101
i KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA DI RUANG GELATIK RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA Oleh : IKA AYU PUSPITA NIM. 1902060 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO 2020

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA ...eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/219/1/KTI IKA AYU.pdfgangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. 1.3.2.6 Mendokumentasikan

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    KARYA TULIS ILMIAH

    ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN MASALAH UTAMA

    HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA

    DI RUANG GELATIK RUMAH SAKIT JIWA MENUR

    SURABAYA

    Oleh :

    IKA AYU PUSPITA

    NIM. 1902060

    PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

    AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA

    SIDOARJO

    2020

  • ii

    KARYA TULIS ILMIAH

    ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN MASALAH UTAMA

    HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA

    DI RUANG GELATIK RUMAH SAKIT JIWA MENUR

    SURABAYA

    Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar

    Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep)

    Di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

    Oleh :

    IKA AYU PUSPITA

    NIM. 1902060

    PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

    AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA

    SIDOARJO

    2020

  • SURAT PERNYATAAN

    Yang bertandatangan di bawahini:

    Nama : Ika Ayu Puspita

    NIM :1902060

    Tempat, Tanggal Lahir : Lamongan, 05 November 1997

    Institusi : Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

    Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang Berjudul "ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

    PADA TN.S DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI PENDENGARAN

    DENGAN DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA DI RUANG GELATIK RUMAH

    SAKIT JIWA MENUR SURABAYA" adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik

    sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan

    sumbernya.Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

    pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

    Sidoarjo, 19 Agustus 2019

    Yang Menyatakan,

    Ika Ayu Puspita

    NIM: 1902060

    Mengetahui,

    Pembimbing 1 Pembimbing 2

    Faida Annisa, S.Kep.,Ns.,MNS Agus Sulistyowati, S.,Kep.,M.Kes

    NIDN. 0708078606 NIDN. 0703087801

  • iv

    HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

    Nama : IkaAyuPuspita

    Judul : Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.S dengan Masalah Utama Halusinasi

    pendengaran dengan Diagnosa Medis Skizofrenia Di Ruang Gelatik Rumah

    Sakit Jiwa Menur Surabaya.

    Telah disetujui untuk di ujikan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada tanggal

    13 Februari 2020

    Oleh :

    Pembimbing 1 Pembimbing 2

    Faida Annisa, S.Kep.,Ns.,MNS Agus Sulistyowati, S.,Kep.,M.Kes

    NIDN. 0708078606 NIDN. 0703087801

    Mengetahui,

    Direktur

  • v

    HALAMAN PENGESAHAN

    Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada Sidang di Progran D3 Keperawatan di

    Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

    Tanggal : 13 Februari 2020

    TIM PENGUJI

    TandaTangan

    Ketua :Meli Diana, S.Kep.Ns.,M.Kep (…………………)

    Anggota: 1.Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes (…………………)

    2.Faida Annisa, S.Kep., Ns.,MNS ` (…………………)

    Mengetahui,

    Direktur

  • vi

    Motto dan Persembahan:

    Motto

    “Setiap kebersamaan pasti akan berakhir, namun kebahagiaannya akan

    tetap abadi dalam kenangan indah kita”

    Kupersembahkan karya pertama saya untuk :

    1. Orang Tua saya (Bapak Agus Pamungkas dan Ibu Saidah) tersayang yang selalu

    mendukung, mendoakan, serta menyemangati saya dalam menyelesaikan studi dan

    Karya Tulis Ilmiah ini.

    2. Orang Tua yang telah merawat saya sejak kecil sampai sekarang (Bapak Abdul

    Muntholib dan Ibu Tutik Supriatin) yang juga selalu menyayangi saya seperti anaknya

    sendiri.

    3. Adik saya Destia Dwita Cahayani yang senantiasa memberikan semangat dan

    perhatiannya kepada saya.

    4. Sahabat, teman seperjuangan dan civitas di Akademi Keperawatan Kerta Cendikia

    Sidoarjo yang telah mendukung penuh dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

    5. Dan yang terakhir terima kasih untuk suamiku Rizki Aldi Gandira tercinta yang tidak

    pernah bosan memberikan semangat, kasih sayang, pengertian dan perhatiannya untuk

    saya segera menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, dan calon buah hati saya yang

    membuat saya tak patah semangat mengerjakan dan menyelesaikan Karya Tulis

    Ilmiah ini.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan

    dengan rahmat taufiq serta hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan KTI dengan judul

    “Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Diagnosa Keperawatan Halusinasi Pendengaran di Ruang

    Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya”, guna untuk memenuhi tugas dan melengkapi

    syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) pada AKADEMI

    KEPERAWATAN KERTA CENDIKIA SIDOARJO. Penulis yakin bahwa dalam penulisan

    tesis ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, yang telah

    dengan ikhlas membantu penulis demi terselesainya penulisannya. Untuk itulah penulis

    meyampaikan ucapan terima kasih, kepada :

    1. Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes, selaku Ketua Akademi Keperawatan Kerta

    Cendekia Sidoarjo yang selalu memberikan dorongan penuh dengan wawasan dalam

    upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

    2. Ibu Faida Annisa, S.Kep., Ns.,MNS, selaku Ketua Kaprodi Studi DIII Keperawatan

    yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan TugasAkhir ini.

    3. Kepala Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang telah memberikan ijin kami untuk

    melakukan penelitian.

    4. Ibu Faida Annisa, S.Kep., Ns.,MNS, selaku Pembimbing I, yang dengan tulus ikhlas

    bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta perhatian dalam memberikan

    dorongan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

    5. Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes, selaku pembimbing II yang dengan tulus ikhlas

    telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan dalam penyelesaian

    Tugas Akhir ini.

  • viii

    6. Ibu Meli Diana, S.Kep.Ns.,M.Kep, selaku Ketua Penguji, yang telah sudi memberikan

    arahan dan bimbingan dalam penyusunan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

    7. Bapak dan Ibu Dosen Kerta Cendikia Sidoarjo, yang telah memberikan bekal bagi

    penulis melalui materi – materi kuliah yang penuh nilai dan makna dalam

    penyempurnaan penulisan tesis ini, juga kepada seluruh tenaga administrasi yang

    tulus ikhlas melayani keperluan penulis selama menjalani studi dan penulisannya.

    8. Sahabat – sahabat seperjuangan serta saudara – saudara tersayang dalam naungan

    Kerta Cendekia Sidoarjo yang telah memberikan dorongan semangat sehingga KTI

    dapat terselesaikan, saya hanya dapat mengucapkan semoga hubungan persahabatan

    tetap terjalin.

    9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, terimakasih atas

    bantuanya. Kami hanya bisa berdo’a semoga Allah SWT membalas amal baik semua

    pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini.

    Selanjutnya, penulis menyadari bahwa KTI ini masih banyak kekurangan dan masih

    jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik yang konstruktif senantiasa

    penulis harapkan, akhirnya penulis berharap, semoga KTI ini dapat memberikan manfaat

    bagi siapa saja yang membaca terutama bagi civitas Akademi Keperawatan Kerta

    Cendikia Sidoarjo.

    Sidoarjo, 19 Agustus 2019

    Ika Ayu Puspita

  • ix

    DAFTAR ISI

    COVER .................................................................................................................................i

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... ii

    SURAT PERNYATAAN .................................................................................................. iii

    HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................................iv

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................. v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................................vi

    KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................................ix

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................................xiv

    BAB I : PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3

    1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3

    1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4

    1.5 Metode Penulisan ............................................................................................ 5

    1.6 Sumber Data .................................................................................................... 5

    1.7 Sistematika Penulisan...................................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Skizofrenia ............................................................................................ 7

    2.1.1 Pengertian ........................................................................................... 7

    2.1.2 Etiologi Skizofrenia ............................................................................ 8

    2.1.3 Tanda dan Gejala Skizofrenia ............................................................. 9

    2.1.4 Jenis-jenis Skizofrenia ...................................................................... 11

    2.1.5 Kriteria dan Klasifikasi Skizofrenia.................................................. 12

    2.1.6 Pengobatan ........................................................................................ 13

    2.2 Konsep Teori .................................................................................................... 15

    2.2.1 Pengertian ......................................................................................... 15

    2.2.2 Tanda dan Gejala .............................................................................. 16

    2.2.3 Jenis-Jenis Halusinasi ....................................................................... 16

  • x

    2.2.4 Rentang Respon Neurobiologis ........................................................ 18

    2.2.5 Batasan Karakteristik Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi ....... 20

    2.2.6 Tahapan Halusinasi ........................................................................... 21

    2.2.7 Masalah yang muncul ....................................................................... 23

    2.2.8 Penatalaksanaan ................................................................................ 23

    2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pasien dengan Halusinasi ...................... 25

    2.3.1 Pengkajian ......................................................................................... 25

    2.3.2 Masalah Keperawatan ....................................................................... 32

    2.3.3 Rencana Keperawatan ....................................................................... 32

    2.3.4 Implementasi ..................................................................................... 34

    2.3.5 Evaluasi ............................................................................................. 35

    BAB III TINJAUAN KASUS

    3.1 Pengkajian ........................................................................................................ 36

