Upload
dinhphuc
View
252
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN PRAKTEK PEMELIHARAAN RUSA TIMORDI MANOKWARI
Freddy Pattiselannolo Angelina N. Tethooll, dan Daniel Y. Seserayr
INTISARI
Pattiselanno, F.o A. N. Tethool, dan D. Y. Seseray. 2008. Karakteristik morfologi dan praktek pemeliharaanRusa Timor di Manokwari. Berkala Ilmiah Biologi (7) 2z 61'61.
Informasi tentang karakteristik morfologi dan dokumentasi praktek pemeliharaan Rus aTtnor (Rusa timorensis)
diperlukan untuk mengembangkan penangkaran rusa di tingkat masyarakat. Pengamatan dilakukan di sekitar Manokwari:
Amban, Fanindi, Kampung Ambon, Wosi dan Rendani. Hasil pengamatan memrnjukkan bahwa secara statistik tidakterdapat perbedaan ukuran panjang kaki belakang, panjang telinga dan lebar telinga antara rusa jantan dan betina.
Berat badan, panjang badan, tinggi badan dan panjang ekor berbeda sangat nyata, sedangkan panjang kaki depan
berbeda nyata. Terdapat perbedaan pola warna tubuh antara rusa jantan dan betina yang dipelihara di Manokwari.Kisaran umw nrsa yang dipelihara bervariasi antara 2-6 tahwr, diikuti dengan perbedaan karakteristik morfologi.Sistem pemeliharaan rusa yang diumbar di halaman merupakan hal yang umum dilakukan di Manokwari umrunnya
terdiri dari dua individu dengan cara diikat di halaman rumah atau tempat umum lainnya.
Kata kunci: karakteristik morfologi, sistem pemeliharaan, Rusa Timor
ABSTRACT
Pattiselsnno, E, A. N. Tethool, dun D. V Seseray.2008. Morphological characteristic and hwshandry practice ofRusa Timor in Munokwari. Berkala Ilmiah Biologi (7) 2: 6l-67.
Information on morphologica! characteristic and documentation of husbandry practices of the Timor deer
(Rugg timorensis,) is required to develop captive breeding of rusa deer at the community level. Survey was con-
ducted around Manohuqri such qs: Amban, Fanindi, Kampung Ambon, Wosi dqn Rendani. The results indicatedstatistically, length of rear leg, ear length, and ear wide between stag and hind had no significantly dffirent, whilebody weight, body length, body height, heart girt and tail length were significantly dffirent except for length offront leg was dffirent. Dffirent characteristic on coloration was found between stag and hind raised in Manohuari.Approximately the age of deer wqs varied between 2 - 6 years, followed by a mixture of morphologicalcharacteristic. Backyard husbandry practices of rusa deer was commonly perforrned in Manohuari consist of two
individuals, raised and tied around the yard ofhouse and other public places.
Kqtuords : morpho lo gical characteris tic, hus b andry sy st em, Rus a Timor
PENDAHULUAN
Rusa yang termasuk jenis satwa yangdilindungi, ternyata juga berpotensi untuk di-kembangkan dan dibudidayakan, karena menurutSemiadi (1986) mempunyai prospek ekonomi yang
baik. Meskipun perkembangan usaha petemakan
rusa di Indonesia masih terbatas dibandingbeberapa negaxa lainnya (Pattiselanno, 2003), tetapi
mempunyai prospek yang menjanjikan. Hal inidisebabkan rusa mempunyai kemampuan adaptasiyang tinggi, dan dalam pemeliharaannya pakan
I Laboratorium Produksi Temak - Fakultas Petemakan Perikanan & Ilmu Kelautan,
Universitas Negeri Papua, Jl. Gunung SaljuAmban Manokwari, Papua Barat,
Email: [email protected]
bukanlah merupakan faktor pembatas. Rusa dapatmengkonsumsi hampir semua jenis dedaunan dan
rumput, tahan terhadap kekurangan air sehinggamampu menyesuaikan dengan kondisi agro-ekosistem yang beragam (Naipospos, 2003;Badarina, 1995).
