100
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV – 2011 Kantor Bank Indonesia Manado

Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV – 2011 · Perkembangan Keuangan Daerah (APBD) Kinerja keuangan pemerintah Provinsi pada akhir tahun anggaran 2011 secara umum tercatat lebih

Embed Size (px)

Citation preview

0

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan IV – 2011 Kantor Bank Indonesia Manado

1

Kata Pengantar

Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah

terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009 , dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah

mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank

Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan

moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan

mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah,

setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut

berperan sebagai ”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu

memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini

sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan

kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah

tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara

secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat

harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan

kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.

Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui

penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder

maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti

pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di

daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas

dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat

memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Manado, 31 Desember 2011

BANK INDONESIA MANADO

Ramlan Ginting

Pemimpin

2

Daftar Isi

KATA PENGANTAR halaman 1

DAFTAR ISI

halaman 2

RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 5

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 12

Sisi Permintaan halaman 12

Sisi Penawaran halaman 20

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 32

Inflasi Tahunan (yoy) halaman 33

Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi Bulanan (mtm)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi

Boks 1: Asymetric Price Transmission Komoditas Volatile Foods Kota Manado

halaman 33

halaman 34

halaman 37

halaman 42

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 46

Struktur Aset Perbankan Sulawesi Utara halaman 46

Perkembangan Kantor Bank halaman 47

Perkembangan Bank Umum Konvensional

Stabilitas Sistem Perbankan

Perkembangan Perbankan Syariah

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

halaman 48

halaman 54

halaman 58

halaman 59

Boks 2: Peranan Kredit UMKM Dalam Mendukung Sektor Ekonomi Unggulan di

Sulawesi Utara

halaman 61

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 64

Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 65

APBD di Tingkat Provinsi halaman 67

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 72

Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 72

Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 77

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

halaman 80

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah halaman 80

3

Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 83

PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 89

Prospek Ekonomi Makro halaman 89

Prakiraan Inflasi halaman 93

Prospek Perbankan Halaman 97

Daftar Istilah dan Singkatan halaman 98

4

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933 Email : [email protected]; [email protected]; [email protected] website : www.bi.go.id Publikasi ini dapat diunduh dalam bentuk softfile pada: http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Publik/Ekonomi_Regional/

5

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Regional

Perekonomian Sulawesi Utara sepanjang tahun 2011 terus

menguat, setelah tumbuh 7,73% (yoy) pada triwulan III-2011,

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan laporan

tumbuh signifikan pada level yang relatif tinggi dibandingkan

triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 8,30% (yoy).

Berdasarkan hasil pemantauan pada indikator pertumbuhan,

sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) masih menjadi salah satu

penyumbang pertumbuhan ekonomi tertinggi pada triwulan

laporan, hal ini ditandai dengan maraknya MICE yang dilaksanakan

di Sulawesi Utara serta peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat

menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Selain itu, menjelang

akhir tahun 2011 berbagai proyek fisik baik yang dikerjakan

pemerintah maupun swasta diperkirakan meningkat, hal ini

mendorong tumbuhnya Sektor Bangunan menjadi lebih tinggi. Di

sisi lain, meski Sektor Pertanian menjadi salah satu sektor yang

berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut namun

pertumbuhannya diperkirakan melambat dibandingkan periode

yang sama tahun lalu. Namun demikian, adanya panen raya padi

pada beberapa sentra produksi di Sulut yang diproyeksikan akan

terjadi pada bulan mendatang, diperkirakan akan mampu

menahan perlambatan.

Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan IV-

2011 terutama ditopang oleh aktivitas konsumsi serta membaiknya

kinerja investasi. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi swasta

maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif. Faktor

Perekonomian Sulawesi Utara sepanjang tahun 2011 terus menguat...

Berdasarkan hasil pemantauan pada indikator pertumbuhan, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) masih menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi tertinggi...

Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan IV-2011 terutama ditopang oleh aktivitas konsumsi...

6

pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya:

(1) peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan

Hari Raya Natal dan Tahun Baru, (2) peningkatan realisasi proyek

fisik pemerintah menjelang akhir tahun anggaran yang selanjutnya

akan berdampak terhadap membaiknya kinerja investasi.

Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan IV-2011 juga tercatat

mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan

peningkatan ekspor komoditi unggulan Sulawesi Utara khususnya

produk kelapa dan turunannya.

Perkembangan Inflasi Daerah

Tekanan inflasi Kota Manado sepanjang tahun 2011 tercatat

sangat rendah. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada

Desember 2011 tercatat 0,67% (yoy), jauh lebih rendah

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, tercatat

sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju

inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,79% (yoy). Secara bulanan,

tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan IV-2011

menunjukkan fluktuasi yang terutama dipengaruhi oleh

pergerakan harga kelompok bahan makanan. Pada Oktober 2011

Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,33% (mtm), kemudian

mengalami deflasi cukup tajam pada November 2011 sebesar

0,40% (mtm). Pada akhir triwulan IV 2011 tekanan inflasi Kota

Manado kembali mengalami peningkatan yang terutama didorong

oleh faktor musiman perayaan Hari Raya Natal & Tahun Baru

sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,94% (mtm) pada

Desember 2011.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi

yang rendah secara tahunan terutama didorong oleh stabilnya

tingkat inflasi kelompok inti (core inflation) dan kelompok

administered price. Sementara kelompok bahan makanan yang

harganya bergejolak (volatile foods) memberikan sumbangan yang

negatif terhadap inflasi tahunan.

Tekanan inflasi Kota Manado sepanjang tahun 2011 tercatat sangat rendah …

Berdasarkanfaktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi yang rendah secara tahunan terutama didorong oleh stabilnya tingkat inflasi kelompok inti...

7

Perkembangan Perbankan Daerah

Kondisi perekonomian yang cukup baik menjadi salah satu

pendukung kuatnya pertumbuhan kinerja perbankan di Sulawesi

Utara pada triwulan IV-2011. Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan

outstanding kredit mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi

penghimpunan dana, pertumbuhan DPK terutama terjadi pada

jenis giro. Sejalan dengan itu, kredit bertumbuh lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama

jenis kredit investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada

pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR)

perbankan di Sulawesi Utara berada pada level 112,43% di akhir

tahun 2011. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem

perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar

dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans

(NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI

yaitu dibawah 5%.

Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi

Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif.

Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan

posisi Desember 2011 meningkat sebesar 57,82% (yoy), sejalan

dengan pertumbuhan kredit sebesar 48,08%. Sementara itu, DPK

tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 50,31% (yoy) pada

triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit

Ratio (FDR) menjadi 188,51% pada triwulan IV-2011.

Sejalan dengan kinerja bank umum (konvensional dan syariah) di

Sulut, kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara padatriwulan IV-2011

juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan,

tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Aset BPR pada

Desember 2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 62,12%

Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif...

Sejalan dengan kinerja bank umum (konvensional dan syariah) di Sulut, kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011…

Kondisi perekonomian yang cukupbaik menjadi salah satu pendukung kuatnya pertumbuhan kinerja perbankan di Sulawesi Utara padatriwulan IV-2011…

8

(yoy), menjadi Rp651,7 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode

laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat

58,09% (yoy) atau mencapai Rp455,8 miliar. Secara sektoral,

kredit terutama disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan

pangsa 81,04% dan sektor PHR dengan pangsa 9,85%.

Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang

disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa

mencapai 75,73% dari total kredit.

Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Kinerja keuangan pemerintah Provinsi pada akhir tahun anggaran

2011 secara umum tercatat lebih baik dibandingkan tahun

sebelumnya, salah satunya tercermin dari realisasi pendapatan

sebesar 101,9%, melebihi target yang ditetapkan dalam APBD-P

2011. Namun demikian, pencapaian pendapatan ini tercatat masih

lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar

104,1%. Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan

dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara

adalah sebesar Rp1,44 triliun atau meningkat 32,02% dari tahun

sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini

tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Sampai dengan akhir

tahun anggaran 2011, realisasi belanja daerah tercatat hanya

sebesar 89,1% lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang

sama tahun sebelumnya tercatat 94,9% dari total anggaran.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Pada triwulan IV-2011, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai

maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan

peningkatan. Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan IV-

2011 di wilayah kerja KBI Manado menunjukkan terjadinya net

outflow. KBI Manado mengalami net outflow sebesar Rp1.139

miliar, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp513 miliar. Sementara itu, pada sistem

pembayaran non tunai (kliring) sepanjang triwulan laporan tercatat

mengalami peningkatan, tercermin dari jumlah jumlah warkat yang

Pada triwulan IV-2011, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan...

Kinerja keuangan pemerintah pada akhir tahun anggaran 2011secara umum tercatat lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya...

9

dikliringkan sebanyak 91.789 lembar dengan nilai Rp2.279 miliar

atau meningkat jumlahnya sebesar 2,53% (yoy) dibandingkan

triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, perkembangan penyelesaian transaksi melalui Bank

Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) selama triwulan

IV-2011 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai

Rp3.162miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 11,23%

(yoy). Namun demikian dari sisi jumlah transaksi, volume RTGS

pada triwulan laporan sedikit mengalami penurunan sebesar

2,62% (yoy) dari 6.515 transaksi di triwulan IV-2010 turun menjadi

6.344 transaksi pada triwulan IV-2011.

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Masyarakat

Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan

meningkatnya kapasitas perekonomian Sulawesi Utara, kondisi

ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan

perkembangan yang menggembirakan, ditandai oleh membaiknya

berbagai indikator ketenagakerjaan pada periode laporan. Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulawesi Utara secara

konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir.

Searah dengan TPT yang direlease oleh BPS, hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Manado menunjukkan

terjadinya penurunan tingkat pengangguran, terindikasi dari nilai

positif Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja

oleh dunia usaha Sulawesi Utara pada triwulan IV 2011.

Selanjutnya, Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh KBI

Manado menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis

terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan oleh

berlanjutnya tren peningkatan indeks ketersediaan lapangan kerja

pada periode laporan.

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan

masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat.

Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat kemiskinan yang

Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan meningkatnya kapasitas perekonomian Sulut, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan...

Sementara itu, perkembangan penyelesaian transaksi melalui BI-RTGS selama triwulan IV-2011 mencapai Rp3.162 miliar atau mengalami peningkatan...

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat..

10

didukung oleh kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP), indeks

penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat Sulut.

Outlook Pertumbuhan Ekonomi

Memasuki tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara pada

triuwlan pertama diperkirakan berpotensi mengalami peningkatan

dibandingkan periode yang sama tahun 2011, yakni dalam kisaran

7,21% - 7,41% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong laju

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan I-20112

diantaranya adalah kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), gaji

PNS/TNI/Polri per 1 Januari 2011, dan pembangunan infrastuktur

swasta serta terpilihnya Kota Manado sebagai tempat perhelatan

event internasional ASEAN Tourism Forum (ATF) yang berlangsung

pada tanggal 8-15 Januari 2012. Dari sisi permintaan, aktivitas

konsumsi dan membaiknya kinerja investasi diperkirakan akan

mendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2012.

Sementara dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor

pengangkutan dan komunikasi diprediksi akan mengalami

pertumbuhan positif yang didorong oleh penyelenggaraan

beberapa event berskala nasional maupun internasional di Sulawesi

Utara. Sektor bangunan juga diperkirakan akan tetap tumbuh

positif sejalan dengan maraknya pembangunan proyek fisik

pemerintah dan swasta yang sedang berjalan.

Outlook Inflasi Regional

Pada triwulan I 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan akan

berada pada level moderat, yakni berada pada kisaran 0,04%±1%

(yoy). Dari sisi fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung

oleh melandainya tekanan inflasi yang bersumber dari sisi eksternal

maupun domestik. Namun demikian, terdapat tendensi kenaikan

ekspektasi masyarakat Sulut terkait beberapa kebijakan pemerintah

di tahun 2012.

Memasuki tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan pertama diperkirakan berpotensi mengalami pertumbuhan pada kisaran 7,21% - 7,41% (yoy)…

Pada triwulan I 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan akan berada pada level moderat, yakni berada pada kisaran 0,04%±1% (yoy). …

11

Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods

diperkirakan akan meningkat sebagai faktor anomali cuaca dan

perkiraan curah hujan yang tinggi pada triwulan I-2012 yang

berpotensi menimbulkan gagal panen dan berkurangnya pasokan

perikanan tangkap. Sementara itu, inflasi kelompok administered

price diperkirakan bersumber pada kenaikan cukai rokok dan

kenaikan harga bahan bakar rumah tangga terkait konversi minyak

tanah ke LPG.

Prospek Perbankan

Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik,

kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi Utara pada tahun 2012

diperkirakan akan membaik. Hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank

(RBB) 2012 menunjukkan optimisme perbankan Sulawesi Utara

untuk terus meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya

pada kisaran 36% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana,

pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara

mencapai sekitar 41% (yoy).

Sementara itu, kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan

suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6% pada triwulan I 2012

diperkirakan memberikan dampak pada penambahan kapasitas

perekonomian Provinsi Sulawesi Utara melalui transmisi suku

bunga perbankan.

Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi Utara padatahun 2012 diperkirakan akan membaik…

Sementaraitu, kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6% pada triwulan I-2012 …

Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat sebagai faktor anomali cuaca dan. …

12

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

%

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Perekonomian Sulawesi Utara sepanjang tahun 2011 terus menguat, setelah tumbuh

7,73% (yoy) pada triwulan III-2011, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan

laporan tumbuh signifikan pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama

tahun sebelumnya, yaitu sebesar 8,30% (yoy). Berdasarkan hasil pemantauan pada

indikator pertumbuhan, sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) masih menjadi salah satu

penyumbang pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan, hal ini ditandai dengan

maraknya MICE yang dilaksanakan di Sulawesi Utara serta peningkatan aktivitas konsumsi

masyarakat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Selain itu, menjelang akhir tahun

2011 berbagai proyek fisik baik yang dikerjakan pemerintah maupun swasta diperkirakan

meningkat, hal ini mendorong tumbuhnya Sektor Bangunan menjadi lebih tinggi. Di sisi

lain, meski Sektor Pertanian menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap

pertumbuhan ekonomi Sulut namun pertumbuhannya diperkirakan melambat dibandingkan

periode yang sama tahun lalu. Namun demikian, adanya panen raya padi pada beberapa

sentra produksi di Sulut yang diproyeksikan akan terjadi pada bulan mendatang,

diperkirakan akan mampu menahan perlambatan.

1.1 SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan IV-2011 terutama ditopang

oleh aktivitas konsumsi serta membaiknya kinerja investasi. Kegiatan konsumsi, baik

13

Grafik 1.2. Indeks Ekonomi Saat Ini

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif. Faktor

pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya: (1) peningkatan aktivitas

konsumsi masyarakat menjelang perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru, (2) peningkatan

realisasi proyek fisik pemerintah menjelang akhir tahun anggaran yang selanjutnya akan

berdampak terhadap membaiknya kinerja investasi. Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan

IV-2011 juga tercatat mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan peningkatan

ekspor komoditi unggulan Sulawesi Utara khususnya produk kelapa dan turunannya.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)

1.1.1 Konsumsi

Kegiatan konsumsi selama triwulan IV-2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 8,13%

(yoy) dengan kontribusi sebesar 5,18% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan

pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja kegiatan konsumsi selama

triwulan laporan tercatat mengalami sedikit perlambatan. Namun demikian, kinerja

konsumsi masih tercatat sebagai kontributor utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada

triwulan IV-2011. Faktor pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi swasta

didukung oleh faktor musiman perayaan Hari Raya Idul Adha, Natal, Santa Claus Daya,

pesta kembang api serta persiapan perayaan Tahun Baru 2012. Sementara pertumbuhan

konsumsi pemerintah lebih banyak didorong oleh realisasi proyek fisik pemerintah daerah

yang terus mengalami peningkatan menjelang akhir tahun anggaran.

Kinerja konsumsi swasta pada triwulan

laporan salah satunya terindikasi melalui

Indeks Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan

hasil Survei Konsumen (SK) di Kota Manado

pada triwulan IV-2011. Sebagaimana

terlihat pada grafik 1.2, pada akhir triwulan

laporan (Desember 2011) IEK mencapai

139,42. Jika dilihat berdasarkan

Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb Q4 SumbKonsumsi 8.98 5.55 10.03 6.22 8.24 5.48 3.78 6.92 4.42 7.34 4.47 8.13 5.18 6.58

Konsumsi Swasta 7.28 3.01 7.96 3.16 6.71 4.62 2.09 6.06 2.54 7.47 3.09 8.21 3.29 6.65Konsumsi Pemerintah 12.39 2.54 13.74 3.06 11.21 7.12 1.69 8.58 1.87 6.37 1.37 8.00 1.89 6.46

PMTB -0.19 -0.05 1.14 0.27 3.39 11.64 2.51 13.90 2.80 15.87 3.73 16.73 3.74 14.67Stok 17.94 0.27 13.43 0.21 14.46 10.16 0.10 1.48 0.02 25.31 0.42 18.79 0.31 14.95Ekspor 26.29 10.66 9.87 4.61 13.87 9.02 4.36 -1.46 -0.75 -16.58 -7.93 6.19 2.97 -0.38Impor 31.41 9.12 12.65 4.29 16.08 9.42 3.77 -1.75 -0.65 -19.62 -7.04 10.95 3.90 0.31

PDRB 7.31 7.31 7.02 7.02 7.16 6.99 6.99 7.14 7.14 7.73 7.73 8.30 8.30 7.39

2010 2011Jenis Penggunaan2010 2011

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

2010 2011

Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat Ini

Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja

14

Grafik 1.3. Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

komponennya, optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini tercermin dari

positifnya nilai indeks seluruh komponen penyusun Indeks Ekonomi Saat Ini yang meliputi

Indeks Penghasilan Saat Ini (125) , Indeks Pembelian Barang Tahan Lama/Durable Goods

(164) serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (180,5). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi

usaha yang semakin membaik berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih

besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya

konsumsi rumah tangga.

Disamping itu, pertumbuhan konsumsi

selama triwulan laporan tidak lepas dari

membaiknya daya beli petani seiring

dengan meningkatnya harga komoditas

dunia. Hal ini tercermin dari peningkatan

Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV-

2011 mencapai 104,19 atau tumbuh

3,27% (yoy). Peningkatan terutama

terjadi pada subsektor perkebunan rakyat

dan pangan. Peningkatan subsektor perkebunan rakyat merupakan imbas kenaikan harga

komoditas unggulan Sulut (Pala, Cengkih, dan Kopra) apabila dibandingkan tahun lalu.

Sementara itu, sub sektor yang masih berada dibawah batas minimum sejahtera adalah

perikanan sebagai dampak turunnya produksi perikanan karena faktor cuaca buruk. Dalam

Indeks NTP yang ditunjukan pada grafik 1.3., sepanjang tahun 2009 sampai akhir triwulan

IV-2011 NTP Sulawesi Utara selalu berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Indeks

NTP digunakan sebagai salah satu indikator konsumsi karena berdasarkan komposisinya,

sekitar 35% masyarakat di Sulawesi Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat

kesejahteraan petani mampu memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas

konsumsi rumah tangga.

Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat

dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado yang

mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama

penjualan kendaraan roda empat di Kota Manado. Selama triwulan IV-2011 penjualan

kendaraan roda empat mengalami terus mengalami pertumbuhan positif hingga mencapai

47,15% (yoy) pada triwulan laporan. Adanya peningkatan penghasilan pada triwulan

90

95

100

105

110

115

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

NTP

batas minimum sejahtera

Pangan

Holtikultura

Perkebunan

Peternakan

Perikanan

15

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum

Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat

Grafik 1.4. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat

laporan direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa khususnya

pembelian barang tahan lama.

Sementara itu, data pernyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulut tetap menunjukkan

pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya. Pada Desember 2011, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank

umum mencapai Rp8.258 miliar, atau tumbuh sebesar 13,73% (yoy), melambat apabila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami

pertumbuhan 22,25% (yoy).

Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah

selama triwulan IV-2011 juga tumbuh positif sebesar 8% (yoy), namun tercatat mengalami

perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 10,03% (yoy).

Perlambatan ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan realisasi anggaran belanja di triwulan

IV-2011 yang hanya mencapai 89,1% dari target belanja APBD-P 2011 sebesar Rp1.443

miliar, atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang menghasilkan

pencapaian sebesar 94,9% dengan target yang lebih rendah yakni Rp1.198 miliar.

1.1.2 Investasi

Pada triwulan IV-2011, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar

16,73% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan IV-2011

diantaranya pembangunan berbagai infrastruktur fisik pemerintah diantaranya

pembangunan lapangan terbang perintis di Miangas, pembangunan pelabuhan perikanan

di Sitaro dan rencana pembangunan jalan lingkar Pulau Lembeh di Bitung. Sementara itu

beberapa proyek swasta yang hingga saat ini masih berjalan seperti investasi di bidang

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Total Sales (Unit) - left axis gSales (% yoy) - right axis

0

5

10

15

20

25

30

35

40

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2010 2011

Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis

16

properti dan pembangunan Manado Town Square (Mantos) II yang rencananya akan dibuka

pada awal Desember 2011.

