Upload
vuthien
View
222
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIAN EKONOMI REGIONALPROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Triwulan IV-2012
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Penerbit :KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARATUnit Kajian Statistik dan SurveiJl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara BaratTelp. : 0370-623600Fax : 0370-631793E-mail : [email protected]
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun
internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian
inflasi yang rendah dan stabil.
Misi Bank Indonesia
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan
moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional
jangka panjang yang berkesinambungan.
Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia
Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk
bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan
kebersamaan.
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui
peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan
sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada
Pemerintah Daerah dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung
pembangunan ekonomi daerah.
i
KATA PENGANTAR
Pada triwulan IV-2012, kinerja perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB) tanpa sektor pertambangan tercatat tumbuh sebesar 5,22% (yoy). Dari sisi
permintaan, pencapaian tersebut masih didorong oleh kinerja kegiatan konsumsi
rumah tangga. Secara sektoral, pencapaian tersebut didukung oleh kinerja sektor
pertanian. Sedangkan apabila termasuk sektor pertambangan maka kinerja
perekonomian NTB tercatat terkontraksi mencapai 0,81% (yoy).
Hingga triwulan IV-2012, perkembangan harga barang dan jasa di NTB
menunjukkan kecenderungan menurun. Secara tahunan, laju inflasi di NTB mencapai
4,31% (yoy), berada lebih rendah dibanding laju inflasi Nasional yang tercatat sebesar
4,57% (yoy).
Di sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan kegiatan ekonomi melalui
intermediasi perbankan menunjukkan kinerja yang baik, tercermin dari pertumbuhan
kredit pada posisi triwulan IV-2012 yang mencapai 26,71% (yoy). Kinerja positif
intermediasi perbankan tersebut turut disertai dengan terjaganya kualitas kredit yang
tercemin dari tingkat rasio Non Performing Loan (NPL) dibawah batas indikatif.
Di samping ulasan di atas, kajian ini juga mengupas perkembangan keuangan
daerah, sistem pembayaran, kesejahteraan masyarakat serta prospek ekonomi ke
depan yang dapat menjadikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia maupun
stakeholders di daerah.
Bank Indonesia memiliki kepedulian tinggi dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi regional yang akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,
antara lain dengan melakukan penelitian dan kajian serta memberikan rekomendasi
kepada Pemerintah Daerah dalam mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi
termasuk pengendalian harga barang dan jasa.
Ucapan terima kasih dan penghargaan atas kerjasama kepada semua pihak
terutama jajaran Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten maupun Kota,
dinas/instansi terkait, perbankan, akademisi dan pihak lainnya yang telah membantu
penyediaan data sehingga kajian ini dapat dipublikasikan. Semoga bermanfaat dan
kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua.
Mataram, 7 Februari 2013KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Bambang HimawanDeputi Direktur
ii
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Indeks Harga Konsumen 132.61 133.27 138.09 141.19 144.33 145.62 146.87 146.83
-Kota Mataram 132.65 133.09 138.52 141.21 144.77 145.79 147.01 147
-Kota Bima 132.46 133.94 136.47 141.10 142.67 145.02 146.32 146.19
Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 7.83 5.85 6.38 6.55 8.84 8.52 6.36 3.99
-Kota Mataram 8.47 5.97 6.73 6.38 9.14 8.81 6.13 4.10
-Kota Bima 5.41 5.38 5.03 7.19 7.71 7.45 7.22 3.61
PDRB-harga konstan (miliar Rp) 4,643.54 4,591.01 5,232.20 4,973.21 4,533.81 4,718.72 5,036.15 4,932.76
-Pertanian 1,106.81 1,102.34 1,324.52 1,197.16 1,112.31 1,172.49 1,402.47 1,259.75
-Pertambangan dan Penggalian 1,024.66 875.56 1,167.80 982.65 739.25 744.37 738.68 735.42
-Industri Pengolahan 235.36 244.42 256.44 237.55 245.08 253.00 265.66 248.36
-Listrik, gas dan air bersih 18.57 19.20 19.63 20.22 20.05 20.68 21.14 21.50
-Bangunan 367.59 394.21 416.77 443.42 387.70 410.69 434.82 466.43
-Perdagangan, Hotel dan Restoran 739.82 761.61 808.66 841.84 808.31 853.27 887.71 895.58
-Pengangkutan dan Komunikasi 379.13 395.24 418.73 433.83 407.60 426.46 437.97 458.94
-Keuangan, Persewaan dan Jasa 276.15 280.08 283.25 280.55 288.16 302.92 314.31 311.44
-Jasa 495.44 518.36 536.40 536.00 525.36 534.84 533.40 535.34
Pertumbuhan PDRB (yoy %) (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81)
Pertumbuhan PDRB tanpa Sektor Pertambangan (yoy %) 7.26 4.72 5.27 5.30 4.96 6.96 5.74 5.22
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 277.09 158.07 476.54 174.56 158.82 136.69 156.22 122.88
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 100.52 55.03 143.73 72.96 78.09 70.83 92.60 69.88
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 160.28 91.34 76.89 67.53 72.24 59.91 54.64 61.57
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 46.68 34.81 68.76 21.78 25.60 18.74 23.11 18.88
PERBANKAN
Total Aset (Rp triliun) 14.13 15.05 15.90 16.88 17.57 18.64 19.42 20.77
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 9.07 9.80 10.45 11.38 11.54 12.42 12.90 13.31
Kredit (Rp triliun) 10.39 11.17 11.78 12.37 12.96 14.17 14.82 15.67
Loan to Deposit Ratio 114.60 115.69 112.77 108.71 112.29 114.06 114.87 117.72
NPL gross (%) 2.51 2.58 2.51 2.17 2.30 2.13 2.12 1.86
Bank umum :
Total Aset (Rp triliun) 13.28 14.16 14.95 15.82 16.46 17.52 18.25 19.51
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 8.66 9.38 10.02 10.87 11.00 11.90 12.36 12.73
-Tabungan (%) 52.84 52.15 52.80 61.46 53.01 54.93 54.24 62.46
-Giro (%) 21.38 22.26 22.55 16.07 22.57 20.45 20.85 13.92
-Deposito (%) 25.78 25.59 24.65 22.47 24.43 24.62 24.91 23.62
Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 9.87 10.62 11.20 11.77 12.32 13.49 14.12 14.97
-Modal Kerja 2.73 2.88 3.13 3.41 3.69 4.23 4.29 4.75
-Investasi 0.58 0.65 0.83 1.17 1.37 1.55 1.75 1.86
-Konsumsi 6.56 7.08 7.24 7.18 7.26 7.71 8.08 8.37
Kredit Mikro (< atau = Rp50 juta) (Rp triliun) 2.94 2.86 2.83 2.81 2.73 2.68 2.86 2.83
-Kredit Modal Kerja 0.56 0.56 0.60 0.65 0.67 0.71 0.78 0.85
-Kredit Investasi 0.07 0.07 0.08 0.12 0.12 0.10 0.12 0.12
-Kredit Konsumsi 2.31 2.23 2.15 2.04 1.94 1.87 1.96 1.87
Kredit Kecil (Rp 50 < x < Rp500 juta) (Rp triliun) 5.29 5.94 6.35 6.82 7.29 8.08 8.34 8.84
-Kredit Modal Kerja 0.96 1.01 1.11 1.30 1.50 1.74 1.66 1.79
-Kredit Investasi 0.26 0.30 0.36 0.61 0.75 0.88 0.99 1.05
-Kredit Konsumsi 4.07 4.63 4.88 4.91 5.04 5.47 5.69 6.00
Kredit Menengah (Rp 500 juta < x < Rp5 miliar) (Rp triliun) 1.30 1.44 1.55 1.63 1.78 2.07 2.18 2.48
-Kredit Modal Kerja 0.99 1.09 1.12 1.17 1.26 1.42 1.44 1.64
-Kredit Investasi 0.17 0.17 0.22 0.23 0.24 0.27 0.31 0.34
-Kredit Konsumsi 0.15 0.18 0.21 0.23 0.28 0.37 0.43 0.49
Total Kredit MKM (Rp triliun) 9.53 10.24 10.74 11.26 11.80 12.84 13.38 14.15
Loan to Deposit Ratio 113.88 113.20 111.83 108.24 111.98 113.35 114.18 117.61
NPL (%) 1.90 2.01 1.99 1.68 1.80 1.70 1.68 1.42
INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER
2012INDIKATOR
2011
Provinsi Nusa Tenggara Barat
iii
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4
Bank Perkreditan Rakyat :
Total Aset (Rp triliun) 0.87 0.89 0.95 1.06 1.11 1.12 1.17 1.26
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 0.41 0.42 0.43 0.51 0.53 0.52 0.53 0.58
-Tabungan (%) 52.09 52.65 54.04 58.34 56.87 56.84 57.20 57.36
-Giro (%)
-Deposito (%) 47.91 47.35 45.96 41.66 43.13 43.16 42.80 42.64
Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 0.53 0.55 0.58 0.60 0.64 0.68 0.70 0.69
-Modal Kerja 0.31 0.33 0.35 0.36 0.39 0.42 0.43 0.43
-Investasi 0.02 0.02 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03
-Konsumsi 0.19 0.20 0.21 0.22 0.22 0.23 0.23 0.23
Loan to Deposit Ratio 127.84 132.84 134.56 119.31 118.53 130.10 130.73 120.12
NPL (%) 13.90 13.43 12.45 11.65 12.02 10.77 10.98 11.32
SISTEM PEMBAYARAN
Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 1,212.88 1,806.74 2,471.46 1,955.42 2,402.87 2,376.70 2,814.03 2,528.13
Volume Transaksi RTGS (lembar) 2,324 2,397 2,511 2,818 2,694 2,723 2,763 2,945
Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 19.88 28.68 38.02 30.55 37.54 38.33 46.13 42.14
Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 38.10 38.05 38.63 44.03 42.09 43.92 45.30 49.08
Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 1,019.47 969.26 1,144.39 1,369.43 1,331.04 1,360.23 1,387.29 1,641.99
Volume Kliring Kredit (lembar) 28,020 28,129 29,331 32,452 32,247 32,410 31,828 36,479
Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 16.71 15.39 17.61 21.40 20.80 21.94 22.74 27.37
Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) 459.34 446.49 451.25 507.06 503.86 522.74 521.77 607.98
2012INDIKATOR
2011
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN IV-2012
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................................i
Indikator Ekonomi dan Moneter ............................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................................... iv
Daftar Grafik.............................................................................................................................v
Daftar Tabel...........................................................................................................................viii
Ringkasan Eksekutif ................................................................................................................ ix
Bab 1 Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat.........................................................1
1.1. Kondisi Umum.............................................................................................................1
1.2. Sisi Permintaan............................................................................................................1
1.3. Sisi Penawaran ............................................................................................................5
Boks 1 Peran Sektor Pertanian Dalam Menjaga Ketersediaan Cadangan Pangan di
Provinsi Nusa Tenggara Barat ...............................................................................................16
Bab 2 Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat .............................................................18
2.1. Kondisi Umum...........................................................................................................18
2.2. Inflasi Triwulanan .....................................................................................................19
2.3. Inflasi Tahunan..........................................................................................................20
2.4. Inflasi Berdasarkan Kota ..........................................................................................21
2.5. Disagregasi Inflasi .....................................................................................................22
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran ................................................25
3.1. Perkembangan Perbankan Nusa Tenggara Barat ..................................................25
3.2. Intermediasi Perbankan ...........................................................................................29
3.3. Stabilitas Sistem Perbankan .....................................................................................38
3.4. Perkembangan Sistem Pembayaran .......................................................................39
Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah .............................................................................43
4.1. Realisasi Pendapatan Daerah...................................................................................43
4.2. Realisasi Belanja ........................................................................................................43
Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat..........................................................................................46
5.1. Ketenagakerjaan.......................................................................................................46
5.2. Kesejahteraan Masyarakat.......................................................................................47
Boks 2 Program Desa Mandiri Ekonomi Wujud Pemberdayaan UMKM dan Sektor Riil di
Nusa Tenggara Barat..............................................................................................................49
Bab 6 Prospek Ekonomi Dan Harga ......................................................................................52
6.1. Prospek Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat....................................................52
6.2.Perkiraan Inflasi Nusa Tenggara Barat.....................................................................53
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN IV-2012
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga.................................................3
Grafik 1.2 Penyaluran Kredit Konsumsi..................................................................................3
Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor......................................................3
Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen.................................................................................3
Grafik 1.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto..............................................4
Grafik 1.6 Perkembangan Volume Penjualan Semen............................................................4
Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Investasi....................................................................................4
Grafik 1.8 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal
Dalam Negeri...........................................................................................................4
Grafik 1.9 Perkembangan Volume Ekspor (Dalam Ribu) ......................................................5
Grafik 1.10 Perkembangan Volume Impor (Dalam Ribu) .....................................................5
Grafik 1.11 Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat Periode Triwulan II-2012
Dan Triwulan III-2012............................................................................................7
Grafik 1.12 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Barat.........................7
Grafik 1.13 Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama Nusa Tenggara Barat ............7
Grafik 1.14 Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi .............................................................8
Grafik 1.15 Perkembangan Luas Lahan Panen Padi ..............................................................8
Grafik 1.16 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Pertanian ...........................................8
Grafik 1.17 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat Tembaga Nusa Tenggara Barat.......9
Grafik 1.18 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat
ke Sektor Pertambangan......................................................................................9
Grafik 1.19 Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu .............................................10
Grafik 1.20 Perkembangan Tamu Hotel Berbintang...........................................................10
Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel
Dan Restoran .......................................................................................................11
Grafik 1.22 Perkembangan Volume Penjualan Semen........................................................12
Grafik 1.23 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Bangunan........................................12
Grafik 1.24 Perkembangan Kondisi Perbankan...................................................................12
Grafik 1.25 Perkembangan Laba Perbankan........................................................................12
Grafik 1.26 Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara .......................13
Grafik 1.27 Perkembangan Arus Penumpang Internasional Angkutan Udara.................13
Grafik 1.28 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Angkutan Laut..........................13
Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Transportasi dan Komunikasi ........13
Grafik 1.30 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri..........................................................14
Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Industri Pengolahan.......................14
Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Listrik........................................................................15
Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Listrik, Air dan Gas..........................15
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan ....................................................18
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN IV-2012
vi
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan.......................................................................18
Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan .................................................................................................19
Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan............................................................................19
Grafik 2.5 Inflasi Tahunan......................................................................................................20
Grafik 2.6 Sumbangan Inflasi Tahunan ................................................................................20
Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%, mtm) .....................................................22
Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy) ......................................................22
Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras (Rp/Kg)...................................................................23
Grafik 2.10 Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan Minyak Goreng ........................23
Grafik 2.11 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional .....................................24
Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia ..................24
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum.......................................................................25
Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kegiatan Usaha .............................25
Grafik 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah...................................................................26
Grafik 3.4 Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan ...........................................26
Grafik 3.5 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah ..........................................................27
Grafik 3.6 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah ..................................27
Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah.............................................27
Grafik 3.8 Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah............................................27
Grafik 3.9 Perkembangan Indikator BPR..............................................................................28
Grafik 3.10 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan .................................28
Grafik 3.11 Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut Sektor Ekonomi ..............................29
Grafik 3.12 Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit BPR.......................................29
Grafik 3.13 Perkembangan DPK Bank Umum......................................................................31
Grafik 3.14 Pertumbuhan DPK Bank Umum ........................................................................31
Grafik 3.15 Pangsa DPK Per Kepemilikan DPK Bank Umum...............................................31
Grafik 3.16 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Bank Umum........................................31
Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Bank Umum .................................................................33
Grafik 3.18 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan.................................33
Grafik 3.19 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (qtq, %) ......33
Grafik 3.20 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy, %) ......33
Grafik 3.21 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%)..................................................35
Grafik 3.22 Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral .....................................................35
Grafik 3.23 Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank Umum ...........................35
Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM ...........................................................................35
Grafik 3.25 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum ....................................36
Grafik 3.26 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow .................................................39
Grafik 3.27 Perkembangan Penukaran Uang Kecil .............................................................40
Grafik 3.28 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan.........40
Grafik 3.29 Perkembangan Transaksi Non Tunai.................................................................41
Grafik 3.30 Perkembangan Transaksi Kliring.......................................................................42
Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement ....................................42
Grafik 4.1 Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Perbankan.....45
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN IV-2012
vii
Grafik 5.1 Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ......................................46
Grafik 5.2 Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia.................................................46
Grafik 5.3 Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi Penghasilan..................................48
Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani.......................................................................48
Grafik 6.1 Ekspektasi Situasi Bisnis Triwulan Mendatang...................................................52
Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Konsumen...............................................................................52
Grafik 6.3 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang ...................................................54
Grafik 6.4 Prakiraan Sifat hujan............................................................................................54
Boks 1
Grafik 1 Komposisi Sektor Pertanian ....................................................................................16
Grafik 2 Pertumbuhan Sektor Pertanian..............................................................................16
Grafik 3 Kondisi Pasokan dan Persediaan Beras .................................................................17
Grafik 4 Perkembangan IHK Tahunan..................................................................................17
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN IV-2012
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Permintaan (%, yoy)..........................................2
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran (%, yoy) .........................................6
Tabel 1.3 Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat.............................................8
Tabel 2.1 Inflasi Tahunan (yoy, %)........................................................................................20
Tabel 2.2 Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan IV-2012 di Kota
Mataram dan Bima ...............................................................................................21
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ...................................................................30
Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy, %) .........................................................34
Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum......................................................................34
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit .....................37
Tabel 3.5 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum ......................................................38
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi NTB Tahun 2012 ....................44
ix
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. Perkembangan Ekonomi dan Perbankan
Makro Ekonomi Regional
Pada triwulan IV-2012, kinerja perekonomian Nusa Tenggara
Barat (NTB) tanpa sektor pertambangan menunjukan kinerja yang
melambat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 5,74% (yoy)
menjadi 5,22% (yoy). Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi NTB dengan
sektor pertambangan masih berada pada tren kontraksi yang tercatat sebesar
0,81% (yoy), lebih baik dibanding triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 3,75%
(yoy). Sehingga secara keseluruhan tahun 2012, pertumbuhan ekonomi NTB
(tanpa sektor pertambangan) mencapai 5,62% (yoy). Sementara apabila
termasuk sektor pertambangan terjadi kontraksi hingga 1,12% (yoy).
