Upload
phungque
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009 , dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank
Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan
mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah,
setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut
berperan sebagai ”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu
memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini
sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan
kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah
tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara
secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat
harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan
kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui
penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder
maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti
pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di
daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas
dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 31 Desember 2011
BANK INDONESIA MANADO
Ramlan Ginting
Pemimpin
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR halaman 1
DAFTAR ISI
halaman 2
RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 5
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 12
Sisi Permintaan halaman 12
Sisi Penawaran halaman 20
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 32
Inflasi Tahunan (yoy) halaman 33
Inflasi Triwulanan (qtq)
Inflasi Bulanan (mtm)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
Boks 1: Asymetric Price Transmission Komoditas Volatile Foods Kota Manado
halaman 33
halaman 34
halaman 37
halaman 42
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 46
Struktur Aset Perbankan Sulawesi Utara halaman 46
Perkembangan Kantor Bank halaman 47
Perkembangan Bank Umum Konvensional
Stabilitas Sistem Perbankan
Perkembangan Perbankan Syariah
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 48
halaman 54
halaman 58
halaman 59
Boks 2: Peranan Kredit UMKM Dalam Mendukung Sektor Ekonomi Unggulan di
Sulawesi Utara
halaman 61
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 64
Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 65
APBD di Tingkat Provinsi halaman 67
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 72
Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 72
Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 77
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
halaman 80
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah halaman 80
3
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 83
PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 89
Prospek Ekonomi Makro halaman 89
Prakiraan Inflasi halaman 93
Prospek Perbankan Halaman 97
Daftar Istilah dan Singkatan halaman 98
4
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933 Email : [email protected]; [email protected]; [email protected] website : www.bi.go.id Publikasi ini dapat diunduh dalam bentuk softfile pada: http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Publik/Ekonomi_Regional/
5
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional
Perekonomian Sulawesi Utara sepanjang tahun 2011 terus
menguat, setelah tumbuh 7,73% (yoy) pada triwulan III-2011,
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan laporan
tumbuh signifikan pada level yang relatif tinggi dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 8,30% (yoy).
Berdasarkan hasil pemantauan pada indikator pertumbuhan,
sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) masih menjadi salah satu
penyumbang pertumbuhan ekonomi tertinggi pada triwulan
laporan, hal ini ditandai dengan maraknya MICE yang dilaksanakan
di Sulawesi Utara serta peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat
menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Selain itu, menjelang
akhir tahun 2011 berbagai proyek fisik baik yang dikerjakan
pemerintah maupun swasta diperkirakan meningkat, hal ini
mendorong tumbuhnya Sektor Bangunan menjadi lebih tinggi. Di
sisi lain, meski Sektor Pertanian menjadi salah satu sektor yang
berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut namun
pertumbuhannya diperkirakan melambat dibandingkan periode
yang sama tahun lalu. Namun demikian, adanya panen raya padi
pada beberapa sentra produksi di Sulut yang diproyeksikan akan
terjadi pada bulan mendatang, diperkirakan akan mampu
menahan perlambatan.
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan IV-
2011 terutama ditopang oleh aktivitas konsumsi serta membaiknya
kinerja investasi. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi swasta
maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif. Faktor
Perekonomian Sulawesi Utara sepanjang tahun 2011 terus menguat...
Berdasarkan hasil pemantauan pada indikator pertumbuhan, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) masih menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi tertinggi...
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan IV-2011 terutama ditopang oleh aktivitas konsumsi...
6
pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya:
(1) peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan
Hari Raya Natal dan Tahun Baru, (2) peningkatan realisasi proyek
fisik pemerintah menjelang akhir tahun anggaran yang selanjutnya
akan berdampak terhadap membaiknya kinerja investasi.
Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan IV-2011 juga tercatat
mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan
peningkatan ekspor komoditi unggulan Sulawesi Utara khususnya
produk kelapa dan turunannya.
Perkembangan Inflasi Daerah
Tekanan inflasi Kota Manado sepanjang tahun 2011 tercatat
sangat rendah. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada
Desember 2011 tercatat 0,67% (yoy), jauh lebih rendah
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, tercatat
sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju
inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,79% (yoy). Secara bulanan,
tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan IV-2011
menunjukkan fluktuasi yang terutama dipengaruhi oleh
pergerakan harga kelompok bahan makanan. Pada Oktober 2011
Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,33% (mtm), kemudian
mengalami deflasi cukup tajam pada November 2011 sebesar
0,40% (mtm). Pada akhir triwulan IV 2011 tekanan inflasi Kota
Manado kembali mengalami peningkatan yang terutama didorong
oleh faktor musiman perayaan Hari Raya Natal & Tahun Baru
sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,94% (mtm) pada
Desember 2011.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi
yang rendah secara tahunan terutama didorong oleh stabilnya
tingkat inflasi kelompok inti (core inflation) dan kelompok
administered price. Sementara kelompok bahan makanan yang
harganya bergejolak (volatile foods) memberikan sumbangan yang
negatif terhadap inflasi tahunan.
Tekanan inflasi Kota Manado sepanjang tahun 2011 tercatat sangat rendah …
Berdasarkanfaktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi yang rendah secara tahunan terutama didorong oleh stabilnya tingkat inflasi kelompok inti...
7
Perkembangan Perbankan Daerah
Kondisi perekonomian yang cukup baik menjadi salah satu
pendukung kuatnya pertumbuhan kinerja perbankan di Sulawesi
Utara pada triwulan IV-2011. Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan
outstanding kredit mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi
penghimpunan dana, pertumbuhan DPK terutama terjadi pada
jenis giro. Sejalan dengan itu, kredit bertumbuh lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama
jenis kredit investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada
pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR)
perbankan di Sulawesi Utara berada pada level 112,43% di akhir
tahun 2011. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem
perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar
dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans
(NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI
yaitu dibawah 5%.
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi
Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif.
Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan
posisi Desember 2011 meningkat sebesar 57,82% (yoy), sejalan
dengan pertumbuhan kredit sebesar 48,08%. Sementara itu, DPK
tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 50,31% (yoy) pada
triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit
Ratio (FDR) menjadi 188,51% pada triwulan IV-2011.
Sejalan dengan kinerja bank umum (konvensional dan syariah) di
Sulut, kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara padatriwulan IV-2011
juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan,
tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Aset BPR pada
Desember 2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 62,12%
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif...
Sejalan dengan kinerja bank umum (konvensional dan syariah) di Sulut, kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011…
Kondisi perekonomian yang cukupbaik menjadi salah satu pendukung kuatnya pertumbuhan kinerja perbankan di Sulawesi Utara padatriwulan IV-2011…
8
(yoy), menjadi Rp651,7 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode
laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat
58,09% (yoy) atau mencapai Rp455,8 miliar. Secara sektoral,
kredit terutama disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan
pangsa 81,04% dan sektor PHR dengan pangsa 9,85%.
Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang
disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa
mencapai 75,73% dari total kredit.
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Kinerja keuangan pemerintah Provinsi pada akhir tahun anggaran
2011 secara umum tercatat lebih baik dibandingkan tahun
sebelumnya, salah satunya tercermin dari realisasi pendapatan
sebesar 101,9%, melebihi target yang ditetapkan dalam APBD-P
2011. Namun demikian, pencapaian pendapatan ini tercatat masih
lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar
104,1%. Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan
dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara
adalah sebesar Rp1,44 triliun atau meningkat 32,02% dari tahun
sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini
tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Sampai dengan akhir
tahun anggaran 2011, realisasi belanja daerah tercatat hanya
sebesar 89,1% lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang
sama tahun sebelumnya tercatat 94,9% dari total anggaran.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada triwulan IV-2011, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai
maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan
peningkatan. Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan IV-
2011 di wilayah kerja KBI Manado menunjukkan terjadinya net
outflow. KBI Manado mengalami net outflow sebesar Rp1.139
miliar, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar Rp513 miliar. Sementara itu, pada sistem
pembayaran non tunai (kliring) sepanjang triwulan laporan tercatat
mengalami peningkatan, tercermin dari jumlah jumlah warkat yang
Pada triwulan IV-2011, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan...
Kinerja keuangan pemerintah pada akhir tahun anggaran 2011secara umum tercatat lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya...
9
dikliringkan sebanyak 91.789 lembar dengan nilai Rp2.279 miliar
atau meningkat jumlahnya sebesar 2,53% (yoy) dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, perkembangan penyelesaian transaksi melalui Bank
Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) selama triwulan
IV-2011 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai
Rp3.162miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 11,23%
(yoy). Namun demikian dari sisi jumlah transaksi, volume RTGS
pada triwulan laporan sedikit mengalami penurunan sebesar
2,62% (yoy) dari 6.515 transaksi di triwulan IV-2010 turun menjadi
6.344 transaksi pada triwulan IV-2011.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Masyarakat
Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan
meningkatnya kapasitas perekonomian Sulawesi Utara, kondisi
ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan, ditandai oleh membaiknya
berbagai indikator ketenagakerjaan pada periode laporan. Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulawesi Utara secara
konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir.
Searah dengan TPT yang direlease oleh BPS, hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Manado menunjukkan
terjadinya penurunan tingkat pengangguran, terindikasi dari nilai
positif Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja
oleh dunia usaha Sulawesi Utara pada triwulan IV 2011.
Selanjutnya, Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh KBI
Manado menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis
terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan oleh
berlanjutnya tren peningkatan indeks ketersediaan lapangan kerja
pada periode laporan.
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan
masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat.
Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat kemiskinan yang
Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan meningkatnya kapasitas perekonomian Sulut, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan...
Sementara itu, perkembangan penyelesaian transaksi melalui BI-RTGS selama triwulan IV-2011 mencapai Rp3.162 miliar atau mengalami peningkatan...
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat..
10
didukung oleh kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP), indeks
penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat Sulut.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Memasuki tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara pada
triuwlan pertama diperkirakan berpotensi mengalami peningkatan
dibandingkan periode yang sama tahun 2011, yakni dalam kisaran
7,21% - 7,41% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong laju
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan I-20112
diantaranya adalah kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), gaji
PNS/TNI/Polri per 1 Januari 2011, dan pembangunan infrastuktur
swasta serta terpilihnya Kota Manado sebagai tempat perhelatan
event internasional ASEAN Tourism Forum (ATF) yang berlangsung
pada tanggal 8-15 Januari 2012. Dari sisi permintaan, aktivitas
konsumsi dan membaiknya kinerja investasi diperkirakan akan
mendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2012.
Sementara dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor
pengangkutan dan komunikasi diprediksi akan mengalami
pertumbuhan positif yang didorong oleh penyelenggaraan
beberapa event berskala nasional maupun internasional di Sulawesi
Utara. Sektor bangunan juga diperkirakan akan tetap tumbuh
positif sejalan dengan maraknya pembangunan proyek fisik
pemerintah dan swasta yang sedang berjalan.
Outlook Inflasi Regional
Pada triwulan I 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan akan
berada pada level moderat, yakni berada pada kisaran 0,04%±1%
(yoy). Dari sisi fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung
oleh melandainya tekanan inflasi yang bersumber dari sisi eksternal
maupun domestik. Namun demikian, terdapat tendensi kenaikan
ekspektasi masyarakat Sulut terkait beberapa kebijakan pemerintah
di tahun 2012.
Memasuki tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan pertama diperkirakan berpotensi mengalami pertumbuhan pada kisaran 7,21% - 7,41% (yoy)…
Pada triwulan I 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan akan berada pada level moderat, yakni berada pada kisaran 0,04%±1% (yoy). …
11
Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods
diperkirakan akan meningkat sebagai faktor anomali cuaca dan
perkiraan curah hujan yang tinggi pada triwulan I-2012 yang
berpotensi menimbulkan gagal panen dan berkurangnya pasokan
perikanan tangkap. Sementara itu, inflasi kelompok administered
price diperkirakan bersumber pada kenaikan cukai rokok dan
kenaikan harga bahan bakar rumah tangga terkait konversi minyak
tanah ke LPG.
Prospek Perbankan
Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik,
kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi Utara pada tahun 2012
diperkirakan akan membaik. Hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank
(RBB) 2012 menunjukkan optimisme perbankan Sulawesi Utara
untuk terus meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya
pada kisaran 36% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana,
pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara
mencapai sekitar 41% (yoy).
Sementara itu, kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan
suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6% pada triwulan I 2012
diperkirakan memberikan dampak pada penambahan kapasitas
perekonomian Provinsi Sulawesi Utara melalui transmisi suku
bunga perbankan.
Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi Utara padatahun 2012 diperkirakan akan membaik…
Sementaraitu, kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6% pada triwulan I-2012 …
Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat sebagai faktor anomali cuaca dan. …
12
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
%
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perekonomian Sulawesi Utara sepanjang tahun 2011 terus menguat, setelah tumbuh
7,73% (yoy) pada triwulan III-2011, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan
laporan tumbuh signifikan pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya, yaitu sebesar 8,30% (yoy). Berdasarkan hasil pemantauan pada
indikator pertumbuhan, sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) masih menjadi salah satu
penyumbang pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan, hal ini ditandai dengan
maraknya MICE yang dilaksanakan di Sulawesi Utara serta peningkatan aktivitas konsumsi
masyarakat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Selain itu, menjelang akhir tahun
2011 berbagai proyek fisik baik yang dikerjakan pemerintah maupun swasta diperkirakan
meningkat, hal ini mendorong tumbuhnya Sektor Bangunan menjadi lebih tinggi. Di sisi
lain, meski Sektor Pertanian menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap
pertumbuhan ekonomi Sulut namun pertumbuhannya diperkirakan melambat dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Namun demikian, adanya panen raya padi pada beberapa
sentra produksi di Sulut yang diproyeksikan akan terjadi pada bulan mendatang,
diperkirakan akan mampu menahan perlambatan.
1.1 SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan IV-2011 terutama ditopang
oleh aktivitas konsumsi serta membaiknya kinerja investasi. Kegiatan konsumsi, baik
13
Grafik 1.2. Indeks Ekonomi Saat Ini
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif. Faktor
pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya: (1) peningkatan aktivitas
konsumsi masyarakat menjelang perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru, (2) peningkatan
realisasi proyek fisik pemerintah menjelang akhir tahun anggaran yang selanjutnya akan
berdampak terhadap membaiknya kinerja investasi. Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan
IV-2011 juga tercatat mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan peningkatan
ekspor komoditi unggulan Sulawesi Utara khususnya produk kelapa dan turunannya.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)
1.1.1 Konsumsi
Kegiatan konsumsi selama triwulan IV-2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 8,13%
(yoy) dengan kontribusi sebesar 5,18% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan
pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja kegiatan konsumsi selama
triwulan laporan tercatat mengalami sedikit perlambatan. Namun demikian, kinerja
konsumsi masih tercatat sebagai kontributor utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada
triwulan IV-2011. Faktor pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi swasta
didukung oleh faktor musiman perayaan Hari Raya Idul Adha, Natal, Santa Claus Daya,
pesta kembang api serta persiapan perayaan Tahun Baru 2012. Sementara pertumbuhan
konsumsi pemerintah lebih banyak didorong oleh realisasi proyek fisik pemerintah daerah
yang terus mengalami peningkatan menjelang akhir tahun anggaran.
Kinerja konsumsi swasta pada triwulan
laporan salah satunya terindikasi melalui
Indeks Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan
hasil Survei Konsumen (SK) di Kota Manado
pada triwulan IV-2011. Sebagaimana
terlihat pada grafik 1.2, pada akhir triwulan
laporan (Desember 2011) IEK mencapai
139,42. Jika dilihat berdasarkan
Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb Q4 SumbKonsumsi 8.98 5.55 10.03 6.22 8.24 5.48 3.78 6.92 4.42 7.34 4.47 8.13 5.18 6.58
Konsumsi Swasta 7.28 3.01 7.96 3.16 6.71 4.62 2.09 6.06 2.54 7.47 3.09 8.21 3.29 6.65Konsumsi Pemerintah 12.39 2.54 13.74 3.06 11.21 7.12 1.69 8.58 1.87 6.37 1.37 8.00 1.89 6.46
PMTB -0.19 -0.05 1.14 0.27 3.39 11.64 2.51 13.90 2.80 15.87 3.73 16.73 3.74 14.67Stok 17.94 0.27 13.43 0.21 14.46 10.16 0.10 1.48 0.02 25.31 0.42 18.79 0.31 14.95Ekspor 26.29 10.66 9.87 4.61 13.87 9.02 4.36 -1.46 -0.75 -16.58 -7.93 6.19 2.97 -0.38Impor 31.41 9.12 12.65 4.29 16.08 9.42 3.77 -1.75 -0.65 -19.62 -7.04 10.95 3.90 0.31
PDRB 7.31 7.31 7.02 7.02 7.16 6.99 6.99 7.14 7.14 7.73 7.73 8.30 8.30 7.39
2010 2011Jenis Penggunaan2010 2011
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D
2010 2011
Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat Ini
Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja
14
Grafik 1.3. Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
komponennya, optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini tercermin dari
positifnya nilai indeks seluruh komponen penyusun Indeks Ekonomi Saat Ini yang meliputi
Indeks Penghasilan Saat Ini (125) , Indeks Pembelian Barang Tahan Lama/Durable Goods
(164) serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (180,5). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
usaha yang semakin membaik berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih
besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya
konsumsi rumah tangga.
Disamping itu, pertumbuhan konsumsi
selama triwulan laporan tidak lepas dari
membaiknya daya beli petani seiring
dengan meningkatnya harga komoditas
dunia. Hal ini tercermin dari peningkatan
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV-
2011 mencapai 104,19 atau tumbuh
3,27% (yoy). Peningkatan terutama
terjadi pada subsektor perkebunan rakyat
dan pangan. Peningkatan subsektor perkebunan rakyat merupakan imbas kenaikan harga
komoditas unggulan Sulut (Pala, Cengkih, dan Kopra) apabila dibandingkan tahun lalu.
Sementara itu, sub sektor yang masih berada dibawah batas minimum sejahtera adalah
perikanan sebagai dampak turunnya produksi perikanan karena faktor cuaca buruk. Dalam
Indeks NTP yang ditunjukan pada grafik 1.3., sepanjang tahun 2009 sampai akhir triwulan
IV-2011 NTP Sulawesi Utara selalu berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Indeks
NTP digunakan sebagai salah satu indikator konsumsi karena berdasarkan komposisinya,
sekitar 35% masyarakat di Sulawesi Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat
kesejahteraan petani mampu memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas
konsumsi rumah tangga.
Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat
dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado yang
mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama
penjualan kendaraan roda empat di Kota Manado. Selama triwulan IV-2011 penjualan
kendaraan roda empat mengalami terus mengalami pertumbuhan positif hingga mencapai
47,15% (yoy) pada triwulan laporan. Adanya peningkatan penghasilan pada triwulan
90
95
100
105
110
115
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
NTP
batas minimum sejahtera
Pangan
Holtikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
15
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat
Grafik 1.4. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat
laporan direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa khususnya
pembelian barang tahan lama.
Sementara itu, data pernyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulut tetap menunjukkan
pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya. Pada Desember 2011, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank
umum mencapai Rp8.258 miliar, atau tumbuh sebesar 13,73% (yoy), melambat apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami
pertumbuhan 22,25% (yoy).
Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah
selama triwulan IV-2011 juga tumbuh positif sebesar 8% (yoy), namun tercatat mengalami
perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 10,03% (yoy).
Perlambatan ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan realisasi anggaran belanja di triwulan
IV-2011 yang hanya mencapai 89,1% dari target belanja APBD-P 2011 sebesar Rp1.443
miliar, atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang menghasilkan
pencapaian sebesar 94,9% dengan target yang lebih rendah yakni Rp1.198 miliar.
1.1.2 Investasi
Pada triwulan IV-2011, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar
16,73% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan IV-2011
diantaranya pembangunan berbagai infrastruktur fisik pemerintah diantaranya
pembangunan lapangan terbang perintis di Miangas, pembangunan pelabuhan perikanan
di Sitaro dan rencana pembangunan jalan lingkar Pulau Lembeh di Bitung. Sementara itu
beberapa proyek swasta yang hingga saat ini masih berjalan seperti investasi di bidang
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Total Sales (Unit) - left axis gSales (% yoy) - right axis
0
5
10
15
20
25
30
35
40
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2010 2011
Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis
16
properti dan pembangunan Manado Town Square (Mantos) II yang rencananya akan dibuka
pada awal Desember 2011.