Selain itu, peran perbankan dalam penyaluran pembiayaan untuk kegiatan investasi juga

terus mengalami peningkatan. Sampai akhir triwulan IV-2011, jumlah kredit investasi

tercatat sebesar Rp2.478 miliar atau tumbuh 84,80% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan IV-2010 yang hanya tumbuh 38,36% (yoy). Pencapaian pertumbuhan kredit

investasi ini pada tahap selanjutnya diharapkan dapat mendorong kinerja investasi di

Sulawesi Utara.

1.1.3 Ekspor – Impor

Kinerja perdagangan Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011 tercatat mengalami

pertumbuhan positif sebesar 6,19% (yoy). Indikasi pertumbuhan positif kinerja ekspor Sulut

terutama disumbang oleh perdagangan antar negara. Nilai ekspor luar negeri Sulawesi

Utara sepanjang tahun 2011 tercatat sebesar USD 749,68 ribu atau meningkat sebesar

99,4% (yoy).

Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD)

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Total Ekspor 2.04 54.64 26.00 171.10 51.80 48.70 59.40 36.50 64.90 71.60 48.50 114.50 749.68 375.90 99.4

Migas - - - - - - - - - - - - - - -

Non Migas 2.04 54.64 26.00 171.10 51.80 48.70 59.40 36.50 64.90 71.60 48.50 114.50 749.68 375.90 99.4

Uraian

Nilai FOB

2011 Jan-Des 2011

Jan-Des 2010

% Growth

(yoy)

Jika dilihat berdasarkan sektor usahanya, kinerja ekspor luar negeri Sulut terutama

disumbang oleh ekspor dari sektor industri dengan pangsa sebesar 96%, sisanya

Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

0

20

40

60

80

100

120

140

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis gKredit_Investasi (% yoy) - right axis

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

17

merupakan ekspor hasil sektor pertanian. Sementara itu berdasarkan jenisnya, komoditi

utama ekspor luar negeri pada triwulan IV-2011 terutama didominasi dalam bentuk Lemak

dan Minyak Hewani dengan pangsa mencapai 77% kemudian daging olahan dan ikan

olahan dengan pangsa mencapai 8%, sisanya dalam bentuk ikan&udang (7%), ampas/sisa

industri (4%), berbagai produk kimia (3%) dan produk lainnya (1%).

Komposisi negara tujuan ekspor Sulut sampai dengan triwulan IV-2011 mengalami

pergeseran bila dibandingkan pada tahun 2010. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai

dengan triwulan laporan adalah Belanda (33,83%), Amerika Serikat (21,10%), Korea

Selatan (17,13%), dan Cina (15,63%). Sedangkan pada tahun 2010 negara tujuan ekspor

utama Sulut adalah Cina (30,95%), Amerika Serikat (28,07%), Korea Selatan (16,44%), dan

Belanda (13,53%).

Grafik 1.7. Pangsa Sektor Utama Ekspor Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.10. Negara Tujuan Ekspor Tahun 2011

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.9. Negara Tujuan Ekspor Tahun 2010

0%

96%

4%Pertambangan&lainnya

Industri

Pertanian

Grafik 1.8. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut

77%

8%

7%

4% 3%1%

Lemak & minyak hewan/nabati

Daging & Ikan olahan

Ikan & Udang

Ampas/ Sisa industri Makaknan

Berbagai produk kimia

Lainnya

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

14%

28%

16%

31%

5%1%0%5%

Belanda

Amerika Serikat

Korea Selatan

Cina

Jepang

Jerman

Filipina

Lainnya

34%

21%

17%

16%

4%2%2%4%

Belanda

Amerika Serikat

Korea Selatan

Cina

Jepang

Jerman

Filipina

Lainnya

18

Namun demikian, meskipun terus mengalami

pertumbuhan positif (6,19%), kinerja ekspor

Sulawesi Utara selama triwulan IV-2011 tercatat

mengalami perlambatan dibandingkan periode

yang sama tahun lalu yang tumbuh sebesar

9,87% (yoy). Salah satu indikator yang dapat

mengkonfirmasi perlambatan kinerja ekspor

pada triwulan laporan adalah penurunan

volume ekspor antar daerah/provinsi . Hal ini

dapat tercermin dari kegiatan muat barang

melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan muat

didefinisikan sebagai kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi.

Selama triwulan IV-2011, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar

domestik sebesar 199 ribu ton, tumbuh -11,01% (yoy) dibandingkan periode yang sama

tahun lalu.

Sama halnya dengan kinerja ekspor, kegiatan impor Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011

juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 10,95% (yoy). Pertumbuhan positif ini

terutama didorong oleh peningkatan kinerja baik impor antar negara maupun antar

pulau/provinsi. Pertumbuhan kinerja impor luar negeri antara lain dapat dikonfirmasi

dengan data nilai impor selama tahun 2011 yang tercatat mencapai USD 144,36 juta

meningkat dibanding tahun 2010 sebesar USD71,30 juta atau tumbuh sebesar 102,5%.

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Total Impor 22.09 5.59 37.07 5.50 3.80 2.60 0.90 13.40 7.00 12.00 6.40 28.00 144.36 71.30 102.5

Migas - - - - - - - - - - - -

Non Migas 22.09 5.59 37.07 5.50 3.80 2.60 0.90 13.40 7.00 12.00 6.40 28.00 144.36 71.30 102.5

Uraian

Nilai CIF ( Ribu USD) % Growth

(yoy)2011 Jan-Des

2011Jan-Des

2010

Berdasarkan jenisnya, kegiatan impor luar negeri pada tahun 2011 lebih banyak didominasi

oleh impor barang konsumsi dengan pangsa sebesar 36%, sisanya sebesar 33% berupa

barang modal dan 32% berupa impor bahan baku/penolong. Sementara berdasarkan

komoditinya, impor komoditas gandum-ganduman merupakan komoditi impor terbanyak

dengan pangsa 31% dari total nilai impor. Beberapa komoditas impor Sulut lainnya

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung

Grafik 1.11. Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung

-120

-70

-20

30

80

130

180

230

280

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis

Tabel 1.3. Impor Sulut (Juta USD)

19

diantaranya kapal laut, besi baja dan mesin-mesin dengan pangsa berturut-turut 22%, 18%

dan 17%.

Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan Desember 2011 lebih

dominan didatangkan dari negara Vietnam (26%), Jepang (15%), Cina (13%), Australia

(10%), Malaysia (10%) dan Taiwan (9%). Sedangkan negara asal impor Sulut pada tahun

2010 adalah Cina (53,60%), Australia (15,84%), dan Vietnam (9,28%). Hal ini sejalan

dengan jenis barang impor pada tahun 2011 yang lebih banyak didominasi oleh bahan

konsumsi yakni berupa komoditi beras dengan negara asal barang dari negara Vietnam.

Sementara itu pertumbuhan kinerja impor antar daerah/pulau dapat dikonfirmasi dengan

kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan bongkar didefinisikan sebagai

masuknya barang dari luar provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan IV-2011, volume

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.14. Negara Asal Impor Tahun 2010

Grafik 1.15. Negara Asal Impor Tahun 2011

Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah

32%

36%

33%

Bahan Baku/Penolong

Barang Konsumsi

Barang Modal31%

22%17%

18%

4%8% Gandum-ganduman

Kapal laut

Mesin-mesin

Besi&Baja

Peralatan Listrik

Lainnya

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.12. Pangsa Jenis Barang Impor Sulut

Grafik 1.13. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut

9%

7%

54%

16%

2%2%

10% Vietnam

Jepang

Cina

Australia

Malaysia

Taiwan

Lainnya

26%

15%

13%10%

10%

10%

16% Vietnam

Jepang

Cina

Australia

Malaysia

Taiwan

Lainnya

20

barang yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) mencapai 849 ribu ton naik 15,49% (yoy)

apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 735 ribu ton.

1.2 SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2011 disumbangkan oleh

seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 8,30% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,77% (yoy).

Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier effect penyelenggaraan event berskala

internasional dan nasional pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan

mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sektor yang

mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV-2011 adalah Sektor Perdagangan, Hotel

dan Restoran (PHR) yang tercatat tumbuh 18,52% (yoy) dengan sumbangan sebesar 3,46%

terhadap total pertumbuhan. Selanjutnya, sektor bangunan, sektor jasa dan sektor

keuangan, sewa dan jasa perusahaan menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi pada

triwulan laporan dengan sumbangan masing-masing sebesar 2,16%, 1,49% dan 0,60%

terhadap total pertumbuhan. Di sisi lain sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang

melambat, hal ini diantaranya disebabkan oleh gangguan cuaca ekstrim yang menyebabkan

terjadinya bencana longsor dan banjir di beberapa sentra penghasil padi serta serangan

hama dan minimnya infrastruktur pendukung juga turut memberikan andil terhadap

melambatnya kinerja sektor pertanian Sulawesi Utara.

Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung

Grafik 1.16. Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung

-80

-70

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Bongkar (Ribu ton) - left axis gBongkar (% yoy) - right axis

21

Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)

Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb. Q3 Sumb Q4 SumbPertanian 17.40 3.40 10.31 1.84 11.28 6.58 1.29 6.65 1.42 2.42 0.52 1.00 0.18 -2.28Pertambangan & Penggalian 0.44 0.02 2.10 0.11 0.90 5.89 0.31 5.88 0.30 7.90 0.39 2.44 0.11 2.80Industri Pengolahan 6.63 0.51 7.48 0.58 6.48 6.03 0.47 6.93 0.52 6.33 0.49 -3.07 -0.24 3.71Listrik, Gas & Air Bersih 4.77 0.04 7.35 0.05 5.02 4.81 0.04 5.33 0.04 7.22 0.06 6.29 0.05 5.93Bangunan -4.87 -0.79 0.86 0.15 2.11 8.31 1.39 13.59 1.97 15.76 2.26 13.41 2.16 11.61PHR 8.92 1.35 11.11 2.00 8.59 8.79 1.31 6.36 1.00 12.97 1.83 18.52 3.46 21.03Pengangkutan & Komunikasi 7.08 0.97 12.41 1.57 8.17 7.24 0.89 3.27 0.43 2.55 0.35 3.57 0.48 4.10Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 6.77 0.45 8.26 0.52 9.73 5.31 0.36 7.13 0.47 6.51 0.43 9.87 0.60 6.59Jasa-Jasa 7.21 1.08 6.54 0.94 6.17 5.89 0.93 6.46 0.98 8.20 1.39 10.36 1.49 8.10

PDRB 7.04 7.04 7.77 7.77 7.16 6.99 6.99 7.14 7.14 7.73 7.73 8.30 8.30 7.39

20112010 2011Lapangan Usaha

2010

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

1.2.1 Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar

1% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,18% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut.

Pencapaian ini tercatat mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan yang sama

tahun sebelumnya sebesar 10,31% (yoy). Perlambatan ini antara lain disebabkan oleh: (i)

bencana banjir dan longsor yang disertai angin kencang yang melanda sebagian besar

sentra penghasil padi; (ii) serangan hama tungro dan kepinding di beberapa kawasan sentra

penghasil padi di Sulut (Minahasa Tenggara dan Bolaang Mongondow); (iii) penurunan

penyerapan pupuk bersubsidi, dan (iv) tidak berfungsinya sarana irigasi di sentra produksi

padi di Kabupaten Bolaang Mongondow.

Tabel 1.5. Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi per September 2011

Urea NPK Pelangi

Bolaang Mongondow 679 15 Bolmong Timur - 2 Bolmong Selatan - - Bolmong Utara - - Kotamobagu 92 4 Minahasa 505 13 Minahasa Selatan 219 10 Minahasa Tenggara 60 - Minahasa Utara 121 3 Kepulauan Sangihe 6 5 Sitaro - - Kepulauan Talaud - - Manado 7 1 Bitung - - Tomohon 73 2 Total 1,786 54

Kab/KotaRealisasi (Ton)

Ket: Tanda (-) tidak ada realisasi/permintaan Sumber: PT. Pupuk Kaltim Kantor Pemasaran Sulut dan Gorontalo

22

Grafik 1.17. Pertumbuhan Kredit Pertanian

Tabel 1.6. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Hasil Pertanian Prov. Sulut

Sumber: Distanak Provinsi Sulawesi Utara

Perlambatan kinerja sektor pertanian antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan data dari

Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah, Padi dan Pipilan Jagung Kering di Provinsi

Sulawesi Utara, dimana pada triwulan IV-2011 luas panen padi hanya tercatat sebesar

26.659 hektar lebih rendah dibandingkan luas panen pada triwulan IV-2010 sebesar 26.718

hektar atau turun -0,22% (yoy). Sejalan dengan penurunan luas panen, produksi beras yang

dihasilkan juga hanya sebesar 87.217 ton atau turun -0,08% (yoy) dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Sebaliknya, produksi pipilan jagung kering pada triwulan

laporan tercatat mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 85.785 ton pada

triwulan IV-2010 menjadi 328.233 ton pada triwulan laporan atau naik sebesar 282,62%.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Luas Panen (Ha) 31,873 36,150 20,339 27,642 30,258 38,597 24,198 26,718 28,898 24,959 41,568 26,659

Produksi Gabah (Ton) 142,923 169,105 98,691 138,341 140,922 185,420 119,571 138,117 136,155 117,088 204,854 138,001

Produksi Beras (Ton) 90,041 106,536 62,175 87,155 89,063 117,185 75,569 87,290 86,050 74,000 129,468 87,217

Luas Panen (Ha) 22,310 35,138 33,754 35,147 29,759 36,226 32,565 23,380 32,600 15,295 75,590 90,147

Produksi Jagung (Ton) 80,136 125,561 120,302 124,963 108,759 132,339 119,262 85,785 118,875 56,181 277,093 328,233

2011KOMPONEN

Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras

Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung

2009 2010

Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran

perbankan untuk membiayai sektor

pertanian semakin menunjukkan adanya

tren peningkatan. Sampai dengan

Desember 2011, jumlah kredit yang

disalurkan pada sektor pertanian mencapai

Rp366 milliar atau tumbuh 76,60% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun

lalu. Namun demikian, jika dibandingkan

dengan total kredit yang disalurkan bank,

jumlah kredit pertanian hanya mencapai

2,30% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di

sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut

tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai

5,37% pada triwulan laporan.

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

-100

-50

0

50

100

150

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Pertanian (Rp miliar) - left axis

gPertanian (% yoy) - right axis

23

1.2.2 Sektor Bangunan

Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan IV-2011 mencatat pertumbuhan

sebesar 13,41% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,16% terhadap total pertumbuhan.

Pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu tercatat

sebesar 0,86% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan

diantaranya adalah penyelesaian beberapa proyek pemerintah seperti:

- Pekerjaan peningkatan kualitas dan pelebaran sejumlah jalan di Manado;

- Proyek air bersih “Mahlimbukar” di Tomohon senilai Rp57 milyar;

- Proyek pembangunan lapangan terbang perintis di Mianggas senilai Rp6 milyar untuk

pekerjaan konstruksi awal dan pembebasan lahan;

- Pembangunan pelabuhan perikanan di Sitaro senilai Rp6 milyar yang saat ini baru

memasuki tahap awal pembangunan (diperkirakan proyek pembangunan akan

berlangsung lebih dari 1 tahun);

- Rencana pembangunan jalan lingkar Pulau Lembeh di Bitung, yang dianggarkan sebesar

Rp30 milyar;

- Sejumlah proyek perikanan di Kab.Bolaang Mongondow.

Selanjutnya, proyek swasta juga menunjukan indikasi peningkatan menjelang akhir tahun

2011. Salah satu proyek swasta yang terus melakukan proses pengerjaan sampai dengan

November 2011 adalah pembangunan Manado Town Square (Mantos) II yang rencananya

akan dibuka pada awal Desember 2011. Disamping maraknya pembangunan berbagai

pusat perdagangan baru, Sulawesi Utara juga terus menunjukan peningkatan

pembangunan berbagai proyek perumahan khususnya di Kota Manado.

Pertumbuhan sektor konstruksi juga tercermin pada peningkatan data penjualan semen di

Provinsi Sulawesi Utara. Selama triwulan laporan, penjualan semen tercatat mencapai

167,950 ton atau mengalami pertumbuhan 6,45% (yoy). Selain itu, hasil Survei Penjualan

Eceran (SPE) juga memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar

97,97% (yoy) dari 119,93 pada Desember 2010 menjadi 237,43 pada Desember 2011.

24

Grafik 1.18. Perkembangan Data Penjualan Semen

Grafik 1.20. Perkembangan Kredit Konstruksi

Grafik 1.19. Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Konstruksi

Dari sisi pembiayaan, peran perbankan

terhadap sektor bangunan (konstruksi)

menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan. Hal ini tercermin dari

jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan

sampai dengan Desember 2011 tercatat

sebesar Rp521 miliar atau mengalami

pertumbuhan positif sebesar 37,84% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan IV-2011 menunjukan

pertumbuhan positif sebesar 18,52% (yoy) dengan kontribusi sebesar 3,46% terhadap total

pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor perdagangan

sebagai akibat tingginya aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal dan

Tahun Baru, serta subsektor hotel yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa event

diantaranya :

a. Pelaksanaan The 19th Biennial General Conference of Association of Asian Social

Science Research Councils (AASSREC) pada tanggal 16-19 Oktober 2011 yang akan

dihadiri oleh 12 negara diantaranya Australia, Jepang, Cina, Bangladesh, New Zeland,

Malaysia, Filipina dan Amerika Serikat dan sekitar 300 peneliti ilmu sosial.

b. Pertemuan Asosiasi Bapelkes Indonesia (ABI) yang akan berlangsung pada 12-14

Oktober 2011 dengan peserta 23 Bapelkes se-Indonesia.

Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Volume (ton) - left axis g_semen (%) - right axis

-200

-100

0

100

200

300

400

500

600

700

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

Jan

Mar

Mei Jul

Sep

Nov Jan

Mar

Mei Jul

Sep

No p Ja

n

Mar

Mei Jul

Sep

Nop

2009 2010 2011

Indeks Bahan konstruksi gBahan konstruksi (%) -right axis

Sumber : Survei Penjualan Eceran KBI Manado

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

-

100

200

300

400

500

600

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Konstruksi (Rp miliar) - left axis

gKonstruksi (% yoy) - right axis

25

c. Rapat Kerja dan Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia pada tanggal 11-

13 Oktober 2011 yang menghadirkan sekitar 300 pustakawan se-Indonesia.

d. Pemilihan bintang radio ASEAN pada tanggal 19-23 Oktober 2011 dengan peserta

sebanyak 200 perwakilan RRI dari seluruh Indonesia serta perwakilan dari negara

ASEAN.

e. Konferensi Pemimpin Perusahaan Penyedia Industri Listrik se-Asia Timur dan Pasifik Barat

(Association of the Electricity Supply Industry of East Asia and The Western Pacific

(AESIEAP) pada tanggal 31 Okt – 1 November 2011 yang dihadiri oleh 35 CEO dari

berbagai perusahaan di Asia Pasifik dan kurang lebih perwakilan dari 15 negara.

Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan

laporan antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara

umum memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara,

data jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah

kamar terjual.

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.21. Data Wisatawan Mancanegara Grafik 1.22.

Data Lama Tamu Menginap

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.23. TPK dan Lama Menginap Grafik 1.24.

Jumlah Kamar Terjual

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

(60.00)

(40.00)

(20.00)

-

20.00

40.00

60.00

80.00

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Wisman (org) - left axis

gWisman (% yoy) - right axis

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Menginap (org) - left axis

gMenginap (% yoy) - right axis

-1 1 2 2 3 3 4 4 5 5

-

10

20

30

40

50

60

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

TPK (%) - left axis

Ratas Menginap (hari) - right axis

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Kmr Terjual (unit) - left axis

gKmr Terjual (% yoy) - right axis

26

Grafik 1.25. Perkembangan Kredit Sektor PHR

Dari segi pembiayaan, sektor PHR

merupakan sektor ekonomi terbesar

mendapatkan alokasi pembiayaan dari

perbankan. Sampai dengan bulan

Desember 2011 kredit sektor PHR yang

telah disalurkan bank umum mencapai

Rp4.610 miliar atau tumbuh 40,55%

dibandingkan periode yang sama tahun

lalu.