Dari sisi permintaan, terkontraksinya pertumbuhan ekonomi NTB
dipengaruhi oleh penurunan kegiatan perdagangan luar negeri (ekspor) dan
melambatnya kinerja kegiatan pembentukan modal tetap bruto (investasi).
Sementara itu, kontribusi positif terbesar diberikan oleh kegiatan konsumsi
rumah tangga yang tampil sebagai komponen utama penggerak perekonomian
NTB, kemudian diikuti oleh kegiatan impor.
Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja perekonomian NTB tanpa
sektor pertambangan dipengaruhi oleh menurunnya kinerja sektor jasa-jasa
yang kembali mengalami kontraksi. Selain itu, pelambatan terbesar pada sektor
perdagangan, hotel dan restoran turut berperan menahan laju pertumbuhan
ekonomi. Di sisi lain, peningkatan pertumbuhan ekonomi paling tinggi kembali
diberikan oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sementara
itu, pertumbuhan ekonomi NTB termasuk sektor pertambangan kembali
menunjukkan pertumbuhan yang terkontraksi akibat menurunnya produksi
konsentrat tembaga.
Perkembangan Inflasi
Sepanjang triwulan IV-2012 inflasi di NTB cenderung mengalami
penurunan. Secara tahunan, pada triwulan IV-2012 laju inflasi NTB tercatat
sebesar 3,99% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat
sebesar 6,36% (yoy). Kondisi tersebut searah dengan pergerakan laju inflasi
nasional. Pada triwulan IV-2012, laju inflasi nasional cenderung mengalami
penurunan yang tercatat sebesar 4,30% (yoy), turun tipis dibanding triwulan
sebelumnya yang mencapai 4,31% (yoy).
Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju
inflasi NTB sepanjang triwulan IV-2012 jauh lebih rendah dibanding pergerakan
RINGKASAN EKSEKUTIF
x
rata-rata historisnya (empat tahun terakhir). Pada bulan Oktober 2012, laju
inflasi NTB tercatat deflasi sebesar 0,48% (mtm), lebih rendah dibanding rata-
rata historisnya yang tercatat deflasi sebesar 0,21% (mtm). Demikian pula pada
bulan November dan Desember 2012, dibanding rata-rata historisnya (0,22%
dan 0,96%), tekanan laju inflasi bulanan NTB menunjukan penurunan masing-
masing tercatat sebesar deflasi 0,03% (mtm) dan 0,49% (mtm).
Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan IV-2012 juga cenderung
menunjukkan penurunan yang tercatat sebesar -0,03% (qtq), jauh lebih rendah
dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 1,57% (qtq). Kondisi tersebut
terutama disebabkan menurunnya tekanan inflasi pada kelompok sandang,
kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga.
Sementara tekanan harga dialami oleh kelompok kesehatan dan kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan.
Secara umum, menurunnya pergerakan harga di Nusa Tenggara Barat
dipengaruhi oleh terjaganya ketersediaan pasokan bahan makanan khususnya
produk hortikultura (bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran) yang cenderung
menjadi komoditas utama pemicu tekanan inflasi di akhir tahun. Kondisi
tersebut disebabkan oleh meningkatnya produktivitas lahan pertanian yang
didukung kondisi cuaca yang kondusif dan relatif minimnya gangguan pada
kegiatan distribusi.
Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan IV-2012 inflasi
tahunan Kota Mataram lebih tinggi dibandingkan dengan Kota Bima. Inflasi
tahunan Kota Mataram tercatat sebesar 4,10% (yoy), sedangkan inflasi Kota
Bima tercatat lebih rendah yaitu sebesar 3,61% (yoy). Dilihat dari
disagregasinya, menurunnya inflasi Nusa Tenggara Barat disebabkan
melemahnya tekanan inflasi pada semua komponen inflasi terutama pada
kelompok inflasi volatile food.
Kinerja Perbankan
Perkembangan perbankan NTB sepanjang triwulan IV-2012 terus
menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut tercermin dari
peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total aset secara
gabungan yang tercatat Rp20,77 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai
23,09%, fungsi intermediasi perbankan berjalan baik yang tercermin dari nilai
Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 117,72%. Peningkatan intermediasi tersebut
didorong oleh pembiayaan yang terus meningkat sebesar 26,71% (yoy) atau
mencapai Rp15,67 triliun, namun demikian peningkatan tersebut belum disertai
dengan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya tumbuh sebesar
17,01% (yoy) atau Rp13,31 Triliun. Kondisi tersebut didukung oleh kinerja kredit
yang baik dengan Non Performing Loan (NPL) sebesar 1,86% atau masih
dibawah ketentuan sebesar 5%.
RINGKASAN EKSEKUTIF
xi
Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada triwulan IV-2012 perkembangan transaksi keuangan secara
tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada tren net outflow. Kondisi
tersebut tercermin dari peningkatan jumlah aliran uang keluar (cash outflow)
yang lebih besar dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan
kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih besar dibandingkan jumlah setoran
uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada triwulan IV-2012, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank
Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren
peningkatan yang tercatat sebesar Rp739,80 miliar atau tumbuh signifikan
sebesar 24,46% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu
yang tumbuh hingga 90,96% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp1,08
triliun.
Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang
berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
tercatat mencapai Rp1,16 triliun yang tumbuh positif sebesar 24,67% (yoy),
lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh rendah
sebesar 9,32% (yoy) atau sebanyak Rp1,28 triliun. Jumlah aliran uang keluar
yang lebih besar dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya
net outflow dengan jumlah mencapai Rp420,85 miliar.
Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat
sepanjang triwulan IV-2012 relatif menunjukkan penurunan dibanding triwulan
lalu. Kondisi tersebut didorong oleh menurunnya transaksi keuangan secara
non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar Rp2,81
triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,53 triliun pada triwulan IV-2012.
Sementara itu, pada triwulan IV-2012 transaksi secara secara kliring kembali
menunjukkan peningkatan yang tercatat mencapai Rp1,64 triliun (triwulan III-
2012: Rp1,39 triliun).
Kinerja Keuangan Daerah
Hingga akhir triwulan IV-2012, kinerja penerimaan pendapatan
Pemprov NTB terus menunjukkan peningkatan. Realisasi penyerapan
pendapatan daerah Pemprov NTB tercatat mencapai Rp2,24 triliun atau
mencapai 94,58% dari target sepanjang tahun 2012 yang mengalami perubahan
dari Rp2,24 triliun menjadi Rp2,37 triliun (APBD-P 2012). Pencapaian tersebut,
jauh meningkat dibanding pencapaian triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar
Rp1,69 triliun atau mencapai 97,18% dari rencana penyerapan pendapatan
sepanjang tahun 2011.
Berdasarkan kinerjanya, kelompok pendapatan transfer menunjukkan
pencapaian tertinggi mencapai 95,72%, lebih tinggi dibanding kinerja
RINGKASAN EKSEKUTIF
xii
komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sebesar 93,90%. Tingginya
pencapaian tersebut utamanya didorong oleh realisasi penerimaan Dana Alokasi
Umum (DAU) yang mampu diserap sesuai dengan rencana atau mencapai 100%
yang juga merupakan sumber utama dana perimbangan. Sementara pada
komponen PAD, kinerjanya didorong oleh penerimaan Pendapatan Pajak
Daerah yang melebihi target yaitu mencapai 104,58%. Namun demikian,
terdapat sumber penerimaan yang masih belum terserap secara optimal yaitu
pada komponen lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan pendapatan
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta pendapatan retribusi
daerah.
Pada sisi komponen belanja, realisasi belanja hingga akhir triwulan IV-
2012 tercatat sebesar 92,59% atau sebesar Rp2,19 triliun dari target belanja
tahun 2012 yang direvisi menjadi Rp2,36 triliun (sebelum perubahan: Rp2,25
triliun). Kinerja tersebut relatif lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian
triwulan IV-2011 yang tercatat mencapai 94,28%. Berdasarkan komponennya,
tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi dialami komponen transfer bagi
hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dengan nilai mencapai Rp195,50 miliar atau
mencapai 100% terhadap rencana anggaran tahun 2012. Kemudian disusul oleh
komponen belanja jalan, irigasi dan jaringan dengan tingkat realisasi mencapai
Rp275,32 miliar (97,74% dari rencana belanja) yang merupakan komponen
utama belanja modal dengan pangsa mencapai 67,99%. Kinerja terbaik
selanjutnya diberikan oleh komponen belanja subsidi dengan tingkat realisasi
mencapai Rp241,58 miliar (96,63% dari rencana belanja). Sementara kinerja
komponen lainnya memiliki tingkat realisasi pada kisaran 56,61% hingga
94,03%.
Kesejahteraan Masyarakat
Sepanjang triwulan IV-2012, perkembangan jumlah Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat yang berangkat ke luar negeri
masih berada pada tren peningkatan. Jumlah TKI asal NTB yang berangkat
sepanjang periode laporan tercatat sebanyak 9.081 orang, meningkat 1,71%
bila dibandingkan triwulan III-2012 yang tercatat sebanyak 8.928 orang. Namun
demikian, kondisi tersebut menurun sebesar 22,79% dibanding dengan periode
yang sama tahun lalu, yang tercatat mencapai 11.762 orang.
Sementara itu, untuk masyarakat pedesaan dilihat dari tingkat
kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan
penurunan. Sepanjang triwulan IV-2012, rata-rata indeks NTP Nusa Tenggara
Barat tercatat sebesar 95,30, naik sebesar 0,27 point dibanding triwulan lalu
yang mencapai 95,03. Kondisi tersebut disebabkan meningkatnya nilai tukar
peternak dan nelayan.
RINGKASAN EKSEKUTIF
xiii
2. Prospek Ekonomi dan Perkembangan Harga Triwulan I-2013
Prospek Ekonomi
Pada triwulan I-2013, perekonomian Provinsi Nusa Tenggara
Barat diprediksi mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif dan
berada pada kisaran 3,00% - 3,50% (yoy). Dari sisi permintaan, kegiatan
konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi sumber utama pendorong
pertumbuhan perekonomian NTB. Kondisi tersebut didorong oleh semakin
membaiknya daya beli masyarakat seiring meningkatnya pendapatan1
masyarakat dan tekanan laju inflasi yang relatif minim. Hal ini terindikasi dari
tingkat nilai Indeks Ekspekstasi Konsumen (IEK) yang cenderung meningkat dan
berada di atas level optimis (100) yang mencerminkan keoptimisan masyarakat
dalam melakukan konsumsi. Kegiatan investasi dan belanja pemerintah
diperkirakan akan meningkat selaras dengan meningkatnya anggaran belanja
pemerintah NTB. Di sisi lain, kegiatan ekspor diperkirakan masih berada tren
pertumbuhan kontraksi dan menjadi penahan utama pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan di
wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat,
sebagian besar pelaku usaha di NTB mempersepsikan optimisme dalam kegiatan
usaha. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi situasi
bisnis yang tercatat sebesar 21,52%.
Dari sisi penawaran, perkembangan ekonomi NTB pada triwulan I-2013
yang diperkirakan akan tumbuh positif, masih akan ditopang oleh kinerja
sektor-sektor andalan NTB antara lain sektor pertanian akibat meningkatnya
luas lahan pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang
ditopang oleh kegiatan MICE dan bertambahnya rute penerbangan baru.
Sementara sektor andalan lainya, yaitu sektor pertambangan diperkirakan
masih berada pada tren pertumbuhan negatif, namun secara statistik terus
mengalami perbaikan akibat faktor base effect sehingga tidak menarik
pertumbuhan ekonomi lebih dalam. Kegiatan produksi tambang menggunakan
material batuan cadangan (stock pile) dengan kadar mineral rendah. Masih
berlangsungnya kegiatan perluasan wilayah tambang terkait perpindahan fase
tambang menyebabkan rendahnya produksi konsentrat tembaga.
Dari sisi pembiayaan, dukungan perbankan dalam mendorong
peningkatan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku usaha
di Nusa Tenggara Barat pada triwulan I-2013 diprediksi masih berada pada tren
meningkat. Beberapa hal yang mendasari peningkatan tersebut antara lain
permodalan bank yang cukup, prospek usaha dan kondisi ekonomi yang
diperkirakan membaik. Kondisi tersebut terindikasi dari hasil Survei Opini
1 Berdasarkan SK Gubernur NTB No. 631 tahun 2012, Upah Minimum Provinsi NTB 2013 naik 10% menjadi Rp1.100.000.
RINGKASAN EKSEKUTIF
xiv
Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang kembali menunjukkan adanya peningkatan
pemberian kredit baru. Berdasarkan sektornya, permintaan kredit baru tersebut
sebagian besar masih ditujukan untuk kegiatan usaha pada sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan tingkat suku bunga, penyaluran
kredit pada triwulan I-2013 diperkirakan mengalami penurunan suku bunga,
sejalan dengan tingkat BI Rate yang cenderung menurun sejak awal tahun 2011.
Prospek Inflasi
Pada triwulan I-2013, laju inflasi Nusa Tenggara Barat
diperkirakan kembali mengalami tren penurunan dan diprediksi berada
pada kisaran 3,75% ± 1% (yoy). Secara umum, laju inflasi pada awal tahun
2013 diperkirakan akan mengalami tekanan dan kemudian akan bergerak
semakin menurun seiring kondisi cuaca yang semakin membaik. Berdasarkan
informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika,
sepanjang triwulan I-2013, kondisi curah hujan yang akan dialami Provinsi Nusa
Tenggara Barat bersifat normal (menengah). Kondisi tersebut juga tercermin
dari ekspektasi masyarakat akan pembentukan harga barang dan jasa pada
triwulan I-2013 yang terindikasi dari indeks ekspektasi harga konsumen untuk
tiga bulan yang akan datang yang cenderung menunjukkan penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Dari sisi supply, tekanan inflasi diprediksi mampu diredam akibat
meningkatnya pasokan bahan makanan yang dipengaruhi oleh meningkatnya
luas lahan tanam dan membaiknya produktivitas sektor pertanian. Selain itu,
berlangsungnya kegiatan panen padi pada akhir triwulan I-2013 diperkirakan
turut menjadi faktor penahan laju inflasi.
1
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL
NUSA TENGGARA BARAT
1.1. KONDISI UMUM
Pada triwulan IV-2012, kinerja perekonomian Nusa Tenggara
Barat (NTB) tanpa sektor pertambangan menunjukan kinerja yang
melambat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 5,74% (yoy)
menjadi 5,22% (yoy). Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi NTB
dengan sektor pertambangan masih berada pada tren kontraksi yang tercatat
sebesar 0,81% (yoy), lebih baik dibanding triwulan lalu yang terkontraksi
sebesar 3,75% (yoy). Sehingga secara keseluruhan tahun 2012, pertumbuhan
ekonomi NTB (tanpa sektor pertambangan) mencapai 5,62% (yoy). Sementara
apabila termasuk sektor pertambangan terjadi kontraksi hingga 1,12% (yoy).
Dari sisi permintaan, terkontraksinya pertumbuhan ekonomi NTB
dipengaruhi oleh penurunan kegiatan perdagangan luar negeri (ekspor) dan
melambatnya kinerja kegiatan pembentukan modal tetap bruto (investasi).
Sementara itu, kontribusi positif terbesar diberikan oleh kegiatan konsumsi
rumah tangga yang tampil sebagai komponen utama penggerak
perekonomian NTB, kemudian diikuti oleh kegiatan impor.
Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja perekonomian NTB
tanpa sektor pertambangan dipengaruhi oleh menurunnya kinerja sektor
jasa-jasa yang kembali mengalami kontraksi. Selain itu, pelambatan terbesar
pada sektor perdagangan, hotel dan restoran turut berperan menahan laju
pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, peningkatan pertumbuhan ekonomi
paling tinggi kembali diberikan oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB termasuk sektor
pertambangan kembali menunjukkan pertumbuhan yang terkontraksi akibat
menurunnya produksi konsentrat tembaga.
1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, kinerja pertumbuhan ekonomi NTB masih
berada pada tren pertumbuhan negatif yang utamanya disebabkan oleh
kinerja ekspor yang mengalami penurunan. Berdasarkan sumbangannya,
kontribusi positif terbesar diberikan oleh kegiatan konsumsi rumah tangga
hingga 3,07%. Di sisi lain, penahan laju pertumbuhan ekonomi NTB terbesar
berasal dari kinerja ekspor yang masih berada pada tren kontraksi dengan
kontribusi negatif mencapai 2,12%. Berdasarkan komposisi struktur ekonomi,
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
2
kegiatan konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi pemerintah
menjadi komponen utama pembentuk struktur perekonomian NTB dengan
pangsa masing-masing sebesar 55,34% dan 21,40%.
a. Konsumsi
Pada triwulan IV-2012, kegiatan konsumsi rumah tangga tumbuh
sebesar 6,04% (yoy), sedikit melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh
sebesar 6,15% (yoy). Kondisi tersebut terindikasi oleh hasil Survei Konsumen
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat pada triwulan
IV-2012 yang tingkat keyakinannya cenderung lebih rendah dibanding
triwulan sebelumnya.
Pencapaian tersebut turut dikonfirmasi oleh data prompt indicator
kegiatan konsumsi yaitu data pemakaian listrik dan jumlah penjualan
kendaraan bermotor yang mengalami pertumbuhan yang relatif melambat.
Sepanjang triwulan IV-2012, pemakaian listrik untuk kategori rumah tangga di
NTB tercatat mencapai 170,23 juta kwh atau tumbuh sebesar 9,24% (yoy),
melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,28% (yoy).
Sementara itu, jumlah penjualan kendaraan bermotor kembali menunjukkan
penurunan yang tumbuh negatif sebesar 11,61% (yoy), sedikit lebih baik
dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar 12,28% (yoy).
Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk
konsumsi juga menunjukkan pelambatan. Hingga triwulan IV-2012,
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Permintaan (%,yoy)
Sumber: BPS, diolah, Keterangan: *) angka sementara, **) angka sangat sementara
Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat
Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY**
Konsumsi Rumah Tangga 5.38 5.30 5.06 5.01 5.19 6.70 5.95 6.15 6.04 6.21
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 6.10 5.05 5.92 4.71 5.44 5.75 7.06 7.19 6.52 6.63
Konsumsi Pemerintah 5.03 5.19 7.13 4.74 5.53 (1.73) 9.52 3.18 1.81 3.21
Pembentukan Modal Tetap Bruto 0.69 4.97 8.10 5.83 4.97 21.31 20.45 10.14 2.09 12.87
Ekspor (14.18) (17.21) (11.16) (3.17) (11.62) (15.08) (10.20) (20.18) (8.41) (13.72)
Impor 9.11 17.54 6.59 6.31 9.81 (4.26) (6.92) 9.54 (6.02) (2.11)
Produk Domestik Regional Bruto (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12)
Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat
Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY**
Konsumsi Rumah Tangga 2.58 2.53 2.28 2.33 2.42 3.45 3.16 2.96 3.07 3.15
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 0.07 0.05 0.06 0.05 0.06 0.07 0.08 0.08 0.07 0.08
Konsumsi Pemerintah 0.69 0.72 0.94 0.67 0.76 (0.26) 1.47 0.46 0.28 0.48
Pembentukan Modal Tetap Bruto 0.20 1.40 2.23 1.82 1.44 6.46 6.38 3.07 0.72 4.06 Perubahan Stok 0.78 (1.09) (2.42) (6.55) (2.41) (9.23) (7.54) (2.77) (4.29) (5.83)
Ekspor (4.22) (5.10) (3.35) (0.79) (3.32) (3.93) (2.64) (5.47) (2.12) (3.58)
Impor (2.06) (3.80) (1.31) (1.38) (2.11) 1.07 1.86 (2.06) 1.45 0.51
Produk Domestik Regional Bruto (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12)
Uraian
Uraian
2011 2012
20122011
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
3
penyaluran kredit konsumsi tercatat mencapai Rp8,60 triliun, tumbuh sebesar
16,26% (yoy) atau mencapai 54,88% dari total kredit yang disalurkan
perbankan di NTB. Pertumbuhan tersebut melambat dibanding pertumbuhan
triwulan sebelumnya yang mencapai 17,52% (yoy).
b. Investasi
Kinerja kegiatan investasi (pembentukan modal tetap bruto) kembali
berada pada tren pelambatan. Pada triwulan IV-2012, kinerja investasi tercatat
tumbuh mencapai 2,09% (yoy), jauh lebih rendah dibanding kinerja triwulan
sebelumnya yang tumbuh tinggi mencapai 10,14% (yoy).
Kondisi tersebut sejalan dengan data prompt indicator pertumbuhan
tingkat pemakaian semen di NTB menunjukkan pelambatan jumlah konsumsi
semen. Sepanjang triwulan IV-2012, tingkat pemakaian semen tercatat
mencapai 237,68 ribu ton atau tumbuh sebesar 28,18% (yoy), melambat
dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 30,88% (yoy).
Grafik 1.1Perkembangan Konsumsi Listrik
Rumah Tangga
Grafik 1.2Penyaluran Kredit Konsumsi
Sumber: PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
Grafik 1.3Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor
Sumber: Dispenda NTB
Grafik 1.4Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB
(30.00)(20.00)(10.00)-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Mobil (unit) Motor (unit)growth total (%,yoy)-kanan growth motor (%,yoy)-kanangrowth mobil (%,yoy)-kanan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2010 2011 2012
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Level optimis
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Konsumsi Listrik RT (juta kwh)
g-kons. listrik RT (%)-kanan
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0.001,000.002,000.003,000.004,000.005,000.006,000.007,000.008,000.009,000.00
10,000.00
I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Kredit Konsumsi (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
4
Dari sisi pembiayaan, setelah berada pada tren pertumbuhan tinggi,
kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk kegiatan investasi tumbuh
sebesar 58,26% (yoy) atau sebesar Rp1,89 triliun, lebih rendah dibanding
pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh tinggi mencapai 168,48% (yoy).
c. Ekspor Impor
Tidak berbeda dengan periode sebelumnya, perkembangan kegiatan
perdagangan barang antar negara asal NTB (ekspor) masih berada pada tren
kontraksi. Pada triwulan IV-2012, kegiatan ekspor menunjukkan kontraksi
yang tercatat sebesar 8,41% (yoy), lebih baik dibanding triwulan lalu yang
terkontraksi sebesar 20,18% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan kegiatan
ekspor menjadi komponen yang memberikan sumbangan negatif mencapai
2,12% terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi NTB dari sisi
permintaan.
Penurunan kinerja ekspor tersebut dikonfirmasi oleh data prompt
indicator rata-rata volume ekspor NTB di sepanjang triwulan IV-2012 yang
mengalami kontraksi. Rata-rata jumlah ekspor NTB sepanjang triwulan IV-2012
Grafik 1.5Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto
Grafik 1.6Perkembangan Volume Penjualan Semen
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolahSumber : BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.7Penyaluran Kredit Investasi
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
Grafik 1.8Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing
dan Penanaman Modal Dalam Negeri
Sumber : BKPM
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Volume Penjualan Semen (ton)
Pertumbuhan (%,yoy)-Kanan
30.80
407.10
20.90
6.30
357.40
114.80
160.90
2.65
27.90
2.60
11.70
0.20
31.90
-
8.70
4.80
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
400.00
450.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4
2011 2012
PMA (US$ juta) PMDN (Rp miliar) - kanan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
180%
0.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
1,200.00
1,400.00
1,600.00
1,800.00
2,000.00
I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Kredit Investasi (Rp miliar)-…Pertumbuhan (%)-Kanan
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
-200 400 600 800
1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000
Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1**Tw2**Tw3**Tw4**
2010 2011 2012
PMTB (Rp miliar)-Kiri
Pertumbuhan (%)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
5
tercatat mencapai 7,764 ribu ton atau tumbuh negatif sebesar 4,22% (yoy),
lebih baik dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga 35,57% (yoy).
Kondisi tersebut ditenggarai dipengaruhi secara langsung oleh rendahnya
produksi komoditas tambang yang merupakan komoditas utama ekspor NTB.
Di sisi lain, kegiatan impor barang tujuan NTB menunjukkan
penurunan. Pada triwulan IV-2012, kegiatan impor tumbuh negatif sebesar
6,02% (yoy), pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu
yang tumbuh positif mencapai 9,54% (yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan
data prompt indicator volume rata-rata impor sepanjang triwulan IV-2012
tercatat sebesar 2,10 ribu ton atau tumbuh negatif sebesar 13,33% (yoy), yang
lebih baik dibanding triwulan lalu yang terkontraksi mencapai 66,83% (yoy).
1.3. SISI PENAWARAN
Pada sisi penawaran, akibat melambatnya kinerja sektor andalan
pada perekonomian NTB menyebabkan perekonomian NTB masih berada pada
pertumbuhan negatif. Berdasarkan sumbangannya, kontribusi positif terbesar
terhadap pertumbuhan ekonomi diberikan oleh sektor perdagangan, hotel,
restoran dengan sumbangan sebesar 1,51%, kemudian disusul oleh sektor
pertanian dengan sumbangan sebesar 1,11%. Di sisi lain, sektor pertambangan
masih menjadi penahan utama laju pertumbuhan ekonomi NTB dengan
kontribusi negatif mencapai 4,97%.
Pertumbuhan ekonomi NTB tanpa sektor pertambangan kembail
mengalami pelambatan. Pada triwulan IV-2012 pertumbuhannya tercatat
mencapai 5,22% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan III-2012 yang
tumbuh sebesar 5,74% (yoy). Kondisi tersebut utamanya dipengaruhi oleh
kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mengalami pertumbuhan
yang melambat.
Sumber: BI, Data Sementara Sumber: BI, Data Sementara
Grafik 1.9Perkembangan Volume Ekspor (dlm ribu)
Grafik 1.10Perkembangan Volume Impor (dlm ribu)
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2010 2011 2012
Cons Goods (kg)-kanan
Cap Goods (kg)-kanan
Raw Mat (kg)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
2010 2011 2012
Raw Mat (kg)
Cap Goods (kg)
Cons Goods (kg)-kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
6
Pada triwulan IV-2012, struktur perekonomian NTB didominasi oleh 3
(tiga) sektor andalan dengan pangsa mencapai 59,93% dari keseluruhan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTB. Pangsa tersebut
mengalami penurunan dibanding triwulan lalu mencapai 62,74% yang
dipengaruhi oleh melambatnya kinerja sektor pertanian. Sehingga pangsa
sektor terbesar dimiliki oleh sektor pertanian mencapai 24,99%, diikuti oleh
sektor pertambangan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, masing-
masing tercatat sebesar 17,94% dan 17,01%.
Berdasarkan penggolongannya, pergeseran kembali dialami oleh
struktur perekonomian NTB. Pada periode laporan, pangsa terbesar kembali
bergeser kepada sektor tersier yang meliputi sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan pangsa mencapai 43,87%.
Kemudian diikuti oleh sektor primer (pertanian dan pertambangan) dengan
pangsa sebesar 42,92%. Selanjutnya, pangsa paling kecil diberikan oleh sektor
sekunder yang meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air
bersih serta sektor bangunan dengan pangsa sebesar 13,21%.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran (%,yoy)
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah, Keterangan: *) angka sementara, **) angka sangat sementara
Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat
Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY**Pertanian 10.47 1.10 2.65 2.96 4.08 0.50 6.36 5.89 5.23 4.57 Pertambangan dan Penggalian (25.23) (32.61) (19.59) (28.71) (26.36) (27.85) (14.98) (36.75) (25.16) (26.98)
Industri Pengolahan 1.83 6.55 1.49 2.81 3.13 4.13 3.51 3.60 4.55 3.94 Listrik,Gas dan Air Bersih 6.56 8.29 8.79 9.27 8.25 7.98 7.71 7.68 6.36 7.41 Bangunan 0.49 6.70 8.32 7.52 5.84 5.47 4.18 4.33 5.19 4.79 Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.62 7.15 6.26 6.18 7.23 9.26 12.04 9.78 6.38 9.29 Transportasi dan Komunikasi 7.54 6.80 8.08 9.07 7.90 7.51 7.90 4.59 5.79 6.39 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan10.64 7.49 9.29 9.34 9.17 4.35 8.15 10.97 11.01 8.64 Jasa-jasa 4.75 3.73 5.12 2.63 4.04 6.04 3.18 (0.56) (0.12) 2.05 PDRB Seluruh Sektor (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12)PDRB Non Pertambangan 7.26 4.72 5.27 5.30 5.57 4.96 6.96 5.74 5.22 5.62
Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat
Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY**Pertanian 2.21 0.25 0.64 0.67 0.92 0.12 1.53 1.49 1.26 1.11 Pertambangan dan Penggalian (7.30) (8.74) (5.35) (7.65) (7.22) (6.15) (2.86) (8.20) (4.97) (5.62) Industri Pengolahan 0.09 0.31 0.07 0.13 0.15 0.21 0.19 0.18 0.22 0.20 Listrik,Gas dan Air Bersih 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 Bangunan 0.04 0.51 0.60 0.60 0.45 0.43 0.36 0.34 0.46 0.40 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.37 1.05 0.90 0.95 1.06 1.47 2.00 1.51 1.08 1.51 Transportasi dan Komunikasi 0.56 0.52 0.59 0.70 0.59 0.61 0.68 0.37 0.50 0.54 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan0.56 0.40 0.45 0.46 0.47 0.26 0.50 0.59 0.62 0.50 Jasa-jasa 0.47 0.38 0.49 0.27 0.40 0.64 0.36 (0.06) (0.01) 0.22 PDRB Seluruh Sektor (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12)
Uraian
Uraian2012
2012
2011
2011
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
7
Grafik 1.11Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat periode Triwulan III-2012 (kiri) dan Triwulan IV-2012 (kanan)
Sumber : BPS Provinsi NTB
a. Pertanian
Pada triwulan IV-2012, kinerja sektor pertanian kembali berada pada
level pertumbuhan yang cukup tinggi mencapai 5,23% (yoy), lebih rendah
dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 5,89% (yoy). Kondisi tersebut
dikonfirmasi oleh data prompt indicator yaitu luas lahan panen yang
cenderung menunjukkan kinerja yang melambat. Berdasarkan data Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, sepanjang triwulan
IV-2012, rata-rata luas area lahan panen komoditas padi di NTB tercatat seluas
8.832 hektar atau tumbuh sebesar 6,46% (yoy), lebih rendah dibanding rata-
rata pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 30,41% (yoy). Sementara
itu, kinerja produksi tanaman padi sepanjang tahun 2012 (berdasarkan ARAM
III-2012) diprediksi meningkat, diperkirakan mampu tumbuh sebesar 2,33%
(yoy) atau sebanyak 2,12 juta ton gabah kering giling.
Grafik 1.12Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Nusa Tenggara Barat
Sumber : BPS Provinsi NTB
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4
2010 2011 2012
Growth-PDRB NTB non tambang (%,yoy)Growth-PDRB NTB (%,yoy)
Grafik 1.13Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama
Nusa Tenggara Barat
Sumber : BPS Provinsi NTB, diolah
-60.00
-40.00
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1**Tw2**Tw3**Tw4**
2010 2011 2012
Pertanian (%)PHR (%)Pertambangan (%)
Pertanian; 28.49%
Pertambangan dan Penggalian; 17.74%
Industri Pengolahan; 3.88%
Listrik,Gas & Air Bersih; 0.50%
Bangunan; 8.08%
Perdagangan, Hotel & Restoran ; 16.51%
Transportasi & Komunikasi; 7.40%
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan;
5.73%Jasa-jasa; 11.67%
Pertanian; 24.99%
Pertambangan dan Penggalian;
17.94%
Industri Pengolahan; 3.79% Listrik,Gas & Air
Bersih; 0.52%
Bangunan; 8.90%
Perdagangan, Hotel & Restoran ;
17.01%
Transportasi & Komunikasi; 7.99%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan; 5.82%
Jasa-jasa; 13.05%
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
8
Sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini, kegiatan penyaluran kredit
pada sektor pertanian juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Pada
Tabel 1.3Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat
Periode Luas Lahan Panen (Ha)
Produktivitas (Kuintal/Ha)
Produksi (Ton)
2005 300,394 45.54 1,367,869
2006 341,418 45.48 1,552,627
2007 331,916 45.99 1,526,347
2008 359,714 48.67 1,750,677
2009 374,279 49.98 1,870,775
2010 374,284 47.41 1,774,499
2011 418,062 49,45 2,067,137
2012* 426,837 49,56 2,115,404Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. NTBKet: *) Angka Ramalan (ARAM) III-2012
Grafik 1.16Penyaluran Kredit Perbankan
ke Sektor Pertanian
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
-100%-50%0%50%100%150%200%250%300%350%400%
0.0050.00
100.00150.00200.00250.00300.00350.00400.00450.00500.00
I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
Grafik 1.14Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi
Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB
Grafik 1.15Perkembangan Luas Lahan Panen Padi
Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2010 2011 2012
Luas lahan tanam padi (ha)
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2010 2011 2012
Luas lahan panen padi (ha)
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
9
triwulan IV-2012, outstanding kredit yang disalurkan pada sektor pertanian
tercatat mencapai Rp449,60 miliar atau tumbuh sebesar 76,28% (yoy), jauh lebih
rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 319,77% (yoy).
b. Pertambangan
Kinerja sektor pertambangan masih berada dalam tren penurunan
produksi. Pada triwulan IV-2012, kinerja sektor pertambangan kembali
mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) mencapai 25,16% (yoy), lebih baik
dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga 36,75% (yoy). Kondisi
tersebut terkonfirmasi oleh data prompt indicator komoditas utama sektor
pertambangan yaitu produksi konsentrat tembaga yang kontraksinya
mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sepanjang triwulan IV-2012, total produksi konsentrat tembaga tercatat
sebesar 111,60 ribu ton yang tumbuh negatif sebesar 12,98% (yoy), lebih baik
dibanding triwulan lalu yang terkontraksi hingga sebesar 40,91% (yoy). Tidak
berbeda dengan periode sebelumnya, rendahnya produksi konsentrat tembaga
tersebut dipengaruhi oleh kegiatan perluasan area eksploitasi wilayah
pertambangan (pengupasan permukaan tanah) yang berada pada fase ke-
enam. Sehingga produksi konsentrat tembaga menjadi terbatas akibat
menggunakan material batuan cadangan (stock pile) dengan kadar mineral
rendah.
Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang disalurkan
pada sektor pertambangan kembali berada pada tren kontraksi. Pada triwulan
IV-2012, outstanding credit untuk sektor ini mencapai Rp5,06 miliar yang
tumbuh negatif sebesar 45,93% (yoy), membaik dibanding triwulan lalu yang
tumbuh negatif sebesar 59,51% (yoy).
Grafik 1.18Penyaluran Kredit Perbankan
di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
Grafik 1.17Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat
Tembaga Nusa Tenggara Barat
Sumber : PT Newmont Nusa Tenggara
(60)(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
WMT (ton) PEB (USD .000)g-prod (%,yoy)-rhs
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
10
c. Perdagangan, Hotel dan Restoran
Kinerja sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) berada pada
tren pertumbuhan yang melambat. Pada triwulan IV-2012, sektor PHR tercatat
tumbuh sebesar 6,38% (yoy), melambat dibanding kinerja triwulan lalu yang
tumbuh mencapai 9,78% (yoy). Kondisi tersebut ditengarai dipengaruhi oleh
melambatnya kinerja sub sektor perdagangan besar dan eceran yang
mengalami pelambatan akibat kembali normalnya permintaan masyarakat
pasca bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1433H.
Sementara kinerja sub sektor hotel dan restoran menunjukkan
peningkatan dan tampil menjadi penopang pertumbuhan sektor PHR. Kondisi
ini dipengaruhi oleh kembali meningkatnya kegiatan MICE1 dan beberapa even
berskala besar diantaranya adalah kegiatan perayaaan HUT NTB ke-54, Hari
Tari Nusantara Nasional dan Hari Nusantara Nasional pada triwulan IV-2012.
Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh data prompt indicator
perkembangan tingkat hunian kamar (TPK) dan rata-rata lama serta jumlah
tamu menginap yang cenderung meningkat. Sepanjang triwulan IV-2012, rata-
rata tingkat hunian kamar hotel berbintang di NTB mencapai 52,26%, lebih
tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 48,37%. Sementara itu,
rata-rata lama tamu yang menginap di hotel berbintang menurun dari 2,66
hari pada triwulan lalu menjadi 2,50 hari pada triwulan IV-2012. Sementara,
perkembangan jumlah tamu yang menginap di hotel berbintang selama
periode laporan menunjukkan peningkatan yang tercatat sebanyak 107,33 ribu
orang (pangsa domestik sebesar 81,74%) yang tumbuh sebesar 14,74% (yoy),
lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 89,74 ribu orang
yang tumbuh sebesar 7,17% (yoy).
1 Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions
Grafik 1.19Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu
Sumber : BPS Provinsi NTB
Grafik 1.20Perkembangan Tamu Hotel Berbintang
Sumber : BPS Provinsi NTB
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Org AsingDomestikgrowth total (%,yoy)-kanan
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2010 2011 2012
Tingkat Hunian Kamar (%)-KiriLama Tinggal Tamu (hari)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
11
Dari sisi pembiayaan, sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini,
pertumbuhan kegiatan penyaluran kredit perbankan ke sektor PHR
menunjukkan pelambatan. Pada triwulan IV-2012, outstanding credit untuk
sektor PHR mencapai Rp5,01 triliun atau tumbuh signifikan sebesar 54,85%
(yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 80,90% (yoy).
d. Bangunan
Pada triwulan IV-2012, kinerja sektor bangunan menunjukkan
peningkatan yang tumbuh sebesar 5,19% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan
lalu yang tumbuh sebesar 4,33% (yoy). Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh
perkembangan data prompt indicator sektor bangunan yaitu tingkat konsumsi
semen di NTB yang tumbuh dalam level yang tinggi. Berdasarkan data Asosiasi
Semen Indonesia, pada triwulan IV-2012 tingkat konsumsi semen di NTB
mampu tumbuh tinggi mencapai 28,18% (yoy) atau mencapai 237,68 ribu ton,
sedikit lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 30,88%
(yoy).
Di sisi pembiayaan, kinerja penyaluran kredit pada sektor ini mengalami
pelambatan, namun masih berada pada tren pertumbuhan yang tinggi. Hingga
triwulan IV-2012, outstanding credit pada sektor bangunan tercatat mencapai
Rp479,34 miliar atau tumbuh sebesar 46,80% (yoy). Pertumbuhan tersebut
lebih rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 72,16%
(yoy).
Grafik 1.21Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor
Perdagangan Hotel dan Restoran
Sumber : Laporan Bulanan Bank KPw BI Prov. NTB
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
0.00
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Kredit Sektor PHR (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
12
e. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan kembali
mengalami peningkatan. Pada triwulan IV-2012, sektor ini tumbuh sebesar
11,01% (yoy), lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar
10,97% (yoy). Pencapaian tersebut ditengarai akibat akselerasi kinerja sub
sektor keuangan yang tercermin dari data prompt indicator kinerja
perkembangan laba perbankan (sebelum pajak) di NTB yang tumbuh dalam
level yang cukup tinggi.
Hingga triwulan IV-2012, laba (sebelum pajak) kegiatan usaha
perbankan NTB tercatat tumbuh sebesar 102,66% (yoy), jauh lebih tinggi
dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 66,76% (yoy). Selain itu, kinerja
tersebut turut didukung oleh meningkatnya kinerja sub sektor lembaga
keuangan bukan bank.
Grafik 1.24
Perkembangan Kondisi Perbankan
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4
2010 2011 2012
%Aset(Rp miliar)-kanan Kredit(Rp miliar)-kanan
DPK(Rp miliar)-kanan g-Aset (kiri),yoy
g-Kredit (kiri),yoy g-DPK (kiri),yoy
Grafik 1.25
Perkembangan Laba Perbankan
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
-
20
40
60
80
100
120
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
%
Rp. J
t
Laba Perbankan (sblm pajak)Growth (yoy)-kanan
Grafik 1.22Perkembangan Volume Penjualan Semen
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Volume Penjualan Semen (ton)
Pertumbuhan (%,yoy)-Kanan
Grafik 1.23Penyaluran Kredit Perbankan
ke Sektor Bangunan
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Kredit Sektor Bangunan (Rp miliar)-Kiri
Pertumbuhan (%)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
13
f. Transportasi dan Komunikasi
Kinerja sektor transportasi dan komunikasi pada triwulan IV-2012
mengalami peningkatan, yang tumbuh sebesar 5,79% (yoy), lebih tinggi
dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,59% (yoy).
Meningkatnya kinerja tersebut utamanya dipengaruhi oleh akselerasi kinerja sub
sektor transportasi angkutan udara (penumpang internasional) dan angkutan
laut.
Pada triwulan IV-2012, kegiatan transportasi melalui angkutan udara
yang tercermin melalui perkembangan jumlah penumpang pesawat naik
menjadi sebanyak 554,65 ribu penumpang, tumbuh signifikan mencapai 40,02%
(yoy), jauh lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar
5,72% (yoy).
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh jumlah penerbangan penumpang
internasional yang meningkat tajam karena beroperasinya Bandara
Internasional Lombok sebagai salah satu pintu baru pemberangkatan jamaah
Grafik 1.28Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang
Angkutan Laut
Sumber : BPS Provinsi NTB
-100
0
100
200
300
400
500
600
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2010 2011 2012
Total Bongkar/Muat (ton)
growth (%) - kanan
Grafik 1.29Penyaluran Kredit Perbankan
ke Sektor Transportasi dan Komunikasi
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Kredit Sektor Transportasi dan Komunikasi (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
Grafik 1.26Perkembangan Arus Penumpang Domestik
Angkutan Udara
Sumber : PT Angkasa Pura I
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
0
5
10
15
20
25
30
35
40
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Penumpang Domestik (org)growth (%) - kanan
Grafik 1.27Perkembangan Arus Penumpang Internasional
Angkutan Udara
Sumber : PT Angkasa Pura I
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
-100
-50
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
JUMLAH Penumpang Internasional (org)JUMLAH growth (%) - kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
14
haji. Sementara itu, meski menunjukkan pelambatan kegiatan transportasi
melalui angkutan laut masih tumbuh dalam level yang cukup tinggi mencapai
109,82% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-
2012 yang tumbuh sebesar 135,27% (yoy).
Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit pada sektor transportasi
dan komunikasi cenderung berada pada pertumbuhan yang tinggi. Hingga
akhir triwulan IV-2012, pembiayaan yang disalurkan pada sektor ini tercatat
sebesar Rp127,00 miliar atau tumbuh sebesar 89,27% (yoy), lebih rendah
dibanding triwulan lalu yang tumbuh tinggi mencapai 97,56% (yoy).
g. Industri Pengolahan
Pada triwulan IV-2012, kinerja sektor industri pengolahan tumbuh
sebesar 4,55% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan III-2012 yang tumbuh
sebesar 3,60% (yoy). Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh perkembangan
data prompt indicator yaitu data konsumsi listrik industri yang menunjukkan
peningkatan pemakaian listrik. Sepanjang triwulan IV-2012, pemakaian konsumsi
listrik industri mencapai 10,77 juta kwh atau tumbuh signifikan sebesar 75,50%
(yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan konsumsi triwulan III-2012 yang
tercatat tumbuh sebesar 53,07% (yoy).
Dari sisi pembiayaan, sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini
kegiatan pembiayaan perbankan menunjukkan peningkatan. Hingga akhir
triwulan IV-2012 penyaluran kredit pada sektor industri tercatat sebesar
Rp141,49 miliar atau tumbuh sebesar 89,73% (yoy), lebih tinggi dibanding
triwulan lalu yang hanya tumbuh sebesar 74,28% (yoy).
h. Listrik, Gas, dan Air Bersih
Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih kembali berada pada tren
pelambatan. Pada triwulan IV-2012, sektor listrik, gas dan air bersih mampu
Grafik 1.30Perkembangan Konsumsi Listrik Industri
Sumber : PLN
(20.00)(10.00)-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Konsumsi Listrik Industri (juta kwh)growth(%)-kanan
Grafik 1.31Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Industri Pengolahan
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Kredit Sektor Industri Pengolahan (Rp miliar)-Kiri
Pertumbuhan (%)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
15
tumbuh tinggi mencapai 6,36% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang
tumbuh sebesar 7,68% (yoy). Berdasarkan komposisinya, sektor listrik, gas dan
air bersih memiliki pangsa yang terkecil atau sebesar 0,52% dalam pembentukan
struktur perekonomian NTB, sehingga melambatnya pertumbuhan tidak
memiliki dampak yang signifikan. Pertumbuhan tersebut diperkirakan
dipengaruhi oleh kinerja sub sektor listrik yang mengalami pelambatan yang
dikonfirmasi melalui perkembangan prompt indicator data konsumsi listrik NTB
yang melambat.
Sepanjang triwulan IV-2012 jumlah pemakaian listrik di NTB mencapai
260,22 juta kwh atau tumbuh sebesar 11,99% (yoy), melambat dibanding
triwulan lalu yang tumbuh sebesar 16,39% (yoy) atau sebesar 249,06 juta kwh.
Berdasarkan komposisinya, konsumsi listrik untuk rumah tangga pangsanya
mencapai 65,42%. Sedangkan pemakaian pada kategori bisnis dan industri,
pangsanya masing-masing sebesar 30,44% dan 4,14%.
Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang di salurkan ke
sektor listrik, gas, dan air bersih kembali mengalami kenaikan. Hingga triwulan
IV-2012, outstanding kredit pada sektor ini mengalami peningkatan yang
tercatat menjadi Rp2,60 miliar, namun tumbuh melambat menjadi sebesar 6,65%
(yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 46,02% (yoy).
Grafik 1.32Perkembangan Konsumsi Listrik
Sumber : PLN
0
5
10
15
20
25
-
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Total Konsumsi Listrik (juta kwh)growth(%)-kanan
Grafik 1.33Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor
Listrik, Air dan Gas
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
-40%
-30%
-20%-10%
0%
10%
20%30%
40%
50%
60%70%
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
I 4 5 II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
16
Boks 1Peran Sektor Pertanian Dalam Menjaga
Ketersediaan Cadangan Pangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Gambaran UmumSebagai salah satu sektor andalan perekonomian NTB, sektor pertanian
ditengarai memiliki pengaruh yang strategis dibanding sektor lainnya dan
berkontribusi pada perekonomian nasional dengan memanfaatkan besarnya potensi
sumber daya alam. Pada tataran regional, pertanian memiliki peran yang sangat
penting karena menjadi penggerak utama perekonomian khususnya di pedesaan
serta berperan terhadap penyediaan pangan masyarakat.
Dari sisi ketenagakerjaan, mayoritas masyarakat memilih sektor pertanian
sebagai lapangan kerja utama. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi NTB,
jumlah penduduk Provinsi NTB pada tahun 2011 tercatat sebanyak 4.545.650 juta
orang. Jumlah angkatan kerja mencapai 1.962.240 orang1, dimana 44,44% (872.088
orang) bekerja pada sektor pertanian.
Asesmen SingkatDilihat dari struktur perekonomiannya, pembentukan sektor pertanian terdiri
dari beberapa sub sektor yakni tanaman bahan makanan (tabama), tanaman
perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya dan perikanan. Berdasarkan pangsanya,
sub sektor tabama mendominasi sektor pertanian dengan share mencapai 63,77%.
Sementara share sub sektor lainnya berada pada kisaran 0,26% sampai dengan
13,87%.
1 Keadaan Ketenagakerjaan, Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, di Provinsi Nusa Tenggara Barat 2011
63.77 11.18
13.87
0.26 10.92
Tanaman Bahan MakananTanaman Perkebunan
Peternakan dan Hasil-hasilnyaKehutanan
Perikanan
Grafik 1Komposisi Sektor Pertanian
Sumber : BPS Prov. NTB, PDRB 2011 ADHB
Grafik 2Pertumbuhan Sektor Pertanian
Sumber : BPS Prov. NTB
3.54
1.33
3.994.38
0.000.501.001.502.002.503.003.504.004.505.00
2009 2010 2011 2012 (s.d Q3-12)
Pertanian (%)
17
Beberapa tahun terakhir, perkembangan pertumbuhan sektor pertanian
menunjukkan tren kinerja yang membaik. Kondisi tersebut didorong oleh kinerja
sub sektor tabama, seiring semakin luasnya lahan pertanian dan meningkatnya
produktivitas sehingga mampu meningkatkan produksi dan mendukung
ketersediaan pangan di masyarakat (lihat grafik 3).
Dari sisi perkembangan harga, dapat terlihat dampak positif antara
peningkatan pasokan dan terjaganya persediaan beras terhadap laju inflasi. Hingga
Desember 2012, laju inflasi Nusa Tenggara Barat terlihat bergerak menurun yang
tercatat mencapai 3,99%. Kondisi tersebut tidak terlepas dari pengaruh harga
komoditas utama inflasi yaitu beras yang tekanan harganya semakin melemah
akibat terjaganya ketersediaan pangan2 yang ditunjukkan oleh Grafik 3 dan Grafik
4. Selanjutnya, pola hubungan tersebut diharapkan dapat menjadi informasi bagi
pengambil kebijakan untuk dapat melakukan langkah-langkah strategis dalam
rangka menjaga ketersediaan pangan di Nusa Tenggara Barat yang pada gilirannya
akan menjaga tekanan inflasi khususnya dari komoditas beras.
2 Berdasarkan informasi cadangan beras pemerintah di gudang BULOG Divre NTB, ketersediaan stok beras di NTB diperkirakan memiliki ketahanan hingga bulan September 2013.
Grafik 3Kondisi Pasokan dan Persediaan Beras (ton)
(10,000)-
10,000
20,000 30,000 40,000 50,000
60,000 70,000
80,000 90,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011 2012
Persediaan/Stok (Ton) Jumlah Pengadaan
Sumber: BULOG Divre NTB
Grafik 4Perkembangan IHK Tahunan (%yoy)
Sumber : BPS Prov. NTB
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011 2012
IHK Umum NTB Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya
18
BAB 2PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
2.1. KONDISI UMUM
Sepanjang triwulan IV-2012 inflasi di NTB cenderung
mengalami penurunan. Secara tahunan, pada triwulan IV-2012 laju inflasi
NTB tercatat sebesar 3,99% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu
yang tercatat sebesar 6,36% (yoy). Kondisi tersebut searah dengan
pergerakan laju inflasi nasional. Pada triwulan IV-2012, laju inflasi nasional
cenderung mengalami penurunan yang tercatat sebesar 4,30% (yoy), turun
tipis dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 4,31% (yoy).
Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju
inflasi NTB sepanjang triwulan IV-2012 jauh lebih rendah dibanding
pergerakan rata-rata historisnya (empat tahun terakhir). Pada bulan Oktober
2012, laju inflasi NTB tercatat deflasi sebesar 0,48% (mtm), lebih rendah
dibanding rata-rata historisnya yang tercatat deflasi sebesar 0,21% (mtm).
Demikian pula pada bulan November dan Desember 2012, dibanding rata-
rata historisnya (0,22% dan 0,96%), tekanan laju inflasi bulanan NTB
menunjukan penurunan masing-masing tercatat sebesar deflasi 0,03% (mtm)
dan 0,49% (mtm).
Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan IV-2012 juga
cenderung menunjukkan penurunan yang tercatat sebesar -0,03% (qtq), jauh
lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 1,57% (qtq).
Kondisi tersebut terutama disebabkan menurunnya tekanan inflasi pada
kelompok sandang, kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan,
rekreasi dan olah raga. Sementara tekanan harga dialami oleh kelompok
kesehatan dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.
Grafik 2.1
Perkembangan Inflasi Bulanan dan TahunanGrafik 2.2
Perkembangan Inflasi Triwulanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-2
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2010 2011 2012
yoy -NTB (%) mtm -NTB (%)yoy - Nasional (%) mtm - Nasional (%)
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
NTB (%,qtq) Nasional (%,qtq)
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
Secara umum, menurunnya pergerakan harga di Nusa Tenggara Barat
dipengaruhi oleh terjaganya ketersediaan pasokan bahan makanan
khususnya produk hortikultura (bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran) yang
cenderung menjadi komoditas utama pemicu tekanan inflasi di akhir tahun.
Kondisi tersebut disebabkan oleh meningkatnya produktivitas lahan
pertanian yang didukung kondisi cuaca yang kondusif dan relatif minimnya
gangguan pada kegiatan distribusi.
Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan IV-2012 inflasi
tahunan Kota Mataram lebih tinggi dibandingkan dengan Kota Bima. Inflasi
tahunan Kota Mataram tercatat sebesar 4,10% (yoy), sedangkan inflasi Kota
Bima tercatat lebih rendah yaitu sebesar 3,61% (yoy). Dilihat dari
disagregasinya, menurunnya inflasi Nusa Tenggara Barat disebabkan
melemahnya tekanan inflasi pada semua komponen inflasi terutama pada
kelompok inflasi volatile food.
2.2. INFLASI TRIWULANAN
Secara triwulanan, perkembangan harga barang dan jasa di Nusa
Tenggara Barat pada triwulan IV-2012 cenderung bergerak menurun yang
tercermin dari inflasi triwulanan yang mengalami penurunan dari sebesar
1,57% (qtq) pada triwulan lalu menjadi sebesar -0,03% (qtq) pada triwulan
laporan. Angka tersebut juga lebih rendah dibanding laju inflasi triwulanan
nasional yang tercatat sebesar 0,77% (qtq).
Kecenderungan menurunya tekanan inflasi tersebut utamanya
berasal dari melemahnya tekanan laju inflasi kelompok sandang dan
kelompok bahan makanan serta kelompok perumahan, air, gas dan bahan
bakar. Sementara kelompok kesehatan dan kelompok transpor, komunikasi
dan jasa keuangan cenderung mengalami tekanan. Berdasarkan
sumbangannya, pembentuk laju inflasi pada triwulan IV-2012 didorong oleh
kelompok bahan makanan yang memberikan andil terbesar dalam
Grafik 2.3Inflasi Triwulanan
Grafik 2.4Sumbangan Inflasi Triwulanan
Sumber: BPS Provinsi NTBSumber: BPS Provinsi NTB
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Bahan Makanan Makanan jadi, MinumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012
Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman
Perumahan, air Sandang
Kesehatan Pendidikan, rekreasi
Transportasi, komunikasi
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
pembentukan laju inflasi triwulanan yang menurun, kemudian diikuti
kelompok perumahan, air, gas dan bahan bakar dan kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau.