Selain itu, peran perbankan dalam penyaluran pembiayaan untuk kegiatan investasi juga
terus mengalami peningkatan. Sampai akhir triwulan IV-2011, jumlah kredit investasi
tercatat sebesar Rp2.478 miliar atau tumbuh 84,80% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan IV-2010 yang hanya tumbuh 38,36% (yoy). Pencapaian pertumbuhan kredit
investasi ini pada tahap selanjutnya diharapkan dapat mendorong kinerja investasi di
Sulawesi Utara.
1.1.3 Ekspor – Impor
Kinerja perdagangan Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011 tercatat mengalami
pertumbuhan positif sebesar 6,19% (yoy). Indikasi pertumbuhan positif kinerja ekspor Sulut
terutama disumbang oleh perdagangan antar negara. Nilai ekspor luar negeri Sulawesi
Utara sepanjang tahun 2011 tercatat sebesar USD 749,68 ribu atau meningkat sebesar
99,4% (yoy).
Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD)
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Total Ekspor 2.04 54.64 26.00 171.10 51.80 48.70 59.40 36.50 64.90 71.60 48.50 114.50 749.68 375.90 99.4
Migas - - - - - - - - - - - - - - -
Non Migas 2.04 54.64 26.00 171.10 51.80 48.70 59.40 36.50 64.90 71.60 48.50 114.50 749.68 375.90 99.4
Uraian
Nilai FOB
2011 Jan-Des 2011
Jan-Des 2010
% Growth
(yoy)
Jika dilihat berdasarkan sektor usahanya, kinerja ekspor luar negeri Sulut terutama
disumbang oleh ekspor dari sektor industri dengan pangsa sebesar 96%, sisanya
Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
0
20
40
60
80
100
120
140
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis gKredit_Investasi (% yoy) - right axis
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
17
merupakan ekspor hasil sektor pertanian. Sementara itu berdasarkan jenisnya, komoditi
utama ekspor luar negeri pada triwulan IV-2011 terutama didominasi dalam bentuk Lemak
dan Minyak Hewani dengan pangsa mencapai 77% kemudian daging olahan dan ikan
olahan dengan pangsa mencapai 8%, sisanya dalam bentuk ikan&udang (7%), ampas/sisa
industri (4%), berbagai produk kimia (3%) dan produk lainnya (1%).
Komposisi negara tujuan ekspor Sulut sampai dengan triwulan IV-2011 mengalami
pergeseran bila dibandingkan pada tahun 2010. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai
dengan triwulan laporan adalah Belanda (33,83%), Amerika Serikat (21,10%), Korea
Selatan (17,13%), dan Cina (15,63%). Sedangkan pada tahun 2010 negara tujuan ekspor
utama Sulut adalah Cina (30,95%), Amerika Serikat (28,07%), Korea Selatan (16,44%), dan
Belanda (13,53%).
Grafik 1.7. Pangsa Sektor Utama Ekspor Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.10. Negara Tujuan Ekspor Tahun 2011
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.9. Negara Tujuan Ekspor Tahun 2010
0%
96%
4%Pertambangan&lainnya
Industri
Pertanian
Grafik 1.8. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut
77%
8%
7%
4% 3%1%
Lemak & minyak hewan/nabati
Daging & Ikan olahan
Ikan & Udang
Ampas/ Sisa industri Makaknan
Berbagai produk kimia
Lainnya
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
14%
28%
16%
31%
5%1%0%5%
Belanda
Amerika Serikat
Korea Selatan
Cina
Jepang
Jerman
Filipina
Lainnya
34%
21%
17%
16%
4%2%2%4%
Belanda
Amerika Serikat
Korea Selatan
Cina
Jepang
Jerman
Filipina
Lainnya
18
Namun demikian, meskipun terus mengalami
pertumbuhan positif (6,19%), kinerja ekspor
Sulawesi Utara selama triwulan IV-2011 tercatat
mengalami perlambatan dibandingkan periode
yang sama tahun lalu yang tumbuh sebesar
9,87% (yoy). Salah satu indikator yang dapat
mengkonfirmasi perlambatan kinerja ekspor
pada triwulan laporan adalah penurunan
volume ekspor antar daerah/provinsi . Hal ini
dapat tercermin dari kegiatan muat barang
melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan muat
didefinisikan sebagai kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi.
Selama triwulan IV-2011, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar
domestik sebesar 199 ribu ton, tumbuh -11,01% (yoy) dibandingkan periode yang sama
tahun lalu.
Sama halnya dengan kinerja ekspor, kegiatan impor Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011
juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 10,95% (yoy). Pertumbuhan positif ini
terutama didorong oleh peningkatan kinerja baik impor antar negara maupun antar
pulau/provinsi. Pertumbuhan kinerja impor luar negeri antara lain dapat dikonfirmasi
dengan data nilai impor selama tahun 2011 yang tercatat mencapai USD 144,36 juta
meningkat dibanding tahun 2010 sebesar USD71,30 juta atau tumbuh sebesar 102,5%.
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Total Impor 22.09 5.59 37.07 5.50 3.80 2.60 0.90 13.40 7.00 12.00 6.40 28.00 144.36 71.30 102.5
Migas - - - - - - - - - - - -
Non Migas 22.09 5.59 37.07 5.50 3.80 2.60 0.90 13.40 7.00 12.00 6.40 28.00 144.36 71.30 102.5
Uraian
Nilai CIF ( Ribu USD) % Growth
(yoy)2011 Jan-Des
2011Jan-Des
2010
Berdasarkan jenisnya, kegiatan impor luar negeri pada tahun 2011 lebih banyak didominasi
oleh impor barang konsumsi dengan pangsa sebesar 36%, sisanya sebesar 33% berupa
barang modal dan 32% berupa impor bahan baku/penolong. Sementara berdasarkan
komoditinya, impor komoditas gandum-ganduman merupakan komoditi impor terbanyak
dengan pangsa 31% dari total nilai impor. Beberapa komoditas impor Sulut lainnya
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung
Grafik 1.11. Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung
-120
-70
-20
30
80
130
180
230
280
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis
Tabel 1.3. Impor Sulut (Juta USD)
19
diantaranya kapal laut, besi baja dan mesin-mesin dengan pangsa berturut-turut 22%, 18%
dan 17%.
Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan Desember 2011 lebih
dominan didatangkan dari negara Vietnam (26%), Jepang (15%), Cina (13%), Australia
(10%), Malaysia (10%) dan Taiwan (9%). Sedangkan negara asal impor Sulut pada tahun
2010 adalah Cina (53,60%), Australia (15,84%), dan Vietnam (9,28%). Hal ini sejalan
dengan jenis barang impor pada tahun 2011 yang lebih banyak didominasi oleh bahan
konsumsi yakni berupa komoditi beras dengan negara asal barang dari negara Vietnam.
Sementara itu pertumbuhan kinerja impor antar daerah/pulau dapat dikonfirmasi dengan
kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan bongkar didefinisikan sebagai
masuknya barang dari luar provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan IV-2011, volume
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.14. Negara Asal Impor Tahun 2010
Grafik 1.15. Negara Asal Impor Tahun 2011
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
32%
36%
33%
Bahan Baku/Penolong
Barang Konsumsi
Barang Modal31%
22%17%
18%
4%8% Gandum-ganduman
Kapal laut
Mesin-mesin
Besi&Baja
Peralatan Listrik
Lainnya
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.12. Pangsa Jenis Barang Impor Sulut
Grafik 1.13. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut
9%
7%
54%
16%
2%2%
10% Vietnam
Jepang
Cina
Australia
Malaysia
Taiwan
Lainnya
26%
15%
13%10%
10%
10%
16% Vietnam
Jepang
Cina
Australia
Malaysia
Taiwan
Lainnya
20
barang yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) mencapai 849 ribu ton naik 15,49% (yoy)
apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 735 ribu ton.
1.2 SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2011 disumbangkan oleh
seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 8,30% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,77% (yoy).
Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier effect penyelenggaraan event berskala
internasional dan nasional pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan
mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sektor yang
mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV-2011 adalah Sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran (PHR) yang tercatat tumbuh 18,52% (yoy) dengan sumbangan sebesar 3,46%
terhadap total pertumbuhan. Selanjutnya, sektor bangunan, sektor jasa dan sektor
keuangan, sewa dan jasa perusahaan menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi pada
triwulan laporan dengan sumbangan masing-masing sebesar 2,16%, 1,49% dan 0,60%
terhadap total pertumbuhan. Di sisi lain sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang
melambat, hal ini diantaranya disebabkan oleh gangguan cuaca ekstrim yang menyebabkan
terjadinya bencana longsor dan banjir di beberapa sentra penghasil padi serta serangan
hama dan minimnya infrastruktur pendukung juga turut memberikan andil terhadap
melambatnya kinerja sektor pertanian Sulawesi Utara.
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung
Grafik 1.16. Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung
-80
-70
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Bongkar (Ribu ton) - left axis gBongkar (% yoy) - right axis
21
Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)
Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb. Q3 Sumb Q4 SumbPertanian 17.40 3.40 10.31 1.84 11.28 6.58 1.29 6.65 1.42 2.42 0.52 1.00 0.18 -2.28Pertambangan & Penggalian 0.44 0.02 2.10 0.11 0.90 5.89 0.31 5.88 0.30 7.90 0.39 2.44 0.11 2.80Industri Pengolahan 6.63 0.51 7.48 0.58 6.48 6.03 0.47 6.93 0.52 6.33 0.49 -3.07 -0.24 3.71Listrik, Gas & Air Bersih 4.77 0.04 7.35 0.05 5.02 4.81 0.04 5.33 0.04 7.22 0.06 6.29 0.05 5.93Bangunan -4.87 -0.79 0.86 0.15 2.11 8.31 1.39 13.59 1.97 15.76 2.26 13.41 2.16 11.61PHR 8.92 1.35 11.11 2.00 8.59 8.79 1.31 6.36 1.00 12.97 1.83 18.52 3.46 21.03Pengangkutan & Komunikasi 7.08 0.97 12.41 1.57 8.17 7.24 0.89 3.27 0.43 2.55 0.35 3.57 0.48 4.10Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 6.77 0.45 8.26 0.52 9.73 5.31 0.36 7.13 0.47 6.51 0.43 9.87 0.60 6.59Jasa-Jasa 7.21 1.08 6.54 0.94 6.17 5.89 0.93 6.46 0.98 8.20 1.39 10.36 1.49 8.10
PDRB 7.04 7.04 7.77 7.77 7.16 6.99 6.99 7.14 7.14 7.73 7.73 8.30 8.30 7.39
20112010 2011Lapangan Usaha
2010
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.2.1 Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar
1% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,18% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut.
Pencapaian ini tercatat mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan yang sama
tahun sebelumnya sebesar 10,31% (yoy). Perlambatan ini antara lain disebabkan oleh: (i)
bencana banjir dan longsor yang disertai angin kencang yang melanda sebagian besar
sentra penghasil padi; (ii) serangan hama tungro dan kepinding di beberapa kawasan sentra
penghasil padi di Sulut (Minahasa Tenggara dan Bolaang Mongondow); (iii) penurunan
penyerapan pupuk bersubsidi, dan (iv) tidak berfungsinya sarana irigasi di sentra produksi
padi di Kabupaten Bolaang Mongondow.
Tabel 1.5. Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi per September 2011
Urea NPK Pelangi
Bolaang Mongondow 679 15 Bolmong Timur - 2 Bolmong Selatan - - Bolmong Utara - - Kotamobagu 92 4 Minahasa 505 13 Minahasa Selatan 219 10 Minahasa Tenggara 60 - Minahasa Utara 121 3 Kepulauan Sangihe 6 5 Sitaro - - Kepulauan Talaud - - Manado 7 1 Bitung - - Tomohon 73 2 Total 1,786 54
Kab/KotaRealisasi (Ton)
Ket: Tanda (-) tidak ada realisasi/permintaan Sumber: PT. Pupuk Kaltim Kantor Pemasaran Sulut dan Gorontalo
22
Grafik 1.17. Pertumbuhan Kredit Pertanian
Tabel 1.6. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Hasil Pertanian Prov. Sulut
Sumber: Distanak Provinsi Sulawesi Utara
Perlambatan kinerja sektor pertanian antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan data dari
Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah, Padi dan Pipilan Jagung Kering di Provinsi
Sulawesi Utara, dimana pada triwulan IV-2011 luas panen padi hanya tercatat sebesar
26.659 hektar lebih rendah dibandingkan luas panen pada triwulan IV-2010 sebesar 26.718
hektar atau turun -0,22% (yoy). Sejalan dengan penurunan luas panen, produksi beras yang
dihasilkan juga hanya sebesar 87.217 ton atau turun -0,08% (yoy) dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya. Sebaliknya, produksi pipilan jagung kering pada triwulan
laporan tercatat mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 85.785 ton pada
triwulan IV-2010 menjadi 328.233 ton pada triwulan laporan atau naik sebesar 282,62%.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Luas Panen (Ha) 31,873 36,150 20,339 27,642 30,258 38,597 24,198 26,718 28,898 24,959 41,568 26,659
Produksi Gabah (Ton) 142,923 169,105 98,691 138,341 140,922 185,420 119,571 138,117 136,155 117,088 204,854 138,001
Produksi Beras (Ton) 90,041 106,536 62,175 87,155 89,063 117,185 75,569 87,290 86,050 74,000 129,468 87,217
Luas Panen (Ha) 22,310 35,138 33,754 35,147 29,759 36,226 32,565 23,380 32,600 15,295 75,590 90,147
Produksi Jagung (Ton) 80,136 125,561 120,302 124,963 108,759 132,339 119,262 85,785 118,875 56,181 277,093 328,233
2011KOMPONEN
Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras
Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung
2009 2010
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran
perbankan untuk membiayai sektor
pertanian semakin menunjukkan adanya
tren peningkatan. Sampai dengan
Desember 2011, jumlah kredit yang
disalurkan pada sektor pertanian mencapai
Rp366 milliar atau tumbuh 76,60% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun
lalu. Namun demikian, jika dibandingkan
dengan total kredit yang disalurkan bank,
jumlah kredit pertanian hanya mencapai
2,30% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di
sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut
tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai
5,37% pada triwulan laporan.
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
-100
-50
0
50
100
150
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Pertanian (Rp miliar) - left axis
gPertanian (% yoy) - right axis
23
1.2.2 Sektor Bangunan
Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan IV-2011 mencatat pertumbuhan
sebesar 13,41% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,16% terhadap total pertumbuhan.
Pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu tercatat
sebesar 0,86% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan
diantaranya adalah penyelesaian beberapa proyek pemerintah seperti:
- Pekerjaan peningkatan kualitas dan pelebaran sejumlah jalan di Manado;
- Proyek air bersih “Mahlimbukar” di Tomohon senilai Rp57 milyar;
- Proyek pembangunan lapangan terbang perintis di Mianggas senilai Rp6 milyar untuk
pekerjaan konstruksi awal dan pembebasan lahan;
- Pembangunan pelabuhan perikanan di Sitaro senilai Rp6 milyar yang saat ini baru
memasuki tahap awal pembangunan (diperkirakan proyek pembangunan akan
berlangsung lebih dari 1 tahun);
- Rencana pembangunan jalan lingkar Pulau Lembeh di Bitung, yang dianggarkan sebesar
Rp30 milyar;
- Sejumlah proyek perikanan di Kab.Bolaang Mongondow.
Selanjutnya, proyek swasta juga menunjukan indikasi peningkatan menjelang akhir tahun
2011. Salah satu proyek swasta yang terus melakukan proses pengerjaan sampai dengan
November 2011 adalah pembangunan Manado Town Square (Mantos) II yang rencananya
akan dibuka pada awal Desember 2011. Disamping maraknya pembangunan berbagai
pusat perdagangan baru, Sulawesi Utara juga terus menunjukan peningkatan
pembangunan berbagai proyek perumahan khususnya di Kota Manado.
Pertumbuhan sektor konstruksi juga tercermin pada peningkatan data penjualan semen di
Provinsi Sulawesi Utara. Selama triwulan laporan, penjualan semen tercatat mencapai
167,950 ton atau mengalami pertumbuhan 6,45% (yoy). Selain itu, hasil Survei Penjualan
Eceran (SPE) juga memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar
97,97% (yoy) dari 119,93 pada Desember 2010 menjadi 237,43 pada Desember 2011.
24
Grafik 1.18. Perkembangan Data Penjualan Semen
Grafik 1.20. Perkembangan Kredit Konstruksi
Grafik 1.19. Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Konstruksi
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan
terhadap sektor bangunan (konstruksi)
menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan. Hal ini tercermin dari
jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan
sampai dengan Desember 2011 tercatat
sebesar Rp521 miliar atau mengalami
pertumbuhan positif sebesar 37,84% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan IV-2011 menunjukan
pertumbuhan positif sebesar 18,52% (yoy) dengan kontribusi sebesar 3,46% terhadap total
pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor perdagangan
sebagai akibat tingginya aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal dan
Tahun Baru, serta subsektor hotel yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa event
diantaranya :
a. Pelaksanaan The 19th Biennial General Conference of Association of Asian Social
Science Research Councils (AASSREC) pada tanggal 16-19 Oktober 2011 yang akan
dihadiri oleh 12 negara diantaranya Australia, Jepang, Cina, Bangladesh, New Zeland,
Malaysia, Filipina dan Amerika Serikat dan sekitar 300 peneliti ilmu sosial.
b. Pertemuan Asosiasi Bapelkes Indonesia (ABI) yang akan berlangsung pada 12-14
Oktober 2011 dengan peserta 23 Bapelkes se-Indonesia.
Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Volume (ton) - left axis g_semen (%) - right axis
-200
-100
0
100
200
300
400
500
600
700
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov Jan
Mar
Mei Jul
Sep
No p Ja
n
Mar
Mei Jul
Sep
Nop
2009 2010 2011
Indeks Bahan konstruksi gBahan konstruksi (%) -right axis
Sumber : Survei Penjualan Eceran KBI Manado
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
-
100
200
300
400
500
600
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Konstruksi (Rp miliar) - left axis
gKonstruksi (% yoy) - right axis
25
c. Rapat Kerja dan Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia pada tanggal 11-
13 Oktober 2011 yang menghadirkan sekitar 300 pustakawan se-Indonesia.
d. Pemilihan bintang radio ASEAN pada tanggal 19-23 Oktober 2011 dengan peserta
sebanyak 200 perwakilan RRI dari seluruh Indonesia serta perwakilan dari negara
ASEAN.
e. Konferensi Pemimpin Perusahaan Penyedia Industri Listrik se-Asia Timur dan Pasifik Barat
(Association of the Electricity Supply Industry of East Asia and The Western Pacific
(AESIEAP) pada tanggal 31 Okt – 1 November 2011 yang dihadiri oleh 35 CEO dari
berbagai perusahaan di Asia Pasifik dan kurang lebih perwakilan dari 15 negara.
Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan
laporan antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara
umum memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara,
data jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah
kamar terjual.
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.21. Data Wisatawan Mancanegara Grafik 1.22.
Data Lama Tamu Menginap
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.23. TPK dan Lama Menginap Grafik 1.24.
Jumlah Kamar Terjual
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
(60.00)
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Wisman (org) - left axis
gWisman (% yoy) - right axis
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Menginap (org) - left axis
gMenginap (% yoy) - right axis
-1 1 2 2 3 3 4 4 5 5
-
10
20
30
40
50
60
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
TPK (%) - left axis
Ratas Menginap (hari) - right axis
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Kmr Terjual (unit) - left axis
gKmr Terjual (% yoy) - right axis
26
Grafik 1.25. Perkembangan Kredit Sektor PHR
Dari segi pembiayaan, sektor PHR
merupakan sektor ekonomi terbesar
mendapatkan alokasi pembiayaan dari
perbankan. Sampai dengan bulan
Desember 2011 kredit sektor PHR yang
telah disalurkan bank umum mencapai
Rp4.610 miliar atau tumbuh 40,55%
dibandingkan periode yang sama tahun
lalu.
1.2.4. Sektor lainnya
A. Sektor Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa pada triwulan III-2011
tumbuh positif sebesar 10,36% (yoy), dengan
sumbangan sebesar 1,49% terhadap total
pertumbuhan triwulan laporan. Kinerja sektor
jasa yang cukup stabil ditopang oleh aktivitas
sub sektor pemerintahan umum. Apabila
dibandingkan dengan triwulan yang sama
tahun sebelumnya kinerja sektor jasa-jasa
mengalami peningkatan yang tercermin dari
kinerja penyaluran kredit perbankan di sektor
ini. Sampai dengan bulan Desember 2011 kredit sektor jasa-jasa tercatat sebesar Rp825
miliar atau tumbuh 18,99% (yoy).