1.2.4. Sektor lainnya

A. Sektor Jasa-jasa

Kinerja sektor jasa pada triwulan III-2011

tumbuh positif sebesar 10,36% (yoy), dengan

sumbangan sebesar 1,49% terhadap total

pertumbuhan triwulan laporan. Kinerja sektor

jasa yang cukup stabil ditopang oleh aktivitas

sub sektor pemerintahan umum. Apabila

dibandingkan dengan triwulan yang sama

tahun sebelumnya kinerja sektor jasa-jasa

mengalami peningkatan yang tercermin dari

kinerja penyaluran kredit perbankan di sektor

ini. Sampai dengan bulan Desember 2011 kredit sektor jasa-jasa tercatat sebesar Rp825

miliar atau tumbuh 18,99% (yoy).

B. Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan IV-2011 mengalami penurunan dengan

yang mencatat pertumbuhan -3,07%. Penurunan ini dapat dikonfirmasi melalui data

pertumbuhan industri manufaktur di Sulut yang juga mengalami penurunan -5,26% (yoy).

Berdasarkan jenisnya, penurunan ini terdapat pada jenis industri Makanan dan Minuman.

Sentra industri di Sulawesi Utara didominasi oleh pengolahan produk kelapa dan

turunannya serta pengolahan produk perikanan yang keduanya merupakan bagian dari

jenis industri makanan. Lokasi industri tersebar di Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

Grafik 1.26. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

5,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis

gKredit_PHR (% yoy) - right axis

-20

-10

0

10

20

30

40

50

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis gJasa (% yoy) - right axis

27

Tabel 1.7. Perkembangan Industri di Sulawesi Utara Berdasarkan Jenisnya

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

Tw. I-11 Tw. II-11 Tw. III-11 Tw. IV-11 2011

%Sulut Nasional

Grafik 1.27. Perkembangan Pertumbuhan Industri Sulut dan Nasional

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota

Kotamobagu dan Kota Tomohon. Mayoritas industri pengolahan berlokasi di Kota Bitung

dan Kota Manado.

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IVMakanan dan Minuman -2.29 -0.84 1.21 -2.97 15.85 4.61 -3.40 -4.85Kimia dan Barang dari Bahan Kimia -9.22 -8.03 -1.43 -14.56 39.9 16.00 3.46 -20.01Logam Dasar 2.11 4.33 -0.16 2.78 -20.42 -5.53 5.72 9.32Furnitur dan Pengolahan Lainnya 18.79 5.99 -1.99 1.27 12.24 14.69 8.38 5.82

yoyPertumbuhan 2011 (%)

qtqJenis Industri

Penurunan kinerja sektor industri juga ditandai oleh penurunan jumlah pelanggan listrik di

sektor industri. Berdasarkan data PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor industri pada

triwulan IV-2011 tercatat 368 pelanggan, turun dari periode yang sama tahun lalu sebesar

371 atau tumbuh negatif 0,81% (yoy). Indikator lainnya yang mendukung penurunan

kinerja sektor industri adalah perlambatan pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh

perbankan. , dari sisi Dukungan perbankan terhadap industri pengolahan merupakan salah

satu faktor pendorong pertumbuhan sektor ini. Sampai dengan akhir triwulan IV-2011

jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp388 miliar atau tumbuh sebesar 11,65% (yoy) lebih

rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 47,52% (yoy).

28

Grafik 1.28. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok

Bisnis dan Industri

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Sektor Industri

Sumber : PLN Kanwil Suluttenggo

362

364

366

368

370

372

374

376

378

380

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Industri (Mwatt)

C. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan

Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada

triwulan IV-2011 tumbuh 9,87% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan

jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas

perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM

(Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan

kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh

meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara

juga turut berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Jumlah Bank umum 24 25 25 25 25 25 25 25

Jumlah kantor bank umum*) 206 215 219 225 227 234 242 246

Jumlah BPR 13 14 14 16 16 17 17 17

Jumlah kantor BPR 39 39 41 43 43 46 46 48

Data Bank2010 2011

D. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan berbagai event berskala nasional

maupun internasional di Tahun 2011 adalah semakin dikenalnya Kota Manado sebagai

salah satu kota tujuan wisata baik secara internasional maupun nasional. Hal ini

berpengaruh pada meningkatnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara

hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan

telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2011 mengalami

Tabel 1.8. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara

Ket: *) termasuk kantor unitSumber : Kantor Bank Indonesia Manado

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis

gKredit_Industri (%yoy) - right axis

29

Tabel 1.9. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi

pertumbuhan 3,57% (yoy), dengan sumbangan sebesar 0,48% terhadap total

pertumbuhan.

Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin

dari tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi

Manado baik asal/tujuan domestic maupun internasional. Sampai dengan periode laporan,

arus penumpang dan kargo yang berangkat (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara tercatat

mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 7,15% (yoy) dan 14,16% (yoy). Sejalan

dengan itu, arus penumpang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara juga mengalami

pertumbuhan sebesar 6,77% (yoy). Peningkatan pada arus masuk bertepatan dengan

maraknya event domestik dan internasional yang diselenggarakan di Sulawesi Utara serta

arus kedatangan masyarakat yang akan merayakan perayaan Natal dan Idul Fitri di Sulawesi

Utara.

Sejalan dengan pertumbuhan positif

sektor ini, keberpihakan perbankan yang

diwujudkan dalam penyaluran kredit di

sektor pengangkutan dan komunikasi

juga memperlihatkan adanya

peningkatan. Sampai dengan akhir

triwulan IV-2011 jumlah kredit yang

disalurkan mencapai Rp145 miliar, atau

tumbuh 28,17% (yoy) dibandingkan

periode yang sama tahun lalu.

E. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2011 tumbuh 2,44% (yoy) dengan

sumbangan sebesar 0,11% terhadap total pertumbuhan. Berdasarkan pelaku usahanya, sub

sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan

bukan industri berskala besar. Namun demikian, saat ini terdapat beberapa perusahaan

Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara

Sumber : Bank Indonesia Manado

Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Datang 174,013 208,221 218,514 229,908 203,160 213,389 229,846 245,468 6.77%Berangkat 183,275 205,865 219,567 216,486 213,108 216,771 232,520 231,954 7.15%Datang 1,378,294 1,715,793 1,844,427 1,957,143 1,783,877 1,656,261 1,808,789 1,957,167 0.001%Berangkat 941,772 1,270,119 1,400,768 1,011,539 1,208,615 1,098,530 945,969 1,154,768 14.16%

2011

Penumpang

Kargo

Jenis Pengangkutan

Kedatangan/ Keberangkatan

2010 Growth (YoY)

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

-

20

40

60

80

100

120

140

160

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis

gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis

30

Tabel 1.10. Daftar Investasi PMA Sektor Pertambangan

Sumber : BKPM Regional Sulut

PMA yang telah membuka usaha pertambangan emas di berbagai wilayah di Sulawesi

Utara. Dukungan perbankan terhadap sektor pertambangan juga terus mengalami

perbaikan, jika dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan yang diberikan oleh pihak

perbankan terhadap sektor pertambangan pengalami penurunan yang cukup signifikan

pada awal tahun 2009, dan selanjutnya mulai mengalami peningkatan pada triwulan II-

2011. Pada triwulan laporan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan

tercatat sebesar Rp89 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 142,33% (yoy).

Rencana Investasi Realisasi Investasi

( US$ ) ( US$ ) WNI WNA1 PT. Bumi Sulawesi Persada Mining Pertambangan Nikel dan emas 2.000.000 - 50 - Hongkong/ RRC Bolmong2 PT. Pertambangan Bumi Indonesia Pertambangan emas dan perak serta nikel 1.995.349,53 - 100 - Hongkong/RRC Bolmong3 PT. Arafura Mandiri Semangat Pertambangan emas 610 - 100 - Australia Bolmong4 PT. Tambang Tondano Nusajaya Pertambangan emas 120.100.000 - - - Singapura Minahasa5 PT. Meares Soputan Mining Pertambangan emas 182.000.000 - - - Singapura Minahasa6 PT. Avocet Mining Services Jasa Pertambangan 600 - 50 - Inggris Manado

Tenaga KerjaLokasiNo. Nama Perusahaan Bidang Usaha Asal Negara

F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sementara itu, sektor listrik, gas dan air

bersih pada triwulan IV-2011 tumbuh

positif 6,29% (yoy). Jika dilihat dari jumlah

penjualan listrik serta jumlah pelanggan di

triwulan IV-2011, terdapat pertumbuhan

positif dalam jumlah pelanggan dan

pemakaian listrik pada triwulan laporan.

Jumlah pelanggan listrik pada triwulan IV-

Grafik 1.32. Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik di

Sulawesi Utara

Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah

Grafik 1.31. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

-50

0

50

100

150

200

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis

gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis

-

50

100

150

200

250

300

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Jumlah Pemakaian (MW) - left axis

Jumlah listrik yang tersedia (MW) - left axis

31

2011 sebesar 451.984 pelanggan atau tumbuh 10,47% (yoy) dengan jumlah pemakaian

187 MW atau tumbuh 2% dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Sementara itu,

pada triwulan IV-2011, kapasitas listrik yang tersedia adalah sebesar 270 MW atau tumbuh

21,08% dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010. Tingkat pertumbuhan kapasitas

listrik tersedia didukung oleh pembangunan sejumlah pembangkit listrik di wilayah Sulawesi

Utara.

32

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Tekanan inflasi Kota Manado sepanjang tahun 2011 tercatat sangat rendah.Secara

tahunan, inflasi Kota Manado pada Desember 2011 tercatat 0,67% (yoy) jauh lebih rendah

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar7,38% (yoy) dan masih

lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,79% (yoy). Secara

bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan IV-2011 menunjukkan fluktuasi

yang terutama dipengaruhi oleh pergerakan harga kelompok bahan makanan. Pada

Oktober 2011 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,33% (mtm), kemudian mengalami

deflasi cukup tajam pada November 2011 sebesar 0,40% (mtm). Pada akhir triwulan IV

2011 tekanan inflasi Kota Manado kembali mengalami peningkatan yang terutama

didorong oleh faktor musiman perayaan Hari Raya Natal & Tahun Baru sehingga tercatat

mengalami inflasi sebesar 0,94% (mtm) pada Desember 2011.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi yang rendah secara

tahunan terutama didorong oleh stabilnya tingkat inflasi kelompok inti (core inflation) dan

kelompok administered price. Sementara kelompok bahan makanan yang harganya

bergejolak (volatile foods) memberikan sumbangan yang negatif terhadap inflasi tahunan.

Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq)

Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010 2011

%

yoy Manado yoy Nasional -3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010 2011

%

qtq Manado qtq Nasional

33

2.1. PERKEMBANGAN INFLASI

2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)

Secara tahunan, tren penurunan inflasi Kota Manado selama tahun 2011 terus berlanjut

hingga tercatat sebesar 0,67% (yoy) pada akhir triwulan IV 2011, jauh lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 6,28% (yoy) dan

masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,79% (yoy)

pada Desember 2011. Tren penurunan tekanan inflasi sepanjang tahun 2011 terutama

disumbangkan oleh deflasi bahan makanan yang disebabkan oleh kondisi pasokan yang

memadai. Puncak permintaan masyarakat Kota Manado pada perayaan Natal 2011 dan

Tahun Baru 2012 yang jatuh di akhir triwulan IV 2011 memberikan tekanan relatif minimal

terhadap inflasi tahunan Kota Manado.

Berdasarkan kelompoknya, inflasi disumbang oleh hampir seluruh kelompok yang ada.

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi tertinggi dibandingkan

kelompok lainnya, tercatat sebesar 9,06% (yoy) yang terutama terjadi pada sub kelompok

pendidikan. Sementara itu, kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi sebesar

3,17% (yoy) karena melimpahnya pasokan, baik pasokan lokal maupun pasokan impor.

2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)

Searah dengan inflasi tahunan, tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan IV-

2011tercatatlebih rendahdibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara

triwulanan, Kota Manado pada triwulan IV-2011mencatat inflasi 0,87% (qtq), lebih rendah

dibandingkan triwulan IV-2010 yang mengalami inflasi sebesar 1,44% (qtq). Namun

demikian, tekanan inflasi pada triwulan laporan meningkat dibandingkan triwulan III 2011

yang tercatat mengalami deflasi sebesar -0,06% (yoy) .

Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q41 Bahan Makanan 21.82 4.75 -0.82 5.82 -2.19 6.39 18.14 15.23 21.69 14.72 -1.23 -3.172 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 8.03 7.5 6.15 4.88 8.13 5.96 4.83 5.36 0.43 1.50 1.45 1.213 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3.54 2.07 -0.15 0.44 1.45 1.83 2.58 2.35 1.85 2.14 1.58 1.634 Sandang 6.05 4.94 4.67 6.37 2.83 6.84 7.02 5.15 5.03 4.28 8.33 5.565 Kesehatan 9.16 5.43 4.84 4.12 4.98 2.56 1.87 0.96 0.61 2.62 3.21 5.206 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 2.58 2.03 2.63 1.81 1.97 1.75 1.19 1.62 0.91 0.86 9.70 9.067 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.05 -8.66 -8.76 -5.33 1.63 2.60 3.26 0.59 0.80 -0.38 -0.86 0.49

8.85 2.25 -0.01 2.31 1.84 4.21 7.38 6.28 6.90 5.15 1.24 0.67

201120102009No Kelompok

Umum

34

Grafik 2.3. Inflasi Triwulanan Sub Kelompok Bahan Makanan

TriwulanIIV-2011

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q41 Bahan Makanan 6.58 -7.86 0.84 6.86 -1.50 0.23 11.98 4.23 4.03 -5.51 -3.59 2.182 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.54 1.07 1.85 0.34 4.68 -0.95 0.77 0.84 -0.22 0.10 0.72 0.603 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar -0.26 -0.29 0.23 0.77 0.74 0.09 0.96 0.55 0.24 0.38 0.41 0.604 Sandang 3.97 -1.93 0.92 3.36 0.52 1.89 1.09 1.56 0.40 1.17 5.02 -1.035 Kesehatan 1.18 2.32 0.99 -0.42 2.02 -0.04 0.32 -1.32 1.66 1.96 0.90 0.596 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.57 0.22 0.91 0.10 0.72 0.01 0.36 0.52 0.02 -0.04 9.15 -0.067 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -7.03 0.28 -0.02 1.57 -0.20 1.23 0.62 -1.06 0.02 0.05 0.13 0.29

1.18 -2.08 0.74 2.50 0.72 0.20 3.81 1.44 1.31 -1.43 -0.05 0.87

No Kelompok2009 20112010

Umum

Berdasarkan kelompoknya, inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu

sebesar 2,18% (qtq). Inflasi secara triwulanan pada kelompok bahan makanan didorong

oleh peningkatan tekanan inflasi pada sub kelompok sayur-sayuran, sub kelompok padi-

padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya, serta sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya

seiring oleh peningkatan permintaan untuk memenuhi kebutuhan menjelang Hari Raya

Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Namun demikian, peningkatan permintaan direspon oleh

memadainya pasokan sehingga dapat meredam laju inflasi pada level dibawah rata-rata

historisnya selama empat tahun terakhir

2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)

Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan IV-2011 menunjukkan

fluktuasi yang terutama dipengaruhi oleh pergerakan harga kelompok bahan makanan.

Tingkat inflasi Kota Manado sepanjang triwulan IV 2011 lebih rendah dibandingkan dengan

tingkat inflasi nasional (Grafik 2.4).Pada Oktober 2011 Kota Manado tercatat mengalami

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

6.23

(2.16)

0.81

(0.42)

4.55

12.52

(2.37)(0.24)

(8.26)

0.12

2.01

-10 -5 0 5 10 15

Padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya

Daging & Hasil-hasilnya

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu & Hasil-hasilnya

Sayur-sayuran

Kacang - kacangan

Buah - buahan

Bumbu - bumbuan

Lemak & Minyak

Lainnya

Sub Kelompok

35

Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado

Menurut Kelompok Barang & Jasa Oktober 2011

Grafik 2.4 Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm)

inflasi 0,33% (mtm), kemudian mengalami deflasi cukup tajam pada November

2011sebesar 0,40% (mtm). Pada akhir triwulan IV 2011 tekanan inflasi Kota Manado

kembali mengalami peningkatan yang terutama didorong oleh faktor musiman perayaan

Hari Raya Natal & Tahun Baru sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,94% (mtm)

pada Desember 2011.

OKTOBER 2011

Pada awal triwulan IV-2011, Kota Manado tercatat

mengalami inflasi sebesar 0,33% (mtm). Inflasi

terutama terjadi pada kelompok bahan makanan

sebesar 1,23% (mtm) dengan sumbangan sebesar

0,35% terhadap total inflasi bulanan. Berdasarkan

sub kelompoknya, sayur-sayuran mengalami inflasi

sebesar 6,84% (mtm). Kemudian diikuti oleh sub

kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok padi-

padian, umbi-umbian dan hasilnya yang masing-

masing mengalami inflasi sebesar 5,09% (mtm) dan

0,82% (mtm). Tekanan inflasi pada kelompok bahan

makanan merupakan pengaruh berkurangnya pasokan sayur dan bumbu-bumbuan pada

awal triwulan laporan.Harga komoditas beras meningkat seiring dengan berlalunya musim

panen beras di Sulut yang mengalami puncaknya pada Agustus 2011. Selain itu, beberapa

wilayah sentra padi di Sulut mengalami gagal panen akibat (1) terserang hama tungro/padi

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

1.23

0.05

0.13

-1.18

0.11

-0.03

0.11

0.35

0.01

0.03

-0.08

0.00

0.00

0.01

-2 -1 0 1 2

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Okt 2011

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2009 2010 2011

%

mtm Manado mtm Nasional

36

menguning (Minahasa Utara, Ollot-Bolaang Itang) dan (2) hujan lebat yang menyebabkan

longsor (Ratahan-Tombatu-Minsel).

NOVEMBER 2011

Tekanan inflasi Kota Manado pada November

2011 menurun tajam dibandingkan dengan

bulan sebelumnya, sehingga tercatat

mengalami deflasi sebesar 0,4% (mtm).

Tekanan inflasi yang sangat rendah pada

November 2011 sedikit menunjukkan

pergeseran dibandingkan dengan pola

musiman pergerakan harga beberapa tahun

terakhir dan rata-rata inflasi bulanan pada

periode yang sama selama 3 (tiga) tahun

terakhir.

Harga komoditas kelompok bahan makanan yang meningkat pada bulan sebelumnya

mengalami penurunan sehingga pada November 2011 kelompok ini mengalami deflasi -

1,72% (mtm) dengan andil -0,49% terhadap inflasi bulanan secara keseluruhan. Penurunan

harga terutama terjadi pada komoditas cabai rawit, bawang merah, bawang putih, dan

daging ayam ras.

DESEMBER2011

Pada akhir triwulan IV–2011, laju

perkembangan harga barang dan jasa secara

umum kembali mengalami peningkatan

dibandingkan bulan sebelumnya hingga

menyentuh angka inflasi 0,94% (mtm). Inflasi

pada Desember 2011 terutama disebabkan

oleh (1) Meningkatnya permintaan bahan

makanan menjelang perayaan Natal 2011 dan

Tahun Baru 2012 (2) Terdongkraknya harga

semen seiring realisasi proyek fisik pemerintah

di akhir tahun anggaran (3) Meningkatnya

harga rokok kretek sebagai pengaruh

Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa November 2011

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.

Grafik 2.7. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok

Barang dan Jasa Desember 2011

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.

-1.72

0.14

0.14

0.26

0.49

0.00

0.03

-0.49

0.02

0.04

0.02

0.02

0.00

0.00

-2 -1 0 1

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Nov 2011

2.71

0.41

0.33

-0.11

-0.01

-0.03

0.15

0.77

0.07

0.08

-0.01

0.00

0.00

0.02

-1 0 1 2 3

Bahan Makanan

Makanan jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Andil Inflasi (mtm) Des 2011

37

Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah. Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.

meroketnya harga cengkeh pada akhir triwulan IV 2011 dan rencana kenaikan cukai rokok

pemerintah pada awal tahun 2012.

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi yang rendah secara

tahunan terutama didorong oleh stabilnya tingkat inflasi kelompok inti (core inflation) dan

kelompok administered price sepanjang tahun 2011. Sementara itu, tkelompok bahan

makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) memberikan sumbangan yang negatif

terhadap inflasi.

2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL

Inflasi Inti (core inflation) pada Desember 2011 tercatat 3,04% (yoy) dengan sumbangan

1,58% terhadap total inflasi tahunan pada akhir triwulan IV-2011. Tekanan inflasi inti relatif

tidak mengalami perubahan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar

3,08% (yoy) dengan sumbangan 1,65% terhadap total inflasi tahunan di akhir triwulan IV-

2010. Jika dibandingkan dengan dibandingkan triwulan sebelumnya, tekanan inflasi inti

menunjukkan tren penurunan dimana inflasi inti tercatat sebesar 3,32% (yoy) dengan

sumbangan 1,74% terhadap total inflasi triwulan III 2011. Dari sisi domestik, sumber inflasi

pada triwulan laporan diperkirakan antara lain berasal dari faktor perayaan Hari Natal dan

Tahun Baru yang jatuh pada akhir triwulan IV 2011 yang merupakan periode puncak

konsumsi masyarakat Sulut sepanjang tahun 2011. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi relatif

minimal seiring dengan penguatan Rupiah dan melandainya harga komoditas internasional.

