19
Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor Gubernur Kalsel Keluhkan Terbengkalainya Pengembangan Bandara Metrotvnews.com, Banjarmasin: Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin mengeluhkan terbengkalainya rencana pengembangan Bandara Syamsuddin Noor menjadi bandara internasional akibat belum tuntasnya proses pembebasan lahan. "Kami telah berupaya mempercepat proses pengembangan Bandara Syamsuddin Noor dan sejak lama telah mengusulkan penambahan landasan pacu agar sesuai standar bandara internasional," kata Rudy, di Banjarmasin, Selasa (19/3). Sedianya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan (Kalsel) bersama PT Angkasa Pura I akan mengembangkan Bandara Syamsuddin Noor menjadi bandara internasional. Pengembangan itu berupa pembangunan terminal, perbaikan apron, taxi way dan penambahan serta perpanjangan landasan pacu dari 2.500 meter menjadi 3.000 meter. Namun, rencana pengembangan sejak 2012 tersebut terkendala belum tuntasnya proses pembebasan lahan seluas 108 hektare. Sebelumnya Director Operation and Engineering PT Angkasa Pura I Harjoso mengatakan pihaknya juga telah bertemu dengan Tim 9 pembebasan lahan bandara dan diketahui banyak lahan untuk pengembangan bandara belum dapat dibebaskan.

Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor - Copy_1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fix

Citation preview

Page 1: Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor - Copy_1

Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor

Gubernur Kalsel Keluhkan Terbengkalainya Pengembangan Bandara

Metrotvnews.com, Banjarmasin: Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin mengeluhkan terbengkalainya rencana pengembangan Bandara Syamsuddin Noor menjadi bandara internasional akibat belum tuntasnya proses pembebasan lahan.

"Kami telah berupaya mempercepat proses pengembangan Bandara Syamsuddin Noor dan sejak lama telah mengusulkan penambahan landasan pacu agar sesuai standar bandara internasional," kata Rudy, di Banjarmasin, Selasa (19/3).

Sedianya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan (Kalsel) bersama PT Angkasa Pura I akan mengembangkan Bandara Syamsuddin Noor menjadi bandara internasional. Pengembangan itu berupa pembangunan terminal, perbaikan apron, taxi way dan penambahan serta perpanjangan landasan pacu dari 2.500 meter menjadi 3.000 meter.

Namun, rencana pengembangan sejak 2012 tersebut terkendala belum tuntasnya proses pembebasan lahan seluas 108 hektare.

Sebelumnya Director Operation and Engineering PT Angkasa Pura I Harjoso mengatakan pihaknya juga telah bertemu dengan Tim 9 pembebasan lahan bandara dan diketahui banyak lahan untuk pengembangan bandara belum dapat dibebaskan.

PT Angkasa Pura semula menargetkan pengembangkan menjadi bandara internasional selesai pada 2014. Bahkan operusahaan itu telah menganggarkan dana secara multi years untuk pengembangan fasilitas bandara sebesar Rp540 miliar, terdiri dari Rp290 miliar untuk pembebasan lahan dan Rp250 miliar untuk pembangunan atau konstruksi. (Denny S Ainan)

Page 2: Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor - Copy_1

Dipertanyakan, Pertemuan Tertutup Ketua P2T dengan Sucofindo

Pengembangan Bandara Syamsudin Noor sebagai upaya memberi kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jasa penerbangan. Kapasitas bandara tersibuk ketiga di Indonesia ini sudah tidak memadai.

Sementara mencari lahan baru untuk sebuah bandar udara tidak semudah membalikkan telapak tangan. Persoalannya untuk menentukan arah angin yang baik bagi pendaratan pesawat saja perlu waktu minimal lima tahun. Alhasil, isu berkembang bahwa PT. Angkasa Pura I Cabang Syamsudin Noor akan merelokasi bandar udaranya ke daerah Kecamatan Peleihari, Kabupaten Tanah Laut, sangat tidak mungkin.

Disamping itu mengubah simpul distribusi transportasi darat semulus di Landasan Ulin, Banjarbaru tidak gampang. Itu sama saja harus memporakporandakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dua daerah, baik di Kota Banjarbaru maupun Kabupaten Tanah Laut.