Survey yang dilakukan oieh Siregar et al.(1984) merekomendasikan Rusa Timor (Rusa
timorensis) sebagai salah satu spesies satwa yangmemperlihatkan potensi besar untuk dibudidayakan.Beberapa indikator yang memungkinkan pem-budidayaannya adalah (1) hewan asli Indonesia,
6l
Berkala llmiah Biotogi, Volume 7, Nomor 2, Desember 2008, hlm. 61-67
(2) dapat hidup di daerah beriklim kering/panas dan
(3) mempunyai daya adaptasi yang tinggi(Simanjuntak & Ariaji, 1 984).
Di Manokwari, hasil penelitian Duwila (2001)
mengungkapkan bahwa memelihara rusa sebagai
hewan ternak umum ditemukan di Manokwari,Oransbari dan Ransiki dengan tujuan pemeliharaan
yang beragam. Pattiselanno et al. (1999) dan
Pattiselanno (2004) menyatakan bahwa usaha
budidaya rusa secara tradisional berkembang dengan
baik di beberapa wilayah lain di Papua.
Dokumentasi sistem pemeliharaan rusa pada
saat ini sertia inventarisasi karakterisitik morfologinyaadalah suatu usaha awal yang baik untuk dilakukanguna mendapatkan gambaran potensi serta pengem-
bangan usaha budidaya di tingkat masyarakatsehingga ketergantungan terhadap usaha perburuan
dapat dikurangi. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan sebagai informasi dasar dalampengembangan usahabudidaya rusa di Manokwaripada waktu mendatang.
BAHAN DAN CARA KERJA
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilalnrkan di sekitar kota Manokwariyaitu di Amban, Fanindi, Kampung Ambon, Wosidan Rendani. Pengambilan data dilakukan selama
bulan Maret - Mei 2005. Sebagai responden dalampenelitian ini adalah delapan orang waf,ga di lokasipengamatan yang memelihara rusa. Adapun objekpenelitian adalah 14 ekor Rusa Timor yang terdiridari tujuh ekor betina dan tujuh ekorjantan.
Cara kerja
Penelitian dilakukan menggunakan metode
deskriptif melalui observasi terhadap tatalaksanapemeliharaan dan pengukuran karakteristik morfo-logi Rusa Timor (Rusa timorensis) yang dipeliharadi Manokwari. Pengumpulan data di lapangan di-lakukan melalui pengamatan langsung, pengukuran
karakteristik morfologi, dan wawancara langsung
dengan peternak yang memelihara rusa.
Variabel pengamatan
Umuro karakteristik morfologi dan pola warna
Pendugaan umur rusa dilakukan dengan mem-perhatikan formula dan struktur gigi dengan acuan
Dj anah ( 1 984). Pengamatan morfometri dilakukan
terhadap sepuluh karakter tubuh bagian luar yangdianggap mewakili karakt€ristik. Pengukuran dilaku-kan menggunakan pita ukur, timbangan, dan kaliper.Dalam pelaksanaannya rusa dimasukkan dalamkandang jepit mini yang didesain dari kayu dan dapatdipindahkan, sehingga memudahkan untukmengontrol pergerakannya dan pengukuran karak-teristik morfologi dapat dilalcukan dengan baik. Hasilpengamatan terhadap karakfer morfologi rusa j antan
dan betina dianalisis secaf,a statistik dengan uji-t(Steel & Torrie, I 993). Pengamatan pola wama buludilakukan untuk melengkapi pengamatan karak-teristik morfologi yang lain.
Sistem pemeliharaan
Pengamatan terhadap sistem pemeliharaandilakukan dengan mengunjungi delapan respondenyang memelihara Rusa Timor. Wawancara semishrrkhual terhadap para peternak dilakukan untukmengetahui teknik pemeliharaan rusa oleh respon-den. Hasil pengamatan pada aspek ini dianalisissecara statistik deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAI{
Karakteristik morfologl, pola warna dan umur
Bervariasinya ukuran tubuh antara Rusa Timorjantan dan betina (Tabel 1.) menjadi dasar unhrkdilakukan uji statistik (z7r-r) guna melihat perbedaan
ukuran tubuh dari masing-masing individujantan dan
betina. Hasil analisis perbandingan rerata ukurantubuhjantan dan betina tersebut tersebut disajikanpadaTabel2.
