Upload
hendra-d-ace
View
367
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mmmm
Citation preview
KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Pb DAN Cr PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG HIJAU (Perna viridis L.) DI PERAIRAN KAMAL
MUARA, TELUK JAKARTA
DANDY APRIADI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul
KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Pb DAN Cr PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG HIJAU (Perna viridis L.) DI PERAIRAN KAMAL MUARA, TELUK JAKARTA
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini
Bogor, Desember 2005
DANDY APRIADI C02400070
ABSTRAK
DANDY APRIADI. Kandungan Logam Berat Hg, Pb dan Cr Pada Air, Sedimen dan Kerang hijau (Perna viridis L.) di Perairan Muara Kamal, Teluk Jakarta. Dibimbing oleh ETTY RIANI dan HEFNI EFFENDI.
Pencemaran di laut salah satunya disebabkan oleh logam berat. Logam berat merupakan bahan anorganik yang bersifat toksik dan dapat terakumulasi dalam tubuh biota air. Kerang hijau (Perna viridis L.) adalah biota yang digunakan sebagai bioindikator adanya pencemaran logam berat.
Peneilitian ini dilaksanakan di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta dari bulan September hingga November 2004. peneiltian ini mengkaji kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr dalam air, sedimen dan kerang hijau (Perna viridis L.) dan melihat peranan parameter kualitas air terhadap kandungan logam berat di dalam tubuh kerang hijau (Perna viridis L.). Pengambilan contoh air, sedimen dan kerang hijau (Perna viridis L.) dilakukan di 3 stasiun dengan selang waktu pengambilan contoh adalah selama 1 bulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata kualitas Perairan Kamal Muara masih berada pada kisaran normal. Kandungan logam Hg, Pb dan Cr di kolom air berfluktuatif antara 0,00004 – 0.056 ppm. Pada sedimen nilai rata-ratanya antara 0,019 – 13,15 ppm. Dan rata-rata nilai kandungan logam di dalam tubuh kerang hijau (Perna viridis L.) sebesar 0,062 – 47,813 ppm. Rata-rata nilai faktor konsentrasi dalam tubuh kerang hijau (Perna viridis L.) 64,68 – 11270,40. logam Pb dan Cr cenderung diakumulatif tinggi dibanding dengan logam Hg oleh kerang hijau (Perna viridis L.). Hasil analisis PCA menunjukkan adanya peranan dari parameter kualitas perairan terhadap kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr di dalam tubuh kerang hijau (Perna viridis L.). Kata kunci : kerang hijau (Perna viridis L.), logam berat, akumulasi, Teluk Jakarta
KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Pb DAN Cr PADA AIR, SEDIMEN DAN KERANG HIJAU (Perna viridis L.) DI PERAIRAN KAMAL
MUARA, TELUK JAKARTA
DANDY APRIADI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
SKRIPSI
Judul Skripsi : Kandungan Logam Berat Hg, Pb dan Cr pada Air, Sedimen dan Kerang hijau (Perna viridis L.) di Perairan Muara Kamal, Teluk Jakarta
Nama : Dandy Apriadi
NIM : C02400070
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Etty Riani. H, MS. Dr. Ir. Hefni Effendi M.Phil. NIP. 131 619 682 NIP. 131 841 731
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Dr. Ir. Kadarwan Soewardi NIP. 130 805 031
Tanggal Ujian : 9 Desember 2005
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala curahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Kandungan Logam Berat Hg, Pb dan Cr pada Air, Sedimen dan
Kerang Hijau (Perna viridis L.) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Etty Riani, MS dan Bapak Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil selaku
komisi pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan,
pengarahan dan perbaikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Ibu Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran selama penulis menjalankan
studi.
3. Bapak Ir. Agustinus Samosir M.Phil selaku dosen penguji tamu, dan Ibu
Dr.Ir. Yunizar Ernawati, MS. Selaku dosen penguji dari Departemen
MSP.
4. Papa, Mama, dan adik-adikku (Ary,Anggi) yang telah memberikan doa,
perhatian, kasih sayang dan semangat selama dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bang Iwan Mulyawan dan Pak Maga yang telah banyak membantu
penulis selama menjalani penelitian.
6. Rekan-rekan Atheners di Rumah Kita (bram, fery, oliz, dodie, moko,
rudi, zahid, dian, jimmy, heriman) atas segala saran, pendapat dan
dukungan selama penelitian. All of MeSePers dan teman-teman kost
selama di IPB .
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, dan
penulis berharap akan mendapat banyak masukan yang dapat digunakan untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
Bogor, Desember 2005
Dandy Apriadi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................. 3 C. Tujuan ....................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5
A. Kerang Hijau (Perna viridis L.) .................................................. 5 B. Logam Berat .............................................................................. 6
1. Air Raksa (Hg) ............................................................... 8 2. Timbal (Pb) .................................................................... 9 3. Khrom (Cr) ..................................................................... 10
C. Pencemaran Logam Berat ........................................................ 11 1. Logam berat dalam perairan ......................................... 12 2. Logam berat dalam sedimen ......................................... 13 3. Logam berat dalam organisme air ................................. 15
III. METODE PENELITIAN ................................................................... 16
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 16 B. Bahan dan Alat .......................................................................... 17 C. Prosedur Kerja .......................................................................... 17
1. Contoh air dan sedimen ................................................ 17 2. Contoh kerang hijau (Perna viridis L.) .......................... 17
D. Analisa Data .............................................................................. 19 1. Deskriptif ....................................................................... 19 2. Faktor bioakumulasi/biokonsentrasi ............................. 19 3. Principal Component Analysis (PCA) ........................... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 21
A. Hasil ........................................................................................... 21 1. Parameter fisika dan kimia ........................................... 21
a. Suhu ...................................................................... 21 b. Kekeruhan ............................................................ 21 c. pH .......................................................................... 21 d. Salinitas ................................................................ 23
2. Kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr di air ............... 24 3. Kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr di sedimen ..................................................................... 26 4. Kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr di kerang hijau ............................................................... 28 5. Faktor konsentrasi ......................................................... 33 6. Analisis hubungan fisika-kimia dengan kandungan logam berat pada kerang hijau (Perna viridis L.) .......... 35
B. Pembahasan ............................................................................. 39
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 46
LAMPIRAN ............................................................................................ 50
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Logam di dalam Hidrosfer .............................................................. 13 2. Parameter-parameter kualitas air, sedimen dan biota air
yang diamati ................................................................................... 18
3. Hasil analisis Principal Component Analysis (PCA) untuk logam Hg terhadap semua ukuran tubuh kerang hijau ............................ 35 4. Hasil analisis Principal Component Analysis (PCA) untuk logam Pb terhadap semua ukuran tubuh kerang hijau ............................ 37 5. Hasil analisis Principal Component Analysis (PCA) untuk logam Cr terhadap semua ukuran tubuh kerang hijau ............................. 38 6. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Hg pada kerang hijau ukuran besar .................................................... 64
7. Koefisien variabel l dalam fungsi linear sumbu utama logam Hg pada kerang hijau ukuran sedang ................................................. 65
8. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Hg pada kerang hijau ukuran kecil ...................................................... 66
9. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Pb pada kerang hijau ukuran besar .................................................... 67
10. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Pb pada kerang hijau ukuran sedang .................................................. 68
11. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Pb pada kerang hijau ukuran kecil ...................................................... 69
12. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Cr pada kerang hijau ukuran besar .................................................... 70
13. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Cr pada kerang hijau ukuran sedang ................................................. 71
14. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Cr pada kerang hijau ukuran kecil ...................................................... 72
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Alur perumusan masalah penelitian .............................................. 3
2. Kerang hijau (Perna viridis L.) ....................................................... 5
3. Peta lokasi pengambilan contoh air, sedimen dan kerang hijau ............................................................................. 16
4. Rata-rata suhu di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta ............. 21
5. Rata-rata kekeruhan (turbidity) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta .................................................................................. 22
6. Rata-rata derajat keasaman (pH) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta .................................................................................. 23
7. Rata-rata salinitas di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta ........ 23
8. Rata-rata kandungan logan berat Hg di kolom Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta ........................................... 24
9. Rata-rata kandungan logam berat Pb di kolom Perairan Muara Kamal, Teluk Jakarta ........................................... 25
10. Rata-rata kandungan logam berat Cr di kolom Perairan Kamal Muara Teluk Jakarta ............................................ 25
11. Rata-rata kandungan logam berat Hg di sedimen Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta ........................................... 26
12. Rata-rata kandungan logam berat Pb di sedimen Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta ........................................... 27
13. Rata-rata kandungan logam berat Cr di sedimen Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta ........................................... 27
14. Rata-rata kandungan logam berat Hg pada kerang hijau ukuran besar ( > 6 cm) ..................................... 28
15. Rata-rata kandungan logam berat Hg pada kerang hijau ukuran sedang ( 4 – 6 cm) ............................... 29
16. Rata-rata kandungan logam berat Hg pada kerang hijau ukuran kecil (< 4 cm) ........................................ 29
17. Rata-rata kandungan logam berat Pb pada kerang hijau ukuran besar ( > 6 cm) ..................................... 30
18. Rata-rata kandungan logam berat Pb pada kerang hijau ukuran sedang ( 4 – 6 cm) ............................... 30
19. Rata-rata kandungan logam berat Pb pada kerang hijau ukuran kecil (< 4 cm) ........................................ 31
20. Rata-rata kandungan logam berat Cr pada kerang hijau ukuran besar (> 6 cm) ...................................... 31
21. Rata-rata kandungan logam berat Cr pada kerang hijau ukuran sedang ( 4 – 6 cm) ............................... 32
22. Rata-rata kandungan logam berat Pb pada kerang hijau ukuran kecil (< 4 cm) ....................................... 32
23. Rata-rata faktor logam berat Hg pada kerang hijau ..................... 33
24. Rata-rata faktor logam berat Pb pada kerang hijau .................... 34
25. Rata-rata faktor logam berat Cr pada kerang hijau ...................... 35
26. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran besar (> 6 cm) ............................. 64
27. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran sedang (4 - 6 cm) ........................ 65
28. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran kecil (< 4 cm) ............................... 66
29. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran besar (> 6 cm) ............................. 67
30. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran sedang (4 - 6 cm) ........................ 68
31. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran kecil (< 4 cm) ............................... 69
32. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran besar (> 6 cm) ............................. 70
33. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran sedang (4 - 6 cm) ........................ 71
34. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran kecil (< 4 cm) ............................... 72
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kandungan logam berat (Hg,Pb dan Cr) pada kerang hijau (Perna viridis L.) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta ................ 51
2. Kualitas air fisika dan kimia di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta ...................................................................................... 53
3. Kandungan logam pada kolom air dan sedimen di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta ........................................... 54
4. Baku mutu air laut untuk biota laut berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 ................................. 56
5. Prosedur analisis logam berat pada kerang hijau (Perna viridis L.) ................................................... 57
6. Prosedur analisis logam berat pada air laut ...................................... 59
7. Prosedur analisis logam berat pada sedimen ................................... 60
8. Matriks korelasi dari analisa komponen utama (PCA) ...................... 61
9. Hasil analisis Principal Componet Analysis (PCA) ............................ 64
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri yang demikian pesat dewasa ini selain
memberikan dampak yang positif juga memberikan dampak negatif. Dampak
positif berupa perluasan lapangan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan hidup
manusia, sedangkan dampak negatif yang muncul adalah penurunan kualitas
perairan akibat buangan air limbah (pencemaran) yang melampaui ambang
batas.
Di suatu industri, limbah yang dihasilkan sangat bervariasi tergantung dari
jenis dan ukuran industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan
air, dan derajat pengolahan air limbah yang ada. Selain limbah cair, limbah
padat (sampah) juga merupakan beban pencemaran yang dapat masuk ke
perairan baik secara langsung maupun tak langsung. Pada limbah industri
seringkali terdapat bahan pencemar yang sangat membahayakan seperti logam
berat (Palar, 1994).
Salah satu perairan laut yang kualitas perairannya sudah melewati batas
ambang baku mutu kualitas perairan menurut kriteria Men LH (1988) adalah
Teluk Jakarta. Sejak tahun 1972 Perairan Teluk Jakarta telah mengalami
pencemaran bahan organik dan logam berat yang telah melampaui ambang
batas (Kompas, 2004). Diduga penyebabnya adalah masukan (load) limbah ke
dalam Perairan Teluk Jakarta yang dibawa oleh 13 sungai yang bermuara ke
dalamnya. Adapun limbah yang masuk ke dalam perairan ini berasal dari
kegiatan manusia yaitu kegiatan industri pengolahan (97,82 % yakni
1.632.896,47 m3/tahun), domestik (2,17 % yakni 36.229,90 m3/tahun) dan limbah
industri pertanian (0,01% yakni 232,25 m3/tahun) (KPPL, 1997). Namun bukan
hanya limbah bahan organik saja yang dihasilkan dari kegiatan manusia tersebut,
tetapi limbah bahan beracun (anorganik) seperti logam berat juga terkandung di
dalamnya.
Logam berat yang masuk ke dalam perairan akan mencemari laut. Selain
mencemari air, logam berat juga akan mengendap di dasar perairan yang
mempunyai waktu tinggal (residence time) sampai ribuan tahun dan logam berat
akan terkonsentrasi ke dalam tubuh makhluk hidup dengan proses bioakumulasi
dan biomagnifikasi melalui beberapa jalan yaitu: melalui saluran pernapasan,
saluran makanan dan melalui kulit (Darmono, 2001).
Jenis kerang-kerangan merupakan bioindikator pencemaran yang efisien
untuk menduga pencemaran logam berat, karena merupakan filter feeder dan
mempunyai toleransi yang besar terhadap tekanan ekologis yang tinggi. Kerang
hijau (Perna viridis L.) merupakan salah satu jenis kerang-kerangan (moluska,
kelas bivalvia) yang dapat bertahan hidup dan berkembang biak pada kondisi
tekanan ekologis yang tinggi. Kemampuan dalam mengakumulasi logam berat
di kerang hijau dapat digunakan untuk memperoleh gambaran tingkat
pencemaran logam berat pada lingkungan dimana kerang hijau itu hidup.
Penelitian mengenai logam berat dengan kerang hijau (Perna viridis L)
sebagai bioindikator telah banyak dilakukan, diantaranya adalah pendugaan
tingkat akumulasi logam berat Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni pada kerang hijau
berukuran kurang dari 5 cm (Akbar, 2002 ) dan pada kerang hijau berukuran
lebih dari 4,7 cm (Suryanto, 2002). Selain itu, penelitian yang dilakukan adalah
pendugaan logam berat pada air dan sedimen (Tresnasari, 2001). Namun
penelitian baru relatif belum didapatkan padahal logam berat diakumulasi dalam
tubuh mahluk hidup sehingga diperlukan informasi terbaru mengenai logam berat
dalam tubuh kerang hijau.
Penelitian ini dilakukan sebagai tindak lanjut dalam pendugaan kandungan
logam berat pada kerang hijau dengan tiga jenis logam berat yang berbeda yaitu
Hg, Pb dan Cr sehingga diharapkan dapat memberikan informasi yang baru dan
melengkapi hasil penelitian-penelitian terdahulu. Selain itu, penelitian ini
dilakukan untuk melihat kandungan logam logam berat di kolom perairan dan di
sedimen. Penelitian ini bersifat pengamatan sesaat dan menginformasikan
kondisi yang terjadi pada saat itu. Penelitian ini diperlukan karena pengaruh atau
efek yang ditimbulkan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia seperti kanker,
penyakit itai-itai dan sebagainya. Seperti halnya kasus Buyat yang
menyebabkan masyarakat sekitar Pantai Buyat mengalami gangguan kesehatan
yang tidak bisa dianggap enteng. Penelitian kandungan logam berat pada
kerang hijau perlu dilakukan mengingat kondisi Teluk Jakarta yang telah
tercemar berat oleh bahan beracun dan berbahaya seperti logam berat (Kompas,
2004).
B. Perumusan Masalah
Aktivitas manusia berupa kegiatan industri, rumah tangga, pertanian dan
pertambangan menghasilkan buangan limbah yang tidak digunakan kembali
yang menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (udara, air dan tanah). Bahan
pencemar dari hasil kegiatan ini berupa bahan partikulat, bahan terlarut dan gas-
gas. Bahan pencemar ini akan bermuara pada suatu lingkungan perairan.