Adalah Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin dan PT. Angkasa Pura I merentang program peningkatan kemampuan Bandara Syamsudin Noor. Usulan itu diajukan ke Pemerintahaan Pusat hingga akhirnya PT. Angkasa Pura mendapatkan amanat dari Menteri Negara BUMN sebagai user dalam pengembangan Bandara Syamsudin Noor.

Pengembangan bandara diperlukan lahan seluas 102 hektare bahkan bisa mencapai hingga 187 hektare, kata Syahriani Syahran. Dua wilayah yang bakal dicaplok untuk pengembangan bandara, adalah Kelurahan Syamsudin Noor dan Guntung Payung, Kecamatan Landasan Ulin. Luas lahan di wilayah Kelurahan Guntung Payung sekitar 38 hektare, dan sisanya berada di Kelurahan Syamsudin Noor 64 hektare.

Sayangnya, di atas lahan Jalan Tegal Arum, RT 43 RW 09 Kelurahan Syamsudin Noor itulah terjadi tumpang tindih pemilikan lahan, yang diakui sebagai milik Drs. H. Syaifullah bin (alm) Gusti Abdul Kadir. Luasnya sekitar 21 hektare. Sementara di daerah itu 49 pemilik lahan sudah mengantongi surat-surat pemilikan lahan yang sah.

Hingga kini 49 pemilik lahan menolak pembayaran ganti rugi lahan pembebasan pengembangan bandara karena adanya klaim orang yang mengaku lahan itu miliknya. “Kami memiliki hak yang sah atas lahan itu. Jadi, warga sepakat memasang baliho sebagai tanda

Page 3: Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor - Copy_1

memperjelas kepemilikan kami. Dalam baliho itu tercantum nomor surat para pemiliknya sesuai data yang outentik,” kata Sudiyono.

Dari hasil penelurusan Buser Kriminal selama di Banjarbaru, menurut sumber di pemerintah kota, di sela-sela rapat penetapan ganti rugi, ada pertemuan tertutup antara Syahriani Syahran dengan pihak Sucofindo, selaku tim penilai atau appraisal sebelum penetapan nilai ganti rugi pada 16 April 2012. Yang menjadi pertanyaan, apa di balik pertemuan tertutup antara ketua P2T dengan pihak Sucofindo?

Akhirnya tanah diklasifikasikan menjadi tanah perumahan, tanah pemukiman, tanah kosong/tanah perkebunan dengan harga ganti rugi tanah permeter persegi ditetapkan untuk tanah perumahan Rp 340.000, tanah pemukiman Rp 275.000, dan tanah kosong/tanah perkebunan Rp 255.000.

Menanggapi nilai ganti rugi lahan tersebut, Sudiyono atas nama 49 pemilik lahan di daerah Tegal Arum menyebut, nilai ganti rugi itu tidak sesuai dengan harga pasar yang berlaku. Apalagi daerah itu termasuk strategis di Banjarbaru sehingga tidak mengherankan jika kemudian ’mendadak’ muncul dokumen tanah di atas lahan mereka hingga memunculkan persoalan baru bagi P2T.

Sudiyono, pensiunan TNI ini pun pada 4 Juni 2012 melaporkan kasus tindak pidana kejahatan menyuruh menempatkan keterangan palsu ke dalam akta outentik sebagai dimaksud dalam Pasal 266 KUHP dengan laporan nomor LP.TBL/550/VI/2012/Kalsel/Dit Reskrim Umum.

Berdasar laporan itu pihak penegak hukum memeriksa beberapa saksi termasuk dari BPN Banjarbaru. Tetapi Lurah Syamsudin Noor, Dardansyah yang baru menjabat 4 bulan,  tidak bisa banyak memberikan keterangan. “Saya baru menjabat di sini,” cetusnya menjawab pertanyaan Buser Kriminal.

Sama halnya dengan Camat Landasan Ulin Drs. H. Nadjmi Adhani, MSi. “Saya belum tahu banyak soal tanah di Syamsudin Noor dan Guntung Payung. Meski demikian, tidak sedikit kasus tanah  diadukan pada saya,” kata camat.Nadjmi Adhani mengaku melihat peta tanah yang akan dibebaskan. “Sebelum ada program pembebasan lahan bandara, lahan di Guntung Payung dan Tegal Arum masih dalam kondisi hutan tidak terawat, dibiarkan begitu saja. Tetapi sekarang, tiba-tiba banyak pihak mengaku memiliki lahan di daerah itu hingga terjadi tumpang tindih pemilikan,” ujarnya.

