23
by Syndicate 3 – X47 Dian Agustian (29112007) Nurfadly Sudirman (29112103) Ali Murtado F. (29112086) Ferdinand Throedu (29111343) Novrika Olantia (29112136) Meta Miftakhul Kasus Kepailitan: PT Prudential Life Insurance

Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LECTURE BUSINESS LAW

Citation preview

Page 1: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

by Syndicate 3 – X47Dian Agustian (29112007) Nurfadly Sudirman (29112103)Ali Murtado F. (29112086) Ferdinand Throedu (29111343)Novrika Olantia (29112136) Meta Miftakhul K. (29112097)

Kasus Kepailitan: PT Prudential Life Insurance

Page 2: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

*Profil Perusahaan*

• Perusahaan induk Berdiri tahun 1848 di London• Hingga tahun 2003 mengelola dana sebesar 300

miliar dollar AS di seluruh dunia, memiliki 20.000 karyawan, meliputi Inggris, Amerika, dan 12 negara di Asia termasuk Indonesia

• Produk dan jasa utama termasuk asuransi jiwa, annuities, dana mutual, pensiun, dan administrasi serta manajemen asset lainnya.

• Prudential Indonesia Beroperasi di Indonesia sejak tahun 1995

Page 3: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

*Issue Pailit *

• Bermula dari Pionerring Agency Bonus Agreement pada tanggal 1 Juli 2000 antara Prudential dengan Lee Boon Siong. Lee Boon Siong adalah mantan konsultan agen asuransi PT Prudential berkewarganegaraan asing. Lee Boon Siong berhasil memenuhi kewajibannya yaitu memenuhi target pemasaran pada tanggal 20 Januari 2004 Prudential memutuskan perjanjian sepihak Perjanjian Keagenan

• Sesuai perjanjian keagenan tersebut Lee Boon Siong mempunyai hak untuk menagih pelunasan kewajiban Prudential, termasuk bonus sampai 2013 sebesar Rp. 360.884.358.108,00 .

• Lee Boon Siong telah berulang kali mengingatkan Prudential untuk segera melakukan pembayaran terakhir dengan surat peringatan Nomor 037/LP/LT/III/2004 tertanggal 17 Maret 2004, namun Prudential tetap saja melalaikan dengan alasan yang tidak dipertanggungjawabkan.

Page 4: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

*Issue Pailit (contd.)*

• Total kewajiban/utang termohon kepada pemohon yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih adalah sebesar Rp. 366.747.289.792 dengan perincian sebagai berikut :- Bonus Rekrutmen dan Bonus Konsistensi dalam kurun waktu Juli 2002 – Juni 2003 yang belum dibayar sebesar Rp. 5.727.702.884- Biaya Perjalanan sebesar Rp. 130.228.800- Angsuran yang masih harus dibayar termohon sampai dengan tahun 2013 dimana nilai tunainya per tanggal gugatan pailit ini adalah sebesar Rp. 360.884.358.108.

• Total hutang yang diberitakan di media massa hanya berkisar 1,4 Milliar rupiah.

Page 5: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

*Issue Pailit (contd.)*• Oleh karena itu Lee Boon Siong mengajukan permohonan

pernyataan pailit dengan mengajukan fakta bahwa terdapat utang atau kewajiban Prudential terhadap Lee Boon Siong yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 telah terpenuhi, hal ini diperkuat dengan pengakuan Prudential sendiri dalam surat tertanggal 24 Maret 2004 yang mengakui adanya kewajiban yang telah jatuh tempo namun belum dibayar dengan alasan masih dalam perhitungan.

• Akhirnya Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengambil keputusan tanggal 23 April 2004 No. 13/PAILIT/2004/PN.NIAGA.JKT.PST menyatakan Prudential pailit dengan segala akibat hukumnya. Selain menyatakan Prudential pailit, dalam amar putusannya, majelis juga mengangkat Yuhelson dan Binsar Siregar masing-masing sebagai kurator dan hakim pengawas

Page 6: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Proses Kasasi dan Putusan MA *

• Prudential melalui kuasa hukumnya mengajukan kasasi (No.08/Kas/Pailit/2004/PN.Niaga.Jkt.Pst jo No. 13/Pailit/2004/PN.Niaga.Jkt.Pst) berdasarkan alasan : keberatan hukum atas pengadilan niaga jakarta pusat, solvabilitas yang baik dari sisi keuangan, tingkat risk based capital (RBC) mencapai 255% jauh melebihi ketentuan minimal Departemen Keuangan yang mematok 100%, dan saham dimiliki oleh perusahaan asuransi kedua terbesar di Inggris

• Dalam pemeriksaan tingkat terakhir tersebut majelis hakim Mahkamah Agung Republik Indonesia, Senin 7 Juni 2004 membatalkan keputusan pailit Prudential tersebut dengan alasan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat salah dalam menerapkan hukum karena sengketa tersebut tidak dapat dibuktikan secara sederhana dalam menafsirkan pengertian utang. (Putusan No. 08 K/N/2004)

Page 7: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Rumusan Masalah*

• 1. Apakah Putusan Mahkamah Agung Tentang Penyelesaian utang piutang dalam perkara kepailitan dalam Kasus Prudential sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang?

