View
51
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
5/20/2018 Kasus butuh asesmen
1/21
PSIKOSOMATIS, SEHAT TAPI MERASA SAKIT
Jumat, 24 Juli 2009 | 14:21 WIB
KOMPAS.com Anda adalah apa yang Anda pikirkan. Pendapat itu ada
benarnya. Banyak keluhan atau penyakit yang berawal dari beban pikiran. Salah
satunya bisa menimbulkan gangguan psikosomatis. Berdasarkan data dari
Departemen Penyakit Dalam FKUI, 15-30 persen orang meninggal dunia karena
gangguan psikosomatis di Jakarta. Contoh gangguan psikosomatis seperti yang
dialami Heru. Pria 38 tahun ini dirujuk ke Poli Jiwa dan Poli Penyakit Dalam
dengan keluhan maag dan sakit di dada. Keluhan makin terasa menyiksa ketika
obat maag dari dokter tidak lagi mempan mengatasi nyeri lambungnya. Setelah
dilakukan pemeriksaan menyeluruh tidak ditemukan gangguan pada karyawan
yang hobi bermain saham ini. Ahli penyakit dalam menduga Heru mengalami
gangguan psikosomatis dan merujuknya ke bagian jiwa. Dari hasil wawancara,
diketahui Heru selalu memikirkan sahamnya dan takut kehilangan uang tersebut.
Ia memiliki latar belakang keluarga yang pas-pasan, sehingga uang sangat berarti
baginya. Beban pikiran itu bermanifestasi menjadi keluhan fisik berupa nyeri
lambung.
Akibat Pikiran
Dijelaskan oleh psikolog Roslina Verauli, MPsi, dari RS Pondok Indah, Jakarta,
gangguan psikosomatis adalah kondisi psikologis dan emosional yang
menimbulkan gangguan fisik. Dalam ilustrasi kasus di atas, perasaan takut
kehilangan uang memengaruhi kondisi tubuh Heru. Gangguan psikosomatis harus
dibedakan dengan perasaan grogi atau demam panggung. Grogi hanya
menyebabkan perasaan tidak nyaman sesaat, yaitu ketika kejadian yang membuat
grogi sedang berlangsung. Ciri khas gangguan psikosomatis adalah adanya
keluhan fisik yang berulang dalam jangka waktu lama, meski secara diagnosis
pasien dinyatakan baik-baik saja. Tak hanya lambung, seluruh organ tubuh bisa
kena imbasnya. Bahkan, pada kasus gangguan psikosomatis yang berat, pasien
bisa mengalami kebutaan, masalah kelamin, atau masalah seksual seperti susah
ereksi dan ejakulasi. "Ini yang disebut pseudoneurogical, tahap di mana beban
5/20/2018 Kasus butuh asesmen
2/21
pikiran memengaruhi saraf tubuh," katanya. Penyebab gangguan psikosomatis,
tambah Vera, adalah beban pikiran yang tidak bisa keluar atau disalurkan.
Contohnya, karena si pasien tidak punya teman untuk curhat, sehingga
menyimpan beban pikirannya. Gangguan psikosomatis ini paling sering terjadi
pada usia awal 30-an. Anak-anak bisa terhindar dari gangguan ini karena belum
memiliki beban pikiran seperti orang dewasa. Selain obat, pasien psikosomatis
harus diberi psikoterapi yang bertujuan untuk menggali masalah psikologis yang
tersembunyi. Dengan harapan setelah masalahnya dihilangkan, keluhan fisik
pasien turut hilang. (Michael)
PSIKOSOMATIK BUKAN PENYAKIT MEDIS BIASA
dr Andri SpKJ - detikHealth Selasa, 28/08/2012 12:19 WIB
Jakarta, Orang masih sering banyak yang bertanya kepada saya apa sebenarnya
yang dimaksud psikosomatik. Bahkan mahasiswa saya yang belum mengikuti
kuliah khusus di topik ini pun sering bertanya apa yang ditangani pada pasien
psikosomatik. Orang juga sering bertanya apa benar ada hubungan antara
gangguan jiwa dengan terjadinya gangguan medis. Psikosomatik sebenarnya lebih
merujuk pada suatu kondisi keluhan fisik (somatik) yang disebabkan karena faktor
psikologis. Psikosomatik bisa dijelaskan secara rinci namun juga bisa dijelaskan
secara sederhana. Apa yang menjadi keluhan pasien yang merupakan keluhan
fisik disebabkan karena mekanisme sistem otak yang terkait dengan sistem saraf
otonom, sistem hormonal di otak (neuroendokrin) dan juga sistem kimiawi otak
(kerja neurotransmitter). Jadi keluhan fisik itu tidak muncul tiba-tiba dan bisa
dijelaskan dengan gamblang melalui mekanisme sistem di otak manusia. Tidak
heran keluhan-keluhan fisik pada pasien yang mengalami psikosomatik biasanya
sering kali mengenai 4 sistem yang berkaitan dengan kerja sistem saraf otonom
yaitu sistem jantung dan pembuuh darah, sistem pencernaan, sistem pernapasan
dan satu lagi yang tidak berkaitan adalah sistem muskuloskeletal (otot dan
rangka). Empat tahun mendirikan klinik psikosomatik khusus yang menangani
kasus-kasus psikosomatik membuat saya berkesempatan menangani berbagai
macam kasus psikosomatik yang tingkatan keluhannya dan lamanya berbeda-
5/20/2018 Kasus butuh asesmen
3/21
beda. Karakter pasien yang cemas dan mengalami banyak keluhan fisik adalah
yang paling menonjol. Beberapa contoh kasus yang menarik misalnya :
Kasus I
Seorang laki-laki usia 40-an mengeluh dadanya sering terasa tidak nyaman,
kadang seperti dicubit-cubit. Pasien juga suka mengatakan dirinya sering timbul
perasaan melayang. Kesemutan dan terasa dingin di ujung-ujung kaki. Kalau
berada di keramaian sering merasa ingin pingsan. Pasien sudah mengalami hal ini
sejak 6 bulan sebelum memeriksakan diri ke saya. Pasien sebelumnya sudah
memeriksakan dirinya ke berbagai macam spesialis dan menjalani berbagai
macam tes sampai CT-Scan jantung (MSCT) namun semua hasilnya baik.