Ekspektasi masyarakat pada akhir triwulan IV 2011 tercatat mengalami peningkatan.

Grafik 2.8. Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya

Grafik 2.9. Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010 2011

Volatile Administered CORE IHK

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011

UMUM Volatile Administered Core

38

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado dan Survei Pedagang Eceran (SPE)KBI Manado

0

100

200

300

400

500

600

0

20

40

60

80

100

120

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*

2008 2009 2010 2011 2012

% indeksKapasitas Produksi (left axis)

Indeks Riil Penjualan (right axis)

Namun demikian, apresiasi nilai tukar Rupiah serta berbagai kebijakan pemerintah di bidang

moneter dan fiskal menjaga inflasi inti dalam level yang relatif stabil sepanjang tahun 2011.

Interaksi Permintaan dan Penawaran

Puncak konsumsi masyarakat Sulut yang terjadi pada triwulan IV 2011 sehubungan dengan

perayan Hari Natal 2011 dan Tahun Baru 2012 berpotensi menimbulkan tekanan inflasi

cukup tinggi pada periode laporan. Bank Indonesia Manado bersama-sama dengan

Pemerintah Daerah dan stakeholders lainnya yang tergabung dalam wadah Tim Pengendali

Inflasi Daerah (TPID) Prov. Sulut melakukan berbagai upaya dalam mengantisipasi lonjakan

harga di akhir tahun, diantaranya operasi pasar dan pemantauan stok dalam rangka

menjamin ketersediaan pasokan. Berbagai upaya tersebut dapat meredam kenaikan harga

barang dan jasa yang disebabkan oleh tekanan permintaan di akhir tahun.Selain itu,

berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado, persentase kapasitas

produksi dari dunia usaha menujukkan peningkatan dari 62,97% pada triwulan IV-2010

menjadi 97,5% pada triwulan laporan. Tingginya permintaan masyarakat di respon dengan

baik oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi sehingga mampu menjamin

ketersediaan pasokan, hal inilah yang pada tahap selanjutnya mampu menahan laju inflasi

Kota Manado.

Ekspektasi Inflasi

Ekspektasi masyarakat Sulut terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang

terbilang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia

Grafik 2.10. Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran dan

Kapasitas Produksi

39

Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap

Harga Barang dan Jasa di Kota Manado

Grafik 2.12. Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado

Manado pada periode laporan yang ditandai oleh angka indeks ekspektasi konsumen

terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang masing-masing sebesar 193

dan 190,5 pada Desember 2011 (Grafik 2.11). Selanjutnya dari sisi ekspektasi pedagang,

berdasarkan hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado, sebagian besar pedagang di

Sulut juga memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang

akan datang (Grafik 2.12). Tingginya ekspektasi masyarakat Sulut merupakan salah satu

dampak dari kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi (rencana pembatasan BBM

bersubsidi jenis bensin dan solar serta kebijakan konversi minyak tanah ke LPG) dan rencana

kenaikan TDL pada April 2012. Namun demikian, kebijakan penurunan BI Rate dari 6,75%

pada September 2011 menjadi 6,0% pada Oktober dan November 2011 mampu

mengendalikan ekspektasi inflasi dan kembali mengarahkan ekspektasi ke level yang lebih

rendah, tercermin dari indeks ekspektasi inflasi konsumen dan pedagang eceran pada akhir

triwulan IV 2011 yang lebih rendah dibandingkan dengan indeks pada awal triwulan IV

2011.

Eksternal

Sementara itu, dari sisi eksternal, tekanan inflasi inti relatif terkendali sebagai dampak nilai

tukar Rupiah selama tahun 2011 yang secara rata-rata mengalami apresiasi 3,56%

dibandingkan rata-rata 2010. Bank Indonesia telah menempuh berbagai langkah kebijakan

untuk membatasi tekanan terhadap nilai tukar Rupiah sehingga tetap sejalan dengan

fundamental maupun daya saing mata uang di kawasan. Untuk menjaga keseimbangan

pasar domestik, Bank Indonesia terus memonitor perkembangan nilai tukar Rupiah dan

memastikan kecukupan likuiditas Rupiah dan valas. Disamping itu, melandainya harga emas

internasional pada akhir tahun 2011 yang ditransmisikan pada penurunan harga emas

Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2008 2009 2010 2011

Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad

Sumber : Survei Konsumen (SK) KBI Manado

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2008 2009 2010 2011

Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad

40

Grafik 2.14. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional

Sumber:Bloomberg

Grafik 2.13. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Sumber:Bank Indonesia

perhiasan domestik juga merupakan salah satu faktor yang membawa inflasi inti pada level

yang relatif terkendali.

2.2.2 Non Fundamental

Volatile foods

Kelompok volatile foodspada Desember 2011 tercatat mengalami deflasi -3,32% (yoy)

dengan sumbangan -0,97% (yoy) terhadap inflasi umum. Rendahnya inflasi volatile foods

tersebut terkait dengan melimpahnya pasokan, termasuk yang bersumber dari impor (antar

negara). Volume impor bahan pangan khususnya komoditas hortikultura antara lain

bawang merah, bawang putih, dan kentang meningkat cukup tinggi terutama memasuki

triwulan III 2011. Selain itu, kebijakan impor yang dilakukan oleh BULOG untuk komoditas

beras menjaga stabilisasi harga domestik. Kondisi cuaca yang lebih kondusif juga turut

mendorong peningkatan produksi komoditas pangan terutama aneka bumbu seperti cabai

dan bawang. Pada tahun 2011, intensitas curah hujan cenderung lebih rendah

dibandingkan tahun 2010 sehingga kondusif bagi produksi beragam komoditas bumbu.

Sementara itu, komoditas cabai merah sepanjang tahun 2011 tidak menunjukkan gejolak

harga yang signifikan sebagaimana tahun sebelumnya didorong oleh berlimpahnya pasokan

dari Gorontalo dan Palu.

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

IV I II III IV

2010 2011

%

USD

/OZ

Harga Emas yoy (axis kanan)

8,000

8,200

8,400

8,600

8,800

9,000

9,200

9,400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011

Rp/USD

41

Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI ManadoSumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado

Administered Price

Inflasi kelompok administered prices pada Desember 2011 tercatat cukup rendah tercatat

sebesar 0,1% (mtm) atau 0,35% (yoy) dengan sumbangan 0,07% (yoy). Inflasi administered

prices pada Desember utamanya berasal dari komoditas rokok yang tercatat mengalami

inflasi sebesar 0,01% (mtm). Selain rokok, komoditas administered prices lainnya yang

memberikan sumbangan terhadap inflasi adalah bahan bakar rumah tangga yakni sebesar

0,02% (mtm) terkait masih berlanjutnya program konversi minyak tanah ke gas elpiji.

Grafik 2.15. Perkembangan Harga Komoditas Beras di Kota Manado

s.d. Desember 2011

Grafik 2.16. Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit dan

Bawang Merah di Kota Manado

8,000

8,500

9,000

9,500

10,000

10,500

11,000

I III I III I III V II IV II IV I III I III I III V II IV II IV II IV II IV

Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des

Rp/kg

10,000

30,000

50,000

70,000

90,000

110,000

I III I III I III V II IV II IV I III I III I III V II IV II IV II IV II IV

Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des

Rp/kg

Cabe Rawit (merah) Bawang Merah

42

ASYMETRIC PRICE TRANSMISSION

KOMODITAS VOLATILE FOODS KOTA MANADO

Perkembangan inflasi Kota Manado secara historis selama 3 (tiga) tahun terakhir

menunjukkan bahwa inflasi terutama disumbangkan oleh kelompok bahan makanan. Sementara itu,

berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi terutama disumbangkan oleh kelompok volatile foods.

Sumber instabilitas yang berpengaruh pada fluktuasi harga komoditas volatile foods di Sulut sarat

dengan permasalahan di sisi penawaran, salah satunya adalah pola tata niaga yang terindikasi

mengalami pergerakan harga yang tidak simetris .

Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Vavra dan Goodwin (2005) ditemukan adanya

pergerakan data yang asimetris pada komoditas pertanian. Pergerakan harga yang tidak simetris ini

telah menimbulkan adanya dugaan penyalahgunaan market power dan perilaku oligopolistik. Ketika

terjadi kenaikan harga pada tingkat hulu secara serta merta direfleksikan dengan terjadinya kenaikan

harga pada tingkat hilir, namun tidak diikuti dengan pola yang sama ketika terjadi penurunan harga.

Fenomena ini kemudian dikenal dengan istilah Asymmetric Price Transmission (APT) atau sering juga

disebut sebagai fenomena rocket and feathers yang menyebabkan harga yang seharusnya lebih

murah menjadi lebih tinggi.

Salah satu metode yang digunakan untuk membuktikan pergerakan harga yang asimetrik

dilakukan dengan pendekatan Houck. Houck dalampenelitiannyamengembangkan model pengujian

APT berdasarsegmentasivariabelhargamenjadiharganaikdanhargaturun

tftftrt PPP εαα +Δ+Δ+=Δ −+10 dimana:

rtPΔ : Turunanpertamahargaditingkatritel +Δ ftP : Pergerakanharganaikditingkatritel

−Δ ftP : Pergerakanhargaturunditingkathulu

Dalam rangka melakukan pengujian terhadap indikasi terhadap terjadinya transmisi harga

yang tidak simetris pada komoditas volatile foods di Kota Manado, dipergunakan pendekatan houck

terhadap 5 komoditas terpilih (Bawang Merah, Beras, Cabai Rawit, Gula Pasir dan Minyak Goreng)

dengan menggunakan data di tingkat produsen dan ritel.

43

Sebelum dilaksanakan estimasi melalui pendekatan houck, maka terlebih dahulu dilakukan

uji Granger Causality untuk menunjukkan pengaruh pergerakan harga di tingkat produsen terhadap

pergerakan harga di tingkat ritel. Secara umum, hasil uji kausalitas Granger menujukkan bahwa

pengaruh harga di tingkat produsen memberikan pengaruh pada harga di tingkat konsumen.

Hasil Uji Kausalitas Granger Komoditas Terpilih

PertanianBawang Merah Signifikan pada α =5%Beras Signifikan pada α =10%Cabai Rawit Signifikan pada α =10%

IndustriGula Pasir Signifikan pada α =5%Minyak Goreng Signifikan pada α =1%

Setelah mendapatkan hasil signifikan pada pengujian granger, kemudian dilakukan estimasi

Asymmetric Price Transmission dengan menggunakan pendekatan Houck. Hasil estimasi adalah

sebagai berikut :

***) Signifikanpadaα =1% **) Signifikanpadaα =5% *) Signifikanpadaα =10%

Tujuan pendekatan houck adalah untuk mengetahui adanya asimetri harga di tingkat

produsen dan konsumen, dan bukan membentuk model yang benar untuk proyeksi. Oleh sebab itu,

hasil estimasi yang menunjukkan R² rendah, sepanjang bersifat BLUE dapat diterima. Adapun model

yang bersifat BLUE adalah model yang terbebas dari masalah autokorelasi dan heteroskedastisitas

(Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews,2007). Nilai R² yang

rendah pada hasi estimasi ini menunjukkan kurangnya independent variable untuk menjelaskan

dependent variable dimana dalam pendekatan houck hanya menggunakan dua variabel

independent, yakni akumulasi delta harga naik dan akumulasi delta harga turun di tingkat produsen.

44

Semua komoditas telah terbebas dari masalah autokorelasi yang ditunjukkan dengan nilai

statistik Durbin Watson (1,54<DW<2,46), terkecuali pada komoditas beras(DW<1,54) dan cabai rawit

(DW>2,46) tidak dapat diputuskan apakah terjadi masalah autokorelasi/tidak dengan menggunakan

nilai statistik DW. Namun demikian, komoditas dimaksud telah diestimasi ulang dengan

menggunakan metode Breusch-Godfrey dengan uji Langrage Multiplier (LM) dimana hasil uji

menujukkan bahwa komoditas bawang merah dan beras terbebas dari masalah autokorelasi.

Selanjutnya Uji White menujukkan bahwa semua komoditas telah terbebas dari masalah

heteroskedastisitas.

Secara umum seluruh komoditas menunjukkan pergerakan harga naik di produsen

berpengaruh signifikan terhadap kenaikan harga di tingkat hilir. Namun demikian penurunan harga di

tingkat hulu belum tentu direspon dengan penurunan harga di tingkat hilir. Kondisi ini

mengindikasikan terjadinya fenomena downward price rigidity yang berpotensi untuk mengakibatkan

inflasi menjadi lebih persisten.

Disamping itu, fenomena downward price rigidity mencerminkan adanya distribusi

pendapatan yang tidak merata di masing-masing lini dalam jalur distribusi tata niaga komoditas

pertanian, dimana petani merupakan pihak yang memiliki tingkat kesejahteraan paling rendah

diantara para pelaku dalam tata niaga dimaksud. Mencermati fenomena yang terjadi, diperlukan

upaya dalam meningkatkan bargaining power petani, diantaranya dapat dicapai melalui

pengoptimalan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditi Agro.

45

Halaman ini sengaja dikosongkan

46

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Kondisi perekonomian yang cukup baik menjadi salah satu pendukung kuatnya

pertumbuhan kinerja perbankan Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011. Aset, Dana Pihak

Ketiga (DPK), dan outstanding kredit mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana,

pertumbuhan DPK terutama terjadi pada jenis giro. Sejalan dengan itu, kredit bertumbuh

lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama kredit investasi.

Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to

Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level 112,43% di akhir tahun

2011. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko

kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing

Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.

Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4Total Aset 13,635 14,235 14,860 14,769 14,783 15,914 16,731 17,534 18,242 19,467 20,465 21,244 Tumbuh Y.o.Y (%) 26.33 21.76 20.24 9.17 8.42 11.79 12.58 18.72 23.40 22.33 22.32 21.16 DPK (Rp Miliar) 8,907 9,448 9,725 9,987 9,953 10,604 11,114 11,428 11,797 12,601 13,298 14,138 Tumbuh Y.o.Y (%) 23.90 21.67 22.64 12.72 11.74 12.24 14.28 14.43 18.53 18.83 19.66 23.71 Kredit outstanding (Rp Miliar) 9,095 9,627 10,004 10,485 10,867 11,631 12,119 12,909 13,397 14,403 15,107 15,896 Tumbuh Y.o.Y (%) 33.30 22.60 18.34 17.36 19.48 20.81 21.14 23.12 23.28 23.83 24.65 23.14 LDR (%) 102.11 101.90 102.88 104.98 109.18 109.68 109.05 112.95 113.56 114.30 113.60 112.43 NPL (%) 3.86 3.72 3.58 2.83 3.53 3.46 3.48 3.13 3.74 3.64 3.46 2.66

2009Komponen

2010 2011

Sumber : Bank Indonesia Manado

3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA

Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah

maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan IV-2011 tumbuh positif, lebih baik

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Total aset perbankan Sulut

pada triwulan IV 2011 mencapai Rp21.244 miliar atau tumbuh 21,16% (yoy), lebih tinggi

dari pertumbuhan pertumbuhan tahun lalu yang tercatat hanya sebesar 18,72% (yoy).

Struktur aset perbankan Sulawesi Utara masih didominasi oleh aset bank umum

konvensional dengan pangsa mencapai 94,4% dari total aset perbankan. Sementara itu,

pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar 2,15% dan

47

2,91%. Apabila dilihat pertumbuhan pangsa asetnya, BPR terus menunjukkan tren

pertumbuhan yang positif dan meningkat. Lebih lanjut, dari keseluruhan aset bank, sebesar

69,23% merupakan aset bank pemerintah dan sisanya sebesar 30,77% merupakan aset

bank swasta.

3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK

Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 bank

umum konvensional, 3 bank umum syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Berdasarkan jaringan kantornya, bank umum konvensional memiliki 246 kantor dan bank

Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. IV-2011

Sumber: Bank Indonesia Manado

Grafik 3.2. Pertumbuhan Pangsa Aset Perbankan

Sulawesi Utara Tw. IV-2011 (%)

Sumber: Bank Indonesia Manado

93.00

93.50

94.00

94.50

95.00

95.50

96.00

96.50

97.00

97.50

98.00

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Total Asset BPR Konvensional (left axis)Total Asset BU Syariah (left axis)Bank Umum Konvensional (right axis)

BPR Konvensional2.91%

BU Syariah2.15%

Pemerintah69.23%

Swasta30.77%

Bank Umum Konvensional

94.40%

BPR Konvensional Bank Umum Syariah

Bank Umum Konvensional Pemerintah Bank Umum Konvensional Swasta

48

umum syariah memiliki 13 kantor, sementara itu BPR terdiri dari 48 kantor. Jumlah bank

umum dan BPR konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan apabila

dibandingkan dengan triwulan lalu. Sepanjang tahun 2011 terdapat penambahan 21 kantor

bank umum konvensional, 5 kantor BPR dan 1 kantor bank umum syariah yang

menggambarkan semakin besarnya aktivitas perekonomian di Sulawesi Utara.

3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL

3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter

Sepanjang tahun 2011 kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang

cukup baik ditengah kondisi pelemahan ekonomi global. Pada triwulan IV-2011,

perekonomian mengalami pertumbuhan tinggi terutama didukung oleh permintaan

domestik yang masih kuat dan kinerja ekspor yang masih terjaga. Nilai tukar Rupiah

cenderung menguat dimana secara rata-rata pada tahun 2011 Rupiah menguat sebesar

3,56% (yoy). Tingkat inflasi berada pada level yang rendah bersumber dari terjaganya inflasi

inti pada level yang rendah, inflasi bahan pangan yang rendah, dan minimalnya inflasi

administered prices. Mencermati risiko memburuknya ekonomi global dan dalam upaya

terus menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta memberikan stimulus

untuk perekonomian domestik sejalan dengan tekanan inflasi ke depan yang semakin

rendah sekaligus sebagai langkah perbaikan terhadap struktur suku bunga (term structure)

jangka pendek, menengah dan panjang, Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan

untuk menetapkan BI Rate menjadi 6%.

Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus

berlanjut. Namun demikian, penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman di

Sulawesi Utara masih dalam kisaran yang relatif terbatas, ditandai oleh tren penurunan suku

bunga perbankan hingga akhir triwulan IV-2011 dalam kisaran rendah. Berdasarkan data

yang bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir Desember 2011, rata-rata

tingkat suku bunga kredit tercatat sebesar 13,53% atau sedikit lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,67%. Menurut jenis penggunaannya, rata-

rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 13,53% per tahun, rata-rata kredit

investasi sebesar 13,87% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,42% per

tahun. Sementara itu, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan sampai dengan

Desember 2011 tercatat sebesar 6,58%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 6,81%.

49

3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada

triwulan IV-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 23,71% (yoy) menjadi

Rp14.138 miliar. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terjadi pada jenis giro yang

tumbuh 24,75% (yoy) kemudian disusul oleh tabungan sebesar 24,61% (yoy) dan deposito

sebesar 21,55% (yoy). Lebih lanjut, komponen giro yang mengalami pertumbuhan berasal

dari pihak swasta. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan perbankan dalam menjaring

dana dari masyarakat semakin membaik.

Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh

jenis simpanan tabungan sebesar 52,92% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK),

disusul kemudian deposito (29,64%) dan giro (17,44%).

Grafik 3.6. Share Dana Pihak Ketiga (DPK)

Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)

Sumber: Bank Indonesia Manado

Sumber: Bank Indonesia Manado

Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata

Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)

Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit

Menurut Jenis Penggunaan (%)

13.0

13.5

14.0

14.5

15.0

15.5

16.0

16.5

17.0

17.5

Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

Dec

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Au

g

Sep

Okt

No

v

Des

2011

Modal Kerja Investasi Konsumsi

5.50

6.00

6.50

7.00

7.50

13.0

14.0

15.0

16.0

17.0

Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun Jul

Aug Se

p

Okt

Nov Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Juli

Aug Se

p

Okt

Nov Des

2010 2011

Sk. Bunga Kredit (Left Axis) BI Rate (Right Axis) Sk. Bunga Deposito (Right Axis)

Sumber: Bank Indonesia Manado

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Giro Deposito Tabungan

17.44%

29.64%

52.92%

Giro Deposito Tabungan

Sumber: Bank Indonesia Manado

50

Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)

Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Bank Indonesia Manado

Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 63,92% dari total DPK

sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (36,08%). Berdasarkan laju

pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 25,19% (yoy) sedangkan dana

di bank swasta tumbuh sebesar 21,17% (yoy).

Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga

yang dihimpun, sebesar 74,19% atau Rp10.489 miliar berasal dari bank-bank yang

berlokasi di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (6,92%), Kota Bitung

(6,82%), Kabupaten Bolaang Mongondow (6,81%), dan Kabupaten Sangihe Talaud

(5,26%).

 

 

 

 

 

 

Sumber: Bank Indonesia Manado

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Bank Pemerintah Bank Swasta

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4Minahasa 833 827 794 686 841 905 923 800 1,000 1,067 1,078 978 Bolmong 553 669 697 632 795 885 948 891 1,011 1,047 1,054 962 Sangihe Talaud 440 473 575 488 559 594 680 614 736 763 802 744 Manado 6,443 6,835 6,989 7,509 7,320 7,520 7,830 8,375 8,275 8,890 9,478 10,489 Bitung 639 642 669 673 705 701 734 748 775 834 887 965 Total 8,907 9,448 9,725 9,987 10,220 10,604 11,114 11,428 11,797 12,601 13,298 14,138

Sebaran DPK 20112009 2010

51

Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan

seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami

oleh Kota Bitung sebesar 28,91% (yoy) dan yang terendah dialami oleh Kota Bolmong

(8,04%). Selanjutnya Kota Manado, Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud, Kabupaten

Minahasa, dan Kabupaten Bolaang Mongondow tumbuh masing-masing sebesar 25,24%

(yoy), 22,21% (yoy) dan 21,26% (yoy).

3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor

Pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara terus menunjukkan adanya

tren peningkatan. Pada triwulan IV-2011, jumlah kredit secara umum tercatat Rp15.896

miliar atau tumbuh 23,14% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit

paling signifikan dialami oleh kredit investasi yang mencapai jumlah Rp2.478 miliar atau

tumbuh 84,8% (yoy). Sementara itu, untuk jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi

masing-masing sebesar Rp5.160 miliar dan Rp8.258 miliar atau tumbuh 19.81% (yoy) dan

13.73% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja pada periode

laporan diperkirakan didorong oleh meningkatnya minat pelaku usaha untuk berinvestasi di

Sulut, hal ini tercermin dari pembangunan infrastruktur penunjang serta sarana dan

prasarana daerah yang terus ditingkatkan seiring dengan semakin banyaknya perhelatan

berskala nasional dan internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara.

Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan

Kab/Kota (%)

Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan

Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado

0 10 20 30 40 50

Minahasa

Bolmong

Sangihe Talaud

Manado

Bitung

Q3-11 Q4-10 Q4-11

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Bitung 639 642 669 673 705 701 734 748 775 834 887 965

Manado 6,443 6,835 6,989 7,509 7,320 7,520 7,830 8,375 8,275 8,890 9,478 10,48

Sangihe Talaud 440 473 575 488 559 594 680 614 736 763 802 744

Bolmong 553 669 697 632 795 885 948 891 1,011 1,047 1,054 962

Minahasa 833 827 794 686 841 905 923 800 1,000 1,067 1,078 978

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

Bitung Manado Sangihe Talaud Bolmong Minahasa

52

Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

(Rp. Miliar)

Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar

51,95% dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat

sebesar 32,46%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 15,59%.

Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi.

Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian

besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar

29% dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan

laporan, bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan

bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp11.566

miliar atau mencapai pangsa pasar 72,76% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok

bank swasta sebesar Rp4.329 miliar dengan pangsa pasar 37,43% dari total kredit.

Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)

Sumber: Bank Indonesia Manado

Grafik 3.13. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

gModal Kerja (%) gInvestasi (%)gKonsumsi (%) gTotal Kredit (%)

- 2,000 4,000 6,000 8,000

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

2009

2010

2011

Investasi

Modal Kerja

Konsumsi

56.02%29.00%

3.28%

3.71% 7.98%

Lainnya (Konsumsi)

Perdagangan, Hotel & Restoran

Konstruksi

Jasa Dunia Usaha

Sektor Lainnya

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Bank Swasta Bank Pemerintah

Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado

53

Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp15.896 miliar, tercatat

66,31% atau sebesar Rp10.541 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya

diikuti oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 12,11% (Rp1.926 miliar),

Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 9,42% (Rp1.497 miliar), Kota Bitung sebesar

6,16% (Rp.980 miliar) dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 5,99% (Rp.953 miliar).

Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi

dialami Kota Manado sebesar 29,55% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten

Minahasa 16,61% (yoy). Sementara itu Kota Bitung, Kabupaten Sangihe Talaud dan

Kabupaten Bolmong masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 21,93% (yoy),

17,92% (yoy) dan 16,76% (yoy).

3.3.4. Kredit MKM

Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) yang disalurkan oleh bank umum

konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan. Hal ini mencerminkan

keberpihakan perbankan terhadap UMKM. Sampai dengan triwulan IV-2011, posisi kredit

MKM tercatat Rp14.148 miliar atau tumbuh 23,08% (yoy). Jika dilihat berdasarkan

skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di bawah Rp500 juta) memiliki pangsa

terbesar yakni 59,05%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun di bawah Rp5 miliar)

pangsanya mencapai 23,25%, dan sisanya 17,7% merupakan kredit mikro (di bawah Rp50

juta).

.

Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)

Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Sangihe Talaud Bitung Bolmong Minahasa Manado - 10 20 30 40

Minahasa

Bolmong

SangiheTalaud

Manado

BitungQ4 2011

Q3 2011

Q4 2010

Sumber: Bank Indonesia Manado

54

Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan

pada triwulan IV-2011, pangsa kredit MKM tercatat 89% (yoy). Kenaikan pangsa kredit

MKM ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari

rasio Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,4% pada akhir triwulan IV-2011.

3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara sampai dengan triwulan IV 2011 relatif

terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas

ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to

Deposit Ratio (LDR) berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs

diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap

transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya

(Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO) menunjukkan perkembangan yang positif.

Grafik 3.16. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%)

Grafik 3.18. Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)

Grafik 3.17. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)

Sumber: Bank Indonesia Manado

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Mikro Kecil Menengah

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Kredit Umum Kredit UMKM

- 50 100 150 200

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

2009

2010

2011

Menengah

Kecil

Mikro

Sumber: Bank Indonesia Manado

55

3.4.1 Risiko Kredit

Pada triwulan IV-2011 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang

tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara

keseluruhan. Ratio NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar 2.66%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka

terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada

sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua

sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya

perbankan dalam perbaikan kualitas kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian

pada triwulan laporan diperkirakan merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur

dalam mengembalikan pinjamannya seiring dengan naiknya harga beberapa komoditi

perkebunan seperti cengkih, kopra dan pala.

Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat

terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang

relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 56,02% dari total

kredit memiliki tingkat NPL sebesar 1,38%.

3.4.2 Risiko Likuiditas

Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber

dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada

triwulan laporan cukup terkendali.

Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, DPK di Sulawesi

Utara masih didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan dan giro) yang

berpotensi menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan jangka

Grafik 3.19. Kredit & NPLs Sektoral Tw. IV-2011

Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 = Konstruksi 6 = PHR 7 = Transportasi&Komunikasi 8 = Jasa-jasa 9 = Lainnya (Konsumsi)

-8.00-4.000.004.008.0012.0016.0020.0024.0028.0032.0036.0040.0044.0048.0052.0056.00

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kredit (Rp miliar)

NPL (%)

Sumber: Bank Indonesia Manado

56

waktunya relatif lebih panjang daripada penempatan dana masyarakat. Hal ini ditandai oleh

pangsa rata-rata 3 tahun terakhir dari tabungan tercatat sebesar 51,96% dari total kredit

secara keseluruhan. Kondisi ini perlu dikelola dengan baik oleh perbankan, dimana

perbankan dituntut untuk mampu memproyeksikan profil DPK-nya.

Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 112,43%.

Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang

disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan.

Meningkatnya rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank.

Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR

terendah dialami oleh Kota Manado sebesar

100,49%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh

Kabupaten Minahasa sebesar 196,95%, disusul

kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Bolaang

Mongondow sebesar 155,56%, Kabupaten Sangihe

Talaud sebesar 128,04%, dan Kota Bitung sebesar

101,58%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah

tersebut mengindikasikan bahwa wilayah tersebut

merupakan kawasan yang sedang berkembang dan

membutuhkan banyak kucuran dana, yang

diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut.

3.4.3 Risiko Pasar

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin

dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI

Rate) yang cenderung tetap, menyebabkan pergerakan suku bunga perbankan di Sulut pun

bergerak dalam batasan yang relatif kecil. Sementara itu, pergerakan kurs diperkirakan tidak

akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya

transaksi valuta asing di perbankan Sulawesi Utara.

Grafik 3.20. Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota

Sumber: Bank Indonesia Manado

- 50 100 150 200 250

Minahasa

Bolmong

SangiheTalaud

Manado

Bitung Q3 2011

Q4 2010

Q4 2011

57

Sumber: Bank Indonesia Manado

3.4.4 Indikator perbankan lainnya

Rasio Kelonggaran Tarik Kredit

Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank

umum pada triwulan IV-2011 memperlihatkan

adanya kecenderungan peningkatan. Tercatat rasio

kelonggaran tarik pada Desember 2011 sebesar

3,5%, mengalami kenaikan dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 2,48%.

Hal ini mencerminkan bertambahnya jumlah kredit

yang tidak dicairkan oleh nasabah, sehingga risiko

idle money pada perbankan Sulawesi Utara lebih

besar.

Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai

salah satu indikator penilaian terkait kemampuan

bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan

neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih

pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga

atau yang biasa disebut Net Interest Margin (NIM)

pada triwulan laporan menunjukkan angka yang

positif sebesar Rp1.633 miliar, mengalami

peningkatan bila dibandingkan periode yang

sama tahun lalu yang tercatat Rp1.447 miliar.

Rasio BOPO

Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.

Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan

triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan menurun yang tercermin dari

peningkatan rasio BOPO bank umum dari 70,94% pada triwulan yang sama tahun

sebelumnya menjadi 78,75% pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa bank

masih belum efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Grafik 3.22. Net Interest Margin Bank Umum

(Rp Miliar)

Grafik 3.21. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum

Sumber: Bank Indonesia Manado

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Plafond 10,1 10,6 11,0 11,7 12,9 13,7 14,1 15,1 15,5 16,5 17,4 18,2

Outstanding 9,09 9,62 10,0 10,4 10,8 11,6 12,1 12,9 13,3 14,4 15,1 15,8

Rasio UL (%) 6.20 5.50 5.38 6.31 0.69 0.74 2.60 2.48 2.59 2.41 3.31 3.50

-

1

2

3

4

5

6

7

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

20,000%Rp Miliar

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Pend.Bunga 363 748 1,154 1,580 535 1,117 1,707 2,323 640 1,294 1,995 2,752

Biaya Bunga 78 235 348 456 205 420 630 876 253 527 813 1,119

NIM 285 513 805 1,125 330 697 1,077 1,447 414 766 1,182 1,633

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

58

Grafik 3.24. Return On Asset Bank Umum

Grafik 3.23. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum

Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk

menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan IV-2011, rasio

ROA bank umum tercatat sebesar 3,22%, mengalami penurunan bila dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,19%.

3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH

Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan

mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai

dengan posisi Desember 2011 meningkat sebesar 57,82% (yoy), sejalan dengan

pertumbuhan kredit sebesar 48,08%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan

sebesar 50,31% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit

Ratio (FDR) menjadi 188,51% pada triwulan IV-2011.

Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado

Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Aset (Rp Juta) - Left Axis 13,6314,2314,8614,7614,7815,9116,6917,5018,2419,4620,4621,24

L/R (Rp Juta) - Right Axis 134 253 459 428 168 316.3 533 734 215 430 416 684.2

- 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Asset 129.31 142.58 149.30 161.37 165.76 199.25 288.12 304.69 331.31 330.49 347.06 480.87

DPK 155.29 167.43 164.40 94.68 83.20 90.29 104.37 125.46 128.38 133.03 138.95 188.58

Giro 11.94 13.78 14.80 13.71 7.89 9.10 11.85 13.81 13.12 12.14 12.76 16.73

Tabungan 91.70 101.52 98.27 61.22 50.51 59.52 67.33 79.98 76.95 34.87 35.88 68.68

Deposito 51.65 52.12 51.33 19.76 24.80 21.68 25.20 31.67 38.30 86.02 90.31 103.16

Kredit 120.94 134.27 139.50 145.25 150.07 185.92 217.44 240.06 246.04 285.07 322.15 355.48

Modal Kerja 114.90 127.07 129.54 133.15 135.83 170.57 199.82 215.85 217.87 243.62 248.81 259.58

Investasi 2.41 2.74 2.73 2.84 2.99 3.33 3.55 3.60 3.62 3.96 5.71 10.92

Konsumsi 3.63 4.45 7.23 9.26 11.25 12.02 14.07 20.61 24.55 37.49 67.63 84.98

FDR (%) 0.08 0.08 0.08 0.15 0.18 0.21 0.21 0.19 0.19 0.21 0.23 0.19

2009 2010 2011

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

BO 322 683 997 1,32 446 985 1,40 1,90 512 1,11 1,97 2,56

PO 423 880 1,35 1,85 609 1,29 1,97 2,68 761 1,51 2,41 3,25

Rasio 76.0 77.6 73.4 71.5 73.2 76.2 71.1 70.9 67.3 73.6 81.8 78.7

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500%Rp Miliar

Sumber: Bank Indonesia Manado

59

Tabel 3.4.Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar) 

Sumber: Bank Indonesia Manado

3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011 menunjukkan pertumbuhan

positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Aset BPR pada Desember

2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 62,12% (yoy), menjadi Rp651,7 miliar.

Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit

tercatat 58,09% (yoy) atau mencapai Rp455,8 miliar. Secara sektoral, kredit terutama

disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 81,04% dan sektor PHR dengan

pangsa 9,85%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan

BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 75,73% dari total kredit. Hal ini

diperkirakan tidak lepas dari kegiatan konsumsi masih menjadi lokomotif pertumbuhan

ekonomi daerah disamping meningkatnya aktivitas ekonomi khususnya di sektor konsumsi

yang didorong oleh kenaikan pendapatan sebagian besar masyarakat di Sulawesi Utara.

Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar

55,92%(yoy) dengan jumlah nominal sebesar Rp439,5 miliar. Berdasarkan komponen

pembentuknya, deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 78,86%.

Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK

bank umum. Hal ini diduga terkait dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga

simpanan di BPR dibandingkan suku bunga perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan

perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi BPR, terutama bagaimana dapat menekan

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4Aset 207.9 220.4 237.8 241.1 272.0 301.9 334.3 402.0 430.6 496.2 563.1 651.7

DPK 153.0 160.3 171.5 170.9 192.8 221.8 255.0 281.8 308.4 348.5 395.0 439.5Deposito 108.8 113.1 120.3 119.7 135.7 155.2 189.7 207.0 236.5 267.9 318.6 346.5

Tabungan 44.2 47.2 51.2 51.3 57.0 66.7 65.4 74.8 71.9 80.6 76.4 92.9

Kredit 163.7 181.5 195.6 202.7 212.3 230.3 246.8 288.3 322.5 383.6 420.1 455.8

Jenis PenggunaanModal Kerja 39.6 45.7 51.0 54.4 56.4 63.3 74.1 81.9 104.4 92.4 100.1 98.1

Investasi 14.5 13.5 13.4 13.5 13.1 14.1 12.3 10.9 15.7 14.1 13.2 12.5

Konsumsi 109.5 122.3 131.2 134.8 142.8 152.9 160.5 195.5 202.4 277.1 306.8 345.2

SektoralPertanian 3.1 3.2 3.9 4.4 4.8 4.5 4.8 4.4 4.5 4.7 5.6 5.7

Perindustrian 0.5 0.6 0.5 0.6 0.6 0.7 0.9 3.9 5.4 3.6 2.8 2.3

PHR 28.1 28.2 31.6 31.7 34.1 37.8 41.4 43.8 41.8 46.2 49.5 44.9

Jasa-jasa 14.3 15.1 18.1 16.2 18.6 18.5 20.5 18.7 53.6 33.6 33.2 33.5

Lain-lain 117.7 134.4 141.5 149.8 154.2 168.6 179.2 217.5 217.2 295.4 329.0 369.4

LDR (Persen) 107.0 113.2 114.0 118.6 110.1 103.8 96.8 102.3 104.6 110.1 106.3 103.7

NPL (Persen) 3.45 3.18 3.32 2.90 3.39 3.84 4.37 4.24 4.71 3.85 4.16 3.92

Komponen2010 20112009

60

suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya

suku bunga sumber dana pembiayaan BPR.

Fungsi intermediasi pada BPR juga menunjukkan pertumbuhan positif, tercermin dari rasio

LDR yang tercatat sebesar 103,7% pada triwulan IV-2011. Sejalan dengan membaiknya

fungsi intermediasi, kualitas kredit BPR juga mengalami perbaikan seperti ditunjukkan oleh

tren penurunan persentase kredit bermasalah (NPL gross) sepanjang tahun 2011 hingga

tercatat sebesar 3,92% pada triwulan IV-2011.

61

PERANAN KREDIT UMKM DALAM MENDUKUNG SEKTOR

EKONOMI UNGGULAN DI SULAWESI UTARA

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah (UMKM), suatu usaha dikategorikan UMKM apabila memenuhi kriteria tertentu dari sisi

kekayaan bersih (aset) dan hasil penjualan tahunan (omzet) usaha. Dengan mengacu pada kriteria

UMKM menurut UU No. 20 Tahun 2008, kredit perbankan yang disalurkan ke UMKM di Sulawesi

Utara pada triwulan IV-2011 mencapai Rp 5.744 Miliar atau sebesar 36,13% dari total kredit

perbankan. Jika dibandingkan dengan triwulan IV-2010, kredit UMKM mengalami pertumbuhan

positif sebesar 38,35% (yoy), atau berada di atas pertumbuhan total kredit sebesar 23,14% (yoy). Ini

menunjukkan semakin besarnya perhatian perbankan terhadap UMKM di Sulawesi Utara.

Kriteria UMKM Menurut UU No. 20 Tahun 2008

Kriteria Usaha Aset Omzet

Usaha Mikro Max. 50 jt Max. 300 jt

Usaha Kecil Rp 50 - 500 jt Rp 300 jt - 2,5 M

Usaha Menengah Rp 500 jt - 10 M Rp 2,5 M - 50 M

Sumber: UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Kredit UMKM yang Disalurkan Perbankan di Sulawesi Utara

Uraian Triwulan IV - 2010 Triwulan IV - 2011 Pertumb.(yoy) Nominal (Juta) Share Nominal (Juta) Share

Total Kredit Rp 12,908,680 100.00% Rp 15,895,650 100.00% 23.14%

Kredit UMKM Rp 4,151,584 32.16% Rp 5,743,841 36.13% 38.35%

Kredit Mikro Rp 1,030,668 7.98% Rp 1,076,067 6.77% 4.40%

Kredit Kecil Rp 1,719,661 13.32% Rp 2,408,779 15.15% 40.07%

Kredit Menengah Rp 1,401,255 10.86% Rp 2,258,996 14.21% 61.21%

Bukan Kredit UMKM Rp 8,757,096 67.84% Rp 10,151,809 63.87% 15.93%

Sumber: Bank Indonesia Manado

Kredit UMKM terhadap Total Kredit Pertumbuhan (yoy) Kredit UMKM pada Tw IV-2011

62

Secara sektoral, penyaluran kredit UMKM terfokus pada sektor unggulan Sulawesi Utara,

yaitu sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) (64,22%), sektor Bangunan (6,57%), dan sektor

Pertanian (5,15%). Meskipun secara umum porsi kredit UMKM terhadap total kredit masih sebesar

36,13%, namun porsi kredit UMKM terhadap total kredit pada ketiga sektor unggulan mencapai

lebih dari 70%, yang artinya kredit perbankan pada ketiga sektor tersebut sebagian besar disalurkan

kepada UMKM.

Sementara itu, kredit UMKM di ketiga sektor mengalami pertumbuhan yang sangat baik,

dengan sektor PHR, sektor Bangunan, dan sektor Pertanian masing-masing tercatat tumbuh sebesar

42,64% (yoy), 41,00% (yoy), dan 70,18% (yoy). Sejalan dengan hal itu, laju pertumbuhan ekonomi

Sulut pada triwulan IV-2011 di sektor PHR, sektor Bangunan, dan sektor Pertanian masing-masing

mencatat pertumbuhan 18,52% (yoy), 13,41% (yoy), dan 1,00% (yoy), dengan sumbangan sebesar

3,46%, 2,16%, dan 0,18% terhadap total pertumbuhan. Dengan melihat pertumbuhan serta porsi

kredit UMKM di ketiga sektor tersebut, ini menjadi indikasi bahwa kredit UMKM turut berperan

dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Hal ini juga mencerminkan upaya

perbankan di Sulawesi Utara dalam mendukung perekonomian melalui penyaluran kredit ke UMKM.