Pembebasan lahan untuk bandara ditargetkan oleh Gubernut Kalsel rampung pada akhir Juli 2012. Namun kenyataan di lapangan tidak semulus target sang kepala daerah. Pasalnya, 60 persen lahan yang akan dibebaskan masih bermasalah.Sampai awal Juli 2012, menurut Eko Widowati dari BPN Banjarbaru, baru sekitar 20 persen lahan dibebaskan.

Wakil Gubernur Kalsel Rudy Resnawan sempat menyatakan, masyarakat pemilik lahan maupun PT Angkasa Pura I dapat menemukan solusi melalui penetapan harga yang tidak merugikan masyarakat. Berlarutnya proses pembebasan lahan dapat mengancam realisasi pengembangan Bandara Syamsudin Noor.

Akankah nasib bandara di Banjarbaru ini sama dengan yang dialami Bandara Kualanamu sebagai bandara pengganti Polonia Medan yang terkatung-katung tanpa kejelasan? *TIM

Page 4: Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor - Copy_1

P2T Banjarbaru Lakukan Pembohongan Publik

Banjarbaru, (Buser Kriminal)Panitia Pembebasan Tanah (P2) Banjarbaru memanipulasi data dan melakukan pembohongan publik dalam proses pembebasan dan ganti rugi lahan untuk perluasan Bandar Udara Syamsudin Noor di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

P2T yang dikomandoi Sekretaris Daerah Kota Banjarbaru Syahriani Syahran  menyatakan, bahwa warga yang sudah bersedia melepas haknya sudah mencapai 80 persen, sedangkan warga yang belum bersedia melepas haknya dengan luas total lahan 45,6 hektare. Sementara luas lahan dicaplok perluasan bandara 102 hektare.

Panitia juga menyatakan lahan bermasalah sebanyak 60 persen tapi tidak bisa dipertanggung jawabkan dan dipetakan. Dalam pembebasan ini terkesan tidak ada keseriusan dalam menangani, di mana  saat diperlukan warga, ketua P2T Syahriani Syahran malah berangkat umrah.

General Manager Angkasa Pura 1 Cabang Syamsudin Noor,  Gerrit N. Mailenzun pun berangkat ke  Yerussalem, seolah melepas tanggung jawab sedangkan yang sudah verifikasi menunggu pembayaran belum dibayar, akhirnya saling menyalahkan antara panitia dengan Angkasa Pura 1.

Menurut Sudiyono selaku kuasa dari 46 warga pemilik lahan di daerah Tegal Arum,  dasar perbandingan tim penilai dari tim Sucofindo Surabaya tidak tranparan yang dibuat perbandingan adalah perumahan Wengga I V daerah lapangan Golf yang jaraknya sekitar 3 km dari Bandara Syamsudin Noor.

Sementara Perpres No. 36 tahun 2005 dan  Perpres  Perubahan  Nomor 65 tahun 2006 sangat bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012. Seharusnya P2T bisa mengacu pada Pasal 58 UU Nomor 2 tahun 2012.

Dalam Keppres Nomor 36 tahun 2005 dan  Keppres Perubahan Nomor 65 tahun 2012 untuk ganti rugi tanah tidak disebutkan harga tanah kosong, tanah perkampungan dan tanah perumahan. Apalagi dalam Pasal 12  yang berbunyi ganti rugi dalam rangka pengadaan tanah

Page 5: Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor - Copy_1

diberikan untuk hak atas tanah, bangunan, tanaman, benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.

“Kami  tidak menyalahkan tim panitia karena bekerja berdasarkan Keppres  Nomor  36 tahun 2005 dan perubahannya yang dituangkan Peraturan Badan Pertanahan Nasional Nomor 03 tahun 2007. Tapi dalam pelaksanaannya banyak sekali yang tidak sesuai aturan. Antara lain tidak adanya nego ulang atau musyawarah dengan warga yang tidak sepakat harga. Tidak diumumkan hak warga berupa ukuran tanah, bangunan, tanaman tumbuh hingga akhirnya sebagian pemilik hak mengajukan komplain.

