30
i

KATA PENGANTAR - dpmptsp.kaltimprov.go.id · mencapai Visi daerah mewujudkan ... kembali buku yang telah dibuat pada tahun 2005 “ Profil Proyek ... adalah 58.598 ekor yang tersebar

  • Upload
    hangoc

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

i

KATA PENGANTAR

Salah satu dari Tiga Skala Prioritas Pembanguna Kalimantan Timur dalam

mencapai Visi daerah mewujudkan Kaltim sebagai Pusat Agroindustri dan Energi

Terkemuka Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera adalah Pembanguna Pertanian.

Dari sejumlah program pembangunan pertanian dalam arti luas di Kalimantan

Timur salah satunya adalah program pengembangan komoditi Sub Sektor Peternakan

melalui usaha budidaya sapi. Mengingat Sub sektor peternakan ini memiliki peranan

yang penting baik dalam pembangunan ekonomi, sosial maupun ekologi, serta

merupakan salah satu sub sektor yang berbasis sumberdaya alam yang dapat

diperbaharui.

Guna memberikan informasi terperinci mengenai pengembangan budidaya

sapi, Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah Kalimantan Timur menerbitkan

kembali buku yang telah dibuat pada tahun 2005 “ Profil Proyek Pengembangan Sapi

Potong di Kalimantan Timur, Sebuah Investasi Yang Menguntungkan” dengan

maksud untuk memudahkan para calon investor memperoleh informasi dalam

mengambil keputusan berinvestasi.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses penerbitan

buku ini, kami mengucapkan terima kasih. Akhirnya semoga buku ini bermanfaat bagi

kita semua.

Samarinda, Juni 2009

Badan Perijinan dan Penanaman Modal

Daerah Provinsi Kalimantan Timur

Kepala

H. Nusyirwan Ismail

ii

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel iii

Daftar Gambar iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Maksud dan Tujuan 2

1.3. Kegunaan 2

BAB II TINJAUAN PROFIL PROYEK POTENSIAL

2.1. Potensi Bahan Baku 3

2.2. Lokasi 4

2.3. Sarana dan Prasarana 8

2.4. Analisis Produksi 10

2.5. Analisis Ekonomi 13

BAB III PENUTUP 26

iii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Siklus produksi sapi potong selama 10 tahun ......................................... 13 Tabel 2. Proyeksi Keuntungan Pengembangan Sapi Satu Kali Silkus Produksi ………………… 15 Tabel 3. Kelayakan Usaha Proyek ……………………………………………………………………………………. 15 Tabel 4. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Sapi Potong …………………………………………… 17 Tabel 5. Perkembangan Nilai Ekspor Daging 1998-2003 (000 US$) …………………………………. 18 Tabel 6. Perkembangan Nilai Import tahun 1998-2003 (000 US$) …………………………………… 19 Tabel 7. Jenis Perijinan yang diterbitkan oleh Ijin Pusat ………………………………………………. 22

iv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Ternak Sapi di Kaltim ........................................ 3 Gambar 2. Peta Provinsi Kalimantan Timur ……………………………………………………………………. 4 Gambar 3. Peta Lokasi Usaha …………………………………………………………………………………………… 7 Gambar 4. Jalan dari Pasir ke Balikpapan ………………………………………………………………………. 10 Gambar 5. Kandang Sapi di Sepaku ………………………………………………………………………………... 11

1

I. PENDAHULUAN

Menanamkan modal investasi untuk usaha pengembangan sapi potong di Kalimantan

Timur mempunyai prospek yang baik, menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Dengan

total biaya produksi untuk operasional sapi dan biaya pembuatan pupuk organic sebesar Rp

1.821.598.667,00 untuk skala produksi 304 sapi potong jenis bali atau Rp 5.992.100,88 per

ekor, dalam satu siklus produksi untuk kurun waktu 2 (dua) tahun proyek dapat

menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp. 1.391.681.333,00 atau Rp 4.577.899,00 per

ekor. Diproyeksikan Break Even Point (BEP) bisa dicapai dengan harga jual untuk sapi Rp

2.903.431,00 lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar rata-rata sebesar Rp

4.000.000,00 per ekor umur 2 tahun dengan kapasitas jumlah ternak sapi hanya 221 ekor.

Hasil analisis kelayakan usaha pengembangan sapi dengan proyeksi umur proyek 15

tahun dengan kapasitas penjualan 304 ekor tiap tahun menunjukkan bahwa Net B/C ratio

diperoleh 3,20 (lebih dari satu yang berarti usaha tersebut menguntungkan), nilai

profitability ratio sebesar 3,40 (lebih dari 1), nilai ROI sebesar 72,91 % dan nilai IRR 36,27

% diatas bunga kredit pasar serta nilai NPV sebesar Rp 6.714.003.653,00 (NPV > 1) dengan

nilai pay back period dicapai dalam waktu 4 tahun 6 bulan.

1.1. Latar Belakang Dirjen Produksi Peternakan Departemen Peternakan (2002), menetapkan konsumsi

protein minimum masyarakat Indonesia sebesar 55 gr/kapita/hari, meliputi protein nabati

44 gr dan protein asal hewan 11 gr. Protein hewan asal produk ternak sekitar 4,5

gr/kapita/hari, ini setara dengan 7,6 kg daging, 5,5 kg telur dan 4,6 kg susu. Daging sapi

menyumbang dengan pangsa 25,41 %. Atau memerlukan daging sebesar 6 gr/kapita/hari.

Indonesia pada tahun 2001 yang mempunyai jumlah penduduk sekitar 210,4 juta jiwa dan

tingkat pertumbuhan penduduk 1,66 %, diperlukan daging sapi sebesar 404,2 ribu ton pada

tahun 2002 dan 499,0 ton pada tahun 2005. Kondisi pengembangan peternakan dengan

program reguler seperti sekarang hanya dapat menghasilkan daging sekitar 249,7 ribu ton.

Terdapat kesenjangan suplai sebesar 250 ribu ton daging pada tahun 2005.

Kebutuhan daging sapi pada tahun 2003 di Kalimantan Timur rata-rata sekitar 36.000

ekor/tahun, sedangkan suplai sapi lokal hanya 6.000 ekor/tahun (dari populasi sapi 58.598

ekor), sisanya berasal dari luar Kalimantan Timur (Dinas Peternakan Prov. Kaltim, 2003).

Jika sasaran pembangunan peternakan Kalimantan Timur untuk mencapai swasembada

daging sapi pada tahun 2010, maka populasi sapi ditargetkan sebanyak 491.200 ekor pada

tahun 2008, sehingga diperlukan pemasukan bibit sapi rata-rata 68.000 ekor per tahun

sejak tahun 2004 (Dinas Peternakan Prov. Kaltim, 2003).

Hal tersebut menunjukkan betapa besarnya peluang akan permintaan daging sapi di tingkat local Propinsi Kalimantan Timur. Dibandingkan di pulau Jawa memiliki keterbatasan lahan, Wilayah Kalimantan Timur mempunyai peluang yang cukup besar untuk mengembangkan sapi potong, karena luas dan potensi lahan yang cocok untuk pengembangan ternak sapi potong.

Semakin meningkatnya kebutuhan daging, khususnya daging sapi maka Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mendukung program kecukupan daging sapi 2010 di Kalimantan Timur dan 2005 secara Nasional, selain tetap melanjutkan Program Peningkatan Ketahanan

2

Pangan asal ternak dan Program Pengembangan Agribisnis Peternakan. Hal tersebut sesuai dengan visi dan misi dari Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur yang juga ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kabuipaten dan Kota se Kalimantan Timur.

Peluang eksport daging ke negara-negara muslim sangat terbuka lebar mengingat Indonesia sangat memperhatikan aspek halal dan thoyib yang menjadi suatu prasarat masuknya daging ke negara-negara muslim. Hal ini bisa kita lihat dari slogan produk ternak ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) yang telah dicanangkan oleh Dirjen Peternakan DEPTAN. Selain itu bibit atau bakalan sapi bali sangat diminati oleh manca negara, seperti negara Brunai Darussalam, Malaysia, Australia, namun sampai sekarang belum bisa terpenuhi karena kebutuhan untuk lokal belum tercukupi.

Ditinjau dari aspek ekonomi, investasi pada usaha pengembangan sapi potong menguntungkan dan layak untuk diusahakan, hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai kelayakan usaha atau profitability finansial yang menunjukan nominal kelayakan dan menguntungkan.

1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan disusunnya profil proyek pengembangan sapi potong ini adalah

untuk mengidentifikasi kelayakan teknis, pasar, dan financial. Berdasarkan hasil

identifikasi ini disusun buku yang dapat memberikan informasi mengenai kelayakan teknis,

pasar dan financial pengembangan sapi potong bagi para investor.

