11
Wisnu Samodro: Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari Volume 17 Nomor 1, Juli 2019 53 KAJIAN TEKSTUR DRAMATIK LAKON MINTARAGA SAJIAN WAYANG WONG SRIWEDARI Wisnu Samodro Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta Jl. Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta, 57126 Email : [email protected] ABSTRAK Penelitian berjudul “ Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari” merupakan penelitian kualitatif dengan cara melihat pertunjukan dan menganalisis menggunakan teori Tekstual. Teori ini dikemukakan oleh Satoto yang mengungkapkan bahwa tekstur dramatik adalah sesuatu yang terindera. Hasil penelitan ini mengungkap berbagai elemen pertunjukan meliputi dialog, iringan musik dan spektakel. Dialog dapat didengar pilah atau tidaknya yang disesuaikan dengan karakter tokoh yang dimainkan, iringan musik dapat didengar dan dikaji mengenai keselarasan dengan adegan yang dimainkan sedangkan spektakel dapat dilihat dengan indera penglihatan mengenai bentuk setting, properti dan tata cahaya yang digunakan dalam pertunjukan Wayang Wong Sriwedari Lakon Mintaraga. Kata kunci: Tekstur dramatik, Dialog, Spektakel. ABSTRAK The research entitled “Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari” is a qualita- tive research by looking at performances and analyzing using Textual theory. This theory was put forward by Satoto. It says that dramatic texture is something that is sensed. The results of this research reveal the various elements of the show including dialogue, musical accompaniment and spectacles. Dialogue can be heard according to the characters being played, musical accompaniment can be heard and studied in harmony with the scene played, while the spectacle can be seen regarding to the form of setting, properties and lighting used in the Wayong Wong Sriwedari performance lakon Mintaraga . Keywords: Dramatic Texture, Dialogue, Spectacles. A. Pengantar Wayang wong merupakan salah satu bentuk kesenian yang telah mengalami puncak keemasan dan dianggap sebagai kesenian yang adi luhung. Di dalam pertunjukan wayang wong terdapat berbagai ajaran kehidupan meliputi nilai-nilai Ketuhanan, kepahlawanan, rohaniah, pengorbanan serta nilai-nilai luhur yang mengedepankan ajaran hidup manusia. Pertunjukan wayang wong sebagai salah satu bentuk teater tradisi mempunyai media ungkap yang paling lengkap, sebab mempunyai penyajian cerita melalui serentetan adegan-adegan, dengan pemeran-pemeran yang melakukan dialog, menari serta iringan musik (Hersapandi 1998:4). Menurut Hersapandi, sebuah pertunjukan wayang wong memiliki beberapa unsur. Unsur tersebut dibagi menjadi dua yakni unsur pokok dan unsur pendukung. Unsur pokok dalam wayang wong meliputi lakon , catur, tari, dan karawitan iringan, sedangkan unsur pendukung meliputi tata cahaya, busana, dan properti. Unsur pokok dan unsur pendukung dalam wayang wong tidak bisa berdiri sendiri karena harus saling terkait ( 1998: 67-680). Wayang kulit dan wayang wong di Jawa hidup dan berkembang secara berdampingan, keduanya saling mempengaruhi. Wayang wong dapat dikatakan sebagai drama tari berdialog yang menggunakan tari, tembang, dan aktor-aktornya dilakukan oleh manusia, sedangkan wayang kulit (purwa) diperankan oleh boneka kulit yang dimainkan oleh dalang. Cerita wayang kulit dan wayang wong ialah epos Mahabarata dan Ramayana. Wayang wong merupakan sebuah genre tari yang bisa dikatakan sebagai pertunjukan total (total theatre) yang di dalamnya tercakup seni tari, sastra, drama, musik, dan seni rupa. Konsepsi dasar wayang wong mengacu pada wayang kulit purwa, maka personifikasi wayang kulit purwa dan transformasi wayang kulit ke dalam wayang wong

KAJIAN TEKSTUR DRAMATIK LAKON MINTARAGA SAJIAN …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN TEKSTUR DRAMATIK LAKON MINTARAGA SAJIAN …

Wisnu Samodro: Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari

Volume 17 Nomor 1, Juli 2019 53

KAJIAN TEKSTUR DRAMATIK LAKON MINTARAGASAJIAN WAYANG WONG SRIWEDARI

Wisnu SamodroProgram Pascasarjana

Institut Seni Indonesia SurakartaJl. Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta, 57126

Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian berjudul “ Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari” merupakanpenelitian kualitatif dengan cara melihat pertunjukan dan menganalisis menggunakan teori Tekstual. Teori inidikemukakan oleh Satoto yang mengungkapkan bahwa tekstur dramatik adalah sesuatu yang terindera. Hasilpenelitan ini mengungkap berbagai elemen pertunjukan meliputi dialog, iringan musik dan spektakel. Dialogdapat didengar pilah atau tidaknya yang disesuaikan dengan karakter tokoh yang dimainkan, iringan musikdapat didengar dan dikaji mengenai keselarasan dengan adegan yang dimainkan sedangkan spektakel dapatdilihat dengan indera penglihatan mengenai bentuk setting, properti dan tata cahaya yang digunakan dalampertunjukan Wayang Wong Sriwedari Lakon Mintaraga.

Kata kunci: Tekstur dramatik, Dialog, Spektakel.

ABSTRAK

The research entitled “Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari” is a qualita-tive research by looking at performances and analyzing using Textual theory. This theory was put forward bySatoto. It says that dramatic texture is something that is sensed. The results of this research reveal thevarious elements of the show including dialogue, musical accompaniment and spectacles. Dialogue can beheard according to the characters being played, musical accompaniment can be heard and studied in harmonywith the scene played, while the spectacle can be seen regarding to the form of setting, properties and lightingused in the Wayong Wong Sriwedari performance lakon Mintaraga .

Keywords: Dramatic Texture, Dialogue, Spectacles.

