27

Click here to load reader

KASUS KECELAKAAN KERJA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

Page 1: KASUS KECELAKAAN KERJA

KASUS KECELAKAAN KERJA

1.  Empat Pekerja di Pabrik Gula Tewas, Tersiram Air Panas

Cilacap–Empat pekerja cleaning servis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses,

Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (29/07/09), tewas setelah tersiram air panas didalam tangki. Satu

pekerja lainnya selamat namun mengalami luka parah. Diduga kecelakaan ini akibat operator

kran tidak tahu masih ada orang di dalam tangki. Pihak perusahaan terkesan menutup-nutupi

insiden ini.

Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses yang ada di komplek

Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Musibah bermula saat

5 pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik tersebut. Tiba-tiba

kran yang berada di atas dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan air panas yang

diperkirakan mencapai 400 derajat Celsius. Akibatnya, keempat pekerja yang ada didalamnya

tewas seketika dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap.

Para korban yang tewas semuanya warga Cilacap yakni Feri Kisbianto, Jumono, Puji Sutrisno

dan Kasito. Sedangkan pekerja yang bernama Adi Purwanto berhasil menyelamatkan diri,

namun mengalami luka parah.

Menurut salah seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur ke dalam tangki setelah

tombol kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak

mengetahui jika pekerjaan didalam tangki tersebut belum selesai.

Hingga saat ini belum diperoleh keterangan resmi terkait kecelakaan kerja tersebut, karena

semua pimpinan di Pabrik PT Darma Pala Usaha Sukses berusaha menghindar saat ditemui

wartawan. Sementara polisi juga belum mau memberikan keterangan atas musibah tersebut.

(Nanang Anna Nur/Sup).

Analisis Kasus

Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja

adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator kran. Menanggapi

kecelakaan yang telah menewaskan empat orang tersebut, seharusnya sang operator kran

bersikap lebih hati-hati serta teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula

krsital tersebut telah kosong serta aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin kecelakaan

kerja tersebut tidak akan terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga

mengenakan alat-alat pelindung diri agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.

Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam

bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem manajemen

yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari alat ini

memiliki risiko yang besar untuk menghasilkan loss atau kerugian. Beberapa tindakan

manajemen yang bisa dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-kamera di dalam alat

tersebut sehingga operator kran dapat memastikan bahwa di dalam tangki benar-benar tidak

ada orang. Kemudian, apabila teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan di sana, maka

pada tangki tersebut dapat dipasang sebuah alat pendeteksi di mana apabila di dalam tangki

Page 2: KASUS KECELAKAAN KERJA

masih terdapat orang atau benda asing, maka ada sebuah lampu yang menyala yang

mengindikasikan di dalam tangki tersebut terdapat orang atau benda asing.

Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan investigasi kecelakaan,

inspeksi, pencatatan serta pelaporan kecelakaan kerja. Tujuan dari kegiatan ini tentu untuk

meningkatkan manajemen dari kesehatan, keamanan serta keselamatan pada perusahaan

tersebut, menentukan tindakan pencegahan yang tepat serta menurunkan faktor risiko pada

kecelakaan tersebut. Namun, sayangnya sikap dari pihak perusahaan yang menutup-nutupi

kejadian kecelakaan kerja tersebut dapat menghambat berjalannya investigasi tersebut.

Perusahaan tidak akan dapat mengambil pelajaran melalui kecelakaan ini. Ini berarti

kecelakaan semacam ini masih memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk kembali

terjadi, baik pada perusahaan yang sama maupun pada perusahaan sejenisnya.

      Solusi Mengatasi Kecelakaan Kerja :

Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi resiko dari

adanya kecelakaan kerja. Salah satunya adalah pengusaha membentuk Panitia Pembina

Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk menyusun program keselamatan kerja. Beberapa hal

yang menjadi ruang lingkup tugas panitia tersebut adalah masalah kendali tata ruang kerja,

pakaian kerja, alat pelindung diri dan lingkungan kerja.

a. Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya gangguan

keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di dalamnya. Barang-barang dalam ruang

kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan dari gangguan yang

ditimbulkan oleh orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Jalan-jalan yang

dipergunakan untuk lalu lalang juga harus diberi tanda, misalnya dengan garis putih atau

kuning dan tidak boleh dipergunakan untuk meletakkan barang-barang yang tidak pada

tempatnya.

Kaleng-kaleng yang mudah bocor atau terbakar harus ditempatkan di tempat yang tidak

beresiko kebocoran. Jika perusahaan yang bersangkutan mengeluarkan sisa produksi berupa

uap, maka faktor penglihatan dan sirkulasi udara di ruang kerja juga harus diperhatikan

b.  Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Pakaian yang

terlalu longgar dapat mengganggu pekerja melakukan penyesuaian diri dengan mesin atau

lingkungan yang dihadapi. Pakaian yang terlalu sempit juga akan sangat membatasi aktivitas

kerjanya. Sepatu dan hak yang terlalu tinggi juga akan beresiko menimbulkan kecelakaan.

Memakai cincin di dekat mesin yang bermagnet juga sebaiknya dihindari.

c.   Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung tangan. Alat

pelindung diri ini sangat penting untuk menghindari atau mengurangi resiko kecelakaan

kerja. Tapi sayangnya, para pekerja terkadang enggan memakai alat pelindung diri karena

terkesan merepotkan atau justru mengganggu aktivitas kerja. Dapat juga karena perusahaan

memang tidak menyediakan alat pelindung diri tersebut.

d.   Lingkungan kerja meliputi faktor udara, suara, cahaya dan warna. Udara yang baik dalam

suatu ruangan kerja juga akan berpengaruh pada aktivitas kerja. Kadar udara tidak boleh

terlalu banyak mengandung CO2, ventilasi dan AC juga harus diperhatikan termasuk

sirkulasi pegawai dan banyaknya pegawai dalam suatu ruang kerja. Untuk mesin-mesin yang

Page 3: KASUS KECELAKAAN KERJA

menimbulkan kebisingan, tempatkan di ruangan yang dilengkapi dengan peredam suara.