Lingkungan perairan yang tercemar bahan-bahan tersebut akan mengalami
penurunan kualitas air yang selanjutnya dapat mengganggu kesetimbangan
ekologis yang ada termasuk kehidupan biotanya. Logam berat termasuk salah
satu bahan pencemar yang dihasilkan dari kegiatan yang disebutkan di atas.
Bahan ini dikategorikan ke dalam limbah bahan beracun berbahaya (B3) karena
efek samping yang ditimbulkannya apabila masuk ke dalam tubuh organisme
juga kepada manusia.
Teluk Jakarta merupakan salah satu perairan yang telah mengalami
penurunan kualitas air, yang diduga disebabkan oleh masuknya 13 sungai yang
bermuara ke dalamnya, dan salah satunya adalah Sungai Kamal. Untuk lebih
jelas dapat dilihat dari Gambar 1.
Gambar 1. Alur perumusan masalah penelitian
Aktivitas manusia
Industri Rumah tangga Pertanian/pertambakan
LImbah
Udara Perairan Tanah
Kualitas air (peningkatan kadar logam Hg,Pb dan Cr)
Biota air
(kerang hijau)
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan :
1. Menentukan kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr pada air, sedimen dan
kerang hijau ukuran besar, sedang dan kecil .
2. Melihat peranan parameter kualitas air terhadap kandungan logam berat di
dalam tubuh kerang hijau.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerang hijau ( Perna viridis L.)
Kerang hijau (Perna viridis L.) di Indonesia mempunyai nama yang
berbeda-beda di setiap daerah, seperti Kijing (Jakarta), Kedaung (Banten) dan
Kemudi Kapal (Riau). Di Malaysia dikenal dengan sebutan Siput Kudu, Chay
Luan/Tham chay (Singapura), Ta Hong (Philipina) dan Hoi Mong Pong (Thailand)
(Kastoro, 1988).
Menurut Vakily (1989) kerang hijau (Green Mussels) diklasifikasikan
sebagai berikut :
Filum : Moluska
Kelas : Bivalvia
Subkelas : Lamellibranchia
Ordo : Anisomyria
Famili : Mytilidae
Genus : Perna
Spesies : Perna viridis L.
www.dnr.state.sc.us
Gambar 2. Kerang hijau (Perna viridis L.) Sumber : www.dnr.state.sc.us)
Kerang hijau adalah organisme yang dominan pada ekosistem litoral
(wilayah pasang surut) dan sublitoral yang dangkal. Kerang hijau dapat hidup
dengan subur pada perairan teluk, estuari, perairan sekitar area mangrove dan
muara, dengan kondisi lingkungan yang dasar perairannya berlumpur campur
pasir, dengan cahaya dan pergerakan air yang cukup, serta kadar garam
yang tidak terlalu tinggi (Setyobudiandi, 2000).
Persyaratan yang baik menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1985) untuk
kehidupan kerang hijau adalah perairan bersubstrat lumpur dengan metode
bagan rakit tancap, kedalaman 3 -10 m, kecepatan arus 25 cm/detik, salinitas 27
- 35 ‰ dan suhu 26 - 32 ºC.
Berdasarkan cara memperoleh makanannya, moluska bivalvia digolongkan
dalam kelompok filter feeder. Apabila makanan diperoleh dengan menyaring
fitoplankton dari perairan yang ditempati, maka disebut sebagai suspension
feeder. Apabila makanan atau bahan organik diambil dari substratum tempat
hidupnya maka disebut sebagai deposit feeder (Setyobudiandi, 2000).
Kerang hijau (Perna viridis L.) dewasa dapat menghasilkan telur lebih
kurang 1,2 juta. Pemijahan ini terjadi akibat adanya rangsangan alami seperti
perubahan suhu dan salinitas. Sel telur yang telah dibuahi akan berkembang
dan menetas menjadi larva. Larva kerang hijau bersifat planktonik, yaitu
melayang di air dan terbawa arus selama dua minggu. Larva akan mengalami
beberapa kali perubahan bentuk (metamorphosa). Pada akhir stadia larva,
kerang hijau akan mengalami perubahan cara hidup dari planktonik menjadi
sessil (tinggal diam dan menempel). Pada saat itu apabila larva tidak
mendapatkan substrat maka akan segera mati (Departemen Pertanian, 1985).
Kecepatan tumbuh kerang hijau berkisar antara 0,7-1,0 cm per bulan (Direktorat
Jenderal Perikanan, 1985).
Menurut Roberts (1976) kelas bivalvia telah digunakan oleh ahli ekologi
dalam menganalisis pencemaran air. Hal ini karena sifatnya yang menetap dan
cara makan pada umumnya filter feeder, sehingga mempunyai kemampuan
mengakumulasi bahan-bahan polutan seperti logam berat.
B. Karakteristik Logam Berat
Logam berasal dari kerak bumi berupa bahan-bahan murni organik dan
anorganik. Secara alami siklus perputaran logam adalah dari kerak bumi ke
lapisan tanah, ke mahluk hidup, ke dalam air, selanjutnya mengendap dan
akhirnya kembali ke kerak bumi (Darmono, 1995).
Istilah logam secara fisik mengandung arti suatu unsur yang merupakan
konduktor listrik yang baik dan mempunyai konduktifitas panas, mempunyai
rapatan, mudah ditempa, kekerasan dan keelektropositifan yang tinggi.
Meskipun demikian beberapa unsur (boron, silikon, germanium, arsen dan
tellurium) yang diketahui sebagai metaloid, mempunyai satu atau lebih sifat-sifat
tersebut. Tetapi dalam memisahkan tidak cukup dengan hanya membedakan
kekhasan logam dan bukan logam. Lebih jauh, bentuk alotrofik dari beberapa
unsur di garis batas mungkin juga memperlihatkan sifat-sifat yang berbeda
(Wittman, 1979 in Connell dan Miller, 1995).
Menurut Connell dan Miller (1995), logam berat adalah suatu logam
dengan berat jenis lebih besar. Logam ini memiliki karakter seperti berkilau,
lunak atau dapat ditempa, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang tinggi
dan bersifat kimiawi, yaitu sebagai dasar pembentukan reaksi dengan asam.
Selain itu logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih besar dari 5
gr/cm3, mempunyai nomor atom lebih besar dari 21 dan terdapat di bagian
tengah daftar periodik.
Logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok
logam dan metaloid dengan densitas lebih besar dari 5 g/cm3, terutama pada
unsur seperti Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb dan Zn. Unsur-unsur ini biasanya erat
kaitannya dengan masalah pencemaran dan toksisitas. Logam berat secara
alami ditemukan pada batu-batuan dan mineral lainnya, maka dari itu logam
berat secara normal merupakan unsur dari tanah, sedimen, air dan organisme
hidup serta akan menyebabkan pencemaran bila konsentrasinya telah melebihi
batas normal. Jadi konsentrasi relatif logam dalam media adalah hal yang paling
penting (Alloway dan Ayres, 1993).
Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek
khusus pada mahluk hidup (Palar, 1994). Logam berat dapat menjadi bahan
racun yang akan meracuni tubuh mahluk hidup, tetapi beberapa jenis logam
masih dibutuhkan oleh mahluk hidup, walaupun dalam jumlah yang sedikit. Daya
toksisitas logam berat terhadap makhluk hidup sangat bergantung pada spesies,
lokasi, umur (fase siklus hidup), daya tahan (detoksikasi) dan kemampuan
individu untuk menghindarkan diri dari pengaruh polusi. Toksisitas pada spesies
biota dibedakan menurut kriteria sebagai berikut : biota air, biota darat, dan biota
laboratorium. Sedangkan toksisitas menurut lokasi dibagi menurut kondisi
tempat mereka hidup, yaitu daerah pencemaran berat, sedang, dan daerah
nonpolusi. Umur biota juga sangat berpengaruh terhadap daya toksisitas logam,
dalam hal ini yang umurnya muda lebih peka. Daya tahan makhluk hidup
terhadap toksisitas logam juga bergantung pada daya detoksikasi individu yang
bersangkutan, dan faktor kesehatan sangat mempengaruhi (Palar, 1994).
1. Air raksa (Hg)
Logam merkuri bernomor atom 80, berat atom 200,59, titik didih 356,9 oC, dan massa jenis 13,6 gr/ml (Reilly, 1991). Merkuri dalam perairan dapat
berasal dari buangan limbah industri kelistrikan dan elektronik, baterai, pabrik
bahan peledak, fotografi, pelapisan cermin, pelengkap pengukur, industri bahan
pengawet, pestisida, industri kimia, petrokimia, limbah kegiatan laboratorium dan
pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan baku bakar fosil
(Suryadiputra, 1995).
Merkuri terdapat dalam bentuk Hg (murni), Hg anorganik dan Hg organik
(Darmono, 1995). Merkuri di alam umumnya terdapat sebagai metil merkuri yaitu
bentuk senyawa organik (alkil merkuri atau metil merkuri) dengan daya racun
tinggi dan sukar terurai dibandingkan zat asalnya. Bila terakumulasi metil
merkuri dalam tubuh, akan mengakibatkan keracunan yang bersifat akut maupun
kronis (Darmono, 1995). Akibat dari keracunan akut antara lain adalah mual,
muntah-muntah, diare, kerusakan ginjal, bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Keracunan kronis ditandai oleh peradangan mulut dan gusi, pembengkakan
kelenjar ludah dan pengeluaran ludah secara berlebihan, gigi menjadi longgar
dan kerusakan pada ginjal. Kadar maksimum merkuri untuk keperluan air baku
air minum kurang dari 0,001 mg/l dan untuk kegiatan perikanan yang
diperbolehkan kurang dari 0,002 mg/l (Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001).
Merkuri yang masuk ke dalam perairan dapat masuk dan terakumulasi
pada ikan-ikan dan makhluk air lainnya, termasuk ganggang dan tumbuhan air.
Mekanisme masuknya merkuri ke dalam tubuh hewan air adalah melalui
penyerapan pada permukaan kulit, melalui insang dan rantai makanan,
sedangkan pengeluaran dari tubuh organisme perairan bisa melalui pemukaan
tubuh atau insang atau melalui isi perut dan urine. Merkuri dapat masuk ke
dalam tubuh manusia melalui tiga cara yaitu pernafasan (inhalasi), permukaan
kulit dan paling banyak melalui makanan. Hal ini terjadi karena ikan-ikan yang
telah terkontaminasi senyawa merkuri tersebut dikonsumsi oleh manusia
sehingga merkuri terakumulasi dalam tubuh manusia. Penyerapan merkuri
dalam manusia cenderung terkonsentrasi di dalam hati dan ginjal, karena di
dalam organ tersebut terdapat protein yang terdiri dari asam amino sistein
(Fardiaz, 1992).
Logam berat Hg berbahaya karena bersifat biomagnifikasi sehingga dapat
terakumulasi dalam jaringan tubuh organisme melalui rantai makanan.
Organisme yang berada pada rantai yang paling tinggi (top carnivora) memiliki
kadar merkuri yang lebih tinggi dibanding organisme di bawahnya. Logam berat
dalam jumlah berlebihan dapat bersifat racun. Hal ini disebabkan karena
terbentuknya senyawa merkaptida antara logam berat dengan gugus –SH yang
terdapat dalam enzim. Akibatnya aktifitas enzim tidak berlangsung. Toksisitas
merkuri terhadap organisme perairan tergantung pada jenis, kadar efek sinergis-
antagonis dan bentuk fisika kimianya (Hutagalung, 1989).
Merkuri yang paling toksik adalah bentuk alkil merkuri yaitu metil dan etil
merkuri yang paling banyak digunakan untuk mencegah timbulnya jamur. Alkil
merkuri, terakumulasi dalam hati dan ginjal yang dikeluarkan melalui cairan
empedu.
2. Timbal (Pb)
Timbal atau timah hitam adalah sejenis logam lunak berwarna cokelat
dengan nomor atom 82, berat atom 207,19, titik cair 327,5º C, titik didih 1725º C,
dan berat jenis 11,4 gr/ml (Reilly, 1991). Logam ini mudah dimurnikan sehingga
banyak digunakan oleh manusia pada berbagai kegiatan misalnya
pertambangan, industri dan rumah tangga. Pada pertambangan timbal
berbentuk senyawa sulfida (PbS)
Timbal (Pb) secara alami banyak ditemukan dan tersebar luas pada
bebatuan dan lapisan kerak bumi. Di perairan logam Pb ditemukan dalam
bentuk Pb 2+, PbOH+ , PbHCO3, PbSO4 dan PbCO+ (Perkins, 1977 in Rohilan,
1992). Pb2+ di perairan bersifat stabil dan lebih mendominasi dibandingkan
dengan Pb 4+ (GESAMP, 1985). Masuknya logam Pb ke dalam perairan melalui
proses pengendapan yang berasal dari aktivitas di darat seperti industri, rumah
tangga dan erosi, jatuhan partikel-partikel dari sisa proses pembakaran yang
mengandung tetraetil Pb, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam dan
buangan sisa industri baterai (Palar, 1994).
Logam Pb bersifat toksik pada manusia dan dapat menyebabkan
keracunan akut dan kronis. Keracunan akut biasanya ditandai dengan rasa
terbakar pada mulut, adanya rangsangan pada sistem gastrointestinal yang
disertai dengan diare. Sedangkan gejala kronis umumnya ditandai dengan
mual, anemia, sakit di sekitar mulut, dan dapat menyebabkan kelumpuhan
(Darmono, 2001). Fardiaz (1992) menambahkan bahwa daya racun dari logam
ini disebabkan terjadi penghambatan proses kerja enzim oleh ion-ion Pb2+.
Penghambatan tersebut menyebabkan terganggunya pembentukan hemoglobin
darah. Hal ini disebabkan adanya bentuk ikatan yang kuat (ikatan kovalen)
antara ion-ion Pb2+ dengan gugus sulphur di dalam asam-asam amino. Untuk
menjaga keamanan dari keracunan logam ini, batas maksimum timbal dalam
makanan laut yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI dan FAO adalah
sebesar 2,0 ppm. Pada organisme air kadar maksimum Pb yang aman dalam
air adalah sebesar 50 ppb (EPA, 1973 in Hutagalung 1984).
3. Khrom (Cr)
Logam kromium bernomor atom 24, berat atom 51,996, titik cair 1875oC,
titik didih 2665oC, dan massa jenis 7,19 gr/ml (Reilly, 1991). Kromium
merupakan logam yang keras, tahan panas, elektropositif, dan merupakan
penghantar panas yang baik. Di alam unsur ini tidak ada dalam bentuk logam
murni. Sumber alami kromium sangat sedikit, yaitu batuan chromite (FeCr2O4)
dan chromic oxide (Cr 2O3) (Novotny dan Olem, 1994). Di perairan alami
kromium jarang ditemukan dan biasanya dalam bentuk kromium trivalent (Cr 3+)
dan kromium hexavalent (Cr 6+). Sumber Cr 6+ berasal dari industri pelapisan
logam dan produksi pigmen. Cr 3+ banyak terdapat dalam limbah industri
pencelupan tekstil, keramik gelas, dan dari kegiatan penyamakan kulit.
Organisme akuatik dapat terpapar oleh Cr melalui media itu sendiri, sedimen
maupun makanan (Effendi, 2003).
Toksisitas unsur Cr terhadap organisme perairan tergantung pada bentuk
kromium, bilangan oksidasinya, dan pH (Hutagalung, 1991). Penurunan pH dan
kenaikan suhu dapat meningkatkan toksisistas Cr6+ terhadap organisme air.
Toksisitas Cr 6+ lebih besar daripada toksisitas Cr 3+. Cr 6+ yang larut di dalam air
sebagian besar diserap oleh ikan melalui insang sehingga akumulasinya paling
banyak didapatkan pada insang daripada organ lainnya. Kadar kromium pada
perairan tawar biasanya kurang dari 0,001 mg/l dan pada perairan laut sekitar
0,00005 mg/l. Kromium trivalen biasanya tidak ditemukan pada perairan tawar;
sedangkan pada perairan laut sekitar 50% kromium merupakan kromium trivalen
(McNeely et al., 1979 in Effendi, 2003). Kadar kromium yang diperkirakan aman
bagi kehidupan akuatik adalah sekitar 0,05 mg/l (Moore, 1991 in Effendi,
2003). Kadar kromium 0,1 mg/l dianggap berbahaya bagi kehidupan organisme
laut (Effendi, 2003). Kadar maksimum kromium untuk keperluan air baku air
minum dan kegiatan perikanan menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun
2001 adalah sebesar 0,05 mg/l.