1.3. Kegunaan

Diharapkan adanya profil pengembangan sapi potong di Kalimantan Timur akan :

1. Memudahkan bagi calon investor untuk menginvestasikan dananya guna mengembangkan suatu usaha, khususnya sapi potong

2. Memudahkan bagi calon investor untuk mengkaji lokasi yang yang akan dijadikan tempat usaha

3. Membantu calon investor untuk melakukan kajian usaha pengembangan sapi potong.

3

II. TINJAUAN PROFIL PROYEK POTENSIAL

2.1. Potensi Bahan Baku

Keberlangsungan suatu usaha pengembangan sapi potong harus memperhatikan bibit atau ternak bakalan. Bibit sapi dapat berasal dari sapi import (sapi Brahman Cross), maupun sapi local atau dalam negeri (sapi bali, peranakan onggole).

Populasi sapi potong di Kalimantan Timur menurut Dinas Peternakan Prov. Kalimantan

Timur (2003) adalah 58.598 ekor yang tersebar di 13 Kabupaten dan Kota. Populasi sapi

potong tertinggi ada di Kabupaten Kutai Timur, yaitu 12.628 ekor, selanjutnya Kutai

Kartanegara 9.680 ekor, Kutai Barat 7.370 ekor, Berau 6.235 ekor, Samarinda 5.768 ekor,

Bulungan 5.120 ekor, Pasir 3.985 ekor, Penajam Pasir Utara 2.776 dan sisanya tersebar di

beberapa Kabupaten dan Kota lainnya.

Pada Tahun 2004 Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur telah menyebarkan

bibit/baklan sapi potong import/dari Australian sekitar 2400 ekor sapi Brahman Cross, yang

tersebar di Kabupaten Penajam Paser Utara, Pasir, Kutai Kartanegara, Kutai Barat dan Kota

Samarinda.

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Ternak Sapi Di Kalimantan Timur.

Sumber bibit atau bakalan sapi potong yang ada di daerah Kalimantan Timur biasanya berasal dari lokal daerah Kalimantan Timur sendiri,. Sedangkan yang dari luar Kalimantan Timur adalah dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, NTB, Jawa Timur dan Australia.

Usaha penggemukan sapi potong yang telah ada di Kalimantan Timur sebanyak 35

unit yang tersebar di 11 Kabupaten dan Kota, dengan nilai investasi sebesar Rp.

10.350.680.000,-

Wilayah yang cocok dijadikan tempat usaha pengembangan sapi harus cukup subur,

karena untuk suplai pakan hijauan diperlukan lahan untuk menanam Hijauan makanan

ternak. Pada umumnya tempat pengembangan usaha sapi rakyat yang telah ada juga telah

mempunyai kebun rumput juga, seperti di Kabupaten Penajam Paser Utara luas kebun

sekitar 30.00 Ha.

0

2

4

6

8

10

12

14

Jml Sapi

Dalam

(Ribuan)

Kutim Kuker Kubar Berau Samarinda Bulungan Pasir PPU

4

Kebutuhan akan vaksin dan obat-obatan untuk menjamin Kesehatan ternak sapi

juga cukup memadai, yaitu dengan adanya kerjasama Kelompok tani dengan dinas terkait,

serta tersedianya distributor dan kios obat. Usaha penyalur sapronak yang ada di

Kalimantan Timur sebanyak 51, yang terbanyak ada di Samarinda, yaitu 13 unit usaha,

sedangkan lainnya tersebar di Kabupaten dan Kota. Sedangkan tenaga terampil baik dokter

hewan maupun sarjana peternakan dan mantri hewan setiap Kabupaten dan Kota juga

telah ada.

2.2. Lokasi

Propinsi Kalimantan Timur mempunyai luas wilayah sebesar 228.603 km2 atau

22.860.300 hektar yang terdiri dari wilayah

daratan 20.039.500 hektar (87,66 %) dan wilayah

lautan tiga mil dari pantai 2.820.800 hektar

(12,44 %). Luas wilayah tersebut terbagi atas 13

wilayah kabupaten dan kota, yaitu Kabupaten

Paser, Penajam Paser Utara, Kutai Kertanegara,

Kutai Timur, Kutai Barat, Berau, Bulungan,

Malinau, Nunukan, dan kota Balikpapan,

Samarinda, Tarakan, serta Bontang.

Wilayah daratannya sebagian besar terletak pada ketinggian di atas 100 m dari atas

permukaan laut, meliputi areal seluas 12.547.844 ha atau 62,62 % dari luas wilayah

Propinsi Kalimantan Timur. Sedangkan wilayah yang terletak pada ketinggian di bawah 100

m dari permukaan laut seluas 7.491.565 ha atau 7,38 % luas wilayah propinsi ini.

Iklim di Kalimantan Timur berdasarkan karakteristiknya termasuk iklim tropika

basah dengan curah hujan berkisar antara 1.500 – 4.500 mm.tahun. Temperatur udara

rata-rata 26 o C dengan perbedaan temperature siang dan malam antara 5 - 7 o C.

Sedangkan kelembaban udara rata-rata 86 % dengan kecepatan angin rata-rata 5 knot per

jam, dan penyinaran matahari berkisar antara 48,42 – 53,88 % per hari.

Kondisi wilayah Propinsi Kalimantan Timur seperti itu pada umumnya cocok

dikembangkan untuk usaha peternakan seperti sapi potong. Jumlah populasi ternak sapi di

Propinsi Kalimantan Timur sampai tahun 2003 mencapai 58.598 ekor. Jumlah ini masih

belum bisa memenuhi kebutuhan pasar domestik.

Persyaratan teknis untuk pengembangan usaha sapi potong meliputi :

1. Kemudahan dalam memperoleh sapi bibit/bakalan, yang meliputi sapi lokal seperti sapi bali, madura dan peranakan ongole (PO), serta sapi import asal Australia, yaitu sapi Brahman Cross (BC)

2. Lokasi, yaitu meliputi topografi yang relatif datar, tersedia cukup air, kesuburan tanah cukup untuk menanam hijauan makanan ternak, sarana dan prasarana cukup memadai, mudah dijangkau oleh sarana transportasi dan adanya sarana komunikasi serta tersedianya tenaga terampil.

Gambar 2. Peta Propinsi Kalimantan Timur

5

3. Pakan, tersedianya sumber hijauan makanan ternak (HMT) dan bahan baku konsentrat secara kontinyu dan kesinambungan.

4. Tersedianya lokasi pengembangan ternak sesuai dengan peruntukan rencana tata ruang wilayah (RTRW)

5. Adanya kemudahan dalam pengurusan ijin usaha 6. Tersedianya sarana produksi peternakan (sapronak) dan tenaga terampil di bidang

peternakan 7. Peluang pemasaran produk ternak sapi potong yang masih terbuka lebar, baik untuk

kebutuhan lokal, nasional maupun eksport 8. Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung pengembangan usaha sapi potong dan

kemudahan serta jaminan keamanan untuk berinvestasi. Berdasarkan pertimbangan kelayakan indikator kewilayahan dipertimbangkan untuk

menetapkan 2 (dua) wilayah yang dapat dijadikan sebagai daerah prioritas bagi

pengembangan investasi usaha sapi potong, yaitu Kabupaten Pasir dan Penajam Paser

Utara.

Kabupaten Pasir memiliki luas 11.603,94 Km2 yang terdiri dari luas daratan sekitar

1.391.200 ha. Berdasarkan pemanfaatan lahannya, luas daratan yang yang digunakan untuk

Pertanian 2,77 %, untuk perkebunan 9,37 %, untuk pemukiman penduduk 1,08 %, untuk

perikanan 0,37 %, sisanya sebesar 84,28 % berupa lahan hutan dan 2,12 % berupa tanah

kosong. Pengembangan peternakan dapat dilakukan di lahan Pertanian, perkebunan dan

lahan kosong.

Kabupaten Pasir mempunyai 10 kecamatan, yaitu Kecamatan Batu Sopang, Muara

Samu, Tanjung Harapan, Batu Engan, Pasir Balengkong, Tanah Grogot, Kuaro, Long Ikis,

Muara Komam, dan Long Kali. Namun, melalui instansi terkait (Dinas Peternakan

Kabupaten Pasir mengarah pengembangan kawasan ternak ruminansia, khususnya sapi

potong sebagai ternak andalan dan menetapkan sentra pengembangannya di Kecamatan

Pasir Balengkong, Tanah Grogot, Kuaro, dan Long Ikis. Program ini dilakukan dalam rangka

mendukung program swasembada daging dan sinergis dengan pengembangan kelapa sawit

dan tanaman pangan.

Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan salah satu kabupaten termuda di

Kalimantan Timur yang merupakan hasil pemekaran dari kabupaten pasir. Terbentuknya

Kabupaten Penajam Paser Utara berdasarkan UU No. 7 Tahun 2002. Wilayah Kabupaten

Penajam Paser Utara memiliki luas wilayah + 3.333,06 km2 dan terdiri dari 4 (empat)

kecamatan yaitu kecamatan penajam (1.207.37 km2), kecamatan sepaku (1.172,36 km2),

kecamatan waru (553,88 km2) dan kecamatan babulu (399,45 km2) dengan jumlah

penduduk 121.121 jiwa.

Kabupaten Penajam Paser Utara adalah kabupaten baru dimekarkan dan terletak

antara 00o54’43,78” – 01o30’00”LU dan 116o40,54” – 116o49’24,08” BT yang secara

administrative memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kertanegara dan Kota Balikpapan.

- Sebelah timur berbatasan dengan selat makasar dan kota balikpapan.

- Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Pasir.

- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Paser dan Kabupaten Kutai Barat.

6

Banyaknya lahan bekas HPH yang tidak terpakai lagi tapi cocok untuk

pengembangan usaha ternak sapi potong merupakan lokasi yang dapat dijadikan pilihan.

Masalah aseksibil;itas dan dukungan Pemerintah Kabupaten atau Kota juga menjadi

pertimbangan yang utama. Panajam Paser Utara meskipun merupakan Kabupaten yang

baru dibentuk atas hasil pemekaran dari Kabupaten paser, namun merupakan daerah yang

dulunya dijadikan pengembangan sapi potong oleh Kabupaten induknya. Dukungan

pemerintah, kesiapan tenaga kerja atau peternak yang berpengalaman, kondisi lahan,

ketersediaan sarana prasarana produksi maupun sarana komunikasi dan transportasi jalan

serta adanya pelabuhan laut merupakan bahan pertimbangan yang utama untuk

menetapkan lokasi suatu usaha pengembangan ternak sapi potong. Selain itu daerah ini

mempunyai Pusat Pengembangan sapi potong (Breeding Centre) di Kecamatan Sepaku.

Sedangkan Kecamatan lain seperti Babulu, Waru, dan Penajam juga merupakan daerah

sentra pengembangan usaha sapi potong terutama jenis Bali.

Potensi lahan kering yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara seluas 34.024.87

Ha dan lahan basah seluas 24.284.97 Ha. Kedua jenis lahan ini sebagian dapat

dimanfaatkan untuk penanaman hijauan makanan ternak serta dapat memproduksi hasil

limbah pertanian berupa jerami, daun jagung dan kacang-kacangan yang merupakan bahan

makanan ternak yang mempunyai nilai gizi cukup tinggi bila disentuh dengan teknologi

pangan.

Rata-rata penduduk Kabupaten Penajam Paser Utara adalah pendatang terutama

yang berasal dari jawa dan sulawesi. Mata pencaharian mereka sebagian besar adalah

petani dan mempunyai pekerjaan sampingan beternak sapi atau jenis ternak lainnya,

sehingga bagi mereka beternak sapi tidak asing lagi karena mempunyai pengalaman

sebelumnya.

Letak wilayah kab. Penajam Paser Utara sangat strategis, karena letaknya dekat

dengan Pelabuhan laut dan udara serta transportasi darat yang mudah sehingga kebutuhan

bahan baku dan sumber daya lainnya akan mudah diakses apabila mendatangkan barang

atau jasa diluar Kab. Penajam Paser Utara.

Melihat kondisi di atas dan sesuai denga visi Kabupaten Penajam Paser Utara maka

Dinas Pertanian Kabupaten Penajam Paser Utara menetapkan visinya yaitu terwujudnya

Kabupaten Penajam Paser Utara sebagai sentra agribisnis dan agroindustri melalui

pengelolaan semberdaya alam secara profesional yang seimbang dan berkesinambungan

menuju masyarakat produktif dan sejahtera.

7

Gambar 3. Peta Lokasi Usaha

Sebagai sentra agribisnis dan agroindustri, salah satu komoditi yang mempunyai

prospek cerah adalah penggemukan sapi potong. Komoditi sapi potong merupakan produk

terpenting karena sebagai sumber protein hewani, sector ini mempunyai nilai cash income

yang cepat untuk dinikmati oleh masyarakat petani peternak apalagi bila komoditi ini

diusahakan dengan professional maka akan dapat menopang kehidupan petani pedesaan.

Kendala yang dihadapi saat ini terutama adalah tenaga ahli peternakan yang

bertugas di Kabupaten Penajam Paser Utara. Masalah peralatan pendukung juga masih

minim karena sebagian besar masyarakat mengusahakan ternak sapi dengan cara

tradisional.

Keragaman budaya, suku, agama, bahasa dan adat istiadat serta keterpencaran

penduduk merupakan kondisi nyata yang ada di Kab. Penajam Paser Utara sehingga daerah

ini memiliki keragaman. Disatu sisi dengan keragaman ini akan menjadi suatu modal dan

kekayaan daerah, akan tetapi pada sisi lain dapat pula menjadi faktor pemicu timbulnya

konflik dan kerawanan bila program ini tidak transparan kepada semua lapisan masyarakat.

Keamanan pada lokasi program juga perlu diantisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan seperti pencurian ternak.

KABUPATEN PASIR & PENAJAM

PASER UTARA

8

2.3. Sarana dan Prasarana

Usaha peternakan khususnya peternak sapi potong akan lebih berhasil jika didukung

oleh berbagai Sarana penunjang berdirinya kegiatan investasi diantaranya ialah :

2.3.1. Airport. Kalimantan Timur telah memiliki 11 bandara, dengan kualifikasi bandara

Internasional dan perintis yaitu Sepinggan BAlikpapan, Temindung Samarinda, Juata

Tarakan, Kalimarau Berau, nunukan dan Tanjung harapan Bulungan. Ketersediaan

bandara ini mampu untuk memberikan dukungan bagi pengembangan investasi dan

kegiatan ekonomi daerah. Kalimantan Timur memiliki bandara internasional

Sepinggan di Balikpapan yang memiliki 27 operator maskapai penerbangan dengan

15 penerbangan terjadwal (Schedule) dan 12 penerbangan tidak terjadwal.

Lokasi pengembangan sapi potong berdekatan dengan kota Balikpapan yang

terdapat Bandara skala internasional yang bernama “Bandara Sepinggan” dan

diharapkan dengan adanya bandara ini dapat memudahkan akses pertumbuhan

investasi.

2.3.2. Pelabuhan. Selain airport lokasi juga di dukung oleh sarana pelabuhan guna melancarkan

transportasi terutama masalah transportasi air. Balikpapan sebagai kota yang

terdekat dengan Kabupaten Paser dan Penajam Paser Utara mempunyai satu

pelabuhan antar propinsi yaitu pelabuhan semayang yang bisa digunakan untuk

tempat pelayanan jasa angkutan untuk pengadaan sumberdaya maupun pemasaran

antar pulau.

Kabupaten Penajam Paser Utara sendiri juga terdapat pelabuhan Ferry dan

pelabuhan Spit Boat yang dapat digunakan oleh masyarakat sekitar untuk

melakukan aktifitas ekonomi dari penajam paser utara dengan wilayah seberang

seprti Balikpapan dan Samarinda. Pelabuhan ferry ini juga merupakan jalur

perdagangan antar propinsi antara Propinsi Kalimantan Timur dengan Kalimantan

Selatan.

Sedangkan Kabupaten Pasir sendiri, transportasi air mempunyai peranan cukup

strategis dalam melakukan distribusi barang antar kecamatan. Sungai-sungai besar

yang melintas di Sepanjang wilayah di Kabupaten Pasir seperti Sungai Kandilo

merupakan alternatif jalur transportasi. Di Kabupaten Pasir terda[pat 5 (lima) buah

pelabuhan laut yaitu Pelabuhan Pondong, Sei Kandilo, Teluk Apar, PTP XIII Tanah

Merah dan Pelabuhan PT Kedeco Tanah Merah.

2.3.3. Listrik. Listrik merupakan utilitas yang amat penting untuk memasok kebutuhan

industri di Kalimantan Timur. Sumber lisrik hingga saat ini masih dipasok oleh

perusahaan umum Listrik Negara pada tahun 2002, di daerah ini terdapat

pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang 356 MW, PLTGU (pembangkit

listrik tenaga gas) 60 MW dan PLTM (Pembangkit listrik tenaga Air) 200 KW.

Listrik diwilayah Penejam Paser Utara memiliki kapasitas mencapai 26.633.649

kwh sedangkan untuk saat ini yang terpasang sekitar 6.144 kw. Adapun di

9

Kabupaten Pasir, produksi listrik oleh PLN sebesar 40.810.431 kwh dengan kapasitas

terpasang sebesar 15.340 kw.

