Upload
kentarkentir
View
52
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lapsus hernia
Citation preview
SEORANG ANAK LAKI-LAKI 20 BULAN DENGAN
HERNIA SCROTALIS DEXTRA IRREPONIBLE
Diajukan kepada :
dr. Zaenal A, Sp. B
Disusun oleh : dr. Radio Putro Wicaksono
RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2015
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Pada hari ini tanggal 20 Maret 2015 telah dipresentasikan portofolio oleh :
Nama Peserta : dr. Radio Putro Wicaksono
Dengan Judul/Topik : Seorang anak laki-laki 20 bulan dengan hernia scrotalis
dextra irreponible
Nama Wahana : RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan
No Nama Peserta Presentasi No Tanda Tangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya
Pendamping Mengetahui,
(dr. Faradila Soraya) (dr. Zaenal A, Sp.B)
LEMBAR PENGESAHAN
SEORANG ANAK LAKI-LAKI 20 BULAN DENGAN
HERNIA SCROTALIS DEXTRA IRREPONIBLE
Disusun oleh :
dr. Radio Putro Wicaksono
Dokter Internship RSI Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan, 20 Maret 2015
Dokter Pembimbing
dr. Zaenal A, Sp.B
PORTOFOLIO KASUS MEDIK
Borang Portofolio
Nama Peserta : dr. Radio Putro Wicaksono
Nama Wahana : RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan
Topik : Hernia Scrotalis Dextra Irreponible
Tanggal (kasus) : 5 - 3 - 2015
Pendamping : dr. Faradila Soraya
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi:
Seorang anak laki-laki, usia 20 bulan, datang diantar orang tuanya dengan keluhan
utama benjolan di kemaluan.
Tujuan:
Menegakkan diagnosis, mengetahui penyebab dan melakukan penatalaksanaan baik
medikamentosa maupun non medikamentosa .
Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos
DATA PASIEN
Nama : An. MA
Usia : 20 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bojong Wetan 05/03, Bojong, Kab. Pekalongan
Agama : Islam
No. Rekam medis : 222574
Tgl masuk RS : 05-03-2015
Bangsal : Flamboyan 2
Data utama untuk bahan diskusi:
Diagnosis / Gambaran Klinis:
Keluhan Utama : Benjolan di kemaluan
Riwayat penyakit sekarang : (alloanamnesis)
Pasien datang dengan keluhan benjolan yang muncul di kemaluan sejak 2
hari SMRS. Benjolan tidak dapat masuk kembali, tidak dirasa nyeri, warna sama
dengan kulit sekitar. Sebelumnya benjolan muncul di lipat paha sejak lahir.
Benjolan muncul saat pasien mengejan dan menangis. Benjolan dapat masuk
sendiri. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien tidak muntah, tidak demam.
Riwayat pijat di daerah perut disangkal. Pasien belum pernah berobat
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit jantung bawaan : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat operasi : Disangkal
Riwayat trauma : Disangkal
Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi dasar lengkap
Riwayat Sosial Ekonomi
Orang tua pasien bekerja sebagai karyawan swast. Pasien berobat
menggunakan biaya sendiri. Kesan ekonomi : cukup
Hasil Pembelajaran:
1. Mengetahui definisi hernia scrotalis
2. Mengetahui etiologi hernia scrotalis
3. Mengetahui patofisiologi hernia scrotalis
4. Mengetahui gambaran klinik hernia scrotalis
5. Mengetahui penegakan diagnosis hernia scrotalis
6. Mengetahui penatalaksanaan hernia scrotalis
7. Mengetahui komplikasi hernia scrotalis
8. Mengetahui prognosis hernia scrotalis
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio
1. Subyektif :
Keluhan Utama : muntah terus menerus
Pasien datang dengan keluhan benjolan yang muncul di lipat paha kanan
dan kemaluan sejak 2 hari SMRS. Benjolan tidak dapat masuk kembali, tidak
dirasa nyeri, warna sama dengan kulit sekitar. Sebelumnya benjolan muncul di
lipat paha sejak lahir. Benjolan muncul saat pasien mengejan dan menangis.