B. Sektor Industri Pengolahan
Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan IV-2011 mengalami penurunan dengan
yang mencatat pertumbuhan -3,07%. Penurunan ini dapat dikonfirmasi melalui data
pertumbuhan industri manufaktur di Sulut yang juga mengalami penurunan -5,26% (yoy).
Berdasarkan jenisnya, penurunan ini terdapat pada jenis industri Makanan dan Minuman.
Sentra industri di Sulawesi Utara didominasi oleh pengolahan produk kelapa dan
turunannya serta pengolahan produk perikanan yang keduanya merupakan bagian dari
jenis industri makanan. Lokasi industri tersebar di Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Grafik 1.26. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis
gKredit_PHR (% yoy) - right axis
-20
-10
0
10
20
30
40
50
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis gJasa (% yoy) - right axis
27
Tabel 1.7. Perkembangan Industri di Sulawesi Utara Berdasarkan Jenisnya
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
Tw. I-11 Tw. II-11 Tw. III-11 Tw. IV-11 2011
%Sulut Nasional
Grafik 1.27. Perkembangan Pertumbuhan Industri Sulut dan Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota
Kotamobagu dan Kota Tomohon. Mayoritas industri pengolahan berlokasi di Kota Bitung
dan Kota Manado.
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IVMakanan dan Minuman -2.29 -0.84 1.21 -2.97 15.85 4.61 -3.40 -4.85Kimia dan Barang dari Bahan Kimia -9.22 -8.03 -1.43 -14.56 39.9 16.00 3.46 -20.01Logam Dasar 2.11 4.33 -0.16 2.78 -20.42 -5.53 5.72 9.32Furnitur dan Pengolahan Lainnya 18.79 5.99 -1.99 1.27 12.24 14.69 8.38 5.82
yoyPertumbuhan 2011 (%)
qtqJenis Industri
Penurunan kinerja sektor industri juga ditandai oleh penurunan jumlah pelanggan listrik di
sektor industri. Berdasarkan data PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor industri pada
triwulan IV-2011 tercatat 368 pelanggan, turun dari periode yang sama tahun lalu sebesar
371 atau tumbuh negatif 0,81% (yoy). Indikator lainnya yang mendukung penurunan
kinerja sektor industri adalah perlambatan pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh
perbankan. , dari sisi Dukungan perbankan terhadap industri pengolahan merupakan salah
satu faktor pendorong pertumbuhan sektor ini. Sampai dengan akhir triwulan IV-2011
jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp388 miliar atau tumbuh sebesar 11,65% (yoy) lebih
rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 47,52% (yoy).
28
Grafik 1.28. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok
Bisnis dan Industri
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Sektor Industri
Sumber : PLN Kanwil Suluttenggo
362
364
366
368
370
372
374
376
378
380
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Industri (Mwatt)
C. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada
triwulan IV-2011 tumbuh 9,87% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan
jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas
perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM
(Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan
kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh
meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara
juga turut berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Jumlah Bank umum 24 25 25 25 25 25 25 25
Jumlah kantor bank umum*) 206 215 219 225 227 234 242 246
Jumlah BPR 13 14 14 16 16 17 17 17
Jumlah kantor BPR 39 39 41 43 43 46 46 48
Data Bank2010 2011
D. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan berbagai event berskala nasional
maupun internasional di Tahun 2011 adalah semakin dikenalnya Kota Manado sebagai
salah satu kota tujuan wisata baik secara internasional maupun nasional. Hal ini
berpengaruh pada meningkatnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara
hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan
telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2011 mengalami
Tabel 1.8. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara
Ket: *) termasuk kantor unitSumber : Kantor Bank Indonesia Manado
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis
gKredit_Industri (%yoy) - right axis
29
Tabel 1.9. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi
pertumbuhan 3,57% (yoy), dengan sumbangan sebesar 0,48% terhadap total
pertumbuhan.
Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin
dari tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi
Manado baik asal/tujuan domestic maupun internasional. Sampai dengan periode laporan,
arus penumpang dan kargo yang berangkat (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara tercatat
mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 7,15% (yoy) dan 14,16% (yoy). Sejalan
dengan itu, arus penumpang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara juga mengalami
pertumbuhan sebesar 6,77% (yoy). Peningkatan pada arus masuk bertepatan dengan
maraknya event domestik dan internasional yang diselenggarakan di Sulawesi Utara serta
arus kedatangan masyarakat yang akan merayakan perayaan Natal dan Idul Fitri di Sulawesi
Utara.
Sejalan dengan pertumbuhan positif
sektor ini, keberpihakan perbankan yang
diwujudkan dalam penyaluran kredit di
sektor pengangkutan dan komunikasi
juga memperlihatkan adanya
peningkatan. Sampai dengan akhir
triwulan IV-2011 jumlah kredit yang
disalurkan mencapai Rp145 miliar, atau
tumbuh 28,17% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun lalu.
E. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2011 tumbuh 2,44% (yoy) dengan
sumbangan sebesar 0,11% terhadap total pertumbuhan. Berdasarkan pelaku usahanya, sub
sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan
bukan industri berskala besar. Namun demikian, saat ini terdapat beberapa perusahaan
Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara
Sumber : Bank Indonesia Manado
Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Datang 174,013 208,221 218,514 229,908 203,160 213,389 229,846 245,468 6.77%Berangkat 183,275 205,865 219,567 216,486 213,108 216,771 232,520 231,954 7.15%Datang 1,378,294 1,715,793 1,844,427 1,957,143 1,783,877 1,656,261 1,808,789 1,957,167 0.001%Berangkat 941,772 1,270,119 1,400,768 1,011,539 1,208,615 1,098,530 945,969 1,154,768 14.16%
2011
Penumpang
Kargo
Jenis Pengangkutan
Kedatangan/ Keberangkatan
2010 Growth (YoY)
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
-
20
40
60
80
100
120
140
160
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis
gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis
30
Tabel 1.10. Daftar Investasi PMA Sektor Pertambangan
Sumber : BKPM Regional Sulut
PMA yang telah membuka usaha pertambangan emas di berbagai wilayah di Sulawesi
Utara. Dukungan perbankan terhadap sektor pertambangan juga terus mengalami
perbaikan, jika dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan yang diberikan oleh pihak
perbankan terhadap sektor pertambangan pengalami penurunan yang cukup signifikan
pada awal tahun 2009, dan selanjutnya mulai mengalami peningkatan pada triwulan II-
2011. Pada triwulan laporan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan
tercatat sebesar Rp89 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 142,33% (yoy).
Rencana Investasi Realisasi Investasi
( US$ ) ( US$ ) WNI WNA1 PT. Bumi Sulawesi Persada Mining Pertambangan Nikel dan emas 2.000.000 - 50 - Hongkong/ RRC Bolmong2 PT. Pertambangan Bumi Indonesia Pertambangan emas dan perak serta nikel 1.995.349,53 - 100 - Hongkong/RRC Bolmong3 PT. Arafura Mandiri Semangat Pertambangan emas 610 - 100 - Australia Bolmong4 PT. Tambang Tondano Nusajaya Pertambangan emas 120.100.000 - - - Singapura Minahasa5 PT. Meares Soputan Mining Pertambangan emas 182.000.000 - - - Singapura Minahasa6 PT. Avocet Mining Services Jasa Pertambangan 600 - 50 - Inggris Manado
Tenaga KerjaLokasiNo. Nama Perusahaan Bidang Usaha Asal Negara
F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sementara itu, sektor listrik, gas dan air
bersih pada triwulan IV-2011 tumbuh
positif 6,29% (yoy). Jika dilihat dari jumlah
penjualan listrik serta jumlah pelanggan di
triwulan IV-2011, terdapat pertumbuhan
positif dalam jumlah pelanggan dan
pemakaian listrik pada triwulan laporan.
Jumlah pelanggan listrik pada triwulan IV-
Grafik 1.32. Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik di
Sulawesi Utara
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah
Grafik 1.31. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
-50
0
50
100
150
200
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis
gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis
-
50
100
150
200
250
300
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Jumlah Pemakaian (MW) - left axis
Jumlah listrik yang tersedia (MW) - left axis
31
2011 sebesar 451.984 pelanggan atau tumbuh 10,47% (yoy) dengan jumlah pemakaian
187 MW atau tumbuh 2% dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Sementara itu,
pada triwulan IV-2011, kapasitas listrik yang tersedia adalah sebesar 270 MW atau tumbuh
21,08% dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010. Tingkat pertumbuhan kapasitas
listrik tersedia didukung oleh pembangunan sejumlah pembangkit listrik di wilayah Sulawesi
Utara.
32
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi Kota Manado sepanjang tahun 2011 tercatat sangat rendah.Secara
tahunan, inflasi Kota Manado pada Desember 2011 tercatat 0,67% (yoy) jauh lebih rendah
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar7,38% (yoy) dan masih
lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,79% (yoy). Secara
bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan IV-2011 menunjukkan fluktuasi
yang terutama dipengaruhi oleh pergerakan harga kelompok bahan makanan. Pada
Oktober 2011 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,33% (mtm), kemudian mengalami
deflasi cukup tajam pada November 2011 sebesar 0,40% (mtm). Pada akhir triwulan IV
2011 tekanan inflasi Kota Manado kembali mengalami peningkatan yang terutama
didorong oleh faktor musiman perayaan Hari Raya Natal & Tahun Baru sehingga tercatat
mengalami inflasi sebesar 0,94% (mtm) pada Desember 2011.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi yang rendah secara
tahunan terutama didorong oleh stabilnya tingkat inflasi kelompok inti (core inflation) dan
kelompok administered price. Sementara kelompok bahan makanan yang harganya
bergejolak (volatile foods) memberikan sumbangan yang negatif terhadap inflasi tahunan.
Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq)
Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2008 2009 2010 2011
%
yoy Manado yoy Nasional -3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2008 2009 2010 2011
%
qtq Manado qtq Nasional
33
2.1. PERKEMBANGAN INFLASI
2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, tren penurunan inflasi Kota Manado selama tahun 2011 terus berlanjut
hingga tercatat sebesar 0,67% (yoy) pada akhir triwulan IV 2011, jauh lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 6,28% (yoy) dan
masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,79% (yoy)
pada Desember 2011. Tren penurunan tekanan inflasi sepanjang tahun 2011 terutama
disumbangkan oleh deflasi bahan makanan yang disebabkan oleh kondisi pasokan yang
memadai. Puncak permintaan masyarakat Kota Manado pada perayaan Natal 2011 dan
Tahun Baru 2012 yang jatuh di akhir triwulan IV 2011 memberikan tekanan relatif minimal
terhadap inflasi tahunan Kota Manado.
Berdasarkan kelompoknya, inflasi disumbang oleh hampir seluruh kelompok yang ada.
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi tertinggi dibandingkan
kelompok lainnya, tercatat sebesar 9,06% (yoy) yang terutama terjadi pada sub kelompok
pendidikan. Sementara itu, kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi sebesar
3,17% (yoy) karena melimpahnya pasokan, baik pasokan lokal maupun pasokan impor.
2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Searah dengan inflasi tahunan, tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan IV-
2011tercatatlebih rendahdibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara
triwulanan, Kota Manado pada triwulan IV-2011mencatat inflasi 0,87% (qtq), lebih rendah
dibandingkan triwulan IV-2010 yang mengalami inflasi sebesar 1,44% (qtq). Namun
demikian, tekanan inflasi pada triwulan laporan meningkat dibandingkan triwulan III 2011
yang tercatat mengalami deflasi sebesar -0,06% (yoy) .
Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q41 Bahan Makanan 21.82 4.75 -0.82 5.82 -2.19 6.39 18.14 15.23 21.69 14.72 -1.23 -3.172 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 8.03 7.5 6.15 4.88 8.13 5.96 4.83 5.36 0.43 1.50 1.45 1.213 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3.54 2.07 -0.15 0.44 1.45 1.83 2.58 2.35 1.85 2.14 1.58 1.634 Sandang 6.05 4.94 4.67 6.37 2.83 6.84 7.02 5.15 5.03 4.28 8.33 5.565 Kesehatan 9.16 5.43 4.84 4.12 4.98 2.56 1.87 0.96 0.61 2.62 3.21 5.206 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 2.58 2.03 2.63 1.81 1.97 1.75 1.19 1.62 0.91 0.86 9.70 9.067 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.05 -8.66 -8.76 -5.33 1.63 2.60 3.26 0.59 0.80 -0.38 -0.86 0.49
8.85 2.25 -0.01 2.31 1.84 4.21 7.38 6.28 6.90 5.15 1.24 0.67
201120102009No Kelompok
Umum
34
Grafik 2.3. Inflasi Triwulanan Sub Kelompok Bahan Makanan
TriwulanIIV-2011
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q41 Bahan Makanan 6.58 -7.86 0.84 6.86 -1.50 0.23 11.98 4.23 4.03 -5.51 -3.59 2.182 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.54 1.07 1.85 0.34 4.68 -0.95 0.77 0.84 -0.22 0.10 0.72 0.603 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar -0.26 -0.29 0.23 0.77 0.74 0.09 0.96 0.55 0.24 0.38 0.41 0.604 Sandang 3.97 -1.93 0.92 3.36 0.52 1.89 1.09 1.56 0.40 1.17 5.02 -1.035 Kesehatan 1.18 2.32 0.99 -0.42 2.02 -0.04 0.32 -1.32 1.66 1.96 0.90 0.596 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.57 0.22 0.91 0.10 0.72 0.01 0.36 0.52 0.02 -0.04 9.15 -0.067 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -7.03 0.28 -0.02 1.57 -0.20 1.23 0.62 -1.06 0.02 0.05 0.13 0.29
1.18 -2.08 0.74 2.50 0.72 0.20 3.81 1.44 1.31 -1.43 -0.05 0.87
No Kelompok2009 20112010
Umum
Berdasarkan kelompoknya, inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu
sebesar 2,18% (qtq). Inflasi secara triwulanan pada kelompok bahan makanan didorong
oleh peningkatan tekanan inflasi pada sub kelompok sayur-sayuran, sub kelompok padi-
padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya, serta sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya
seiring oleh peningkatan permintaan untuk memenuhi kebutuhan menjelang Hari Raya
Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Namun demikian, peningkatan permintaan direspon oleh
memadainya pasokan sehingga dapat meredam laju inflasi pada level dibawah rata-rata
historisnya selama empat tahun terakhir
2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan IV-2011 menunjukkan
fluktuasi yang terutama dipengaruhi oleh pergerakan harga kelompok bahan makanan.
Tingkat inflasi Kota Manado sepanjang triwulan IV 2011 lebih rendah dibandingkan dengan
tingkat inflasi nasional (Grafik 2.4).Pada Oktober 2011 Kota Manado tercatat mengalami
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
6.23
(2.16)
0.81
(0.42)
4.55
12.52
(2.37)(0.24)
(8.26)
0.12
2.01
-10 -5 0 5 10 15
Padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya
Daging & Hasil-hasilnya
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu & Hasil-hasilnya
Sayur-sayuran
Kacang - kacangan
Buah - buahan
Bumbu - bumbuan
Lemak & Minyak
Lainnya
Sub Kelompok
35
Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado
Menurut Kelompok Barang & Jasa Oktober 2011
Grafik 2.4 Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm)
inflasi 0,33% (mtm), kemudian mengalami deflasi cukup tajam pada November
2011sebesar 0,40% (mtm). Pada akhir triwulan IV 2011 tekanan inflasi Kota Manado
kembali mengalami peningkatan yang terutama didorong oleh faktor musiman perayaan
Hari Raya Natal & Tahun Baru sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,94% (mtm)
pada Desember 2011.
OKTOBER 2011
Pada awal triwulan IV-2011, Kota Manado tercatat
mengalami inflasi sebesar 0,33% (mtm). Inflasi
terutama terjadi pada kelompok bahan makanan
sebesar 1,23% (mtm) dengan sumbangan sebesar
0,35% terhadap total inflasi bulanan. Berdasarkan
sub kelompoknya, sayur-sayuran mengalami inflasi
sebesar 6,84% (mtm). Kemudian diikuti oleh sub
kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok padi-
padian, umbi-umbian dan hasilnya yang masing-
masing mengalami inflasi sebesar 5,09% (mtm) dan
0,82% (mtm). Tekanan inflasi pada kelompok bahan
makanan merupakan pengaruh berkurangnya pasokan sayur dan bumbu-bumbuan pada
awal triwulan laporan.Harga komoditas beras meningkat seiring dengan berlalunya musim
panen beras di Sulut yang mengalami puncaknya pada Agustus 2011. Selain itu, beberapa
wilayah sentra padi di Sulut mengalami gagal panen akibat (1) terserang hama tungro/padi
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
1.23
0.05
0.13
-1.18
0.11
-0.03
0.11
0.35
0.01
0.03
-0.08
0.00
0.00
0.01
-2 -1 0 1 2
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) Okt 2011
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2009 2010 2011
%
mtm Manado mtm Nasional
36
menguning (Minahasa Utara, Ollot-Bolaang Itang) dan (2) hujan lebat yang menyebabkan
longsor (Ratahan-Tombatu-Minsel).
NOVEMBER 2011
Tekanan inflasi Kota Manado pada November
2011 menurun tajam dibandingkan dengan
bulan sebelumnya, sehingga tercatat
mengalami deflasi sebesar 0,4% (mtm).
Tekanan inflasi yang sangat rendah pada
November 2011 sedikit menunjukkan
pergeseran dibandingkan dengan pola
musiman pergerakan harga beberapa tahun
terakhir dan rata-rata inflasi bulanan pada
periode yang sama selama 3 (tiga) tahun
terakhir.
Harga komoditas kelompok bahan makanan yang meningkat pada bulan sebelumnya
mengalami penurunan sehingga pada November 2011 kelompok ini mengalami deflasi -
1,72% (mtm) dengan andil -0,49% terhadap inflasi bulanan secara keseluruhan. Penurunan
harga terutama terjadi pada komoditas cabai rawit, bawang merah, bawang putih, dan
daging ayam ras.
DESEMBER2011
Pada akhir triwulan IV–2011, laju
perkembangan harga barang dan jasa secara
umum kembali mengalami peningkatan
dibandingkan bulan sebelumnya hingga
menyentuh angka inflasi 0,94% (mtm). Inflasi
pada Desember 2011 terutama disebabkan
oleh (1) Meningkatnya permintaan bahan
makanan menjelang perayaan Natal 2011 dan
Tahun Baru 2012 (2) Terdongkraknya harga
semen seiring realisasi proyek fisik pemerintah
di akhir tahun anggaran (3) Meningkatnya
harga rokok kretek sebagai pengaruh
Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa November 2011
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
Grafik 2.7. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa Desember 2011
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
-1.72
0.14
0.14
0.26
0.49
0.00
0.03
-0.49
0.02
0.04
0.02
0.02
0.00
0.00
-2 -1 0 1
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) Nov 2011
2.71
0.41
0.33
-0.11
-0.01
-0.03
0.15
0.77
0.07
0.08
-0.01
0.00
0.00
0.02
-1 0 1 2 3
Bahan Makanan
Makanan jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Andil Inflasi (mtm) Des 2011
37
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah. Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
meroketnya harga cengkeh pada akhir triwulan IV 2011 dan rencana kenaikan cukai rokok
pemerintah pada awal tahun 2012.
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi yang rendah secara
tahunan terutama didorong oleh stabilnya tingkat inflasi kelompok inti (core inflation) dan
kelompok administered price sepanjang tahun 2011. Sementara itu, tkelompok bahan
makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) memberikan sumbangan yang negatif
terhadap inflasi.
2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL
Inflasi Inti (core inflation) pada Desember 2011 tercatat 3,04% (yoy) dengan sumbangan
1,58% terhadap total inflasi tahunan pada akhir triwulan IV-2011. Tekanan inflasi inti relatif
tidak mengalami perubahan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar
3,08% (yoy) dengan sumbangan 1,65% terhadap total inflasi tahunan di akhir triwulan IV-
2010. Jika dibandingkan dengan dibandingkan triwulan sebelumnya, tekanan inflasi inti
menunjukkan tren penurunan dimana inflasi inti tercatat sebesar 3,32% (yoy) dengan
sumbangan 1,74% terhadap total inflasi triwulan III 2011. Dari sisi domestik, sumber inflasi
pada triwulan laporan diperkirakan antara lain berasal dari faktor perayaan Hari Natal dan
Tahun Baru yang jatuh pada akhir triwulan IV 2011 yang merupakan periode puncak
konsumsi masyarakat Sulut sepanjang tahun 2011. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi relatif
minimal seiring dengan penguatan Rupiah dan melandainya harga komoditas internasional.