2.3.4. Air Bersih Seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Timur memiliki jaringan air yang

dikelola PDAM dengan kapasitas potensial 3.439 liter/detik dan kapasitas efektif

2.540 liter/detik. Kapasitas potensial 3.994 liter / detik dan kapasitas efektif 3.310

liter/detik.

Untuk sarana air bersih terdapat PDAM yang memiliki kapasitas penyaluran air

sampai dengan 586.269 M3. selain PDAM di lokasi juga terdapat kolam guna

menampung air hujan. Adapun produksi air bersih di Kabupaten Pasir mencapai

2.378.203 m3. Terdapat 45 sungai besar dan kecil di Kabupaten Pasir yang juga

dimanfaatkan oleh masyarakat dalam menunjang aktifitas kehidupan sehari-hari.

2.3.5. Telepon/ Komunikasi Untuk sarana telepon/komunikasi di Kabupaten Penajam Paser Utara maupun

Pasir sudah dilayani oleh PT.TELKOM yang memasang jaringan telepon ke rumah-

rumah dan kantor serta fasilitas umum lainnya. Untuk pelayanan umum, di

Kabupaten Penajam Paser Utara dan Pasir sudah banyak berdiri telepon-telepon

umum dan warung-warung telekomunikasi (WARTEL). Disamping itu, sarana

komunikasi juga terbantu oleh telepon seluler yang dilayani oleh operator

Telkomsel, Indosat, dan Pro XL. Selain sarana telepon, kedua kabupaten ini juga

ditunjang oleh palayanan jasa pos sebagai sarana pelayanan pengiriman surat

menyurat, paket dan wesel pos.

2.3.6. Sarana Pendidikan. Kalimantan timur memiliki fasilitas pendidikan yang memadai dari pendidikan

dasar hingga perguruan tinggi. Universitas Mulawarman sebagai perguruan tinggi

negeri di Kalimantan Timur terdapat Fakultas Pertanian dengan Program Studi

Peternakan yang mampu menyediakan tenaga ahli untuk kebutuhan pengembangan

investasi Sapi potong.

Sarana pendidikan yang terdapat di Kab. Penajam Paser Utara meliputi

Sekolah Dasar sebanyak 99 sekolah yang terdiri dari 95 sekolah berstatus negeri

dan 4 sekolah swasta, setingkat SLTP sebanyak 16 sekolah yang terdiri dari 10

sekolah berstatus negeri dan 6 sekolah swasta serta setingkat SLTA sebanyak 10

sekolah yang terdiri dari 4 sekolah berstatus neger dan 6 sekolah swasta.

Sedangkan di Kabupaten Pasir terdapat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 211

sekolah yang terdiri dari 207 sekolah berstatus negeri dan 11 sekolah swasta,

setingkat SLTP sebanyak 33 sekolah yang terdiri dari 30 sekolah berstatus negeri

dan 3 sekolah swasta serta setingkat SLTA sebanyak 15 sekolah yang terdiri dari 8

sekolah berstatus neger dan 7 sekolah swasta. Di Kabupaten Pasir ada 3 perguruan

tinggi yang berdiri untuk menampung dari lulusan SLTA yaitu Akademi Akutansi dan

Perbankan Widyapraja, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Muhammadiyah, dan STIT

Ibnu Rusydi.

10

2.3.7. Hotel & Restoran. Kalimantan timur sebagai daerah senra perdagangan dan jasa, serta tujuan

wisata terdapat sarana pendukung berupa hotel dan restoran. Jumlah hotel

berbintang maupun non bintang pada tahun 2004 sebanyak 404 buah. Hotel

berbintang 17 buah yang memiliki 1.775 kamar dan 2.777 tempat tidur, sedangkan

hotel melati 297 buah dengan 3.063 kamar dan 4.987 trempat tidur.

Kabupaten Penajam Paser Utara terdapat hotel non bintang sebanyak 6 hotel

melati yang terdiri dari 92 kamar dan 136 tempat tidur. Sedangkan di Kabupaten

Pasir, jumlah hotel dan penginapan seluruhnya sebanyak 18 buah dengan kapasitas

kamar sebanyak 370 kamar dengan kapasitas 450 tempat tidur. Sebagaian besar

hotel berada di ibukota Kabupaten Pasir yaitu Tanah Grogot.

2.3.8. Transportasi Darat Sarana jalan merupakan prasarana yang sangat penting untuk menunjang

lancarnya angkutan darat karena akan mempengaruhi mudahnya akses dan

hubungan dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Seiring adanya penerapan otonomi

daerah, Propinsi Kalimantan Timur berupaya memberikan tekanan pembangunan di

sektor infrastruktur dengan sungguh-sungguh agar antar kabupaten sudah bisa

dilalui lewat transportasi darat terutama jalan menuju kabupaten-kabupaten hasil

pemakaran.

Kabupaten Penajam Paser Utara telah

melakukan berbagai terobosan pembangunan dan

perbaikan terutama sarana transportasi. Saat ini

perbaikan jalan yang telah di aspal mencapai

104,70 km dan perbaikan jalan yang baru pada

tahap pengerasan 156.90 km. Sejak pemekaran

dari Kabupaten Pasir upaya pembangunan jalan

untuk menembus disetiap kecamatan dan desa

terus dilakukan.

Sedangkan Kabupaten Pasir terdapat jalan nasional sepanjang 224,82 km,

jalan propinsi sepanjang 308,19 km dan jalan kabupaten sepanjang 607,31 km serta

jalan desa sepanjang 270,42 km.

2.4. Analisis Produksi Usaha sapi potong yang sering dilakukan oleh masyarakat peternak adalah usaha

penggemukan, sedangkan yang dilakukan peternak kecil adalah sistem gaduhan dengan pengembalian anak sapi atau induk sapi. Skala usaha ini biasanya tanpa memperhitungkan tenaga kerja dan pakan, karena merupakan usaha sampingan.

Usaha penggemukan sapi potong sangat menjanjikan, karena dengan memelihara

sapi bakalan dengan berat badan sekitar 100 kg (umur 12-18 bulan) selama 3-4 bulan akan

Gambar 4. Jalan darat dari Pasir ke Balipapapan

11

memperoleh keuntungan. Namun usaha penggemukan ini terkendala oleh ketersediaan

sapi bakalan yang terbatas, apabila skala usahanya besar.

Oleh karena itu usaha pengembangan sapi merupakan usaha yang cukup prospoktif,

karena ketersediaan bibit atau bakalan akan selalu tersedia. Selain itu dapat juga menjual

bibit atau bakalan, mengingat kebutuhan bibit dan bakalan baik lokal maupun nasional

masih cukup besar. Usaha pengembangan sapi potong jenis sapi bali merupakan pilihan

yang sangat tepat mengingat sapi ini produktif, cukup memasyarakat, daya adaptasinya di

daerah kalimantan cukup baik, dagingnya digemari konsumen dan peluang pasar lokal,

nasional maupun internasional terbuka lebar.

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam usaha pengembangan sapi potong

adalah :

2.4.1. Ketersediaan bibit Bibit dan bakalan sapi akan terpenuhi melalui sistem usaha pengembangan sapi

potong, karena dalam sistem ini akan menghasilkan bibit dan bakalan sapi untuk

kepentingan pengembangan usaha maupun untuk dipasarkan. Pada sistem usaha

pengembangan ini, bibit ternak diperlukan hanya pada awal usaha saja. Untuk sapi bali

ratio kebutuhan jantan dan betina adalah 1 ekor jantan 9-10 ekor betina dengan sistem

pemeliharaan ekstensif (ranch), sedangkan sistem semi intensif 1 ekor jantan 5-7 ekor

betina.

2..4.2. Ketersediaan Lahan padang penggembalaan

Pada sistem pengembangan sapi skala besar (di atas 100 ekor) memerlukan padang

penggembalaan. Pada sistem ekstensif (ranch) diperlukan kapasitas lahan sebesar 1 ha

setiap 1-2 ekor sapi. Sedangkan sistem semi intensif kebutuhkan lahan sangat bergantung

jumlah pakan ternak yang disediakan

2.4.3. Pakan Pakan merupakan kebutuhan pokok usaha pengembangan sapi. Pada sistem

ekstensif (ranch) diperlukan jenis rumput yang tahan injakan sapi, seperti rumput Brachia

decombens. Sistem penggembalaanya secara bergilir (rotation grazzings). Sedangkan

sistem semi intensif memerlukan rumput jenis yang dipotong seperti rumput gajah.