Kasus 2
Seorang wanita usia 35 tahun yang telah 2 tahun ini merasa keluhan pegal-pegal
dan nyeri di sekitar otot punggung. Pasien juga sering merasa was-was jika berada
sendirian di rumah. Sering timbul keluhan-keluhan tidak nyaman di perut yang
hilang timbul. Sudah memeriksakan ke berbagai dokter spesialis dan dilakukan
pemeriksaan namun hasilnya baik-baik saja. Salah satu hal yang biasanya dialami
oleh pasien-pasien psikosomatik adalah mereka sering kali melakukan
pemeriksaan ke banyak dokter dan melakukan tes-tes yang bermacam-macam
untuk membuktikan hal apa yang mendasari keluhan fisiknya. Sayangya sering
kali hal yang didapat tidak memuaskan pasien. Dengan sistem pembayaran yang
kebanyakan ditanggung sendiri, pasien sering kali harus mengeluarkan uang yang
tidak sedikit untuk melakukan berbagai macam pemeriksaan itu. Seringkali juga
mempunyai banyak obat yang diresepkan oleh dokter-dokter yang dikunjungi
sehingga sering membuat pasien bingung sendiri. Selain itu juga pasien sering
mengalami kesulitan untuk bekerja optimal dalam kehidupan sehari-hari. Inilah
mengapa sebenarnya keluhan psikosomatik sangat membebani secara ekonomi
dan kualitas hidup.
Psikosomatik Bisa Disembuhkan
5/20/2018 Kasus butuh asesmen
4/21
Walaupun kesannya penyakit kronis, sebenarnya psikosomatik bisa disembuhkan.
Hal yang perlu dipahami dulu adalah bahwa dasar dari kondisi psikosomatik ini
adalah gangguan kejiwaan yang biasanya adalah gangguan cemas dan depresi.
Dokter mengobati penyakitnya bukan keluhannya saja. Inilah mengapa
sebenarnya pasien harusnya diobati gangguan dasarnya bukan hanya diberikan
obat-obat untuk meringankan keluhannya. Kalau hanya diberikan obat-obat untuk
meringankan keluhannya saja, maka kondisi ini tidak akan mendapatkan
perbaikan yang diinginkan. Selain obat, pasien juga akan diajarkan bagaimana
cara mengatasi keluhan-keluhan yang berkaitan dengan psikosomatiknya. Pasien
akan diajak memahami bagaimana kondisi psikosomatik bisa terjadi padanya dan
bagaimana mengatasi kondisi-kondisi stres kehidupan yang terkait dengan
keluhan psikosomatiknya. Penanganan yang menyeluruh dan paripurna akan
membuat keluhan psikosomatik bisa disembuhkan. Salam Sehat Jiwa.
Penulis
dr Andri, SpKJ
Psikiater Psikosomatik Medis
Anggota The Academy of Psychosomatic Medicine
Anggota The American Psychosomatic Society
Anggota The European Association of Psychosomatic Medicine
Klinik Psikosmatis RS Omni Alam Sutra Jakarta
Mengajar Psikiatri di Fakultas Kedokteran UKRIDA
5/20/2018 Kasus butuh asesmen
5/21
Kasus KDRT, Dua Anak dan Mantan Istri Jenderal Lapor ke Mabes Polri
http://poskotanews.com/2012/05/25/kasus-kdrt-dua-anak-dan-mantan-istri-
jenderal-lapor-ke-mabes-polri/
JAKARTA (Pos Kota) Dua orang anak dan mantan istri dari satu jenderal
polisi melaporkan suaminya Y, ke Bareskrim Mabes Polri terkait kasus
penganiayaan. Brigjen Pol Y sendiri diketahui berdinas di Badan Intelejen Negara
(BIN).
Kedua anak tersebut yakni, AI, BA dengan didampingi ibunya Anita Agnes lapor
ke Bareskrim Polri, Kamis 24 Mei sore.
