13
KESETIMBANGAN Mempelajari bagaimana mineral terbentuk, bagaimana batuan berubah dari satu jenis batuan menjadi batuan yang lain sangat erat kaitannya dengan sistem keseimbangan. Mineral dan batuan tidak akan terbentuk kalau tidak mendapatkan keseimbangan. Kesetimbangan dapat dilihat dari bowen reaction series. Mineral-mineral yang tergabung dalam bowen reaction series keberadaannya dalam batuan beku adalah sangat penting. Mineral dalam seri bowen ini merupakan golongan mineral primer. Mineral-mineral pada bowen reaction series menunjukkan tahap-tahap yang dilalui dalam proses pembentukan batuan beku meliputi suhu, tekanan, dan kedalaman lokasi pembentukan suatu batuan beku. Seri Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series) menggambarkan proses pembentukan mineral pada saat pendinginan magma dimana ketika magma mendingin, magma tersebut mengalami reaksi yang spesifik. Dan dalam hal ini suhu merupakan faktor utama dalam pembentukan mineral. Suhu magma dan laju pendinginan menentukan ciri dan sifat mineral yang terbentuk (tekstur, dll). Dan laju pendinginan yang lambat memungkinkan mineral yang lebih besar dapat terbentuk.atau juga Bowen menentukan bahwa mineral spesifik dari temperatur tertentu

Ke Setim Bang An

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gas

Citation preview

KESETIMBANGANMempelajari bagaimana mineral terbentuk, bagaimana batuan berubah dari satu jenis batuan menjadi batuan yang lain sangat erat kaitannya dengan sistem keseimbangan. Mineral dan batuan tidak akan terbentuk kalau tidak mendapatkan keseimbangan. Kesetimbangan dapat dilihat dari bowen reaction series. Mineral-mineral yang tergabung dalam bowen reaction series keberadaannya dalam batuan beku adalah sangat penting. Mineral dalam seri bowen ini merupakan golongan mineral primer. Mineral-mineral pada bowen reaction series menunjukkan tahap-tahap yang dilalui dalam proses pembentukan batuan beku meliputi suhu, tekanan, dan kedalaman lokasi pembentukan suatu batuan beku. Seri Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series) menggambarkan proses pembentukan mineral pada saat pendinginan magma dimana ketika magma mendingin, magma tersebut mengalami reaksi yang spesifik. Dan dalam hal ini suhu merupakan faktor utama dalam pembentukan mineral. Suhu magma dan laju pendinginan menentukan ciri dan sifat mineral yang terbentuk (tekstur, dll). Dan laju pendinginan yang lambat memungkinkan mineral yang lebih besar dapat terbentuk.atau juga Bowen menentukan bahwa mineral spesifik dari temperatur tertentu hasil pendinginan magma. Proses Kristalisasi Magma,Karena magma merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang menyusun magma akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun, dan ion-ion akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk yang teratur. Proses inilah yang disebut kristalisasi.Pada proses ini yang merupakan kebalikan dari proses pencairan, ion-ion akan saling mengikat satu dengan yang lainnya dan melepaskan kebebasan untuk bergerak. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal yang teratur. Pada umumnya material yang menyusun magma tidak membeku pada waktu yang bersamaan.Kecepatan pendinginan magma akan sangat berpengaruh terhadap proses kristalisasi, terutama pada ukuran kristal.Apabila pendinginan magma berlangsung dengan lambat, ion-ion mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga akan menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknya pada pendinginan yang cepat, ion-ion tersebut tidak mempunyai kesempatan bagi ion untuk membentuk kristal, sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas (glass).Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon akan saling mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon. Kemudian tetahedra-tetahedra oksigen-silikon tersebut akan saling bergabung dan dengan ion-ion lainnya akan membentuk inti kristal dan bermacam mineral silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur yang lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang magma mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih cair. Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahan volatil juga mempengaruhi proses kristalisasi.