2.4.4. Kandang

Sistem ekstensif (ranch) memerlukan pagar keliling lahan padang penggembalaan, kandang diperlukan untuk kandang penggemukan dan perawatan seperlunya. Sistem intensif memerlukan kandang dan pagar lahan penggembalaan sesuai kapasitas yang diperlukan

2.4.5. Obat-obatan

Obat-obatan yang harus disediakan meliputi vitamin, mineral, obat cacing serta

rutin dilakukan vaksin SE dan jembrana bagi sapi bali. Ada beberapa macam jenis gangguan

kesehatan sapi yang sering berjangkit di Indonesia, baik yang menular maupun tidak.

Gambar 5. Kandang sapi di Sepaku

12

Penyebab gangguan ini bermacam-macam. Ada yang disebabkan oleh virus, bakteri,

parasit, ataupun gangguan metabolisme.

Gangguan penyakit sebenarnya tidak banyak karena sapi bali memilliki daya

adaptasi yang baik dibandingkan jenis sapi local lainnya. Adapun penyakit yang perlu

diwaspadai baik yang menular atau tidak antara lain penyakit jembrana, ingusan, diare

ganas, pink eye, ngorok (SE) dan sebagainya.

Teknis pengembangan usaha sapi potong memakai system padang penggembalaan

(Ranch) :

Jenis padang penggembalaan : Padang rumput buatan atau temporer dimana hijauan makanan ternak telah disebar atau ditanam.

Sistem pertanaman : Sistem pertanaman campuran antara rumput dan leguminosa, keuntungannya dibandingkan sistem pertanaman murni, yaitu : leguminosa ditanam bersama rumput-rumput untuk keuntungan rumput-rumput tersebut, karena leguminosa lebih kaya akan kandungan nitrogen dan kalsium (kapur) dibandingkan dengan rumput-rumput, dan menaikkan gizi pada penggembalaan.

Tata laksana padang penggembalaan : Penggembalaan bergilir, dimana padang penggembalaan dibagi dalam beberapa petakan, tujuan cara penggembalaan bergilir adalah untuk menggunakan padang penggembalaan pada waktu hijauan masih muda dan bernilai gizi tinggi serta memberikan waktu yang cukup untuk tumbuh kembali.

Perhitungan luas padang penggembalaan berdasarkan daya tampung ternak:

Pakan ternak :

Pakan hijauan : 85 % dari total kebutuhan ternak, terdiri dari : 80% rumput potong dan 20 % rumput di padang penggembalaan.

Pakan konsentrat : 15 % dari total kebutuhan ternak

Jenis rumput potong : rumput gajah (kandungan Bahan Kering (BK) = 21%)

Jenis rumput padang penggembalaan yang tahan diinjak-injak dan dan leguminosa herba Centrosema.

Jenis konsentrat : Dedak padi halus (kandungan BK = 89,6 %).

Diasumsikan bobot badan sapi rata-rata = 300 kg/ekor

Kemampuan sapi untuk mengkonsumsi bahan kering = 3,5 % dari bobot badan = 10,50 kg BK, terdiri dari :

Dedak : 15% x 10,50 kg BK = 1,58 kg BK

Pakan hijauan : 85 % x 10,50 kg BK = 8,93 kg BK.

Rumput gajah : 80% x 8,93 kg BK = 7,14 kg BK = 34 kg segar

Rumput gembala : 20 % x 8,93 kg BK = 1,79 kg BK

Jika diasumsikan : Produktivitas rumput gajah dan rumput gembala untuk lahan marginal adalah 280 ton kg/ ha/tahun dan 10.288 kg BK/ha/tahun

Tata Laksana Pemeliharaan ternak sapi adalah sistem semi intensif, dimana pada

pagi hari (jam 10.00 – 16.00) ternak digiring ke padang penggembalaan dengan sistem

penggembalaan bergilir. Pada sore hari ternak digiring kembali ke kandang dan diberi

pakan hijauan rumput potong (rumput gajah). Kegiatan pembersihan kandang dilakukan

pada pagi hari, kotoran ternak ditampung pada lubang yang telah disediakan sebagai

tempat penampungan kotoran.

Usaha pengembangnan sapi potong ini dapat diintegrasikan dengan usaha

pemanfaatan kotoran sapi menjadi pupuk organik. Adapun proses pembuatan pupuk

organik dengan cara mencampurkan kotoran ternak basah dengan probiotik sebanyak 2,5

kg untuk setiap ton bahan pupuk. Bahan-bahan tersebut selanjutnya ditumpuk ditempat

13

yang telah disiapkan hingga ketinggian 1 meter. Bahan pupuk ditambahkan 2,5 kg kapur

dan 2,5 kg TSP untuk setiap 1 ton bahan pupuk, kemudian didiamkan selama 3 minggu.

Keberhasilan proses dekomposisi akan diikuti oleh peningkatan temperature hingga

mencapai sekitar 70o C. Kedalam bahan pupuk kandang dapat pula ditambahkan kalsium

sebanyak 2,5 kg CaCO3 dan potassium dengan takaran 100 kg abu sekam untuk setiap ton

bahan baku pupuk. Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan sinar matahari selama 1

minggu, kemudian dilakukan penyaringan dan pengepakan

2.5. Analisis Ekonomi 2.5.1. Aspek Teknis Untuk melakukan usaha pengembangan sapi, langkah awal dihitung proyeksi modal

investasi yang akan ditanamkan. Penentuan proyeksi harus memperhitungkan modal tetap

seperti kantor, kandang, tanah, peralatan dan sarana usaha lainnya. Komponen yang

dihitung dalam analisis ekonomi adalah nilai penyusutan dari modal tetap yang

dikeluarkan.

Selain biaya produksi yang bersifat tetap, pengusaha pengembangan sapi juga

menghitung biaya produksi / operasional. Biaya ini merupakan biaya variabel atau biaya

tidak tetap dimana besar kecilnya biaya yang dikeluarkan langsung terkait dengan proses

produksi dan berpengaruh langsung terhadap hasil produksi. Biaya operasional dikeluarkan

oleh perusahaan secara rutin selama usaha pengembangan sapi potong berlansung.

Komponen-komponen yang termasuk biaya operasional adalah biaya untuk membeli sapi

bakalan makanan ternak, obat-obatan, upah tenaga kerja, dan konsentrat.

Dasar perhitungan ekonomi usaha pengembangan ternak sapi potong dengan pola

produksi memakai modal awal populasi ternak 418 ekor dengan mempertahankan populasi

tetap 1026 ekor sesuai dengan kemampuan kandang. Proyek berjalan selama 15 tahun

dimana pada tahun ke-4, peternak menjual sebanyak 304 ekor tiap tahun selanjutnya.

Adapun siklus produksi sapi potong disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Siklus produksi sapi potong selama 10 tahun

THN PEJANTAN INDUK DARA ANAK BETINA

ANAK JANTAN

JANTAN REMAJA

DIJUAL POPULASI AKHIR

0 38 380 418

1 38 380 418

2 38 380 152 152 722

3 38 380 152 152 152 152 1026

4 38 380 152 152 152 152 304 1026

5 38 380 152 152 152 152 304 1026

6 38 380 152 152 152 152 304 1026

7 38 380 152 152 152 152 304 1026

8 38 380 152 152 152 152 304 1026

9 38 380 152 152 152 152 304 1026

10 38 380 152 152 152 152 304 1026

11 38 380 152 152 152 152 304 1026

12 38 380 152 152 152 152 304 1026

13 38 380 152 152 152 152 304 1026

14 38 380 152 152 152 152 304 1026

15 38 380 152 152 152 152 1330

14

Asumsi yang dipakai dalam perhitungan analisis financial adalah ;

1. Populasi awal 418 ekor (pejantan 38 ekor, induk bakalan 418 ekor.

2. Sapi dipertahankan populasinya 1026 ekor

3. Pada tahun keempat mulai dijual sapi jantan dan betina umur 2 tahun sebanyak 304

ekor

4. Mulai tahun keenam dilakukan regenerasi pejantan dan induk dari dara dan jantan

remaja secara periodik

5. Periode kelahiran 12 bulan, dengan angka kelahiran hidup rata-rata 80%

6. Rasio kelahiran anak 50% jantan dan 50% betina

7. Pemeliharaan dengan sistem ranch.

8. Padang penggembalaan ditanami rumput dan leguminosa dan digembalakan secara

rotasi satu minggu sekali dengan luasan 512 ha dimana rasio 1 ha : 2 ekor sapi

9. Harga sapi induk/pejantan bali produktif Rp. 4.000.000 per ekor

10. Harga jual sapi umur 2 tahun rata-rata Rp. 4.000.000,- per ekor

11. Kebutuhan dedak per ekor adalah 1,76 / hari dengan harga dedak sebesar Rp 500,00

per kg

12. Kebutuhan obat-obatan, vitamin dan mineral Rp 4.500,00 /ekor/bulan

13. Tenaga kerja 1 orang dibayar bulanan Rp 700.000,00

14. Produksi pupuk kandang basah 15 kg atau kering 9 kg per ekor per hari

15. Untuk 1 ton pupuk kandang basah menghasilkan 800 kg pupuk organik

16. Biaya pupuk organic per kg sebesar Rp 150,00

17. Harga pupuk organic Rp 750 per kg

18. Luas kandang per ekor sapi adalah 1,5 x 1,6 = 2,7 m2 dengan harga per m2 Rp

100.000,00.