Kredit UMKM Menurut Sektor Ekonomi

Kredit UMKM Sektoral Triwulan IV - 2010 Triwulan IV - 2011

Nominal (Juta) Share Nominal (Juta) Share Pertanian Rp 173,702 4.18% Rp 295,606 5.15%

Pertambangan & Penggalian Rp 7,101 0.17% Rp 38,449 0.67%

Industri Pengolahan Rp 142,358 3.43% Rp 196,556 3.42%

Listrik, Gas & Air Bersih Rp 1,788 0.04% Rp 28,113 0.49%

Bangunan Rp 267,707 6.45% Rp 377,477 6.57%

PHR Rp 2,586,202 62.29% Rp 3,688,933 64.22%

Pengangkutan & Komunikasi Rp 83,067 2.00% Rp 133,642 2.33%

Keu., Sewa & Jasa Perusahaan Rp 131,704 3.17% Rp 133,174 2.32%

Jasa-Jasa Rp 184,991 4.46% Rp 205,225 3.57%

Lainnya Rp 572,963 13.80% Rp 646,667 11.26%

Jumlah Rp 4,151,584 100.00% Rp 5,743,841 100.00%

Sumber: Bank Indonesia Manado

Kredit UMKM Sektor Ekonomi Unggulan

Sektor Ekonomi

Triwulan IV - 2011

Total Kredit Perbankan (Juta)

Kredit UMKM (Juta) Share Pertumb.

Kredit UMKM (yoy)

Pertumb. Ekonomi Sektoral

(yoy)

Pertanian Rp 366,155 Rp 295,606 80.73% 70.18% 1.00%

Bangunan Rp 521,295 Rp 377,477 72.41% 41.00% 13.41%

PHR Rp 4,610,185 Rp 3,688,933 80.02% 42.64% 18.52%

Sumber: Bank Indonesia Manado

63

Halaman ini sengaja dikosongkan

64

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur

pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan

kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan

dan stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara

umum. Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari

strategi pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat

arah keberpihakan pemerintah daerah. APBD seharusnya menggambarkan angka-angka

ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan

meningkatkan kesejahteraannya. Pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk

meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.

Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini meliputi perkembangan kinerja

anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja anggaran untuk 15

Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan dalam laporan karena

terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh.

Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2011 mencapai

Rp7,15 triliun atau naik 25,82% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen

penyusunnya, kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari Dana

Penyesuaian sebesar Rp1,15 triliun dan Dana Alokasi Umum sebesar Rp4,96 triliun atau naik

masing-masing sebesar 421,33% dan 12,01% dibandingkan alokasi anggaran tahun 2010.

Sejalan dengan itu, DAK juga mengalami peningkatan 1,35% (yoy) atau mencapai

Rp709,18 miliar pada periode laporan.

Tabel 4.1.

Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara

Dana Perimbangan 3,796,133 4,375,802 5,282,510 5,462,060 5,997,653 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 222,918 274,401 335,993 330,894 324,688 Dana Alokasi Umum (DAU) 3,071,594 3,427,845 4,059,322 4,431,419 4,963,779 Dana Alokasi Khusus (DAK) 501,621 673,556 887,196 699,748 709,185Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 160,774 280,370 393,844 221,120 1,152,757

TOTAL 3,956,907 4,656,172 5,676,354 5,683,180 7,150,410

2011Dana 2007 2008 2009 2010

Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

65

4.1. Dana Perimbangan di Sulawesi Utara

4.1.1 Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara

Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi

Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun

2011 meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010. Secara agregat,

jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di

Sulawesi Utara mencapai Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi

di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu.

Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun

2011, Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp648,99 miliar dengan

pangsa 11,44%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp525,41 miliar dengan pangsa

9,26% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.460,14 miliar dengan pangsa

8,11% dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp382,78 miliar dengan pangsa 6,75%. Alokasi

dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa

4,21% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp238,56 milliar.

Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara

Sumber : BAPPEDA Sulut, diolah

2010 2011 2010 2011Sulawesi Utara 17,439 29,288 558,635 619,711 Bolaang Mongondow 42,412 52,681 295,800 320,510 Minahasa 41,869 50,652 374,744 409,491 Sangihe 56,607 60,702 286,315 322,079 Bitung 25,800 28,000 274,296 304,672 Manado 28,014 42,959 420,481 482,454 Kepualuan Talaud 45,112 45,301 256,908 278,873 Minahasa Selatan 44,944 43,241 289,949 331,072 Tomohon 20,799 34,560 219,721 247,394 Minahasa Utara 39,959 47,726 266,587 307,575 Kotamobagu 45,704 27,514 201,553 223,190 Bolaang Mongondow Utara 43,760 45,454 208,127 228,525 Kepualuan Sitaro 40,859 46,520 222,678 256,258 Minahasa Tenggara 35,234 44,095 220,929 254,096 Bolmong Timur 53,204 56,185 161,164 182,376 Bolmong Selatan 46,889 54,309 176,192 195,503 TOTAL 628,605 709,185 4,434,079 4,963,779

DAKDaerah

DAU

66

11.38%

6.68%

8.23%

6.77%

5.93%

8.86%5.97%

6.61%4.75%

6.06%

4.88%

4.98%

5.21%

5.06%

4.23%4.41%

Provinsi Bolmong

Minahasa Sangihe

Bitung Manado

Kep. Talaud Minsel

Tomohon Minut

Kotamobagu Bolmut

Kep. Sitaro Minteng

Boltim Bolsel

11.44%

6.58%

8.11%

6.75%

5.86%

9.26%5.71%

6.60%4.97%

6.26%

4.42%

4.83%

5.34%

5.26%

4.21%4.40%

Provinsi Bolmong

Minahasa Sangihe

Bitung Manado

Kep. Talaud Minsel

Tomohon Minut

Kotamobagu Bolmut

Kep. Sitaro Minteng

Boltim Bolsel

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

DAU

DAK

Dana Perimbangan

Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing kabupaten/kota

di Sulawesi Utara pada APBD Tahun 2011 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum

dengan pangsa mencapai 87,50%.

4.1.2. Struktur Belanja (Alokasi Dana Perimbangan)

Struktur Belanja Pemerintah Daerah di Provinsi Sulawesi Utara secara umum didominasi oleh

belanja tidak langsung (belanja pegawai) tercermin dari Rasio APBD 2011 Belanja Tidak

Langsung yang rata-rata berada diatas 30%. Rasio terbesar terjadi pada Kabupaten Bolaang

Mongondow Timur (Boltim) tercatat 70,29% sedangkan rasio terendah terjadi pada

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) tercatat 33,22%.

Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010

Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011

Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011

Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah

Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah

67

Tingginya Rasio APBD 2011 Belanja Tidak Langsung mencerminkan bahwa kinerja belanja

APBD masih didorong pembelanjaan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) seiring dengan semakin

meningkatnya jumlah PNS di Sulut. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

sektor konsumsi semakin dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Sulut. Untuk

menggiatkan kinerja kegiatan produktif perlu didukung oleh aktivitas belanja modal dan

belanja tidak langsung.

Daerah DAU

(Rp miliar)

Belanja Tidak

Langsung

(Rp miliar)

Rasio APBD

Belanja Tdk

Langsung (%)

Jumlah

PNS

(Orang)

Prov. Sulut 619,70 689,40 53,12 6.115

Manado 482,45 514,40 64,10 8.760

Bitung 304,67 277,50 66,73 4.445

Tomohon 247,39 191,20 55,23 3.287

Minahasa 409,49 411,22 70,25 7.167

Minsel 331,07 265,68 65,02 6.300

Minut 307,57 260,08 59,28 4.330

Mitra 254,09 217,03 53,42 2.612

Bolmong 320,51 273,20 56,70 5.067

Kotamobagu 223,19 171,70 51,22 2.808

Bolmut 228,52 127,70 33,22 1.593

Boltim 182,37 244,24 70,29 1.300

Bolsel 195,50 118,55 40,44 1.235

Sangihe 322,07 318,42 69,71 5.125

Sitaro 256,09 170,52 40,24 3.112

Talaud 278,87 229,55 59,94 4.183

Jumlah 4.963,55 4.480,39 57,39 67.439

4.3. APBD di Tingkat Provinsi

4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkatkan target pendapatan secara umum. Hal ini

tercermin dari peningkatan target pendapatan pada APBD P 2011 dibandingkan APBD P

2010 dan APBD 2011 (sebelum perubahan). Peningkatan terutama berasal dari

meningkatnya anggaran alokasi transfer pemerintah pusat ke daerah (dana perimbangan).

Sampai dengan periode laporan, total target dana perimbangan mencapai Rp823,04 miliar,

mengalami peningkatan 30,42% dibandingkan tahun lalu atau naik 1,91% dibandingkan

target APBD 2011 (sebelum perubahan). Peningkatan ini sejalan dengan komitmen

Tabel 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011

Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulut

68

Tabel 4.4. Ringkasan Perubahan APBD tahun 2011

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas daerah serta mengurangi kesenjangan

publik.

I Pendapatan 1,259,702 1,339,429 6.3%Pendapatan Asli Daerah 451,755 516,085 14.2%Dana Perimbangan 807,647 823,044 1.9%Lain-lain PAD yang Sah 300 300 0.0%

II Belanja 1,297,908 1,443,703 11.2%Belanja Operasi 892,324 967,734 8.5%Belanja Modal 223,584 269,321 20.5%Belanja Tidak Terduga 10,000 1,500 -85.0%Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) 172,000 205,147 19.3%

III Pembiayaan 38,207 104,273 172.9%Penerimaan Daerah 40,207 109,273 171.8% - SILPA 40,207 109,273 171.8%

No UraianAPBD 2011(Rp Juta)

APBD-P 2011(Rp Juta)

Bertambah/ (Berkurang)

Sejalan dengan itu, Pemerintah Provinsi

Sulawesi Utara juga meningkatkan target

Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadi Rp516

miliar pada APBD P 2011, meningkat 32,41%

dibandingkan tahun lalu atau meningkat

14,24% dibandingkan dengan target PAD

pada APBD 2011 (sebelum perubahan). Hal

ini merupakan komitmen Pemerintah Provinsi

Sulut dalam mengurangi ketergantungan

Pemerintah Provinsi terhadap Pemerintah

Pusat mengingat masih besarnya rasio dana perimbangan dibandingkan total pendapatan

Provinsi Sulut yang menandakan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat Sulawesi Utara

sebagian besar masih digerakkan oleh dana yang berasal dari pemerintah pusat (grafik 4.3).

Namun demikian, proporsi Dana Perimbangan terhadap Total Pendapatan Provinsi

menunjukkan tren penurunan selama 5 (lima) tahun terakhir hingga tercatat sebesar 61%

pada tahun 2011.

Grafik 4.4. Komposisi Pendapatan Daerah Prov. Sulawesi Utara

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

54%

56%

58%

60%

62%

64%

66%

68%

70%

72%

74%

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

2007 2008 2009 2010 2011

Dana Perimbangan

PAD

Proporsi Dana Perimbangan thd Total Pendapatan Provinsi

69

Tabel 4.5. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2011

(dlm jutaan rupiah)

Nominal % Nominal %

PENDAPATAN 1,112,727 1,158,636 104.1 1,339,429 100.0 1,365,112 101.9 Pendapatan Asli Daerah 389,762 418,702 107.4 516,085 38.5 534,495 103.6 - Pajak Daerah 349,132 373,703 107.0 467,523 90.6 477,202 102.1 - Retribusi Daerah 11,195 11,899 106.3 6,591 1.3 8,868 134.5 - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 13,554 13,554 100.0 23,000 4.5 23,107 100.5 - Lain-lain 15,882 19,547 123.1 18,970 3.7 25,317 133.5 Dana Perimbangan 631,074 650,530 103.1 722,359 53.9 729,361 101.0 - Dana Bagi Hasil Pajak 54,035 63,163 116.9 72,659 10.1 67,382 92.7 - Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 965 11,146 1,154.7 701 0.1 12,980 1851.8 - Dana Alokasi Umum 558,635 558,781 100.0 619,711 85.8 619,711 100.0 - Dana Alokasi Khusus 17,439 17,439 100.0 29,288 4.1 29,288 100.0 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 91,890 89,404 97.3 100,685 7.5 100,685 100.0

UraianAPBD-P 2010

(Rp Juta)

Realisasi APBD Tw. IV-2010 APBD-P 2011

(Rp Juta)

Proporsi APBD-P 2011

(%)

Realisasi APBDTw. IV-2011

Sementara itu, tingkat realisasi pendapatan pada akhir tahun anggaran triwulan IV 2011

tercatat telah melebihi target yang telah ditetapkan pada APBD-P 2011, namun demikian

masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tingkat

pendapatan secara umum pada triwulan laporan terealisasi 101,9% dari total target

pendapatan lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang tercatat sebesar

104,1%.

Apabila dilihat berdasarkan komponennya, pencapaian terbesar terjadi pada komponen

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan realisasi sebesar 103,6%. Realisasi PAD terutama

bersumber dari hasil retribusi daerah dengan realisasi mencapai 134,5% dari target yang

ditetapkan. Selanjutnya pada komponen Dana Perimbangan, realisasi terbesar berasal dari

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) yang tercatat mengalami penambahan sebesar Rp12,28

miliar atau naik signifikan sebesar 1.851%.

4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi

Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi

belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,44 triliun atau meningkat 32,02% dari

tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan

peningkatan realisasinya.

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

70

Tabel 4.6. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Desember 2011

(dlm jutaan rupiah)

Nominal % Nominal %

BELANJA 1,198,753 100.0 1,137,379 94.9 1,443,703 100.0 1,285,798 89.1 Belanja Operasi 869,647 72.5 834,620 96.0 967,734 67.0 863,841 89.3 - Belanja Pegawai 386,877 44.5 377,291 97.5 485,082 50.1 424,508 87.5 - Belanja Barang 305,342 35.1 292,498 95.8 397,869 41.1 369,650 92.9 - Belanja Hibah 125,929 14.5 114,014 90.5 43,783 4.5 39,085 89.3 - Belanja Bantuan Sosial 47,500 5.5 46,817 98.6 39,720 4.1 29,554 74.4 - Belanja Bantuan Keuangan 4,000 0.5 4,000 100.0 1,280 0.1 1,044 81.5 Belanja Modal 189,039 15.8 164,360 86.9 269,321 18.7 233,618 86.7 - Belanja Tanah 13,800 7.3 4,771 34.6 24,300 9.0 6,822 28.1 - Belanja Peralatan dan Mesin 39,830 21.1 35,034 88.0 72,696 27.0 67,162 92.4 - Belanja Bangunan dan Gedung 33,402 17.7 26,006 77.9 40,945 15.2 38,905 95.0 - Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 98,888 52.3 95,534 96.6 126,576 47.0 116,189 91.8 - Belanja Aset Tetap Lainnya 3,119 1.6 3,016 96.7 4,805 1.8 4,540 94.5 Belanja Tak Terduga 2,500 0.2 1,298 51.9 1,500 0.1 799 53.3 Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 137,566 11.5 137,100 99.7 205,147 14.2 187,540 91.4

UraianAPBD-P 2010

(Rp Juta)

Proporsi APBD 2010 (%)

Realisasi APBD Tw. IV-2010 APBD-P 2011

(Rp Juta)

Proporsi APBD 2011

(%)

Realisasi APBD Tw. IV-2011

Total belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD-P 2011 adalah sebesar Rp1,44 triliun,

mengalami peningkatan dibandingkan total belanja pada APBD-P 2010 yang tercatat

sebesar Rp1,19 triliun. Namun, peningkatan pada alokasi anggaran belanja ini tidak diikuti

dengan peningkatan realisasinya. Sampai dengan akhir tahun anggaran realisasi belanja

tercatat sebesar 89,1% dari total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan yang sama tahun sebelumnya tercatat 94,9% dari total anggaran.

Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi terdiri atas belanja operasi, belanja

modal dan belanja tak terduga dengan pangsa masing-masing 67%, 18,7% dan 0,1%.

Belanja operasi didominasi oleh belanja pegawai dengan pangsa 50,1% dan belanja barang

41,1%, sisanya merupakan belanja hibah (4,5%), belanja bantuan sosial (4,1%), dan

belanja bantuan keuangan (0,1%). Sementara itu belanja modal terutama didominasi oleh

belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar 47%.

Sementara itu, berdasarkan tingkat realisasinya, tingkat realisasi belanja operasi (89,3%)

tercatat lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja modal (86,7%). Hal ini sejalan dengan

struktur perekonomian Sulawesi Utara yang masih lebih banyak didorong oleh sektor

konsumsi dibandingkan investasi (consumption driven growth).

4.2.3. Pangsa APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar

Peran keuangan daerah terhadap perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV-2011

tercatat mengalami peningkatan. Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja

dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi

permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

71

konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 9% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi

Sulawesi Utara di triwulan IV-2011, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki

pangsa sebesar 2%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk diperoleh

sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Sementara itu, dampak realisasi

APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan posisi 31 Desember

2011 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah pendapatan pemerintah lebih besar

dibandingkan jumlah pengeluaran (belanja pemerintah).

(dlm jutaan rupiah)

PENDAPATAN 1,339,429 11.45

Pendapatan Asli Daerah 516,085 4.41 - Pajak Daerah 467,523 4.00 - Retribusi Daerah 6,591 0.06 - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 23,000 0.20 - Lain-lain 18,970 0.16 Dana Perimbangan 722,359 6.18 - Dana Bagi Hasil Pajak 72,659 0.62 - Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 701 0.01 - Dana Alokasi Umum 619,711 5.30 - Dana Alokasi Khusus 29,288 0.25 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 100,685 0.86BELANJA 1,285,798 11.00 Konsumsi Pemerintah 1,052,180 9.00 - Belanja Pegawai 424,508 3.63 - Belanja Barang 369,650 3.16 - Belanja Hibah 39,085 0.33 - Belanja Bantuan Sosial 29,554 0.25 - Belanja Bantuan Keuangan 1,044 0.01 - Belanja Tak Terduga 799 0.01 - Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 187,540 1.60Pembentukan Modal Tetap Bruto (Blnj Modal) 233,618 2.00

UraianRealisasi APBD

Tw.IV-2011(Rp Juta)

% thd PDRB

Tabel 4.7. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil s.d. 31 Desember 2011

Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah

72

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari

satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran.

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun

Real Time Gross Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

nasional baik tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang

diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang

Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang

Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat

memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis

pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy).

Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk

menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap

memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di

daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di

Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Manado.

Pada triwulan IV-2011, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai

(kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Namun demikian, untuk aktivitas

transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada

triwulan laporan mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya.

5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)

Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan IV-2011 di wilayah kerja KBI Manado

menunjukkan terjadinya net outflow. KBI Manado mengalami net outflow sebesar Rp1.139

miliar, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp513

miliar.

73

Aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia

Manado pada triwulan IV-2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Hal ini tercermin pada peningkatan jumlah uang kartal yang dikeluarkan

Kantor Bank Indonesia Manado (outflow), yakni dari Rp896 miliar pada triwulan IV-2010

menjadi Rp1.521 miliar pada triwulan laporan. Peningkatan jumlah uang kartal yang keluar

dari Kantor Bank Indonesia Manado ini tidak diimbangi dengan jumlah aliran uang kartal

yang masuk. Aliran uang kartal yang masuk dari masyarakat dan perbankan ke Kantor Bank

Indonesia Manado (inflow) pada triwulan IV-2011 mengalami sedikit penurunan

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya maupun triwulan sebelumnya.

Secara nominal, jumlah uang kartal yang masuk ke KBI Manado adalah sebesar Rp382

miliar, mengalami penurunan 0,42% (yoy) atau turun 61,39% (qtq). Secara total aliran

uang kartal di KBI Manado menunjukkan adanya net outflow Rp1.139 miliar dimana secara

nominal uang kartal yang keluar (Rp1.521 miliar) lebih besar dari uang kartal yang masuk

(Rp382 miliar). Hal ini tidak terlepas dari aktivitas konsumsi masyarakat Sulawesi Utara yang

meningkat pada perayaan hari raya Natal dan menjelang perayaan tahun baru.

Secara bulanan, sepanjang triwulan IV-2011 KBI Manado selalu mengalami net outflow

sebesar Rp72,02miliar pada Oktober 2011, Rp163,28 miliar pada November 2011 dan

kembali meningkat menjadi Rp903,7 miliar pada Desember 2011.

Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Inflow (+) 613 160 122 235 617 303 482 383 750 327 989 382

Outflow (-) -18 -355 -235 -687 -0.77 -525 -799 -896 -155 -510 -1,24 -1,52

Net Flow 595 -195 -113 -453 616 -222 -317 -513 595 -183 -252 -1,13

(2,000)

(1,500)

(1,000)

(500)

-

500

1,000

1,500 miliar

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

74

5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Bank Indonesia Manado melaksanakan

kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan melakukan Pemberian

Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses

pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat

terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.

