21
LAPORAN KASUS SEORANG PEREMPUAN 21 TAHUN DENGAN ODS KONJUNGTIVITIS EC SUSPEK VIRUS Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Penguji kasus : dr. Arief Wildan, Sp.M(K) Pembimbing : dr. Deratresna Utami Dibacakan oleh : Filia Clementy Daniast Susilo Dibacakan tanggal : 28 Desember 2013 BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

Kasbes Mata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kasbes

Citation preview

LAPORAN KASUS

SEORANG PEREMPUAN 21 TAHUN DENGAN ODS KONJUNGTIVITIS EC SUSPEK VIRUS

Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan seniorIlmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Penguji kasus: dr. Arief Wildan, Sp.M(K)Pembimbing: dr. Deratresna UtamiDibacakan oleh: Filia Clementy Daniast SusiloDibacakan tanggal: 28 Desember 2013

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013HALAMAN PENGESAHAN

Melaporkan kasus:Penguji kasus : dr. Arief Wildan, Sp.M(K)Pembimbing: dr. Deratresna UtamiDibacakan oleh: Filia Clementy Daniast SusiloDibacakan tanggal: 28 Desember 2013diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Semarang, 28 Desember 2013Mengetahui,

Pembimbing Penguji

dr. Dera Tresna Utami dr. Arief Wildan, Sp.M(K)

LAPORAN KASUS

Penguji kasus : dr. Arief Wildan, Sp.M(K)Pembimbing: dr. Dera Tresna Utami Dibacakan oleh: Filia Clementy Daniast SusiloDibacakan tanggal: 28 Desember 2013

I. PENDAHULUAN

Konjungtiva adalah membran mukosa tipis yang transparan, yang membungkus permukaan anterior dari bola mata dan permukaan posterior dari palpebra. Lapisan permukaan konjungtiva, yaitu lapisan epitel berhubungan dengan epidermis dari palpebra dan dengan lapisan permukaan dari kornea. Konjungtiva bertanggung jawab terhadap produksi mukus, yang penting dalam menjaga stabilitas tear film dan tranparansi kornea. Selain itu, konjungtiva juga mampu melindungi permukaan okular dari patogen, baik sebagai barier fisik, maupun sebagai sumber sel-sel inflamasi.(1) Inflamasi konjungtiva mata yang disebabkan oleh proses infeksi, iritasi fisik, atau respon alergi dikenal sebagai konjungtivitis. Pada inflamasi, konjungtiva menjadi merah, bengkak, dan nyeri bila ditekan. Konjungtivitis akibat infeksi virus atau konjungtivitis viral sering disebabkan oleh infeksi adenovirus, konjungtivitis viral ini sangat menular.(2)

II. IDENTITAS PENDERITANama: Nn. HVUmur: 21 tahunJenis Kelamin: PerempuanAgama: IslamAlamat: Keniten No 66 PonorogoPekerjaan: MahasiswaNo. CM: C326509III. ANAMNESIS(Autoanamnesis pada tanggal 21 Desember 2013 di poliklinik mata RSDK)Keluhan Utama : kedua mata merahRiwayat Penyakit Sekarang :Sejak empat hari yang lalu pasien mengeluh kedua mata merah, lodok (+), penglihatan kabur (-). Keluhan demam (-), batuk pilek (-). Pasien mengeluhkan bahwa banyak teman-teman sekelasnya di kampus yang menderita mata merah seperti ini. Sudah diberi tetes mata eritromisin (eklamisin) 3 X 2 tetes selama dua hari, hari berikutnya diberi tetes mata tiap tiga jam sebanyak 1 tetes. Keluhan tidak berkurang, sehingga pasien memeriksakan diri ke poliklinik mata RSDK.Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat mata merah sebelumnya disangkal Riwayat menggunakan kacamata koreksi disangkal Riwayat alergi disangkalRiwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga pasien yang sakit seperti iniRiwayat Sosial Ekonomi :Pasien adalah seorang mahasiswa yang belum menikah. Biaya pengobatan pasien ditanggung secara pribadi. Kesan social ekonomi pasien cukup