C. Pencemaran Logam Berat
Menurut keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
No.02/MENKLH/I/1988 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran air dan
udara adalah masuk dan dimasukannya mahluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air/udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi)
air/udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas air/udara
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air/udara menjadi kurang
atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Bahan pencemar (polutan) adalah material atau energi yang dibuang ke
lingkungan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan baik abiotik maupun
biotik (Quano, 1993). Berdasarkan sumber, pencemaran dapat dibagi menjadi
dua kelompok (Soegiharto, 1976), yakni :
a. Dari laut, misalnya tumpahan minyak baik dari sumbernya langsung
maupun hasil pembuangan kegiatan pertambangan di laut, sampah dan
air ballast dari kapal tanker.
b. Kegiatan darat melalui udara dan terbawa oleh arus sungai yang akhirnya
bermuara ke laut.
Berdasarkan sifatnya pollutan dibagi menjadi zat yang mudah terurai
(biodegradable). Contoh zat yang mudah terurai adalah seperti sampah organik
sedangkan zat yang sukar terurai (non biodegradable) contohnya adalah minyak
dan logam berat (Odum, 1971).
Pencemaran logam berat terhadap lingkungan perairan terjadi karena
adanya suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam
tersebut dalam kegiatan manusia, dan secara sengaja maupun tidak sengaja
membuang berbagai jenis limbah beracun termasuk di dalamnya terkandung
logam berat ke dalam lingkungan perairan. Sumber utama pemasukan logam
berat berasal dari kegiatan pertambangan, cairan limbah rumah tangga, limbah
dan buangan industri, limbah pertanian (Wittmann, 1979 in Connell dan Miller,
1995).
Menurut Bryan (1976) secara alamiah logam berat juga masuk ke dalam perairan
dapat digolongkan sebagai: (1) pasokan dan daerah pantai, yang meliputi
masukan dari sungai-sungai dan erosi yang disebabkan oleh gerakan gelombang
dan gletser, (2) pasokan dari laut dalam, yang meliputi logam-logam yang
dilepaskan gunung berapi di laut dalam dan dari partikel atau endapan oleh
adanya proses kimiawi, (3) pasokan yang rnelampaui lingkungan dekat pantai
yang meliputi logam yang diangkut ke dalam atmosfer sebagai partikel-partikel
debu atau sebagai aerosol dan juga bahan yang dihasilkan oleh erosi gletser di
daerah kutub dan diangkut oleh es-es yang mengambang.
Logam berat termasuk sebagai zat pencemar karena sifatnya yang tidak
dapat diuraikan secara biologis dan stabil, sehingga dapat tersebar jauh dari
tempatnya semula (Dewi, 1996). Selanjutnya dikatakan bahwa ada dua hal yang
menyebabkan logam berat digolongkan sebagai pencemar yang berbahaya,
yaitu (1) tidak dihancurkan oleh mikroorganisme yang hidup di lingkungan dan (2)
terakumulasi dalam komponen-komponen lingkungan, terutama air dengan
membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara
adsorpsi dan kombinasi.
1. Logam berat dalam perairan
Banyak logam berat yang bersifat toksik maupun esensial terlarut dalam air
dan mencemari air tawar maupun air laut. Sumber pencemaran ini banyak
berasal dari pertambangan, peleburan logam dan jenis industri lainnya, dan juga
dapat berasal dari lahan pertanian yang menggunakan pupuk atau anti hama
yang mengandung logam (Darmono, 2001). Pencemaran logam berat dapat
merusak lingkungan perairan dalam hal stabilitas, keanekaragaman dan
kedewasaan ekosistem. Dari aspek ekologis, kerusakan ekosistem perairan
akibat pencemaran logam berat dapat ditentukan oleh faktor kadar dan
kesinambungan zat pencemar yang masuk dalam perairan, sifat toksisitas dan
bioakumulasi. Pencemaran logam berat dapat menyebabkan terjadinya
perubahan struktur komunitas perairan, jaringan makanan, tingkah laku, efek
fisiologi, genetik dan resistensi (Moriarty, 1987 in Racmansyah et al., 1998).
Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu
akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan. Meskipun
daya racun yang ditimbulkan oleh satu logam berat terhadap semua biota
perairan tidak sama, namun hilangnya sekelompok organisme tertentu
dapat menjadikan terputusnya satu mata rantai kehidupan. Pada tingkat
lanjutan, keadaan tersebut tentu saja dapat menghancurkan satu tatanan
ekosistem perairan (Palar, 1994).
Secara alamiah, unsur logam berat terdapat di seluruh alam, namun dalam
kadar yang sangat rendah (Hutagalung,1984). Kadar logam dapat meningkat
bila limbah perkotaan, pertambangan, pertanian dan perindustrian yang banyak
mengandung logam berat masuk ke dalam perairan alami melalui saluran
pembuangan. Logam berat yang sangat beracun ini tahan lama dan sangat
banyak terdapat di lingkungan. Logam berat tersebut adalah raksa (Hg), timah
hitam (Pb), Arsen (As), Kadmium (Cd), kromium (Cr) dan Nikel (Ni).
Tabel 1. Logam di dalam Hidrosfer
Logam Air Tawar (µµg/l) Air laut (µµg/l)
Hg
Pb
Cr
As
Cd
Ni
0,001 – 3,5
0,02 – 27
0,1 – 6
0,001 – 3,5
0,01 – 3
0,03 - 10
0,03 – 2,7
0,13 – 13
0,2 – 50
0,03 – 2,7
0,01 – 4
4 – 10
Sumber : Bowen, 1979 in Alloway dan Ayres, 1993
2. Logam berat dalam sedimen
Sedimen berasal dari kerak bumi yang diangkut melalui proses hidrologi
dari suatu tempat ke tempat lain, baik secara vertikal ataupun horizontal
(Friedman dan Sanders, 1978). Sedimen terdiri dari beberapa komponen dan
banyak sedimen merupakan pencampuran dari komponen-komponen tersebut.
Komponen tersebut bervariasi, tergantung dari lokasi, kedalaman dan geologi
dasar (Forstner dan Wittman, 1983). Sedimen terdiri dari bahan organik dan
bahan anorganik yang berpengaruh negatif terhadap kualitas air. Bahan organik
berasal dari biota atau tumbuhan yang membusuk lalu tenggelam ke dasar dan
bercampur dengan lumpur. Bahan anorganik umumnya berasal dari pelapukan
batuan. Sedimen hasil pelapukan batuan terbagi atas : kerikil, pasir, Lumpur dan
liat. Butiran kasar banyak dijumpai dekat pantai, sedangkan butiran halus
banyak di perairan dalam atau perairan yang relatif tenang.
Hutabarat dan Evans (1985), telah membagi sedimen berdasarkan ukuran
diameter butiran, yaitu batuan (boulders), kerikil ( (gravel), pasir sangat kasar
(very coarse sand), pasir kasar (coarse sand), pasir halus (fine sand), pasir
sangat halus (very fine sand), pasir (medium sand), lumpur (silt), liat (clay) dan
bahan terlarut (dissolved material).
Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah dan bahan
kimia anorganik dan organik menjadi bahan yang tersuspensi di dalam air,
sehingga bahan tersebut menjadi penyebab pencemaran tertinggi dalam air.
Keberadaan sedimen pada badan air mengakibatkan peningkatan kekeruhan
perairan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya yang dapat
menghambat daya lihat (visibilitas) organisme air, sehingga mengurangi
kemampuan ikan dan organisme air lainnya untuk memperoleh makanan, pakan
ikan menjadi tertutup oleh lumpur. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan
terganggunya kerja organ pernapasan seperti insang pada organisme air dan
akan mengakumulasi bahan beracun seperti pestisida dan senyawa logam.
Pada sedimen terdapat hubungan antara ukuran partikel sedimen dengan
kandungan bahan organik. Pada sedimen yang halus, presentase bahan organik
lebih tinggi dari pada sedimen yang kasar. Hal ini berhubungan dengan kondisi
lingkungan yang tenang, sehingga memungkinkan pengendapan sedimen lumpur
yang diikuti oleh akumulasi bahan organik ke dasar perairan. Sedangkan pada
sedimen yang kasar, kandungan bahan organiknya lebih rendah karena partikel
yang lebih halus tidak mengendap. Demikian pula dengan bahan pencemar,
kandungan bahan pencemar yang tinggi biasanya terdapat pada partikel
sedimen yang halus. Hal ini diakibatkan adanya daya tarik elektrokimia antara
partikel sedimen dengan partikel mineral (Boehm, 1987).
3. Logam berat dalam organisme air
Organisme air sangat dipengaruhi oleh keberadaan logam berat di dalam
air, terutama pada konsentrasi yang melebihi batas normal. Organisme air
mengambil logam berat dari badan air atau sedimen dan memekatkannya ke
dalam tubuh hingga 100-1000 kali lebih besar dari lingkungan. Akumulasi
melalui proses ini disebut bioakumulasi. Kemampuan organisme air dalam
menyerap (absorpsi) dan mengakumulasi logam berat dapat melalui beberapa
cara, yaitu melalui saluran pernapasan (insang), saluran pencernaan dan difusi
permukaan kulit (Mandibelli, 1976 in Hutagalung, 1991 ; Darmono, 2001).
Namun sebagian besar logam berat masuk ke dalam tubuh organisme air melalui
rantai makanan dan hanya sedikit yang diambil air (Waldichuck, 1974).
Akumulasi dalam tubuh organisme air dipengaruhi oleh konsentrasi bahan
pencemar dalam air, kemampuan akumulasi, sifat organisme (jenis, umur dan
ukuran) dan lamanya pernapasan.
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perairan Kamal Muara , Teluk Jakarta Propinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dari bulan September sampai dengan bulan
Desember 2004. Kegiatan penelitian meliputi pengamatan di lapang dari bulan
September sampai dengan bulan November 2004 dan analisa laboratorium
dilaksanakan pada bulan Desember 2004. Kegiatan analisis contoh dilakukan di
Laboratorium Proling dan Laboratorium Lingkungan Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, serta Laboratorium Terpadu, Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Pengambilan contoh air, sedimen serta kerang hijau (Perna viridis L.)
dlakukan di tiga stasiun Perairan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta
Utara. Stasiun-stasiun tersebut adalah stasiun I berada 1000 m (06º 05' 12.0" S
dan 106º 43' 51.9" E) dari muara sungai, stasiun II berada 2000 m (06º 05' 01.9"
S dan 106º 45' 10.2" E) dari muara sungai dan stasiun III berada pada jarak 3000
m (06º 04' 26.6" S dan 105º 45' 11.6" E) dari muara sungai (Gambar 3).
Gambar 3. Peta lokasi pengambilan contoh air, sedimen dan kerang hijau
B. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biota air berupa
kerang hijau berukuran kecil (< 4 cm), sedang (4 - 6 cm) dan besar (> 6 cm) yang
diambil dari setiap stasiun pengamatan, contoh air, sedimen, air destilasi, dan
bahan kimia, baik untuk analisis logam berat, analisis kualitas air maupun untuk
keperluan pengawetan.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah botol Van Dorn, botol
sampel, freezer, peralatan analisis kimia di laboratorium, pH meter, thermometer
Hg, alat bedah dan AAS (Atomic Absorption Spectroscopy).
C. Prosedur Kerja 1. Contoh air dan sedimen
Pengambilan contoh air dilakukan dengan menggunakan perahu nelayan
yang disesuaikan dengan stasiun pengamatan di lokasi budidaya kerang hijau.
Contoh air diambil pada lapisan permukaan dengan menggunakan botol Van
Dorn kemudian dimasukkan ke dalam botol polyetilen. Contoh air yang telah
diambil dibagi dua botol yaitu botol pertama untuk analisa kekeruhan dan
salinitas. Sedangkan botol kedua untuk logam berat yang ditambahkan dengan
pengawet HNO 3 pekat sebanyak 10 tetes hingga pH contoh air laut berada di
bawah 2.
Pada setiap stasiun pengamatan, selain dilakukan pengambilan contoh air,
juga dilakukan pengambilan contoh sedimen. Pengambilan sedimen dilakukan
dengan menggunakan Petersen Grab, sedimen yang diambil dibagian tengah
dari sisi dinding grab untuk menghindari adanya kontaminasi logam dari
penggunaan Petersen Grab. Sedimen dasar diambil sebanyak ± 200 gr dari tiap
stasiun. Kemudian sampel tersebut dimasukan ke dalam kantong plastik dan
selanjutnya diukur kandungan logam berat (Hg, Pb dan Cr) dengan
menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) .
2. Contoh kerang hijau
Selain dilakukan pengambilan sampel air dan sedimen, pada penelitian ini
juga dilakukan pengambilan sampel biota air berupa kerang hijau. Pengambilan
contoh kerang hijau dilakukan tiga kali dalam selang waktu satu bulan. Contoh
kerang hijau diambil pada satu tali tempat kerang hijau di setiap stasiun dan
dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk mencegah kontaminasi logam
selama pengangkutan ke laboratorium dan dimasukkan kedalam ice box.
Kerang hijau dibagi atas tiga kelompok ukuran panjang yaitu, ukuran kecil
(< 4 cm), sedang (4 – 6 cm) dan besar (> 6 cm). Penetapan ini berdasarkan
pada ukuran kerang yang dikelompokkan di pasar. Pengambilan sampel biota
air ini dilakukan untuk melihat kandungan logam berat. Untuk keperluan ini
dibutuhkan kerang hijau sebanyak 25 gr daging kerang yang telah dibedah dan
dibungkus dengan alumunium, kemudian dimasukkan kedalam freezer pada
suhu -29 ºC sampai siap untuk dianalisa. Pengeringan pada suhu rendah
bertujuan untuk menghindari penguapan logam berat dan menjaga daging
kerang hijau dari kerusakan. Analisis kandungan logam Hg, Pb dan Cr dilakukan
di laboratorium dengan menggunakan AAS.
Untuk lebih jelasnya parameter-parameter kualitas air, sedimen dan biota
yang diamati, alat yang digunakan dan tempat dilakukan analisis pada penelitian
ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter-parameter kualitas air, sedimen dan biota air yang diamati.
PARAMETER SATUAN METODE ANALISIS TEMPAT ANALISIS Kualitas Air Fisika Air 1. Suhu air o C Pemuaian Lapangan 2. Kekeruhan NTU Nephelometrik Lapangan 3. Salinitas ‰ Ion-ion terlarut Lapangan Kimia Air 1. pH - Komparasi warna Lapangan 2. Hg mg/l Serapan atom Laboratorium 3. Pb mg/l Serapan atom Laboratorium 4. Cr mg/l Serapan atom Laboratorium Sedimen Kimia Sedimen 1. Hg mg/l Serapan atom Laborator ium 2. Pb mg/l Serapan atom Laboratorium 3. Cr mg/l Serapan atom Laboratorium Biota Kimia Biota 1. Hg mg/l Serapan atom Laboratorium 2. Pb mg/l Serapan atom Laboratorium 2. Cr mg/l Serapan atom Laboratorium
D. Analisis Data
1. Deskriptif
Penggambaran perubahan nilai parameter fisika-kimia dan kandungan
logam berat di dalam perairan, di sedimen dan di dalam tubuh kerang hijau yang
diperoleh selama pengamatan berlangsung.
2. Faktor bioakumulasi/biokosentrasi
Pendugaan kandungan logam berat dalam daging kerang hijau dengan
kandungan logam berat di air, dilakukan dengan mencari Indeks Faktor
Kosentrasi (FK) (Van Esch, 1977 in Prartono, 1985) :
Kadar logam berat daging kerang hijau (mg/l)
Kadar logam berat dalam air laut (mg/l)
3. Principal Component Analysis (PCA)
Untuk melihat peranan faktor-faktor fisika dan kimia terhadap kandungan
logam berat di dalam tubuh kerang hijau digunakan analisis komponen utama
(PCA). Analisis komponen utama adalah suatu teknik ordinasi yang
memproyeksikan dispersi matriks data multidimensional dalam suatu bidang
datar dengan cara mereduksi ruang, maka diperoleh sumbu-sumbu baru yang
mempresentasikan secara optimal sebagian besar variabilitas data matriks
dimensional, sehingga dapat ditemukan hubungan antara variabel dan hubungan
antar objek (Legandre dan Legandre, 1983). Analisis ini membagi matrik korelasi
parameter menjadi beberapa komponen, kemudian menyusun keragaman
komponen yang bersangkutan dari yang terbesar pada sumbu komponen utama
sehingga didapatkan distribusi spasial parameter fisika dan kimia pada stasiun
atau lokasi pengamatan.