2.3. INFLASI TAHUNAN
Secara tahunan, pada triwulan IV-2012 tekanan inflasi di Nusa
Tenggara Barat masih berada pada tren menurun yang tercatat sebesar
3,99% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan III-2012 yang tercatat sebesar
6,36% (yoy). Kondisi tersebut searah dengan laju inflasi Nasional yang
berada pada tren menurun yang tercatat sebesar 4,30% (yoy) .
Berdasarkan kelompok komoditas, pada triwulan IV-2012 laju inflasi
seluruh kelompok barang dan jasa mengalami penurunan dibanding
triwulan lalu kecuali kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan,
kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, kelompok kesehatan dan
kelompok sandang. Laju inflasi tahunan tertinggi masih dialami oleh
kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang tercatat sebesar
8,90% (yoy), kemudian diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok
dan tembakau yang tercatat sebesar 5,76% (yoy). Sementara itu,
perkembangan inflasi kelompok barang dan jasa lainnya tercatat pada
kisaran -0,31% (yoy) hingga 5,60% (yoy).
Grafik 2.5Inflasi Tahunan
Grafik 2.6Sumbangan Inflasi Tahunan
Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB
Tabel 2.1Inflasi Tahunan (yoy,%)
Sumber: BPS Provinsi NTB
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2011 2012
Bahan Makanan Makanan jadi, minumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2011 2012
Bahan Makanan Makanan jadi, minumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi
Mar Juni Sept Des Mar Jun Sept Okt Nov Des7.83 5.85 6.38 6.55 8.84 8.50 6.36 6.48 5.15 3.99
1 Bahan Makanan 15.46 8.08 7.50 3.67 6.17 7.86 5.23 3.18 3.01 -0.312 Makanan jadi, minuman 6.49 5.16 5.14 7.52 9.66 9.17 8.90 8.57 6.37 5.763 Perumahan, air 4.23 6.15 8.58 13.51 18.15 15.23 10.59 12.72 9.71 8.904 Sandang 4.92 4.68 8.71 6.50 7.40 5.28 5.15 7.00 5.56 5.605 Kesehatan 1.94 1.97 2.31 2.61 2.74 2.65 2.24 2.95 2.76 2.716 Pendidikan, rekreasi 2.58 2.91 5.29 4.17 4.19 4.04 2.31 2.41 2.44 3.017 Transportasi, komunikasi 5.36 4.13 2.50 1.18 1.23 1.15 0.14 1.21 1.06 1.61
Kelompok 2011
Umum
No 2012
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
Berdasarkan sumbangannya, kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar kembali mendominasi pembentukan inflasi dengan
sumbangan mencapai 1,97%, kemudian diikuti oleh kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,12%. Sedangkan kontribusi
kelompok barang dan jasa lainnya yang turut memicu inflasi berada pada
kisaran -0,09% hingga 0,34%.
2.4. INFLASI BERDASARKAN KOTA
Berdasarkan kota perhitungan tingkat inflasi di Nusa Tenggara Barat,
pada triwulan IV-2012 Kota Mataram mengalami inflasi lebih tinggi
dibandingkan Kota Bima. Secara tahunan, inflasi Kota Mataram tercatat
mencapai 4,10% (yoy), lebih tinggi dibanding Kota Bima yang tercatat
sebesar 3,61 % (yoy).
Berdasarkan karakteristiknya, pembentukan laju inflasi Kota
Mataram pada akhir tahun cenderung mengalami tekanan yang lebih tinggi
dibanding triwulan sebelumnya, namun pada triwulan IV-2012 laju inflasi
cenderung lebih rendah dibanding dengan kondisi rata-rata historisnya
(empat tahun terakhir). Pada Oktober 2012, laju inflasi bulanan pada Kota
Mataram mengalami deflasi yang tercatat sebesar 0,46% (mtm), lebih
rendah dibanding rata-rata nilai historisnya yang mencapai -0,28% (mtm).
Selanjutnya, dibandingkan dengan rata-rata historisnya laju inflasi bulanan
cenderung berada di bawah, dimana pada November dan Desember 2012
masing-masing tercatat sebesar -0,01% (mtm) dan 0,46% (mtm), lebih
rendah dibanding nilai historisnya yang mencapai 0,25% (mtm) dan 1,15%
(mtm).
Tabel 2.2Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan IV-2012 di Kota Mataram dan Bima
Sumber: BPS
Kota Mataram
Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%)Tongkol Pindang -0.31% Cumi-cumi -0.05% Angkutan Udara 0.06%Tomat Sayur -0.06% Cabe Rawit -0.04% Daging Sapi 0.05%Bahan Bakar Rumah Tangga -0.05% Tongkol Pindang -0.04% Bawang Merah 0.05%Kangkung -0.05% Daging Ayam Ras -0.03% Bayam 0.05%Cumi-cumi -0.04% Cabe Merah -0.02% Batu Bata/Batu Tela 0.05%
Kota Bima
Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%)Kakap Merah -0.14% Bandeng -0.35% Beras 0.20%Kacang Panjang -0.12% Teri -0.15% Angkutan Udara 0.12%Tomat Sayur -0.09% Tongkol -0.10% Tomat Sayur 0.07%Daging Ayam Ras -0.08% Teri -0.07% Wortel 0.06%Cabe Merah -0.07% Udang Basah -0.07% Cabe Merah 0.05%
Desember 2012
Desember 2012
November 2012
November 2012
Oktober 2012
Oktober 2012
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
Sejalan dengan kota Mataram, pergerakan laju inflasi di Kota Bima
pada triwulan IV-2012 cenderung lebih rendah dibanding rata-rata
historisnya. Pada Oktober 2012, laju inflasi bulanan Kota Bima tercatat
mengalami deflasi sebesar 0,55% (mtm). Pada November 2012 laju inflasi
kembali mengalami deflasi yang tercatat sebesar 0,08% (mtm). Kemudian
pada Desember 2012, tercatat mengalami inflasi (kecenderungan
peningkatan harga) sebesar 0,54% (mtm). Kondisi tersebut cenderung lebih
rendah dibanding dengan rata-rata historisnya (empat tahun terakhir) yang
masing-masing sebesar 0,37% (mtm), 0,38% (mtm) dan 0,79% (mtm).
Berdasarkan komoditasnya, penyebab utama melemahnya tekanan
inflasi di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan IV-2012 adalah
menurunnya harga pada komoditas ikan segar dan minimnya tekanan harga
pada komoditas pangan (beras dan bumbu-bumbuan) serta bahan bakar
rumah tangga. Di sisi lain, perkembangan inflasi tersebut masih dibayangi
oleh tekanan harga pada beberapa komoditas seperti angkutan udara,
daging sapi dan ayam ras.
2.5. DISAGREGASI INFLASI
Berdasarkan komponennya, pergerakan laju inflasi NTB pada
triwulan IV-2012 cenderung menurun. Kondisi tersebut disebabkan oleh
melemahnya tekanan inflasi dari seluruh komponen harga, utamanya dari
komponen barang bergejolak (volatile food) diikuti kelompok inflasi inti dan
komponen harga yang diatur pemerintah (administered price).
Pada triwulan IV-2012, perkembangan laju inflasi komponen volatile
food tercatat sebesar 0,30% (yoy), turun tajam dibanding triwulan
sebelumnya yang mencapai 5,20% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya,
melemahnya tekanan inflasi tersebut kembali disebabkan oleh menurunnya
inflasi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya dan sub
kelompok sayur-sayuran serta sub kelompok bumbu-bumbuan. Laju inflasi
tertinggi pada komponen volatile food dimiliki oleh sub kelompok daging
Grafik 2.8Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy)
Grafik 2.7Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%,mtm)
Sumber: BPS Sumber: BPS-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112
2010 2011 2012
Inflasi Bulanan core inflation administered price volatile food
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2010 2011 2012
Inflasi Tahunan
core inflation
administered price
volatile food
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
dan hasilnya yaitu sebesar 2,12% (yoy). Sedangkan sub kelompok yang
mengalami peningkatan laju inflasi terbesar berasal dari sub kelompok buah-
buahan, dan sub kelompok daging dan hasil-hasilnya serta sub kelompok
kacang-kacangan.
Sejalan dengan tren harga komoditas di pasar internasional,
perkembangan harga komoditas utama komponen volatile food (beras) di
NTB pada triwulan IV-2012 relatif stabil dan tidak menunjukkan adanya
gejolak harga yang signifikan. Meski kegiatan produksi padi tengah
memasuki musim tanam, minimnya tekanan harga gabah dan beras secara
nasional dan ekspektasi akan terjaganya persediaan pangan yang mencukupi
mampu meredam tekanan harga.
Terjaganya pasokan beras tersebut turut dikonfirmasi oleh realisasi
data pengadaan beras oleh BULOG secara nasional yang mencatatkan
realisasi penyerapan beras hingga Desember 2012 yang mencapai 3,66 juta
ton dan merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Berdasarkan informasi
BULOG Divre NTB, hingga awal Januari 2013 ketersediaan pangan (cadangan
beras pemerintah) mencapai 69,78 ribu ton beras. Stok tersebut diperkirakan
dapat memenuhi beras untuk masyarakat miskin (raskin) hingga 9,18 bulan
ke depan atau hingga September 2013 yang diharapkan dapat terus
menjaga stabilitas harga beras di NTB.
Perkembangan inflasi dari komponen administered price pada
triwulan IV-2012 kembali menunjukkan penurunan. Secara tahunan, tekanan
inflasi komponen administered price tercatat mencapai 6,01% (yoy), lebih
rendah dibanding triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 6,76% (yoy).
Kondisi tersebut utamanya disebabkan oleh menurunnya tekanan harga
pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol, sub kelompok
bahan bakar, penerangan dan air, khususnya pada komoditas bahan bakar
rumah tangga. Di sisi lain, tekanan inflasi pada komponen ini diberikan oleh
sub kelompok transpor.
Grafik 2.9Perkembangan Harga Beras (Rp/kg)
Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB
Grafik 2.10Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan
Minyak Goreng (Rp/kg)
Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB
5000.00
5500.00
6000.00
6500.00
7000.00
7500.00
8000.00
8500.00
9000.00
9500.00
10000.00
12341234512341234123412345123412345123412341234512341234
Des 11
Jan 12 Feb 12
Mar 12
Apr 12
Mei 12 Juni 12
Juli 12 Aug 12
Sept 12
Okt 12 Nov 12
Des 12
Rp IR I (Pelita ) Medium IIIR 64 Super IR Zak (pack)
0.00
2000.00
4000.00
6000.00
8000.00
10000.00
12000.00
14000.00
16000.00
5000.00
15000.00
25000.00
35000.00
45000.00
55000.00
65000.00
12341234512341234123412345123412345123412341234512341234
Des 11
Jan 12 Feb 12
Mar 12
Apr 12
Mei 12
Juni 12
Juli 12 Aug 12
Sept 12
Okt 12 Nov 12
Des 12
Rp Cabe Rawit Cabe Merah BsrMinyak Goreng-rhs Gula Pasir Lokal -rhs
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan laju inflasi inti di NTB cenderung bergerak menurun.
Pada triwulan IV-2012, laju inflasi inti tercatat sebesar 5,15% (yoy), lebih
rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,29% (yoy).
Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh pelemahan tekanan harga
pada sub kelompok biaya tempat tinggal dan sub kelompok makanan jadi.
Di sisi lain, komoditas yang menjadi pemicu inflasi inti berasal dari sub
kelompok penyelenggaraan rumah tangga, sub kelompok rekreasi dan sub
kelompok perawatan jasmani dan kosmetika.
Sumber: CEIC, IMF, 1 bushel= 31,5 kg
Grafik 2.11Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional
Grafik 2.12Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di
Pasar Dunia
Sumber: CEIC
0
20
40
60
80
100
120
0200400600800
100012001400160018002000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2010 2011 2012
Gold-kiri $/ozCPO-US$/mtMinyak-kanan US$/barrel
0
100
200
300
400
500
600
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2010 2011 2012
Jagung-US$/bushelGula-US$/poundBeras-kanan USD/mt
25
BAB 3PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan perbankan NTB sepanjang triwulan IV-2012 terus
menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan
kinerja indikator utama perbankan meliputi total aset secara gabungan tercatat
Rp.20,77 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai 23,09%, fungsi intermediasi
perbankan berjalan baik yang tercermin dari nilai Loan to Deposit Ratio (LDR)
sebesar 117,72% dan didukung dengan kinerja kredit yang baik dengan Non
Performing Loan (NPL) sebesar 1,86% atau masih dibawah ketentuan sebesar 5%.
3.1 PERKEMBANGAN PERBANKAN NUSA TENGGARA BARAT
3.1.1 PERKEMBANGAN BANK UMUM
Pada triwulan IV-2012, perkembangan total aset1 Bank Umum di
NTB terus berada dalam tren peningkatan dengan nilai mencapai
Rp19,51 triliun atau tumbuh sebesar 23,36% (yoy). Peningkatan aset di
atas sejalan dengan bertambahnya jaringan kantor bank umum di NTB pada
triwulan IV-2012 sebanyak 26 bank dengan jumlah kantor sebanyak 263 dan
jumlah ATM yang tersebar di Nusa Tenggara Barat mencapai 340 unit.
Berdasarkan komposisinya, kepemilikan aset bank umum di NTB masih
didominasi oleh bank-bank milik pemerintah yang jumlahnya mencapai
Rp14.11 triliun dengan pangsa mencapai 72,30% dari total aset seluruh bank
1 Aset mengacu konsep gross untuk perhitungan antar kantor bagi Bank yang berkantor pusat di NTB.
KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.1Perkembangan Aset Bank Umum
Grafik 3.2Pertumbuhan Aset Bank Umum
Menurut Kegiatan Usaha
Sumber : KPw BI Prov. NTB
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
26
Grafik 3.3Perkembangan Bank Umum Syariah
(Rp Mil)
umum di NTB, sedikit menurun dibanding triwulan lalu yang mencapai angka
72,45%. Sementara itu, perkembangan kepemilikan aset bank-bank lainnya
tidak mengalami perubahan yang berarti terutama bank swasta nasional dan
bank syariah masing-masing mencapai angka 27,31% dan 7,80% meningkat
dibanding triwulan sebelum pada angka 27,18% dan 7,46%.
Berdasarkan data per kabupaten/kota, jumlah pencapaian aset
tertinggi didominasi oleh bank yang beroperasi di wilayah Kota Mataram,
kemudian disusul Kabupaten Sumbawa, sementara Kabupaten/Kota lain
relatif meningkat namun tidak terlalu signifikan.
Perkembangan aset bank umum konvensional mengalami peningkatan
yaitu tumbuh sebesar 22,14% (yoy) dengan nominal sebesar Rp17,99 triliun,
meningkat dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar
20,69% (yoy). Sementara, perkembangan aset bank umum syariah mengalami
peningkatan dengan level pertumbuhan lebih tinggi dibanding bank umum
konvensional. Pada triwulan IV-2012, total aset bank umum syariah sebesar
Rp1,52 triliun atau tumbuh sebesar 39,73% (yoy). Pertumbuhan tersebut
cukup tinggi bila dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh
sebesar 21,51% (yoy).
3.1.2. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH
Hingga triwulan IV-2012, kinerja indikator bank umum syariah di
Nusa Tenggara Barat masih berada pada tren peningkatan. Hingga
Desember 2012, total aset bank umum syariah meningkat menjadi Rp1,52
triliun atau tumbuh signifikan sebesar 39,73% (yoy), lebih tinggi dibanding
pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 21,51% (yoy).
Pertumbuhan aset tersebut ditopang oleh peningkatan performa kegiatan
pembiayaan dan penghimpunan dana oleh bank umum syariah pada periode
laporan. Sementara itu, perkembangan pangsa aset bank umum syariah
terhadap total aset perbankan di NTB mengalami peningkatan dari 7,01%
pada triwulan lalu menjadi sebesar 7,33% pada periode laporan.
Grafik 3.4Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap
Perbankan (%)
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
27
Dari sisi pembiayaan, dana yang berhasil disalurkan bank umum
syariah hingga triwulan IV-2012 meningkat mencapai Rp1,28 triliun atau
tumbuh sebesar 43,33% (yoy), lebih rendah dibanding periode sebelumnya
yang tumbuh sebesar 46,31% (yoy). Di sisi lain, jumlah Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang dihimpun mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp0,85 triliun
atau tumbuh sebesar 31,46% (yoy), lebih rendah dibanding periode
sebelumnya yang tumbuh hingga 35,70% (yoy).
Laju pertumbuhan penghimpunan DPK yang lebih rendah dibanding
pembiayaan syariah menyebabkan fungsi intermediasi bank umum syariah
mengalami penurunan. Kondisi tersebut tercermin dari Financing Deposit
Ratio (FDR) yang tercatat sebesar 151,12%, menurun dibanding kinerja
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 166,65%.
Dari sisi risiko pembiayaan, laju pertumbuhan kegiatan pembiayaan
bank umum syariah yang tinggi tidak diikuti oleh meningkatnya risiko kredit.
Hal tersebut tercermin oleh rasio gross Non Performing Financing (NPF) bank
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.7Perkembangan Pembiayaan Bank Umum
Syariah
Grafik 3.6Perkembangan DPK Bank Umum Syariah
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.5Perkembangan Aset Bank Umum Syariah
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.8Perkembangan FDR dan NPF Bank
Umum Syariah
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
28
umum syariah masih dibawah ketentuan yaitu sebesar 0,96% pada triwulan
laporan.
3.1.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Secara umum perkembangan BPR di NTB pada triwulan IV-2012
menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Kondisi tersebut tercermin dari
peningkatan indikator keuangan BPR yang disertai perbaikan risiko kredit
dibanding triwulan lalu. Secara kelembagaan, perkembangan jumlah kantor
BPR yang beroperasional di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Nusa Tengara Barat mengalami peningkatan menjadi 115 jumlah
kantor dari 78 jumlah kantor pada triwulan sebelumnya dengan jumlah
keseluruhan BPR sebanyak 32 bank. Dari jenis kegiatan usahanya, terdiri dari
29 BPR yang beroperasi secara konvensional dan 3 BPR yang beroperasi secara
syariah.
