32
KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG DILAKUKAN OLEH DISTRIBUTOR AIR MINUM DALAM KEMASAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT (STUDI KASUS: PUTUSAN KPPU NO. 22/KPPU-I/2016) JURNAL Oleh: YOHANNES UNGGUL NIM: 140200447 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG

DILAKUKAN OLEH DISTRIBUTOR AIR MINUM DALAM KEMASAN DITINJAU

DARI UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN

PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

(STUDI KASUS: PUTUSAN KPPU NO. 22/KPPU-I/2016)

JURNAL

Oleh:

YOHANNES UNGGUL

NIM: 140200447

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Page 2: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

1

CURRICULUM VITAE

A. Data Pribadi

Nama Lengkap Yohannes Unggul Julius

Jenis Kelamin Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir

Jakarta, 22 Juli 1996

Kewarganegaraan Indonesia

Status Belum Menikah

Identitas NIK KTP. 3173022207960004

Agama Kristen Protestan

Alamat Domisili

Jln. Jalan Flamboyan

No.63, Pasar 3, Padang

Bulan, Medan, Sumatera

Utara

Alamat Asal Jln. Udaka Ujung No. 20c,

Jakarta Barat, DKI Jakarta

No.Telp 081280948400

Email [email protected]

B. Pendidikan Formal

Tahun Institusi Pendidikan Jurusan IPK

2002 - 2008 SD Regina Pacis - -

2008 - 2011 SMP Regina Pacis - -

2011 – 2014 SMA Negeri 16 Jakarta IPA -

2014 - 2018 Universitas Sumatera Utara Ilmu Hukum 3,39

C. Data Orang Tua

Nama Ayah/Ibu : Alm. Domu Sagala / Lindawaty Simanihuruk

Pekerjaan : - / Pegawai Negeri Sipil

Alamat : Jln. Udaka Ujung No. 20c, Kelurahan Kemanggisan,

Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat, DKI Jakarta

Page 3: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

2

ABSTRACT

Yohannes Unggul*

Natasya Ningrum Sirait**

Mahmul Siregar ***

Competition among businesses that are engaged in similar business are

common. In practice, there are many business competition behaviors that occur

in Indonesia are still not in accordance with Law No. 5 of 1999. Through Decision

of KPPU No. 22 / KPPU-I / 2016, KPPU states that Aqua has been proven guilty

of violating the provisions of Article 15 paragraph (3) letter b and Article 19 letters

a and b of Law No. 5 of 1999 on Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair

Business Competition in the relevant Market, namely Bottled Drinking Water

(AMDK).

The type of research used in this study is a normative legal research

methods which conducted by the collection of existing data as well as with library

research. The purpose that want to be achieved in this study is to find out the

rules of business competition law in Indonesia, especially market control as a

prohibited activity, and to find out whether Aqua's action as a reporter indeed

violates the provisions of Law No. 5/1999 or vice versa.

It can be concluded that the definition of market control in Law No. 5/1999

is control in the negative sense when a business actor dominates the market, it

will carry out anti-competitive actions which aim to remain the market ruler and

obtain maximum profits. The results of this study are Decision of KPPU No. 22 /

KPPU-I / 2016 which has fulfilled the formal legal aspects of so that the decision

is legal. In terms of legal reasoning, KPPU has implemented sanctions in

accordance with existing laws and regulations because the reported parties have

proven to fulfill elements of Article 15 paragraph (3) letter b and Article 19 letters

a and b. Where the reported parties are proven to obstruct consumers of their

business competitors to make connections with competitors' business actors.

Keywords: Business Competition, Bottled Drinking Water.

* Student of the Faculty of Law, University of Sumatera Utara ** Supervisor I, Lecturer of the Faculty of Law, University of Sumatera Utara *** Supervisor II, Lecturer of the Faculty of Law, University of Sumatera Utara

Page 4: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

3

ABSTRAK

Yohannes Unggul*

Natasya Ningrum Sirait **

Mahmul Siregar ***

Persaingan Usaha di antara pelaku usaha yang bergerak dalam bidang

usaha yang sejenis biasa terjadi. Dalam prakteknya perilaku persaingan usaha

yang terjadi di Indonesia masih banyak yang tidak sesuai dengan Undang-

undang No. 5 tahun 1999. Melalui Putusan KPPU No. 22/KPPU-I/2016, KPPU

menyatakan bahwa Aqua telah terbukti bersalah melanggar ketentuan Pasal 15

ayat (3) huruf b dan Pasal 19 huruf a dan b Undang-undang No. 5 tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Pasar

bersangkutan yaitu Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian hukum normatif yang dilakukan dengan pengumpulan data-data yang

ada serta dengan penelitian kepustakaan. Adapun tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaturan hukum persaingan

usaha di Indonesia khususnya penguasaan pasar sebagai kegiatan yang

dilarang, dan untuk mengetahui apakah tindakan Aqua sebagai terlapor memang

benar melanggar ketentuan UU No. 5/1999 atau sebaliknya.

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud penguasaan pasar dalam UU

No. 5/1999 merupakan penguasaan dalam arti negatif pada saat pelaku usaha

menguasai pasar maka akan melakukan tindakan-tindakan anti persaingan yang

bertujuan agar dapat tetap menjadi penguasa pasar dan mendapatkan

keuntungan yang maksimal. Adapun hasil dari penelitian ini adalah Putusan

KPPU No. 22/KPPU-I/2016 yang telah memenuhi aspek hukum formiil sehingga

putusan tersebut sah menurut hukum. Dari segi penalaran hukum, Majelis KPPU

sudah menerapkan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

ada karena para terlapor terbukti memenuhi unsur Pasal 15 ayat (3) huruf b dan

Pasal 19 huruf a dan b. Dimana para terlapor terbukti menghalang-halangi

konsumen pelaku usaha pesaingnya untuk melakukan hubungan dengan pelaku

usaha pesaingnya.

Kata Kunci: Persaingan Usaha, Air Minum Dalam Kemasan.

* Mahasiswa

** Dosen Pembimbing II

*** Dosen Pembimbing I

Page 5: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

4

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pesat dunia di bidang usaha mengakibatkan pelaku usaha

harus selalu mengedepankan unsur efisiensi dalam menjalankan kegiatan

usahanya. Ilmu ekonomi memiliki prinsip yang didalamnya terkandung asas

dengan pengorbanan tertentu dapat diperoleh hasil yang maksimal. Singkatnya,

prinsip ekonomi menekankan panduan dalam kegiatan ekonomi untuk mencapai

perbandingan rasional antara pengorbanan yang dikeluarkan dengan hasil yang

diperoleh. Segala macam hal dilakukan oleh pelaku usaha agar terjalannya

prinsip ekonomi tersebut seperti melakukan inovasi-inovasi produk maupun jasa,

melakukan perjanjian dengan perusahaan lain, penggunaan teknologi yang lebih

termutakhir, hingga perbuatan-perbuatan curang yang berakibat pada kerugian

konsumen maupun pelaku usaha lain.