Pencahayaan disesuaikan dengan kebutuhan dan warna ruang kerja disesuaikan dengan

macam dan sifat pekerjaan. (Slamet Saksono, 1988: 104-111).

Untuk kasus seperti yang terjadi pada pabrik gula di atas, ada beberapa alternatif

pencegahan selain yang tadi telah disebutkan. Tindakan tersebut dapat berupa:

a.   Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki standarisasi

yang berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi, alat-alat pelindung

diri, monitoring perlatan dan sebagainya.

b.  Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan yang

berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.

c.  Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya,

pencegahan peledakan gas atau bahan beracun lainnya. Berilah tanda-tanda peringatan

beracun atau berbahaya pada alat-alat tersebut dan letakkan di tempat yang aman.

d. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya

kecelakaan serta pemberian diklat tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada karyawan.

e.  Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi. (Sutrisno

dan Kusmawan Ruswandi. 2007: 14).

2.  KECELAKAAN DI PIPER ALPHA

Jenis pabrik : industri minyak dan gas lepas pantai, platform dengan berat 20000 metrix tons

di laut utara yang memproduksi natural gas, crude oil, dan liquified petroleum gas (Nat Geo

source).

Kapasitas pabrik : 125 barrel per hari

Lokasi : terletak di Laut Utara sekitar 110 kilometer dari Aberdeen, Skotlandia

Jenis kecelakaan : ledakan

Penyebab kecelakaan : kebocoran gas dari pompa yang belum selesai diperbaiki

Kronologi peristiwa : 

Kejadian di mulai saat jam 6:00 PM, waktu dimana setiap Ijin Kerja harus di close-out atau

diperpanjang. Seorang pekerja (engineer) tidak menjalankan komunikasi kepada Supervisor

saat ia menutup Ijin Kerjanya, padahal pekerjaan tsb masih belum selesai dan akan

dilanjutkan besok harinya. Tanpa ada yang menyadari, sebuah Permit yg lain dikeluarkan

untuk pekerjaan lain, dimana pekerjaan tersbut seharusnya dilakukan setelah pekerjaan

pertama selesai. 

Pekerjaan kedua tsb menyebabkan gas yang bertekanan bocor.

Akibatnya: 

Ledakan pertama, dikarenakan pipa gas berukuran 3 kaki yg bertekanan pecah 

Berdasarkan desain dari platform itu sendiri , posisi Control Room sangat dekat dengan

lokasi kebakaran dimana CR tsb seharusnya berfungsi sebagai pusat komando apabila terjadi

Page 4: KASUS KECELAKAAN KERJA

emergency, dan design fire wall proof yang ada ternyata juga tidak mampu bertahan, maka

akhirnya CR tsb ditinggalkan /abandonned. Petugas CR hanya berhasil mengirim berita

mayday yg diterima oleh rig-rig tetangga yaitu Claymore dan Tartans. Public Announcemnt

gagal dilakukan. Hingga pekerja- pekerja tidak ada yg tahu apa yangg terjadi dan tidak

menerima instruksi lebih lanjut. 

Singkat kata, Emergency Response Plan gagal dieksekusi. 

Kemudian, deluge-system sebagai sistem proteksi kebakaran tidak berfungsi karena

kebetulan sedang dalam kondisi MANUAL akibat ada pekerjaan penyelaman. Dari auto di

switch ke manual untuk menghindari si penyelam tersedot oleh system yang memanfaatkan

air laut ini. 

Dikarenakan sistem tanggap darurat yg gagal dilaksanakan, sistem boat penyelamatpun tidak

sukses dilakukan. Pekerja-pekerja yang tidak mendapat instruksi keadaan darurat tersebut

berusaha menyelamatkan diri. Beberapa yang tahu situasi berhasil meninggalkan rig.

Beberapa ada yg terpaksa melompat dari atas rig dgn ketinggian +/- 100 kaki (30 meteran).

Sayangnya kebanyakan dari mereka terperangkap di ruang tempat tinggalnya /living quarter. 

Kedua rig tetangga yang menerima pesan darurat piper alpha ragu dengan apa yg sedang

terjadi karena communication link dari piper alpha terputus. Piper Alpha berada dtengah

jaringan pipa distribusi minyak dan gas onshore bersama Claymore dan Tartans rig. Akibat

produksi minyak yang tidak distop, terjadi tekanan balik ke Piper Alpha, ibaratnya sudah

terbakar malah ditambah bahan bakar yang bertekanan pula. 

Gambar diambil dari sebual safety-vessel raksasa bernama Faros yang mencoba menolong

pada saat kebakaran /ledakan pertama. Namun sayangnya, fasilitas sistem pemadaman api

gagal berfungsi untuk menyemburkan airnya ke rig. Faros berusaha membentangkan

gangway nya ke rig, namun sayangnya pergerakannya sangat lambat, ia butuh waktu 5 menit.

Hingga akhirnya terlambat.

Sementara dari kejauhan Claymore dan Tartans dapat melihat cakrawala yang terang

benderang dari lokasi Piper Alpha. Tapi mereka ragu dan tetap tidak bertindak menshut down

produksinya. 

Ledakan kedua pun terjadi akibat akumulasi aliran minyak dari rig Tartan dan rig Claymore,

yang menghasilkan back pressure ke jaringan pipa minyak dan gas Piper Alpha. Manajer

kedua rig tetangga tersebut tidak berani mengambil keputusan menyetop produksi, karena

konsekuensi yang sangat amat mahal dari sisi produksi. Ia harus menelepon manajer onshore

untuk mengkonfirmasi lebih dahulu. Sang asisten sudah teriak-teriak: "CAN WE JUST

SHUT IT DOWN NOW?!!! THERE IS A SECOND EXPLOSION!!!", akhirnya si manajer

Page 5: KASUS KECELAKAAN KERJA

dengan terbata-bata: "o okay shut it down....". Tapi sayang... sudah terlambat. Si platform

besar itu akhirnya meleleh akibat panas ribuan derajat Celcius. 