19. Harga probiotik Rp 25.000,00 per kg, Urea Rp 1.200,00 per kg, dan TSP Rp 1.800 per

kg.

Hasil perhitungan pendapatan diperoleh dari penjualan sapi jenis bali yang

dibesarkan dan hasil penjualan dari Pupuk organik. Rata-rata umur sapi yang dijual adalah

2 tahun dengan harga pasar yang berlaku Untuk satu siklus produksi dengan kapasitas

penjualan 304 ekor sapi jenis bali selama 2 (dua) tahun, peternak memperoleh keuntungan

sebesar Rp 1.391.681.333,00 atau Rp 4.577.899,00 per ekor. Selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel berikut.

15

Tabel 2. Proyeksi Keuntungan pengembangan sapi satu kali siklus produksi

Uraian Nilai

1. Proyeksi Pendapatan

Harga sapi (umur : 24 bulan) (Rp) Penjualan sapi (ekor) Hasil penjualan sapi (Rp)

4.000.000,00 60

1.216.000.000,00

Pupuk Organik : Harga pupuk (Rp/kg) Penjualan pupuk organik (kg/2 tahun) Hasil penjualan pupuk kandang (Rp)

750

2.663.040 1.997.280.000,00

Total penjualan bersih (Rp) 3.213.280.000,00

2. Proyeksi Biaya Produksi

Biaya ternak sapi : Dedak Obat-pbatan Air dan Listrik Upah anak kandang

195.289.600,00 25.536.000,00 48.000.000,00

100.800.000,00

Biaya pembuatan pupuk organik : Biaya pembelian bahan (Rp) Tenaga kerja (1 orang)

674.082.000,00 25.200.000,00

Total Biaya Produksi 1.068.907.600

Penyusutan 367.097.467,00

Pajak dan lain-lain (12 % dari penerimaan sapi) 145.920.000,00

Pajak dan lain-lain (12 % dari penerimaan sapi) 239.673.600,00

Total keseluruhan Biaya 1.821.598.667,00

Laba Bersih 1.391.681.333,00

Keuntungan tersebut diperoleh dari penerimaan penjualan sapi sebanyak 304 ekor

sebesar Rp 1.216.000.000,00 dan pupuk organik sebesar Rp 1.997.280.000,00 Adapun biaya

keseluruhan yang dikeluarkan oleh peternak dalam 1 siklus produksi sebesar Rp

1.821.598.667,00 untuk 304 ekor sapi potong.

2.5.2. Analisis profitability finansial Analisis ini digunakan untuk mengetahui kelayakan investasi dengan ukura-ukuran

seperti B/C ratio, NPV, IRR, Profitability dan BEP. Hasil analisis menunjukkan bahwa

investasi sapi potong di Kalimantan Timur layak dan menguntungkan. Nilai-nulai ukuran

kelayakan usaha dapat dilihat pada Tabel berikut. sebagai berikut

Tabel 3. Kelayakan Usaha Proyek

Kriteria Nilai

A. Laba Bersih Rp/unit usaha siklus Rp/unit usaha per ekor

1.391.681.333,00

4.577.899,00

B. Kriteria investasi Net BC Ratio Net present value (NPV) (Rp)

3,20

6.714.003.653,00

16

Internal Rate of Return (IRR) Payback Period (PBP) Return of Investment (ROI) Break Even Point (BEP) Harga Sapi (Rp) Break Even Point (BEP) penjualan sapi (ekor) Break Even Point (BEP) Harga pupuk (Rp) Break Even Point (BEP) penjualan pupuk (kg)

36,27 % 4 tahun 6 bulan

72.91 % 2.903.431,00

221 490,44

1.741.404,09

2.5.2.1. Net B/C ratio

Analisis uNet B/C ratio adalah perbandingan antara total cash inflow terhadap total

cash outflow. Net B/C ratio ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan

diperoleh dari cost yang dikeluarkan. Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha, nilai Net

B/C ratio adalah 3,0661 yang artinya benefit yang diperoleh adalah 3,20 kali lipat dari cost

yang dikeluarkan.

2.5.2.2. Payback period

Payback period diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah

dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Hasil perhitungan

analisis kelayakan usaha diperoleh nilai payback period terjadi tahun ke 4 lebih 6 bulan.

2.5.2.3. Net Present Value (NPV)

NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang dari selisih benefit dengan cost

pada discount factor (DF) tertentu. NPV menunjukkan kelebihan manfaat dibandingkan

dengan biaya. Apabila NPV lebih besar dari 0 berarti proyek tersebut menguntungkan dan

layak untuk diusahakan.

Berdasarkan hasil perhitungan NPV pada discount factor 14 % menunjukan nilai NPV

sebesar Rp 6.714.003.653,00 yang artinya nilai NPV > 1. Hal ini berarti proyek

pengembangan sapi potong layak untuk diusahakan.

2.5.2.4. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah suatu kriteria investasi untuk mengatakan persentase keuntungnan dari

suatu proyek tiap-tiap tahun dan juga merupakan alat ukur kemampuan proyek

dalammengembalikan bunga pinjaman. IRR pada dasarnya menunjukkan Discount Factor

(DF) dimana NPV = 0.

Berdasarkan hasil analisis perjhitungan IRR diperoleh nilai 36,27 %. Apabila

diasumsikan bungna bank yang berlaku adalah 14 % maka proyek tersebut menguntungkan

dan layak untuk diusahakan, karena nilai IRR jauh lebih besar dibandingkan dengan suku

bunga pasar.

17

2.5.2.5. Return of Investmen (ROI)

Nilai ROI merupakan gambaran untuk melihat kemampuan dalam berinvestasi guna

menghasilkan keuntungan. Nilai ROI diperoleh berdasarkan perhitungan pembagian antara

laba bersih setelah dipotong pajak dengan investasi awal (pra operasi).

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilaiu ROI sebesar 72,91 % yang

menunjukkan bahwa dari setiap Rp 1,00 modal yang ditanamkan akan menghasilkan

keuntunngan sebesar Rp 72,91.

2.5.2.6. Break Even Point (BEP)

BEP (titik impas) adalah kondisi pada saat suatu usaha tidak mengalami keuntungan

maupun kerugian. Dengan total biaya produksi untuk operasional sapi dan biaya

pembuatan pupuk organic sebesar Rp 1.821.598.667,00 untuk skala produksi 304 sapi

potong jenis bali atau Rp 5.992.100,88 per ekor, dalam satu siklus produksi untuk kurun

waktu 2 (dua) tahun proyek dapat menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp.

1.391.681.333,00 atau Rp 4.577.899,00 per ekor. Diproyeksikan Break Even Point (BEP)

bisa dicapai dengan harga jual untuk sapi Rp 2.903.431,00 lebih rendah dibandingkan

dengan harga pasar rata-rata sebesar Rp 4.000.000,00 per ekor umur 2 tahun dengan

kapasitas jumlah ternak sapi hanya 221 ekor.

Usaha integrasi dengan pembuatan organic dari pemanfaatan kotoran sapi juga

diperoleh BEP harga pupuk organik sebesar Rp 490,44 lebih rendah dari harga jual sebesar

Rp 750,00. Sedangkan BEP untuk jumlah pupuk yang dijual sebanyak 1.741.404,09 kg lebih

kecil dibandingkan dengan jumlah penjualan yaitu 2.663.040 kg

Studi kalayakan usaha juga dilakukan penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang

mempengaruhi usaha sapi potong, atau disebut dengan analisis sensitivitas.. Asumsi kondisi

usaha diambil apabila usaha sapi potong mengalami kenaikan biaya produksi sebesar 10 %

dan harga jual turun 10%. Selengkapnya tersaji dalam Tabel berikut.

