Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN MASALAH UTAMA
HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA
DI RUANG GELATIK RUMAH SAKIT JIWA MENUR
SURABAYA
Oleh :
IKA AYU PUSPITA
NIM. 1902060
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2020
ii
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN MASALAH UTAMA
HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA
DI RUANG GELATIK RUMAH SAKIT JIWA MENUR
SURABAYA
Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar
Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep)
Di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Oleh :
IKA AYU PUSPITA
NIM. 1902060
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2020
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawahini:
Nama : Ika Ayu Puspita
NIM :1902060
Tempat, Tanggal Lahir : Lamongan, 05 November 1997
Institusi : Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang Berjudul "ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA TN.S DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI PENDENGARAN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA DI RUANG GELATIK RUMAH
SAKIT JIWA MENUR SURABAYA" adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik
sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan
sumbernya.Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.
Sidoarjo, 19 Agustus 2019
Yang Menyatakan,
Ika Ayu Puspita
NIM: 1902060
Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Faida Annisa, S.Kep.,Ns.,MNS Agus Sulistyowati, S.,Kep.,M.Kes
NIDN. 0708078606 NIDN. 0703087801
iv
HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
Nama : IkaAyuPuspita
Judul : Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.S dengan Masalah Utama Halusinasi
pendengaran dengan Diagnosa Medis Skizofrenia Di Ruang Gelatik Rumah
Sakit Jiwa Menur Surabaya.
Telah disetujui untuk di ujikan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada tanggal
13 Februari 2020
Oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Faida Annisa, S.Kep.,Ns.,MNS Agus Sulistyowati, S.,Kep.,M.Kes
NIDN. 0708078606 NIDN. 0703087801
Mengetahui,
Direktur
v
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada Sidang di Progran D3 Keperawatan di
Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Tanggal : 13 Februari 2020
TIM PENGUJI
TandaTangan
Ketua :Meli Diana, S.Kep.Ns.,M.Kep (…………………)
Anggota: 1.Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes (…………………)
2.Faida Annisa, S.Kep., Ns.,MNS ` (…………………)
Mengetahui,
Direktur
vi
Motto dan Persembahan:
Motto
“Setiap kebersamaan pasti akan berakhir, namun kebahagiaannya akan
tetap abadi dalam kenangan indah kita”
Kupersembahkan karya pertama saya untuk :
1. Orang Tua saya (Bapak Agus Pamungkas dan Ibu Saidah) tersayang yang selalu
mendukung, mendoakan, serta menyemangati saya dalam menyelesaikan studi dan
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Orang Tua yang telah merawat saya sejak kecil sampai sekarang (Bapak Abdul
Muntholib dan Ibu Tutik Supriatin) yang juga selalu menyayangi saya seperti anaknya
sendiri.
3. Adik saya Destia Dwita Cahayani yang senantiasa memberikan semangat dan
perhatiannya kepada saya.
4. Sahabat, teman seperjuangan dan civitas di Akademi Keperawatan Kerta Cendikia
Sidoarjo yang telah mendukung penuh dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Dan yang terakhir terima kasih untuk suamiku Rizki Aldi Gandira tercinta yang tidak
pernah bosan memberikan semangat, kasih sayang, pengertian dan perhatiannya untuk
saya segera menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, dan calon buah hati saya yang
membuat saya tak patah semangat mengerjakan dan menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
vii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan
dengan rahmat taufiq serta hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan KTI dengan judul
“Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Diagnosa Keperawatan Halusinasi Pendengaran di Ruang
Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya”, guna untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) pada AKADEMI
KEPERAWATAN KERTA CENDIKIA SIDOARJO. Penulis yakin bahwa dalam penulisan
tesis ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, yang telah
dengan ikhlas membantu penulis demi terselesainya penulisannya. Untuk itulah penulis
meyampaikan ucapan terima kasih, kepada :
1. Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes, selaku Ketua Akademi Keperawatan Kerta
Cendekia Sidoarjo yang selalu memberikan dorongan penuh dengan wawasan dalam
upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2. Ibu Faida Annisa, S.Kep., Ns.,MNS, selaku Ketua Kaprodi Studi DIII Keperawatan
yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan TugasAkhir ini.
3. Kepala Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang telah memberikan ijin kami untuk
melakukan penelitian.
4. Ibu Faida Annisa, S.Kep., Ns.,MNS, selaku Pembimbing I, yang dengan tulus ikhlas
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta perhatian dalam memberikan
dorongan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
5. Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes, selaku pembimbing II yang dengan tulus ikhlas
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan dalam penyelesaian
Tugas Akhir ini.
viii
6. Ibu Meli Diana, S.Kep.Ns.,M.Kep, selaku Ketua Penguji, yang telah sudi memberikan
arahan dan bimbingan dalam penyusunan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Kerta Cendikia Sidoarjo, yang telah memberikan bekal bagi
penulis melalui materi – materi kuliah yang penuh nilai dan makna dalam
penyempurnaan penulisan tesis ini, juga kepada seluruh tenaga administrasi yang
tulus ikhlas melayani keperluan penulis selama menjalani studi dan penulisannya.
8. Sahabat – sahabat seperjuangan serta saudara – saudara tersayang dalam naungan
Kerta Cendekia Sidoarjo yang telah memberikan dorongan semangat sehingga KTI
dapat terselesaikan, saya hanya dapat mengucapkan semoga hubungan persahabatan
tetap terjalin.
9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, terimakasih atas
bantuanya. Kami hanya bisa berdo’a semoga Allah SWT membalas amal baik semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa KTI ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik yang konstruktif senantiasa
penulis harapkan, akhirnya penulis berharap, semoga KTI ini dapat memberikan manfaat
bagi siapa saja yang membaca terutama bagi civitas Akademi Keperawatan Kerta
Cendikia Sidoarjo.
Sidoarjo, 19 Agustus 2019
Ika Ayu Puspita
ix
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................................vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................................xiv
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4
1.5 Metode Penulisan ............................................................................................ 5
1.6 Sumber Data .................................................................................................... 5
1.7 Sistematika Penulisan...................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Skizofrenia ............................................................................................ 7
2.1.1 Pengertian ........................................................................................... 7
2.1.2 Etiologi Skizofrenia ............................................................................ 8
2.1.3 Tanda dan Gejala Skizofrenia ............................................................. 9
2.1.4 Jenis-jenis Skizofrenia ...................................................................... 11
2.1.5 Kriteria dan Klasifikasi Skizofrenia.................................................. 12
2.1.6 Pengobatan ........................................................................................ 13
2.2 Konsep Teori .................................................................................................... 15
2.2.1 Pengertian ......................................................................................... 15
2.2.2 Tanda dan Gejala .............................................................................. 16
2.2.3 Jenis-Jenis Halusinasi ....................................................................... 16
x
2.2.4 Rentang Respon Neurobiologis ........................................................ 18
2.2.5 Batasan Karakteristik Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi ....... 20
2.2.6 Tahapan Halusinasi ........................................................................... 21
2.2.7 Masalah yang muncul ....................................................................... 23
2.2.8 Penatalaksanaan ................................................................................ 23
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pasien dengan Halusinasi ...................... 25
2.3.1 Pengkajian ......................................................................................... 25
2.3.2 Masalah Keperawatan ....................................................................... 32
2.3.3 Rencana Keperawatan ....................................................................... 32
2.3.4 Implementasi ..................................................................................... 34
2.3.5 Evaluasi ............................................................................................. 35
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian ........................................................................................................ 36
3.1.1 Identitas Klien ................................................................................... 36
3.1.2 Alasan Masuk .................................................................................... 36
3.1.3 Faktor Predisposisi ............................................................................ 37
3.1.4 Pemeriksaan Fisik ............................................................................. 38
3.1.5 Psikososial ......................................................................................... 38
3.1.6 Status Mental ..................................................................................... 40
3.1.7 Kebutuhan Pulang ............................................................................. 42
3.1.8 Mekanisme Koping ........................................................................... 44
3.1.9 Masalahpsikososial dan Lingkungan ................................................ 44
3.1.10 Pengetahuan Kurang Tentang ......................................................... 45
3.1.11 Data Lain-lain .................................................................................. 45
3.1.12 Aspek Medik ................................................................................... 45
3.1.13 Daftar Masalah Keperawatan .......................................................... 45
3.1.14 Daftar Diagnosis Keperawatan ........................................................ 46
3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 47
3.3 Rencana Keperawatan ...................................................................................... 48
3.4 Implementasi dan Evaluasi .............................................................................. 52
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ........................................................................................................ 57
xi
4.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 59
4.3 Rencana Keperawatan ...................................................................................... 60
4.4 Tindakan Keperawatan..................................................................................... 62
4.5 Evaluasi Keperawatan ...................................................................................... 64
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 66
5.2 Saran ................................................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 69
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar2.3 :Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi .............................. 32
Gambar3.1 :Genogram Pasien ........................................................................................... 38
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel2.1 : Rentang respon menurut Struat Sundeen (1989) dalam Muhith (2015) ........... 18
Tabel2.2 : Tahapan Halusinasi menurut Yosep (2010) .................................................... 21
Tabel2.3 : Format atau data fokus pengkajian pada klien dengan Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi (Keliat dan Akemat, 2009) ............................................................................... 31
Tabel3.1 : Analisa Data...................................................................................................... 47
Tabel 3.2 : Rencana Keperawatan Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran pada Tn.S .................................................................................... 48
Tabel3.5 :Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran pada Tn.S .................................................................................... 52
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Format Pengkajian Keperawatan Jiwa
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Surat Balasan Permohonan Penelitian
Lembar Persetujuan Sebagai Responden
Lembar Konsul
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan
yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO
(2016). Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan
sosial dengan keanekaragaman penduduk maka jumlah kasus gangguan
jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan
penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.
