117
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014, Bank Indonesia, 2014

Citation preview

Page 1: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGAH

TRIWULAN III 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

Page 2: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui

penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan

nilai tukar yang stabil.

Misi Bank Indonesia

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta

mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung

alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan

dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem

keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan

nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang

menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata

kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang

diamanatkan UU.

Kritik, saran, masukan dan komentar dapat disampaikan kepada :

Redaksi :

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah

Jl. Dr. Sam Ratulangi No.23 Palu

Telp : 0451 - 421181

Fax : 0451 - 421180

Email :[email protected];[email protected];

[email protected]; [email protected];

Homepage : www.bi.go.id

Page 3: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME, karena atas perkenan-Nya maka

penyusunan buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi

Tengah triwulan III 2014 ini dapat diselesaikan. Tujuan dari penyusunan buku KEKR

adalah untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang

perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah. Secara lengkap, buku KEKR ini meliputi

kajian perkembangan makroekonomi regional, perkembangan inflasi, perkembangan

perbankan, perkembangan sistem pembayaran, perkembangan ketenagakerjaan dan

kesejahteraan masyarakat, perkembangan keuangan daerah serta prospek ekonomi dan

inflasi ke depan.

Kami berharap kiranya informasi yang terangkum dalam buku KEKR ini dapat

dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi pembuat kebijakan, akademisi,

masyarakat dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan dan memiliki perhatian terhadap

perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah.

Selanjutnya, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu

penerbitan buku ini. Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan kualitas kajian di

waktu yang akan datang, sangat diharapkan saran, masukan dan tentunya update data

dan informasi terkini dari berbagai pihak. Selain kami cetak secara terbatas, buku KEKR

ini juga dapat diunduh di http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/.

Semoga Tuhan YME selalu meridhoi upaya kita sekecil apapun dalam berkontribusi

untuk ikut memajukan ekonomi di wilayah yang kita cintai ini. Terima kasih.

Palu, November 2014

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

ttd

Purjoko

Deputi Direktur

Page 4: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Daftar Isi

ii

Boks 1. Analisis PDRB Tingkat Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah

Boks 2. Analisis Daya Saing dan Strategi Pembangunan Sulawesi Tengah

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ i

Daftar Isi ........................................................................................................................... ii

Daftar Tabel ..................................................................................................................... v

Daftar Grafik .................................................................................................................... vii

Tabel Indikator Ekonomi .................................................................................................. xi

Ringkasan Eksekutif ......................................................................................................... 1-6

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL ..................................................... 7

1.1. Analisis PDRB dari Sisi Penawaran ............................................................. 9

1.1.1. Sektor Pertanian ................................................................................. 10

1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ................................................. 13

1.1.3. Sektor Industri Pengolahan .................................................................. 14

1.1.4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih ....................................................... 15

1.1.5. Sektor Bangunan ................................................................................. 16

1.1.6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran ............................................ 17

1.1.7. Sektor Angkutan dan Komunikasi ........................................................ 18

1.1.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa ................................................. 19

1.1.9. Sektor Jasa-Jasa .................................................................................... 19

1.2. Analisis PDRB dari Sisi Permintaan .............................................................. 19

1.2.1. Konsumsi ............................................................................................. 21

1.2.2. Investasi ............................................................................................... 22

1.2.3. Ekspor .................................................................................................. 24

1.2.4 Impor .................................................................................................... 26

BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH ..................................................................................... 27

2.1. Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2014 .............................. 27

Page 5: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Daftar Isi

iii

Boks 3. Perkembangan Indikator Financial Inclusion di Sulawesi Tengah

2.1.1. Realisasi Pendapatan APBD ................................................................. 28

2.1.2 Realisasi Belanja APBD ......................................................................... 29

2.2. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ...................................................... 31

BAB 3. INFLASI DAERAH .................................................................................................... 33

3.1. Perkembangan Inflasi Secara Umum di Kota Palu ...................................... 33

3.2. Tekanan Inflasi Sisi Penawaran .................................................................... 36

3.3. Tekanan Inflasi Sisi Permintaan .................................................................... 37

3.4. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ...................... 38

3.5. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) ....................................................... 42

BAB 4. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN ............................ 44

4.1. Kinerja Perbankan di Sulawesi Tengah (Bank Umum & BPR) .................. 44

4.2. Intermediasi Bank Umum ............................................................................ 46

4.2.1. Penghimpunan Dana Masyarakat Bank Umum .................................... 47

4.2.2. Penyaluran Kredit Bank Umum ............................................................ 48

4.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ................................................... 52

4.4. Kinerja Bank Umum Syariah ....................................................................... 54

4.5. Kredit UMKM................................................................................................ 56

BAB 5. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG .................................................... 59

5.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai .............................................................. 59

5.1.1. Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow) ...................................... 59

5.1.2. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ....................................... 60

5.1.3. Aliran Perkasan Berdasarkan Denominasi ............................................ 61

5.2. Transaksi Keuangan Secara Non Tunai ...................................................... 62

BAB 6.KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ............................................................ 65

6.1. Ketenagakerjaan ......................................................................................... 65

Page 6: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Daftar Isi

iv

Boks 4. Analisis Basis Ekonomi dan Daya Saing Sektoral Kabupaten/Kota di Sulawesi

Tengah

6.2. Kemiskinan .................................................................................................. 68

6.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani Sulteng................................................71

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ....................................................................... 73

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi ................................................................. 73

7.2. Prospek Inflasi ............................................................................................. 77

LAMPIRAN

Daftar Istilah dan Singkatan

Page 7: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Daftar Tabel

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000 ................................................................... . 9

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000 .................................................................. ..9

Tabel 1.3. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi

per Kabupaten/Kota Provinsi

Sulawesi Tengah 11

Tabel 1.4. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sulawesi Tengah Menurut Penggunaan

Atas Dasar Harga Konstan 2000 20

Tabel 1.5 Pertumbuhan Triwulanan (qtq) PDRB Sulawesi Tengah Menurut Penggunaan

Atas Dasar Harga Konstan 2000 20

Tabel 1.6. Perkembangan Nilai Ekspor Berdasar SITC 2 Digit Komoditas Utama

25

Tabel 2.1. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah 29

Tabel 2.2. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah .......................................... 30

Tabel 3.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas ..................................................... 35

Tabel 3.2. Komoditas Penyumbang Inflasi terbesar Bulan Juli-September 2014 .............. 36

Tabel 3.3. Perbandingan Inflasi Tahunan per Kelompok Komoditas ............................... 38

Tabel 3.4. Inflasi Kelompok Bahan Makanan ................................................................ 39

Tabel 3.5. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ................. 40

Tabel 3.6. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar .................... 40

Tabel 3.7. Inflasi Kelompok Sandang ............................................................................ 41

Tabel 3.8. Inflasi Kelompok Kesehatan ......................................................................... 41

Tabel 3.9. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga .................................... 41

Tabel 3.10. Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan .................... 42

Tabel 4.1. Perkembangan Indikator Perbankan di Sulawesi Tengah ............................... 45

Tabel 4.2. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah ......... 46

Tabel 4.3. Perkembangan Kredit Bank Umum Per Sektor .............................................. 50

Tabel 4.4. Jumlah Kantor Pusat dan Cabang BPR di Sulawesi Tengah (belum termasuk

daerah pemekaran) ...................................................................................... 54

Page 8: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Daftar Tabel

vi

Tabel 4.5. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Sulawesi Tengah

Berdasarkan Sektor Ekonomi ........................................................................ 56

Tabel 5.1. Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan ................................................ 61

Tabel 5.2. Pangsa Denominasi Uang Inflow .................................................................. 61

Tabel 5.3. Pangsa Denominasi Uang Outflow ............................................................... 62

Tabel 5.4. Perkembangan RTGS Provinsi Sulawesi Tengah ............................................. 63

Tabel 6.1. Penduduk Menurut Jenis Kegiatan Utama .................................................... 65

Tabel 6.2. Perkembangan Penduduk Miskin di Sulawesi Tengah ................................... 69

Tabel 6.3. Penyaluran Raskin Januari-September 2014 (kg) ........................................... 69

Tabel 7.1. Skema Kenaikan Harga Tarif Tenaga Listrik (Rp/Kwh) .................................... 81

Page 9: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Daftar Grafik

vii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan dan Nominal PDRB (triwulanan) Sulawesi Tengah ADHK

2000 (yoy) ................................................................................................... ..7

Grafik 1.2. Andil Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektoral ......10

Grafik 1.3. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor

Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah .............................................................. 10

Grafik 1.4. Pangsa Nominal PDRB Sektor Pertanian ........................................................ 10

Grafik 1.5. Perkembangan Target dan Realisasi Panen Jan-Sept 2014 ..12

Grafik 1.6. Perkembangan Stok Beras BULOG ................................................................ 12

Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Bank Umum Sektor Pertanian ..................................... 13

Grafik 1.8. Perkembangan Volume Ekspor Kakao .......................................................... 13

Grafik 1.9. Perkembangan Tahunan Sektor dan Subsektor Pertambangan ...................... 14

Grafik 1.10. Perkembangan Nominal dan Volume Ekspor Tambang ................................. 14

Grafik 1.11 Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor Industri

Pengolahan ................................................................................................. 15

Grafik 1.12. Kapasitas Terpakai Industri Pengolahan ........................................................ 15

Grafik 1.13. Perkembangan Pertumbuhan Tahunan (yoy) Produksi Industri Manufaktur

Besar dan Sedang Provinsi Sulawesi Tengah.................................................. 15

Grafik 1.14. Perkembangan Volume Ekspor Kayu, Kayu Olahan dan Furniture .................. 15

Grafik 1.15. Perkembangan Konsumsi Listrik di Kota Palu ................................................ 16

Grafik 1.16. Perkembangan Volume Vol. Penjualan Air PDAM Donggala .......................... 16

Grafik 1.17. Realisasi Pengadaan Semen Di Sulawesi Tengah ........................................... 17

Grafik 1.18. Perkembangan Kredit Bank Umum Sektor Bangunan .................................... 17

Grafik 1.19. Perkembangan Pertumbuhan PHR dan subsektornya .................................... 17

Grafik 1.20. Tingkat Penghunian Kamar Hotel ................................................................. 18

Grafik 1.21. Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang ............................................. 18

Grafik 1.22. Perkembangan Arus Penumpang Pesawat Udara Melalui Bandara Mutiara

Palu............................................................................................................. 18

Grafik 1.23. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor Keuangan,

Persewaan dan Jasa ..................................................................................... 19

Grafik 1.24. Perkembangan Kredit, DPK, dan NTB Perbankan Di Sulawesi Tengah ..19

Grafik 1.25. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Kelompok Penggunaan ............................ 20

Page 10: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Daftar Grafik

viii

Grafik 1.26. Perkembangan Kredit Konsumsi Di Sulawesi Tengah ..................................... 21

Grafik 1.27. Perkembangan Nilai Tukar Petani ................................................................. 22

Grafik 1.28. Indeks Tendensi Konsumen .......................................................................... 22

Grafik 1.29. Kredit Investasi Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah .................................. 22

Grafik 1.30. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Sulawesi Tengah ... 23

Grafik 1.31. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Sulawesi Tengah ................. 23

Grafik 1.32. Perkembangan Nominal dan Volume Ekspor Sulawesi Tengah ...................... 24

Grafik 1.33. Jumlah Barang Keluar Melalui Bandara Mutiara Palu ..................................... 25

Grafik 1.34. ..26

Grafik 1.35. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sulawesi Tengah dan Pangsa

Impor .....26

Grafik 2.1. Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah ........................................... 27

Grafik 2.2. Perkembangan Deposito, Tabungan dan Giro Pemda .................................... 28

Grafik 2.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah per Triwulan ............................. 29

Grafik 2.4. Perkembangan Tingkat Realisasi per Pos Pendapatan Daerah ........................ 29

Grafik 2.5. Perkembangan Realisasi Belanja Daerah per Triwulan .................................... 31

Grafik 2.6. ..........31

Grafik 2.7. Realisasi Penerimaan Pajak APBN di Sulawesi Tengah .................................... 31

Grafik 2.8. Perkembangan Realisasi Pendapatan APBN di Sulawesi Tengah (triwulanan) .. 32

Grafik 2.9. Perkembangan Realisasi Belanja APBN di Sulawesi Tengah (triwulanan) ......... 32

Grafik 3.1. Event Analysis Inflasi Tahunan Kota Palu ....................................................... 34

Grafik 3.2. Inflasi Bulanan Kota Palu, Nasional dan Sulampua......................................... 34

Grafik 3.3. Perbandingan Inflasi Tahunan Beberapa Kota di Indonesia Timur ................... 34

Grafik 3.4. Indeks Kondisi Ekonomi, Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks

Ekspektasi Konsumen .................................................................................. 38

Grafik 3.5. Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Umum Yang Akan Datang ..................... 38

Grafik 3.6. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Palu Menurut Kelompok Komoditas. ..... 38

Grafik 3.7. Perkembangan Harga Komoditas Bumbu-Bumbuan ...................................... 39

Grafik 3.8. Perkembangan Harga Komoditas Ikan Segar ................................................. 39

Grafik 3.9. Perkembangan Harga Komoditas Beras ........................................................ 39

Grafik 3.10. Perkembangan Harga Komoditas Daging dan Telur ...................................... 39

Grafik 4.1. Perkembangan DPK Menurut Jenis Simpanan ............................................... 45

Grafik 4.2. Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan ........................................ 45

Page 11: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Daftar Grafik

ix

Grafik 4.3. Perkembangan DPK Bank Umum ................................................................. 47

Grafik 4.4. Pangsa DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan ....................................... 47

Grafik 4.5. Rasio Rekening Simpanan Pada Bank Umum Terhadap Jumlah Penduduk ...... 48

Grafik 4.6. Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan ............... 49

Grafik 4.7. Pangsa Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan ........................... 49

Grafik 4.8. Perkembangan Kredit .... 50

Grafik 4.9. ...... 50

Grafik 4.10. Rasio Rekening Kredit Pada Bank Umum Terhadap Jumlah Penduduk... ......... 51

Grafik 4.11. ....... 52

Grafik 4.12. ......... 53

Grafik 4.13. ........ 53

Grafik 4.14. Perkembangan Aset Bank Syariah ......... 55

Grafik 4.15. Perkembangan DPK Bank Syariah Menurut J ......... 55

Grafik 4.16. Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah Menurut Jenis Penggunaan ........ 55

Grafik 4.17. ....... 58

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow-Outflow .. 59

Grafik 5.2. Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) ........................... 60

Grafik 5.3. Perkembangan Persentase Lembar Uang Yang Dimusnahkan ........................ 60

Grafik 5.4. Perkembangan Transaksi Non Tunai di Sulawesi Tengah ............................... 62

Grafik 5.5. Pangsa Nominal Transaksi RTGS (Outgoing) dan Kliring Provinsi Sulawesi

Tengah ........................................................................................................ 62

Grafik 5.6. Perkembangan Nominal dan Jumlah Warkat Kliring Prov. Sulawesi Tengah.... 63

Grafik 5.7. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sulawesi Tengah .................. 63

Grafik 6.1 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama ............. 67

Grafik 6.2. Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama ............................. 67

Grafik 6.3. Perkembangan Tingkat UMP Sulawesi Tengah dan Inflasi Kota .68

Grafik 6.4. Perkembangan UMP dan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) ............................... 68

Grafik 6.5. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Di Sulteng ............................................ 70

Grafik 6.6. Persentase Penduduk Miskin Menurut Lokasi Tinggal di Sulteng .................... 70

Grafik 6.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan ..................................................................... 70

Grafik 6.8. ....... 70

Grafik 6.9. . ..... 71

Grafik 6.10. Perkembangan Garis Kemiskinan Provinsi Sulawesi Tengah 2007-2014..........71

Page 12: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Daftar Grafik

x

Grafik 6.11. ....... 71

Grafik 6.12. Perbandingan NTP ........... 71

Grafik 7.1. Perkembanga .... ........... 73

Grafik 7.2. Perkembangan Indeks Ekonomi Saat Ini .. ........... 73

Grafik 7.3. Perkembangan BI Rate dan Suku Bunga Kredit Bank Umum di .......... 74

Grafik 7.4. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ................................................ .76

Grafik 7.5. Perkembangan Ekspektasi Konsumen ........................................................... .76

Grafik 7.6. Proyeksi Inflasi Kota Palu (Tw IV-2014) ......................................................... .78

Grafik 7.7. Prakiraan Curah Hujan Oktober 2014 ........................................................... .79

Grafik 7.8. Prakiraan ........ 79

Grafik 7.9. Prakiraan ............ 79

Grafik 7.10. Laju Inflasi Bulanan dan Indeks Ekspektasi Perubahan Harga ......................... .80

Grafik 7.11 Proyeksi Harga Emas (USD/Troy) ................................................................... .80

Grafik 7.12 Proyeksi Harga Minyak Mentah Dunia (USD/barrel) ....................................... .80

Page 13: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Tabel Indikator Utama

xi

TABEL INDIKATOR EKONOMI

PROVINSI SULAWESI TENGAH

a. Inflasi dan PDRB

*) Tahun dasar 2012=100

I II III IV TOTAL I II III

Ekonomi Makro Regional

Produk Domestik Regional Bruto

(%,yoy) 10,71 10,87 9,99 6,28 9,38 3,35 3,37 6,58

Berdasarkan Sektor

- Pertanian 6,92 5,06 5,12 5,23 5,57 4,57 7,95 7,13

- Pertambangan dan Penggalian 67,18 74,20 55,74 (13,10) 35,23 (44,62) (49,64) (33,10)

- Industri Pengolahan 4,17 6,60 3,91 5,16 4,96 6,56 4,29 5,65

- Listrik dan Air Bersih 8,31 8,78 9,67 11,87 9,68 10,98 10,16 12,78

- Bangunan 8,23 15,35 15,80 14,26 13,48 14,74 15,47 20,62

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,70 6,89 8,63 12,34 7,68 12,11 7,64 9,30

- Pengangkutan dan Komunikasi 8,66 8,02 8,48 8,16 8,32 7,95 7,96 11,09

- Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 13,39 12,01 12,33 14,91 13,17 11,77 10,03 10,18

- Jasa-Jasa 9,46 6,35 8,03 8,67 8,11 9,23 8,42 10,25

Berdasarkan Permintaan

-Konsumsi Rumah Tangga 7,71 7,11 7,77 7,34 7,48 7,21 9,73 9,16

-Konsumsi Pemerintah 7,10 5,40 5,39 8,12 6,51 8,98 7,45 13,67

-Investasi 17,27 18,01 18,58 16,40 17,54 20,91 27,89 29,32

-Ekspor 12,52 16,27 14,20 (5,16) 8,73 (29,38) (44,96) (30,94)

-Impor(-) 6,20 6,07 14,01 15,71 10,57 15,30 16,51 23,25

Ekspor

Nilai Ekspor Non-Migas (USD Juta) 73 68 54 74 269 25 2 4

Volume Ekspor Non-Migas (ribu ton) 3.267 2.785 2.684 3.718 12.330 1.174 1 2

Impor

Nilai Impor Non-Migas (USD Juta) - 11,80 - 171,18 182,99 5,65 23,88 77,34

Volume Impor Non-Migas (ribu Ton) - 1,88 - 2,32 4,20 9,04 16,20 56,36

Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Palu 143,27 142,88 151,43 153,12 153,12 111,45* 113,64* 115,12*

Laju Inflasi Tahunan (%) Kota Palu 5,97 3,89 7,29 7,57 7,57 8,42 10,37 5,46

2013 2014

Indikator

Page 14: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Tabel Indikator Utama

xii

b. Perbankan

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3

PERBANKAN

Bank Umum:

Total Aset (Rp juta) 17.401.652 18.226.059 18.895.932 19.112.111 19.988.338 21.621.589 22.165.812

DPK (Rp juta) 10.441.931 10.923.688 11.364.133 11.330.363 11.876.744 12.676.054 13.027.331

- Giro 2.851.054 2.917.255 2.905.915 1.737.348 2.796.067 3.478.468 3.277.595

- Deposito 1.730.559 1.808.852 1.840.392 1.919.917 2.158.694 2.334.973 2.603.599

- Tabungan 5.860.318 6.197.582 6.617.826 7.673.099 6.921.983 6.862.613 7.146.137

Kredit (Rp juta) 14.321.413 15.452.047 16.144.997 16.693.036 17.158.777 18.017.671 18.545.311

1 Modal Kerja 5.214.992 5.471.095 5.598.727 5.748.122 5.797.644 6.078.762 6.168.772

2 Investasi 1.428.695 1.734.522 1.809.522 1.970.161 2.063.591 2.142.456 2.155.338

3 Konsumsi 7.677.726 8.246.430 8.736.748 8.974.754 9.297.542 9.796.454 10.221.201

% NPL GROSS 2,02% 1,98% 2,20% 1,95% 2,12% 2,11% 2,20%

LDR 137,15% 141,45% 142,07% 147,33% 144,47% 142,14% 142,36%

Kredit UMKM (Rp juta) 5.285.270 5.870.218 5.956.501 6.169.927 6.320.727 6.740.252 6.789.001

1 Modal Kerja 4.450.474 4.738.724 4.801.047 4.950.478 5.067.999 5.393.140 5.442.415

2 Investasi 811.744 1.105.338 1.124.965 1.185.913 1.214.452 1.347.112 1.346.587

3 Konsumsi 23.052 26.156 30.489 33.535 38.276 - -

Kredit Mikro 1.259.905 1.378.349 1.432.986 1.530.312 1.592.636 1.783.574 1.752.060

1 Modal Kerja 1.102.661 1.120.730 1.164.707 1.231.209 1.272.490 1.398.220 1.377.409

2 Investasi 157.244 257.619 268.279 299.103 320.145 385.354 374.651

3 Konsumsi - - - - - - -

Kredit Kecil 2.076.344 2.252.839 2.242.124 2.255.570 2.311.609 2.344.987 2.432.220

1 Modal Kerja 1.654.556 1.714.250 1.703.700 1.704.167 1.740.777 1.782.538 1.860.362

2 Investasi 398.736 512.432 507.935 517.868 532.556 562.449 571.857

3 Konsumsi 23.052 26.156 30.489 33.535 38.276 - -

Kredit Menengah 1.949.021 2.239.031 2.281.391 2.384.044 2.416.482 2.611.691 2.604.722

1 Modal Kerja 1.693.258 1.903.743 1.932.641 2.015.102 2.054.732 2.212.382 2.204.643

2 Investasi 255.763 335.287 348.751 368.942 361.751 399.309 400.079

3 Konsumsi - - - - - - -

NPL UMKM gross 3,99% 3,89% 4,24% 3,79% 4,18% 4,09% 4,16%

BPR:

Total Aset (Rp juta) 1.059.567 1.219.874 1.304.191 1.383.952 1.416.412 1.428.911 1.468.413

DPK (Rp juta) 356.446 352.202 347.353 332.737 389.080 365.171 367.600

Tabungan 50.549 56.398 55.947 56.967 57.431 62.770 58.985

Deposito 305.897 295.803 291.407 275.770 331.649 302.401 308.615

Kredit (Rp juta) 952.311 1.059.820 1.135.285 1.195.018 1.237.411 1.269.663 1.295.387

1 Modal Kerja 149.001 92.299 100.909 74.617 70.096 70.329 69.789

2 Investasi 88.139 25.025 31.730 2.759 3.255 3.239 3.143

3 Konsumsi 715.171 942.496 1.002.645 1.117.642 1.164.060 1.196.094 1.222.455

Rasio NPL gross (%) 1,02% 1,05% 1,05% 1,02% 1,12% 1,21% 1,25%

LDR 267,17% 300,91% 326,84% 359,15% 318,03% 347,69% 352,39%

RINCIAN2013 2014

Page 15: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Tabel Indikator Utama

xiii

c. Sistem Pembayaran

RRH = Rata-Rata Harian

I II III IV TOTAL I II III

Posisi Kas Gabungan (Miliar Rp) 1.099,36 1.264,05 1.021,42 789,93 789,93 1.023,08 1.328,59 1.389,80

Inflow (Miliar Rp) 873,95 432,15 950,63 325,22 2.581,95 1.009,12 473,22 762,11

Outflow (Miliar Rp) 507,79 1.218,47 1.567,93 1.859,38 5.153,58 823,33 1.266,11 1.519,28

Pemusnahan Uang (Miliar Rp) 184,43 96,15 174,77 203,39 658,74 209,66 188,33 219,79

Transaksi RTGS

Ingoing (Miliar Rp) 7.787,67 5.683,10 8.200,38 13.157,13 34.828,28 13.018,66 17.227,05 17.913,98

Outgoing (Miliar Rp) 10.644,93 8.225,22 10.480,88 14.635,77 43.986,80 16.938,50 20.437,70 24.274,05

Nominal Kliring (Miliar Rp) 1.311,38 1.369,15 1.542,35 1.105,69 5.328,56 1.335,61 1.306,49 1.383,71

Volume Kliring (Lembar) 38.434,00 39.719,00 39.540,00 28.652,00 146.345,00 36.000,00 34.965,00 32.935,00

Kliring Kredit

Nominal Kliring Kredit (Miliar Rp) 66,17 79,49 117,35 97,81 360,82 45,50 40,10

Volume Kliring Kredit (Lembar) 3.640,00 3.701,00 3.613,00 2.569,00 13.523,00 1.703,00 1.804,00

RRH Nominal Kliring Kredit (Miliar Rp) 1,10 1,26 1,86 1,58 1,33 0,76 0,67

RRH Volume Kliring Kredit (Lembar) 60,67 58,75 57,35 41,44 69,16 28,38 30,07

Kliring Debet

Nominal Kliring Debet (Miliar Rp) 1.245,21 1.289,66 1.425,00 1.007,88 4.967,74 1.290,11 1.266,38 1.383,71

Volume Kliring Debet (Lembar) 34.794,00 36.018,00 35.927,00 26.083,00 132.822,00 34.297,00 34.965,00 32.935,00

RRH Nominal Kliring Debet (Miliar Rp) 20,75 20,47 22,62 16,26 18,65 21,50 21,11 22,32

RRH Volume Kliring Debet (Lembar) 579,90 571,71 570,27 420,69 536,90 571,62 582,75 531,21

Kliring Pengembalian

Nominal Kliring Pengembalian (Miliar Rp) 22,10 36,49 34,99 29,03 122,60 23,41 47,83 41,01

Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 754,00 991,00 1.057,00 736,00 3.538,00 651,00 1.131,00 1.068,00

RRH Nominal Kliring Pengembalian (Miliar

Rp)

0,37 0,58 0,56 0,47 0,44 0,39 0,80 0,66

RRH Volume Kliring Pengembalian

(Lembar)

12,57 15,73 16,78 11,87 12,64 10,85 18,85 17,23

Cek/BG Kosong

Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Miliar

Rp)

18,84 25,02 30,86 23,51 98,23 16,58 34,28 30,61

Volume Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 596,00 702,00 909,00 616,00 2.823,00 512,00 983,00 908,00

RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong

(Miliar Rp)

0,31 0,40 0,49 0,38 0,32 0,28 0,57 0,49

RRH Volume Kliring Cek/BG Kosong

(Lembar)

9,93 11,14 14,43 9,94 10,15 8,53 16,38 14,65

RRH Nominal Cek/BG Kosong (%) 1,44 1,83 2,00 2,13 1,84 1,24 2,62 2,21

RRH Volume Cek/BG Kosong (%) 1,55 1,77 2,30 2,15 1,93 1,42 2,67 2,76

Indikator

20142013

Page 16: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

RingkasanEksekutif

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2014

GAMBARAN UMUM

Setelah mengalami perlambatan yang cukup dalam pada triwulan I dan II

2014, perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah merangkak naik hingga ke

tingkat pertumbuhan 6,58% (yoy) pada triwulan laporan atau lebih tinggi dari

pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,01% (yoy). Tingginya realisasi

investasi pada triwulan III 2014 menjadi penopang kinerja pertumbuhan ekonomi

dan memberikan multiplier effect ke sektor ekonomi lainnya. Tingkat inflasi

tercatat 5,40% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2014 10,27% (yoy)

maupun periode yang sama tahun sebelumnya 7,31% (yoy. Di sisi lain,

meningkatnya geliat perekonomian pada triwulan laporan terkonfirmasi oleh

peningkatan transaksi non tunai serta realisasi APBD dan APBN dibandingkan

triwulan II 2014. Di triwulan IV 2014, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

diperkirakan mencapai 5% - 5,5% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan III-2014 sebesar 6,58% (yoy). Dikeluarkannya kebijakan

kenaikan BBM, berdampak pada kenaikan inflasi di triwulan IV 2014 yang

diproyeksikan mencapai 8,4%-8,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi

triwulan III 2014 sebesar 5,5% (yoy)

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan III 2014 mengalami pertumbuhan

ekonomi secara tahunan sebesar 6,58% (yoy) atau secara triwulanan 3,48%

(qtq). Pertumbuhan pada triwulan laporan lebih tinggi dari pertumbuhan

triwulan II 2014 sebesar 3,37% (yoy) namun lebih rendah dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya 9,99% (yoy). Di sisi penggunaan, pertumbuhan

ekonomi terutama ditopang oleh kelompok investasi dengan andil sebesar

7,10% diikuti konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba dan

konsumsi pemerintah dengan andil masing-masing sebesar 5,11% dan 2,31%.

Sementara di sisi sektoral, sektor pertanian, sektor bangunan, dan sektor jasa-

Pertumbuhan PDRB

Provinsi Sulawesi

Tengah pada

triwulan III 2014

ditopang tingginya

kinerja investasi

Perekonomian

Sulawesi Tengah di

triwulan III 2014

secara umum

meningkat

dibandingkan

triwulan sebelumnya

Page 17: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

RingkasanEksekutif

2

jasa memiliki kontribusi terbesar dengan masing-masing sumbangan sebesar

2,62%, 1,69% dan 1,67%. Realisasi investasi PMA dan PMDN yang tinggi,

perayaan keagamaan, dan peningkatan realisasi APBD dan APBN menjadi faktor

utama membaiknya perekonomian pada triwulan laporan. Berdasarkan

strukturnya, PDRB Sulawesi Tengah melanjutkan tren pergeseran dari yang

tahun-tahun sebelumnya dominan ditopang oleh sektor primer kini justru

ditopang oleh sektor tersier.

KEUANGAN PEMERINTAH

Anggaran pemerintah pusat pada triwulan III 2014 di Provinsi Sulawesi

Tengah mengalami peningkatan dari sisi pendapatan maupun belanja. Hingga

akhir triwulan III 2014 total realisasi penerimaan pemerintah pusat di Sulawesi

Tengah mencapai Rp 1.133,76 miliar, yang didominasi oleh penerimaan pajak

sebesar 80,39%. Sedangkan realisasi pos pengeluaran mencapai Rp 3.320,58

miliar yang didominasi oleh belanja pegawai sebesar 33,05%.

Pada periode triwulan III 2014 , persentase realisasi Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Tengah baik di sisi

pendapatan maupun belanja, lebih tinggi daripada realisasi periode yang sama

tahun sebelumnya . Hingga triwulan III 2014 , realisasi pendapatan APBD Provinsi

Sulawesi Tengah tercatat sebesar Rp1.734,58 miliar atau mencapai 72,89% dari

total anggaran sebesar Rp2,38 triliun. Sementara realisasi total belanja APBD di

triwulan III 2014 mencapai Rp 1.485,3 miliar atau 60,89% dari total anggaran

sebesar Rp2,44 triliun, dimana komponen belanja modal mencapai realisasi

sebesar 57,89% dengan nilai Rp 161 miliar.

INFLASI DAERAH

Secara tahunan, laju inflasi kota Palu pada akhir triwulan III 2014

mencapai 5,46% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya sebesar 7,29% (yoy), namun lebih tinggi dibandingkan inflasi

nasional pada triwulan berjalan sebesar 4,53% (yoy). Pada triwulan laporan, kota

Palu mengalami inflasi kuartalan sebesar 1,30% (qtq). Secara bulanan, inflasi

triwulan III 2014 mengalami puncak pada bulan Juli dengan tingkat inflasi

Tekanan inflasi

mereda

Kinerja realisasi

pendapatan dan

belanja

pemerintah pusat

dan pemerintah

daerah lebih

tinggi dari

triwulan

sebelumnya.

Kinerja belanja

modal APBD

masih perlu

ditingkatkan

Page 18: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

RingkasanEksekutif

3

sebesar 1,53% (mtm). Komoditas yang memberikan tekanan inflasi pada bulan

Juli 2014 ialah kelompok subkelompok ikan segar dan bumbu-bumbuan.

Dari sisi disagregasi inflasi, inflasi volatile foods dan administered price

menunjukkan penurunan, sedangkan inflasi inti cenderung bergerak stabil.

Dibandingkan dengan triwulan yang sama periode sebelumnya, rata-rata inflasi

volatile foods dan administered price lebih rendah, sedangkan inflasi inti lebih

tinggi.

SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Perkembangan berbagai indikator perbankan pada triwulan III 2014

menunjukkan adanya pertumbuhan tahunan positif. Secara industri (gabungan

Bank Umum dan BPR), jumlah aset perbankan di Sulawesi Tengah pada bulan

September 2014 tercatat sebesar Rp23,63 triliun atau tumbuh sebesar 17,00%

(yoy). Sementara itu jumlah DPK yang dihimpun di akhir triwulan III 2014 tercatat

sebesar Rp13,39 triliun atau tumbuh sebesar 14,37% (yoy). Dalam hal

penyaluran kredit, secara keseluruhan kinerja perbankan meningkat dengan

pertumbuhan hingga mencapai 14,82% (yoy) sehingga total penyaluran kredit

menjadi Rp19,84 triliun pada akhir triwulan III 2014 . Berdasarkan jenis

penggunaan, kredit investasi mengalami pertumbuhan tertinggi, diikuti kredit

konsumsi dan kredit modal kerja.