FK =
Menurut Bengen (1998) data matriks (baris = stasiun, kolom = parameter)
ditransformasikan dengan rumus,
( )∑=
−−=N
jijijij XXXXa
1
2
Keterangan : ai j = elemen matriks A (setelah sdistandarisasi) Xij = elemen matriks X (sebelum distandarisasi) X = rata – rata baris
i = stasiun pengamatan (1, 2 dan 3) j = nilai parametr fisika-kimia dan kandungan logam berat di di
dalam tubuh kerang hijau
Prinsip Analisa Komponen Utama adalah mentransformasi parameter kuantitatif
inisial yang berkorelasi dalam parameter kuantitatif baru yang disebut komponen
utama (Bengen, 1998). Analisa Komponen Utama (Principal Component
Analysis) ini menggunakan software stastistika 6.0.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Parameter fisika dan kimia
a. Suhu
Nilai rata-rata suhu perairan (Gambar 4) di tiap stasiun menunjukkan
kisaran antara 31,33 – 31,67 ºC, dengan suhu tertinggi 32 ºC dan terendah 31 ºC.
Pengukuran suhu dilakukan mengingat pentingnya parameter ini dalam
mempelajari proses-proses fisika, kimia dan biologi. Pada biota atau organisme
yang hidup di suatu perairan, suhu mempengaruhi proses-proses metabolisme
yang terjadi dalam tubuh kerang hijau. Peningkatan suhu dapat menyebabkan
penurunan daya larut oksigen terlarut dan juga akan menaikkan daya racun
bahan-bahan tertentu. Suhu air terutama di lapisan permukaan ditentukan oleh
pemanasan matahari yang intesitasnya berubah terhadap waktu, oleh karena itu
suhu air laut akan seirama dengan perubahan intensitas penyinaran matahari.
Gambar 4. Rata-rata suhu di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta
b. Kekeruhan
Nilai rata-rata kekeruhan (turbidity) pada Perairan Kamal Muara, Teluk
Jakarta selama pengamatan berkisar antara 2,75 – 5,63 NTU. Nilai kekeruhan
tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu sebesar 5,99 NTU dan terendah pada
stasiun 1 yaitu sebesar 2,2 NTU. Pada umumnya perairan laut mempunyai nilai
kekeruhan yang rendah dibandingkan dengan perairan tawar (Effendi, 2003).
31.67 (St 1)
31.33 (St 2)
31.67 (St 3)
30.00
30.50
31.00
31.50
32.00
32.50
1000 2000 3000
Jarak (m)
Su
hu
( º
C)
Kekeruhan menggambarkan sifat optis perairan dalam menyerap sinar matahari
yang masuk kedalam perairan. Kekeruhan biasanya disebabkan oleh partikel
tersuspensi, partikel koloid, fitoplankton.
Gambar 5. Rata-rata kekeruhan (turbidity) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta
c. pH
Secara umum nilai derajat keasaman (pH) pada Perairan Kamal Muara,
Teluk Jakarta di tiap stasiun selama pengamatan tidak berbeda secara signifikan.
Hal ini disebabkan sifat dari air laut yang mempunyai sistem buffer atau
penyangga, sehingga mampu mengendalikan sifat asam atau basa yang masuk
ke dalam perairan. Kisaran nilai derajat keasaman yang diperoleh antara 7 – 8 .
Nilai derajat keasaman (pH) ini masih berada pada kadar alamiah untuk perairan
laut yaitu 7,0 – 8,0. Kondisi pH pada perairan dapat dijadikan sebagai indikator
kualitas perairan. Batasan nilai pH telah ditentukan oleh kantor Kementerian
Negara Kependudukan dan Lingkungan hidup No. 51 Tahun 2004 yakni 6,5 – 8.
3.45 (St 3)
5.63 (St 2)
2.75 (St 1)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
1000 2000 3000
Jarak (m)
Tu
rbid
ity
(NT
U)
Gambar 6. Rata-rata derajat keasaman (pH) di Perairan
Kamal Muara, Teluk Jakarta
d. Salinitas
Rata-rata nilai salinitas (Gambar 7) pada Perairan Kamal Muara, Teluk
Jakarta selama pengamatan adalah 33 – 35 ‰. Nilai salinitas tertinggi terdapat
pada stasiun 2 dan 3 yang letaknya 3000 m dan 4000 m dari muara yakni 35 ‰.
Sedangkan nilai salinitas terendah selama pengamatan adalah 33 ‰. Dilihat dari
nilai salinitasnya selama pengamatan Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta
masih berada pada kisaran normal salinitas untuk air laut yaitu 30 – 35 ‰. Nilai
salinitas di perairan tersebut masih baik untuk perkembangan biologis kerang
hijau yaitu 27 – 35 ‰.
Gambar 7. Rata-rata salinitas di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta
35 (St 3)35 (St 2)
33 (St 1)
32
32.5
33
33.5
34
34.5
35
35.5
1000 2000 3000
Jarak (m)
Sal
init
as (
‰ )
7 (St 3)
7.8 (St 2)
8 (St 1)
6.46.66.8
77.27.47.67.8
88.28.4
1000 2000 3000
Jarak (m)
pH
3. Kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr di air
Kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr di kolom air selama pengamatan
dapat di lihat pada Gambar 8 hingga Gambar 10
Gambar 8. Rata-rata kandungan logan berat Hg di kolom Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta
Selama pengamatan kandungan logam berat Hg di Perairan Kamal Muara,
Teluk Jakarta mempunyai berkisar antara 0,00004 – 0,00021 mg/l. Rata-rata
kandungan logam berat Hg di stasiun 1 sebesar 0,00009 mg/l, di stasiun 2
sebesar 0,000133 mg/l dan di stasiun 3 sebesar 0,000093 mg/l. Pada Gambar 8
terlihat adanya peningkatan rata-rata kandungan logam berat dari stasiun 1 ke
stasiun 2, kemudian mengalami penurunan di stasiun 3. Jika dibandingkan
dengan baku mutu yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup No. 51 tahun 2004 nilai ambang batas untuk logam berat Hg di perairan,
khususnya untuk biota adalah 0,001 mg/l, maka kandungan logam berat Hg di
Perairan Kamal Muara masih di bawah ambang batas.
0.000093 (St 3)
0.000133 (S t 2)
0.00009 (St 1)
0
0.00005
0.0001
0.00015
0.0002
1000 2000 3000
Jarak (m)
Ko
nse
ntr
asi l
og
am H
g (
mg
/l)
Gambar 9. Rata-rata kandungan logam berat Pb di kolom Perairan Muara Kamal, Teluk Jakarta
Pada Gambar 9 terlihat bahwa kandungan nilai logam berat Pb di Perairan
Kamal Muara, Teluk Jakarta berkisar antara 0,004 – 0,056 mg/l. Rata-rata
kandungan logam berat Pb di stasiun 1 sebesar 0,006 mg/l, di stasiun 2 sebesar
0,035 mg/l dan di stasiun 3 sebesar 0,006 mg/l. Dari Gambar 8 rata-rata
kandungan logam Pb menunjukkan pola yang mirip dengan kandungan logam
berat Hg, yakni adanya peningkatan kandungan dari stasiun 1 menuju stasiun 2,
kemudian mengalami penurunan pada stasiun 3. Jika dibandingkan dengan
baku mutu yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup No. 51
tahun 2004, nilai ambang batas untuk logam berat Pb di perairan, khususnya
untuk biota laut adalah 0,008 mg/l. Kandungan Pb yang melampaui ambang
batas yaitu pada stasiun 2 dengan nilai rata-rata 0,035 mg/l.
Gambar 10. Rata-rata kandungan logam berat Cr di kolom Perairan Kamal Muara Teluk Jakarta
0.006 (St 3)
0.035 (St 2)
0.006 (St 1)
0
0.01
0.02
0.03
0.04
1000 2000 3000
Jarak (m)
Ko
ns
en
tra
si
log
am
Pb
(m
g/l
)
0.015 (St 2)
0.018 (St 3)
0.011 (St 1)
0
0.006
0.012
0.018
0.024
1000 2000 3000
Jarak (m)
Ko
nse
ntr
asi
log
am C
r (m
g/l)
Pada penelitian ini didapatkan kandungan Logam berat Cr pada kolom
Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta seperti yang tercantum pada Gambar 10
berkisar nilai antara ttd – 0,032 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat Cr di
stasiun 1 sebesar 0,011, di stasiun 2 sebesar 0,015 mg/l dan di stasiun 3
sebesar 0,018. Berbeda dengan logam berat Hg dan Pb, logam Cr mempunyai
kecenderungan yang meningkat secara rata-rata dari stasiun 1 menuju stasiun 3.
Jika dibandingkan dengan baku mutu yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara
Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004, nilai ambang batas untuk logam berat Cr
di perairan, khususnya untuk biota laut adalah sebesar 0,005 mg/l, kandungan
logam berat Cr di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta ini secara umum telah
melampaui nilai ambang batas baku mutu Kementerian Negara Lingkungan
Hidup No. 51 tahun 2004.
3. Kandungan logam berat Hg, Pb, dan Cr di sedimen.
Kandungan logam berat Hg, Pb, dan Cr di sedimen selama pengamatan
dapat dilihat pada Gambar 11 hingga Gambar 13 di bawah ini.
Gambar 11. Rata-rata kandungan logam berat Hg di sedimen Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta
Selama penelitian ini, kandungan logam berat Hg di sedimen pada
Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta berkisar antara 0,019 – 0,182 mg/l. Rata-
rata kandungan logam berat Hg di stasiun 1 sebesar 0,09 mg/l, di stasiun 2
sebesar 0,099 mg/l dan di stasiun 3 sebesar 0,05 mg/l. Ada pola peningkatan
kandungan di sedimen pada stasiun 1 menuju stasiun 2, kemudian menurun
pada stasiun 3.
0.05 (St 3)
0.099 (St 2)0.09 (St 1)
0
0.06
0.12
0.18
0.24
1000 2000 3000
Jarak (m)
Ko
nse
ntr
asi l
og
am H
g (m
g/l
)
Gambar 12. Rata-rata kandungan logam berat Pb di sedimen
Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta
Kandungan logam berat Pb di sedimen Perairan Kamal Muara, Teluk
Jakarta mempunyai kisaran 0,101 – 5,555 mg/l. Rata-rata kandungan logam
berat Pb di stasiun 1 sebesar 3,342 mg/l, di stasiun 2 sebesar 1,853 mg/l dan di
stasiun 3 sebesar 1,539 mg/l. Dari data terlihat bahwa terdapat perbedaan
kecenderungan antara kandungan logam berat Pb dengan logam Pb, yaitu
kecenderungan yang terus menurun dari stasiun 1 ke stasiun 3.
Gambar 13. Rata-rata kandungan logam berat Cr di sedimen
Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta
Kandungan logam berat Cr di sedimen Perairan Kamal Muara, Teluk
Jakarta mempunyai kisaran 0,087 – 13,15 mg/l. Rata-rata kandungan logam
berat Cr di stasiun 1 sebesar 8,129 mg/l, rata – rata stasiun 2 sebesar 7,992 mg/l
dan rata-rata pada stasiun 3 sebesar 4,155 mg/l. Pada Gambar 12 pada pola
yang mirip dengan logam berat Pb, yaitu kecenderungan untuk menurun dari
stasiun 1 ke stasiun 3.
3,342 (St 1)
1,853 (St 2)
1,539 (St 3)
0
1,000
2,000
3,000
4,000
1000 2000 3000
Jarak (m)
Ko
nse
ntr
asi l
og
am P
b (
mg
/l)
4,155 (St 3)
7,992 (St 2)8,129 (St 1)
0
2,500
5,000
7,500
10,000
1000 2000 3000
Jarak (m)
Ko
nse
ntr
asi l
og
am C
r (m
g/l
)
4. Kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr pada kerang hijau (Perna viridis L.)
Hasil pengamatan nilai kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr pada kerang
hijau (Perna viridis L.) ukuran kecil, sedang dan besar selama pengamatan, yakni
dari bulan September hingga November dapat dilihat pada Gambar 14 hingga
Gambar 22.
Kandungan logam berat Hg pada kerang hijau ukuran besar (Gambar 14)
berkisar antara 0,0062 – 0.02 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat Hg pada
stasiun 1 sebesar 0,010 mg/l, stasiun 2 sebesar 0,015 dan pada stasiun 3
sebesar 0,009 mg/l. Ada kecenderungan peningkatan kandungan logam Hg dari
stasiun 1 ke stasiun 2 dan terjadi penurunan kandungan logam Hg pada stasiun
3.
Gambar 14. Rata-rata kandungan logam berat Hg pada kerang
hijau ukuran besar ( > 6 cm)
Kandungan logam berat Hg pada kerang hijau ukuran sedang (Gambar 15)
berkisar antara 0,0070 – 0,04 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat Hg pada
stasiun 1 sebesar 0,020 mg/l, stasiun 2 sebesar 0,013 mg/l dan pada stasiun 3
sebesar 0,013 mg/l. Terlihat pada Gambar 15 di bawah ini ada kecenderungan
penurunan kandungan logam Hg dari stasiun 1 hingga ke stasiun 3.
0.009 (St 3)
0.015 (St 2)
0.010 (St 1)
0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
1000 2000 3000
Jarak (m)
Ko
nse
ntr
asi l
og
am H
g (
mg
/l)
Gambar 15. Rata-rata kandungan logam berat Hg pada kerang hijau ukuran sedang ( 4 – 6 cm)
Kandungan logam berat Hg pada kerang hijau ukuran kecil (Gambar 16)
berkisar antara 0,0035 – 0,0078 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat pada
stasiun 1 sebesar 0,006 mg/l, stasiun 2 sebesar 0,005 mg/l dan pada stasiun 3
sebesar 0,007 mg/l. Berbeda dengan kedua ukuran kerang di atas, pada ukuran
kerang kecil terlihat adanya kecenderungan peningkatan kandungan logam berat
Hg dari stasiun 1 hingga ke stasiun 3, meski penurunan pada stasiun 2 relatif
lebih kecil.
Gambar 16. Rata-rata kandungan logam berat Hg pada kerang hijau ukuran kecil (< 4 cm)
Kandungan logam berat Pb pada kerang hijau ukuran besar (Gambar 17)
berkisar antara 40,407 – 47,813 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat Pb
pada stasiun 1 sebesar 45,019 mg/l, stasiun 2 sebesar 46,471 mg/l dan pada
stasiun 3 sebesar 40,802 mg/l. Seperti pada logam Hg di atas, untuk kerang
hijau ukuran besar pada logam Hg terlihat adanya tendensi peningkatan
0.013 (St 2)
0.020 (St 1)
0.012 (St 3)
0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0.03
0.035
0.04
1000 2000 3000
Jarak (m)
Ko
nse
ntr
asi l
og
am H
g (m
g/l)
0.006 (St 1)
0.005 (St 2)
0.007 (St 3)
00.001
0.002
0.003
0.004
0.0050.006
0.007
0.008
1000 2000 3000
Jarak (m)
Ko
sen
tras
i lo
gam
Hg
(mg
/l)
kandungan logam berat Pb dari stasiun 1 hingga stasiun 2, dan selanjutnya
terjadi penurunan kandungan Logam Pb yang cukup tajam pada stasiun 3.
Gambar 17. Rata-rata kandungan logam berat Pb pada kerang hijau ukuran besar ( > 6 cm)
Kandungan logam berat Pb pada kerang hijau ukuran sedang (Gambar
18) berkisar antara 33,699 – 36,829 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat
pada stasiun 1 sebesar 34.248 mg/l, stasiun 2 sebesar 34,745 mg/l dan pada
stasiun 3 sebesar 35, 688 mg/l. Berbeda dengan logam Hg di atas, untuk kerang
hijau ukuran sedang pada logam Pb ini cenderung terjadi peningkatan
kandungan logam berat Pb dari stasiun 1 hingga stasiun 3.