A. Pengantar

Wayang wong merupakan salah satu bentukkesenian yang telah mengalami puncak keemasandan dianggap sebagai kesenian yang adi luhung. Didalam pertunjukan wayang wong terdapat berbagaiajaran kehidupan meliputi nilai-nilai Ketuhanan,kepahlawanan, rohaniah, pengorbanan serta nilai-nilailuhur yang mengedepankan ajaran hidup manusia.Pertunjukan wayang wong sebagai salah satu bentukteater tradisi mempunyai media ungkap yang palinglengkap, sebab mempunyai penyajian cerita melaluiserentetan adegan-adegan, dengan pemeran-pemeranyang melakukan dialog, menari serta iringan musik(Hersapandi 1998:4). Menurut Hersapandi, sebuahpertunjukan wayang wong memiliki beberapa unsur.Unsur tersebut dibagi menjadi dua yakni unsur pokokdan unsur pendukung. Unsur pokok dalam wayangwong meliputi lakon , catur, tari, dan karawitan iringan,

sedangkan unsur pendukung meliputi tata cahaya,busana, dan properti. Unsur pokok dan unsurpendukung dalam wayang wong tidak bisa berdirisendiri karena harus saling terkait ( 1998: 67-680).Wayang kulit dan wayang wong di Jawa hidup danberkembang secara berdampingan, keduanya salingmempengaruhi. Wayang wong dapat dikatakansebagai drama tari berdialog yang menggunakan tari,tembang, dan aktor-aktornya dilakukan oleh manusia,sedangkan wayang kulit (purwa) diperankan olehboneka kulit yang dimainkan oleh dalang. Ceritawayang kulit dan wayang wong ialah epos Mahabaratadan Ramayana. Wayang wong merupakan sebuahgenre tari yang bisa dikatakan sebagai pertunjukantotal (total theatre) yang di dalamnya tercakup senitari, sastra, drama, musik, dan seni rupa. Konsepsidasar wayang wong mengacu pada wayang kulit purwa,maka personif ikasi wayang kuli t purwa dantransformasi wayang kulit ke dalam wayang wong

Page 2: KAJIAN TEKSTUR DRAMATIK LAKON MINTARAGA SAJIAN …

Jurnal Seni Budaya

54 Volume 17 Nomor 1, Juli 2019

sebagai ekspresi arstistik serta langkah kreatif daninovatif dalam kesenian tentu melahirkan tata nilai baruperkembangan seni wayang. Seni tradisional wayangwong tumbuh dan berkembang pesat di daerahYogyakarta dan Surakarta. Namun demikian, menurutWinoto (2006), seni pertunjukkan wayang wong padamasing-masing daerah memiliki gaya tersendiri. Salahsatu kelompok pertunjukkan wayang wong yangterkenal di daerah Surakarta adalah kelompok WayangWong Sriwedari. Kelompok ini merupakan sebuahorganisasi sosial yang terdiri dari beberapa pekerjaseni yang mempuyai bekal dan keahlian yang berbeda-beda, antara lain; sutradara, penari, pengrawit, dalang,pinata cahaya, dan kru pertunjukkan. Wayang WongSriwedari, yang berfungsi sebagai presentasi estetis,memiliki sejarah dan perkembangan yang begitupanjang yang dimulai dari seni istana menjadi senikomersial (Azhari, 2015).

Menurut Pigeud (dalam Hersapandi, 1999),perkembangan wayang wong sampai pada tahun 1895tidak pernah sekalipun ditampilkan di luar istanadikarenakan wayang wong adalah hiburan yang hanyadiperuntukkan untuk Raja dan keluarga keraton, namunpada perkembanganya pada tahun 1911 untuk pertamakalinya oleh Gan Kam didirikan rombongan wayangkomersial yang bertujuan untuk dipertunjukan kepadamasyarakat dan bukan lagi untuk kalangan istana.Penonton diwajibkan membayar tiket untuk dapatmelihat pertunjukan. Dari situlah, kelompok WayangWong Sriwedari terbentuk dengan adanya dukunganbeberapa anggota wayang wong panggung yang telahmemiliki pengalaman cukup tinggi dalam pementasankeliling kota-kota besar di Indonesia. Selain difungsikansebagai media komersialisasi, kelompok ini jugadidirikan guna melengkapi fasilitas hiburan yang adadi Taman Sriwedari atau dikenal sebagai Kebon Raja.

Pada masa-masa kejayaannya sekitar tahun1970 hingga 1990 an, pertunjukkan yang digelar olehWayang Wong Sriwedari merupakan sebuahpertunjukkan yang dinanti-nanti, tidak hanya olehwarga pribumi namun juga oleh masyarakat Cina(Hersapandi, 1999). Namun seiring dengan semakinmaju dan pesatnya pembangunan, Wayang WongSriwedari mengalami kemunduran yang signifikan.Pembangunan di sini berkonotasi sebagai upayaperbaikan akses dan standar kehidupan manusiasehingga membawa dampak terhadap pandangan or-ang berkenaan dengan seni pertunjukkan wayang wong(Azhari, 2015). Nampaknya kemunduran dari WayangWong Sriwedari menjadi sorotan dari pemerintahSurakarta saat itu. Pemerintah Surakarta mempunyainiat untuk mengembangkan kesenian yang hampir mati

itu karena merupakan produk budaya yang harusdilestarikan.

Sejak tahun 2001, Dinas Pariwisata Seni danBudaya melalui surat keputusan Wali Kota SurakartaNomor 25 tahun 2001, Wayang Wong Sriwedari dalamstruktur organisasinya dikelola oleh SeksiPengendalian dan Pelestarian Aset Seni dan Budaya.Sebagai bagian dari institusi pemerintah, makadukungan dana pembiayaan produksi serta gaji seluruhanak wayang dan staf, pembiayaan gedung besertafasilitasnya menjadi tanggung jawab Dinas yangmembawahinya tersebut. Hal tersebut merupakanbukti dari pemerintah yang peduli terhadap keseniandan akhirnya Wayang Wong Sriwedari menjadisemakin eksis. Sejumlah prestasi pun pernah diraiholeh kelompok wayang ini, salah satunya tercatat diMuseum Rekor Muri sebagai organisasi WayangWong tertua di Jawa Tengah yang masih aktif. Selainitu, Wayang Wong Sriwedari juga sering menggelarpertunjukkan di berbagi kota besar seperti Denpasardan Jakarta serta di negara Eropa Barat sepertiJerman.