Banyak orang memberi argumentasi bahwa persaingan yang hidup

menurunkan harga barang dan meningkatkan pengalokasian sumber daya

secara efisien. Persaingan juga membatasi kekuasaan bisnis dalam suatu pasar

yang bersaing.1 Sejak dahulu hingga sekarang, terus bermunculan perbuatan-

perbuatan curang yang dilakukan antar pelaku usaha yang biasanya terjadi

karena rasa ingin menjadi yang paling unggul dan kuat di pasar. Namun

terkadang keinginan tersebut tidak diikuti dengan kemampuan dalam

meningkatkan kualitas dan kuantitas barang dan jasa yang dihasilkannya.

1

John W. Head, Pengantar Umum Hukum Ekonomi, (Jakarta: ELIPS II, 2002),

hlm. 9.

Page 6: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

5

Sehingga demi mewujudkan cita-citanya tak jarang dilakukan berbagai macam

cara untuk menarik pelanggan atau klien pengusaha lain untuk memajukan

usahanya sendiri atau pemasarannya dalam menggunakan alat atau sarana

yang bertentangan dengan itikad baik dan kejujuran dalam pergaulan

perekonomian.

Oleh karena itu diperlukan suatu hukum untuk mengatur iklim

perekonomian di Indonesia. Menurut Jeremy Bentham, hukum itu sebagai

“rangkaian perintah dan larangan yang disampaikan oleh badan atau Lembaga

yang memiliki wewenang yang sah untuk membentuk hukum yang disertai sanksi

atas pelanggaran terhadap perintah dan larangan tersebut”.2

Untuk menciptakan suatu undang-undang diperlukan proses yang

panjang agar terciptanya norma hukum yang sesuai dengan sistem sosial yang

dianut Indonesia. Hukum hanya dapat dimengerti dengan jalan memahami

sistem sosial terlebih dahulu dan bahwa hukum merupakan suatu proses.3

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

(selanjutnya disebut UUD NRI 1945) merupakan dasar konstitusional

perekonomian di Indonesia. Orientasi perekonomian di Indonesia menganut

sistem ekonomi kerakyatan4 berdasarkan instruksi UUD NRI 1945. Pasal 33

UUD NRI 1945 yang merupakan dasar acuan normatif menyusun kebijakan

perekonomian nasional yang menjelaskan bahwa tujuan pembangunan ekonomi

adalah berdasarkan demokrasi yang bersifat kerakyatan dengan keadilan sosial

2 E. Sumaryono, Etika dan Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 221.

3 Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers,

2012), hlm. 5. 4 Ekonomi kerakyatan adalah suatu sistem perekonomian yang dibangun pada

kekuatan ekonomi yang dapat memberikan kesempatan yang luas untuk masyarakat dalam berpartisipasi sehingga perekonomian dapat terlaksana dan berkembang secara baik, Rennata Hariatna, “Pengertian Ekonomi Kerakyatan dan Ciri-cirinya”, https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/ekonomi-mikro/pengertian-ekonomi-kerakyatan, (diakses pada tanggal 24 Maret 2018).

Page 7: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

6

bagi seluruh rakyat Indonesia melalui pendekatan kesejahteraan dan mekanisme

pasar.5

Ketentuan Pasal 33 UUD NRI 1945 secara lengkap menyatakan:

a. Perekonomian disusun sebagai usaha Bersama berdasar atas asas kekeluargaan

b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, dan

c. Bumi, air dan kekayaan alam lainnya dipergunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat indonesia

Perekonomian Indonesia berupaya menghindarkan diri dari sistem free

fight liberalism6 yang mengeksploitasi manusia atau dominasi perekonomian oleh

negara serta persaingan curang dalam berusaha dengan melakukan pemusatan

kekuatan ekonomi pada satu kelompok tertentu saja. Praktek ini muncul dalam

berbagai bentuk monopoli ataupun monopsoni yang merugikan serta

bertentangan dengan instruksi Pasal 33 UUD NRI 1945.7

Dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 5 Tahun 19998 yang

bertujuan untuk menciptakan lingkungan perekonomian yang kondusif dan demi

tercapainya asas ekonomi kerakyatan, telah muncul harapan baru bagi bangsa

Indonesia agar terwujudnya persaingan usaha yang sehat dan membangun.

Ternyata masih banyak penyimpangan dan pelanggaran yang terjadi. Selama

berlakunya UU No. 5/1999, dunia bisnis dan perdagangan di Indonesia masih

kerap diwarnai berbagai persaingan usaha tidak sehat seperti halnya masalah

persekongkolan tender, penguasaan pasar, perjanjian kartel, dan perbuatan anti

persaingan yang mengakibatkan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha

5

Ningrum Natasya Sirait (a), Hukum Persaingan di Indonesia, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2011), hlm. 1.

6 Free fight liberalism merupakan sistem persaingan bebas yang saling

menghancurkan dan dapat menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain

sehingga dapat menimbulkan kelemahan struktural ekonomi nasional, dikutip dari

“Sistem Ekonomi di Indonesia”, http://utamanyailmu.com/sistem-ekonomi-di-indonesia/

(diakses pada tanggal 24 Maret 2018) 7 Ningrum Natasya Sirait (a), op. cit, hlm. 2.

8 UU No. 5 Tahun 1999, Undang-undang tentang Larangan Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat, LN No. 33 Tahun 1999, TLN No. 3817.

Page 8: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

7

tidak sehat. Berkumpulnya para pelaku usaha untuk menguasai pasar adalah

tindakan kolusif yang dapat mendistorsi pasar.9

Salah satu pelanggaran yang muncul dan menjadi sorotan publik adalah

penguasaan pasar yang dilakukan oleh pelaku usaha yang menguasai pasar dari

hulu hingga hilir. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kasus yang masih

dalam proses pemeriksaan maupun yang sudah diputus oleh Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (selanjutnya disebut sebagai KPPU). Pada dasarnya hukum

persaingan memperbolehkan penguasaan pasar dengan persyaratan

penguasaan pasar tersebut diperoleh dan dipergunakan dengan cara persaingan

usaha yang sehat. Tolak ukur persaingan usaha yang sehat yaitu jika para

pelaku usaha bersaing meningkatkan mutu barang dan jasa dari produk masing-

masing pelaku usaha, tanpa adanya penyimpangan dan perbuatan terlarang

yang melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, salah

satu parameter untuk menentukan persaingan usaha yang sehat adalah tidak

adanya hambatan bagi pelaku usaha pesaing untuk masuk pasar (barrier to

entry10).