Sementara itu, kualitas kredit yang diberikan masih tetap terjaga di level

rendah yang tercermin dari rasio NPL-gross perbankan pada triwulan III 2014

yang tercatat sebesar 2,13%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Di

sisi lain, tingkat LDR perbankan di Sulawesi Tengah mencapai angka 148%. Hal

ini menunjukkan intermediasi yang dilakukan perbankan sudah baik.

SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

Nominal transaksi uang tunai di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan

mengalami peningkatan di sisi inflow maupun di sisi outflow dibandingkan

triwulan sebelumnya. Sementara secara non tunai, peredaran uang pada

triwulan III 2014 menurun untuk nominal kliring sedangkan untuk RTGS

cenderung meningkat. Nominal kliring di triwulan laporan tercatat sebesar

Rp1,38 triliun atau menurun -10,29% (yoy). Sementara peredaran Cek/BG

Nominal transaksi

uang kartal

mengalami

peningkatan

Secara tahunan

Aset, DPK dan

Kredit perbankan

tumbuh positif

Tingkat NPL

masih dibawah

5%

Inflasi volatile foods

dan administered

price menunjukkan

tren menurun

Page 19: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

RingkasanEksekutif

4

kosong mengalami penurunan di sisi nominal namun mengalami peningkatan di

sisi jumlah warkat. Di sisi lain, nominal RTGS mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya baik di sisi ingoing maupun outgoing.

Aliran uang kartal di KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan III 2014

berada pada kondisi net outflow. Pertumbuhan tahunan inflow tercatat -19,83%

(yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 9,50% (yoy). Sejalan

dengan kondisi inflow, pertumbuhan outflow pada triwulan laporan juga lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi -3,10% (yoy). Apabila

diperbandingkan antara angka inflow dan outflow maka akan diperoleh net-

outflow selama triwulan III 2014 sebesar Rp757,17 miliar. Pada triwulan laporan

jumlah uang kertas yang dimusnahkan KPw BI Provinsi Sulawesi meningkat

dibandingkan triwulan lalu hingga menjadi Rp 219,79 miliar yang didominasi

oleh uang kertas pecahan Rp2.000,-.

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah pada Agustus 2014 relatif

meningkat dibandingkan satu tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja pada

bulan Agustus 2014 tercatat sebanyak 1,34 juta orang dengan jumlah angkatan

kerja yang telah bekerja mencapai 1,29 juta orang. Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) tercatat meningkat menjadi 66,76%, demikian pula halnya dengan

Tingkat Pengangguran Terbuka yang turun sebesar 0,51% selama periode

setahun terakhir

Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS pada awal Juli 2014, jumlah

penduduk miskin di Sulawesi Tengah posisi Maret 2014 adalah sebanyak 392,65

ribu jiwa atau 13,93% dari seluruh penduduk Sulteng. Jumlah tersebut menurun

dari posisi September tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 14,32%.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV 2014

diperkirakan tumbuh sebesar 5% - 5,5% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan III-2014 sebesar 6,58% (yoy) maupun periode yang sama tahun

sebelumnya 6,28% (yoy). Secara tahunan pertumbuhan ekonomi Provinsi

Terjadi net-

outflow pada

triwulan laporan

Pertumbuhan

Ekonomi di tw

IV 2014

diperkirakan

lebih rendah

dibandingkan

triwulan

sebelumnya

Tingkat

pengangguran

menurun

Persentase

penduduk

miskin menurun

Page 20: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

RingkasanEksekutif

5

Sulawesi Tengah di tahun 2014 diperkirakan mencapai 4,4% - 4,9% (yoy), jauh

melambat dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 9,38% (yoy).

Perkiraan lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi triwulan IV

dibandingkan triwulan III didukung Indeks Tendensi Konsumen yang dikeluarkan

BPS. Indeks Tendensi Konsumen di triwulan IV 2014 diperkirakan mengalami

penurunan yang ditopang oleh penurunan pada indeks perkiraan pendapatan

rumah tangga mendatang. Faktor kebijakan kenaikan BBM yang telah dilakukan

pemerintah memicu terjadinya peningkatan harga berbagai barang dan jasa yang

pada gilirannya dapat menurunkan pendapatan masyarakat.

Konsumsi Rumah Tangga diperkirakan tumbuh positif namun dalam level

terbatas. Faktor yang mendorong pertumbuhan tingkat konsumsi adalah adanya

perayaan Natal dan Tahun Baru serta puncak realisasi berbagai proyek

pemerintah di triwulan IV 2014 . Namun disisi lain, adanya kebijakan pemerintah

yang menaikkan BBM dapat berdampak pada meningkatnya harga berbagai

barang dan jasa yang berpotensi mengurangi tingkat konsumsi masyarakat.

Kinerja investasi di triwulan IV 2014 diperkirakan melanjutkan tren

pertumbuhan tinggi seperti pada triwulan sebelumnya. Kinerja PMA terutama

ditopang oleh realisasi investasi yang dilakukan oleh beberapa industri

pengolahan besar. Di sisi lain, puncak realisasi APBD dan APBN di triwulan IV

2014 diperkirakan akan memberikan efek positif pada kinerja investasi Sulawesi

Tengah.

Sektor pertanian diperkirakan tumbuh positif. Kinerja subsektor tabama

ditopang oleh panen raya pada bulan Oktober 2014. Kinerja sektor perkebunan

diperkirakan tumbuh melambat seiring dengan masih rendahnya produksi dan

ekspor kakao. Di sisi lain subsektor perikanan diperkirakan melanjutkan tren

pertumbuhan tinggi pada triwulan-triwulan sebelumnya seiring dengan semakin

besarnya perhatian pemerintah kepada subsektor ini seperti program bantuan

kapal inkamina, budidaya udang vaname dan Sistem Logistik Ikan nasional (SLIN).

Dengan memperhitungkan kenaikan BBM sebesar Rp2.000/l, inflasi

tahunan Kota Palu pada triwulan IV 2014 diperkirakan mencapai 8,4%-8,9%

(yoy) lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan III 2014 sebesar 5,5% (yoy)

maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,6% (yoy). Di sisi lain

inflasi triwulanan (qtq) diperkirakan mencapai 3,96% - 4,46% atau lebih tinggi

Inflasi di

triwulan IV

2014

diperkirakan

meningkat

akibat kenaikan

BBM

Page 21: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

RingkasanEksekutif

6

dibandingkan dengan inflasi triwulanan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 1,12%(qtq).

Di sisi penawaran, tekanan inflasi pada triwulan IV 2014 diperkirakan

meningkat. Adanya isu kenaikan harga BBM menjelang akhir tahun 2014

menyebabkan terjadinya kelangkaan BBM yang berpengaruh pada terbatasnya

stok solar di pelabuhan. Akibatnya, frekuensi nelayan untuk melaut turun drastis

yang berdampak pada berkurangnya pasokan ikan segar di pasar. Selanjutnya,

adanya kebijakan kenaikan harga BBM yang telah ditetapkan pemerintah per

tanggal 18 Oktober 2014 akan berdampak signifikan pada biaya input produksi,

biaya transportasi dan pengangkutan serta biaya lainnya yang akan

mempengaruhi tekanan inflasi di sisi penawaran.

Di sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan meningkat. Pada bulan

Oktober tekanan permintaan bersumber dari perayaan keagamaan Idul Adha dan

Tahun Baru Hijriah. Sementara di bulan Desember, permintaan masyarakat akan

kebutuhan pangan dan sandang semakin meningkat seiring perayaan Natal dan

Tahun Baru. Di sisi lain puncak realisasi APBD dan APBN di Sulawesi Tengah di

triwulan IV 2014 juga ikut memberikan tekanan inflasi di sisi permintaan. Survei

Konsumen bulan pada Oktober 2014 menunjukkan ekspektasi inflasi cenderung

meningkat dalam jangka pendek. Faktor kebijakan pemerintah yang menaikkan

BBM serta perayaan keagamaan menjadi faktor utama meningkatnya ekspektasi

inflasi 3 bulan dan 6 bulan ke depan.

Page 22: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

7

BAB 1

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

- Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan III-2014 tumbuh 6,58% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 3,37% (yoy) namun

lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 9,99% (yoy).

- Di sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh kelompok

investasi dengan andil sebesar 7,10% diikuti konsumsi rumah tangga dan lembaga

swasta nirlaba dan konsumsi pemerintah dengan andil masing-masing sebesar 5,11%

dan 2,31%. Sementara di sisi sektoral, sektor pertanian, sektor bangunan, dan sektor

jasa-jasa memiliki kontribusi terbesar dengan masing-masing sumbangan sebesar

2,62%, 1,69% dan 1,67%.

- Realisasi investasi PMA dan PMDN yang tinggi, perayaan keagamaan, dan

peningkatan realisasi APBD dan APBN menjadi faktor utama membaiknya

perekonomian pada triwulan laporan.

Setelah mengalami penurunan drastis di triwulan I dan II 2014, pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tengah mulai pulih yang ditopang oleh peningkatan seluruh

sektor kecuali sektor

pertambangan. Perekonomian

Provinsi Sulawesi Tengah pada

triwulan III-2014 tumbuh sebesar

6,58% (yoy) atau lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan

triwulan sebelumnya 3,37% (yoy)

namun lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun

sebelumnya 9,99% (yoy). Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB)

Provinsi Sulawesi Tengah Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 pada triwulan laporan

sebesar Rp6,12 triwulan sementara PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan dan Nominal PDRB

(triwulanan) Sulawesi Tengah ADHK 2000 (yoy)

9,999,42

6,60

10,95 10,71 10,879,99

6,28

3,35 3,37

6,58

0

2

4

6

8

10

12

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Nominal PDRB (Rp miliar) Pert. Ekonomi Prov. Sulteng (yoy)

Page 23: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

8

Rp16,76 triliun. Secara triwulanan, ekonomi Sulawesi Tengah di triwulan III 2014 tumbuh

3,48% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 3,23%

(qtq). Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan laporan terkonfirmasi oleh

hasil Indeks Tendensi Konsumen pada triwulan III 2014 yang tercatat sebesar 112,79

atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 110,04. Semua variabel

pembentuk seperti pendapatan rumah tangga, kaitan inflasi dengan konsumsi makanan

sehari-hari dan tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II 2014. Hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) juga mengkonfirmasi peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan

laporan. Kapasitas terpakai pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 71,96 lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya 70,16.

Dari sisi permintaan, dominasi struktur PDRB mengalami pergeseran. Sebelum

tahun 2014 komponen ekspor menjadi salah satu dari tiga komponen utama penopang

PDRB Sulawesi Tengah. Akan tetapi di triwulan I, II, dan III 2014, nominal ekspor justru

lebih kecil dari impor Sulawesi Tengah. Di triwulan III-2014 struktur PDRB ditopang oleh

konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba, investasi, dan konsumsi pemerintah

dengan porsi masing-masing sebesar 56,81%, 29,17% dan 17,58%. Bila dilihat secara

sektoral, PDRB Sulawesi Tengah terutama di topang oleh kinerja pada sektor pertanian,

diikuti sektor jasa-jasa, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa

masing-masing sebesar 37,01%, 16,84% dan 13,19%.

Berdasarkan strukturnya, PDRB Sulawesi Tengah melanjutkan tren pergeseran

dari yang tahun-tahun sebelumnya dominan ditopang oleh sektor primer kini justru

ditopang oleh sektor tersier. Di triwulan III 2014, pangsa sektor tersier tercatat sebesar

42,95% atau lebih besar dari pangsa sektor primer sebesar 41,45%. Bila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya, pangsa sektor primer menurun -0,77%. Menurunnya

pangsa di sektor primer terutama didorong oleh penurunan signifikan pangsa sektor

pertambangan dalam PDRB Provinsi Sulawesi Tengah pasca pelarangan ekspor tambang

mentah pada awal 2014. Peningkatan terjadi pada sektor sekunder yang ditopang oleh

semakin tingginya andil sektor bangunan dalam struktur perekonomian Sulawesi Tengah.

Pada triwulan laporan pangsa sektor sekunder mencapai 15,61% meningkat 0,40%

dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu sektor tersier juga mengalami

peningkatan sebesar 0,37% hingga menjadi 42,95%.

Page 24: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

9

1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran

Sektor bangunan mengalami pertumbuhan tertinggi hingga sebesar 20,62%

(yoy), diikuti sektor listrik, gas dan air serta sektor angkutan dan komunikasi dengan

tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 12,78% (yoy) dan 11,09% (yoy). Sementara

berdasarkan andilnya, pertumbuhan pada triwulan laporan terutama bersumber dari

sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa dengan masing-masing

sumbangan sebesar 2,62%, 1,69% dan 1,67%.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000

I* II* III* IV* I** II** III**

1. Pertanian 5,8 6,9 5,1 5,1 5,2 5,6 4,6 8,0 7,1

2. Pertambangan & Penggalian 29,2 67,2 74,2 55,7 -13,1 35,2 (44,6) (49,6) (33,1)

3. Industri Pengolahan 5,3 4,2 6,6 3,9 5,2 5,0 6,6 4,3 5,6

4. Listrik,Gas dan Air Bersih 8,3 8,3 8,8 9,7 11,9 9,7 11,0 10,2 12,8

5. Bangunan 18,2 8,2 15,3 15,8 14,3 13,5 14,7 15,5 20,6

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 9,6 2,7 6,9 8,6 12,3 7,7 12,1 7,6 9,3

7. Angkutan dan Komunikasi 8,6 8,7 8,0 8,5 8,2 8,3 7,9 8,0 11,1

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 8,1 13,4 12,0 12,3 14,9 13,2 11,8 10,0 10,2

9. Jasa - jasa 8,6 9,5 6,3 8,0 8,7 8,1 9,2 8,4 10,3

TOTAL 9,24 10,71 10,87 9,99 6,28 9,38 3,35 3,37 6,58

2013*Sektoral 2012*2013 2014**

*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000

I* II* III* IV* I** II** III**

1. Pertanian 0,3 1,6 1,0 2,2 -0,3 4,9 0,2

2. Pertambangan & Penggalian -8,6 2,7 -20,1 15,8 -41,8 -6,6 6,2

3. Industri Pengolahan -0,3 3,5 -0,1 2,0 1,0 1,3 1,2

4. Listrik,Gas dan Air Bersih 2,8 3,1 2,6 2,9 2,0 2,3 5,1

5. Bangunan -5,1 8,3 4,6 6,4 -4,7 8,9 9,2

6. Perdagangan, Hotel & Restoran -0,6 5,4 2,8 4,3 -0,9 1,2 4,4

7. Angkutan dan Komunikasi -2,2 1,8 3,1 5,4 -2,4 1,8 6,1

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1,6 4,6 3,1 4,9 -1,1 2,9 3,2

9. Jasa - jasa -1,6 3,3 4,3 2,5 -1,1 2,5 6,1

TOTAL -1,51 3,21 0,36 4,18 -4,23 3,23 3,48

Sektoral2013 2014

*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Page 25: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

10

Grafik 1.2. Andil Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektoral

2,6

2

(2,3

4)

0,3

2

0,0

9

1,6

9

1,2

0

0,8

2

0,5

1

1,6

7

(5,00)

(4,00)

(3,00)

(2,00)

(1,00)

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

Pe

rtan

ian

Pe

rtam

ban

gan

Ind

ust

ri P

en

gola

han

LGA

Ban

gun

an

PH

R

An

gku

tan

Keu

anga

n

Jasa

- ja

sa

Tw I 2014 Tw II 2014 Tw III 2014

%

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

1.1.1. Sektor Pertanian

Pertumbuhan sektor pertanian tercatat sebesar 7,13% (yoy) atau lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya 7,95% (yoy). Dibandingkan triwulan sebelumnya,

seluruh subsektor mengalami perlambatan kecuali subsektor peternakan dan subsektor

kehutanan.

Grafik 1.3. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB

Sektor dan Subsektor Pertanian Provinsi Sulawesi

Tengah

Grafik 1.4. Pangsa Nominal PDRB Sektor

Pertanian

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

I II III IV I II III

2013 2014

SEKTOR PERTANIAN

Tanaman BahanMakanan

TanamanPerkebunan

Peternakan

Kehutanan

Perikanan

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

Tanaman Bahan

Makanan30%

Tanaman Perkebunan

38%Peternakan6%

Kehutanan9%

Perikanan17%

Pangsa Sektor Pertanian

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

Subsektor peternakan mengalami pertumbuhan tertinggi hingga 12,63% (yoy).

Tingginya kinerja subsektor peternakan disebabkan oleh adanya perayaan keagamaan

Idul Adha pada Oktober 2014 yang memicu peningkatan pasokan berbagai hewan ternak

di triwulan III 2014. Di sisi lain, subsektor perikanan konsisten tumbuh tinggi pada angka

9,30% (yoy). Selain ditopang oleh perikanan tangkap dan perikanan budidaya, tingginya

Page 26: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

11

pertumbuhan pada subsektor perikanan juga disebabkan oleh perkembangan budidaya

rumput laut dan udang di berbagai daerah seperti Morowali dan Parigi Moutong. Di sisi

lain pemerintah daerah bersama dengan pemerintah pusat melakukan berbagai program

penguatan kapasitas nelayan yang tersebar di berbagai daerah di Sulawesi Tengah.

Tabel 1.3. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi per

Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2014.

No. LUAS TANAM LUAS PANEN PROVITAS PRODUKSI

(Ha) (Ha) (KU/Ha) (Ton)

1 BANGGAI KEPULAUAN 1.047 997 47,66 4.752

2 BANGGAI 44.980 42.838 52,33 224.157

3 MOROWALI 25.234 24.033 48,85 117.393

4 P O S O 29.014 27.633 49,39 136.481

5 DONGGALA 27.972 26.640 53,62 142.844

6 TOLITOLI 25.076 23.882 50,30 120.116

7 B U O L 12.459 11.866 46,84 55.580

8 PARIGI MOUTONG 51.795 49.329 56,79 280.142

9 TOJO UNAUNA 5.925 5.642 38,67 21.818

10 S I G I 42.573 40.545 53,52 217.016

11 P A L U 817 778 50,49 3.929

266.892 254.183 52,10 1.324.229

Bentuk Produksi = Gabah Kering Giling (GKG)

KABUPATEN/KOTA

SULAWESI TENGAH

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah

Kinerja subsektor tabama melambat dari triwulan sebelumnya. Angka realisasi

panen padi pada triwulan III 2014 sebesar 219.578 ton atau turun -32,69%

dibandingkan triwulan sebelumnya. Angka realisasi ini lebih rendah dari target yang

ditetapkan sebesar 339.742 ton. Adanya perbedaan yang cukup jauh antara target dan

realisasi panen disebabkan oleh pergeseran pola tanam padi di triwulan I 2014 akibat

adanya banjir di awal tahun dan puso. Kondisi ini berdampak pada terjadinya pergeseran

periode panen padi dari bulan Maret-April 2014 menjadi April-Juni 2014. Hal ini juga

terlihat dari realisasi panen bulan April yang mencapai 151.238 ton, jauh di atas target

sebesar 69.467 ton. Secara akumulasi, kondisi ini berdampak pada terjadinya perubahan

produksi padi di triwulan III 2014.

Penurunan produksi padi petani berdampak pada pengadaan beras yang dilakukan

oleh Bulog Divre Sulteng. Hal ini terkonfirmasi dengan pengadaan beras yang dilakukan

Bulog yang hingga triwulan III 2014 baru mencapai 17.041 ton atau dibawah target

hingga akhir tahun sebesar 47.000 ton. Beberapa faktor yang menyebabkan sulitnya

Page 27: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

12

pengadaan antara lain produksi petani yang menurun dan harga pembelian pedagang

jauh lebih tinggi dari Bulog. Menurunnya produksi petani selain karena dampak

kekeringan juga adanya bencana alam dan serangan hama termasuk di Sulteng. Untuk

mengamankan stok beras di Sulteng akibat seretnya pengadaan, Bulog Sulteng

bekerjasama dengan Bulog diprovinsi lain untuk menambah stok beras di Sulawesi

Tengah.

Grafik 1.5. Perkembangan Target dan Realisasi Panen

Jan-Sept 2014

Grafik 1.6. Perkembangan Stok Beras BULOG

020.00040.00060.00080.000

100.000120.000140.000160.000

Jan

ua

ri

Fe

bru

ari

Ma

ret

Ap

ril

Me

i

Jun

i

Juli

Ag

ust

us

Se

pte

mb

er

2014

Target Realisasi Panen

ton

Sumber : Distan Prov. Sulteng

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2013 2014

Palu Poso

Luwuk Tolitoli

Total Sulteng

Pada triwulan laporan, subsektor perkebunan tumbuh melambat hingga menjadi

4,90% (yoy). Menurunnya kinerja subsektor perkebunan disebabkan oleh belum

membaiknya kinerja kakao. Dari periode Januari hingga September 2014, ekspor kakao

ke luar negeri hanya tercatat sebesar USD 1,65 juta jauh lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD29,64 juta. Tidak optimalnya hasil

program Gernas Kakao, serangan hama penggerek buah dan batang, produktivitas

kakao yang semakin menurun, usia tanaman non produktif yang semakin meningkat

serta alih fungsi lahan ke komoditas pertanian lain merupakan sederet permasalahan

yang hingga saat ini menjadi momok pengembangan kakao di Sulawesi Tengah.

Semakin berkurangnya jumlah produksi kakao di kalangan petani, berimbas pada aspek

usaha eksportir kakao yang juga kesulitan mencari bahan baku untuk diekspor.

Dari hasil liaison yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulteng ke eksportir utama

kakao di Sulawesi Tengah diperoleh informasi bahwa seluruh penjualan saat ini ditujukan

untuk pasar lokal yang didominasi penjualan ke industri pengolahan di Batam, sebagian

ke Jakarta dan Surabaya. Kontak mengungkapkan bahwa seiring dengan pengenaan bea

Page 28: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

13

keluar atas ekspor biji kakao, beberapa perusahaan asing yang sebelumnya mengimpor

kakao dari Indonesia membuka pabrik pengolahan langsung di Indonesia. Selain itu,

beberapa pabrik juga melakukan strategi mengamankan pasokan bahan baku biji kakao

dengan membuka kantor cabang baru di Kota Palu untuk memutus rantai distribusi yang

terlalu panjang. Dengan demikian, maka orientasi penjualan kedua kontak juga

mengalami perubahan dari yang sebelumnya ekspor ke luar negeri menjadi ekspor antar

daerah (domestik).

Harga rata-rata kakao internasional di triwulan III 2014 tercatat sebesar USD

3.229,03 naik 30,76% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan

harga tersebut didorong oleh persaingan yang semakin ketat antar pedagang besar

kakao dan penurunan produktivitas lahan. Meskipun harga mengalami kenaikan, namun

momen tersebut tidak bisa dimaksimalkan, baik oleh pedagang maupun petani karena

stok barang yang terbatas.

Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Bank Umum Sektor

Pertanian

Grafik 1.8. Perkembangan Volume Ekspor Kakao

0%

50%

100%

150%

200%

250%

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1.000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Kredit Pertanian Pert. (%, yoy)

Rp miliar %,yoy

Sumber : Bank Indonesia

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

Ekspor Kakao Harga Rata-Rata (ICCO) Tren Expon.Kakao

1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Kinerja sektor pertambangan melanjutkan tren kontraksi akibat penerapan

kebijakan larangan ekspor minerba. Pada triwulan laporan, sektor pertambangan

mengalami kontraksi pertumbuhan yang dalam hingga -33,10% (yoy). Di triwulan I

2014 kinerja sektor pertambangan masih ditopang oleh adanya produksi dan ekspor dari

tanggal 1-11 Januari 2014 hingga sebesar USD 19,34 juta; sedangkan di triwulan II dan III

2014, sama sekali tidak ada aktivitas produksi dan ekspor tambang. Akibatnya ekspor

pertambangan non migas pada triwulan laporan tercatat nihil (nol).

Page 29: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

14

Grafik 1.9 Pertumbuhan Tahunan Sektor dan

Subsektor Pertambangan

Grafik 1.10 Perkembangan Nominal dan Volume

Ekspor Tambang

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

I II III IV I II III

2013 2014

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN

Minyak & Gas Bumi

Penggalian

Pertambangan bukan Migas

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

-50005001.0001.5002.0002.5003.0003.5004.0004.500

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

Nominal Ekspor Tambang (Juta USD)-sb kiri

Volume Ekspor Tambang (ribu ton)-sb kanan

Walaupun subsektor pertambangan bukan migas mengalami kontraksi yang

signifikan, akan tetapi subsektor lainnya seperti subsektor penggalian tercatat masih

tumbuh positif sebesar 21,50% (yoy). Pertumbuhan pada subsektor penggalian ditopang

oleh masih besarnya realisasi investasi dan tingginya geliat pembangunan di daerah

Kalimantan dan Sulawesi.

1.1.3. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 5,65% (yoy), lebih tinggi dari

pertumbuhan triwulan sebelumnya 4,29% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada triwulan III-2014 dengan kapasitas terpakai sektor

tersebut sebesar 71,96 lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 70,16. Dari survei yang

dilakukan BPS diperoleh informasi bahwa pertumbuhan produksi Industri Manufaktur

Besar dan Sedang (IBS) Provinsi Sulawesi Tengah di triwulan III-2014 sebesar 6,11% (yoy)

atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 3,56% (yoy).

Subsektor lainnya mengalami pertumbuhan tertinggi hingga mencapai 15,97%

(yoy) diikuti subsektor makanan, minuman dan tembakau yang tumbuh 9,66% (yoy).

Pertumbuhan pada subsektor makanan, minuman dan tembakau ditopang oleh adanya

bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Di sisi lain subsektor kayu dan hasil hutan lainnya yang

memiliki pangsa terbesar terhadap sektor industri pengolahan tumbuh 2,48% (yoy).

Page 30: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

15

Grafik 1.11. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor

dan Subsektor Industri Pengolahan

Grafik 1.12. Kapasitas Terpakai Industri

Pengolahan

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

I II III IV I II III

2013 2014

3. INDUSTRIPENGOLAHAN

Makanan, Minuman& Tembakau

Kayu dan Hasil HutanLainnya

Semen & BarangGalian bukan Logam

Lainnya

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

70,54

62,50

74,20 73,13

58,75

72,33

66,79

61,67

81,96

70,1671,96

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Sumber : KPw BI Sulteng

Grafik 1.13. Perkembangan Pertumbuhan Tahunan

(yoy) Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Provinsi Sulawesi Tengah

Grafik 1.14. Perkembangan Volume Ekspor Kayu,

Kayu Olahan dan Furniture

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II* III**

2012 2013 2014

IBS Sulawesi Tengah

IBS Nasional

Sumber : BPS Prov. Sulteng

%

Keterangan : *) Angka perbaikan

**) Angka sangat sementara

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

0200400600800

1.0001.2001.4001.6001.8002.000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Volume Ekspor Kayu, Kayu Olahan &Furniture (ton)g.qtq

Sumber : Bank Indonesia, diolah

ton

*) Data Sementara

1.1.4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Sektor listrik dan air bersih pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 12,78% (yoy)

atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 10,16% (yoy). Beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya peningkatan kinerja LGA ini adalah peningkatan realisasi

berbagai proyek APBD dan APBN di Sulawesi Tengah serta semakin besarnya penyaluran

listrik dari PLTA Sulewana ke beberapa daerah di Sulawesi Tengah seperti Poso dan Parigi.

Peningkatan penyaluran energi ini sebagai bentuk respon semakin meningkatnya

kapasitas perekonomian di berbagai kabupaten Sulawesi Tengah.

Page 31: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

16

Grafik 1.15. Perkembangan Konsumsi Listrik Di

Kota Palu

Grafik 1.16. Perkembangan Vol. Penjualan Air

PDAM Donggala

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-

20.000.000

40.000.000

60.000.000

80.000.000

100.000.000

120.000.000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Pemakaian Listrik YoY QtQ

Sumber : PT PLN Cabang Palu

Kwh

-8%-6%-4%-2%0%2%4%6%8%10%12%

1.100.000

1.150.000

1.200.000

1.250.000

1.300.000

1.350.000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Vol. Air Tersalur g.vol (qtq) g.vol (yoy)

Sumber : PDAM Donggala

m3

Di sisi lain, masih terjaganya tingkat konsumsi masyarakat Sulawesi Tengah serta

cukup tingginya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan menjadi penopang tetap

tumbuhnya kinerja sektor ini. Ke depan, kinerja sektor listrik menghadapi tantangan

berupa tarif kenaikan listrik yang dilakukan secara bertahap oleh pemerintah serta

pengurangan kuota solar bersubsidi dari Pertamina ke PLN.

1.1.5. Sektor Bangunan

Sektor bangunan tumbuh 20,62%, lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya 15,47% (yoy). Kinerja sektor bangunan pada triwulan laporan ditopang

oleh realisasi investasi proyek konstruksi perusahaan di Kabupaten Banggai dan

Morowali. Besarnya nilai investasi kedua proyek tersebut memberikan nilai tambah yang

signifikan kepada sektor bangunan di Sulawesi Tengah. Di sisi lain, tingginya realisasi

pembangunan beberapa hotel bintang, ruko, dan properti lainnya di daerah Palu dan

sekitarnya juga memberikan kontribusi yang tidak sedikit pada peningkatan sektor

bangunan.

Page 32: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

17

Grafik 1.17. Realisasi Pengadaan Semen Di

Sulawesi Tengah

Grafik 1.18. Perkembangan Kredit Bank Umum

Sektor Bangunan

-30

-20

-10

0

10

20

30

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

180.000

200.000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Jumlah (ton) Growth (y-o-y) Growth (q-t-q)

ton %

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Kredit Konstruksi Pert. (%, yoy)

Rp miliar %,yoy

Sumber : Bank Indonesia

Peningkatan kinerja sektor bangunan terkonfirmasi dari indikator realisasi

pengadaan semen di Sulawesi Tengah yang tercatat sebesar 159.663 ton atau tumbuh

sebesar 10,29% (yoy). Sementara kredit yang disalurkan Bank Umum pada sektor

bangunan mencapai Rp544,60 miliar atau tumbuh 27,79% (yoy).

1.1.6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)

Pada triwulan III-2014 kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh

sebesar 9,30% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 7,64%

(yoy). Dibandingkan triwulan sebelumnya seluruh subsektor meningkat. Pertumbuhan

tertinggi terjadi pada subsektor hotel hingga sebesar 11,05% disusul subsektor restoran

dan subsektor perdagangan besar dan eceran yang masing-masing tercatat sebesar

10,01% (yoy) dan 9,24% (yoy). Faktor Ramadhan dan Idul Fitri, peningkatan realisasi

APBD dan APBN serta pembayaran gaji ke-13 PNS menjadi penopang utama kinerja

sektor PHR pada triwulan laporan.

Grafik 1.19 Perkembangan Pertumbuhan PHR dan subsektornya

0%2%4%6%8%

10%12%14%16%18%20%

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

6. PERDAGANGANHOTEL DANRESTORAN

Perdagangan Besardan Eceran

H o t e l

R e s t o r a n

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

Page 33: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

18

Grafik 1.20. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Grafik 1.21. Perkembangan Jumlah Tamu Hotel

Berbintang

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 204

TPK Total TPK Hotel Bintang TPK Hotel Melati

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Total Tamu g. (qtq) g.(yoy)

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

orang

1.1.7. Sektor Angkutan dan Komunikasi

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor angkutan dan komunikasi pada

triwulan III-2014 mengalami akselerasi dengan pertumbuhan sebesar 11,09% (yoy).

Subsektor komunikasi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 13,73%, sementara

subsektor angkutan tumbuh 10,84% (yoy). Penopang utama kinerja sektor angkutan

dan komunikasi antara lain perayaan keagamaan Ramadhan dan Idul Fitri serta aktivitas

investasi di berbagai daerah di Sulawesi Tengah. Beberapa indikator menunjukkan

bahwa jumlah penumpang khususnya angkutan udara yang datang dan pergi melalui

Bandara Mutiara selama triwulan III-2014 tercatat berjumlah 260.873 penumpang atau

tumbuh sebesar 2,52% (yoy).

Grafik1.22. Perkembangan Arus Penumpang Pesawat

Udara Melalui Bandara Mutiara Palu

-25%-20%-15%-10%-5%0%5%10%15%20%

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Penumpang Datang Penumpang Berangkat

Total (qtq) Total (yoy)

Sumber : Bandara Mutiara Palu

orang

Page 34: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

19

1.1.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III-2014

tumbuh 10,18% (yoy) atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

10,03% (yoy). Peningkatan ini ditopang oleh kinerja subsektor lembaga keuangan tanpa

bank, subsektor sewa bangunan dan subsektor jasa perusahaan yang tumbuh positif.

Faktor tingginya geliat investasi pada triwulan laporan menjadi pemicu membaiknya

kinerja seluruh subsektor tersebut. Di sisi lain, subsektor bank tumbuh melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya hingga menjadi 8,68% (yoy). Kebijakan

moneter kontraktif yang ditandai dengan melambatnya pertumbuhan kredit perbankan

menjadi pendorong melambatnya kinerja subsektor bank.