3. Kecelakaan Kerja Pada Karyawan di Mesin Dinamo Pabrik

Musibah bermula sebelumnya sekitar pukul 07.40 saat akan dilakukan penggantian jam kerja,

korban mengambil sampel lateks dibagian produksi. Namun sebelum mengambil sampel

korban memutar arah jalan dari tempat yang dituju sehingga melintas dari bagian mesin yang

bukan area lintasan. Saat melewati salah satu mesin, tiba-tiba ujung jilbab korban yang

terjuntai kebawah tersangkut puli dinamo sehingga tergulung akibat jilbab tergulung akhirnya

leher korban tercekik ditempat kejadian perkara dalam keadaan sepi karena seluruh karyawan

bersiap-siap untuk pulang kerja untuk penggantian jam kerja sekitar pukul 08.00.

            Akibatnya tidak ada yang melihat korban sehingga tidak ada yang menolong dan

mengakibatkan korban meninggal dunia.

Analisa :

TAHAPAN PENYEBAB

·      Penyebab Umum

Jilbab korban yang terjuntai ke bawah tersangkut pada puli dinamo yang sedang berputar

·     Penyebab Terperinci

Kelalaian korban dalam mengambil arah jalan yang bukan areal lintasan dan dalam memilih

penggunaan pakaian kerja.

·      Penyebab Pokok

Kebijakan pabrik Perusahaan

Kurang memberikan pelatihan dan perhatian kepada pegawai mengenai keselamatan kerja

agar tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan yang beresiko tinggi.

Kurangnya komunikasi yang baik antar pegawai

kurangnya kepekaan pegawai terhadap lingkungannya tempat bekerj

Analisa :

Strategi Pengendalian

·     memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatati dan kesehatan kerja yang diperlukan

pekerja guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi mencegah

terjadinya kecelakaan yang sama.

·     selama melakukan proses pekerjaaan yang berbahaya, seperti pembersihan mesin,

penambahan minyak, pemeriksaan, perbaikan, pengaturan, mesin harus berhenti beroperasi.

Untuk mencegah orang lain menghidupkan mesin, maka mesin harus dikunci atau diberi

tanda peringatan, perusahaan harus memasang tutup pengaman atau peralatan pembatas.

·     Operator mesin ataupun alat produksi lainnya sebailrnya diberi peringatan setiap sesudah dan

sebelumnya mengoperasikan apakah ada petugas yang masih disana ataupun tidak. sebaiknya

operator mesin dilatih agar tetap siaga dan tanggap dengan tanggung jawabnya.

·     Seluruh tugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerjaa harus bertanggung jawab

menjalankan penanggulangan kecelakaan, rencanaa penanganan darurat, serta melakukan

bimbingan pelaksanaan setiap bagian.

Page 6: KASUS KECELAKAAN KERJA

·    Komunikasi antar pegawai hams selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu

sama lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan yang terjadi.

Pencegahan yang efektif

Di abad ke-21 ini semua bangsa tidak dapat lepas dari proses industrialisasi. Indikator

keberhasilan dunia industri sangat bergantung pada kualitas tenaga kerja yang produktif,

sehat dan berkualitas. Kita ambil contoh industri bidang konstruksi, yang merupakan kegiatan

di lapangan, memiliki fenomena kompleks yang menyangkut perilaku dan manajemen

keselamatan. Di dalam industri konstruksi terjadinya kecelakaan berat lima kali lipat

dibandingkan industri berbasis manufaktur.

Pekerjaan dan pemeliharaan konstruksi mempunyai sifat bahaya secara alamiah. Oleh sebab

itu masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama program keselamatan dan

kesehatan. Di sebagian besar negara , keselamatan di tempat kerja masih memprihatinkan.

Seperti di Indonesia, rata-rata pekerja usia produktif (15 – 45 tahun) meninggal akibat

kecelakaan kerja. Kenyataanya standard keselamatan kerja di Indonesia paling buruk

dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.

Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat dihindari

sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan penyebabnya,

terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak

langsung.

Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang tidak

aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%).

Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya

pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya

mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi.

Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk

merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan beban

kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis.

Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para

buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu:

1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah calon

pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental.

2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor

penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja

3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh secara

kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.

4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum

mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.

5. Penggunaan pakaian pelindung

Page 7: KASUS KECELAKAAN KERJA

6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses pencampuran

bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising.

7. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan dialirkan

keluar.

8. Substitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak

berbahaya sama sekali.

9. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja sesuai dengan

kebutuhan.

Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumberdaya dalam lingkungan kerja konstruksi

harus dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi. Keinginan

untuk mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi keselamatan kerja,

seperti memastikan bahwa para pekerja dalam kondisi kerja aman.

Analisis Kasus K3

Karyawan PG Djatiroto Tewas di Kolam Penampungan LimbahHarry Purwanto - detikNews