Selama triwulan IV-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 108,52%,

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 123,68%.

Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan

adalah sebesar Rp414 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam

memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan

mencorat-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim

tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas.

Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Inflow 613 160 122 235 617 303 482 383 750 327 989 382

PTTB 53 78 490 209 261 297 309 474 326 329 376 414

Rasio 8.57 49.0 402. 89.1 42.3 97.8 64.1 123. 43.5 100. 37.9 108.

-

40

80

120

160

200

240

280

320

360

400

440

-

200

400

600

800

1,000

1,200 % Miliar

5.1.3. Perkembangan Kas Titipan

Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan

likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank

Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

75

khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.

Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado

bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.

Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo

(Rp. Miliar)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Inflow 621 542 645 629 672 547 726 649 779 739 553 646

Outflow -443 -611 -566 -673 -537 -586 -652 -716 -638 -773 -339 -828

Netflow 178 -69 80 -44 135 -39 74 -67 141 -34 214 -181

-800

-600

-400

-200

0

200

400

600

800

.

Sejalan dengan kondisi aliran kas di Sulawesi Utara, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo

sepanjang triwulan IV-2011 menunjukkan posisi net outflow sebesar Rp181 miliar. Pada

triwulan laporan jumlah kas titipan yang masuk (inflow) di Gorontalo tercatat Rp646 miliar,

sedangkan jumlah kas keluar (outflow) tercatat lebih tinggi yaitu sebesar Rp828 miliar.

Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2009 2010 2011

Inflow 57 27 40 108 40 39 24 20 77 29 35 45

Outflow -39 -78 -63 -111 -50 -97 -105 -131 -63 -71 -29 -119

Netflow 18 -51 -23 -3.49 -11 -58 -81 -110 14 -42 6 -74

-150

-100

-50

0

50

100

150

Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten

Kepulauan Sangihe. Pada triwulan IV-2011, kas titipan di Tahuna juga mengalami net

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

76

outflow sebesar Rp74 miliar, setelah mengalami net inflow sebesar Rp6 miliar pada triwulan

sebelumnya.

5.1.4. Penemuan Uang Palsu

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-

2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total

uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan IV-

2011 tercatat sebanyak 114 lembar atau secara nominal tercatat sebesar Rp7,91 juta , lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 49 lembar

atau secara nominal hanya sebesar Rp4,02juta. Secara historis, pecahan uang palsu yang

paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan

Rp100,000 dan Rp50,000 atau sekitar 60% dari seluruh pecahan uang palsu yang

ditemukan.

Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi KBI Manado terus

berupaya menekan perkembangan peredaran uang palsu, diantaranya melalui sosialisasi

ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak

hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi

pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat

perbelanjaan dan sentra perekonomian di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat

pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena

tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu,

secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian

Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif

masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar

sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.

Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

- Rp100.000,- 14 - 94 35 12 21 73 58

- Rp50.000,- 19 3 10 8 8 32 32 35

- Rp20.000,- - - 2 6 5 6 14 15

- Rp10.000,- 1 - - - 1 16 7 6

- Rp5.000,- 3 - - - - - - -

- Rp1.000,- - - - - - - - -

Total 37 3 106 49 26 75 126 114

20112010Pecahan

Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah

77

5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai

Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan

kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan

penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya

melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).

5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai)

Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan IV-2011 mengalami

peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 91.789 lembar dengan nilai

Rp2.279 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 2,53% (yoy) dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang

dikliringkan, selama periode laporan tercatat sebanyak 1.434 lembar warkat dengan nilai

sebesar Rp35,62 miliar atau tumbuh sebesar 9,53% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah

nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara

mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.

Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Perputaran Kliringa. Lembar 75,799 80,399 82,862 89,523 80,909 86,567 91,486 91,789b. Nominal (Rp miliar) 1,658 1,674 1,914 2,083 1,915 2,093 2,167 2,279 Rata-rata perputaran kliring per haria. Lembar 1,221 1,299 1,315 1,400 1,310 1,418 1,501 1,434b. Nominal (Rp miliar) 26.73 27.08 30.39 32.52 31.01 34.31 35.55 35.62 Persentase rata-rata penolakana. Lembar (%) 1.02 2.16 1.72 1.33 1.78 1.71 1.57 1.67b. Nominal (%) 1.01 2.44 1.54 1.82 1.99 2.23 1.40 2.12

20112010KETERANGAN

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan

tercatat 1,67% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami

peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat

1,33%.

78

5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement)

Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian

akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal

ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi

(seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian transaksi

RTGS selama triwulan IV-2011 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai Rp3.162miliar

atau mengalami peningkatan nilai sebesar 11,23% (yoy). Namun demikian dari sisi jumlah

transaksi, volume RTGS pada triwulan laporan sedikit mengalami penurunan sebesar

2,62% (yoy) dari 6.515 transaksi di triwulan IV-2010 turun menjadi 6.344 transaksi pada

triwulan IV-2011.

Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement

Nilai Nilai Nilai(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)

Jan 183 694 709 1,102 892 1,796Feb 192 638 553 1,339 746 1,977Mar 239 833 727 1,120 966 1,953Tw I-2010 615 2,165 1,989 3,561 2,604 5,726Apr 214 740 582 968 796 1,708Jul 240 832 767 1,120 1,007 1,952Agust 244 795 684 1,324 928 2,119Sep 186 666 606 1,121 792 1,787Tw III-2010 670 2,293 2,056 3,565 2,727 5,858Oct 234 885 590 1,115 824 2,000Nov 242 933 667 1,226 909 2,159Dec 284 1,018 825 1,338 1,110 2,356Tw IV-2010 761 2,836 2,082 3,679 2,843 6,515Jan 226 887 673 1,085 899 1,972Feb 220 826 583 1,063 803 1,889Mar 251 981 760 1,366 1,011 2,347Tw I-2011 697 2,694 2,016 3,514 2,712 6,208Apr 241 745 456 1,012 698 1,757Mei 229 870 639 1,034 868 1,904Jun 257 861 709 1,219 966 2,080Tw II-2011 727 2,476 1,804 3,265 2,531 5,741Jul 234 875 684 1,201 918 2,076Aug 262 887 839 1,322 1,101 2,209Sep 230 833 759 1,104 988 1,937Tw III-2011 725 2,595 2,282 3,627 3,007 6,222Oct 232 936 590 1,121 821 2,057Nov 372 1,226 881 1,167 1,254 2,393Dec 336 997 750 897 1,087 1,894Tw IV-2011 940 3,159 2,222 3,185 3,162 6,344Pertumbuhan (YoY %) 23.61 11.39 6.70 -13.43 11.23 -2.62

PeriodeFROM TO FROM + TO

Volume Volume Volume

Sumber : www.bi.go.id, diolah

79

Halaman ini sengaja dikosongkan

80

BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH &

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan meningkatnya kapasitas

perekonomian Sulawesi Utara, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus

menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, ditandai oleh membaiknya berbagai

indikator ketenagakerjaan pada periode laporan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Provinsi Sulawesi Utara secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun

terakhir. Searah dengan TPT yang direlease oleh BPS, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) Bank Indonesia Manado menunjukkan terjadinya penurunan tingkat pengangguran,

terindikasi dari nilai positif Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja oleh

dunia usaha Sulawesi Utara pada triwulan IV 2011. Selanjutnya, Survei Konsumen (SK) yang

dilakukan oleh KBI Manado menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis

terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan oleh berlanjutnya tren peningkatan

indeks ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan.

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi

Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat

kemiskinan yang didukung oleh kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP), indeks penghasilan dan

ekspektasi penghasilan masyarakat Sulut.

6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

Berbagai indikator ketenagakerjaan pada triwulan IV-2011 di Sulawesi Utara

mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan dari 63,31% pada Agustus 2010 menjadi

65,32% pada Agustus 2011. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus

mengalami penurunan, pada Februari 2010 tercatat sebesar 9,61% turun menjadi 8,62%

pada Agustus 2011. Hal ini mengindikasikan adanya jumlah lapangan kerja di Sulawesi

Utara.

81

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.2. Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Agustus 2011

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Penduduk 15 Thn ke atas 1,685.5 1,694.1 1,710.9 1,637.4 1,651.0 1,659.8

Angkatan Kerja 1,077.2 1,051.1 1,074.3 1,036.6 1,068.4 1,084.2

Bekerja 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7

Mencari Kerja 114.5 111.0 112.6 99.6 98.2 93.5

Bukan Angkatan Kerja 608.3 643.0 636.7 600.8 582.6 575.6

TPAK 63.91 62.0 62.79 63.31 64.71 65.32

TPT 10.63 10.56 10.48 9.61 9.19 8.62

A ug-11A ug-10 F eb-11F eb-09 A gs-09 F eb-10

Berdasarkan lokasinya, tingkat pengangguran terutama terjadi di wilayah perkotaan.

Persentase tingkat pengangguran di daerah perkotaan tercatat sebesar 11,37% atau sekitar

57,3 ribu orang. Sementara itu, di daerah pedesaan tingkat pengangguran tercatat sebesar

6,24% atau 36,2 ribu orang. Dibandingkan dengan posisi Februari 2011, baik pedesaan

maupun perkotaan mencatat penurunan tingkat pengangguran meski secara absolut

mencatat kenaikan jumlah pengangguran.

Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan

perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang

bekerja yaitu sebanyak 321,1 ribu orang (32,4%). Namun, bila dibandingkan dengan posisi

yang sama tahun sebelumnya terjadi penurunan sebesar 10.2% (yoy). Penurunan tenaga

kerja pada sektor tersebut diperkirakan beralih ke sektor lainnya yang justru mengalami

peningkatan yaitu Industri, Perdagangan dan Jasa Kemasyarakatan. Sementara itu, se

ktor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan menempati urutan kedua dengan jumlah

tenaga kerja sebanyak 207,8 ribu orang (21%).

Jumlah (ribu jiwa)

% Jumlah

(ribu jiwa) %

Perkotaan 54.60 11.40 57.30 11.37

Pedesaan 43.60 7.40 36.20 6.24

Sulawesi Utara 98.20 9.16 93.50 8.62

Daerah

Februari 2011 Agustus 2011

82

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut

Lapangan Usaha

Grafik 6.1. Share Penduduk Yang Bekerja Di Sulawesi Utara

Menurut Lapangan Usaha Agustus 2011

Tabel 6.4. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan

pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori

buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, pada

Agustus 2011 sebesar 390,1 ribu orang (39,4%) bekerja pada kegiatan formal dan 600,6

ribu orang (60.6%) bekerja pada kegiatan informal. Dari 990.7 ribu orang yang bekerja

pada Agustus 2011, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan

sebesar 347.7 ribu orang (35.1%), diikuti oleh berusaha sendiri sebesar 270.8 ribu orang

(27,3%), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap sejumlah 114.5 ribu orang (11.6%).

Membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan juga sejalan dengan hasil survei

yang dilakukan oleh KBI Manado. Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah pelaku usaha

yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan

386.9 345.6 333.0 357.6 338.9 321.1

Industri 57.1 57.5 57.5 50.6 69.2 66.0

Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi

175.0 173.4 178.3 172.7 186.7 196.2

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

150.6 162.9 183.0 182.3 182.1 199.6

Lainnya * 193.1 200.8 209.9 173.8 193.3 207.8

Total 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7

Lapangan Pekerjaan Utama2009 2010 2011

-

5

10

15

20

25

30

35

Pertanian, Perkebunan,Kehutanan dan Perikanan

Industri

Perdagangan, RumahMakan dan JasaAkomodasiJasa Kemasyarakatan,Sosial dan Perorangan

Berusaha Sendiri 287.2 286.7 259.6 242.9 250.2 270.8

Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar

130.4 129.3 128.0 102.4 131.9 114.5

Berusaha Dibantu Buruh Tetap-Buruh Dibayar

41.2 42.9 41.0 45.9 47.0 42.4

Buruh/Karyawan 279.2 284.8 322.3 332.7 335.9 347.7

Pekerja Bebas Pertanian 64.1 48.0 52.0 74.3 43.3 55.1

Pekerja Bebas Non Pertanian 39.9 55.1 58.5 40.4 52.3 60.3

Pekerja Tak Dibayar 120.6 93.4 100.3 98.6 109.6 99.9

T o tal 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7

A gs-11F eb-10Status P ekerjaan A gs-09F eb-09 F eb-11A ug-10

83

Sumber: Survei Konsumen KBI Manado

Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Grafik 6.3. Perkembangan SBT Tenaga Kerja

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado

tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) yang dilaksanakan KBI Manado pada periode laporan, tercatat sebesar

18,54. Penambahan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor bangunan (SBT=11,6), diikuti

oleh sektor pertanian (SBT=0,94) dan sektor pengangkutan dan komunikasi (SBT=0,86).

Sementara itu, pada sektor lainnya jumlah tenaga kerja relatif tetap. Perkembangan

ketenagakerjaan juga dapat dikonfirmasi melalui sikap optimisme masyarakat terhadap

ketersediaan lapangan kerja yang tercermin dari indeks ketersediaan lapangan kerja hasil

Survei Konsumen (SK) KBI Manado yang masih berada diatas level optimis. Pada akhir

triwulan IV-2011, angka indeks ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar 180, jauh lebih

tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 168,5.

6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi

Utara pada semester pertama tahun 2011 menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan. Hal ini tercermin dari indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan

hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado yang berada pada level optimis yakni masing-

masing tercatat sebesar 125 dan 182,5. Peningkatan indeks tersebut tidak lepas dari

tambahan penghasilan (THR) yang diperoleh sebagian masyarakat menjelang perayaan

Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Rencana kenaikan Upah Minimum Provinsi tahun 2012

juga diperkirakan turut andil dalam meningkatkan ekspektasi masyarakat.

Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi

dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat

dilihat bahwa tren kesejahteraan petani mulai mengalami peningkatan. Hal ini tercermin

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

0

20

40

60

80

100

120

140

160

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

2009 2010 2011

Penghasilan Saat Ini Titik optimis =100 Ekspektasi Penghasilan

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2008 2009 2010 2011

Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja Bangunan

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Pertanian

84

Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 6.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

dari pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima

petani terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan konsumsi rumah

tangga dan biaya produksi.

Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan IV-2011 sebesar 104,19,

lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar

100,88. Kedua komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang

Dibayar Petani (IB) mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IT lebih besar

dibandingkan kenaikan IB, maka terjadi kenaikan NTP pada triwulan IV-2011. Adapun

-3%

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

97.00

98.00

99.00

100.00

101.00

102.00

103.00

104.00

105.00

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Ags

Sep

Okt

Nov Des Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun Jul

Aug Se

pO

ctN

ovD

ec Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun Jul

Ags

Sep

Okt

Nov Des

2009 2010 2011

Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera

Nilai Tukar Petani (growth yoy)

105.00

110.00

115.00

120.00

125.00

130.00

135.00

140.00

97.00

98.00

99.00

100.00

101.00

102.00

103.00

104.00

105.00

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Ags

Sep

Okt

Nov Des Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun Jul

Aug Se

pO

ctN

ovD

ec Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun Jul

Ags

Sep

Okt

Nov Des

2009 2010 2011

Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera

Indeks Dibayar Petani Indeks Diterima Petani

85

Tabel 6.5. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)

kenaikan IB terutama datang dari naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk

kelompok konsumsi rumah tangga), serta harga penambahan barang modal dan obat-

obatan serta pupuk (untuk kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal).

Q2 Q3 Q4 Q2 Q3 Q4Indeks Diterima Petani 123.41 126.75 128.61 133.50 134.69 135.72 5.53% 0.76%Indeks Dibayar Petani 121.89 125.71 127.48 129.06 130.00 130.27 2.19% 0.21%

Konsumsi Rumah Tangga 124.42 129.29 131.39 133.14 134.30 134.60 2.45% 0.23%Bahan Makanan 132.36 140.99 144.01 146.09 147.92 147.96 2.74% 0.02%Makanan Jadi 125.90 128.14 130.21 132.98 133.46 133.93 2.86% 0.35%Perumahan 116.30 117.81 118.68 119.56 120.34 121.14 2.07% 0.66%Sandang 111.98 113.26 114.89 116.87 116.97 117.06 1.89% 0.08%Kesehatan 115.97 116.97 118.44 119.95 120.68 121.35 2.46% 0.55%Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 112.58 112.77 112.98 113.09 113.43 113.75 0.68% 0.28%Transportasi dan Komunikasi 109.50 109.70 110.68 111.64 112.31 112.26 1.43% -0.04%BPPBM 114.34 115.01 115.89 117.08 117.32 117.48 1.37% 0.13%Bibit 110.38 110.58 110.65 111.15 111.18 111.21 0.51% 0.03%Obat-obatan & Pupuk 115.32 115.81 117.20 118.94 119.01 118.90 1.46% -0.09%Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 110.63 110.65 110.93 111.61 111.78 111.80 0.78% 0.01%Transportasi 117.76 117.88 118.34 119.32 119.78 119.80 1.24% 0.02%Penambahan Barang Modal 117.71 118.66 119.84 121.17 121.41 121.65 1.51% 0.19%Upah Buruh Tani 110.04 110.99 111.79 112.86 113.15 113.44 1.47% 0.26%

Nilai Tukar Petani (indeks) 101.24 100.83 100.88 103.44 103.61 104.19 3.27% 0.56%

Growth (%)

yoy qtq2010Rincian 2011

Indeks

Sumber : BPS Prov. Sulut

Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara kembali mengalami penurunan pada tahun

2011. Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada

bulan September 2011 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 8,46% atau

sebanyak 194,72 ribu jiwa, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 9,1% atau sebanyak 206,72 ribu jiwa.

Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari tren yang

terjadi sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada

beberapa periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan

tingkat kemiskinan pada tingkat nasional. Apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan

nasional sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi

Utara selalu berada dibawah angka nasional.

86

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis

Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong

sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2010 – September 2011, garis kemiskinan

meningkat sebesar Rp.8.455,- yaitu dari Rp. 212.823,- per kapita per bulan pada Maret

2010 menjadi Rp. 221.278,- per kapita per bulan pada September 2011. Walaupun terjadi

Grafik 6.6. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 6.7. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.6. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Sep 11

Sulut 10.76 11.42 10.10 9.79 9.1 8.51 8.46

Nasional 16.90 16.58 15.42 14.15 13.33 12.49

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18 %

0

5

10

15

20

25

Juli 06 Mar07

Mar08

Mar09

Mar10

Mar11

Sep 11

Desa Kota

MakananBukan

MakananTotal

Perdesaan

Maret 2007 117,516 31,924.00 149,440 171.00 13.80

Maret 2008 128,498 33,935.00 162,433 150.90 12.04

Maret 2009 141,599 36,672.00 178,271 140.31 11.05

Maret 2010 149,372 38,724.00 188,096 130.35 10.14

Maret 2011 163,264 42,977 206,241 117.65 9.37

Sept 2011 171,952 44,544 216,496 116.58 9.25

Kota & Desa

Maret 2007 119,827 36,723.00 156,550 250.10 11.42

Maret 2008 129,781 38,378.00 168,160 223.50 10.10

Maret 2009 143,512 41,260.00 184,772 219.57 9.79

Maret 2010 150,595 43,739.00 194,334 206.72 9.10

Maret 2011 164,964 47,859.00 212,823 194.90 8.51

Sept 2011 171,380 49,898.00 221,278 194.72 8.46

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)

TahunJumlah

Penduduk Miskin

% Penduduk Miskin

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

87

peningkatan nilai Garis Kemiskinan, tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal ini

mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan sebagian penduduk miskin khususnya

penduduk miskin transient pada Maret 2011 mengalami peningkatan dengan laju yang

lebih tinggi dibandingkan kenaikan Garis Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka

(sekitar 200 orang) mampu keluar dari kemiskinan.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis

Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa

peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan

makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada bulan Maret 2011,

sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,51 persen, pada bulan September 2011,

peranannya sedikit mengalami penurunan menjadi 77,45 persen. Dengan kata lain

peningkatan Garis Kemiskinan dari Maret 2011 ke September 2011 lebih disebabkan

karena kenaikan harga yang lebih tinggi pada komoditi non makanan dibandingkan pada

komoditi makanan.

