalan dengan meningkatnya daya beli dan

penghasilan masyarakat Provinsi Jambi.

Peningkatan lainnya terdapat pada Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB)

lainnya yang meningkat 10,2%(yoy)) dan Penerimaan SDA (Sumber Daya Alam)

(40,2%(yoy)). Peningkatan SDA disebabkan oleh naiknya pendapatan

pertambangan umum, terutama dari sektor pertambangan batubara dan migas

seiring dengan mulai bangkitnya sektor pertambangan di provinsi Jambi.

Penurunan dirasakan oleh Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional

(20,1%(yoy)) sejalan dengan turunnya turunnya Pendapatan Bea Masuk karena

terjadinya penurunan impor di Provinsi Jambi yang cukup dalam.

Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi

(dalam satuan Rupiah)

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)

Berdasarkan komposisinya, penerimaan pajak terbesar adalah dari

pendapatan Pajak Dalam Negeri yang mencapai Rp2,9 triliun (88,8%) dan diikuti

oleh Pendapatan PNPB lainnya sebesar Rp242,6 miliar (7,5%) (Grafik 4.1).

Page 103: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan

Pemerintah Dareah

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

87

Apabila dirinci lebih lanjut, pendapatan Pajak Dalam Negeri adalah dalam bentuk

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp1,41 triliun (49,5%) dan diikuti oleh

Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp1,34 triliun (47,1%) (Grafik 4.2).

Grafik 4.1

Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di

Provinsi Jambi (%)

Grafik 4.2

Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam

Negeri di Provinsi Jambi (%)

Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi

(dalam satuan Rupiah)

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)

Page 104: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

88

Grafik 4.3. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)

Sementara itu, belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi sepanjang tahun

2014 terealisasi sebesar Rp4,9 triliun, meningkat 1,0% (yoy) dibandingkan total

realisasi belanja tahun 2013 (Tabel 4.4). Naiknya angka realisasi belanja tersebut

utamanya disebabkan oleh meningkatnya Belanja Pegawai sebesar Rp222,9 miliar

(15,4% (yoy)) serta Belanja Barang sebesar Rp223,3 miliar (18,4% (yoy))

dibandingkan dengan tahun 2013.

Berdasarkan pangsanya, belanja tertinggi pemerintah pusat sebagian besar

untuk Belanja Pegawai yaitu sebesar Rp1,7 triliun (33,4%) (pada tahun 2013 hanya

sebesar 29,3%) yang utamanya digunakan untuk belanja gaji dan tunjangan (Rp1,6

triliun). Belanja Barang menjadi belanja kedua terbesar (Rp1,4 triliun) (pangsa

meningkat dari 24,6% pada 2013 menjadi 28,8%) (Grafik 4.3).

Namun di sisi lain, Belanja Modal yang merupakan belanja yang dikeluarkan

untuk meningkatkan infrastruktur yang berperan penting dalam menggerakkan

roda prekonomian di Provinsi Jambi justru mengalami penurunan sebesar Rp267,6

miliar (15,7% (yoy)) pada tahun 2014. Penurunan Belanja Modal ini dikhawatirkan

dapat mengganggu perkembangan infrastruktur di Provinsi Jambi, dimana

infrastruktur adalah komponen utama dalam kemajuan perekonomian. Pangsa

Belanja Modal turun dari 34,5% pada tahun 2013 menjadi 28,8% pada 2014.

Page 105: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan

Pemerintah Dareah

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

89

D. Keuangan Pemerintah Daerah

Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada triwulan III

2014 turun 64,8% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp1,4 triliun

seiring dengan mulai terealisasinya komponen belanja pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2014 (Grafik 4.4). Penurunan

simpanan terbesar disebabkan oleh turunnya simpanan deposito dari Rp1,9 triliun

pada triwulan sebelumnya menjadi Rp610 miliar pada triwulan laporan atau

turun sebesar 68,5%. Selanjutnya, penurunan drastis juga terjadi pada simpanan

dalam bentuk giro dari Rp1,9 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp740

miliar pada triwulan laporan atau turun sebesar 61,7%.

Grafik 4.4. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi

Sumber: LBU Bank Indonesia

Page 106: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 107: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

91

BAB V

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

UMP provinsi Jambi pada tahun 2015 meningkat 13,83% yaitu dari

Rp1.502.230,- menjadi Rp1.710.000. UMP tersebut lebih tinggi dibandingkan

dengan Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung dan Bengkulu. Pada

September 2014, garis kemiskinan Provinsi Jambi mengalami kenaikan 3,4%

menjadi Rp329.181 per kapita per bulan yang diikuti dengan peningkatan

persentase penduduk miskin dari 7,92% menjadi 8,39%. Nilai Tukar Petani (NTP)

pada triwulan laporan mengalami penurunan yaitu menjadi 95,06 dari 96,21

pada triwulan lalu.

A. Upah Minimum Provinsi (UMP)

UMP Provinsi Jambi pada tahun 2015 meningkat 13,83% yaitu dari

Rp1.502.230,- menjadi Rp1.710.000,-. Nilai UMP tersebut sedikit diatas KHL

Jambi (Rp.1.708.174,-) dan kenaikan UMP tersebut lebih tinggi dari pada angka

inflasi Jambi tahun 2014 (8,72%). Sementara itu, dibandingkan dengan provinsi

lainnya, UMP Jambi berada di urutan keenam dari sepuluh provinsi di Sumatera,

dan lebih tinggi dibandingkan Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung

dan Bengkulu. (tabel 5.1.).