Lumajang - Seorang karyawan pengolahan limbah tewas saat mengecek volume limbah tetes Pabrik Gula (PG) Djatiroto di kolam penampungan. Wahyudi (43) tewas tenggelam setelah terjatuh dari tangga, Senin (5/1/2009).Peristiwa ini terjadi, saat korban warga Dusun Persil Desa/Kecamatan Jatiroto bersama dua temanya, Sutrino (55) dan Bagong (57) warga Desa/Kecamatan Jatiroto mengecek limbah tetes. Korban yang berada tepat di belakang Sutrisno yang memegang tali ukur ke dalam limbah, terpeleset dan jatuh."Dia terjatuh terlentang dan sempat melambaikan tangan meminta tolong," kata Sutrisno teman korban saat ditemui detiksurabaya.com di kamar mayat RS PG Djatiroto.Menurut Sutrisno, korban tidak bisa diselamatkan. Karena limbah tetes pekat seperti lumpur dan terus menenggelamkan korban. "Limbah tetes ini kalau bergerak orang akan tenggelam dengan sendirinya," tutur Sutrisno.Sementara informasi yang berhasil dihimpun detiksurabaya.com dari sejumlah karyawan PG Djatiroto, korban tidak dilengkapi alat pengaman untuk mengecek limbah tetes. Bahkan pihak PG Djatirpto tidak menyediakan alat keselamatan bagi pekerjanya.Sementara Kanit Reskrim Polsek Jatiroto Aiptu Hariyanto, pihaknya masih memeriksa saksi-saksi yang mengetahui kejadian. Sedangkan korban saat ini dilakukan visum untuk mengetahui apakah ada unsur pembunuhan."Korban kami visum, hal ini menghindari kekhawatirkan keluarga korban yang masih meragukan kematiannya," kata Hariyanto.(fat/fat)

Analisis Kasus

Page 8: KASUS KECELAKAAN KERJA

Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja adalah  tidak tersedianya alat keselamatan bagi pekerjanya.Dalam hal ini, kesalahan terletak pada pihak pabrik. Menanggapi kecelakaan yang telah menewaskan seorang karyawan tersebut, seharusnya pihak pabrik membuat kebijakan baru dengan menyediakan alat keselamatan bagi pekerja dan memastikan setiap karyawan menggunakan APD saat bekerja, maka mungkin kecelakaan kerja tersebut tidak akan terjadi. Konstruksi kolam harus dibuat berpagar agar menghindari kecelakaan kerja apabila tangga licin. Pihak pabrik perlu juga memberikan pelatihan dan perhatian kepada pegawai mengenai keselamatan kerja agar tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan yang beresiko tinggi. Karyawan saat memasuki kolam penampungan limbahseharusnya juga mengenakan alat-alat pelindung diri meski tidak disediakan agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.

Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem manajemen yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap pekerjaan ini menyadari pekerjaan ini memiliki risiko yang besar untuk menghasilkan kerugian. Beberapa tindakan manajemen yang bisa dilakukan adalah dengan menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan jenis pekerjaannya.

Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan investigasi kecelakaan, inspeksi, pencatatan serta pelaporan kecelakaan kerja. Tujuan dari kegiatan ini tentu untuk meningkatkan manajemen dari kesehatan, keamanan serta keselamatan pada pabrik tersebut, menentukan tindakan pencegahan yang tepat serta menurunkan faktor risiko pada kecelakaan tersebut. Pabrik harus mengambil pelajaran melalui kecelakaan ini dengan memperbaiki penyediaan alat pelindung diri bagi seluruh karyawan. Jika tidak dilakukanberarti kecelakaan semacam ini masih memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk kembali terjadi, baik pada pabrik yang sama maupun pada pabriksejenisnya.

Solusi Mengatasi Kecelakaan Kerja dan Strategi Pengendalian :Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi resiko dari

adanya kecelakaan kerja. Salah satunya adalah pengusaha membentuk Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk menyusun program keselamatan kerja. Beberapa hal yang menjadi ruang lingkup tugas panitia tersebut adalah masalah kendali tata ruang kerja, pakaian kerja, alat pelindung diri dan lingkungan kerja.

1.      Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya gangguan keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di dalamnya. Jalan-jalan yang dipergunakan untuk lalu lalang juga harus diberi tanda, misalnya dengan garis putih atau kuning. Jalan yang berhubungan langsung dengan kolam diberi pagar. Tangga dan lantai diusahakan tidak licin.

2.      Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Pakaian yang terlalu longgar dapat mengganggu pekerja melakukan penyesuaian diri dengan mesin atau lingkungan yang dihadapi. Pakaian yang terlalu sempit juga akan sangat membatasi aktivitas kerjanya.

3.      Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung tangan. Alat pelindung diri ini sangat penting untuk menghindari atau mengurangi resiko kecelakaan kerja. Tapi sayangnya, pabrik memang tidak menyediakan dan para pekerja tidak mempunyai inisiatif menyediakan sendiri karna terkadang enggan memakai alat pelindung diri karena terkesan merepotkan atau justru mengganggu aktivitas kerja.

Page 9: KASUS KECELAKAAN KERJA

Strategi Pengendalian :1.      Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki standarisasi

yang berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi, alat-alat pelindung diri, monitoring perlatan dan sebagainya.

2.      Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.

3.      Memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan pekerja guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi mencegah terjadinya kecelakaan yang sama.

4.      Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan

5.      Seluruh tugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerja harus bertanggung jawab menjalankan penanggulangan kecelakaan, rencana penanganan darurat, serta melakukan bimbingan pelaksanaan setiap bagian.

6.      Komunikasi antar pegawai harus selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu sama lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan yang terjadi.

7.      Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi.

Pencegahan yang efektifPekerjaan pemeliharaan konstruksi tempat kerja mempunyai sifat bahaya secara

alamiah terhadap pekerja. Oleh sebab itu masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama program keselamatan dan kesehatan. Di sebagian besar negara, keselamatan di tempat kerja masih memprihatinkan. Seperti di Indonesia, rata-rata pekerja usia produktif (15 – 45 tahun) meninggal akibat kecelakaan kerja. Kenyataanya standard keselamatan kerja di Indonesia paling buruk dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.

Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung.

Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan (zat kimia yang tidak aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia (mencapai 85%).

Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan dalam berkerja.

Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis.

Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para karyawan tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu:

1.      Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental.

2.      Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja

Page 10: KASUS KECELAKAAN KERJA

3.      Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para karyawan secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.

4.      Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.

5.      Penggunaan pakaian pelindung6.      Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya mengecek volume

limbah tetes Pabrik Gula (PG) DjatirotoDapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumber  daya dalam lingkungan kerja harus dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi. Keinginan untuk mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi keselamatan kerja, seperti memastikan bahwa para pekerja dalam kondisi kerja aman.