Ekspektasi masyarakat pada akhir triwulan IV 2011 tercatat mengalami peningkatan.
Grafik 2.8. Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Grafik 2.9. Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010 2011
Volatile Administered CORE IHK
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010 2011
UMUM Volatile Administered Core
38
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado dan Survei Pedagang Eceran (SPE)KBI Manado
0
100
200
300
400
500
600
0
20
40
60
80
100
120
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*
2008 2009 2010 2011 2012
% indeksKapasitas Produksi (left axis)
Indeks Riil Penjualan (right axis)
Namun demikian, apresiasi nilai tukar Rupiah serta berbagai kebijakan pemerintah di bidang
moneter dan fiskal menjaga inflasi inti dalam level yang relatif stabil sepanjang tahun 2011.
Interaksi Permintaan dan Penawaran
Puncak konsumsi masyarakat Sulut yang terjadi pada triwulan IV 2011 sehubungan dengan
perayan Hari Natal 2011 dan Tahun Baru 2012 berpotensi menimbulkan tekanan inflasi
cukup tinggi pada periode laporan. Bank Indonesia Manado bersama-sama dengan
Pemerintah Daerah dan stakeholders lainnya yang tergabung dalam wadah Tim Pengendali
Inflasi Daerah (TPID) Prov. Sulut melakukan berbagai upaya dalam mengantisipasi lonjakan
harga di akhir tahun, diantaranya operasi pasar dan pemantauan stok dalam rangka
menjamin ketersediaan pasokan. Berbagai upaya tersebut dapat meredam kenaikan harga
barang dan jasa yang disebabkan oleh tekanan permintaan di akhir tahun.Selain itu,
berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado, persentase kapasitas
produksi dari dunia usaha menujukkan peningkatan dari 62,97% pada triwulan IV-2010
menjadi 97,5% pada triwulan laporan. Tingginya permintaan masyarakat di respon dengan
baik oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi sehingga mampu menjamin
ketersediaan pasokan, hal inilah yang pada tahap selanjutnya mampu menahan laju inflasi
Kota Manado.
Ekspektasi Inflasi
Ekspektasi masyarakat Sulut terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang
terbilang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia
Grafik 2.10. Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran dan
Kapasitas Produksi
39
Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap
Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Grafik 2.12. Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Manado pada periode laporan yang ditandai oleh angka indeks ekspektasi konsumen
terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang masing-masing sebesar 193
dan 190,5 pada Desember 2011 (Grafik 2.11). Selanjutnya dari sisi ekspektasi pedagang,
berdasarkan hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado, sebagian besar pedagang di
Sulut juga memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang
akan datang (Grafik 2.12). Tingginya ekspektasi masyarakat Sulut merupakan salah satu
dampak dari kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi (rencana pembatasan BBM
bersubsidi jenis bensin dan solar serta kebijakan konversi minyak tanah ke LPG) dan rencana
kenaikan TDL pada April 2012. Namun demikian, kebijakan penurunan BI Rate dari 6,75%
pada September 2011 menjadi 6,0% pada Oktober dan November 2011 mampu
mengendalikan ekspektasi inflasi dan kembali mengarahkan ekspektasi ke level yang lebih
rendah, tercermin dari indeks ekspektasi inflasi konsumen dan pedagang eceran pada akhir
triwulan IV 2011 yang lebih rendah dibandingkan dengan indeks pada awal triwulan IV
2011.
Eksternal
Sementara itu, dari sisi eksternal, tekanan inflasi inti relatif terkendali sebagai dampak nilai
tukar Rupiah selama tahun 2011 yang secara rata-rata mengalami apresiasi 3,56%
dibandingkan rata-rata 2010. Bank Indonesia telah menempuh berbagai langkah kebijakan
untuk membatasi tekanan terhadap nilai tukar Rupiah sehingga tetap sejalan dengan
fundamental maupun daya saing mata uang di kawasan. Untuk menjaga keseimbangan
pasar domestik, Bank Indonesia terus memonitor perkembangan nilai tukar Rupiah dan
memastikan kecukupan likuiditas Rupiah dan valas. Disamping itu, melandainya harga emas
internasional pada akhir tahun 2011 yang ditransmisikan pada penurunan harga emas
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2008 2009 2010 2011
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
Sumber : Survei Konsumen (SK) KBI Manado
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2008 2009 2010 2011
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad
40
Grafik 2.14. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
Sumber:Bloomberg
Grafik 2.13. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Sumber:Bank Indonesia
perhiasan domestik juga merupakan salah satu faktor yang membawa inflasi inti pada level
yang relatif terkendali.
2.2.2 Non Fundamental
Volatile foods
Kelompok volatile foodspada Desember 2011 tercatat mengalami deflasi -3,32% (yoy)
dengan sumbangan -0,97% (yoy) terhadap inflasi umum. Rendahnya inflasi volatile foods
tersebut terkait dengan melimpahnya pasokan, termasuk yang bersumber dari impor (antar
negara). Volume impor bahan pangan khususnya komoditas hortikultura antara lain
bawang merah, bawang putih, dan kentang meningkat cukup tinggi terutama memasuki
triwulan III 2011. Selain itu, kebijakan impor yang dilakukan oleh BULOG untuk komoditas
beras menjaga stabilisasi harga domestik. Kondisi cuaca yang lebih kondusif juga turut
mendorong peningkatan produksi komoditas pangan terutama aneka bumbu seperti cabai
dan bawang. Pada tahun 2011, intensitas curah hujan cenderung lebih rendah
dibandingkan tahun 2010 sehingga kondusif bagi produksi beragam komoditas bumbu.
Sementara itu, komoditas cabai merah sepanjang tahun 2011 tidak menunjukkan gejolak
harga yang signifikan sebagaimana tahun sebelumnya didorong oleh berlimpahnya pasokan
dari Gorontalo dan Palu.
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
IV I II III IV
2010 2011
%
USD
/OZ
Harga Emas yoy (axis kanan)
8,000
8,200
8,400
8,600
8,800
9,000
9,200
9,400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010 2011
Rp/USD
41
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI ManadoSumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado
Administered Price
Inflasi kelompok administered prices pada Desember 2011 tercatat cukup rendah tercatat
sebesar 0,1% (mtm) atau 0,35% (yoy) dengan sumbangan 0,07% (yoy). Inflasi administered
prices pada Desember utamanya berasal dari komoditas rokok yang tercatat mengalami
inflasi sebesar 0,01% (mtm). Selain rokok, komoditas administered prices lainnya yang
memberikan sumbangan terhadap inflasi adalah bahan bakar rumah tangga yakni sebesar
0,02% (mtm) terkait masih berlanjutnya program konversi minyak tanah ke gas elpiji.
Grafik 2.15. Perkembangan Harga Komoditas Beras di Kota Manado
s.d. Desember 2011
Grafik 2.16. Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit dan
Bawang Merah di Kota Manado
8,000
8,500
9,000
9,500
10,000
10,500
11,000
I III I III I III V II IV II IV I III I III I III V II IV II IV II IV II IV
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
Rp/kg
10,000
30,000
50,000
70,000
90,000
110,000
I III I III I III V II IV II IV I III I III I III V II IV II IV II IV II IV
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
Rp/kg
Cabe Rawit (merah) Bawang Merah
42
ASYMETRIC PRICE TRANSMISSION
KOMODITAS VOLATILE FOODS KOTA MANADO
Perkembangan inflasi Kota Manado secara historis selama 3 (tiga) tahun terakhir
menunjukkan bahwa inflasi terutama disumbangkan oleh kelompok bahan makanan. Sementara itu,
berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi terutama disumbangkan oleh kelompok volatile foods.
Sumber instabilitas yang berpengaruh pada fluktuasi harga komoditas volatile foods di Sulut sarat
dengan permasalahan di sisi penawaran, salah satunya adalah pola tata niaga yang terindikasi
mengalami pergerakan harga yang tidak simetris .
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Vavra dan Goodwin (2005) ditemukan adanya
pergerakan data yang asimetris pada komoditas pertanian. Pergerakan harga yang tidak simetris ini
telah menimbulkan adanya dugaan penyalahgunaan market power dan perilaku oligopolistik. Ketika
terjadi kenaikan harga pada tingkat hulu secara serta merta direfleksikan dengan terjadinya kenaikan
harga pada tingkat hilir, namun tidak diikuti dengan pola yang sama ketika terjadi penurunan harga.
Fenomena ini kemudian dikenal dengan istilah Asymmetric Price Transmission (APT) atau sering juga
disebut sebagai fenomena rocket and feathers yang menyebabkan harga yang seharusnya lebih
murah menjadi lebih tinggi.
Salah satu metode yang digunakan untuk membuktikan pergerakan harga yang asimetrik
dilakukan dengan pendekatan Houck. Houck dalampenelitiannyamengembangkan model pengujian
APT berdasarsegmentasivariabelhargamenjadiharganaikdanhargaturun
tftftrt PPP εαα +Δ+Δ+=Δ −+10 dimana:
rtPΔ : Turunanpertamahargaditingkatritel +Δ ftP : Pergerakanharganaikditingkatritel
−Δ ftP : Pergerakanhargaturunditingkathulu
Dalam rangka melakukan pengujian terhadap indikasi terhadap terjadinya transmisi harga
yang tidak simetris pada komoditas volatile foods di Kota Manado, dipergunakan pendekatan houck
terhadap 5 komoditas terpilih (Bawang Merah, Beras, Cabai Rawit, Gula Pasir dan Minyak Goreng)
dengan menggunakan data di tingkat produsen dan ritel.
43
Sebelum dilaksanakan estimasi melalui pendekatan houck, maka terlebih dahulu dilakukan
uji Granger Causality untuk menunjukkan pengaruh pergerakan harga di tingkat produsen terhadap
pergerakan harga di tingkat ritel. Secara umum, hasil uji kausalitas Granger menujukkan bahwa
pengaruh harga di tingkat produsen memberikan pengaruh pada harga di tingkat konsumen.
Hasil Uji Kausalitas Granger Komoditas Terpilih
PertanianBawang Merah Signifikan pada α =5%Beras Signifikan pada α =10%Cabai Rawit Signifikan pada α =10%
IndustriGula Pasir Signifikan pada α =5%Minyak Goreng Signifikan pada α =1%
Setelah mendapatkan hasil signifikan pada pengujian granger, kemudian dilakukan estimasi
Asymmetric Price Transmission dengan menggunakan pendekatan Houck. Hasil estimasi adalah
sebagai berikut :
***) Signifikanpadaα =1% **) Signifikanpadaα =5% *) Signifikanpadaα =10%
Tujuan pendekatan houck adalah untuk mengetahui adanya asimetri harga di tingkat
produsen dan konsumen, dan bukan membentuk model yang benar untuk proyeksi. Oleh sebab itu,
hasil estimasi yang menunjukkan R² rendah, sepanjang bersifat BLUE dapat diterima. Adapun model
yang bersifat BLUE adalah model yang terbebas dari masalah autokorelasi dan heteroskedastisitas
(Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews,2007). Nilai R² yang
rendah pada hasi estimasi ini menunjukkan kurangnya independent variable untuk menjelaskan
dependent variable dimana dalam pendekatan houck hanya menggunakan dua variabel
independent, yakni akumulasi delta harga naik dan akumulasi delta harga turun di tingkat produsen.
44
Semua komoditas telah terbebas dari masalah autokorelasi yang ditunjukkan dengan nilai
statistik Durbin Watson (1,54<DW<2,46), terkecuali pada komoditas beras(DW<1,54) dan cabai rawit
(DW>2,46) tidak dapat diputuskan apakah terjadi masalah autokorelasi/tidak dengan menggunakan
nilai statistik DW. Namun demikian, komoditas dimaksud telah diestimasi ulang dengan
menggunakan metode Breusch-Godfrey dengan uji Langrage Multiplier (LM) dimana hasil uji
menujukkan bahwa komoditas bawang merah dan beras terbebas dari masalah autokorelasi.
Selanjutnya Uji White menujukkan bahwa semua komoditas telah terbebas dari masalah
heteroskedastisitas.
Secara umum seluruh komoditas menunjukkan pergerakan harga naik di produsen
berpengaruh signifikan terhadap kenaikan harga di tingkat hilir. Namun demikian penurunan harga di
tingkat hulu belum tentu direspon dengan penurunan harga di tingkat hilir. Kondisi ini
mengindikasikan terjadinya fenomena downward price rigidity yang berpotensi untuk mengakibatkan
inflasi menjadi lebih persisten.
Disamping itu, fenomena downward price rigidity mencerminkan adanya distribusi
pendapatan yang tidak merata di masing-masing lini dalam jalur distribusi tata niaga komoditas
pertanian, dimana petani merupakan pihak yang memiliki tingkat kesejahteraan paling rendah
diantara para pelaku dalam tata niaga dimaksud. Mencermati fenomena yang terjadi, diperlukan
upaya dalam meningkatkan bargaining power petani, diantaranya dapat dicapai melalui
pengoptimalan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditi Agro.
46
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kondisi perekonomian yang cukup baik menjadi salah satu pendukung kuatnya
pertumbuhan kinerja perbankan Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011. Aset, Dana Pihak
Ketiga (DPK), dan outstanding kredit mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana,
pertumbuhan DPK terutama terjadi pada jenis giro. Sejalan dengan itu, kredit bertumbuh
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama kredit investasi.
Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to
Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level 112,43% di akhir tahun
2011. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko
kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing
Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.
Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4Total Aset 13,635 14,235 14,860 14,769 14,783 15,914 16,731 17,534 18,242 19,467 20,465 21,244 Tumbuh Y.o.Y (%) 26.33 21.76 20.24 9.17 8.42 11.79 12.58 18.72 23.40 22.33 22.32 21.16 DPK (Rp Miliar) 8,907 9,448 9,725 9,987 9,953 10,604 11,114 11,428 11,797 12,601 13,298 14,138 Tumbuh Y.o.Y (%) 23.90 21.67 22.64 12.72 11.74 12.24 14.28 14.43 18.53 18.83 19.66 23.71 Kredit outstanding (Rp Miliar) 9,095 9,627 10,004 10,485 10,867 11,631 12,119 12,909 13,397 14,403 15,107 15,896 Tumbuh Y.o.Y (%) 33.30 22.60 18.34 17.36 19.48 20.81 21.14 23.12 23.28 23.83 24.65 23.14 LDR (%) 102.11 101.90 102.88 104.98 109.18 109.68 109.05 112.95 113.56 114.30 113.60 112.43 NPL (%) 3.86 3.72 3.58 2.83 3.53 3.46 3.48 3.13 3.74 3.64 3.46 2.66
2009Komponen
2010 2011
Sumber : Bank Indonesia Manado
3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA
Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah
maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan IV-2011 tumbuh positif, lebih baik
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Total aset perbankan Sulut
pada triwulan IV 2011 mencapai Rp21.244 miliar atau tumbuh 21,16% (yoy), lebih tinggi
dari pertumbuhan pertumbuhan tahun lalu yang tercatat hanya sebesar 18,72% (yoy).
Struktur aset perbankan Sulawesi Utara masih didominasi oleh aset bank umum
konvensional dengan pangsa mencapai 94,4% dari total aset perbankan. Sementara itu,
pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar 2,15% dan
47
2,91%. Apabila dilihat pertumbuhan pangsa asetnya, BPR terus menunjukkan tren
pertumbuhan yang positif dan meningkat. Lebih lanjut, dari keseluruhan aset bank, sebesar
69,23% merupakan aset bank pemerintah dan sisanya sebesar 30,77% merupakan aset
bank swasta.
3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK
Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 bank
umum konvensional, 3 bank umum syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Berdasarkan jaringan kantornya, bank umum konvensional memiliki 246 kantor dan bank
Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. IV-2011
Sumber: Bank Indonesia Manado
Grafik 3.2. Pertumbuhan Pangsa Aset Perbankan
Sulawesi Utara Tw. IV-2011 (%)
Sumber: Bank Indonesia Manado
93.00
93.50
94.00
94.50
95.00
95.50
96.00
96.50
97.00
97.50
98.00
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Total Asset BPR Konvensional (left axis)Total Asset BU Syariah (left axis)Bank Umum Konvensional (right axis)
BPR Konvensional2.91%
BU Syariah2.15%
Pemerintah69.23%
Swasta30.77%
Bank Umum Konvensional
94.40%
BPR Konvensional Bank Umum Syariah
Bank Umum Konvensional Pemerintah Bank Umum Konvensional Swasta
48
umum syariah memiliki 13 kantor, sementara itu BPR terdiri dari 48 kantor. Jumlah bank
umum dan BPR konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan apabila
dibandingkan dengan triwulan lalu. Sepanjang tahun 2011 terdapat penambahan 21 kantor
bank umum konvensional, 5 kantor BPR dan 1 kantor bank umum syariah yang
menggambarkan semakin besarnya aktivitas perekonomian di Sulawesi Utara.
3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL
3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Sepanjang tahun 2011 kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang
cukup baik ditengah kondisi pelemahan ekonomi global. Pada triwulan IV-2011,
perekonomian mengalami pertumbuhan tinggi terutama didukung oleh permintaan
domestik yang masih kuat dan kinerja ekspor yang masih terjaga. Nilai tukar Rupiah
cenderung menguat dimana secara rata-rata pada tahun 2011 Rupiah menguat sebesar
3,56% (yoy). Tingkat inflasi berada pada level yang rendah bersumber dari terjaganya inflasi
inti pada level yang rendah, inflasi bahan pangan yang rendah, dan minimalnya inflasi
administered prices. Mencermati risiko memburuknya ekonomi global dan dalam upaya
terus menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta memberikan stimulus
untuk perekonomian domestik sejalan dengan tekanan inflasi ke depan yang semakin
rendah sekaligus sebagai langkah perbaikan terhadap struktur suku bunga (term structure)
jangka pendek, menengah dan panjang, Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan
untuk menetapkan BI Rate menjadi 6%.
Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus
berlanjut. Namun demikian, penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman di
Sulawesi Utara masih dalam kisaran yang relatif terbatas, ditandai oleh tren penurunan suku
bunga perbankan hingga akhir triwulan IV-2011 dalam kisaran rendah. Berdasarkan data
yang bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir Desember 2011, rata-rata
tingkat suku bunga kredit tercatat sebesar 13,53% atau sedikit lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,67%. Menurut jenis penggunaannya, rata-
rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 13,53% per tahun, rata-rata kredit
investasi sebesar 13,87% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,42% per
tahun. Sementara itu, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan sampai dengan
Desember 2011 tercatat sebesar 6,58%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 6,81%.
49
3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada
triwulan IV-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 23,71% (yoy) menjadi
Rp14.138 miliar. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terjadi pada jenis giro yang
tumbuh 24,75% (yoy) kemudian disusul oleh tabungan sebesar 24,61% (yoy) dan deposito
sebesar 21,55% (yoy). Lebih lanjut, komponen giro yang mengalami pertumbuhan berasal
dari pihak swasta. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan perbankan dalam menjaring
dana dari masyarakat semakin membaik.
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh
jenis simpanan tabungan sebesar 52,92% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK),
disusul kemudian deposito (29,64%) dan giro (17,44%).
Grafik 3.6. Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado
Sumber: Bank Indonesia Manado
Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)
Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit
Menurut Jenis Penggunaan (%)
13.0
13.5
14.0
14.5
15.0
15.5
16.0
16.5
17.0
17.5
Jun
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
Dec
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Au
g
Sep
Okt
No
v
Des
2011
Modal Kerja Investasi Konsumsi
5.50
6.00
6.50
7.00
7.50
13.0
14.0
15.0
16.0
17.0
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Se
p
Okt
Nov Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Juli
Aug Se
p
Okt
Nov Des
2010 2011
Sk. Bunga Kredit (Left Axis) BI Rate (Right Axis) Sk. Bunga Deposito (Right Axis)
Sumber: Bank Indonesia Manado
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Giro Deposito Tabungan
17.44%
29.64%
52.92%
Giro Deposito Tabungan
Sumber: Bank Indonesia Manado
50
Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)
Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 63,92% dari total DPK
sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (36,08%). Berdasarkan laju
pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 25,19% (yoy) sedangkan dana
di bank swasta tumbuh sebesar 21,17% (yoy).
