Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Disusun Oleh:
Fadilla Nurma Latifa H1H014038
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIPROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pemberdayaan Masyarakat.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. H. Muhammad Nuskhi, M.Si. selaku dosen pengampu mata
kuliah Pemberdayaan Masyarakat yang telah memberikan tugas dan
membimbing penulisan makalah ini.
2. Orang tua dirumah yang telah memberikan bantuan materil maupun
doanya, sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman Budidaya Perairan FPIK Unsoed angkatan 2014 yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya .Penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat diharapkan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Purwokerto, 31 Desember 2015
Penyusun
ii
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Tujuan........................................................................................................2
II. PEMBANGUNAN MASYARAKAT.............................................................3
2.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat......................................................3
2.2. Membentuk Komunitas yang baik............................................................4
2.2.1 Interaksi yang Baik............................................................................4
2.2.2 Memiliki Otonomi..............................................................................5
2.2.3 Memiliki Viabilitas, yakni kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri (problem solving).................................................................................6
2.2.4 Distribusi kekuasaan yang merata......................................................6
2.2.5 Memberi kesempatan aktif kepada anggotanya.................................7
2.2.6 Mampu memberi makna Pada Anggota.............................................8
2.2.7 Heterogenitas.....................................................................................9
2.2.8 Pelayanan masyarakat sedekat dan secepat mungkin......................10
2.2.9 Manajemen konflik..........................................................................11
III. Komunitas Kompeten.................................................................................12
3.1. Mampu Mengidentifikasi Masalah dan Kebutuhan Komunitas..............12
3.2. Mampu Mencapai kesepakatan tentang sasaran yang dicapai dan skala prioritasnya.........................................................................................................13
3.3. Mampu menemukan, menyepakati cara dan alat mencapai sasaran yang telah disetujui bersama.......................................................................................14
3.4. Mampu Bekerjasama rasional untuk bertindak mencapai tujuan............14
3.5. Empat Unsur dasar pembanguan komunitas menurut Dunham :............15
3.5.1. Program Berencana..........................................................................15
3.5.2. Pembangkitan tekad masyarakat untuk menolong diri sendiri dan tidak bergantung pada pihak lain...................................................................16
iii
3.5.3. Bantuan teknis (dari pihak lain) termasuk personil, peralatan dan dana. ………………………………………………………………………..17
3.5.4. Pemanduan berbagai keahlian untuk membantu komunitas............18
IV. PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA.......................20
4.1. Dimensi Anatomik..................................................................................20
4.1.1. Merumuskan kembali tugas pokok pemerintahan desa untuk menyeimbangkan tugas melayani atasan dan melayani masyarakat..............20
4.1.2. Memperkuat unsur pelaksana pemerintahan desa............................21
4.1.3. Mengusahakan struktur desa dan struktur pemerintahan desa yang efektif ……………………………………………………………………..22
4.1.4. Merumuskan kembali taat kerja pemerintahan desa........................23
4.2. Dimensi Fisiologik..................................................................................24
4.2.1. Penemuan Hal-Hal Baru..................................................................24
4.2.2. Perencanaan.....................................................................................24
4.2.3. Pengorganisasian..............................................................................25
4.2.4. Motivasi...........................................................................................26
4.2.5. Komunikasi......................................................................................26
4.2.6. Kontrol.............................................................................................27
4.3. Dimensi Behavioural...............................................................................28
4.3.1. Perilaku Individu..............................................................................28
4.3.2. Perilaku Kelompok..........................................................................28
4.3.3. Perilaku Organisasi..........................................................................29
V. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................31
5.1. Kesimpulan..............................................................................................31
5.2. Saran........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
iv
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pembangunan terus dilakukan pada setiap daerah di Indonesia. Dengan
pembangunan diharapkan masyarakat dapat hidup sejahtera mengikuti
perkembangan zaman yang ada. Atas dasar itulah, maka pembangunan desa perlu
terus dilanjutkan dan ditingkatkan dengan melibatkan prakarsa dan swadaya
gotong-royong masyarakat. Wilayah pedesaan dengan segenap potensi yang
terkandung di dalamnya, sesungguhnya merupakan hasil kehidupan dan
penghidupan bangsa Indonesia. Tetapi masyarakat tidak bisa begitu saja terjun
langsung dalam pembangunan. Disinilah perlu adanya pendampingan untuk
melakukan proses pembangunan.
Masyarakat melakukan pembangunan tidak sendiri. Mereka membentuk
suatu komunitas yang nantinya akan bersama-sama membangun daerah mereka
sendiri. Pembentukan komunitas ini perlu didukung dengan adanya kesadaran
masyarakat itu sendiri dalam menyejahterakan daerahnya. Kesadaran masyarakat
perlu didorong dengan peran aktif juga dari orang luar contohnya pemberdaya
masyarakat sendiri atau pihka pemerintahan. Komunikasi yang terjalin baik
nantinya bisa membantu proses mereka dalam membangun daerahnya.
Pemerintah berperan banyak dalam program pembangunan masyarakat.
Segala cara dilakukan untuk membentuk sebuah komunitas yang mampu
membangun daerahnya. Upaya dilakukan dengan memperkuat sistem
pemerintahan yang ada supaya masyarakat dapat terorganisir. Pelaksanaannya
1
bisa dimulai dengan berbagai sudut dimensi. Dimensi yang telah dibuat ini
diharapkan akan mempermudah dalam pelaksanaan program. Namun sekali lagi,
peran aktif masyarakatlah yang memiliki pengaruh untuk pembangunan. Dengan
peran dari berbagai pihak ini diharapkan tujuan pemberdayaan yaitu untuk
kesejahteraan masyarakat dapat terealisasikan secara merata.
I.2. Tujuan
Paper pemberdayaan masyarakat ini bertujuan untuk :
1. Memahami pengertian pemberdayaan masyarakat
2. Memahami dasar pembangunan komunitas kompeten
3. Memahami perkembangan pembangunan Indonesia dari segi dimensi
pembangunan
2
II. PEMBANGUNAN MASYARAKAT
II.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan berasal dari penerjemahan bahasa Inggris “empowerment”
yang juga dapat bermakna “pemberian kekuasaan” . Memberdayakan masyarakat
adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat.
(Wrihatnolo & Dwidjowijoto, 2007).
Selanjutnya pemaknaan pemberdayaan masyarakat menurut Madekhan Ali
(2007 : 86) yang mendefinisikan pemberdayaan masyarakat adalah sebagai bentuk
partisipasi untuk membebaskan diri mereka sendiri dari ketergantungan mental
maupun fisik. Partisipasi masyarakat menjadi satu elemen pokok dalam strategi
pemberdayaan dan pembangunan masyarakat.
Pemberdayaan Masyarakat pada dasarnya adalah suatu proses pertumbuhan
dan perkembangan kekuatan masyarakat untuk ikut terlibat dalam berbagai aspek
pembangunan di suatu wilayah. Dengan adanya pemberdayaan bisa melepaskan
masyarakat dari keterbelakangan dan kemiskinan, sehingga masyarakat mampu
bersaing dengan dunia luar (Almasri dan Desmiwar, 2014).