Benjolan dapat masuk sendiri. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien tidak
muntah, tidak demam. Riwayat pijat di daerah perut disangkal. Pasien belum
pernah berobat sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit jantung bawaan : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat operasi sebelumnya : Disangkal
Riwayat trauma : Disangkal
Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi dasar lengkap
Riwayat Sosial Ekonomi
Orang tua pasien bekerja sebagai karyawan swasta di Jakarta. Pasien
berobat menggunakan biaya sendiri. Kesan ekonomi : cukup
2. Obyektif :
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Compos Mentis
Vital sign :
Tekanan darah: tidak diperiksa
Nadi : 90x/ menit, regular, isi dan tegangan cukup
RR : 20x/ menit
Suhu : 36,60C (axilla)
Status Gizi : Kesan gizi cukup (BB : 9 kg)
Status Generalisata
Kulit : Warna sawo matang, turgor cukup
Kepala : Mesosefal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Leher : deviasi trachea (-), pembesaran nnll (-/-)
Thorax :
Pulmo
Inspeksi : Simetris saat statis-dinamis
Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V, 2 cm medial linea
midclavicula sinistra, tidak melebar, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni, bising (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, tampak benjolan memanjang
Auskultasi : Bising usus (+) N
Perkusi : timpani, pekak sisi (+) N, pekak alih (-)
Palpasi : Defans muskular (-), nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Sup Inf
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Oedem -/- -/-
Genitalia :
tampak benjolan di skrotum.
Status Lokalis:
Regio Inguinal Dextra:
Tampak benjolan memanjang, 4x2x1 cm, warna kulit seperti sekitar,
perabaan kenyal, nyeri tekan (-) finger test tidak dilakukan
Regio Scrotum
Tampak benjolan di skrotum, diameter ± 2cm, warna seperti kulit sekitar,
perabaan kenyal, nyeri tekan (-), finger test tidak dilakukan
3. Assessment (penalaran klinis):
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
pada pasien ini mendukung diagnosis suatu hernia scrotalis dextra
a. Anamnesis : Munculnya benjolan saat menangis/ mengejan (peningkatan
tekanan intra abdominal). Benjolan awalnya muncul di lipat paha kanan
dapat masuk sendiri. Akhirnya benjolan tidak tidak dapat dimasukkan lagi
(irreponible). Tidak ada keluhan muntah. BAB dan BAK tidak ada
keluhan (tidak ada tanda-tanda obstruksi)
b. Pemeriksaan fisik : keadaan umum baik. N: 90x/menit, RR:
20x/menit,suhu: 36,6 per axilla. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
Pemeriksaan abdomen pada inspeksi perut tampak datar. Auskultasi bising
usus dalam batas normal. Perkusi abdomen timpani. (tidak ada tanda-tanda
obstruksi) Pada status lokalis tampak benjolan memanjang di regio
inguinal dextra, ukuran 4x2x1 cm, warna kulit seperti sekitar, perabaan
kenyal, nyeri tekan (-), tampak benjolan di skrotum, diameter ± 2cm,
warna seperti kulit sekitar, perabaan kenyal, nyeri tekan (-), Finger test
sulit dilakukan karena pasien kurang kooperatif.
4. Plan:
Diagnosis kerja: Hernia Scrotalis Dextra Irreponible
Tatalaksana awal :
- Airway : posisikan pasien senyaman mungkin
- Breathing : -
- Circulation : IVFD RL 10 tpm
- Rawat Sp. B
Pendidikan :
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien mengenai penyakitnya antara lain :
˗ Menjelaskan tentang penyakitnya bahwa pasien menderita hernia scrotalis
dextra irreponible
˗ Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa penatalaksanaan yang harus
dilakukan adalah dengan operasi (Herniotomi)
˗ Menjelaskan komplikasi dan kemungkinan prognosisnya
Konsultasi dan Rujukan :
Konsultasi ditujukan kepada dokter spesialis bedah untuk mendapatkan tatalaksana
lebih lanjut guna mencegah terjadinya komplikasi dan perburukan kondisi.