Gangguan persepsi sensori (halusinasi) merupakan salah satu
masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa.
Pasien merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penghidupan pada stimulus yang sebenarnya tidak ada
(Keliat).
Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan
untuk usia 15 tahun keatas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari
jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwaberat,
seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per
1.000 penduduk. Dari data yang didapatkan di Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya pada 17 Februari 2018 yakni rata-rata masuk 300 pasien setiap
hari pada Senin hingga Kamis.
2
Penyebab terjadinya halusinasi ada dua yaitu karena faktor
predisposisi dan faktor presipitasi. Pada faktor predisposisi bisa juga
dikarenakan faktor perkembangan yakni klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
seperti buffofenon dan dimetytranferase (DMP). Sedangkan faktor genetik
dan pola asuh penelitian menunjuk bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Pada faktor
presipitasi adanya faktor perilaku yaitu respons klien terhadap halusinasi
berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak mampu mengambil keputusan
serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Pada
dimensi sosial penderita mengalami gangguan interaksi sosial klien
menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat berbahaya,
sedangkan pada dimensi spiritual klien mengalami kehampaan dalam
hidupnya serta rutinitas yang tidak bermakna sehingga aktivitas ibadah
hilang dan jarang berupaya secara spiritual untuk mensucikan diri.
Penderita halusinasi jika tidak ditangani dengan baik akan berakibat buruk
bagi pasien sendiri, keluarga, orang lain, dan lingkungan (Yosep, 2014).
Pada penanganan pasien dengan halusinasi, perawat bisa
memberikan strategi keperawatan yaitu dengan membuat klien mengenal
halusinasinya, berupa isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul serta
respons klien jika halusinasinya muncul, mengontrol dengan cara
3
menghardik selain itu bisa juga dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain, melakukan aktivitas yang terjadwal bisa juga mengurangi resiko
halusinasi muncul lagi, minum obat secara teratur dapat mengontrol
halusinasinya selain cara mengalami halusinasi sangatlah penting karena
dengan dukungan keluarga kepercayaan diri klien bisa kembali dan klien
bisa termotivasi untuk sembuh (Keliat, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan jiwa dengan masalah gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan jiwa dengan masalah gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengkaji asuhan keperawatan jiwa masalah utama gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran
1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan dengan masalah utama
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
1.3.2.3 Merencanakan tindakan keperawatan jiwa dengan masalah utama
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
1.3.2.4 Melaksanakan tindakan keperawatan jiwa dengan masalah utama
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
4
1.3.2.5 Mengevaluasi tindakan keperawatan jiwa dengan masalah utama
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan keperawatan jiwa dengan masalah
utama gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Akademis
Sebagai ilmu pengetahuan khususnya dalam asuhan keperawatan jiwa
dengan masalah utama gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
1.4.2. Rumah Sakit
Dapat menjadi masukan bagi pelayanan di Rumah Sakit agar dapat
melakukan asuhan keperawatan pada pasien persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
1.4.3. Masayarakat/ pasien
Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran
1.4.4. Penulis
Sebagai salah satu rujukan bagi peneliti selanjutnya yang akan
melakukan studi kasus asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
5
1.5 Metode Penulisan
1.5.1 Metode
Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa
atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi
kepustakaan yang mempelajari mengumpulkan, membahas data dengan
studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data
1.5.2.1 Wawancara
Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan pasien,
keluarga pasien, atau tim kesehatan yang lain
1.5.2.2 Observasi
Data yang diambil melalui pemeriksaan secara langsung terhadap keadaan,
reaksi, sikap, dan perilaku pasien yang diamati.
1.6 Sumber Data
1.6.1 Data Primer : data yang diperoleh dari pasien
1.6.2 Data Sekunder : data yang diperoleh dari keluarga atau orang
terdekat pasien, catatan medik perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim
kesehatan lain
1.6.3 Studi Kepustakaan : mempelajari buku sumber yang berhubungan
dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.
6
1.7 Sistematika Penulisan
Agar lebih jelas dan mudah dalam mempelajari dan memahami
studi kasus dan masalah yang dibahas, secara keseluruhan dibagi menjadi
tiga bagian yaitu :
1.7.1 Bagian Awal, memuat halaman judul, persetujuan, daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar, dan lampiran
1.7.2 Bagian Inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub
bab, berikut ini :
BAB 1 : Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan studikasus
BAB 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis
dan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah utama gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran
BAB 3 : Tinjauan kasus berisi tentang deskripsi data hasil pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
BAB 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan
kenyataan di lapangan
BAB 5 : Kesimpulan, saran berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil
penulisan.
1.7.3 Bagian Akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas tentang konsep teori sebagai landasan dalam
karya tulis ilmiah yang meliputi : 1) Konsep dasar skizofrenia, 2) Konsep dasar
halusinasi, 3) Konsep dasar asuhan keperawatan halusinasi
2.1 Konsep Skizofrenia
2.1.1 Pengertian
Menurut Faisal (2008), penyakit Skizofrenia atau Schizophrenia artinya
kepribadian yang terpecah antara pikiran, perasaan, dan perilaku. Dalam arti
apa yang dilakukan tidak sesuai dengan pikiran dan perasaannya. Secara
spesifik skizofrenia adalah orang yang mengalami gangguan emosi, pikiran,
dan perilaku. Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang ditandai
dengan disorganisasi pola pikir yang signifikan dan dimanifestasikan dengan
masalah komunikasi dan kognisi, gangguan persepsi terhadap realitas yang
dimanifestasikan dengan halusinasi dan waham dan terkadang penurunan
fungsi yang signifikan.
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan banyak terdapat di
masyarakat. Gangguan jiwa ini dapat dialami manusia sejak usia muda dan
dapat berlanjut menjadi kronis.
8
2.1.2 Etiologi Skizofrenia
2.1.2.1 Kelompok teori SOMATOGENIK, yaitu teori yang mencari penyebab
skizofrenia dalam kelainan badaniah.
2.1.2.2 Kelompok teori PSIKOGENIK, dimana skizofrenia dianggap suatu gangguan
fungsional dan sebagai penyebab utamanya adalah konflik, stress psikologik,
dan hubungan antar manusia yang mengecewakan.
Terdapat dua teori yaitu dari :
1) Teori ADOLF MEYER
Teori mengatakan bahwa skizofrenia merupakan reaksi yang salah atau suatu
maladaptasi.Oleh karena itu timbul satu disorganisasi kepribadian sehingga
lama-kelamaan orang itu menjauhkan diri dari kenyataan (autisme).
2) Teori SIGMUND FREUD
Menurut Freud, konsep struktur kepribadian manusia terdiri dari Id, Ego, dan
super ego. Khusus mengenai skizofrenia, Freud berpendapat bahwa :
1) Kelemahan ego yang disebabkan oleh faktor-faktor psikogenik ataupun
somatik dapat menimbulkan skizofrenia.