Karo Penmas Mabes Polri, Brigjen M Taufik membenarkan kemarin ada laporan
dari seorang wanita bersama dua anaknya terkait kasus kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT).
Betul, kemarin Istri bernama Anita melaporkan suaminya karena persoalan
rumah tangga, kata M Taufik, Jumat, (25/5/2012).
Ia juga mengatakan jika persoalan yang dilaporkan adalah persoalan internal
keluarga mereka. Sehingga pihaknya tidak mau membeberkannya.
Dimana dia bertugas tidak bisa disebutkan, ini kan masih proses masih perlu
pemeriksaan lebih lanjut, ungkapnya.
Sementara itu, AI salah satu anak Y mengaku sejak tahun 2004 dilakukan
penganiayaan di rumahnya komplek Polri Ampera Jaksel. Sebab sejak pisah
dengan ibunya tahun itu tidak boleh berhubungan dengan sang ibu.
Tidak boleh telephone maupun berkomunikasi dengan ibu setelah cerai dengan
ayah, jika ketahuan dipukul, kata AI.
5/20/2018 Kasus butuh asesmen
6/21
Ia juga mengatakan ayahnya sering memukul dengan gantungan kunci, besi
maupun ditendang pakai sepatu.
Sementara laporan mereka sendiri resmi masuk ke Bareskrim dengan nomor
laporan TBL/213/5/2012/Bareskrim. Pasal yang digunakan adalah terkait
kekerasan dalam rumah tangga, pasal 44 dan 45 UU RI No 23 tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
(adin/sir)
Lakukan KDRT, Mantan Kapolres Garut Diadukan ke Kapolri
http://poskotanews.com/2012/12/08/lakukan-kdrt-mantan-kapolres-garut-
diadukan-ke-kapolri/
JAKARTA (Pos Kota) Mantan Kapolres Garut AKBP Enjan Hasan Kurnia
dilaporkan mantan istrinya, Masnawati Masud ke Bareskrim Polri dan ke Propam
Polri. Ia dituduh telah melakukan penyiksaan terhadap anak dan tindak kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT).
Masnawati yang datang didampingi kuasa hukumnya Tika Bisono membuat
laporan Nomor : LP/951/XII/2012/Bareskrim. Menurut Tika Bisono, kedatangan
Misnawati ke Mabes Polri untuk melaporkan tentang penyiksaan anak dan juga
KDRT oleh mantan suaminya yang kebetulan mantan Kapolres Garut.
Selain ke Bareskrim juga akan ke Propam dan Kanit Pelayanan Perempuan dan
Anak (PPA) juga, jelas Tika Bisono.
Kasus yang menimpa Masnawati terjadi sejak tahun 2008. Namun baru berani
melaporkan kasus tersebut ke Mabes Polri karena korban mengalami trauma.
5/20/2018 Kasus butuh asesmen
7/21
Korban juga sempat dipenjarakan atas laporan suaminya dengan tuduhan
perusakan dan penggelapan kendaraan pada tahun 2010, ungkapnya.
Sementara itu pengakuan Masnawati, dirinya memang mengalami tekanan dan
terus difitnah.Saya dibilang sakit jiwa tidak bisa mengasuh anak dan saat
diceraikan secara kedinasan tidak sesuai dengan prosedur semestinya, kata
Masnawati sambil meneteskan air mata.
Untuk itu ia meminta kepada Kapolri untuk menindak anak buahnya yang
semena-mena terhadap keluarga.Saya mohon kepada Bapak Kapolri untuk
menindak anggotanya yang telah menyakiti saya, jelas Masnawati, sambil
menyebutkan bahwa dirinya berumah tangga dengan Enjan selama 13 tahun.
(Adin)
5/20/2018 Kasus butuh asesmen
8/21
Seorang ibu, Rehema, mengutarakan bagaimana putrinya, Inaya,
dibully saat pindah ke sekolah baru di London dari Prancis pada tahun
2005, ketika itu usia Inaya tiga belas tahun. Untuk membantu Inaya,
sekolah menugaskan seorang sukarelawan asisten pembelajaran berbahasa
Prancis. Rehema yang merasa diyakinkan dengan kesediaan pihak sekolah
untuk menolong putrinya dengan adanya bantuan tersebut pun berpikir
bahwa kepindahan mereka bisa berjalan lancar sampai ketika ia menyadari
bahwa putrinya dibullydi sekolah oleh sekelompok siswi, Karena alasan
tertentu, sekelompok siswi memutuskan bahwa ia (Inaya red) tidak
cukup keren untuk diajak bergaul... sampai hari ini pun, saya tidak tahu
mengapa. Barangkali terdapat banyak alasan untuk hal ini. Selain itu, saya
pikir saya tidak memberikan cukup perhatian padanya di saat saya sendiri
sibuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru. Ia berusaha untuk
membiasakan diri dengan lingkungan barunya dan menjadi sangat
pendiam. Siswi-siswi lainnya akan menganggap bahwa ia sombong. Sikap
malu-malunya disalahartikan...