Grafik1.23. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor

dan Subsektor Keuangan, Persewaan dan Jasa

Grafik 1.24. Perkembangan Kredit, DPK, dan NTB

Perbankan Di Sulawesi Tengah

0%

5%

10%

15%

20%

25%

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

8. KEUANGAN,PERSEWAAN DANJASA PERUSAHAAN

B a n k

Lembaga KeuanganTanpa Bank

Sewa Bangunan

Jasa Perusahaan

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

NTB BU (sb.kiri) g.DPK BU (yoy)

g.Kredit BU (yoy)Sumber : Bank Indonesia

Rp miliar

1.1.9. Sektor Jasa-Jasa

Pada triwulan III-2014 kinerja sektor jasa tumbuh positif hingga menjadi 10,25%

(yoy). Pertumbuhan pada sektor ini terutama ditopang oleh kinerja subsektor swasta

yang pada triwulan laporan tumbuh 11,90% (yoy), sementara subsektor pemerintah

tumbuh 9,57% (yoy). Kinerja subsektor pemerintah di topang oleh realisasi APBD dan

APBN di triwulan III 2014 yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya (lihat indikator keuangan pemerintah di bab 2).

1.2. Analisis PDRB Dari Sisi Permintaan

Di sisi permintaan, pertumbuhan tertinggi dialami kelompok investasi hingga sebesar

29,32% (yoy) diikuti kelompok impor 23,25% (yoy) dan kelompok konsumsi pemerintah

sebesar 13,67% (yoy). Di lihat dari andilnya, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi

Tengah pada triwulan III-2014 terutama ditopang oleh kelompok investasi dengan andil

sebesar 7,10% diikuti konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba dan konsumsi

Page 35: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

20

pemerintah dengan andil masing-masing sebesar 5,11% dan 2,31%. Realisasi berbagai

proyek besar di Kabupaten Banggai dan Morowali, perayaan keagamaan dan

peningkatan realisasi APBD dan APBN menjadi faktor utama besarnya andil kelompok

pengeluaran tersebut dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan.

Tabel 1.4. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sulawesi Tengah Menurut Penggunaan

Atas Dasar Harga Konstan 2000

I* II* III* IV* I** II** III*

1. Konsumsi Rumah Tangga dan Lembaga Swasta Nirlaba 6,9 7,7 7,1 7,8 7,3 7,5 7,2 9,7 9,2

2. Konsumsi Pemerintah 6,2 7,1 5,4 5,4 8,1 6,5 9,0 7,4 13,7

3. Investasi 16,3 17,3 18,0 18,6 16,4 17,5 20,9 27,9 29,3

4. Ekspor 13,5 12,5 16,3 14,2 -5,2 8,7 -29,4 -45,0 -30,9

5. Dikurangi Impor 11,5 6,2 6,1 14,0 15,7 10,6 15,3 16,5 23,3

TOTAL 9,24 10,71 10,87 9,99 6,28 9,38 3,35 3,37 6,58

2014**20132013*Sektoral 2012

*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Tabel 1.5. Pertumbuhan Triwulanan (qtq) PDRB Sulawesi Tengah Menurut Penggunaan

Atas Dasar Harga Konstan 2000

I* II* III* IV* I** II** III**

1. Konsumsi Rumah Tangga dan Lembaga Swasta

Nirlaba-0,56 1,40 3,80 2,56 -0,68 3,78 3,25

2. Konsumsi Pemerintah -2,04 3,88 0,28 5,95 -1,27 2,43 6,08

3. Investasi 0,64 5,63 2,75 6,56 4,55 11,73 3,90

4. Ekspor -4,91 3,04 -7,35 4,48 -29,19 -19,70 16,24

5. Dikurangi Impor 1,06 0,35 9,37 4,32 0,70 1,41 15,70

TOTAL -1,51 3,21 0,36 4,18 -4,23 3,23 3,48

Penggunaan2013 2014**

*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Grafik 1.25. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Kelompok Penggunan

5,11

2,31

7,10

-4,9

4

3,00

(10)

(8)

(6)

(4)

(2)

0

2

4

6

8

Konsumsi RumahTangga dan

Lembaga SwastaNirlaba

KonsumsiPemerintah

Investasi Ekspor Impor

Tw I 2014 Tw II 2014 Tw III 2014

%

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

Page 36: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

21

1.2.1. Konsumsi

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, gabungan konsumsi rumah tangga

dan lembaga nirlaba pada triwulan laporan tumbuh sebesar 10,21% (yoy) lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 9,18% (yoy). Tingginya pertumbuhan

komponen konsumsi ditopang oleh perayaan bulan Ramadhan dan Idul Fitri,

pembayaran gaji ke-13 PNS, anggota TNI, anggota polri, pejabat negara, dan penerima

pensiun/tunjangan serta meningkatnya realisasi berbagai proyek pemerintah dan swasta.

Grafik 1.26. Perkembangan Kredit Konsumsi

Di Sulawesi Tengah

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

Mar

Jun

i

Sep

t

De

s

Mar

Jun

i

Sep

t

De

s

Mar

Jun

i

Sep

t2012 2013 2014

Kredit Konsumsi % g. kredit kon (yoy)

Sumber : Bank Indonesia

Rp miliar

Beberapa indikator menunjukkan adanya peningkatan. Indeks Tendensi

Konsumen Sulawesi Tengah pada triwulan III-2014 tercatat sebesar 112,79, meningkat

dibandingkan indeks triwulan sebelumnya 110,04. Faktor yang berpengaruh mendorong

meningkatnya ITK pada triwulan III-2014 adalah meningkatnya optimisme konsumen

terhadap tingkat pendapatan rumah tangga. Tingginya kebutuhan masyarakat berupa

persiapan biaya pendidikan dan kebutuhan untuk liburan sekolah serta lebaran Idul Fitri

pada Juli-Agustus 2014 mendorong optimisme masyarakat berupaya untuk memperoleh

pendapatan yang lebih tinggi.

Page 37: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

22

Grafik 1.27. Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 1.28. Indeks Tendensi Konsumen

102,22

114,56

112,08

80859095

100105110115120125130135140145150155

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

1*

12

*1

*2

*3

*4

*5

*6

*7

*8

*9

*

2012 2013 2014

NTP

Indeks Diterima

Indeks Dibayar

Sumber : BPS Prov. Sulteng*) Perubahan Tahun Dasar dari (2007=100) ke (2012=100)

85

90

95

100

105

110

115

120

I II III IV I II III

2013 2014

Indeks TendensiKonsumen

Pendapatan RumahTangga

Kaitan Inflasi dengankonsumsi makanansehari-hari

Tingkat konsumsibeberapa komoditimakanan dan bukanmakanan

Indeks

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

Di sisi lain rata-rata NTP di triwulan III 2014 tercatat sebesar 102,61 atau lebih

rendah dibandingkan triwulan II 2014 sebesar 103,52. Di sisi lain kredit konsumsi pada

triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 16,99% (yoy) atau melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya 18,80% (yoy).

1.2.2. Investasi

Secara tahunan komponen investasi pada triwulan III-2014 tumbuh signifikan

hingga 29,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya

27,89% (yoy). Selain ditopang oleh pembangunan perusahaan di Banggai, kinerja

investasi pada triwulan laporan juga ditopang oleh pembangunan smelter di Morowali.

Selain itu tingkat realisasi proyek APBD dan APBN juga berpengaruh pada pertumbuhan

komponen investasi.

Grafik 1.29. Kredit Investasi Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept

2012 2013 2014

N. Kredit inv

g. kredit inv (yoy)

g. kredit inv (qtq)

Sumber : Bank Indonesia

Rp miliar

Page 38: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

23

Berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dari Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM), diperoleh informasi bahwa rencana investasi PMA pada

triwulan III-2014 yang telah memiliki izin prinsip di Sulawesi Tengah tercatat sebesar USD

1.046,60 juta lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar USD 52,30 maupun periode

yang sama tahun sebelumnya sebesar USD251,65 juta. Nilai investasi PMA di Sulawesi

Tengah pada triwulan III 2014 merupakan tertinggi ketiga secara nasional setelah DKI

Jakarta dan Jawa Barat. Kredit investasi bank umum berdasarkan bank pelapor pada

bulan September 2014 tercatat sebesar Rp2.155,34 miliar, tumbuh melambat 19,11%

(yoy). Sementara volume realisasi semen di Sulawesi Tengah pada triwulan III 2014

mencapai 159.663 ton atau tumbuh 10,29% (yoy).

Grafik 1.30. Perkembangan Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) Sulawesi Tengah

Grafik 1.31. Perkembangan Penanaman Modal

Asing (PMA) Sulawesi Tengah

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Nilai Investasi (Rp miliar)-sbkiriJumlah Proyek-sb kanan

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Rp miliar

-

5

10

15

20

25

30

0

200

400

600

800

1000

1200

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Nilai Investasi (US $ Juta)-sb kiri

Jumlah Proyek-sb kanan

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

USD juta

Penerapan UU Minerba yang baru memicu arus investasi pembangunan smelter

sektor pertambangan ke Sulawesi Tengah khususnya di kabupaten-kabupaten sentra

pertambangan seperti Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai. Saat ini baru ada

satu perusahaan di Morowali yang melakukan pembangunan smelter dengan kapasitas

300.000 ton FeNi per tahun. Untuk tahap II, perusahaan juga akan membangun smelter

dengan kapasitas 600.000 ton per tahun. Ke depan, rencananya akan ada beberapa

perusahaan lain yang membangun smelter baik di Morowali dan Morowali Utara. Dengan

nominal yang besar, diharapkan pembangunan smelter ini berimplikasi signifikan

terhadap terhadap investasi di Sulawesi Tengah.

Berdasarkan liasion yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah terhadap

salah satu perusahaan besar di Kabupaten Banggai

perekayasaan, pengadaan dan konstruksi perusahaan pada September 2014 telah

Page 39: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

24

mencapai 99%. Saat ini perusahaan sedang berfokus pada persiapan pengoperasian

kilang. Selain itu seluruh komponen kilang seperti main heat exchanger dan LNG storage

tank telah terpasang. Target penyelesaian proyek konstruksi perusahaan tersebut

perusahaan

diperkirakan akan beroperasi pada triwulan II 2015. Adanya jeda antara penyelesaian

proyek pada triwulan IV 2014 dengan operasi yang baru bisa dilakukan pada triwulan II

2015 disebabkan oleh belum siapnya pembangunan industri hulu (eksploitasi gas).

1.2.3. Ekspor

Penurunan drastis kinerja

pertambangan berimplikasi

langsung pada kinerja ekspor

Sulawesi Tengah. Pada

triwulan laporan kinerja ekspor

tercatat mengalami kontraksi

sebesar -30,94% (yoy). Di

triwulan I-2014 ekspor Sulawesi

Tengah masih ditopang oleh

ekspor tambang sebesar USD

19,34 juta yang merupakan ekspor yang periode 1 s.d. 11 Januari 2014 (sebelum

pemberlakukan UU Minerba). Akan tetapi di triwulan II dan III 2014, ekspor tambang

mineral langsung tercatat nihil (nol). Di sisi lain, ekspor kakao sedikit menunjukkan

adanya perbaikan. Di triwulan III 2014, ekspor kakao tercatat sebesar USD1,31 juta, lebih

kecil dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya USD9,21 juta.

Nominal ekspor non migas Sulawesi Tengah pada triwulan III-2014 sebesar USD 3,91

juta jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD

54,05 juta. Ditinjau dari negara pembeli, pangsa ekspor Sulawesi Tegah didominasi oleh

pembeli dari negara di Asia khususnya Malaysia.

Grafik 1.32 Perkembangan Nominal dan Volume

Ekspor Sulawesi Tengah

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Nominal Ekspor Sulteng-Sb.kiri

Volume Ekspor Sulteng -Sb. kanan

USD juta

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Page 40: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

25

Grafik 1.33. Jumlah Barang Keluar Melalui Bandara

Mutiara Palu

-25%-20%-15%-10%-5%0%5%10%15%20%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

jumlah barang keluar (ton) g. barang keluar (qtq) g. barang keluar (yoy)

ton

Sumber : Bandara Mutiara Palu

Tabel 1.6. Perkembangan Nilai Ekspor Berdasar SITC 2 Digit Komoditas Utama Provinsi

Sulawesi Tengah (Ribu USD)

Tahun Bulan Total Ekspor

Ikan,kerang-

kerangan,m

oluska dan

Olahannya

Kopi, Teh,

Coklat,

rempah-

rempah

Kayu dan

Gabus

Biji Logam

dan Sisa-

sisa Logam

Bahan

Nabati dan

hewani

Lainnya

Barang-

barang

Kayu dan

Gabus

Lainnya

1 20.007 3 1.860 63 17.940 124 0 16

2 26.777 359 1.696 269 24.077 147 199 31

3 26.007 234 2.145 310 23.140 93 71 16

4 20.839 191 2.738 251 17.403 195 60 0

5 17.194 584 3.065 259 12.762 195 100 228

6 29.592 367 8.924 205 19.950 123 22 0

7 15.970 81 1.902 274 13.551 49 82 31

8 21.786 82 3.778 148 17.656 30 77 15

9 16.299 136 3.527 326 12.165 32 98 16

10 27.068 72 3.109 338 23.452 26 57 16

11 36.021 169 3.483 240 32.044 36 31 17

12 11.274 85 2.816 404 7.662 63 32 212

Total 268.837 2.365 39.042 3.088 221.803 1.113 828 598

Pangsa 100% 0,88% 14,52% 1,15% 82,50% 0,41% 0,31% 0,22%

1 19.819 260 0 142 19.335 56 0 25

2 4.907 301 0 307 0 27 13 4.259

3 467 167 0 251 0 31 5 13

4 950 316 335 147 0 80 45 27

5 697 230 0 364 0 72 20 11

6 556 262 0 180 0 80 10 24

7 685 157 0 217 0 28 90 194

8 722 179 0 341 0 32 0 171

9 2.503 244 1.309 405 0 43 61 440

Total 31.306 2.116 1.645 2.353 19.335 450 242 5.164

Pangsa 100% 6,76% 5,25% 7,52% 61,76% 1,44% 0,77% 16,50%

2013

2014

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Page 41: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

26

1.2.4. Impor

Impor Sulawesi Tengah pada triwulan III 2014 tumbuh tinggi hingga 23,25%

(yoy). Selain ditopang kinerja impor antar daerah, kinerja impor juga ditopang oleh impor

dari luar negeri. Barang yang diimpor dari luar negeri pada triwulan laporan termasuk

dalam golongan barang mesin (peralatan listrik), mesin-mesin (pesawat mekanik). Hal ini

untuk memenuhi kebutuhan investasi yang tinggi di Sulawesi Tengah khususnya

perusahaan di Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Morowali. Secara

triwulanan, impor Sulawesi Tengah yang berasal dari luar negeri selama Juli-September

2014 tercatat sebesar USD 77,34 juta, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya yang tercatat nihil (nol).

Grafik 1.34 . Jumlah Barang Masuk Melalui Bandara

Mutiara Palu

-25%-20%-15%-10%-5%0%5%10%15%20%25%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

jumlah barang masuk (ton) g. barang masuk (qtq) g. barang masuk (yoy)

ton

Sumber : Bandara Mutiara Palu

Grafik 1.35. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sulawesi Tengah dan Pangsa Impor Tw III 2014

CRUDE MATERIALS,

INEDIBLE0,01%

CHEMICAL0,42%

MANUFACTURED GOODS

14,96%

MACHINERY & TRANSPORT

EQP82,10%

MISC. MANUFACTURED ARTICLES

2,51%

- 20.000 40.000 60.000 80.000

100.000 120.000 140.000 160.000 180.000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

USD ribu

--- o0o ---

Page 42: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Boks. 1 Analisis PDRB Tingkat Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah

1. Analisis PDRB Kabupaten/Kota Dari Sisi Penawaran

Sektor pertambangan mencatatkan pertumbuhan tertinggi hingga sebesar 59,89% (yoy)

pada tahun 2012 dan 41,18% (yoy) pada tahun berikutnya yang terjadi di Kabupaten

Morowali, diikuti oleh sektor bangunan sebesar 49,36% (yoy) pada tahun 2012 dan 49,88%

pada tahun 2013 yang juga dicapai oleh Kabupaten Banggai. Sementara itu, pertumbuhan

sektoral tertinggi pada sektor pertanian dalam kurun waktu dua tahun terakhir mampu

disumbangkan oleh Kabupaten Banggai dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 9,14%.

Pertumbuhan sektor pertanian tersebut ditopang oleh membaiknya kinerja subsektor peternakan

dan subsektor kehutanan yang mampu mencatat pertumbuhan di atas sepuluh % secara tahunan.

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Menurut Lapangan Usaha Pada Kabupaten/Kota

Provinsi Sulawesi Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2000

2012*Angka Sementara 2013**Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Perkembangan daerah sentra pertanian pada umumnya mengalami perlambatan dari segi

produksi. Hanya Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong yang mampu mempertahankan

share sektor pertanian di atas 50 % terhadap PDRB dalam kurun waktu 2009-2013. Sementara

daerah lain, yakni Kabupaten Banggai dan Kabupaten Donggala mengalami penurunan sehingga

hanya mencapai share sektor pertanian terhadap PDRB masing-masing sebesar 44% dan 37%.

2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013

1. PERTANIAN 9,11 9,16 6,62 6,45 7,36 7,36 8,30 8,24 8,68 10,29 7,52 7,47 7,61 6,79 7,24 7,66 7,96 7,84 7,28 7,37 7,48 6,13 7,39 7,45

a.Tanaman Bahan Makanan 8,10 8,63 4,27 3,87 2,38 2,66 8,52 8,46 8,37 8,66 9,11 8,20 11,16 8,03 7,52 8,79 10,92 9,99 6,68 6,79 (2,77) 10,10 8,76 8,80

b.Perkebunan 8,63 8,55 8,11 7,88 5,99 5,96 9,22 8,96 10,15 13,30 6,49 6,16 8,10 7,24 6,91 6,25 7,53 7,60 7,48 7,66 12,81 3,43 7,19 7,24

c.Peternakan 16,47 16,59 5,65 6,16 4,49 4,12 10,67 10,32 13,19 8,33 6,64 9,33 6,00 5,52 6,57 7,36 8,19 7,01 8,67 8,83 8,20 9,13 6,87 6,93

d.Kehutanan 13,27 11,84 4,24 4,04 3,42 3,22 5,27 4,87 0,43 0,45 6,93 6,86 - - 5,06 5,18 3,71 4,78 7,84 7,87 7,62 10,73 6,32 6,30

e.Perikanan 7,60 7,91 10,60 10,52 9,96 9,82 6,66 7,61 8,76 9,03 7,29 8,19 8,33 8,43 8,12 8,47 5,62 5,79 7,31 7,16 5,76 7,26 6,04 6,23

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 35,54 27,69 9,55 9,33 7,49 7,77 10,25 8,88 59,89 41,18 17,35 11,05 5,88 10,96 7,61 7,97 9,15 10,06 8,97 9,11 7,60 12,83 7,24 7,26

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 8,01 7,36 8,02 8,23 7,62 7,98 4,72 6,22 9,62 9,37 4,45 5,48 4,59 9,82 7,70 7,80 6,87 7,15 6,97 6,86 4,97 14,57 4,68 4,56

4. LISTRIK DAN AIR BERSIH 15,81 16,62 9,68 9,31 11,45 11,55 9,90 10,12 7,83 8,94 7,94 7,51 6,49 11,19 5,08 5,03 8,54 10,02 7,80 7,97 7,49 7,16 7,80 8,09

5. BANGUNAN 49,36 49,88 10,28 10,09 9,53 10,39 17,23 13,11 8,55 7,93 10,52 9,72 12,53 14,22 7,04 7,34 11,95 11,71 9,08 9,31 7,80 17,45 9,32 9,59

6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 11,04 12,97 10,56 10,76 10,57 10,81 5,20 6,43 8,67 9,49 9,64 8,41 8,97 9,78 10,07 8,42 9,20 9,06 8,63 8,98 9,81 7,29 9,88 9,59

a.Pedagang Besar dan Eceran 11,09 13,09 10,65 10,85 10,73 10,95 5,03 6,28 8,69 9,49 9,74 8,48 8,99 9,78 10,11 8,41 9,33 9,16 8,68 9,03 9,96 7,20 9,97 9,65

b.Hotel 25,37 25,68 10,60 10,18 10,51 10,16 6,74 7,53 4,19 5,31 2,75 2,89 9,49 9,78 9,65 9,91 6,25 5,99 2,31 4,34 5,17 6,24 8,75 8,96

c.Restoran 6,91 6,84 8,40 8,58 7,78 8,42 6,81 7,82 8,64 10,05 5,61 5,93 8,47 9,78 8,43 8,61 5,06 5,74 7,49 7,54 8,49 8,64 8,07 8,11

7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 26,05 27,13 11,45 10,85 10,85 10,21 7,89 8,59 9,21 7,85 8,73 8,36 8,46 9,31 6,82 7,50 8,41 8,96 7,76 7,88 10,75 9,82 9,55 9,63

8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JS.PERUSH. 20,09 20,34 9,46 9,74 9,39 9,64 7,22 8,17 11,81 11,51 5,68 7,30 8,80 9,66 8,51 8,65 9,65 10,37 8,74 8,88 8,34 8,64 8,88 8,90

a.Bank 23,57 24,17 11,45 11,57 11,05 11,18 10,92 10,39 12,66 11,60 4,87 6,84 7,79 9,10 9,84 9,60 9,15 9,92 8,90 9,02 8,62 8,95 10,94 10,82

b.Lembaga Keuangan Non Bank 24,13 24,61 7,10 7,49 7,28 7,50 6,00 7,17 2,63 2,38 7,93 8,13 9,19 10,52 11,02 11,12 6,89 8,33 8,25 8,50 5,45 7,19 8,56 8,80

c.Sewa Bangunan 16,10 15,66 7,33 7,15 7,17 7,33 5,78 7,30 11,43 11,82 6,77 6,34 10,80 9,78 8,80 9,06 10,86 11,34 7,55 8,77 8,71 8,82 7,79 7,84

d.Jasa Perusahaan 30,01 30,84 6,75 9,43 6,50 9,15 6,78 7,67 13,25 11,76 9,65 9,75 8,27 9,78 5,34 6,08 4,74 6,37 8,03 8,20 7,19 7,24 7,79 7,76

9. JASA - JASA 12,06 13,17 8,08 8,19 7,68 7,97 8,51 8,73 6,40 8,26 10,13 13,38 12,78 9,20 8,22 8,42 8,13 8,78 8,50 8,64 10,08 11,06 9,50 9,55

PDRB 15,43 16,90 8,43 8,44 8,41 8,49 8,28 8,32 15,21 15,35 8,95 9,04 9,61 9,96 7,77 7,83 8,32 8,44 7,82 7,96 8,20 8,67 8,11 8,14

TojunDonggala Palu Parimou Poso Sigi Toli ToliBanggai Banggai Kep. Banggai LautPertumbuhan (YOY)

Buol Morowali

Page 43: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Dari rata-rata pertumbuhan tahunan sektor pertanian tahun 2009-2013, menunjukkan bahwa

Kabupaten Banggai mampu mencatat rata-rata pertumbuhan tertinggi yakni sebesar8,99 %,

kemudian Kabupaten Sigi sebesar 7,37 %, dan Kabupaten Parigi Moutong sebesar 6,89%.

Sementara itu, Kabupaten Donggala memiliki rata-rata pertumbuhan yang paling rendah dan

berada di bawah rata-rata pertumbuhan Provinsi yakni sebesar 5,25%.

Sementara itu, distribusi terbesar sektor industri pengolahan Provinsi Sulewesi Tengah masih

berasal dari subsektor kayu dan hasil hutan lainnya, dan subsektor makanan, minuman dan

tembakau. Pertumbuhan pada sektor industri pengolahan terutama didorong oleh membaiknya

kinerja subsektor kayu dan hasil hutan. Sementara itu jika memperhatikan kontribusi daerah

kabupaten/kota, maka Kota Palu dan Kabupaten Parigi Moutong merupakan daerah yang memiliki

basis ekonomi sektor industri pengolahan yang mampu memberikan kontribusi terbesar bagi PDRB

Sulawesi Tengah.

Kota Palu yang menjadi sentra utama industri pengolahan subsektor kayu dan hasil hutan

lainnya, mampu menyumbang output yang mencapai Rp 187 miliar pada tahun 2013 dengan rata-

rata pertumbuhan tahunan dari 2009-2013 sebesar 5,9 %, dikuti oleh Kabupaten Parigi Moutong

senilai Rp 119 miliar dan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 7,2 %. Masing-masing daerah

tersebut merupakan sentra produksi dengan pertumbuhan rata-rata yang lebih tinggi dari

pertumbuhan rata-rata Provinsi yang mencapai 4,9 %.

Pada tingkat kabupaten, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Kabupaten

Banggai mampu tumbuh relatif lebih cepat dibandingkan daerah yang lain. Secara umum kinerja

sektor keuangan, dalam hal ini perbankan di Kabupaten Banggai menunjukkan peningkatan dari

tahun ke tahun. Perkembangan yang ada menunjukkan bahwa rasio kredit terhadap PDRB

Kabupaten Banggai berada pada tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan level nasional maupun

provinsi yakni sebesar 37 %. Hal ini menandakan proses intermediasi mengalami peningkatan

seiring dengan perkembangan perekonomian daerah Kabupaten Banggai, meskipun proporsi kredit

masih di dominasi oleh kredit konsumsi.

Selanjutnya, sektor jasa di kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah masih didominasi oleh

jenis jasa kepemerintahan, proporsi share subsektor tersebut mencapai 70 % dari total PDRB sektor

Jasa-jasa. Peranan subsektor jasa swasta yang mencapai 30 %, didominasi oleh peranan

subkategori jasa perorangan dan rumah tangga yang mencapai 70 % dari subsektor jasa-jasa

swasta.

Page 44: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Grafik 1. Perkembangan Intermediasi Perbankan Rasio Kredit

terhadap PDRB Kabupaten Banggai 2009-2013

Sumber : BPS data diolah, 2014

2. Analisis PDRB Kabupaten/Kota Dari Sisi Permintaan

Di sisi permintaan, pertumbuhan tertinggi dialami kelompok investasi yakni

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) hingga sebesar 25,02% (yoy) pada tahun 2012 dan

24,03% (yoy) pada tahun 2013 yang terjadi di Kabupaten Banggai. Kelompok impor tertinggi

pada tahun 2013 tercatat sebesar 29,85% (yoy) yang merupakan kontribusi Kabupaten Banggai.

Sementara itu, kelompok konsumsi rumah tangga dengan pertumbuhan tertinggi juga hasil

kontribusi perekonomian Kabupaten Banggai yakni sebesar 18,14% (yoy), dan secara keseluruhan

daerah kabupaten/kota mengalami peningkatan pertumbuhan tahunan, kecuali pada Kabupaten

Tolitoli dan Kabupaten Tojo Una-una.

Tabel 2. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Menurut Penggunaan

Atas Dasar Harga Konstan 2000

*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Peranan investasi terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Tengah semakin meningkat,

peningkatan laju tersebut ditopang oleh booming sektor pertambangan. Pada tingkat

kabupaten/kota juga menunjukkan kinerja yang cukup baik dan jika dihubungkan dengan hasil

ICOR, maka kondisi tersebut sangat realistis karena daerah tambang seperti Kabupaten Morowali

dan Kabupaten Banggai memiliki efisiensi modal yang lebih baik dari kabupaten/kota lainnya.

2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013

1.Konsumsi RT 16,67 18,14 8,38 8,41 8,60 8,63 8,11 8,24 10,43 12,11 9,63 9,60 7,34 7,78 8,47 8,50 8,91 8,94 7,85 7,91 7,82 6,51 8,67 8,67

2.Konsumsi Swasta Nirlaba 10,02 11,45 6,50 6,35 6,78 6,61 6,13 6,26 6,19 9,28 10,75 14,28 7,62 8,28 9,34 8,68 9,07 6,12 7,92 8,04 7,43 10,62 8,63 8,63

3.Konsumsi Pemerintah 9,91 12,25 9,75 9,12 9,45 10,56 9,24 9,11 10,20 10,00 12,43 10,80 8,79 8,25 8,98 9,12 8,33 8,81 8,51 8,71 9,28 9,57 8,83 8,85

4.PMTB 25,02 24,03 8,32 8,49 7,97 8,11 8,14 8,24 9,29 10,66 12,04 6,91 13,49 13,76 8,22 8,33 8,19 8,52 9,01 9,09 10,18 14,06 8,22 8,57

5.Perubahan Stok 10,49 11,85 7,75 7,04 8,06 7,68 7,71 7,61 7,09 14,22 7,57 10,91 2,96 3,52 3,30 2,95 8,99 9,43 2,58 3,25 5,13 1,54 5,86 2,27

6.Ekspor 15,80 13,73 8,57 8,11 8,78 8,30 7,80 7,78 24,84 22,20 4,74 7,62 6,88 7,45 6,21 6,24 6,84 7,83 6,68 6,89 8,62 5,85 4,71 4,56

7.Dikurangi Impor 29,85 29,85 9,55 8,85 10,04 10,29 7,51 7,89 8,46 12,67 15,06 9,29 3,19 4,75 8,73 8,67 9,11 10,3 8,95 8,99 11,13 9,29 9,09 9,3

PDRB 15,43 16,99 8,43 8,44 8,41 8,49 8,28 8,32 15,21 15,36 8,95 9,04 9,44 9,61 7,77 7,83 8,32 8,44 7,82 7,96 8,20 8,01 8,11 8,14

TojunDonggala Palu Parimou Poso Sigi Toli ToliPertumbuhan (YOY)

Banggai Banggai Kep. Banggai Laut Buol Morowali

Juta

Page 45: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Meskipun demikian, upaya-upaya untuk mendukung peningkatan investasi harus tetap dilakukan

karena rasio tersebut masih rendah, bahkan di bawah performance secara nasional.

Grafik 2. Perkembangan Rasio Investasi-PDRB

Indonesia dan Sulawesi Tengah 2010-2013

Grafik 3. Hasil Analisis ICOR Kabupaten/Kota

Provinsi Sulawesi Tengah 2013

Angka ICOR (tanpa time lag) Provinsi Sulawesi Tangah pada 2013 sebesar 2,79. Artinya, untuk

menambahkan output sebesar 1 unit diperlukan investasi sekitar 2,79 unit. Sedangkan besaran

ICOR (t-1) pada 2013 mencapai 2,38. Angka tersebut mengindikasikan, rata-rata investasi yang

ditanamkan sudah cukup efisien, mengingat ICOR negara-negara sedang berkembang secara

tipikal berkisar 2,0-5,0.

ICOR (tanpa time lag) pada tingkat Kabupaten/Kota menghasilkan berbagai tingkatan yang

berbeda, terdapat daerah Kabupaten/Kota yang angka ICOR-nya lebih besar dari angka ICOR

Provinsi, yakni Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Buol, Kabupaten Donggala, Kabupaten

Sigi, Kota Palu, dan Kabupaten Toli-toli. Sementara itu, angka ICOR (t-1) Kabupaten/Kota pada

tahun 2013, menunjukkan bahwa Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Buol, Kabupaten

Donggala, Kabupaten Parigi Moutong, Kota Palu, Kabupaten Poso, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten

Toli-toli memiliki angka ICOR lebih besar dari Provinsi. Kondisi demikian menunjukkan bahwa

daerah-daerah tersebut memiliki kinerja efisiensi investasi yang produktifitas kapitalnya relatif lebih

rendah dari kinerja Provinsi secara keseluruhan. Meskipun demikian, angka ICOR tersebut tidak bisa

dijadikan satu-satunya ukuran kinerja investasi, karena analisis ICOR mengasumsikan modal sebagai

satu-satunya determinan investasi. Sementara determinan lain yang mempengaruhi kinerja investasi

tidak masuk dalam model.

--- o0o ---

Page 46: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Boks 2. Analisis Daya Saing dan Strategi Pembangunan Sulawesi Tengah

Latar Belakang

Program Masterplan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang diluncurkan pemerintah memfokuskan perencanaan

pembangunan Sulawesi Tengah sebagai salah satu pusat industri di Kawasan Timur Indonesia.

Pembangunan industri rumput laut dan perikanan serta komoditas utama daerah seperti kakao,

karet, rotan, kelapa sawit, makanan jadi dan pengalengan ikan diperkirakan akan mendatangkan

investasi dan menyerap tenaga kerja sekitar 100.000 orang.