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga
yang dihimpun, sebesar 74,19% atau Rp10.489 miliar berasal dari bank-bank yang
berlokasi di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (6,92%), Kota Bitung
(6,82%), Kabupaten Bolaang Mongondow (6,81%), dan Kabupaten Sangihe Talaud
(5,26%).
Sumber: Bank Indonesia Manado
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Bank Pemerintah Bank Swasta
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4Minahasa 833 827 794 686 841 905 923 800 1,000 1,067 1,078 978 Bolmong 553 669 697 632 795 885 948 891 1,011 1,047 1,054 962 Sangihe Talaud 440 473 575 488 559 594 680 614 736 763 802 744 Manado 6,443 6,835 6,989 7,509 7,320 7,520 7,830 8,375 8,275 8,890 9,478 10,489 Bitung 639 642 669 673 705 701 734 748 775 834 887 965 Total 8,907 9,448 9,725 9,987 10,220 10,604 11,114 11,428 11,797 12,601 13,298 14,138
Sebaran DPK 20112009 2010
51
Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan
seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami
oleh Kota Bitung sebesar 28,91% (yoy) dan yang terendah dialami oleh Kota Bolmong
(8,04%). Selanjutnya Kota Manado, Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud, Kabupaten
Minahasa, dan Kabupaten Bolaang Mongondow tumbuh masing-masing sebesar 25,24%
(yoy), 22,21% (yoy) dan 21,26% (yoy).
3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor
Pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara terus menunjukkan adanya
tren peningkatan. Pada triwulan IV-2011, jumlah kredit secara umum tercatat Rp15.896
miliar atau tumbuh 23,14% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit
paling signifikan dialami oleh kredit investasi yang mencapai jumlah Rp2.478 miliar atau
tumbuh 84,8% (yoy). Sementara itu, untuk jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi
masing-masing sebesar Rp5.160 miliar dan Rp8.258 miliar atau tumbuh 19.81% (yoy) dan
13.73% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja pada periode
laporan diperkirakan didorong oleh meningkatnya minat pelaku usaha untuk berinvestasi di
Sulut, hal ini tercermin dari pembangunan infrastruktur penunjang serta sarana dan
prasarana daerah yang terus ditingkatkan seiring dengan semakin banyaknya perhelatan
berskala nasional dan internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara.
Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kab/Kota (%)
Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado
0 10 20 30 40 50
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung
Q3-11 Q4-10 Q4-11
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Bitung 639 642 669 673 705 701 734 748 775 834 887 965
Manado 6,443 6,835 6,989 7,509 7,320 7,520 7,830 8,375 8,275 8,890 9,478 10,48
Sangihe Talaud 440 473 575 488 559 594 680 614 736 763 802 744
Bolmong 553 669 697 632 795 885 948 891 1,011 1,047 1,054 962
Minahasa 833 827 794 686 841 905 923 800 1,000 1,067 1,078 978
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
Bitung Manado Sangihe Talaud Bolmong Minahasa
52
Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
(Rp. Miliar)
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar
51,95% dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat
sebesar 32,46%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 15,59%.
Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi.
Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian
besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar
29% dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan
laporan, bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan
bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp11.566
miliar atau mencapai pangsa pasar 72,76% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok
bank swasta sebesar Rp4.329 miliar dengan pangsa pasar 37,43% dari total kredit.
Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)
Sumber: Bank Indonesia Manado
Grafik 3.13. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
gModal Kerja (%) gInvestasi (%)gKonsumsi (%) gTotal Kredit (%)
- 2,000 4,000 6,000 8,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
2009
2010
2011
Investasi
Modal Kerja
Konsumsi
56.02%29.00%
3.28%
3.71% 7.98%
Lainnya (Konsumsi)
Perdagangan, Hotel & Restoran
Konstruksi
Jasa Dunia Usaha
Sektor Lainnya
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Bank Swasta Bank Pemerintah
Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado
53
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp15.896 miliar, tercatat
66,31% atau sebesar Rp10.541 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya
diikuti oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 12,11% (Rp1.926 miliar),
Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 9,42% (Rp1.497 miliar), Kota Bitung sebesar
6,16% (Rp.980 miliar) dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 5,99% (Rp.953 miliar).
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi
dialami Kota Manado sebesar 29,55% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten
Minahasa 16,61% (yoy). Sementara itu Kota Bitung, Kabupaten Sangihe Talaud dan
Kabupaten Bolmong masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 21,93% (yoy),
17,92% (yoy) dan 16,76% (yoy).
3.3.4. Kredit MKM
Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) yang disalurkan oleh bank umum
konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan. Hal ini mencerminkan
keberpihakan perbankan terhadap UMKM. Sampai dengan triwulan IV-2011, posisi kredit
MKM tercatat Rp14.148 miliar atau tumbuh 23,08% (yoy). Jika dilihat berdasarkan
skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di bawah Rp500 juta) memiliki pangsa
terbesar yakni 59,05%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun di bawah Rp5 miliar)
pangsanya mencapai 23,25%, dan sisanya 17,7% merupakan kredit mikro (di bawah Rp50
juta).
.
Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Sangihe Talaud Bitung Bolmong Minahasa Manado - 10 20 30 40
Minahasa
Bolmong
SangiheTalaud
Manado
BitungQ4 2011
Q3 2011
Q4 2010
Sumber: Bank Indonesia Manado
54
Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan
pada triwulan IV-2011, pangsa kredit MKM tercatat 89% (yoy). Kenaikan pangsa kredit
MKM ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari
rasio Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,4% pada akhir triwulan IV-2011.
3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara sampai dengan triwulan IV 2011 relatif
terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas
ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to
Deposit Ratio (LDR) berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs
diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap
transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya
(Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO) menunjukkan perkembangan yang positif.
Grafik 3.16. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%)
Grafik 3.18. Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)
Grafik 3.17. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Mikro Kecil Menengah
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Kredit Umum Kredit UMKM
- 50 100 150 200
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2009
2010
2011
Menengah
Kecil
Mikro
Sumber: Bank Indonesia Manado
55
3.4.1 Risiko Kredit
Pada triwulan IV-2011 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang
tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara
keseluruhan. Ratio NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar 2.66%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka
terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada
sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua
sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya
perbankan dalam perbaikan kualitas kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian
pada triwulan laporan diperkirakan merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur
dalam mengembalikan pinjamannya seiring dengan naiknya harga beberapa komoditi
perkebunan seperti cengkih, kopra dan pala.
Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat
terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang
relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 56,02% dari total
kredit memiliki tingkat NPL sebesar 1,38%.
3.4.2 Risiko Likuiditas
Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber
dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada
triwulan laporan cukup terkendali.
Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, DPK di Sulawesi
Utara masih didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan dan giro) yang
berpotensi menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan jangka
Grafik 3.19. Kredit & NPLs Sektoral Tw. IV-2011
Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 = Konstruksi 6 = PHR 7 = Transportasi&Komunikasi 8 = Jasa-jasa 9 = Lainnya (Konsumsi)
-8.00-4.000.004.008.0012.0016.0020.0024.0028.0032.0036.0040.0044.0048.0052.0056.00
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kredit (Rp miliar)
NPL (%)
Sumber: Bank Indonesia Manado
56
waktunya relatif lebih panjang daripada penempatan dana masyarakat. Hal ini ditandai oleh
pangsa rata-rata 3 tahun terakhir dari tabungan tercatat sebesar 51,96% dari total kredit
secara keseluruhan. Kondisi ini perlu dikelola dengan baik oleh perbankan, dimana
perbankan dituntut untuk mampu memproyeksikan profil DPK-nya.
Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 112,43%.
Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang
disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan.
Meningkatnya rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank.
Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR
terendah dialami oleh Kota Manado sebesar
100,49%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh
Kabupaten Minahasa sebesar 196,95%, disusul
kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Bolaang
Mongondow sebesar 155,56%, Kabupaten Sangihe
Talaud sebesar 128,04%, dan Kota Bitung sebesar
101,58%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah
tersebut mengindikasikan bahwa wilayah tersebut
merupakan kawasan yang sedang berkembang dan
membutuhkan banyak kucuran dana, yang
diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut.
3.4.3 Risiko Pasar
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin
dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI
Rate) yang cenderung tetap, menyebabkan pergerakan suku bunga perbankan di Sulut pun
bergerak dalam batasan yang relatif kecil. Sementara itu, pergerakan kurs diperkirakan tidak
akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya
transaksi valuta asing di perbankan Sulawesi Utara.
Grafik 3.20. Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota
Sumber: Bank Indonesia Manado
- 50 100 150 200 250
Minahasa
Bolmong
SangiheTalaud
Manado
Bitung Q3 2011
Q4 2010
Q4 2011
57
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.4.4 Indikator perbankan lainnya
Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank
umum pada triwulan IV-2011 memperlihatkan
adanya kecenderungan peningkatan. Tercatat rasio
kelonggaran tarik pada Desember 2011 sebesar
3,5%, mengalami kenaikan dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 2,48%.
Hal ini mencerminkan bertambahnya jumlah kredit
yang tidak dicairkan oleh nasabah, sehingga risiko
idle money pada perbankan Sulawesi Utara lebih
besar.
Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai
salah satu indikator penilaian terkait kemampuan
bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan
neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih
pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga
atau yang biasa disebut Net Interest Margin (NIM)
pada triwulan laporan menunjukkan angka yang
positif sebesar Rp1.633 miliar, mengalami
peningkatan bila dibandingkan periode yang
sama tahun lalu yang tercatat Rp1.447 miliar.
Rasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan
triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan menurun yang tercermin dari
peningkatan rasio BOPO bank umum dari 70,94% pada triwulan yang sama tahun
sebelumnya menjadi 78,75% pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa bank
masih belum efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Grafik 3.22. Net Interest Margin Bank Umum
(Rp Miliar)
Grafik 3.21. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
Sumber: Bank Indonesia Manado
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Plafond 10,1 10,6 11,0 11,7 12,9 13,7 14,1 15,1 15,5 16,5 17,4 18,2
Outstanding 9,09 9,62 10,0 10,4 10,8 11,6 12,1 12,9 13,3 14,4 15,1 15,8
Rasio UL (%) 6.20 5.50 5.38 6.31 0.69 0.74 2.60 2.48 2.59 2.41 3.31 3.50
-
1
2
3
4
5
6
7
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000%Rp Miliar
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Pend.Bunga 363 748 1,154 1,580 535 1,117 1,707 2,323 640 1,294 1,995 2,752
Biaya Bunga 78 235 348 456 205 420 630 876 253 527 813 1,119
NIM 285 513 805 1,125 330 697 1,077 1,447 414 766 1,182 1,633
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
58
Grafik 3.24. Return On Asset Bank Umum
Grafik 3.23. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan IV-2011, rasio
ROA bank umum tercatat sebesar 3,22%, mengalami penurunan bila dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,19%.
3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan
mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai
dengan posisi Desember 2011 meningkat sebesar 57,82% (yoy), sejalan dengan
pertumbuhan kredit sebesar 48,08%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan
sebesar 50,31% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit
Ratio (FDR) menjadi 188,51% pada triwulan IV-2011.
Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado
Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Aset (Rp Juta) - Left Axis 13,6314,2314,8614,7614,7815,9116,6917,5018,2419,4620,4621,24
L/R (Rp Juta) - Right Axis 134 253 459 428 168 316.3 533 734 215 430 416 684.2
- 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Asset 129.31 142.58 149.30 161.37 165.76 199.25 288.12 304.69 331.31 330.49 347.06 480.87
DPK 155.29 167.43 164.40 94.68 83.20 90.29 104.37 125.46 128.38 133.03 138.95 188.58
Giro 11.94 13.78 14.80 13.71 7.89 9.10 11.85 13.81 13.12 12.14 12.76 16.73
Tabungan 91.70 101.52 98.27 61.22 50.51 59.52 67.33 79.98 76.95 34.87 35.88 68.68
Deposito 51.65 52.12 51.33 19.76 24.80 21.68 25.20 31.67 38.30 86.02 90.31 103.16
Kredit 120.94 134.27 139.50 145.25 150.07 185.92 217.44 240.06 246.04 285.07 322.15 355.48
Modal Kerja 114.90 127.07 129.54 133.15 135.83 170.57 199.82 215.85 217.87 243.62 248.81 259.58
Investasi 2.41 2.74 2.73 2.84 2.99 3.33 3.55 3.60 3.62 3.96 5.71 10.92
Konsumsi 3.63 4.45 7.23 9.26 11.25 12.02 14.07 20.61 24.55 37.49 67.63 84.98
FDR (%) 0.08 0.08 0.08 0.15 0.18 0.21 0.21 0.19 0.19 0.21 0.23 0.19
2009 2010 2011
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
BO 322 683 997 1,32 446 985 1,40 1,90 512 1,11 1,97 2,56
PO 423 880 1,35 1,85 609 1,29 1,97 2,68 761 1,51 2,41 3,25
Rasio 76.0 77.6 73.4 71.5 73.2 76.2 71.1 70.9 67.3 73.6 81.8 78.7
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500%Rp Miliar
Sumber: Bank Indonesia Manado
59
Tabel 3.4.Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011 menunjukkan pertumbuhan
positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Aset BPR pada Desember
2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 62,12% (yoy), menjadi Rp651,7 miliar.
Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit
tercatat 58,09% (yoy) atau mencapai Rp455,8 miliar. Secara sektoral, kredit terutama
disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 81,04% dan sektor PHR dengan
pangsa 9,85%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan
BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 75,73% dari total kredit. Hal ini
diperkirakan tidak lepas dari kegiatan konsumsi masih menjadi lokomotif pertumbuhan
ekonomi daerah disamping meningkatnya aktivitas ekonomi khususnya di sektor konsumsi
yang didorong oleh kenaikan pendapatan sebagian besar masyarakat di Sulawesi Utara.
Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar
55,92%(yoy) dengan jumlah nominal sebesar Rp439,5 miliar. Berdasarkan komponen
pembentuknya, deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 78,86%.
Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK
bank umum. Hal ini diduga terkait dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga
simpanan di BPR dibandingkan suku bunga perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan
perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi BPR, terutama bagaimana dapat menekan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4Aset 207.9 220.4 237.8 241.1 272.0 301.9 334.3 402.0 430.6 496.2 563.1 651.7
DPK 153.0 160.3 171.5 170.9 192.8 221.8 255.0 281.8 308.4 348.5 395.0 439.5Deposito 108.8 113.1 120.3 119.7 135.7 155.2 189.7 207.0 236.5 267.9 318.6 346.5
Tabungan 44.2 47.2 51.2 51.3 57.0 66.7 65.4 74.8 71.9 80.6 76.4 92.9
Kredit 163.7 181.5 195.6 202.7 212.3 230.3 246.8 288.3 322.5 383.6 420.1 455.8
Jenis PenggunaanModal Kerja 39.6 45.7 51.0 54.4 56.4 63.3 74.1 81.9 104.4 92.4 100.1 98.1
Investasi 14.5 13.5 13.4 13.5 13.1 14.1 12.3 10.9 15.7 14.1 13.2 12.5
Konsumsi 109.5 122.3 131.2 134.8 142.8 152.9 160.5 195.5 202.4 277.1 306.8 345.2
SektoralPertanian 3.1 3.2 3.9 4.4 4.8 4.5 4.8 4.4 4.5 4.7 5.6 5.7
Perindustrian 0.5 0.6 0.5 0.6 0.6 0.7 0.9 3.9 5.4 3.6 2.8 2.3
PHR 28.1 28.2 31.6 31.7 34.1 37.8 41.4 43.8 41.8 46.2 49.5 44.9
Jasa-jasa 14.3 15.1 18.1 16.2 18.6 18.5 20.5 18.7 53.6 33.6 33.2 33.5
Lain-lain 117.7 134.4 141.5 149.8 154.2 168.6 179.2 217.5 217.2 295.4 329.0 369.4
LDR (Persen) 107.0 113.2 114.0 118.6 110.1 103.8 96.8 102.3 104.6 110.1 106.3 103.7
NPL (Persen) 3.45 3.18 3.32 2.90 3.39 3.84 4.37 4.24 4.71 3.85 4.16 3.92
Komponen2010 20112009
60
suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya
suku bunga sumber dana pembiayaan BPR.
Fungsi intermediasi pada BPR juga menunjukkan pertumbuhan positif, tercermin dari rasio
LDR yang tercatat sebesar 103,7% pada triwulan IV-2011. Sejalan dengan membaiknya
fungsi intermediasi, kualitas kredit BPR juga mengalami perbaikan seperti ditunjukkan oleh
tren penurunan persentase kredit bermasalah (NPL gross) sepanjang tahun 2011 hingga
tercatat sebesar 3,92% pada triwulan IV-2011.
61
PERANAN KREDIT UMKM DALAM MENDUKUNG SEKTOR
EKONOMI UNGGULAN DI SULAWESI UTARA
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM), suatu usaha dikategorikan UMKM apabila memenuhi kriteria tertentu dari sisi
kekayaan bersih (aset) dan hasil penjualan tahunan (omzet) usaha. Dengan mengacu pada kriteria
UMKM menurut UU No. 20 Tahun 2008, kredit perbankan yang disalurkan ke UMKM di Sulawesi
Utara pada triwulan IV-2011 mencapai Rp 5.744 Miliar atau sebesar 36,13% dari total kredit
perbankan. Jika dibandingkan dengan triwulan IV-2010, kredit UMKM mengalami pertumbuhan
positif sebesar 38,35% (yoy), atau berada di atas pertumbuhan total kredit sebesar 23,14% (yoy). Ini
menunjukkan semakin besarnya perhatian perbankan terhadap UMKM di Sulawesi Utara.
Kriteria UMKM Menurut UU No. 20 Tahun 2008
Kriteria Usaha Aset Omzet
Usaha Mikro Max. 50 jt Max. 300 jt
Usaha Kecil Rp 50 - 500 jt Rp 300 jt - 2,5 M
Usaha Menengah Rp 500 jt - 10 M Rp 2,5 M - 50 M
Sumber: UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Kredit UMKM yang Disalurkan Perbankan di Sulawesi Utara
Uraian Triwulan IV - 2010 Triwulan IV - 2011 Pertumb.(yoy) Nominal (Juta) Share Nominal (Juta) Share
Total Kredit Rp 12,908,680 100.00% Rp 15,895,650 100.00% 23.14%
Kredit UMKM Rp 4,151,584 32.16% Rp 5,743,841 36.13% 38.35%
Kredit Mikro Rp 1,030,668 7.98% Rp 1,076,067 6.77% 4.40%
Kredit Kecil Rp 1,719,661 13.32% Rp 2,408,779 15.15% 40.07%
Kredit Menengah Rp 1,401,255 10.86% Rp 2,258,996 14.21% 61.21%
Bukan Kredit UMKM Rp 8,757,096 67.84% Rp 10,151,809 63.87% 15.93%
Sumber: Bank Indonesia Manado
Kredit UMKM terhadap Total Kredit Pertumbuhan (yoy) Kredit UMKM pada Tw IV-2011
62
Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM terfokus pada sektor unggulan Sulawesi Utara,
yaitu sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) (64,22%), sektor Bangunan (6,57%), dan sektor
Pertanian (5,15%). Meskipun secara umum porsi kredit UMKM terhadap total kredit masih sebesar
36,13%, namun porsi kredit UMKM terhadap total kredit pada ketiga sektor unggulan mencapai
lebih dari 70%, yang artinya kredit perbankan pada ketiga sektor tersebut sebagian besar disalurkan
kepada UMKM.
Sementara itu, kredit UMKM di ketiga sektor mengalami pertumbuhan yang sangat baik,
dengan sektor PHR, sektor Bangunan, dan sektor Pertanian masing-masing tercatat tumbuh sebesar
42,64% (yoy), 41,00% (yoy), dan 70,18% (yoy). Sejalan dengan hal itu, laju pertumbuhan ekonomi
Sulut pada triwulan IV-2011 di sektor PHR, sektor Bangunan, dan sektor Pertanian masing-masing
mencatat pertumbuhan 18,52% (yoy), 13,41% (yoy), dan 1,00% (yoy), dengan sumbangan sebesar
3,46%, 2,16%, dan 0,18% terhadap total pertumbuhan. Dengan melihat pertumbuhan serta porsi
kredit UMKM di ketiga sektor tersebut, ini menjadi indikasi bahwa kredit UMKM turut berperan
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Hal ini juga mencerminkan upaya
perbankan di Sulawesi Utara dalam mendukung perekonomian melalui penyaluran kredit ke UMKM.