Perbedaan pola warna antara Rusa Timorjantan dan betina yang dipelihara di Manokwaridisajikan dalam Tabel 3.
Pengamatan terhadap jenis kelamin rusa sertapendugaan umur berdasarkan formula dan strukturgigi menurut Dj anah ( 1 9 84) disaj ikan pada Tabel 4.
Bervariasinya tiap ukuran tubuh dari masing-masing individu yang diukur disebabkan oleh banyakfaktor, diantaranya umur, makanan dan lingkungantempat hidupnya. Menurut Jalicouer & Mosimam( 1960) ada dua komponen yang menghasilkan variasipada tubuh yaitu ukuran dan bentuk. Dalam hal inibentuk tubuh merupakan hasil dari ekspresi genetik(Atchley,1983).
Masynd et al. (2003) mendeskripsikan RusaTimor (Rusa timorensis) sebagai hewan asli Indo-nesia dengan ukwan sedang. Selanjufrrya dijelaskan
62
Pattiselanno, E, et al. - Karaheristik morfologi dan praktek pemeliharaan Rusa Timor
Tabel 1. Kisaran, standar deviasi danrataan ukuran tubuh Rusa Timor ( Rusa timorensis\.
Parameter Ukuran Tubuh yang Diukur
Berat Badan (kg)Panjang Badan (cm)
Tinggi Badan (cm)
Panjang Kaki Depan (cm)Panjang Kaki Belakang (cm)
Lingkar Dada (cm)
Panjang Ekor (cm)
Panjang Telinga (cm)Lebar Telinga (cm)
Kisaran
40-53,6 30-35,7
67-82 61,7-65,3
78,8-89,4 76-84,54R R-sR < 4<-<4
52,5-64,5 50-58
92,4-702,6 73-90,222,2-29 17,5-249-13,8 10-13,3
9,2-14,3 10,5-15
Rerata
A
46,47+4,84
73,66+5,6
84,31*3,60
53,50r3,53
57,87+4,6
96,86+3,40
25,99+2,8811,3Gr1,48
12,06+1,96
33,21+2,29
63,20+1,35
78,64*3,03
48,60+3,59{? {4+? O?
80,43+7,041q oA+) a-l
11,91+1,07
13,0611,48
Keterangan: Jantan, n:7 danbetina ri .
Tabel2. Perbandingan nilai ukuran tubuh Rusa Timor (R. timorensrs) jantan dan betina di Manokwari
Parameter llkuran Tubuh yang
Diukur
B*"t B"d* (kg)
Panjang Badan (cm)
TingCr Badan (cm)
Panjang Kaki Depan (cm)
Panjang Kaki Belakang (cm)
Lingkar Dada (cm)
Panjang Ekor (cm)
Panjang felinga (cm)
Lebar Telinga (cm)
Kisaran Perbedaan ukwan tubuh
da I (nilaiP)Jantan
40-53,6
67-82
78,8-89,4
48,8-58,5
52,5-64,5
92,4-102,6
22,2-29
9-13,8
9,2-14,3
Betina
30-35,7
61,7-65,3
76-84,5
45-54
50-58
73-90,2
17,5-24
10-13,3
10,s-1s
0,000**0,004**0,013**0,036*
0,085
0,001**0,002**
0,463
0,339
Keterangan: Jantan, n:7 dan betinan:'7 , * = berbeda nyata (P< 0,05), * * : berbeda sangat nyata (P<0,01)
Tabel 3. Pola wama bagian tubuh rusa jantan dan betina
WarnaBagian tubuh
DahiDaguLeher depan(kerongkongan)
Leher belakangPunggung
PerutDaA^
Kaki '
Ekor
Telinga dalam
Telinga luar
Betina
Coklat gelap
Putih keabuan terang
Putih keabuan terang
CoHat gelap
Coklat gelap, garis-garis hitammemanjang
Putih keabuan terang
Coklat gelap di bagian tengahdan bagian lainnya lebih terang
Coklat terang
Coklat gelap di bagian luar.lanputih keabuan terang di bagiandalam
Bulu paqjang, putih keabuan
terangCoklat gelap
Jantan
Coklat gelap
Coklat gelap
Coklat gelap
CoHat gelap
CoHat gelap, garis -garishitam memanjangCoklat gelap
Coklat gelap
Coklat gelap
Coklat gelap di bagian luardan putih keabuan terang dibagian dalamBulu panjang, putih keabuanterang
Coklat gelap
63
No Lokasi Jumlah Jenis Kelamin Umur Tempat diumbar(ekor) (thn)