Pertunjukkan Wayang Wong Sriwedaribiasanya digelar di Gedung Wayang Wong Sriwedari,sebelah Barat Museum Radya Pustaka. Pertunjukkanwayang wong oleh kelompok ini dilakukan setiap hariSenin sampai Sabtu, mulai pukul 20.00 – 23.00 WIB.Tiket masuk untuk pertunjukkan pun relatif sangatmurah dan dapat dijangkau oleh hampir semuakalangan. Hanya dengan membayar uang tiketsebesar tujuh ribu rupiah, pengunjung sudah dapatmenikmati sajian wayang orang yang dilaksanakanoleh kelompok ini.

Salah satu pertunjukkan yang dilakukan olehkelompok Wayang Wong Sriwedari adalah sebuahlakon yang berjudul Mintaraga. Cerita Mintaraga sendirimerupakan gubahan dari Serat Arjuna Wiwaha karyaEmpu Kanwa yang sekarang lebih dikenal sebagaiBegawan Ciptaning yang dibangun pada jamanSurakarta awal yang merupakan jarwan ‘terjemahan’dari epos Kakawin Arjuna Wiwaha (Sulaksono, 2011.Tesis). Sementara itu, cerita Arjuna Wiwahamerupakan bagian ketiga kitab Mahabrata, yaitu bagianWanaparwa yang mengisahkan tentang Pandawayang mengalami pembuangan di hutan Kamyakaselama dua belas tahun. Karya Arjuna Wiwahaberbentuk kakawin dengan menggunakan bahasaJawa Kuno yang mana menceritakan Arjuna sebagaiseorang Witaraga, yaitu sosok yang bebas darikeinginan dan nafsu-nafsunya (Sulaksono, 2011.Tesis). Dalam bahasa Jawa Baru Witaraga dikenalsebagai Mintaraga, sebuah cerita dengan tokoh Arjuna

Page 3: KAJIAN TEKSTUR DRAMATIK LAKON MINTARAGA SAJIAN …

Wisnu Samodro: Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari

Volume 17 Nomor 1, Juli 2019 55

yang melakukan pertapaan di gunung Indrakila, guaMintaraga, untuk mencapai kesempurnaan hidup.

Lakon Mintaraga sajian Wayang WongSriwedari menjadi salah satu lakon yang menarik untukdikaji secara tektsur pertunjukan. Bentuk Pertunjukanini mengandung banyak dialog, mood, spektakel danbentuk gending yang unik dan berbobot. Hal tersebutdikarenakan pertunjukan lakon Mintaraga digarapsecara total selama hampir tiga bulan. Tidak sepertilakon lakon sebelumnya yang hampir tidak ada latihansaat akan pentas. Lakon wayang wong biasanyahanya melalui proses penuangan satu jam sebelumdipentaskan. Nampaknya lakon Mintaraga ini digarapsecara baik oleh sutradara Agus Prasetyo karenauntuk ditampilkan dalam acara Konggres Senawangiyang di hadiri para seniman dan pejabat pejabat. Olehsebab itu sangat berbobot jika pertunjukan ini dikajisecara tekstur pertunjukannya.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptifdengan menggunakan metode kualitatif. Dalam hal ini,deskriptif artinya terurai dalam bentuk kata-kata dantidak menggunakan angka. Sementara itu metodekualitatif didefinisikan sebagai prosedur penilaian yangmenghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulisdari fenomena yang diamati (Moleong, 2007). Bentukpenelitian kualitatif dapat memberikan rincian yangkompleks tentang fenomena yang sulit dijelaskandengan menggunakan angka. Pemilihan jenispenelitian deskriptif kualitatif ini disesuaikan denganpermasalahan yang akan dibahas serta tujuanpenelitian. Untuk membahas permasalahan danmencapai tujuan penelitian, metode deskriptif kualitatifmenggunakan strategi berpikir fenomenologis yangbersifat lentur dan terbuka serta menekankananalisisnya secara induktif dengan meletakkan datapenelitian bukan sebagai alat pembuktian, tetapisebagai modal dasar untuk memahami fakta (Sutopo,2002, hal. 47). Fakta yang akan dideskripsikan dalampenelitian ini adalah Tekstur Dramatik. Teksturdramatik adalah unsur-unsur dalam lakon yang menjadipijakan dalam penyusunan desain pementasan. Jikapenjabaran dan analisa struktur dramatik merupakanunsur yang bertujuan untuk menciptakan pemahamanmaka tekstur dramatik merupakan bagian dari proyeksilakon yang sudah dapat dirasakan dan di raba. Adapunyang menjadi bagian dari tekstur lakon adalah: dia-log, suasana dan spektakel. Penjabaran teksturdramatik selengkapnya adalah sebagai berikut:1. Dialog

Dialog adalah percakapan yang terjadi antara tokohsatu dengan tokoh yang lain dalam sebuah lakon.Dialog selain berfungsi memberikan informasi

tentang karakter tokoh, juga berperan dalammenciptakan alur cerita, menegaskan tema, latarcerita juga menentukan tempo atau iramapermainan.

2. MoodYudiaryani  dalam mengatakan  bahwa  iramakalimat, bunyi kata, dan gambaran tokoh yang kayaimajinasi membantu aktor untuk menghadirkansuasana atau Mood. Seorang sutradara harusdapat mendiskusikan gerakan – gerakan ritmiskepada aktor untuk memasuki nuansa kelembutanmusic. (2002:367). Mood dan rithem sangat pentingdalam pementasan teater kerna berpungsi sebagaipembangun suasana dalam pementasan.

3. SpektakelSpektakel (mise  on  scene) adalah  perwujudankeseluruhan unsur-unsur pementasan yang bersifataudio visual. Spektakel meliputi unsur lakuan, tataartistik, tata cahaya, tata suara atau musik dansegenap pedukung pementasan yang lain.

B. Pembahasan

Tekstur Dramatik lakon Mintaragaa. Pathet Nem1. Jejer Kahyangan Suralaya

Tokoh yang ditampilkan: Bathara Guru,Bathara Narada, Bathara Wisnu, Bathara Bayu,Bathara Surapati, Bathara Penyarikan dan dihadappara bidadari Kahyangan. Janturan berikut diucapkanpada adegan jejer untuk melukiskan keadaanKahyangan Suralaya.