P2T untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat rencana pembebasan lahan hanya wacana saja tanpa pelaksanaan. Pemetaan tanah sudah ditandatangani tapi masih menerima data warga yang menyusul dan memberi peluang mafia tanah dan oknum panitia bersekongkol,  yang akhirnya menghambat kinerja P2T kurang tegas.

Panitia tidak menetapkan harga dulu kepada warga tentang harga  tanah, bangunan, tanaman tumbuh, dan akhirnaya terjadinya konflik. Tim Sucofindo Surabaya  pun tidak transparan, apalagi informasi yang dipakai untuk perbandingan  patokan harga di perumahan Wengga 4 perumahan golf.

Untuk perluasan Bandara Syamsudin Noor Angkasa Pura 1 membutuhkan lahan seluas 102 hektare. Rinciannya tanah provinsi 16,4 hektare, fasilitas umum 7 hektare, lahan warga yang sudah setuju 34 hektare, dan lahan warga yang belum sepakat dengan harga yang ditetapkan P2T sejumlah 45,6 hektare.

Warga yang  mempertahankan hak meminta harga  yang    layak, tegas Sudiyono.  Dan bukan semata untuk mencari keuntungan dengan adanya perluasan bandara. Warga yang lahannya terkena pembebasan ini berharap bisa mendapatkan kehidupan yang layak. Bukan malah sebaliknya.

Disamping itu akibat dari pembebasan ikut juga terkena imbasnya antara lain harus mencari permukiman baru, mninggalkan histori yang  tidak mudah dilupakan, kehilangan mata pencaharian, dan usaha. *UTJE

Page 6: Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor - Copy_1

Dewan Ragukan Tim Pembebasan Lahan Bandara

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Usai menerima 150 warga Syamsudin Noor dan Guntung Payung DPRD Banjarbaru langsung menggelar rapat denga Tim Pembebasan Lahan Pemko Banjarbaru.

Tak hanya mempertanyakan keluhan yang disampaikan warga, dewan dalam rapat yang digelar dari siang hingga sore ini juga meragukan legalitas tim pembebasan lahan.

Dewan memiliki alasan sendiri. Menurut Ketua DPRD Banjarbaru Arie Sophian, tim ini bekerja berdasarkan Perpres No 36/2005. PP ini, merupakan tindak lanjut dari UU Agraria No 5/1960.

Sedangkan, ketika tim ini bekerja telah berlaku UU No 2/2012 yang mengatur tentang pengadaan tanah untuk fasilitas umum.

Arie yang didamping Wakil Ketua Iwan Budiman maupun Joko Triono serta anggota dewan lainnya yakin UU No 2/2012 lah yang paling tepat diterapkan dalam proses pembebasan lahan Bandara Syamsudin Noor.

"Di dalam UU No 2/2012 tersebut jelas sekali disebutkan pada pasal 58 huruf B bahwa persoalan tanah yang masih berlangsung dilakukan berdasarkan aturan UU No 2/2012 ini. Jadi, gimana apakah tim ini tetap melanjutkan," kata Arie Sophian kepada tim pembebasan lahan yang dipimpin Sekda Sjahriani Syahran.

Arie menambahkan, UU NO 2/2012 ini memang belum ada peraturan pemerintahnya. Tetapi, UU ini adalah lex spesialis sedangkan perpres No 36/2005 ini sangat umum. Apalagi didalamnya, ada poin-poin yang sangat bertentang dengan UU No 2/2012.

Di antaranya, di dalam UU No 2/2012 ini untuk proses pembebasan lahan penetapan harga dilakukan oleh lembaga pertanahan. Pemerintah daerah, sifatnya hanya memverifikasi. Bukan, seperti yang sekarang tim yang menetapkan.

"Itulah sebabnya, kenapa kemudian kami mempertanyakan ini. Karena Ada hal-hal yang begitu krusial," katanya.

Page 7: Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor - Copy_1

Ketua Tim Pembebasan Lahan Sjahriani Syahran mengakui, saat aturan UU No2/2012 turun pihaknya juga sempat bingung karena tidak ada peraturan pemerintah yang secara teknis memberikan gambaran pelaksanaan UU tersebut.