1 Amban 1 Betina 2 Lapengan2 Fanindi 2 Betina 6 Halaman rumah
Jantan 5
3 Fanindi 1 Jantan 3 Halaman rumah4 KampungAmbon 2 Beina 2 Halenanrumah
Jantan 3
5. Brawijaya 3 Betina 2,5 Lapa.ganBetina 2
Jantan 3
6. Wosi I Jantan 6 Lapangan
7. Wosi 2 Bet:na 2 HalamanrumahJantan 4
8. Rendani 2 Betina 6 Halaman rumahJantan 6
Berkala llmiah Biologi, Volume 7, Nomor 2, Desember 2008, hlm. 61-67
bahwa Rusa Sambar (Cervus unicolor) memilikipostru tubuh lebih besar, dan Rusa Bawean (Axis
fuhlii) memiliki postur tubuh yang relatif lebih kecildibanding dua spesies lainnya. Pernyataan tersebutsejalan dengan pendapat Whitehead (1994),bahwaRusa Sambat (C. unicolor) merupakan rusa ter-besar untuk daerah tropic dengan sebaran di Indo-nesia terbatas di Pulau Sumatera, Kalimantan dan
pulau di sekitar Sumatera. Sementara menurutSemiadi et al. (2003), Rusa Bawean (A. kuhlii)adalah jenis rusa yang kecil yang merupakan jenisendemic dari Pulau Bawean, yang terletak kuranglebih 150 km dari Pulau Jawa.
Diantara paramater ukuran tubuh yang diukurternyata bahwa panjang kaki belakang, panjangtelinga dan lebar telinga af,fiatajantan dan betinasecara statistik tidak berbeda. Informasi ini mem-berikan pengertian bahwa berbedanya j enis kelamintidak berpengaruh terhadap karakteristik morfologitersebut. Selanjubrya untuk parumeter lainnya yangdiuku (berat badan, panjang badan, tinggi badan,
lingkar dada dan panjang ekor) menunjukkanperbedaan yang sangat nyata, kecuali panjang kakidepan yang hanya berbeda nyata. Data pembandingyang diperoleh menunjukkan bahwa rusa jantanmempr:nyai bobot badan yang lebih tinggi dibandingbetina @ryden, 2000). Secara normal, temak mudacenderung memiliki bobot hrbuh yang lebih kecildibanding temak dewasa, dan pertambahan bobottubuh akan terjadi sejalan dengan bertambahnyaumur. Oleh karena itu, karakter morfologi yangberupa ukuran dan bobot tubuh, termasuk beberapa
64
ukuran statistik vital yang biasanya digunakansebagai indikator performance seekor ternak lebihbesar pada ternak dewasa dibanding pada temakmuda. Hal yang sama ditunjukkan pada hasilpenelitian Duwila (200 1), yang menunjukkan bahwarusa dewasa umumnya memiliki ukuran tubuh yanglebihbesar dibmding rusa dengan kondisi umuryanglebihmuda.
Pola wama tubuh rusa secara spesifik merupa-kan penciri khusus yang dimiliki oleh masing-masingjenis kelamin yang dapat digunakan sebagaipedoman dalam mempelajari morfologi Rusa Timoryang dipelihara di Manokwari.
Rusa betina cenderung memiliki pola wamayang lebih terang dibanding jantan, khususnya dibagian kerongkongan, dagro perut, dada dan kaki.Pola wama tubuh rusa yang diamati juga tidakterlalu berbeda dengan hasil penelitian Zein(1999)terhadap Rusa Timor yang terdapat di Propinsi NusaTenggara Timur. Sedangkan bila dibanding denganduajenis rusa asli Indonesia lainnya (Rusa Sambardan Rusa Bawean), maka Rusa Timor memiliki polawama bulu yang berbeda, yaitu kuning kecoklatandibanding Rusa Sambar coklat kehitaman dan RusaBawean dengan pola warna kulit kekuningan(Masyud et a1.,2003).