Rehema juga menyatakan bahwa mungkin terdapat banyak
perubahan yang harus dihadapi oleh putrinya: bahasa baru untuk
dipelajari, sekolah baru, dan keharusan untuk menemukan teman baru,
London mungkin terasa menakutkan baginya karena sebelumnya kami
tinggal di kota kecil di mana semua orang saling mengenal. Pada suatu
waktu ia pernah dipanggil bounty (berlagak seperti orang berkulit putih
padahal berkulit hitam red). Sekelompok siswi ini pun memulai sebuah
kompetisi tentang berapa banyak lelucon yang dapat mereka buat dengan
kata bounty di dalamnya. Tidak ada orang di kelasnya yang benar-benar
berbicara padanya.
5/20/2018 Kasus butuh asesmen
9/21
Studi Kasus ALTER-JANE
Dari sudut pandang Psikologi Klinis
http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Klinis/2141/Studi-Kasus-
ALTER-JANE/
Jane Deviyanti Hadipoespito (21) diliputi rasa duka. Pasalnya sang suami,
Alterina Hofan (32), lelaki transgender akhirnya meringkuk di tahanan lantaran
dituduh memalsukan identitas. Tak kurang akal, gadis tuna rungu ini membuat
Gerakan Peduli Alter dan Jane di situs jejaringsosialFacebook. Dukungan kini
mencapai hampir 2 ribu orang.(sumber: www.tabloidnova.com)
Berdasarkan berita, diketahui bahwa Alterina Hofan (32) mengidap syndrom
klinefelter yang sedari kecil dianggap sebagai seorang perempuan, tetapi
kemudian ia mengubah status identitas gendernya menjadi seorang pria.
Sedangkan Jane Deviyanti Hadipoespito (21) adalah seorang wanita tuna rungu,
putri dari CEO Universitas Binus, yang telah menjadi istri dari Alterina Hofan.
Penyebab kasus dari Alter-Jane adalah berasal dari orangtua Jane. Berdasarkan
laporan orangtua Jane yang pada awalnya melaporkan bahwa Alter menculik Jane,
tetapi kemudian di ubah setelah mengetahui bahwa Jane adalah istri sah Alter.
Laporan kemudian di ubah menjadi laporan dengan tuntutan pelanggaran Pasal
266 KUHP tentang Pemalsuan Identitas dalam Akta Otentikjuncto Pasal 263
KUHP dan Pasal 378 KUHP tentang Penipuan. Orang tua Jane dalam hal ini ibu
http://psikologi.psikomedia.com/Psikologi/6/Psikologi-Sosial/http://psikologi.psikomedia.com/Psikologi/6/Psikologi-Sosial/http://psikologi.psikomedia.com/Psikologi/6/Psikologi-Sosial/http://psikologi.psikomedia.com/Psikologi/6/Psikologi-Sosial/5/20/2018 Kasus butuh asesmen
10/21
Jane yang bernama Grace yang menyatakan bahwa Alter melakukan pemalsuan
keterangan gender dalam akta otentik.
Dalam kasus ini, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan oleh psikolog klinis
dalam membuat evaluasi dan rekomendasi untuk membantu penyelesaian
perselisihan antara orangtua Jane dan pasangan pasangan Alter dan Jane.
INTERVENSI
Berdasarkan pemaparan kasus yang sesuai dengan pemberitaan di media massa,
psikolog klinis dapat menempatkan dirinya dalam areaLaw Enforcement
Psychology yaitu dimana dalam area ini psikolog klinis secara langsung
mendukung agensi yaitu seperti menyediakan intervensi krisis untuk polisi dengan
membantu polisi menanyakan saksi mata untuk meningkatkan rekoleksi polisi
mengenai tindakan kriminal.
Hal-hal yang dapat dilakukan yaitu:
1. Menggali informasi mengenai awal kelahiran Alter dari pihak kedokteran
dan pihak-pihak yang menangani kelahiran Alter. Untuk mengetahui
bagaimanakah kronologis ketika Alter lahir. Apakah Alter lahir dengan
ciri kelamin perempuan atau kah pihak kedokteran yang menangani
kelahiran Alter pun mengalami kebingungan atas kelamin Alter karena
ciri kelamin Alter tidak biasa yang disebut syndrome klinifelter?
2. Menginterview ibu Alter untuk mengetahui tentang latar belakang, historis
kehidupan kedua orang tua Alter dan kehidupan semasa di Papua.
5/20/2018 Kasus butuh asesmen
11/21
3.
Menginterview ibu Alter dan pihak-pihak yang memiliki kaitan dengan
diubahnya identitas kelamin pada surat-surat Akta dan KTP seperti yang
dituduhkan ibu Jane. Seperti pihak kelurahan yang mengubah dan pihak-
pihak terkait lainnya. Juga menginterview ibu Jane untuk mengetahui
kronologis yang terjadi hingga akhirnya ibu Jane menyetujui dan membuat
permohonan pengubahan identitas Alter.