"Karena itulah, atas dasar keyakinan timnya kemudian tetap melanjutkan bekerja melakukan pembebasan lahan Bandara Syamsudin Noor," katanya.

Gambaran umum masterplan pengembangan Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin :

1.Runway diperpanjang 500 meter (Lebar=45 m), semula 2500 meter menjadi 3000 meter dengan konstruksi rigid, dengan nilai PCN = 81

2.Pembuatan Taxiway pararel dengan konstruksi rigid ukuran Panjang 2.025 m & Lebar 23 m

3.Pembuatan appron baru dengan konstruksi rigid ukuran luas 71.653 m2 (P=295,5m ; L=242,48m)

4.Pembuatan pagar wiremesh

5.Pemasangan/pemindahan alat bantu penerbangan

6.Pembuatan marka membutuhkan biaya

7.Studi-studi Review membutuhkan biaya

Proses pengembangan masih terus berjalan dan saat ini masih berada pada fase pembebasan lahan. Kita mengapresiasi penuh terhadap kinerja tim P2T Kota Banjarbaru yang sudah bekerja ekstra keras agar seluruh lahan yang diperlukan untuk pengembangan bandara bisa segera dibebaskan.

Jika lahan sudah semuanya dibebaskan, maka sesuai ketentuan yang ditetapkan pemerintah, pengembangan sisi darat yaitu pembangunan terminal baru dan lahan parkir baru serta area komersil akan dilaksanakan oleh PT. Angkasapura I

Sedangkan area sisi udara yaitu perpanjangan runway, pembuatan taxiway pararel, perluasan appron dll menjadi tanggungan pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Dari hasil perhitungan DED (Detail Engineering Design), biaya konstruksi yang dibutuhkan cukup besar (dan saat ini kami masih terus mengevaluasi disain agar biaya dapat terus ditekan).

Page 8: Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor - Copy_1

Perpanjangan runway menjadi 3000 meter adalah prioritas utama kami, karena rencananya, pemerintah saudi hanya akan mengizinkan pesawat jenis B767-500 dengan kapasitas sekitar 500 seat yang diperbolehkan landing di King Abdul Aziz (untuk mengurangi krodit). Sementara ini, dengan kondisi runway 2500 meter hanya mampu digunakan untuk pesawat jenis B767-300 dengan kapasitas 326 seat dan jika rencana tersebut terealisasi tentunya pesawat jenis tersebut dilarang landing di King Abdul Aziz.

Jika ini terjadi, Efeknya sangat besar….Kalsel tidak bisa menjadi embarkasi haji, dan jamaah haji kalsel harus berangkat melalui bandara lain (juanda, soetta atau yang lainnya).

Selain itu, target kami adalah agar Bandara Syamsudin Noor bisa menjadi bandara internasional sepenuhnya (saat ini masih berstatus bandara internasional haji). Beberapa bulan yang lalu, perwakilan dari changi airport dan silk air singapore melakukan kunjungan ketempat kami dan berencana akan membuka rute Banjarmasin-Singapura. Kita tentunya menyambut baik hal tersebut, namun yang menjadi kendala adalah masalah imigrasi, karantina dll yang belum ready.

Jika masalah diatas bisa diselesaikan, kami pun menargetkan agar jamaah umrah bisa langsung berangkat dari banjarmasin ke saudi, tanpa harus melalui juanda atau soetta.Dalam masterplan, kami juga mendisain adanya pararel taxiway. Gunanya agar pesawat yang sudah landing tidak perlu lagi turning untuk menuju appron, melainkan terus memasuki paparel taxiway lalu menuju appron sehingga waktu holding pesawat di udara tidak terlalu lama dan memperlancar sirkulasi pergerakan pesawat yang takeoff maupun yang landing. Mohon doa semua pihak agar semua impian kita bisa terwujud.

Bandara Syamsudin Noor Dibayangi Penghentian Embarkasi Haji

Posted on Maret 19, 2013 by hasanzainuddin

Oleh Hasan Zainuddin

Banjarmasin, 14/3 (Antara) – Berita terkait kebijakan Pemerintah Arab Saudi yang melarang pesawat berbadan kecil mendarat di Bandara negeri itu selama musim haji mendatang telah melahirkan kekhawatiran banyak pihak, termasuk masyarakat Provinsi Kalimantan Selatan.