IV. PEMERIKSAANPEMERIKSAAN FISIK ( Tanggal 21 Desember 2013)Status Praesen :Keadaan Umum: BaikKesadaran: KomposmentisTanda vital: Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 84x/menit RR :16x/menit Suhu : 37o CPemeriksaan fisik: kepala : mesosefal nnll preaurikuler: +/+ nnll submandibuler: -/-leher: tidak ada kelainanthoraks : cor : tidak ada kelainan paru : tidak ada kelainanabdomen: tidak ada kelainanekstremitas: tidak ada kelainan

Status Oftalmologi (Tanggal 21 Desember 2013) OD OS

Oculo DexterOculo Sinister

6/6VISUS6/6

Tidak dilakukanKOREKSITidak dilakukan

Tidak dilakukanSENSUS COLORISTidak dilakukan

Gerak bola mata bebas ke segala arahPARASE/PARALYSEGerak bola mata bebas ke segala arah

Tidak ada kelainanSUPERCILIATidak ada kelainan

Edema (-), spasme (-)PALPEBRA SUPERIOREdema (-), spasme (-)

Edema (-), spasme (-)PALPEBRA INFERIOREdema (-), spasme (-)

Hiperemis (+),folikel (+), pseudomembran (-), papil (-)KONJUNGTIVA PALPEBRALISHiperemis (+),folikel (+), pseudomembran (-), papil (-)

Hiperemis (+), sekret (+)KONJUNGTIVA FORNICESHiperemis (+), sekret (+)

Hiperemis (+),injeksi konjungtiva (+), sekret (+) serousKONJUNGTIVA BULBIHiperemis (+), injeksi konjungtiva (+), sekret (+) serous

Tidak ada kelainanSCLERATidak ada kelainan

JernihCORNEAJernih

Kedalaman cukup

CAMERA OCULI ANTERIORKedalaman cukup

Kripte (+)IRISKripte (+)

Bulat, central, regular,d : 3 mm, RP (+) NPUPILBulat, central, regular,d : 3 mm, RP (+) N

JernihLENSAJernih

(+) cemerlangFUNDUS REFLEKS(+) cemerlang

T (digital) normalTENSIO OCULIT (digital) normal

Tidak dilakukanSISTEM CANALIS LACRIMALISTidak dilakukan

V. RESUMESeorang perempuan 21 tahun datang ke poliklinik mata RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan keluhan oculo dextra sinistra hiperemis sejak empat hari yang lalu. Sekret (+) serous, gatal (-), visus turun (-). Keluhan demam (-), batuk pilek (-). Di lingkungan pasien banyak yang menderita kejadian serupa. Sudah diberi tetes mata eritromisin (eklamisin) 3 X 2 tetes selama dua hari, hari berikutnya diberi tetes mata tiap tiga jam sebanyak 1 tetes, namun keluhan tidak berkurang, sehingga pasien memeriksakan diri ke poliklinik mata RSDK.Status praesens: dalam batas normalPemeriksaan fisik: dalam batas normal, tidak ada kelainanStatus Oftalmologi : Oculo DexterOculo Sinister

6/6VISUS6/6

Hiperemis (+),folikel (+), pseudomembran (-), papil (-)KONJUNGTIVA PALPEBRALISHiperemis (+),folikel (+), pseudomembran (-), papil (-)

Hiperemis (+), sekret (+)KONJUNGTIVA FORNICESHiperemis (+), secret (+)

Hiperemis (+),injeksi konjungtiva (+),sekret (+)serousKONJUNGTIVA BULBIHiperemis (+),injeksi konjungtiva (+),sekret (+)serous

VI. DIAGNOSIS BANDINGODS konjungtivitis e.c suspek bakteriODS konjungtivitis e.c suspek virusVII. DIAGNOSIS KERJAODS konjungtivitis e.c suspek virusVIII. TERAPICenfresh ED 6x1 (ODS)Imbos 1x1 tabKompres dinginIX. PROGNOSISODOS