    3.1.1 Identitas Klien ................................................................................... 36

    3.1.2 Alasan Masuk .................................................................................... 36

    3.1.3 Faktor Predisposisi ............................................................................ 37

    3.1.4 Pemeriksaan Fisik ............................................................................. 38

    3.1.5 Psikososial ......................................................................................... 38

    3.1.6 Status Mental ..................................................................................... 40

    3.1.7 Kebutuhan Pulang ............................................................................. 42

    3.1.8 Mekanisme Koping ........................................................................... 44

    3.1.9 Masalahpsikososial dan Lingkungan ................................................ 44

    3.1.10 Pengetahuan Kurang Tentang ......................................................... 45

    3.1.11 Data Lain-lain .................................................................................. 45

    3.1.12 Aspek Medik ................................................................................... 45

    3.1.13 Daftar Masalah Keperawatan .......................................................... 45

    3.1.14 Daftar Diagnosis Keperawatan ........................................................ 46

    3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 47

    3.3 Rencana Keperawatan ...................................................................................... 48

    3.4 Implementasi dan Evaluasi .............................................................................. 52

    BAB IV PEMBAHASAN

    4.1 Pengkajian ........................................................................................................ 57

  • xi

    4.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 59

    4.3 Rencana Keperawatan ...................................................................................... 60

    4.4 Tindakan Keperawatan..................................................................................... 62

    4.5 Evaluasi Keperawatan ...................................................................................... 64

    BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 66

    5.2 Saran ................................................................................................................. 68

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 69

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar2.3 :Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi .............................. 32

    Gambar3.1 :Genogram Pasien ........................................................................................... 38

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel2.1 : Rentang respon menurut Struat Sundeen (1989) dalam Muhith (2015) ........... 18

    Tabel2.2 : Tahapan Halusinasi menurut Yosep (2010) .................................................... 21

    Tabel2.3 : Format atau data fokus pengkajian pada klien dengan Gangguan Persepsi Sensori :

    Halusinasi (Keliat dan Akemat, 2009) ............................................................................... 31

    Tabel3.1 : Analisa Data...................................................................................................... 47

    Tabel 3.2 : Rencana Keperawatan Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Persepsi Sensori :

    Halusinasi Pendengaran pada Tn.S .................................................................................... 48

    Tabel3.5 :Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Persepsi Sensori :

    Halusinasi Pendengaran pada Tn.S .................................................................................... 52

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Format Pengkajian Keperawatan Jiwa

    Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

    Surat Balasan Permohonan Penelitian

    Lembar Persetujuan Sebagai Responden

    Lembar Konsul

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan

    yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO

    (2016). Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan

    sosial dengan keanekaragaman penduduk maka jumlah kasus gangguan

    jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan

    penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.

    Gangguan persepsi sensori (halusinasi) merupakan salah satu

    masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa.

    Pasien merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,

    perabaan atau penghidupan pada stimulus yang sebenarnya tidak ada

    (Keliat).

    Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental

    emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan

    untuk usia 15 tahun keatas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari

    jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwaberat,

    seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per

    1.000 penduduk. Dari data yang didapatkan di Rumah Sakit Jiwa Menur

    Surabaya pada 17 Februari 2018 yakni rata-rata masuk 300 pasien setiap

    hari pada Senin hingga Kamis.

  • 2

    Penyebab terjadinya halusinasi ada dua yaitu karena faktor

    predisposisi dan faktor presipitasi. Pada faktor predisposisi bisa juga

    dikarenakan faktor perkembangan yakni klien tidak mampu mandiri sejak

    kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.

    Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh

    akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia

    seperti buffofenon dan dimetytranferase (DMP). Sedangkan faktor genetik

    dan pola asuh penelitian menunjuk bahwa anak sehat yang diasuh oleh

    orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Pada faktor

    presipitasi adanya faktor perilaku yaitu respons klien terhadap halusinasi

    berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak mampu mengambil keputusan

    serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Pada

    dimensi sosial penderita mengalami gangguan interaksi sosial klien

    menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat berbahaya,

    sedangkan pada dimensi spiritual klien mengalami kehampaan dalam

    hidupnya serta rutinitas yang tidak bermakna sehingga aktivitas ibadah

    hilang dan jarang berupaya secara spiritual untuk mensucikan diri.

    Penderita halusinasi jika tidak ditangani dengan baik akan berakibat buruk

    bagi pasien sendiri, keluarga, orang lain, dan lingkungan (Yosep, 2014).

    Pada penanganan pasien dengan halusinasi, perawat bisa

    memberikan strategi keperawatan yaitu dengan membuat klien mengenal

    halusinasinya, berupa isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi

    terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul serta

    respons klien jika halusinasinya muncul, mengontrol dengan cara

  • 3

    menghardik selain itu bisa juga dengan cara bercakap-cakap dengan orang

    lain, melakukan aktivitas yang terjadwal bisa juga mengurangi resiko

    halusinasi muncul lagi, minum obat secara teratur dapat mengontrol

    halusinasinya selain cara mengalami halusinasi sangatlah penting karena

    dengan dukungan keluarga kepercayaan diri klien bisa kembali dan klien

    bisa termotivasi untuk sembuh (Keliat, 2009).

    1.2 Rumusan Masalah

    Bagaimana asuhan keperawatan jiwa dengan masalah gangguan

    persepsi sensori : halusinasi pendengaran ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Melaksanakan asuhan keperawatan jiwa dengan masalah gangguan persepsi

    sensori : halusinasi pendengaran.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1.3.2.1 Mengkaji asuhan keperawatan jiwa masalah utama gangguan

    persepsi sensori : halusinasi pendengaran

    1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan dengan masalah utama

    gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

    1.3.2.3 Merencanakan tindakan keperawatan jiwa dengan masalah utama

    gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

    1.3.2.4 Melaksanakan tindakan keperawatan jiwa dengan masalah utama

    gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

  • 4

    1.3.2.5 Mengevaluasi tindakan keperawatan jiwa dengan masalah utama

    gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

    1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan keperawatan jiwa dengan masalah

    utama gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1. Akademis

    Sebagai ilmu pengetahuan khususnya dalam asuhan keperawatan jiwa

    dengan masalah utama gangguan persepsi sensori : halusinasi

    pendengaran

    1.4.2. Rumah Sakit

    Dapat menjadi masukan bagi pelayanan di Rumah Sakit agar dapat

    melakukan asuhan keperawatan pada pasien persepsi sensori : halusinasi

    pendengaran

    1.4.3. Masayarakat/ pasien

    Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah gangguan

    persepsi sensori : halusinasi pendengaran

    1.4.4. Penulis

    Sebagai salah satu rujukan bagi peneliti selanjutnya yang akan

    melakukan studi kasus asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah

    gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

  • 5

    1.5 Metode Penulisan

    1.5.1 Metode

    Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa

    atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi

    kepustakaan yang mempelajari mengumpulkan, membahas data dengan

    studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian,

    diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

    1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

    1.5.2.1 Wawancara

    Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan pasien,

    keluarga pasien, atau tim kesehatan yang lain

    1.5.2.2 Observasi

    Data yang diambil melalui pemeriksaan secara langsung terhadap keadaan,

    reaksi, sikap, dan perilaku pasien yang diamati.

    1.6 Sumber Data

    1.6.1 Data Primer : data yang diperoleh dari pasien

    1.6.2 Data Sekunder : data yang diperoleh dari keluarga atau orang

    terdekat pasien, catatan medik perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim

    kesehatan lain

    1.6.3 Studi Kepustakaan : mempelajari buku sumber yang berhubungan

    dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

  • 6

    1.7 Sistematika Penulisan

    Agar lebih jelas dan mudah dalam mempelajari dan memahami

    studi kasus dan masalah yang dibahas, secara keseluruhan dibagi menjadi

    tiga bagian yaitu :

    1.7.1 Bagian Awal, memuat halaman judul, persetujuan, daftar isi, daftar tabel,

    daftar gambar, dan lampiran

    1.7.2 Bagian Inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub

    bab, berikut ini :

    BAB 1 : Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

    penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan studikasus

    BAB 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis

    dan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah utama gangguan

    persepsi sensori : halusinasi pendengaran

    BAB 3 : Tinjauan kasus berisi tentang deskripsi data hasil pengkajian,

    diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

    BAB 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan

    kenyataan di lapangan

    BAB 5 : Kesimpulan, saran berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil

    penulisan.

    1.7.3 Bagian Akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Pada bab ini akan dibahas tentang konsep teori sebagai landasan dalam

    karya tulis ilmiah yang meliputi : 1) Konsep dasar skizofrenia, 2) Konsep dasar

    halusinasi, 3) Konsep dasar asuhan keperawatan halusinasi

    2.1 Konsep Skizofrenia

    2.1.1 Pengertian

    Menurut Faisal (2008), penyakit Skizofrenia atau Schizophrenia artinya

    kepribadian yang terpecah antara pikiran, perasaan, dan perilaku. Dalam arti

    apa yang dilakukan tidak sesuai dengan pikiran dan perasaannya. Secara

    spesifik skizofrenia adalah orang yang mengalami gangguan emosi, pikiran,

    dan perilaku. Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang ditandai

    dengan disorganisasi pola pikir yang signifikan dan dimanifestasikan dengan

    masalah komunikasi dan kognisi, gangguan persepsi terhadap realitas yang

    dimanifestasikan dengan halusinasi dan waham dan terkadang penurunan

    fungsi yang signifikan.

    Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan banyak terdapat di

    masyarakat. Gangguan jiwa ini dapat dialami manusia sejak usia muda dan

    dapat berlanjut menjadi kronis.

  • 8

    2.1.2 Etiologi Skizofrenia

    2.1.2.1 Kelompok teori SOMATOGENIK, yaitu teori yang mencari penyebab

    skizofrenia dalam kelainan badaniah.