Bervariasinya umur rusa yang dipelihara adalahhal yang wajar, karena kepemilikan awal rusa olehpeternak juga bervariasi, misalnya ada yang di-pelihara sejak masih anakan karena induknya matidiburu, atau dipelihara setelah dewasa yang di-peroleh dari pemburu. Menurut Pattiselanno (2004),
Tabel{. Jenis kelamin dan umur Rusa Timor yang dipelihara responden
Pattiselanno, F, et al. - Karaheristik morfologi dan prahek pemeliharaan Rusa Timor
kondisi ini umum ditemukan di Papua, karena rusayang dipelihara umufimya merupakan rusa dewasahasil buruan yang secara fisik masih baik ataumemungkinkan untuk dipelihara, atau berupaanakan yang induknya menj adi korban perburuan.Jika dilihat dari komposisi umurnya, rusa yangdipelihara masih mempunyai rentang waktu yangcukup panjang untuk bereproduksi, karenakemampuan reproduksi rusa berkisar antara2-20tahun (Wajo, 2001). Namun demikian dari semuaresponden yang diamati praktek pemeliharaannyadalam penelitian ini belum ada rusa peliharaanyangberanak selama masa pemeliharaan, karena jumlahyang dipelihara terkadang hanya satu ekor, ataupunjika dipelihara lebih dari seekor sudah terlanjur dijualatau dipotong sebelum bereproduksi.
Praktek pemeliharaan Rusa Timor
Kisaran jumlah rusa yang dipelihara yaituantara 1 - 3 ekor dan jumlah pemilikan rusa yangpaling banyak adalah dua ekor (50%) diikuti olehkepemilikan 1 ekor (37,5%) dan 3 ekor (12,5%).Tatalaksana pemeliharaan rusa yang umum dilaku-kan di Manokwari adalah dengan cara diurnbar dihalaman pekarangan tanpa menyediakan kandangtemak. Umumnya rusa diumbar (diikat) di halamanrumah ataupun di tempat umum seperti lapanganataupun pinggiran jalan dengan panjang tali yangbervariasi antara 3-6 meter. Rusa diumbar sejakjam 08.00 hingga 18.00 setiap harinya.
Hasil wawancara terhadap respondenmenunjukkan bahwa tatalaksana pemberian pakandan air minum bervarasi antara satu respondendengan responden lainnya. Sebesar 7 5Yo petetnakmemberikan air minum kepada ternak rusapeliharaannya, sedangkan 25o/o sisanya tidakmernberikan air minum. Menurut pengakuanpetemak, rusa sanggup bertahan dalam sehari tidakmengkonsumsi air minum, karena itu ada duaorang petemak yang sama sekali tidak menyiapkanair minum bagi temak peliharaannya ketika diumbarpada siang hari. Pemberian air minum dilakukansetelah sore hari pada saat ternak beristirahat,
Pakan utama bagi rusa yang dipeliharaber-beda antara satu peternak dengan petemak lainnya,tergantung pada lokasi dimana temaknya diumbar.B erdasarkan komposi s iny a terny ata bahwa hij auan(rumput) menempati urutan terbesar yaitu sebanyak
75%o, sedangkan 25%o sisanya adalah dedaunan.Pakan utama rusa yang dipelihara berasal dari
tempat sekitar dimana temak tersebut diumbar. Jikadiikat di halaman rumah atau lapangan, hijauan yangtumbuh di kedua tempat tesebut merupakan pakanutama ternak. Identifikasi jenis hijauan yang tumbuhdan dikonsumsi oleh rusa, menunjukkan ada limajenis rumput antara lain rumput lapangan, alang-alang (Imperata cylindrica), rumput gajah(Penisetum purpureum), rumput raja (Penisetumpurpureopoidhes) dan Melinis minutiflora, dandaun-dannan yaitu daun p isang (Mus a sp . ) dan daunbeluntas (Pluchea indica (L.) Less).