Kasus pelanggaran penguasaan pasar objek perkara Air Minum Dalam

Kemasan (AMDK) yang dilakukan PT. Tirta Investama (Danone Indonesia)

selaku produsen dan PT. Balina Agung Perkasa sebagai distributor merupakan

bukti sikap tidak sportif dalam menjalankan usaha ataupun perdagangan dalam

dunia bisnis. Kasus dengan nomor putusan 22/KPPU-I/2016 merugikan pelaku

usaha pesaingnya dan dapat mematikan usaha pelaku usaha pesaingnya.

Dimana dalam putusan KPPU, terbukti secara sah dan meyakinkan bahwa

9

Ningrum Natasya Sirait (b), Asosiasi & Persaingan Usaha Tidak Sehat, (Medan:

Pustaka Press, 2003), hlm. 16. 10

Barrier to entry adalah kegiatan yang menghalangi atau menghambat pelaku

usaha lain masuk ke dalam persaingan terhadap produk barang, jasa, atau barang dan

jasa yang sama. Lihat Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 233.

Page 9: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

8

Terlapor I dan Terlapor II melanggar Pasal 15 ayat (3) huruf b Undang-undang

No. 5/1999 dan Pasal 19 huruf a dan b Undang-undang No. 5/1999. Terlapor I

yaitu PT. Tirta Investama dikenakan sanksi denda sebesar Rp.13.845.450.000

(Tiga Belas Miliar Delapan Ratus Empat Puluh Lima Juta Empat Ratus Lima

Puluh Ribu Rupiah) dan Terlapor II untuk membayar denda sebesar

Rp.6.294.000 (Enam Miliar Dua Ratus Sembilan Puluh Empat Juta Rupiah). 11

Larangan yang terdapat pada Pasal 15 ayat (3) b dikaitkan dengan suatu

prakondisi, yaitu pemberian insentif dalam kaitannya dengan harga atau

potongan harga tertentu atas produk yang diperjualbelikan mensyaratkan bahwa

pembeli produk tersebut tidak akan membeli produk yang sama atau sejenis dari

pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari pemasok.12 Sedangkan pasal 19

huruf a dan b dikaitkan dengan indikasi menolak atau menghalangi pelaku usaha

tertentu untuk melakukan hubungan usaha dengan pelaku usahanya serta

membatasi peredaran penjualan barang dan atau jasa pada pasar

bersangkutan.13

Perkara ini bermula dari laporan para pedagang ritel maupun eceran ke

Kantor KPPU pada September 2016. Pedagang mengaku dihalangi oleh pihak

PT Tirta Investama untuk menjual produk Le Minerale yang diproduksi PT Tirta

Fresindo Jaya (Mayora Group). Salah satu klasul perjanjian ritel menyebutkan,

apabila pedagang menjual produk Le Minerale maka statusnya akan diturunkan

dari star outlet (SO) menjadi whole saler (eceran). Atas perbuatan itu, PT Tirta

Fresindo Jaya selaku Pelapor ini melayangkan somasi terbuka terhadap PT Tirta

Investama di surat kabar pada 1 Oktober 2017. Somasi ini selanjutnya ditanggapi

11

Putusan KPPU No. 22/KPPU-I/2016 12

Suhasril dan Mohammad Taufik Makarao, Hukum Larangan Praktik Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm.

131. 13

Ibid, hlm. 137.

Page 10: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

9

oleh otoritas persaingan usaha. KPPU mengendus praktik persaingan usaha

tidak sehat dalam industri Air Minum Dalam Kemasan Kemasan (selanjutnya

disebut sebagai AMDK).14

Walaupun volume kasus penguasaan pasar yang masuk ke dalam KPPU

tidak sebanyak kasus persekongkolan tender15, perilaku penguasaan pasar juga

sangat merugikan bagi pelaku usaha pesaing serta konsumen. Kondisi tersebut

menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam

judul: “Kajian Hukum Terhadap Pelanggaran Penguasaan Pasar yang Dilakukan

Oleh Distributor Air Minum Dalam Kemasan Ditinjau Dari Undang-undang No. 5

Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat”. Untuk itu, penulis akan membahas tentang kegiatan yang dilarang dalam

hal ini penguasaan pasar, serta menganalisis Putusan KPPU Nomor: 22/KPPU-

I/2016 tentang penguasaan pasar Air Minum Dalam Kemasan yang dilakukan

oleh Aqua (PT Tirta Investama selaku produsen dan PT Balina Agung Perkasa

selaku distributor) terhadap Le Minarale (PT Tirta Fresindo Jaya).

14

Deliana Prahita Sari dkk., Persaingan Usaha Tidak Sehat: Asal Mula Kasus Aqua versus Le Minerale, dikutip dari http://kabar24.bisnis.com/read/ 20170711/16/670224/persaingan-usaha-tidak-sehat-asal-mula-kasus-aqua-vs.-le-minerale, diakses pada tanggal 9 Maret 2018.

15 Hingga 2017, kata Hakim, KPPU sudah menerima 2.537 laporan masyarakat

terkait dugaan pelanggaran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999. Sebanyak 1.278 laporan di antaranya terkait tender. Wahyudi Aulia Siregar, Kasus Persaingan Usaha Tidak Sehat Paling Banyak Terjadi di Jakarta, dikutip dari https://economy.okezone.com/read/2017/06/15/320/1717063/wah-kasus-persaingan-usaha-tidak-sehat-paling-banyak-terjadi-di-jakarta, diakses pada tanggal 9 Maret 2018.

Page 11: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

10

II. HASIL PENELITIAN

A. Metodologi

Sifat penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif

yaitu penelitian yang menggambarkan dan memaparkan kembali secara detail

serta melakukan analisis terhadapnya mengenai hukum yang berkaitan dengan

pelanggaran penguasaan pasar yang dilakukan oleh distributor air minum dalam

kemasan di Indonesia. Sifat deskriptif analisis mengarah pada penelitian yuridis

normatif, yaitu sesuatu penelitian yang dilakukan pada peraturan yang tertulis

dan bahan hukum yang lain. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian

hukum doktrinal, khususnya penelitian yang berupa inventarisasi hukum positif.