PERKEMBANGAN SELAMA PERAWATAN
Tanggal 5-3-2015 (17.30)S Keluhan -
O Keadaan Umum
Kesadaran Compos mentis
Nadi 96 x/ menit, isi dan tegangan cukup
Pernafasan 20 x/ menit, regular
Suhu 370 C
Status Generalisata Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. Pemeriksaan abdomen
inspeksi perut tampak datar.Auskultasi bising usus dalam batas normal.Perkusi abdomen timpani.
Status lokalistampak benjolan memanjang di regio inguinal dextra, ukuran 4x2x1 cm, warna kulit seperti sekitar, perabaan kenyal, nyeri tekan (-),tampak benjolan di skrotum, diameter ± 2 cm, warna seperti kulit sekitar, perabaan kenyal, nyeri tekan (-), Finger test sulit dilakukan karena pasien kurang kooperatif.
A Diagnosis Hernia Scrotalis Dextra Irreponible
P Planning
- Infus RL 10 tetes/menit
- Konsul Sp. B
Dipuasakan
Program Operasi besok (6/3/2015) pukul 07.00
Periksa darah rutin, clotting time/ bleeding time
Konsul dr. Spesialis Anestasi
Tanggal 5-3-2015 (20.30)
S Keluhan -
O Keadaan Umum
Kesadaran Compos mentis
Nadi 120 x/ menit, isi dan tegangan cukup
Pernafasan 22 x/ menit, regular
Suhu 36,50 C
Status Generalisata Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. Pemeriksaan abdomen
inspeksi perut tampak datar.Auskultasi bising usus dalam batas normal.Perkusi abdomen timpani.
Status lokalistampak benjolan memanjang di regio inguinal dextra, ukuran 4x2x1 cm, warna kulit seperti sekitar, perabaan kenyal, nyeri tekan (-),tampak benjolan di skrotum, diameter ± 2 cm, warna seperti kulit sekitar, perabaan kenyal, nyeri tekan (-), Finger test sulit dilakukan karena pasien kurang kooperatif.
Pemeriksaan
Penunjang
Hb(g/dl) 11,5
Leukosit(uL) 9.400
Trombosit(103/uL) 370.000
Hematokrit(vol%) 33
LED 1 Jam 5
LED 2 Jam 10
Diff Count
Eosinofil 0
Basofil 0
Netrofil Batang 0
Netrofil Segmen 30
Limfosit 54
Monosit 0
Clooting time 4’00”
Blooding time 2’00”
HbsAg Negatif
A Diagnosis Hernia Scrotalis Dextra Irreponible
P Planning
- Konsul Sp. Anestesi
Acc. Operasi
Persiapan operasi
Inform consent
Puasa makan padat dan susu 6 jam sebelum operasi
Boleh minum air putih sampai 2 jam sebelum operasi
Infus RL 10 tetes per menit makro
Tanggal 6/3/2015
Dilakukan operasi herniotomi dengan general anestesi pada pukul 07.15
Tanggal 6-3-2015 (09.30)S Keluhan -
O Keadaan Umum
Kesadaran Compos mentis, tertidur
Nadi 100 x/ menit, isi dan tegangan cukup
Pernafasan 20 x/ menit, regular
Suhu 360 C
Status Generalisata Pemeriksaan abdomeninspeksi perut tampak datar, tampak balutan kasa bekas operasi, rembesan darah (-), pus (-)Auskultasi bising usus (-)Perkusi abdomen timpani.