Pemberian pakan tambahan menjadi perhatian62,50 peternak yang merasa ketersediaan pakan-nya kurang memenuhi kebutuhan konsumsipeliharaannya. Pemberian pakan tambahan diberi-kan selama dua kali sehari berupa hijauan, sisamakanan dan sayuran serta kulit pisang, dan banyaseorang peternak saja yang memberikan pakantambahan pada pagi hari.
Hasil pengamatan terhadap praktekpemeliharaan rusa yang diperoleh tidak jauhberbeda dengan penelitian Duwila (2001) dimanajumlah kepemilikan temak adaiah t ekor (59,23a/o),
2 ekor (23,07%) dan 3 ekor (7,69%). Sedikitnyajumlah rusa yang dipelihara cukup beralasan, karenaumunnya peternak masih bergantung pada hasilburuan yang masih sehat dan layak untuk dip elifiara.Oleh karena itu, untuk usaha pengembangan kedepan perlu dipikirkan model penyediaan stok yangdikelola secara berkelanjutan. Semiadi (1 996) dalampenelitiannya di Pulau Timor menyatakan bahwajumlah kepemilikan rusa di awal pemellharaanberkisar antaf,a 1 sampai 4 ekor dengan jenis kelaminyang bervariasi.
Menurut Semiadi (1996) hampir seluruhrusamilik responden di Pulau Timor dipelihara dengancara diikat dengan tali sepanjang 5-8 meter. Panjangpendeknya tali yang digrrnakan untuk mengikat rusasangat bergantung pada ketersediaan pakan disekeliling lokasi pemeliharaan dan kemampuanjangkauan rusa untuk mendapatkan bahan pakan.Kondisi ini wajar karena pakan tidak disediakanpemelihara tetapi rusa mencarinya sendiri di sekitartempat ternak tersebut diikat. Oleh karena itudiasumsikan bahwa lebih pendeknya tali pengikatrusa di Manokwari dibandingkan dengan di PulauTimor menunjukkan bahwa ketersediaan pakan disekitar lokasi pemeliharaan di Manokwari masihrelatif lebih baik.
Praktek pemberian air minum bagi rusa yangdipelihara di Manokwari hampir sama dengan apa
65
Berkula Ilmiah Biologi, Yolume 7, Nomor 2, Desember 2008, hlm. 61-67
yang dikemukakan Badarina (1995) yaitu disesuai-
kan dengan kebuhrhan temak peliharaan dan kondisicuaca. Hal ini cukup beralasan, karena jika di-bandingkan ternak lain, rusa lebih tahan terhadap
kekurangan air, oleh karena itu rusa dapat dipelihara
di daerah kering.Dalam suasana penangkaran rusa di Taman
Safari Indonesia, pakan yang diberikan kepada rusapeliharaan adalah rumput raja dan gulma kebun, ubijalar dan wortel serta pakan konsentrat komersial(Wirdateti et al.,1997). Di Nusa Tenggara Timurpakan yang biasa diberikan pada Rusa Timor didalam penangkaran antara lain rumput gajah (Ppurpureum), rumput rala (P. purpureopoidhes),turi (S es b ani a grandifl or a), lamtoro (Leuc a ena
I euco c ephal a), b eringin (F i cu s b enj amina) dan.
kabesak (Ac a cia I euc o c ep ahala) (Tekandj anji &Gersetiasih, 2002).
Menurut pengakuan peternak, memelihararusa bukanlah hal yang terlalu sulit untuk di-laksanakan, karena dipelihara dalam kondisi seada-
nya rusa mampu beradaptasi dan tahan terhadap
serangan penyakit. Namun demikian, pada saat-saat
tertentu rusa membutuhkan perhatian yang serius
misalnya pada periode ranggah keras pada rusajantan, karena pada periode tersebut, sifat agresifpejantan akan dominan dan hal ini perlu ditanganisecara baik. Pada pemeliharaan Rusa Timor diPulau Timor, sifat agresif pejantan mencapaipuncaknya apabila kedua ranggah kerasnya telah
tumbuh sempurna (bercabang 6) dan pada saat itulahpetemak harus memberikan perhatian yang ekstraserius dengan perubahan fi siologi tersebut (Semiadi,
1996). Hal ini yang menjadi faktor pembataspemeliharaan rusa secara secara umbaran (An*ar,2001).