Untuk mendukung proses pembangunan sektor industri, diperlukan peningkatan daya

saing daerah. Berdasarkan metodologi Institut Daya Saing Asia (Asia Competitiveness Institute atau

ACI) komponen Daya Saing Keseluruhan terdiri dari empat lingkup kategori yang masing-masing

memiliki sub kategori, yakni :

1. Stabilitas Ekonomi Makro

I. Kedinamisan Ekonomi Regional

II. Keterbukaan dalam Perdagangan dan Jasa

III. Daya Tarik terhadap Investasi Asing

2. Perencanaan Pemerintah dan Institusi

I. Kebijakan Pemerintah dan Ketahanan Fiskal

II. Institusi, Pemerintahan, dan Kepemimpinan

III. Kompetisi, Standar Regulasi, dan Penegakan Hukum

3. Kondisi Finansial, Bisnis, dan Tenaga Kerja

I. Kemampuan Finansial dan Efisiensi Bisnis

II. Fleksibilitas Pasar Tenaga Kerja

III. Kinerja Produktivitas

4. Kualitas Hidup dan Pembangunan Infrastruktur

I. Infrastruktur Fisik

II. Infrastruktur Teknologi

III. Standar Hidup, Pendidikan dan stabilitas Sosial

Untuk menyusun Indeks Daya Saing Provinsi, terdapat 104 indikator yang berbeda. Indikator-

indikator tersebut dihitung dalam unit-unit yang berbeda. Nilai indikator aktual tersebut kemudian

Page 47: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

diubah menjadi skor terstandardisasi. Skor terstandardisasi menilai seberapa baik kinerja suatu

provinsi dibandingkan dengan rata-rata kinerja provinsi. Skor negatif menandakan kinerja provinsi

berada di bawah rata-rata, sementara positif menunjukkan kinerja di atas rata-rata. Singkatnya,

angka negatif menandakan daya saing yang lemah, sebaliknya angka positif yang besar

menunjukkan daya saing yang kuat.

Peringkat Daya Saing Sulawesi Tengah

Pada Tabel 1. menunjukkan bahwa Daya Saing Keseluruhan, Sulawesi Tengah berada pada

peringkat ke-21 atau termasuk dalam kelompok 13 provinsi dengan daya saing menengah di

Indonesia dengan skor terstandardisasi -0,3553. Skor negatif menandakan bahwa Provinsi Sulawesi

Tengah masih di bawah skor rata-rata nasional.

Tabel 1.

Peringkat Daya Saing Keseluruhan

Sumber : Asia Competitiveness Institute, 2014

Pada ruang lingkup kategori Stabilitas

Ekonomi Makro, Sulawesi Tengah berada

pada peringkat ke-16 atau termasuk dalam

kelompok 13 provinsi dengan daya saing

menengah di Indonesia dengan skor

terstandardisasi -0,3223. Skor negatif

menandakan bahwa provinsi ini masih di

bawah skor rata-rata nasional. Untuk lingkup

Perencanaan Pemerintah dan Institusi,

Sulawesi Tengah berada pada peringkat ke-

12 atau termasuk pada kelompok 13 provinsi

dengan daya saing menengah dengan skor

terstandardisasi 0,4109. Skor positif

menandakan bahwa provinsi ini berada di

atas skor rata-rata nasional.

Kategori Kondisi Finansial, Bisnis dan

Tenaga Kerja, menempatkan Provinsi

Sulawesi Tengah pada kelompok 10 provinsi

terbawah dengan daya saing terendah di

Indonesia. Skor yang terstandardisasi sebesar

-0,8586, angka tersebut menandakan bahwa

provinsi ini masih di bawah skor rata-rata

Peringkat Provinsi Skor

1 DKI Jakarta 3,358

2 Jawa Timur 1,8152

3 Kalimantan Timur 1,5566

4 Jawa Tengah 1,3262

5 Jawa Barat 1,0834

6 DI Yogyakarta 0,7047

7 Sulawesi Selatan 0,6684

8 Kalimantan Selatan 0,4884

9 Riau 0,3731

10 Sulawesi Utara 0,3109

11 Kepulauan Riau 0,2901

12 Banten 0,1672

13 Aceh -0,0109

14 Bali -0,0179

15 Kalimantan Tengah -0,0754

16 Sumatera Selatan -0,1676

17 Sumatera Barat -0,2179

18 Kalimantan Barat -0,2234

19 Sumatera Utara -0,2594

20 Kep. Bangka Belitung -0,2756

21 Sulawesi Tengah -0,3553

22 NTB -0,3733

23 Maluku -0,5685

24 Lampung -0,5773

25 Sulawesi Barat -0,587

26 Papua Barat -0,7013

27 Jambi -0,7379

28 Gorontalo -0,7549

29 Sulawesi Tenggara -0,7833

30 Bengkulu -0,9576

31 Papua Barat -1,2268

32 NTT -1,5634

33 Maluku Utara -1,7075

Page 48: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

nasional. Kemudian pada kategori Kualitas Hidup dan Pembangunan Infrastruktur, menempatkan

Sulawesi Tengah pada peringkat ke-20 atau termasuk dalam ketegori kelompok 13 provinsi

dengan daya saing menengah, dengan skor -0,4258.

Untuk lebih memahami dengan baik kekuatan dan kelemahan relatif Sulawesi Tengah, maka

berikut adalah hasil analisis Jaring Daya Saing Median untuk 12 sub-kategori :

Provinsi Skor Provinsi Skor Provinsi Skor Provinsi Skor

1 DKI Jakarta 4,6199 1 DKI Jakarta 2,0408 1 DKI Jakarta 3,0912 1 DI Yogyakarta 1,6479

2 Jawa Timur 1,7543 2 Jawa Tengah 1,523 2 Jawa Tengah 1,9709 2 Kalimantan Timur 1,5912

3 Jawa Barat 1,2443 3 Sulawesi Selatan 1,3156 3 Jawa Timur 1,9106 3 DKI Jakarta 1,5515

4 Kalimantan Timur 0,7591 4 Kalimantan Timur 1,2568 4 Kalimantan Timur 1,6325 4 Jawa Timur 1,2914

5 Kep. Riau 0,5828 5 Jawa Timur 1,1538 5 Jawa Barat 1,0829 5 Kep. Riau 1,2437

.... .... .... ....

15 Kalimantan Tengah -0,2519 11 Kalimantan Selatan 0,463 25 Aceh -0,6762 19 Jambi -0,3915

16 Sulawesi Tengah -0,3223 12 Sulawesi Tengah 0,4109 26 Lampung -0,6816 20 Sulawesi Tengah -0,4258

17 Sulawesi Barat -0,3447 13 Kalimantan Barat 0,3906 27 Sulawesi Tengah -0,8586 21 Bengkulu -0,4465

.... .... .... ....

29 Lampung -0,5659 29 Papua Barat -1,2482 29 NTT -1,0432 29 Sulawesi Barat -1,0508

30 Maluku -0,6522 30 Bengkulu -1,3418 30 Sulawesi Barat -1,0802 30 Kalimantan Barat -1,0744

31 Bengkulu -0,7948 31 Kep. Riau -1,3806 31 Maluku Utara -1,1722 31 Maluku Utara -1,1959

32 Maluku Utara -0,8863 32 NTT -1,592 32 Sulawesi Tenggara -1,3371 32 NTT -1,7266

33 NTT -0,9008 33 Maluku Utara -2,493 33 Gorontalo -1,4229 33 Papua -2,6847

PeringkatStabilitas Ekonomi Makro

Perencanaan Pemerintah

dan Institusi

Kondisi Finansial, Bisnis

dan Tenaga Kerja

Kualitas Hidup dan

Pembangunan

InfrastrukturPeringkat Peringkat Peringkat

Gambar 1.

Analisis Jaring Daya Saing Median Sulawesi Tengah

Tabel 2.

Peringkat Daya Saing Berdasarkan Kategori

Sumber : Asia Competitiveness Institute, 2014

Sumber : Asia Competitiveness Institute, 2014

Keterangan :

Median

Sulawesi Tengah

Page 49: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Dalam gambar di atas menunjukkan bahwa hanya empat dari 12 sub-lingkup yang memiliki

skor lebih baik dari median, yakni sub-lingkup Institusi, Pemerintah, dan Kepemimpinan; Daya Tarik

terhadap Investasi Asing; Persaingan, Standar Regulasi dan Penegakan Hukum; dan Kualitas Hidup,

Pendidikan, dan Stabilitas Sosial. Selisih yang paling besar dengan nilai Sulawesi Tengah di bawah

median adalah sub-lingkup Kemampuan finansial dan Efisiensi Bisnis.

Implikasi Kebijakan dan Strategi Pembangunan

Berdasarkan hasil analisis daya saing yang dipaparkan sebelumnya, memperlihatkan potret

daya saing Provinsi Sulawesi Tengah masih menyisakan banyak ruang perbaikan. Kondisi demikian

mewajibkan suatu komitmen untuk meningkatkan kapasitas pada masing-masing kategori maupun

sub-lingkup kategori. Tantangan utama yang dihadapi adalah mengatasi bottleneck infrastruktur,

karena untuk menciptakan sektor industri yang kuat dengan basis pengolahan raw material

menjadi produk bernilai tambah, maka pengembangan infrastruktur terutama pasokan energi dan

teknologi harus menjadi prioritas pembangunan. Sulawesi Tengah juga membutuhkan jalan yang

layak dan juga transportasi yang terhubung untuk menyediakan akses yang lebih baik bagi

pengembangan sektor pariwisata dan potensi sumber daya alam.

Menyoroti lingkup Perencanaan Pemerintah dan Institusi di Sulawesi Tengah dengan

perolehan peringkat ke-12, yang merupakan peringkat tertinggi dari empat lingkup kategori

lainnya. Hal ini sebagai pertanda bahwa mekanisme pemerintahan telah berjalan dengan baik

untuk mengawal perekonomian. Peran pemerintah dalam perencanaan pembangunan manusia

juga harus dapat ditingkatkan lagi untuk dapat meningkatkan kinerja produktivitas dan fleksibilitas

pasar kerja. Untuk itu, program pemerintah yang difokuskan pada pelatihan kejuruan serta

pengembangan Pusat Pelatihan dan Pendidikan dengan orientasi pengembangan skill dan

kompetensi harus tetap dijalankan.

Pembangunan kemaritiman juga harus dikedepankan dalam strategi pembangunan karena

terdapat potensi yang sangat besar pada sektor kelautan dan perikanan. Sektor tersebut juga

bersinergi dengan sektor pariwisata yang secara lokasi sangat menguntungkan Sulawesi Tengah

dengan letaknya yang strategis pada jantung segitiga koral dunia. Pengembangan daerah potensi

wisata Pulau Togian dan Banggai harus bisa dioptimalkan agar dapat menambah kesempatan kerja

bagi penduduk lokal serta menunjang pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah.

--- o0o ---

Page 50: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

27

Bab 2. Keuangan Pemerintah

BAB 2

KEUANGAN PEMERINTAH

Realisasi pendapatan dan belanja APBD Provinsi Sulawesi Tengah cenderung stabil

bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Realisasi pendapatan anggaran pemerintah pusat di Provinsi Sulawesi Tengah lebih

tinggi dibandingkan realisasi belanja.

Nominal dan realisasi belanja modal baik APBD maupun APBN masih perlu

ditingkatkan

2.1. Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2014

Realisasi pendapatan daerah lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja

daerah. Realisasi pendapatan daerah hingga triwulan III-2014 mencapai Rp 1.734,59

miliar atau mencapai 72,89% dari total target anggaran 2014 yang sebesar Rp2.379,65

miliar. Sementara itu, total realisasi belanja daerah mencapai Rp 1.485,30 miliar atau

sebesar 60,86% dari anggaran yang sebesar Rp2.440,48 miliar.

Grafik 2.1. Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah

72,89%

60,86%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

Tw III 2012 Tw III 2013 Tw III 2014

Rp

mily

ar

Nominal Realisasi Pendapatan Nominal Realisasi Belanja

Realisasi Pendapatan-Sb kanan Realisasi Belanja Sb kanan

Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Realisasi Pendapatan daerah dan belanja daerah cenderung stabil

dibandingkan tahun sebelumnya. Dibandingkan triwulan III-2013, total realisasi

pendapatan daerah hingga akhir triwulan III-2014 hanya mengalami kenaikan sebesar

Page 51: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

28

Bab 2. Keuangan Pemerintah

0,83%, sementara belanja daerah naik sebesar 0,43%. Hingga akhir triwulan III-2014

realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah mengalami surplus sebesar Rp249,29 miliar.

Dana Pihak Ketiga milik pemerintah daerah hingga akhir triwulan III 2014

tercatat sebesar Rp 3.056,77 miliar atau naik Rp 349,82 miliar dibandingkan

triwulan II 2014. Peningkatan DPK milik pemerintah daerah ini, menunjukkan masih

perlunya peningkatan realisasi proyek pemerintah di Sulawesi Tengah di triwulan III 2014.

2.1.1 Realisasi Pendapatan APBD

Realisasi pendapatan APBD pada triwulan III 2014 mencapai 72,89% atau

lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 72,06%.

Peningkatan persentase realisasi pendapatan APBD pada triwulan laporan lebih ditopang

oleh peningkatan pada pos lain-lain pendapatan daerah yang sah yang tercatat sebesar

75,35%, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2013 sebesar 61,39%. Kontribusi

terbesar pada pendapatan daerah disumbang oleh dana perimbangan dari pemerintah

pusat dengan pangsa sebesar 52,18%. Pendapatan asli daerah dan lain-lain pendapatan

daerah yang sah masing-masing menyumbang 31,65% dan 16,17% terhadap total

pendapatan. Meskipun demikian, realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tengah

hingga triwulan III-2014 mencapai 72,89% dengan tingkat realisasi tertinggi pada

komponen lain-lain pendapatan daerah sebesar 75,35%, diikuti dana perimbangan dan

pendapatan asli daerah masing-masing sebesar 73,13% dan 71,33%.

Grafik 2.2. Perkembangan Deposito, Tabungan dan Giro Pemda

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Deposito Tabungan Giro

Rp miliar

Sumber : Bank Indonesia

Page 52: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

29

Bab 2. Keuangan Pemerintah

Grafik 2.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan

Daerah per Triwulan

Grafik 2.4. Perkembangan Tingkat Realisasi per

Pos Pendapatan Daerah

0

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II III

2013 2014

Pendapatan Asli DaerahDana PerimbanganLain-Lain PAD Yang SahTotal Pendapatan Daerah

Rp miliar

90%

77%

76%

73%

75%

61%

71%

73%

75%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

PAD

Dana Perimbangan

Lain-lain PAD yang sah

Tw III 2014 Tw III 2013 Tw IIII 2012

Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Tabel 2.1. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Rp juta

URAIAN ANGGARAN REALISASI SD TW III-

2014

( % ) REALISASI

PENDAPATAN 2.379.647,47 1.734.585,44 72,89%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 769.714,31 549.027,16 71,33%

Pendapatan Pajak Daerah 684.649,81 471.872,54 68,92%

Retribusi Daerah 3.596,87 2.918,49 81,14%

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

10.762,64 9.548,97 88,72%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

yang Sah

70.705,00 64.687,16 91,49%

DANA PERIMBANGAN 1.237.627,67 905.044,69 73,13%

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan

Pajak

85.800,18 69.948,22 81,52%

Dana Alokasi Umum 1.087.885,01 815.913,73 75,00%

Dana Alokasi Khusus 63.942,48 19.182,74 30,00%

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH

YANG SAH

372.305,49 280.513,59 75,35%

Pendapatan Hibah 9.757,05 812,70 8,33%

Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus

362.548,44 279.700,89 77,15%

Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Teng

2.1.2 Realisasi Belanja APBD

Realisasi belanja APBD Provinsi Sulawesi Tengah hingga triwulan III 2014 baru

mencapai 60,86% atau sedikit lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan III 2013

sebesar 60,43%. Peningkatan ini lebih ditopang oleh kinerja realisasi belanja langsung

Page 53: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

30

Bab 2. Keuangan Pemerintah

yang meningkat hingga 9%. Pada triwulan laporan, tingkat realisasi tertinggi terjadi

pada komponen belanja tidak langsung sebesar 62,52% dengan kontribusi sebesar

49,37%, sedangkan tingkat realisasi belanja langsung sebesar 59,32%. Sesuai dengan

pola selama satu tahun, realisasi belanja tidak langsung lebih besar daripada belanja

langsung di semester I, sedangkan di semester II justru terjadi sebaliknya. Hal ini

disebabkan karena karakter proyek belanja langsung yang membutuhkan waktu lebih

lama dari pelaksanaan tender hingga penyelesaian proyek, dan biasanya pembayarannya

dilakukan pada akhir tahun anggaran. Realisasi dengan siklus yang berulang (besar di

akhir tahun) akan berpotensi menimbulkan peningkatan permintaan barang/jasa di akhir

tahun. Dengan produksi/stok/pasokan yang relatif sama maka perubahan tersebut akan

meningkatkan tekanan terhadap inflasi daerah. Oleh karena itu, komitmen pemerintah

daerah untuk membagi rata besaran realisasi anggaran setiap triwulan 25% harus

didukung oleh SKPD pengguna anggaran.

Tabel 2.2. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Rp juta

URAIAN ANGGARAN REALISASI SD TW

III- 2014

( % ) REALISASI

BELANJA 2.440.483,87 1.485.299,46 60,86%

BELANJA TIDAK LANGSUNG 1.172.861,71 733.289,56 62,52%

Belanja Pegawai 388.057,71 295.673,81 76,19%

Belanja Hibah 363.350,20 268.884,24 74,00%

Belanja Bantuan Sosial 5.000,00 2.156,50 43,13%

Belanja Bagi Hasil kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota dan

Pemerintah Desa

293.005,34 125.886,48 42,96%

Belanja Bantuan Keuangan kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota dan

Pemerintahan Desa

118.448,47 39.854,55 33,65%

Belanja Tidak Terduga 5.000,00 833,98 16,68%

BELANJA LANGSUNG 1.267.622,16 752.009,89 59,32%

Belanja Pegawai 152.779,85 96.748,13 63,33%

Belanja Barang dan Jasa 836.656,29 494.211,43 59,07%

Belanja Modal 278.186,02 161.050,34 57,89% Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Page 54: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

31

Bab 2. Keuangan Pemerintah

Grafik 2.5. Perkembangan Realisasi Belanja Daerah

per Triwulan

Grafik 2.6. Perkembangan Tingkat Realisasi per

Pos Belanja Daerah

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

I II III IV I II III

2013 2014

Belanja Tidak LangsungBelanja LangsungTotal Belanja Daerah

Rp miliar

65%

47%

73%

50%

63%

59%

0% 30% 60% 90%

Belanja Tidak Langsung

Belanja Langsung

Tw III 2014

Tw III 2013

Tw III 2012

Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

2.2 Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah

Berdasarkan historisnya, realisasi pendapatan APBN di Sulawesi Tengah lebih

tinggi sedangkan realisasi belanja sedikit dibawah target yang ditetapkan. Di tahun

2012 realisasi pendapatan mencapai 328,98% sedangkan realisasi belanja sebesar

96,08%, sementara di tahun 2013. realisasi pendapatan mencapai 117,49% sedangkan

realisasi belanja 94,11%. Khusus untuk triwulan III 2014, realisasi pendapatan sebesar

70,03% atau lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja 57,09%. Realisasi pendapatan ini

lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, namun sebaliknya

terjadi pada realisasi belanja.

Grafik 2.7 . Realisasi Penerimaan Pajak APBN di Sulawesi Tengah

-

2.000

4.000

6.000

8.000

TargetRealisasi Target

RealisasiTarget

Realisasi2012

20132014*

454 1.493 1.515 1.780

1.619 1.134

5.678 5.456 6.767

6.368 5.816

3.321

Pendapatan Belanja

*) s.d. Tw III 2014Sumber : Kanwil Dirjen Perbendaharaan Sulteng

Rp miliar

Page 55: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

32

Bab 2. Keuangan Pemerintah

Pendapatan pemerintah pusat terdiri dari penerimaan perpajakan, penerimaan

negara bukan pajak (PNBP), serta hibah baik dalam maupun luar negeri. Total

penerimaan pemerintah pusat di Sulawesi Tengah hingga akhir triwulan III-2014

sebesar Rp1.133,76 miliar didominasi oleh penerimaan pajak sebesar 80,39%.

Penerimaan pajak ini didominasi oleh Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan

Nilai (PPN) dengan persentase masing-masing sebesar 45,13% dan 41,34%. Selain

dari sektor perpajakan, PNBP saat ini juga telah mulai diperhitungkan untuk dijadikan

andalan dalam memaksimalkan penerimaan negara.

Grafik 2.8. Perkembangan Realisasi Pendapatan

APBN di Sulawesi Tengah (triwulanan)

Grafik 2.9. Perkembangan Realisasi Belanja

APBN di Sulawesi Tengah (triwulanan)

-

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

PENERIMAAN PERPAJAKAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Rp miliar

Sumber : Kanwil Dirjen Perbendaharaan Sulteng

- 200 400 600 800

1.000 1.200 1.400 1.600 1.800

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Belanja Pegawai Belanja Barang

Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial

Transfer Dana Bagi Hasil

Rp miliar

Sumber : Kanwil Dirjen Perbendaharaan Sulteng

Realisasi pos pengeluaran khusus hingga triwulan III-2014 mencapai Rp3.320,58

miliar yang didominasi oleh belanja pegawai (33,05%), belanja barang (33,01%), diikuti

belanja modal (24,42%). Apabila dilihat dari segi pagu, anggaran belanja modal justru

memiliki pangsa terbesar hingga 33,81%. Ke depan, kinerja realisasi belanja untuk

pembangunan infrastruktur ini haru ditingkatkan mengingat historis puncak realisasi yang

selalu terjadi di triwulan IV.

--- o0o ---

Page 56: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 3. Inflasi Daerah

33

BAB 3

INFLASI DAERAH

Memasuki triwulan ketiga 2014 tekanan inflasi tahunan Kota Palu cenderung

menurun. Penurunan didorong oleh meredanya dampak kenaikan BBM tahun

2013, serta pemulihan ekonomi global dan nasional yang masih berlangsung.

Beberapa kebijakan pemerintah pada triwulan sebelumnya, yaitu kenaikan tarif

angkutan udara, kenaikan pajak tembakau dan kenaikan TTL masih

mempengaruhi inflasi tahunan periode berjalan.

Kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau menjadi komoditas utama pergerakan inflasi tahunan pada triwulan

laporan.

Penguatan peran TPID dalam menjaga keterjangkauan barang dan jasa semakin

ditingkatkan dengan pembentukan TPID di kabupaten/kota di wilayah Sulawesi

Tengah

3.1 Perkembangan Inflasi Secara Umum di Kota Palu

Memasuki triwulan III-2014, tekanan inflasi tahunan Kota Palu mulai mereda.

Inflasi tahunan Kota Palu pada akhir triwulan III-2014 sebesar 5,46% (yoy), lebih rendah

dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 10,37% (yoy). Dibandingkan dengan

inflasi pada periode yang sama dalam kurun 2 tahun terakhir, inflasi tahunan periode

berjalan tercatat lebih rendah. Inflasi pada akhir triwulan III-2012 sebesar 6,78% (yoy)

dan triwulan III-2013 sebesar 7,29% (yoy). Tekanan inflasi pada triwulan berjalan masih

dipengaruhi oleh tingginya konsumsi masyarakat seiring dengan berlangsungnya momen

bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Selain itu, kenaikan tarif dasar listrik, kenaikan harga

angkutan udara, serta kenaikan biaya pendidikan sekolah turut mempengaruhi inflasi

periode berjalan, selain kenaikan harga barang-barang konsumsi pada umumnya.

Realisasi inflasi Kota Palu lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional. Inflasi

nasional pada triwulan III-2014 sebesar 4,53% (yoy). Ditinjau dari pergerakan inflasi

tahunan selama Juli-September 2014, tingkat inflasi di Palu menunjukkan tren

pergerakan yang sama dengan inflasi nasional. Namun demikian, inflasi tahunan Kota

Palu tercatat selalu lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan nasional.

Page 57: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 3. Inflasi Daerah

34

Grafik 3.1. Event Analysis Inflasi Tahunan Kota Palu

Panen

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2012 2013 2014

%

Inflasi yoy Inflasi mtm

A

A : panen raya beras

B : bulan puasa dan hari raya Idul Fitri

B

C

A

C : Hari raya Natal dan Tahun Baru

B

D

D : larangan impor hortikultura

E : impor bawang

E

F

F : kenaikan harga BBM

C HG

G: Curah hujan dan bencana alam

H: Kenaikan tarif angkutan udara

B

Dibandingkan dengan data

nasional dan Sulampua, inflasi bulanan

Kota Palu pada triwulan berjalan

cenderung lebih rendah. Rata-rata

inflasi bulanan Kota Palu selama Juli-

September 2014 sebesar 0,44% (mtm),

sedangkan nasional dan Sulampua

sebesar 0,56% (mtm) dan 0,51% (mtm).

Namun demikian, rata-rata inflasi bulanan

Kota Palu relatif masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi bulanan nasional dan

Sulampua dalam satu terakhir.

Inflasi Tahunan Kota Palu

tercatat menempati urutan ketiga

tertinggi di antara kota inflasi se-

Sulampua. Inflasi tahunan tertinggi

ditempati oleh kota Tual sebesar

8,85% (yoy) dan terendah ditempati

oleh kota Kendari sebesar 1,05%

(yoy). Selain itu, dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 4,53% (yoy), terdapat

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 3.2. Inflasi Bulanan Kota Palu, Nasional dan Sulampua

Grafik 3.3. Perbandingan Inflasi Tahunan Beberapa Kota di Indonesia Timur

Sumber: BPS

Sumber: BPS (diolah)

8.85

7.30

5.46 5.40 5.34 5.29 5.274.55 4.46 4.23 4.03 4.00 3.98

3.59 3.573.04

2.27

1.05

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

TUA

L

BU

LUK

UM

BA

PA

LU

TER

NA

TE

SOR

ON

G

MER

AU

KE

MA

NO

KW

AR

I

WA

TAM

PO

NE

MA

MU

JU

JAYA

PU

RA

PA

LOP

O

MA

NA

DO

BA

U-B

AU

GO

RO

NTA

LO

MA

KA

SSA

R

PA

REP

AR

E

AM

BO

N

KEN

DA

RI

4.53

Inflasi Tahunan NasionalKet:

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2012 2013 2014

% mtm

Palu Nasional Sulampua

Page 58: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 3. Inflasi Daerah

35

8 kota se-Sulampua yang mengalami inflasi di atas inflasi nasional dan 10 kota se-

Sulampua yang mengalami inflasi dibawah inflasi nasional.

Inflasi inti cenderung bergerak stabil, sedangkan inflasi volatile foods dan

administered price mengalami penurunan. Dibandingkan dengan triwulan yang sama

tahun sebelumnya, rata-rata inflasi inti triwulan berjalan lebih rendah, sedangkan rata-

rata inflasi volatile foods dan administered price lebih tinggi. Pasokan komoditas bahan

makanan yang relatif lebih terjaga dan meredanya dampak kenaikan BBM menjadi

pendorong utama penurunan inflasi volatile foods dan administred price.

Inflasi tahunan tertinggi dicapai oleh kelompok makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau. Berdasarkan kelompok barang, inflasi kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau tercatat sebesar 11,33% (yoy), kemudian diikuti oleh

kelompok kesehatan, dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yaitu

masing-masing sebesar 6,50 % (yoy) dan 6,29% (yoy). Sebaliknya, inflasi paling rendah

terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar -0,36% (yoy). Kondisi tersebut sejalan

dengan aktivitas ekonomi masyarakat yang secara periodik mengalami peningkatan

konsumsi barang/makanan jadi saat Ramadhan, Idul Fitri, tahun ajaran baru dan HUT RI

yang terjadi pada periode laporan.

Tabel 3.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas (%)

mtm qtq ytd yoy

Umum -0.36 1.30 4.24 5.46

Bahan Makanan -3.18 -0.99 -0.17 -0.36

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0.20 2.06 8.17 11.33

Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar dan Gas 0.34 1.51 4.63 5.21

Sandang 1.14 1.57 3.44 3.38

Kesehatan 0.82 2.54 6.18 6.50

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.38 4.42 4.29 4.43

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.11 1.18 3.81 6.29

KELOMPOK KOMODITASSep-14

Kota Palu mengalami inflasi dua bulan pada awal triwulan berjalan dan

diikuti dengan deflasi pada akhir triwulan berjalan. Inflasi pada bulan Juli sebesar

1,53% (mtm) dipengaruhi oleh tingginya permintaan masyarakat terhadap kelompok

makanan jadi seiring dengan momen bulan puasa dan persiapan menjelang hari raya Idul

Fitri. Selain itu, tradisi masyarakat melakukan mudik ke kampung halaman juga turut

mendorong kenaikan harga angkutan udara. Inflasi angkutan udara tercatat sebesar

9,11% (mtm). Di lain pihak, biaya sekolah tercatat juga mengalami peningkatan seiring

Sumber: BPS

Page 59: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 3. Inflasi Daerah

36

dengan dimulainya tahun ajaran sekolah yang baru. Biaya Sekolah Dasar dan Sekolah

Menengah Pertama tercatat sebesar naik 8,23% (mtm) dan 10,89% (mtm). Tekanan

inflasi mereda saat memasuki bulan Agustus 2014. Inflasi tercatat sebesar 0,14% (mtm).

Kebijakan pemerintah untuk menaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per tanggal 1 Juli 2014,

serta kenaikan biaya kontrak rumah dan biaya sekolah berpengaruh terhadap pencapaian

inflasi pada bulan berjalan. Inflasi tarif listrik pada bulan berjalan tercatat sebesar 4,41%

(mtm), kontrak rumah 2,99% (mtm), Sekolah Menengah Atas 7,00% (mtm) dan

akademi/perguruan 3,00% (mtm). Pada bulan September 2014, inflasi tercatat sebesar

-0,36% (mtm) yang didorong oleh penurunan harga pada kelompok komoditas ikan

segar. Penurunan harga tersebut ditengarai didorong oleh penurunan konsumsi oleh

masyarakat seiring dengan minimnya event skala lokal dan nasional pada bulan berjalan.

BPS mencatat kelompok ikan segar mengalami deflasi bulanan sebesar -13,09% (mtm).

Tabel 3.2. Komoditas Penyumbang Inflasi terbesar Bulan Juli September 2014

Juli 2014 (Inflasi) Agustus 2014 (inflasi) September 2014 (deflasi)

Angkutan udara Tarif listrik Selar/tude

Cakalang Selar/tude Teri

Kue basah Kontrak rumah Mujair

Mie Mujair Bawang Merah

Selar/tude Sekolah Menengah Atas Cakalang/sisik

Sekolah Menengah Pertama Akademi/perguruan tinggi Kakap merah

Jagung manis Susu untuk bayi Layang/benggol

Ayam goreng Kembung Bandeng/bolu

Sekolah dasar Sekolah Dasar Daging ayam ras

Bawang merah Cabai merah Ketimun

Sumber : BPS

3.2 Tekanan Inflasi Sisi Penawaran

Momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri, serta faktor cuaca ditengarai

menjadi salah satu berkurangnya pasokan ikan segar selama triwulan berjalan.

Momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri dimanfaatkan oleh sebagian besar nelayan

untuk tidak melaut selama bulan Juli 2014 yang berimplikasi pada pasokan ikan segar.

Selama bulan Juli 2014, harga ikan cakalang naik Rp5.000 per kg dan ikan mas naik

Rp8.000 per kg. Kenaikan harga kelompok ikan segar kembali berlanjut pada bulan

Agustus 2014. Tingginya gelombang air laut hingga mencapai 5 meter pada pertengahan

Agustus 2014 mengakibatkan banyak nelayan enggan melaut. Harga ikan kembung

terpantau naik Rp8.000 per kg dan harga ikan tongkol naik Rp10.000 per kg selama

bulan Agustus 2014.

Page 60: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 3. Inflasi Daerah

37

Hingga triwulan III-2014, beberapa kebijakan pemerintah turut

mempengaruhi pencapaian inflasi. Penyesuaian atau kenaikan tarif angkutan udara

penerbangan domestik pada triwulan I-2014 masih berpengaruh terhadap inflasi triwulan

III-2014, terutama untuk komoditas angkutan udara. Selain itu, kebijakan lain pada

triwulan I-2014 yang juga turut berpengaruh ialah kebijakan kenaikan pajak daerah

tembakau yang mendorong inflasi komoditas rokok. Dari sisi kebijakan energi, per 1 Mei

2014 pemerintah mulai menyesuaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang rencananya akan

dilakukan secara bertahap setiap 2 bulan, yaitu per 1 Juli, 1 September dan 1 November

2014. Hal tersebut berimplikasi pada kenaikan biaya listrik yang ditanggung konsumen,

serta kenaikan harga barang-barang elektronik.

3.3 Tekanan Inflasi Sisi Permintaan

Konsumen Palu optimis. Nilai Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di atas

100 yang menunjukkan kecenderungan optimisme konsumen. Dibandingkan triwulan

sebelumnya, optimisme konsumen atas kondisi ekonomi pada triwulan berjalan

menunjukkan peningkatan. Rata-rata IKK pada triwulan III-2014 sebesar 126,83 lebih

tinggi dibandingkan triwulan II-2014 sebesar 117,33. Kenaikan optimisme konsumen

tersebut berpotensi memperbesar tekanan inflasi dari sisi permintaan seiring dengan

meningkatnya konsumsi. Hal serupa juga ditunjukkan oleh variabel pembentuk Indeks

Tendensi Konsumen (ITK), yaitu kaitan inflasi dengan konsumsi makanan sehari-hari yang

naik dari 110,04 pada triwulan II-2014 menjadi 112,79 pada triwulan III-2014.

Ekspektasi kenaikan harga konsumen mengalami peningkatan. Konsumen

berpendapat akan terjadi kenaikan harga secara umum dalam 3 bulan mendatang.

Kondisi tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen di Kota Palu yang tercermin

dari indeks net balance perkiraan harga 3 bulan mendatang dibandingkan saat ini yang

bernilai di atas 100. Namun demikian, ekspektasi kenaikan harga untuk 3 bulan yang

akan datang pada bulan September 2014 terlihat lebih rendah dibandingkan bulan Juni

2014.