Tabel 5.1. Perbandingan UMP Wilayah Sumatera

Sumber : Dinsosnakertrans Provinsi Jambi

2012 2013 2014 2015

1 BANGKA BELITUNG 1,100,000 1,265,000 1,640,000 2,100,000 28.05

2 SUMSEL 1,195,220 1,350,000 1,825,600 1,974,346 8.15

3 KEPRI 1,015,000 1,365,087 1,665,000 1,954,000 17.36

4 NAD 1,400,000 1,550,000 1,750,000 1,900,000 8.57

5 RIAU 1,238,000 1,400,000 1,700,000 1,878,000 10.47

6 JAMBI 1,142,500 1,300,000 1,502,230 1,710,000 13.83

7 SUMUT 1,200,000 1,305,000 1,505,850 1,625,000 7.91

8 SUMBAR 1,150,000 1,350,000 1,490,000 1,615,000 8.39

9 LAMPUNG 975,000 1,150,000 1,399,037 1,581,000 13.01

10 BENGKULU 930,000 1,200,000 1,350,000 1,500,000 11.11

%No ProvinsiUMP

Page 108: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV 2014

92

Tahapan penentuan UMP di Provinsi Jambi mengacu pada Peraturan

Menteri Tenaga Kerja No. PER-01/MEN/1999 sebagaimana diubah dengan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-

226/MEN/2000. Sebelum penetapan UMP tahun 2015 oleh Gubernur, Dewan

Pengupahan yang terdiri dari perwakilan asosiasi pengusaha, serikat pekerja, dan

dinas terkait melakukan survei secara triwulanan untuk mengetahui Kebutuhan

Hidup Layak (KHL) di Provinsi Jambi. Survei tersebut telah dilaksanakan pada

bulan Mei/Juni, September, dan awal Oktober 2014.

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam penetapan UMP antara

lain; nilai Kebutuhan Hidup Layak (KHL), produktivitas makro, pertumbuhan

ekonomi, kondisi pasar kerja, dan usaha yang paling tidak mampu (marginal).

Namun demikian, dari 5 (lima) faktor tersebut, nilai KHL-lah yang dominan

menjadi faktor pertimbangan penetapan UMP karena nilainya lebih

mencerminkan kondisi riil berdasarkan hasil survei. Selanjutnya, berdasarkan KHL

yang telah ditetapkan Dewan Pengupahan, Gubernur menetapkan besarnya

UMP.

Berdasarkan diskusi dan liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi

terhadap beberapa asosiasi perusahaan, didapatkan informasi bahwa kenaikan

UMP tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya produksi karena mayoritas

perusahaan telah menetapkan standar gaji yang lebih tinggi dari UMP. Namun

kenaikan harga BBM dan inflasi akan mempengaruhi kenaikan biaya tenaga kerja

tahun berikutnya. Sebagian besar perusahaan menyiasati kenaikan UMP tersebut

dengan meningkatkan efektifitas, melakukan efisiensi kerja dan menyesuaikan

harga jual produk dengan ongkos produksi.

B. Kemiskinan

Garis kemiskinan di Provinsi Jambi untuk wilayah kota dan desa pada

bulan September 2014 meningkat 3,4% menjadi Rp329.181/bulan/orang (tabel

5.2.). Menurut wilayahnya, garis kemiskinan untuk masyarakat kota lebih tinggi

yaitu mencapai Rp390.931/kapita/bulan sementara untuk masyarakat desa

Page 109: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

93

sebesar Rp302.162/kapita/bulan. Garis kemiskinan kota dan desa tersebut sama-

sama mengalami peningkatan dibandingkan Maret 2014.

Dari jenis komponennya, peranan komoditas makanan (77,38%)

mendominasi dibandingkan komoditas non makanan (22,62%) (perumahan,

sandang, pendidikan dan kesehatan). Komoditi makanan yang memberikan

sumbangan terbesar pada garis kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan

adalah beras sedangkan komoditi bukan makanan adalah perumahan.

Jumlah penduduk miskin pada September 2014 adalah 281,75 ribu orang

yang terdiri dari penduduk miskin kota sebanyak 109,07 ribu orang dan

penduduk miskin desa sebanyak 172,68 ribu orang. Jumlah penduduk miskin

tersebut mengalami peningkatan dibandingkan Maret 2014 dan menyebabkan

peningkatan persentase penduduk miskin dari 7,92% menjadi 8,39%. Namun

demikian, persentase penduduk miskin Provinsi Jambi tersebut lebih rendah dari

angka nasional yang pada September 2014 mencapai 10,96%.

Tabel 5.2. Garis Kemiskinan Provinsi Jambi

Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Miskin

Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi

(melalui Bulog Divre Jambi) untuk mensukseskan program pemerintah dalam hal

penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin (raskin)

MakananNon

MakananTotal Makanan

Non

MakananTotal

Kota 280,327 98,856 379,183 73.93 290,152 100,778 390,931 74.22

Perdesaan 230,895 60,638 291,534 79.20 239,213 62,948 302,162 79.17

Kota + Desa 245,969 72,293 318,262 77.29 254,718 74,463 329,181 77.38

Sumber : Susenas, BPS 2014

September 2014

%GK

Makanan

(dalam satuan Rp/kapita/bulan)

%GK

Makanan

Wilayah

Maret 2014

(dalam satuan Rp/kapita/bulan)

September 2013 Maret 2014 September 2014 September 2013 Maret 2014 September 2014

Kota 10.41 9.85 10.67 104.92 100.12 109.07

Perdesaan 7.54 7.07 7.39 172.82 163.68 172.68

Kota + Desa 8.41 7.92 8.39 277.74 263.80 281.75

Sumber : Susenas,BPS 2014

Wilayah

Jumlah Penduduk MiskinPersentase Penduduk Miskin

Page 110: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV 2014

94

kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin

mencapai sebesar 2.616 ton, turun 70,0% dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 8.721 ton (grafik 5.1). Penurunan penyaluran raskin selama

triwulan IV 2014 disebabkan oleh faktor telah disalurkannya jatah raskin bulan

November dan Desember 2014 pada bulan Maret dan April 2014 dan tidak

terdapat raskin tambahan selama 2014.

Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi

C. Kesejahteraan

Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara

lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Pada bulan

Desember 2014, NTP sebesar 95,06 atau turun 115 bps dibandingkan

September 2014.11

Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima

petani yang jauh lebih kecil dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani.

Secara keseluruhan semua sub sektor mengalami kenaikan indeks yang diterima

petani namun pada beberapa sub sektor terjadi kenaikan yang jauh lebih besar

pada indeks yang dibayar petani akibat kenaikan BBM.

11

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga

yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk

pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan

sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Sejak Desember 2013 dilakukan perubahan tahun

dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar

ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga di

perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan

indeks dapat dijaga ketepatannya.