Kredit UMKM Menurut Sektor Ekonomi
Kredit UMKM Sektoral Triwulan IV - 2010 Triwulan IV - 2011
Nominal (Juta) Share Nominal (Juta) Share Pertanian Rp 173,702 4.18% Rp 295,606 5.15%
Pertambangan & Penggalian Rp 7,101 0.17% Rp 38,449 0.67%
Industri Pengolahan Rp 142,358 3.43% Rp 196,556 3.42%
Listrik, Gas & Air Bersih Rp 1,788 0.04% Rp 28,113 0.49%
Bangunan Rp 267,707 6.45% Rp 377,477 6.57%
PHR Rp 2,586,202 62.29% Rp 3,688,933 64.22%
Pengangkutan & Komunikasi Rp 83,067 2.00% Rp 133,642 2.33%
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan Rp 131,704 3.17% Rp 133,174 2.32%
Jasa-Jasa Rp 184,991 4.46% Rp 205,225 3.57%
Lainnya Rp 572,963 13.80% Rp 646,667 11.26%
Jumlah Rp 4,151,584 100.00% Rp 5,743,841 100.00%
Sumber: Bank Indonesia Manado
Kredit UMKM Sektor Ekonomi Unggulan
Sektor Ekonomi
Triwulan IV - 2011
Total Kredit Perbankan (Juta)
Kredit UMKM (Juta) Share Pertumb.
Kredit UMKM (yoy)
Pertumb. Ekonomi Sektoral
(yoy)
Pertanian Rp 366,155 Rp 295,606 80.73% 70.18% 1.00%
Bangunan Rp 521,295 Rp 377,477 72.41% 41.00% 13.41%
PHR Rp 4,610,185 Rp 3,688,933 80.02% 42.64% 18.52%
Sumber: Bank Indonesia Manado
64
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur
pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara
umum. Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari
strategi pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat
arah keberpihakan pemerintah daerah. APBD seharusnya menggambarkan angka-angka
ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan
meningkatkan kesejahteraannya. Pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.
Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini meliputi perkembangan kinerja
anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja anggaran untuk 15
Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan dalam laporan karena
terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh.
Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2011 mencapai
Rp7,15 triliun atau naik 25,82% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen
penyusunnya, kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari Dana
Penyesuaian sebesar Rp1,15 triliun dan Dana Alokasi Umum sebesar Rp4,96 triliun atau naik
masing-masing sebesar 421,33% dan 12,01% dibandingkan alokasi anggaran tahun 2010.
Sejalan dengan itu, DAK juga mengalami peningkatan 1,35% (yoy) atau mencapai
Rp709,18 miliar pada periode laporan.
Tabel 4.1.
Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Dana Perimbangan 3,796,133 4,375,802 5,282,510 5,462,060 5,997,653 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 222,918 274,401 335,993 330,894 324,688 Dana Alokasi Umum (DAU) 3,071,594 3,427,845 4,059,322 4,431,419 4,963,779 Dana Alokasi Khusus (DAK) 501,621 673,556 887,196 699,748 709,185Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 160,774 280,370 393,844 221,120 1,152,757
TOTAL 3,956,907 4,656,172 5,676,354 5,683,180 7,150,410
2011Dana 2007 2008 2009 2010
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
65
4.1. Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
4.1.1 Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun
2011 meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010. Secara agregat,
jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di
Sulawesi Utara mencapai Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi
di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu.
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun
2011, Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp648,99 miliar dengan
pangsa 11,44%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp525,41 miliar dengan pangsa
9,26% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.460,14 miliar dengan pangsa
8,11% dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp382,78 miliar dengan pangsa 6,75%. Alokasi
dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa
4,21% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp238,56 milliar.
Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Sumber : BAPPEDA Sulut, diolah
2010 2011 2010 2011Sulawesi Utara 17,439 29,288 558,635 619,711 Bolaang Mongondow 42,412 52,681 295,800 320,510 Minahasa 41,869 50,652 374,744 409,491 Sangihe 56,607 60,702 286,315 322,079 Bitung 25,800 28,000 274,296 304,672 Manado 28,014 42,959 420,481 482,454 Kepualuan Talaud 45,112 45,301 256,908 278,873 Minahasa Selatan 44,944 43,241 289,949 331,072 Tomohon 20,799 34,560 219,721 247,394 Minahasa Utara 39,959 47,726 266,587 307,575 Kotamobagu 45,704 27,514 201,553 223,190 Bolaang Mongondow Utara 43,760 45,454 208,127 228,525 Kepualuan Sitaro 40,859 46,520 222,678 256,258 Minahasa Tenggara 35,234 44,095 220,929 254,096 Bolmong Timur 53,204 56,185 161,164 182,376 Bolmong Selatan 46,889 54,309 176,192 195,503 TOTAL 628,605 709,185 4,434,079 4,963,779
DAKDaerah
DAU
66
11.38%
6.68%
8.23%
6.77%
5.93%
8.86%5.97%
6.61%4.75%
6.06%
4.88%
4.98%
5.21%
5.06%
4.23%4.41%
Provinsi Bolmong
Minahasa Sangihe
Bitung Manado
Kep. Talaud Minsel
Tomohon Minut
Kotamobagu Bolmut
Kep. Sitaro Minteng
Boltim Bolsel
11.44%
6.58%
8.11%
6.75%
5.86%
9.26%5.71%
6.60%4.97%
6.26%
4.42%
4.83%
5.34%
5.26%
4.21%4.40%
Provinsi Bolmong
Minahasa Sangihe
Bitung Manado
Kep. Talaud Minsel
Tomohon Minut
Kotamobagu Bolmut
Kep. Sitaro Minteng
Boltim Bolsel
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
DAU
DAK
Dana Perimbangan
Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing kabupaten/kota
di Sulawesi Utara pada APBD Tahun 2011 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum
dengan pangsa mencapai 87,50%.
4.1.2. Struktur Belanja (Alokasi Dana Perimbangan)
Struktur Belanja Pemerintah Daerah di Provinsi Sulawesi Utara secara umum didominasi oleh
belanja tidak langsung (belanja pegawai) tercermin dari Rasio APBD 2011 Belanja Tidak
Langsung yang rata-rata berada diatas 30%. Rasio terbesar terjadi pada Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur (Boltim) tercatat 70,29% sedangkan rasio terendah terjadi pada
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) tercatat 33,22%.
Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010
Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
67
Tingginya Rasio APBD 2011 Belanja Tidak Langsung mencerminkan bahwa kinerja belanja
APBD masih didorong pembelanjaan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) seiring dengan semakin
meningkatnya jumlah PNS di Sulut. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
sektor konsumsi semakin dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Sulut. Untuk
menggiatkan kinerja kegiatan produktif perlu didukung oleh aktivitas belanja modal dan
belanja tidak langsung.
Daerah DAU
(Rp miliar)
Belanja Tidak
Langsung
(Rp miliar)
Rasio APBD
Belanja Tdk
Langsung (%)
Jumlah
PNS
(Orang)
Prov. Sulut 619,70 689,40 53,12 6.115
Manado 482,45 514,40 64,10 8.760
Bitung 304,67 277,50 66,73 4.445
Tomohon 247,39 191,20 55,23 3.287
Minahasa 409,49 411,22 70,25 7.167
Minsel 331,07 265,68 65,02 6.300
Minut 307,57 260,08 59,28 4.330
Mitra 254,09 217,03 53,42 2.612
Bolmong 320,51 273,20 56,70 5.067
Kotamobagu 223,19 171,70 51,22 2.808
Bolmut 228,52 127,70 33,22 1.593
Boltim 182,37 244,24 70,29 1.300
Bolsel 195,50 118,55 40,44 1.235
Sangihe 322,07 318,42 69,71 5.125
Sitaro 256,09 170,52 40,24 3.112
Talaud 278,87 229,55 59,94 4.183
Jumlah 4.963,55 4.480,39 57,39 67.439
4.3. APBD di Tingkat Provinsi
4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkatkan target pendapatan secara umum. Hal ini
tercermin dari peningkatan target pendapatan pada APBD P 2011 dibandingkan APBD P
2010 dan APBD 2011 (sebelum perubahan). Peningkatan terutama berasal dari
meningkatnya anggaran alokasi transfer pemerintah pusat ke daerah (dana perimbangan).
Sampai dengan periode laporan, total target dana perimbangan mencapai Rp823,04 miliar,
mengalami peningkatan 30,42% dibandingkan tahun lalu atau naik 1,91% dibandingkan
target APBD 2011 (sebelum perubahan). Peningkatan ini sejalan dengan komitmen
Tabel 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulut
68
Tabel 4.4. Ringkasan Perubahan APBD tahun 2011
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas daerah serta mengurangi kesenjangan
publik.
I Pendapatan 1,259,702 1,339,429 6.3%Pendapatan Asli Daerah 451,755 516,085 14.2%Dana Perimbangan 807,647 823,044 1.9%Lain-lain PAD yang Sah 300 300 0.0%
II Belanja 1,297,908 1,443,703 11.2%Belanja Operasi 892,324 967,734 8.5%Belanja Modal 223,584 269,321 20.5%Belanja Tidak Terduga 10,000 1,500 -85.0%Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) 172,000 205,147 19.3%
III Pembiayaan 38,207 104,273 172.9%Penerimaan Daerah 40,207 109,273 171.8% - SILPA 40,207 109,273 171.8%
No UraianAPBD 2011(Rp Juta)
APBD-P 2011(Rp Juta)
Bertambah/ (Berkurang)
Sejalan dengan itu, Pemerintah Provinsi
Sulawesi Utara juga meningkatkan target
Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadi Rp516
miliar pada APBD P 2011, meningkat 32,41%
dibandingkan tahun lalu atau meningkat
14,24% dibandingkan dengan target PAD
pada APBD 2011 (sebelum perubahan). Hal
ini merupakan komitmen Pemerintah Provinsi
Sulut dalam mengurangi ketergantungan
Pemerintah Provinsi terhadap Pemerintah
Pusat mengingat masih besarnya rasio dana perimbangan dibandingkan total pendapatan
Provinsi Sulut yang menandakan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat Sulawesi Utara
sebagian besar masih digerakkan oleh dana yang berasal dari pemerintah pusat (grafik 4.3).
Namun demikian, proporsi Dana Perimbangan terhadap Total Pendapatan Provinsi
menunjukkan tren penurunan selama 5 (lima) tahun terakhir hingga tercatat sebesar 61%
pada tahun 2011.
Grafik 4.4. Komposisi Pendapatan Daerah Prov. Sulawesi Utara
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
54%
56%
58%
60%
62%
64%
66%
68%
70%
72%
74%
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
2007 2008 2009 2010 2011
Dana Perimbangan
PAD
Proporsi Dana Perimbangan thd Total Pendapatan Provinsi
69
Tabel 4.5. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2011
(dlm jutaan rupiah)
Nominal % Nominal %
PENDAPATAN 1,112,727 1,158,636 104.1 1,339,429 100.0 1,365,112 101.9 Pendapatan Asli Daerah 389,762 418,702 107.4 516,085 38.5 534,495 103.6 - Pajak Daerah 349,132 373,703 107.0 467,523 90.6 477,202 102.1 - Retribusi Daerah 11,195 11,899 106.3 6,591 1.3 8,868 134.5 - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 13,554 13,554 100.0 23,000 4.5 23,107 100.5 - Lain-lain 15,882 19,547 123.1 18,970 3.7 25,317 133.5 Dana Perimbangan 631,074 650,530 103.1 722,359 53.9 729,361 101.0 - Dana Bagi Hasil Pajak 54,035 63,163 116.9 72,659 10.1 67,382 92.7 - Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 965 11,146 1,154.7 701 0.1 12,980 1851.8 - Dana Alokasi Umum 558,635 558,781 100.0 619,711 85.8 619,711 100.0 - Dana Alokasi Khusus 17,439 17,439 100.0 29,288 4.1 29,288 100.0 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 91,890 89,404 97.3 100,685 7.5 100,685 100.0
UraianAPBD-P 2010
(Rp Juta)
Realisasi APBD Tw. IV-2010 APBD-P 2011
(Rp Juta)
Proporsi APBD-P 2011
(%)
Realisasi APBDTw. IV-2011
Sementara itu, tingkat realisasi pendapatan pada akhir tahun anggaran triwulan IV 2011
tercatat telah melebihi target yang telah ditetapkan pada APBD-P 2011, namun demikian
masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tingkat
pendapatan secara umum pada triwulan laporan terealisasi 101,9% dari total target
pendapatan lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang tercatat sebesar
104,1%.
Apabila dilihat berdasarkan komponennya, pencapaian terbesar terjadi pada komponen
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan realisasi sebesar 103,6%. Realisasi PAD terutama
bersumber dari hasil retribusi daerah dengan realisasi mencapai 134,5% dari target yang
ditetapkan. Selanjutnya pada komponen Dana Perimbangan, realisasi terbesar berasal dari
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) yang tercatat mengalami penambahan sebesar Rp12,28
miliar atau naik signifikan sebesar 1.851%.
4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi
Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi
belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,44 triliun atau meningkat 32,02% dari
tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan
peningkatan realisasinya.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
70
Tabel 4.6. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2011
(dlm jutaan rupiah)
Nominal % Nominal %
BELANJA 1,198,753 100.0 1,137,379 94.9 1,443,703 100.0 1,285,798 89.1 Belanja Operasi 869,647 72.5 834,620 96.0 967,734 67.0 863,841 89.3 - Belanja Pegawai 386,877 44.5 377,291 97.5 485,082 50.1 424,508 87.5 - Belanja Barang 305,342 35.1 292,498 95.8 397,869 41.1 369,650 92.9 - Belanja Hibah 125,929 14.5 114,014 90.5 43,783 4.5 39,085 89.3 - Belanja Bantuan Sosial 47,500 5.5 46,817 98.6 39,720 4.1 29,554 74.4 - Belanja Bantuan Keuangan 4,000 0.5 4,000 100.0 1,280 0.1 1,044 81.5 Belanja Modal 189,039 15.8 164,360 86.9 269,321 18.7 233,618 86.7 - Belanja Tanah 13,800 7.3 4,771 34.6 24,300 9.0 6,822 28.1 - Belanja Peralatan dan Mesin 39,830 21.1 35,034 88.0 72,696 27.0 67,162 92.4 - Belanja Bangunan dan Gedung 33,402 17.7 26,006 77.9 40,945 15.2 38,905 95.0 - Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 98,888 52.3 95,534 96.6 126,576 47.0 116,189 91.8 - Belanja Aset Tetap Lainnya 3,119 1.6 3,016 96.7 4,805 1.8 4,540 94.5 Belanja Tak Terduga 2,500 0.2 1,298 51.9 1,500 0.1 799 53.3 Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 137,566 11.5 137,100 99.7 205,147 14.2 187,540 91.4
UraianAPBD-P 2010
(Rp Juta)
Proporsi APBD 2010 (%)
Realisasi APBD Tw. IV-2010 APBD-P 2011
(Rp Juta)
Proporsi APBD 2011
(%)
Realisasi APBD Tw. IV-2011
Total belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD-P 2011 adalah sebesar Rp1,44 triliun,
mengalami peningkatan dibandingkan total belanja pada APBD-P 2010 yang tercatat
sebesar Rp1,19 triliun. Namun, peningkatan pada alokasi anggaran belanja ini tidak diikuti
dengan peningkatan realisasinya. Sampai dengan akhir tahun anggaran realisasi belanja
tercatat sebesar 89,1% dari total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun sebelumnya tercatat 94,9% dari total anggaran.
Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi terdiri atas belanja operasi, belanja
modal dan belanja tak terduga dengan pangsa masing-masing 67%, 18,7% dan 0,1%.
Belanja operasi didominasi oleh belanja pegawai dengan pangsa 50,1% dan belanja barang
41,1%, sisanya merupakan belanja hibah (4,5%), belanja bantuan sosial (4,1%), dan
belanja bantuan keuangan (0,1%). Sementara itu belanja modal terutama didominasi oleh
belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar 47%.
Sementara itu, berdasarkan tingkat realisasinya, tingkat realisasi belanja operasi (89,3%)
tercatat lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja modal (86,7%). Hal ini sejalan dengan
struktur perekonomian Sulawesi Utara yang masih lebih banyak didorong oleh sektor
konsumsi dibandingkan investasi (consumption driven growth).
4.2.3. Pangsa APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
Peran keuangan daerah terhadap perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011
tercatat mengalami peningkatan. Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja
dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi
permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
71
konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 9% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi
Sulawesi Utara di triwulan IV-2011, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki
pangsa sebesar 2%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk diperoleh
sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Sementara itu, dampak realisasi
APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan posisi 31 Desember
2011 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah pendapatan pemerintah lebih besar
dibandingkan jumlah pengeluaran (belanja pemerintah).
(dlm jutaan rupiah)
PENDAPATAN 1,339,429 11.45
Pendapatan Asli Daerah 516,085 4.41 - Pajak Daerah 467,523 4.00 - Retribusi Daerah 6,591 0.06 - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 23,000 0.20 - Lain-lain 18,970 0.16 Dana Perimbangan 722,359 6.18 - Dana Bagi Hasil Pajak 72,659 0.62 - Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 701 0.01 - Dana Alokasi Umum 619,711 5.30 - Dana Alokasi Khusus 29,288 0.25 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 100,685 0.86BELANJA 1,285,798 11.00 Konsumsi Pemerintah 1,052,180 9.00 - Belanja Pegawai 424,508 3.63 - Belanja Barang 369,650 3.16 - Belanja Hibah 39,085 0.33 - Belanja Bantuan Sosial 29,554 0.25 - Belanja Bantuan Keuangan 1,044 0.01 - Belanja Tak Terduga 799 0.01 - Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 187,540 1.60Pembentukan Modal Tetap Bruto (Blnj Modal) 233,618 2.00
UraianRealisasi APBD
Tw.IV-2011(Rp Juta)
% thd PDRB
Tabel 4.7. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil s.d. 31 Desember 2011
Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah
72
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari
satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun
Real Time Gross Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
nasional baik tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang
Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat
memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis
pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy).
Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk
menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap
memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di
daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di
Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Manado.
Pada triwulan IV-2011, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai
(kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Namun demikian, untuk aktivitas
transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada
triwulan laporan mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya.
5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)
Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan IV-2011 di wilayah kerja KBI Manado
menunjukkan terjadinya net outflow. KBI Manado mengalami net outflow sebesar Rp1.139
miliar, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp513
miliar.
73
Aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia
Manado pada triwulan IV-2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Hal ini tercermin pada peningkatan jumlah uang kartal yang dikeluarkan
Kantor Bank Indonesia Manado (outflow), yakni dari Rp896 miliar pada triwulan IV-2010
menjadi Rp1.521 miliar pada triwulan laporan. Peningkatan jumlah uang kartal yang keluar
dari Kantor Bank Indonesia Manado ini tidak diimbangi dengan jumlah aliran uang kartal
yang masuk. Aliran uang kartal yang masuk dari masyarakat dan perbankan ke Kantor Bank
Indonesia Manado (inflow) pada triwulan IV-2011 mengalami sedikit penurunan
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya maupun triwulan sebelumnya.
Secara nominal, jumlah uang kartal yang masuk ke KBI Manado adalah sebesar Rp382
miliar, mengalami penurunan 0,42% (yoy) atau turun 61,39% (qtq). Secara total aliran
uang kartal di KBI Manado menunjukkan adanya net outflow Rp1.139 miliar dimana secara
nominal uang kartal yang keluar (Rp1.521 miliar) lebih besar dari uang kartal yang masuk
(Rp382 miliar). Hal ini tidak terlepas dari aktivitas konsumsi masyarakat Sulawesi Utara yang
meningkat pada perayaan hari raya Natal dan menjelang perayaan tahun baru.
Secara bulanan, sepanjang triwulan IV-2011 KBI Manado selalu mengalami net outflow
sebesar Rp72,02miliar pada Oktober 2011, Rp163,28 miliar pada November 2011 dan
kembali meningkat menjadi Rp903,7 miliar pada Desember 2011.
Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Inflow (+) 613 160 122 235 617 303 482 383 750 327 989 382
Outflow (-) -18 -355 -235 -687 -0.77 -525 -799 -896 -155 -510 -1,24 -1,52
Net Flow 595 -195 -113 -453 616 -222 -317 -513 595 -183 -252 -1,13
(2,000)
(1,500)
(1,000)
(500)
-
500
1,000
1,500 miliar
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
74
5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar
Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Bank Indonesia Manado melaksanakan
kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan melakukan Pemberian
Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses
pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat
terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.