Page 61: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 3. Inflasi Daerah

38

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2012 2013 2014

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Ekspektasi Konsumen (IEK)

IIndeks

Optimis

Pesimis

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2012 2013 2014

% yoy

UMUM BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR

SANDANG KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN

Grafik 3.4. Indeks Kondisi Ekonomi, Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Ekspektasi Konsumen

Grafik 3.5. Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Umum Yang Akan Datang

3.4 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Inflasi tertinggi dialami oleh

kelompok makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau sebesar 11,33%

(yoy) dan terendah dialami oleh

kelompok sandang sebesar -0,36%

(yoy) pada triwulan III-2014. Selama

periode berjalan, beberapa kelompok

komoditas menunjukkan pergerakan

inflasi tahunan yang menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu kelompok

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok bahan makanan, serta

kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Dibandingkan triwulan yang sama

pada tahun sebelumnya, kelompok komoditas yang menunjukkan pencapaian inflasi

tahunan yang lebih rendah ialah kelompok bahan makanan, kelompok pendidikan,

rekreasi dan olahraga, serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sulawesi Tengah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sulawesi Tengah

Grafik 3.6. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Palu Menurut Kelompok Komoditas

Sumber: BPS

Tabel 3.3. Perbandingan Inflasi Tahunan per Kelompok Komoditas (%)

Sumber: BPS

2013

TW III TW III

UMUM 7.29 5.46

I. BAHAN MAKANAN 10.64 (0.36)

II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 8.19 11.33

III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 3.77 5.21

IV. SANDANG 0.22 3.38

V. KESEHATAN 2.65 6.50

VI. PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 6.08 4.43

VII. TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 9.78 6.29

KELOMPOK KOMODITAS2014

-3.00

-1.50

0.00

1.50

3.00

4.50

6.00

100

120

140

160

180

200

220

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2012 2013 2014

Inflasi Palu (mtm) Indeks Ekspekstasi Perubahan Harga Umum 3 bulan yad

% m.t.mIndeks

Page 62: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 3. Inflasi Daerah

39

Subkelompok bumbu-bumbuan

menjadi komoditas utama penyumbang

deflasi tahunan di Kota Palu pada

triwulan berjalan. Beberapa komoditas

kelompok bumbu-bumbuan yang tercatat

menyumbang deflasi kelompok bahan

makanan ialah bawang merah, cabai rawit,

jeruk nipis dan merica. Produksi dan

distribusi kelompok bumbu-bumbuan yang

berjalan lancar selama triwulan III-2014

ditengarai sebagai salah satu faktor penurun harga kelompok bumbu-bumbuan.

Perkembangan harga beberapa komoditas bahan makanan di Kota Palu selama

bulan Juli September 2014 terekam dalam hasil Survei Pemantauan Harga (SPH)

sebagaimana ditunjukkan dalam grafik berikut:

Grafik 3.7. Perkembangan Harga Komoditas Bumbu-Bumbuan

Grafik 3.8. Perkembangan Harga Komoditas Ikan Segar

Grafik 3.9. Perkembangan Harga Komoditas Beras

Grafik 3.10. Perkembangan Harga Komoditas Daging dan

Telur

Inflasi tahunan pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

pada triwulan laporan didominasi oleh inflasi subkelompok tembakau dan minuman

beralkohol. Salah satu faktor pendorong inflasi pada subkelompok tembakau dan

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

M I M II M III M IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V

JUL-14 AUG-14 SEP-14

Rp/kg

DAGING SAPI DAGING AYAM RAS TELUR AYAM RAS

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

M I M II M III M IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V

JUL-14 AUG-14 SEP-14

Rp/kg

CIHERANG MEMBRAMO SUPERWIN CIMANDI CINTANUR

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

M I M II M III M IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V

JUL-14 AUG-14 SEP-14

Rp/kg

IKAN BANDENG IKAN KEMBUNG IKAN MAS/LAYANG

IKAN TONGKOL/CAKALANG IKAN EKOR KUNING IKAN SELAR

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

M I M II M III M IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V

JUL-14 AUG-14 SEP-14

Rp/kg

CABE MERAH BESAR CABE RAWIT BAWANG MERAH

BAWANG PUTIH TOMAT SAYUR TOMAT BUAH

Tabel 3.4. Inflasi Kelompok Bahan Makanan (%)

Sumber: BPS

Sumber: Survei Pemantauan Harga KPw BI Sulteng Sumber: Survei Pemantauan Harga KPw BI Sulteng

Sumber: Survei Pemantauan Harga KPw BI Sulteng Sumber: Survei Pemantauan Harga KPw BI Sulteng

qtq ytd yoy

Bahan Makanan -0.99 -0.17 -0.36

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 0.08 1.49 0.75

Daging dan Hasil-hasilnya 0.21 1.26 -3.00

Ikan Segar -3.78 0.89 6.56

Ikan Diawetkan 5.28 10.77 3.84

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 3.41 8.97 11.40

Sayur-sayuran -4.11 5.32 0.13

Kacang - kacangan -1.93 -0.37 -1.40

Buah - buahan -9.04 -4.82 -10.31

Bumbu - bumbuan 4.67 -22.12 -23.90

Lemak dan Minyak 2.03 4.40 3.96

Bahan Makanan Lalnnya 2.73 7.42 9.77

KELOMPOK/SUBKELOMPOKSeptember 2014

Page 63: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 3. Inflasi Daerah

40

minuman beralkohol ialah komoditas rokok seiring dengan adanya kebijakan kenaikan

pajak daerah tembakau yang dilakukan pemerintah sejak triwulan I-2014. Selain itu,

penutupan beberapa pabrik rokok di Pulau Jawa ditengarai juga turut berpengaruh

terhadap penurunan jumlah produksi rokok nasional sehingga harga rokok secara

keseluruhan mengalami kenaikan.

Tabel 3.5. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (%)

qtq ytd yoy

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 2.06 8.17 11.33

Makanan Jadi 2.57 7.43 10.44

Minuman yang Tidak Beralkohol 2.61 6.57 6.38

Tembakau dan Minuman Beralkohol 0.08 11.76 18.07

KELOMPOK/SUBKELOMPOKSeptember 2014

Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar bergerak

moderat. Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi inflasi kelompok ini ialah

kebijakan kenaikan TTL yang mulai diberlakukan per 1 Mei 2014 secara bertahap hingga

1 November 2014 menyebabkan para produsen juga melakukan penyesuaian harga

secara bertahap. Kondisi tersebut tercermin dari besarnya inflasi subkelompok

perlengkapan rumah tangga yang didominasi oleh kenaikan harga barang-barang

elektronik.

Tabel 3.6. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (%)

qtq ytd yoy

Perumahan, alr, Listrik, Gas & Bahan Bakar 1.51 4.63 5.21

Biaya Tempat Tinggal 0.70 3.24 3.24

Bahan Bakar, Penerangan dan alr 4.18 7.82 9.87

Perlengkapan Rumahtangga 1.68 8.54 10.11

Penyelenggaraan Rumahtangga 1.62 4.74 6.05

KELOMPOK/SUBKELOMPOKSeptember 2014

Inflasi kelompok sandang relatif terkendali. Dibandingkan triwulan

sebelumnya, inflasi pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dimana inflasi kelompok

sandang pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 3,50% (yoy), sedangkan pada triwulan III-

2014 tercatat sebesar 3,38% (yoy). Kenaikan inflasi kelompok sandang pada triwulan

laporan dipengaruhi oleh inflasi pada subkelompok sandang anak-anak dan subkelompok

sandang laki-laki.

Sumber: BPS

Sumber: BPS

Page 64: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 3. Inflasi Daerah

41

qtq ytd yoy

Kesehatan 2.54 6.18 6.50

Jasa Kesehatan 0.00 7.77 7.77

Obat-obatan 3.96 8.27 8.84

Jasa Perazatan Jasmani 0.00 0.00 1.77

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 4.31 5.03 5.30

KELOMPOK/SUBKELOMPOKSeptember 2014

qtq ytd yoy

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 4.42 4.29 4.43

Jasa Pendidikan 6.46 6.46 6.46

Kursus-kursus/Pelatihan 10.48 10.48 10.48

Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 0.65 0.90 0.29

Rekreasi -0.85 -1.90 -0.86

Olahraga 0.00 0.00 2.35

KELOMPOK/SUBKELOMPOKSeptember 2014

Tabel 3.7. Inflasi Kelompok Sandang (%)

qtq ytd yoy

Sandang 1.57 3.44 3.38

Sandang Laki-laki 0.77 0.79 4.51

Sandang Wanita 0.28 0.66 0.48

Sandang Anak-anak 6.63 10.03 9.18

Barang Pribadi dan Sandang Lain -0.73 3.98 -0.11

KELOMPOK/SUBKELOMPOKSeptember 2014

Subkelompok obat-obatan

mengalami laju inflasi yang paling

besar dibandingkan subkelompok

lainnya pada kelompok kesehatan.

Dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya, inflasi kelompok kesehatan lebih tinggi, hal serupa juga terjadi

pada seluruh subkelompok pada kelompok kesehatan.

Inflasi tahunan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan

laporan tercatat 4,43% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya yang mencapai 6,08% (yoy). Kenaikan biaya sekolah pada triwulan

berjalan, mulai dari jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi menjadi penyebab

utama inflasi pada kelompok tersebut seiring dengan dimulainya tahun ajaran yang baru.

Tabel 3.9. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga (%)

Kenaikan tarif angkutan udara menjadi pendorong inflasi tahunan kelompok

transportasi, komunikasi dan jasa keuangan periode berjalan. Kebijakan pemerintah

melakukan penyesuaian tarif angkutan udara pada triwulan I-2014 masih berpengaruh

cukup besar terhadap pencapaian inflasi triwulan berjalan, meskipun dampak kenaikan

harga BBM pada bulan Juni 2013 sudah mereda. Kenaikan tarif ini akibat biaya

operasional yang semakin membengkak seiring dengan kenaikan harga avtur dan

melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat.

Sumber: BPS

Tabel 3.8. Inflasi Kelompok Kesehatan (%)

Sumber: BPS

Sumber: BPS

Page 65: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 3. Inflasi Daerah

42

Tabel 3.10. Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan (%)

qtq ytd yoy

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 1.18 3.81 6.29

Transpor 1.66 5.24 9.13

Komunikasi dan Pengiriman 0.05 0.05 -0.70

Sarana dan Penunjang Transpor 0.00 1.91 1.91

Jasa Keuangan 0.00 0.00 0.00

KELOMPOK/SUBKELOMPOKSeptember 2014

3.6. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)

Sebagai respons terhadap perkembangan inflasi Kota Palu selama tiga bulan

terakhir, TPID Sulawesi Tengah dan TPID Kota Palu telah melaksanakan dua rapat teknis

terkait dengan perkembangan harga terkini sekaligus persiapan menjelang bulan puasa

dan hari raya Idul Fitri. Beberapa isu strategi yang dibahas pada pertemuan tersebut

adalah:

1. Dalam rangka menjaga stabilitas harga pangan menjelang hari raya Idul Fitri,

pemerintah daerah melalui Disperindag bekerja sama dengan Bank Indonesia

menyelenggarakan pasar murah yang dilaksanakan pada tanggal 17-18 Juli 2014

bertempat di lapangan Kelurahan Donggala Kodi, Kecamatan Palu Barat.

2. Untuk mengantisipasi dampak Eli-Nino, Dinas Pertanian melakukan Sekolah Lapang

Iklim (SLI) kepada kelompok tani di 3 kecamatan, yakni Kecamatan Banawa Selatan

Kabupaten Donggala, Kecamatan Toili Kabupaten Banggai, dan Kecamatan Torue

Kebupaten Parigi-Moutong. Selain itu, Dinas Pertanian juga melakukan upaya promotif

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), serta pemasaran produk-produk hasil

kampung organik.

3. Sehubungan dengan rencana kenaikan harga BBM oleh pemerintah, POLDA

berkomitmen untuk menindak tegas segala bentuk aksi penimbunan dan upaya-upaya

yang dilakukan secara sengaja untuk menimbulkan kelangkaan BBM.

4. Menindaklanjuti instruksi dari Tim Pokjanas TPID, Biro Ekonomi Provinsi Sulawesi

Tengah sedang melakukan pengembangan aplikasi Pusat Informasi Harga Pangan

Strategis (PIHPS) di Kota Palu yang direncanakan launching pada akhir tahun 2014.

Sejalan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.027/1696/SJ tgl. 02 April 2013

tentang Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa di Daerah, pemerintah Provinsi

Sulawesi Tengah telah mengamanatkan kepada seluruh kota/kabupaten di Sulawesi

Tengah untuk segera melakukan tindak lanjut, minimal dengan pembentukan TPID di

Sumber: BPS

Page 66: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 3. Inflasi Daerah

43

tingkat kota/kabupaten. Hingga akhir triwulan III-2014 telah terbentuk 6 TPID di Provinsi

Sulawesi Tengah, yaitu TPID Provinsi Sulawesi Tengah, TPID Kota Palu, TPID Kabupaten

Banggai, TPID Kabupaten Toli-toli, TPID Kabupaten Morowali Utara dan TPID Kabupaten

Morowali.

---oOo---

Page 67: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 4. Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

44

BAB 4

SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES

KEUANGAN

Secara tahunan laju pertumbuhan aset perbankan di Sulawesi Tengah pada

triwulan laporan tercatat sebesar 17,00% (yoy), diikuti dengan pertumbuhan kredit

dan DPK sebesar 14,82% (yoy) dan 14,37% (yoy). Pertumbuhan aset, kredit dan

DPK tersebut lebih lambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan target pertumbuhan nasional yang lebih rendah

dibandingkan target tahun sebelumnya, serta pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tengah yang juga melambat.

Kualitas kredit perbankan Sulawesi Tengah meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya dengan nilai rasio NPL sebesar 2,13% pada triwulan berjalan. Rasio

tersebut masih berada pada batas aman, yakni dibawah 5%.

Pertumbuhan tahunan aset dan pembiayaan perbankan syariah menunjukkan tren

penurunan.

Pertumbuhan kredit UMKM mengalami perlambatan dibandingkan triwulan

sebelumnya menjadi sebesar 13,70% namun diikuti dengan kenaikan rasio NPL

menjadi 4,19% pada triwulan berjalan. Dampak dari pemberlakuan UU Minerba

terhadap aktivitas pertambangan di Sulawesi Tengah (termasuk pertambangan

rakyat), kenaikan harga beberapa komoditas utama, serta kemarau panjang yang

terjadi ditengarai turut mempengaruhi kualitas kredit UMKM di Sulawesi Tengah.

4.1. Kinerja Perbankan di Sulawesi Tengah (Bank Umum dan BPR)

Kinerja perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan menunjukkan

adanya perkembangan positif. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya pertumbuhan

volume usaha, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Volume usaha perbankan di Sulawesi

Tengah tercatat sebesar Rp23,63 triliun, meningkat Rp3,43 triliun dibandingkan tahun

sebelumnya. Dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, aset

perbankan Sulawesi Tengah tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan dari 18,54%

(yoy) menjadi sebesar 17,00% (yoy). Pertumbuhan volume usaha (aset) terjadi seiring

dengan ekspansi DPK dan kredit perbankan pada triwulan laporan.

Page 68: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 4. Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

45

Pada sisi aktiva, pertumbuhan aset didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit

yang tumbuh sebesar 14,82% (yoy). Sementara pada sisi pasiva, pertumbuhan aset

terutama berasal dari peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tercatat tumbuh

14,37% (yoy). Struktur DPK perbankan masih didominasi oleh tabungan yang memiliki

pangsa 53,79%, diikuti giro dan deposito masing-masing 24,47% dan 21,74%.

Dibandingkan posisi triwulan sebelumnya simpanan berbentuk deposito dan tabungan

mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 10,42% (qtq) dan 4,04% (qtq),

sementara giro mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -5,77% (qtq).

Grafik 4.1. Perkembangan DPK

Menurut Jenis Simpanan

Grafik 4.2. Perkembangan Kredit

Menurut Jenis Penggunaan

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

1,500

3,000

4,500

6,000

7,500

9,000

Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep

2012 2013 2014

%g (yoy)miliar rupiah

Giro Deposito Tabungan Pert. Giro Pert. Deposito Pert. Tabungan

0

10

20

30

40

50

60

70

0

3,000

6,000

9,000

12,000

15,000

18,000

21,000

Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep

2012 2013 2014

%g (yoy)miliar rupiah

Konsumsi Investasi Modal Kerja

Pert. K.Inv Pert. K.Kons Pert. KMK

Tabel 4.1. Perkembangan Indikator Perbankan di Sulawesi Tengah

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3

1 Total Aset 15,281 16,458 17,056 17,109 18,461 19,446 20,200 20,496 21,405 23,051 23,634

Total Aset - Bank Umum 14,802 15,792 16,214 16,154 17,402 18,226 18,896 19,112 19,988 21,622 22,166

Total Aset - BPR 478 666 843 954.67 1,060 1,220 1,304 1,384 1,416 1,429 1,468

2 Dana Pihak Ketiga 9,575 10,365 10,469 10,307 10,798 11,276 11,711 11,663 12,266 13,041 13,395

DPK - Bank Umum 9,338 10,064 10,177 10,022 10,442 10,924 11,364 11,330 11,877 12,676 13,027

DPK - BPR 237 301 292 284 356 352 347 333 389 365 368

3 Kredit yang diberikan 11,761 12,697 13,515 14,542 15,274 16,512 17,280 17,888 18,396 19,287 19,841

Kredit - Bank Umum 11,378 12,145 12,799 13,731 14,321 15,452 16,145 16,693 17,159 18,018 18,545

Kredit - BPR 382 552 717 811 952 1,060 1,135 1,195 1,237 1,270 1,295

4 Loan to Deposit Ratio (LDR) 123% 122% 129% 141% 141% 146% 148% 153% 150% 148% 148%

LDR - Bank Umum 122% 121% 126% 137% 137% 141% 142% 147% 144% 142% 142%

LDR - BPR 161% 183% 246% 285% 267% 301% 327% 359% 318% 348% 352%

5 Non Performing Loan (NPL) 2.59% 2.22% 2.09% 1.69% 1.96% 1.92% 2.12% 1.88% 2.05% 2.05% 2.13%

NPL - Bank Umum 2.61% 2.26% 2.14% 1.74% 2.02% 1.98% 2.20% 1.95% 2.12% 2.11% 2.20%

NPL - BPR 1.82% 1.25% 1.12% 0.81% 1.02% 1.05% 1.05% 1.02% 1.12% 1.21% 1.25%

No RINCIAN2012 2013 2014

Miliar rupiah (kecuali dinyatakan dalam satuan lain)

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Page 69: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 4. Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

46

Jumlah DPK pada akhir September 2014 tercatat sebesar Rp13,39 triliun,

sementara penyaluran kredit tercatat Rp19,84 triliun, sehingga rasio penyaluran kredit

terhadap penghimpunan dana (LDR) perbankan Sulawesi Tengah tercatat sebesar

148,12% naik dibandingkan posisi tahun sebelumnya sebesar 147,90%. Peningkatan

LDR terjadi seiring dengan pertumbuhan kredit yang relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan dana yang dihimpun.

Pertumbuhan kredit dalam 1 tahun terakhir sebesar 14,82% (yoy) diikuti oleh

kenaikan rasio NPL. Rasio NPL-gross pada akhir September 2014 tercatat sebesar 2,13%

atau sedikit lebih tinggi dari posisi September 2013 yang tercatat sebesar 2,12%.

Dibandingkan triwulan sebelumnya, rasio NPL triwulan laporan menunjukkan adanya

kenaikan, yaitu dari sebesar 2,05% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,13% pada

triwulan berjalan. Namun demikian, rasio NPL tersebut masih dalam batas aman, yakni

dibawah 5%. Kenaikan rasio NPL terjadi, baik pada Bank Umum maupun BPR. NPL Bank

Umum pada triwulan II-2014 sebesar 2,11% naik menjadi 2,20% pada triwulan laporan,

sedangkan NPL BPR pada triwulan II-2014 sebesar 1,20% naikl menjadi 1,25% pada

triwulan laporan.

4.2. Intermediasi Bank Umum

Tabel 4.2. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah

I II III IV I II III IV I II III

Total Aset 14,802 15,792 16,214 16,154 17,402 18,226 18,896 19,112 19,988 21,622 22,166

Dana Pihak Ketiga 9,338 10,064 10,177 10,022 10,442 10,924 11,364 11,330 11,877 12,676 13,027

Giro 2,519 2,588 2,621 1,724 2,851 2,917 2,906 1,737 2,796 3,478 3,278

Deposito 1,932 1,809 1,811 1,720 1,731 1,809 1,840 1,920 2,159 2,335 2,604

Tabungan 4,887 5,666 5,745 6,579 5,860 6,198 6,618 7,673 6,922 6,863 7,146

Kredit (Jenis Penggunaan) 11,378 12,145 12,799 13,731 14,321 15,452 16,145 16,693 17,159 18,018 18,545

Modal Kerja 4,797 5,326 4,915 5,123 5,215 5,471 5,599 5,748 5,798 6,079 6,169

Investasi 986 1,104 1,133 1,350 1,429 1,735 1,810 1,970 2,064 2,142 2,155

Konsumsi 5,595 5,715 6,751 7,258 7,678 8,246 8,737 8,975 9,298 9,796 10,221

LDR (%) 121.85 120.67 125.76 137.00 137.15 141.45 142.07 147.33 144.47 142.14 142.36

NPL 297.00 274.50 274.74 239.32 289.90 306.33 354.71 324.91 364.21 379.38 407.12

NPL Gross 2.61% 2.26% 2.15% 1.74% 2.02% 1.98% 2.20% 1.95% 2.12% 2.11% 2.20%

Keterangan2012 2013 2014

Fungsi intermediasi Bank Umum di Sulawesi Tengah tumbuh cukup baik dengan

risiko kredit yang masih terkendali, tercermin dari beberapa indikator kinerja perbankan

Miliar rupiah (kecuali dinyatakan dalam satuan lain)

Sumber: Bank Indonesia

Page 70: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 4. Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

47

seperti aset, penyaluran kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tetap

mengalami pertumbuhan. Jumlah DPK yang dihimpun Bank Umum sampai dengan

triwulan laporan mencapai Rp13,03 triliun, sedangkan kredit yang disalurkan sebesar

Rp18,55 triliun, sehingga Rasio Loan to Deposits (LDR) mencapai 142,364%. Kondisi ini

mencerminkan bahwa kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah tidak

hanya menggunakan DPK yang dihimpun dari masyarakat saja, tetapi juga menggunakan

pinjaman antar bank, baik dalam wilayah Sulawesi Tengah maupun di luar wilayah

Sulawesi Tengah. Kondisi tersebut menjadi salah satu indikasi potensi pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi daerah ke depan.

4.2.1. Penghimpunan Dana Masyarakat Bank Umum

Pada triwulan laporan jumlah DPK Bank Umum tumbuh sebesar 14,64% (yoy)

atau 2,77% (qtq). Pertumbuhan jumlah DPK triwulan laporan lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan triwulan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,04% (yoy). Secara

tahunan, peningkatan DPK bersumber dari meningkatnya simpanan dalam bentuk

deposito sebesar 41,47% (yoy), giro sebesar 12,79% (yoy) dan tabungan sebesar 7,98%

(yoy). Hingga September 2014, DPK milik pemerintah daerah yang disimpan di perbankan

Sulawesi Tengah tercatat sebesar Rp2,51 triliun atau sebesar 18,78% dari total DPK pada

perbankan Sulawesi Tengah. Angka tersebut meningkat 17,01% dari posisi tahun

sebelumnya. Pada saat yang sama DPK milik perseorangan tercatat tumbuh 13,02% (yoy)

menjadi Rp9,27 triliun dan DPK milik perusahaan swasta tumbuh 16,98% (yoy) menjadi

Rp699 miliar dibandingkan tahun sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan ekonomi

daerah serta meningkatnya biaya hidup turut berdampak pada perlambatan

pertumbuhan DPK.

Grafik 4.3. Perkembangan DPK Bank Umum Grafik 4.4. Pangsa DPK Bank Umum Menurut Jenis

Simpanan

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep

2012 2013 2014

% (yoy)Rp miliar

Giro Deposito Tabungan Pert. Giro Pert. Deposito Pert.Tabungan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep

2012 2013 2014

Giro Deposito Tabungan

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Page 71: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 4. Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

48

Berdasarkan data akhir September 2014, jumlah rekening simpanan pada Bank

Umum sebanyak 1.414.180 rekening, atau meningkat 183.363 rekening dari tahun

sebelumnya. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Sulawesi Tengah berdasarkan

data BPS dalam Statistik Kependudukan Sulawesi Tengah sebanyak 2,79 juta orang, maka

rasio jumlah masyarakat menabung sebesar 50,77%. Dengan perbandingan sederhana,

kita dapat memperoleh informasi bahwa setengah jumlah penduduk Sulawesi Tengah

sudah memiliki tabungan pada Bank Umum. Secara nasional berdasarkan data World

Bank bahwa pada tahun 2011, hanya 20% penduduk Indonesia di atas 15 tahun yang

tercatat memiliki rekening di institusi keuangan formal.

Grafik 4.5. Rasio Rekening Simpanan Pada Bank Umum Terhadap Jumlah Penduduk

90%

52%

67%

13%19% 16%

30%

66%

48%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Po

so

Ban

ggai

Toli-

Toli

Ban

ggai

Kep

.

Mo

row

ali

Bu

ol

Par

igi M

ou

ton

g

Pal

u, D

on

ggal

a,Si

gi, T

ou

na

Sult

eng

4.2.2. Penyaluran Kredit Bank Umum

Sampai dengan akhir September 2014, jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank

Umum mencapai Rp18,55 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 14,87% (yoy) atau sebesar

2,93% (qtq). Pada triwulan laporan kredit konsumsi masih tumbuh 16,99% (yoy), lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 18,80% (yoy). Namun demikian,

penurunan pertumbuhan tersebut justru diikuti dengan kenaikan pangsa kredit konsumsi

dari 54,37% pada triwulan sebelumnya menjadi 55,11%. Demikian halnya kredit modal

kerja yang tumbuh melambat dari 11,11% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi

10,18% (yoy) pada triwulan berjalan dan memiliki pangsa sebesar 33,26% pada triwulan

laporan. Sementara itu, pertumbuhan tertinggi dicatat oleh kredit investasi yang tumbuh

19,11% (yoy) dengan pangsa kredit sebesar 11,62%.

Sumber: Bank Indonesia

Page 72: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 4. Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

49

Dalam rangka mendorong penyaluran kredit produktif khususnya kepada UMKM,

Bank Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No.14/22/PBI/2012 yang

mengharuskan perbankan untuk menyalurkan minimal 20% dari total kreditnya pada

sektor UMKM pada tahun 2018. Tahapan implementasi ketentuan tersebut telah dimulai

sejak tahun 2013 dimana Bank wajib memenuhi target penyaluran kredit kepada UMKM

sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Bisnis masing-masing bank.

Kualitas kredit Bank Umum pada periode laporan mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya, tercermin dari meningkatnya kredit non lancar (Non

Performing Loans) dari 2,11% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,20% pada triwulan

laporan. Rasio NPL tersebut masih tergolong baik dibandingkan batas aman nasional

sebesar 5%. Kenaikan NPL gross tersebut disumbang oleh kenaikan rasio NPL Bank

swasta nasional, yaitu dari 3,03% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,84%.

Grafik 4.6. Perkembangan Kredit Bank Umum

Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 4.7. Pangsa Kredit Bank Umum Berdasarkan

Jenis Penggunaan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep

2012 2013 2014

%g (yoy)juta rupiah

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Pert Modal Kerja Pert Investasi Pert Konsumsi

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep

2012 2013 2014

K.Modal Kerja K.Investasi K.Konsumsi

Berdasarkan penggunaan kredit, NPL tertinggi terjadi pada kredit modal kerja

dengan rasio sebesar 4,04%, diikuti dengan kredit investasi dan kredit konsumsi dengan

rasio NPL masing-masing sebesar 3,15% dan 0,88%. Secara umum, rasio NPL pada

masing-masing jenis kredit tersebut mengalami kenaikan.

Secara sektoral, pangsa kredit yang diberikan Bank Umum masih didominasi oleh

sektor penerima kredit bukan lapangan usaha (kredit konsumtif) yaitu sebesar Rp10,24

triliun atau sebesar 55,22% dari total kredit yang diberikan, diikuti sektor perdagangan

besar dan eceran sebesar Rp5,27 triliun atau 28,39%. Tingginya kredit sektor

perdagangan pada umumnya tersalurkan untuk sub sektor perdagangan eceran yang

semakin berkembang. Sementara itu, kredit sektor pertanian, perburuan dan kehutanan

tercatat sebesar Rp878 miliar atau memiliki share sebesar 4,73%, meningkat dari share

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Page 73: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 4. Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

50

pada triwulan II-2014 sebesar 4,68%. Kenaikan pangsa kredit pertanian tersebut tidak

terlepas dari pertumbuhan kredit sektor tersebut yang mencapai 35,53% (yoy).

Sementara itu, penyaluran kredit pada sektor perikanan tercatat sebesar Rp68 miliar

dengan porsi 0,37%.

Tabel 4.3. Perkembangan Kredit Bank Umum Per Sektor

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3Kredit-Sektor Ekonomi 14,321 15,452 16,145 16,693 17,159 18,018 18,545

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 597 584 648 726 767 844 878

Perikanan 52 55 60 63 64 67 68

Pertambangan dan Penggalian 64 71 73 68 67 75 102

Industri Pengolahan 229 217 242 250 245 251 221

Listrik, Gas dan Air 6 5 7 8 8 8 33

Konstruksi 345 371 426 466 458 527 545

Perdagangan Besar dan Eceran 4,084 4,699 4,743 4,874 4,971 5,234 5,265

Penyediaan Akomodasi dan Penyed. Makan Minum 199 221 239 251 272 279 280

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 120 123 126 139 142 155 154

Perantara Keuangan 287 266 267 291 281 281 268

Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan 258 345 338 334 329 146 147

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jamsos 0 0 1 1 1 1 1

Jasa Pendidikan 10 9 9 9 9 13 12

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17 18 18 17 17 17 17

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan 137 164 192 204 210 224 253

Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 27 30 14 16 18 21 23

Kegiatan yang belum jelas batasannya 210 25 4 0 2 78 35

Penerima Kredit bukan Lapangan Usaha 7,678 8,246 8,737 8,975 9,298 9,796 10,242

Keterangan2013 2014

Grafik 4.8. Perkembangan Kredit Properti Grafik 4.9. Perkembangan Kredit KPR Berdasarkan

Tipe

-40%-20%0%20%40%60%80%100%120%140%160%180%

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13 Dec-13 Mar-14 Jun-14 Sep-14

%g (yoy)miliar rupiah

KPR Kredit Ruko Growth KPR Growth Kredit Ruko

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13 Dec-13 Mar-14 Jun-14 Sep-14

%g (yoy)miliar rupiah

KPR s.d. Tipe 21 KPR Tipe 22 s.d. 70 KPR Tipe > 70

Pert. KPR s.d. Tipe 21 Pert. KPR Tipe 22 s.d. 70 Pert. KPR Tipe > 70

Pasar properti di Sulawesi Tengah yang berkembang cepat mendorong

pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Ruko. Pada triwulan

III-2014, kredit KPR mencapai Rp1,73 triliun atau tumbuh melambat 2,12% (yoy) dan

Miliar rupiah

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Page 74: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 4. Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

51

Kredit Pemilikan Ruko mencapai Rp247 miliar atau tumbuh melambat 4,41% (yoy).

Berdasarkan tipe KPR, KPR tipe s.d. 21 berkembang paling cepat dengan tingkat

pertumbuhan mencapai 48,41% (yoy) atau mencapai Rp512 miliar. Di lain pihak, share

kredit KPR terbesar ialah KPR tipe 22 s.d. 70 dengan nilai kredit sebesar Rp951 miliar

yang mengalami penurunan -8,91% (yoy). Sedangkan nilai KPR tipe > 70 mencapai

Rp271 miliar atau turun -12,32% (yoy). Untuk mengantisipasi terjadinya buble di sektor

kredit properti, Bank Indonesia menerbitkan Surat Edaran BI No.15/40/DKMP tahun

2013 terkait pembayaran uang muka pembelian properti.

Grafik 4.10. Rasio Rekening Kredit Pada Bank Umum Terhadap Jumlah Penduduk

19%

8%

11%

1%3%

1%

6%

12%

8.96%

0%

4%

8%

12%

16%

20%

Po

so

Ban

ggai

Toli-

Toli

Ban

ggai

Kep

.

Mo

row

ali

Bu

ol

Par

igi M

ou

ton

g

Pal

u, D

on

ggal

a,Si

gi, T

ou

na

Sult

en

g

Jumlah rekening kredit di bank umum se-Sulawesi Tengah sebanyak 249.580

rekening, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 245.275

rekening. Adapun rasio rekening kredit terhadap jumlah penduduk Sulteng sebesar

8,96%. Artinya secara sederhana baru 1 dari 12 orang dari jumlah penduduk Sulawesi

Tengah yang telah memiliki akses kredit ke lembaga perbankan. Faktor geografis dan

infrastruktur jaringan kantor bank yang terbatas menjadi salah satu kendala bagi

masyarakat untuk menggunakan layanan perbankan. Di sisi lain terbatasnya kuantitas

SDM perbankan yang memiliki kapabilitas untuk melakukan analisis kredit produktif

menjadi faktor penghambat berkembangnya kredit produktif.