Skripsi ini merupakan hasil inventarisasi hukum positif yang berkaitan dengan

pelanggaran penguasaan pasar yang dilakukan oleh distributor air minum dalam

kemasan di Indonesia yang kemudian dilakukan analisis terhadap berbagai

hukum positif yang terkait. Sumber data penelitian ini terdiri dari data primer,

sekunder dan tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini

adalah dengan menggunakan studi kepustakaan. Analisis data yang digunakan

adalah analisis normatif kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun

secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai

kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya dituangkan dalam bentuk

skripsi.

B. Hasil Penelitian

Indonesia sudah cukup dikenal dengan kebudayaannya yang berorientasi

pada kebersamaan, gotong royong. Hal-hal tersebut merupakan nilai hidup pada

kehidupan masyarakat. Bersaing kerap dikatakan kegiatan yang bersifat

individualistis dan hanya berorientasi pada kepentingan sepihak dengan cara

Page 12: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

11

melakukan berbagai cara dan upaya semaksimal mungkin untuk mencapai

keuntungan yang sebesar besarnya. Pandangan tersebut menjadi salah apabila

dilakukan dengan cara yang tidak jujur.16 Di dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia dijelaskan, bahwa terminologi „persaingan‟ berasal dari kata dasar

„saing‟ yang memiliki dua makna. Pertama, artinya “perihal berlomba (bersaing);

konkurensi”. Dan kedua, artinya “suatu usaha memperlihatkan keunggulan

masing-masing yang dilakukan perseorangan (perusahaan, negara pada bidang

perdagangan, produksi, persenjataan, dan lain sebagainya)”17. Istilah persaingan

pada umumnya adalah suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling

berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. 18

Disamping mendapat kesempatan untuk melihat dan sekaligus mendapatkan

hasil yang terbaik dari suatu persaingan, banyak hasil positif yang ditemukan

dalam persaingan. Fenomena ini sering muncul secara alamiah diantara para

pelaku bisnis di dunia usaha. Persaingan memang timbul secara natural demi

untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar besarnya dari masyarakat

konsumen produknya merupakan tujuan utama dari para pelaku usaha.19

Pada dasarnya hubungan antara pelaku usaha dan konsumen merupakan

hubungan yang bersifat ketergantungan, karena pelaku usaha membutuhkan

dukungan konsumen sebagai pelanggan, dan sebaliknya konsumen juga

kebutuhannya sangat bergantung dari pelaku usaha. Kebutuhan kedua pihak

tersebut dapat menciptakan hubungan yang bersifat terus-menerus dan

16

Ningrum Natasya Sirait (a), op.cit, hlm. 14-15.

17 Kemdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikutip dari

http://kbbi.kemendikbud.go.id, diakses pada tanggal 23 Mei 2018. 18

Pengertian persaingan dan contohnya, dikutip dari

http://artikelsiana.com/2015/06/pengertian-persaingan-competition-contoh.html, diakses

pada tangga 23 Mei 2018. 19

Ibid, hlm. 15.

Page 13: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

12

berkesinambungan, sesuai dengan tingkat ketergantungan akan kebutuhan yang

tidak terputus-putus.20

Dalam aktivitas bisnis dapat dipastikan terjadi persaingan diantara pelaku

usaha. Pelaku usaha akan berusaha menciptakan, mengemas, serta

memasarkan produk yang dimilikinya sebaik mungkin agar diminati dan dibeli

oleh konsumen. Persaingan dalam usaha dapat berimplikasi positif, sebaliknya

dapat juga menjadi negatif jika dijalankan dengan perilaku negatif dan sistem

ekonomi yang menyebabkan tidak kompetitif.21

Para ekonom dan praktisi hukum persaingan sepakat bahwa umumnya

persaingan menguntungkan bagi masyarakat. Pembuat kebijakan persaingan

pada berbagai jenjang pemerintahan perlu memiliki pemahaman yang jelas

mengenai keuntungan persaingan, tindakan apa saja yang dapat membatasi

maupun mendorong persaingan dan bagaimana kebijakan yang mereka terapkan

dapat berpengaruh terhadap proses persaingan. Pemahaman ini akan

membantu pembuat kebijakan untuk bisa mengevaluasi dengan lebih baik

apakah kebijakan tertentu, misalnya dalam hukum persaingan usaha atau

perdagangan menciptakan suatu manfaat luas bagi rakyat.22

Indonesia baru memiliki aturan hukum dalam bidang persaingan usaha,

setelah atas inisiatif DPR disusun RUU Larangan Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat. RUU tersebut akhirnya disetujui dalam sidang paripurna

DPR pada tanggal 18 Februari 1999, dalam hal ini pemerintah diwakili oleh

20

Amad Sudiro, “Nilai Keadilan Pada Hubungan Pelaku Usaha dan Konsumen

Dalam Hukum Transportasi Udara Niaga” dalam Amad Sudiro dan Deni Bram (ed),

Hukum dan Keadilan (Aspek Nasional & Internasional), (Depok: Rajagrafindo Persada,

2013), hlm. 7. 21

Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha Teori dan Praktiknya di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm.8.

22 Andi Fahmi Lubis, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks & Konteks,

deutch gesellschaft fur technische zusammenarbeit (GTZ), 2009, hlm. 3.

Page 14: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

13

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rahardi Ramelan. Setelah seluruh

prosedur legislasi terpenuhi, akhirnya Undang-undang tentang Larangan

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ditandatangani Presiden

Bachruddin Jusuf Habibie dan diundangkan pada tanggal 5 Maret 1999 serta

berlaku satu tahun setelah diundangkan. Sebelumnya persaingan usaha tidak

sehat dan tindak pidana monopoli, diatur baik secara eksplisit maupun implisit

dalam berbagai perundang-undangan yang ada.