Tabel 4. Analisis sensitivitas kelayakan usaha sapi potong

Kriteria Investasi Sensitivitas

Biaya naik 10 % Harga jual turun 10 %

Net BC Ratio

Net present value (NPV) (Rp)

Internal Rate of Return (IRR)

Payback Period (PBP)

ROI

2,75

5.415.178.946,00

32,18 %

5 tahun

66,88 %

2,46

4.468.455.481,00

29,66 %

5 tahun 9 bulan

59,34 %

18

Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan biaya produksi dan harga jual sapi

potong dan pupuk organic turun sebesar 10 %, usaha sapi potong masing menguntungkan

dan tetap layak untuk dilaksanakan. Hal ini tercermin dari nilai-nilai criteria investasi yang

menunjukkan kelayakan.Hasil analisis sensitivitas sebagaimana Tabel diatas ditunjukkan

bahwa apabila terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 10 % dan harga jual sapi potong dan

pupuk organic pun, nilai Net BC ratio masing-masing 2,75 dan 2,46 lebih besar dari 1,

berarti benefit yang diperoleh adalah 2,75 dan 2,46 kali lipat dari cost yang dikeluarkan.

Jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan melalui keuntungan yang

diperoleh dari suatu proyek juga tergolong pendek . Hal ini ditunjukkan oleh nilai payback

period terjadi tahun ke 5.

Hasil perhitungan NPV pada discount factor 14 % menunjukan nilai NPV masing-

masing sebesar Rp 5.415.178.946,00 dan Rp 4.468.455.481,00 yang artinya nilai NPV > 1.

Hal ini berarti proyek poengembangan sapi potong layak untuk diusahakan. Berdasarkan

hasil analisis perhitungan IRR juga diperoleh nilai 32,18 % dan 26,66 % . Apabila

diasumsikan bungna bank yang berlaku adalah 14 % maka proyek tersebut menguntungkan

dan layak untuk diusahakan, karena nilai IRR jauh lebih besar dibandingkan suku bunga

tersebut.

Aspek Pemasaran Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan pengetahuan

masyarakat tentang gizi berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat kea rah gizi

berimbang sehingga memberikan peluang pemasaran hasil-hasil peternakan. Disamping itu,

terbukanya perdagangan internasional mengakibatkan kemungkinan ekspor ternak dan hasil

semakin meningkat bila diikuti dengan peningkatan kualitas.

Tabel 5. Perkembangan Nilai Ekspor Daging Tahun 1998-2003 (000 US $)

Jenis Komoditi Tahun

1998 1999 2000 2001 2002 2003

Daging 3,682.2 4,229.7 2,001.9 4,412.5 8,202.3 8,802.9

- Sapi 4.1 77.1 55.5 172.1 134.5 449.9

- Kambing/Domba 101.3 19.6 131.7 232.3 300.4 38.1

- Babi 239.7 220.9 516.2 546.5 2630.3 3218.1

- Ayam 3,337.1 3,912.1 1,298.5 3,348.6 4,827.8 4,964.5

- Hati/Jeroan - - - 113.0 309.3 132.3

Sumber : Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2004.

Berdasar tabel diatas menunjukkan bahwa besarnya nilai ekspor daging setiap tahun

mengalami peningkatan. Tahun 2003, nilai ekspor daging mencapai 8.802,9 ribu US $.

Peningkatan ekspor daging ini salahsatunya berasal dari ekspor daging yang megalami

19

peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2003, ekspor daging sapi mencapai nilai 449,9 ribu

US $.

Namun, besarnya nilai ekspor ini masih lebih kecil dibandingkan nilai impor daging

dari luar negeri. Nilai impor daging ke Indonesia tahun 2003 mencapai angka 44.517,1

ribu US $. Dari tahun ke tahun angka impor Indonesia terhadap daging terus meningkat.

Khusus untuk impor daging sapi mencapai 18.566 ribu US $ tahun 2003. Peningkatan impor

juga terjadi untuk sapi bakalan. Pada tahun 2003, Indonesia telah mengimpor sapi bakalan

mencapai nilai 66.543,80 US $ meningkat dibandingkan dengan tahun 2002 yang mengimpor

sapi bakalan sebesar 44.517 US $. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 6. Perkembangan nilai impor ternak Tahun 1998 – 2003 (000 US $)

Komoditi 1998 1999 2000 2001 2002 2003

BAHAN SELAIN PANGAN 24280.7 48631.8 102855.3 72792.3 59474.7 81933.7

a. Sapi Bibit/Catlle Breed 568.8 73.2 225.4 2009 3054.3 2843.8

b. Sapi Bakalan/feeder steer 20004.6 39405.4 92443.4 57947.6 44517.5 66543.8

c. Babi Bibit/pig breed 0 0 1.1 0.1 259.9 175.6

d. DOC Bibit (PS) 3549 8869.1 9666.5 10832 11129.8 10900.4

e. DOC Bibit (FS) - - 138.2 163.6 21.6 35.7

f. Unggas/Poultry 158.3 284.1 380.7 948.8 437.2 147.7

g. Kuda - - - 891.2 54.4 1286.7

BAHAN PANGAN/ 110220.8 151315.8 326503.5 365977.1 285260.9 315902.6

a. Daging/Meat 16569.7 23899.7 72070 42689 43616.7 44517.1

- Sapi/Bovine 10327.1 15244.2 41047 23791.5 18586.2 18566

- Domba/Kambing/Sheep/Goat 528.1 499 655.1 812.8 938.6 1535.3

- Babi/pig] 72.5 193.5 372.9 347 361.6 477.9

- Unggas/Poultry 741.3 2722.1 9473.5 1051.4 899.7 754.1

- Hati sapi/Bovine Liver 4900.7 5240.9 20521.5 16671.9 22730.9 23142.3

- Hati/jeroan lainnya - - - 14.4 99.7 41.5

b. Produk Susu/Milk product 57889.5 83602 189273.3 247877.1 173906.4 207475.3

c. Mentega/Butter 26328.3 35327.7 53466.9 60608.5 51539.4 48724.7

d. Keju/Cheese 9319.3 8377.7 11504 14379.4 15614.4 14517.1

f. Telur konsumsi 114 108.7 189.3 213.6 400.8 417.5

Sumber : Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2004.

20

Nilai impor ternak yang tinggi khususnya sapi merupakan indikasi bahwa Indonesia

masih bergantung kepada luar negeri dalam pemenuhan kebutuhan atau permintaan daging

dalam negeri. Namun disisi lain, hal ini juga merupakan peluang usaha bagi para investor

untuk menanamkan modal di sector ini khususnya untuk memenuhi permintaan dalam

negeri. Dimungkinkan akan memiliki keunggulan kompetitif karena dipastikan akan

peternak akan bisa menekan biaya produksi terutama biaya transportasi, bea masuk dan

pajak serta biaya-biaya lain yang dipungut dalam perdagangan internasional.

Untuk memenuhi kebutuhan daging dan peternakan di Indonesia, tidak kurang dari

450 ribu ekor sapi diimpor setiap tahun dari Australia dan New Zealand dan belum

termasuk daging beku yang didatangkan dari Amarika Serikat yang setiap tahunnya

mencapai 6.500 ton. Negara Amerika serikat merupakan negara pengekspor daging sapi

terbesar di dunia dengan total perdagangan antara 16 – 20 % di dunia dalam tahun-tahun

terakhir ini. Negara lain seperti Kanada dan Inggris juga merupakan pengekspor besar

daging sapi di dunia.

Secara regional, Jumlah konsumsi daging sapi di Propinsi Kalimantan Timur tahun

2003 mencapai 7.462 ton. Kebutuhan daging

sapi ini sebagian besar dipenuhi dengan

mendatangkan sapi dari luar Kalimantan

Timur. Daerah – daerah yang banyak

mengirimkan sapi potong ke Kalimantan

Timur adalah Sulawesi selatan, Nusa Tenggara

Barat, Bali, dan Jawa.

Diproyeksi permintaan konsumsi

daging sapi di Kalimantan Timur sampai

tahun 2010 mencapai 13.978 ton dengan

asumsi pertumbuhan penduduk Kalimantan

Timur sebesar 2,70 % (Dinas Peternakan

Propinsi Kalimantan Timur, 2004). Hal ini

merupakan peluang bagi para pengembang

atau para investor khususnya untuk

mengembangakan usaha pada sector

peternakan sapi potong.

Hasil peternakan sapi di Kabupaten Pasir dan Penajam Paser Utara sebagian besar

untuk memenuhi kebutuhan lokal dan daerah sekitarnya, namun itupun masih belum

mampu memenuhi jumlah permintaan sapi yang diharapkan. Potensi dan peluang pasar

yang tinggi ini sehingga instansi pemerintah daerah terkait mempunyai kehendak yang kuat

menjadikan kedua daerah tersebut menjadi sentra agribisnis terutama peternakan.