Pada triwulan IV-2012, terdapat peningkatan jumlah aset BPR tercatat
sebesar Rp1,26 triliun atau tumbuh sebesar 19,18% (yoy), bila dilihat dari
pertumbuhannya lebih rendah dibanding triwulan lalu yang mencapai 23,68%
(yoy). Dari sisi penghimpunan dana, kegiatan penghimpunan dana masyarakat
sedikit meningkat pada triwulan laporan. Hingga triwulan IV-2012, jumlah
DPK yang dihimpun BPR meningkat menjadi Rp581,85 miliar atau tumbuh
sebesar 14,97% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh
sebesar 24,08% (yoy).
Dari sisi kegiatan intermediasi, pada triwulan IV-2012 jumlah kredit
BPR yang berhasil disalurkan ke masyarakat mencapai Rp698,92 miliar atau
tumbuh sebesar 15,76% (yoy), pertumbuhan tersebut lebih rendah bila
dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 20,54% (yoy)
dengan nominal sebesar Rp700,53 miliar. Kondisi tersebut disebabkan karena
berkurangnya jumlah nasabah akibat persaingan dengan bank umum.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.9Perkembangan Indikator BPR
Grafik 3.10Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis
Penggunaaan
Sumber : KPw BI Prov. NTB
-
5
10
15
20
25
30
35
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4
2010 2011 2012
DPK BPR (Rp mil) Aset BPR (Rp mil)Kredit BPR (Rp mil) g-Aset-kanan (%,yoy)g-DPK-kanan (%,yoy) g-Kredit-kanan (%,yoy)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
29
Berdasarkan komposisi penggunaannya, penyaluran kredit pada jenis
modal kerja kembali masih mendominasi penyaluran kredit BPR dengan
pangsa sebesar 61,82%, kemudian disusul oleh kredit konsumsi dan investasi
yang masing-masing tercatat sebesar 33,38% dan 4,80%. Secara sektoral,
penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran kembali
mendominasi pangsa kredit BPR dengan pangsa sebesar 46,83% atau sebesar
Rp327,32 miliar. Kemudian disusul oleh penyaluran kredit pada sektor
pertanian dengan pangsa sebesar 14,84% atau mencapai Rp103,71 miliar.
Perkembangan kegiatan intermediasi BPR pada triwulan IV-2012
masih berada pada level kinerja tinggi, namun demikian jumlah dana yang
disalurkan dalam bentuk kredit lebih tinggi dari jumlah dana yang berhasil
dihimpun bank. Kondisi tersebut tercemin dari rasio Loan to Deposit Ratio
(LDR) BPR sebesar 120,12%.
Di sisi risiko kredit, tingginya penyaluran kredit BPR diikuti pula
dengan tingginya risiko kredit, tercermin dari rasio Non Performing Loan
(NPL) yang tergolong tinggi sebesar 11,32%, berada diatas ambang batas
ketentuan 5%. Kondisi tersebut meningkat dibandingkan periode
sebelumnya yang tercatat sebesar 10,98%. Peningkatan tersebut disebabkan
antara lain, kurang hati-hatinya BPR dalam pemberian kredit dan beberapa
debitur tidak mampu lagi membayar angsuran karena usahanya menurun.
3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN
Pada triwulan IV-2012, kinerja intermediasi perbankan Nusa
Tenggara Barat berada pada tren peningkatan dan mengalami
pertumbuhan yang tinggi. Peningkatan intermediasi tersebut didorong
oleh pembiayaan yang terus meningkat sebesar 26,71% (yoy) atau mencapai
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.12Perkembangan Penyaluran dan Kualitas
Kredit BPR
Grafik 3.11Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut
Sektor Ekonomi
Sumber : KPw BI Prov. NTB
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
30
Rp15,67 triliun, namun demikian peningkatan tersebut belum seiring dengan
peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya tumbuh sebesar 17,01%
(yoy) atau Rp13,31 Triliun. Pertumbuhan DPK tersebut melambat bila
dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 23,44% (yoy)
dengan nominal sebesar Rp12,90 Triliun.
Seiring dengan pertumbuhan kredit yang melebihi DPK, membuat
Loan to Deposit Ratio (LDR) juga mengalami peningkatan mencapai 117,72 %
(yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 114,87%.
Peningkatan penyaluran kredit oleh perbankan NTB tidak diikuti
dengan peningkatan rasio Non Performing Loan (NPL), pada triwulan laporan
masih berada dalam level rendah mencapai 1,86 %, yang menandakan bank
tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kreditnya.
3.2.1. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Kegiatan penghimpunan DPK pada bank umum di Nusa
Tenggara Barat pada triwulan IV-2012 mengalami pertumbuhan
namun cenderung melambat. Jumlah DPK yang berhasil dihimpun
tercatat mencapai Rp12,73 triliun atau tumbuh sebesar 17,11% (yoy), lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2012 yang tercatat sebesar
23,41% (yoy) atau sebesar Rp12,36 triliun.
Secara keseluruhan, jumlah DPK yang berhasil dihimpun oleh bank
umum di NTB masih didominasi Bank Pemerintah dengan pangsa 71,97%
atau mencapai nilai Rp9.16 triliun. Dana yang dihimpun dalam bentuk dana
jangka pendek yaitu tabungan dengan pangsa sebesar 62,46% atau
mencapai Rp7,95 triliun dengan jumlah rekening sebanyak 1,36 juta atau
sekitar 65,70% dari jumlah penduduk yang bekerja di NTB pada Agustus
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Tabel 3.1Perkembangan Indikator Perbankan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
31
2012 sebanyak 2,07 juta2. Pangsa tabungan tersebut meningkat dibanding
posisi triwulan III-2012 yang tercatat mencapai 54,24%. Secara tahunan,
jumlah tabungan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 19,02% (yoy), lebih
rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 26,79% (yoy).
Dari jumlah dana masyarakat yang tersimpan pada tabungan,
kepemilikannya didominasi oleh rekening perorangan mencapai
75,07%. Dari jumlah rekening DPK yang dihimpun oleh bank umum di
NTB tercatat sebesar Rp12,73 triliun. Dilihat dari kepemilikan per
Kabupaten/Kota lebih didominasi oleh pemilik dari Kota Mataram
dengan total dana Rp8.77 triliun, disusul oleh Kabupaten Sumbawa
dan Kota Bima masing-masing dengan total dana Rp1,42 triliun dan
Rp0,97 triliun.
2 Survei Angkatan Kerja BPS Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.13Perkembangan DPK Bank Umum
(Rp miliar)
Grafik 3.14Pertumbuhan DPK Bank Umum (yoy)
Grafik 3.15Pangsa DPK per Kepemilikan DPK Bank
Umum (Rp miliar)
Grafik 3.16Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan
Bank Umum
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
32
Perkembangan jenis simpanan jangka panjang yang
ditempatkan dalam bentuk deposito sedikit menurun. Pada triwulan
IV-2012, jumlah deposito sebesar Rp3,01 triliun yang tumbuh sebesar
23,09% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding triwulan
III-2012 yang tumbuh sebesar 24,69% (yoy) atau mencapai Rp3,08
triliun. Berdasarkan komposisinya, pangsa deposito juga mengalami
penurunan dari sebesar 24,91% pada triwulan III-2012, menjadi sebesar
23,62% terhadap keseluruhan DPK yang dihimpun bank umum di NTB.
Mirip dengan siklus tahunan yang biasa terjadi, simpanan giro
cenderung mengalami penurunan di akhir tahun akibat penurunan
jumlah giro milik pemerintah yang ditarik untuk pembayaran proyek-
proyek pemerintah, maka pada triwulan IV-2012 simpanan giro
menunjukkan penurunan menjadi sebesar Rp1,77 triliun, tumbuh
sebesar 1,41% (yoy). Berdasarkan komposisi terhadap keseluruhan DPK
bank umum di NTB, pangsa giro mengalami penurunan dari 20,85%
pada triwulan lalu menjadi 13,92% pada periode laporan.
3.2.2. Perkembangan Kredit Bank Umum
Secara umum kegiatan penyaluran kredit bank umum yang
berhasil disalurkan ke masyarakat meningkat. Hingga triwulan IV-2012,
total outstanding kredit yang disalurkan ke masyarakat di NTB sebesar
Rp14,97 triliun atau tumbuh sebesar 27,27% (yoy). Berdasarkan jenis
penggunaannya sampai dengan triwulan laporan, penyaluran kredit di
NTB didominasi kredit konsumsi tercatat Rp8,37 triliun dengan pangsa
55,89%, disusul kredit modal kerja sebesar 31,72% dan kredit investasi
sebesar 12,39%.
Dari sisi kinerja intermediasi bank umum, tercermin dari rasio
Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tercatat sebesar 117,61%, lebih tinggi
dengan kinerja triwulan sebelumnya yang mencapai 114,18%. Tingkat
LDR yang berada di atas 100% mencerminkan bahwa selain
menggunakan dana pihak ketiga, bank umum juga memanfaatkan
dana lainnya seperti modal sendiri ataupun dana antar bank dalam
melaksanakan kegiatan pembiayaan. Hal ini menandakan masih
terbukanya peluang bagi perbankan lain untuk ikut bersaing ke dalam
industri perbankan di NTB.
Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar penyaluran
kredit bank umum di NTB masih tertuju pada jenis konsumsi dengan
pangsa mencapai 55,89% terhadap keseluruhan kredit bank umum di
NTB atau sebesar Rp8,37 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 16,49%
(yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
33
triwulan III-2012 yang mencapai 11,62% (yoy). Kemudian disusul oleh
kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 31,72% sebagai pangsa
terbesar kedua yang tercatat mencapai Rp4,75 triliun atau tumbuh
sebesar 39,18% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang sebesar 36,89% (yoy). Sedangkan pangsa kredit
investasi tercatat sebesar 12,39% atau mencapai Rp1.86 triliun, tumbuh
hingga 58,73% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang sebesar 110,41% (yoy).
Secara kuartalan, pada triwulan IV-2012 perkembangan kredit
modal kerja mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 10,80%.
Kemudian diikuti kredit investasi yang tumbuh sebesar 6,27% (qtq),
sementara kredit konsumsi tumbuh sebesar 3,52% (qtq).
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.17Perkembangan Kredit Bank Umum
(Rp miliar)
Grafik 3.18Pangsa Kredit Bank Umum Menurut
Jenis Penggunaan (%)
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.19Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut
Jenis Penggunaan (qtq,%)
Grafik 3.20Pertumbuhan Kredit Bank Umum
Menurut Jenis Penggunaan (yoy,%)
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
34
Secara sektoral, pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan
IV-2012 masih dipegang oleh sektor pertanian yang tumbuh hingga
119,36% (yoy). Kemudian diikuti oleh kinerja pada sektor
pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 85,36% (yoy).
Sementara itu, kredit pada sektor pertambangan masih mengalami
pertumbuhan negatif yang tercatat sebesar minus 47,75% (yoy).
Berdasarkan pangsanya, penyaluran kredit produktif masih
terkonsentrasi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR)
yang pangsanya mencapai 31,30% atau sebesar Rp4,69 triliun.
Kemudian penyaluran kredit terbesar disumbangkan oleh sektor
kontruksi dengan pangsa sebesar 3,16% (Rp473,23 miliar), kemudian
diikuti oleh sektor jasa dunia usaha yang pangsanya sebesar 2,35%
(Rp351,77 miliar). Sementara penyaluran kredit pada sektor-sektor
produktif lainnya pangsanya berada pada kisaran 0,02% hingga 2,31%
dari keseluruhan kredit.
Tabel 3.3Perkembangan Kredit Bank Umum
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Tabel 3.2Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy,%)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
35
Secara umum, perkembangan suku bunga bank umum NTB
pada triwulan IV-2012 terdapat penurunan dibandingkan suku bunga
triwulan sebelumnya baik pada suku bunga kredit maupun suku bunga
simpanan. Pada sisi kredit, tercatat suku bunga kredit investasi sebesar
15, 26%, diikuti suku bunga kredit modal kerja sebesar 15,05% dan
suku bunga konsumsi sebesar 12,84%. Pada jenis simpanan, suku bunga
deposito mengalami penurunan sebesar 5,77% dibanding triwulan
sebelumnya sebesar 5,80%.
3.2.3. Perkembangan Kredit UMKM
Sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit pada bank
umum, penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di
Nusa Tenggara Barat juga menunjukkan peningkatan. Pada triwulan
IV-2012, nominal outstanding credit UMKM (plafon kredit < Rp5 miliar)
perbankan NTB (Bank Umum dan BPR) meningkat menjadi Rp14,85
triliun atau tumbuh sebesar 25,17% (yoy). Berdasarkan pangsanya
terhadap total kredit, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
pangsa penyaluran kredit UMKM pada periode laporan sedikit
mengalami penurunan, yaitu dari sebesar 95,02% pada triwulan III-
2012 menjadi 94,74% pada triwulan IV-2012 .
Grafik 3.22Pangsa Kredit Bank Umum Secara
Sektoral
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.21Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%)
Sumber : KPw BI Prov. NTB, Cognos
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.24Perkembangan Kredit UMKM
Grafik 3.23Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total
Kredit Bank Umum
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
36
Perkembangan penyaluran kredit oleh bank umum di NTB pada
triwulan IV-2012 masih didominasi oleh penyaluran untuk kredit
UMKM yang pangsanya mencapai 94,74% atau mencapai Rp14,85
triliun. Berdasarkan skala kreditnya, penyaluran kredit UMKM bank
umum didominasi oleh kredit kecil (plafon Rp50 juta s.d Rp500 juta)
mencapai Rp8.84 triliun dengan pangsa sebesar 59,03%. Kemudian
diikuti oleh kredit mikro (plafon s.d Rp50 juta) mencapai Rp2,83triliun
dengan pangsa mencapai 18,93%. Sedangkan pangsa kredit menengah
(plafon Rp500 juta s.d Rp5 miliar) sebesar 16,4% atau secara nominal
mencapai Rp 2,48 triliun.
Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit UMKM bank
umum pada triwulan IV-2012 masih didominasi oleh kredit konsumsi
dengan nominal kredit sebesar Rp8,36 triliun atau dengan pangsa
sebesar 59,06% dari total kredit UMKM bank umum yang telah
disalurkan, disusul oleh kredit modal kerja sebesar Rp4,29 triliun
dengan pangsa 30,30% dan kredit investasi sebesar Rp1,21 triliun
dengan pangsa 10,64%.
Dari sisi risiko kredit, perkembangan risiko kredit UMKM pada
triwulan IV-2012 cenderung meningkat dibanding triwulan lalu. Rasio
NPL tertinggi dimiliki kredit UMKM skala kredit mikro yang tercatat
mencapai 3,78%, lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang
sebesar 4,33%. Sementara perkembangan NPL kredit UMKM pada skala
kecil dan menengah masing-masing tercatat sebesar 0,94% (Sep. 2012:
1,08%) dan 0,63% (Sep. 2012: 0,52%).
Beberapa kendala yang dihadapi perbankan dalam penyaluran
UMKM antara lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha belum
feasible, masih memiliki tunggakan kredit, belum dapat memenuhi
persyaratan administrasi bank seperti KTP dan SIUP, tidak memiliki
pencatatan atau pembukuan serta masih banyaknya debitur yang
belum mengerti tentang perbankan terutama skim kredit.
Grafik 3.25Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum
Sumber : KPw BI Prov. NTB
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
37
3.2.4. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Hingga triwulan IV-2012, realisasi penyaluran KUR oleh
bank umum di NTB meningkat mencapai Rp1,09 triliun atau
tumbuh sebesar 63,97% (yoy). Pertumbuhan tersebut menurun
dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 65,57% (yoy) atau
sebanyak Rp0,98 triliun. Secara sektoral, penyaluran KUR didominasi
oleh sektor perdagangan hotel dan restoran dengan pangsa mencapai
74,22% atau sebanyak Rp0,81 triliun. Kemudian diikuti oleh sektor
pertanian dan sektor jasa dunia usaha masing-masing sebesar Rp0,13
triliun dan Rp0,04 triliun.
KUR merupakan program dari pemerintah untuk membantu usaha
mikro/kecil produktif yang mengalami kesulitan akses permodalan ke
perbankan karena keterbatasan penyediaan agunan atau UMKM yang
feasible namun belum bankable. Sumber dana penyaluran KUR adalah 100%
(seratus persen) dari bank pelaksana yang dihimpun dari dana masyarakat
berupa tabungan, deposito dan giro.
Sementara itu, plafon KUR Mikro yang saat ini dapat disalurkan oleh
seluruh bank penyalur KUR nilainya sampai dengan Rp20 juta dan KUR Ritel
dengan plafon di atas Rp20 juta sampai dengan Rp500 juta. Bank-bank
penyalur KUR di NTB yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin,
Bank BTN, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah dan Bank NTB.
Meskipun sudah ada sejak tahun 2009, program penyaluran Kredit
Usaha Rakyat (KUR) masih memiliki kendala dalam pelaksanaannya, antara
lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha belum feasible, masih memiliki
tunggakan kredit program, adanya persepsi dari masyarakat bahwa KUR
Tabel 3.4Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4
1 Pertanian 33,918 38,041 39,622 53,084 63,235 67,461 71,795 85,969 96,314 109,738 117,830 127,4842 Pertambangan 0 0 0 0 0 0 20 20 24 31 68 733 Industri Pengolahan 4,016 4,186 4,831 5,457 5,927 6,616 6,867 7,357 7,834 9,786 13,649 20,6604 Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0 0 3,236 3,403 0 20 70 6105 Konstruksi 0 0 6,940 0 0 0 0 0 0 0 0 06 Perdag, Htl & Rstrn 148,682 178,233 194,205 260,028 354,158 410,027 472,753 516,634 565,823 642,680 732,049 809,4547 Angktn & Komuniks 226 1,066 1,457 1,597 1,898 3,282 2,468 2,536 2,822 3,509 4,161 7,0318 Jasa Dunia Usaha 12,427 13,335 13,054 15,789 19,462 21,660 23,586 25,427 28,339 28,837 31,712 38,1579 Jasa Sosial 278 758 837 2,899 1,292 987 1,435 4,301 6,947 6,093 5,963 5,808
10 Lain-lain 3,251 3,846 2,138 4,340 4,129 4,670 9,141 19,443 25,297 62,225 73,533 81,299
202,797 239,464 263,085 343,193 450,100 514,703 591,299 665,090 733,399 862,919 979,034 1,090,57620.52 18.08 9.86 30.45 31.15 14.35 14.88 12.48 10.27 17.66 13.46 11.3977.51 71.63 63.03 103.95 121.95 114.94 124.76 93.79 62.94 67.65 65.57 63.97
(Jutaan Rp)
2010SEKTORNO
2011 2012
TotalPertumbuhan (%,qtq)Pertumbuhan (%,yoy)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
38
adalah bantuan (hibah), sehingga calon debitur berani menunggak, sebagian
besar tidak memiliki NPWP. Sedangkan dari faktor internal bank, adalah
terbatasnya tenaga pemasaran kredit, keterbatasan jaringan kantor cabang,
belum tersedianya data base UMKM binaan SKPD dan belum adanya
perangkat analisa kredit yang lebih sederhana dan praktis, untuk kredit di
bawah Rp50 juta.