2) Super ego dikesampingkan sehingga Id yang berkuasa serta terjadi regresi
ke fase narsisme (pleasure principal meningkat dan reality principle
menurun) dimana dorongan ingin dipuaskan dengan segera tanpa
memperlihatkan realitas yang ada. Kelompok sosiogenik mengatakan
bahwa timbulnya skizofrenia dipengaruhi oleh faktor kemiskinan dan
beban psikososial yang berat.
9
2.1.3 Tanda dan Gejala Skizofrenia
2.1.3.1 Gejala Positif pada Skizofrenia
1) Halusinasi
Halusinasi yang timbul pada penderita skizofrenia tanpa adanya
penurunan kesadaran dan keadaan yang sedemikian merupakan gejala
yang hampir tidak dijumpai pada keadaan atau penyakit lain. Halusinasi
yang paling sering terdapat adalah halusinasi auditorik (pendengaran)
dapat dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau siulan.
2) Waham
Waham sering tidak logis dan aneh (bizzar) .
3) Gangguan pikiran formal positif
Yang sering ditemukan adalah pelanggaran asosiasi yaitu ide-ide
berpindah dari subjek lainnya dan sama sekali tidak ada hubungannya atau
hubungannya sama sekali tidak tepat dan hal ini tidak disadari oleh yang
bersangkutan.
4) Perilaku aneh
Perilaku aneh yang dikelompokkan pada skizofrenia antara lain
mannerism, ekhopraxia, perilaku stereotipik, negativism, kepatuhan yang
otomotik, katalepsi kaku atau lunak dan sikap tubuh yang aneh.
2.1.3.2 Gejala Negatif pada Skizofrenia
1) Ekspresi wajah tidak berubah
Gejala-gejala seperti mutisme (hambatan abnormal/ kesukaran bersuara),
kepatuhan secara otomatis dan fleksibilitas seperti lilin.
10
2) Penurunan spontanitas gerak
Banyak penderita skizofrenia menarik diri dari kehidupan social dan
bersikap egosentris dengan berkurangnya pembicaraan spontan atau
gerakan dan tidak adanya tingkah laku yang bertujuan, termasuk gerakan-
gerakan yang kurang luwes atau kaku, merupakan spontanitas gerak.
3) Hilangnya gerakan ekspresif
Pendataran afektif menimbulkan gambaran yang khas pada penderita
skizofrenia, dalam bentuk tampak seolah-olah kekakuan
4) Kontak mata yang minim
Pada penderita skizofrenia terutama pada tipe hebefrenik seringai-
seriangai wajah sangat khas disertai kontak mata yang minim.Perilaku
tersebut digambarkan sebagai kekanak-kanakan atau bodoh.
5) Non responsivitas afektif
Penderita skozofrenia dengan pendataran afektif tampak kaku dalam
penggambaran respon wajahnya, yang terlihat dalam bentuk kurangnya
respon gerakan.
6) Afek yang tidak sesuai
Bahwa yang dipikirkan dan dilakukan tidak sesuai dengan suara hati yang
sedang disandangnya.
7) Tidak ada lagu suara
Pada saat pembicaraan, intonasi tampak monoton, lagu suara dikatakan
tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya dan hati yang sedang
disandangnya.
11
2.1.4 Jenis-jenis Skizofrenia
Kraeplin (dalam Maramis, 2009) membagi skizofrenia menjadi beberapa
jenis. Pembagiannya adalah sebagai berikut:
1) Skizofrenia Paranoid
Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah umur 30 tahun.Permulaannya
mungkin subakut, tetapi mungkin juga akut.Kepribadian penderita
sebelum sakit sering dapat digolomgkan schizoid. Mereka mudah
tersinggung, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada
orang lain.
2) Skizofrenia Hebebrefik
Permulaannya perlahan-lahan atau sub akut dan sering timbul pada masa
remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan
proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau
double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme,
atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada skizofrenia
hebefrenik,waham dan halusinasinya banyak sekali.
3) Skizofrenia Katatonik
Timbulnya pertama kali antara usia 15-30 tahun, dan biasanya akut serta
sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah
katatonik atau strupor katatonik.
Pada strupor katatonik penderita tidak menunjukkan perhatian sama sekali
terhadap lingkungannya, emosinya juga sangat dangkal. Sedangkan pada
12
gaduh gelisah katatonik terdapat hiperaktivitas motorik tetapi tidak
diserati dengan emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh
rangsangan dari luar.
4) Skizofrenia Simplex
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas.Gejala utama pada jenis
simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan
proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang
sekali ditemukan.
5) Skizofrenia Residual
Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya
suatu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang ke arah
gejala negatif yang lebih menonjol.Gejala negatif terdiri dari kelambatan
psikomotor, penurunan aktivitas, penumpukan afek, pasif dan tidak ada
inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekpresi nonverbal yang menurun, serta
buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.
2.1.5 Kriteria dan Klasifikasi Skizofrenia
Menurut Bleuler dalam Maramis (2008) gejala skizofrenia dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Gejala Primer
Gejala primer terdiri dari gangguan proses berpikir, gangguan emosi, dan
gangguan kemauan serta autism
2) Gejala Sekunder
13
Gejala sekunder terdiri dari waham, halusinasi, dan gejala katatonik
maupun gangguan psikomotor yang lain.
2.1.6 Pengobatan
2.1.6.1 Penggunaan Obat Antipsikosis
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati skizofrenia disebut
antipsikotik.Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi, dan
perubahan pola pikir yang terjadi pada skizofrenia. Pasien mungkin dapat
mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau
kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien
(NANDA-2, 2015). Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal
saat ini, yaitu :
1) Antipsikotik Konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunaannya, diantaranya
haloperidol, trifluoperazine, thioridazine, chlorpromazine,
perphenazine, fluphenazine.
2) Newer athypical anthypsicotic
Obat-obat yang tergolongan kelompok ini disebut atipikal karena
prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping
dibandingkan dengan antipsikotik konvensional, diantaranya
risperidone, quetiapine, olanzopine.
3) Clozaril (clozapine)
14
Clozaril memiliki efek samping yang sangat jarang tapi sangat serius
dimana pada kasus-kasus yang jarang 1%. Clozaril dapat menurunkan
sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi.
4) Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
5) Pembedahan bagian otak
6) Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalisation)
7) Psikoterapi
2.1.6.2 Terapi Psikoanalisa
Terapi Psikoanalisa adalah metode terapi berdasarkan konsep Freud. Tujuan
psikoanalisis adalah menyadarkan individu akan konflik yang tidak
disadarinya dan mekanisme pertahanan yang digunakannya untuk
mengendalikan kecemasannya.
2.1.6.3 Terapi Perilaku (Behavioristik)
Pada dasarnya, terapi perilaku menekankan prinsip pengkondisian klasik dan
operan, karena terapi ini berkaitan dengan perilaku nyata.Paul dan Lentz
menggunakan dua bentuk program psikososial untuk meningkatkan fungsi
kemandirian.
1) Social Learning Program
Menolong penderita schizophrenia untuk mempelajari perilaku-perilaku
yang sesuai.
2) Social Skills Training
Melatih penderita mengenai keterampilan atau keahlian sosial.
15
2.1.6.4 Terapi Humanistik
Terapi kelompok dan terapi keluarga.
2.2 Konsep Teori
2.2.1 Pengertian
Gangguan orientasi realiti adalah ketidakmampuan klien menilai dan
merespon pada realitis.Klien tidak bisa membedakan rangsangan internal dan
eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan.klien tidak mampu
memberi respon secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan
mungkin menakutkan.
Salah satu bentuk perilaku yang berhubungan dengan gangguan orientasi
adalah halusinasi.Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang tanpa stimulus
(rangsangan) dari luar.
Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal perubahan sensori persepsi ;
merasakan sensai palsu berupa penglihatan, pengecapan, perabaan, penghiduan, atau
pendengaran (Direja, 2011)
Gangguan persepsi sensori diantaranya adalah halusinasi. Halusinasi
diantaranya merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pendengaran, pengecapan,
perabaan dan penghiduan tanpa stimulus nyata (Keliat, 2010)
16
2.2.2 Tanda dan Gejala
Klien pada halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku pada pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau
berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah dan menyerang orang lain, gelisah
atau melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu.