• 2. Apakah Kewenangan Menteri Keuangan yang dapat Mempailitkan Perusahaan Asuransi dapat mengakibatkan Perusahaan Asuransi Kebal Pailit ?

Page 8: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Dasar Hukum*

• Definisi kepailitan dianut dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 (UUKPKPU) yang mendefinisikan pailit sebagai :“Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebihkreditornya”.

• Dari definisi di atas, dapat diketahui syarat untuk dapat dinyatakan pailit melalui putusan pengadilan adalah :1. Terdapat minimal dua orang kreditor ;2. Debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang ; dan Utang tersebut telah jatuh waktu dan dapat ditagih.

Page 9: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Dasar Hukum (contd.)*

• Merujuk pada ketentuan Pasal 8 ayat (4) UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pemegang Utang (UU Kepailitan), tegas disebutkan, permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) telah dipenuhi.

Page 10: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Dasar Hukum (contd.)*

Berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 (UUKPKPU) tercakup beberapa unsur kepailitan :- sita umum : penyitaan atau pembeslahan terhadap seluruh harta debitor pailit.- kepailitan ditujukan terhadap kekayaan debitor pailit bukan terhadap pribadi debitor.- Pengurusan Dan Pemberesan Oleh Kurator : Sejak debitor memperoleh pernyataan putusan pailit yang mempunyai kekuatan hukum tetap dari pengadilan, debitor pailit kehilangan kewenangannya (onbevoged) dan dianggap tidak cakap (onbekwaam) untuk mengurus dan menguasai hartanya tersebut.- Tugas utama hakim pengawas sesuai ketentuan Pasal 65 UUKPKPU adalah untuk mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit yang dilakukan oleh kurator.

Page 11: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Dasar Hukum (contd.)*

Tujuan utama dari hukum kepailitan adalah:1. Untuk menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitor diantara para kreditornya.2. Mencegah agar debitor tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan kepentingan para kreditornya.3. Memberikan perlindungan kepada debitor yang beritikad baik dari para kreditornya, dengan cara memperoleh pembebasan utang.

Page 12: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Dasar Hukum (contd.)*

Penjelasan umum UUKPKPU disebutkan bahwa Undangundang ini didasarkan pada beberapa asas, asas tersebut antara lain adalah:a. Asas Keseimbanganb. Asas Kelangsungan Usahac. Asas Keadiland. Asas Integrasi

Page 13: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Dasar Hukum (contd.)*

Pihak-pihak yg terlibat dalam kepailitan :• Pemohon Pailit• Debitor Pailit• Hakim Niaga• Hakim Pengawas• Kurator• Panitia Kreditor

Page 14: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Dasar Hukum (contd.)*

• Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penghentian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan (Undang-Undang No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasurasian).

Page 15: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Dasar Hukum (contd.)*

Sesuai dengan ketentuan Pasal 17 Undang-undang No.2 Tahun 1992, dalam hal tindakan pemberian peringatan dan pembatasan kegiatan usaha tidak berhasil dilakukan, Menteri Keuangan melakukan pencabutan izin usaha perusahaan perasuransian tersebut, Dalam hal Menteri Keuangan mencabut izin usaha perusahaan perasuransian sesuai Pasal 20 Undang-undang No.2 Tahun 1992 dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan dalam peraturan kepailitan (baik yang lama Undang-undang No. 4 Tahun 1998 maupun yang baru Undang-undang No. 37 Tahun 2004).

Page 16: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Dasar Hukum (contd.)*

• Dalam hal perusahaan asuransi tersebut diajukan permohonan pailit, kekayaan perusahaan tersebut perlu dilindungi agar para pemegang polis tetap dapat memperoleh haknya secara proporsional. Untuk melindungi kepentingan para pemegang polis tersebut, Menteri Keuangan diberi wewenang untuk meminta Pengadilan Niaga agar perusahaan asuransi yang bersangkutan dinyatakan pailit, sehingga kekayaan perusahaan tidak dipergunakan untuk kepentingan pengurusan atau pemilik perusahaan tanpa mengindahkan kepentingan para pemegang polis. Dari ketentuan di atas, terlihat bahwa Undang-undang No. 2 Tahun 1992 memberikan perlindungan kepada pemegang polis, dengan mendudukkan pemegang polis yang mempunyai kedudukan yang utama dan lebih tinggi (preferen) dari kreditur lainnya

Page 17: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Analysis Hukum *

Putusan Mahkamah Agung No. 08 K/N/2004 tentang Prudential sudah sesuai dengan UUK PKPU mengenai beberapa hal diantaranya adalah :1. Menafsirkan Utang (Pasal 8 ayat (4) UUK PKPU). 2. Permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan (Pasal 2 ayat (5) UUK PKPU).

