22
KARET (Hevea brasiliensis) 1. Karet : tanaman tahunan dari Brasil dan mulai dibudidayakan tahun 1601. 2. Di Indonesia dibudidayakan mulai tahun 1876 di Kebun Raya Bogor 3. Sentra tanaman karet di Sumatera dan Jawa sedikit di Indonesia Timur 4. Produk karet antara lain dalam bentuk krep, sit (asap) dan latek pekat

karet

Embed Size (px)

DESCRIPTION

karet

Citation preview

Page 1: karet

KARET(Hevea brasiliensis)

1. Karet : tanaman tahunan dari Brasil dan mulai

dibudidayakan tahun 1601.

2. Di Indonesia dibudidayakan mulai tahun 1876 di

Kebun Raya Bogor

3. Sentra tanaman karet di Sumatera dan Jawa sedikit

di Indonesia Timur

4. Produk karet antara lain dalam bentuk krep, sit

(asap) dan latek pekat

Page 2: karet

PERAN KOMODITI KARET

DI INDONESIA

• Indonesia negara eksportir karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand, ketiga Malaysia

• Dari segi areal, Indonesia terluas didunia produktivitasnya terendah

• Sebagian besar diusahakan oleh petani 85 %, Thailand 90%, Malaysia 91 %

• Karet memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia sumber devisa negara, sumber pendapatan petani,sumber lapangan kerja di hulu dan hilir

Page 3: karet
Page 4: karet
Page 5: karet

SYARAT TUMBUH

1. Suhu antara 24 -28 oC

2. Kelembaban diatas 70 %

3. Curah hujan 1.500 – 2.000 mm/tahun

4. Lama penyinaran 5 – 7 jam/hari

5. Tanah berpasir tidak padas

6. Keasaman tanah dengan pH 5 – 6 (toleransi pH 4 – 8)

7. Ketinggian tempat dg umur sadap :

• 0 - 200 m dpl : 5 - 6 tahun

• 200 - 400 m dpl : 7 tahun

• 400 - 600 m dpl : 7,5 tahun

• 600 - 800 m dpl : 8,6 tahun

• 800 - 1000 m dpl : 10,2 tahun

Perbanyakan karet dari biji

Page 6: karet

Panen1. Penyadapan latek dari kulit batang setelah umur minimal 5

tahun dengan waktu sadap 25 - 35 tahun

2. Kulit dibersihkan dahulu supaya tidak terjadi pengotoran latek

3. Ketebalan irisan sadap 1,5 – 2 mm

4. Kedalaman sadap adalah 1 – 1,5 mm dari kambium (ketebalan

kulit karet 7 mm)

5. Waktu penyadapan pagi hari pukul 5 – 6 dan pengumpulan

latek jam 8 – 10

6. Periode sadap dinyatakan dengan setiap hari (d/1), dua hari

sekali (d/2), dst

7. Panjang irisan sadap dinyatakan dalam seperempat spiral

batang (s/4), setengah spiral batang (s/2) dan satu spiral

batang (s/1)

8. Kulit pulihan disadap kembali setelah sembilan tahun

Page 7: karet
Page 8: karet

PENANGANAN LATEKS KEBUN

1. Hal penting Hindari Prakoagulasi

2. Prakoagulasi dipengaruhi oleh :

Aktivitas mikroorganisme

Aktivitas enzim

Iklim (mis : hujan, suhu tinggi)

Budidaya/keadaan tanaman (tan. muda, tua/sakit)

Jenis klon

Pengangkutan (suhu tinggi dan goncangan)

Kontaminasi kotoran dari luar (mis : logam atau garam)

3. Cara menghindari prakoagulasi

Alat-alat sadap dan alat angkut harus senantiasa bersih dantahan karat

Lateks harus segera diangkut ketempat pengolahan tanpabanyak goncangan

Lateks tidak boleh terkena sinar matahari langsung

Dapat digunakan anti koagulan : Amonia (NH3) atau NatriumSulfit (Na2SO3)

Page 9: karet

Pasca-panen

1. Pengumpulan latek digunakan ember aluminium

dan diangkut dengan truk pengangkut

2. Untuk mencegah koagulasi perlu ditambah zat

anti koagulan seperti amoniak (2 – 2,5 %), soda

(natrium karbonat) 10 % sebanyak 5 – 10 ml/liter

latek atau natrium sulfit 10 % sebanyak 5 – 10

ml/liter latek

3. Kemudian latek diolah menjadi krep, sit, karet

remah atau latek pekat

Page 10: karet

Pengolahan Krep

1. Latek dikebun ditentukan kadar karet keringnya (KKK)

sekitar 20 – 40 % dan disaring untuk menghilangkan

kotoran dan lump dengan ukuran 15 mesh kemudian 40

mesh (biasanya 3x saringan 2 mm, 1 mm dan 0,6 mm)

2. Latek diencerkan dengan air sampai KKK 12 -14 %

3. Kemudian disaring dengan ukuran 40, 60 dan 80 mesh

4. Latek ditambah natrium bisulfit 0,75 – 1,25 gr per liter latek

sebagai pemucat dan bakterisida, asam formiat/semut 0,6

– 0,8 ml atau asam asetat 1,0 – 1,4 per liter latek untuk

pembekuan selama 3 – 4 jam

5. Penggilingan 3x sampai hasil tebal karet 0,75 – 1,75 mm

6. Dikeringkan di ruang pengering dengan suhu 33 - 35 oC

selama 6 – 7 hari

7. Pemeriksaan dan penentuan mutu (sortasi) dan kemas

Page 11: karet

Pengeringan

Di Batujamus, Kra : pengeringan dengan udara panas

Pengeringan :