Budimanta & Rudito (2008), memasukkan konsep pemberdayaan
masyarakat ini ke dalam ruang lingkup Community Development. Pemberdayaan
di sini diterjemahkan sebagai program-program yang berkaitan dengan upaya
memperluas akses dan kapabilitas masyarakat untuk menunjang kemandiriannya.
Pada Pemberdayaan pendekatan proses lebih memungkinkan pelaksanaan
pembangunan yang memanusiakan manusia. Dalam pandangan ini pelibatan
3
masyarakat dalam pembangunan lebih mengarah kepada bentuk partisipasi,
bukan dalam bentuk mobilisasi. (Soetomo, 2006).
II.2. Membentuk Komunitas yang baik
Komunitas yang baik tidak berdiri begitu saja. Ada beberapa hal yang dapat
mencirikan suatu komunitas yang baik, yaitu sebagai berikut :
2.2.1 Interaksi yang Baik
Manusia terlahir sebagai makhluk sosial, kenyataan tersebut menyebabkan
manusia tidak akan dapat hidup normal tanpa kehadiran manusia yang lain.
Hubungan tersebut dapat dikategorikan sebagai interaksi sosial. Dalam Alquran
sendiri dinyatakan bahwa manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa
untuk saling kenal-mengenal (QS. al-Hujurat ayat 13). Hal ini menyebabkan
perlunya suatu sosialisasi dalam suatu kehidupan. Sosialisasi ini tidak mungkin
terwujud tanpa ada proses interaksi. (Muslim, 2013)
Adedokun,et all., (2010) menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif akan
menimbulkan partisipasi aktif dari anggota masyarakat dalam pengembangan
masyarakat. Menurut Soejono (2006), didalam komunikasi yg baik, erat kaitannya
dengan kelompok primer (primary group).
Intaraksi antara anggota-anggota kelompok primer itu sangat intim dan tidak
anonim, sehingga satu sama lain saling mengenal pribadi masing-masing dengan
sepenuhnya, hal ini disebabkan karena dalam kelompok primer itu belum banyak
terdapat pembagian peranan. (Syarif Moeis, 2008)
4
2.2.2 Memiliki Otonomi
Otonomi daerah adalah kebijakan politik yang memberikan ruang dan hak
kepada masyarakat lokal untuk mengatur dan mengurus urusannya berdasarkan
aspirasi dan kepentingannya (Nurcholis, 2011). Suatu otonomi tentu diperlukan
dalam suatu komunitas.
Setiap komunitas perlu diberikan kewenangan agar mampu untuk mengurusi
kepentingannya sendiri secara bertanggung jawab. Pemberian kewenangan
otonomi harus berdasarkan asas desentralisasi dan dilaksanakan dengan prinsip
luas, nyata, dan bertanggungjawab (Hari Sabarno, 2007).
Menurut Hari Sabarno (2007), keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan
pemerintahan yang mencakup seluruh bidang pemerintahan yang dikecualikan
pada bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan
fiskal, dan agama, serta kewenangan bidang lain. Kewenangan bidang lain
tersebut meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian
pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem
administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan
pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta
teknologi tinggi yang strategis, konversi, dan standarisasi nasional.
Pengambilan keputusan dianggap sebagai ciri paling elementer bagi sebuah
otonomi yang berkaitan dengan pemberdayaan. Pengambilan keputusan
merupakan manifestasi terpenting dari kekuasaan, sementara kekuasaan
merupakan wacana inti dari keberdayaan (Dermawan, 2008).
5
2.2.3 Memiliki Viabilitas, yakni kemampuan untuk memecahkan masalah
sendiri (problem solving)
Salah satu tujuan organisasi adalah meningkatkan kualitas organisasi yang
berarti peningkatan kinerja secara keseluruhan bagi organisasi (Ayu, 2012).
Menurut Syaiful Bahri Djamara (2006 : 103) bahwa, Metode problem solving
(metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga
merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan.
Masyarakat memiliki keyakinan pada diri mereka sendiri. Mereka yakin
untuk merubah hidupnya atau dalam suatu masalah merka mampu untuk
memecahkan nya sendiri. Masyarakat mempunyai hak untuk menerima atau
menolak suatu keptusan-keputusan yang mempengaruhi kesejahteraan mereka.
(Aziz, 2005)
Salah satu tujuan organisasi adalah meningkatkan kualitas organisasi yang
berarti peningkatan kinerja secara keseluruhan bagi organisasi. Organisasi harus
menemukan cara terbaik bagaimana mengembangkan dan memotivasi anggota
nya, mengkomunikasikan sistem penilaian yang berlaku di organisasi,
menetapkan standar prosedur penilaian, dan memanfaatkan hasil penilaian dengan
adil (Ayu, 2012).
2.2.4 Distribusi kekuasaan yang merata
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau
kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan
6
yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang
diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah
laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Engkoswara,
2010).
Menurut Andrain (2012:200) dalam Damsar (2012) distribusi kekuasaan ini
menawarkan beberapa model yang berbeda, model tersebut antara lain :
Model yang pertama adalah adalah model elitis yang menawarkan gagasan bahwa
kekuasaan terdistribusi secara tidak merata yang pada gilirannya memunculkan
kelompok elit dan kelompok massa. Model yang kedua adalah model pluralis yang
menyatakan bahwa kekuasaan tidak terbagi secara merata sebagaimana dalam model
elitis, tetapi kekuasaan terdistribusi diantara kelompok-kelompok yang ada dalam
masyarakat. Model yang ketiga adalah model populis yang memandang kekuasaan
dengan mendasarkan pada asumsi bahwa setiap individu yang di masyarakat
mempunyai hak dan harus terlibat dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan,
dan oleh karena itu kekuasaan harus didistribusikan kepada setiap individu tanpa
kecuali.
Dalam suatu kelompok organisasi maupun komunitas pasti ada salah satu yang
berkuasa atau menjabat peranan penting (Haris, 2006). Dalam hal ini “distribusi
kekuasan yang merata” setiap individu harus memegang peranan penting dan
tidak mempergunakan kekusaanya dengan semena-mena. (Arni, 2005).
2.2.5 Memberi kesempatan aktif kepada anggotanya
Keaktifan atau Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat
dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada dimasyarakat,
pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani
7
masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, keterlibatan masyarakat dalam
proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.(Adi, 2012)
Peran aktif setiap anggota masyarakat telah berada dalam posisi yang
semakin penting. Dampaknya, masyarakat menjadi lebih kritis dan terbuka
mengkaji serta mengkritisi kebijakan-kebijakan yang akan dan sedang dilakukan
pemerintah. (Asariansyah, 2013).
Pembangunan masyarakat tidak mungkin dilaksanakan tanpa keterlibatan
secara penuh oleh masyarakat itu sendiri. Peran aktif atau partisipasi bukan
sekedar diartikan sebagai kehadiran mereka mengikuti stiap kegiatan melainkan
dipahami sebagai kontribusi mereka dalam setiap tahap tahap yang mesti dilalui
oleh suatu program kerja (Aziz, 2005)
Sebuah pembangunan akan berjalan baik dengan adanya partisipasi dari
masyarakat atau anggota komunitas. Partisipasi merupakan faktor yang paling
menentukan dalam mendukung keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi.