Gambar 18. Rata-rata kandungan logam berat Pb pada kerang hijau ukuran sedang ( 4 – 6 cm)
Kandungan logam berat Pb pada kerang hijau ukuran kecil (Gambar 19)
berkisar antara 12,135 – 13,656 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat pada
stasiun 1 sebesar 12,756 mg/l, stasiun 2 sebesar 13,265 mg/l dan pada stasiun 3
sebesar 12,470 mg/l. Pada Gambar 19 di bawah ini pada kerang hijau ukuran
40.802 (St 3)
46.471(St 2)45.019 (St 1)
36
38
40
42
44
46
48
50
1000 2000 3000
Jarak (m)
Ko
sen
tras
i lo
gam
Pb
(m
g/l)
34.745 (St 2)34.248 (St 1)
35.688 (St 3)
32
33
34
35
36
37
38
1000 2000 3000
Jarak (m)
Ko
sen
tras
i lo
gam
Pb
(m
g/l)
kecil terlihat adanya kecenderungan peningkatan kandungan logam berat Pb dari
stasiun 1 hingga stasiun 2, namun terjadi penurunan kandungan logam berat Pb
pada stasiun 3.
Gambar 19. Rata-rata kandungan logam berat Pb pada kerang kerang hijau ukuran kecil (< 4 cm)
Kandungan logam berat Cr pada kerang hijau ukuran besar (Gambar 20)
berkisar antara 19,039 – 21,195 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat Cr pada
stasiun 1 sebesar 19,696 mg/l, stasiun 2 sebesar 20,710 mg/l dan pada stasiun 3
sebesar 20,998 mg/l. Berbeda dengan logam Hg dan logam Pb di atas, pada
kerang hijau ukuran besar untuk kandungan logam Cr terlihat adanya cenderung
terjadi peningkatan kandungan logam berat Cr dari stasiun 1 hingga ke stasiun
3.
Gambar 20. Rata-rata kandungan logam berat Cr pada kerang hijau ukuran besar (> 6 cm)
12.756 (St 1)
13.265 (St 2)
12.470 (St 3)
11.000
11.500
12.000
12.500
13.000
13.500
14.000
1000 2000 3000
Jarak (m)
Ko
sen
tras
i lo
gam
Pb
(m
g/l)
20.998 (St 3)
19.696 (St 1)
20.710 (St 2)
17.5
18
18.5
19
19.5
20
20.5
2121.5
1000 2000 3000
Jarak (m)
Ko
sen
tras
i lo
gam
Cr
(mg
/l)
Kandungan logam berat Cr pada kerang hijau ukuran sedang (Gambar 21)
berkisar antara 21,258 – 24,826 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat Cr pada
stasiun 1 sebesar 22,693 mg/l, stasiun 2 sebesar 23,946 mg/l dan pada stasiun 3
sebesar 21,692 mg/l. Berbeda dengan logam Hg dan logam Pb di atas, pada
kerang hijau ukuran sedang, terlihat ada kecenderungan peningkatan kandungan
logam berat Cr dari stasiun 1 hingga stasiun 2, namun selanjutnya terjadi
penurunan kandungan logam berat Cr pada stasiun 3.
Gambar 21. Rata-rata kandungan logam berat Cr pada kerang
hijau ukuran sedang ( 4 – 6 cm)
Kandungan logam berat Cr pada kerang hijau ukuran kecil (Gambar 22)
berkisar antara 1,597 – 3,524 mg/l. Rata-rata kandungan logam berat Cr pada
stasiun 1 sebesar 3,214 mg/l, stasiun 2 sebesar 3,033 mg/l dan pada stasiun 3
sebesar 1,691 mg/l. Pada Gambar 22 terlihat adanya pola penurunan kandungan
logam berat Cr dari stasiun 1 hingga ke stasiun 3.
Gambar 22. Rata-rata kandungan logam berat Pb pada kerang hijau ukuran kecil (< 4 cm)
21.692 (St 3)
23.946 (St 2)
22.693 (St 1)
19
20
21
22
23
24
25
26
1000 2000 3000
Jarak (m)
Ko
sen
tras
i lo
gam
Cr
(mg
/l)
3.214 (St 1)3.033 (St 2)
1.691 (St 3)
00.5
1
1.5
2
2.5
33.5
4
1000 2000 3000
Jarak (m)
Ko
sen
tras
i lo
gam
Cr
(mg
/l)
0
100
200
300
400
Stasiun pengamatan
Fak
tor
kon
sen
tras
i
Besar 122.13 210.01 97.66
Sedang 288.47 201.14 133.90
Kecil 76.09 64.68 73.11
1 2 3
5. Faktor konsentrasi
Faktor konsentrasi adalah suatu ukuran nilai dari kemampuan biota atau
organisme air dalam mengambil bahan pencemar langsung dari lingkungan yang
ada disekitarnya, yaitu kolom air. Faktor konsentrasi logam berat pada kerang
hijau menunjukkan adanya kecenderungan biota air tersebut mengakumulasi
logam berat. Adapun faktor konsentrasi yang diamati dari September hingga
November 2004 ditunjukkan pada Gambar 23 hingga Gambar 25.
Ada tiga kategori yang dikemukakan Van Esch (1977) in Pratono (1985)
untuk faktor konsentrasi yaitu, tingkat akumulasi rendah, jika faktor konsentrasi
kurang dari 100. Tingkat akumulasi sedang, jika faktor konsentrasi antara 100
hingga 1000. Dan tingkat akumulasi tinggi, jika faktor konsentrasi lebih dari
1000.
Rata-rata faktor konsentrasi pada logam berat Hg (Gambar 23) tertinggi
pada kerang hijau yang berukuran sedang (4 – 6 cm), dengan kisaran nilai
133,90 – 288,7. Hal ini menunjukkan bahwa kerang hijau yang berukuran
sedang (4 – 6 cm) mempunyai tingkat akumulatif yang sedang terhadap logam
berat Hg. Kerang hijau yang berukuran besar (> 6cm) juga mempunyai tingkat
akumulatif yang sedang terhadap logam berat Hg dengan nilai kisaran rata-rata
97,66 – 210,01. Untuk kerang hijau yang berukuran kecil (< 4 cm) rata-rata nilai
faktor konsentrasi kurang dari 100, yaitu berkisar antara 64,68 – 76,09. Hal ini
menunjukkan kerang hijau yang berukuran kecil (< 4 cm) mempunyai tingkat
akumulatif yang rendah terhadap logam berat Hg.
Gambar 23. Rata-rata faktor logam berat Hg pada kerang hijau
0
2000
4000
6000
8000
10000
Stasiun pengamatan
Fak
tor
kon
sen
tras
i
Besar 8396.23 2003.22 6920.03
Sedang 6404.36 1483.17 6089.77
Kecil 2396.76 570.96 2124.41
1 2 3
Faktor konsentrasi logam berat Pb (Gambar 24) cenderung fluktuatif dari
stasiun pengamatan 1 hingga stasiun pengamatan 3, namun menurun pada
stasiun pengamatan 1 ke stasiun pengamatan 2 dan meningkat dari stasiun
pengamatan 2 ke stasiun pengamatan 3. Faktor konsentrasi pada kerang hijau
ukuran besar (> 6 cm), rata-rata nilainya melebihi 1000, yaitu berkisar antara
2003,22 – 8396,23. Artinya pada kerang hijau berukuran besar (> 6 cm)
mempunyai tingkat akumulasi yang tinggi terhadap logam berat Pb. Pada kerang
hijau berukuran sedang (4 – 6 cm) rata-rata nilainya melebihi 1000, yaitu berkisar
1483,17 – 6404,36. Artinya pada kerang hijau ukuran sedang (4 – 6 cm)
mempunyai tingkat akumulatif yang tinggi terhadap logam berat Pb. Pada
kerang hijau berukuran kecil (> 4 cm), rata-rata nilai faktor konsentrasi berkisar
antara 570,96 – 2396,76, dan mempunyai kecenderungan tingkat akumulatif
yang tinggi terhadap logam berat Pb, meskipun pada stasiun 2 nilainya kurang
dari 1000, yaitu 570,96.
Gambar 24. Rata-rata faktor logam berat Pb pada kerang hijau
Faktor logam berat Cr (Gambar 25) cenderung menurun nilainya dari
stasiun pengamatan 1 hingga stasiun pengamatan 3. Faktor pada kerang hijau
berukuran besar (> 6 cm), rata-rata nilainya melebihi 1000, yaitu berkisar antara
2003,22 – 8396,23. Artinya pada kerang hijau ukuran besar (> 6 cm) mempunyai
tingkat akumulatif yang tinggi terhadap logam berat Cr. Pada kerang hijau ukuran
sedang (4 – 6 cm) juga rata-rata nilai faktornya melebihi 1000, yaitu berkisar
7841,05 – 11270,40. Artinya pada kerang hijau ukuran sedang (4 – 6 cm)
mempunyai tingkat akumulatif yang tinggi terhadap logam berat Cr. Pada
kerang hijau ukuran kecil (< 4cm) juga mempunyai tingkat akumualtif yang
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
Stasiun pengamatan
Fak
otr
ko
nse
ntr
asi
Besar 9861.53 7337.82 7552.81
Sedang 11270.40 8428.41 7841.05
Kecil 1506.05 1035.06 559.14
1 2 3
cenderung tinggi pula terhadap logam berat Cr. Adapun rata-rata faktor
konsentrasinya berkisar antara 559,14 – 1035,06.
Gambar 25. Rata-rata faktor logam berat Cr pada kerang hijau
6. Analisis hubungan fisika – kimia dengan kandungan logam berat pada kerang hijau (Perna viridis L.)
Menurut Darmono (2001) faktor-faktor lingkungan ikut mempengaruhi
konsentrasi kandungan logam berat dalam tubuh kerang hijau, dalam hal ini
konsentrasi kandungan logam berat pada tubuh kerang hijau tergantung pada
konsentrasi kandungan logam pada kolom air, konsentrasi kandungan logam
pada sedimen, konsentrasi garam, suhu dan pH air serta turbidity (kekeruhan).
Untuk melihat pengaruh dari faktor-faktor tersebut digunakan Principal
Component Analysis (PCA).
Tabel 3. Hasil analisis Principal Component Analysis (PCA) untuk logam Hg terhadap semua ukuran tubuh kerang hijau
Logam Hg
F1 F2 Korelasi positif
Korelasi negatif
Kerang Besar
suhu, kekeruhan, Hg di air, Hg di kerang
salinitas, pH, Hg di sedimen
kekeruhan,Hg di air, Hg di sedimen
suhu
Kerang Sedang
suhu,kekeruhan, Hg di air, Hg dikerang
salinitas, pH, Hg di sedimen
pH salinitas
Kerang Kecil
suhu, kekeruhan, Hg di air, Hg di kerang
salinitas, pH, Hg di sedimen
suhu, kekeruhan,Hg di air, Hg di sedimen
Hasil analisis komponen utama (AKU) atau Principal Component Analysis
(PCA) logam Hg pada kerang hijau ukuran besar didapatkan nilai akar ciri (eigen
value) pada sumbu utama (F1) sebesar 68,42 %, sumbu kedua (F2) sebesar
31,58 %. Pada sumbu utama (F1) dicirikan oleh variabel suhu, kekeruhan,
konsentrasi logam Hg di air, konsentrasi logam Hg di sedimen dan konsentrasi
logam Hg di kerang hijau dan untuk sumbu kedua dicirikan oleh variabel salinitas
dan pH (Lampiran 9). Pada kerang hijau ukuran besar, parameter kekeruhan,
Hg di air dan Hg di sedimen memberikan peranan positif terhadap kandungan
logam berat di dalam tubuh kerang hijau (Lampiran 8). Sedangkan parameter
suhu memberikan peranan yang negatif terhadap kandungan logam berat di
dalam tubuh kerang hijau besar.
Hasil analisis PCA untuk kerang hijau berukuran sedang nilai akar ciri
yang di peroleh dapat menjelaskan sumbu utama (F1) 56,27 % dan pada sumbu
kedua (F2) sebesar 43,73 %. Variabel suhu, kekeruhan dan konsentrasi logam
Hg di air mencirikan pada sumbu utama (F1), sedangkan pada sumbu kedua
(F2) di cirikan variabel salinitas, pH, konsentrasi logam Hg di sedimen dan
konsentrasi logam Hg pada kerang hijau (Lampiran 9). Dari matriks korelasi
yang diperoleh menunjukkan adanya peranan negatif untuk parameter salinitas
terhadap kandungan logam Hg di dalam tubuh kerang hijau ukuran sedang
(Lampiran 8).
Pada kerang hijau berukuran kecil hasil analisis PCA nilai akar ciri yang
diperoleh pada sumbu utama (F1) sebesar 68,55 % dan untuk sumbu kedua (F2)
sebesar 31,45 %. Pada sumbu utama (F1) dicirikan oleh variabel suhu,
kekeruhan, konsentrasi logam Hg di air, konsentrasi logam Hg di sedimen dan
konsentrasi logam Hg di kerang hijau, dan untuk sumbu kedua dicirikan oleh
variabel salinitas dan pH (Lampiran 9). Berbeda dengan kedua ukuran kerang
hijau di atas, dari analisis PCA matriks korelasi diperoleh dapa t terlihat adanya
peranan parameter suhu yang positif terhadap kandungan logam Hg, sedangkan
untuk parameter Hg di air dan kekeruhan memberikan peranan yang negatif
terhadap kandungan logam di dalam tubuh kerang hijau (Lampiran 8) .
Tabel 4. Hasil analisis Principal Component Analysis (PCA) untuk logam Pb terhadap semua ukuran tubuh kerang hijau
Logam Pb F1 F2 Korelasi positif
Korelasi negatif
Kerang Besar
suhu, kekeruhan, Pb diair, Pb di kerang
salinitas, pH, Pb di sedimen
pH, Pb di air, Pb di Sedimen, kekeruhan
suhu
Kerang Sedang
salinitas, Pb di sedimen, Pb di kerang
suhu, kekeruhan, Pb di air, pH
salinitas pH, Pb di sedimen
Kerang kecil
suhu, kekeruhan, Pb di air, Pb di kerang
salinitas, pH, Pb di sedimen
kekeruhan, Pb di air, pH
suhu
Pada logam Pb dari hasil analisis PCA yang dilakukan untuk kerang hijau
berukuran besar diperoleh nilai akar ciri (eigenvalue) sumbu utama (F1) dapat
menjelaskan sebesar 55,92 %, sumbu kedua (F2) dapat menjelaskan sebesar
44,07 %. Pada sumbu utama dicirikan oleh variabel suhu, kekeruhan,
konsentrasi Pb di air dan konsentrasi Pb di kerang hijau. Sumbu kedua dicirikan
oleh variabel salinitas, pH dan konsentrasi Pb di sedimen (Lampiran 9). Matriks
korelasi yang diperoleh terhadap kerang hijau ukuran besar memperlihatkan
adanya peranan parameter pH terhadap kandungan dalam tubuh kerang hijau
tersebut (Lampiran 8).
Hasil analisis PCA untuk kerang hijau berukuran sedang nilai akar ciri yang
diperoleh dari analisis PCA dapat menjelaskan sebesar 52,51 % pada sumbu
utama (F1) dan 47,49 % pada sumbu kedua (F2). Pada sumbu utama (F1)
dicirikan oleh variabel salinitas, konsentrasi Pb di sedimen dan konsentrasi Pb di
kerang hijau dan untuk sumbu kedua (F2) dicirikan oleh variabel suhu,
kekeruhan, pH dan konsentrasi Pb di air (Lampiran 9). Terhadap kerang hijau
ukuran sedang matriks korelasi yang didapat menunjukkan adanya peranan yang
positif oleh parameter salinitas terhadap kandungan logam Pb di dalam tubuh
kerang hijau tersebut. Sedangkan untuk parameter pH dan Pb di sedimen
memberikan peranan yang negatif terhadap kandungan Pb dalam tubuh kerang
hijau (Lampiran 8).
Pada kerang hijau berukuran kecil hasil analisis PCA diperoleh nilai akar
ciri pada sumbu utama (F1) dapat menjelaskan sebesar 60,93 % dan pada
sumbu kedua (F2) sebesar 39,07 %. Untuk sumbu utama (F1) dicirikan oleh
variabel suhu, kkeruhan, koinsentrasi Pb di air, konsentrasi Pb di sedimen dan
konsentrasi Pb di kerang hijau dan pada sumbu kedua dicirikan oleh variabel
salinitas dan pH (Lampiran 9). Pada kerang hijau ukuran kecil matriks korelasi
yang diperoleh memperlihatkan adanya peranan yang positif oleh parameter
kekeruhan dan Pb di air, sedangkan parameter suhu memberikan peranan yang
negatif (Lampiran 8). Peranan dari parameter-parameter tersebut mempengaruhi
kandungan Pb di dalam tubuh kerang hijau kecil.