Ampak-ampak sumilak pedhut swuhsukatyuping kang samirana, sumirat suryahamadhangi cakrawala. Kahyangan Suralayaya ing Jonggringsaloka kawungan suh-suhaning para Dewa nenggih bebisik sangHyang Guru ya sang Hyang Jagad Giri Nata.Hamarengi kang hanggara kasih mangsapalguna lenggah ing bale raras marcukundamanik, kahayaping hapsara-hapsari den sebaJawata watak nawa kawistingan mrabawa gyahamurwa pangandika rajaning Dewa.

Terjemahan bebas:

Kabut menghilang tersapu oleh angina,terpancar sinar matahari menerangi cakrawala.Kahyangan Suralaya atau Jonggringsalaka.Terdapat junjungan para dewa yaitu Hyang Guruatau Hyang Jagad Giri Nata. Bersamaandengan hari selasa kliwon waktu pagi, dudukdiatas balai Marcukunda Manik, Dihadapan

Page 4: KAJIAN TEKSTUR DRAMATIK LAKON MINTARAGA SAJIAN …

Jurnal Seni Budaya

56 Volume 17 Nomor 1, Juli 2019

Hapsara-Hapsari yang bersimpuh bersamaJawata berwatak sembilan, terlihat berwibawasiap menerima perintah Sang raja Dewa.)

Janturan di atas melukiskan keadaanKahyangan Suralaya dan Karakter tokoh Bathara Guruyang di singgasana sebagai penguasa KahyanganSuralaya, raja dari segala Dewa, kemudian para dewayang lain menunggu Bathara Guru memulaipembicaraan. Di dalam persidangan yang agung,Bathara Guru yang dihadap Bathara Narada besertaBathara Wisnu, Bayu, Surapati dan Panyarikanbeserta para dewa-dewi lainnya, Bathara Gurumengungkapkan kecemasannya kepada BatharaNarada yang sedang dialami di kahyangan Suralaya.Perbincangan antara Bathara Guru dan Narada sedikitberbasa-basi sampai pada akhirnya Bathara Naradamenjelaskan keadaan Kahyangan kepada BatharaGuru, cuplikan dialog yang menggambarkankahyangan Jongggringsaloka dilanda masalah.

NaradhaHeem no, kok nggih ta. Ngaten adhi Guru,niki mung sekedhek kangge gegojekan,sampun ngantos duka ing penggalih mangkemasgul. Bathara Guru amung gedheg,estunipun ing dadosaken gara-gara menikawonten titah ing ngarcapada ingkangangka satunggal ingkang wujudipun diyuinggih titah paduka NirwatakawacaNarendra ing Manimantaka. ingkang mintasihing jawata tumuruning kanugrahaningjawata awujud bathari Supraba, ing angkasatunggal. Ingkang angka kalih wontentitah ingkang nembe ngeningaken ciptangeningaken raos mapan wonten ingIndrakila, adhi guru. Inggih kekalih prekawismenika ingkang ndadosaken goreh rongehingKahyangan Jonggringsaloka.

Terjemahan bebas:

Iya, kok iya ta. Begini adhi Guru, ini hanyasekedar basa-basi, jangan sampai dianggapserius nanti marah. Bathara Guru hanyageleng-geleng. Sebenarnya yang membuathuru-hara di alam dunia disebebkan olehmanusia, yang pertama ialah Niwatakawacadari Manimantaka yang menginginkan berkahyang berwujud Dewi Supraba, permasalahanke dua yaitu manusia yang sedang bertapadi Gunung Indrakila, kedua masalah itulahyang membuat huru-hara KahyanganJonggringsaloka.

Ginem yang dicetak tebal menggambarkankepanikan yang dihadapi oleh para dewa karenadisebabkan oleh manusia di bumi bernama PrabuNiwatakawaca yang menginginkan Dewi Supraba, dankedua disebabkan oleh pangaribawa Raden Arjunayang sedang bertapa di Gunung Indrakila. Kemudiandisekat dengan Ada-ada Greget Saut Jugag yangmenggambarkan para Dewa yakni Suropati, Bayu,Wisnu, dan Panyarikan melontarkan semuapermasalahan yang sama seperti halnya yang sedangterjadi di Kahyangan Suralaya.

Kemudian disekat dengan Ada-ada GregetSaut untuk menambah suasana sereng di KahyanganSuralaya, selanjutnya dilanjutkan dialog dan adeganPara Dewa seperti Bathara Surapati, Bayu, Wisnu danPanyarikan menambahkan pembicaraan yangmenyangkut perihal kekacauan di Kahyangan Surala.Bathara Narada menyambung pembicaraan denganBathara Guru dan menjelaskan kembali manusia yangtermasuk golongan Sura dan Asura dalam kitabJitabsara yang menjelaskan tentang terjadinya PerangGuntarayana yang akan terjadi kepada Bathara Guru.Adegan disekat dengan Ada-ada Greget untukmenggambarkan para Dewa kembali ke Singgasanadan Para Bidadari menuju ketempat BegawanCiptaning melaksanakan tugas dari dewa untukmenggagalkan tapabrata Begawan Mintaraga.

2. Adegan Gua Mintaraga/Gunung IndrakilaTokoh: Dewi Supraba diikuti oleh bidadari

lainnya, Begawan Ciptaning.

Gambar 1. Adegan Gunung Indrakila, BegawanCiptaning sedang dikerumuni Bidadari yang ingin

menghentikan semedinya. (foto Andhika Multimediarepro wayang wong Sriwedari, 25 April 2017)

Page 5: KAJIAN TEKSTUR DRAMATIK LAKON MINTARAGA SAJIAN …

Wisnu Samodro: Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari

Volume 17 Nomor 1, Juli 2019 57

Pada gambar (foto di atas) menggambarkanadegan para Bidadari yang mendapatkan tugas dariDewa untuk menemui Begawan Ciptaning danmenggoda tapa Begawan Ciptaning, karena efekkekuatan Begawan Ciptaning bertapalah yangmembuat Kahyangan Jonggringsaloka menjadi kacau.Para bidadari mendekati Arjuna, seperti halnya DewiSupraba yang membisik Begawan Ciptaning agar tidakmeneruskan semedinya, kemudian para bidadarilainnya seperti Warsiki, Tunjung Biru, dan Wilotamaikut menggoda Ciptaning. Adegan ini diakhiri dengangagalnya para Bidadari menggoda tapa BegawanCiptaning, karena disebabkan Begawan Cipotaningmengeluarkan kekuatan untuk menyingkirkan paraBidadari tersebut sehingga terpental oleh pangaribawadari tubuh sang Ciptaning. Akhirnya para bidadarikembali ke kahyangan untuk melaporkan bahwa tugasuntuk menggagalkan tapa Begawan Ciptaningberimbas dengan kegagalan.