Semua program manajemen harus memperoleh dukungan dari anggota. (Arifin,
2012). Dengan demikian adanya partisipasi dapat membantu suatu pembangunan.
Pembangunan yang berjalan dengan adanya partisipasi menguntungkan banyak
pihak. Masyarakat pun ikut andil dalam proses pembangunan.
2.2.6 Mampu memberi makna Pada Anggota
Kertajaya Hermawan (2008), Komunitas adalah sekelompok orang yang
saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah
komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut
8
karena adanya kesamaan interest atau values. Sehingga setiap anggota mampu
meberikan peran terhadap anggota lainnya.
Tiap komunitas pasti memiliki suatu makna bagi anggotanya. Komunitas
berjalan dengan selalu memerhatikan kebiasaan yang baik untuk komunitasnya.
Karena nantinya setiap akan mendapatkan makna tersendiri dari komunitas
tersbut. (Hartanto, 2009)
Makna dari itu alangkah baiknya setiap komunitas memberikan sesuatu yang
bermanfaat kepada anggotanya agar tercapainya makna yang ingin dicapai dan
dapat dijalankan oleh setiap anggotanya. (Soeroso, 2008). Hasil pertukaran yang
dianggap mampu mewakili keinginan dan pikiran dari semua anggota komunitas
dapat menjadi semacam aturan, ciri khas, norma dan identitas bersama (Martono,
2010).
2.2.7 Heterogenitas
Konsep heterogenitas dalam bermasyarakat seringkali digunakan untuk
menjelaskan perbedaan yang dimiliki suatu etnik atau ras dalam suatu komunitas.
(Liliweri, 2007)
Heterogenitas adalah Adanya keanekaragaman yang dimiliki oleh suatu
kelompok (Saptono, 2006) Keanekaragaman yang dimaksud disini yaitu dalam
hal perbedaan pendapat. Inilah Salah satu faktor penyebab konflik yaitu perbedaan
persepsi atau pendapat. Dalam hal menghadapi suatu masalah, perbedaan persepsi
yang ditimbulkan inilah yang menyebabkan munculnya konflik (Sopiah, 2008)
9
Sebenarnya dalam heterogenitas masyarakat sebenarnya dapat berpikir secara
kritis dan masyarakat pun dapat menarik keuntungan dengan ada heterogenitas.
(World Development Report, 2008)
Bisa dikatakan keragaman organisasi juga penting dalam pengambilan
keputusan karena dengan keragaman, organisasi dapat memperoleh berbagai
pandangan, kemampuan, dan berbagai hal untuk mengatasi permasalahan
organisasi atau perusahaan, dan dapat juga meningkatkan efektivitas perusahaan
(Robbins, 2006).
2.2.8 Pelayanan masyarakat sedekat dan secepat mungkin
Menurut Kotler et all,(2009) pelayanan adalah setiap tindakan atau
kegiatan yanga dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Saefullah
dalam Hardiansyah (2011: 14), menyatakan bahwa untuk memberikan pelayanan
publik yang baik perlu adanya upaya untuk memahami sikap dan perubahan
kepentingan publik sendiri. Upaya ini yang nantinya akan terus berkembang untuk
memperbaiki suatu pembangunan.
Ciri-ciri pelayanan yang baik adalah sarana fisik, tanggung jawab,
responsive, komunikatif, keamanan, pemahaman, keramahan dan sebagainya
(Kasmir, 2006). Pelayanan publik yang adil dan dapat dipertanggung-jawabkan
menghasilkan kepercayaan publik. Dibutuhkan etika pelayanan publik sebagai
pilar dan kepercayaan publik sebagai dasar untuk mewujudkan pemerintah yang
baik.
10
Memberikan pelayanan kepada masyarakat harus dekat dan secepat
mungkin pelayanan nya. Agar semua hal yg diperlukan oleh masyarakat dapat
segera terpenuhi dengan ada nya suatu pelayanan yang cepat (Lewis dan Gilman,
2005)
2.2.9 Manajemen konflik
Konflik dapat diartikan sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih
(individu atau kelompok) yang memiliki tujuan atau kepentingan yang berbeda.
( Muspawi, 2014) Konflik terjadi pada waktu hubungan antara 2 orang atau
kelompok yang terlibat terganggu oleh rangkaian kerja dan hidup antara satu atau
kedua belah pihak (Hardjana, 2006).Perbedaan itulah yang tak jarang
menimbulkan suatu permasalahan. Suatu penyelesaian diperlukan dalam hal ini.
Terdapat tiga model penjelasan yang dapat dipakai untuk menganalisis
kehadiran konflik dalam kehidupan masyarakat, pertama penjelasan budaya,
kedua, penjelasan ekonomi, ketiga penjelasan politik. (Chalid , 2005) Pendekatan
secara komunikasi juga perlu dilakukan yaitu dengan adanya manajemen konflik.
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun
pihak luar dalam suatu konflik. (Heridiansyah,2014). Ada lima langkah
manajemen konflik yang bersifat mendasar, yaitu : Pengenalan, Diagnosis,
Menyepakati Suatu Solusi,Pelaksanaan,Evaluasi (Sopiah, 2008). Dengan adanya
langkah ini dapat membuat suatu konflik dapat diselesaikan secara cepat dan
menguntungkan.
11
III. Komunitas Kompeten
III.1. Mampu Mengidentifikasi Masalah dan Kebutuhan Komunitas
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Fetterman, 2007).
Pembangunan masyarakat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat, dimana mereka mampu mengindentifikasikan kebutuhan dan masalah
secara bersama (Raharjo, 2006). Masyarakat dalam hal ini adalah anggota
masyarakat yang diorganisaikan menjadi suatu kelompok yang bersifat paguyuban
(komunitas) yang saling mengenal, terikat oleh kepentingan dan tujuan yang
sama, didudukan sebagai pelaku dan penentu program. (Raharjo, 2006)
Komunitas yang berkembang pasti mengalami suatu proses pembangunan di
mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial guna
memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. (Arsyad, 2010) Salah satu cara untuk
memperbaiki keadaan adalah dengan Identifikasi masalah. Identifikasi masalah
yaitu merupakan salah satu cara bagaimana kita melihat, menduga,
memperkirakan, dan menguraikan serta menjelaskan apa yang menjadi masalah.
Dengan mengidentifikasi diharapkan suatu masalah dapat terselesaikan dengan
lebih cepat sehingga semua merasa ikut ambil bagian (Rusli dkk, 2006).
12
III.2.Mampu Mencapai kesepakatan tentang sasaran yang dicapai dan skala
prioritasnya
Kesepakatan adalah Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki
tekanan kuat sehingga remaja harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan
pendapat kelompok. Sesuatu yang sudah menjadi keputusan bersama menjadikan
kekuatan sosial yang mampu menimbulkan konformitas (Sinuraya, 2010).