Sumber: Bank Indonesia

Page 75: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 4. Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

52

4.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

Hingga akhir triwulan laporan jumlah BPR di Sulawesi Tengah tercatat berjumlah

9 BPR dengan jumlah aset sebesar Rp1,47 triliun atau memiliki pangsa sebesar 6,21%

terhadap total aset perbankan Sulawesi Tengah. Beberapa indikator kinerja BPR lainnya

juga menunjukkan perbaikan dari kondisi sebelumnya. Secara tahunan aset BPR se

Sulawesi Tengah tumbuh 12,59% (yoy). Pertumbuhan aset tersebut didorong oleh

pertumbuhan kredit sebesar 14,10% (yoy) dan DPK sebesar 5,83%.

Jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun BPR pada triwulan laporan

adalah sebesar Rp368 miliar atau naik 5,83% dalam satu tahun terakhir. Komposisi dana

pihak ketiga tersebut masih didominasi oleh simpanan berbiaya tinggi (deposito) dengan

pangsa sebesar 83,95%, sementara simpanan dalam bentuk tabungan memiliki pangsa

16,05%. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa sebagian besar masyarakat memilih BPR

sebagai tempat untuk menyimpan dana karena bersedia memberikan imbal jasa yang

lebih menarik dari Bank Umum.

Pada sisi aktiva, jumlah kredit yang disalurkan BPR juga mengalami pertumbuhan

positif. Pada periode laporan total kredit yang diberikan adalah sebesar Rp1,29 triliun,

tumbuh 14,10% (yoy). Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan didorong oleh

pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 21,92% (yoy) dengan pangsa terbesar, yaitu

94,37%. Sementara itu, kredit investasi memiliki pangsa hingga 0,24% tercatat turun

-90,10% (yoy) dan kredit modal kerja dengan pangsa 5,39% mengalami penurunan

-30,84% (yoy).

Grafik 4.11. Perkembangan Aset BPR di Sulawesi Tengah

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Juni Sep

2012 2013 2014

%g (yoy)juta rupiah

ASET Pert. Aset

Sumber: Bank Indonesia

Page 76: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 4. Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

53

Kualitas kredit BPR pada akhir triwulan laporan tercatat mengalami penurunan

dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loans

(NPLs)-gross yang meningkat dari 1,21% pada triwulan II-2014 menjadi sebesar 1,25%

pada triwulan III-2014. Berdasarkan kredit menurut jenis penggunaan, NPL tertinggi

terjadi pada kredit modal kerja dengan NPL sebesar 7,09% diikuti kredit investasi dan

kredit konsumsi masing-masing sebesar 1,47% dan 0,91%.

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit yang diberikan dialokasikan untuk kredit

konsumsi sebesar Rp1.222 miliar dengan pangsa 94,37%, kredit modal kerja sebesar

Rp69,79 miliar dengan pangsa 5,39% dan kredit investasi sebesar Rp3,14 miliar dengan

pangsa 0,24% dari total kredit yang diberikan. Hal ini menunjukkan sebagian besar kredit

BPR lebih banyak disalurkan ke sektor non produktif dibandingkan sektor produktif.

Grafik 4.12. Perkembangan DPK BPR Menurut Jenis

Simpanan

Grafik 4.13. Perkembangan Kredit BPR Menurut

Jenis Penggunaan

-100%

0%

100%

200%

-

75,000

150,000

225,000

300,000

375,000

Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Juni Sep

2012 2013 2014

%g (yoy)juta rupiah

Deposito Tabungan Pert.Deposito Pert.Tabungan

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Juni

2012 2013 2014

%g (yoy)juta rupiah

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Pert. Modal Kerja Pert.Investasi Pert.Konsumsi

Dalam hal menjalankan fungsi intermediasi, BPR di Sulawesi Tengah memiliki kinerja

yang cukup baik, tercermin dari rasio Loan to Deposits (LDR) yang di atas 100%. LDR BPR

pada periode laporan tercatat 352,39%. Tingginya LDR BPR dipicu oleh ekspansi kredit

yang lebih besar dibandingkan dengan kemampuan BPR dalam menghimpun Dana Pihak

Ketiga dari masyarakat. Kondisi ini sekaligus menjelaskan bahwa untuk mendukung

kegiatan ekspansi kredit, BPR lebih banyak bertumpu pada sumber pembiayaan lain selain

DPK seperti pinjaman antar bank melalui skema linkage programme (channelling dan

executing) maupun dana lainnya.

Berdasarkan data sebaran kantor BPR, terlihat bahwa keberadaan BPR di Sulawesi

Tengah belum tersebar merata di seluruh wilayah Kabupaten. Lokasi bank sebagian besar

terbesar di 4 lokasi, yaitu Kabupaten Parigi Moutong, Kota Palu, Kabupaten Banggai dan

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Page 77: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 4. Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

54

Kabupaten Poso. Konsentrasi lokasi bank pada beberapa wilayah tertentu menyebabkan

akses masyarakat terhadap jasa perbankan menjadi terbatas.

Tabel 4.4. Jumlah Kantor Pusat dan Cabang BPR di Sulawesi Tengah (belum termasuk daerah pemekaran)

Pusat Cabang

1. Kab. Banggai Kepulauan 2 2

2. Kab. Buol 1 1

3. Kab. Donggala 1 1

4. Kab. Morowali 3 3

5. Kab. Parigi Moutong 3 2 5

6. Kab. Banggai 1 2 3

7. Kab. Poso 1 2 3

8. Kab. Tojo Una-Una 1 1

9. Kab. Toli-Toli 1 1

10. Kota Palu 4 4

Total 9 15 24

Provinsi Sulawesi TengahKantor

Jumlah

4.4. Kinerja Bank Umum Syariah

Pada triwulan laporan kinerja perbankan syariah mengalami penurunan. Aset

perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp985 miliar atau turun sebesar

-5,33% (yoy). Di sisi pasiva, dalam satu tahun terakhir DPK perbankan syariah tumbuh

sebesar 11,61% (yoy) dari Rp602 miliar menjadi Rp672 miliar. Peningkatan jumlah DPK

pada triwulan laporan terutama dipengaruhi adanya peningkatan giro yang tumbuh

sebesar 78,35% (yoy), yaitu dari Rp49 miliar menjadi Rp62 miliar. Hal yang serupa juga

dialami oleh tabungan dan deposito yang masing-masing tumbuh sebesar 5,11% (yoy)

dan 13,79% (yoy). Dari sisi strukturnya, DPK perbankan syariah didominasi oleh

simpanan dalam bentuk tabungan dengan kontribusi sebesar 64%, diikuti deposito dan

giro dengan pangsa sebesar 27% dan 9%.

Berlawanan arah dengan pertumbuhan DPK, jumlah pembiayaan perbankan

syariah justru mengalami penurunan. Pada triwulan laporan pembiayaan perbankan

syariah turun sebesar -2,72% (yoy), yaitu dari sebesar Rp969 miliar menjadi sebesar

Rp943 miliar. Penurunan pembiayaan pada triwulan laporan didorong oleh penurunan

pembiayaan modal kerja sebanyak -17,01% (yoy), yaitu dari sebesar Rp239 miliar menjadi

sebsar Rp198 miliar, serta pembiayaan investasi yang turun sebesar -6,06% (yoy) menjadi

Rp86 miliar. Di lain pihak, terjadi kenaikan jumlah pembiayaan konsumsi sebesar Rp20

Sumber: Bank Indonesia

Page 78: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 4. Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

55

miliar atau tumbuh 3,11,% (yoy) menjadi sebesar Rp658 miliar.

Berdasarkan data di atas, Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah di

Sulawesi Tengah pada periode laporan tercatat 140,17% lebih rendah dari periode

sebelumnya 160,83%. Perkembangan ini sejalan dengan penyempurnaan kebijakan

GWM LDR yang dikeluarkan Bank Indonesia untuk menjaga likuiditas perbankan

(termasuk perbankan syariah).

Grafik 4.14. Perkembangan Aset Bank Syariah di Sulawesi Tengah

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep

2012 2013 2014

%g (yoy)miliar rupiah

ASET Pert. Aset

Grafik 4.15. Perkembangan DPK Bank Syariah

Menurut Jenis Simpanan

Grafik 4.16. Perkembangan Pembiayaan Bank

Syariah Menurut Jenis Penggunaan

-100%

0%

100%

200%

0

100

200

300

400

500

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

2012 2013 2014

%g (yoy)miliar rupiah

Giro Deposito Tabungan

Pert. Giro Pert.Deposito Pert.Tabungan

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

2012 2013 2014

%g (yoy)miliar rupiah

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Pert. Modal Kerja Pert.Investasi Pert.Konsumsi

Jumlah bank syariah di Provinsi Sulawesi Tengah sampai dengan triwulan laporan

sebanyak 5 (lima) Bank Umum syariah sementara belum terdapat BPR Syariah di Sulawesi

Tengah. Jumlah rekening simpanan pada perbankan syariah di Sulawesi Tengah pada

triwulan III-2014 tercatat sebanyak 88.998 rekening atau meningkat 910 rekening

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Page 79: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 4. Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

56

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 88.088 rekening, sementara jumlah

rekening pembiayaan tercatat sebanyak 13.078 rekening atau berkurang 333 rekening

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 13.411 rekening.

4.5. Kredit UMKM

Penyaluran kredit untuk UMKM oleh perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan

laporan tercatat meningkat sebesar Rp826 miliar dibandingkan triwulan III-2014 atau

tumbuh 13,70% (yoy), yaitu dari sebesar Rp6,03 triliun pada triwulan III-2014 menjadi

sebesar Rp6,86 triliun pada triwulan laporan. Penyaluran kredit kepada UMKM masih

didominasi oleh kelompok Bank Umum dengan pangsa 99,02%, sementara BPR hanya

memberikan kontribusi sebesar 0,98%.

Dibandingkan dengan total kredit yang disalurkan oleh Bank Umum, penyaluran

kredit kepada UMKM oleh Bank Umum tercatat mencapai 36,61%. Dari jumlah kredit

kepada UMKM tersebut, pangsa kredit untuk kelompok mikro, kecil dan menengah

masing-masing adalah sebesar 25,81%; 35,83%; dan 38,37%. Dilihat dari kualitasnya,

jumlah kredit UMKM oleh Bank Umum di Sulawesi Tengah pada triwulan berjalan yang

tergolong non-lancar sebesar Rp282 miliar atau 4,16% dari total kredit UMKM atau

setara dengan 1,52% dari total kredit Bank Umum. Berdasarkan lokasi proyek, tingkat

NPL kredit untuk kelompok UMKM tertinggi tercatat di Kabupaten Sigi yakni sebesar

9,06% dan terendah di Kabupaten Banggai sebesar 3,07%. Banjir yang terjadi di

beberapa wilayah di Kabupaten Sigi (Dolo dan Palolo) ditengarai memberikan andil

terhadap kinerja UMKM dan kemampuan pengembalian kredit perbankan.

Per akhir triwulan III-2014, jumlah kredit yang disalurkan oleh BPR pada kelompok

UMKM tercatat sebesar Rp67 miliar. Jumlah tersebut menurun -8,43% (yoy) dari jumlah

kredit UMKM pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan laporan rasio

NPL kredit UMKM yang disalurkan oleh BPR tercatat sebesar 7,23% atau 0,37% dari total

kredit yang disalurkan oleh BPR.

Sementara itu, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pelaku usaha di

Sulawesi Tengah berdasarkan lokasi bank pelapor sampai dengan triwulan laporan

berjumlah Rp674 miliar, atau turun -1,18% dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah

tersebut disalurkan melalui 50,59 ribu rekening dengan realisasi paling banyak dilakukan

oleh perbankan yang berada di wilayah Kota Palu sebesar Rp261 miliar atau 38,7% dari

Page 80: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 4. Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

57

total realisasi KUR di Sulawesi Tengah. Sektor ekonomi yang paling banyak menyerap

KUR adalah sektor perdagangan besar dan eceran dengan porsi mencapai 58,49%,

diikuti sektor Pertanian, Perburuan dan Kehutanan dengan porsi 22,95%.

Tabel 4.5 Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Di Sulawesi Tengah

Berdasarkan Sektor Ekonomi

Mar-14 Jun-14 Sep-14 Mar-14 Jun-14 Sep-14

1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 16.461 17.268 17.881 141,51 150,80 154,60

2. PERIKANAN 1293 1420 1521 10,26 11,60 12,68

3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 59 61 65 0,71 0,69 0,84

4. INDUSTRI PENGOLAHAN 1.557 1.662 1.684 22,55 23,68 22,49

5. LISTRIK, GAS DAN AIR 22 22 20 0,25 0,24 0,21

6. KONSTRUKSI 89 80 73 16,12 15,04 10,46

7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 24.088 24.509 24.533 398,07 405,36 393,97

8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN

MAKAN MINUM 767 800 821 12,33 12,64 13,30

9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN

KOMUNIKASI 221 211 212 4,63 4,51 4,76

10. PERANTARA KEUANGAN 10 14 14 2,58 2,47 2,20

11. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA

PERUSAHAAN 526 457 416 6,91 6,24 5,99

12. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN

DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 8 18 28 0,09 0,31 0,36

13. JASA PENDIDIKAN 16 14 14 1,02 1,22 1,08

14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 63 64 70 1,45 1,55 2,05

15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA,

HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA 2.349 2.543 2.761 32,19 33,90 36,36

16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH

TANGGA 446 456 458 5,04 5,85 6,65

17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA

INTERNASIONAL LAINNYA 0 0 0 - - -

18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 5 178 17 1,90 5,47 5,53

19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 0 0 0 - - -

TOTAL 47.980 49.777 50.588 657,63 681,57 673,54

SEKTOR EKONOMIJUMLAH REKENING OUTSTANDING KUR (Rp miliar)

Sumber : Bank Indonesia

Dilihat dari lokasi proyek, sebagian besar penyaluran KUR berada di Kota Palu

yaitu sebesar Rp163 miliar atau 24,30% dari total penyaluran KUR di Sulawesi Tengah

dan didominasi oleh debitur pada sektor perdagangan yang biasanya berkembang lebih

pesat di kawasan perkotaan. Sementara KUR sektor pertanian paling banyak disalurkan

kepada debitur di Kabupaten Banggai dengan nilai penyaluran sebesar Rp30,87 miliar

yang didominasi KUR untuk pertanian tanaman padi. Dari segi kualitas, kredit bermasalah

atau Non Performing Loan (NPL) gross KUR di Sulawesi Tengah tercatat sebesar 3,28%

Page 81: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 4. Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

58

atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,89%. Adapun NPL KUR yang

disalurkan oleh perbankan Sulawesi Tengah pada sektor perdagangan dan sektor

pertanian masing-masing tercatat sebesar 3,68% dan 1,90%.

Grafik 4.17. Perkembangan Kredit Mikro, Kecil dan Menengah Bank Umum

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep

2012 2013 2014

%g (yoy)juta rupiah

K.Mikro K.Kecil K.Menengah K.Mikro K.Kecil K.Menengah

Penyaluran KUR sebesar 3,63% dari total kredit Bank Umum pada periode

berjalan. Akselerasi penyaluran KUR guna penguatan permodalan UMKM dan

pengembangan ekonomi kerakyatan dapat dipercepat, misalnya dengan adanya Lembaga

Penjamin Kredit Daerah (LPKD). Keberadaan lembaga tersebut di Sulawesi Tengah

sejatinya sudah mendapat legalitas melalui Perda No. 11 tahun 2009 tentang Lembaga

Penjamin kredit di Provinsi Sulawesi Tengah. Hanya saja hingga saat ini keberadaan/peran

lembaga tersebut belum bisa dirasakan oleh masyarakat.

--- o0o ---

Sumber: Bank Indonesia

Page 82: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Boks 3. Perkembangan Indikator Financial Inclusion di Sulawesi Tengah

Latar Belakang

Keuangan inklusif (financial inclusion) merupakan upaya yang bertujuan meniadakan segala

bentuk hambatan yang bersifat harga maupun non harga, terhadap akses masyarakat dalam

memanfaatkan layanan jasa keuangan. Keuangan inklusif ini merupakan strategi nasional untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan serta

stabilitas sistem keuangan.

Berdasarkan Hasil survey neraca rumah tangga BI (2012), hanya 48% dari total rumah tangga

di Indonesia yang memiliki tabungan di bank, lembaga keuangan non bank dan non lembaga

keuangan. Dengan kata lain terdapat 52% rumah tangga di Indonesia yang belum memiliki

tabungan sama sekali. Hal ini sejalan dengan Survey World Bank (2010) yang menyatakan bahwa di

Indonesia, akses terhadap jasa keuangan formal hanya tersedia bagi setengah penduduk Indonesia.

32% dari penduduk Indonesia bahkan tidak memiliki tabungan (baik di sektor formal maupun

informal), dan masuk ke dalam kategori financially excluded. Untuk itu, muncul pemikiran untuk

menerapkan strategi keuangan inklusif agar mampu mendorong kegiatan ekonomi kelompok

masyarakat yang belum menikmati layanan keuangan, sehingga mendorong pemerataan

pendapatan dan pengentasan kemiskinan.

Indikator Pelayanan Jasa Keuangan

Perkembangan indikator pelayanan jasa keuangan, yakni rasio jumlah kantor bank per 1.000

km2

di Sulawesi Tengah mencapai nilai 2 pada triwulan III 2014. Nilai tersebut masih sama dengan

nilai pada tahun 2013 dan jika dibandingkan dengan nilai secara nasional maka kondisi di Sulawesi

Tengah masih lebih rendah dari tingkat nasional yang mencapai nilai 9. Rendahnya rasio tersebut

menunjukkan bahwa potensi pengembangan pelayanan jasa keuangan masih terbuka lebar

terutama untuk peningkatan jumlah kantor ke depan.

Indikator lainnya adalah rasio jumlah kantor bank per 100.000 penduduk dewasa tahun

2014 mencapai nilai 8 pada Triwulan III2014. Angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan

tahun 2013 yang mencapai nilai 7. Hal ini mengindikasikan bahwa kecepatan pertumbuhan kantor

bank dalam setahun terakhir sedikit lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan penduduk.

Page 83: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Ket : *) Sensus Penduduk BPS, 2010 Sumber : KPwDN Provinsi Sulawesi Tengah, 2014. Diolah dari berbagai sumber.

Indikator Penggunaan Jasa Keuangan

Perkembangan indikator jasa keuangan secara umum mengalami perbaikan dan mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Indikator rasio jumlah rekening kredit per 1.000 penduduk

dewasa mencapai nilai rasio 117, nilai tersebut meningkat dibandingkan dengan nilai tahun 2013.

Demikian pula halnya dengan rasio jumlah rekening simpanan per 1.000 penduduk yang mencapai

nilai 499, meningkat signifikan dari nilai pada triwulan III2013 sebesar 442.

Dalam konteks penggunaan jasa keuangan oleh UMKM, maka pangsa rekening kredit

UMKM mengalami tren yang positif dari tahun ke tahun yang pada Triwulan III2014 mencatatkan

pangsa sebesar 49,07%. Kondisi yang berbeda justru terjadi pada pangsa nominal kredit UMKM,

INDIKATOR 2013 Q2 2013 Q3 2013 Q4 2014 Q1 2014 Q2 2014 Q3

Jumlah rekening - Giro 20.476 21.107 21.013 22.014 22.048 22.359

Jumlah rekening - Tabungan 1.093.567 1.200.643 1.361.686 1.361.571 1.328.031 1.381.711

Jumlah rekening - Deposito 9.356 9.067 9.262 9.642 9.262 10.110

Jumlah rekening - DPK 1.123.399 1.230.817 1.391.961 1.393.227 1.359.341 1.414.180

Nominal - Giro 2.917.254 2.905.915 1.737.347 2.796.067 3.478.468 3.277.295

Nominal - Tabungan 6.182.373 6.602.884 7.650.170 6.900.013 6.840.069 7.120.521

Nominal - Deposito 1.808.851 1.840.362 1.919.886 2.158.661 2.334.942 2.603.598

Nominal - DPK (Rp juta) 10.908.478 11.349.161 11.307.403 11.854.741 12.653.479 13.001.414

Nominal - Kredit (Rp juta) 15.327.920 16.014.861 16.542.583 17.002.315 17.839.727 18.339.088

Nominal - Kredit UMKM (Rp juta) 5.870.218 5.956.501 6.169.926 6.320.726 6.740.252 6.789.001

Jumlah rekening - Kredit 226.742 232.338 237.396 241.238 245.275 249.580

Jumlah rekening - Kredit UMKM 102.793 106.990 111.911 115.349 119.817 122.476

PDRB (Rp juta) 57.097.075 59.414.804 63.197.935 60.824.085 63.357.481 67.031.292

PDRB non migas (Rp juta) 56.238.583 58.517.184 62.233.313 59.932.271 62.480.943 66.144.504

PDRB per kapita (Rp juta) 21 21 23 22 23 24

PDRB non migas per kapita (Rp juta) 20 21 22 21 22 23

Jumlah penduduk *) 2.756.798 2.771.143 2.785.488 2.797.070 2.809.613 2.822.157

Jumlah penduduk dewasa *) 1.872.807 1.988.956 2.105.105 2.110.240 2.115.502 2.120.763

Luas daerah (km2) 68.033 68.033 68.033 68.033 68.033 68.033

Jumlah Kantor Bank 157 157 163 163 163 164

Indikator Makroekonomi

Total kredit/ GDP 26,85% 26,95% 26,18% 27,95% 28,16% 27,36%

Total kredit/ GDP non migas 27,26% 27,37% 26,58% 28,37% 28,55% 27,73%

Total simpanan/ GDP 19,11% 19,10% 17,89% 19,49% 19,97% 19,40%

Total simpanan/ GDP non migas 19,40% 19,39% 18,17% 19,78% 20,25% 19,66%

Indikator Pelayanan Jasa Keuangan

Jumlah kantor bank per 1000 km 2 2 2 2 2 2 2

Jumlah kantor bank per 100.000 penduduk 6 6 6 6 6 6

Jumlah kantor bank per 100.000 penduduk dewasa 8 8 8 8 8 8

Indikator Penggunaan Jasa Keuangan

Jumlah rekening Kredit per 1000 penduduk 82 84 85 86 87 88

Jumlah rekening simpanan per 1000 penduduk 408 444 500 498 484 501

Jumlah rekening Kredit per 1000 penduduk dewasa 121 117 113 114 116 118

Jumlah rekening simpanan per 1000 penduduk dewasa 600 619 661 660 643 667

Indikator Penggunaan Jasa Keuangan oleh UMKM

Share rekening kredit UMKM 45,33% 46,05% 47,14% 47,82% 48,85% 49,07%

Share nominal kredit UMKM 38,30% 37,19% 37,30% 37,18% 37,78% 37,02%

Tabel 1. Perkembangan Indikator Keuangan Inklusif Sulawesi Tengah

Page 84: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

yakni terdapat penurunan sehingga nilai pangsa hanya mencapai 37,02%, lebih rendah dari pada

triwulan sebelumnya.

Singkatnya indikator-indikator keuangan yang terdiri dari indikator pelayanan, penggunaan

jasa keuangan, dan penggunaan jasa keuangan oleh UMKM secara umum masih menyisakan ruang

untuk perbaikan dan perluasan akses khusunya pada Provinsi Sulawesi Tengah. Banyak faktor yang

melatarbelakangi mengapa masih terdapat kelompok masyarakat yang belum memiliki akses kepada

perbankan atau lembaga keuangan, baik dalam bentuk tabungan maupun perolehan kredit.

Beberapa diantaranya adalah jarak yang jauh dari tempat tinggal ke kantor bank, produk yang

ditawarkan tidak sesuai, informasi produk yang tidak dipahami, pendapatan yang rendah, dokumen

identitas yang tidak ada, dan adanya persepsi bahwa bank/lembaga keuangan bukan untuk

masyarakat kecil. Dari sisi perbankan juga terdapat kendala diantaranya terkait pendirian kantor

cabang dengan segmentasi kepada unbanked people membutuhkan biaya mahal, sehingga bank

lebih memilih nasabah besar yang dapat memenuhi persyaratan.

Berdasarkan permasalahan yang ada maka ke depan Bank Indonesia akan tetap memperkuat

upaya mendorong keuangan inklusif melalui koordinasi dan kerjasama (coordination and teamwork)

dengan Kemenkeu (BKF), OJK, dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)

untuk berupaya menyusun strategi peningkatan akses keuangan yang komprehensif yaitu, Strategi

Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), beberapa program yang dirancang adalah :

1. Program Edukasi Keuangan yang bersifat nasional, komprehensif dan berkelanjutan yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai keuangan.

2. Meningkatkan pemanfaatan TabunganKu terkait dengan Gerakan Indonesia Menabung.

3. Mendorong akses masyarakat di remote area terhubung dengan layanan keuangan melalui

implementasi Layanan Keuangan Digital (LKD) untuk agen individu.

4. Pengembangan program G2P (government to person) melalui ujicoba penyaluran Program

Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan sosial menggunakan Uang Elektronik.

5. Mengembangkan proyek Financial Identity Number (FIN) bertujuan untuk menyediakan

database unbanked people yang dapat diakses lembaga keuangan dalam rangka mengurangi

assymetric information.

6. Pemberdayaan UMKM melalui pemberian bantuan teknis, produksi dan pemasaran. BI juga

meluncurkan beberapa program inisiatif, diantaranya program kewirausahaan yang bertujuan

mendukung Gerakan Kewirausahaan Nasional dalam rangka penciptaan wirausaha baru

melalui pendampingan yang berkesinambungan.

Page 85: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

59

Bab 5. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

BAB 5

SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

- Pertumbuhan ekonomi yang meningkat di triwulan III 2014 terkonfirmasi dengan

nominal outflow dan inflow yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

- Secara non tunai, pertumbuhan tahunan (yoy) peredaran uang pada triwulan III-2014

menunjukkan adanya penurunan di sisi kliring namun mengalami peningkatan yang

tinggi di sisi RTGS.

5.1 Transaksi Keuangan Secara Tunai

5.1.1 Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow)

Nominal transaksi uang tunai di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan

mengalami peningkatan di sisi inflow maupun outflow dibandingkan triwulan

sebelumnya. Nominal outflow pada triwulan laporan mencapai Rp1.519,28 miliar, lebih

tinggi dibandingkan inflow sebesar Rp762,11 miliar.

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Tunai

(500)

-

500

1.000

1.500

2.000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Inflow Outflow Net-Outflow

Rp miliar

Tingginya outflow pada triwulan laporan berkaitan dengan pembayaran gaji ke-13

PNS, anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan penerima pensiun/tunjangan serta

meningkatnya realisasi APBD dan APBN. Di sisi lain, peningkatan inflow dibandingkan

triwulan sebelumnya ditopang oleh posisi dana Pemda di BPD yang naik berkaitan

Page 86: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

60

Bab 5. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

dengan masuknya transfer dari pemerintah yaitu DAU (ditransfer tiap awal bulan) ,DAK

dan Dana Otonomi Khusus (per triwulan) serta dari sumber Pendapatan Daerah lainnya.

Pertumbuhan tahunan inflow tercatat -19,83% (yoy) atau lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya 9,50% (yoy). Sejalan dengan kondisi inflow,

pertumbuhan outflow pada triwulan laporan juga lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya menjadi -3,10% (yoy). Apabila diperbandingkan antara angka inflow dan

outflow maka akan diperoleh net-outflow selama triwulan III 2014 sebesar Rp757,17

miliar.

Melalui kegiatan perkasan, KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah juga melakukan

penarikan uang lusuh sebagai wujud dari clean money policy Bank Indonesia untuk

memenuhi kebutuhan uang dalam kondisi layak edar. Pada triwulan III 2014, jumlah uang

kertas yang dimusnahkan mencapai Rp219,79 miliar atau tumbuh sebesar 25,76% (yoy),

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 95,86% (yoy). Pada

triwulan laporan, uang pecahan Rp2.000,- merupakan pecahan yang memiliki persentase

paling banyak dimusnahkan, dan diikuti pecahan Rp50.000,- dan Rp5.000,-.

Grafik 5.2. Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak

Layak Edar (UTLE)

Grafik 5.3. Perkembangan Persentase Lembar

Uang Yang Dimusnahkan

47

14

2 14

21 22 18

63

21

40

29

0

10

20

30

40

50

60

70

-

200

400

600

800

1.000

1.200

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

InflowPemusnahan UTLERasio Pemusnahan UTLE Thd Inflow

Rp miliar

Sumber : KPw BI Prov. Sulteng

%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

1.000

2.000

5.000

10.000

20.000

50.000

100.000

Sumber : KPw BI Prov. Sulteng

5.1.2 Uang Palsu yang Ditemukan

Jumlah temuan uang palsu di Sulawesi Tengah pada triwulan III-2014

menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Uang palsu

yang ditemukan melalui laporan perbankan dan masyarakat ke KPw BI Provinsi Sulawesi

Tengah sebanyak 109 lembar dengan pecahan terbanyak Rp100.000. Temuan uang

palsu tersebut tidak termasuk uang palsu yang ditemukan oleh pihak kepolisian. Terkait

dengan peredaran uang palsu, masyarakat Sulawesi Tengah perlu berhati-hati dalam

bertransaksi atau melakukan kegiatan ekonominya. Pemahaman yang baik akan ciri-ciri

Page 87: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

61

Bab 5. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

keaslian uang perlu diketahui oleh masyarakat. KPw Bank Indonesia provinsi Sulawesi

Tengah juga secara rutin melakukan sosialisasi keaslian uang rupiah kepada berbagai

kelompok masyarakat. Selain itu juga sosialisasi cara memperlakukan uang dengan baik

agar ciri keaslian uang dapat mudah dikenali.

Tabel 5.1 Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan

Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Tw I Tw II Tw III

Rp100.000 43 90 18 18 25 10 71 9 13 91

Rp50.000 38 95 43 18 17 6 84 11 23 18

Rp20.000 1 1 1 2 0 0 3 0 0 0

Rp10.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 82 186 62 38 42 16 158 20 36 109

2013

2011 20122014Pecahan Mata Uang

(Nominal)

5.1.3 Aliran Perkasan Berdasarkan Denominasi

Aliran perkasan selama periode laporan didominasi oleh pecahan Rp2.000,-

di sisi inflow dan pecahan Rp100.000 di sisi outflow. Di sisi inflow, pada triwulan III

2014, jumlah lembar uang kertas denominasi Rp2.000,- mencapai 3,08 juta lembar atau

20,99% dari total seluruh uang kertas. Sementara di sisi outflow, denominasi

Rp100.000,- tercatat sebanyak 11,34 juta lembar atau 31,84% dari total seluruh uang

kertas. Khusus untuk uang logam, pecahan Rp1.000,- mendominasi outflow dengan

persentase sebesar 36,06% sedangkan inflow didominasi pecahan Rp500,- dengan

persentase sebesar 49,76% dari total seluruh uang logam.

Tabel 5.2. Pangsa Denominasi Uang Inflow

I II III IV I II III

100.000 19,63% 15,06% 23,75% 11,20% 25,94% 15,45% 14,95%

50.000 31,80% 25,14% 31,65% 21,62% 33,57% 23,84% 17,34%

20.000 5,44% 6,58% 3,17% 7,02% 5,13% 6,42% 8,27%

10.000 7,94% 10,89% 9,78% 14,14% 8,02% 11,92% 13,50%

5.000 12,63% 15,94% 14,91% 19,49% 9,81% 16,70% 19,20%

2.000 15,45% 18,41% 13,09% 19,68% 13,92% 18,87% 20,99%

1.000 7,11% 7,98% 3,65% 6,85% 3,61% 6,82% 5,76%

Jlh. Uang Kertas 95,39% 92,96% 95,02% 95,97% 95,98% 95,83% 17,99%

1.000 2,27% 6,26% 26,81% 18,52% 18,29% 19,10% 16,24%

500 52,63% 46,62% 36,05% 33,65% 38,82% 44,76% 49,76%

200 18,83% 17,54% 11,05% 15,34% 6,62% 12,06% 6,17%

100 21,97% 21,66% 17,35% 22,73% 17,54% 16,51% 9,90%

50 4,30% 7,92% 8,73% 9,66% 18,72% 7,57% 17,94%

25 0,00% 0,00% 0,00% 0,10% 0,01% 0,00% 0,00%

Jlh. Uang Logam 4,61% 7,04% 4,98% 4,03% 4,02% 4,17% 82,01%

Juml. UK + UL 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

2013 2014Pecahan

Page 88: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

62

Bab 5. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

Tabel 5.3. Pangsa Denominasi Uang Outflow

I II III IV I II III

100.000 15,28% 27,45% 27,50% 31,81% 24,41% 32,15% 31,84%

50.000 28,42% 36,81% 33,40% 34,88% 27,99% 29,34% 29,27%

20.000 7,32% 4,19% 1,08% 4,17% 6,37% 4,93% 4,84%

10.000 10,25% 7,81% 9,86% 6,87% 8,52% 7,50% 6,59%

5.000 15,80% 11,12% 13,99% 8,89% 11,82% 9,61% 10,54%

2.000 14,55% 12,14% 13,91% 9,49% 15,49% 11,63% 13,33%

1.000 8,39% 0,49% 0,26% 3,89% 5,39% 4,83% 3,58%

Jlh. Uang Kertas 92,85% 93,56% 92,08% 94,45% 90,72% 92,83% 24,40%

1.000 9,51% 32,56% 43,37% 35,54% 35,06% 33,89% 36,06%

500 34,63% 25,31% 20,01% 22,27% 26,33% 24,55% 27,83%

200 29,33% 19,56% 15,73% 19,94% 13,14% 17,92% 16,15%

100 22,14% 16,68% 16,09% 18,95% 15,40% 19,13% 4,13%

50 4,38% 5,88% 4,80% 3,30% 10,07% 4,52% 15,83%

25 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

Jlh. Uang Logam 7,15% 6,44% 7,92% 5,55% 9,28% 7,17% 75,60%

Juml. UK + UL 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

2013 2014Pecahan

5.2. Transaksi Keuangan Secara Non Tunai

Transaksi keuangan secara non tunai mencakup transaksi yang menggunakan BI-

Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).