• dilakukan selama 15 – 20 hari, bahkan dpt s/d 1 bulan (tergantung cuaca)

• hari ke 1 30 − 32 0C

• hari ke 2 33 − 34 0C

• hari ke 3 35 − 36 0C

• hari ke 4 37 − 38 0C

• hari ke 5 38 − 40 0C

• hari ke 6 39 − 37 0C

• hari ke 7 37 − 35 0C

• hari ke 8 35 − 33 0C

Page 12: karet

udaraudara

Gambar : Rumah pengering

Page 13: karet
Page 14: karet

Pengolahan Sit

1. Latek dikebun ditentukan kadar karet keringnya (KKK) sekitar 20 – 40 % dan disaring untuk menghilangkan kotoran dan lump dengan ukuran mesh 20 dan 40 (biasanya 3x saringan 2 mm, 1 mm dan 0,6 mm)

2. Latek diencerkan dengan air sampai KKK 12 -14 %

3. Kemudian disaring dengan ukuran 40, 60 dan 80 mesh

4. Latek ditambah asam formiat 1 % atau asam asetat 2 % dengan jumlah 55,5 ml per liter latek untuk pembekuan selama 3 – 4 jam

5. Penggilingan 4x ( jarak rol 6,4 mm; 3,2 mm; 1,3 mm; 0,4 mm) dengan rpm 30. Gilingan terakhir dengan rol bergerigi serong

6. Dikeringanginkan selama 1 -2 jam

7. Diasap 4 hari (hari 1-3 dengan suhu 40-50 oC; dan hari keempat suhu 50 – 55 oC)

8. Sortasi dan kemas

Page 15: karet

Pengolahan Latek Pekat tipe pusingan

1. Latek dikebun ditentukan kadar karet keringnya

(KKK) min 28 %, ditambah gas amoniak 2 – 3

gram tiap liter latek (penambahan ini pada latek

mampu bertahan 24 jam tanpa koagulasi) atau

3 – 5 tetes tiap mangkuk sadap guna mencegah

oksidasi dan koagulasi

2. Latek disaring untuk menghilangkan kotoran

(biasanya 3x saringan 2 mm, 1 mm dan 0,6 mm)

dan ditambahkan gas amoniak bila diperlukan

3. Latek dipisahkan antara serum (bj 1,024) dan

partikel (bj 0,904)

4. Latek diendapkan dalam tangki selama + 24 jam

Page 16: karet

Gambar : Karet kering

Page 17: karet

Pengolahan Latek Pekat tipe pusingan

1. Kemudian dilakukan pemusingan/sentrifugasi

untuk memisahkan latek pekat (KKK 60 - 62

%) dan cair atau skim

2. Latek pekat disimpan sambil dijaga kadar

amoniak sebesar 7 – 10 gram per liter latek.

3. Selama penyimpanan, dilakukan pengadukan

sambil diukur kadar KKK, FFA dan amoniak.

Proses pematangan diperkirakan + 21 hari

4. Kemudian dikemas dalam drum yang dilapisi

plastik lebih dulu

Page 18: karet
Page 19: karet

Grade Sheet, International Standard of Quality and

Packing for Natural Rubber Grades

• No 1-XRSS (Superior Quality Ribbed Smoked Sheet)

• kering, kuat, utuh, warna pengasapan merata, tidak bercacat, tdk ada bintik-bintik

karat, masih dibolehkan gelembung udara sebesar kepala jarum.

• NO 1 RSS (Standard Quality Ribbed Smoked Sheet)

• kering, kuat, baik, tidak bercacat, tidak bercacat, masih dibolehkan gelembung udara

sebesar kepala jarum

• NO 2 RSS (Good Average Quality Ribberd Smoked Sheet)

• Kering, kuat, bersih, tidak bercacat, masih dibolehkan gelembung-gelembung udara

dan noda-noda kecil

• No 3 RSS (Fair Average Quality Ribberd Smoked Sheet)

• Kering, kuat, tidak mengandung karat atau benda asing lainnya, terdapat sedikit

cacat warna, masih dibolehkan gelembung-gelembung udara kecil-kecil

• NO 4 RSS (Low Fair Average Quality Ribberd Smoked Sheet)

• Kurang kering, agak rekat, warna lebih gelap, ada sedikit karat, ada bintik-bintik noda

kecil dan gelembung udara. Karet yang lembek, adanya garis-garis atau bintik-bintik

tidak diperbolehkan.

Page 20: karet
Page 21: karet

Daftar Pustaka

1. Djoehana Setyamidjaya,1991, Karet Budidaya

dan Pengolahan, Yasaguna, Jakarta

Page 22: karet

POHON INDUSTRI

Pohon

Karet

Lateks

Bokar

Sheet

(blaket

RSS)

Crumb

Rubber

Alat kesehatan & Lab

Alat/perlengkapan

Kendaraan

Alat olahraga

Perlengkapan

Pakaian

Perlengkapan

Teknik Industri

Perlengkapan Bayi

Perlengkapan

Rumah tangga

Barang-barang karet

Lainnya

Kayu

Biji Meubel

Tepung biji karet

(protein)

Dot susu, balon karet

Karpet, lem perekat

Pelampung, alat KB

Air house, oil seal

Sepatu, sendal

Bola, pakaian selam

Ban, pedal, jok mobil

Karet pipet, selang

Campuran makanan