Tentu tidaklah mudah untuk membuat sebuah komunikasi berjalan dengan
menghasilkan kesepakatan secara utuh sesuai tujuannya. Karena, salah satu
prinsip dalam berkomunikasi, yakni terdapatnya kesulitan-kesulitan pokok dalam
mencapai tujuan. Kesulitan-kesulitan internal ini merupakan hal yang biasa
dialami dialami oleh penyampai ide maupun penerimanya (Nawalah et al,
2010 ).Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang
menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka
menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan program dan
kegiatan prioritas (Soetomo, 2009)
Dalam mencapai kesepakatan suatu hal tentu ada kesulitan. Peran pemimpin
dalam komunitas diperlukan agar kesepakatan dapat ditemukan. Dalam mencari
kesepakatan pemimpin dapat memulai musyawarah dengan anggota
komunitasnya. Semua tujuan disatukan agar mendapat suatu kesepakatan
(Widodo, 2015 )
13
III.3. Mampu menemukan, menyepakati cara dan alat mencapai sasaran
yang telah disetujui bersama
Merumuskan tujuan dan sasaran merupakan rumusan kerangka fikir dan
tindakan yang akan diambil oleh organisasi atau komunitas dalam suatu wilayah
tertentu dalam menjawab isu-isu strategis. Sasaran merupakan upaya perubahan
perilaku yang diharapkan oleh suatu komunitas yang merujuk pada kerangka
pembangunan yang lebih luas (Saharudin, 2006).
Konsep sasaran merupakan bagian dari penetapan target sasaran dan
rencana terstruktur terkait dengan taktik yang diambil. Sasaran merupakan
langkah-langkah kearah pencapaian tujuan (Sudewo, 2011).Suatu komunitas
untuk mencapai sasaran yang diinginkannya maka dibutuhkan sebuah strategi atau
metode untuk mencapainya. (Maryono, 2007)
Suatu komunitas untuk mencapai sasaran yang diinginkannya maka
dibutuhkan sebuah strategi atau metode untuk mencapainya. Strategi adalah cara
yang digunakan dengan menggunakan sasaran menjadi tujuan yang telah
ditentukan (Maryono, 2007)
III.4.Mampu Bekerjasama rasional untuk bertindak mencapai tujuan
Komunitas harus memiliki suatu tujuan yang telah dimusyawarahkan dan
telah disepakati oleh seluruh anggota. Ada berbagai macam tujuan seperti
komunitas yang ingin mewujudkan tujuannya dengan cara bekerjasama dengan
seluruh anggota yang ada didalamnya. Keberhasilan komunitas ditentukan
besarnya kontribusi yang dilakukan oleh individu di dalamnya (Santoso,2010)
14
Suatu kelompok harus dapat saling membantu dalam mencapai sebuah
tujuan karena keberhasilan individu menjadi keberhasilan kelompok, atau
sebaliknya, kegagalan individu merupakan kegagalan kelompoknya juga. Dan
juga Suatu organisasi akan efektif bila anggota-anggotanya bekerjasama
berdasarkan tujuan-tujuan yang sama, Model kerja sama dapat berbentuk
mengerjakan tugas-tugas dari guru, sekolah atau memberikan motivasi (Batool,
2012).
Model kerjasama inilah yang akan membimbing anggota untuk mencapai
tujuan bersama, dan untuk ini diperlukan dua tanda psikologis, yaitu rasa
kepemilikan dan ketergantungan satu sama lain (Annawaty,2011).
III.5.Empat Unsur dasar pembanguan komunitas menurut Dunham :
III.5.1. Program Berencana
Masalah sosial adalah suatu kondisi yang tidak diharapkan sehingga
menyebabkan masyarakat membutuhkan upaya untuk merubah atau
memperbaikinya. Dengan demikian, program yang dirumuskan dan kemudian
dilaksanakan pada dasarnya merupakan upaya menjawab kebutuhan pemecahan
masalah ini (Burhanudin, 2013)
Perencanaan program merupakan bagian dari pengembangan swadaya
masyarakat yang membahas dan memutuskan tentang tujuan, target, waktu,
pembagian peran dan tanggungjawab, sumber dana, sistem monitoring dan
evaluasi yang semua dipahami oleh anggota masyarakat. (Mardikanto,2010).
Perencanaan yang menyusun programprogram pembangunan atau industri-
industri yang membangun kegiatan usahanya di suatu daerah harus melakukan
15
analisis kebutuhan masyarakat. Dalam melakukan analisis kebutuhan harus benar-
benar dapat memenuhi kebutuah (Needs Analisis), dan bukan sekedar membuat
daftar keinginan (list of Wants) yang bersifat sesaat (Munandar, 2008). Program
berencana sebagai perwujudan dari upaya pemerataan kesempatan dan
pemberdayaan masyarakat juga diterapkan dalam seluruh bidang yang merupakan
kebutuhan semua masyarakat (Notoatmodjo, 2006).
Salah satu contoh program yang dicanangkan pemerintah untuk pembangunan
adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). PNPM Mandiri
adalah salah satu program berencana yang dibentuk pemerintah yang dibentuk
tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya
penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. (Ditjen
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2007) Dengan program berencana dari
pemerintah ini, PNMPM Mandiri diharapkan menjadi program untuk
mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan.
(Mukhlis dan Sri W, 2014)
III.5.2. Pembangkitan tekad masyarakat untuk menolong diri sendiri dan
tidak bergantung pada pihak lain
Menolong diri sendiri dapat dikatan dengan suatu kemandirian. Menurut
Lamman (dalam Fatimah, 2006) menyatakan bahwa kemandirian merupakan
suatu kemampuan individu untuk mengatur dirinya sendiri dan tidak tergantung
kepada orang lain.
16
Bagi objek atau sasaran pemberdayaan, sudah tentu mengalami kondisi yang
berbeda dari masa sebelumnya, mungkin ada perbaikan besar yang dirasakan
dalam relasi dengan sikap orang untuk mencari penghidupan yang layak dan
selaras. (Widiyanti, 2012). Perbaikan ini tentu didasari dengan tekad yang kuat
dari diri mereka sendiri. Yakni untuk menolong dirinya sendiri sehingga tidak
bergantung pada orang lain.( Sumarti dkk, 2006)
Penting ditekankan bahwa para pembina peran serta masyarakat harus bersifat
sebagai fasilitator, pemberi bantuan teknis, bukan sebagai instruktur terhadap
masyarakat, agar mampu mengembangkan kemandirian masyarakat dan bukan
menimbulkan ketergantungan masyarakat (Efendi, 2009). Untuk lebih fokusnya
pemberdayaan yang dilakukan, secara ideal para pengembang masyarakat
(fasilitator) harus memiliki kemampuan, wawasan serta pengalaman yang
memadai sebagai fasilitator lapangan untuk program pemberdayaan masyarakat
(Aziz Muslim, 2009)
III.5.3. Bantuan teknis (dari pihak lain) termasuk personil, peralatan dan
dana.
Pendekatan strategi pembangunan pada kemandirian masyarakat (self-help
strategy) dapat dilakukan dengan pemberian bantuan yang berasal dari luar, baik
yang bersifat teknis maupun keuangan tetap dimungkinkan, tetapi dengan jumlah
yang terbatas (Thaha, 2012).