Tanda dan Gejala menurut Direja (2011) :
2.2.2.1 Halusinasi Pendengaran :Berbicara sendiri atau tertawa sendiri, marah-
marah tanpa sebab, menutup telinga, mendengar suara atau kegaduhan,
mendengarkan suara yang bercakap-cakap, mendengar suara yang
menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
2.2.2.2 Halusinasi Penglihatan : Melihat bangunan, melihat hantu, menunjuk-
nunjuk kearah tertentu, ketakutan terhadap sesuatu yang berbahaya.
2.2.2.3 Halusinasi Penghidungan : Membaui bau-bau seperti darah, urine,
feses (kadang-kadang bau itu menyenangkan), menghidung seperti
sedang membaui tertentu, menutup hidung.
2.2.2.4 Halusinasi Pengecap : Merasakan rasa seperti darah, urine yang sering
ingin meludah, muntah.
2.2.2.5 Halusinasi Perabaan : Mengatakan adanya serangan dipermukaan kulit,
merasa tersengat listrik, menggaruk-garuk permukaan kulit.
2.2.3 Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Yusuf (2015) jenis halusinasi dibagi menjadi 5 yaitu :
17
2.2.3.1 Halusinasi pendengaran (audiktif, akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupabunyi mendenging atau bising yang tidak
mempunyai arti, tetapi lebih sering mendengar sebuah kata atau kalimat yang
bermakna.Biasanya suara tersebut ditunjukkan oleh penderita sehingga
penderita tidak jarang bertengkar dan berdebat dengan suara-suara tersebut.
2.2.3.2 Halusinasi Penglihatan (visual, optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik).Biasanya
muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut
akibat gambaran-gambaran yang mengerikan atau tidak menyenangkan.
2.2.3.3 Halusinasi Penciuman (olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya mencium sesuatu bau tertentu dan merasakan tidak
enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita.Bau ditambah
dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu
kombinasi moral.
2.2.3.4 Halusinasi Pengecapan (gustatorik)
Walaupun jarang terjadi biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman,
penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik lebih jarang timbang
halusinasi gustatorik
2.2.3.5 Halusinasi Raba (taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau merasa ada sesuatu yang bergerak
dibawah kulit.Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
18
2.2.4 Rentang Respon Neurobiologis
Menurut Srtuart Sundeen (1989) dalam Muhith (2015) rentang respon klien
ditinjau dari interaksinya dengan lingkungan sosial merupakan suatu
kontinum yang terbentang antara respon adaptif dengan maladaptif sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Rentang respon menurut Struart Sundeen (1989) dalam Muhith
(2015)
Respon Adaptif Respon Maladaptif
1. Pikiran logis
2. Persepsi akurat
3. Konsisten
dengan
pengalaman
4. Periloaku sesuai
5. Hubungan
sosial
1. Distorsi pikiran
(pikiran kotor)
ilusi
2. Reaksi emosi
berlebihan atau
kurang
3. Perilaku aneh
dan tidak biasa
4. Menarik diri
1. Gangguan
pikiran / delusi
2. Halusinasi
3. Perilaku
disorganisasi
4. Isolasi sosial
19
2.2.4.1 Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menhadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
2.2.4.2 Respon Psikososial
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
2) Ilusi adalahh miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera
3) Emosi yang berlebihan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain.
20
2.2.4.3 Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif meliputi :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan betentangan dengan
kenyataan sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak reality atau tidak ada
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negatif mengancam.
2.2.5 Batasan Karakteristik Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Batasan karakteristik klien dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi
menurut NANDA-I (2012) yaitu :
2.2.5.1 Perubahan dalam pola perilaku
2.2.5.2 Perubahan dalam kemampuan menyelesaikan masalah
2.2.5.3 Perubahan dalam ketajaman sensori
2.2.5.4 Perubahan dalam respon yang biasa terhadap stimulus
2.2.5.5 Disorientasi
2.2.5.6 Halusinasi
21
2.2.5.7 Hambatan komunikasi
2.2.5.8 Iritabilitas
2.2.5.9 Konsentrasi buruk
2.2.5.10 Gelisah
2.2.5.11 Distorsi sensori
2.2.6 Tahapan Halusinasi
Menurut Yosep (2010) tahapan halusinasi ada empat fase, yaitu :
Tabel 2.2 Tahapan halusinasi menurut Yosep (2010)
Tahap Karakteristik Perilaku Klien
Tahap I
1. Memberi rasa
nyaman tingkat
ansietas sedang
secara umum
halusinasi
merupakan
sesuai
kesenangan
a. Mengalami
ansietas,kesepia
n, rasa bersalah
dan ketakutan
b. Mencoba
berfokus pada
pikiran yang
dapat
menghilangkan
ansietas
c. Pikiran dan
pengalaman
sensori masih
ada dalam
kontrol
kesadaran non
psikotik
a. Tersenyum,
tertawa sendiri
b. Menggerakkan
bibir tanpa suara
c. Pergerakan mata
yang cepat
d. Respon verbal
yang lambat
e. Diam dan
berkonsentrasi
22
Tahap II
1. Menyalahkan
2. Tingkat
kecemasan
berat secara
umum
halusinasi
menyebabkan
rasa aktivitas
a. Pengalaman
sensori
menakutkan
b. Merasa
dilecehkan
oleh
pengalaman
sensori
tersebut
c. Mulai merasa
kehilangan
kontrol
d. Menarik diri
dari orang lain
non psikotik
a. Terjadi
peningkatan
denyut jantung,
pernapasan, dan
tekanan darah
b. Perhatian dengan
lingkungan
berkurang
c. Konsentrasi
terhadap
pengalaman
sensori
d. Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi
dengan realita
Tahap III
1. Mengontrol
2. Kecemasan
berat
pengalaman
halusinasi tidak
dapat ditolak
a. Klien
menyerah dan
menerima
pengalaman
sensori
(halusinasi)
b. Isi halusinasi
menjadi
atraktif
c. Kesepian bila
pengalaman
sensori
a. Perintah harus
ditaati
b. Sulit
berhubungan
dengan orang
lain
c. Perhatian tiap
lingkungan
berkurang, hanya
beberapa detik
d. Tidak mampu
mengikuti
23
berakhir
psikotik
perintah dari
perawat, tampak
tremor dan
berkeringat
Tahap IV
1. Klien sudah
dikuasai
halusinasi
2. Klien panik
a. Perilaku panik
b. Resiko tinggi
menciderai
c. Agitasi atau
katanon
d. Tidak mampu
berespon
terhadap
lingkungan
2.2.7 Masalah yang muncul
2.2.7.1 Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan
kurangnya sumber sosial (isolasi sosial yang buruk dari keluarga, dan
lingkungan, depresi berat)
2.2.7.2 Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain berhubungan dengan
kerusakan kognitif (halusinasi)
2.2.7.3 Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan kognitif.
2.2.8 Penatalaksanaan
2.2.8.1 Farmakoterapi
Obat-obatan untuk terapi halusinasi berupa antipsikotik, haloperidol, dan
lain-lain.
24
2.2.8.2 Terapi psikososial
Karakteristikdari halusinasi adalah rusaknya kemampuan untuk membentuk
dan mempertahankan hubungan sesama manusia, maka intervensi utama
difokuskan untuk membantu klien memasuki dan mempertahankan
sosialisasi yang penuh arti dalam kemampuan klien
Alternatif :
1) Terapi modalitas
Semua sumber daya di rumah sakit disarankan untuk menggunakan
komunikasi yang terapeutik, termasuk semua (staf administrasi, pembantu
kesehatan, mahasiswa, dan petugas instalasi)
2) Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada klien bersam-
sama dengan jalan aukusi yang diarahkan oleh seseorang yang tertatih
3) Terapi keluarga
Tujuan dari terapi keluarga :
1) Menurunkan konflik kecemasan
2) Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing
keluarga
3) Meningkatkan pertanyaan kritis
4) Menggambarkan hubungan peran yang sesuai dengan tumbuh
kembang. Perawat membekali keluarga dengan pendidikan tentang
kondisi klien dan kepedulian pada situasi keluarga.