4. Menginterview kedua orangtua Jane untuk mengetahui latar belakang,
historis dan yang menyebabkan kedua orangtua Jane melaporkan
menantunya (Alter) hingga Alter harus mendekap dalam penjara.
5.
Melakukan pemeriksaan Forensik pada Alter yang dilakukan pihak diluar
keluargaJane dan pasangan Alter Jane. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
manipulasi terhadap hasil pemeriksaan forensic tersebut oleh pihak
siapapun. Sehingga untuk hal yang berhubungan dengan pemeriksaan
forensik mengenai kejelasan kelamin Alter dan jika memang Alter benar
memiliki gangguan yang dalam hal ini disebutkan sebagai syndrome
klinifelter ada kejelasan yang pasti dan tidak tumpang tindih seperti yang
saat ini terjadi.
6.
Melakukan interview dan assessment lainnya khususnya pada kedua
orangtua Jane dan juga pada ibu Jane.
7. Melampirkan tes psikologi yang menunjukkan bahwa orientasi seksual
Alter memang memiliki gender sebagai pria (maskulin) bukan wanita
(feminim) dengan alat yang valid dan reliabel
http://psikologi.psikomedia.com/Psikologi/33/Psikologi-Keluarga/http://psikologi.psikomedia.com/Psikologi/33/Psikologi-Keluarga/http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Umum-&-Eksperimen/2066/Psikologi/http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Umum-&-Eksperimen/2066/Psikologi/http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Umum-&-Eksperimen/2066/Psikologi/http://psikologi.psikomedia.com/Psikologi/33/Psikologi-Keluarga/5/20/2018 Kasus butuh asesmen
12/21
8.
Melampirkan tes psikologi yang valid dan reliabel yang dapat
menunjukkan bahwa Alter adalah seorang yang normal
9. Melampirkan konsekuensi-konsekuensi (faktor eksternal dari lingkungan)
yang akan di alami Alter bila ia mengubah status gendernya dari
perempuan menjadi laki-laki ketika ia masih anak-anak
10. Dengan memberikan pada pengadilan lampiran bukti-bukti hasil tes dari jenis
kelamin alter dari rumah-rumah sakit yang berbeda yang menunjukkan bahwa ia
berkelamin pria dalam syndrom Klinefelter
11. Melampirkan kasus-kasus yang mirip dengan Alter dan berhasil
memenangkan persidangan
12. Melampirkan UU yang mengatur atau memperbolehkan seseorang dengan
kelainan fisik akibat bawaan lahir (sindrom kinefelter) untuk mengobati
kelainannya guna melangsungkan kehidupannya
Dari uraian hal-hal dan saran-saran yang mungkin dapat dilakukan oleh psikolog
klinis dalam areaLaw Enforcement Psychology, sedangkan dalam pengadilan
seorang psikolog klinis dapat berperan dalam kegiatan The Experts Witness (saksi
ahli). Disini psikolog klinis menjabarkan kompetensi-kompetensi Alter sebagai
pasien dengan syndrom Klinefelter mendapatkan hak-haknya untuk mendapatkan
treatment yang dapat membuatnya sembuh atau sekurang-kurangnya membaik
baik fisik dan psikis. Dan menjelaskan mengapa Alter berprilaku mengubah
identitas gendernya di saat dewasa dan bukan di saat anak-anak. Dan penjelasan
http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Umum-&-Eksperimen/2066/Psikologi/http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Umum-&-Eksperimen/2066/Psikologi/http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Umum-&-Eksperimen/2066/Psikologi/5/20/2018 Kasus butuh asesmen
13/21
tersebut di uraikan dengan menggunakan pengetahuan teoripsikologiyaitu seperti
dengan menggunkan teori dari Deutsch & Krauss, 1965) tentang level of
aspiration. Teori ini menyatakan bahwa keinginan seseorang melakukan tindakan
ditentukan oleh tingkat kesulitan dalam mencapai tujuan dan probabilitas
subyektif pelaku apabila sukses dikurangi probabilitas subjektif kalau gagal.
Teori ini dapat dirumuskan dalam persama seperti berikut:
V = (Vsu X SPsu)(Vf X SPf)
Dimana:
V = valensi = tingkat aspirasi seseorang
su= succed = suksesf = failure = gagal
SP= subjective probability
Dan menjelaskan kondisi Alter dengan menggunakan pendektaan Teori Kognitif
yaitu tindakan yang dilakukan Alter mengganti identitas adalah normal dan bukan
bentuk penyimpangan ataupun upaya transgender. Psikolog dapat menguraikan
hal-hal dan upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh seorang penyimpang yang
berniat kriminalitas dan membandingkan prilaku tersebut dengan prilaku Alter
yang normal. Dimana normal dalam arti ini adalah setelah disesuaikan dengan
kondisi eksternal (lingkungan) dan internal Alter.