3.3 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Pada triwulan IV-2012, peningkatan penyaluran kredit bank umum
didukung oleh risiko kredit yang terjaga. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh
nilai Non Performing Loan (NPL) yang tercatat sebesar 1,42%, sedikit lebih
rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 1,68% dan masih
dibawah target indikatif yang ditetapkan sebesar 5%.
Berdasarkan jenis penggunaan, pada triwulan IV-2012, rasio NPL
terbesar dialami oleh kredit modal kerja sebesar 2,47%. Selanjutnya diikuti
oleh kredit investasi yang menurun dari 1,30% pada triwulan lalu menjadi
1,13%. Sementara itu, rasio NPL pada kredit konsumsi tercatat menurun
menjadi 0,88% dari triwulan sebelumnya sebesar 1,00%.
Secara sektoral, menurunnya risiko kredit pada triwulan IV-2012
didorong oleh menurunnya rasio NPL pada sektor pertanian yang saat ini
masih memiliki rasio NPL tertinggi sebesar 4,96%, diikuti sektor industri
pengolahan menjadi sebesar 2,38%, industri perdagangan, hotel dan
restoran sebesar 2,07% dan terakhir jasa sosial. Sementara itu penurunan
rasio NPL terbesar dimiliki oleh sektor pertambangan, yang triwulan
sebelumnya sebesar 3,22% menjadi 1,09%.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Tabel 3.5Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
39
3.4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran baik tunai dan non tunai. Dalam kaitannya
dengan hal tersebut, pada triwulan laporan tercatat kegiatan transaksi
keuangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat menunjukkan peningkatan
dan berlangsung dengan baik dan lancar.. Transaksi secara tunai kembali
mengalami net outflow, sedangkan perkembangan transaksi secara non
tunai kembali didominasi layanan transaksi Real Time Gross Settlement.
3.4.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai
Pada triwulan IV-2012 perkembangan transaksi
keuangan secara tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada
tren net outflow. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan
jumlah aliran uang keluar (cash outflow) yang lebih besar
dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan kata lain
jumlah penarikan uang tunai lebih besar dibandingkan jumlah
setoran uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Pada triwulan IV-2012, jumlah aliran uang tunai yang masuk
ke kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB
masih berada pada tren peningkatan yang tercatat sebesar Rp739,80
miliar atau tumbuh signifikan sebesar 24,46% (yoy), jauh lebih rendah
dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh hingga 90,96%
(yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp1,08 triliun.
Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow)
yang berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa
Tenggara Barat tercatat mencapai Rp1,16 triliun yang tumbuh positif
sebesar 24,67% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan
Grafik 3.26Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, miliar)
0.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
1,200.00
1,400.00
1,600.00
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2011 2012
R p. Miliar
(600)
(450)
(300)
(150)
0
150
300
450
600
750
900
1,050Inflow Outflow Netflow (kanan)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
40
lalu yang tercatat tumbuh rendah sebesar 9,32% (yoy) atau sebanyak
Rp1,28 triliun. Jumlah aliran uang keluar yang lebih besar dibanding
aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya net outflow
dengan jumlah mencapai Rp420,85 miliar.
3.7.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil
Secara umum, kegiatan penukaran uang pecahan kecil di NTB
menunjukkan peningkatan. Selama triwulan IV-2012, penukaran
uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling yang melingkupi
seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan penukaran
langsung ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa
Tenggara Barat mencapai Rp36,98 miliar atau tumbuh negatif sebesar
10,98% (yoy), namun tumbuh lebih rendah dibanding pertumbuhan
triwulan lalu yang mencapai 8,28% (yoy) yang tercatat sebesar
Rp65,73 miliar.
Berdasarkan lokasi, penukaran uang pecahan kecil secara
langsung melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa
Tenggara Barat mencapai Rp33,20 miliar atau tumbuh sebesar
17,45% (yoy), menurun dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar
18,83% (yoy). Sementara itu, penukaran uang pecahan kecil melalui
kegiatan kas keliling mengalami penurunan atau tumbuh negatif
sebesar 71,52% (yoy) atau sebanyak Rp3,78 miliar, lebih rendah
dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang mencapai 38,47% (yoy).
Berdasarkan komposisinya, penukaran uang kertas pecahan
kecil (s.d Rp20.000) sepanjang triwulan IV-2012 jumlahnya mencapai
Rp22,342miliar. Penukaran uang kertas masih didominasi jenis
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.27Perkembangan Penukaran Uang Kecil (Rp,
miliar)
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.28Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar
Berdasarkan Jenis Pecahan
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
Q2 Q3 Q4 Q 1 Q 2 Q3 Q4 Q1 Q 2 Q 3 Q 4
2011 2012
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000P enukaran di B I
K as keliling - kananR p20.000
; 8.26%
R p10.000; 12.96%
R p5.000; 25.18%R p2.000;
43.44%
R p1.000; 10.16%
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
41
Rp2.000,00 dengan jumlah mencapai 2,75 juta lembar, disusul
pecahan Rp5.000,00 sebanyak 1,59 juta lembar, pecahan Rp10.000,00
sebanyak 0,82 juta lembar, pecahan Rp20.000,00 sebanyak 0,52 juta
lembar dan pecahan Rp1.000,00 sebanyak 0,64 juta lembar.
Sementara secara nominal, jumlah penukaran tertinggi dialami uang
pecahan Rp20.000,00 yang mencapai Rp10,47 miliar kemudian disusul
uang pecahan Rp10.000,00 yang mencapai uang pecahan Rp8,21
miliar.
3.4.3. Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai
Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara
Barat sepanjang triwulan IV-2012 relatif menunjukkan penurunan
dibanding triwulan lalu. Kondisi tersebut didorong oleh menurunnya
transaksi keuangan secara non tunai melalui sarana Real Time Gross
Settlement (RTGS), dari sebesar Rp2,81 triliun pada triwulan lalu
menjadi Rp2,53 triliun pada triwulan IV-2012. Sementara itu, pada
triwulan IV-2012 transaksi secara secara kliring kembali menunjukkan
peningkatan yang tercatat mencapai Rp1,64 triliun (triwulan III-2012:
Rp1,39 triliun).
a. Transaksi Kliring
Sepanjang triwulan IV-2012, nilai transaksi kliring mencapai
Rp1,64 triliun atau tumbuh sebesar 19,90% (yoy), lebih rendah
dibanding dengan triwulan III-2012 yang tumbuh sebesar 21,23%
(yoy). Berdasarkan frekuensi transaksinya, jumlah warkat kliring yang
diproses sepanjang triwulan IV-2012 menunjukkan peningkatan yang
tercatat sebanyak 36,48 ribu lembar atau tumbuh sebesar 12,41%
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.29Perkembangan Transaksi Non Tunai
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1 Q 2 Q 3 Q 4
2010 2011 2012
Rp,
milia
r
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00lbrRTGS (kiri) K liring (kiri)
w arkat kliring(ribu) kanan w arkat RTGS (ribu) kanan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
42
(yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak
31,83 ribu lembar.
b. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Walaupun mengalami penurunan pada triwulan lalu, kegiatan
transaksi sarana RTGS masih mendominasi sistem pembayaran non
tunai pada perbankan di Nusa Tenggara Barat. Sepanjang triwulan IV-
2012, jumlah transaksi pembayaran melalui RTGS tercatat sebanyak
Rp2,52 triliun yang tumbuh signifikan sebesar 29,29% (yoy),
meningkat dibanding triwulan III-2012 ( Rp2,81 triliun) yang tumbuh
sebesar 13,86% (yoy).
Dari sisi volume transaksi, jumlah transaksi RTGS menunjukkan
peningkatan, dari 2.763 lembar pada triwulan III-2012 menjadi 2.945
lembar pada periode laporan. Berbagai keunggulan yang dimiliki
sarana RTGS seperti kecepatan dan ketepatan dalam penyelesaian
transaksi serta rendahnya risiko settlement-nya turut mempengaruhi
jumlah transaksi RTGS di Nusa Tenggara Barat.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.30Perkembangan Transaksi Kliring
Grafik 3.31Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2010 2011 2012
-
2
4
6
8
10
12
14Nominal (R p milyar) Warkat (ribu lembar)-kanan
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2010 2011 2012
R p, miliar
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
lembarRTGS (milyar) kiri Volume (lbr) kanan
43
BAB 4PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Hingga akhir triwulan IV-2012, perkembangan realisasi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) relatif lebih
baik dibanding kinerja tahun lalu. Pada sisi penerimaan, kondisi tersebut didukung oleh
tingginya kinerja penyerapan dana transfer pemerintah pusat. Dari sisi belanja daerah,
realisasi penyerapan anggaran ditopang oleh kinerja realisasi belanja komponen
transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa yang mencapai target.
4.1. REALISASI PENDAPATAN DAERAH
Hingga akhir triwulan IV-2012, kinerja penerimaan pendapatan Pemprov
NTB terus menunjukkan peningkatan. Realisasi penyerapan pendapatan daerah
Pemprov NTB tercatat mencapai Rp2,24 triliun atau mencapai 94,58% dari target
sepanjang tahun 2012 yang mengalami perubahan dari Rp2,24 triliun menjadi
Rp2,37 triliun (APBD-P 2012). Pencapaian tersebut, jauh meningkat dibanding
pencapaian triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar Rp1,69 triliun atau mencapai
97,18% dari rencana penyerapan pendapatan sepanjang tahun 2011.
Berdasarkan kinerjanya, kelompok pendapatan transfer menunjukkan
pencapaian tertinggi mencapai 95,72%, lebih tinggi dibanding kinerja komponen
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sebesar 93,90%. Tingginya pencapaian
tersebut utamanya didorong oleh realisasi penerimaan Dana Alokasi Umum
(DAU) yang mampu diserap sesuai dengan rencana atau mencapai 100% yang
juga merupakan sumber utama dana perimbangan.
Sementara pada komponen PAD, kinerjanya didorong oleh penerimaan
Pendapatan Pajak Daerah yang melebihi target yaitu mencapai 104,58%. Namun
demikian, terdapat sumber penerimaan yang masih belum terserap secara
optimal yaitu pada komponen lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan
pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta
pendapatan retribusi daerah.
4.2. REALISASI BELANJA
Pada sisi komponen belanja, realisasi belanja hingga akhir triwulan IV-
2012 tercatat sebesar 92,59% atau sebesar Rp2,19 triliun dari target belanja tahun
2012 yang direvisi menjadi Rp2,36 triliun (sebelum perubahan: Rp2,25 triliun).
Kinerja tersebut relatif lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian triwulan
IV-2011 yang tercatat mencapai 94,28%.
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
44
Berdasarkan komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi
dialami komponen transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dengan nilai
mencapai Rp195,50 miliar atau mencapai 100% terhadap rencana anggaran tahun
2012. Kemudian disusul oleh komponen belanja jalan, irigasi dan jaringan dengan
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Tahun 2012 (Rp Juta)
Sumber : Biro Keuangan, Setda Provinsi NTB (Data Sementara)
Rencana Realisasi Tw IV-12
Pendapatan Daerah 2,370,407.07 2,241,960.41 94.58 I Pendapatan Asli Daerah 793,714.97 745,273.09 93.90
1 Pendapatan Pajak Daerah 555,167.75 580,573.29 104.58 2 Pendapatan Retribusi Daerah 15,590.87 10,109.11 64.84 3 88,891.34 53,821.74 60.55
4 Lain-lain Pendapatan Asli daerah Yang Sah 134,065.01 100,768.96 75.16
II Pendapatan Transfer 1,561,497.10 1,494,737.29 95.72 1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,099,602.70 1,054,470.18 95.90 a Dana Bagi Hasil Pajak 186,739.21 169,222.74 90.62 b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 49,919.43 22,303.39 44.68 c Dana Alokasi Umum 809,617.72 809,617.72 100.00 d Dana Alokasi Khusus 53,326.34 53,326.34 100.00
2 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 461,894.40 440,267.11 95.32 a Dana Penyesuaian 461,894.40 440,267.11 95.32
III Lain-lain Pendapatan Yang Sah 15,195.00 1,950.03 12.83 1 15,195.00 1,950.03 12.83
Belanja Daerah 2,364,438.87 2,189,321.58 92.59 I Belanja Operasi 1,734,127.56 1,580,658.77 91.15
1 Belanja Pegawai 557,076.28 510,750.03 91.68 2 Belanja Barang 402,010.81 365,434.70 90.90 3 Belanja Subsidi 250.00 241.58 96.63 4 Belanja Hibah 584,163.99 549,310.08 94.03 5 Belanja Bantuan Sosial 115,037.57 82,354.46 71.59 6 Belanja Bantuan Keuangan 75,588.91 72,567.93 96.00
II Belanja Modal 420,309.08 404,952.81 96.35 1 Belanja Peralatan dan Mesin 46,689.55 43,106.46 92.33 2 Belanja Bangunan dan Gedung 90,332.21 85,063.93 94.17 3 Belanja JalanIrigasi dan Jaringan 281,671.40 275,318.73 97.74 4 Belanja Aset Tetap Lainnya 1,336.85 1,237.78 92.59 5 Belanja Aset Lainnya 279.08 225.91 80.95 -
III Belanja Tak Terduga 14,500.61 8,208.37 56.61 1 Belanja Tak Terduga 14,500.61 8,208.37 56.61
IV Transfer 195,501.62 195,501.62 100.00 1 Transfer Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota/Desa 195,501.62 195,501.62 100.00 a Bagi Hasil Pajak 195,501.62
5,968.20 52,638.83 Pembiayaan -
I Penerimaan daerah 38,031.80 17,615.49 1 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 17,031.80 17,031.80 2 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 21,000.00 583.69
II Pengeluaran daerah 44,000.00 44,000.00 1 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 44,000.00 44,000.00
Pembiayaan Netto (5,968.20) 0 26,254.32
Surplus/(Defisit)
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
%
Daerah Yang Dipisahkan
Pendapatan Hibah
UraianAPBD 2012
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaaan
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
45
tingkat realisasi mencapai Rp275,32 miliar (97,74% dari rencana belanja) yang
merupakan komponen utama belanja modal dengan pangsa mencapai 67,99%.
Kinerja terbaik selanjutnya diberikan oleh komponen belanja subsidi dengan
tingkat realisasi mencapai Rp241,58 miliar (96,63% dari rencana belanja).
Sementara kinerja komponen lainnya memiliki tingkat realisasi pada kisaran
56,61% hingga 94,03%.
Dari sisi saldo keuangan Pemprov NTB, dana pemerintah yang ditempatkan di
perbankan NTB menunjukkan penurunan yang tajam sejalan dengan relatif
tingginya realisasi belanja daerah. Hingga triwulan IV-2012, jumlah dana simpanan
milik Pemprov NTB yang ada di perbankan NTB menurun mencapai sebesar
Rp44,85 miliar atau tumbuh sebesar 16,73% (yoy) dibanding periode triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp205,30 miliar.
Grafik 4.1Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat
di Perbankan (Rp miliar)
Sumber : Laporan Bulanan Bank, KPw BI Prov. NTB
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2010 2011 2012
Deposito Tabungan Giro
BAB 5KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Perkembangan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Provinsi Nusa
Tenggara Barat relatif baik. Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah TKI yang berangkat ke
luar negeri juga meningkat dibandingkan triwulan lalu. Dari sisi kesejahteraan,
perkembangan tingkat pendapatan masyarakat dan daya beli masyarakat di NTB relatif
meningkat dibanding triwulan lalu.
5.1. KETENAGAKERJAAN
Sepanjang triwulan IV-2012, perkembangan jumlah Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat yang berangkat ke luar negeri masih
berada pada tren peningkatan. Jumlah TKI asal NTB yang berangkat sepanjang
periode laporan tercatat sebanyak 9.081 orang, meningkat 1,71% bila
dibandingkan triwulan III-2012 yang tercatat sebanyak 8.928 orang. Namun
demikian, kondisi tersebut menurun sebesar 22,79% dibanding dengan periode
yang sama tahun lalu, yang tercatat mencapai 11.762 orang.
Berdasarkan negara tujuan penempatan TKI, Malaysia merupakan
negara tujuan utama dengan pangsa mencapai 100% atau sebanyak 9.081
orang (Data BP3TKI Mataram), dengan wilayah tujuan utama Malaysia Barat
mencapai 96,62% dan Malaysia Timur 3,38%. Selain karena masih
berlangsungnya kebijakan moratorium (penghentian sementara) pengiriman
TKI ke kawasan Timur Tengah, dominasi penempatan tenaga kerja di Malaysia
diperkirakan dipengaruhi oleh faktor kedekatan geografis dan sosiologis
(kemiripan bahasa dan kesamaan agama).