25
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pasien dengan Halusinasi
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien.
2.3.1.1 Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat,
nomor rekam medis
2.3.1.2 Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ biasanya klien sering berbicara sendiri,
mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting
peralatan dirumah, menarik diri
2.3.1.3 Faktor Predisposisi
1) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil
dalam pengobatan
2) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
3) Klien dengan gangguan orientasi bersifat heriditer
4) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mengganggu.
2.3.1.4 Fisik
Tidak mengalami keluhan fisik
2.3.1.5 Psikososisal
1) Genogram
26
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
1) Gambaran diri
Klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian tubuh
yang disukai dan tidak disukai
2) Identitas diri
Klien biasanya mampu menilai identitasnya
3) Peran diri
Klien menyadari peran sebelum sakit saat dirawat peran klien
terganggu
4) Ideal diri
Tidak menilai diri
5) Harga diri
Klien memiliki harga diri yang rendah sehubungan dengan sakitnya.
3) Hubungan Sosial
Klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga
4) Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai dengan
norma agama dan budaya
2) Kegiatan ibadah
27
Klien biasanya mnjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit
ibadah terganggu atau sangat berlebihan.
2.3.1.6 Status Mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan
berubah dari biasanya
2) Pembicaraan
Tidak terorganisisr dan bentuk yang maladaptif seperti kehilangan, tidak
logis, berbelit-belit
3) Aktivitas motorik
Meningkat atau menurun, impulsif, katatonik, dan beberapa gerakan yang
abnormnal
4) Alam perasaan
Berubah suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presipitasi,
misalnya sedih dan putus asa disertai apatis
5) Afek
Afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen
6) Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak komat-kamit,
tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan
7) Persepsi Halusinasi
1) Halusinasi apa yang terjadi dengan klien
28
2) Data yang terkait tntang halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri
dan tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar dari orang lain,
tidak dapat membedakan nyata atau tidak nyata, tidak dapat
memusatkan perhatian, curiga,bermusuhan, merusak, takut,
ekspresi muka tegang, dan mudah tersinggung.
8) Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan
logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit.Ketidakmampuan klien ini
sering membuat lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien.
9) Isi pikir
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal
dan eksternal melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.
10) Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat dan
waktu.
11) Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka
pendek.Mudah lupa, klien kurang mampu menjalani peraturan yang telah
disepakati, tidak mudah tertarik.Klien berulang kali menanyakan waktu,
menanyakan apakah tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi
untuk satu hal.
29
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan mengorganisasi dan konsentrasi terhadap realitas eksternal,
sukar menyelesaikan tugas, sukar berkonsentrasi pada kegiatan atau
pekerjaan yang mudah mengalihkan perhatian, mengalami masalah dalam
memberikan perhatian
13) Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, menilai
dan mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu melaksanakan
keputusan yang telah disepakati
14) Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan.Menilai
dan mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan dan
stimulus, membuat rencana termasuk memutuskan, melaksanakan
keputusan, merasakan kehidupan sangat sulit, situasi ini sering
mempengaruhi motivasi dan inisiatif klien.
2.3.1.7 Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan
Klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak memperhatikan diri
termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki minat kepedulian
2) BAK atau BAB
Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAB serta kemampuan
klien untuk membersihkan diri
30
3) Mandi
Biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama sekali
4) Berpakaian
Biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti
5) Istirahat
Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam. Biasanya
istirahat klien terganggu bila halusinasinya datang
6) Pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan sistem
pendukung sangat menentukan
7) Aktivitas dalam rumah
Klien tidak mampu melakukan aktivitas didalam rumah seperti menyapu.
2.3.1.8 Aspek medis
Obat yang diberikan kepada klien dengan halusinasi biasanya diberikan
antipsikotik seperti haloperidol (HLP), chlorpromazine (CPZ), triflnuperazine
(TFZ), dan antiparkinson, trihenski phenidol (THP), triplofrazine arkine.
Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam
sebagai berikut :
1) Data Objektif
Data Objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat
2) Data subjektif
31
Data Subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga klien.Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien
dan keluarga. Data yang langsung didapat oleh perawat disebut sebagai
data primer, dan data yang diambil dari hasil cacatan tim kesehatan lain
sebagai data sekunder.
Tabel 2.3 Format atau data fokus pengkajian pada klien dengan gangguan
persepsi sensori halusinasi (Keliat dan Akemat, 2009)
Persepsi :
Halusinasi : (pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan, dan
penghidu)
Jelaskan :
Jenis halusinasi :
Isi halusinasi :
Waktu halusinasi :
Frekuensi halusinasi :
Situasi halusinasi :
Respon klien :
Masalah keperawatan klien : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
32
2.3.2 Masalah Keperawatan
2.3.2.1 Resiko Perilaku Kekerasan (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan
verbal)
2.3.2.2 Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
2.3.2.3 Isolasi sosial
Pohon Masalah
Gambar 2.3 Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Resiko Perilaku kekerasan
(diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal)
Effect
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Core Problem
Isolasi Sosial
Causa
2.3.2 Rencana Keperawatan
Menurut Keliat dan Akemat (2009) rencana keperawatan pada pasien dengan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi adalah :
33
2.3.2.1 Pasien
SP 1 pasien
1) Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2) Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3) Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6) Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
7) Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8) Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian.
SP 2
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
3) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan bercakap-cakap dengan
orang lain dalam jadwal kegiatan harian
SP 3
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang bisa dilakukan pasien di rumah)
34
3) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan kebiasaan di rumah
dalam jadwal kegiatan harian.
SP 4
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Memberikan pendidikan kesehatan mengenai penggunaan obat secara
teratur
3) Menganjurkan pasien memasukkan penggunaan obat secara teratur
kedalam jadwal kegiatan harian.
2.3.4 Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal yang harus
diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah tindakan keperawatan
yang akan dilakukan implementasi pada klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi dilakukan secara interaksi dalam melaksanakan tindakan
keperawatan, perawat harus lebih dulu melakukan :
1) Bina hubungan saling percaya (BHSP)
2) Identifikasi, waktu, frekuensi, situasi,respon klien terhadap halusinasi
3) Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
4) Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
5) Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan kegiatan
terjadwal
6) Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.
35
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan dengan tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses dan
evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi
hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan
yang telah ditentukan.
36
BAB III
TINJAUAN KASUS
Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan jiwa masalah utama gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran dengan diagnosis medis Skizofrenia maka penulis menyajikan suatu
kasus yang penulis amati mulai tanggal 30 Juli 2019 sampai dengan 3 Agustus
2019. Anamnesa diperoleh dari pasien dan file No.Register 05-xx-xx sebagai
berikut :
3.1 Pengkajian
Ruang rawat : Ruang Jiwa Gelatik Tanggal dirawat 20 Juli 2019
3.1.1 Identitas Klien
Pasien adalah seorang laki-laki bernama “Tn. S” berusia 37 tahun, pasien
tinggal di daerah Surabaya, pasien beragama islam, pendidikan terakhir STM,
bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Pekerjaan pasien adalah
sebagai tukang service alat elektronik. Pasien MRS tanggal 20 Juli 2019.
3.1.2 Alasan Masuk
Pasien mengatakan masuk rumah sakit pada tanggal 20 Juli 2019 alasan
masuk pasien karena pasien berbicara sendiri, tertawa sendiri, senyum-
senyum sendiri, dan suka keluyuran di kampung.
37
Keluhan utama : pasien mengatakan sering mendengar suara-suara yang
menyuruh pasien untuk marah-marah. Jenis suara laki-laki, pasien mendengar
suara saat pasien sendirian, suara muncul pada siang hari, saat suara itu
muncul pasien menutup mata dan diam.
3.1.3 Faktor Predisposisi
3.1.3.1 Riwayat Gangguan Jiwa di masa lalu
Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu,
pengobatan pun tidak pernah dilakukan
3.1.3.2 Pengobatan sebelumnya
Pengobatan tidak dilakukan oleh pasien
3.1.3.3 Pengalaman
Pasien juga tidak mempunyai pengalaman aniaya fisik, seksual,
penolakan, kekerasan dalam keluarga, bahkan tindakan kriminal.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.4 Pasien mengatakan “anggota keluarga ada yang mengalami sakit
jiwa seperti saya”. Dalam rekam medis didapatkan anggota
keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa atau pernah
dirawat di rumah sakit jiwa.