Tabel 5. Hasil analisis Principal Component Analysis (PCA) untuk logam Cr terhadap semua ukuran tubuh kerang hijau
Logam Cr F1 F2 Korelasi positif Korelasi negatif
Kerang Besar
salinitas, pH, Cr di air, Cr di sedimen,Cr di kerang
suhu, kekeruhan suhu, Cr di air pH, Cr di sedimen
Kerang Sedang
pH, Cr di air, Cr di sedimen, Cr di kerang
suhu, salinitas,kekeruhan
kekeruhan, Cr di sedimen, pH
suhu
Kerang Kecil
pH, Cr di air, Cr di sedimen, Cr di kerang
suhu, salinitas , kekeruhan
pH, Cr di Sedimen
Cr di air
Hasil analisis PCA pada logam Cr untuk kerang hijau berukuran besar
nilai akar ciri yang di peroleh dapat menjelaskan sumbu utama (F1) sebesar
61,66 %, sumbu kedua (F2) dapa menjelaskan sebesar 38,34 %. Adapun
variabel-variabel yang mencirikan sumbu utama (F1) antara lain salinitas, pH,
konsentrasi Cr di air, konsentrasi Cr di sedimen dan konsentrasi Cr di kerang
hijau. Sumbu kedua (F2) dicirikan oleh variabel suhu dan kekeruhan (Lampiran
9). Pada logam Cr, analisis matriks korelasi yang diperoleh menunjukkan
peranan yang positif oleh parameter suhu dan Cr di air terhadap kandungan Cr di
dalam tubuh kerang hijau ukuran besar (Lampiran 8).
Pada kerang hijau ukuran sedang nilai akar yang di peroleh dapat
menjelaskan sumbu utama sebesar 58,79 %, sumbu kedua sebesar 41,20 %.
Variabel yang mencirikan pada sumbu utama (F1) adalah pH, konsentrtasi Cr di
air, konsentrasi Cr di sedimen dan konsentrasi Cr di kerang hijau dan pada
sumbu kedua (F2) dicirikan oleh variabel suhu, salinitas dan kekeruhan
(Lampiran 9). Untuk kerang hijau ukuran sedang, parameter kekeruhan dan Cr di
sedimen pada matriks korelasi menunjukkan adanya peranan positif terhadap
kandungan Cr di dalam tubuh kerang hijau ukuran sedang. Sebaliknya untuk
parameter suhu memberikan peranan yang negatif terhadap kandungan Cr di
dalam tubuh kerang hijau ukuran sedang (Lampiran 8).
Hasil analisis PCA. untuk kerang hijau berukuran kecil nilai akar ciri yang
diperoleh dapat menjelaskan sumbu utama (F1) sebesar 63,46 % dan pada
sumbu kedua sebesar 39,07 %. Variabel pH, konsentrasi Cr di air, konsentrasi
Cr di sedimen dan konsentrasi Cr di kerang hijau terdapat pada sumbu utama
(F1) dan variabel suhu, salinitas dan kekeruhan pada sumbu kedua (F2). Pada
kerang hijau ukuran kecil, peranan positif ditunjukkan oleh parameter pH dan Cr
di sedimen terhadap kandungan Cr di dalam tubuhnya dan peranan negatif
ditunjukkan oleh logam Cr di air (Lampiran 8).
B. Pembahasan
Pada pengamatan parameter fisika dan kimia yaitu, suhu, kekeruhan, pH
dan salinitas secara keseluruhan masih menunjukkan kondisi yang
memungkinkan untuk kerang hijau melakukan proses-proses biologis dalam
hidupnya, baik untuk pertumbuhan maupun untuk kebutuhan reproduksi. Suhu
air selama pengamatan masih menunjukkan kisaran yang normal bagi
perkembangan kerang hijau. Hal ini sesuai dengan persyaratan yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan (1985) yang mengatakan bahwa
untuk keperluan budidaya kerang hijau disarankan agar suhu perairan ada dalam
kisaran 26 – 32 ºC.
Kisaran salinitas pada Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta juga sesuai
dengan persyaratan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan (1985)
yaitu dalam kisaran 27 – 35 ‰. Salinitas merupakan faktor yang penting bagi
kerang hijau untuk melakukan adaptasi terhadap kondisi perairan, karena
salinitas berhubungan langsung dengan proses osmoregulasi yang dilakukan
biota yang ada di dalamnya, termasuk kerang hijau.
Logam berat yang masuk ke dalam suatu perairan, baik di sungai ataupun
dilaut, akan dipindahkan dari badan air melalui tiga proses, yaitu pengendapan,
adsorbsi dan absorpsi oleh organisme perairan (Bryan 1976). Logam-logam
dalam lingkungan perairan umumnya berada dalam bentuk ion-ion seperti ion -
ion bebas, pasangan ion organik, ion-ion kompleks dan bentuk-bentuk ion
lainnya (Palar, 1994). Kondisi kandungan logam berat (Hg, Pb dan Cr) di kolom
perairan selama pengamatan dari bulan September hingga November nilainya
cenderung berfluktuatif. Hal ini diduga karena adanya pengaruh masukan dari
sungai yang bermuara di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta yang membawa
limbah-limbah logam berat dan bergantung pada besar kecilnya konsentrasi
logam – logam tersebut yang terbuang ke dalam sungai hingga mencapai
Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta. Limbah logam berat ini diduga berasal
dari limbah industri dan limbah rumah tangga. Jika dibandingkan dengan baku
mutu untuk biota air yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup No. 51 tahun 2004 kondisi kandungan logam berat di Perairan Kamal
Muara, Teluk Jakarta untuk logam berat Pb dan Cr telah melampaui ambang
batas. Untuk logam berat Pb nilai ambang batasnya adalah 0,008 mg/l dan
untuk logam berat Cr nilai ambang batasnya adalah 0,005 mg/l. Berbeda dengan
kandungan logam Pb, kandungan logam berat Hg nilainya masih di bawah
ambang batas yaitu 0,001 mg/l. Namun demikian konsentrasi yang rendah ini
tetap harus diwaspadai karena logam-logam berat yang terlarut dalam kolom
perairan pada konsentrasi tertentu dapat berubah fungsi menjadi sumber racun
bagi kehidupan perairan (Palar, 1994). Meskipun daya racun yang ditimbulkan
oleh satu jenis logam berat terhadap semua biota perairan tidak sama, namun
kehancuran dari suatu kelompok dapat menjadikan terputusnya satu mata rantai
kehidupan
Kondisi nilai kandungan logam berat (Hg, Pb dan Cr) di dalam sedimen
selama pengamatan, nilainya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan yang
terdapat pada kolom perairan. Hal ini diduga karena adanya laju proses
pengendapan atau sedimentasi yang dialami logam berat. Dalam hal ini logam
berat yang terdapat pada kolom air akan mengalami proses penggabungan
dengan senyawa-senyawa lain, baik yang berupa bahan organik maupun bahan
anorganik, sehingga berat jenisnya menjadi lebih besar yang akan
mempengaruhi laju proses pengendapan atau sedimentasi. Hal ini menunjukkan
bahwa sedimen merupakan tempat proses akumulasi logam berat di sekitar
perairan laut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mance (1987) yang
mengatakan bahwa konsentrasi logam berat di sedimen jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan yang ada pada kolom perairan. Hal ini disebabkan logam
berat yang masuk ke dalam kolom perairan akan diserap oleh partikel-partikel
tersuspensi. Apabila konsentrasi logam berat lebih besar dari daya larut
terendah komponen yang terbentuk antara logam dan anion yang ada di dalam
air,seperti karbonat, hidroksil atau khlorida, maka logam tersebut akan
diendapkan (Lindquist et.al, 1984). Dari hasil pengamatan sedimen di lokasi
penelitian jenis sedimen yang didapat berupa lumpur berpasir. Namun hingga
saat ini belum ada baku mutu logam berat pada sedimen, sehingga hasil
penelitian ini belum bisa dibandingkan dengan standar baku mutu.
Nilai kandungan berat (Hg, Pb dan Cr) yang ada pada kerang hijau lebih
tinggi dibanding pada kolom air dan sedimen. Hal ini disebabkan kerang hijau
mempunyai kemampuan untuk mengakumulasi logam berat di dalam tubuhnya.
Sifat hidupnya yang sessil dan filter feeder, mengakibatkan kerang hijau dapat
menyerap logam berat di kolom air dan sedimen melalui proses makan
memakan. Hal ini terlihat dari nilai faktor konsentrasi yang telah disebutkan di
atas, dalam hal ini kerang hijau mampu menyerap logam berat di kolom air
hingga ratusan kali dan bahkan untuk logam berat Pb dan Cr menunjukkan nilai
hingga ribuan kali, yang artinya mempunyai tingkat akumulatif yang tinggi
terhadap kedua logam tersebut.
Kecenderungan kerang hijau untuk menyimpan atau mengakumulasi logam
berat dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama yakni bisa berlangsung
selama hidupnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh proses fisiologis dalam tubuh
kerang hijau itu sendiri. Dalam proses metabolisme tubuhnya akan mengolah
atau mentransformasi setiap bahan racun (logam berat) yang masuk, sehingga
akan mempengaruhi daya racun atau toksisitas bahan tersebut (logam berat).
Logam berat yang telah mengalami bio-transformasi dan tidak dapat
diekskresikan atau dikeluarkan oleh tubuh umumnya akan tersimpan dalam
organ-organ tertentu seperti hepatopankreas, ginjal dan gonad.
Faktor ukuran kerang hijau juga dapat mempengaruhi kandungan logam
berat di dalam tubuh organisme (Lampiran 2). Berdasarkan data yang didapat
selama penelitian ini terlihat adanya kecenderungan peningkatan kandungan
logam berat dari ukuran kecil (< 4 cm) sampai dengan ukuran besar (> 6 cm ).
Hal ini disebabkan kerang hijau mempunyai kemampuan untuk menyerap logam
di lingkungan perairan tempat biota tersebut hidup. Semakin besar ukuran
tubuhnya (makin tua) maka kandungan logam berat dalam tubuh juga akan
semakin meningkat. Terjadinya peningkatan ini disebabkan logam berat yang
masuk dalam tubuhnya akan terus diakumulasi. Pada ukuran kerang besar (> 6
cm) dan sedang (4- 6 cm) kandungan logam berat untuk logam berat Pb dan Cr
sudah sedemikian tingginya dan sudah melampaui batas yang diperbolehkan
untuk dikonsumsi oleh manusia. Menurut Suwirma et. al (1981) standarisasi
kandungan logam berat pada ikan dan hasil perikanan lainnya, yaitu untuk logam
berat Hg 0,5 mg/l, Pb 2,0 mg/l dan Cr 0,4 mg/l. Dengan melihat standar tersebut,
maka dapat dikatakan bahwa untuk logam Hg pada semua ukuran kerang hijau
masih dibawah ambang batas yang diperbolehkan untuk dikonsumsi. Namun
demikian, perlu diperhatikan bahwa tingkat toksisitas logam Hg lebih bersifat
toksik dari logam lainnya dan bila terakumulasi dalam tubuh manusia dapat
mengakibatkan keracunan akut maupun kronis (Darmono, 1995)
Hasil analisis PCA menunjukkan adanya perbedaan peranan parameter
kualitas air yang diukur dengan kandungan logam berat dalam tubuh kerang
hijau. Hal ini dapat dilihat dari nilai keeratan antara parameter kualitas air
dengan kandungan logam berat dalam tubuh kerang hijau pada Lampiran 8 .
Masing-masing parameter kualitas yang terukur memberikan peranan yang
berbeda-beda terhadap jenis logam Hg, Pb dan Cr yang terkandung dalam tubuh
kerang hijau. Hal ini diduga karena tiap jenis logam tersebut mempunyai
karakteristik yang berbeda satu sama lainnya, sehingga logam-logam tersebut
akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap peranan kualitas air tersebut,
dan tentunya akan mempengaruhi kandungan logam berat di dalam tubuh
kerang hijau. Darmono (2001) menyatakan bahwa pada jenis kepiting
(Paragrapsus gaimardi) yang hidup di muara sungai , menunjukkan dengan
semakin tinggi suhu air, daya toksisitas logam semakin meningkat, sebaliknya
semakin rendah suhu air maka daya toksisitas logam juga menurun. Di samping
itu pada kadar garam yang semakin tinggi, daya toksisitas logam semakin
menurun. Pada kolom perairan yang mempunyai derajat keasaman (pH)
mendekati normal (7 – 8) kelarutan dari bentuk persenyawaan logam ini
cenderung stabil (Palar, 1994). Akumulasi logam berat dalam tubuh kerang hijau
juga dipengaruhi oleh hadirnya logam lain yang terlarut dalam air (Darmono,
2001). Seperti penelitian yang telah dilaporkan oleh Ahsanullah et. al , 1981 in
Darmono, 2001 bahwa udang laut Callianasa australiensis yang dipelihara dalam
air yang mengandung kadmium dan seng, ternyata akumulasi kedua logam terus
meningkat. Apabila seng (Zn) dicampur dengan tembaga (Cu), akumulasi logam
Cu terhambat dan akumulasi Zn tetap meningkat. Sedangkan bila Cd dicampur
Cu, akumulasi menjadi terhambat dan akumulasi Cd tetap meningkat. Bila ketiga
logam tersebut (Cd, Cu, Zn) dicampur, ternyata akumulasi Cd dalam jaringan
tetap tidak terpengaruh dan terus meningkat, sedangkan akumulasi Cu dan Zn
hampir seimbang. Palar (1994) menambahkan bahwa keberadaan logam-logam
lain dalam kolom perairan dapat menyebabkan logam-logam tertentu menjadi
sinergis atau sebaliknya, menjadi antagonis bila telah membentuk suatu ikatan.
Disamping itu, interaksi antara logam-logam tersebut bisa juga gagal atau tidak
terjadi sama sekali. Logam-logam berat yang bersifat sinergis, apabila bertemu
dengan pasangannya dan membentuk suatu persenyawaan dapat berubah
fungsi menjadi racun yang sangat berbahaya atau mempunyai daya racun yang
berlipat ganda. Sebaliknya, untuk logam-logam berat yang bersifat antagonis,
apabila terjadi persenyawaan dengan pasangannya maka daya racun yang ada
pada logam tersebut akan berkurang atau semakin kecil. Ukuran kerang tubuh
kerang hijau juga memperlihatkan adanya perbedaan peranan kualitas air
terhadap kandungan logam berat dalam tubuh kerang hijau. Kondisi biota
berkaitan dengan fase-fase kehidupan yang dilalui oleh organisme air dalam
hidupnya. Pada fase-fase tertentu, dalam kehidupan suatu biota atau organisme
mungkin merupakan fase yang sensitif. Sebagai contohnya adalah, fase telur.
Namun demikian ada pula fase dimana biota memiliki daya tahan yang kuat dan
biasanya pada fase dewasa (Palar, 1994). Nilai korelasi yang positif
menunjukkan peranan parameter kualitas air yang signifikan terhadap
kandungan logam berat dalam tubuh kerang hijau. Sebaliknya nilai korelasi yang
negatif menunjukkan peranan yang berlawanan atau menurunkan terhadap
kandungan logam berat dalam tubuh kerang hijau. Sebagai contohnya adalah,
matriks korelasi antara variabel kekeruhan dengan kandungan logam kerang
hijau memiliki kecenderungan peranan yang positif. Artinya setiap kenaikan nilai
kekeruhan akan di perairan akan meningkatkan kandungan logam di dalam
tubuh kerang hijau. Hal ini menunjukkan bahwa logam berat merupakan salah
satu bagian dari komposisi kekeruhan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Secara umum parameter kualitas air seperti suhu, pH, salinitas berada dalam
kondisi yang memungkinkan untuk perkembangan biologis kerang hijau,
kecuali untuk parameter kekeruhan pada stasiun 2 (5,63 NTU) telah
melampaui ambang batas dari baku mutu yang dikeluarkan oleh Kementerian
Negara Lingkungan Hidup no 51 tahun 2004.
2. Kandungan logam berat di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta Pb dan Cr
nilainya telah melampaui ambang batas. Sedangkan logam Hg masih
dibawah baku mutu. Kisaran nilai logam Hg selama pengamatan sebesar
0,00004 – 0,00021 mg/l. Logam Pb 0,004 – 0,056 mg/l, dan logam Cr ttd –
0,032 mg/l.
3. Kandungan logam berat di dasar perairan (sedimen) Kamal Muara, Teluk
Jakarta selama pengamatan logam Hg 0,019 – 0,182 mg/l. Logam Pb 0,101
- 5,555 mg/l, dan logam Cr 0,087 – 13,15 mg/l.