KESIMPUL,A.N DAN SARAN
Kesimpulan
1. Secara visual, perbedaan attara rusa jantan
dan betina dapat langsung diamati dengantumbuhnya ranggah pada rusa jantan dan tidakditemukan ranggah pada rusa betina. Bagiantubuh yang dapat membedakan karakteristikmorfologi rusa jantan dan betina adalah beratbadan, panjang badan, tinggi badan, panjang
kaki depan, lingkax dada dan panjang ekor. Adaperbedaan pola wama antara rusa jantan dan
betinayang diamati.
2. Sistem pemeliharaan rusa di Manokwariumunnya dilakukan dengan sistem umbaransecara tradisional dengan jumlah kepemilikan1-2 ekor, diikat di lahan pekarangan sertatempat umum lainnya serta memanfaatkanketersediaan hijauan yang ada di sekitar lokasipemeliharaan dan pemberian air minum.Peternak tidak menyediakan kandang secara
khusus bagi rusa peliharaan. Petemak seringkewalahan menangani rusa jantan padaperiode tumbuhnya ranggah keras (6 cabang)karena perubahan fisiologis yang membuatrusa agak agresif.
Saran
Untuk pengernbangan usaha penangkaran rusa
di Manokwari perlu diperhatikan kandang yang baikdan memenuhi syarat, serta kondisi sekitarpenangkaran yang berkaitan langsung dengansuasana penangkaran (naungan yang mem-pengaruhi kondisi mikroklimat). Pemberian pakantambahan perlu mendapat perhatian serius guna
memenuhi syarat nufisi bahan pakan yang diberikan.Aspek tingkah laku perlu dipelajari dengan baikkhususnya pada periode tertentu yang secarafisiologis mempengaruhi tatalaksana pemeliharaan
rusayang dipelihara.
UCAPAN TERIMA I(ASIH
Pengumpulan data di lapangan dapat terlaksana dengan baik atas bantuan Sdr. Dansius IsirS.Pt dan Sdr. Alfons Tekege, S.Pt.
PUSTAKA ACUAN
Achely, W.R. 1983. Some genetic aspects of mor-phometric variation. In : J. Felsentein (editor).Numeric al Taxonomy. Spreinger-Verlag, Ber-lin, Heidelberg, West Germany. pp.346-363.
Anwar, K. 2001. Ironisme sang maskot faunaNZB. Kompas,6 Juni 2001.
Badarina, I. 1995. Rusa'osatwa harapan" sumberprotein hewani masa depan. Ruminansia 4:7 -
8.
Djanah, D. 1984. Menentuknn Umur Ternak. CYYasaguna, Jakarta.
Dryden, G., McL. 2000. An overview of sub-tropi-cal and tropical deer production systems.Asian-Aus.J.Anim.Sci. 13, Supp. Ed.: 62
66
Pattiselanno, F., et al. - Karaheristik morfologi dan prahek pemeliharaan Rusa Timor
Duwila, R. 2001. Sistem pemeliharaan danukuran statistik Rusa Timor (Cervus.
timorensis.) di Kabupaten Manokwari.Skripsi Sarjana Petemakan Fakultas Pertanian
Universitas Cenderawasih Manokwari. (tidak
dipublikasikan).Jolicouer, P., and J.E. Mosimann. 1960. Size and
shape variation in the planted turtle : A prin-ciple component analysis. Growth 24:339-354.
Masyud, B., M. Thohari, S. S. Mansjoer, dan C.
Sumantri. 2003. Studi perbandingan katak-teristik genetik antara Rusa Timor (Cervus
timorensis\, Sambar (Cervus unicolor) dan
Bawean (Axis kuhlii). Media KonservasiVol. VII (3) : 101-107
Naipospos, T.S.P. 2003. Rencana strategis dalampemanfaatan rusa sebagai usaha anekaternak. Makalah dalam Lokakarya Pengem-
bangan Rusa: Pendaya"ganaan rusa sebagai
sumber protein hewani altematif dalam rangka
diversifikasi usaha temak. Direllorat Pengem-
bangan Petemakan Direktorat Jenderal BinaProduksi Peternakan, Jakarta. Taman MiniIndonesia Indah, 11 September 2003.