3. Adegan candhakan Gunung IndrakilaTokoh yang tampil: Resi Padya dan Begawan

Ciptaning.Setelah para bidadari gagal dalam menggoda

Begawan Ciptoning saat bertapa, disekat dengan Ada-ada Greget Saut untuk menggambarkan kedatanganResi Padya yang akhirnya menemui BegawanCiptaning di Gunung Indrakila, dalam ginem(Bantah)sebagai berikut:

Resi PadyaHeh satriya, kang mara tapa ora sabenah titahbisa lumebu ana Indrakila miwah Kang gawatekepati-pati, hamung satriya kang pinunjulkang bisa lumebu ana ing Mintaraga. Taksawang akehing bebondhotan kang tan rinasadhuwuring gunung miwah jeroning jurang tanbisa mendaake kang dadi kekarepanira.Nanging kuciwane maksih duwe rasa tidha-tidha lan sanggarunggi katitik anggon sirateteki maksih nyanding bedhama miwahpusaka.

CiptaningManungsa darbe sipat kang mawarna-warnamanut ilining toya. Maksih kedunungandedosa, melu marang ilining getih darbe rasajirih, anut marang ilining lathi kadunungannapsu, tri tunggal tan kena pinisah lamunpinerang sawiji wus mesthi kinukut jagoningpati.

Resi PadyaGegayuhan mono kudu ginayuh lakuning sukumiwah peranganing raga, meneping rasa.kuciwane krasa tidha-tidha lan sanggarunggiora bisa mungkasi nyawijining rasa cipta karsalan sedya kang bisa nuwuhaken kanugrahan.

Terjemahan bebas:

Resi PadyaHeh satriya, yang sedang bertapa, tidaksembarangan orang bisa memasuki Indrakilayang angker, hanya satriya unggul yang bisamasuk dalam Mintaraga (Gua Mintaraga),padahal aku melihat banyak alang-alang yangbanyak serta tingginya gunung dan jeramnyajurang, tapi semua itu tidak membuat tekatmutakut. Namun kecewanya masih mempunyairasa was-was serta belum yakin(berprasangka dalam hati) nyata masih adapusaka disebelahmu.

CiptaningManusia itu memiliki beraneka macam sifatseperti mengalirnya air, masih mempunyaidosa, mengikuti aliran darah memilikiperasaan takut, mengikuti alurnya mulut akanmendapatkan napsu, ketiga hal tersebut tidakterpisah walaupun menyatu akan hancurdalam kematian.

Resi PadyaKeinginan tersebut dapat diraih karenaperjalanan rasa dalam jiwa serta mantapnyarasa/keteguhan dalam diri, kecewa merasamempunyai rasa was-was serta berprasangkatidak bisa menjadikan bersatunya rasa ciptadan karsa, dan tekat yang berubah menjadianugrah.

Dalam percakapan di atas Resi Padya yangterkesan dengan kegigihan Ciptaning mampu masukdalam Gua Mintaraga yang jelas gunung tersebutberbahaya, namun Resi Padya masih mempunyai rasakecewa karena suatu hal yaitu Begawan Ciptaningmasih mempunyai sifat kurang yakin dan rasa was-was dalam dirinya terbukti masih membawa sebuatsenjata untuk berjaga-jaga. Namun Begawan Ciptaningmenyangkal semua itu, kemudian menjelaskanmaksudnya masih membawa sebuah senjata kepadasang Resi Padya. Percapakan (Jawa:Bantah) tersebutdiakhiri dengan kemarahan Resi Padya yang tidak

Page 6: KAJIAN TEKSTUR DRAMATIK LAKON MINTARAGA SAJIAN …

Jurnal Seni Budaya

58 Volume 17 Nomor 1, Juli 2019

setuju dengan perkataan Begawan Ciptaning. Hal inidapat dilihat dalam ginem sebagai berikut:

Resi PadyaYen mangkono beda juntrunge… (disekatiringan kemudian sirep dilanjutkan dialog) wiswani ngagem asma Ciptaning. Nanging dur-ing ngerti werdine, cipta gegayuhan utamapanjangka hening, heninging cipta hindriya,satriya mono lamun wus bisa ninggalakekadonyan ateges ora bisa neterake rasakasatriyane. Nanging beda sira resi, teteki waemaksih nyandhing bedhama miwah pusaka.Yen mono sira maksih kelu gebyaringkadonyan. Ya mung yomani kang cinandhi.

Terjemahan bebas:

Resi PadyaJika seperti itu beda jalannya….sudah beranimenggunakan nama Ciptaning tetapi tidak tahuartinya/gunanya, keyakian keinginan, satriyaitu walaupun bisa meninggalkan duniawinyatidak bisa melihatkan rasa kesatriannya.Namun berbeda seperti kamu, menyepi masihmemerlukan pusaka, jika seperti itu masihmemikirkan dan terpikat oleh eloknya dunia,hanya neraka tempatmu.