Masalah Keperawatan : Koping keluarga inefektif
3.1.3.5 Pasien mengatakan pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan yaitu kakak kandungnya yang pertama suka
38
marah-marah, dan ibu kandungnya dipukuli oleh ayah
kandungnya sendiri.
Masalah Keperawatan :Distress masa lalu
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
3.1.4.1 Tanda Vital : TD : 120/70 N : 80Χ/menit S : 36,7°C P :
20Χ/menit
3.1.4.2 Ukur : TB : 165 cm BB : 63 kg. Keluhan Fisik : Tidak ada
keluhan fisik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.5 Psikososial
3.1.5.1 Genogram
Gambar 3.1 Genogram Pasien.
37
39
Keterangan :
: Laki-laki : Klien
: Perempuan : Cerai
: Meninggal
: Orang terdekat
----------- : Tinggal satu rumah
Penjelasan :
Pasien mengatakan bahwa dirinya anak ke enam dari delapan bersaudara, sudah
menikah dan mempunyai seorang anak perempuan berusia 9 tahun.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.5.2 Konsep Diri
1) Gambaran diri : Saat ditanya bagian tubuh mana yang disukai,
pasien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya
2) Identitas : Pasien mengatakan namanya “Tn.S” seorang laki-laki
berumur 37 tahun
3) Peran : Pasien mengatakan pasien adalahh anak ke enam dari
delapan bersaudara
4) Ideal Diri : Pasien mengatakan ingin cepat pulang karena kangen
anaknya
5) Harga Diri : pasien mengatakan malu dengan anaknya karena
tidak bisa memenuhi kebutuhan anaknya.
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
40
3.1.5.3 Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti : Pasien mengatakan orang yang berarti dalam
hidupnya yaitu anak dan ibunya
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat (SMRS): pasien
mengatakan aktif dalam kegiatan gotong royong
3) MRS : Selama di rumah sakit pasien aktif mengikuti kegiatan
senam
4) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pada saat
pengkajian pasien dapat berinteraksi dengan baik dan berespon
baik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.5.4 Spiritual
1) Nilai dan Keyakinan : pasien mengatakan bahwa dirinya orang
yang beragama islam
2) Kegiatan Beribadah : pasien mengatakan selama dirawat tidak
pernah beribadah.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.6 Status Mental
3.1.6.1 Penampilan : pasien mengatakan selalu mandi 2 kali dalam sehari,
sikat gigi 2 kali sehari dan memakai sabun.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
41
3.1.6.2 Pembicaraan : pasien berbicara dengan nada lambat dan lama
menjawab stimulus dari perawat. Pasien tidak mampu memulai
pembicaraan tanpa diberi rangsang stimulus.
Masalah Keperawatan : Hambatan komunikasi verbal
3.1.6.3 Aktivitas Motorik
Pasien terlihat aktif, badan tegap saat duduk.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.6.4 Alam Perasaan
Pasien merasa ketakutan saat suara itu muncul dan khawatir saat
mendengar suara laki-laki yang mengatakan sesuatu.
Masalah Keperawatan : Ansietas
3.1.6.5 Afek
Saat dilakukan wawancara pertama kali pada tanggal 19 April 2019 afek
atau ekspresi pasien terlihat sesuai dengan stimulus dan keadaan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.6.6 Interaksi selama wawancara
Saat dilakukan wawancara kontak mata pasien baik melihat ke perawat,
dan saat ditanya pasien kooperatif
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.6.7 Persepsi Halusinasi
Saat dilakukan pengkajian pasien dapat menjelaskan isi halusinasi yaitu
suara yang menyuruh untuk marah-marah, munculnya suara saat siang
hari, dan pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,
42
menganggap bahwa suara itu tidak nyata dan segera mencari teman untuk
diajak berbincang-bincang.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
3.1.6.8 Proses Pikir
Saat dilakukan wawancara pasien menjawab sesuai dengan keadaan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.6.9 Isi Pikir
Saat diwawancarai pasien dapat menjawab pentanyaan sesuai dengan ide
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.6.10 Tingkat Kesadaran
Pasien sadar dan tidak bingung atau kacau
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.6.11Memori
Saat ditanya masa lalunya, pasien ingat dan dapat menjawab dengan tepat
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.6.12Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien berkonsentrasi dengan pertanyaan perawat
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.6.13Kemampuan Penilaian
Pasien menganggap tidak mampu memenuhi kebutuhan anaknya
Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
43
3.1.6.14Daya tilik diri
Pasien menyadari tentang penyakitnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.7 Kebutuhan Pulang
3.1.7.1 Kemampuan klien memenuhi / menyediakan kebutuhan :
Pasien mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.7.2 Kegiatan hidup sehari-hari
1) Perawatan Diri
Pasien mengatakan bahwa pasien mandi, bersihan diri, makan,
BAB/BAK, ganti pakaian dilakukan secara mandiri tanpa ada
paksaan dari perawat dan bantuan dari perawat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2) Nutrisi
Pasien mengatakan puas dengan pemberian makanan.Pola makan
3 kali sehari habis setiap kali makan.Saat makan pasien tidak
memisahkan diri.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3) Tidur
Pasien tidak merasakan sulit untuk tidur dan masalah dalam
kebutuhan tidurnya. Waktu tidur siang pukul 13.00 s/d 16.00 dan
untuk tidur malam pukul 19.00 s/d 05.00.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
44
3.1.7.3 Kemampuan klien
Pasien mampu mengantisipasi kebutuhan sendiri, membuat keputusan
berdasarkan keinginan sendiri, dan melakukan pemeriksaan kesehatan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.7.4 Klien memiliki sistim pendukung
Pasien mengatakan bahwa sistim pendukung dalam keluarga adalah
anaknya sebagai penyemangat pasien.
Masalah Keperawatn : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.7.5 Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan atau
hobi
Pasien mengatakan pekerjaannya merupakan hobi yaitu, service alat-
alat elektronik seperti laptop, computer, tv, dll.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.8 Mekanisme Koping
Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan kalau ada masalah hanya
bercerita kepada teman terdekatnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.9 Masalah Psikososial dan Lingkungan
3.1.9.1 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : pasien mengatakan
tidak pernah dijenguk oleh istrinya
3.1.9.2 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : pasien
mengatakan kenal dengan teman sekamarnya
3.1.9.3 Masalah dengan pendidikan, spesifik : pasien lulusan SMU
45
3.1.9.4 Masalah dengan pekerjaan, spesifik : pasien bekerja sebagai tuakng
service alat-alat elektronik seperti, laptop, computer, tv, dll
3.1.9.5 Masalah dengan perumahan, spesifik : pasien memiliki rumah sendiri,
tidak kontrak
3.1.9.6 Masalah ekonomi, spesifik : pasien termasuk dari keluarga yang
berkecukupan dan tidak terdapat masalah ekonomi
3.1.9.7 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : pasien tidak mau
berobat selama sakit
Masalah Keperawatan :Gangguan pemeliharaan kesehatan
3.1.10 Pengetahuan Kurang Tentang
Pasien mengetahui dan menyadari tentang sakitnya dan pasien juga
mengetahui jenis dan warna obat yang diberikan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.11 Data Lain-lain
Tidak ditemukan data penunjang lainnya
3.1.12 Aspek Medik
Diagnosa Medik : F.20.3 (Skizofrenia Tak Terinci)
Terapi Medik : Chlorpromazine 2Χ50 mg, Trifluoperazine 2Χ25 mg
3.1.13 Daftar Masalah Keperawatan
1) Koping Keluarga Inefektif
2) Distress masa lalu
3) Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
4) Hambatan Komunikasi Verbal
46
5) Ansietas
6) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
7) Gangguan Pemeliharaan Kesehatan
3.1.14 Daftar Diagnosis Keperawatan
1) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran berhubungan dengan
isolasi sosial : menarik diri
47
3.2 Diagnosa Keperawatan
Nama : Tn. S NIRM : 05-xx-xx Ruangan : Gelatik
Tabel 3.1 Analisa Data
Tanggal Data Etiologi Masalah Ttd
30-07-2019 DS : pasien
mengatakan
sering mendengar
suara yang
menyuruh pasien
untuk marah-
marah, suara
muncul saat siang
hari, pasien
langsung diam
lalu mencari
teman untuk
diajak
berbincang-
bincang
DO : pasien
terlihat diam,
murung, hanya
duduk dan tidur
ditempat tidurnya
saat di dalam
kamar
Resiko
mencederai
diri / orang
lain/
lingkungan
Perubahan
persepsi
sensori :
halusinasi
pendengaran
Isolasi sosial :
menarik diri
Halusinasi
pendengaran
Ika
48
3.3 Rencana Keperawatan
Nama : Tn.S
No. RM : 05-xx-xx
Ruangan : Gelatik
Tabel 3.2 Rencana Keperawatan Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi Pendengaran pada Tn.S
Hari/Tgl Perencanaan Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria
Selasa
30/7/19
SP 1 pasien :
1. Bina Hubungan
Saling Percaya
2. Menjelaskan isi
halusinasinya
3. Menjelaskan
jenis
halusinasinya
4. Menjelaskan
respon
halusinasinya
5. Menjelaskan
frekuensi
halusinasinya
6. Mejelaskan
waktu
halusinasinya
7. Menjelaskan
cara mengontrol
halusinasi
dengan cara
menghardik
SP 1 pasien :
1. Pasien mampu
berinteraksi
dengan baik
2. Pasien mampu
mengetahui
halusinasinya
3. Pasien mampu
menjelaskan
jenis
halusinasinya
4. Pasien mampu
merespon
halusinasinya
5. Pasien mampu
mengatakan
berapa kali
mendengarkan
suara-suara
6. Pasien mampu
menjelaskan
waktu
mendengar
suara-suara.