    2.1.2.2 Kelompok teori PSIKOGENIK, dimana skizofrenia dianggap suatu gangguan

    fungsional dan sebagai penyebab utamanya adalah konflik, stress psikologik,

    dan hubungan antar manusia yang mengecewakan.

    Terdapat dua teori yaitu dari :

    1) Teori ADOLF MEYER

    Teori mengatakan bahwa skizofrenia merupakan reaksi yang salah atau suatu

    maladaptasi.Oleh karena itu timbul satu disorganisasi kepribadian sehingga

    lama-kelamaan orang itu menjauhkan diri dari kenyataan (autisme).

    2) Teori SIGMUND FREUD

    Menurut Freud, konsep struktur kepribadian manusia terdiri dari Id, Ego, dan

    super ego. Khusus mengenai skizofrenia, Freud berpendapat bahwa :

    1) Kelemahan ego yang disebabkan oleh faktor-faktor psikogenik ataupun

    somatik dapat menimbulkan skizofrenia.

    2) Super ego dikesampingkan sehingga Id yang berkuasa serta terjadi regresi

    ke fase narsisme (pleasure principal meningkat dan reality principle

    menurun) dimana dorongan ingin dipuaskan dengan segera tanpa

    memperlihatkan realitas yang ada. Kelompok sosiogenik mengatakan

    bahwa timbulnya skizofrenia dipengaruhi oleh faktor kemiskinan dan

    beban psikososial yang berat.

  • 9

    2.1.3 Tanda dan Gejala Skizofrenia

    2.1.3.1 Gejala Positif pada Skizofrenia

    1) Halusinasi

    Halusinasi yang timbul pada penderita skizofrenia tanpa adanya

    penurunan kesadaran dan keadaan yang sedemikian merupakan gejala

    yang hampir tidak dijumpai pada keadaan atau penyakit lain. Halusinasi

    yang paling sering terdapat adalah halusinasi auditorik (pendengaran)

    dapat dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau siulan.

    2) Waham

    Waham sering tidak logis dan aneh (bizzar) .

    3) Gangguan pikiran formal positif

    Yang sering ditemukan adalah pelanggaran asosiasi yaitu ide-ide

    berpindah dari subjek lainnya dan sama sekali tidak ada hubungannya atau

    hubungannya sama sekali tidak tepat dan hal ini tidak disadari oleh yang

    bersangkutan.

    4) Perilaku aneh

    Perilaku aneh yang dikelompokkan pada skizofrenia antara lain

    mannerism, ekhopraxia, perilaku stereotipik, negativism, kepatuhan yang

    otomotik, katalepsi kaku atau lunak dan sikap tubuh yang aneh.

    2.1.3.2 Gejala Negatif pada Skizofrenia

    1) Ekspresi wajah tidak berubah

    Gejala-gejala seperti mutisme (hambatan abnormal/ kesukaran bersuara),

    kepatuhan secara otomatis dan fleksibilitas seperti lilin.

  • 10

    2) Penurunan spontanitas gerak

    Banyak penderita skizofrenia menarik diri dari kehidupan social dan

    bersikap egosentris dengan berkurangnya pembicaraan spontan atau

    gerakan dan tidak adanya tingkah laku yang bertujuan, termasuk gerakan-

    gerakan yang kurang luwes atau kaku, merupakan spontanitas gerak.

    3) Hilangnya gerakan ekspresif

    Pendataran afektif menimbulkan gambaran yang khas pada penderita

    skizofrenia, dalam bentuk tampak seolah-olah kekakuan

    4) Kontak mata yang minim

    Pada penderita skizofrenia terutama pada tipe hebefrenik seringai-

    seriangai wajah sangat khas disertai kontak mata yang minim.Perilaku

    tersebut digambarkan sebagai kekanak-kanakan atau bodoh.

    5) Non responsivitas afektif

    Penderita skozofrenia dengan pendataran afektif tampak kaku dalam

    penggambaran respon wajahnya, yang terlihat dalam bentuk kurangnya

    respon gerakan.

    6) Afek yang tidak sesuai

    Bahwa yang dipikirkan dan dilakukan tidak sesuai dengan suara hati yang

    sedang disandangnya.

    7) Tidak ada lagu suara

    Pada saat pembicaraan, intonasi tampak monoton, lagu suara dikatakan

    tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya dan hati yang sedang

    disandangnya.

  • 11

    2.1.4 Jenis-jenis Skizofrenia

    Kraeplin (dalam Maramis, 2009) membagi skizofrenia menjadi beberapa

    jenis. Pembagiannya adalah sebagai berikut:

    1) Skizofrenia Paranoid

    Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah umur 30 tahun.Permulaannya

    mungkin subakut, tetapi mungkin juga akut.Kepribadian penderita

    sebelum sakit sering dapat digolomgkan schizoid. Mereka mudah

    tersinggung, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada

    orang lain.

    2) Skizofrenia Hebebrefik

    Permulaannya perlahan-lahan atau sub akut dan sering timbul pada masa

    remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan

    proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau

    double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme,

    atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada skizofrenia

    hebefrenik,waham dan halusinasinya banyak sekali.

    3) Skizofrenia Katatonik

    Timbulnya pertama kali antara usia 15-30 tahun, dan biasanya akut serta

    sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah

    katatonik atau strupor katatonik.

    Pada strupor katatonik penderita tidak menunjukkan perhatian sama sekali

    terhadap lingkungannya, emosinya juga sangat dangkal. Sedangkan pada

  • 12

    gaduh gelisah katatonik terdapat hiperaktivitas motorik tetapi tidak

    diserati dengan emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh

    rangsangan dari luar.

    4) Skizofrenia Simplex

    Sering timbul pertama kali pada masa pubertas.Gejala utama pada jenis

    simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan

    proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang

    sekali ditemukan.

    5) Skizofrenia Residual

    Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya

    suatu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang ke arah

    gejala negatif yang lebih menonjol.Gejala negatif terdiri dari kelambatan

    psikomotor, penurunan aktivitas, penumpukan afek, pasif dan tidak ada

    inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekpresi nonverbal yang menurun, serta

    buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.

    2.1.5 Kriteria dan Klasifikasi Skizofrenia

    Menurut Bleuler dalam Maramis (2008) gejala skizofrenia dapat dibagi

    menjadi dua kelompok, yaitu :

    1) Gejala Primer

    Gejala primer terdiri dari gangguan proses berpikir, gangguan emosi, dan

    gangguan kemauan serta autism

    2) Gejala Sekunder

  • 13

    Gejala sekunder terdiri dari waham, halusinasi, dan gejala katatonik

    maupun gangguan psikomotor yang lain.

    2.1.6 Pengobatan

    2.1.6.1 Penggunaan Obat Antipsikosis

    Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati skizofrenia disebut

    antipsikotik.Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi, dan

    perubahan pola pikir yang terjadi pada skizofrenia. Pasien mungkin dapat

    mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau

    kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien

    (NANDA-2, 2015). Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal

    saat ini, yaitu :

    1) Antipsikotik Konvensional

    Obat antipsikotik yang paling lama penggunaannya, diantaranya

    haloperidol, trifluoperazine, thioridazine, chlorpromazine,

    perphenazine, fluphenazine.

    2) Newer athypical anthypsicotic

    Obat-obat yang tergolongan kelompok ini disebut atipikal karena

    prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping

    dibandingkan dengan antipsikotik konvensional, diantaranya

    risperidone, quetiapine, olanzopine.

    3) Clozaril (clozapine)

  • 14

    Clozaril memiliki efek samping yang sangat jarang tapi sangat serius

    dimana pada kasus-kasus yang jarang 1%. Clozaril dapat menurunkan

    sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi.

    4) Terapi Elektrokonvulsif (ECT)

    5) Pembedahan bagian otak

    6) Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalisation)

    7) Psikoterapi

    2.1.6.2 Terapi Psikoanalisa

    Terapi Psikoanalisa adalah metode terapi berdasarkan konsep Freud. Tujuan

    psikoanalisis adalah menyadarkan individu akan konflik yang tidak

    disadarinya dan mekanisme pertahanan yang digunakannya untuk

    mengendalikan kecemasannya.

    2.1.6.3 Terapi Perilaku (Behavioristik)

    Pada dasarnya, terapi perilaku menekankan prinsip pengkondisian klasik dan

    operan, karena terapi ini berkaitan dengan perilaku nyata.Paul dan Lentz

    menggunakan dua bentuk program psikososial untuk meningkatkan fungsi

    kemandirian.

    1) Social Learning Program

    Menolong penderita schizophrenia untuk mempelajari perilaku-perilaku

    yang sesuai.

    2) Social Skills Training

    Melatih penderita mengenai keterampilan atau keahlian sosial.

  • 15

    2.1.6.4 Terapi Humanistik

    Terapi kelompok dan terapi keluarga.

    2.2 Konsep Teori

    2.2.1 Pengertian

    Gangguan orientasi realiti adalah ketidakmampuan klien menilai dan

    merespon pada realitis.Klien tidak bisa membedakan rangsangan internal dan

    eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan.klien tidak mampu

    memberi respon secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan

    mungkin menakutkan.

    Salah satu bentuk perilaku yang berhubungan dengan gangguan orientasi

    adalah halusinasi.Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa

    stimulus yang nyata artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang tanpa stimulus

    (rangsangan) dari luar.

    Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

    rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal perubahan sensori persepsi ;

    merasakan sensai palsu berupa penglihatan, pengecapan, perabaan, penghiduan, atau

    pendengaran (Direja, 2011)

    Gangguan persepsi sensori diantaranya adalah halusinasi. Halusinasi

    diantaranya merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pendengaran, pengecapan,

    perabaan dan penghiduan tanpa stimulus nyata (Keliat, 2010)

  • 16

    2.2.2 Tanda dan Gejala

    Klien pada halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk

    terpaku pada pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau

    berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah dan menyerang orang lain, gelisah

    atau melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu.

    Tanda dan Gejala menurut Direja (2011) :

    2.2.2.1 Halusinasi Pendengaran :Berbicara sendiri atau tertawa sendiri, marah-

    marah tanpa sebab, menutup telinga, mendengar suara atau kegaduhan,

    mendengarkan suara yang bercakap-cakap, mendengar suara yang

    menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.

    2.2.2.2 Halusinasi Penglihatan : Melihat bangunan, melihat hantu, menunjuk-

    nunjuk kearah tertentu, ketakutan terhadap sesuatu yang berbahaya.

    2.2.2.3 Halusinasi Penghidungan : Membaui bau-bau seperti darah, urine,

    feses (kadang-kadang bau itu menyenangkan), menghidung seperti

    sedang membaui tertentu, menutup hidung.

    2.2.2.4 Halusinasi Pengecap : Merasakan rasa seperti darah, urine yang sering

    ingin meludah, muntah.

    2.2.2.5 Halusinasi Perabaan : Mengatakan adanya serangan dipermukaan kulit,

    merasa tersengat listrik, menggaruk-garuk permukaan kulit.

    2.2.3 Jenis-jenis Halusinasi

    Menurut Yusuf (2015) jenis halusinasi dibagi menjadi 5 yaitu :

  • 17

    2.2.3.1 Halusinasi pendengaran (audiktif, akustik)

    Paling sering dijumpai dapat berupabunyi mendenging atau bising yang tidak

    mempunyai arti, tetapi lebih sering mendengar sebuah kata atau kalimat yang

    bermakna.Biasanya suara tersebut ditunjukkan oleh penderita sehingga

    penderita tidak jarang bertengkar dan berdebat dengan suara-suara tersebut.

    2.2.3.2 Halusinasi Penglihatan (visual, optik)

    Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik).Biasanya

    muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut

    akibat gambaran-gambaran yang mengerikan atau tidak menyenangkan.

    2.2.3.3 Halusinasi Penciuman (olfaktorik)

    Halusinasi ini biasanya mencium sesuatu bau tertentu dan merasakan tidak

    enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita.Bau ditambah

    dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu

    kombinasi moral.

    2.2.3.4 Halusinasi Pengecapan (gustatorik)

    Walaupun jarang terjadi biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman,

    penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik lebih jarang timbang

    halusinasi gustatorik

    2.2.3.5 Halusinasi Raba (taktil)

    Merasa diraba, disentuh, ditiup atau merasa ada sesuatu yang bergerak

    dibawah kulit.Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.

  • 18

    2.2.4 Rentang Respon Neurobiologis

    Menurut Srtuart Sundeen (1989) dalam Muhith (2015) rentang respon klien

    ditinjau dari interaksinya dengan lingkungan sosial merupakan suatu

    kontinum yang terbentang antara respon adaptif dengan maladaptif sebagai

    berikut :

    Tabel 2.1 Rentang respon menurut Struart Sundeen (1989) dalam Muhith

    (2015)

    Respon Adaptif Respon Maladaptif

    1. Pikiran logis

    2. Persepsi akurat

    3. Konsisten

    dengan

    pengalaman

    4. Periloaku sesuai

    5. Hubungan

    sosial

    1. Distorsi pikiran

    (pikiran kotor)

    ilusi

    2. Reaksi emosi

    berlebihan atau

    kurang

    3. Perilaku aneh

    dan tidak biasa

    4. Menarik diri

    1. Gangguan

    pikiran / delusi

    2. Halusinasi

    3. Perilaku

    disorganisasi

    4. Isolasi sosial

  • 19

    2.2.4.1 Respon Adaptif

    Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya

    yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika

    menhadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon

    adaptif :

    1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan

    2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan

    3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari

    pengalaman ahli.

    4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas

    kewajaran

    5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan

    lingkungan.

    2.2.4.2 Respon Psikososial

    1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan

    2) Ilusi adalahh miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan

    yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera

    3) Emosi yang berlebihan atau berkurang

    4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas

    kewajaran

    5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang

    lain.

  • 20

    2.2.4.3 Respon Maladaptif

    Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah

    yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun

    respon maladaptif meliputi :

    1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan

    walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan betentangan dengan

    kenyataan sosial

    2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal

    yang tidak reality atau tidak ada

    3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati

    4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur

    5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan

    diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan

    yang negatif mengancam.

    2.2.5 Batasan Karakteristik Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

    Batasan karakteristik klien dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi

    menurut NANDA-I (2012) yaitu :

    2.2.5.1 Perubahan dalam pola perilaku

    2.2.5.2 Perubahan dalam kemampuan menyelesaikan masalah

    2.2.5.3 Perubahan dalam ketajaman sensori

    2.2.5.4 Perubahan dalam respon yang biasa terhadap stimulus

    2.2.5.5 Disorientasi

    2.2.5.6 Halusinasi

  • 21

    2.2.5.7 Hambatan komunikasi

    2.2.5.8 Iritabilitas

    2.2.5.9 Konsentrasi buruk

    2.2.5.10 Gelisah

    2.2.5.11 Distorsi sensori

    2.2.6 Tahapan Halusinasi

    Menurut Yosep (2010) tahapan halusinasi ada empat fase, yaitu :

    Tabel 2.2 Tahapan halusinasi menurut Yosep (2010)

    Tahap Karakteristik Perilaku Klien

    Tahap I

    1. Memberi rasa

    nyaman tingkat

    ansietas sedang

    secara umum

    halusinasi

    merupakan

    sesuai

    kesenangan

    a. Mengalami

    ansietas,kesepia

    n, rasa bersalah

    dan ketakutan

    b. Mencoba

    berfokus pada

    pikiran yang

    dapat

    menghilangkan

    ansietas

    c. Pikiran dan

    pengalaman

    sensori masih

    ada dalam

    kontrol

    kesadaran non

    psikotik

    a. Tersenyum,

    tertawa sendiri

    b. Menggerakkan

    bibir tanpa suara

    c. Pergerakan mata

    yang cepat

    d. Respon verbal

    yang lambat

    e. Diam dan

    berkonsentrasi

  • 22

    Tahap II

    1. Menyalahkan

    2. Tingkat

    kecemasan

    berat secara

    umum

    halusinasi

    menyebabkan

    rasa aktivitas

    a. Pengalaman

    sensori

    menakutkan

    b. Merasa

    dilecehkan

    oleh

    pengalaman

    sensori

    tersebut

    c. Mulai merasa

    kehilangan

    kontrol

    d. Menarik diri

    dari orang lain

    non psikotik

    a. Terjadi

    peningkatan

    denyut jantung,

    pernapasan, dan

    tekanan darah

    b. Perhatian dengan

    lingkungan

    berkurang

    c. Konsentrasi

    terhadap

    pengalaman

    sensori

    d. Kehilangan

    kemampuan

    membedakan

    halusinasi

    dengan realita

    Tahap III

    1. Mengontrol

    2. Kecemasan

    berat

    pengalaman

    halusinasi tidak

    dapat ditolak

    a. Klien

    menyerah dan

    menerima

    pengalaman

    sensori

    (halusinasi)

    b. Isi halusinasi

    menjadi

    atraktif

    c. Kesepian bila

    pengalaman

    sensori

    a. Perintah harus

    ditaati

    b. Sulit

    berhubungan

    dengan orang

    lain

    c. Perhatian tiap

    lingkungan

    berkurang, hanya

    beberapa detik

    d. Tidak mampu

    mengikuti

  • 23

    berakhir

    psikotik

    perintah dari

    perawat, tampak

    tremor dan

    berkeringat

    Tahap IV

    1. Klien sudah

    dikuasai

    halusinasi

    2. Klien panik

    a. Perilaku panik

    b. Resiko tinggi

    menciderai

    c. Agitasi atau

    katanon

    d. Tidak mampu

    berespon

    terhadap

    lingkungan

    2.2.7 Masalah yang muncul

    2.2.7.1 Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan

    kurangnya sumber sosial (isolasi sosial yang buruk dari keluarga, dan

    lingkungan, depresi berat)

    2.2.7.2 Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain berhubungan dengan

    kerusakan kognitif (halusinasi)

    2.2.7.3 Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan kognitif.

    2.2.8 Penatalaksanaan

    2.2.8.1 Farmakoterapi

    Obat-obatan untuk terapi halusinasi berupa antipsikotik, haloperidol, dan

    lain-lain.

  • 24

    2.2.8.2 Terapi psikososial

    Karakteristikdari halusinasi adalah rusaknya kemampuan untuk membentuk

    dan mempertahankan hubungan sesama manusia, maka intervensi utama

    difokuskan untuk membantu klien memasuki dan mempertahankan

    sosialisasi yang penuh arti dalam kemampuan klien

    Alternatif :

    1) Terapi modalitas

    Semua sumber daya di rumah sakit disarankan untuk menggunakan

    komunikasi yang terapeutik, termasuk semua (staf administrasi, pembantu

    kesehatan, mahasiswa, dan petugas instalasi)

    2) Terapi kelompok

    Terapi kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada klien bersam-

    sama dengan jalan aukusi yang diarahkan oleh seseorang yang tertatih

    3) Terapi keluarga

    Tujuan dari terapi keluarga :

    1) Menurunkan konflik kecemasan

    2) Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing

    keluarga

    3) Meningkatkan pertanyaan kritis

    4) Menggambarkan hubungan peran yang sesuai dengan tumbuh

    kembang. Perawat membekali keluarga dengan pendidikan tentang

    kondisi klien dan kepedulian pada situasi keluarga.