Demikian hal-hal dan upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh seorang psikolog
klinis dalampsikologiforensik.
http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Umum-&-Eksperimen/2066/Psikologi/http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Umum-&-Eksperimen/2066/Psikologi/http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Umum-&-Eksperimen/2066/Psikologi/http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Umum-&-Eksperimen/2066/Psikologi/http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Umum-&-Eksperimen/2066/Psikologi/http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Umum-&-Eksperimen/2066/Psikologi/http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Umum-&-Eksperimen/2066/Psikologi/http://psikologi.psikomedia.com/read/Psikologi-Umum-&-Eksperimen/2066/Psikologi/5/20/2018 Kasus butuh asesmen
14/21
Referensi:
http://forum.psikologi.ugm.ac.id/index.php?topic=56.0;wap2
http://d-tarsidi.blogspot.com/2009/03/psikologi-forensik.html
http://aldiavanza.blogspot.com/2010/04/psikologi-forensik.html
www.kompas.com
www.tabloidnova.com
http://www.tabloidnova.com/http://www.tabloidnova.com/http://www.tabloidnova.com/5/20/2018 Kasus butuh asesmen
15/21
Contoh kasus:
Gank siswi SMAN 70 Bulungan, Jakarta Selatan, terlibat kasus bullyingterhadapadik kelasnya, Nova Yuma Shanti Alias Via hingga harus menjalani pemeriksaan
di Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
Mereka dipanggil untuk diperiksa sebagai saksi. Ketiga siswi yang dipanggil
tersebut, yakni Dinar Amanda Trianti, Euodia Josephine Romauli, dan Arvie
Amanda Lubis. Mereka baru pertama kali ini menerima panggilan polisi untuk
diperiksa terkait kasus pengeroyokan dan penganiayaan yang dialami Via.
Penyidik memintai keterangan terhadap 12 orang saksi termasuk Via dan guru
yang menyaksikan kejadian itu. Penyidik juga sudah memiliki surat hasil visum
yang menyebutkan ada luka memar di bagian perut Via.
Dari hasil pemeriksaan 12 saksi, penyidik menduga kuat ketiga siswi yang baru
lulus kemarin itu melakukan tindak pidana pengeroyokan dan penganiayaan. Atas
tindakan tersebut ketiganya terancam pasal 170 tentang pengeroyokan.
Via, siswi kelas 1 SMA Negeri 70 Bulungan yang melaporkan kasus bullying
yang dialaminya itu mengaku sempat diintimidasi lewat SMS oleh teman-teman
kelasnya. SMS tersebut sangat menakutkan berisi pesan ancaman, katanya, awas
Via, nanti kamu diadili luh terus ada juga SMS bunyinya, hati -hati nanti ada
pergerakan anti-Via. Diduga ini perbuatan dari kakak kelas Via.
Kasus dugaan kekerasan yang dilakukan tiga siswi SMAN 70 Bulungan ini
ditangani Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Direktorat Reserse
Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
Bayu Prasetyo, penasehat hukum Via, mengatakan, sejak kejadian itu Via masih
trauma dan takut jika pergi ke sekolah. Alasannya karena Via kerap mendapat
tekanan. Ketika ditanya apakah keluarga Via setuju jika pihak ketiga terlapor yang
diduga menganiaya Via mengajak damai? Dengan tegas Rima, Ibunda Via
menolaknya.
Seperti diberitakan, Via dianiaya oleh tiga kakak kelasnya di kantin sekolah.
Penyebabnya sepele, Via tidak memakai kaus dalam atau singlet. Via mengaku
diintimidasi oleh tiga seniornya kelas 3. Dia juga mengaku mendapat kekerasan.
(sumber:http://indonesiaindonesia.com/f/81254-berita-seputar-dunia-pendidikan/)
Analisis Kasus:
Bullying
Menurut Dan Olweus, Author of Bullying at School Bullying Bisa dibagi menjadi
dua bagian besar yaitu :
http://indonesiaindonesia.com/f/81254-berita-seputar-dunia-pendidikan/http://indonesiaindonesia.com/f/81254-berita-seputar-dunia-pendidikan/http://indonesiaindonesia.com/f/81254-berita-seputar-dunia-pendidikan/http://indonesiaindonesia.com/f/81254-berita-seputar-dunia-pendidikan/5/20/2018 Kasus butuh asesmen
16/21
1. Direct bullying : intimidasi secara fisik, verbal.
2. Indirect Bullying: isolasi secara sosial.
Korban bullying atau victim adalah seseorang yang berulangkali mendapatkan
perlakuan agresi dari kelompok sebaya baik dalam bentuk serangan fisik, atau
serangan verbal, atau bahkan kekerasan psikologis.
Bully atau pelaku bullying adalah seseorang yang secara langsung melakukan
agresi baik fisik, verbal atau psikologis kepada orang lain dengan tujuan untuk
menunjukkan kekuatan atau mendemonstrasikan pada orang lain. Kebanyakan
perilaku bullying berkembang dari berbagai faktor lingkungan yang kompleks.
Tidak ada faktor tunggal menjadi penyebab munculnyabullying. Faktor penyebab
antara lain:
1. Faktor keluarga
2. Faktor sekolah
3.