Page 11: KASUS KECELAKAAN KERJA

Empat Pekerja di Pabrik Gula Tewas, Tersiram Air Panas

indosiar.com, Cilacap - Empat pekerja cleaning servis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (29/07/09) kemarin, tewas setelah tersiram air panas didalam tangki. Satu pekerja lainnya selamat namun mengalami luka parah. Diduga kecelakaan ini akibat operator kran tidak tahu masih ada orang didalam tangki. Pihak perusahaan terkesan menutup-nutupi insiden ini.Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses yang ada di komplek Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Musibah bermula saat 5 pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik tersebut. Tiba-tiba kran yang berada diatas dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan air panas yang diperkirakan mencapai 400 derajat Celsius. Akibatnya, keempat pekerja yang ada didalamnya tewas seketika dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap.Para korban yang tewas semuanya warga Cilacap yakni Feri Kisbianto, Jumono, Puji Sutrisno dan Kasito. Sedangkan pekerja yang bernama Adi Purwanto berhasil menyelamatkan diri, namun mengalami luka parah.Menurut salah seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur kedalam tangki setelah tombol kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak mengetahui jika pekerjaan didalam tangki tersebut belum selesai.Hingga saat ini belum diperoleh keterangan resmi terkait kecelakaan kerja tersebut, karena semua pimpinan di Pabrik PT Darma Pala Usaha Sukses berusaha menghindar saat ditemui wartawan. Sementara polisi juga belum mau memberikan keterangan atas musibah tersebut. (Nanang Anna Nur/Sup)

Analisis KasusJika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja

adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator kran. Menanggapi kecelakaan yang telah menewaskan empat orang tersebut, seharusnya sang operator kran bersikap lebih hati-hati serta teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula krital tersebut telah kosong serta aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin kecelakaan kerja tersebut tidak akan terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga mengenakan alat-alat pelindung diri agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.

Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem manajemen yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari alat ini memiliki risiko yang besar untuk menghasilkan kerugian. Beberapa tindakan manajemen yang bisa dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-kamera di dalam alat tersebut sehingga operator kran dapat memastikan bahwa di dalam tangki benar-benar tidak ada orang. Kemudian, apabila teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan di sana, maka pada tangki tersebut dapat dipasang sebuah alat pendeteksi di mana apabila di dalam tangki masih terdapat orang atau benda asing, maka ada sebuah lampu yang menyala yang mengindikasikan di dalam tangki tersebut terdapat orang atau benda asing.

Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan investigasi kecelakaan, inspeksi, pencatatan serta pelaporan kecelakaan kerja. Tujuan dari kegiatan ini tentu untuk meningkatkan manajemen dari kesehatan, keamanan serta keselamatan pada perusahaan tersebut, menentukan tindakan pencegahan yang tepat serta menurunkan faktor

Page 12: KASUS KECELAKAAN KERJA

risiko pada kecelakaan tersebut. Namun, sayangnya sikap dari pihak perusahaan yang menutup-nutupi kejadian kecelakaan kerja tersebut dapat menghambat berjalannya investigasi tersebut. Perusahaan tidak akan dapat mengambil pelajaran melalui kecelakaan ini. Ini berarti kecelakaan semacam ini masih memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk kembali terjadi, baik pada perusahaan yang sama maupun pada perusahaan sejenisnya.

 Solusi Mengatasi Kecelakaan Kerja dan Strategi Pengendalian :Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi resiko

dari adanya kecelakaan kerja. Salah satunya adalah pengusaha membentuk Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk menyusun program keselamatan kerja. Beberapa hal yang menjadi ruang lingkup tugas panitia tersebut adalah masalah kendali tata ruang kerja, pakaian kerja, alat pelindung diri dan lingkungan kerja.

1.      Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya gangguan keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di dalamnya. Barang-barang dalam ruang kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan dari gangguan yang ditimbulkan oleh orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Jalan-jalan yang dipergunakan untuk lalu lalang juga harus diberi tanda, misalnya dengan garis putih atau kuning dan tidak boleh dipergunakan untuk meletakkan barang-barang yang tidak pada tempatnya.

2.      Kaleng-kaleng yang mudah bocor atau terbakar harus ditempatkan di tempat yang tidak beresiko kebocoran. Jika perusahaan yang bersangkutan mengeluarkan sisa produksi berupa uap, maka faktor penglihatan dan sirkulasi udara di ruang kerja juga harus diperhatikan

3.      Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Pakaian yang terlalu longgar dapat mengganggu pekerja melakukan penyesuaian diri dengan mesin atau lingkungan yang dihadapi. Pakaian yang terlalu sempit juga akan sangat membatasi aktivitas kerjanya. Sepatu dan hak yang terlalu tinggi juga akan beresiko menimbulkan kecelakaan. Memakai cincin di dekat mesin yang bermagnet juga sebaiknya dihindari.

4.      Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung tangan. Alat pelindung diri ini sangat penting untuk menghindari atau mengurangi resiko kecelakaan kerja. Tapi sayangnya, para pekerja terkadang enggan memakai alat pelindung diri karena terkesan merepotkan atau justru mengganggu aktivitas kerja. Dapat juga karena perusahaan memang tidak menyediakan alat pelindung diri tersebut.

5.      Lingkungan kerja meliputi faktor udara, suara, cahaya dan warna. Udara yang baik dalam suatu ruangan kerja juga akan berpengaruh pada aktivitas kerja. Kadar udara tidak boleh terlalu banyak mengandung CO2, ventilasi dan AC juga harus diperhatikan termasuk sirkulasi pegawai dan banyaknya pegawai dalam suatu ruang kerja. Untuk mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan, tempatkan di ruangan yang dilengkapi dengan peredam suara. Pencahayaan disesuaikan dengan kebutuhan dan warna ruang kerja disesuaikan dengan macam dan sifat pekerjaan.Strategi Pengendalian :

1.      Memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan pekerja guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi mencegah terjadinya kecelakaan yang sama.