Selama triwulan IV-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 108,52%,
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 123,68%.
Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan
adalah sebesar Rp414 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam
memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan
mencorat-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim
tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas.
Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Inflow 613 160 122 235 617 303 482 383 750 327 989 382
PTTB 53 78 490 209 261 297 309 474 326 329 376 414
Rasio 8.57 49.0 402. 89.1 42.3 97.8 64.1 123. 43.5 100. 37.9 108.
-
40
80
120
160
200
240
280
320
360
400
440
-
200
400
600
800
1,000
1,200 % Miliar
5.1.3. Perkembangan Kas Titipan
Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank
Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
75
khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.
Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado
bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.
Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo
(Rp. Miliar)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Inflow 621 542 645 629 672 547 726 649 779 739 553 646
Outflow -443 -611 -566 -673 -537 -586 -652 -716 -638 -773 -339 -828
Netflow 178 -69 80 -44 135 -39 74 -67 141 -34 214 -181
-800
-600
-400
-200
0
200
400
600
800
.
Sejalan dengan kondisi aliran kas di Sulawesi Utara, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo
sepanjang triwulan IV-2011 menunjukkan posisi net outflow sebesar Rp181 miliar. Pada
triwulan laporan jumlah kas titipan yang masuk (inflow) di Gorontalo tercatat Rp646 miliar,
sedangkan jumlah kas keluar (outflow) tercatat lebih tinggi yaitu sebesar Rp828 miliar.
Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2009 2010 2011
Inflow 57 27 40 108 40 39 24 20 77 29 35 45
Outflow -39 -78 -63 -111 -50 -97 -105 -131 -63 -71 -29 -119
Netflow 18 -51 -23 -3.49 -11 -58 -81 -110 14 -42 6 -74
-150
-100
-50
0
50
100
150
Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Pada triwulan IV-2011, kas titipan di Tahuna juga mengalami net
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
76
outflow sebesar Rp74 miliar, setelah mengalami net inflow sebesar Rp6 miliar pada triwulan
sebelumnya.
5.1.4. Penemuan Uang Palsu
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-
2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total
uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-
2011 tercatat sebanyak 114 lembar atau secara nominal tercatat sebesar Rp7,91 juta , lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 49 lembar
atau secara nominal hanya sebesar Rp4,02juta. Secara historis, pecahan uang palsu yang
paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan
Rp100,000 dan Rp50,000 atau sekitar 60% dari seluruh pecahan uang palsu yang
ditemukan.
Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi KBI Manado terus
berupaya menekan perkembangan peredaran uang palsu, diantaranya melalui sosialisasi
ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak
hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi
pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat
perbelanjaan dan sentra perekonomian di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat
pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena
tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu,
secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian
Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif
masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar
sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.
Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
- Rp100.000,- 14 - 94 35 12 21 73 58
- Rp50.000,- 19 3 10 8 8 32 32 35
- Rp20.000,- - - 2 6 5 6 14 15
- Rp10.000,- 1 - - - 1 16 7 6
- Rp5.000,- 3 - - - - - - -
- Rp1.000,- - - - - - - - -
Total 37 3 106 49 26 75 126 114
20112010Pecahan
Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah
77
5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai
Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan
kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan
penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya
melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai)
Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan IV-2011 mengalami
peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 91.789 lembar dengan nilai
Rp2.279 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 2,53% (yoy) dibandingkan triwulan yang
sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang
dikliringkan, selama periode laporan tercatat sebanyak 1.434 lembar warkat dengan nilai
sebesar Rp35,62 miliar atau tumbuh sebesar 9,53% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah
nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara
mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.
Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Perputaran Kliringa. Lembar 75,799 80,399 82,862 89,523 80,909 86,567 91,486 91,789b. Nominal (Rp miliar) 1,658 1,674 1,914 2,083 1,915 2,093 2,167 2,279 Rata-rata perputaran kliring per haria. Lembar 1,221 1,299 1,315 1,400 1,310 1,418 1,501 1,434b. Nominal (Rp miliar) 26.73 27.08 30.39 32.52 31.01 34.31 35.55 35.62 Persentase rata-rata penolakana. Lembar (%) 1.02 2.16 1.72 1.33 1.78 1.71 1.57 1.67b. Nominal (%) 1.01 2.44 1.54 1.82 1.99 2.23 1.40 2.12
20112010KETERANGAN
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan
tercatat 1,67% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami
peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat
1,33%.
78
5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement)
Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian
akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal
ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi
(seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian transaksi
RTGS selama triwulan IV-2011 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai Rp3.162miliar
atau mengalami peningkatan nilai sebesar 11,23% (yoy). Namun demikian dari sisi jumlah
transaksi, volume RTGS pada triwulan laporan sedikit mengalami penurunan sebesar
2,62% (yoy) dari 6.515 transaksi di triwulan IV-2010 turun menjadi 6.344 transaksi pada
triwulan IV-2011.
Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement
Nilai Nilai Nilai(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Jan 183 694 709 1,102 892 1,796Feb 192 638 553 1,339 746 1,977Mar 239 833 727 1,120 966 1,953Tw I-2010 615 2,165 1,989 3,561 2,604 5,726Apr 214 740 582 968 796 1,708Jul 240 832 767 1,120 1,007 1,952Agust 244 795 684 1,324 928 2,119Sep 186 666 606 1,121 792 1,787Tw III-2010 670 2,293 2,056 3,565 2,727 5,858Oct 234 885 590 1,115 824 2,000Nov 242 933 667 1,226 909 2,159Dec 284 1,018 825 1,338 1,110 2,356Tw IV-2010 761 2,836 2,082 3,679 2,843 6,515Jan 226 887 673 1,085 899 1,972Feb 220 826 583 1,063 803 1,889Mar 251 981 760 1,366 1,011 2,347Tw I-2011 697 2,694 2,016 3,514 2,712 6,208Apr 241 745 456 1,012 698 1,757Mei 229 870 639 1,034 868 1,904Jun 257 861 709 1,219 966 2,080Tw II-2011 727 2,476 1,804 3,265 2,531 5,741Jul 234 875 684 1,201 918 2,076Aug 262 887 839 1,322 1,101 2,209Sep 230 833 759 1,104 988 1,937Tw III-2011 725 2,595 2,282 3,627 3,007 6,222Oct 232 936 590 1,121 821 2,057Nov 372 1,226 881 1,167 1,254 2,393Dec 336 997 750 897 1,087 1,894Tw IV-2011 940 3,159 2,222 3,185 3,162 6,344Pertumbuhan (YoY %) 23.61 11.39 6.70 -13.43 11.23 -2.62
PeriodeFROM TO FROM + TO
Volume Volume Volume
Sumber : www.bi.go.id, diolah
80
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH &
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan meningkatnya kapasitas
perekonomian Sulawesi Utara, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus
menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, ditandai oleh membaiknya berbagai
indikator ketenagakerjaan pada periode laporan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Provinsi Sulawesi Utara secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun
terakhir. Searah dengan TPT yang direlease oleh BPS, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) Bank Indonesia Manado menunjukkan terjadinya penurunan tingkat pengangguran,
terindikasi dari nilai positif Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja oleh
dunia usaha Sulawesi Utara pada triwulan IV 2011. Selanjutnya, Survei Konsumen (SK) yang
dilakukan oleh KBI Manado menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis
terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan oleh berlanjutnya tren peningkatan
indeks ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan.
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi
Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat
kemiskinan yang didukung oleh kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP), indeks penghasilan dan
ekspektasi penghasilan masyarakat Sulut.
6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
Berbagai indikator ketenagakerjaan pada triwulan IV-2011 di Sulawesi Utara
mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan dari 63,31% pada Agustus 2010 menjadi
65,32% pada Agustus 2011. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus
mengalami penurunan, pada Februari 2010 tercatat sebesar 9,61% turun menjadi 8,62%
pada Agustus 2011. Hal ini mengindikasikan adanya jumlah lapangan kerja di Sulawesi
Utara.
81
Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.2. Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Agustus 2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Penduduk 15 Thn ke atas 1,685.5 1,694.1 1,710.9 1,637.4 1,651.0 1,659.8
Angkatan Kerja 1,077.2 1,051.1 1,074.3 1,036.6 1,068.4 1,084.2
Bekerja 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7
Mencari Kerja 114.5 111.0 112.6 99.6 98.2 93.5
Bukan Angkatan Kerja 608.3 643.0 636.7 600.8 582.6 575.6
TPAK 63.91 62.0 62.79 63.31 64.71 65.32
TPT 10.63 10.56 10.48 9.61 9.19 8.62
A ug-11A ug-10 F eb-11F eb-09 A gs-09 F eb-10
Berdasarkan lokasinya, tingkat pengangguran terutama terjadi di wilayah perkotaan.
Persentase tingkat pengangguran di daerah perkotaan tercatat sebesar 11,37% atau sekitar
57,3 ribu orang. Sementara itu, di daerah pedesaan tingkat pengangguran tercatat sebesar
6,24% atau 36,2 ribu orang. Dibandingkan dengan posisi Februari 2011, baik pedesaan
maupun perkotaan mencatat penurunan tingkat pengangguran meski secara absolut
mencatat kenaikan jumlah pengangguran.
Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan
perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang
bekerja yaitu sebanyak 321,1 ribu orang (32,4%). Namun, bila dibandingkan dengan posisi
yang sama tahun sebelumnya terjadi penurunan sebesar 10.2% (yoy). Penurunan tenaga
kerja pada sektor tersebut diperkirakan beralih ke sektor lainnya yang justru mengalami
peningkatan yaitu Industri, Perdagangan dan Jasa Kemasyarakatan. Sementara itu, se
ktor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan menempati urutan kedua dengan jumlah
tenaga kerja sebanyak 207,8 ribu orang (21%).
Jumlah (ribu jiwa)
% Jumlah
(ribu jiwa) %
Perkotaan 54.60 11.40 57.30 11.37
Pedesaan 43.60 7.40 36.20 6.24
Sulawesi Utara 98.20 9.16 93.50 8.62
Daerah
Februari 2011 Agustus 2011
82
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut
Lapangan Usaha
Grafik 6.1. Share Penduduk Yang Bekerja Di Sulawesi Utara
Menurut Lapangan Usaha Agustus 2011
Tabel 6.4. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan
pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori
buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, pada
Agustus 2011 sebesar 390,1 ribu orang (39,4%) bekerja pada kegiatan formal dan 600,6
ribu orang (60.6%) bekerja pada kegiatan informal. Dari 990.7 ribu orang yang bekerja
pada Agustus 2011, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan
sebesar 347.7 ribu orang (35.1%), diikuti oleh berusaha sendiri sebesar 270.8 ribu orang
(27,3%), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap sejumlah 114.5 ribu orang (11.6%).
Membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan juga sejalan dengan hasil survei
yang dilakukan oleh KBI Manado. Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah pelaku usaha
yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan
386.9 345.6 333.0 357.6 338.9 321.1
Industri 57.1 57.5 57.5 50.6 69.2 66.0
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi
175.0 173.4 178.3 172.7 186.7 196.2
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
150.6 162.9 183.0 182.3 182.1 199.6
Lainnya * 193.1 200.8 209.9 173.8 193.3 207.8
Total 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7
Lapangan Pekerjaan Utama2009 2010 2011
-
5
10
15
20
25
30
35
Pertanian, Perkebunan,Kehutanan dan Perikanan
Industri
Perdagangan, RumahMakan dan JasaAkomodasiJasa Kemasyarakatan,Sosial dan Perorangan
Berusaha Sendiri 287.2 286.7 259.6 242.9 250.2 270.8
Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar
130.4 129.3 128.0 102.4 131.9 114.5
Berusaha Dibantu Buruh Tetap-Buruh Dibayar
41.2 42.9 41.0 45.9 47.0 42.4
Buruh/Karyawan 279.2 284.8 322.3 332.7 335.9 347.7
Pekerja Bebas Pertanian 64.1 48.0 52.0 74.3 43.3 55.1
Pekerja Bebas Non Pertanian 39.9 55.1 58.5 40.4 52.3 60.3
Pekerja Tak Dibayar 120.6 93.4 100.3 98.6 109.6 99.9
T o tal 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7
A gs-11F eb-10Status P ekerjaan A gs-09F eb-09 F eb-11A ug-10
83
Sumber: Survei Konsumen KBI Manado
Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Grafik 6.3. Perkembangan SBT Tenaga Kerja
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado
tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU) yang dilaksanakan KBI Manado pada periode laporan, tercatat sebesar
18,54. Penambahan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor bangunan (SBT=11,6), diikuti
oleh sektor pertanian (SBT=0,94) dan sektor pengangkutan dan komunikasi (SBT=0,86).
Sementara itu, pada sektor lainnya jumlah tenaga kerja relatif tetap. Perkembangan
ketenagakerjaan juga dapat dikonfirmasi melalui sikap optimisme masyarakat terhadap
ketersediaan lapangan kerja yang tercermin dari indeks ketersediaan lapangan kerja hasil
Survei Konsumen (SK) KBI Manado yang masih berada diatas level optimis. Pada akhir
triwulan IV-2011, angka indeks ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar 180, jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 168,5.
6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi
Utara pada semester pertama tahun 2011 menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan. Hal ini tercermin dari indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan
hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado yang berada pada level optimis yakni masing-
masing tercatat sebesar 125 dan 182,5. Peningkatan indeks tersebut tidak lepas dari
tambahan penghasilan (THR) yang diperoleh sebagian masyarakat menjelang perayaan
Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Rencana kenaikan Upah Minimum Provinsi tahun 2012
juga diperkirakan turut andil dalam meningkatkan ekspektasi masyarakat.
Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi
dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat
dilihat bahwa tren kesejahteraan petani mulai mengalami peningkatan. Hal ini tercermin
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
0
20
40
60
80
100
120
140
160
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D
2009 2010 2011
Penghasilan Saat Ini Titik optimis =100 Ekspektasi Penghasilan
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*
2008 2009 2010 2011
Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja Bangunan
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Pertanian
84
Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
dari pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima
petani terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan konsumsi rumah
tangga dan biaya produksi.
Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan IV-2011 sebesar 104,19,
lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
100,88. Kedua komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang
Dibayar Petani (IB) mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IT lebih besar
dibandingkan kenaikan IB, maka terjadi kenaikan NTP pada triwulan IV-2011. Adapun
-3%
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
97.00
98.00
99.00
100.00
101.00
102.00
103.00
104.00
105.00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Ags
Sep
Okt
Nov Des Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Se
pO
ctN
ovD
ec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Ags
Sep
Okt
Nov Des
2009 2010 2011
Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera
Nilai Tukar Petani (growth yoy)
105.00
110.00
115.00
120.00
125.00
130.00
135.00
140.00
97.00
98.00
99.00
100.00
101.00
102.00
103.00
104.00
105.00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Ags
Sep
Okt
Nov Des Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Se
pO
ctN
ovD
ec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Ags
Sep
Okt
Nov Des
2009 2010 2011
Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera
Indeks Dibayar Petani Indeks Diterima Petani
85
Tabel 6.5. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)
kenaikan IB terutama datang dari naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk
kelompok konsumsi rumah tangga), serta harga penambahan barang modal dan obat-
obatan serta pupuk (untuk kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal).
Q2 Q3 Q4 Q2 Q3 Q4Indeks Diterima Petani 123.41 126.75 128.61 133.50 134.69 135.72 5.53% 0.76%Indeks Dibayar Petani 121.89 125.71 127.48 129.06 130.00 130.27 2.19% 0.21%
Konsumsi Rumah Tangga 124.42 129.29 131.39 133.14 134.30 134.60 2.45% 0.23%Bahan Makanan 132.36 140.99 144.01 146.09 147.92 147.96 2.74% 0.02%Makanan Jadi 125.90 128.14 130.21 132.98 133.46 133.93 2.86% 0.35%Perumahan 116.30 117.81 118.68 119.56 120.34 121.14 2.07% 0.66%Sandang 111.98 113.26 114.89 116.87 116.97 117.06 1.89% 0.08%Kesehatan 115.97 116.97 118.44 119.95 120.68 121.35 2.46% 0.55%Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 112.58 112.77 112.98 113.09 113.43 113.75 0.68% 0.28%Transportasi dan Komunikasi 109.50 109.70 110.68 111.64 112.31 112.26 1.43% -0.04%BPPBM 114.34 115.01 115.89 117.08 117.32 117.48 1.37% 0.13%Bibit 110.38 110.58 110.65 111.15 111.18 111.21 0.51% 0.03%Obat-obatan & Pupuk 115.32 115.81 117.20 118.94 119.01 118.90 1.46% -0.09%Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 110.63 110.65 110.93 111.61 111.78 111.80 0.78% 0.01%Transportasi 117.76 117.88 118.34 119.32 119.78 119.80 1.24% 0.02%Penambahan Barang Modal 117.71 118.66 119.84 121.17 121.41 121.65 1.51% 0.19%Upah Buruh Tani 110.04 110.99 111.79 112.86 113.15 113.44 1.47% 0.26%
Nilai Tukar Petani (indeks) 101.24 100.83 100.88 103.44 103.61 104.19 3.27% 0.56%
Growth (%)
yoy qtq2010Rincian 2011
Indeks
Sumber : BPS Prov. Sulut
Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara kembali mengalami penurunan pada tahun
2011. Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada
bulan September 2011 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 8,46% atau
sebanyak 194,72 ribu jiwa, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 9,1% atau sebanyak 206,72 ribu jiwa.
Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari tren yang
terjadi sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada
beberapa periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan
tingkat kemiskinan pada tingkat nasional. Apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan
nasional sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi
Utara selalu berada dibawah angka nasional.
86
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis
Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong
sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2010 – September 2011, garis kemiskinan
meningkat sebesar Rp.8.455,- yaitu dari Rp. 212.823,- per kapita per bulan pada Maret
2010 menjadi Rp. 221.278,- per kapita per bulan pada September 2011. Walaupun terjadi
Grafik 6.6. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.7. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.6. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Sep 11
Sulut 10.76 11.42 10.10 9.79 9.1 8.51 8.46
Nasional 16.90 16.58 15.42 14.15 13.33 12.49
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18 %
0
5
10
15
20
25
Juli 06 Mar07
Mar08
Mar09
Mar10
Mar11
Sep 11
Desa Kota
MakananBukan
MakananTotal
Perdesaan
Maret 2007 117,516 31,924.00 149,440 171.00 13.80
Maret 2008 128,498 33,935.00 162,433 150.90 12.04
Maret 2009 141,599 36,672.00 178,271 140.31 11.05
Maret 2010 149,372 38,724.00 188,096 130.35 10.14
Maret 2011 163,264 42,977 206,241 117.65 9.37
Sept 2011 171,952 44,544 216,496 116.58 9.25
Kota & Desa
Maret 2007 119,827 36,723.00 156,550 250.10 11.42
Maret 2008 129,781 38,378.00 168,160 223.50 10.10
Maret 2009 143,512 41,260.00 184,772 219.57 9.79
Maret 2010 150,595 43,739.00 194,334 206.72 9.10
Maret 2011 164,964 47,859.00 212,823 194.90 8.51
Sept 2011 171,380 49,898.00 221,278 194.72 8.46
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
TahunJumlah
Penduduk Miskin
% Penduduk Miskin
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
87
peningkatan nilai Garis Kemiskinan, tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan sebagian penduduk miskin khususnya
penduduk miskin transient pada Maret 2011 mengalami peningkatan dengan laju yang
lebih tinggi dibandingkan kenaikan Garis Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka
(sekitar 200 orang) mampu keluar dari kemiskinan.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa
peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan
makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada bulan Maret 2011,
sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,51 persen, pada bulan September 2011,
peranannya sedikit mengalami penurunan menjadi 77,45 persen. Dengan kata lain
peningkatan Garis Kemiskinan dari Maret 2011 ke September 2011 lebih disebabkan
karena kenaikan harga yang lebih tinggi pada komoditi non makanan dibandingkan pada
komoditi makanan.