Page 9: Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor - Copy_1

Pasalnya, masyarakat Kalsel yang dominasi beragama Islam tersebut sudah merasa “bahagia” setelah salah satu bandar udara (Bandara) di wilayah ini, yakni bandara Syamsudin Noor Banjarmasin sejak tahun 2004 sudah ditetapkan sebagai Bandara embarkasi haji.

Dengan status Embarkasi haji, masyarakat Kalsel yang menunaikan ibadah haji bisa terbang langsung dari Bandara Syamsudin Noor ke Bandara King Abdul Azis, Jenddah Arab Saudi.

 

Landasan Pacu

Padahal sebelum tahun 2004 warga Kalsel ke tanah suci menunaikan rukun Islam kelima tersebut harus terlebih dahulu terbang dan menginap Ke Bandara Juanda Surabaya, atau Ke Sepinggan Balikpapan, bahkan ke Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta.

Karena dinilai merepotkan waktu itu berbagai upaya Pemerintah Prmprov Kalsel dan masyarakatnya memperjuangkan Bandara Syamsudin Noor menjadi Embarkasi Haji, tentu dengan memperluas bandara tersebut hingga mampu didarati pesawat dengan penumnpang 350 orang.

Keberhasilan mengubah Bandara Syamsudin Noor sebagai embarkasi haji hingga memancing jemaah calon haji provinsi lain juga ikut terbang di bandara tersebut seperti dari provinsi Kalimantan Tengah, akhirnya Bandara Syamsudin Noor yang sudah memiliki asrama haji tersebut tiap tahun kian ramai saja.

Tetapi setelah adanya kebijakan pemerintah Arab Saudi tersebut apakah pada musim haji 2013 ini Bandara Syamsudin Noor masih bisa menjadi embarkasi haji?.

Menurut informasi, Pemerintah Saudi Arabia hanya memperbolehkan pesawat berbadan besar semacam air bus untuk mendarat di bandara mereka guna mengurangi intensitas kepadatan di bandara mereka itu.

Sebaliknya, kondisi Syamsudin Noor sendiri belum mampu untuk menampung pesawat berbadan besar tersebut.

Pemerintah Saudi hanya akan mengizinkan pesawat jenis B767-500 dengan kapasitas sekitar 500 seat yang diperbolehkan landing di bandara King Abdul Aziz.

Page 10: Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor - Copy_1

Sementara ini, Bandara Syamsudin Noor dengan kondidi runway (landasan pacu) hanya panjang 2500 meter dengan demikian hanya bisa didarati pesawat pesawat jenis B767-300 dengan kapasitas 326 seat.

Jika rencana pemerintah Arab Saudi tersebut benar-benar terwujud, tentunya pesawat jenis tersebut dilarang landing di King Abdul Aziz.

“Jika ini terjadi, efeknya sangat besar. Kalsel tidak bisa menjadi embarkasi haji lagi. Jamaah Kalsel sendiri kembali harus berangkat melalui bandara lain lagi,” ungkap Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Kalsel, M Takhim, kepada wartawan.

Menurut dia untuk mengimbangi keinginan pemerintah Arab Saudi tersebut tentu harus diimbangi dengan pengembangan Bandara Syamsudin Noor sendiri, dan itu tergantung sangat tergantung pembebasan lahan yang hingga kini belum tuntas.

“Setidaknya Bandara Syamsudin Noor memiliki panjang runway minimal panjang 3000 meter, bila itu terwujud maka pesawat berbadan besar sudah bisa mendarat,” katanya.

Selain perpanjangan runway yang juga harus dilakukan di Bandara Syamsudin Noor yang berjarak sekitar 28 kilometer dari pusat Kota Banjarmasin tersebut itu adalah perbaikan terminal penumpang baik kedatangan maupun keberangkatan.

Selain itu untuk melayani adanya pesawat berbadan besar maka juga harus ada perpanjangan runway, pembuatan taxiway paralel, perluasan apron, dan lainnya.

Proses pengembangan Bandara yang menjadi kebanggaan masyarakat Kalsel tersebut masih terus berjalan dan saat ini masih berada pada fase pembebasan lahan.