Faktor kelompok sebaya
Agresi
Agresi adalah perilaku non verbal maupun verbal yang diniatkan untuk melukai
objek atau korban sasaran agresi untuk merugikan orang lain. Agresi juga
merupakan perilaku yang dimaksudkan menyakiti orang lain, baik secara fisikmaupun psikis.
Bentuk agresi dan contoh agresi :
Bentuk Agresi Contoh
Fisik, aktif, langsung Menikam, memukul, atau menembak orang lain
Fisik, aktif, tak langsungMembuat perangkap untuk orang lain, menyewa seorang
pembunuh untuk membunuh.
Fisik, pasif, langsungSecara fisik mencegah orang lain memperoleh tujuan atau
tindakan yang diinginkan (seperti aksi duduk dalam demonstrasi)
Fisik, pasif, tak langsung Menolak melakukan tugas-tugas yang seharusnya
Verbal, aktif, langsung Menghina orang lain
Verbal, aktif, tak langsung Menyebarkan gossip atau rumor jahat tentang orang lain
Verbal, pasif, langsungMenolak berbicara kepada orang lain, menolak menjawab
pertanyaan, dll
5/20/2018 Kasus butuh asesmen
17/21
Verbal, pasif, tak langsung
Tidak mau membuat komentar verbal (misal: menolak berbicara
ke orang yang menyerang dirinya bila dia dikritik secara tidakfair)
Kasus Bullying yang dialami oleh Via adalah bagian dari Direct bullying, yaitu
intimidasi secara fisik, verbal. Dan merupakan salah satu bentuk perilaku agresi
secara fisik, aktif dan langsung. Karena dalam kasus ini, pelaku yang melakukan
bullying telah memukul yang mengakibatkan luka memar di bagian perut si
korban. Dan juga dilakukan secara verbal karena si pelaku mengancam lewat sms
dengan tujuan mengintimidasi si korban sehingga timbul rasa trauma dan takut
untuk pergi ke sekolah. Dalam kasus bullying ini terdapat jenis agresi rasa benci
atau agresi emosi ,dimana si pelaku mengungkapkan rasa marahnya dengan emosiyang tinggi hingga memukul dan tidak memikirkan dampak dari perbuatannya.
Kasus Bullying dan Perilaku Agresi
5/20/2018 Kasus butuh asesmen
18/21
PENDIDIKAN
Anakku Sulit Membaca, Apakah Menderita Dyslexia?
Oleh : Ismira Dewi | 06-Jul-2008, 22:30:49 WIB
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&jd=Anakku+Sulit+Membaca
%2C+Apakah+Menderita+Dyslexia%3F&dn=20080706213933
KabarIndonesia - Pada suatu ketika ada seorang ibu yang mengeluhkan tentang
perilaku anaknya, sebut saja Rudi. Rudi adalah seorang anak kelas 2 SD yang saat
ini tidak ingin sekolah lagi. Nilai yang diperoleh Rudi semakin menurun
dibanding sebelumnya. Rudi juga enggan mengerjakan PR bahasa Indonesia yang
diberikan oleh gurunya dengan alasan bosan dan sudah bisa. Dengan penuh
kesabaran ibunya membujuk Rudi untuk mengerjakan soal bahasa Indonesianya
itu, sebelum menjawab pertanyaan yang tersedia ibu meminta Rudi untuk
membaca cerita pendek yang ada pada buku pegangan miliknya. Namun betapa
kaget dan shock ibunya saat mengetahui bahwa Rudi masih mengeja satu persatu
huruf dari cerita pendek tersebut. Kemudian ibunya pun mendatangi gurunya dan
menanyakan keadaan Rudi jika disekolah. Gurunya menjelaskan bahwa Rudi
adalah siswa yang patuh, dan selalu memperhatikan guru saat diberi penjelasan.
Namun Rudi sering terlihat malas dan tidak mau mengerjakan terutama saat
pelajaran bahasa, mencongak atau membaca.
Saat ini ibunya merasa kebingungan atas apa yang terjadi pada anaknya. Diantara
kebingungannya, sang ibu kemudian membawa Rudi ke seorang Psikolog dan
menemukan jawabannya bahwa Rudi mengalami Disleksia. Dari contoh kasus
tersebut diatas merupakan suatu persoalan yang sering dialami oleh orangtua.
Tidak jarang pula orangtua mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi
persoalan yang sedang menimpa anaknya. Permasalahan anak di sekolah banyak
disebabkan karena anak mengalami kesulitan dalam hal belajar. Anak dengan
permasalahan belajar biasanya mempunyai permasalah yang khusus yakni
mengalami kesulitan membaca, sedangkan inteligensinya normal dan tidak
mempunyai penyimpangan lain (Mnks, F.J., 2002).