A Diagnosis Post Herniotomi Dextra hari ke-0
P Planning
- Infus D5 ½ NS 10 tetes/menit makro
- Injeksi Cefotaxim 250 mg / 12 jam
- Paracetamol syrup 3 x 125 mg p.o
- Cefadroxil syrup 125 mg / 12 jam
Tanggal 7-3-2015S Keluhan - nyeri tempat operasi
O Keadaan Umum
Kesadaran Compos mentis
Nadi 90 x/ menit, isi dan tegangan cukup
Pernafasan 20 x/ menit, regular
Suhu 360 C
Status Generalisata Pemeriksaan abdomeninspeksi perut tampak datar, tampak balutan kasa bekas operasi, rembesan darah (-), pus (-)Auskultasi bising usus (+)Perkusi abdomen timpani.
A Diagnosis Post Herniotomi Dextra hari ke-1
P Planning
- Infus RL 10 tetes/menit makro
- Injeksi Cefotaxim 250 mg / 12 jam
- Paracetamol syrup 3 x 125 mg p.o
- Cefadroxil syrup 125 mg / 12 jam
Tanggal 8-3-2015S Keluhan -
O Keadaan Umum
Kesadaran Compos mentis
Nadi 100 x/ menit, isi dan tegangan cukup
Pernafasan 20 x/ menit, regular
Suhu 36,50 C
Status Generalisata Pemeriksaan abdomeninspeksi perut tampak datar, tampak balutan kasa bekas operasi, rembesan darah (-), pus (-)Auskultasi bising usus (+) NPerkusi abdomen timpani.
A Diagnosis Post Herniotomi Dextra hari ke-1
P Planning
- Infus RL 10 tetes/menit makro
- Injeksi Cefotaxim 250 mg / 12 jam
- Paracetamol syrup 3 x 125 mg p.o
- Cefadroxil syrup 125 mg / 12 jam
- Boleh pulang
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Hernia
Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui
lubang kongenital atau didapat (Mansjoer, 2000).
Hernia atau herniae adalah penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis
yang lemah (defek) pada dinding rongga itu. Dimana dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin (Rizal, 2007).
Hernia iguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk
melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis
adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah
zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan (Jong,
2004).
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia (Karnadihardja, 2005).
Patofisiologi Hernia
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang
dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalis inguinalis, faktor yang
kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda
berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup
panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini
berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada
laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan
maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali.
Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah
sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi
hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala
illeus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang
akan menyebabkan kurangnya suplai oksige nyang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia
ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi
yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan
rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa
menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut
kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan
kontinyu, daerah benjolan menjadi merah. (Manjoer, 2000, Syamsuhidayat, 1998).
Klasifikasi Hernia
Secara umum hernia diklasifikasikan menjadi:
a. Hernia eksterna yaitu jenis hernia dimana kantong hernia menonjol secara
keseluruhan (komplit) melewati dinding abdomen seperti hernia inguinal (direk
dan indirek), hernia umbilicus, hernia femoral dan hernia epigastrika.
b. Hernia intraparietal yaitu kantong hernia berada didalam dinding abdomen.
c. Hernia interna adalah hernia yang kantongnya berada didalam rongga abdomen
seperti hernia diafragma baik yang kongenital maupun yang didapat.
d. Hernia reponibel (reducible hernia), yaitu apabila isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring
atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
e. Hernia ireponibel (inkarserata), yaitu apabila kantong hernia tidak dapat
kembali ke abdomen. Ini biasanya disebabkan oleh perlengkatan isi kantong
pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta, merupakan
jenis hernia ireponibel yang sudah mengalami obstruksi tetapi belum ada
gangguan vaskularisasi.
f. Hernia strangulasi adalah hernia yang sudah mengalami gangguan
vaskularisasi. (Stead, 2003).