4. Kandungan logam berat di dalam tubuh kerang hijau pada berbagai ukuran
nilainya bervariatif. Kandungan Hg untuk kerang ukuran besar berkisar
0,0062 – 0.02 mg/l, ukuran sedang 0,0070 – 0,04 mg/l dan ukuran kecil
0,0035 – 0,0078 mg/l. Kandungan Pb untuk kerang ukuran besar berkisar
40,407 – 47,813 mg/l, ukuran sedang 33,699 – 36,829 mg/l dan ukuran kecil
12,135 – 13,656 mg/l. Kandungan Cr untuk ukuran besar berkisar 19,039 –
21,195 mg/l, ukuran sedang 21,258 – 24,826 mg/l dan ukuran kecil 1,597 –
3,524 mg/l.
5. Faktor konsentrasi kerang hijau terhadap kandungan logam berat di perairan
nilainya bervariasi menurut ukuran tubuh. Rata-rata faktor konsentrasi Hg
pada kerang ukuran besar 97,66 – 210,01, ukuran sedang 133,90 – 288,7
dan ukuran kecil 64,68 – 76,09. Rata-rata faktor konsentrasi untuk logam
berat Pb pada ukuran besar 2003,22 – 8396,23, ukuran sedang 1483,17 –
6404,36 dan ukuran kecil 570,96 – 2396,76. Rata-rata faktor konsentrasi Cr
untuk kerang ukuran besar 2003,22 – 8396,23, ukuran sedang 7841,05 –
11270,40 dan ukuran kecil 559,14 – 1035,06.
6. Beberapa parameter kualitas air seperti kekeruhan, kandungan logam berat di
kolom perairan dan kandungan logam berat di dasar perairan atau sedimen
perairan memberikan peranan yang cukup signifikan terhadap kandungan
logam berat di dalam tubuh kerang hijau.
B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian pada organ tubuh kerang hijau seperti
hepatopankreas, ginjal dan insang.
2. Adanya monitoring kualitas air khususnya logam berat di perairan Teluk
Jakarta minimal dilakukan setahun sekali.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai interaksi antarlogam Hg, Pb
dan Cr terhadap kerang hijau.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peranan parameter kualitas
air terhadap kandungan logam berat di dalam tubuh kerang hijau.
5. Upaya pelarangan mengkonsumsi kerang hijau yang berasal dari Perairam
Teluk Jakarta pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, H.S. 2002. Pendugaan tingkat akumulsi logam berat Cd, Pb, Cu, Zn dan
Ni pada kerang hijau (Perna viridis L.) ukuran >5 cm di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta. Skripsi. Progam Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pert anian Bogor.
Alloway, B.J. dan D.C. Ayres. 1993. Chemical principles of environmental
pollution. Chapman & Hall, London. Bengen, D.G. 1998. Sinopsis analisis stastistik multivariabel/multidimensi.
Program Pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Boehm, P. D. 1987. Transport and transformation process regarding
hydrocarbon and metal pollution in offshore sedimenary environment in: Long term effect of shore oil and gas development. D. F. Boesch and N. N. Rabalai. Elsivier applied science. London.
Bryan, G.W. 1976a. Heavy metal contamination in the sea. In R. Johnston (Ed.)
Effects of pollutants on aquatic organisms. Cambridge university press, Cambridge.
Connell, D.W. dan G.J. Miller. 1995. Kimia dan ekotoksikologi pencemaran.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Darmono. 1995. Logam dalam sistem mahluk hidup. Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta. ------------. 2001. Lingkungan hidup dan pencemaran : Hubungan dengan
toksikologi senyawa logam. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Departemen Pertanian. 1985. Buku petunjuk budidaya kerang hijau (Perna
viridis L) Seri ke-4. Mariculture research dan development project (ATA-192). Kerjasama antara Departemen Pertanian dan Japan International Coorporation Agency (JICA).
Dewi, K. S. P. 1996. Tingkat pencemaran logam berat (Hg, Pb dan Cd) di dalam
sayuran, air Minum dan rambut di Denpasar, Gianyar dan Tabanan. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (Tesis).
Direktorat Jenderal Perikanan. 1985. Petunjuk teknis budidaya kerang hijau.
INFIS manual seri No. 6. Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air : Bagi pengelolaan sumberdaya dan
lingkungan perairan. Penerbit kanisius. Yogyakarta. EPA. 1973. Water qualitiy criteria. Environmental protection agency. Ecology
research series. Washington. Fardiaz, S. 1992. Polusi air dan udara. Penerbit kanisius. Yogyakarta.
Forstner, U. dan G.T.W. Wittman. 1983. Metal pollution in the aquatic environment. Springer verlag. Berlin Heidelberg, New York, Tokyo, Germany.
Friedman, G.M. dan J. E. Sanders. 1978. Principles of sedimenology. John
Wiley and Sons, New York. GESAMP. 1985. Review of potentially harmful substances : Cadmium, Lead
and Tin. IMO/FAO/UNESCO/WMO/IAEA/UNEP/Un join group of experts.
Hamidah. 1980. Pengaruh logam berat terhadap lingkungan. Pewarta Oceana. Http://www.dnr.state.sc.us/marine/sertc/images/photo/%20gallery/perna%20viridi
s 2.jpg. Tanggal 5 September 2005. Hutabarat, S. dan S. Evans. 1985. Pengantar oseanografi. Universitas
Indonesia, Jakarta. Hutagalung, H.P. 1984. Logam berat dalam lingkungan Laut. Pewarta oceana
IX No. 1 tahun 1984. Hutagalung, H.P. 1989. Mercury and cadmium content in green mussels,
Mytilus viridis L from Onrust Waters, Jakarta Bay. Environ. Contam. Toxicol.
Hutagalung, H.P. 1991. Pencemaran laut oleh logam berat in P3O – LIPI.
Jakarta. Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan Hidup. 1997. Laporan Tahunan
Prokasih PEMDA DKI Jakarta. Kastoro, W. 1988. Beberapa aspek biologi kerang hijau (Perna viridis L) dari
Perairan Binaria, Ancol Teluk Jakarta. Jurnal penelitian perikanan laut. No.45. Balai penelitian perikanan laut. Balai penelitian dan perkembangan pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Kompas, 2004. Pencemaran Teluk Jakarta lampaui ambang batas.
www.kompas.com. Tanggal 5 September 2005. Legandre, L dan P. Legandre. 1983. Numerical ecology. Elsevier Scientific
Publishing Company. New York. Lindquist, O.A, K.J, Jarnelov, dan J, Rhode. 1980. Mercury in swedish
environment. Global and local source. Report of the workshop held at Lerum, Sweden, November 1983, S.N.R.P.M. 1816. National Swedish environment protection guard, Solna, Sweden (Cited in Linberg 1987).
Mance, G. 1987. Pollutan threat of heavy metals in aquatic environmentals.
Elsevier applied science. New York.
MENKLH. 1988. Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : 02/MENKLH/1988, tentang pedoman penetapan baku mutu lingkungan. Sekretariat MENKLH. Jakarta.
MENLH. 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 51/MENLH/2004
Tahun 2004, tentang penetapan baku mutu air laut dalam himpunan peraturan di bidang lingkungan hidup. Jakarta
Odum, E. P. 1971. Fundamental of ecology. W.B. Sounders Co. Philadelphia. Palar, H. 1994. Pencemaran dan toksikologi logam berat. Rineka cipta,
Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001. Tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran perairan. Prartono, T. 1985. Kandungan logam berat timbal (Pb), tembaga (Cu) dan Seng
(Zn) dalam tubuh kerang hijau ( Mytilus viridis, L.) yang dibudidayakan di Perairan Ancol, Teluk Jakarta. Skriosi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
Quano. 1993. Training manual on assesment of the quality and type of land
based pollution discharges into the marine and coastal environment. UNEP. Bangkok.
Racmansyah, P.R, Dalfiah, Pongmasak dan T, Ahmad. 1998. Uji toksisitas
logam berat terhadap benur udang windu dan nener bandeng. Jurnal Perikanan Indonesia.
Reilly, C. 1991. Metal contamination food. Second edition. Elsevier science
Publisher LTD. London and New York. Roberts, D. 1976. Mussel and pollution in B. L. Bayne (ed), marine mussel: their
ecology and physiology. Cambridge University Press. Cambridge. Rohilan, I. 1992. Keadaan sifat fisika dan kimia perairan di Pantai Zona Industri
Krakatau Steel Cilegon. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Setyobudiandi, I. 2000. Sumberdaya hayati moluska kerang Mytilidae.
Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perikanan. Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Soegiharto, A. 1976. Sumber-sumber pencemaran. Seminar pencemaran laut.
LON – LIPI. ISOI. Jakarta.
Suryadiputra, I. N.N. 1995. Pengolahan air limbah dengan metode biologi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Suryanto, D. 2002. Pendugaan laju akumulasi Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni pada kerang hijau (Perna viridis L) ukuran > 4,7 cm di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Suwirma, S., S, Surtipanti, S. Yatim. 1981. Studi Kandungan Logam Berat Hg,
Pb, Cd dan Cr dalam Beberapa Janis Hasil Laut Segar. Majalah Batan.
Tresnasari, S. W. 2001. Kandungan logam berat Pb dan Cd pada kerang hijau
(Perna viridis L.), air dan sedimen di perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Vakily, J.M. 1989. The biological and culture of mussels of the genus Perna.
ICLARM studies and reviews No.17. Manila. Waldichuck, M. 1974. Some biological concern in heavy metals pollution. In
Venberg, F. J. and W. B. Venberg (ed). Pollution and physiology of marine organism. Academic Press, Inc. New York.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kandungan logam berat (Hg,Pb dan Cr) pada kerang hijau (Perna viridis L.) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta.
Logam Hg
satuan dalam (mg/l)
Jenis Pengamatan Jenis logam K S B
Pengamatan I (ST1) Hg 0.006114 0.013438 0.011673 Pengamatan I (ST2) Hg 0.003572 0.010157 0.017332 Pengamatan I (ST3) Hg 0.007116 0.013038 0.009714
satuan dalam (mg/l)
Jenis Pengamatan Jenis logam K S B
Pengamatan II (ST1) Hg 0.00712 0.007657 0.009362 Pengamatan II (ST2) Hg 0.007806 0.00826 0.007123 Pengamatan II (ST3) Hg 0.006816 0.007088 0.006226
satuan dalam (mg/l)
Jenis Pengamatan Jenis logam K S B
Pengamatan III (ST1) Hg 0.00609 0.04 0.01 Pengamatan III (ST2) Hg 0.005 0.02 0.02 Pengamatan III (ST3) Hg 0.0059 0.015 0.01
Logam Pb
satuan dalam (mg/l)
Jenis Pengamatan Jenis logam K S B
Pengamatan I (ST 1) Pb 12.573 34.308 45.483 Pengamatan I (ST 2) Pb 13.372 34.156 46.517 Pengamatan I (ST 3) Pb 12.821 36.829 40.407
satuan dalam (mg/l)
Jenis Pengamatan Jenis logam K S B
Pengamatan II (ST 1) Pb 13.089 34.282 44.398 Pengamatan II (ST 2) Pb 12.768 35.461 47.813 Pengamatan II (ST 3) Pb 12.453 36.537 40.505
satuan dalam (mg/l)
Jenis Pengamatan Jenis logam K S B
Pengamatan III (ST1) Pb 12.605 34.153 45.177 Pengamatan III (ST2) Pb 13.656 34.618 45.084 Pengamatan III (ST3) Pb 12.135 33.699 41.495
Logam Cr
satuan dalam (mg/l)
Jenis Pengamatan Jenis logam K S B
Pengamatan I (ST 1) Cr 3.524 22.195 19.039 Pengamatan I (ST 2) Cr 3.160 23.953 20.837 Pengamatan I (ST 3) Cr 1.940 22.072 21.008
satuan dalam (mg/l)
Jenis Pengamatan Jenis logam K S B
Pengamatan II (ST 1) Cr 3.134 23.403 20.277 Pengamatan II (ST 2) Cr 3.120 24.826 21.195 Pengamatan II (ST 3) Cr 1.597 21.258 21.066
satuan dalam (mg/l)
Jenis Pengamatan Jenis logam K S B
Pengamatan III (ST1) Cr 2.984 22.480 19.773 Pengamatan III (ST2) Cr 2.819 23.057 20.097 Pengamatan III (ST3) Cr 1.536 21.746 20.920
Keterangan : B = kerang hijau berukuran besar (> 6 cm) S = kerang hijau berukuran sedang (4 - 6 cm) K = kerang hijau berukuran kecil (< 4 cm)
Lampiran 2. Kualitas air fisika dan kimia di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta.
Parameter Satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Fisika Suhu ºC 32 32 32 32 31 31 31 31 32 Rata - rata 31.67 31.33 31.67 Kekeruhan NTU 2.2 5.5 3.8 3.01 5.4 3.4 3.05 5.99 3.15 Rata - rata 3.03 5.69 3.28 Salinitas o/oo 33 35 35 33 35 35 33 35 35 Rata - rata 33 35 35 Kimia pH 8 7,5 7 8 8 7 8 8 7 Rata - rata 8 7.83 7
Lampiran 3. Kandungan logam pada kolom air dan sedimen di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta.
Logam Hg satuan dalam (mg/l)
Parameter ST I ST II ST III
Baku Mutu (KepMen LH No,
51 Thn 2004)
0.00011 0.00021 0.00012
0.0001 0.00015 0.00009
0.00006 0.00004 0.00007
Rata-rata 0.00009 0.000133 0.000093 Air
Std. deviasi 2.64575E-05 8.62168E-05 2.5166E-05
0,001 mg/l
0.147 0.182 0.07
0.101 0.095 0.032
0.023 0.019 0.047
Rata-rata 0.09 0.099 0.05 Sedimen
Std. deviasi 0.062684395 0.081561837 0.01913984
Logam Pb
Parameter ST I ST II ST III
Baku Mutu (KepMen LH No,
51 Thn 2004)
0.009 0.012 0.005
0.004 0.036 0.006
0.005 0.056 0.007 Rata-rata 0.006 0.035 0.006
Air
Std. deviasi 0.002645751 0.022030282 0.001
0,008 mg/l
5,555 2,983 2,029
4,371 2,261 2,011
0.101 0.314 0.578
Rata-rata 3,342 1,853 1,539 Sedimen
Std. deviasi 2925.847939 1556.084882 1165.94857
Logam Cr
Parameter ST I ST II ST III
Baku Mutu (KepMen LH No,
51 Thn 2004)
0.032 0.026 0.037
0.0022 0.019 0.018
ttd ttd ttd
Rata-rata 0.011 0.015 0.018
Air
Std. deviasi 0.021071782 0.004949747 0.01343503
0,005 mg/l
12.79 13.15 7.26
11.51 10.73 5.12
0.087 0.096 0.085
Rata-rat a 8,129 7,992 4,155 Sedimen
Std. deviasi 6.993920431 6.944365486 3.68355467
Lampiran 4. Baku mutu air laut untuk biota laut berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan hidup No. 51 Tahun 2004.
No. Parameter Satuan Baku Mutu 1. Suhu(c) ºC Alami 3(c)
coral : 28 – 30(c) mangrove : 28 - 32(c) lamun : 28 – 32(c)
2. Kekeruhan(a) NTU < 5 KIMIA
1. pH(d) - 7 – 8.5(d) 2. Salinitas (e) ‰ alami (e)
coral : 33 – 34(e) mangrove : s/d 34 (e) lamun : 33 – 34(e)
Logam terlarut 1. Raksa (Hg) mg/l 0.001 2. Timbal (Pb) mg/l 0.008 3. Khromium (Cr) mg/l 0.005
Keterangan : 3. alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang,
malam dan musim). a. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10 % kedalamam euphotic. c. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2 ºC dari suhu alami. d. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan<0,2 satuan pH. e. diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5 ‰ salinitas rata-rata
musiman.
Lampiran 5. Prosedur analisis logam berat pada kerang hijau (Perna viridis L.)
A. Prinsip
Daging kerang hijau yang dibutuhkan untuk dapat digunakan dalam
analisis AAS sebesar 5 gram. Kemudian ditimbang, dan dilakukan pengabuan
kering. Sesudah penghilangan bahan-bahan organik dengan pengabuan kering,
residu dilarutkan dalam asam encer. Larutan disebarkan dalam nyala api yang
ada didalam alat AAS sehingga absorpsi atau emisi logam dapat dianalisa dan
diukur pada panjang gelombang tertentu.