6.1

3.3

7.8

12.4

4.2

9.3

10.8

12.5

8.1

9.8

8.7

2.6

(100.00)

(50.00)

-

50.00

100.00

150.00

-

2

4

6

8

10

12

14

TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II TW III TW IV

2012 2013 2014

Rib

u t

on

Pertumbuhan Raskin (%)

Sumber: BULOG Divre Jambi

Page 111: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

95

Nilai tukar petani sub sektor tanaman pangan berupa padi dan palawija

mengalami sedikit kenaikan menjadi 94,71 dari triwulan sebelumnya 94,47

disebabkan kenaikan indeks yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan

indeks dibayar petani seiring dengan kenaikan permintaan beras dan beberapa

tanaman palawija (beras, wortel, ketimun, jagung manis dan kacang panas)

yang mengalami inflasi pada Desember 2014.

Nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan pada triwulan laporan

mengalami penurunan menjadi dibawah 100 (99,50), padahal sejak Januari

2014 hingga November 2014 selalu berada sedikit diatas 100. Hal tersebut

disebabkan kenaikan BBM yang mempengaruhi biaya produksi.

Nilai tukar petani hortikultura dan peternakan mengalami penurunan

meskipun terdapat kenaikan permintaan dan harga dalam rangka perayaan

Natal dan Tahun Baru yang ditandai dengan inflasi beberapa komponen

diantaranya cabai merah dan daging sapi. Namun nilai kenaikan harga tersebut

lebih kecil dibandingkan efek kenaikan BBM yang mempengaruhi biaya

transportasi serta biaya produksi lainnya dari petani hortikultura dan peternakan.

Nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat selama tahun 2014

menunjukkan tren penurunan dari 99,43 (triwulan I 2014), 98,22 (triwulan II

2014), 95,86 (triwulan III 2014) dan menjadi 94,31 pada triwulan IV 2014.

Berdasarkan liaison ke dunia usaha, tren penurunan tersebut didorong oleh

belum begitu membaiknya harga karet di level petani. Petani karet memilih tidak

melakukan penyadapan pada saat harga karet di level petani dirasa sangat

rendah karena tidak sebanding antara apa yang mereka usahakan dengan yang

mereka terima. Petani-petani tersebut lebih memilih menjadi buruh pabrik atau

bekerja pada orang lain untuk mendapatkan penghasilan.

Page 112: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN IV 2014

96

Tabel 5.4. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100)

Des Maret Juni September Desember

1

a Indeks Diterima Petani 105.74 110.05 108.28 108.65 114.47 5.36

b Indeks Dibayar Petani 111.08 112.10 112.26 115.01 120.87 5.10

Nilai Tukar Petani (NTP-P) 95.19 98.18 96.45 94.47 94.71 0.25

2

a Indeks Diterima Petani 105.74 105.28 103.89 108.44 113.11 4.31

b Indeks Dibayar Petani 111.08 111.52 111.97 114.20 120.18 5.24

Nilai Tukar Petani (NTP-H) 95.19 94.40 92.78 94.96 94.11 -0.90

3

a Indeks Diterima Petani 108.63 111.23 110.08 109.78 113.29 3.20

b Indeks Dibayar Petani 110.58 111.87 112.08 114.52 121.10 5.75

Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 98.24 99.43 98.22 95.86 94.31 -1.62

4

a Indeks Diterima Petani 105.89 106.66 108.60 110.72 112.92 1.99

b Indeks Dibayar Petani 108.64 109.47 109.84 111.30 115.11 3.42

Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 97.47 97.43 98.87 99.48 98.10 -1.39

5

a Indeks Diterima Petani 107.25 110.75 113.12 115.85 118.18 2.01

b Indeks Dibayar Petani 109.49 108.59 111.10 112.90 118.78 5.21

Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 97.95 100.10 101.82 102.62 99.50 -3.04

a INDEKS YANG DITERIMA (It) 107.26 109.42 108.70 109.70 113.57 3.53

b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 110.33 111.46 111.73 114.03 119.47 4.77

c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 97.21 98.17 97.29 96.21 95.06 -1.20

Perikanan

2014

PERUBAHAN (%)

( Sept 2014 ke Des 2014)

PROVINSI JAMBI

Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)

Hortikultura

Tanaman Pangan

Tanaman Perkebunan Rakyat

Peternakan

KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK

2013

Page 113: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

97

BAB VI

PROSPEK PEREKONOMIAN

Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan I 2015

diperkirakan relatif membaik (1,7%-2,2% (qtq)) dibandingkan triwulan IV 2014.

Kebijakan Pemerintah untuk menurunkan harga BBM bersubsidi dan beberapa

barang yang diproduksi BUMN (LPG 12 Kg dan semen) pada bulan Januari 2015

diperkirakan dapat meningkatkan daya beli masyarakat.

Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan menjadi kontributor

utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Penurunan harga

BBM bersubsidi, tren kenaikan harga komoditas kelapa sawit dan kenaikan Upah

Minimum Provinsi (UMP) 2015 menjadi faktor yang menaikkan daya beli

masyarakat dalam rangka mendorong konsumsi rumah tangga. Selain itu,

realisasi beberapa proyek-proyek infrastruktur pemerintah Provinsi Jambi juga

berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan I 2015

disamping. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih

akan didominasi sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor

industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil

dan sepeda motor dan sektor konstruksi.

Inflasi pada triwulan I 2015 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan

triwulan IV 2014 yaitu berada pada kisaran 6,2%-6,7% (yoy) dari sebelumnya

8,7% (yoy) pada triwulan laporan. Penurunan laju inflasi ini utamanya

dipengaruhi oleh kelompok administered price dan volatile food.

Dari sisi administered price, keputusan Pemerintah untuk menurunkan

harga BBM bersubsidi per tanggal 1 Januari 2015 dan 19 Januari 2015,

menurunkan harga jual LPG 12 Kg serta semen produksi BUMN yang disusul

dengan penurunan tarif angkutan umum akan menjadi penyumbang utama

penurunan tekanan inflasi pada Triwulan I 2015. Namun demikian, rencana

Page 114: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

98

kenaikan tarif listrik untuk 12 kategori pelanggan dam keputusan Pemerintah

Provinsi Jambi untuk menaikkan harga eceran tertinggi (HET) LPG 3 kg akan

menahan penurunan inflasi pada triwulan I 2015.