Tipe – tipe Hernia
a. Hernia Inguinalis
Hernia inguinalis adalah penonjolan dari organ atau sebagian dari organ
tubuh melalui dinding yang dalam keadaan normal tertutup. Hernia inguinalis
dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat. Hernia
dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada lelaki ketimbang perempuan.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada
anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan
isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu (Mansjoer, 2000).
Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat,
konstipasi, dan asites sering disertai hernia inguinalis. Dalam keadaan relaksasi
otot dinding perut, bagian- bagian yang membatasi annulus internus turut kendur.
Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis
berjalan lebih vertical. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga
dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot
dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan milio inguinalis dan milioforalis
setelah apendektomi (Ester, 2001).
b. Hernia Skrotalis
Hernia skrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke
kanalis pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang
dapat mencapai skrotum, hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect
(Samsudin, 2006).
c. Hernia Femoralis
Hernia femoralis pada lipat paha merupakan penonjolan kantong di bawah
ligamentum inguinal di antara ligamentum lakunare di medial dan vena femoralis
dilateral. Hernia ini sering ditemukan pada wanita dibanding laki – laki dengan
perbandingan 2:1 dan pada umumnya mengenai remaja dan sangat jarang pada
anak – anak. Pintu masuk dari hernia inguinalis adalah anulus femoralis,
selanjutnya isi hernia masuk kedalam kanalis femoralis yang berbentuk corong
sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar dari fosa
ovalis di lipat paha.
Hernia femoralis disebabkan oleh peninggian tekanan intra abdominal
yang kemudian akan mendorong lemak preperitonial ke dalam kanalis femoralis
yang akanmenjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya
adalah kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringan ikat karena usia
lanjut. Penderita dengan hernia femoralis sering mengeluhkan nyeri tanpa
pembengkakan yang dapat di palpasi dalam lipat paha. Nyerinya bersifat nyeri
tumpul dan jika telah terjadi obstruksi dapat menimbulkan muntah dan gangguan
konstipasi. Hernia femoralis sering terjadi inkaserata dan biasanya terjadi dalam 3
bulan atau lebih. Apabila sudah terjadi inkaserata maka penderita akan merasakan
nyeri yang begitu hebat dan dapat terjadi shok. Pembengkakan sering muncul di
bawah ligamentum inguinal (Schwart, 2000).
d. Hernia Umbilikalis
Umbilikus adalah tempat umum terjadinya herniasi. Hernia umblikalis
lebih sering terjadi pada wanita, kegemukan dengan kehamilan berulang – ulang
merupakan prekusor umum. Asites sering mengekserbasi masalah ini. Strangulasi
kolon dan omentum umum terjadi. Ruptura sering terjadi pada sirosis asitik
kronik, suatu kasus dimana diperlukan segera dekompresi portal atau pintas nevus
peritoneal secaradarurat.
Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara spontan tanpa
terapi khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau kurang. Perbaikan
diindikasikan pada bayi dengan defek hernia yang diameternya lebih besar dari
2,0 cm dan dalam semua anak dengan hernia umbilikalis yang masih ada pada
usia 3-4 tahun. Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti
Mayo. Operasi terdiri dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis
superior dan inferior. Hernia umbilikalis lebih besar, lebih suka ditangani dengan
protesis (Schwart, 2000).
e. Hernia Paraumbilikalis
Hernia para umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis
tengahdi tepi kranial umblikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara
spontan jarang terjadi sehingga dibutuhkan operasi koreksi (Sjamsuhidayat &
Jong, 1997).
f. Hernia Sliding
Kondisi spingter kardia membesar, yang memungkinkan satu bagian
lambung melewati rongga torak. Pada hernia sliding lambung atas dan pertemuan
gastroesofagus berubah tempat kedalam torak. Refluk tampak disebabkan oleh
pemajanan sfingter esophagus bawah (SEB) pada tekanan rendah di toraks.