Gambar 2. Adegan Begawan Ciptaning bertemudengan Resi Padya. (foto Andhika Multimedia repro

wayang wong Sriwedari, 25 April 2017)

4. Adegan Candhakan II Gunung IndrakilaTokoh yang tampil: raskasa bermuka celeng

(Babi Hutan), Keratarupa dan Begawan Ciptaning.Setelah perginya Resi Padya dari hadapan

Begawan Ciptaning, tidak lama kemudian terdengar

suara gemuruh yang disebabkan oleh rasaksabermuka celeng yang menghampiri tempat BegawanCiptaning. Bersamaan dengan keluarnya Keratarupa.Rasaksa celeng kemudian mendekati BegawanCiptaning, adegan ini bisa dilihat dalam gambarsebagai berikut:

Gambar 3. Adegan Begawan Ciptaning dihampirioleh segerombolan raksasa bermuka Celeng. (fotoAndhika Multimedia repro wayang wong Sriwedari,

25 April 2017)

Begawan Ciptaning kemudian mengeluarkanpangaribawa dalam tubuhnya untuk menyingkirkanpara raksasa bermuka celeng, raksasa Celeng yangterkena pangaribawa dari Begawan Ciptaningkemudian kalang-kabut dan menjauh dari Ciptaning.Disekat dengan Ada-ada Greget Saut Nem,selanjutnya muncul Keratarupa dan menghampiriBegawan Ciptaning, kemudian dilanjutkan denganperang antara Keratarupa dengan Begawan Ciptaningmenggunakan keris. Perang antara Keratarupa denganBegawan Ciptaning tidak ada yang kalah maupunmenang. Oleh sebab itu, peperangan diakhiri denganadegan Begawan Ciptaning dan Keratarupa yangkemudian muncul para Bidadari (sudah ditimpa dengantembang iringan sirep) untuk menggambarkan bahwaKeratarupa tersebut ialah jelmaan dari Bathara Guru,yang sebenarnya membutuhkan kekuatan sertapertolongan untuk mengalahkan Prabu Niwatakawacaraja Manimantaka, Begawan Ciptaning ditemani olehDewi Supraba untuk bersama-sama mengalahkanNiwatakawaca. Adegan ini dapat dilihat dalam gambarsebagai berikut:

Page 7: KAJIAN TEKSTUR DRAMATIK LAKON MINTARAGA SAJIAN …

Wisnu Samodro: Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari

Volume 17 Nomor 1, Juli 2019 59

Gambar 4. Adegan Keratarupa dengan BegawanCiptaning sedang dikerumuni oleh Bidadari, yang

sebetulnya untuk mengiringi Keratarpa untukkembali kewujud asli menjadi Bathara Guru.(foto Andhika Multimedia repro wayang wong

Sriwedari, 25 April 2017)

Gambar 5. Adegan Bidadari Supraba denganBegawan Ciptaning yang bersama-sama pergi untuk

mengalahkan Prabu Niwatakawaca.(foto Andhika Multimedia repro wayang wong

Sriwedari, 25 April 2017)

b. Pathet Sanga1. Adegan Gara-gara

Tokoh yang tampil: Semar, Gareng, Petruk,dan Bagong

Para Punakawan yaitu Gareng, Petruk, danBagong sedang asyik bercanda ria, untuk mengisikekosongan waktu, keadaan hati yang riang Gareng,Petruk, dan Bagong pun memainkan tokoh rasaksaCakil dengan bergantian canda dan tawa. Hal ini dapatdisimak melalui dialog sebagai berikut.

PetrukKowe jur ngasak wae perangmu kapan?(kamu hanya ngawur saja perangmu kapan?)

GarengNgenteni perang ta iki?(menunggu perang ya ini?)

PetrukLawong jenenge mlaku bambangan.(namanya juga jalannya Bambangan)

GarengLa piye? Meh perang ngasake wae ing kana.(lha gimana? Mau perang ngawur terus disana)

Disaut petrukHee.. kowe kuwi ndadak ing kene..mbokngarep lawang kana! Karo gawa bathok.(hee,,kamu itu disini,,sana depan pintu sana!Sekalian bawa tempurung)

BagongMandheg Gus…..mandheg Guss…(berhenti Gus…..berhenti Gus…)

GarengGus sapa?Gus siapa)

PetrukGus Prast po?(Gus Pras to?)

BagongSuwek Gus.(robek gus)

Petrukkowe kui apa? Dikei jarik kok disuwekknelho?(Lha kamu itu gimana?dikasih kain kok dirusaklho?)

GarengHeh….kudune Cakil kuwi ngasak I nyedakiBambangan, ngasak og ing pojokan dewe.(Heh….seharusnya Cakil itu mendekatiBambangan, bukannya malah menyendirisendiri).

Page 8: KAJIAN TEKSTUR DRAMATIK LAKON MINTARAGA SAJIAN …

Jurnal Seni Budaya

60 Volume 17 Nomor 1, Juli 2019

Gambar 6. Adegan Gareng, petruk dan Bagongsedang memerankan tokoh Cakil dan Bambangan.

(foto Andhika Multimedia repro wayang wongSriwedari, 25 April 2017)

Tidak lama kemudian datanglah Semarmenemui Gareng, Petruk, dan Bagong untuk ikutbergabung. Setelah kedatangan semar adegan dalamGara-gara menampilkan hiburan untuk menghibur parapenonton. Selanjutnya pada akhir adegan Semarmenasehati anak-anaknya agar hidup sendiri-sendirikarena keadaan di dunia yang sedang kacau balauakibat ditinggal Raden Arjuna.

2. Adegan Negara ManimantakaTokoh: Prabu Niwatakawaca, Emban

Kepetmega dihadap Punggawa Yaksa

Gambar 7. Adegan jejer Manimantaka, PrabuNiwatakawaca, dihadap oleh Emban Kepetmega

dan para Punggawa Yaksa. (foto Andhika Multime-dia repro wayang wong Sriwedari, 25 April 2017)

Prabu Niwatakawaca yang pada saat ituterpesona oleh kecantikan Dewi Supraba, dalambayangnya selalu terbayang-bayang wajah DewiSupraba. Emban Kepetmega tahu tentang keadaanyang sedang menimpa gustinya tersebut, bersamapara punggawa yaksa sengaja menyindir danmengejek Prabu Niwatakawaca yang sedang jatuhcinta kepada Supraba. Dialog sebagai berikut:

KepetmegaEalahh..alah nek gandrung kadlarung ngantiturut lurung, tundhane kaya wong gemblungdleming sajak ora eling ngomyang kaya wongkakean comyang..tobat..tobat.(Ealahh..alah yang sedang kasmaran sampaiseperti orang bingung, ngomong sendiri sepertikebanyakan comyang)

YaksaApa kui..? aku jaluk comyang …ora karu-karuan,,,malah mikir ..wahahaha..Apa itu? Aku minta comyang.. nggakkaruan…kok malah mikir comyang wahahah)

Kepetmega…?whahahaha..wis-wis aja padha gegojekanseng ora cetha koyo ngono, rene-rene nyakettak jarwani.(Stop)…?wahahaha sudah jangan bercandaterusan yang tidak ada gunanya, mendekatlahkesini kepadaku)

Para YaksaKados pundi…?(Bagaimana?)