Sementara itu dari sisi volatile food, mulai stabilnya pasokan komoditas

cabai merah pada triwulan I 2015 diperkirakan akan menurunkan tekanan inflasi

pada sisi volatile food. Sementara itu, perkiraan panen raya di bulan Maret 2015

dan kebijakan pemerintah untuk melanjutkan program raskin pada tahun 2015

diperkirakan juga berkontribusi pada penurunan tekanan inflasi pada sisi volatile

food. Disamping itu, prakiraan cuaca yang cukup baik bagi sektor pertanian

selama triwulan I 2015 yang diperkirakan masih berlanjut sampai dengan awal

triwulan III 2015 dapat meningkatkan produksi dan pasokan bahan makanan.

Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi

dari perkiraan antara lain: adanya rencana penyesuaian tarif batas bawah

angkutan udara oleh pemerintah dan tekanan dari sektor eksternal berupa

pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika serikat yang berpotensi

meningkatkan inflasi inti (core inflation).

A. Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi

Jambi pada triwulan I 2015 diperkirakan pada kisaran 1,7%-2,2% (qtq), tumbuh

relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan (1,1% qtq). Sementara itu,

pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi pada triwulan I 2015 diperkirakan akan

tumbuh pada kisaran 7,9%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan yang

tumbuh 7,5% (yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2015

diperkirakan berada pada kisaran 7,7%-8,2%.

Berdasarkan analisis sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi rumah

tangga menjadi sumber utama perekonomian di triwulan mendatang. Penurunan

harga BBM bersubsidi, tren kenaikan harga komoditas kelapa sawit dan kenaikan

Upah Minimum Provinsi (UMP) 2015 menjadi faktor yang menaikkan daya beli

masyarakat yang akan mendorong konsumsi rumah tangga. Sejalan dengan

Page 115: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

99

konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah diperkirakan juga semakin

meningkat seiring dengan realisasi beberapa proyek-proyek infrastruktur

pemerintah. Ekspor diperkirakan tumbuh meskipun masih relatif terbatas seiring

mulai membaiknya permintaan dan harga CPO global.

Namun demikian, masih relatif belum membaiknya harga komoditas

terutama karet di pasar global, diperkirakan akan berimbas pada menurunnya

pendapatan masyarakat dan kinerja ekspor sehingga berpotensi menahan laju

pertumbuhan ekonomi Jambi.

Berbeda dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang

yang diperkirakan tumbuh dibandingkan triwulan laporan, hasil SKDU triwulan IV

2014 menyatakan bahwa responden belum optimis dalam memandang

perekonomian triwulan mendatang. Hal ini tercermin dari nilai SBT perkiraan

perkembangan dunia usaha pada triwulan I 2015 sebesar -0,6, meskipun jauh

lebih baik dibandingkan realisasi SBT Triwulan IV 2014 (-13,0) (tabel 6.1).

Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha

Dari sisi lapangan usaha, sektor konstruksi diperkirakan masih akan

meningkat yang didukung oleh meningkatnya pembangunan perumahan, pusat

bisnis, hiburan dan rekreasi, dan perhotelan oleh perusahaan swasta berskala

nasional/internasional serta investasi pemerintah daerah.

Sementara itu, sektor pertanian diperkirakan tumbuh pada triwulan

mendatang. Membaiknya tren harga komoditas internasional serta mulai

meningkatnya permintaan global produk Crude Palm Oil (CPO) dan pinang akan

mendorong pertumbuhan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan

Triwulan

I-2013

Triwulan

II-2013

Triwulan

III-2013

Triwulan

IV-2013

Triwulan

I-2014

Triwulan

II-2014

Triwulan

III-2014

Triwulan

IV-2014

Triwulan

I-2015*)

1 Pertanian 0.7 (0.7) 1.5 - (6.9) - - (10.5) -

2 Pertambangan dan Penggalian (3.1) (1.0) - (1.0) (1.4) 1.4 (1.4) (1.4) 1.4

3 Industri Pengolahan - - 1.1 - (0.5) (1.0) (0.2) 0.9 (1.0)

4 Listrik dan Air Minum 0.3 0.1 (0.2) - 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

5 Bangunan - - (0.7) - (3.4) (3.4) (3.4) (3.4) -

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.9) - (0.9) 0.9 (4.6) (6.3) (7.0) (1.6) (3.3)

7 Pengangkutan dan Komunikasi 2.0 1.3 (0.7) - 7.1 6.1 - - -

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.4 1.4 1.4 1.8 1.2 1.8 1.1 1.4 1.4

9 Jasa-jasa (1.0) - (1.6) (0.5) 1.2 1.4 0.3 1.2 0.3

(0.6) 1.1 0.1 1.1 (6.9) 0.5 (10.2) (13.0) (0.6)

No Sektor/Subsektor

Total

Keterangan : *) Angka perkiraan

Saldo Bersih Tertimbang

Page 116: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

100

mendatang. Hal ini juga didukung faktor cuaca masuknya musim hujan yang

berdampak baik bagi produktivitas tanaman kelapa sawit. Sejalan dengan hal

tersebut, sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) juga diperkirakan akan

tumbuh seiring dengan masuknya masa tanam dan perkiraan panen pada akhir

triwulan I 2015. Namun demikian, masih rendahnya permintaan dan harga karet

global berpotensi memberikan tekanan pada pertumbuhan sektor perkebunan

dan menjadi faktor penahan laju pertumbuhan sektor pertanian.

Relatif membaiknya pertumbuhan pada sektor pertanian khususnya

perkebunan kelapa sawit akan berdampak positif pada pertumbuhan sektor

industri pengolahan khususnya kelapa sawit. Di sisi lain, penurunan kinerja

perkebunan karet seiring dengan kondisi cuaca yang kurang mendukung bagi

penyadapan karet diperkirakan berdampak terhadap penurunan produksi crumb

rubber. Dari sisi eksternal, masih rendahnya permintaan global dan potensi harga

minyak dunia yang masih rendah pada triwulan I 2015 diperkirakan berdampak

negatif bagi pertumbuhan industri pengolahan karet dan berpotensi menahan

laju pertumbuhan sektor industri pengolahan.

Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan sudah dapat kembali

mencapai tingkat produksi seperti kondisi optimal di tahun 2012. Namun

demikian, masih rendahnya harga minyak dunia perlu diwaspadai sebagai

penghambat pertumbuhan di sektor pertambangan migas. Pertambangan non

migas juga berpotensi mengalami perlambatan seiring dengan relatif stagnannya

harga batu bara internasional, terjadinya kelebihan stok, serta rendahnya kadar

kalori batubara Jambi.