2.      Seluruh tugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerja harus bertanggung jawab menjalankan penanggulangan kecelakaan, rencana penanganan darurat, serta melakukan bimbingan pelaksanaan setiap bagian.

Page 13: KASUS KECELAKAAN KERJA

3.      Komunikasi antar pegawai harus selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu sama lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan yang terjadi.

Pencegahan yang Efektif1.      Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki standarisasi

yang berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi, alat-alat pelindung diri, monitoring perlatan dan sebagainya.

2.      Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.

3.      Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya, pencegahan peledakan gas atau bahan beracun lainnya. Berilah tanda-tanda peringatan beracun atau berbahaya pada alat-alat tersebut dan letakkan di tempat yang aman.

4.      Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan serta pemberian diklat tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada karyawan.

5.      Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi. 

http://apriliasakari.blogspot.co.id/2014/11/analisis-kasus-k3.html

SELASA, 20 MEI 2014

KASUS KECELAKAAN KERJA

1.  Empat Pekerja di Pabrik Gula Tewas, Tersiram Air Panas

Cilacap–Empat pekerja cleaning servis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses,

Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (29/07/09), tewas setelah tersiram air panas didalam tangki. Satu

pekerja lainnya selamat namun mengalami luka parah. Diduga kecelakaan ini akibat operator

kran tidak tahu masih ada orang di dalam tangki. Pihak perusahaan terkesan menutup-nutupi

insiden ini.

Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses yang ada di komplek

Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Musibah bermula saat

5 pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik tersebut. Tiba-tiba

kran yang berada di atas dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan air panas yang

diperkirakan mencapai 400 derajat Celsius. Akibatnya, keempat pekerja yang ada didalamnya

tewas seketika dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap.

Para korban yang tewas semuanya warga Cilacap yakni Feri Kisbianto, Jumono, Puji Sutrisno

dan Kasito. Sedangkan pekerja yang bernama Adi Purwanto berhasil menyelamatkan diri,

namun mengalami luka parah.

Menurut salah seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur ke dalam tangki setelah

tombol kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak

mengetahui jika pekerjaan didalam tangki tersebut belum selesai.

Page 14: KASUS KECELAKAAN KERJA

Hingga saat ini belum diperoleh keterangan resmi terkait kecelakaan kerja tersebut, karena

semua pimpinan di Pabrik PT Darma Pala Usaha Sukses berusaha menghindar saat ditemui

wartawan. Sementara polisi juga belum mau memberikan keterangan atas musibah tersebut.

(Nanang Anna Nur/Sup).

Analisis Kasus

Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja

adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator kran. Menanggapi

kecelakaan yang telah menewaskan empat orang tersebut, seharusnya sang operator kran

bersikap lebih hati-hati serta teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula

krsital tersebut telah kosong serta aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin kecelakaan

kerja tersebut tidak akan terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga

mengenakan alat-alat pelindung diri agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.

Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam

bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem manajemen

yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari alat ini

memiliki risiko yang besar untuk menghasilkan loss atau kerugian. Beberapa tindakan

manajemen yang bisa dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-kamera di dalam alat

tersebut sehingga operator kran dapat memastikan bahwa di dalam tangki benar-benar tidak

ada orang. Kemudian, apabila teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan di sana, maka

pada tangki tersebut dapat dipasang sebuah alat pendeteksi di mana apabila di dalam tangki

masih terdapat orang atau benda asing, maka ada sebuah lampu yang menyala yang

mengindikasikan di dalam tangki tersebut terdapat orang atau benda asing.

Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan investigasi kecelakaan,

inspeksi, pencatatan serta pelaporan kecelakaan kerja. Tujuan dari kegiatan ini tentu untuk

meningkatkan manajemen dari kesehatan, keamanan serta keselamatan pada perusahaan

tersebut, menentukan tindakan pencegahan yang tepat serta menurunkan faktor risiko pada

kecelakaan tersebut. Namun, sayangnya sikap dari pihak perusahaan yang menutup-nutupi

kejadian kecelakaan kerja tersebut dapat menghambat berjalannya investigasi tersebut.

Perusahaan tidak akan dapat mengambil pelajaran melalui kecelakaan ini. Ini berarti

kecelakaan semacam ini masih memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk kembali

terjadi, baik pada perusahaan yang sama maupun pada perusahaan sejenisnya.

      Solusi Mengatasi Kecelakaan Kerja :

Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi resiko dari

adanya kecelakaan kerja. Salah satunya adalah pengusaha membentuk Panitia Pembina

Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk menyusun program keselamatan kerja. Beberapa hal

yang menjadi ruang lingkup tugas panitia tersebut adalah masalah kendali tata ruang kerja,

pakaian kerja, alat pelindung diri dan lingkungan kerja.

a. Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya gangguan

keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di dalamnya. Barang-barang dalam ruang

kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan dari gangguan yang

ditimbulkan oleh orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Jalan-jalan yang

Page 15: KASUS KECELAKAAN KERJA

dipergunakan untuk lalu lalang juga harus diberi tanda, misalnya dengan garis putih atau

kuning dan tidak boleh dipergunakan untuk meletakkan barang-barang yang tidak pada

tempatnya.

Kaleng-kaleng yang mudah bocor atau terbakar harus ditempatkan di tempat yang tidak

beresiko kebocoran. Jika perusahaan yang bersangkutan mengeluarkan sisa produksi berupa

uap, maka faktor penglihatan dan sirkulasi udara di ruang kerja juga harus diperhatikan

b.  Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Pakaian yang

terlalu longgar dapat mengganggu pekerja melakukan penyesuaian diri dengan mesin atau

lingkungan yang dihadapi. Pakaian yang terlalu sempit juga akan sangat membatasi aktivitas

kerjanya. Sepatu dan hak yang terlalu tinggi juga akan beresiko menimbulkan kecelakaan.