SP 1 pasien :
1. Membina
hubungan
saling
percaya
2. Menanyakan
isi
halusinasinya
3. Menanyakan
jenis
halusinasinya
4. Menanyakan
respon
halusinasinya
5. Menanyakan
frekuensi
halusinasinya
6. Menanyakan
waktu
halusinasinya
1. Dengan
membina
hubungan
saling percaya
diharapkan
klien dapat
mengungkapka
n masalahnya
2. Pasien mampu
mengidentifika
sihalusinasinya
dengan
mengetahui
jenis, isi,
respon,
frekuensi, serta
waktu
terjadinya
halusinasi.
49
Rabu
31/7/19
SP 1 Pasien :
1. Bina Hubungan
Saling Percaya
2. Dapat
mengontrol
halusinasi
dengan cara
menghardik
SP 1 Pasien :
1. Pasien mampu
berinteraksi
dengan baik
2. Pasien mampu
mengontrol
halusinasi
dengan cara
menghardik
SP 1 Pasien :
1. Membina
hubungan
saling
percaya
2. Melatih cara
kontrol
halusinasi
1. Dengan
membina
hubungan
saling percaya
diharapkan
klien dapat
mengungkapka
nmasalahnya
2. Pasien mampu
mengontrol
halusinasi
dengan cara
menghardik.
Kamis
01/8/19
SP 2Pasien :
1. Bina Hubungan
Saling Percaya
2. Dapat
mengontrol
halusinasi
dengan cara
bercakap-cakap
dengan orang
lain
SP 2 Pasien :
1. Pasien mampu
berinteraksi
dengan baik
2. Pasien mampu
mengontrol
halusinasi
dengan cara
bercakap-
cakap dengan
orang lain
SP 2 Pasien :
1. Membina
hubungan
saling
percaya
2. Memberikan
cara untuk
mengontrol
halusinasi
dengan cara
bercakap-
cakap dengan
orang lain
1. Dengan
membina
hubungan
saling percaya
diharapkan
klien dapat
mengungkapka
n masalahnya
2. Ketika pasien
bercakap-
cakap dengan
orang lain
terjadi
distraksi, fokus
perhatian
pasien akan
50
beralih dari
halusinasi
kepercakapan
yang dilakukan
dengan orang
lain.
Jum’at
02/8/19
SP 3 Pasien :
1. Bina Hubungan
Saling Percaya
2. Melatih pasien
cara kontrol
halusinasi
dengan kegiatan
/ aktivitas
terjadwal (yang
bisa dilakukan
pasien)
SP 3 Pasien :
1. Pasien mampu
berinteraksi
dengan baik
2. Pasien mampu
mengontrol
halusinasi
dengan
kegiatan /
aktivitas
terjadwal
(yang bisa
dilakukan
pasien)
SP 3 Pasien :
1. Membina
hubungan
saling
percaya
2. Memberikan
cara untuk
mengontrol
halusinasi
dengan cara
melakukan
kegiatan /
aktivitas
terjadwal
(yang bisa
dilakukan
pasien)
1. Dengan
membina
hubungan
saling percaya
diharapkan
klien dapat
mengungkapka
n masalahnya
2. Dengan
beraktivitas
secara
terjadwal,
pasien tidak
akan
mengalami
banyak waktu
luang sendiri
yang sering
kali
mencetuskan
halusinasi.
Sabtu
03/8/19
SP 4 Pasien :
1. Bina Hubungan
SP 4 Pasien :
1. Pasien mampu
SP 4 Pasien :
1. Membina
1. Dengan
membina
51
Saling Percaya
2. Menjelaskan
cara kontrol
halusinasi
dengan cara
teratur minum
obat
berinteraksi
dengan baik
2. Pasien mampu
mengontrol
halusinasi
dengan teratur
minum obat
hubungan
saling
percaya
2. Menganjurka
n pasien
untuk minum
obat
hubungans
aling percaya
diharapkan
klien dapat
mengungkapka
n masalahnya
2. Dengan teratur
minum obat
dapat
mengurangi
halusinasi dan
mengendalikan
suara-suara
52
3.5 Implemenetasi dan Evaluasi
Nama : Tn. S
NIRM : 05-xx-xx
Ruangan : Gelatik
Tabel 3.5 Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Jiwa Gngguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran pada Tn. S
Hari / Tgl Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Evaluasi Ttd
Selasa
30/07/19
Halusinasi
Pendengaran
SP 1 pasien :
1. Bina Hubungan
Saling Percaya
2. Mengidentifikasi isi
halusinasi
3. Mengidentifikasi
jenis halusinasi
4. Menjelaskan respon
halusinasi
5. Mengidentifikasi
frekuensi halusinasi
6. Mengidentifikasi
waktu halusinasi
7. Melatih pasien
kontrol halusinasi
dengan cara
menghardik
S:
Px menyebutkan
namanya Tn. S
berusia 37 tahun
asal dari
Surabaya. Px
juga dapat
menyebutkan
nama perawat
Px sering
mendengar suara-
suara pada saat
siang hari
O:
- Px mampu
menyebutkan
namanya
- Px dapat
memahami
halusinasinya
A:
ika
53
SP 1 teratasi 1-6.
Point 7 belum
teratasi
P:
Mengevaluasi
kegiatan yang
dilakukan pasien.
Lanjut SP 1 point
7
Rabu
31/07/19
Halusinasi
Pendengaran
SP 1 Pasien :
1. Bina Hubungan
Saling Percaya
2. Melatih pasien
kontrol halusinasi
dengan cara
menghardik
S:
Px sering
mendengar suara-
suara saat siang
hari. Saat suara
itu muncul px
langsung
menutup telinga
dengan kedua
tangannya dan
menganggap
suara itu tidak
ada
O:
Px dapat
mengontrol
halusinasinya
dengan cara
menghardik
A:
SP 1 point 7
teratasi
ika
54
P:
Mengevaluasi
kegiatan yang
dilakukan pasien.
Lanjut SP 2
Kamis
01/08/19
Halusinasi
Pendengaran
SP 2 Pasien :
1. Bina Hubungan
Saling Percaya
2. Memvalidasi
masalah dan latihan
sebelumnya
3. Mengajarkan pasien
cara mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
dengan orang lain
S:
Pasien
mengatakan jika
mendengar suara
langsung mencari
teman untuk di
ajak berbicara
O:
Px dapat
mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
dengan teman
terdekatnya
A:
Px mampu
bercakap-cakap
dengan teman
terdekatnya
P:
Mengevaluasi
kegiatan pasien
SP 2 teratasi.