Seperti halnya daerah lain, transaksi RTGS (outgoing) lebih dominan digunakan di Provinsi

Sulawesi Tengah bila dibandingkan dengan sistem kliring.

Grafik 5.4. Perkembangan Transaksi Non Tunai di

Sulawesi Tengah

Grafik 5.5. Pangsa Nominal Transaksi RTGS

(Outgoing) dan Kliring Provinsi Sulawesi Tengah

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Nominal RTGS Outgoing Nominal Kliring

Rp miliar

Sumber : Bank Indonesia

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Nominal Kliring Nominal RTGS Outgoing

Sumber : Bank Indonesia

Pertumbuhan nominal kliring cenderung menurun sedangkan RTGS cenderung

meningkat. Nominal kliring pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp1.383,71 miliar

atau mengalami kontraksi pertumbuhan -10,29% (yoy) dengan jumlah warkat yang

dikliringkan sebanyak 32.935 lembar. Ke depan transaksi non tunai oleh masyarakat ini

Page 89: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

63

Bab 5. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

masih perlu lebih ditingkatkan penggunaannya. Transaksi non tunai ini mengurangi risiko

tindakan kejahatan seperti perampokan, pencurian dan terhindar dari uang palsu, namun

tetap ada kelemahan seperti adanya Cek/BG kosong.

Grafik 5.6. Perkembangan Nominal dan Jumlah

Warkat Kliring Prov. Sulawesi Tengah

Grafik 5.7. Perputaran Cek dan Bilyet Giro

Kosong Provinsi Sulawesi Tengah

- 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000

- 200,00 400,00 600,00 800,00

1.000,00 1.200,00 1.400,00 1.600,00 1.800,00

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Nominal Kliring Volume Kliring

Rp miliar

Sumber : Bank Indonesia

Lembar

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

RRH Nominal Cek/BG Kosong (%)

RRH Volume Cek/BG Kosong (%)

Sumber : Bank Indonesia

%

Pada triwulan III 2014 peredaran cek dan bilyet giro kosong mengalami

penurunan di sisi nominal namun mengalami peningkatan di sisi jumlah warkat. Cek

dan Bilyet Giro (BG) kosong yang dikliringkan pada triwulan laporan tercatat sebanyak

908 lembar dengan nominal sebesar Rp30,61 miliar. Persentase rata-rata harian nominal

Cek/BG yang ditolak pada triwulan III 2014 tercatat 2,21% sementara rata-rata harian

volume Cek/BG yang ditolak sebesar 2,76%.

Tabel 5.4. Perkembangan RTGS Provinsi Sulawesi Tengah

I II III IV I II III

Nominal RTGS Ingoing (Miliar

Rp) 7.787,67 5.683,10 8.200,38 13.157,13 13.018,66 17.227,05 17.913,98

Nominal RTGS Outgoing

(Miliar Rp) 10.644,93 8.225,22 10.480,88 14.635,77 16.938,50 20.437,70 24.274,05

Net Outgoing (Miliar Rp) 2.857 2.542 2.281 1.479 3.920 3.211 6.360

Pert. RTGS Ingoing (yoy) 122,80% -3,67% 37,67% 0,97% 67,17% 203,13% 118,45%

Pert. RTGS Outgoing (yoy) 91,18% 14,21% 58,55% -4,50% 59,12% 148,48% 131,60%

2013 2014Keterangan

Pertumbuhan nominal transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Bank

Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan III-2014 mengalami

peningkatan pertumbuhan yang signifikan baik di sisi ingoing maupun outgoing

dibandingkan triwulan sebelumnya. Aliran dana masuk (ingoing) melalui RTGS pada

Page 90: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

64

Bab 5. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

triwulan III-2014 tercatat sebesar Rp17,91 triliun atau tumbuh 118,45% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya. Demikian halnya dengan dana keluar (outgoing)

melalui RTGS pada triwulan III-2014 tercatat sebesar Rp24,27 triliun atau tumbuh sebesar

131,60%. Peningkatan transaksi melalui RTGS ini mencerminkan pertumbuhan positif

kinerja subsektor bank di Sulawesi Tengah.

--- o0o ---

Page 91: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 6. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

65

BAB 6

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Meningkatnya kinerja perekonomian Sulawesi Tengah terkonfirmasi oleh

peningkatan jumlah penduduk yang bekerja dan penurunan jumlah pengangguran.

Angka kemiskinan Provinsi Sulawesi Tengah menurun ke level 13,93% namun masih

berada di atas nasional 11,47%.

Tingkat UMP pada tahun 2015 ditetapkan sebesar Rp1.500.000,- meningkat 20%

dari tahun sebelumnya

6.1. Ketenagakerjaan

Dari data ketenagakerjaan terakhir yang dikeluarkan oleh BPS, menunjukkan

bahwa kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah secara umum mengalami

peningkatan dibandingkan satu tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja pada bulan

Agustus 2014 tercatat sebanyak 1,34 juta orang dengan jumlah angkatan kerja yang

telah bekerja mencapai 1,29 juta orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

meningkat menjadi 66,76%. Jumlah penganggur pada Agustus 2014 mencapai 49.389

orang atau berkurang sebanyak 4.821 orang jika dibanding kondisi Agustus 2013 yang

tercatat sebanyak 36.956 orang. Kenaikan jumlah angkatan bekerja disertai dengan

penurunan jumlah pengangguran menyebabkan terjadinya penurunan Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 0,51% selama periode setahun terakhir.

Tabel 6.1. Penduduk Menurut Jenis Kegiatan Utama

Sumber : BPS Prov. Sulawesi Tengah

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus

1. Angkatan Kerja orang 1.428.589 1.280.017 1.396.799 1.293.332 1.427.819 1.342.615

Bekerja orang 1.376.072 1.229.597 1.359.843 1.239.122 1.386.103 1.293.226

Pengangguran orang 52.517 50.120 36.956 54.210 41.716 49.389

2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja % 74,26 65,96 71,40 65,56 71,79 66,76

3. Tingkat Pengangguran Terbuka % 3,68 3,92 2,65 4,19 2,92 3,68

4. Pekerja Tidak Penuh orang 543.891 488.857 518.333 575.833 508.418 498.641

Setengah Penganggur orang 223.832 163.157 141.983 148.815 140.543 129.537

Paruh Waktu orang 320.059 325.700 376.350 427.018 367.875 369.104

2014**)Jenis Kegiatan Utama Satuan

2012*) 2013*)

Page 92: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 6. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

66

Menurut tingkat pendidikannya, pada Agustus 2014, angkatan kerja di

Sulawesi Tengah paling banyak berpendidikan SD ke bawah 656.169 orang diikuti

SMA sebanyak 228.326 orang dan SMP sebanyak 226.048 orang. Sedangkan jumlah

angkatan kerja yang paling sedikit adalah berpendidikan DI/II/III sebanyak 37.179 orang.

TPT tertinggi di Sulawesi Tengah pada kelompok angkatan kerja dengan tingkat

pendidikan SMA Kejuruan sebesar 8,90% diikuti SMA sebesar 6,40% dan Universitas

sebesar 6,08 %. Di sisi lain TPT terendah justru terjadi pada tingkat pendidikan SD ke

bawah dan SMP dengan TPT masing-masing sebesar 1,88% dan 2,94%. Hal ini

menunjukkan bahwa masih perlunya upaya-upaya pemerintah untuk lebih meningkatkan

penciptaan lapangan kerja di masyarakat. Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan yang

cenderung memiliki skill pekerja lebih baik dibandingkan lulusan SMA perlu didorong

untuk lebih berani dan kreatif menjadi wirausaha yang justru akan menampung para

penganggur .

Pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan terseier

sejalan dengan pergeseran jumlah penduduk yang bekerja menurut lapangan kerja

utama. Di sektor primer, jumlah pekerja di sektor pertanian dan pertambangan pada

periode laporan mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Disamping pengurangan lahan pertanian akibat alih fungsi lahan,

pemberlakuan UU Minerba juga turut mempengaruhi jumlah pekerja di sektor primer. Di

sisi lain, pekerja di sektor bangunan yang merupakan salah satu penopang sektor

sekunder mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebesar 0,3%. Sementara pekerja di

sektor PHR dan sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan yang termasuk sektor

tersier juga meningkat masing-masing sebesar 1,7% dan 1.1%.

Page 93: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 6. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

67

Grafik 6.1. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama

Grafik 6.2. Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal mencakup kategori

berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk

pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Agustus 2014 sebanyak

430.257 orang (33,27%) bekerja pada sektor formal dan 862.972 orang (66,73%)

bekerja pada sektor informal.

Sesuai dengan SK Gubernur Sulawesi Tengah no. 561/566/DISNAKERTRANS-

G.ST/2014 tertanggal 28 Oktober 2014 tentang Upah Minimum Provinsi Sulawesi

Tengah tahun 2015, tingkat UMP ditetapkan sebesar Rp1.500.000/bulan. Nilai UMP

47,8 49,8 46,4 47,7

3,9 1,7 2,7 1,2

6,7 5,0 5,6 4,9

4,6 5,3 5,4 5,6

15,1 14,2 15,7 15,9

3,6 3,6 4,1 3,51,5 1,5 1,3 1,3

16,6 18,6 18,5 19,7

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Februari Agustus Februari Agustus

2013 2014

Jasa Kemasyarakatan, Sosial danPerorangan

Lmbg Keuangan, Real Estate, UshPersewaan & Js Perusahaan

Transportasi, Pergudangan danKomunikasi

Perdagangan, Rumah Makan danJasa Akomodasi

Konstruksi

Listrik, Gas dan Air Minum

Industri

Pertambangan dan Penggalian

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,Perburuan dan Perikanan

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

450.000

Feb

ruar

i

Agu

stu

s

Feb

ruar

i

Agu

stu

s

Feb

ruar

i

Agu

stu

s

2012*) 2013*) 2014**)

Berusaha Sendiri

Berusaha dibantuburuh tidak tetap

Berusaha dibantuburuh tetap

Buruh/Karyawan

Pekerja Bebas dipertanian

Pekerja bebas dinonpertanian

Pekerja keluarga/takdibayar

Sumber : BPS Prov. Sulteng

orang

Page 94: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 6. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

68

ini meningkat 20% dari tahun sebelumnya. SK tersebut juga menetapkan bagi usaha

kecil yang mempekerjakan tenaga kerja antara 1 (satu) sampai 9 (sembilan) orang

meliputi toko-toko kelontong dalam skala kecil dan usaha-usaha rumah tangga/home

industry dapat menerapkan Upah Minimal sebesar Rp1.275.000/bulan.

Grafik 6.3. Perkembangan Tingkat UMP Sulawesi

Tengah dan Inflasi Kota Palu

Grafik 6.4 Perkembangan UMP dan Kebutuhan

Hidup Layak (KHL)

6.2. Kemiskinan

Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS pada Juli 2014, jumlah penduduk miskin

di Sulawesi Tengah posisi Maret 2014 adalah sebanyak 392.650 jiwa atau 13,93%

dari seluruh penduduk Sulteng. Jumlah tersebut lebih kecil dari posisi September

2013 yang tercatat sebesar 14,32%. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir jumlah

dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah terus mengalami penurunan yang

mengindikasikan bahwa program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan berdampak

positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah. Namun demikian,

meski jumlah penduduk miskin berkurang, tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah

tercatat masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan secara nasional yang tercatat

11,47%. Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya pengentasan kemiskinan yang dijalankan

di Sulawesi Tengah masih perlu ditingkatkan dengan berfokus pada daerah pedesaan

yang memiliki jumlah dan prosentase penduduk miskin lebih tinggi.

45

0.0

00

49

0.0

00

57

5.0

00

61

5.0

00

67

0.0

00

72

0.0

00

77

7.5

00

82

7.5

00

88

5.0

00

99

5.0

00

1.2

50

.00

0

1.5

00

.00

0

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

1.600.000

0%

10%

20%

30%

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

UMP (Rupiah) g upah inflasi

Sumber : Disnakertrans & BPS

Rp

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

UMP (Rupiah) KHL Rasio UMP/KHL

Rp

Sumber : Disnakertrans & BPS

Page 95: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 6. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

69

Tabel 6.2 Perkembangan Penduduk Miskin Di Sulawesi Tengah (Rilis September 2013)

Tahun Penduduk Miskin Persentase

2007 557.400 22,42

2008 524.700 20,75

2009 489.840 18,98

2010 474.990 18,07

2011 433.660 16,04

2012 410.980 14,94

2013 400.410 14,32

2014 (Mar) 392.650 13,93

Sumber : BPS Sulawesi Tengah, data Susenas diolah

Dalam menanggulangi kemiskinan di provinsi Sulawesi Tengah, pada tahun 2014,

pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tengah akan menggulirkan Program Terpadu

Pengentasan Kemiskinan Berbasis Bedah Kampung (PTPK-BBK) yang tidak semata-mata

ditujukan pada pembangunan fisik, tetapi juga untuk pemberdayaan dalam bentuk

peningkatan sumber daya manusia dan pemberian modal. Dalam hal ini pemda

menyiapkan Rp 40 miliar yang dialokasikan pada 200 desa lokasi PTPK-BBK di lima

kabupaten yaitu Parigi Moutong, Donggala, Banggai, Poso dan Tojo Una-Una. Selain itu

pemerintah daerah juga melakukan penyaluran raskin ke berbagai daerah di Sulawesi

Tengah. Hingga akhir September 2014, penyaluran raskin di Sulawesi Tengah telah

mencapai 33.204 ton dengan tingkat realisasi sebesar 100% dari rencana awal.

Tabel 6.3. Penyaluran Raskin Januari-September 2014 (kg)

Sumber : Bulog Divre Sulteng

Berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, meski memiliki standar garis kemiskinan

yang lebih rendah, jumlah penduduk miskin Sulawesi Tengah lebih banyak berada di

pedesaan. Dari jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada tahun 2014, sebanyak

335.780 jiwa (83,92%) tinggal di wilayah pedesaan, sementara penduduk miskin di

wilayah perkotaan sebanyak 64.320 jiwa (16,08%).

Uraian Rencana Realisasi Realisasi(%)

Palu 15.151.125 15.151.125 100

Poso 7.468.725 7.468.725 100

Luwuk 6.232.050 6.232.050 100

Toli-Toli 4.352.535 4.352.535 100

Jumlah 33.204.435 33.204.435 100

Page 96: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 6. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

70

Grafik 6.5. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Di

Sulteng

Grafik 6.6. Persentase Penduduk Miskin Menurut

Lokasi Tinggal di Sulteng

Grafik 6.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan Grafik 6.8. Indeks Keparahan Kemiskinan Di

Sulteng

Apabila ditinjau dari tingkat Garis Kemiskinan (GKM), maka GKM menunjukkan

adanya perubahan yang berfluktuatif mengikuti tingkat inflasi. Pada bulan Maret 2014,

GKM berdasarkan yang diukur oleh BPS adalah sebesar Rp 311.933 per kapita/bulan.

GKM tersebut mengalami kenaikan dari periode survei sebelumnya, yakni September

2013 yang tercatat sebesar Rp 301.000 per kapita/bulan atau mengalami pertumbuhan

sebesar 3,65% (ctc). Pertumbuhan GKM mengalami perlambatan dibandingkan periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 10% (ctc). Tingginya perubahan GKM periode

september diakibatkan oleh peningkatan laju inflasi yang tercatat sebesar 6,5% (ctc).

GKM tersebut merupakan komposisi komponen makanan sebesar 77% dan non-

makanan sebesar 33%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk menekan angka

kemiskinan, pemerintah daerah perlu fokus untuk menjaga stabilitas harga, terutama

barang-barang yang merupakan komoditas utama yang dikonsumsi masyarakat miskin.

18,98 18,07

16,0414,94 14,32 13,93

14,15 13,33

12,4911,66 11,37 11,25

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

2009 2010 2011 2012 2013 2014 (Mar)

Sulteng Nasional

%

Sumber : BPS Prov. Sulteng

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

2009 2010 20112012

20132014(Mar)

10,1% 9,82%9,46%

9,02% 9,45% 9,77%

21,4%20,26%

17,89%16,85% 15,89% 15,27%

Kota Desa

Sumber : BPS Prov. Sulteng

3,092,76 2,82

2,28 2,182,21 2,08 1,9 1,75 1,75

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

2010 2011 2012 2013 2014 (Mar)

Sulteng Nasional

Sumber : BPS Prov. Sulteng

%

1,37

0,8 0,75 0,82

0,53 0,520,68

0,58 0,55 0,48 0,43 0,44

0

0,5

1

1,5

2

2009 2010 2011 2012 2013 2014(Mar)

Sulteng Nasional

Sumber : BPS Prov. Sulteng

%

Page 97: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 6. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

71

Grafik 6.9. Garis Kemiskinan dan Inflasi Grafik 6.10. Perkembangan Garis Kemiskinan

Provinsi Sulawesi Tengah 2007-2014

6.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani Sulteng

Pada bulan September 2014, NTP Sulteng tercatat sebesar 102,26 lebih rendah

dari posisi Juni 2014 sebesar 103,58. Penurunan NTP pada triwulan laporan disebabkan

oleh adanya penurunan Indeks Diterima seiring dengan musim tanam padi yang

berlangsung di berbagai daerah di Sulawesi Tengah.

Grafik 6.11. NTP Sulteng Menurut Subsektor Grafik 6.12. Perbandingan NTP Provinsi di

Indonesia Timur

Berdasarkan data NTP Sulteng menurut subsektor pada bulan September 2014,

subsektor hortikultura tercatat memiliki NTP tertinggi 109,63 diikuti subsektor peternakan

109,39 dan subsektor perikanan 102,86. Seperti periode-periode sebelumnya, NTP

subsektor tanaman pangan (padi, jagung dan lain-lain) secara relatif tercatat paling

rendah dibandingkan subsektor lainnya dengan indeks 93. Secara sederhana dapat

70

75

80

85

90

95

100

105

110

115

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

*

12

*

1*

2*

3*

4*

5*

6*

7*

8*

9*

2012 2013 2014

NTP Tanaman Pangan NTP Hortikultura NTP Perkebunan Rakyat

NTP Peternakan NTP Perikanan NTP

*) Perubahan Tahun Dasar dari (2007=100) ke (2012=100)

Sumber : BPS Prov. Sulteng

99,87

102,26

105,16

101,64

101,79

103,37

100,43

104,09

100,72

97,08

92

94

96

98

100

102

104

106

Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar Maluku Malut PapuaBarat

Papua

NTP September 2014 NTP Nasional

Indeks

Sumber : BPS Prov. Sulteng

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah, 2014 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah, 2014

Page 98: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Bab 6. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

72

disimpulkan bahwa petani di subsektor tanaman pangan mengalami defisit/ pendapatan

tidak mencukupi untuk membayar kebutuhannya.

Sementara itu dibandingkan petani di provinsi lain yang berada di pulau Sulawesi,

Maluku dan Papua, petani Sulawesi Tengah tercatat memiliki NTP tertinggi keempat

setelah Sulawesi Selatan, Maluku Utara dan Sulawesi Barat. Nilai NTP Sulawesi Tengah

tersebut juga berada di bawah nasional sebesar 102,36. Ke depan, berbagai upaya perlu

terus dilakukan untuk meningkatkan indeks yang diterima petani dan mengefisienkan

indeks yang dibayar petani. Salah satu upaya untuk memperbaiki kesejahteraan petani

adalah dengan meningkatkan produksi baik melalui kegiatan intensifikasi maupun

ekstensifikasi pertanian serta memperkuat kelembagaan petani sehingga dapat

meningkatkan posisi tawar pada saat akan menjual produk yang dihasilkan. Di sisi lain

melalui upaya peningkatan produksi pertanian diharapkan dapat menambah pasokan

bahan makanan ke pasar yang pada akhirnya akan turut mengurangi tekanan inflasi di

Kota Palu yang selama ini lebih banyak disebabkan oleh adanya gangguan pasokan

(penurunan pasokan). Selain itu pemerintah perlu melakukan inisiasi penetapan jadwal

tanam untuk menjaga kesinambungan pasokan dan stabilitas harga yang seringkali turun

drastis pada saat panen. Upaya lain untuk melindungi harga jual pada saat panen adalah

dengan membangun gudang penyimpanan hasil panen dan menetapkan harga dasar

komoditas strategis.

--- o0o ---

Page 99: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

73

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

BAB 7

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV 2014 diperkirakan

sebesar 5% - 5,5% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2014

sebesar 6,58% (yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya 6,28% (yoy).

Dengan memperhitungkan kenaikan BBM sebesar Rp2.000/l, inflasi tahunan Kota

Palu pada triwulan IV 2014 diperkirakan mencapai 8,4%-8,9% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan inflasi triwulan III 2014 sebesar 5,5% (yoy) maupun periode yang sama

tahun sebelumnya sebesar 7,6% (yoy).

Secara tahunan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Provinsi Sulawesi Tengah di tahun

2014 diperkirakan mencapai 4,4% - 4,9% (yoy), jauh melambat dibandingkan tahun

2013 yang mencapai 9,38% (yoy).

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2014

diperkirakan tumbuh sebesar 5% - 5,5% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan III-2014 sebesar 6,58% (yoy) maupun periode yang sama tahun

sebelumnya 6,28% (yoy). Secara tahunan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi

Tengah di tahun 2014 diperkirakan mencapai 4,4% - 4,9% (yoy), jauh melambat

dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 9,38% (yoy).

Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Grafik 7.2. Perkembangan Indeks Ekonomi Saat

Ini

90

95

100

105

110

115

120

125

I II III IV

2014

Perkiraan pendapatanrumah tangga mendatang

Rencana pembelianbarang-barang tahan lama

Indeks TendensiKonsumen

Indeks

Sumber : BPS Prov. Sulteng

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2012 2013 2014

Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

Penghasilan saat ini Ketersediaan lapangan kerja

Indeks

Optimis

Pesimis

Page 100: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

74

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

Perkiraan lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi triwulan IV dibandingkan

triwulan III didukung Indeks Tendensi Konsumen yang dikeluarkan BPS. Indeks Tendensi

Konsumen di triwulan IV 2014 diperkirakan mengalami penurunan yang ditopang oleh

penurunan pada indeks perkiraan pendapatan rumah tangga mendatang. Faktor

ekspektasi kebijakan kenaikan BBM yang akan dilakukan pemerintah sebelum tahun

2015 memicu terjadinya peningkatan harga berbagai barang dan jasa yang pada

gilirannya dapat menurunkan pendapatan masyarakat.

Konsumsi Rumah Tangga diperkirakan tumbuh positif namun dalam level

terbatas. Faktor yang mendorong pertumbuhan tingkat konsumsi adalah adanya

perayaan Natal dan Tahun Baru serta puncak realisasi berbagai proyek pemerintah di

triwulan IV 2014 . Namun disisi lain, adanya kebijakan pemerintah yang menaikkan BBM

dapat berdampak pada meningkatnya harga berbagai barang dan jasa yang berpotensi

mengurangi tingkat konsumsi masyarakat. Konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2014

diperkirakan tumbuh tinggi seiring dengan siklus puncak realisasi berbagai proyek APBD

dan APBN. Di sektor perbankan, kebijakan moneter yang kontraktif diperkirakan

memberikan perlambatan di sisi penyaluran kredit. Di triwulan III 2014, pertumbuhan

kredit perbankan di Sulteng sebesar 14,82%, lebih rendah dari tw II 2014 16,81 (yoy)

atau periode yang sama tahun sebelumnya 27,86% (yoy). Tren perlambatan ini

diperkirakan terus berlanjut hingga akhir tahun 2014.

Grafik 7.3. Perkembangan BI Rate dan Suku Bunga Kredit Bank

Umum di Sulawesi Tengah

14,54

15,62

11,62

7,55

7

9

11

13

15

17

19

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2012 2013 2014

SUKU BUNGA TERTIMBANG MODAL KERJA SUKU BUNGA TERTIMBANG INVESTASI

SUKU BUNGA TERTIMBANG KONSUMSI BI Rate

%

Sumber : Bank Indonesia

Kinerja ekspor pada triwulan IV 2014 diperkirakan masih mengalami

kontraksi dalam. Ekspor Sulawesi Tengah yang didominasi oleh ekspor bahan tambang

menghadapi tantangan berupa penerbitan Peraturan Pemerintah No. I/2014 tentang

Implementasi Larangan Ekspor Mineral Mentah yang merupakan revisi PP No. 23/2010

Page 101: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

75

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

dan menjadi dasar pelaksanaan UU no.4/2009 tentang mineral dan batu bara.

Berdasarkan data terbaru yang dirilis BPS dan Bank Indonesia diperoleh informasi bahwa

nominal ekspor tambang Provinsi Sulawesi Tengah dari bulan Januari hingga September

tercatat nihil (nol). Kondisi ini diperkirakan berlanjut hingga akhir tahun 2014 akibat

belum adanya penyelesaian smelter hingga akhir tahun 2014. Akibatnya selama tahun

2014 sektor pertambangan akan memberikan andil negatif pada pertumbuhan ekonomi

secara agregat. Di sisi lain produksi kakao diperkirakan masih belum mengalami trend

pertumbuhan positif seiring dengan menurunnya produksi kakao di berbagai daerah dan

belum teratasinya permasalahan hama serta perubahan pemanfaatan lahan ke komoditas

lain yang lebih menguntungkan seperti padi dan kelapa sawit.

Kinerja investasi di triwulan IV 2014 diperkirakan melanjutkan tren

pertumbuhan tinggi seperti pada triwulan sebelumnya. Kinerja PMA terutama

ditopang oleh realisasi investasi yang dilakukan oleh perusahaan beberapa industri

pengolahan besar. Di triwulan III-2014, beberapa proyek besar di Kabupaten Banggai dan

Kabupaten Morowali masih terus berjalan. Berdasarkan liaison yang dilakukan KPw BI

Provinsi Sulawesi Tengah ke perusahaan besar di Kabupaten Banggai, diperoleh informasi

bahwa pembangunan perekayasaan, pengadaan dan konstruksi perusahaan tersebut

telah mencapai 99% per awal triwulan IV 2014. Saat ini perusahaan sedang berfokus

pada persiapan pengoperasian kilang. Selain itu seluruh komponen kilang seperti main

heat exchanger dan LNG storage tank telah terpasang.

Disamping itu berbagai proyek investasi yang terus berlanjut di Kota Palu seperti

proyek pembangunan pusat perbelanjaan, persiapan infrastruktur Kawasan Ekonomi

Khusus (KEK) serta berbagai proyek properti rumah, ruko dan perkantoran menjadi faktor

pendorong kinerja investasi bangunan. Di sisi lain, puncak realisasi APBD dan APBN di

triwulan IV 2014 memberikan efek positif pada kinerja investasi Sulawesi Tengah. Di

tahun 2014 tren investasi diperkirakan tetap tinggi seiring dengan masih besarnya arus

investasi dari luar daerah ke dalam Provinsi Sulawesi Tengah, upaya perbaikan iklim

investasi yang dilakukan oleh pemerintah serta perbaikan dan peningkatan infrastruktur

di berbagai daerah seperti listrik, jalan, bandara dan pelabuhan.

Hasil Survei Konsumen bulan Oktober 2014 menunjukkan indeks keyakinan

konsumen dan indeks ekspektasi konsumen dalam area pesimis dengan tren menurun.

Faktor rencana kenaikan BBM yang akan dilakukan pemerintah di triwulan IV 2014

menjadi faktor menurunnya pendapatan dan optimisme masyarakat.

Page 102: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

76

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

Grafik 7.4. Perkembangan Indeks Keyakinan

Konsumen

Grafik 7.5. Perkembangan Ekspektasi Konsumen

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2012 2013 2014

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Ekspektasi Konsumen (IEK)

IIndeks

Optimis

Pesimis

90

110

130

150

170

190

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2012 2013 2014

Indeks

Ekspektasi Konsumen (IEK) Ekspektasi Kegiatan Usaha

Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja Ekspektasi Penghasilan

Optimis

Pesimis

Kebijakan larangan ekspor tambang dalam bentuk mentah memberikan

perubahan yang besar dalam struktur PDRB Sulawesi Tengah. Di triwulan IV 2014,

sektor pertambangan diperkirakan melanjutkan tren kontraksi yang dalam seperti halnya

yang terjadi pada triwulan I, II dan III 2014. Di triwulan II dan III 2014, sektor

pertambangan mengalami kontraksi secara tahunan masing-masing sebesar -49,64%

(yoy) dan -33,10% (yoy). Kondisi serupa diperkirakan akan terjadi di triwulan IV 2014

akibat belum adanya realisasi penyelesaian smelter hingga akhir tahun. Pembangunan

smelter di Morowali saat ini masih berjalan progresif. Pada tanggal 2 Mei 2014, Wakil

Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah melakukan peletakan batu pertama pembangunan

smelter tahap II pabrik pengolahan nikel menjadi ferronikel. Smelter tahap II tersebut

nantinya akan memiliki kapasitas sebesar 600.000 ton per tahun. Untuk tahap I,

perusahaan masih melakukan pembangunan dengan rencana kapasitas sebesar 300.000

ton/tahun. Diperkirakan pada Triwulan II 2015 smelter tahap I tersebut dapat beroperasi.

Pertumbuhan sektor pertanian yang memiliki pangsa PDRB terbesar di

Sulawesi Tengah diperkirakan tumbuh positif. Kinerja subsektor tabama ditopang oleh

panen raya pada bulan Oktober 2014. Kinerja sektor perkebunan diperkirakan tumbuh

melambat seiring dengan masih rendahnya produksi dan ekspor kakao. Produksi kakao

di Sulawesi Tengah diperkirakan melanjutkan tren negatif akibat banyaknya pohon kakao

yang telah tua dan rusak serta serangan hama yang masih terjadi di berbagai sentra

produksi. Ekspor kakao Sulteng saat ini mengalami pergeseran dari sebelumnya berfokus

pada ekspor luar negeri dengan negara tujuan Malaysia dan Hongkong menjadi fokus

pada pasar dalam negeri seiring dengan pembangunan pabrik pengolahan biji kakao di

dalam negeri. Di sisi lain subsektor perikanan diperkirakan melanjutkan tren pertumbuhan

Page 103: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

77

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

tinggi pada triwulan-triwulan sebelumnya seiring dengan semakin besarnya perhatian

pemerintah kepada subsektor ini seperti program bantuan kapal inkamina, budidaya

udang vaname dan Sistem Logistik Ikan nasional (SLIN).

Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan tumbuh moderat.

Faktor penopang kinerja sektor PHR antara lain perayaan keagamaan seperti Idul Adha,

Natal dan Tahun Baru. Di sisi suplai semakin bertambahnya beberapa sentra perdagangan

besar akan menambah pangsa bisnis retail yang dapat memicu peningkatan konsumsi

masyarakat dan pada gilirannya meningkatkan kinerja PHR. Di Banggai, seiring dengan

tingginya investasi PMA mengakibatkan tingginya kinerja PHR di daerah tersebut.

Sementara di Morowali dan Morowali Utara, tidak beroperasinya perusahaan-perusahaan

tambang di daerah tersebut memberikan dampak ikutan berupa penurunan tingkat

hunian kamar hotel dan penurunan kinerja pedagang besar dan eceran akibat

menurunnya daya beli masyarakat. Sektor PHR menghadapi tantangan berupa instruksi

dari pemerintah pusat kepada seluruh jajaran PNS untuk tidak melakukan kegiatan rapat

di hotel yang rencananya akan diterapkan mulai triwulan IV 2014. Di samping itu

kebijakan kenaikan BBM oleh pemerintah dapat memicu penurunan tingkat konsumsi

masyarakat yang pada gilirannya dapat berdampak pada terjadinya penurunan

permintaan jasa PHR.

Kinerja sektor jasa-jasa dan sektor bangunan diproyeksikan meningkat.

Meningkatnya realisasi proyek Pemda di triwulan IV 2014 menjadi faktor utama

meningkatnya kinerja kedua sektor ini. Di sisi lain pembangunan smelter di Morowali dan

beberapa perusahaan besar di Banggai berkontribusi besar pada pertumbuhan sektor-

sektor tersebut.

7.2. Prospek Inflasi

Dengan memperhitungkan kenaikan BBM sebesar Rp2.000/l, inflasi Tahunan

Kota Palu pada triwulan IV 2014 diperkirakan mencapai 8,4%-8,9% (yoy) lebih

tinggi dibandingkan inflasi triwulan III 2014 sebesar 5,5% (yoy) maupun periode

yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,6% (yoy). Di sisi lain inflasi triwulanan (qtq)

diperkirakan mencapai 3,96% - 4,46% atau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi

triwulanan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,12%(qtq).