Dalam proses pembanguanan komunitas kata memimpin mengandung
konotasi : “Menggerakkan, mengarahkan, membina, melindungi, memberi
teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan dan sebagainya”. (Cook,
17
2006). Sehingga pembanguanan dapat berjalan lancer dan berhasil. Bantuan dalam
proses pembangunan dapat dengan perwujudan yang bermacam-macam (Aziz
Muslim,2009)
Suatu pembangunan komunitas tak terlepas dari berbagai bantuan. Menerima
bantuan teknis salah satu contohnya Peran-peran teknis. Mengacu pada aplikasi
keterampilan yang bersifat praktis. Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi
‘manajer perubahan” yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu
melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti;
melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi,
berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber dana (Suharto,
2009)
III.5.4. Pemanduan berbagai keahlian untuk membantu komunitas
Dalam proses pembangunan, masyarakat diupayakan secara bersama-sama
menggali keahlian masing-masing untuk memabantu proses pembangunan
komunitas (Efendi, 2009). Pembangunan masyarakat kerapkali dilakukan melalui
pendekatan kelompok di mana anggota bekerjasama dan berbagi pengalaman dan
pengetahuannya. Untuk pengembangan kelompok ada kegiatan-kegiatan khusus
yang sedang dilaksanakan dan juga ada kegiatan lainnya (Halim, 2005).
Mempersatukan berbagai spesialisasi seperti pertanian, peternakan, kesehatan
masyarakat, pendidikan, kesejahteraan keluarga, kewanitaan, kepemudaan, dll
untuk membantu masyarakat (Efendi, 2009). Pelatihan harus dapat menjawab
kebutuhan peserta sehingga nantinya akan bermanfaat untuk meningkatkan
pengembangan sumber daya manusia dalam kehidupan masyarakatnya
(Yusuf,2010). Perlu adanya partisipasi masyarakat agar pembangunan dapat
18
berjalan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Pelatihan adalah
prosessistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan
organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk
melaksanakan pekerjaan saat ini (Rivai dan Sagala,2009:212)
19
IV. PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
IV.1. Dimensi Anatomik
IV.1.1. Merumuskan kembali tugas pokok pemerintahan desa untuk
menyeimbangkan tugas melayani atasan dan melayani masyarakat.
Menurut Soeharto dan Sugiarto (2012) tugas pokok suatu pemerintahan adalah
memberikan pelayanan kepada publik bukan sebaliknya masyarakat yang harus
memberikan pelayanan kepada pemerintah. Pelayanan publik didefinisikan
sebagai pemberian pelayanan keperluan orang lain atau masyarakat yang
mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata
cara yang telah ditetapkan (Pasolong, 2008).
Mewujudkan pelayanan publik secara berkualitas adalah dengan tidak adanya
adanya tebang pilih diantara para pengguna layanan, dalam arti bahwa para
pengguna layanan harus diperlakukan sama atau tidak ada perbedaan satu dengan
lainnya. Hal ini dikemukakan Sinambela (2007) yang menyebut bahwa diantara
kriteria kualitas pelayanan publik yang ada adalah adanya kesamaan hak, yaitu
pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun
khususnya suku, ras, agama, golongan dan status sosial. Pemerintah Desa ialah
merupakan simbol formal daripada kesatuan masyarakat desa. Pemerintah desa
diselengarakan di bawah pimpinan seorang kepala desa beserta para
pembantunya (Perangkat Desa), mewakili masyarakat desa guna hubungan ke
luar maupun ke dalam masyarakat yang bersangkutan (Saparin,2009).
20
IV.1.2. Memperkuat unsur pelaksana pemerintahan desa.
Pemerintah desa sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat
dapat teroganisir dan terbantu dengan ada pemerintahan dalam desanya. Fungsi
pemerintah desa merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam
interaksi antar individu didalam situasi sosial suatu kelompok masyarakat
(Rivai, 2005). Pemerintah desa adalah unsur penyelenggaraan pemerintah
desa, menurut Nurcholis (2011) pemerintah mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum,
membangun dan membina masyarakat dan menjalankan tugas pembantuan dari
pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten.
Tetapi dalam hal pembangunan desa semua harus ikut berperan serta.
Walaupun sudah ada pemerintaha desa, masayarakat pun harus berperan serta
dalam pembangunan. Masyarakat ikut berperan aktif sementara perangkat
pemerintahan desa tetap menjalankan tugas pokok memimpin dan
mengkoordinasikan pemerintah desa dalam melaksanakan sebagian urusan rumah
tangga desa, melakukan pembinaan dan pembangunan masyarakat, dan membina
perekonomian desa (Hamalik, 2006). Pemerintahan desa harus dilaksanakan
secara menyeluruh dan terarah agar pembangunan desa dapat terus maju kearah
yang lebih baik. Tentu dengan ini perlunya aksi pengembangan masyarakat, baik
dalam rangka mencegah terjadinya luka kemanusiaan tersebut maupun untuk
menyembuhkan luka kemanusiaan yang terjadi akibat dari sisi negatif mata
globalisasi tersebut ( Edi, 2005).
21
IV.1.3. Mengusahakan struktur desa dan struktur pemerintahan desa yang
efektif
Pemerintahan desa yang efektif sangat diperlukan untuk pembanguanan.
Perangkat desa yang kurang memiliki pengetahuan dan ketrampilan
tentang bidang tugasnya akan mengalami kesulitan dan kelambatan dalam
bekerja, berakibat pada pemborosan bahan, waktu dan biaya. Unsur perangkap
kemiskinan ini sering salingterkait, sehingga merupakan unsur-unsur yang benar-
benar mematikan peluang hidup orang atau keluarga miskin, yang berujung pada
timbulnya proses marginalisasi (Ali aziz,2005).
1.1. Menata dan mengefektifkan hubungan antar desa dan antar desa
lingkungan.
Seiring dengan dinamika masyarakat dan perkembangannya, kebutuhan akan
pelayanan yang semakin kompleks serta pelayanan yang semakin baik, cepat, dan
tepat (Sinambela, 2007). Aparatur pemerintah yang berada ditengah-tengah
masyarakat dinamis tersebut tidak dapat tinggal diam, tetapi harus mampu
memberikan berbagai pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
(Marbun dan Mahfud, 2006).
Penataan struktur organisasi dan tata kerja seharusnya tidak boleh lepas dari
pendekatan miskin struktur kaya fungsi yang berarti bahwa suatu organisasi yang
kecil namun memiliki fungsi yang besar. Penataan kelembagaan penyelenggaraan
pemerintah daerah hendaknya dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga
penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat berjalan lebih efektif dan efisien
(Primasari, 2011). Salah satu pendekatan pengembangan komunitas yang cukup
22
efektif dengan sifat lokalitasnya adalah berbentuk pengembangan komunitas
kelompok. Melalui seorang pemimpin yang efektif maka dinamika kelompok
yang dipimpinnya dapat berjalan efektif untuk menuju pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Pada dasarnya pemimpin adalah seseorang yang memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, dan anggota akan mengikutinya
( Fatchiya, 2007).
IV.1.4. Merumuskan kembali taat kerja pemerintahan desa
Pemerintahan desa yang telah tersusun tentunya perlua ada suatu ketaatan.
Namun ketaatan tidak hadir begitu saja. Adanya ketaatan harus dibangun dengan
jiwa kepemimpinan. Menurut Arikunto (2008) Kepemimpinan (leadership) dapat
dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin (leader) dalam mengarahkan,
mendorong dan mengatur seluruh unsur-unsur di dalam kelompok atau
organisasinya untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga
menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal.
Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa
terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari
pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan (Adisasmita,2006).
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup :
a. Urusan pemerintah yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa.
b.Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan kabupaten yang diserahkan
pengaturannya kepada desa.
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi, dan pemeritah
kebupaten.
23
d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepada desa (Jayadinata et.al,2006).
Terbaginya setiap kewenanangan tadi diharapkan akan memajukan
pembangunan pada daerah yang diamanahkan kepada para aparat pemerintahan
desa. Dengan begitu seringnya orang mengamati kondisi prasarana di daerah lain
dapat mendorong timbulnya empati untuk membangun prasarana yang lebih baik
di daerahnya sendiri (Ali aziz,2005).
IV.2. Dimensi Fisiologik
IV.2.1. Penemuan Hal-Hal Baru
Perkembangan zaman terus berkembang denga cepat. Kita sebagai
masyarakat harus terus memperbaharui hal-hal baru yang datang secara cepat
untuk terus melakukan pembangunan dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya
masyarakat itu selalu berubah secara dinamis, yakni ada, berevolusi menjadi
dewasa (matang) lalu hancur dan berikutnya tumbuh lagi seperti perubahan dalam
mikro organisme (Midgley, 2005) Perubahan organisasi dapat terjadi secara tidak
direncanakan atau spontan dan dapat pula terjadi secara direncanakan. Perubahan
yang direncanakan merupakan sebuah reaksi langsung terhadap keadaan nyata
organisasi yang dibandingkan dengan tujuan organisasi ( Winardi, 2005).
IV.2.2. Perencanaan
Perencanaan pembangunan desa diselenggarakan dengan mengikutsertakan
masyarakat desa. Pemerintah desa harus benar-benar melibatkan masyarakat
secara aktif dalam menyusun dan menetapkan rencananya (Azhar,2006). Proses
24
perencanaan terdiri dari berbagai langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang
sistematis. Menurut Samuel Certo (2006: 14) perencanaan terdiri dari 6 tahapan:
1. Menyusun alternatif cara mencapai tujuan
2. Memilih alternatif yang terbaik
3. Menyusun asumsi untuk setiap alternatif
4. Menyatakan tujuan organisasi
5. Menyusun rencana untuk alternatif terpilih
6. Mengubah rencana menjadi tindakan
Adanya perencenaan membuktikan bahwa nantinya dalam sistem
pembangunan akan ada keterlibatan (partisipasi) awal dan nyata di semua pihak
pemangku kepentingan dalam penyusunan rancangan kegiatan yang akan
mempengaruhi mereka (Suhirman dan Wagiyo, 2005). Sewaktu masyarakat yang
terlibat merasa bahwa partisipasi mereka penting, mutu, efektifitas dan efisiensi
pembangunan akan meningkat. Bentuk partisipasi dalam perencanaan adalah
adanya kegiatan musyawarah pembangunan tingkat desa (Prasetyo, 2009).
IV.2.3. Pengorganisasian
Menurut Samuel Certo (2006: 25) pengorganisasian diartikan sebagai proses
terciptanya penggunaan secara tertib terhadap semua sumber daya yang dimiliki
oleh sistem manajemen. Secara tertib menekankan bahwa penggunaan itu
berdasarkan pada tujuan dan penggunaan sumber daya yang benar sehingga tidak
menyebabkan pemborosan sumber daya dalam proses pencapaian tersebut.
25
IV.2.4. Motivasi
Menurut Tangkilisan (2005) sumber daya manusia Indonesia (termasuk
aparatur pemerintahan)yang dibutuhkan harus memiliki tiga kualifikasi, yaitu
pertama, melekat sifat-sifat loyalitas,dedikasi, dan motivasi kerja dalam mengemban
tugas tugasnya. Komunikasi memperkuat motivasi dengan menjelaskan ke para
pegawai apa yang harus dilakukannya. Seberapa baik mereka bekerja, dan apa
yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja yang dibawah standar (Robbins,
2006).
Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah
untuk mencapai tujuan organisasi (Simamora, 2006).Motivasi dapat diartikan
sebagai suatu daya pendorong (driving force) yang menyebabakan orang berbuat
sesuatu atau yang diperbuat karena takut akan sesuatu. Yang menjadi pendorong
motivasi adalah bermacam-macam faktor diantaranya faktor ingi lebih terpandang
diantara rekan kerja atau lingkungan dan kebutuhan untuk berprestasi
(Sedarmayanti, 2005).
IV.2.5. Komunikasi
Secara sederhana dapat dikemukakan pengertian komunikasi, ialah proses
pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti dari seorang sumber
atau komunikator kepada seorang penerima atau komunikan dengan tujuan
tertentu (Suranto, 2010) Dalam penyampaian nya komunikasi dapat dilakukan
secara primer yaitu penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan lambang. Sedangkan proses komunikasi secara
sekunder merupakan penyampaian pesan kepada orang lain dengan menggunakan
26
alat atau sarana sebagai media kedua stelah memaknai lambang sebagai media
pertama (Siswanto, 2011). Dengan adanya komunikasi masyarakat berhak
mendapatkan informasi mengenai rencana dan pelaksanaan pembangunan desa
sehingga tidak terjadi kesalah fahaman antara masyarakat dengan pemerintah
(Hadari,et,al.2013).
IV.2.6. Kontrol
Diantara beberapa fungsi manajemen, pengendalian memiliki peran yang
sangat penting. Pengendalian berfungsi untuk mengevaluasi apakah tujuan dapat
dicapai, dan apabila tidak dapat dicapai dicari faktor penyebabnya, sehingga dapat
dilakukan tindakan perbaikan (Certo, 2006) Masyarakat desa berpartisipasi dalam
musyawarah desa untuk menanggapi laporan pelaksanaan pembangunan desa
(Purnomo,2005).
Oleh karena itu, keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan, khususnya pengawasan jalannya pemerintahan
dalam berbagai aspek perlu memperoleh media yang memadai. Pemerintahan
yang menerapkan manajemen tertutup (close management ), penyelenggaraan
negara yang terlepas dari kontrol sosial dan kontrol politik suprastruktur dan
infrastruktur politik, serta ideologi pembangunanisme yangtidak berbasis pada
ekonomi kerakyatan, berimplikasi luas pada praktek-praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) di dalam tubuh pemerintahan. olehkarenanya, upaya untuk
memerangi KKN tersebut tidak akan berhasil tanpa adanya peran aktif
masyarakat. (Qodri, 2007)
27
IV.3. Dimensi Behavioural
IV.3.1. Perilaku Individu
Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri
sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan tuhan di dalam dirinya selalu
dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun
(Stephen,2008). Pembangunan masyarakat harus membuat individu tersebut
menjadi manusia yang religius atau dekat dengan Tuhan (Syarif dan Zada,
2006).Cara bersikap merupakan salah satu penilaian perilaku individu yang satu
ke individu yang lainnya. Sarwono (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan
kesiapan/kesediaan seseorang untuk bertingkahlaku/merespons sesuatu, baik
terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negatif dari suatu objek
rangsangan. Sikap belum merupakan suatu tindakan/aktivitas, akan tetapi
merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk berperilaku.Dimensi
behavioristik menyangkut aspek perilaku, baik perilaku individu, kelompok
maupun organisasi. Kesemuanya mempunyai tujuan praktis yaitu untuk
mengarahkan perilaku manusia, kepada upaya pencapaian tujuan (Jamal, 2009).