Pemprov Kalsel kini terus berharap kinerja tim pembebasan lahan Kota Banjarbaru untuk berusaha agar seluruh lahan yang diperlukan untuk pengembangan bandara bisa segera dibebaskan.

“Jika lahan sudah semuanya dibebaskan, maka sesuai ketentuan yang ditetapkan pemerintah, pengembangan sisi darat yaitu pembangunan terminal baru dan lahan parkir baru, landasan pacu akan segara dilaksanakan,” katanya.

Belum JelasKabar akan dihentikannnya Bandara Syamsudin Noor sebagai embarkasi haji sebenarnya

Page 11: Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor - Copy_1

hingga kini belum jelas, dan isu mengenai tersebutpun berhembus setelah adanya kabar mengenai kebijakan pemerintah Arab Saudi tersebut.

Untuk memastikan persoalana tersebut Dinas Perhubungan bersama DPRD Kalsel bakal mendatangi Kementerian Perhubungan untuk menanyakan tentang ancaman penghapusan Bandara Syamsudin Noor sebagai embarkasi haji.

Kepala Bidang Angkutan Udara Dinas Perhubungan Kalsel, Ismail Iskandar, di Banjarmasin, Selasa (12/3) mengatakan, pihaknya akan mempertanyakan masalah tersebut.

“Sampai sekarang kami memang belum mendapatkan informasi langsung dari pihak terkait mengenai persoalan tersebut, namun kita tetap harus antisipasi mumpung masih ada waktu,” katanya.

Sebelumnya Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Kalsel Arsyadi mengatakan menada, pihaknya belum mendapatkan penjelasan dan menerima surat terkait persoalan Bandara Syamsudin Noor yang terancam dihapuskan menjadi embarkasi haji.

Namun, kalau memang benar informasi tersebut, tambah dia, PT Angkasa Pura masih memiliki waktu untuk membangun atau menambah landasan pacu sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

“Waktu sekitar delapan atau tujuh bulan masih sangat memungkinkan untuk membangun tambahan landasan pacu tersebut, tinggal kebijakannya mendukung atau tidak,” katanya.

Menurut Arsyadi, untuk memperjelas persoalan tersebut, pihaknya segera melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Pihak DPRD Kalsel sendiri menanggapi serius persoalan tersebut, sehingga meminta Pemprov Kalsel turun tangan dan bergerak cepat untuk menyelesaikan atau mencari solusi agar status embarkasi haji pada Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin tidak jadi dicabut.

“Kalau permasalahan ini tidak ditanggapi serius, jangan salahkan Arab Saudi menentukan kebijakannya,” kata Ketua Komisi I bidang hukum dan pemerintahan DPRD Kalsel Achmad Bisung.

Ia juga mengingatkan kepada PT Angkasa Pura selaku pengelola Bandara Syamsudin Noor segera menindaklanjuti persoalan ini untuk mencari jalan keluar agar status embarkasi haji itu.

Permasalahan pencabutan status ini tentu saja membuat semua kalangan keberatan dan kecewa, karena embarkasi haji di bandara tersebut merupakan kebangaan masyarakat mayoritas Muslim ini.

“Saya tidak setuju kalau status embarkasi haji dicabut. Jadi bagaimana cara PT Angkasa Pura harus memperpanjang runway sesuai dengan permintaan Pemerintah Arab Saudi agar pesawat besar bisa mendarat di Bandara Syamsudin Noor,” cetusnya.

Menurut Bisung, kalau memang PT Angkasa Pura tidak sanggup menyelesaikan masalah ini, maka lebih baik pengelolaannya diserahkan saja ke Pemprov Kalsel saja.

Page 12: Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor - Copy_1

60% Lahan Masih Bermasalah

Dari total 92 hektare lahan yang siap digantu rugi terkati pengembangan bandara Syamsuddin Noor, 60% nya masih bermasalah dengan kasus tumpang tindih. Hal tersebut disampaikan Ketua Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Banjarbaru, Kamis, (10/5) ketika tahap awal verifikasi lahan di Aula Gawi Sabarataan Pemko Banjarbaru, kemarin. Menurutnya, sampai saat ini baru dua warga yang mengajukan surat keberatan ke BPN untuk diminta melakukan pengukuran ulang karena adanya klaim di atas lahan yang mereka miliki. “Penyelesaian akan dilakukan dengan jalan musyawarah yaitu dengan membentuk tim mediasi agar tidak timbul permasalahan baru yang dapat merugikan warga,” ujarnya.