Pattiselanno, F., A.G. Murwanto, R. Maturbongs,dan J. Wanggai.1999. Sistemperburuan satwa
oleh masyarakat lokal di Taman Nasional LautTeluk Cenderawasih Irian Jaya. Irian JayaAgro 6 (2): I-6.
Pattiselanno, F. 2003. Deer (Cervidae: Artiodac-tyla: Mammalia) wildlife potential with futureexpectations. Tigerpaper 30(3): 1 3- 1 6.
Pattiselanno, F. 2004. B erburu rusa di hutan Papua,
Majalah Pertanian Berkelanjutan, SALAMNo. 08 September 2004: 33.
Semiadi, G. 1 98 6. Beberapa tinj auan kemungkinanbudidaya rusa. Bulletin Peternakan l: lI-13.
Semiadi, G. 1996. Tatalaksana pemeliharaan Rusa
Timor (Cervus timorensis) oleh masyarakat
di Pulau Timor. Prosiding Seminar NasionalPeternakan dan Veteriner. Pusat Penelitiandan Pengembangan Peternakan, BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian,Departemen Pertanian, Bogor. Jilid 2 : 825 -829'
Semiadi, G., K. Subekti,I.K. Sutama, B. Masy'ud,dan L. Affandy. 2003. Antler's growth of the
endangered and endemic Bawean Deet (Axis
kuhlii Muller and Schlegel, 1842). Treubia
33 (t): 89-95.
Simanjuntak, L., dan B. Ariaji. 1984. Budidayasatwa 1iar. Proceeding Seminar Satwa Liar.Pusat Penelitian dan Pengembangan Petema-
kan, Badan Penelitian dan PengembanganPertanian Departemen Pertanian, Bogor 10
Agustus 1983.
Sinclair, S.E., and K.B. Woodford. 2000. TropicaVSub-tropical deer farming inAushalia. Asian-Aus.J.Anim.Sci. 13, Supp. Ed.: 62-64.
Siregar,A.P., P. Sitorus, P.A. Radjagukguk, Santoso,
M. Sabrani, S. Soedirman, T. Iskandar, E.
Kalsid, L.P. Batubara, H. Sitohang, A.Syarifuddin, A. Saleh, dan Wiloto. 1984.
Kemungkinan budidaya satwa liar di Indone-sia. Proceeding Seminar Satwa Liar. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan,Badan Penelitian dan Pengembangan Per-tanian Departemen Pertanian, Bogor, 10
Agustus 1983.
Steel, R.G.D., and J.H. Torrie. 1993. Principlesand Procedures of Statistics, A BiometricalApproach. McGraw-Hill International BookCo., Tokyo.
Subekti, D.T. 1995. Mengenal usaha peternakan
rusa. Ruminans ia 3 :34-35Tekandjanji, M., dan R. Gersetiasih. 2002.
Pengembangan penangkaran Rusa Timor(Cervus timorensis) dan permasalahannya diNusa Tenggara Timur. Prosiding SeminarNasional Bioekologi dan Konservasi Ungulata.Pusat Studi Ilmu Hayati, Lembaga PenelitianIPB, Pusat Penelitian Biologi LIPI danPengembangan Hutan dan Konservasi AlamDephut. Bogor,2002.
Wirdateti, W.R. Farida, dan M.S.A. Zein. 1997.
Perilaku harian Rusa Jawa (Cervustimorensis) di penangkaran Taman Safari In-donesia. B iot a (2) :7 8-8I
Wajo, M. J. 200 1 . KaraW eris tik s kro tum, tes tis dan
kondisi spermatozoa Rusa Timor (Ceruus-
timorensis). Tesis Program Pasca-sarjanaUGM,Yogyakana.
Zein, M. S.A . 1999. Kaj ian karakteristik morfologi,hematologi dan kimia darah Rusa Timor(Cervus timorensis) di Propinsi NusaTenggara Timur. Biota (2):89-94.
67