  • 25

    2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pasien dengan Halusinasi

    2.3.1 Pengkajian

    Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proses

    keperawatan terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau

    masalah klien.

    2.3.1.1 Identitas

    Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat,

    nomor rekam medis

    2.3.1.2 Alasan masuk

    Alasan klien datang ke RSJ biasanya klien sering berbicara sendiri,

    mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting

    peralatan dirumah, menarik diri

    2.3.1.3 Faktor Predisposisi

    1) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil

    dalam pengobatan

    2) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga

    3) Klien dengan gangguan orientasi bersifat heriditer

    4) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mengganggu.

    2.3.1.4 Fisik

    Tidak mengalami keluhan fisik

    2.3.1.5 Psikososisal

    1) Genogram

  • 26

    Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami

    kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan

    pengambilan keputusan dan pola asuh.

    2) Konsep diri

    1) Gambaran diri

    Klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian tubuh

    yang disukai dan tidak disukai

    2) Identitas diri

    Klien biasanya mampu menilai identitasnya

    3) Peran diri

    Klien menyadari peran sebelum sakit saat dirawat peran klien

    terganggu

    4) Ideal diri

    Tidak menilai diri

    5) Harga diri

    Klien memiliki harga diri yang rendah sehubungan dengan sakitnya.

    3) Hubungan Sosial

    Klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga

    4) Spiritual

    1) Nilai dan keyakinan

    Biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai dengan

    norma agama dan budaya

    2) Kegiatan ibadah

  • 27

    Klien biasanya mnjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit

    ibadah terganggu atau sangat berlebihan.

    2.3.1.6 Status Mental

    1) Penampilan

    Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan

    berubah dari biasanya

    2) Pembicaraan

    Tidak terorganisisr dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak

    logis, berbelit-belit

    3) Aktivitas motorik

    Meningkat atau menurun, impulsif, katatonik, dan beberapa gerakan yang

    abnormnal

    4) Alam perasaan

    Berubah suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi,

    misalnya sedih dan putus asa disertai apatis

    5) Afek

    Afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen

    6) Interaksi selama wawancara

    Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak komat-kamit,

    tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan

    7) Persepsi Halusinasi

    1) Halusinasi apa yang terjadi dengan klien

  • 28

    2) Data yang terkait tntang halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri

    dan tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar dari orang lain,

    tidak dapat membedakan nyata atau tidak nyata, tidak dapat

    memusatkan perhatian, curiga,bermusuhan, merusak, takut,

    ekspresi muka tegang, dan mudah tersinggung.

    8) Proses pikir

    Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan

    logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit.Ketidakmampuan klien ini

    sering membuat lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien.

    9) Isi pikir

    Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar

    belakang budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal

    dan eksternal melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.

    10) Tingkat kesadaran

    Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan

    waktu.

    11) Memori

    Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka

    pendek.Mudah lupa, klien kurang mampu menjalani peraturan yang telah

    disepakati, tidak mudah tertarik.Klien berulang kali menanyakan waktu,

    menanyakan apakah tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi

    untuk satu hal.

  • 29

    12) Tingkat konsentrasi dan berhitung

    Kemampuan mengorganisasi dan konsentrasi terhadap realitas eksternal,

    sukar menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau

    pekerjaan yang mudah mengalihkan perhatian, mengalami masalah dalam

    memberikan perhatian

    13) Kemampuan penilaian

    Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, menilai

    dan mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu melaksanakan

    keputusan yang telah disepakati

    14) Daya tilik diri

    Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan.Menilai

    dan mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan dan

    stimulus, membuat rencana termasuk memutuskan, melaksanakan

    keputusan, merasakan kehidupan sangat sulit, situasi ini sering

    mempengaruhi motivasi dan inisiatif klien.

    2.3.1.7 Kebutuhan persiapan pulang

    1) Makan

    Klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak memperhatikan diri

    termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki minat kepedulian

    2) BAK atau BAB

    Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAB serta kemampuan

    klien untuk membersihkan diri

  • 30

    3) Mandi

    Biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama sekali

    4) Berpakaian

    Biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti

    5) Istirahat

    Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam. Biasanya

    istirahat klien terganggu bila halusinasinya datang

    6) Pemeliharaan kesehatan

    Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan sistem

    pendukung sangat menentukan

    7) Aktivitas dalam rumah

    Klien tidak mampu melakukan aktivitas didalam rumah seperti menyapu.

    2.3.1.8 Aspek medis

    Obat yang diberikan kepada klien dengan halusinasi biasanya diberikan

    antipsikotik seperti haloperidol (HLP), chlorpromazine (CPZ), triflnuperazine

    (TFZ), dan antiparkinson, trihenski phenidol (THP), triplofrazine arkine.

    Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam

    sebagai berikut :

    1) Data Objektif

    Data Objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan

    melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat

    2) Data subjektif

  • 31

    Data Subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan

    keluarga klien.Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien

    dan keluarga. Data yang langsung didapat oleh perawat disebut sebagai

    data primer, dan data yang diambil dari hasil cacatan tim kesehatan lain

    sebagai data sekunder.

    Tabel 2.3 Format atau data fokus pengkajian pada klien dengan gangguan

    persepsi sensori halusinasi (Keliat dan Akemat, 2009)

    Persepsi :

    Halusinasi : (pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan, dan

    penghidu)

    Jelaskan :

    Jenis halusinasi :

    Isi halusinasi :

    Waktu halusinasi :

    Frekuensi halusinasi :

    Situasi halusinasi :

    Respon klien :

    Masalah keperawatan klien : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

  • 32

    2.3.2 Masalah Keperawatan

    2.3.2.1 Resiko Perilaku Kekerasan (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan

    verbal)

    2.3.2.2 Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

    2.3.2.3 Isolasi sosial

    Pohon Masalah

    Gambar 2.3 Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

    Resiko Perilaku kekerasan

    (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal)

    Effect

    Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

    Core Problem

    Isolasi Sosial

    Causa

    2.3.2 Rencana Keperawatan

    Menurut Keliat dan Akemat (2009) rencana keperawatan pada pasien dengan

    Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi adalah :

  • 33

    2.3.2.1 Pasien

    SP 1 pasien

    1) Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien

    2) Mengidentifikasi isi halusinasi pasien

    3) Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien

    4) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien

    5) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi

    6) Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi

    7) Mengajarkan pasien menghardik halusinasi

    8) Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam

    jadwal kegiatan harian.

    SP 2

    1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

    2) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap

    dengan orang lain

    3) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan bercakap-cakap dengan

    orang lain dalam jadwal kegiatan harian

    SP 3

    1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

    2) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan

    (kegiatan yang bisa dilakukan pasien di rumah)

  • 34

    3) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan kebiasaan di rumah

    dalam jadwal kegiatan harian.

    SP 4

    1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

    2) Memberikan pendidikan kesehatan mengenai penggunaan obat secara

    teratur

    3) Menganjurkan pasien memasukkan penggunaan obat secara teratur

    kedalam jadwal kegiatan harian.

    2.3.4 Implementasi

    Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal yang harus

    diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah tindakan keperawatan

    yang akan dilakukan implementasi pada klien dengan gangguan persepsi

    sensori : halusinasi dilakukan secara interaksi dalam melaksanakan tindakan

    keperawatan, perawat harus lebih dulu melakukan :

    1) Bina hubungan saling percaya (BHSP)

    2) Identifikasi, waktu, frekuensi, situasi,respon klien terhadap halusinasi

    3) Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

    4) Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap

    5) Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan kegiatan

    terjadwal

    6) Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.

  • 35

    2.3.5 Evaluasi

    Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

    keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan dengan tindakan keperawatan

    yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses dan

    evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi

    hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan

    yang telah ditentukan.

  • 36

    BAB III

    TINJAUAN KASUS

    Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan

    keperawatan jiwa masalah utama gangguan persepsi sensori : halusinasi

    pendengaran dengan diagnosis medis Skizofrenia maka penulis menyajikan suatu

    kasus yang penulis amati mulai tanggal 30 Juli 2019 sampai dengan 3 Agustus

    2019. Anamnesa diperoleh dari pasien dan file No.Register 05-xx-xx sebagai

    berikut :

    3.1 Pengkajian

    Ruang rawat : Ruang Jiwa Gelatik Tanggal dirawat 20 Juli 2019

    3.1.1 Identitas Klien

    Pasien adalah seorang laki-laki bernama “Tn. S” berusia 37 tahun, pasien

    tinggal di daerah Surabaya, pasien beragama islam, pendidikan terakhir STM,

    bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Pekerjaan pasien adalah

    sebagai tukang service alat elektronik. Pasien MRS tanggal 20 Juli 2019.

    3.1.2 Alasan Masuk

    Pasien mengatakan masuk rumah sakit pada tanggal 20 Juli 2019 alasan

    masuk pasien karena pasien berbicara sendiri, tertawa sendiri, senyum-

    senyum sendiri, dan suka keluyuran di kampung.