Page 18: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Analysis Hukum (contd.)*

1. Menafsirkan Utang (Pasal 8 ayat (4) UUK PKPU).Dalam kasus Prudential tersebut utang masih dalam persengketaan atau konflik jadi tidak dapat dibuktikan secara sederhana seperti yang sesuai dengan Pasal 8 ayat (4) jo Pasal 2 ayat (1) UUK PKPU, dimana dalam kasus tersebut sebagian dari tagihan yang diajukan termohon kasasi telah jatuh tempo dan dapat ditagih, sementara akibat hukum dari Perjanjian Agen Perintis telah diakhiri akibat termohon kasasi melanggar perjanjian yang telah disepakati sebelumnya yaitu menjalankan kegiatan Multi Level Marketing, sehingga termohon kasasi tidak memiliki hak apapun untuk mengajukan tuntutan berdasarkan Perjanjian Agen Perintis. Apabila termohon kasasi berhak mengajukannya maka tidak dapat dibuktikan secara sederhana sebagaimana disyaratkan oleh UUKPKPU, oleh karena itu bukanlah kewenangan Pengadilan Niaga untuk memutuskan perkara tersebut.

Page 19: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Analysis Hukum (contd.)*

2. Permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan (Pasal 2 ayat (5) UUK PKPU).Secara jelas Menteri Keuangan berada dalam posisi yang paling tepat untuk menentukan apakah sebuah perusahaan asuransi seharusnya dikeluarkan dari usaha perasuransian. Hal tersebut diperlukan untuk menghindari ketidakadilan seperti dalam kasus ini, dimana sebuah perusahaan asuransi yang jelas-jelas sehat dan kuat secara keuangan dinyatakan pailit karena satu utang yang belum dibayar yang ditentukan oleh pengadilan niaga telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Secara jelas pengadilan niaga salah menerapkan hukum dan mengabaikan pertimbangan berkaitan dengan kepentingan publik yang luas.

Page 20: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Analysis Hukum (contd.)*

• Rumusan Pasal 2 ayat 5 UUK PKPU dapat memberikan kekebalan kepada perusahaan asuransi dari kepailitan berbahaya terhadap penerapan asas kepastian hukum bagi perusahaan asuransi membunuh kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan asuransi

• Untuk mengatasi permasalahan itu, peranan Menteri Keuangan secara internal harus bertindak sebagai pengawas dan pembina untuk menyelesaikan sengketa berdasarkan Undangundang Perasuransian, Menteri Keuangan seharusnya tidak menolak tetapi harus meneruskan pengajuan permohonan pailit tersebut ke Pengadilan Niaga. Dengan demikian, yang berwenang untuk menentukan kepailitan perusahaan asuransi hanyalah Pengadilan Niaga dan bukan Menteri Keuangan.

Page 21: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Kesimpulan*

• Keputusan Pailit bukan hanya berdasarkan hutang yang tidak dapat dibayar lunas sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 (UUKPKPU) tetapi juga utang harus dapat dibuktikan secara sederhana (Pasal 8 ayat (4))

• Kewenangan Menteri Keuangan dalam Pasal 2 ayat (5) UUKPKPU yang diberikan oleh pembentuk Undang-undang hanya menyangkut kedudukan hukum (Legal Standing). Menteri Keuangan sebagai pemohon dalam perkara kepailitan karena fungsinya sebagai pemegang otoritas di bidang keuangan dan sama sekali tidak memberikan keputusan Yudisial yang merupakan kewenangan Hakim. Kewenangan yang diberikan oleh pembuat Undang-undang terhadap instansi yang berada di lingkungan Eksekutif itu bukan merupakan wewenang mengadili (yustisial).

Page 22: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

* Saran*

1. Pengadilan Niaga perlu lebih hati-hati dalam pembuktian hutang secara sederhana

2. Perlu dibuat aturan mengenai bagaimana hak-hak para kreditor untuk mengajukan kepailitan perusahaan asuransi melalui Menteri Keuangan. Jika Menteri Keuangan gagal menyelesaikan sengketa antara kreditor dengan perusahaan asuransi tersebut secara internal, sedangkan permohonan pailit tersebut beralasan, selain wewenang Menteri Keuangan untuk mencabut izin usaha perusahaan asuransi tersebut, Menteri Keuangan juga dapat meneruskan permohonan pailit tersebut ke Pengadilan Niaga.

Page 23: Kasus Pailit PT Prudential_ syndicate 3_x47.pptx

THANK YOU