B. Cara Kerja
a. Larutan abu berasal dari pengabuan basah
1. Pindahkan larutan abu ke dalam labu takar.
Pilih labu takar yang sesuai sehingga diperoleh konsentrasi logam
yang sesuai dengan kisaran kerjanya.
2. Tepatkan smapai tanda tera dengan air, campur merata
b. Abu berasal dari pengabuan kering
1. Tambahkan 5-6 ml HCl 6N ke dalam cawan/pinggan berisi abu,
kemudian dengan hati-hati panaskan diatas hot plate (pemanas)
dengan pemanasan rendah samapi kering.
2. Tambahkan 5 ml HCl 3N, panaskan cawan diatas pemanas sampai
mulai mendidih.
3. Dinginkan dan saring melalui kertas saring, masukkan filtrat ke dalam
labu takar yang sesuai. Usahakan padatan tertinggi sebanyak
mungkin ke dalam cawan.
4. Tambahkan 10 ml HCl 3N ke dalam cawan, kemudian panaskan
sampai larutan mulai mendidih.
5. Dinginkan, saring dan masukkan filtrat ke dalam labu takar.
6. Cuci cawan dengan air sedikitnya tiga kali, saring air cucian lalu
masukkan ke dalam labu takar.
7. Cuci kertas saring dan masukkan air cucian ke dalam labu takar.
c. Kalibrasi alat dan penetapan sampel
1. Set alat AAS sesuai dengan instruksi dalam manual alat tersebut.
2. Ukur larutan standar logam dan blanko.
3. Ukur larutan sampel. Selama penetapan sampel, periksa secara
periodik apakah nilai standar tetap konstan.
4. Buat kurva standar untuk masing-masing logam (nilai absorpsi/
emisi vs konsentasi logam dalam µg/ml).
Sumber : (Lab. Terpadu FKH IPB, 2004)
Lampiran 6. Prosedur analisis logam berat pada air laut
1. 200 ml air laut ditambahkan 2 ml 1% APDC (Ammonium Pyrolidin
Dichtio Carbamat).
2. Dinginkan, kemudian tambahkan 7 ml MIBk, di kocok dengan shaker
kurang lebih 25 menit
3. Masukkan ke dalam corong pemisah, pisahkan larutan MIBK, larutan
tersebut ditambahkan 5 ml NHO3 4N kocok dalam shaker selama
kurang lebih 20 menit.
4. masukkan ke dalam corong pemisah, untuk memisahkan larutan
asamnya, diamkan selama kurang lebih 20 menit.
5. larutan asam ini digunakan untuk di analisis dengan AAS
Sumber : (Lab. FTDC FATETA IPB, 2004)
Lampiran 7. Prosedur analisis logam berat pada sedimen
1. Di timbang 2 - 5 gr contoh sedimen
2. Tambhakan 1ml asam sulfat (H2SO4) dan 5 ml asam nitrat (HNO 3)
pekat
3. Destruksi pada suhu 400 - 450 ºC sampai semua bahan organik
hilang (endapan menjadi putih, larutan jernih).
4. Endapan putih didinginkan, kemudian larutkan dengan HCL 5N
5. encerkan dengan aquades 50 ml
6. larutan jernih lalu diukur dengan AAS (Atomic Absorption
Spektrophotometer)
Sumber : (Lab. FTDC FATETA IPB, 2004)
Lampiran 8. Matriks korelasi dari Principal Component Analysis (PCA)
Variabel Suhu Salinitas Turbidity pH Hg di air Hg di sedimen Kerang besar Suhu 1.000000 -0.500000 -0.996373 -0.356076 -0.997570 -0.631279 -0.963875 Salinitas -0.500000 1.000000 0.571883 -0.631226 0.559122 -0.356012 0.251269 Turbidity -0.996373 0.571883 1.000000 0.275265 0.999880 0.562991 0.937713 pH -0.356076 -0.631226 0.275265 1.000000 0.290106 0.949507 0.592109 Hg di air -0.997570 0.559122 0.999880 0.290106 1.000000 0.575711 0.942976 Hg di sedimen -0.631279 -0.356012 0.562991 0.949507 0.575711 1.000000 0.815046 Kerang besar -0.963875 0.251269 0.937713 0.592109 0.942976 0.815046 1.000000
Variabel Suhu Salinitas Turbidity pH Hg di air Hg di sedimen Kerang sedang Suhu 1.000000 -0.500000 -0.996373 -0.356076 -0.997570 -0.631279 0.395816 Salinitas -0.500000 1.000000 0.571883 -0.631226 0.559122 -0.356012 -0.993205 Turbidity -0.996373 0.571883 1.000000 0.275265 0.999880 0.562991 -0.472527 pH -0.356076 -0.631226 0.275265 1.000000 0.290106 0.949507 0.717199 Hg di air -0.997570 0.559122 0.999880 0.290106 1.000000 0.575711 -0.458835 Hg di sedimen -0.631279 -0.356012 0.562991 0.949507 0.575711 1.000000 0.462346 Kerang sedang
0.395816 -0.993205 -0.472527 0.717199 -0.458835 0.462346 1.000000
Variabel Suhu Salinitas Turbidity pH Hg di air Hg di sedimen Kerang kecil Suhu 1.000000 -0.500000 -0.996373 -0.356076 -0.997570 -0.631279 0.990685 Salinitas -0.500000 1.000000 0.571883 -0.631226 0.559122 -0.356012 -0.377410 Turbidity -0.996373 0.571883 1.000000 0.275265 0.999880 0.562991 -0 .975503 pH -0.356076 -0.631226 0.275265 1.000000 0.290106 0.949507 -0.480010 Hg di air -0.997570 0.559122 0.999880 0.290106 1.000000 0.575711 -0.978790 Hg di sedimen -0.631279 -0.356012 0.562991 0.949507 0.575711 1.000000 -0.731010 Kerang kecil 0.990685 -0.377410 -0.975503 -0.480010 -0.978790 -0.731010 1.000000
Variabel Suhu Salinitas Turbidity pH Pb di air Pb di sedimen Kerang besar Suhu 1.00000 -0.500000 -0.996373 -0.356076 -1.00000 0.147225 -0.698075 Salinitas -0.50000 1.000000 0.571883 -0.631226 0.50000 -0.930201 -0.271058 Turbidity -0.99637 0.571883 1.000000 0.275265 0.99637 -0.230861 0.634611 pH -0.35608 -0.631226 0.275265 1.000000 0.35608 0.871851 0.917662 Pb di air -1.00000 0.500000 0.996373 0.356076 1.00000 -0.147225 0.698075 Pb di sedimen 0.14722 -0.930201 -0.230861 0.871851 -0.14722 1.000000 0.605448 Kerang besar -0.69808 -0.271058 0.634611 0.917662 0.69808 0.605448 1.000000
Variabel Suhu Salinitas Turbidity pH Pb di air Pb di sedimen Kerang sedang Suhu 1.00000 -0.500000 -0.996373 -0.356076 -1.00000 0.147225 0.175844 Salinitas -0.50000 1.000000 0.571883 -0.631226 0.50000 -0.930201 0.764609 Turbidity -0.99637 0.571883 1.000000 0.275265 0.99637 -0.230861 -0.091435 pH -0.35608 -0.631226 0.275265 1.000000 0.35608 0.871851 -0.982510 Pb di air -1.00000 0.500000 0.996373 0.356076 1.00000 -0.147225 -0.175844 Pb di sedimen 0.14722 -0.930201 -0.230861 0.871851 -0.14722 1.000000 -0.947802 Kerang sedang 0.17584 0.764609 -0.091435 -0.982510 -0.17584 -0.947802 1.000000
Variabel Suhu Salinitas Turbidity pH Pb di air Pb di sedimen Kerang kecil Suhu 1.00000 -0.500000 -0.996373 -0.356076 -1.00000 0.147225 -0.934952 Salinitas -0.50000 1.000000 0.571883 -0.631226 0.50000 -0.930201 0.160234 Turbidity -0.99637 0.571883 1.000000 0.275265 0.99637 -0.230861 0.901371 pH -0.35608 -0.631226 0.275265 1.000000 0.35608 0.871851 0.664434 Pb di air -1.00000 0.500000 0.996373 0.356076 1.00000 -0.147225 0.934952 Pb di sedimen 0.14722 -0.930201 -0.230861 0.871851 -0.14722 1.000000 0.213259 Kerang k ecil -0.93495 0.160234 0.901371 0.664434 0.93495 0.213259 1.000000
Variabel Suhu Salinitas Turbidity pH Cr di air Cr di sedimen Kerangbesar Suhu -0.500000 1.000000 -0.996373 -0.356076 -0.022200 -0.473473 -0.305959 Salinitas 1.000000 -0.500000 0.571883 -0.631226 0.876912 -0.526066 0.977474 Turbidity 0.571883 -0.996373 1.000000 0.275265 0.107196 0.396801 0.385866 pH -0.631226 -0.356076 0.275265 1.000000 -0.926322 0.991670 -0.780700 Cr di air 0.876912 -0.022200 0.107196 -0.926322 1.000000 -0.870080 0.958602 Cr di sedimen -0.526066 -0.473473 0.396801 0.991670 -0.870080 1.000000 -0.693706 Kerang besar 0.977474 -0.305959 0.385866 -0.780700 0.958602 -0.693706 1.000000
Variabel Suhu Salinitas Turbidity pH Cr di air Cr di sedimen Kerang sedang Suhu 1.000000 -0.500000 -0.996373 -0.356076 -0.022200 -0.473473 -0.896433 Salinitas -0.500000 1.000000 0.571883 -0.631226 0.876912 -0.526066 0.064413 Turbidity -0.996373 0.571883 1.000000 0.275265 0.107196 0.396801 0.855468 pH -0.356076 -0.631226 0.275265 1.000000 -0.926322 0.991670 0.733330 Cr di air -0.022200 0.876912 0.107196 -0.926322 1.000000 -0.870080 -0.423168 Cr di sedimen -0.473473 -0.526066 0.396801 0.991670 -0.870080 1.000000 0.814792 Kerang sedang -0.896433 0.064413 0.855468 0.733330 -0.423168 0.814792 1.000000
Variabel Suhu Salinitas Turbidity pH Cr di air Cr di sedimen Kerang kecil Suhu 1.000000 -0.500000 -0.996373 -0.356076 -0.022200 -0.473473 -0.402868 Salinitas -0.500000 1.000000 0.571883 -0.631226 0.876912 -0.526066 -0.591202 Turbidity -0.996373 0.571883 1.000000 0.275265 0.107196 0.396801 0.323521 pH -0.356076 -0.631226 0.275265 1.000000 -0.926322 0.991670 0.998721 Cr di air -0.022200 0.876912 0.107196 -0.926322 1.000000 -0.870080 -0.906089 Cr di sedimen -0.473473 -0.526066 0.396801 0.991670 -0.870080 1.000000 0.996914 Kerang kecil -0.402868 -0.591202 0.323521 0.998721 -0.906089 0.996914 1.000000
Lampiran 9. Hasil analisis Principal Componet Analysis (PCA)
Tabel 6. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Hg pada kerang hijau ukuran besar
Variabel F1 F2 Suhu 0,980931 0,194355 Salinitas -0,322149 -0,946689 Kekeruhan -0,960834 -0,277124 pH -0,530902 0,847433 Logam Hg di air -0,965007 -0,262225 Logam Hg di sedimen -0,769974 0,638075 Logam Hg di kerang besar -0,997263 0,073941
Gambar 26. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisik -kimia dengan kerang
hijau berukuran besar (> 6 cm)
Tabel 7. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Hg pada kerang hijau ukuran sedang
Variabel F1 F2 Suhu 0,989001 0,147910 Salinitas -0,622594 0,782545 Kekeruhan -0,988000 -0,063212 pH -0,213944 -0,976846 Logam Hg di air -0,996903 -0,078646 Logam Hg di sedimen -0,509623 -0,860398 Logam Hg di kerang sedang 0,527293 -0,849684
Gambar 27. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran sedang (4 - 6 cm)
Tabel 8. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Hg pada kerang hijau ukuran kecil
Variabel F1 F2 Suhu 0,989585 0,143949 Salinitas -0,370129 -0,928980 Kekeruhan -0,973746 -0,227637 pH -0,486881 0,873468 Logam Hg di air -0,977151 -0,212544 Logam Hg di sedimen -0,736344 0,676607 Logam Hg di kerang kecil 0,999969 0,007850
Gambar 28. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran kecil (< 4 cm)
Tabel 9. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Pb pada kerang hijau ukuran besar
Variabel F1 F2 Suhu 0,987005 0,208581 Salinitas -0,308366 -0,951268 Kekeruhan -0,956708 -0,291050 pH -0,543154 0,839633 Logam Pb di air -0,978005 -0,208581 Logam Pb di sedimen -0,062322 0,998056 Logam Pb di kerang besar -0,832070 0,554670
Gambar 29. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran besar (> 6 cm)
Tabel 10. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Pb pada kerang hijau ukuran sedang
Variabel F1 F2 Suhu -0,527753 0,849398 Salinitas 0,999477 0,032348 Kekeruhan 0,598120 -0,801407 pH -0,605806 -0,795613 Logam Pb di air 0,527753 -0,849398 Logam Pb di sedimen -0,917840 -0,396949 Logam Pb di kerang sedang 0,743360 0,668891
Gambar 30. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang
hijau berukuran sedang (4 – 6 cm)
Tabel 11. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Pb pada kerang hijau ukuran kecil
Variabel F1 F2 Suhu 1,000000 0,000661 Salinitas -0,499427 -0,866356 Kekeruhan -0,996316 -0,085756 pH -0,356694 0,934221 Logam Pb di air -1,000000 -0,000661 Logam Pb di sedimen 0,146571 0,989200 Logam Pb di kerang kecil -0,935187 0,354155
Gambar 31. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran kecil (< 4 cm)
Tabel 12. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Cr pada kerang hijau ukuran besar
Variabel F1 F2 Suhu -0,049990 0,998750 Salinitas 0,889938 -0,456082 Kekeruhan 0,134799 -0,998750 pH -0,915489 -0,402344 Logam Cr di air 0,999613 0,027805 Logam Cr di sedimen -0,856039 -0,516912 LogamCr di kerang besar 0,966149 -0,257984
Gambar 32. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang
hijau berukuran besar (> 6 cm)
Tabel 13. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Cr pada kerang hijau ukuran sedang
Variabel F1 F2 Suhu 0,645766 0,763544 Salinitas 0,338371 -0,941013 Kekeruhan -0,578438 -0,815727 pH -0,943437 -0,331551 Logam Cr di air 0,749020 -0,662547 Logam Cr di sedimen -0,978284 0,207270 Logam Cr di kerang sedang -0,917263 -0,398281
Gambar 33. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang hijau berukuran sedang (4 - 6 cm)
Tabel 14. Koefisien variabel dalam fungsi linear sumbu utama logam Cr pada kerang hijau ukuran kecil
Variabel F1 F2 Suhu 0,324634 0,945840 Salinitas 0,656804 -0,754061 Kekeruhan -0,242969 -0,970034 pH -0,999441 -0,033434 Logam Cr di air 0,938399 -0,345552 Logam Cr di sedimen -0,986809 -0,161888 Logam Cr di kerang kecil -0,996472 -0,083925
Gambar 34. Hasil analisis PCA (F1xF2) parameter fisika-kimia dengan kerang
hijau berukuran kecil (< 4 cm)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 April 1980
dari pasangan Djaenuddin Sardi dan Ismiati Sardi. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 1999 penulis lulus dari SMU 13 Jakarta. Pada tahun 2000 penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN (Ujian Masuk Perguruan
Tinggi Negeri) dan memilih program studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama di IPB penulis mengikuti
beberapa kegiatan kepanitian di IPB, aktif pada kegiatan keorganisasian yaitu
staf anggota BEM-C, ketua Departemen Hubungan Luar HIMASPER, anggota
perguruan seni bela diri “Hikmatul Iman”. Penulis aktif sebagai asisten limnologi
(2003-2004, 2004-2005). Penulis juga ikut serta memenangkan gelar juara II
bola basket putra PORIKAN bersama tim bola basket putra MSP (2001-2002).
Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Kandungan Logam Berat Hg, Pb
dan Cr pada Air, Sedimen dan Kerang Hijau (Perna viridis L.) di Perairan Kamal
Muara, Teluk Jakarta”, dan dinyatakan lulus pada tanggal 9 Desember 2005