  • 37

    Keluhan utama : pasien mengatakan sering mendengar suara-suara yang

    menyuruh pasien untuk marah-marah. Jenis suara laki-laki, pasien mendengar

    suara saat pasien sendirian, suara muncul pada siang hari, saat suara itu

    muncul pasien menutup mata dan diam.

    3.1.3 Faktor Predisposisi

    3.1.3.1 Riwayat Gangguan Jiwa di masa lalu

    Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu,

    pengobatan pun tidak pernah dilakukan

    3.1.3.2 Pengobatan sebelumnya

    Pengobatan tidak dilakukan oleh pasien

    3.1.3.3 Pengalaman

    Pasien juga tidak mempunyai pengalaman aniaya fisik, seksual,

    penolakan, kekerasan dalam keluarga, bahkan tindakan kriminal.

    Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.3.4 Pasien mengatakan “anggota keluarga ada yang mengalami sakit

    jiwa seperti saya”. Dalam rekam medis didapatkan anggota

    keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa atau pernah

    dirawat di rumah sakit jiwa.

    Masalah Keperawatan : Koping keluarga inefektif

    3.1.3.5 Pasien mengatakan pengalaman masa lalu yang tidak

    menyenangkan yaitu kakak kandungnya yang pertama suka

  • 38

    marah-marah, dan ibu kandungnya dipukuli oleh ayah

    kandungnya sendiri.

    Masalah Keperawatan :Distress masa lalu

    3.1.4 Pemeriksaan Fisik

    3.1.4.1 Tanda Vital : TD : 120/70 N : 80Χ/menit S : 36,7°C P :

    20Χ/menit

    3.1.4.2 Ukur : TB : 165 cm BB : 63 kg. Keluhan Fisik : Tidak ada

    keluhan fisik.

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.5 Psikososial

    3.1.5.1 Genogram

    Gambar 3.1 Genogram Pasien.

    37

  • 39

    Keterangan :

    : Laki-laki : Klien

    : Perempuan : Cerai

    : Meninggal

    : Orang terdekat

    ----------- : Tinggal satu rumah

    Penjelasan :

    Pasien mengatakan bahwa dirinya anak ke enam dari delapan bersaudara, sudah

    menikah dan mempunyai seorang anak perempuan berusia 9 tahun.

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.5.2 Konsep Diri

    1) Gambaran diri : Saat ditanya bagian tubuh mana yang disukai,

    pasien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya

    2) Identitas : Pasien mengatakan namanya “Tn.S” seorang laki-laki

    berumur 37 tahun

    3) Peran : Pasien mengatakan pasien adalahh anak ke enam dari

    delapan bersaudara

    4) Ideal Diri : Pasien mengatakan ingin cepat pulang karena kangen

    anaknya

    5) Harga Diri : pasien mengatakan malu dengan anaknya karena

    tidak bisa memenuhi kebutuhan anaknya.

    Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

  • 40

    3.1.5.3 Hubungan Sosial

    1) Orang yang berarti : Pasien mengatakan orang yang berarti dalam

    hidupnya yaitu anak dan ibunya

    2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat (SMRS): pasien

    mengatakan aktif dalam kegiatan gotong royong

    3) MRS : Selama di rumah sakit pasien aktif mengikuti kegiatan

    senam

    4) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pada saat

    pengkajian pasien dapat berinteraksi dengan baik dan berespon

    baik.

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.5.4 Spiritual

    1) Nilai dan Keyakinan : pasien mengatakan bahwa dirinya orang

    yang beragama islam

    2) Kegiatan Beribadah : pasien mengatakan selama dirawat tidak

    pernah beribadah.

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.6 Status Mental

    3.1.6.1 Penampilan : pasien mengatakan selalu mandi 2 kali dalam sehari,

    sikat gigi 2 kali sehari dan memakai sabun.

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

  • 41

    3.1.6.2 Pembicaraan : pasien berbicara dengan nada lambat dan lama

    menjawab stimulus dari perawat. Pasien tidak mampu memulai

    pembicaraan tanpa diberi rangsang stimulus.

    Masalah Keperawatan : Hambatan komunikasi verbal

    3.1.6.3 Aktivitas Motorik

    Pasien terlihat aktif, badan tegap saat duduk.

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.6.4 Alam Perasaan

    Pasien merasa ketakutan saat suara itu muncul dan khawatir saat

    mendengar suara laki-laki yang mengatakan sesuatu.

    Masalah Keperawatan : Ansietas

    3.1.6.5 Afek

    Saat dilakukan wawancara pertama kali pada tanggal 19 April 2019 afek

    atau ekspresi pasien terlihat sesuai dengan stimulus dan keadaan

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.6.6 Interaksi selama wawancara

    Saat dilakukan wawancara kontak mata pasien baik melihat ke perawat,

    dan saat ditanya pasien kooperatif

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.6.7 Persepsi Halusinasi

    Saat dilakukan pengkajian pasien dapat menjelaskan isi halusinasi yaitu

    suara yang menyuruh untuk marah-marah, munculnya suara saat siang

    hari, dan pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,

  • 42

    menganggap bahwa suara itu tidak nyata dan segera mencari teman untuk

    diajak berbincang-bincang.

    Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

    Pendengaran

    3.1.6.8 Proses Pikir

    Saat dilakukan wawancara pasien menjawab sesuai dengan keadaan

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.6.9 Isi Pikir

    Saat diwawancarai pasien dapat menjawab pentanyaan sesuai dengan ide

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.6.10 Tingkat Kesadaran

    Pasien sadar dan tidak bingung atau kacau

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.6.11Memori

    Saat ditanya masa lalunya, pasien ingat dan dapat menjawab dengan tepat

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.6.12Tingkat konsentrasi dan berhitung

    Pasien berkonsentrasi dengan pertanyaan perawat

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.6.13Kemampuan Penilaian

    Pasien menganggap tidak mampu memenuhi kebutuhan anaknya

    Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

  • 43

    3.1.6.14Daya tilik diri

    Pasien menyadari tentang penyakitnya

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.7 Kebutuhan Pulang

    3.1.7.1 Kemampuan klien memenuhi / menyediakan kebutuhan :

    Pasien mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.7.2 Kegiatan hidup sehari-hari

    1) Perawatan Diri

    Pasien mengatakan bahwa pasien mandi, bersihan diri, makan,

    BAB/BAK, ganti pakaian dilakukan secara mandiri tanpa ada

    paksaan dari perawat dan bantuan dari perawat.

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    2) Nutrisi

    Pasien mengatakan puas dengan pemberian makanan.Pola makan

    3 kali sehari habis setiap kali makan.Saat makan pasien tidak

    memisahkan diri.

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3) Tidur

    Pasien tidak merasakan sulit untuk tidur dan masalah dalam

    kebutuhan tidurnya. Waktu tidur siang pukul 13.00 s/d 16.00 dan

    untuk tidur malam pukul 19.00 s/d 05.00.

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

  • 44

    3.1.7.3 Kemampuan klien

    Pasien mampu mengantisipasi kebutuhan sendiri, membuat keputusan

    berdasarkan keinginan sendiri, dan melakukan pemeriksaan kesehatan.

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.7.4 Klien memiliki sistim pendukung

    Pasien mengatakan bahwa sistim pendukung dalam keluarga adalah

    anaknya sebagai penyemangat pasien.

    Masalah Keperawatn : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.7.5 Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan atau

    hobi

    Pasien mengatakan pekerjaannya merupakan hobi yaitu, service alat-

    alat elektronik seperti laptop, computer, tv, dll.

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.8 Mekanisme Koping

    Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan kalau ada masalah hanya

    bercerita kepada teman terdekatnya.

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.9 Masalah Psikososial dan Lingkungan

    3.1.9.1 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : pasien mengatakan

    tidak pernah dijenguk oleh istrinya

    3.1.9.2 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : pasien

    mengatakan kenal dengan teman sekamarnya

    3.1.9.3 Masalah dengan pendidikan, spesifik : pasien lulusan SMU

  • 45

    3.1.9.4 Masalah dengan pekerjaan, spesifik : pasien bekerja sebagai tuakng

    service alat-alat elektronik seperti, laptop, computer, tv, dll

    3.1.9.5 Masalah dengan perumahan, spesifik : pasien memiliki rumah sendiri,

    tidak kontrak

    3.1.9.6 Masalah ekonomi, spesifik : pasien termasuk dari keluarga yang

    berkecukupan dan tidak terdapat masalah ekonomi

    3.1.9.7 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : pasien tidak mau

    berobat selama sakit

    Masalah Keperawatan :Gangguan pemeliharaan kesehatan

    3.1.10 Pengetahuan Kurang Tentang

    Pasien mengetahui dan menyadari tentang sakitnya dan pasien juga

    mengetahui jenis dan warna obat yang diberikan.