B. Proyeksi Inflasi

Inflasi pada triwulan I 2015 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan

triwulan IV 2014 yaitu berada pada kisaran 6,2%-6,7% (yoy) dari sebelumnya

8,7% (yoy) pada triwulan laporan (grafik 6.2). Penurunan laju inflasi ini utamanya

dipengaruhi oleh kelompok administered price dan volatile food.

Page 117: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

101

Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi

Periode Tahun 2011 s.d. Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2015

Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi

Periode Tahun 2011 s.d. Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2015

Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi

Periode Tahun 2011 s.d. Januari 2015 serta Perkiraan Februari s.d Maret 2015

Dari sisi administered price, keputusan Pemerintah untuk menurunkan

harga BBM bersubsidi per tanggal 1 dan 19 Januari 2015 disertai penurunan

harga jual elpiji 12 kg dan semen produksi BUMN per tanggal 19 Januari 2015

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Catatan: Inflasi Februari - Maret 2015 adalah angka perkiraan dengan deviasi

0,5%

m-t-m (%)

2013 2011 2012 2015 2014

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Catatan: Inflasi Februari - Maret 2015 adalah angka perkiraan dengan

deviasi 0,5%

y-o-y (%)

2011 2013 2012 2015 2014

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Catatan: Inflasi Februari - Maret 2015 adalah angka perkiraan dengan

deviasi 0.5%

y-t-d (%)

2011 2012 2013 2014 2015

Page 118: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

102

akan menjadi penyumbang utama menurunnya tekanan inflasi. Namun demikian,

keputusan PLN untuk menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) kepada pelanggan

dengan daya listrik diatas 900 VA serta keputusan Pemerintah Daerah menaikkan

harga eceran tertinggi (HET) LPG 3 Kg sedikit menahan penurunan inflasi

Triwulan I 2015.

Sementara itu dari sisi volatile food, mulai stabilnya pasokan komoditas

cabai merah pada triwulan I 2015 diperkirakan akan menurunkan tekanan inflasi

pada sisi volatile food. Sementara itu, perkiraan panen raya di bulan Maret 2015

dan kebijakan pemerintah untuk melanjutkan program raskin pada tahun 2015

diperkirakan juga berkontribusi pada penurunan tekanan inflasi pada sisi volatile

food (masukkan faktor panen raya di Maret). Disamping itu, prakiraan cuaca yang

cukup baik bagi sektor pertanian selama triwulan I 2015 yang diperkirakan masih

berlanjut sampai dengan awal triwulan II 2015 dapat meningkatkan produksi dan

pasokan bahan makanan.

Beberapa komoditas yang akan menjadi penyumbang utama inflasi di

triwulan mendatang adalah tarif listrik, bahan bakar rumah tangga, emas

perhiasan, mobil, motor, rokok kretek filter, serta beberapa komoditas bahan

makanan seperti daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras dan udang. Di

sisi lain, komoditas yang akan menjadi penyumbang utama deflasi adalah bensin,

solar, beberapa tarif angkutan dan kelompok volatile food seperti cabai merah

dan beras.

Faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi selama triwulan

mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)

adanya rencana penyesuaian tarif batas bawah angkutan udara oleh pemerintah

2.) tekanan dari sektor eksternal berupa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap

dollar amerika serikat yang berpotensi meningkatkan inflasi inti (core inflation)

dan 3.) kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala serta

terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya distribusi dan

transportasi barang dan jasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan dapat menjadi

pemicu meningkatnya angka inflasi pada triwulan I tahun 2015.

Page 119: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

103

C. Rekomendasi Kebijakan

Menyikapi kondisi perekonomian triwulan IV 2014 serta proyeksi ekonomi

triwulan I 2015, beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah:

1. Meningkatkan dan mempertahankan kinerja perkebunan dan industri

karet sebagai komoditas utama Provinsi Jambi melalui:

a) Revitalisasi kebun karet untuk meningkatkan produktivitas tanaman;

b) Meningkatkan ketrampilan SDM khususnya petani karet melalui

pendampingan dan konsultasi teknis dan penguasaan teknologi di

bidang karet;

c) Menggalakkan penertiban praktek karet kotor;

d) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan

karet untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat;

e) Memperbaiki sistem tata niaga karet melalui proses lelang yang

melibatkan koperasi petani karet;

f) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya

yang mudah diakses sampai ke level petani.

g) Membangun industri hilir berbasis komoditas karet dengan

memberikan kemudahan izin, pembiayaan, dan pengembangan;

h) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti,

penunjang, dan industri terkait lainnya.

2. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID

Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi melalui:

a) Perencanaan dan pelaksanaan program kerja/aksi nyata baik dalam

jangka pendek maupun jangka panjang yang bersentuhan langsung

dengan masyarakat;

b) Optimalisasi fungsi koordinasi antara TPID bersama SKPD terkait dalam

rangka pengawasan produksi dan distribusi barang/komoditas utama

penyumbang inflasi;

c) Memperkuat fungsi TPID dalam mengendalikan ekspektasi inflasi

masyarakat melalui strategi komunikasi yang tepat sasaran.

Page 120: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN IV 2014

104

3. Peningkatan kualitas infrastruktur untuk menekan biaya distribusi dan

meningkatkan konektivitas antar daerah melalui:

a) Mempercepat pembangunan jalan penghubung antara daerah

produsen komoditas unggulan (karet dan kelapa sawit) menuju

kawasan industri pengolahan dan pelabuhan, serta jalan penghubung

daerah produsen bahan pangan menuju daerah konsumen.

b) Optimalisasi jalur pengangkutan sungai untuk mendukung jalur

distribusi via darat;

c) Pembukaan jalur penerbangan baru yang terhubung dengan kota-kota

di Pulau Sumatera untuk meningkatkan kerjasama antar daerah dan

memperlancar jalur distribusi barang/jasa;

d) Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi Jambi

untuk menjaga kualitas jalan sekaligus memantau arus barang yang

masuk dan keluar Jambi sebagai modal untuk penyusunan peta

surplus/defisit Provinsi Jambi;

e) Percepatan realisasi pembangunan pelabuhan Ujung Jabung untuk

meningkatkan kinerja ekspor Provinsi Jambi;