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&jd=Anakku+Sulit+Membaca%2C+Apakah+Menderita+Dyslexia%3F&dn=20080706213933http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&jd=Anakku+Sulit+Membaca%2C+Apakah+Menderita+Dyslexia%3F&dn=20080706213933http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&jd=Anakku+Sulit+Membaca%2C+Apakah+Menderita+Dyslexia%3F&dn=20080706213933http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&jd=Anakku+Sulit+Membaca%2C+Apakah+Menderita+Dyslexia%3F&dn=20080706213933http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&jd=Anakku+Sulit+Membaca%2C+Apakah+Menderita+Dyslexia%3F&dn=200807062139335/20/2018 Kasus butuh asesmen
19/21
Kesulitan dalam belajar yang dialami oleh anak biasanya disebabkan karena
disleksia. Hambatan membaca atau dyslexia didefinisikan sebagai suatu type
gangguan belajar dimana anak gagal menguasai berbagai proses dasar, seperti
mengenali huruf dan memadukan suara, meskipun secara intelegensi cukup dan
kesempatan pendidikan telah terpenuhi. Disleksia lebih disebabkan karena
terdapat perbedaan dalam cara otak memproses kalimat terutama yang bekenaan
dengan bunyi, simbol, dan makna. Membaca merupakan proses yang sangat
kompleks yang melibatkan berbagai fungsi kognitif, antara lain meliputi:
perhatian, konsentrasi, kemampuan menggabungkan antara modal-modal sensori
dan juga berbagai subskill serta kemampuan-kemampuan lain, seperti: kesadaran
phonology (kesadaran pada diri dan karakteristik bunyi kata), rapid decoding
(mengeja cepat), pemahaman verbal, dan intelegensi umum (Sattler, J. 1988).
Anak dengan hambatan membaca atau disleksia mengalami kesulitan dalam
mengenal kata yang mereka baca. Adanya penurunan dari permasalahan ingatan,
namun lebih termanifestasi pada penurunan bahasa dan penurunan proses
fonologi. Pada intinya anak yang mengalami hambatan dalam membaca, memiliki
masalah dalam mengenal kata yang mereka baca, menempatkan berbagi fonem
(suara dasar pada akhir kata), serta mengingat kata yang telah dipelajari
sebelumnya (Kearney, 2006).
Adapun beberapa ciri yang dapat dijadikan acuan dalam mengidentifikasi
disleksia, diantaranya berikut :
- Lemah dalam membaca, menulis, dan mengeja. Anak yang mengalami disleksia
akan mengalami kesulitan atau lamban dalam membaca, menulis dan mengeja.
- Keliru atau sering terjadi kesalahan dalam mengucap b/d, p/q, m/w, n/u
Kesalahan dalam mengucapkan huruf-huruf tersebut sering kali terjadi pada anak
yang mengalami disleksia.
5/20/2018 Kasus butuh asesmen
20/21
- Kesulitan dalam mengingat perkataan
Dalam hal ini sulit bagi anak untuk mengingat sesuatu yang baru dia dengar
kemudian menjelaskan dengan tepat.
- Kesulitan dalam memahami konsep masa lalu. Dalam hal ini, anak sering kupa
bahkan sering terjadi kesalahan dalam mengingat kembali suatu peristiwa atau
kejadian yang pernah ia lewati.
- Perbedaan yang menonjol antara kemampuan lisan dengan tulisannya. Anak
yang mengalami disleksia memiliki kemampuan lisan yang baik dan fasih, namun
lemah dalam hal bacaan.
Bagaimana Membantu Mengatasinya?
Mengenal kekuatan dan kelemahan dalam diri anak
Dengan mengenal kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam diri anak,
diharapkan orangtua lebih dapat mengarahkan anak pada kondisi yang lebih baik
Mengenal bakat, keahlian ataupun potensi anak yang lain Perlu diketahui oleh
orangtua mengenai bakat ataupun potensi yang dimiliki oleh anak. Sehingga dapat
meningkatkan rasa percaya diri anak diantara kekurangan yang dialaminya.
Mengetahui secara pasti masalah spesifik yang dialami anak, terutama dalam
membaca dan menulis Dalam hal ini diperlukan kerjasama antara orangtua dengan
para professional dalam mengidentifikasi permasalahan disleksia yang dialami
oleh anak. Serta kesulitan yang dialami anak sehubungan dengan membaca dan
menulis.
5/20/2018 Kasus butuh asesmen
21/21
Mencari cara untuk menarik minat dan meningkatkan motivasi anak Diperlukan
adanya kreativitas orangtua dalam menarik minat serta meningkatkan motivasi
anak dalam belajar, terutama yang berkenaan dengan membaca.
Memahami gaya belajar anak Dengan mengetahui gaya belajar anak, akan
mempermudah orangtua dan guru dalam memberikan pelajaran terhadap anak.
Gaya belajar itu sendiri dikelompokkan dalam tiga kategori yakni visual (dengan
cara melihat), auditori (dengan cara mendengar) dan kinestetik (dengan cara
melakukannya langsung).
Tidak ada anak yang Bodoh, hanya saja mereka kurang beruntung
Pustaka : Kearney, C.A. (2006). Casebook in Child Behavior Disorder. 3th Ed.
Thomson Wadsworth : Canada. Mnks, F.J., Knoers, Haditono, S.R. (2002).
Psikologi Perkembangan. Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Gadjah Mada
University Press. Sattler , J. M. (1988). Assessment of Children. 3rd Edition.
Maple Vail Book Manufacturing Group.