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

    3.1.11 Data Lain-lain

    Tidak ditemukan data penunjang lainnya

    3.1.12 Aspek Medik

    Diagnosa Medik : F.20.3 (Skizofrenia Tak Terinci)

    Terapi Medik : Chlorpromazine 2Χ50 mg, Trifluoperazine 2Χ25 mg

    3.1.13 Daftar Masalah Keperawatan

    1) Koping Keluarga Inefektif

    2) Distress masa lalu

    3) Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

    4) Hambatan Komunikasi Verbal

  • 46

    5) Ansietas

    6) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

    7) Gangguan Pemeliharaan Kesehatan

    3.1.14 Daftar Diagnosis Keperawatan

    1) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran berhubungan dengan

    isolasi sosial : menarik diri

  • 47

    3.2 Diagnosa Keperawatan

    Nama : Tn. S NIRM : 05-xx-xx Ruangan : Gelatik

    Tabel 3.1 Analisa Data

    Tanggal Data Etiologi Masalah Ttd

    30-07-2019 DS : pasien

    mengatakan

    sering mendengar

    suara yang

    menyuruh pasien

    untuk marah-

    marah, suara

    muncul saat siang

    hari, pasien

    langsung diam

    lalu mencari

    teman untuk

    diajak

    berbincang-

    bincang

    DO : pasien

    terlihat diam,

    murung, hanya

    duduk dan tidur

    ditempat tidurnya

    saat di dalam

    kamar

    Resiko

    mencederai

    diri / orang

    lain/

    lingkungan

    Perubahan

    persepsi

    sensori :

    halusinasi

    pendengaran

    Isolasi sosial :

    menarik diri

    Halusinasi

    pendengaran

    Ika

  • 48

    3.3 Rencana Keperawatan

    Nama : Tn.S

    No. RM : 05-xx-xx

    Ruangan : Gelatik

    Tabel 3.2 Rencana Keperawatan Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Persepsi

    Sensori : Halusinasi Pendengaran pada Tn.S

    Hari/Tgl Perencanaan Intervensi Rasional

    Tujuan Kriteria

    Selasa

    30/7/19

    SP 1 pasien :

    1. Bina Hubungan

    Saling Percaya

    2. Menjelaskan isi

    halusinasinya

    3. Menjelaskan

    jenis

    halusinasinya

    4. Menjelaskan

    respon

    halusinasinya

    5. Menjelaskan

    frekuensi

    halusinasinya

    6. Mejelaskan

    waktu

    halusinasinya

    7. Menjelaskan

    cara mengontrol

    halusinasi

    dengan cara

    menghardik

    SP 1 pasien :

    1. Pasien mampu

    berinteraksi

    dengan baik

    2. Pasien mampu

    mengetahui

    halusinasinya

    3. Pasien mampu

    menjelaskan

    jenis

    halusinasinya

    4. Pasien mampu

    merespon

    halusinasinya

    5. Pasien mampu

    mengatakan

    berapa kali

    mendengarkan

    suara-suara

    6. Pasien mampu

    menjelaskan

    waktu

    mendengar

    suara-suara.

    SP 1 pasien :

    1. Membina

    hubungan

    saling

    percaya

    2. Menanyakan

    isi

    halusinasinya

    3. Menanyakan

    jenis

    halusinasinya

    4. Menanyakan

    respon

    halusinasinya

    5. Menanyakan

    frekuensi

    halusinasinya

    6. Menanyakan

    waktu

    halusinasinya

    1. Dengan

    membina

    hubungan

    saling percaya

    diharapkan

    klien dapat

    mengungkapka

    n masalahnya

    2. Pasien mampu

    mengidentifika

    sihalusinasinya

    dengan

    mengetahui

    jenis, isi,

    respon,

    frekuensi, serta

    waktu

    terjadinya

    halusinasi.

  • 49

    Rabu

    31/7/19

    SP 1 Pasien :

    1. Bina Hubungan

    Saling Percaya

    2. Dapat

    mengontrol

    halusinasi

    dengan cara

    menghardik

    SP 1 Pasien :

    1. Pasien mampu

    berinteraksi

    dengan baik

    2. Pasien mampu

    mengontrol

    halusinasi

    dengan cara

    menghardik

    SP 1 Pasien :

    1. Membina

    hubungan

    saling

    percaya

    2. Melatih cara

    kontrol

    halusinasi

    1. Dengan

    membina

    hubungan

    saling percaya

    diharapkan

    klien dapat

    mengungkapka

    nmasalahnya

    2. Pasien mampu

    mengontrol

    halusinasi

    dengan cara

    menghardik.

    Kamis

    01/8/19

    SP 2Pasien :

    1. Bina Hubungan

    Saling Percaya

    2. Dapat

    mengontrol

    halusinasi

    dengan cara

    bercakap-cakap

    dengan orang

    lain

    SP 2 Pasien :

    1. Pasien mampu

    berinteraksi

    dengan baik

    2. Pasien mampu

    mengontrol

    halusinasi

    dengan cara

    bercakap-

    cakap dengan

    orang lain

    SP 2 Pasien :

    1. Membina

    hubungan

    saling

    percaya

    2. Memberikan

    cara untuk

    mengontrol

    halusinasi

    dengan cara

    bercakap-

    cakap dengan

    orang lain

    1. Dengan

    membina

    hubungan

    saling percaya

    diharapkan

    klien dapat

    mengungkapka

    n masalahnya

    2. Ketika pasien

    bercakap-

    cakap dengan

    orang lain

    terjadi

    distraksi, fokus

    perhatian

    pasien akan

  • 50

    beralih dari

    halusinasi

    kepercakapan

    yang dilakukan

    dengan orang

    lain.

    Jum’at

    02/8/19

    SP 3 Pasien :

    1. Bina Hubungan

    Saling Percaya

    2. Melatih pasien

    cara kontrol

    halusinasi

    dengan kegiatan

    / aktivitas

    terjadwal (yang

    bisa dilakukan

    pasien)

    SP 3 Pasien :

    1. Pasien mampu

    berinteraksi

    dengan baik

    2. Pasien mampu

    mengontrol

    halusinasi

    dengan

    kegiatan /

    aktivitas

    terjadwal

    (yang bisa

    dilakukan

    pasien)

    SP 3 Pasien :

    1. Membina

    hubungan

    saling

    percaya

    2. Memberikan

    cara untuk

    mengontrol

    halusinasi

    dengan cara

    melakukan

    kegiatan /

    aktivitas

    terjadwal

    (yang bisa

    dilakukan

    pasien)

    1. Dengan

    membina

    hubungan

    saling percaya

    diharapkan

    klien dapat

    mengungkapka

    n masalahnya

    2. Dengan

    beraktivitas

    secara

    terjadwal,

    pasien tidak

    akan

    mengalami

    banyak waktu

    luang sendiri

    yang sering

    kali

    mencetuskan

    halusinasi.

    Sabtu

    03/8/19

    SP 4 Pasien :

    1. Bina Hubungan

    SP 4 Pasien :

    1. Pasien mampu

    SP 4 Pasien :

    1. Membina

    1. Dengan

    membina

  • 51

    Saling Percaya

    2. Menjelaskan

    cara kontrol

    halusinasi

    dengan cara

    teratur minum

    obat

    berinteraksi

    dengan baik

    2. Pasien mampu

    mengontrol

    halusinasi

    dengan teratur

    minum obat

    hubungan

    saling

    percaya

    2. Menganjurka

    n pasien

    untuk minum

    obat

    hubungans

    aling percaya

    diharapkan

    klien dapat

    mengungkapka

    n masalahnya

    2. Dengan teratur

    minum obat

    dapat

    mengurangi

    halusinasi dan

    mengendalikan

    suara-suara

  • 52

    3.5 Implemenetasi dan Evaluasi

    Nama : Tn. S

    NIRM : 05-xx-xx

    Ruangan : Gelatik

    Tabel 3.5 Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Jiwa Gngguan

    Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran pada Tn. S

    Hari / Tgl Diagnosa

    Keperawatan

    Implementasi Evaluasi Ttd

    Selasa

    30/07/19

    Halusinasi

    Pendengaran

    SP 1 pasien :

    1. Bina Hubungan

    Saling Percaya

    2. Mengidentifikasi isi

    halusinasi

    3. Mengidentifikasi

    jenis halusinasi

    4. Menjelaskan respon

    halusinasi

    5. Mengidentifikasi

    frekuensi halusinasi

    6. Mengidentifikasi

    waktu halusinasi

    7. Melatih pasien

    kontrol halusinasi

    dengan cara

    menghardik

    S:

    Px menyebutkan

    namanya Tn. S

    berusia 37 tahun

    asal dari

    Surabaya. Px

    juga dapat

    menyebutkan

    nama perawat

    Px sering

    mendengar suara-

    suara pada saat

    siang hari

    O:

    - Px mampu

    menyebutkan

    namanya

    - Px dapat

    memahami

    halusinasinya

    A:

    ika

  • 53

    SP 1 teratasi 1-6.

    Point 7 belum

    teratasi

    P:

    Mengevaluasi

    kegiatan yang

    dilakukan pasien.

    Lanjut SP 1 point

    7

    Rabu

    31/07/19

    Halusinasi

    Pendengaran

    SP 1 Pasien :

    1. Bina Hubungan

    Saling Percaya

    2. Melatih pasien

    kontrol halusinasi

    dengan cara

    menghardik

    S:

    Px sering

    mendengar suara-

    suara saat siang

    hari. Saat suara

    itu muncul px

    langsung

    menutup telinga

    dengan kedua

    tangannya dan

    menganggap

    suara itu tidak

    ada

    O:

    Px dapat

    mengontrol

    halusinasinya

    dengan cara

    menghardik

    A:

    SP 1 point 7

    teratasi

    ika

  • 54

    P:

    Mengevaluasi

    kegiatan yang

    dilakukan pasien.

    Lanjut SP 2

    Kamis

    01/08/19

    Halusinasi

    Pendengaran

    SP 2 Pasien :

    1. Bina Hubungan

    Saling Percaya

    2. Memvalidasi

    masalah dan latihan

    sebelumnya

    3. Mengajarkan pasien

    cara mengontrol

    halusinasi dengan

    bercakap-cakap

    dengan orang lain

    S:

    Pasien

    mengatakan jika

    mendengar suara

    langsung mencari

    teman untuk di

    ajak berbicara

    O:

    Px dapat

    mengontrol

    halusinasi dengan

    bercakap-cakap

    dengan teman

    terdekatnya

    A:

    Px mampu

    bercakap-cakap

    dengan teman

    terdekatnya

    P:

    Mengevaluasi

    kegiatan pasien

    SP 2 teratasi.