Dari sisi jenis lapangan kerja, pada triwulan laporan seluruh penempatan
TKI masih berada pada sektor formal. Sejalan dengan negara tujuan
Grafik 5. 1Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
Sumber: BP3TKI Mataram
Grafik 5. 2Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia
Sumber: KPw BI Prov. NTB
Malaysia Barat
96.62%
Malaysia Timur3.38%
-5,000
10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 122010
2011
2012
Rp. Juta Kuwait Jepang JordaniaAsia Timur Malaysia Negara LainnyaSaudi Arabia
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
47
penempatan, sebagian besar atau 96,29% TKI memilih profesi sebagai pekerja
ladang. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh relatif rendahnya latar belakang
pendidikan dan minimnya tingkat keterampilan para TKI asal NTB, sehingga
kesempatan kerja menjadi terbatas dan mempengaruhi penempatan lapangan
kerja TKI pada jenis profesi tersebut. Kemudian disusul oleh jenis pekerjaan
konstruksi dan kilang/industri yang masing-masing tercatat sebesar 1,68% dan
1,41%. Berdasarkan daerah asal TKI, sebanyak 53,85% berasal dari Lombok
Timur, kemudian diikuti oleh Lombok Tengah dengan pangsa sebesar 28,72%.
Dari sisi pengiriman dana, perkembangan kegiatan money remittance
dengan tujuan NTB yang tercatat melalui perbankan menunjukkan penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah dana yang dikirim ke NTB tercatat
menurun dari sebesar Rp124,42 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp110,58
miliar pada triwulan IV-2012. Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan negatif
sebesar 20,09% (yoy) dibanding triwulan IV-2011.
Berdasarkan wilayah asal pengiriman, negara utama yang mendominasi
asal pengiriman dana remitansi ke NTB sepanjang triwulan IV-2012 masih
didominasi Saudi Arabia dengan pangsa mencapai 57,33% atau sebesar Rp63,39
miliar. Sedangkan daerah utama tujuan pengiriman dana remitansi didominasi
Kota Mataram (termasuk Kabupaten Lombok Barat) dengan pangsa mencapai
51,52% atau sebesar Rp56,97 miliar.
5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Sepanjang triwulan IV-2012, perkembangan kesejahteraan masyarakat di
Nusa Tenggara Barat utamanya di Kota Mataram diperkirakan menunjukkan
perkembangan yang baik. Kondisi tersebut tercermin dari indeks penghasilan
saat ini dibandingkan kondisi enam bulan lalu dan indeks ekspektasi
penghasilan yang berada di atas level optimis (indeks = 100). Sepanjang triwulan
IV-2012, secara rata-rata indeks-indeks tersebut tercatat sebesar 139,00% dan
150,17% (Survei Konsumen, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa
Tenggara Barat), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat masing-
masing sebesar 135,67% dan 146,33%.
Sementara itu, untuk masyarakat pedesaan dilihat dari tingkat
kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan
penurunan. Sepanjang triwulan IV-2012, rata-rata indeks NTP Nusa Tenggara
Barat tercatat sebesar 95,30, naik sebesar 0,27 point dibanding triwulan lalu
yang mencapai 95,03. Kondisi tersebut disebabkan meningkatnya nilai tukar
peternak dan nelayan.
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
NTP merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan daya tukar
(term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi
maupun untuk biaya produksi pertanian. Rendahnya pencapaian angka NTP
yang dibawah angka 100 menunjukkan bahwa kemampuan daya beli petani
NTB relatif masih rendah. Harga jual hasil pertanian yang rendah dan
meningkatnya harga-harga yang dibayar petani untuk biaya produksi dan
barang-barang yang dikonsumsi mengakibatkan berkurangnya daya beli petani.
Grafik 5. 4Perkembangan Nilai Tukar Petani
Sumber: BPS
Grafik 5. 3Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi
Penghasilan
Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB
80.00
85.00
90.00
95.00
100.00
105.00
110.00
115.00
120.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2010 2011 2012
Nilai Tukar Petani NTPP (Padi & Plwj)NTPH (Horti) NTPR (Kebun)NTPT (Ternak) NTN (Nelayan)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2010 2011 2012
Indeks Penghasilan Saat Ini vs 6 Bulan Lalu
Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan YAD
Level Optimis
49
Boks 2Program Desa Mandiri Ekonomi
Wujud Pemberdayaan UMKM dan Sektor Riil di Nusa Tenggara Barat
Latar Belakang
Desa merupakan tempat bermukimnya sebagian besar penduduk Indonesia. Sekitar 90% penduduk Indonesia hidup di pedesaan, maka membangun desa sama dengan membangun bangsa. Demikian juga di Provinsi NTB yang wilayahnya sebagian besar pedesaan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terendah di Indonesia (posisi ke-32 dari 33 provinsi), dimana IPM Indonesia tahun 2011 adalah dengan nilai 72,27 sedangkan IPM NTB berada pada nilai 65,52. Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat (KPw BI NTB) menerapkan program Desa Binaan.
Melihat potensi yang ada di Dusun Bun Mudrak, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, maka KPw BI NTB menjadikan Dusun Bun Mudrak sebagai Desa Binaan Bank Indonesia, yang merupakan salah satu Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) dengan melibatkan Komunitas Sasak. Melalui program Desa Binaan ini, tidak hanya memberikan bantuan dana tetapi juga mengutamakan unsur pemberdayaan baik dari segi ekonomi, lingkungan maupun pendidikan. Selain itu, untuk optimalisasi manfaat program agar menyentuh seluruh lapisan masyarakat, maka dirumuskan suatu bentuk Grand Design “Desa Mandiri Ekonomi” di Dusun Bun Mudrak. Melalui program Desa Mandiri Ekonomi diharapkan taraf hidup dan pendidikan warga masyarakat dapat meningkat sehingga nantinya dapat diteladani dan “menular” ke desa lain yang memiliki potensi menjanjikan.
PROGRAM DESA MANDIRI EKONOMI
C. Kesehatan dan Lingkungan1. Penataan lingkungan desa:
Mushola, MCK, jalan desa 2. Saluran air 3. Posyandu (dilaksanakan oleh
Program PNPM)4. Penanaman tanaman Pandan
Wangi dan Sereh
Desa Mandiri Ekonomi
A. Sektor EkonomiI. Sentra Usaha Produktif
- Pupuk Mini- Sentra Tenun- Makanan khas- Susu dan permen Kambing Etawa
II. Pengembangan Ternak- Sapi /pengembangbiakan Kambing
Etawa
E. Pemberdayaan1.Penguatan Kelompok (Pelatihan
Penguatan Kelembagaan, Manajemen Usaha, Analisa Keuangan)
2.Pelatihan Teknis Tenun (Pewarnaan, design dan produk turunan), Sapi (manajemen penggemukan dan pakan), Susu Kambing (yoghurt dan permen), makanan khas, packaging.
3.Pemasaran hasil
D. Finansial1. Kelompok Usaha Bersama (sumber
pendapatan kelompok) menjadi sentra usaha simpan pinjam
2. KUB menjadi embrio Koperasi
3. Financial Inclution (link ke Bank terkait tabungan dan kredit)
MONEV & FGD
B. Pendidikan1.Perpustakaan desa2.Bahasa Inggris pemula ( for
children)
Bank Indonesia, Komunitas Sasak, Dinas Peternakan Kab.
Lombok Tengah dan PNPM
50
Potensi Tokoh
Keberhasilan dan keberlangsungan Program Desa Binaan di Dusun Bun Mudrak tidak lepas dari keberadaan dan peran tokoh masyarakat penggerak perubahan dan penyadaran masyarakat, antara lain:
1. Tokoh Penggerak Tokoh masyarakat yang berperan sebagai motivator untuk memberikan penyadaran
masyarakat menuju perubahan pola pikir (mind set) dalam pengembangan program Desa Binaan adalah Kepala Dusun Bun Mudrak dan seorang pemuda pioneer bidang teknis. Pendekatan yang dilakukan oleh kedua tokoh tersebut melalui internal kekeluargaan dan pemberian berbagai informasi tata cara berkelompok yang baik dan manajemen produksi yang dapat diterapkan pada kelompok usaha yang ada.
Ikatan kekeluargaan warga Dusun Bun Mudrak masih sangat kental, begitu pula jiwa gotong royongnya masih terpelihara dengan baik. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan pendekatan yang dilakukan oleh kedua tokoh dimaksud.
2. Komunitas SasakKomunitas Sasak merupakan perkumpulan pemuda sasak rantauan yang tersebar di
berbagai daerah dan negara. Peran Komunitas Sasak dalam Program Desa Binaan di Dusun Bun Mudrak adalah dalam bentuk penyadaran masyarakat tentang manfaat limbah/ kotoran sapiuntuk keperluan hidup sehari-hari anggota masyarakat, yang dilakukan melalui pembuatan miniatur digester untuk menunjukkan proses pembuatan biogas dari kotoran sapi. Selain itu, Komunitas Sasak juga berperan sebagai perpanjangan tangan Bank Indonesia yang bertugas melakukan pendampingan dalam bentuk motivasi dan membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada di kelompok Dusun Bun Mudrak. Melalui pendampingan dimaksud diharapkan akan terjadi kesinambungan Program Desa Binaan dalam bentuk pemanfaatan infrastruktur dan bantuan teknis yang telah diberikan Bank Indonesia sehingga Dusun Bun Mudrakdapat menjadi Desa Mandiri Ekonomi.
Gambaran Keberhasilan
Perkembangan Program Desa Binaan di Dusun Bun Mudrak ibarat anak panah yang dilepaskan dari busurnya. Ketekunan dan kebersamaan yang dipegang teguh selama ini sudah membuahkan hasil, baik secara fisik maupun non fisik.
Sampai dengan akhir tahun 2012, hasil yang didapat dari segi non fisik/non finansial adalah adanya rasa bangga dan rasa ingin maju/berubah ke arah yang lebih baik. Hal ini terbukti dengan adanya perubahan prilaku yang dulunya warga banyak memiliki waktu luang, namun saat ini digunakan untuk kegiatan produktif baik itu di sentra tenun maupun pabrik pupuk mini. Hal ini tidak terlepas dari dorongan tokoh masyarakat yang menjadi agent of change dan Bank Indonesia melalui program Bantuan Teknis.
Dari sisi fisik, telah dibangun fasilitas umum (mushola, MCK dan perbaikan jalan), menyalanya bio gas di rumah warga. Sementara dari segi keuangan, dari kelompok dan usaha yang sudah berjalan, memberikan multiplier effect sebagai berikut:
A. Kelompok Ternak SapiKelompok Ternak Sapi lebih difokuskan kepada perbibitan (pengembangbiakan). Dampak yang dirasakan oleh kelompok maupun masyarakat adalah:1. Bio Gas: adanya bantuan infrastruktur baik dari IPEBI maupun Bank Indonesia untuk
pembangunan bio digester memiliki nilai ekonomis yang sudah dirasakan. Rumah tangga yang
51
telah memperoleh manfaat dari biogas tersebut ±42KK dan kedepan semua rumah tangga yang ada diharapkan akan memperoleh manfaat tersebut.
2. Pupuk Organik: saat ini, dari hasil usaha pupuk organik, kelompok sudah mendapatkan pemasukan dengan menjual ±3.000 kg pupuk setara dengan Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
B. Kelompok Tenun: melalui pendampingan dan peningkatan skill serta bantuan baik peralatan, bahan dan infrastruktur pendukung lainnya dari Bank Indonesia, usaha tenun kelompok tenun (kelompok perempuan) yang dulunya hanya sebagai kegiatan sambilan, saat ini sudah dapat dijadikan sebagai usaha yang berorientasi bisnis.
C. Kelompok Ternak Kambing Etawa: embrio keberhasilan program lainnya adalah kelompok peternak Kambing Etawa. Kelompok sudah mendapatkan pemasukan dari penjualan anakKambing Etawa sebanyak 18 ekor setara dengan Rp10.800.000,00 (sepuluh juta delapan ratus ribu rupiah). Disamping untuk memperbanyak jumlah ternak melalui pengembangbiakan, sebagai Desa Mandiri Ekonomi akan dikembangkan produk turunan menggunakan bahan baku dari susu Kambing Etawa, dalam bentuk susu segar dan yoghurt yang higienis serta dalam bentuk permen.
Program Desa Binaan ini juga mendapatkan perhatian dan partisipasi dari instansi terkait selain Bank Indonesia. Dinas Peternakan Kabupaten Lombok Tengah telah melakukan POSYANDU setiap bulan di Dusun Bun Mudrak. Melalui program POSYANDU tersebut, selain perawatan kesehatan ternak, masyarakat Bun Mudrak juga mendapatkan pengarahan tentang teknik pemeliharaan ternaknya. Selain itu, terdapat juga POSYANDU untuk kesehatan masyarakat Bun Mudrak, yang merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).
Kegiatan Bantuan Teknis Tahun 2013
Sebagai tindak lanjut Program Desa Binaan di Dusun Bun Mudrak, kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2013 antara lain pembangunan outlet, sumur bor dan pabrik mini untuk pakan ternak. Selain pembangunan fisik, akan diberikan juga bantuan teknis berupa pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan masyarakat di Dusun Bun Mudrak.
Program Desa Binaan yang terletak di Dusun Bun Mudrak, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah sebagai “Desa Mandiri Ekonomi“ merupakan salah satu bukti komitmen BankIndonesia dalam upaya membantu mengentaskan kemiskinan di daerah NTB serta sebagai bagian dari upaya mengendalikan inflasi dengan meningkatkan produksi dan pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan tercapai kesejahteraan rakyat NTB.
52
BAB 6PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
6.1. PROSPEK EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Pada triwulan I-2013, perekonomian Provinsi Nusa Tenggara
Barat diprediksi mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif dan
berada pada kisaran 3,00% - 3,50% (yoy). Dari sisi permintaan, kegiatan
konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi sumber utama pendorong
pertumbuhan perekonomian NTB. Kondisi tersebut didorong oleh semakin
membaiknya daya beli masyarakat seiring meningkatnya pendapatan 1
masyarakat dan tekanan laju inflasi yang relatif minim. Hal ini terindikasi dari
tingkat nilai Indeks Ekspekstasi Konsumen (IEK) yang cenderung meningkat dan
berada di atas level optimis (100) yang mencerminkan keoptimisan masyarakat
dalam melakukan konsumsi. Kegiatan investasi dan belanja pemerintah
diperkirakan akan meningkat selaras dengan meningkatnya anggaran belanja
pemerintah NTB. Di sisi lain, kegiatan ekspor diperkirakan masih berada tren
pertumbuhan kontraksi dan menjadi penahan utama pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan di
wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat,
sebagian besar pelaku usaha di NTB mempersepsikan optimisme dalam kegiatan
usaha. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi situasi
bisnis yang tercatat sebesar 21,52%.
Dari sisi penawaran, perkembangan ekonomi NTB pada triwulan I-2013
yang diperkirakan akan tumbuh positif, masih akan ditopang oleh kinerja 1 Berdasarkan SK Gubernur NTB No. 631 tahun 2012, Upah Minimum Provinsi NTB 2013 naik 10% menjadi Rp1.100.000.
Grafik 6.1Ekspektasi Situasi Bisnis Triwulan Mendatang
Grafik 6.2Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: SKDU, KPw BI Prov. NTB Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2010 2011 2012
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
05
10152025303540
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012 2013
Ekspektasi situasi bisnis
BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
53
sektor-sektor andalan NTB antara lain sektor pertanian akibat meningkatnya
luas lahan pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang ditopang
oleh kegiatan MICE dan bertambahnya rute penerbangan baru. Sementara
sektor andalan lainya, yaitu sektor pertambangan diperkirakan masih berada
pada tren pertumbuhan negatif, namun secara statistik terus mengalami
perbaikan akibat faktor base effect sehingga tidak menarik pertumbuhan
ekonomi lebih dalam. Kegiatan produksi tambang menggunakan material
batuan cadangan (stock pile) dengan kadar mineral rendah. Masih
berlangsungnya kegiatan perluasan wilayah tambang terkait perpindahan fase
tambang menyebabkan rendahnya produksi konsentrat tembaga.
Dari sisi pembiayaan, dukungan perbankan dalam mendorong
peningkatan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku usaha
di Nusa Tenggara Barat pada triwulan I-2013 diprediksi masih berada pada tren
meningkat. Beberapa hal yang mendasari peningkatan tersebut antara lain
permodalan bank yang cukup, prospek usaha dan kondisi ekonomi yang
diperkirakan membaik. Kondisi tersebut terindikasi dari hasil Survei Opini
Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang kembali menunjukkan adanya peningkatan
pemberian kredit baru. Berdasarkan sektornya, permintaan kredit baru tersebut
sebagian besar masih ditujukan untuk kegiatan usaha pada sektor perdagangan,
hotel dan restoran. Berdasarkan tingkat suku bunga, penyaluran kredit pada
triwulan I-2013 diperkirakan mengalami penurunan suku bunga, sejalan dengan
tingkat BI Rate yang cenderung menurun sejak awal tahun 2011.
6.2. PERKIRAAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
Pada triwulan I-2013, laju inflasi Nusa Tenggara Barat
diperkirakan kembali mengalami tren penurunan dan diprediksi berada
pada kisaran 3,75% ± 1% (yoy). Secara umum, laju inflasi pada awal tahun
2013 diperkirakan akan mengalami tekanan dan kemudian akan bergerak
semakin menurun seiring kondisi cuaca yang semakin membaik. Berdasarkan
informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika,
sepanjang triwulan I-2013, kondisi curah hujan yang akan dialami Provinsi Nusa
Tenggara Barat bersifat normal (menengah). Kondisi tersebut juga tercermin
dari ekspektasi masyarakat akan pembentukan harga barang dan jasa pada
triwulan I-2013 yang terindikasi dari indeks ekspektasi harga konsumen untuk
tiga bulan yang akan datang yang cenderung menunjukkan penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 6.3).
Dari sisi supply, tekanan inflasi diprediksi mampu diredam akibat
meningkatnya pasokan bahan makanan yang dipengaruhi oleh meningkatnya
BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
54
luas lahan tanam dan membaiknya produktivitas sektor pertanian. Selain itu,
berlangsungnya kegiatan panen padi pada akhir triwulan I-2013 diperkirakan
turut menjadi faktor penahan laju inflasi.
Grafik 6.3Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang
Sumber : Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB
Grafik 6.4Prakiraan Curah Hujan
Sumber : BMKG
100.00110.00
120.00130.00140.00
150.00160.00170.00
180.00190.00200.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2010 2011 2012
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen-3 bln yad
Nusa Tenggara Barat