4. Reformasi struktural belanja APBD Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kota)

di seluruh wilayah Provinsi Jambi dengan cara:

a) Meningkatkan rasio belanja modal terhadap total belanja APBD

Provinsi dan Kota di seluruh Provinsi Jambi. Share belanja modal pada

APBD-P 2014 Provinsi Jambi hanya sebesar 25,3%, lebih kecil

dibandingkan share belanja modal pada APBD-P 2013 (31,5%). Alokasi

yang lebih besar untuk belanja modal untuk meningkatkan

infrastruktur akan memperlancar distribusi barang dan jasa dan

aktivitas perekonomian di Provinsi Jambi.

b) Memprioritaskan pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan,

pelabuhan) dalam rangka mempermudah dan mempercepat distribusi

barang. Pemerintah Provinsi Jambi telah berupaya meningkatkan dana

pemeliharaan jalan provinsi dan pembangunan beberapa pembangkit

listrik.

Page 121: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

TRIWULAN IV 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

105

c) Alokasi dana APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk Pengendalian

laju inflasi Provinsi Jambi utamanya di triwulan akhir tahun berjalan.

Salah satu upaya pengendalian inflasi melalui pengembangan klaster

ketahanan pangan (pengembangan teknologi dan kapabilitas SDM

untuk meningkatkan produktivitas) dapat meningkatkan pasokan

bahan pangan dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

5. Pembangunan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah

Pemerintah Daerah perlu menarik investor lokal maupun asing untuk

menanamkan modalnya ke Provinsi Jambi dalam bentuk pembangunan

industri hilir, utamanya industri hilir yang memanfaatkan bahan baku

karet, sawit, dan batubara. Adanya industri hilir tersebut diharapkan dapat

menjamin permintaan domestik yang stabil terhadap komoditas karet dan

batubara ditengah melambatnya permintaan global dan rendahnya harga

komoditas internasional. Kestabilan permintaan akan mendorong

peningkatan pendapatan petani karet dan pelaku usaha batubara.

Pembangunan industri hilir juga akan menciptakan tambahan lapangan

pekerjaan baru bagi masyarakat. Percepatan pembangunan kawasan

ekonomi Ujung Jabung dapat menjadi langkah awal dalam menarik

investor untuk membangun industri hilir seperti pabrik ban dan produk

turunan karet serta pabrik produk turunan CPO. Selain itu, pencipataan

nilai tambah pada produk hasil industri hilir dapat menaikkan harga jual

sehingga akan memberikan dorongan positif bagi kinerja ekspor yang

pada akhirnya akan semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Provinsi Jambi. Bentuk dukungan nyata yang dapat dilakukan Pemerintah

Daerah dimulai dari promosi sektor unggulan dan potensi industri hilir di

Provinsi Jambi, memberikan kemudahan perizinan dan memberikan

insentif bagi calon investor yang akan mendirikan industri hilir di Provinsi

Jambi.

Page 122: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 123: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

LAMPIRAN

KAJIAN EKONOMI DAM KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI

Page 124: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 125: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi

Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

A 7,730,204.3 9,355,243.1 8,683,167.1 9,789,777.1 35,558,391.6 9,156,312.6 11,152,525.8 12,170,927.7 10,311,749.6 42,791,515.7

B 8,106,702.7 8,150,935.2 9,246,232.2 8,465,253.6 33,969,123.8 9,132,302.3 9,175,252.7 9,138,815.6 7,936,479.8 35,382,850.5

C 3,930,634.0 3,730,555.0 3,586,021.7 3,804,192.4 15,051,403.0 3,890,700.3 4,058,367.7 4,138,534.3 4,177,834.5 16,265,436.8

D 12,700.9 13,181.3 13,282.4 13,660.4 52,825.1 14,073.5 15,273.3 14,848.3 18,214.0 62,409.1

E 44,582.4 45,626.4 46,607.4 47,685.5 184,501.6 51,079.1 50,864.0 52,174.9 52,776.8 206,894.7

F 2,003,718.3 2,088,856.3 2,172,601.0 2,264,726.4 8,529,902.1 2,399,449.7 2,470,055.1 2,595,138.7 2,796,044.9 10,260,688.5

G 2,657,041.5 2,752,304.9 2,811,603.2 2,966,510.8 11,187,460.5 3,143,884.6 3,328,577.8 3,515,492.1 3,580,137.6 13,568,092.1

H 918,303.8 990,329.9 1,070,329.7 1,091,574.5 4,070,537.9 1,126,548.9 1,182,277.7 1,272,357.7 1,376,223.5 4,957,407.9

I 321,034.4 329,365.7 335,346.2 352,544.1 1,338,290.4 372,787.4 393,363.0 407,482.4 421,496.8 1,595,129.6

J 931,125.2 934,214.2 921,989.8 950,860.5 3,738,189.7 997,303.3 1,004,357.3 1,030,753.6 1,034,972.8 4,067,387.0

K 803,374.1 812,097.0 839,830.4 842,785.2 3,298,086.7 892,308.5 917,961.4 953,756.5 985,238.7 3,749,265.1

L 488,225.8 483,757.6 471,253.2 468,088.4 1,911,325.0 481,259.9 487,811.9 505,669.8 515,695.0 1,990,436.6

M,N 342,185.6 351,496.9 363,593.5 365,081.3 1,422,357.3 375,065.9 387,897.9 401,468.3 414,095.8 1,578,527.9

O 625,217.4 1,002,188.6 1,015,523.5 1,910,222.2 4,553,151.7 1,699,267.3 1,851,051.7 2,133,518.4 2,274,775.1 7,958,612.4

P 1,056,273.3 1,091,676.9 1,209,055.6 1,392,905.1 4,749,910.9 1,381,895.9 1,448,749.5 1,830,965.4 2,021,535.6 6,683,146.4

Q 282,668.3 293,938.1 305,414.4 334,325.7 1,216,346.5 327,614.7 347,563.9 376,664.0 388,069.1 1,439,911.7

R,S,T,U 293,915.4 291,879.9 298,121.1 303,527.4 1,187,443.9 309,952.9 318,468.1 327,026.7 343,979.8 1,299,427.5

30,547,907.7 32,717,647.2 33,389,972.2 35,363,720.6 132,019,247.7 35,751,807.0 38,590,418.8 40,865,594.3 38,649,319.5 153,857,139.6