Masalah utama berkenaan dengan hernia sliding adalah terjadinya refluk. Pada
hernia sliding, SEB tetap dibawah diafragma sehingga refluks tidak menjadi
masalah (Brunner & Suddarth, 2002).
g. Hernia Hiatal
Hernia hiatal adalah esophagus masuk abdomen melalui lubang
diafragma, dan mengosongkan diri pada ujung bawah keadaan bagian atas
lambung. Normalnya, lubang dalam diafragma mengelilingi esofagus dengan
kencang, dan lambung berada separuhnya dalam abdomen. Pada kondisi yang
disebut hernia hiatal lubang diafragma yang melewati esofagus menjadi
membesar dan bagian atas lambung cenderung untuk menggerakkan ke atas
bagian bawah torak. Hernia hiatal lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
Regurgitasi dan disfungsi motorik menyebabkan manifestasi mayor hernia hiatal.
Komplikasi hernia hiatal meliputi obstruksi, strangulasi, dan terjadinya volvulus
(Brunner & Suddarth, 2002).
h. Hernia Richter
Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernia yang
pertama kali ditemukan pertama kali oleh Richter (1778) ini jarang ditemukan,
kebanyakan ditemukan pada hernia femoralis atau obturatoria. Biasanya sebagian
dinding usus antemesenterial mengalami inkaserasi karena pintu hernia kecil
dengan tepi keras dan tajam. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan
benjolan hernia tidak ditemukan dan baru terdiagnosa pada waktu laparatomi.
Komplikasi hernia Richter adalah strangulasi sehingga terjadi perforasi usus yang
pada hernia femoralis tampak seperti abses di daerah inguinal (Brunner &
Suddarth, 2002).
i. Hernia Omfalokel
Protrusi visera abdominal kedasar korda umbilical kantong tertutup
peritoneum tanpa kulit (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).
j. Hernia Usus
Hernia yang terjadi karena organ masuk dan jaringan subkutan, lapisan
otot atau aponeurosis. Peritoneum parietale dan jaringan preperitoneal, kantong
hernia dengan usus yang dibagi menjadi 4 yaitu:
1) Hernia reponibel tanpa inerserasi dan strangulasi
2) Hernia ireponibel atau hernia akreta karena perlekatan
3) Hernia interserata atau hernia akreata karena perlekatan
4) Hernia strangulate, ileus obstruksi, terjadi nekrosis sampai gangrene karena
peradaran darah terganggu (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).
Faktor – faktor Penyebab Hernia
Penyebab terjadinya hernia antara lain :
a. Kongenital / Herediter
Terjadi sejak lahir adanya defek pada suatu dinding rongga (Mansjoer,
2000). Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis, pada neonatus
kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur
satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup. Tapi kejadian hernia
inguinalis lateralis pada anak usia ini hanya beberapa persen. Umumnya
disimpulkan bahwa adanya prosesus vaginalis yang patent bukan merupakan
penyebab tunggal terjadinya hernia inguinalis lateralis, tetapi diperlukan
faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar (Karnadihardja, 2005).
b. Didapat (akquisita)
Hernia ini didapat oleh suatu sebab yaitu umur, obesitas, kelemahan
umum, lansia, tekanan intra abdominal yang tinggi dan dalam waktu yang
lama misalnya batuk kronis, gangguan proses kencing, kehamilan, mengejan
saat miksi, mengejan saat defekasi, pekerjaan mengangkat benda berat
(Mansjoer, 2000).
Umur Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam
penyelidikan – penyelidikan epidemiologi. Angka – angka kesakitan
maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan
dengan umur (Notoatmojdo, 2003).
Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena anomaly congenital
atau sebab yang didapat, hernia inguinalis lateralis dapat di jumpai pada
semua usia, lebih banyak pada pria dari pada wanita. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk pada annulus internus
yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
Disamping itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia
untuk melewati pintu yang cukup lebar tersebut. Faktor yang dipandang
berperan kausal adalah, adanya prosesus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut
karena usia (Karnadihardja, 2005).
Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur, karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan didalam rongga perut,
dan kelemahan otot dinding perut karena jaringan penunjang berkurang
kekuatannya (Jeffry, 2008).
Kriteria obyektif :
a) Anak : 0 – 14 tahun
b) Remaja : 15 – 24 tahun
c) Dewasa muda : 25 – 40 tahun
d) Dewasa : 41 – 65 tahun
e) Orang tua : > 65 tahun (Auliana, 2001).
Pekerjaan
Hernia dapat disebabkan oleh pekerjaan mengangkat benda berat
yang menyebabkan tekanan intra abdominal yang tinggi dan dalam waktu
yang lama (Mansjoer, 2000). Pekerjaan memungkinkan keterpaparan
individu terhadap suatu penyakit tertentu dalam lingkungan pekerjaan
yang mungkin tidak didapatkan pada lingkungan pekerjaan lainnya.
Kategori pekerjaan berdasarkan jenis pekerjaan :
a) Pekerjaan ringan : Pegawai kantor, guru, dokter, pengacara, pelayanan
toko, pengangguran / pensiunan, pekerjaan rumah tangga dengan mesin /
pembantu.
b) Pekerjaan sedang : Pekerja industry, pekerja bangunan, pekerja
perkebunan, nelayan, angkatan bersenjata yang tidak aktif dilapangan.
c) Pekerjaan berat : Buruh tani, tukang kayu, tentara lapangan, tukang
besi, atlit, penarik gerobak, buruh bangunan (Auliana, 2001).
Pekerjaan mengangkat benda berat dalam kurun waktu yang lama
dapat menyebabkan hernia (Mansjoer, 2000). Lama bekerja adalah suatu
kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat
(Handoko, 2002).
Lama bekerja menurut (Handoko, 2002) dikategorikan menjadi 3 yaitu :
a) Lama bekerja kategori baru : 0 – 1 tahun
b) Lama bekerja kategori sedang : 1 – 3 tahun
c) Lama bekerja kategori lama : > 3 tahun
Jenis Kelamin
Hernia lebih banyak ditemukan pada laki – laki dari pada wanita.
Pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup
melebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia (Ester, 2001).
Penyakit lain
Salah satu penyebab hernia adalah batuk kronik dan hipertropi
prostat dapat meningkatkan tekanan intra abdomen yang terus menerus
sehingga dapat menyebabkan terjadinya hernia (Mansjoer, 2002).
Batuk kronis adalah batuk yang tidak menghilang. Batuk kronis
bukan suatu penyakit tetapi gejala dari penyakit – penyakit lain. Batuk
kronis yang dapat meningkatkan tekanan intra abdomen sehingga secara
kronis mendesak keluar organ dalam perut. Orang yang mempunyai
penyakit batuk kronis, pola makan, pola makan kurang serat sehingga
buang air besar tidak lancar (Jakartaspot, 2006).
Batuk kronis, hypertrophy prostat, ascites bisa meningkatkan
tekanan intra abdomen yang terus menerus sehingga dapat menyebabkan
terjadinya hernia (Zahra, 2009).
Mengejan
Mengejan saat miksi dan defekasi dapat meningkatkan tekanan
intra abdominal yang tinggi, sehingga bila terjadi terus – menerus dapat
menyebabkan hernia (Mansjoer, 2000).
Obesitas
Obesitas/kegemukan adalah keadaan patologis dengan terdapatnya
penimbunan lemak yang berlebihan dari pada yang diperlukan untuk
fungsi tubuh (Manjoer, 2000).
Kegemukan merupakan salah satu penyebab terjadinya hernia,
karena terjadi peningkatan tekanan intra abdominal sehingga dapat
mendorong isi hernia masuk melalui pintu yang sudah terbuka (Manjoer,
2000).
Seseorang dikatakan dikatakan obesitas apabila mempunyai Indeks
Masa Tubuh (IMT) atau Body Mass Indeks (BMI) (Supariasa, 2001).