Pada periode Maret 2011-September 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami perubahan yang cukup berarti. Nilai indeks (P1)

menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin

terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata kesenjangan

terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar penghitungan berapa subsidi

yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin. Sementara itu nilai indeks (P2)

Tabel 6.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan

Kemiskinan Menurut Daerah di Sulawesi Utara

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tahun Kota Desa Total

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2007 1.30 2.33 1.88

Maret 2008 1.08 1.87 1.53

Maret 2009 1.27 1.77 1.55

Maret 2010 1.12 1.16 1.14

Maret 2011 1.11 1.16 1.14

September 2011 0.20 1.22 1.21

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2007 0.31 0.60 0.47

Maret 2008 0.30 0.45 0.38

Maret 2009 0.32 0.39 0.36

Maret 2011 0.30 0.19 0.24

September 2011 0.31 0.25 0.28

88

menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai

indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Dengan

naiknya indeks P1 berarti selama periode Maret 2011-September 2011 ada indikasi bahwa

rata-rata jarak kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin semakin bergerak turun

menjauh dari garis kemiskinan. Sedangkan naiknya indeks P2 menunjukkan bahwa variasi

pengeluaran konsumsi penduduk miskin semakin tidak merata atau semakin tinggi

ketimpangannya. Kedalaman kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak berbeda

signifikan terlihat dari nilai indeks P1 yang hampir sama yakni 1,204 berbanding 1,218.

Sedangkan dari sisi ketimpangan pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung

memiliki tingkat ketimpangan yang lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di

perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas nilai indeks P2 dimana di perdesaan 0,247

sedangkan di perkotaan mencapai 0,312.

89

Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi

Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado Triwulan IV-2011

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN

7.1. Prospek Ekonomi Makro

Memasuki tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara pada triuwlan pertama

diperkirakan berpotensi mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun

2011, yakni dalam kisaran 7,21% - 7,41% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong laju

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan I-20112 diantaranya adalah kenaikan

Upah Minimum Provinsi (UMP), gaji PNS/TNI/Polri per 1 Januari 2011, dan pembangunan

infrastuktur swasta serta terpilihnya Kota Manado sebagai tempat perhelatan event

internasional ASEAN Tourism Forum (ATF) yang berlangsung pada tanggal 8-15 Januari

2012.

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

yang dilakukan secara triwulanan oleh Bank

Indonesia Manado menunjukkan adanya

optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi

dan peningkatan ekspektasi pelaku usaha

terhadap dunia usaha yang ditandai dengan

kenaikan indikator ekspektasi kegiatan usaha

pada triwulan I-2012 dengan persentase

Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar

12,02%, lebih tinggi dari realisasi kegiatan

kegiatan usaha pada triwulan I-2011 dengan

SBT sebesar negatif 5,56%.

Dari sisi permintaan, potensi peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh

kegiatan konsumsi dan membaiknya kinerja investasi Sulawesi Utara. Peningkatan konsumsi

swasta pada triwulan laporan dipengaruhi oleh semakin membaiknya daya beli masyarakat

sebagai dampak dari kenaikan UMP dan remunerasi yang diberikan pada PNS/TNI/Polri per

Januari 2012. Kondisi ini antara lain dapat dikonfirmasi melalui hasil Survei Konsumen di

Kota Manado, yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi 6 bulan

mendatang tercermin dari kenaikan seluruh komponen pembentuk Indeks Ekspektasi

Konsumen yakni indeks ekspektasi ekonomi, indeks ekspektasi penghasilan dan indeks

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*

2008 2009 2010 2011 2012

Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha

90

Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado

Sumber: Survei Konsumen (SK) KBI Manado Sumber: Survei Konsumen (SK) KBI Manado

ekspektasi ketersediaan tenaga kerja. Peningkatan kinerja konsumsi juga tercermin dari

semakin menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan di Kota Manado, peresmian Manado Town

Square (Mantos) II serta pusat grosir M-Walk telah mendorong peningkatan aktivitas belanja

masyarakat.

Selanjutnya kinerja investasi diawal tahun 2012 diperkirakan terus tumbuh positif seiring

dengan semakin pesatnya perkembangan perekonomian Sulawesi Utara. Sektor yang

berpotensi mendatangkan investor salah satunya adalah sektor pertambangan. Saat ini

tercatat terdapat 5 (lima) investor yang masuk Sulawesi Utara di bidang pertambangan

emas. Indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan kinerja investasi adalah hasil Survei

Penjualan Eceran yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar

sebesar 148,15% (yoy) dari 73,10 pada Januari 2011 menjadi 181,39 pada Januari 2012.

Grafik 7.3. Indeks Ekspektasi Konsumen

Grafik 7.4. Indeks Bahan Konstruksi

713,500

750,000

845,000

929,000

1,000,000

1,050,000

1,250,000

0 500,000 1,000,000 1,500,000

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

Grafik 7.2. Perkembangan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulut

40

60

80

100

120

140

160

180

200

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J

2010 2011 2012

Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja Ekspektasi Ekonomi

-200

-100

0

100

200

300

400

500

600

700

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

Jan

Mar

Mei Jul

Sep

Nov

Jan

Mar

Mei Jul

Sep

Nop

Jan

Mar

Mei Jul

Sep

Nop

Jan

2009 2010 2011 2012

Indeks Bahan konstruksi gBahan konstruksi (%) -right axis

91

Perkembangan ekspor pada triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh positif meskipun tidak

setinggi periode yang sama tahun lalu. Sebagai komoditi unggulan ekspor, komoditi

pertanian perkebunan (kelapa dan turunannya, cengkih, biji pala dan fuli) masih

mendominasi volume ekspor Sulut. Namun demikian, saat ini komoditi rumput laut juga

menjadi komoditi ekspor dengan target pasar Eropa dan Asia khususnya China.

Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprediksi akan

mengalami pertumbuhan positif yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa event

berskala nasional maupun internasional di Sulawesi Utara. Sektor bangunan juga

diperkirakan akan tetap tumbuh positif sejalan dengan maraknya pembangunan proyek fisik

pemerintah dan swasta yang sedang berjalan.

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada Januari 2012 diindikasikan

meningkat, terutama didorong oleh subsektor perdagangan dan subsektor hotel akibat

meningkatnya aktivitas perdagangan dan penyelenggaraan event di Sulawesi Utara.

• Peningkatan aktivitas pada sektor perdagangan merupakan respon dari adanya kenaikan sumber

pendapatan masyarakat seperti kenaikan UMP dari Rp1.050 ribu pada tahun 2011 menjadi

Rp1.250 ribu pada tahun 2012. Selain itu rencana kenaikan gaji PNS sebesar 10% yang akan

direalisasikan pada awal tahun juga turut berdampak terhadap peningkatan aktivitas konsumsi

masyarakat.

• Pelaksanaan event ASEAN Tourism Forum (ATF) yang berlangsung pada tanggal 8-15 Januari

2012 diperkirakan akan berdampak terhadap kinerja sektor PHR pada triwulan laporan.

Pertemuan ATF diprediksikan akan mendatangkan sebanyak 2.000 orang termasuk peserta forum

yang tang terdiri dari menteri pariwisata 10 Negara ASEAN dan pejabat negara Mitra ASEAN yang

akan mengikuti acara travel exchange selama penyelenggaraan ATF. Multiplier effect yang

dihasilkan dari pelaksanaan ATF diantaranya:

- Pameran potensi pariwisata (travel exchange) diramaikan oleh 390 peserta dari 10 Negara

ASEAN yang umumnya adalah pengusaha pariwisata menempati sebanyak 438 stan bersaing

menarik minat pengunjung dengan menawarkan potensi pariwisata dari masing-masing

negara melalui produk tour and travel.

- Pelaksanaan North Sulawesi Tourism, Trade and Investment Expo (NSTTI Expo) 2012 yang

digelar pada tanggal 10-15 Januari menjadi salah satu rangkaian acara ATF. Pada acara ini

ditawarkan beberapa potensi pariwisata dan investasi serta produk-produk UMKM Sulawesi

Utara.

92

- Peningkatan transaksi money changer hingga mencapai 50% selama pelaksanaan ATF.

Perhelatan ATF telah menarik perhatian wisatawan asing yang berasal dari Australia, Amerika

dan Eropa untuk menghadiri pameran travel exchange.

- Kenaikan tingkat hunian hotel di Kota Manado selama acara ATF berlangsung dari 8-15

Januari 2012.

Sektor Bangunan

Perkembangan sektor bangunan diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan

peningkatan proyek investasi baik swasta maupun pemerintah. Sejumlah proyek direncanakan akan

dibangun di awal tahun 2012 ini diantaranya:

- Waduk Kuwil Sawangan di Kabupaten Minahasa Utara yang bernilai Rp800 miliar.

- Proyek pengaspalan ruas jalan Mooat-Atoga dengan nilai proyek sebesar Rp9 miliar.

- Proyek perbaikan jalan, pembangunan GOR dan Kantor Bupati Kabupaten Minahasa Selatan

dengan nilai Rp21.5 miliar.

- Pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Kepulauan Sitaro dengan nilai proyek sebesar

Rp10 miliar.

- Pembangunan jalan Remboken-IPDN sebesar Rp3 miliar

Sektor Pertanian

Memasuki awal tahun 2012, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh positif. Namun

demikian terdapat beberapa faktor yang dapat menurunkan kinerja sektor pertanian diantaranya:

• Kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sesuai dengan Peraturan Menteri

Pertanian No.87/Permentan/SR.130/12/2011. Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya

pengurangan subsidi pemerintah terhadap pupuk, HET mulai berlaku pada tanggal 1 Januari

2012.

• Penurunan kuota pupuk urea untuk kawasan Sulawesi Utara dari 29.000 ton pada tahun 2011

menjadi hanya 25.000 ton di tahun 2012. Penurunan kuota ini disebabkan oleh realisasi

penyerapan pupuk di tahu 2011 yang hanya mencapai 20.230 ton.

• Kondisi cuaca yang sedang memasuki musim hujan diperkirakan akan menggangu hasil produksi

pertanian. Curah hujan yang tinggi di beberapa sentra pertanian seperti di Kabupaten Minahasa

Tenggara diperkirakan akan menurunkan hasil produksi padi pada awal tahun 2012.

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Pertumbuhan sektor Pengangkutan dan Komunikasi diawal tahun 2012 menunjukkan

kecenderungan yang meningkat sebagai multilpier effect pelaksanaan event ASEAN Tourism Forum.

Pelaksanaan ASEAN Tourism Forum di Manado telah meningkatkan frekuensi tamu undangan

93

Ket: *Proyeksi Inflasi Bank Indonesia Manado Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara

maupun wisatawan yang berkunjung ke Manado, hal ini telah berdampak terhadap tingginya

permintaan terhadap sektor pengangkutan khususnya pengangkutan udara. selain itu, rencana

pembukaan jalur penerbangan Manado-Davao dan direct flight Manado-Malaysia pada awal tahun

2012 juga diperkirakan turut berkontribusi terhadap peningkatan kinerja sektor pengangkutan.

Pembukaan jalur penerbangan ini didasarkan pada data tahun 2011 dimana ASEAN telah menarik

lebih dari 73.8 juta pengunjung, atau tumbuh sebesar 12.29%. Intra ASEAN travel merupakan

penyumbang utama atau sebesar 43% dari jumlah kedatangan internasional.

7.2. Prakiraan Inflasi

Pada triwulan I 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan

akan berada pada level moderat, yakni berada pada kisaran

0,04%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, tekanan inflasi

relatif terjaga didukung oleh melandainya tekanan inflasi

yang bersumber dari sisi eksternal maupun domestik.

Namun demikian, terdapat tendensi kenaikan ekspektasi

masyarakat Sulut terkait beberapa kebijakan pemerintah di

tahun 2012.

Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat

sebagai faktor anomali cuaca dan perkiraan curah hujan yang tinggi pada triwulan I 2012

yang berpotensi menimbulkan gagal panen dan berkurangnya pasokan perikanan tangkap.

Sementara itu, inflasi kelompok administered price diperkirakan bersumber pada kenaikan

cukai rokok dan kenaikan harga bahan bakar rumah tangga terkait konversi minyak tanah

ke LPG.

Faktor Fundamental

Tekanan inflasi fundamental relatif stabil, didukung oleh melandainya tekanan inflasi yang

bersumber dari sisi eksternal maupun domestik. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi global

cenderung menurun seiring dengan tren penurunan harga komoditas internasional

ditengah prospek ketidakpastian perekonomian global yang rentan memicu kembali

terjadinya gejolak harga komoditas. Sementara dari sisi domestik, faktor utama penurunan

tekanan inflasi pada awal tahun 2012 adalah berkurangnya aktivitas konsumsi masyarakat

seiring berlalunya perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Hal ini ditandai oleh

penurunan Indeks Penjualan Riil yang tercatat sebesar 172,75 pada Januari 2012 atau turun

50,52% dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 349,14. Namun demikian, perlu

diwaspadai tekanan inflasi yang bersumber dari meningkatnya ekspektasi masyarakat

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*)

2008 2009 2010 2011 2012

Grafik 7.5. Perkembangan & Perkiraan Inflasi Kota Manado

94

0

100

200

300

400

500

600

0

20

40

60

80

100

120

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*

2008 2009 2010 2011 2012

% indeksKapasitas Produksi (left axis)

Indeks Riil Penjualan (right axis)

sehubungan dengan kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi (rencana pembatasan

BBM bersubsidi jenis bensin dan solar serta kebijakan konversi minyak tanah ke LPG) ,

rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada April 2012 dan kebijakan pemerintah terkait

pembatasan peredaran gula rafinasi.

CPO

Karet

Terigu

Emas

150

200

250

300

350

400

450

500

550

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1*

2011 2012

USD Cent / Kg

30

230

430

630

830

1,030

1,230

1,430

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1*

2011 2012

USD/Barel

-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1*

2011 2012

USD/Barel

0.00200.00400.00600.00800.00

1,000.001,200.001,400.001,600.001,800.002,000.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1*

2011 2012

USD/pound

Grafik 7.6. Indeks Penjualan Riil

Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) Kota Manado

Grafik 7.7. Interaksi Permintaan dan Penawaran

Sumber : Survei Konsumen (SK) Kota Manado

0.00

200.00

400.00

600.00

800.00

,000.00

,200.00

,400.00

,600.00

Jan

Mar

Mei Jul

Sep

No

v

Jan

Mar

Mei Jul

Sep

No

v

Jan

Mar

Mei Jul

Sep

No

v

Jan

Mar

Mei Jul

Sep

Nop Ja

n

Mar

Mei Jul

Sep

Nop Ja

n

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Indeks Riil Penjualan Bahan konstruksi Makanan & tembakau

Grafik 7.8. Perkembangan Harga Komoditas Internasional

Sumber : Bloomberg, diolah

95

Faktor Non Fundamental

Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat.

Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui

Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Manado menunjukkan adanya tren

peningkatan harga beberapa komoditas volatile foods (terutama beras dan ikan segar).

Faktor yang diperkirakan meningkatkan laju inflasi kelompok volatile foods pada triwulan I

2012 diantaranya :

• Inflasi tahunan Kota Manado pada akhir tahun 2011 mencapai titik terendah selama 5

tahun terakhir, dimana tingkat harga komoditas volatile foods mencapai level yang

sangat rendah sebagai pengaruh kondisi suplai yang mencukupi. Namun demikian,

kondisi tersebut menimbulkan "low based effect" yang berpotensi menimbulkan inflasi

cukup tinggi di tahun 2012 apabila harga bergerak pada tingkat normal (kembali pada

kisaran rata-rata historisnya).

• Anomali cuaca yang terus berlanjut dan perkiraan curah hujan yang tinggi pada triwulan

I 2012 berpotensi menimbulkan gagal panen dan berkurangnya pasokan perikanan

tangkap.

• Berkurangnya pasokan luar daerah

Namun demikian, laju kenaikan inflasi kelompok volatile foods dapat diredam oleh

kecukupan pasokan beras terkait rencana pengadaan beras oleh Bulog Divre Sulut dan

program swasembada beras serta ketahanan pangan di Provinsi Sulawesi Utara

Stok (Ton)

Ketahanan (Bln)

Stok (Ton)

Ketahanan (Bln)

Stok(Ton)

Ketahanan (Bln)

Stok(Ton)

Ketahanan (Bln)

Stok (Ton)

Ketahanan (Bln)

Stok(Ton)

Ketahanan (Bln)

1 Divre Manado 8,287 7.73 12,235 11.41 16,183 15.09 20,331 18.95 25,079 23.38 28,227 26.32

2 SD Bolmong 1,364 3.26 953 2.28 1,743 4.17 1,632 3.91 1,622 3.88 2,611 6.25

3 SD Tahuna 2,019 4.47 2,608 5.78 2,197 4.87 2,586 5.73 2,375 5.26 2,764 6.12

NoDivre/Sub Divre

di Sulut

Jan*) Feb*) Mar*) Apr*) May*) Jun*)

Sumber : BULOG Divre Sulut, diolah

Tabel 7.1. Prognosa Kebutuhan Beras Sulut

96

Tekanan inflasi kelompok administered price pada triwulan I 2012 diperkirakan terutama

disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar rumah tangga. Harga minyak tanah non

subsidi mengalami kenaikan 1,2% searah dengan kenaikan harga minyak tanah dunia.

Kebijakan konversi minyak tanah ke LPG masih belum berjalan dengan optimal yang

ditandai oleh masih banyaknya kepala keluarga di Sulut yang belum mendapat jatah LPG 3

kg dan beredarnya LPG 3 kg dengan harga diatas ketetapan pemerintah.

Sementara itu, harga rokok kretek diperkirakan mengalami peningkatan yang dipicu oleh

kenaikan cukai rokok sebesar 16% berdasarkan PMK Nomor 167/PMK.011/2011 tentang

Perubahan Ketiga Atas PMK Nomor 181/PMK.011/2009 Tentang Tarif Cukai Hasil

Tembakau, dengan ketentuan tarif cukainya mulai berlaku pada 1 Januari 2012.

Mencermati keberhasilan pengendalian inflasi pada tahun 2011 dan menyadari semakin

beratnya tantangan menjaga stabilitas harga pada umumnya dan pengendalian inflasi pada

khususnya, selain pengendalian inflasi dari sisi moneter, juga diperlukan penguatan

rumusan bauran kebijakan lintas sektor yang bersifat kolaboratif dan sinergis. Melalui

wadah Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), pada tahun 2012 Bank Indonesia akan

memperkuat koordinasi dan kerjasama baik secara vertikal yakni antara pemerintah pusat-

daerah maupun secara horisontal antar pemerintah daerah dan antar lembaga terkait baik

di tingkat pusat dan daerah, dalam rangka mendukung stabilitas harga khususnya melalui

penguatan program kerja ketahanan pangan dan pemanfaatan informasi harga pangan

strategis di daerah

Gambar 7.1. Perkiraan Curah Hujan Februari & Maret 2012

97

Grafik 7.9. Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT)

7.3. Prospek Perbankan

Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, kinerja intermediasi

perbankan di Sulawesi Utara pada tahun 2012 diperkirakan akan membaik. Hasil

rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan optimisme perbankan Sulawesi

Utara untuk terus meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada kisaran 36%

(yoy). Untuk mencapai target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usaha-usaha yang

merupakan potensi daerah dan melakukan peningkatan pelayanan serta perbaikan

infrastruktur kredit. Berdasarkan jenis usahanya, estimasi pertumbuhan baki debit kredit

terutama terjadi pada kredit menengah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 45% (yoy).

Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki debit kredit kecil dan mikro yang diperkirakan

tumbuh masing-masing sebesar 37% (yoy) dan 26% (yoy).

Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara

mencapai sekitar 41% (yoy). Tingginya target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan

menerapkan berbagai upaya diantaranya mempertahankan nasabah yang telah ada dan

menjaring nasabah baru melalui penambahan jumlah karyawan, kantor cabang dan fitur-

fitur dalam mengoptimalkan kemudahan bertransaksi.

Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan

suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6% pada

triwulan I 2012 diperkirakan memberikan dampak

pada penambahan kapasitas perekonomian

Provinsi Sulawesi Utara melalui transmisi suku

bunga perbankan yang pada tahap selanjutnya

akan memberikan dampak pada membaiknya funsi

intermediasi perbankan. Hal ini ditandai oleh tren

penurunan suku bunga kredit di perbankan Sulut.

Selain itu, berdasarkan hasil Survei Konsumen

(SK) Bank Indonesia Manado menunjukkan adanya penurunan indeks ekspektasi masyarakat

terhadap tingkat bunga, tercermin dari indeks ekspektasi terhadap suku bunga 6 bulan

yang akan datang pada Desember 2011 sebesar 116, atau lebih rendah dibandingkan

dengan periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar 131.

Sumber : Survei Konsumen Kota Manado

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

Feb

Ap

rJu

nA

gust

Okt

Des

Feb

Ap

rJu

nA

gust

Okt

Des

Feb

Ap

rJu

nA

gust

Okt

Des

Feb

Ap

rJu

nA

gust

Okt

Des

Feb

Ap

rJu

nA

gust

Okt

Des

Feb

Ap

rJu

ni

Ag

ust

Okt

Des

2007 2008 2009 2010 2011

98

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya. yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.

Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered Price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

99

Restrukturisasi kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow dan inflow.PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik

uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.