Quo ad visamad bonamad bonam

Quo ad sanamad bonamad bonam

Quo ad vitamad bonam

Quo ad cosmeticamad bonam

X. SARANKontrol 3 hari kemudian untuk evaluasi kondisi pasienXI. EDUKASI Menjelaskan pada pasien bahwa keluhan pada mata pasien karena terdapat infeksi pada selaput bening mata pasien. Menjelaskan pada pasein bahwa kemungkinan penyebab penyakitnya adalah virus. Menjelaskan pada pasien bahwa penyakitnya menular sehingga harus menjaga kebersihan mata dan tangan. Pasien dianjurkan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan mata. Menjelaskan pada pasien untuk mematuhi terapi yang sudah disaraankan dokter. Menjelaskna kepada pasien untuk kontrok kembali 3 hari kemudian untuk evaluasi keadaan pasien. Selama 3 hari tersebut pasien disarankan istirahat yang cukup agar proses penyembuhan dapat berjalan maksimal.XII. DISKUSIA. Anatomi KonjungtivaKonjungtiva merupakan mukosa tipis dan transparan yang menutupi permukaan posterior palpebra dan permukaan anterior sklera. Konjungtiva berfungsi untuk melindungi dan membantu membasahi bola mata terutama kornea. Berbagai macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.Secara klinis, konjungtiva terdiri dari tiga bagian:1. Konjungtiva palpebralis, menutupi permukaan belakang palpebra. Sebagian besar melekat pada tarsus. 2. Konjungtiva bulbi, menutupi bola mata bagian depan kecuali kornea. Terikat secara longgar pada sklera. 3.Konjungtiva forniks merupakan bagian peralihan antara kedua jenis konjungtiva tersebut diatas, dan membentuk lipatan antara palpebra dan bola mata. Lipatan tersebut amat mudah digerakan dari dasarnya sehingga memungkinkan gerakan bola mata yang luas. Banyak mengandung pembuluh darah.(3, 4) Gambar 1. Anatomi konjungtivaKeterangan: 1. Limbus2. Konjungtiva bulbi3. Konjungtiva forniks4. Konjungtiva palpebra5. Punctum lacrimalis6. Margin konjungtivaKonjungtiva mendapat perdarahan dari a.konjungtivalis posterior cabang a.palpebralis dan a.ciliaris anterior. Dilatasi dari masing-masing arteri akan memberi arti diagnostik tertentu. Konjungtiva mendapat persyarafan dari cabang N.V yang berakhir sebagai ujung bebas terutama di daerah konjungtiva palpebralis.(4)B. KonjungtivitisKonjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemis konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata terasa seperti adanya benda asing, dan adenopati aurikuler.Hiperemia adalah tanda konjungtivitis akut yang paling mencolok. Kemerahannya paling jelas di forniks dan makin berkurang ke arah limbus. Epifora sering mencolok pada sekresi air mata yang diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing. Transudasi juga timbul dari pembuluh-pembuluh darah yang hiperemis sehingga menambah jumlah air mata. Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat yang berlapis-lapis dan amorf menandakan konjungtivitis bakteri, sedangkan yang berserabut ditemukan pada konjungtivitis alergika.(3, 5)Klasifikasi konjungtivitis berdasarkan etiologi yaitu:(3)1. Konjungtivitis VirusKonjungtivitis virus adalah suatu penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus. Konjungtivitis virus biasanya disebabkan oleh Adenovirus, Herpes simplek virus (HSV), Varisela (herpes) zooster virus (VZV), moluskum contangiosum, dan Virus New Castle. 2. Konjungtivitis BakteriTerdapat dua bentuk konjungtivitis bakteri: akut (termasuk hiperakut dan subakut) dan kronik. Konjungtivitis bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsung kurang dari 14 hari. Sebaliknya, konjungtivitis hiperakut (purulen) yang disebabkan oleh Nisseria gonorrhoeae atau Nisseria meningitidis dapat menimbulkan komplikasi mata berat bila tidak diobati sejak dini. Konjungtivitis kronik biasanya sekunder terhadap penyakit palpebra atau obstruksi ductusnasolacrimalis. 3. Konjungtivitis JamurPenyebab konjungtiva jamur tersering adalah Candida sp. (biasanya Candida albicans) adalah infeksi yang jarang terjadi, umumnya tampak sebagai bercak putih. Keadaan ini dapat timbul pada pasien diabetes atau pasien yang terganggu sistem imunnya, sebagai konjungtivitis ulseratif atau granulomatosa. Kerokan menunjukkan reaksi radang sel polimorfonuklear. 4. Konjungtivitis AlergiKonjungtivitis alergi merupakan reaksi antibodi humoral terhadap alergen. Biasanya dengan riwayat atopi. Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang (merah, sakit, bengkak, dan panas), gatal, silau berulang dan menahun. Tanda karakteristik lainnya adalah terdapatnya papil besar pada konjungtiva, datang bermusim, yang dapat mengganggu penglihatan. Pengobatan terutama dengan menghindarkan penyebab pencetus penyakit dan memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah yang kemudian disusul dengan kompres dingin untuk menghilangkan edema.