IV.3.2. Perilaku Kelompok
Menurut Mulyana (2005) kelompok adalah sekumpulan orang yang
mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai
bagian dari kelompok tersebut. Dengan ada nya suatu kelompok, maka tiap
anggota dapat bertanggung jawab ke kelompok nya masing-masing.
28
Mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang telah dilaksanakan kepada anggota,
selanjutnya membuat rencana dan langkah perbaikan. (Achmad, 2009)
Kerjasama merupakan salah satu faktor penting dalam perilaku kelompok.
Oleh karena itu perlu pemahaman yang utuh dari sumber daya manusia yang ada
tentang hakekat organisasi atau perusahaan, supaya bisa tercipta suatu kerja sama
tim yang baik yang bisa meningkatkan produktivitas kerja dan kinerja
organisasi..Kerja sama suatu tim merupakan keunggulan kompetitif yang tertinggi
dalam suatu organisasi atau perusahaan(Setiyanti, 2012).Analisis terhadap
dinamika kelompok sosial akan menunjukkan pergerakan yang terjadi di
dalamnya melalui analisis perilaku kelompok dan anggotanya dalam mencapai
tujuannya (Scott W R. 2009).
IV.3.3. Perilaku Organisasi
Menurut Thoha (2007:5) perilaku organisasi merupakan suatu
studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam
suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Pengertian organisasi
menurut Stephen P. Robbinss (2005) adalah suatu kesatuan sosial yang telah
terkoordinasi secara sadar dengan adanya sebuah batasan yang relatif dan dapat
diidentifikasi serta bekerja berdasarkan yang relatif secara terus-menerus agar
dapat mencapai tujuan bersama.
Umumnya budaya organanisasi sangat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal
organisasi. Suatu organisasi memerlukan satu budaya yang merupakan kumpulan
persepsi secara umum dari seluruh karyawan sebagai anggota organisasi, yang
akan dijadikan sebagai suatu system yang menggabungkan beberapa pengertian
29
yang secara eksplisit dianggap sebagai definisi budaya organisasi. (Yuliana,
2012).
30
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
1. Pembangunan masyarakat adalah pembangunan yang melibatkan masyarakat
yang tidak berdaya sehingga nantinya mereka memiliki kehidupan yang lebih
baik.
2. Pembangunan Masyarakat mampu membangun masyarakat yang
berkompeten, mandiri dan mampu menyelasaikan masalahnya sendiri. Untuk
melaksanakan hal tersebut ada beberapa unsur dasar yang dapat digunakan
seperti program berencana, pembangkitan tekad, bantuan teknis, dan
pemanduan.
3. Pembangunan masyarakat di Indonesia dapat dilaksanakan dilihat dari
berbagai macam dimensi pembangunan yang meliputi dimensi anatomik,
dimensi fisiologis, dan dimensi behavioristik.
V.2. Saran
Proses pembangunan melibatkan masyarakat sehingga diperlukan
masyarakat yang bersifat aktif . Agar program yang direncanakan dapat tercapai
secara maksimal dan merata.
31
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Zaenudin. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jilid 2. Cetakan Kedua. Jakarta: Penerbit Fajar.
Adedokun, O.M. C.W, Adeyamo, and E.O. Olorunsula. 2010. The Impact of Communication on Community Development. J Communication, 1(2): 101-105.
Adi, Isbandi Rukminto. 2012. Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 227,228,229,230,231
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ali Aziz, M. 2005. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pesantren
Ali, Madekhan. 2007. Orang Desa Anak Tiri Perubahan. Yogyakarta: Averroes
Annawaty Herlina L. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Sebagai Upaya Menciptakan Pemukiman Yang Sehat Dan Nyaman Huni (Studi Di Kelurahan Notoprajan Ngampilan Yogyakarta). Jurnal Penelitian. 6 (4) : 42-49
Arifin. 2012.Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, Dan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderasi.Skripsi. Program Sarjana Fakultas Ekonomika Dan Bisnis.Universitas Diponegoro : Jawa Tengah.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Arni, Muhammad. (2005). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Asariansyah Muhammad F, Choirul Saleh dan Stefanus Pani R. Partisipasi Masyarakat dalam Pemerataan Pembangunan Infrastruktur Jalan . Jurnal Administrasi Publik (JAP), (1), No. 6, Hal. 1141-115.0 Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
Ayu Aristiani, L. (2012). Pola Komunikasi Organisasi dalam Menangani Konflik (Studi pada Organisasi Himpunan Pecinta Alam Mitra Gahana
32
Universitas Kristen Satya Wacana) (Doctoral dissertation, Program Studi Komunikasi. fiskom-uksw).
Azhar, Ipong S. 2006. Pembangunan Pedesaan. Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia.
Aziz Muslim. 2009. Metodologi Pengembangan Masyarakat.Yogyakarta:Penerbit Teras
Aziz, Mohammad Ali. 2005. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat. Paradigma aksi Metodologi . Hal 6-7. Yogyakarta : LKiS
Bahruddin, Krisdyatmiko, Danang Arif D dan Soetomo. 2013. Indikator Proper Hijau Aspek Pengembangan Masyarakat (Community development). Deputi Pengendalian Dan Pencemaran Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia : 42
Batool, Abeha dan Bariha Batool. 2012. Effects of Employees Training on The Organization Competitive Advantage: Empirical Study of Private Sector of Islamabad, Pakistan. Jurnal Far fast jurnal of Psychology and Business. 6 (1).
Budimanta, Arif dan Bambang Rudito. 2008. Metode dan Teknik Pengelolaan Community Development. Jakarta : Indonesia Center For Sustainable Development.
Certo, Samuel C. & S. Travis Certo. 2006. Modern Management. Pearson: Prentice-Hall International, Inc.
Chalid, Pheni. 2005. Otonomi Daerah Masalah, Pemberdayaan dan Konflik. Jakarta: Penebar Swadaya. Cetakan pertama.
Damsar. 2012. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: kencana
Dermawan, Cecep. 2008. Administrasi Publik: Perspektif Perliaku Organisasi dan Kabijakan Publik. Bandung: Pustaka Aulia Press.
Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. 2007.PNPM Mandiri Perdesaan, Departemen Dalam negeri. Jakarta.
Djamara, Syaiful Bahri .2006. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Edi Suharto, 2005. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan PekerjaanSosial,Bandung: PT. Refika Aditama.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Engkoswara. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
33
Fatchiya Anna. 2007. Analisis Kepemimpinan Pada Kelompok Usaha Ikan Hias (Kuih) Telaga Biru Desa Parigi Mekar. Buletin Ekonomi Perikanan, Kecamatan Ciseeng, Bogor
Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia
Fetterman, David and Wandersman, Abraham. 2007. Empowerment Evaluation: Yesterday, Today, and Tomorrow. American Journal of Evaluation. 28: 179
Hadari dan Nawawi, Martin. 2013. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gadjah Mada University press.
Halim, A. 2005. Manajemen Pesantren. PT LKIS Pelangi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Hari Sabarno. 2007. Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa. Jakarta: Sinar Grafika.