Memakai cincin di dekat mesin yang bermagnet juga sebaiknya dihindari.

c.   Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung tangan. Alat

pelindung diri ini sangat penting untuk menghindari atau mengurangi resiko kecelakaan

kerja. Tapi sayangnya, para pekerja terkadang enggan memakai alat pelindung diri karena

terkesan merepotkan atau justru mengganggu aktivitas kerja. Dapat juga karena perusahaan

memang tidak menyediakan alat pelindung diri tersebut.

d.   Lingkungan kerja meliputi faktor udara, suara, cahaya dan warna. Udara yang baik dalam

suatu ruangan kerja juga akan berpengaruh pada aktivitas kerja. Kadar udara tidak boleh

terlalu banyak mengandung CO2, ventilasi dan AC juga harus diperhatikan termasuk

sirkulasi pegawai dan banyaknya pegawai dalam suatu ruang kerja. Untuk mesin-mesin yang

menimbulkan kebisingan, tempatkan di ruangan yang dilengkapi dengan peredam suara.

Pencahayaan disesuaikan dengan kebutuhan dan warna ruang kerja disesuaikan dengan

macam dan sifat pekerjaan. (Slamet Saksono, 1988: 104-111).

Untuk kasus seperti yang terjadi pada pabrik gula di atas, ada beberapa alternatif

pencegahan selain yang tadi telah disebutkan. Tindakan tersebut dapat berupa:

a.   Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki standarisasi

yang berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi, alat-alat pelindung

diri, monitoring perlatan dan sebagainya.

b.  Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan yang

berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.

c.  Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya,

pencegahan peledakan gas atau bahan beracun lainnya. Berilah tanda-tanda peringatan

beracun atau berbahaya pada alat-alat tersebut dan letakkan di tempat yang aman.

d. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya

kecelakaan serta pemberian diklat tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada karyawan.

e.  Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi. (Sutrisno

dan Kusmawan Ruswandi. 2007: 14).

2.  KECELAKAAN DI PIPER ALPHA

Page 16: KASUS KECELAKAAN KERJA

Jenis pabrik : industri minyak dan gas lepas pantai, platform dengan berat 20000 metrix tons

di laut utara yang memproduksi natural gas, crude oil, dan liquified petroleum gas (Nat Geo

source).

Kapasitas pabrik : 125 barrel per hari

Lokasi : terletak di Laut Utara sekitar 110 kilometer dari Aberdeen, Skotlandia

Jenis kecelakaan : ledakan

Penyebab kecelakaan : kebocoran gas dari pompa yang belum selesai diperbaiki

Kronologi peristiwa : 

Kejadian di mulai saat jam 6:00 PM, waktu dimana setiap Ijin Kerja harus di close-out atau

diperpanjang. Seorang pekerja (engineer) tidak menjalankan komunikasi kepada Supervisor

saat ia menutup Ijin Kerjanya, padahal pekerjaan tsb masih belum selesai dan akan

dilanjutkan besok harinya. Tanpa ada yang menyadari, sebuah Permit yg lain dikeluarkan

untuk pekerjaan lain, dimana pekerjaan tersbut seharusnya dilakukan setelah pekerjaan

pertama selesai. 

Pekerjaan kedua tsb menyebabkan gas yang bertekanan bocor.

Akibatnya: 

Ledakan pertama, dikarenakan pipa gas berukuran 3 kaki yg bertekanan pecah 

Berdasarkan desain dari platform itu sendiri , posisi Control Room sangat dekat dengan

lokasi kebakaran dimana CR tsb seharusnya berfungsi sebagai pusat komando apabila terjadi

emergency, dan design fire wall proof yang ada ternyata juga tidak mampu bertahan, maka

akhirnya CR tsb ditinggalkan /abandonned. Petugas CR hanya berhasil mengirim berita

mayday yg diterima oleh rig-rig tetangga yaitu Claymore dan Tartans. Public Announcemnt

gagal dilakukan. Hingga pekerja- pekerja tidak ada yg tahu apa yangg terjadi dan tidak

menerima instruksi lebih lanjut. 

Singkat kata, Emergency Response Plan gagal dieksekusi. 

Kemudian, deluge-system sebagai sistem proteksi kebakaran tidak berfungsi karena

kebetulan sedang dalam kondisi MANUAL akibat ada pekerjaan penyelaman. Dari auto di

switch ke manual untuk menghindari si penyelam tersedot oleh system yang memanfaatkan

air laut ini. 

Dikarenakan sistem tanggap darurat yg gagal dilaksanakan, sistem boat penyelamatpun tidak

sukses dilakukan. Pekerja-pekerja yang tidak mendapat instruksi keadaan darurat tersebut

berusaha menyelamatkan diri. Beberapa yang tahu situasi berhasil meninggalkan rig.

Beberapa ada yg terpaksa melompat dari atas rig dgn ketinggian +/- 100 kaki (30 meteran).

Sayangnya kebanyakan dari mereka terperangkap di ruang tempat tinggalnya /living quarter. 

Kedua rig tetangga yang menerima pesan darurat piper alpha ragu dengan apa yg sedang

terjadi karena communication link dari piper alpha terputus. Piper Alpha berada dtengah

Page 17: KASUS KECELAKAAN KERJA

jaringan pipa distribusi minyak dan gas onshore bersama Claymore dan Tartans rig. Akibat

produksi minyak yang tidak distop, terjadi tekanan balik ke Piper Alpha, ibaratnya sudah

terbakar malah ditambah bahan bakar yang bertekanan pula. 

Gambar diambil dari sebual safety-vessel raksasa bernama Faros yang mencoba menolong

pada saat kebakaran /ledakan pertama. Namun sayangnya, fasilitas sistem pemadaman api

gagal berfungsi untuk menyemburkan airnya ke rig. Faros berusaha membentangkan

gangway nya ke rig, namun sayangnya pergerakannya sangat lambat, ia butuh waktu 5 menit.