KepetmegaNgene ya bocah yaksa…sejatine aku iki lagimenggalihake sinuwun prabu Nirwatakawaca,kang wektu dina iki lagi gandrung kadlarungklawan Bethari Suprabawati.(begini ya, sebenarnya aku selalumemperhatikan raja Prabu, yang sedangkasmaran dengan Dewi Suprabawati)

YaksaWhelhaa gandrung?ha mbok wis ben jenengewong gandrung ki kaya mangkono, manganra doyan, turu malah kesusu, pengen penaknanging ra jenak, whehehehaha.Apa Kasmaran? Yasudah biarkan sajanamanya juga lagi sedang jatuh memang

Page 9: KAJIAN TEKSTUR DRAMATIK LAKON MINTARAGA SAJIAN …

Wisnu Samodro: Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari

Volume 17 Nomor 1, Juli 2019 61

seperti itu, makan tidak enak, tidur tidaknyenyak, ingin enak tapi tidak kerasanwhehehehaha)

Para Yaksa IIYen aku ora mangkono, seng baku pentingweteng wareg.(kalau saya tidak seperti itu, yang pentingperut kenyang)

Kepetmega…..meneng! Ki yen ra tak ngene ora bakalmeneng ta? Kabeh kui pancen bener. Nangingsipating amung sawetara, kamangkatentreming praja kuwi gumatung sakapanguwasa kang gelem mulat marangkawulane. Kamangka yen ta iki amungmikirake rasa dimen ceblok bisa-bisakahanane kawula ora padha mukti nangingokeh sing padha mati merga rumangsaradigagas karo sesembahane.(Diam…diam! Bila tidak mungkin tidak akanberhenti bicara? Itu semua memang benar.Tetapi hanya sementara, karena tentramnyasuatu Negara itu tergantung penguasa yangsuka memperhatikan masyarakatnya, bilaterus memikirkan soal rasa bisa saja keadaanmasyarakatnya tidak akan tentram namunbanyak yang akan mati disebabkan tidakdihiraukan oleh pemimpinnya)

c. Pathet ManyuraSetelah perbincangan Emban Kepetmega

dengan para Punggawa raksasa, tidak lama kemudianPrabu Nirwatakawaca menggertak dan berteriak,karena mendengarkan celotehan Emban Kepetmegadengan punggawa raksasa. Setelah mengetahui PrabuNiwatakawaca marah, Emban kepetmega danpunggawa yaksa terkejut. Dialog Prabu Niwatakawacasebagai berikut:

NiwatakawacaHong tete mas patik raja dewaku, pancenkepara nyata yen ta jeneng ingsun narendrakang ora bisa diasorake dewa bakal tak byukibandha donya supayane ngakoni marangkalungguhaningsun minangka jejeringnarendra kang lungguhi bale kencana jagadraya.(memang kenyataan bahwa saya raja yangsuli t untuk ditakluhkan bahkan dewasekalipun, akan aku perlihatkan kekayaanku,supaya mengakui kedudukanku sebagai rajaseluruh jagad raya)

Gambar 8. Adegan yang menggambarkan PrabuNiwatakawaca menggertak kepada Kepetmega danPunggawa Yaksa. (foto Andhika Multimedia repro

wayang wong Sriwedari, 25 April 2017)

1. Adegan Candhakan Praja ManimantakaTokoh: Begawan Ciptaning dan Prabu

Niwatakawaca serta Punggawa Yaksa, Kepetmega.Adegan diakhiri dengan kedatangan Begawan

Ciptaning ke Niwatakawaca tempat singgah PrabuNiwatakawaca. Kedatangan Begawan ciptaningbermaksud untuk membinasakan PrabuNiwatakawaca atas perintah Dewa Suralaya. Dialogsebagai berikut.

NiwatakawacaHe..he..he..he ana pawongan cahyanesumunar hanelahi kraton ing Himaimantaka,sapa kowe gus ngakua, ngakua?(He..he..he..he ada manusia sinarnyamenyelimuti keraton ing Manimantaka, siapasebenarnya kamu gus, mengakulah?)

CiptaningIngsun dutaning jawata kang bakal munasatrumurka, dewa ora babag klawankaprawiran. Ya mung aku kang bakalmungkasi karya.(prajurit dewa yang akan melenyapkanangkaramurka, dewa bukanlah lawanmu,hanya aku yang akan menyelesaikan tugasini)

NirwatakawacaWhahahahhaha… gedhemu ora sepiroakarosanmu kaliwat liwat, klakon dak kipatnembledhuk kwandamu.(whahahahaha…tidak seberapa besarkekuatanmu, bersiaplah kubanting tubuhmu).

Page 10: KAJIAN TEKSTUR DRAMATIK LAKON MINTARAGA SAJIAN …

Jurnal Seni Budaya

62 Volume 17 Nomor 1, Juli 2019

Gambar 9. Adegan perang Ciptaning berhadapandengan Niwatakawaca di Manimantaka. (foto

Andhika Multimedia repro wayang wong Sriwedari,25 April 2017)

Perang besar Guntarayana antara PrabuNiwatakawaca dengan Begawan Ciptaningberlangsung, tidak lama kemudian Dewi Suprabadatang untuk membantu Begawan Ciptaning, DewiSupraba mendekati Prabu Niwatakawaca yangkeadaan saat itu masih menggebu-gebu cintanyakepada Supraba. Dialog sebagai berikut.

NiwatakawacaSupraba lilakno wektu dina iki, jeneng ingsungkesandhung, kacencang ing dhadhungkasrimpet uthet-utheting wanodya kangsulistya ing warni, suaramu arum mangambarmawa nimbus ing dhadha. Adoh tak awe,cedhak tak caketake. Supraba, esmuhameksa aneng pamucuking pangidep. Ayo-ayo bebarengan ngumba katresnan kangsejati. Whahahaha Supraba,Suprabawhahahaha.(Supraba berikan waktumu hari ini untukkuyang sedang kasmaran ibarat terikat tali yangmelilit dalam cinta seorang wanita sepertimu,suaramu merdu sampai menembus dada.Jauh ku gapai, dekat ku rekatkan. Supraba,senyummu terlihat dimataku. Ayo-ayobersama kita memadu kasih sejati, whahaha..Supraba..Supraba..Whahaha)

Dialog di atas membuktikan bahwa PrabuNiwatakawaca sangat menginginkan Dewi Supraba,Dewi Supraba yang datang akhirnya bekerja sama

dengan Begawan Ciptaning untuk mengalahkanNiwatakawaca dengan cara membidik Pasupati tepatmengenai rongga mulutnya hingga meninggal dunia.