Haris. 2006. Politik Organisasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Hartanto, Frans Mardi. 2009. Pradigma Baru Manajemen Indonesia : Menciptakan Nilai Dengan Bertumpu Pada Kebajikan dan Potensi Insani. Bandung: Mizan
Heridiansyah, Jefri . 2014. Manajemen Konflik Dalam Sebuah Organisasi. Jurnal STIE Semarang. 6(1) : 1
Jayadinata, Johara. T dan Pramandika I.G.T. 2006. Pembangunan Desa Dalam Perencanaan. Bandung: Penerbit ITB.
Kertajaya, Hermawan. (2008). Arti komunitas. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Alih Bahasa : Benyamin Molan. Manajemen Pemasaran. Edisi Ketigabelas. Jilid 1. Cetakan Keempat. PT. Indeks. Jakarta.
Liliweri, Alo. 2007. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: LKiS
Marbun, SF & Mahfud MD , Moh. 2006. Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara. Liberty. Yogyakarta.
Mardikanto, T. 2010. Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan 1. UNS Press. Surakarta
Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
34
Maryono, Agus. 2007. Naskah Akademik Perencanaan Penataan dan Pengaturan Daerah Sempadan (Draf). PT Cipta Ekapurna Enginnering Consultan. Yogyakarta.
Midgley, James. 2005. Pembangunan Sosial, Perspektif Pembangunan Dalam. Kesejahteraan Sosial. Direktorat Perguruan Tinggi.
Mukhlis dan Sri W. 2014. Pemberdayaan Masyarakat Desa (Kpmd) Pada Program Pnpm Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Peusangan. Jurnal Kebangsaan Universitas Almuslim 3 (6) : 1
Mulyana, Deddy. 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja
Munandar, A. 2008. Peran Negara dalam Penguatan Program Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Poelitik, 4(1), 151-161.
Muslim, Asrul. 2013. Interaksi Sosial Dalam Masyarakat Multietnis. Jurnal Diskursus Islam 1 (3) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar
Muslim, Azis. 2007. Pendekatan Partisipatif dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama. 8 (2) : 89-103.
Muspawi, Mohamad. 2014. Manajemen Konflik (Upaya Penyelesaian Konflik Dalam Organisasi). Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora 16 (2) Hal 41. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi Persada.Press.
Nawalah Hoirun, Qomaruddin M.B. dan Rahmat Hargono. 2012. Desa Siaga: Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan Melalui Peran Bidan di Desa. The Indonesian Journal of Public Health. 8 (3) : 91-98.
Nurcholis. Hanif. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta : Erlangga.
Pasolong, Harbani. 2008.Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta.
Prasetyo, Indro. 2009. Aspek Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi PPIP di Desa Tonjong Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Tesis ITB.
Primasari, Andin Niantima. 2011. Pengaruh Restrukturisasi Organisasi Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan. Tesis Universitas Andalas.
Purnomo, Mangku.2005. Pembaruan Desa: Mencari Bentuk Penataan Produksi Desa. Yogyakarta: Lapera Pustaka.
35
Qodri, Azizi, A. 2007. Change Management Dalam Reformasi Birokrasi . Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Raharjo Adisasmita. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yokyakarta: Graha Ilmu.
Rivai, Veithzal & Sagala. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Edisi Kedua, Jakarta. PT Rajagrafindo Persadra.
Rivai, Veithzal, 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Robbin, Stephen P. 2005. Perilaku Organisasi. Jilid Kesatu. Prenhalindo Persada. Jakarta.
Robbins ,Stephen P. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta : Erlangga
Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Ke-10, Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.
Rusli Said, Wahyuni Ekawati Sri, Sunito Melani A. 2006. Kependudukan. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB.
Santoso Budi. 2010. Peer Konseler Sebagai Bentuk Intervensi Keperawatan Komunitas Untuk Mencegah Resiko Penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMK TJ Di Kelurahan Ratu Jaya Depok. Karya Ilmiah Akhir. Universitas Indonesia. Depok.
Saparin. 2009. Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.AY.
Saptono, Bambang. 2006. Sosiologi. Jakarta: Phibeta
Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory. 5ndEd. Prentice Hall Canada Inc.
Sedarmayanti. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Refika Aditama.
Setiyanti, Sri Wiranti. 2012. Membangun Kerja sama Tim (kelompok). Jurnal STIE Semarang 4(3). ISSN : 2552-7826
Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Sinambela, Poltak, Lijan, DR, MM, M.Pd. 2007. Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan Dan Implementasi. Bumi Aksara.
Sinuraya, Candra. 2010. Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Sistem Manajemen Strategik Dalam Pencapaian Sasaran Strategik Jangka
36
Panjang. Jurnal Bisnis & Akuntansi, Universitas Kristen Immanuel. IV (1): 1-37.
Soeharto. Dan Sugiharto, Mulus. 2012. Pelayanan Publik Aparat Pemerintah Desa Kepuh Kemiri Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo Terhadap Kepentingan Warga Asli Dan Warga Perumahan.
Soekanto, Surjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Soeroso, Andreas. 2008. Sosiologi 1.Jakarta: Yudhistira
Soetomo. 2006. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Soetomo. 2009. Pembangunan Masyarakat, Merangkai Sebuah Kerangka. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sopiah, 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Cv Andi Offse
Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi Edisi ke-12. Jakarta: prenhalindo
Sudewo, E. 2011. Character Building. Republika Penerbit. Jakarta
Suharto, E. 2009. Pendampingan Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin: Konsepsi Dan Strategi. Bandung : PT. Refika Aditama
Suhirman dan Wagiyo. 2005. Merumuskan Konsep dan Praktek Partisipasi Warga Dalam Pelayanan Publik. FPPM Bandung.
Sumarti, Titik, Syaukat Yusman. 2006. Analisis Ekonomi Lokal, Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu
Syarif, Mujar Ibnu dan Khamami Zada. 2008. Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran Politik Islam. Jakarta: Erlangga.
Tahoba A. 2011. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Melalui Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dengan Kepuasan Publik Dan Perilaku Konflik. (Kasus Konflik Perusahaan Bp Lng Tangguh Dengan Masyarakat Adat Teluk Bintuni Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Gramedia Widia
Thaha, Rasyid. 2012. Penataan Kelembagaan Pemerintahan Daerah. Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan. 1 (3): 38-61.
37
Thoha, Miftah. 2006. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Widiyanti, Sri. 2012. Pemberdayaan Masyarakat:Pendekatan Teoritis. Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, 1 (1)
Widodo, Teguh. 2015 . Pembangunan Endogen: Mengabaikan Peran Negara dalam Pembangunan. Yogyakarta: deepublish
Winardi. 2005. Manajemen Perubahan (Management of Change). Prenada Media. Jakarta.
Word Development Report, 2008. Laporan Pembangunan Dunia : Pertanian untuk Pembangunan. Jakarta : Salemba empat.
Wrihatnolo, Randy dan Riant Nugroho Dwidjowijoto. 2007. Manajemen
Pemberdayaan, Sebuah Pengantar dan Panduan untuk pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia.
Yuliana, Rahmi. 2012. Peran Komunikasi Dalam Organisasi . Jurnal Stie Semarang, 4(3). ISSN : 2252-7826
38