60586783

80347487 7462

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

ton

1999 2000 2001 2002 2003

Tahun

Perkembangan tingkat konsumsi daging sapi di

Kalimantan Timur

Series1

Proyeksi konsumsi daging sapi di Kalimantan

Timur sampai Tahun 2010

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tahun

To

n

21

Aspek Lingkungan

Pengembangan usaha ternak sapi memerlukan lokasi tertentu yang jauh dari lokasi

pemukiman penduduk, mengingat limbah yang dihasilkan, seperti kotoran dan bau akan

mengganggu. Idealnya lokasinya dekat dengan lahan pertanian, sehingga kotorannya bisa

dijadikan sebagai pupuk ataupun kompos serta tersedianya lahan untuk menanam dan

memproses pakan hijauan. Oleh karena itu perlu ketegasan dari pemerintah daerah lokasi

lahan peruntukannya, sehingga tidak terjadi pergeseran kepentingan.

Pemilihan lokasi ini sangatlah penting karena tidak jarang suatu usaha runtuh

hanya disebabkan kurang tepatnya pemilihan loksai. Lokasi yang dipilih harus menunjukkan

kelancaran agribisnis dan meminimalkan hambatan-hambatan yang mungkin timbul. Oleh

karena itu, penentuan lokasi biasanya diawali oleh suatu studi kelayakan yang lebih

mendalam dan disertai dengan analisis mengenai dampak lingkungannya (AMDAL).

Aspek Legalitas

Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan daging, khususnya daging sapi maka Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mendukung program kecukupan daging sapi 2010 di Kalimantan Timur dan 2005 secara Nasional. Salah satu bentuk dukungan pemerintah daerah Kabupaten Penajam Paser Utara untuk program pengembangan Sapi potong adalah kebijakan tetang pembibitan dan penggemukan sapi yang ada di setiap kecamatan. Daerah ini akan dijadikan sebagai pusat agribisnis terutama di sector pertanian khususnya peternakan. Tekad yang kuat untuk mengembangkan peternakan di daerah ini akan memudahkan para investor masuk menanamkan modalnya terutama masalah perijinan usaha pengembangan sapi potong. Berdasarkan SK Kepala Badan Koordinasi Penanaman modal (BKPM) Nomor : 57 /SK / 2004 Tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing, telah mengatur perizinan pelaksanaan penanaman modal. Permohonan penanaman modal adalah permohonan untuk mendapatkan persetujuan penanaman modal baik penanaman modal dalam rangka penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) beserta fasilitasnya yang diajukan oleh penanam modal untuk mendirikan, menjalan, penambahan fasilitas usaha. Perizinan yang diterbitkan oleh BKPM, berupa : a. Angka Pengenal importer terbatas b. Izin usaha / izin usaha tetap / izin perluasan c. Rencana penggunaan tenaga kerja asing d. Rekomendasi visa bagi penggunaan tenaga kerja asing e. Izin memperkerjakan tenaga kerja asing f. Perpanjangan izin memperkerjakan tenaga kerja asing yang bekerja di lebih dari 1

(satu) provinsi g. Fasilitas pembebasan / keringanan bea masuk atas pengimporan barang modal atau

bahan baku/penolong dan fasilitas fiskal lainnya.

22

Adapun jenis, lembaga yang menerbitkan dan lamanya proses perizinan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Jenis Perizinan yang diterbitkan oleh ijin pusat

Jenis Lembaga Yang berwenang

Waktu yang

diperlukan

Perkiraan biaya

SP penanaman modal BKPM 10 hari -

APIT (Angka Pengenal Importir

Terbatas)

BKPM 5 hari -

RPTKA (Rencana Penggunaan TK Asing) BKPM 4 hari -

IUT (Izin Usaha Tetap) BKPM 7 hari -

SP Pabean barang modal BKPM 14 hari -

Perizinan pelaksanaan penanaman modal yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi

sesuai dengan kewenangannya, berupa perpanjangan izin memperkerjakan tenaga kerja asing untuk tenaga kerja asing yang bekerja di wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.

Adapun perizinan yang diterbitkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota, berupa ; a. Izin lokasi b. Sertifikat hak atas tanah c. Izin mendirikan bangunan (IMB) d. Izin undang-undang gangguan/HO

23

Tata Cara Penanaman Modal Dalam Negeri dapat diikuti prosedur sebagai berikut:r

1.

P

E

R

M

O

H

O

N

A

N

Model 1 / PMDN Kelengkapan -Akte perusahaan atau KTP

bagi perorangan -Copy NPWP -Proses dan flowchart -Uraian produksi / kegiatan

usaha -Surat kuasa apabila bukan ditandatangani Direksi

Model 1 / Foreigen Capital

Investment (PMA)

Peserta Indonesia

-Akta perusahaan

-Copy KTP apabila perorangan

-Copy NPWP untuk PMA

peserta asing

-Akte perusahaan

-Copy paspor apabila perorangan

-Copy NPWP untuk PT PMA

-Proses dan flowchart

-Uraian produksi kegiatan

Surat Persetujuan

untuk PMDN

Surat Persetujuan

untuk PMA

2. PERSETUJUAN

PENANAMAN

RENCANA PERUBAHAN

- Perubahan bidang usaha atau produksi

- Perubahan investasi

- Perubahan/pertambahan TKA

- Perubahan kepemilikan saham

- Preusan PMA atau PMDN atau non PMA/PMDN

- Perpanjangan WPP

- Perubahan status

-Pembelian saham preusan PMDN dan non PMA/PMDN oleh

asing atau sebaliknya

-APIT, untukmengimpor barang modal dan bahan baku yang dibutuhkan

-RPTK untuk mendatangkan/ menggunakan TKA

-Rekomendasi TA.01 kepada Dirjen Imigrasi agar dapat diterbitkan VISA bagi TKA

-IKTA, untuk memperkerjakan TKA

-SP Pabean BB/P, pemberian fasilitas atas penginfor bahan baku/penolong

===========================================

Di Kabupaten/ Kota : Izin lokasi, IMB, Izin UUG/HO, Sertifikat

Atas Tanah

3. PERIZI-

NAN

PELAK-

SANA-AN

Copy akta pendirian dan

pengesahan

Kelengkapan

-Copy akte perusahaan

-Copy IMB

-Copy izin UUG/HO

-Copy sertifikat hak atas tanah

- LKPM

-RKL/RPL atau UKL/UPL atau SPPL

BAP

-Copy SP PMDN atau SP PMA dan

perubahannya

Sebagai dasar untuk

-Melakukan produksi komersil

-Pengajuan rencana peluasan

investasi

-Pengajuan restrukturisasi

-Pengajuan atau tambahan

bahan baku /penolong

4. REALI-

SASI

IZIN

USAHA

Diagram Alir Proses Perijinan

24

III. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkanbahwa investasi pada usaha pengembangan sapi potong di Propinsi Kalimantan Timur itu feasible, menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Para investor tidak perlu ragu menanamkan modalnya untuk investasi di bidang ini. Ditinjau dari aspek teknis maupun ekonomis serta dukungan pemerintah daerah setempat yang kuat akan memudahkan bagi para investor berusaha. Jika para investor menginginkan informasi lebih lanjut tentang pengembangan usaha sapi potong dapat melakukan kontak bisnis ke alamat yaitu : 1. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Jl. Gatot Subroto 44 Jakarta 12190-Indonesia PO Box 3186 Telp. +62-021-5252008, 5254981, Fax +62-0215227609, 5254945, 5253866 E-mail : sysadm@ bkpm.go.id Website : http://www.bkpm.go.id

2. Badan Promosi dan investasi daerah (BPID) Propinsi Kalimantan Timur Jl Basuki Rahmat No 56 Samarinda KALTIM 75117 Telp. 62-0541-743235 – 743446 Fax : 0541-736446 E-mail : [email protected]

Website : http://www.bpid.kaltim.go.id 3. Dinas Pertanian Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) Telp/fax 0543- 350037 atau

contact person : Ir. H. Ibrahim, MP (Kadistan Kabupaten PPU) No HP. 0811558783

25

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan., Pamungkas, D., dan Lukman, A. 1998. Sapi Bali. Potensi, produkstivitas, dan

Nilai Ekonomi. PT Kanaisisus, Yogyakarta.

Bandini, Y. 1997. Sapi Bali. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sugeng, B. 1992. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Dinas Peternakan Kaltim. 2003. Renstra Pembangunan Peternakan Tahun 2003-2008.

Samarinda.

Dinas Peternakan Kaltim. 2004. Laporan Tahunan 2003.. Samarinda.

Dinas Peternakan Kaltim. 2004. Statistik Peternakan. Tahun 2003. Samarinda.

Dinas Pertanian Penajam Paser Utara. 2004. Pengembangan peternakan. Penajam.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2005. Laporan Peternakan. Departemen

Pertanian. Jakarta.