Gambar 10. Adegan Prabu Niwatakawaca yangtelah terkena Pasupati milik Cipaning, akhirnya

tumbang dan kemenangan didapatkan olehBegawan Ciptaning. (foto Andhika Multimedia repro

wayang wong Sriwedari, 25 April 2017)

Setelah kematian Prabu Niwatakawaca, paradewa pun menghampiri Begawan Ciptaning, karenajasanya yang telah berhasil menumpas angkara murkadi muka bumi. Para dewa akhirnya memberikannyajulukan Prabu Kariti.

C. Kesimpulan

Lakon Mintaraga merupakan sebuah lakonyang menceritakan perjalanan tokoh Arjuna dalampertapaan. Berawal dari keteguhan Arjuna dalambertapa hingga mendapatkan tugas dari Para dewauntuk menumpas keangkaramurkan yaitu PrabuNiwatakawaca. Wayang Wong Sriwedari nampaknyaberhasil menggarap lakon tersebut dengan didukungelemen elemen mulai dari musik, setting, lightinghingga properti yang selaras. Hal yang mengenaipementasan yang dapat dirasakan semua indera olehpenonton inilah yang sangat penting untuk di bahassecara terperici. Hal tersebutlah yang dinamakantekstur sebuah pertunjukan. Dalam pertunjukanwayang wong sudah di bakukan dengan tiga babak.Babak tersebut berisi pathet nem, pathet sanga, danPathet manyura. Dalam setiap babak tersebut berisisub sub adegan. Setiap adegan dalam Wayang wongSriwedari inilah yang digarap secara detail baik secaravisual dan audio visual. Kajian tekstur Lakon Mintaraga

Page 11: KAJIAN TEKSTUR DRAMATIK LAKON MINTARAGA SAJIAN …

Wisnu Samodro: Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari

Volume 17 Nomor 1, Juli 2019 63

Sajian wayang Wong Sriwedari melihat setiap adegandan menganalisis sesuai dengan tangkapan inderayang dilakukan peneliti. Analisis tersebut mengacupada sebuah teori tektual yang dikemukakan olehSatoto.

KEPUSTAKAAN

Ambarwati, R.Struktur Dramatik Lako Jaka KendhilKetoprak Bocah Ari Budaya. Semarang:Universitas Negeri Semarang. 2015.

Amir, H. Nilai-Nilai Etis dalam Wayang. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan. 1994 .

Azhari, D. M. “Eksistensi Wayang Orang (StudiDeskriptif Eksistensi Kelompok Wayang Or-ang Sriwedari Surakarta di Surakarta)”. AntroUnair dot Net Vol. IV Nomor 2, 175-186.2015.

Endraswara, S. Metode Pembelajaran Drama.Yogyakarta: Caps. 2011.

Haryaningsih Dewi, Mumuh, Gunardi Gugun “KajianPsikologi Individu Dalam PenggambaranTokoh Drama Mainan Gelas Karya TenneseeWiliams”. ISBI Bandung : Jurnal Panggungvol 24 no 1. 104-105). 2014

Dyah Gayatri Puspitasari “Narasi Cahaya KearifanLokal Dalam Film Sang Pencerah KaryaHanung Bramantyo “. ISBI Bandung: JurnalPanggung vol 26 n.4, hal 366-367. 2016 .

Harymawan. Dramaturgi. Bandung: RemajaRosdakarya. 1993.

Hersapandi . Wayang Wong Sriwedari: Dari SeniIstana menjadi Seni Komersial. Yogyakarta:Tarawang. 1999.

Moleong, L. J. Metodologi Penelitian Kualitatif.bandung: Remaja Rosdakarya. 2007.

Nurgiyanto, B. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada Press. 1998

Sahid Nur., Kajian Sosiologis Terhadap Tema Lakon‘Domba-domba Revolusi’ Karya Bambang

Soelarto”. ISBI Bandung: Jurnal Panggungvo 24 no 1. hal 4. 2014 “

Satoto, S. Wayang Kulit Purwa Makna dan StrukturDramatiknya. Surakarta: Depdikbud. 1985.

——————— Analisis Drama dan Teater.Yogyakarta: Penerbit Ombak.. 2012.

Soedarsono, R. Wayang Wong: The State RitualDance Drama in the Court of Yogyakarta.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.1984 .

Sudikan, S. Y. Metode Penelitian Sastra Lisan.Surabaya: Citra Wacana. 2001 .

Sulaksono, D. Tesis.:” Struktiur dan Nilai PendidikanCerita Mintaraga Gancaran KaryaPrijohoetomo”. Surakarta: UniversitasSebelas Maret. 2011.

Sutopo, H. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta:UNS Press. 2002.

Sunardi, Nogroho Sugeng, Kuwato “PertunjukanWayang Babad Nusantara: WahanaPengajaran Nilai Kebangsaan BagiGenerasi Muda”. ISBI Bandung : JurnalPanggung vol 26 no 2. 196-197). 2016.

Supartono Tony. “Penciptaan teater Tubuh” . ISBIBandung: Jurnal Panggung vol 26 no 26. 209-210. 2016.

Suyanto “ Menggali Filsafat Wayang beber UntukMendukung Perkembangan Industri KreatifBatik Pacitan”, ISBI Bandung: JurnalPanggung vol 21 no.1, 88-89. 2017 .

Waluyo . Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi.Sukarkarta: UNS Press. 2011 .

Waluyo, H. J. Drama: Teori dan Pengajarannya.Yogyakarta: Hanindita. 2002.

Winoto . Sejarah dan Kondisi Wayang Wong Sriwedaridi Surakarta. Surakarta: ISI Press. 2006 .