Disadari juga hal-hal yang merupakan dasar pembentukan setiap undang-

undang antimonopoli, yaitu justru pelaku usaha itu sendiri yang cepat atau

lambat melumpuhkan dan menghindarkan dari tekanan persaingan usaha

dengan melakukan perjanjian atau penggabungan perusahaan yang

menghambat persaingan serta penyalahgunaan posisi kekuasaan ekonomi untuk

merugikan pelaku usaha yang lebih kecil. Disadari adanya keperluan bahwa

negara menjamin keutuhan proses persaingan usaha terhadap gangguan dari

pelaku usaha dengan menyusun undang-undang, yang melarang pelaku usaha

mengganti hambatan perdagangan oleh Negara yang baru saja ditiadakan

dengan hambatan persaingan swasta.23

Fenomena diatas berkembang dan didukung oleh adanya hubungan yang

terkait antara pengambilan keputusan dengan para pelaku usaha, baik secara

langsung maupun tidak langsung, sehingga makin memperburuk keadaan, serta

cenderung menunjukkan corak yang monopolistik. Para pelaku usaha yang dekat

dengan elit kekuasaan mendapatkan kemudahan-kemudahan yang berlebihan

sehingga berdampak pada kesenjangan sosial. Dengan memperhatikan situasi

dan kondisi tersebut di atas, menuntut kita untuk mencermati dan menata

kembali kegiatan usaha di Indonesia, agar dunia usaha dapat tumbuh dan

berkembang secara sehat dan wajar, sehingga tercipta iklim persaingan usaha

23

Ibid.

Page 15: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

14

yang sehat, terhindarnya pemusatan kekuatan ekonomi pada perorangan atau

kelompok tertentu, antara lain dalam bentuk praktek monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat yang merugikan masyarakat, yang bertentangan dengan cita-

cita keadilan sosial.24

Tahun-tahun awal reformasi di Indonesia memunculkan rasa keprihatinan

rakyat terhadap fakta bahwa perusahaan-perusahaan besar yang disebut

konglomerat menikmati pangsa pasar terbesar dalam perekonomian nasional

Indonesia. Dengan berbagai cara mereka berusaha mempengaruhi berbagai

kebijakan ekonomi pemerintah sehingga mereka dapat mengatur pasokan atau

supply barang dan jasa serta menetapkan harga-harga secara sepihak yang

tentu saja menguntungkan mereka.25

Koneksi yang dibangun dengan birokrasi Negara membuka kesempatan

luas untuk menjadikan mereka sebagai pemburu rente. Apa yang mereka

lakukan sebenarnya hanyalah mencari peluang untuk menjadi penerima rente

(rent seeking) dari pemerintah yang diberikan dalam bentuk lisensi, konsesi, dan

hak-hak istimewa lainnya. Kegiatan pemburuan rente tersebut, oleh pakar

ekonomi William J. Baumol dan Alan S. Blinder dikatakan sebagai salah satu

sumber utama penyebab infisiensi dalam perekonomian.26

Implementasi kebijakan persaingan usaha (competition policy) yang efektif

dibentuk dari sinergi positif terhadap kewenangan persaingan usaha di suatu

negara. Efektivitas implementasi itu diyakini mampu meningkatkan keberhasilan

suatu lembaga persaingan dalam penegakan hukum persaingan usaha itu

sendiri. Negara yang memiliki hukum persaingan usaha berada dalam kondisi

24

Hermansyah, Pokok-pokok Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta: Kencana,

2008), hlm. 11. 25

Andi Fahmi Lubis, loc.cit. 26

William J. Baumol dan Alan S Bliner, Economic, Principles and Policy, 3rd

ed.

(Florida: Harcourt Brace Jovanovich Publisher Orlando, 1985) p.550 dalam Andi Fahmi

Lubis, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks & Konteks (Jakarta: GTZ, 2009), hlm. 13.

Page 16: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

15

aktual yang berbeda dalam sistem penegakan hukum persaingan dan

kewenangan Lembaga persaingan usahanya.27

Di Indonesia, esensi keberadaan undang-undang No. 5 Tahun 1999 pasti

memerlukan pengawasan dalam rangka implementasinya. Berlakunya undang-

undang No. 5/1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha

tidak sehat sebagai landasan kebijakan persaingan (competition policy) diikuti

dengan berdirinya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) guna

memastikan dan melakukan pengawasan terhadap dipatuhinya ketentuan dalam

undang-undang Antimonopoli tersebut28 demi terwujudnya perekonomian

Indonesia yang efisien melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif dan

kompetitif, yang menjamin adanya kesempatan berusaha.29

Tugas dari KPPU dijabarkan dalam Pasal 35 UU Antimonopoli meliputi 30:

a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

sebagaimana diatur di dalam pasal 4 sampai dengan pasal 16;

b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dana tau tindakan pelaku

usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam pasal 17

sampai dengan pasal 24;

c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan

posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli

dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam pasal

25 sampai dengan pasal 28;

27

Hermansyah, op. cit, hlm. 73. 28

Ibid 29

Hermansyah, op.cit, hlm. 75. 30

Destivano Wibowo dan Harjon Sinaga, Hukum Acara Persaingan Usaha,

(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 3.

Page 17: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

16

d. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana

diatur di dalam pasal 36;

e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah

yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha

tidak sehat;

f. Menyusun pedoman dana tau publikasi yang berkaitan dengan undang-

undang ini;

g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada

presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Sebagai sebuah Lembaga Penegak Hukum independen, KPPU dalam

melaksanakan tugasnya memiliki visi yaitu “menjadi lembaga pengawas

persaingan usaha yang efektif dan kredibel untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat”. KPPU memiliki misi, yaitu (1) menegakkan hukum persaingan, (2)

menginternalkan nilai-nilai persaingan, (3) membangun kelembagaan yang efektif

dan kredibel.31

Sedangkan wewenang Komisi, sebagai tindak lanjut dari tugas yang

diberikan Pasal 35 huruf d. Dan wewenang Komisi tersebut diatur dalam Pasal

36, sebagai berikut:

a. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang

dugaan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat.

b. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau

tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

31

Suhasril, op. cit, hlm. 150.

Page 18: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

17

c. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan

praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan

oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh

Komisi sebagai hasil penelitiannya.

d. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada

atau tidak adanya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat.

e. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan undang-undang ini.

f. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang

dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang

ini.

g. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,

saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f

yang tidak bersedia memenuhi panggilan Komisi.

h. Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan

penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang

melanggar ketentuan undang-undang ini.

i. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, alat bukti lain

guna penyelidikan dan atau pemeriksaan.

j. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak

pelaku usaha lain atau masyarakat.

k. Memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga

melakukan praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

l. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha

yang melanggar ketentuan undang-undang ini.

Page 19: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

18

Komisi juga mempunyai fungsi sebagaimana diatur dalam Keputusan

Presiden RI No. 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha,

dalam Pasal 5 menyebutkan:

a. Penilaian terhadap perjanjian, kegiatan usaha, dan penyalahgunaan

posisi dominan;

b. Pengambilan tindakan sebagai pelaksanaan kewenangan;

c. Pelaksanaan administratif.

Kewenangan Komisi yang cukup strategis adalah peran konsultatif ketika

memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam hal yang

berkaitan keputusan suatu Lembaga yang menyangkut kebijakan ekonomi.

Kewenangan komisi yang menyerupai Lembaga yudikatif adalah kewenangan

komisi melakukan fungsi penyelidikan, memeriksa, memutus, dan akhirnya

menjatuhkan hukuman administratif atas perkara diputusnya. Demikian juga

kewenangannya menjatuhkan sanksi ganti rugi atau denda kepada terlapor.

Kewenangan legislatif pada KPPU adalah kewenangan komisi menciptakan

peraturan baik secara internal mengikat pada pekerjanya, maupun eksternal

kepada publik, misalnya guidelines, tata cara prosedur penyampaian laporan dan

penanganan perkara.32 Selanjutanya kewenangan yang menyerupai Lembaga

eksekutif dapat dilihat pada kewenangan KPPU untuk dapat melaksanakan atau

mengeksekusi kewenangan yang diberikan oleh UU No. 5/1999 serta peraturan

pelaksanaannya seperti Keputusan KPPU. Kewenangan tersebut dibuat oleh

KPPU dalam rangka mengimplementasikan Hukum Persaingan di Indonesia.33

Sementara itu guna menjamin independensi dan menghindari benturan

kepentingan, maka anggota Komisi terikat oleh kode etik internal Komisi atau

32

Natasya Ningrum Sirait (a), op. cit, hlm. 111. 33

CICODS FH-UGM, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dan

Perkembangannya, Yogyakarta: CICODS, 2009, hlm. 159.

Page 20: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

19

disebut juga dengan Tata Tertib Komisi yang melarang anggota Komisi untuk

aktif pada posisi berikut ini34:

a. Anggota dewan komisaris atau pengawas, atau direksi suatu

perusahaan;

b. Anggota pengurus atau badan pemeriksa suatu koperasi;

c. Pihak yang memberikan layanan jasa kepada suatu perusahaan, seperti

konsultan, akuntan publik, dan penilai; dan

d. Pemilik saham mayoritas.

Dalam BAB III UU No. 5/1999 diatur mengenai beberapa pasal tentang

perjanjian yang dilarang, yaitu dari pasal 4 sampai dengan pasal 16. Beberapa

perjanjian tersebut adalah35:

1. Oligopoli (Pasal 4)

Pengertian oligopoli dalam Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua

yang disusun oleh Christopher Pass dan Bryan Lowes adalah suatu

tipe struktur pasar (market structure) yang mempunyai sifat-sifat

sebagai berikut36:

a. Sedikit perusahaan dan banyak pembeli

b. Produknya homogen atau dibedakan

c. Pasar yang sulit dimasuki

2. Penetapan Harga

Ketentuan Pasal 5 adalah perjanjian menetapan harga atas suatu

barang dan/atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau

pelanggan. Penetapan harga ini dapat dilakukan sesama pelaku

usaha yang menghasilkan produk barang dan/atau jasa yang sama

34

Ibid, hlm. 112. 35

Andi Fahmi Lubis, op.cit, hlm. 92. 36

Hermansyah, op.cit, hlm. 25.

Page 21: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

20

dengan menetapkan harga yang harus dibayar oleh konsumen. Untuk

Pasal 6 yang berbicara mengenai diskriminasi harga dimana

diskriminasi harga itu sendiri dapat menguntungkan maupun

merugikan. Sebagai contoh diskriminasi harga yang digunakan

sebagai alat untuk mendorong sebuah pabrik untuk melakukan

produksi dengan kapasitas penuh sehingga memungkinkan produksi

ekonomi yang berskala besar untuk dicapai. Di sisi lain diskriminasi

harga mungkin digunakan sebagai suatu alat untuk memperbesar

laba monopoli dengan demikian jelaslah dilarang dalam UU No.

5/1999 itu adalah diskriminasi harga yang digunakan sebagai alat

atau instrumen yang dapat menimbulkan monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat.37 Penetapan terdiri dari 4 bentuk yaitu :

a. Penetapan Harga (Pasal 5)

b. Diskriminasi Harga (Pasal 6)

c. Jual Rugi (Pasal 7)

d. Pengaturan Harga Jual Kembali (Pasal 8)

3. Pembagian Wilayah (Pasal 9)

Pembagian wilayah adalah perjanjian yang bertujuan untuk membagi

wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan/atau

jasa. Perjanjian wilayah ini dapat bersifat vertikal atau horizontal.

Perjanjian ini dilarang karena pelaku usaha meniadakan atau

mengurangi persaingan dengan cara membagi wilayah pasar atau

alokasi pasar. Wilayah pemasaran dapat berarti wilayah negara

Republik Indonesia atau bagian wilayah negara Republik Indonesia

misalnya kabupaten, provinsi, atau wilayah regional lainnya. Membagi

37

Ibid, hlm. 28.

Page 22: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

21

wilayah pemasaran atau alokasi pasar berarti membagi wilayah untuk

memperoleh atau memasok barang, jasa, atau barang dan jasa,

menetapkan dari siapa saja dapat memperoleh atau memasok

barang, jasa, atau barang dan jasa.38

4. Pemboikotan (Pasal 10)

5. Kartel (Pasal 11)

6. Trust (Pasal 12)

7. Oligopsoni (Pasal 13)

8. Integrasi Vertikal (Pasal 14)

9. Perjanjian Tertutup, terbagi atas

a. Exclusive distribution agreement (Pasal 15 ayat 1)

b. Tying agreements (Pasal 15 ayat 2)

c. Vertical agreement on discount (Pasal 15 ayat 3)

10. Perjanjian Dengan Pihak Luar Negeri (Pasal 16)

Untuk mencegah timbulnya persaingan usaha yang tidak sehat, dalam

Pasal 17 sampai dengan Pasal 24 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat telah ditentukan secara

jelas terstruktur mengenai kegiatan-kegiatan yang dilarang yang berdampak

merugikan persaingan pasar, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Kegiatan Monopoli (Pasal 17)

Bentuk monopoli39 (Pasal 17) yang dilarang ialah apabila memenuhi

unsur-unsur melakukan kegiatan penguasaan atas produk barang, jasa,

atau barang dan jasa tertentu, melakukan kegiatan penguasaan atas

pemasaran produk barang, jasa, atau barang dan jasa tertentu,

38

Ibid, hlm. 31. 39

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 menyebutkan pengertian monopoli

(pasal 1(1)) yaitu suatu bentuk penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang

dan atau penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku atau satu kelompok pelaku usaha.

Page 23: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

22

penguasaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli

dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

b. Kegiatan Monopsoni (Pasal 18)

Kemudian Pasal 18 mengatur tentang Monopsoni yang dijelaskan

bahwa pelaku usaha yang dapat dikatakan melakukan kegiatan

monopsoni apabila dilakukan oleh satu pelaku usaha atau satu

kelompok pelaku usaha atau yang bertindak sebagai pembeli tunggal,

kemudian telah menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis

barang atau jasa tertentu, dan yang terpenting adalah kegiatan tersebut

mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha

tidak sehat.

c. Penguasaan Pangsa Pasar (Pasal 19 – Pasal 21)

Penguasaan pasar tidak dapat dilakukan oleh pelaku usaha biasa yang

tidak memiliki power dalam pangsa pasar. Pihak yang dapat melakukan

penguasaan pasar adalah pelaku usaha yang mempunyai market

power, yaitu pelaku usaha yang dapat menguasai pasar, sehingga dapat

menentukan harga barang dan/atau jasa di pasar yang bersangkutan.

Kriteria penguasaan pasar tersebut tidak harus 100%, satu pelaku

usaha atau satu kelompok pelaku usaha telah menguasai lebih dari 50%

pangsa pasar satu jenis produk tertentu, sudah dapat dikatakan

mempunya market power.40 Wujud penguasaan pasar dapat terjadi

dalam bentuk penjualan barang dan/atau jasa dengan cara41:

(1) Jual rugi (predatory pricing) dengan maksud untuk mematikan

pesaingnya.

40

Ibid, hlm. 225. 41

Andi Fahmi Lubis, op. cit, hlm.139.

Page 24: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

23

(2) Melalui praktik penetapan biaya produksi secara curang serta

biaya lainnya yang menjadi komponen harga barang.

(3) Melakukan perang harga maupun persaingan harga.

Dalam pasal 19 diatur perbuatan yang dilarang mengenai penguasaan

pasar. Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan,

baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha

tidak sehat, yakni:

(1) Menolak dan/atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk

melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan

(2) Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya

untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha

pesaingnya itu

(3) Membatasi peredaran dan/atau penjualan barang dan/atau jasa

pada pasar bersangkutan

(4) Melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu

Untuk Pasal 20 diatur mengenai Dumping, pelaku usaha dilarang

melakukan pemasokan barang, jasa, atau barang dan jasa dengan cara

menjual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah (dumping) dari

harga produksi yang sejenis dengan maksud untuk menyikirkan atau

mematikan usaha pelaku usaha pesaingnya di pasar yang sama,

kegiatan tersebut dengan sendirinya dapat mengakibatkan praktik

monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

Pasal 21 merupakan larangan bagi pelaku usaha yang melakukan

kegiatan memanipulasi biaya produksi dan biaya lain yang nantinya

akan diperhitungkan sebagai salah satu komponen harga barang, jasa,

Page 25: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

24

atau barang dan jasa yang akan dipasarkan kepada konsumen,

sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha yang tidak

sehat atau merugikan masyarakat. Indikasi biaya yang dimanipulasi

terlihat dari harga yang lebih rendah dari harga seharusnya.42

d. Persekongkolan (Pasal 22 – Pasal 24)

Selanjutnya, Persekongkolan juga merupakan kegiatan yang dilarang

dalam UU No. 5/1999. Persekongkolan berarti kerjasama antar pelaku

usaha untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku

usaha yang bersekongkol. Ada beberapa bentuk persekongkolan yang

dilarang oleh UU No. 5/1999 dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 24,

yaitu:

(1) Dilarang melakukan persekongkolan dengan pihak lain untuk

mengatur dan/atau menentukan pemenang tender sehingga

mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

(2) Dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk dapat informasi

kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan rahasia

perusahaan/rahasia dagang.

(3) Dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat

produksi dan/atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha

pesaing dengan maksud agar barang dan atau jasa yang

ditawarkan menjadi berkurang, baik jumlah, kualitas maupun

kecepatan waktu yang dipersyaratkan.

42

Tri Anggraini, Hukum Persaingan Usaha: studi konsep pembuktian terhadap

perjanjian penetapan harga dalam persaingan usaha, (Malang: Setara Press, 2013), hlm.

23.

Page 26: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

25

Berdasarkan ketentuan Pasal 19 UU No. 5/1999, pelaku usaha dilarang

melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama

pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik

monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat berupa:

(1) Menolak dan/atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk

melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan

(refuse to deal).

Refusal to deal yang dianggap menghambat persaingan adalah43:

i. Harus dibuktikan bahwa motivasi utama tindakan refusal to deal

itu adalah untuk menguasai pasar.

ii. Harus dibuktikan bahwa tindakan refusal to deal tersebut dapat

mengarah pada penguasaan pasar.

iii. Harus dibuktikan bahwa penguasaan pasar itu pada gilirannya

akan memberikan kekuatan pasar yang memungkinkannya

untuk menerapkan harga supra competitive atau menghambat

persaingan berikutnya.

(2) Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya

untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha

pesaingnya itu.

(3) Membatasi peredaran dan/atau penjualan barang dan/atau jasa

pada pasar bersangkutan.

(4) Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu

43

Ibid

Page 27: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

26

III. PENUTUP

1. Kesimpulan

Penguasaan pasar merupakan salah satu kegiatan yang dilarang yang

terdapat dalam UU No. 5/1999. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan oleh

pelaku usaha yang cenderung menguasai pangsa pasar. Dimana pelaku usaha

yang memiliki nama besar dalam pasar bersangkutan, cenderung melakukan

perbuatan menyimpang agar dia bisa tetap menjadi penguasa pasar (market

power) dan bisa menjadi price setter dalam suatu pasar. Pengaturan mengenai

penguasaan pasar terdapat dalam Pasal 19 UU No.5/1999 yang terdiri dari 4

poin. Poin pertama yang mengatur tentang penolakan pelaku usaha tertentu

untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan (refuse to

deal). Poin kedua mengenai penghalangan terhadap konsumen pelaku usaha

pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha

pesaingnya. Kemudian yang ketiga mengenai pembatasan peredaran dan/atau

penjualan barang dan/atau jasa pada pasar bersangkutan. Dan yang terakhir

pengaturan tentang larangan melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku

usaha tertentu. Kegiatan yang dilarang dalam UU No. 5/1999 ini memiliki

beberapa bentuk yaitu monopoli, monopsoni, penguasaan pasar, dan

persekongkolan. Pengaturan kegiatan yang dilarang ini bertujuan untuk

menghukum para pelaku usaha yang memiliki perilaku anti persaingan dalam

berusaha. Akibat hukum dalam penguasaan pasar diatur dalam Bab 8 mengenai

sanksi Pasal 47 dan 48 UU No. 5/1999. Dimana terdapat sanksi administratif

serta sanksi pidana.

PT Tirta Investama dan PT Balina Agung Perkasa terbukti secara sah

melanggar Pasal 15 ayat 3 huruf b dan pasal 19 huruf a dan b sebagaimana

dalam putusan KPPU No. 22/KPPU-I/2016 berdasarkan terpenuhinya segala

Page 28: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

27

unsur yang terdapat dalam pasal 15 ayat 3 huruf b dan pasal 19 huruf a dan b.

Adapun unsur melakukan praktek monopoli dalam kasus ini terbukti karena dari

alat bukti yang didapat selama persidangan berupa pengakuan para sub-

distributor yang dilarang oleh Terlapor II (PT. Balina Agung Perkasa) untuk

menjual produk Le Minerale yang dikategorikan sebagai penghambat persaingan

usaha. Perilaku ini juga sekaligus dinyatakan telah memenuhi unsur menghalangi

konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaing untuk tidak melakukan

hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya. Penulis menyatakan

pertimbangan hukum yang diberikan oleh majelis KPPU sudah tepat dan tidak

melampaui batas sanksi dalam UU No.5/1999.

B. Saran

1. Sebaiknya, amandemen UU No. 5/1999 yang sedang berlangsung dapat

memperbaharui sanksi administratifnya. Karena, ukuran sanksi administratif

maksimum yang terdapat dalam UU No. 5/1999 hanya

Rp.25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar). Ukuran dua puluh miliar

tersebut termasuk besar pada tahun dimana Undang-undang tersebut lahir.

Namun sekarang, dua puluh lima miliar termasuk rendah jika dibandingkan

dengan penghasilan pelaku usaha yang melakukan praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat.

2. Penulis juga menyarankan agar KPPU mengamandemen Peraturan KPPU

No. 1 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penanganan Perkara untuk

mengadopsi kembali metode perubahan perilaku dalam mekanisme

pemeriksaan pendahuluan yang dulu pernah diatur dalam Peraturan KPPU

No. 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Perkara. Namun metode

tersebut dihilangkan sejak berlakunya peraturan KPPU No. 1 tahun 2010

tentang Tata Cara Penanganan Perkara dan dicabutnya peraturan KPPU

Page 29: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

28

No. 1 tahun 2006. Karena dengan adanya metode perubahan perilaku, akan

sangat efektif untuk meminimalisir perkara atau laporan yang masuk ke

KPPU. Sehingga KPPU juga akan semakin produktif dalam menyelesaikan

semua perkara atau laporan yang diterimanya. Kemudian, metode

perubahan perilaku ini juga termasuk langkah awal yang baik dalam

pencegahan praktik persaingan tidak sehat dan sebagai pembinaan untuk

para Terlapor yang diduga melakukan praktik monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat.

Page 30: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

29

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Anggraini, Tri. Hukum Persaingan Usaha: Studi Konsep Pembuktian Terhadap

Perjanjian Penetapan Harga Dalam Persaingan Usaha. Malang: Setara

Press, 2013.

CICODS FH-UGM. Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dan

Perkembangannya. Yogyakarta: CICODS, 2009.

Head, John W. Pengantar Umum Hukum Ekonomi, Jakarta: ELIPS II, 2002.

Hermansyah. Pokok-pokok Hukum Persaingan di Indonesia. Jakarta: Kencana,

2008.

Lubis, Andi Fahmi, dkk. Hukum Persaingan Usaha Antara Teks & Konteks,

deutch gesellscahft fur technische zusammenarbeit (GTZ), 2009.

Nugroho, Susanti Adi. Hukum Persaingan Usaha di Indonesia. Jakarta: Kencana,

2012.

Rokan, Mustafa Kamal. Hukum Persaingan Usaha Teori dan Praktiknya di

Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Sumaryono, E. Etika & Hukum. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Soekanto, Soerjono. Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Rajawali Pers,

2012.

Sirait, Ningrum Natasya (a). Hukum Persaingan di Indonesia. Medan: Pustaka

Bangsa Press, 2011.

Sirait, Ningrum Natasya (b). Asosiasi & Persaingan Usaha Tidak Sehat. Medan:

Pustaka Bangsa Press, 2003.

Page 31: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

30

Sudiro, Amad dan Deni Bram (ed). Hukum dan Keadilan (Aspek Nasional &

Internasional). Depok: Rajagrafindo Persada, 2013.

Suhasril. Mohammad Taufik Makarao. Hukum Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia,

2010.

Wibowo, Destivano dan Harjon Sinaga. Hukum Acara Persaingan Usaha.

Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat

C. Artikel Ilmiah/ Jurnal, Skripsi, dan Tesis Melalui Media Cetak Maupun

Elektronik

Amad Sudiro, Nilai Keadilan Pada Hubungan Pelaku Usaha dan Konsumen

Dalam Hukum Transportasi Udara Niaga

Deliana Prahita Sari dkk, Persaingan Usaha Tidak Sehat: Asal Mula Kasus Aqua

vs. Le Minerale,

http://kabar24.bisnis.com/read/20170711/16/670224/persaingan-usaha-

tidak-sehat-asal-mula-kasus-aqua-vs.-le-minerale, diakses pada tanggal 9

Maret 2018.

Kemdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikutip dari

http://kbbi.kemendikbud.go.id, diakses pada tanggal 23 Mei 2018.

Wahyudi Aulia Siregar, Kasus Persaingan Usaha Tidak Sehat Paling Banyak

Terjadi di Jakarta,

https://economy.okezone.com/read/2017/06/15/320/1717063/wah-kasus-

Page 32: KAJIAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PENGUASAAN PASAR YANG …

31

persaingan-usaha-tidak-sehat-paling-banyak-terjadi-di-jakarta, diakses

pada tanggal 9 Maret 2018.

Pengertian persaingan dan contohnya,

http://artikelsiana.com/2015/06/pengertian- persaingan-competition-contoh.html,

diakses pada tangga 23 Mei 2018.