Tabel 1. Gambaran Klinis Konjungtivitis(5)TandaBakterialVirusAlergikToksik

Injeksi konjungtivaMencolokSedangRingan-sedangRingan-sedang

Hemoragi ++--

Kemosis +++/-+++/-

Eksudat Purulen/mukopurulenJarang, airBerserabut, lengket-

Pseudomembran +/-+/---

Papil +/--+-

Folikel -+-+

Nodus preaurikuler-++--

Panus ----

Gatal MinimMinimHebat

Air mataSedangProfuseSedang

Pewarnaan kerokan dan eksudatBakteri, PMNMonositEosinofil

C. Konjungtivitis VirusKonjungtivitis virus dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi Adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan Herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zooster, picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus. Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan dapat menular melalui droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi.(6, 7)Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan etiologinya. Pada keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai demam dan mata seperti kelilipan, mata berair berat dan kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu dijumpai infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan bertahan selama lebih dari 2 bulan. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam. Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes. Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi airmata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi kimosis. (5, 8)Konjungtivitis virus dapat dibedakan dari konjungtivitis bakteri berdasarkan : sekret berair dan purulen terbatas, adanya folikel konjungtiva dan pembesaran kelenjar getah bening preaurikuler, mungkin juga terdapat edema kelopak dan lakrimasi berlebih.(9)

ANALISIS KASUSPasien ini didiagnosis ODS konjungtivitis et causa suspek virus dengan dasar anamnesis dan pemeriksan fisik sebagai berikut :1. Anamnesis Pasien mengeluh kedua mata hiperemis. Sekret (+) serous, gatal (-), penglihatan kabur (-). Demam (-), batuk pilek (-).2. Pemeriksaan Oftalmologis (ODS) Tidak ditemukan penurunan visus Palpebra superior dan inferior tidak didapatkan edema dan spasme Konjungtiva palpebra hiperemis (+), folikel (+) Konjungtiva fornices didapatkan hiperemis (+) Konjungtiva bulbi didapatkan hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+), min sekret serous (+). Pada pemeriksaan funduskopi didapatkan fundus reflek (+) cemerlang.3. Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan fisik didapatkan hasil semua dalam batas normal, tidak ada kelainan.Pada kasus ini diberikan terapi Cenfresh ED 6x1 (ODS) untuk terapi konjungtivitis agar mengurangi keluhan akibat inflamasi . Pemberian Imbos 1x1 tab untuk meningkatkan daya tahan tubuh dikarenakan pada pasien yang menderita infeksi karena virus membutuhkan daya tahan tubuh yang baik untuk dapat memperlancar proses penyembuhan / self limiting.

DAFTAR PUSTAKA1.Anatomic-Fisiologi-Konjungtiva. 2013.2.Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi. 3 ed. Jakarta: EGC; 2009.3.Vaughan D. Oftalmologi Umum. 14 ed. Jakarta: Widya Medika; 2000.4.Anatomi. Organa Sensuum. Semarang: FK Undip; 2010.5.Ilyas S. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2000.6.Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. 3 ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005.7.Scott I. Viral Conjunctivitis. Available. 2013:http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview.8.Prevention CfDCa. Conjuntivitis (Pink Eye). 2013:http://www.webmd.com/eye-health/eye-health-conjunctivitis.9.Bruce james Cc, Anthony Bron. Oftalmologi. 9 ed: Erlangga; 2006.

8