    Lanjut SP 3

    ika

    Jum’at

    02/08/19

    Halusinasi

    Pendengaran

    SP 3 Pasien : S:

    Px mengatakan

    ika

  • 55

    1. Bina Hubungan

    Saling Percaya

    2. Memvalidasi

    masalah dan latihan

    sebelumnya

    3. Mengajarkan pasien

    cara kontrol

    halusinasi dengan

    aktivitas / kegiatan

    terjadwal yang biasa

    dilakukan sehari-

    hari

    saat suara muncul

    px langsung

    menutup telinga

    dengan kedua

    tangannya dan

    mengatakan

    “kamu tidak

    nyata dan kamu

    tidak ada”

    O:

    -Px mampu

    menerapkan cara

    ketiga saat suara

    muncul dengan

    kegiatan

    mendengarkan

    musik dan

    berbincang

    dengan teman

    terdekatnya

    A:

    Px dapat

    mengontrol

    halusinasi dengan

    kegiatan

    mendengarkan

    musik dan

    berbincang

    dengan teman

    terdekatnya

    P:

    SP 3 teratasi.

  • 56

    Lanjut SP 4

    Sabtu

    03/08/19

    Halusinasi

    Pendengaran

    SP 4 Pasien :

    1. Memvalidasi

    masalah dan latihan

    sebelumnya

    2. Menjelaskan cara

    kontrol halusinasi

    dengan teratur

    minum obat

    S:

    Px mengatakan

    suara yang

    didengar sudah

    mulai berkurang

    O:

    Px mampu

    menerapkan cara

    kontrol halusinasi

    dengan teratur

    minum obat

    A:

    Px dapat teratur

    minum obat

    P:

    SP 4 dilanjutkan.

    Px rencana KRS

    ika

  • 57

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan

    yang terjadi tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan jiwa

    masalah utama Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dengan

    Diagnosa Medis Skizofrenia di ruang Gelatik RS Jiwa Menur Surabaya yang

    meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

    4.1 Pengkajian

    Pada pengkajian didapatkan data Tn.S masuk rumah sakit pada tanggal 20

    Juli 2019 alasan masuk pasien karena pasien berbicara sendiri, tertawa sendiri,

    senyum-senyum sendiri, dan suka keluyuran di kampung. Pasien mengeluh sering

    mendengar suara-suara yang menyuruh pasien untuk marah-marah. Jenis suara

    laki-laki, pasien mendengar suara saat pasien sendirian,

    Menurut data yang didapat, pasien baru pertama kali masuk RS Jiwa

    Menur Surabaya pada tanggal 20 Juli 2019 dengan Diagnosa Medis Skizofrenia.

    Dalam tinjauan kasus disebutkan jika pasien dengan menarik diri mengakibatkan

    Halusinasi Pendengaran. Dimana Halusinasi timbul karena pasien jika mempunyai

    masalah hanya diam dan dipendam sendiri, kemudian pasien sering menyendiri

    dan melamun, disitulah dapat menyebabkan pasien Halusinasi Pendengaran.

    Pada tanda dan gejala dalam tinjauan pustaka masalah yang dituliskan

    menurut Direja (2011) perilaku pasien yang terkait dengan halusinasi adalah

    sebagai berikut :

  • 58

    1) Halusinasi Pendengaran : Berbicara sendiri atau tertawa sendiri,

    marah-marah tanpa sebab, menutup telinga, mendengar suara atau

    kegaduhan, mendengarkan suara yang bercakap-cakap, mendengar

    suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.

    2) Halusinasi Penglihatan : Melihat bangunan, melihat hantu, menunjuk-

    nunjuk kearah tertentu, ketakutan terhadap sesuatu yang berbahaya.

    3) Halusinasi Penghidungan : Membaui bau-bau seperti darah, urine,

    feses (kadang-kadang bau itu menyenangkan), menghidung seperti

    sedang membaui tertentu, menutup hidung.

    4) Halusinasi Pengecap : Merasakan rasa seperti darah, urine yang sering

    ingin meludah, muntah.

    5) Halusinasi Perabaan : Mengatakan adanya serangan dipermukaan kulit,

    merasa tersengat listrik, menggaruk-garuk permukaan kulit.

    Dari beberapa kesenjangan tinjauan pustaka maka dapat disimpulkan

    bahwa ada beberapa perilaku pasien yang muncul pada tinjauan kasus, hal ini

    sesuai dengan teori menurut Direja (2011) bahwa tanda dan gejala pasien

    halusinasi adalah senyum sendiri, tertawa sendiri, suka keluyuran.

    4.2 Diagnosa Keperawatan

    Berdasarkan hasil pengkajian pada tinjauan kasus, didapatkan data fokus

    pasien sering mendengaran bisikan-bisikan suara seorang laki-laki yang menyuruh

    pasien untuk memarahi seseorang. Bisikan itu muncul pada saat siang hari dan

    pasien sedang sendirian. Pada saat suara bisiskan itu muncul pasien hanya diam

  • 59

    sambil menutup mata. Sehingga muncul diagnosa keperawatan Gangguan

    Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.

    Faktanya pasien sering mendengar bisikan suara laki-laki yang

    menyuruhnya untuk marah-marah. Suara itu muncul pada siang hari saat pasien

    sedang sendirian.

    Hal ini sesuai dengan teori menurut NANDA (2012) bahwa batasan

    karakteristik keperawatan pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

    adalah perubahan dalam respon yang biasa dalam stimulus dan halusinasi.

    Berdasarkan data pengkajian pada tinjauan kasus, didapatkan data fokus

    pasien ekspresi muka gelisah, takut suara itu muncul lagi. Distress masa lalu

    karena kakak kandungnya yang pertama suka marah-marah dan ibunya sering

    dipukuli oleh ayahnya, sehingga muncul diagnosa keperawatan Resiko Perilaku

    Kekerasan.

    Faktanya pasien tampak cemas, murung dan gelisah apabila suara itu

    muncul lagi. Hal ini sesuai dengan teori menurut Damaiyanti (2012) bahwa akibat

    pasien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa

    membahayakan diri sendiri, orang lain, maupun merusak lingkungan. Hal ini

    terjadi jika halusinasi sudah sampai pada tahap ke IV diamana pasien mengalami

    panik dan perilakunya telah dikendalikan oleh halusinasinya. Pasien benar-benar

    kehilangan kemampuan realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini pasien

    dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain, bahkan merusak lingkungan.

    Dari beberapa kesenjangan tinjauan pustaka maka dapat disimpulkan

    bahwa diagnosa keperawatan muncul pada tinjauan kasus, hal ini sesuai dengan

  • 60

    teori menurut NANDA (2012) adalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

    Pendengaran.

    4.3 Rencana Keperawatan

    Rencana keperawatan yang dilakukan pada Tn.S adalah melakukan BHSP

    agar pasien saling terbuka kepada perawat. Faktanya pasien mau berjabat tangan,

    menyebutkan nama, dan menjawab salam perawat kepada pasien. Gangguan

    Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran setelah berinteraksi diharapkan pasien

    dapat menunjukkan tanda-tanda percaya pada perawat, ekspresi wajah bersahabat,

    menunjukkan rasa saling senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau

    menyebutkan nama, menjawab salam, mau mengungkapkan masalah yang

    dihadapi, hal ini sesuai teori menurut Keliat (2006).

    Rencana keperawatan yang dilakukan pada Tn.S adalah SP 1

    mengidentifikasi isi, jenis, waktu, frekuensi, dan respon pasien terhadap

    halusinasi. Faktanya setelah berinteraksi pasien dapat menyebutkan isi, jenis,

    waktu, frekuensi, dan respon pasien saat halusinasi muncul dengan cara

    menghardik menganggap suara itu tidak nyata, dan menutup telinga dengan kedua

    tangannya. Setelah berinteraksi pasien menyebutkan tindakan yang bisa

    dilakukannya untuk mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik, hal ini

    sesuai dengan teori Keliat (2006).

    Rencana keperawatan yang dilakukan pada Tn.S adalah SP 2 mengontrol

    halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Faktanya setelah

    berinteraksi pasien dapat mendemonstrasikan bercakap-cakap dengan orang lain,

  • 61

    mencari teman untuk diajak berbicara. Hal ini sesuai dengan teori menurut Keliat

    (2006).

    Rencana keperawatan yang dilakukan pada Tn.S adalah SP 3 mengontrol

    halusinasi dengan melakukan aktivitas/ kegiatan terjadwal yang biasa dilakukan

    sehari-hari. Faktanya setelah berinteraksi pasien dapat menerapkan cara

    mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan mendengarkan musik bersama

    dengan teman-temannya. Hal ini sesuai dengan teori menurut Keliat (2006).

    Rencana keperawatan yang dilakukan pada Tn.S adalah SP 4 mengontrol

    halusinasi dengan cara teratur minum obat. Faktanya pasien mampu menerapkan

    cara kontrol halusinasi dengan teratur minum obat. Setelah berinteraksi

    diharapkan pasien menyebutkan manfaat minum obat, kerugian minum obat,

    nama, warna, dosis, dan efek samping, hal ini sesuai dengan te