Masalah itu dibenarkan GM PT Angkasa Pura I Gerrit Mailenzun. Dituturkannya, Permasalahan tumpang tindih lahan tersebut berdampak terhadap rencana pembangunan untuk pengembangan Bandara Syamsuddin Noor yang awalnya diasumsikan pada Juli 2012. “Resikonya, pembangunan mundur. Karena tidak mungkin pihak AP membangun di atas bangunan orang, kan,” katanya. Ketua Panitia Pembebasan Lahan Bandara Dr Syahriani Syahran mengatakan, untuk tahap pertama dipanggil 28 orang pemilik lahan kosong dan beberapa lahan rumah warga Syamsuddin Noor dan Guntung Payung. “Saat ini sedang dilakukan tahap pendaftaran dan verifikasi oleh sektar 28 warga yang diundang p anitiaberdasarkan data dari BPN yang telah melakukan pengukuran ulang dan tidak terdapat permasalahan administrasi,” ungkapnya.

Page 13: Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor - Copy_1

Meski demikian, pembayaran yang semula dikabarkan panitia pada 10 Mei 2012 harus tertunda kembali. Karena hasil laporan dari verivikasi tahap pertama harus dilaporkan dulu, barulah uang ganti rugi untuk 28 orang pemilik lahan yang berukuran 4 hektare berjumlah 3,8 milyar dicarikan. “Uang itu akan cair 16 Mei 2012,” pungkasnya.

Pembangunan Bandara

Syamsudin Noor Mencapai Rp600 miliar

Skalanews - Pembangunan Bandara Syamsudin Noor di Banjarmasin, Kalimantan Selatan diperkirakan menelan biaya Rp600 miliar, perhitungan ini berdasarkan asumsi biaya konstruksi per meter persegi sebesar Rp12 juta dengan luasan bangunan yang disiapkan mencapai 50.000 meter persegi

"Penghitungan kami, biaya pembangunan bandara termasuk fasilitas seperti terminal kedatangan dan keberangkatan beserta seluruh sarana dan prasarana pendukungnya mencapai Rp600 miliar," kata General Manager PT (Persero) Angkasa Pura I Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Gerrit N Mailenzun , pada Selasa (22/5).

Dalam pengajuan proposal pembangunan, pihaknya mengusulkan membangun seluas 60.000 meter persegi namun Gerrit memperkirakan hanya 50.000 meter persegi yang disetujui.

"kemungkinan luasan bangunan yang disetujui seluas 50.000 meter persegi sehingga anggaran yang dibutuhkan dengan asumsi biaya konstruksi Rp12 per meter maka mencapai Rp600 miliar," ungkapnya.

Page 14: Kasus Pembebasan Tanah Rencana Perluasan Bandara Syamsudin Noor - Copy_1

Gerrit menambahkan saat ini pembangunannya sedang dalam proses pembebasan lahan, dia mengatakan dengan pembangunan ini diharapkan dapat menampung penumpang sebanyak 5 juta orang per tahun.

Disebutkan, pertumbuhan penumpang yang menggunakan jasa angkutan udara melalui Bandara Syamsudin Noor setiap tahun mengalami peningkatan signifikan sehingga dibutuhkan penambahan luasan bandara dan fasilitasnya.

Pada tahun 2010, jumlah penumpang yang menggunakan jalur transportasi udara mencapai 2,5 juta orang dan sepanjang 2011 tercatat mengalami peningkatan menjadi 3,4 juta orang.

Sampai dengan bulan April 2012 penumpang sudah mencapai 1 juta orang diperkirakan hingga akhir 2012 jumlah penumpang dapat mencapai 3,5 juta orang.

Ia mengatakan pihaknya mengharapkan rencana pengembangan bandara mendapat dukungan seluruh pihak termasuk pemilik tanah yang masuk dalam areal pengembangan bandara kebanggaan masyarakat Kalsel itu.(Khaled Muhamad)