Tahun dasar 2010 Angka sangat sementara

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan

MinumInformasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan

Real Estate

Jasa Perusahaan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Sumber : BPS Provinsi Jambi

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik, Gas

Pengadaan Air

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

II III IV Total

2

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Kategori Lapangan Usaha

2013 2014

I II III IV Total I

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

A 6,383,223.1 7,604,250.7 7,304,336.5 7,475,238.0 28,767,048.2 7,928,701.1 8,010,636.9 8,237,760.5 8,332,222.8 32,509,321.3

B 7,241,636.6 7,508,506.7 7,967,823.2 7,883,182.5 30,601,149.0 7,697,413.3 7,840,131.3 8,180,838.3 8,090,251.8 31,808,634.7

C 3,060,012.9 3,131,703.9 3,109,797.3 3,242,246.6 12,543,760.8 3,233,516.0 3,294,253.6 3,312,882.8 3,289,782.4 13,130,434.7

D 12,849.4 13,030.8 13,139.1 13,295.8 52,315.1 13,165.0 13,789.1 13,974.3 15,652.6 56,581.0

E 40,479.5 39,852.4 39,514.7 38,115.8 157,962.4 39,210.0 39,683.1 40,235.0 41,343.1 160,471.1

F 1,908,268.4 1,968,504.5 1,995,231.0 2,036,269.0 7,908,272.9 2,124,820.9 2,158,461.0 2,170,639.2 2,207,296.1 8,661,217.2

G 2,341,302.4 2,397,988.0 2,451,864.5 2,478,026.9 9,669,181.9 2,543,491.8 2,580,776.8 2,676,617.2 2,861,077.5 10,661,963.2

H 811,654.2 831,618.8 864,122.8 875,544.4 3,382,940.3 896,696.9 909,096.2 924,769.5 938,881.1 3,669,443.7

I 251,328.2 257,494.6 259,914.6 264,372.6 1,033,110.0 298,493.6 303,158.5 310,095.5 314,874.4 1,226,622.0

J 882,325.0 893,837.5 915,729.6 930,467.7 3,622,359.8 942,422.3 955,153.6 979,936.9 998,788.9 3,876,301.8

K 660,093.7 668,313.1 674,820.3 662,417.7 2,665,644.9 673,187.6 686,359.7 692,398.6 720,535.1 2,772,481.0

L 421,021.6 424,594.0 428,305.7 421,573.8 1,695,495.1 425,585.0 430,235.7 436,358.7 440,616.1 1,732,795.4

M,N 291,119.3 292,167.4 294,718.6 293,830.0 1,171,835.3 298,975.4 304,466.2 310,600.2 316,366.3 1,230,408.0

O 858,685.6 922,507.5 866,096.9 1,005,270.0 3,652,560.0 984,345.8 1,028,687.6 1,044,349.1 1,083,774.8 4,141,157.3

P 938,377.5 940,291.7 952,179.1 854,158.3 3,685,006.5 875,384.1 909,678.4 943,625.5 965,511.5 3,694,199.5

Q 260,829.7 270,457.9 267,832.9 303,833.6 1,102,954.2 308,834.0 313,942.8 320,742.4 325,957.4 1,269,476.6

R,S,T,U 270,629.3 273,024.0 277,332.5 280,004.6 1,100,990.4 283,828.6 286,202.9 292,330.0 299,714.0 1,162,075.4

26,633,836.5 28,438,143.7 28,682,759.4 29,057,847.3 112,812,586.8 29,568,071.3 30,064,713.2 30,888,153.9 31,242,645.6 121,763,584.0

Tahun dasar 2010 Angka sangat sementara

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Sumber : BPS Provinsi Jambi

Pengadaan Listrik, Gas

Pengadaan Air

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

IV Total

2

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

2013 2014

I II III IV Total I II IIIKategori Uraian

Page 126: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi

Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)

I II III IV Total I II III IV Total

1 Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 13,176,707.4 13,501,393.9 14,159,659.1 14,306,820.1 55,144,580.5 14,803,978.5 15,074,887.8 15,730,444.1 17,057,825.7 62,667,136.1

2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 150,041.5 152,748.1 160,189.2 171,718.0 634,696.9 186,080.2 196,253.4 193,025.9 200,846.9 776,206.4

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,192,469.8 2,211,582.8 2,863,553.8 5,829,702.1 12,097,308.5 1,787,610.2 2,800,340.1 3,815,622.9 6,371,072.3 14,774,645.6

4 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 7,078,970.0 7,916,659.1 9,361,405.7 10,836,380.2 35,193,415.0 9,576,985.1 8,915,511.2 8,765,966.2 8,525,724.1 35,784,186.6

5 Perubahan Inventori 297,002.3 -194,254.6 1,065,191.7 -1,203,086.9 -35,147.5 1,694,940.2 1,677,480.8 479,514.6 -1,780,018.6 2,071,916.9

6 Ekspor Barang dan Jasa 23,263,004.2 22,918,837.8 22,018,104.4 21,805,085.0 90,005,031.4 23,196,279.4 25,888,772.5 28,773,749.0 25,849,191.0 103,707,991.8

7 Dikurangi Impor Barang dan Jasa 14,610,287.4 13,789,319.9 16,238,131.8 16,382,898.1 61,020,637.1 15,494,066.6 15,962,826.9 16,892,728.3 17,575,322.0 65,924,943.8

30,547,907.7 32,717,647.2 33,389,972.2 35,363,720.6 132,019,247.7 35,751,807.0 38,590,418.8 40,865,594.3 38,649,319.5 153,857,139.6

Tahun dasar 2010 Angka sangat sementara

KomponenNo

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Sumber : BPS Provinsi Jambi

2013 2014

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Total Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Total

1 Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 11,613,888.7 11,733,216.4 11,930,624.0 11,973,118.2 47,250,847.3 12,157,939.9 12,253,439.4 12,603,144.6 12,631,892.4 49,646,416.4

2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 133,578.0 132,438.1 136,871.6 145,352.3 548,240.0 152,140.2 160,817.9 155,189.9 157,866.5 626,014.7