Hingga akhirnya terlambat.

Sementara dari kejauhan Claymore dan Tartans dapat melihat cakrawala yang terang

benderang dari lokasi Piper Alpha. Tapi mereka ragu dan tetap tidak bertindak menshut down

produksinya. 

Ledakan kedua pun terjadi akibat akumulasi aliran minyak dari rig Tartan dan rig Claymore,

yang menghasilkan back pressure ke jaringan pipa minyak dan gas Piper Alpha. Manajer

kedua rig tetangga tersebut tidak berani mengambil keputusan menyetop produksi, karena

konsekuensi yang sangat amat mahal dari sisi produksi. Ia harus menelepon manajer onshore

untuk mengkonfirmasi lebih dahulu. Sang asisten sudah teriak-teriak: "CAN WE JUST

SHUT IT DOWN NOW?!!! THERE IS A SECOND EXPLOSION!!!", akhirnya si manajer

dengan terbata-bata: "o okay shut it down....". Tapi sayang... sudah terlambat. Si platform

besar itu akhirnya meleleh akibat panas ribuan derajat Celcius. 

3. Kecelakaan Kerja Pada Karyawan di Mesin Dinamo Pabrik

Musibah bermula sebelumnya sekitar pukul 07.40 saat akan dilakukan penggantian jam kerja,

korban mengambil sampel lateks dibagian produksi. Namun sebelum mengambil sampel

korban memutar arah jalan dari tempat yang dituju sehingga melintas dari bagian mesin yang

bukan area lintasan. Saat melewati salah satu mesin, tiba-tiba ujung jilbab korban yang

terjuntai kebawah tersangkut puli dinamo sehingga tergulung akibat jilbab tergulung akhirnya

leher korban tercekik ditempat kejadian perkara dalam keadaan sepi karena seluruh karyawan

bersiap-siap untuk pulang kerja untuk penggantian jam kerja sekitar pukul 08.00.

            Akibatnya tidak ada yang melihat korban sehingga tidak ada yang menolong dan

mengakibatkan korban meninggal dunia.

Analisa :

TAHAPAN PENYEBAB

·      Penyebab Umum

Jilbab korban yang terjuntai ke bawah tersangkut pada puli dinamo yang sedang berputar

·     Penyebab Terperinci

Kelalaian korban dalam mengambil arah jalan yang bukan areal lintasan dan dalam memilih

penggunaan pakaian kerja.

·      Penyebab Pokok

Page 18: KASUS KECELAKAAN KERJA

Kebijakan pabrik Perusahaan

Kurang memberikan pelatihan dan perhatian kepada pegawai mengenai keselamatan kerja

agar tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan yang beresiko tinggi.

Kurangnya komunikasi yang baik antar pegawai

kurangnya kepekaan pegawai terhadap lingkungannya tempat bekerj

Analisa :

Strategi Pengendalian

·     memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatati dan kesehatan kerja yang diperlukan

pekerja guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi mencegah

terjadinya kecelakaan yang sama.

·     selama melakukan proses pekerjaaan yang berbahaya, seperti pembersihan mesin,

penambahan minyak, pemeriksaan, perbaikan, pengaturan, mesin harus berhenti beroperasi.

Untuk mencegah orang lain menghidupkan mesin, maka mesin harus dikunci atau diberi

tanda peringatan, perusahaan harus memasang tutup pengaman atau peralatan pembatas.

·     Operator mesin ataupun alat produksi lainnya sebailrnya diberi peringatan setiap sesudah dan

sebelumnya mengoperasikan apakah ada petugas yang masih disana ataupun tidak. sebaiknya

operator mesin dilatih agar tetap siaga dan tanggap dengan tanggung jawabnya.

·     Seluruh tugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerjaa harus bertanggung jawab

menjalankan penanggulangan kecelakaan, rencanaa penanganan darurat, serta melakukan

bimbingan pelaksanaan setiap bagian.

·    Komunikasi antar pegawai hams selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu

sama lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan yang terjadi.

Pencegahan yang efektif

Di abad ke-21 ini semua bangsa tidak dapat lepas dari proses industrialisasi. Indikator

keberhasilan dunia industri sangat bergantung pada kualitas tenaga kerja yang produktif,

sehat dan berkualitas. Kita ambil contoh industri bidang konstruksi, yang merupakan kegiatan

di lapangan, memiliki fenomena kompleks yang menyangkut perilaku dan manajemen

keselamatan. Di dalam industri konstruksi terjadinya kecelakaan berat lima kali lipat

dibandingkan industri berbasis manufaktur.

Pekerjaan dan pemeliharaan konstruksi mempunyai sifat bahaya secara alamiah. Oleh sebab

itu masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama program keselamatan dan

kesehatan. Di sebagian besar negara , keselamatan di tempat kerja masih memprihatinkan.

Seperti di Indonesia, rata-rata pekerja usia produktif (15 – 45 tahun) meninggal akibat

kecelakaan kerja. Kenyataanya standard keselamatan kerja di Indonesia paling buruk

dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.

Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat dihindari

sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan penyebabnya,

terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak

langsung.

Page 19: KASUS KECELAKAAN KERJA

Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang tidak

aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%).

Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya

pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya

mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi.

Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk

merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan beban

kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis.

Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para

buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu:

1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah calon

pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental.

2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor

penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja

3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh secara

kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.

4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum

mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.

5. Penggunaan pakaian pelindung

6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses pencampuran

bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising.

7. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan dialirkan

keluar.

8. Substitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak

berbahaya sama sekali.

9. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja sesuai dengan

kebutuhan.

Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumberdaya dalam lingkungan kerja konstruksi

harus dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi. Keinginan

untuk mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi keselamatan kerja,

seperti memastikan bahwa para pekerja dalam kondisi kerja aman.

http://dwi212.blogspot.co.id/2014/05/kasus-kecelakaan-kerja.html