Pada periode Maret 2011-September 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami perubahan yang cukup berarti. Nilai indeks (P1)
menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin
terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata kesenjangan
terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar penghitungan berapa subsidi
yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin. Sementara itu nilai indeks (P2)
Tabel 6.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan
Kemiskinan Menurut Daerah di Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tahun Kota Desa Total
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Maret 2007 1.30 2.33 1.88
Maret 2008 1.08 1.87 1.53
Maret 2009 1.27 1.77 1.55
Maret 2010 1.12 1.16 1.14
Maret 2011 1.11 1.16 1.14
September 2011 0.20 1.22 1.21
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Maret 2007 0.31 0.60 0.47
Maret 2008 0.30 0.45 0.38
Maret 2009 0.32 0.39 0.36
Maret 2011 0.30 0.19 0.24
September 2011 0.31 0.25 0.28
88
menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai
indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Dengan
naiknya indeks P1 berarti selama periode Maret 2011-September 2011 ada indikasi bahwa
rata-rata jarak kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin semakin bergerak turun
menjauh dari garis kemiskinan. Sedangkan naiknya indeks P2 menunjukkan bahwa variasi
pengeluaran konsumsi penduduk miskin semakin tidak merata atau semakin tinggi
ketimpangannya. Kedalaman kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak berbeda
signifikan terlihat dari nilai indeks P1 yang hampir sama yakni 1,204 berbanding 1,218.
Sedangkan dari sisi ketimpangan pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung
memiliki tingkat ketimpangan yang lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di
perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas nilai indeks P2 dimana di perdesaan 0,247
sedangkan di perkotaan mencapai 0,312.
89
Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi
Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado Triwulan IV-2011
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN
7.1. Prospek Ekonomi Makro
Memasuki tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara pada triuwlan pertama
diperkirakan berpotensi mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun
2011, yakni dalam kisaran 7,21% - 7,41% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong laju
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan I-20112 diantaranya adalah kenaikan
Upah Minimum Provinsi (UMP), gaji PNS/TNI/Polri per 1 Januari 2011, dan pembangunan
infrastuktur swasta serta terpilihnya Kota Manado sebagai tempat perhelatan event
internasional ASEAN Tourism Forum (ATF) yang berlangsung pada tanggal 8-15 Januari
2012.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
yang dilakukan secara triwulanan oleh Bank
Indonesia Manado menunjukkan adanya
optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan ekspektasi pelaku usaha
terhadap dunia usaha yang ditandai dengan
kenaikan indikator ekspektasi kegiatan usaha
pada triwulan I-2012 dengan persentase
Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar
12,02%, lebih tinggi dari realisasi kegiatan
kegiatan usaha pada triwulan I-2011 dengan
SBT sebesar negatif 5,56%.
Dari sisi permintaan, potensi peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh
kegiatan konsumsi dan membaiknya kinerja investasi Sulawesi Utara. Peningkatan konsumsi
swasta pada triwulan laporan dipengaruhi oleh semakin membaiknya daya beli masyarakat
sebagai dampak dari kenaikan UMP dan remunerasi yang diberikan pada PNS/TNI/Polri per
Januari 2012. Kondisi ini antara lain dapat dikonfirmasi melalui hasil Survei Konsumen di
Kota Manado, yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi 6 bulan
mendatang tercermin dari kenaikan seluruh komponen pembentuk Indeks Ekspektasi
Konsumen yakni indeks ekspektasi ekonomi, indeks ekspektasi penghasilan dan indeks
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*
2008 2009 2010 2011 2012
Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha
90
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado
Sumber: Survei Konsumen (SK) KBI Manado Sumber: Survei Konsumen (SK) KBI Manado
ekspektasi ketersediaan tenaga kerja. Peningkatan kinerja konsumsi juga tercermin dari
semakin menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan di Kota Manado, peresmian Manado Town
Square (Mantos) II serta pusat grosir M-Walk telah mendorong peningkatan aktivitas belanja
masyarakat.
Selanjutnya kinerja investasi diawal tahun 2012 diperkirakan terus tumbuh positif seiring
dengan semakin pesatnya perkembangan perekonomian Sulawesi Utara. Sektor yang
berpotensi mendatangkan investor salah satunya adalah sektor pertambangan. Saat ini
tercatat terdapat 5 (lima) investor yang masuk Sulawesi Utara di bidang pertambangan
emas. Indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan kinerja investasi adalah hasil Survei
Penjualan Eceran yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar
sebesar 148,15% (yoy) dari 73,10 pada Januari 2011 menjadi 181,39 pada Januari 2012.
Grafik 7.3. Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 7.4. Indeks Bahan Konstruksi
713,500
750,000
845,000
929,000
1,000,000
1,050,000
1,250,000
0 500,000 1,000,000 1,500,000
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Grafik 7.2. Perkembangan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulut
40
60
80
100
120
140
160
180
200
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J
2010 2011 2012
Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja Ekspektasi Ekonomi
-200
-100
0
100
200
300
400
500
600
700
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop
Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop
Jan
2009 2010 2011 2012
Indeks Bahan konstruksi gBahan konstruksi (%) -right axis
91
Perkembangan ekspor pada triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh positif meskipun tidak
setinggi periode yang sama tahun lalu. Sebagai komoditi unggulan ekspor, komoditi
pertanian perkebunan (kelapa dan turunannya, cengkih, biji pala dan fuli) masih
mendominasi volume ekspor Sulut. Namun demikian, saat ini komoditi rumput laut juga
menjadi komoditi ekspor dengan target pasar Eropa dan Asia khususnya China.
Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprediksi akan
mengalami pertumbuhan positif yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa event
berskala nasional maupun internasional di Sulawesi Utara. Sektor bangunan juga
diperkirakan akan tetap tumbuh positif sejalan dengan maraknya pembangunan proyek fisik
pemerintah dan swasta yang sedang berjalan.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada Januari 2012 diindikasikan
meningkat, terutama didorong oleh subsektor perdagangan dan subsektor hotel akibat
meningkatnya aktivitas perdagangan dan penyelenggaraan event di Sulawesi Utara.
• Peningkatan aktivitas pada sektor perdagangan merupakan respon dari adanya kenaikan sumber
pendapatan masyarakat seperti kenaikan UMP dari Rp1.050 ribu pada tahun 2011 menjadi
Rp1.250 ribu pada tahun 2012. Selain itu rencana kenaikan gaji PNS sebesar 10% yang akan
direalisasikan pada awal tahun juga turut berdampak terhadap peningkatan aktivitas konsumsi
masyarakat.
• Pelaksanaan event ASEAN Tourism Forum (ATF) yang berlangsung pada tanggal 8-15 Januari
2012 diperkirakan akan berdampak terhadap kinerja sektor PHR pada triwulan laporan.
Pertemuan ATF diprediksikan akan mendatangkan sebanyak 2.000 orang termasuk peserta forum
yang tang terdiri dari menteri pariwisata 10 Negara ASEAN dan pejabat negara Mitra ASEAN yang
akan mengikuti acara travel exchange selama penyelenggaraan ATF. Multiplier effect yang
dihasilkan dari pelaksanaan ATF diantaranya:
- Pameran potensi pariwisata (travel exchange) diramaikan oleh 390 peserta dari 10 Negara
ASEAN yang umumnya adalah pengusaha pariwisata menempati sebanyak 438 stan bersaing
menarik minat pengunjung dengan menawarkan potensi pariwisata dari masing-masing
negara melalui produk tour and travel.
- Pelaksanaan North Sulawesi Tourism, Trade and Investment Expo (NSTTI Expo) 2012 yang
digelar pada tanggal 10-15 Januari menjadi salah satu rangkaian acara ATF. Pada acara ini
ditawarkan beberapa potensi pariwisata dan investasi serta produk-produk UMKM Sulawesi
Utara.
92
- Peningkatan transaksi money changer hingga mencapai 50% selama pelaksanaan ATF.
Perhelatan ATF telah menarik perhatian wisatawan asing yang berasal dari Australia, Amerika
dan Eropa untuk menghadiri pameran travel exchange.
- Kenaikan tingkat hunian hotel di Kota Manado selama acara ATF berlangsung dari 8-15
Januari 2012.
Sektor Bangunan
Perkembangan sektor bangunan diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan
peningkatan proyek investasi baik swasta maupun pemerintah. Sejumlah proyek direncanakan akan
dibangun di awal tahun 2012 ini diantaranya:
- Waduk Kuwil Sawangan di Kabupaten Minahasa Utara yang bernilai Rp800 miliar.
- Proyek pengaspalan ruas jalan Mooat-Atoga dengan nilai proyek sebesar Rp9 miliar.
- Proyek perbaikan jalan, pembangunan GOR dan Kantor Bupati Kabupaten Minahasa Selatan
dengan nilai Rp21.5 miliar.
- Pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Kepulauan Sitaro dengan nilai proyek sebesar
Rp10 miliar.
- Pembangunan jalan Remboken-IPDN sebesar Rp3 miliar
Sektor Pertanian
Memasuki awal tahun 2012, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh positif. Namun
demikian terdapat beberapa faktor yang dapat menurunkan kinerja sektor pertanian diantaranya:
• Kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sesuai dengan Peraturan Menteri
Pertanian No.87/Permentan/SR.130/12/2011. Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya
pengurangan subsidi pemerintah terhadap pupuk, HET mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
2012.
• Penurunan kuota pupuk urea untuk kawasan Sulawesi Utara dari 29.000 ton pada tahun 2011
menjadi hanya 25.000 ton di tahun 2012. Penurunan kuota ini disebabkan oleh realisasi
penyerapan pupuk di tahu 2011 yang hanya mencapai 20.230 ton.
• Kondisi cuaca yang sedang memasuki musim hujan diperkirakan akan menggangu hasil produksi
pertanian. Curah hujan yang tinggi di beberapa sentra pertanian seperti di Kabupaten Minahasa
Tenggara diperkirakan akan menurunkan hasil produksi padi pada awal tahun 2012.
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Pertumbuhan sektor Pengangkutan dan Komunikasi diawal tahun 2012 menunjukkan
kecenderungan yang meningkat sebagai multilpier effect pelaksanaan event ASEAN Tourism Forum.
Pelaksanaan ASEAN Tourism Forum di Manado telah meningkatkan frekuensi tamu undangan
93
Ket: *Proyeksi Inflasi Bank Indonesia Manado Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara
maupun wisatawan yang berkunjung ke Manado, hal ini telah berdampak terhadap tingginya
permintaan terhadap sektor pengangkutan khususnya pengangkutan udara. selain itu, rencana
pembukaan jalur penerbangan Manado-Davao dan direct flight Manado-Malaysia pada awal tahun
2012 juga diperkirakan turut berkontribusi terhadap peningkatan kinerja sektor pengangkutan.
Pembukaan jalur penerbangan ini didasarkan pada data tahun 2011 dimana ASEAN telah menarik
lebih dari 73.8 juta pengunjung, atau tumbuh sebesar 12.29%. Intra ASEAN travel merupakan
penyumbang utama atau sebesar 43% dari jumlah kedatangan internasional.
7.2. Prakiraan Inflasi
Pada triwulan I 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan
akan berada pada level moderat, yakni berada pada kisaran
0,04%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, tekanan inflasi
relatif terjaga didukung oleh melandainya tekanan inflasi
yang bersumber dari sisi eksternal maupun domestik.
Namun demikian, terdapat tendensi kenaikan ekspektasi
masyarakat Sulut terkait beberapa kebijakan pemerintah di
tahun 2012.
Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat
sebagai faktor anomali cuaca dan perkiraan curah hujan yang tinggi pada triwulan I 2012
yang berpotensi menimbulkan gagal panen dan berkurangnya pasokan perikanan tangkap.
Sementara itu, inflasi kelompok administered price diperkirakan bersumber pada kenaikan
cukai rokok dan kenaikan harga bahan bakar rumah tangga terkait konversi minyak tanah
ke LPG.
Faktor Fundamental
Tekanan inflasi fundamental relatif stabil, didukung oleh melandainya tekanan inflasi yang
bersumber dari sisi eksternal maupun domestik. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi global
cenderung menurun seiring dengan tren penurunan harga komoditas internasional
ditengah prospek ketidakpastian perekonomian global yang rentan memicu kembali
terjadinya gejolak harga komoditas. Sementara dari sisi domestik, faktor utama penurunan
tekanan inflasi pada awal tahun 2012 adalah berkurangnya aktivitas konsumsi masyarakat
seiring berlalunya perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Hal ini ditandai oleh
penurunan Indeks Penjualan Riil yang tercatat sebesar 172,75 pada Januari 2012 atau turun
50,52% dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 349,14. Namun demikian, perlu
diwaspadai tekanan inflasi yang bersumber dari meningkatnya ekspektasi masyarakat
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*)
2008 2009 2010 2011 2012
Grafik 7.5. Perkembangan & Perkiraan Inflasi Kota Manado
94
0
100
200
300
400
500
600
0
20
40
60
80
100
120
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*
2008 2009 2010 2011 2012
% indeksKapasitas Produksi (left axis)
Indeks Riil Penjualan (right axis)
sehubungan dengan kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi (rencana pembatasan
BBM bersubsidi jenis bensin dan solar serta kebijakan konversi minyak tanah ke LPG) ,
rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada April 2012 dan kebijakan pemerintah terkait
pembatasan peredaran gula rafinasi.
CPO
Karet
Terigu
Emas
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1*
2011 2012
USD Cent / Kg
30
230
430
630
830
1,030
1,230
1,430
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1*
2011 2012
USD/Barel
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1*
2011 2012
USD/Barel
0.00200.00400.00600.00800.00
1,000.001,200.001,400.001,600.001,800.002,000.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1*
2011 2012
USD/pound
Grafik 7.6. Indeks Penjualan Riil
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) Kota Manado
Grafik 7.7. Interaksi Permintaan dan Penawaran
Sumber : Survei Konsumen (SK) Kota Manado
0.00
200.00
400.00
600.00
800.00
,000.00
,200.00
,400.00
,600.00
Jan
Mar
Mei Jul
Sep
No
v
Jan
Mar
Mei Jul
Sep
No
v
Jan
Mar
Mei Jul
Sep
No
v
Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Ja
n
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Ja
n
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Riil Penjualan Bahan konstruksi Makanan & tembakau
Grafik 7.8. Perkembangan Harga Komoditas Internasional
Sumber : Bloomberg, diolah
95
Faktor Non Fundamental
Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat.
Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui
Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Manado menunjukkan adanya tren
peningkatan harga beberapa komoditas volatile foods (terutama beras dan ikan segar).
Faktor yang diperkirakan meningkatkan laju inflasi kelompok volatile foods pada triwulan I
2012 diantaranya :
• Inflasi tahunan Kota Manado pada akhir tahun 2011 mencapai titik terendah selama 5
tahun terakhir, dimana tingkat harga komoditas volatile foods mencapai level yang
sangat rendah sebagai pengaruh kondisi suplai yang mencukupi. Namun demikian,
kondisi tersebut menimbulkan "low based effect" yang berpotensi menimbulkan inflasi
cukup tinggi di tahun 2012 apabila harga bergerak pada tingkat normal (kembali pada
kisaran rata-rata historisnya).
• Anomali cuaca yang terus berlanjut dan perkiraan curah hujan yang tinggi pada triwulan
I 2012 berpotensi menimbulkan gagal panen dan berkurangnya pasokan perikanan
tangkap.
• Berkurangnya pasokan luar daerah
Namun demikian, laju kenaikan inflasi kelompok volatile foods dapat diredam oleh
kecukupan pasokan beras terkait rencana pengadaan beras oleh Bulog Divre Sulut dan
program swasembada beras serta ketahanan pangan di Provinsi Sulawesi Utara
Stok (Ton)
Ketahanan (Bln)
Stok (Ton)
Ketahanan (Bln)
Stok(Ton)
Ketahanan (Bln)
Stok(Ton)
Ketahanan (Bln)
Stok (Ton)
Ketahanan (Bln)
Stok(Ton)
Ketahanan (Bln)
1 Divre Manado 8,287 7.73 12,235 11.41 16,183 15.09 20,331 18.95 25,079 23.38 28,227 26.32
2 SD Bolmong 1,364 3.26 953 2.28 1,743 4.17 1,632 3.91 1,622 3.88 2,611 6.25
3 SD Tahuna 2,019 4.47 2,608 5.78 2,197 4.87 2,586 5.73 2,375 5.26 2,764 6.12
NoDivre/Sub Divre
di Sulut
Jan*) Feb*) Mar*) Apr*) May*) Jun*)
Sumber : BULOG Divre Sulut, diolah
Tabel 7.1. Prognosa Kebutuhan Beras Sulut
96
Tekanan inflasi kelompok administered price pada triwulan I 2012 diperkirakan terutama
disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar rumah tangga. Harga minyak tanah non
subsidi mengalami kenaikan 1,2% searah dengan kenaikan harga minyak tanah dunia.
Kebijakan konversi minyak tanah ke LPG masih belum berjalan dengan optimal yang
ditandai oleh masih banyaknya kepala keluarga di Sulut yang belum mendapat jatah LPG 3
kg dan beredarnya LPG 3 kg dengan harga diatas ketetapan pemerintah.
Sementara itu, harga rokok kretek diperkirakan mengalami peningkatan yang dipicu oleh
kenaikan cukai rokok sebesar 16% berdasarkan PMK Nomor 167/PMK.011/2011 tentang
Perubahan Ketiga Atas PMK Nomor 181/PMK.011/2009 Tentang Tarif Cukai Hasil
Tembakau, dengan ketentuan tarif cukainya mulai berlaku pada 1 Januari 2012.
Mencermati keberhasilan pengendalian inflasi pada tahun 2011 dan menyadari semakin
beratnya tantangan menjaga stabilitas harga pada umumnya dan pengendalian inflasi pada
khususnya, selain pengendalian inflasi dari sisi moneter, juga diperlukan penguatan
rumusan bauran kebijakan lintas sektor yang bersifat kolaboratif dan sinergis. Melalui
wadah Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), pada tahun 2012 Bank Indonesia akan
memperkuat koordinasi dan kerjasama baik secara vertikal yakni antara pemerintah pusat-
daerah maupun secara horisontal antar pemerintah daerah dan antar lembaga terkait baik
di tingkat pusat dan daerah, dalam rangka mendukung stabilitas harga khususnya melalui
penguatan program kerja ketahanan pangan dan pemanfaatan informasi harga pangan
strategis di daerah
Gambar 7.1. Perkiraan Curah Hujan Februari & Maret 2012
97
Grafik 7.9. Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT)
7.3. Prospek Perbankan
Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, kinerja intermediasi
perbankan di Sulawesi Utara pada tahun 2012 diperkirakan akan membaik. Hasil
rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan optimisme perbankan Sulawesi
Utara untuk terus meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada kisaran 36%
(yoy). Untuk mencapai target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usaha-usaha yang
merupakan potensi daerah dan melakukan peningkatan pelayanan serta perbaikan
infrastruktur kredit. Berdasarkan jenis usahanya, estimasi pertumbuhan baki debit kredit
terutama terjadi pada kredit menengah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 45% (yoy).
Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki debit kredit kecil dan mikro yang diperkirakan
tumbuh masing-masing sebesar 37% (yoy) dan 26% (yoy).
Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara
mencapai sekitar 41% (yoy). Tingginya target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan
menerapkan berbagai upaya diantaranya mempertahankan nasabah yang telah ada dan
menjaring nasabah baru melalui penambahan jumlah karyawan, kantor cabang dan fitur-
fitur dalam mengoptimalkan kemudahan bertransaksi.
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan
suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6% pada
triwulan I 2012 diperkirakan memberikan dampak
pada penambahan kapasitas perekonomian
Provinsi Sulawesi Utara melalui transmisi suku
bunga perbankan yang pada tahap selanjutnya
akan memberikan dampak pada membaiknya funsi
intermediasi perbankan. Hal ini ditandai oleh tren
penurunan suku bunga kredit di perbankan Sulut.
Selain itu, berdasarkan hasil Survei Konsumen
(SK) Bank Indonesia Manado menunjukkan adanya penurunan indeks ekspektasi masyarakat
terhadap tingkat bunga, tercermin dari indeks ekspektasi terhadap suku bunga 6 bulan
yang akan datang pada Desember 2011 sebesar 116, atau lebih rendah dibandingkan
dengan periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar 131.
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
Feb
Ap
rJu
nA
gust
Okt
Des
Feb
Ap
rJu
nA
gust
Okt
Des
Feb
Ap
rJu
nA
gust
Okt
Des
Feb
Ap
rJu
nA
gust
Okt
Des
Feb
Ap
rJu
nA
gust
Okt
Des
Feb
Ap
rJu
ni
Ag
ust
Okt
Des
2007 2008 2009 2010 2011
98
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya. yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
99
Restrukturisasi kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow dan inflow.PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.