Page 104: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

78

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

Grafik 7.6. Proyeksi Inflasi Kota Palu (Tw IV-2014)

5,6 6,2 6,0

4,8

4,0 3,9

6,7

5,9

7,3 6,9

8,2 7,6

8,5

7,1

7,8

9,1

10,2 10,4

7,1

5,03 5,46

7,30

- 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0

10,0 11,0 12,0

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu

st

Sep

Okt

No

v

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu

st

Sep

Okt

No

v

Des

2013 2014

Proyeksi moderat

Proyeksi optimisProyeksi pesimis

Sumber : BPS Prov Sulteng dan Proyeksi BI

(%, yoy)

Di sisi penawaran, tekanan inflasi pada triwulan IV 2014 diperkirakan

meningkat. Adanya isu kenaikan harga BBM menjelang akhir tahun 2014 menyebabkan

terjadinya kelangkaan BBM yang berpengaruh pada terbatasnya stok solar di pelabuhan.

Akibatnya, frekuensi nelayan untuk melaut turun drastis yang berdampak pada

berkurangnya pasokan ikan segar di pasar. Selanjutnya, kebijakan kenaikan harga BBM

yang telah ditetapkan pemerintah per tanggal 18 Oktober 2014 akan berdampak

signifikan pada biaya input produksi, biaya transportasi dan pengangkutan serta biaya

lainnya yang akan mempengaruhi tekanan inflasi di sisi penawaran. Di sisi lain tingginya

permintaan berbagai komoditas pangan di luar Provinsi Sulawesi Tengah seperti

Kalimantan Timur dan beberapa provinsi di Sulawesi juga mengakibatkan komoditas ikan

segar dan bumbu-bumbuan semakin berkurang di Kota Palu yang berpotensi

meningkatkan risiko inflasi. Di sisi cuaca, berdasarkan prakiraan sifat hujan yang

dikeluarkan oleh BMKG Provinsi Sulawesi Tengah diperoleh informasi bahwa sifat hujan

Provinsi Sulawesi Tengah di triwulan IV 2014 cenderung normal (86-115%) dengan curah

hujan dalam tingkat menengah.

Page 105: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

79

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

Grafik 7.7. Prakiraan Curah Hujan Oktober 2014 Grafik 7.8. Prakiraan Curah Hujan November

2014

Grafik 7.9. Prakiraan Curah Hujan Desember 2014

Sumber : BMKG Provinsi Sulawesi Tengah

Di sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan meningkat. Pada bulan Oktober

tekanan permintaan bersumber dari perayaan keagamaan Idul Adha dan Tahun Baru

Hijriah. Sementara di bulan Desember, permintaan masyarakat akan kebutuhan pangan

dan sandang semakin meningkat seiring perayaan Natal dan Tahun Baru. Di sisi lain

puncak realisasi APBD dan APBN di Sulawesi Tengah di triwulan IV 2014 juga ikut

memberikan tekanan inflasi di sisi permintaan.

Survei Konsumen bulan Oktober 2014 menunjukkan ekspektasi inflasi

cenderung meningkat dalam jangka pendek. Faktor kebijakan pemerintah yang akan

menaikkan BBM serta perayaan keagamaan menjadi faktor utama meningkatnya

ekspektasi inflasi 3 bulan dan 6 bulan ke depan.

Page 106: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

80

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

Grafik 7.10. Laju Inflasi Bulanan dan Indeks Ekspektasi Perubahan Harga

-1,50

0,00

1,50

3,00

4,50

6,00

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2013 2014 2015

Inflasi Palu (mtm) Indeks Ekspekstasi Perubahan Harga Umum 6 bulan yad

% m.t.mIndeks

Grafik 7.11. Proyeksi Harga Emas (USD/Troy) Grafik 7.12. Proyeksi Harga Minyak Mentah

Dunia (USD/barrel)

Sumber : Financial Forecast Center

Di sisi eksternal, risiko inflasi cenderung moderat. Berdasarkan proyeksi dari

financial forecast center, harga emas dunia cenderung menurun namun harga minyak

dunia menunjukkan pergerakan harga yang mulai meningkat pada awal triwulan IV

2014. Berdasarkan karakteristiknya, penurunan harga emas internasional akan diikuti

oleh harga emas domestik khususnya di Sulawesi Tengah.

Tekanan inflasi administered price meningkat tajam. Kebijakan kenaikan harga

BBM sebesar Rp2.000/l untuk premium dan solar diperkirakan memberikan dampak

langsung dan tidak langsung yang besar pada inflasi Kota Palu di akhir tahun 2014.

Tarif angkutan udara diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan penyesuaian

BBM yang telah dilakukan serta perayaan keagamaan (Natal dan Tahun Baru) menjelang

akhir tahun. Kebijakan kenaikan tarif listrik diperkirakan masih memberikan andil inflasi

pada triwulan IV 2014. Walaupun kenaikan harga dilakukan pada periode 1 November

Page 107: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

81

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

2014 akan tetapi dampaknya terhadap inflasi akan dirasakan pada bulan Oktober dan

November karena karakteristik sebagian masyarakat yang menggunakan listrik pintar

(prabayar) dan listrik pasca bayar.

Tabel 7.1. Skema Kenaikan Harga Tarif Tenaga Listrik (Rp/Kwh)

Golongan Tarif awal 01-Jul 01-Sep 01-Nop

Industri I-3 Non Tbk. 864 964 1.075 1.200

Rumah Tangga R-2 (3.500 VA-5.500 VA) 1.145 1.210 1.279 1.352

Pemerintah P2 (>200 KVA) 1.026 1.081 1.139 1.200

Rumah Tangga R-1 (12.200 VA) 1.004 1.109 1.224 1.353

Pemerintah P-3 997 1.104 1.221 1.352

Rumah Tangga R-1 (1.300 VA) 979 1.090 1.214 1.352

Sumber : PT PLN

Inflasi inti pada triwulan IV 2014 diperkirakan meningkat. Faktor yang

berpotensi meningkatkan inflasi inti antara lain perayaan keagamaan dan kenaikan harga

pasca pengumuman kenaikan BBM oleh pemerintah. Beberapa komoditas kelompok

bahan makanan dan kelompok makanan jadi diperkirakan menjadi penyumbang inflasi

utama seiring dengan meningkatnya permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru. Di sisi

lain, produsen dan pedagang akan melakukan penyesuaian harga jual akibat peningkatan

biaya input produksi dan biaya pengangkutan pasca kenaikan BBM. Kenaikan listrik yang

dilakukan pemerintah di tahun 2014 secara tidak langsung juga dapat berdampak pada

inflasi inti. Kenaikan tarif listrik biasanya akan ditransmisikan pengusaha atau produsen ke

kenaikan harga jual. Di sisi lain, semakin meningkatnya tren investasi di Sulawesi Tengah

juga memberikan tekanan pada komoditas inflasi inti antara lain bahan bangunan.

Faktor-faktor yang mengurangi risiko (downward risk) inflasi inti relatif minim antara lain

penurunan harga emas yang biasanya akan ditransmisikan ke penurunan harga domestik.

Tekanan inflasi volatile foods tinggi. Pada bulan Oktober, Kota Palu 2014 tercatat

mengalami inflasi sebesar 1,31% (mtm). Inflasi yang tinggi di bulan Oktober 2014 di luar

dari siklus normal. Dalam lima tahun terakhir, bulan Oktober justru selalu terjadi deflasi

bulanan dengan rata-rata sebesar -0,69%. Faktor berupa kenaikan harga yang signifikan

pada kelompok ikan segar menjadi pendorong utama tingginya inflasi pada bulan

tersebut. Berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan KPw BI Sulawesi

Tengah terhadap berbagai stakeholder diperoleh informasi bahwa isu kenaikan BBM yang

menyebabkan terjadinya kelangkaan solar di pelabuhan. Dampaknya, frekuensi nelayan

yang melaut menjadi berkurang sehingga pasokan ikan segar ke pasar menjadi terbatas.

Berkaitan dengan hal tersebut, TPID Provinsi Sulawesi Tengah mengusulkan agar seluruh

Stasiun Pengisian Disel Nelayan (SPDN) di data ulang dan segala persyaratan administratif

yang diperlukan oleh SPDN dalam memperoleh BBM ber subsidi dapat dilengkapi. TPID

Page 108: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

82

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

Sulawesi Tengah juga menyarakankan agar dilakukan penambahan kuota BBM bersubsidi

di daerah pelabuhan Donggala yang merupakan salah satu penyangga utama pasokan

ikan segar ke Kota Palu. Dalam hal ini koordinasi dan komunikasi sangat diperlukan antar

SKPD dan lembaga agar permasalahan di tingkat lapangan dapat diantisipasi dengan

baik. Khusus untuk tabama, panen padi yang diperkirakan terjadi pada Oktober 2014

diperkirakan dapat menambah pasokan beras di berbagai daerah dan berpotensi

meningkatkan cadangan beras Bulog sebagai salah satu penyangga kesinambungan stok

beras di Sulawesi Tengah. Di bulan November dan Desember, inflasi diperkirakan tetap

pada kisaran tinggi akibat kebijakan kenaikan BBM yang dilakukan pemerintah. Biaya

input produksi serja biaya transportasi petani dan nelayan akan meningkat yang pada

gilirannya dapat meningkatkan harga jual di tingkat produsen dan konsumen.

--- o0o ---

Page 109: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Boks 4. Analisis Basis Ekonomi dan Daya Saing Sektoral Kabupaten/Kota

di Sulawesi Tengah

Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi kekhasan

dan potensi unggulan daerah, maka perlu dan sangat penting dilaksanakan pemetaan basis

ekonomi dan daya saing sektoral daerah. Pemetaan tersebut berguna untuk mendorong

pengembangan potensi ekonomi yang produktif serta penyusunan perencanaan pembangunan

daerah secara komprehensif. Sektor basis dan sektor yang berdaya saing kuat akan menghasilkan

barang dan jasa baik untuk pasar di daerah maupun untuk pasar di luar daerah yang bersangkutan.

Penjualan hasil ke luar daerah itu mendatangkan arus pendapatan ke dalam daerah tersebut. Arus

pendapatan ini menyebabkan kenaikan konsumen maupun kenaikan investasi di daerah itu, yang

pada gilirannya dapat menaikkan pendapatan dan kesempatan kerja. Dengan demikian, identifikasi

untuk memotret potensi ekonomi merupakan enabler kebijakan yang sangat penting dalam

mewujudkan stabilitas makro ekonomi suatu daerah.

Pada tataran praktisnya, identifikasi potensi ekonomi suatu daerah menggambarkan

sejauhmana berbagai sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki suatu

daerah memiliki kekuatan dalam memberikan kontribusi produktif terhadap pertumbuhan

ekonomi. Dimana pencapaian laju pertumbuhan yang tinggi dan perluasan kesempatan kerja

merupakan hal yang fundamental bagi pembangunan daerah.

Metode Analisis

Identifikasi basis sektoral menggunakan metode location quotient (LQ). Metode ini

berfungsi untuk mengetahui sektor-sektor basis dan non basis pada suatu daerah yang dapat

diketahui dengan melihat koefisien rasio antara variabel regional/daerah kabupaten (nilai tambah,

kesempatan kerja, maupun pendapatan) dalam sektor tertentu dengan variabel provinsi dalam

sektor yang sama. Jika suatu sektor memiliki LQ lebih dari satu (LQ > 1), maka sektor tersebut

termasuk dalam kategori sektor basis, dan bilamana LQ kurang dari satu (LQ < 1), maka sektor

tersebut tidak termasuk sektor basis. Sedangkan jika LQ sama dengan satu (LQ = 1), maka ada

kecenderungan sektor tersebut bersifat tertutup karena tidak melakukan transaksi ke dan dari luar

wilayah, namun kondisi ini sulit ditemukan dalam sebuah perekonomian wilayah.

Sementara itu, analisis Shift Share berguna dalam menganalisis perubahan struktur

ekonomi kabupaten/kota dibandingkan dengan ekonomi tingkat provinsi. Analisis ini bertujuan

untuk menentukan kinerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang

Page 110: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

lebih besar. Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian daerah dalam tiga bidang

yang berhubungan satu sama lain.

a. Pertumbuhan ekonomi daerah/regional (PR) kabupaten/kota diukur dengan cara menganalisis

perubahan pendapatan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor

perekonomian yang sama di tingkat provinsi.

b. Pertumbuhan proporsional (PP) untuk mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau

penurunan perekonomian kabupaten/kota dibandingkan dengan perekonomian provinsi.

Pengukuran ini memungkinkan untuk mengetahui apakah perekonomian kabupaten/kota

terkonsentrasi pada sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat dari sektor perekonomian

provinsi.

c. Pertumbuhan Pangsa Pasar Wilayah (PPW) untuk menentukan seberapa jauh daya saing

sektor daerah (lokal) dengan perekonomian wilayah atau provinsi. Jika PPW dari suatu sektor

adalah positif, maka sektor tersebut lebih tinggi daya saingnya dari pada sektor yang sama

pada perekonomian wilayah atau nasional.

Dominasi Sektor Pertanian pada Perekonomian Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah

Berdasarkan metode analisis LQ dengan menggunakan data dari berbagai release BPS

Kabupaten/Kota dan Sulawesi Tengah Dalam Angka Tahun 2014, maka diperoleh nilai LQ sebagai

berikut :

Tabel 1.

Hasil LQ Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2013

Sumber : BPS data diolah, 2014

Sektor Basis

Sektor Non-Basis

Keterangan :

Page 111: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Nilai LQ pada Tabel 1, menunjukkan bahwa sebagian besar sektor ekonomi

kabupaten/kota di Sulawesi Tengah berbasis pertanian, hanya Kota Palu yang merupakan daerah

non-basis pertanian. Sub-sektor yang berperan dominan dalam sektor pertanian di tingkat

kabupaten/kota adalah subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, dan perikanan.

Perekonomian Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah juga memiliki basis yang kuat di sektor

perdagangan, hotel, dan restoran.

Hasil analisis LQ lainnya menunjukkan bahwa sektor pertambangan menjadi basis ekonomi

di Kabupaten Morowali. Potret sektoral tersebut menggambarkan perkembangan riil produksi

sektor pertambangan dan penggalian yang secara perlahan-lahan menghasilkan perubahan

struktural ekonomi Kabupaten Morowali. Peranan sektor Pertanian kemudian semakin berkurang

akibat laju ekspasi sektor pertambangan penggalian, dimana pertumbuhan sektoral sektor

tambang jauh lebih tinggi dari rata-rata provinsi dan daerah kabupaten/kota lainnya.

Hasil Analisis Shift Share

Gambaran makro sektor pertanian Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah merupakan sektor

yang unggul, akan tetapi menghadapi tekanan karena mengalami pertumbuhan yang relatif

lambat, kondisi ini ditandai dengan hasil Pertumbuhan Proporsional (PP) yang negatif. Sektor

pertanian dalam ukuran Pangsa Pasar Wilayah (PPW) pada sentra produksi seperti Kabupaten

Pari-Mou, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Banggai masih memiliki keunggulan dengan kontribusi

pertumbuhan yang relatif lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di daerah lain atau dengan

kata lain mempunyai keunggulan lokasional yang baik.

Selanjutnya, gambaran makro sektor pertambangan di Provinsi Sulawesi Tengah

menunjukkan bahwa hanya dua Kabupaten yang memiliki keunggulan sektoral. Kabupaten

Morowali dan Kabupaten Banggai merupakan daerah yang memiliki PP dan PPW yang positif.

Dengan demikian, kedua daerah tersebut memiliki sektor pertambangan yang tumbuh relatif cepat

dan memiliki keuntungan lokasional yang baik/daya saing sektoral yang kuat.

Distribusi terbesar sektor industri pengolahan Provinsi Sulewesi Tengah masih berasal dari

subsektor kayu dan hasil hutan lainnya, dan subsektor makanan, minuman dan tembakau.

Pertumbuhan pada sektor industri pengolahan terutama didorong oleh membaiknya kinerja

subsektor kayu dan hasil hutan. Kota Palu menjadi sentra utama industri pengolahan subsektor

kayu dan hasil hutan lainnya. dengan total output yang mencapai Rp 187 miliar pada tahun 2013

dengan rata-rata pertumbuhan tahunan dari 2009-2013 sebesar 5,9 persen. Gambaran umum

sektor industri, sebagian besar memiliki komponen PP dengan nilai yang negatif, tetapi komponen

PPW sebagian besar memiliki nilai yang positif.

Page 112: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Sementara itu, pertumbuhan PPW sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada

Kabupaten/Kota secara kesuluruhan hampir memiliki nilai yang positif kecuali daerah Kabupaten

Sigi dan Kabupaten Buol. Namun dari segi PP, secara keseluruhan daerah Kabupaten/Kota memiliki

angka yang negatif. Pada intinya kinerja sektor tersebut relatif lambat pada tingkat Provinsi.

Dimana Kabupaten Parigi Moutong menjadi daerah penyumbang terbesar bagi pembentukan PDRB

Provinsi Selteng sektor perdagangan, hotel dan restoran yakni sebesar 21 persen. Sementara itu

Kota Palu menyumbang sebesar 16 persen, dan Kabupaten Donggala menyumbang sebesar 11

persen.

Kinerja sektor angkutan dan komunikasi secara Pertumbuhan Proporsional (PP) di seluruh

kabupaten/kota menunjukkan nilai PP yang negatif. Hanya daerah daerah tujuan investasi

pertambangan yang merupakan daerah destinasi investor dan pendatang, memiliki komponen PP

yang positif. Lain halnya dengan sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan. Pada tingkat

kabupaten, satu-satunya kabupaten yang memiliki nilai PP dan PPW positif adalah Kabupaten

Banggai. Dengan demikian Kabupaten Banggai mampu tumbuh relatif lebih cepat pada tingkat

provinsi, sekaligus memiliki keunggulan lokasional karena sektor tersebut dapat tumbuh lebih cepat

dibandingkan daerah yang lain. Dalam konteks makro sektor ini merupakan sektor potensial yang

masih bisa berkembang karena memiliki komponen pertumbuhan proporsional yang mampu

bertumbuh dengan cepat.

Implikasi Kebijakan

Ke depan, dalam rangka menciptakan pertumbuhan ekonomi dengan memperhatikan

kondisi kekhasan dan potensi sektoral daerah, maka rekomendasi kebijakan yang penting untuk

dilaksanakan adalah :

1. Melakukan perbaikan dari segi infrastruktur dan mengintensifkan pengembangan metode

dan teknologi pertanian agar dapat meningkatkan produktivitas lahan, selain itu diperlukan

upaya-upaya penyuluhan terkait dengan pengembangan potensi subsektor pertanian.

2. Mengembangkan sektor industri dalam bentuk supply value chain produk pertanian sebagai

persiapan dalam menghadapi MEA. Selain itu, perlu juga menyediakan bantuan teknis

dalam aspek sertifikasi produk agar memenuhi standar produk nasional serta memperluas

networking dalam konteks pemasaran.

3. Membangun kawasan konsentrasi pertambangan di Kabupaten Banggai dan Kabupaten

Morowali.

4. Untuk asesmen ekonomi, sebaiknya pemerintah daerah melakukan perhitungan PDRB

Green untuk mengetahui kualitas dari pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan oleh daerah-

daerah dengan basis ekonomi ekstraktif atau sektor pertambangan dan penggalian.

Page 113: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

KabupatenKomponen

Growth

Tanaman

Bahan

Makanan

Perkebunan Peternakan Kehutanan PerikananPertambangan

& Penggalian

Industri

Pengolahan

Listrik dan

Air BersihBangunan

Perdagangan,

Hotel, dan

Restoran

Angkutan

Komunikasi

Keuangan,

Persewaan &

Js.Prshn

Bank

Lembaga

Keuangan

Non Bank

Sewa

Bangunan

Jasa

PerusahaanJasa-Jasa

PR 114530,27 159018,99 14710,91 44878,96 81044,76 9656,58 55697,07 3826,37 42422,61 70179,02 40850,37 35069,04 12040,23 1215,01 20100,75 1713,05 87170,79

PP -66397,69 -40839,36 -4475,04 -22772,70 -8489,53 40096,10 -25126,15 -676,67 27905,95 -3221,10 -3430,45 5152,48 9352,07 -103,55 -6994,21 -387,81 -6626,20

PPW 55206,42 30010,37 15985,13 37359,74 -2448,23 24730,31 17775,08 3568,30 293864,44 21548,08 105652,08 47850,49 23112,71 2744,54 20591,46 4687,76 37692,41

PR 26167,45 27425,08 4064,94 11157,80 10587,90 981,87 8404,39 512,66 2038,53 46307,05 11276,46 6149,85 3133,21 238,99 2230,31 547,34 20407,84

PP -15170,30 -7043,33 -1236,55 -5661,74 -1109,09 4076,92 -3791,40 -90,66 1340,96 -2125,41 -946,95 903,56 2433,67 -20,37 -776,05 -123,91 -1551,28

PPW -353,15 3620,25 -348,39 -417,05 3586,20 -4033,79 2669,01 160,00 -982,49 11576,36 3145,49 -545,40 -1412,88 -44,62 236,75 65,57 204,44

PR 7483,93 12483,53 1931,15 7146,34 29615,27 588,29 4574,68 663,08 1100,53 19656,61 6983,39 5645,12 3178,75 96,52 2215,68 154,17 8686,41

PP -4338,73 -3206,03 -587,45 -3626,23 -3102,23 2442,68 -2063,73 -117,26 723,94 -902,20 -586,44 829,40 2469,05 -8,23 -770,96 -34,90 -660,29

PPW -1479,20 -2248,50 -510,70 -833,11 7204,96 -2551,97 1231,06 320,19 -600,47 4652,59 1123,05 -796,53 -1850,80 -18,29 234,28 12,73 -627,12

PR 46775,43 50792,32 10737,89 19926,10 16936,62 2143,40 18891,59 1680,04 13133,65 25860,77 8744,07 8131,13 2023,90 348,04 5239,00 520,18 22782,30

PP -27117,55 -13044,52 -3266,45 -10111,00 -1774,13 8899,84 -8522,40 -297,10 8639,43 -1186,96 -734,29 1194,66 1572,04 -29,66 -1822,95 -117,76 -1731,77

PPW 23179,12 12977,20 5217,56 1057,90 -2866,49 -8617,24 -396,19 524,06 2945,92 -10145,81 -416,78 -2797,79 -1163,94 -90,38 68,95 -19,42 -578,52

PR 21617,01 57446,89 2756,76 12677,40 26910,74 6153,61 12380,75 1442,30 11091,78 50506,95 3017,06 16193,74 7126,70 429,93 8078,91 558,20 33312,12

PP -12532,23 -14753,55 -838,60 -6432,83 -2818,93 25551,03 -5585,22 -255,06 7296,27 -2318,18 -253,36 2379,25 5535,56 -36,64 -2811,12 -126,37 -2532,19

PPW 10684,22 20096,66 141,85 -5576,57 1930,19 183938,36 4629,47 99,76 -8585,05 2235,23 139,30 -1225,99 -4859,26 -262,29 3599,21 114,16 -5983,93

PR 91819,84 105981,32 20989,86 18335,89 45694,95 26725,65 31703,94 1741,88 50051,11 98077,90 46202,60 11895,24 9582,63 925,05 44,71 1342,86 111711,26

PP -53231,56 -27218,19 -6385,09 -9304,09 -4786,60 110970,38 -14302,33 -308,04 32924,04 -4501,61 -3879,91 1747,69 7443,16 -78,84 -15,56 -304,00 -8491,62

PPW 14527,72 -41245,13 -2193,78 2384,20 -2622,36 -92589,03 -1428,61 241,16 -6856,15 14861,71 16188,31 -1957,94 -8154,79 13,79 14,85 871,14 43622,35

PR 5116,17 1434,37 16396,38 0,00 7272,94 47906,46 136303,54 24832,11 98362,43 141311,08 138830,91 133184,12 48766,74 22536,20 27748,89 34132,29 312937,27

PP -2966,04 -368,37 -4987,76 0,00 -761,85 198917,41 -61489,46 -4391,40 64703,63 -6485,93 -11658,46 19567,92 37878,84 -1920,73 -9655,44 -7727,00 -23787,60

PPW 4129,88 -263,99 -1075,63 0,00 133,91 -201536,87 21278,92 845,29 -27163,07 1854,86 5240,54 -29196,04 -43910,58 462,53 13369,55 1874,71 84665,33

PR 260360,45 209975,93 34550,94 35796,87 101388,26 15145,02 70271,77 1285,62 73689,93 168245,64 88236,22 8716,91 5129,95 756,67 102,78 2727,51 100593,57

PP -150941,16 -53926,15 -10510,35 -18164,22 -10620,53 62885,24 -31701,11 -227,35 48473,86 -7722,18 -7409,72 1280,72 3984,62 -64,49 -35,76 -617,46 -7646,52

PPW 95607,71 -26625,77 -762,59 413,35 2309,27 -65262,26 20226,34 -376,27 -65988,79 49810,55 -6712,50 -2461,63 -4418,57 104,82 23,98 -158,04 -3112,06

PR 55181,07 85079,20 6165,72 23421,97 21316,18 3560,22 38319,65 2605,09 10622,99 74781,27 35964,00 13747,01 6642,03 521,85 6088,01 495,11 59156,17

PP -31990,63 -21850,10 -1875,60 -11884,89 -2232,89 14782,75 -17286,82 -460,69 6987,89 -3432,33 -3020,11 2019,76 5159,10 -44,48 -2118,37 -112,09 -4496,70

PPW 45842,56 8753,90 -203,12 -1810,08 -6160,28 -14547,97 6166,17 571,61 -4128,89 4438,06 -5034,89 -2692,77 -5220,13 -62,38 1790,36 -65,03 -3974,48

PR 119491,01 124155,10 23913,33 21972,15 59354,64 12315,99 17517,39 1567,23 47962,03 66062,27 26609,50 10445,00 8380,57 754,99 38,02 1271,42 89323,38

PP -69273,62 -31885,59 -7274,40 -11149,22 -6217,46 51138,49 -7902,47 -277,15 31549,82 -3032,14 -2234,56 1534,62 6509,48 -64,35 -13,23 -287,83 -6789,82

PPW 40868,61 5730,49 4958,07 7610,07 -7312,17 -51625,48 3812,08 -15,08 -32307,85 -903,12 -2620,94 -2422,62 -7110,05 -21,65 8,21 91,41 -547,56

PR 60461,85 125288,22 10378,57 18431,99 35244,94 7823,62 38660,17 2498,54 29990,89 50412,94 35193,13 20034,73 7518,20 1294,81 9441,41 1780,32 68723,76

PP -35052,11 -32176,60 -3157,15 -9352,85 -3691,95 32485,27 -17440,44 -441,85 19728,26 -2313,87 -2955,38 2943,58 5839,65 -110,36 -3285,21 -403,04 -5223,97

PPW 13788,25 21809,38 3529,58 -1842,14 -10354,99 -33164,89 8396,26 283,31 -23409,15 -1815,07 3270,25 -5202,31 -5934,84 -362,46 2202,80 -205,28 20991,20

PR 22367,82 38331,77 2701,60 10328,85 8856,88 2605,09 19051,19 2686,98 12856,22 26166,61 4243,35 9042,39 2897,14 357,23 5468,39 319,63 33505,57

PP -12967,50 -9844,39 -821,82 -5241,12 -927,77 10816,86 -8594,40 -475,18 8456,93 -1201,00 -356,34 1328,54 2250,31 -30,45 -1902,77 -72,36 -2546,89

PPW 11425,68 898,62 2,22 1791,27 -2359,11 -9148,95 -1785,79 10,20 -8195,15 2751,39 308,99 -1668,93 -1493,45 5,21 901,38 1,73 3512,33

Palu

Prigi

Moutong

Poso

Sigi

Tolitoli

Tojo Una

Una

Banggai

Banggai

Kepulauan

Banggai

Laut

Buol

Morowali

Donggala

Maka dari hasil shift share, dapat disusun tipologi klassen sebagai berikut :

-

PPW

PP

Hijau (+PP,+PPW) sektor maju dan tumbuh cepat, daya saing sektoral

kuat

Kuning (-PP,+PPW) Sektor maju tapi tertekan, daya saing sektoral kuat

Biru (+PP,-PPW) Sektor potensial yang masih bisa berkembang, daya

saing sektoral lemah tapi tumbuh cepat

Merah (-PP,-PPW) Sektor Tertinggal, daya saing sektoral lemah dan

pertumbuhan lambat

Keterangan :

Tabel 2. Hasil Analisis Shift Share Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah 2013 dengan Tahun Dasar 2009

Sumber : BPS data diolah, 2014

Page 114: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

LAMPIRAN

Page 115: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Daftar Istilah dan Singkatan

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Inflasi

Inflasi month to month

Inflasi year to date

Inflasi year on year

Inflasi quarter to quarter

Inflasi inti (core inflation)

Adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum

dalam satu periode. Umumnya inflasi diukur dengan

melihat perubahan harga sekelompok barang dan jasa

yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat seperti

tercermin pada perkembangan Indeks Harga Konsumen

(IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat

dipengaruhi baik oleh sisi permintaan maupun sisi

penawaran.

Adalah perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks

Harga Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK

bulan sebelumnya (inflasi bulanan), dan sering disingkat

(m-t-m).

Adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga

perubahan Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan

dibandingkan IHK bulan Desember tahun sebelumnya

(inflasi kumulatif), dan sering disingkat (y-t-d).

Adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga

perubahan Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan

dibandingkan IHK bulan yang sama tahun sebelumnya

(inflasi tahunan), dan sering disingkat (y-o-y).

Adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga

perubahan Indeks Harga Konsumen pada akhir triwulan

yang bersangkutan dibandingkan IHK akhir triwulan

sebelumnya (inflasi triwulanan), dan sering disingkat

(q-t-q).

Adalah inflasi komoditas yang perkembangan harganya

dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum

(faktor-faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi, nilai

tukar dan keseimbangan permintaan dan penawaran

agregat) yang akan berdampak pada perubahan harga-

harga secara umum dan lebih bersifat permanen.

Page 116: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Daftar Istilah dan Singkatan

Inflasi volatile foods

Inflasi administered prices

Uang kartal

Uang kuasi

Uang giral

LDR

NPLs

PPAP

Adalah inflasi kelompok komoditas bahan makanan yang

perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-

faktor tertentu.

Adalah inflasi kelompok komoditas yang perkembangan

harganya diatur oleh pemerintah.

Adalah uang kertas, uang logam, komemoratif koin dan

uang kertas komemoratif yang dikeluarkan oleh bank

sentral yang menjadi alat pembayaran yang sah di suatu

negara.

Adalah kewajiban sistem moneter dalam bentuk deposito

berjangka, tabungan dalam rupiah dan saldo rekening

valuta asing milik penduduk. Berdasarkan standar

penyusunan dan penyajian statistik secara internasional

yang terbaru, BPR/BPRS dimasukkan sebagai anggota sistem

moneter sehingga tabungan dan deposito yang ada di

BPR/BPRS diperhitungkan sebagai uang kuasi.

Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman

uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh

tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk

dalam rupiah pada sistem moneter.

Adalah rasio total kredit terhadap total Dana Pihak Ketiga

(DPK). DPK terdiri dari deposito berjangka, tabungan dan

giro. LDR singkatan dari Loans to Deposit Ratio.

Adalah kredit-kredit di perbankan yang tergolong

kolektibilitas tidak lancar, yaitu kurang lancar, diragukan

dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. NPLs

singkatan dari Non Performing Loans.

Adalah sejumlah dana yang dialokasikan untuk

mengantisipasi tidak tertagihnya aktiva produktif yang

tergolong kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan

ketentuan Bank Indonesia. Aktiva produktif dalam hal ini

adalah kredit. PPAP singkatan dari Penyisihan Penghapusan

Aktiva Produktif.

Page 117: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tengah Triwulan III Tahun 2014

Daftar Istilah dan Singkatan

Cash Inflow

Cash outflow

Net flow

PTTB

PDB-PDRB

DAU

DAK

Bagi Hasil

Adalah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia,

misalnya melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh

bank-bank umum.

Adalah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia melalui

proses penarikan tunai bank umum dari giro di Bank

Indonesia atau pembayaran tunai melalui Bank Indonesia.

Adalah selisih antara outflow dan inflow.

Adalah kegiatan pemusnahan uang atau Pemberian Tanda

Tidak Berharga, sebagai upaya Bank Indonesia untuk

menyediakan uang kartal yang layak dan segar (fit for

circulation) untuk bertransaksi.

Adalah sebuah analisis perhitungan pertumbuhan ekonomi

dengan menghitung seluruh nilai tambah yang terjadi di

sebuah wilayah tertentu pada waktu tertentu. Untuk skala

nasional disebut Produk Domestik Bruto (PDB) dan untuk

skala regional/daerah disebut Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB).

DAU singkatan dari Dana Alokasi Umum. DAU merupakan

transfer yang bersifat umum (block grant) untuk mengatasi

masalah ketimpangan horisontal (antar daerah) dengan

tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar

daerah.

DAK singkatan dari Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan

transfer yang bersifat khusus (specific grant) untuk

memenuhi pembiayaan kebutuhan khusus daerah dan atau

kepentingan nasional.

Merupakan dana perimbangan untuk mengatasi masalah

ketimpangan vertikal (antara pusat dan daerah) yang

dilakukan melalui pembagian hasil antara pemerintah

pusat dan daerah penghasil, dari sebagian penerimaan

perpajakan (nasional) dan penerimaan sumber daya alam.