IMT : Berat Badan (kg)
(Tinggi Badan (m)2)
Dengan kriteria :
a) Normal, jika nilai IMT untuk laki – laki < 25 Perempuan < 23
b) Obesitas, jika nilai IMT untuk laki – laki > 25 Perempuan > 23
Manifestasi Klinis
Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis yang timbul
pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat dan menghilang pada waktu
istirahat berbaring. Pada inspeksi perhatikan keadaan asimetris pada kedua inguinalis,
scrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau
batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan
dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah
benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan dapat direposisi dengan jari telunjuk, kadang
cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar (Jong, 2004).
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu – satunya adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk bersin, atau mengejan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan
nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah
baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau
gangren. Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia (Jong, 2004).
Pemeriksaan Fisik
Pada hernia dapat dilakukan beberapa tes antara lain :
1) Tes invaginasi
Adalah dimana penderita disuruh tidur terlentang dan masukkan jari telunjuk dari
arah skrotum masuk annulus inguinalis eksternus, lalu penderita disuruh
mengedan (+) bila dirasakan adanya penonjolan dan implus diujung jari.
2) Tes Ziemen
Adalah posisi penderita tidur terlentang, kemudian gunakan 3 jari dan
dimasukkan ketiga tempat sekaligus yaitu : annulus inguinalis eksternus, fosa
femoralis dan trigonum hasselbach. Penderita kemudian disuruh mengedan,
rasakan di jari mana terdapat implus
3) Tumb tes
Adalah posisi penderita tidur terlentang kemudian jempol pemeriksa diletakkan di
annulus inguinalis internus, penderita disuruh mengedan lihat apakah terjadi
penonjolan atau tidak (Long, 1999).
4) Finger tes
Pemeriksaan melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari
tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis
internus pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut
menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila
menyentuh sisi jari maka itu adalah hernia inguinalis medialis (Samsudin, 2006).
Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat timbul adalah :
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
ireponibel. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia
yang tersering menyebabkan keadaan ireponibel adalah omentum, karena mudah
melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi
lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibel daripada usus halus.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan
gangguan vaskular (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis
strangulata. Pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut
kembung, muntah, dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat
dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.
Komplikasi lain :
a. Perlekatan/ hernia akreta
b. Hernia irreponibel
c. Jepitan vaskularisasi terganggu iskhemi gangrene nekrosis
d. Infeksi
e. Obstipasi obstruksi / konstipasi
f. Hernia inkarserata illeus
g. Hematoma skrotalis
h. Hidrokel (Carpenito, 2001).
Penatalaksanaan
Penanganan bisa dengan pengobatan konservatif, maupun tindakan definitif
berupa operasi.
a. Tindakan konservatif antara lain:
Tindakan konservatif terbatas pada tindakan melalui reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Jika reposisi tidak berhasil, dalam waktu 6 jam harus dilakukan
operasi segera.
Pada anak-anak dengan hernia indirect irreponibel diberi terapi konservatif
dengan: Obat penenang (valium), posisi trandelenburg, kompres es.
b. Tindakan Operatif: Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan
hernioplasti serta herniorafi.
Herniotomi: pembebasan kantung hernia sampai pada lehernya,
kantung dibuka dan isi hernia dibebaskan
Hernioplasti: memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis sehingga LMR (Locus Minorus Resisten) menjadi
kuat.
Herniorafi: gabungan herniotomi dan hernioplasti
c. Penanganan pasca operasi:
1) Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya
hematoma
2) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut
ditekuk) agar dinding abdomen tidak tegang.
3) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis serta mengejan.
4) Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat
5) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan tekanan intra abdomen.
Setelah dilakukan tindakan pembedahan maka dilakukan perawatan luka dan
penderita makan dengan diet tinggi kalori dan protein ( Romi, 2006 ).