Lanjut SP 3
ika
Jum’at
02/08/19
Halusinasi
Pendengaran
SP 3 Pasien : S:
Px mengatakan
ika
55
1. Bina Hubungan
Saling Percaya
2. Memvalidasi
masalah dan latihan
sebelumnya
3. Mengajarkan pasien
cara kontrol
halusinasi dengan
aktivitas / kegiatan
terjadwal yang biasa
dilakukan sehari-
hari
saat suara muncul
px langsung
menutup telinga
dengan kedua
tangannya dan
mengatakan
“kamu tidak
nyata dan kamu
tidak ada”
O:
-Px mampu
menerapkan cara
ketiga saat suara
muncul dengan
kegiatan
mendengarkan
musik dan
berbincang
dengan teman
terdekatnya
A:
Px dapat
mengontrol
halusinasi dengan
kegiatan
mendengarkan
musik dan
berbincang
dengan teman
terdekatnya
P:
SP 3 teratasi.
56
Lanjut SP 4
Sabtu
03/08/19
Halusinasi
Pendengaran
SP 4 Pasien :
1. Memvalidasi
masalah dan latihan
sebelumnya
2. Menjelaskan cara
kontrol halusinasi
dengan teratur
minum obat
S:
Px mengatakan
suara yang
didengar sudah
mulai berkurang
O:
Px mampu
menerapkan cara
kontrol halusinasi
dengan teratur
minum obat
A:
Px dapat teratur
minum obat
P:
SP 4 dilanjutkan.
Px rencana KRS
ika
57
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan
yang terjadi tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan jiwa
masalah utama Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dengan
Diagnosa Medis Skizofrenia di ruang Gelatik RS Jiwa Menur Surabaya yang
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pada pengkajian didapatkan data Tn.S masuk rumah sakit pada tanggal 20
Juli 2019 alasan masuk pasien karena pasien berbicara sendiri, tertawa sendiri,
senyum-senyum sendiri, dan suka keluyuran di kampung. Pasien mengeluh sering
mendengar suara-suara yang menyuruh pasien untuk marah-marah. Jenis suara
laki-laki, pasien mendengar suara saat pasien sendirian,
Menurut data yang didapat, pasien baru pertama kali masuk RS Jiwa
Menur Surabaya pada tanggal 20 Juli 2019 dengan Diagnosa Medis Skizofrenia.
Dalam tinjauan kasus disebutkan jika pasien dengan menarik diri mengakibatkan
Halusinasi Pendengaran. Dimana Halusinasi timbul karena pasien jika mempunyai
masalah hanya diam dan dipendam sendiri, kemudian pasien sering menyendiri
dan melamun, disitulah dapat menyebabkan pasien Halusinasi Pendengaran.
Pada tanda dan gejala dalam tinjauan pustaka masalah yang dituliskan
menurut Direja (2011) perilaku pasien yang terkait dengan halusinasi adalah
sebagai berikut :
58
1) Halusinasi Pendengaran : Berbicara sendiri atau tertawa sendiri,
marah-marah tanpa sebab, menutup telinga, mendengar suara atau
kegaduhan, mendengarkan suara yang bercakap-cakap, mendengar
suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
2) Halusinasi Penglihatan : Melihat bangunan, melihat hantu, menunjuk-
nunjuk kearah tertentu, ketakutan terhadap sesuatu yang berbahaya.
3) Halusinasi Penghidungan : Membaui bau-bau seperti darah, urine,
feses (kadang-kadang bau itu menyenangkan), menghidung seperti
sedang membaui tertentu, menutup hidung.
4) Halusinasi Pengecap : Merasakan rasa seperti darah, urine yang sering
ingin meludah, muntah.
5) Halusinasi Perabaan : Mengatakan adanya serangan dipermukaan kulit,
merasa tersengat listrik, menggaruk-garuk permukaan kulit.
Dari beberapa kesenjangan tinjauan pustaka maka dapat disimpulkan
bahwa ada beberapa perilaku pasien yang muncul pada tinjauan kasus, hal ini
sesuai dengan teori menurut Direja (2011) bahwa tanda dan gejala pasien
halusinasi adalah senyum sendiri, tertawa sendiri, suka keluyuran.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian pada tinjauan kasus, didapatkan data fokus
pasien sering mendengaran bisikan-bisikan suara seorang laki-laki yang menyuruh
pasien untuk memarahi seseorang. Bisikan itu muncul pada saat siang hari dan
pasien sedang sendirian. Pada saat suara bisiskan itu muncul pasien hanya diam
59
sambil menutup mata. Sehingga muncul diagnosa keperawatan Gangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
Faktanya pasien sering mendengar bisikan suara laki-laki yang
menyuruhnya untuk marah-marah. Suara itu muncul pada siang hari saat pasien
sedang sendirian.
Hal ini sesuai dengan teori menurut NANDA (2012) bahwa batasan
karakteristik keperawatan pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
adalah perubahan dalam respon yang biasa dalam stimulus dan halusinasi.
Berdasarkan data pengkajian pada tinjauan kasus, didapatkan data fokus
pasien ekspresi muka gelisah, takut suara itu muncul lagi. Distress masa lalu
karena kakak kandungnya yang pertama suka marah-marah dan ibunya sering
dipukuli oleh ayahnya, sehingga muncul diagnosa keperawatan Resiko Perilaku
Kekerasan.
Faktanya pasien tampak cemas, murung dan gelisah apabila suara itu
muncul lagi. Hal ini sesuai dengan teori menurut Damaiyanti (2012) bahwa akibat
pasien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain, maupun merusak lingkungan. Hal ini
terjadi jika halusinasi sudah sampai pada tahap ke IV diamana pasien mengalami
panik dan perilakunya telah dikendalikan oleh halusinasinya. Pasien benar-benar
kehilangan kemampuan realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini pasien
dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain, bahkan merusak lingkungan.
Dari beberapa kesenjangan tinjauan pustaka maka dapat disimpulkan
bahwa diagnosa keperawatan muncul pada tinjauan kasus, hal ini sesuai dengan
60
teori menurut NANDA (2012) adalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran.
4.3 Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan pada Tn.S adalah melakukan BHSP
agar pasien saling terbuka kepada perawat. Faktanya pasien mau berjabat tangan,
menyebutkan nama, dan menjawab salam perawat kepada pasien. Gangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran setelah berinteraksi diharapkan pasien
dapat menunjukkan tanda-tanda percaya pada perawat, ekspresi wajah bersahabat,
menunjukkan rasa saling senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, menjawab salam, mau mengungkapkan masalah yang
dihadapi, hal ini sesuai teori menurut Keliat (2006).
Rencana keperawatan yang dilakukan pada Tn.S adalah SP 1
mengidentifikasi isi, jenis, waktu, frekuensi, dan respon pasien terhadap
halusinasi. Faktanya setelah berinteraksi pasien dapat menyebutkan isi, jenis,
waktu, frekuensi, dan respon pasien saat halusinasi muncul dengan cara
menghardik menganggap suara itu tidak nyata, dan menutup telinga dengan kedua
tangannya. Setelah berinteraksi pasien menyebutkan tindakan yang bisa
dilakukannya untuk mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik, hal ini
sesuai dengan teori Keliat (2006).
Rencana keperawatan yang dilakukan pada Tn.S adalah SP 2 mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Faktanya setelah
berinteraksi pasien dapat mendemonstrasikan bercakap-cakap dengan orang lain,
61
mencari teman untuk diajak berbicara. Hal ini sesuai dengan teori menurut Keliat
(2006).
Rencana keperawatan yang dilakukan pada Tn.S adalah SP 3 mengontrol
halusinasi dengan melakukan aktivitas/ kegiatan terjadwal yang biasa dilakukan
sehari-hari. Faktanya setelah berinteraksi pasien dapat menerapkan cara
mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan mendengarkan musik bersama
dengan teman-temannya. Hal ini sesuai dengan teori menurut Keliat (2006).
Rencana keperawatan yang dilakukan pada Tn.S adalah SP 4 mengontrol
halusinasi dengan cara teratur minum obat. Faktanya pasien mampu menerapkan
cara kontrol halusinasi dengan teratur minum obat. Setelah berinteraksi
diharapkan pasien menyebutkan manfaat minum obat, kerugian minum obat,
nama, warna, dosis, dan efek samping, hal ini sesuai dengan te