Magma, yang merupakan sebuah larutan, patuh pada hukum fisika dan kimia, sebagai contoh, kelarutan bersama dengan titik didih mendeterminasikan kondisi dan konsentrasi apa yang memungkinkan mineral untuk mengkristal, secara keseluruhan. Differensiasi magma, yaitu suatu proses yang menyebabkan magma yang asalnya relatif homogen terpecah-pecah menjadi beberapa bagian atau fraksi dengan komposisi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh migrasi ion atau molekul dalam larutan magma karena adanya perubahan temperatur dan tekanan. Ketika magma mengalami penurunan tekanan dan temperatur, maka mineral yang memiliki titik lebur yang tinggi mulai mengkristal, sedangkan cairan yang belum membeku akan terus naik dan akhirnya keseluruhan cairan magma itu membeku.Dalam skema tersebut reaksi digambarkan dengan Y, dimana lengan bagian atas mewakili dua jalur/deret pembentukan yang berbeda. Lengan kanan atas merupakan deret reaksi yang berkelanjutan (continuous), sedangkan lengan kiri atas adalah deret reaksi yang terputus-putus/tak berkelanjutan (discontinuous).1. Deret ContinuousDeret ini dibangun dari mineral feldspar plagioklas. Dalam deret kontinyu, mineral awal akan turut serta dalam pembentukan mineral selanjutnya. Dari bagan, plagioklas kaya kalsium akan terbentuk lebih dahulu, kemudian seiring penurunan suhu, plagioklas itu akan bereaksi dengan sisa larutan magma yang pada akhirnya membentuk plagioklas kaya sodium. Demikian seterusnya reaksi ini berlangsung hingga semua kalsium dan sodium habis dipergunakan. Karena mineral awal terus ikut bereaksi dan bereaksi, maka sangat sulit sekali ditemukan plagioklas kaya kalsium di alam bebas.Bila pendinginan terjadi terlalu cepat, akan terbentuk zooning pada plagioklas (plagioklas kaya kalsium dikelilingi plagioklas kaya sodium).Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai dengan feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap dalam pembentukan natrium yang mengandung feldspar (CaNa-feldspar, CaNaAlSiO) sampai titik kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 9000C. Saat magma mendingin dan kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu sekitar 6000C feldspar dengan hamper 100% natrium terbentuk.2. Deret DiscontinuousPada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate dimana satu mineral berubah menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu dengan melakukan reaksi dengan sisa larutan magma. Diawali dengan pembentukan mineral Olivine yang merupakan satu-satunya mineral yang stabil pada atau di bawah 18000C. Ketika temperatur berkurang dan Pyroxene menjadi stabil (terbentuk). Sekitar 11000C, mineral yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO) terbentuk dan pada kisaran suhu 9000C Amphibole terbentuk. Sampai pada suhu magma mendingin di 6000C Biotit mulai terbentuk.Bila proses pendinginan yang berlangsung terlalu cepat, mineral yang telah ada tidak dapat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma yang menyebabkan mineral yang terbentuk memiliki rim (selubung). Rim tersusun atas mineral yang telah terbentuk sebelumnya, misal Olivin dengan rim Pyroxene.Deret ini berakhir dengan mengkristalnya Biotite dimana semua besi dan magnesium telah selesai dipergunakan dalam pembentukan mineral.Apabila kedua jalur reaksi tersebut berakhir dan seluruh besi, magnesium, kalsium dan sodium habis, secara ideal yang tersisa hanya potassium, aluminium dan silica. Semua unsur sisa tersebut akan bergabung membentuk Othoclase Potassium Feldspar. Dan akan terbentuk mika muscovite apabila tekanan air cukup tinggi. Sisanya, larutan magma yang sebagian besar mengandung silica dan oksigen akan membentuk Quartz (kuarsa). Begitu pula dengan proses pembentukan batuan yang membutuhkan kesetimbangan. Proses-proses tersebut berlangsung sepanjang waktu baik di masa lampau maupun masa yang akan datang.Kejadianalam dan proses geologi yang berlangsung sekaranginilah yang memberikan gambaran apayang telah terjadi di masa lampau seperti diungkapkan oleh ahli geologi JAMES HUTTON dengan teorinya THE PRESENT IS THE KEY TO THE PASTFaktor yang mengontrol stabilitas mineral Komponen unsur penyusun mineral 1. Kondisi Lingkungan Pressure (P) Seperti pada batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf yang berasal dari batuan lainnya melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim dari tekanan, suhu, atau keduanya. Jadi dapat diketahui proses perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan disebabkan oleh presure, karena presure dapat mempengaruhi kestabilan mineral. Temperature (T)Dalam keadaan cair , atom-atom tidak memiliki susunan yang teratur(selalu mudah bergerak) dan mempunyai temperatur yang relatif tinggi serta atom-atomnya memiliki energi yang cukup banyak sehimgga mudah bergerak dan tidak ada pengaturan letak atom relatif terhadap atom lainnya. Dengan semakin menurunnya temperatur maka energi atom akan semakin rendah dan semakin sulit bergerak sehingga atom-atom mulai mencari atau mengatur kedudukan relatif terhaap atom lainnya sehingga dapat membentuk latice. Proses ini terjadi pada temperatur yang relatif dingin dimana sekelompok atom menyusun diri untuk membentuk inti kristal. Inti-inti akan menjadi pusat dari proses kristalisasi selanjutnya.Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat dimana kristal tersebut terbentuk.Meski proses pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam keadaan tertentu cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam banyak kasus, ini terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atomnya tidak dapat mencapai lokasi kisinya. Suatu bahan non-kristalin biasa disebut bahan amorf atau seperti gelas. EnergiProses pembekuan magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma sel.Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal mineral berukuran besar sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.Kesetimbangan dapat terjadi melalui proses termodinamika dimana tekanan dan suhu dapat ideal. Komponen terdiri dari H2O dan Al2SiO5, untuk tahap H20 yakni es , air, uap air dan untuk Al2SiO5 yakni sillimanite , Kyanite , Andalusite disini dapat dilihat bahwa H2O ketika dapat berubah sesuai dengan suhu yangditerimanya.Ketika suhunya rendah maka H2O akan menjadi es, akan tetapi ketika suhunya tinggi maka H2O akan berubah menjadi uap air dan ketika suhu normal H2O berupa air.

Tahap perubahan H20 menjadi es , air, uap airDemikian pula pada Al2SiO5 yang akan berubah menjadi salah satu jenis mineral sesuai dengan suhu dan presure yang diterimanya karena pada suhu tertentu mineral dapat terbentuk,sehingga antara sillimanite , Kyanite , Andalusite memiliki suhu pembentukan yang berbeda.

Tahap Al2SiO5 menjadi sillimanite , Kyanite , AndalusiteBerikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada pembentukan kristal : Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal. Biasanya dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan. Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk rangka (skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan temperature. Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya, sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur yang berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur.