120
1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: RISTAROLAS TIOLENA H 041000303 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

keterlambatan diagnosis kanker payudara

  • Upload
    ahdir

  • View
    62

  • Download
    16

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cancer

Citation preview

Page 1: keterlambatan diagnosis kanker payudara

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER

PAYUDARA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008

SKRIPSI

Oleh:

RISTAROLAS TIOLENA H 041000303

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 2: keterlambatan diagnosis kanker payudara

2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER

PAYUDARA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

RISTAROLAS TIOLENA H 041000303

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 3: keterlambatan diagnosis kanker payudara

3

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER

PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

RISTAROLAS TIOLENA H.

041000303

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 09 Februari 2009 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I Dra. Syarifah, MS Drs.Tukiman, MKM

NIP. 131688345 NIP. 131918719

Penguji II Penguji III Drs. Eddy Syahrial, MS Drs. Alam Bakti Keloko, M. Kes NIP. 131674466 NIP. 131996172

Medan, Februari 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP. 131124053

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 4: keterlambatan diagnosis kanker payudara

4

ABSTRAK

Penatalaksanaan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, akan tetapi angka kematian dan angka kejadian kanker payudara masih tetap tinggi karena banyak penderita kanker payudara datang ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan ketika penyakitnya sudah parah atau pada stadium lanjut padahal ada SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI) untuk deteksi dini.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam (indepth interview) yang akan menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan. Informan dalam penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara yang dirawat inap dan datang pertama kali untuk mendapatkan pengobatan pada stadium III sebanyak 7 orang informan. Analisa data dilakukan dengan menggunakan EZ-TEXT dan disajikan dalam bentuk matriks.

Faktor predisposisi (predisposing factor) yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan yaitu pendidikan informan rendah dan informan tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara sehingga informan tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang penyakit kanker payudara sebelumnya. Sikap informan kurang berespon terhadap penyakitnya, namun ketika informan tahu penyakit kanker payudara informan setuju mendapatkan pengobatan. Masa inkubasi penyakit kanker payudara lama sehingga informan tidak tahu sudah menderita kanker payudara pada stadium III dan ketika informan memutuskan untuk berobat informan sudah terlambat untuk mendapatkan pengobatan. Faktor pemungkin (enabling factor) yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan yaitu fasilitas pengobatan di tempat pengobatan sebelumnya yang tidak lengkap sehingga informan harus dirujuk ke RSUP H.Adam Malik Medan. Faktor penguat (reinforcing factor) tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan karena ketiga komponen faktor ini baik keluarga, teman ataupun petugas kesehatan menguatkan informan untuk segera mengobati penyakitnya.. Diharapkan kepada dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang kanker payudara dan pentingnya melakukan SADARI kepada seluruh wanita yang berusia subur (cancer age) untuk menemukan kanker payudara sejak dini sehingga penderita dapat cepat mendapatkan pengobatan. Diharapkan kepada dinas kesehatan bekerja sama dengan yayasan kanker di Medan untuk memberikan penyuluhan tentang kanker payudara dan SADARI kepada wanita berusia subur (cancer age). Diharapkan kepada petugas kesehatan di RSUP H. Adam Malik Medan agar memberikan penyuluhan tentang kanker payudara dan SADARI kepada keluarga informan yang wanita.

Kata kunci : Faktor-faktor, Wanita Penderita Kanker Payudara, Keterlambatan

Pengobatan

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 5: keterlambatan diagnosis kanker payudara

5

ABSTRACT

The structure of cancer mamma had speedy progress, but the mortality rate an incidence rate of cancer mamma still high, because many victim woman of cancer mamma is coming to health treatment in serious condition or an advanced stage, but actually the case is cancer mamma be able detect by early detection or named Individual Inspection Mamma. This research is descriptive research with qualitative method use indepth interview which describe factors of influence delay medical treatment at the victim woman of cancer mamma. The informant in this research is the victim woman of cancer mamma. Number of informant is seven women. The informant is being treated and came in the first time to health treatment in third stadium. Analize data with EZ-TEXT and presented in the matrix. Predisposing factors which influence delay medical treatment of cancer mamma are informant education in the low rate, informant don’t have knowledge and experience about cancer mamma because informant don’t have family historic of cancer mamma. Informant’s attitude are not response enough about informant’s disease, but when the informant know about the disease informant agree to get treatment. The informant didn’t know had suffer cancer mamma in the third stadium cancer mamma because the period of the disease incubation have a long time. Enabling factors which influence delay medical treatment of cancer mamma are the medical treatment facilities not complete so the informant get the treatment in the Adam Malik Medan General Hospital Centre (RSUP H. Adam Malik Medan). Reinforcing factors are not influence delay medical treatment of cancer mamma because informant’s family, informant’s friend, and the helath official confirm the informant to get treatment. Health department give the information about cancer mamma and early detection for all women in the cancer age to find the cancer in early stadium so the victim get the treatment as fast as the inspection. Indonesian Cancer Foundation in Medan have a cooperation with health department to give information about cancer mamma and early detection for women in the cancer age. Health official in RSUP H. Adam Malik Medan give the information about cancer mamma and early detection for all women the victim’s family. Key word : factors, the victim woman of cancer mamma, delay medical treatment

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 6: keterlambatan diagnosis kanker payudara

6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ristarolas Tiolena H.

Tempat/Tanggal Lahir : Riau/18 Januari 1985

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Anggota keluarga : 6 (enam) orang

Anak ke : 1 (pertama) dari 4 (empat) orang bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Jamin Ginting Gang Pelita Jaya No. 19 P. Bulan

Riwayat Pendidikan :

1. SD Xaverius Imanuel Tanjung Enim tahun 1990-1996

2. SLTP Negeri 1 Tanjung Enim tahun 1996-1999

3. SMU Negeri 1 Muara Enim tahun 1999-2003

4. FKM USU tahun 2004-2009

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 7: keterlambatan diagnosis kanker payudara

7

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Pengesahan..................................................................................... i Abstrak ......................................................................................................... ii Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... iii Kata Pengantar .............................................................................................. iv Daftar Isi ........................................................................................................ vii Daftar Tabel .................................................................................................. x Daftar Matriks .............................................................................................. xi BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

1.2 Permasalahan ...................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 5 1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................... 5 1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 7 2.1 Perilaku ................................................................................ 7 2.1.1 Teori Perilaku ...................................................................... 7 2.1.2 TRA (The Theory of Reasoned Action) .............................. 7 2.2 Domain Perilaku ................................................................. 8 2.2.1 Pengetahuan (Knowledge) .................................................. 8 2.2.2 Sikap (Attitude) ................................................................... 10 2.2.3 Praktik/Tindakan (Practise) ................................................ 12 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ....................... 13 2.3.1 Pendidikan ........................................................................... 15 2.3.2 Status Perkawinan ............................................................... 15 2.2.3 Pekerjaan dan Jaminan Kesehatan ...................................... 15 2.3.4 Biaya Pengobatan .............................................................. 15 2.3.5 Rasa Takut .......................................................................... 15 2.3.6 Pengetahuan ........................................................................ 16 2.3.7 Sikap ................................................................................... 16 2.3.8 Kepercayaan terhadap Pengobatan ..................................... 16 2.3.9 Riwayat Keluarga ............................................................... 17 2.3.10 Fasilitas Pengobatan ........................................................... 17 2.3.11 Tempat Pengobatan Lain ................................................... 17 2.3.12 Jarak Tempat Pengobatan................................................... 17 2.3.13 Keluarga dan Teman ......................................................... 18 2.3.14 Petugas Kesehatan ............................................................ 18 2.4 Perilaku Kesehatan ........................................................... 19 2.4.1 Perilaku Sakit .................................................................... 20

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 8: keterlambatan diagnosis kanker payudara

8

2.4.2 Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan........................... 22 2.5 Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan ........................ 23 2.5.1 Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristic) . 23 2.5.2 Karakteristik Pendukung (Enabling Characteristic) ......... 24 2.5.3 Karakteristik Kebutuhan (Need Charateristic) ................. 24 2.6 Kanker Payudara ............................................................... 25 2.6.1 Definisi Kanker Payudara ................................................. 25 2.6.2 Penyebab Kanker Payudara .............................................. 25 2.6.3 Faktor Resiko Kanker payudara ........................................ 25 2.6.4 Gejala Kanker Payudara..................................................... 28 2.6.5 Stadium Kanker Payudara ................................................. 29 2.6.6 Ketahanan Hidup Lima Tahun ......................................... 32 2.6.7 Prevensi Kanker................................................................ . 33 2.7 Keterlambatan Pengobatan ............................................... 39 2.8 Kerangka Pikir Penelitian .................................................. 41

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................ 42 3.1 Jenis Penelitian .................................................................. 42 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 42 3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................... 42 3.2.2 Waktu Penelitian................................................................ 42 3.3 Proses Pemilihan Informan ............................................... 43 3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................... 45 3.5 Defenisi Operasional ......................................................... 46 3.6 Tekhnik Pengolahan Dan Analisa Data ............................. 48

BAB 4 HASIL PENELITIAN................................................................... 49 4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan .................................................................... 49 4.2 Gambaran Pengobatan Kanker Payudara diRSUP H. Adam Malik Medan .................................................................... 50 4.3 Karakteristik Informan ...................................................... 51 4.4 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)........................ 52 4.4.1 Biaya Pengobatan Informan .............................................. 52 4.4.2 Rasa Takut Informan......................................................... 53 4.4.3 Pengetahuan Informan ...................................................... 54 4.4.4 Sikap Informan .................................................................. 55 4.4.5 Kepercayaan Informan ...................................................... 56 4.4.6 Riwayat Keluarga Informan.............................................. 57 4.5. Faktor Pemungkin (Enabling Factor) ............................. 58 4.5.1 Fasilitas Pengobatan ......................................................... 58 4.5.2 Tempat Pengobatan Lain................................................... 59 4.5.3 Jarak Tempat Pengobatan.................................................. 60 4.6 Faktor Penguat (Reinforcing Factor) ................................ 61 4.6.1 Keluarga ............................................................................ 61 4.6.2 Teman................................................................................. 63

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 9: keterlambatan diagnosis kanker payudara

9

4.6.3 Petugas Kesehatan ............................................................. 64 4.7 Keterlambatan Pengobatan................................................. 65

BAB 5 PEMBAHASAN ............................................................................ 68 5.1 Karakteristik Informan ....................................................... 68 5.2 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor).......................... 68 5.2.1 Pendidikan ........................................................................... 68 5.2.2 Status Perkawinan ............................................................... 69 5.2.3 Pekerjaan dan Jaminan Kesehatan ..................................... 70 5.2.4 Biaya Pengobatan ............................................................... 71 5.2.5 Rasa Takut .......................................................................... 72 5.2.6 Pengetahuan......................................................................... 74 5.2.7 Sikap ................................................................................. 79 5.2.8 Kepercayaan Terhadap Pengobatan ................................. 81 5.2.9 Riwayat Keluarga ............................................................... 83 5.3 Faktor Pemungkin (Enabling Factor) ................................. 85 5.3.1 Fasilitas Pengobatan ........................................................... 85 5.3.2 Tempat Pengobatan Lain..................................................... 87 5.3.3 Jarak Tempat Pengobatan ................................................... 89 5.4 Faktor Penguat (Reinforcing Factor) .................................. 90 5.4.1 Keluarga .............................................................................. 90 5.4.2 Teman.................................................................................. 93 5.4.3 Petugas Kesehatan .............................................................. 95 5.4 Keterlambatan Pengobatan.................................................. 96

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 102 6.1 Kesimpulan ........................................................................ 102 6.2 Saran .................................................................................. 103

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Pedoman Wawancara Print Out Komputer Program EZ-Text versi 3.06. Surat Izin Penelitian dari FKM USU Surat Selesai Penelitian dari RSUP H. Adam Malik Medan

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 10: keterlambatan diagnosis kanker payudara

10

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Klasifikasi Stadium Kanker Payudara……………………………….... 31 Tabel 4.1 Karakteristik Informan……………………………………….…….…. 52

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 11: keterlambatan diagnosis kanker payudara

11

DAFTAR MATRIKS

Hal

Matriks 4.1 Rasa Takut Informan Terhadap Penyakit Kanker Payudara dan Pengobatannya…………………………………………………… 53

Matriks 4.2 Pengetahuan Informan Tentang Kanker Payudara………………… 54 Matriks 4.3 Sikap Informan Terhadap Kanker Payudara dan Pengobatannya 55 Matriks 4.4 Kepercayaan Informan Terhadap Kesembuhan Pengobatan Kanker

Payudara oleh Dokter……………………………………………… 56 Matriks 4.5 Riwayat Kanker Payudara pada Keluarga Informan………………. 57 Matriks 4.6 Fasilitas Pengobatan di Tempat Pengobatan Sebelumnya………… 58 Matriks 4.7 Tempat Pengobatan Lain…………………………………..……… 59 Matriks 4.8 Jarak Tempat Pengobatan………………………………………… 60 Matriks 4.9 Pengaruh dan Dukungan Keluarga Informan Terhadap Pengobatan

Kanker Payudara…………………………………………………… 61 Matriks 4.10 Pengaruh dan Dukungan Teman Informan Terhadap Pengobatan Kanker Payudara……………………………………………………62 Matriks 4.11 Petugas Kesehatan………………………………………..……….. 64 Matriks 4.12 Riwayat Penyakit Kanker Payudara Informan…………………….. 65

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 12: keterlambatan diagnosis kanker payudara

12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala

kasih dan kuasa-Nya dalam hidup penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada

wanita penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008”.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada orangtua penulis

yaitu D. Hutagalung, SE dan N. Simanjuntak yang telah menjadi inspirasi dan telah

banyak memberikan dukungan dan motivasi baik materiil maupun moril dengan kasih

yang tulus dan tiada pernah habis dalam hidup penulis.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, baik secara materiil maupun moril. Untuk itu penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu dr. Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku Kepala Departemen Pendidikan Kesehatan

dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan

waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam

pembuatan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Syarifah, MS, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, saran, dan

petunjuk dalam pembuatan skripsi ini.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 13: keterlambatan diagnosis kanker payudara

13

4. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Penguji I yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan saran dan kritik yang berguna untuk

kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, MKes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan saran dan kritik yang berguna untuk

kesempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, serta Bang Hendro

yang telah banyak membantu penulis.

7. Ibu Prof. Dr. Ida Yustina, MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang

telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk selama penulis

mengikuti perkuliahan di FKM USU.

8. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah mengizinkan peneliti untuk

mengadakan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan.

9. dr Kamal dan Kak Evi yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membantu

penulis serta seluruh perawat dan dokter di Rindu B 2 yang telah membantu

penelitian ini. Seluruh informan, yang telah memberikan waktu dan pikiran, tanpa

kalian skripsi ini tidak akan selesai.

10. Adek-adekkku, Finsensia Septiani Geovanni Hutagalung, Jonathan Ernesto

Hutagalung, dan Debora Agustina Hutagalung yang telah menjadi inspirasi dan

telah banyak memberikan dukungan, semangat serta doa bagi penulis.

11. Keluarga besar Op. Rista Simorangkir, dan Op. Lina Panjaitan yang telah

memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 14: keterlambatan diagnosis kanker payudara

14

12. K’Asnah, K’Helen dan B’David yang telah memberikan dukungan, semangat

serta doa-doa pada penulis serta adek-adek kelompok, Dede, Erika, Nova dan

Reta yang telah menjadi inspirasi dan telah memberikan motivasi, dukungan serta

doa pada penulis.

13. Sahabat-sahabatku, Adiyanto, Alfian, Atun, Dini, Efran, Elfrida, Elin, Encep,

Febriyanti, Frisca, Ichwan, Jannie, Nova, Sri, Yuliantari, dan Yuna atas

kebersamaan selama ini juga atas semangat dan dorongan kepada penulis.

14. Sahabat-sahabatku, Amelia, Berliana, Christina (Elektro’05), Deci Cimbolon,

Endang, Erlyn, Hans, Lala, Lamria, Maya, Olis, Ria Ok, Renova, Rugun,

Sumisan, dan Velma yang tiada lelah memberikan dukungan, motivasi, serta

semangat pada penulis.

15. Angel, Conti, K’Hasnah, K’Heny, K’Jamileh, K’Pida, Sherly, dan Vutri serta

seluruh teman-teman peminatan PKIP yang tak dapat disebutkan satu persatu,

untuk kebersamaan kita yang singkat dan dukungan serta semangat kepada

penulis.

16. Teman-teman stambuk 2004, khususnya Aina, Andry, Belina, Bona, Dame,

Gifani, Ica, Indah, Indri, Iwan, Jay, Juminah, Lastiar, Martalena, Nerida, Rendita,

Rospida, Tina, Veni atas dukungan, perhatian dan semangat yang diberikan

kepada penulis.

17. Kakak dan abang staff LPMI serta teman-teman di LPMI CMSI USU, Mas

Christian, K’Eva, K’Risma, Rian, Atik, Christian, Defita, K’Ferna, Herlin, Iswan,

Jupiter, Lamhot, Lilis, Lisa, Mince, Ruci, Santi, B’Wesli dan Yeni atas

kebersamaan serta doa-doa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 15: keterlambatan diagnosis kanker payudara

15

18. Teman-teman 1 kost, K’Siti, Neli, Meli, Ani, dan yang lainnya atas dukungan dan

motivasi yang diberikan pada penulis.

Penulis menyadari skripsi ini belum sempurna, penulis minta maaf atas kesalahan

dalam penulisan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2008

Penulis

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 16: keterlambatan diagnosis kanker payudara

16

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tidak menular mengalami peningkatan karena perubahan gaya hidup

masyarakat seperti pola konsumsi yang lebih mementingkan makanan berlemak, kurang

serat, maupun yang diproses (seperti diawetkan, diasinkan dan diasap). Kanker adalah

salah satu penyakit tidak menular yang bisa menyerang jaringan dalam berbagai organ

tubuh, termasuk organ reproduksi wanita yang terdiri dari payudara, rahim, indung telur

dan vagina (Mardiana, 2004).

Kanker payudara adalah salah satu penyakit yang paling banyak ditakuti oleh

wanita karena kanker payudara banyak menyerang wanita (Dalimartha, 2004).

Menurut Sutjipto (2006), kanker payudara adalah penyakit yang bersifat ganas akibat

tumbuhnya sel kanker yang berasal dari sel-sel normal di payudara bisa berasal dari

kelenjar susu, saluran susu, atau jaringan penunjang seperti lemak dan saraf.

Berdasarkan data dari IARC (International Agency for Research on Cancer), pada

tahun 2002 kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada

perempuan (insidens rate 38 per 100.000 perempuan) dengan kasus baru sebesar 22,7%

dan jumlah kematian 14% per tahun dari seluruh kanker pada perempuan di dunia (Pusat

Komunikasi Publik Setjen Depkes, 2008 ).

The American Cancer Society memperkirakan 211.240 wanita di Amerika Serikat

akan didiagnosis menderita kanker payudara (stadium I-IV) dan 40.140 orang akan

meninggal pada tahun 2005. Selanjutnya, Canadian Cancer Society memperkirakan

penderita kanker payudara pada tahun 2005 di Kanada akan mencapai 21.600 wanita dan

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 17: keterlambatan diagnosis kanker payudara

17

5.300 orang akan meninggal dunia. Sementara itu, berdasarkan data dari Australian

Institute of Health and Welfar menunjukkan jumlah penderita kanker payudara di

Australia pada tahun 2001 sebanyak 11.791 wanita dan jumlah yang meninggal sebanyak

2.594 orang (Kusminarto, 2005).

Insiden kanker di Indonesia masih belum diketahui secara pasti karena belum ada

registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan, tetapi IARC (International Agency

for Research on Cancer) memperkirakan insidens kanker payudara di Indonesia pada

tahun 2002 sebesar 26 per 100.000 perempuan (Kusminarto, 2005).

Penatalaksanaan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat pesat,

akan tetapi angka kematian dan angka kejadian kanker payudara masih tetap tinggi

karena penderita ditemukan pada stadium lanjut. Kanker payudara akan mendapat

penanganan yang secepatnya dan akan memberikan harapan kesembuhan serta harapan

hidup yang lebih baik apabila kanker payudara dideteksi sejak dini (Supit, 2002).

Tambunan (1995) dalam Widiyanto (1999) juga menyatakan bahwa kesembuhan akan

semakin tinggi jika kanker payudara ditemukan dalam stadium dini yang biasanya masih

berukuran kecil.

Kanker payudara dapat ditemukan pada stadium dini dengan cara deteksi dini.

Menurut Soebroto, Ahmad Ghozali, dan Evi Yuliati (2001), satu-satunya cara deteksi

dini kanker payudara yang murah, namun praktis dan akurat adalah pemerikSAan

payuDAra sendiRI (SADARI).

Hasil penelitian para ahli yang dikutip oleh Widiyanto (1999) menunjukkan

kanker payudara ditemukan secara tidak sengaja oleh penderita, seperti penelitian Long

(1989) yang menyebutkan sekitar 90% kanker payudara ditemukan dengan SADARI

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 18: keterlambatan diagnosis kanker payudara

18

(pemerikSAan payuDAra sendiRI). Demikian juga, Soelarto (1995) dalam penelitiannya

menyebutkan kurang lebih 85% tumor ditemukan oleh penderita sendiri secara tidak

sengaja. Dengan demikian, menurut Reksoprojo (1995), akan sangat besar artinya bila

SADARI lebih digalakkan terhadap kaum wanita terutama yang lebih dari 30 tahun

(Cancer Age) sehingga diharapkan akan banyak dijaring kasus kanker secara dini

(Widiyanto, 1999).

Menurut Muklis dalam Widiyanto (1999), di negara maju kesadaran masyarakat

untuk melakukan SADARI cukup tinggi sehingga kasus baru telah dapat diketahui sejak

dini, sementara di Indonesia lebih kurang 65% masyarakat datang ke dokter pada stadium

lanjut.

Masyarakat yang mendapat penyakit datang ke pusat pelayanan kesehatan sudah

dalam stadium lanjut dikarenakan mereka tidak merasakan sakit (disease but not illness).

Masyarakat belum menjadikan kesehatan prioritas di dalam hidupnya sehingga

masyarakat lebih memilih memprioritaskan tugas-tugas yang lebih penting daripada

mengobati sakitnya karena kondisi sakit itu dianggap tidak akan mengganggu kegiatan

atau tugasnya sehari-hari. Perilaku atau usaha untuk mengobati penyakitnya sendiri baru

akan timbul apabila mereka diserang penyakit dan merasakan sakit. Mereka mengobati

penyakitnya berdasarkan pengalamannya dengan obat-obatan dari warung atau memilih

pengobatan tradisional (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Tambunan, Joko S. Loekito, dan Soekimin (1992), pada kanker payudara

perasaan sakit jarang terjadi dan baru muncul pada tingkat pertumbuhan yang lanjut.

Penderita kanker payudara merasa tidak perlu pergi berobat karena keluhan sakit tidak

ada sehingga tumor dibiarkan tumbuh tanpa menyadari bahaya yang akan terjadi. Banyak

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 19: keterlambatan diagnosis kanker payudara

19

penderita kanker payudara datang ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan

pengobatan ketika penyakitnya sudah parah atau pada stadium lanjut karena penderita

kanker payudara sering tidak menyadari atau merasakan secara jelas gejala permulaan

kanker atau bahkan mengabaikannya karena dianggap tidak mengganggu aktivitas atau

tugas sehari-hari.

Hasil penelitian Purba (2004) di RS St. Elisabeth Medan menunjukkan tingginya

persentase penderita yang datang pertama kali untuk berobat pada stadium III yaitu

sebesar 30,3% dan jumlah yang meninggal dunia sebanyak 4 orang dari 109 orang

penderita yang dirawat inap pada tahun 2000-2002. Demikian juga, penelitian Nurlela

(2005) di RS Haji Medan menunjukkan tingginya persentase penderita yang datang

pertama kali untuk berobat pada stadium III yaitu sebesar 47,1% dan jumlah yang

meninggal dunia sebanyak 8 orang dari 109 orang penderita yang dirawat inap pada

tahun 2000-2004.

RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat) H. Adam Malik Medan adalah rumah sakit

kelas A dan pusat rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi propinsi

Sumatera Utara, NAD, Sumatera Barat dan Riau sehingga banyak penderita kanker

payudara yang berobat ke rumah sakit ini. Berdasarkan hasil penelitian Sitopu (2004) di

RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan tingginya persentase penderita yang datang

pertama kali untuk berobat pada pada stadium III sebesar 42,6% dan jumlah yang

meninggal dunia sebanyak 9 orang dari 143 orang penderita yang dirawat inap pada

tahun 1998-2002. Demikian juga, berdasarkan hasil survei pendahuluan dari rekam

medik RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan tingginya persentase penderita yang

datang pertama kali untuk berobat pada stadium III yaitu sebesar 62,4% dan jumlah yang

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 20: keterlambatan diagnosis kanker payudara

20

meninggal dunia sebanyak 4 orang dari 109 orang penderita yang dirawat inap pada

bulan Januari-Juli tahun 2008. Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu penelitian untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita

penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai

berikut faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita

penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan

pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. untuk mengetahui faktor predisposisi (predisposing factor) yang mempengaruhi

keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H.

Adam Malik Medan.

2. untuk mengetahui faktor pemungkin (enabling factor) yang mempengaruhi

keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H.

Adam Malik Medan.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 21: keterlambatan diagnosis kanker payudara

21

3. untuk mengetahui faktor penguat (reinforcing factor) yang mempengaruhi

keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H.

Adam Malik Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi dinas kesehatan sehingga dapat melakukan intervensi

agar tidak terjadi keterlambatan pengobatan kanker payudara pada wanita.

2. Sebagai informasi bagi Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Medan sehingga

dapat melakukan intervensi agar tidak terjadi keterlambatan pengobatan kanker

payudara.

3. sebagai bahan informasi bagi RSUP H. Adam Malik Medan untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan.

4. sebagai sarana penambah pengetahuan penulis tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi keterlambatan pengobatan kanker payudara.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 22: keterlambatan diagnosis kanker payudara

22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Teori Perilaku

1. Notoatmodjo (2007) mengartikan perilaku dari segi biologis yaitu suatu

kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup yang bersangkutan).

2. Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau perilaku seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar).

3. Glanz (1988) menyatakan perilaku itu dipandang sebagai sesuatu yang dipengaruhi

oleh dan sedang dipengaruhi oleh tingkatan-tingkatan yang berkelanjutan dari pengaruh

yaitu faktor dalam diri seseorang atau individu, faktor antara seseorang dengan yang

lainnya, faktor institusi/organisasi, faktor masyarakat dan faktor kebijakan publik.

4. Menurut Stokols (1997) perilaku keduanya pengaruh dan dipengaruhi oleh

lingkungan sosial (Glanz, 2002).

5. Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi

manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap

dan tindakan (Sarwono, 1997).

2.1.2 TRA (The Theory of Reasoned Action)

Teori yang juga dikenal dengan Behavioral Intention Theory dari Ajzen dan

Fishbein (1980) menghubungkan keyakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak/intensi

(intention), dan perilaku . Intensi merupakan prediktor terbaik dari perilaku. Jika ingin

menggambarkan apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik untuk meramalkannya

adalah mengetahui intensi orang tersebut. Intensi ditentukan oleh sikap dan norma

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 23: keterlambatan diagnosis kanker payudara

23

subjektif. Komponen pertama mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini

merupakan hasil dari pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut (outcomes of

the behavior). Komponen kedua mencerminkan dampak-dampak dari norma subyektif (

Smet, 1994).

2.2 Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain,

ranah atau kawasan yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotorik

(psychomotorik). Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan

kesehatan yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik/tindakan

(practice) (Notoatmodjo, 2007).

2.2.1 Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2007).

Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam kognitif

memiliki 6 tingkatan yaitu:

1. tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

diterima. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 24: keterlambatan diagnosis kanker payudara

24

2. memahami (comphrehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3. aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

5. sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi yang ada.

6. evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu

kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 25: keterlambatan diagnosis kanker payudara

25

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden

(Notoatmodjo, 2007).

2.2.2 Sikap (Attitude)

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan suatu objek. Newcomb dalam

Notoatmodjo (2007) menyatakan sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

a) Komponen Sikap

Allport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap

ini mempunyai 3 komponen pokok yaitu:

• Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek

• Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

• Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude).

b) Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu:

1. menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 26: keterlambatan diagnosis kanker payudara

26

2. merespon (responding)

Merespon diartikan memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap. Karena

dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas

yang diberikan, terlepas dari pekerjaaan itu benar atau salah, adalah berarti

bahwa orang menerima ide tersebut.

3. menghargai (valuing)

Mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi

sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang mengajak ibu lain untuk

pergi menimbangkan anaknya ke posyandu.

4. bertanggungjawab (responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap

suatu objek (Notoatmodjo, 2007).

2.2.3 Praktik atau Tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor

fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007).

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 27: keterlambatan diagnosis kanker payudara

27

Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan memiliki 4 tingkatan dari yaitu:

1) persepsi (perception)

Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil.

2) respon terpimpin (guided response)

Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan

yang benar dan sesuai dengan contoh.

3) mekanisme (mechanism)

Mekanisme adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu melakukan

sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan

kebiasaan.

4) adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi

kebenaran dari tindakan tersebut.

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung dan langsung. Secara

langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan beberapa

jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran secara langsung dengan

mengobservasi tindakan atau kegiatan responden Notoatmodjo (2007) .

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 28: keterlambatan diagnosis kanker payudara

28

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Green (1980), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu:

a. faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, nilai, dan persepsi berkenaan

dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak. Dalam arti umum,

kita dapat mengatakan faktor predisposisi sebagai preferensi “pribadi” yang

dibawa seseorang atau kelompok. Preferensi ini mungkin mendukung atau

menghambat perilaku sehat; dalam setiap kasus, faktor ini mempunyai

pengaruh. Meskipun berbagai faktor demografis seperti status sosial ekonomi,

umur, jenis kelamin, dan ukuran keluarga juga penting sebagai faktor

predisposisi.

b. faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber yang perlu

untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas

pelayanan kesehatan, personalia, sekolah, klinik atau sumber daya serupa itu.

Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya.

Biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka, dan lain sebagainya

merupakan faktor pemungkin dalam arti ini.

c. faktor penguat (reinforcing factor)

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan

memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku

tokoh masyarakat (toma), sikap dan perilaku para petugas termasuk para

petugas kesehatan. Termasuk juga di sini adalah undang-undang, peraturan-

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 29: keterlambatan diagnosis kanker payudara

29

peraturan, baik pusat maupun daerah, yang terkait dengan kesehatan.Untuk

berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan

dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku

contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas

terutama petugas kesehatan dan diperlukan juga undang-undang kesehatan

untuk memperkuat perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2002).

2.3.1 Pendidikan

Dalam model-model struktur sosial dijelaskan bahwa individu-individu yang

berbeda suku bangsa, pekerjaan, atau tingkat pendidikan mempunyai kecendrungan yang

tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka (Smet, 1994).

2.3.2 Status Perkawinan

Menurut Clark (1959) dalam Sarwono (1997), seorang pasien tidaklah bebas

untuk membuat keputusan yang segera dan menentukan mengenai kesehatannya sendiri .

Ia tidak bertindak sebagai individu tetapi sebagai anggota keluarga.

2.3.3 Pekerjaan dan Jaminan Kesehatan

Mechanic dalam Sarwono (1997) menyatakan bahwa perilaku sakit erat

hubungannya dengan dengan konsep diri, penghayatan situasi yang dihadapi, dan

pengaruh birokrasi (karyawan yang mendapat jaminan perawatan kesehatan yang baik

akan cenderung merasa lebih cepat sakit daripada mereka yang cenderung akan

kehilangan nafkah hariannya jika tidak masuk karena sakit).

2.3.4 Biaya Pengobatan

Taylor (1999) menyatakan salah satu faktor yang menyebabkan penundaan

pengobatan adalah biaya pengobatan yang dirasakan terutama untuk orang-orang miskin.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 30: keterlambatan diagnosis kanker payudara

30

Mereka akan menganggap gejala penyakit yang dideritanya tidak serius sebagai alasan

mahalnya biaya pengobatan (Smet, 1994).

2.3.5 Rasa takut

Menurut Blackwell (1963) dalam Muzaham (1995), menyatakan bahwa banyak

pula orang yang memandang gejala penyakitnya harus ditangani dokter, namun tidak

melakukannya, boleh jadi karena takut mendengar keterangan dokter. Mitchell dalam

Hawari (2004) menyatakan salah satu faktor yang menghambat datangnya pasien untuk

berobat adalah karena rasa takut bahwa ia menderita kanker , takut dioperasi, dan rasa

takut berlebihan dalam hubungan emosional dengan suaminya.

2.3.6 Pengetahuan

Sarwono (1997) menyatakan kadang-kadang orang tidak pergi berobat atau

menggunakan sarana kesehatan karena dia merasa tidak mengidap penyakit. Menurut

Green dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan menjadi salah satu faktor predisposisi

yang mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat terhadap kesehatan. Menurut

Hawari (2004) ketidaktahuan/ignorancy menjadi salah satu faktor yang menyebabkan

keterlambatan pengobatan kanker payudara.

2.3.7 Sikap

David dalam Muzaham (1995) menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa

beberapa penderita gejala penyakit yang cukup berat namun tidak meminta pertolongan

dokter ialah karena mereka dapat bertoleransi pada rasa sakit dan meragukan bahwa rasa

sakit itu akan membawa akibat negatif bagi kehidupannya.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 31: keterlambatan diagnosis kanker payudara

31

2.3.8 Kepercayaan terhadap pengobatan

J. Young (1980) dalam Muzaham (1995) menyatakan kepercayaaan (faith)

terhadap keberhasilan dari pilihan pengobatan (terutama pengobatan tradisional) menjadi

salah satu unsur dari 4 unsur utama dalam pengambilan keputusan pilihan berobat.

2.3.9 Riwayat Keluarga

David dalam Muzaham (1995) menyatakan bahwa nilai dari suatu tindakan yang

berkaitan dengan upaya menangani gejala penyakit bersumber dari pengalaman

seseorang selaku kelompok sosial. Jika dalam keluarga pernah menderita kanker

payudara dapat menjadi pengalaman bagi si sakit sehingga menjadi pertimbangan dalam

memilih untuk mengobati penyakitnya atau tidak.

2.3.10 Fasilitas Pengobatan

Menurut J.Young (1980) dalam Muzaham (1995), fasilitas pengobatan menjadi

salah satu unsur dalam pengambilan keputusan pengobatan dalam model perilaku pilihan

berobat.

2.3.11 Tempat Pengobatan Lain

Menurut penelitian para ahli (seperti Jordaan, 1985; Sarwono, 1992; dan Slamet-

Velsink, 1992) dalam Sarwono, di negara-negara seperti Indonesia penderita pergi

berobat ke dukun atau ahli-ahli pengobatan tradisional lainnya sebelum mereka datang

ke petugas kesehata€n. Para ahli (Jefferys, Brotherstone, dan Cartwright, 1960) dalam

Muzaham (1995) menemukan bahwa orang cenderung mengobati sendiri dan sekaligus

berobat ke dokter.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 32: keterlambatan diagnosis kanker payudara

32

2.3.12 Jarak Tempat Pengobatan

Andersen dalam Muzaham (1995) menyatakan bahwa lamanya waktu yang

digunakan untuk mencapai fasilitas pelayanan mempengaruhi individu dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan.

2.3.13 Keluarga dan Teman

Menurut Geertsen (1988) dan Sarafino (1990), sektor awam yang terdiri dari

keluarga, teman, dan tetangga mungkin bisa membantu individu menafsirkan sebuah

gejala, memberi nasehat mengenai bagaimana mencari bantuan medis, menyarankan cara

penyembuhan, atau memberi saran untuk berkonsultasi dengan orang lain (Smet, 1994).

Freidson (1961) dalam Muzaham (1995) menemukan bahwa teman dan anggota keluarga

menjadi orang yang pertama diminta nasehatnya berkaitan dengan penyakitnya. David

dalam Muzaham (1995) menyatakan bahwa masing-masing kelompok sosial memiliki

nilai dan norma mengenali gejala penyakit berikut tindakan yang dianggap cocok untuk

dijalankan.

2.3.14 Petugas Kesehatan

Kleinman menyatakan para profesional kesehatan yang terdiri dari organisasi-

organisasi profesi di bidang penyembuhan yang resmi dan ada sanksinya seperti dokter,

perawat, bidan, dan psikolog mempengaruhi seseorang dalam perawatan kesehatan

(Smet, 1994). Suchman dalam Muzaham (1995) menyatakan faktor kualitas komunikasi

dokter-pasien mempengaruhi tindakan yang seharusnya dilakukan dalam pengobatan.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 33: keterlambatan diagnosis kanker payudara

33

2.4 Perilaku Kesehatan

Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi tentang perilaku

kesehatan yang terdiri dari:

1. perilaku hidup sehat

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang

mencakup antara lain:

• makan dengan menu seimbang (appropriate diet)

• olahraga teratur

• tidak merokok

• tidak minum minuman keras dan narkoba

• istirahat yang cukup

• mengendalikan stress

• perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak

berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.

2. perilaku sakit (illness behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,

persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang: gejala dan penyebab penyakit,

dan sebagainya.

3. perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit, yang

harus diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain (terutama

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 34: keterlambatan diagnosis kanker payudara

34

keluarganya). Perilaku ini disebut perilaku peran sakit (the sick role) yang

meliputi:

• tindakan untuk memperoleh kesembuhan

• mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit

yang layak

• mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh

pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit

(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada

dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain,

dan sebagainya).

2.4.1 Perilaku sakit

Menurut Suchman dalam Sarwono (1997), ada lima macam reaksi dalam mencari

proses pengobatan laku sakit yaitu:

• Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical

care untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya adalah

untuk mencari dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai

harapan.

• Fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan

pada lokasi yang sama.

• Procastination atau proses penundaan pencarian pengobatan sewaktu

gejala sakit dirasakan.

• Self medication atau mengobati sendiri dengan berbagai ramuan atau

membelinya di warung obat.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 35: keterlambatan diagnosis kanker payudara

35

• Discontuinity atau proses tidak melanjutkan (menghentikan pengobatan.

Tahap-tahap pembuatan keputusan

Suchman dalam Notoatmodjo (2007) membagi 5 tahap kejadian yang

menganalisis bagaimana proses seseorang di dalam membuat keputusan sehubungan

dengan pencarian atau pemecahann masalah perawatan kesehatannya yaitu:

• Tahap pengalaman/pengenalan gejala (the sympton experience).

Pada tahap ini individu membuat keputusan bahwa di dalam dirinya ada

suatu gejala penyakit, yang didasarkan pada adanya rasa ketidakenakan

pada badannya, yang dirasakan sebagai ancaman bagi hidupnya.

• Tahap asumsi peran sakit (the assumption of sick role)

Pada tahap ini individu membuat keputusan bahwa ia sakit dan

memerlukan dan memerlukan pengobatan, ia mencari informasi dan

pengakuan dari anggota keluarga yang lain, tetangga atau rekan kerja.

• Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan (the medical care contact)

Pada tahap ini individu mulai berhubungan dengan fasilitas/pelayanan

kesehatan, sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, informasi yang ada

pada dirinya tentang jenis-jenis pelayanan kesehatan.

• Tahap ketergantungan pasien (the dependent patient stage)

Pada tahap ini individu memutuskan bahwa dirinya, karena perbuatannya

sebagai pasien, maka untuk kembali sehat harus tergantung dan pasrah

kepada fasilitas pengobatan.

• Tahap penyembuhan atau rehabilitasi (the recovery of rehabilitation)

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 36: keterlambatan diagnosis kanker payudara

36

Pada tahap ini pasien atau individu memutuskan untuk melepaskan diri

dari peran pasien. Ini ada 2 kemungkinan yaitu : pertama karena ia pulih

kembali sebelum sakit, dan kedua karena ia menjadi cacat.

2.4.2 Perilaku pencarian pelayanan kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007), respon seseorang apabila sakit adalah sebagai

berikut:

• Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no

action) karena kesehatan belum menjadi prioritas hidupnya, fasilitas

pengobatan yang letaknya jauh atau karena petugas kesehatan tidak

simpatik.

• Kedua, tindakan mengobati sendiri (self treatment) karena percaya pada

diri sendiri dan berdasar pada pengalaman yang lalu usaha pengobatan

sendiri sudah mendatangkan kesembuhan.

• Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional

(traditional remedy)

• Keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung obat

dan sejenisnya termasuk ke tukang-tukang jamu.

• Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang

diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta.

• Keenam, mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang

diselenggarakan oleh dokter praktik (private medicine).

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 37: keterlambatan diagnosis kanker payudara

37

2.5 Model penggunaan pelayanan kesehatan

Salah satu model penggunaan pelayanan kesehatan adalah model sistem

kesehatan (health system model). Anderson dalam Notoatmodjo (2007) menggambarkan

model sistem kesehatan berupa model kepercayaan kesehatan yang terdiri dari 3 kategori

utama dalam pelayanan kesehatan yaitu karakteristik predisposisi (predisposing

characteristics), karakteristik pendukung (enabling characteristic), dan karakteristik

kebutuhan (need characteristic)

2.5.1 Karakteristik predisposisi (predisposing characteristics)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu

mempunyai kecendrungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda.

Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan pada 3 kelompok

yaitu:

1. ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur.

2. struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras,

dan sebagainya.

3. manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan

dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

Anderson percaya bahwa:

• setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karakteristik, perbedaan

tipe dan frekuensi penyakit, dan perbedaan pola penggunaan pelayanan

kesehatan.

• setiap individu mempunyai perbedaan struktur sosial, perbedaan gaya hidup,

pola penggunaan pelayanan kesehatan.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 38: keterlambatan diagnosis kanker payudara

38

• individu percaya adanya kemujuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan.

2.5.2 Karakteristik pendukung (enabling characteristic)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk

menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan bertindak untuk menggunakannya,

kecuali bila ia mampu menggunakannya tergantung dari kemampuannya untuk

membayar.

2.5.3 Karakteristik kebutuhan (need characteristic)

Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan mencari pengobatan dapat

terwujud di dalam tindakan apabila dirasakan sebagai kebutuhan.

2.6 Kanker Payudara

2.6.1 Definisi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah kanker yang menyerang jaringan payudara . Kanker

payudara tidak menyerang kulit payudara yang berfungsi sebagai pembungkus. Kanker

payudara menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah bentuk menjadi abnormal dan

bertambah banyak secara tidak terkendali (Mardiana, 2004).

Menurut Sutjipto, kanker payudara adalah penyakit yang bersifat ganas akibat

tumbuhnya sel kanker yang berasal dari sel-sel normal di payudara bisa berasal dari

kelenjar susu, saluran susu, atau jaringan penunjang seperti lemak dan saraf (Kurniawan,

2006).

2.6.2 Penyebab Kanker Payudara

Soetrisno (1988) dalam Pane (2002) menyatkan penyebab kanker payudara belum

diketahui secara pasti. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 39: keterlambatan diagnosis kanker payudara

39

faktor yang terkait satu dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai

pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan

faktor lain yang bersifat eksogen.

2.6.3 Faktor Resiko Kanker Payudara

Menurut Dalimartha (2004), ada beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan

terjadinya kanker payudara yaitu:

a. Riwayat keluarga

Beberapa riwayat keluarga yang dianjurkan untuk pemeriksaan deteksi dini

yaitu ibu atau saudara perempuan terkena kanker payudara atau kanker yang

berhubungan dari ibu atau ayah, terkena kanker ovarium, kanker kolorektal,

kanker prostate, tumor otak, leukemia, dan sarkoma. Hasil penelitian dari

T.M. Simanjuntak (1977) dalam Tjindarbumi (2002) menunjukkan bahwa

wanita yang memilki riwayat keluarga ada yang menderita kaker payudara

seperti pada ibu, saudara perempuan, atau adik/kakak memiliki resiko terkena

kanker payudara 2 hingga 3 kali lebih tinggi.

b. Hormon

Faktor hormon adalah faktor yang banyak berpengaruh pada timbulnya kanker

payudara seperti mendapat haid pertama (menarche) sebelum umur 10 tahun,

mati haid (menopause) setelah umur 55 tahun, tidak menikah atau tidak

pernah melahirkan anak, melahirkan anak setelah umur 35 tahun dan tidak

pernah menyusui anak. Hasil penelitian dari Simanjuntak (1977) dalam

Tjindarbumi (2002) menunjukkan bahwa wanita yang mengalami menstruasi

(menarche) pada usia < 12 tahun memiliki resiko terkena kanker payudara 1,7

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 40: keterlambatan diagnosis kanker payudara

40

hingga 3,4 kali lebih tinggi daripada wanita yang mengalami menstruasi pada

usia normal yaitu > 12 tahun dan pada wanita yang mengalami menopause

terlambat yaitu > 55 tahun memiliki resiko terkena kanker payudara 2,5

hingga 5 kali lebih tinggi. Pada wanita yang tidak kawin memiliki resiko

terkena kanker payudara 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang kawin dan

mempunyai anak . Wanita yang melahirkan anak pertama setelah usia 35

tahun memiliki resiko terkena kanker payudara 2 kali lebih besar.

c. Umur

Wanita berumur > 30 tahun, mempunyai kemungkinan lebih besar mendapat

kanker payudara dan kemungkinan tersebut bertambah setelah menopause.

d. Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma/benturan, operasi payudara

akibat tumor jinak atau tumor ganas kontralateral. Hasil penelitian dari T.M.

Simanjuntak (1977) dalam Tjindarbumi (2002) menunjukkan bahwa wanita

yang pernah mengalami infeksi, trauma, atau tumor jinak payudara, memiliki

resiko terkena kanker payudara 3 hingga 9 kali lebih besar sedangkan wanita

dengan kanker payudara kontralateral, memiliki resiko terkena kanker

payudara 3 hingga 9 kali lebih besar.

e. Wanita yang pernah menggunakan obat hormonal yang lama seperti terapi

suluh hormone atau Hormonal Replacement Therapy (HRT), dan pengobatan

kemandulan (infertilitas).

f. Wanita yang memakai kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak

seperti kelainan fibrokistik. Hasil penelitian dari T.M. Simanjuntak (1977)

dalam Tjindarbumi (2002) menunjukkan bahwa wanita yang memakai

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 41: keterlambatan diagnosis kanker payudara

41

kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak akan meningkatkan

resiko untuk mendapatkan kanker payudara 11 kali lebih tinggi.

g. Wanita yang pernah mendapat radiasi sebelumnya pada payudara atau dinding

dada. Hasil penelitian dari T.M. Simanjuntak (1977) dalam Tjindarbumi

(2002) menunjukkan bahwa wanita yang mengalami penyinaran (radiasi) di

dinding dada, memiliki resiko terkena kanker payudara 2 hingga 3 kali lebih

tinggi.

h. Peningkatan berat badan yang signifikan pada usia dewasa.

i. Hasil penelitian dari T.M. Simanjuntak (1977) dalam Tjindarbumi (2002)

menunjukkan bahwa wanita yang pernah mengalami operasi tumor ovarium

resikonya 3 hingga 4 kali lebih tinggi.

2.6.4 Gejala Kanker Payudara

Gejala kanker payudara pada permulaan sering tidak dirasakan oleh penderita.

Menurut Dalimartha (2004) kanker payudara pada tahap dini biasanya tidak

menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri dan tidak terganggu

aktivitasnya. Tanda yang mungkin dirasakan pada stadium dini adalah teraba benjolan

kecil di payudara.

Menurut Mardiana (2004), gejala serangan kanker payudara semakin banyak

setelah melewati stadium dini atau memasuki stadium lanjut yaitu:

1. rasa nyeri atau sakit pada payudara

2. adanya benjolan dan semakin lama benjolan semakin membesar

3. payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul

pembengkakan

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 42: keterlambatan diagnosis kanker payudara

42

4. mulai timbul luka pada payudara dan putting susu seperti koreng atau eksim

5. kulit payudara menjadi berkerut mirip kulit jeruk

6. terkadang keluar cairan atau darah berwarna merah kehitam-hitaman dari putting

susu

2.6.5 Stadium Kanker Payudara

American Joint Committee on Cancer (2002) dalam Sani (2003)

mengklasifikasikan stadium kanker payudara berdasarkan sistem TNM sebagai berikut :

a. Tumor Primer ( T )

• TX : Tumor primer tidak dapat diduga

• T0 : Tumor primer tidak di jumpai

• Tis : Karsinoma insitu

• T1 : Tumor ≤ 2cm

• T1a : Tumor ≤ 0,5 cm

• T1b : Tumor ≥ 0,5 cm dan ≤ 1 cm

• T1c : Tumor ≥ 1 cm dan ≤ 2 cm

• T2 : Tumor > 2cm dan < 5cm

• T3 : Tumor > 5cm

• T4 :Berapapun ukuran tumor dengan ekstensi langsung ke dinding dada dan

kulit

• T4a : Ekstensi kedinding dada tidak termasuk otot pektoralis

• T4b : Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara, atau

satelit nodul pada kulit

• T4c : Gabungan T4a dan T4b

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 43: keterlambatan diagnosis kanker payudara

43

• T4d : Karsinoma Inflamasi

b. Kelenjar Getah Bening Regional ( N ) Klinis

• NX : KGB regional tidak bisa di duga

• N0 : Tidak ada metastasis KGB regional

• N1 : Dijumpai metastasis KGB aksila ipsilateral, mobile

• N2 : Teraba KGB aksila ipsilateral, terfiksasi atau secara klinis tampak

KGB mamari interna ipsilateral dengan tidak adanya metastasis KGB

aksila

• N2a : Teraba KGB aksila yang terfiksasi satu dengan lainnya atau ke

struktur sekitarnya

• N2b : Secara klinis metastasis hanya dijumpai pada KGB mamari

Interna ipsilateral dan tidak dijumpai metastasis KGB aksila

secara klinis

• N3 : Metastasis pada KGB infraklavikular ipsilateral dengan atau

tanpa keterlibatan KGB aksila atau dalam klinis tampak KGB

mamari interna ipsilateral dan secara klinis terbukti adanya

metastasis KGB aksila atau adanya metastasis KGB

supraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB

aksila atau mamari interna .

• N3a : Metastasis KGB infaraklavikular ipsilateral

• N3b : Metastasis pada KGB mamari interna ipsilateral dan KGB aksila

• N3c : Metastasis pada KGB supraklavikular ipsilateral

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 44: keterlambatan diagnosis kanker payudara

44

c. Metastasis Jauh ( M )

• M X : Metastasis jauh tidak dapat dibuktikan

• M0 : Tidak dijumpai metastasis jauh

• M1 : Dijumpai metastasis jauh

Tabel 2.1 Klasifikasi Stadium Kanker Payudara

Stadium T N M Stadium 0 Tis N0 M0 Stadium I T1 N0 M0 Stadium II A T0 N1 M0 T1 N1 M0 T2 N0 M0 Stadium II B T2 N1 M0 T3 N0 M0 Stadium III A T0 N2 M0 T2 N2 M0 T3 N1 M0 T3 N2 M0 Stadium III B T4 N0 M0 T4 N1 M0 T4 N2 M0 Stadium III C Semua T N3 M0 Stadium IV Semua T Semua N M1

Portmann dalam Tjindarbumi (2002) membagi stadium kanker payudara yang

disesuaikan dengan aplikasi klinik sebagai berikut :

• Stadium I

Tumor terbatas pada payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada

fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm.

Kelenjar getah bening regional belum teraba.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 45: keterlambatan diagnosis kanker payudara

45

• Stadium II

Sesuai dengan stadium I, hanya besar tumor 2,5-5 cm dan sudah ada satu atau

beberapa Kelenjar Getah Bening (KGB) aksila yang masih bebas dengan

diameter < 2 cm.

• Stadium III A

Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tapi masih bebas di jaringan

sekitarnya, KGB aksila masih bebas satu sama lain.

• Stadium III B

Tumor sudah meluas ke dalam payudara (5-10 cm) fiksasi pada kulit atau

dinding dada, kulit merah dan ada oedema (> 1/3 permukaan kulit payudara),

ulserasi dan atau nodul satelit, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama

lain atau terhadap jaringan sekitarny. Diameter > 2,5 cm, belum ada

metastasis jauh.

• Stadium IV

Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III), tetapi sudah disertai

dengan KGB aksila supra-klavikula dan metastasis jauh lainnya.

Menurut Karnadihardja (1987) stadium kanker terbagi menjadi 2 yaitu :

• Stadium dini yaitu stadium I dan II

• Stadium lanjut yaitu stadium III dan IV

2.6.6 Ketahanan Hidup Lima Tahun

Menurut Hack (1994) dalam Pane (2002), ketahanan hidup tergantung dari

adanya metastase ke kelenjar getah bening, besar lesi, kedalaman infiltrasi, adanya

metastase ke parametrium, serta adanya metastase ke pembuluh darah. Menurut Hawari

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 46: keterlambatan diagnosis kanker payudara

46

(2004), angka-angka statitistik menunjukkan bahwa para penderita kanker usianya tidak

lebih dari lima tahun untuk bertahan (five years survival rate). Karnadihardja (1987)

menyatakan bahwa jika kanker payudara tidak diobati maka ketahanan hidup lima tahun

sebesar 16%-22% dan 1%-5% dalam 10 tahun.

Karnadihardja (1987) membagi ketahanan hidup lima tahun menurut tingkat

pertumbuhan tumor sebagai berikut:

• Stadium I, ketahanan hidup lima tahun sebesar 85%

• Stadium II, ketahanan hidup lima tahun sebesar 65%

• Stadium III, ketahanan hidup lima tahun sebesar 40%

• Stadium IV, ketahanan hidup lima tahun sebesar 10%

2.6.7. Prevensi Kanker

Menurut Sukardja (2000), prevensi adalah suatu usaha untuk mencegah timbulnya

kanker atau kerusakan yang lebih lanjut yang ditimbulkan oleh kanker itu. Sukardja

(2000) menyatakan ada 3 macam prevensi kanker yaitu:

1. prevensi primer

Prevensi primer adalah usaha untuk mencegah timbulnya kanker dengan

menghilangkan dan atau melindungi tubuh dari kontak dengan karsinogen dan

faktor-faktor yang dapat menimbulkan kanker.

Menurut Dalimartha (2004) prevensi primer terdiri dari :

• Penggunaan obat-obatan hormonal harus dengan sepengetahuan dokter.

• wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker payudara atau yang

berhubungan jangan menggunakan alat kontarsepsi yang mengandung hormon

seperti pil, suntikan, dan susuk KB.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 47: keterlambatan diagnosis kanker payudara

47

• Memberikan ASI pada anak selama mungkin dapat mengurangi resiko terkena

kanker payudara. Hal ini disebabkan selama proses menyusui, tubuh akan

memproduksi hormon oksitoksin yang dapat mengurangi produksi hormon

estrogen. Hormon estrogen dianggap memegang peranan penting dalam

perkembangan sel kanker payudara.

• Menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi sayur dan buah-buahan segar,

kedelai beserta produk olahannya seperti susu kedelai, tahu, tempe karena

mengandung fitoestrogen bernama genistein yang dapat menurunkan resiko

kanker payudara.

• Menghindari memakan makanan berkadar lemak tinggi.

2. prevensi sekunder

Prevensi sekunder adalah usaha untuk mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut

karena kanker itu dengan deteksi dini dan diagnosis kanker serta pengobatan

dengan segera. Pada stadium dini kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker ini

masih kecil sehingga bila segera diobati dengan baik diharapkan penderita dapat

dibebaskan dari cengkraman dan dapat hidup dengan normal.

a. Deteksi Dini

Walaupun kemajuan pengobatan kanker dengan sitostatika semakin

meningkat, namun penemuan tumor pada stadium dini merupakan faktor

penting dalam penanggulangan kanker payudara. Sebagian besar kanker

payudara ditemukan oleh pasien sendiri, artinya tumor dalam tingkat

pertumbuhan lanjut. Untuk menemukan tumor ini pada stadium awal

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 48: keterlambatan diagnosis kanker payudara

48

diperlukan inisiatif pasien dan pemeriksaan medis (Tambunan, dkk, 1992).

Deteksi dini terbagi menjadi:

• Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ternyata terbukti dapat menemukan

tumor pada ukuran kecil. Dengan pola pemeriksaan tertentu payudara

diperiksa sendiri setiap bulan 5-7 hari sesudah haid berhenti. Pemeriksaan

payudara sendiri waktu sedang mandi sangat efektif karena dengan

mempergunakan sabun benjolan lebih mudah teraba. Apabila teraba benjolan

walaupun kecil dan tidak sakit, apalagi pada wanita golongan risiko tinggi,

segera diperiksakan pada dokter keluarga ataupun dokter di Rumah

Sakit/Puskesmas. Menurut penelitian para ahli, SADARI sangat bernilai

dalam deteksi kanker payudara sedini mungkin (Tambunan, dkk, 1992).

• Pemeriksaan payudara secara klinis (SARANIS)

Dokter umum merupakan ujung tombak dalam penanggulangan kesehatan

masyarakat karena diperkirakan mempunyai kesempatan luas untuk

menemukan kanker payudara ukuran kecil. Kesempatan ini mungkin, apabila

pada setiap wanita yang berusia lebih dari 40 tahun atau wanita yang termasuk

golongan risiko tinggi, walaupun dia datang karena penyakit lain, dilakukan

pemeriksaan payudara secara klinis (SARANIS) oleh dokter, bidan atau

paramedis wanita (Tambunan, 1992). SARANIS dilakukan sistematis dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pasien diperiksa dengan bagian atas terbuka (Tambunan, 1996).

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 49: keterlambatan diagnosis kanker payudara

49

2. Pasien duduk berhadapan dengan petugas medis diamati simetrisasi atau

perubahan bentuk kedua payudara (Tambunan, 1992).

3. Kedua tangan pasien diangkat ke atas kepala sambil memperhatikan

simetrisasi ataupun perubahan gerakan keduapayudara. Adanya tarikan

pada kulit merupakan pertanda karena kemungkinan keganasan. Untuk

melihat lebih jelas, tarikan kulit yang menutup massa ditekan di antara dua

jari tangan dan terjadi dimpling sign (Tambunan, 1992).

• Pemeriksaan mamografi

Mamografi adalah foto payudara dengan mempergunakan alat khusus. Teknik

sederhana, tidak sakit dan tidak ada suntikan kontras. Pada cara ini kanker

payudara ukuran kecil 0.5 cm dapat dideteksi bahkan cara ini dapat

dipergunakan sebagai alat skrining massal terutama golongan risiko tinggi

walaupun tumornya tidak teraba. Apabila pada SARARI atau pemeriksaan

SADARI ditemukan benjolan pada payudara, pemeriksaan dilanjutkan dengan

mamografi. Pemeriksaan mamografi dilanjutkan dengan pemeriksaan

patologik : sitologi biopsi aspirasi ataupun biopsi bedah. Ketepatan diagnosis

mamografi lebih kurang 80%. Indikasi lain mamografi adalah para wanita

golongan risiko dengan keluhan bahwa dari puting susu keluar cairan coklat

atau campur darah.

b. Pengobatan Kanker Payudara

Menurut Tjindarbumi (1994) dalam Pane (2002), ada beberapa pengobatan

kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik

penyakit yaitu:

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 50: keterlambatan diagnosis kanker payudara

50

a. Mastektomi

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Menurut Hirshaut

dan Pressman (1992) dalam Pane (2002), ada 4 jenis mastektomi yaitu:

• Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan

seluruh payudara payudara, jaringan payudara di tulang dada,

tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.

• Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan

seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.

• Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari

payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan

hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh

payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian

radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien

yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir

payudara.

b. Penyinaran/radiasi

Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan

menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel

kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996).

Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna

kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung

menurun sebagai akibat dari radiasi.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 51: keterlambatan diagnosis kanker payudara

51

c. Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam

bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh

sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh

tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami

mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang

diberikan pada saat kemoterapi.

3. prevensi tersier

Prevensi tersier adalah usaha untuk mencegah timbulnya komplikasi kanker.

Komplikasi apa yang akan timbul dapat diantisipasi kalau kita mengetahui jenis kanker

itu, patologinya serta epidemiologinya.

2.7 Keterlambatan Pengobatan

Keterlambatan pengobatan adalah penderita kanker payudara datang untuk

mendapatkan pengobatan sudah dalam stadium lanjut atau sudah parah sehingga tindakan

tidak dapat dilakukan (inoperable) .

Menurut Sukardja (2002) keterlambatan pengelolaan kanker dapat digolongkan

dalam 3 jenis yaitu :

a. kelambatan penderita antara lain, karena:

1. penderita stadium dini umumnya merasa :

• tidak sakit

• tidak terganggu bekerja, sehingga penyakitnya dibiarkan saja beberapa

lama, bulanan atau tahunan, sampai penyakitnya tidak tertahan lagi.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 52: keterlambatan diagnosis kanker payudara

52

2. kurang memperhatikan diri sendiri

Penderita baru mengetahui adanya tumor dalam tubuhnya sendiri sesudah

tumor itu besar atau sudah menimbulkan keluhan.

3. tidak mengerti atau kurang menyadari bahaya kanker

Tidak terpikir olehnya lesi yang kelihatannya ringan itu adalah suatu kanker

yang sangat berbahaya.

4. ada rasa takut

• Takut diketahui penyakitnya itu kanker

• Takut ke dokter

• Takut operasi

• Takut penyakitnya lebih cepat menyebar

• Takut sakit

5. tidak mempunyai biaya

6. keluarga tidak mengijinkan ke dokter

7. rumahnya jauh dari dokter

b. kelambatan dokter

Kelambatan dokter dapat disebabkan oleh:

1. Tidak memikirkan keluhan penderita mungkin disebabkan oleh suatu kanker.

Keluhan penderita dianggap disebabkan oleh penyakit non kanker dan diobati

beberapa lama sampai gejala kanker menjadi jelas

2. Enggan mengadakan konsultasi atau merujuk penderita.

3. Belum “cancer minded”, yaitu berpikir ke arah kanker

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 53: keterlambatan diagnosis kanker payudara

53

c. kelambatan rumah sakit

Kelambatan rumah sakit dapat disebabkan oleh:

1. kurang tempat pemondokan di rumah sakit

2. kurang sarana diagnostik dan terapi

3. kurang tenaga ahli onkologi

Menurut Hawarri (2004) ada 3 faktor menyebabkan keterlambatan pengobatan

kanker payudara yang terletak pada diri penderita yaitu :

1. faktor sosial ekonomi (biaya operasi mahal)

2. faktor pendidikan (ketidaktahuan/ignorancy)

3. faktor psikologik

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 54: keterlambatan diagnosis kanker payudara

54

2.8 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir di atas, dapat dilihat bahwa:

Faktor predisposisi (tempat tinggal, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan dan

jaminan kesehatan, biaya pengobatan, rasa takut, pengetahuan, sikap, kepercayaan

terhadap pengobatan, dan riwayat keluarga), faktor pemungkin (fasilitas pengobatan,

tempat pengobatan lain, dan jarak tempat pengobatan) dan faktor penguat (keluarga,

teman, dan petugas kesehatan) akan mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada

wanita penderita kanker payudara.

Faktor Predisposisi Tempat Tinggal Pendidikan Status Perkawinan Pekerjaan dan Jaminan Kesehatan Biaya Pengobatan Rasa takut Pengetahuan Sikap Kepercayaan terhadap pengobatan Riwayat keluarga

Faktor Penguat Keluarga Teman Petugas kesehatan

Keterlambatan pengobatan Faktor Pemungkin Fasilitas pengobatan Tempat pengobatan lain Jarak tempat pengobatan

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 55: keterlambatan diagnosis kanker payudara

55

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode kualitatif

dengan wawancara mendalam (indepth interview) yang akan menggambarkan faktor-

faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker

payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang beralamat di Jalan

Bunga Lau Nomor 17 km 12 Kecamatan Medan Tuntungan Medan dengan alasan:

1. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dan pusat rujukan untuk

wilayah pembangunan A yang meliputi propinsi Sumatera Utara, NAD, Sumatera Barat

dan Riau sehingga banyak penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit ini.

2. RSUP H. Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit pendidikan sehingga

memudahkan dalam melakukan penelitian.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2008.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 56: keterlambatan diagnosis kanker payudara

56

3.3 Proses Pemilihan Informan

Informan pada penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara yang

dirawat inap dan datang pertama kali untuk berobat pada stadium III di RSUP H. Adam

Malik Medan. Awalnya peneliti mengadakan pengamatan terhadap wanita penderita

kanker payudara di ruang rawat inap untuk mengetahui kesanggupan para penderita

menjadi informan dengan kondisi sedang sakit parah. Dari hasil pengamatan didapatkan

bahwa para penderita bisa diwawancarai dan memberikan respon yang positif dengan

menjawab beberapa pertanyaan peneliti. Setelah mengadakan pengamatan, peneliti

memutuskan bahwa penelitian dapat dilakukan. Peneliti diperbolehkan oleh pihak RSUP

H. Adam Malik Medan untuk mengadakan penelitian di ruang rawat inap Rindu B2 yaitu

bagian onkologi (penyakit kanker).

Pada hari pertama peneliti masuk ke ruang rawat inap Rindu B2, peneliti

menjumpai seorang bapak yang sedang berdiri di depan salah satu kamar rawat inap.

Peneliti bertanya apakah bapak itu mengetahui siapa saja penderita kanker payudara

diantara penderita kanker yang lain. Bapak itu mengatakan bahwa istrinya menderita

kanker payudara dan setelah peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, bapak

itu mengizinkan peneliti untuk menjadikan istrinya informan pertama. Bapak itu

mengatakan bahwa istrinya sedang tidur tetapi setelah diintip dari jendela ternyata

istrinya sedang tidak tidur. Bapak itu mempersilahkan peneliti untuk masuk dan ternyata

memang istri bapak itu sedang dirawat karena menderita kanker payudara. Istri bapak itu

bersedia menjadi informan pertama dalam penelitian ini setelah peneliti menjelaskan

maksud dan tujuan dari penelitian.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 57: keterlambatan diagnosis kanker payudara

57

Peneliti sedang mencari informan kedua dan peneliti bertemu dengan seorang ibu

yang menjaga keluarganya. Peneliti pernah bertemu dengan ibu itu sebelumnya, dan

peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian. Peneliti diajak ibu itu ke salah

satu ruangan dimana ada 4 orang yang dirawat inap. Ibu itu menjadi key informan untuk

mencari informan yang lainnya. Ibu itu memperkenalkan seorang ibu yang kondisinya

sedang lemah dan telah menjalani operasi pengangkatan payudara. Ibu itu yang

kondisinya parah bersedia menjadi informan kedua dalam penelitian ini.

Dalam pencarian informan ketiga, peneliti masuk ruangan berikutnya setelah

ditunjukkan oleh key informan. Peneliti bertanya pada salah satu dokter muda yang

bertugas mengenai stadium pasien dan ternyata memang benar bahwa ibu itu sedang sakit

kanker payudara pada stadium III. Ibu itu bersedia menjadi informan ketiga. Peneliti

mengatakan bahwa wawancaranya akan direkam dengan tape recorder dan ibu itu

tertawa dan berkata ”macam artis aku di tipi-tipi itu”. Wawancara dilakukan setelah

peneliti melihat kondisi ibu itu siap.

Hari berikutnya, peneliti bertanya pada suster yang menjadi suster jaga pada hari

itu, tetapi karena sibuk peneliti bertanya pada key informan. Key informan mengatakan

bahwa tidak ada pasien baru masuk. Peneliti melihat seorang ibu yang sedang berdiri di

depan pintu ruang rawat inap. Peneliti berbincang-bincang dengan ibu itu dan ternyata

ibu itu sesuai menjadi informan keempat. Ibu itu agak mengambil jarak pada peneliti

karena peneliti ingin mewawancarainya. Ibu itu akhirnya setuju menjadi informan setelah

peneliti menyakinkan bahwa nama ibu itu tidak akan dimasukkan dan akan memakai

inisial. Ibu itu menjadi informan keempat.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 58: keterlambatan diagnosis kanker payudara

58

Hari berikutnya, peneliti bertanya pada key informan tentang pasien yang baru

datang yang dapat dijadikan informan kelima. Key informan menunjukkan seorang ibu

yang akan makan siang dengan kondisi payudaranya tinggal sebelah. Ibu itu agak tidak

mengerti tentang maksud dan tujuan penelitian ini karena ibu itu kurang mengerti Bahasa

Indonesia. Suami ibu itu membantu menjelaskan kembali maksud dan tujuan penelitian

dengan Bahasa Aceh yang lebih dimengerti ibu itu. Ibu itu menjadi informan kelima.

Selama wawancara, ibu itu mengerti pertanyaan peneliti dan bisa menjawab dengan jelas.

Setelah menunggu selama 2 jam, key informan menunjukkan seorang ibu yang

baru datang menjalani chemoteraphy dan kedua payudaranya sudah diangkat. Ibu itu

sangat ramah dan bersedia menjadi informan keenam. Setelah mewawancarai informan

keenam, key informan menunjukkan seorang ibu yang telah botak dan agak lemah. Ibu itu

bersedia menjadi informan ketujuh.

Setelah wawancara dengan ketujuh informan peneliti menganggap bahwa

jawaban dari ketujuh informan sudah cukup dan sesuai dengan penelitian. Selama proses

pencarian informan, peneliti bertanya kepada dokter muda dan perawat yang sedang

bertugas tentang kesesuaian informan dengan penelitian yaitu wanita penderita kanker

payudara yang dirawat inap dan datang pertama kali untuk berobat pada stadium III.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan adalah dengan teknik wawancara mendalam (indepth

interview) dengan menggunakan panduan wawancara yang telah disusun untuk

mendapatkan data primer. Seluruh informan akan diwawancarai pada waktu terpisah.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 59: keterlambatan diagnosis kanker payudara

59

Untuk itu peneliti menggunakan alat bantu berupa alat tulis, pedoman wawancara dan

tape recorder.

3.5 Defenisi Operasional

1. Tempat tinggal adalah daerah tempat informan tinggal menetap.

2. Pendidikan adalah pendidikan terakhir informan yang diperoleh secara formal,

dikelompokkan atas tamat SD (Sekolah Dasar), tamat SMP (Sekolah Menengah

Pertama), tamat SMA (Sekolah Menengah Atas), dan tamat Akademi/Perguruan

Tinggi.

3. Status perkawinan adalah riwayat pernikahan informan.

4. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara rutin oleh informan setiap hari

yang menghasilkan uang.

5. Jaminan kesehatan adalah jaminan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang

berasal dari iuran yang diberikan oleh informan pada perusahaan tempat informan

bekerja.

6. Biaya pengobatan adalah kemampuan seseorang dalam membayar seluruh biaya yang

dikeluarkan untuk mendapatkan pengobatan.

7. Rasa takut adalah keadaan psikologis berupa ketidakberanian informan terhadap

kanker payudara dan pengobatannya.

8. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh informan tentang kanker

payudara yang meliputi gejala, penyebab dan pengobatan.

9. Sikap adalah penilaian atau pendapat informan terhadap kanker payudara dan

pengobatannya.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 60: keterlambatan diagnosis kanker payudara

60

10. Kepercayaan terhadap pengobatan adalah penilaian seseorang mengenai pengobatan

kanker payudara.

11. Riwayat keluarga adalah ada atau tidaknya penderita kanker payudara pada orang-

orang yang memiliki garis keturunan dan hubungan darah dengan informan.

12. Fasilitas pengobatan adalah ketersediaan dan kelengkapan peralatan di tempat

pengobatan sebelumnya untuk mendapatkan pengobatan kanker payudara.

13. Tempat pengobatan lain adalah tempat informan mendapatkan pengobatan

sebelumnya selain di rumah sakit/pengobatan medis.

14. Jarak tempat pengobatan adalah perbedaan posisi/letak tempat pengobatan

sebelumnya dari rumah informan.

15. Keluarga adalah orang-orang yang memiliki hubungan darah atau hubungan dalam

status pernikahan dengan informan.

16. Teman adalah orang-orang yang memiliki keterikatan secara emosional dengan

informan tanpa hubungan darah atau status pernikahan.

17. Petugas kesehatan adalah orang-orang yang berkemampuan dan bekerja dalam bidang

kesehatan di rumah sakit.

18. Keterlambatan pengobatan adalah perbuatan yang dilakukan oleh informan terhadap

penyakit kanker payudara sehingga terlambat mendapatkan pengobatan.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 61: keterlambatan diagnosis kanker payudara

61

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Data hasil wawancara mendalam diolah dengan menggunakan EZ-Text. Analisa

data dilakukan dengan teknik analisa kualitatif berdasarkan data-data yang diperoleh

melalui wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan kemudian

dibandingkan dengan teori dan kepustakaan yang ada.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 62: keterlambatan diagnosis kanker payudara

62

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dibangun di atas tanah seluas ± 10

Ha dan berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17 Km 12 Kecamatan Medan Tuntungan

Kotamadya Medan Propinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit

Kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai

Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 serta

sebagai Pusat Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera

Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau (Profil kesehatan RSUP H.

Adam Malik Medan, 2006).

Rumah Sakit ini mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan

rawat jalan sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992.

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik memiliki 790 orang tenaga medis, 604

orang tenaga paramedis perawatan, 298 orang tenaga medis non perawatan, dan 263

orang tenaga non medis (Profil kesehatan RSUP H. Adam Malik Medan, 2006).

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik memiliki fasilitas pelayanan yang

terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat

darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik

terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, kardiovaskuler,

mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi, farmasi, Central

Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektro medic, Penyuluh Kesehatan Masyarakat

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 63: keterlambatan diagnosis kanker payudara

63

Rumah sakit (PKMRS)), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien, teknik

sipil, pemulasaraan jenazah) (Profil kesehatan RSUP H. Adam Malik Medan, 2006).

4.2 Gambaran Pengobatan Kanker Payudara di RSUP H. Adam Malik Medan

Pengobatan kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan dimulai dengan

pemeriksaan pada payudara wanita dengan melihat ada tidaknya kriteria/ciri kanker

payudara seperti ada tidaknya benjolan pada payudara, konsistensi keras, nyeri (+), batas

tidak tegas, permukaan tidak rata, discharge (+), warna kemerahan, mobilitas +/-,

gambaran kulit jeruk (peau de orange), satelit nodule (+), bisa dijumpai dimpling,

disertai rektrak-I nipple, wanita dengan faktor resiko (+). Setelah itu, diagnosa banding

dengan melihat fibrikistik payudara (Standar Pelayanan Medik RSUP H. Adam Malik

Medan, 2006). Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan:

• Radiologi : mamografi, foto torak, bone scan/bone survey (pada stadium

lanjut)

• PA : Aspirasy biopsy

• Laboratorium: rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, haemorrahagic, screening

test, KGD, estrogen receptor, lipid profile

Konsultasi dilakukan oleh spesialis bedah onkologi, spesialis patologi anatomi,

spesialis radiology (untuk radioterapi), dan spesialis penyakit dalam (terutama untuk

penilaian system kardiovaskuler, penatahan/scan hepar (system hepatobilier), endokrin

metabolism dan kelainan sistemik lainnya. Setelah selesai proses pemeriksaan dilakukan

pengobatan pada pasien sesuai dengan stadium yang diderita (Standar Pelayanan Medik

RSUP H. Adam Malik Medan, 2006).

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 64: keterlambatan diagnosis kanker payudara

64

Pengobatan kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan terdiri dari 6 jenis

pengobatan yaitu operasi, chemoteraphy, radioterapi, terapi hormonal, targeting terapi

dan kombinasi yang disesuaikan dengan keluhan dan stadium penderita. Lama perawatan

pasien tergantung dari stadium kanker dan keluhan penderita akibat dari metastasis dan

kelainan local. Masa pemulihan penderita 4 minggu.

Pasien dirawat di ruang rawat inap untuk pasien penderita kanker (oncology).

Penelitian dilakukan di Rindu B2 yang terdiri dari 6 ruangan untuk rawat inap pasien, 1

ruangan untuk gudang, dan 1 ruangan untuk perawat dan tenaga kesehatan. Jumlah

tempat tidur di Rindu B2 sebanyak 18 tempat tidur. Jumlah dokter spesialis bedah tumor

di RSUP H. Adam Malik Medan sebanyak 4 orang dan dibantu dengan 7 orang perawat

bagian onkologi.

4.3 Karakteristik Informan

Gambaran karakteristik ketujuh informan dapat dilihat pada tabel 4.1. Informan

yang diambil terdiri dari 7 orang wanita penderita kanker payudara yang dirawat inap dan

datang pertama kali untuk berobat pada stadium III di RSUP H. Adam Malik Medan.

Dilihat dari tingkat pendidikan, hanya 1 orang informan yang tidak tamat SD, 2 orang

informan tamat SD, 2 orang informan tamat SMP, dan 2 orang informan tamat SMA.

Mayoritas informan dengan status kawin yaitu sebanyak 6 orang sedangkan 1 orang

informan tidak memiliki suami (janda). Seluruh informan adalah Ibu Rumah Tangga

(IRT). Jaminan kesehatan seluruh informan adalah Jamkesmas (Jaminan Kesehatan

Masyarakat). Seluruh informan bertempat tinggal di luar kota Medan yaitu di Aceh, di

Sibolga, di Rantau Parapat, di Langkat, dan di Tebing Tinggi.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 65: keterlambatan diagnosis kanker payudara

65

Tabel 4.1 Karakteristik Informan

No Karakteristik Informan Keterangan Jumlah 1 Pendidikan Tidak Tamat SD

SD SMP SMA

1 orang 2 orang 2 orang 2 orang

2 Status perkawinan Kawin Janda

6 orang 1 orang

3 Pekerjaan IRT 7 orang 4 Jaminan kesehatan Jamkesmas 7 orang 5

Tempat tinggal Aceh Sibolga Rantau Parapat Langkat Tebing Tinggi

2 orang 2 orang 1 orang 1 orang 1 orang

4.4 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

4.4.1 Biaya Pengobatan Informan

Biaya pengobatan seluruh informan berasal dari Jamkesmas yaitu Jaminan

Kesehatan Masyarakat untuk masyarakat yang miskin dan sangat miskin karena seluruh

informan tidak mampu membayar biaya pengobatan yang mahal. Sebagian besar

informan yaitu sebanyak 6 orang informan tidak mampu membayar biaya transportasi

dari tempat tinggalnya ke Medan sehingga informan mendapatkan bantuan biaya

transportasi dari saudara dan teman informan untuk berangkat dari tempat tinggalnya

berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 66: keterlambatan diagnosis kanker payudara

66

4.4.2 Rasa Takut Informan

Hasil wawancara mendalam mengenai rasa takut informan terhadap penyakit

kanker payudara dan pengobatannya ketika informan pertama kali mengetahui dirinya

menderita kanker payudara terdapat dalam matriks berikut:

Matriks 4.1 Rasa Takut Informan Terhadap Penyakit Kanker Payudara dan Pengobatannya

Informan Jawaban 1 Ya semua orang tu punya rasa takut.

2 Perasaan saya kekmanalah ini kubilang kayak gitu. Ya dikampung kami gak ada penyakit kayak gini. Yah dikampung kami desa kali. Saya pasrah.

3 Perasaannya ya setelah tau sakit ini ya takut, takutnya eh, takut operasi.

4 Gak ada rasa takut orang dia gak sakit, gak apa-apa. 5 Takut, takut operasi, kupikir mati nanti saya.

6 Karna saya takut akan penyakit ini takut membahayakan nyawa sementara anak masih kecil.

7 Takutlah saya karna dibilang kanker payudara bahaya kata orang. Ya itulah takut mati.

Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar informan

merasa takut terhadap penyakit kanker payudara ketika informan pertama kali

mengetahui dirinya terkena kanker payudara. Sebagian besar informan takut karena

penyakit kanker payudara dapat menyebabkan kematian. Sebagian informan yang lainnya

takut terhadap pengobatan kanker payudara yaitu operasi. Sedangkan 1 orang informan

mengatakan tidak takut terhadap penyakit kanker payudara dan pengobatannya karena

tidak merasakan keluhan sakit.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 67: keterlambatan diagnosis kanker payudara

67

4.4.3 Pengetahuan Informan

Hasil wawancara mendalam mengenai pengetahuan informan tentang kanker

payudara yang meliputi gejala, penyebab, pengobatan dan SADARI terdapat dalam

matriks di bawah ini.

Matriks 4.2 Pengetahuan informan tentang kanker payudara

Informan Pengetahuan informan tentang kanker payudara (gejala, penyebab, pengobatan dan SADARI)

1 Gejalanya payudaranya sakit, ada benjolannya di payudara. Ya penyebabnya gak tahu. Ya harus diobati biar sembuh, dioperasi. Itu meraba nenen ya.

2 Gak tahu yang saya tahu dimakan teteknya itu. Gak tahu penyebabnya. Diobati dengan operasi. Meraba nenen ini (menunjuk ke payudara).

3 Ada benjolan di payudaranya trus itulah sakit payudaranya. Gak tahulah penyebabnya. Ya dioperasi. Meraba payudara.

4 Yang saya tahu ya itu payudaranya sakit. Diobati. Mencari benjolan di payudaranya.

5 Kanker payudara itu apa penyakitnya lebih dua tahun tapi saya gak ngerti penyebabnya gak tahu. Dioperasi. Itu mencari benjolan di nenennya.

6

Ya penyebabnya saya kurang tahu. Ya kalo ciri-cirinya yang ada pada saya ada benjolan lama kelamaan makin membesar. Yang tua sama yang muda semua kena. Tidak tahu apa sebabnya kena. Harus diobati karena ganas dan mematikan. Dioperasi ngangkat payudaranya. Tahu dari iklan tipi, penyuluhan kesehatan di daerah. Meraba payudara untuk menemukan benjolan.

7 Ya kayak saya inilah benjolan di payudaranya makin lama makin besar. Penyebabnya gak tahu. Memang diobati dengan operasi. Itu memegang payudara untuk mencari benjolan.

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan seluruh informan

mengenai kanker payudara kurang. Sebagian besar informan mengetahui gejala kanker

payudara adalah adanya benjolan di payudara. Sebagian informan yang lain mengetahui

gejala kanker payudara adalah adanya rasa sakit pada payudara sedangkan satu orang

informan mengetahui gejala kanker payudara adalah mulai timbul luka pada payudara

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 68: keterlambatan diagnosis kanker payudara

68

dan puting susu seperti koreng atau eksim yang dikatakan dengan smbol dimakan

teteknya oleh informan. Seluruh informan tidak mengetahui tentang penyebab kanker

payudara. Seluruh informan mengetahui pengobatan kanker payudara adalah operasi.

Mengenai SADARI, seluruh informan mengetahui bahwa SADARI adalah meraba

payudara untuk mencari benjolan setelah informan mendapatkan informasi tentang

SADARI dari petugas kesehatan. Informan sebelumnya tidak mengetahui tentang

SADARI.

4.4.4 Sikap Informan

Adapun hasil wawancara mendalam mengenai sikap informan yaitu pendapat atau

penilaian informan mengenai penyakitnya dan pengobatan kanker payudara oleh dokter

disajikan dalam matriks di bawah ini.

Matriks 4.3 Sikap informan terhadap kanker payudara dan pengobatannya

Informan Pendapat atau penilaian informan mengenai penyakitnya dan pengobatan kanker payudara oleh dokter

1

Ya kata dokter kanker itu sakit tapi punya ibu kan enggak, namanya gak pernah periksa. Kata dokter sakitnya uda lama tapi terasa ibu gak. Kata dokter ada benjolan ini kan enggak. Ya setuju berobat karena ya supaya sembuh.

2 Kek ginilah kalo misalnya kanker payudara itu kan bukannya sampe ke tangan dimakan aja yang ditetek itu gitu .Setuju. Ya langsung berobat begitu tau kanker payudara. Ya biar sembuh.

3 Ya percaya apa yang dibilang dokter itu. Ya setujulah berobat. Ya biar sembuh kan bahaya.

4 Punya awak gaknya ada rasa sakit. Ya setuju apa yang dibilang dokter, kekmanalah awak gak ngerti. Dialah yang ngerti. Ya harus diobati biar gak bahaya.

5 Penyakit ibu, menurut ibu rasanya bahayalah. Kekmana gak setuju itulah penyakitnya. Ya langsung berobat biar sembuh.

6 Ya setuju sangat setuju. Ya membahayakan, uda banyak contoh disekeliling kita. Kalo gak segera diatasi akan menyebabkan kematian. Ya setuju yang dibilang dokter.

7 Kupikir masuk angin saja karna cuma benjolan yang membesar. Ya setuju. Setuju diobati karna bahaya. Ya itu membahayakan nyawa.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 69: keterlambatan diagnosis kanker payudara

69

Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui bahwa sebagian informan

berpendapat atau menilai bahwa penyakitnya tidak memiliki gejala yang sama dengan

kanker payudara yang mereka dengar dari orang lain namun mereka setuju bahwa

penyakitnya perlu diobati. Sebagian informan yang lainnya setuju dengan pendapat

dokter bahwa penyakitnya adalah penyakit kanker payudara. Seluruh informan setuju

dengan pengobatan kanker payudara oleh dokter karena informan yakin pengobatan

kanker payudara oleh dokter dapat menyembuhkan penyakitnya.

4.4.5 Kepercayaan Informan

Hasil wawancara mendalam mengenai kepercayaan informan yaitu penilaian

informan terhadap kesembuhan kanker payudara dengan pengobatan dokter dapat dilihat

dalam matriks berikut:

Matriks 4.4 Kepercayaan informan terhadap kesembuhan

pengobatan kanker payudara oleh dokter Informan Penilaian informan terhadap kesembuhan kanker payudara

dengan pengobatan dokter 1 Ya ibu percaya supaya sembuh. 2 Percaya. Saya percaya supaya sembuh penyakit saya. 3 Saya percaya penyakit saya bisa sembuh jika diobati. 4 Ya percaya, dapat sembuh. 5 Ya percaya, sebabnya dapat sembuh. 6 Yakin, soalnya dapat menyembuhkan sakit saya ini. 7 Ya saya percaya dengan pengobatan dokter.

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa seluruh informan menilai bahwa

pengobatan kanker payudara yang dilakukan oleh dokter dapat menyembuhkan penyakit

mereka. Seluruh informan mempercayai dokter dapat menyembuhkan penyakitnya.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 70: keterlambatan diagnosis kanker payudara

70

4.4.6 Riwayat Keluarga Informan

Adapun hasil wawancara mendalam mengenai ada tidaknya riwayat keluarga

informan yang menderita kanker payudara disajikan dalam matriks 4.5 di bawah ini:

Matriks 4.5 Riwayat Kanker Payudara pada Keluarga Informan

Informan Ada tidaknya riwayat keluarga informan yang menderita kanker payudara

1 Kalo dari pihak laki ibu dan pihak ibu itu ndak ada. 2 Gak ada cuma saya. 3 Gak ada saya sendiri. 4 Gak ada. 5 Ada, anak adek ibu saya. Uda meninggal. Ga tahu, orang kampong

gak dibilang payudara. Uda 4 tahun baru dibilang payudara, kalo kata orang Aceh barah memek dibilang.

6 Gak ada, saya sendiri. 7 Gak ada.

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa mayoritas informan yaitu sebanyak 6

orang informan tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara sedangkan

seorang informan memiliki sepupu yang menderita kanker payudara. Seorang informan

yang memiliki riwayat keluarga tidak tahu bahwa penyakit saudaranya itu adalah

penyakit kanker payudara.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 71: keterlambatan diagnosis kanker payudara

71

4.5 Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

4.5.1 Fasilitas pengobatan

Adapun hasil wawancara mendalam mengenai penilaian informan tentang fasilitas

pengobatan kanker payudara yaitu ketersediaan dan kelengkapan peralatan untuk

pengobatan kanker payudara di tempat pengobatan sebelumnya (sebelum berobat di

RSUP H. Adam Malik Medan) disajikan dalam matriks 4.6 berikut:

Matriks 4.6 Fasilitas Pengobatan di Tempat Pengobatan Sebelumnya

Informan Penilaian informan tentang ketersediaan dan kelengkapan peralatan di tempat pengobatan sebelumnya

1 Ibu berobat di rumah sakit umum di Aceh. Gak ada kelengkapan di sana makanya dirujuk ke sini.

2 Di Rumah Sakit Sibolga gak lengkap peralatannya, gak ada obat untuk kanker payudara. Dirujuk ke sini.

3 Orang Rumah Sakit Umum di Tebing tidak mampu, peralatan tidak lengkap.

4 Alat pemeriksaannya kurang di Rumah Sakit Rantau Parapat. Lantaran itu ke sini.

5 Gak ada chemo ibu mau chemo. Kalo dirumah sakit di Aceh gak ada alat yang canggih, dirujuk ke sini.

6 Di Rumah Sakit Sibolga gak lengkap gak kayak di sini. 7 Gak lengkap alat-alatnya di Rumah Sakit Tanjung Pura. Jadi

dirujuk ke sini. Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui bahwa seluruh informan menilai

bahwa fasilitas di tempat pengobatan sebelumnya tidak lengkap sehingga informan harus

dirujuk ke RSUP H. Adam Malik Medan yang memiliki peralatan lebih lengkap.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 72: keterlambatan diagnosis kanker payudara

72

4.5.2 Tempat Pengobatan Lain

Hasil wawancara mendalam mengenai tempat pengobatan lain yaitu tempat

informan mendapatkan pengobatan sebelumnya (sebelum di RSUP H. Adam Malik

Medan) selain di rumah sakit/tempat pengobatan medis disajikan dalam matriks berikut:

Matriks 4.7 Tempat Pengobatan Lain

Informan Tempat informan mendapatkan pengobatan sebelumnya selain di rumah sakit/tempat pengobatan medis

1 Gak pernah ke sana, gak percaya. 2 Dulunya kan gini ya pertama kali ada benjolan sikit terus disini-

sinikan hilang, digini-ginikan hilang (sambil memegang payudara). Trus dibilang orang apa itu benjolan-benjolan bisa itu alternatif katanya gitu. Pigilah saya berobat ke alternatif berobat saya tiga bulan gitu.

3 Sebenarnya lebih percaya ke dokter cuma karena biaya tadi jadi ke alternatif ke Sinse.

4 Kebetulan saya gak pernah ke alternatif langsung ke dokter. 5 Gak pernah, saya gak percaya. Sakit apapun saya gak percaya. 6 Gak, yah gak, gak, pernah terpikirkan ke sana. Saya pun sebagai warga

masyarakat saya juga kader posyandu aktif di PKK jadi uda tahu juga dikit-dikit.

7 Gak pernah ke dukun atau alternatif tidak percaya saya.

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar informan yaitu

sebanyak 5 orang informan tidak mengobati penyakitnya ke tempat pengobatan selain

rumah sakit/tempat pengobatan medis sedangkan dua orang informan mengobati

penyakitnya ke tempat pengobatan alternatif.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 73: keterlambatan diagnosis kanker payudara

73

4.5.3 Jarak Tempat Pengobatan

Adapun hasil wawancara mendalam mengenai jarak tempat pengobatan

sebelumnya (sebelum di RSUP H. Adam Malik Medan) dari rumah informan disajikan

dalam matriks 4.8 di bawah ini. Dalam wawancara juga digali perbedaan letak antara

tempat pengobatan alternatif dan tempat pengobatan medis (puskesmas).

Matriks 4.8 Jarak Tempat Pengobatan

Informan Jarak tempat pengobatan sebelumnya dari rumah informan 1 Ada setengah jam ke puskesmas, setengah jam ke rumah sakit dari

rumah. 2 Puskemas jauh dari rumah kira-kira setengah jam. Jauhlah dukun

itu di Tebing. 3 Puskesmas jarak dua rumah dari rumah. Lebih jauhlah Sinse itu di

kota Tebing Tinggi. 4 Lumayan juga, ga papalah berapa jam, naek becak goceng, sekitar

dua puluh menit. 5 Jauh, kalo kami pegi bedua enam puluh ribu ongkos motor pulang

pegi. 6 Puskemas letaknya dekat, kira-kira seratus meter lebih kurang. 7 Jauhlah puskes di Langkat kota.

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa jarak rumah sebagian besar informan

yaitu 5 orang informan jauh dari tempat pengobatan medis (puskesmas) sedangkan jarak

rumah dua orang informan dekat dari puskesmas yaitu jarak dua rumah dan seratus meter.

Pertanyaan tentang perbandingan jarak tempat pengobatan medis (puskesmas) dan

pengobatan alternatif dari rumah informan ditanyakan kepada 2 orang informan yang

berobat ke alternatif. Dari matriks ditemukan bahwa jarak tempat pengobatan alternatif

lebih jauh daripada puskesmas.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 74: keterlambatan diagnosis kanker payudara

74

4.6 Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

4.6.1 Keluarga

Hasil wawancara mendalam mengenai pengaruh dan dukungan keluarga informan

kepada informan mengenai pengobatan kanker payudara disajikan dalam matriks 4.9 di

bawah ini:

Matriks 4.9 Pengaruh dan Dukungan Keluarga Informan terhadap

Pengobatan Kanker Payudara Informan Pengaruh dan dukungan keluarga informan terhadap

pengobatan kanker payudara 1 Ya berpengaruh, semua keluarga mendukung supaya sembuh, semua

nyuruh berobat ke rumah sakit. Suami yang paling membuat saya ingin berobat, dia mendukung saya untuk berobat.

2 Saya sendiri yang memutuskan berobat. Mereka bilang itu tergantung sama mamak, yang penting mamak sehat katanya gitu. Sebenarnya anak saya menyuruh saya ke rumah sakit.

3 Ya berobatlah gitu aja. Berobat kemanapun mau orang itu ngantar. Kayak ke Sinse itu. Suami mendukung pengobatan

4 Eh cemana ya. Justru dikasih saran sama keluarga, berobatlah ga ada uangmu pakelah Jamkesmas itu. Ya, suami setuju. Cemanalah mana untuk kesehatan dia setujulah. Walopun dioperasi mana yang terbaiklah.

5 Keluarga bilang jangan diangkat lantaran takut diangkat semua. Saya pasrah. Suami menyuruh diobati karna menyangkut nyawa.

6 Keluarga menganjurkan untuk berobat ke rumah sakit. Tanpa persetujuan suami kan gak mungkin saya operasi.

7 Kata keluarga berobat aja ke rumah sakit biar dioperasi. Mulanya saya tidak mau tetapi setelah didesak keluarga saya berobat. Suami mendukung berobat karna katanya bahaya penyakitnya.

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa seluruh informan didukung dan

dipengaruhi oleh keluarganya untuk mengobati penyakitnya. Sebagian besar informan

yaitu sebanyak 6 orang informan didukung untuk berobat ke pengobatan medis (rumah

sakit) sedangkan seorang informan didukung keluarga untuk mengobati penyakitnya ke

semua jenis pengobatan baik dengan pengobatan medis maupun non medis, bentuk

dukungan keluarga informan dengan mengantar informan berobat.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 75: keterlambatan diagnosis kanker payudara

75

Sebagian besar informan yaitu sebanyak 4 orang informan mendapatkan

dukungan dan pengaruh yang sangat kuat dari keluarganya sehingga informan

memutuskan berobat ke rumah sakit sesuai dengan saran keluarga informan. Pengaruh

dan dukungan keluarga tidak terlalu kuat pada 2 orang informan karena 2 orang informan

tidak mengikuti saran yang diberikan oleh keluarga informan. Seorang informan tetap

mengobati penyakitnya ke tempat pengobatan alternatif walaupun keluarga mendukung

dan mempengaruhi informan untuk berobat ke rumah sakit karena keputusan sepenuhnya

di tangan informan. Seorang informan tetap memutuskan untuk dioperasi walaupun

informan dipengaruhi dan didukung keluarganya untuk tidak dioperasi.

4.6.2 Teman

Adapun hasil wawancara mendalam mengenai dukungan dan pengaruh teman pada

informan untuk mengobati penyakitnya disajikan dalam matriks berikut:

Matriks 4.10 Pengaruh dan Dukungan Teman Informan terhadap Pengobatan Kanker Payudara Informan Pengaruh dan dukungan teman informan terhadap pengobatan

kanker payudara 1 Ya itulah waktu di rumah mereka gak tau saya di rumah sakit. Saya

gak tau gak pernah jumpa sampe sekarang. 2 Kekmanalah orang kampung kami masih kolot-kolot jadinya disuruh

ke dukun ini, ke dukun itu. 3 Karena ada tetangga yang kanker payudara sembuh trus dibilangnya

sudah sembuh. Dia berobat ke alternatif. Ya pigilah saya ke alternatif dari dia.

4 Kata mereka langsunglah berobat. 5 Disuruh ke rumah sakit trus kata teman-teman jangan diangkat, jangan

dioperasi. Saya tetap pasrah. Karena sudah 3 orang meninggal di tempat kami.

6 Kata mereka diusahakan untuk berobat ke rumah sakit, mereka malah bantu-bantu biaya juga.

7 Mereka nyuruh saya ke rumah sakit.

Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar informan yaitu

sebanyak 6 orang informan didukung dan dipengaruhi oleh teman informan untuk

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 76: keterlambatan diagnosis kanker payudara

76

mengobati penyakitnya sedangkan seorang informan tidak mengetahui respon atau reaksi

dari teman-temannya karena informan belum bertemu dengan teman-temannya. Hal ini

berarti dukungan dan pengaruh teman informan tidak menjadi salah satu pendukung

dalam pengambilan keputusan informan. Salah satu informan juga mendapatkan bantuan

biaya dari teman-temannya.

Pengaruh dan dukungan teman informan pada 3 orang informan menjadi

dukungan yang kuat dalam pengambilan keputusan informan karena informan

memutuskan berobat ke rumah sakit sesuai dengan saran teman-teman informan

sedangkan pada 2 orang informan pengaruh dan dukungan teman informan menjadi

dukungan yang sangat kuat karena informan memutuskan berobat ke tempat pengobatan

alternatif sesuai dengan saran dari teman-teman informan. Pengaruh dan dukungan teman

informan pada seorang informan tidak menjadi dukungan yang kuat karena informan

tetap memutuskan untuk berobat ke rumah sakit dan dioperasi walaupun teman-teman

informan menyarankan informan untuk tidak dioperasi.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 77: keterlambatan diagnosis kanker payudara

77

4.6.3 Petugas kesehatan

Hasil wawancara mendalam mengenai sikap petugas kesehatan kepada informan

dan kepercayaan informan pada petugas kesehatan di tempat pengobatan sebelumnya

disajikan dalam matriks 4.11 berikut:

Matriks 4.11 Petugas Kesehatan

Informan Sikap petugas kesehatan kepada informan dan kepercayaan informan pada petugas kesehatan di tempat pengobatan

sebelumnya 1 Ya percaya karena ingin sembuh apalagi orang itu baik-baik. 2 Baek-baeknya orang itu. Ya percayalah karena ingin sembuh. 3 Semuanya baek. Saya percaya sama dokter. 4 Baik, ramah. Saya percaya sama dokter. 5 Petugasnya baik sama saya. Ya percaya, lantaran kan ada obat sama

dia. 6 Baik, saya percaya. 7 Baik orang itu. Saya percaya sama dokter.

Berdasarkan matriks di atas dapat diketahui bahwa sikap petugas kesehatan

kepada seluruh informan baik. Seluruh informan mempercayai petugas kesehatan dapat

mengobati penyakitnya dan dapat menyembuhkan penyakitnya..

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 78: keterlambatan diagnosis kanker payudara

78

4.7 Keterlambatan Pengobatan

Adapun hasil wawancara mendalam mengenai riwayat penyakit informan dimulai

dari menemukan gejala-gejala kanker sampai informan dirawat inap di RSUP H. Adam

Malik Medan disajikan dalam matriks di bawah ini:

Matriks 4.12 Riwayat Penyakit Kanker Payudara Informan

Informan

1

Awalnya kan ibu batuk ga sembuh-sembuh (batuk) berobatlah ibu katanya sakit paru-paru. Habis itu pernah dibilang satu lagi katanya ibu kena jantung masuklah rumah sakit berobat jantung sampe di rumah sakit difoto trus dibilang kanker payudara. Ibu ya percaya kan. Karna gak ada kelengkapan ya itu sampe dioper ke sini. Saya berobat nunggu Jaskin.

2

Pertama gini kan ada benjolan di tetekku, di sebelah ketiaknya gitu. Ada 3 bulan gak kupegang-pegang gak ada memang gak ada. Ah terus lama-lama kemudian pigilah aku kerumah anakku. Nyucilah aku trus teteknya lari ke sini (menunjuk) apanya itu pintilnya itu. Mulailah dia menggigit. Cemanalah menggigit gak sakit. Terus pulang aku dari apa itu adalah sebulan aku ada di apa itu ke Sinse yang di Tebing sana. Terus kubilang kaya gitu ah Acing kok penyakit saya gak ada kurang-kurangnya malah tambah. Gak apa itulah mungkin habis obat. Itu 2 bulan eh 1 bulan pigi lagi ke Acing kenapa ini Pak Acing. Ga papa itu, nanti kalo gatal jangan digaruk ya. Saya sih percaya saya sehat. Namanya orang berobat gitu harus percaya. Setelah 3 bulan saya berobat, demam denyut. Gak mau lagi saya berobat ke alternatif trus sebulan pulanglah saya ke kampong. Saya pigi lagi ke alternatif diantar anak. Pigilah anakku gak mau lagi aku berobat ke alternatif. Itulah aku ke puskesmas dibilang kanker payudara trus ke rumah sakit Lumban Tobing baru dirujuk ke sini. Tapi aku berobat itu nunggu keluar dulu surat Jamkesmas.

3

Ya pertama kali itulah, pertama kali yang kecil umur 24 tahun. Trus saya kerja di Malaysia saya operasi yang kecil-kecil trus saya takut operasi. Trus saya diamkan selama 10 tahun walaupun sakit kalo kena AC. Karna gak ada biaya saya pigilah ke alternatif. Trus saya uruslah Jamkesmas jadi berobatlah saya ke rumah sakit di Tebing habis itu disuruhlah ke sini karna disana orang tu gak mampu.

4

Seringnya teraba saya gitu kan, karna gak ada sakit gak ada denyut tadi, jadi kita bawa diam. Namanya uda membesar, barulah kita besibuk. Karena uda membesar kita takut ada apa-apa. Sampe sekarang aktivitas saya kan gak terganggu. Kalo gak membesar mungkin gak berobat. Dari puskesmas apa mamma baru dirujuk ke rumah sakit umum Rantau Parapat baru dirujuk kemari. Tapi aku

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 79: keterlambatan diagnosis kanker payudara

79

nunggu dulu keluar surat Jamkesmas itu.

5

Pertama menemukan uda 2 bulan yang lalu (bulan Oktober), tapi datangnya uda dua tahun tapi gak tahu payudara. Lantaran warna hijau di nenen.Kupikir getah gak ilang-ilang saya bikin minyak tanah gak ilang juga. Pake sabun gak ilang-ilang. Itulah lantaran gak sakit sampe sekarang gak berdenyut. Sebelum operasi 1 bulan yang lalu saya tahu pasti sakitnya dari tipi. Di tipi dibilang pemirsa di rumah kalo ada pemirsa di rumah kanker payudara jangan segan-segan pergi kedokter kalo cepat pergi ke dokter cepat sembuhnya. Habisnya saya pegang di nenen saya, waktu saya pegang oh cuma saya kena payudara. Habis itu pergi ke doktor rumah sakit waktu saya periksa langsung trus dibilang perawat kena payudara saya. Kemana-mana saya pergi sampe ke 3 kecamatan ke teman-teman saya tanya sama dokter juga pura-pura gak tahu penyakit saya dibilang payudara. Saya gak setuju nenen saya keras lantaran gak punya anak. Itulah payudara katanya.Habis tu saya ke Rumah Sakit Kabupaten dibilang gak bisa diobati langsung disuruh ke Medan. Perawat langsung suruh kesini lantaran takut. Saya tunggu surat Jamkesmas.

6

Pertama kali disuruh meraba di puskesmas ada benjolan keras. Gejala-gejala gak ada sampe sekarang sakit cuman benjolan-benjolan. Pas ada pelayanan papsmear di puskesmas saya ikut. Trus saya minta tolong ke dokter puskemas tolonglah dok ini ada kayak keras apa ya trus kata dokternya coba kasih balsem mana tau angin trus dikasih makan obat ini kalo memang benjolannya gak ilang datang lagi. Kuceritakan sama teman-teman sesama kader aku ini ada apan benjolan keras di payudara. Kata mereka coba kasih balsem mana tau masuk angin. Lama-lama makin membesar. Kurasa ini membahayakan kataku. Itulah kata mereka coba konsultasi ke dokter dulu. Jadi dicoba konsultasi ke dokter di Sibolga. Ini kemungkinan tumor atau kanker katanya cobalah dulu diperiksa ke rumah sakit. Jadi, sementara karna saya tidak punya biaya saya diam dulu, jadi awak tanya biayanya sama dokter. Karna memikirkan biaya saya gak langsung mengobati penyakitnya. Trus disuruh ke rumah sakit, katanya ini nampaknya apa coba disedot dulu. Trus hasil sedotannya dikirim ke Medan katanya apa ibu gak langsung ke Medan. Di rumah sakit Sembiring katanya dinyatakan ganas. Saya tanya biayanya katanya puluhan juta. Ya itu karna puluhan juta saya tanya Askeskin tapi tidak bisa dipake lagi karna sudah tidak berlaku. Saya urus Jamkesmas . setelah selesai saya langsung berobat. Makanya disuruh ke sini.

7

Aku gak tahu darimana penyakit ini yang penting ada benjolan disini kutanya sama orang disuruh aku gosok-gosok pakai balasam. Ya kupikir masuk angin aja jadi kuambil balsam kugosok-gosok. Makin kugosok makin besar dia. Jadi suami bilang berobat aja kata orang bahaya, keluarga nyuruh ke rumah sakit kalo ke dukun-dukun gak. Kami pigilah ke rumah sakit Tanjung Pura. Jadi 2 dua minggu kami

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 80: keterlambatan diagnosis kanker payudara

80

kesini. Empat bulan ada jadi uda besar dia, disuruh kami ke Tanjung Pura. Uda ada dua bulan kami disuruh bolak-balik, bolak balik gak ada hasilnya. Itulah balek aja kami ke rumah. Itulah kami tunggu 2 bulan barulah kami disuruh ke Rumah Sakit Adam Malik, disana gak bisa alat-alat gak ada. Aku berobat pake Jamkesmas.

Berdasarkan matriks di atas dapat dilihat bahwa seluruh informan tidak langsung

mengobati penyakitnya ketika menemukan gejala kanker payudara bahkan informan

mengabaikan gejala-gejala kanker payudara yang ada padanya. Setelah penyakit yang

dideritanya semakin parah informan mengobati penyakitnya. Dua orang informan

mengobati penyakitnya ke pengobatan alternatif dan yang lainnya mengobati ke

pengobatan medis. Seluruh informan menemukan penyakit kanker payudara sudah pada

stadium III dilihat dari gejalanya yaitu benjolan membesar, payudara yang sudah hijau,

payudara sudah berkerut dan sakit paru-paru (metastasis).

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 81: keterlambatan diagnosis kanker payudara

81

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Informan

Karakteristik informan adalah ciri-ciri yang melekat pada informan. Informan

dalam penelitian ini terdiri dari 7 orang wanita penderita kanker payudara yang dirawat

inap dan datang pertama kali untuk berobat di RSUP H. Adam Malik Medan pada

stadium III. Berdasarkan tempat tinggal seluruh informan bertempat tinggal di luar kota

Medan dengan tempat tinggal informan yang terjauh dari kota Medan di Aceh yaitu

sebanyak 2 orang informan dan terdekat 1 orang informan di Tebing Tinggi.

5.2 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

Faktor predisposisi mencakup pendidikan, status perkawinan, pekerjaan dan

jaminan kesehatan, biaya pengobatan, rasa takut, pengetahuan, sikap, kepercayaan

terhadap pengobatan, dan riwayat keluarga.

5.2.1 Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditemukan bahwa tingkat pendidikan sebagian

besar informan rendah. Tingkat pendidikan formal terakhir informan paling tinggi adalah

SMA yaitu sebanyak 2 orang informan dan tingkat pendidikan formal terakhir informan

yang paling rendah adalah tidak tamat SD yaitu sebanyak 1 orang informan. Pendidikan

informan berpengaruh pada pengetahuan informan mengenai kanker payudara. Dalam

penelitian ini dapat dilihat bahwa pendidikan informan rendah sehingga pengetahuan

informan tentang kanker payudara kurang. Menurut Smet (1994) dalam model-model

struktur sosial dijelaskan bahwa individu-individu yang berbeda suku bangsa, pekerjaan,

atau tingkat pendidikan mempunyai kecendrungan yang tidak sama dalam mengerti dan

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 82: keterlambatan diagnosis kanker payudara

82

bereaksi terhadap kesehatan mereka. Dalam penelitian ini, seluruh informan memiliki

tingkat pendidikan yang berbeda namun seluruh informan sama-sama terlambat berobat.

5.2.2 Status Perkawinan

Dari hasil penelitian, ditemukan sebagian besar informan dengan status kawin

yaitu sebanyak 6 orang informan sedangkan informan yang lainnya yaitu sebanyak 1

orang informan dengan status janda (suami meninggal).

Informan yang memiliki suami mengatakan bahwa suami informan yang

mempengaruhi keputusan informan untuk berobat sedangkan informan yang janda

mengambil keputusan sendiri walaupun informan meminta saran dan pendapat dari orang

lain.

Pernyataan informan dengan status janda:

“Saya sendiri yang memutuskan berobat. Mereka bilang itu tergantung sama mamak, yang penting mamak sehat katanya gitu. Sebenarnya anak saya menyuruh saya ke rumah sakit.” Pernyataan informan yang memiliki suami: “………….Tanpa persetujuan suami kan gak mungkin saya operasi.” Kedua informan memiliki pernyataan yang berbeda mengenai cara pengambilan

keputusan. Informan dengan status janda mengambil keputusan untuk berobat dengan

meminta saran dari orang lain, baik dari anak-anaknya atauupun teman-temannya lalu

informan memutuskan sendiri tindakan yang harus diambil berdasarkan saran-saran yang

ada. Informan yang memiliki suami mengambil keputusan dengan mendiskusikan

tindakan yang akan diambil dengan suami lalu suami yang mengambil keputusan. Suami

informan yang memutuskan mengenai pengobatan yang akan dijalani oleh informan.

Informan tidak dapat mengobati penyakitnya tanpa persetujuan dari suaminya karena

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 83: keterlambatan diagnosis kanker payudara

83

informan tidak bertindak sebagai individu yang berdiri sendiri seperti informan yang

janda.

Seluruh informan dengan status kawin tidak bertindak sebagai individu tetapi

sebagai anggota keluarga. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Clark (1959)

dalam Sarwono (1997) yang menyatakan bahwa seorang pasien tidaklah bebas untuk

membuat keputusan yang segera dan menentukan mengenai kesehatannya sendiri. Status

perkawinan tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan karena informan yang

memiliki suami didukung oleh suaminya untuk mendapatkan pengobatan.

5.2.3 Pekerjaan dan Jaminan Kesehatan

Hasil penelitian mengenai pekerjaan informan, seluruh informan adalah ibu

rumah tangga. Seluruh informan tidak memiliki jaminan kesehatan seperti orang lain

yang memiliki jaminan kesehatan yang didapatkan dari pekerjaannya sehingga informan

tidak segera mengobati penyakitnya karena tidak memiliki jaminan kesehatan.

Seluruh informan mendapatkan jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin dan

sangat miskin yaitu Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Pada penelitian ini,

seluruh informan mengobati penyakitnya setelah mendapatkan Jamkesmas karena

informan tidak mampu membayar biaya pengobatan kanker payudara yang mahal.

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan Mechanic dalam Sarwono (1997) yang

menyatakan bahwa perilaku sakit erat hubungannya dengan konsep diri, penghayatan

situasi yang dihadapi, pengaruh birokrasi (karyawan yang mendapat jaminan perawatan

kesehatan yang baik akan cenderung merasa lebih cepat sakit daripada mereka yang

cenderung akan kehilangan nafkah hariannya jika tidak masuk karena sakit).

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 84: keterlambatan diagnosis kanker payudara

84

5.2.4 Biaya Pengobatan

Biaya pengobatan seluruh informan adalah dari Jamkesmas yang berasal dari

APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) sehingga seluruh informan tidak

membayar biaya pengobatan dengan biaya sendiri. Seluruh informan menyatakan

ketidaksanggupannya untuk membayar biaya pengobatan dengan biaya sendiri bahkan

sebagian besar informan menyatakan ketidaksanggupan membayar ongkos perjalanan

(transportasi) dari tempat tinggalnya untuk berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan.

Sebanyak 6 orang informan membayar ongkos perjalanan (transportasi) dari tempat

tinggalnya ke Medan dengan bantuan biaya dari saudara dan teman informan sedangkan

seorang informan lain membayar ongkos perjalanan (trasnportasi) dengan biaya sendiri.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Smet (1994) yang menyatakan bahwa

mahalnya biaya pengobatan membuat orang-orang akan menganggap gejala suatu

penyakit tidak serius. Taylor (1999) juga menyatakan salah satu faktor yang

menyebabkan penundaan pengobatan adalah biaya pengobatan yang dirasakan terutama

untuk orang-orang miskin. Sukardja (2002) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa

kelambatan pengelolaan kanker karena penderita tidak mempunyai biaya. Demikian juga

Hawari (2004) menyatakan bahwa salah satu faktor pada penderita kanker payudara yang

menyebabkan keterlambatan pengobatan adalah faktor sosial ekonomi (biaya operasi

mahal).

5.2.5 Rasa Takut

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian informan yaitu sebanyak 5 orang

mengalami ketakutan terhadap kanker payudara dan pengobatannya ketika informan

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 85: keterlambatan diagnosis kanker payudara

85

pertama kali mendengar dan mengetahui dari dokter bahwa penyakitnya adalah kanker

payudara.

Salah satu informan menyatakan ketakutannya terhadap pengobatan kanker

payudara yaitu operasi dalam pernyataannya berikut:

“Takut, takut operasi, kupikir mati nanti saya.” Pernyataan seorang informan lain yang juga takut terhadap operasi seperti berikut: “Perasaannya ya setelah tau sakit ini ya takut takutnya eh, takut operasi.” Sebagian informan yang lain takut terhadap bahaya dari kanker payudara yaitu

kematian seperti pernyataan 2 orang informan berikut:

“Karna saya takut akan penyakit ini takut membahayakan nyawa sementara anak masih kecil.” “Takutlah saya karna dibilang kanker payudara bahaya kata orang. Ya itulah takut mati.”

Salah satu informan menyatakan tidak takut terhadap penyakit kanker payudara

dan pengobatannya, seperti dalam pernyataannya berikut:

“Gak ada rasa takut orang dia gak sakit ga apa.” Dari pernyataannya, dapat dilihat bahwa informan tidak merasakan sakit karena informan

dapat bertoleransi dengan rasa sakit yang dialaminya. Informan menganggap penyakit

yang dideritanya tidak terlalu parah karena tidak adanya rasa sakit sehingga informan

santai menanggapi penyakitnya.

Seorang informan lain juga merasakan ketakutan seperti pernyataannya berikut:

“Perasaan saya kekmanalah ini kubilang kayak gitu. Ya dikampung kami gak ada penyakit kayak gini. Yah dikampung kami desa kali. Saya pasrah.”

Dari pernyataan informan di atas, dapat diketahui bahwa informan mengalami ketakutan

ketika informan pertama kali mengetahui bahwa dirinya terkena kanker payudara.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 86: keterlambatan diagnosis kanker payudara

86

Informan merasakan dirinya berbeda dengan masyarakat sekitarnya dan merasa heran

karena hanya dirinya yang menderita penyakit kanker payudara. Keadaan ini

menyebabkan dirinya tidak mempunyai teman berbagi informasi dan berbagi pengalaman

tentang penyakitnya sehingga sepertinya menjadi tekanan secara psikologi bagi

informan.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa seluruh informan mempunyai ketakutan

namun, rasa takut yang dialami seluruh informan tidak menghambat informan untuk

langsung mengobati penyakitnya. Salah seorang informan mengungkapkan ketakutannya

dalam pernyataannya berikut:

“Karna saya takut akan penyakit ini takut membahayakan nyawa sementara anak masih kecil. “

Ketakutan informan membuat informan ingin berobat agar lekas mendapatkan

kesembuhan sehingga informan terhindar dari kematian yang disebabkan penyakitnya.

Informan ingin tetap hidup agar informan bisa merawat anak-anaknya yang masih kecil.

Rasa sayang informan kepada keluarganya mengalahkan ketakutan informan atas

penyakitnya.

Mitchell dalam Hawari (2004) menyatakan bahwa salah satu faktor yang

menghambat datangnya pasien untuk berobat adalah karena rasa takut bahwa ia

menderita kanker, takut dioperasi, dan rasa takut berlebihan dalam hubungan emosional

dengan suaminya. Namun, dalam penelitian ini seluruh informan memang mengalami

ketakutan terhadap operasi kanker payudara dan kematian yang akan dialami jika

terlambat berobat namun ketakutan informan tidak menghambat informan untuk

mengobati penyakitnya karena informan ingin mendapatkan kesembuhan.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 87: keterlambatan diagnosis kanker payudara

87

5.2.6 Pengetahuan

Dari hasil penelitian, pengetahuan seluruh informan mengenai kanker payudara

(gejala kanker payudara, penyebab, pengobatan, dan SADARI) pada tingkat kurang.

Mengenai gejala kanker payudara, sebagian informan hanya mengetahui satu

gejala yaitu berupa benjolan pada payudara seperti pernyataan informan berikut:

“Ya kalo ciri-cirinya yang ada pada saya ada benjolan lama kelamaan makin membesar…..”\

Sebagian informan yang lainnya mengatakan bahwa gejala kanker payudara

adanya rasa sakit pada payudara seperti pernyataan salah satu informan berikut:

“Yang saya tahu ya itu payudaranya sakit……” Sebagian informan yaitu dua orang informan mengetahui dua gejala kanker

payudara yaitu adanya benjolan dan adanya rasa sakit pada payudara seperti pernyataan

informan berikut:

“Gejalanya payudaranya sakit, ada benjolannya di payudara……” Sedangkan seorang informan tidak mengetahui gejala kanker payudara seperti

pernyataan informan berikut:

“Kanker payudara itu apa penyakitnya lebih dua tahun tapi saya gak ngerti penyebabnya gak tahu. Dioperasi. Itu mencari benjolan di nenennya.”

Seorang informan mengetahui gejala kanker payudara seperti berikut:

“Gak tahu yang saya tahu dimakan teteknya itu….” Berdasarkan pernyataan informan diketahui bahwa informan mengetahui gejala kanker

payudara adalah dimakan teteknya. Informan memakai simbol “dimakan teteknya” dan

mengasumsikan sepertinya penyakit kanker payudara memakan payudaranya. Simbol

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 88: keterlambatan diagnosis kanker payudara

88

yang dikatakan oleh informan adalah untuk menyatakan bahwa gejala kanker payudara

adalah mulai timbul luka pada payudara dan puting susu seperti koreng atau eksim.

Seluruh informan hanya mengetahui 3 gejala kanker payudara yaitu adanya

benjolan payudara, adanya rasa sakit pada payudara, dan timbul luka pada payudara dan

puting susu seperti koreng atau eksim dari enam gejala kanker payudara yang

dikemukakan oleh Mardiana (2004). Menurut Mardiana (2004) gejala serangan kanker

payudara semakin banyak setelah melewati stadium dini atau memasuki stadium lanjut

yang terdiri dari rasa nyeri atau sakit pada payudara, adanya benjolan dan semakin lama

benjolan semakin membesar, payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena

mulai timbul pembengkakan, mulai timbul luka pada payudara dan putting susu seperti

koreng atau eksim, kulit payudara menjadi berkerut mirip kulit jeruk, dan terkadang

keluar cairan atau darah berwarna merah kehitam-hitaman dari puting susu.

Mengenai penyebab kanker payudara, seluruh informan tidak mengetahui

penyebab kanker payudara seperti pernyataan informan berikut:

“Ya penyebabnya gak tahu. “ Seluruh informan tidak mengetahui penyebab kanker payudara. Menurut Soetrisno

(1988) dalam Pane (2002) menyatakan penyebab kanker payudara belum diketahui secara

pasti. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang

terkait satu dengan yang lain.

Mengenai pengobatan kanker payudara seluruh informan mengetahui pengobatan

kanker payudara adalah dengan operasi, seperti pernyataan informan berikut:

“…..Memang diobati dengan operasi…”

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 89: keterlambatan diagnosis kanker payudara

89

Menurut Tjindarbumi (1994) dalam Pane (2002), pengobatan kanker payudara terdiri dari

Mastektomi, Penyinaran/radiasi, dan Kemoterapi.

Mengenai SADARI seluruh informan mengetahui SADARI adalah mencari

benjolan seperti pernyataan informan berikut:

“ Mencari benjolan di payudaranya.” Seluruh informan tidak mengetahui tentang SADARI sebelumnya. Informan mengetahui

SADARI setelah informan mendapatkan informasi dari petugas kesehatan mengenai

SADARI sehingga informan terlambat mengetahui dirinya terkena kanker payudara.

SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI) adalah deteksi dini kanker payudara untuk

menemukan kanker payudara. Seluruh informan kurang mengetahui tentang SADARI.

Jika informan tahu tentang SADARI maka penyakit kanker dapat ditemukan sejak dini

sehingga informan tidak terlambat mendapatkan pengobatan.

Sebagian besar informan mendapatkan pengetahuan tentang kanker payudara dari

petugas kesehatan sedangkan dua orang informan mendapatkan pengetahuan tentang

kanker payudara dari televisi, seperti pernyataan informan berikut:

“Ya penyebabnya saya kurang tahu. Ya kalo ciri-cirinya yang ada pada saya ada benjolan lama kelamaan makin membesar. Yang tua sama yang muda semua kena. Tidak tahu apa sebabnya kena. Harus diobati karena ganas dan mematikan. Dioperasi ngangkat payudaranya. Tahu dari iklan tipi, penyuluhan kesehatan di daerah. Meraba payudara untuk menemukan benjolan.”

Informan menggunakan kata ganas untuk mengatakan bahwa penyakit kanker payudara

bisa menyebabkan kematian. Informan ini mengetahui ciri-ciri kanker payudara sesuai

dengan ciri-ciri penyakit yang dideritanya. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu

((Notoatmodjo, 2007). Informan ini mengadopsi pengetahuan tentang kanker payudara

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 90: keterlambatan diagnosis kanker payudara

90

dari penyuluhan kesehatan di media elektronik. Informan hanya mengingat sedikit

mengenai informasi yang diterimanya dan hanya mengingat informasi yang disesuaikan

dengan keadaan dirinya. Informan hanya menyerap informasi sedikit saja dan informasi

yang diingatnya yang berhubungan dengan kondisi dirinya sehingga pengetahuan

informan kurang. Tingkat pengetahuan informan tentang penyakit kanker payudara pada

tingkat tahu.

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pendapat yang sama dinyatakan oleh

Green dalam Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan menjadi salah satu faktor

predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang atau masyarakat terhadap kesehatan.

Secara umum pengetahuan seluruh informan kurang. Pengetahuan informan tentang

kanker payudara yang kurang bisa disebabkan karena pendidikan informan yang rendah,

atau bisa juga karena informan hanya menyerap informasi yang berhubungan dengan

kondisi dirinya sehingga informasi lain tentang kanker payudara yang tidak berhubungan

dengan dirinya dianggap tidak penting. Pemilihan informasi yang diterima membuat

informan tidak mengingat seluruh informasi.

Pengetahuan informan pada tingkat tahu tentang kanker payudara dan SADARI.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sarwono (1997) yang menyatakan kadang-

kadang orang tidak pergi berobat atau menggunakan sarana kesehatan karena dia merasa

tidak mengidap penyakit. Sukardja (2002) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa

salah satu kelambatan penderita yang membuat kelambatan pada pengelolaan kanker

adalah karena penderita tidak mengerti atau kurang menyadari bahaya kanker. Hawari

(2004) juga menyatakan ketidaktahuan/ignorancy menjadi salah satu faktor yang

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 91: keterlambatan diagnosis kanker payudara

91

menyebabkan keterlambatan pengobatan kanker payudara. Dinas Kesehatan perlu

bekerjasama dengan yayasan kanker untuk memberikan pengetahuan dengan penyuluhan

tentang kanker payudara dan pengobatannya serta pentingnya melakukan SADARI untuk

mendeteksi sejak dini kanker payudara pada wanita usia subur. Petugas kesehatan di

RSUP H. Adam Malik Medan juga perlu memberikan pengetahuan berupa penyuluhan

tentang kanker payudara dan pengobatannya kepada keluarga informan yang wanita agar

keluarga informan dapat mendeteksi kanker payudara sejak dini karena salah satu faktor

resiko kanker payudara adalah adanya riwayat keluarga.

5.2.7 Sikap

Dari hasil penelitian mengenai sikap informan terhadap kanker payudara

ditemukan bahwa sebagian informan setuju dengan pendapat dokter mengenai

penyakitnya seperti pernyataan informan berikut:

“……Ya setuju apa yang dibilang dokter…”

Informan yang lain juga menyatakan setuju dengan pendapat dokter seperti pernyataan

informan berikut:

“Ya percaya apa yang dibilang dokter itu…..” Dari pernyataan informan dapat dilihat bahwa informan setuju dengan pendapat dokter

bahwa penyakitnya adalah penyakit kanker payudara yaitu dengan menyatakan

kepercayaan kepada perkataan dokter mengenai penyakitnya.

Sebagian informan menilai atau berpendapat bahwa penyakitnya tidak memiliki

gejala yang sama dengan gejala kanker payudara. Seorang informan membandingkan

kondisi yang dialaminya dengan pendapat dokter. Awalnya informan tidak setuju dengan

pendapat dokter bahwa penyakitnya adalah kanker payudara karena informan tidak

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 92: keterlambatan diagnosis kanker payudara

92

merasakan sakit seperti gejala kanker payudara. Namun akhirnya informan setuju dengan

pendapat dokter karena informan menganggap dokter lebih mengerti tentang penyakitnya

bila dibandingkan dengan dirinya dalam pernyataannya seperti berikut:

“Punya awak gaknya ada rasa sakit. Ya setuju apa yang dibilang dokter, kekmanalah awak gak ngerti. Dialah yang ngerti.”

Dari pernyataan informan dapat diketahui bahwa informan mengganggap dokter lebih

tahu daripada dirinya yang tidak memiliki pengetahuan seperti dokter.

Informan yang lain juga menyatakan tidak setuju dengan pendapat dokter seperti

pernyataan informan berikut:

“Ya katanya kanker itu sakit tapi punya ibu kan enggak, namanya gak pernah periksa katanya orang ini sakitnya uda lama tapi terasa ibu gak….. Katanya ada benjolan ini kan enggak….”

Informan membandingkan kondisinya dengan gejala kanker payudara yang dikatakan

oleh dokter. Informan tidak merasakan benjolan ataupun rasa sakit pada payudara

padahal penyakit kanker payudara sudah lama diderita oleh informan. Informan

mengakui bahwa informan tidak pernah memeriksa payudaranya sehingga informan tidak

mengetahui dirinya sudah menderita penyakit kanker payudara sejak lama.

Informan yang lain juga menyatakan tanggapannya seperti berikut:

“Kek ginilah kalo misalnya kanker payudara itu kan bukannya sampe ke tangan dimakan aja yang ditetek itu gitu….

Dari pernyataannya, informan tidak setuju penyakitnya adalah kanker payudara karena

informan mengetahui bahwa penyakit kanker payudara hanya mengenai payudara saja

tidak menjalar sampai tangan seperti yang dialami informan. Informan tidak mengetahui

bahwa penyakitnya sudah pada stadium lanjut karena penyakit kanker payudara yang

dideritanya sudah menjalar ke tangan.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 93: keterlambatan diagnosis kanker payudara

93

Informan yang lainnya juga menyatakan penilaiannya seperti berikut:

“Kupikir masuk angin saja karna cuma benjolan yang membesar…” Dari pernyataan informan dapat dilihat bahwa informan menilai penyakitnya hanya

sebatas masuk angin biasa karena hanya berupa benjolan yang membesar. Informan tidak

mengetahui bahwa benjolan pada payudara adalah salah satu gejala kanker payudara.

Seluruh informan kurang mengetahui kanker payudara sehingga ada sebagian

informan yang tidak setuju dengan pendapat dokter tentang penyakit kanker payudara

(tidak berespon terhadap penyakitnya). Dari sebagian informan yang tidak setuju dengan

pendapat dokter mengenai penyakitnya ditemukan bahwa penyakit yang dialami

informan dianggap informan bukan penyakit yang parah sehingga informan santai

menanggapi penyakitnya. Hal ini sesuai dengan pendapat David dalam Muzaham (1995)

yang menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa beberapa penderita gejala penyakit

yang cukup berat namun tidak meminta pertolongan dokter ialah karena mereka dapat

bertoleransi pada rasa sakit dan meragukan bahwa rasa sakit itu akan membawa akibat

negatif bagi kehidupannya.

Sebagian informan tidak setuju dengan pendapat dokter tentang penyakitnya

namun, seluruh informan menyatakan setuju untuk mengobati penyakitnya dan setuju

bahwa penyakitnya membahayakan sehingga harus diobati seperti pernyataan informan

berikut:

“……..Ya membahayakan, uda banyak contoh disekeliling kita. Kalo gak segera diatasi akan menyebabkan kematian..…”

Informan menyatakan bahwa penyakitnya berbahaya sehingga dapat menyebabkan

kematian pada penderitanya jika tidak segera mendapatkan pengobatan.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 94: keterlambatan diagnosis kanker payudara

94

Informan yang lainnya mengatakan penyakitnya perlu diobati supaya penyakitnya

sembuh seperti pernyataannya berikut:

“……….Ya setuju berobat karena ya supaya sembuh.”

Notoatmodjo (2007) menyatakan sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Seluruh informan memiliki

sikap yang cukup mengenai kanker payudara dan pengobatannya karena setelah

diberitahu oleh dokter bahwa informan menderita kanker payudara informan langsung

setuju untuk mendapatkan pengobatan seperti pernyatan informan berikut :

“…………Ya langsung berobat biar sembuh.”

Sikap seluruh informan terhadap kanker payudara adalah tidak berespon atau kurang dan

berdasarkan tingkatan sikap pada tingkat menerima.

5.2.8 Kepercayaan terhadap pengobatan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kepercayaan informan terhadap

pengobatan kanker payudara, ditemukan seluruh informan percaya bahwa penyakit

kanker payudara dapat sembuh dengan pengobatan oleh dokter (pengobatan medis)

seperti pernyataan informan berikut:

“Percaya. Saya percaya supaya sembuh penyakit saya.” Informan yang lainnya menyatakan bahwa dia akan sembuh dengan pengobatan medis

seperti berikut:

“Ya saya percaya, pengobatan dokter. Saya percaya bisa sembuh.”

Kepercayaan terhadap pengobatan membuat seluruh informan ingin segera mengobati

penyakitnya agar informan sembuh. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat J. Young

(1980) dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa kepercayaaan (faith) terhadap

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 95: keterlambatan diagnosis kanker payudara

95

keberhasilan dari pilihan pengobatan (terutama pengobatan tradisional) menjadi salah

satu unsur utama dari 4 unsur utama dalam pengambilan keputusan pilihan berobat.

5.2.9 Riwayat keluarga

Hasil penelitian mengenai ada tidaknya riwayat keluarga menderita kanker

payudara dalam keluarga informan ditemukan mayoritas informan tidak memiliki riwayat

keluarga menderita kanker payudara seperti pernyataan informan berikut:

“Gak ada cuma saya.” Informan lainnya juga menyatakan tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker

payudara seperti pernyataannya berikut:

“Gak ada saya sendiri.” Dari pernyataan seluruh informan yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker

payudara terdapat 2 kemungkinan. Kemungkinan pertama memang informan tidak

memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara. Kemungkinan kedua informan

memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara dan informan tidak mengetahui

bahwa penyakit keluarganya adalah kanker payudara. Hal ini bisa terjadi karena

lingkungan sosial informan tidak memiliki informasi mengenai penyakit kanker

payudara. Seluruh informan yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker

payudara tidak memiliki pengetahuan tentang kanker payudara karena tidak memiliki

pengalaman keluarga menderita penyakit kanker payudara.

Hanya 1 orang informan yang memiliki riwayat keluarga seperti pernyataannya

berikut:

“Ada, anak adek ibu saya. Uda meninggal. Ga tahu, orang kampong gak dibilang payudara. Uda 4 tahun baru dibilang payudara, kalo kata orang Aceh barah memek dibilang.”

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 96: keterlambatan diagnosis kanker payudara

96

Informan memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara namun, informan tidak

mengetahui tentang kanker payudara karena masyarakat di daerahnya tidak mengetahui

bahwa penyakit yang diderita keluarga informan adalah kanker payudara dan baru

diketahui empat tahun setelah saudara informan meninggal dunia. Masyarakat di

kampung informan memakai istilah barah memek untuk mengatakan bahwa penyakit

keluarga informan adalah kanker payudara. Informan memakai simbol barah memek

karena informan melihat luka yang membusuk pada payudara orang yang menderita

kanker payudara. Salah satu gejala kanker payudara pada stadium lanjut adalah adanya

luka yang membusuk pada payudaranya. Setelah informan mengetahui penyakit kanker

payudara informan memakai istilah payudara untuk mengatakan bahwa penyakitnya

kanker payudara padahal payudara adalah nama lain dari nenen atau tetek. Walaupun

informan memiliki riwayat keluarga kanker payudara, namun pengetahuan informan

mengenai kanker payudara kurang karena keterbatasan informasi tentang kanker

payudara pada lingkungan sosial sekitar informan.

Sebagian besar informan tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker

payudara sehingga informan tidak memiliki pengetahuan tentang kanker payudara karena

informan tidak memiliki pengalaman dengan penyakit kanker payudara. Hasil penelitian

ini sesuai dengan pendapat David dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa nilai

dari suatu tindakan yang berkaitan dengan upaya menangani gejala penyakit bersumber

dari pengalaman seseorang selaku kelompok sosial. Salah satu faktor resiko kanker

payudara adalah adanya riwayat keluarga menderita kanker atau kanker payudara.

Petugas kesehatan di RSUP H. Adam Malik Medan perlu memberikan pengetahuan

dengan penyuluhan tentang kanker payudara dan SADARI kepada keluarga informan

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 97: keterlambatan diagnosis kanker payudara

97

yang wanita agar keluarga informan dapat mendeteksi sejak dini kanker payudara pada

dirinya.

5. 3 Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber yang perlu untuk

melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan,

personalia, sekolah, klinik atau sumber daya serupa itu. Faktor pemungkin juga

menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya. Biaya, jarak, ketersediaan

transportasi, jam buka, dan lain sebagainya merupakan faktor pemungkin dalam arti ini.

Dalam penelitian ini faktor pemungkin terdiri dari fasilitas pengobatan di tempat

pengobatan sebelum di RSUP H. Adam Malik Medan, tempat pengobatan lain, dan jarak

tempat pengobatan.

5.3.1 Fasilitas Pengobatan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai fasilitas pengobatan di tempat pengobatan

sebelumnya seluruh informan menyatakan bahwa fasilitas pengobatan tidak lengkap

sehingga informan berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan seperti pernyataan informan

berikut:

“Orang Rumah Sakit Umum di Tebing tidak mampu, peralatan tidak lengkap.”

Informan yang lainnya juga menyatakan bahwa rumah sakit tempatnya berobat tidak

memiliki peralatan yang lengkap sehingga informan dirujuk ke RSUP H. Adam Malik

Medan seperti pernyataan informan berikut:

“Gak da kelengkapan di sana makanya dirujuk ke sini.”

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 98: keterlambatan diagnosis kanker payudara

98

Informan yang lain menyatakan bahwa rumah sakit tempatnya berobat tidak

memiliki obat untuk kanker payudara sehingga informan dirujuk ke RSUP H. Adam

Malik Medan seperti pernyataan berikut:

“Di Rumah Sakit Sibolga gak lengkap peralatannya, gak ada obat untuk kanker payudara. Dirujuk ke sini.”

Fasilitas pengobatan yang tidak lengkap di rumah sakit daerah tempat tinggal

informan membuat informan harus mengobati penyakitnya ke RSUP H. Adam Malik

Medan yang memiliki fasilitas pengobatan yang lebih lengkap.

Seluruh informan dirujuk ke rumah sakit umum di daerahnya setelah seluruh

informan dinyatakan menderita penyakit kanker payudara di puskesmas,. Fasilitas

pengobatan kanker payudara yang tidak lengkap di rumah sakit umum daerah membuat

informan harus berobat di RSUP H. Adam Malik Medan yang memiliki peralatan lebih

lengkap. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sukardja (2002) yang menyatakan

bahwa salah satu faktor yang membuat kelambatan pengelolaan kanker adalah faktor

rumah sakit yang kurang memiliki perlengkapan untuk pengobatan.

5.3.2 Tempat pengobatan lain

Dari hasil penelitian mengenai tempat pengobatan lain ditemukan mayoritas

informan yaitu sebanyak 5 orang informan mengobati penyakitnya hanya ke tempat

pengobatan medis seperti pernyataan informan berikut:

“Gak pernah ke sana, gak percaya. “ Sebagian besar informan menyatakan bahwa informan tidak percaya pada pengobatan

selain pengobatan medis (pengobatan non medis) seperti pernyataan berikut:

“Gak pernah ke dukun atau alternatif tidak percaya saya.”

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 99: keterlambatan diagnosis kanker payudara

99

Informan yang lain menyatakan bahwa dia tidak pernah terpikir untuk mengobati

penyakitnya di alternatif karena informan mendapatkan pengetahuan untuk tidak

mengobati penyakit ke tempat pengobatan non medis dari kegiatannya sebagai kader

posyandu dan anggota PKK seperti berikut:

“Gak, yah gak, gak, pernah terpikirkan ke sana. Saya pun sebagai warga masyarakat saya juga kader posyandu aktif di PKK jadi uda tahu juga dikit-dikit.”

Dari pernyataan sebagian informan ditemukan bahwa informan tidak pernah berobat ke

tempat pengobatan non medis karena tidak percaya dan telah menjadi kebiasaan informan

untuk mengobati penyakitnya ke dokter seperti berikut:

”Kebetulan saya gak pernah ke alternatif langsung ke dokter.” Sedangkan 2 orang informan menyatakan bahwa mereka mengobati penyakitnya

ke alternatif sebelum ke pengobatan medis seperti pernyataan informan berikut:

“Dulunya kan gini ya pertama kali ada benjolan sikit terus disini-sinikan hilang, digini-ginikan hilang (sambil memegang payudara). Trus dibilang orang apa itu benjolan-benjolan bisa itu alternatif katanya gitu. Pigilah saya berobat ke alternatif berobat saya tiga bulan gitu. “

Informan menyatakan bahwa dia mengobati penyakitnya ke pengobatan alternatif karena

terpengaruh oleh teman-temannya. Informan mendapatkan pengetahuan tentang

pengobatan alternatif dari teman-temannya.

Informan yang lainnya juga menyatakan mengobati penyakitnya ke pengobatan

alternatif dalam pernyataannya berikut:

“Sebenarnya lebih percaya ke dokter cuma karena biaya tadi. Ke alternatif waktu punya anak satu itulah karena gak ada biaya tadi.”

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 100: keterlambatan diagnosis kanker payudara

100

Informan sebenarnya tidak mempercayai pengobatan non medis atau alternatif namun,

informan tetap mengobati penyakitnya ke tempat pengobatan alternatif karena informan

tidak sanggup membayar biaya pengobatan medis.

Hasil penelitian pada informan yang mengobati penyakitnya di tempat pengobatan

alternatif sejalan dengan penelitian para ahli (seperti Jordaan, 1985; Sarwono, 1992; dan

Slamet-Velsink, 1992) dalam Sarwono, di negara-negara seperti Indonesia penderita

pergi berobat ke dukun atau ahli-ahli pengobatan tradisional lainnya sebelum mereka

datang ke petugas kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tempat pengobatan

lain tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan karena hanya 2 orang informan yang

mengobati penyakitnya di alternatif.

5.3.3 Jarak tempat pengobatan

Dari hasil penelitian mengenai jarak tempat pengobatan sebelumnya (sebelum

berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan) dari rumah informan ditemukan bahwa

sebagian besar rumah informan jauh dari tempat pengobatan sebelumnya yaitu puskemas

seperti pernyataan seorang informan berikut:

“Puskemas jauh dari rumah kira-kira setengah jam. ….” Jarak rumah informan yang lain dekat dari tempat pengobatan sebelumnya yaitu

dari puskemas seperti pernyataan seorang informan berikut:

“Puskemas letaknya dekat, kira-kira seratus meter lebih kurang.” Dari tiga orang informan, jarak rumah informan yang paling dekat dengan puskemas

adalah seorang informan dengan jarak dua rumah dari puskesmas seperti pernyataannya

berikut:

“Puskesmas jarak dua rumah dari rumah.”

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 101: keterlambatan diagnosis kanker payudara

101

Pada penelitian ini didapatkan jarak tempat pengobatan sebelumnya yaitu puskemas dari

rumah informan tidak membuat informan menunda pengobatan karena seorang informan

tetap mengobati penyakitnya walaupun jarak puskesmas jauh dari rumah informan seperti

pernyataannya berikut:

“Jauh, kalo kami pegi bedua enam puluh ribu ongkos motor pulang pegi.” Penelitian juga dilakukan kepada informan yang menggunakan tempat pengobatan

non medis (alternatif) untuk mengetahui perbandingan jarak tempat pengobatan medis

dan non medis dari rumah informan. Dari hasil penelitian ditemukan jarak tempat

pengobatan alternatif lebih jauh dari puskesmas/rumah sakit tempat informan berobat

seperti pernyataan dua orang informan berikut:

“Lebih jauhlah Sinse itu di kota Tebing Tinggi.” “Jauhlah dukun itu di Tebing.”

Dari perbandingan jarak tempat pengobatan alternatif dan medis dari rumah informan

didapat kesimpulan bahwa jarak tempat pengobatan alternatif lebih jauh bila

dibandingkan dengan puskesmas dan jarak yang lebih jauh tidak menghalangi informan

untuk berobat. Jarak tempat pengobatan tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan

karena informan tetap mengobati penyakitnya walaupun jarak tempat pengobatan jauh

dari rumah informan.

5.4 Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan

memperoleh dukungan atau tidak, terdiri dari dukungan dan pengaruh keluarga,

dukungan dan pengaruh teman, serta sikap petugas kesehatan.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 102: keterlambatan diagnosis kanker payudara

102

5.4.1 Keluarga

Hasil penelitian mengenai dukungan dan pengaruh keluarga terhadap pengobatan

informan, ditemukan bahwa seluruh informan mendapatkan dukungan dan pengaruh

keluarga untuk mengobati penyakitnya seperti pernyataan informan berikut:

“Kata mereka berobat aja ke rumah sakit biar dioperasi.”

Seluruh informan mendapatkan dukungan dan pengaruh untuk berobat, namun

seorang informan tidak sepenuhnya didukung untuk mengobati penyakitnya karena

informan dilarang keluarga untuk mengangkat payudaranya seperti pernyataannya

berikut:

”Mereka bilang jangan diangkat lantaran takut diangkat semua…”

Menurut keluarga informan, tindakan yang dianggap cocok untuk mengobati penyakit

informan adalah pengobatan jenis lain bukan pengangkatan payudara. Hasil penelitian ini

sejalan dengan pendapat David dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa masing-

masing kelompok sosial memiliki nilai dan norma mengenali gejala penyakit berikut

tindakan yang dianggap cocok untuk dijalankan. Informan tetap memutuskan untuk

berobat karena suami informan yang paling mendukung dan mempengaruhi informan

untuk berobat seperti pernyataannya berikut:

”............Suami menyuruh diobati karna menyangkut nyawa.” Dari pernyataan informan, dapat dilihat bahwa suami informan yang paling berpengaruh

dalam pengambilan keputusan pengobatan yang akan dijalani oleh informan. Informan

dan suaminya takut terhadap akibat penyakit kanker payudara yaitu kematian

penderitanya.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 103: keterlambatan diagnosis kanker payudara

103

Sebagian besar informan yang memiliki suami menyatakan bahwa suamilah yang

paling berpengaruh atas pengambilan keputusan informan seperti pernyataan informan

berikut:

“……Tanpa persetujuan suami kan gak mungkin saya operasi.”

Sebagian besar informan mendapatkan dukungan keluarga untuk mengobati

penyakitnya di tempat pengobatan medis seperti pernyataan informan berikut:

“Mereka menganjurkan untuk berobat ke rumah sakit.” Seorang informan tetap memutuskan untuk berobat ke alternatif seperti saran

teman-teman informan karena status informan yang janda, informan sepenuhnya yang

memutuskan untuk berobat seperti pernyataan berikut:

“Saya sendiri yang memutuskan berobat. Mereka bilang itu tergantung sama mamak, yang penting mamak sehat katanya gitu. Sebenarnya anak saya menyuruh saya ke rumah sakit. “

Informan lebih memilih untuk mengikuti saran teman-temannya. Hal ini mungkin terjadi

karena status informan yang janda dan informan yang paling tua dalam keluarga

sedangkan yang memberi saran adalah anak-anak informan yang dianggap lebih muda

dan kurang berpengalaman. Informan lebih percaya pada teman-temannya yang dianggap

lebih berpengalaman.

Pada penelitian ini keluarga hanya sebagai pendukung dan pemberi saran, semua

keputusan ada di tangan informan sendiri. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat

Geertsen (1988) dan Sarafino (1990) yang menyatakan bahwa sektor non medis yang

terdiri dari keluarga, teman, dan tetangga mungkin bisa membantu individu menafsirkan

sebuah gejala, memberi nasehat mengenai bagaimana mencari bantuan medis,

menyarankan cara penyembuhan, atau memberi saran untuk berkonsultasi dengan orang

lain (Smet, 1994). Freidson (1961) dalam Muzaham (1995) juga menemukan bahwa

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 104: keterlambatan diagnosis kanker payudara

104

teman dan anggota keluarga menjadi orang yang pertama diminta nasehatnya berkaitan

dengan penyakitnya.

Pada penelitian didapatkan keluarga mendukung informan untuk berobat ke

pengobatan medis dan mendapatkan pengobatan secepatnya. Seluruh informan akhirnya

memutuskan untuk berobat setelah mendapatkan pengaruh dan dukungan dari keluarga

untuk mengobati penyakitnya.

5.4.2 Teman

Hasil penelitian mengenai dukungan dan pengaruh teman-teman terhadap

pengobatan informan ditemukan mayoritas informan yaitu 6 orang informan

mendapatkan dukungan dan pengaruh dari teman-teman untuk mengobati penyakitnya

seperti pernyataan informan berikut:

“Kata mereka kalo memang apa langsunglah berobat, orang ini gratis dibawalah itu.”

Hanya 1 orang informan yang tidak mengetahui reaksi/dukungan teman-

temannya karena tidak sempat bertemu dengan teman-teman seperti pernyataanya

berikut:

“Ya itulah waktu di rumah mereka ga tau saya di rumah sakit ya itulah. Saya ga tau ga pernah jumpa sampe sekarang.”

Dari pernyataan infroman dapat dilihat bahwa ada atau tidaknya dukungan dari teman-

teman informan tidak mempengaruhi informan dalam mengambil keputusan. Informan

lebih dipengaruhi keluarga dibandingkan teman-temannya.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 105: keterlambatan diagnosis kanker payudara

105

Dari 6 orang informan yang mendapatkan dukungan dari teman-teman, 4 orang

informan disarankan dan didukung untuk mendapatkan pengobatan di medis seperti

pernyataan informan ketujuh seperti berikut:

“Mereka nyuruh saya ke rumah sakit.” Seorang informan dilarang untuk mendapatkan semua jenis pengobatan oleh

teman-temannya. Teman-teman informan melarang informan menjalani operasi untuk

mengangkat payudaranya karena sudah ada pengalaman tetangga informan yang

meninggal setelah operasi. Namun, informan tetap memutuskan untuk operasi, seperti

pernyataanya berikut:

“Disuruh ke rumah sakit trus kata teman-teman jangan diangkat, jangan dioperasi. Karena sudah 3 orang meninggal di tempat kami. “

Seorang informan yang lain didukung dan disarankan oleh teman-temannya untuk

berobat ke pengobatan alternatif seperti pernyataan informan kedua berikut:

“Ya, Yalah orang kampung kami kan masih kolot-kolot pergilah berobat ke sana berobat ke sini. Yang dukun itu yang dukun ini. Kekmanalah kita mau sahat kan. Dukun sana pinter dukun sini pinter. Jadinya ke dukun.”

Informan mengikuti saran dan dukungan dari teman-temannya. Informan dan teman-

temannya tidak memiliki pengetahuan tentang kanker payudara karena informan yang

menjadi penderita pertama di daerahnya. Teman-teman informan memberikan saran

sesuai dengan pengalaman mereka sembuh dari penyakitnya dengan pengobatan

alternatif.

Seorang informan lain juga didukung dan disarankan ke pengobatan alternatif

seperti pernyataan informan berikut:

“Karena ada tetangga yang kanker payudara sembuh trus dibilangnya sudah sembuh. Dia berobat ke alternatif. Ya pigilah saya ke alternative dari dia.”

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 106: keterlambatan diagnosis kanker payudara

106

Teman informan mendukung dan menyarankan informan mengobati penyakitnya ke

pengobatan alternatif karena memiliki pengalaman sembuh dengan pengobatan alternatif.

Pengalaman teman informan mendorong dan mempengaruhi informan untuk mengobati

penyakitnya di alternatif walaupun informan tahu bahwa penyakit temannya itu tidak

separah penyakitnya.

Dari kedua informan yang berobat ke tempat pengobatan alternatif dapat dilihat

bahwa teman-teman mendukung informan untuk berobat walaupun tempat pengobatan

yang disarankan bukan ke pengobatan medis sehingga membuat informan terlambat

datang ke pengobatan medis yang seharusnya dijalani agar penyakitnya mendapatkan

pengobatan secepatnya. Hasil penelitian pada ketiga informan sejalan dengan pendapat

David dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa masing-masing kelompok sosial

memiliki nilai dan norma mengenali gejala penyakit berikut tindakan yang dianggap

cocok untuk dijalankan.

Teman-teman tidak mempengaruhi keterlambatan pengobatan karena seluruh

informan dipengaruhi oleh teman-temannya untuk berobat walaupun sebagian informan

tetap memutuskan sendiri tindakan yang akan diambilnya karena yang paling

berpengaruh pada pengambilan keputusan adalah keluarganya sedangkan 2 orang

informan mengambil keputusan atas pengaruh dari teman-temannya. Hasil penelitian ini

sejalan dengan pendapat Geertsen (1988) dan Sarafino (1990) yang menyatakan bahwa

sektor awam yang terdiri dari keluarga, teman, dan tetangga mungkin bisa membantu

individu menafsirkan sebuah gejala, memberi nasehat mengenai bagaimana mencari

bantuan medis, menyarankan cara penyembuhan, atau memberi saran untuk berkonsultasi

dengan orang lain (Smet, 1994). Freidson (1961) dalam Muzaham (1995) juga

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 107: keterlambatan diagnosis kanker payudara

107

menemukan bahwa teman dan anggota keluarga menjadi orang yang pertama diminta

nasehatnya berkaitan dengan penyakitnya.

5.4.3 Petugas kesehatan

Hasil penelitian mengenai dukungan dan pengaruh petugas kesehatan terhadap

pengobatan informan sebelumnya, seluruh informan mempercayai petugas kesehatan

seperti pernyataan informan pertama berikut:

“Baek-baeknya orang itu. Ya percayalah karena ingin sembuh.” Seorang informan menyatakan kepercayaannya pada petugas kesehatan karena informan

menganggap petugas memiliki obat untuk menyembuhkan penyakitnya seperti

pernyataan berikut:

“Petugasnya baik sama saya. Ya percaya, lantaran kan ada obat sama dia.” Seluruh informan menyatakan bahwa sikap petugas kesehatan kepada informan

baik sehingga informan mempercayai petugas. Informan mempercayai petugas kesehatan

dapat membantu kesembuhan penyakitnya. Dalam penelitian ini, petugas kesehatan

mendukung informan untuk mengobati penyakit kanker payudara. Hasil penelitian sesuai

dengan pendapat Kleinman yang menyatakan bahwa para profesional kesehatan yang

terdiri dari organisasi-organisasi profesi di bidang penyembuhan yang resmi dan ada

sanksinya seperti dokter, perawat, bidan, dan psikolog mempengaruhi seseorang dalam

perawatan kesehatan.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 108: keterlambatan diagnosis kanker payudara

108

5.5 Keterlambatan Pengobatan

a. Tindakan informan ketika pertama kali menemukan penyakit

Hasil penelitian mengenai tindakan informan ketika pertama kali menemukan

penyakit, seluruh informan tidak langsung mengobati penyakitnya seperti pernyataan

informan berikut:

“…….Trus saya diamkan selama 10 tahun walaupun sakit kalo kena AC…..”

Sebagian informan yaitu 3 orang informan mendiamkan penyakitnya dan tindakan

informan ini termasuk dalam tahap procrastination dari lima tahap yang ada. Menurut

Suchman dalam Sarwono (1997) procrastination yaitu proses penundaan pencarian

pengobatan sewaktu gejala sakit dirasakan. Dari ketiga informan hanya 1 orang informan

yang merasakan rasa sakit pada payudaranya seperti pernyataannya berikut:

“Seringnya teraba saya gitu kan, karna gak ada sakit gak ada denyut tadi, jadi kita bawa diam.”

Gejala-gejala kanker payudara sudah dialami informan namun, informan tidak segera

mengobati penyakitnya karena pengetahuannya tentang kanker payudara tidak ada.

Informan mendiamkan penyakitnya karena informan menganggap penyakitnya tidak

parah dan tidak mengganggu kegiatan informan sehari-hari. Informan memiliki sikap

yang tidak baik karena informan tidak mengobati penyakitnya yang disebabkan

pengetahuan informan tentang kanker payudara tidak ada. Hasil penelitian ini sejalan

dengan pendapat David dalam Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa salah satu

alasan mengapa beberapa penderita gejala penyakit yang cukup berat namun tidak

meminta pertolongan dokter ialah karena mereka dapat bertoleransi pada rasa sakit dan

meragukan bahwa rasa sakit itu akan membawa akibat negatif bagi kehidupannya.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 109: keterlambatan diagnosis kanker payudara

109

Sebagian informan mengobati penyakitnya sesuai dengan caranya sendiri seperti

seorang informan yang menyuci payudara dengan sabun dan menggosokkan minyak

tanah ke payudaranya setelah menemukan gejala pada payudaranya dalam pernyataannya

berikut:

“Pertama menemukan uda 2 bulan yang lalu (bulan Oktober), tapi datangnya uda dua tahun tapi gak tahu payudara. Lantaran warna hijau di nenen.Kupikir getah gak ilang-ilang saya bikin minyak tanah gak ilang juga. Pake sabun gak ilang-ilang.”

Sedangkan 2 orang informan yang lain juga mengobati penyakitnya dengan caranya

sendiri yaitu dengan menggosokkan balsam ke payudaranya dalam pernyataan seorang

informan berikut:

“Trus saya minta tolong ke dokter puskemas tolonglah dok ini ada kayak keras apa ya trus kata dokternya coba kasih balsem mana tau angin trus dikasih makan obat ini kalo memang benjolannya gak ilang datang lagi.” Informan menyuci payudaranya dengan sabun mandi dan menggosok

payudaranya dengan minyak tanah karena informan berpikir payudaranya terkena getah

sehingga dengan sabun dan minyak tanah getah itu akan hilang. Pengobatan dilakukan

informan kemungkinan karena kebiasaan masyarakat membersihkan getah pada pakaian

dengan sabun dan jika getah tidak hilang dibersihkan dengan minyak tanah. Tindakan

informan menggosok payudaranya dengan balsam karena informan berpikir benjolan

pada payudaranya karena masuk angin sehingga dengan menggosokkan balsam maka

masuk anginnya bisa hilang. Tindakan informan menggosokkan balsam pada

payudaranya kemungkinan didapatkan dari teman-teman informan dan kebiasaan

informan. Tindakan ketiga informan untuk mengobati penyakitnya dengan caranya

sendiri disebut perilaku sakit pada tahap self medication. Menurut Suchman dalam

Sarwono (1997) self medication adalah mengobati sendiri dengan berbagai ramuan.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 110: keterlambatan diagnosis kanker payudara

110

Ketiga informan mengobati penyakitnya dengan balsam, sabun dan minyak tanah karena

informan tidak memiliki pengetahuan tentang penyakit kanker payudara. Ketiga informan

tidak mengetahui bahwa gejala yang dialaminya adalah gejala kanker payudara.

Sedangkan 2 orang informan yang lainnya mengobati penyakitnya dengan

pengobatan alternatif seperti pernyataannya berikut:

“Karna gak ada biaya saya pigilah ke alternatif.”

Tahap yang dilakukan dua orang informan yang mengobati penyakitnya ke tempat

pengobatan alternatif termasuk dalam tahap perilaku sakit yaitu tahap shoping. Menurut

Suchman dalam Sarwono (1997) shoping yaitu proses mencari beberapa sumber yang

berbeda dari medical care untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya

adalah untuk mencari dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai harapa

yaitu dengan pergi mengobati penyakitnya dengan pengobatan medis.

Tindakan informan ketika pertama kali menemukan penyakitnya adalah kurang.

Seluruh informan tidak segera mengobati penyakitnya yang disebabkan ketidaktahuan

informan tentang penyakit kanker payudara sehingga sikapnya kurang (tidak berespon

terhadap penyakitnya).

b. Tindakan informan setelah mengetahui penyakitnya

Sebagian informan mendapatkan informasi tentang kanker payudara dari dokter

yang mengobati penyakitnya ketika berobat seperti pernyataan informan berikut:

“Habis itu pernah dibilang satu lagi katanya ibu kena jantung masuklah rumah sakit berobat jantung sampe di rumah sakit difoto trus dibilang kanker payudara.”

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 111: keterlambatan diagnosis kanker payudara

111

Seorang informan mendapatkan pengetahuan tentang kanker payudara dari

penyuluhan kesehatan di televisi seperti pernyataannya berikut:

“Sebelum operasi 1 bulan yang lalu saya tahu pasti sakitnya dari tipi. Di tipi dibilang pemirsa di rumah kalo ada pemirsa di rumah kanker payudara jangan segan-segan pergi kedokter kalo cepat pergi ke dokter cepat sembuhnya.”

Setelah mendapatkan informasi, informan langsung melihat keadaan penyakitnya dan

mendapati bahwa dirinya terkena kanker payudara seperti pernyataannya berikut:

“………Habisnya saya pegang di nenen saya, waktu saya pegang oh cuma saya kena payudara. Habis itu pergi ke doktor rumah sakit waktu saya periksa langsung trus dibilang perawat kena payudara saya….”

Informan tidak langsung mengobati penyakitnya karena informan tidak setuju dengan

pendapat dokter bahwa penyakit yang dialaminya adalah penyakit kanker payudara (tidak

berespon). Informan berusaha mencari pengakuan dari orang lain bahwa penyakitnya

bukan kanker payudara, namun semua orang yang ditemuinya tetap mengatakan bahwa

penyakitnya adalah kanker payudara seperti pernyataannya berikut:

“…….Kemana-mana saya pergi sampe ke 3 kecamatan ke teman-teman saya tanya sama dokter juga pura-pura gak tahu penyakit saya dibilang payudara. Saya gak setuju nenen saya keras lantaran gak punya anak……..”

Pada informan ini, keterlambatan pengobatan terjadi karena informan tidak setuju dengan

pendapat dokter bahwa penyakitnya kanker payudara.

Hasil penelitian mengenai tindakan informan setelah mengetahui penyakitnya

adalah kanker payudara, seluruh informan tidak langsung mengobati penyakitnya karena

tidak memiliki biaya seperti informan dalam pernyataannya berikut:

“Tapi aku berobat itu nunggu keluar dulu surat Jamkesmas.”

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 112: keterlambatan diagnosis kanker payudara

112

Seorang informan mengobati penyakitnya ke pengobatan alternatif karena tidak

memiliki biaya walaupun akhirnya mengobati penyakitnya ke pengobatan medis setelah

surat Jamkesmas keluar seperti pernyataannya berikut:

“……Karna gak ada biaya saya pigilah ke alternatif. Trus saya uruslah Jamkesmas jadi berobatlah saya ke rumah sakit di Tebing habis itu disuruhlah ke sini karna disana orang tu gak mampu.”

Seluruh informan telah diberikan pengetahuan tentang penyakit kanker payudara

oleh dokter dan telah setuju untuk mengobati penyakitnya tetapi tidak diwujudkan karena

tidak memiliki biaya untuk mengobati penyakitnya. Menurut Anderson dalam

Notoatmodjo (2007) dalam model penggunaan pelayanan kesehatan seluruh informan

tidak memiliki pendukung yaitu kemampuan untuk membayar biaya pengobatannya

sehingga tidak menggunakan pelayanan kesehatan. Tindakan informan setelah

mengetahui penyakitnya adalah kurang karena informan tidak segera mengobati

penyakitnya disebabkan tidak ada biaya untuk mengobati penyakitnya.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 113: keterlambatan diagnosis kanker payudara

113

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

keterlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker payudara di RSUP H.Adam

Malik Medan Tahun 2008, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

6.1 Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan terdiri dari 2 faktor

yaitu faktor predisposisi (predisposing factor) dan faktor pemungkin (enabling

factor) sedangkan faktor penguat (reinforcing factor) tidak mempengaruhi

keterlambatan pengobatan.

2. Faktor predisposisi (predisposing factor) yang mempengaruhi keterlambatan

pengobatan yaitu pendidikan informan rendah dan informan tidak memiliki

riwayat keluarga menderita kanker payudara sehingga informan tidak memiliki

pengalaman dan pengetahuan tentang penyakit kanker payudara sebelumnya.

Sikap informan kurang berespon terhadap penyakitnya, namun ketika informan

tahu penyakit kanker payudara informan setuju mendapatkan pengobatan. Masa

inkubasi penyakit kanker payudara lama sehingga informan tidak tahu sudah

menderita kanker payudara pada stadium III dan ketika informan memutuskan

untuk berobat informan sudah terlambat untuk mendapatkan pengobatan.

3. Faktor pemungkin (enabling factor) yang mempengaruhi keterlambatan

pengobatan yaitu fasilitas pengobatan di tempat pengobatan sebelumnya yang

tidak lengkap sehingga informan harus dirujuk ke RSUP H.Adam Malik Medan,

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 114: keterlambatan diagnosis kanker payudara

114

4. Faktor penguat (reinforcing factor) tidak mempengaruhi keterlambatan

pengobatan karena ketiga komponen faktor ini baik keluarga, teman ataupun

petugas kesehatan menguatkan informan untuk segera mengobati penyakitnya.

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang

kanker payudara dan pentingnya melakukan SADARI (pemerikSAan payuDAra

sendiRI) dengan menggunakan media seperti leaflet, brosur dan pemutaran video

cara melakukan SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI) di televisi kepada

seluruh wanita yang berusia subur (cancer age) untuk menemukan kanker

payudara sejak dini sehingga penderita dapat cepat mendapatkan pengobatan.

2. Diharapkan kepada dinas kesehatan bekerja sama dengan Yayasan Kanker

Indonesia (YKI) di Medan untuk memberikan penyuluhan tentang kanker

payudara dan SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI) kepada wanita berusia

subur (cancer age), seperti penyuluhan dan peragaan SADARI (pemerikSAan

payuDAra sendiRI) di televisi, penyuluhan dengan leaflet, dan penyuluhan

dengan brosur.

3. Diharapkan kepada petugas kesehatan di RSUP H. Adam Malik Medan agar

memberikan penyuluhan tentang kanker payudara dan SADARI (pemerikSAan

payuDAra sendiRI) kepada keluarga informan yang wanita dengan menggunakan

media yang ada seperti pemutaran video cara melakukan SADARI (pemerikSAan

payuDAra sendiRI) di televisi dan penyuluhan menggunakan brosur.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 115: keterlambatan diagnosis kanker payudara

115

DAFTAR PUSTAKA Dalimartha, Dr. Setiawan. 2004. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Anti

Kanker.Jakarta : Penebar Swadaya. Foster/Anderson. 2005. Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI Press. Glanz, Karen., K. Rimer, Barbara., dan Lewis, Frances Marcus. 2002. Health Behavior

and Health Education Theory, Research, and Practise. San Fransisco : Jossey Bass A Wiley Imprint.

Green, L., W. Kreuten, Marshall., G. Deeds, Sigrid., dan B. Partridge, Kay. 1980. Health

Education Planning A Diagnostic Approach. California : Mayfield Publishing Company.

Hawari, Prof. Dr. dr. H. Dadang. 2004. Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi Jakarta :

Balai Penerbit FKUI Jakarta. Karnadihardja, Warko. 1987. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Kusminarto, Dr. 2005. Deteksi Dini Kanker Payudara, Jawaban untuk

Menghindar.http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=402&Itemid=3. 9 Juni 2008.

Mardiana, Lina. 2004. Kanker pada Wanita, Pencegahan dan Pengobatan dengan

Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya. Moleong, Levy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya. Muzaham, Fauzi. 1995. Sosiologi Kesehatan. Jakarta : UI Press. Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, SKM, MCom.H. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan

Aplikasi cetakan pertama. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo, SKM, MCom.H. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu

Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Nurlela, Feby. 2005. Karakteristik Penderita Kanker Payudara yang dirawat inap di

Rumah Sakit Haji Medan tahun 2000-2004. Medan : Skripsi FKM USU. Pane, Masdalina. 2002. Aspek Klinis dan Epidemiologis Penyakit Kanker Payudara.

Jakarta : Majalah Medika No. 8 tahun XXVIII. Profil RSUP Adam Malik Medan. 2006.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 116: keterlambatan diagnosis kanker payudara

116

Purba, Nesli.M. 2004. Karakteristik Penderita Kanker Payudara yang dirawat inap

di RS St. Elisabeth Medan tahun 2000-2002. Medan : skripsi FKM USU. Pusat Komunikasi Publik Setjen DepKes . 2008. Deteksi Kanker Leher Rahim dan

KankerPayudara.Jakarta http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3081&Itemid=2 .diakses pada 9 Juni 2008.

Sani, Asrul. 2003. Hubungan Antara Besar Tumor (T1-T3) dan Tipe Histopatologi

Kanker Payudara dengan Adanya Metastase Pada Kelenjar Getah Bening Aksila. http://72.14.235.132/search?q=cache:otf__43nmEAJ:library.usu.ac.id/download/fk/bedah-asrul.pdf+Hubungan+Antara+Besar+Tumor+(T1-T3)+dan+Tipe+Histopatologi+Kanker+Payudara+dengan+Adanya+Metastase+Pada+Kelenjar+Getah+Bening+Aksila&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id Medan : jurnal FK USU.

Sarwono, Solita.1997. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep dan Aplikasinya.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Sitopu, Selli Dosrani. 2004. Karakteristik Penderita Kanker Payudara yang dirawat

inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 1998-2002. Medan : skripsi FKM USU.

Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Soebroto, J.B., Ahmad Ghozali, Evi Yuliati R.. 2001. Rancang Bangun Alat Pembuat

Model Peraga Periksa Payudara Sendiri (Sadari) untuk Meningkatkan Jangkauan/Kuantitas dan Efektifitas Penyuluhan Deteksi Dini Kanker Payudara di Masyarakat volume II no 3. Jakarta : www.asosiasi politeknik.or.id.12 Juni 2008.

Soekimin. 2006. 65% Pasien Kanker Terlambat Berobat. Jakarta :

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1141877979,22552, Diakses pada 20 Juni 2008.

Standar Pelayanan Medik RSUP H. Adam Malik Medan. 2006. Sukardja, I Dewa Gede. 2000. Onkologi Klinik edisi 2. Surabaya : Airlangga University

Press. Supit, Nina I.S. 2002. Deteksi Dini Keganasan Payudara dalam Deteksi Dini Kanker.

Jakarta : FK UI. Sutjipto Sp.B.(K) Onk, Dr.. 2006. Berdamai dengan Kanker Payudara. Sehat Plus.

Nomor 12 Volume 4. Jakarta : PT Citra Niskala Nusantara.

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 117: keterlambatan diagnosis kanker payudara

117

Tjindarbumi, D. 2002. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya

dalam Deteksi Dini Kanker. Jakarta : FK UI. Tambunan, dr. Gani W., Loekito, Joko S., dan Soekimin (1992). 1992. Strategi Deteksi Dini

Kanker Payudara Stadium Awal. Jakarta : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_StrategiDeteksiKankerPayudaraStadiumAwal.pdf/06_StrategiDeteksiKankerPayudaraStadiumAwal.html Cermin Dunia Kedokteran.

Tambunan, dr. Gani. W. 1996. Diagnosis dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker

Terbanyak di Indonesia. Jakarta: EGC. Widiyanto, Puguh. 1999. Pengetahuan dan Sikap Wanita Dewasa tentang

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara. Jakarta www.info.stikesmuhgombong.ac.id/edisi2puguh.doc+Pengetahuan+dan+Sikap+Wanita+Dewasa+tentang+Pemeriksaan+Payudara+Sendiri+(SADARI)+dalam+Upaya+Deteksi+Dini+Kanker+Payudara.&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id. 13Juni 2008

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 118: keterlambatan diagnosis kanker payudara

118

PEDOMAN WAWANCARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMABATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER

PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008

Daftar Pertanyaan

I. Identitas Informan

1. Nama :

2. Pendidikan :

3. Status Perkawinan :

4. Pekerjaan :

5. Jaminan Kesehatan :

6. Alamat :

II. Pertanyaan Wawancara

A. Faktor predisposisi (predisposing factor)

1. Apa ada rasa takut setelah anda tahu menderita kanker payudara sehingga anda

terlambat mengobati penyakit anda?

Probing :

a. Apa yang anda pikirkan tentang diri anda ketika anda tahu anda terkena

kanker payudara?Apa yang anda rasakan?

b. Apakah anda langsung setuju untuk mendapatkan pengobatan?Jika

menunda pengobatan, mengapa anda menunda pengobatan, apa anda

takut?Takut pada apa?

2. Pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI

Probing :

a. Bisa anda jelaskan apa ciri-ciri kanker payudara, bahaya dari kanker

payudara, penyebab kanker payudara, cara mencegah kanker payudara dan

siapa saja yang bisa terkena kanker payudara?

b. Apa itu SADARI?

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 119: keterlambatan diagnosis kanker payudara

119

3. Sikap

a. Bagaimana tanggapan anda atas penyakit yang anda derita? Apakah anda

setuju jika sakit kanker payudara harus diobati?

b. Mengapa anda setuju untuk berobat?Kapan anda memutuskan untuk berobat?

4. Apakah anda percaya anda akan sembuh dengan pengobatan anda?

5. Mengapa anda terlambat berobat padahal ada anggota keluarga yang menderita

kanker payudara?

Probing :

a. Apakah ada anggota keluarga anda yang menderita kanker payudara

sebelumnya?Apakah dia masih hidup?

B. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

1. Apakah menurut anda fasilitas yang anda dapatkan memadai dan lengkap untuk

menolong kesembuhan?Mengapa?

2. Apakah sebelumnya anda berobat pada tempat pengobatn selain pengobatan medis

sehingga anda terlambat berobat ke rumah sakit?

Probing :

a. Dimana anda berobat sebelumnya?

3. Apakah karena jarak rumah anda jauh anda terlambat berobat?

Probing :

a. Berapa jauh rumah anda dari tempat pengobatan?

b. Berapa jauh jaraknya dari rumah anda?

C. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)

1. Mengapa akhirnya anda memutuskan untuk berobat?Siapa yang memutuskan?

Apakah atas saran dari keluarga?Siapa yang paling berpengaruh?

Probing :

a. Apakah suami anda mendukung pengobatan anda?

b. Apa tanggapan keluarga ketika anda menceritakan anda menderita kanker

payudara?Apakah mereka menyarankan kepada anda untuk berobat? Mengapa?

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009

Page 120: keterlambatan diagnosis kanker payudara

120

c. Apa tanggapan keluarga ketika anda menceritakan tentang gejala kanker

payudara?menderita peyakit kanker payudara?Apakah mereka menyarankan

kepada anda untuk berobat?Mengapa?

2. Apakah teman-teman juga yang membantu anda memutuskan untuk berobat?

Probing :

a. Apa tanggapan orang lain atas penyakit anda?Apakah mereka menyarankan

kepada anda untuk berobat?Mengapa?

3. Bagaimana sikap petugas kesehatan di tempat pengobatan sebelumnya?Apakah anda

percaya bahwa petugas kesehatan dapat membantu kesembuhan anda?Mengapa?

D. Keterlambatan Pengobatan

1. Apa yang anda lakukan ketika anda tahu anda terkena kanker payudara?

Probing :

a. Bisa tolong ceritakan bagaimana awalnya anda menemukannya sampai sekarang

anda berobat?Apakah anda melakukan SADARI?

b. Apa yang anda lakukan ketika anda menemukan gejala-gejala itu?Apakah anda

langsung berobat?

c. Kapan anda memutuskan untuk berobat?Mengapa?

d. Jika tidak, mengapa?

Ristarolas Tiolena H. : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan Pada Wanita Penderita Kanker Payudara RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009