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 994,098.7 1,808,937.4 2,306,626.7 4,683,920.1 9,793,582.9 1,441,263.7 2,243,929.2 3,016,841.3 5,099,866.4 11,801,900.5

4 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 6,472,468.1 7,155,330.6 8,399,170.4 9,650,921.7 31,677,890.8 8,509,029.0 7,916,351.6 7,780,548.2 7,561,283.4 31,767,212.3

5 Perubahan Inventori 545,199.8 -507,221.7 681,463.7 -642,341.5 77,100.4 1,042,682.1 916,536.8 1,005,317.8 -1,064,030.0 1,900,506.7

6 Ekspor Barang dan Jasa 19,196,846.4 20,872,951.1 20,339,254.7 16,656,396.0 77,065,448.2 19,281,298.4 19,871,378.3 19,952,235.6 20,762,598.9 79,867,511.2

7 Dikurangi Impor Barang dan Jasa 12,322,243.3 12,757,508.1 15,111,251.8 13,409,519.6 53,600,522.8 13,016,282.1 13,297,740.0 13,625,123.5 13,906,832.1 53,845,977.8

26,633,836.5 28,438,143.7 28,682,759.4 29,057,847.3 112,812,586.8 29,568,071.3 30,064,713.2 30,888,153.9 31,242,645.6 121,763,584.0

Tahun dasar 2010 Angka sangat sementara

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Sumber : BPS Provinsi Jambi

KomponenNo2013 2014

Page 127: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Jambi dan Bungo

Tahun Dasar 2012=100

Sumber : BPS Provinsi Jambi

Sumber : BPS Provinsi Jambi

No URAIAN KOTA JAMBI Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 Aug-13 Sep-13 Oct-13 Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14

1 UMUM / TOTAL 103.02 103.55 103.65 103.58 104.16 105.55 108.98 110.28 109.27 110.21 110.41 112.13 111.26 111.51 111.67 111.93 112.09 113.58 113.76 113.91 114.49 116.99 120.04

2 BAHAN MAKANAN 102.17 106.76 107.18 107.18 106.95 107.22 109.19 114.51 116.97 111.76 112.13 117.32 113.12 112.7 112.66 113.27 113.79 117.77 116.18 116.46 116.26 121.91 125.70

3 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 103.19 103.64 104.10 104.60 104.67 105.75 106.01 106.78 107.27 108.90 109.74 109.90 110.19 111.03 111.46 111.56 111.79 113.00 113.25 113.34 114.00 114.12 115.83

4 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 101.85 101.88 102.59 102.70 102.87 104.42 104.45 104.80 105.54 106.76 108.74 110.14 109.66 110.09 110.41 110.69 110.92 111.24 113.08 113.91 116.13 116.69 119.02

5 SANDANG 103.12 103.39 103.02 102.51 101.65 100.59 100.79 100.52 101.38 102.82 102.15 102.78 103.13 102.85 102.67 102.87 102.82 103.61 103.39 103.06 103.09 102.38 102.82

6 KESEHATAN 101.16 101.15 101.60 101.61 101.68 102.00 102.03 102.18 102.18 102.48 103.13 103.56 103.71 103.73 104.16 104.26 104.39 104.89 104.89 105.19 105.53 105.80 106.17

7 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 101.58 101.66 101.96 102.02 101.87 101.86 101.95 102.76 102.80 102.89 103.09 103.09 103.27 103.67 103.79 103.81 103.73 103.92 104.75 104.70 104.65 104.67 105.06

8 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 101.21 101.29 102.37 102.42 102.43 102.58 107.50 118.31 120.17 119.25 119.51 119.90 120.73 121.37 121.42 121.47 121.20 122.14 122.52 122.00 122.07 127.97 135.18

No URAIAN KABUPATEN BUNGO Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14

1 UMUM / TOTAL 110.45 111.01 110.62 110.31 109.75 110.63 111.97 112.46 113.13 114.03 116.64 119.06

2 BAHAN MAKANAN 113.33 113.46 111.63 109.34 106.39 107.13 110.21 110.93 112.19 113.61 118.08 120.13

3 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 109.75 111.04 110.94 111.09 111.15 113.16 113.2 113.18 113.19 113.25 114.43 114.58

4 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 113.39 114.08 114.46 114.78 115.19 115.66 116.13 118.02 119.71 122.43 123.4 125.67

5 SANDANG 109.85 110.42 110.46 110.01 111.15 113.01 114.29 114.56 114.23 114.24 113.65 114.14

6 KESEHATAN 105.46 106.18 106.77 107.02 107.30 107.48 107.78 107.88 108.89 109.48 109.74 110.14

7 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 106.44 106.44 106.54 107.58 107.84 107.96 110.39 110.36 110.17 110.24 112.62 116.15

8 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 106.98 107.35 107.39 108.50 108.48 108.62 109.48 109.18 109.39 109.47 115.32 122.93

Page 128: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 129: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

Daftar Istilah

Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang

bersifat komersil maupun bukan komersil.

Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang

bersifat komersil maupun bukan komersil.

PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang

mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa

tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh

sektor perekonomian.

PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan

atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai

dasar perhitungannya.

Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi

merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank

Mandiri, BNI, BTN dan BRI.

Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional

sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan

terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.

Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional

dengan pendapatan bunga operasional.

Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh

perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.

Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori

kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.

Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia

yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.

Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia

kepada perbankan dalam periode tertentu.

Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows

pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash

outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila

terjadi sebaliknya.

Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya

ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.

Page 130: Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Jambi Triwulan IV 2014

TIM PENYUSUN

PENANGGUNG JAWAB

V. Carlusa, Meily Ika Permata

KOORDINATOR PENYUSUN

Ihsan Wahyu Prabawa

TIM PENULIS

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Widyastanto Nugroho

Galih Riyandi Chandra Apriyanto

Nurcahaya Elisabet Sitinjak

KONTRIBUTOR

Unit Statistik, Survei dan Liaison

Unit Operasional Kas

Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan & Pengawasan Sistem Pembayaran

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI

Tim Ekonomi dan Keuangan

Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura, Jambi 36122

No. Telp. (0741) 62245, Fax No.(0741) 62112

Softcopy dapat diunduh di http://bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jambi

Email : [email protected], [email protected] , [email protected] , [email protected]